SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

37
TUGAS DASAR SISTEM TELEKOMUNIKASI SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI OLEH : Putu Rusdi Ariawan (0804405050) PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2010

description

SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Transcript of SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Page 1: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

TUGAS DASAR SISTEM TELEKOMUNIKASI

SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

OLEH :

Putu Rusdi Ariawan (0804405050)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2010

Page 2: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem televisi semakin berkembang seiring dengan kemajuan

teknologi elektronika dan telekomunikasi yang semakin pesat. Pada zaman

sekarang televisi merupakan sebuah industri yang sangat maju dan

menjanjikan. Dimana televisi bukan lagi barang yang mewah dan mudah

diperoleh, dan siapaun pasti memilikinya. Manfaat televisi sangat besar sekali

pada era sekarang ini berfungsi sebagai sarana hiburan dan juga untuk

pertukaran informasi serta berita dari seluruh belahan dunia.

Berkembangnya sistem televisi ini juga dipengaruhi oleh

berkembangnya teknologi telekomunikasi, dimana telekomunikasi sekarang

jarak bukan lagi suatu masalah sehingga dunia ini terasa menjadi kecil.

Tidak hanya teknologi telekomunikasi saja yang berpengaruh tetapi

juga teknologi elektronikanya juga berkembang pesat dimana ukuran televisi

pada zaman dahulu berukuran sangat besar sekarang semakin kecil dan

berukuran mini, dan mudah di bawa kemana-mana.

Tetapi pada dasarnya sistem televisi dari dahulu hingga sekarang

mempunyai sistem yang sama, dan juga cara kerja yang sama. Karena

perkembangan teknologi inilah membuat televisi semakin berkembang.

Dari latar belakang inilah yang menjadikan alasan bagi penulis untuk

menuliskan sistem dari televisi yang tidak berubah, dan dijadikan dasar untuk

perkembangan dari sistem tersebut.

Page 3: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang ada adalah

bagaimana cara kerja sistem televisi serta perkembangannya.

1.3 Batasan masalah

Untuk dapat menyelesaikan permasalahan di atas, maka perlu

dilakukan pembatasan-pembatasan masalah agar dalam menulis topik

tersebut dapat lebih terarah. Adapun batasan-batasan yang diambil adalah

sebagai berikut:

1. sejarah televisi

2. sistem kerja dari televisi

3. perkembangan televisi

1.4 Tujuan

Tujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui sejarah, sistem kerja

dan perkembangan dari televisi.

Page 4: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

BAB II

ISI

2.1 Sejarah Televisi di Indonesia

Pada awal tahun 1968 pemerintah RI dengan bantuan UNESCO

melaksanakan serangkaian penelitian di bidang pendidikan. Di antara

penelitian tersebut salah satunya dilakukan oleh LHS Emerson dengan judul

Education in Indonesia: "Diagnosis of the present situation with identification

of priorities development". Penelitian ini menyimpulkan bahwa program radio

dan televisi pendidikan merupakan bagian integral dari pengembangan

materi dan kurikulum pendidikan, oleh karena itu harus diberi prioritas.

Selanjutnya dari hasil penelitian "Alternative Strategis for Primary Education

in Indonesia; A Cost of Effectiveness Analysis” Jamison melaporkan bahwa

dengan satuan biaya tetap perbaikan sistem pendididkan dasar dapat

dilakukan dengan media radio dalam memperbesar ratio guru murid.

Berdasarkan laporan hasil penelitian tersebut Lembaga Media

Pendidikan BPP (Badan Pengembangan Pendidikan) Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan seminar tentang "Educational

Broadcasting" tanggal 27 Desember 1971 s. d. 15 Januari 1972 di Bogor.

Seminar tersebut memberikan rekomendasi perlu diadakannya eksperimen

siaran radio pendidikan.

Berdasarkan rekomendasi tersebut selama tahun 1972 diadakan

berbagai kegiatan untuk mempersiapkan pelaksanaan eksperimen siaran

radio pendidikan melalui Proyek Perintis Siaran Radio Pendidikan. Dalam

tahap persiapan ini BPP dengan UNESCO memberikan tugas kepada :

Page 5: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

a. INSCORE (Institut for Social and Communication Research) mengadakan

penelitian tentang pengaruh dari siaran radio pendidikan.

b. Lembaga Penelitian Telekomunikasi Radio dan Microwave Institute

Teknologi Bandung (ITB) mengadakan studi tentang spesifikasi dan disain

pesawat penerima radio untuk siaran radio pendidikan.

c. Lembaga Manajemen Universitas Indonesia (UI) mengadakan penelitian

tentang Pengelolaan Siaran Radio Pendidikan.

Pada tahun 1973 dimulailah eksperimen Siaran Radio Pendidikan

di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil evaluasi yang

dilakukan IKIP Semarang terhadap eksperimen ini pada tahun 1974 cukup

menggembirakan. Pada tahun itu juga BPP yang kemudian menjadi

Balitbang Dikbud mengajukan usulan secara resmi kepada Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan untuk membentuk unit TKPK (Teknologi

Komunikasi untuk Pendidikan dan Kebudayaan).

Berdasarkan usulan tersebut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

pada tanggal 31 Juli 1976 membentuk Tim Penyelenggara TKPK yang terdiri

atas SPTN (Satuan Tugas Pelaksana TKPK Nasional ) di Jakarta, Semarang,

Yogyakarta dan Surabaya serta SPTD (Satuan Tugas Pelaksana TKPK

Daerah) di 11 propinsi dan Perintis Teknologi Komunikasi Pendidikan Luar

Sekolah (TKPLS) di di 9 Kabupaten dan 3 propinsi.

Pada tahun 1978 Tim TKPK dengan SPTN dan SPTD nya serta

Perintis TKPLS ditetapkan oleh Presiden menjadi Pusat Teknologi

Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan di lingkungan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan ketetapan tersebut maka pada

bulan Juli 1979 Tim Penyelenggara TKPK dikukuhkan Pusat Teknologi

Page 6: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan. SPTN Jakarta dihapuskan, SPTN

Semarang dan Yogyakarta menjadi Balai Produksi Media Radio (BPMR).

SPTN Surabaya menjadi Balai Produksi Media Televisi (BPM-TV).

Bersamaan dengan itu SPTD di 11 propinsi dan perintis TKPLS di 3 propinsi

berubah menjadi Sanggar Teknologi Komunikasi Pendidikan dan

Kebudayaan (Sanggar Tekkom) di 14 propinsi. Keempat belas Sanggar

tersebut berada di Jayapura (Irian Jaya), Ambon (Maluku), Kupang (NTT),

Mataram (NTB), Samarinda (Kaltim), Palangkaraya (Kalteng), Pontianak

(Kalbar), Surabaya (Jatim), Semarang (Jateng), Yogyakarta DIY), Bandung

(Jabar).Ujung Pandang (Sulsel), Palu (Sulawesi Tengah), dan Kendari

(Sulawesi Tenggara)

Pada tanggal 29 Desember 1995 Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara (MENPAN) menyetujui pembentukan 7 sanggar baru.

