repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENGARUH PENDEKATAN...

205
PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN MEDIA ALAT PERAGA FLYING WATER TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA PADA KONSEP GERAK PARABOLA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh HAFIZH JUNDU MUHAMMAD NIM 11140163000060 PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENGARUH PENDEKATAN...

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK

BERBANTUAN MEDIA ALAT PERAGA FLYING

WATER TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS

SISWA PADA KONSEP GERAK PARABOLA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

HAFIZH JUNDU MUHAMMAD

NIM 11140163000060

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

i

LEMBAR PENGESAHAN

ii

LEMBAR PENGESAHAN

iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

iv

ABSTRAK

HAFIZH JUNDU MUHAMMAD (11140163000060). Pengaruh Pendekatan

Saintifik Berbantuan Media Alat Peraga Flying Water terhadap Kemampuan

Analisis Siswa pada Konsep Gerak Parabola. Skripsi Program Studi Tadris

Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2019.

Ketersediaan media alat peraga di sekolah untuk menunjang kemampuan analisis

siswa masih kurang, hal ini menyebabkan kemampuan kognitif siswa pada tingkat

menganalisis tergolong rendah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pendekatan saintifik berbantuan media alat peraga flying water terhadap

kemampuan analisis siswa pada konsep gerak parabola. Penelitian dilaksanakan di

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta pada bulan Oktober November

2018. Sampel diambil secara purposive sampling yang terdiri dari kelas X MIA 1

(kelas kontrol) dan X MIA 2 (kelas eksperimen) yang masing masing berjumlah

14 siswa. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes dan nontes, yaitu tes

objektif pilihan ganda dan nontes berupa angket. Hasil uji hipotesis terhadap hasil

data posttest menggunakan uji t pada taraf signifikansi () = 0,05 diperoleh nilai

Sig.(2-tailed) sebesar 0.001 dengan keputusan H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini

berarti pendekatan saintifik berbantuan media alat peraga flying water

berpengaruh terhadap kemampuan analisis siswa. Hasil uji N-Gain pada kelas

eksperimen meningkat lebih tinggi (N-Gain 0,60 dengan kategori sedang)

dibandingkan dengan kelas kontrol (N-Gain 0,23 dengan kategori rendah).

Respon siswa terhadap penggunaan alat peraga pada proses pembelajaran sebesar

(77%). Peningkatan tertinggi kemampuan menganalisis siswa pada kelas

eksperimen terlihat pada indikator mengorganisasikan dengan N-Gain 0,72

(kategori tinggi). Skor N-Gain kelas kontrol pada indikator mengorganisasikan

sebesar 0,25 (kategori rendah).

Kata kunci: Saintifk, Alat peraga, kemampuan menganalisis, gerak parabola

v

ABSTRACT

HAFIZH JUNDU MUHAMMAD (11140163000060). The Effect of Scientific

Approach to Media-Assisted Flying Water Viewer Tool of Students Analysis Skills

at Parabolic Motion Concept. Thesis of Physics Education Program, Science

Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif

Hidayatullah State Islamic University, Jakarta, 2018.

Availability of media props in the school to support students' analytical skills are still

lacking, this causes the cognitive ability level of students to analyze is low. This study

aims to determine the effect scientific approach to media-assisted flying water viewer

tool against the analytical skills of students on the concept of a parabolic motion. The

research was conducted at the Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta in

October-November 2018. The sample was taken by purposive sampling which consists

of class X MIA 1 (control group) and X MIA 2 (experimental group) which each totaled

14 students. The instrument used are a test instrument and non-test, for examples

multiple choice objective test and non-test form of questionnaires. The results of

hypothesis testing against posttest data result using the t-test at significance level ()

= 0.05 obtained by the Sig. (2-tailed) at 0.001 with the decision are H0 rejected and

Ha accepted. This means that the scientific approach to media-assisted flying water

viewer tool take effect on students' analytical skills. The test results of N-Gain in the

experimental class increased higher (N-gain of 0.60 with medium category) compared

with the control group (N-Gain 0.23 with low category). Students' response to the use

of props in the learning process amounted to (77%). The highest increase in students'

ability to analyze is in the experimental class, this increase seen in the organizing

indicator with N-Gain 0.72 (high category). The control class N-Gain score on the

organizing indicator by 0.25 (low category).

Keywords: Scientific, Media props, ability to analyze, parabolic motion

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu

memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang

senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT. Atas ridho-Nya, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Media Alat Peraga Gerak

Parabola terhadap Kemampuan Analisis Siswa pada Konsep Gerak Parabola.

Ucapan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya disampaikan kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Secara khusus,

ucapan terima kasih dan apresiasi tersebut disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dwi Nanto, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Tadris Fisika Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dwi Nanto, Ph.D., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

waktu, arahan, dan saran untuk membimbing penulis selama penyusunan

skripsi.

4. Bapak Taufiq Al Farizi, M.PFis., selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan waktu, arahan, dan saran untuk membimbing penulis selama

penyusunan skripsi.

5. Ibu Fathiah Alatas, M.Si dan Ibu Devi Solehat, M.Pd., selaku dosen penguji I

dan II yang telah menguji, memberikan kritik, dan saran kepada penulis.

6. Seluruh dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

khususnya Program Studi Tadris Fisika yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.

7. Bapak Zakariya, MA., selaku kepala MA Pembangunan UIN Jakarta yang

telah memberikan izin penelitian di MA Pembangunan UIN Jakarta.

vi

8. Bapak Yanuar Annas Bolkiah, M.Si., selaku guru bidang studi fisika MA

Pembangunan UIN Jakarta yang telah membimbing selama penelitian

berlangsung.

9. Dewan guru, staf, karyawan, dan siswa-siswi MA Pembangunan UIN Jakarta

khususnya X MIA 1 dan X MIA 2 yang telah memberikan bantuan dan

bersikap kooperatif selama penelitian berlangsung.

10. Keluarga Abi Akhmad Fikri, Umi Armanih, Kakak Himma, Abang Faiz,

Adik Fatur dan Adik Pia yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis

hingga penulisan skripsi ini selesai.

11. Kak Adam, Kak Oddi, Kak Nadia, Kak Irna, Bang Ali, yang sudah membantu

menjawab semua kebingungan dan kegundahan penulis selama proses

pengerjaan skripsi.

12. Suci, Deden, Nibras, Nia, Wiiyah, Maulana, Dini, Siti Annisa, yang sudah

menemani peneliti, selalu menjadi tempat berbagi informasi, memberikan

waktu, pikiran, saran dan dukungan kepada peneliti.

13. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Fisika angkatan 2014 beserta kakak

dan adik tingkat khususnya Dio, Ratna, Nada, Rizka, Muhyi, Reza yang telah

memberikan doa dan dukungan.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari kekurangan yang ada pada penulisan ini. Demi

kesempurnaan penulisan selanjutnya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini sehingga

apa yang telah dihasilkan dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Jakarta, 6 Desember 2018

Penulis

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ..................................................... ii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 5

C. Batasan Masalah .......................................................................................... 6

D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 7

A. Deskripsi Teori ............................................................................................ 7

1. Pendekatan Saintifik .................................................................................... 7

2. Media Pembelajaran .................................................................................... 9

3. Alat Peraga ................................................................................................ 11

4. Kemampuan Berpikir Analisis .................................................................. 13

5. Kajian Materi Gerak Parabola ................................................................... 16

6. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 20

B. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 22

C. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 26

A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 26

B. Metode dan Desain Penelitian ................................................................... 26

viii

C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 27

D. Variabel Penelitian .................................................................................... 28

E. Prosedur Penelitian .................................................................................... 28

F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 29

G. Instrumen Penelitian .................................................................................. 30

1. Instrumen Tes Kemampuan Menganalisis ................................................ 30

2. Instrumen Nontes ...................................................................................... 31

H. Kalibrasi Instrumen ................................................................................... 31

I. Teknik Analisis Data Tes dan Nontes ....................................................... 37

1. Teknik Analisis Data Tes .......................................................................... 37

2. Teknik Analisis Data Nontes ..................................................................... 41

J. Hipotesis Statistika .................................................................................... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 43

A. Deskripsi Data ........................................................................................... 43

B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 43

1. Hasil Skor Siswa sebelum Diberikan Perlakuan ....................................... 43

2. Hasil Skor Siswa setelah Diberikan Perlakuan ......................................... 45

3. Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Analisis Siswa ................................. 46

4. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik ........................................................ 48

5. Hasil Uji Hipotesis .................................................................................... 50

6. Peningkatan Indikator Kemampuan Menganalisis Siswa ......................... 51

7. Hasil Analisis Data Nontes ....................................................................... 53

C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 54

D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 58

BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 59

A. Kesimpulan ................................................................................................ 59

B. Saran .......................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 60

LAMPIRAN ......................................................................................................... 64

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat Peraga Flying Water .................................................................. 12

Gambar 2.2 Lintasan Gerak Parabola ................................................................... 17

Gambar 2.3 Benda Diluncurkan di Atas Permukaan Datar dari Titik O .............. 18

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ............................................................................. 24

Gambar 4.1 Distribusi Skor Pretest Siswa .. 43

Gambar 4.2 Distribusi Skor Posttest Siswa . 45

Gambar 4.3 Skor Rata-Rata (means) Pretest dan Posttest . 47

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Bagian-Bagian Alat Peraga Flying Water ...................................................13

Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design ..................... 27

Tabel 3.2 Prosedur Penelitian ............................................................................... 29

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Menganalisis .................................................. 30

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa ............................................................ 31

Tabel 3.5 Kriteria Koefisien Korelasi ................................................................... 32

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen ............................................................... 33

Tabel 3.7 Kriteria Interpretasi Indeks ................................................................... 34

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................. 34

Tabel 3.9 Kriteria Taraf Kesukaran ...................................................................... 35

Tabel 3.10 Hasil Uji Taraf Kesukaran .................................................................. 35

Tabel 3.11 Kategori Daya Pembeda...................................................................... 36

Tabel 3.12 Hasil Uji Daya Pembeda ..................................................................... 36

Tabel 3.13 Kriteria Nilai N-Gain .......................................................................... 40

Tabel 3.14 Skor Angket Respon Siswa ................................................................. 41

Tabel 3.15 Interpretasi Persentase Angket ............................................................ 42

Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Pretest ... 44

Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Posttest ....................... 46

Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Posttest ........................................ 46

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest............................................. 48

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest ..................................................... 49

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest .................................................... 49

Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Pretest dengan Uji Mann-Whitney ........................ 50

Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis Posttest dengan Uji t.............................................. 51

Tabel 4.9 Distribusi Jumlah Soal pada Aspek Kemampuan Menganalisis ........... 51

Tabel 4.10 Hasil Uji N-Gain pada tiap Indikator Menganalisis............................ 52

xi

Tabel 4.11 Hasil Uji N-Gain Kemampuan Menganalisis tiap Siswa .................... 52

Tabel 4.12 Hasil Respon Angket Siswa terhadap Alat Peraga Flying Water ...53

xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. PERANGKAT PEMBELAJARAN64

Lampiran A.1 Lembar Angket Siswa pada Studi Pendahuluan ............................ 65

Lampiran A.2 RPP Kelas Eksperimen .................................................................. 67

Lampiran A.3 RPP Kelas Kontrol ......................................................................... 86

Lampiran A.4 Lembar Kerja Siswa .................................................................... 103

LAMPIRAN B. INSTRUMEN PENELITIAN...110

Lampiran B.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ..................................................... 111

Lampiran B.2 Instrumen Soal Penelitian ............................................................ 112

Lampiran B.3 Uji Validitas Butir Soal ................................................................ 140

Lampiran B.4 Soal Tes yang Digunakan ............................................................ 144

Lampiran B.5 Instrumen Nontes ......................................................................... 150

Lampiran B.6 Lembar Validasi Instrumen Soal ................................................. 154

Lampiran B.7 Lembar Validasi Instrumen Media .............................................. 156

LAMPIRAN C. ANALISIS HASIL PENELITIAN...158

Lampiran C.1 Hasil Pretest ................................................................................. 159

Lampiran C.2 Hasil Posttest ............................................................................... 161

Lampiran C.3 Hasil Olah Data tiap Indikator Menganalisis ............................... 163

Lampiran C.4 Hasil Uji Normalitas Pretest ........................................................ 167

Lampiran C.5 Hasil Uji Normalitas Posttest....................................................... 168

Lampiran C.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest .................................................... 169

Lampiran C.7 Hasil Uji Homogenitas Posttest ................................................... 170

Lampiran C.8 Hasil Uji Hipotesis Pretest........................................................... 171

Lampiran C.9 Hasil Uji Hipotesis Posttest ......................................................... 172

Lampiran C.10 Hasil Uji N-Gain tiap Indikator Menganalisis ........................... 173

Lampiran C.11 Hasil Uji Hipotesis N-Gain ........................................................ 174

Lampiran C.12 Hasil Uji N-Gain Kemampuan Menganalisis tiap Siswa ........... 175

xiii

Lampiran C.13 Hasil Data Angket ...................................................................... 177

LAMPIRAN D. SURAT KETERANGAN ..178

Lampiran D.1 Surat Izin Observasi ..................................................................... 179

Lampiran D.2 Surat Izin Penelitian ..................................................................... 180

Lampiran D.3 Surat Keterangan Sudah Penelitian ............................................. 181

Lampiran D.4 Uji Referensi ................................................................................ 182

Lampiran D.5 Dokumentasi ................................................................................ 189

Lampiran D.6 Daftar Riwayat Hidup Peneliti..................................................... 190

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelajaran fisika dikalangan siswa-siswi telah berkembang kesan yang kuat

bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk dimengerti. Hal ini sejalan

dengan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Tangerang Selatan bahwa

76% dari 247 siswa merasa bosan dan sulit memahami konsep yang masih

abstrak jika proses pembelajaran dilakukan hanya dengan mendengarkan dan

mencatat penjelasan yang guru sampaikan.1

Proses pembelajaran fisika dengan menggunakan metode ceramah membuat

siswa menjadi pasif dan bila selalu digunakan akan membosankan.2 Bahkan bila

seorang guru lebih senang menggunakan model pembelajaran satu arah

(ceramah) akan menurunkan minat, gairah atau semangat belajar siswa, dan

membekukan penalarannya. Siswa akan terkondisikan tidak terbiasa berpikir

dan memecahkan masalah.3 Dampak dari belajar hanya sebatas menghapal

mengakibatkan siswa kurang memiliki keterampilan menganalisis dan

memecahkan masalah.4 Kemampuan berpikir seperti pada kemampuan

menganalisis, kemampuan mengevaluasi, dan kemampuan mencipta dalam

memecahkan masalah dibutuhkan dalam kehidupan, baik di lingkungan

pekerjaan, maupun masyarakat terutama pada abad ke-21.5

Kemampuan tersebut merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal

ini sejalan dengan Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi

Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa kebutuhan kompetensi

1 Angket Siswa Studi Pendahuluan SMA/MA KotaTangerang Selatan. 2 Nunuk Suryani dan Leo Agung S, Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta: Penerbit

Ombak, 2012, h.57 3 Momon Sudarma, Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2016) h.48 4 Alesa Martin, Eddy Pramono, dan Chusnana, Pengaruh Model Pembelajaran Pemecahan

Masalah Berbasis Konsep Dan Kemampuan Analisis Terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas

XI Sma Brawijaya Smart School Malang. Jurnal Universitas Negeri Malang, 2013.h.8 5 Iwan Permana Suwarna, Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Mahasiswa

Melalui Computer Based Test Pada Program Studi Pendidikan Fisika, (Jakarta: Laporan

Penelitian UIN Jakarta, 2016), h.2.

2

masa depan siswa Indonesia memerlukan kemampuan berpikir pada orde lebih

tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS).6 Bila ditinjau dari kompetensi

dasar yang paling banyak harus dipenuhi pada setiap materi yang ada di

SMA/MA khususnya pada pelajaran fisika kelas X, XI, dan XII salah satunya

adalah kompetensi pengetahuan, yakni kemampuan menganalisis (C4).7

Berdasarkan hasil evaluasi PISA 2015 menunjukan bahwa kemampuan

siswa-siswi Indonesia masih tergolong rendah. Khususnya pada kecakapan

kognitif orde tinggi, yaitu menalar, menganalisa, dan mengevaluasi.8 Nilai siswa

Indonesia kebanyakan rendah pada saat mengerjakan soal yang bersifat HOTS

Hal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa untuk mengerjakan soal-soal dengan

tingkat kemampuan orde tinggi.9 Hal ini terjadi karena tahun 2018 siswa baru

diperkenalkan soal-soal dengan tingkatan HOTS khususnya pada mata pelajaran

matematika. Selain itu Konten pembelajaran, metodologi, dan sarana serta

prasarana di Indonesia masih rendah dan butuh penguatan untuk mendorong

kemampuan bernalar dan berpikir kritis siswa.10

Pada kurikulum 2013 proses pembelajaran menggunakan pendekatan

saintifik. Pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan untuk memperoleh

pengetahuan yang didasarkan pada struktur logis dengan tahapan mengamati,

menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.11

Pendekatan saintifik dapat mengarahkan siswa menjadi lebih aktif,

6 Kemendikbud, Permendikbud No.21 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016, h.2. 7 Ibid h.11 8 Kemendikbud, Ringkasan Hasil-hasil Asessmen Belajar dari Hasil UN, PISA, TIMSS,

INAP, diakses dari http://www.puspendik.kemdikbud.go.id pada tanggal 15 Oktober 2018 pukul

09.48 WIB 9 Hazrul Iswadi,Sekelumit dari Hasil PISA 2015 yang Baru Dirilisdiakses dari

http://.ubaya.ac.id pada tanggal 1 Agustus 2018 pukul 11.50 WIB. 10 Muhadjir Effendy,Pendidikan Indonesia Butuh Penguatan High Order Thinking

Skills:,diakses dari http://.www.kemdikbud.go.id pada tanggal 21 November 2018 pukul 19.05

WIB. 11 Erick Yolanda, dan Dadan Suryana, Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Kurikulum

2013 Pendidikan Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Universitas Negeri Padang, 2018

http://www.puspendik.kemdikbud.go.id/http://.ubaya.ac.id/http://.www.kemdikbud.go.id/

3

memudahkan siswa untuk dapat mengkaji apa yang sudah dipelajari, dan

mempengaruhi hasil belajar siswa.12

Hasil belajar siswa khususnya pada kemampuan menganalisis rendah di

daerah Tangerang Selatan. Dari 15 sekolah hanya 4 sekolah yang siswanya

memiliki kemampuan menganalisis di atas 50% sedangkan 11 sekolah lainnya

di bawah 50%. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab

kurangnya kemampuan menganalisis siswa salah satunya adalah penggunaan

pendekatan yang kurang tepat pada proses pembelajaran.

Kurangnya kemampuan menganalisis siswa bukan hanya diakibatkan oleh

pendekatan pembelajaran tetapi juga diakibatkan oleh sarana dan media

pembelajaran yang terbatas. Keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran

fisika menjadi faktor pemicu sulitnya memahami materi fisika. Hal ini sejalan

dengan hasil TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study)

bahwa kurangnya pencapaian siswa dikarenakan pembelajaran, guru dan sarana.

Terdapat satu dari empat sekolah di Indonesia memiliki komputer dan 36%

sekolah memerlukan perbaikan serius.13 Berdasarkan hal tersebut berarti bahwa

sekolah di Indonesia membutuhkan suatu media riil sebagai alat bantu pada

proses pembelajaran. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut

ialah dengan pendekatan saintifik berbantuan media dalam proses pembelajaran.

Pemakaian media seperti alat peraga dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan, minat, dan motivasi siswa serta meningkatkan

pemahaman siswa terkait materi.14 Penggunaan alat peraga fisika akan

mempermudah siswa dalam memahami konsep yang terkandung dalam materi

fisika serta mempelajari suatu konsep yang abstrak menjadi lebih konkret.15 Alat

12 Eni Rusiyanti, Pengaruh Pendekatan Saintifik terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran IPS Kelas VIII E di SMP Negeri 24 Surabaya, Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 4, No.

3, 2016. 13 Kemendikbud, TIMSS Infographic, diakses dari http://puspendik.kemendikbud.go.id pada

tanggal 3Agustus 2018 pukul 07.35 WIB. 14 Susi Andriani,Pengaruh Motivasi Belajar Dan Penggunaan Media Pembelajaran Terhadap

Hasil Belajar IPS Siswa Kelas Iv Di Sdn Mayangan 6 Kota Probolinggo, Jurnal Penelitian dan

Pendidikan IPS (JPPI) Vol 10 No 1 (2016). 15 Desy, Desnita, dan Raihanati, Pengembangan Alat Peraga Fisika Materi Gerak Melingkar

Untuk SMA, Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) Vol.I, (2015), h.2.

http://puspendik.kemendikbud.go.id/

4

peraga dapat membuat siswa aktif tidak hanya guru yang berperan,

pembelajaran lebih menyenangkan, pemahaman terkait gerak parabola

mendalam dan meningkat.16 kemampuan analisis siswa dapat meningkat dengan

menggunakan alat peraga sebagai penunjang pembelajaran khususnya pada

indikator membedakan, mengorganisasikan dan mengatribusikan.17

Berdasarkan PERMENDIKBUD No. 37 tahun 2018 pada bagian

kompetensi inti 3 dan kompetensi 4 khususnya pada 3.5, yaitu gerak parabola.

Pada materi gerak parabola kegiatan pembelajaran harus menggunakan media

dalam proses pembelajaran serta kompetensi yang harus dipenuhi adalah

menganalisis gerak parabola, berikut makna fisisnya dan penerapan dalam

kehidupan sehari-hari.

Terdapat beberapa hasil penelitian yang mendukung terkait penelitian ini,

yakni penggunaan pendekatan saintifik berbantuan media maupun alat peraga

fisika, yakni pendekatan saintifik berbantuan media stop motion mampu untuk

meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Selain itu, media alat peraga pada

materi Hukum Archimedes sangat diperlukan, Tidak hanya sebagai alat

demonstrasi tetapi juga dapat digunakan sebagai alat praktik yang mampu

meningkatkan kemampuan analisis siswa.18 Media berbasis pendekatan saintifik

sangat efektif dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa yang terintegrasi

dengan life skills.19 Penggunaan alat peraga mampu meningkatkan

keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.20 Hal ini menunjukkan

bahwa penggunaan media khususnya alat peraga fisika dalam pembelajaran

16 Loo Kang Wee, Using Tracker as a Pedagogical Tool for Understanding Projectile

Motion. Physics EducationVol 47 No.4, 2012 17 Fathiah Alatas, Diah Mulhayatiah, dan Ahmad Jahrudin, Penggunaan Alat Peraga

Rotation Timer dan Roda Fleksibel untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa, Jurnal

Penelitian dan Pembelajaran IPA, 2015, h.60. 18 Frans Tonaogy, Agus Setyo budi, dan Esmar Budi, Pengembangan Media Pembelajaran

Pada Materi Hukum Archimedes untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa, Prosiding

Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF 2014, h.4. 19 Juni Rokhmat, Device Development of Physics Learning with Scientific Approach and

the 5E (Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate) Learning Cycle Model to Increase

Students Life Skills, Proceedings ICMSE 2015 21 B. Hartati, Pengembangan Alat Peraga Gaya Gesek untuk Meningkatkan Keterampilan

Berpikir Kritis Siswa SMA, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol. 6, 2010, h.128-132.

5

dapat mempermudah pemahaman materi secara baik serta meningkatkan

kemampuan analisis siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti akan mengusung judul

penelitian Pengaruh Pendekatan Saintifik Berbantuan Media Alat Peraga

Flying Water terhadap Kemampuan Analisis Siswa pada Konsep Gerak

Parabola. Penggunaan pendekatan dan media ini diharapkan dapat menjadi

solusi dalam memudahkan siswa memahami materi gerak parabola,

meningkatkan minat serta kemampuan menganalisis.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat

diidentifikasikan, antara lain:

1. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif.

2. Pendekatan saintifik yang digunakan saat ini belum mampu meningkatkan

kemampuan menganalisis siswa.

3. Keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran fisika menjadi faktor

pemicu sulitnya memahami materi fisika.

4. Kompetensi yang harus dimiliki siswa pada tiap materi paling banyak adalah

kemampuan menganalisis.

5. Kemampuan analisis siswa rendah.

C. Batasan Masalah

Penulis mambatasi penelitian ini pada:

1. Kemampuan yang diukur adalah kemampuan analisis siswa sesuai dengan

Taksonomi Bloom versi Anderson dan Krathwohl ranah kognitif yaitu

menganalisis (C4) dengan tiga indikator, antara lain membedakan,

mengatribusikan, dan mengorganisasikan.

2. Konsep yang diteliti adalah gerak parabola pada Kompetensi Dasar (KD)

3.5

3. Alat peraga yang digunakan merupakan alat sederhana yang bisa

didapatkan dari barang bekas, alat ini digunakan untuk mengamati

6

fenomena gerak parabola pada air, mengukur besarnya jarak tempuh, sudut

elevasi dan ketinggian.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah

1. Apakah pendekatan saintifik berbantuan media alat peraga flying water

memiliki pengaruh terhadap kemampuan analisis siswa?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan menganalisis siswa setelah diberi

perlakuan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik berbantuan

media alat peraga flying water?

3. Bagaimana respon siswa terhadap pendekatan saintifik berbantuan media

alat peraga flying water yang digunakan dalam pembelajaran fisika pada

konsep gerak parabola?

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh pendekatan saintifik berbantuan media alat peraga

flying water terhadap kemampuan analisis siswa.

2. Mengetahui peningkatan kemampuan menganalisis siswa setelah diberi

perlakuan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik berbantuan

media alat peraga flying water

3. Mengetahui respon siswa terhadap pendekatan saintifik berbantuan media

alat peraga flying water yang digunakan dalam pembelajaran fisika pada

konsep gerak parabola.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru, diharapkan dapat menjadi alternatif media selain yang biasa

digunakan seperti buku, LKS dan power point.

2. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan minat, motivasi dan

pemahaman terkait konsep gerak parabola.

7

3. Bagi peneliti, diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk

meningkatkan kemampuan siswa pada materi fisika lainnya.

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan untuk memperoleh pengetahuan

yang didasarkan pada struktur logis.1 Pendekatan saintifik dilakukan secara ilmiah

yang mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning). Penalaran induktif

menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi ide yang lebih luas.2

Pendekatan saintifik memberikan kesempatan kepada siswa secara luas untuk

melakukan eksplorasi dan elaborasi materi yang dipelajari serta

mengaktualisasikan kemampuannya melalui proses pembelajaran yang

dirancang.3 Pendekatan saintifik dapat mengarahkan siswa menjadi lebih aktif,

memudahkan siswa untuk dapat mengkaji apa yang sudah dipelajari, dan

mempengaruhi hasil belajar siswa.4

b. Kriteria Pembelajaran Saintifik

Terdapat lima kriteria pembelajaran saintifik, yaitu:5

Materi pembelajaran berbasis fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan

dengan logika.

Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa dengan alur

berpikir logis.

1 Erick Yolanda, dan Dadan Suryana, Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Kurikulum

2013 Pendidikan Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Universitas Negeri Padang, 2018 2 Musfiqon dan Nurdyansyah, Pendekatan Pembelajaran Saintifik, (Sidoarjo: Nizam

Learning Center, 2015), cet. 1, h. 51 3 Rusman, Belajar dan Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2017), cet. 1, h. 422 4 Eni Rusiyanti, Pengaruh Pendekatan Saintifik terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran IPS Kelas VIII E di SMP Negeri 24 Surabaya, Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 4, No.

3, 2016. 5 Rusman, Op.Cit, h. 421

9

Memdorong dan menginspirasi siswa untuk meningkatkan kemampuan

kognitif.

Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik

dalam penyajiannya.

c. Langkah Pembelajaran Saintifik

Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik:6

Mengamati

Siswa menggunakan panca inderanya untuk mengamati fenomena yang

relevan dengan apa yang dipelajari.

Menanya

Siswa merumuskan pertanyaan tentang apa saja yang diketahui maupun tidak

diketahui terkait fenomena yang diamati.

Mengeksplorasi

Siswa mengumpulkan data melalui eksperimen, mengamati objek, membaca

buku pelajaran, wawancara, dan sebagainya.

Mengasosiasi

Siswa menggunakan data atau informasi yang sudah dikumpulkan untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka rumuskan.

Mengkomunikasikan

Siswa menyampaikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan mereka ke

kelas secara lisan dan/atau tertulis maupun melalui media lain.

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media bentuk jamak dari kata perantara (medium), atau pengantar informasi

dari pengirim ke penerima informasi.7 Media merupakan segala bentuk yang

6 Iwan Wijaya, Professional Teacher: Menjadi Guru Profesional (Sukabumi: CV Jejak,

2018), cet. 1, h. 93-95

10

digunakan untuk proses penyaluran informasi.8 Media yang sering diganti

dengan kata mediator adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan

dalam dua pihak dan mendamaikannya.9 Dari definisi-definisi tersebut dapat

ditarik kesimpulan bahwa pengertian media merupakan semua bentuk perantara

yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat

sehingga semua yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Apabila media

itu membawa pesan-pesan atau informasi yang berkaitan dengan proses

pembelajaran maka media itu disebut media pembelajaran.10

b. Ciri-Ciri Media Pendidikan

Terdapat tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media

digunakan, yaitu:11

1. Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Kemampuan media dalam merekam, menyimpan, melestarikan, dan

merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.

2. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Kemampuan untuk mentransformasikan suatu kejadian atau objek. Kejadian

yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu

dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.

7 Arief S. Sardiman, Media Pendidikan, Pengertian, pengembangan dan

Pemanfaatannya.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h 6. 8 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2010), cet. 13, h.3. 9 Azhar Arsyad,loc cit 10 Azhar Arsyad Ibid.h.4. 11 Azhar Arsyad Ibid.h.12.

11

3. Ciri Distributif (Distributive Property)

Kemampuan media untuk mentransformasikan suatu objek kejadian melalui

ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada mayoritas siswa

dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.

c. Manfaat Media dalam Pembelajaran

Manfaat media pembelajaran sebagai berikut:12

1. Penyampaian materi dan konsep dapat diseragamkan

2. Proses pembelajaran jelas dan menarik

3. Interaktif

4. Efisiensi waktu dan tenaga

5. Kualitas hasil belajar meningkat

6. Proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja

7. Pelajaran yang abstrak menjadi konkret

8. Mengatasi keterbatasan indera manusia

9. Mengatasi kendala ruang dan waktu

10. Mengubah peran pembelajar ke arah yang lebih positif dan produktif

3. Alat Peraga

a. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga adalah segala sesuatu yang digunakan oleh guru untuk

memperagakan materi pelajaran. Alat peraga merupakan media pembelajaran

yang mengandung atau membawa konsep-konsep dari materi yang dipelajari.13

Artinya alat peraga merupakan alat pengajaran yang digunakan guru selama

proses pembelajaran untuk menambah informasi, merangsang minat siswa serta

memperjelas sesuatu yang abstrak menjadi konkret dan ini menambah

pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan.

12 Iwan Falahudin, Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran, Jurnal Lingkar Widyaiswara,

Edisi1 No.4,Desember 2014. 13 Erwan Afriyanto, Pengembangan Media Pembelajaran Alat Peraga pada

MateriHukumBiot Savart di SMA Negeri 1 Prambanan Klaten, JRKPF UAD, Vol.2 No.1, April

2015, h. 21.

12

Dalam memilih serta menggunakan alat peraga harus tepat dan baik sesuai

dengan fungsi kerjanya, seperti tujuan pengajaran yang ingin dicapai,

ketepatgunaan, keadaan siswa, ketersediaan, mutu dan biaya.14 Bukan hanya

tepat guna tetapi biaya pun menjadi pertimbangan baik atau tidaknya suatu alat

peraga, karena semakin murah dan sederhana maka akan memudahkan guru

untuk mendapatkan alat peraga tersebut.

b. Alat Peraga Flying Water

Alat peraga ini dinamakan dengan flying water. Flying Water daimbil dari

kata flying yang berarti sedang terbang dan water yang berarti air. Penggunaan

nama flying water karena air yang keluar melalui nozzle terlihat seperti air yang

sedang terbang. Alat peraga yang dibuat dapat menggambarkan konsep-konsep

dari gerak suatu benda yang membentuk lintasan gerak parabola dengan

hubungan antara sudut elevasi terhadap jarak jangkauan terjauh dan titik

tertinggi pada lintasan gerak parabola. Air digunakan sebagai penggambaran

lintasan, apabila diberikan sudut elevasi yang berbeda-beda akan berpengaruh

terhadap jarak jangkauan dan titik tertinggi dari gerak sehingga membentuk

lintasan setengah lingkaran atau disebut lintasan parabola. Desain alat peraga

flying water dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1

Alat Peraga Flying Water

14 Usman,Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h 15.

13

Bagian-bagian pada alat peraga tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Bagian-Bagian Alat Peraga Flying Water

Bagian-Bagian Alat Peraga Kegunaan

1. Rel Presisi Jalur corong agar mudah bergerak

2. Busur dan Penyangga Nozzle Mengukur sudut elevasi

3. Corong dan Penyangga Corong Menerima pancuran air yang datang dari

nozzle

4. Nozzle Mengubah terkanan dan kecepatan serta

memancarkan air

5. Sirkulasi Pompa Air Menarik air yang ada pada talang air

6. Talang Air Menyimpan air

7. Penyangga Rel 1 Menyangga rel 1 tepat pada posisinya

8. Penyangga Rel 2 Menyangga rel 2 tepat pada posisinya

9. Pengubung Penyangga Nozzle Menghubungkan nozzle dan penyangga

rel

10. Penggaris Mengukur ketinggian

Alat peraga di atas dibuat dengan bahan-bahan yang sederhana dan mudah

untuk ditemukan, seperti spidol whiteboard dan tutup pulpen sebagai nozzle,

talang air, kerangka gorden, pompa air akuarium, baja ringan, corong, dan

penggaris. Alat peraga flying water digunakan untuk memvisualisasikan

fenomena gerak parabola pada air, mengukur besarnya jarak, sudut elevasi, dan

ketinggian maksimum.

4. Kemampuan Berpikir Analisis

Kemampuan Analisis adalah kemampuan menguraikan suatu materi

menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antara setiap

bagian dan struktur keseluruhannya.15 Kemampuan menganalisis merupakan

kemampuan awal yang perlu dikembangkan untuk mencapai kemampuan

berpikir kritis.16 Kemampuan analisis sendiri termasuk dalam Taksonomi Bloom

15 Lorin W Anderson and Krathwohl, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran,

dan Asesmen (RevisiTaksonomi Pendidikan Bloom), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar ,2010), h. 120 16 Sandra Atikasari, Wiwi Isnaeni, dan Andreas Priyono, Pengaruh Pendekatan Problem-

Based Learning dalam Materi Pencemaran Lingkungan terhadap Kemampuan Analisis , Unnes

Journal of Biology Education, Vol.1 ,2013, h. 18.

14

yang selama ini dipegang sebagai pedoman dalam menyusun tingkat kerumitan

pembelajaran di berbagai tingkat dan untuk berbagai pelajaran. Berdasarkan

Taksonomi Bloom versi Anderson dan Krathwohl kemampuan analisis berada

pada tingkatan dimensi kognitif, yaitu pada tingkatan keempat (C4) setelah

mengingat, memahami, dan mengaplikasikan.

Tindakan menganalisis dimengertikan sebagai tindakan memecah-mecah

suatu gugus data menjadi beberapa bagian, kemudian mengaitkan bagian-bagian

itu dalam suatu hubungan yang bermakna dan bermanfaat untuk memecahkan

masalah. Tujua-tujuan pendidikan yang diklasifikasikan dalam menganalisis

mencakup belajar untuk menentukan potongan-potongan informasi yang relevan

atau penting (membedakan), menentukan cara-cara untuk menata potongan-

potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentukan tujuan di

balik informasi itu (mengatribusikan).17

Proses-proses kognitif yang termasuk dalam ranah kemampuan analisis, yaitu:

1) Membedakan (differentiating).

Membedakan (differentiating), yakni melibatkan proses memilah-milah

bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah konsep. Membedakan

terjadi sewaktu siswa mendeskriminasikan informasi yang relevan dan tidak

relavan, yang penting dan tidak penting, dan kemudian memerhatikan informasi

yang relevan atau penting. Kata kerja operasional pada indikator membedakan,

yakni menyendirikan, menemukan, memilah, memfokuskan, dan memilih.18

2) Mengorganisasikan (organizing).

Mengorganisasikan (organizing), yakni melibatkan proses mengidentifikasi

elemen-elemen atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen ini

membentuk sebuah struktur yang koheren. Dalam mengorganisasi, siswa

membangun hubungan-hubungan yang sistematis dan koheren antarpotongan

informasi. Pada pembelajaran, siswa belajar menganalisis laporan-laporan

17 Lorin W Anderson and Krathwohl, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran,

dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar ,2010) ,h. 121 18 Ibid, h. 121

15

penelitian berdasarkan 4 hal, yakni hipotesis, metode, data, dan kesimpulan.

Kata kerja operasional pada indikatir mengorganisasikan, yakni menstrukturkan,

memadukan, menemukan koherensi, membuat garis besar, mendeskripsikan,

dan menelaah19

3) Mengatribusikan (attributing).

Mengatribusikan (attributing), yakni ketika siswa dapat menentukan sudut

pandang, pendapat, nilai, dan tujuan dibalik komunikasi atau informasi.

Mengatribusikan melibatkan proses dekonstruksi, yang di dalamnya siswa

menentukan tujuan pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru. Kata kerja

operasional pada indikator mengatribusikan, yakni mendekonstruksi,

memnentukan, mendiagnosis, dan memprediksi. Dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa kemampuan analisis merupakan kemampuan yang harus

siswa miliki dan dapat meningkat jika kemampuan dasar yang dimiliki pada

tingkatan sebelumnya sudah dikuasai seperti mengingat, memahami, dan

mengaplikasikan.20

Penggunaan alat peraga akan membantu dalam merangsang daya pikir dan

nalar siswa. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan menganalisis ataupun

berpikir tingkat tinggi lainnya. Kemampuan daya pikir yang berkembang akan

meningkatkan kualitas berpikir yang lebih tinggi, maka kemampuan

intelegensinya pun tinggi, seperti kemampuan reasoning, berpikir deduktif,

berpikir induktif, berpikir analitis, berpikir kreatif, kemampuan memecahkan

masalah, dan kemampuan tingkat tinggi lainnya.21

19 Ibid, h. 122 20 Ibid, h 124 21E. Rosalin, Guru dalam Meningkatkan Daya Pikir Siswa, Jurnal Manajemen Pendidikan

No.01, April (2008)

16

5. Kajian Materi Gerak Parabola

Gerak peluru (proyektil) adalah suatu benda yang diberi kecepatan awal

kemudian menempuh lintasan yang arahnya sepenuhnya dipengaruhi oleh

percepatan gravitasi dan hambatan udara.22 Gerak proyektil merupakan salah satu

jenis gerak dua dimensi yang memiliki percepatan konstan, dengan , dan

.23 Gerakan proyektil dipersulit oleh hambatan udara, gerakan bumi, dan

variasi percepatan karena gravitasi. Dalam gerakan proyektil, komponen

horizontal dan vertikal gerakan ini adalah saling bebas. Gerak ini tak punya

hubungan dengan gerak vertikal bola begitupun sebaliknya gerak vertikal tak ada

hubungan dengan gerak horizontal.24

a. Jenis Jenis Gerak Parabola

Dalan kehidupan sehari-hari terdapat beberapa jenis gerak parabola:

1) Gerak benda berbentuk parabola, ketika diberikan kecepatan awal dengan

sudut elevasi terhadap garis horizontal dan vertikal. Seperti gerakan bola yang

ditendang pemain sepak bola, gerakan bola basket yang dilemparkan ke dalam

22 D. Young, Hugh dan Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid 1, (Jakarta:

Erlangga,2002), h 68. 23 Serway, Jewett.Fisika untuk Sains dan Teknik. (Jakarta: Salemba Teknika,2014), h.148. 24 Tipler,Paul A, Fisika untuk Sains dan Teknik, (Jakarta:Erlangga, 1998),h. 65.

17

keranjang, gerakan bola tenis, gerakan bola volley, gerakan lompat jauh, dan

gerakan peluru atau rudal yang ditembakkan dari permukaan bumi.

2) Gerakan benda ketika diberikan kecepatan awal pada ketinggian tertentu

dengan arah sejajar horizontal. Salah satu contoh dalam kehidupan sehari-hari

gerakan benda yang dilemparkan ke bawah dengan menggunakan pesawat

dari ketinggian tertentu.

Lintasan dari sebuah gerak parabola yang dilontarkan pada x0 = 0 dan y0 = 0

dengan kecepatan awal v0 dengan hambatan udara diabaikan. Komponen

kecepatan horizontal tetap konstan, namun komponen kecepatan vertikal berubah

secara simulatan.25 Lintasan gerak parabola dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut

Gambar 2.2

Lintasan Gerak Parabola26

b. Persamaan Kecepatan pada Gerak Parabola

Pada sebuah partikel yang diluncurkan dengan suatu kecepatan awal yang

mempunyai komponen vertikal dan horizontal relatif terhadap titik asal yang

tetap. Jika diambil sumbu vertikal y dengan arah positif ke atas dan sumbu

horizontal x dengan arah positif searah komponen horizontal awal kecepatan

proyektil maka percepatan proyektil:27

dan

25 Halliday & Resnick, Principles of Physics Ninth Edition International Student Version,

(Jakarta : Erlangga,2010), h.66-67. 26 Kresnoadi, Rumus Gerak Parabola, diakses pada http://.ruangguru.com/rumus-gerak-

parabola . 20 Agustus 2018 pukul 17.25 wib 27 Tipler Paul .A., op.cit., h. 66.

http://.ruangguru.com/rumus-gerak-parabolahttp://.ruangguru.com/rumus-gerak-parabola

18

Jika diluncurkan sebuah proyektil dari titik asal dengan kelajuan dengan

sudut terhadap sumbu horizontal. Jadi kecepatan awal mempunyai komponen

Karena tidak ada percepatan horizontal, komponen x kecepatan adalah konstan:

Komponen y berubah dengan waktu sesuai dengan

Jadi komponen perpindahan proyektil adalah

c. Jarak horizontal dan tinggi maksimum proyektil

Gambar 2.3 Sebuah benda diluncurkan di atas permukaan datar dari titik asal O28

Terdapat dua titik A dan B, titik A merupakan titik puncak h (ketinggian

maksimum) dan B merupakan jarak horizontal R (jangkauan terjauh).

Nilai ketinggian maksimum h dapat ditentukan dengan memperhatikan bahwa di

titik puncak dengan menggunakan persamaan di bawah ini:29

28 Serway, Jewett, Fisika untuk Sains dan Teknik, (Jakarta: Salemba Teknika.2014), h. 127 29 Ibid h. 127-128.

19

Dengan mensubstitusikan persamaan ini ke dalam persamaan y dan mengganti y

dengan h, diperoleh persamaan untuk h dengan menghubungkannya dengan besar

dan arah vektor kecepatan awal:

Jangkauan R adalah posisi horizontal proyektil pada suatu waktu yang merupakan

dua kali waktu yang dibutuhkannya untuk mencapai puncak, yaitu pada waktu

dan menetapkan , kita peroleh

d. Menghitung Waktu untuk Mencapai Ketinggian Maksimum

Saat benda berada di puncak, maka berdasarkan gerak vertikal ke atas diperoleh

waktu untuk mencapai titik tertinggi, yaitu :30

Karena kecepatan pada saat berada di puncak adalah 0 maka

Sehingga diperoleh

30 Staff UNY. Materi Mekanika Gerak Parabola dan Gerak Melingkar diakses dari

http://www.staff.uny.ac.id pada tanggal 6 Agustus 2018 pukul 11.25 WIB.

http://www.staff.uny.ac.id/

20

6. Penelitian yang Relevan

1 B. Hartati dalam penelitian yang berjudul Pengembangan Alat Peraga

Gaya Gesek untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

SMA. Penelitian ini menggunakan sampel 34 siswa di SMAN 2

Pekalongan. Tujuan penelitian untuk mendapatkan alat peraga gaya gesek

yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga mampu meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa dan hasilnya berpengaruh terhadap

peningkatan hasil belajar siswa.31

2 Jurnal Affa Ardhi Saputri and Insih Wilujeng, (2017) yang berjudul,

Developing Physics E-Scaffolding Teaching Media to Increase the

Eleventh-Grade Students Problem Solving Ability and Scientific Attitude.

Penelitian ini menggunakan sampel 24 siswa untuk uji coba terbatas dan 48

siswa untuk uji lapangan di SMAN 2 Wonosari. Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui efektivitas media yang dikembangkan dan meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

media yang digunakan mendapat respon positif dari siswa dan dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dilihat dari nilai N-Gain

kelas kontrol dan kelas eksperimen yang signifikan.32

3 Ahmad Jahrudin dalam penelitian yang berjudul Penggunaan Alat Peraga

Rotation Timer dan Roda Fleksibel untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis

Siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MA Pembangunan UIN Jakarta.

Tujuan penelitian untuk mengetahui penggunaan alat peraga rotation timer

dan roda fleksibel untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kemampuan analisis siswa dapat meningkat

dengan menggunakan alat peraga sebagai penunjang pembelajaran

31 B. Hartati, Pengembangan Alat Peraga Gaya Gesek untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol. 6, 2010, h.128-132.

32 Affa Ardhi Saputri and Insih Wilujeng, Developing Physics E-Scaffolding Teaching

Media to Increase the Eleventh-Grade Students Problem Solving Ability and Scientific

Attitude,International Journal Of Enviromental & Science Education, Vol.12, No.4 , 2017

21

khususnya pada indikator membedakan, mengorganisasikan dan

mengatribusikan.33

4 Jurnal Joni Rokhmat, (2015) yang berjudul, Device Development of

Physics Learning with Scientific Approach and the 5E (Engage, Explore,

Explain, Elaborate, Evaluate) Learning Cycle Model to Increase Students

Life Skills. Penelitian ini dilakukan di Kelas X MA 2 Lombok Barat.

Bertujuan untuk mengetahui efektivitas media pembelajaran yang

dikembangkan dan untuk meningkatkan Life Skills siswa. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa media ini efektif dan mampu meningkatkan hasil

belajar siswa yang terintegrasi dengan life skills siswa dilihat dari beberapa

uji validasi yang dilakukan serta respon siswa terkait media tersebut.34

5 Adam Wicaksana dalam penelitian yang berjudul Pengembangan Alat

Peraga pada Materi Gerak Parabola untuk Melatih Keterampilan Proses

Sains Siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 87 dan SMAN 29

Jakarta dengan sampel 78 siswa. Tujuan penelitian untuk mengembangkan

alat peraga yang mampu melatih keterampilan proses sains siswa. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa alat peraga gerak parabola sangat efektif

untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran.35

6 Jurnal Loo Kang Wee, (2012) yang berjudul, Using Tracker as a

Pedagogical Tool for Understanding Projectile Motion. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui efektivitas media Tracker dalam pembelajaran

gerak parabola. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan

menggunakan media tracker dalam pembelajaran dapat membuat siswa

33 Fathiah Alatas, Diah Mulhayatiah, dan Ahmad Jahrudin, Penggunaan Alat Peraga

Rotation Timer dan Roda Fleksibel untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa, Jurnal

Penelitian dan Pembelajaran IPA, 2015, h.60. 34 Juni Rokhmat, Device Development of Physics Learning with Scientific Approach and the

5E (Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate) Learning Cycle Model to Increase Students

Life Skills, Proceedings ICMSE 2015 35 Adam Wicaksana, Pengembangan Alat Peraga pada Materi Gerak Parabola untuk Melatih

Keterampilan Proses Sains Siswa, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2017, h.154.

22

aktif tidak hanya guru yang berperan, pembelajaran lebih menyenangkan,

pemahaman terkait gerak parabola mendalam dan meningkat.36

B. Kerangka Berpikir

Pelajaran fisika dikalangan siswa telah berkembang kesan yang kuat bahwa

fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan kurang menarik untuk

dipelajari. Berdasarkan pemberian angket siswa, bahwa 76% dari 247 Siswa

merasa bosan dan sulit memahami konsep yang masih abstrak jika proses

pembelajaran dilakukan hanya dengan mendengarkan dan mencatat penjelasan

yang guru sampaikan.

Proses pembelajaran fisika dengan menggunakan metode ceramah membuat

siswa menjadi pasif dan bila selalu digunakan akan membosankan. Bahkan bila

seorang guru lebih senang menggunakan model pembelajaran satu arah

(ceramah), akan menurunkan minat, gairah atau semangat belajar siswa, dan

membekukan penalarannya. Anak akan terkondisikan tidak terbiasa berpikir dan

memecahkan masalah. Dampak dari belajar hanya sebatas menghapal

mengakibatkan siswa kurang memiliki keterampilan menganalisis dan

memecahkan masalah.

Kemampuan berpikir seperti pada kemampuan menganalisis, kemampuan

mengevaluasi, dan kemampuan mencipta dalam memecahkan masalah

dibutuhkan dalam kehidupan, baik dilingkungan pekerjaan, maupun masyarakat

terutama pada abad ke-21. Kemampuan tersebut merupakan kemampuan

berpikir pada orde lebih tinggi.

Bila ditinjau dari kompetensi dasar yang paling banyak harus dipenuhi pada

setiap materi yang ada di SMA/MA khususnya pada pelajaran fisika kelas X,

XI, dan XII salah satunya adalah kompetensi pengetahuan, yakni kemampuan

menganalisis (C4). Pada bagian kompetensi inti 3 dan kompetensi 4 khususnya

pada 3.5, yaitu gerak parabola. Pada materi gerak parabola kegiatan

pembelajaran harus menggunakan media dalam proses pembelajaran serta

36 Loo Kang Wee, Using Tracker as a Pedagogical Tool for Understanding Projectile

Motion. Physics Education Vol 47 No.4, 2012

23

kompetensi yang harus dipenuhi adalah menganalisis gerak parabola dengan

menggunakan vektor, berikut makna fisisnya dan penerapan dalam kehidupan

sehari-hari.

Kurangnya kemampuan menganalisis siswa juga bukan hanya diakibatkan

oleh metode pengajaran tetapi juga diakibatkan oleh sarana dan media

pembelajaran yang terbatas. Keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran

fisika menjadi faktor pemicu sulitnya memahami materi fisika. Mata pelajaran

fisika membutuhkan metode eksprerimen atau demonstrasi dan ini perlu

didukung oleh sarana alat-alat praktikum yang memadai. Namun bukan berarti

keterbatasan ini akan menjadi alasan bagi guru untuk menerima kenyataan apa

adanya.

Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut ialah dengan

penggunaan media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

keinginan, minat, dan motivasi siswa serta meningkatkan pemahaman siswa

terkait materi. Dalam pelajaran fisika cukup banyak materi yang membutuhkan

penanganan yang tepat agar siswa dapat memahaminya lebih baik, yaitu dengan

menggunakan media dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi yang

dapat memudahkan siswa dalam memahami pelajaran. Bentuk dari media

pembelajaran adalah alat peraga.

Alat peraga fisika akan mempermudah siswa dalam memahami konsep

yang terkandung dalam materi fisika serta mempelajari suatu konsep yang

abstrak menjadi lebih konkret. Dengan alat peraga siswa dapat menemukan dan

bereksperimen secara aktif sehingga siswa menjadi lebih semangat dan

termotivasi dalam belajar tidak hanya mendengarkan informasi secara verbal.

Penggunaan alat peraga flying water sebagai media pembelajaran ini

diharapkan dapat membuat siswa semangat, termotivasi untuk ikut aktif serta

meningkatkan pemahaman siswa terkait gerak parabola menjadi lebih baik

sehingga kemampuan analisis siswa akan ikut meningkat. Berdasarkan

24

pemikiran di atas dapat dibuat bagan kerangka berpikir seperti pada Gambar 2.4

berikut:

Gambar 2.4

Kerangka Berpikir

Kemampuan Analisis Siswa masih tergolong Rendah

Perlu penggunaan pendekatan saintifik berbantuan media

pembelajaran berupa alat peraga flying water

Alat peraga membuat konsep gerak parabola dapat

divisualisasikan, siswa dapat ikut aktif dalam pembelajaran

sehingga siswa mudah untuk memahaminya

Kemampuan menganalisis siswa meningkat

1. Siswa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal pada

aspek menganalisis

2. Metode pembelajaran dengan hanya mendengarkan

dan mencatat penjelasan guru membuat siswa sulit

memahami dan bosan dalam belajar.

3. Keterbatasan sarana dan media dalam proses

pembelajaran khususnya pada konsep gerak parabola.

4. Kompetensi yang harus dimiliki siswa pada tiap

materi paling banyak adalah kemampuan

menganalisis.

25

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, maka

hipotesis pada penelitian ini, yaitu terdapat pengaruh pendekatan saintifik berbantuan

media alat peraga flying water terhadap kemampuan analisis siswa pada konsep gerak

parabola.

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran

2018/2019, bulan Oktober 2018 di MA Pembangunan UIN Jakarta yang terletak

di Jl. Ibnu Taimiah IV Komplek Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Tangerang Selatan.

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment).

Metode ini memiliki kelompok kontrol yang tidak dapat berfungsi sepenuhnya

untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan

eksperimen.1 Desain penelitian yang digunakan, yaitu nonequivalent control

group design. Desain penelitian ini melibatkan dua kelompok penelitian, yaitu

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.2

Hal pertama yang dilakukan sebelum diberikannya perlakuan adalah

pemberian pretest kepada kedua kelompok untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan dasar siswa terkait konsep gerak parabola. Kemudian kedua

kelompok diberikan perlakuan yang berbeda. Kelompok eksperimen diberikan

perlakuan berupa pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik berbantuan

alat peraga flying water, sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan

pembelajaran secara konvensional seperti yang dilakukan di sekolah. Setelah

diberi perlakuan, kedua kelompok diberi posttest untuk mengetahui hasil dari

perbedaan perlakuan yang diberikan pada konsep gerak parabola. Desain

penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:

1Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),

(Bandung: Alfabeta, 2015), Cet. ke-22, h. 77

2 Ibid. h. 79

27

Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design3

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1

X1 O2

Kontrol X2

Keterangan:

O1 = Pretest (tes awal) yang diberikan sebelum perlakuan, diberikan kepada

kelompok eksperimen dan kontrol.

O2 = Posttest (tes akhir) yang diberikan setelah perlakuan, diberikan kepada

kelompok eksperimen dan kontrol.

X1 = Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen, yaitu dengan

menggunakan pendekatan saintifik berbantuan alat peraga flying water

sebagai media pembelajaran.

X2 = Perlakuan yang diberikan kepada kelompok kontrol, yaitu dengan

pendekatan saintifik berbantuan media PhET.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristiknya

hendak diuji.4 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di MA

Pembangunan UIN Jakarta dengan populasi targetnya adalah seluruh siswa

kelas X MIA di sekolah tersebut tahun ajaran 2018/2019.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak

diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi.5 Sampel pada

penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 2 sebagai kelompok eksperimen dan

siswa kelas X MIA 1 sebagai kelompok kontrol. Teknik sampling yang

digunakan, yaitu purposive sampling, teknik penentuan sampel dengan

3 Loc cit. 4 Pengestu Subagyo dan Djarwanto, Statistika Induktif, (Yogyakarta: BPFE, 2009), Cet. ke-2,

h. 93. 5 Loc cit.

28

pertimbangan tertentu.6 Penggunaan sampling ini agar siswa pada kelas kontrol

dan kelas eksperimen memiliki karakteristik yang hampir sama.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel bebas

(independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau penyebab timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel

terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau timbul karena adanya variabel

bebas7. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yakni:

Variabel bebas (independen) : Pendekatan saintifik berbantuan media alat peraga

fliying water

Variabel terikat (dependen) : Kemampuan analisis siswa

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan, yaitu tahap persiapan,

tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Tahap persiapan meliputi studi

pendahuluan, studi literatur maupun studi lapangan yang berkaitan dengan objek

penelitian dan perencanaan tindakan yang akan dilakukan. Tahap pelaksanaan

berupa penggunaan pendekatan saintifik berbantuan media alat peraga flying

water pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

Tahap akhir, yaitu analisis data dan penarikan kesimpulan untuk menentukan

adakah pengaruh alat peraga flying water terhadap kemampuan analisis siswa.

Prosedur penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:

6Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),

(Bandung: Alfabeta, 2015), Cet. ke-22, h. 124. 7 Ibid., h.60

29

Tabel 3.2

Prosedur Penelitian

TAHAP PERSIAPAN

Studi

Pendahulu

an (Studi

Literatur,

Wawancar

a guru, dan

Angket

Siswa)

Merumusk

an

Masalah,

Menentuka

n Materi

dan

Schedule

Time

Membuat Alat

Peraga,Instrum

en Tes dan

Nontes

Menyusun

RPP.

Menyelesaik

an Surat Izin

Validasi

Instrumen

Media dan

Instrumen

Tes serta

Surat Izin

Penelitian

Melakuk

an Uji

Validasi

Instrume

n Tes dan

Media

Alat

Peraga.

TAHAP PELAKSANAAN

Pretest

Proses Pembelajaran

menggunakan

Pendekatan Saintifik

berbantuan Media Alat

Peraga Flying Water

Posttest

TAHAP AKHIR

Menganalisis Data Hasil dan

Menguji Hipotesis Penelitian Penarikan Kesimpulan Penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

pemberian pretest-postest. Pemberian pretest untuk mengetahui kemampuan

awal siswa terkait konsep gerak parabola sedangkan pemberian posttest untuk

mengetahui sejauh mana kemampuan analisis siswa setelah pemberian

30

perlakuan. Pretest-posttest ini merupakan butir soal pilihan ganda ranah kognitif

C4 Taksonomi Bloom versi Anderson dan Krathwohl.

G. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Tes Kemampuan Menganalisis

Instrumen yang diberikan dalam bentuk tes pilihan ganda sebanyak 14 soal

yang disusun berdasarkan indikator pada kemampuan analisis C4 pada Taksonomi

Bloom versi Anderson dan Krathwohl. Terdapat 3 indikator menganalisis antara

lain, membedakan, mengatribusikan dan mengorganisasikan. Soal-soal tersebut

sudah melalui tahap validasi oleh ahli materi dan uji validitas maupun reliabilitas

agar soal tersebut tepat untuk mengukur kemampuan analisis siswa. Kisi-kisi dari

butir soal kemampuan menganalisis dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Tes Menganalisis8

Indikator

Pembelajaran

Aspek Kemampuan Menganalisis (C4) Jumlah

Soal Membedakan Mengorganisasikan Mengatribusikan

Mengidentifikasi

besaran-besaran pada

gerak parabola

1*

3 8*

14*

Menentukan nilai

besaran-besaran pada

gerak parabola

2

5

3

5

6*

7*

Menganalisis

hubungan sudut

elevasi terhadap

ketinggian maksimum

4*

3 10

12*

Menganalisis

hubungan sudut

elevasi terhadap jarak

terjauh

9

3 11*

13*

Keterangan: *Butir soal yang valid

8 Lorin W Anderson and Krathwohl, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran,

dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom), (Yogyakarta : Pustaka Pelajar ,2010) ,h. 101

31

2. Instrumen Nontes

Instrumen nontes yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner atau

angket. Angket adalah suatu daftar pertanyaan atau pernyataan yang diberikan

kepada orang lain untuk diisi berhubungan dengan yang sudah dialami agar dapat

diketahui tentang pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapat orang tersebut

terhadap suatu hal.9 Angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan model

skala Likert. Alternatif jawaban yang digunakan dalam angket ini adalah Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Cukup (C), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju

(STS). Kisi-kisi angket yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4

Kisi-kisi Angket Respon Siswa

No Indikator Angket Pernyataan

Jumlah Soal Positif Negatif

1

Respon siswa terhadap

pelajaran fisika dan metode

guru

1 2 2

2

Penggunaan alat peraga flying

water pada proses

pembelajaran

3,5 4,6 4

3

Kesesuaian alat peraga flying

water dengan materi yang

diajarkan

7,9 8,10 4

4 Kemudahan penggunaan alat

peraga flying water 11 12 2

Jumlah Soal 6 6 12

H. Kalibrasi Instrumen

Dilakukan uji instrumen terlebih dahulu sebelum penelitian berlangsung,

diantaranya melalui:

1. Uji Validitas

9 Suharsimi Arikunnto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. (Jakarta: Bumi Aksara,

2012), h.42.

32

Validitas suatu instrumen penelitian adalah derajat yang menunjukkan

dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur.10 Perhitungan validitas

menggunakan bantuan software Anates V4. Persamaan pearson pada uji

validitas dapat dilihat sebagai berikut:

})(}{)({

))((

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = skor tiap butir soal

Y = skor total butir soal

n = jumlah siswa

Uji validitas perlu dilakukan dengan membandingkan hasil rxy yang didapat

dari software Anates V4 dengan rtabel pada taraf signifikansi 5% dan terlebih

dahulu menentukan derajat kebebasan, yaitu dk = n-2. Jika rxy rtabel, maka

dapat dikatakan valid dan jika rxy < rtabel, maka dikatakan tidak valid. Acuan

penilaian validitas dari butir soal atau item dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut

ini:11

Tabel 3.5

Kriteria Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Kriteria

0,8 1,00 Sangat Tinggi (ST)

0,6 0,799 Tinggi (T)

0,4 0,599 Cukup (C)

0,2 0,399 Rendah (R)

0,00 0,199 Sangat Rendah (SR)

10 Ibid, h.79 11 V Suratna Sujarweni dan Poly Endrayanto , Statistika untuk Penelitian, ( Yogyakarta :

Graha Ilmu, 2012), h. 177.

33

Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Instrumen Tes

Statistik Butir Soal

Jumlah Soal 14

Jumlah Siswa 25

Nomor Soal yang Valid 1,4,6,7,8,11,12,13,14

Persentase Soal yang Valid 64,3%

Pada Tabel 3.6 dapat dilihat bahwa jumlah soal yang diujikan kepada 25 siswa

sebanyak 14 butir soal. Jumlah butir soal yang valid sebanyak 9 soal dengan

persentase soal yang valid sebanyak 64,3%.

2. Reliabilitas

Reliabel artinya dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf

reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap

apabila diteskan berulang-ulang. Pada penelitian instrumen tes diuji tingkat

reliabilitasnya dengan menggunakan software Anates V4. Reliabilitas instrumen

diukur menggunakan rumus Kuder Richason (KR-20) sebagai berikut12:

2

2

111 S

pqS

n

nr

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes

p = proporsi siswa yang menjawab item dengan benar

q = proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (1 p)

pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

12 Ibid., h. 115

34

kemudian hasilnya diinterpretasikan dengan melihat kriteria interpretasi

indeks pada Tabel 3.7 di bawah ini:13

Tabel 3.7

Kriteria Interpretasi Indeks

Koefisien Korelasi Kriteria

0,80 < r111,00 Sangat tinggi

0,60 < r11 0,80 Tinggi

0,40 < r11 0,60 Sedang

0,20 < r11 0,40 Rendah

0,00 < r11 0,20 Sangat rendah

Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini:

Tabel 3.8

Hasil Uji Reliabilitas

Statistik Reliabilitas Soal

r11 0,78

Kriteria Tinggi

3. Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang

menjawab benar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan juga

tidak terlalu sukar atau bisa dikatakan bahwa soal yang baik adalah soal dengan

kategori sedang. Untuk mengukur tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan

rumus14 :

Keterangan:

P = tingkat kesukaran item soal

13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta, Rineka Cipta,

2010), Cet. ke-14, h.319 14Suharsimi.Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005) h.176.

35

B = jumlah siswa yang menjawab benar

Js = jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes

Pada penelitian ini besarnya taraf kesukaran diukur dengan menggunakan

software Anates V4 kemudian hasil indeks kesukaran dapat diartikan dalam

sebuah kriteria yang dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut ini:

Tabel 3.9

Kriteria Taraf Kesukaran15

Interval P Kriteria

0,00 P < 0,30 Sukar

0,30 P < 0,70 Sedang

0,70 P 1,00 Mudah

Hasil uji taraf kesukaran butir soal dengan menggunakan software Anates V4

dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut ini:

Tabel 3.10

Hasil Uji Taraf Kesukaran

Kriteria Soal Butir Soal

Jumlah Soal Presentase

Sukar 5 35,5%

Sedang 6 43%

Mudah 3 21,5%

Jumlah 14 100%

Pada tabel 3.10 dapat dilihat bahwa hasil uji taraf kesukaran dari 14 butir soal

yang diujikan terdapat 5 soal sukar dengan persentase 35,5%, 6 soal sedang

dengan persentase 43%, dan 3 soal mudah dengan persentase 21,5%.

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai dengan yang berkemampuan kurang. Suatu soal yang

mempunyai daya pembeda tinggi mengisyaratkan bahwa soal tersebut dapat

15 Suharsimi Arikunnto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. (Jakarta: Bumi Aksara,

2012), h.225

36

membedakan siswa yang pandai dengan yang kurang pandai. Rumus yang

digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah16:

Keterangan:

: banyaknya peserta kelompok atas

: banyaknya peserta kelompok bawah

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

: proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

: proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut ini:

Tabel 3.11

Kategori Daya Pembeda17

Daya Pembeda Kategori

Negatif Drop

0,00 0,20 Buruk

0,21 0,40 Cukup

0,41 0,70 Baik

0,71 1,00 Sangat Baik

Hasil uji daya pembeda instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut ini:

Tabel 3.12

Hasil Uji Daya Pembeda

Kategori Soal Butir Soal

Jumlah Soal Presentase

Buruk 1 7,3%

Cukup 4 28,5%

Baik 5 35,7%

16 Op.cit. h. 177. 17 Ibid. h.232

37

Sangat Baik 4 28,5%

Jumlah 14 100%

I. Teknik Analisis Data Tes dan Nontes

1. Teknik Analisis Data Tes

Pada saat akan melakukan teknik analisis data. Uji prasyarat harus

dilakukan dengan tujuan untuk menentukan rumus statistik yang digunakan

dalam uji hipotesis. Uji prasyarat tersebut terdiri dari uji normalitas dan uji

homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti

berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak.18 Uji normalitas yang

digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan uji Saphiro-Wilk berikut19:

2

Keterangan:

D = Coeffisient test Shapiro Wilk

= Angka ke n- i +1 pada data

= Angka ke-i pada data

= Taraf signifikansi 5%

= Rata-rata data

G = Identik dengan nilai Z distribusi normal

= Konversi statistik Shapiro-Wilk pendekatan distribusi normal

18 Supranto dan Nandan Limakrisna, Petunjuk Praktis Penelitian untuk Menyusun Skripsi,

Tesis, dan Disertasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 152. 19 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet. ke-9, h.

312.

38

Pada penentuan kategori uji normalitas menggunakan uji shapiro-wilk nilai

G dibandingkan dengan probabilitasnya (p)tabel yang ada pada tabel shapiro-

wilk, untuk menentukan pengambilan keputusan dapat dilihat sebagai berikut:

Jika G > (p)tabel dengan = 0,05, maka sampel berasal dari data terdistribusi

normal

Jika G < (p)tabel dengan = 0,05, maka sampel berasal dari data terdistribusi

tidak normal

Penentuan kategori uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan

bantuan aplikasi IBM SPSS versi 23.0. dapat dilihat pada lampira C.4.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok

sampel mempunyai varian yang sama (homogen) atau tidak. Terdapat dua uji

dalam pengujian homogenitas, yaitu Uji Bartlett dan Uji Levene. Uji Bartlett

digunakan untuk data populasi yang berdistribusi normal dan Uji Levene untuk

data populasi tak terdistribusi normal. Pada penelitian ini uji homogenitas

menggunakan aplikasi IBM SPSS versi 23.0 dengan langkah-langkah sebagai

berikut:20

1. Menetapkan hipotesis statistik

H0 = Hasil nilai kemampuan analisis siswa pada kedua kelompok data tidak

bervariasi (homogen)

Ha = Hasil nilai kemampuan analisis siswa pada kedua kelompok data

bervariasi (tidak homogen)

2. Suatu data dapat dikatakan homogen atau tidak dapat dilihat dari besarnya

nilai signifikansi yang dihasilkan

Jika Sig. > 0,05 (5%) maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa

tidak ada perbedaan varian nilai (homogen) dari kedua kelompok data

tersebut

20 Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan, (Bandung : CV Andira

Bandung, 1998) h..297

39

Jika Sig. < 0,05 (5%) maka Ha diterima dan H0 ditolak yang berarti bahwa

terdapat perbedaan varian nilai (tidak homogen) dari kedua kelompok data

tersebut

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui kebenaran dari hipotesis yang

sudah peneliti buat. Uji hipotesis dilakukan melalui data yang sudah

dikumpulkan pada saat melakukan penelitian dan diawali dengan melakukan uji

normalitas dan uji homogenitas. Hasil dari kedua uji prasyarat akan menentukan

jenis uji hipotesis yang akan dipakai. Uji hipotesis ini dilakukan dengan

berbantuan aplikasi SPSS 23 dengan langkah sebagai berikut:21

1. Menetapkan hipotesis penelitian:

H0: Hipotesis nol, pendekatan saintifik berbantuan media alat peraga flying

water tidak berpengaruh terhadap kemampuan analisis siswa pada konsep

gerak parabola.

Ha: Hipotesis alternatif, pendekatan saintifik berbantuan media alat peraga

flying water berpengaruh terhadap kemampuan analisis siswa pada konsep

gerak parabola.

2. Untuk memutuskan kebenaran hipotesis penelitian yang sudah dibuat, dapat

dilihat dari nilai yang ditunjukkan oleh sig.(2-tailed)

Jika nilai signifikansi (2-tailed) 0,05 maka, H0 ditolak dan Ha diterima

Jika nila signifikansi (2-tailed) 0,05 maka, H0 diterima dan Ha ditolak

1) Data Terdistribusi Normal dan Homogen

Data yang terdistribusi normal dan homogen, pengujian hipotesis

menggunakan analisis tes statistik parametrik. Secara matematis dirumuskan

sebagai berikut22:

21 Ibid., h.273 22 Sudjana, Op. cit., h. 238-239

40

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Jika thitung > ttabel, maka Ha diterima Ho ditolak.

Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima Ha ditolak.

2) Data Tidak Terdistribusi Normal dan Homogen

Data yang tak terdistribusi normal dan homogen, pengujian hipotesis

menggunakan analisis tes statistik non parametrik, uji Mann-Whitney. Secara

sistematis dirumuskan sebagai berikut:

U

UUZ

dengan 2

21nnU dan

12

)1( 2121 nnnn

U

d. Uji N-Gain

Peningkatan antara nilai pretest dan posttest dapat diuji dengan

menggunakan rumus N-gain (Normalized-gain). Gain adalah selisih antara nilai

pretest dan posttest. Gain akan menunjukkan peningkatan pemahaman siswa

setelah diberikan pembelajaran oleh guru dengan rumus berikut:23

Keterangan: :

Spost = skor tes akhir

Spre = skor tes awal

Smaks = skor maksimum

Tingkat perolehan skor dapat dikriteriakan seperti pada Tabel 3.13 berikut ini:

Tabel 3.13

Kriteria Nilai N-Gain

Nilai N-Gain Kriteria

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah