digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

176
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TELEVISI LOKAL DAN BUDAYA DAERAH (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Serta TATV dalam Pelestarian dan Pengembangan Seni Keroncong di Surakarta) Oleh: HAFIZH ESKAPUTRA D 0206115 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

Page 1: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TELEVISI LOKAL DAN BUDAYA DAERAH

(Studi Deskriptif Kualitatif Peran Serta TATV dalam Pelestarian dan

Pengembangan Seni Keroncong di Surakarta)

Oleh:

HAFIZH ESKAPUTRA

D 0206115

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

pada Program Studi Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO HIDUP

”Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?

Dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu

Yang telah memberatkan punggungmu?

Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),

kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain

dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”

(Q.S. Al-Insyirah : 1-8)

***

“Satu-satunya kekuatan mekanis yang jauh lebih kuat dari kekuatan uap, listrik

dan energi atom adalah will (kemauan). Dengan kemauan anda bisa meraih

apapun”

(Albert Einstein)

***

iv

Page 5: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk:

Ibu & Bapak tersayang yang selalu memberi dukungan kepada anaknya

terutama dalam bidang pendidikan;

Adik-adikku, Ifa dan Tika. Semoga kakakmu ini bisa memberikan contoh

yang baik untuk kalian;

Rif ’ani Farezani, atas suntikan semangat yang luar biasa terhadapku;

dan,

Seluruh sahabat-sahabatku yang telah memberi warna dalam

kehidupanku.

v

Page 6: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Ke-hadhirat Allah SWT-lah selayaknya terucap rasa syukur

Alhamdulillah hirrobil’alamin disampaikan, karena hanya dengan Rachmat dan

hidayah-NYA, kepada penulis sehingga diberikan kesempatan untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun dengan judul “TELEVISI LOKAL DAN BUDAYA

DAERAH (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Serta TATV dalam

Pelestarian dan Pengembangan Seni Keroncong di Surakarta)”. Pentingnya

penelitian ini sehubungan dengan munculnya UU Nomor 32 Tahun 2002 Tentang

Penyiaran, yang mengamanatkan realisasi Sistem Stasiun Berjaringan (SSB)

dengan tujuan untuk meletakkan pondasi bagi sistem penyiaran, yang telah

membawa perubahan paradigma dari semula sangat sentralistik, menjadi

desentralistis. Khusus untuk industri penyiaran televisi, hal tersebut membuka

peluang munculnya stasiun televisi lokal. Televisi lokal merupakan televisi yang

mempunyai batasan ruang siaran berskala daerah, sehingga isi kandungan materi

siarannya pun lebih mengacu dan menyesuaikan diri pada kebutuhan dan

kepentingan masyarakat setempat dimana media massa tersebut dikelola.

Kemampuan televisi lokal untuk mengeksplor kebudayaan daerah tesebut

menjadikan televisi lokal mempunyai peran dalam menguatkan kebudayaan

daerah. Setidaknya inilah yang menjadi motivasi penulis untuk mencoba

menggeluti penelitian mengenai peran televisi lokal terhadap kebudayaan daerah.

Banyak hambatan serta rintangan yang peneliti hadapi dalam

penyelesaian penelitian ini. Akan tetapi itu semua seakan menjadi tantangan

vi

Page 7: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tersendiri bagi peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Berkat dorongan dan

dukungan berbagai pihak membuat kesulitan-kesulitan tersebut dapat teratasi.

Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta.

2. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas

Maret (FISIP UNS) Surakarta.

3. Dra. Hj. Sofiah, M.Si, selaku pembimbing akademis atas bimbingan

selama massa perkuliahan. Sekaligus sebagai pembimbing skripsi yang

telah membimbing serta memberi banyak masukan dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS yang

telah memberikan banyak ilmu selama masa perkuliahan. Mohon maaf

atas segala kesalahan. Semoga semua ilmu yang telah diberikan

bermanfaat dunia akhirat.

5. Pihak TATV (Terang Abadi Televisi) Surakarta yang telah banyak

membantu sebagai narasumber bagi penelitian kami.

6. Hj. Waldjinah selaku ketua HAMKRI (Himpunan Artis Keroncong

Indonesia) Cabang Surakarta atas informasi yang disampaikan kepada

peneliti.

7. Semua informan dalam penelitian ini yang telah bersedia menyediakan

waktunya untuk ”diganggu” oleh penulis. Terimakasih atas informasi yang

tergali dan suasana kekeluargaan yang nyaman saat berkomunikasi.

vii

Page 8: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8. Keluarga besar Pengurus HIMAKOM, FFC, dan LPM VISI, dimana

banyak pembelajaran ilmu, pengalaman dan kesempatan pengembangan

diri yang di dapat selama ini.

9. Sahabat-sahabat terbaik saya; Muhammad Jundi Rois, Dian Kukuh

Purnandi, Wahyu Subekti, Latif Syaifudin, Muhammad Azis Safrodin,

Ujang Rusdianto, Adhi Okta Pradana, Faka Fudistira, Herka Yanis

Pangaribowo, dan Susilo. Terimakasih atas support yang kalian berikan.

Kalian yang terbaik!!!

10. Teman-teman Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2006. Terima kasih sudah

menjadi teman yang baik. Kudoakan untuk kesuksesan kalian. Amin.

Akhirnya, secara tulus disampaikan, layaknya buah karya manusia yang

penuh dengan ketidak-sempurnaan, maka laporan penelitian ini pun penuh dengan

ketidak-sempurnaan. Oleh sebab itu, masukan, kritik, dan saran dari siapa pun

dinantikan.

Surakarta, Maret 2012

Penulis

Hafizh Eskaputra D0206115

viii

Page 9: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………...... i

PERSETUJUAN ………………………………………………………... ii

PENGESAHAN ………………………………………………………… iii

MOTTO HIDUP ………………………………………………………… iv

PERSEMBAHAN ……………………………………………………….. v

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………… ix

DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xiv

DAFTAR BAGAN ……………………………………………………... xv

ABSTRAK ……………………………………………………………… xvi

BAB I : PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang Masalah ……………………………...……… 1

I.B. Perumusan Masalah …………………………………..……… 13

I.C. Tujuan Penelitian ………………………..………………..….. 13

I.D. Luaran Yang Diharapkan …………………………………..… 13

I.E. Manfaat Penelitian ………………………………………..…… 14

I.F. Landasan Teori

I.F.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ……….…………… 14 I.F.2. Televisi Lokal ……………………………………………….…… 23 I.F.3. Program Acara di Televisi …………………………………….… 29 I.F.4. Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Pelestarian Budaya ….… 34

ix

Page 10: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I.F.5. Kebudayaan dan Seni Keroncong ………………………….…… 39

I.F.6. Mengenal Seni Keroncong

A. Istilah Keroncong Dalam Musik Keroncong ………….……. 45

B. Karakteristik Musik Keroncong …………………….……… 47

C. Bentuk Lagu dan Harmoni

C.1. Stambul I dan Stambul II ………………….……….. 48

C.2. Keroncong Asli …………………………….……….. 49

C.3. Lagu Ekstra ……………………………….………… 50

C.4. Langgam Keroncong ………………………..……… 50

D. Alat-Alat Musik Keroncong Dan Fungsinya

D.1. Alat Musik Biola ………………………..………….. 51

D.2. Alat Musik Flute ……………………….…………… 52

D.3. Alat Musik Cuk ……………………….……………. 52

D.4. Alat Musik Cak ……………………….……………. 53

D.5. Alat Musik Gitar ……………………….…………… 53

D.6. Alat Musik Cello …………………..……..………… 54

D.7. Alat Musik Bass ………………………….…………. 54

E. Sejarah Musik Keroncong ………………………………….. 54

I.G. Definisi Konseptual

I.G.1. Televisi Lokal …………………………………………………… 59

I.G.2. Peran Televisi Lokal ……………………………………….……. 60

I.G.3. Pelestarian dan Pengembangan Seni Keroncong ………….……. 61

I.H. Kerangka Pemikiran ………………………………………..…. 62

x

Page 11: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I.I. Metode Penelitian

I.I.1. Jenis Penelitian ………………………………………………….. 63

I.I.2. Lokasi penelitian ……………………………………….………. 64

I.I.1. Sumber Data ……………………………………………..………. 65

I.I.4. Tehnik Sampling Pemilihan Narasumber/Informan ……..……… 66

I.I.5. Tehnik Pengumpulan Data ………………………………..……. 67

I.I.6. Teknik Analisis Data ………………………………………..…… 70

I.I.7. Validitas Data ………………………………………….……….. 72

BAB II : DESKRIPSI LOKASI

II.A. Gambaran Umum Terang Abadi TV (TATV) Surakarta

II.A.1. Profil TATV ………………………………………………….. 74

II.A.2. Visi dan Misi ………………………………………….……… 76

II.A.3. Slogan ……………………………………………………..…. 76

II.A.4. Data Media TATV …………………………………………... 77

II.A.5. Komposisi Program Acara TATV …………………………..… 77

II.A.6. Penggolongan Pemirsa ……………………….……………… 77

II.A.7. Coverage Area TATV ……………………………………… 78

II.A.8. Pola Siaran TATV …………………………………………… 78

II.A.9. TATV Gallery ……………………………………………….. 79

II.A.10. TATV Office …………………………………………………. 79

II.B. Gambaran umun Program Acara Keroncong di TATV

II.B.1. Program Acara Keroncong di TATV …………………………. 80

II.B.2. Latar Belakang Program Acara Keroncong di TATV ………. 80

xi

Page 12: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II.B.3. Sasaran dan Tujuan Program Acara Keroncong di TATV ….. 81

II.B.4. Pelaksanaan Program Acara Keroncong di TATV ………….. 81

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

III.A. Data dan Karakter Informan ………………………………….. 82

III.B. Sejarah Seni Keroncong di Surakarta Sebelum Hadirnya

TATV …………………………………………………………….. 88

III.C. TATV Sebagai Media Massa Televisi Lokal di Surakarta

III.C.1. Karakteristik Stasiun Televisi Lokal TATV ………………. 102

III.C.2. Tayangan Program Acara di TATV

A. Materi Siaran Lokal di TATV ………………………….. 106

B. Penyusunan Program Acara di TATV ………………….. 110

C. Kesesuaian Program Acara dengan Visi dan Misi

TATV……………………………………………………... 114

III.D. TATV Merancang Progam Acara Keroncong

III.D.1. Latar Belakang Penayangan Program Acara Keroncong

di TATV …………………………………………………….. 118

III.D.2. Penyusunan Program Acara Keroncong di TATV …………. 122

III.D.3. TATV Menjalin Kerjasama dengan HAMKRI …………..… 126

III.E. Kondisi Seni Keroncong di Surakarta Setelah Hadirnya TATV

III.E.1. Pengaruh Keberadaan TATV dalam Menayangkan Program

Acara Keroncong ……………………………………………. 131

III.E.2. Tayangan Seni Keroncong Sebagai Hiburan Budaya Mulai

Disukai Masyarakat …………………………………………. 135

xii

Page 13: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III.E.3. Menjamurnya Grup-grup Keroncong di Surakarta …………. 139

III.E.4. Geliat Acara (Event) Bartajuk Seni Keroncong

di Surakarta …………………………………………………. 143

A. Pencanangan Solo Kota Keroncong oleh Pemerintah ….. 146

B. Diadakannya Solo Keroncong Festival oleh HAMKRI .... 152

BAB IV : PENUTUP

IV.A. Kesimpulan ……………………………………………………... 156

IV.B. Saran .............................................................................................. 157

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 160

LAMPIRAN ……………………………………………………………... 165

xiii

Page 14: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel III.1. Data Informan ……………………………………………… 82

Tabel III.2. Karakteristik Terang Abadi Televisi (TATV) Surakarta …… 102

xiv

Page 15: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR BAGAN

Bagan I.1. Kerangka Pemikiran …………………………………………... 62

Bagan I.2. Model analisis data interaktif Miles dan Huberman ................. 72

xv

Page 16: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK HAFIZH ESKAPUTRA, D0206115, TELEVISI LOKAL DAN BUDAYA DAERAH (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Serta TATV dalam Pelestarian dan Pengembangan Seni Keroncong di Surakarta), Skripsi, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012, 159 halaman. Televisi lokal merupakan televisi yang mempunyai batasan ruang siaran yang hanya berskala daerah, sehingga isi kandungan materi siarannya lebih mengarah pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat dimana media massa tersebut dikelola. Kemampuan televisi lokal untuk mengeksplor kebudayaan daerah menjadikan televisi lokal mempunyai peran dalam melestarikan kebudayaan daerah. Seni keroncong merupakan kebudayaan daerah asli Surakarta. Namun seiring perkembangan zaman keberadaan seni keroncong mulai terkikis oleh budaya asing yang dianggap lebih modern. Untuk melestarikan seni keroncong, TATV (Terang Abadi Televisi) sebagai televisi lokal di Surakarta telah menayangkan program acara keroncong setiap minggunya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran serta TATV dalam melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui bagaimana tanggapan atau respon masyarakat di Surakarta terhadap kondisi seni keroncong setelah hadirnya TATV di Surakarta.

Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan, memaparkan, menuturkan dan menganalisa data yang ada secara mendalam. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Metode analisa data yang digunakan yaitu analisis analisis data kualitatif dan untuk menguji validitas data dilakukan dengan triangulasi sumber data.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa TATV merencanakan program acara keroncong dengan dilatar belakangi oleh visi dan misi TATV yang berkomitmen dalam melestarikan budaya daerah. Selain itu, dalam pelaksanaan program acara keroncong, TATV menjalin kerjasama dengan HAMKRI (Himpunan Artis Keroncong Indonesia) Surakarta. Bentuk kerjasamanya adalah HAMKRI bertanggung jawab menyiapkan grup keroncong yang akan tampil, Sedangkan TATV menyiapkan semua prasarana untuk tayang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah TATV telah mampu menjalankan perannya dalam melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta. Peran itu tampak yaitu dalam hal mengembalikan popularitas seni keroncong di mata masyarakat Surakarta dengan memberi ruang kepada seni keroncong untuk tampil di televisi sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat, kemudian memberi motivasi kepada grup-grup keroncong untuk kembali aktif dan memotivasi terbentuknya grup-grup keroncong baru dengan memberi kesempatan bagi seniman keroncong untuk tampil di media televisi, serta merangsang munculnya kepedulian dari berbagai pihak untuk ikut melestarikan keroncong sehingga merangsang munculnya berbagai kegiatan keroncong di Surakarta.

xvi

Page 17: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

ABSTRACT

HAFIZH ESKAPUTRA, D0206115, LOCAL TELEVISION AND LOCAL CULTURE (Descriptive Qualitative Study of TATV's Role in Perserving and Developing Keroncong in Surakarta), Thesis, Communication Studies Program, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret Univeristy Surakarta, 2012, 159 pages.

Local television has limitation in airing its program which is only in local scale, therefore the essence of the program is purposed to the need and interest of local people where the mass media is managed. The ability of the local television in exploring the local culture makes the local television has a role in preserving the local culture. Keroncong is a native music from Surakarta. However, as the traditional music, keroncong is difficult to compete with foreign culture that is considered by the people is more modern. For keroncong Preservation, TATV (Terang Abadi Televisi) as the local television in Surakarta has aired a keroncong program weekly.

This research is aimed to know how TATV play its role in preserving and developing keroncong in Surakarta. Besides, this research is also aimed to know how are the reaction and response from the people of Surakarta toward the condition of keroncong after its presence in TATV Surakarta.

The descriptive qualitative research aimed to describe, explain, relate and analyze the data comprehensively. The collecting data techniques were observation, interview and documentation. Purposive sampling technique used in this research to draw the conclusion. Analyze method used in this research were analytical analyze qualitative data and source data triangulation to test the validity of the data.

Based on this research, it was known that of TATV planned the keroncong program in influenced by the vision and mission of TATV which have commitment to preserve local culture. Besides, in the making of the keroncong program, TATV cooperated with HAMKRI (Indonesian Keroncong Artist Association) Surakarta. The form of cooperation was HAMKRI had responsible to prepare the keroncong music group which would be showed, while the TATV prepared the equipment for the program.

The conclusion is that TATV is able to play its role to preserve and develop the keroncong music in Surakarta. The role is can be seen that TATV can restore the keroncong popularity in people of Surakarta through giving the space to the keroncong to show in television so that can be appreciated by the people. Beside, TATV gives motivation to the keroncong groups to be active again and motivate the forming of the new keroncong groups through the opportunity to show in television media, and stimulate the emerging of care feeling from the other people to join in preserving keroncong, therefore stimulate the emerging various keroncong activity in Surakarta.

Page 18: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang Masalah

Televisi saat ini sudah bukan merupakan barang mewah dan bukan

lagi sebuah kemajuan teknologi yang membuat orang takjub. Televisi

menciptakan suasana yang berbeda, penyampaian isi pesan seolah-olah

langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan

oleh televisi sangat mudah di mengerti karena jelas terdengar secara audio

dan terlihat secara visual. Karakteristik istimewa yang dimilikinya

membuat televisi menjadi sesuatu media yang mudah dinikmati oleh

semua kalangan, baik di kalangan atas, menengah, hingga bawah sekalipun

dibandingkan dengan media lainya (radio, koran, majalah, dan lain-lain).

Kedahsyatan televisi dalam mempengaruhi pemirsanya tidak perlu

diragukan lagi. Dwyer, seorang pakar pertelevisian menyimpulkan

setidaknya pemirsa televisi mampu mengingat 50 % materi yang hanya

ditayangkan satu kali oleh televisi. Bisa dibayangkan berapa banyak

pemirsa mampu mengingat jika tayangan itu ditampilkan berulang-ulang.

Lebih jauh lagi, pemirsa televisi masih mampu mengingat 85 % tayangan

televisi yang mereka saksikan setelah tiga jam kemudian dan bahkan

masih tersisa 65 % ingatan akan tayangan televisi tersebut setelah tiga hari

ditayangkan. Dan yang paling luar biasa, televisi mampu menjadi saluran

yang paling efektif dalam menyampaikan informasi kepada manusia

1

Page 19: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan merebut 94 % dari seluruh saluran penyampaian pesan-pesan dan

informasi kepada manusia.1

Televisi memang memiliki kemampuan yang luar biasa. Penelitian-

penelitian mengenai efektivitas terpaan media massa pada umumnya

menempatkan terpaan televisi paling efektif dimana keefektivitasan

televisi terletak pada karakteristiknya yang audio-visual.2

Televisi sebagai media audio-visual menyajikan segala sesuatu

yang menarik perhatian pemirsanya. Perkembangan televisi yang sangat

pesat jelas menggambarkan bahwa media ini begitu digandrungi oleh

masyarakat. Pada waktu TVRI, stasiun televisi pertama di Indonesia

muncul di tahun 1962 jumlah pesawat televisi di Jakarta hanya berjumlah

10.000 buah. Tujuh tahun kemudian jumlahnya meningkat menjadi 65.000

buah. Pada akhir Maret 1972 jumlah pesawat televisi di Indonesia ada

212.580 buah, sampai tahun 1984 berjumlah 7.132.462 buah. Hanya dalam

kurun waktu 12 tahun jumlah pesawat televisi di Indonesia meningkat

sampai hampir 34 kali lipat.3

Televisi bagaimanapun telah menjadi sebuah fenomena. Simaklah

sebutan yang mengawali sejarah pertumbuhannya, yakni “tabung

kebodohan”, “kotak ajaib”, “altar elekronik”, atau juga “pedang gersang

pemikiran”. Namun, simak pula iklan televisi Du Mount tahun 1950-an

yang menyebut televisi sebagai “jendela dunia”.4

1 Dwyer dalam Farida Nurfalah, Sumardjo dan Dwi Surya. Pengaruh Tayangan Sinetron Religius Terhadap Perilaku Ibu Rumah Tangga Muslimah. Jurnal Teknodik No.22 tahun 2007, hal 44. 2 Sam Abede Pareno. Media Massa Antara Realitas dan Mimpi. (Surabaya: Papyrus, 2005). hal 65. 3 Ishadi S.K., Dunia Penyiaran: Prospek dan Tantangannya. (Jakarta: Gramedia, 1999). 4  Budiman dalam Eka Nada Shofa Alkhajar, dkk. Anomi Media Massa. (Surakatra: Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNS, 2009), hal 10.

2

Page 20: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sebagaimana disinggung diatas, perkembangan pertelevisian di

Indonesia berawal dari tahun 1962, ketika Indonesia menjadi tuan rumah

Asian Games, yaitu dengan didirikannya TVRI pada tanggal 24 Agustus

1962. Hanya dengan menggunakan satu pemancar yang dipasang di

komplek Senayan, TVRI melakukan peliputan Asian Games yang dapat di

nikmati oleh penduduk Jakarta. Dimana pada awal penyelenggaraannya,

jaringan TVRI masih terbatas di Jakarta dan sekitarnya. Selain itu, dengan

masih terbatasnya pendukung teknis, masa penyiarannyapun hanya sekitar

dua jam perhari dan ekstra setengah jam pada malam minggu. Bahkan,

ketika TVRI melakukan siaran perdana, televisi pertama di Indonesia ini

hanya sanggup melaksanakan siarannya tidak lebih dari 30 menit sehari. 5

Sejak dikeluarkannya SK Mentri Penerangan No. 111 tahun 1990,

industri dan bisnis televisi berubah menjadi sedemikian maraknya.

Awalnya adalah tahun 1987/1988 ketika RCTI diizinkan siaran untuk

pertama kalinya dengan menggunakan dekoder (decoder), yang kemudian

diikuti oleh SCTV (1989), TPI (1991), ANTV (1993), dan Indosiar (1994).

Kini dapat kita lihat betapa deras perkembangannya bahkan untuk saluran

siaran pun, hingga tahun 2005 terdapat 10 stasiun televisi swasta dan tidak

kurang dari 30 stasiun televisi lokal.6

Adapun televisi lokal sendiri mulai berkembang di Indonesia sejak

tahun 2002 seiring dengan adanya UU No. 32 tahun 2002. Dua hal yang

perlu digaris bawahi mengenai keterkaitan antara perkembangan televisi

lokal dan UU. No. 32 tahun 2002 adalah pembatasan siaran nasional 5 Alex Leo Zulkarnain. Televisi di Indonesia dan Pengaturannya dalam Deddy Mulyana dan Idi Subandi Ibrahim (ed): Bercinta dengan televisi. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 1987), hal. 12. 6 Ishadi S.K., Op. cit. hal 18. 

3

Page 21: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kecuali dengan melakukan kerja sama dengan televisi-televisi lokal, dan

televisi lokal diperbolehkan siaran dengan daya jangkau siaran yang

dibatasi hanya untuk daerah yang menjadi home base-nya.7

Karena itulah dibentuk UU Nomor 32 Tahun 2002 Tentang

Penyiaran yang mengamanatkan realisasi Sistem Stasiun Berjaringan

(SSB), seperti yang dituangkan dalam Pasal 31 ayat 1:

“Lembaga penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau jasa penyiaran televisi atas stasiun penyiaran jaringan dan atau stasiun penyiaran lokal”. 8

Berbagai informasi tentang daerah yang tidak terekspos oleh media

nasional mendasari kehadiran media televisi lokal di berbagai daerah.

Kehadiran televisi lokal menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat

untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan pendidikan. Hal ini sesuai

dengan amanat Undang-Undang Penyiaran No. 32 tahun 2002 yang lebih

menitikberatkan pada partisipasi dan kontrol masyarakat serta

pemberdayaan institusi lokal.

Tujuan UU Penyiaran No.32 tahun 2002 yang mengatur tentang

Stasiun Siaran Berjaringan (SSB) adalah untuk meletakkan pondasi bagi

sistem penyiaran, yang telah membawa perubahan paradigma dari semula

sangat sentralistik, menjadi desentralistis. Agar daerah dapat menikmati

manfaat yang lebih baik dari ranah penyiaran, baik di wilayah isi siaran

(diversity of content) maupun di wilayah bisnis ekonomi penyiaran

(diversity of ownship). Makna dari undang-undang ini adalah untuk

7 Sunardian Wiradono. Matikan TV-Mu! Teror Media Televisi di Indonesia. (Yogyakarta: Resist Book, 2006), hal. 127. 8 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran

4

Page 22: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memberikan keleluasaan untuk pembangunan ekonomi, kesejahteraan

masyarakat di daerah. Juga, agar penyiaran tidak terkonsentrasi di pusat.9

Khusus untuk industri penyiaran televisi, ternyata tidak sekedar

terbukanya kesempatan untuk menambah jumlah stasiun televisi swasta

nasional, tetapi juga bermunculan berbagai gerakan di daerah untuk

mendirikan stasiun televisi lokal. Alasannya ialah untuk menumbuhkan

kelokalan dan nuansa keberagaman yang selama orde baru terberangus.

Sedangkan stasiun televisi lokal merupakan stasiun penyiaran dengan

wilayah siaran terkecil yang mencakup satu wilayah kota atau

kabupaten.10

Efek dari UU Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 membuat stasiun

televisi lokal di berbagai daerah menggeliat dan turut memberi warna baru

bagi dunia pertelevisian di Indonesia. Perkembangan televisi lokal di

Indonesia selama 10 tahun terakhir sampai tahun 2005, mengalami

peningkatan yang signifikan. Setelah dunia pertelevisian kita didominasi

oleh beberapa stasiun televisi swasta nasional dan satu stasiun televisi

publik, sekarang melaju pesat dengan adanya penambahan secara bertahap

stasiun televisi lokal baru yang kini mencapai sekitar 86 stasiun tersebar di

lebih dari 50 kota besar dan di hampir semua provinsi di Indonesia.11

Menurut data Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), saat ini

televisi lokal yang sudah menjadi anggota ATVLI telah bertambah

sebanyak 29 stasiun televisi lokal. Stasiun-stasiun televisi swasta lokal

9 Aji Setiakarya. Menyambut TV Lokal. Sumber: http://www.rumahdunia.net.php. diakses pada 2 Februari 2010. 10 Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana, 2008). hal 105. 11 http://www.atvli.com/sejarah.asp. diakses pada 2 Februari 2010.

5

Page 23: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tersebut adalah: Riau TV, Batam TV, Sri Junjungan TV-Bengkalis,

JAKTV-Jakarta, Jogja TV, TV Borobudur-Semarang, JTV-Surabaya, Bali

TV, Lombok TV, Publik Khatulistiwa TV-Bontang, Gorontalo TV,

Makasar TV, Terang Abadi TV-Surakarta, Bandung TV, O’ Channel-

Jakarta, Space Toon TV Anak-Jakarta, Cahaya TV-Banten, Megaswara

TV-Bogor, Cakra TV-Semarang, Cakra Buana Channel-Depok, Pal TV-

Palembang, Kendari TV, Tarakan TV, Manajemen Qolbu TV-Bandung,

Ratih TV-Kebumen, Ambon TV, Sriwijaya TV-Palembang, Aceh TV dan

Padjadjaran TV-Bandung.12

Hampir sama dengan pendahulunya, yakni televisi swasta yang

berada di Jakatra, pengelola televisi lokal hanya melihat media televisi

sebagai potensi, asset, kemungkinan atau peluang untuk mengadu

peruntungan. Namun kelahirannya, tidak berada dalam ruang opini publik

yang memadai. Sehingga banyak televisi lokal tidak diketahui

kebeadaanya. Bahkan secara operasional, pada tahap pekembangan awal

ini, televisi lokal masih mengadopsi program-program televisi nasional

yang cenderung memuat setting budaya Jakarta (Jakarta sentris). Salah

satu sebabnya karena televisi lokal (swasta) yang ada masih merupakan

kepanjangan tangan dari televisi nasional yang berdomisili di Jakarta.

Kebanyakan tayangan di televisi swasta nasional sekarang

berorientasi Jakarta sentris. Itu pun hanya 20 % isi tayangan televisi yang

bermuatan pendidikan dan informasi dan 80 % sisanya adalah hiburan.

12 Ibid.

6

Page 24: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tayangan televisi nasional lebih banyak berisi budaya massa dan

mengabaikan budaya lokal.13

Hal ini menunjukkan produk import masih mendominasi acara-

acara televisi lokal. Salah satu penyebabnya adalah televisi lokal yang

masih kesulitan menempatkan diri dalam dunia bisnis komersial,

khususnya terkait persaingan rating dan iklan, sehingga televisi lokal

(swasta) harus meminimalisir dana operasional dengan membeli produk-

pruduk impor yang lebih murah dan lebih menarik.

Televisi merupakan sebuah media massa dalam pengertian dasar,

yakni permasif dan massif. Permasif dalam pengertian ia berada dalam

ambang batas normal, yang selalu memiliki dalih masyarakat sebagai

tameng moralnya. Massif dalam pegertian memproduk dunia citraannya

secara serentak dan tanpa alternative. Oleh karena itu, dampak “televisi

pusat Jakarta” sangat terasa pada keseragaman selera, budaya masyarakat,

setidaknya lewat bahasa maupun life-style modernitas. 14

Apabila kita melihat dari visi dan misi Asosiasi Televisi Lokal

Indonesia (ATVLI) sebagai asosiasi televisi lokal di Indonesia, dapat

dikatakan televisi lokal merupakan salah satu media pengembang potensi

budaya daerah. Dalam situs resmi ATVLI, Ketua Umum ATVLI, Satria

Naradha mengingatkan, jika pengelola televisi lokal tanpa didasari

idealisme tersebut dan lebih berorientasi pada bisnis, sebaiknya

diurungkan dan dipertimbangkan keberadaannya oleh pemerintah.15

13 Kompas.com. Muatan Lokal Harus Diperbanyak 80 % Tayangan Televisi Melulu Berupa Hiburan. 29 Desember 2009. diakses pada 4 Februari 2010. 14 Sunardian Wiradono. Op. cit. hal. 130. 15 http://www.atvli.com/sejarah.asp, diakses pada 2 Februari 2010.

7

Page 25: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keberadaan televisi lokal harus memiliki visi dan misi serta

dituntut memberikan kontribusi kepada daerah dan bangsa ini. Adapun visi

dan misi dari ATVLI adalah :16

Visi : Terwujudnya spirit otonomi daerah yang bermartabat di Indonesia

bersama media televisi lokal.

Misi : 1. Memenuhi hak asasi manusia dalam memperoleh informasi untuk

mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak

mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan

menyampaikan informasi.

2. Menjadikan media televisi lokal sebagai penunjang dalam upaya

menggali nilai budaya, pendidikan, sosial kemasyarakatan,

agama, ekonomi, teknologi, dan demokratisasi di semua bidang,

dalam rangka pemerataan pembangunan diseluruh Indonesia.

Televisi lokal jika mau lebih bijak, sesungguhnya mempunyai

potensi besar karena tumbuhnya kerinduan masyarakat terhadap akar

budaya sendiri. Akan tetapi, selama ini stasiun televisi di Indonesia lebih

dituntut untuk mengembangkan dirinya sebagai institusi bisnis dengan

melupakan masyarakat sebagai konsumenya. Hal ini tentu saja bertolak

belakang dengan visi dan misi ATVLI yang telah dipaparkan di atas.

Selain itu media televisi di Indonesia masih menempatkan masyarakat

sebagai objek dan mengeksploitasi objek tersebut, bukan mengeksplorasi

sosial budaya yang ada dimasyarakat sebagai salah satu bentuk tanggung

16 Ibid.

8

Page 26: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

jawab sosial media. Kondisi semacam ini cukup mengkhawatirkan untuk

perkembangan televisi lokal ke depan.

Sedangkan televisi memberikan imbas media yang luar biasa besar

bagi masyarakat, media ini memiliki daya penetrasi jauh lebih besar dari

pada media lainya. Bila kita hubungkan dengan konteks kebudayaan,

televisi memiliki pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan

kebudayaan dalam masyarakat. Hal itu dikarenakan dengan adanya kontak

dengan kebudayaan asing, perubahan kebudayaan sangat mungkin terjadi.

Berbicara tentang budaya, menurut Sir E.B. Taylor dalam bukunya

Primitive Culture berpendapat bahwa budaya adalah suatu hal yang

menyeluruh dan kompleks termasuk disini asal pengetahuan,

kepercayaaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta

kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dari

pemaparan diatas, kesenian merupakan salah satu unsur penting dari

kebudayaan yang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma dari

masyarakar tempat budaya itu ada. Nilai dan norma tersebut akan

menentukan bentuk kesenian seperti apa yang akan tercipta.17

Surakarta sebagai kota budaya mempunyai berbagai macam bentuk

budaya, salah satu bentuk budaya khas dari kota Surakarta adalah seni

musik keroncong. Keroncong adalah sejenis musik Indonesia yang

memiliki hubungan historis dengan sejenis musik Portugis yang dikenal

sebagai fado. Sejarah keroncong di Indonesia dapat ditarik hingga akhir

abad ke-16, di saat kekuatan Portugis mulai melemah di Nusantara. Pada 17 Fajar Junaedi, dkk., Komodifikasi Budaya Dalam Media Massa, (Surakarta: Sebelas Maret Univercity Press, 2005), hal 54.

9

Page 27: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sekitar abad 19-an musik ini juga masuk ke Semenanjung Malaka.

Keroncong berawal dari musik yang dimainkan para budak dan opsir

Portugis dari daratan India (Gowa) serta Maluku. Bentuk awal musik ini

disebut moresco.18

Salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup besar

dalam membesarkan musik keroncong adalah Gesang. Pada

perkembangannya seni keroncong pernah mencapai puncak keemasannya

dengan Gesang sebagi maestronya. Lelaki asal kota Surakarta (Solo) ini

bahkan mendapatkan santunan setiap tahun dari pemerintah Jepang karena

berhasil memperkenalkan musik keroncong di sana. Salah satu lagunya

yang paling terkenal adalah “Bengawan Solo”. Lantaran pengabdiannya

itulah, Gesang memperoleh julukan “Buaya Keroncong” oleh insan

keroncong Indonesia, sebutan untuk para pakar musik keroncong.19

Tetapi seiring dengan perkembangan zaman seni kroncong pelan-

pelan mulai digeser musik-musik luar negeri yang dirasa lebih mewakili

zaman sekarang ini. Hal ini tak lepas dari revolusi teknologi informasi

masih bercampur dengan isu dan globalisasi. Ditambah akselerasi

modernisasi tidak berjalan seiring dengan daya adaptasi dan kapabilitas

masyarakat Indonesia. Akhirnya modernisasi belum tuntas dan nilai tradisi

makin menipis.

