· Created Date: 7/27/2008 1:18:56 PM

83
Nomor Indut :11 Trnsset t\?:.6.|?22E-: / I tor ( !0I ?0^ NOTA KEUANGAN DAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2OO1 TEMANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2OO2 REPUBLIK INDONESIA

Transcript of  · Created Date: 7/27/2008 1:18:56 PM

Nomor Indut :11

Trnsset t\?:.6.|?22E-:

/

I

tor (!0I?0^

NOTA KEUANGAN

DAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 19 TAHUN 2OO1

TEMANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN ANGGARAN 2OO2

REPUBLIK INDONESIA

IX'KI'TEIYTAAIBADAIT AI{}.LIAA FISKAL

DEPARTEUEII K.EUAI| GA.fl RI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Halaman

I

iii

iv

1

4

4

4

5

)

6

7

7

8a

1 l

l l

1?

I J

I J

l 3

t4t7

20

20

2 l

25

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

DAFTARLAMPIRAN

BAB I

BAB II

BAB III

PENDAIIULUAN

ASUMSI DASAR PENYUSUNAN APBN 2OO2

Pendahuluan

Kinerja Ekonomi Indonesia Tahun 2001 ......................

Perkembangan Ekonomi ClobaI. . , . . . . . . . . . . . . . .

Kondisi Sosial. Politik. dan Keamanan...........

Kebijakan Ekonomi Makro Indonesia Tahun 2002....

Indikator Ekonomi Makro Dalam APBN 2002...........

Pertumbuhan Ekonomi . , . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Laju Inf lasi . . . . . . . . .

Nilai Tukar Rupiah

Suku Bunga SBI 3 Bulan . . . . . . . . . . . . . . .

Harga Minyak Mentah Intemasional ...........,..............

Tingkat Produksi Minyak Mentah Indonesia ................

PERIGMBA]\IGAII ANGGARAN PENDAPATAII DAN BELANJANEGARA

Pendahuluan

Pendapatan Negara dan Hibah

Penerimaan Perpajakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ............,.......

Hibah.. . . . . . . . . . . . . . . . .

Belanja Negara...

Pengeluaran Rut in . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Pengeluaran Pembangunan

Dana Perimbangan

Daftar Isi

Keseimbangan Umum dan Defisit APBN..............'...'...

Pembiayaan Defisit Anggaran...'.'...

BABIV ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJANEGARATAHUN ANGGARAN 2OO2 ...............

Pendahuluan.......

Pendapatan Negara dan Hibah

Ponerimaan Perpajakan .....,..............

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ..'.... "...........

Hib4h.. . . . . . . . . . . . . . . . '

Belanja Negara ...

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat,..................

Pengeluaran Rutin ......,...................

Pengeluaran Pembangunan

Belanja untuk Daerah ... .......... ..........

Dana Perimbangan

Dana Bagi Hasil .

Dana Alokasi Umum... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Dana Alokasi Khusus.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang .........'........ '.

Keseimbangan Umum dan Defisit APBN.............'. ...'

Pembiayaan Defisit Anggaran.........

l l

Helaman

26

26

29

29

30

30

J J

36

J I

40

43

43

44

44

45

46

4t

46

Daftar Tabel tlan GraJik

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

.ihBEL

II. 1 Kerangka Ekonorni Makro, 2001 - 2002

III. I Perkembangan Pcnerimaan Pelpajakan, 1999/2000 - 2001

III.2 Perkenbangan Pencrimaan Negara Btrkan Pajak, 1999/2000-2001 ""

III.3 Perkernbangan Belanja Ncgara, 199912000 -7001.. .....,..... ....

III.4 Perkembangan Pembiayaan Defisit, 1999/2000 - 2001 .. ...'.. ... .'

I I i ,5 RingkasanPerkembangariPelaksanaanOperasional Fiskal Perner intah,

1999/2C00 - 200 i

IV.1 Ringkasan APBN 2001 cian APBN 2002 ... .. . ....'

IV2 Pendapatan Negara dan Ilibah APBN 200i dan APBN 2002 " """"""""

IV3 Belanja Negara APBN 2001 dan APBN 2002

IV4 Pembiayaan Defisit APBN 2001 dan APBN 2002 ..... ..'. .... ..

GRAFTK

ll.l Pertumbuhan Ekonomi Tahunan, 1996 -2002

lI.2 Laju Inflasi Tahuuan, 1996 - Z0A2 . . ..

II.3 Perkembangan Nilai'Iukar Rupiah Rata+ata,1996 -2002 .. ..... .. " " "'

II.4 Perkembangan Suku Bunga SBi 3 Bulan, 1996 - 20!2

lI.5 Perkembangan Harga Minyak Internasional, 1996-2002......... . " " "'

III.I Perkembangan Pendapatan N egara,199912000 - 2001 ....... . " '

IIL2 Perkembangan Peneiinraan Beberapa Jenis Pajak, I999/2000-2001 " "

IIL3 Perkernbangan Penerimaan Bukan Pajak, 199912000 -2001

III.4 Perkembangan Pengeluaran Rutin, 1999/2000 -2001 .... .. " . "

III.5 Perkembangan Pembiayaan Defisit Anggaran, 1999/2000 - 2001

Halaman

7

t7

t9

2 l

27

28

30

36

48

8

9

l0

l 0

t1

l 4

t )

t7

? l

28

l l l

Lampiran I

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Lampiran E

DAFTARLAMPIRAN

Rincian Penerirnaan Perpajakan, APBN 200 I dan ApBN 2002 . . . . . . .

Rinoian Penerimaan Bukan Paj ak, APBN 200 1 dan ApBN 2002 . , . . .

Penerimaan dan Pengeluarun Rekening Dana Investasi (RDI),

APBN 2001 dan APBN 2002..

Pengeluaran Rutin Berdasarkan Sektor dan Subsektor,

APBN 2001 dan APBN 2002..

Pengeluaran Pembangunan Berdasarkan Sektor dan Subsektor,

APBN 2001 dan APBN 2002..

Rincian Dana Perimbangan, APBN 2001 dan APBN 2002.....,.....

Rincian Pembiayaan Anggaran, APBN 2001 dan ApBN 2002.........

Undang-undang Republik Indonesia Nomor l9 Tahun 2001

tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

Anggaran 2002

trIalaman

49

50

51

52

< A

56

57

58

Bab I Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara (APBN) merupakan penjabaranrencana kerja para penyelenggara negara untuk kurun waktu satu tahun.Dalam bentuk yang paling ringkas, APBN dituangkan ke dalam suatu formatyang memuat pengelompokan jenis transaksi berkaitan dengan rencanakegiatan penyclenggaraan negara menurut pengaruhnya terhadap posisikeuangan negara dalam kurun waktu setahun. Transaksi-transaksi yangberkaitan dengan rencana kegiatan tersebut dikategorikan ke dalamkelornpok pendapatan negara dan hibah, belanja negara, dan pembiayaananggafan,

assets dan liabilities namun tidak mempengaruhi posisi keseimbanganncraca keuangan negara.

proses penyusunan APBN tidak hanya berkaitan dengan penanganan teknis

Anggaran DPR RI, serta komisi-komisi DPR RI dengan masing-masingmitra kerjanya. Forum-forum tersebut dimaksudkan untuk menyamaka;

APBN merupakanpenjabarcn rancangan

rcncarc kzrjapenyeleng-

garaan negara dalam

Pendapatan negaro danhibah nengakibatkanposisi aktiva bersihnegara meningkll, se-dangkan belanja negarcberuldbst sebalilorya.

Se I h i h rc ga t if a tdu p o,t it ifpendapolan negaru danh i bah se le la h diburangibelanja negara rclamaselahun merupakandefisit qtau surplusan88aran.

Penetapan APBN me-rupakan monife ape la l<sanaan kewaj i bankonslitusional pemefi -

lah ses4ei dengan pasal23 ayat (l) Undang-Undang Dasar 1945.

Bqb I Pendqhuluan

Prinsip umum pe nytsun-

an APBN 2002adalah

t4enciplakan AP BN yang

semakin sehdt, berkesi-

nambungan, dan ber-

lumpu pada kehamPuan

p e m b i ayaan da latn ne gei.

APBN 2002 nerupakan

lahun Le-3 pelaksasdan

GBHN t999 2004

APBN 2002 disusun

4engdn mempertttn-

bangkan Jhkl or interna I

dan ekrt lernal, serta

perkembangan pelak-

sanaan APBN lahun

anggaran 200 I .

Bab II memuat uraian

mengenai osutnsi indl-

ka!cr ekonomi makro

tahun anggaran 2002

Bab III menjelaskanperkembangan pelak-satuanAPBN tigatahur,lerckhtt

Bab IV menjelaskan

APBN 2002 dan ber-

bagai kebi jakan pen-

dukungnya.

2

pandangan tentang arah dan target-target umum yang akan dicapai dalampenyelenggaraan negara pada suatu tahun anggaran. Proses politik tersebutakan berlanjut sampai dengan proses pembahasan dengan panitia anggarandan pada tahap akhir akan ditetapkan melalui rapat paripurna DPR.

Beberapa prinsip umum yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunanAPBN 2002 antara lain adalah APBN yang disusun harus f, mendorongterciptanya APBN yang semakin sehat pada masa yang akan datang;(ir) sedapat mungkin dapat menjamin dipertahankannya kesinambungananggzran; dan (iii) selalu didasarkan pada kemampuan penyediaan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri.

APBN 2002 merupakan APB).I ketiga yang diajukan pernerintah sebagaipelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004 danmerupakan APBN yaug peftama di bawah Kabinet Gotong Royong. Selainmengacu kepada GBHN 1999-?004, penyusunan APBN tahun anggaran2002 juga mengacu kepada Program Pembangunan Nasional (Propenas)tahun 2000-2004, Repeta 2002, kesepakatan-kesepakatan yang dicapaidi dalam rapat-rapat pembicaraan pendahu luan dengan DPR, serta programkerja Kabinet Gotong Royong.

Sebagai suatu rencana kerja penyelerggara negara yang mencakup berbagaiprograrn dan atau kegiatan yang akan diselenggarakan oleh badan eksekutif,legislatif danjudikatif dalam tahun anggaran 2002, maka penyusunan APBN2002 juga harus didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan dan perkiraan-perkiraan terhadap faktor-faktor baik eksternal maupun internal yangrnempengaruhi APBN tahun anggaran 2002. F'aktor-faktor tersebut padadasamya terdiri atas faktor kondisi perekonomian nasional dan perekonomiandunia, serta perkembangan pelaksanaan APBN sampai pada periode terkini.

Nota Keuangan dan APBN 2002, secara berurutan akan men.rberikan penjelasantentang asumsi dasar penyusunan RAPBN 2002 pada Bab lI, yang secararingkas memuat uraian kinerjaekonomi Indonesia tahun 2001, perkembanganekonomi global, kondisi sosial politik dan keamanan, dan kebijakan ekonomimako Indonesia tahun 2002, yang mendasari perkiraan asumsi indikatorekonomi mako dalam APBN 2002. Asumsi tersebut mencakup pertumbuhanekonomi, laju inflasi, nilai tukar rupiah, harga minyak intemasional dan tingkatprodukti nlinyak mentah Indollesia, Asumsi-asumsi dasar tersebut telalrdisesuaikan dengan kesepakatan dengan DPR.

Selanjutnya, pada Bab I I I d i je laskan mengenai perkembanganpelakanaan keuangan negara (APBN) selarna tiga tahun terakh ir yang meliputiperiode tahun anggaran 1999/2000, 2000 dan 2001. Pada Bab ini diuraikansecara ringkas mengenai arah perkembangan pendapatan negara danhibah, belanja negara dan pembiayaan anggaran, serta berbagaikebijakan yangberpengaruh terhadap perkembangan masing-masing unsur dalam setiapkomponen APBN selama periode waktu tahun anggaran 1999/2000-2001.

Sedangkan Bab IV adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN) tahun anggaran 2002 yang secara ringkas menjelaskan mengenaitarget pendapatan negara dan hibah, rencana belanja negara, kondisikeseimbangan umum dan defisit APBI*{, serta pembiayaan defisit anggaran

Bab I Pendahuluan

untuk tahun anggaran 2002. Di samping target besaran-besaran APBNsecara nominal dan persentasenya terhadap PDB, Bab inijuga menguraikanberbagai langkah kebijakan atau rencana tindak yang akan ditempuh selamatahun anggaran 2002 yang diperkirakan akan mendukung pencapaianbesaran-besaran yang dianggarkan dalam APBN 2002.

Sejalan dengan strategijangka menengah untuk mengurangi defisit anggaransecara bertahap hingga mencapai posisi keseimbangan anggaran dalam tahunanggaran2004/2005, maka defisit anggaran tahun anggaran 2002 diperkirakanpada tingkat 2,5 persen terhadap PDB dibandingkan dengan 3,7 persen terhadapPDB tahun 2001 . Dengan sasa.ran pencapaian target defisit sebesar ?,5 persenterhadap PDB tersebut diperkirakan situasi keuangan negara dalam tahunanggaran 2002 secara umum masih sangat ketat.

Melalui Nota Keuangan dan APBN 2002 ini diharapkan pemerintah dapatmemberikan penjelasan berkenaan dengan pokok-pokok program dan ataukegiatan, termasuk kebijakan yang menjadi landasannya, yang tercakupdi dalam setiap komponen yang masuk dalam kelompok pendapatan negaradan hibah, belanja negara dan pembiayaan anggaran, serta penjelasantentang asumsi-asumsi dasar yang dipergunakan dalam penyusunan APBN2002 dan kaitannya dengan aspek ekonomi lainnya. Dengan demikiandiharapkan agar semua pihak yarg berkepentingan (stake holders) dapatmemahami kondisi perekonomian yang melingkupi dan mempengaruhibesaran-besaran yang diusulkan pemerintah dalam APBN 2002.

Secdra umum situasi

keuaftggh negatrs tahrn2002 hasih kztur.

Bab II Asumsi Dasdr Penyusunan APBN 2002

Besaran-besaran APBN2002 direntukan olehperkembangan ekonomimakro dan kebijakan

liskal tahun 2002.

P e re kon otfi i an I kd o ke s i a

tahun 2001 mengaldmi

Kinerjd ekonomi tahun

2001 menunjukkanpertumbuhan yang

melambat.

BAB IIASUMSI DASAR PENYUSUNAN

APBN 2OO2

PENDAHULUAN

Besaran-besaran APBN 2002 ditentukan terutama oleh perkiraanperkembangan ekonomi Indonesia tahun 2002 secara keseluruhan danberbagai kebijakan strategis pemerintah di bidang fiskal. Berbagai variabelekonomi mako yang secara langsung mendasari penyusunan APBN 2002meliputi pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, nilai tukar rupiahterhadap dolarAmerika Serikat (US$), suku bunga SBI 3 bulan, harga minyak mentahinternasional, dan tingkat produksi minyak mentah Indonesia.

Perkembangan ekonomi Indonesia tahun 2002 dipengaruhi olehperkembangan ekonolni Indonesia tahun 2001, perkembangan ekonomiglobal dalam tahun 2002, kondisi sosial, politik dan keamanan dalam negeritahun2002, dan kebijakan ekonomi mako serta kebijakan restrukturisasidi berbagai bidang yang akan dilaksanakan dalam tahun 2002.

I<INERJA EKoNoMI INDoNESTA TAHUN 2OOT

Dalam tahun 200l, perekonomian Indonesia mengalamitekanan yang cukupberat, terutama yang bersumber dari depresiasi rupiah yang berlebihan, lajuinflasi yang relatif tinggi, naiknya suku bunga, serta tingginya risikoketidakpastian yang bersumber dari kondisi politik dan keamanan dalamnegeri. Selain itu, perkembangan perekonomian global yang lebih rendahdari yang diperkirakan semula turut memberikan tekanan yang kurangmenguntungkan bagi perekonomian nasional. Sebagai antisipasi terhadapperkembangan tersebut di atas, pemerintah telah mengambil beberapakebijakan di bidang fiskal dan melakukan penyesuaian terhadap perkiraankinerja ekonomi Indonesia tahun 2001 .

Selanjutnya, membaiknya kond isi politik dan kemananan dalam negeri seiringdengan lancarnya pergantian pemerintahan pada pertengahan tahun 2C01,Iangkah antisipatifatas berbagai kebijakan fiskal yang diarahkan untuk tetapmenjaga fiscal sustainabilily dengan memberikan stimulus ekonomiterbatas, serta kebijakan moneter yang akan diarahkan untuk menjagakestabilan harga-harga dan nilai tukar rupiah, telah berperan. untukmengurangi tekanan yang berlebihan terhadap perkembangan ekonomi tahun2001.

Secara umum, kinerja perekonomian Indonesia tahun 2001 menunjukkanpertumbuhan yang melambat. Pertumbuhan ekonomi krdonesia diperkirakanmencapai 3,5 persen. Pertumbuhan 2001 ini lebih rendah dibandingkanpertumbuhan tahun 2000 sebesar 4,8 perserq namun masih lebih baik dari negara-negara tetangga. Sementara itu, laju inflasi selama tahun 2001 (y-o-y)

Bab I1 Asumsi Dasqr Penyusunqn APBN 2002

diperkirakan sebesar I 1,9 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar AmerikaSerikat rata-rata Rpl0.2l9, dan tingkat suku bunga SBI 3 bulm rata-rata16,4 perseu.

PERI<EMEANGAN EKaNoMI G LOBAL

World Economic Outlook Desember 2001 rnernperkirakan pertunrbuhanekonomi dunia dalarn tahun 2002 tidak lebih baik daritahun 2001, yaitu sekitar2,4 persen, Peftumbuhan ekonomi dunia yang relatifstagnan tersebut terutamaditcngarai berasal dari melemahnya perekonomian dinegara-negara maju.Pefiumbuhan ekonomi Amerika Serikat diperkirakan melambat dari I persendalam tahun 2001 menjadi 0,6 persen dalam tahun 2002. Ekonomi Jepangdipcrkirakan akan mclemah dalam tahun 2002 dengan pedulnbuhan negatif1,0 persen setelah mengalami pertumbuhan negatifsebesar 0,4 persen dalamtahun 2001. Negara-negara yang tetgabung dalam Uni Eropajuga rnengalarniperturnbuhan yang melarnbat dari 1,7 persen dalam tahun 2001 menjadi 1,3persen dalam tahun 2002. Perkembangan ekonomi negara-negara maju yangmelemah tersebut diperkirakan akan mcmbcrikan tantangan yang lebih besarbagi kinerja perekonornian Indonesia dibandingkan dengan tahun-tahunsebelumnya, khususnya dalam kaitannya dengan aktivitas perdaganganintemasional dan menarik masuknya invesatasi asing. Oleh karena itu, selainmencari peluang sebaik-baiknya ditengafi-tenga.h lesunya perekonomian negara-negara maju, pertumbuhan ekonomi Indonesia. pada tahun 2002 diutamakankepada bangkitnya kembali permintaan domestik sehubungan denganmenrngkatnya kepercayaan masyarakat dan semakin mantapnya restrukturisasiekonomi yang diupayakan dengan berbagai kebrjakan ekonoini makro danmikro secara komprehensif.

I{oNDISI SosIAL, PoLITIT<, DAN I<EAMANAN

Kondisi sosial, politik dan keamanan yang merupakan salah satu faktorpeneutu bagi percepatan pemulihan ekonomi nasional diharapkan semakinrnernbaik secara signifikan dalam tahun 2002. Sukses dan lancarnyapergantian kepemimpinan nasional sesuai hasil Sidang Istimewa MajelisPernusyarvaratan Rakyat (MPR) tanggal 2316 Juli 2001 diperkirakanmempakan awal membaiknya kondisi sosial, politik, dan keamanan dalamnegeri, Kondisitersebut diperkirakan akan semakin membaik sciring denganberjalannya waktu sampai akhir tahun 200 l. Selanjutnya dalam tahun 2002koudisi sosial, politik, dan keamanan diharapkan akan semakin baik danmantap. Mernbaiknya stabilitas sosial, politik, dan keamanan dalam tahun2002 secara signifikan akan mcningkatkan kcpcrcayaan masyarakatIndonesia dan luar negeri akan masa depan perekonomian Indonesra.Meningkatnya kepercayaan masyarakat tersebut akan mendorongpertumbuhan konsumsi dan investasi masyarakat, serta mendorougmeningkatnya investasi luar negeri ke Indonesia, baik investasi langsungmaupun investasi tidak langsung. Ilal ini lebih lanjut akan memberikankontribusi positif bagi peningkatau kinerja ekononii Indonesia.

Pertumbuhdn ekonotni

negara-negafa tnf lJulahun 2002 melemah

dlbandingkan dengan

tahan200l.

Kondisi sosial, politlk,

dan lceamanan diharov

kan semakin membark

padatahun2AA2.

Bab II Asumsi Dasar Penyusunan APBN 2002

Kebijakan ekonominakro tahun 2002 di-atuhkan untuk mencapaipemulrhanefutnomiyang

berkelatljutan.

KebUakan moneter di-

arahkan pada pengen-

tlalian inflasl danstabi l isasi ni lat tukar

rupiah.

Tqrgel pertumbuhan

uangprimer lahun 2002

sekitar l2-14 persen

Kebijakan keuangannegara akan dilaksana-kan secara selaras danko nsis t en d.engan ke b i-jakan ekonomi makroIaihrrya.

Transporan si dan aktn-tabilitas BPPN horustetap dijaga dalam pelak-

sanaan tugaa-tugasnya

Refotmasi di berbagaib ideng diper lukan untu kmenperkuat jundamen-tal ekonomi,

T<EBUAI(AN EKoNaMI MAT<Ro INDaNESIA TAHUN 2oo2

Dalam tahun 2002, kebtjakan ekonomi makro diarahkan untuk mencapaipemulihan ekonomi berkelanjutan yang lebih bertumpu pada kemampuansendiri Gef-sustained recoyery) y ang akan diupayakan melalui serangkaiankebijakan moneter, fiskal, restrukturisasi perusahaan dan pemulihan aset-aset BPPN, serta kebijakan restrukturisasi di berbagai sektor publik,

Dalam tahun 2002, kebijakan moneter akan tetap diarahkan pada upayapengendalian tekanan inflasi dan stabilisasi nilai tukar rupiah. Untuk itu,kebijakan moneter akan terus dilakukan untuk meminimalisasi kelebihanlikuiditas dalam perekonomian. Dalam pelaksanaannya, kebijakan moneterakan dilakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya kenaikan sukubunga secara drastis dan bcrlebihan, sehingga tidak membahayakan prosespemulihan perbankan da perekonomian secara keseluruhan. Penyerapankelebihan likuiditas tersebut dilakukan terutama melalui Operasi pasarTerbuka(OPT), khususnya lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI), intervensirupiah dan sterilisasi valas.

Sejalan dengan perkiraan perturnbuhan ekonomi nasional, target inflasi, danperkiraan nilai tukar rupiah, maka tingkat pertumbuhan uang primer dalamtahun 2002 ditargetkan sekitar l2-14 persen.

Sementara itu, kebijakan keuarrgan negara dalam tahun 2002 tetap diarahkanpada upaya untuk mewujudkan APBN yang sehat, memelihara ketahananfiskal yang berkelanjutan, dan memberikan stimulus fiskal dalam bataskemampuan keuangan negara guna mendukung proses pemulihan ekonomi.Kebijakan keuangan negara tersebut akan dilaksanakan secara selaras dankonsisten dengan kebijakan ekonomi rnakro lainnya.

Kinerja Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) merupakan salahsatu kunci pokok dalam rangka pemulihan kembali ekonomi Indonesia.Peranan BPPN sangat penting dan strategis dalam proses restrukturisasiperusahaan, baik bank maupun bukan bank. Oleh karena itu, transparansidan akuutabilitas BBPN akan tetap dijaga dalam rangka menjaminkeberhasilan pelaksanaan tugas-tugas BPPN. Sementara itu, KomiteKebijakan Sektor Keuangan (KKSK) dan Komite Pengawas (OversightCommittee) juga akan didorong untuk melaksanakan tugasnya secara lebihoptrmal.

Untuk memperkuat fundamental ekonomi bagi proses perfumbuhan ekonomijangka menengah, pemerintah juga akan melaksanakan reformasi strukturaldi bsrbagai bidang, seperti perbaikan sistem pengadaan sektor publik dankebijakan pengelolaan keuangan, reformasi BUMN, reformasi pelayananpublik, dan program pengentasan kemiskinan. Selain itu, fungsi pengawasanintemal pemerintah akan ditingkatkan sehingga mampu mengidentifi kasikandengan cepat dan tepat orang/pejabat yang bertanggung jawab atasterjadinya kasus-kasus yang merugikan negara dan selinjulnya diambiltindakan hukum secara konkrit.

Bab II Asumsi Dasar Penyusunan APBN )0U)

TNDIKATOR EKONOMI MAKRO DALAM APBN2OOz

Dengan kondisi sebagairnana diuraikan di atas, kinerja ekonomi Indonesiadalam tahun 2002 diperkirakan akan mengalami kernajuan dibandingkandengan tahun 2001. Secara garis besar kemajuan tersebut tercermin padabeberapa indikator utama ekonomi makro, yang digunakan sebagai dasarpenentuan besaran-besaran APBN 2002,

Salah satu faktor penting dalam mencapai kinerja ekonomi tersebut adalahadanya koordinasi yang baik antara kebijakan fiskal dan moneter. Olehkarena itu, koordinasi tersebut akan semakin ditingkatkan dan dimantapkalldalam tahun 2002.

Tabel II.l

Keranska Ekonomi Makro. 2001 - 2002

Indikator 2001*) 2002*)

KinerJa ekonomi nqsio-

nal tahun 2002 diperkirafuin semakin balc

Koordlnasi kebi jakan

Jisknl dan moneler akan

se ftakin tncningkat

Sunber perlumbuhan

ekononi tahun 2002

didorong oleh konsumsi

twosla, lwettas[ dan

1. Pertunbuhan ekonomi (persen)2, Inflasi (persen)3. Nilai tukarrupiahper US$4. Suku bunga SBI 3 bulan (persen)5. Hargaminyak internasional (US$/barel)6. Prodnksi minyak Indonesia (utabarelAari)

i 5

1 1,9t0.219

4,09,0

9.00014022,0t32

r63?4,6t32

*) Perkiraan

PERTUMBUHAN EKoNoM]

Setelah tumbuh sebesar 4.8 Dersen dalam tahun 2000. ekonomi Indonesiadiperkirakan akan hrmbuh lebih rendah dalam tahun 200 t. yaitu sebesar 3,5persen. Namun, dalam tahun 2002 pertumbuhan ekonomi Indonesiadiperkirakan akan menguat kembali menjadi 4 perseu.

Perkiraan tersebut didasarkan pada ekspektasi akan membaiknyaberbagai faktor ekonomi dan nonekonomi terutama dari sisi intemal. Secarasektoral, pertumbuhan sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan seldorlainnya diperkirakan masing-masing mencapai sebesar 1,4 persen, 5,6 persen,dan 4,0 persen. Dari sisi permintaan konsumsi diperkirakan akanmenyumbang sebesar2,9 persen dan investasi sebesar 1,8 persen. Sementaraitu sektor ekstemal (ekspor bersih) men)'umbang sebesar negatif0,T persenyang terdiri dari ekspor sebesar 2,9 persen dan impor sebesar negatif 3,6persen.

Membaiknya konsumsi terutama didorong oleh konsumsi swasta. Haltersebut selain disebabkan oleh membaiknya ekspektasi masyarakat akanmasa depan perekonomian Indonesia,juga dipengaruhi oleh kondisi tingkatharga di dalam negeri yang relatifterkendali sehingga daya beli masyarakatsemakin baik. Disamping itu, suku bungayang menurunjuga diperkirakanakan m€ndorong pertumbuhan konsumsi swasta.

Bab II Asumsi Dasqr Penyusunqn APBN 2002

Gralik I.1.1 .Pertumbuhan Ekonomi TahunaD, 199&2002

l 0

5

0

-5

-10

-15

(persetr)

\

ree6 ,nn, \

,rr, y'"n 2ooo 2oor +) 2oo2 .)

\ /

V*) perkiraan

Kinerja investasi tahun 2002 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun2001. Membaiknya kondisi sosial, politik, dan keamanan, serta prosesfestrukturisasi perbankan, perusahaan, hutang luar negeri swasta diharapkanakan mampu mendorong perkembangan sektor riil terutama melaluipeningkatan penyaluran kedit kepada sektor swasta dan peningkatan arusmasukmodal asing (PMA), baik berupa investasi portofolio maupun investasilangsung.

Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju dalam tahun 2002 diperkirakanakan melemah dibandingkan dengan tahun 2001, sehrrgga menekan permintaanekspor Indonesia, khususnya ekspor bukan minyak bumi dan gas alam. Selainitu, harga minyak dun ia diperkirakan akan sed ikit lebih rendah d ibanding tahunsebelumrrya sehingga penerimaan ekspor minyak bumi dan gas alamdiperkirakan akan lebih rendah. Sekalipun demikian, total ekspor diperkirakanmasih tumbuh lebih tinggi dibanding tahun 2001, yang terutama didukung olehekspor nonmigas. Hal ini dengan pertimbangan bahwa restrukhrrisasi ekonomidalam negeri berjalan lebih baik sehingga daya saing ekspor Indonesia semakintinggi, di samping ekspor utama Indonesia adalah produk-produk yangpermintaannya cukup tinggi , Demikianjuga halnya dengan impor diperkirakanakan tumbuh lebih tinggi sejalan dengar meningkahrya kegiatan perekonomiandalam negeri.

LAJUTNFLASI

Selama tahun 2001 inflasi diperkirakan mencapai 11,9 persen yangdisebabkan oleh oleh melemahnya kurs rupiah yang diikuti dengan kenaikanharga bahan bakar minyak (BBM) dan tarifdasar listrik (TDL) pada bulanJuni, serta tingginya permintaan akan barang jasa yang disebabkan olehberlangsungnya hari raya keagamaan secara bersamaan menjelang akhirtahun. Kebij akan pemerintah untuk menaikkan harga BBM dan TDL tersebut

{

Tekanan inJlast dalamtahun 2001 disebabkanolehlebijakan h*gadanmelemahnya nilai tukarrupiah.

Bab IV Anggaran Penclapatan dan Belqnja Negara Tahun Ang4dran 2002

Alokasi anggarcn unlukbelanja barahq tahun2002 secara nominalnaik sekttar 34,4 persendari tahun 2001.

Alokasi anggaran untukpengeluaran rutin loin-nyt lohuun 2002 sekitar0,6 percen terhadapPDB.

Pengeluaran pemba-ngwrsn tohvn onEguon2002 ditetapkan sekitor3,1 persen dari PDB,secara noninal ndikwkitar j2,7 persen.

Pertama, adanya rencana penyesuaian tunjangan bagi beberapa jabatanfungsional tertentu yang selama beberapa tahun teraklir belum pernahmengalami kenaikan. Kedua, diperlukannya anggaran untuk menampungkenaikan pangkat/golongan, dan kenaikan gaji berkala (acrerJ). Sementaraitu, pagu anggaran uang makan dan lauk pauk direncanakan naik dari Rp2,ltriliun atau 0,1 persen dari PDB pada tahun 2001 menjadi Rp2,8 triliunatau 0,2 persen dari PDB pada tahun 2002 karena adanya rencana kenaikanuang makan dan lauk pauk bagi anggota TNI dan Polri sebesar Rp2.500per orang per hari. Dalam pada itu, komponen belanja pegawai lainnya,seperti tunjangan beras, lainlain belanja pegawai dalam negeri serta belanjap€gawai luar negeri hampir tidak mengalami perubahan dari beban tahunsebelumnya, yaitu masing-masing sekitar 0,1 persen terhadap PDB.

Seperti halnya pada belanja pegawai, anggaran yang dialokasikan untukbelanja barang secara nominal naik sekitar 34,4 persen, dari Rp9,6 triliunatau 0,7 persen dari PDB dalam APBN-P tahun anggaran 2001 menjadiRpl2,9 triliun atau 0,8 persen dari PDB pada tahun 2002. Anggaran tersebutdiperlukan untuk mendukung lancamya kegiatan operasional pemerintahan,baik di dalam negeri maupun di luar negeri, serta menunjang tugas-tugaspelayanan kepada masyarakat. Anggaran belanja barang dalam negeri akandialokasikan antara lain untuk pengadaan sarana kerja, biaya langganandaya danjasa, biaya perjalanan dinas pada seluruh departemen {LPND, sertamemenuhi biaya pemeliharaan berbagai aset negara dan hasilpembangunan.Sedangkan anggaran belanja barang luar negeri akan digunakan terutamauntuk mendukung kegiatan operasional kantor-kantor perwakilanpemerintah di berbagai negara sahabat.

Di lain pihak alokasi anggaran untuk pengeluaran rutin lainnya dalam tahun2002 diperkirakan mencapai sekitar 0,6 persen terhadap PDB. Alokasianggaran pengeluaran rutin lainnya tersebut antara lain direncanakan untukpengembalian dana reboisasi, pembayaran jasa surveyor, bantuan untukpartai politik dan biaya sidang tahunan MPR-RI, pembayaran tunggakandan klaim pihak ketiga, biaya perawatan beras Bulog, serta bantuan kepadaKONI. Di luar pos-pos tersebut, pengeluaran rutin lainnyajuga menampungdana cadangan tanggap darurat yang akan digrrnakan antara lain untukpenanggulangan masalah pengungsi, bencana alam, serta mengantisipasiterjadinya ketidaksesuaian rencana tindak Qtolicy measures) denganimplementasinya.

PEN G E L UA RA N PEM BA N G U NA N

Dalam tahun anggaran 2002 pengeluaran pembangunan yang dikelolapemerintah pusat ditetapkan Rp52,3 triliun atau sekitar 3,1 persenterhadap PDB. Jumlah ini secara nominal naik sekitar 32,7 persen dariperkiraan realisasi anggaran belanja pembangunan pemerintah pusat dalamtahun anggaran 2001.

Sesuai dengan semangat otonomi daerah, pengeluiuan pembangunanpemerintah pusat digunakan terutama untuk membiayai tugas dan kewenanganpem€rintah pusat yang meliputi bidang agama, hukum, aparatur negarq

40

Bab IV Anggaran Pendapalan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2002

masing KK yang menjadi target subsidi akan menerima 20 kilogram berasper bulan selama l2bulan, denganharga RpI.000,00 per kilogram. Selainmerupakan operasi pasar yang bersifat rutin, sebagian dari program lnimerupakan salah satu bentuk kompensasi langsung kepada masyarakatkurang mampu yang terkena dampak kenaikan harga BBM dan TDL.

Dalam pada itu beban subsidi bunga kredit program akan dialokasikan untukmemenuhi kewajiban pemerintah atas beban subsidi bunga berbagai skimkedit progam, baik kedit yang pendanaannya berasal dari eks-KLBI, suratutang yang dikelola oleh tiga BUMN, yaitu PT Permodalan NasionalMadani (PNM), Bank Tabungan Negara (BTl.{) dan Bank Rakyat Indonesia(BRI), maupun bank-bank umum yang ikut serta dalam penyediaan lceditusaha tani (KUT) dan kedit ketahanan pangan (KKP).

Dalam tahun anggaran 2002, beban bunga utang ditetapkan Rp88,5 triliunatau sekitar 5,3 persen terhadap PDB, turun 1,2 persen terhadap PDB daribeban pembayaran bunga utang dalam APBN-P tahun anggaran 2001sebesar 6,5 persen terhadap PDB. Penurunan ini disebabkan oleh turunnyabeban bunga utang dalam negerl maupun bunge utang luar negeri darimasing-masing 4,5 persen tethadap PDB dan 2,0 porson terhadap PDBdalam tahun 2001 meqjadi 3,5 persen terhadap PDB dan 1,7 persen terhadapPDB pada tahun 2002.

Beban pernbayaran bunga utang dalam negeri untuk tahun 2002 d itetapkanRp59,5 triliun atau sekitar'67,2 persen dari total beban bunga utang,sedangkan sekitar 32,8 persen (Rp29,0 triliun) merupakan bunga utangluar negeri. Upaya untuk mengurangi beban bunga utang dalam negeri antaralain dilakukan melalui program pertukaran antara aset-aset yang telahdirestrukturisasi dengan obligasi yang dimiliki bank-bank (assetbondssrap). Selain itu, karena pengaruh suku bunga (SBI 3 bulan) mempunyaiperalan yang cukup signifikan terhadap pembengkakan beban pembayaranbunga utang dalam negeri, khususnya yang bersumber dari obligasi dengantingkat bunga men gmbang(variable rale), maka koordinasi dengan pihakotoritas moneter menj adi faktor yang sangat penting dalam mengupayakankestabilan suku bunga SBI pada tingkat yang wajar dan realistis.

Sementara itu, upaya untuk mengurangi beban pembayaran bunga utangluar negeri akan ditempuh antam lain dengan O mengurangi jumlahpinjaman luar negeri baru (new loan) secara bertahap, (ir) mengupayakanpinjaman baru dengan persyaratan yang seringan mungkin, dan (iii)mempercepat penarikan komitmen pinjaman yang sudah ada.

Di lain pihak, alokasi anggaran yang disediakan untuk bolanja pogawaipusat dalam tahun anggaran 2002 diperkirakan moncapai Rp41,3 triliun(2,5 persen terhadap PDB), naik sekitar 4,6 persen bila dibandingkan denganbelanja pegawai pada APBN-P tahun anggaran 2001. Peningkatan bebanbelanja pegawai dalam tahun 2002 tersebut terutama disebabkan olehnaiknya alokasi anggaran untuk gaj i dan pensiun serta uang makan dan laukpauk. Alokasi anggaran gaji dan pensiun ditetapkankan naik dari Rp33,3triliun atau 2,3 person terhadap PDB dalam tahun 2001 menjadi Rp34,0triliun atau 2,0 person terhadap PDB dalam tahun 2002. Ada dua fal:torpenyebab naiknya anggaran gaji dan pensiun dalam tahun anggaran 2002.

Subsidi bunga krcditprogram merupakantrrbsidi bunga dtas Ekimkredit program eksKLBI,

Beban bunga ulangtahun 2002 turun 1,2persen terhadap PDBdori tahun 2001.

Upaya mengurangibeban bunga ulangdalam negeri akandi lalwkan mel alui asset-bonds-svap, di sanpingkoordirus i dengan otori-tqs moneter unhlk hEng-usahakan suku bungaSBI yang vajaz

Pengurangan bebanbunga utang lua vgeridilahrkan a\tara laindengan membatasipinj@tan baru,

Belsnjq pegqu,ai pwalwik sekitar 4,6 percendsri beban tahunsebelumnya, ktrenaddayi rcrcana F4*woian beberupq jenit

tunjahgan fungsionaltetuntu ,qtg selorna inibelun pernah dtulklan

Bab IY Anggman Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2002

Kenoilan harga EBMmerupakan pilihankcbijakan yang sangattidak populer.

Pengurangan bebansubsidi BBM berertimemberi ketempalandan memperluas ruanggerak progran-program

lqin unluk mempercleholokosi anggoron

Beban subsidi non-BBMnhun 2402 turur 0,2persen rerhadap PDBdffi tqhun 2001

Unatk mengurangi be-ban subsidi lisP,ik qlen

dilafu*an kenaifunTDLsecara be ohoP seLitar4 hinEEa 6 persen Wrtiwulan.

OPK beras nwrupakanprogram kompensosilepada sektar 9,8 juta

kepala keluarga (KK)nasydmkot nishn

38

langkah nyata dalam meningkatkan efisiensi operasional Pertamina, sertalangkah tegas terhadap penyelundupan BBM.

membrikan manfaat langsung kepada masyarakat yang berhakmenerima$ya'baik berupa peningkatan daya beli masyarakat kurang mampu, maupunmendorong penciptaan dan perluasan lapangan ke{a. Sehubungan dengan itu'perencanaan, sosialisasi kebijakan, dan strategi pelaksanaannya harusdipersiapkan secara matan g.

450 VA dengan pemakaian maksimum 30 KwH per lulan.

Bab II/ Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2002

BELANJA NEGARA

Dalam APBN 2002, volume anggaran belanja negara ditetapkan mencapaiRp3,t4,0 tiliun. Jumtah ini bomrti 20,4 porsen terhadap PDB, atau turun sekitar3,6 persen bila dibandingkan dengan rasio total belanja negara terhadap PDBtahun 200 1 sekitar 24,0 persen. Penurunan rasio ini terutama disebabkan olehturunnya anggaran belanja pemerinah pusat, sedangkan alokasi anggaranbelanja bagi daerahjustnr dianggarkan meningkat seiring dengan peningkatandana perimbangan sebagai akibat dari peningkatan penerimaan dalam negeribersih, maupun adanya alokasi anggaran baru berupa dana otonomi khususdan penyeimbang.

ANGGARAN BEI-A,NJA PEMERINTAH PUSAT

Dalam APBN 2002, volume anggaran belanja pemerintah pusat ditetapkanRp246,l triliun atau 14,6 persen terhadap PDB. Jumlah ini secara nominalturun 9,6 persen, sedangkan rasionya terhadap PDB lebih rendah sekitar3,8 persen bila dibandingkan dengan perkiraan realisasi volume anggaranbelanja pemerintah pusat dalam tahun anggaran 2001 sebesar Rp272,ltriliun atau lE,4 persen terhadap PDB. Penurunan ini seluruhnya berasaldati penurunan pengeluaran rutin, sementara volume pengeluaranpombangunan justru dianggarkan mengalami peningkatan.

PENGELUARAN RUTTN

Volume pengeluaran rutin dalam tahun anggaran 2002 ditetapkan Rp 193,8triliun atau I 1,5 persen terhadap PDB, turun 4,3 persen terhadap PDB biladibandingkan dengan total pengeluaran rutin dalam APBN-Perubahan tahunanggaran 2001 sekitar 15,8 persen terhadap PDB. Penurunan ini terutamadisebabkan oleh berkurangnya beban subsidi dan pembayaran bunga utangdalam jumlah yan g cukup s igniJicant.

Dalam tahun 2002 pengeluaran untuk subsidi ditetapkan Rp4l,6 triliun(2,5 persen terhadap PDB), turun dari beban subsidi APBN-P tahunanggaran 2001 yang mencapai 5,5 persen terhadap PDB, Faktor utamapenyebab penurunan tersebut adalah berkurangnya beban subsidi BBMdari sekitar Rp68,4 tiliun (4,6 persen terhadap PDB) dalam tahun 2001menjadi Rp30,4 triliun (1,8 persen terhadap PDB).

Pada dasamya ada tiga faktor penyebab berkurangnya beban subsidi BBMdalam tahun anggaran 2002,yaitu Q) nakin menguatnya perkiraan nilai tukarrupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dari Rp9.600,0 menjadi Rp9.000,0per US$, fy' lebih rendahnya asumsi harga minyak mentah intemasional, dariUS$24 metdadi US$22 per barel, serta (iii) adanya kebilakan atau rencanatindak Qtolicy measrru.r) untuk menaikkan harga BBM dalam negeri mulaibulan Januari 2002. langkah penyesuaian harga BBM dalarn nogeri dimalsudpada dasamya merupakan bagian tak terpisahkar dari tahapan strategi besar(grand strateg)vrnfu menghapus subsidi BBM pada tahun 20M sebagaimanadiamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Thhun 2000 tentang Pmpenas2000-2004, Sejalan dengan kmaikan harga BBM, perlu diambil langkalr-

Anggaran belanja nega.ra tahun 2002, ditetaqkan Rp344,0 trtliun atau20,4 persen lerhadapPDB,

Anggaran be I anj a perne-rlntah pusat tahun 2002secara nominal turunsekitar 9,6 persen datahun 2001.

Ratio Wngeluaran rutinterhadap PDB turun 4,jpersen dori APBN-P2001 akibat berhtrang-

ryv beban subsidi danbunga utang.

Rasio beban sub dilerhadqp PDB turur|sekitar 3,0 persen daritahun 2001.

Upaya penurunan be-ban subsidi BBM di-lalukan ne lalui lena i k-an hargo BBM ,nuloibulan Januart 2002;peningkalsa ertsiensiPerlamhs; terts pembe-renlaien penyelxn-duryn.

5 t

Bab IIt Anggaran Pendopa!an dan Belanja Negara Tahun ,4nggoran 2002

Penerimdrln hibah ta-hun anggaran 200)akan dilaporkan pdda

APBN Perubahan 2002.

HTBAH

Sebagaimana tahun-tabun anggaran sebelumnya, besarnya hibah yang akand i t e r i m a d a l a m s a t u t a h u n a n g g a r a n s u l i t u n t u k d i p e r k i r a k a n ,mengiugat aJiran dana hibah sifatnya searah dan tidak ada kewaj iban untukmembayar kembali. Dengan demikian jumlah dan realisasinya sangatd i tentukan o leh donor , sementara i tu bentuknya juga t idak dapatditentukan sebeluur adanya penandatanganan hibah, Dalatr tahun anggaran2002 bcsarnya hibah belum dapat ditetapkan dcngan pasti merrgingatbelum terjadinya penandatanganan kontrak yang secara tcgas menoatunrkanbahwa h ibah tcrsebut akan d i real is i r da larr tahun 2002. Dengald e m i k i a u a p a b i l a t e t a p d i b u a t p r o y e k s i , p a d a g i l i r a n n y a a k a nmempersul i t pengalokasian h ibah d i s is i be lanja negara dan just rurnenimbulkan ketidakpastian pengelolaan APBN. Oleh sebab itu, dalampelaksanaan APBN 2002 nanti, bila ternyata terdapat sejumlah hibah yangditcrima pemerintah, maka realisasi hibah tcrsebut akan dilaporkan dalamLaporan Semester maupun APBN Perubahan.

Tabcl M

PENDAPATAN NECARA DAN HIBAHAPBN 2001 dan APBN 2002

(Dalanr Tri l iun Rupiah)

200t

Uraian

2002

Peru-Danan

Pcnyc-suatan

% thdPDB

% rhdPDB

% thd APBNPDB

A Pcncrimran Dalsm NeReriI . Pencrimaan Perpajakan

l. Prjek I)alam Ne8eria Pajak Penghasilan

b PPN dan PPnBMc P B Bd BPHI'Be. Cukaif Pajak Lainnla

2, Pajak Perdaganganlnternrsionrla Bea Malukb Pajak Ekspor

II . Penerimarn Negara BukanPrjrk

L Sumber Daya Altun2. Bagian Laba BUMN3. PNBP LaiDnya

B. I I ibrh

2E6,0 19,5t85,3 12,6174,3 1,99s,0 6.553,5 3,65 , t 0 ,3t,2 0, I

t 7 , 6 1 ,21,9 0,1

1l,0 o,110,4 0,70,6 0,0

100,7 6,979,4 5,49,0 0,6

r?,3 0,8

20,3 301,Erz,5 219,6ll,E 207,06,3 t04,53,8 70,10,3 5,90 , I 2 ,2t,2 22,40,1 I,9

0,7o,70,0

12,6 0,1t2,3 0,70,3 0,0

2r9,E184,7t14,2

4,81 , 5

l't,61 ,1

10,59,E0,7

ll5,t86,7103I E,0

t7,913,012,36,2t l 1

0,40 ,11 ,30 , t

1A 9 , r 1

5,9 63,20,? toJ|,2 8,1

4,93,10,60,5

36

246,0 19,5 299,8 20,3 301,8 17,9

Bab IV Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2002

bukan pajak melalui pemanfaatan sumber daya ikan dan peningkatanpelayanan publik di bidang perikanan. Selain menyrumbang penerimaan baginegara, SDA perikanan juga secara langsung mendukung pengembanganpolensi keuangan daerah, mengingat 80 persen dari penerimaan tersebutakan menjadi penerimaan daerah. Dalam rangka meningkatkan konnibusisektor perikanan terhadap penerimaan negara bukan pajak, berbagaikebijakan penyempumaan dan pengefektifan Peraturan Pemerintah Nomor142 Tahun 2000 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan PajakYang Berlaku Pada Departemen Kelautan dan Perikanan terus dilakukan,termasuk penyusunan dan penjabaran aturan pglaksanaannya. Di sampingitu dilakukan juga pengawasan di lapangan secara efektif untukmenanggulangi penangkapan ikan illegal di wilayah perairan Indonesia.Berdasarkan langkah-langkah kebi jakan tersebut, dalam tahunanggaran 2002 penerimaan SDA perikanan diharapkan dapat mencapaiRp0,3 triliun.

Rencana penerimaan dari bagian Pemerintah atas laba BUMN dalam tahunanggaran 2002 selain dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, jugamempertimbangkan adanya faktor nonekonomi seperti gejolaksosial dan politik yang berkembang di dalam negeri. Dalam rangkamengantisipasi perubahan-perubalan yang berdampak negatif terhadappenerimaan Pemerintah atas laba BUMN, Pemerintah telah melakukan bedagaiupaya strategis, antam lain meliputi peningkatan kesehatan dan kinerja BUMNyang disertai dengan berbagai penyempurnaan, baik yang menyangkutorganisasi, manajemen dan operasional BUMN, maupun penerapan prinsippengelolaan peru sahaan yang sehat (good corporate govemance). Berdasarkanperkembangan faktor-faktor ekonomi dan nonekonomi, serta kebliakan yangakan. ditempuh Pemerintah, maka penerimaan Pemerintah atas laba BUMNdalam tahun anggaran 2002 ditetapkan sebesar Rp I 0,4 triliun atau 0,6 persenterhadap PDB.

Kebijakan di bidang PNBP lainnya akan diselaraskan dengan perubahan-perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi dari diberlakukannya Undang-UndangNomor 25 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999.Perubahan tersebut menyangkut tugas pokok instansi/unit kegiatanpelayanan dan pengelolaan dana pemerintah pada departemen/LPND,maupun pengalihan firngsi departemen dari pusat ke daerah. Penyerahansebagian kewenangan kepada daerah akan membawa konsekuensi kepadapengalihan sebagian penerimaan negara bukan pajak, yang semula diterimaoleh pemerintah pusat. Untuk itu, beberapa langkah penting akan ditempuhuntuk mencapai sasaran penerimaan tersebut, antara lain dengan melakukanberbagai penyesuaian tarif, dengan tetap mempertimbangkan perkembanganperokonomian nasional, perkembangan kegiatan usaha di sektor riil, sertabeban biaya yang harus ditanggung pemerintah atas penyelenggaraankegiatan pelayanan dan pengaturan di bidang PNBP lainnya. Di sampingitu, di dalam pos PNBP lainnya juga menampung penerimaan yangbersumber dari pelunasan piutang yang berasal dari rekening dana investasi(RDI) sebesar Rp4,1 triliun. Berdasarkan langkah kebijakan dan upayatorsobut, dalam tahun anggaran 2002 PNBP lainnya yang dapat dihimpundiporkirakan mencapai Rp8,7 triliun atau 0,5 persen terhadap PDB.

penyempurnqan pefa-

turan yang berlalw dan

penanggulangan pe-

nahgkapan {l@h secaro

ilegal.

Kebijakan penerimaan

lab.t BUMN diaruhkanpeningkalan kesehatan

dan lctuerja BUMN.

Penerimaan PNBP lain-

byo cetulerung mehuruh

sehubungan pengalihan

kevenangan kepada

daerah dalam rangka

olonomi don desenlra-

lisasi jiskal.

J f

Bab IY Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2002

an don penyeloran kelcas rcgara.

Penerimaan SDA migasdidasqrkan slqs atu siharga ninysk mehtahUS$ ?2,harel produksi1.320 MBCD, dan nilaitukar tupiah Rp9,000per USt.

Koatribusi penefittoanSDA pertombsnganuthum meningka!.

Kebijakon pemonfaatqnSDA kehulanan bero-rientdli kepada pemba-ngunan seklor kehutan-an yang berkelanjuten(sustoinable develop-ment).

Kebijokan di bidangSDA perilqnan meliputi

34

Rp63,2 triliun (3,7 persen terhadap PDB), bagian Pemerintah atas labaBUMN Rpl0,4 hiliun, (0,6 persen terhadap PDB), dan PNBP lainnyaRpS,Ttriliun (0,5 persen terhadap PDB).

Penerimaan SDA berasal dari SDA minyak bumi dan gas alam, SDApertambangan umum, SDA kehutanan, dan SDA perikanan. PenerimaanSDA minyak bumi dan gas alam dalam tahun anggaran 2002 disusunberdasarkan asumsi harga rata-rata minyak mentah Indonesia (IndonesiaCrude oil Price - ICP) di pasar internasional US$22,0 per barel, tingkatproduksi minyak mentah termasuk kondensat mencapai 1.320 ribu barelper hari, dan rata-rata nilai tukar rupiah Rp9,000,00 per dolar AmerikaSerikat. Berdasarkan asumsi tercebut, penerimaan SD{ minyak bumi dangas alam masing-masing direncanakan akan mencapai Rp44,0 triliun (2,6persen terhadap PDB) dan Rp14,5 triliun (0,9 persen terhadap PDB).

Sementara itu, penerimaan SDA pertambangan umum merupakan salahsatu sumber daya alam di luar migas yang diharapkan akan dapatmemberikan kontr ibusi lebih besar terhadap penerimaan negara.Hal ini sejalan dengan berbagai kebijakan yang ditempuh, antaralain peningkatan kegiatan eksplorasi, namun tetap memperhatikankelestarian fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, penciptaan ikliminvestasi yang kondusif, peningkatan pengolahan mineral di dalam negeri,peningkatan efektivitas dan produktivitas operasi penambangan danpengolahan, serta peningkatan bimbingan teknis dan manajemen usahapertambangan. Berdasarkan kebijakan dan langkahJangkah yang akanditempuh dalam tahun anggaran 2002, penerimaan SDA pertambanganumum ditetapkan akan mencapai Rpl,3 triliun atau 0,1 persen terhadapPDB. Jumlah tersebut meliputi penerimaan dari iuran tebpllandrentRp\,05triliun, dan penerimaan iuran eksplotasi dan eksploitas ilroyaltyRp1,29 triliun.

Tuntutan terhadap perbaikan pengelolaan SDA kehutanan, agar dapatmenjaga kelestarian lingkungan dan sekaligus mampu memberikankontribusi yang memadai bagi penerimaan negara semakin meningkat.Sehubungan dengan hal itu, akan ditempuh berbagai kebijakan, antara lain(i) menciptakan dan membangun suatu sistem pengawasan dalampembangunan kehutanan secara efisien, efektif dan transparan sesuaiprinsip-prinsip good governance, (ii) membentuk institusi penyelenggaraankehutanan yang bersifat terpadu antara pusat, propinsi, dan kabupaten/kota,(rir) melanjutkan upaya pembangunan sektor kehutanan yang berkelanjutan(bertahan dalam jangka panjang), dan (iv) pergeseran kebij akan yangberorientasi kepada pengelolaan kayu (timber management) menjadipengelolaan sumber daya (resource based management). Berdasarkanberbagai kebijakan tersebut, dalam tahun anggaran 2002 penerimaanSDA kehutanan ditetapkan mencapai Rp3,0 triliun (0,2 persen terhadapPDB), yang meliputi iuran hak pengusahaan hutan (IHPH) Rp0,06 hiliun,provisi sumber daya hutan (PSDH) Rp0,9 triliun, dan dana reboisasiRp2,0 triliun.

Di sisi lain, kekayaan sumber daya perikanan juga merupakan salahsatu potensi yang cukup besar untuk meningkatkan penerimaan negara

Bab IV Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2002

Sementara itu, penerimaan pajak lainnya dalam tahun anggaran 2002ditetapkan mencapai Rpl,9 triliun atau 0,1 persen terhadap PDB. Sasaranpenerimaan pajak lainnya tersebut tidak terlepas dari peranan kebilakan dibidang pajak lainnya yang meliputi langkahJangkah intensifikasi,ekstensifi kasi, dan peningkatan pengawasan yang diimplementasikanmelalul f, upaya p€ningkatan kepatuhan pemakaian benda meterai, mesinteraan, dan pencetakan tanda lunas bea meterai, (ry' peningkatan pencegahanatas peredaran meterai tempel palsu, (iit pemantauan penyaluran meteraisecaraperiodik, dan (iv) perubahan atas Undang-Undang Bea Meterai yangmengatur tentang kenaikan tarifbea meterai.

Penerimaan bea masuk dalam tahun anggaran 2002 ditetapkan mencapaiRpt2,2 triliun (0,7 persen terhadap PDB), yang berarti Rp2,4 triliun atausekitar24,6 persen lebih tinggi dari kondlsinya dalam tahun anggaran 2001.Untuk moncapai sasaran penerimaan tersebut, akan ditempuh berbagaikebijakan seperti pemungutan bea masuk di Pulau Batam, peningkatankelancaran arus barang impor, intensifi kasi pengawasan, pemberantasanpenyelundupan, serta pengurangan fasilitas dan pembebasan bea masukyang semula diberikan pada impor barang modal dan bahan baku untukindustri tertentu. Selain itu, juga ditempuh upaya-upaya untuk mencegahterjadinya Faktek-praktek penilaian barang impor yang lebih rendah darinilai yang semestinya lunderinvoicing), penyempurnaan sistem danprosedur kepabeanan, pelaksanaan penagihan piutang beamasuk dengan surat paksa sesuai dengan ketentuan yang berlaku,dan intensifikasi pemeriksaan barang dengan pengelolaan resiko (rrsftmanagemenl).

