eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id...

119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE” PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH T E S I S Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika OLEH : MAGFIRATULLAH NIM : S850809108 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id...

Page 1: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE” PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH

T E S I S

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH :

MAGFIRATULLAH NIM : S850809108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 2: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE” PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH

Disusun Oleh :

MAGFIRATULLAH S850809108

Telah disetujui Tim Pembimbing

Pada : ....... Januari 2011

Pembimbing I

Dr. H. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002

Pembimbing II

Dr. Imam Sujadi, M.Si NIP. 19670915 200604 1 001

Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Dr. H. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002

Page 3: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

EKSPEREMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE” PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH

Disusun Oleh :

MAGFIRATULLAH S850809108

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim penguji

Pada tanggal : ..... Januari 2011

Jabatan Nama Tanda tangan

Ketua : Prof. Dr. Budiyono, M.Sc .....................................

Sekretaris : Dr. Riyadi, M.Si .....................................

Anggota : 1. Dr. H. Mardiyana, M.Si .....................................

2. Dr. Imam Sujadi, M.Si .....................................

Surakarta, .. Januari 2011

Mengetahui, Ketua Program Studi Direktur PPs UNS Pendidikan Matematika Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Dr. H. Mardiyana, M.Si NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 19660225 199302 1 002

Page 4: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Magfiratullah

NIM : S850809108

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul EKSPER IMENTASI

MODEL PEMBELAJARAN ”THINK PAIR SHARE PADA MATERI POKOK

BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITNJAU DARI GAYA BELAJAR

SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN

TENGAH adalah betul – betul karya saya sendiri.

Hal – hal yang bukan karya saya dalam tesis ini ditunjukkan dalam daftar

pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabuan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2011

Yang membuat pernyataan

MAGFIRATULLAH

Page 5: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,maka apabila kamu telah selesai dari

sesuatu urusan, kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”.

(Q.S. Al Insyirah: 6-7)

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

(Q.S. Al Baqarah: 286)

..

Page 6: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkah tesis ini kepada :

§ Gunawan Abrari, suamiku tercinta

§ Hj. Nurasimah, ibu mertuaku yang kuhormati

§ Nisa,Yayah, Ayi, Dede,Dodo dan Tata, anak-anakku yang kusayangi

§ Saudaraku semua

Page 7: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas rohmat, karunia dan hidayah-

Nya penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan tesis ini telah banyak melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi –

tingginya dan terima kasih yang sebesar – besarnya pada :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan

belajar yang seluas – luasnya untuk menyelesaikan tesis ini..

2. Dr. H. Mardiyana, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai

dosen pembimbing I yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

3. Dr. Imam Sujadi, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

petunjuk dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan

tesis ini.

4. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu

pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Palangka Raya yang telah

memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian di lingkungan Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Palangka Raya.

Page 8: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

6. Kepala Sekolah, Guru dan Peserta Didik SMP Nusantara, SMP Muhammadiyah,

SMP Negeri-I dan SMP Negeri-2 Kota Palangka Raya yang telah memberikan

kesempatan dan membantu hingga terlaksananya penelitian ini.

7. Drs Josep Dudi, M.Si, Drs. Helmuth.Y.Bunu, M.Pd, Drs. Ahmad Yasluh, Drs.

Sugiyanto. M.Pd, Drs. Orhan. M.Pd dan Drs. Janu Pinardi, M.Si. yang telah

membantu dan menjadi validator uji coba instrumen angket dan tes prestasi dalam

penelitian ini.

8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

bantuan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Suamiku, serta anak-anakku yang telah memberikan doa, semangat,bantuan dan

dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan dinilai

sebagai suatu amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

Page 9: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS ........................................................... iii

PERNYATAAN ........................................................................................... iv

MOTTO …………………………………………………………………… v

PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

ABSTRAK .................................................................................................... xvii

ABSTRACT .................................................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................... 5

C. Pemilihan Masalah ............................................................ 6

D. Pembatasan Masalah ......................................................... 6

E. Perumusan Masalah .......................................................... 6

F. Tujuan Penelitian .............................................................. 8

G. Manfaat Penelitian ............................................................ 9

Page 10: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB II LANDASAN TEORI Dan PENGAJUAN HIPOTESIS ............ 10

A. Tinjauan Pustaka ............................................................... 10

1. Prestasi Belajar Matematika ....................................... 10

2 Model Pembelajaran ……………………………….. 15

3 Gaya Belajar ……………………………………….. 31

B. Penelitian yang Relevan .................................................... 35

C. Kerangka Berpikir ............................................................. 36

D. Hipotesis Penelitian ……………………………………. 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 42

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 42

1. Tempat Penelitian ...................................................... 42

2. Waktu Penelitian ........................................................ 42

B. Metode Penelitian .............................................................. 43

1. Rancangan Penelitian ................................................. 44

2. Prosedur Penelitian .................................................... 45

C. Populasi dan Sampel ......................................................... 46

1. Populasi ...................................................................... 46

2. Sampel ........................................................................ 46

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 49

1. Variabel Penelitian ..................................................... 49

2. Metode Pengumpulan Data ........................................ 51

Page 11: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

3. Instrumen Penelitian .................................................. 53

E. Teknik Analisis Data ......................................................... 60

1. Uji Keseimbangan ...................................................... 60

2. Uji Prasyarat Analisis ................................................. 61

3. Pengujian Hipotesis Penelitian ................................... 64

4. Uji Komparasi Ganda .................................................. 69

BAB IV HASIL PENELITIAN Dan PEMBAHASAN ............................ 72

A. Uji Keseimbangan ............................................................. 72

B. Diskripsi Data …………………………………………… 73

1. Data Hasil uji coba xinstrument …………………… 73

2. Data Skor Pretasi belajar matematika siswa ………. 76

3 Data Skor Angket Gaya Belajar Matematika Siswa .. 77

C. Pengujian Prasyarat Analisis ……………………………. 78

1. Uji Normalitas ……………………………………… 78

2. Uji Homogenitas …………………………………… 79

D. Pengujian Hipotesis ……………………………………... 80

1. ANAVA Dua Jalan Sel Tak Sama ………………… 80

2. Uji Lanjut Pasca ANAVA …………………………. 81

E. Pembahasan Hasil Analisis ……………………………... 86

F. Keterbatasan Penelitian ..................................................... 94

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI Dan SARAN …………………. 95

Page 12: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

A. Kesimpulan Penelitian ...................................................... 95

B. Implikasi Penelitian ........................................................... 96

C. Saran ................................................................................. 97

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 99

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu .................................................... 28

Tabel 2.2 Skor Perkembangan Kelompok ................................................. 29

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ................................................................ 44

Tabel 3.2 Data Peringkat Sekolah ............................................................. 47

Tabel 3.3 Data Sampel Pada Masing-masing Sekolah ............................. 49

Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan …………………… 68

Tabel 4.1 Hasil Uji normalitas Kemampuan Awal ................................... 72

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas .............................................................. 72

Tabel 4.3 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ..................................................

77

Tabel 4.4 Hasil Pengelompokan Gaya Belajar Siswa ............................... 77

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ………………………………………….. 78

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas ............................................................. 79

Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama 80

Tabel 4.8 Rataan Marginal ........................................................................ 81

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom ............ 82

Tabel 4.10 Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel .................................. 83

Page 14: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen …..... 102

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ………… 129

Lampiran 3 LKS Dan Lembar Soal ……………………………………… 152

Lampiran 4 Data Kemampuan Awal ……………………………………... 175

Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ........ 181

Lampiran 6 Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika …………….. 183

Lampiran 7 Lembar Jawaban Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar

Matematika …………………………………………………... 189

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar

Matematika …………………………………………………... 190

Lampiran 9 Lembar Validasi Tes Prestasi Belajar Matematika ………….. 191

Lampiran 10 Analisis Konsistensi Internal Dan Tingkat Kesukaran Hasil

Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ………………….. 197

Lampiran 11 Analisis Reliabilitas Hasil Uji coba Tes Prestasi Belajar

Matematika …………………………………………………... 210

Lampiran 12 Kisi-kisi Uji Coba Angket Gaya Belajar Matematika ……...... 211

Lampiran 13 Angket Uji Coba Gaya Belajar Matematika ………………… 214

Lampiran 14 Lembar Validasi Gaya Belajar Matematika ………………..... 218

Lampiran 15 Analisis Konsistensi Internal Uji Coba Angket Gaya Belajar

Matematika …………………………………………………... 224

Page 15: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Lampiran 16 Analisis Reliabilitas Hasil Uji Coba Angket Gaya Belajar …... 236

Lampiran 17 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika …………………... 248

Lampiran 18 Soal Tes Prestasi Belajar Matematika ……………………….. 250

Lampiran 19 Lembar Jawaban Soal Tes Prestasi Belajar Matematika …...... 256

Lampiran 20 Kunci Jawaban Soal Tes Prestasi Belajar Matematika ……… 257

Lampiran 21 Kisi-kisi Angket Gaya Belajar Matematika ………………..... 258

Lampiran 22 Angket Gaya Belajar Matematika …………………………… 261

Lampiran 23 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Eksperimen ………. 264

Lampiran 24 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Kontrol …………… 268

Lampiran 25 Uji Homogenitas Kemampuan Awal ………………………… 272

Lampiran 26 Uji Keseimbangan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol …… 278

Lampiran 27 Data Induk Penelitian ………………………………………... 280

Lampiran 28 Uji Normalitas Kelas Eksperimen …………………………… 288

Lampiran 29 Uji Normalitas Kelas Kontrol ………………………………... 293

Lampiran 30 Uji Normalitas Gaya Belajar Visual ………………………..... 298

Lampiran 31 Uji Normalitas Gaya Belajar Auditorial ……………………... 301

Lampiran 32 Uji Normalitas Gaya Belajar Kinestetik ……………………... 305

Lampiran 33 Uji Homogenitas Model Pembelajaran ……………………… 309

Lampiran 34 Uji Homogenitas Gaya Belajar Siswa ……………………...... 315

Lampiran 35 Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama …………. 320

Lampiran 36 Uji Komparansi Ganda ………………………………………. 326

Page 16: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Lampiran 37 Kumpulan Tabel Statistik 333

Lampiran 38 Kumpulan Administrasi penelitian

Page 17: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

ABSTRAK Magfiratullah, S850809108. Eksperimentasi Model Pembelajaran “Think Pair Share” Pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Kelas IX SMP Di Kota Pangka Raya Kalimantan Tengah. Tesis. Komisi Pembimbing I Dr. H. Mardiyana, M.Si dan Pembimbing II Dr. Imam Sujadi, M.Si. Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah model pembelajaran TPS dapat menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada penggunaan model pembelajaran STAD pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung. (2) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar visual, auditorial, dan kenestetik pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung. (3) Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajaran TPS atau model pembelajaran STAD, pada siswa dengan gaya belajar visual. (4) Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajaran TPS atau model pembelajaran STAD, pada siswa dengan gaya belajar auditorial. (5) Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajara TPS atau model pembelajaran STAD, pada siswa dengan gaya belajar kinestetik. (6) Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa dengan gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar auditorial, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik, pada kelas yang menggunakan model pembelajaran TPS. (7) Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa dengan gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar auditorial, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik, pada kelas yang menggunakan model pembelajaran STAD.

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu dengan rancangan faktorial 2x3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember 2010 dengan populasi siswa kelas IX SMP di Kota Palangka Raya. Teknik pengambilan sampel adalah Stratified Cluster Random Sampling. Sedangkan sampel yang terpilih adalah siswa dari SMPN 1 Palangka Raya, SMP Muhammadiyah Palangka Raya dan SMP Nusantara Palangka Raya yang masing-masing terdiri dari 2 kelas yaitu satu kelas untuk eksperimen dan satu kelas untuk kontrol. Banyaknya siswa yang ditetapkan sebagai sampel adalah 240 siswa, yaitu 120 siswa untuk kelas eksperimen dan 120 siswa untuk kelas kontrol.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, angket dan tes. Metode dokumentasi untuk mengumpulkan data kemampuan awal berupa nilai UUB semester II kelas VIII tahun pelajaran 2009/2010 digunakan untuk uji keseimbangan, angket untuk mengumpulkan data gaya belajar siswa dan tes untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika. Sebelum instrumen tersebut digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba di kelas IX SMPN 2 Palangka Raya. Analisis instrumen tes menggunakan validitas isi oleh experts judgment dan reliabilitas tes menggunakan uji

Page 18: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

KR – 20; sedangkan analisis butir tes dengan uji daya pembeda dan tingkat kesukaran. Analisis instrumen angket menggunakan validitas isi oleh experts judgment dan reliabilitas angket menggunakan Cronbach Alpha; sedangkan analisis butir angket menggunakan uji konsistensi internal. Dari 35 butir tes yang diujicobakan diperoleh 30 butir tes yang dipakai, sedangkan dari 54 butir angket yang diujicobakan diperoleh 45 butir angket yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini.

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis variansi (Anava) dua jalan dengan sel tak sama, dan dilanjutkan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Sebelum data dianalisis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dengan metode Liliefors dan uji homogenitas dengan uji Bartlett.

Hasil analisis data menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama dengan taraf signifikansi α = 0,05 adalah (1) Ada perbedaan efek antar baris (Fa = 27,7811 > F0,05;1;240 = 3,8815), dengan kata lain kedua model pembelajaran memberi pengaruh yang tidak sama terhadap prestasi belajar metematika siswa pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung. (2) Ada perbedaan efek antar kolom (Fb = 13,3093 > F0.05;2,240 = 3,0344), dengan kata lain ketiga kategori gaya belajar matematika siswa memberikan pengaruh yang tidak sama terhadap prestasi beljar matematika pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung. (3) Terdapat interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat. (Fab = 6,0386 > F0.05;2,240 = 3,0344). Kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) Materi dengan menggunakan model pembelajaran TPS lebih baik dari pada prestasi belajar Prestasi belajar matematika siswa pada matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran STAD. (2) Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik sama baiknya dengan daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar visual. (3) Pada gaya belajar visual pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada pembelajaran STAD. (4) Pada gaya belajar auditorial, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar matematika sama baiknya dengan pembelajaran STAD. (5) Pada gaya belajar kinestetik, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada pembelajaran STAD.(6) Pada kelas yang menggunakan pembelajaran TPS, gaya belajar kinestetik memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dari pada siswa dengan gaya belajar visual dan gaya belajar auditorial sama baiknya dengan gaya belajar kinestetik maupun dengan gaya belajar visual. (7) Pada kelas yang menggunakan pembelajaran STAD, gaya belajar auditorial memberian prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dari pada siswa dengan gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik sama baiknya dengan gaya belajar visual maupun auditorial. Kata kunci: Model TPS, Model STAD, Gaya Belajar, Prestasi Belajar Matematika

Page 19: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

ABSTRACT

Magfiratullah, S850809108. Experimentation of Learning Model “Think Pair Share” on Matery of Curved Side of Space Shape from Students Learning Styles in Class IX of Class IX SMP in the City of Palangka Raya-Central Kalimantan Province, Thesis, Surakarta, Program Study of Mathematics Education Program, Post Graduate Program of Sebelas Maret University, 2011.

The aims from this research are: (1) to know if teaching learning model of TPS can produce mathematics learning achievement better than the using model of STAD teaching-Learning on basic material of curva side shape, (2) to know if there is difference learning achievement whose has visual learning style, auditorial, and kinesthetics on basic material space shape of side curva, (3) to know which model gives mathematics learning achievement better between teaching learning model of STAD, on students with visual learning style. (4) to know which model gives mathematics learning achievement is better between teaching learning model of TPS or teaching learning model of STAD on students with auditorial learning style. (5) to know which model gives mathematics learning achievement better between teaching learning model of TPS or teaching learning model of STAD, on students whose learning style is kinestetic learning style. (6) to know which model gives mathematics learning achievement better than students with visual learning style, auditorial learning style and students with kinestetic learning style, on class which uses learning model of TPS. (7) to know which model gives mathematics learning achievement better between students with visual learning style, students with auditorial learning style, and students with kinesthetic learning style, on class which uses learning model of STAD.

The method of research used is quasi experiment research) with using factorial design 2x3. The research was performed on July 2010 up to December 2010 with population of students class IX of SMP in the city of Palangka Raya. Sample technique taking used in this research is Stratified Cluster Random Sampling. While sample chosen is students of SMP N I Palangka Raya, SMP Muhammadiyah Palangka Raya, and SMP Nusantara Palangka Raya which each of them consist of 2 classes, a class is for experiment class and a class for control class. The sum of individual who is fixed as sample amounting 240 students, they are 120 students for experiment class and 120 students for control class.

Data collecting is performed with documentation method, questionare, and test. Documentation test is used to collect values of UUB semester 2 of class VII in the education year 2009/2010 used as balanced test questionare method used to collect data of students learning style and test method used to collect data of mathematics learning achievement. Before these instruments are used , they are tried out in class IX of SMP 2 Palangka Raya. Instrument analysis test used is validity content by experts judgementand reliability test used is KR-20 test; while analysis of point test use is differential force and difficulty level. Analysis of questionare used is content validity by experts judgement and reliability questionare used is Cronbach

Page 20: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

Alpha; while analysis of questionare poins internal consistency test. From 35 point test which are tried out, is gained 30 points used, while from 54 quetionare points,45 points of questionare used to collect data in this research.

Technic of data analysis used in this research is two ways variant analysis with not same cell, and it is continued by doble comparassion test with Scheffe method. Before analyzing data with Anava test, prerequisition analysis test is done, that is normality test with Liliefors method and homogeneity test with uses Barlett test.