Terang Abadi TV (TATV) hadir sebagai televisi lokal pertama dan

satu-satunya bagi masyarakat Solo dan sekitarnya. Jangkauan siarnya

sampai saat ini sudah mencapai wilayah Kota Surakarta (Solo); DIY

18 Sejarah Keroncong, Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Keroncong, diakses pada 25 Juli 2010 19 Ibid.

10

Page 28: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Yogyakarta, meliputi Kota Yogyakarta, Kab. Sleman, Kab. Bantul, Kab.

Kulon Progo, Kab. Gunung Kidul; Kab. Magelang; Kab. Klaten; Kab.

Boyolali; Kab. Wonogiri; Kab. Sukoharjo; Kab. Karanganyar; Sebagian

Pati; Kudus; Wonosobo; Temanggung dan Ngawi.20

TATV yang berdomisili di daerah Surakarta mempunyai peran

yang sangat penting untuk menjaga keberlangsungan seni keroncong di

Surakarta. Dengan berselogan TATV MANTEB (Masa Kini dan Tetap

Berbudaya), TATV menjadi televisi yang memberikan hiburan–hiburan

yang menarik serta mengangkat informasi dari daerah-daerah dan tidak

ketinggalan pula budaya daerah. Hal ini dibuktikan TATV dengan

memberi ruang siaran dengan contain kedaerahan lebih banyak

dibandingkan dengan siaran yang bersifat nasional, yaitu content program

siaran lokal 60 % dan siaran universal 40 %.21

TATV memiliki visi untuk menjadi televisi yang memberi

pencerahan pada paradigma berpikir dan berperilaku bagi pemirsa dan

masyarakat, menuju pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Serta

misi memberi sumbangsih yang berarti guna kemajuan daerah dan

masyarakat permirsa dalam segala bidang kehidupan, melalui perubahan

paradigma berpikir dan berperilaku.22

Salah satu wujud dari peran serta TATV untuk melestarikan dan

mengembangkan seni keroncong adalah dengan menayangkan acara seni

keroncong dengan pengemasan acara yang menarik, sehingga diminati

oleh pemirsanya. Selain itu juga dengan memberikan kesempatan seluas- 20 Profil Terang Abadi Televisi, http://www.tatv.co.id diakses pada 8 Februari 2010. 21 Ibid. 22 Ibid.

11

Page 29: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

luasnya bagi para seniman keroncong di Surakarta untuk

mempertontonkan kebolehanya.

Hal ini dibuktikan dengan menyelenggarakan program acara

“KERONCONG” setiap hari Senin pukul 21.00 WIB. Program acara

“KERONCONG” merupakan program musik keroncong secara live yang

diisi oleh orkes keroncong dari Solo dan sekitarnya. Selain itu, TATV juga

bekerja sama dengan HAMKRI (Himpunan Arti Musik Keroncong

Indonesia) Solo yang di ketuai oleh Hj. Waljinah.23

Akan tetapi bila kita melihat komposisi program-program acara

TATV selama ini, seni keroncong hanya diberikan waktu tayang satu jam

dari 80 jam 35 menit total keseluruhan jam tayang TATV dalam satu

minggu. Melihat realita seperti itu, keoptimalan peran serta TATV dalam

pelestarian dan pengembangan seni keroncong di Surakarta, perlu

dicermati secara lebih mendalam. Hal itulah yang menarik untuk dijadikan

bahan kajian penelitian.

23 Ibid.

12

Page 30: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I.B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat ditarik

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi seni keroncong di Surakarta sebelum hadirnya

TATV Surakarta?

2. Bagaimana TATV Surakarta merencanakan program acara keroncong

untuk ikut serta dalam pelestarian seni keroncong di Surakarta?

3. Bagaimana kondisi seni keroncong di Surakarta setelah hadirnya

TATV Surakarta?

I.C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui bagaimana peran serta TATV dalam keikutsertaannya

melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta.

I.D. Luaran Yang Diharapkan

Luaran yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebuah karya

penelitian tentang sikap dan pandangan masyarakat Surakarta terhadap

perkembangan seni musik keroncong, sekaligus mengetahui tentang sejauh

mana peran serta TATV dalam keikutsertaannya melestarikan dan

mengembangkan seni musik keroncong di Surakarta. Melalui penelitian ini

diharapkan ada temuan yang bermanfaat baik secara teoritis maupun

praktis. Peneliti juga sangat mengharapkan dengan penelitian ini maka

akan membangun kesadaran bersama warga masyarakat Indonesia yang

berbudaya agar tetap berusaha melestarikan dan mengembangkan seni dan

budaya daerah agar tidak luntur dikemudian hari.

13

Page 31: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I.E. Manfaat Penelitian

1. Secara praktis penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan bagi

pengelola TATV untuk mengambil langkah yang tepat untuk

melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya terutama seni

keroncong di Surakarta.

2. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan referensi

bagi akademisi dan seluruh masyarakat yang ingin mengetahui

pandangan dan sikap masyarakat Surakarta terhadap perkembangan

seni musik keroncong sekaligus tentang sejauh mana peran serta

TATV dalam keikutsertaannya melestarikan dan mengembangkan

seni musik keroncong di Surakarta.

I.F. Landasan Teori

I.F.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tidak dapat hidup sendiri.

Kehidupan manusia sudah dikodratkan untuk saling bergantung antar

manusia dalam suatu tatanan kehidupan yang disebut kehidupan sosial.

Dalam menjalani kehidupan sosialnya, manusia senantiasa harus

berinteraksi satu sama lain. Untuk itu komunikasi sangat penting untuk

menunjang kehidupan sosial masyarakat.

Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan satu hal yang

mendasar. Carl Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai: “The

process by which an individual (the communicator) transmits stimuli

(usually verbal symbols) to modify behavior of the individuals

14

Page 32: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(communicatess)” (Proses dimana seorang komunikator menyampaikan

rangsangan-rangsangan biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-

kata untuk merubah tingkah laku komunikan).24

Selain itu, ada pernyataan yang menarik dari Harrold Lasswell,

yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan jawaban dari pertanyaan

Who Says What In Which Channel to Whom With What Effect?25

Berdasarkan pernyataan Lasswell, dapat dituruknan lima unsur komunikasi

yang saling bergantung satu sama lain dan tidak bisa di pisahkan, serta

sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu:

a. Komunikator (communicator, source, sender)

b. Pesan (massage)

c. Media (media, channel)

d. Komunikan (communicant, receiver, recipient)

e. Efek (effect, impact, influence)

Melihat dari kelima unsur di atas, Laswell menjelaskan bahwa

komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator

kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Salah satu bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh

manusia adalah komunikasi massa. Komunikasi massa diartikan sebagai

jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,

heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan

yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Secara sederhana,

24 Onong Uchajana Effendy. Televisi Siaran Teori dan Praktek. ( Bandung: Mandar Maju, 1993), hal 2. 25 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: Remaja Ros Dakarya, 2000), hal 62.

15

Page 33: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat

kabar, majalah, radio, televisi, dan film.26

Menurut Elizabeth-Noelle Neuman, ada empat tanda pokok

komunikasi massa yaitu (1) bersifat tidak langsung, artinya harus melalui

media teknis; (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara

peserta-peserta komunikasi (para komunikan); (3) bersifat terbuka, artinya

ditujukan kepada publik yang tidak terbatas dan anonim; (4) mempunyai

publik yang secara geografis tersebar.27

Komunikasi massa itu sendiri berkembang seiring dengan

digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melipat gandakan pesan-

pesan komunikasi lebih tepatnya setelah mesin cetak ditemukan oleh

Johan Gutenberg pada awal abad 20. Gejala pengembangan komunikasi

massa makin meluas ketika radio dan film digunakan sebagai media

komunikasi massa disusul tumbuhnya industri televisi pada pertengahan

abad 20 era tahun 1950-an. Komunikasi massa merupakan jenis

komunikasi yang menggunakan media massa untuk menyampaikan pesan-

pesannya. Menurut Berlo (1960) bahwa kata massa diartikan “meliputi

semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-

orang pada ujung lain dari saluran”. Massa mengandung pengertian orang

banyak dan mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama,

mereka dapat tersebar di berbagai lokasi yang dalam waktu yang sama

26 Jalaludin Rahmat. Psikologi Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001). hal. 189 27 Ibid.

16

Page 34: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang

sama.28

Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah

memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi

hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat

digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Media penyiaran, yaitu

radio dan televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien

dalam mencapai audiennya dalam jumlah yang sangat banyak. Karenannya

media penyiaran memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu

komunikasi pada umumnya dan khususnya ilmu komunikasi massa.29

Televisi siaran merupakan media komunikasi massa karena

memenuhi unsur-unsur yang terdiri dari sumber (source), pesan (message),

saluran (channel), penerima (receiver) serta efek (effect).30 Pada saat ini

televisi merupakan salah satu media komunikasi yang banyak dibutuhkan

masyarakat karena televisi memiliki sifat media yang khas sebagai media

pandang dengar (audio-visual) sifat ini menjadikan keunggulan media

televisi mampu menyampaikan pesan yang lebih hidup. Segala informasi

seperti isu sosial politik, ekonomi, budaya, hukum, kriminalitas, olah raga

sampai dengan masalah gosip para public figure, kuis, permainan (games)

semuanya ditayangkan di media televisi dengan beragam kreasi

pengemasan program acaranya.

28 Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004). 29 Morissan. Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi. (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 13. 30 Wiryanto. Op. cit. hal. 67

17

Page 35: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada hakekatnya, media televisi lahir karena perkembangan

teknologi. Bermula dari ditemukannya elecctrische telescope sebagai

perwujudan gagasan dari seorang mahasiswa di Berlin (Jerman Timur)

yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dan

satu tempat ke tempat lain. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884.

Akhirnya Nipkov diakui sebagai “bapak televisi”. 31

Saat ini bisa dikatakan bahwa televisilah yang menjadi media

komunikasi massa paling populer. Studi tentang televisi pun banyak

dilakukan. Karakteristik televisi yang memiliki jangkaun siar luas dan

dapat memberikan efek yang besar pula menjadi daya tarik tersendiri

untuk diteliti. Seperti yang diungkapkan oleh Milly Buonanno: The thing

that brought many to study television in the first place, namely a popular

reach, commercial scale, political power, and cultural significance that

made The Tube a metonym of society as a whole, has passed.32

Secara teknis televisi dapat diartikan sebagai sebuah alat

penangkap siaran bergambar. Istilah televisi (television) merupakan suatu

kata yang berasal dari gabungan kata tele (bahasa Yunani) yang berarti

jauh dan vision (bahasa Latin videra) artinya melihat/memandang. Jadi

secara harfiah, televisi berarti memandang dari jauh. Tepatnya, televisi

ialah memandang peristiwa dari jauh dalam waktu yang bersamaan.33

Menurut Skornis dalam bukunya “Television and Society: An

Incuest and Agenda”(1965), televisi merupakan gabungan dari media

31 Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 5-6. 32 Milly Bounnanoo. The Age of Television Experiences and Theories. Book Review by John Hartly. (International Journal of Communications: 2009). 33 Sofiah. Komunikasi Media Film dan Televisi. (Surakarta: UNS Press, 1993), hal. 47

18

Page 36: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengar dan gambar, sehingga dapat memungkinkan menampilkan pesan

suara maupun gambar secara bersamaan. Televisi menciptakan suasana

yang berbeda, penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara

komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi

sangat mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat

secara visual.34

Sifat televisi yang serempak dimanfaatkan untuk membuat

khalayak secara bersamaan menaruh perhatian kepada pesan yang

disampaikan komunikator. Selain sifat televisi yang cepat memungkinkan

pesan dapat disampaikan kepada begitu banyak orang dalam waktu yang

singkat. Daya tarik televisi juga demikian besar, sehingga pala-pola

kehidupan rutinitas manusia sebelum munculnya televisi, berubah total

sama sekali. Inilah yang membuat media televisi menjadi panutan baru

bagi kehidupan manusia. Tidak menonton televisi sama dengan mahluk

buta yang hidup dalam tempurung.

Sedangkan pengertian komunikasi massa media televisi ialah

proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui

sebuah sarana, yaitu televisi. Dalam komunikasi massa media tersebut,

lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan

melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks dan

pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat transitory (hanya

meneruskan), maka pesan-pesan yang disampikan melalui komunikai

massa media tersebut hanya dapat didengar dan dilihat sekilas. Pesan-

34 Wawan Kuswandi. Op. cit., hal. 8

19

Page 37: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pesan televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam

gambar yang bergerak (audio visual).35

Karena sifat komunikasi massa media televisi yang transitory

(hanya meneruskan) itu maka: (1) isi pesan yang akan disampaikannya

harus singkat dan jelas, (2) cara penyampaian kata per kata harus benar,

(3) intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik.36

Paradigma Harold Lasswell tentang proses komunikasi yang

berbunyi "Who, says waht, to whom, in which channel, and with what

effect". Secara langsung menggambarkan bahwa proses komunikasi

seseorang memerlukan media. Memasukan paradigma Lasswell dalam

komunikasi massa media televisi, secara tegas memperlihatkan bahwa

dalam setiap pesan yang disampaikan televisi, tentu saja mempunyai

tujuan khalayak, sasaran, serta akan mengakibatkan umpan balik, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Posisi dan peran media massa, termasuk televisi dalam

operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan media cetak dan

radio. Menurut seorang alhi komunikasi Harold Lasswell melihat fungsi

utama media massa sebagai berikut 37:

a. The surveillance of the environment, yang berarti bahwa media

televisi berperan sebagai pengamat lingkungan.

b. The correlation of part of society inresponding to the environment

yaitu media televisi mengadakan korelasi antara informasi data yang

35 Ibid., hal. 16. 36 Ibid., hal. 18. 37 Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). hal. 32-33.

20

Page 38: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diperolah dengan kebutuhan khalayak sasaran karena komunikator

lebih menekankan pada seleksi evaluasi interpretasi.

c. The transmission of the social heritage from one generation to the

next yaitu media televisi berperan menyalurkan nilai-nilai budaya dari

satu generasi ke generasi berikutnya.

Secara sederhana tentang apa yang dikatakan Lasswell berkaitan

dengan fungsi media antara lain: Pertama, media massa menyediakan

informasi tentang hal-hal yang berada diluar jangkauan pengelihatan

masyarakat luas. Media menginformasikan segala peristiwa yang terjadi

dalam masyarakat dan dunia. Informasi yang kita terima dari media

memudahkan masyarakat untuk berinovasi, beradaptasi dan lebih maju

(mengikuti perkembangan zaman). Kedua, media massa melakukan seleksi

mengenai apa yang perlu dan pantas untuk di siarkan. Pemilihan dilakukan

oleh editor, reporter, redaktur yang mengelola media massa. Dalam hal ini

media juga menjelaskan, menafsirkan, dan mengomentari makna peristiwa

dan informasi yang ada dalam masyarakat. Ketiga, media massa sebagai

sarana menyampaikan warisan sosial budaya kepada generasi selanjutnya

secara berkesinambungan. Fungsi media ini dimaksudkan sebagai sarana

mengekspresikan budaya serta mengembangkan budaya baru sehingga

dapat meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai budaya.

Disamping tiga fungsi utama seperti yang dikemukakan Lasswell

tersebut, Charles R. Wright, dalam bukunya Mass Communication A

Sociological Perspective, fungsi media massa dinyatakan sebagai berikut:

21

Page 39: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“communicative acts primarily intended for amusement irrespective of any

instrumental effect they might have”.38

Media massa memiliki fungsi hiburan. Hal ini jelas sebagai salah

satu fungsi yang lebih bersifat human interest. Maksudnya, agar pemirsa

tidak merasa jenuh dengan berbagai isi pesan yang disajikan oleh media.

Selain itu, fungsi menghibur media massa juga memiliki daya guna

sebagai pelarian pemirsa terhadap suatu masalah. Bahkan, justru karena

fungsi hiburan ini orang/masyarakat mengkonsumsi media massa.

Di Indonesia sendiri, televisi sebagai media komunikasi massa

mengalami perkembangan yang dinamis. Televisi mulai masuk di

Indonesia (Jakarta) pada tahun 1962, bertepatan dengan "The 4th Asian

Games". Ketika itu Indonesia menjadi penyelenggara. Peresmian pesta

olahraga tersebut bersamaan dengan peresmian penyiaran televisi oleh

Presiden Soekarno, tanggal 24 Agustus 1962. Televisi yang pertama

muncul adalah TVRI dengan jam siar antara 30-60 menit sehari.39

Dunia pertelevisian di Indonesia berkembang pesat seiring dengan

deregulasi pertelevisian Indonesia oleh pemerintah sejak tanggal 24

Agustus 1990 melalui Surat Keputusan Menteri Penerangan nomor 111

tahun 1990 yang mengatur tata cara penyiaran di Indonesia. Hal ini

terbukti dengan bermunculannya televisi-televisi swasta. Pada saat itu

pemerintah mengijinkan lima saluran televisi swasta yakni RCTI, SCTV,

TPI, ANTV, dan Indosiar, mandiri untuk beroperasi secara nasional.40

38 Ibid., hal. 33. 39 Wawan Kuswandi. Op. cit. hal. 34. 40 Ishadi SK. Op. cit. hal. 20.

22

Page 40: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dan saat ini tercatat sudah ada 10 stasiun televisi swasta nasional

yang telah mengudara yakni RCTI, SCTV, TPI, ANTV, lndosiar, Trans

TV, Trans7, Global TV, Metro TV, dan TV One. Ini masih ditambah

dengan puluhan televisi lokal dan televisi kabel lainnya. Hal ini

membuktikan bahwa televisi memang sudah menjadi "barang penting" di

Indonesia dan ini bisa menjadi media komunikasi massa yang paling

efektif.

I.F.2. Televisi Lokal

Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia pertelevisian di

Indonesia mulai muncul stasiun-stasiun televisi, mulai dari yang berskala

nasional maupun berskala lokal. Perbedaan televisi nasional dan lokal

terletak pada jangkauan batas penyiarannya. Televisi berskala nasional

adalah televisi yang mempunyai lingkup siar di suatu wilayah negara dan

memiliki program-progam dengan topik yang luas untuk konsumsi

berskala nasional. Sedangkan televisi lokal merupakan televisi yang

mempunyai batasan ruang siar berskala daerah, televisi lokal lebih

menonjolkan daerah yang menjadi lingkup siarnya.

Seperti yang diungkapkan Morissan, televisi lokal merupakan

stasiun penyiaran dengan wilayah siaran terkecil yang mencakup satu

wilayah kota atau kabupaten.41 Hal ini disyaratkan dalam Pasal 31 ayat 5

UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002, bahwa: “Stasiun penyiaran lokal dapat

didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah Negara Republik Indonesia

41 Morissan. Op. cit., hal. 105.

23

Page 41: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut”. Sehingga

televisi lokal mempunyai kebebasan mengeksplor kebudayaan di daerah

ruang siarnya.

Berdasarkan pantauan Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI),

sejak televisi lokal diakomodir dalam pasal di Undang-Undang No. 32

tahun 2002 tentang Penyiaran, ada sekitar 65 stasiun televisi lokal yang

telah mengudara di Indonesia. Baik yang berstatus publik, swasta, maupun

komunitas.42

Media massa lokal fungsinya hampir sama dengan media massa

nasional, hanya saja isi kandungan beritanya yang lebih mengacu dan

menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat

dimana media massa tersebut dikelola. Menurut Depdikbud RI seperti

yang dikutip oleh Zakbah (1997) 43, media massa lokal mempunyai ciri-

ciri sebagai berikut:

a. Media massa itu dikelola oleh organisasi yang berasal dari masyarakat

setempat.

b. Isi media massa lokal mengacu dan menyesuaikan diri kepada

kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat.

c. Isi media massa sangat mementingkan berita-berita tentang berbagai

peristiwa, kejadian, masalah, dan personalia atau tokoh-tokoh pelaku

masyarakat setempat.

42 www.atvli.com, 2010 43 Zakbah. Peranan Media Massa Lokal Bagi Pembinaan dan Pengembangan Budaya Daerah Riau. (Jakarta: Depdikbud, 1997)

24

Page 42: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Masyarakat media massa lokal terbatas pada masyarakat yang

sewilayah dengan tempat kedudukan media massa itu.

e. Masyarakat media massa lokal umumnya kurang bervariasi dalam

struktur ataupun diferensiasi sosial bila dibandingkan dengan

masyarakat media massa nasional.

Sebagai televisi lokal yang lebih menonjolkan daerahnya maka

dalam bidang kebudayaan dan kesenian daerahpun juga menjadi tanggung

jawab televisi lokal. Kebudayaan dan kesenian daerah merupakan aset

kebudayaan nasional, keberadaan, kelestariannya, dan perkembangannya

perlu dijaga.

Televisi lokal yang hadir dengan spirit otonorni daerah, sangat

dirasakan dampak kehadirannya sebagai warna baru dunia penyiaran tanah

air. Berbagai potensi daerah selama ini disadari kurang optimal diangkat

dalam wujud audio visual. Sehingga kehadiran televisi lokal menjadi

solusi penting untuk hal tersebut. Dibungkus dengan kemasan lokal yang

kental, televisi lokal berupaya mempersembahkan yang terbaik bagi

masyarakat dengan kearifan lokal yang berbeda-beda. Paket tayangan yang

bermaterikan sosial, budaya, pariwisata, ekonomi, dan unsur kedaerahan

lainnya tentunya menjadi suatu kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat

tersebut, demi optimalisasi pembangunan setempat. Termasuk diantaranya

harapan atas peluang pembukaan lapangan pekerjaan baru bagi daerah.

25

Page 43: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Seperti yang ditegaskan oleh Mantan Menteri Infokom Sofyan

Djalil, keberadaan televisi lokal diharapkan menjadi sarana untuk

meningkatkan akses informasi masyarakat di daerah. Juga bisa

mengembangkan potensi daerah sehingga menjadi lebih maju dan

sejahtera melalui pengembangan perekonomian rakyat dan meningkatkan

pendidikan politik publik.44

Tayangan televisi lokal yang bermaterikan sosial, budaya,

pariwisata, ekonomi, dan unsur kedaerahan lainnya tentunya menjadi suatu

kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat, demi mempercepat

pembangunan setempat. Televisi lokal dapat mengangkat budaya dan

kearifan lokal yang hidup berkembang di masyarakat, sehingga akan

terjadi proses pembelajaran dan penanaman nilai-nilai positif budaya lokal.

Tak banyak budaya dan gaya hidup daerah yang tergali melalui

televisi nasional. Dengan adanya televisi lokal, menguntungkan

masyarakat daerah. Pertama, televisi lokal berperan sebagai filter atas

budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai daerah. Pada saat yang

bersamaan, budaya daerah juga memperoleh ruang untuk dilestarikan.45

Seperti halnya media massa lain, televisi lokal memiliki kekuatan

sebagai penggerak ekonomi dan pelestarian kebudayaan. Karena itu,

televisi lokal hendaknya tidak hanya mengacu pada idealisme komersial,

seperti yang telah dianut televisi-televisi komersial nasional. Pengelola

media penyiaran lokal harus berpikir secara lokal. Ini harusnya menjadi

44 Bali Post. Eksistensi TV Lokal Agar Makin Kuat. 26 Juli 2005. 45 Pikiran Rakyat. TV Lokal Masih Terlokalkan. 18 Desember 2009.

26

Page 44: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

suatu kekuatan dan sumber keuntungan pengelola media penyiaran lokal

dibandingkan dengan media penyiaran nasional. Orang cenderung akan

lebih tertarik terhadap apa yang terjadi pada masyarakat atau lingkungan

mereka sendiri.

Program acara bermuatan lokal pada umumnya menjadi primadona

televisi lokal. Nickesia Stacy Ann Gordon mengemukakan: “local

programming appears to be the preferred televisual choice where the geo-

linguistic contextallows, it is important to note that in the media

marketplace, that which scholars identify as cultural proximity, television

executives see as a great business opportunity. That is to say, with the

recognition that local audiences tend to prefer culturally proximate

programmes, executives have come to understand the value of localization

through programme modeling” (program lokal tampaknya menjadi pilihan

televisi di mana konteks geo-linguistik memungkinkan, penting untuk

dicatat bahwa dalam pasar media, yang mana para sarjana

mengidentifikasikannya sebagai kedekatan budaya, para pebisnis televisi

melihatnya sebagai peluang bisnis yang besar. Artinya, dengan pengakuan

bahwa penonton lokal cenderung memilih pendekatan kepada program

budaya, para pebisnis telah mengerti nilai lokalisasi melalui program

pemodelan).46

Kebanyakan tayangan di televisi swasta nasional sekarang

berorientasi Jakarta sentris. Itu pun hanya 20% isi tayangan televisi yang

46 Nickesia Stacy Ann Gordon. Globalization and Cultural Imperialism in Jamaica; The Homogenization of Content and Americanization of Jamaican TV through Programme Modeling. (International Journal of Communication Volume 3. Barry University. 2009), hal. 7

27

Page 45: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bermuatan pendidikan dan informasi dan 80% sisanya adalah hiburan.

Tayangan televisi nasional lebih banyak berisi budaya massa dan

mengabaikan budaya lokal.47

Namun, dalam konteks arus perubahan zaman yang demikian

cepat, menghadirkan dan mengangkat kembali budaya daerah bukan hal

mudah. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi para penyelenggara dan

pengelola stasiun televisi lokal untuk mampu menghadirkan program-

program acara yang sarat nilai lokal tetapi tampil menarik bagi

khalayaknya.

Lunturnya kebudayaan daerah karena imbas kebudayaan barat

perlu mendapat perhatian yang serius. Sesuai yang disebutkan dalam

media theory imperialism, bahwa norma-norma budaya asing yang

disebarluaskan melalui media elektronik dapat mempengaruhi budaya

domestik.48 Berdasarkan hal inilah televisi lokal mempunyai peranan

penting untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan daerah,

karena televisi lokal diberi kebebasan yang lebih untuk mengeksplor

kebudayaan di daerahnya.

Dalam konteks sosial budaya, televisi lokal bisa menjadi harapan

dan “benteng terakhir” ketahanan bangsa. Selama ini kita merasakan

serbuan kapitalisme global dan budaya luar begitu kuat menyeruak, masuk

lewat televisi nasional yang bekerja sama dengan televisi asing. Televisi

ini mempunyai “dosa besar” dalam mengikis kebudayaan lokal, melalui 47 Kompas. Muatan Lokal Harus Diperbanyak 80 Persen Tayangan Televisi Melulu Berupa Hiburan. 29 Desember 2009 diakses pada 4 Februari 2010. 48 Gati Gayatri. Globalisasi Media dan Peran Media Watch Mahasiswa. (Makalah Seminar Nasional Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia, 2008), hal. 7.

28

Page 46: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

gempuran acara yang membawa nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-

nilai yang dianut selama ini.

Gempuran acara televisi nasional yang negatif ini harus disikapi.

Pada posisi ini, televisi lokal punya peluang membawa nilai-nilai luhur

budaya daerah, dengan mengangkat budaya dan kearifan lokal (local

genius) yang hidup dan berkembang di masyarakat. Di sana akan terjadi

proses pembelajaran dan penanaman nilai-nilai (positif) budaya lokal.

I.F.3. Program Acara di Televisi

Tanpa suatu pemrograman acara yang baik maka televisi hanyalah

sebuah kotak yang tidak ada nilainya, namun dengan pemrograman acara

yang baik maka pada saat ini televisi telah tumbuh menjadi suatu media

massa yang sangat dibutuhkan dan mempunyai pengaruh yang cukup besar

dalam perubahan peradaban manusia di muka bumi ini. Seperti telah kami

sampaikan di atas bahwa televisi siaran merupakan salah satu jenis media

massa dikarenakan memenuhi unsur-unsur komunikasi massa yang terdiri

dari sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima

(receiver) serta efek (effect).

Menyusun program acara yang baik untuk sebuah televisi siaran

bukanlah sesuatu yang mudah, untuk dapat menyusun program acara yang

baik maka industri televisi siaran harus tanggap dan mempelajari karakter

perilaku masyarakat yang akan dijadikan target audience-nya agar

program acara yang disajikan dan ditayangkan stasiun televisi tersebut

sesuai yang diinginkan dan dibutuhkan masyarakat.

29

Page 47: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Program acara disusun oleh manajemen televisi dengan beberapa

alternatif tahapan proses untuk membidik pemirsanya. Tahap yang

pertama adalah melakukan riset dan mempelajari kondisi audien atau

penonton yang akan dituju dengan mengkaji status sosial ekonomi

pemirsanya, pendidikan dan usia efektif (variabel demografis), perilaku

sosial (variabel psikografis) dan penonton yang akan disasar serta

mempertimbangkan faktor geografis lokasi studionya. Tahap kedua adalah

dengan melakukan analisa atas data riset tersebut sebagai dasar untuk

menetapkan Segmentasi, Targetting, Positioning, Formatting dan

Programming dalam upaya membidik penonton yang akan dituju.49

Dari segi program acara, media televisi turut menyumbang dampak

bagi khalayak, antara lain: (1) dampak kognitif dalam menyerap dan

memahami acara televisi yang memberi pengetahuan bagi khalayak; (2)

dampak peniruan akibat dari terpaan media televisi yang mengumbar life

style terbaru; (3) dampak perilaku penanaman nilai-nilai sosial budaya

yang ditayangkan dalam program acara televisi, yang kemudian diadopsi

oleh khalayak.50

Dalam setiap stasiun televisi, baik nasional maupun lokal, memiliki

standar kategori genre program acara siaran yang melingkupi berbagai

program acara yang disiarkan. Genre sendiri berasal dari kata dalam

Bahasa Perancis yang memiliki makna jenis (type/kind), merupakan jenis

atau tipe program siaran televisi. Melalui genre, khalayak dapat

49 Wahyu Sudarmawan. TESIS: ANALISIS KEBIASAAN MENONTON TELEVISI DI KOTA YOGYAKARTA DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL DEMOGRAFIS: Evaluasi Pemrograman Acara Televisi Lokal RBTV Jogja dalam Upaya Meraih Penonton. (Program Pasca Sarjana UNS: 2006), hal. 14 50 Wawan Kuswandi. Op. cit., hal. 100.

30

Page 48: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengklasifikasikan program televisi sesuai dengan elemen-elemen dalam

teks itu sendiri, misalnya tanda-tanda yang digunakan untuk

mengidentifikasikan judul program, latar belakang atau struktur cerita.51

Program (programs) sendiri memiliki arti materi tayangan stasiun

televisi yang terdiri dari bermacam genre, meliputi series, movie,

entertainment, children, information, news, religious, sport, dan special.52

Apabila menggunakan kategori program acara televisi sebagaimana

disusun oleh Willis dan Aldridge, terdiri dari (1) program drama, (2)

program komedi dan variety show, (3) program olahraga, (4) program kuis

dan permainan, (5) program musik, (6) program talk show, (7) program

berita dan (8) program dokumenter. Nielsen Media Research juga

memiliki kategori program acara televisi berdasarkan: (1) seri (series)

terdiri dari drama, action/adventure, horror/mystery, sitcom/comedy,

animation/puppet; (2) film (movie) terdiri dari drama, action/adventure,

horror/mystery, sitcom/comedy, animation/puppet; (3) hiburan

(entertainment) terdiri dari traditional, light entertainment, music, variety

show, quiz, game show, reality show, comedy; (4) anak-anak (children)

terdiri dari series, series animation/puppet, light entertainment,

music/variety, quiz/game show, infotainment/edutainment; (5) informasi

(information) terdiri dari talk show, documentary, infotainment,

infomercial, tv magazine, education, skill/hobbies; (6) berita (news) terdiri

dari special news, hard news, talk show, feature; (7) agama (religious)

terdiri dari preach, special event, variety show; (8) olahraga (sport) terdiri

51 Sunarto. Televisi, Kekerasan, dan Perempuan. (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2009), hal. 102. 52 Ibid., hal. 97.

31

Page 49: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dari journal/highlight, match, exercise, special event; (9) khusus (special)

terdiri dari special event; (10) pengisi jeda (filler) terdiri dari news, public

announcement, music, quiz, other.53

Sedangkan menurut Morissan, berbagai jenis program dapat

dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: (1)

program informasi/berita (news); dan (2) program hiburan (entertainment).

Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu berita

keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera

disiarkan, seperti straight news, feature, dan infotainment. Berita lunak

(soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini,

meliputi current affair, magazine, dokumenter, dan talk show. Sementara

program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar, yaitu musik, drama

(meliputi sinetron dan film), permainan (quiz show, reality show), dan

pertunjukan.54

Dalam penelitian ini, TATV (Terang Abadi Televisi) sebagai

televisi lokal yang berdomisili di daerah Surakarta mempunyai peran yang

sangat penting untuk menjaga keberlangsungan kebudayaan daerah di

Surakarta. Dengan Berslogan TATV “MANTEB” (Masa Kini dan Tetap

Berbudaya), TATV menjadi televisi yang memberikan informasi dari

daerah–daerah dan tidak ketinggalan pula budaya daerah di Surakarta.55

Salah satu budaya daerah khas masyarakat Surakarta adalah seni

keroncong. Wujud dari peran serta TATV untuk melestarikan dan

mengembangkan seni keroncong adalah dengan menayangkan acara seni 53 Ibid., hal. 104. 54 Morissan. Op. cit., hal. 208. 55 www.tatv.co.id, 2010.

32

Page 50: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keroncong dengan pengemasan yang menarik, sehingga diminati oleh

pemirsanya. Selain itu juga dengan memberikan kesempatan seluas-

luasnya bagi para seniman keroncong di Surakarta untuk

mempertontonkan kebolehanya.

Hal ini dibuktikan dengan menyelenggarakan program acara

“KERONCONG” setiap hari Senin pukul 21.00 WIB. Program acara

“KERONCONG” merupakan program musik keroncong secara live yang

diisi oleh orkes keroncong dari Solo dan sekitarnya, bekerja sama dengan

HAMKRI (Himpunan Arti Musik Keroncong Indonesia) Solo yang di

ketuai oleh Hj. Waljinah.56

TATV memegang peranan penting dalam pelestarian dan

pengembangan seni keroncong di daerah Surakarta. TATV mengemban

tugas untuk mewujudkan pelestarian dan pengembangan seni keroncong

yang telah menjadi salah satu identitas kota Surakarta pada umumnya dan

masyarakat Surakarta pada khususnya, dalam aspek kebudayaan.