Berdasarkan persetujuan tersebut, pada tanggal 5 Februari 1996 Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan mengukuhkan berdirinya 7 Sanggar baru

masing-masing di propinsi Daerah Istimewa Aceh di Banda Aceh, Riau di

Pakanbaru, Sumatera Barat di Padang, Jambi di Jambi, Sumatera Selatan di

Palembang, Kalimantan Selatan di Banjarmasin dan Timor Timur di Dilli.

Dengan lepasnya Timor Timur dari pangkuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia pada tahun 1999 maka Sanggar Tekkom di Dilli secara otomatis

hapus, sehingga dengan demikian jumlah Sanggar Tekkom tinggal 20 buah

saja.

Merespon perkembangan dibidang teknologi komunikasi dan

informasi dan didasari oleh pelaksanaan otonomi daerah, sejak awal tahun

2000 PUSTEKKOM mengalami reorganisasi. Namanyapun berubah menjadi

Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan. Setelah melewati

masa masa transisi, mulai akhir 2001 reorganisasi PUSTEKKOM selesai.

Page 7: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Mulai dengan saat itu Sanggar-sanggar yang semula merupakan unit

pelaksana teknis PUSTEKKOM di daerah berubah menjadi unit pelaksana

teknis daerah dengan nama dan struktur organisasi yang beragam setingkat

eselon tiga. Kini PUSTEKKOM tinggal memiliki 3 unit pelaksana teknis yaitu

Balai Pengembangan Media Radio di Yogyakarta, Balai Pengembangan

Multimedia di Semarang dan Balai Pengembangan Media Televisi di

Surabaya.

2.2 Pokok-pokok Dari Televisi

2.2.1 Dasar- Dasar Transmisi Dari Penerimaan Gambar-Gambar

Kita kenal dua metode untuk menyalurkan kebesaran-kebesaran

listrik yang mengandung gambar-gambar : metode parallel dan metode

seri.

Metode paralel melaksanakan pemindahan itu dengan jalan

memberikan saluran-saluran terpisah untuk tiap titik dari gambar-gambar

seperti terlihat pada gambar 8.1(a). Metode ini dipakai pada permulaan

perioda televisi.

Metode seri dipakai dalam sistem televisi sekarang. Metode ini

memindahkan gambar – gambar dengan jalan membagi gambar dalam

beberapa garis horizontal dan garis-garis ini diraba secara listrik. Titik-titik

bercahaya pada garis-garis tersebut diambil secara berturut-turut seperti

terlihat pada gambar 8.1(b)

Page 8: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Gambar 2.2.1

Jika periode yang dibutuhkan untuk membagi gambar-gambar sangat

pendek, gambar-gambar yang berikutan dapat diperoleh tanpa

menimbulkan kerlip disebabkan oleh kelembaban penglihatan dari mata

kita.

2.2.2 Perabaan (Scanning)

Karena metode sering dilaksanakan dengan mengubah gambar-

gambar yang berdimensi dua kebesaran-kebesaran listrik yang berubah

dengan waktu, maka proses tersebut disebut dengan perabaan, dan garis-

garis horizontal disebut garis –garis perabaan (scanning lines).

Banyaknya gambar yang diraba dalam satu detik disebut sekian

banyak gambar perdetik. Jika jumlah garis perabaan diperbanyak, gambar

yang diperoleh akan lebih jelas dan lebih banyak gambar perdetik. Jika

jumlah garis perabaan diperkecil, maka akan timbul peristiwa kerlip pada

gambar.

Komponen yang paling halus dari tiap titik dari sebuah gambar

disebut unsur (elemen) gambar yang ukurannya merupakan sebuah segi

empat yang mempunyai lebar dari garis perabaan.

Jumlah unsur-unsur gambar yang terdapat dalam sebuah gambar

dinyatakan dengan :

2nh

bN

Page 9: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Dimana

b : lebar dari pada gambar

h : tinggi dari pada gambar

n : jumlah dari garis perabaan

Angka N ini menunjukkan derajat kejelasan (clearness). Metode

perabaannya ialah meraba secara berturut-turut gambar yang akan dikirim,

dimulai dari sudut kiri atas dari gambar, bergerak mendatar dari kiri ke

kanan dan kemudian bergerak vertikal dari garis-garis atas ke bawah

sampai semua permukaan dari gambar diraba. Frekwensi dari perabaan

untuk kedua arah dinyatakan sebagai berikut :

Frekwensi perabaan vertikal (fc) = jumlah dari perabaan gambar

dalam satu detik.

Frekwensi perabaan horizontal (fh) = jumlah dari pada frekwensi

perabaan gamabar x jumlah

dari garis perabaan

Untuk sistem NTSC jumlah dari garis perabaan adalah 525 dan

jumlah dari pada perabaan gambar dalam satu detik sama dengan 30.

perabaan dilakukan baik untuk arah vertical maupun horizontal dilakukan

oleh gelombang berbentuk gigi gergaji.

T

Gambar 2.2.2 Gelombang gigi gergaji untuk perabaan

Perioda perabaan Perioda penjejaan kembali

a

b

c

Page 10: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Antara a dan b pada gambar diatas diraba dengan kecepatan

tertentu dan antara b dan c perabaan secara cepat bergerak kembali ke

kiri atas dari garis perabaan berikutnya. Periode antara a dan b disebut

periode perabaan sedang, sedangkan periode b dan c disebut periode

menjejak kembali (retrace period).

2.2.3 Perabaan di Antara

Proses perabaan yang dipakai unbtuk televisi tidak selesai dengan

perabaan pertama dari garis atas ke garis bawah pada permukaan

gambar. Proses perabaan pertama dilakukan secara kasar untuk tiap-tiap

garis yang berbeda (periode ini disebut satu bidang), kemudian perabaan

kedua dilakukan dari bagian atas, diantara garis perabaan yang tidak

diraba, kebagian bawah, kemudian perabaan itu selesai (periode ini

disebut satu bingkai. Proses perabaan secara berganda tersebut diatas

dinamakan perabaan diantara. Perabaan diantara mempunyai keuntungan

mengurangi jalur frekwensi ( frequency band) yang ditempati oleh signal

video menjadi setengah tanpa mengurangi kualitas gambar. Sebaliknya,

jira jalur frekwensi dari signal video tidak berubah, maka kelip gambar

akan dikurangi menjadi setengah.

