digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

145
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: VALIANT LUKAD P.S. K2508032 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

Transcript of digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

Page 1: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA

DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh:

VALIANT LUKAD P.S.

K2508032

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 2: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Valiant Lukad P.S.

NIM : K2508032

Jurusan/Program Studi : PTK/Pendidikan Teknik Mesin

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul : “EFEKTIVITAS

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES

PEMBELAJARAN SISWA DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN

PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.

Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Page 3: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA

DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh:

VALIANT LUKAD P.S.

K2508032

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan

Teknik dan Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 4: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, Juli 2012

Page 5: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

Page 6: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

ABSTRAK

Valiant Lukad P.S.. EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN

MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA DI SMK

PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli

2012.

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pengetahuan mengenai

efektivitas penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada proses

pembelajaran siswa di SMK Pancasila tahun pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan menggunakan

pendekatan model evaluasi CIPP. Bentuk dan strategi yang digunakan penelitian ini

adalah deskriptif dengan menggunakan data kualititatif dan kuantitatif. Penelitian ini

menggunakan dua sumber data utama yaitu informan yaitu staf QMR, staf kurikulum,

perwakilan guru produktif, normatif, adaptif, dan K3 dan responden yaitu siswa kelas

XII yang berjumlah 194 siswa. Teknik pengumpulan datanya adalah angket,

wawancara, observasi, dan studi dokumenter. Validitas data yang digunakan untuk

data kualitatif dengan menggunakan triangulasi data dan triangulasi metode.

Sedangkan untuk data kuantitatif validitas instrumennya dengan menggunakan uji

validitas dengan korelasi product moment dan uji reliabilitas dengan rumus cronbach

alpha. Analisis data untuk data kualitatif menggunakan teknik tabulasi data dan

model analisis interaktif H.B. Sutopo sedangkan untuk analisis data kuantatifnya

menggunakan kriteria penilaian Saifudin.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Context; (1) Kekuatan dari

penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta adalah perencanaan,

pelaksanaan, pengelolaan, pengorganisasian, dan dokumentasi administrasi sekolah

yang lebih baik. (2) Kelemahan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK

Pancasila Surakarta adalah pada SDM yang menjalankannya. Input; (1) Pendidik

yang menjadi “aktor utama” dalam proses pembelajaran semakin meningkat

kinerjanya dan kontrol terhadap kinerja para guru tersebut juga semakin baik setelah

penerapan SMM ISO 9001:2008. (2) Standar kualifikasi penjaringan siswa baru di

SMK Pancasila Surakarta melalui tiga tahap yaitu tes tertulis, tes kesehatan, dan

wawancara. Yang dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas input siswa baru yang

sesuai dengan standar sekolah yang harapkan. (3) Efektivitas fasilitas pengembangan

pembelajaran termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak

97 dengan perolehan presentase sebesar 53%. (4) Efektivitas sarana pra sarana, dan

lingkungan termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 91

dengan perolehan presentase sebesar 49 %. Process; (1) Efektivitas kesesuaian

kesesuaian pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran termasuk pada kategori

tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 85 dengan perolehan presentase

sebesar 46 %. (2) Efektivitas kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan

siswa termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 86

Page 7: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

dengan perolehan presentase sebesar 47 %. Product. Presentase keberhasilan

kelulusan tahun pelajaran 2010/2011 adalah 100% sedangkan untuk tahun pelajaran

2011/2012 adalah 99,55%. Jika dilihat dari data nilai rata-rata NA perbandingan

tahun pelajaran 2010/2011 dengan tahun pelajaran 2011/2012 nilai rata-rata NA pada

mata pelajaran bahasa indonesia, bahasa inggris, dan matematika mengalami

penurunan sedangkan mata pelajaran kompetensi mengalami kenaikan.

Simpulan penelitian ini adalah context menggambarkan mengenai kekuatan

dan kelemahan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta.

Hasil analisis input menunjukkan bahwa latar belakang pendidik, siswa, sumber

belajar, dan lingkungan yang ada di SMK Pancasila Surakarta sudah sesuai dengan

indikator keberhasilan proses pembelajaran. Hasil analisis process menunjukkan

bahwa adanya kesesuaian antara indikator kesesuaian proses pembelajaran dengan

indikator keberhasilan pembelajaran. Hasil analisis product menunjukkan presentase

keberhasilan lulusan yang menurun dari 100% menjadi 99,55% yaitu sebesar 0,45%

penurunannya. Nilai rata-rata NA tahun pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran

bahasa indonesia, bahasa inggris, dan matematika mengalami penurunan sedangkan

mata pelajaran kompetensi mengalami kenaikan. Jumlah siswa yang lebih banyak

dibandingkan tahun pelajaran sebelumnya dan adanya kemungkinan perbedaan

tingkat kesulitan soal Ujian Nasional berpengaruh terhadap menurunnya presentase

keberhasilan lulusan dan nilai rata-rata NA tersebut.

Kata kunci: efektivitas, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, proses

pembelajaran.

Page 8: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

ABSTRACT

Valiant Lukad P.S. EFFECTIVENESS OF ISO 9001:2008 QUALITY

MANAGEMENT SYSTEM APPLICATION ON THE PROCESS OF

STUDENTS’ LEARNING OF SMK PANCASILA OF SURAKARTA OF

2011/2012. Skripsi, The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret

University of Surakarta. July 2012.

The purpose of the research is to acquire knowledge about effectiveness of

application of Quality Management System of ISO 9001:2008 on the process of

students‟ learning in SMK Pancasila of 2011/2012 Academic Year.

The research is an evaluative research by using evaluative model of CIPP

approach. Strategy of the research is descriptive by using qualitative and quantitative

data. The research uses two primary data sources, namely, informant (QMR staff,

curriculum staff, representative of productive, normative, adaptive and K3 teachers)

and respondent (12th

grade students amounting to 194 individuals). Data is collected

by using questionnaire, interview, observation and documentation techniques. Data

validity for qualitative data is examined by using data and method triangulations.

While, validity of quantitative data is examined by using validity test of product

moment correlation and reliability test of Cronbach alpha. Data analysis for

qualitative data uses data tabulation and interactive analytic model of H.B Sutopo,

whereas quantitative data is analyzed by using Saefudin‟s rating criteria.

The results of the research indicated that Context: (1) Strengths of

application of ISO 9001:2008 QMS in SMK Pancasila of Surakarta are planning,

implementation, management, organization, and documentation of better school

administration. (2) Weaknesses of ISO 9001:2008 QMS application in SMK

Pancasila of Surakarta are human resources who are implementing it. Input: (1)

Performance of educator who is the „main actor‟ of the learning process increased

and control on the teacher was better after application of ISO 9001:2008 QSM. (2)

Qualification standard of new enrollments in SMK Pancasila is through three stages,

namely, written test, medical test, and interview. The admission system is intended to

obtain quality input of new students who are suitable with expected standards of the

school. (3) Effectiveness of learning development facility was categorized as high. It

was indicated by greatest frequency of 97 and percentage of 49%. (4) Effectiveness

of infrastructure and facility and environment was categorized as high. It was showed

by greatest frequency of 91 and percentage of 49%. Process: (1) Effectiveness of

learning suitability with learning success was categorized as high. It was indicated by

greatest frequency of 85 and percentage of 46%. (2) Effectiveness of discipline,

diligence, learning motivation and activeness of students was categorized as high. It

was showed by greatest frequency of 86 and percentage of 47%. Product. Percentage

of graduation of 2010/2011 Academic year was 100%, whereas the percentage was

99.55% in 2011/2012. If it is seen from data of average final grade (NA), comparison

between averages NA of Indonesia language, English and mathematics subjects of

Page 9: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

2010/2011 academic year and that of 2011/2012 experienced a decrease, whereas

average NA of competence subjects increased.

Conclusion of the research is: context represents strengths and weaknesses

of ISO 9001:2008 QMS application in SMK Pancasila of Surakarta. Result of input

analysis indicated that background of educators, students, learning sources, and

environment of SMK Pancasila of Surakarta is suitable with indicators of learning

process success. Result of process analysis showed the suitability between indicators

of learning process suitability and indicators of learning success. Result of product

analysis indicated that percentage of graduation decreased 0.45%, namely from

100% to 99.55%. Average NA of 2011/2012 academic year in Indonesia language,

English, and mathematics subjects decreased, whereas it was increased in

competence subject. Greater enrollment of the 2011/2012 than that of previous

academic year and possible different difficulty level of National Final Exam might

affect the decreased percentage of graduation and the decreased average NA.

Key words: effectiveness. ISO 9001:2008 Quality Management System, learning

process

Page 10: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

MOTTO

Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata

kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.

(Q.S. Yasiin : 82)

Jadilah pribadi yang baik, berbakti pada orang tua, selalu ingat pada

Allah SWT dan berguna bagi nusa dan bangsa.

Ayah dan Bunda

Berpegang teguh pada keyakinan Maha Besar Kekuatan Allah SWT, bermimpi

setinggi langit, menyusun strategi, berpikir taktis, tekun belajar dan bekerja keras.

Semoga dengannya dapat mencapai keberhasilan semuda mungkin.

Valiant Lukad P.S.

Kepemimpinan adalah tentang tanggung jawab, pengertian yang dalam, kecerdasan

dan pengambilan kebijakan yang tepat.

Valiant Lukad P.S.

Belajar adalah proses penemuan secara terus-menerus tanpa akhir.

Tahu saja tidak cukup Anda harus mengaplikasikannya

Ingin saja tidak cukup Anda harus melakukannya.