Penyajian seni keroncong seyogyanya mendapat proporsi yang cukup

dalam program penyiaran TATV. Patut kita sadari bahwa dengan

penyajian seni keroncong di media, sedikit atau banyak, akan menjadi

alternatif cara untuk tetap mempertahankan kebudayaan daerah.

56 Ibid.

33

Page 51: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I.F.4. Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Pelestarian Budaya

Seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli, ada tiga fungsi

utama media massa dalam masyarakat, yaitu : (1) pengawas lingkungan

(survaillance of environment), (2) korelasi antar bagian-bagian dalam

masyarakat dalam memberikan reaksi terhadap lingkungan (correlation

of the parts of society in responding to the environment), (3) Transmisi

warisan sosial budaya, yang dilakukan secara berkesinambungan yang

berhubungan dengan penyampaian informasi dari generasi ke generasi

berikutnya (Transmition of the social heritage of generation to the

next).

Berbicara tentang fungsi media massa sebagai “Transmition of the

social heritage of generation to the next”, media massa merupakan

suatu sarana menyampaikan warisan sosial budaya kepada generasi ke

generasi selanjutnya secara berkesinambungan. Fungsi media ini

dimaksudkan sebagai sarana mengekspresikan budaya serta

mengembangkan budaya baru sehingga dapat meningkatkan dan

melestarikan nilai-nilai budaya.

Selain itu, media massa memiliki sifat transitory (meneruskan),

dalam hal ini media massa berperan sebagai perantara sebuah pesan

kepada khalayak, dalam hal ini pesan tersebut berupa budaya. Budaya

yang disiarkan oleh media massa akan diterima oleh masyarakat dan dapat

diapresiasi secara terus-menerus dari waktu ke waktu. Sehinga suatu

bentuk budaya tersebut akan tetap ada bahkan akan terus berkembang di

masyarakat luas.

34

Page 52: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Melvin De Fleur menyatakan dalam buku "Theories of Mass

Communication", bahwa masalah yang penting dalam teori komunikasi

kontemporer adalah bagaimana mengukur pengaruh (effect) komunikasi

terhadap kehidupan masyarakat. Misalnya, bagaimana komunikasi

mempengaruhi ide politik masyarakat atau pola pemilihan mereka dalam

pemilihan umum? Bagaimana komunikasi mempengaruhi pilihan

masyarakat terhadap produk tertentu? 57

Sebagai individu kita banyak dipengaruhi oleh media, misalnya

media membujuk kita untuk mendukung suatu ideologi politik, media

membujuk kita untuk membeli barang baru, membujuk kita agar menerima

motivasi, bahkan mengubah selera budaya kita. Pengaruh media tersebut

banyak kaitannya dengan aspek-aspek lain, seperti sifat komunikator, isi

media, serta sifat audience. Persoalannya adalah sampai berapa jauh

aspek-aspek ini turut berperan dalam menentukan tanggapan audience

yang berhadapan dengan media.

De Fleur mencoba menunjukkan, bagaimana usaha-usaha untuk

merumuskan teori komunikasi massa yang telah berkembang sebagai titik

perhatian para ahli. Pengaruh media terhadap individu maupun kelompok

telah berhasil menumbuhkan pembaharuan-pembaharuan yang berjalan

pesat. Pembaharuan yang berwujud perubahan (change) maupun

pembangunan (development) pada umumnya merupakan suatu proses

berlanjut yang menyangkut hubungan-hubungan antara media dengan

massa. 57 Eduard Depari dan Colin MacAndrews. Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan. (Yogyajarta: UGM Press, 1995). hal. 3.

35

Page 53: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

De Fleur menguraikan pula usaha-usaha para ahli untuk mengukur

pengaruh media terhadap pribadi maupun kelompok, serta adanya faktor

yang memperkuat pengaruh (intervening factor) di antara media dengan

audience. De Fleur menunjukkan ada empat (4) jenis intervening variables

di antara media dengan audience yakni: Teori Perbedaan Individu, Teori

penggolongan Sosial, Teori Hubungan Sosial dan Teori Norma-norma

Budaya.58

Dalam konteks perubahan budaya, media juga berperan penting.

Media diasumsikan memiliki kemampuan untuk merubah, menciptakan

atau menghilangkan budaya. Teori yang membahas masalah ini yaitu Teori

Norma-norma Budaya (cultural norms theory). Dalam teori yang

diperkenalkan oleh Melvin DeFleur ini menyebutkan media massa melalui

program tertentu dapat menguatkan budaya atau bahkan sebaliknya media

massa menciptakan budaya baru dengan caranya sendiri.

Menurut De Fleur, setidak-tidaknya ada tiga cara yang dapat

ditempuh oleh media massa untuk mempengaruhi norma-norma budaya.59

Pertama, pesan-pesan komunikasi massa dapat memperkuat pola-pola

budayanya yang berlaku dan membimbing masyarakat untuk mempercayai

bahwa pola-pola tersebut masih tetap berlaku dan dipatuhi oleh

masyarakat.

Kedua, media dapat menciptakan pola-pola budaya baru yang tidak

bertentangan dengan pola budaya yang ada, bahkan menyempurnakannya.

Ketiga, media massa dapat mengubah norma-norma budaya yang berlaku 58 Ibid. 59 Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). hal. 257.

36

Page 54: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan dengan cara demikian mengubah perilaku individu-individu dalam

masyarakat. Mengenai besarnya pengaruh media massa terhadap norma-

norma budaya memang masih harus lebih banyak dibuktikan lewat

penelitian-penelitian yang intensif.

Menurut Lazarsfeld dan Merton dalam Wright (1985) media

sebenarnya hanya berpengaruh dalam memperkokoh norma-norma budaya

yang berlaku. Mereka berpandangan bahwa media bekerja secara

konservatif dan hanya menyesuaikan diri dengan norma-norma budaya

masyarakat seperti selera dan nilai-nilai, daripada memimpin mereka

untuk membentuk norma-norma yang baru.60

Dalam keadaan tertentu media massa maupun untuk menumbuhkan

norma-norma budaya baru. Sebagai contoh, idealnya kebiasaan membaca

berkembang dengan cepat akibat penyebaran surat kabar, minat untuk

menikmati siaran radio bertambah besar dengan adanya perluasan

jangkauan radio. Selain itu, televisi juga membawa norma-norma baru

mengenai perilaku komunikasi massa. Media massa secara bersama-sama

memberikan suasana baru bagi interaksi keluarga serta memanfaatkannya

sebagai sarana rekreasi di rumah.

Persoalan yang menyangkut masalah apakah media dapat

mengubah perilaku masyarakat yang telah mapan, masih merupakan

persoalan yang rumit. Misalnya, kampanye larangan merokok yang

dilakukan lewat media massa oleh organisasi antikanker di Amerika

Serikat yang bertujuan agar masyarakat mengurangi rokok terbukti secara

60 Eduard Depari dan Colin MacAndrews. Op. cit. hal. 8

37

Page 55: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perlahan-lahan memberikan pengaruh yang positif. Untuk pertama kalinya

dalam sejarah terjadi pengurangan konsumsi rokok di kalangan penduduk

Amerika Serikat (1968), hal yang mana belum pernah terjadi sebelum

diadakannya kampanye.61

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media massa dapat

memperkuat norma-norma budaya dengan informasi-informasi yang

disampaikan setiap harinya. Selain itu media massa dapat mengaktifkan

perilaku tertentu, apabila informasi yang disampaikan sesuai dengan

kebutuhan individu dan tidak bertentangan dengan struktur norma-norma

budaya yang berlaku, media massa bahkan dapat menumbuhkan norma-

norma budaya baru dalam perilaku selama norma tersebut tidak dihalangi

oleh hambatan-hambatan sosial budaya.

Menindak lanjuti seperti yang dikemukakan di atas, bahwa media

massa mempengaruhi budaya-budaya masyarakatnya dengan cara: pesan-

pesan yang disampaikan media massa memperkuat budaya yang ada.

Ketika suatu budaya telah kehilangan tempat apresiasinya, kemudian

media massa memberi lahan atau tempat maka budaya yang pada awalnya

sudah mulai luntur menjadi hidup kembali. Contoh : Acara pertunjukan

Wayang Golek atau Wayang Kulit yang ditayangkan televisi terbukti telah

memberi tempat pada budaya tersebut untuk diapresiasi oleh masyarakat.

Media massa juga telah menciptakan pola baru tetapi tidak bertentangan

bahkan menyempurnakan budaya lama. Contoh : Acara Ludruk di televisi

misalnya memberi nuansa baru terhadap budaya ludruk dengan tidak

61 Marhaeni Fajar. Op. cit. hal . 258.

38

Page 56: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menghilangkan esensi budaya asalnya. Media massa mengubah budaya

lama dengan budaya baru yang berbeda dengan budaya lama.

I.F.5. Kebudayaan dan Seni Keroncong

Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa sansekerta) buddhayah

yang merupakan bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal.

Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan: “hal-hal yang berkaitan

dengan akal”.62 Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa

asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata latin corele

artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani.

Dari asal arti tersebut yaitu corele kemudian culture, diartikan sebagai

segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.63

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan

kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.64

Karya masyarakat menghasilkan kebendaan (material culture) yang

diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitar, agar kekuatan dan

hasilnya dapat dimanfaatkan untuk keperluan masyarakat. Rasa yang

meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai

sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah manusia dalam arti

luas, termasuk agama, ideologi, kesenian dan semua unsur yang

merupakan ekpresi jiwa manusai sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya,

cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan bepikir orang-oang

yang hidup bermasyarakat yang menghasilkan filsafat dan ilmu 62 Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. (Jakarta: Rineka Cipta.1990). hal. 180 63 Suryono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 172. 64 Ibid., hal. 173

39

Page 57: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pengetahuan. Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa orang-orang

yang menentukan kegunaan agar sesuai dengan kepentingan masyarakat.

Seorang Antopologi, Edward Burnett Tylor dalam karyanya

Primitive Culture, menyetakan bahwa kebudayaan adalah kompleks dari

keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat istiadat dan

setiap kemapuan lain dan kebiasaan yang di miliki oleh manusia sebagai

anggota masyarakat.65

Kebudayaan dalam arti sempit maupun luas, bisa dilihat dari dua

sisi. Pertama, memfokuskan pada produk, seperti lukisan, musik, candi,

dan sebagainya. Kedua, menekankan pada aktifitas kreatif, seperti

menciptakan musik atau melukis.66

Wujud kebudayaan menurut J.J. Honnigman dalam bukunya yang

berjudul The World of Man (1959) membedakan adanya tiga “gejala

kebudayaan”, yaitu: (1) ideas, (2) activities, dan (3) artifacts.67

Pernyataan J.J Honnigman tersebut didukung dan disetujui oleh

pendapat Koentjaraningrat, yang menyatakan bahwa wujud kebudayaan

dibedakan menjadi tiga.68 Pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu

kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan

sebagainya. Ini adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstak, tidak

dapat diraba atau difoto. Kedua, wujud kebudayaan sebagai wujud

aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ini

sering disebut sebagai sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-

65 Alo Liliweri. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). hal. 107. 66 Mursito BM. Memahami Institusi Media. (Surakarta: Lindu Pustaka, 2006). hal. 86 67 Koentjaraningrat. Op.cit. hal. 186 68 Ibid. hal. 186-187.

40

Page 58: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan dari waktu ke

waktu menurut pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan. Ketiga, wujud

kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Misalnya candi,

keris, komputer, dan sebagainya.

Sedangkan, isi kebudayaan sangatlah komplek dan mencakup

berbagai keadaan dan kebutuhan manusia. Hal ini dinyatakan oleh seorang

antropolog C. Kluckhohn, sebagai tujuh unsur kebudayaan yang dianggap

sebagai cultural universal, seperti : (1) Peralatan dan pelengkapan hidup

manusia, (2) Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi, (3)

Sistem kemasyarakatan, (4) Bahasa, (5) Kesenian, (6) Sistem pengetahuan,

(7) Sistem Religi.69

Kebudayaan selalu berubah untuk memenuhi kebutuhan individu

dan masyarakat. Seperti yang disampaikan S. I. Poeradisastra (1981),

bahwa kebudayaan merupakan suatu organisme hidup yang berubah-ubah

didalam ruang dan waktu, menjawab keperluan insani. Hal senada juga

disampaikan Bronislaw Milanowski (1981) “culture is essentially a

response to human need”. 70

Dari penyataan di atas dapat diketahui fungsi kebudayaan tidak

hanya sebagai preservasi, tetapi juga sebagai inovasi, yakni menjawab

kebutuhan dan keperluan masyarakat yang selalu berubah dari waktu ke

waktu. Kebudayaan akan selalu berubah menyesuaikan perkembangan

masyarakat.

69 Suryono Soekanto. Op. cit. hal. 176. 70 Mursito BM. Op. cit. hal. 87.

41

Page 59: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kebudayaan juga disebut communicable knowledge, artinya bahwa

kebudayaan merupakan proses pembelajaran yang dipelajari oleh setiap

anggota masyarakat lewat partisipasi dan petukaran dalam kelompok sosial

sebagaimana termanifestasi dalam institusi dan artefak.71

Semua kebudayaan meliputi gagasan dan perilaku yang

menampilkan pula segi-segi estetika untuk dinikmati dan itu yang sering

kali disebut dengan seni.72 Menurut Taylor, seni dipandang sebagai

sebuah proses yang melatih ketrampilan, aktivitas manusia untuk

menyatakan atau mengkomunikasikan perasaan atau nilai yang dia miliki.

Kesenian adalah salah satu ciri manusia yang beradab karena

ukuran yang dipakai adalah ukuran artistik.73 Kesenian tersebut

merupakan ungkapan rasa berwujud sebagai pencerminan keindahan,

kebenaran, perikemanusian serta kekuatan yang tidak terlepas dari

kehidupan dan jiwa seseorang. Seni sebagai hasil budaya manusia

merupakan bagian penting dalam kehidupan, perkembangan kebudayaan

merupakan suatu faktor yang sangat essensial bagi perkembangan umat

manusia.74

Menurut Honigmann, paling tidak ada beberapa kegiatan yang

dikategorikan sebagai seni, yaitu: folklor (seni berceritera/menceriterakan

dongeng, upacara ritual, seni berpidato, seni berpantun, dan lain-lain),

musik, tarian, drama, seni lukis/memahat/mengecat, permainan/olahraga

menunggang kuda, mengadu domba dan ayam, dan lain-lain. Bahkan

71 Andrik Purwasito. Komunikasi Multikultural. (Surakarta: UMS Press, 2003). hal. 224 72 Taylor dalam Alo Liliweri. Op. cit. hal. 125. 73 LE Jumaryo. Komponis, Pemain Musik dan Publik. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1978). hal. 32. 74 Sudarsono. Beberapa Catatan dan Tentang Seni Pertunjukan Indonesia. (Yogyakarta: Konservatori, 1998). hal. 13.

42

Page 60: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

beberapa yang masuk aspek teknologi tergolong pula seni, misalnya

memahat, menganyam, dan mengukir.75

Dalam penelitian ini, penulis mencoba meneliti kesenian keroncong

yang merupakan seni musik. Musik itu sendiri adalah ekspresi budaya

yang bersifat semesta dan ikatannya dengan kehidupan adalah emosi.

Musik tidaklah terpakai jika tidak ada emosi. Musik mempunyai banyak

peranan dan arti dalam kehidupan. Musik bukan hanya sekadar kreasi

artistik atau untuk hiburan semata, melainkan bersatu dengan berbagai

aspek, antara lain; sistem kepercayaan, struktur sosial, aktivitas ekonomi

dan lain-lain.

Musik sebagai salah satu unsur kesenian berarti juga adalah suatu

kebudayaan. Perjalanan sejarah kehidupan manusia sudah menunjukkan

bahwa musik hidup, tumbuh dan berkembang sejalan dengan berbagai

aktivitas manusia lainnya. Seni musik merupakan media dan pesan budaya

bagi anggotanya maupun anggota masyarakat lain. Musik (irama musik

atau alat musik) dapat menunjukkan ciri atau identitas sosial suatu suku

bangsa tertentu. Misalnya: Pelog dapat diidentikkan dengan musik Jawa,

hawaian identik dengan musik orang Hawai di lautan Pasifik, tifa identik

dengan orang Ambon, gambus identik dengan orang Melayu, sasando

identik dengan orang Rote, dan lain-lain. Musik dapat menunjukkan

darimana asal budaya dan komunitas seseorang atau sekelompok orang.

Seni musik, misalnya yang terwakili dalam suara/pantun yang

umumnya secara internal dan eksternal tidak saja mengandung hiburan

75 Alo Liliweri. Op. cit. hal. 125.

43

Page 61: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tetapi juga berceritera, mendidik, mengajarkan bagi anggota nilai-nilai

kebudayaan tertentu maupun bagi komunitas budaya yang lain. Kalau anda

belajar musik milik etnik lain maka paling tidak anda "dipaksa" untuk

mempelajari filosofi hidup etnik mereka.76

Keroncong merupakan bagian dari seni musik seperti halnya

cabang-cabang seni musik yang lainnya, seperti musik gamelan, musik

angklung, musik klasik, musik jazz dan jenis-jenis musik lainnya. Sudah

barang tentu musik keroncong ini hanya bergerak dan berkembang

keindahnnya dilingkup kesenian keroncong saja.77

Musik keroncong merupakan suatu corak musik populer yang

berasal dan para mardjiker yaitu budak-budak Portugis yang dibebaskan

oleh Belanda, lantas berpihak pada Belanda untuk semua kepentingan,

baik politik, spirituil maupun budaya. Latar belakang ini perlu

dikemukakan, supaya jelas, bahwa keroncong bukan berasal dari Pontugis,

tetapi dari bekas-bekas budak Portugis yang berpihak pada Belanda.78

Pada masa pemerintahan Jepang hanya musik keroncong yang

diperbolehkan dimainkan, karena dimatikannya bentuk-bentuk hiburan

musik yang kebarat-baratan. Perkembangan musik Indonesia pada masa

itu bisa dikatakan didominasi oleh musik keroncong dan itu berarti musik

keroncong yang mengisi kekosongan dalam usaha mencipta dan

menyanyikan lagu-lagu pada masa pemerintahan Jepang. Ketika

manifestasi kebudayaan berlaku pada masa Orde Lama, dengan matinya

76 Ibid. hal. 126. 77 Budiman. Mengenal Keroncong Dari Dekat. (Jakarta: Perpustakaan Akademi Musik LPK, 1979). hal. 12 78 Japi Tambajong. Ensiklopedi Musik Jilid I. (Jakarta: PT Cipta Api Pustaka, 1992). Hal. 305-306.

44

Page 62: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

musik pop menjadikan musik-musik tradisi dan musik rakyat tumbuh

subur, antara lain; musik keroncong dan musik melayu. Musik keroncong

mencuat dan berkembang subur bukan dianggap sebagai produk barat,

melainkan diakui sebagai salah satu kesenian rakyat.79

Musik keroncong mulai masuk ke Surakarta sekitar tahun 1930-an,

walaupun sebenarnya sudah ada terlebih dulu, tetapi berada di Jakarta.80

Orang yang membawa musik keroncong masuk ke Surakarta tidak

diketahui secara jelas. Hanya sekitar tahun 1930-an tokoh keroncong

bernama Gesang R. Maladi sudah memainkan musik keroncong. Dalam

perjalanan musik keroncong di Surakarta pada 1940-1950-an, semakin

kuat citra Solo menguasai keroncong Indonesia. Beberapa lagu keroncong

orang Solo, seperti lagu Bengawan Solo yang diciptakan oleh Gesang pada

tahun 1940. Tahun 1960-an keroncong Solo semakin menyeruak menjadi

pusat perhatian nasional dengan masuknya unsur langgam Jawa.

I.F.6. Mengenal Seni Keroncong A. Istilah Keroncong Dalam Musik Keroncong

Asal usul istilah keroncong tepatnya tidak dapat diketahui

secara jelas. Beberapa pendapat menyatakan bahwa istilah keroncong

merupakan kata dan hasil bunyi alat musiknya. Pendapat tersebut

diantaranya adalah menurut Judith Becker, yang menyatakan bahwa

krincing yang dikenakan penari Ngremo (sebuah tarian dari Jawa

79 Edi Susilo Y. Menyimak Musik Pop Indonesia Melalui Ekspresi Volume 5 Tahun II. 2001. hal. 5 80 Hersapandi. Wayang Wong Sriwedari: Dari Seni Istana Menjadi Seni Komersil. (Yogjakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 1999). hal. 1

45

Page 63: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Timur) kemungkinan merupakan konotasi atau asosiasi untuk kata

keroncong. Suatu kata yang sama dengan kata keroncong adalah

aplikasi gitar kecil yang digunakan untuk iringan nyanyian-nyanyian

keroncong.81 Kusbini menyatakan, bahwa kata keroncong merupakan

kesan dari bunyi rangkaian dari beberapa buah butiran, berbentuk

kecil, madya, dan besar yang mengisi sebuah butiran logam bulat kecil

sehingga jika digoyah-goyah akan menghasilkan bunyi menurut besar

kecilnya butiran tersebut. 82

Lumban Tobing berpendapat pula, bahwa nama keroncong

bukan berasal dari Eropa, melainkan merupakan nama asli terjemahan

dari alat musik itu yang di dalam sejarah alat itu senantiasa

dipergunakan untuk mengiringi orkes-orkes saja. Menurut Budiman,

yang disebut keroncong sebenarnya hanyalah sebuah alat musik fugo

atau ukulele, karena bila alat tersebut dimainkan akan berbunyi

kroncong.83 Nirwani menegasan bahwa resquedo (string roll playing)

pada gitar menyuarakan seperti “crong…crong”, dan suara ini sebagai

modifikasi untuk istilah keroncong. Manusama menyatakan bahwa

istilah keroncong tidak hanya dari suara keroncong yang hanya

diartikan oleh alat musik saja, namun juga melodi yang diiringi oleh

gitar.84 Heins menyatakan bahwa pada dasarnya nama keroncong

81 Judith Becker. Keroncong, Indonesian Popular Musik dalam Asian Music VII Vol. ll. 1975. hal. 15. 82 Kusbini. Sejarah Kehidupan, Perkembangan Dan Asal-Usul Seni Musik Keroncong Indonesia. (Yogyakarta: Sanggar Olah Seni Indonesia, 1970). hal. 14. 83 Budiman. Mengenal Keroncong Dari Dekat. (Jakarta: Perpustakaan Akademi Musik LPK, 1979). hal. 31. 84 R. Agus Sri Widjajadi. Musik Keroncong Serta Ekspresi Budayanya di Wilayah Kotamadya Yogyakarta. Pascasarjana UGM. 1997.

46

Page 64: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dibentuk dari suara alat musik yang berbentuk gitar kecil dengan

menggunakan dawai berjumlah lima, seperti halnya ukulele.

Selain itu keroncong juga merupakan ansambel musik secara

keseluruhan, dan sebagai identitas genre dan gaya. Alat musik yang

digunakan dalam ansambel musik tersebut adalah alat musik yang

dipetik yang terdiri dari sepasang keroncong, satu sampai tiga gitar,

cello dan ditambahkan pula secara perlahan dengan alat mandolin.

Alat musik lainnya adalah satu atau dua biola, flute (seruling) dan

beberapa alat perkusi (triangle dan tamborine). Dikemudian hari, alat

musik gitar berukuran kecil seperti halnya ukulele dapat diciptakan

sendiri oleh orang-orang keturunan Portugis yang tinggal di kampung

Tugu, dan sekelompok alat musik tersebut yang digunakan untuk

mengiringi lagu, inilah yang disebut musik keroncong.

B. Karakteristik Musik Keroncong

Keroncong merupakan musik pop yang diiringi instrumen

musik bass, gitar melodi, biola, cak, cuk dan flute. Jalinan musiknya

terdiri dari tiga kelompok yaitu lagu, ritme dan hiasan. Lagu atau

melodi utama dibawakan oleh penyanyi, kadang-kadang dibawakan

juga oleh biola atau flute secara bergantian pada bagian intro.

Kelompok kedua adalah ritme, merupakan permainan cuk yang

berfungsi mengisi tetap pada ketukan dan cak pada setengah ketukan

dibelakangnya, serta pukulan bass yang jatuh tepat pada ketukan.

Kelompok ketiga adalah hiasan lagu, terdiri dari beberapa permainan

47

Page 65: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

instrumen antara lain petikan gitar melodi, petikan cello yang

menyerupai suara kendang yang bermain melodi, biola, serta flute

yang bermain bergantian atau bersama-sama.

Jadi dalam pengelompokan ini menempatkan biola dan flute

dalam fungsi ganda yaitu sebagai pembawa melodi utama dan

penghias, demikian juga gitar melodi dan cello yang mempunyai

fungsi ganda sebagai pembawa ritme dan melodi hiasan. Dalam

tulisan “In Defence of Keroncong”, Kornhauser menyebutkan bahwa

keroncong mempunyai gaya musik yang berasal dari barat, khususnya

Portugis. 85

C. Bentuk Lagu dan Harmoni

C.1. Stambul I dan Stambul II

Stambul mernpunyai dua bentuk, yaitu stambul I dan

stambul II. Keduanya mempunyai birama 16, sukat 4/4 (empat

per empat), bentuk kalimat lagu A-B dinyanyikan secara bebas

sesuai dengan garis melodi. Perbedaannya adalah musik

stambul I bersautan dengan vokal yaitu dua birama

instrumental dan dua birama berikutnya diisi oleh vokal,

sedangkan stambul II seluruhnya dibawakan oleh vokal.

Introduksi stambul II merupakan improvisasi akor

Tonika (I) ke akor Sub Dominan (IV) yang dibawakan vokal

85 Brosnia Kornhauser. In Defence of Keroncong dalam Dieter Mack, Sejarah Musik Jilid IV. (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1984). hal 580.

48

Page 66: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

secara resitatif. 86 Sebuah lagu Stambul II yang populer adalah

Baju Biru.

Stambul II biasanya dimainkan dalam tangga nada

mayor, meskipun demikian ada juga yang dimainkan dalam

tangga nada minor. Ciri harmonisasinya membentuk kadens

lengkap I-IV-V-I.

C.2. Keroncong Asli

Keroncong asli menurut konvensi terdiri dari 28 birama

dengan sukat 4/4, mempunyai bentuk kalimat lagu A-B-C yang

dinyanyikan dua kali. Pada keroncong asli biasanya digunakan

intro dan koda. Introduksinya merupakan improvisasi

instrumen pembawa melodi menuju akor I, V, I dan pada akhir

improvisasi akor-akor itu disertai pukulan instrumen pembawa

ritme. Improvisasi ditutup dengan kadens lengkap atau biasa

disebut dengan overgang. Pada tengah lagu terdapat interlude

pada birama ke-delapan sampai ke-sepuluh.87 Lagu diakhiri

dengan koda yang merupakan kadens lengkap.

Lagu keroncong asli biasa dimainkan dalam tangga

nada mayor, akan tetapi ada beberapa lagu yang dimainkan

dalam tangga nada minor. Ciri umum harmonisasinya secara

konvensional membentuk kadens I-IV-V-I modulasi II-V

terjadi pada birama lima sampai sepuluh. Sebuah contoh lagu

keroncong asli adalah Segenggam Harapan. 86 Harmunah. Musik Keroncong: Sejarah, Gaya Dan Perkembangan. (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. 1987). hal. 18. 87 Ibid. hal. 17.

49

Page 67: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C.3. Lagu Ekstra

Lagu ekstra diartikan sebagai lagu tambahan yang tidak

termasuk dalam ketiga jenis stambul, keroncong asli dan

langgam keroncong. Lagu ekstra tidak mempunyai bentuk

yang tetap, bersifat merayu, riang gembira, jenaka dan sangat

terpengaruh oleh 1agu-lagu tradisional,88 misalnya Kicir-Kicir.

Lagu-lagu ekstra mempunyai harmoni yang sama

dengan bentuk stambul, keroncong asli dan Ianggam yaitu

mempunyai kadens lengkap dengan tangga nada mayor

ataupun minor pada akor II. Akan tetapi introduksinya tidak

selalu ditentukan dengan pola yang pasti.

Pada perkembangan terakhir, lagu-lagu yang bisa

dimainkan dalam keroncong tidak dikelompokkan dalam lagu

ekstra. Untuk menyebut lagu-lagu itu disesuaikan dengan nama

genre asal lagu itu sendiri. Misalnya, keroncong pop yaitu

istilah yang digunakan menyebut lagu-lagu pop yang

dikeroncongkan.

C.4. Langgam Keroncong

Langgam keroncong terdiri dari 32 birama dengan

sukat 4/4 dan bentuk kalimat lagu A-A1-B-A1. Introduksinya

adalah 4 birama terakhir lagu langgam keroncong itu. Biasanya

lagu dibawakan dua kali, pada pengulangan kalimat A-A1

dibawakan oleh instrumen terlebih dahulu, setelah itu vokal

88 Ibid. hal. 17-18.

50

Page 68: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

masuk dan kalimat A-A1 atau lagu ke kalimat B dan ke A1

akhir Iagu (koda) merupakan kadens lengkap.89

Tangga nada mayor maupun minor bisa digunakan

dalam bentuk langgam keroncong. Adapaun ciri

harmonisasinya adalah hampir sama dengan jenis musik

keroncong asli yaitu membentuk kadens Iengkap I-IV-V-I dan

modulasi II-V.

D. Alat-Alat Musik Keroncong Dan Fungsinya

Dalam sebuah orkes keroncong konvensional terdapat tujuh

macam alat musik yang digunakan untuk mengiringi dan memainkan

lagu-lagu keroncong. Alat-alat musik tersebut adalah: biola, flute, cuk

atau keroncong, cak, gitar, cello dan bass.

D.1. Alat Musik Biola

Dalarn memainkan lagu-lagu keroncong, selain

membawakan melodi lagu, alat musik biola juga berfungsi

sebagai pengisi kekosongan pada waktu penyanyi sedang

bernyanyi. Pemain biola sangat dituntut untuk dapat bermain

dengan improvisasi yang khas keroncong, bahkan pada

pembukaan atau intro lagu jenis keroncong pemain biola harus

bermain solo (single).

Alat musik biola dimainkan dengan digesek dan

kadang-kadang dengan dipetik. Biola memiliki empat senar

89 Ibid. hal. 17.

51

Page 69: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

atau tali. Tali 1 nada E, tali 2 nada A, tali 3 nada D dan tali 4

nada G.

D.2. Alat Musik Flute

Alat musik flute merupakan satu-satunya alat musik

tiup yang dipakai dalam orkes keroncong. Alat musik ini

fungsinya sama dengan alat musik biola. Memiliki daftar nada

yang luas, yakni dari nada C1 sampai ke nada C4.

D.3. Alat Musik Cuk

Alat musik cuk atau keroncong bentuknya seperti gitar,

tapi ukurannya Iebih kecil, menggunakan tali dan nilon.

Junilah tali pada cuk ada tiga, tali 1 nada E, tali 2 nada B, tali 3

nada G.

Alat musik bernama cuk atau keroncong ini sangat

berperan dalam orkes keroncng dialah yang menjadi pegangan

tempo. Cara memainkannya ada yang dipetik dengan

menggunakan jari-jari tangan kanan, dan ada pula dengan

hanya menggunakan kuku jari telunjuk saja. Karena alat ini

berfungsi sebagai penentu tempo, maka dalam memainkannya

alat ini selalu dibunyikan pada ketukan turun (down heal),

selain itu sebuah orkes keroncong akan terasa hambar tanpa

kehadiran alat ini.

52

Page 70: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D.4. Alat Musik Cak

Alat musik cak ini hampir sama bentuk dan ukurannya

dengan alat musik cuk, hanya talinya terbuat dan kawat atau

dawai. Jumlah tali pada cak ada 3, tali tali 1 nada B, tali 2 nada

Fis, tali 3 nada D. Cara memainkannya, hanya kalau cuk

dimainkan pada ketukan turun (down beat), maka cak ini

benlawanan dengan cuk, cak dimainkan pada ketukan naik (up

heal) dengan melakukan sinkop-sinkop. Ada juga yang

memainkan dengan dipetik satu-satu seperti cuk, hal ini untuk

menggimbangi kalau memainkan akor-akor serempak.

D.5. Alat Musik Gitar

Alat musik gitar memiliki 6 tali dari kawat atau dawai.

Tali 1 nada E, tali 2 nada B, tali 3 nada G, tali 5 nada A, dan

tali 6 nada E. Disini gitar berfungsi sebagai pembawa melodi

(bukan melodi lagu), gitar bermain sepanjang lagu dengan

melodi-melodi yang dirangkainya dari nada-nada akar yang

sedang berjalan.

Karena berfungsi sebagai pembawa melodi, gitar

dikenal juga dengan sebutan gitar melodi selain itu gitar juga

berfungsi sebagai pembuka pada lagu-lagu jenis keroncong.

Kadang-kadang intro bagian pertama lagu-lagu jenis

keroncong dimainkan oleh solo gitar secara penuh.

53

Page 71: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D.6. Alat Musik Cello

Alat musik cello bentuknya seperti biola tetapi

ukurannya jauh lebih besar sehingga memainkannnya harus

duduk di kursi, sedang cello-nya ditegakkan diantara kedua

lutut. Cello memiliki 3 tali dan nilon, nada-nadanya adalah tali

1 nada D, tali 2 nada G dan 3 nada C.

Memainkan alat ini dengan cara dipetik (pizzicato),

biasanya dipetik dengan jari telunjuk dan ibu jari, karena

dimainkan dengan cara dipetik, maka cello disebut juga

dengan cello petik. Dalam memainkan cello petik sangat

dipentingkan permainan individu yang kuat, karena dalam

irama keroncong cello berfungsi sebagai kendang.

D.7. Alat Musik Bass

Alat musik bass bentuknya mirip dengan cello, tetapi

ukurannya lebih besar lagi, sehingga rnemainkannya dengan

posisi berdiri. Alat ini memiliki 4 tali, nada-nadanya adalah tali

1 nada G, tali 2 nada D, tali 3 nada A, dan tali 4 nada E. Cara

memainkan alat ini dengan dipetik dengan jari-jari kanan.

E. Sejarah Musik Keroncong

Dalam perjalanan sejarah perkembangan musik keroncong,

berbagai pendapat telah menyatakan dan percaya bahwa genre musik

ini diawali dan dipenkenalkan sejak abad 16, ketika para pedagang

Portugis membuka hubungan perdagangan rempah-rempah di

54

Page 72: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Indonesia serta memonopoli perdagangan lokal.90 Mereka bertempat

tinggal di beberapa kota daerah pesisir di berbagai pulau, diantaranya

menetap di Jakarta.

