-FRAKTUR-SERVIKAL-docx

26
TUGAS SGD BLOK MUSKULOSKELETAL FRAKTUR SERVIKAL OLEH: ELTANINA ULFAMEYTALIA DEWI 1103010 PRODI S 1 KEPERAWATAN PROGRAM B SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA 2012

Transcript of -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

Page 1: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

TUGAS SGD

BLOK MUSKULOSKELETAL

FRAKTUR SERVIKAL

OLEH:

ELTANINA ULFAMEYTALIA DEWI

1103010

PRODI S 1 KEPERAWATAN PROGRAM B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA

2012

Page 2: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. PENGERTIAN

Fraktur adalah rusaknya keutuhan struktur tulang (Brooker, 2008).

Fraktur menurut Dorland (2012), adalah pemecahan suatu bagian, khususnya

tulang ; pecah atau rupture pada tulang.

Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas

tulang, sedangkan menurut Doengoes (2000) fraktur adalah pemisahan atau

patahnya tulang.

Sehingga fraktur servikal adalah terpisahnya kontinuitas tulang pada vertebra

servikalis.

Fraktur servikal pang sering disebabkan oleh benturan kuat, atau trauma

pukulan di kepala. Atlet yang terlibat dalam olahraga impact, atau

berpartisipasi dalam olahraga memiliki resiko jatuh akibat benturan di leher

(ski, menyelam, sepak bola, bersepeda) terkait dengan fraktur servikal. Setiap

cedera kepala atau leher harus dievaluasi adanya fraktur servikalis. Sebuah

fraktur servikal merupakan suatu keadaan kedaruratan medis yang

membutuhkan perawatan segera. Spine trauma mungkin terkait cedera saraf

tulang belakang dan dapat mengakibatkan kelumpuhan, sehingga sangat

penting untuk menjaga leher.

Page 3: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

B. KLASIFIKASI TRAUMA SERVIKAL

1. Klasifikasi berdasarkan mekanisme trauma

a. Trauma hiperfleksi

1) Subluksasi anterior

Terjadi robekan pada sebagian ligament di posterior tulang leher;

ligament longitudinal anterior utuh. Termasuk lesi stabil. Tanda

penting pada subluksasi anterior adalah adanya angulasu ke

posterios (kifosis) local pada tempat kerusakan ligament. Tanda-

tanda lainnya: jarak yang melebar antara prosesus spinosus, dan

subluksasi sendi apofiseal.

2) Bilateral interfacetal dislocation

Terjadi robekan pada ligament longitudinal anterios dan kumpulan

ligament di posterior tulang leher. Lesi tidak stabil. Tampak

dislokasi anterior korpus vertebrae. Dislokasi total sendi apofiseal.

3) Flexion tear drop fracture dislocation

Tenaga fleksi murni ditambah komponen kkompresi menyebabkan

robekan pada ligament longitudinal anterior dan kumoulan

ligament posterior disertai fraktur avulse pada bagian antero-

inferior konspur vertebra. Lesi tidak stabil. Tampak tulang servikal

dalam fleksi: fragmen tulang berbentuk segitiga pada bagian

antero-inferior korpus vertebrae, pembengkakan jaringan lunak

pravertebral.

4) Wedge fracture

Vertebra terjept sehingga berbentuk baji. Ligament longitudinal

anterior dan kumoulan ligament posterior utuh sehingga lesi ini

bersifat stabil.

5) Clay shovelers fracture

Fleksi tulang leher dimana terdapat kontraksi ligament posterior

tulang leher mengakibatkan terjadinya fraktur oblik pada prosesus

spinosus; biasanya pada C4-C7 atau Th1.

Page 4: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

b. Trauma fleksi rotasi

Terjadi dislokasi interfacetal pada satu sisi. Lesi stabil walaupun

terjadinya kerusakan pada ligament posterior termasuk kapsul sendi

apofiseal yang bersangkutan dan vertebra proksimalnya dalam posisi

oblik, sedangkan distalnya tetap dalam posisi lateral.

c. Trauma hiperkstensi

1) Fraktur dislokasi hiperekstensi

Dapat terjadi fraktur pedikel, prosesus artikularis, lamina dan

prosesu spinosus. Fraktur avulse korpus vertebra bagian postero-

inferior. Lesi tidak stabil karena terdapat kerusakan pada elemen

posterior tulang leher dan ligament yang bersangkutan.