2.2.4 Signal Video

Bentuk dari signal video yang dihasilkan dari perabaan diperlihatkan

pada gambar 8.3. jarak antara a dan b menyatakan periode perabaan, dan

ini adalah kebesaran yang dibutuhkan menyatakan derajat dari pada

kilaunya (luminosity). Jarak antara b dan c menyatakan periode untuk

penjajakan kembali (retracing) dan ini merupakan kebesaran yang tidak

diperlukan untuk reproduksi gambar. Oleh sebab itu kebesaran ini

dibuang/dipotong dan disebut signal penggelapan (blanking signal). Signal

ini ditempatkan pada nilai hitam selama periode ini.

Page 11: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Gambar 8.1.4 Bentuk gelombang dari signal video

2.2.5 Signal Sinkronisasi

Signal sinkronisasi dikirim bersama-sama signal video dengan

maksud untuk pengaturan kecepatan dan fase perabaan, untuk

pelaksanaan perabaan diantara yang mantap antara pengiriman dan

penerimaan. Signal sinkronisasi horizontal diperuntukkan perabaan

horizontal dan signal sinkronisasi vertikal diperuntukkan perabaan vertical.

Kedua signal sinkronisasi tersebut disisipkan dalam periode penggelapan

dan berbentuk segi empat dengan warna yang lebih hitam dari nilai hitam.

2.3 Rantai Pengulang (Relaying Link)Dari Signa!Televisi

Signal televisi yang dibangkitkan di stasiun broadcast melalui kamar

pengawasnya diteruskan ke stasiun-stasiun broadcast setempat lewat

saluran pengulang.

Pada umumnya saluran microwave dipakai untuk keperluan pengulang

itu dan hubungan-hubungannya dapat dilihat pada gambar 8.2.1.

Page 12: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Stasiun terminal microwave didapati pada jarak 300-500 km antara

kota-kota besar dan stasiun-stasiun ini dihubungkan dengan stasiun-stasiun

broadcast televisi dalam kota melalui rantai televise yang pendek.Rantai

televisi ini merupakan pintu keluar dari program televisi.Banyak stasiun-

stasiun cabang (brhanching stasions) terdapat pada saluran pengulang dan

disini program-program dipilih,program-program mana melalui rantai televise

yang pendek diteruskan ke stasiun-stasiun televisi setempat.Pada umumnya

stasiun-stasiun setempat menyiarkan program-program yang dihimpun pada

stasiun-stasiun kunci (key stations) yang terdapat dikota-kota besar.Karena

dari stasiun-stasiun lokal tidak ada kemungkinan untuk mengirimkan

programnya ke stasiun lain,maka peranan dari stasiun-stasiun cabang adalah

untuk membagikan program saja dan oleh karena itu tidak diperlengkapi

dengan alat yang dapat memasukkan program.Tiap stasiun terminal

microwave dan stasiun cabang mempunyai alat penyambung (switching

equipment)dan dengan alat ini program-program yang dikehendaki dapat

dipilih,program-program mana kemudian diteruskan kerantai yang

menghendaki dengan cara yang sama seperti pada kantor telepon.

Page 13: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Signal televise yang berasal dari stasiun broadcast dikirim kestasiun-

stasiun terminal microwave melalui rantai pengulang yang pendek,dimana

proses modulasi dilksanakan menjadi signal-signal FM oleh alat terminal FM

dan setelah dimodulasi kembali menjadi signal-signal FM yang lain,signal-

signal tersebut diteruskan ke stasiun-stasiun cabang melalui cabang melalui

jalur microwave yang lain atau dikirim ke stasiun-stasiun terminal microwave

yang lain dan seterusnya.Perlu dicatat bahwa hanya jalur frekwensi

penengah (intermediate) yang dicabangkan distasiun cabang dan signal-

signal televise ini dimodulasi menjadi signal FM oleh alat terminal FM nya.

2.4 Televisi berwarna

2.4.1 Sistem NTSC

NTSC (national television system committee) yang sistemnya dipakai

di USA dan Jepang dipandang sebagai salah satu dari system-sistem standar

yang tebaik untuk broadcast televise berwarna.

Sifat-sifat khusus dari sistem ini adalah sebagai berikut:

1. sistem broadcast ini didapati pada pesawat-pesawat terima

televisi tdak berwarna (monochrome)

2. jika signal televisi monochrome diterima oleh pesawat terima

televisi berwarna, gambar monochrome dapat terlihat.

3. jalur frekuensi yang dipakai oleh televisi berwarna sama

dengan monochrome ialah 6 MHz dan lebarnya jalur tidak

bertambah. Sistem yang mempunyai sifat-sifat khusus

seperti tersebut diatas disebut mempunyai sifat

penyesuaian.

Jika diinginkan sistem televisi berwarna dimasukkan di temapat-tempat

dimana sistem televisi monochrome telah ada, maka sistem

Page 14: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

penyesuaian dapat dikatakan sebagai salah satu kondisi yang

diperlukan.

2.4.2 Pokok-pokok dari televisi berwarna

Teori warna mengakui bahwa semua warna dapat direproduksi

dengan mencampur warna-warna dasar (primary colors): merah, biru dan

hijau. Sebagai satu kenyataan ialah bahwa gambar berwarna dapat

direproduksi dengan mencampur warna-warna dasar secara tepat. Televisi

berwarna diwujudkan dengan jalan memisahkan benda yang akan

ditelevisikan dipisahkan dalam tiga warna dasar merah, biru dan hijau

dengan kaca pemisah tiga warna.

Setelah tiap warna, yang dipisahkan, dirubah menjadi sinyal-sinyal

listrik, kemudian dikombinasikan oleh alat khusus dan dipancarkan ke udara.

Sinyal-sinyal video yang berkombinasi itu diterima oleh pesawat penerima.

Setelah tiap sinyal yang berwarna tiga diperoleh kembali dengan suatu alat

listrik, kemudian dimasukkan ke tabung sinar katode, yang berwarna tiga

maka gambar berwarna seperti yang aslinya terlihat pada layar tabung.

2.4.3 Sinyal Video TV Berwarna

Sinyal televisi berwarna dinyatakan sebagai jumlah dari sinyal terang

dan sinyal warna. Karena sinyal terang sama seperti pada televisi tidak

berwarna, komponen-komponen frekuensinya terbatas dalam 0 sampai 4

MHz. Sinyal warnanya dipasang pada subcarrier 3,58 MHz. Subcarrier ini

amplitudonya dan fasanya dimodulasi sesuai dengan amplitudo dan fasa dari

sinyal yang dimaksudkan. Ditinjau dari segi spektrum, sungguhpun sinyal

warna jalur frekuensinya luas dengan pusatnya pada 3,58 MHz, tetapi

komponen frekuensinya yang berada diatas 4 MHz. Mengenai sinyal corak

warna, jalur frekuensinya amat sempit dibandingkan sinyal terang.