Dalam tempo yang singkat mereka dapat bergaul dengan

penduduk priburni setempat. Kemudian terjadi pula perkawinan

diantara mereka, serta hasil perkawinan tersebut membuahkan

keturunan yang dinamakan mustiza (niestiezen). Kemudian datang

pula peranakan Portugis yang lain diantaranya peranakan India yang

disebut peranakan Gowa. Mereka bergaul rapat dengan penduduk

yang beragama Kristen asal suku Ambon dan Banda yang akhirnya

mengelompok di sebuah kampung yang diberi nama kampung Serani,

distorsi dan kata Nazarani. Kemudian peranakan yang dikenal dengan

Indi Portugis dan disebut pula dengan istilah “Portugis Hitam”,

merupakan keluarga baru yang disebut “Merdeques” atau

"Mardjiker”.91

Kendatipun musik keroncong menyebar ke beberapa kota

daerah pesisir di Nusantara Indonesia serta memberikan daerah khas

lokal pada musik keroncong di wilayah penyebarannya, namun

menjadi suatu anggapan bahwa hingga kini gaya musikal musik

keroncong di wilayah Tugu-Jakarta, sebagai awal mula yang minimal

telah mempengaruhi gaya musikal musik keroncong di wilayah

lainnya, atau dapat dikatakan bahwa Tugu-Jakarta merupakan titik

tolak keberadaan musik keroncong di Indonesia. Hal ini dapat disimak

90 Ibid. hal. 7. 91 R. Agus Sri Widjajadi. Op. cit. hal. 17.

55

Page 73: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dari perpindahan yang terjadi dan pusat urban Jakarta, misalnya ke

Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang dan Surabaya. 92

Selain itu dapat pula disimak dari reportoar musik keroncong,

yaitu diantaranya lagu “Kafrinyo” dengan teks bahasa Portugis yang

dipertimbangkan oleh masyarakat Tugu Jakarta sebagai contoh tipe

keroncong yang asli. Dua buah lagu yang dianggapnya sebagai lagu

tertua serta diklasifikasikan sebagai keroncong Portugis adalah

“Cafrinyo” dan “Nina Bobok”, 93 karena pada saat itu banyak pula

lagu-lagu yang dibawakannya diiringi oleh alat musik gitar yang

populer di Portugis pada abad ke 16, yang secara praktis dapat dibawa

oleh pelaut Portugis bersinggah di kota-kota pelabuhan.

Apabila ditinjau dari jenisnya musik keroncong adalah seperti

jenis seni musik lainnya, misalnya musik gamelan, musik angklung,

musik jazz dan lainnya. Instrumen keroncong biasanya dimainkan

oleh tujuh orang pemain. Mereka memainkan alat-alat antara lain

keroncong (ukulele), keroncong cak (banjo), cello, gitar melodi, bass,

flute (seruling), dan biola. Instrumen tersebut selalu mengiringi lagu-

lagu keroncong atau lagu-lagu yang bisa diiringi dengan irama

keroncong. 94

Musik keroncong yang tumbuh, hidup dan berkembang di

bumi nusantara semakin tampak jelas, terutama di Jawa yang

merupakan pusat pengembangan yang utama abad ke 20. Di awal

92 Ernest Heins. Kroncong And Tajidor; Two Cases Of Urban Folk Music In Jakarta dalam Asian Music VII Vol 1, 1975. hal. 25. 93 Dieter Mack. Op. cit, hal. 582. 94 Budiman. Op. cit, hal. 1.

56

Page 74: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

abad 20 musik keroncong menyebar dengan cepat, antara lain dengan

concour yang diadakan di pasar-pasar malam dan semakin dirasakan

sebagai warisan budaya. Sejak itu pula pusat-pusat dunia keroncong

berkembang di daerah kebudayaan Jawa.95 Pada waktu itu pula,

kendatipun musik keroncong belum menentukan bentuk yang

sempurna, namun sudah mendapat tempat di hati masyarakat. Hal ini

diperkuat oleh Tancil Paco yang menyatakan bahwa pada tahun 1920-

an lagu-lagu keroncong sudah menyebar luas dan digemari orang,

walaupun pada waktu itu perbendaharaan lagu-lagu keroncong masih

kurang, namun musik keroncong di Semarang atau Jawa Tengah

merintis lagu daerah yang dikeroncongkan. 96

Perkembangan musik keroncong di Jawa Tengah khususnya di

Surakarta dan sekitarnya, dipengaruhi oleh nada pentatonis (musik

gamelan). Menurut Judith Becker pengaruh gamelan jawa mulai ada

sejak sebelum kemerdekaan, lebih jauh dan spesifik Judith

mengatakan:

“……keroncong came into direct contact with a strongly

entrenched indigenous music system, the Central Javanese gamelan

tradition. In central Java, kroncong became "gamelanized" both

musically and in its affective conotations and associative meanings,

and it became respectable. The instrument of accompaniment, instead

of playing the “um-ching” of the simplest kroncong accompaniment,

play the melodic pattrens and figurations of some of the instruments of

95 Judith Becker. Op. cit. hal. 15. 96 Budiman. Op. cit. hal. 76.

57

Page 75: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

the gamelan “. (keroncong berhubungan langsung dengan tradisi

gamelan Jawa. Di Jawa Tengah keroncong "digamelanisasikan", bäik

konotasi dan asosiasinya maupun segi musik dan artinya, dan

menjadikan keroncong dihargai. Alat-alat pengiringnya, di samping

memainkan “um-ching” susunan paling sederhana keroncong, juga

memainkan figurasi dan pola-pola melodis beberapa alat gamelan). 97

Pengaruh tradisi gamelan Jawa menghasilkan sebuah

reportoar yang disebut “langgam jawa”. Dua unsur yang ada dalam

kategori ini adalah syair dalam bahasa Jawa, dan tangga nada serta

iramanya juga dari musik daerah. 98 Fungsi instrumentasi dan nada

direkayasa agar tercapai suara tradisional, walaupun alat musik yang

digunakan sama ketika mengiringi reportoar keroncong asli, langgam

keroncong, stambul dan lagu-lagu ekstra.

Dalam uraian singkatnya, Yanpolsky berpendapat bahwa

langgam Jawa adalah bentuk keroncong daerah yang dinyanyikan

dalam bahasa Jawa, dan erat kaitannya dengan kota Surakarta di Jawa

Tengah, walaupun tidak terbatas pada daerah itu saja. Lebih lanjut dia

berpendapat meskipun instrumentasi dan idiom musiknya sama

dengan keroncong namun tangga nadanya mendekati laras pelog jawa

dalam musik gamelan dan melodinya lebih didasarkan pada sistem

modus jawa dari pada sistem harmoni barat, yaitu dengan

menggunakan nada do, mi, fa, sol dan si. 99

97 Judith Becker. Op. cit. hal. 15. 98 Ernest Heins. Op. cit. hal. 25. 99 Adi Wasono. Langgam Jawa: Faktor-Faktor Penyebab dan Wujud Perkembangan Tahun 1976-1971. STSI Surakarta.1999.

58

Page 76: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I.G. Definisi Konseptual

Konsep merupakan abstraksi suatu fenomena yang harus

dirumuskan dari sejumlah karakteristik-karaksteristik kejadian-kejadian

keadaan kelompok atau individu.

I.G.1. Televisi Lokal

Televisi lokal merupakan stasiun penyiaran dengan wilayah siaran

terkecil yang mencakup satu wilayah kota atau kabupaten.100 Undang-

Undang Penyiaran menyatakan bahwa: “Stasiun penyiaran lokal dapat

didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah negara Republik Indonesia

dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut”.101

Media massa lokal fungsinya hampir sama dengan media massa

nasional, hanya saja isi kandungan beritanya yang lebih mengacu dan

menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat

dimana media massa tersebut dikelola. Kehadiran televisi lokal akan

menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan

informasi, hiburan, dan pendidikan. Televisi lokal bisa menjadi mimbar

perdebatan masyarakat lokal mengenai isu-isu atau persoalan-persoalan

lokal yang sedang dihadapi.

Selain itu, keberadaan televisi lokal dapat menjadi sarana

pengembangan potensi daerah, sehingga daerah pada gilirannya menjadi

lebih maju dan sejahtera melalui pengembangan perekonomian rakyat dari

perspektif otonomi daerah. Kehadiran televisi lokal adalah untuk

membendung arus transformasi berbagai unsur budaya lain sehingga dapat

100 Morissan. Op. cit. hal. 105. 101 Pasal 31 ayat 5 UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002

59

Page 77: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memakan budaya lokal yang mendarah daging bagi penduduk dimana

masyarakat hidup dan berinteraksi didalamnya, tanpa menggeser posisi

televisi nasional sebagai televisi nasional.

I.G.2. Peran Televisi Lokal

Sebagaimana didefinisikan oleh Soerjono Soekanto, peran

merupakan aspek dinamis kedudukan atau status.102 Jika seseorang bisa

berbuat sesuai dengan fungsi yang bersumber dari statusnya maka dia bisa

memenuhi harapan masyarakat di sekelilingnya.

Televisi lokal memiliki fungsi sebagai media sosialisasi, informasi,

dan penguatan budaya lokal di daerah domisilinya. Pentingnya pelestarian

seni dan budaya daerah melalui media lokal menjadikan bentuk tanggung

jawab yang cukup berat, karena begitu kuatnya pamor dari televisi swasta

yang sulit di tandingi.

Selain itu, Darwanto mengemukakan bahwa media memiliki fungsi

menghibur.103 Media televisi lokal, seperti hal-nya media massa juga

memiliki fungi menghibur. Televisi lokal memberi nuansa berbeda

terhadap hiburan daerah yang biasanya tampil di acara peringatan tertentu

dengan mengangkatnya untuk tayang di televisi. Hal ini memberi tempat

terhadap budaya daerah untuk tampil di media sehingga dapat disaksikan

(dinikmati) dan diapresiasi oleh masyarakat.

Dalam penelitian ini, TATV sebagai televisi lokal di wilayah

Surakarta mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan seni dan

budaya lokal di Surakarta agar tetap bisa bertahan di mata masyarakat

102 Suryono Soekanto. Op. cit. hal. 268. 103 Darwanto. Op. cit. hal. 33.

60

Page 78: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

melalui program-program acara yang lebih mengedepankan unsur seni

dan budaya. Karena hanya media lokal yang tahu tentang kapasitas

daerahnya masing-masing.

I.G.3. Pelestarian dan Pengembangan Seni Keroncong

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelestarian berasal dari

kata sifat “lestari” yang artinya tidak berubah; terpelihata; atau tetap

seperti adanya. Pelestarian merupakan upaya utuk melindungi dari

kepunahan.104 Dalam penelitian ini, pelestarian seni keroncong

merupakan upaya untuk tetap mempertahankan seni keroncong agar tetap

awet tidak termakan oleh waktu.

Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

“pengembangan” merupakan suatu proses atau cara untuk menjadikan

tumbuh, besar atau banyak.105 Pengembangan seni keroncong merupakan

suatu proses atau cara untuk membuat seni keroncong tidak bejalan statis

tetapi mengikuti perkembangan zaman agar tetap menarik di mata

khalayak modern (kekinian).

Dalam penelitian ini, peneliti mengamati peran TATV tehadap

pelestarian dan pengembangan seni keroncong di Surakarta. TATV

sebagai televisi lokal di Surakarta memiliki tanggung jawab terhadap

budaya lokal di wilayah operasinya. Khususnya untuk kesenian keroncong,

TATV memiliki program acara yang berisikan kesenian keroncong. Hal ini

menunjukan TATV memiliki perhatian khusus terhadap pelestarian dan

perkembangan seni keroncong di Surakarta. 104 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia cet. ke-1, ed. ke-3. Jakarta: Balai Pustaka, 2001. 105 Ibid.

61

Page 79: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keberadaan program acara kesenian keroncong yang di tayangkan

TATV tersebut dimaksudkan agar keberadaan seni keroncong yang

merupakan kesenian asli daerah diketahuai oleh masyarakat luas. Selain

itu, TATV yang menampilkan acara keroncong secara live dituntut untuk

mengemas acara tersebut sekreatif dan semenarik mungkin agar memiliki

daya tarik untuk ditonton khalayak.

I.H. Kerangka Pemikiran

Berikut adalah tahapan kerangka berfikir dalam penelitian ini:

Bagan I. 1

Kerangka Pemikiran

62

Page 80: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I.I. Metode Penelitian

I.I.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Moleong

mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain

secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.106

Sedangkan H.B. Sutopo, dalam bukunya Metodologi Penelitian

Kualitatif, menjabarkan penelitian kualitatif sebagai berikut:

“ penelitian kualitatif melibatkan kegiatan ontologis. Data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi. Peneliti menekankan catatan yang menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data. Peneliti berusaha menganalisa data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa, sedekat mungkin dengan bentuk aslinya seperti waktu dicatat”.107

Dalam penelitian yang penulis lakukan, yaitu memberikan

gambaran mengenai fenomena yang terjadi pada suatu tempat, maka dari

itu penulis memilih penelitian deskriptif kualitatif. Menurut W. Gulo

penilitian deskriptif kualitatif ini didasarkan pada pertanyaan

“bagaimana?”. Kita tidak puas bila hanya mengetahui apa masalahnya

secara eksploratif, tetapi ingin mengetahui juga bagaimana peristiwa

tersebut terjadi. Temuan-temuan yang terjadi pada penelitian deskriptif

kualitatif lebih luas dan lebih terperinci. Dikatakan lebih luas karena

106 Lexy J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) 107 HB Sutopo. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Surakarta: UNS Press, 2002). hal. 35.

63

Page 81: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

penelitian ini menitikberatkan tidak hanya masalahnya sendiri, tetapi juga

variabel-variabel lain yang berhubungan dengan masalah itu. Lebih

terperinci karena variabel-variabel tersebut diuraikan atas faktor-

faktornya.108

Jalaludin Rakhmat menuliskan dalam bukunya Metode Penelitian

Komunikasi, bahwa penelitian deskriptif tidak mencari atau menjelaskan

hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.109 Sementara,

Koentjaraningrat dalam buku Metode-metode penelitian masyarakat

mengungkapkan :

”penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat setiap individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi dan penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu atau suatu gejala lain dalam masyarakat”.110

I.I.2. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di Terang Abadi Televisi (TATV) yang

berdomisili di wilayah Surakarta, Jawa Tengah. Pemilihan TATV sebagai

lokasi penelitian terkait dengan peran dari televisi lokal ini dalam

melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta.

Penelitian ini mengamati obyek yaitu program acara musik

keroncong yang di siarkan oleh TATV, dari sini peneliti akan melihat

bagaimana peran televisi lokal tersebut dalam melestarikan dan

mengembangkan seni keroncong di Surakarta. Sementara itu untuk subyek

108 W. Gulo. Metodologi Penelitian. (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007). hal.19. 109 Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001). hal. 34. 110 Koentjaraningrat. Metode-metode penelitian masyarakat. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997). hal. 27.

64

Page 82: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

penelitian adalah mereka yang dianggap mengetahui permasalahan yang

diteliti. Subyek dalam penelitian ini adalah perwakilan dari elemen

masyarakat Kota Surakarta, yaitu; TATV (Terang Abadi Televisi),

Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (HAMKRI) Surakarta,

seniman keroncong, kalangan budayawan, dan masyarakat pemirsa acara

keroncong di TATV.

I.I.1. Sumber Data

Data yang dikumpulkan terutama merupakan data pokok yaitu data

yang paling relevan dengan pokok permasalahan yang diteliti. Akan tetapi,

demi kelengkapan dan kebutuhan dari masalah yang diteliti maka akan

dikumpulkan pula data pelengkap yang berguna untuk melengkapi data

pokok. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

berikut :

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari penelitian langsung di

lapangan dengan mengamati objek yang diteliti dan kemudian diolah

sendiri oleh peneliti. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh

secara langsung dari subyek penelitian dengan wawancara dan

observasi.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan mengutip sumber-

sumber yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah pihak lain,

yang biasanya berbentuk publikasi seperti dokumen, buku-buku, arsip,

serta catatan lain yang relevan dengan penelitian ini.

65

Page 83: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I.I.4. Tehnik Sampling Pemilihan Narasumber/Informan

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian secara

kualitatif. Berkenaan dengan penelitian kualitatif, maka dalam prosedur

sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci

(key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai

dengan fokus penelitian.111

Sampel yang akan diambil sebagai calon responden, menggunakan

metode purposive sampling. Hal ini karena penelitian ini menggunakan

penelitian kualitatif, untuk memilih sampel lebih tepat dilakukan secara

sengaja (purposive sampling). Selanjutnya bilamana dalam proses

pengumpulan data tidak lagi ditemukan variasi informasi, maka peneliti

tidak perlu lagi mencari informan baru, dan proses pengumpulan informasi

sudah dianggap selesai. Dengan demikian, penelitian kualitatif tidak

dipengaruhi oleh jumlah sampel. Dalam hal ini, jumlah sampel (informan)

bisa sedikit dan bisa juga banyak tergantung dari tepat tidaknya pemilihan

informan kunci dan kompleksitas dan keragaman.112

Dalam pengambilan sampel, peneliti mengambil beberapa

informan yang dianggap mengetahui permasalahan yang diteliti yaitu;

perwakilan dari TATV (Terang Abadi Televisi), Himpunan Artis Musik

Keroncong Indonesia (HAMKRI) Surakarta, seniman keroncong, kalangan

budayawan, dan masyarakat pemirsa acara keroncong di TATV.

111 Burhan Bungin. Analisa Data Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Raja Grafindo Pustaka, 2003). hal.53 112 Ibid. hal. 54.

66

Page 84: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I.I.5. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

A. Wawancara mendalam (in-depth interviewing)

Dalam penelitian ini digunakan metode wawancara mendalam

(in-deph interviewing) yaitu mendapatkan informasi dengan bertanya

langsung kepada informan.

“pertanyaan bersifat “open-ended” dan mengarah pada kedalaman informasi serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur guna menggali pandangaan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam”.113

Pada umumnya wawancara mendalam (in depth interview)

dimaksudkan untuk lebih memfokuskan pada persoalan-persoalan

yang menjadi pokok dari minat penelitian.114 Peneliti hanya

mempunyai guide line pertanyaan yang akan ditanyakan, selebihnya

berkembang berdasarkan jawaban dari informan. Pertanyaan yang

diajukan bisa semakin terfokus sehingga informasi yang dikumpulkan

bisa semakin rinci dan mendalam.

Dari wawancara ini disamping melihat opini mereka mengenai

peristiwa yang terjadi, juga dapat digunakan sebagai dasar penelitian

selanjutnya. Wawancara dilakukan terhadap responden yang dapat

memberikan informasi dan keterangan-keterangan penting yang

berkaitan. Wawancara jenis ini bersifat lentur, terbuka, tidak

113 HB Sutopo. Op. cit. hal. 59. 114 Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. (Yogyakarta: LKiS, 2007). hal. 133.

67

Page 85: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berstruktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin terfokus dan

mengarah pada kedalaman informasi.

Wawancara ini menggunakan Purposive Sampling, dimana

kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap

mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat

dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.115 Wawancara ini

dilakukan terhadap mereka yang mengetahui permasalahan yang

diteliti. Wawancara ini melibatkan TATV (Terang Abadi Televisi),

Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (HAMKRI) Surakarta,

seniman keroncong, kalangan budayawan, dan masyarakat pemirsa

acara keroncong di TATV.

B. Observasi

Dalam konteks penelitian komunikasi, penelitian dengan

metode pengamatan atau observasi (observation research) biasanya

dilakukan untuk melacak secara sistematis dan langsung gejala-gejala

komunikasi terkait dengan persoalan-persoalan sosial, politik dan

kultural masyarakat.116 Observasi difokuskan untuk mendeskripsikan

dan menjelaskan fenomena riset. Observasi dalam penelitian ini

dilakukan dengan mengamati apapun kegiatan yang terjadi di TATV

yang berhubungan dengan peran TATV terbadap pelestarian dan

pengembangan seni keroncong di Surakarta.

Metode observasi dibedakan menjadi 2 (dua) jenis metode: (a)

Observasi dengan ikut terlibat dalam kegiatan komunikasi yang

115 HB Sutopo. Op. cit. hal. 56. 116 Pawito. Op. cit. hal. 111.

68

Page 86: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diteliti (participant observation), dan (b) Observasi tidak terlibat

(nonparticipant observation). 117

Metode observasi dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk

nonparticipant observation. Peneliti melakukan observasi dengan

tidak terlibat dalam kegiatan yang diteliti. Dengan kata lain dalam hal

ini peneliti membatasi pada tingkat pengamatan secara pasif, sehingga

dapat menjaga peran bukan sebagai “orang dalam”. Observasi

dilakukan terhadap beberapa pelaku dan kondisi lingkungan sosial

yang relevan, termasuk didalamnya adalah beberapa kegiatan dan

proses terkait dengan penelitian. Observasi ini dilakukan bersamaan

waktunya dengan wawancara. Observasi dilakukan dengan melihat

perilaku maupun ucapan subyek yang diteliti yang berkaitan dengan

penelitian. Dengan melihat kegiatan-kegiatan, peristiwa-peristiwa

yang ditemui di lapangan, maka observasi semacam ini akan berperan

sebagai sumber bukti lain. Obervasi akan dilakukan di studio TATV

dan di beberapa wilayah konsumen TATV di Surakarta.

C. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dokumentasi adalah cara

pengumpulan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi

bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah-masalah

penelitian baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, koran,

majalah dan lain-lain. Dokumentasi juga dilakukan dengan melihat

117 Ibid. hal. 114.

69

Page 87: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berbagai perangkat fisik yang berkaitan dengan peran TATV terhadap

pelestarian dan pengembangan seni keroncong di Surakarta.

I.I.6. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen dalam buku

Metodologi Penelitian Kualitatif karya Lexy J. Moleong adalah

“upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”.118

Oleh karena itu dalam penelitian deskriptif kualitatif ini teknik

analisis data yang digunakan adalah analisis data interaktif,119 yang

mempunyai tiga komponen:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis

yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan

abstraksi data dari fieldnote. Reduksi data berlangsung terus

sepanjang pelaksanaan penelitian. Bahkan prosesnya diawali

sebelum pelaksanaan pengumpulan data.120 H.B. Sutopo lebih lanjut

menyatakan bahwa reduksi data adalah bagian dari proses analisis

yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-

hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga

simpulan penelitian dapat dilakukan.121

118 Lexy J. Moleong. Op. cit. hal. 248. 119 HB Sutopo. Op. cit. hal. 96. 120 Ibid. hal. 91. 121 Ibid. hal. 92.

70

Page 88: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Sajian Data

Kegiatan kedua dalam kegiatan analisis data adalah penyajian

data. Peneliti akan mendapat data yang banyak. Data yang didapat

tidak mungkin dipaparkan secara keseluruhan. Untuk itu, dalam

penyajian data, data dapat dianalisis oleh peneliti untuk disusun

secara sistematis, atau simultan sehingga data yang diperoleh dapat

menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Menarik simpulan dan verifikasi merupakan kegiatan analisis

yang ketiga. Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan

dari reduksi data, dan penyajian data sehingga data dapat

disimpulkan. H.B. Sutopo mengungkapkan simpulan perlu

diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa

dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas

pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali

dengan cepat. H.B. Sutopo kemudian menegaskan bahwa pada

dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya simpulan

penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih bisa dipercaya.122

122 Ibid. hal. 93.

71

Page 89: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Bagan I.2

Model analisis data interaktif Miles dan Huberman 123

Pengumpulan data

Penarikan kesimpulan

Reduksi data

Sajian data

I.I.7. Validitas Data

Data yang sudah diperoleh selama penelitian harus dipastikan

kebenaran dan keabsahannya. Pemeriksaan keabsahan data yaitu untuk

meyakinkan bahwa data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk menjamin keabsahan dan validitas data pada penelitian ini

digunakan teknik triangulasi, dimana data yang satu akan dikontrol oleh

data yang sama dari sumber data yang berbeda.

Menurut Lexy J. Moleong teknik triangulasi data yaitu teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding terhadap data

tersebut.124

123 Ibid. hal. 96. 124 Lexy J. Moleong. Op. cit. hal. 178.

72

Page 90: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Validitas data dalam penelitian ini diuji menggunakan teknik

triangulasi sumber dan teknik pengumpulan data, yaitu mengumpulkan

data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda dengan menggunakan

dua teknik pengumpulan data. Peneliti bisa memperoleh data dari

narasumber yang berbeda-beda posisinya dengan teknik wawancara

mendalam, sehingga informasi dari narasumber yang satu bisa

dibandingkan dengan informasi dari narasumber lainnya. Dengan cara

menggali data dari sumber yang berbeda-beda dan juga teknik

pengumpulan data yang berbeda, data sejenis bisa teruji kemantapan dan

kebenarannya.125

125 HB Sutopo. Op. cit. hal. 80.

73

Page 91: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

II.A. Gambaran Umum Terang Abadi Televisi (TATV) Surakarta

II.A.1. Profil TATV

TATV didirikan pada tanggal 1 Juli 2003 dan telah diresmikan

oleh Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 1 September 2004. Dalam

pendiriannya, TATV berkeinginan untuk berpartisipasi dalam

mewujudkan visi dan misi Kota Surakarta dan tetap menjaga khasanah

lingkungan dan memperluas wawasan serta ikut meningkatkan moral,

pendidikan, budaya dan kesejahteraan masyarakat dalam kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan media massa modern.

Keberadaan TATV dimaksudkan sebagai media tayangan yang

menjadikan tontonan dan tuntunan bagi pemirsanya. TATV berusaha

untuk memberikan pelayanan berupa jenis siaran yang beragam,

interaktif, atraktif, dan up-to date, sehingga diharapkan TATV dapat

diterima di semua lapisan masyarakat Surakarta pada khususnya dan

seluruh pemirsa se-Jateng dan DIY pada umumnya.

Sebagai stasiun televisi lokal, TATV melihat adanya perubahan

yang lebih baik pada kehidupan masyarakat sebagai konsumen acara-

acara/program-program televisi. Oleh karena itu, TATV merasa perlu

untuk memberikan warna yang berbeda pada setiap produk acaranya

dengan mengedepankan hal-hal yang positif. Sebagai agen informasi,

74

Page 92: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TATV memiliki idealisme untuk memberikan berbagai dampak bagi

perkembangan dan kemajuan masyarakat.

TATV harus memposisikan dirinya sebagai televisi yang unik di

benak pemirsa, sehingga persepsi pemirsa tentang TATV juga jelas dan

solid. Hal ini bertujuan agar TATV dapat senantiasa diingat, disukai

dan ditonton masyarakat Solo. TATV memposisikan diri sebagai

televisi yang progresif dan positif artinya, TATV memiliki komitmen

yang kuat untuk memperjuangkan terciptanya masyarakat Indonesia

yang maju dalam segala aspek kehidupan, berdasarkan nilai-nilai

kehidupan yang positif. Komitmen ini dikomunikasikan oleh

manajemen TATV kepada pemirsa melalui TV Promo, Content

(Program on air), maupun lewat event off air secara terus menerus

(Intens). Tujuannya adalah untuk menciptakan persepsi tunggal yang

kuat di benak pemirsa tentang TATV sebagai televisi yang progresif

dan positif.

TATV memiliki jam siaran 18 (delapan belas) jam per hari dari

pukul 06.00 – 24.00 WIB. Susunan program TATV berangkat dari

informasi dan edukasi yang disajikan dalam bentuk hiburan

(entertainment), yang bertujuan untuk menjangkau pemirsa dari segala

usia, khususnya keluarga. Komposisi program acara TATV

dikategorikan sebagai berikut:

a. Hiburan, yang terdiri dari acara musik, film dan drama, program

acara anak, dan program acara variasi (variety show) yang berupa

siaran softnews seperti acara feature.

75

Page 93: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Berita, olahraga dan fitur, terdiri dari aneka macam berita (lokal,

nasional, dan mancanegara), talkshow, ceremonial, olahraga, dll.

Hingga saat ini, tayangan-tayangan TATV lebih dari 60% telah

diproduksi sendiri oleh TATV. Dengan berguru pada pengalaman, dan

stasiun-stasiun televisi lokal yang lain, maka TATV terus berkembang,

memperbaiki kualitas tayangan, dan terus berupaya supaya dapat

dinikmati oleh semua pemirsa Surakarta pada khususnya dan seluruh

pemirsa se-Jateng dan DIY pada umumnya.

II.A.2. Visi dan Misi

• Visi

Menjadi televisi yang memberi pencerahan pada paradigma

berpikir dan berperilaku masyarakat pemirsa, menuju

pembangunan manusia yang seutuhnya.

• Misi

Memberi sumbangsih yang berarti guna kemajuan

daerah/masyarakat pemirsa dalam segala bidang kehidupan,

melalui perubahan paradigma berpikir dan berperilaku

II.A.3. Slogan

“TATV MANTEB – MASA KINI DAN TETAP BERBUDAYA”

76

Page 94: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II.A.4. Data Media TATV

Transmisi Tower Height : 110 m Antenna Type : Omni Direction - Sira Italy 28 panels Power : 10 KWH (Pathuk - Jogjakarta),

2 KWH (Mojosongo - Solo). Channel : 50 UHF Frequency : 703.25 MHZ Studio Camera : Sony DSR - 390; DSR 50P; DSR 170 Studio : 3 Studios (Entertainment, Talk Show, News) Master Control : Character Generator (Inscriber dan Tittlebox),

Media player (Airbox), Router (Vikinx), VTR Sony - 1600P, Mixer Audio Midas 16 channel, Mixer Video (Panasonic MX-70), dan VDA (Miranda).

II.A.5. Komposisi Program Acara TATV

Berdasar content program, TATV menyuguhkan siaran lokal

sebanyak 60% dan universal 40%, dengan format siaran langsung (live)

50% dan recorded (50%). Komposisi program siaran TATV pun

bervariasi, meliputin news (37%), talkshow (20%), hiburan atau

entertainment (16%), culture (10%), sport (8%), religion (5%), dan

program acara anak-anak atau kids (4%). Serta dengan sumber program

In House (60%) dan Out Sourcing (40%).

II.A.6. Penggolongan Pemirsa

Berdasarkan usia, pemirsa TATV dibagi menjadi beberapa

kategori, mencakup dewasa sebanyak 40%, muda (30%), remaja (20%),

anak (10%). sedangkan berdasar atas SES (Social Economic Status),

77

Page 95: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pemirsa TATV digolongkan meliputi SES A sebanyak 10%,

SES B (10%), SES C (30%), SES D (25%), dan SES E (25%).

II.A.7. Coverage Area TATV

Jangkaun siaran TATV Surakarta meliputi seluruh eks

karisidenan Surakarta: Kota Surakarta (Solo), Kabupaten Klaten,

Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo,

Kabupaten. Karanganyar, Kota Jogjakarta (DIY), Kabupaten Sleman,

Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul,

Kabupaten Magelang, Sebagian Pati, Kudus, Wonosobo, Temanggung,

dan Ngawi.

II.A.8. Pola Siaran TATV

Sejak awal dioperasikan TATV Surakarta, pola siaran yang

mengacu pada pola siaran TV lokal. Hal ini dikarenakan, tujuan utama

didirikan TATV Surakarta untuk memenuhi kebutuhan akan informasi

bagi masyarakat Surakarta dan sekitarnya, yang selalu mengedepankan

nilai-nilai budaya lokal.

Acara yang diproduksi TATV Surakarta disebut juga pola acara

harian. Acara yang disajikan kebanyakan diproduksi sendiri, namun ada

beberapa acara yang me-relay dari MNC channel. Adapun acara-acara

yang diproduksi oleh TATV Surakarta mencapai 33 program acara.

Dari sejumlah program acara tersebut, mencakup siaran informasi

antara lain siaran berita lokal, nasional, internasional seperti; Surakarta

78

Page 96: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hari ini, Terang Pagi, Kabar Awan, Kabar Wengi, Kabar Bocah, Kabar

Gasik, Trang Sandyakala, Jogja Hari Ini, Sporta; siaran talkshow seperti

UMS Kick, UNS Menyapa, Fokus Kita, Jagongan Sargede, Forum

Solusi, Warna-Warni; serta siaran feature/magazine seperti Jelajah

Wisata dan Mampir Maem.

II.A.9. TATV Gallery

Off Air Events, Bus Panggung, Penghargaan dan Video lain-lain.

Control Room, Control Room Studio, Editing News Room, Editor News

Room, Front Office, Library, Longue, Marketing Room, Master Control

Room, Meeting Room, News Room, Parking Area, Post Production

Room, Promo Room, Studio 1, Studio 2, VIP Room, Voice Over Room.

II.A.10. TATV Office

Kantor Solo Alamat : Jl. Brigjend Katamso 173 Mojosongo, Solo. Phone : 0271 - 852643; 0271 - 858111 (Hunting) Fax : 0271 - 852522 Email : [email protected] Kantor Yogyakarta Alamat : Jl. Gajahmada No.52 Yogyakarta. Phone : 0274 - 510792 Kantor Jakarta Cp : David Haryanto (Marketing & Comm. Manager TATV Jakarta Representation) Phone : 0816 139 3275; 0888 8740 335; 021 - 98297883 Fax : 0816 135 4333; 021 - 56964674 Email : [email protected]

[email protected]

79

Page 97: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II.B. Gambaran Umum Program Acara Keroncong di TATV

II.B.1. Program Acara Keroncong di TATV

TATV Surakarta merupakan televisi lokal yang berdomisili di

daerahnya (Surakarta dan sekitarnya) memiliki program acara hiburan

musik daerah. Program acara musik daerah yang diberikan salah

satunya adalah musik keroncong. Program acara musik keroncong di

TATV Surakarta diberi nama “KERONCONG”. Program acara ini,

merupakan program musik keroncong secara live (siaran langsung)

yang diisi oleh orkes atau grup-grup keroncong dari Surakarta dan

sekitarnya, berkerja sama dengan HAMKRI (Himpunan Artis Musik

Keroncong Republik Indonesia) Surakarta yang di ketuai oleh Hj.

Waljinah. Program acara musik seperti keroncong ditayangkan guna

mengeksiskan kembali musik keroncong yang hampir punah.

II.B.2. Latar Belakang Program Acara Keroncong di TATV

Berlandaskan visi dan misi TATV Surakarta, serta di usungnya

selogan “TATV MANTEB – MASA KINI DAN TETAP BERBUDAYA”.