Bruce Lee

Sebetulnya - kita semua sedang menunggu. Maka pastikan lah bahwa kita hidup

dalam sebuah rancangan yang baik, agar akhir yang pasti datang itu - datang untuk

merayakan kemenangan hidup kita.

Mario Teguh

LEADING INNOVATION !!!

Page 11: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

PERSEMBAHAN

Segala Puji bagi Allah SWT kupanjatkan rasa syukur mendalamku karena

dengan izin dan kuasaNya, pada akhirnya dapat kupersembahkan karya ini untuk :

Abdul Kadir dan Luki Wuryandari

Ayah dan Bunda tercinta yang sangat kucintai dan kusayangi

Meskipun terpisah oleh jauhnya jarak, namun kekuatan kasih sayangnya

terasa sangat hangat dan kuat untuk mentenagaiku berjuang mencapai impian

besarku dan menjadi putra kebanggaan keluarga. Terima kasih atas segala do‟a,

ketulusan, pengorbanan, dan motivasinya.

Wudrialdi

Adikku yang kubanggakan

Semoga kelak kakak dapat menjadi teladan yang baik dan membanggakanmu.

Woyo Corps

Deni, Cipto, dan Lugi percayalah jika kita tetap bekerja sama dan bersinergi dengan

baik kita bisa menjadi Agent of Change yang siap memberikan kontribusi besar bagi

dunia pendidikan di Indonesia.

Rekan-Rekan Kos Loudness

Awan, Farthur, Haris, Bayu, Adit, dan rekan kos lainnya yang tidak bisa kusebutkan

satu persatu terima kasih telah menghadirkan lingkungan kekeluargaan yang positif

dan menyenangkan.

Rekan-Rekan PTM Angkatan 2008

Almamater

Page 12: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi

ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN

MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA DI SMK

PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan

Pendidikan Teknik Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu,

penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik

Kejuruan.

4. Drs. Suwachid, M.Pd., M.T., selaku pembimbing I, yang selalu memberikan

motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Basori, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II, yang selalu memberikan motivasi

dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepala SMK Pancasila Surakarta, yang telah memberi kesempatan dan tempat

guna pengambilan data dalam penelitian.

7. Agus Suyamto, S.Pd., M.Pd., selaku staf kurikulum yang telah memberikan

bantuan dan bimbingan selama peneliti melakukan penelitian di SMK Pancasila

Surakarta.

8. Para guru SMK Pancasila Surakarta yang bersedia membantu peneliti dalam

melakukan pengumpulan data di SMK Pancasila Surakarta.

Page 13: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

9. Para Siswa XII yang bersedia membantu dan bekerja sama dengan baik untuk

mengisi angket penelitian.

10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Juli 2012

Penulis,

Page 14: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... ii

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vi

HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. viii

HALAMAN MOTTO ....................................................................................... x

HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... xi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... xii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL.......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 6

1. Hakikat Efektivitas .............................................................. 6

2. Model Evaluasi CIPP .......................................................... 8

3. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan ............................. 10

4. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ......................... 20

5. Hakikat Belajar dan Pembelajaran .................................... 28

Page 15: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

6. Indikator Keberhasilan Pembelajaran ............................... 38

B. Kerangka Berpikir ................................................................... 55

C. Pertanyaan Penelitian .............................................................. 57

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 58

1. Tempat Penelitian ............................................................. 58

2. Waktu Penelitian ............................................................... 58

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................ 58

C. Sumber Data............................................................................ 59

1. Informan ............................................................................ 60

2. Responden ......................................................................... 60

3. Data Tambahan ................................................................. 60

D. Teknik Sampling ..................................................................... 61

1. Populasi Penelitian ............................................................ 61

2. Sampel Penelitian.............................................................. 61

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 62

1. Wawancara ........................................................................ 62

2. Angket ............................................................................... 62

3. Observasi........................................................................... 66

4. Studi Dokumenter ............................................................. 67

F. Validitas Data.......................................................................... 68

1. Beban Mengajar Guru ....................................................... 69

2. Sertifikasi Guru ................................................................. 69

3. Tugas Guru Selain Mengajar ............................................ 69

G. Analisis Data ........................................................................... 70

1. Analisis Data Deskriptif .................................................... 70

2. Analisis Data Analitik

H. Prosedur Penelitian ................................................................. 78

Page 16: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian ........................................... 79

1. Identitas Sekolah ................................................................ 79

2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Pancasila Surakarta ............... 79

3. Kebijakan Mutu .................................................................. 80

4. Struktur Organisasi Sekolah dan Susunan

Staf Pembantu Kepala ........................................................ 81

B. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................ 82

1. Analisis Context ................................................................. 82

2. Analisis Input ..................................................................... 83

3. Analisis Process ................................................................. 99

4. Analisis Product ............................................................... 101

C. Pembahasan ............................................................................ 104

1. Context ............................................................................. 104

2. Input ................................................................................. 107

3. Process .............................................................................. 116

4. Product ............................................................................. 118

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan................................................................................. 119

B. Implikasi ................................................................................. 122

C. Saran ...................................................................................... 123

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 124

LAMPIRAN ................................................................................................... 127

Page 17: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................................ 56

3.1 Skema Analisis Model Interaktif ................................................................ 72

3.2 Bagan Prosedur Penelitian .......................................................................... 78

4.1 Bagan Struktur Organisasi Sekolah Secara Operasional ............................ 81

4.2 Alur Prosedur dalam Penerimaan Peserta Didik Baru ................................ 93

4.3 Diagram Batang Deskripsi Fasilitas Pengembangan Pembelajaran............ 95

4.4 Diagram Batang Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan................................ 96

4.5 Diagram Batang Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator

Keberhasilan Pembelajaran ....................................................................... 100

4.6 Diagram Batang Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar,

dan Keaktifan Siswa .................................................................................. 101

4.7 Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-Rata NA ................................. 103

Page 18: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xviii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ......................................................................... 58

3.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 67

3.3 Kriteria Penilaian Komponen ...................................................................... 73

3.4 Penentuan Skor Tiap Instrumen .................................................................. 73

3.5 Hasil Penentuan Skor Fasilitas Pengembangan Pembelajaran.................... 74

3.6 Hasil Penentuan Skor Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan ....................... 75

3.7 Hasil Penentuan Skor Kesesuaian Proses Pembelajaran

dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran ............................................. 76

3.8 Hasil Penentuan Skor Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar,

dan Keaktifan Siswa .................................................................................... 77

4.1 Deskripsi Fasilitas Pengembangan Pembelajaran ....................................... 95

4.2 Deskripsi Sarana, Pra Sarana, dan Lingkungan .......................................... 96

4.3 Kesesuaian Proses Pembelajaran

dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran ............................................. 99

4.4 Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar dan Keaktifan Siswa .............. 100

4.5 Data hasil nilai rata-rata NA tahun pelajaran 2010/2011 .......................... 102

4.6 Data Hasil Nilai Rata-Rata NA Tahun Pelajaran 2011/2012 .................... 102

Page 19: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Terjemahan BS5750/ISO 9001:2008 untuk Pendidikan ........................... 128

2. Tabel Kesesuaian Terjemahan ISO 9001:2008 dengan

Indikator Keberhasilan Pembelajaran ...................................................... 130

3. Susunan Staf Pembantu Kepala Sekolah Tahun Pelajaran 2011/2012 ..... 132

4. Sarana Pra Sarana Dan Infrakstruktur SMK Pancasila Surakarta ............. 134

5. Denah Gedung SMK Pancasila Surakarta................................................. 137

6. Kisi-Kisi Instrumen Angket ...................................................................... 138

7. Angket Uji Coba ....................................................................................... 139

8. Tabel r product moment ............................................................................ 146

9. Hasil Uji Validitas Angket Uji Coba ........................................................ 147

10. Hasil Uji Reliabilitas Angket Uji Coba ..................................................... 152

11. Lembar Validasi Angket ........................................................................... 155

12. Angket Penelitian ...................................................................................... 156

13. Hasil Analisis Angket Penelitian .............................................................. 161

14. Lembar Pedoman Wawancara (Wawancara Berstruktur) ......................... 173

15. Lembar Hasil Wawancara (Wawancara Tak Berstruktur) ........................ 200

16. Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2010/2011 .......... 208

17. Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2011/2012 .......... 216

18. Pengajuan Judul Skripsi ............................................................................ 225

19. Daftar Kegiatan Seminar Proposal Skripsi ............................................... 226

20. Pengesahan Proposal Skripsi..................................................................... 228

21. Surat Keputusan Dekan FKIP ................................................................... 229

22. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi .......................................................... 230

23. Permohonan Ijin Research/Try Out di SMK Pancasila Surakarta ............ 231

24. Permohonan Ijin Research/Try Out di Disdikpora.................................... 232

25. Ijin Penelitian Disdikpora ......................................................................... 233

26. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................................... 234

Page 20: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era kontemporer dunia pendidikan, kini dikejutkan dengan adanya model

pengembangan dan pengelolaan pendidikan berbasis industri. Dengan adanya

pengelolaan model ini memungkinkan adanya upaya pihak pengelola institusi

ataupun lembaga pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan

manajemen perusahaan. Penerapan manajemen mutu dalam pendidikan ini lebih

populer dengan sebutan istilah Total Quality Education (TQE). Dasar dari

manajemen itu dikembangkan dari konsep Total Quality Managemement (TQM),

yang pada awalnya diterapkan pada dunia bisnis kemudian diterapkan pada dunia

pendidikan. Secara filosofis, konsep ini menekankan pada pencarian secara konsisten

terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan

pelanggan.