Page 15: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Sebagai akibat dari penggabungan sinyal warna dengan sinyal terang

kita dapati jalur frekuensi yang hampir lebih sempit dari 4 MHz. Sinyal warna

terdapat dari hasil modulasi subcarrier 3,58 MHz dngan catatan kejenuhan

warna oleh hasil modulasi amplitudonya dan corak warna oleh modulasi

fasanya. Sinyal ”color burst” dipergunakan sebagai dasar untuk pengaturan

fasanya (corak warna) pada pihak penerimaan dari sinyal televisi. Sinyal

video yang terjadi, dikirim ke pemancar melalui rantai pengulang (relei),

sesudah diatur dalam ruang subkontrol dan ruang kontrol utama. Proses ini

sama seperti pada penyaluran televisi tidak berwarna.

Frekuensi dari carrier untuk sinyal audio (4,5 MHz lebih tinggi dari

carrier untuk sinyal video) ditambahkan pada lebar jalur aturan televisi untuk

pelaksanaan penyaluran sinyal audio secara modulasi frekuensi. Dengan

demikian jumlah lebar jalur yang ditempati oleh televisi sampai 6 MHz.

Proses selanjutnya seperti penggabungan sinyal video dengan sinyal audio

pada pemancar, yang kemudian dipancarkan ke udara sebagai gelombang

V.H.F atau U.H.F melalui antena, juga serupa pada televisi tidak berwarna.

2.4.4 Penerima

Penerima televisi berwarna menangkap gelombang dengan cara yang

sama seperti pada televisi tidak berwarna. Sinyal yang diterima kemudian

diperkuat dan dipisahkan menjadi sinyal suara dan sinyal video. Sinyal suara

diteruskan ke loudspeaker sedangkan sinyal video berurusan dengan proses

kebalikan dari kamera televisi. Sinyal terang dan sinyal warna diubah ke

warna pokok yang aslinya oleh sirkit matrix dan kemudian diteruskan ke

tabung sinar katode tiga warna. Tabung tiga warna mempunyai tiga senapan

elektronik, yang memancarkan tiga sinar elektronik yang besar. Jika sinyal

merah diterima, maka senjata merah digerakkan. Jika sebaliknya sinyal biru

yang diterima maka senjata biru yang diaktifkan dan memancarkan sinar

elektronik ke layar yang dapat bersinar (fluoroscent).

Page 16: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Di sebelah belakang dari permukaan yang dapat bersinar, didapati

sebuah pelindung yang dibuat dari logam dan berlubang-lubang. Jumlah

lubang ini sebanyak sepertiga dari jumlah bintik-bintik yang dapat bersinar.

Jika sinar elektron yang dihamburkan dari tiga penyembur elektron, melalui

lubang maka bintik yang bersangkutan yang dapat bersinar akan digetarkan.

Arah dari tiga sinar elektron dikuasai oleh kumparan defleksi elektromagnetik

dan sinar elektron merubah sepanjang permukaan dari layar yang dapat

bercahaya dengan segera. Karena intensitas dari sinar elektron dikuasai oleh

intensitas dari sinyal tiga warna, permukaan gambar, yang mempunyai warna

aslinya akan terlihat pada layar.

2.5 Transmisi Dari Signal T.V. Berwarna

Syarat transmisi yang lebih berat diperlukan untuk transmisi signal

T.V. berwarna dari pada T.V. tidak berwarna.

Sebagai contoh dalam sirkit gelombang-mikro dibutuhkan 480 sikrit

telepon untuk transmisi signal T.V. tidak berwarna, sedangkan T.V.

berwarna memerlukan 980 sikrit telepon untuk mempertahankan signal

sebaik mungkin. Karena T.V. Tidak berwarna maupun yang berwarna

membutuhkan jalur frekwensi yang sama ialah 4 MHz, maka adalah perlu

bagi T.V. berwarna untuk mengirim signal warna disamping signal terang.

Seperti telah disebut dimuka signal warna dikirim dengan cara memodulasi

amplitudo subcarrier 3,58 MHz untuk kejenuhan warna dan memodulasi

phasanya untuk warna dasarnya. Amplitudo dan phasa yang

memodulasikan harus dibuat tepat berimbang dengan signal-signal yang

mengerjakan. Jika kondisi ini tidak ditaati secara tepat, maka warna dari

gambar pihak penerima akan cacat.

Oleh sebab itu sirkit gelombang-mikro harus mempunyai linearitas

dan sifat – sifat yang baik. Persyaratan ini juga kita perlukan jika

menambah jumlah sirkit telepon.

Page 17: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

2.5.1 D.G.

Sirkit rantai gelombang – mikro terdiri atas modulator – modulator

F.M., pengulang (repeater) dan demodulator F.M. jika lenearitas modulator

dan demodulator tidak lurus betul maka signal warna yang masuk akan

cacat dan amplitudo dari signal warna yang keluar akan berkurang seperti

yang terlihat pada gambar 8.4.1. Jika intensitas dari signal – terang

berubah dari harga yang rendah ke harga yang tinggi maka amplitudo dari

signal warna akan berkurang sesuai dengan perubahan tersebut. Hal ini

berarti, bahwa kejenuhan warna akan turun jika dibandingkan dengan

gambar aslinya. Nilai perubahan dari kejenuhan warna akibat dari

perubahan intensitas signal-terang disebut Differential Gain (D.G.) dan ini

dinyatakan dalam presen.Jika lebih kecil dari 10% hal ni masih dipandang

masih dapat diterima.

2.5.2 D.P.

Pengulang gelombang mikro mempunyai sigat untuk mengubah

waktu-lambat (sifat phasa) bagi frekwensi-frekwensi seperti yang terlihat

pada gambar 8.4.1 Jika intensitas dari signal terang berubah dari harga

yang tinggi maka warna dasarnya akan berubah akibat sigat-phasa dari

pengulang seperti terlihat pada gambar. Nilai dari perubahan ini disebut

Difrensial Phasa (D.P.) jika nilai ini kurang dari 5% maka tidak akan tampak

adanya perubahan. Oleh sebab itu sifat phasanya harus cukup baik.

Page 18: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Gambar 8.4.1 Distori signal-signal berwarna DP dan GD

2.5.3 Pre-emphasis

Sebuah alat yang disebut pre-emphasais terdapat pada pesawat T.V

berwarna dengan maksud menghindarkan pengaruh dari cacat-cacat yang

dibangkitkan oleh sifat-sifat D.G dan D.P. Pre-emphasis terlaksana jika

sebuah sukrit ditambahkan,yang akan menekan amplitudo dari frekwensi-

frekwensi yang lebih rendah yang terdapat pada signal F.M. pada bagian

masuk dari sirkit gelombang-mikro seperti diperlihatkan pada gambar

8.4.2(b).

