digilib.uns.ac.id/Studi...digilib.uns.ac.id
Transcript of digilib.uns.ac.id/Studi...digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STUDI TENTANG PENERAPAN METODE KEPELATIHAN PADA
SEKOLAH SEPAKBOLA SURAKARTA TAHUN 2009
Studi Kasus pada Pelatih-Pelatih Sekolah Sepakbola
di Surakarta Tahun 2009
SKRIPSI
Oleh:
M. FIKRI NUR HAKIM
K.5603063
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
STUDI TENTANG PENERAPAN METODE KEPELATIHAN PADA
SEKOLAH SEPAKBOLA SURAKARTA TAHUN 2009
Studi Kasus pada Pelatih-Pelatih Sekolah Sepakbola
di Surakarta Tahun 2009
Oleh:
M. FIKRI NUR HAKIM
K.5603063
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sapto Kunto Purnomo, M.Pd Drs. Waluyo, M.Or.
NIP. 19680323 1993 03 1 012 NIP. 19660307 1994 03 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari : Jum’at
Tanggal : 21 Januari 2011
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. Bambang Wijanarko, M. Kes.
Sekretaris : Fadillah Umar, S. Pd, M. Or
Anggota I : Drs. Sapta Kunta Purnama, M. Pd
Anggota II : Drs. Waluyo, M. Or
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 19600727198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
M. Fikri Nur Hakim. STUDI TENTANG PENERAPAN METODE
KEPELATIHAN PADA SEKOLAH SEPAKBOLA di SURAKARTA
TAHUN 2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 21 Januari 2011.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Keadaan pelatih pada SSB di
Surakarta tahun 2009. (2) Pelaksanaan latihan yang dilaksanakan pada SSB di
Surakarta tahun 2009. (3) Program latihan yang disusun pelatih pada SSB di
Surakarta tahun 2009. (4) Keadaan pemain pada SSB di Surakarta tahun 2009. (5)
Sarana dan prasarana yang ada pada SSB di Surakarta tahun 2009.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sumber data
diperoleh dari pelatih-pelatih Sekolah sepakbola di Surakarta tahun 2009. Sumber
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi: pelatih, latihan, program
latihan, pemain dan sarana prasarana. Teknik pengumpulan data dengan angket
tertutup (quisioner). Teknik analisis data dengan deskriptif yang didasarkan pada
analisis kuantitatif melalui frekuensi dan prosentase.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: Keadaan
pelatih SSB Surakarta tahun 2009 adalah baik sekali dengan jumlah total nilai
rata-rata 4 (jawaban a) sebesar 90.08%. (2) Keadaan latihan SSB Surakarta tahun
2009 adalah baik dengan jumlah total nilai rata-rata 4 (jawaban a) sebesar 65%.
(3) Program latihan SSB Surakarta tahun 2009 adalah baik dengan jumlah total
nilai rata-rata 4 (jawaban a) sebesar 82.97%. (4) Keadaan pemain SSB Surakarta
tahun 2009 adalah baik dengan jumlah total nilai rata-rata 4 (jawaban a) sebesar
69.64%. (5) Keadaan sarana prasarana SSB Surakarta tahun 2009 adalah baik
dengan jumlah total nilai rata-rata 4 (jawaban a) sebesar 58.04%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Apapun masa lalu kita, mari terus tatap masa depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Kusunting skripsi ini untuk:
Buat simbok yang dengan sangat, sangat ,sangat sabar terus, terus, terus
mendorong untuk tetap semangat menyelesaikan kuliah. Semoga doa dan
kesabaran simbok bisa mengantarkan saya menjadi pribadi yang lebih baik
yang selanjutnya menghadirkan keberkahan dalam hidup saya.aminnn…
Teman-teman ku Angkatan ’03 FKIP JPOK UNS Surakarta yang selalu
memberi motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................………………………………………………..
PENGAJUAN ...............................…………………………………………
PERSETUJUAN .........................…………………………………………
PENGESAHAN ..............................………………………………………..
ABSTRAK .................………………………………………………………
MOTTO .....................………………………………………………………
PERSEMBAHAN .............................………………………………………
DAFTAR ISI ......................................……………………………………..
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
DAFTAR TABEL ...................................……………………………….
DAFTARGAMBAR ……………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ...............................……………………………….
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………..
B. Identifikasi Masalah ..…………………………………………...
C. Pembatasan Masalah ...................………………………………
D. Perumusan Masalah ......……………………………………….
E. Tujuan Penelitian .....……………………………………………
F. Manfaat Penelitian .....………………………………………….
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………..
A. Tinjauan Pustaka ...………………………………………………
1. Pelatih………………………………………………………..
a. Hakikat Pelatih……………………………………………
b. Gaya-Gaya Kepemimpinan Pelatih………………………
c. Ciri-Ciri Pelatih yang Baik……………………………….
d. Kemampuan dan Tugas Seorang Pelatih…………………
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
xi
xii
xv
xvi
1
1
6
6
6
7
7
8
8
8
8
10
11
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
2. Metode Latihan……………………………………………….
a. Tujuan Latihan……………………………………………
b. Metode Latihan…………………………………………..
c. Prinsip-Prinsip Latihan……………………………………
d. Komponen-Komponen Latihan…………………………..
3. Program Latihan …………………………………………….
a. Pengertian Program Latihan……………………………..
b. Dasar Pemikiran Penyusunan Program Latihan…………
c. Periodesasi Latihan………………………………………
4. Program Latihan Permainan Sepakbola………………………
a. Latihan Fisik Permainan Sepakbola……………………..
b. Latihan Teknik……………………………………………
c. Latihan Taktik……………………………………………
d. Latihan Mental……………………………………………
e. Kematangan Bertanding………………………………….
B. Penelitian yang Relevan………………………………………..
C. Kerangka Pemikiran .......………………………………………
BAB III METODE PENELITIAN .............……………………………….
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....……………………………….
B. Metode Penelitian.....................………………………………
C. Subjek Penelitian……………………………………………….
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………
E. Teknik Analisis Data…………………………………………
F. Analisis Data…………………………………………………
G. Prosedur Penelitian……………………………………………
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................…………………………….
A. Hasil Penelitian……………………………………………….
B. Pembahasan…………………………………………………..
13
13
15
15
19
22
22
24
26
28
28
39
41
42
43
44
44
48
48
48
48
49
49
51
51
52
52
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN………………………
A. Simpulan……………………………………………………….
B. Implikasi……………………………………………………….
C. Saran………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA .............................…………………………………..
LAMPIRAN………………………………………………………………..
78
78
78
79
80
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan
penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Drs.Bambang Wijanarko, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Kepelatihan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Drs. Sapta Kunta Purnama, M. Pd., sebagai pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Drs.Waluyo, M.Or., sebagai pembimbing II yang telah memberikan motivasi
dan arahan dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK Surakarta yang secara tulus memberikan
ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
7. Para Pelatih SSB Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan
penelitian di sekolah yang dipimpin.
8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap
semogra skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi para pembaca.
Surakarta, Agustus 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Sepakbola Mantan Pemain
Sepakbola……………………………………………………..
Tabel 2. Frekuensi dan Prosentase Prestasi yang Dicapai Pelatih SSB
di Surakarta saat Menjadi Pemain Sepakbola………………..
Tabel 3. Frekuensi dan Prosentase Pendidikan Kepalatihan atau
Kursus Pelatih Sepakbola…………………………………….
Tabel 4. Frekuensi dan Prosentase Lamanya Menjadi Pelatih SSB……
Tabel 5. Frekuensi dan Prosentase Pemanduan Bakat untuk Atllet
Sepakbola……………………………………………………..
Tabel 6. Frekuensi dan Prosentase Tanggapan Pelatih terhadap
Pendapat pemain………………………………………………
Tabel 7. Frekuensi dan Prosentase Jalinan Komunikasi Pelatih dengan
Pemain…………………………………………………………
Tabel 8. Frekuensi dan Prosentase Kerjasama Pelatih dengan Pemain
Saat Latihan…………………………………………………..
Tabel 9. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Memberikan Masukan dan
Motivasi Kepada Pemain Sebelum dan Sesudah
Pertandingan………………………………………………….
Tabel 10. Frekuensi dan Prosentase Pelaksanaan Latihan Disesuaikan
dengan Kelompok Umur………………………………………
Tabel 11. Frekuensi dan Prosentase Latihan yang Diberikan Pelatih
Selalu Terprogram……………………………………………
Tabel 12. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan Mempunyai
Sasaran………………………………………………………..
Tabel 13. Frekuensi dan Prosentase Kehadiran Siswa dalam Latihan….
Tabel 14. Frekuensi dan Prosentase Latihan yang Diberikan Sesuai
dengan Kondisi Siswa………………………………………..
51
51
52
52
53
53
54
54
55
56
56
57
57
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Tabel 15. Frekuensi dan Prosentase Latihan yang Diberikan dengan
Metode Sirkuit………………………………………………..
Tabel 16. Frekuensi dan Prosentase Penerapan Prinsip Overload………
Tabel 17. Frekuensi dan Prosentase Periodesasi Latihan……………….
Tabel 18. Frekuensi dan Prosentase Evaluasi pada Saat dan Setelah
Latihan…………………………………………………………
Tabel 19. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Membuat Suasana Senang
Pada Saat Latihan…………………………………………….
Tabel 20. Frekuensi dan Prosentase Latihan yang Diberikan Pelatih
Sesuai dengan Prosedur………………………………………
Tabel 21. Frekuensi dan Prosentase Pelaksanaan Latihan Sudah Sesuai
dengan Program Latihan………………………………………
Tabel 22. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan untuk
Meningkatkan Kekuatan………………………………………
Tabel 23. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan untuk
Meningkatkan Daya Tahan……………………………………
Tabel 24. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan untuk
Meningkatkan Kecepatan…………………………………….
Tabel 25. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan untuk
Meningkatkan Kelentukan……………………………………
Tabel 26. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Menganalisis Kekurangan
Kondisi Fisik Pemain…………………………………………
Tabel 27. Frekuensi dan Prosentase Latihan Taktik Dibuat dalam
Program Latihan………………………………………………
Tabel 28. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan Memuat Latihan
Mental…………………………………………………………
Tabel 29. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Mengadakan Latihan Uji
Coba…………………………………………………………..
Tabel 30. Frekuensi dan Prosentase Kedisiplinan Pemain Mengikuti
Latihan………………………………………………………..
59
59
60
60
61
61
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 31. Frekuensi dan Prosentase Tingkah Laku Pemain terhadap
Pelatih…………………………………………………………
Tabel 32. Frekuensi dan Prosentase Keaktifan Pemain dalam
Mengikuti Tes Keterampilan………………………………….
Tabel 33. Frekuensi dan Prosentase Perkembangan Pemain dalam
Penguasaan Teknik Dasar Bermain Sepakbola………………..
Tabel 34. Frekuensi dan Prosentase Upaya Pelatih dalam Pengadaan
Perlengkapan untuk Latihan………………………………….
Tabel 35. Frekuensi dan Prosentase Kondisi Perlengkapan SSB
Surakarta………………………………………………………
Tabel 36. Frekuensi dan Prosentase Kondisi Lapangan yang
Digunakan Latihan SSB Surakarta……………………………
Tabel 37. Frekuensi dan Prosentase Jumlah Bola yang Dimiliki SSB
Surakarta………………………………………………………
Tabel 38. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen
Pelatih SSB Surakarta Tahun 2009……………………………
Tabel 39. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen
Latihan SSB Surakarta Tahun 2009………………………….
Tabel 40. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen
Program Latihan SSB Surakarta Tahun 2009…………………
Tabel 41. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen
Pemain SSB Surakarta Tahun 2009………………………….
Tabel 42. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen
Sarana Prasarana SSB Surakarta Tahun 2009………………..
67
68
69
69
70
70
71
72
73
74
74
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skematis Disiplin Ilmu yang Mendukung Metodologi
Pelatihan……………………………………………………..
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kisi-Kisi Angket Penelitian Metode Kepelatihan pada
Sekolah Sepakbola di Surakarta Tahun 2009…………….
Lampiran 2. Angket Try Out Studi Metode Kepelatihan pada
Sekolah Sepakbola Salatiga Tahun 2009……………….
Lampiran 4. Hasil Uji Validasitas Hasil Try Out Angket Penelitian
pada Sekolah Sepakbola Salatiga Tahun 2009…………
Lampiran 3. Angket Penelitian Studi Metode Kepelatihan pada
Sekolah Sepakbola Surakarta Tahun 2009………………
Lampiran 5. Data Hasil dari Angket Penelitian pada Sekolah
Sepakbola Surakarta Tahun 2009………………………..
Lampiran 6. Dokumentasi Pelaksanan Penelitian pada SSB Surakarta
Tahun 2009………………………………………………
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret
Surakarta…………………………………………………
83
86
95
104
110
112
115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sepakbola merupakan olahraga permainan yang populer di dunia. Hampir
seluruh masyarakat di dunia menggemari permainan sepakbola. Banyak sudah
kejuaraan-kejuaraan sepakbola seperti Liga Indonesia, Piala Champion, Piala
Eropa, Piala Dunia dan lain sebagainya menjadi tontonan yang menarik bagi
semua orang. Di negara-negara Eropa permainan sepakbola telah dijadikan
olahraga Nasional. Seperti diungkapkan Beltasar Tarigan (2001: 1) bahwa,
“Sepakbola merupakan permainan beregu yang paling populer di dunia dan
bahkan telah menjadi permainan Nasional bagi setiap negara di Eropa, Amerika
Selatan, Asia, Afrika dan bahkan pada saat ini permainan itu digemari di Amerika
Serikat”.
Di Indonesia, permainan sepakbola sebenarnya sudah lama dikenal dan
dimainkan oleh masyarakat Indonesia. Soekatamsi (1995: 7) menyatakan,
“Permainan sepakbola dikenal di Indonesia sejak tahun 1600. Permainan
sepakbola pertama kali dikenal oleh masyarakat Sulawesi dan Maluku dengan
nama sepak raga”. Sampai saat ini permainan sepakbola di Indonesia berkembang
pesat hingga ke pelosok-pelosok desa. Munculnya klub-klub sepakbola, sekolah
sepakbola atau lembaga pendidikan sepakbola merupakan wujud perkembangan
dan kemajuan permainan sepakbola di Indonesia. Berkembangnya permainan
sepakbola di Indonesia ternyata belum menunjukkan prestasi yang
membanggakan bagi Bangsa Indonesia. Sampai saat ini permasalahan prestasi
sepakbola Indonesia menjadi masalah yang belum terpecahkan.
Munculnya klub-klub sepakbola atau sekolah sepakbola/lembaga
pendidikan sepakbola merupakan salah satu sarana untuk mencetak pemain-
pemain sepakbola sejak usia muda. Melalui pembinaan dan pelatihan yang
dilakukan sejak dini diharapkan nantinya menjadi pemain sepakbola yang
terampil dan mampu berprestasi yang tinggi. M. Furqon H. (2003: 3) menyatakan,
“Dalam olahraga prestasi, pemassalan harusnya dimulai pada usia dini”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Sedangkan Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 37) berpendapat,
“Pelaksanaan dalam pemassalan olahraga yang ditujukan kepada para pelajar
merupakan langkah awal dalam usaha untuk menemukan bibit-bibit atlit atau
olahragawan yang berbakat sehat fisik dan mental, bentuk tubuh yang predominan
terhadap cabang olahraga dan intelegensi”.
Di Surakarta banyak sekali klub-klub sepak bola dan Lembaga Pendidikan
sepakbola (LPSB) atau Sekolah Sepakbola (SSB) yang cukup eksis dan
berkembang pesat. Lembaga Pendidikan Sepakbola atau Sekolah Sepakbola yang
ada di Surakarta di antaranya KSATRIA, BONANSA, NEW PELITA, TUNAS
TIRTA, ADIDAS, PELITA dan MTA. Melalui pembinaan yang dilaksanakan
sekolah sepakbola tersebut diharapkan dapat memunculkan generasi sepakbola
baru dengan harapkan ke depannya menjadi pemain sepakbola yang profesional.
Upaya mencetak pemain-pemain sepakbola yang terampil dibutuhkan
atlet-atlet yang potensial, selain itu perlu didukung seorang pelatih yang
profesional. Frank S. Pyke yang dikutip Remmy Muchtar (1992: 2)
menyatakan”…the coach is an educated director of people who are striving for a
goal”. He must quide them intelligently towards this goal”. Pelatih adalah seorang
pemimpin yang berpendidikan dari sekelompok orang yang berusaha untuk
mencapai tujuan tujuan.
Sebagai seorang pelatih yang berpendidikan harus memahami cara yang
tepat dalam membimbing anak asuhnya dalam usaha untuk mencapai tujuan
dalam pembinaan dan pelatihan olahraga prestasi. Pelatih yang berpendidikan
maksudnya bahwa, pelatih harus mempunyai pengetahuan tentang pelatihan
dengan segala masalahnya. Tidak saja pengetahuan tentang teori dan praktek
cabang olahraga yang dibinanya, tetapi juga ilmu-ilmu pendukung lainnya seperti
ilmu jiwa olahraga, ilmu faal olahraga, ilmu gerak dan lain sebagainya.
Seorang pelatih dalam tugasnya berhadapan dengan berbagai ragam sikap
para atletnya. Karena keberhasilannya seorang pelatih banyak ditentukan oleh
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan dan harapan yang kompleks dari
anak didiknya. Seorang pelatih memegang peran penting untuk membina dan
melatih atlet-atletnya baik fisik, teknik, taktik dan mental agar mampu mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
prestasi yang tinggi. Dari pelatihan yang dilaksanakan terkadang hasilnya tidak
sesuai yang diharapkan. Seringkali timnya gagal meraih prestasi, bahkan
mengalami kekalahan yang telak. Kondisi semacam ini hendaknya ditelusuri
faktor penyebabnya baik dari pelatih, program latihan, atlet dan lain sebagainya.
Program latihan merupakan bagian yang penting dalam pelatihan olahraga.
Seorang pelatih mempunyai tugas menyusun program latihan secara sistematis
sesuai dengan kebutuhan atletnya. Berhasil tidaknya tujuan dari latihan yang
dilaksanakan tergantung dari program latihan yang disusun oleh pelatih. Untuk
menyusun program latihan yang baik hendaknya diperhatikan efektifitas dari
program latihan, kondisi individual, kondisi puncak dan evaluasi program latihan.
Banyak kasus yang dijumpai di lapangan, banyak pelatih sepakbola tanpa
dibekali dengan ilmu kepelatihan yang memadai. Terkadang ada seorang pelatih
dari sebuah klub sepakbola dari mantan atlet atau pemain. Ada juga seorang
pelatih yang baru saja lulus dari sebuah lembaga pendidikan olahraga atau
pendidikan kepelatihan, kemudian mereka berusaha menerapkan ilmu kepelatihan
yang didapatkannya. Seorang mantan atlet kemudian menjadi seorang pelatih
unggul dibidang pengalaman, namun dari segi teori penyusunan dan pelaksanaan
latihan masih belum menguasainya. Program latihan dan pelaksanaan latihan yang
diberikan berdasarkan pengalaman semasa menjadi atlet. Hal ini tentu kurang
tepat, karena kondisi atletnya sekarang tentu berbeda dengan kondisi semasa
menjadi atlet. Demikian halnya seorang pelatih yang baru saja lulus dari sebuah
lembaga pendidikan keolahragaan juga belum bisa menjadi seorang pelatih yang
baik. Dari segi teori sangat menguasai, sebagai contoh mudah membuat suatu
program latihan yang disesuaikan dengan kondisi individual dari atletnya. Namun
dari segi pendekatan terhadap atlet dan pembentukan mental juara masih kurang
mampu, dan kurang handal dalam hal memberikan motivasi kepada atlet baik saat
pertandingan atau setelah pertandingan.
Menjadi seorang pelatih yang baik dibutuhkan suatu pengalaman dan
kemampuan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis ilmu
kepelatihan didapatkan melalui jalur pendidikan formal dan informal seperti
mengikuti pendidikan atau kursus-kursus kepelatihan dari lembaga-lembaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pendidikan kepelatihan olahraga. Secara praktis melatih merupakan skill yang
telah dimiliki dan bisa dikembangkan melalui kematangan. Pelatih yang mantan
atlet dapat menambah ilmu kepelatihannya dengan mengikuti pendidikan atau
kursus-kursus kepelatihan, sehingga mendapatkan sertifikat kepelatihan serta
keberadaannya dikepelatihan akan semakin diakui. Untuk pelatih-pelatih muda
yang baru lulus dari lembaga pendidikan kepelatihan olahraga, sebaiknya
berusaha magang di sebuah klub sepakbola atau menjadi asisten pelatih untuk
menambah pengalaman berinteraksi dengan atlet.
Menerapkan metode kepelatihan yang baik dan tepat merupakan langkah-
langkah yang harus dilakukan seorang pelatih dalam proses latihan. Langkah-
langkah dalam penerapan metode kepelatihan tersebut berkaitan dengan prinsip-
prinsip latihan yang meliputi: prinsip individu, penambahan beban latihan, prinsip
interval, prinsip penekanan beban, variasi dalam latihan, prinsip penetapan
sasaran dan prinsip eveluasi. Selain hal ini, memperhatikan komponen-komponen
latihan juga sangat penting. Komponen-komponen latihan mencakup: volume
latihan, intensitas latihan, dan kompleksitas latihan harus diperhatikan dan
diterapkan dalam pelaksanaan latihan.
Prinsip-prinsip latihan dan komponen-komponen latihan merupakan
bagian penting dalam penyusunan program latihan. Namun hal-hal tersebut
seringkali tidak diperhatikan para pelatih. Bagaimanakah dengan para pelatih
cabang olahraga permainan sepakbola di SSB yang berada di Surakarta. Apakah
latihan yang telah dilaksanakan disusun program latihan yang tepat dan
didasarkan prinsip-prinsip latihan yang benar ataukah sebaliknya. Banyak
dijumpai di lapangan sepertinya latihan yang dilaksanakan pada SSB di Surakarta
berjalan baik, namun belum diketahui bagaimana program latihan yang diberikan.
Terjadinya kasus tim SSB mengalami kekalahan yang telak dapat dijadikan
cerminan apakah program latihan yang diberikan kurang tepat ataukah disebabkan
faktor lain. Demikian juga sebaliknya, apakah tim SSB menuai kemenangan
karena program latihannya sudah tepat, ataukah hanya karena keberuntungan.
Permasalahan inilah yang menarik untuk diteliti, karena mempersiapkan sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
tim yang solid tidaklah mudah, banyak faktor yang harus dikembangkan, salah
satunya menyusun program latihan yang tepat.