Tidak dapat disangkal bahwa TATV ingin berperan dalam pelestarian

budaya daerah di wilayahnya. Maka dibentuklah suatu program acara

dengan nuansa kedaerahan. Salah satunya adalah program acara musik

keroncong yang merupakan budaya daerah asli Solo. Program acara ini

menampilkan lagu-lagu keroncong secara langsung (live).

80

Page 98: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II.B.3. Sasaran dan Tujuan Program Acara Keroncong di TATV

Sasaran dari program acara ini adalah seluruh lapisan

masyarakat Surakarta pada umumnya, terutama masyarakat pecinta

musik keroncong. Sedangkan tujuan dari diadakannya program acara

keroncong ini adalah sebagai wujud melestarikan budaya.

II.B.4. Pelaksanaan Program Acara Keroncong di TATV

Program acara keroncong disiarkan satu minggu sekali, yaitu

pada hari Senin pukul 21.00 s.d. 22.00 WIB. Lamanya siaran selama 1

jam (60 menit), dalam setiap penayangannya program acara keroncong

ini dapat menampilkan 6 buah lagu keroncong. Kerjasama dengan

HAMKRI Cabang Surakarta, program acara keroncong pada setiap

minggunya selalu menghadirkan orkes atau grup-grup keroncong yang

sudah tersusun sesuai jadwal. Orkes atau grup-grup keroncong sebagai

pengisi acara, mereka membawakan lagu yang bisa langsung didengar

dan dinikmati oleh pendengar.

81

Page 99: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

III.A. Data dan Karakter Informan

Tabel III. 1 Data Informan

No Nama Keterangan

1. Iswahyudi Tedjo Yuwono Ketua Departemen Pengembangan dan

Kreatifitas Program TATV Surakarta

(Penanggung Jawab produksi Acara

Keroncong TATV)

2. Philiphus Sriyatno Produser Acara Keroncong TATV

3. Zaenal Abidin, S.Pd Bagian Pengawasan Isi Penyiaran

KPID Provinsi Jawa Tengah

4. Hj. Waldjinal Ketua HAMKRI (Himpunan Artis

Musik Keroncong Indonesia) cabang

Surakarta.

5. Erna (OK Solo Manise) Sekretaris HAMKRI dan Pimpinan

Orkes Keroncong Solo Manise

6. Bambang Herkamto (OK Anis

Merah Bintang)

Pimpinan Orkes Keroncong Anis

Merah Bintang

7. Joko Bekti Haryono (OK Bok

Bolong)

Pimpinan Orkes Keroncong Buk

Bolong Sukoharjo

8. Ari Mulyono (OK Irama Tirta) Pimpinan Orkes Keroncong Irama Tirta

(OK PDAM Surakarta)

9. Eka Wijaya (OK Damai

Musik)

Pimpinan Orkes Keroncong Damai

Musik

10. Subandono (OK Solo Balapan) Pemirsa Acara Keroncong TATV

11. Winarni Pemirsa Acara Keroncong TATV

82

Page 100: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12. Sancoko Pemirsa Acara Keroncong TATV

13. Teguh Pemirsa Acara Keroncong TATV

14. Sukarno Pemirsa Acara Keroncong TATV

15. Saryoko Kasie. Pengendalian Evaluasi dan

Pelaporan, Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Surakarta.

Informan 1 : Iswahyudi Tedjo Yuwono (45) atau yang biasa disapa Pak Uud

adalah Ketua Departemen Pengembangan dan Kreatifitas

Program TATV Surakarta. Pria kelahiran Klaten ini memulai

kariernya di TATV pada tahun 2004 bersamaan dengan

berdirinya TATV sebagai koordinator kameraman, kemudian jadi

produser, manager produksi, dan sekarang dipercaya memegang

departemen pengembangan dan kreatifitas program. Dibalik

sosoknya yang terkesan serius, pria berawakan tinggi kurus ini

memiliki pembawaan yang ramah, santai, dan juga gemar

bercanda.

Informan 2 : Philiphus Sriyatno (44) biasa dipanggil Pak Nono menjabat

sebagai Produser program acara Keroncong TATV. Selain

memegang peran sebagai produser acara keroncong, beliau juga

memproduseri 6 program acara di TATV. Pria yang mengaku

menyukai seni musik ini sangat ramah dan enak diajak ngobrol.

Informan 3 : Zaenal Abidin (45) merupakan Staf Bagian Pengawasan Isi

Penyiaran KPID Provinsi Jawa Tengah. Pria yang memiliki gelar

Sarjana Pendidikan ini juga merupakan salah satu staf HRD Suara

Merdeka Semarang yang masih aktif. Selain aktif di KPID dan

83

Page 101: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Suara Merdeka beliau juga aktif dalam Lembaga Swadaya

Masyarakat PETIR (Penyumbang Titipan Rakyat) yang sampai

sekarang dipimpinnya. Karena aktifitas beliau di LSM ini beliau

terkenal dengan panggilan Zaenal “Petir”.

Informan 4 : Hj. Waldjinal (65) merupakan salah satu Maestro Keroncong

asli Solo. Bungsu dari sepuluh bersaudara ini sejak kecil memang

senang sekali menyanyi. Anak dari Wiryo Rahardjo ini, menjadi

penyanyi langgam jawa dan keroncong sejak umur 12 tahun

hingga sekarang. Yen Neng Tawang Ono Lintang merupakan lagu

ciptaan Andjar Any yang melambungkan nama Waldjinah pada

tahun 1960-an. Saat ini pelantun lagu Walang Kekek ini, selain

masih eksis menyanyi keroncong, beliau juga menjadi Ketua

HAMKRI (Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia) Cabang

Surakarta.

Informan 5 : M.P. Erna M.S. (56) merupakan Sekretaris HAMKRI dan

Pimpinan Orkes Keroncong Solo Manise. Wanita yang lebih

akrab dipanggil Bu Erna ini adalah sosok wanita karier yang

tangguh, beliau memiliki usaha MLM (Multy Level Marketting)

produk suplemen kesehatan dan jamu yang dimulai dari bawah

hingga sukses. Beliau menyukai musik keroncong karena

menganggap keroncong sebagai budaya daerah harus dicintai dan

dilestarikan.

Informan 6 : Bambang Herkamto (56) merupakan Pimpinan OK Anis Merah

Bintang. Pria yang dikenal dengan sapaan Pak Bambang ini jatuh

84

Page 102: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cinta kepada musik keroncong sudah lama saat beliau masih

muda. Selain itu, pria ramah yang hobi memelihara burung kicau

ini memiliki isatri seorang penyanyi keroncong. Bersama istrinya,

Pak Bambang mendirikan OK Anis Merah Bintang dan

mengelolanya sampai sekarang.

Informan 7 : Joko Bekti H (53) merupakan pimpinan OK Bok Bolong

Sukoharjo. Pria humoris ini akrab dipanggil dengan nama Joko

Blangkon, karena seringnya beliau memakai blangkon disetiap

aktifitasnya. Selain sebagai seniman keroncong, beliau

merupakan dosen matematika di Universitas Veteran Sukohajo.

Pak Joko menyukai keroncong karena hobi dan merasa terdorong

untuk melestarikan budaya daerah asli Solo. Hal tersebut beliau

buktikan dengan mendirikan orkes keroncong dan mengabdikan

diri sebagai anggota HAMKRI Surakarta.

Informan 8 : Ari Mulyono (46) merupakan Pimpinan OK Irama Tirta. Beliau

berprofesi sebagai pegawai PDAM Kota Surakarta, kecintaannya

terhadap keroncong disalurkannya dengan membentuk orkes

keroncong yang beranggotakan para pegawai PDAM Surakarta

yang diberi nam “Irama Tirta”. Kecintaannya terhadap musik

keroncong tertular dari sang ibu yang merupakan maestro

keroncong asal Solo, Hj. Waldjinah. Pak Ari merupakan putra

ke-3 Hj. Wadjinah. Selain piawai bernyanyi keroncong, pria

berkumis ini pun bisa memainkan alatmusik keroncong dengan

baik, khususnya alat musik flute.

85

Page 103: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Informan 9 : Eka Wijaya (57) merupakan Pimpinan OK Damai Musik.

Kecintaan terhadap keroncong beliau dapat dari muda, terbentuk

oleh lingkungan masyarakat yang menggemari musik keroncong.

selain sebagai seniman keroncong, pria dengan tiga putra ini

merupakan pengusaha elektronik yang memiliki sebuah toko di

Palur, Karanganyar. Pria Tionghoa ini menganggap keroncong

adalah budaya Indonesia yang harus dicintai dan dilestarikan.

Informan 10 : Subandono (64) adalah Pembina OK Solo Balapan. Selain itu,

beliau juga merupakan pensiunan PT. KAI Depo Solo Balapan.

Bermain keroncong adalah hoby yang mulai ditekuninya pasca

pensiun. Pria ramah dan sopan ini mengaku baru beberapa tahun

menekuni dunia keroncong, akantetapi walaupun begitu beliau

terus mengikuti perkembangan keroncong di Surakarta, baik

lewat radio maupun televisi.

Informan 11 : Winarni (40) adalah seorang buruh yang bekerja di salah satu

pabrik textile di Solo. Ibu yang akrab dengan panggilan Bu Narni

ini mengaku suka keroncong sekitar 19 tahun yang lalu, akibat

seringnya mendengarkan lagu-lagu keroncong yang disukai oleh

Bapaknya. Ibu Narni memiliki suami yang bermain keroncong

untuk OK Solo Balapan.

Informan 12 : Sancoko (52) merupakan pegawai PT. KAI Depo Solo Balapan.

Beliau menyukai musik keroncong sejak berdirinya OK Balapan.

Pak Sancoko sering bernyanyi keroncong untuk OK Solo Balapan

sebagai hoby-nya. Kesukaannya terhadap keroncong menjadikan

86

Page 104: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

beliau terus mengikuti perkembangan keroncong. Beliau sangat

menyukai acara keroncong di TATV.

Informan 13 : Teguh Siswowibowo (21) adalah seorang mahasiswa FKIP

Geografi Semester 6 UNIVET Sukoharjo. Pria kelahiran

Wonogiri, 21 tahun yang lalu ini pada dasarnya menyukai musik.

Pria mungil yang akrab disapa Teguh ini mengaku menyukai

keroncong sejak dirinya bergabung dengan OK UNIVET. Sebagai

seorang yang baru mengenal dunia keroncong, Teguh selalu

mengikuti perkembangan keroncong dari TATV yang

menayangkan acara keroncong.

Informan 14 : Sukarno (31) adalah seorang penyanyi keroncong di OK Buk

Bolong Sukoharjo. Pria yang biasa dipanggil Nano ini sangat

boby bernyanyi keroncong, setiap ada latihan keroncong Nano

selalu menyempatkan diri untuk hadir. Pria Sekuter (Suka

mengendarai Vespa) ini mengaku menyukai keroncong sejak

kecil, yang dianggapnya musik keroncong lebih bagus daripada

musik bergenre pop atau rock.

Informan 15 : Saryoko (51) merupakan pegawai Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Surakarta. Pak Yoko panggilannya menjabat

sebagai Kasi. Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan di lembaga

kedinasan tersebut. Kecintaannya terhadap seni dan budaya

terlihat dari semangatnya bercerita tentang kekeyaan budaya jawa

di Surakarta.

87

Page 105: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III.B. Sejarah Seni Keroncong di Surakarta Sebelum Hadirnya TATV

Musik keroncong yang tumbuh, hidup dan berkembang di bumi

nusantara semakin tampak jelas, terutama di Jawa yang merupakan pusat

pengembangan yang utama abad ke-20. Di awal abad 20 musik keroncong

menyebar dengan cepat, antara lain dengan concour yang diadakan di

pasar-pasar malam dan semakin dirasakan sebagai warisan budaya. Sejak

itu pula pusat-pusat dunia keroncong berkembang di daerah kebudayaan

Jawa.126 Pada waktu itu pula, kendatipun musik keroncong belum

menemukan bentuk yang sempurna, namun sudah mendapat tempat di hati

masyarakat. Hal ini diperkuat oleh Tancil Paco yang menyatakan bahwa

pada tahun 1920-an lagu-lagu keroncong sudah menyebar luas dan

digemari orang, walaupun pada waktu itu perbendaharaan lagu-lagu

keroncong masih kurang, namun musik keroncong di Semarang-Jawa

Tengah merintis lagu daerah yang dikeroncongkan.127

Musik keroncong mulai masuk ke Surakarta sekitar tahun 1930-an,

walaupun sebenarnya sudah ada terlebih dulu di Jakarta. Awal

perkembangan keroncong di Surakarta muncul pada saat diadakannya

festival musik di Sriwedari yang menampilkan berbagai jenis musik

termasuk keroncong. Dari festival itulah muncul kumpulan orkes-orkes

keroncong. 128

126 Judith Becker. Keroncong, Indonesian Popular Musik dalam Asian Music VII Vol. ll. 1975. hal. 15. 127 Budiman. Mengenal Keroncong Dari Dekat. (Jakarta: Perpustakaan Akademi Musik LPK, 1979). hal. 76. 128 Hersapandi. Wayang Wong Sriwedari: Dari Seni Istana Menjadi Seni Komersil. (Yogjakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 1999). hal. 1

88

Page 106: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pendapat di atas sependapat dengan apa yang dikatakan oleh

informan 4 yang menyatakan bahwa tahap perkembangan keroncong di

Solo dimulai dari diadakannya festival musik di Sriwedari.

“Awal mulanya keroncong mulai dikenal di Solo menurut sejarahnya dulu berasal dari acara festival musik di Sriwedari waktu itu. Di festival itu pas ditampilkan keroncong. Dari situ keroncong mulai dikenal dan diminati. Terus muncullah orkes-orkes keroncong di Surakarta.”

Selain menjelaskan tentang festival musik di Sriwedari yang

menjadi tolak ukur perkembangan keroncong di Solo saat itu, menurut

informan 7 perkembangan keroncong di Solo terjadi pada era tahun 1930-

an yang ditandai dengan munculnya grup-grup keroncong di Surakarta.

“Munculnya keroncong di Solo menurut sejarah yang saya dengar dan saya baca dari buku sekitar tahun 1930-an saat itu di Sriwedari di adakan acara festival musik. Nah, keroncong salah satunya yang tampil. Dari festival itu keroncong mulai dikenal luas di Solo dan grug-grup keroncong mulai bermunculan saat itu”

Budiman dalam bukunya yang berjudul Mengenal Keroncong Dari

Dekat bahwa dari pengadaan festival musik di Sriwedari muncul sebuah

nama perkumpulan orkes keroncong yang di kenal dengan nama orkes

keroncong Monte Carlo. Orkes ini terkenal dengan pembaharuan-

pembaharuannya mengenai irama dan lagu-lagu diantaranya Keroncong

Rumba. Menyusul kemudian munculnya perkumpulan orkes keroncong

baru yaitu OK MAKRO yang bermarkas di Singosaren. MAKRO berasal

dari singkatan Marsudi Agawe Rukun Kesenian lan Olahraga. Penyanyi

yang terkenal dari OK MAKRO yaitu Gesang. 129

129 Budiman. Mengenal Keroncong Dari Dekat. (Jakarta: Perpustakaan Akademi Musik LPK, 1979). hal. 115.

89

Page 107: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Munculnya perkumpulan orkes keroncong seperti Monte Carlo dan

MAKRO berpengaruh terhadap perkembangan munculnya orkes

keroncong lainnya. Menurut Budiman, pada era tahun 1930-an di Solo

muncul orkes-orkes keroncong besar dan kecil. Selain Monte Carlo dan

MAKRO muncul pula salah satunya Orkes Keroncong Kembang Kacang,

di orkes ini Gesang, maestro keroncong asal Solo mengembangkan

dirinya sebagai penyanyi dengan suara yang khas, karena dianggap

memiliki ciri sendiri dibanding penyanyi keroncong lainnya.130

Kepopuleran keroncong pada waktu itu memang memunculan

grup-grup keroncong di Surakarta. Hal ini dijelaskan oleh Andjar Any,

bahwa pada tahun 1950-an, Surakarta kebanjiran orkes musi keroncong.

jumlahnya cukup banyak dengan persebaran daerah yang luas. Beberapa

orkes sekaligus daerah mereka berasal debagai berikut:

1. OK irama Sehat : Pring Gading

2. OK Irama Sederhana : Mangkuyudan

3. OK Cempaka Putih : Semanggi

4. OK Bintang Surakarta : Mangkuyudan

5. OK Satria : Kawatan

6. OK Setia Kawan : Gading

7. OK Irama Muda : Pasar Kliwon

8. OK Cendrawasih : Gondang

9. OK Suara Muda : Wirengan

10. OK Sema Sakti : Mangkubumen

130 Ibid.

90

Page 108: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11. OK Mawar Merah : Mangkubumen

12. Dan lain-lain.

Selain orkes, ada beberapa nama penyanyi Solo yang sangat

terkenal mereka adalah Maryati, Sayekti, dan Prapti. Ketiga penyanyi ini

adalah penyanyi pilihan dari radio orkes. Uniknya setiap penyanyi

memiliki gaya khas sendiri-sendiri. Andjar Any menambahkan bahwa

pada periode tahun 1950 sampai 1960-an pemusik keroncong di kota Solo

sudah tak terhitung lagi banyaknya, namun demikian ada satu

perkumpulan orkes keroncong yang perlu kita ingat yaitu Orkes

Keroncong Bintang Surakarta yang dipimpin oleh Waldjinah Budi. Orkes

ini begitu cepat menanjak namanya, bahkan boleh dikatakan orkes ini

adalah salah satu orkes keroncong yang dapat menerobospadatnya lagu-

lagu pop dan dangdut kala itu.131

Membicarakan perkembangan keroncong di Jawa Tengah rasanya

sangatlah kurang ketika tanpa membicarakan Langgam Jawa. Dalam

perkembangannya, langgam jawa mampu merebut hati penggemar musik

tradisional. Bahkan langgam jawa eksis bersama dengan eksisnya musik

keroncong. Ditambahkan oleh Judith Backer, bahwa awal mula

perkembangan musik keroncong di Jawa Tengah khususnya di Surakarta

dipengaruhi oleh musik gamelan (langgam jawa). Menurut Judith Becker

pengaruh gamelan jawa mulai ada sejak sebelum kemerdekaan, lebih jauh

dan spesifik Judith mengatakan:

131 Wawancara dengan Andjar Any, tanggal 17 Februari 2005 dalam Sunu Nugroho Widi Ariyanto. Skripsi: Perkembangan Musik keroncong Di Surakarta Tahun 1930-1968. (Surakarta: UNS, 2007), hal. 62.

91

Page 109: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“……keroncong came into direct contact with a strongly entrenched indigenous music system, the Central Javanese gamelan tradition. In central Java, kroncong became "gamelanized" both musically and in its affective conotations and associative meanings, and it became respectable. The instrument of accompaniment, instead of playing the “um-ching” of the simplest kroncong accompaniment, play the melodic pattrens and figurations of some of the instruments of the gamelan “. (keroncong berhubungan langsung dengan tradisi gamelan Jawa. Di Jawa Tengah keroncong "digamelanisasikan", bäik konotasi dan asosiasinya maupun segi musik dan artinya, dan menjadikan keroncong dihargai. Alat-alat pengiringnya, di samping memainkan “um-ching” susunan paling sederhana keroncong, juga memainkan figurasi dan pola-pola melodis beberapa alat gamelan). 132

Ernest Heins dalam tulisannya yang berjudul Kroncong And

Tajidor: Two Cases Of Urban Folk Music In Jakarta menyebutkan bahwa

pengaruh tradisi gamelan jawa menghasilkan sebuah reportoar yang

disebut “Langgam Jawa”. Dua unsur yang ada dalam kategori ini adalah

syair dalam Bahasa Jawa dan tangga nada serta iramanya juga dari musik

daerah.133 Fungsi instrumentasi dan nada direkayasa agar tercapai suara

tradisional, walaupun alat musik yang digunakan sama ketika mengiringi

reportoar keroncong asli, langgam keroncong, stambul dan lagu-lagu

ekstra. Dalam uraian singkatnya Yanpolsky berpendapat bahwa langgam

Jawa adalah bentuk keroncong daerah yang dinyanyikan dalam Bahasa

Jawa, dan erat kaitannya dengan kota Surakarta di Jawa Tengah.134

Seperti halnya yang disampaikan oleh A.H. Soeharto dalam

bukunya Serba-serbi Keroncong bahwa pada tahun 1955 lagu langgam

jawa mulai merebak. Soeharto mengatakan, memang pada era 1950-an

132 Judith Becker. Keroncong, Indonesian Popular Musik dalam Asian Music VII Vol. ll. 1975. hal. 15. 133 Ernest Heins. Kroncong And Tajidor; Two Cases Of Urban Folk Music In Jakarta dalam Asian Music VII Vol 1, 1975. hal. 25. 134 Adi Wasono. Langgam Jawa: Faktor-Faktor Penyebab dan Wujud Perkembangan Tahun 1976-1971. STSI Surakarta.1999.

92

Page 110: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

langgam jawa semakin populer, dan beberapa diantaranya dipolulerkan

oleh Orkes Keroncong Irama Langgam dan Orkes Keroncong Bintang

Soerakarta. Tahun 1959 diselenggarakan lomba lagu langgam Kembang

Kacang yang berhasil mengorbitkan penyanyi Waldjinah sebagai Ratu

Kembang Kacang. 135

Pernyataan di atas dibenarkan oleh informan 4 yang

mengungkapkan perkembangan keroncong di Jawa Tengah tidak dapat

dilepaskan dengan unsur langgam jawa.

“Sejarah berkembangnya keroncong di Jawa Tengah, khusunya di Solo tidak bisa dipisahakan dari langgam jawa-nya. Irama keroncong kan halus sekali, dan kita orang timur suka sekali dengan yang halus-lemah lembut, apalagi di Solo ini. Keroncong pernah masuk pada massa kejayaannya salah satunya saat keroncong mulai dipadukankan dengan langgam jawa. Dan kemudian dikenal dengan langgam keroncong. Makanya pada massa itu keroncong mulai disukai masyarakat.”

Selain itu, Infoman 7 menambahkan bahwa perkembangan

langgam jawa mulai masuk dalam musik keroncong di tandai dengan

munculnya seniman pencipta lagu keroncong langgam jawa yang

menandai semakin menguatnya irama keroncong langgam jawa.

“Memang pada perkembangannya waktu itu keroncong tidak dapat dipisahkan dari unsur langgam jawa. Pada tahun 1960-an semakin menguatnya irama langgam jawa, saat itu keroncong berkembang sekali bersama munculnya seorang Anjar Any dengan lagu ciptaannya Yen Ing Tawang Ono Lintang, terus Dharmanto dengan lagu Lara Brata. Dan Bu Waldjinah yang saat itu terkenal sekali dengan lagunya seperti Yen Ing Tawang Ono Lintang dan Walang Kekek. Saat itu memang keroncong mengalami massa keemasannya di Solo, hal itu tidak dapat dipisahkan dari kaitannya dengan pengaruh langgam jawa.”

Di Jawa Tengah, keroncong dipadukan dengan musik gamelan

(langgam jawa) menjadi musik yang lebih dihargai. Tempat yang

135 AH Soeharto. Serba-serbi Keroncong. (Yogjakarta: Dian Aksara, 1999). hal. 41.

93

Page 111: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menjadikan langgam jawa tetap eksis adalah Kota Solo. Hal tersebut salah

satunya disebabkan karena apresiasi terhadap langgam jawa sangat tinggi.

Seperti yang di ungkapka informan 7, pada tahun 1960 semakin

menguatnya irama langgam keroncong, tercatat beberapa seniman pencipta

lagu langgam jawa, antara lain; Andjar Any dengan lagu ciptaannya “Yen

Neng Tawang Ono lintang”, S. Dharmanto dengan lagu ciptaannya “Lara

Brata”. Tidak disangkal langgam jawa adalah anak kandung keroncong

hasil perkawinan dengan irama daerah jawa yang banyak digemari oleh

masyarakat.

Perkembangan kepoluleran musik keroncong di Solo tidak selalu

berada dimasa-masa keemasan saja, namun keroncong juga mengalami

masa-masa kemunduran. Pada tahun 1960-an keroncong mengalami masa

kemunduran seiring masuknya budaya barat yang masuk ke Indonesia.

Sedikit demi sedikit kepoluleran musik keroncong terganti oleh musik-

musik modern dari budaya barat.

Dijelaskan oleh Sunu Nugroho Widi Ariyanto dalam skripsinya

yang membahas tentang sejarah perkembangan keroncong di Surakarta

mengungkapkan bahwa pada tahun 1966 setelah jatuhnya Presiden

Soekarno, pemerintah digantikan oleh Soeharto dan kebijakan-kebijakan

baru pun dibuka. Pengaruh barat mengalir deras masuk ke Indonesia.

Perlahan-lahan pamor keroncong juga mulai menurun diterpa arus musik

modern. Di Solo sendiri, mundurnya Keroncong juga disebabkan

menjamurnya pusat hiburan yang menyajikan musik-musik modern. Selain

itu matinya kelompok orkes keroncong juga membuat eksistensi

94

Page 112: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keroncong menurun. Menurut W.S. Nardi, mundurnya orkes keroncong

juga disebabkan karena meninggalnya pimpinan orkes yang pada akhirnya

tidak ada gantinya.136

Sebagai seniman keroncong yang juga hidup pada masa itu,

informan 4 juga mengatakan keroncong mengalami masa kemunduran.

Hal itu terjadi akibat masuknya budaya barat ke Indonesia dan keroncong

mulai kalah bersaing dengan musik yang berasal dari budaya barat

tersebut.

“Keroncong di Solo juga mengalami masa-masa kemunduran. Ya memang saat itu perkembangan musik di Indonesia berkembang dengan masuknya musik-musik dari barat. Lama kelamaam musik-musik seperti musik pop dan musik melayu atau dangdut juga berkembang dan disukai masyarakat. Keroncong sendiri juga lama kelamaan mengalami massa kemunduran. Karena minat masyarakat yang berubah menyukai musik yang bisa dikatakan modern dari budaya barat itu.”

Pandangan yang sama pun diungkapkan oleh informan 7 yang

beranggapan selain musik keroncong kalah popular dibandingkan musik

dari budaya barat, keroncong di Solo mengalami kemunduran akibat

kurang sempurnanya regenerasi kelompok-kelompok orkes keroncong.

Pendapat informan 7 ini sejalan seperti yang dikatakan W.S. Nardi yang

juga menyoroti kemunduran keroncong pada regenerasi dalam kelompok

orkes keroncong.

“Masa-masa keroncong mengalami kemunduran, memang faktor utamanya yaitu masuknya pengaruh budaya barat. Lama-lama minat masyarakat beralih ke musik barat yang lebih modern dan lebih energik. Mungkin pada saat itu masyarakat mengalami kebosanan dengan musik keroncong yang iramanya halus dan lemah lembut. Karena kurang minatnya masyarakat akan musik keroncong, ini berpengaruh pada proses regenerasi orkes keroncong. Regenerasi yang buruk menjadikan orkes keroncong tidak ada penerusnya dan lama-lama mati. Karena mengang

136 Sunu Nugroho Widi Ariyanto. Skripsi: Perkembangan Musik keroncong Di Surakarta Tahun 1930-1968. (Surakarta: UNS, 2007), hal. 52.

95

Page 113: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

minat masyarakat terhadap keroncong beralih pada musik-musik dari budaya barat seperti musik pop. Ya dapat kita lihat seperti sekarang ini.”

Musik keroncong merupakan kesenian daerah yang harus dijaga

keberadaannya dan terus dikembangkan agar tidak punah. Dewasa ini

kesenian keroncong mulai pudar seiring dengan perkembangan zaman,

seni musik keroncong mulai tergeser oleh musik-musik hasil budaya barat,

seperti rock, pop, R and B dan lain-lain. Musik keroncong seharusnya

menjadi salah satu budaya bangsa yang digandrungi oleh generasi muda

bangsa, akan tetapi telah banyak generasi muda yang tidak

memperhatikan atau malah dilupakan. Sebagai anak bangsa yang

mencintai budaya bangsa, seharusnya kita mampu melestarikan dan

mengembangkan seni-budaya Indonesia, dalam hal ini khusunya

keroncong agar tetap ada.

Dalam perkembangannya musik keroncong di Indonesia terutama

di Surakarta mengalami berbagai macam kondisi. Akan tetapi seiring

perkembangan zaman dan munculnya berbagai golongan masyarakat yang

peduli terhadap budaya daerah. Memasuki dekade tahun 2000 keroncong

ternyata berkembang lebih baik. Seperti yang dikatakan oleh informan 4

yang menjadi Ketua HAMKRI Surakarta:

“Sebelum saya memimpin HAMKRI, kira-kira tahun 2004, kondisi keroncong bisa dibilang sangat memprihatinkan, pada saat itu grup keroncong di Solo cuma ada 12 grup dan jarang sekali ada lomba-lomba keroncong, akan tetapi sehabis tahun 2004 HAMKRI berkerja sama dengan pemerintah untuk menggiatkan kembali keroncong, Alhamdulillah telah banyak mengadakan lomba-lomba dan grup-grup keroncong pun semakin bertambah.”

Melalui pernyataan informan 4 tersebut, pada tahun 2004

keroncong mulai mengalami perkembangan seiring mendapat perhatian

96

Page 114: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dari berbagai pihak untuk menggiatkan kembali keroncong dengan

mengadakan lomba-lomba keroncong. Akan tetapi, menurut informan 7

pengadaan lomba-lomba keroncong belum cukup untuk mengembalikan

kembali popularitas keroncong agar benar-benar lestari dan berkembang.

Karena itu informan 7 mengungkapkan perlunya sebuah wadah agar

keroncong lebih diminati masyarakat luas.

“Pada sekarang ini kondisi keroncong memang berangsur membaik. HAMKRI yang berkerjasama dengan pemerintah telah banyak menyelanggarakan lomba-lomba keroncong dan perlahan grup-grup keroncong di Solo yang dulu mati kembali eksis lagi. Akan tetapi untuk lebih melestarikan keroncong perlu adanya suatu wadah yang dapat kembali mengangkat pamor keroncong di mata masyarakat agar keroncong lebih bisa diminati masyarakat lagi. Sekarang ini kan kita tahu masyarakat, khususnya generasi muda pasti lebih menyukai musik pop daripada musik keroncong.”

Pendapat yang sama pun disampaikan oleh informan 5 yang

menilai untuk lebih mengembangkan serta melestarikan keroncong perlu

adanya sebuah wadah atau media yang dapat mengembalikan minat

masyarakat kepada musik keroncong.

“Keroncong di Solo sekarang ini memang perkembangannya

berangsur membaik. Peran HAMKRI mengadakan acara-acara keroncong dan lomba-lomba serta perhatian pemerintah menjadi salah satu penyebabnya. Tapi perlu adanya suatu untuk mengubah persepsi masyarakat agar keroncong tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Seperti adanya siaran radio atau televisi yang menyiarakan keroncong akan memberikan tempat untuk keroncong supaya lebih bisa diterima masyarakat”.

Keberadaan media sebagai tempat untuk menjadikan keroncong

lebih berkembang, menurut informan 4 juga memiliki peranan tersendiri

dalam perkembangan keroncong di Surakarta. Seperti yang dikatakan

informan 4 salah satunya adalah RRI Surakarta yang menyiarkan musik

97

Page 115: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keroncong menjadikan musik keroncong, khususnya di Surakarta lebih

perkembang dan dapat dinikmati oleh masyarakat.

“Peran RRI dalam perkembangan musik keroncong di Surakarta sangat baik sekali. Saat kini sedikit sekali radio yang menyiarkan acara keroncong tapi saya salut dengan RRI Surakarta yang menyiarkan keroncong sampai saat ini. Saya kira pendengar acara keroncong di RRI juga banyak yang suka. Jadi RRI Surakarta memiliki peran penting dalam melestarikan musik keroncong di Surakarta supaya tetap ada dan tidak mati.”

Sama halnya dengan informan 9 yang menganggap siaran musik

keroncong di RRI Surakarta memiliki pengaruh besar terhadap kelestarian

dan perekembangan keroncong di Surakarta, tidak hanya itu siaran musik

keroncong di RRI Surakarta mampu mewadahi para pecinta musik

keroncong.

“Menurut saya RRI Surakarta memiliki peran penting dalam

melestarikan musik keroncong di Surakarta. Karena memang di Solo tidak ada lagi stasiun radio selain RRI Surakarta yang menyiarkan musik keroncong. RRI ini bagus sekali. Nama acaranya itu Keroncong Pojok Pamor. RRI menyelenggarakan Keroncong Pojok Pamor secara live, jadi ada grup keroncong membawakan lagu, ada penontonnya juga dan disiarkan RRI secara langsung. Dan penontonnya di RRI itu banyak orang yang datang serta memiliki komunitas pendengar yang setia, termasuk saya. Nah, itu bagus untuk keroncong supaya tetap lestari dan tidak punah.”

Menurut uraian di atas memang perkembangan musik keroncong di

Surakarta tidak lepas dari pengaruh media radio yang menyiarkan acara

musik keroncong. Radio memiliki komunitas pendengar yang setia

memberikan tempat bagi musik keroncong untuk diapresiasi masyarakat

secara luas. RRI (Radio Republik Indonesia) Surakarta memiliki wadah

komunitas atau paguyuban yang diberi nama paguyuban “PAMOR”.

98

Page 116: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Paguyuban Pamor dibentuk pada tahun 1997 yang bertempat di

RRI Surakarta. Paguyuban Pamor sendiri terdiri dari masyarakat

karesidenan Surakarta yang mencintai musik keroncong dan ingin tetap

mengembangkan musik keroncong. Paguyuban Pamor RRI Surakarta

memiliki visi dan misi sebagai wadah pendengar RRI Surakarta yang

menjalin persaudaraan yang akrab dan tulus. Dengan visi dan misi tersebut

diharapkan pamor dapat menjaga kelestarian budaya Jawa. Keroncong

pojok Pamor ini dipelopori oleh Bapak Jangkung dan Ibu Lita. Beliau

berdua ini adalah anggota dari Pamor RRI. Beliau sebagai pelopor untuk

mendirikan Keroncong pojok Pamor pada tanggal 15 Oktober tahun 2000.