Oleh alat ini akan ditekan amplitido dari frekwensi rendah dari sugnal

terang seperti terlihat pada ambar 8.4.2(c). Daerah overal dynamic akan

menjadi sempit dan sebagai akibatnya ialah cacat yang disebabkan oleh

sifat-sifat D.G dan D.P dalam transmisi akan berkurang. Pada pihak

penerima dari signal F.M didapat pada demodulatornya sebuah sirkit De-

emphasis,yang mempunyai sifat kebalikan dari Pre-emphasis. Setelah

terjadi penyamaan secara menyeluruh tidak hanya signal gambarnya yang

Page 19: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

diperbaiki tapi cacat pada signal warna berkurang.. Jadi Pre-emphasis

memiliki pengaruh yang efektif dalam memperbaiki sirkit transmisi.

Pre-emphasis mempunyai pengaruh dalam mengurangi cacat,yang

berlaku juga untuk transmisi telepon-berganda.

Gambar 8.4.2 Sifat-sifat sirkit pengulang T.V. berwarna

Page 20: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

2.6 Siaran Stereo

Siaran sterio menggunakan dua penggiriman dan penerimaan

denngan memakai banyak mikropon dan speker (pada dasarnya kanan dan

kiri) pada pihak penggiriman dan penerimaan.maksutna ialah agar musik dan

bunyi-bunyian lain dapat didengar dengan menimbulkan kesan ruangan yang

lebih atau kesan yang lebih nyata.

2.6.1 sistem modulasi ganda

Sistem modulasi ganda yang dipakai untuk siaran sterio,dengan

membawa dua sinyal secara serentakpada satu aluran (channel) banyak

dipakai dengan pertimbangan-pertimbangan :

1. pemakaian secara efisien dari gelombang listrik dan.

2. tersediana acara siaran bukan stereo untuk pendengar biasa.

Sistem ini disebut metoda”jumlah dan selisih” jika sinyal kiri dinyatakan

oleh L dan kanan oleh R, maka sinyal jumlah dan selisih di nyatakan

sebagai :

M = L+R

S = L – R

Dimana sinyal M adalah jumlah dan sinyal S adalah selisih dari dua

komponen.

Jika subcarrier 38 kHz dimodulasi amplitudonya oleh sinyal S dan di

campur dengan sinyal M,kita dapati signalnya (disebut signal campuran)

mempunyai komponen-komponen frekwensi seperti terlihat pada gambar

8.5.1 signak campur ini dipakai sebagai modulator dari gelombang pembawa

pemancaran melalui udara dapat terjadi.

Page 21: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Modulasi yang dipakai ialah F.M karena kurang peka terhadap ganggguan

dibanding dengan modulasi A.M carrier 38 kHz yang dipakai untuk

membangkitkan sinyal campuran disebut supressed. Karena sub carrier tidak

ada gunanya untuk transmisi selanjutnya setelah terjadi signal campuran

subcarrier itu ditekan . untuk itu dipakai metode “supresessed carrier

amplitudo modulation.” Tetapi subcarrier itu pada pihak penerimaan

diperlukan untuk modulasisignal S.signal pandu (pilot),yang

disinkronnisasikan dengan subcarrier sampai 19kHz,ditambahkan pada

signal campuran.

Pada pihak penerimaan subcarrier untuk demodulasi,yang

berdasarkan signal pandu,dapat diperoleh.metoda demulasi campuran yang

disebut diatas dikenal denggan sebutan suppressed carrier AM-FM (sistem

nada pandu).

Kebaikan dari sistem ini ialah,jika besarbya signal pandu dapat

dipertahankan pada suatu harga yang tepat,pelebaran yang tidak perlu dari

jalur frekwensi dapat di hindarkan. Pelebaran itu biasanya disebabkan oleh

komponen-komponen yang tidak membantu dalam tranmisi dari signal bunyi

dalam signal campuran .gbr 8.5.2. memperlihatkan bagan (bloc diagram)

susunan dari milai signal L dan R masuk sampai gelombang terjadi.

2.6.2 sifat teknik dari pemncar dan penerima

Adalah perlu untuk mempertahankan nilai selisih amplitudo dsan

selisih antara fhasa dari signal R dan L untuk mendapatkan kesan ruang

yang sesuai. Terutama pada waktu siaran musik dsb perubahan amplitudo

signal)diperlukan.

Page 22: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Untuk mensetandarkan perincian-perinsian teknik dari pemancar, dan

penerima dan untuk perencanaan aluran (channel) standar-standar berikut

diterapkan untuk mempertahankan kwlitas yang baik dari siaran stereo.

1. standar teknik dari pemancar. Standar teknik dari perlengkapan

pemancar terlihat pada daftar 8.5.1

Daftar 8.5.1 standar teknik untuk perlengkapan pemancar

hal Harga standar

Stabilitas gelombang frekwensi radio.

Jalur frekwensi yang di tempati oleh

gelombang radio.

Deviasi frekwensi maksimum.

Harga peredaman dari emisi liar

(untuk harga rata-rata dari daya

frekwensi carrier dasar).

Deviasi frekwensi dari signal pandu.

Stabilitas frekwensi dari subcarrier.

Sifat-sifat pre-emphasis

Sifat-sifat frekwensi menyeluruh

(deviasi dari kurva pre-emphasis)

Kurang dari 20 x 10-6

300 kHz

± 7,5 KHz

±60 dB

±6~7,5 kHz

Dalam 5 (standar untuk subcarrier)

Kurang dari ± 4Hz

50 µs detik-konstanta waktu

Kurang dari ± 2dB

2. standar teknik dari penerima. Diperhatikan dipeerhatikan karena penerima

termasuk pada pihak pendenggar sifat-sufat tekniknya menggikuti harga

dan kondisi dalam pemakaiannya.sungguhpun demikian diadakan

standar-petunjuk secara sementara seperti terlihat pada daftar 8.5.2.

Page 23: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Hal Harga standar

Frekwensi menenggah

Frekwensi oscilator local

Kepekaan maksimum

Peredaman frekwensi cermin

bayangan selektivitas

Derajat pemisah signal kanan dan

signal kiri

10,7 MHz

Frekuensi terima -10,7 MHz

Kurang dari 20 uV

Lebih dari 30 dB

Lebih dari 20 dB

2.6.3 Studio

Tidak ada gunanya untuk mengatakan, bahwa ada berbagai proses yang

dipakai untuk mendapatkan bunyi yang stereo benar pada saat suara itu

diambil di studio sungguhpun demikian adalah sulit untuk menilai hasil-

hasilnya, karena terlalu banyak factor yang harus diperhatikan, yang bertalian

dengan seni. Lapangannya terlalu luas untuk dinilai. Oleh sebab itu kita

batasi di sini pada peninjauan teknis dari masalahnya.

1) Penentuan mikropon

2) Pengeras dan tape-rekorder

3) Merekam dan pengambilan.

Disebabkan oleh perbedaan-perbedaan dalam kontruksi mekanismenya

dari berbagai mikropon, maka tidak dapat dihindarkan, bahwa sifat-sifatnya

yang bertalian dengan pengambilan suara sangat berbeda.