Konsep TQE yang mulai diterapkan di dunia pendidikan saat ini membuat

peran institusi pendidikan bergeser fungsinya menjadi institusi jasa seperti yang

diungkapkan oleh Edward Sallis (2011) menyatakan bahwa: “Institusi pendidikan

memposisikan dirinya sebagai industri jasa atau dengan kata lain menjadi industri

jasa” (hlm. 6). Jika institusi pendidikan sebagai industri jasa, maka tentu ada

pelanggan yang menggunakan jasa tersebut dan pelanggan utama dari institusi

pendidikan yang dimaksud adalah pelajar (siswa). Hal tersebut menunjukkan bahwa

konsep manajemen di dalam dunia industri lambat laun mulai diterapkan dalam

dunia pendidikan. Hal ini tidak bermaksud untuk menunjukkan bahwa metode bisnis

di dunia industri lebih unggul dari pada metode pendidikan yang selama ini

diterapkan. Namun, tentu seperti peribahasa mengungkapkan “tidak ada asap kalau

tidak ada api”. Adaptasi manajemen bisnis di dunia industri tidak mungkin dicoba

penerapannya di dunia pendidikan jika tidak ada penyebabnya. Adanya kemungkinan

dunia industri beranggapan bahwa dengan penerapan manajemen bisnis di dunia

pendidikan dapat meningkatkan mutu lulusan dan memenuhi standar kualifikasi yang

dibutuhkan dunia industri. Maka, pada saat itulah diperlukan suatu sistem

1

Page 21: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

manajemen yang mampu memberdayakan institusi pendidikan agar lebih bermutu.

Dan sistem manajemen yang berlandaskan pada kepuasan pelanggan sebagai

prioritas utama namun dapat diterapkan dalam dunia pendidikan adalah manajemen

mutu terpadu pendidikan.

Jenjang pendidikan yang terlihat menerapkan manajemen mutu pendidikan

terpadu adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal ini mengingat lulusan dari

SMK diharapkan dapat segera diserap oleh dunia kerja. Hal tersebut membuat

institusi pendidikan ini sebisa mungkin menyiapkan lulusan yang memenuhi standar

kualifikasi tertentu untuk kepuasan dunia kerja. Penerapan TQE di SMK sangat

terlihat perwujudannya pada penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) tertentu

untuk meningkatkan kualitas mutu dari sekolah tersebut. SMM yang kini banyak

digunakan di SMK adalah SMM ISO 9001:2008. Berdasarkan wawancara singkat

dengan kepala SMK Pancasila Surakarta, beliau menyampaikan bahwa tujuan

penerapan SMM ISO 9001:2008 bertujuan untuk meningkatkan kualitas mutu

sekolah yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusannya yang berdampak

pada meningkatnya kepercayaan dunia kerja terhadap lulusan SMK dan apabila

lulusannya dapat diserap oleh dunia kerja dengan baik diharapkan dapat menarik

perhatian masyarakat dan calon siswa untuk mendaftar di sekolah tersebut.

Berdasarkan hal tersebut peneliti menemukan celah pada penerapan SMM

ISO 9001:2008 di SMK. Berdasarkan wawancara singkat kepada staff kurikulum

sekolah pada kegiatan survey awal peneliti menyimpulkan dari hasil wawancara

tersebut yaitu tidak ada hubungan langsung antara SMM ISO 9001:2008 dengan

peningkatan mutu lulusan SMK, meskipun dengan menyandang setifikat tersebut

pada awalnya kepercayaan dunia kerja dan masyarakat meningkat. Namun, tentu

perlu diketahui bahwa untuk menghasilkan kualitas lulusan terbaik perlu dilihat

proses pembentukan lulusan tersebut. Seberapa efektifkah penerapan SMM ISO

9001:2008 dalam proses menghasilkan lulusan dengan kualitas terbaik. Seperti

diketahui apabila kualitas proses yang dijalankan sudah memenuhi standar, tentu

menghasilkan lulusan dengan kualitas yang diharapkan. Proses yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah proses pembelajaran siswa.

Page 22: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Penelitian ini difokuskan pada proses pembelajaran karena proses

pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan yang dialami siswa selama

menempuh pendidikan di sekolah. Hal ini berdasarkan pada pendapat Alim Sumarno

(2011) yang menyatakan: “Aktivitas proses pembelajaran merupakan inti dari proses

pendidikan, sedangkan guru adalah salah satu pemegang utama di dalam

menggerakkan kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan” (1). Pernyataan ini

senada juga dengan pernyataan dari Fathurrohman (2007) (mengutip pernyataan dari

Sudjana 1991) bahwa: “Dalam seluruh proses pendidikan, kegiatan belajar mengajar

merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya

pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar

mengajar dirancang dan dijalankan secara professional”. Oleh karena itu, penting

bagi kita untuk memperhatikan mengenai kualitas pembelajaran di sekolah agar hasil

dari proses pembelajaran yang diterima oleh siswa selama menempuh pendidikan di

sekolah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Salah satu SMK yang menerapkan SMM ISO 9001:2008 adalah SMK

Pancasila Surakarta. Peneliti bermaksud melakukan penelitian di SMK ini dengan

alasan bahwa SMK ini tergolong baru dalam menerapkan SMM tersebut di

sekolahnya. Tentunya banyak perubahan dalam masa transisi ketika sekolah tersebut

ketika menerapkan manajemen mutu terpadu di sekolahnya. Dengan demikian

peneliti beranggapan bahwa akan lebih terlihat jelas efektivitas dari penerapan SMM

ISO 9001:2008 pada proses pembelajaran di sekolah tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merasa perlu untuk

mengadakan penelitian mengenai “Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen

Mutu ISO 9001:2008 Pada Proses Pembelajaran Siswa Di SMK Pancasila

Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.”

B. Perumusan Masalah

Page 23: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, untuk mengetahui

efektivitas peranan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta, maka

penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana efektivitas penerapan SMM ISO 9001:2008 berperan dalam proses

pembelajaran siswa di SMK Pancasila Surakarta ?

2. Seberapa efektifkah penerapan SMM ISO 9001:2008 berperan dalam proses

pembelajaran siswa di SMK Pancasila Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka

tujuan dari penelitian dapat ditujukan sebagai berikut :

1. Untuk memperoleh pengetahuan bagaimana efektivitas penerapan SMM ISO

9001:2008 berperan dalam proses pembelajaran siswa di SMK Pancasila

Surakarta.

2. Untuk memperoleh pengetahuan seberapa efektifkah penerapan SMM ISO

9001:2008 berperan dalam proses pembelajaran siswa di SMK Pancasila

Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Yang Bersifat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengetahuan teoritis untuk

pengembangan penelitian – penelitian sejenis pada masa yang akan datang.

b. Hasil penelitian ini akan dapat memperkaya khasanah penelitian khususnya

dalam bidang pendidikan.

c. Sebagai informasi bagi sekolah dan mahasiswa untuk mengetahui efektivitas

penerapan SMM ISO 9001:2008 pada proses pembelajaran siswa di sekolah

agar dapat ditindak lanjuti untuk dikembangkan dan ditingkatkan upaya-

upaya yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja pihak sekolah

untuk menghasilkan lulusan sekolah yang siap bersaing dan dipercaya di

dunia kerja.

Page 24: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Manfaat Yang Bersifat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan khususnya SMK Pancasila

Surakarta dalam upaya mengembangkan dan memajukan proses

pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan yang siap bersaing di dunia

kerja sesuai dengan bidang keahliannya masing - masing.

b. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan yang penting

bagi SMK Pancasila Surakarta untuk meningkatkan mutu sekolah dan

mengembangkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik agar

kepercayaan dunia kerja dan masyarakat kepada sekolah semakin meningkat.

c. Hasil penelitian mengenai efektivitas proses pembelajaran ini dapat dijadikan

balikan (feed-back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan

program dan kegiatan pembelajaran di sekolah.

Page 25: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Efektivitas

Berdasarkan arti secara leksikal, “efektivitas” berasal dari kata

“effective” yang artinya berhasil, ditaati, mengesankan, berlaku, mujarab, manjur

dan mustajab. (John M. Echols, 1995: 207). Sedangkan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2011) partikel kata “efektif” adalah ada efeknya (akibatnya,

pengaruhnya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna, dan

keefektifan” (hlm. 352). Efektivitas dapat diartikan sebagai indikator yang dapat

menunjukkan keefektifan sesuatu yang diberikan berdasarkan perlakuan,

penerapan, dan tindakan tertentu yang diberikan pada suatu hal tertentu yang

dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu, suatu pekerjaan atau

rancangan program bisa dikatakan efektif apabila pekerjaan atau rancangan

program yang dilakukan dan dijalankan oleh orang atau organisasi tersebut telah

mengesankan, berhasil, dan dirasakan manfaatnya oleh orang lain dalam

mencapai suatu tujuan tertentu yang telah menjadi sasaran bersama. Bahkan, hal

tersebut akan menjadi sesuatu yang mempengaruhi seluruh komponen yang ada

di dalam organisasi.

Sesuatu yang mempengaruhi tersebut adalah sesuatu yang berupa

aturan-aturan atau kebijakan yang mengatur seluruh komponen organisasi, maka

langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan oleh seorang pemimpin

pendidikan dalam hal ini kepala sekolah adalah langkah strategis yang akan

membawa implikasi atau efek yang benar-benar berlaku, tepat guna, serta

bermanfaat bagi seluruh jajaran atau komponen organisasi yang dipengaruhi

dalam lingkungan sekolah (pendidikan).