Keroncong pojok Pamor ini siaran dalam satu bulan hanya dua kali, yaitu

pada minggu pertama dan minggu ketiga. Kesenian tradisional yang

ditampilkan dalam siaran Keroncong pojok Pamor mempunyai suatu nilai-

nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Sehingga dapat mempengaruhi

masyarakat dan juga kesenian tradisional tersebut merupakan penampilan

dari keadaan masyarakat yang sedang terjadi. Oleh karena itu RRI

Surakarta sebagai radio siaran publik yang dimiliki oleh pemerintah,

mencoba untuk lebih mempopulerkan dan mempertahankan keberadaan

kesenian kebudayaan Jawa melalui suatu acara Keroncong pojok Pamor

yang didalamnya terdapat lagu-lagu daerah. 137

Menyimak apa yang dikemukakan di atas, peneliti dapat

mengamati bahwa dengan tampilnya keroncong di media dapat memberi

ruang bagi keroncong untuk di apresiasi oleh masyarakat. Hal ini terlihat

137 Faradyan Erwanto. Skripsi: Program Siaran Budaya Pada Radio RRI dan Pelestarian Kebudaya Jawa. (Surakarta: UNS, 2011), hal. 36-37.

99

Page 117: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dari siaran keroncong di radio yang memiliki komunitas pengemar sendiri.

Pengemar keroncong tidak lain adalah pendengar radio atau dalam hal ini

konsumen media.

Hadirnya media massa dapat memberi dampak pada pelestarian

dan perkembangan suatu kebudayaan. Jika media tersebut mau

menayangkan program acara budaya. Saat ini, media berlomba-lomba

memberikan informasi dengan sifat-sifat yang dimilikinya. Media massa

pun dapat merubah sikap seseorang. Sehingga, khalayak sendiri akan

melihat sejauh mana informasi yang ia dapatkan dari menggunakan media

massa tersebut, dan nantinya apakah akan berpengaruh pada kehidupan

sehari-hari. Perubahan perilaku manusia akan terlihat setelah diterpa pesan

media. Oleh karena itu setiap media memiliki cara tersendiri dalam

menyampaikan pesan kepada manusia.

Menurut Denis McQuail (2000) dalam bukunya Mass

Communications Theory menyatakan bahwa media massa memiliki sifat

atau karakteristik yang mampu menjangkau massa dalam jumlah yang

besar dan luas (universality of reach), bersifat publik dan mampu memberi

popularitas kepada siapa saja yang mucul di media massa.138

Hadirnya televisi lokal di Surakarta tentunya memberi angin segar

terhadap pelestarian keroncong. TATV Surakarta sebagai televisi lokal

yang memberikan informasi dan hiburan lokal, serta tetap menjunjung

tinggi kearifan lokal dan budaya daerah. Surakarta sebagai daerah siaran

TATV, memiliki beraneka ragam kesenian daerah, termasuk salah satunya

138 Morissan. Teori Komunikasi Massa. (Bogor: Ghadia Indonesia, 2010), hal 1.

100

Page 118: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

adalah keroncong. Keroncong merupakan budaya daerah asli Surakarta

yang harus tetap dijaga kelestariannya. Sehingga sebuah komitmen dari

TATV untuk menayangkan program acara musik keroncong yang

merupakan kebudayaan daerah Surakarta merupakah hal yang positif dan

perlu mendapat dukungan. Penayangan musik keroncong di media akan

memberi dampak yang signifikan terhadap pelestarian dan pengembangan

musik keroncong, khusunya di Surakarta. Seperti yang dijelaskan oleh

Denis McQuail di atas bahwa media massa memberi polularitas kepada

siapa saja yang muncul di media massa tersebut, termasuk budaya daerah

seperti keroncong.

101

Page 119: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III.C. TATV Sebagai Media Massa Televisi Lokal di Surakarta

III.C.1. Karakteristik Stasiun Televisi Lokal TATV

Berdasarkan data yang disusun peneliti dari lapangan,

karakteristik Terang Abadi Televisi (TATV) Surakarta dapat

digambarkan sebagai berikut;

Tabel III. 2 Karakteristik Terang Abadi Televisi (TATV) Surakarta

No Fokus Terang Abadi Televisi (TATV) Surakarta

1. Stasiun Penyiaran Daerah Surakarta (Lokal)

2. Pengelola Media Domisili Lokal (Surakarta dan sekitarnya)

3. Isi Siaran Dominasi Acara Lokal: 60% Lokal dan 40%

Universal.

4. Daya Pemancar 10 KWH (Pathuk - Jogjakarta) dan 2 KWH

(Mojosongo - Solo).

5. Daerah Jangkauan Kota Surakarta (Solo), Kabupaten Klaten,

Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonogiri,

Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten.

Karanganyar, Kota Jogjakarta (DIY),

Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul,

Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung

Kidul, Kabupaten Magelang, Sebagian Pati,

Kudus, Wonosobo, Temanggung, dan Ngawi.

102

Page 120: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hasil pada tabel di atas bila dikaitkan dengan konsep atau

karakteristik media massa lokal menurut Zakbah dalam bukunya:

Peranan Media Massa Lokal Bagi Pembinaan dan Pengembangan

Budaya Daerah Riau yang menyatakan bahwa sebuah media massa

lokal, dalam hal ini peneliti katakan media televisi lokal, memiliki

kesamaan dalam pengelola media, jangkauan siaran, serta isi siaran

yang mengacu dan menyesuaikan diri kepada kebutuhan dan

kepentingan masyarakat setempat. Sehingga dapat dikatakan TATV

memenuhi syarat untuk disebut sebagai televisi lokal.

Mengenai stasuin penyiaran dan wilayah jangkauan siaran

TATV, peneliti menilai hal ini secara hukum sudah dapat dibenarkan

sesuai dengan aturan yang ditetapkan bagi media massa lokal.

Sebagaimana diatur dalam pasal 31 ayat 5 Undang-Undang No. 32

tahun 2002 Tentang Penyiaran, “stasiun penyiaran lokal dapat

didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah negara Republik Indonesia

dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut”.

Dalam hal ini stasiun siaran TATV bukan berada di Ibukota Negara

Republik Indonesia tetapi berada dalam wilayah Negara Republik

Indonesia, yaitu berdomisili di Surakarta, Jawa Tengah. Serta wilayah

jangkauan siarannya terbatas pada wilayah Surakarta dan sekitarnya,

karena siaran TATV ditujukan untuk masyarakat lokal di daerahnya,

yang pada umumnya memiliki lingkup yang lebih kecil tidak secara

nasional.

103

Page 121: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sebagai televisi lokal, TATV seperti halnya televisi lokal pada

umumnya juga lebih menonjolkan unsur-unsur lokal daerah, baik

dalam bidang sosial dan budaya. Kearifan lokal daerah ini diwujudkan

oleh televisi lokal melalui program acara yang mereka tayangkan.

Dalam hal ini TATV memiliki program acara; Surakarta Hari ini,

Terang Pagi, Kabar Awan, Kabar Wengi, Kabar Bocah, Kabar Gasik,

Jogja Hari Ini, merupakan program acara kategori news yang

memberi informasi pemirsanya mengenai berita-berita lokal di

Surakarta dan sekitarnya, walaupun juga ada kategori berita-berita

nasional maupun internasional namun informasi yang memiliki unsur

lokal masih mendominasi.

Siaran talkshow seperti UMS Kick, UNS Menyapa, Fokus Kita,

Jagongan Sargede, Forum Solusi, Warna-Warni; serta siaran feature

atau magazine seperti Jelajah Wisata dan Mampir Maem juga masih

sarat dengan unsur kedaerahan yang dibangun TATV untuk

memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan pemirsanya yang

memang kebanyakan masyarakat lokal Surakarta dan sekitarnya.

Adapun program acara TATV bernuansa budaya yang

menayangkan kesenian asli daerah Surakarta seperti; Keroncong,

Campursari, Ketoprak, Wayang Kulit, dan lain-lain, juga disiarkan

rutin setiap minggunya untuk menguhibur masyarakat di wilayah

siarnya. Serta program acara kategori berita (news); Terang Sanyakala

yang menyiarkan berita-berita lokal di daerah Surakarta dan

104

Page 122: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sekitasrnya dengan khusus berbahasa jawa yang merupakan bahasa

sehari-hari masyarakat Surakarta.

Melihat seperti yang telah diungkapkan diatas bahwa TATV

memiliki banyak kandungan unsur lokal dalam program acara yang

ditayangkan, hal ini semakin menguatkan TATV sebagai televisi

lokal. Sejalan seperti yang di ungkapkan oleh Indras Eko A.

bahwa,”…televisi lokal dalam program acaranya banyak

menonjolkan sisi kebudayaan yang ada dalam jangkauan wilayah

televisi lokal tersebut…”.139 Local-content dalam program acara

TATV merupakan keistimewaan televisi lokal yang memang

diperuntukkan kepada audience atau masyarakat lokal di daerahnya.

Tayangan yang bermaterikan sosial, budaya, pariwisata, ekonomi, dan

unsur kedaerahan menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat setempat.

III.C.2. Tayangan Program Acara di TATV

Untuk menganalisis tayangan program acara TATV Surakarta,

peneliti melakukan interview untuk mengetahui isi program acara

yang ditayangkan oleh TATV terhadap pihak TATV, sedangkan data-

data dan dokumen-dokumen tentang TATV yang peneliti peroleh

menjadi bahan pertimbangan. Serta peneliti juga melakukan crosschek

untuk mengetahui kebenaran pernyataan dari pihak TATV mengenai

program acara yang ditayangkan dengan respon dari para pemirsa

TATV terhadap program siarannya.

139 Indras Eko A dalam Fajar Junaedi. Membedah Tubuh Komunikasi Kontemporer. (Surakarta: UMS Press, 2010), hal. 94.

105

Page 123: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

A. Materi Siaran Lokal di TATV

Sebagai sebuah media massa lokal (televisi lokal) yang

berbasis di daerah Surakarta, TATV memberikan isi materi siaran

yang mengacu dan menyesuaikan diri kepada kebutuhan dan

kepentingan masyarakat di daerahnya. Hal ini memberi arti bahwa

TATV sangat kental sekali dengan unsur lokal. Sejalan dengan

apa yang dikemukakan oleh informan 1 selaku Ketua Departemen

Pengembangan dan Kreatifitas Program TATV bahwa materi

siaran TATV lebih bermuatan unsur lokal dan sesuai dengan apa

yang dibutuhkan masyarakat sebagai pemirsanya.

“Materi siaran yang akan kita (TATV) tampilkan tentunya harus sesuai dengan apa yang masyarakat Surakarta dan sekitarnya inginkan. Mengingat kita televisi lokal. Jadi materi siaran kami tidak jauh dari apa yang audience butuhkan. Karena masyarakat lokal itu lebih suka berita-berita tentang berbagai peristiwa, kejadian lokal yang dari daerah mereka sendiri, budaya mereka sendiri dan unsur lokal ini adalah kelebihan televisi lokal, televisi nasional tidak mungkin ada.”

Dari apa yang disampaikan pihak TATV dan hasil

pengamatan peneliti, materi yang ditayangkan oleh TATV

menang lebih bermuatan unsur lokal kedaerahan sesuai dengan

apa yang dibutuhkan oleh para audience-nya. Tanggapan dari

pemirsa terhadap tayangan TATV pun beragam, namun pada

umumnya pendengar dapat menangkap dan menerima materi

yang ditayangkan oleh TATV. Seperti diungkapkan oleh

informan 11 yang kesesuaian materi siaran TATV dengan

kebutuhan masyarakat Solo.

106

Page 124: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“Ya memang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Solo. TATV itu siarannya daerah sendiri jadi ya bisa tahu berita-berita kejadian kota Solo yang daerah sendiri gitu, jadi tidak ketinggalan berita. TATV juga menyiarkan kebudayaan daerah, seperti campursari, wayang kulit juga pernah saya tonton di TATV.”

Hal yang sama dikatakan oleh informan 14 yang melihat

perbedaan TATV dengan stasiun televisi lainnya. Menurutnya

TATV lebih mempunyai unsur lokal dan kedaerahan.

“TATV saya melihatnya jelas beda sekali dengan tv nasional. TATV yang saya lihat banyak unsur lokalnya. Jadi lebih pribumi, lebih banyak unsur daerahnya. Dari acaranya itu banyak acara-acara kesenian daerah”.

Adapun informan 12 juga menyatakan TATV sebagai

televisi yang banyak menayangkan acara yang bertema budaya.

”Karena TATV itu tv-nya wong Solo. Saya lihat itu dengan televisi yang lain berbeda sekali. TATV acaranya banyak yang menayangkan budaya dan kesenian. Barita-beritanya juga banyak berita khusus daerah Solo dan sekitarnya.”

Kemudian juga dikuatkan oleh pernyataan informan 13

yang menyatakan bahwa materi siaran TATV banyak memuat

unsur kebudayaan daerah dan beritanya pun sesuai dengan

kebutuhan informasi masyarakat Surakarta.

“Acaranya itu banyak siaran budaya daerah seperti keroncong, campursari, ketoprak dan banyak setahu saya. Selain itu berita-beritanya juga berita-berita di Solo dan sekitarnya, bahkan ada juga yang pakai Bahasa Jawa. Ada juga acara yang semacam talkshow, yang dibahas juga beragam jadi menambah ilmu pengetahuan juga. Ya intinya TATV itu bagus dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Solo.”

Pendapat informan ini memberi gambaran jika materi

siaran TATV memiliki unsur kedaerahan yang memang menjadi

kebutuhan masyarakat di daerahnya. Melihat dari pendapat

107

Page 125: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

informan di atas, bahwa TATV menayangkan kebudayaan di

daerahnya, serta memberi informasi yang bersifat lokal yang

menurutnya banyak memberi manfaat bagi masyarakat Surakarta

sebagai audience-nya.

Berdasarkan temuan di atas, peneliti menilai materi yang

disiarkan oleh TATV Surakarta masih mengacu pada ketentuan

umum pelaksanaan siaran yang mencakup unsur informasi,

pendidikan dan budaya seperti yang tertuang pada pasal 36 ayat 1

UU No. 32 tahun 2002. Pasal ini menjelaskan bahwa isi siaran

media penyiaran wajib mengandung informasi, pendidikan,

hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak,

moral, kemajuan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta

mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.140

Dalam profil TATV terdapat penjelasan mengenai isi

siaran, apa saja materi yang disiarkan berikut prosentase

besarannya. Disitu disebutkan jika TATV menyuguhkan siaran

lokal sebanyak 60% dan universal sebanyak 40%. Dari sini

peneliti melihat isi siaran TATV memang masih mengacu pada

peraturan perundangan. Seperti yang dijelaskan dalam pasal 36

ayat 2 UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, menjelaskan

bahwa isi siaran dari jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan

oleh Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik,

140 UU No 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, 2002.

108

Page 126: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

wajib memuat sekurang-kurangnya 60% mata acara yang berasal

dari dalam negeri (lokal).141

Pasal 36 ayat 2 UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran

ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh informan 1 tentang

TATV;

“Untuk prosentase materi menyiaran di televisi kami, ini seperti dalam profil kami juga dijelaskan, yakni 60% lokal dan 40% universal, yang artinya memang kami lebih lokal kedaerahan karena memang televisi kami televisi lokal, audience kami audience lokal. Jadi kebanyakan program acara kami mengarah pada kebutuhan masyarakat lokal.”

Seperti halnya dengan informan 2 yang melihat TATV

sebagai televisi lokal yang ikut serta melestarikan budaya di

daerahnya.

”Ya memang TATV berada didaerah Surakarta yang bisa disebut kota budaya yang kental sekali dengan budaya Jawa-nya, sehingga harus memupuk berbagai budaya yang ada di Surakarta ini, salah satunya dengan program-program siaran seni tradisional yang kami punya.”

Secara umum berdasarkan pengamatan peneliti materi

yang disiarkan oleh TATV Surakarta sangat lokal dan

kedaerahan. Unsur kedaerahan tersebut mencakup ranah

informasi, pendidikan dan budaya, yang dalam hal ini peneliti

amati telah merasa cukup mewakili kebutuhan audience-nya.

Namun bukan berarti tayangan TATV tidak tersentuh unsur

nasional dan internasional, namun peneliti jelaskan bahwa unsur

141 Ibid.

109

Page 127: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lokal atau kedaerahan yang ditayangkan dalam program-program

TATV lebih dominan.

B. Penyusunan Program Acara di TATV

Morissan dalam bukunya yang berjudul Manajemen

Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi,

menyebutkan bahwa tidak ada yang lebih penting dari acara atau

program sebagai faktor yang paling penting dan menentukan

dalam mendukung keberhasilan finansial suatu stasiun penyiaran

radio dan televisi. Adalah program yang membawa audience

mengenal suatu stasiun penyiaran. 142

Dalam penelitian ini, peneliti memiliki pikiran yang sama

terhadap apa yang di ungkapkan oleh Morissan. Pada awal

berdirinya TATV telah menjadikan program acara sebagai suatu

ciri televisi ini sendiri dan mengenalkanya kepada masyarakat

atau audience-nya di Surakarta sebagai daerah ruang siarnya. Hal

ini dikuatkan oleh informan 1 yang mengemukakan:

“Kita tahu ya Mas, suatu program acara itu merupakan hal yang sangat amat penting dalam media televisi. Bisa dibilang ini nyawanya televisi. Bahkan program acara yang ada di televisi itu bisa menjadi suatu ciri khas televisi itu sendiri. TATV merupakan televisi lokal jadi kita buat program acara yang dapat mencirikan TATV, yaitu lokal. Semua acara di TATV sebagian besar bernuansa lokal, baik hiburannya juga beritanya. Sebagai media kita juga harus mengerti kemauan masyarakat makanya kita buat program acara yang masyarakat ingini.”

142 Morissan. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. (Kencana: 2008), hal. 199.

110

Page 128: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menambahkan betapa pentingnya keberadaan program

acara di suatu televisi, Informan 2 mengemukakan bahwa

program acara merupakan alasan masyarakat untuk menonton

televisi;

“Iya sangat penting, jadi program acara di televisi itu penting sekali. Kalau tidak ada program acara kita mau menyampaikan apa? Program ini membuat masyarakat menonton televisi. Kalau tidak ada program acara mana mau masyarakat menonton, menonton apa? Tapi untuk program acara TATV tentunya kita buat yang baik.”

Pernyataan pengelola TATV di atas memberi pengertian

kepada peneliti akan pentingnya suatu program acara di televisi.

Untuk itu dalam merencanakan dan menyusun program acara di

televisi diperlukan tahapan sehingga program acara dapat

terbentuk dan berjalan dengan baik. Selanjutnya, dalam

merencanakan dan menyusun program acara, TATV memiliki tim

sendiri dalam hal perencanaan dan penyusunan program acara

yaitu Bagian Kreatifitas dan Pengembangan Program

berkerjasama dengan Bagian Produksi. Seperti yang dikemukakan

oleh informan 1 bahwa:

“Untuk penyusunan program acara kami rapatkan secara tim, jadi dari proses awal munculnya ide atau gagasan sampai proses produksi, tugas ini dibagian kreatifitas dan pengembangan program berkerjasama dengan bagian produksi, jadi kita merencanakan terlebih dahulu sebelum masuk pada produksi acara, program acara kita godog disini”

111

Page 129: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pendapat yang sama juga disampaikan informan 2, jika

penyusunan program acara TATV tidak dilakukan secara

individu.

“Sebelum memprodiksi acara terlebih dulu kita rapatkan dengan bagian kreatifitas dan pengembangan program. Jadi mulai dari usulan ide sampai proses produksi program acara di mulai dari rapat antara tim kreatif dan pengembangan dengan bagian produksi”

Menyusun program acara yang baik untuk sebuah televisi

siaran bukanlah sesuatu yang mudah, untuk dapat menyusun

program acara yang baik maka industri televisi siaran harus

tanggap dan mempelajari karakter perilaku masyarakat yang akan

dijadikan target audience-nya agar program acara yang

ditayangkan tersebut sesuai yang diinginkan dan dibutuhkan

masyarakat.

Seperti yang disampaikan Wahyu Sudarmawan di BAB I,

program acara disusun oleh manajemen televisi dengan beberapa

alternatif tahapan proses untuk membidik pemirsanya. Tahap

yang pertama adalah melakukan riset dan mempelajari kondisi

audien atau penonton yang akan dituju dengan mengkaji status

sosial ekonomi pemirsanya, pendidikan dan usia efektif (variabel

demografis), perilaku sosial (variabel psikografis) dan penonton

yang akan disasar serta mempertimbangkan faktor geografis

lokasi studionya. Tahap kedua adalah dengan melakukan analisa

atas data riset tersebut sebagai dasar untuk menetapkan

Segmentasi, Targetting, Positioning. Formatting dan

112

Page 130: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Programming dalam upaya membidik penonton yang akan

dituju.143

Untuk kebutuhan riset program acara TATV

melakukannya setelah program acara berjalan dan disiarkan.

Karena riset yang dilakukan oleh TATV bertujuan untuk

mengetahui minat masyarakat terhadap suatu program acara. Hal

ini dibenarkan informan 1,

“Memang sebaiknya ada riset terlebih dulu ya, tapi TATV karena boleh dikatakan masih baru dalam dunia penyiaran, jadi kita sistemnya masih menawarkan program acara. Program acara kita siarkan dan tinggal kita tunggu respon dari masyarakat. Jadi sistem risetnya itu semacam evaluasi program acara apakah suatu program acara diterima pasar atau tidak. Melalui evaluasi ini kita nanti akan membuat kebijakan apakah program acara tersebut perlu di perbaiki lagi atau di stop, kita ganti program yang lain”.

Memang pada kenyataannya sistem penyusunan program

acara di TATV masih belum sesuai dengan televisi lain yang

sudah mapan. Dengan usia TATV yang masih tergolong sangat

muda, penyusunan program acara diproses masih secara

sederhana. Program acara disusun dan direncanakan langsung dari

ide internal dan langsung dibuat suatu program acara yang siap

untuk disiarkan, tanpa melakukan sebuah riset terlebih dahulu.

143 Wahyu Sudarmawan. TESIS: ANALISIS KEBIASAAN MENONTON TELEVISI DI KOTA YOGYAKARTA DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL DEMOGRAFIS: Evaluasi Pemrograman Acara Televisi Lokal RBTV Jogja dalam Upaya Meraih Penonton. (Program Pasca Sarjana UNS: 2006), hal. 14

113

Page 131: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Kesesuaian Program Acara dengan Visi dan Misi TATV

Program acara dalam sebuah televisi tentu dibuat

berdasarkan visi dan misi yang dibawa oleh televisi tersebut,

demikian juga dengan TATV (Terang Abadi Televisi) yang

memiliki visi dan misi seputar pengelolaan informasi dan hiburan

untuk kemajuan masyarakat di daerah layanan siarnya.

Pernyataan informan 1 dalam wawancara dengan peneliti

menunjukkan jika pengelola TATV telah menyesuaikan program

siaran agar sesuai dengan visi dan misi yang dirumuskan.

” Iya, tentu saja setiap pogram acara yang kami buat harus sesuai dengan visi dan misi yang kami miliki. Kita tahu, visi dan misi merupakan ya boleh dikatakan sebagai dasar atau landasan yang harus diperhatikan dalam pembuatan program. Kita memiliki visi dan misi sebagai sarana informasi yang baik bagi masyarakat serta ikut berperan dalam membangun kemajuan daerah, tentunya kami buat acara yang sesuai. Kita menyiarkan berita-berita yang baik yang memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu TATV juga ikut andil dalam mendukung program-program pemerintah daerah Surakarta. Seperti kita juga punya program yang bekerjasama langsung dengan pemerintah daerah.”

Hal serupa juga diungkapkan oleh infoman 3 yang

memandang program acara di TATV sudah sejalan dengan tujuan

TATV yaitu memberi sumbangsih yang berarti guna kemajuan

daerah atau masyarakat, dari aspek kebudayaan.

”Menurut saya sudah ya, jika melihat visi dan misi TATV, saya coba singkronkan dengan program-program acaranya itu bisa dibilang sudah sejalan dengan visi dan misi sebagai televisi lokal di daerahnya. Dengan program acara yang mengangkat budaya daerah seperti keroncong, karawitan, campursari dan wayang orang atau wayang kulit, tentunya sangat diharapkan potensi seni budaya akan terangkat. Seperti kita tahu bahwa seni budaya itu kan juga merupakan potensi daerah yang harus didukung. Tentunya dengan program acara seperti itu televisi lokal TATV

114

Page 132: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sesuai dengan visi-misinya yaitu ikut serta dalam memajukan potensi di daerahnya.” Peneliti memperhatikan program-program acara TATV

telah sesuai dengan visi dan misi yang diusung. TATV ikut

memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan bagi masyarakat

Surakarta, serta membantu kemajuan daerah seperti dengan

program acara yang melestarikan budaya daerah. Akan tetapi,

untuk melihat apakah program acara di TATV ini sudah sesuai

dengan visi dan misinya maka dibutuhkan juga penilaian dari

pemirsa yang secara langsung merasakan manfaat dari program

acara yang ditonton. Berikut pendapat dari informan 7 yang

merasa TATV bisa menambah wawasan, menerima informasi

yang memajukan masyarakat, sekaligus mendapat hiburan dengan

menonton acara di TATV.

”Dengan adanya TATV itu apa saja pengetahuan ataupun informasi, khususnya yang ada di daerah ter-cover semua. Banyak berita daerah yang di tayangkan, ini menjadikan kita warga Solo itu tahu berita-berita di Solo, tidak hanya berita-berita yang lingkupnya nasional saja. Selain itu untuk hiburannya juga sangat menarik, kesenian daerah asli banyak ditampilkan dan itu sangat menghibur. Jadi TATV baik untuk masyarakat, demi kemajuan masyarakat itu kalau dari saya sangat-sangat bermanfaat dan berguna.” Selain pemenuhan informasi dan hiburan, program acara di

TATV juga berperan dalam pelestarian budaya lokal yang

merupakan potensi daerah, begitu menurut informan 10.

”TATV sangat bermanfaat sekali Mas, contohnya manfaat dalam memajukan kebudayaan daerah, TATV banyak menampilkan kesenian-kesenian tradisional seperti keroncong, campursari, wayang, macapatan, itu semua saya pernah menonton

115

Page 133: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan saya rasa TATV memiliki niat bagus dalam melestarikan kesenian dan kebudayaan daerah.” Dukungan terhadap TATV juga di sampaikan oleh

informan 8 yang melihat TATV memiliki peran sesuai visi dan

misinya dalam memajukan daerah dengan membantu

tersosialisasinya program-program pemerintah.

“Tentu saya juga melihat kerjasama antara TATV dengan pemerintah ya Mas. TATV banyak membantu mensosialisaikan program-program pemerintah kepada masyarakat. Biasanya dalam program acara semacam talkshow-talkshow ringan yang tampil di TATV. Bagi saya sendiri selaku memirsa ya sedikit banyak tahu tentang kebijakan-kebijakan pemerintah sekarang ini. Ya, lebih melek informasi begitu.”

Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti ditemukan

bahwa banyak dari informan menyatakan mendapatkan manfaat

dari menonton tayangan TATV, mulai dari terpenuhinya

informasi yang dibutuhkan masyarakat, serta TATV ikut terlibat

dalam melestarikan budaya daerah. Selain itu, informan juga

mengungkapkan terjalinnya kerjasama antara TATV dengan

pemerintah untuk mensosialisasikan program-program

pemerintah di nilai memiliki unsur positif dalam membangun dan

memajukan daerah.

Deddy Mulyana dalam bukunya Komunikasi Massa;

Kontroversi, Teori dan Aplikasi menyatakan bahwa fungsi pers

lokal pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat yang bersangkutan (masyarakat lokal), apakah itu

kebutuhan dari segi pendidikan, segi informasi, atau hiburan.

116

Page 134: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Akan tetapi, fungsi pers lokal yang terpenting adalah membangun

dan mengembangkan jati diri (identitas) masyarakat lokal

tersebut.144

Jika dilihat dari visi TATV yaitu memberi dampak

kemajuan bagi masyarakat dan daerah melalui pengelolaan

informasi dan hiburan berkualitas, dengan mengedepankan

potensi lokal, program-program acara yang ada saat ini telah

sesuai dengan visi tersebut. Demikian halnya jika dilihat dari

manfaat yang dirasakan oleh pemirsa, siaran televisi ini telah

mampu memenuhi kebutuhan pemirsa dengan menjadi media

informasi dan hiburan berkualitas bagi pemirsanya, berarti ada

kesesuaian antara program acara dan visi-misi televisi.

Dennis McQuail dalam buku Teori Komunikasi Massa

menjelaskan tentang konsep hubungan media massa dan

masyarakat dari sudut pandang teori normatif media, teori ini

mengasumsikan bagaimana seharusnya media tersebut berperan

dalam realita sosial atau bagaimana sebenarnya media berfungsi,

bilamana serangkaian nilai sosial ingin diterapkan dan dicapai

sesuai dengan sifat dasar nilai-nilai tersebut. Jenis teori normatif

media ini berperan dalam membentuk institusi media, harapan

publik terhadap media bagaimana media harus memainkan peran

secara esensial.145 Dalam konteks televisi lokal titik sentral

pemahaman teori ini terletak pada bagaimana pengelola televisi 144 Deddy Mulyana. Komunikasi Massa; Kontroversi, Teori dan Aplikasi. (Bandung : Widya Padjadjaran, 2008), hal. 108 145 Ibid, hal. 4.

117

Page 135: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lokal mampu memenuhi kebutuhan, kepentingan, dan aspirasi

pemirsanya.

III.D. TATV Merancang Progam Acara Keroncong

III.D.1. Latar Belakang Penayangan Program Acara Keroncong di TATV

Mengulang kembali tentang apa yang dikatakan oleh Morissan,

bahwa televisi lokal merupakan stasiun penyiaran dengan wilayah

siaran terkecil yang mencakup satu wilayah kota atau kabupaten.146

Hal tersebut menjadikan televisi lokal mempunyai batasan ruang siar

berskala daerah (kota atau kabupaten), sehingga membuat televisi

lokal lebih menonjolkan daerah yang menjadi lingkungan siarnya. Tak

ubahnya TATV yang beroperasi di daerah Surakarta. Status televisi

lokal yang dimiliki TATV menjadikan televisi ini menonjolkan

kedaerahannya. Dengan kata lain program acara bermuatan lokal

menjadi primadona tersendiri bagi televisi lokal.

“Local programming appears to be the preferred televisual choice where the geo-linguistic contextallows, it is important to note that in the media marketplace, that which scholars identify as cultural proximity, television executives see as a great business opportunity. That is to say, with the recognition that local audiences tend to prefer culturally proximate programmes, executives have come to understand the value of localization through programme modeling” (program acara lokal tampaknya menjadi pilihan televisi di mana konteks geo-linguistik memungkinkan, penting untuk dicatat bahwa dalam pasar media, yang mana para sarjana mengidentifikasikannya sebagai kedekatan budaya, para pebisnis televisi melihatnya sebagai peluang bisnis yang besar. Artinya, dengan pengakuan bahwa penonton lokal cenderung memilih pendekatan kepada program

146 Morissan. Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi. (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 105.

118

Page 136: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

budaya, para pebisnis telah mengerti nilai lokalisasi melalui program pemodelan).147

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa TATV

memiliki program-program acara yang kental dengan budaya

kedaerahannya, yaitu yang khas dengan kota Surakarta. Hal ini

diungkapkan oleh informan 10 bahwa TATV memiliki banyak

program-program acara kesenian daerah.

“Ya, banyak acara keseniannya. Kadang ada acara wayang kulit, ada karawitan dan keroncong. Ada juga berita yang pembaca beritanya itu berbahasa Jawa, jadi acaranya itu khas Solo sekali.”

Demikian pula Informan 14 yang membandingkan TATV

dengan stasiun televisi lain, serta menganggap TATV lebih memiliki

content kedaerahan yang lebih kentara (terlihat) dibandingkan

dengan televisi lain.

“Kalau dibandingkan dengan stasiun televisi lain, TATV jelas berbeda sekali. TATV bisa dikatakan TV-nya wong Solo. Karena banyak sekali unsur Solo-nya, beritanya lebih banyak berita daerah Solo Raya dan program hiburannya pun menayangkan kesenian-kesenian asli Solo. Seperti wayang, campursari, keroncong juga ada.”

Selain itu, dengan selogan yang di usung TATV yaitu

“MANTEB” (Masa Kini dan Tetap Berbudaya), menjadikan stasiun

televisi lokal ini tetap berorientasi pada perkembangan zaman, akan

tetapi tetap menjaga dan memelihara kebudayaan sebagai kearifan

lokal yang harus dipertahankan dan dipelihara. Demikian di

ungkapkan informan 1 bahwa;

147 Nickesia Stacy Ann Gordon. Globalization and Cultural Imperialism in Jamaica; The Homogenization of Content and Americanization of Jamaican TV through Programme Modeling. (International Journal of Communication Volume 3. Barry University. 2009), hal. 7

119

Page 137: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“TATV mempunyai selogan MANTEB (Masa Depan dan Tetap Berbudaya) yang memiliki arti dalam formatnya kita tidak meninggalkan modernisasi, tetapi budaya lokal tetap kita pelihara. Kebudayaan yang merupakan kearifan lokal itu tetap kita kawal, tetap kita penuhi dan kita support. Hal ini selalu kita terapkan dalam setiap program-program acara yang kita siarkan.”

Salah satu bentuk kebudayaan yang ditampilkan oleh TATV

adalah seni keroncong. Seni keroncong merupakan suatu wujud

budaya Indonesia yang tumbuh dan berkembang pesat di Surakarta.

Seperti yang dijelaskan oleh informan 4 bahwa;

“Keroncong pada mulanya dibawa oleh bangsa Portugis, pada mulanya keroncong di kenal dan mulai bekembang di Tugu Jakarta, tapi perkembangan keroncong yang paling pesat itu di Solo. Karena dulu keroncong sangat erat dikaitkan dengan gamelan jawanya dan langgam jawa. Apalagi pada era Bapak Gesang keroncong di dikenal sampai ke luar negeri. Iya, boleh dikatakan keroncong memang budaya dari Solo. Apalagi sekarang sudah di canangkan oleh Bapak Wali Kota Solo, Bapak Jokowi, Solo sebagai kota Keroncong.”

TATV mempunyai komitmen penuh terhadap pelestarian

budaya di Kota Surakarta. Komitmen tersebut jelas terlihat dari visi

dan misi TATV yang terealisasi dalam program acara yang disiarkan

tidak dapat lepas dari unsur kebudayaan. Hal itulah yang melatar

belakangi disiarkannya program acara “Keroncong” di TATV.