The result of data analysis used is two ways anava with not same cell with significant level α=0.05 are (1) there is effect among the row (Fa=27.7811> F0,05;1;240=3.8815), with other word both model of teaching learning gives different influence against mathematics learning achievement of the students on basic material of curva side space shape. (2) There is difference effect inter column (Fb =13. 3093 > F 0.05; 2; 240 = 3.0344), with another word the third category of learning style of mathematics of students give influence which is not same against learning achievement on basic material of side curva space shape. (3) There is raw and column interaction against dependent variable. ( Fab = 6. 0386> F0.05; 2;240 = 3.0344). Conclusions of the research are: (1) stuff presenting with using model of teaching TPS is better than students learning achievement of Mathematics with using STAD teaching. (2) Students learning achievement of Mathematics with kinesthetic learning style is as good as students learning achievement with using auditorial learning style, students learning achievement with using auditorial learning style is better than students learning achievement of Mathematics with visual learning style. (3) On visual learning style of TPS teaching give mathematics learning achievement better than STAD teaching. (4) On auditorial learning style, the teaching of TPS gives learning achievement of Mathematics as good as STAD teaching. (5) On Kinesthethic learning style, TPS teaching give learning achievement of Mathematics is better than on STAD teaching. (6) On class with using TPS teaching, kinesthetic learnig style gives students learning achievement of mathematics which is better than students with visual learning style and auditorial learning style is as good as kinesthetic learning style or visual learning style. (7) On class with using STAD teaching, auditorial learning style gives learning achievement of mathematics which is better than students with using visual learning style and kinesthetic leraning style is as good as students with visual learning style or auditorial learning style. Keywords: Model of TPS, Model of STAD, Learning Achievement of Mathematics

Page 21: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

ABCTRACT Magfiratullah. S850809108. Experimentation Learning Model "Think Pair Share" subject matter curved side plane geometry View from Student Learning Styles in the Class IX SMP in the City of Palangka Raya in Central Kalimantan. Principal Advisor: Dr. H. Mardiyana, M.Si., Co-advisor: Dr. Imam Sujadi, M.Si. Thesis. Surakarta. Mathematics Education Study Program, Postgraduate Program Sebelas Maret University Surakarta. 2011.

The purpose of this study were (1) To determine whether the TPS learning

model can improve math achievement is better than the use of STAD learning models in subject matter build side curved space (3) To know which provides better mathematics achievement between TPS learning models or STAD learning model, students with visual learning styles. (4) To find out which provides better math achievement between TPS learning model or STAD learning model, students with auditory learning styles. (5) To find out which provides better math achievement between TPS learning model or STAD learning model, students with kinesthetic learning styles. (6) To find out which provides better mathematics achievement between students with visual learning styles, students with auditory learning styles, and students with kinesthetic learning styles, the class that uses a learning model TPS. (7) To find out which provides better mathematics achievement between students with visual learning styles, students with auditory learning styles, and students with kinesthetic learning styles, the class that uses a learning model STAD.

The research method used was quasi experiment research using 2 x 3 factorial design. The experiment was conducted in July to December 2010 with the junior class IX student population in the city of Palangka Raya. The sampling technique used in this study is Stratified Cluster Random Sampling. While the sample selected were students from SMP 1 Palangka Raya, SMP Muhammadiyah Palangka Raya and SMP Nusantara Palangka Raya, each consisting of 2 classes: one class for an experimental class and one class for control class. The number of student who are designated as samples are as many as 240 students, where 120 students for experiments class and 120 students for controll class.

Data was collected by the method of documentation, questionnaires and tests. Documentation methods for collecting value UUB second semester class VIII academic year 2009/2010 is used to test the balance, the questionnaire method to collect students’ learning styles and test methods for collecting data and studying mathematics achievement. Before the instrument was used first be tested in class IX SMPN 2 Palangka Raya. Analysis of test instruments used by the expert judgments content validity and reliability tests using KR-20 test, whereas the grain test analysis with a test distinguishing features and levels of difficulty. Analysis of questionnaire instruments used by the expert judgments and reliability of the questionnaire using

Page 22: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxii

Cronbach Alpha, while the analysis of questionnaire items using the internal consistency test. Of the 35 point test that tested gained 30 points of this test, whereas of the 54 items tested questionnaire which obtained 45 item questionnaire used to collect data in this study.

The data analysis technique in this study using analysis of variance (Anava) two ways with not the same cells, and followed by multiple comparison test with Scheffe method. Before the data were analyzed using Anava test first prerequisite test analysis, namely normality test with Liliefors methods and homogeneity test using Bartlett’s test.

Results of data analysis using two-ways Anava with not the same cell with significance level a = 0.05 is (1) There is a difference in effects between lines (Fa = 27.7811> F0, 05;1,240 = 3.8815), in other words the two models of learning effect that is not the same as studying mathematics student achievement in subject matter curved side plane geometry. (2) There are differences in effects between the columns (Fb = 13.3093> F0, 05; 2.240 = 3.0344), in other words the three categories of mathematics learning styles are not the same effect on math achievement in subject matter curved side plane geometry. (3) There is interaction of rows and columns on the dependent variable (Fab = 6.0386> F0,05; 2.240 = 3.0344).

The conclusion of this study are: (1) Mathematics learning achievement using TPS learning model is better than the students’ learning achievement using STAD learning. (2) Studying mathematics achievement of students who have a kinesthetic learning style better than the math achievement of students who have auditory learning styles, and learning achievement of students who have auditory learning style better than the math achievement of students who have a visual learning style. (3) In the visual learning style, TPS learning model provide math learning achievement better than the STAD learning model, (4) In the auditory learning style, learning model TPS provide math learning achievement better than the STAD learning model. (5) In the kinesthetic learning styles, TPS learning model provide math learning achievement better than the STAD learning model. (6) In the class that uses a learning model TPS, kinesthetic learning styles provide math learning achievement of students better than students with visual or auditory learning styles. (7) In the class that uses a learning model STAD, auditory learning styles provide math learning achievement of students better than students with visual and kinesthetic learning styles. Key word : TPS Model, STAD Model, Student Learning Styles, Mathematics Learning Achievement.

Page 23: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika mempunyai kegunaan yang sangat penting, baik dalam

kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangan ilmu. Banyak masalah dalam

kehidupan manusia yang dapat dipecahkan dengan menggunakan matematika

sebagai alat bantu. Dalam ilmu lain seperti fisika, kimia, biologi, ekonomi dan

lain-lain, matematika memegang peranan penting. Sadar atau tidak sadar setiap

orang menggunakan matematika dalam kehidupan, oleh karena itu setiap orang

perlu membekali diri dengan penguasaan matematika. Kehidupan dimasa yang

akan datang ditandai dengan perkembangan teknologi yang semakin maju

Perkembangan teknologi sangat dipengaruhi oleh kemajuan yang dicapai manusia.

dalam penguasaan matematika, Seseorang yang menguasai matematika berarti dia

harus mampu memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan matematika.

Menurut Miller (dalam Noraini Idris. 2009) mengatakan bahwa “Mathematics learning for understanding is not easy. Many students fail to understand the concepts taught to them. They solve problems by memorizing formulae and procedures teachers have taught them. The students merely put the required figures into the formulae to arrive at the answer.” Artinya bahwa belajar tentang pemahaman matemematika memang tidak mudah. Banyak siswa tidak berhasil memahami konsep yang diajarkan kepada mereka. Mereka menyelesaikan masalah dengan menghafal rumus dan formula yang diajarkan oleh guru. Mereka hanya meletakan unsur-unsur yang ada kedalam rumus atau formula untuk menjawab suatu pertanyaan.

Kenyataannya sampai saat ini matematika masih menjadi masalah bagi

sebagian siswa. Sebagian siswa masih menganggap matematika sangat sulit

sehingga mereka sering acuh tak acuh dalam proses belajar mengajar. Akibatnya,

Page 24: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih tergolong rendah. Hal ini

sesuai pengalaman penulis selama menjadi guru bidang studi matematika, bahwa

nilai matematika dari sebagian siswa belum mencapai kriteria ketuntasan.

Berdasarkan pengalaman peneliti, bahwa sebagian besar siswa kelas IX

semester I mengalami permasalahan pada materi Geometri khususnya materi

pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung, hal ini berakibat rendahnya perestasi siswa.

Dari hasil Ujian Nasional SMP tahun pelajaran 2008/2009 diperoleh data

persentase penguasaan materi pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung

untuk tingkat rayon kota Palangka Raya hanya 28,66%, tingkat propinsi

Kalimantan Tengah 33,98%, dan tingkat nasional 59,03%, sedangkan materi

pokok lain yang diajarkan di SMP kelas IX semester I mempunyai persentase

penguasaan lebih baik yaitu misalnya untuk materi pokok statistika untuk tingkat

rayon kota Pangka Raya 47,99%, tingkat propensi Kalimantan Tengah 59,97%,

dan tingkat Nasional 78,63%. ( Sumber: Dikpora Kota Palangka Raya)

Salah satu faktor penyebab kesulitan siswa dalam belajar matematika

kemungkinan adalah model pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai

dengan kondisi siswa maupun materi pokok yang disampaikan. Banyak model

pembelajaran yang dapat digunakan dalam pengajaran matematika. Tetapi tidak

setiap model pembelajaran dapat diterapkan dalam setiap materi, sehingga

pemilihan model pembelajaran sangatlah penting guna mencapai tujuan

pembelajaran dan mendapatkan hasil yang optimal. Oleh karena itu sebelum

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperlukan pemikiran yang sangat matang

dalam pemilihan model pembelajaran yang efektif untuk suatu materi yang akan

Page 25: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

disajikan. Hal tersebut dimaksudkan agar pengajaran matematika menjadi efektif

dan efisien. Namun yang terjadi guru kurang bervariasi dalam menggunakan

model pembelajaran. Kenyataan selama ini model pembelajaran yang sering

digunakan selain model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran

kooperatif STAD. Oleh karena itu sebagai guru matematika perlu memahami dan

mengembangkan berbagai model pembelajaran dalam pengajaran matematika.

Dalam hal ini hendaknya guru dapat menyusun program pengajaran yang dapat

membangkitkan motivasi peserta didik dalam belajar, sehingga peserta didik

merasa terlibat langsung dan merasa memilki pembelajaran tersebut. Selain Model

pembelajaran kooperatif STAD masih ada model pembelajaran kooperatif yang

dapat digunakan dalam pembelajaran matematika di sekolah misalnya model

pembelajaran Think Pair Share (TPS), yang melibatkan siswa untuk bekerja sama.

Pemilihan model pembelajaran perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi

yang disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia dan banyaknya

siswa serta hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.

Di samping penggunaan model pembelajaran yang sesuai, terdapat faktor

lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar matematika, diantaranya gaya

belajar matematika. Gaya belajar matematika merupakan cara yang khas dan

konsisten dilakukan oleh siswa dalam menyerap informasi. Gaya belajar

matematika dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu visual, auditorial, dan

kinestetik. Gaya belajar visual menggunakan indera penglihatannya untuk

membantunya belajar. Gaya belajar auditorial memanfaatkan kemampuan

pendengaran untuk mempermudah proses belajar, sehingga akan lebih mudah

Page 26: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

menerima materi yang disajikan dengan diskusi atau tanya-jawab. Gaya belajar

kinestetik menggunakan fisiknya sebagai alat belajar yang optimal. Siswa yang

mempunyai gaya belajar kinestetik dibantu dengan membawa alat peraga yang

nyata misal balok, patung. Pada umumnya siswa memiliki ketiga gaya belajar

tersebut, namun ada satu yang paling dominan dimilikinya. Kebanyakan siswa

belum mengenal persis gaya belajar yang dimilikinya sehingga mereka belum

dapat menerapkannya secara optimal. Pemanfaatan sumber belajar matematika,

cara memperhatikan pembelajaran matematika di kelas, serta cara mudah bagi

siswa untuk berkonsentrasi penuh saat belajar dapat digunakan untuk mengenal

gaya belajar matematika. Hal-hal tersebut di atas dipergunakan seorang guru

maupun siswa itu sendiri untuk mengetahui gaya belajar matematika masing-

masing siswa.

Dengan mengetahui gaya belajar yang berbeda, diharapkan membantu

para guru dalam membimbing dan menyajikan model pembelajaran yang

memudahkan siswa, menyenangkan dan efektif dalam peningkatan hasil belajar

matematika.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi geometri pada materi bangun ruang sisi

lengkung disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Terkait dengan ini muncul pertanyaan kalau model pembelajaran dirubah,

apakah prestasi siswa menjadi lebih baik. Untuk menjawab hal ini dapat

Page 27: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

dilakukan penelitian yang membandingkan dua model pembelajaran yang

dapat mengaktifkan siswa dan melihat apakah model tersebut cocok untuk

berbagai gaya belajar siswa.

2. Adanya kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan karena

kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran dan hanya

mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa mengkomunikasikan

dengan siswa lain, apakah keaktifan berpengaruh terhadap prestasi belajar

siswa.

3. Karena adanya perbedaan gaya belajar masing-masing siswa maka ada

kemungkinan bahwa suatu model pembelajaran matematika cocok bagi siswa

tertentu saja, tetapi tidak cocok bagi siswa lain. Demikian juga mungkin

cocok untuk siswa dengan gaya belajar matematika tipe visual dan gaya

belajar matematika tipe auditorial, tetapi tidak cocok untuk siswa dengan

gaya belajar matematika kinestetik dan sebaliknya. Terkait hal itu, perlu

diteliti apakah tipe gaya belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar

matematika siswa.

C. Pemilihan Masalah

Dari ketiga masalah yang diidentifikasi di atas, peneliti hanya ingin

melakukan penelitian yang terkait dengan permasalahan pertama dan ketiga yaitu

membahas masalah dalam menentukan sebuah model pembelajaran dan gaya

belajar siswa.

Page 28: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam

penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan

dilaksanakannya penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Model pembelajaran yang mengaktifkan siswa dipilih dalam penelitian ini

adalah model pembelajaran TPS (Think Pair Share) untuk kelas eksperimen

dan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) untuk

kelas kontrol.

2. Gaya belajar pada penelian ini adalah cara yang khas dalam belajar matematika,

baik di rumah maupun di kelas. Gaya belajar siswa dalam penelitian ini

dikelompokkan menjadi tiga yaitu Gaya Belajar Visual, Gaya Belajar

Auditorial dan Gaya Belajar Kinestetik

3. Prestasi belajar matematika siswa yang dimaksudkan adalah hasil belajar

matematika siswa pada sub materi Bangun Ruang Sisi Lengkung yang dicapai

pada akhir pembelajaran

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka

permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran TPS dapat menghasilkan prestasi belajar

matematika lebih baik dari pada penggunaan model pembelajaran STAD pada

materi pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung?

Page 29: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar

visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kenestetik pada materi pokok

Bangun Ruang Sisi Lengkung?

3. Apakah model pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar matematika

lebih baik dari pada model pembelajaran STAD pada siswa dengan gaya

belajar visual?

4. Apakah model pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar matematika

lebih baik dari pada model pembelajaran STAD pada siswa dengan gaya

belajar auditorial?

5. Apakah model pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar matematika

lebih baik dari pada model pembelajaran STAD pada siswa dengan gaya

belajar kinestetik?

6. Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran TPS: Manakah yang

memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara gaya belajar visual,

gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik?

7. Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran STAD: Manakah yang

memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara gaya belajar visual,

gaya belajar audiorial, dan gaya belajar kinestetik?

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian adalah

Page 30: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran TPS dapat menghasilkan

prestasi belajar matematika lebih baik dari pada penggunaan model

pembelajaran STAD pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yamempunyai

gaya belajar visual, auditorial, dan kenestetik pada materi pokok Bangun

Ruang Sisi Lengkung.

3. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebh

baik antara model pembelajaran TPS atau model pembelajaran STAD, pada

siswa dengan gaya belajar visual.

4. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika

lebih baik antara model pembelajaran TPS atau model pembelajaran STAD,

pada siswa dengan gaya belajar auditorial.

5. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika

lebih baik antara model pembelajara TPS atau model pembelajaran STAD,

pada siswa dengan gaya belajar kinestetik.

6. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika

lebih baik antara siswa dengan gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar

auditorial, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik, pada kelas yang

menggunakan model pembelajaran TPS.

7. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika

lebih baik antara siswa dengan gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar

auditorial, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik, pada kelas yang

menggunakan model pembelajaran STAD.

Page 31: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

G. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:

1. Memberikan masukan kepada guru ataupun calon guru matematika dalam

menentukan model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif

selain model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam proses

belajar mengajar.

2. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru untuk lebih

memperhatikan gaya belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi

belajar matematika.

3. Memberikan masukan bagi guru matematika tentang keterlibatan siswa secara

aktif dalam proses belajar mengajar.

4. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian yang sejenis.

Page 32: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Prestasi Belajar Matematika

a. Pengertian Prestasi

Pengertian prestasi yang dikemukakan oleh para ahli sangatlah bervariasi.