Penyusunan program latihan permainan sepakbola pada umumnya hanya
bertumpu pada latihan teknik dan latihan game saja. Hal ini tentunya kurang tepat
untuk mencapai prestasi maksimal, karena masih dibutuhkan berbagai jenis
latihan termasuk latihan fisik, teknik, taktik dan pembentukan mental juara.
Pelatih-pelatih kebanyakan belum membuat program latihan dengan terperinci,
sehingga hal ini menyebabkan atlet tidak dapat berlatih secara maksimal yang
menyebabkan atlet tidak bisa mendapatkan kondisi puncak dan prestasi maksimal.
Keberadaan seorang pelatih perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan
kualitas dan mutu seorang atlet. Seorang pelatih sangat diharapkan menguasai
metode kepelatihan yang tepat dan dapat menyusun program latihan yang baik.
Ilmu kepelatihan termasuk ilmu terapan, oleh karena itu pelatih perlu
mengerti, menghayati teori dan metodologi melatih yang benar. Salah satu ciri
pelatih yang baik adalah pandai memilih atau menciptakan metode latihan yang
efektif dan efisien untuk mencapai sasaran latihan. Metode melatih menuntut
seorang pelatih untuk memahami dan menguasai prinsip-prinsip latihan yang
benar. Seorang pelatih akan mudah menentukan metode latihan yang tepat bagi
atletnya, sehingga tujuan utama mencapai prestasi maksimal bisa dicapai.
Mencapai prestasi yang tinggi banyak faktor yang mempengaruhinya di
antaranya kondisi fisik, teknik, taktik dan mental. Semua faktor tersebut menjadi
tugas seorang pelatih untuk membina dan meningkatkan kualitasnya. Untuk hal
tersebut maka dibutuhkan penyusunan program latihan yang tepat. Program
latihan harus direncanakan dan diperhitungkan dengan matang, sehingga pada
waktu yang telah ditentukan atau ditetapkan prestasi yang tinggi dapat dicapai.
Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya penerapan metode kepelatihan cabang
olahraga permainan sepakbola di SSB Surakarta, maka dilakukan suatu kajian
atau penelitian. Permasalahan inilah yang melatar belakangi judul penelitian,
“Studi tentang Penerapan Metode Kepelatihan Pada SSB di Surakarta. (Studi
Kasus pada Pelatih-Pelatih SSB di Surakarta Tahun 2009)”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat
diidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Perlunya pembinaan secara sistematis dan kontinyu untuk mencapai prestasi
yang tinggi.
2. Masih banyak pelatih yang tidak dibekali dengan ilmu kepelatihan dan ilmu
pengetahuan yang mendukung kepelatihan olahraga prestasi.
3. Perlunya pelatih yang profesional dalam menangani kepelatihan olahraga
prestasi.
4. Para pelatih SSB pada umumnya kurang memperhatikan penerapan metode
kepelatihan yang tepat.
5. Perlunya pemain yang berpotensi agar mencapai prestasi yang tinggi
6. Perlunya sarana dan prasarana latihan yang baik agar latihan berjalan dengan
lancar
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya masalah yang dapat diidentifikasi, maka perlu dibatasi agar
tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Keadaan pelatih SSB di Surakarta tahun 2009.
2. Pelaksanaan latihan pada SSB di Surakarta tahun 2009.
3. Program latihan pada SSB di Surakarta tahun 2009.
4. Pemain pada SSB di Surakarta tahun 2009.
5. Sarana dan prasarana pada SSB di Surakarta tahun 2009.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana keadaan pelatih pada SSB di Surakarta tahun 2009?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Bagaimana pelaksanaan latihan yang dilaksanakan pada SSB di Surakarta
tahun 2009?
3. Bagaimana program latihan yang disusun pelatih pada SSB di Surakarta tahun
2009?
4. Bagaimana keadaan pemain pada SSB di Surakarta tahun 2009?
5. Bagaimana sarana dan prasarana yang ada pada SSB di Surakarta tahun 2009?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permnasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Keadaan pelatih pada SSB di Surakarta tahun 2009.
2. Pelaksanaan latihan yang dilaksanakan pada SSB di Surakarta tahun 2009.
3. Program latihan yang disusun pelatih pada SSB di Surakarta tahun 2009.
4. Keadaan pemain pada SSB di Surakarta tahun 2009.
5. Sarana dan prasarana yang ada pada SSB di Surakarta tahun 2009.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Sebagai rangsangan yang positif pengurus SSB Surakarta dalam usaha
meningkatkan latihan dan pencapaian prestasi yang lebih maksimal.
2. Dapat dijadikan bahan evaluasi dan motivasi untuk meningkatkan latihan yang
lebih maksimal pada pengurus SSB Surakarta.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kemajuan SSB
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pelatih
a. Hakikat Pelatih
Dalam kegiatan olahraga prestasi dibutuhkan seorang pelatih yang
profesional agar mampu mencapai prestasi. Berkaitan dengan pelatih Heru
Suranto (1992: 51) bahwa, “Pelatih adalah seseorang yang mengelola atau
menangani sekelompok atau seseorang untuk mencapai suatu keberhasilan
tertentu”. Hal ini artinya, pelatih olahraga sudah barang tentu mengelola atau
menangani sekelompok atau seseorang untuk mencapai olahraga prestasi olahraga
tertentu setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan itu seorang pelatih yang baik
harus memenuhi beberapa persyaratan. Russel R. Pate Bruce Mc. Clenaghan &
Robert Rotella (1993: 1) menyatakan:
Sebagaimana profesi yang lainnya, kepelatihan membutuhkan pelatih yang
berhasrat:
1) Memiliki kesenangan dasar dan sifat-sifat yang dibutuhkan oleh
profesi.
2) Memiliki keterampilan dan pengetahuan yang meningkatkan
kemungkinannya dapat berhasil.
Sedangkan Heru Suranto (1992: 51) menyatakan agar menjadi pelatih yang baik
diperlukan beberapa syarat tertentu di antaranya:
1) Kemampuan fisik.:
Seorang pelatih harus memiliki kemampuan secara fisik. Kemampuan
fisik yang dimaksud mencakup tiga hal yaitu:
(1) Kesegaran jasmani
(2) Physical atau skill performance
(3) Proporsi fisik
2) Kemampuan psikologis:
(1) Memiliki pengetahuan yang luas dalam bidangnya
(2) Memiliki intelegensi yang tinggi, memiliki daya imajinasi dan
kreasi yang tinggi
(3) Memiliki keberanian bertindak
(4) Memiliki kestabilan emosi yang baik:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
(a) Memiliki kesehatan mental yang baik
(b) Memiliki sense of humor
3) Memiliki social approach yang baik
(1) Mudah bergaul sesuai dengan situasinya
(2) Memiliki tingkah laku dan tutur bahasa yang baik
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, syarat yang harus
dipenuhi untuk menjadi pelatih yang baik dan profesional meliputi syarat fisik,
psikologis dan memiliki hubungan sosial yang baik. Selain syarat tersebut perlu
didukung ilmu pengetahuan yang sesuai dengan kepelatihan olahraga. Yusuf
Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 24) menggambarkan skema disiplin ilmu
yang mendukung dalam kepelatihan olahraga sebagai berikut:
Gambar 1.
Gambar 1. Skema Disiplin Ilmu yang Mendukung Metodologi Pelatihan
(Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin, 1996: 24)
Kemajuan ilmu dan teknologi merupakan faktor penting dalam pembinaan
olahraga agar mencapai prestasi yang tinggi. Keberhasilan seorang pelatih dalam
melakukan pembinaan olahraga prestasi harus ditunjang pengetahuan tentang
prinsip-prinsip ilmiah terkait yang dimiliki oleh pelatih itu sendiri. Melalui
penerapan ilmu yang relevan dan penggunaan teknologi sesuai kebutuhan, maka
akan diperoleh hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan
pelatihan olahraga prestasi perlu ditangani secara komperhensif dan terpadu.
PHISIOLOGI BIOMEKANIKA PEDAGOGI SPORT MEDECINE
METODOLOGI PELATIHAN
ILMU GERAK PSIKOLOGI SOSIOLOGI ANATOMI GIZI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b. Gaya-Gaya Kepemimpinan Pelatih
Kepemimpinan dalam olahraga sering pula diistilahkan atau diartikan
dengan cara atau gaya melatih, yang dalam istilah asingnya disebut ”Coaching
Style”. Menurut Tutko dan Ricard yang dikutip Remmy Muchtar (1992: 3)
membagi tipe kepemimpinan menjadi lima yaitu, “(1) gaya otorier, (2) gaya
pelatih yang baik hati (nice guy coach), (3) gaya pelatih pemacu (driven coach),
(4) gaya pelatih santai dan (5) gaya pelatih tipe bisnis atau disebut the scientific
coach”. Sedangkan Russel R. Pate Bruce Mc. Clenaghan & Robert Rotella (1993:
12) membedakan jenis tipe kepemimpinan menjadi dua yaitu, “(1) gaya
kepemimpinan yang otoriter versus demokratis dan, (2) gaya yang berpusat pada
manusia versus yang berpusat pada tugas”.
Gaya kepemimpinan tertentu dapat digunakan pada tingkatan yang
berbeda pada situasi yang berlainan. Banyak pelatih memperlihatkan kombinasi
gaya otoriter dan demokratis. Ada alasan yang jelas dalam penggunaan salah satu
gaya kepemimpinan tersebut dan ada keuntungan serta kerugian untuk masing-
masing gaya. Lebih lanjut Russel R. Pate Bruce Mc. Clenaghan & Robert Rotella
(1993: 12) menyatakan ciri-ciri pelatih otoriter dan demokratis sebagai berikut:
1) Pemimpin otoriter:
(1) Menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan orang lain.
(2) Memerintah yang lain dalam kelompok
(3) Berusaha agar semuanya dikerjakan menurut keyakinannya.
(4) Bersikap tidak mengorangkan orang lain. Menghukum anggota
yang mengabaikan atau menyimpang.
(5) Memutuskan pembagian pekerjaan.
(6) Menentukan bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan.
(7) Memutuskan kebenaran ide.
2) Pemimpin demokratis:
(1) Bersikap ramah, bersahabat.
(2) Membiarkan kelompok sebagai keseluruhan membuat rencana.
(3) Mengijinkan anggota-anggota kelompok untuk berinteraksi dengan
yang laintanpa ijin.
(4) Menerima saran-saran.
(5) Berbicara sedikit lebih banyak dari rata-rata anggota kelompok.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, gaya kepemimpinan
seorang pelatih tergantung dari pribadi masing-masing, karena setiap gaya
kepemimpinan memiliki keuntungan dan kekurangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
c. Ciri-Ciri Pelatih yang Baik
Dalam berbagai kegiatan cabang olahraga yang dipertandingkan selalu ada
orang yang sibuk di luar lapangan atau dibangku cadangan yang menentukan
strategi, mengatur taktik, meminta pergantian pemain atau time out ia adalah
pelatih atau coach.
Seorang pelatih sangat diharapkan dapat berperan dalam berbagai disiplin
ilmu seperti petugas bimbingan dan penyuluhan, psikologi, pemimpin, guru, ahli
strategi dan lain sebagainya. Bahkan seorang pelatih diharapkan dapat berperan
sebagai bapak atau teman akrab sebagai tempat untuk mencurahkan isi hati
atletnya atau pelindung atletnya. Dalam tugasnya pelatih biasanya dibantu dengan
seorang atau beberapa asisten pelatih. Seorang pelatih dengan beberapa asistennya
harus menjaga keharmonisan dan kekompakkan hubungan antara pelatih dengan
asisten, dengan atlet maupun dengan lingkungannya.
Pelatih merupakan seseorang yang mempunyai peranan penting dalam
pembinaan olahraga prestasi. Pelatih yang berkualitas akan sangat membantu
dalam pencapian prestasi yang optimal. Menurut Rice (1975) yang dikutip Yusuf
Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 26-27) ciri-ciri pelatih yang baik adalah:
1) Kemampuan profesional sebagai guru, baru kemudian menjadi pelatih.
Proses mengajar (teaching) adalah sangat penting baik formal (di
dalam kelas) atau dalam aktivitas olahraga. Satu hal yang membedakan
antara pelatih dan pengajar olahraga, pelatih lebih banyak berhubungan
dengan prestasi dengan tingkat kemampuan lebih tinggi, dibandingkan
dengan tingkat kemampuan siswa pada profesi pengajaran.
2) Mengetahui cara melatihnya (coaching). Dalam kaitan ini pengalaman
sebagai pemain dapat digunakan dalam melatih, meskipun tidak selalu
dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan pelatihan.
3) Kepribadian yang baik. Pelatih yang baik juga mempunyai kualitas
pribadi yang menarik, sehingga atlet yang dilatih atau dalam
bimbingannya menjadi loyal serta berusaha melakukan perintahnya
dengan tidak merasa terpaksa.
4) Karakter. Salah satu kualitas dasar yang harus dipenuhi seorang pelatih
adalah masalah karakter. Hal ini sangat penting bagi profesi
kepelatihan, sebab karakter ini dapat menunjukkan siapa kita,
bagaimana kita dan apa yang orang pikirkan tentang kita. Selain itu,
pelatih berada dalam posisi yang mempunyai pengaruh cukup kuat
untuk menanamkan kehidupan yang baik kepada orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Pendapat tersebut menunjukkan, seorang pelatih yang baik memiliki ciri-
ciri di antaranya memiliki basic pengetahuan yang relevan dengan kepelatihan,
mengetahuai cara melatih yang baik dan benar, memiliki kepribadian yang baik
dan memiliki karakter yang baik. Ciri-ciri tersebut sangat penting untuk dimiliki
seorang pelatih. Seorang pelatih yang memiliki ciri-ciri tersebut di atas akan dapat
mencerminkan kualitas latihan yang dilaksanakan, sehingga akan sangat
membantu pencapaian tujuan latihan.
d. Kemampuan dan Tugas Seorang Pelatih
Pelatih mempunyai peran penting dalam pelatihan olahraga prestasi.
Pelatihan yang dilaksanakan dapat mencapai prestasi sangat dipengaruhi oleh
kualitas pelatih. Untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam pelatihan olahraga,
maka seorang pelatih harus memiliki beberapa kemampuan. Menurut Mc. Kinney
(1975) yang dikutip Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 27)
menyatakan pelatih yang baik mempunyai kemampuan sebagai berikut:
1) Mempunyai kemampuan untuk membantu atlet dalam
mengaktualisasikan potensinya.
2) Bila membentuk tim, didasarkan pada keterampilan individu yang
telah diajarkan.
3) Mempunyai pengetahuan dan keterampilan teknis yang seimbang.
4) Mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan tingkat intelektual
dengan keterampilan neuromuscular atletnya.
5) Mampu menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dalam bentuk kondisi atlet.
6) Lebih mementingkan pada unsur pendidikan secara utuh, baru
kemudian pada unsur pelatihan.
7) Membenci kekalahan, tetapi tidak mencari kemenangan dengan
berbagai cara yang tidak etis.
8) Mempunyai kemampuan untuk mengendalikan dirinya ke arah
penyimpangan profesinya.
9) Mempunyai kemampuan untuk melakukan penilaian dengan rentang
yang luas terhadap partisipasi atletnya.
10) Mampu menyatakan bahwa keberhasilannya adalah kerja timnya
kepada media komunikasi.
11) Mempunyai kemampuan untuk selalu dihormati oleh atlet dan teman-
temannya.
12) Mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap profesinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Banyak kemampuan yang harus dimiliki seorang pelatih. Di samping itu,
seorang pelatih harus mengetahui tugas dan tanggungjawabnya. Sudjarwo (1993:
9) menyatakan tugas-tugas pokok yang harus dilakukan seorang pelatih adalah:
1) Mengadakan pemanduan untuk memilih bibit unggul atlet (talent
scounting).
2) Menyusun program latihan untuk jangka pendek maupun jangka
panjang.
3) Menyusun strategi dan menentukan taktik dalam menghadapi
pertandingan.
4) Mengadakan evaluasi setelah selesai melakukan latihan atau
pertandingan.
5) Selalu berusaha meningkatkan pengetahuan, baik secara teori maupun
praktik dalam cabang olahraga yang dibinannya.
Tugas dan tanggungjawab seorang pelatih dalam pelatihan olahraga sangat
penting dan harus diperhatikan. Keberhasilan pelatihan sangat bergantung pada
kualitas seorang pelatih. Oleh karena itu, seorang pelatih berfungsi sebagai
seorang perencana (planner), seorang pemimpin (leader), sebagai teman (friend),
sebagai seorang yang selalu mau belajar (learner) dan realist (Andi Suhendro
(1999: 1.4).
2. Metode Latihan
a. Tujuan Latihan
Latihan pada prinsipnya merupakan suatu proses yang dilakukan secara
teratur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan latihan A.
Hamidsyah Noer (1996: 6) menyatakan, “Latihan suatu proses yang sistematis dan
kontinyu dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara
kontinyu dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan untuk mencapai
tujuan”. Menurut Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 145) bahwa,
“Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara
berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta
intensitas latihannya”. Menurut Bompa (1990: 3) bahwa, “Latihan merupakan
aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara
progresif dan individual yang mengarah pada ciri-ciri fungsi fisiologis dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan”. Hal senada
dikemukakan Russel R. Pate., Bruce Mc. Clenaghan & Robert Rotella (1993: 317)
bahwa, “Latihan dapat didefinisikan sebagai peran serta yang sistematis dalam
latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan daya
tahan latihan”.
Latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis
dan kontinyu, dilakukan dalam waktu yang lama dan secara berulang-ulang
dengan beban latihan yang semakin meningkat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan akhir latihan menurut Russel R. Pate., BruceMc. Clenaghan &
Robert Rotella (1993: 317) yaitu, “Untuk meningkatkan penampilan olahraga”.
Menurut Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 126) bahwa, “Tujuan utama
latihan adalah untuk membantu atlit meningkatkan keterampilan dan prestasi
olahraganya semaksimal mungkin”. Sedangkan Bompa (1990: 4) menyatakan
tujuan umum latihan yaitu:
1) Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik secara
multilateral.
2) Untuk meningkatkan dan mengamankan perkembangan fisik yang
spesifik, sesuai dengan kebutuhan olahraga yang ditekuni.
3) Untuk menghaluskan dan menyempurnakan teknik dari cabang
olahraganya.
4) Untuk meningkatkan dan menyempurnakan teknik maupun strategi
yang diperlukan.
5) Untuk mengelola kualitas kemauan.
6) Untuk menjamin dan mengamankan persiapan individu maupun tim
secara optimal.
7) Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlit.
8) Untuk pencegahan cidera.
9) Untuk meningkatkan pengetahuan teori.
Tujuan umum latihan pada prinsipnya sangat luas. Namun hal yang utama
dari latihan olahraga prestasi yaitu, untuk meningkatkan keterampilan dan
mencapai prestasi setinggi mungkin dari atlit yang berlatih.Untuk mencapai tujuan
tersebut, ada empat aspek yang harus diperhatikan dalam latihan yaitu, “(1)
Latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik dan, (4) latihan mental (Yusuf
Adisasmita & Aip Syarifuddin, 1996: 12-127).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Dari keempat aspek latihan tersebut harus dilatih dan dikembangkan
secara serempak agar tujuan latihan dapat tercapai. Dari keempat aspek tersebut
saling berkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya.
b. Metode Latihan
Metode latihan merupakan suatu cara yang digunakan oleh pelatih dalam
menyajikan materi latihan, agar tujuan latihan dapat tercapai. Berkaitan dengan
metode latihan, Noseck (1982: 15) menyatakan, “Metode latihan merupakan
prosedur dan cara-cara pemilihan jenis-jenis latihan dan penataannya menurut
kadar kesulitan, kompleksitas dan beratnya beban”. Menurut Yusuf Adisasmita
dan Aip Syarifuddin (1996: 142) “metode mengajar atau melatih adalah suatu cara
tertentu, sistem kerja seorang pelatih, atau olahragawan, sehubungan dengan
pengetahuan dan kemampuannya yang cukup”. Hal senada dikemukakan Andi
Suhendro (1999: 3.53) bahwa, “Metode latihan adalah suatu cara sistematis dan
terencana, yang berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan fungsi fisiologis,
psikologis dan keterampilan gerak, agar memiliki keterampilan yang lebih baik
pada suatu penampilan khusus”.
Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan, metode latihan
merupakan cara yang digunakan seorang pembina atau pelatih berfungsi sebagai
alat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan bagi atlet
yang dilatih. Seorang pelatih harus mampu menerapkan metode latihan yang
efektif. Hal ini karena, keberhasilan dari suatu latihan dapat dipengaruhi oleh
metode latihan yang diterapkan oleh pelatih.
c. Prinsip-Prinsip Latihan
Tujuan dari latihan olahraga prestasi yaitu mencapai prestasi yang
semaksimal mungkin. Tujuan latihan dapat tercapai secara maksimal jika dalam
latihan diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat. Tujuan prinsip
latihan menurut Sudjarwo (1993: 21) yaitu, “Agar pemberian dosis latihan dapat
dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet”. Sedangkan yang dimaksud
dengan prinsip latihan menurut Nosseck (1982: 14) bahwa, “Prinsip latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang
terorganisir dengan baik Agar tujuan latihan dapat dicapai secara optimal,
hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat”.
Prinisp latihan pada dasarnya merupakan pedoman yang digunakan dalam
latihan yang terorganisir secara baik dan teratur agar tujuan latihan dapat tercapai.
Jika dalam latihan berpedoman Latihan Penerapan prinsip latihan yang baik dan
tepat sangat penting agar pemberian dosis latihan tepat. Pemberian dosis latihan
yang tepat dalam latihan, maka tujuan latihan akan tercapai sesuai yang
diharapkan. Menurut Prinsip-prinsip latihan yang harus diperhatikan dalam
latihan menurut Sudjarwo (1993: 21-23) di antaranya: “(1) Prinsip individu, (2)
Prinsip penambahan beban, (3) Prinsip interval, (4) Prinsip penekanan beban
(stress), (5) Prinsip makanan baik dan, (6) Prinsip latihan sepanjang tahun”.
