-Presus-Radiologi.pdf

download -Presus-Radiologi.pdf

of 14

description

radiologi

Transcript of -Presus-Radiologi.pdf

  • PRESENTASI KASUS

    KOLESISTITIS AKUT

    Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti

    Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Radiologi

    Rumah Sakit Umum Daerah Saras Husada Purworejo

    Disusun oleh:

    Retno Puspitaningtyas 20060310142

    Diajukan kepada:

    dr. Tuti Widowati, Sp. Rad

    SMF RADIOLOGI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    2011

  • HALAMAN PENGESAHAN

    KOLESISTITIS AKUT

    Disusun oleh:

    Retno Puspitaningtyas 20060310142

    Disetujui dan disahkan pada tanggal: November 2011

    Dokter Pembimbing

    dr. Tuti Widowati, Sp. Rad

    SMF RADIOLOGI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    2011

  • PRESENTASI KASUS

    IDENTITAS

    Nama Penderita : Tn. S

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Umur : 47 tahun

    Alamat : Semawung Daleman, Kutoarjo, Purworejo

    Pekerjaan : Petani

    Tanggal Masuk RS : 26 Oktober 2011

    Bangsal Perawatan : Dahlia

    ANAMNESIS

    31/10/2011 (Auto-anamnesis dengan pasien)

    Keluhan Utama

    Sesek di perut

    Keluhan Tambahan

    Mual, muntah, lemas, sesak nafas

    Riwayat Penyakit Sekarang

    1 hari SMRS pasien merasakan sesek di perut, sesak seperti ada yang mengganjal di

    perut disertai mual muntah. Sesek dirasakan terus menerus dan memberat saat duduk

    dan bernafas. Demam (-), BAB normal, BAK normal.

    Pasien kemudian berobat ke Puskesmas Semawung Daleman dan dirujuk ke RSUD

    Saras Husada Purworejo dengan diagnosis IHD. Pasien sudah mendapat terapi

    Digoxin, ISDN, Antasid, dan Aminofilin.

    HMRS selain sesek di perut, pasien juga mengeluhkan sesak nafas saat bekerja lebih

    berat, dan perubahan posisi dari berdiri ke duduk atau duduk ke tidur. Pasien memiliki

    kebiasaan tidur dengan 2 bantal.

  • Riwayat Penyakit Dahulu

    Episode sebelumnya (-)

    Mondok di RS (+) pada tahun 2008 dan didiagnosis sakit jantung.

    Diabetes melitus (-),hipertensi (-), penyakit ginjal (-), alergi obat (-).

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Diabetes melitus (-), penyakit jantung (-), hipertensi (-), penyakit ginjal (-),

    alergi obat (-), penyakit hati (-), penyakit yang sama (-).

    Riwayat Pribadi

    Merokok (-), alkohol (-), kerja berat (-)

    Anamnesis Sistem

    Cerebrospinal : Sadar (+), nyeri kepala (-)

    Cardiovaskuler : Nyeri dada (-), berdebar-debar (+)

    Respiratorus : Sesak nafas (+), batuk (-)

    Gastrointestinal : Nyeri perut (+), mual (+), muntah (-), BAB (+) normal,

    makan (+), minum (+)

    Urogenital : Nyeri berkemih (-), BAK (+) normal

    Integumentum : Tidak terdapat keluhan

    Muskuloskeletal : Bengkak pada kedua kaki

    PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan Umum

    Tampak seorang laki-laki sesuai umur.

    Kesadaran: Sadar penuh (compos mentis)

    Tanda Vital

    Tekanan Darah (S/D) : 130/80 mmHg

    Nadi : 119 x/ menit

    Respirasi : 16 x/ menit

    Suhu : 36,5O C

  • Status Generalis

    Kepala

    Bentuk : normocephal, tumor (-), radang (-), bekas luka (-)

    Wajah : simetris

    Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), oedema palpebra (-/-),

    pupil isokhor (+/+) dengan diameter + 2mm

    Telinga : discharge (-/-), deformitas (-/-)

    Hidung : napas cuping hidung (-), discharge (-/-), deformitas (-)

    Leher

    Peningkatan JVP (+), pembesaran lnn (-), kelenjar tiroid tidak teraba, massa (-)

    Dada (paru)

    Inspeksi : simetris (ka=ki), retraksi (-/-)