Dapat disarankan untuk memakai sepasang mikropon, yang mempunyai

sifat-sifat yang hampir sama atau suatu pasangan-mikropon (paired

microphones) yang khusus. Perhatikan pada sifat-arah (directivity

characteristics) pada pengambilan suara, sebab jika perbedaan arahnya itu

besar, maka hasil perubahan arahnya akan sangat kurang.

Page 24: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Mengenai penempatannya dapat dikatakan bahwa pada umumnya

responsi arahnya makin berkurang apabila jarak antara mokropon makin

diperbesar. Sebaliknya. Jika jaraknya makin diperkecil pengaruh arah makin

tajam dan pengaruh suara menjadi lebih sempit. Oleh sebab itu jarak anatara

mikropon merupakan faktor yang utama dalam memperoleh bunyi stereo.

Pada umumnya banyak mikropon ditempatkan denan jarak dan posisi

yang tepat, sambil memperhitungkan pengarah timbal-baliknya untuk

mendapatkan kesan-ruang yang sebaik mungkin.

Sehubungan dengan pengeras, dapat dikatakan tidak ada kesulitan

karena mudah mendapatkan dua sirkit yang mempunyai sifat yang sama

tidak hanya sifat-amplitudo dan phasa apa saja, tetapi juga untuk cacat dan

gangguan apa saja. Hal itu dimungkinkan karena teknologi yang tinggi

dibidang sirkit elektronik. Bagi tape-recorder masalahnya untuk memperoleh

perbedaan phasa antara suara kanan dan kiri. Dari pengalaman diketahui,

bahwa jika perbedaan phasa melebihi 600, kesan-arah akan sangat

berkurang. Selanjutnya perlu diperhatikan perpanjangan sisi tape yang tidak

sama dan perubahan dari tape di bawah kepala tape (tape-head).

Mengenai record stereo dan pengambilannya, sesungguhnya tidak ada

kesulitan jika dilakukan dengan hati-hati, perhatikan khusus diperlukan pada

sifat bicara-silang (cross-talk) antara signal kanan dan kiri, karena

kebocoran-kebocoran.

2. Peralatan Pemancar

Peralatan pemancar untuk siaran stereo F.M. dapat dibagi dalam dua

bagian : Pemancaran sendiri dan antena serta feeder. Dalam prinsipnya

pemancar terdiri atas sirkit matrix yang membangkitkan signal M dan S

(Gambar 1), sirkit multipleks yang membuat nignal campuran dengan

memodulasikan signal S dan subcarrier, sirkit F.M. modulation dan sirkit

Page 25: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

pengeras daya (power amplifier). Sirkit multipleks pada umumnya terdiri atas

modulator cincin (ring modulator) dan sirkit penyampur.

Gambar 1: Diagram Blok dari pemancar

Sirkit F.M. dapat dibagi dalam “Sistem Modulasi Langsung”, dimana

frekwensi yang keluar dari oscillator langsung dimudulasi, dan “Sistem

Modulasi tidak langsung”, dimana setelah signal dari oscillator dimodulasi

phasanya kemudian diperoleh modulasi frekuensinya yang bersesuaian.

Metode yang sesuangguhnya sebagai berikut :

Sistem Modulasi Langsung

(1) Metoda tabung reaktansi

(2) Metoda FMQ

(3) Unsur reaktansi yang berubah + metode oscillator

Sistem Modulasi tidak Langsung

(1) Metoda Serrasoid

(2) Metoda Kompon Victor

Sesungguhnya modulasi langsung pada umumnya dilaksanakan dengan

sirkit yang lebih sederhana terkecuali FMQ dan memiliki kepekaan modulasi

serta sifat peredaman sirkit AFC dengan maksud menstabilkan frekwensi.

Modulasi tidak langsung, sebaliknya, menggunakan output dari oscillator

Page 26: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

kristal dan tidak membutuhkan sirkit AFC sebagai alat menstabilkan

frekwensi. Tetapi perlu diperhatikan adanya emisi liar.

Mengenai sistem antena dan feeder, kecuali dalam hal beberapa stasiun

menggunakan antena tunggak, lebih sederhana dibanding dengan antena

siaran T.V. karena tidak memerlukan sifat jalur lebar (broadband).

Pada saat pemilihan tempat antena hal-hal berikut perlu dipertimbangkan

dengan hati-hati :

(1) Kondisi geografi dari stasiun dan daerah yang dilayani

(2) Tinggi antena

(3) Daya pancar yang efektif dan antena gain.

Untuk menambah daerah yang dilayani, perlu daya pancar efektifnya

diperbesar, yang akan menambah daya pemancar dan antena gain.

Penambahan antena gain akan menyempitkan cahaya radiasi (

radiation beam, hal mana dapat membahayakan daerah yang dilayani,

karena intensitas medannya yang rendah.

Oleh karena itu dalam melaksanakan proses harus diberikan perhatian

yang sungguh-sungguh.

3. Perlengkapan Penerima

Perlengkapan penerima untuk siaran F.M. stereo dapat dibagi dalam

dua bagian seperti pada perlengkapan pemancar : Penerima dan sistem

antena.

Gambar memperlihatkan susunan dasar dari penerima. Mengenai

kekhususan dari konstruksi sirkit, sungguhpun beberapa teknologi elektronik

dipakai, hampir sama dengan penerima F.M. biasa, terkecuali sirkit pemisah

signal.

Page 27: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Gambar 2. Diagram blok dari penerima

Sirkit pemisah signal terdiri atas oscillator dari sirkit subcarrier dan sirkit

demodulasi. Demodulator yang umum dipakai adalah :

1) Metoda pelipatan (multiplying) frekwensi untuk pembangkitan

subcarrier dengan jalan melipat-duakan frekwensi pandu (pilot)

2) Metoda sinkronisasi oscillator

Sungguhpun metoda 2) S/N-nya dari subcarrier tidak bergantung dari

intensitas dari gelombang yang diterima dan masalah mengenai S/N tidak

ada.

Pengendalian phasa dari oscillator yang sinkron berubah mengikuti

intensitas dari gelombang gelombang dan phasa dari signal yang dideteksi

akan terganggu sehingga mengurangi efek/pengaruh ruang dari bunyi.

Dua jenis sirkit demodulasi yang dipakai pada umumnya :

1) Kedua jalur sisi (sideband) dari komponen AM, untuk

mentransmisikan signal S, didemodulasi oleh komponen subcarrier

dan kemudian dikombinasikan dengan signal M, dilakukan sirkit

matrix, dimana signal L dan R dipisahkan.

Page 28: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

2) Signal L dan R dipisahkan oleh pemindahan signal campuran

dengan sebuah pulsa, yang mempunyai frekwensi dan phasa yang

sama dengan subcarrier.