Penerimaan pajak/pungutan ekspor dalam tahun anggaran 2002 ditetapkanmencapai Rp0,3 triliun (0,02 persen terhadap PDB), yang berartiterjadi penurunan dibandingkan tahun 2001 yaitu 0,04 posen terhadap PDB.Faktor yang rnempongaruhi penerimaan tersebut adalah penguatan nilaitukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, volume, dan harga patokanekspor, serta kebijakan penurunan tarifpaj ak ekspor terhadap produk CPOdan turunannya yang tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor66 Tahun 200 I . Sementara itu, untuk mengamankan dan mengoptimalkanpenerimaan pajak/pungutan ekspor tersebut ditempuh langkahJangkahseperti intensifikasi penagihan pajak/pungutan ekspor terhadap eksportiryang menunggak, pemantauan atas pombayaran dan pengawasannya,peningkatan koordinasi dengan lnstansi terkait dalam monitoring hargainternasional, serta peningkatan kepatuhan eksportir dalam mombayarpajak ekspor.

PENERIMAAN NEGARA BUI<AH PAJAT( (PNEP)

Mernbaiknya kondisi ekonomi, penyesuaiantarif berbagaijenis penerimaandepartemen/lembaga, upaya peningkatan kinet'a BUMN, serta peningkatanpengawasan di dalam pemungutan dan p€nyetoran PNBP ke Kas Negarqmerupakan faklor penting dalam pencapaian target PNBP tahun anggaran2002 yang ditetapkan Rp82,2 triliun atau 4,9 persen terhadap PDB.Penerimaan tersebut terdiri dari penerimaan sumber daya alam (SDA)

Pehcapatan sasaranpenerimaan pajak lain-nya, antara lain didu-kung oleh kebijakanpenyesuatan larif danpemantauan penyalur-an meEra|

Peningkatdh penert-

rnaah bea masuk dntara

lain didakung oleh

kzbijakan pengurangan

forilitas bea nasuk danpenceEahan praktek

undefirNoicing.

Penerimaan paJaVpu-ngutan e ks por dipe rkira-kan menurun wjalandengah kcbiJakan penu-runan torfpajak elspox

B ebe ra pe lala or pe n t lngdaleft penlngkatanPNBP adalah penye-suaian taitr, WninEkat-an kinerjo BUMN,sertapenEqw^tak pemung t-

Bab IV Anggaran Pendapatdn dqn Belqnjq Ncgqra'l'ahun Anggaran 2002

32,0 perstn da target

tahun afiggaran 200 L

Penerinman PPN clanPPnBM diperkirakan

neningkat 25,5 persen

dari sataran tahun

anggardn 20Al

leningkatan penerima-

an PPN dan I'l'nBM

antqra lain didukungoleh progunt canvass-

tng.

Peningkatan sasa|an

BPHTB didukung olehkc blj a kan e lu te ns iJi lat: i

Kebi\kan penerihaan

cukai antard ldin dise-

babkan oleh kenaikan

tanf IIJE ddn pening-

kolan kepaluhon mem-

barar cukai.

tahun 2001 . Target penerimaan PPh migas tersebut didasarkan alas asumslproduksi minyak diperkilakan L320 MBCD, harga rninyak US$ 22 perbarcl, dan nilai tukar Rp9,000,00 per US$.

Sasaran penerirnaan pajak pcrtambahan nilai barang dan jasa dan pajakpcnjualan atas baraug mewah (PPN dan PPnBM) dalam tahun anggaran2002 ditetapkan Rp70,1 tril iun (4,2 persen terhadap PDB) yang beraitimeningkat Rp14,3 t r i l iun atau seki tar 25,5 pcrsen dar i sasaran tahunanggaran 2001. Perkiraan penerimaaD telsebut didasarkan pada asumsimerrbaiknya bebcrapa indikator ekonomi makro dalaur tahun anggaral'r2002, dan didukung oleh bcrbagai kebijakan yang telah dan akan ditempuhdi bidang PPN dan PPnBM.

Dalam tahur anggaran 2002 kebijakan umum yang ditcmpuh dalam rangkaoptimalisasi penerimaan PPN dan I'PnBM lneliputi program intensifikasipelnuugutau pajak, ekstensifikasi subjek pajak, serta peningkatan pelayananpcrpajakan, Kebijakan irtensifi kasi dan eksteusifikasi tersebut ditcmpuhantara lain melalui f, kcnaikan dan penurunan tarifPPuBM untuk beberapakonioditi tertentu, /lt proglarn penyisiran (canvassing) rvajib pajak (WP)pedagang eceran yang melakukar kegiatan di sentla-sentra ekonomi, scpertimall, shopping cenler, ploza, toko dan usaha dagang penjual bahanbangunan, dan (lif pengcnaan PPN diPulau Batam. Sementara itu, untukmeningkatkan pelayanan kepada wajib pajak akan dilakukar percepatanproses restitusi.

Atas dasar pertimbangan terhadap pelaksanaan berbagai kebr.lakan di bidangpajak bumi dan bangunan dan bea pcrolehan hak atas tanah dan bangunan(PBB dan BPHTB), sasaran penerimaan PBB dan BPHTB dalam tahunanggaran 2002 ditetapkan scbesar Rp8,l tril iun. Penerilnaan tersebut berasaldari PBB Rp5,9 tril iun atau 0,4 perscn tcrhadap PDB dan BI,H'fB Rp2,2tril iun atau 0,1 persen terhadap PDB. Apabila dibandingkan dengankinerjanya dalam tahun anggaran 2001, target penerimaan PBB dan BPHTBdalam tahun anggaran 2002 menunjukkan kenaikan sebesar 29,3 persen.Untuk rnendukung tercapainya sasaran penelimaan PBB dan BPHTB tclahdikeluarkan kebgakan pemberlakuan undang-undang baru tentang BPHTB,yang mengatur pelaksanaan ckstensifikasi BPHTB metalui perluasancakupan objek pajak, peningkatan kerjasama dcngan pcmerintah daerah,Badan Pertanahan Nasional, notaris/PPAI' serta instansi lain yang terkait,serta peneftibau adrninistrasi tunggakan unluk mendukung pelaksanaanpenagihan aktil

Selanjutnya, penerirnaan cukai clalam tahun anggaran 2002 ditetapkanakan meningkat cukup signifikan, yaitu dari Rpl7,6 tril iun (1,2 persenterhadap PDB) dalarn tahun anggaran 2001 menjadi Rp22,4 tril iun (1,3persen terhadap PDB) dalam tahun anggaran 2002. Optrmrsmepencapaian target penerimaan cukai tersebut didasarkan pada kcbijakandi bidang cukai yang akan ditempuh, antara lain meliputi (y' kenaikan tarifcukai dzrn harga jual eceran (HJE), (ir) peningkatan kepatuhan pengusahakena cukai dalam membayar cukai, seda /iit) peningkatan pengawasan atasperedaran objek cukai sejak dari proses produksi, hingga distribusi, danoemasarannva,

) L

Bqb IV Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2002

Amerika Serikat. Untuk mendukung tercapainya sasaran penerim&lntersebut, akan ditempuh berbagai kebijakan yang meliputi upayaintensifikasi pemungutan pajak, ekstensifikasi subjek/objek pajak, danpeningkatan pelayanan kepada wajib pajak. Kebijakan umum tersebutdiimplementasikan terhadap semua jenis pajak, yang selanjutuya masing-masing akan di jabarkan secara lebih spesi f ik dalam kebi jakanoperasionalnya.

Berdasarkan asumsi besaran variabel-variabel ekonomi makro yangdiperkirakan akan dicapai dalam tahun anggaran 2002, sertadidukung olehberbagai kebijakan yang telah dan akan ditempuh di bidang pajakpenghasilan (PPh), penerimaan PPh direncanakan mencapai Rpl04,5 triliun(6,2 persen terhadap PDB), yang terdiri dari PPh nonmigas Rp88,8 triliun(5,3 persen terhadap PDB) dan PPh migas Rpl5,7 triliun (0,9 persenterhadap PDB). Hal ini berarti bahwa penerimaan PPh secara rasio t€rhadapPDB mengalami penurunan sebesar 0,1 persen terhadap PDB dibandingkantahun anggaran 2001 yang mencapai Rp92,8 triliun atau 6,3 persen terhadapPDB. Hal ini disebabkan oleh menurunnya penerimaan PPh migas,meskipun peran PPh nonmigas makin meningkat.

Penerimaan PPh nonmigas dalam tahun anggaran 2002 ditetapkan 27,4persen lebih tinggi dari sasaran tahun anggaran 2001. Penerimaan tersebutdipengaruhi oleh faktor eksternal dan intemal, baik yang berdampak positifmaupun negatif. Faktor eksternal yang berdampak positifantara lain adalahpertumbuhan ekonomi makro yang diperkirakan lebih baik dari tahunsebelumnya, yang akan berdampak positif terhadap peningkatan basispemungutan PPh nonmigas. Sementara itu, faktor intemal berkaitan denganberbagai kebijakan yang telah dan akan ditempuh di bidang PPh.

Kebijakan yang ditempuh di bidang PPh nonmigas antara lain penerapanUndang-Undang Nomor l7 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, upayaekstensifikasi melalui kerjasama dengan RT/RW agar setiap kartu keluargadiberi Nomor Pokok Waj ib Pajak (NPWP), dan mewajibkan bagi orangpribadiyang memperoleh penghasilandi atas Penghasilan TidakKena Pajak(PTKP) untuk menjadi wajib pajak. Di samping itu,juga akan diberlakukanperubahan terhadap perundang-undangan yang selama ini merupakan faktorpenghambat bagi pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan.Perubahan undang-undang tersebut meliputi amandemen atas Undang-Undang tentang Perbankan (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998), sertaketentuan tentang monitoring lalu lintas devisa dan pencatatan transaksikeuangan yang memberikan akses kepada aparat pajak. Kebijakanpendukung Iainnya adalah pengembangan sistem informasi dan monitoringperpajakan yang terintegrasi dan on-line antar rnit-unit terkait.Dalam halpemberlakuan kebijakan mengenai pengampunan pajak (rax amnesty)saat ini masih diperlukan persiapan yang matang dan teliti dalampelaksanaannya, serta perlu ditekankan bahwa kebijakan tersebut hanyadilakukan sekali saja, tidak berulang-ulang. Dengan demikian, diharapkantidak menimbulkan hasil yang kontraprodtktif dan moral hazard.

Sementara itu, sasaran penerimaan PPh migas dalam APBN 2002diperkirakan menurun Rp7,4 hiliun atau 32,0 persen dari kondisinya dalam

sbel penerinaanpajak

dan kebijakan yang

akan ditempuh dalam

bidang perpajakon.

Penerinaan PPh dlper-hrakon 6,2 persen dariPDB.

Penerimaan PPh non-

migds dtperkirakan me-

ningkal 2 7, 4 perse h dar i

targel tahun anggaran

2001.

Kebijakan yang diten-

puh di bidang PPh

nonmigas dengan mela-

kukan perubahan UUydng menghambal pe-

laksanaan inle6ifkllsi

dan ekstensifikasi.

Penerimaan PPh Migas

dlperkirakan menurun

J T

Bab IV Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaron 2002

Kesepakatan dengon

I)I'R RI derts 2'3

dipersiapkan langkah-langkah guna meningkatkan pendapatan ncgara,mengendalikau belanja negara, dan rnengoptirnalkan pilihan pembiayaandefi sit anggaran negara.

Penetapan besaran-besaran APBN 2002j uga berpedoman pada sasaran yangtertrrang dalam Propenas untuk tahun 7002, dan kesepakatan Pemerintahdan Dewan Perwakilan Rakyat Rcpublik Indonesia (DPR RI) dalamPembicaraan Pendahuluan APBN 2002, yang antara lain rnenyepakati targetdefisit anggaran 2-3 perscn terhadap Pl)B, dan kenaikan harga BBM dalamnegeri rata-rata tertimbang 30 persen nrulai Januari 2002. Secara garis besarAPBN 2002 ditetapkan sebagai berikut.

harge

dari PDB, clan

BBI( ndik 30

Tabel l ! : l

RINGI(ASAN APBN 2OOI DAN APBN 2OO2(Dalan Tri l iur Rupiah)

2001

lkaia % lhdPDB

Peru- % thdbahan PDB

Penyc-sualan

APBN %thdPDB

A. Prndapatan Negars

I Pajak

2. Bukan Pajak

B, Brlania Neglrra

C. Detisit AISBAT{n (A-B)

D. Pcrf lbiayaan Anggarar (C=D)

I Dalam Ncgcri

2 Luar NeBeri, Neto

299,8 20,3 301,8 r7B286,0 l9,s

185,3 12,6

100,7 6,9

340,3 23,2

- 54,3 - 3,7

54,3 !,1

34.4 2,1

19 ,9 1 ,4

184,1

l l 5 , l

12,5 2 t9 ,6 r 3 ,0'7,8 82,2 4,9

351,6 24,0 344,0 20,1

- s4,1 - 3,7 - 42,1 - 2,5

54,1 3,7 42,1 2,5

44,2 1,0 23,5 1,410, . t 0 ,7 13 ,6 l , l

Mer$$randunl :

I rod| lk Doucst ik Bruk) 1 .468 ,1 |.47 6,2 1.685,4

lenddpatan negara dan

hibah direncdhakan

mencapai 17,9 persen

dari PDB

Reftana penerinaan

pe rpaj a kan did.ts d r kan

pado perkiraan mem-

boiknya berbagai ua-

30

PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH

Pendapatan negara dan hibah dalanr tahun anggaran 2002 yang seluruhnyabersumber dari penerimaan dalam negeri diperkirakan rnencapai Rp30l,8tril iun (17,9 perscn terhadap PDB). Secara noninal penerimaan dalartlnegeri yang terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negarabukan pajak tersebut mengalami peningkatan, namun rasio terhadap PDB-nya menurun dibanding tahun sebelumnya, terutama karena menurunnyaPPh penerirnaan rnigas.

PENERI MA,AN PERPAJAI<AN

Penerimaan perpajakan ditetapkan tnencapai Rp219,6 tril iun ( I3,0 persenterhadap PDB), sejalan dengan nernbaiknya berbagai variabel yangmenentukar penerirnaan perpajakan, seperti pertumbuhan ekonomi,perkembangan tingkat harga umum, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar

Bab IV Anggaran Pendapatan dan Belonja Negarq Tqhun Anggdran 20Az

BAB IV

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

NEGARA Tnguiq ANGGARAN 2OO2

PENDAHULUAN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2002disusun di tengah-tengah munculnya rasa optimisme yang tinggi terhadapprospek dan upaya percepatan pemulihan ekonorni nasional, seiring denganmulai tumbuhnya kembali kepercayaan masyarakat dan para pelaku pasar,baik di dalam maupun di luar negeri terhadap terbentuknya pemerintahanbaru yang dipilih melalui proses yang demokratis dan konstitusional.Momentum yang cukup kondusif tersebut harus dimanfaatkan dengansebaik-baiknya untuk mempercepat proses penyelamatan dari krisismu ltid imensional yang berkepanjangan.

Kondisi tersebut menjadi pertimbangan penting dalam penyusunan,pembahasan dan penetapan APBN tahun 2002. Di samping itu, penetapanAPBN 2002 juga telah mempertimbangkan perkembangan realisasipendapatan negara, belanja negara, defisit APBN, dan pembiayaan anggarandalam tahun anggaran 2001 dan pola kecenderungan dalam beberapa tahunsebelumnya, Perkembangan tahun 2001 digunakan sebagai landasan dalammembuat perhitun gan dasar (base- line -proj ections) berbagai besaran APBN2002. Pertimbangan lainnya yang juga rnenjadi dasar penetapan APBN2002 adalah berbagai kebijakan strategis di bidang fiskal, serta program-program dan sasaran-sasaran pembangunan sebagaimana digariskan dalamGBHN 1999-2004 dan Propenas 2000-2004.

Dalam tahun 2002, kebijakan keuangan negara d iarahkan pada upaya untukmewujudkan ketahanan fi skal yang berkelanjutan Uiscal sustainability)dengan tetap mengupayakan pemberian stimulus fiskal dalam batas-bataskemampuan keuangan negara guna mendukung proses pemulihan ekonomi,serta memantapkan proses desentralisasi dengan tetap mengupayakanpemerataan kemampuan keuangan antardaerah sesuai azas keadilan,sepadan dengan besarnya kewenangan yang diserahkan oleh Pemerintahpusat kepada daerah dalam kerangkaNegara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk menunjang terwujudnya ls cal sustainability, ada dua langkahshategis yang harus dijabarkan dalam APBN 2002. Pertana, mengupayakanpenurunan secara signirtcant volume dan rasio defisit anggaran negaraterhadap PDB minimal sama atau lebih rendah dari sasaran tahun 2001yang ditetapkan dalam perencanaan jangka menengah APBN (medium-term-budget) seperti tertuang dalam Propenas. Kedaa, menurunkan rasio,rtocf utang pemerintah, baik utang dalam negeri maupun utang luar negeriterhadap PDB (debt-to-GDP-ratio). Pada akhir tahun 2002, diharapkanrasio utang pemerintah mencapai sekitar 77 persen terhadap PDB, denganrasio utang luar negeri sekitar 42 porsen terhadap PDB. Untuk itu

AI'BN 2002 disusun di

Iengah rasa optimtsme

masyarakat dan pelalw

pasdr lerhadap prospek

pemulihan ekonomi

seirmg dengan lerben-

luknla penerintahan

Penyusunan APBN

tahun 2002 d[dasarkan

pada (i) asumsi tldsar

ekononi malco, (ti) per-

l.cmbangan APBN tahun

2001, serta (iii) GBHN

1999.-2004. dan Prope-

nas 2000-2004

Kebijakan keuangan

negara tahun 2002diarahfutn pada pen'tu-judan l iscal sustain-abilily, pembelidn sti-nulus f iskal, danmenyukseskan pelak-tanaan olonomi daerahdan dese nlrd I isas i fts kol.

F ls cdl sus t ai nability di-

upqyakn tnelalui (i) pe-

nurunan rasio dertsit

anggaran terhddap

PDB, dan (ii) rario stok

Iangpemerinlah terhs-

dap PDB nenjadi 77

persen pada akhir 2002.

Bsb I Perkernbangan Anggardn Pendupatan dan Bektnja Negara

Gruttk lIL5P€rk€tdbinean ll€mbrsynan Deflslt Angaarrn t999/2000 - 2OOl

3 ,0

2 , O

l .o

0,5

I Pcmbiayain Dalam N.Ec.il Pcmbjaya.n LulrN.g.r-

TsLet IU,5RINGKASAN PERI(}]MBANGAN PEI,AKSANAAN

OPSRASIONAI- FISI{.,{L FENIERINTAH, I999/2OOO - 2$OI '](D$ l rm f r i l i un Rup i rh )

Uraianr999/2000

PAN 70 rhdPl)ts

2ooo rl_Rcah- "/ thdsasi PDB

_ _ 7001Fenye-% tbd Peru- % lhdsuaran I 'DB bahan PDB

A, PendEpa l sn N (g8 r r denI I i hehL Pcndapa t {n Ds l sm

N e ge r ll . Pe rps jak rn

!. Paiak Dalam Neecrib Pajak Pcrdagang-an

lntcrnaslonal2 . Buka r Pa j { k

a, Sunlber Dayu Alam 3)b. Bagian Laba BUMNc PNBP t,ainnya

ILH iboh

i , Be l sn i r N€ga raI. Bclsnjr R f inI I .B€ lan j . Penb rngunnn

l Pembiavaan Ruoiah2, Pembiayaan Friryek

II i . Dsnr Perimb8ngsn

C. Surplus/Defisi t (A " B)D , Femb isyasn Anggo t sn

L D r l sm Ncge r il PErbankan Dalan Nescri2. Nonperbankan D N

-

II .Lurr NegeriL Penarika Pinjaman L N2. Pembayaran Pokok Uta e

Lusr Negcri (A$ortisa!i., -

I t7 ,8 16 ,6

rE7, t 16 ,5r25 ,9 l l , lt20,9 | 0,7

5 ,0 0 ,46 l ,9 5 ,54 5 , 5 4 , 05 , 4 0 , 5

J t , 0 t , 0

2t5 ,t;t 2I ,'l

205,0 20,1r r 5 ,E l l ,7l0 3 , i l I 1 ,0

'1,0 c,' l89,2 9,07 6 ,0 t " ,73 ,9 0 ,49 , 3 0 , 9

2 t6 ,0 19 ,5

286 ,0 t 9 ,5l E5 ,3 r2 ,6I ' 14 .3 1 t , 9

"0 0 ,7I r ) 0 ,7 6 ,9' 79 ,4 5 ,4

9 ,0 0 ,6t2,.3 C 8

299t4 20,3

299,8 20,t184,7 12,5174 ,2 l l ,E

to,5 0. ' tl l 5 , l 7 , t86,7 5,qr 0 ,4 0 ,7I E ,0 t , ?_

7,31 ,9 2+,4I56 ,8 tJ ,E45,2 4,02 0 , t 1 , 824,4 2,279,9 2,;

(4 { ! r ) (3 ,e )44 , r 3 ,914,7 t .3(1 ,e ) (0 ,2 )1 6 , 6 I , 529,4 2,649,6 4,4

(20 ,2) ( r ,8 ) (7 ,6 ) (0 ,8 )

3.{0,3 2:i.22 i3,, ' I,t,545 ,4 i r , i2 t , ' t I ,523,'t I ,6E l ,5 5 ,6

!.4,3't (3,7)54,3 .r,734,4 2,3

sc, i 2.3t9,9 1,44 0 , 1 2 , 7

(20 ,2 ) ( 1 ,4 )

J5,i ,5 24,0232t1 l5g39,4 2171 9 , 7 I , 31 9 , 7 l , l8? ,4 5 ,5

(s{,7) (3,7)

54,7 3,',144,2 3,n1 , 6 0 , 5

10 ,5 0 ,730 ,3 2 ,0

( r9 ,E ) ( 1 ,3 )

2 ; ' , {161,415,79 ,4

I6 , l33,9

(15 ,0)

| 5,0s, ' l

( 1 3 , 5 )I 8 , 99 ,6

17,2

) 2 ,4I6,. '2 , 6I , O

3 " 4

( l , s )

0 ,6( 1 ,4 )

1 , 0t , 7

Mc |Jo r r rdum:Produk Domr r t i l E ru to l . l 3 { ,6 986r3 1 .468 , i t.416,2

28

I ) Disesuaikon dencar klasifitasi baru.2) Feriode I April sampai dengan 3l Desember 2000.3) Taiun A:ggarrl 2000 tidal- termasuk pencrimaan SDA pertambangfln umum,

krhutsnan. dan oeriksnan

ff'KUMEXTASTBAD$I LT AIISA F]8I(AI'

o#Git"** K.'''toY.''u{g

Realisasi pembiayaan defisit anggaran dalam tahun anggaran 199912000mencapai Rp44,l triliun, atau 3,9 persen terhadap PDB, sementara sisa

luar negeri sebesar RpZ0.2 triliun,

Sementara itu, pada tahun 2000, defisit anggaran dibiayai dari pernbiayaandalam negeri sebesat Rp5,4 triliun (0,6 persen terhadap PDB) danpembiayaan luar negeri bersih Rp9,6 triliun (1,0 persen terhadap PDB).Sedangkan pada APBN-P tahun angggaran 2001, defisit anggaran dibiayaidari dalam negeri Rp44,2 triliun dan pembiayaan luar negeri bersih Rp 10,5triliun, atau masing-rnasing sekitar 3,0 persen dan 0,7 persen terhadap PDB.Sumber-sunrber pembiayaan dalam negeri tersebut berasal dari privatisasiBIJMN, penjuatan aset program restrukturisasi perbankan, dan penjualanobligasi pemerintah. Sedangkan pembiayaan luar negeri bersih terdiri daripinjarnan program dan pinjaman proyek, yang masing-masing sekitar 0,7persen dan 1,3 persen terhadap PDB dikurangi dengan pembayaran cicilanpokok utang luar negeri sebesar 1,3 persen terhadap PDB.

T{bel I IL4

PERKEMBANGAN PEMBTAYAAN DI,FISIT, 1999/2000 - 2001 "(Dalam Tri l iun RuPiah)

2000 '?) 2001

Uraian PAN % thdPDB

Peru- % thdbahan PDB

Reafi- % drd Penye- % thdsasi PDB suaian PDB

L Pembieyaan D{lf ,m N€gori 14,7 1,3 5'4 0,6 34,4 2,3 44,2 3'0

l . Pe rbankan Da lan Nege r i ( 1 ,9 ) ( 0 ,2 ) ( 11 ,5 ) ( 1 ,4 ) 7 ,6 0 ,5

2. Nonperbankan DalamNegeri f 6 ,6 1 ,5 t 8 ,9 1 ,9 34 ,4 2 ,3 36 ,6 2 ,5

9,6 1 ,0 r9 ,9 1 ,4 10 ,5 0 ,7I I . P€mbiayarn Lurr Ncgeri 29,4 2,6

l Pcnarikan Pinjaman Lu6rNeBcri 49,6 4,4 17,2 1,7 40,1 2,1 30,3 2,0

2 Penlbayaran Pokok UtangLLrar NeBeri (Amort isasi) (20,2) ( l , t) (7,6) (0,8) (20,2) (1,4) (19,8) (1,3)

J u m l a h 44,1 3,9 15,0 1,5 54,3 3,1 54,1 3,1

I ) Disesuaika-n dengan klasifikasi bEru2) Periode I April sampai dengan 3l Desember 2000

27

Bab III Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negaro

DAK tahun200l berasaldari dana rcboisasi.

dalamtahun anggaran 2000 rcalisasinya masiug-masing mencapaiRp 17,6 trililrn(1,8 persen terhadap PDB) dan Rp12,8 tril iun (1,3 pcrsen rerhadap pDB).Dalam tar'.'rn anggaran 2001, besamya dana alokasi umum (DAU) diperkirakan4,1 persen tcrhadap PDB. Penyaluran DAU dalam tahun anggaran 2001 untukmasing-masing dacrah setiap bulannya ditetapkan sebesar seperduabelas daripagu yang tercantum dalam alokasiDAU sebagaimana tertuangdalarn KeppresNomor I 81 Tahun 2000.

Dana alokasi khusus (DAK), yang baru diimplementasikan dalam tahunanggaran 2001 ditetapkan sebesar Rp0,7 tril iun atau 0,05 persen terhadapPDB, yang selunrhnya bersumber dari dana reboisasi (DR) dan untukkegiatan reboisasi di daerah peughasil.

KESEIMBANGAN UMUM DAN DEFISITAPBN

Dalam upaya penyelratan APBN dan pencapaian fscal sustainability,selama tiga tahun anggaran terakhir telah dilakukan rrpaya-upaya untukmengurangi defisit anggaran, sebagaimana tercermin pada rasio defisitA?BN terhadap PDB yang menurun dari 3,9 persen dalam tahun anggaran19992000 menjadi 1,5 persen dalam tahun anggaran 2000, dan diperkiiakanmencapai 3,7 persen dalam tahun anggaran 2001 ,

PE M B IAYAA N D E FI S I T A N G G 4 RA N

pembiayaan luir negeri bersih terhadap PDB menurun dari sekitar 2,6 persendalam tahun anggaran 199912000 menjadi 0,7 persen terhadap pDB dalamAPBN-P tahun anggaran 2001.

Dejisrt tll' BN diupaya-

kan nenurun secara

bertahop,sej al an dengan

upqya penyehatan AP BNguna mencapai f iscalswtainab tly.

Penlbioyaqn delisit

anggaran diutemokan

menggunakan sunber

pembiayaan dalam

rcgeri.

ztJ

Bab III Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Be[anja Negara

penyediaan bantuan operasional untuk 157 panti lanjut usia, 167 panti anakterlantar, dan 3E5 panti sosial cacat, (iv.) penyediaan prasarana air bersihbagi permukiman rawan air dan konsentrasi penduduk miskin di perkotaandi 3.258 kelurahan/desa; (v) penyediaan dana bergulir bagi 1.000 lembagakredit mikro (LKM), (vrl penyodiaan bantuan dana langsung untukpemberdayaan masyarakat pesis ir d i 125 kabupaten/kota, serta(vii) penyediaan subsidi angkutan bagi l8 operator kapal penyeberanganjarak pendek, oporator kereta rel listrik (KRL) dan kereta kelas ekonomi,14 operator bus besar dan l5 operator bus sedang.

DANAPERIMBANGAN

Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal,sejak tahun 2001 transfer dana dari APBN ke daerah dialokasikan dalambentuk dana perimbangan. Pengalokasian dana perimbangan ini selainditujukan untuk memberikan kepastian sumber pendanaan bagi APBD, j ugabertujuan untuk mengurangi/memperke oil perbedaan kapasitas fiskalantardaerah .

Sebelum tahun 200 1 , perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam APBNdiwujudkan nelalui alokasi pengeluaran hansfer ke daerah, berupa (y' subsididaerah otonom (SDO) atau dana rutin daerah (DRD), dan /ir) anggaran yangdidaerahkan dalam bentuk dana pembangunan daerah (DPD) termasuk danabagi hasil PBB dan BPHTB. Rasiojumlah pengeluaran transfer ke daerahdalam bentuk DRD dan DPD termasuk bagi hasil PBB dan BPHTB terhadapPDB terus moningkat dari 2,6 persen dalam tahun anggaran 1999/2000menjadi 3,4 persen dalam tahun anggaran 2000. Sedangkan pada tahun2001 dana perimbangan diperkirakan sebesar RpE2,4 triliun atau 5,6 persenterhadap PDB, yang masing-masing berupa dana bagi hasil @BIT) I ,4 petsenterhadap PDB, dana alokasi umum (DAU) 4,1 porsen terhadap PDB, dandana alokasi khusus (D LK) 0,05 persen terhadap PDB.