    Palpasi : vocal fremitus (ka=ki), ketinggalan gerak (-/-)

    Perkusi : sonor (+/+)

    Auskultasi : SD vesikuler (ka=ki),

    ST ronkhi basah (-/-), wheezing (-)

    Dada (jantung)

    Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC V lateral LMC

    Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V lateral LMC

    Perkusi : batas kanan atas di SIC II LPS dextra

    batas kiri atas di SIC II LPS sinistra

    batas kanan bawah di SIC V LPS dextra

    batas kiri bawah di SIC V LMC sinistra

    Auskultasi : S1>S2 irreguler, gallop (+), bising (-)

    Perut

    Inspeksi : datar, jejas (-)

    Auskultasi : peristaltik (+) normal

    Perkusi : timpani di keempat kuadran (+)

    Palpasi : supel, NT (+) di kuadran kanan atas, undulasi (-), hepar teraba 2 jari

    di bawah arcus costa, Muphys sign (+) lien tidak teraba

    Alat gerak

    Superior : hangat (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-), deformitas (-/-)

    Inferior : hangat (+/+), edema pitting (+/+), sianosis (-/-), deformitas (-/-)

  • DIAGNOSIS BANDING

    Kolesistitis DD Pankreatitis DD Hepatitis DD Kolelithiasis DD Gastritis DD Infark miokard

    Dekompensasi Kordis

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Laboratorium

    AL 7.84 103/L ( 6 - 17 10

    3/L )

    AE 4.67 106/ L ( 3.9 5.9 106/ L)

    Hb 13.5 g/dL ( 11.5 13.5 g/dL ) Hct 38.5 % ( 34 40 % ) AT 217 10

    3/ L ( 150 400 103/ L)

    GDS 164 Cholesterol 113 Kalium 4.2

    Ureum 37 Trigliserida 71 Natrium 145

    Creatinin 1.28 Asam Urat 10.9 Klorida 102

    SGOT 37 HbsAg (-)

    SGPT 33

    Elektrokardiogram

    Interpretasi: VES

    USG UPPER ABDOMEN

    Hepar:

    Normoechoic, tak tampak lesi

    hiper/hipoechoic, sudut tumpul,

    tepi licin

    VF:

    Normoechoic, dinding double

    layer

    Tampak fluid free cavum

    peritoneum

    Ren dextra et sinistra:

    Normoechoic, SPC tak melebar

    Lien:

    Normoechic, ukuran normal

    Kesan:

    Hepatomegali, Ascites, Kolesistitis akut

    Kedua ren dan lien normal

  • DIAGNOSIS KERJA

    Kolesistitis akut

    Hepatomegali, ascites e.c dekompensasi kordis

    TERAPI

    Inj. Ampisilin-sulbactam 4x3 g

    Inj. Ranitidin 2x25 mg

    Inj. Ondansetron 3x4 mg

    Inj. Kertorolac 3x10 mg

    PROGNOSIS

    Dubia et bonam

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Anatomi Kandung Empedu

    Kandung empedu normal berbentuk kista berdinding tipis dempet pada bagian bawah

    dan medial dari lobus kanan hepar. Kadang-kadang intrahepatik. Duktus sistikus

    berhubungan dengan kandung empedu dan bersama duktus hepatikus membentuk duktus

    koledokus.

    Duktus koledokus berjalan ke arah kaudal akhirnya berhubungan pada caput pankreas

    dan berakhir pada papila vateri di dalam duodenum. Duktus pankreatikus biasanya bergabung

    dengan duktus koledokus proksimal dari papila. Kecuali distal, duktus biliaris mempunyai

    jaringan elastis lain daripada dinding otot. Di distal ada otot (Oddis) sphincter melibatkan

    duktus dalam area pendek tepat proksimal dari papila.

    Fisiologi

    Fungsi kandung empedu adalah tempat penyimpanan dan pemekatan empedu.

    Kontraksi dari kandung empedu dan relaksasi dari sphincter Oddi dimediasi oleh hormon

    kolesistokinin yang disebabkan oleh dinding duodenum sebagai reaksi dari lemak intramural

    dan asam amino.

    Kolesistitis Akut

    Kolesistitis akut atau radang kandung empedu adalah reaksi inflamasi akut dinding

    kadung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan demam.