Hal tersebut antara lain dikarenakan latar belakang dan sudut pandang yang

berbeda-beda dari para ahli itu sendiri. Akan tetapi perbedaan tersebut justru dapat

saling melengkapi pengertian dari prestasi itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2005: 895) dinyatakan Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari

yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Dalam pengertian ini prestasi

merupakan hasil suatu usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan

dari pelaksanaan usaha tersebut. Sedangkan Sutratinah Tirtonagoro (2001: 43)

menyatakan bahwa, “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar

mengajar yang dalam bentuk symbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat

mencerminkan hasil usaha yang sudah dicapai oleh anak dalam periode tertentu”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai

prestasi pada penelitian ini yaitu bukti atau hasil yang telah dicapai setelah

diadakan usaha sebaik-baiknya sesuai batas kemampuan dari batas usaha tersebut.

b. Pengertian Belajar

Belajar adalah salah satu unsur utama dalam proses pendidikan formal di

sekolah. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dekat dengan apa yang

disebut belajar. Seseorang yang telah belajar akan mengalami perubahan-

Page 33: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

perubahan dalam pengetahuan, keterampian, dan nilai sikap, sehingga dapat

memecahkan masalah- masalah yang sedang dan akan dihadapi. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Winkel (2004: 59) bahwa, “Belajar adalah suatu aktivitas

mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan

dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”.

Menurut Ismet (2010) terdapat banyak definisi tentang konstruktivisme,

yaitu “the theory constructivisme according to which each child builds his own

knowledge from the inside, through his own mental activity, in interactive with the

environment”. Pendapat Ismet tersebut mempunyai pengertian bahwa menurut

teori konstruktivisme mengajak anak untuk membangun pengetahuannya sendiri

dari dalam dirinya, melalui aktivitas mental.

Selain beberapa pendapat mengenai definisi belajar tersebut, Sumadi

Suryabrata (1995: 249) menyebutkan bahwa hal pokok dalam kegiatan yang

disebut “belajar” adalah sebagai berikut:

1) Belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioural changes, aktual,

maupun potensial).

2) Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.

3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

didefinisikan sebagai suatu proses menginternalisasi, membentuk kembali, atau

membentuk pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang telah

Page 34: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

dimilik yang melibatkan aktivitas mental atau psikis seseorang yang menyebabkan

terjadinya suat perubahan kearah yang lebih baik.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar tersebut di atas, prestasi

belajar merupakan suatu hasil usaha yang dicapai seseorang dalam penguasaan

pengetahuan, sikap serta ketrampilan berkat pengalaman dan latihan yang

dinyatakan dalam perubahan tingkah laku.

Sutratinah Tirtenegoro (2001: 43) mengatakan bahwa, “Prestasi belajar

adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”. Dengan mengetahui

prestasi belajar anak, dapat diketahui kedudukan anak dalam kelas, apakah anak

tersebut tergolong kelompok anak pandai, sedang atau kurang. Prestasi anak ini

dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf, atau kalimat yang mencerminkan

hasil yang dicapai oleh anak dalam periode tertentu.

Sedang Zainal Arifin (1990: 3) menyatakan bahwa, “Prestasi belajar

merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah manusia karena

sepanjang rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut

bidang kamampuannya masing-masing”. Zainal Arifin juga mengemukakan

bahwa prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah

dikuasai anak didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

Page 35: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan)

anak didik.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

dalam penelitian ini adalah hasil dari usaha yang dicapai oleh siswa dalam proses

belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol. Di dalam

penelitian ini prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka.

d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723) disebutkan bahwa,

“Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan

dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

bilangan”.

Wood (1999: 171) menyatakan bahwa beberapa peneliti seperti Confrey

dan Labinowicz telah memperoleh pandangan yang membangun dan berpendapat

bahwa siswa akan memahami matematika dengan baik jika siswa dengan aktif

terlibat dalam proses pembelajaran matematika.

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai oleh

semua siswa karena pelajaran lainnya tidak bisa terlepas dari matematika.

(Huntley : 329). Purwoto (2003: 12-13) mengemukakan bahwa, “Matematika

adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang

terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang

didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil”.

Page 36: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Sedangkan R. Soejadi (2000: 11) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi

dari matematika, yaitu sebagai berikut:

1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara

sistematik.

2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan

dengan bilangan.

4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah

tentang ruang dan bentuk.

5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Menurut Lawson (2000: 26) “A major aim mathematics education is to devise ways of encouraging students to take more active role s in acquiring, experimenting with, and using the mathematical ideas and procedures that are included in the school curriculum”. menyatakan bahwa tujuan utama dari pembelajaran matematika adalah untuk menemukan jalan yang memberikan harapan siswa untuk melakukan banyak peranan dengan kecakapan, mengadakan percobaan dengan atau menggunakan ide-ide secara matematis dan prosedural yang dimasukkan dalam kurikulum sekolah.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika

adalah cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi, penalaran,

logik, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat,

dan pola keteraturan serta tentang struktur yang terorganisasi.

Berdasarkan pengertian prestasi belajar matematika yang telah diuraikan

di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika pada penelitian ini

adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses belajar matematika yang

Page 37: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

menghasilkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan, ketrampilan, dan

kecakapan baru yang dinyatakan dengan symbol, angka, atau, huruf.

2. Model Pembelajaran

Tujuan utama pembelajaran adalah mendorong siswa untuk belajar.

Pembelajaran merupakan upaya pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian

rupa untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.

Lingkungan pembelajaran meliputi model, media, dan peralatan yang diperlukan

dalam penyampaian informasi dalam proeses pembelajaran. Pengaturan atau

pemilihan model, media atau peralatan serta informasi dalam proses pembelajaran

menjadi tanggung jawab dari guru untuk merancang atau mendesainnya.

Dengan demikian, model pembelajaran adalah bagian dari proses

pembelajaran yang merupakan langkah-langkah taktis bagi guru dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Menurut Jouce, Weil

dan Calhoun (2000: 10) model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara

atau pola yang digunakan untuk membantu siswa mengembangkan potensi dirinya

sebagai pembelajaran. Siswa tidak hanya menguasai materi perihal pengetahuan

dan keterampilan melainkan juga harus memperoleh peningkatan kemampuan

untuk menghadapi tugas-tugas di masa depan dan untuk keperluan belajar

mandiri. Dick dan Carey (1990: 1) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah

suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran

sehingga pesetra didik dapat mengusai isi pelajaran atau Borich dan Houston

dalam Toeti Soekamto dan Udin Syaripudin Winata putra (1997: 151) istilah

model digunakan dalam pengertian yang sama untuk menggambarkan

Page 38: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

keseluruhan prosedur yang sistematis kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Pendapat lain dikemukakan oleh Gagne (2000: 114-115) peristiwa

pembelajaran mencakup Sembilan tahapan yaitu: (1) Membangkitkan perhatian,

(2) Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa, (3) Membangkitkan

ingatan dari pemahaman awal atau hasil belajar terdahulu, (4) Menyajikan

rangsangan, (5) Menyediakan arahan belajar, (6) Memancing tampilan siswa, (7)

Memberikan balikan, (8) Menilai hasil belajar siswa, (9) Meningkatkan perolehan

hasil belajar/retensi dan transfer. Sembilan tahapan peristwa belajar tersebut

dapan menunjang/mendukung proses internal dari belajar dan keberhasilan

pembelajaran.

Untuk menentukan atau memilih model pembelajaran, hendaknya

berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran

ditetapkan, kemudian model pembejaran yang dipandang efesien dan efektif

dipiliih,kreteria lain dalam memilih model pembelajaran adalah tingkat

keterlibatan peserta didik, dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Tidak ada

model pembelajaran yang paling baik untuk semua materi pembelajaran. Semua

model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan, sehingga yang paling

penting adalah perlunya guru mampu memilih model pembelajaran yang sesuai

dengan materi, tujuan, sumber, kemampuan, pengetahuan sebelumnya, umur

peserta didik dan alat pembelajaran yang tersedia.

Jocye, Weil dan Calhoun (2000: 16-18) mengemukakan bahwa tiap model

pembelajaran yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realita yang sesuai

dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai melalui kerjasama guru dengan

Page 39: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

siswa. Sangat sulit untuk menentukan suatu model pembelajaran yang sempurna,

yang dapat menyelesaikan semua masalah pembelajaran sehingga dapat

membantu siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Gaya mengajar yang

dimilki guru banyak dipengaruhi oleh situasi,kondisi, kebutuhan siswa, dan tujuan

yang hendak dicapai.

Model pembelajaran yang dipilih oleh guru harus mengarahkan

pembelajaran menjadi efektif. Pembelajara yang efektif menurut Dunne dan

Wragg (1996: 12-14) mempunyai dua karakteristik. (1) Pembelajaran efektif

memudahkan peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat meliputi fakta,

keterampilan,nilai-nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. (2)

Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang diakui keandalannya oleh mereka

yang berkompeten memberikan penilai seperti guru-guru, pengawas, tutor, dan

juga siswa Keterandalan itu sendiri antara lain adalah dapat diterapkannya

keterampilan penggunaan model pembelajaran secara konsisten pada tempat dan

waktu yang berbeda.

a. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) adalah model

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan

belajar. Pembelajaran Kooperatif menciptakan interaksi yang asah,asih dan auh

sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community). Siswa tidak hanya

belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa. Selanjutnya Armstrong, Scott

(1998) mengatakan “Teams members may (a) work on the worksheets in pairs, (b)

Page 40: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

take turns quizzing each other, (c) discuss problems as a group, or (d)use

whatever strategies they wich to learn the assigned material”. Artinya anggota

kelompok diperbolehkan (a) mengerjakan lembar kerja secara berpasangan, (b)

membuat giliran kuis satu sama lain, (c) mendiskusikan masalah di dalam

kelompok, atau (d) mengunakan strategi apa saja untuk belajar materi yang

ditugaskan.

Menurut Rossetti dan Nembhard (1998: 68) menyatakan bahwa

“Cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang dirancang

untuk memotivasi minat siswa dan membantu mengingat tentang gagasan-gagasan

atau ide yang dilakukan di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur

dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih”. Jadi keberhasilan

mengajar dalam model pembeljaran ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan

individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan secara

bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.

Beberapa karakteristik cooperative learning menurut Rossetti dan

Nembhard (1998: 68) antara lain:

a. Positive interdependence, adalah sifat yang menunjukkan saling

ketergantungan satu terhadap yang lain dalam kelompok serta positif.

b. Face-to-Face Promotive Interaction, proses yang melibatkan siswa dalam

proses belajar yang mengharuskan siswa untuk belajar dengan satu sama lain.

c. Individual accountability/Personal Responsibility, yaitu setiap individu dalam

kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan

yang dihadapi kelompok.

Page 41: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

d. Collabortive Skills, yaitu suatu kebutuhan untuk mengajarkan kepada siswa

tentang bagaimana siswa berfungsi dalam suatu kelompok. Siswa harus

mempunyai pemahaman berkelompok, metode pendengaran yang aktif,

pengendalian konflik, dan ketrampilan sosial lainnya agar diskusi

berlangsung secara efektif.

e. Group processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh

kelompok secara bersama-sama.

Adapun langkah-langkah cooperative learning adalah sebagai berikut:

1). Guru merancang pengajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target

pengajaran yang ingin dicapai.

2). Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara

bersama-sama dalam kelompok kecil.

3). Guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun

secara kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan

perilaku siswa selama kegiatan belajar mengajar.

4). Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil

kerjanya.

Menurut Arends, (2001: 322-326) pembelajaran kooperatif mempunyai 4

variasi, yaitu:

a). STAD (StudentTeams-Achievement Divisions)

Dalam penerapan STAD, guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja

dalam kelompok untuk memastikan anggota kelompok telah menguasai

materi tersebut. Akhirnya, seluruh siswa diberi kuis dengan materi yang

Page 42: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

sama. Pada waktu kuis, siswa tidak dapat saling membantu satu sama lain,

dan nilai kuis tersebut yang dipakai untuk menentukan skor individu maupun

kelompok.

b). Jigsaw

Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok kecil yang heterogen

dengan menggunakan kelompok ‘asal’ dan kelompok ‘ahli’. Setiap kelompok

‘asal’ diberi tugas untuk mempelajari bagian tertentu yang berbeda dari

materi yang diberikan. Kemudian setiap siswa yang mempelajari topik yang

sama saling bertemu dan membentuk kelompok ‘ahli’ untuk bertukar

pendapat dan informasi. Setelah itu siswa tersebut kembali ke kelompok

‘asal’ untuk menyampaikan informasi yang diperoleh. Akhirnya setiap siswa

diberi kuis secara individu. Penilaian dan penghargaan yang digunakan pada

Jigsaw sama dengan STAD.

c). Grup Investigation (GI).

Grup Investigation (Investigasi Kelompok) adalah metode pembelajaran

kooperatif di mana setiap siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk

menyelidiki topik tertentu yang dipilih. Tipe ini merupakan pendekatan

pembelajaran kooperatif yang paling kompleks yang paling sulit untuk

diterapkan. Setiap kelompok membuat rencana kegiatan pembelajaran dan

kemudian melaksanakannya. Akhirnya setiap kelompok mempresentasikan

hasilnya. Dalam teknik ini, penghargaan tidak diberikan.

Page 43: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

d. Structural Approach (Pendekatan Struktural).

Setelah guru menyajikan materi pelajaran, setiap kelompok mengerjakan

lembar kerja siswa, saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama dalam

kelompok. Pendekatan struktural dikembangkan oleh Spencer Kagan.

Pendekatan tersebut memberikan penekanan pada penggunaan struktur

tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola kreatif siswa. Galligan

(2006: 20-21) menyatakan bahwa kreativitas itu penting dalam semua aspek

pembaharuan dan kemajuan budaya, memerlukan imajinasi, disiplin dan

dukungan. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan tersebut menghendaki

siswa bekerja sama saling membantu dalam kelompok kecil. Ada dua tipe

yang dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu:

1) Think-Pair-Share (TPS), yaitu suatu pendekatan yang bertujuan memberi

siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, menjawab, dan saling

membantu satu sama lain. Pendekatan ini mempunyai tiga tahapan

penting, yaitu berpikir (Thinking), berpasangan (Paring), dan berbagi

(Sharing). Informasi lebih lanjut mengenai tipe ini akan dibahas pada

paragraph selanjutnya.

2) Number-Head-Together (NHT), yaitu suatu pendekatan yang melibatkan

banyak siswa dalam menelaah materi pelajaran. Pendekatan ini bertujuan

mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut. Pendekatan

struktural Nurmber-Head-Together terdiri dari empat langkah utama,

yaitu: penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan

menjawab.

Page 44: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b. Model Pembelajaran TPS

TPS merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland. Model

pembelajaran TPS memberikan kepada siswa waktu untuk berpikir dan merespon

serta saling membantu satu sama lain.

Dalam menerapkan model pembelajaran TPS Frank Lyman dalam

Arends, (2001: 325-326) menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1). Thinking (berpikir)

Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran,

kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara

mandiri untuk beberapa saat.

2). Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa yang lain untuk

mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada langkah pertama. Interaksi

pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu

pertanyaan atau ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya

guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

3). Sharing (berbagi)

Guru meminta pasangan-pasangan siswa tersebut untuk berbagi atau

bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah

mereka diskusikan dengan cara bergantian pasangan demi pasangan dan

dilanjutkan sampai beberapa siswa telah mendapat kesempatan untuk

melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan, tetapi disesuaikan

Page 45: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

dengan waktu yang tersedia. Pada langkah ini akan menjadi efektif apabila

guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain.

Berdasarkan langkah-lngkah di atas peneliti menggunakan langkah-

langkah pengembangan sebagai pengembangan sebagai berikut:

1). Guru mengorganisasi kelas untuk belajar dan mengarahkan siswa untuk

mempersiapkan materi yang telah dipelajari di rumah.

2) Guru mengingatkan siswa pada materi prasyarat dan memberikan penjelasan

seperlunya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari siswa.

3) .Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan anggota 2 orang

untuk tiap kelompok.

4) .Guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan atau masalah dan

mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKS, menjawab pertanyaan,

menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas, atau mengerjakan tugas secara

mandiri.

5). Guru memanggil pasangan tertentu dan pasangan siswa tersebut memberikan

jawabannya pada seluruh anggota kelas dari hasil diskusi yang telah mereka

lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan sampai beberapa siswa mendapat

kesempatan untuk melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan,

tetapi disesuaikan dengan waktu yang tersedia.

6). Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing siswa untuk

menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan tugas untuk

dikerjakan di rumah.

Page 46: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Secara rinci fase-fase tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan:

a. Guru memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Guru mengingatkan siswa tentang materi prasyarat berkaitan dengan

materi yang akan dipelajari.

2. Kegiatan Inti

a. Guru membagikan LKS yang berisikan pertanyaan atau masalah dan

mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKS, menjawab pertanyaan,

menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas, atau mengerjakan tugas

secara mandiri untuk beberapa saat.

b. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa lain untuk

mendikusikan apa yng telah dipikirkan nya pada langkah pertama.

c. Siswa berpikir bersama untuk menentukan jawaban dari pertanyaan guru

berdasarkan jawaban yang telah mereka peroleh secara mandiri.

d. Guru memantau siswa dalam kerja bersama dan memberikan motivasi

sekaligus melatih keterampilan kooperatif.

e. Guru memanggil pasangan tertentu dan pasangan siswa tersebut

memberikan jawabannya pada seluruh kelas dari hasil diskusi yang telah

mereka lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan sampai beberapa

pasangan siswa mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Page 47: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

3. Kegiatan Penutup

Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing siswa untuk

menyimpulkan materi yang teah dipelajari dan memberikan tugas untuk

dikerjakan dirumah.