2) Hangmans fracture

Terjadi fraktur arkus bilateral dan silokasi anterior C2 terhadap C3.

d. Ekstensi rotasi

Terjadinya fraktur pada prosesus artikularis satu sisi.

e. Kompresi vertical

Terjadinya fraktur ini akibat diteruskannya tenaga trauma melalui

kepala, kondilus oksipitalis, ke tulang leher.

2. Klasifikasi berdasar derajat kestabilan

a. Stabil

b. Tidak stabil

Stabilitas dalam hal trauma tulang servikal dimaksudkan tetap utuhnya

kkomponen ligament-skeletal pada saat terjadinya pergeseran satu segmen

tulang leher terhadap lainnya.

Page 5: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

Cedera dianggap stabil jika bagian yang terkena tekanan hanya bagian

medulla spinalis anterior, komponen vertebral tidak bergeser dengan

pergerakan normal, ligament posterior tidak rudak sehingga medulla

spinalis tidak terganggu, fraktur kompresi dan burst fraktur adalah contoh

cedera stabil. Cedera tidak stabil artinya cedera yang dapat bergeser

dengan gerakan normal karena ligament posteriornya rusak atau robek,

fraktur medulla spinalis disebut fraktur tidak stabil jika kehilangan

integritas dari ligament posterior.

Menentukan stabil atau tidaknya fraktur membutuhkan pemeriksaan

radiografi. Pemeriksaan radiografi minimal ada 4 posisi yaitu

anteroposterior, lateral, oblik kanan dan akiri. Dalam menilai stabilitas

vertebra, ada tiga unsur yang harus dipertimbangkan yaitu kompleks

posterior (kolumna posterior), kompleks media dan kompleks anterior

(kolumna anterior).

C. JENIS FRAKTUR SERVIKAL

Jenis fraktur daerah servikal, sebagai berikut:

1. Fraktur atlas C1

Fraktur ini terjadi pada kecelakaan jatuh dari ketinggian dan posisi kepala

menopang badan dan daerah servical mendapat tekanan hebat. Condylus

occipitalis pada basis crani dapat menghancurlan cincin tulang atlas. Jika

tidak ada cedera angulasi dan rotasi maka pergeseran tidak berat dan

medulla spinalis tidak ikut cedera. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan

adalah posisi anteroposterior dengan mulut pasien dalam keadaan terbuka.

Terapi untuk fraktur tipe stabil seperti fraktur atlas ini adalah immobilisasi

servical dengan collar plaster selama 3 bulan.

Page 6: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

2. Pergeseran C1 C2 (Sendi Atlantoaxial)

Atlas dan axis dihubungkan dengan ligamentum tranversalis dari atlas

yang menyilang di belakang prosesus odontoid pada axis. Dislokasi sendi

atlantoaxial dapat mengakibatkan arthritis rheumatoid karena adanya

perlunakan kemudian aka nada penekanan ligamentum tranversalis.

Fraktur dislokasi termasuk fraktur basis prosesus odontoid. Umunya

ligamentum tranversalis masih utuh dan prosesus odontoid pindah dengan

atlas dan dapat menekan medulla spinalis. Terapi utnuk fraktur tidak

bergeser yaitu imobilisasi vertebra cervical. Terapi utnuk fraktur geser

atlantoaxial adalah reduksi dengan traksi continues.

3. Fraktur kompresi corpus vertebral

Tipe kompresu lebih sering tanpa kerusakan ligamentum spinal namun

dapt mengakibatkan kompresi corpus vertebralis. Sifat rafktur ini adalah

tipe tidak stabil. Terapi untuk fraktur tipe ini adalah reduksi dengan plastic

collar selama 3 minggu (masa penyembuhan tulang).

4. Flexi subluksasi vertebral cervical

Fraktur ini terjadi saat pergerakan kepala kearah depan yang tiba-tiba

sehingga terjadi deselerasi kepala karena tubrukan atau dorongan pada

kepala bagian belakang, terjadi vertebra yang miring ke depan diatas

vertebra yang ada dibawahnya, ligament posterior dapat rusak dan fraktur

ini singkat disebut subluksasi, medulla spinalis mengalami kontusio dalam

waktu singkat.

Tindakan yang diberikan untuk fraktur tipe ini adalah ekstensi cervical

dilanjutkan dengan imobilisasi leher terkekstensi dengan collar selama 2

bulan.