    Etiologi dan Patofisiologi

    Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah stasis cairan

    empedu, infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis

    akut adalah batu kandung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan

    stasis cairan empedu, sedangkan sebagian kecil kasus timbul tanpa adanya batu empedu

    (kolesistitis akut akalkulus). Bagaimana stasis di duktus sistikus dapat menyebabkan

    kolesistitis akut masih belum jelas. Diperkirakan banyak faktor yang berpengaruh, seperti

    kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin yang merusak lapisan

    mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.

  • Kolesistitis akut akalkulus dapat timbul pada pasien yang dirawat cukup lama dan

    mendapat nutrisi parenteral, pada sumbatan karena keganasan dinding empedu, batu di

    saluran empedu atau merupakan salah satu komplikasi penyakit lain seperti demam tifoid dan

    diabetes mellitus.

    Gejala Klinis

    Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di sebelah

    kanan atas atau epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Kadang-kadang rasa

    sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung selama 60 menit tanpa

    reda. Berat ringannya keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi

    yang ringan sampai dengan gangren atau perforasi kandung empedu.

    Pada pemeriksaan fisik teraba massa kandung empedu, nyeri tekan disertai tanda-

    tanda peritonitis lokal (tanda Murphy).

    Ikterus dijumpai pada 20% kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin < 4 mgdl).

    Apabila kadar bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu saluran empedu ekstra hepatik.

    Pemeriksaan laboratorim menunjukkan adanya leukositosis serta kemungkinan

    adanya peninggian serum transaminase dan fosfatase alkali. Apabila keluhan nyeri bertambah

    hebat disertai suhu tinggi dan menggigil serta leukositosis berat, kemunginan terjadi empiema

    dan perforasi kandung empedu perlu dipertimbangkan.

    Diagnosis

    Foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan gambaran adanya kolesistitis akut.

    Hanya pada 15% pasien kemungkinan dapat terlihat batu tidak tembus pandang (radioopak)

    oleh karena mengandung kalsium cukup banyak.

    Kolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan gambaran kandung empedu bila ada

    obstruksi sehingga pemeriksaan ini tidak bermanfaat pada kolesistitis akut.

    Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebaiknya dikerjakan secara rutin dan sangat

    bermanfaat untuk memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu

    dan saluran empedu ekstra hepatik. Nilai kepekaan dan ketepatan USG mencapai 90-95%.

    Skintigrafi saluran empedu mempergunakan za radioaktif HIDA atau 99n Tc6

    Iminodiacetic acid mempunyai nilai sedikit lebih rendah daripada USG tetapi teknik ini tidak

    mudah. Terlihatnya gambaran duktus koledokus tanpa adanya gambaran kandung empedu

    pada pemeriksaan kolesistografi oral atau skintigrafi sangat menyokong kolesistitis akut.

  • Pemeriksaan CT-Scan abdomen kurang sensitif dan mahal tapi mampu

    memperlihatkan adanya abses perikolesistik yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat

    pada pemeriksaan USG.

    Pengobatan

    Pengobatan umum termasuk istirahat total, pemberian nutrisi parenteral, diet ringan,

    obat penghilang rasa nyeri seperti petidin dan antispasmodik. Pemberian antibiotik pada fase

    awal sangat penting untuk mencegah komplikasi peritonitis, kolangitis, dan sepsis. Golongan

    ampisilin, sefalosporin, dan metronidazol cukup memadai untuk mematikan kuman-kuman

    yang umum terdapat pada kolesistitis akut seperti E. coli, Streptococcus faecalis, dan

    Klebsiella.

    Saat kapan dilakukan tindakan kolesistektomi masih diperdebatkan, apakah sebaiknya

    dilakukan secepatnya (3 hari) atau ditunggu 6-8 minggu setelah terapi konservatif dan

    keadaan umum pasien lebih baik.

    Prognosis

    Penyembuhan spontan pada 85% kasus, sekalipun kandung empedu masih tebal,

    fibrotik, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi. Tidak jarang terjadi kolesistitis rekuren.

    Kadang kolesistitis akut berkembang cepat menjadi gangren, empiema, dan perforasi

    kandung empedu, fisitel, abses hati dan peritonitis umum. Ini bisa dicegah dengan pemberian

    antibiotik yang adekuat pada awal serangan. Tindakan bedah akut pada pasien >75 tahun

    mempunyai prognosis buruk, bisa terjadi komplikasi pasca bedah

    Diagnosis Kolesistitis Akut dengan Pemeriksaan Radiologis

    Ultrasonografi dan skintigrafi adalah nilai yang paling berharga untuk klinisi.