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe “TPS” adalah

sebagai berikut:

Kelebihan:

1. Adanya interaksi antara siswa melalui diskusi untuk menyelesaikan masalah

akan meningkatkan keterampilan sosial siswa.

2. Baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama

memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar kooperatif.

3. Kemungkinan siswa lebih mudah memahami konsep dan memperoleh

kesimpulan.

4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ketrampilan

bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan

Kelemahan:

1. Siswa yang pandai cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan

sikap minder dan pasif dari siswa yang kurang pandai.

2. Diskusi tidak akan berjalan lancar jika siswa hanya menyalin pekerjaan siswa

yang pandai.

. Kelebihan tersebut dapat terjadi apabila ada tanggung jawab individual

anggota kelompok, artinya keberhasilan kelompok ditentukan oleh hasil belajar

individual semua anggota kelompok. Selain itu diperlukan adanya pengakuan

Page 48: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

kepada kelompok yang kinerjanya baik sehingga anggota kelompok tersebut dapat

melihat bahwa kerjasama untuk saling membantu teman dalam satu kelompok

sangat penting. Sedangkan kelemahan yang ada dapat diminimalisir dengan peran

guru yang senantiasa meningkatkan motivasi siswa yang lemah agar dapat

berperan aktif, meningkatkan tanggung jawab siswa untuk berlajar bersama, dan

membantu siswa yang mengalami kesulitan.

c. Model Pembelajaran STAD

Student Team Achievement Division (STAD), merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E, Slavin (2008) di

Universitas Jonn Hopkins, AS. Tipe STAD merupakan model pembelajaran

kooperatif yang sangat sederhana terdiri dari empat fase, yaitu:

1. Presentasi kelas

Pada komponen ini, guru memberikan materi dengan mengemukakan

konsep-konsep, keterampian-keterampilan dengan menggunakan buku siswa,

buku guru, bahan untuk audio visual dan sebagainya. Guru harus mampu

mendesain materi pembelajaran untuk mode pembelajaran kooperatif tipe

STAD, yaitu guru menyiapkan Lembar Kerja siswa (LKS) untuk masing-

masing kompetensi dasar.

2. Kelompok Belajar

Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok

heterogen dengan jumlah anggota 4-5 orang siswa. Pada pembentukan

kelompok guru harus memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang

sosial, etnik, serta tingkat kemampuan akademik siswa dalam keanggotaan

Page 49: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

kelompok. Fungsi utama kelompok belajar ini adalah siswa belajar dalam

kelompoknya serta mempersiapkan anggotanya untuk belajar dengan baik

dalam menghadapi tes individu..

Kelompok-kelompok belajar merupakan hakekat belajar yang sangat

penting dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Keberhasilan

pembelajaran sangat ditentukan oleh kelompok untuk melakukan hal terbaik

untuk kelompoknya, seperti saling memberikan semangat, dukungan, perhatian

dan penghargaan diri untuk keberhasilan belajar.

Setelah guru mempresentasikan materi, masing-masing kelompok bertemu

untuk mendiskusikan, membandingkan jawaban dan mengoreksi jika

ditemukan salah persepsi dari lembar kerja atau materi lain.

3. Evaluasi Belajar

Setelah guru mempresentasikan satu materi pokok bahasan, kemudian

dilakukan evaluasi perorangan dengan tujuan untuk mengukur pengetahuan

yang diperoleh selama kegiatan belajar mengajar.

4. Skor/nilai peningkatan perorangan atau kelompok.

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk

menunjukkan apa yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok.

1) Skor Perkembangan Individu

Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan

disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.

Menurut Slavin (2009: 159) Skor perkembangan individu dihitung

berdasarkan skor awal. Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki

Page 50: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi

kelompoknya. Berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan

perkembangan skor individu dimaksud agar siswa terpacu untuk

memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.

Adapun perhitungan skor perkembangan individu adalah:

Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu

SKOR KUIS POIN KEMAJUAN

Lebih dari 10 poin dibawah skor skor awal 5

10 – 1 poin dibawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20

Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30

Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

2) Skor Perkembangan Kelompok

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam kegiatan ini adalah

menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu serta

memberikan sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian

penghargaan kelompok berdasarkan paa rata-rata nilai perkembangan

individu dalam kelompok.

Menurut Slavin (2009: 160) Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan

cara menjumlahkan masing-masing perkembangan individu dan hasilnya

dibagi sesuai dengan kelompok. Pemberian penghargaan berdasarkan

Page 51: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik,

kelompok hebat, dan kelompok super.

Tiga macam tingkatan penghargaan diberikan berdasarkan pada rata-rata skor tim,

sebagai berikut:

Tabel 2.2 Skor Perkembangan Kelompok

Kriteria Penghargaan

15 TIM BAIK

16 TIM SANGAT BAIK

17 TIM SUPER

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Sugianto

(2007: 14) :

1. Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan

anggota 4-5 orang siswa. Tiap memiliki anggota yang heterogen baik jenis

kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan akademik (tinggi, sedang, rendah)

2. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik (LKS) dan

kemudian saling membantu untuk mengusai bahan ajar melalui tanya jawab

atau diskusi antar sesama kelompok.

3. Secara individual atau kelompok, tiap minggu atau dua minggu guru

mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik

yang telah dipelajari.

4. Tiap siswa dan tiap kelompok dievaluasi dan diberi skor atas penguasaannya

terhadap bahan ajar dan kepada siswa secara individu atau kelompok yang

Page 52: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

Kadang-kadang beberapa atau semua kelompok memperoleh penghargaan jika

mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu.

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran koopertif tipe STAD adalah

adalah sebagai berikut:

Kelebihan:

1. Dapat memberikan keuntungan baik pada siswa yang pndai maupun yang

kurang pandai dalam kemampuan akademiknya.

2. Siswa belajar untuk saling menghargai satu sama lain meskipun berbeda latar

belakang

3. Mengajarkan pada siswa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi

4. Materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode waktu yang lebih

lama.

Kelemahan:

1. Membutuhkan banyak waktu dalam persiapan pembelajaran

2. Tidak semua siswa aktif dalam diskusi kelompoknya

3. Gaya Belajar

a. Pengertian Gaya belajar

Setiap siswa mempunyai cara atau sikap yang berbeda-beda dan hal

tersebut selalu dilakukannya dalam belajar. Hal tersebut sesuai dengan beberapa

pendapat dari beberapa ahli. NASSP dalam Gobai (2005: 2) menyatakan bahwa

“Gaya belajar atau Learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan

perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk

Page 53: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar”.

Gaya belajar merupakan cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima

informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Hal ini sesuai

dengan pendapat De Porter dan Hernacki, (1999: 110-112) yang merumuskan

bahwa, “Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap

dan kemudian mengatur serta mengolah informasi”. Gaya belajar ini berkaitan

dengan pribadi seseorang yang tentu dipengaruhi oleh pendidikan dan riwayat

perkembangannya. Sedangkan Winkel (1996: 147) mengemukakan bahwa, ”Gaya

belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa. Cara khas ini bersifat

individual yang kerapkali tidak disadari dan sekali terbentuk dan cenderung

bertahan terus”. Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa gaya belajar siswa adalah cara belajar yang khas, bersifat konsisten,

kerapkali tidak disadari yang merupakan kombinasi dari bagaimana siswa tersebut

menyerap dan mengatur serta mengolah informasi. Keanekaragaman gaya belajar

siswa perlu diketahui oleh guru dan siswa. Hal ini akan memudahkan bagi siswa

untuk belajar maupun guru untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Siswa

akan dapat belajar dengan dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia

mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan guru dalam menerapkan

pembelajaran dengan mudah dan tepat.

b. Macam-macam Gaya Belajar

Sriyono (1992: 4) menggolongkan gaya belajar berdasarkan cara

menerima informasi ke dalam empat tipe yaitu tipe mendengarkan, tipe

penglihatan, tipe merasakan dan tipe motorik. Sedangkan De Porter dan Hernacki,

Page 54: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

(1999: 112-113) mengolongkan gaya belajar berdasarkan cara menerima

informasi dengan mudah (modalitas) ke dalam tiga tipe yaitu gaya belajar tipe

visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik. Selanjutnya sesuai dengan pembagian

tipe gaya belajar, orang dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu orang

bertipe visual, auditorial, dan kinestetik.

1) Auditorial

De Porter dan Hernacki (1999: 118) mengemukakan ciri-ciri siswa yang

bertipe auditorial dapat dirangkum bahwa:

Orang-orang yang bertipe auditorial memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

1. Mudah terganggu oleh keributan.

2. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.

3. Dapat mengulang kembali atau menirukan nada dan birama, dan warna suara.

4. Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.

5. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekarjaan yang bersifat visualisasi,

seperti memotong bagian-bagian sehingga sesuai satu sama lain.

Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa,”Siswa yang bertipe mendengarkan

dapat menerima dengan baik setiap informasi dengan mendengarkan”. Ada

beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa auditorial dalam

belajar yaitu mengusahakan menghindari kebisingan atau suara-suara yang

mengganggu, memutarkan musik-musik tenang tanpa lirik, mengajak berdiskusi

untuk memahami suatu pelajaran.

Page 55: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

2) Visual

De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike (1999: 116) mengemukakan ciri-ciri

siswa yang bertipe visual dapat dirangkum bahwa:

Orang-orang yang bertipe visual memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

1. Perilaku rapi, teratur,teliti terhadap detail.

2. Lebih mudah dalam mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar.

3. Mengingat dengan asosiasi visual.

4. Lebih suka membacakan daripada dibacakan.

5. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan

sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya.

Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa, “Siswa yang memiliki gaya belajar

tipe penglihatan dapat menerima informasi dengan baik bila ia melihat langsung”.

Beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa visual dalam belajar

yaitu menyediakan alat peraga seperti bagan, gambar, flow chart, atau alat-alat

eksperimen yang dibuat sendiri, membantunya untuk menuliskan hal-hal yang

penting dalam materi yang dipelajari dan memberi kesempatan untuk

mengobservasi

3) Kinestetik

De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike (1999: 118-120) mengemukakan ciri-ciri

siswa yang bertipe kinestetik dapat dirangkum bahwa:

Orang-orang yang bertipe kinestetik memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

1. Selalu berorientasi pada fisik, banyak gerak.

2. Berbicara dengan perlahan.

Page 56: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

3. Belajar melalui manipulasi dan praktek.

4. Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot dengan mencerminkan aksi

dengan gerakan tubuh saat membaca.

5. Ingin melakukan segala sesuatu.

Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa,”Siswa yang bertipe motorik akan

menerima informasi dengan baik bila ia melakukan sendiri secara langsung”.

Beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa kinestetik dalam

belajar yaitu menyediakan alat peraga yang nyata untuk belajar (seperti balok-

balok, miniatur, patung peraga), membiarkan dia menyentuh sesuatu yang

berhubungan dengan pelajarannya, memberi kesempatan untuk mempraktekkan

apa yang dipelajarinya, memberi kesempatan untuk berpindah tempat.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan Satya Sri Handayani (2009) yang berjudul

“Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model

Struktural TPS pada Materi Pokok Bentuk Akar dan Pangkat ditinjau dari

Gaya Belajar Matematika Siswa SMA Negeri Sekabupaten Pati Tahun

Pelajaran 2009/2010”. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat

perbedaan prestasi belajar matematika yang signifikan yaitu metode

pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

mengikuti pembelajaran matematika secara konvensional, tidak terdapat

perbedaan prestasi belajar ditinjau dari gaya belajar siswa, dan tidak terdapat

interaksi antara metode pembelajaran dan gaya belajar belajar siswa terhadap

prestasi belajar siswa pada pokok materi akar dan Pangkat. Persamaaan

Page 57: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dengan penelitian tersebut pada perlakuannya yaitu metode pembelajaran

kooperatif tipe TPS ditinjau dari gaya belajar. Sedangkan perbedaannya

terletak pada model pembelajarannya dan materi pokok matematika. Pada

penelitian tersebut hanya kooperatif tipe TPS dan materi pokok akar dan

pangkat, sedangkan pada penelitian ini model pembelajarannya kooperatif

tipe TPS dan STAD serta materi pokok bangun ruang sisi lengkung ditinjau

dari gaya belajar siswa.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ayuning Tyas Wulandari (2007) yang

berjudul “Eksperimentasi Metode Pembelajaran Contextual Teaching

Learning (CTL) pada pokok Bahasan Peluang Ditinjau Dari Gaya Belajar

Matematika Siswa Kelas IX SMP Negeri I Donorojo Tahun Pelajaran

2006/2007”. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan prestasi

matematika antara siswa yang mengikuti pelajaran dengan metode CTL

dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional,

terdapat pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar dan tidak terdapat

interaksi antara metode pembelajaran yang digunakan dengan gaya belajar

siswa. Persamaan dengan penelitian ini adalah membahas peningkatan

prestasi belajar matematika yang ditinjau dari gaya belajar siswa. Perbedaan

dengan penelitian ini adalah perlakuan. Pada penelitian tersebut perlakuannya

dengan metode CTL, sedangkan pada penelitian ini perlakuannya pada model

pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe TPS dan STAD

3. Wendy Diane carss (2007). Dalam penelitian yang berjudul ”The Effects of

Using Think- Pair- Share During Guided Reading Lessons”

Page 58: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Hasil penelitian yang terkait adalah metode pembelajaran penggunaan metode

” Think- Pair- Share” (TPS) menimbulkan pengaruh yang positif sehingga

menghasilkan prestasi yang lebih baik. Persamaan dengan penelitian ini

adalah pada perlakuannya yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe TPS,

perbedaan dengan penelitian di atas dalam penelitian ini ditinjau dari gaya

belajar matematika siswa.

C. Kerangka Berpikir.

Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar siswa menunjukkan penguasaan pengetahuan atau keterampilan

yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Keberhasilan siswa dalam menguasai

materi pelajaran dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya model

pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran dan faktor

dalam diri yaitu gaya belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif

adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran ini didapatkan

adanya proses kebersamaan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Model

pembelajaran kooperatif terdapat interaksi antar siswa dalam kelompoknya

maupun interaksi antara siswa dan guru sebagai pengajar sehingga dapat

membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Interaksi

dalam kelompok ini akan berjalan dengan baik jika dalam setiap kelompok

mempunyai kemampuan yang heterogen.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), merupakan

salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari dua siswa dengan

Page 59: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

kemampuan yang berbeda, belajar dalam satu kelompok untuk memastikan bahwa

semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran, setelah guru menyampaikan

pelajaran. Kemudian diadakan presentasi masing-masing kelompok ke depan

untuk melihat pengetahuan yang dicapai siswa. Dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TPS ini, pembelajaran akan lebih bermakna dan dapat lebih

meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran. Selain itu,

diharapkan siswa akan merasa mudah didalam belajar matematika, karena mereka

saling berdiskusi dan saling berinteraksi.

Student Team Achievement Divisions (STAD), merupakan model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan paling mudah dipahami

(Slavin, 2009: 143). Guru yang menggunakan STAD menyajikan informasi

akademis baru kepada siswa setiap minggu atau secara regular, baik melalui

informasi verbal atau teks. Siswa dikelas tertentu dibagi menjadi beberapa

kelompok/tim belajar secara heterogen, anggota-anggota tim menggunakan

worksheets atau alat belajar lain untuk menguasai berbagai materi pelajaran dan

kemudian saling membantu untuk mempelajari berbagai materi melalui tutoring,

saling memberikan kuis, atau melaksanakan diskusi tim. Secara individual, siswa

diberi kuis mingguan atau dua mingguan tentang materi pelajaran. Kuis-kuis

diberi skor dan masing-masing individu diberi “skor kemajuan”. Skor kemajuan

dilihat dari seberapa banyak skor itu bertambah dari rata-rata skor sebelumnya.

Melalui penerapan model pembelajaran TPS pemahaman siswa terhadap

materi pelajaran akan lebih bermakna dan penguasaan siswa terhadap suatu materi

pelajaran akan lebih banyak dibandingkan siswa yang diajarkan dengan

Page 60: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

menggunakan model pembelajaran STAD, karena dalam model pembelajaran TPS

dimana tiap kelompok hanya berjumlah dua orang, maka setiap siswa dituntut

untuk aktif secara penuh dalam berdiskusi dan memecahkan masalah yang

diberikan untuk masing-masing kelompok, sehingga diduga bahwa prestasi

belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran TPS lebih baik dari prestasi belajar matematika siswa yang

diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD.

Selain model pembelajaran, gaya belajar siswa merupakan salah satu

faktor yang dapat berpengaruh terhadap prestasi siswa. Untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran, guru harus memperhatikan karakteristik gaya belajar siswa.

Siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih senang belajar dengan melihat atau

membaca daripada mendengarkan, biasanya mereka ini menyukai penyajian

informasi yang runtut. Siswa dengan gaya belajar auditorial lebih suka

mendengarkan penjelasan dari guru daripada membaca, mereka mengandalkan

kemampuan mendengar dan mengingat. Sedangkan siswa dengan gaya belajar

kinestetik suka belajar melalui gerakan, cenderung tidak suka mendengarkan

ceramah, dan lebih bisa belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan.

Selama pelajaran, mereka mungkin saja gelisah jika tidak bisa leluasa bergerak

dan mengerjakan sesuatu Dari uraian di atas diduga siswa dengan gaya belajar

auditorial mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan gaya

belajar visual maupun kinestetik.

Model pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh

terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Gaya belajar siswa juga memiliki

Page 61: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Karena perbedaan gaya belajar siswa

maka ada kemungkinan bahwa suatu model pembelajaran matematika tidak selalu

cocok untuk semua siswa. Suatu model pembelajaran mungkin cocok untuk siswa

dengan gaya belajar visual, tetapi tidak cocok untuk siswa dengan gaya belajar

auditorial dan kinestetik, dan sebaliknya. Siswa dengan gaya belajar kinestetik

bisa belajar terutama jika terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran

matematika seperti belajar kelompok. Sehingga diduga model pembelajaran

kooperatif tipe TPS memberikan prestasi lebih baik pada siswa dengan gaya

belajar kinestetik daripada siswa dengan gaya belajar auditorial dan visual.

Sedangkan siswa dengan gaya belajar visual lebih suka membaca dan siswa

dengan gaya belajar auditorial lebih suka mendengarkan seperti ceramah.

Sehingga diduga model pembelajaran STAD memberikan prestasi belajar lebih

baik pada siswa dengan gaya belajar auditorial dan visual daripada siswa dengan

gaya belajar kinestetik.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Prestasi belajar matematika siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dibandingkan dengan

model pembelajaran STAD pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung.

2. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik

lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya

belajar auditorial, dan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya

Page 62: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

belajar auditorial lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang

mempunyai gaya belajar visual.

3. Pada gaya belajar visual model pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar

matematika lebih baik daripada model pembelajaran STAD.

4. Pada gaya belajar auditorial, model pembelajaran TPS memberikan prestasi

belajar matematika lebih baik dari pada model pembelajaran STAD.

5. Pada gaya belajar kinestetik, model pembelajaran TPS memberikan prestasi

belajar matematika lebih baik dari pada model pembelajaran STAD.

6. Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran TPS, gaya belajar

kinestetik memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dari

pada siswa dengan gaya belajar visual maupun auditorial.

7. Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran STAD, gaya belajar

auditorial memberian prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dari

pada siswa dengan gaya belajar visual maupun kinestetika.

Page 63: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP dalam wilayah Kota Palangka Raya.

Penelitian dilaksanakan pada semester 1 (satu) tahun pelajaran 2010/2011.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

a. Tahap Persiapan:

1). Pengajuan judul tesis : Februari 2010.

2). Pengajuan proposal tesis : April - Juni 2010.

3). Seminar Proposal : Juli 2010.

4). Pengajuan instrumen penelitian : Juli 2010.

b. Tahap Pelaksanaan:

1). Mengambil data dokumenter : Juli 2010

2). Menetapkan sampel penelitian : Agustus 2010.

3). Uji coba angket : September 2010

4). Melaksanakan pembelajaran : September – Oktober 2010

5). Pengambilan data gaya belajar : September 2010

6). Uji coba tes prestasi : Oktober 2010.

7). Melaksanakan tes akhir : Oktober 2010.

c. Tahap Penyelesaian:

1). Pengolahan data hasil penelitian : Oktober - Nopember 2010.

Page 64: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

2). Penyusunan laporan : Nopember – Desember 2010

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental semu

(quasi-experimental research). Hal tersebut berkenaan dengan peneliti tidak

mungkin mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti yang dikemukakan

Budiyono (2003: 82-83) bahwa “Tujuan eksperimental semu adalah untuk

memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat

diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak

memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang

relevan”.

Pada penelitian ini yang dilakukan adalah membandingkan prestasi

belajar dari kelompok yang diberi perlakuan dengan Model pembelajaran TPS

dengan kelompok yang diberi perlakuan dengan menggunakan model

pembelajaran STAD pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung.

Sebelum eksperimen dilakukan, peneliti melakukan uji normalitas

dengan menggunakan metode Lilliefors untuk mengetahui apakah kelompok

eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang normal atau tidak.

Setelah itu dilakukan uji keseimbangan dengan menggunakan uji-t untuk

mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan

seimbang atau tidak. Data yang digunakan untuk melakukan kedua uji tersebut

adalah nilai hasil Ulangan Umum Bersama semester genap kelas VIII tahun

pelajaran 2009/2010.

Page 65: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Setelah melakukan eksperimen, kedua kelompok tersebut diukur dengan

menggunakan alat ukur yang sama, yaitu soal-soal tes prestasi belajar matematika

pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung. Hasil pengukuran tersebut

dianalisis dan dibandingkan dengan tabel uji statistik yang digunakan. Sebelum

dilakukan analisis, pada data yang diperoleh dilakukan uji normalitas untuk

mengetahui apakah kedua kelompok berasal dari populasi yang normal atau tidak

dan uji homogenitas untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai

variansi yang sama atau tidak.

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3, dengan maksud

untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat.

Rancangan dimaksud dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Gaya belajar (B)

Model

Pembelajaran (A)

Visual

(B1)

Auditorial

(B2)

Kinestetik

(B3)

Model pembelajaran TPS (A1) AB11 AB12 AB13

Model pembelajaran STAD (A2) AB21 AB22 AB23

dengan:

A1 : Model pembelajaran TPS

A2 : Model pembelajaran STAD

B1 : Visual

B2 : Auditorial.

Page 66: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

B3 : Kinestetik

AB11 : Prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran TPS yang

memiliki gaya belajar visual.

AB12 : Prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran TPS yang memiliki

gaya belajar auditorial.

AB13 : Prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran TPS yang memiliki

gaya belajar kinestetika.

AB21 : Prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran STAD yang

memiliki gaya belajar visua.l

AB22 : Prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran STAD yang

memiliki gaya belajar auditorial.

AB23 : Prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran STAD yang

memiliki gaya belajar kinestetika.

2. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian akan dilakukan secara bertahap dan

berkesinambungan. Urutan – urutan kegiatan yang akan dilakukan adalah :

a. Melakukan observasi

Observasi SMP meliputi observasi objek penelitian, pengajaran dan fasilitas

yang dimiliki.

b. Memilih sekolah dan kelas mana yang akan digunakan untuk penelitian dan

kelas untuk uji coba instrumen.

Page 67: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

c. Mengambil data kemampuan awal berupa nilai Ulangan Umum Bersama

(UUB) Semester genap kelas VIII tahun pelajaran 2009/2010 untuk uji

keseimbangan.

d. Memberikan perlakuan berupa pengajaran dengan menggunakan model

pembelajaran TPS sebagai kelas eksperimen dan model pembelajaran STAD

sebagai kelas kontrol pada dua kelas yang telah dipilih.

e. Mengambil data gaya belajar dengan menggunakan angket.

f. Memberikan tes prestasi belajar untuk mengukur hasil belajar siswa.

g. Mengolah dan menganalisis data penelitian.

h. Menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kumpulan objek yang lengkap yang akan dijadikan objek

penelitian, dan memiliki sifat-sifat (karakteristik) yang sama. (M. Cholik

Adnawan dan Sugiyono, 2006: 48). Lebih lanjut Watson (2000: 48) menyatakan

bahwa “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”, sehingga dari pengertian

tersebut populasi merupakan keseluruhan subyek atau individu yang memiliki

karakteristik tertentu yang hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa Kelas IX SMP di Kota Palangka Raya Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik yang

digunakan dalam pengambilan sampel yaitu teknik stratified cluster random

sampling, yaitu kombinasi antara stratified random sampling dan cluster random

Page 68: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

sampling (Budiyono, 2003: 37) sampling random kluster adalah sampling random

yang dikenakan berturut-turut terhadap sub-sub populasi. Sub-sub populasi ini

disebut kluster Pada penelitian ini, dari seluruh SMP di Kota Palangka Raya

dipisah menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu pertama-tama dilihat dari peringkat

sekolah berdasarkan nilai matematika hasil Ujian Nasianoal tahun pelajaran

2009/2010.

Kemudian ditentukan kelompok-kelompok sekolah berdasarkan peringkat,

yaitu kelompok atas, menengah dan bawah

Tabel 3.2 Data Peringkat Sekolah

NO NAMA SEKOLAH RATA-RATA NILAI KELOMPOK

1 SMP Nusantara P. Raya 9,11 ATAS

2 SMPN 12 Palangka Raya 8,78 ATAS

3 SMP Bina Cita Utama 8,67 ATAS

4 SMPN- 13 8,15 ATAS

5 SMP T Pahandut -3 8,04 ATAS

6 SMP 1 Atap 6 7,33 MENEMGAH

7 SMPN 6 7,21 MENENGAH

8 SMP Kristen 7,16 MENENGAH

9 SMPN 2 7,12 MENENGAH

10 SMP 1 Atap 1 7,08 MENENGAH

11 SMPN 14 7,03 MENENGAH

12 SMPN 3 7,00 MENENGAH

13 SMP Pancasila 6,92 MENENGAH

14 SMP Muhammadiyah 6,89 MENENGAH

15 SMP Karya 6,88 MENENGAH

16 SMP Nasional 6,85 MENENGAH

17 SMP Budi Luhur 6,71 MENENGAH

Page 69: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

18 SMPN 1 Atap 7 6,67 MENENGAH

19 SMPN 8 6,62 MENENGAH

20 SMP 1 Atap 3 6,62 MENENGAH

21 SMP 1 Atap 2 6,54 MENENGAH

22 SMP Natania 6,53 MENENGAH

23 SMP Guppi 6,50 MENENGAH

24 SMPN 15 6,50 MENENGAH

25 SMP Esen Mulang 6,42 RENDAH

26 SMP Katolik Santa Maria 6,31 RENDAH

27 SMP 1 Atap 4 6,25 RENDAH

28 SMP Katolik St Paulus 6,23 RENDAH

27 SMP Bethil 6,23 RENDAH

28 SMPN 10 6,22 RENDAH

29 SMPN 7 6,21 RENDAH

30 SMP NU 6,20 RENDAH

31 SMPN 1 Atap 5 6,08 RENDAH

32 SMPN 5 5,96 RENDAH

33 SMP N 16 5,92 RENDAH

34 SMP N 11 5,87 RENDAH

35 SMP PGRI 5,77 RENDAH

39 SMP N 9 5,73 RENDAH

40 SMP N 4 5,60 RENDAH

41 SMP N 1 5,55 RENDAH

42 SMP Terbuka Bukit Batu 5,47 RENDAH

Dari masing-masing kelompok dipilih secara acak 3 SMP yang akan

dijadikan tempat penelitian. Kelompok atas terpilih SMP Nusantara Palangka

Raya, kelompok sedang terpilih SMP Muhammadiyah Palangka Raya dan

kelompok bawah terpilih SMP Negeri 1 Palangka Raya. Selanjutnya pada tiap-

Page 70: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

tiap SMP yang terpilih, secara acak dipilih dua kelas untuk dijadikan kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol, sehingga sebagai sampel penelitian terdapat 6

kelas yang terdiri dari 3 kelas sebagai kelompok eksprimen dan 3 kelas sebagai

kelas kontrol. Uji coba instrumen penelitian diambil secara acak dari sekolah

peringkat menengah dan terpilih SMP Negeri 2 Palangka Raya dengan jumlah

siswa 90 orang (2 kelas)

Data jumlah sampel pada masing-masing sekolah seperti pada tabel

berikut:

Tabel 3.3 Data Sampel Pada Masing-masing Sekolah

NO KELOMPOK NAMA SEKOLAH KELAS

JUMLAH EKSP KONTROL

1 ATAS SMP NUSANTARA IX-1 (43) IX-2 (45) 88 Orang

2 MENENGAH SMP MUH IX-3 (38) IX-1 (37) 75 Orang

3 BAWAH SMPN-1 IX-1 (39) IX-4 (38) 77 Orang

JUMLAH 120 Orang 120 Orang 240 Orang

D. Teknik Pengumpul Data

1. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu dua variabel bebas dan satu

variabel terikat yaitu:

a. Variabel Terikat

1). Definisi operasional: prestasi belajar matematika adalah hasil yang

telah dicapai oleh siswa dalam proses belajar matematika yang

Page 71: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

mengakibatkan perubahan pada diri siswa berupa penguasaan dan

kecakapan baru yang ditunjukkan dengan hasil yang berupa nilai.

2). Indikator: nilai tes prestasi belajar matematika pada materi pokok

bangun ruang sisi lengkung.

3). Skala pengukuran: skala interval

4). Simbol: AB

b. Variabel bebas

1) Model Pembelajaran

a) Definisi operasional: model pembelajaran adalah bagian dari proses

pembelajaran yang merupkan langkah-langkah taktis bagi guru

dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan.

Dalam penelitian ini model pembelajaran yang digunakan adalah

model pembelajaran kooperatif TPS dan STAD.

b) Indikator: model pembelajaran yang akan digunakan untuk kelas

eksperimen diberikan kooperatif TPS dan kelas kontrol diberika

kooperatif STAD, dalam proses belajar mengajar pada materi pokok

Bangun Ruang Sisi Lengkung.

c) Skala pengukuran: skala nominal dengan 2 kategori yaitu melalui

model pembelajaran TPS dan model pembelajaran STAD

d) Simbol: A

(1) model pembelajaran TPS (A1)

(2) model pembelajaran STAD (A2)

2). Gaya Belajar

Page 72: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

a) Definisi operasional :

Gaya belajar adalah cara khas yang bersifat konsisten yang dimiliki

oleh setiap siswa dalam menerima atau menangkap informasi

matematika yang datanya diperoleh dari angket gaya belajar

matematika.

b) Skala pengukuran: skala nominal yang dibagi menjadi tiga tipe

gaya belajar yaitu visual, auditorial , dan kinestetik. Penggolongan

gaya belajar matematika siswa didasarkan pada kecenderungan

skor siswa pada tipe yang sesuai. Siswa mempunyai skor tertinggi

pada tipe tertentu menunjukkan siswa tergolong pada tipe tersebut.

Apabila terdapat siswa memiliki skor tertinggi sama untuk dua atau

tiga tipe gaya belajar, maka siswa tersebut diberikan angket

kembali.

c) Indikator: skor angket gaya belajar matematika.

d) Simbol : B

(1) Tipe Visual (B1)

(2) Tipe Auditorial (B2)

(3) Tipe Kinestetik (B3)

2. Metode Pengumpulan data

Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk mengumpulkan data ada

tiga cara, yaitu metode dokumentasi, metode angket, dan metode tes.

a. Metode Dokumentasi

Page 73: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Menurut Budiyono (2003: 54) metode dokumentasi adalah cara pengumpulan

data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen yang ada. Metode

dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui data nilai

prestasi awal siswa dan juga untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan

kelas kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak.

Pada penelitian ini, data nilai prestasi siswa diambil dari nilai hasil Ulangan

Umum Bersama (UUB) Semester genap kelas VIII tahun pelajaran

2009/2010.

b. Metode Angket

Menurut Budiyono (2003: 47) metode angket adalah cara pengumpulan data

melalui pengajuan pernyataan-pernyataan tertulis kepada subyek penelitian,

responden, atau sumber data dan jawaban diberikan pula secara tertulis.

Angket pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui gaya belajar siswa.

Angket berisi pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan gaya belajar

siswa. Butir pernyataan angket mengacu pada gaya belajar visual, auditorial,

dan kinestetik. Diberikan 2 pilihan jawaban yaitu ya dan tidak.

c. Metode Tes

Menurut Budiyono (2003: 54) metode tes adalah cara pengumpulan data yang

menghadapkan sejumlah pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subjek

penelitian. Tes dalam penelitian ini memuat beberapa pertanyaan yang berisi

materi-materi pokok bangun ruang sisi lengkung. Tes tersebut berupa tes

obyektif atau pilihan ganda sebanyak tiga puluh lima butir soal untuk prestasi

Page 74: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

belajar pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung. Setiap soal obyektif

tersedia empat alternatif jawaban

3. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes untuk prestasi

belajar matematika dan angket untuk mengetahui gaya belajar siswa. Sebelum

digunakan, instrumen tes dan angket terlebih dahulu diujicobakan untuk

mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Setelah dilakukan uji coba, dilakukan

analisis butir soal tes dan angket sebagai berikut:

a. Tes Prestasi Belajar Matematika

Tujuan diadakan tes pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil

pembelajaran bangun ruang sisi lengkung. Untuk mendapatkan data yang akurat

maka tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang

baik. Prosedur penyusunan instrumen tes prestasi belajar adalah sebagai berikut:

(1) Mengidentifikasi bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan

instruksionalnya.

(2) Membuat kisi-kisi soal.

(3) Menyusul soal tes.

(4) Menelaah soal tes

Sebelum instrumen tes dipergunakan, instrumen tes perlu di uji

validitas,reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya.

1). Uji Validitas Isi

Menurut Budiyono (2003:58) suatu instrumen valid menurut validitas isi

apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari

Page 75: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

keseluruhan isi hal yang akan diukur. Pada penelitian ini uji validitas

dimaksudkan untuk menguji apakah isi tes sudah sesuai dengan isi kurikulum

yang hendak diukur. Agar tes hasil belajar mempunyai validitas isi, perlu

diperhatikan hal-hal berikut (Budiyono, 2003: 58):

(i). Bahan uji harus dapat mengukur seberapa jauh tujuan pembelajaran

tercapai baik ditinjau dari materi maupun proses belajar.

(ii). Titik berat bahan yang diujikan harus seimbang dengan titik berat bahan

yang diajarkan.

(iii).Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak diajarkan untuk menjawab

pertanyaan tes dengan benar.

Untuk menilai apakah instrumen tes mempunyai validitas isi yang tinggi,

biasanya penilaian dilakukan oleh para pakar (experts judgment). Dalam hal

ini, para pakar menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh pembuat tes telah

menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi telah mewakili isi yang akan diukur.