Page 7: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

5. Flexi dislokasi dan fraktur dislokasi cervical

Cedera ini lebih berat disbanding fleksi subluksasi. Mekanisme terjadinya

fraktur hamper sama dengan fleksi subluksasi, posterior ligament robek

dan posterior facet pada satu atau kedua sisi kehilangan kestabilannya

dengan bangunan sekitar. Jikla dislokasi atau fraktur dislokasi pada C7 –

Th1 maka posisi ini sulit dilihat dari posisi foto lateral maka posisi yang

terbaik untuk radiografi adalah “swimmer projection”

Tindakan yang dilakukan adalah reduksi fleksi dislokasi ataupun fraktur

dislokasi dari fraktur cervical termasuk sulit namun traksi skull continu

dapat dipakai sementara.

6. Ekstensi sprain (kesleo) cervical (Whiplash injury)

Mekanisme cedera pada jaringan lunak yang terjadu bila leher tiba-tiba

tersentakl ke dalam hiperekstensi. Biasanya cedera ini terjadi setelah

tertabrak dari belakang; badan terlempar ke depan dan kepala tersebtak ke

belakang. Terdapat ketidaksesuaian mengenai patologi yang tepat tetapi

kemungkinan ligament longitudinal anterior meregang atau robek dan

diskus mungkin juga rusak.

Pasien mengelih nyeri dan kekakuan pada leher, yang refrakter dan

bertahan selam asetahun atau lebih lama. Keadaan ini sering disertai

dengan gejala lain yang lebih tidak jelas, misalnya nyeri kepala, pusing,

depresi, penglihatan kabur dan rasa baal atau parestesia pada lengan.

Biasanya tidak terdapat tanda-tanda fisik, dan pemeriksaan dengan sinar-X

hanya memperlihatkan perubahan kecil pada postur. Tidak ada bentuk

terapi yang telah terbukti bermanfaat, pasien diberikan analgetik dan

fisioterapi.

Page 8: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

7. Fraktur pada cervical ke-7 (Processus Spinosus)

Prosesus spinosus C7 lebih panjang dan prosesus ini melekat pada otot.

Adanya kontraksi otot akibat kekerasan yang sifatnya tiba-tiba akan

menyebabkan avulse prosesus spinosus yang disebut “clay shoveler’s

fracture”. Fraktur ini nyeri tapi tak berbahaya.

D. ANATOMI FISIOLOGI

Columna Vertebralis adalah pilar utama tubuh yang berfungsi melindungi

medula spinalis dan menunjang berat kepala serta batang tubuh, yang

diteruskannya ke lubang-lubang paha dan tungkai bawah. Masing-masing

tulang dipisahkan oleh disitus intervertebralis.

Vertebralis dikelompokkan sebagai berikut:

1. Vertebrata servikalis

Vertebrata cervikalis kedua (axis) ini memiliki dens, yang mirip dengan

pasak. Veterbrata cervitalis ketujuh disebut prominan karena mempunyai

prosesus spinasus paling panjang. Berjumlah 7 buah.

Page 9: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

2. Vetebrata Thoracalis (atlas)

Vetebrata Thoracalis mempunyai ciri yaitu tidak memiliki corpus tetapi

hanya berupa cincin tulang.

Ukurannya semakin besar mulai dari atas kebawah. Corpus berbentuk

jantung, berjumlah 12 buah yang membentuk bagian belakang thorax.

3. Vertebrata Lumbalis

Corpus setiap vertebra lumbalis bersifat masif dan berbentuk ginjal,

berjumlah 5 buah yang membentuk daerah pinggang, memiliki corpus

vertebra yang besar ukurannya sehingga pergerakannya lebih luas kearah

fleksi.

4. Os. Sacrum

Terdiri dari 5 sacrum yang membentuk sakrum atau tulang kengkang

dimana ke 5 vertebral ini rudimenter yang bergabung yang membentuk

tulang bayi.