Umiarso dan Imam Gojali mengemukakan (mengutip dari Hadari

Nawawi, 2003) bahwa: “Keberhasilan manajemen pendidikan adalah

produktivitas pendidikan yang dapat dilihat pada prestasi atau efektivitas dan

efisiensi” (2011: 284). Aspek efektivitas dapat dilihat pada masukan yang

6

Page 26: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

merata, proses yang bagus dan berkualitas, output yang banyak secara kuantitas

dan bermutu tinggi secara kualitas, serta kemampuan atau skill pada output yang

sesuai dengan kebutuhan (needs) masyarakat yang sedang membangun. Sejalan

dengan itu, Depdikbud mengidentifikasikan efektivitas sekolah dalam dua

kelompok, yaitu efektivitas internal dan efektivitas eksternal. Efektivitas internal

menunjuk pada keluaran pendidikan yang tidak diukur secara moneter, seperti

prestasi belajar dan jumlah lulusan. Adapun efektivitas eksternal menunjuk pada

keluaran yang bersifat moneter, seperti tingkat penghasilan lulusan.

“Efektivitas” dalam tataran aplikasinya di lembaga pendidikan

mengandung beberapa indikator yang mengacu pada tahapan-tahapan (input,

process, output, dan outcome). Tahap tiap-tiap indikator dapat dijelaskan sebagai

berikut. Indikator input meliputi karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan dan

materi pendidikan, serta kapasitas manajemen. Indikator process meliputi

perilaku adiministrasi, alokasi waktu guru, dan alokasi waktu peserta didik.

Indikator output berupa hasil-hasil dalam bentuk perolehan peserta didik dan

dinamikanya sistem sekolah, hasil-hasil yang berhubungan dengan perubahan

sikap, serta hasil-hasil yang berhubungan dengan keadilan dan kesamaan.

Sedangkan indikator outcome meliputi jumlah lulusan ke tingkat pendidikan

berikutnya, prestasi belajar di sekolah yang lebih tinggi, pekerjaan, serta

pendapatan.

Apabila dihubungkan antara efektivitas dengan kinerja guru, maka

tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, baik sifatnya

instruksional maupun tujuan pengiring, akan dapat dicapai secara optimal jika

dapat diciptakan dan dipertahankan dengan kondisi yang menguntungkan bagi

peserta didik. Dalam setiap proses pengajaran, kondisi ini harus direncanakan

dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat dihindarkan kondisi yang

merugikan (usaha pencegahan) dan mengembalikan kepada kondisi yang optimal

apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta

didik di dalam kelas (usaha kuratif).

Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif.

Apabila memenuhi syarat-syarat berikut. Pertama, diketahui secara tepat faktor-

Page 27: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

faktor yang dapat menunjang atau mempengaruhi terciptanya kondisi yang

menguntungkan dalam proses belajar mengajar. Kedua, dikenal masalah-masalah

yang diperkirakan dan biasanya timbul serta dapat merusak iklim belajar

mengajar. Ketiga, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan

diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan. Jadi,

kondisi yang menguntungkan di dalam kelas merupakan persyarat utama bagi

terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.

Hubungan antara efektivitas dengan pembahasan dalam penelitian ini

adalah bagaimana melihat proses penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM)

ISO 9001:2008 dapat memberikan dampak tertentu pada proses pembelajaran di

sekolah. Seharusnya dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 sebagai wujud dari

penerapan manajemen mutu terpadu pendidikan efektivitas dari SMM ini dapat

memberikan sumbangsih positif dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran.

Pentingnya mengetahui efektivitas penerapan SMM ISO 9001:2008 terutama di

sekolah yang memiliki visi untuk terus meningkatkan kualitas mutu sekolahnya

tentunya diharapkan dapat mengoptimalkan standar yang diterapkan oleh SMM

tersebut. Karena dengan mengetahui efektivitasnya maka dapat diketahui hal-hal

apa saja yang belum terlaksana secara maksimal yang kemungkinan menjadi

salah satu penyebab kurang maksimalnya hasil padahal sekolah sudah

menyandang gelar bersertifikat SMM ISO 9001:2008.

2. Model Evaluasi CIPP (Context Input Process Product)

Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan

diterapkan para evaluator. Model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk.

(1967) di Ohio State University. Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan

(a decission oriented evaluation approach structured). Tujuan dari penerapan

model evaluasi ini adalah untuk membantu administrator (kepala sekolah dan

guru) di dalam membuat keputusan. Zainal Arifin (mengutip dalam Stufflebeam,

1973) menyatakan, Evaluasi diartikan sebagai suatu proses mendeskripsikan,

memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif

Page 28: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

keputusan (2011:78). CIPP yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal

empat buah kata, yaitu :

a. Context evaluation to serve planning decision (evaluasi terhadap konteks)

Yaitu konteks evaluasi untuk membantu administrator

merencanakan keputusan menentukan kebutuhan program, dan merumuskan

tujuan program.

b. Input evaluation, structuring decision (evaluasi terhadap masukan)

Kegiatan evaluasi bertujuan untuk membantu mengatur keputusan,

menentukan sumber-sumber alternatif apa yang akan diambil, apa rencana

dan strategi untuk mencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja untuk

mencapainya.

c. Process evaluation, to serve implementing decision (evaluasi terhadap

proses)

Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk membantu melaksanakan

keputusan. Pertanyaan yang harus Anda jawab adalah sejauh mana suatu

rencana telah dilaksanakan, apakah rencana tersebut sesuai dengan prosedur

kerja, dan apa yang harus diperbaiki.

d. Product evaluation, to serve recycling decision (evaluasi terhadap hasil)

Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk membantu keputusan

selanjutnya. Pertanyaan yang harus Anda jawab adalah hasil apa yang telah

dicapai dan apa yang dilakukan setelah program berjalan.

Proses evaluasi tidak hanya berakhir dengan suatu description

mengenai keadaan sistem yang bersangkutan, tetapi juga harus sampai pada

pengambilan suatu keputusan sebagai perwujudan dari penerapan kesimpulan

hasil evaluasi tersebut. Model ini menuntut agar hasil evaluasi digunakan

sebagai input untuk decision making dalam rangka penyempurnaan sistem

secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan adalah Penilaian Acuan

Norma (PAN) tentang model CIPP ini, kita dapat melihat perincian

Page 29: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

penjelasan keempat dimensi tersebut dari segi tujuan, metode, dan

hubungannya dengan pembuatan keputusan.

Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP yang

disebutkan di atas merupakan sasaran evaluasi yang tidak lain adalah

komponen proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP

adalah model yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah

sistem. Seorang ahli evaluasi dari University of Washington bernama Gilbert

Sax (1980) memberikan arahan kepada evaluator tentang bagaimana

mempelajari tiap-tiap komponen yang ada dalam setiap program yang

dievaluasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Model ini sekarang

diempurnakan dengan satu komponen O, singkatan dari Outcome (s)

sehingga menjadi model CIPPO.

Model CIPP hanya berhenti pada mengukur output (product), jika

product berhenti pada lulusan, sedangkan outcome (s) sampai pada

bagaimana kiprah lulusan tersebut di masyarakat atau di pendidikan

lanjutannya, atau untuk product pabrik, bukan hanya mengandalkan kualitas

barang, tetapi pada kepuasan pemakai atau konsumen.

3. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan

a. Konsep Manajemen

Nur Zazin (2011) mengungkapkan bahwa, “Secara etimologi,

manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage sinonim dari to hand

berarti mengurus, to control berarti memeriksa, to guide berari memimpin”

(hlm. 27). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2011)manajemen berarti “penggunaan sumber daya secara efektif untuk

mencapai sasaran” (hlm. 870). Senada dengan hal tersebut Nur Zazin (2011)

menyatakan bahwa :

Manajemen berarti ilmu dan seni dalam upaya memanfaatkan sumber

daya manusia dan daya lain dalam kegiatan merencanakan,

mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengawasi yang dilakukan

secara efektif dan efisien dengan melibatkan peran seluruh anggota

secara aktif dalam mencapai tujuan yang ditentukan (hlm. 28).

Page 30: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Berdasarkan beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan

mengenai pengertian manajemen adalah ilmu mengenai memanfaatkan dan

mengontrol sumber daya manusia dan daya yang lainnya melalui proses

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan melakukan

pengawasan yang dilakukan secara efektif dengan melibatkan seluruh

anggota yang berperan di dalamnya untuk mencapai tujuan bersama yang

telah ditentukan.

Dasar manajemen adalah mengapa ilmu manajemen muncul dan

terus berkembang sesuai perkembangan jaman adalah karena sifat manusia

yang diwujudkan dalam sikapnya yang sangat kompleks dan dalam

kehidupannya berperan sebagai mahkluk sosial dan mahkluk individual

mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi

aktivitas dan reaksinya dalam menghadapi dan menangani sesuatu dalam

mencapai tujuan hidupnya.

Dalam mencapai tujuan hidupnya, manusia membutuhkan kerja

sama dengan sesamanya dalam bentuk interaksi untuk mencapai tujuan yang

diiinginkannya. Terutama apabila manusia tersebut hidup dalam sebuah

organisasi yang melibatkan banyak orang di dalamnya maka memerlukan

ilmu yang menuntunnya bagaimana mencapai tujuan secara efektif dan

efisien.

Dengan demikian, untuk mencapai kesuksesan dalam pencapaian

tujuan yang diinginkannya manusia selalu berusaha menemukan berbagai

cara terbaik diantaranya adalah dengan mengatur organisasi di mana ia

terlibat di dalamnya.