Langkah selanjutnya, para penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang

telah disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan.

Validitas isi ditentukan dengan cara:

(a). Perangkat tes diberikan kepada 3 (tiga) orang validator

(b). Ketiga orang validator memberikan penilaian pada lembar validasi

(c). Jika sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dari 3 (tiga) orang validator

menyatakan instrumen valid maka instrumen tersebut dikatakan memenuhi

validitas isi

2). Uji daya Pembeda

Page 76: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Suatu butir soal dikatakan mempunyai daya pembeda yang baik jika

kelompok siswa yang pandai menjawab benar lebih banyak dari keompok

siswa yang kurang pandai.Untuk mengetahiui daya pembeda dari tiap butir soal

pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi momen produk

dari Karl Pearson sebagai berikut:

( )( )( )( ) ( )( )å å-å å-

å åå-=

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

dengan :

rxy : indeks daya pembeda untuk butir ke-i

n : cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)

X : skor untuk butir ke-i

Y : skor total ( dari subyek uji coba)

(Budiyono, 2003: 65)

Butir ke-i dikatakan mempunyai daya pembeda yang baik jika mempunyai

indeks daya beda yang lebih besar dari 0,3. Jika indeks daya pembeda untuk

butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang.

3). Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang

memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk

menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus:

sJB

P =

dengan :

P : Indeks kesukaran

Page 77: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

B : Banyak peserta tes yang menjawab soal benar

Js : Jumlah seluruh peserta tes

Pada penelitian ini soal dianggap baik jika 0, 30 £ P < 0, 70.

(Suharsimi Arikunto, 2005: 208)

4). Uji Reliabilitas

Tes prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian adalah tes obyektif.

yaitu untuk jawaban benar diberi skor 1 sedangkan jawaban salah diberi skor 0.

Untuk itu digunakan rumus Kuder-Richardson dengan KR-20 untuk

menghitung indek reliabilitas instrumen yakni:

÷÷ø

öççè

æ -÷øö

çèæ

-= å

2

2

11 1t

iit

s

qps

nn

r

dengan :

r11 : indeks reliabilitas instrumen

n : banyaknya butir instrumen

st2 : variansi total

pi : proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar

: pada butir ke-i

qi = 1 - pi, i = 1, 2, ..., n

(Budiyono, 2003: 69)

Dalam penelitian ini insrumen disebut reliabel apabila indeks reliabilitas

yang diperoleh telah melebihi 0, 70 (r11 > 0, 70).

Page 78: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

b. Angket

Angket pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui gaya belajar

siswa. Sebelum angket disusun oleh peneliti, terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya.

Instrumen angket sebelum digunakan perlu diuji validitas, konsistensi internal

butir angket, dan reliabilitasnya terlebih dahulu.

(a). Uji Validitas

Menurut Budiyono (2003: 58) suatu instrumen valid menurut validitas isi

apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari

keseluruhan isi hal yang akan diukur. Pada penelitian ini uji validitas

dimaksudkan untuk menguji apakah angket tersebut mampu

mempresentasikan validitas seluruh isi hal yang akan diukur. Untuk analisis

validitas angket harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(i) Pernyataan harus representatif ditinjau dari materi yang akan dikaji.

(ii) Titik berat pernyataan harus sesuai dengan tujuan

(iii) Tidak terdapat pernyataan yang mempunyai makna ganda.

(iv) Tidak diperlukan pengetahuan yang tidak atau belum diketahui untuk

menjawab pernyataan

Pada penelitian ini, untuk mendapatkan validitas isi angket dinilai

validitasnya oleh pakar atau validator. Validator angket yang digunakan pada

penelitian ini adalah ahli psikologi yang berkompeten pada gaya belajar siswa.

(b). Konsistensi Internal

Menurut Budiyono (2003: 65) konsistensi internal pada angket

menunjukkan adanya korelasi positif antara skor masing-masing butir angket

Page 79: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

tersebut, sehingga butir-butir tersebut mengukur hal yang sama dan

menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Untuk menghitung konsistensi

internal untuk butir ke-i, rumus yang digunakan adalah rumus korelasi

momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut:

( )( )( )( ) ( )( )å å-å å-

å åå-=

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

dengan :

rxy : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i

n : cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)

X : skor untuk butir ke-i

Y : skor total ( dari subyek uji coba)

(Budiyono, 2003: 65)

Butir ke-i dikatakan mempunyai konsistensi internal yang baik jika

mempunyai indeks konsistensi internal yang lebih besar dari 0,3. Jika indeks

konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus

dibuang.

(c). Reliabilitas

Menurut Budiyono (2003:65), suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil

pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya

pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang

berlainan atau pada orang-orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi

yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.

Page 80: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik

Cronbach Alpha, adanya rumus Alpha yang dimaksud adalah

sebagai berikut :

r99 ꧈ 足 nn 石1卒组1石∑ s纽挠s疟挠钻

Dengan : 辊99 : indeks reliabilitas instrumen 柜 : banyaknya butir instrumen 䣐平挠 : variansi butir ke-i, i= 1,2,3,4,…,n 䣐迫挠 : variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba.

Instrumen dikatakan reliabel jika 辊99 > 0,7

(Budoyono, 2003: 70)

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Keseimbangan

Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak. Untuk

mengetahuai uji keseimbangan dengan menggunakan uji-t. Sedangkan prasyarat

uji-t adalah sub-sub populasi yang berdistribusi normal dan sub-sub populasi

tersebut mempunyai variansi yang sama (homogen). Prosedur uji-t adalah sebagai

berikut:

1). Hipotesis

H0 : µ1 = µ2 (kedua kelompok berasal dari populasi yang berkemampuan

awal sama)

Page 81: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok tidak berasal dari populasi yang

berkemampuan awal sama)

2). Taraf signifikansi : α = 0,05

3). Statistik uji

( ))2n(nt ~

11s

t 21

21p

021 -++

--=

nn

dXX

dengan :

t : t hitung 贯呻9 : rata-rata dari sampel kelompok eksperimen 贯呻挠 : rata-rata dari sampel kelompok kontrol

n1 : ukuran sampel kelompok eksperimen

n2 : ukuran sampel kelompok kontro 圭难 : 幌9 - 幌挠 = 0 (sebab tidak dibicarakan selisih rerata).

sp2 : Variansi gabungan

dimana : sp2 =

2n)1()1(

21

222

211

-+-+-

nsnsn

䣐9挠 : Variansi kelompok kelas eksperimen 䣐挠挠 : Variansi kelompok kelas kontrol

4). Daerah Kritik

DK = { t|t < -t α/2, n 1 +n 2 -2 atau t > t α/2, n 1 +n 2 -2 }

5). Keputusan uji

H0 ditolak jika t Î DK

6). Kesimpulan

Page 82: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Kedua kelompok memiliki nilai rataan yang berbeda jika H0 ditolak.

(Budiyono, 2009: 151)

2. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

distribusi normal atau tidak. Karena data tidak dalam frekuensi data bergolong

maka digunakan metode Lilliefors, dengan prosedur uji sebagai berikut:

(1). Hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berditribusi normal

(2). Statistik Uji

L = Maks |F(zi) – S(zi)|

dengan :

F(zi) = P(Z≤zi) ; Z ~ N(0,1)

zi : skor standar

s

XXz i

i

)( -=

s : standar deviasi

S(zi) : proporsi cacah z ≤ zi terhadap seluruh z

Xi : skor responden

X : Rataan skor data kemampuan awal

(3). Taraf Signifikansi : α = 0,05

(4). Daerah Kritik (DK)

Page 83: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

DK = { L| L > L α ; n }

(5). Keputusan Uji

H0 ditolak jika Lhitung terletak di daerah kritik

(6). Kesimpulan

Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0

diterima.

Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0

ditolak.

(Budiyono, 2009: 170-171)

b. Uji Homogenitas Variansi

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian

mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini

digunakan uji Bartlett dengan prosedur uji sebagai berikut:

(1). Hipotesis

H0 : σ12 = σ 2

2 = … = σ k2 (variansi populasi homogen/sama)

H1 : Tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)

(2). Taraf signifikansi : α = 0,05

(3). Stastistik uji

( )å-= 2jj

2 slogfRKG log fc

2,303 χ

dengan :

k : banyaknya sampel

N : banyaknya seluruh nilai

nj : ukuran sampel ke-j

Page 84: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

fj = nj – 1 : derajat kebebasan untuk sj2 ; j = 1, 2, …, k

f = N – k : derajat kebebasan untuk RKG

c = 1 + ÷÷ø

öççè

æ-å ff j

111)-3(k

1;

RKG = ;åå

i

i

f

SS

RKG : rataan kuadrat galat

( )j

2

j2jj n

XXSS åå -=

(4). Daerah Kritik

DK = { χ2 | χ 2 > χ 2α, k-1}

(5). Keputusan Uji

H0 ditolak jika χ2 Î DK

(6). Kesimpulan

Sampel berasal dari populasi yang homogen jika H0 diterima

(Budiyono, 2009: 176-177)

3. Pengujian Hipotesis Penelitian

Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel

tak sama, sebagai berikut:

a. Model

ijkijjiijk eabbam ++++= )(X

dengan :

Page 85: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

ijkX = data ( nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j

µ = rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)

ia = efek baris ke-i pada variabel terikat

jb = efek kolom ke-j pada variabel terikat

( )ijab = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat

ijke = deviasi data Xijk terhadap rataan populasinya ( )ijµ yang

berdistribusi normal rataan 0.

i = 1, 2, ..., p; p = banyaknya baris = 2;

j = 1, 2, ..., q; q = banyaknya kolom = 3;

k = 1, 2 ,..., n; n = banyaknya data amatan pada setiap sel

( Budiyono, 2009: 207, 209)

b. Prosedur

dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan jalan

sel tak sama, yaitu:

(a). Hipotesis

H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2, ..., p (tidak ada perbedaan efek

antara baris terhadap variabel terikat)

H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek antara

baris terhadap variabel terikat)

H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, ..., q (tidak ada perbedaan efek

antar kolom terhadap variabel terikat)

Page 86: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek antar

kolom terhadap variabel terikat)

H0AB : ( )ijab = 0 untuk setiap i = 1, 2, ..., p dan j = 1, 2, ..., q (tidak ada

interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)

H1AB : paling sedikit ada satu ( )ijab yang tidak nol (ada interaksi baris

dan kolom terhadap variabel terikat)

(Budiyono, 2009: 211)

(b). Komputasi

1). Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan

notasi-notasi sebagai berikut:

nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i kolom ke-j)

= banyaknya data amatan pada sel ij

= frekuensi sel ij

柜呻萍= rataan harmonik frekuensi seluruh sel =

åj,i ijn

1pq

å=j,i

ijnN = banyaknya seluruh data amatan

ij

kijk

kijkij n

XXSS

2

2

÷ø

öçè

æ

-=å

å

= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij

ijAB = rataan pada sel ij.

Page 87: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

å=i

iji ABA = jumlah rataan pada baris ke-i

å=j

ijj ABB = jumlah rataan pada kolom ke-j

å=j,i

ijABG = jumlah rataan semua sel

Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1),

(2), (3), (4), dan (5) sebagai berikut:

( )pqG

12

= ; ( ) å=j,i

ijSS2 ; ( ) å=i

2i

q

A3 ;

( ) å=j

2j

p

B4 ; ( ) ( )å=

j,i

2

ijAB5

2). Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat

lima jumlah kuadrat, yaitu:

JKA = hn { (3) – (1) }; JKG = (2);

JKB = hn { (4) – (1) }; JKT = JKA+JKB+JKAB+JKG;

JKAB = hn { (1) + (5) – (3) – (4) }

dengan:

JKA = jumlah kuadrat baris

JKB = jumlah kuadrat kolom

JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom

JKG = jumlah kuadrat galat

JKT = jumlah kuadrat total

3).Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut

adalah

Page 88: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

dkA = p – 1 dkB = q – 1

dkAb = (p – 1) (q – 1) dkG = N – pq

dkT = N – 1

4). Rataan kuadrat

dkAJKA

RKA = dkABJKAB

RKAB =

dkBJKB

RKB = dkGJKG

RKG =

5) Statistik Uji

(i). Untuk H0A adalah RKGRKA

Fa = yang merupakan nilai dari

variabel random yang berdistribusi F dengan derajat

kebebasan p – 1 dan N – pq

(ii). Untuk H0B adalah RKGRKB

Fb = yang merupakan nilai dari

variabel random yang berdistribusi F dengan derajat

kebebasan q – 1 dan N – pq.

(iii). Untuk H0AB adalah RKG

RKABFab = yang merupakan nilai dari

variabel random yang berdistribusi F dengan derajat

kebebasan

(p – 1) (q – 1) dan N – pq.

6). Taraf Signifikansi α = 0,05

7). Daerah Kritik

Page 89: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

(i). Daerah kritik untuk Fa adalah DK = {Fa | Fa > Fα; p – 1, N – pq}

(ii). Daerah kritik untuk Fb adalah DK = {Fb | Fb > Fα; q – 1, N – pq}

(iii). Daerah kritik untuk Fab adalah

DK = {Fab | Fab > Fα; (p – 1)(q – 1) , N – pq}

8). Keputusan Uji

H0 ditolak jika Fobs terletak di daerah kritik.

9). Rangkuman Analisis

Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variasi Dua Jalan

Sumber JK dk RK Fhit Ftabel

Baris (A) JKA p – 1 RKA Fa Ftabel Kolom (B) JKB q – 1 RKB Fb Ftabel Interaksi (AB) JKAB (p – 1) (q – 1) RKAB Fab Ftabel Galat (G) JKG N – pq RKG - - Total JKT N – 1 - - -

(Budiyono, 2009: 234)

4. Uji Komparasi Ganda

Untuk uji lanjut pasca anava, digunakan metode Scheffe' untuk anava dua

jalan.

Langkah-langkah menggunakan metode Scheffe’ adalah sebagai berikut.

1). Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.

2).Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.

3). Menentukan taraf signifikansi α = 0,05.

4). Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut.

Page 90: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

a. Komparasi rataan antar baris

Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel model pembelajaran

maka jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca anava antar baris.

Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik cukup

dengan membandingkan besarnya rataan marginal dari masing-maing model

pembelajaran. Jika rataan marginal pada model pembelajaran TPS lebih besar

dari rataan marginal pada model pembelajaran STAD maka dikatakan model

pembelajaran TPS lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran STAD

atau sebaliknya.

b. Komparasi rataan antar kolom

Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar kolom adalah:

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=-

j.i.

2j.i.

j.i.

n1

n1

RKG

XXF

dengan: F.平能.凭 : nilai Fobs pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j

贯呻.平 : rataan pada kolom ke-i

贯呻.凭 : rataan pada kolom ke-j

RKG : rataan kuadrat galat yang diperoleh dari

perhitungan analisis variansi 柜.平 : ukuran sampel kolom ke-i 柜.凭 : ukuran sampel kolom ke-j

Page 91: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Daerah kritik: DK = {F|F > (q – 1)Fα; q – 1, N – pq}.

c. Komparasi rataan antarsel pada kolom yang sama

Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah

sebagai berikut.

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=-

kjij

2kjij

kjij

n1

n1

RKG

XXF

dengan:

kjijF - : nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan

: rataan pada sel kj

ijX : rataan pada sel ij

kjX : rataan pada sel kj

RKG : rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan

: analisis variansi

ijn : ukuran sel ij

kjn : ukuran sel kj

Daerah Kritik untuk uji itu ialah: DK = {F|F>(pq–1)Fα; pq – 1, N – pq}

d. Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama

Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah

sebagai berikut.

Page 92: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=-

ikij

2ikij

ikij

n1

n1

RKG

XXF

Daerah kritik untuk uji itu ialah: DK={F|F>(pq – 1)Fα; pq – 1, N – pq}.

Menentukan keputusan uji untuk masing komparasi ganda.

Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang sudah ada.

(Budiyono, 2009: 215)

Page 93: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Uji Keseimbangan

Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel kelas

eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berkemampuan awal

sama. Rumus uji keseimbangan yang digunakan adalah uji t. Sebelum dlakukan

uji keseimbangan terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan

uji homogenitas. Hasil uji normalitas data awal dengan menggunakan uji

Liliefors, dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.1. Hasil Uji normalitas Kemampuan Awal

Uji Normalitas Lobs L0,05;n Keputusan Kesimpulan

Kemampuan Awal Kelas Eksperimen

0,0594 L0,05;120 = 0,0809 H0

diterima Normal

Kemampuan Awal Kelas Kontrol

0,0652 L0,05;120 = 0,0809 H0

diterima

Normal

Berdasarkan tabel di atas, untuk masing-masing sampel ternyata Lobs <

Ltabel, sehingga Ho diterima. Ini berarti masing-masing sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal (Lampiran 22,23)

Untuk uji homogenitas mnggunakan uji Barlett di peroleh hasil pada tabel

berikut:

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas

variabel k 캈쀰ǴǑ挠

캈渰,渰B,坡挠 Keputusan Kesimpulan

Kemampuan Awal 2 0,0283 3,8410 Ho diterima Homogen

Page 94: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Berdasarkan tabel di atas, untuk masing-masing sampel ternyata 캈渰,渰B挠 实0,0283 矢 캈渰,渰B挠 实3,8410 滚ehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal

kedua kelompok memiliki variansi yang homogen.

Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji t diperoleh thit = -1.4532

dengan t0,025;240 = 1,9699 dan – t0,025;240 = -1,9699. Ternyata diperoleh

thit < t0,025;240 atau thit > - t0,025; 240, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas

eksperimen dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan mean.yang berarti kedua

kelas tersebut kemampuan awalnya dalam keadaan seimbang dengan taraf

signifikansi 5%. (Perhitungan uji keseimbangan selengkapnya disajikan pada

Lampiran 24).

B. Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini meliputi data hasil uji coba instrumen, data prestasi

belajar matematika pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung, dan data gaya

belajar matematika. Berikut ini diberikan uraian tentang data-data tersebut :

1. Data Hasil Uji Coba Instrumen

a. Uji Validitas, Konsistensi Internal dan Reliabelitas Instrumen Tes Prestasi

1) Uji Validitas isi

Hasil uji validasi isi yang dilakukan oleh 3 orang validator yaitu Drs.

Sugiyanto, M.Pd Widyaiswara Bidang Matematika Pada LPMP Propinsi

Kalimantan Tengah, Drs. Orhan, M.Pd selaku Dosen Matematika FKIP

Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, dan Drs. Janu Pinardi, M.Si

selaku dosen pada Prodi Matematika FKIP Universitas Palangka Raya

Page 95: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Dari validitas isi instrumen yang berupa tes berbentuk pilihan

ganda sebanyak 35 butir soal telah dipenuhi karena adanya kesesuaian

antara kisi – kisi yang dibuat (Lampiran 4) dengan butir soal yang dipakai

(Lampiran 5). Hasil penilaian validitas isi selengkapnya ditunjukkan

pada Lampiran 8.

2) Uji Daya Pembeda

Hasil analisis daya beda dengan menggunakan rumus korelasi

produk moment diperoleh hasil bahwa dari 35 soal terdapat beberapa butir

soal yang dikategorikan soal dengan daya beda invalid yaitu butir soal no

5,13,23,31, dan 32 sedangkan butir soal yang lain masuk kategori valid.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.

Dalam pengambilan soal untuk data prestasi, dari hasil analisis

butir soal baik validitas isi, daya beda, tingkat kesukaran ada 5 butir soal

yang tidak dipakai yaitu nomor 5, 13, 23, 31 dan 32, sehingga untuk soal

yang digunakan pengambilan data prestasi hanya dipakai 30 butir soal

(Lampiran 9). Sehingga berdasarkan kriteria butir tes yang digunakan

untuk mengambil data prestasi maka butir tes tersebut memenuhi kriteria

sebagai butir yang layak digunakan.

3) Tingkat Kesukaran

Hasil analisis tingkat kesukaran dapat diketahui bahwa dari 35 soal

yang diuji cobakan terdapat beberapa butir soal dengan tingkat kesukaran

mudah yaitu bukti soal no 13,23,31 dan 32. Untuk katagori butir soal

dengan tingkat kesukaran sulit terdapat pada butir soal no 5 sedangkan

Page 96: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

butir yang lain masuk katagori sedang. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 11

4) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan uji Kuder

Richardson KR - 20 yaitu untuk menghitung koefisien reliabilitas

instrumen tes. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas

instrumen adalah 0,9215, nilai koefisien reliabilitas instrumen ini lebih

besar dari 0,7 sehingga instrumen tes tersebut dikatakan reliabel.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

b. Ujj Validitas dan Reliabelitas Angket Gaya Belajar

1) Validitas Isi

Untuk melihat apakah instrumen angket yang digunakan mempunyai

validitas isi yang tinggi, penulis mengkonsultasikan pada validator (expert

judgement). Dalam penelitian ini validator yang ditunjuk adalah bapak

Drs. Helmut.Y.Banu, M.Pd. selaku Dosen pada Prodi Bimbingan &

Konseling FKIP UNPAR, Drs. Josep Dudi, M.Si,selaku Dosen pada Prodi

Bimbingan & Konseling FKIP UNPAR,dan Drs. Ahmad Yasloh selaku

Dosen pada Prodi Bimbingan & Konseling FKIP. Hasilnya menyatakan

bahwa butir angket adalah valid karena dari validator diambil hasil

terbanyak (suara terbanyak) untuk dapat dikatakan valid sehingga dapat

digunakan untuk uji angket gaya belajar. (Lampiran 13)

Page 97: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

2) Konsistensi Internal

Hasil uji coba 18 butir auditorial, 18 butir soal visual, dan 18 butir

soal kinestetik dari jumlah total 54 butir soal instrumen angket gaya

belajar terhadap 90 responden ada 3 butir soal yang harus dibuang karena

tidak memenuhi indeks konsistensi internal (minimal 0,30) pada gaya

belajar auditorial yaitu butir no 4, 15 dan 17, ada 3 butir soal yang harus

dibuang pada gaya belajar visual yaitu 3, 4, dan 11, sedangkan pada gaya

belajar kinestetik ada 3 yaitu 3,6, dan 13 sehingga total butir soal yang

harus dibuang adalah 3 butir pada auditorial, 3 butir pada gaya belajar

visual, dan 3 butir pada gaya belajar kinestetik, selain butir angket tersebut

dapat digunakan untuk uji angket gaya belajar. (Lampiran 14)

3) Uji reliabilitas

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus alpha yaitu

untuk menghitung koefisien reliabilitas instrumen angket. Dari hasil

perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas instrumen angket gaya belajar

visual adalah 0,8175, koefisien reliabilitas instrumen angket gaya belajar

auditorial adalah 0,7675, dan koefisien reliabilitas angket gaya belajar

kinestetik adalah 0,7679, nilai koefisien reliabilitas ke tiga intrumen

angket gaya belajar ini lebih besar dari 0,7 sehingga instrumen angket

tersebut dikatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 14.

Page 98: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

2. Data Skor Prestasi Belajar Siswa

Setelah data dari setiap variabel terkumpul yaitu data tentang gaya belajar siswa

dan data tes prestasi belajar siswa pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung,

selanjutnya akan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Berikut ini akan

diberikan uraian tentang data-data yang diperoleh.

Dari data prestasi belajar siswa pada materi pokok bangun ruang sisi

lengkung, dicari ukuran tendensi sentralnya yang meliputi rata-rata (贯呻), Median

(Me), Modus (Mo) dan ukuran penyebaran dispersi yang meliputi jangkauan (R),

dan standart deviasi (s) yang dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut.

(Perhitungan skor prestasi belajar siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran

23).

Tabel 4.3 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol.

Kelas Ukuran

Tedensi Sentral

Ukuran Dispersi

X伸 Mo Me Skor

min

Skor

maks

R s

Eksperimen 68,0559 67 68,5 40 86,67 46,67 9,7934

Kontrol 61,5042 60 60 40 83,33 43,33 10,4982

3. Data Skor Angket Gaya Belajar Matematika Siswa

Data tentang gaya belajar matematika siswa diperoleh dari skor angket.

Penggolongan gaya belajar matematika siswa didasarkan pada

kecenderungan skor siswa pada tipe yang sesuai. Siswa yang memiliki skor

Page 99: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

bergaya belajar auditorial pada tipe tertentu menunjukkan bahwa siswa

tersebut tergolong tipe tertentu itu

Tabel 4.4 Hasil Pengelompokan Gaya Belajar Siswa

No. Kelompok Banyak Siswa Tipe gaya belajar

visual Auditorial Kinestetik

1 Eksperimen 120 37 41 42

2 Kontrol 120 36 41 43

Jumlah 240 73 83 85

C. Pengujian Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Lilliefors dengan taraf signifikansi 5%. Dalam penelitian ini

uji normalitas yang dilakukan ada 5 (lima) yaitu uji normalitas prestasi belajar

siswa kelas kontrol, uji normalitas prestasi belajar siswa kelas eksperimen, uji

normalitas prestasi belajar siswa kelompok gaya belajar visual, uji normalitas

prestasi belajar siswa kelompok gaya belajar auditorial, uji normalitas prestasi

belajar siswa kelompok gaya belajar kinestetik. Hasil uji normalitas skor prestasi

belajar matematika siswa masing-masing sampel ternyata 拐쀰ǴǑ < 拐崎,坡, sehingga

Ho diterima. Ini berarti dapat disimpulkan masing-maing sampel berasal darl

populasi yang berdistribusi normal dan dilihat pada tabel berikut :

Page 100: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas

Uji Normalitas Lobs L0,05;n Keputusan Kesimpulan

Kelompok Eksperimen

0,0630 L0,05;120 = 0,0809 H0 diterima Normal

Kelompok Kontrol 0,0736 L0,05;120= 0,0809 H0 diterima

Normal

Gaya Belajar Visual 0,0929 L0,05;73 = 0,1037 H0 diterima

Normal

Gaya Belajar Auditorial

0,0902 L0,05;82 = 0,0978 H0 diterima

Normal

Gaya Belajar Kinestetik

0,0733 L0,05;85 = 0,0961 H0 diterima

Normal

Berdasarkan tabel di atas untuk masing-masing sampel ternyata L0bs < Ltab,

sehingga H0 diterima. Ini berarti masing-masing sampel berasal dari populasi

yang berdistribusi normal. (Perhitungan uji normalitas selengkapnya disajikan

pada Lampiran 27-31).

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang homogen. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji Bartlet dengan statistik uji Chi Kuadrat. Dalam penelitian ini ada dua

kali uji homogenitas yaitu antar baris (uji homogenitas prestasi belajar siswa

ditinjau dari model mengajar), antar kolom (uji homogenitas prestasi belajar siswa

ditinjau dari gaya belajar siswa). Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut :

Page 101: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas

Berdasarkan tabel di atas, ternyata harga X2obs dari kelas yang diberi perlakuan

model mengajar dan gaya belajar siswa kurang dari X20,05;n sehingga Ho diterima.

Ini berarti populasi yang dikenai perlakuan model pembelajaran dan gaya belajar

siswa berasal dari populasi homogen. (Lampiran 32 dan Lampiran 33).

D. Hasil Pengujian Hipotesis

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan dalam

tabel sebagai berikut: (Perhitungan uji hipotesis selengkapnya disajikan pada

Lampiran 34).

Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

Sumber varian JK dK RK Fobs F Keputusan

Model Pembelajaran (A)

2501,8446 1 2501,8446 27,7811 3,8815 HOA ditolak

Gaya Belajar (B) 2397,1469 2 1198,5735 13,3093 3,0344 HOB ditolak

Interaksi (AB) 1087,6230 2 543,8115 6,0386 3,0344 HOAB ditolak

Galat 21073,0229S 234 90,0557

Total 27059,6374 239

Keterangan: F di dapat dengan perhitungan MINITAB

Sampel k 캈쀰ǴǑ挠 캈渰,渰B,坡挠 Keputusan Kesimpulan

Model Pembelajaran

2 0,5473 3,8410 Ho diterima Homogen

Gaya Belajar 3 0,6284 5,9910 Ho diterima Homogen

Page 102: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat, atau dengan kata

lain kedua model pembelajaran memberikan pengaruh yang tidak sama

terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok bangun ruang

sisi lengkung.

b. Ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat, atau dengan kata

lain ketiga kategori gaya'belajar matematika siswa memberikan pengaruh

yang tidak sama terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok

bangun ruang sisi lengkung..

c. Terdapat interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat yaitu antara

penggunaan model pembelajaran dan gaya belajar matematika siswa terhadap

prestasi belajar matematika pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung.

2. Uji Lanjut Pasca Anava

Uji lanjut pasca anava dilakukan dengan menggunakan model Scheffe.

Berdasarkan perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama telah diperoleh

keputusan uji bahwa HOA, HOB, dan HOAB tidak diterima, maka perlu dilakukan uji

komparasi rataan antar kolom (gaya belajar siswa).

Pada antar baris tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda karena variabel

model pembelajaran hanya ada dua nilai (model pembelajaran TPS dan model

pembelajaran STAD). Sehingga dilihat dari rataan marginalnya dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar siswa-siswa yang diberi model pembelajaran TPS memiliki

Page 103: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

prestasi yang berbeda daripada siswa-siswa yang diberi model pembelajaran

STAD. Hal ini dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

Tabel 4.8. Rataan Marginal

Gaya Belajar

Model Mengajar

Visual Auditorial Kinestetik Rataan Marginal

Model pembelajaran TPS 63,8892 66,5859 72,9460 68,0559

Model Pembelajaran STAD

56,4046 65,7727 61,8298 61,5042

Rataan Marginal 60,0956 66,1793 67,4533

Dari hasil perhitungan anava diperoleh bahwa H0A ditolak, tetapi karena

model pembelajaran hanya memiliki dua kategori maka untuk antar baris tak

perlu dilakukan uji komparasi ganda. Kalaupun dilakukan komparasi ganda, dapat

dipastikan bahwa hipotesis nolnya juga akan ditolak. Komparasi ganda tersebut

menjadi tidak berguna, karena anava telah menunjukkan bahwa H0A ditolak. Dari

rataan marginalnya (X伸1. = 68,0559 > 61.5042 = 匠伸2.) dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibandingkan,

model pembelajaran STAD

HOB ditolak sehingga dilakukan uji komparasi ganda

dengan menggunakan model Scheffe' dan dirangkum dalam tabel berikut.

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom

Komparasi (贯黔 呻呻呻石 贯钱 呻呻呻) 2 (囊坡腮十囊坡 ) RKG Fobs Kritik Keputusan

µ.1 VS µ.2 37,0108 0,0259 90,0557 15,8717 6,06882 Ho ditolak

µ.1 VS µ.3 54,1354 0,0255 90,0557 23,6078 6,06882 Ho ditolak

µ.2 VS µ.3 1,6231 0,0240 90,0557 0,7522 6,06882 Ho diterima

Page 104: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35).

Keterangan :

µ.1 = rataan siswa yang mempunyai gaya belajar visual

µ.2 = rataan siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial

µ.3 = rataan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Ada perbedaan rataan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa

dengan gaya belajar visual dan kelompok siswa dengan gaya belajar

auditorial. Untuk (匠伸.谜= 60,0956 < 66,1793 =X伸.挠) menunjukkan bahwa siswa

yang memiliki gaya belajar auditorial prestasi belajarnya lebih baik

dibandingkan siswa yang memiliki gaya belajar visual.

b. Ada perbedaan rataan antara prestasi belajar matematika pada kelompok

siswa dengan gaya belajar visual dan prestasi belajar matematika pada

kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik. Untuk (匠伸.谜= 60,0956 <

67,4533 = X伸.脑 menunjukkan bahwa siswa yang memiliki gaya belajar belajar

kinestetik prestasi belajarnya lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki

gaya belajar visual.

c. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada

kelompok siswa dengan gaya belajar Auditorial dan prestasi belajar

matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa yang memiliki gaya belajar belajar Auditorial

prestasi belajarnya sama baiknya siswa yang memiliki gaya belajar belajar

Kinestetik.

Page 105: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Tabel 4.10. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel pada kolom yang sama

Komparasi (贯呻平凭- 贯呻瓶凭)2 (囊坡腮 +

囊坡塞 ) RKG F Kritik Keputusan

µ11 vs µ21 56,0188 0,0548 90,0557 11,3502 11.2631 Ho ditolak

µ12 vs µ22 0,6612 0,0488 90,0557 0,1505 11.2631 Ho diterima

µ13 vs µ23 123,5718 0,0471 90,0557 29,1546 11.2631 Ho ditolak

Tabel 4.11 Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel pada baris yang sama

Komparasi (贯呻平凭- 贯呻平瓶)2 (囊坡腮 +

囊坡腮塞) RKG F Kritik Keputusan

µ11 vs µ12 7,2721 0,0514 90,0557 1,5705 11.2631 Ho diterima

µ11 vs µ13 82,0271 0,0508 90,0557 17,9172 11.2631 Ho ditolak

µ12 vs µ13 40,4521 0,0482 90,0557 9,3193 11.2631 Ho diterima

µ21 vs µ22 87,7611 0,0522 90,0557 18,6804 11.2631 Ho ditolak

µ21 vs µ23 29,4324 0,0510 90,0557 6,4041 11.2631 Ho diterima

µ22 vs µ23 15,5466 0,0476 90,0557 3,6232 11.2631 Ho diterima

Berdasarkan Tabel di atas dapat disimpulkan

1. Terdapat perbedaan prestasi antara siswa yang dikenakan pembelajaran TPS

dan pembelajaran STAD pada gaya belajar visual. Jika dilihat dari rataan

marginal yaitu 匠伸谜谜 妮 泌米,ss幂µ使 匠伸µ谜 妮 觅泌,秘迷秘泌 狗o够 垢菇垢 berarti prestasi

siswa dengan gaya belajar visual pada pembelajaran TPS lebih baik dari

prestasi siswa pada pembelajaran STAD , pada materi pokok bangun ruang

sisi lengkung.

2. Tidak terdapat perbedaan prestasi antara siswa yang dikenakan pembelajaran

TPS dan pembelajaran STAD pada gaya belajar auditorial. Hal ini berarti

prestasi belajar siswa dengan gaya auditorial pada pembelajaran TPS sama

Page 106: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

baiknya dengan prestasi belajar siswa pada pembelajaran STAD, pada materi

pokok bangun ruang sisi lengkung.

3. Terdapat perbedaan prestasi antara siswa yang dikenakan pembelajaran TPS

dan pembelajaran STAD pada gaya belajar kinestetik. Jika dilihat dari rataan

marginal yaitu X伸囊脑 妮 72,9460 使 X伸挠脑 妮 61,8298 hal ini berarti prestasi siswa

dengan gaya belajar kinestetik pada pembelajaran TPS lebih baik dari prestasi

siswa pada pembelajaran STAD, pada materi pokok bangun ruang sisi

lengkung.