5. Os. Coccygis

Terdiri dari 4 tulang yang juga disebut ekor pada manusia, mengalami

rudimenter. Lengkung koluma vertebralis.kalau dilihat dari samping maka

kolumna vertebralis memperlihatkan empat kurva atau lengkung antero-

pesterior : lengkung vertikal pada daerah leher melengkung kedepan

daerah torakal melengkung kebelakang, daerah lumbal kedepan dan daerah

pelvis melengkung kebelakang. Kedua lengkung yang menghadap

pasterior, yaitu torakal dan pelvis, disebut promer karena mereka

mempertahankan lengkung aslinya kebelakang dari hidung tulang

belakang, yaitu bentuk (sewaktu janin dengna kepala membengkak ke

bawah sampai batas dada dan gelang panggul dimiringkan keatas kearah

depan badan. Kedua lengkung yang menghadap ke anterior adalah

sekunder → lengkung servikal berkembang ketika kanak-kanak

mengangkat kepalanya untuk melihat sekelilingnya sambil menyelidiki,

dan lengkung lumbal di bentuk ketika ia merangkak, berdiri dan berjalan

serta mempertahankan tegak.

Page 10: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

Fungsi dari kolumna vertebralis. Sebagai pendukung badan yang kokoh dan

sekaligus bekerja sebagai penyangga kedengan prantaraan tulang rawan

cakram intervertebralis yang lengkungnya memberikan fleksibilitas dan

memungkinkan membonkok tanpa patah. Cakramnya juga berguna untuk

menyerap goncangan yang terjadi bila menggerakkan berat badan seperti

waktu berlari dan meloncat, dan dengan demikian otak dan sumsum belkang

terlindung terhadap goncangan. Disamping itu juga untuk memikul berat

badan, menyediakan permukaan untuk kartan otot dan membentuk tapal batas

pasterior yang kukuh untuk rongga-rongga badan dan memberi kaitan pada iga

(Evelyn. C. Pearch, 1997).

Medulla spinalis atau sumsum tulang belakang bermula ada medula oblongata,

menjulur kearah kaudal melalu foramen magnum dan berakhir diantara

vertebra-lumbalis pertama dan kedua. Disini medula spinalis meruncing

sebagai konus medularis, dna kemudian sebuah sambungan tipis dasri pia

meter yang disebut filum terminale, yang menembus kantong durameter,

bergerak menuju koksigis. Sumsum tulang belakang yang berukuran panjang

sekitar 45 cm ini, pada bagian depannya dibelah oleh figura anterior yang

dalam, sementara bagian belakang dibelah oleh sebuah figura sempit.

Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, servikal dan lumbal.

Dari penebalan ini, plexus-plexus saraf bergerak guna melayani anggota badan

atas dan bawah : dan plexus dari daerah thorax membentuk saraf-saraf

interkostalis. Fungsi sumsum tulang belakang mengadakan komunikasi antara

otak dan semua bagian tubuh dan bergerak refleks.

Untuk terjadinya geraka refleks, dibutuhkan struktur sebagai berikut :

1. Organ sensorik : menerima impuls, misalnya kulit

2. Serabut saraf sensorik ; mengantarkan impuls-impuls tersebut menuju sel-

sel dalam ganglion radix pasterior dan selanjutnya menuju substansi

kelabu pada karnu pasterior mendula spinalis.

Page 11: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

3. Sumsum tulang belakang, dimana serabut-serabut saraf penghubung

menghantarkan impuls-impuls menuju karnu anterior medula spinalis.

4. Sel saraf motorik ; dalam karnu anterior medula spinalis yang menerima

dan mengalihkan impuls tersebut melalui serabut sarag motorik.

5. Organ motorik yang melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh impuls

saraf motorik.

6. Kerusakan pada sumsum tulang belakang khususnya apabila terputus pada

daerah torakal dan lumbal mengakibatkan (pada daerah torakal) paralisis

beberapa otot interkostal, paralisis pada otot abdomen dan otot-otot pada

kedua anggota gerak bawah, serta paralisis sfinker pada uretra dan rektum.

E. EPIDEMIOLOGI

Kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah penyakit

jantung, kanker dan stroke, tercatat 50 meningkat per 100.000 populasi tiap

tahun, 3 % penyebab kematian ini karena trauma langsung medula spinalis,

2% karena multiple trauma. Insidensi trauma pada laki-laki 5 kali lebih besar

dari perempuan. Ducker dan Perrot melaporkan 40% spinal cord injury

disebabkan kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh, 40% luka tembak, sport,

kecelakaan kerja. Lokasi fraktur atau fraktur dislokasi cervical paling sering

pada C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama pada usia dekade 3.