Metoda 1) menggunakan sirkit dari Gambar 3. perlu dilengkapi dengan

sirkit penghambat (delay) dan sirkit pengatur amplitudo dengan maksud

untuk menghindarkan perubahan-perubahan dari sifat amplitudo dari detector

A.M.

Gambar 3. Sirkit mendeteksi signal campuran yang diubah ke

signal modulasi amplitudo jalur sisi rangkap dua.

Metoda 2) menggunakan sirkit seperti pada Gambar 4. Subcarrier yang

frekwensinya 38 kHz (frekwensi untuk pemindahan/switching) dilakukan pada

dioda penyambung D1 dan D2 untuk berganti-ganti mengambil signal R dan L.

jika phasa dari subcarrier diatur tepat dan jika subcarrier negatif pada titik (a)

dari gambar, D1 akan konduktip dan mengeluarkan lengkungan (envelop) dari

L. jika subcarrier positip pada titik itu, D2 akan dikutip dan mengeluarkan

lengkungan dari R seperti dinyatakan oleh gambar.

Signal L dan R, setelah diambil contohnya, direproduksikan pada

output. Metoda ini mempunyai sifat khusus dalam bentuk pengaturan yang

mudah.

Page 29: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Antena penerima disediakan oleh para pendengar sendiri, dan sistem

antena yang besar dan mahal tidak dapat diharapkan. Akan tetapi dapat

dianggap tepat jika memakai kombinasi antena doublet yang dilipat (folded

doublet antenna) dan 300 ohm feeder yang pararel sebagai ketentuan.

Dalam hal ini doublet disusun dengan cara yang sama seperti antena yagi,

yang dapat menangkap dengan baik sungguhpun dalam daerah yang

mempunyai intensitas medan yang rendah.

Gambar 4. Sistem pemindah dari sirkit pemisah signal

2.7 Perkembangan Sistem Televisi

2.7.1 Sistem Televisi Kabel

Sering sekali kita mendengar orang menyebut soal TV kabel. Apa

bedanya dengan TV nonkabel? Siaran televisi (TV) kabel memang sudah

menjadi bagian hidup sebagian besar masyarakat Amerika Serikat.

Sementara di Indonesia, hal itu masih jadi konsumsi yang cukup mahal.

Dengan kondisi: jumlah operator sedikit, hanya terdapat di beberapa kota

besar (seperti Jakarta, Medan, Bandung, dan Surabaya), serta jumlah

pelanggan terbatas di masyarakat kelas atas. Sebenarnya, seperti apa sih TV

kabel itu?

Sesuai dengan namanya, kabel merupakan media penghubung

antara operator siaran TV dan pelanggan. Sistem TV kabel yang pertama

Page 30: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

(dibuat pada tahun 1948) menggunakan kabel jenis twin lead. Kabel ini

berbentuk pita seperti yang dipasang pada TV hitam putih. Sistem berikutnya

(dibuat tahun 1950) telah menggunakan kabel coaxial. Kabel coaxial tersusun

dari konduktor dalam yang diselimuti isolator dan konduktor luar, seperti yang

dipasang antara antena dan pesawat TV zaman sekarang. Perkembangan

selanjutnya, dimanfaatkan juga jaringan microwave, satelit, dan kabel serat

optik.

Perjalanan TV kabel

Sebenarnya TV kabel pertama dibangun untuk mengatasi kesulitan

menerima siaran televisi yang dialami oleh daerah dengan penerimaan sinyal

buruk. Biasanya sebuah antena dipasang di menara yang terletak di puncak

gunung atau tempat-tempat tinggi lain di daerah itu. Kemudian, kabel

digunakan untuk menghubungkan antena dengan pesawat TV di beberapa

rumah sekitarnya.

Tahun 1948, Ed Parson yang tinggal di Astoria, Oregon, membuat

sistem community antenna television (CATV) dengan media kabel twin-lead

dan dipasang dari satu atap rumah ke atap rumah lain. Sementara itu, pada

tahun 1950, Bob Tarlton membangun sistemnya di Lansford, Pennsylvania,

dengan menggunakan kabel coaxial yang dipasang pada tiang. Ia mendapat

hak monopoli di kotanya dan menyiarkan tiga saluran bagi pelanggannya.

Ternyata kesulitan penerimaan siaran televisi tidak hanya terjadi di

daerah-daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota yang penuh dengan gedung-

gedung tinggi. Karena itu, TV kabel juga berkembang di daerah perkotaan.

Selain itu, semakin lama tidak hanya sekadar menjadi sambungan ekstensi

Page 31: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

dari siaran TV lokal saja, tapi sudah mampu memberikan layanan yang dapat

menyaingi siaran TV lain.

Melihat perkembangan itu, Federal Communication Commision

(FCC) membuat batasan bagi TV kabel untuk menerima siaran televisi jarak

jauh. Pada awal tahun 1970, FCC memperkuat kebijakan tadi dengan

membuat undang-undang yang membatasi kemampuan operator TV kabel

dalam menyiarkan: film, sekilas peristiwa, dan lain-lain.

Akan tetapi, pada tahun 1972 dikeluarkan kebijakan deregulasi

bertahap untuk TV kabel. Akibatnya, aturan-aturan semakin diperlonggar. Hal

itu membangkitkan industri pembuat kelengkapan televisi kabel di tingkat

lokal dan federal. Dengan demikian, terjadilah pertumbuhan layanan siaran

dan penambahan pelanggan. Penggunaan teknologi microwave, komunikasi

satelit, dan kabel serat optik sebagai media tambahan juga meningkatkan

pertumbuhan layanan. Selain itu, diperoleh pula peningkatan saluran dengan

cara kompresi data video digital.

Di Indonesia sendiri TV kabel muncul pada awal tahun 1990-an. Saat

ini sedikitnya ada tiga operator yang masih terpaku untuk melayani kalangan

tertentu di beberapa kota besar. Biaya penyambungan dan langganan yang

tinggi membuat belum banyak orang berminat menjadi pelanggan. Belum lagi

jumlah stasiun televisi yang tampaknya masih dapat memenuhi kebutuhan

sebagian besar masyarakat kita. Apalagi dengan munculnya TV-TV lokal

yang menambah semarak ragam siaran.

Diagram sistem TV kabel dari headend ke pelanggan ditunjukkan

dalam gambar. Headend adalah sumber dari sinyal yang dipancarkan ke

sistem kabel. Headend tidak hanya menerima sinyal siaran lokal untuk

dipancarkan saja, tetapi juga dapat menerima sinyal-sinyal: siaran dari kota

Page 32: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

yang jauh, siaran dari satelit, dan dari gelombang microwave. Karena itu,

headend dilengkapi dengan perangkat penunjang, seperti menara dan

berbagai jenis antena, termasuk antena parabola, untuk menerima siaran dari

satelit.

Selain itu, headend bisa mempunyai program siaran sendiri sehingga

membutuhkan studio yang memadai untuk menghasilkan program siarannya.