Penerimaan negara yang telah dibagihasilkan ke daerah melalui APBNpada tahun anggaran 1999n000 dan 2000 baru dari sek0or perpajakan,yai tu PBB dan BPHTB. Selain i tu, sebagian dar i penerimaansumber daya alam (SDA) nonmigas terutama yang berasal dari kehutanandan pertambangan umum, sekalipun belum tercatat dalam APBN,sesungguhnya juga telah dibagihasilkan ke daerah, melalui mekanismepenyetoran langsung oleh pengusaha di seklor kohutanan dan pertambanganumum atas kewaj iban yang menjadi hak daerah ke kas daerah, danyang menjadi hak pomerintah pusat ke rokening menteri teknis yangbersangkutan,

Komponen pengeluaran transfer ko daerah yang paling besar adalah danaalokasi urnum (DAU). Dalam tahun anggaran 1999n000 dan 2000 dana alokasiumum tercsrmin dalam APBN pada subsidi daerah otonorn (SDO) atau dananrtin daerah (DRD), dan dana pembangunan daerah (DPD), selain yangbenumber dari penerimsan PBB dan BPHTB. Dalam tahun anggaran 1999/2000 reolisasi DRD dan DPD masing-masing nencapai Rpl7,5 triliun (1,5pencn ertradap PDB) dan RpEI tiliun (07 persen terhadap PDB), sedangkan

Datn perimbangan me-rupakan bentuk penge-luaran transfer rejakdese tralisasi Jiskal donotononidaerall

Ros io transfer dana AP B Nterhadap P DB ke daerehberupa DRD, DPDmaupun dana perim-bangan lerus mentngkaL

SebelunUU PKlDbagihasil penerimaan telahdilaksanakan berupaPBB dan BPllTa.

DAU merupakan porsiterbesar da konponendano peimbangan danjwlalusn nencryi 4,1persen dori PDB padatalwn200l

Bab I Perkembongan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Pada saat kr isis ber

langsrng alokan penge-

luarcn pembangunan

barryak tercurah untukprogtam Jartng peng-

amansosial-

P tiorilq s d I okasi pe nge'

luaran pembangunan

le b i h b a ny a k di c ut a h kan

unluk penyediaanlasi-

litas pelayanan dasar

Dalan paket kebijakanpenyesuaianAPBN200l,

telah dilakukan peng-

hematan proyek-proyek

rektoral pada departe-

nen/lenbaga.

Untuk mengumngi darn-pak negatif kehsikanharga BBM dan TDL,te lah dialo kasikan den<tuntuk program pe-nonggulangan dampakpengurangan wbsidienergi.

pusat terhadap PDB dalam tiga tahun terakhir cenderung menurun, yaitudari Rp45,2 triliun (4,0 persen terhadap PDB) dalam tahun anggaran 1999/2000 menjadi Rp39,4 tiiliun (2,7 persen terhadap PDB) dalam tahunanggaran 2001.

Pada saat kisis ekonomi mencapai kondisiterburuk pada tahun 1998/1999 dan1999/2000, pengeluaran pembangunan lebih banyak tercurah untuk program-program penanggulangan dampak kisis. Sebagian besar dari pengeluaranpembangunan tersebut dialokasikan untuk proyek-proyek dan kegiatan yangdapat menciptakan dan memperluas lapangan kerja (proyek padat karya), sertamendukung upaya pemenuhan kebutuhan dasr di bidang pendidikan dankesehatan, yang berfungsi sebagai jaring pengaman sosial bagi kelornpokmasyarakat yang rentan terhadap dampak negatif kisis ekonomi.

Prioritas alokasi anggaran pembangonan padatahun 2000 lebih dititikberatkanpada sektor-seltor di bidang ekonomi, seperti transportasi, perdagangan,pengembangan usaha nasional, keuangan dan koperasi, pertanian dan kehutanan,serta pertambangan dan energi. Di luar bidang ekonomi, alokasi pengeluaranpembangunan lebih banyak tercural pada seklor-seklor penyediaan fasilitaspelayanan dasar di bidang kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan,perumahan dan permukiman, sertajasa pelayanan umum.

Dalam upaya mencegah membengkaknya defisit anggaran sehubungandengan penyehatan APBN di masa-masa mendatang, telah dilakukanlangkah-langkah penghematan dan penajaman skala prioritas pemanfaatananggaran pembangunair proyek-proyek sektoral di berbagai departemeL/lembaga. L;ngkah-langkah tersebut telah berhasi l menghematpengeluaran pembangunan sekboral sekitarRpS,3 triliun (0,2 persen terhadapPDB), sehingga pengeluaran pembangunan untuk departemedlembagayang semula dianggarkan Rp I 7,2 triliun ( 1,2 persen terhadap PDB)realisasinya diperkirakan rnenurun menjadi Rpl3,9 triliun (0,9 persen terhadapPDB),

Sementara itu, untuk menanggulangi dampak negatif terhadap pendudukmiskin akibat pemberlakuan kebijakan pengurangan subsidi energi (BBMdan lishik), maka mclalui pengeluaran pembangunanjuga telah dialokasikandana sekitar Rp2,0 tri-iiun atau sekitar 0,I perse terhadap PDB bagi ProgramPenanggulangan Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PPD-SE). Danaini dialokasikan untuk (y' tambahan penyediaan pangan murah melalui operasipasar khusus (OPK) beras bagi sekitar 1,2 juta kepala keluarga miskin, (ir,)penyediaan bantuan khusus murid (BKM) bagi 3,2 juta murid SD/Ir4I, 1,4juta murid SMP/MTs,475 r ibu murid SMUiSMK/MA, dan 15.861mahasiswa yang berasal darikeluarga miskin dan korban kerusuhan; bantuankhusus sekolah (BKS) bagi 3.980 SD /M1,2.309 SMPMTs dan 745 SMU/SMK,/MA; bantuan pendidikan luar sekolah bagi 400 pusat kegiatan belajarmasyarakat (PKBM), 50 ribu murid paket A dan 150 ribu murid paket B,serta 1.000 tutor paket A dan 15.000 tutor paket B, (ilr) penyediaanpelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan rujukan bagi 1,23 julapenduduk miskin di 441 rumah sakit, vaksinasi bagi 906,3 ribujiwa bayi danbalila, penyetliaan obat generik bagi 47,9 juta penduduk miskin dan

24

Perkembangan Anggaran Pendapatan dan

Di Iain pihak, beban subsidi non-BBM dalam tiga tahun terakiir justrucenderung menurun, dari Rp25,0 triliun (2,2 persen terhadap PDB) dalamtalrun anggaran 1999/2000 menj adi Rp 13,2 triliun (0,9 persen terhadap PDB)dalam tahun anggaran 2001. Penurunan ini terutama disebabkan oleh

Tani, Iftedit Koperasi, Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA),Kredit Pemilikan Rumah Sederhana (KPRS) dan Kredit Pemilikan RumahSangat Sederhana (KPRSS), termasuk beb4n resiko (risk sharing) bagikedit yang tidak dapat ditagih kemb ali (defdult).

Sementara itu, persentase pengeluaran untuk belanja pegawai (pusat)terhadap PDB naik dari sekitar 2,9 persen (Rp3 2,7 triliun) dalam tahun anggaran199912000 menjadi 3,0 persen @p29,4 triliun) dalam talrun anggaran 2000,

Selaras dengan perkemb'::rgan belanjapegawai, dalam kurun waktu yalg samarealisasi belanja barang mengalami penurunan dari sekitar Rpl0,8 triliun (1,0persen terhadap PDB) dalamtahun ang gnan 199912000 menjadi Rp9,6 triliun( 0,7 persen terhadap PDB) dalam talrun anggaran 2001 . Perkembangan bebanbelanja barang tersebut berkaitan dengan langkah-langkah efisiensi,perkembangan volume kegiatan operasional dan peme liharaan terhadap aset-aset negara, perkembangan tingkat harga barang danjas4 serta perkembanganproses penyelesaian pengalihan personil, peralatan, pembiayaan, candokumen (P3D) sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah dandesentralisasi fiskal.

PE NG EL UA RA N P EM BAN G U NA N

Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian nasional,kebutuhan alokasi pengeluaran pembangunan untuk pemberian stimulus gunamerangsang kegiatan perekonomian dan penanggulangan dampak kisisekonorni, cenderung makin dibatasi dan diprioritaskan hanya untuk proyek-proyek yang langsung menyentuh kebutuhan dasar masyarakat. Pengetatanini menyebabkan rasio pengeluaran pembangunan yang. dikelola pemerintah

Dalan liga lahuh ler-

akhir substdi hon-BBM

cenderung memlntn.

Dalam tdhun anggaran

2001, TPP yang diberi-

kan selama tiga tahun

te ra khir d i mte g ras t futnka dalan gqii pokok

Proses penyelesaianpengolihan P3D ber-dampak pada berku-rangtryo bebon bela4iabarang pemefttoh puEal

Alokasi pengeluaranpembang{nan unlukpemberian stimulursemakin berkurangsejqlan dengan memba-i lory a kond i s i e ko no m i.

Bab III Perkembangan Anggaran pendapatan dan Belanja Negoa

Dalem latunwaldu liga

lahun terekhir bebanpenbayaron bungautdng

meningl@t dua kali lipat.

Bebanhunga utakgdolan

rcgeri sangat sehx itiflel-

hadap perkembangan

lingkat bunga

Bunga utang har negeinaik cukup signirtcahtl@renade eriasi rupiah

dan lambehqn ulang

bara.

Beban subsidi BBlttmembengkak, selainkarena harga minyak

me nt a h )) a ng t i nE g i, j u ga

d ki bal de prcs ias i rupiah.

Dalam tiga tahun terakhir, pombayaran bunga urang mengalami peningkatanyang sangat tajam, dari Ry'2,9 riliun (3,E persen terhadap PDB) dalam hhunanggaran 1999/2000 menjadi Rp95,5 triliun (6,5 persen terhadap PDB) dalamtahun anggaran 200 I . Pengeluaran ini merupakan kontributor utama penyebabmembengkaknya beban pengeluaran rutin dan sangat sensitif terhadapperubahan tingkat bunga, nilai tukfi dan inflasi. Hal tersebut menyebabkanAPBN menjadi lebrh rentan terhadap fluktuasi berbagi variabel ekonomi makro.Peningkatan pembayaran bunga utang yang dramatis ini dipicu olehmembengkaknya p€mbayaran bunga utang dalam negeri dari Rp22,2 triliun(2,0 persen terhadap PDB) dalam tahun anggiffim 1999/2000 menjadi sekiarRp66,2 triliun (4,5 persen terhadap PDB) dalam tahun anggaran 2001,Kewajiban ini harus dipenuhi sebagai konsekuensi darl penerbitan /y' suratutang kepada Bank lndonesia dalam rangka program penjaminar sekitarRp2l8,3 triliun dan (ir) obligasi negara bagi program rekapitalisasi perbar*andalam negeri sebesar Rp428,4 triliun, sebagai pilihan kebijakan untukmenyelamatkan banft-balk dalam negeri dan mempertahankan keberadaansistem pembayaran nasional.

Dari komposisi obligsi png telah diterbitkal Pemerintah, sebagian besar (sekitar5l persen) dalam benhlk bunga mengambang (ya7 iable rate), sedangkan 49p€rsen sisanya dengan suku bunga tetap (faed rate) tiga persen. Expos:oedari obligasi rekap terhadap resiko tingkat bln1a (interest rate /,:r,t) retatiftinggi, hal ini mengakibatkan pengaruh perubahan tingkat bunga SBI terhadapbeban bunga obligasi menjadi sangat besar. Sebagai gambaran, dalam tahunanggaftn 2001, setiap kenaikan atau penurunan I persen tingkat bunga SBItiga bu lan dapat mengakibatkan timbulnya tambalan atau penguraagan bebanpembayaran bunga utang dalam negeri sekitar Rp2,2 biliun.

Demikian halnya dengan pembayaran bunga utang luar negeri, dalam tigatahun terakhir bebannyajuga rnengalami peningkatan yang cukup signifcant,dari sekitar Rp20,7 triliun ( 1,8 persen terhadap PDB) dalam tahun anggaran1999/2000 menjadi Rp29,3 triliun (2,0 persen terhadap PDB) dalam tahunanggaran 2001. Di samping disebabkan oleh bertambah besamya utangbaru yang bersumber dari pinjaman bilateral dan multilateral dalam kerangkapaket program pemulihan ekonomi, peningkatan pembayaran bunga utangIuar negeri tersebut juga merupakan akibat dari adanya depresiasi rupiahterhadap dolar Amerika Serikat.

Depresiasi rupiah dan kenaikan hargaminyak mentah di pasar intemasionalmerupakan dua faktor penyebab utama membengkaknya beban subsidi BBMdalam tiga tahun terakhir, yakni dari Rp40,9 hiliun (3,6 persen rerhadapPDB) dalam tahun anggaran 1999/2000 menjadi sekitar Rp68,4 triliun (4,6persen terhadap PDB) dalarn tahun anggaran 2001. Timbulnya subsidimerupakan konsekuensi dari kebijakan penetapan harga BBM yang lebihrendah dari harga pasarnya berkaitan dengan upaya stabilisasi harga danperlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Pemberian subsidi dialggapkurang efektif, selain karena kurang tepat sasaran, dalam prakteknyajugalebih banyak dinikmati oleh golongan masyarakat berada yang merupakankonsumen BBM terbesar. Di samping itu, subsidi harga BBM tersebutjugamendorong terjadinya penggunaan BBM secara ilegal, serta pemborosanpenggunaan energl.

22

Bab III Perkenbangan Anggoran Pendqpqtdn dan Belania Negaro

Tebel III.3

FERKI,MI]ANGAN BELANJA NECARA, 1999/2()()O - 2OO1 'J

(Da lam l r i l i un RnP ish )

1999/2000 2000']) 2001

Ur An PAN % IhdPDB

Reafi- % thd

saei PDBPenye- 7o thd

su sn PDBPeru-oanSn

% lhdPDB

L B . l nD ja Pene l i n t t h Pus [ ta Belanja Rulinb ttelanja PenbdnBunan

l l , Dsne Pc r imbang rna. Dana Uagi l{asi l ' l

b. Dana Alokasi Umum '/

c. Dana Alokari Khusus

202,0 l7 ,E lE7 , ll 5 6 , 8 r 3 , 8 1 6 t , 44 5,2 4 ,0 15,7

29,t4 , 0

258,8 11,6213,4 14,54 5 , 4 3 , 1

t1 ,5 5 ,620 ,1 1 , 46 0 , 5 4 , I

0 ,7 0 ,05

212,1 lE,4232 ,1 15 ,8

19,4 2,7

t2 ,4 5 ,62 t , 2 I , 46 0 , 5 4 , I

0 ,7 0 ,05

2,6 33 ,1L l ,4 1 ,52,3 30,4

tE ,9t 6 ,32 , 6

3 ,40 ,4I , l

J u m l s h 231.9 20,4 22r,I 22,4 t4$,3 23,2 354,5 24,0

I ) Discsuarkan dcnqan klasi i lkasi banrl i Periodc I npri l ;aNpai dengaD I L De"trnber 2000.liUntuk tahur; 1999/2000 dan 2000 berupa da a pembanBunan daerah (DPD) dari PBB

dan BPHTB4) Untuk tahur 199912000 dar 2000 bcrupa SDo dan DPD non-PBB daD BPHTB

PENGELUARAN RUTIN

Depresiasi nilai tukar rupiah, naiknya tingkat bunga dan laju inflasi, sertaperkembangan kondisi sosial dan politik sebagai dampak krisis yang terjadidalarn kurun waktu tiga tahun terakhir telah mendorong beban pengeluaranrutin mengalarni peningkatau secara drastis. Apabila dalam tahun anggaran1999/2000 rea lisasi pengeluiuiur rutin baru sekitar Rp I 56,8 hiliun ( 1 3 ,8 persenterhatlap PDB), ntaka dalam tahun anggaran 2001 pengeluaran tersebutmeningkat rnenjadi Rp232,7 triliun ( 15,8 persen terhadap PDB). Sebagianbesar darijenis pengelttaran ini mcrupakan pengeluaran yang bersifat non-discretianary, scperti per trayaran bunga utang, subsidi dan belanja pegawai,sehingga hampir tidak tr , sisa rtrang gera,k yang mencukupi bagi pemerintahrntuk melakukan rr antner dalam pcngelolaan kebijakan fiskal.

Pengeluaran rulin yangb er s ift t no n' d i s c re t i o ra-

ry nembengkak akibatdanpak krisir.

Gralik III.4PerkembrDgsn Pengeluaran Rutin 799912000 ' 2001

100./"904/0

800/o

701/.

60v.50r/o

40v.30v.20v.toyoov.

1999/2000 2ooo 2001

E Bulga ursng I subsidi tr BelanjE Pegewai El I.aiDdva

II

-/1

2T

Bab III Perkembangan Anggarsn Penddpaldn dan Belanja Negara

Hi b a h diadn i n is tras i ko nmelalui APBN sejaklahun anggaran200l.

K sis ekonohi dan pe-

lakt andan de s e ntru lts asi

f iskal menyebabkan

beban belanja negara

meningkat taj am.

HIBAH

Dalam beberapa tahun terakhir khususnya setelah terjadinya krisisekonomi, Indonesia menelima hibah dari berbagai negara atau lembagadonor. Hibah tersebut diterima dalam bentuk dana tunai,barang (in kind)maupun jasa tenaga ahli (technical oss istance), yang diberikan baik kepadapemerintah pusat, daerah, maupun secara langsung kepada masyarakat,kelompok masyarakat ataupun lembaga swadaya masyarck^t (nongovernmental organization/NGO). Mengingat banyaknya perinasalahan -yang dihadapi dalam pengadministrasian hibah, terutama terkait denganpemberi hibah (donor) dan penerima hibah yang sebagian adalah swastadan diterima dafam bentuk inkind dan technical assistance, makapencatatan dalam APBN mulai dikembangkan pada tahun 2001. Dalamtahun anggaran 2001, hingga bulan Apri l 2001, pemerintah telahmenandatangani hibah dengan beberapa negara./lembaga donor antara lainyang berasal dari Jennan, Jepang, dan Amerika Serikat. Hibah yangditandatangani dalam tahun anggaran tersebut hanya sebagian yangdisalurkan melalui APBN, dan belum tentu sepenuhnya terealisir dalamtahun anggaran bersangkutan.

BELANJA NEGARA

Dalam tiga tahun terakhir, anggaran belanja negara naik secara tajam,dari Rp?31,9 triliun (20,4 persen terhadap PDB) dalam tahun anggaran199917000 menjadi sekitar Rp354,5 triliun (24,0 persen terhadap PDB)dalam tahun anggaran 2001. Peuingkatan ini letutama disebabkan olehmembengkaknya beban anggaran belanja pemerintah pusat dari Rp202,0triliun (17,8 pcrsen tcrhadap PDB) dalam tahun anggaran 1999/2000menjadi seki tar Rp272,1 tr i t iun (18,4 persen terhadap PDB) dalamtahunanggaran 2001, serta meningkatnya alokasi pengeluarantransfer kepada daerah dari Rp29,9 triliun (2,6 persen terhadap I'DB)dalam tahun anggaran 1999/2000 menjadi sekitar Rp82,4 triliun (5,6 persenterhadap PDB) dalam tahun anggaran 2001. Faktor utama penyebabbertarnbah besarnya beban anggaran belanja pemerir l tah pusat<ialam kurun waktu tersebutadalah naiirnya pengeluaran rutin dalam jumlahcukup besar akibat kr is is ekonomi, dan adanya kebutuhan untukrnemberikan .stimulus .tecara terhala.g pada perekonomian nasionalsesuai dengan kemampuan fiskal. Sementara itu, peningkatan alokasitransferuntuk daerah pada dasarnya merupakan konsekuensi logis dari adanyatun tu tanun tuk merea l i sas i kan seca ra kons i s ten pe laksanaanotonomi daeralr sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun1999 dan desentralisasi fiskal berdasarkan Undang-Undang Nomor 25Tahun 1999.

20

Bab III Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(d) menerapkan sistem insentif berdasarkan kinerja (PerformanceIncentive System/PIS) untuk mendorong kinerja direksi.

Sementara i tu, perkembangan penerimaan PNBP lainnya, yangmerupakan penerimaan yang bersumber dari berbagai penerimaannegara bukan pajak yang dikelola oleh departemen/lernbaga pemberipelayanan kepada masyarakat secara nominal masih menunjukkanpeningkatan meskipun relatifkecil. Dalam tahun anggaran I999/2000,penerimaan ini mencapai Rp I 1,0 triliun ( 1,0 persen terhadap PDB), dandalam tahun anggaran 2001 meningkat menjadi Rpl8,0 triliun ( 1,2 persenterhadap PDB) dalam tahun anggaran 2001. Berbagai upaya yangselama ini dilakukan dalam rangka meningkatkan penerimaan tersebutmeliputi (y' peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kepada publik,(lr) menyesuaikan beberapa tarif pungutan yang sudah tidak sesuaidengan kondisi ekonomi, (iii) meningkatkan kualitas pengelolaan PNBP,khususnya yang berkai tan dengan administrasi dan tata carapenyetorannys, ftr) meningkatkan pengawasan, dan (v/ meningkatkankerjasama antara instansi terkait, terutama dalam rangka menetapkankebijakan yang berkaitan dengan PNBP lainnya.

Tsbel I I I . !

PERKEMBANi;AN PENERIMAAN NEGARA BURAN PAJAK, I999/2OOO . 2OOI I)

(Dahn T r i l i un Rup iah )

1c.,9912000 2000 z)

Dalom liga tahutl ler-akhir PNBP loinnyameningkat, meskipunIecil.

2001

ljra ian PAN % IhdPDB

Redi- oZ thds6si PDB

Peny€- % thdsuaian PDB

Peru-D0l!AN

%tt<tPDB

L Pe | | e r i n |aan Bukan , r j ak 61 ,9

a Sumber Daya Alam 3) 45,5

b Bagian l,aba BUMN 5,4

o. PNBP Larnnya l l ,0

89 ,2 9 ,0 100 ,7 6 ,9 115 ,1 7 ,8

o,7

t , 2

5 ,5

4 , 0

0 ,5

I , 0

7 6 ,0 7 ,7 79 ,4 5 ,4

3 ,9 0 ,4 9 ,0 0 ,6

9 ,3 0 ,9 12 ,3 0 ,8

86,',|

10 ,4

I E ,0

I I . H i bah

J u m l a h

I ) Disesuaikan dengan klasifikasi baru.

2) Periode I Aprilsampai d€ngan 31 Desember 2000.

3) Untuk ta.hun 199912000 tidok ter$asuk perta$lbanBan umum, kehutanan, dan perikanan.

61 ,9 5 , s 89 ,2 9 ,0 100 ,7 6 ,9 115 ,1 7 ,E

l 9

Bqb I Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Penerimaan SD,'l migos

dipengaruhi oleh harga

minyak mentah, ni lai

lukar dan lingkat pro-

duk:i($mg).

Akumulasi saldo danarebo i sasi sampa i de n go ntahun 2000 telah dlietorkz APBN tahun2000.

Upaya peningkatan pe-nerirnaan lqba BTJMNdilakukan nelalui pe-ningkalan kinerja dankesehatan BUMN.

Penerimaan SDA minyak bumi mengalami peningkatan yang cukuptajam, dari Rp33,1 triliun (2,9 persen terhadap PDB) dalam tahun anggarau1999/2000, menjadi Rp60,0 triliun (4,1 persen terhadap PDB) dalam tahunanggaran 2001 , Meningkatnya penerimaan minyak bulni tersebut dipenganhiofeh beberapa t'aktor, yakni (i) naiktlya harga minyak nrentah Indonesia(Indonesia Crude Oil Price/ICP) di pasar internasional, (ir) melemahnyanilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan firl relatif tidakberubalrnya tingkat produksi (lifting) minyak. Sementara itu, penerimacnSDA gas alam dari hasil liquid ntrtural gas (LNG) dan liqttid pe*oleumgar (LPG) selama periode waktu yang samajuga mengalami peningkatan,yang antara lain disebabkan oleh (a/ peningkatan harga LNG danLPG di pasarintenrasional, dan @) melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AmerikaSerikat. Dalam tahun anggaran 2001 harga LNG dan LPG rnasing-masjngdiperkirakan mencapai US$4,5070 per MMBTU dan US$260,28 per Mton.

Sementara itu, perkembangan penerimaan SDA di luar migas, yang meliputipertambangan umum, kehutanan, dan perikanan relatif stabil dalam jumlahyang relatif kecil, yakni sekitar 0,2-0,3 persen terhadap PDB selama tigatahun terakhir. Kecuali untuk tahun anggaran 2000, penerimaan SDAkchutanan mengalami pcningkatart yang cukup tajam menjadi 0,9 pcrsenterhadap PDB terutama karena adanya setoran akumuiasi saldo peuerrmaandana re6oisasi tahun-tahun sebelumnya, Mulai tahun 2001 penerimaan negarabukan pajak dari SDA merupakan jenis penerimaan yang dibagihasilkankepada daerah, sehingga upaya optimalisasi pengelolaan jenis penerirnaanini secara otomatis akan berdampak pada peningkatan peng.luaran unhrktransfer dana perimbangan ke daerah. Dari sisi upaya penyehatan APBN,peningkatan penerimaan SD-.\ di masa mendatang tidak lagi sepenuhnyaberdampak pada penunrnan defisit. Namun pada sisi lairr optimalisasi tersebutakan memperkuat basis penerimaan daerah dalam mendukung pelaksanaanotonomi daerah dan desentralisasi fiskal.

Perkembangan penerimaan negara bukan pajak dari bagian pcrrcrintah ataslaba BUMN relatif stabil pada tingkat sekitar 0,5 persen terhadap PDBselama tiga tahun terak!;ir, Namun dernikian secara norninal, bagianpemerintah atas laba BUMN tersebut mcningkat dari Rp5,4 triliun (0,5 persanterhadap PDB) dalam tahun anggaran 1999/2000, menjadi Rp10,4 triliun(0,7 persen terhadap PDB) dalam tahun anggaran 2001. Krisis ekonomiyang berdampak pada harnpir semua sektor ekonomi, juga menimbulkandampak langsung terhadap penurunau laba beberapa BUMN tertentu. Dalamkaitan ini, dalam beberapa tahun terakhir telah dilakukan berbagai upayauntuk meningkatkan penerimaan laba BUMN, arrtara lain tlenganmeningkatkan kinerja dan kesehatan BUMN melalui penerapan praktek-pnktek good corporote goyernance dalam tubuh BUMN, yangdilaksanakan antara lain dengan (a) mendorong peran aktif dan tanggungjawab Kornisaris/Dewan Pengawas dalam memberikan pendapat kepadamanajemen BUMN, (b) memperjelas peran dan tanggung jawab direksidalam kai tannya dengan tujuan utama masing-masing BUMN,(c) mengeluarkan dokumen statemenl of corporate rnlerr, (SCI), yaitudokumen yang memuat target kinerja dan indikator lain yang harusd ipertanggungj awabkan BUMN, yang dapat diakses publ ik, dan

t8

Bqb llI Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Trbel UI'1PERKEMBANGAN PENERIMAAN PERPAJAKAN, I999NOOO - 2OOI I)

(Drlrd Tril iun Rupiah)

1999n000P;fr-A thd

PDB

zoo02) 2001Uraian Reali % thd

sasi PDBPenyc-% lhd Peru-suaian PDB bahan

o/o tlldPDB

I . Pajak D!lom Neg€riL Pajak Penghasi lan2. PPN dan PPnBM] , P B B4 , BPH 'TB5. Cukai6. Pajak Lainnya

l l . PeiNk Pcrdagrng{nIn te rnas ions lI Bea Masuk2. Pungutan/Pajak Ekspor

120,9 10,112 ,7 6 ,41 1 | t O

3,5 0 ,30 ,6 0 ,05

10,4 0 ,90 ,6 0 ,05

5,0 0,44 ,2 0 ,40 ,8 0 , r

108,8 l r ,05 7 , l 5 , 835,0 3 ,53 ,6 0 ,40 ,9 0 ,1

1 t , 3 I , l0 ,9 0 ,09

1,0 0 ,76 , 7 0 , 10 ,3 0 ,0

17,t,3 | l ,995 ,0 6 ,5

5 , I 0 , 3t , 2 0 , 1

17 ,6 t , 21 , 9 0 , 1

l l , 0 0 ,7t0 ,4 0 ,10 ,6 0 ,0

t74,2 t l , t92,8 6,35 5 , 8 3 , 84 ,8 0 ,3I , 5 0 , 1

t7 ,6 r , 2I , 7 0 , I

10,5 0,79 ,8 0 ,70 ,7 0 ,0

J u n l o h 125,9 1t,l r15,E 11,7 185,3 12,6 184,1 12,5

I ) Disesuarkan dcngan klasifikasi baru2) Periodc I April sampar dengan 3l Desember 2000

PENERIMAAN NEGARA BUT<AN PAJAK (PNBP)

Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mengalami peningkatan Rp53,2triliun, dari Rp6l,9 triliun (5,5 persen terhadap PDB) dalam tahun anggaran1999/2000 rnenjadi Rp1 15,1 triliun (7,8 persen terhadap PDB) dalam tahunanggaran 2001 , Dalam periode tersebut penerimaan SDA migas menjadipenyumbang terbesar c.rlam PNBR yakni rata-rata sekitar 7l-74 persendari total PNBP atau sekitar 4-5 Dersen terhadaD PDR

Grafik III.3Perkembrngan Penerimaan Bukan Pajak 1999/2000 - 2001

F

2000 20O t

r SuEber D&ya Al.m I PNBP Ininny! E Bagisn Pemerintd &ri laba BUMN

Sebagian besar PNBPbersunber dari pene-rtmaan SDA migas.

Bab III Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Pe nin gkd! an pener itna a n

a*ai lerutqfla didukung

oleh kenaikan produlai

BKC dan L,enaiLan HJli.

Pe n ingkatan pene r im a anpalqk lainnya dipenga-

ruhi oleh meningkotnya

kepatuhan pemakaian

Peningkatan pene maah

bea mdsrk lerutama

t elalui pehctbutun be-

berapa Jisilit1s penbe-

basan bea masuk,datnpencegahan praktek

Penurunan penerimaan

pajak el,Jpor leruldma

akibot kebijakan penu-

runantarif.

situasi sosial dan politik nengakibatkan terganggunya proses pungutanjenispajak iri. Dalam tahun anggaran 2001 telah diberlakukan undang-undangbaru tentang BPIITB yang antara lain mengatur tentang pelaksanaanekstensifikasi BPH'I'B rnelalui perluasan cakupan objek pajak dalarn rangkamengantisipasi perkembangan bentuk dan terminologi dari perolehan hakatas tanah dau bangunan.

Perkembangan penerimaan cukai selarna tiga tahun terakhir menuujukkanIrend yrng menillgkat. Dalam tahun anggaran 1999/2000 penerimaantersebut mencapai Rp I 0,4 triliun (0,9 persen terhadap PDB), selanjutnyadalam tahun anggaran 2001 rneningkat menj adi Rp 17,6 triliLrn ( I ,2 persenterhadap PDB), atau meningkat Rp7,2 triliun, Beberapa faktor yangmendorong peningkatan penerinraan ini adalah (y' peningkatan produksibarang kena cukai (BKC), sejalan dengan meningkatnya permintaan atasproduk BKC, (lr) peningliatan hargajualeceran (HJE) hasiltembakau sekitar5-10 persen, ( i i i ) pembe(af iasan terhadap pi ta cukai palsu, dan(lu) pengawasan terhadap peredaran BKC.

Pcnerimaan pajak lailnya, yang terutama bersumber dari bea meteraijugamenunj ukkan peningkatan yang signifikan dalam tiga tahun terakhir, yaitu dariRpO,6 triliun (0,05 persen terhadap PDB) dalam tahun anggaran 1999/2000menjadi RpO,9 triliun (0,09 persen terhadap PDB) dalarn tahun anggaran2000, dan diperkirakan meningkat menjadi Rp1,7 triliun atau 0,1 persenterhadap PDB dalam tahun anggaran 2001, Peningkatan tersebut, tidakterlepas dari perkembangan ekonomi yang mempengaruhi nilai transaksiterkena bea metcrai. Berbagai upaya yang ditempuh untuk meningkatkanpenerimaan pajak laiunya antara lain seperti menaikkan tarif bea meteraidalam tahun 2000, meningkatnya kepatuhan pemakaian benda meterai, mesinteraan meterai, dan pencetakan tanda Iunas bea meterai.

Sementara itu, realisasi peuerirnaan bea masuk dalarn tiga tahun terakhirnrenunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari Rp4,2 triliun(0,4 persen terhadap PDts) dalam tahun anggaran 1999/2000 menjadiRp9,8 triliun (0,7 perser terhadap PDB) dalam tahun anggaran 2001.Peningkatan tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya pemberianfasilitas dan pembebasan bea masuk yang semula diberikan pada imporbarang rnodal dan bahan baku untuk industri tertentu, serta upaya-upayapencegahan terhadap terjadinya praktek-praktek penilaian barang imporyang lebih rendah dari nilai yang semestinya (underinvoicing). Selain itumelemahnya nilaitukar rupiah terhadap beberapa mata uang asing ter(tamadolar Amerika Serikat rnenyebabkan penerimaan dalam rupiah menjadilebih besar.

Realisasi penerimaan pajaVpungutan ekspor dalam periode 1999/2000-2001 menunjukkan kecenderungan yang rnenurun, yaitu dari RpO,8 triliun(0,07 persen terhadap PDB) dalam tahun anggaran 1999/?000,menjadi Rp0,7 triliLur (0,04 persen terhadap PDB) dalam tahun anggaran2001 . Kondisi tersebut disebabkan terutama oleh kebiiakan Denurunantar i f pajak ekspor terhadap produk crude palm oi l (CPO) danturunannva.

16

Bab ll l Perkembangan Anggaran Penddpatdn dan Belanja Negara

nrcningkat Rp20,l tril iun. Selain karcna pergaruh p€rkembangan kondisiekononri nrakro, peuiugkatan pencrirraan tcrscbut iuga nrcmpakan hasildari upaya-rpaya /r) ekstensilikasi rvajib pa.jak terutama melalui programpcrryisirarr (convassin@ wajib pajak, /ll intcnsifikasi pemungutan pajak.tcrulalna mclalui pcngawasan yang lebih intensif terhadap wajib pajakpotcnsial, dan (il4 peningkatarr penegakan hukurn (/aw enforcement).

( i ra f i k l I l . !Pr rkcmhnngrn Prncr i rnarn l teberap. . ten is P ! j i k , l r r99 /1O0O - 20Ol

srf ka , elcstensijikasi,

dan penegakan huktm(law enfbrcement)

Peningkatan PPN dah

PPnBM terutamo didu-

kung oleh program

ca nv a ss ing, d an ke bij a k-

an pencqbutan berbogsi

la\ttilt$PPNdonPPnBM

l' e h irgklatl pen4r i hao n

PBB dan BPHTB di-

du kung ole h inlen s ii kas i

tlan per b at kan admi nis -

trasi perpajakon.

7.OO

6,OO

5,OO

4,OO

3.OO

2.OO

1 . O O

g l iu r D lasuk . ( u l . N i L - l ' l 'N ( ln t r I 'Pn l rM I I ' l ;h I, _-']

SelaujLrtnya, nreskipun kondisiperekonomian belunr pu lih sepenuhnya, upaya-upaya yang d i lakukan sc larna t iga tahun tcrakhi r mampu mendorongbelgr:raknya beberapa scktor tcrtcntu, Dcngan bcrgeraknya kegiatanekonomi pada gili larrnya akarr mcndorong peningkatan penerimaan PPNdan PI)u BM. Dalam kunru wakhr I 999/2000 - 2001 , penerirnaan PPN danPPnllM rncningkat Rp22,7 triJiun, yaitu dali Rp33, I tril iun (2,9 persen terhadapPDI)) dalam tahrm anggaran 199912000, nrenjadi Rp55,8 tril iun (3,8 persenterhadrLp PDB) t la lam tahun arggara l ) 200J. l lc rbagai kcbi jakan yangrnendukung peningkatan pcnerimaan PPN dan PPnBM tersebut antara larnme lipLrti 1r) ekstensi{ikasi rvq ib p.1ak, terrftalra nrelalui penyisiran (crmva';sing)pengLrszrJra kcra paj ak (l']KP) yang pcnycrahan baraug kcna pajaknya d ilakukandi pusa!pusat pcrbclanjaar: bcsar firralf , (ir) pencabLrtan berbagai fasilitas PPNdan PPnBM yang diberikan kepada pengusaha kena pajak terlenlL.t, (ii i)pcncairan lunggakan secara aktif, (luJ peningkatan penyuluhan, pelayanankepada waj ib pajak, seda pemeliksaal sederhana di lapangan, dan (v/ perbaikanadurirristlasi dan penegakan hukum.

Scmcntara itu, pcrkcrnbaugan pcncrirnaan pajak hurni dan bangunan (PBB)dan bea perolehan hak atas tanalr dan lrangunan (BPH'fB) selarna tigatahun teraklr iI r enga lami pcningkatan Rp2,2 tril iun, yaitu dari Rp4,1 tril iun(0,4 persen terhadap PDB) dalarn tahun anggaran 1999/2000, menjadi I(p6,3tLiliun (0,4 persen terhadap PDB) dalam tahun anggaran 2001. Berbagaiupaya in lensi f ikas i t lan perbaikan adminis t ras i pencr imaan PBR te lahditearpuh untuk meningkatkan pcncrimaan PBB, narnun tidak kondusifnya

l 5

Bab III Perkembangan Anggaran Pend{.tpdtan dan Belanja Negara

kenaikan penerimaan perpajakan, yakni dari ll,l persen terhadap PDBdalam tahun anggaran 1999/2000, meningkat menjadi 12,5 persen terhadapPDB dalam APBN Perubahan tahun anggaran 2001.

Crrfik m.lPerkembrngan P€ndrp.trn Neg.rr lgt 9|2OOO - 2OOt

PENERIMAA N PERPAJA T<A N

Dalam periode 1999/2000 - 2001, perkembangan penerimaan perpajakandidukungoleh peningkatan peneri;naan pajak dalam negeri, khususnya pajakpenghasilan (PPh), pajak pefiambahan nilai barang dan jasa dan pajakpenjualan atas barang mowah (PPN dan PPnBM), serta penerimaan cukai.Penerimaan pajak dalam negeri meningkat Rp53,4 triliun, yaitu dari Rpl20,9triliun ( 10,7 persen terhadap PDB) dalam tahun anggaran 1999/2000, menj adiRpl74,2 triliun (l [,8 persen terhadap PDB) dalarn tahun anggaran 2001.Peningkatan tersebut terutama berkaitan dengan (i) membaiknyapertumbuhan ekonomi, (iy' pelaksanaan intensifi kasi dan ekstensifikasiperpajakan, dan (iir) penyempurnaan berbagai peraturan perpajakan.

Sementara itu, dalam kurun waktu yang sama, penerimaan pajakperdagangan internasional meningkat Rp5,5 triliun, yaitu dari Rp5,0 triliun(0,4 persen terhadap PDB) dalam tahun anggaran 1999/2000, menjadiRp 10,5 triliun (0,7 persen terhadap PDB) dalam tahun anggaran 2001.Pesatnya peningkatan pajak perdagangan intemasional tersebut terutamadisebabkan oleh depresiasi nilai rupiah yang mengakibatkan nilai transaksidalam lupiah menjadi lebih besar. Sebalikny4 dalam denominasi mata uangasing perkembangan jenis penerimaan ini cenderung melambat. Hal iniberkaitan dengan masih besamya fasilitas atas barang impor, khususnyapembebasan bea masuk atas produk tertentu terutama barang modal, sertakian rendahnya tarif pajal</pungutan ekspor dalam rangka mendorongkegiatan ekspor dan pertumbuhan ekonomi.

Penerimaan PPh meningkat cukup signifikan, yakni dari Rp72,7 triliun (6,4persen terhadap PDB) dalam tahun anggann 199912000, menjadi Rp92,8triliun (6,3 posen terhadap PDB) dalam tahun anggaran 2001, yang berarti

E

s

Dalam kondisi krisispenerinaan pajakdalamneg.tri masih mampumemberikan konlriburiyongculaap beru i.

Depresiasi nilai rupiahberyengar h poritiflerhadap penertmaanpajak petdaganganintemasional.

Pe ninElalan pener inaanPPh terulana. didulungole h pe lalcannon inten-

t4

Pendapatan dan Belanja Negara

BAB III

PERKEMBANGAN ANGGARANPENDAPATAN DAN BELA,NJA NEGAFTA

PENDAHULUAN

Peran pemerintah melalui kebijakan fiskal dalam melaksanakan fungsialokasi, distribusi, dan stabilisasi perekonomian pada masa krisis sangatdominan. Dalam tiga tahun terakhir, pemerintah menj adi motor utama dalammenggerakkan perekonomian agar dapat kembali ke posisi sebelum kisiskarena sektor swasta belum dapat berperan secara optimal. Dalam masakrisis, alokasi pengeluaran pemerintah meningkat cukup tajam gunamengakomodasikan berbagai program untuk mengatasi krisis, sepertikebijakan subsidi, perlindungan terhadap masyarakat miskin yang terkenadampak kisis, dan pemberian stimulus fiskal terutama untuk membantupengusaha kecil, menengah dan koperasi. Namun, upaya pemulihan danperlindungan terhadap masyarakat tersebut belum dapat dilakukan secaramaksimal berkaitan dengan berbagai keterbatasan yang dihadapi pada sisipenerimaan negara dan pembiayaan anggaran.

Pemerintah tetap melakukan ekspansi fiskal untuk rnelanjutkan programpemulihan ekonomi. Namun secara bersamaan tetap berupaya menyehatkanAPBN dengan mengurangi defisit anggaran, yaitu melalui peningkatandisiplin anggaran, pengurangan subsidi dan pinjaman luar negeri secarabertahap, peningkatan penerimaan pajak progresifyang adil danjujur, sertapenghematan dan penajaman prioritas pengeluaran. Agardapatmemperolehruang gerak yang lebih besar dalam melaksanakan program-programpemulihan, pemerintah juga melakukan negosiasi ulang (rescheduling) danpercepatan restrukturisasi utang luar negeri sesuai dengan kemampuankeuangan negara, yang pelaksanaannya dilakukan secara transparan.

PENDAPATAN NEGAR^A DAN HIBAH

Selama tiga tahun terakhir, pendapatan negara dan hibah menunjukkanperkembangan yang rnenarik. Meskipun krisis ekonomi menimbulkandampak semakin menyusutnya basis penerimaan perpajakan, namunberbagai langkah intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan mampumemberikan lrasil positif. Berbeda halnya dengan penerimaan negara bukanpajak (PNBP) di luar penerimaan sumber daya alam (SDA), krisis ekonomitelah menyebabkan terjadinya penurunan laba sebagian besar BUMN.Sementara itu, penerimaan hibah dari beberapa negara dan lembaga donormeningkat selama masa krisis, namun realisasinya tidak sebesar yangdiperkirakan semula. Secara keseluruhan pendapatan negara dan hibahmeningkat dari Rpl87,E triliun (16,6 persen terhadap PDB) dalam tahunanggaran 1999/2000 menjadi Rp299,9 triliun (20,3 persen terhadap PDB)dalam tahun anggaran 2001. Peningkatan ini terutama didukung oleh

Selama masa krisisperanan pemeritltahne lalut ke b ij akan fi s kalsangat dotninsn dalammelaksanakan lungsialokasi, distribusi danslabilAasi.

Dkspansi Jiskal masihdpe ukan, rmmun uptryapenyehatak APBN telaptnenjadiprio tqs.

Krisis ekononi berdem-pak pada pehlusatan

basis pene maan pajak

secqra umum, namun

upaya inte nsiJikasi dqnel.l tenstf kasi, serta pe-

nyemPurnaan peruturanperpajakan mamp me-ningkatkan pendapatan

heggra,

l 3

Bab II Asunst Dasar Penyusunan APBN 2002

Ting kat prod uksi m i nya k

Indoaesia pada tahun2002, yang didasarktnpada kuota OPEC,

diperkirakah sekitar

l, 320 juta barel per hari

nentah dunia akibat pernotongan produksi OPEC dan keputusan Irak untukmenunda ekspor minyak nentah mereka (sesuai dengan United NationslPBB oil-for-food programme) seha snya dapat mendorong naiknya hargaminyak mentah dunia. Namun, kenaikan harga ini menurut beberapa lembagariset internasional diperkirakan sulit terjadi mengingat kenaikan permintaanminyak rnentah tersebut masih bersifat regional (hanya untuk pemenuhankebutuhan dalam negeri Amerika Serikat). Untuk benua Asia dan AmerikaLatin, permintaan nrinyak mentah cenderung melelnah sedangkan untukbenua Eropa, inflasi yang relatiftinggi, yang diikuti dengan naiknya sukubunga regional dapat menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi sehinggadiperkirakan akan menekan pemrintaan minyak mentah dunia.

Dengan asumsi ceteris poribus yang didukung oleh perkiraan berbagailembaga riset intenrasional di atas ditambah dcngan beberapa faktor sepertiantara lain stock policy dari negara-negara illdustri yang besarnya tidakjauh berbeda dengan tahun 2000 Can tahun 200 I, cuaca yang mendukung,serta conlrol supply yang relatif berhasil, rnaka harga rninyak mentah duniauntuk tahun 2002 diperkirakan sekitar US$22 per balel.

NNGI<AT PRoDUT(SI MINYAK MENTAH INDoNESIA

Tingkat produksi minyak Indonesia rnerupakan angkayang didasarkan padakuota OPEC dan kapasitas tingkat produksi minyak Indonesia, Dalarn tahun2002 tingkat produksi minyak mentah Indonesia d iperkirakan sekitar 1,320juta barel per hari, atau sama dengan produksi tahun 2001 , Tidak adanyakenaikan produksi migas ini sehubungan dengan penurunan produksi secaraalamiah (natural decline) padz beberapa sumur produksi yang ada danadanya gangguan keamanan di daerah-daerah teftentu, sementara jumlahpenemuan cadangan migas baru relatif kecil karena semakin terbatasnyasumber-sumber misas.

t2

Bab Il Asumsi Dasar Feq'ttsunan APBN 2002

SUKU EUNGA SBIS BULAN

Suku bunga SBI 3 bulan selama tahun 2001 diperkirakan mencapai rata-rata sebesar 16,4 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga SBI3 bulan tahun 2000 yang mencapai sebesar 14,3 persen. Peningkatan inisehubungan dengan kebijakan moneter yang cenderung ketat karena masihmelemahnya nilai tukar rupiah dan tingginya laju inflasi.

Dalam tahun 2002, sejalan dengan perkiraan laju inflasi, nilai tukarrupiah,dan kebijakan moneter, suku bunga SBI 3 bulan diperkirakan akan turunmenjadi rata-rata l4 persen.

HARGA MINYAK MENTAH INTERNASIaNAL

Kenyataan menunjukkan bahwa harga minyak internasional sangatberfluktuasi sehingga sangat sulit untuk memperkirakannya. Dalam kurunwaktu 1996-2001, harga minyak mentah berada dalam kisaran US$12-US$24 per barel.

Dalam tahun 2002 harga minyak mentah intemasional diperkirakan rata-ratasekitar US$22 per barel atau lebih rendah dari perkiraan tahun 2001 yangmencapai US$24 per barel. Sampai dengan bulan Juni 2001, harga minyakmentah di pasar intemasional relatif stabil. Selain karena faktor supply dutdemand,kestabilan ini juga diperkirakan karena kesepakatzut Organization ofPetroleum Exporting Comtries (OPEC) pada sidang tanggal 17 Januari 2001untuk memotong produksi minyak sebesar 1,5 juta bph (barel per hari) yangberlaku mulai tanggat 1 Februari 2001. Pada awal semester II 2001 hargaminyak mempunyai kecenderungan menurun sehingga OPEC mengumumkanrencana penurunanjumlah produksi minyak mentalurya lagi sebesar satujutabarel per hari yang direncanakan mulai 1 September 200 I .

Dari sudut pandang supply dan demand,naiknya impor miryak mentahAmerika Serikat untuk memperbaiki stok dalam negeri Amerika Serikat,dapat diterjemahkan sebagai peningkatan permintaan minyak mentah.Tingginya permintaan dibarengi dengan terbatasnya penawaran minyak

Sulw bunga SBI 3 bulandi per lcir a kan turun m e n-jadi l4 persen tahun2002

HarEa minyak tahun2002 diperkirakan rala-Mta sekitar US$22 perbarel.

1 l

Lampiran &

b, Dana penmbangan;c. Dana otonomi khusus dan dana penyein-Lbang.

(2) Anggaran belanja pemerintah pusat sebagaimana dimaksud dalamayat (l) huruf a direncanakan sebesar Rp246.040.049.500.000,00(dua ratus empat puluh enam triliun empat puluh miliar empatpuluh sembilzur juta lima ratus ribu rupiah).

(3) Dana perimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf bdirencanakan sebesar Rp94.53 1.751 .500,000,00 (sembilan puluhempat triliun lima ratus tiga puluh satu miliar tujuh ratus lirnapuluh satu juta lima ratus ribu rupiah).

(4) Dana otonomi khusus dan dana penyeimbang sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) htuuf c direncanakan sebesarRp3,43 7.000.000.000,00 (tiga triliun empat ratus tiga puluh tujuhmiliar rupiah) yang masing-masing terdiri dari dana otonomikhusus sebesar Rpl.382.282.500 000,00 (satu triliun tiga ratusdelapan puluh dua miliar dua ratus delapan puluh dua juta limaratus ribu rupiah) dan dana penyeimbang sebesarRp2.054.717.500.000,00 (dua triliun lima puluh empat miliar tujuhratus tujuh belas juta lima ratus ribu rupiah).

(5) Jumlah anggaran belanja negara Tahun Anggaran 2002sebagaimana dimaksud dalam ayat (2') dan ayat (3) direncanakansebesar Rp344.008.801.000.000,00 (tiga ratus empat puluh empattriliun delapan miliat delapan ratus satu juta rupiah).

Pasal 7

(1) Anggaran belanja pemerintah pusat sebagaimana dimaksud dalamPasal 6 ayat (l) huruf a terdiri dari :a. Pengeluaran rutin;b. Pengeluaran pembangunan.

(2) Pengeluaran rutin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf adirencanakan sebesar Rp I 93.740.949.500.000,00 (seratus sembilanpuluh tiga triliun tujuh ratus empat puluh miliar sembilan ratusempat puluh sembilan juta lima ratus ribu rupiah).

(3) Pengeluaran pembangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (i)huruf b direncanakan sebesar Rp52.299.100.000.000,00 (limapuluh dua triliun dua ratus sembilan puluh sembilan miliar seratusjuta rupiah), yang terdiri dari pembiayaan pembangunan rupiahsebesar Rp26.469.100.000.000,00 ( dua puluh enam hiliun empatratus enam puluh sembilan miliar seratus juta rupiah), dan

64

Latttpiran 8

(2 )

(t)

a. Paiak dalan.r negeli;

b. Pajak peldagangan inlernasional.

Penerimaan pajak dalam negcri scbagairnana dimaksud dalamayaL (l) humf a direncanal<an sebcsar Rp207.028.8 80.000.000,00(dua latus tu.iuh triliun dua puhrh delapan miliar delapan latusdelapan puluh juta rupiah).

Iienerimaan pajak perdagangan inlernasional scbagaimarladimaksud dalarr.r ayat (l) huruf b direncanakan sebesarRp12.598.600.000.000.00 (dua bclas tliliun lima raLus sembilanpuluh dclapan mihrrr enam ratus juta ruptah).

(4) Rincian penerimaan perpaiakan I ahun Anggzuan 2002sehagaimana dimaksr"rd dalam ayat (2) dan ayat (3) dicantumkandalam pcnlelasan ayat ini.

Pasal 5

(1) Penerimaan negara bukan pajak sebagaimana dimaksud daliunPasal 2 ayar (3j terdir i dan j

a. Pcnerimaan sumber daya alam;

b. Bagian pemerintah atas laba badan usaha milik negara;c. Penerimaan negara bukan pajak lainnya.

Penerimaan sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalamayat(l) huruf a direncanakan sehesar Rp63. 195.450.000.000,00(enam puluh tiga triliun selatus sembilan puluh lima miliar empatlatus lima puluh juta lupiali).

Bagian pemerintah atas laba badan usaha milik negara scbagainianadimaksud dalam ayat (1) huruf b direncanakan sebesarRp10.351.392.000.000,00 (sepuluh triliun tiga ratus lima puluh satumiliar tiga ratus sembilan puluh dua.juta rupiah),

Pencrimaan negara bukan pajak lainnya sebagaimana dimaksuddalam ayat (l) huruf c dircncanakan sebesarRp8.700.000.000.000,00 (delapan lriliun tujuh ratus miliar rupiah).

(5) Rincian penerimaan negara bukan pajak Tahun Anggaran 2002sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat (3) *an ayat @)dicantumkan dalam penjelasan ayat ini.

Pasal 6

( 1) Anggaran belanj a negara Tahun Anggaran 2002 terdiri dari :a. Anggaran belanja pemerintah pusat;

(2)

(3 )

(4)

Lampiran 8

24. Pinjaman proyek adalah nilai lawan rupiah dari pinjaman luarnegeri yang digunakan untuk membiayai proyek-proyekpernbangunan.

Pasal 2

(1) Anggalan Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2002yang memuat pendapatan dan belanja negara mcrupakanpelaksanaan dari dan satu kesatuan yang tak terpisahkan denganRencana Pembangunan l-ahunan (Repeta) Tahun 2002.

(2) Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) Tahun 2002sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menjadi lampiran Undang-undang ini.

Pasal 3

(l) Anggaran pendapatan negara dan hibah Tahun Anggaran 2002diperoleh dari sumber-sumber :

a. Penerimaan perpajakan;

b. Penerimaan negara bukan pajak;

c, Penerimaan hibah.

(2) Penerimaan perpajakarn sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)huruf a direncanakan sebesar Rp219.627.480.000.000,00 (dua ratussembilan belas triliun enam ratus dua puluh tujuh miliar empatratus delapan puluh juta rupiah).

(3) Penerimaan negara bukan pajak sebagaimana dimaksud dalamayat (1) huruf b direncanakan sebesar Rp82.246.842.000.000,00(delapan pqluh dua triliun dua ratus empat puluh enam miliardelapan ratus empat puluh dua juta rupiah).

(4) Penerimaan hibah sebagaimana dimaksud dalam ayat(1)huruf c direncanakan sebesar RpO,00 (nihil).

(5) Jumlah anggaran pendapatan negara dan hibah Tahun Anggaran2002 sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)direncanakan sebesar Rp30 1.8'/ 4.322.000.000,00 (tiga ratus satutriliun delapan ratus tujuh puluh empat miliar tiga ratus dua puluhdua juta rupiah).

Pasal 4

(1) Penerimaan perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasalayat (2) terdiri dari :

62

Lampiran I

13. Dana alokasi umum adalah semua pengeluaran negara yangdialokasikan kepada daerah dengan tujuan pemerataan kemampuankeuangan antardaerah, sebagaimaaa dimaksud dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuanganantara Pemerintah Pusat dan Daerah.

14. Dana alokasi klifusus adalah semua pengeluaran negara yangdialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhantertentu, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 25Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara PemerintahPusat dan Daerah.

15. Dana otonomi khusus dan dana penyeimbang adalah dana yangdialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatudaerah, sebagaimana ditetapkan secara eksplisit dalam undang-undang tentang otonomi khusus suatu daerah tertentu, serta untukpenyeimbang kekurangan dana alokasi umum.

16. Sisa kedit anggaran adalah sisa kewajiban pembiayaan proyekpembangunan pada akhir tahun anggaran berjalan.

17. Sisa lebih pembiayaan anggaran adalah selisih lebih antara realisasipembiayaan dengan realisasi defisit anggaran yang terjadi.

l8, Sektor adalah kumpulan subsektor.

19. Subsektor adalah kumpulan program.

20. Pembiayaan defisit adalah semua jenis pembiayaan yang digunakanuntuk menutup defisit belanja negara yang bersumber daripembiayaan dalam negeri dan pembiayaan luar negeri bersih.

21. Pembiayaan dalam negeri adalah semua pembiayaan yang berasaldari perbankan dan nonperbankan dalam negeri yang meliputi hasilprivatisasi, penjualan obligasi dalam negeri, dan penjualan asetperbankan dalam rangka program restrukturisasi.

22. Pembiayaan luar negeri bersih adalah semua pembiayaan yangberasal dari penarikan pidaman luar negeri yang terdiri daripinjaman progritm dan pinjaman proyek, dikurangi denganpembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri.

23. Pinjaman program adalah nilai lawan rupiah dari pinjaman luarnegeri dalam bentuk pangan dan bukan pangan, serta pinjamanyang dapat dirupiahkan.

61

Lampiran 8

5.

4 . Pajak perdagangan intemasional adalah semua penerimaan negarayang berasal dari bea masuk dan pajaVpungutan ekspor.

Penerimaan negara bukan pajak adalah semua penerimaaa yangditerima negara dalam bentuk penerimaan dari sumber daya alam,bagian pemerintah atas laba badan usaha milik negara, danpenerimaan negara bukan pajak lainnya.

6. Penerimaan hibah adalah semua penerimaan negara yang berasaldari sumbangan swasta dalam negeri, sumbangan swasta danpemerintal luar negeii.

7. Belanja negara adalah semua pengeluaran negara untuk membiayaibelanja pemerintah pusat, dana perimbangan, serta dana otonomikhusus dan dana penyeimbang.

8. Belanja pemerintah pusat adalah semua pengeluaran negara untukmembiayai pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.

9. Pengeluaran rutin adalah semua pengeluaran negara untukmembiayai tugas-tugas umum pemerintahan dan kegiatanoperasional pemerintah pusat, pembayaran bunga atas utang dalamnegeri, pembayaran bunga atas utang luar negeri, pembayaransubsidi, dan pengeluaran rutin lainnya.

10. Pengeluaran pembangunan adalah semua pengeluaran negara untukmembiayai proyek-proyek pembangunan yang dibebankan padaanggaran belanja pemerintah pusat.

11. Dana perimbangan adalah semua pengeluaran negara yangdialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerahdalam rangka pelaksanaan desentralisasi, yang terdiri dari dana bagihasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus, sebagaimanadimaksud dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

12, Dana bagi hasil adalah bagian daerah atas penerimaan pajak bumidan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, danpenerimaan sumber daya alam, sebagaimana dimaksud dalamUndang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang PerimbanganKeuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, serta bagian daerahatas pajak penghasilan pasal 25 dan pasal 29 onng pribadi danpajak penghasilan pasal 21, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atasUndang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

60

Lampiran 8

Mengingat : 1 . Pasal 5 ayat (l), Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4), dan Pasal 23 ayat (1)dan ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 beserta perubahannya;

Ketetapan Majelis Permusyawaratat Rakaat Nomor IV/MPR/1 999tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999 - 2004;

Undang-undang Perbendaharaan Indonesia (I.ndischeComptabiliteitswet, Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448)sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran NegaraNomor 2860);

Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang PerimbanganKeuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan LembaranNegara Nomor 3848);

5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang ProgramPembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000 - 2004 (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 206);

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDAIT{G-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATANDAI\ BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002.

Pasal I

Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan :

l. Pendapatan negara dan hibah adalah semua penerimzun negarayang berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukanpajak, serta penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar negeri.

2. Penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri daripajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.

3. Pajak dalam negeri adalah semua penerimaan negara yang berasaldari pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai barang danjasa danpajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, beaperolehan hak atas tanah dan bangunan, cukai, dan pajak lainnya.

J .

+.

59

Lampiran 8

Lampiran 8

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 19 TAHUN 2OO1

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARATAHUN ANGGARA,N 2OO2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONDSIA,

Menimbang : a. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran2002 merupakan pelaksanaan dari dan satu kesatuan yang takterpisahkan dengan Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) Tahun2002 sebagai penjabaran dari Program Pembangunan Nasional(Propenas) Tahun 2000 - 2004 yang merupakan pelaksanaanGaris-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999 - 2004;bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran2002 disusun berdasarkan anggaran defisit, yang ditutup dengansumber-sumber pembiayaan dari dalam negeri dan luar negeri;bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran2002 merupaka:r rencana kerja pemerintahan negara, yang berlakuselama 12 (dua belas) bulan sejak l Januari 2002 sampai dengan3 I Desember 2002, dalam rangka memelihara dan meningkatkanhasil-hasil pembangunan tahun-tahun sebelumnya, serta pelaksanaandesentralisasi fiskal;

bahwa untuk memelihara kelangsungan jalannya pembangunan,dipandang perlu diatur sisa lebih pembiayaan alggaran dan sisakedit anggaran proyek-proyek dalam anggaran pembangunanTahun Anglaran 2002;balwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran2002 perlu ditetapkan dengan Undang-undang;

c .

b .

58

Lampiran 7

LamDinnT

RINCIAN PEMBIAYAATI AI\CGARAN. APBN 2OO1 DAII APBN 2OO2(Dalam Miliar Rupiah)

U r a i a nAPBN 2O()IPcrubehon

APBN2002

o/. A ahd,APBN-P

( l ) (2) (3) (4)

Pernbiayaan Dalam Negeri

L Perbankan Dalam Negeri

2. Nonperbankan Dalam Negeri

a. Privatisasi

b, Penjualan Aset Program Restrukturisasi

Perbankan

c. Penerbitan Obligasi Negara (neto)

- Penerbitan Obligasi

- Pembayarar Kembali Pokok Obligasi

Pembiayaan Luar Negeri (neto)

l. Pinjaman Proyek

2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang

Luar Negeri (Amortisasi)

3. Pinjaman Program dan Penundaan Cicilan Utang

44.188,9

7.550,6

36.638,3

5.000,0

30.980,2

658,1

658,I

10,53E,1

19.660,0

(r9.745,8)

10.623,9

23.500,8

23.500,8

3.952,2

19.54E,6

3.930,5

(3.e30,5)

18.633,7

25.E30,0

(43.965,8)

36.770,5

- 46,8

- 100,0

-35,9

-21,0

-36,9

- 100,0

4972

76,8

31,4

ln,7

24r,1

JUMLAH 54.727,0 42.134,5 ' 23..0

Irmpiran 6

RINCIAN DANA PERIMBANGAN, APBN 2()OI DAI{ APBN 2M2

@alam Miliar Rupiah)

U r l i r nAPBN 2OOIPerubrhrn

APBN200.2

% A rhd.APBN-P

( l ) (2) (3) (4)

Dana Bagi llasil

l. Pajak

- Pajak Penghasilan (Psl 21 & Psl 25129 OP)

- Pajak Bumi dan Bangunan

- Bea Perolehan FIak ahs Tanah dan Bansunan

Sumber Daya Alam

- Minyak Bumi

- Gas Alam

- Pertambangan Umum

- Kehutanan

- Perikanan

B. Dana Alokasi Umum

l. Propinsi

2 Kabupaten

Dana Alokasi Kbusus

L Dana Reboisasi

2. Nondana Reboisasi

C .

21.183,1

93r0,7

3.2E5,3

4.664,8

1.360,5

tl.E72,4

6.030,6

3.807,6

967,l

833,8

233,4

60.516,7

6.051,7

54.465,0

70o,6

700,6

24.600,4

11,945,5

4.071,0

5.ffi9,5

2.205,0

12,654,9

5.784,6

4.77E,6

1.072,0

7E6,2

J1't i

69.114,1

6.911,4

62.2U,7

817,3

E17,3

l5,l

28,3

239

t l (

62,1

6,6

- 4,1

? { 5

10,8

0,0

14,2

142

142

16,7

16,7

JUMLAII E2.400,4 91.96E,E 18,9

Lampiran 6

56

Lanpiran 5

Lampiran 5(lanjutan)

NomorKodc

U r e i { n APBN 2OOI'PerubrhNn

APBN2002

% A thd.APBN-P

( l ) (2) (3 ) (4) ( 5 )

l l

I l . lt I 2t t , l

l l .4

t2t2.rl 3

16.3

164t 7l7 - lt72t 818.1t82

1 9

13.t132r3.3t4l4.r142t5l5. t152l616.1

t62

19.l192t937An.l202

Sektor Pendidikan, Kebudayasn Nasional, Pemudadan Olah RagaSubsektor PendidikanSubsektor Pendidikan Luar SekolahSubsektor Kebudayaan NasionalSubsektor Pemuda dan Olah RagaSektor Kependudukan dan KeluargaSubsekor Kependudukan dan KeluargaSektor Kesejaht€raan Sosisl, Kesehatan, danPemberda;raan PercmpuanSubseklor Kesej ahteraan SosialSubsektor KesehatanSubselctor Pemberdayaan PerempuanSektor Perumahon dan PermukimanSubselctor PerumahanSubsellor PermukimanSektor AgamaSubseKor Pelayanan Kehidupan BeragamaSubsektor Pembiniaan Pendidikan AgamaS€ktor Ilmu Pengetahuan dan TeknologiSubsektor Pelayanan dan Pemanfaatan IlmuPengetahuan dan TeknologiSubsektor Penelitian dan Pengembangan IlrnuPengetahuan dan TeknologiSubsektor Kelembagaan, Prasarana dan SaranaIlrnu Pengetahuan dan TeknologiSubsellor StatistikSektorHukumSubsektor Pembinaan Hukum NasionalSubsektor Pembinaan Aparatur HukumSektor Aparatur Negara dan PengawasanSubsektor Aparatur NegaraSubseKor Pendayagunaan Sistem dan PelaksanaanPengawasanSektor Politik Dalam Negeri, Hubungan LuarNegeri, Infonnasi dsn KomunikssiSubseldor Politik Dalam NegeriSubsektor Hubungan Luar NegeriSubseltor Informasi dan KomunikasiSektor Pertahanan dsn KeamananSubsellor PertahananSubsektor Keamanan

9.186,7E.E45J

259,6?o77 r l

257,7u7,7

3.940,8900,0

3.425,3t s 5

794,27,8

7861136,4

201I t6,0

590,9

23rl

2r22

78269,0

7'11 <

u!253,1463,84379

t < o

171,6l6J13,6

t4rJ1.8r4,51.065,8

8l8J

11.307,510.813,7

?41 5

59,1o t ' )

325,6

4.907,81.280,03,589,9

? 7 0

t.t36,2330,0846286,0q54 t 5

712,8

1E9,8

2769

t44,1rczp

545,6249

s2031.307,3125?,7

54,6

154,818,819J

l1633,917,32.895,1L4222

24,5lr')18J

1AA5

43,14.130,8

J \

- 31,098,5

-60,8

20,6

- 18,0

30J

84,347,896,6z0

105,7lEl ,9186,I

I10,8

- 9,Et { ?44,9

- t7,9t07,9171,6a9

23,1n,32XA4E9

184,126,3?63

J U M L A H 39.381,7 52.299,1 32,8

') Discsuciken dengan klasifikasi sehoral APBN 2002

Lqmpiran 5

Lampirarr S

PENGELUARAN PEMBANGTJNAN BERDASARKAN SEKTOR DAN SUBSEKTO&

APBN 2O()1 DAN APBN 2OO2(Dalam MiliarRupiah)

N o m o rKode

U r n i a nAPDN 2O{ )1 *Pe ruba h a n

APBN2002

% A Thd.APBN-P

( r ) (.2) (3 ) ( 4 ) ( 5 )

0202.102.202.30303.1032

0404.1

0606.1M.206.306.406.5

07w.l07.20808.1082

l 0

0909.1w.2

0 l0 1 . I

05

05.105,205.305405.5

l0.lt02

Sektor lndustriSubsektor IndustriSektor Pedanian. Kehutanarl. Kelautan dan PerikananSubsetrdor PefianianSubsektor KehutananSubsekror Kelautan dan PerikananSektor PelrgairanSubsektor Pengembangan dan Pengelolaan PengairanSubsektor Pengembangan dan Pengelolaan Sumber-sumber AirSektor Tenaga KerjaSubsektor Tenaga KerjaSektor Perdagangan, Pengembangan Usaha Nasional,Keuangan,dan KoperasiSubsektor Perdagangan Dalam NegeriSubsektor Perdagangan Luar NegeriSubscktor Pengembangan Usaha NasionalSubsektor KeuanganSubsektor Kopensi dan Usaln Milco, Kecil dan MenengahSektorTiansportasi,Meteorologi dan GeofisikaSubsektor Prasarana JalanSubsektor Tmnspoftasi DaratSubsektor Transportasi LautSubsektor Transportasi UdaraSubsektorMeteorologi, Geofisika, PencariandanPenyelamatanSektor Pertambangarl dan EnergiSubseklor PertambanganSubsektor EnergiS€ktor Pariwisata. Poc Telekomunikasi dan InformatikaSubseklor PariwisataSubsektor Pos,Telekomunikasi dan InfonnatikaSektor Pembangunan DaerahSubsektor Otonomi DaerahSubsektor Pengembangan Wilayah dan PemberdayaanMasyarakatSektor SumberDaya Alam dan Lingkungan Hidup,danTbta RuangSubseltor Sumber Daya Alam dan Lingkungan HidupSubsektor Tata Ruans dan Pertanahan

749,9749,9

2.479,7t.'703,6

t262f/lg,9

4.268,?2.135.8

,) t't? o

l2a,4t2Et

5.591,228,479526,?

5.287,6178,0

3.218,6t.933,72%,5ts42n0,7

16,52.410,5

382) 111 1

148,9'13,4

675,51.617,5

t.6r't )

464,2380983,3

1.813,1l .8 l3, l

3.708,62.564,2

191,5952,9

J.112,51.989,8

t;122,7167,6t67,6

921,0

150,549,952,0

616,07.809,84.1 16,IL169,39r3 2

|.379,5

231,'l3.778,1

4l , t3;t37,0

1.685,9ta,4

I {R',l 5

3.648,972,7

3.5762

652,14'149t783

141,8141,849,65q55t,'7465

- 13,0-6,8

- 19,230,s3qs

- 83,5852

113,586,9

-99,02%,1142,6|2,92984Lq) )

68,1

t.3M256,77,6

57,5125,1

3q5r14A

12s,6

tzL,t

40,6z4A

l l45

54

Lampiran 4

Lampiran 4 (rnjutan)

NomorKod.

U r a i r n APBN 2OOlTPerubrh.n

APBN2002

% A thd.APBN.P

( l ) (2\ (3) (4) ( 5 )

l t

I l . ln2l l 3l l 4t2tzll3

l3.lt32133l 414.l1421 515.r152l 6l6.l

162

t63

16.4t 7t7.lt72l818.1182

l9

l9.lt9219320m.ln2

SelilorPendidikan, Kebudalaon Nasional, Pemudadan Olah RagaSubsektor PendidikanSubsekor Pendidikan Luar SekolahSubsektor Kebudayaan NasionalSubseklor Pemuda dan Olah RagaSektor Kependudukan dln KeluarBsSubsehor Kependudukan dan KeluargaSektor Kcsej ahterasn Sosial, Kesehrtan' drtrP€mberdrlusn PercmpuanSubsektor K€sejahteraan SosialSubsektor KesehatanSubsel;tor Pemberdayaan PerempuanSeltor Perumrhan dan PermukimrnSubsektor PerumahanSubsekmr PermukimanSekaor AgrmaSubseldor Pelayanan Kehidupan BeragamaSubsektor Pembinaan Pendidikan AgamaS€ktor Ilmu Petrgctrhurn dan TekrologiSubsektor Pelayanan dan Pemanfaatan IlrnuPengetahuan dan TeknologiSubsektor Penelitian dan Pengernbangan IlrnuPengetahuan dan TeknologiSubseltor Kelembagaan, Prasarana dan SaranaILnu Pengetahuan dan TeloologiSubsektor StatistikSelitor HukumSubsekor Pembinaan Hukum NasionalSubsektor Pembinaan Apan$r HukumS€ktor Aprrraur l$cgara dan PengawasonSubsektor Aparatur NegaraSubsektor Pendayagunaan Sistem dan PelaksanaanPengawasanSektor Pottik Ddrn Negeri, Hubungatr LurrNegcri, Infornrsi drn KomuniklslSubsektor Politik Dalam NegoiSubsekor Hubungan Luar NegeriSubselrtor Informasi dan KomunikaslSehor PertshanrD den KermrnrnSubsektor PertahananSubsekor Keamanan

4.425,r35075

410,99tA153

665,36653

45,60,0345,6

1.739,23E5J

1.373,5594,4

23

370,0

56et652

r.3439t,t74s

t69,35.429,25.0553

3739

r.654J71,0

1.54t,64rJ

r4,sit1,39243,8sxTt

62?,2282

594p

4.s61,94.W,6

434,0vsw

692,66v2,6

1.392,2mp

Ltn2646,8

M,8

t73,71.533,61.33032o33

5.559,E5.145,6

4t42

2.523,E91,1

239t338,4

r537389.n4,85.49,1

333,463,5

*9_

47,70,1

475

- 46,4r252- \a 6

4,5

4A- 20,9-to {- IEJ

8,8

13,0

203

-5E,3{ l

14,1133Jt\ 1

2,4I,E

10,8

52,634<5 I-795,E6,849

3,1? 55 6

81,64,14 1

JUMLAII 232.796,1 19317 40'.9 - r6,E

53

') Dir6uNik![ dcngdl lCrsifibri s.ktor.l APBN 20@.

Lampiran 4

Lampiran 4

PENGELUARAN RUTIN BEBDASARKAN SEKTOR DAN SUBSEKTO&APBN 2OO1 DAN APBN 2OO2

@alam Miliar Rupiah)

NomorKode

U r f , i r nAPBN 2OOI')Pe rubohan

APBN2002

% ̂ Thd.APBN.P

( l ) (2) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 )

0 l01.102w.1u2242.30303.I032

0404.105

05.105205.305.405.50606.106206.306406.5

07n.r47208OE.I0820909.rw2

t 0

l0.lt02

Sektor IndustriSubsekor IndushiS€ktor Pertanian, Keh rtanan. Kelautan da n Perika nanSubsekor PertanianSubsektor KehutananSubseklor Kelautan dan PerikananSektor PetrgairanSubsektor Pengembangan dan Pengelolaan PengairanSubsektor Pengembangan dan Pengelolaan Sumber-sumber AirSektor Tbnaga KerjaSubsektor Tenaga Ke{aSektor Perdagangan, Pengembangan Usaha Nasional,Keuangan, dan KoperasiSubsehor Perdagangan Dalam NegeriSubsektor Perdagangian Luar NegeriSubsektor Pengembangan Usaha NasionalSubsektor KeuanganSubsehor Koperasi dan UsalB Miko, Ke6il dan MenengahS€ktor Trsosportasi, Meteorologi dan GeofisikaSubsektor Prasarana JalanSubsektor Transportasi DaratSubsektor Transportasi LautSubsekior Transportasi UdaJaSubselctor Meteorologi, Geofi sika, Pencarian danPenyelamatanSektor Pertambangan dan EnergiSubsektor PertambanganSubsektor EnergiSeldor Pariwisstr, Poc,Telekomunikasi dan InformatikaSubsektor PariwisaaSubsektor Pos, Telekomunikasi dan InformatikaSektor Pembangunan Ds€rahSubseklor Otonomi DaerahSubsektor Pengembangan Wilayah dan PemberdayaanMasyarakatS€ktor SumberDays Alam dan Lingkungan Hidup,dan Tbta RuangSubsektor Sumber Daya Alam dan Lingtr ngan HidupSubsektor Tata Ruang dan Pertanahan

482,91 ) <

4701

22,4) 1 4

11a a

? t 5 4

a4,4? ? 5

28,4n,6

0,8125,8125,8

199.3?9,88A

,0,:

199260,1q,7

403,2rE238,8

198,671q

1 1 1

345,2??5 i

o o

r03,2a261,061,4AA1

l5,l

492,2l3, l

479,1

24,524,5

t49,1nt2499,02E929,,628J

0,9r53,5153,5

156,5E5,Es d

773

r58455$43,7

43s,2l o I

a t 12t4l'te9

80,1323,03W213,8

r30,46)J

68251,9494

i a

8J- 6,4-7,83el26,447Al t,8

- 15,56J

- E3,4

9,4el9,81,8

17,613,74,24p

t t {

22,0z0

20,5l l 9

20,s7l7,94 07 {

8,0E,1

1,94E1,8

Lampiran i

Lampiran3

PEMRIMAAN DAN PENGELUARANREKENTNC DANA n{VESTASI (RDD, APBN 2001 DAN APBN 2002

(Dalan Miliar Rupiah)

U r a i a nAPBN20OIPerubahrn

APBN2002

vo L ahd,APBN.P

( 1 ) (2) (3) (4)

Penerimaan

I. Penerimaan Pinjaman RDIa. Pokokb. Bungac. Biaya Komitmen/denda

II. Penerimaan Pinjaman RekeningPemerintah Daerah (RPD)a. Pokokb. Bungac. Biaya Kom itnen/denda

III. Penarikan Ttnggakan Pinjaman DaerzhMelalui Pemotongatr DAU

fV. Penerimaan Pinjaman ,SaDs idiary LoanAgreemenl (SLL\a. Pokokb. Bungac. BiayaKomifinen/denda

Pengeluaran

I. Pengeluaran RDIa. Pemberian/pencairan Pinjaman RDIb. Pencairan Jasa Bank SLA

IL Pengeluaran RPD

A.

B.

7.291,6

766,6431,9333,6

1 ,1

159,41 ) 7

[7,519,6

250,0

6. rr5,64.026,92.074,0

t4,7

r.245F

r.173,71.081,7

E2,0

7l,E

6.333,1

r.482,11.148,0

333,r1,0

89,341,847,10,4

4.709,72.Wl,42.660,3

10,0

2.232,9

2,143,62.M8,8

94,E

89,3

- 13,1

93,3165,8- 0 ,1- l l ,8

- 44,088,1

-59,9- 98,1

-100,0

- 22,1- 4E,1283

-32,0

79,3

82,689,43,0

24,,4

Surplus disctor ke APBN 6.046,1 4.100,2 - 3212

Termosuk tambahan drri penuikan st s tunggakan pinjaman daerah melalui pemolongar DAU ssbcsrr Rp250,0 miliar.

Lampiran 2

I,ampiranz

RJNCIAN PEI\IERIMAAN BUKAN PAJAK APBN 2OO1 DAN APBN 2OO2

@alam Millar Rupiah)

U r a i r nAPBN2()OIPerubahan

APBN2002

% a thd.APBN.P

( l ) (2) (3) (4)

Penerimaan SDA

L Minyak Bumi

2. Gas Alam

3. Pertambangan Umum

i. Iural tetap

ii. Iuran Eksplorasi dan ekspoloitasi (Royalti)

4. Kehutanan

i. Iuran hak pengusahaan hutan (IHPH)

ii. Provisi sumber daya hutan (PSDH)

iii. Dana reboisasi

5. Perikanan

Bagian Laba BUMN

PIIBP lainnya

Rutin Luar Negeri

Penerimaan Pendidikan

Penerimaan Penjualan

Penerimaan Sewa dan Jasa

Penerimaan Kejaksaaan dan Peradilan

Penerimaan Kembali Pinjaman

Penerimaan Lainlain

Pengembalian PNBP Lainnya

B .

c.l .

2 .

3 .A

f , .

6.

7.

8 .

86.658,3

60.037,7

21.E47,0

1.627,1

19,4

1.60',7,7

3.000,6

4E,l

1.201,1

t.751,4

145,9

10.439,9

18.006,8

258,6

596,0

246,1

2.470,6a 1 A

6.046,1

9.4$,7- 676,6

63.195,4

44.013,3

14j24,3

1.340,0

46,7I tol 1

3.026,0

60,3

922,5

2.M3,2

29r,8

10.351,4

8.700,0

r73,4

1.505,2

877,9

1.971,3

20,0

4.100,2

0,0

- 27,1- 26,7-33 ,5

- 1'7,6

140,7- 19,6

O,E

2sA

16,7

100,0

' 51,7-32,9

152,6

256,7-20,2

- t0,6

-99,4

- 100,0

0,E

JUMLAII 115.105,082,246,8 - 2E,5

Lampiran I

Lsmpil8n I

RINCIAN PENERIMAAN PERPAJAKAN, APBN 2OT DAN APBN 2OO2

@alam Miliar Rupiah)

U r s i a n APBN 2OOIPerubahan

APBN2002

% a rhd.APBN-P

( 1 ) (2\ (3 ) ( 4 )

Pajak Dalam Negeri

L Pajak Penghasilan (PPh)l. PPh Migas

a. PPh Minyak Bumib. PPh Gas Alam

2. PPb Nonmigasa PPh Pasal2lb. PPh Pasal22

b,l. PPh Pasal22 Nonimporb.2. PPh Pasal 22 IrnporPPh Pasal 23PPh Pasal 25129d,l. PPh Pasal2529 Pribadid,2. PPh Pasal2529 BadanPPh Pasal26PPh Final dan Fiskal LuarNeeeri

lI Psjak Periambahan Nilai Barang dan Jasadan Pajak Penjualan atasBarang Mcwrh(PPN/PPnBM)

IIL Pajak Bumi dan Bangunan @BB) dan BcaPemlehan Hakatas Tanah dan Bf,ngunan(BPIITB)I. PBBE BPHTB

IV CukaiV Pajaklainnya

Pajrk Perdagengan IntertraslonrlI Ber Masuk

Il Pajak/pungutanElspor

d.

t.

l74.lEE,E92.767,223.071,0

8.s46,414.5245

69.696,215.747,0s.w0r.r9z84.79435 t ? { 1

29.579,E6793

28.900,5r.59E,l

I L654,0

ss,840,8

6.289,44.800,0tA89A

t7.62r,91.669,5

10.547,89.827..6

720,2

207.028,9

104,497,Zt5.681,9

4.%7,1r0.?148

88.815,319A5l,77,m51.995,15.%74

14.981,830.570,5

903,429.67,12.128,1

t3.720,7

70.099,8

8.t29,2s.n422205,0

22.352,9|.949,7

r2,s98,512.249,0

349,6

18,9

17,6- 32,0-4r9-262nAt ? <

32.96,6u5tw

33,O2J

1 1 1

25,S

293234481026,t16,8

19,424,6

- 51,5

JtMIfiI rt4.736"6 2t9.627,3 lE,9

bab Iv Anggaron Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2002

Pada tahun anggarsn2002 nasih diperlukanpenjadwalan kenbalipembayoron pokokutang luar nggerL

Sementara itu, dalam tahun anggaran 2002, obligasi pemerintah seriVR-0001 untuk program rekapitalisasi perbankan akan jatuh tempopada bulan Juli 2002 yang jumlahnya mencapai Rp3,9 triliun. Untukmembeli kembali obligasi tersebut dalam tahun anggaran 2002 pemerintahakan menerbi*an obligasi baru denganterms and conditrons yang berbed4yang sekaligus dimaksudkan untuk merangsang pasar sekunder obligasinegara sehingga dalam jangka panjang diharapkan obligasi dapat menjadialternatif pembiayaan pembangunan dan sebagai alat pengaturan kaspemerintah (cosft m andgement purposesJ serta mengurangi ketergantunganterhadap pembiayaan yang berasal dari luar negeri.

Peranan pembiayaan defisit yang b€rasal dari luar negeri dalam tahunanggaran 2002 diperkirakan akan sangat terbatas, mengingat tingginyakekurangpastian sumber pembiayaan. Dalam tahun anggaran 2002 jumlahpencairan pinjaman proyek diperkirakan mencapai Rp25,8 triliun.Pembiayaan dalam bentuk pinjaman proyek tersebut sebagian besar akanberasal dari Bank Dunia (World Bank), Bank Pembangunan Asia (lsranDevelopment Bank) dan Jepang (Japan Bank for InternationalCooperation). Sementara itu, kewaj iban pembayaran pokok atas pinj amanyang jatuh tempo pada tahun 2002 diperkirakan mencapai Rp43,9 triliun.Jumlah tersebut telah memperhitungkan penundaan cicilan pokok utangluar negeri yang jatuh tempo pada bulan Januari sampai dengan Maret2002 sesuai dengan Paris Club II, sebesar US$0,7 miliar. Mengacu padakondisi tersebut dalam tahun anggaran 2002 masih akan diupayakanpinjaman program melalui forum Consultative Group on Indonesia danpenjadwalan kembali pembayaran pokok utang luar negeri melalui forumPmis CIub IILDafi upayatetsebut diharapkan akan diperoleh pembiayaanluar negeri sebesar Rp36,7 triliun. Secara keseluruhan pembiayaan luarnegeri bersih dalam tahun anggaran 2002 diperkirakan sebesar Rpl8,6hiliun (l,l persen terhadap PDB).

ftbd lV4PEMBL{YAAN DEFISIT

APBN 2001 drn APBN 2002(Drhm Triliun Rupi.h)

7002Penye- 7o thdsuaian PDB

Peru-bahan

%drd APBNPDB

%thdPDB

I. Pcmbi.ymr Drlrtr N€g.riL Pcrba*an Dalam Neg€ri

2. Nonperbsnkan Doiam Ncgeri

lL Pc[biry.rr Lurr NegcrlI . Pinjamrn Proyek2- Pembavsrsr Pokok Uicnc

Lurr N;Fri (Arnortisasi)-

3. Pinjaman Program danPEnundsm Cicilan ulrns

34,1 2J 4447,6

34,4 2,3 36,6

10519,7

It,6 I,t25,8 1,5

3,00,5

0,7t 1

(1,3)

0,'l

zts- 1,4-

23,5 t,4

t9,9 1,123,8 1,6

Q|A (r,4)

16,3 I, l

0e,r)

10,6

(43,ei) 0,6)

36,7 22

54,1

4E

+) Tenn8suk penwd.an cicilan utrng Paris Club II sckitar US$0,7 milisr,

42,t 2,5

Bab IY Anggaran Pendapatan dan Belanja Negqra Tshun Anggaran 2002

Penerbitan obligasi baru tersebut juga dimaksudkan untuk mendorongperkembangan pasar obligasi negara di masa datang.

Program privatisasi akan tetap dilaqjutkan dalam tahun anggaran 2002 anwalain dengan mengembangkan berbagai metode privatisasi seperti penjualanstralegis (strategic sales) dan penawaran sah an.qdar;.a(initial public ofering).Optimalisasi pelaksanaan privatisasi akan didukung oleh langkah-langkah(a) peningkatan sosialisasi program privatisasi, @) peningkatan koordinasidengan departemen/instansi terkait, dan (c) mempelajari kemungkinanpenerapan berbagai altematif metode privatisasi. Beberapa BUMN yangdirencanakan akan diprivatisasi dalam tahun anggaran 2002 antara lainPT Angkasa Pura I, PT Atmindo, PT Cambrics himissim4 PT Cipta Niaga,PT Danareksq PT Indushi Gelas, PT Intirub, PT Perkebunan Nusantara MII,dan PT Tambang Timah Tbk. Dari privatisasi yang akan dilakukan terhadapberbagai BIJMN tersebut, diharapkan akan diperoleh dana tunai sebesar Rp6,5triliun (0,4 persen terhadap PDB). Dari jumlah tersebut sebagian diantaranyaakan digunakan untuk menutupi defisit pembiayaan anggaran sekitar Rp3,9triliun. Sedangkan Rp2,6 triliun akan digunakan untuk membeli kembaliobligasi pemerintah, dalam rangka mengurangi volume utang dalam negeripemerintah.

Sementara itu, pembiayaan dalam negeri yang bersumber dari penjualanaset program restrukturisasi perbankan diupayakan dapat memberikankontribusi dalam bentuk hrnai sebesar Rp35,3 triliun. Dari hasil penjualanaset dalam bentuk tunai tersebut, Rp 19,5 tri liun ( I,2 persen terhadap PDB)diantaranya digunakan untuk pembiayaan defisit anggaran dalam tahunanggaran 2002, sedangkan sisanya sebesar Rpl5,8 triliun akan digunakanuntuk membeli kembali obligasi pemerintah. Dana tersebut diharapkan akandiperoleh dari unit-unit penerirnaan yang ada di BPPN yang meliputi(i) ssset management iwestment (AMI) sebagai hasil dari setoran debiturdan hasil penyelesaian aktiva eks bank, asset management credit (AMC)yang merupakan hasil setoran pemegang saham, dan fir) bankrestructuringilr,7 (BRU) s€bagai hasil dari penyelesaian penyertaan di bank. Agardiperoleh hasil yang optimal, penjualan atas aset-aset akan diprioritaskanpada aset-aset yang sangat diminati oleh pasar dan tidak memilikimasalah hukum di belakangnya. Di samping itu, perkembangan dankecenderungan pasar dari industri aset yang akan dijual tersebut akan selaludimonitor dalam rangka menentukan waktu penjualan yang paling tepat.Pada tahun anggaran 2002 BPPN juga diharapkan dapat merestrukturisasiaset perbankan yang akan ditukar dengen obligasi rekap melalui programdssel bond swap. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi utangpemerintah, yang pada gilirannya akan mengurangi beban utang dalamnegeri di masa mondatang. Untuk tahun anggaran 2002 direncanakanakan dilakukan pertukaran aset dengan obligasi sebesar Rp7,5 hiliun.Di samping dimaksudkan untuk mengurangi beban bunga dan pokokobligasi yang timbul akibat rekapitalisasi, pertukaran aset ini jugadiharapkan dapat mempercepat proses pengalihan aset kembali ke sistemperbankan sehingga yield aset-aset produktif dan nilai investasi di bankmenjadi lebih meningkat.

Privalisasi BUMN tetup

dildnjulkan namun

dilaksanakan secdra

selektif

Kontribusi penjuslanasel program rcsbuk-turisasi perbankandalam pembiayaandelsit diperkral@n ngn-cqai Rpl9,5 triliun

47

Bab IV Anggoran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2002

Dana otonomi khusus

disediakon kh sus uhtuk

?topinsi Papua, sedaaE-kan dana penyeinbang

disediakon agar tidak

ada daerah yang

menerima DAU 2002

lebih kacil da DAU

2001 dttombah danakontinjensi.

Defisit APBN 2002drryrkirakan mencapdi2,5 persen lerhadapPDB.

Pemblayaan dari luarnegei tdhuh anggaran2002 digunakan untukmelengkapi sumber-sumber dalam negeri.

DANA OToNoMT KHUSUS DAN PENYEIMBANG

Dalam tahun anggaran 2002, selain dalam bentuk dana perimbangan, danayang dialokasikan ke daerahjuga dalam bentuk dana otonomi khusus dandana penyeimbang. Dana otonomi khusus disediakan khusus untuk PropinsiPapua, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentangOtonomi Khusus bagi Provinsi Papua, yaitu sebesar 2 persen dari jumlahdana alokasi umum (DAU). Sementara itu, dana penyeimbang disediakanagar DAU yang diterima daerah dalam tahun anggaran 2002 tidak lebihkecil dari DAU yang diterima dalam tahun anggaran 2001 ditambah dengandana kontinjensi. Adapun besarnya dana otonomi khusus adalah Rpl,4triliun, sedangkan dana penyeimbang adalah Rp2,0 triliun, dengan rincianRpl,2 triliun untuk propinsi dan sisanya Rp0,8 triliun untuk kabupaten/kota.

T(ESEIMBANGAN UMUM DAN DEFISIT APBN

Dalam rangka memelihara momentum dan kesinambungan proses pemulihaaekonomi yang tengah berlangsung; akan terus dilakukan langkahJangkahpeningkatan pendapatan negara dan pengendaliaa belanja negara. Upaya-upayatersebut akan direfleksikan dalam defisit APBN 2002 yang diperkirakanmencapai 2,5 persen terhadap PDB, yang beradi lebih kecil bila dibandingkandengan defisit tahun anggaran 2001 yang tuencapai sekitar 3,7 persen terhadapPDB. Defisit tersebut terj adi atas dasar perkiraan pendapatan negara dan hibahyang dapat dihimpun dalam APBN tahun anggaran 2002 mencapai Rp30l,9hiliun (sekitar 17,9 persen terhadap PDB), sedangkan belanja negara sebesarRp344,0 triliun (20,4 persen terhadap PDB).

PEMBIAYAAN DEFISIT ANGGAFT,AN

Dalam tahun anggaran 2002 sisi pembiayaan anggaran menghadapitantangan yang makin berat. Apabila pemerintah tidak mengambil langkahkebijakan, maka pembiayaan luar negeri bersih dalam tahun 2002diperkirakan akan negatifyang berarti total penarikan pinjaman luar negeri,tidak cukup untuk menutupi kebutuhan pembiayaan bagi pembayaran cicilanpokok utang luar negeri. Pembiayaan luar negeri bersih yang negatifmasihtetap tidak terelakkan, meskipun pada tahun 2002 pemerintah masih akanmemperoleh penjadwalan kembali (res cheduling) utangluar negeri melaluiforum Paris CIub lI atas kewajiban tahun 2002 sekitar US$0,7 miliar.Pembiayaan luar negeri bersih yang negatif ini akan mengurangikemarnpuan pembiayaan luar negeri untuk menutup defisit anggaran . Agarnegatifpembiayaan tidak terj adi, maka sebagai konsekuensinya pemerintahharus mengambil langkah dengan mencari pinjaman baru dan ataumengupayakan untuk melakukan rescheduling terhadap utang yangjatuhtempo. Di samping itu, sebagai konsekuensinya, pembiayaan anggaran yangbersumber dari dalam negeri, yaitu dari privatisasi dan penjualan asetprogfam reshukturisasi perbankan akan diupayakan secara optimal, Padatahun anggaran 2002 pemerintah juga merencanakan akan menerbitkanobligasi negara baru untuk menutup kebutuhan pembiayaan APBN.

46

Bab IV Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2002

anggaran 2001, dan sekaligus mereformulasi DAU yang akan digunakandalam perhitungan alokasi DAU dalam tahun anggaran 2002. Reformulasitersebut dilakukan mengingat dalam pelaksanaan alokasi DAU dalam tahunanggaran 2001 ditemukan beberapa kelemahan yang menyangkut masalahkeadilan horisontal dalam alokasi DAU antardaerah, utamanya bagi daerah-daerah yang mempunyai karakteristik hampir sama.

Perubahan yang mendasar dari konsep formulasi DAU dalam tahunanggaran 2002 dibandingkan dengan formulasi DAU dalam tahun anggaran2001 adalah penyempumaan beberapa variabel, baik variabel kebutuhanfiskal daerah (/iscal needs) maupun variabel potensi fiskal daerah (fiscalcapacity), danmodel perhitungan dari formulasi DAU yang ada dalam PPNomor 104 Tahun 2000, dengan tidak menyimpang dari ketentuan yangada dalam UU Nomor 25 Tahun 1999. Variabel kebutuhan fiskal daerahmeliputijumlah penduduk, luas wilayah, kepadatan penduduk, indeks hargabangunan, dan kesenjangan kemiskinar, (poverty gap). Sedangkan variabelpotensi fiskal daerah meliputi PDRB industri danjasa, serta bagi hasil SDA,PBB dan BPHTB, dan PPh orang pribadi.

Berdasarkan perkiraan sasaran penerimaan dalam negeri dalam tahunanggaran 2002 sebesar Rp301,9 triliun, dan dana bagi hasil, serta danareboisasi yang ada dalam dana alokasi khusus sebesar Rp25,4 triliun, makabesamya DAU yang akan ditransfer ke daerah dalam tahun anggaran 2002direncanakan mencapai Rp69,l hiliun atal 73,1 persen dari total danaperimbangan. Jumlah ini secara nominal naik 14,2 persen dari total DAUtahun 2001, sedangkan rasionya terhadap PDB tetap, yaitu 4,1 persen. Darijumlah tersebut, pemerintah propinsi akan memperoleh bagian l0 persenyang mencapai Rp6,9 triliun (0,4 persen terhadap PDB), sedangkanpemerintah kabupaten/kota akan mendapatkan alokasi 90 persen yangmencapai Rp62,2 triliun (3,7 persen terhadap PDB). DAU bagianpemerintah propinsi tersebut naik sekitar 13,1 persen dari alokasi DAUpropinsi tahun 2001, sedangkan alokasi DAU kabupatenikota mengalamipeningkatan 14,3 persen dari tahun 2001.

DANA ALoKASI KHUSUS

Dana alokasi khusus (DAK) disediakan kepada daerah untuk memenuhikebutuhan khusus. Ada tiga kriteria dari kebutuhan khusus seperti ditetapkandalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peftama, kebutuhanyang tidak dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus dana alokasirmum. Kedua, kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritasnasional. Keriga, kebutuhan untuk membiayai kegiatan reboisasi danpenghijauan oleh daerah penghasil. Dengan demikian DAK pada dasamyamerupakan transfer yang bersifat spesifik untuk tujuan-tujuan yang sudahdigariskan (s p e s if c gr ant).

Dalam tahun anggaran 2002, besamya DAK dianggarkan Rp0,8 triliun atau0,05 persen terhadap PDB, naik 14,3 persen dari alokasi DAK dalam tahunanggaran 200 I , yang seluruhnya akan digunakan untuk membiayai kogiatanreboisasi.

Forn asi DAU dalamtahun anggaran 2002merupakan penyempur-naan atas rariabelke but u han Jis ka I daerahdan varidbel polehsi

fiskal daerah, sertanodel perhitungan yangada dalam PP Nomor101 Tahun 2000.

Dana alokasi umxmlahun 2002 secaranomiha l na ik I4 ,2persen dari alok.lsilahun sebeltamnya.

DAK merupakan trans.

fer yang bersifats pe siJi li yang diberikankepada daerah xntukhetnenuhi kebutuhankhusus.

Dalam tahun anggaran2002, DAK dianggarkonRp0,8 triliun.

45

Bab IV Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2002

Alokasi dana bagi hasildalam tahun 2002 naik16,2 persen dari alo-kosinya dalam tahunanggaran 2001, akiba!nailottg bagi hasil p.liakbaik PPh perorangonmaupun PBB danBPIITB, serta bdgi hasilSDA gas alan dan

PertamoanSan umum.

Sesuai UU otonomikhusus untuk propinsi

NAD dan propinsi

Papua, alokasi bagi

haal SDA ninyak bumi

dan gar alam untukkedua propinsi lefiebut

dalam tahun anggaran

2002 akan ditambah

nas i ng- hur ing 5 5 petsen

dan 40 persen.

Alokasi DAU dalanlahun angEaraa 2002

diangga*an 25 persen

dari penerimaan dolam

negefi be$ih.

Alotusi DAU tliharap-

kan mampu berperan

untuk mengalatsi ke-

senjdngan horisontal

antardaerah

NANA BAGI HASIL

Dari keseluruhan alokasi dana perimbangan, transfer dana bagi hasil dalamtahun anggaran 2002 diperkirakan mencapai Rp24,6 hiliun, naik sekitar 16,2persen dari dana bagi hasil tahun 2001, sedangkan rasionya terhadap PDBnaikmenjadi 1,5 persen. Peningkatan t€rsebutterutama disebabkal oleh naiknyadana bagi hasil pajak sekitar 27,0 persen, yang bersumber dari kenaikan paj akpenghasilan (PPh) pasal 2l dan pasal 25129 orangpribadi 23,4 persen, pajakbumi dan bangunan @BB) 20,6 persen, serta bea perolehan hak atas tanah danbangunan (BPHTB) 57,1 persen. Demikian pu14 dana bagi hasil yang berasaldari sumber daya alam (SDA) gas alam dan pertambangan umum naik, masing-masing 26,3 persen dan 10,0 persen. Sebaliknya, alokasi dana bagi hasil bukanpajak yang berasal dari SDA minyak bumi turun 3,3 persen dari alokasinyadalam tahun 2001. Penurunan dana bagi hasil SDA ini terutarna disebabkanoleh lebih rendahnya perkiraan sasamn penerimaannya sejalan dengan asumsimenguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolarAmerika Serikat, lebih rendahlyaharga minyak mentah, dan menurunnya produksi(ffrhg) minyak menjadi 1,320juta barel per hari.

Sesuai dengan Undang-Undang Nornor 25 Tahun I 999 dan PP Nomor 104Tahun 2000, alokasi untuk daerah dari bagi hasil minyak bumi dan gasalam masing-masing ditetapkan 15 persen dan 30 persen dari penerimaannyasetelah dikurangi pajak. Namun, sejalan dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi ProvinsiDaerah IstimewaAceh sebagai ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam (NAD)dan Undang-Undang Nomor 2l Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagiProvinsi Papua, besamya alokasi dana bagi hasil dari minyak bumi dan gasalam untuk kedua propinsi tersebut masing-masing akan ditambah 5 5 persendan 40 persen sehingga masing-masing mencapai 70 persen dar ipenerimaannya setelah dikurangi pajak. Perimbangan bagi hasil ini akanberlaku selama I tahun untuk propinsi NAD dan 25 tahun untuk propinsiPapua sejak tahun 2002, selanjutnya pada tahun kesembilan bagi propinsiNAD dan tahun keduapuluhenam bagi propinsi Papua perimbangan tersebutakan berubah masing-masing menjadi 50 persen dari penerimaannya setelahdikurangi pajak.

DANA ALoKASI UMUM

Sesuai dengan Pasal 7 UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang PerimbanganKeuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, besarnya dana alokasiumum (DAU) ditetapkan sekurang-kurangnya 25 persen dari penerimaandalam negeri bersih, yaitu penerimaan dalam negeri setelah dikurangidengan dana bagi hasil dan DAK yang bersumbe' dari dana reboisasi,

Alokasi DAU diharapkan dapat menciptakan Irimerataan berdasarkanpertimbangan bahwa potensi fiskal dan kebutuhan dari masing-masingdaerah berbeda. Dengan kata lain, DAU berperan untuk mengatasikesenjangan horisontal (horizontal imbalance) antardaerah, Berkaitandengan itu, agar lebih mencerminkan azas keadilan dan pemerataan, dalamtahun anggaran 2002 dilakukan kaji ulang terhadap formula DAU tahun

44

Anggaran Pend.apatan dan Belanja Negarq Tshun

Tabel lv.3BELANJA NEGARA

APBN 2001 drn APBN 2002{Drl.rm Triliun Rupish)

2001UIatan y" thd

PDBP€au-ba}lan

Penye-sualan

%thd APBN 7o rldPDB PDB

L Belanja Pemcrintrh Pusat

a Belarja Rutinb- Belarja Pernbangnnar

II. Brl{njo Untuk Drcrrh

I. Danr Perimbangrn

a. Dana BagiH|si lb Dano AlokasiUmumc. Dana Alokasi Khusus

2. Dan{ Otonoml Khususddn P.nyelmbrrg

a Dana OtonoDi Khususb. DsnE Penyeimbsng

258,8 l7$ lE,4 2{6,1

5,65,6

212,1212,139,4

t2,4

t2,4

r{,6r 1.5' l l

5,E

5'6

l5,E 193,82,7 52,3

5,6 97,9

5,6 94,5

213 ,4 14 ,545,4 3,1

E1,58I,520,3 1,4 21,2 1,4 24,6 1,560,5 4,1 60,5 4,1 69,1 4,10,7 0,05 0,1 0,05 0,8 0,05

3,4 03r,4 0,12,0 0,1

340J 2t,2 354,5 24,0 344,0 20,t

EELANJA UNTUK DAERAH

AnggEran belanja yang diperuntukkan bagi daerah dalam ApBN 2002berjumlah Rp97,9 triliun atau 5,8 persen rerhadap pDB. Berbeda dengantahun.2001, alokasi anggaran untuk daerah ini. selain mencakup dinaperimbanganjuga meliputi dana otonomi klrusus dan penyeimbang.

DANAPERTMBANGAN

Dalam upaya mengurangi atau memperkecil kesenjangan fiskal antardaerahyang selama ini masih terjadi, dalam tahun anggaran 2002 dilakukan

Dana perimbangandalam tahun 2002secqrs nominal noik14,7 penen dorialokotitya dalam tahunanggoran 200 L

.43

Bab IV Anggaran Pendapalan ddn Belanjq Negara Tahun Anggaran 2002

Progrum utams dalomseldor pendidilan dda-Iah percepatqa penun-tasan program wajibbe loj a' pediditan das artenbilan talwn

Pembangunan kzse-hslen dip oritaskanrnttk neningkalkanmutu dan jangkauanpelayanan kesehatanfust dan rujulean.

Pembangunan honkamdiarahlan untuk meng-stasi gqngguan l@mtib-nat dan kaudagri olehPolri, don rpaye newjoga keunhan *ileyahNegara Kesatuan k-publik lndotEsta.

Program utama bidang pendidikan dalam upaya peningkatan kualitassumber daya manusia adalah mempercepat penuntasan Wajib BelajarPendidikan Dasar Sembilan Tahun (Wajar Dikdas), dengan sasaran untuktahun anggaran 2002 antara lain tercapainya angka partisipasi kasar (APK)SD-MI mencapai I 18,6 persen, dan SLTP-MTs 74,3 persen. Pada dasarnyaada dua prasyarat pokok untuk mencapai sasaran dimaksud, yaituf, peningkatan daya tampung sekolah, dan (ii) penyediaan bantuan biayapendidikan kepada peserta didik, terutama yang kurang mampu. Dayatampung sekolah akan diupayakan melalui pembangunan-qnit sekolah baru(USB) dan ruang kelas baru (RKB) secara realistis di daerah-daerah dimanamasih banyak anak usia 7-15 tahun yang belum tertampung di sekolah(SD, MI, SLTP dan MTs) yang dilengkapi dengan sarana dan prasaranabelajar, seraya meningkatkan mutu pendidikan.

Sementara bantuan biaya pendidikan akan diupayakan dengan pengalokasiananggaran pembangunan untuk fal melanjutkan program beasiswa bagi anak-anak dari keluarga tidak marnpu, termasuk upaya beasiswa untuk menarikanak usiajenjang pendidikan dasar yang masih berada di luar sistem sekolahakibat faktor kemiskinan, dan @,) memberikan dana perbantuan dalam bentukhibah (block grant)yang ditujukan untuk peningkatan mutu pendidikan jenjangpendidikan dasar dan prasekolah, yang pelaksanaannya diutamakan dalambenhrk imbal swadaya.

Sementara itu, di bidang kesehatan, prioritas alokasi pengeluaranpembangunan akan ditujukan antara lain untuk meningkatkan mutu danjangkauan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, terutama bagi pendudukmiskin, yang didukung pula oleh peningkatan kualitas sumber daya manusiakesehatan dan manajemen pembangunan kesehatan. Di bidangkesejahteraan sosial, program pokok tahun anggaran 2002 adalahmeningkatkan dan memperluas pelayanan kesejahteraan sosial, terutamabagi pendudukmiskin, anak terlantar, anakjalanan, lanjut usia, penyandangcacat, tuna sosial, serta korban bencana alam dan kerusuhan.

Di bidang keamanan dan penegakan hukum, alokasi pengeluaranpembangunan akan diprioritaskan terutama untuk mengatasi gangguankeamanan dan ketertlban masyarakat (kamtibmas), serta penangananmasalah keamanan dalam negeri (kamdagri) oleh Polri dengan didukungoleh TNI, dengan melaksanakan boberapa kegiatan seperti penyelenggaraanop€rasi kamtibmas, kamdagri dan ponegakan hukum, pengembangan kekuatandan kemampuan Polri, serta penyusunan/penyempurnaan peraturanperundangan yang mengatur keterlibatan TNI dalam menangani masalahkandagri.

Di bidang pertahanan, prioritas alokasi pengeluaran pembangunan akandiutamakan untuk meningkatkan profesionalisme TNI dan kemampuanoperasi alutsista (alat utama sistem senjata) dalam upaya mencegahdisintegrasi nasional dan menjaga keutuhan wilayah negara kesatuanRepublik Indonesia, serta membantu Polri dalam menciptakan stabilitasdalam negeri.

Di bidang pembangunan hukum, alokasi pongoluaran p€mbangunan akandiprioritaskan terutama untuk melakukan penyempumaan dan pembentukan

42

Bab IV Anggaran Pendapatan dan Belanja Negqra Tahun Anggaran 2002

keuangan, politik dan hubungan luar negeri, serta pertahanan dan keamanan.Di samping itu, anggaran tersebut juga dialokasikan untuk pemerataanpernbangunan antardaerah melalui pelaksanaan dekonsentrasi dan tugaspembantuan, khususnya dalam penyediaan polayanan kebutuhan dasarmasyarakat.

Dalam tahun anggaran 2002, prioritas alokasi pengeluaran pembangunanpemerintah pusat akan lebih diarahkan terutama untuk mendukung upayapenciptaan lapangan ketja, peningkatan kualitas sumber daya manusia(SDM), peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta penyediaan pelayanankebutuhan dasar manusia yang lebih baik dan merata.

Ponoiptaan lapangan ker ja dan penurunan t ingkat kemiskinanpada dasarnya sangat tergantung pada pemul ihan ekonomi yangdicerminkan oleh meningkahrya kegiatan ekonomi masyarakat. Meskipundemikian, intervensi langsung melalui anggaran pemerintah, sekalipunterbatas masih sangat dibutuhkan. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah dengan mengefektilkan alokasi dana yang tersedia untukmendorong kegiatan penciptaan lapangan kerja dan penanggulangankemiskinan, serta mendorong kegiatan usaha produktif masyarakat.Dalam kaitan ini, fokus pengeluaran pembangunan akan lebih diarahkanpada sektor :.1. Pertanian, kehutanan dan porikanan, yang lebih diarahkan pada

(y' pemberdayaan petani dan masyarakat perdesaan dengan memberikanbantuan modal untuk penyediaan bibit, pupuk dan obat-obatan,pemberantasan hama dan penyakit, perbaikan pemasaran, sertaperbaikan pelayanan penyuluhan dan informasi; (iy' mendukungpeningkatan ketahanan pangan dan perbaikan gizi, pengembanganpetemakan dalam rangka peningkatan gizi, pengembangan perkebunanrakyat yang berorientasi ekspor, serta pembangunan perikanan dankelautan dalam rangka meningka*an potensi ekonomi d idalamnya, danpemanfaatan sumber daya wilayah pesisir, kelautan, pulau-pulau kecildan perikanan secara optimal dan berkelanjutan.Pengairan, untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana yangtelah dibangun melalui kegiatan pemeliharaan dan rehab ilitasi j aringanirigasi/rawaprimer, sekunderdan waduk, pengembanganjaringn irigasiprimer dan sekunder, prasarana pengendalian banjir, dan pengamananpantai, serta pengelolaan sumber-sumber alr.Perhubungan, dengan arah kegiatan pemeliharaan, pembangunandan pengembangan aksesibi l i tas, serta pelayanan jar inganperhubungan dalam rangka meningkatkan mobilitas barang danorang.Keuangan dan koperasi, dalam rangka pengembangan usahaskala mikro, kecil, menengah, dan koperasi, melalui penciptaaniklim usaha yang kondusif, poningkatan akses kepada sumberdaya produkt i f , serta pongembangan kewirausahaan danpengusaha keoil, monengah, dan koperasi (PKMK) berkeunggulankompotitif.

P ioritas al okosi belanjopembangunan akan

dtarahkan pada pen-

ciptaan lapangan kerja,

pentngkalan kualitds

SDM, seta peh]/ediaan

pelayanan kebutuhon

dqsqi

Pembangunen perts-niqn diarahkan padapenihgkdan ketahananpangan dan pefioikongizi, pengembanganperkzbwtan mSnt yangbercrientdsi ekspor,serla pembangunanp e r i kanan da n ke I ax t an.

Satarun ulsna Wmba-ngwon pngaban adalalttnanwrlahanl't r tlhgkal

Flapnw prasarana

Sasaran pembangunanperhubungan adalahme h i ngkal kon m o b i I it asbarang dan orang.

Sasaran pembangurankeuangan dan l@perasiedalah pengembanganusalu slala nilao, l@cilnenengah dan knperc$.

Pembiayaan luar negeri bersih sebesar Rp 18.633.700.000.000'00terdiri atas :

a. Penarikan pinjaman luar negeri bruto- Penarikan pinjaman proyek- Penarikan pinjaman program dan

penundaan cicilan utang luar negeri

Dikurangi dengan :

b. Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri

(dalam rupiah)

62.600.500.000.000,002s.830,000.000.000,00

36.770.500.000.000,00

43.966.800.000.000,00

Pasal 11

Cukup jelas

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pnsal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Pasal-pasal Indische Comptahilileitsnlel yang dinyatakan tidak berlaku adalah :

1. Pasal 2 Ayat (l) tentang susunan anggaran yang terdiri dari belanja pegawai,belanja barang, dan belanja modal;

2. Pasal 2 Ayat (3) tentang kewenangan Gubernur Jenderal menetapkan perincianlebih lanj ut pos; dan

3. Pasal 72 yang mengatur bahwa pengajuan Perhitungan Alggaran Negara(PAN) kepada Dewan Perwakilan Rakyat paling lambat I5 (lima belas) bulansetelah tahun anggatan yang bersangkutan berakhir-

Pasal 17

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4149

80

0890 Pendapatan lain-lain 49.688.31 1.000,000891 Penerimaan kembali persekot/uang muka gaji 755.000.000,00892 Penerimaan denda keterlambata.n penyelesaian

pekerjaan 3.917.000.000,000893 Penerimaan kembali/ganti rugi atas kerugian yang

diderita oleh negara 2.284.801.000,000899 Pendapatan anggaran lainnya 42.731.510.000,00

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Cukup jelas

Pasal l0

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)

Pembiayaan dalam negeri sebesar Rp 23.500.279.000.000,00terdiri atas :

(dalam rupiah)

a. Privatisasi

b. Penjualan aset program restrukturisasiperbankan

c. Obligasi negara (neto)- Penerbitan obligasi negaraDikurangi dengan :- Pelunasan obiigasi negara

3.952.179.000.000,00

19.548,600.000.000,00

0,003.930.5CC.000.000,00

3.930.500.000.000,00

79

Lampiran 8

0558 Pendapatan biaya pengulusan piutaug ncgaradan lelang negar.a

0559 Pendapatan jasa lainnya

0570 Pendapatan ruliu dari luar negeri

0571 Pendapatan dari penberian surat perjalanan

Republ ik lndonesia

0572 Pendapatan darijasa pengurusan clokumenkonsuler

0610 Pendapatan kejaksaan dan peradilan

0611 Legalisasi tanda tangan

0612 Pengesahau surat di bawah tangan0613 Uang meja (leges) dan upah pada panitcra

badan pengadilan

0614 Hasil denda,/denda tilang dan sebagainya061 5 Ongkos perkara

0619 Penerimaan kejaksaan dan peradilan lainnya0710 Pendapatan pendidikan

071 I Uang peudidikan

0712 Uang ujian masuk, kenaikan tingkat, dan akhirpendidikan

0713 Uang ujian untuk menjalankan praktik

0719 Pendapatan pendidikan lainnya0840 Pendapatan pelunasan piutang

Penerimaan lain-lain

C8l0 Pendapatan dari penerimaan kembali belanja tahun

anggaran berjalan

08l l Penerimaan kembali belanja pegawai pusat08 14 Penerimaan kembali belanja rutin lainnya0815 Penerimaan kembali belanja pembangunan

rupiah lainnya

0820 Pendapatan dari penerimaan kernbali belanja tahun

anggaran yang lalu

0821 Penerimaan kembali belanja pegawai pusat0823 Penerimaan kernbali belanja pensiun0824 Penerimaan kembali belanja rutin lainnya0825 Penerimaan kernbali belanja pembangunan

rupiah lainnya

80.000,000.000,00r 36. 100.800.000,00

r 73.392.345.000,00

23.192.345 000,00

149.600.000.000,00

20.03 3.000,000,00100.000.000,0050.000.000,00

L068.000.000,0010.000.000.000,008.03 0,000.000,00

785.000.000,00L505.1 87.344.000,001.24 r .561 .969,000,00

4.4?l .57 5 .000,002.417 .450.000,00

256.720.350.000,004. r 00.200.000.000,00

51.979.3r 1.000,00

I .365.3 00.000,00L051 .200.000,00

27.500.000,00

286.600.000,00

925.700.000,007l I .500.000,00

7.600.000,005l.s00.000,00

15s.100.000,00

0516 Penjualan informasi, penerbitan, film, dan hasil

cetakan lainnYa

0517 Penj ualan dokurnetl-dokumen pelelangan

0519 Penjualan lainnYa

0520 Penjualan aset

0521 Penjualan lumah, gedung, banguuan, dan tanah

0522 Penjualan kendaraau bermotor

0523 Pcnjualan sewa beli

0529 Penjualan aset lainnya yang berlebih/rusak/

dihaPuskan

0530 Pendapalan sewa

053 I Sewa rumah dinas, ruurah negeri

0532 Selva gedung, bangunan, gudaug

0533 Sewa benda-betrda bergerak

0539 Sewa benda-benda tak bergerak lainr.rya

0540 Pendapatan jasa I

0541 Pendapatan rumah sakit dan instansi kesehatan

lainnya

0542 Pendapatan tempat hiburan/taman/musetlm

0543 Pendapatan surat keterargan, visa/paspor dan

SIM/SINK/BPKB

0545 Perrdapatan hak dan pcr i j inan

0546 Pendapatan sensor/karantina/pengawasan/

pemcriksaan

0547 Pendapatan j asa tenaga,jasa pekerjaan,

jasa itrtbrmasi, jasa pclatihan dan.iasa teknologi

0548 Pendapatan jasa Kautor Ulusan Agalna

0549 Pendapatan jasa bandar udala, kepelabuhanan,

da,r renavigasian

05 50 Pendapalan jasa II

0551 Pendapatanjasa lembaga keuangan (asa giro)

0552 Pendapatan jasa pcnyelenggaraatl telekomunikasi

0553 I'endapatan iuran lelang untuk fakir miskin

0555 Pendapatan biaya penagihan pajak-pajak

negara dengan sutat Paksa0556 Pendapatan uang pewarganegaraan

0557 Pendapatan bea lelang

1 .672.400,000,00L399.350.000,008.128. 100.000,00

24.346.61 1.000,00l 10.500.000,00

t .264 .7 89 .000 ,0022,000.000.000,00

97r322.000,00

1 0.640.664.000,002.756.5 86.000,005 .5 10 .178 .000 ,00

428.000.000,00l .945,900.000,00

t.468.622.725.000,00

54.034.766.000,00I .5 53.785.000,00

3 67,974.500.000,00583.r 17.900.000,00

6.702.692.000,00

33 I .681 .782,000,0065.000.000,000,00

5it .5 57.300.000,00

492.049.000.000,002'.7 .920.288.000,00

140.000.000,000,003.500.000,000,0c

2.505.000.000,002.022.912.000,00

l 00.000.000.000,00

71

La ryiran E

Ayat (3)Bagian Pemerintah atas laba badan usaha milik negara (Bulttr{) dihituryberdasarkan 50 % (lima puluh persen) dari keuntungan bersih BUMN setelahdikenakan pajak, termasuk Pertamina.

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (s)

Penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp 82.246.842.000,000,00terdiri atas :

(dalam rupiah)

63. 19s.4s0.000.000,0044.01 3.330.000.000,0044.01 3.330.000.000,00

14.524.320.000.000,0014.524.320.000.000,001.340.000.000.000,00

46.700.000.000,001.293.300.000.000,00

3.026.000.000.000,002.043.200.000.000,00

922.500.000.000,0060.300.000.000,00

291.800.000.000,00291.800.000.000,00

10.351.392.000.000,00I 0.35 1.392.000.000,00

6.700.000.000.000,00E53.549.000.000,00

1.396.300.000,009.1 13.300.000,00

827.459.375.000,00

4.010.000.000,00370.17s.000,00

a, Penerimaan sumber daya alam

03l0 Pendapatan minyak bumi031 I Pendapatan minyak bumi

0320 Pendapatan gas alam0321 Pendapatan gas alam

0330 Pendapatan peftambangan umum0331 Pendapatan iuran tetap0332 Pendapatan royalti

0340 Pendapatan kehutanan0341 Pendapatan dana reboisasi0342 Pendapatan provisi sumber daya hutan0343 Pendapatan iuran hak pengusahaan hutan

0350 Pendapatan perikanan

035 I Pendapatan perikanan

Bagian pemerintah atas laba badan usaha milik negara

0410 Bagian pemerintah atas laba BUMN

Penerimaan negara bukan pajak lainnya

0510 Penjualan hasil produksi, sitaan051 1 Penjualan hasil pertanian, kehutanan dan

perKeounanPenjualan hasil peternakan dan perikananPenjualan hasil tambangPenjualan hasil sitaan/rampasan dan hartapeninggalanPenjualan obat-obatan dan hasil farmasi lainnya

051205130514

0515

,76

Lampiran E

Ayat (3)

Cukup j elas

Ayat (4)

Penerimaan perpajakan sebesar Rp 2f 9,627.480,000.000,00yang terdiri atas :

a. Pajak dalam negeri

0l l0 Pajak penghasilan (PPh) Nonmigas0l l1 PPh Pasal 2l0l 12 PPh Pasal 22 Nonimpor0l 13 PPh Pasal 2?Impor0l 14 PPh Pasal 230l l5 PPh Pasal25/29 Orang Pribadi0l 16 PPh Pasal 25/29 Badan0l 17 PPh Pasal 260l l8 PPh Final dan Fiskal Luar Negeri

0120 PPh Minyak Bumi dan Gas Alam0121 PPh minyak bumr0122 PPh gas alam

0130 Pajak peftambahan nilai barang danjasa dan pajakpenjualan atas barang mewah (PPN dan PPnBM)

0140 Pajak bumi dan bangunan (PBB)

0150 Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

(BPFITB)

0160 Pendapatan cukai

0170 Pendapatan atas pajak lainnya

b, Pajak perdaganganint€rnasional

0210 Pendapatan bea masuk

0220 Pendapatan pajak/pungutan ekspor

Pasal 5

Ayat (i)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

(dalam rupiah)

207.028.880.000.000,00'8ri.8

l s.340.000.000,0019.45 1.700.000.000,001.995,100.000.000,005.967.400.000.000,00

14.981.800.000.000,00903.400.000.000,00

29.667. I 00.000.000,002.128.100.000.000,00

r 3.720.740.000.000,00

1 5.68 1.900.000.000,004.967.100.000.000,00

10.7 1 4.800.000.000,00

70.099.820.000.000,00

5.924.200.000.000,00

2.205.000.000.000,00

22.352.880.000.000,00

1.949,740.000.000,00

12.598.600.000.000,00

1 2.249.000.000.000,00

349.600.000.000,00

Lampiran 8

f. bahwa dalam rangka pemantapan kebijakan desentralisasi fiskal, perlu didukungoleh adanya kepastian sistem pembiayaan daerah yang adil, proporsional, rasional,transparan, partisipatii dan bertanggung jawab (accountable).

II, PASAL DEMI PASAL

Pasal ICukup jelas

Pasal 2Cukup jelas

Pasal 3

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Mengingat perencanaan penerimaan hibah belum dapat dipastikan besaranjumlahnya, dalam APBN Tahun Anggaran 2002 perenganaan hibah ditetapkansebesar Rp 0,00 (nihil).

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 4

Ayat (l)

Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

74

Lampiran 8

kebijakan fiskal yang sehat, rasio pembiayaan defisit anggaran tcrhadap PDBdirencanakan lebih rendah dibanding dengan rasio defisit anggaran terhadap PDBdalam tahun anggaran sebelumnya. Di sisi pembiayaan dalam negeri, kebijakan yangakan ditempuh dalam Tahun Anggaran 2002 meliputi antara lain pelaksauaanprivatisasi BUMN secara selektif, dihindarinya penggunaan sisa lebih pembiayaananggaran (SILPA) yang dapat mengganggu kestabilan makro ekonomi, danpenerbitan obligasi negara. Sedangkan di sisi pembiayaan luar negeri kebijakandiutamakan pada pemanfaatan secara optimal pinjaman luar negeri yang telahdisepakati dengan pernberi pinjaman, melalui percepatan pencairan komitmen-komitmen pinj aman yang telah disepakati dengan lembaga./negara-negara pemberipinjaman. Sesuai dengan arah kebijakan yang digariskan dalam GBHN Tahun1999 - 2004, penggunaan pinjaman luar ncgeri dilaksanakan secara optimal gunamembiayai kegiatan ekonomi yang produktif, yaitu untuk membiayai proyek-proyekpembangunan yang memiliki prioritas tinggi dan mendukung upaya pemulihanekonomi, yang dilaksanakan secara transparan, efektifdan efisien.

Sejalan dengan upaya meningkatkan keterliban dalam pengelolaan anggaran negara,pengawasan terhadap pengelolaan anggaran negara terus ditingkatkan, melaluipeningkatan transparansi dan disiplin anggaran.

Selanjutnya, dalam rangka kesinambungan kegiatan pembangunan, sisa keditanggaran proyek-proyek yang masih diperlukan untuk penyelesaian proyek dalamTahun Anggaran 2002 dipindahkan menjadi kredit anggaran Tahun Anggaran 2003.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka Anggaran Pendapatan danBelanja Negara Tahun Anggaran 2002 disusun berdasarkan asumsi sebagai berikut :

a. bahwa keadaan ekonomi global diperkirakan mengalami pertumbuhan yangmelambat,

b. bahwa situasi politik, sosial, dan keamanan yang semakin kondusif dalam prosespemulihan ekonomi Indonesia dalam Tahun Anggaran 2002 diperkirakan dapatmengalami pertumbuhan yang positif,

c. bahwa harga minyak bumi di pasar intemasional menunjukkan perkembanganyang cukup baik,

d. bahwa untuk menciptakan kebijakan fiskal yang sehat dan berkesinambungan,sekaligus menjaga kemantapan dan kestabilan pendapatan negara, pengerahan danpenggalian sumber-sumber penerimaan perpajakaa, perlu terus ditingkatkan,

e. bahwa untuk memelihara kestabilan moneter, perlu didukung tersedianya barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari yang cukup dan tersebar secara merata, sertadengan harga yang stabil dan terjangkau oleh rakyat banyak,

3. Pembangunan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, melalui kegiatan yangmendukung peningkatan ketahanan pangan dan perbaikan gizi, peningkatankesejahteraan petani dan perbaikan kehidupan perdesaal, pengembanganpetemakan dalam rangka peningkatan gizi, pengembangan perkebunan rakyatyang berorientasi ekspor, serta pembangunan perikanan dan kelautan dalamrangka meningkatkan potensi ekonomi didalamnya, dan pemanfaatan sumber dayawilayah pesisir, kelautan, pulau-pulau kecil, dan perikanan secara optimal danberkelanjutan.

4. Pengembangan usaha skala miko, kecil, menengah, dan koperasi (PKMK),melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, peningkatan akses kepada sumberdaya produktif, serla pengembangan kewirausahaan dan pKMK memilikikeunggulan kompetitif.

5. Pembangunan sektor perhubungan, dengan arah kegiatan pemeliharaan,pembangunan dan pengembangan aksesibilitas, serta pelayanan jaringanperhubungan dalam rangka untuk meningkatkan mobilitas barang dan orang.

6. Pcmbangunan penegakan hukum, keamanan, dan ketertiban masyarakat yangakan diarahkan untuk menanggulangi gangguan Keamanan dan KetertibanMasyarakat (Kamtibmas) melalui peningkatan kekuatan, serta kemamDuanKepolisian Republik Indonesia (POLRI) dan aparat penegak hukum lairuryadengan melaksanakan beberapa kegiatan seperti penyelenggaraan operasipenegakan hukum dan Kamtibmas.

7. Peningkatan pertahanan, melalui kegiatan meningkatkan profesionalisme TentmaNasional Indonesia (TNI) dan kemampuan operasi, dalam upaya mencegahdisintegrasi nasional dan menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKPJ), dan membantu Kepolisian Republik Indonesia (pOLRI) dalammcnciptakan stabiliLas dalam negeri.

8. Penguatan politik luar negeri dan diplomasi, yang ditujukan untuk memulihkancitra Republik Indonesia di dunia internasional, dalam rangka mendukungpcmulihan ekonomi nasional.

Sesuai dengan yang digariskan dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, besamya danaalokasi umum (DAU) ditetapkan sekurang-kurangnya 25 persen dari penerimaandalam negeri bersih. Selanjutnya, sebagai perwujudan azas keadilan dan pemerataan,dilakukan kaji ulang terhadap DAU Tahun Anggaran 2001 dan sekaligusmereformulasi DAU yang akan digunakan dalam perhitungan alokasi DAU TahunAnggaran 2002, sehingga dapat mengurangi kesenjangan fiskal antardaerah.

Lebih rendahnya perkiraan pendapatan negara dan hibah dibanding dengan perkiraankebutuhan belanja negara, mengakibatkan terjadinya defisit anggaran dalam ApBNTahun Anggaran 2002. Untuk itu, diperlukan pembiayaan, baik yang berasal daridalam negeri maupun luar negeri. Namun, sejalan dengan upaya menciptakan

Lampiran I

bersangkutan. Klusus unflrk PNBP yang berasal dari bagian Pemerintah atas labaPertamina, pada tahun 2002 juga direncanakan mengalami perubahan yang cukupberarti, yaitu dari l0% (sepuluh persen) menjadi 50% (lima puluh persen) darikeuntungan bersih Pertamina.

Di bidang belanj a negara, kebijakan alokasi anggaran belanja negara diaralrkan untukmendukung pelaksanaan desentralisasi fiskal, percepatan restrukturisasi perbankan,penyediaan subsidi yang tepat sasaran dal berkaitan langsung dengan masyarakatIuas, serta pelaksanaan progrcm-program sosial lainnya yang diprioritaskan bagipemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin.

Di sisi pengeluaran rutin, efisiensi dalam pengalokasian anggaran belanja tersebutterus ditingkatkarL tanpa mengabaikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan danupaya peningkatan kualitas pelayanan aparatur pemerintah kepada .masyarakat.Selain itu, dalam rangka mengurangi beban subsidi BBM dalam Tahun Anggaran2002 harga BBM dalam negeri akan dinaikkan, yang diiringi dengan peningkatanefisiensi Pertamina serta langkah-langkah yang tegas dalam pemberantasanpenyelundupan BBM.

Di sisi pengeluaran pembangturan, dalam Tahun Anggaran 2002 pengeluaranpembangunan hanya terdiri dari pengeluaran pembalgunan yang dikelola PemerintahPusat, yang meliputi anggaran pembangunan departemen/lembaga pemerintahnondepartemen (LPND) dan lain-lain pengeluaran pembangunan. Dalam situasiterbatasnya kemampuan penyediaan anggaran belanja pembangunan, pemanfaatanpengeluaran pembangunan dalam Tahun Anggaran 2002 diarahkan untuk membiayaipembangunan proyek-proyek yang bersifat cepat menghasilkan (quick yielding) danmenyentuh kepentingan masyarakat luas.

Selaras dengan arah kebijakan yang digariskan dalam Rencana PembangunanTahunan (Repeta) Tahun 2002, prioritas anggaran belanja pembangunan dalamTahun Anggaran 2002 akan dititikberatkan pada :

1. Pembangunan sektor pendidikan, yang lebih difokuskan pada peningkatan angkapartisipasi pendidikaa dasar melalui penuntasan program wajib belajar pendidikandasar 9 (sembilan) tahun dan peningkatan mutu pendidikan.

2. Pembangunan sektor kesehatan dan kesejahteraan sosial, yang akan diarahkanuntuk peningkatan mutu dan jangkauan pelaksanaan pelayanan kesehatan dasar- dan rujukan seluruh penduduk, tenrtama bagi penduduk miskin, serta peningkatandan perluasan pelayanan kesejahteraan sosial terutama bagi penduduk miskin,anak terlantar, lanjut usia, penyandang cacat, tuna sosial, kofban bencana alamdan para pengungsi korban kerusuhan sosial di berbagai wilayah termasukpemukimarurya kembali, serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan bagiPegawai Negeri Sipil, Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Republik Indonesiadan pensiunan.

7 l

Lampiran 8

sosial di beberapa daerah, juga merupakan salah satu faktor penghambat upayapercepatan proses pemulihan ekonomi.

Membaiknya beberapa indikator ekonomi dan semakin kondusifnya situasi politik,sosial dan keamanan di dalam negeri dalam semester II Tahun Anggaran 2001, sertaberbagai langkah kebijakan yang telah dan akan ditempuh, diharapkan akanmemberikan pengaruh positif terhadap perkembangan ekonomi Indonesia dalamtahun 2002, meskipun pertumbuhan ekonomi dunia dalam tahun 2002 diperkirakanakan menurun. Penurunan pertumbuhan ekonomi dunia tersebut antara lainberkaitan dengan perkiraan melambatnya peftumbuhan ekonomi negara-ncgara nraju, terutama Amcrika Serikat dan Jepang, berkaitan dengan membLruknyasituasi global dalam beberapa waktu terakhir.

Dengan mcmpertirnbangkan beberapa hal di atas, kebijakan APBN Tahun Anggaran2002 diarahkan pada beberapa sasaran pokok, terutama upaya untuk mcwujudkanketalranan fiskal yang berkelanjutan (fiscal sustainahility), menciptakan stabilisasiekonomi makro, memberikan stimulus tcrhadap kegiatan perckonomian dalam batas-batas kemampuan keuangan negara, serta mendukung proses pernulihan ekonomi.Kebijakan tersebut jr.rga diarahkan untuk memantapkan proses desentralisasi, dengantetap mcngllpayakan pernerataan kemampuan keuangan antardaerah yang sepadandcngan penyerahan beberapa wewerlallg kepada Pcmerintah Daerah, dalam kerangkaNegara Kesatuan Repr,rblik Indonesia. Sejalan dengan kebijakan tersebut, danaperimbangan diupayakan dapal rnencerminkan azas keadilan dan pemerataan,termasuk dalam rangka rnengurangi kescnjangan hskal antardaerah. Berbagai halterscbut, sejauh rnungkin diupayakan agar dapat ber.ialan seiring dengan kebijakan dibidang monetcr, perdagangan luar negeli dan neraca pembayaran, nilai tukar dan lalulintas dcvisa, serta kebijakan di scktor riil.

Dalanr rangka pemenuhan kebuluhan belanja ncgara dan sekaligus untuk menjagakemantapan dan kestabilan pendapatan negara, pengerahan dan penggalian sumber-sumbcr penerimaan dalam negcri, terutarna dari penerimaan perpajakan akan terusditingkatkan. Hal tersebut dilaksanakan melalui trerbagai langkah, antara lainpenyisilan (canvassing) terhadap kegiatan usaha di sentra-sentra ekonomi tertentlLpcnyisiran terhadap berbagai objek pajak atau transaksi tertentu yang dapat dijadikanpetunjuk tingkat kemampuan masyarakat dalam membayar pajak, pengembangansistem informasi dan mor.ritoring pcrpajakan yang terintegrasi, serla peningkatankualitas aparatur, pengawasan administratil pemeriksaan, penyidikan, penagihansecara aktif, dan penegakan hr.rkum.

Semcntara i1u, optimalisasi sumber-sumber penerimaan negara bukan pajak (PNBP)tetap akan dilahsanakau. Hal tersebut ditempuh melalui berbagai langkah, sepertipeningkatan pencegahan dan penanggulangan pencurian/penebangan kayu secaratidak sah (illegal logging), pemberantasan pencurian ikan di wilayah perairanlndonesia, peninjauan kembali bagian Pemerintah atas laba BUMN (pay out rctio),dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan kelangsungan investasi BUMN yang

70

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 19 TAHUN 2OOI

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN ANGGARAN 2OO2

I. UMUM

Anggaraa Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2002merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan Rencana PembangunanTahunan (Repeta) Tahun 2002, di samping mengacu pada arah kebijakan yangdigariskan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IVA4PR/l999tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004, danUndang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional(Propenas) Tahun 2000 - 2004, juga merupakan kelanjutan dari kebijakan fiskaltahun anggaran sebelumnya. Berkaitan dengan hal tersebut, APBN Tahun Anggaran2002 di samping diselaraskan dengan kebijakan program pembangunal ekonomiyang akan dilaksanakan dalam Tahun Anggaran 2002, juga memperlimbangkankinerja perekonomian dalam Tahun Anggaran 2001.

Berbagai perkembangan di bidang ekonomi dan nonekonomi memberikan dampakyang kurang menguntungkan terhadap proses pemulihan ekonomi dalam TahunAnggaran 2001. Di sisi ekonomi, depresiasi nilai tukar rupiah dan meningkatnyasuku bunga Sertifrkat Bank Indonesia (SBI) yang cukup jauh dari asumsi dasar yangdigunakan, memberikan tekanan dal hambatan yang cukup berat terhadappelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2001. Sementara itu, terhambatnya beberapakebijakan fiskal, seperti tertundanya beberapa pelaksanaan kebijakan di bidangperpajakan, dan tidak dapat diberlakukamya secara penuh rencana kebijakankenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal April 2001, serta adanyapembatalaa sebagian pencairan pinjaman program untuk mendukung pembiayaanpembangunan, juga turut memperberat pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2001.Selain itu, kondisi politik, sosial, dan keamanan di dalam negeri yang kurangkondusif, yang ditandai dengan ketidakstabilan situasi politik dan terjadinya gejolak

69

(2) Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-undang tentangPerhitungan Anggaran Negara setelah perhitungan anggaran neg&asebagaimana dimaksud dalam ayat (l) diperiksa oleh BadanPerneriksa Keuangan, paling lambat 15 (lima belas) bulan setelahTahur.r Anggaran 2002 berakhir, untuk mendapatkan persetujuanDewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 16

Ketentuan-keteltuan dalam Undang-undang Perbendaharaan Indonesia(lndische Comptabiliteitst4,et, Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448)sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860),yang bertentangan dengan bentuk, susunan, dan isi Undang-undang inidinyatakan tidak berlaku.

Pasal 17

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal I Januari 2002.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganUndang-undang ini dengan penempatafitya dalam Lembaran NegaraRenublik Indonesia.

Disahkan di Jakartapada tanggal 14 Nopember 2001

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

ttd

MEGAWATI SOEKARNOPUTRIDiundangkan di Jakartapada tanggal 14 Nopember 2001

SEKR-ETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

trd

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2()O1 NOMOR 133

68

Lampiran 8

(1 )

(2)

(3 )

(3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayal (2)

disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya pada akhir bulan Juli 2002, untuk dibahas bersamaantara Dewan Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah.

(4) Penyesuaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara denganperkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersamaDewan Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah dalam rangkapenyusunan perkiraan Perubahan atas Anggaran Pendapatan danBelauja Negara Tahun Anggaran 2002.

Pasal 12

Sisa kedit anggaran proyek-proyek pada pengeluaranpembangunan Tahun Anggaran 2002 yang masih diperlukan untukpenyelesaian proyek, dipindahkan ke Tahun Anggaran 2003menjadi kredit anggaran Tahun Anggaran 2003.

Pemindahan sisa kledit anggaran proyek-proyek sebagaimanadimaksud dalam ayat (l) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Realisasi dari pemindahan sisa kredit anggaran proyek-proyek yang

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksuddalam ayat (2) disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat danBaclan Pemeriksa Keuangan paling lambat pada akhir triwulan ITahun Anggaran 2003.

Pasal 13

Sisa lebih pembiayaan anggaran I'ahun Anggaran 2002 ditampung padapernbiayaan dalam negeri dan dapat digunakan untuk membiayai defisitanggaran tahun-tahun anggaran berikutnya,

Pasal l4

Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-undang tentang Perubahanatas Anggaran Pendapatan dan Belanja Ncgara Tahun Anggaran 2002

berdasarkan perubahan sebagairnana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4)

untuk mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat sebelumTahun Anggaran 2002 berakhir.

Pasal l5

(1) Setelah Tahun Anggaran 2002 berakhir, Pemerintah membuatperhitungan anggaran negara mellgenai pelaksanaan anggaran yang

bersangkutan.

67

Lampiran I

(5) Pembagian lebih lanjut dana perimbangan dilakukan sesuai denganketentuan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Pasal l0

(1) Dengan jumlah anggaran pendapatan negara dan hibah TahunAnggaran 2002 sebesar Rp3 01.874.322.000.000,00 (tiga ratus satutriliun delapan ratus tujuh puluh empat miliar tiga ratus dua puluhdua juta rupiah), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5),lebih kecil dari jumlah anggaran belanja negara sebesarRp344.008.801 .000.000,00 (tiga ratus empat puluh empat triliundelapan miliar delapan ratus satu juta rupiah), sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 ayat (5), maka dalam Tahun Anggaraa2002 tefiapal defisit anggaran sebesar Rp42. 1 34.479.000.000,00(empat puluh dua triliun seratus tiga puluh empat miliar empatratus tuj uh puluh sembilan juta rupiah), yang akan dibiayai daripembiayaan defi sit anggaran.

(2) Pembiayaan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraTahun Anggaran 2002 sebagaimana dimaksud dalam ayat (l)diperoleh dari sumber-sumber :

a. Pembiayaan dalam negeri sebesar Rp23.500.779.000.000,00(dua puluh tiga triliun lima ratus miliar tujuh ratus tujuh puluhsembilan juta rupiah);

b. Pembiayaan luar negeri bersih sebesarRp 18.63 3.700.000.000,00 (delapan belas triliun enam ratus tigapuluh tiga miliar tujuh ratus juta rupiah).

(3) Rincian pembiayaan dehsit Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara Tahun Anggaran 2002 sebagaimana dimaksud dalamayat (2) dicantumkan dalam penjelasan ayat ini.

Pasal l1

(1) Pada pertengahan Tahun Anggaran 2002, Pemerintah menlusunlaporan semester I mengenai :a. Realisasi pendapatan negara dan hibah;b. Realisasi belanja negara;c. Realisasi pembiayaan defisit.

(2) Dalam laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (l) Pemerintahmenyusun prognosa untuk 6 (enam) bulan berikutnya.

66

Lampiran 8

pembiayaan proyek sebesar Rp25.83 0.000,000.000,00 (dua puluhlirna triliun delapan ratus tiga puluh miliar rupiah),

(4) Rincian pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan TahunAnggaran 2002 sebagaimana dirnaksud dalam ayat (2) dan ayat (3)ke dalarn sektor, subsektor, dan selanjutnya ke dalam program dankegiatal untuk pengcluaran rutin, serta program dan proyek untukpcngcluaran pembaugunan dibahas oleh Dewau Perwakilan Rakyatdengan Pemerintah.

Pasal 8

(l) Rincizur pengeluaran rr-rtin dan pengeluaran pembangunan ke dalamscktor dan subsektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)ditetapkan dengan Kcputusan Presiden dan menjadi lampiran yangtidak tetpisahkan d'ari Undang-undang ini.

(2) Rinoian lebih lanjut dari sektor dan subsektor sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) ke dalam program dan kegiatan untukpengeluaran rutin, sefia program dan proyek rurtuk pengeluaranpembangunan ditetapkan dengan Keputusan Presiden dan menjadilampiran yang tidak terpisahkan dari Undang-undang ini.

Pasal 9

(1) Dana perimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat(1)huruf b terdiri dari :a. Dana bagi hasil;b. l)ana alokasi umumlc. Dana alokasi khusr-rs.

(2) Dana bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf adirencanakan sebesar Rp24.600.346.500.000,00 (dua puluh empattriliun enam ratus miliar tiga latus empat pr"rluli enam juta lima ratusribu rupiah).

(3) Dana alokasi umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hurufbdirencanakan sebesar Rp69.I14.125.000.000,00 (enam puluhsembilan triliun seratus ernpat belas miliar seratus dua puluh limajuta rupiah).

(4) Dana alokasi kl.rusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hurufcdirencanakan sebesar Rp8 I 7.280.000.000,00 (delapan ratus tujuhbelas miliar dua ratus delapan puluh juta rupiah).