    Gambaran ultrasound dari kolesistitis akut dapat dibagi dalam tanda primer dan tanda

    sekunder. Tanda primer yaitu batu kandung empedu. Tanda sekunder adalah penebalan fokal

    kandung empedu, dinding kandung empedu menebal; lapisan sonolusen di dalam dinding

    kandung empedu, dan distensi kandung empedu.

    Ultrasonografi adalah pemeriksaan radiologi yang paling unggul pada pasien dengan

    nyeri akut di abdomen kanan atas, keuntungan besar lain dari ultrasound adalah

    kemampuannya untuk memperlihatkan anatomi di sekitar kandung empedu. Tanda utama

    pada kolesistitis akut adalah sering ditemukan batu, penebalan dinding kandung empedu,

    hidrops, dan kadang-kadang terlihat eko cairan di sekelilingnya yang menandakan adanya

  • perikolesistitis atau perforasi. Sering diikuti nyeri pada penekanan dengan transduser yang

    dikenal sebagai Morgan sign positif atau positive tranducer sign.

    Ultrasonografi kandung empedu dapat memperlihatkan edema dan penebalan dinding

    kandung empedu, tetapi ini dapat normal, kemudian harus dilakukan pemeriksaan

    koleskintigrafi. Kekurangan dari uptake bahan radioaktif dalam kandung empedu sangat

    menyokong diagnosa klinik. Gambaran kolesistitis akut pada skintigrafi yaitu tidak adanya

    aktivitas kandung empedu, visualisasi dari kandung empedu terlambat, gambaran obstruksi.

    Komplikasi kolesisitis akut bermacam-macam termasuk empyema kandung empedu,

    kolesistitis gangrenosa, perforasi, dan koleksi perikolesistik. CT juga berguna untuk

    mendemonstrasikan komplikasi kolesistitis. Gambaran batu di dalam kandung empedu dapat

    dilihat tegas dengan CT-Scan.

  • PEMBAHASAN

    Tn. S, 47 tahun, datang dengan keluhan sesek di perut kanan atas, mual, muntah,

    lemas, dan sesak nafas. 1 hari SMRS pasien merasakan sesek di perut, kemudian berobat ke

    Puskesmas Semawung Daleman. Pasien kemudian dirujuk ke RSUD Saras Husada Purworejo

    dengan diagnosis IHD. Pasien sudah mendapat terapi Digoxin, ISDN, Antasid, dan

    Aminofilin. Dari anamnesis juga diperoleh keterangan bahwa pasien sudah terdiagnosis

    penyakit jantung pada tahun 2008. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri tekan

    perut kanan atas, Murphys sign positif, hepatomegali, S3 gallop, dan edema pada kaki. Dari

    anamnesis dan pemeriksaan fisik diperoleh diagnosis banding kolelithiasis, kolesistitis,

    hepatitis, pankreatitis, dan infark miokard pada pasien dengan dekompensasi kordis.

    Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium, EKG, dan USG abdomen

    atas. Hasil laboratorium dalam batas normal kecuali adanya peningkatan asam urat. Hasil

    EKG menunjukkan adanya VES.

    Pemeriksaan radiologis pada pasien ini memegang peranan penting untuk

    menegakkan diagnosis kolelithiasis, kolesistitis, hepatitis, atau pankreatitis. Gambaran USG

    abdomen atas yaitu sudut tumpul pada hepar, dinding double layer pada vesika felea

    (kandung empedu), dan tampak fluid free cavum peritoneum dengan kesan hepatomegali,

    ascites, dan kolesistitis akut.

  • KESIMPULAN

    Pada kasus kolesistitis akut, pemeriksaan penunjang radiologi dengan ultrasonografi

    merupakan pemeriksaan penunjang yang penting dengan sensitivitas dan spesivitas tinggi dan

    tidak invasif.

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Chapman S., Nakielny R. 1988. Aids to Radiological Differential Diagnosis. London:

    Bailliere Tindall

    2. Majdawati, Ana. 2009. Panduan Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi. Yogyakarta: UMY

    3. Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: FKUI

    4. Sudoyo, Aru W. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Pusat Penerbitan

    Ilmu Penyakit Dalam, FK UI, Jakarta.