4. Tidak terdapat perbedaan prestasi antara siswa dengan belajar visual dan siswa

dengan gaya belajar auditorial pada pembelajaran TPS. Hal ini berarti pada

pembelajaran TPS, prestasi belajar siswa dengan gaya belajar visual sama

baiknya dengan prestasi siswa dengan gaya belajar auditorial pada materi

pokok bangun ruang sisi lengkung.

5. Terdapat perbedaan prestasi antara siswa dengan belajar visual dan siswa

dengan gaya belajar kinestetik pada pembelajaran TPS. Jika dilihat dari rataan

marginal yaitu X伸囊囊 妮 63,8892 矢 X伸囊脑 妮 72,9460 hal ini berarti pada

pembelajaran TPS prestasi belajar siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih

baik dari pada prestasi belajar siswa dengan gaya belajar visual pada materi

pokok bangun ruang sisi lengkung.

6. Tidak terdapat perbedaan prestasi antara siswa dengan belajar auditorial dan

siswa dengan gaya belajar kinestetik pada pembelajaran TPS. Hal ini berarti

pada pembelajaran TPS prestasi belajar siswa dengan gaya belajar auditorial

Page 107: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

sama baiknya dengan prestasi belajar siswa dengan gaya belajar kinestetik

pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung.

7. Terdapat perbedaan prestasi antara siswa dengan belajar visual dan siswa

dengan gaya belajar auditorial pada pembelajaran STAD Jika dilihat dari

rataan marginal yaitu X伸挠囊 妮 56,4046 矢 X伸挠挠 妮 65,7727 hal ini berarti pada

pembelajaran STAD prestasi belajar siswa dengan gaya belajar auditorial

lebih baik dari pada prestasi belajar siswa dengan gaya belajar visual pada

materi pokok bangun ruang sisi lengkung

8. Tidak terdapat perbedaan prestasi antara siswa dengan gaya belajar visual dan

siswa dengan gaya belajar kinestetik pada pembelajaran STAD. Hal ini berarti

pada pembelajaran STAD prestasi belajar siswa dengan gaya belajar visual

sama baiknya dengan prestasi belajar siswa dengan gaya belajar kinestetik

materi pokok bangun ruang sisi lengkung

9. Tidak terdapat perbedaan prestasi antara siswa dengan gaya belajar auditorial

dan siswa dengan gaya belajar kinestetik pada pembelajaran STAD. Hal ini

berarti pada pembelajaran STAD prestasi siswa dengan gaya belajar

auditorial sama baiknya dengan prestasi siswa dengan gaya belajar kinestetik

pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung

E. Pembahasan Hasil Analisis

Pada pembahasan hasil analisis, yang dimaksud dengan hipotesis adalah

hipotesis pada penelitian.

Page 108: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

1. Hipotesis Pertama

Berdasarkan uji anava dua jalan sel tak sama yang dilakukan diperoleh

Fa= 27,7811 > 3,8815 = F判 sehingga Fa merupakan anggota Daerah Kritik.

Karena Fa merupakan anggota daerah kritik maka H0A ditolak, ini berarti

bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi perlakuan

pembelajaran TPS dan siswa yang diberi perlakuan pembelajaran STAD.

Berdasarkan rataan marginal pada siswa-siswa yang diberi pembelajaran TPS

adalah 68,0559 dan pembelajaran STAD adalah 61,5042 jadi dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar lebih

baik dibandingkan pembelajaran STAD, sehingga dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar siswa-siswa yang diberi pembelajaran TPS memiliki prestasi

yang lebih baik daripada siswa-siswa yang diberi pembelajaran STAD. Hal

ini disebabkan karena pada pembelajaran TPS, interaksi antara siswa melalui

diskusi untuk menyelesaikan masalah yang akan meningkatkan ketrampilan

siswa dan juga baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai

sama-sama memperoleh manfaat melalui gaya belajar.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan

pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik

daripada pembelajaran STAD pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung

2. Hipotesis Kedua

Berdasarkan uji anava dua jalan sel tak sama diperoleh Fb = 13,3093 >

3,0344 = F判, sehingga Fb anggota daerah kritik. Karena F荒, anggota daerah

Page 109: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

kritik maka HOB di tolak, ini berarti terdapat perbedaan pengaruh gaya belajar

terhadap prestasi belajar matematika siswa.

Selanjutnya dari uji lanjut pasca anava diperoleh DK= {F | F > 6.0688 } dan

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

a. F1-2 = 15,8717 碉 DK

Hal ini berarti, ada perbedaan rataan antara prestasi belajar matematika

pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual dan prestasi belajar

matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial

b. F1-3 = 23,6078 碉 DK

Hal ini berarti, ada perbedaan rataan antara prestasi belajar matematika

pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual dan prestasi belajar

matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik.

c. F2-3 = 0,7522 Ï DK

Tidak terdapat perbedaan rataan antara prestasi belajar matematika pada

kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial dan prestasi belajar

matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik.

Berdasarkan rataan marginal, uji anava dua jalan sel tak sama dan

uji lanjut pasca anava dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

matematika siswa yang memiliki gaya belajar auditorial lebih baik dari

prestasi siswa yang memiliki gaya belajar visual, siswa yang memiliki

gaya belajar kinestetik lebih baik dari prestasi siswa yang memiliki gaya

belajar visual, dan siswa yang memiliki gaya belajar auditorial sama

baiknya dengan prestasi siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik.

Page 110: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

3. Hipotesis ketiga

Hasil analisis uji hipotesis Fab = 6,0386 lebih dari F判 = 3,0344 menunjukkan

bahwa HO(AB) ditolak. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan kategori gaya

belajar terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok bangun ruang

sisi lengkung

Karena HO(AB) ditolak maka harus dilanjutkan dengan uji komparasi ganda

dengan metode Scheffe. Dilihat dari perhitungan pada Lampiran 32

bahwa F11-21 > F判. Dari hasil ini maka keputusan ujinya adalah terdapat

perbedaan antara prestasi siswa kelompok gaya belajar visual pada

pembelajaran TPS dan gaya belajar visual pada pembelajaran STAD.

Sehingga prestasi siswa kelompok gaya belajar visual pada pembelajaran TPS

lebih baik dari prestasi siswa kelompok gaya belajar visual pada

pembelajaran STAD materi pokok bangun ruang sisi lengkung.

Pada gaya belajar visual, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar

matematika yang lebih baik dari pembelajaran STAD.

4. Hipotesis Keempat

Hasil analisis uji hipotesis Fab = 6,0386 lebih dari F判= 3,0344

menunjukkan bahwa HO(AB) ditolak. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa

terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan kategori

gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok bangun

ruang sisi lengkung

Page 111: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Karena HO(AB) ditolak maka perlu dilakukan uji komparasi ganda dengan

metode Scheffe. Dilihat dari perhitungan pada Lampiran 32 bahwa baik F12-22

< F判. Dari hasil ini maka keputusan ujinya adalah tidak terdapat perbedaan

antara prestasi siswa kelompok gaya belajar auditorial pada pembelajaran

TPS dan gaya belajar auditorial pada pembelajaran STAD Sehingga prestasi

siswa kelompok gaya belajar auditorial pada pembelajaran TPS sama baiknya

dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar auditorial pada pembelajaran

STAD materi pokok bangun ruang sisi lengkung

Pada gaya belajar auditorial, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar

matematika sama baiknya dengan pembelajaran STAD

5. Hipotesis Kelima

Hasil analisis uji hipotesis Fab = 6,0386 lebih dari F判 = 3,0344

menunjukkan bahwa HO(AB) ditolak. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa

terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan kategori

gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok bangun

ruang sisi lengkung..

Karena HO(AB) ditolak maka harus dilanjutkan dengan uji komparasi

ganda dengan metode Scheffe. Dilihat dari perhitungan pada Lampiran 32

bahwa baik F13-23 > F判. Dari hasil ini maka keputusan ujinya adalah terdapat

perbedaan antara prestasi siswa kelompok gaya belajar kinestetik pada

pembelajaran TPS dan gaya belajar kinestetik pada pembelajaran STAD.

Sehingga prestasi siswa kelompok gaya belajar kinestetik pada pembelajaran

Page 112: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

TPS lebih baik dari prestasi siswa kelompok gaya belajar kinestetik pada

pembelajaran STAD materi pokok bangun ruang sisi lengkung.

Pada gaya belajar kinestetik, model pembelajaran TPS memberikan

prestasi belajar matematika lebih baik dari model pembelajaran STAD

6. Hipotesis Keenam

Hasil analisis uji hipotesis Fab = 6,0386 > 3,0344 = F判 menunjukkan

bahwa HO(AB) ditolak. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan kategori gaya

belajar terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok bangun ruang

sisi lengkung.

Karena HO(AB)) ditolak maka harus dilanjutkan dengan uji komparasi

ganda dengan metode Scheffe. Dilihat dari perhitungan pada Lampiran 33

bahwa F11-12 < F判 , F12-13 < F判, F11-13 > F判 Dari hasil ini maka keputusan

ujinya adalah :

.a. Tidak terdapat perbedaan antara prestasi siswa kelompok gaya belajar

visual dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar auditorial pada

pembelajaran TPS. Sehingga prestasi siswa kelompok gaya belajar visual

sama baiknya dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar auditorial

pada pembelajaran TPS materi pokok bangun ruang sisi lengkung.

b. Tidak terdapat perbedaan antara prestasi siswa kelompok gaya belajar

auditorial dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar kinestetik pada

pembelajaran TPS. Sehingga prestasi siswa kelompok gaya belajar

auditorial sama baiknya dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar

Page 113: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

kinestetik pada pembelajaran TPS materi pokok bangun ruang sisi

lengkung.

c. Terdapat perbedaan antara prestasi siswa kelompok gaya belajar visual

dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar kinestetik pada pembelajaran

TPS. Sehingga prestasi siswa kelompok gaya belajar kinestetik lebih baik

dari prestasi siswa kelompok gaya belajar visual pada pembelajaran TPS

materi pokok bangun ruang sisi lengkung.

Pada pembelajaran TPS prestasi belajar matematika siswa

kelompok gaya belajar visual sama baiknya dengan prestasi belajar

matematika siswa kelompok gaya belajar auditorial, prestasi belajar

matematika siswa kelompok gaya belajar auditorial sama baiknya dengan

prestasi belajar matematika siswa kelompok gaya belajar kinestetik, dan

prestasi belajar matematika siswa kelompok gaya belajar kinestetik lebih

baik dari prestasi belajar matematika siswa kelompok gaya belajar visual.

7. Hipotesis Ketujuh

Hasil analisis uji hipotesis Fab = 6,0386 lebih dari F判 = 3,0344

menunjukkan bahwa HO(AB) ditolak. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa

terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan kategori

gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok bangun

ruang sisi lengkung.

Karena HO(AB)) ditolak maka harus dilanjutkan dengan uji komparasi

ganda dengan metode Scheffe. Dilihat dari perhitungan pada Lampiran 33

Page 114: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

bahwa F21-22 > F判, F22-23 < F判, F21-23, < F判 Dari hasil ini maka Keputusan

ujinya adalah :

a. Terdapat perbedaan antara prestasi siswa kelompok gaya belajar visual

dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar auditorial pada pembelajaran

STAD. Sehingga prestasi siswa kelompok gaya belajar auditorial lebih

baik dari prestasi siswa kelompok gaya belajar visual pada pembelajaran

STAD materi pokok bangun ruang sisi lengkung.

b. Tidak terdapat perbedaan antara prestasi siswa kelompok gaya belajar

auditorial dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar kinestetik pada

pembelajaran STAD. Sehingga prestasi siswa kelompok gaya belajar

kinestetik sama baiknya dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar

auditorial pada pembelajaran STAD materi pokok bangun ruang sisi

lengkung.

c. Tidak terdapat perbedaan antara prestasi siswa kelompok gaya belajar

visual dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar kinestetik pada

pembelajaran STAD. Sehingga prestasi siswa kelompok gaya belajar

visual sama baiknya dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar

kinestetik pada pembelajaran STAD materi pokok bangu ruang sisi

lengkung.

Pada pembelajaran STAD, prestasi belajar matematika siswa kelompok

gaya belajar audiorial lebih baik dari prestasi belajar matematika siswa

kelompok gaya belajar visual, prestasi belajar matematika siswa kelompok

gaya belajar auditorial sama baiknya dengan prestasi belajar matematika

Page 115: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

siswa kelompok gaya belajar kinestetik, dan prestasi belajar matematika

siswa kelompok gaya belajar visual sama baiknya dengan prestasi belajar

matematika siswa kelompok gaya belajar kinestetik.

F. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut:

1. Populasi pada penelitian ini hanya mengambil siswa kelas IX SMP se Kota

Palangka Raya. Disamping itu pengambilan sampel juga mungkin masih

kurang baik sehingga kurang bisa mewakili populasi.

2. Data prestasi belajar yang digunakan untuk membahas perbedaan prestasi

belajar matematika bagi siswa yang diberi pembelajaran dengan model TPS

dan STAD, hanya terbatas pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung.

3. Model pembelajaran pada penelitian ini terbatas pada model pembelajaran

kooperatif tipe TPS dan STAD, sehingga mengabaikan model pembelajaran

lain. Padahal selain model pembelajaran tersebut masih ada model

pembelajaran lain.

4.. Dalam pengerjaan soal tes kemungkinan sekali masih ada yang kerja sama,

sehingga akan berakibat data untuk nilai prestasi belajar pada penelitian ini

menjadi kurang murni. Demikian juga dalam pengisian angket gaya belajar

matematika kemungkinan masih banyak siswa yang mengisi angket kurang

jujur, sehingga berakibat pembagian kelompok gaya belajar visual, auditorial,

dan kinestetik kurang akurat.

Page 116: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan hasil analisis serta mengacu pada

perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Prestasi belajar matematika siswa pada materi dengan menggunakan

model pembelajaran TPS lebih baik dari pada prestasi belajar matematika

siswa dengan menggunakan pembelajaran STAD.

2. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik

sama baiknya dengan daripada prestasi belajar matematika siswa yang

mempunyai gaya belajar auditorial, prestasi belajar matematika siswa yang

mempunyai gaya belajar auditorial lebih baik daripada prestasi belajar

matematika siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan prestasi belajar

matematika siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik lebih baik

daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar

visual.

3. Pada gaya belajar visual, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar

matematika lebih baik dari pada pembelajaran STAD.

4. Pada gaya belajar auditorial, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar

matematika sama baiknya dengan pembelajaran STAD.

Page 117: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

5. Pada gaya belajar kinestetik, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar

matematika lebih baik dari pada pembelajaran STAD.

6. Pada kelas yang menggunakan pembelajaran TPS, gaya belajar kinestetik

memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dari pada

siswa dengan gaya belajar visual dan gaya belajar auditorial sama baiknya

dengan gaya belajar kinestetik maupun dengan gaya belajar visual.

7. Pada kelas yang menggunakan pembelajaran STAD, gaya belajar auditorial

memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dari pada

siswa dengan gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik sama baiknya

dengan gaya belajar visual maupun auditorial.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Berdasarkan hasil penelitian, ternyata pembelajaran matematika dengan

model TPS lebih baik daripada pembelajaran matematika dengan model

STAD. Hal tersebut berkenaan oleh beberapa hal yaitu:

a. Model pembelajaran TPS memiliki kelebihan interaksi antara siswa

dibandingkan model pembelajaran STAD, karena model pembelajaran TPS

siswa lebih aktif bekerjasama daripada siswa yang diberi model pembelajaran

STAD

b. Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh hasil bahwa siswa yang memiliki

gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik memiliki prestasi belajar

yang lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar visual. Hal ini disebabkan

Page 118: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

karena siswa yang memiliki gaya belajar auditorial dan kinestetik memiliki ciri

suka berdiskusi dan lebih mudah mengingat dan berbuat..

c. Selain kedua hal di atas, berdasarkan penelitian juga diperoleh hasil bahwa

pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik

untuk gaya belajar kinestetik dibandingkan dengan gaya belajar visual dan

auditorial, sedangkan pada model pembelajaran STAD menghasilkan prestasi

belajar matematika yang lebih baik untuk siswa dengan gaya belajar auditorial

dibandingkan dengan gaya belajar visual dan kinestetik.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik dalam

upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran dan prestasi belajar yang dicapai

siswa pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung. Pembelajaran dengan TPS

dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi guru sebagai alternatif untuk

menyampaikan materi pelajaran matematika di SMP. Selain itu, guru juga

harus memperhatikan gaya belajar matematika siswa dalam rangka meningkatkan

prestasi belajar matematika karena gaya belajar matematika merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, beberapa saran yang

peneliti dapat sampaikan yaitu:

1. Kepada guru matematika penulis menyarankan agar pada materi pokok

bangun ruang sisi lengkung, pembelajaran dengan menggunakan model TPS

Page 119: eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa.

2. Seorang guru hendaknya mengetahui karakteristik gaya belajar masing-

masing siswa.

3. Dalam penelitian ini model pembelajaran ditinjau dari gaya belajar

matematika siswa. Bagi para calon peneliti yang lain mungkin dapat

melakukan tinjauan yang lain, misalnya motivasi, karakteristik cara berpikir,

kreativitas, aktivitas, minat siswa, dan lain-lain.