Prinsip-prinsip latihan tersebut sangat penting untuk diperhatikan dalam
latihan. Tujuan latihan dapat tercapai dengan baik, jika prinsip-prinsip latihan
tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip
latihan dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Prinsip Individu
Manfaat latihan akan lebih berarti, jika di dalam pelaksanaan latihan
didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. Perbedaan antara
atlet yang satu dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta
prestasinya juga berbeda. Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan
dalam pelaksanaan latihan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 13) menyatakan,
"Meskipun sejumlah atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang
sama, tetapi kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama". Menurut
Andi Suhendro (1999: 3.15) bahwa, “Prinsip individual merupakan salah satu
syarat dalam melakukan olahraga kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan
kepada setiap atlet, sekalipun atlet tersebut memiliki prestasi yang sama. Konsep
latihan ini harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar
tujuan latihan dapat tercapai”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan yang diterapkan
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi setiap atlet.
Sudjarwo (1993: 21) menyatakan, “Pemberian beban latihan harus selalu
mengingat kemampuan dan kondisi masing-masing atlet. Faktor-faktor individu
yang harus mendapat perhatian misalnya tingkat ketangkasan atlet, umur atau
lamanya berlatih, kesehatan dan kesegaran jasmani serta psychologis”.
2) Prinsip Penambahan Beban (Over Load Principle)
Prinsip beban lebih merupakan dasar dan harus dipahami seorang pelatih
dan atlet. Prinsip beban lebih merupakan prinsip latihan yang mendasar untuk
memperoleh peningkatan kemampuan kerja. Kemampuan seseorang dapat
meningkat jika mendapat rangsangan berupa beban latihan yang cukup berat,
yaitu di atas dari beban latihan yang biasa diterimanya. Andi Suhendro (1999: 3.7)
menyatakan, “Seorang atlet tidak akan meningkat prestasinya apabila dalam
latihan mengabaikan prinsip beban lebih”. Sedangkan Rusli Lutan dkk. (1992: 95)
berpendapat:
Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik dan mental
sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban lebih. Kalau beban
latihan terlalu ringan, artinya di bawah kemampuannya, maka berapa lama
pun atlet berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana
capek pun dia mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan
meningkat.
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, prinsip beban
lebih bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kemampuan tubuh.
Pembebanan latihan yang lebih berat dari sebelumnya akan merangsang tubuh
untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan
meningkat. Kemampuan tubuh yang meningkat mempunyai peluang untuk
mencapai prestasi yang lebih baik.
Salah satu hal yang harus tetap diperhatikan dalam peningkatan beban
latihan harus tetap berada di atas ambang rangsang latihan. Beban latihan yang
terlalu berat tidak akan meningkatkan kemampuan atlet, tetapi justru sebaliknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik atau dapat mengakibatkan atlet
menjadi sakit.
3) Prinsip Interval
Interval atau istirahat merupakan bagian penting dalam latihan. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga kondisi atlet. Berkaitan dengan prinsip interval
Sudjarwo (1993: 22) menyatakan, “Latihan secara interval adalah merupakan
serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu(interval). Faktor
istirahat (interval haruslah diperhatikan setelah jasmani melakukan kerja berat
akibat latihan.”
Istirahat atau interval merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam
latihan. Kelelahan akibat dari latihan harus diberi istirahat. Dengan istirahat akan
memulihkan kondisi atlet, sehingga untuk melakukan latihan berikutnya
kondisinya akan lebih baik.
4) Prinsip Penekanan Beban (Stress)
Pemberian beban latihan pada suatu saat harus dilaksanakan dengan
tekanan yang berat atau bahkan dapat dikatakan membuat atlet stress. Penekanan
beban latihan harus sampai menimbulkan kelelahan secara sungguh-sungguh, baik
kelelahan lokal maupun kelelahan total jasmani dan rokhani atlet. Dengan waktu
tertentu serta beban latihan dengan intensitas maksimal akan berakibat timbulnya
kelelahan lokal yaitu otot-otot tertentu atau pun fungsi organisme. Kelelahan total
disebabkan adanya beban latihan dengan volume yang besar, serta intensitasnya
maksimal dengan waktu yang cukup lama. Prinsip penekanan beban (stress)
diberikan guna meningkatkan kemampuan organisme, penggemblengan mental
yang sangat diperlukan untuk menghadapi pertandingan-pertandingan.
5) Prinsip Makanan Baik
Makanan yang sehat dan baik sangat penting bagi seorang atlet. Makanan
yang dikonsumsi atlet harus sesuai dengan tenaga yang diperlukan dalam latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Untuk menentukan jenis makanan yang harus dikonsumsi seorang atlet harus
bekerjasama dengan ahli gizi. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Untuk seorang
atlet diperlukan 25-35% lemak, 15% putih telur, 50-60% hidrat arang dan vitamin
serta meniral lainnya”. Pentingnya peranan makanan yang baik untuk seorang
atlet, maka harus diperhatikan agar kondisi atlet tetap terjaga, sehingga akan
mendukung pencapaian prestasi yang maksimal.
6) Prinsip Latihan Sepanjang Tahun
Pencapaian prestasi yang tinggi dibutuhkan latihan yang teratur dan
terprogram. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Kembali kepada sistematis dari
latihan yang diberikan secara teratur dan ajeg serta dilaksanakan sepanjang tahun
tanpa berseling. Hal ini bukan berarti tidak ada istirahat sama sekali, ingat akan
prinsip interval”.
Sistematis suatu latihan sepanjang tahun akan diketahui melalui periode-
periode latihan. Oleh karena itu, latihan sepanjang tahun harus dijabarkan dalam
periode-periode latihan. Melalui penjabaran dalam periode-periode latihan, maka
tujuan kan lebih fokus, sehingga prestasi yang tinggi dapat dicapai.
d. Komponen-Komponen Latihan
Setiap pelatihan olahraga akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang
bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, kejiwaan dan keterampilan. Efisiensi dari
suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh
dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya intensitas, serta
frekuensi penampilan (densitas).
Semua komponen dibuat sedemikian rupa dalam berbagai model yang
sesuai dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang olahraga
yang dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan
secara pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai
tujuan penampilannya yang telah direncanakan. Cabang olahraga yang banyak
menentukan keterampilan yang tinggi termasuk tenis lapangan, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kompleksitas latihan merupakan hal yang sangat diutamakan. Menurut Andi
Suhendro (1999: 3.17) komponen-komponen penting yang harus diperhatikan
dalam suatu latihan meliputi: “(1) volume latihan, (2) intensitas latihan, (3)
density atau kekerapan latihan dan, (4) kompleksitas latihan”.
Komponen-komponen latihan tersebut sangat penting dalam latihan
olahraga prestasi. Komponen-komponen latihan tersebut berkaitan antara yang
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen latihan tersebut
harus diterapkan dengan baik dan benar agar tujuan latihan dapat tercapai. Untuk
lebih jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat
sebagai berikut:
1) Volume Latihan
Volume latihan merupakan syarat yang sangat penting untuk mencapai
kemampuan fisik yang yang lebih baik. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17)
bahwa, “Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas
derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri
atau set dan panjang jarak yang ditempuh”. Sedangkan Depdiknas (2000: 106)
menyatakan, “Unsur-unsur latihan meliputi: (1) waktu atau lama latihan, (2) jarak
tempuh atau berat beban yang diangkut setiap waktu dan (3) jumlah ulangan
latihan atau unsur teknik yang dilakukan dalam waktu tertentu”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, volume latihan
mencerminkan kuantitas atau banyaknya latihan yang dilakukan pada saat latihan.
Untuk meningkatkan kemampuan fisik, maka volume latihan harus ditingkatkan
secara berangsur-angsur (progresif). Peningkatan beban latihan harus disesuaikan
dengan perkembangan yang dicapai. Hal ini karena, semakin tinggi kemampuan
seseorang makin besar volume latihannya, karena terdapat korelasi antara volume
latihan dan prestasi.
2) Intensitas Latihan
Intensitas latihan merupakan komponen kualitas latihan yang mengacu
pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu. Semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
banyak kerja yang dilakukan, semakin tinggi intensitasnya. Suharno HP. (1993:
31) menyatakan, “Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau
tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan
maupun pertandingan”.
Intensitas latihan tercermin dari kuatnya stimuli (rangsangan) syaraf dalam
latihan. Kuatnya rangsangan tergantung dari beban, kecepatan gerakan dan variasi
interval atau istirahat antar ulangan. Antara intensitas latihan dan volume latihan
sulit untuk dipisahkan, karena latihan selalu mengkaitkan antara kuantitas dan
kualitas latihan. Untuk mencapai hasil latihan yang baik, maka intensitas latihan
yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas suatu
latihan yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang
ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas
latihan terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera.
3) Densitas Latihan
Densitas merupakan frekuensi (kekerapan) dala melakukan serangkaian
stimuli (rangsangan) harus dilakukan dalam setiap unit waktu dalam latihan.
Dalam hal ini Andi Suhendro (1999: 3.24) menyatakan, “Density merupakan
ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”.
Densitas menunjukkan hubungan yang dicerminkan dalam waktu antara
aktifitas dan pemulihan (recovery) dalam latihan. Ketepatan densitas dinilai
berdasarkan perimbangan antara aktivitas dan pemulihan. Perimbangan ini
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan seseorang. Lama waktu isntirahat
atau interval antar aktivitas tergantung pada berbagai faktor antar alain: intensitas
latihan, status kemampuan peserta, fase latihan, serta kemampuan spesifik yang
ditingkatkan. Berkaitan dengan densitas latihan Depdiknas (2000: 107)
berpendapat:
4) Kompleksitas Latihan
Kompleksitas dikaitan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan
dalam latihan. Hal ini sesuai penapat Depdiknas (2000: 108) bahwa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
“Kompleksitas latihan menunjukkann tingkat keragaman unsur yang dilakukan
dalam latihan”. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi,
dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan.
Keterampilan teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan
permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot,
khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan
lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang
kompleks, dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang
baik dan yang jelek. Seperti dikemukakan Astrand dan Rodahl dalam Bompa
(1990: 28) “Semakin sulit bentuk latihan semakin besar juga perbedaan individual
serta efisiensi mekanismenya”.
3. Program Latihan
a. Pengertian Program Latihan
Program latihan merupakan bagian yang penting dalam proses pelatihan
olahraga prestasi. Tujuan latihan tidak akan tercapai dengan baik, tanpa adanya
program latihan yang tersusun dengan baik. Berkaitan dengan program latihan
Andi Suhendro (1999: 5.13) menyatakan, “Program latihan merupakan suatu
petunjuk atau pedoman yang mengikat secara tertulis berisi cara-cara yang akan
ditempuh untuk mencapai tujuan dimasa mendatang yang telah ditetapkan”.
Program latihan pada dasarnya merupakan cara-cara yang telah disusun
secara baik untuk meningkatkan kemampuan fisik atau keterampilan dalam jangka
yang panjang. Harsono (1988: 233) menyatakan, “Perkembangan fisik dan
mental, pembinaan serta peningkatan prestasi hanyalah dapat dikembangkan
melalui suatu program latihan jangka panjang, oleh karena perubahan-perubahan
dalam organisasi mekanisme neurophysiologis dan perkembangan jaringan-
jaringan tubuh tidak mungkin terjadi dalam waktu yang pendek”.
Pendapat tersebut menunjukkan, prestasi yang tinggi dapat dicapai melalui
program latihan jangkan panjang. Unsur-unsur yang mendukung pencapaian
prestasi yang meliputi unsur fisik, teknik, taktik dan mental akan dapat meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
secara maksimal membutuhkan proses latihan yang panjang. Dengan adanya
program latihan yang tersusun dengan baik, maka latihan akan lebih terarah,
sehingga tujuan yang telah ditetapkan akan dapat tercapai. A. Hamidsyah Noer
(1995: 309) menyatakan, “Tuntutan suatu latihan adalah untuk mencapai prestasi
semaksimal mungkin. Itulah sebabnya dibutuhkan penyusunan program dan
perencanaan latihan yang baik dan tepat”.
Prestasi yang tinggi dapat dicapai melalui usaha latihan yang dituangkan
dalam rencana program latihan tertulis sebagai pedoman arah kegiatan untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Oleh karenannya, pelatih dituntut
memiliki kemampuan membuat rencana program latihan yang cermat dan tepat.
Andi Suhendro (1999: 5.15) menyatakan manfaat pembuatan program latihan
adalah:
1) Sebagai pedoman/pimpinan kegiatan yang terorganisir untuk mencapai
prestasi puncak.
2) Untuk menghindari faktor kebetulan dalam mencapai prestasi prima
dalam olahraga.
3) Efektif dan efisien dalam penggunaan waktu, dana dan tenaga untuk
mencapai tujuan.
4) Untuk mengetahui hambatan-hambatan dengan cepat dan menghindari
pemborosan waktu dan tenaga.
5) Dengan penyusunan program latihan akan memperjelas arah dan
tujuan yang ingin dicapai.
6) Sebagai alat kontrol apakah target yang telah ditentukan sudah tercapai
atau belum.
Program latihan mempunyai manfaat yang penting terhadap pelaksanaan
dan tujuan latihan. Untuk menyusun program latihan yang baik, dibutuhkan
langkah-langkah yang tepat. Lebih lanjut Andi Suhendro (1999: 5.16)
memberikan beberapa langkah penting yang harus diperhatikan dalam menyusun
program latihan yaitu:
1) Mengidentifikasi masalah dan menganalisa semua masalah atau
kendala yang berhubungan dengan penentuan tujuan yang ingin
dicapai.
2) Pembuatan rumusan program latihan
3) Penjabaran secara rinci program latihan, terutama target-target latihan.
4) Melaksanakan program latihan dengan disiplin dan konsekuen.
5) Koreksi dan revisi program latihan yang dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
6) Mengevaluasi untuk mengontrol apakah program latihan itu berhasil
atau belum mencapai tujuan.
Langkah-langkah dalam menyusun program latihan tersebut sangat
penting untuk dipahami dan dikuasai seorang pelatih. Keberhasilan tujuan latihan
sangat bergantung dari program latihan yang diterapkan. Melalui program latihan
akan diketahui, apakah tujuan latihan sudah tercapai atau belum.
b. Dasar Pemikiran Penyusunan Program Latihan
Keberhasilan tujuan latihan tidak bisa terlepas dari program latihan yang
diterapkan oleh pelatih. Dalam menyusun program latihan harus berlandaskan
beberapa hal yang mengarah pada pencapaian tujuan latihan. Menurut Dalimin,
Sarwono dan M. Furqon H. (1996: 62-64) beberapa landasan pemikiran dalam
penyusunan program latihan yaitu: “(1) Efektivitas program, (2) Metode
pengembangan, (3) Kondisi inisial, (4) Kondisi puncak dan, (5) Evaluasi
program”
Pendapat tersebut menunjukkan, landasan penyusunan program latihan
terdiri lima bagian yaitu, efektivitas program, metode pengambangan, kondisi
inisial, kondisi puncak dan evaluasi program. Dengan berlandaskan pemikiran
yang tepat dalam menyusun program latihan, maka tujuan latihan akan dapat
tercapai secara maksimal. Secara singkat landasan-landasan penyusunan program
latihan dijelaskan sebagai berikut:
1) Efektivitas Program
Program latihan dinyatakan efektif jika langkah-langkah kerja yang
dilakukannya memilih nilai tepat guna dengan tujuan yang hendak dicapai. Jika
kita akan menyusun program latihan sepakbola, guna menghasilkan atlet yang
mampu membuat suatu prestasi, terlebih dahulu dilakukan analisa tentang unsur-
unsur yang memegang peranan penting dalam cabang olahraga sepakbola. Jika
langkah ini dilakukan perlu melihat bagaimana hubungan antara unsur-unsur
tersebut satu sama lainnya. Unsur mana yang lebih penting dan unsur mana yang
hanya sekedar pelengkap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Berdasarkan analisa tersebut akan mendapat suatu gambaran anatomis
pembinaan sepakbola, dimana kerangka anatomis tersebut menjadi landasan dan
tujuan pembinaan. Unsur-unsur tersebut dijabarkan dalam sub unsur yang lebih
teliti dan kemudian dirumuskan struktur anatomisnya, sehingga merupakan wujud
bangunan yang teratur. Langkah berikutnya adalah merumuskan tata peran atau
fungsi dari tiap-tiap unsur dalam hubungan kerja dengan sistem pembinaan secara
keseluruhan. Dengan merumuskan tata peran dari setiap unsur tersebut, kerangka
pembinaan merupakan sistem yang bekerja secara harmonis dan tak ada satu
unsur pun di dalamnya tidak memegang peranan dalam menciptakan suatu
prestasi yang tinggi.
2) Metode Pengembangan
Tujuan utama latihan adalah meningkatkan kualitas dari setiap unsur
maupun sub unsur yang terdapat didalam anatomis pembinaan secara sistematis.
Tiap-tiap unsur dalam pembinaan bersifat karateristik, sehingga metode
pengembangannya berbeda satu sama lainnya. Latihan pengembangan unsur
kekuatan misalnya, berbeda dengan metode pengambangan unsur kecepatan. Oleh
sebab itu, pengetahuan dan penguasaan metode pengembangan dari setiap unsur
mutlak dibutuhkan oleh setiap pelatih. Tanpa mengetahui metode pengembangan
tersebut, maka latihan akan sia-sia dan tujuan latihan tidak akan tercapai.
3) Kondisi Inisial
Sebelum latihan dimulai perlu diketahui terlebih dahulu pada tingkat mana
kondisi dan prestasi atlet itu berada. Data-data kemampuan inisial dijadikan
landasan di dalam menyusun dosisi latihan. Atas dasar kemampuan yang berbeda,
disusunlah dosis latihan yang sifatnya individual. Kondisi inisial ini sangat
penting dalam pelaksanaan latihan untuk dijadikan alat evaluasi kemajuan yang
dicapai atlet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
4) Kondisi Puncak
Kondisi puncak merupakan faktor yang penting agar nantinya atlet mampu
berprestasi. Kondisi puncak harus diperoleh pada saat musim pertandingan. Oleh
sebab itu, latihan harus diarahkan sedemikian rupa agar pada saat pertandingan
atlet benar-benar dalam kondisi puncak, baik fisik maupun teknik. Pada kondisi
puncak akan berhadapan dengan dua macam masalah yaitu: waktu yang tersedia
dan besarnya beban latihan yang harus dicapai setiap atlet. Oleh karena itu latihan
harus dibagi dalam beberapa tahapan secara sistematis.
5) Evaluasi Program
Pelaksanaan program latihan harus selalu dikontrol dengan suatu langkah
evaluasi berkala. Dari evaluasi program latihan akan diketahui apakah metode
yang dipergunakan efektif atau tidak. Dengan langkah ini kesalahan fatal akan
dapat dihindari. Di samping itu juga, melalui evaluasi akan diketahui tingkat
kelemahan-kelamahan dalam pelatihan, sehingga kelemahan-kelamahan tersebut
dapat segera dipenuhi atau diatasi.
c. Periodesasi Latihan
Prestasi yang maksimal seorang atlet hanya dapat dicapai melalui suatu
program latihan jangka panjang, karena perubahan-perubahan dalam organisasi
tubuh tidak mungkin terjadi dalam jangka waktu yang pendek. Prgram latihan
harus disusun secara teliti dan dilaksanakan secara teratur sesuai dengan prinsip-
prinsip latihan.
Pelaksanaan program latihan membutuhkan waktu yang cukup panjang,
sehingga jadwal latihan perlu dibagi-bagi menjadi beberapa tahap atau musim
latihan. Dari tiap-tiap tahap latihan dapat ditekankan pada aspek tertentu.
Pembagian tahap latihan dalam program latihan disebut periodesasi latihan.
Berkaitan dengan periodesasi latihan Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin
(1996: 128) menyatakan, “Periodesasi latihan adalah suatu proses pembagian
latihan dari rencana tahunan ke dalam tahap yang lebih kecil”. Sedangkan Bompa
(1990: 122) menyatakan bahwa, program latihan tahunan biasanya disusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
yaitu:”(1) Masa persiapan (Preparation Period), (2) Masa pertandingan
(Competition Period) dan, (3) Masa peralihan (Transisi period)”.
1) Masa Persiapan (Preparation Period)
Pada masa persipan dari program latihan tahunan diklasifikasikan menjadi
dua bagian yaitu persiapan umum dan persiapan khusus. Pada persiapan umum
penekanan latihan ditujukan pada pembentukan atau pembinaan fisik seperti
kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan, agilitas, power dan koordinasi serta
pembinaan mental, seperti disiplin, keberanian, tanggungjawab dan sebagainya.
Bobot latihan berkisar sekitar 70-80% fisik dan 30-35% teknik serta 5% mental.
Periode ini berlangsung selama 2-3 bulan. Sedangkan pada persiapan khusus
menekankan pada penguasaan teknik dasar, kemudian ditingkatkan menjadi satu
kesatuan gerak yang sempurna, misalnya teknik ke taktik permainan. Kondisi fisik
yang telah dimiliki pada tahap sebelumnya harus tetap dipertahankan agar tidak
menurun. Dari segi mental harus dapat diperhatikan sepenuhnya oleh pelatih,
antara lain rasa percaya diri, disiplin, dedikasi, semangat bertanding dan motivasi.
Test trial serta pertandingan uji coba merupakan umpan balik dan evaluasi bagi
hasil latihan. Pada periode persiapan khusus berlangsung 2-3 bulan dengan bobot
teknik 50%, taktik 20%, mental 10%, fisik 10% dan test trials 10%.
2) Masa Pertandingan (Competition Period)
Pada masa pertandingan atau competition period dibedakan menjadi dua
macam yaitu masa pra kompetisi (pre competition). Pada masa pra kompetisi
penekanannya lebih diutamakan pada masalah taktik permainan, baik taktik
individu, maupun taktik beregu baik dalam offensive maupun defensive. Segala
macam bentuk atau pola permainan harus diketahui oleh para atlet. Perkembangan
mental emosional atlet perlu mendapat perhatian khusus. Demi kematangan
mental atlet lebih banyak diberikan penglaman bertanding dengan lawan-lawan
yang setaraf atau calon lawan di dalam kompetisi kelak. Menurut pelatih Bristol
Rovers, Paul Trollope, kegiatan pra-musim yang dilakukan klub adalah berusaha
meningkatkan level fitnes pemain hingga level optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
"Anda harus melakukan itu secara perlahan. Anda harus mempersiapkan tim
dengan memainkan sejumlah laga persahabatan, program kontrol berat badan dan
fitnes hingga cukup untuk memainkan laga resmi pertama," kata pelatih dari klub
divisi satu Liga Inggris itu.
Namun, satu hal lain yang juga menjadi perhatian pelatih adalah
bagaimana seorang pemain tidak rentan cedera di masa pra-musim. Itu pula yang
menjadi perhatian pelatih fisik Bolton Wanderers, Damian Roden.