Untuk aplikasi ini, headend dapat mengatur sendiri waktu dan saluran yang

diperlukan. Adapun waktu dan saluran untuk community access biasanya

dipercayakan kepada franchise lokal. Pada umumnya sistem TV kabel tidak

dapat melakukan editing kontrol terhadap kualitas atau isi program-program

community access.

Sistem kabel terdiri atas dua bagian, yaitu sistem trunk dan sistem

distribusi. Sistem trunk berfungsi untuk mengirim sinyal ke kelompok-

kelompok pelanggan. Perangkat-perangkat dalam sistem trunk adalah kabel

trunk dan trunk amplifier. Trunk amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal

yang melemah akibat panjangnya kabel. Ia dipasang pada tiap jarak tertentu.

Jumlah amplifier yang dipasang pada kabel dibatasi oleh nilai noise dan

distorsi pada amplifier bersangkutan. Kabel yang bermutu baik akan

mengurangi jumlah amplifier untuk panjang kabel yang sama.

Sistem distribusi berfungsi untuk mendistribusikan sinyal ke tiap-tiap

rumah dalam satu kelompok pelanggan. Antara sistem trunk dan sistem

distribusi dipasang interface yang disebut bridger amplifier. Perangkat

pendukung sistem distribusi adalah kabel distribusi, line extender amplifier,

dan tap. Fungsi line extender amplifier pada sistem distribusi serupa dengan

fungsi trunk amplifier pada sistem trunk. Tap berfungsi sebagai titik

pengambilan sinyal atau percabangan untuk kabel drop yang dihubungkan

Page 33: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

dengan perangkat pada pelanggan. Berbeda dengan kabel distribusi yang

berstruktur kaku, kabel drop mempunyai struktur yang fleksibel/lentur.

Di rumah pelanggan, keluaran kabel drop dihubungkan dengan TV

atau VCR (video cassete recorder). Tetapi, jika TV atau VCR pelanggan tidak

dapat menemukan seluruh kanal yang ada (karena VCR tidak kompatibel

dengan sistem kabel), diperlukan converter yang berfungsi sebagai

interface/penerjemah antara TV dan sistem kabel. Biasanya, converter telah

disediakan oleh operator TV kabel. Jika sinyal siaran yang dikirim oleh

headend melalui proses pengacakan (scrambling), pada converter harus

dipasang descrambler.

Pita frekuensi dan kanal

Pita frekuensi sinyal operasi TV kabel relatif lebar, berkisar 50 MHz

sampai dengan 450 MHz, bahkan hingga 1 GHz. Pita frekuensi selebar itu

dibagi menjadi banyak kanal. Lebar tiap kanal disesuaikan dengan lebar pita

video standar yang sebesar 4,2 MHz. Semakin banyak kanal yang

digunakan, semakin lebar pula pita frekuensi yang diperlukan. Kanal-kanal ini

dikirim secara serentak lewat kabel.

Masalahnya, walaupun sistem TV kabel mempunyai pita frekuensi

yang lebar, pesawat TV yang digunakan tidak seperti itu. Karenanya, sistem

ini menyediakan beberapa kanal (umumnya kanal 2,3,4,5) sebagai kanal

rujukan bagi pesawat TV atau VCR. Di kanal itu pesawat TV berfungsi

sebagai monitor dan pemilihan siaran dilakukan dengan mengatur

tuner/penala pada converter.

Page 34: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Perkembangan sistem

Munculnya teknologi-teknologi terbaru dan meningkatnya kebutuhan

penganekaragaman manfaat sistem TV kabel menyebabkan sistem ini

berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangannya terjadi pada perangkat

keras maupun lunak. Di antaranya adalah penggunaan gelombang

microwave, jika menara penerima siaran jarak jauh terletak jauh dari

headend. Jika pemasangan kabel trunk atau distribusi sulit dilakukan atau

mahal, maka gelombang microwave dapat digunakan sebagai pengganti.

Munculnya kabel serat optik, yang dapat dipakai pada sistem trunk

maupun distribusi, menghasilkan sinyal siaran yang lebih baik karena tahan

terhadap gangguan cuaca atau interferensi dari gelombang radio lain.

Penggunaan kabel serat optik juga mengurangi jumlah amplifier yang

digunakan karena kabel serat optik mempunyai nilai rugi kabel yang rendah.

Diterapkannya sistem digital pada perangkat-perangkat siaran

maupun pesawat TV juga menimbulkan banyak perubahan. Teknik kompresi

video digital membuat kapasitas sistem menjadi lebih tinggi sehingga

memperbanyak jumlah kanal. Teknik-teknik Forward Error Correction (FEC)

yang dapat memperbaiki kesalahan data akibat noise juga dimanfaatkan

untuk mendapatkan laju transmisi yang lebih tinggi.

Yang cukup baru adalah pemanfaatan sistem kabel untuk Internet.

Aplikasi ini bisa terjadi jika headend menambah fungsinya sebagai gateway

Internet. Headend juga menjadi server untuk layanan web, e-mail, dan e-

news. Untuk itu, sistem kabel harus menyediakan kanal dua arah bagi

pengiriman dan penerimaan data dengan sistem LAN (Local Area Network).

Page 35: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

Pengembangan-pengembangan lain sudah tentu harus terus

dilakukan, mengingat banyak pesaing yang selalu berusaha menjadi "one

stop server/operator" yang dapat memenuhi segala kebutuhan komunikasi

sekaligus hiburan bagi pelanggannya. Persaingan bisa muncul dari sistem

ponsel dengan TV selulernya yang lebih mobile atau saluran telepon tetap

yang dapat dikembangkan menjadi pembawa sinyal siaran video. Dengan

kelebihan-kelebihannya, sistem-sistem ini pastilah menjadi pesaing kuat bagi

TV kabel.

PRIHADI MURDIYAT Mahasiswa S2 Telekomunikasi Multimedia ITS

Page 36: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Terdapat dua metode untuk menyalurkan sinyal-sinyal listrik yang

mengandung gambar yaitu metode paralel dan metode seri.

2. Karena metode sering dilaksanakan dengan mengubah gambar

yang berdimensi dua ke sinyal listrik yang berubah terhadap

waktu, maka proses ini disebut perabaan.

3. Pada sistem NTSC ada sifat-sifat khusus dari sistem ini yaitu:

Sistem broadcast ini harus bisa diterima di televisi tidak

berwarna

Jika sinyal televisi tak berwarna harus dapat diterima oleh

televisi berwarna dan gambar monochrome juga terlihat.

Jalur frekuensi yang dipakai oleh televisi berwarna sama

dengan monochrome yaitu 6 MHz dan jalur tidak

bertambah.

4. Sistem modulasi ganda di pakai untuk siaran stereo, dengan

membawa dua sinyal secara serentak pada satu saluran (chanel).

Page 37: SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI