repository.usd.ac.idHadjar.pdf · Created Date: 5/7/2014 7:47:56 AM

1
I OPNI JUMAr LEGI 2 MEl2014 ( 2 REJEB 1947 | ''KEDAULATAN IIAKYAT'' HALAMAN 12 Revitalisasi Gagasan Ki Hadjar Dewantara - T ARI Pendirlikan Nasional diperingati l{ ."rrup tanglTal z IVIer. ilamun serrng II dilup'akaniokoh dr balik peringatan ini. Suwardi Suryaningrat atau Ki Hadjar De- wantara yang diangkat sebagai Bapak Pendi- dikan Lrdonesia lahir di Yoryakarta 2 Mei 1889. Tanggal kelahirannya ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Suatu ironi ketika sistem pendidikan nasional kita mulai mengalami amnesia terhadap berbagai gagasan Ki Hadjar Dewantara. Para pemikir pendidikan di negara ini lebih fasih berbicara teori pendi- dikan ala Piaget, Skiner, Dewey, dan sederet pe- mikir Barat lainrrya. Padahal pemikiran Ki Ha- djar Dewantara juga masih sangat relevan di zaman sekarang ini. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai budaya yang disebut'Tlisakti Jiwa' mengung- kapkan bahwa budaya merupakan hasil=dari cip ta, rasa, dan karsa manusia dalam hidup berma- syarakat. Konsep,ini memiliki makna filosofis yangmendalam yaitu manusia dalam melaksa- nakan segala sesuatu harus ada kombinasi yang sinergis antara olah pikir, olah rasa, serta mani- festasi dari hasil olah pikir dan rasa. Gagasan ini juga berlaku dalam pendidikan untuk memben- hrkinsan cendekia yang utuh dan selaras. Buah pikir anak bangsa ini ternyata satu il- ham dengan ahli pendidikan Barat yaitu Benja- min S Bloom. Pada 1956, tiga tahun sebelum Ki Hadjar wafat tahirn 1959, Bloom mengenalkan konsepnya yang disebut Taksonomi Bloom. Ber- dasarkan taksonomi, manusia pada dasarnya memiliki tiga ranah kerrtampuan yaitu berpikir untuk menghasilkan icle atau gagasan (kog!i- tifl, kemampuan mengolah rasa (afekti{), dan kemampuan mewujudnyatakan dalam suatu tindakan (psikomotorik). Thksonomi Bloom juga menjadi landasan dalam proses pendidikan di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara mengenalkan sistem among yaitu sebuah pendekatan pendidikan yang berlandaskan konsep asah, asih, dan asuh. Mendidik bukan sekadar upaya mentransfer il- mu unh:k membuat siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak suka menjadi su- ka, dan dari yang tidak bisa me4jadi bisa. Men- , Hd ra Kunriawan fidik perlu dilandasi sikap mengasihi sebagai wujud perhatian dan kasih sayang orangtua terhadap anak. Orangtua melalui kasih sayang yang tulus dapat menjadi teladan dalam pem- benhrkan karakter generasi muda. Santapan sehari-hari sekarang ini tidak lepas dari perilaku yang sarat kekerasan, demorali- sasi, budaya konsumtif dan hedonis. Misalnya yangmasih hangat dibicarakan, kasus predator anak berupa kekerasan seksual di Jakarta Intemational School (JIS) dan tewasnya maha- siswa Sekolah Tinggr Ilmu Pelayaran (STIP) akibat dianiaya seniornya. Inilah tanda-tanda kerusakan mental bangsa. Gagasan Ki Hadjar Dewantara yang tidak asing lagi yaitu konsep ing ngarsa sung tuladh'a (di depan memberi teladan),'inE madya ma' ngunkarsa (ditengah menciptakan peluang un- ' h:k berprakars a) , dan tut wuri hnndnyani (dai belakang memberikan dorongan dan arahan). Untuk yang terakhir ini bahkan menjadi slogan Kemdikbud dan terpampangjelas dalam logo- nya. Sudahkah ketiga hal ini menjadi pijakan bagi kita dalam mendidik generasi bangsa? Melalui pendidikan, peserta didik sebagai manusia merdeka dimampukan untuk berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek ke- manusiaannya serta mampu menghargai kemanusiaan setiap orang. Dalaqr sistem pendidikan yang mengusung sikap meng- nsung sikap momang, amang, dan ngenlong, Ki Hadjar Dewantara memperkenalkan pendidikan yang tidak memaksa namun bu- kan berarti membiarkan anak berkembang sebebas-bebasnya tanpa arah. Sistem pendidikan dan kurikulum diperlukan, na- mun jangan dipahami secara ka- ku. Guru dan siswa bisa kehilang- an kreativitas dan tidak dapat ber- inovasi karena terpenjara sekat- sekat ruang kurikulum. Inilah yang bagi Ki Ha- djar Dewantara konsep educate the head, the heart, and thn hand melekat erat dalam setiap penrikirannya. Sistem pendidikan dan kurihilum yang kaku dapat menjadi tembok kokoh yang mengha- langi siswa berpikir hitis dan berkembang ke- pribadiannya. Tak heran jika pendidikan se- karang ini hanya menjejali siswa dengan tum- pukan materi ajar. Kurikulum harus menge- depankan kebuhrhan peserta ditlik dankarak- ter langsa. Orang tua, guru, masyarakat dan pemerintah wajib bersinergitidak hanya unhrk memberi mang, namun juga dorongan dan bim- binlan bagi generasi muda agar meqjadi manu- sia yang seuhrtrnya. Slusi pendidikan bagi bangsa ini ialah kem- bali pada pemikiran Bapak Pendidikan kita. Gagasan besar Ki Hadjar Dewanfara mengenai pendidikan perlu dihadirkan kembali dan diwu- judnyatakan sehingga tidak sekadar menjadi kekayaan bangsa yang kita simpan. Gelar pah- lawan nasional saja tidak cukup, zudah saatnya menyandingkan Ki Hajar Dewantara dengan para pemikir pendidikan kelas dunia. E' s. * ) Hendra Kwniau:an MPd" Dosen Pend.id'ikan Sejarah Universitas Sdnota Dhntna YogY akarta.

Transcript of repository.usd.ac.idHadjar.pdf · Created Date: 5/7/2014 7:47:56 AM

Page 1: repository.usd.ac.idHadjar.pdf · Created Date: 5/7/2014 7:47:56 AM

I

OPNI JUMAr LEGI 2 MEl2014 ( 2 REJEB 1947 |

''KEDAULATAN IIAKYAT'' HALAMAN 12

Revitalisasi Gagasan Ki Hadjar Dewantara- T ARI Pendirlikan Nasional diperingatil{ ."rrup tanglTal z IVIer. ilamun serrng

II dilup'akaniokoh dr balik peringatanini. Suwardi Suryaningrat atau Ki Hadjar De-

wantara yang diangkat sebagai Bapak Pendi-dikan Lrdonesia lahir di Yoryakarta 2 Mei 1889.

Tanggal kelahirannya ini kemudian ditetapkansebagai Hari Pendidikan Nasional. Suatu ironiketika sistem pendidikan nasional kita mulaimengalami amnesia terhadap berbagai gagasan

Ki Hadjar Dewantara. Para pemikir pendidikandi negara ini lebih fasih berbicara teori pendi-

dikan ala Piaget, Skiner, Dewey, dan sederet pe-

mikir Barat lainrrya. Padahal pemikiran Ki Ha-djar Dewantara juga masih sangat relevan dizaman sekarang ini.

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenaibudaya yang disebut'Tlisakti Jiwa' mengung-kapkan bahwa budaya merupakan hasil=dari cipta, rasa, dan karsa manusia dalam hidup berma-

syarakat. Konsep,ini memiliki makna filosofisyangmendalam yaitu manusia dalam melaksa-nakan segala sesuatu harus ada kombinasi yangsinergis antara olah pikir, olah rasa, serta mani-festasi dari hasil olah pikir dan rasa. Gagasan inijuga berlaku dalam pendidikan untuk memben-hrkinsan cendekia yang utuh dan selaras.

Buah pikir anak bangsa ini ternyata satu il-ham dengan ahli pendidikan Barat yaitu Benja-min S Bloom. Pada 1956, tiga tahun sebelum KiHadjar wafat tahirn 1959, Bloom mengenalkankonsepnya yang disebut Taksonomi Bloom. Ber-dasarkan taksonomi, manusia pada dasarnyamemiliki tiga ranah kerrtampuan yaitu berpikiruntuk menghasilkan icle atau gagasan (kog!i-tifl, kemampuan mengolah rasa (afekti{), dankemampuan mewujudnyatakan dalam suatutindakan (psikomotorik). Thksonomi Bloom jugamenjadi landasan dalam proses pendidikan diIndonesia.

Ki Hadjar Dewantara mengenalkan sistemamong yaitu sebuah pendekatan pendidikanyang berlandaskan konsep asah, asih, dan asuh.Mendidik bukan sekadar upaya mentransfer il-mu unh:k membuat siswa dari yang tidak tahumenjadi tahu, dari yang tidak suka menjadi su-ka, dan dari yang tidak bisa me4jadi bisa. Men-

, Hd ra Kunriawan

fidik perlu dilandasi sikap mengasihi sebagai

wujud perhatian dan kasih sayang orangtuaterhadap anak. Orangtua melalui kasih sayangyang tulus dapat menjadi teladan dalam pem-

benhrkan karakter generasi muda.Santapan sehari-hari sekarang ini tidak lepas

dari perilaku yang sarat kekerasan, demorali-sasi, budaya konsumtif dan hedonis. Misalnyayangmasih hangat dibicarakan, kasus predator

anak berupa kekerasan seksual di JakartaIntemational School (JIS) dan tewasnya maha-siswa Sekolah Tinggr Ilmu Pelayaran (STIP)

akibat dianiaya seniornya. Inilah tanda-tandakerusakan mental bangsa.

Gagasan Ki Hadjar Dewantara yang tidakasing lagi yaitu konsep ing ngarsa sung tuladh'a(di depan memberi teladan),'inE madya ma'ngunkarsa (ditengah menciptakan peluang un-

' h:k berprakars a) , dan tut wuri hnndnyani (daibelakang memberikan dorongan dan arahan).Untuk yang terakhir ini bahkan menjadi slogan

Kemdikbud dan terpampangjelas dalam logo-

nya. Sudahkah ketiga hal ini menjadi pijakanbagi kita dalam mendidik generasi bangsa?

Melalui pendidikan, peserta didik sebagaimanusia merdeka dimampukanuntuk berkembang secara utuhdan selaras dari segala aspek ke-manusiaannya serta mampumenghargai kemanusiaan setiaporang. Dalaqr sistem pendidikanyang mengusung sikap meng-nsung sikap momang, amang, danngenlong, Ki Hadjar Dewantaramemperkenalkan pendidikanyang tidak memaksa namun bu-kan berarti membiarkan anakberkembang sebebas-bebasnyatanpa arah. Sistem pendidikandan kurikulum diperlukan, na-mun jangan dipahami secara ka-ku. Guru dan siswa bisa kehilang-an kreativitas dan tidak dapat ber-inovasi karena terpenjara sekat-

sekat ruang kurikulum. Inilah yang bagi Ki Ha-

djar Dewantara konsep educate the head, the

heart, and thn hand melekat erat dalam setiappenrikirannya.

Sistem pendidikan dan kurihilum yang kakudapat menjadi tembok kokoh yang mengha-

langi siswa berpikir hitis dan berkembang ke-

pribadiannya. Tak heran jika pendidikan se-

karang ini hanya menjejali siswa dengan tum-pukan materi ajar. Kurikulum harus menge-

depankan kebuhrhan peserta ditlik dankarak-ter langsa. Orang tua, guru, masyarakat danpemerintah wajib bersinergitidak hanya unhrkmemberi mang, namun juga dorongan dan bim-binlan bagi generasi muda agar meqjadi manu-sia yang seuhrtrnya.

Slusi pendidikan bagi bangsa ini ialah kem-

bali pada pemikiran Bapak Pendidikan kita.Gagasan besar Ki Hadjar Dewanfara mengenaipendidikan perlu dihadirkan kembali dan diwu-judnyatakan sehingga tidak sekadar menjadikekayaan bangsa yang kita simpan. Gelar pah-

lawan nasional saja tidak cukup, zudah saatnya

menyandingkan Ki Hajar Dewantara denganpara pemikir pendidikan kelas dunia. E' s.

* ) Hendra Kwniau:an MPd"Dosen Pend.id'ikan Sejarah Universitas

Sdnota Dhntna YogY akarta.