F. ETIOLOGI

Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan lalu lintas (44%),

kecelakaan olah raga (22%), terjatuh dari ketinggian (24%), dan kecelakaan

kerja.

Page 12: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relative rapuh namun

mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur

dapat diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu:

a. Fraktur akibat peristiwa trauma

Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang

dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau

penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang daoat oatah pada temoat

yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan

biasanya menyebabkan fraktur llunak juga pasti akan ikut rusak.

Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada

kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur

komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.

b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan

Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain

akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan

pada tibia, fibula atau metatarsal terutama pada atlet, penari atau calon

tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.

c. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak

(misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

Page 13: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

G. PATOFISIOLOGI

FENOMENA SEKUNDER

KERUSAKAN MEDULA SPINALIS

(KETIDAKSTABILAN KOLUMNAR

SPINALIS)

PERDARAHAN PERKAPILER

BERGABUNG DAN MEMBESAR

TERUTAMA DALAM SUBSTANSIA

GRISEA

INFARK PADA SUBTANSIA GRISEA DAN

OEDEMA SUBTANSIA ALBA DINI (WAKTU

4 JAM)

(8 JAM) INFARK GLOBAL PADA TINGKAT

CIDERA DAN TERJADI NEKROSIS

SUBSTANSIA ALBA DAN PARALISIS DI

BAWAH TINGKAT LESI MJD

IRREVERSIBLE

NEKROSIS & PERDARAHAN SENTRAL

YANG MEMBESAR MENJADI 1-2

TINGKAT DIATAS DAN DIBAWAH TITIK

TIMBUKAN PRIMER

TERJADI GLIOSIS DALAM REGIO,

MUNCUL AREA NEKROTIK. DLM BBRAPA

BULAN MENJADI KAVITAS, MUNCUL

SINDROM SIRINGO MIELIA PROGRESIF

Page 14: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

H. TANDA DAN GEJALA

1. Nyeri pada leher atau tulang belakang .

2. Nyeri tekan ketika dilakukan palpasi disepanjang tulang belakang.

3. Paralisis atau hasil pemeriksaan fungsi motorik abnormal.

4. Parestesia.

5. Priapisme.

6. Pernafasan diafragma.

7. Renjatan neurogenik.

Hal yang perlu di observasi adalah tekanan darah, status pernapasan, dan

cidera sistemik.

1. Trauma kaudal servikalis dan torakalis tinggi, menyebabkan hipotensi

ringan dan bradikardi (simpatektomi fungsional yang berespon terhadap

infuse kritaloid atau koloid).

2. Pemeriksaan neurologik pada pasien sadar di pusatkan pada nyeri leher

atau punggung, hilangnya tenaga ekstermitas, tingkat sensoris dari tubuh,

reflek tendon dalam (biasanya tidak ada dibawah tingkat cedera kode

akut).

3. Cedera di atas servikalis 5, menyebabkan quadriplegi dan gagal

pernapasan.

4. Pada C 5 dan C 6 bisep lemah, C4 dan C5 deltoideus dan supra serta

infraspinatus lemah.

5. Cedera C 7, menyebabkan kelemahan trisep, ekstensor pergelangan tangan

dan pronator lengan bawah.

6. Cedera T 1 dan dibawahnya menyebabkan paraplegi dan hilang sensoris.

7. Kompresi pada region torak bawah dan lumbalis menyebabkan konus

medularis atau sindrom kauda equina.

8. Dislokasi hiperrefleksi dari vertebra servikalis menyebabkan kuadriplegia

traumatik.

Page 15: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

9. Fraktur kompresi tunggal dari vertebra torakis biasanya stabil tapi dapat

berkaitan dengan kompresi kauda anterior dan membutuhkan dekrompesi

dan stabilisasi dengan pemasangan batang metal.

10. Kompresi singkat dari kauda servikasli dan rusaknya substansia grisea

sentralis terjadi kelemahan lengan, sering dengan hilangnya sensasi

tusukan tajam pada lengan dan bahu, tenaga dan sensasi pada tubuh dan

tungkai berkurang. Abnormalitas fungsi kandung kemih bervariasi. Dan

prognosis kesembuhannya baik.

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Sinar X spinal

Menentukan lokasi dan jenis cedera tulan (fraktur, dislokasi), untuk

kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi.

2. CT SCAN

Menentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun struktural

3. MRI

Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi

4. Mielografi.

Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor

putologisnya tidak jelas atau dicurigai adannya dilusi pada ruang sub

anakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan setelah

mengalami luka penetrasi).

5. Foto rontgen torak, memperlihatkan keadan paru (contoh : perubahan pada

diafragma, atelektasis)

6. Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vita, volume tidal) : mengukur volume

inspirasi maksimal khususnya pada pasien dengan trauma servikat bagian

bawah atau pada trauma torakal dengan gangguan pada saraf frenikus /otot

interkostal).

7. GDA : Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi

(Marilyn E. Doengoes, 2000)

Page 16: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

J. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pertama trauma medula spinalis adalah imobilisasi eksternal

untuk stabilisasi sementara, traksi untuk mendapatkan atau mempertahankan

alignment yang baik, dan farmakoterapi untuk meminimalisasi cedera

sekunder. Setelah transportasi dan evaluasi awal telah lengkap, extended-

external fixation atau intervensi bedah dapat dikerjakan. Terakhir, disfungsi

yang berhubungan dapat direhabilitasi.

1. Imobilisasi dan traksi.

Halo vest (Gambar 2) sering digunakan sebagai alat definitif untuk cedera

spina servikal. Philadelphia collar bersifat semirigid, sintetik foam brace

dimana pada dasarnya membatasi fleksi dan ekstensi tetapi membebaskan

rotasi. Miami-J collar bersifat mirip tetapi lebih kaku dan lebih nyaman

untuk sandaran.

Brace yang secara adekuat melakukan imobilisasi fraktur spina servikal

adalah thermoplastic Minerva body jaket (TMBJ) dan halo vest. TMBJ

lebih baik dalam membatasi fleksi dan ekstensi dan lebih nyaman

dibandingkan halo vest sedangkan halo vest lebih bagus dalam membatasi

rotasi dibandingkan TMBJ.

(a) (b)

Gambar 3. Philadelphia collar (a) dan Miami-J collar (b)

Page 17: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

2. Farmakoterapi

a. Farmakoterapi standar pada trauma medula spinalis berupa

metilprednisolon 30 mg/kgBB secara bolus intravena, dilakukan pada

saat kurang dari 8 jam setelah cedera. Jika terapi tersebut dapat

dilakukan pada saat kurang dari 3 jam setelah cedera, terapi tersebut

dilanjutkan dengan metilprednisolon intravena kontinu dengan dosis

5,4 mg/kgBB/jam selama 23 jam kemudian. Jika terapi bolus

metilprednisolon dapat dikerjakan pada waktu antara 3 hingga 8 jam

setelah cedera maka terapi tersebut dilanjutkan dengan

metilprednisolon intravena kontinu dengan dosis 5,4 mg/kgBB/jam

selama 48 jam kemudian. Terapi ini efektif dimana terjadi peningkatan

fungsi sensorik dan motorik secara signifikan dalam waktu 6 minggu

pada cedera parsial dan 6 bulan pada cedera total. Efek dari

metilprednisolon ini kemungkinan berhubungan dengan efek inhibisi

terhadap peroksidasi lipid dibandingkan efek glukokortikoid.

b. Antasid atau H2 antagonis ditujukan untuk mencegah iritasi atau ulkus

lambung.

Menurut Harrison (2000), setiap pasien dengan cedera kepala berat, secara

potensial berhubungan dengan ketidakstabilan kolumnar spinalis. Perawatan

pasien dimulai pada tempat kecelakaan. Leher harus diimobilasasi untuk

mencegah kerusakan medulla spinalis, harus diperhatikan selama pemindahan,

pemeriksaan fisik, dan radiologi, untuk mencegah ekstensi leher atau rotasi

dan mencegah torsi rotasi dari vertebra torakalis.

Page 18: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

K. PROGNOSIS

Dari riwayatnya, banyak diantara korban trauma medula spinalis meninggal

akibat komplikasi respirasi. Perbaikan pada sistem penanganan trauma, telah

menurunkan angka komplikasi dan meningkatkan angka keberhasilan.

Keberhasilan dan kualitas hidup pasien bergantung pada perawatan

kedaruratan yang didapatkan. Pengenalan dan perawatan awal akan

mempertahankan rehabilitasi yang optimal.

L. KOMPLIKASI

Pasien dengan trauma medula spinalis sering mengalami cedera multipel.

Perlu untuk mempertahankan volume intravaskular dengan aliran darah yang

optimal yang ditunjukkan oleh nilai hematokrit antara 30-34%. Hiperpireksia

perlu dikontrol secara agresif untuk mencegah cedera spinal lebih lanjut.

Terjadinya demam berdasarkan studi berhubungan dengan saluran kencing

atau infeksi jaringan ikat.

Page 19: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Aktifitas /Istirahat

Kelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok pada bawah lesi.

Kelemahan umum /kelemahan otot (trauma dan adanya kompresi saraf).

2. Sirkulasi

Hipotensi, Hipotensi posturak, bradikardi, ekstremitas dingin dan pucat.

3. Eliminasi

Retensi urine, distensi abdomen, peristaltik usus hilang, melena, emisis

berwarna seperti kopi tanah /hematemesis.

4. Integritas Ego

Takut, cemas, gelisah, menarik diri.

5. Makanan /cairan

Mengalami distensi abdomen, peristaltik usus hilang (ileus paralitik)

6. Higiene

Sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (bervariasi).

7. Neurosensori

a. Kelumpuhan, kelemahan (kejang dapat berkembang saat terjadi

perubahan pada syok spinal).

b. Kehilangan sensasi (derajat bervariasi dapat kembaki normak setelah

syok spinal sembuh).

c. Kehilangan tonus otot /vasomotor, kehilangan refleks /refleks asimetris

termasuk tendon dalam. Perubahan reaksi pupil, ptosis, hilangnya

keringat bagian tubuh yang terkena karena pengaruh trauma spinal.

8. Nyeri /kenyamanan

Mengalami deformitas, postur, nyeri tekan vertebral.

9. Pernapasan

Pernapasan dangkal /labored, periode apnea, penurunan bunyi napas,

ronki, pucat, sianosis.

Page 20: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

10. Keamanan

Suhu yang berfluktasi *(suhu tubuh ini diambil dalam suhu kamar).

11. Seksualitas

Ereksi tidak terkendali (priapisme), menstruasi tidak teratur.

(Marilyn E. Doengoes, 1999 ; 338-339)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan.

2. Nyeri berhubungan dengan agen cedera.

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik

dan sensorik.

4. Resiko kerusakana integritas kulit berhubungan dengan kerusakan

neuromuscular.

5. Konstipasi berhubungan dengan adanya kelemahan neuromuscular.

6. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA

KEPERAWA

TAN

TUJUAN

DAN

KRITERIA

HASIL (NOC)

INTERVENSI

(NIC)

RASIONAL

1 Ketidak

efektifan pola

nafas

berhubungan

dengan

kelemahan.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawtan

selama

…x24jam

masalah

teratasi dengan

criteria:

1. Batuk

1. Kaji

kemampuan

batuk dan

reproduksi

secret.

1. Hilangnya

kemampuan

motorik otot

intercosta

dan abdomen

berpengaruh

terhadap

kemampuan

batuk.

Page 21: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

efektif.

2. Mampu

mengel

uarkan

dahak.

3. AGD

dalam

batas

normal.

2. Pertahankan

jalan nafas

(hindari

fleksi leher,

brsihkan

sekret)

3. Monitor

warna,

jumlah dan

konsistensi

sekret,

lakukan

kultur.

4. Auskultasi

bunyi napas.

5. Berikan

oksigen dan

monitor

analisa gas

darah.

6. Monitor

tanda vital

setiap 2 jam

dan status

neurologi.

2. Menutup

jalan nafas.

3. Hilangnya

refleks batuk

beresiko

menimbulka

n pnemonia.

4. Mendeteksi

adanya sekret

dalam paru-

paru.

5. Meninghkatk

an suplai

oksigen dan

mengetahui

kadar

olsogen

dalam darah.

6. Mendeteksi

adanya

infeksi dan

status

respirasi.

Page 22: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

2 Nyeri

berhubungan

dengan agen

cedera.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatn

selama …x

24jam masalah

teratasi dengan

criteria:

1. Pasien

melapo

rkan

nyeri

berkura

ng

sampai

dengan

bias

ditolerir

.

2. Ekspres

i wajah

rileks.

3. Kooper

atif.

4. Tanda

vital

dalam

batas

normal.

1. Kaji terhadap

adanya nyeri,

bantu pasien

mengidentifi

kasi dan

menghitung

nyeri,

misalnya

lokasi, tipe

nyeri,

intensitas

pada skala 0

– 1.

2. Berikan

tindakan

kenyamanan,

misalnya,

perubahan

posisi,

masase,

kompres

hangat /

dingin sesuai

indikasi.

3. Dorong

penggunaan

teknik

relaksasi,

misalnya,

pedoman

imajinasi

1. Pasien

biasanya

melaporkan

nyeri diatas

tingkat

cedera

misalnya

dada /

punggung

atau

kemungkinan

sakit kepala

dari alat

stabilizer.

2. Tindakan

alternatif

mengontrol

nyeri

digunakan

untuk

keuntungan

emosionlan,

selain

menurunkan

kebutuhan

otot nyeri /

efek tak

diinginkan

pada fungsi

pernafasan

3. Memfokuska

Page 23: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

visualisasi,

latihan nafas

dalam. .

4. kolaborasi

pemberian

obat sesuai

indikasi,

relaksasi

otot,

misalnya

dontren

(dantrium);

analgetik;

antiansietis.

misalnya

diazepam

(valium)

n kembali

perhatian,

meningkatka

n rasa

kontrol, dan

dapat

meningkatka

n

kemampuan

koping.

4. Dibutuhkan

untuk

menghilangk

an spasme

/nyeri otot,

untuk

menghilangk

an-ansietas

dan

meningkatka

n istrirahat

Page 24: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

D. ASPEK LEGAL ETIK DAN ADVOKASI

Perawat memiliki peran sebagai advokat klien dalam menjalankan tugas

keperawatannya, salah satunya yaitu terkait dengan pasien yang memiliki

masalah penyakit fraktur servikal. Dalam hal ini perawat bertanggung jawab

untuk memberikan informasi menyeluruh terkait dengan penyakit tersebut

termasuk alternative tindakan.

Dari segi legal keperawatan, apabila akan dilakukan tindakan keperawatan

maupun medis maka harus memintakan inform consent sebelumnya.

Dari segi etik keperawatan sebenarnya prinsip etika dapat diterapkan semua

dalam setiap kasus, namun disini yang terkait dengan kasus tersebut yaitu :

1. Memberikan kebebasan kepada pasien/keluarga untuk memilih dan

memutuskan tindakan yang akan dilakukan.

2. Kejujuran memberikan informasi tentang penyakit dan faktor yang terkait

misalnya menyangkut ekonomi keluarga.

E. SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema : fraktur servikal

Sub Tema : perawatan dirumah

Waktu : 30 menit

Sasaran : klien

Tujuan umum: setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan

klien dapat memahami dan mengerti tentang perawatan dirumah

Tujuan khusus: setelah mengikuti penyuluhan diharapkan klien mampu:

1. Menjelaskan perawatan dirumah

2. Menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan

Metode : ceramah dan demonstrasi

Media : leaflet

Evaluasi :

Page 25: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

Kegiatan penyuluhan :

Kegiatan Penyuluh Audience Waktu

Pendahuluan - Salam pembuka,

perkenalan

- Menjelaskan tujuan

penyuluhan

- Menjawab salam

- Menyimak

5 menit

Isi - Menyampaikan garis besar

materi

- Member kesempatan untuk

bertanya

- Menjawab pertanyaan

- Mendengarkan dgn

penuh perhatian

- Menanyakan hal-hal

yang belum jelas

- Memperhatikan jawaban

dr penyuluh

15 menit

Penutup - Evaluasi

- Menyimpulkan

- Pesan

- Penutup

- Tanya jawab

- Mendengarkan

- Menerima pesan

- Menjawab salam

10 menit

F. JURNAL

Terlampir.

Page 26: -FRAKTUR-SERVIKAL-docx

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marillyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi 3). Jakarta:

EGC

Mansjoer, Arif. (1999). Kapita Selekta Kedokteran (edisi 1). Jakarta: Media

Aesculapius

Muscari, Mary E. (2005). Panduan belajar: keperawatan pediatric. Edisi 3.

Jakarta: EGC

Purnomo, Basuki B. (2011). Dasar-dasar urologi. Jakarta: CV Sagung Seto

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. (2001). Buku ajar keperawatan medical

bedah Brunner & Suddarth. Volume 2. Edisi 8. Jakarta: EGC

Syaifuddin. (2011). Anatomi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan. Edisi

kedua. Jakarta: EGC.