"Di Bolton, kami ingin semua pemain memulai musim dengan kondisi fisik siap
bertanding (match-fit) dan bebas cedera," kata Roden.
"Praktek dalam latihan pra-musim adalah memastikan para pemain mencapai
puncak tepat pada waktunya. Ini dilakukan dengan metode terorganisir. Ada
kekuatan dan ketahanan fisik. Jika itu tercapai, maka anda akan mampu menjalani
satu musim penuh," imbuhnya.
Masa pertandingan atau competition period atlet harus dalam kondisi siap
atau combat ready atau siap tempur. Pada tahap ini harus diciptakan suatu kondisi
yang baik hingga atlet percaya diri dan mempunyai motivasi yang lebih tinggi
untuk memenangkan pertandingan. Segala aspek seperti fisik, teknik, taktik dan
mental telah disiapkan sebaik-baiknya.
3) Masa Peralihan (Transition)
Berakhirnya pertandingan bukan berarti berakhir pula latihan, tetapi
merupakan awal persiapan latihan selanjutnya di masa yang akan datang. Pada
masa transisi atlet akan melakukan istirahat aktif dengan melakukan kegiatan fisik
lainnya. Pada masa ini dilakukan evaluasi dari hasil prestasi serta program serta
proses latihan selama persiapan yang lalu melalui pemutaran film atau analisis
yang cermat. Dengan demikian, program selanjutnya dapat disusun berdasarkan
hasil serta pengalaman yang lalu.
4. Program Latihan Permainan Sepakbola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
a. Latihan Fisik Permainan Sepakbola
Sepakbola merupakan olahraga permainan yang menuntut kualitas fisik
yang baik. Dengan kemampuan fisik yang baik memberi peluang yang besar
meraih prestasi yang maksimal. Timo Scheunemann (2005: 113) menyatakan,
“Tanpa ditopang oleh fisik yang cukup, mustahil seorang pemain sepakbola
meraih potensinya”. Ditambahkan oleh Roden, kombinasi sepakbola dan fisik
sudah menjadi kewajiban. Pengetahuan olahraga yang ilmiah tak bisa lagi
ditinggalkan. Damian Roden dalam tulisannya di BiangBola menyatakan,
"Mungkin saja anda sangat pintar dalam otak. Tapi tanpa pengetahuan
olahraga, anda akan menghadapi masalah. Mungkin saja pelatih anda sangat
cerdas, tapi jika tidak memahami pengetahuan ilmiah soal fisik akan jadi
masalah juga. Taktik sepakbola hanya bisa berjalan jika fisik memungkinkan
untuk itu. Selain itu taktik juga akan menyesuaikan kemampuan fisik pemain
lebih dulu."
Pendapat tersebut menunjukkan, kemampuan fisik yang baik sangat
penting dalam permainan sepakbola. Komponen-komponen kondisi fisik seperti
kekuatan, kecepatan, power, daya tahan, kelincahan, kesimbangan, kelentukan,
koordinasi, reaksi sangat diubutuhkan dalam permainan sepakbola. Komponen-
komponen tersebut harus dilatih dan dikembangkan secara maksimal agar dapat
bermain sepakbola dengan baik. Seperti dikemukakan Soekarman (1986: 128)
bahwa, “Kekuatan-kekuatan yang menunjang dalam permainan sepakbola di
antaranya kekuatan anaerobik, kekuatan aerobik, kecepatan dan meloncat,
kelincahan dan kekuatan tubuh yang diperlukan dalam olahraga sepakbola”.
Sedangkan Remmy Muchtar (1992: 82-97) menyatakan bahwa, untuk mencapai
kondisi fisik yang prima harus dilakukan latihan kondisi fisik. Adapun latihan
kondisi fisik dalam permainan sepakbola dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Kondisi fisik umum (general physical condition) yaitu latihan kondisi
fisik umum adalah latihan kondisi fisik yang belum dikaitkan dengan
cabang olahraga tertentu. Dengan kata lain, pembentukan kondisi fisik
tersebut masih bersifat umum dan dasar. Komponen-komponen
kondisi fisik secara umum di antaranya: power, kekuatan, kecepatan,
daya tahan, kelentukan, kelincahan.
2) Latihan kondisi fisik khusus (specific physical conditioning) adalah
latihan untuk membina kemampuan fisik yang khusus sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
tuntutan cabang olahraga sepakbola. Latihan kondisi fisik khusus
dibedakan menjadi dua yaitu:
(1) Latihan fisik khusus tanpa bola yaitu merupakan latihan dengan
kegiatan yang secara langsung berkaitan dengan cabang olahraga
sepakbola. Latihan fisik tanpa bola ini berupa gerakan-gerakan
yang ditemui atau dilakukan dalam permainan sepakbola. Latihan
ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas fisik seperti
kecepatan, daya ledak, daya tahan, kelentukan dan kelincahan
sesuai dengan permainan sepakbola.
(2) Latihan fisik khusus dengan bola yaitu merupakan bentuk latihan
perpaduan antara latihan teknik dan latihan fisik. Hal ini
maksudnya, kemampuan fisik pemain dapat ditingkatkan dengan
menggunakan atau memainkan bola. Sebagai contoh: untuk
melatih kecepatan dengan bola berarti menggiring bola dengan
cepat. Namun untuk menggiring bola dengan cepat, seorang
pemain sepakbola harus mahir menggiring bola.
Secara keseluruhan komponen-komponen kondisi fisik dibutuhkan dalam
permainan sepakbola. Namun demikian dibutuhkan kondisi fisik secara khusus
yang dibutuhkan dalam permainan sepakbola. Jika seorang pemain sepakbola
kemampuan kondisi fisik umumnya baik, maka akan sangat menunjang dalam
mengembangkan kondisi fisik secara khusus yang berkaitan dengan permainan
sepakbola. Komponen-komponen kondisi fisik secara umum menurut Mulyono B.
(2002: 2) yaitu: “Kekuatan, daya tahan, power, kelentukan, keseimbangan,
ketepatan, koordinasi, kelincahan dan reaksi”.
Komponen-komponen kondisi fisik tersebut sangat penting dalam
permainan sepakbola. Untuk meningkatkan komponen-komponen kondisi fisik
tersebut harus dilakukan latihan dengan baik dan benar.
1) Kekuatan (Strenght)
Kekuatan merupakan basik dari kemampuan fisik secara keseluruhan. Baik
tidaknya kemampuan fisik seseorang dapat dipengaruhi oleh kekuatan yang
dimiliki. Berkaitan dengan kekuatan, Sudjarwo (1993: 25) menyatakan,
“Kekuatan adalah kemampuan otot-otot atau kelompok otot untuk mengatasi
suatu beban atau tahanan dalam menjalankan aktivitas".
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Kekuatan otot berperanan penting untuk penampilan fisik seseorang. Untuk
mencapai kekuatan maksimal harus dilakukan latihan yang tepat. Depdiknas
(2002: 111) memberikan metode latihan kekuatan sebagai berikut:
1) Metode repetisi dengan ciri-ciri:
(1) Intenitas beban tinggi (70-100%)
(2) Jumlah repetisi per set rendah (1-10 kali)
(3) Jumlah set 3-8
(4) Recovery antar set 2-5 menit.
Tujuan kekuatan maksimal dan kekuatan eksplosif dan hipertropi otot.
2) Metode interval intensif dengan ciri-ciri:
(1) Intensitas beban sedang (30-75%)
(2) Jumlah repetisi per set 6-10 kali
(3) Recovery antar set 2-5 menit
3) Metode interval ekstensif dengan ciri-ciri:
(1) Intensitas beban rendah (25-60%)
(2) Jumlah repetisi antar set sebanyak (10-20 dan >30 kali)
(3) Jumlah set 3-6
(4) Recovery antara 0,5-1,5 menit
Tujuan untuk daya tahan kekuatan maksimal, daya tahan power dan
daya tahan kekuatan.
Latihan kekuatan dapat dilakukan dengan metode repetisi, metode interval
intensif dan metode interval ekstensif. Di samping itu, faktor-faktor mendukung
kekuatan harus dalam kondisi baik. Suharno HP. (1993: 39-40) menyatakan
faktor-faktor penentu baik tidaknya kekuatan yaitu:
1) Besar kecilnya potongan melintang (potongan morpholigis yang
tergantung pada proses hipertropi otot).
2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, makin
banyak fibril otot yang bekerja berarti kekuatan bertambah besar.
3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin
besar kekuatan.
4) Innervasi otot baik pusat maupun perifeer.
5) Keadaan zat kimia dalam otot (glycogen, ATP).
6) Keadaan tonus otot saat istirahat, tonus makin rendah (rilex) berarti
kekuatan otot tersebutsaat bekerja semakin besar.
7) Umur dan jenis kelamin juga menentukan baik tidaknya kekuatan otot.
2) Power
Power merupakan unsur kondisi fisik yang dibutuhkan pada hampir semua
cabang olahraga. Power menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot yang maksimal
dalam waktu yang singkat. Berkaitan dengan power Suharno HP. (1993: 95)
menyatakan, “Eksplosive power adalah kemampuan otot atlet untuk mengatasi
tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerakan
utuh”. Untuk memperoleh power yang baik harus dilakukan latihan yang baik dan
tepat. Ciri-ciri latihan power menurut Suharno HP. (1993: 9) yaitu:
1) Melawan beban berat badan sendiri atau tambahan beban luar relatif
ringan.
2) Gerakan latihan dinamis dan cepat.
3) Gerakan merupakan satu gerak yang utuh, singkat dan harmonis.
4) Bentuk bahan latihan cyclic dan acyclic
5) Intensitas sub maksimal atau maksimal.
Latihan untuk meningkatkan power pada prinsipnya menggunakan beban
yang pelaksanaannya dilakukan dengan dinamis dan cepat. Di samping latihan
yang teratur, power akan meningkat jika didukung faktor-faktotor pendukung.
Suharno HP. (1993: 59-60) menyatakan faktor penentu baik tidaknya power
adalah:
1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih dari atlet.
2) Kekuatan dan kecepatan otot atlet
Ingat rumus P = F x V
P = power, F = force, V = velocity.
3) Waktu rangsangan maksimal 34 detik, misalnya waktu rangsangan
hanya 15 detik, power akan lebih baik dibandingkan dengan waktu
rangsangan selama 34 detik.
4) Koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuatan dan kecepatan.
5) Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP).
3) Daya Tahan (Endurance)
Daya tahan merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan kerja
dalam waktu yang relatif lama. Berkaitan dengan daya tahan Ismaryati (2006:
118) menyatakan, “Daya tahan adalah kemampuan otot untuk melakukan suatu
kerja secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.
Untuk mencapai daya tahan yang baik harus dilakukan latihan. Ciri-ciri latihan
daya tahan menurut Suharno HP. (1993: 4) yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
1) Bentuk lari jarak jauh (gerakan cyclic) dan bentuk gerakan acyclic
yang terus menerus dalam waktu tertentu minimal 20 menit atau 30
menit.
2) Ada stress terhadap kerja jantung, paru-paru, otot dan syaraf yang
bersifat lama. Khusus untuk meningkatkan daya tahan aerobik perlu
dilatih gerakan tanpa mengambil nafas, sehingga cadangan zat kimia
dalam otot (ATP dan alkali reserve meningkat).
3) Metode yang digunakan: constan training, cross country, fartlek,
interval training, circuit training.
Hal terpenting dan harus diperhatikan dalam latihan daya tahan yaitu
adanya konsumsi oksigen (O2). Namun demikian, daya tahan akan meningkat
dengan baik, jika faktor-faktor pendukungnya juga baik. Menurut Suharno HP.
(1993: 43) faktor-faktor penentu daya tahan antara lain:
1) Jenis fibril otot, fibril otot merah/tonic cocok untuk kerja daya tahan
karena banyak mengandung myohaemoglobin.
2) Kualitas pernapasan dan peredaran darah (kapasitas vital, denyut pools
per menit, vasodilatasi).
3) Proses metabolisme dalam otot dan kerja hormone.
4) Pengaturan sitem syaraf, baik pusat maupun perifer (syaraf simpatis
dan para parasimpatis).
5) Kekuatan maksimal, daya ledak dan dan power endurance.
6) Koordinasi gerakan otot-otot, irama gerak dan pernapasan.
7) Susunan kimia dalam otot (glycogen, ATP dan alkali reserve).
8) Umur kalender dan jenis kelamin).
4) Kelentukan
Kelentukan adalah kualitas persendian beserta otot-otot di sekitarnya
dalam melakukan gerak secara maksimal tanpa menimbulkan gangguan pada
bagian-bagian tersebut. Berkaitan dengan kelentukan Rusli Lutan dkk. (1992:
114) menyatakan, “Kelentukan adalah kemampuan seseorang untuk dapat
melakukan gerak dengan ruang gerak seluas-luasnya dalam persendiannya”.
Untuk memperoleh kelentukan yang baik harus dilakukan latihan yang baik dan
benar. Metode latihan kelentukan menurut Depdiknas (2002: 118) sebagai berikut:
1) Dimulai dari kelentukan umum.
2) Kelentukan-kelentukan khusus suatu cabang olahraga harus dilatih dan
dicapai dengan amplitudo gerakan seoptimal mungkin karena
diperlukan untuk pertandingan dan peningkatan prestasi.
3) Lakukan ke semua arah secara optimal sesuai dengan fungsi dan
kemampuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
4) Latihan-latihan kelentukan harus diberikan sebelum dan sesudah
latihan kekuatan dan latihan kecepatan guna menghindari kekakuan
otot dan membantu pemulihan.
5) Program pengembangan kelentukan perlu juga dikombinasikan dengan
latihan kekuatan karena tanpa kekuatan amplitudo gerakan yang benar
tidak dapat dicapai.
Latihan secara baik dan teratur berperan penting untuk meningkatkan
kelentukan. Di samping itu harus didukung faktor lainnya. Suharno HP. (1993:
53) menyatakan faktor-faktor penentu kelentukan adalah:
1) Elastisitas dari otot, ligamentum, tendo dan capsula.
2) Luas sempitnya ruang gerak sendi (ROM).
3) Tonus otot, tendo, ligamentum dan kapsula.
4) Tergantung derajat panas di luar (temperatur)
5) Unsur kejiwaan, jemu, muram, takut, senang, semangat.
6) Kualitas tulang-tulang yang membentuk persendian.
7) Faktor umur dan jenis kelamin.
5) Keseimbangan
Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan sistem
neuromuscular dalam kondisi statis atau mengontrol sistem neuromuscular
tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi bergerak. Berkaitan
dengan keseimbangan Suharno HP (1993: 12) menyatakan, “Keseimbangan
adalah kemampuan atlet untuk mempertahankan keseimbangan badan berbagai
keadaan tetap seimbang”. Sedangkan Ismaryati (2006: 48) menyatakan,
keseimbangan dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Keseimbangan statis adalah kemampuan mempertahankan keadaan
seimbang dalam keadaan diam.
2) Keseimbangan dinamis adalah kemampuan mempertahankan keadaan
seimbang dalam keadaan bergerak, misalnya berjalan, berlari,
melambung dan lain sebagainya. Kualitas keseimbangan dinamis
bergantung pada mekanisme dalam saluran semisirkular, persepsi
kinestetik, tendon dan persendian, persepsi visual selama melakukan
gerakan dan kemampuan koordinasi.
Cara melatih keseimbangan menurut Suharno HP. (1993: 12) sebagai
berikut:
1) Gerakan dari yang mudah ke yang sukar dari gerak sederhana ke gerak
kompleks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2) Mempersulit kondisi latihan, misalnya: memperkecil bidang tumpuan,
bidang tumpuan ditinggikan, bidang tumpuan dibuat labil,
memejamkan mata dan lain-lain.
3) Pusat keseimbangan terletak di dalam rumah siput telinga (apparatus
vestibularis). Oleh sebab itu posisi badan dengan jari tangan sebagai
pusat gerak yang terletak di tanah merupakan salah satu bentuk latihan
keseimbangan yang efektif.
Keseimbangan akan berkembang secara maksimal jika dilakukan latihan
dengan baik dan teratur. Di samping itu, faktor-faktor yang mempengaruhi
keseimbangan harus dalam kondisi baik. Suharno HP. (1993:67) menyatakan
bahwa faktor-faktor penentu keseimbangan yaitu:
1) Tinggi rendahnya titik berat badan.
2) Luas sempitnya bidang tumpuan
3) Berat badan atlet
4) Tergantung dari datangnya gaya.
5) Baik tidaknya koordinasi
6) Labil tidaknya bidang tumpuan
7) Memejamkan mata atau tidak
8) Tinggi rendahnya bidang tumpuan.
6) Ketepatan
Ketapatan pada dasarnya kemampuan seseorang untuk mengenai sasaran
dengan tepat. Berkaitan dengan ketepatan Iskandar Z. Sapoetra dkk., (1999: 7)
menyatakan, “Ketepatan (accuracy) adalah kemampuan seseorang untuk
mengarahkan sesuatu sesuai dengan sasaran yang dikehendaki”. Untuk
mendapatkan ketepatan yang baik harus dilakukan latihan secara teratur. Cara
melatih ketepatan menurut Suharno HP. (1993: 64) sebagai berikut:
1) Frekuensi gerakan diulang-ulang sebanyak mungkin agar gerak
menjadi otomatis benar.
2) Jarak sasaran dimulai dari dekat kemudian semakin dijauhkan.
3) Gerakan dari lambat ke cepat, setiap gerak harus ada kecermatan dan
ketelitian.
4) Sering diadakan pertandingan untuk evaluasi hasil latihan ketepatan.
Ketepatan merupakan komponen kondisi fisik yang berperan penting
dalam cabang olahraga permainan sepakbola. Ketepatan akan meningkat secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
maksimal jika ditunjang faktor pendukungnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ketepatan menurut Suharno HP. (1993: 64) yaitu:
1) Koordinasi baik akan menjamin baiknya ketepatan (accuracy).
2) Tergantung pada besar dan kecilnya target.
3) Ketajaman indera.
4) Jauh dekatnya sasaran.
5) Benar dan tidaknya penguasaan teknik.
6) Cepat dan lambatnya gerakan.
7) Perasaan gerak dan ketelitian gerak atlet.
8) Kuat lemahnya pelaksanaan gerak untuk mengarahkan ke target.
7) Koordinasi
Koordinasi bukan merupakan kemampuan fisik tunggal, akan tetapi
tersusun dari dan saling berinteraksi dengan kualitas-kualitas fisik yang lain.
Bompa dalam Harsono (1988: 219) menyatakan “Koordinasi sangat erat
hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas.
Koordinasi merupakan kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-
macam gerakan tunggal secara efektif. Koordinasi menyatakan hubungan yang
harmonis dari berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan. Kemampuan
koordinasi merupakan unsur dasar yang baik dalam menyelesaikan tugas dalam
kehidupan sehari-hari. Bentuk-bentuk latihan koordinasi menurut Suharno HP.
(1993: 12) sebagai berikut:
1) Pelajari koordinasi gerakan yang baru dan beraneka ragam dengan
tujuan untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang kompleks.
2) Pelajari keterampilan-keterampilan gerakan yang harus secara
bervariasi. Gerakan-gerakan yang terotomatisasi sebaiknya
dikonfrontasi, karena gerakan tersebut menghambat perkembangann
koordinasi.
3) Latihan-latihan untuk mengembangkan koordinasi harus menunjukkan
satu tingkat kesulitan tertentu dalam arti koordinasi motorik.
4) Pengembangan koordinasi yang lebih baik pada usia anak-anak dan
remaja yang merupakan dasar untuk mempelajari keterampilan-
keterampilan yang baru dan kompleks.
5) Latihan-latihan yang bertujuan untuk memperbaiki kemampuan
koordinasi sebaiknya pada awal suatu unit (sesi) latihan dimana
volume latihannya tidak begitu besar dan sebaiknya dilakukan dengan
frekuensi yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Latihan secara berulang-ulang dengan bentuk latihan yang benar akan
meningkatkan koordinasi menjadi lebih baik. Koordinasi akan meningkat secara
maksimal, jika faktor-faktor penentu koordinasi dalam kondisi baik. Suharno HP.
(1993: 62) menyatakan, dalam usaha untuk pencapaian prestasi, koordinasi
dipengaruhi oleh:
1) Pengaturan syaraf pusat dan tepi, hal ini berdasarkan pembawaan atlet
dan hasil dari latihan.
2) Tergantung tonus dan elastisitas dari otot yang melakukan gerakan.
3) Baik dan tidaknya keseimbangan, kelincahan, dan kelentukan atlet.
4) Baik dan tidaknya koordinasi kerja syaraf, otot dan indera.
8) Kecepatan (Speed)
Kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan seseorang
olahragawan untuk bereaksi secara cepat bila diransang dan untuk menampilkan
atau melakukan gerakan secepat mungkin. Berkaitan dengan kecepatan, KONI
(1993: 31) berpendapat, “Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan
gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh sesuatu jarak dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya”. Metode latihan kecepatan menurut Depdiknas (2002: 114)
sebagai berikut:
1) Metode pengulangan dengan ciri-ciri:
(1) Intensitas tinggi sekali atau maaksimal (90-100%)
(2) Volume beban rendah (1-6 ulangan)
(3) Recovery relatif lama (3-5 menit)
(4) Durasi beban sangat singkat
2) Metode interval intensif dengan ciri-ciri:
(1) Intensitas beban submaksimal (80-90%)
(2) Volume beban menengah (6-10 ulangan per seri)
(3) Recovery agak lama (90-180 detik)
(4) Durasi beban menengah (30-60 detik)
Bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan kecepatan menurut Depdiknas
(2002: 114&115) sebagai berikut:
1) Latihan kecepatan aksi dan reaksi:
(1) Bergerak cepat ke depan, ke belakang, ke samping kiri dan kanan
dengan memperhatikan gerakan tangan pelatih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
(2) Lari dengan memperhatikan dan mendengarkan aba-aba peluit
(akustik) dan instruksi pelatih.
(3) Permainan hitam putih
2) Latihan kekuatan kecepatan
(1) Lari menaiki tangga
(2) Lari di pasir pantai
(3) Lari sprint membawa bola medecine
(4) Bermacam-macam latihan pengembangan kekuatan kecepatan
dengan mempergunakan barbell, dumbel, rompi pasir dan lain
sebagainya.
3) Latihan kecepatan maksimal
(1) Lari melayang
(2) Lari meningkat
(3) Lari dengan pergantian tempo
(4) Sprint melayang, lari-lari dengan pergantian tempo
(5) Lari koordinasi (lari meningkat dan lari dengan pergantian tempo
dalam kecepatan sub maksimal 40-80 meter, lari gawang dan lari
bolak-balik)
4) Latihan daya tahan kecepatan:
(1) Dalam bentuk permainan kecil (lari berpasangan, saling mengejar
antara dua kelompok melewati dua buah tiang).
(2) Lari dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya (lari tempo
dengan intensitas rendah, lari dengan pergantian tempo, lari
segitiga, lari segi empat dan lain-lain)
(3) Lari tempo dengan intensitas maksimal dan sub maksimal serta
dengan perubahan arah menurut prinsip interval.
(4) Lari zig-zag dan lari bolak-balik dan lain-lain.
Macam-macam bentuk latihan tersebut sangat bermanfaat untuk
meningkatkan kecepatan. Di sisi lain, faktor pendukung kecepatan harus dalam
kondisi baik. Faktor-faktor penentu kecepatan menurut Suharno HP. (1993: 48)
yaitu:
1) Macam fibril otot yang dibawa sejak lahir (pembawaan), fibril
berwarna putih (phasic) baik untuk gerak yang cepat.
2) Pengaturan nervous system.
3) Kekuatan otot
4) Kemampuan elastisitas dan relaksasi suatu otot.
5) Kemauan dan disiplin individu atlet.
9) Kelincahan
Kelincahan merupakan salah satu komponen kesegaran motorik yang
sangat diperlukan untuk semua aktivitas yang membutuhkan kecepatan perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
posisi tubuh dan bagian-bagiannya. Menurut Iskandar Z. Adisapoetra, dkk. (1999:
6) bahwa, "Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah atau posisi
tubuh dengan cepat yang dilakukan bersama-sama dengan gerakan lainnya".
Kelincahan tidak hanya diperlukan dalam olahraga tetapi juga situasi kerja dan
kegiatan rekreasi. Ciri-ciri untuk melatih kelincahan menurut Suharno HP. (1993:
8) yaitu:
1) Bentuk-bentuk latihan harus ada gerakan mengubah posisi dan arah
badan dengan kecepatan tinggi.
2) Rangsangan terhadap pusat syaraf sangat menentukan berhasil
tidaknya suatu latihan kelincahan karena koordinasi sangat urgen bagi
unsur kelincahan.
3) Adanya rintangan-rintangan untuk bergerak dan mempersulit kondisi
alat, lapangan dan sebagainya.
4) Adanya pedoman waktu yang pasti dalam latihan.
Kelincahan akan meningkat secara optimal jika ditunjang faktor yang
mendukung. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelincahan menurut Suharno HP.
(1993: 51) antara lain: “(1) kecepatan reaksi dan kecepatan gerak, (2) kemampuan
berorientasi terhadap problem yang dihadapi/kemampuan berantisipasi, (3)
kemampuan mengatur keseimbangan, (4) tergantung kelentukan sendi-sendi, (5)
kemampuan mengerem gerakan-gerakan motorik“.
10) Reaksi
Reaksi pada prinsipnya kemampuan seseorang bergerak dengan cepat
untuk menanggapai rangsangan yang diterima. Berkaitan dengan reaksi M. Sajoto
(1995: 10) menyatakan, “Reaksi merupakan kemampuan seseorang bertindak
secepat-cepatnya dalam menanggapi rangsangan-rangsangan yang datang lewat
indera, syaraf atau feeling lainnya. Ciri-ciri latihan reaksi menurut Suharno HP.
(1993: 49-50) yaitu:
1) Dengan permainan hijau hitam. Aba-aba mula-mula lambat makin
lama makin cepat.
2) Mereaksi aba-aba/kode-kode lebih dari dua macam dari pelatih dan
harus dikerjakan secepat-cepatnya.
3) Dalam waktu tertentu dapat mereaksi bola yang dilempar sebanyak-
banyaknya dari pelatih.
4) Bertanding benar, start dengan pistol, bermain dengan bola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Kemampuan seseorang untuk merespon terhadap suatu rangsangan yang
diterimanya dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Suharno HP. (1993: 47)
faktor-faktor penentu waktu reaksi antara lain: “(1) tergantung pada iritabilitas
susunan syaraf, (2) daya orientasi situasi yang dihadapi atlet, (3) ketajaman panca
indera dalam menerima rangsangan dan, (4) kecepatan gerak dan daya ledak
atlet”.
b. Latihan Teknik
Teknik merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu cabang
olahraga. Penampilan seorang atlet dalam bermain atau bertanding dapat
dipengaruhi oleh penguasaan teknik. Penguasaan teknik akan mempengaruhi
pencapaian prestasi olahraga. Sudjarwo (1993: 40) bahwa, “Peningkatan prestasi
dalam olahraga menuntut adanya perbaikan dan pengembangan unsur teknik
untuk mencapai tujuannya”.
Mempelajari suatu teknik suatu cabang olahraga harus dilakukan dengan
metode yang baik dan tepat. Namun hal yang mendasar dalam mempelajari suatu
teknik olahraga harus dilakukan secara berulang-ulang. Seperti dikemukakan
Suharno HP. (1993:22) bahwa, “Untuk mengotomatisasikan penguasaan unsur
gerak fisik, teknik, taktik dan keterampilan yang benar atlet harus melakukan
latihan berulang-ulang dengan frekuensi sebanyak-banyaknya secara kontinyu”.
Mengulang-ulang gerakan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya adalah
kunci untuk menguasai teknik suatu cabang olahraga. Di samping itu, perlu
menganalisia gerakan teknik yang dipelajari. Yusuf Adisasmita dan Aip
Syarifuddin (1996: 106) menyatakan, untuk menguasai teknik suatu cabang
olahraga ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu:
1) Menganalisis gerak teknik. Hasil penganalisisan yang tepat dipakai
sebagai patokan pembinaan, sehingga hanya gerakan-gerakan yang
tepat dan benar serta berfungsi saja yang dipilih untuk latihan
kecapakan teknik untuk menghasilkan prestasi yang tinggi.
2) Menghasilkan hal-hal yang dapat merintangi atau menghambat
efisiensi teknik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Melalui penganalisaan dan penilaian yang seksama dapat diketahui
elemen-elemen penting yang berfungsi dengan baik dalam usaha pembentukan
kecakapan teknik. Untuk melatih teknik maka ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Sudjarwo (1993: 45-46) menyatakan hal-hal yang harus diperhatikan
dalam melatih teknik sebagai berikut:
1) Informasi teori dan instruksi pelaksanaan harus tegas dan jelas. Teori
teknik gerakan harus diberikan dengan jelas, diterangkan dengan
contoh atau peragaan yang tepat, selanjutnya dicoba untuk dilakukan
oleh atlet.
2) Contoh gerakan teknik dapat dilakukan dengan suatu demonstrasi yang
dilakukan oleh pelatih atau model yang ditunjuk untuk memberikan
peragaan secara tepat. Untuk menunjukkan gerakan yang tepat dapat
pula melalui media seperti film, slide, gambar-gambar atau media
lainnya.
3) Instruksi pelaksanaan harus cermat sebelum dilakukan gerakan ulang
(drill), sebab apabila gerakan teknik terlanjur salah dilakukan
seterusnya akan menjadi kebiasaan yang salah, sehingga sulit untuk
ditingkatkan.
4) Koreksi dan perbaikan harus selalu dilakukan agar tidak terjadi
kesalahan teknik.
5) Pemberian motivasi atau dorongan yang positif perlu diberikan,
demikian pula umpan balik dan evaluasi sangat diperlukan.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan, dalam mempelajari
suatu teknik cabang olahraga perlu dilakukan analisa dan penilaian teknik secara
seksama dapat diketahui elemen-elemen yang penting yang berfungsi dengan baik
dalam usaha pembentukan kecakapan teknik. Dengan analisa teknik yang cermat
akan memudahkan dalam melatihnya. Dalam melatih teknik suatu cabang
olahraga dapat dilakukan dengan memberi informasi, memberikan contoh
gerakan, memberikan instruksi yang cermat, melakukan korekasi dan memberikan
motivasi.
c. Latihan Taktik
Taktik merupakan suatu cara yang digunakan atau diterapkan dalam suatu
pertandingan agar dapat memenangkan pertandingan. Berkaitan dengan taktik
Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 118) bahwa, “Taktik adalah
kecakapan rokhaniah atau kecakapan berfikir dalam melakukan kegiatan olahraga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
untuk mencapai kemenangan”. Menurut Sudjarwo (1993: 62) bahwa, “Taktik
adalah suatu siasat atau akal yang dirancang dan akan dilaksanakan dalam
permainan oleh perorangan, kelompok maupun tim untuk memenangkan suatu
pertandingan secara sportif”.
Taktik merupakan bagian yang penting untuk mencapai prestasi dalam
kegiatan olahraga. Untuk menerapkan taktik permainan harus direncanakan
dengan baik dan berusaha taktik yang diterapkan harus seefektif mungkin dan
mencapai hasil yang maksimal. Sudjarwo (1993: 62) menyatakan, “Ada dua aspek
yang penting dalam taktik dan perlu dipahami yaitu (1) konsepsi taktik yang
dilakukan sebelum pertandingan atau perencaan taktik dan (2) tindakan taktik
yang efektif dihasilkan dari situasi pertandingan yang nyata”.
Kemampuan menjalankan taktik permainan dengan baik dan benar tidak
terlepas dukungan dari berbagai faktor, misalnya dibutuhkan kemahiran teknik
yang baik, kondisi fisik yang prima dan lain sebagainya. Yusuf Adisasmita dan
Aip Syarifuddin (1996: 119) menyatakan faktor-faktor pendukung taktik yaitu:
1) Kemampuan fisik. Kemampuan fisik yang baik tidak akan
menyebabkan menurunnya tempo bertanding, sehingga tetap mampu
melaksanakan taktik dengan segala macam variasinya.
2) Kemampuan teknik. Kecapakan teknik sangat membantu lancarnya
tugas-tugas taktik. Dengan memiliki kemahiran teknik maka
konsentrasi hanya tertuju kepada taktik saja.
3) Team work. Kerjasama menentukan berhasilnya suatu team. Team
work menentukan pengertian-pengertian satu sama lain dalam
melaksanakan taktik.
4) Distribusi energi. Pengaturan distribusi energi selama pertandingan
harus sesuai dan tepat. Hal ini untuk menghindari menurunya tempo
karena kehabisan tenaga sebelum atau selesai bertanding atau tempo
bertanding rendah karena tidak menggunakan tenaga semestinya.
5) Penguasaan pola-pola pertandingan. Pola pertandingan sebaiknya
jangan statis, pola pertandingan hendaknya mempunyai variasi-variasi.
Hal ini perlu agar tidak dapat diterka lawan. Di samping itu, dengan
adanya variasi dapat digunakan untuk merubah taktik apabila usaha
yang terdahulu gagal.
Taktik dalam bertanding akan sangat bermanfaat atau berjalan dengan
lancar jika didukung kemampuan fisik yang prima, penguasaan teknik yang baik,
memiliki kerjasama yang kompak, distribusi energi yang baik serta penguasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
pola-pola pertandingan. Bagian-bagian tersebut saling berkaitan satu dengan
lainnya, oleh karena itu harus dimiliki dan dikuasai oleh setiap atlet.
d. Latihan Mental
Latihan yang sistematis dan kontinyu baik fisik, teknik, taktik dan mental
adalah sangat penting. Terkadang masih ada anggapan bahwa melatih mental
tidak penting, namun sebenarnya melatih mental tidak kalah pentingnya seperti
melatih fisik, teknik dan taktik. Andi Suhendro (1999: 6.3) menyatakan,
“Peningkatan kemampuan fisik, teknik dan taktik tanpa disertai pembinaan mental
yang baik akan mengakibatkan hasil negatif. Mental merupakan daya penggerak
dan pendorong untuk mengejawantahkan kemampuan fisik, teknik dan taktik atlet
dalam penampilan olahraga”. Sedangkan Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin
(1996: 127) menyatakan, “Setiap pertandingan bukan hanya merupakan a battle of
the body, akan tetapi juga a battle of mind bahkan 75% adalah masalah mental dan
hanya 30% masalah lainnya”.
Pendapat tersebut menunjukkan, mental memiliki prosentase yang lebih
besar dibandingkan faktor lainnya saat melakukan pertandingan. Hal ini karena,
mental berfungsi sebagai penggerak, pendorong dan pemantap bagi atlet untuk
mempraktekkan kemampuan fisik dan skill dalam mencapai prestasi yang tinggi.
Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi mental atlet harus mampu
diatasi oleh atlet saat melangsungkan pertandingan. A. Hamidsyah Noer (1995:
357) menyatakan, “Faktor-faktor penyebab yang dapat mempengaruhi kondisi
mental, dapat dikelompokkan dalam dua faktor yaitu: (1) faktor-faktor yang
berasal dari dalam atlet (faktor intern), (2) faktor-faktor yang berasal dari luar diri
atlet (faktor ekstern)”.
Menangani mental atlet adalah sangat penting dalam pembinaan olahraga
prestasi. Usaha untuk mengatasi atau pencegahan mental atlet agar tidak drop saat
bertanding, maka dapat dilakukan dengan mengawasi dengan teliti dan
mengadakan diskusi-diskusi dengan atletnya. Segala permasalahan yang dihadapi
atlet dapat diutarakan kepada pelatih, sehingga pelatih dapat memecahkannya dan
memberikan semangat kepada atletnya. Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
(1996: 125) menyatakan hal-hal yang diusahakan dan mendapat perhatian dalam
pembinaan mental yaitu:
1) Kemampuan dan kemauan (will power).
2) Semangat daya juang (fighting spirit).
3) Kemampuan menghadapi kesukaran atau kegagalan.
4) Percaya diri (self confident)
5) Menghindarkan percaya diri yang berlebihan (over confidence).
e. Kematangan Bertanding
Pertandingan merupakan salah satu cara untuk menilai sampai sejauh
mana kemampuan atlet selama mengikuti latihan baik latihan fisik, teknik, taktik
dan mental. Namun demikian salah satu hal yang sangat berpengaruh saat
pertandingan yaitu kematangan bertanding. Hal ini karena tanpa ada kematangan
bertanding atau semangat juang (fighting spirit) yang tinggi, maka akan
berpengaruh terhadap pencapaian prestasi.
Seorang atlet yang memiliki pengalaman bertanding akan memiliki sikap
tenang, cepat mengambil inisiatif, cepat dapat mengatasi kesukaran dan lebih
efektif dalam penggunaan tenaga. Oleh karena itu, pengalaman bertanding harus
dilakukan sebanyak mungkin hingga sampai pada titik mantap yang disebut
kematangan bertanding atau kematangan pengalaman bertanding. Dengan
memiliki kematangan bertanding, maka atlet akan memiliki kesiap siagaan
bertanding secara bulat dan menyeluruh dalam cabang olahraga yang ditekuninya.
Seorang pemain yang memiliki kematangan bertanding baik mempunyai peluang
yang besar untuk mencapai prestasi yang tinggi.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang
dikemukakan. Penelitian Fadilah Umar dan Slamet Widodo berjudul, “Penerapan
Metode Kepelatihan Cabang Olahraga Permainan (Studi Kasus pada Pelatih-
Pelatih Club Cabang Olahraga Permainan di Surakarta Tahun 2009) diperoleh
simpulan: (1) Pelatih-pelatih klub cabang olahraga permainan di Surakarta pada
tahun 2009 sudah menerapkan metode kepelatihan dengan tepat, sebab dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
proses latihan sehari-hari beberapa prinsip latihan seperti prinsip penekanan beban
individu, beban progresif, variasi latihan, disiplin tinggi, keseimbangan work
relieve-recovery, dan prinsip koreksi serta eveluasi dijalankan dengan baik; (2)
Program latihan yang disusun oleh para pelatih klub-klub cabang olahraga
permainan di Surakarta pada tahun 2009 adalah baik, karena sebagian besar
program latihan telah disusun dengan program jangka waktu yang jelas, program
disesuaikan tingkat atau jenjang atlet, mengandung latihan teknik, mengandung
seluruh komponen latihan kondisi fisik (seperti latihan kekuatan, daya tahan,
kecepatan, kelincahan dan kelentukan), mengandung latihan taktik dan memuat
bentuk latihan mental.
C. Kerangka Pemikiran
Secara umum olahraga dilakukan oleh semua tingkatan usia dan
golongan masyarakat umum, namun secara khusus pembinaan olahraga ditujukan
pada peningkatan prestasi optimal yang dapat dicapai apabila dimulai dari usia
dini. Untuk mewadahi dan mengarahkan segala potensi yang dimiliki anak usia
dini dibutuhkan sebuah wadah yang mampu mewadahi potensi yang ada. Dalam
dunia sepakbola, keberadaan SSB sangat diperlukan sebagai awal dari proses
pembentukan pesepakbola yang mampu berprestasi di level tertinggi. Setelah anak
usia dini berada dalam lingkungan yang tepat, masih banyak faktor yang saling
berpengaruh, diantaranya adalah keberadaan seorang pelatih, pelaksanaan latihan,
program latihan, perkembangan pemain dan prasarana sarana yang menunjang
latihan. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah :
1. Pelatih
Pelatih memegang peranan sangat penting dalam membina olahragawan
berbakat yang diharapkan dapat berprestasi dikemudian hari. Untuk meningkatkan
prestasi olahragawan, pelatih tidak cukup hanya berbekal dengan pengalaman
saja, namun diperlukan juga penguasan ilmu pegetahuan dan penerapan teknologi
yang sesuai dengan masing-masing cabang olahraga, serta senantiasa mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang olahraga dan berbagai disiplin ilmu
yang berkaitan dengan dunia olahraga.
2. Pelaksanaan Latihan
Ilmu pelatihan termasuk ilmu terapan, oleh karena itu pelatih perlu
mengerti, menghayati teori dan metodologi proses berlatih-melatih secara benar.
Salah satu ciri pelatih yang baik adalah pandai memilih atau menciptakan metode
latihan yang efektif dan efisien untuk mencapai sasaran latihan. Pelatih dituntut
menguasai ilmu, memiliki jiwa seni yang tinggi serta seorang praktisi untuk
menerapkan teori dan metodologi ilmu kepelatihan. Tujuan utama olahraga
prestasi adalah meningkatkan keterampilan atau prestasi semaksimal mungkin.
Untuk mencapai prestasi tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya antara
lain kondisi fisik, teknik, taktik dan psikis. Semua faktor tersebut menjadi tugas
pelatih untuk membina dan meningkatkan kualitasnya.
3. Program Latihan
Untuk meningkatkan faktor-faktor pendukung pencapaian prestasi
olahraga tersebut, seorang pelatih harus mampu menyusun program latihan yang
tepat. Program latihan harus direncanakan dan diperhitungkan dengan matang,
supaya pada waktu yang telah ditentukan atau ditetapkan prestasi yang tinggi
dapat dicapai.
4. Perkembangan Pemain
Prestasi yang dicapai seorang pemain dapat dijadikan sebagai salah satu
acuan atau ukuran tentang keberhasilan seorang pelatih dan tingkat potensi atau
kualitas seorang pelatih. Oleh karena itu, membekali diri secara multilateral dari
disiplin ilmu tentang kepelatihan mutlak harus dimiliki seorang pelatih. Dengan
kemampuan yang tinggi baik secara teori maupun praktik, maka akan
menunjukkan kualitas seorang pelatih yang baik sehingga pada akhirnya akan
muncul pemain yang berkualitas.
5. Sarana dan Prasarana
Kualitas pemain harus didukung prasarana dan sarana yang baik.
Prasarana dan sarana yang baik merupakan tuntutan yang harus dipenuhi guna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
menunjang kegiatan latihan. Tanpa adanya prasarana dan sarana yang baik maka
akan terganggu segala kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan.
Kaitannya dengan penelitian ini untuk mengetahui penerapan metode
kepelatihan di SSB yang berada di kota Surakarta. Apabila pelatih telah
menerapkan metode yang tepat dan latihan dilaksanakan secara teratur dan terukur
sesuai perkembangan anak didik, maka prestasi puncak akan dapat terwujud.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Untuk memperoleh berbagai keterangan yang dibutuhkan dalam
pemecahan masalah, maka penelitian ini dilaksanakan di masing-masing SSB di
Surakarta, yaitu:
1. SSB Bonansa
2. SSB MTA
3. SSB Pelita
4. SSB New Pelita
5. SSB Ksatria
6. SSB Tunas Tirta
7. SSB Adidas
8. SSB Putra Solo
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2010 dan berakhir setelah
semua data terkumpul. Sedangkan pelaksanaan try out pada bulan Januari 2010 di
SSB yang berada di Salatiga.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian adalah
metode deskriptif dengan cara survei. Menurut Sugiyanto (1993: 52) bahwa,
“Penelitian deskriptif dengan metode survei yaitu penelitian bertujuan mencari
informasi mengenai fenomena-fenomena atau situasi yang aktual atau yang ada
pada saat penelitian sedang berlangsung. Penelitian deskriptif pada umumnya
tidak untuk menguji hipotesis, melainkan hanya untuk meminta gambaran atau
dekriptif tentang apa yang terjadi”.
C. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pelatih pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
SSB di Surakarta tahun 2009. SSB tersebut yaitu:
1. SSB Bonansa
2. SSB MTA
3. SSB Pelita
4. SSB New Pelita
5. SSB Ksatria
6. SSB Tunas Tirta
7. SSB Adidas
8. SSB Putra Solo
D. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan kuisioner.
Suharsimi Arikunto (1998: 140) menyatakan, “Kuisioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal lain yang diketahui. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner tertutup
dan kuesionir terbuka. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:
Kepelatihan, Proses Latihan, Program latihan, pembinaan, organisasi, pelatih,
pemain/atlet serta prasarana dan sarana.
Untuk memperoleh nilai dari kuisioner, penilaian dalam penelitian ini
menggunakan skala likert sebagai berikut:
Jawaban (a) skor nilainya: 4
Jawaban (b) skor nilainya: 3
Jawaban (c) skor nilainya: 2
Jawaban (d) skor nilainya: 1
Sedangkan langkah-langkah dan kisi-kisi membuat angket dapat dilihat
pada lampiran.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan bagian yang penting dalam penelitian,
karena analisis data dapat memberi arti dan makna yang berguna dalam
memecahkan masalah dalam penelitian. Dari data yang akan diperoleh kemudian
dianalisa. Adapun teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
secara deskriptif yang didasarkan pada analisis kuantitatif melalui frekuensi dan
prosentase.
Instrumen diujicobakan (try out) untuk keperluan validitas instrument itu
sendiri. Setelah didapatkan instrument yang valid, baru digunakan untuk
memperoleh data langsung di lapangan atau sampel penelitian. Adapun langkah-
langkah analisis data dalam penelitian sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Uji vailiditas penelitian ini menggunakan rumus prodduct moment dari
Suharsimi Arikunto (1998: 256) sebagai berikut:
N. XY - X. Y
r XY =
{N.X2 - ( X)
2} {N. Y
2 - ( Y)
2}
Keterangan :
N = Jumlah sampel
rXY = Korelasi antara X dan Y
X = Variabel prediktor
Y = Variabel kriterium
= Jumlah
2. Mencari Reliabilitas
Uji reliabilitas data dalam penelitian ini menggunakan koefisien
reliabilitas belah dua dari Mulyono B. (1997: 28) sebagai berikut:
N. Y1Y2 - ( Y1) ( Y2)
rY1Y2 =
{N. Y12
- ( Y1)2} {N. Y2
2 - ( Y2)
2
Hasil penghitungan korelasi di atas kemudian dimasukkan ke dalam rumus
reliabilita dari Sperman Brown sebagai berikut :
2. (rY1Y2)
r` =
1 + rY1Y2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Dari hasilperhitungan rhitung dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf
signifikansi 5%. Jika rhitung > rtabel maka data tersebut valid. Sebaliknya jika rhitung
< rtabel maka butir soal tidak valid. Selanjutnya item soal yang dipakai sebagai
instrument penelitian adalah butir soal yang valid.
F. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara
deskriptif yang didasarkan pada analisis kuantitatif melalui frekuensi dan
prosentase. Hasil perhitungan frekuensi dan prosentase yang diperoleh, kemudian
disajikan dalam bentuk tabel dan diuraikan secara deskriptif untuk masing-masing
instrument, sehingga akan diperoleh gambaran yang sesungguhnya mengenai
variabel yang diteliti. Cara penghitungan prosentase masing-masing indikator
penelitian sebagai berikut:
Jawaban masing-masing indikator
F = X 100%
N (Jumlah sampel/responden)
G. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap sebagai
berikut:
1. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian.
2. Melakukan ujicoba instrumen penelitian
3. Menentukan jumlah butir-butir instrumen yang valid untuk dijadikan angket
penelitian
4. Menyebar angket penelitian pada responden/sampel yang telah ditentukan.
5. Menganalisis hasil jawaban angket dari sampel/responden.
6. Menyimpulkan hasil penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian yang diperoleh melalui butir soal, kemudian disajikan
dalam bentuk tabel yang berisi frekuensi dan persentase dari setiap butir
instrumen serta dilengkapi dengan uraian deskriptif. Untuk memperoleh data
penelitian digunakan instrumen penelitian yang berupa angket yang memiliki pola
jawaban (a) skor nilainya: 4, (b) skor nilainya: 3, (c) skor nilainya: 2 dan (d) skor
nilainya: 1.
Uraian selanjutnya data hasil temuan didiskripsikan berdasarkan tiap butir
dan kelompok indikator yang sama. Ada 5 (lima) komponen dari hasil penelitian
yaitu: identifikasi pelatih, latihan, program latihan, pemain dan prasarana dan
sarana.
Berikut ini disajikan berturut-turut indikator-indikator penelitian sebagai
berikut:
1 .Identifikasi Pelatih
Butir soal yang digunakan untuk melacak identifikasi pelatih SSB di
Surakarta tahun 2009 butir soal 1,2,3,4,5,6,7,8,9. Hasil pengolahan data tentang
latar belakang pelatih sebagai berikut:
1. Latar belakang pelatih mantan pemain sepakbola
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
1. Hasil yang dilacak butir soal nomor 1 yaitu mantan pemain sepakbola. Hasil
jawaban butir soal nomor 1 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 1. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Sepakbola Mantan Pemain Sepakbola
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 11 17 0 0 28
% 39.29% 60.71% 0% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal pelatih
SSB mantan pemain sepakbola yang diajukan ke 28 responden yang menjawab
indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 11 atau 39,29%, jawaban indikator b (nilai
3) sebanyak 17 atau 60.71%, jawaban indikator c (nilai 2) tidak ada atau 0.00%
dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0.00%.
2. Prestasi yang dicapai pelatih saat menjadi pemain sepakbola
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
2. Hasil yang dilacak butir soal nomor 2 yaitu prestasi yang dicapai pelatih SSB
saat menjadi pemain sepakbola. Hasil jawaban butir soal nomor 2 disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Frekuensi dan Prosentase Prestasi yang Dicapai Pelatih SSB di Surakarta
saat menjadi pemain Sepakbola
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 6 5 14 3 28
% 21.43% 17.86% 50% 10.71% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal prestasi
yang dicapai pelatih SSB di Surakarta tahun 2009 saat menjadi pemain sepakbola
yang diajukan ke 28 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4)
sebanyak 6 atau 21.43%, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 5 atau 17.86%,
jawaban indikator c (nilai 2) sebanyak 14 atau 50% dan jawaban d (nilai 1)
sebanyak 3 atau 10.71%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
3. Pelatih mendapat pendidikan kepelatihan atau kursus pelatih di SSB
Surakarta tahun 2009
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
3. Hasil yang dilacak butir soal nomor 3 yaitu pendidikan kepelatihan atau kursus
pelatih SSB Surakarta tahun 2009. Hasil jawaban butir soal nomor 3 disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Frekuensi dan Prosentase Pendidikan Kepelatihan atau Kurus Pelatih
Sepakbola
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 1 13 6 8 28
% 3.57% 46.43% 21.43% 28.57% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal pendidikan
kepelatihan atau kursus pelatih SSB Surakarta tahun 2009 yang diajukan ke 28
responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 1 atau 3.57%,
jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 13 atau 46.43%, jawaban indikator c (nilai
2) sebanyak 6 atau 21.43% dan jawaban d (nilai 1) sebanyak 8 atau 28.57%.
4. Lamanya waktu menjadi pelatih SSB
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
4. Hasil yang dilacak butir soal nomor 4 yaitu berapa lama menjadi pelatih SSB.
Hasil jawaban butir soal nomor 4 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4. Frekuensi dan Prosentase Lamanya Menjadi Pelatih SSB
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 8 5 9 6 28
% 28.57% 17.86% 32.14% 23.08% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal berapa
lama menjadi pelatih SSB yang diajukan ke 28 responden yang menjawab
indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 8 atau 28.57%, jawaban indikator b (nilai
3) sebanyak 5 atau 17.86%, jawaban indikator c (nilai 2) sebanyak 9 atau 32.14%
dan jawaban d (nilai 1) sebanyak 6 atau 23.08%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
5. Pemanduan bakat untuk seleksi pemain sepakbola
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
5. Hasil yang dilacak butir soal nomor 5 yaitu pelatih mengadakan pemanduan
bakat untuk seleksi pemain sepakbola di SSB Surakarta tahun 2009. Hasil
jawaban butir soal nomor 5 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 5. Frekuensi dan Prosentase Pemanduan Bakat untuk Atlet Sepakbola
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 3 18 6 1 28
% 10.71% 64.29% 21.43% 3.57% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal pelatih
mengadakan pemanduan bakat untuk seleksi pemain sepakbola di SSB Surakarta
tahun 2009 yang diajukan ke 28 responden yang menjawab indikator jawaban a
(nilai 4) sebanyak 3 atau 10.71%, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 18 atau
64.29%, jawaban indikator c (nilai 2) sebanyak 6 atau 21.43% dan jawaban d
(nilai 1) sebanyak 1 atau 3.57%.
6. Tanggapan pelatih terhadap pendapat pemain
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
6. Hasil yang dilacak butir soal nomor 6 yaitu tanggapan pelatih terhadap
pendapat pemain. Hasil jawaban butir soal nomor 6 disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 6. Frekuensi dan Prosentase Tanggapan Pelatih terhadap Pendapat Pemain
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 21 7 0 0 28
% 75% 25% 0% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal tanggapan
pelatih terhadap pendapat pemain yang diajukan ke 28 responden yang menjawab
indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 7 atau 25%, jawaban indikator b (nilai 3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
sebanyak 21 atau 75%, jawaban indikator c (nilai 2) tidak ada atau 0% dan
jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
7. Jalinan komunikasi pelatih dengan pemain
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
7. Hasil yang dilacak butir soal nomor 7 yaitu jalinan komunikasi pelatih dengan
pemain. Hasil jawaban butir soal nomor 7 disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 7. Frekuensi dan Prosentase Jalinan Komunikasi Pelatih dengan Pemain
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 24 4 0 0 28
% 85.71% 14.29% 0% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal jalinan
komunikasi pelatih dengan pemain yang diajukan ke 28 responden yang
menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 24 atau 85.71%, jawaban
indikator b (nilai 3) sebanyak 4 atau 14.29%, jawaban indikator c (nilai 2) tidak
ada atau 0% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
8. Kerjasama pelatih dengan pemain saat latihan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
8. Hasil yang dilacak butir soal nomor 8 yaitu kerjasama pelatih dengan pemain
saat latihan. Hasil jawaban butir soal nomor 8 disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 8. Frekuensi dan Prosentase Kerjasama Pelatih dengan Pemain saat Latihan
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 14 14 0 0 28
% 50% 50% 0% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal kerjasama
pelatih dengan pemain saat latihan yang diajukan ke 28 responden yang menjawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 14 atau 50%, jawaban indikator b (nilai 3)
sebanyak 14 atau 50%, jawaban indikator c (nilai 2) tidak ada atau 0% dan
jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
9. Pelatih memberikan masukan dan motivasi kepada pemainnya sebelum
dan setelah pertandingan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
9. Hasil yang dilacak butir soal nomor 9 yaitu pelatih memberikan masukan dan
motivasi kepada pemainnya sebelum dan setelah pertandingan. Hasil jawaban
butir soal nomor 9 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 9. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Memberikan Masukan dan Motivasi
Kepada Pemain Sebelum dan Sesudah Pertandingan
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 14 14 0 0 28
% 50% 50% 0% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal pelatih
memberikan masukan dan motivasi kepada pemainnya sebelum dan setelah
pertandingan yang diajukan ke 28 responden yang menjawab indikator jawaban a
(nilai 4) sebanyak 14 atau 50%, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 14 atau
50%, jawaban indikator c (nilai 2) tidak ada atau 0% dan jawaban d (nilai 1) tidak
ada atau 0%.
2. Identifikasi Latihan
Butir soal yang digunakan untuk melacak identifikasi latihan SSB di
Surakarta tahun 2010 butir soal 10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20. Hasil
pengolahan data tentang identifikasi latihan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
10. Pelaksanaan latihan disesuaikan dengan kelompok umur siswa
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
10. Hasil yang dilacak butir soal nomor 10 yaitu pelaksanaan latihan di SSB
Surakarta tahun 2009 disesuaikan dengan kelompok umur siswa. Hasil jawaban
butir soal nomor 10 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 10. Frekuensi dan Prosentase Pelaksanaan Latihan Disesuaikan dengan
Kelompok Umur
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 14 14 0 0 28
% 50% 50% 0% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal
pelaksanaan latihan di SSB Surakarta tahun 2009 disesuaikan dengan kelompok
umur siswa yang diajukan ke 28 responden yang menjawab indikator jawaban a
(nilai 4) sebanyak 14 atau 50%, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 14 atau
50%, jawaban indikator c (nilai 2) tidak ada atau 0% dan jawaban d (nilai 1) tidak
ada atau 0%.
11. Program latihan yang diberikan pelatih terprogram
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
11. Hasil yang dilacak butir soal nomor 11 yaitu latihan yang diberikan pelatih di
SSB Surakarta tahun 2009 selalu terprogram. Hasil jawaban butir soal nomor 11
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 11. Frekuensi dan Prosentase Latihan yang Diberikan Pelatih Selalu
Terprogram
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 5 22 1 0 28
% 17.86% 78.57% 3.57% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal latihan
yang diberikan pelatih di SSB Surakarta tahun 2009 selalu terprogram yang
diajukan ke 28 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
5 atau 17.86%, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 22 atau 78.57%, jawaban
indikator c (nilai 2) sebanyak 1 atau 3.57% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau
0%.
12. Program latihan yang diberikan pelatih mempunyai sasaran yang ingin
dicapai
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
12. Hasil yang dilacak butir soal nomor 12 yaitu program latihan yang diberikan
pelatih mempunyai sasaran yang ingin dicapai. Hasil jawaban butir soal nomor 12
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 12. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan Mempunyai Sasaran
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 14 14 0 0 28
% 50% 50% 0% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal program
latihan yang diberikan pelatih mempunyai sasaran yang ingin dicapai yang
diajukan ke 28 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak
14 atau 50%, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 14 atau 50%, jawaban
indikator c (nilai 2) tidak ada atau 0% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
13. Kehadiran siswa dalam latihan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
13. Hasil yang dilacak butir soal nomor 13 yaitu kehadiran siswa dalam latihan.
Hasil jawaban butir soal nomor 13 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 13. Frekuensi dan Prosentase Kehadiran Siswa dalam Latihan
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 19 9 0 0 28
% 67.86% 32.14% 0% 0% 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal kehadiran
siswa dalam latihan yang diajukan ke 28 responden yang menjawab indikator
jawaban a (nilai 4) sebanyak 19 atau 67.86%, jawaban indikator b (nilai 3)
sebanyak 9 atau 32.14%, jawaban indikator c (nilai 2) tidak ada atau 0% dan
jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
14. Latihan yang diberikan sudah sesuai dengan kemampuan kondisi
masing-masing siswa
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
14. Hasil yang dilacak butir soal nomor 14 yaitu latihan yang diberikan sudah
sesuai dengan kondisi masing-masing siswa. Hasil jawaban butir soal nomor 14
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 14. Frekuensi dan Prosentase Latihan yang Diberikan Sesuai dengan
Kondisi Siswa
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 9 19 0 0 28
% 32.14% 67.86% 0% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal latihan
yang diberikan sudah sesuai dengan kondisi masing-masing siswa yang diajukan
ke 28 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 9 atau
32.14%, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 19 atau 67.86%, jawaban
indikator c (nilai 2) tidak ada atau 0% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
15. Latihan yang diberikan dalam bentuk sirkuit
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
15. Hasil yang dilacak butir soal nomor 15 yaitu latihan yang diberikan di SSB
Surakarta tahun 2009 menerapkan metode sirkuit. Hasil jawaban butir soal nomor
15 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 15. Frekuensi dan Prosentase Latihan yang Diberikan dengan Metode
Sirkuit
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 2 24 2 0 28
% 7.14% 85.71% 7.14% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal latihan
yang diberikan di SSB Surakarta tahun 2009 menerapkan metode sirkuit yang
diajukan ke 28 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak
2 atau 7.14%, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 24 atau 85.71%, jawaban
indikator c (nilai 2) sebanyak 2 atau 7.14% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau
0%.
16. Penerapan prinsip latihan overload dari hari ke hari pada saat latihan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
16. Hasil yang dilacak butir soal nomor 16 yaitu penerapan prinsip latihan
overload dari hari ke hari saat latihan. Hasil jawaban butir soal nomor 16
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 16. Frekuensi dan Prosentase Penerapan Prinsip Latihan Overload
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 2 25 0 1 28
% 7.14% 89.29% 0% 3.57% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal penerapan
prinsip latihan overload dari hari ke hari saat latihan yang diajukan ke 28
responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 2 atau 7.14%,
jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 25 atau 89.29%, jawaban indikator c (nilai
2) tidak ada atau 0% dan jawaban d (nilai 1) sebanyak 1 atau 3.57%.
17. Periodesasi latihan di SSB Surakarta tahun 2009
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
17. Hasil yang dilacak butir soal nomor 17 yaitu periodesasi latihan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
diberikan di SSB Surakarta tahun 2009. Hasil jawaban butir soal nomor 17
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 17. Frekuensi dan Prosentase Periodesasi Latihan
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 9 19 0 0 28
% 32.14% 67.86% 0% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal periodesasi
latihan yang diberikan di SSB Surakarta tahun 2009 yang diajukan ke 28
responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 9 atau 31.14%,
jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 19 atau 67.86%, jawaban indikator c (nilai
2) tidak ada atau 0% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
18. Mengadakan evaluasi pada saat dan setelah latihan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
18. Hasil yang dilacak butir soal nomor 18 yaitu pelatih mengadakan evaluasi
pada saat dan setelah latihan. Hasil jawaban butir soal nomor 18 disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 18. Frekuensi dan Prosentase Evaluasi pada Saat dan Setelah Latihan
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 5 22 1 0 28
% 17.86% 78.57% 3.57% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal pelatih
mengadakan evaluasi pada saat dan setelah latihan yang diajukan ke 28 responden
yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 5 atau 17.86%, jawaban
indikator b (nilai 3) sebanyak 22 atau 78.57%, jawaban indikator c (nilai 2)
sebanyak 1 atau 3.57% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
19. Pelatih membuat suasana senang pada saat latihan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
19. Hasil yang dilacak butir soal nomor 19 yaitu pelatih membuat suasana senang
pada saat latihan. Hasil jawaban butir soal nomor 19 disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 19. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Membuat Suasana Senang pada Saat
Latihan
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 13 15 0 0 28
% 46.43% 53.57% 0% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal pelatih
membuat suasana senang pada saat latihan yang diajukan ke 28 responden yang
menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 13 atau 46.43%, jawaban
indikator b (nilai 3) sebanyak 15 atau 53.57%, jawaban indikator c (nilai 2) tidak
ada atau 0% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
20. Latihan yang diberikan pelatih sesuai prosedur
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
20. Hasil yang dilacak butir soal nomor 20 yaitu latihan yang diberikan pelatih
sesuai dengan prosedur. Hasil jawaban butir soal nomor 20 disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 20. Frekuensi dan Prosentase Latihan yang Diberikan pelatih Sesuai dengan
Prosedur
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 10 18 0 0 28
% 35.71% 64.29% 0% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal latihan
yang diberikan pelatih sesuai dengan prosedur yang diajukan ke 28 responden
yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 10 atau 35.71%, jawaban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
indikator b (nilai 3) sebanyak 18 atau 64.29%, jawaban indikator c (nilai 2) tidak
ada atau 0% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
3. Identifikasi Program Latihan
Butir soal yang digunakan untuk melacak identifikasi program latihan SSB
di Surakarta tahun 2009 butir soal 21,22,23,24,25,26,27,28,29. Hasil pengolahan
data tentang identifikasi program latihan sebagai berikut:
21. Pelaksanaan latihan SSB Surakarta sudah sesuai dengan program latihan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
21. Hasil yang dilacak butir soal nomor 21 yaitu pelaksanaan latihan SSB
Surakarta sudah sesuai dengan program latihan yang disusun pelatih. Hasil
jawaban butir soal nomor 21 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 21. Frekuensi dan Prosentase Pelaksanaan Latihan Sudah Sesuai dengan
Program Latihan
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 5 23 0 0 28
% 17.86% 82.14% 0% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal
pelaksanaan latihan SSB Surakarta sudah sesuai dengan program latihan yang
disusun pelatih yang diajukan ke 28 responden yang menjawab indikator jawaban
a (nilai 4) sebanyak 5 atau 17.86%, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 23 atau
82.14%, jawaban indikator c (nilai 2) tidak ada atau 0% dan jawaban d (nilai 1)
tidak ada atau 0%.
22. Program latihan yang dibuat pelatih untuk meningkatkan kekuatan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
22. Hasil yang dilacak butir soal nomor 22 yaitu program latihan yang dibuat
pelatih bertujuan meningkatkan kekuatan. Hasil jawaban butir soal nomor 22
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 22. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan untuk Meningkatkan
Kekuatan
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 2 24 2 0 28
% 7.14% 85.71% 7.14% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal program
latihan yang dibuat pelatih bertujuan meningkatkan kekuatan yang diajukan ke 28
responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 2 atau 7.14%,
jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 24 atau 85.71%, jawaban indikator c (nilai
2) sebanyak 2 atau 7.14% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
23. Program latihan yang dibuat pelatih untuk meningkatkan daya tahan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
23. Hasil yang dilacak butir soal nomor 23 yaitu program latihan yang dibuat
pelatih bertujuan meningkatkan daya tahan. Hasil jawaban butir soal nomor 23
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 23. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan untuk Meningkatkan Daya
Tahan
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 1 26 1 0 28
% 3.57% 92.86% 3.57% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal program
latihan yang dibuat pelatih bertujuan meningkatkan daya tahan yang diajukan ke
28 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 1 atau
3.57%, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 26 atau 92.86%, jawaban indikator
c (nilai 2) sebanyak 1 atau 3.57% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
24. Program latihan yang dibuat pelatih untuk meningkatkan kecepatan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
24. Hasil yang dilacak butir soal nomor 24 yaitu program latihan yang dibuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pelatih bertujuan meningkatkan kecepatan. Hasil jawaban butir soal nomor 24
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 24. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan untuk Meningkatkan
Kecepatan
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 2 25 1 0 28
% 7.14% 89.29% 3.57% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal program
latihan yang dibuat pelatih bertujuan meningkatkan kecepatan yang diajukan ke
28 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 2 atau
7.14%, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 25 atau 89.29%, jawaban indikator
c (nilai 2) sebanyak 1 atau 3.57% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
25. Program latihan yang dibuat pelatih untuk meningkatkan kelentukan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
25. Hasil yang dilacak butir soal nomor 25 yaitu program latihan yang dibuat
pelatih bertujuan meningkatkan kelentukan. Hasil jawaban butir soal nomor 25
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 25. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan untuk Meningkatkan
Kelentukan
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 1 26 1 0 28
% 3.57% 92.86% 3.57% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal program
latihan yang dibuat pelatih bertujuan meningkatkan kelentukan yang diajukan ke
28 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 1 atau
3.57%, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 26 atau 92.86%, jawaban indikator
c (nilai 2) sebanyak 1 atau 3.57% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
26. Pelatih menganalisis kekurangan kondisi fisik pemain
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
26. Hasil yang dilacak butir soal nomor 26 yaitu pelatih menganalisis
kekuarangan kemampuan kondisi fisik pemain. Hasil jawaban butir soal nomor 26
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 26. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Menganalisis Kekurangan Kondisi
Fisik Pemain
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 3 20 5 0 28
% 10.71% 71.43% 17.86% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal pelatih
menganalisis kekuarangan kemampuan kondisi fisik pemain yang diajukan ke 28
responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 3 atau 10.71%,
jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 20 atau 71.43%, jawaban indikator c (nilai
2) sebanyak 5 atau 17.86% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
27. Latihan taktik dibuat dalam program latihan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
27. Hasil yang dilacak butir soal nomor 27 yaitu latihan taktik dibuat dalam
program latihan. Hasil jawaban butir soal nomor 27 disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 27. Frekuensi dan Prosentase Latihan Taktik Dibuat dalam Program Latihan
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 1 22 5 0 28
% 3.57% 78.86% 17.86% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal latihan
taktik dibuat dalam program latihan yang diajukan ke 28 responden yang
menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 1 atau 3.57%, jawaban indikator
b (nilai 3) sebanyak 22 atau 78.86%, jawaban indikator c (nilai 2) sebanyak 5 atau
17.86% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
28. Program latihan memuat latihan mental
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
28. Hasil yang dilacak butir soal nomor 28 yaitu program latihan yang dibuat
pelatih memuat latihan mental. Hasil jawaban butir soal nomor 28 disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 28. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan Memuat Latihan Mental
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 2 21 5 0 28
% 7.14% 75% 17.86% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal program
latihan yang dibuat pelatih memuat latihan mental yang diajukan ke 28 responden
yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 2 atau 7.14%, jawaban
indikator b (nilai 3) sebanyak 21 atau 75%, jawaban indikator c (nilai 2) sebanyak
5 atau 17.86% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
29. Program latihan memuat latihan mental
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
29. Hasil yang dilacak butir soal nomor 29 yaitu pelatih mengadakan latihan uji
coba dengan SSB lain. Hasil jawaban butir soal nomor 29 disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 29. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Mengadakan latihan Uji Coba
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 2 22 3 1 28
% 7.14% 78.57% 10.71% 3.57% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal pelatih
mengadakan latihan uji coba dengan SSB lain yang diajukan ke 28 responden
yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 2 atau 7.14%, jawaban
indikator b (nilai 3) sebanyak 22 atau 78.57%, jawaban indikator c (nilai 2)
sebanyak 3 atau 10.71% dan jawaban d (nilai 1) sebanyak 1 atau 3.57%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
4. Identifikasi Pemain
Butir soal yang digunakan untuk melacak identifikasi pemain SSB
Surakarta tahun 2009 butir soal 30,31,32,33. Hasil pengolahan data tentang
identifikasi pemain sebagai berikut:
30. Kedisiplinan pemain SSB Surakarta tahun 2009 dalam mengikuti latihan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
30. Hasil yang dilacak butir soal nomor 30 yaitu kedisiplinan pemain SSB
Surakarta tahun 2009 dalam mengikuti latihan. Hasil jawaban butir soal nomor 30
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 30. Frekuensi dan Prosentase Kedisplinan Pemain Mengikuti Latihan
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 6 22 0 0 28
% 21.43% 78.57% 0% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal
kedisiplinan pemain SSB Surakarta tahun 2010 dalam mengikuti latihan yang
diajukan ke 28 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak
6 atau 21.43%, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 22 atau 78.57%, jawaban
indikator c (nilai 2) tidak ada atau 0% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
31. Tingkah laku pemain SSB Surakarta tahun 2009 terhadap pelatih
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
31. Hasil yang dilacak butir soal nomor 31 yaitu tingkah laku pemain SSB
Surakarta tahun 2009 terhadap pelatih. Hasil jawaban butir soal nomor 31
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 31. Frekuensi dan Prosentase Tingkah Laku Pemain terhadap Pelatih
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 20 8 0 0 28
% 71.43% 28.57% 0% 0% 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal tingkah
laku pemain SSB Surakarta tahun 2009 terhadap pelatih yang diajukan ke 28
responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 20 atau 71.43%,
jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 8 atau 28.57%, jawaban indikator c (nilai
2) tidak ada atau 0% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
32. Keaktifan pemain SSB Surakarta tahun 2009 dalam mengikuti tes
keterampilan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
32. Hasil yang dilacak butir soal nomor 32 yaitu keaktifan pemain SSB Surakarta
tahun 2009 dalam mengikuti tes keterampilan. Hasil jawaban butir soal nomor 32
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 32. Frekuensi dan Prosentase Keaktifan Pemain dalam Mengikuti Tes
Keterampilan
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 1 26 1 0 28
% 3.57% 92.86% 3.57% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal keaktifan
pemain SSB Surakarta tahun 2009 dalam mengikuti tes keterampilan yang
diajukan ke 28 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak
1 atau 3.57%, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 26 atau 92.86%, jawaban
indikator c (nilai 2) sebanyak 1 atau 3.57% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau
0%.
33. Perkembangan pemain SSB Surakarta tahun 2009 dalam penguasaan
teknik dasar bermain sepakbola
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
33. Hasil yang dilacak butir soal nomor 33 yaitu perkembangan pemain SSB
Surakarta tahun 2009 dalam penguasaan teknik dasar bermain sepakbola. Hasil
jawaban butir soal nomor 33 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 33. Frekuensi dan Prosentase Perkembangan Pemain dalam Penguasaan
Teknik Dasar Bermain Sepakbola
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 6 22 0 0 28
% 21.43% 78.57% 0% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal
perkembangan pemain SSB Surakarta tahun 2010 dalam penguasaan teknik dasar
bermain sepakbola yang diajukan ke 28 responden yang menjawab indikator
jawaban a (nilai 4) sebanyak 6 atau 21.43%, jawaban indikator b (nilai 3)
sebanyak 22 atau 78.57%, jawaban indikator c (nilai 2) tidak ada atau 0% dan
jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
5. Identifikasi Sarana dan Prasarana
Butir soal yang digunakan untuk melacak identifikasi sarana dan prasarana
SSB Surakarta tahun 2009 butir soal 34,35,36,37. Hasil pengolahan data tentang
identifikasi sarana dan prasarana sebagai berikut:
34. Upaya pelatih dalam pengadaan perlengkapan untuk menunjang latihan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
34. Hasil yang dilacak butir soal nomor 34 yaitu upaya pelatih dalam pengadaan
perlengkapan untuk menunjang proses latihan. Hasil jawaban butir soal nomor 34
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 34. Frekuensi dan Prosentase Upaya Pelatih dalam Pengadaan Perlengkapan
untuk Latihan
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 4 24 0 0 28
% 14.29% 85.71% 0% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal upaya
pelatih dalam pengadaan perlengkapan untuk menunjang proses latihan yang
diajukan ke 28 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
4 atau 14.29%, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 24 atau 85.71%, jawaban
indikator c (nilai 2) tidak ada atau 0% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
35. Kondisi perlengkapan SSB Surakarta tahun 2009
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
35. Hasil yang dilacak butir soal nomor 35 yaitu kondisi perlengkapan SSB
Surakarta tahun 2009. Hasil jawaban butir soal nomor 35 disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 35. Frekuensi dan Prosentase Kondisi Perlengkapan SSB Surakarta
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 6 21 1 0 28
% 21.43% 75% 3.57% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal kondisi
perlengkapan SSB Surakarta tahun 2009 yang diajukan ke 28 responden yang
menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 6 atau 21.43%, jawaban
indikator b (nilai 3) sebanyak 21 atau 75%, jawaban indikator c (nilai 2) sebanyak
1 atau 3.57% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
36. Kondisi Lapangan yang digunakan latihan SSB Surakarta tahun 2009
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
36. Hasil yang dilacak butir soal nomor 36 yaitu kondisi lapangan yang digunakan
latihan SSB Surakarta tahun 2009. Hasil jawaban butir soal nomor 36 disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 36. Frekuensi dan Prosentase Kondisi Lapangan yang Digunakan Latihan
SSB Surakarta
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 6 16 3 0 28
% 21.43% 57.14% 10.71% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal kondisi
lapangan yang digunakan latihan SSB Surakarta tahun 2009 yang diajukan ke 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 6 atau 21.43%,
jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 16 atau 57.14%, jawaban indikator c (nilai
2) sebanyak 3 atau 10.71% dan jawaban d (nilai 1) tidak ada atau 0%.
37. Kondisi Lapangan yang digunakan latihan SSB Surakarta tahun 2009
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
37. Hasil yang dilacak butir soal nomor 37 yaitu jumlah bola yang dimiliki SSB
Surakarta tahun 2009. Hasil jawaban butir soal nomor 37 disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 37. Frekuensi dan Prosentase Jumlah Bola yang Dimiliki SSB Surakarta
F & % Rentang Nilai
Jumlah a/4 b/3 c/2 d/1
F 8 4 5 11 28
% 28.57% 14.29% 17.86% 39.29% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal jumlah
bola yang dimiliki SSB Surakarta tahun 2009 yang diajukan ke 28 responden yang
menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 8 atau 28.57%, jawaban
indikator b (nilai 3) sebanyak 4 atau 14.29%, jawaban indikator c (nilai 2)
sebanyak 5 atau 17.86% dan jawaban d (nilai 1) sebanyak 11 atau 39.29%.
B. Pembahasan
Berdasarkan identifikasi dari masing-masing indikator, maka dari jawaban
frekuensi dan prosentase masing-masing butir soal diakumulasikan atau
dijumlahkan. Dari empat (4) alternatif pilihan jawaban (a, b, c dan d) tersebut,
dijadikan patokan menyimpulkan dari jumlah prosentase masing-masing jawaban.
Jika prosentase jawaban lebih banyak pada jawaban a atau nilai 4, maka
simpulannya baik sekali, jika jawabannya lebih banyak pada jawaban b atau
nilai 3 maka simpulannya baik, jika jawabannya lebih banyak pada jawaban c
atau nilai 2 maka simpulannya kurang dan jika jawabannya lebih banyak pada
jawaban d atau nilai 1 maka simpulannya kurang sekali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Berikut ini disajikan akumulasi jawaban dari masing-masing indikator
studi tentang penerapan metode kepelatihan SSB di Surakarta tahun 2010 sebagai
berikut:
2. Identifikasi Pelatih SSB Surakarta Tahun 2009
Identifikasi pelatih SSB Surakarta tahun 2009 terdiri 9 butir soal. Hasil
jawaban dari kesembilan indikator pelatih SSB Surakarta tahun 2009 disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 38. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen Pelatih SSB
Surakarta Tahun 2009
No Indikator Jawaban Total
a/4 b/3 c/2 d/1
1 39.39% 60.71% 0% 0% 100%
2 21.43% 17.86% 50% 10.71% 100%
3 3.57% 46.43% 21.43% 28.57% 100%
4 28.57% 17.86% 32.14% 23.08% 100%
5 10.71% 64.29% 21.43% 3.57% 100%
6 75% 25% 0% 0% 100%
7 85.71% 14.29% 0% 0% 100.%
8 50% 50% 0% 0% 100%
9 50% 50% 0.% 0% 100%
Jumlah 900.75% 600.97% 243.18% 65.93%
Rata-rata 90.08% 60.10% 24.32% 6.59%
Berdasarkan hasil penghitungan prosentase identifikasi pelatih SSB
Surakarta tahun 2009 menunjukkan rata-rata total jawaban (a) 90.08%, jawaban
(b) 60.10%, jawaban (c) 24.32% dan jawaban (d) 6.59%. Hasil ini menunjukkan
keadaan pelatih SSB Surakarta tahun 2010 adalah baik sekali.
3. Identifikasi Latihan SSB Surakarta Tahun 2009
Identifikasi latihan SSB Surakarta tahun 2009 terdiri 11 butir soal. Hasil
jawaban dari kesebelas indikator latihan SSB Surakarta tahun 2009 disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 39. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen Latihan
SSB Surakarta Tahun 2009
No Indikator Jawaban Total
a/4 b/3 c/2 d/1
1 50% 50% 0% 0% 100%
2 17.86% 78.57% 3.57% 0% 100%
3 50% 50% 0% 0% 100%
4 67.86% 32.14% 0% 0% 100%
5 32.14% 67.86% 0% 0% 100%
6 7.14% 85.71% 7.14% 0% 100%
7 7.14% 89.29% 0.% 3.57% 100.%
8 32.14% 67.86% 0% 0% 100%
9 17.86% 78.57% 3.57% 0% 100%
10 46.43% 53.57% 0% 0% 100%
11 35.71% 64.29% 0% 0% 100%
Jumlah 364% 718% 14% 4%
Rata-rata 33% 65% 1% 0%
Berdasarkan hasil penghitungan prosentase identifikasi pelatih SSB
Surakarta tahun 2009 menunjukkan rata-rata total jawaban (a ) 33%, jawaban (b)
65%, jawaban (c) 1% dan jawaban (d) 0%. Hasil ini menunjukkan latihan SSB
Surakarta tahun 2010 adalah baik.
4. Identifikasi Program Latihan SSB Surakarta Tahun 2009
Identifikasi program latihan SSB Surakarta tahun 2009 terdiri 9 butir soal.
Hasil jawaban dari kesembiilan indikator program latihan SSB Surakarta tahun
2009 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 40. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen Program
Latihan SSB Surakarta Tahun 2009
No Indikator Jawaban Total
a/4 b/3 c/2 d/1
1 17.86% 82.14% 0% 0% 100%
2 7.14% 85.71% 7.14% 0% 100%
3 3.57% 92.86% 3.57% 0% 100%
4 7.14% 89.29% 3.57% 0% 100%
5 3.57% 92.86% 3.57% 0% 100%
6 10.71% 71.43% 17.86% 0% 100%
7 3.57% 78.86% 17.86% 0% 100.%
8 7.14% 75% 17.86% 0% 100%
9 7.14% 78.57% 10.71% 3.57% 100%
Jumlah 67.84% 746.72% 82.14% 3.57%
Rata-rata 7.54% 82.97% 9.13% 0.40%
Berdasarkan hasil penghitungan prosentase identifikasi program latihan
SSB Surakarta tahun 2009 menunjukkan rata-rata total jawaban (a ) 7.54%,
jawaban (b) 82.97%, jawaban (c) 9.13% dan jawaban (d) 0.40%. Hasil ini
menunjukkan program latihan SSB Surakarta tahun 2010 adalah baik.
5. Identifikasi Pemain SSB Surakarta Tahun 2009
Identifikasi pemain SSB Surakarta tahun 2009 terdiri 4 butir soal. Hasil
jawaban dari keempat indikator pemain SSB Surakarta tahun 2009 disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 41. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase Pemain SSB Surakarta
Tahun 2010
No Indikator Jawaban Total
a/4 b/3 c/2 d/1
1 21.43% 78.57% 0% 0% 100%
2 71.43% 28.57% 0% 0% 100%
3 3.57% 92.86% 3.57% 0% 100%
4 21.43% 78.57% 0% 0% 100%
Jumlah 117.86% 278.57% 3.57% 0.00%
Rata-rata 29.47% 69.64% 0.89% 0.00%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Berdasarkan hasil penghitungan prosentase identifikasi program latihan
SSB Surakarta tahun 2010 menunjukkan rata-rata total jawaban (a ) 29.47%,
jawaban (b) 69.64%, jawaban (c) 0.89% dan jawaban (d) 0%. Hasil ini
menunjukkan pemain SSB Surakarta tahun 2010 adalah baik.
6. Identifikasi Sarana dan Prasarana SSB Surakarta Tahun 2009
Identifikasi sarana dan prasarana SSB Surakarta tahun 2009 terdiri 4 butir
soal. Hasil jawaban dari keempat indikator sarana prasarana SSB Surakarta tahun
2009 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 42. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase Sarana Prasarana SSB
Surakarta Tahun 2009
No Indikator Jawaban Total
a/4 b/3 c/2 d/1
1 14.29% 85.71% 0% 0% 100%
2 21.43% 75% 3.57% 0% 100%
3 21.43% 57.14% 10.71% 0% 100%
4 28.57% 14.29% 17.86% 39.29% 100%
Jumlah 85.72% 232.14% 32.14% 39.29%
Rata-rata 21.43% 58.04% 8.04% 9.82%
Berdasarkan hasil penghitungan prosentase identifikasi sarana prasarana
SSB Surakarta tahun 2009 menunjukkan rata-rata total jawaban (a ) 21.43%,
jawaban (b) 58.04%, jawaban (c) 8.04% dan jawaban (d) 9.82%. Hasil ini
menunjukkan sarana prasarana SSB Surakarta tahun 2010 adalah baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah
diungkapkan pada BAB IV, diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Keadaan pelatih SSB Surakarta tahun 2009 adalah baik sekali dengan jumlah
total nilai rata-rata 4 (jawaban a) sebesar 90.08%.
2. Keadaan latihan SSB Surakarta tahun 2009 adalah baik dengan jumlah total
nilai rata-rata 4 (jawaban a) sebesar 65%.
3. Program latihan SSB Surakarta tahun 2009 adalah baik dengan jumlah total
nilai rata-rata 4 (jawaban a) sebesar 82.97%.
4. Keadaan pemain SSB Surakarta tahun 2009 adalah baik dengan jumlah total
nilai rata-rata 4 (jawaban a) sebesar 69.64%.
5. Keadaan sarana prasarana SSB Surakarta tahun 2009 adalah baik dengan
jumlah total nilai rata-rata 4 (jawaban a) sebesar 58.04%.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, penerapan metode kepelatihan
SSB Surakarta tahun 2009 baik. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut:
1. Penerapan metode kepelatihan yang telah dilaksanakan lebih bisa ditingkatkan
lagi. Unsur-usur pendukung latihan yang dianggap ada kelemahan atau
kekurangan bisa dibenahi.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi bagi pengurus SSB
Surakarta agar dapat berprestasi yang lebih tinggi yang dapat mengangkat
persepakbolaan usia dini di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal,
khususnya pengurus SSB Surakarta sebagai berikut:
1. Latihan SSB di Surakarta lebih ditingkatkan lagi, agar dapat berprestasi yang
tinggi.
2. Prasarana dan sarana latihan lebih diperhatikan. Sarana yang kurang segera
ditambah agar latihan dapat berjalan lancar.
3. Kerjasama dengan Klub-Klub sepakbola yang ada di Indonseia perlu lebih
ditingkatkan, sehingga siswa yang berprestasi atau memiliki keterampilan
bermain sepakbola baik dapat disalurkan bakatnya agar lebih berkembang.
4. Para pelatih SSB hendaknya selalu meningkatkan ilmu kepelatihan sepakbola
agar lebih profesional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
DAFTAR PUSTAKA
A. Hamidsyah Noer. 1995. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta: UNS Press.
1996. Ilmu Kepelatihan Lanjut. Surakarta: UNS Press.
Andi Suhendro. 1999. Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Beltasar Tarigan. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran
Bola Basket. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah. Bekerjasama Dengan Direktorat Jenderal Olahraga.
Bompa, T.O. 1990. Theory and Methodology of Training. Kendall/Hant: IOWA
of University.
Dalimin, M. Furqon H., Sarwono. 1996. Teori dan Praktek Permainan
Bulutangkis. Surakarta: UNS Press.
Depdiknas. 2002. Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga bagi
Pelatih Olahragawan Pelajar. Jakarta: Pusat Pengembangan Kualitas
Jasmani.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.
Iskandar Z. Sapoetra dkk. 1999. Panduan Teknis Tes dan Latihan Kesegaran
Jasmani. Jakarta : Pusat pengkajian dan Pengembangan Iptek Olahraga.
Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga.
Ismaryati. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: LPP dan UPT UNS
(UNS Press).
KONI. 1993. Latihan Kondisi Fisik. Jakarta: KONI Pusat.
M. Furqon H. 2003. Teknik Pemanduan Bakat Olahraga. Surakarta: Program
Studi Umum Keolahragaan Program Pasca Sarjana. Universitas Sebelas
Maret.
M. Sajoto. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Mulyono B. 2002. Pembinaan dan Peningkatan Kondisi Fisik. Surakarta: JPOK
FKIP UNS.
Nosseck. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan African Press.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Pate R. R., Mc. Clenaghan B. & Rotella R. 1993. Dasar-dasar Ilmiah
Kepelatihan. Alih bahasa Kasiyo Dwijowinoto, Semarang: IKIP Semarang
Press.
Remmy Muchtar. 1992. Olahraga Pilihan Sepakbola. Jakarta: Depdikbud.
Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Sadoso Sumosardjuno. 1994. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga.
Jakarta: PT. Gramedia.
Rusli Lutan dkk. 1992. Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB dan FPOK/IKIP
Bandung.
Soekarman. 1986. Olahraga untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Jakarta: Inti Idayu
Press.
Sudjarwo. 1993. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta: UNS Press.
Sugiyanto. 1993. Metodologi Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Suharno HP. 1993. Metodologi Pelatihan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Suharsimi Arikunto. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Yogyakarta” PT. Rineka Cipta.
Timo Scheunemann. 2005. Dasar Sepakbola Modern. Alih Bahasa. Marcel
Lombe dan J. Chrys Wardjoko. Malang: DIOMA.
WWW.BIANGBOLA.COM. Berita Sepakbola Harian. Pentingnya persiapan pra musim.
Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin. 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta:
Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pendidikan Tingkat Akademik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Lampiran 1
Kisi-Kisi Instrumen Angket Penelitian Metode Kepelatihan pada Sekolah
Sepakbola di Surakarta Tahun 2009
No Indikator Sub Indikator No
Pertanyaan
Jumla
h
1 Pelatih 1. Pernah menjadi pemain sepakbola
2. Prestasi semasa menjadi pemain
3. Pendidikan kepelatihan
4. Sertifikat pelatih
5. Pengalaman melatih
6. Prestasi sebagai pelatih
7. Pemanduan bakat
8. Seleksi pemain
9. Hubungan dengan pemain
10. Komunikasi
11. Kerjasama dengan pemain dalam
proses latihan
12. Kepribadian dalam melatih
13. Peran dalam pertandingan
14. Evaluasi setelah kegiatan
15. Kedisiplinan pelatih
1,2,3,4,5,6,7
,8,9,10,11,
12,13,14,15
15
buah
2 Latihan 16. Pembagian kelompok umur pada saat
latihan
17. Program latihan
18. Tujuan dan sasaran dalam latihan
19. Jadwal latihan
20. Kehadiran siswa dalam latihan
21. Prinsip individual dalam latihan
22. Metode permainan (game)
16,17,18,19,
29,21,22,23,
24,25,26,27,
28,29,39,31,
32
12
buah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
23. Metode sirkuit
24. Prinsip overload
25. Variasi latihan
26. Prinsip recovery
27. Periodesasi latihan
28. Evaluasi pada saat latihan dan setelah
latihan
29. Sikap pemain dalam latihan
30. Suasana latihan
31. Kesesuaian latihan dengan
32. Latihan sesuai prosedur
3 Program
latihan
33. Penyusunan program latihan
34. Kesesuaian latihan dengan program
latihan
35. Program untuk meningkatkan
kekuatan
36. Program latihan untuk meningkatkan
daya tahan
37. Program latihan untuk meningkatkan
kecepatan
38. Program latihan untuk meningkatkan
kelincahan
39. Program latihan untuk meningkatkan
kelentukan
40. Analisa komponen kondisi fisik
41. Program untuk melatih teknik
42. Pemberian contoh gerakan teknik
43. Gerakan dari yang sederhana ke
gerakan kompleks
44. Pengulangan gerakan teknik
33,34,35,36,
37,38,39,40,
41,42,43,44,
45,46,47,48
16
buah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
45. Program latihan untuk
mengembangkan taktik
46. Latihan pembentukan mental
47. Pertandingan uji coba (try out)
48. Evaluasi program
4 Pemain 49. Kedisiplinan pemain
50. Sikap pemain saat berlatih
51. Tingkah laku pemain terhadap pelatih
52. Hubungan sesama pemain
53. Keaktifan dalam mengikuti tes
keterampilan
54. Keaktifan dalam mengikuti tes kondisi
fisik
55. Keaktifan dalam mengikuti tes
kesehatan
56. Perkembangan pemain
49,50,51,52,
53,54,55,56
8
buah
5 Sarana
prasarana
57. Perlengkapan penunjang latihan
58. Upaya pengadaan perlengkapan
59. Kondisi perlengkapan
60. Kondisi lapangan
61. Jumlah bola
57,58,59,60,
61
5
buah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Lampiran 2
Angket Try Out Studi Metode Kepelatihan pada Sekolah Sepakbola
Salatiga Tahun 2009
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan Hormat,
Untuk memperoleh data pada penelitian kami tentang “Penerapan Metode
Kepelatihan Pada SSB Di Surakarta Tahun 2009”, kami mengharap kepada
Bapak/Saudara untuk berkenan memberikan jawaban pada pertanyaan-pertanyaan
dalam kuesioner ini.
Penyajian daftar pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan usaha
penilaian diri Bapak/Saudara yang akan berakibat negative pada nama baik
saudara. Oleh karena itu kami berharap jawaban yang diberikan adalah jawaban
yang sejujur-jujurnya dan bukan dari pengaruh orang lain.
Atas kesediaan Bapak/Saudara, kami haturkan terima kasih. Selamat
mengerjakan.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Nama Pelatih :…………………………………………………
SSB yang dilatih :..………………………………………………..
Daftar Pertanyaan (Angket)
Petunjuk Pengisian
Pilih alternative jawaban yang sesuai menurut saudara/saudari pelatih dengan
memberi tanda silang (X) pada a,b,c dan d yang benar dan atau tuliskan jawaban
yang membutuhkan penjelasan.
A. Indentifikasi Pelatih
1. Apakah dahulu bapak bermain sepakbola?
a. Lebih dari 5 x c. 1 x dalam 1 minggu
b. 3 x dalam 1 minggu d. Tidak Pernah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
2. Pada saat masih aktif bermain, sampai di tingkat apa bapak berprestasi?
a. Nasional c. Kabupaten
b. Propinsi d. Kecamatan
3. Pernahkah bapak mendapatkan pendidikan atau mengikuti kursus
kepelatihan sepakbola?
a. Pernah c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
4. Bagaimana sertifikat melatih yang bapak miliki?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup baik d. Tidak baik
5. Berapa tahun bapak telah memberikan pelatihan atau melatih?
a. 3-5 th c. 1-2 th
b. 2-3 th d. 0-1 th
6. Sampai saat ini, sampai dimanakah prestasi tertinggi yang pernah diraih
siswa bapak dalam berprestasi pada cabang sebakbola?
a. Nasional c. Kabupaten
b. Propinsi d. Kecamatan
7. Apakah bapak selalu mengadakan pemanduan bakat untuk atlet sepakbola?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
8. Apakah bapak selalu mengadakan proses seleksi kepada anak yang akan
bergabung di SSB ini?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
9. Bagaimana bapak menerima dan menanggapi pendapat yang disampaikan
atlit?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
10. Bagaimana jalinan komunikasi bapak dengan pemain?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
11. Bagaimanakah kerjasama bapak dan atlet dalam latihan?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup baik d. Tidak baik
12. Apakah bapak selalu menekankan kedisiplinan dalam latihan?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
13. Apakah bapak selalu memberikan masukan dan motivasi kepada para atlet
sebelum dan setelah pertandingan?
a. Selalu c. Jarang
b. Apabila diperlukan d. Tidak pernah
14. Apakah bapak selalu memberikan penilaian dan mengevaluasi atlet setelah
pertandingan berakhir?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang d. Tidak pernah
15. Apakah bapak selalu hadir tepat waktu sesuai jadwal yang telah disepakati?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang d. Tidak pernah
B. Identifikai Latihan
16. Apakah dalam memberikan latihan, bapak selalu membagi sesuai dengan
masing-masing kelompok umur?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
17. Apakah latihan yang bapak berikan selalu terpogram?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
18. Apakah program latihan yang diberikan selalu mempunyai sasaran yang
ingin dicapai?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
19. Bagaimana latihan yang dilakukan di SSB ini?(mempunyai jadwal tetap dan
berlangsung secara rutin)
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
20. Bagaimana kehadiran siswa dalam latihan ?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
21. Apakah latihan yang diberikan di SSB ini sudah sesuai dengan kemampuan
dan kondisi masing-masing anak?
a. Sesuai c. Kurang sesuaiJarang
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
22. Apakah bapak sering menerapkan metode permainan (game) pada proses
latihan di SSB ini?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
23. Apakah bapak sering menerapkan metode sirkuit (latihan menggunakan pos-
pos, setiap pos berbeda jenis keterampilan/latihan, dirancang untuk
mendorong partisipasi maksimum individu) pada proses latihan di SSB ini?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
24. Bagaimana penerapan prinsip overload pada latihan yang dilakukan atlet
sepakbola di SSB ini?(dari hari kehari makin bertambah beban latihannya)
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
25. Apakah bapak sering memberikan variasi pada materi latihan bagi atlet di
SSB ini?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak Pernah
26. Bagaimana penerapan prinsip recovery dalam latihan? (istirahat untuk
pemulihan / penyegaran)
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
27. Bagaimana periodesasi latihan yang bapak berikan kepada atlet di SSB ini?
(latihan disesuaikan dengan pertandingan, baik sebelum, saat dan setelah
pertandingan dan atau kompetisi)
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
28. Apakah bapak selalu mengadakan evaluasi pada saat dan setelah latihan?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
29. Bagaimana sikap pemain dalam latihan yang bapak berikan?
a. Senang c. Kurang senang
b. Cukup senang d. Tidak senang
30. Apakah bapak berupaya membuat suasana menyenangkan pada saat latihan?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
31. Apakah latihan pada SSB ini sudah sesuai dengan program latihan yang bapak
pelatih susun?
a. Sesuai c. Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
32. Apakah latihan yang bapak berikan sudah sesuai dengan prosedur?
a. Sesuai c. Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
C. Identifikasi Program Latihan
33. Dalam proses latihan, apakah bapak selalu menyusun program latihan untuk
para atlet di SSB ini?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
34. Apakah pelaksanaan latihan pada SSB ini sudah sesuai dengan program
latihan yang bapak susun?
a. Sesuai c. .Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
35. Apakah program latihan yang bapak susun selalu memuat latihan untuk
meningkatkan kekuatan?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
36. Apakah program latihan yang bapak susun selalu memuat latihan untuk
meningkatkan daya tahan?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
37. Apakah program latihan yang bapak susun selalu memuat latihan untuk
meningkatkan kecepatan?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
38. Apakah program latihan yang bapak susun selalu memuat latihan untuk
meningkatkan kelincahan ?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
39. Apakah program latihan yang bapak susun selalu memuat latihan untuk
meningkatkan kelentukan?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
40. Apakah bapak sering menganalisis kekurangan komponen kondisi fisik
pada atlet di SSB ini?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
41. Apakah program latihan yang bapak susun selalu memuat latihan untuk
melatih teknik?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
42. Dalam proses latihan, apakah bapak sering terlebih dahulu memberikan
contoh gerakan teknik bermain sepakbola yang benar?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
43. Apakah bapak selalu memberikan teknik gerakan dari yang mudah dahulu
kemudian kepada gerakan yang lebih sukar?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
44. Apakah bapak sering memberikan latihan gerakan teknik secara berulang-
ulang?(menjadikan gerakan atlet sempurna dan cepat/otomatisasi gerakan)
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
45. Apakah latihan taktik selalu bapak cantumkan dalam progam latihan yang
bapak susun?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
46. Apakah dalam progam latihan yang bapak susun selalu terdapat latihan
pembentukan mental?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
47. Apakah bapak sering mengadakan pertandingan uji coba dengan pihak luar
(try out)?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
48. Apakah bapak sering menggadakan evaluasi terhadap program latihan yang
bapak susun?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
D. Identifikai Pemain
49. Bagaimana kedisiplinan pemain di SSB ini dalam mengikuti latihan?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
50. Bagaimana sikap pemain saatberlatih?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
51. Bagaimana tingkah laku pemain terhadap pelatih-pelatih yang ada di SSB
ini?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
52. Bagaimana jalinan hubungan antar pemain di SSB ini?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
53. Apakah pemain selalu aktif dalam mengikuti tes keterampilan yang diadakan
di SSB ini?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
54. Apakah pemain selalu aktif dalam mengikuti tes kondisi fisik yang diadakan
di SSB ini?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
55. Apakah pemain selalu aktif dalam mengikuti tes kesehatan yang diadakan di
SSB ini?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
56. Bagaimana perkembangan pemain dalam hal teknik di SSB ini?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
E. Identifikai Sarana dan Prasarana
57. Bagaimana perlengkapan yang digunakan untuk latihan pada SSB ini?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
58. Apakah bapak berupaya untuk mengadakan perlengkapan guna menunjang
jalannya proses latihan?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
59. Bagaimana kondisi perlengkapan yang dimiliki SSB ini?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
60. Bagaimana kondisi lapangan yang digunakan oleh SSB ini?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
61. Berapa jumlah bola yang dimiliki SSB ini?
a. Lebih dari 50 buah c. 30-40 buah
b. 40-50 buah d. Kurang dari 30 buah
Uji Validitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel kerja untuk menghitung validitas instrumen butir soal nomor 1.
No X Y X2 Y
2 XY
1 4 200 16 40000 800
2 3 201 9 40401 603
3 3 201 9 40401 603
4 3 201 9 40401 603
5 4 190 16 36100 760
6 4 206 16 42436 824
7 4 195 16 38025 780
8 3 189 9 35721 567
9 4 193 16 37249 772
10 4 193 16 37249 772
11 3 186 9 34596 558
12 3 188 9 35344 564
13 2 187 4 34969 374
14 2 191 4 36481 382
15 4 195 16 38025 780
16 3 190 9 36100 570
17 3 183 9 33489 549
18 4 176 16 30976 704
19 3 176 9 30976 528
20 4 171 16 29241 684
21 2 168 4 28244 336
22 3 168 9 28244 504
23 2 162 4 26244 324
24 2 162 4 26244 324
Jumlah 76 4472 254 837116 14265
Menghitung korelasi antara nilai butir soal nomor 1 (X) dan nilai total (Y) untuk
uji validitas instrumen butir soal nomor 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Hasil penghitungan data:
N = 24 ΣX2 = 254
ΣX = 76 ΣY2 = 837116
ΣY = 4472 ΣXY = 14265
N. XY - X. Y
rXY =
{N. X² - ( X)² } { N. Y² - ( Y)²}
24 X 14265 - (76) (4472)
=
{ 24X 254 - (76)2} { 24 X 837116 - (4472)
2}
= 0.45853975
Kesimpulan:
Dari penghitungan diperoleh rhitung sebesar 0.458. Dengan N = 24 dan taraf
signifikansi 5%, harga rtabel = 0.404. Ternyata rhitung sebesar 0.458 > rtabel sebesar
0.404, yang berarti butir soal nomor 1 dapat dinyatakan valid.
Catatan :
Penghitungan validitas semua butir soal menggunakan cara yang sama.
Rekapitulasi hasil uji validitas instrumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
No
Soal rhitung rtabel 5% Keterangan
No
Soal rhitung rtabel 5% Keterangan
1 0.458 0.404 Valid 32 0.437 0.404 Valid
2 0.536 0.404 Valid 33 -0.112 0.404 Tidak Valid
3 0.533 0.404 Valid 34 0.586 0.404 Valid
4 0.706 0.404 Valid 35 0.51 0.404 Valid
5 0.197 0.404 Tidak Valid 36 0.626 0.404 Valid
6 -0.194 0.404 Tidak Valid 37 0.539 0.404 Valid
7 0.843 0.404 Valid 38 0.053 0.404 Tidak Valid
8 -0.073 0.404 Tidak Valid 39 0.639 0.404 Valid
9 0.803 0.404 Valid 40 0.682 0.404 Valid
10 0.526 0.404 Valid 41 -0.03 0.404 Tidak Valid
11 0.725 0.404 Valid 42 0.171 0.404 Tidak Valid
12 0.192 0.404 Tidak Valid 43 0.138 0.404 Tidak Valid
13 0.497 0.404 Valid 44 -0.378 0.404 Tidak Valid
14 -0.435 0.404 Tidak Valid 45 0.671 0.404 Valid
15 -0.265 0.404 Tidak Valid 46 0.578 0.404 Valid
16 0.639 0.404 Valid 47 0.452 0.404 Valid
17 0.833 0.404 Valid 48 -0.55 0.404 Tidak Valid
18 0.812 0.404 Valid 49 0.751 0.404 Valid
19 -0.452 0.404 Tidak Valid 50 0.298 0.404 Tidak Valid
20 0.524 0.404 Valid 51 0.554 0.404 Valid
21 0.564 0.404 Valid 52 0.005 0.404 Tidak Valid
22 -0.088 0.404 Tidak Valid 53 0.619 0.404 Valid
23 0.659 0.404 Valid 54 0.153 0.404 Tidak Valid
24 0.659 0.404 Valid 55 -0.006 0.404 Tidak Valid
25 0.366 0.404 Tidak Valid 56 0.66 0.404 Valid
26 -0.466 0.404 Tidak Valid 57 0.318 0.404 Tidak Valid
27 0.472 0.404 Valid 58 0.492 0.404 Valid
28 0.409 0.404 Valid 59 0.474 0.404 Valid
29 0.243 0.404 Tidak Valid 60 0.408 0.404 Valid
30 0.526 0.404 Valid 61 0.877 0.404 Valid
31 0.102 0.404 Tidak Valid
Uji Reliabilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel kerja untuk menghitung korelasi antara belahan ganjil (Y1) dan belahan
genap (Y2) instrumen.
No Y1 Y2 Y12 Y2
2 Y1Y2
1 100 100 10000 10000 10000
2 101 100 10201 10000 10100
3 100 101 10000 10201 10100
4 101 100 10201 10000 10100
5 94 96 8836 9216 9024
6 103 103 10609 10609 10609
7 100 95 10000 9025 9500
8 98 91 9604 8281 8918
9 99 94 9801 8836 9306
10 102 91 10404 8281 9282
11 92 94 8464 8836 8648
12 94 94 8836 8836 8836
13 92 95 8464 9025 8740
14 101 90 10201 8100 9090
15 100 95 10000 9025 9500
16 97 93 9409 8649 9021
17 93 90 8649 8100 8370
18 87 89 7569 7921 7743
19 86 90 7396 8100 7740
20 83 88 6889 7744 7304
21 81 87 6561 7569 7047
22 83 85 6889 7225 7055
23 79 83 6241 6889 6557
24 76 86 5776 7396 6536
Jumlah 2242 2230 211000 207864 209126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Menghitung korelasi antara belahan ganjil (Y1) dan belahan genap (Y2)
instrumen.
Hasil penghitungan data:
N = 24 ΣY12 = 211000
ΣY1 = 2242 ΣY22
= 207864
ΣY2 = 2230 ΣY1Y2 = 209126
N. Y1Y2 - Y1. Y2
rY1Y2 =
{N. Y1² - ( Y1)² } { N. Y2² - ( Y2)²}
24X 209126 - (2242) (2230)
=
{ 24 X 211000 - (2242)2} { 24 X 207864 - (2230)
2}
= 0.795293
2 (0.795293)
r =
1 + 0.795393
r = 0.885975
Jadi nilai reliabilita instrumen adalah 0.88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Lampiran 3
Angket Penelitian Studi Metode Kepelatihan pada Sekolah Sepakbola
Surakarta Tahun 2009
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan Hormat,
Untuk memperoleh data pada penelitian kami tentang “Penerapan Metode
Kepelatihan Pada SSB Di Surakarta Tahun 2009”, kami mengharap kepada
Bapak/Saudara untuk berkenan memberikan jawaban pada pertanyaan-pertanyaan
dalam kuesioner ini.
Penyajian daftar pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan usaha
penilaian diri Bapak/Saudara yang akan berakibat negative pada nama baik
saudara. Oleh karena itu kami berharap jawaban yang diberikan adalah jawaban
yang sejujur-jujurnya dan bukan dari pengaruh orang lain.
Atas kesediaan Bapak/Saudara, kami haturkan terima kasih. Selamat
mengerjakan.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Nama Pelatih :…………………………………………………
SSB yang dilatih :..………………………………………………..
Daftar Pertanyaan (Angket)
Petunjuk Pengisian
Pilih alternative jawaban yang sesuai menurut saudara/saudari pelatih dengan
memberi tanda silang (X) pada a,b,c dan d yang benar dan atau tuliskan jawaban
yang membutuhkan penjelasan.
A. Identifikasi Pelatih
1. Apakah dahulu bapak bermain sepakbola?
a. Lebih dari 5 x c. 1 x dalam 1 minggu
b. 3 x dalam 1 minggu d. Tidak Pernah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
2. Pada saat masih aktif bermain, sampai di tingkat apa bapak berprestasi?
a. Nasional c. Kabupaten
b. Propinsi d. Kecamatan
3. Pernahkah bapak mendapatkan pendidikan atau mengikuti kursus
kepelatihan sepakbola?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
4. Berapa tahun bapak telah memberikan pelatihan atau melatih?
a. 5 th lebih c. 1-2 th
b. 2-3 th d. 0-1th
5. Apakah bapak selalu mengadakan pemanduan bakat untuk atlet sepakbola?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
6. Bagaimana bapak menerima dan menanggapi pendapat yang disampaikan
atlit?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
7. Bagaimana jalinan komunikasi bapak dengan pemain?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
8. Bagaimanakah kerjasama bapak dan atlet dalam latihan?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup baik d. Tidak baik
9. Apakah bapak selalu memberikan masukan dan motivasi kepada para atlet
sebelum dan setelah pertandingan?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
B. Identifikasi Latihan
10. Apakah dalam memberikan latihan, bapak selalu membagi sesuai dengan
masing-masing kelompok umur?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
11. Apakah latihan yang bapak berikan selalu terpogram?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
12. Apakah program latihan yang diberikan selalu mempunyai sasaran yang ingin
dicapai?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
13. Bagaimana kehadiran siswa dalam latihan ?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
14. Apakah latihan yang diberikan di SSB ini sudah sesuai dengan kemampuan
dan kondisi masing-masing anak?
a. Sesuai c. Kurang sesuaiJarang
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
15. Apakah bapak sering menerapkan metode sirkuit (latihan menggunakan pos-
pos, setiap pos berbeda jenis keterampilan/latihan, dirancang untuk
mendorong partisipasi maksimum individu) pada proses latihan di SSB ini?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
16.Bagaimana penerapan prinsip overload pada latihan yang dilakukan atlet
sepakbola di SSB ini?(dari hari kehari makin bertambah beban latihannya)
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
17. Bagaimana periodesasi latihan yang bapak berikan kepada atlet di SSB ini?
(latihan disesuaikan dengan pertandingan, baik sebelum, saat dan setelah
pertandingan dan atau kompetisi)
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
18. Apakah bapak selalu mengadakan evaluasi pada saat dan setelah latihan?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
19. Apakah bapak selalu berupaya membuat suasana menyenangkan pada saat
latihan?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
20. Apakah latihan yang bapak berikan sudah sesuai dengan prosedur?
a. Sesuai c. Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
C. Identifikasi Program Latihan
21. Apakah pelaksanaan latihan pada SSB ini sudah sesuai dengan program
latihan yang bapak susun?
a. Sesuai c. .Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
22. Apakah program latihan yang bapak susun selalu memuat latihan untuk
meningkatkan kekuatan?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
23.Apakah program latihan yang bapak susun selalu memuat latihan untuk
meningkatkan daya tahan?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
24.Apakah program latihan yang bapak susun selalu memuat latihan untuk
meningkatkan kecepatan?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
25.Apakah program latihan yang bapak susun selalu memuat latihan untuk
meningkatkan kelentukan?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang d. Tidak pernah
26.Apakah bapak sering menganalisis kekurangan komponen kondisi fisik
pada atlet di SSB ini?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
27. Apakah latihan taktik selalu bapak cantumkan dalam progam latihan yang
bapak susun?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang d. Tidak pernah
28. Apakah dalam progam latihan yang bapak susun selalu terdapat latihan
pembentukan mental?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang d. Tidak pernah
29. Apakah bapak sering mengadakan pertandingan uji coba dengan pihak luar
(try out)?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
D. Identifikasi Pemain
30. Bagaimana kedisiplinan pemain di SSB ini dalam mengikuti latihan?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
31. Bagaimana tingkah laku pemain terhadap pelatih-pelatih yang ada di SSB ini?
a. baik c. kurang baik
b. Cukup d. tidak baik
32. Apakah pemain selalu aktif dalam mengikuti tes keterampilan yang diadakan
di SSB ini?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang d. Tidak pernah
33. Bagaimana perkembangan pemain dalam hal teknik di SSB ini?
a. Baik c. Kurang baik
b. cukup d. Tidak baik
E. Identifikasi Sarana dan Prasarana
34.Apakah bapak sering berupaya untuk mengadakan perlengkapan guna
menunjang jalannya proses latihan?
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
35. Bagaimana kondisi perlengkapan yang dimiliki SSB ini?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
36. Bagaimana kondisi lapangan yang digunakan oleh SSB ini?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup d. Tidak baik
37. Berapa jumlah bola yang dimiliki SSB ini?
a. Lebih dari 50 buah c. 30-40 buah
b. 40-50 buah d. Kurang dari 30 buah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Lampiran 4
Dokumentasi Pelaksanaan Try Out pada SSB Salatiga Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Lampiran 5
Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian pada SSB Surakarta Tahun 2009