Demikian pula disampaikan oleh informan 2;

“Itu (latar belakang acara Keroncong TATV) karena memang komitmen kita “nguri-nguri” (melesterikan) budaya asli Indonesia supaya jangan punah atau diaku oleh negara lain. Dalam visi dan misi TATV juga jelas sekali disebutkan bahwa setia program acara itu memiliki pengaruh untuk melestarikan budaya. Selama ini kita terus menjalankan program acara keroncong dan ini salah satu bentuk kita untuk melestarikan budaya supaya tidak punah atau mati. Dan menurut saya keroncong ini suatu seni yang harus dipertahankan. Karena menjaga kelestarian budaya sendiri itu kan menjadi kewajiban kita semua.”

120

Page 138: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pernyataan informan ini menggambarkan bagaimana

komitmen TATV dalam melestarikan kebudayaan daerah, dalam

penelitian ini khusunya seni keroncong. Secara garis besar pernyatan

informan menyebutkan hal yang melatar belakangi progran acara

kebudayaan yang ada di TATV memiliki maksud untuk melestarikan

budaya lokal supaya lebih berkembang dan dikenal masyarakat.

Dijelaskan pula oleh informan 1 bahwa program acara kesenian

keroncong di TATV memiliki kesesuaian dengan visi dan misi yang di

usung TATV yaitu melestarikan kebudayaan daerah.

“Program acara keroncong yang kita miliki menurut saya sejalan dengan visi-misi TATV. Cocok sekali Mas. Karena memang kita tetap mempertahankan budaya daerah. Walau keroncong itu dikatakan cuma kalangan tertentu yang dapat menikmati, banyak orang bilang musik keroncong itu musiknya orang tua-tua, tapi bicara tentang kebudayaan kearifan lokal. Kebudayaan itu kan selalu identik pada kesenian, nah kesenian-kesenian lokal itu yang harus tetap kita kawal, jadi memang kesenian lokal menjadi preoritas dan tetap akan kita usahakan dan kita support.“

Temuan dari penyataan para infoman, memang dari awal

berdirinya TATV telah memiliki komitmen terhadap pelestarian dan

perkembangan budaya lokal di Surakarta. Hal tersebut didasari dari

adanya visi dan misi TATV yang akan selalu mendukung pelestarian

budaya daerah, khusus dalam penelitian ini kesenian keroncong

melalui program acara yang ditayangkan. Serta jargon yang selalu di

angkat tinggi-tinggi oleh TATV selogan “Masa Kini dan Tetap

Berbudaya”, memberi dorongan untuk tetap melestarikan kearifan

lokal yang telah ada.

121

Page 139: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III.D.2. Penyusunan Program Acara Keroncong di TATV

Fred Wibowo dalam bukunya yang berjudul Teknik Produksi

Program Televisi mengemukakan bahwa berpikir tentang produksi

program televisi bagi seorang produser profesional, berarti

mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi (ide) itu, selain

menghibur, dapat juga menjadai suatu sajian yang bernilai dan

mamiliki makna.148 Dalam hal ini, pada penyusunan program acara

televisi suatu ide (materi produksi) merupakan hal penting.

Dijelaskan kembali oleh Fred Widodo bahwa ide atau gagasan

materi poduksi untuk menyusun suatu program acara televisi dapat

berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang

dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi

yang bermutu.149 Demikian pula yang terjadi pada Program Acara

Keroncong di TATV yang mendapatkan ide terinspirasi oleh

Waldjinah, seorang maestero keroncong dari Solo. Seperti yang

dikemukakan informan 1 menceritakan awal munculnya program

acara keroncong di TATV.

“Dulu awalnya kira-kira di bulan Juli 2004 salah satu dari produser kita bertemu dan ngobrol dengan Bu Waljdinah, kita tahu Bu Waldjinah merupakan tokoh keroncong yang sangat baik di Solo. Beliau juga diakui secara nasional. Lalu terlontar bagaimana jika kita membuat acara keroncong? Dan Bu Waldjinah menangkap sekali dan langsung memberi tanggapan positif, bahkan Bu Waldjinah bersedia membantu bersama HAMKRI. Nah dari situlah ide atau gagasan dari terbentuknya acara keroncong di TATV.”

Hal menganai ide tentang program acara keroncong ini juga

diakui Waldjinah berasal dari TATV. Beliau mengungkapkan bahwa 148 Fred Wibowo. Teknik Produksi Program Televisi. (Yogyakata : PINUS, 2007), hal. 23 149 Ibid, hal. 24

122

Page 140: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pihak TATV mendatangi beliau secara tidak langsung dan

menawarkan kerjasama untuk program acara keroncong.

“Ide acara keroncong ya dari TATV sendiri. Waktu itu ada wakil dari TATV mendatangi saya, terus menawarkan suatu kerjasama untuk membuat acara keroncong. Terus terang tanpa berpikir panjang saya mau sekali. Dan saya bilang kepada TATV kalau saya dan HAMKRI siap membantu.”

Berawal dari ide atau gagasan serta didukung oleh komitmen

TATV sendiri yang sangat ingin melestarikan dan membawa unsur

lokal dalam setiap program acara akhirnya terbentuklah program acara

keroncong di TATV. Tahapan penyusunan program acara keroncong

di TATV diakui oleh Informan 1 memang masih sangat sederhana

sekali dan tidak dalam proses yang sulit. Hal tersebut dikarenakan

program acara keroncong terbentuk bersamaan dengan masa-masa

awal berdirinya stasuin televisi lokal ini.

“Pada saat itu TATV masih berdiri beberapa bulan bahkan kita belum launching. Jadi saya ingat betul di bulan Juli 2004 program acara keroncong sudah ada dan bahkan sebelum TATV launching. Pada awalnya saat itu berbekal dari ide ingin menampilkan seni keroncong, kita adakan rapat kecil, cuma beberapa orang saja dari tim kreatif dan bagian produksi, kita rencanakan dan muncullah konsep acara keroncong yang masih sangat sederhana saat itu. Dengan konsepnya menyanyikan keroncong secara live sederhana kemudian host-nya berkomunikasi telepon dengan pemirsa untuk reques lagu. Untuk durasi dari awal sampai saat ini kita buat selama 1 jam.”

Pernyataan yang sama pun diungkapkan oleh infoman 2 yang

menilai konsep acara keroncong terdahulu lebih sederhana

dibandingkan konsep keroncong yang ada sekarang jauh lebih

berfariasi dan dapat disesuaikan sesuai kebutuhan.

“Dulu konsep keroncong masih sangat sederhana hanya menampilkan satu grup keroncong secara live. Awalnya perkembangannya (konsep) adalah kita ngobrol ada talkshow ringan

123

Page 141: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan pemimpin orkes keroncong dan mengorek kegiatan orkes keroncong mereka yang tampil dan sampai sekarang terus berkembang. Jadi perubahnnya sampai pada beberapa konsep keroncong yaitu ada keroncong kangen, pesona keroncong, keroncong rohani, keroncong lesehan, dan keroncong reguler yang berfariasai sesuai kebutuhan.”

Dari apa yang diungkapkan oleh informan 2 dapat diketahui

jika dalam perkembangannya saat ini ada lima konsep keroncong yang

dapat disesuaikan sesuai kebutuhan siarannya. Konsep-konsep

program acara keroncong di TATV yang peneliti dapatkan dari

wawancara Informan 2 adalah sebagai berikut:

1. Kangen keroncong, adalah konsep acara keroncong yang dibuat

menjadi semacam reuni. Konsep acara ini biasanya sudah di beli

oleh klien, yang ingin menyelenggarakan acara dengan hiburan

musik keroncong.

2. Pesona Keroncong, adalah konsep acara keroncong yang telah

dibeli oleh suatu perusahaan/instansi, dimana isi acara 60%

talkshow tentang perusahaan/instansi yang bersangkutan dan 40%

diisi hiburan musik keroncong.

3. Keroncong Rohani, adalah konsep acara keroncong yang

menampikan satu grup keroncong pada saat memperingati hari

besar agama. Lagu-lagu yang dibawakan merupakan lagu religi.

4. Keroncong Lesehan, adalah konsep acara keroncong yang

menampilkan talkshow dengan konsep lesehan, menghadirkan

narasumber untuk membahas tema-tema/berita yang sedang

marak atau populer, dan dengan diselingi hiburan musik

keroncong.

124

Page 142: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Keroncong Regular, adalah konsep acara keroncong yang

menampikan satu grup keroncong seperti biasa, dengan selingan

talkshow bersama pimpinan grup keroncong membahas tentang

kegiatan grup keroncong yang tampil.

Berdasarkan dari banyaknya konsep program acara keroncong

yang beraneka ragam, bisa dikatakan TATV sangat kreatif dalam

memodifikasi program acara. Akan tetapi, peneliti menemukan celah

dimana keroncong hanya dijadikan hiburan atau selingan semata.

Terpapar dengan jelas di atas bahwa talkshow yang berhubungan

langsung dengan seni keroncong itu sendiri dibahas lebih dalam pada

Konsep Keroncong Reguler, sedangkan yang lainnya tidak. Hal ini

sedikit telah mengurangi informasi pengatahuan yang didapat pemirsa

tentang keroncong itu sendiri.

Dari pernyataan para informan, peneliti dapat menarik

kesimpulan bahwa munculnya program acara keroncong di TATV

berdasarkan sebuah ide spontan dari sang produser yang tanpa sengaja

bertemu dengan sosok maestro keroncong, dan dengan diilhami visi-

misi TATV yang memiliki komitmen dalam melestarikan budaya

daerah. Serta dalam perkembangan program acara keroncong dapat

dilihat berkembang dengan baik. Hal ini terbukti dengan banyaknya

konsep program acara keroncong yang muncul dan dapat disesuaikan

dengan kebutuhan siaran di TATV. Walaupun hanya satu konsep

keroncong yang murni membahas tentang keroncong, namun TATV

125

Page 143: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perlu diapresiasi dalam memasukan unsur seni keroncong yang

disesuaikan dengan kebutuhan siaran program acaranya.

III.D.3. TATV Menjalin Kerjasama dengan HAMKRI

TATV menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam

menjalankan suatu program acara. Salah satunya adalah program acara

keroncong yang disiarkan telah menjalin kerjasama dengan pihak

yang benar-benar dianggap bisa membantu dan saling

menguntungkan. Dalam program acara keroncong, TATV menjalin

suatu kerjasama dengan HAMKRI (Himpunan Artis Keroncong

Indonesia) cabang Surakarta yang diketuai oleh Hj. Waldjinah. Seperti

yang didampaikan oleh Informan 2 dalam wawancara,

“Memang selama ini kita untuk penyiaran program acara keroncong berkerjasama dengan HAMKRI. Selama ini TATV menyediakan tempat untuk siaran langsung grup keroncong yang sebelumnya diseleksi oleh HAMKRI. Jadi TATV memfasilitasi semua yang mencakup penyiaran, termasuk memberi tempat untuk siaran di studio.”

Terjalinnya ikatan kerjasama antara TATV dan HAMKRI pun

tidak dibantah oleh informan 4, bahwa kerjasama antara TATV

dengan HAMKRI telah terjalin selama bertahun-tahun.

“HAMKRI mulai kerjasama dengan TATV itu tahun 2004, sudah tujuh tahun lebih. Sistem kerjasamanya itu kontrak per tahun, jadi per tahun selalu diperpanjang.”

Hal tersebut dikuatkan oleh informan 1, yang menyampaikan

bahwa program acara keroncong di TATV telah berkerjasama sejak

program ini lahir dan mulai disiarkan. Tidak hanya itu, informan 1

juga menjelaskan bentuk kerjasama seperti apa yang selama ini

126

Page 144: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terjalin antara TATV dan HAMKRI dalam menyiarkan program acara

keroncong.

“Kita sejak awal bahkan dari munculnya acara keroncong di TATV ini kita berkerjasama dengan HAMKRI. Bentuk kerjasamanya yaitu HAMKRI menyiapkan grup keroncong yang mau tampil, baik dari segi grup mana yang akan tampil bahkan sampai proses penyeleksian, pantas atau tidaknya tampil itu dari HAMKRI, yang dalam hal ini Bu Waldjinah sebagai Ketua HAMKRI juga memberi kontrol. Jadi semua masalah yang berkenaan dengan grup keroncong yang mau tampil itu semua dari HAMKRI, baik dari grup mana yang akan tampil, siapa saja yang main alat musik, siapa vokalisnya, apa saja lagu yang mau dinyanyikan, itu semua dari HAMKRI. Sedangkan TATV sendiri cuma menyiapkan studio, prasarana untuk semua tayang, acara, dan host-nya. Jadi kami (TATV) hanya menayangkan saja.”

Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bentuk kerjasama antara

TATV dan HAMKRI dalam program acara keroncong, dalam

hubungan kerjasama tersebut di jelaskan bahwa HAMKRI hanya

bertanggung jawab atas grup keroncong yang akan tampil di program

acara keroncong di TATV, sedangkan TATV hanya bertanggung

jawab terhadap penyiaran program acara.

Peran HAMKRI dalam program acara keroncong di TATV

begitu penting. Hal ini dijelaskan oleh informan 4 yang

mengungkapkan bahwa HAMKRI bertanggung jawab dan secara

langsung terlibat untuk menyeleksi grup keroncong yang layak tampil

dan penjadwalan grup keroncong yang akan tampil di TATV.

“Iya, HAMKRI selalu dilibatkan dalam acara keroncong di TATV. Karena untuk tampil di TATV ada seleksi grup keroncong terlebih dulu dari HAMKRI. Biasanya kami datangi dulu siapa yang akan tampil di TATV. Jadi layak tampil atau tidaknya itu dari HAMKRI yang menyeleksi. Untuk tata panggung dan acara murni dari TATV. Jadi untuk penjadwalan grup keroncong yang akan tampil di TATV itu tanggung jawab HAMKRI.”

127

Page 145: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Telah jelas disebutkan di atas bentuk kerjasama HAMKRI

dalam program acara keroncong di TATV. HAMKRI adalah sebagai

penanggungjawab grup keroncong yang akan tampil di TATV dalam

mengisi program acara keroncong di TATV. Informan 6

membenarkan tugas HAMKRI sebagai pihak penyeleksi grup

keroncong yang akan tampil di TATV.

“Iya, memang benar HAMKRI memantau grup keroncong yang akan tampil di TATV. Dulu waktu kita mau tampil di TATV, sebelumnya memang ada pemberitahuan bahwa grup keroncong Anis Merah Bintang mau tampil, sebelum tampil itu setiap latihannya selalu dikontrol oleh HAMKRI. Oleh HAMKRI, lewat Bu Waldjinah langsung itu memberi masukan, biar nanti waktu tampil bisa tampil bagus sesuai harapan.”

Begitu pula Informan 7 yang menyatakan sebelum grup

keroncongnya tampil di program acara keroncong TATV memang ada

kontrol dari HAMKRI dan TATV.

“Sebelum grup keroncong kita tampil di TATV akan ada tinjauan dari HAMKRI dan TATV. Jadi HAMKRI dan pihak TATV mendatangi kami disaat latihan. Kalau HAMKRI biasanya yang datang Bu Waldjinah langsung, Kalau TATV biasanya yang datang itu Pak Nono selaku produser acara. Kalau dari HAMKRI pada waktu latihan sebelum tampil selalu datang dan memberi banyak masukan, memperbaiki yang kurang supaya bisa tampil baik di TATV. Sedangkan dari TATV itu biasanya memberi pengertian tentang pengaturan waktu, jadi kalau 1 buah lagu terlalu panjang biasanya dari pihak TATV minta diperpendek durasinya atau sebaliknya.”

Proses seleksi yang dilakukan oleh HAMKRI dimaksudkan

untuk mempersiapkan orkes keroncong yang benar-benar siap dan

layak tampil di TATV. Selain itu, juga ada kontrol langsung dari

TATV memonitor grup keroncong yang akan tampil. Kontrol dari

TATV dilakukan oleh produser program acara keroncong secara

langsung, guna memantau dan kompromi masalah durasi lagu yang

128

Page 146: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

akan disingkronkan dengan durasi lamanya program acara

berlangsung.

Hal tersebut penting dilakukan oleh produser program acara

guna tercapainya keberhasilah berjalannya program acara. Karena

produser program acara bertanggung jawab atas karya produksi yang

dilaksanakan olah tim produksi. Dan selanjutnya bertanggung jawab

pula terhadap dampak atau efek setelah acara tadi disiarkan. 150

Kerjasanma yang terjalin antara HAMKRI dan TATV

dianggap suatu yang sangat menguntungkan bagi keduanya. Hal ini

disambut gembira oleh kedua belah pihak, baik oleh HAMKRI

maupun TATV yang memiliki tujuan yang sama dalam melestarikan

budaya daerah agar tidak mati dan dilupakan. Demikian disampaikan

oleh informan 4 yang sangat senang berkerjasama dengan TATV

tanpa ikatan uang guna melestarikan seni keroncong di Surakarta.

“Dengan kerjasama ini HAMKRI merasa senang sekali. Setiap kali kami tampil di TATV tidak dibayar, dan kami yang tampil juga tidak membayar. TATV minta kita untuk tampil ya kami tampil. Tidak dibayar tidak masalah karena tujuannya memang murni untuk melestarikan keroncong. Apalagi kami tampil di TATV dengan cuma-cuma, karena kalau bayar kan mahal. Jadi kami senang-senang saja yang penting bisa melestarikan keroncong.”

Hal tesebut dikuatkan oleh informan 2 yang merasa sangat

beruntung bisa berkerjasama dengan HAMKRI dalam terbentuknya

program acara keroncong di TATV serta menyatukan tujuan bersama

dalam melestarikan seni keroncong di Surakarta.

“Berkerjasama dengan HAMKRI bagi kami TATV sangat membantu sekali, khusunya untuk program acara keroncong TATV.

150 Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). hal. 159.

129

Page 147: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Justru kami berterimakasih sekali sama HAMKRI. Kita pada waktu itu butuh program acara, kita berkerjasama dengan HAMKRI, muncullah program acara keroncong. Dan kita memiliki satu tujuan yaitu melestarikan budaya daerah Surakarta, disini khusunya seni keroncong, ini yang terpenting.”

Selain merasa sangat beruntung dengan adanya kerjasana

antara HAMKRI dan TATV, informan 1 pun berharap agar kerjasama

antara keduanya tetap terjaga supaya tujuan mulia melestarikan

budaya daerah, khususnya keroncong tetap ada.

“Kami pihak TATV merasa sangat beruntung sekali bisa menjalin kerjasama dengan HAMKRI. Kita memiliki sebuah tujuan yang sama dalam melestarikan budaya daerah, khusunya keroncong. Jadi harapan kami semoga kerjasama ini terus terjaga sampai tahun-tahun berikutnya”

Dari pernyataan para informan, peneliti sampai pada

kesimpulan bahwa kerjasama yang terjalin antara HAMKRI dan

TATV merupakan suatu bentuk kerjasama yang saling

menguntungkan bagi kedua pihak yang memiliki tujuan yang sama.

Kerjasama antara keduanya memberikan sumbangan yang besar dalam

pelestarian budaya daerah yang dalam hal ini kelestarian seni

keroncong di Surakarta.

130

Page 148: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III.E. Kondisi Seni Keroncong di Surakarta Setelah Hadirnya TATV

III.E.1. Pengaruh Keberadaan TATV dalam Menayangkan Program

Acara Keroncong

Keberadaan TATV sebagai televisi lokal di Surakarta memberi

pengaruh terhadap tumbuh kembang lestarinya seni dan budaya asli

Surakarta. Keroncong sebagai budaya asli Surakarta tentunya terkena

dampak dari keberadaan stasiun televisi lokal ini. Karena TATV

memiliki program-program tayangan kebudayaan yang mengangkat

budaya asli Surakarta, termasuk keroncong.

Peran TATV dalam melestarikan budaya di Surakarta tidak

luput dari perhatian KPID Jawa Tengah. Seperti halnya yang di

ungkapkan oleh salah seorang anggota KPID, Zaenal Abidin, dalam

wawancara tanggal 23 Mei 2011 menyatakan bahwa jika TATV

memberi tempat pada suatu budaya daerah termasuk keroncong, untuk

ditayangkan dan ditonton oleh masyarakat banyak tentunya akan

memberi dampak pada kelestarian dan perkembangan budaya tersebut.

“Iya memang program tayangan budaya di TATV sangat diharapkan, karena di salah dari tujuan lembaga penyiaran untuk membentuk watak dan jati diri bangsa. Nah, hal itu biasanya tumbuh paling awal itu justru di daerah (lokal). Sedangkan budaya yang ada di Jakarta itu sudah terkontaminasi dengan budaya barat (kiblatnya ke barat), justru ini dengan adanya televisi lokal yang dengan program-program lokalnya itu bisa menjaga budaya yang ada di daerah, melestarikan dan mengembangkan. Kemudian budaya daerah juga memperoleh ruang untuk dilestarikan. Hal ini yang juga akan berdapak pada kelestarian seni keroncong yang mendapat tempat di TATV untuk disiarkan dan ditonton masayarakat banyak”.

131

Page 149: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hal yang sama disampaikan oleh informan 4 dengan adanya

program tayangan keroncong di TATV budaya daerah seperti musik

keroncong dapat dikenal oleh masyarakat segingga TATV turut serta

dalam melestarikan keroncong.

“Bagus sekali, karena dengan adanya program tayangan seperti itu bisa lebih mengangkat budaya daerah, terutama keroncong dan memperkenalkannya kepada masyarakat luas sehingga masyarakat tahu. Saya senang sekali, Alhamdulillah masih ada yang mau peduli terhadap budaya daerah seperti keroncong ini. Apalagi di zaman sekarang ini, sudah banyak aliran musik yang lebih modern tapi masih ada yang mau mengangkat musik keroncong. Dengan begitu TATV juga ikut membantu dalam melestarikan keroncong.”

Menurut Harold Lasswell melihat fungsi media massa sebagai

“The transmission of the social heritage from one generation to the

next” yaitu media televisi berperan menyalurkan nilai-nilai budaya

dari satu generasi ke generasi berikutnya.151 Artinya, media massa

sebagai sarana menyampaikan warisan sosial budaya kepada generasi

selanjutnya secara berkesinambungan. Fungsi media ini dimaksudkan

sebagai sarana mengekspresikan budaya serta mengembangkan

budaya baru sehingga dapat meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai

budaya.

Hadirnya TATV di Surakarta yang menayangkan program

acara keroncong dinilai telah memberi dampak positif terhadap

kelestarian dan perkembangan keroncong di Surakarta. Keroncong

yang sempat mengalami massa kemunduran dan dilupakan

masyarakat, kembali diangkat TATV sebagai salah satu tayangan

151 Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). hal. 32-33.

132

Page 150: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

budaya sehingga keroncong dapat dikenal kembali oleh masyarakat

sebagai budaya lokal yang harus dilestarikan dari satu generasi ke

generasi berikutnya.

Dampak yang kehadiran TATV yang menayangkan budaya

daerah, khususnya keroncong dirasakan langsung oleh para seniman

keroncong, seperti informan 9 yang menyatakan setelah adanya

program acara keroncong di TATV keroncong di Surakarta kembali

hidup lagi karena masyarakat banyak yang tahu dan selain itu juga

berdampak positif bagi orkes keroncong yang beliau pimpin.

“Adanya program acara keroncong di TATV itu sangat bagus sekali. Dengan ditayangkannya di televisi maka banyak masyarakat yang tahu tentang keroncong. Dulu kan hanya radio RRI saja yang menyiarkan, sekarang TATV juga. Kalau saya lihat memang keroncong sekarang pamornya mulai menanjak. Dulu kami (Orkes Keroncong Damai Musik) pernah tampil di Keroncong TATV. Sehabis tampil di TATV ya mungkin banyak masyarakat yang melihat, setelah tampil Orkes Keroncong Damai Musik banyak undangan untuk main, ya istilahnya “ditanggap” gitu. Lumayan “payu” lah Mas.”

Selain itu, kehadiran tayangan keroncong di TATV memberi

motivasi tersendiri pada informan 6 untuk meningkatkan kemampuan

keroncong supaya bisa tampil di TATV dan bersama melestarikan

keroncong.

“Memang sekarang keroncong sudah berkembang baik. Salah satu faktornya yaitu dengan adanya tayangan keroncong di TATV. Awalnya kami dulu cuma suka dengan musik keroncong, dengan adanya TATV yang menampilkan keroncong kami termotivasi ingin ikut tampil di TATV. Terus kita latihan supaya bagus sehingga bisa ikut tampil di TATV. Bagi kami, Orkes Keroncong Anis Merah Bintang, merasa harus ikut melestarikan keroncong sebagai warisan budaya agar tidak punah.”

133

Page 151: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Informan 8 pun menambahkan bahwa dengan adanya program

acara keroncong di TATV ini berdampak pada kembali munculnya

orkes-orkes keroncong yang sempat mati untuk kembali eksis lagi.

“Adanya keroncong di TATV ini bagus sekali. Karena telah memicu orkes-orkes keroncong yang telah mati kembali hidup lagi. Ini terbukti dengan banyaknya orkes keroncong yang ingin tampil banyak yang mendaftar lewat HAMKRI. Itu diantaranya karena ingin tampil di TATV sehingga memicu untuk latihan. Jadi TATV sangat memacu adanya semangat untuk berperestasi lewat kroncong.”

Melihat dari pendapat para seniman keroncong di atas, sangat

dirasakan kehadiran TATV memang berdampak positif terhadap

tumbuh dan berkembangnya musik keroncong di Surakarta. TATV

memiliki tujuan mulia untuk ikut melestarikan budaya daerah lokal

dengan menayangkan suatu program acara yang memiliki unsur

kedaerahan. Keroncong menjadi salah satu budaya daerah Surakarta

yang diberi tempat untuk ditayangkan di TATV dan ditonton

masyarakat luas se-Solo Raya. Sehingga dampak penayangan

keroncong di media massa menjadikan media massa tersebut memiliki

peran dalam melestarikan dan mengembangkan musik keroncong di

Surakarta.

Menurut Melvin De Fleur, media massa memiliki kemampuan

untuk merubah, menciptakan atau menghilangkan budaya. Teori yang

membahas masalah ini yaitu Teori Norma-norma Budaya (cultural

norms theory). Dalam teori yang diperkenalkan oleh De Fleur ini

menyebutkan bahwa pesan-pesan komunikasi massa dapat

memperkuat pola-pola budayanya yang berlaku dan membimbing

134

Page 152: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

masyarakat untuk mempercayai bahwa pola-pola tersebut masih tetap

berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat.152 Hal tersebut bisa

menjelaskan bahwa media massa mempengaruhi budaya-budaya

masyarakatnya dengan cara: pesan-pesan yang disampaikan media

massa memperkuat budaya yang ada. Ketika suatu budaya telah

kehilangan tempat apresiasinya, kemudian media massa memberi

lahan atau tempat maka budaya yang pada awalnya sudah mulai luntur

menjadi hidup kembali.

Selain itu, media massa memiliki sifat transitory

(meneruskan), dalam hal ini media massa berperan sebagai perantara

sebuah pesan kepada khalayak, dalam hal ini pesan tersebut berupa

budaya. Budaya yang disiarkan oleh media massa akan diterima oleh

masyarakat dan dapat diapresiasi secara terus-menerus dari waktu ke

waktu. Sehinga suatu bentuk budaya tersebut akan tetap ada bahkan

akan terus berkembang di masyarakat luas.

III.E.2. Tayangan Seni Keroncong Sebagai Hiburan Budaya Mulai

Disukai Masyarakat

Fungsi media massa termasuk televisi tentunya, menurut

seorang alhi komunikasi Harold Lasswell melihat fungsi utama media

massa sebagai berikut: (a) The surveillance of the environment, yang

berarti bahwa media televisi berperan sebagai pengamat lingkungan,

(b) The correlation of part of society inresponding to the environment

yaitu media televisi mengadakan korelasi antara informasi data yang 152 Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). hal. 257.

135

Page 153: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diperolah dengan kebutuhan khalayak sasaran karena komunikator

lebih menekankan pada seleksi evaluasi interpretasi, (c) The

transmission of the social heritage from one generation to the next

yaitu media televisi berperan menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu

generasi ke generasi berikutnya. 153

Namun, disamping tiga fungsi utama yang disampaikan Harold

Lasswell tersebut, Charles R. Wright, dalam bukunya Mass

Communication A Sociological Perspective, fungsi media massa

dinyatakan sebagai berikut: “communicative acts primarily intended

for amusement irrespective of any instrumental effect they might

have”.154 Media massa memiliki fungsi hiburan. Hal ini jelas sebagai

salah satu fungsi yang lebih bersifat human interest. Maksudnya, agar

pemirsa tidak merasa jenuh dengan berbagai isi pesan yang disajikan

oleh media. Selain itu, fungsi menghibur media massa juga memiliki

daya guna sebagai pelarian pemirsa terhadap suatu masalah. Bahkan,

justru karena fungsi hiburan ini khalayak mengkonsumsi media

massa.

Seperti diterangkan di atas, TATV sebagai media massa yang

berdomisili di Surakarta pun memiliki fungsi hiburan bagi masyarakat

Surakarta yang menontonnya. TATV pun juga memiliki program-

program acara yang menghibur siapa yang menonton. Salah satu

program acaranya adalah keroncong, yang merupakan budaya lokal

Surakarta. Selain bertujuan ikut serta dalam melestarikan budaya lokal

153 Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). hal. 32-33. 154 Ibid., hal. 33.

136

Page 154: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Surakarta, program acara musik keroncong di TATV juga memiliki

unsur hiburan bagi pemirsanya.

Sebagai Produser Program Acara Keroncong di TATV,

informan 2 bahwa animo masyarakat tentang acara keroncong baik

sekali karena TATV memiliki tujuan untuk melestarikan budaya lewat

program-program acaranya dan dengan keberadaannya masyarakat

menjadi terhibur.

“Memang selain kita tetap melestarikan budaya lokal juga ternyata acara ini sangat menarik dan menghibur masyarakat. Ini terbukti dari banyak sekali masukan dari masyarakat penggemar keconcong. Dan untuk masyarakat yang notabane-nya sebagai seniman keroncong itu sangat respect sekali dengan acara ini, ibaratnya TATV sangat membantu sekali pelestarian kesenian keroncong. Dan kebanyakan dari masyarakat itu tetap menginginkan acara keroncong ini tetap bertahan tetap selalu ditayangkan.”

Sebagai seniman keroncong dan Ketua HAMKRI Surakarta,

informan 4 pun menilai antusiasme masyarakat terhadap program

acara keroncong di TATV cukup tinggi karena acara keroncong di

TATV selain melestarikan keroncong juga menghibur masyarakat.

“Selama 7 tahun siaran dari tahun 2004, acara keroncong itu disukai oleh masyarakat. Antusiasmenya tinggi dan itu bisa dilihat pada saat siaran karena ada interaktifnya banyak yang telephon. Apalagi yang disiarkan juga itu kan melestarikan budaya daerah, keroncong kan merupakan budaya asli Solo. Selain itu masyarakat pasti juga terhibur.”

Dari apa yang diungkapkan oleh informan ini dapat diketahui

jika TATV menayangkan program acara keroncong selain untuk

melestarikan budaya daerah di Surakarta, juga untuk menghibur

masyarakat. Hal yang sama dirasakan pemirsa TATV seperti

dikemukakan dalam wawancara dengan pertanyaan manfaat dari

137

Page 155: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menonton program acara keroncong di TATV. Dalam wawancara

informan 11 mengungkapkan tayangan keroncong di TATV sangat

menghibur dan mengubah suasana hati jadi senang.

“Manfaatnya itu bisa melekat dihati dan bisa dinikmati. Jadi merasa terhibur banget dengan acara keroncong di TATV. Pokoknya suasana hati jadi senang gitu.”

Informan 14 pun merasa terhibur dengan menyaksikan acara

keroncong di TATV. Tidak hanya itu, informan 14 juga menganggap

secara lebih filosofis makna kandungan dari syair lagu keroncong

memiliki pesan moral.

“Yang jelas terhibur. Yang kedua, dari segi syairnya itu terkandung pesan moral yang membuat saya merasa dilatih untuk mempunyai perasaan yang peka. Peka dalam arti kita tidak cuek terhadap lingkungan. Dalam hidup, kita harus bertenggangrasa terhadap orang lain, sesama manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak disertai dengan sikap yang sombong. Dan disitulah ada manfaat moral yang terkandung dari situ. Saya lebih ke filosofis.”

Adapun juga informan 10 yang juga mendapatkan manfaat

yang sama seperti informan yang lain, yaitu dengan melihat acara

keroncong di TATV merasa terhibur.

“Terus terang saya suka sekali dengan keroncong. jadi manfaat untuk pribadi saya sendiri dengan adanya acara keroncong di TATV yang jelas saya terhibur dengan musik keroncongnya. Dan manfaat untu keroncongnya sendiri yang pasti akan naik pamornya karena dapat dilihat dan dikenal masyarakat.”

Namun, ada pula informan 13 yang menangkap manfaat

menonton program acara keroncong dapat menambah wawasan dan

pengetahuan tentang seni keroncong dari forum diskusi yang ada di

dalam program acara keroncong di TATV.

“Menambah wawasan dan pengetahuan tentang seni keroncong. Kan ada forum diskusinya otomatis dari segi

138

Page 156: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pembahasannya bisa menambah wawasan saya yang masih belum mengerti tentang keroncong. Disamping itu, ketika ada yang main keroncong itu mungkin ada variasi-variasi yang mungkin bisa menjadi inspirasi untuk diterapkan ketika latihan keroncong.”

Musik keroncong ternyata menjadi hiburan yang cukup

menarik bagi para pemirsanya. Unsur menghibur dalam program acara

keroncong di TATV menjadikan keroncong lebih di sukai masyarakat

yang butuh hiburan. Nampaknya unsur hiburan dalam media televisi

tidak dapat di tinggalkan. Seperti yang dijelaskan Ruedi Hofmann

dalam bukunya berjudul Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi.

“dalam kebudayaan audio-visual segala-galanya penting sedikit mempunyai unsur hiburan. Kalau tidak menghibur umumnya sebuah tayangan tidak akan ditonton. Sekarang ini hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan manusia. Tanpa hiburan manusia tidak akan hidup wajar. 155

Dari pernyataan para informan tersebut peneliti sampai pada

kesimpulan bahwa program acara musik keroncong di TATV mulai

disukai masyarakat Surakarta sebagai hiburan yang berbudaya, karena

keroncong merupakan budaya daerah asli Surakarta. Dan mereka

merasa mendapat manfaat melalui siaran tersebut sehingga pemirsa

acara keroncong di TATV tidak sekedar mendapat hiburan namun

juga pengetahuan.

III.E.3. Menjamurnya Grup-grup Keroncong di Surakarta

Melvin De Fleur, dengan Cultural Norms Theory menyatakan

bahwa media massa dapat mengubah norma-norma budaya yang

berlaku dan dengan cara itu dapat mengubah perilaku individu-

155 Ruedi Hofmann. Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi. (Jakarta: Grasindo, 1999), hal. 56.

139

Page 157: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

individu dalam masyarakat.156 Sebagai individu kita banyak

dipengaruhi oleh media, misalnya; media membujuk kita untuk

mendukung suatu ideologi politik, media membujuk kita untuk

membeli barang baru, membujuk kita agar menerima motivasi, bahkan

media mengubah selera budaya kita. Tayangan media berupa musik

keroncong menjadikan keroncong sebagai kesenian daerah yang

dianggap lebih berharga dimata masyarakat, serta mengubah

pandangan masyarakat untuk mencintai dan melestarikan musik

keroncong yang merupakan warisan budaya.

Seperti yang dijelaskan informan 3 bahwa dengan diberinya

kesempatan keroncong untuk tampil di media televisi menjadikan

keroncong terus berkembang dan disukai masyarakat. Karena dengan

ditayangkannya keroncong di TATV menjadikan keroncong menjadi

trend di Surakarta sehingga dapat merangsang munculnya grup-grup

keroncong yang lainnya.

“Seperti yang sudah saya katakan tadi bahwa televisi merupakan media yang cukup cerdas dan efektif untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas. Tayangan program-program di televisi akan cepat dan mudah diterima masyarakat. Hal itu tentunya akan bisa menciptakan suatu budaya atau trend di masyarakat. Jika suatu kesenian daerah, seperti keroncong di siarkan di televisi secara terus menerus dan ditonton oleh banyak orang, pastinya akan berdampak pada keroncong itu sendiri. Karena musik keroncong diangkat di media dan disukai masyarakat ada kemungkinan itu akan bisa untuk mengidupkan grup-grup keroncong yang sudah tidak aktif lagi untuk kembali aktif. Karena itu tadi keroncong kembali terangkat dan diterima oleh masyarakat.”

156 Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). hal. 257.

140

Page 158: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Selain itu, Denis McQuail (2000) dalam bukunya Mass

Communications Theory menyatakan bahwa media massa memiliki

kemampuan untuk memberi popularitas kepada siapa saja yang mucul

di media massa.157 Siapa saja disini yang dimaksud adalah tidak

terkecuali musik keroncong. Dengan ditayangkannya musik

keroncong di media massa (TATV) tentunya akan lebih mengangkat

polularitas keroncong di mata masyarakat yang berdomisili di daerah

jangkauan siaran media massa tersebut.

Dampak media massa terhadap musik keroncong dirasakan

langsung oleh informan 4 bahwa tampilnya musik keroncong di media

massa (TATV) menjadikan keroncong semakin meningkat

popularitasnya sehingga dapat tampil lagi di berbagai acara televisi

serta merangsang grup-grup keroncong di Surakarta semakin

bertambah jumlahnya.

“TATV memberi kesempatan kepada musikus keroncong untuk lebih maju lagi. Terlebih lagi setelah siaran di TATV, kami juga bisa mengisi atau tampil di TVRI Semarang dan TVRI Jogjakarta. Jadi keroncong terangkat kembali dan disenangi masyarakat. Klub-klub keroncong juga semakin banyak, mereka rata-rata berdiri karena hoby dan memang senang dengan musik keroncong. Dulu sebelum keroncong main di TATV jumlah orkes keroncong yang aktif itu tidak sampai 20 grup keroncong, tapi sekarang orkes keroncong yang aktif dan terdaftar oleh HAMKRI sekitar 60 grup keroncong.”

Hal yang sama dikatakan oleh informan 6 yang menyatakan

adanya program acara musik keroncong di TATV memberi motivasi

kepada grup-grup keroncong yang telah lama mati kembali aktif.

157 Morissan. Teori Komunikasi Massa. (Bogor: Ghadia Indonesia, 2010), hal 1.

141

Page 159: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“Justru dengan adanya penayangan keroncong di TATV itu, yang saya tahu orkes-orkes keroncong yang sudah vakum sekarang hidup kembali dan mengadakan latihan. Kemudian mereka menghadap ke HAMKRI, bagaimana sebisanya mereka tampil di TATV.”

Adapun informan 9 mengatakan dengan tampilnya keroncong

di TATV memotivasi terbentuknya grup-grup keroncong baru.

“Perkembangan orkes-orkes keroncong sangat banyak sekali. Sekarang ini banyak sekali orkes keroncong bermunculan. Orkes-orkes keroncong yang dulunya sudah tidak main lagi sekarang kembali aktif. Dan lumayan banyak juga orkes-orkes keroncong baru yang terbentuk. Karena ingin tampil di TATV. Ini menjadi motivasi untuk kembali berlatih agar layak tampil di TATV.”

Tidak jauh berbeda dengan pendapat informan yang lain,

informan 7 juga mengatakan bahwa perkembangan keroncong

semakin pesat setelah disiarkan di TATV, terbukti dari beberapa orkes

keroncong di luar Surakarta pun ingin berpartisipasi tampil di TATV.

Tidak hanya itu, informan 7 menyatakan bahwa dengan disiarkannya

program acara keroncong di TATV merangsang kepedulian instansi-

instansi baik pemerintah maupun swasta untuk peduli terhadap musik

keroncong dengan mendirikan grup keroncong baru.

”Dengan adanya TATV itu perkembangan keroncong semakin pesat bahkan se-Jawa Tengah. Bagi kabupaten-kabupaten yang jadi daerah siarnya TATV itu jadi ingin ikut bergabung ke situ ada yang ikut nyanyi, bahkan ada grup keroncong dari Temanggung, dari Purbalingga dan dari daerah-daerah lain ingin ikut tampil. Apalagi sekarang ini banyak sekali pihak-pihak yang mau peduli terhadap keroncong. Misalnya: PDAM Solo, PDAM Karanganyar, juga ada Universitas-universitas seperti UNIVET Sukoharjo dan UNISRI ikut peduli dan mendirikan orkes keroncong. Diantaranya karena ingin tampil di TATV itu sehingga memicu untuk latihan. Jadi TATV sangat memacu adanya semangat anak muda untuk berperestasi lewat kroncong.”

142

Page 160: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berbagai temuan diatas membawa peneliti pada kesimpulan

bahwa program acara musik keroncong di TATV mempunyai peran

dalam mengembangkan dan melestarikan seni keroncong di Surakarta.

Tayangan musik keroncong di TATV memotivasi setiap individu

untuk ikut serta dalam melestarikan keroncong sebagai warisan

budaya. Serta terbukti telah mampu memberi dorongan semangat bagi

para seniman keroncong untuk tampil. Grup–grup keroncong baru pun

mulai bermunculan dan menghidupkan kembali grup-grup keroncong

yang sempat mati.

III.E.4. Geliat Acara (Event) Bartajuk Seni Keroncong di Surakarta

Program acara keroncong di TATV telah memberikan dampak

positif bagi kelestarian dan pengembangan keroncong di Surakarta.

Tayangan keroncong tersebut, mampu mengangkat kembali pamor

keroncong dimata masyarakat dan membangkitkan kembali grup-grup

keroncong yang telah lama mati. Bahkan, menjadikan keroncong

semakin dicintai masyarakat di Surakarta dan merangsang munculnya

kepedulian dari berbagai pihak untuk melestarikan keroncong.

Bentuk-bentuk pelestarian keroncong tersebut terbukti dengan seiring

munculnya berbagai acara-acara yang bertemakan keroncong. seperti

yang dikemukakan informan 1 bahwa tayangan keroncong di TATV

memiliki dampak yang cukup baik.

“Animo masyarakat terhadap keroncong mulai menuju titik yang lebih baik. Sekarang untuk acara keroncong di Solo sendiri semakin banyak. Selain di TATV, di TBS juga mulai aktif lagi, di Balai Soejadmoko Gramedia itu setiap hari jum’at selama satu bulan

143

Page 161: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sekali pasti menampilkan keroncong. Jadi keroncong lebih kompetitif lah. Tapi yang jelas kalau dari teman-teman HAMKRI termasuk Bu Waldjinah sendiri melihat memang gara-gara TATV menampilkan keroncong dampak terhadap kelestarian keroncong di Solo cukup tinggi, mulai banyaknya grup-grup keroncong yang bermunculan, generasai muda pun juga semakin tidak memandang keroncong dengan sebelah mata, dan puncaknya adalah munculnya Solo Keroncong Festival yang tahun ini memerupakan tahun kedua acara tersebut. Bahkan kita semua tahu pemerintah Kota Surakarta juga merespon dengan mencanangkan “Solo Kota Keroncong”.

Hal yang disampaikan informan 1 cukup sejalan dengan apa

yang di katakan Melvin De Fleur. De Fleur dalam Teori Norma

Budaya-nya mengatakan bahwa media dapat menciptakan pola-pola

budaya baru yang tidak bertentangan dengan pola budaya yang ada,

bahkan menyempurnakannya.158 TATV menayangkan musik

keroncong membentuk pola budaya baru dalam masyarakat. Dalam

hal ini membuat musik keroncong menjadi sebuah kesenian yang

diminati masyarakat. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk ikut

dalam melesatrikan seni keroncong di Surakarta dengan mengadakan

berbagai kegiatan yang bertajuk keroncong.

Seperti yang dikatakan oleh informan 4 bahwa tayangan

keroncong di TATV menjadi acuan bangkitnya musik keroncong di

Surakarta. Kembali terangkatnya pamor keroncong di masyarakat

degera direspon berbagai pihak dengan berbagai macam kegiatan-

kegiatan bertema keroncong.

“Iya benar sekali, tayangan keroncong di TATV itu membuat keroncong dikenal masyarakat. Karena keroncong kembali diminati masyarakat, kami HAMKRI sendiri pun bisa mengadakan Solo Keroncong Festival ditahun kemarin dan tahun ini juga kami

158 Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). hal. 257.

144

Page 162: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

selenggarakan dibulan September besok. Sebelumnya pemerintah juga mencanangkan Solo Kota Keroncong. Tapi memang setelah keroncong di tayangkan di TATV keroncong perkembangannya sangat bagus, dibanding sebelum ditayangkan TATV.”

Adapun beberapa seniman keroncong yang menyatakan hal

yang sama terhadap geliat kegiatan-kegiatan bertema keroncong

semakin marak di Surakarta. Hal ini tidak terlepas dari peran TATV

yang membuat keroncong semakin dikenal masyarakat. Seperti yang

dikatakan oleh informan 7 tentang maraknya event-even pentas

keroncong di Surakarta.

“Dampaknya saya rasakan ada dan banyak sekali event-event keroncong di Surakarta. Selain grup-grup keroncong yang rutin latihan. Sekarang ini di TBS ISI juga sering menampilkan pentas keroncong. terus di Balai Soejatmoko Gramedia itu setiap 1 bulan sekali di hari Jum’at pasti ditampilkan pentas keroncong. di Sriwedari juga kadang-kadang ada yang tampil. Teruk HAMKRI sendiri ada event besar yaitu Solo Keroncong Festival yang rencannya di adakan setiap tahunnya.”

Hal yang pun di kemukakan oleh informan 6 bahwa sekarang

ini semakin marak acara-acara pentas keroncong dan orkes keroncong

yang dipimpinnya semakin sering mendapat undangan untuk tampil di

berbagai acara.

“Sekarang ini banyak acara-acara keroncong, seperti HAMKRI sendiri menampilkan Solo Keroncong Festival, tahun ini kayaknya juga akan diselenggarakan lagi. Terus saya lihat itu di Sriwedari dan di Gramedia itu juga pernah di pentaskan keroncong. Selain itu kita sendiri OK Anis Merah Bintang sekarang ini juga sering mendapat undangan untuk tampil diberbagai acara.”

Dari pernyataan para informan tersebut diatas peneliti sampai

pada kesimpulan bahwa tayangan keroncong yang disiarkan TATV

menjadikan keroncong lebih bernilai di mata masyarakat. Sehinga

145

Page 163: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memberikan motivasi berbagai pihak untuk mengadakan kegiatan-

kegiatan bertajuk keroncong, seperti Solo Keroncong Festival serta

perhatian dari pemerintah dengan mencanangkan Solo Kota

Keroncong. Hal tersebut memberi manfaat kepada musik keroncong

agar tetap terjaga kelestariannya.

A. Pencanangan Solo Kota Keroncong oleh Pemerintah

Di Surakarta, seni keroncong merupakan salah satu

budaya daerah yang harus dijaga kelestariannya. Program acara

keroncong di TATV menjadikan keroncong lebih dikenal oleh

masyarakat. Sehingga keroncong yang dulunya sempat mati

karena sepi peminat, dengan ditayangkannya keroncong di media

massa memberi tempat kepada keroncong untuk diapresiasi oleh

masyarakat.

Pemerintah kota Surakarta memiliki perhatian khusus

terhadap kelestarian budaya daerah, termasuk keroncong sehingga

pemerintah ikut berusaha mengangkat seni keroncong

kepermukaan dan menempatkan seni keroncong sebagai budaya

yang istimewa di Surakarta. Seperti yang diungkapkan oleh

informan 4 bahwa pemerintah juga memiliki peran terhadap

pelestarian keroncong dengan pencanangan Solo Kota

Keroncong.

“Selain TATV yang mau menayangkan budaya daerah seperti keroncong, sehingga dapat dikenal masyarakat banyak. Pemerintah juga turut membantu untuk melestarikan keroncong, yaitu dengan menjadikan Solo sebagai Kota Keroncong. hal ini yang mambuat HAMKRI optimis terhadap kelesatrian keroncong

146

Page 164: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

karena banyak pihak yang sejalan bersama-sama untuk melestarikan keroncong yang merupakan budaya asli Solo ini.”

Kelestarian dan perkembangan seni keroncong di

Surakarta tentu tidak lepas dari peran serta Pemerintah Kota

Surakarta. Peran serta pemerintah dalam pelestarian dan

pengembangan seni dan budaya daerah sangatlah besar. Kinerja

pemerintah dalam memperhatikan seni budaya daerah dijadikan

tolak ukur keberlangsungan tetap adanya budaya daerah setempat.

Seperti yang dikatakan oleh informan 15, bahwa dengan

pencanangan Solo Kota Keroncong, pemerintah kota Surakarta

memiliki beberapa program yang akan semakin mengenalkan seni

keroncong kepada masyarakat Surakarta dan sekitarnya, serta

sebagai bentuk pengembangan dan pelestarian seni keroncong di

Surakarta.

“Pemerintah Kota Solo mencanangkan Solo Kota Keroncong yang diresmikan pada tanggal 9 September 2007 di Manahan dengan menampilkan pertunjukan pentas keroncong. Pencanangan tersebut merupakan usaha pemerintah untuk menjaga kelestarian keroncong itu sendiri yang merupakan budaya asli Solo. Adapun pencanangan tersebut selanjutnya pemerintah membuat program-program dari Solo Kota Keroncong adalah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yaitu mengadakan lomba-lomba keroncong, kemudian sering mengadakan festival-festival keroncong, pengadaan alat-alat keroncong di tingkat kelurahan atau untuk grup-grup keroncong yang berkembang, dan lewat Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga diadakan kurikulum atau ekstrakulikuler keroncong wajib disetiap SMP dan SMA di Solo. Dengan apanya program seperti itu diharapkan keroncong tidak tetap terjaga kelestariannya.”

147

Page 165: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dijelaskan informan 15, adanya beberapa program

dibelakang pencanangan Solo Kota Keroncong telah memberi arti

dan dampak positif untuk kelestarian seni keroncong di Surakarta.

Lomba-lomba keroncong diadakan guna untuk mengembangkan

bakat-bakat para seniman keroncong serta sebagai bentuk

kaderisasi. Diadakannya festival keroncongpun sangat berguna

untuk lebih mengenalkan seni keroncong kepada masyarakat, agar

seni keroncong menjadi budaya yang tidak asing dan familiar

dengan masyarakat, khususnya masyarakat Surakarta.

Hal yang sama disampaikan informan 4 bahwa dengan

pencanangan Solo sebagai kota keroncong berarti pemerintah

memiliki tujuan yang sama dengan HAMKRI untuk melesatrikan

keroncong. Selain itu pemerintah kota Surakarta turut memberi

dukungan untuk lomba-lomba keroncong dan penyelenggaraan

festival-festival keroncong.

“Dengan pencanangan Solo Kota Keroncong oleh Pak Jokowi (Wali Kota Surakarta) HAMKRI juga merasa terbantu. Banyak acara lomba-lomba keroncong yang di adakan pemerintah berkerjasama dengan HAMKRI. Selain itu acara festival keroncong juga mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah. Karean tujuannya sama yaitu melestarikan keroncong.”

Program Solo Kota Keroncong yang dicanangkan oleh

pemerintah memberi efek penuh terhadap kemajuan seni

keroncong, yaitu dengan pengadaan alat-alat keroncong yang

diberikan kepada setiap kelurahan atau diberikan kepada grup-

grup keroncong yang berkembang. Hal ini sangat diharapkan

148

Page 166: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bahwa masyarakat tidak akan kesulitan untuk bermain keroncong

karena pengadaan fasilitas keroncong dari pemerintah.

Seperti yang diungkapkan informan 6 yang pernah

menerima bantuan alat keroncong dari pemerintah.

“Dulu kita pernah mendapat bantuan dari pemerintah bersama HAMKRI berupa alat-alat musik keroncong. Dengan pemberian tersebut kami merasa senang dan berterimakasih. Karena dengan itu pemerintah ikut peduli dengan kelangsungan kelestarian grup-grup keroncong di Solo.”

Hal senada juga diungkapkan oleh informan 9 tentang

pengadaan peralatan keroncong oleh pemerintah. Serta

menyambut baik untuk niat pemerintah guna melestarikan

keroncong dengan memeperhatiakan grup keroncong yang ada,

walaupun beliau sendiri tidak mendapat bantuan peralatan

keroncong.

“Untuk pengadaaan peralatan musik keroncong dari

pemerintah kabarnya pernah kami dengar. Tapi mungkin itu ditujukan untuk grup-grup keroncong yang masih baru berkembang, jadi kami tidak mendapatkan. Tetapi jika program tersebut dijalankan pemerintah dengan baik itu luar biasa sekali. Bukan tidak mungkin akan banyak grup-grup keroncong yang bermunculan dan ini baik untuk kelestarian keroncong itu sendiri. Secara keseluruhan program pemerintah itu baik dan harus kita apresiasi.”

Program pengadaan peralatan keroncong oleh pemerintah

memang berjalan dan terbukti keberadaannya. Walaupun belum

merata, akan tetapi setidaknya hal tersebut memberi dampak yang

positif terhadap tumbuh kembang grup-grup keroncong di

Surakarta.

149

Page 167: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Selain itu, peran pemerintah dalam rangka pelestarian dan

pengembangan seni keroncong di Surakarta juga melalui

DIKPORA (Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga) akan

diadakan kurikulum atau ekstrakulikuler keroncong wajib disetiap

SMP dan SMA di Surakarta. Hal ini tentu saja dimaksudkan

untuk mengenalkan seni keroncong dari dini kepada masyarakat

melalui bangku pendidikan.

Namun program dari pemerintah untuk mewajibkan

ekstrakulikuler keroncong disetiap SMP dan SMA masih

diragukan oleh banyak pihak. Seperti yang diungkapkan oleh

informan 4, bahwa kenyataannya di Solo sendiri belum

sepenuhnya sekolah tingkat SMP dan SMA memiliki

ekstrakulikuler keroncong.

“Dulu saya juga sempat mendengar kabar kalau keroncong akan dijadikan ekstrakulikuler di sekolah-sekolah. Bahkan diwajibkan setiap sekolah memiliki ekstakulikuler keroncong. Tetapi pada kenyataannya itu tidak berjalan, yang saya tahu itu cuma ada beberapa SMA yang memiliki ekstrakulikuler keroncong.”

Pendapat yang sama pun disampaikan oleh informan 7

yang menilai program pemerintah yang mewajibkan setiap

sekolah memiliki kegiatan ekstrakulikuler keroncong tidak

sepenuhnya berhasil.

“Saya kira program itu belum sepenuhnya berhasil, karena memang tidak kelihatan sekolah mana yang ada ekskul keroncongnya. Yang saya tahu cuma di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta dan SMA 7 Surakarta. Kalau memang ini dari DIKPORA diwajibkan ya sebaiknya direalisasikan. Dan

150

Page 168: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kalau benar program ini di adakan pasti ada kemungkinan juga setiap sekolah juga belum siap mengingat keroncong bukan merupakan musik yang mudah dipelajari. Jadi program ini harus dipikirkan secara matang baru dilaksanakan.”

Pencanangan Solo Kota Keroncong serta program-

program dari pemerintah untuk melestarikan seni keroncong

diharapkan bisa berbuat banyak untuk kejayaan keroncong itu

sendiri. Niat baik pemerintah tersebut mendapat tanggapan positif

dari seniman keroncong di Surakarta. Mereka berharap program-

program yang dicanangkan oleh pemerintah benar-benar

dilaksanakan secara terus menerus. Berikut harapan dari seniman

keroncong yang berharap banyak dari program Solo Kota

Keroncong. Informan 8 berharap dukungan dari pihak pemerintah

berjalan terus dan membantu baik materi dan non materi.

“Sebagai seniman keroncong kami berharap kepada memerintah untuk terus mendukung seni keroncong baik materi maupun non materi. Karena keroncong merupakan budaya asli Kota Solo, supaya dapat terus hidup dan lestari.”

Seperti halnya informan 8, informan 9 berharap agar

pemeritah menjalankan progam-programnya untuk melestarikah

budaya daerah, khusunya keroncong dengan baik.

“Untuk program pemerintah seperti pengadaan alat-alat keroncong serata keroncong dimasukan kekurikulum pendidikan itu harus benar-benar dilaksanakan. Jangan hanya digembar-gemborkan saja. Semoga terus dilaksanakan mengingat keroncong adalah seni budaya yang harus dilestarikan.”

Berdasarkan dari pendapat para informan, peneliti

menangkap sambutan positif serta dukungan dari para seniman

151

Page 169: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keroncong tentang pencanangan Solo Kota Keroncong oleh

pemerintah. Seniman keroncong memang memang membutuhkan

peran pemerintah dalam melestarikan budaya daerah. Seniman

keroncongdan juga HAMKRI memiliki harapan agar program

pencangangan Solo Kota Keroncong dapat dilaksanakan dengan

baik oleh pemerintah dan berkelanjutan.

B. Diadakannya Solo Keroncong Festival oleh HAMKRI

Popularitas keroncong yang didapatkan setelah tampil di

media massa menjadikan keroncong lebih dikenal oleh

masyarakat. Pada puncaknya adalah dengan diadakannya acara

tahunan Solo Keroncong Festival oleh HAMKRI Surakarta yang

tahun 2011 ini adalah tahun kedua diadakannya acara tersebut.

HAMKRI melihat meningkatnya popularitas keroncong di

Surakarta. Dengan kondisi keroncong yang semakin dikenal

masyarakat setelah tampil sebagai program acara di TATV

Surakarta, HAMKRI kemudian merancang suatu program festival

keroncong yang mereka beri nama Solo Keroncong Festival.

Seperti yang dikatakan oleh informan 4, bahwa latar belakang

diadakannya Solo Keroncong Festival adalah untuk melestarikan

keroncong.

“Latar belakang diadakannya Solo Keroncong Festival adalah untuk melesatrikan keroncong itu sendiri. Agar keroncong bisa dikenal masyarakat. Acara ini sudah berjalan dua kali, ditahun ini akan kami adakan pada tanggal 29-30 September 2011 nanti.”

152

Page 170: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Selain itu, informan 5 menyatakan bahwa selain untuk

melestarikan keroncong, Solo Keroncong Festival bertujuan

untuk mengenalkan keroncong di mata dunia dengan

menampilkan orkes keroncong baik dari dalam negeri maupun

orkes keroncong dari luar negri.

“Acara Solo Keroncong Festival merupakan acara yang HAMKRI rencanakan untuk tujuan mengenalkan keroncong secara luas tidak hanya Solo saja tapi bahkan se-Indonesia bahkan mancanegara, karena kami juga menampilkan orkes keroncong dari luar negeri.“

HAMKRI menyatakan agar keroncong lebih dikenal oleh

masyarakat secara luas, maka HAMKRI mengadakan event yang

bisa dibilang berskala internasional. Solo Keroncong Festival

merupakan kegiatan besar yang diadakan setiap tahunnya. Hal

tersebut tentunya tidak dapat terlaksana tanpa dukungan dari

berbagai pihak. Ketua HAMKRI Surakarta (informan 4)

menyebutkan adanya kerjasama dengan berbagai pihak yang ikut

membantu dalam Solo Keroncong Festival.

“Solo Keroncong Festival yang di adakan HAMKRI Surakarta berkerjasama dengan berbagai pihak termasuk Pemerintah Kota Surakarta dan TATV. TATV juga akan menayangkan acara Solo Keroncong Festival secara live agar bida ditonton masyarakat banyak.”

Kerjasama antara HAMKRI Surakarta, Pemerintah Kota

Surakarta dan TATV terjalin karena memiliki tujuan yang sama

dalam melestarikan budaya daerah, khusunya keroncong. Selain

itu, dikatakan informan 5 bahwa Solo Keroncong Festival juga

153

Page 171: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berkerjasama dengan mengikutsertakan grup-grup keroncong

dalam dan luar negeri untuk memeriahkan acara tersebut.

“Selain kerjasama dengan pemerintah dan TATV yang menyiarkan acara secara live. Kita berkerjasama dengan orkes-orkes keroncong dari Solo sendiri, orkes keroncong dari kota-kota lain dan ada juga orkes keroncong dari luar negeri seperti dari Jepang dan Malaysia.”

Hadirnya Solo Keroncong Festival memberikan dampak

yang baik terhadap perkembangan keroncong di Indonesia,

khususnya di Surakarta. Dengan diadakan Solo Keroncong

Festival setiap satu tahun sekali semakin mengukuhkan Solo

sebagai kota keroncong. Keroncong di Solo semakin berkembang

dan tentunya dapat lestari karena dikenal dan dicintai. Tanggapan

seniman keroncong tentang diadakannya Solo Keroncong Festival

pada dasarnya sama, mereka optimis dengan adanya pagelaran

Solo Keroncong Festival semakin memberi ruang kepada

keroncong untuk berkembang dan lestari. Seperti yang

diungkapkan oleh informan 8 bahwa dengan adanya Solo

Keroncong Festival mengakibatkan semakin populernya

keroncong dimata masyarakat dan hal ini sangat baik untuk

kelestarian keroncong.

“Dengan diadakannya Solo Keroncong Festival tentunya dapat dikenalkan keroncong pada masyarakat. Harapannya keroncong kembali diminati masyarakat yang sekarang lebih menyukai musik-musik yang berasal dari kebudayaan barat. Setidaknya masyarakat mengetahui keroncong adalah budaya negeri sendiri yang harus diperhatikan dan dilestarikan. Event ini paling tidak bisa menjadi penyadaran untuk masyarakat untuk mencintai budaya sendiri, khususnya keroncong.”

154

Page 172: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hal yang sama diungkapkan informan 9 yang juga peran

penting Solo Keroncong Festival terhadap kelestarian keroncong.

“Acara Solo Keroncong Festival yang diadakan oleh HAMKRI tentunya kami harapkan bisa memperkenalkan keroncong pada masyarakat luas. Ini lo keroncong budaya asli Indonesia. Acara ini juga tentunya akan berpengaruh untuk melestarikan keroncong agar tidak mati.”

Ditambahkan lagi oleh informan 6 yang menyambut baik

diadakannya Solo Keroncong Festival dengan mengharapkan

acara tersebut semakin melestarikan keroncong. Serta informan 6

juga termotivasi untuk ikut serta dalam acara tersebut guna

melestarikan budaya, khususnya keroncong.

“Itulah yang kami semua selaku pemusik keroncong harapkan dari Solo Keroncong Festival agar dengan acara tersebut semakin melestarikan musik keroncong. kami berharap juga, agar acara itu terus dilaksanakan setiap tahunnya. Dan semoga grup keroncong kami OK Anis Merah Bintang bisa ikut tampil di acara Solo Keroncong Festival dikemudian hari dan ikut istilahnya “nguri-uri” budaya.”

Berdasarkan pendapat para informan di atas, peneliti

melihat diadakannya Solo Keroncong Festival memiliki tujuan

untuk mengenalkan keroncong secara luas dimasyarakat dan

untuk melestarikan keroncong acar tidak punah. Selain itu banyak

dari insan keroncong berharap event tahunan tersebut memberi

andil yang cukup besar terhadap perkembangan keroncong.

155

Page 173: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

PENUTUP

IV.A. Kesimpulan

Dari serangkaian data yang diperoleh di lapangan, baik itu melalui

wawancara dengan informan maupun dari hasil pengamatan selama

penelitian, maka di sini peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut.

Peran serta TATV dalam melestarikan dan mengembangkan seni

keroncong di Surakarta, tampak dalam hal:

1. Mengembalikan pamor (popularitas) seni keroncong di mata

masyarakat Surakarta. TATV telah menayangkan seni keroncong

sebagai program acara rutin setiap minggunya. Tayangan tersebut

memberi ruang kepada seni keroncong untuk tampil di televisi serta

dapat ditonton dan diapresiasi oleh masyarakat. Dengan demikian seni

keroncong yang dahulu telah kehilangan tempat apresiasinya,

kemudian media massa memberi lahan atau tempat maka keroncong

yang pada awalnya sudah mulai terpinggirkan mulai dikenal lagi oleh

masyarakat dan perlahan menjadi hidup kembali.

2. Memberi motivasi kepada grup-grup keroncong yang telah mati untuk

kembali aktif dan memotivasi terbentuknya grup-grup keroncong baru. 

Program acara keroncong yang disiarkan oleh TATV, memberi

kesempatan bagi seniman keroncong untuk tampil di media televisi

sehingga mengakibatkan munculnya grup-grup keroncong, baik grup

keroncong lama yang kembali aktif maupun grup keroncong baru.

156

Page 174: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Merangsang munculnya berbagai kegiatan-kegiatan (event) keroncong

di Surakarta. Program acara keroncong di TATV telah memberikan

dampak positif bagi kelestarian dan pengembangan keroncong di

Surakarta. Selain mengembalikan pamor keroncong di mata

masyarakat dan memotivasi tumbuhnya jumlah grup keroncong di

Surakarta. Tayangan keroncong tersebut, mampu merangsang

munculnya kepedulian dari berbagai pihak untuk ikut melestarikan

keroncong sebagai budaya daerah asli Surakarta. Seperti HAMKRI

dengan “Solo Keroncong Festival” dan Pemerintah Kota Surakarta

yang mencanangkan “Solo Kota Keroncong”.

IV.B. Saran

1. Berdasarkan temuan peneliti dalam Bab III, mengenai konsep-konsep

program acara keroncong di TATV yang dapat disesuaikan dengan

kebutuhan siaran. Dari lima konsep program acara keroncong tersebut

hanya satu konsep yang murni menyampaikan talkshow dan hiburan

tentang keroncong, sedangkan konsep yang lainnya memposisikan

157

Page 175: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keroncong hanya sebagai hiburan atau selingan dari keseluruhan

acara. Peneliti menyarankan bahwa sebagai media massa lokal yang

menjunjung tinggi kearifan lokal serta mendukung kelestarian budaya

daerah, termasuk seni keroncong, seharusnya tidak memposisikan

musik keroncong hanya sebagai hiburan semata, melainkan juga harus

memberikan pengetahuan/informasi tentang seni keroncong yang

memiliki ciri khas tersendiri. Adapun lebih sering menampilkan

talkshow atau tanya-jawab dengan narasumber yang membahas

khusus tentang musik keroncong setidaknya dapat memberi

pengetahuan pada masyarakat tentang seni keroncong yang khas dan

berbeda dengan musik lain.

2. Temuan peneliti mengenai bertambah banyaknya grup-grup

keroncong di Surakarta yang antusias ingin tampil di TATV. Hal ini

sangat merepotkan HAMKRI dalam menjadwal semua grup

keroncong yang akan tampil, jika TATV hanya memberikan satu jam

dalam satu minggu untuk program acara keroncong. Peneliti

menyarankan pihak TATV untuk menambah porsi jam tayang

program acara keroncong sehingga antusiasme para seniman

keroncong dapat terpenuhi. Sehingga TATV dapat memfasilitasi

dengan baik sarana bagi grup-grup keroncong untuk tampil dan

diapresiasi oleh masyarakat.

3. Dalam penelitian ini peneliti mendapat temuan bahwa TATV dalam

menayangkan program acara keroncong hanya melakukan kerjasama

dengan HAMKRI Surakarta. Peneliti menyarakan agar pihak TATV

158

Page 176: digilib.uns.ac.id/Televisi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

juga membuka peluang kerjasama dengan HAMKRI dari daerah lain,

sehingga grup-grup keroncong dari luar Surakarta juga memiliki

tempat untuk mengapresiasikan diri dan tampil. Hal ini menjadikan

lingkup kerjasama dalam penayangan program acara keroncong tidak

terbatas hanya menampilkan grup-grup keroncong di wilayah

Surakarta saja.

4. Penelitian ini mendeskripsikan peran TATV Surakarta dalam

melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta,

artinya hanya melihat satu fungsi dari televisi lokal ini. Apalagi hanya

melibatkan sebagian kecil yaitu satu dari seluruh program acara yang

dimiliki TATV. Dalam penelitian selanjutnya akan lebih baik jika

tergambarkan keseluruhan materi siaran atau program acara di TATV,

bagaimana sebenarnya peran TATV dalam mengembangkan potensi

daerah Surakarta (tidak terpaku pada kebudayaan saja), adakah

perubahan positif yang cukup signifikan sebelum dan sesudah TATV

berdiri. Riset berupa studi khalayak yang menunjukkan data dalam

bentuk angka-angka mungkin akan menyempurnakan penelitian ini

dan lebih bermanfaat bagi masyarakat.