Berdasarkan beberapa hal di atas sudah cukup menerangkan kepada

kita bahwa sangat pentingnya peran manajemen sebagai faktor penentu

keberhasilan mencapai tujuan tertentu yang manusia inginkan. Begitu pula

dengan pendidikan memerlukan sistem manajemen yang lebih efektif dan

tepat sasaran. Maka diperlukan suatu manajemen tertentu untuk

meningkatkan kualitas mutu institusi pendidikan agar baik secara proses

Page 31: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

pengolahan maupun output dari institusi pendidikan tersebut lebih tepat

sasaran.

b. Konsep Mutu

Bagi setiap institusi, mutu adalah salah satu prioritas utama dalam

perencanaan kerja mereka. Dan peningkatan mutu terlihat menjadi tugas yang

tidak pernah selesai. Begitu pula halnya dengan institusi pendidikan di

Indonesia yang kini sedang berusaha keras untuk mencari pola terbaik dalam

hal meningkatkan mutu pendidikan. Berbagai hal sudah coba untuk

diterapkan dalam rangka meningkatkan mutu tersebut. Dan kini muncul

sebuah paradigma baru dalam dunia pendidikan yaitu menerapkan konsep

manajemen bisnis dari dunia industri ke dunia pendidikan. Tentunya hal ini

dilakukan agar institusi pendidikan lebih tepat sasaran dalam menghasilkan

output lulusannya agar kualitas mutu yang diharapkan oleh dunia industri

dapat tercapai. Karena tentunya output dari institusi pendidikan pada

akhirnya akan berkecimpung di dunia kerja dalam hal ini difokuskan pada

dunia industri. Maka dari hal itu, pengelolaan proses yang baik akan

menentukan kualitas mutu yang dihasilkan oleh institusi pendidikan.

Mutu memiliki pengertian yang beragam dan memiliki penerapan

yang berbeda tergantung pada konteks apa digunakannya. Nur Zazin (2011)

mengungkapkan (mengutip Gasperz, 2002) menyatakan bahwa:

Mutu memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi, dari

konvensional sampai modern. Definisi konvensional mendefinisikan

karakteristik langsung dari suatu produk, sedangkan definisi modern

menjelaskan mutu adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi

keinginan atau kebutuhan pelanggan (hlm. 54)

Mutu juga dapat didefinisikan sebagai keseluruhan karakteristik

produk yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi permintaan

(persyaratan yang ditetapkan) customer, baik yang tersurat, maupun yang

tersirat. Unsur-unsur tersebut dapat dijabarkan sebagai persyaratan mutu

yaitu: spesifikasi, jumlah harga, dan waktu penyerahan. Dalam kaitannya

dengan mutu, juga termasuk di dalamnya mengenai jaminan mutu. Jaminan

Page 32: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

mutu (quality assurance) adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis

yang diterapkan di dalam sistem manajemen mutu (bila perlu

didemonstrasikan) untuk meyakinkan bahwa suatu produk akan memenuhi

persyaratan mutu. Jaminan mutu memiliki kontrol akhir yang disebut dengan

pengendalian mutu. Pengendalian mutu (quality control) adalah teknik dan

kegiatan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu.

Mutu dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan

melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga

dengan istilah, mutu sesuai persepsi (quality in perception). Mutu ini bisa

disebut sebagai mutu yang hanya ada di mata orang yang melihatnya. Ini

merupakan definisi yang sangat penting. Sebab, ada satu resiko yang

seringkali kita abaikan dari definisi, yaitu kenyataan bahwa para pelanggan

adalah pihak yang membuat keputusan terhadap mutu. Dan mereka

melakukan penilaian tersebut dengan merujuk pada produk terbaik yang bisa

bertahan dalam persaingan.

Meskipun mutu dapat didefinisikan sebagaimana seperti tercantum

di atas namun sebenarnya untuk mengerti betul mengenai konsep mutu

sangatlah dinamis. Seperti yang dinyatakan Edward Sallis (2011) bahwa,

“Mutu merupakan suatu ide yang dinamis, sedang definisi-definisi yang kaku

sama sekali tidak akan membantu” (hlm. 51). Berdasarkan hal tersebut

konsep pemahaman mengenai mutu tergantung pada kondisi dan situasi

dimana mutu tersebut ditempatkan.

Seperti disebutkan di atas mutu digunakan sebagai konsep yang

relatif tergantung dari kondisi dan situasi penempatannya. Pengertian ini

digunakan dalam TQM. Definisi relatif tersebut memandang mutu bukan

sebagai atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari

produk atau layanan tersebut. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan

apakah produk terakhir sesuai dengan standar atau belum.

Page 33: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

c. Konsep Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan

Manajemen mutu terpadu atau yang lebih sering disebut sebagai

TQM (Total Quality Management) pada dasarnya merupakan suatu

pendekatan pengendalian mutu melalui penumbuhan partisipasi karyawan.

Veithzal Rivai dan Sylviana Murni (2010) menyatakan bahwa, “TQM

merupakan mekanisme formal dan dilembagakan yang bertujuan untuk

mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada partisipasi

dan kreativitas karyawan” (hlm. 478).

Edward Sallis (2011) menyatakan bahwa: ”TQM adalah sebuah

filosofi tentang perbaikan secara terus-menerus, yang dapat memberikan

seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi

kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggan, saat ini dan untuk masa

yang akan datang” (hlm. 73).

Salah satu hal yang menonjol dalam TQM adalah perbaikan

berkelanjutan (continuous improvement). Perbaikan berkelanjutan didasarkan

pada dua ide pokok, perbaikan sistematik dan perbaikan iteratif. Dalam

perbaikan sistematik, perbaikan-perbaikan dijabarkan dari penggunaan alat

dan pendekatan ilmiah dan suatu struktur untuk upaya tim atau individu.

Pendekatan ilmiah mempertimbangkan berbagai kemungkinan solusi, dan

memilih tidak hanya yang paling menonjol, tetapi yang terbaik, yang

teridentifikasikan secara faktual.

Pengendalian mutu terpadu merupakan suatu sistem manajemen

yang melibatkan semua unsur kepagawaian di lingkungan suatu perusahaan,

baik sektor barang atau good product maupun sektor jasa atau servis.

Veithzal Rivai dan Sylviana Murni (2010) menyatakan bahwa: “Tujuan dari

penerapan sistem TQM adalah untuk meningkatkan mutu, efisiensi, dan

efektivitas produksi, baik di lingkungan industri maupun institusi lainnya”

(hlm. 480)

Sistem TQM merupakan dasar manajemen dalam penerapan Sistem

Manajemen Mutu ISO seri tahun 1994 dan ISO 9001 versi tahun 2000 serta

dasar untuk penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 tahun

Page 34: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

1996. Oleh karena itu, bagi perusahaan atau lembaga pendidikan yang telah

menerapkan sistem TQM bila ingin disertifikasi untuk Sistem Manajemen

Mutu ISO 9001 atau Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 lebih mudah

dan lebih cepat dalam proses penyiapan dokumentasi dan sertifikasinya,

apabila dibandingkan dengan perusahaan yang tidak pernah menerapkan

sistem TQM , sehingga hal ini merupakan suatu keuntungan yang positif

karena terjadi penghematan biaya untuk kegiatan konsultasi dan penulisan

dokumentasi. Prinsip dari pada pengendalian mutu terpadu (TQM) adalah

bahwa sistem manajemen TQM melibatkan semua elemen karyawan mulai

dari top pimpinan atau “Top Management” sampai dengan pelaksana

teknis/operator “button up management.” Sistem TQM harus dipahami,

dimengerti, dan diterapkan secara sinergis, efisien dan efektif dalam semua

aktivitas di lingkungan perusahaan demi tercapainya tujuan, sasaran dan

target produktivitas sesuai dengan kebijakan pimpinan puncak.

Beberapa prinsip dalam penerapan sistem TQM adalah sebagai

berikut.

1) Merupakan komitmen pimpinan puncak (Top Management).

2) Pengertian “total” yaitu terpadu yang berarti manajemen yang diterapkan

melibatkan seluruh aparat di lingkungan perusahaan.

3) Apabila terjadi kekurangan atau kelemahan baik secara sengaja atau tidak

sengaja yang sangat berdampak pada menurunnya efisiensi dan efektvitas

produksi, secara serius hal ini harus dicermati dan ditangani secara tuntas

serta segera dicari titik permasalahannya dan dilakukan tindakan

perbaikan (continuous improvement) yang berkelanjutan, misalnya

meningkatkan kelompok diskusi tingkat supervisor untuk membahas dan

menyelesaikan data/statistik pada sore hari (statistical activies and

monitoring), pemecahan masalah yang diperoleh (solving problem),

pendidikan dan pelatihan teknis langsung kepada staf yang

berkepentingan menangani permasalahan di lapangan (training and

education).

Page 35: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

4) Ditetapkan aturan-aturan kesepakatan yang dijadikan sebagai kebijakan

tertulis dan merupakan alat atau “tools” dalam operasional sistem TQM.

Berdasarkan keempat prinsip dasar sistem TQM tersebut dapatlah

disimpulkan bahwa sistem TQM sangatlah bermanfaat, tepat dan positif untuk

diterapkan di lingkungan sekolah, selain itu juga bermanfaat bagi sistem

kepemimpinan (managerial) pada kondisi saat ini.

Setelah mengetahui konsep TQM yang diterapkan pada dunia

industri, kemudian kita akan melihat bagaimana TQM di terapkan di dunia

pendidikan yang lebih populer dengan sebutan TQE (Total Quality

Education). TQE di sini dapat dipahami sebagai manajemen mutu total

pendidikan, seperti halnya pada produksi mutu total yang berarti mutu total

produksi. Mutu total pendidikan seharusnya tidak dikacaukan dengan

pemikiran tentang pelatihan dalam konsep mutu total. Veithzal Rivai dan

Sylviana Murni (2010) menyatakan bahwa: “Mutu Total Pendidikan (TQE) di

sini berarti setiap orang merasa terikat untuk memenuhi atau bahkan

melampaui harapan pelanggan pendidikan” (hlm.495). Kontribusi dari Guru

Mutu Total ini akan diterapkan pada pendidikan dalam bentuk prinsip-

prinsip.

Edward Sallis (2011) menyatakan bahwa: “Strategi yang

dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam dunia

pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi

jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa” (hlm. 6) Berdasarkan

pernyataan tersebut sebuah institusi pendidikan memberikan pelayanan

(service) sesuai dengan apa yang diinginkan (customer). Jasa atau pelayanan

yang diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang memiliki

standar kualifikasi tertentu yang sudah ditetapkan oleh pelanggan tersebut

dan memberikan kepuasan kepada mereka. Oleh karena itu, diperlukan sistem

manajemen mutu yang mampu mengoptimalkan kinerja institusi pendidikan

agar lebih bermutu. Edward Sallis (2011) menyatakan:

Manajemen pendidikan mutu terpadu berlandaskan pada kepuasan

pelanggan sebagai sasaran utama. Pelanggan dapat dibedakan menjadi

pelanggan dalam (internal customer) dan pelanggan luar (external

Page 36: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

customer). Dalam dunia pendidikan yang termasuk pelanggan dalam

adalah pengelola institusi itu sendiri, misalkan manajer, guru, staff, dan

penyelenggara institusi. Sedangkan yang termasuk pelanggan luar

adalah masyarakat, pemerintah dan dunia industri. Jadi, suatu institusi

pendidikan disebut bermutu apabila antara pelanggan internal dan

eksternal telah terjalin kepuasan atau jasa yang diberikan (hlm. 6).

Berdasarkan pernyataan yang di atas sudah jelas mengenai sasaran

kepuasan yang harus dicapai oleh institusi pendidikan yang menerapkan

manajemen pendidikan mutu terpadu yaitu pelanggan dalam dan pelanggan

luar. Dengan demikian tiap institusi pendidikan dapat menerapkan strategi

yang tepat berdasarkan sasaran kepuasan yang ingin dicapai.

1) Pendidikan Dan Pelanggannya

Kita telah mendefinisikan institusi pendidikan sebagai pemberi

jasa. Jasa-jasa ini meliputi pemberian beasiswa, penilaian, dan bimbingan

bagi para pelajar, para orang tua dan para sponsor mereka. Para

pelanggan terdiri dari dari berbagai macam golongan dan perlu

diidentifikasikan. Jika tujuan mutu adalah memenuhi kebutuhan-

kebutuhan pelanggan, maka hal penting yang perlu diperjelas adalah

kebutuhan dan keinginan siapa yang harus dipenuhi?

Di tingkat inilah pentingnya membicarakan gagasan tentang

„pelanggan‟ dalam konteks pendidikan. Bagi beberapa pendidik, istilah

„pelanggan‟ jelas sekali memiliki nada komersial yang tidak dapat

diaplikasikan dalam pendidikan. Mereka lebih suka menggunakan istilah

klien. Klien, dengan konotasi jasa professional yang menyertainya

dianggap sebagai istilah yang jauh lebih tepat dibanding pelanggan.

Sementara itu, yang lainnya ada yang menolak bahasa seperti itu dan

menurut mereka akan lebih tepat jika menggunakan istilah pelajar atau

murid. Dalam penelitian ini menggunakan kata pelanggan dan pelajar,

dan tidak bermaksud untuk mempersoalkan mereka yang menggunakan

istilah-istilah lain.

Selain itu, ada juga yang mencoba membuat perbedaan antara

istilah „klien‟ ~~yang biasanya menerima jasa pendidikan, seperti

beasiswa~~ dengan „pelanggan‟ ~~yang membayar untuk mendapatkan

Page 37: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

pendidikan. Dalam penelitian ini, pelanggan digunakan sebagai istilah

untuk kedua bentuk istilah di atas dan terpisahkan ke dalam beberapa

jenis. Edward Sallis (2011) mengungkapkan bahwa:

„Pelanggan utama‟ yaitu pelajar yang secara langsung penerima

jasa, „pelanggan kedua‟ yaitu orang tua, gubernur atau sponsor

pelajar yang memiliki kepentingan langsung secara individu

maupun institusi, dan „pelanggan ketiga‟ yaitu pihak yang memiliki

peran-peran penting, meskipun tak langsung, seperti pemerintah

dan masyarakat secara keseluruhan (hlm. 67).

Keragaman pelanggan tersebut membuat seluruh institusi

pendidikan harus lebih memfokuskan perhatian mereka pada keinginan

para pelanggan dan mengembangkan mekanisme untuk merespon

mereka. Hal penting didefinisikan secara jelas adalah sifat jasa yang

diberikan oleh institusi kepada pelanggannya. Hal ini sama pentingnya

dengan menciptakan dialog yang baik dan terus menerus dengan mereka.

Bentuk pemasaran yang paling baik dalam pendidikan adalah pemasaran

yang lebih oleh para pelajar untuk kepentingan mereka masing-masing.

Satu hal yang perlu diingat adalah kesuksesan pelajar adalah kesuksesan

adalah institusi pendidikannya.

2) Produk Pendidikan

Setelah sebelumnya mengetahui mengenai konsep mutu. Yang

pertama adalah apa produknya dan yang kedua adalah siapa

pelanggannya. Yang dimaksud dari produk pendidikan adalah pelajar

atau peserta didik. Pelajar atau peserta didik seringkali dianggap sebagai

produk dari pendidikan. Dalam pendidikan kita sering mengatakan

seolah-seolah pelajar adalah hasil dari pendidikan, khususnya dengan

merujuk pada penerapan disiplin dan cara bersikap di institusi-institusi

tertentu. Pendidikan seolah-olah merupakan sebuah jalur produksi.

Masalah dari pernyataan di atas adalah sulitnya menerapkan definisi

tersebut dalam dunia pendidikan yang bersifat praktis.

Karena produk adalah sebuah subyek dari proses jaminan mutu,

maka hal pertama yang harus dilakukan produsen adalah menentukan dan

Page 38: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

mengontrol sumber persediaan. Kedua, „bahan mentah‟ harus melewati

sebuah atau beberapa proses standar yang telah ditetapkan, dan hasil

produksi harus dapat memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan

didefinisikan sebelumnya. Model semacam ini tidak mudah ditetapkan

dalam pendidikan. Model semacam itu menuntut adanya suatu seleksi

awal bagi pelajar yang hendak diproses. Beberapa sektor pendidikan

memang mempraktekkan hal ini, tapi banyak juga yang menerapkan

prinsip komprehensif yang terbuka untuk semua kalangan. Walaupun

demikian, dari sinilah kemudian analogi tersebut mulai gugur. Saat

proses pendidikan, semisal kurikulum nasional serta spesifikasi standar

dan kompetensi, telah berhasil mengembangkan standarisasi proses,

maka pendidikan akan berubah menjadi apa-apa selain keseragaman.

Menghasilkan pelajar dengan standar jaminan tertentu adalah

hal yang mustahil. Edward Sallis mengungkapkan (mengutip dalam

Lynton Gray) bahwa, “Manusia tidak sama, dan mereka berada dalam

situasi pendidikan dengan pengalaman, emosi, dan opini yang tidak bisa

disama ratakan” (2011: 62). Menilai mutu pendidikan sangat berbeda

dari memeriksa hasil produksi pabrik atau menilai sebuah jasa”.

Kesimpulan dari pernyataan di atas adalah ide tentang pelajar sebagai

produk menghilangkan kompleksitas proses belajar dan keunikan setiap

individu pelajar.

Lalu bagaimana sebaiknya kita mendefinisikan produk jika

dalam konteksnya pendidikan. Oleh karena itu, perlu dipahami lebih

lanjut bahwa institusi pendidikan bukanlah sebuah industri yang

menghasilkan sebuah produk dalam proses produksi melainkan sebuah

bentuk penyediaan jasa atau layanan. Perlunya dengan jelas membedakan

kedua hal ini karena ada perbedaan fundamental antara keduanya yang

akan melahirkan bagaimana mutu keduanya dapat dijamin.

Page 39: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

4. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

a. Pengertian ISO 9001:2008

ISO 9000 adalah suatu sistem terpadu untuk mengoptimalkan

efektivitas mutu suatu perusahaan, dengan menciptakan sebuah kerangka

kerja untuk untuk peningkatan yang berkesinambungan. Sistem manajemen

kualitas formal yang berlaku secara internasional adalah sistem manajemen

ISO 9000. ISO 9000 adalah nama generik untuk sistem manajemen kualitas

internasional yang dikeluarkan pertama kali pada tahun 1987 oleh Organisasi

Internasional untuk Standarisasi (The International Organization for

Standardization = ISO) yang bermarkas di Genewa, Switzerland.

ISO 9000 merupakan suatu seri dari standar-standar internasional

untuk sistem kualitas, yang memspesifikasikan persyaratan-persyaratan dan

rekomendasi untuk desain dan untuk penilaian dari suatu sistem manajemen

dengan tujuan untuk menjamin bahwa perusahaan akan menyerahkan barang

atau jasa yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. ISO 9000 bukan

merupakan suatu standar produk, karena ISO 9000 tidak memuat suatu

persyaratan spesifik yang harus dipenuhi oleh suatu produk (barang atau

jasa). ISO 9000 merupakan standar sistem manajemen kualitas internasional,

karena ISO 9000 memuat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh

sistem manajemen menghasilkan suatu produk (barang atau jasa).

Seri ISO 9000 dapat dikelompokkan kedalam dua tipe dasar standar,

yaitu (1) seri-seri ISO 9000 yang memuat persyaratan standar sistem kualitas,

dan (2) seri-seri ISO 9000 yang berkaitan dengan petunjuk untuk pedoman

manajemen kualitas. Seri-seri ISO 9000 yang tergolong kedalam standar-

standar sistem kualitas yaitu ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 9003. Sedangkan

seri-seri ISO 9000 yang tergolong kedalam petunjuk aplikasi manajemen

kualitas adalah ISO 9004 beserta bagian-bagiannya.

ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 9003 yang merupakan seri standar

sistem kualitas memiliki elemen-elemen yang diperlukan dan harus dipenuhi,

yaitu:

1) Tanggung Jawab Manajemen (Management Responsibility).

Page 40: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

2) Sistem Mutu (Quality System).

3) Tinjauan Kontrak (Contract Review).

4) Pengawasan Desain (Design Control).

5) Pengawasan Dokumen dan Data (Document and Data Control).

6) Pembelian (Purchasing).

7) Pengawasan Produk yang Dipasok Pelanggan (Control of Customer

Supplied Product).

8) Identifikasi dan Kemampuan Penelusuran Produk (Product Identification

and Tracebility).

9) Pengendalian Proses (Proces Control).

10) Inspeksi dan Pengujian (Inspection and Testing).

11) Pengawasan Atas Peralatan Inspeksi, Pengukuran dan Pengujian Atau

Kalibrasi (Control Of Inspection, Measuring, and Text Equipment Or

Calibration).

12) Status Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection and Text Status).

13) Pengawasan dari Produk yang Tak Sesuai (Control of Nonconforming

Product).

14) Tindakan Perbaikan dan Pencegahan (Corrective and Preventif Action).

15) Pengangkatan, Penyimpanan, Pengepakan, Pengepakan, Pengawetan dan

Pengiriman (Handling, Storage, Packaging, Preservation and Delivery).

16) Perekaman dari Pengawasan Mutu (Control of Quality Records).

17) Audit Mutu Iternal (Internal Quality Audits).

18) Pelatihan (Training).

19) Pelayanan (Servicing).

20) Teknik Statistik (StatisticTechniques).

ISO 9001 merupakan model sistem jaminan kualitas dalam

desain/pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan. 2008 merupakan

seri terbaru dari sebagai bentuk penyempurnaan atas revisi tahun 2000.

Adapun perbedaan antara versi 2000 dengan 2008 secara signifikan lebih

menekankan pada efektivitas proses yang dilaksanakan dalam organisasi

tersebut. Jika pada versi 2000 mengatakan harus dilakukan corrective dan

Page 41: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

preventiveaction, maka versi 2008 menetapkan bahwa proses corrective dan

preventiveaction yang dilakukan harus secara efektif berdampak positif pada

perubahan proses yang terjadi dalam organisasi. Selain itu, penekanan pada

kontrol proses outsourcing menjadi bagian yang disoroti dalam versi terbaru

ISO 9001 ini.

Dari beberapa uraian sebelumnya diatas baik mengenai manajemen,

mutu dan SMM ISO 9001:2008 yang memiliki kaitan satu sama lain yang

kemudian didapatkan kesimpulan mengenai pengertian SMM ISO

9001:2008.

1) Manajemen adalah ilmu mengenai memanfaatkan dan mengontrol sumber

daya manusia dan daya yang lainnya melalui proses merencanakan,

mengorganisasikan, melaksanakan dan melakukan pengawasan yang

dilakukan secara efektif dengan melibatkan seluruh anggota yang

berperan di dalamnya untuk mencapai tujuan bersama yang telah

ditentukan.

2) Mutu digunakan sebagai konsep yang relatif tergantung dari kondisi dan

situasi penempatannya. Pengertian ini digunakan dalam TQM. Definisi

relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai atribut produk atau

layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan

tersebut. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk

terakhir sesuai dengan standar atau belum.

3) ISO 9001:2008 merupakan model sistem manajemen kualitas

internasional untuk mengoptimalkan efektivitas mutu suatu perusahaan,

dengan menciptakan sebuah kerangka kerja untuk peningkatan yang

berkesinambungan yang bergerak pada bidang desain/pengembangan,

produksi, instalasi dan pelayanan.

Agus Syukur (2010) menyatakan mengenai pengertian SMM ISO

9001:2008 bahwa, “ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan untuk

manajemen mutu di mana suatu organisasi harus menunjukkan

kemampuannya untuk memberikan produk dan memenuhi persyaratan

pelanggan dan pedoman hokum dan peraturan” (hlm. 49).

Page 42: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan

bahwa Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dapat diartikan sebagai suatu proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan ukuran baik

buruk suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang atau jasa yang

bersifat absolut dan relatif yang berkualitas internasional untuk

mengoptimalkan efektivitas mutu suatu perusahaan, dengan menciptakan

sebuah kerangka kerja untuk peningkatan yang berkesinambungan yang

bergerak pada bidang desain/pengembangan, produksi, instalasi dan

pelayanan.

b. Prinsip Manajemen Mutu ISO 9001:2008

Dalam menyukseskan proses ada beberapa pilar yang digunakan

demi menyukseskan proses implementasi ISO 9001 ini, maka ditetapkanlah

delapan prinsip manajemen mutu yang bertujuan untuk mengimprovisasi

kinerja sistem agar proses yang berlangsung sesuai dengan fokus utama yaitu

effectivitas continual improvement, delapan prinsip manajemen mutu tersebut

adalah :

1) Delapan Prinsip Manajemen Mutu

a) Fokus Pada Pelanggan

Kelangsungan hidup suatu perusahaan/organisasi sangat

ditentukan bagaimana pandangan pelanggan terhadap

perusahaan/organisasi tersebut. Suatu perusahaan/organisasi harus

memahami kebutuhan pelanggan karena pelanggan adalah kunci

meraih keuntungan. Oleh karena itu organisasi harus memahami

kebutuhan/keinginan pelanggan baik saat ini maupun di masa

mendatang, agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan dan mampu

melebihi harapan pelanggan.

Manfaat penting yang diperoleh pada organisasi dengan

menerapkan prinsip fokus pada pelanggan yaitu :

(1) Meningkatnya keuntungan dan mendapat perolehan pangsa pasar

yang cepat.

Page 43: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

(2) Meningkatnya penggunaan sumber daya organisasi yang efektif

untuk mempertinggi kepuasan pelanggan.

(3) Meingkatnya loyalitas pelanggan.

Penerapan prinsip pertama ini secara optimal nanatinya akan

mengarah pada hal-hal berikut:

(1) Menyelidiki dan memahami kebutuhan dan harapan pelanggan.

(2) Memastikan bahwa sasaran organisasi berhubungan dengan

kebutuhan dan harapan pelanggan.

(3) Mengkomunikasikan kebutuhan dan harapan pelanggan dengan

organisasi secara keseluruhan.

(4) Menyelaraskan pendekatan dalam memuaskan pelanggan dan

pihak yang berkepentingan serta mengambil tindakan atas hasil

yang didapatkan.

(5) Memastikan keseimbangan antara kepuasan pelanggan dengan

pihak lain yang berkepentingan, seperti pemilik, karyawan,

pemasok, pemodal, masyarakat dan negara.

b) Kepemimpinan

Penerapan prinsip kepemimpinan mengarah pada :

(1) Menetapkan kebijakan mutu, struktur organisasi,

mengidentifikasi dan menyediakan sumber daya.

(2) Menciptakan lingkungan kerja dimana semua personnel ambil

bagian dalam pencapaian target atau sasaran organisasi.

(3) Komitmen “continual improvement” sistem manajemen mutu.

c) Keterlibatan Personel

Keterlibatan seluruh karyawan dalam organisasi adalah

dasar yang sangat penting dalam prinsip manajemen mutu. Personel

semua level adalah inti organisasi: secara penuh harus ikut serta

dalam kelangsungan bisnis organisasi, sehingga:

(1) Mengidentifikasi tanggungjawab dan wewenang.

Page 44: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

(2) Mengidentifikasi kompetensi, kebutuhan, penyediaan dan

mengevaluasi pelatihan serta memelihara catatan pelatihan

(3) Mengidentifikasi dan mengendalikan faktor manusia dan area

kerja untuk mencapai kesesuaian produk.

d) Pendekatan Proses

Dalam konteks ISO 9001:2008, pendekatan proses

mensyaratkan organisasi untuk melakukan identifikasi, penerapan,

pengelolaan dan melakukan peningkatan mutu berkelanjutan

(continual quality improvement). Pendekatan secara proses

diperlukan saat menyusun dan menerapkan sistem mutu. Hal ini

menuntut setiap bagian/fungsi untuk memiliki visi terhadap

kepuasan pelanggan. Pendekatan proses mencakup:

(1) Orientasi hasil yang efektif.

(2) Sumber daya dan aktivitas dikendalikan sebagai proses.

(3) Secara sistematis mengidentifikasi dan mengendalikan proses

yang digunakan untuk memastikan kesesuaian produk.

e) Pendekatan Sistem Untuk Pengelolaan

Pendekatan sistem untuk pengelolaan didefinisikan sebagai

identifikasi pemahaman, dan pengelolaan sistem dari proses yang

saling terkait untuk pencapaian dan peningkatan sasaran

perusahaan/organisasi dengan efektif dan efisien.

Mengidentifikasikan, memahami dan mengendalikan sistem dan

interaksi antar proses untuk memberikan kontribusi pada efektivitas

dan efisiensi organisasi, sehingga suatu organisasi mampu:

(1) Menetapkan sasaran mutu tiap proses.

(2) Menetapkan interaksi dan rangkaian proses.

(3) Memantau dan mengukur efektivitas tiap proses.

Page 45: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

f) Peningkatan Berkesinambungan

Peningkatan berkesinambungan harus dijadikan sasaran dan

tujuan tetap organisasi sehingga Sasaran tetap organisasi dapat

diketahui dan ditetapkan dan kemudian juga organisasi mampu

memantau kinerja melalui sasaran mutu yang terukur tiap fungsi

terkait dan level dengan menggunakan peratalan seperti : audit

internal, tinjauan manajemen, corrective dan preventive action.

g) Pendekatan Faktual Pada Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan yang efektif didasarkan pada

analisis data dan informasi. Oleh karena itu pengambilan keputusan

harus didasarkan pada: logika, analisa data, serta informasi yang

tepat dan dapat dipertangung jawabkan.

h) Hubungan Saling Menguntungkan Dengan Mitra

Organisasi dan pemasoknya/supplier saling tergantung, dan

sudah selayaknya merupakan hubungan yang saling menguntungkan

dalam rangka meningkatkan kemampuan keduanya dalam

menciptakan nilai. Maka hubungan saling menguntungkan itu

didasarkan pada:

(1) Menetapkan dan mendokumentasikan persyaratan yang harus

dipenuhi oleh pemasok.

(2) Meningkatkan kemampuan kedua organisasi untuk lebih baik.

(3) Seleksi, meninjau dan mengevaluasi kinerja pemasok untuk

mengendalikan produk yang dipasok.

2) Manfaat Penerapan ISO 9001

Setelah mengetahui delapan prinsip manajemen tersebut dapat

ditemukan manfaat dari penerapan ISO 9001 yaitu :

a) Membuat sistem kerja menjadi standar kerja yang terdokumentasi

sehingga memudahkan pelaksanaan pekerjaan.

Page 46: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

b) Ada jaminan bahwa perusahaan mempunyai SMM dan produk yang

dihasilkan sesuai dengan keinginan pelanggan.

c) Dapat berfungsi sebagai standar kerja untuk melatih karyawan baru.

d) Menjamin bahwa proses yang dilaksanakan sesuai dengan SMM

yang ditetapkan.

e) Meningkatakan semangat pegawai karena merasa adanya kejelasan

kerja sehingga menjadi lebih efisien.

f) Adanya kejelasan hubungan tanggung jawab dan wewenang antara

bagian yang terlibat dalam melaksanakan pekerjaan.

g) Dapat mengarahkan karyawan agar berwawasan mutu dalam

memenuhi permintaan pelanggan (internal dan eksternal).

h) Meningkatkan konsistensi dan kualitas kerja.

i) Mengurangi kerja ulang dan menghemat biaya.

j) Membiasakan bertindak berdasarkan data.

k) Memungkinkan pemantauan mutu yang lebih ketat.

c. Aplikasi ISO 9001:2008 Di Pendidikan

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yang merupakan salah satu

seri dari ISO 9000 adalah hal baru dalam dunia pendidikan karena berasal

dari dunia industri yang identik sebagai penghasil produk. Istilah manajemen

mutu dan standar yang ditetapkannya menjadi tidak akrab bagi kebanyakan

masyarakat dalam pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan penerjemahan

istilah standar tersebut ke dalam konteks pendidikan. Salah satu konsep yang

ada dalam standar adalah bahwa sistem mutu harus dapat menghasilkan

produk dan mutu konsisten yang meyakinkan. Hal ini melahirkan masalah

metodologis di mana „produk‟ dalam pendidikan apapun definisinya, tidak

dapat diproduksi sesuai dengan ukura standar sistem mutu. Semula sistem

manajemen berbasis industri ini menekankan bahwa pelajar (atau nilai yang

diberikan kepada pelajar) merupakan „produk‟ dari proses pendidikan.

namun, menurut pendapat yang berargumentasi bahwa murid bukan produk

tetapi pelanggan primer, disepakati bahwa program sekolah dan proses

Page 47: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

pembelajaran juga dapat dikualifikasikan sebagai „produk‟. Di samping itu,

apapun definisi „produk‟ yang diadopsi, tetap tidak mungkin menghasilkan

produk secara konsisten. Masalahnya adalah bahwa dalam pendidikan, dan

jasa industri lain secara umum, interaksi antara pelanggan dan penyedia dapat

merubah mutu jasa yang disediakan. Semua guru tahu bahwa tidak ada dua

kelas yang identik, disebabkan pengalaman dan suasana interaksi dalam

kelas, laboratorium, dan wilayah belajar yang berbeda. Sama sekali tidak

mungkin untuk menyampaikan dan menyeragamkan pengalaman belajar

dengan tingkat yang betul-betul sama. Motivasi dan sikap para pelajar

merupakan aspek penting dalam mutu pendidikan yang mereka terima.

Sebuah sistem mutu pendidikan pasti menghadapi masalah ini, dan

ini adalah sesuatu yang sulit untuk dihadapi. Kebijakan mutu dan strategi

pelaksanaannya harus mengenal dampak konsistensi layanan terhadap

interaksi murid atau staf. Maka perlunya menerjemahkan maksud-maksud

ISO 9000 dalam pendidikan. Secara rinci terjemahan ISO 9001 dalam

pendidikan peneliti tampilkan di lampiran 1.

5. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

a. Hakikat Belajar

Benny A. Pribadi (2010) menyatakan pengertian mengenai belajar

yaitu, “Belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang agar memiliki

kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan” (hlm. 6).

Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya

pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya

dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi personal.

Tim Pengembang MKDP (mengutip dalam Sudjana, 1989)

menyatakan bahwa Belajar, pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap

semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai

proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai

pengalaman. belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan

memahami sesuatu (2011:127).

Page 48: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Benny A. Pribadi (mengutip dalam Robert M. Gagne, 1984) dapat

diartikan sebagai A natural process that leads to changes in what we know.

What we can do, and how we have (2010: 6). Maksud dari pernyataan di atas

intinya adalah belajar juga dapat dipandang sebagai proses alami yang dapat

membawa perubahan pada pengetahuan, tindakan, dan perilaku seseorang.

Dalam sumber Tim Pengembang MKDP (mengutip Gagne, 1984) Belajar

adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai

akibat dari pengalaman (2011: 124). Dari pengertian tersebut terdapat tiga

unsur pokok dalam belajar yaitu:

1) Proses

Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir

dan merasakan. seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan

perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat

diamati orang lain, akan tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri.

Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Guru

melihat dari kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas dan perasaan

siswa, sebagai contoh: siswa bertanya, menanggapi, menjawab

pertanyaan guru, diskusi, memecahkan permasalahan, melaporkan hasil

kerja, membuat rangkuman, dan sebagainya. Itu semua adalah gejala

yang tampak dari aktivitas mental dan emosional siswa.

2) Perubahan Perilaku

Hasil belajar akan tampak pada perubahan perilaku individu

yang belajar. seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku

sebagai akibat kegiatan belajarnya. Pengetahuan dan keterampilannya

bertambah, dan penguasaan nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula.

Menurut para ahli psikologi tidak semua perubahan perilaku

sebagai hasil belajar. Perubahan perilaku karena faktor kematangan,

karena lupa, karena minum minuman keras bukan termasuk hasil belajar,

karena bukan perubahan dari hasil pengalaman (berinteraksi dengan

Page 49: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

lingkungan). Dan tidak terjadi proses mental emosional dalam

beraktivitas.

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar diklasifikasikan

menjadi tiga domain yaitu: Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Demain

kognitif meliputi perilaku daya cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan

intelektual manusia, antara lain: kemampuan mengingat (knowledge),

memahami (comprehension), menerapkan (application), menganalisis

(analysis), mensistesis (synthesis), dan mengevaluasi (evaluation).

Domain afektif berkaitan dengan perilaku daya rasa atau emosional

manusia, yaitu kemampuan mengasai nilai-nilai yang dapat membentuk

sikap seseorang. Domain psikomotorik berkaitan dengan perilaku dalam

bentuk keterampilan-keterampilan motorik (gerakan fisik).

3) Pengalaman

Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi

karena individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan

fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah lingkungan di

sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam

bentuk hasil ciptaan manusia (cultural).

Belajar dapat dilakukan melalui pengalaman langsung maupun

pengalaman tidak langsung. Siswa yang melakukan eksperimen adalah

contoh belajar dengan pengalaman langsung. Sedang siswa belajar

dengan mendengarkan penjelasan guru atau membaca buku adalah

contoh belajar melalui pengalaman tidak langsung.

Dari beberapa kutipan dan uraian di atas dapat disimpulkan

beberapa hal yang menyangkut hakikat belajar sebagai berikut :

1) Belajar merupakan suatu proses, yaitu kegiatan yang berkesinambungan

yang dimulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup.

2) Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif

dan permanen.

Page 50: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

3) Hasil belajar ditunjukkan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara

keseluruhan.

4) Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain: aspek

motivasi, emosional, sikap, dan sebagainya.

b. Hakikat Pembelajaran

1) Pengertian Pembelajaran

Benny A. Pribadi (mengutip Gagne, 1984) bahwa, A set of

events embedded in purposeful activities that facilitate learning (2010:

9). Maksud dari pernyataan Gagne tersebut intinya yaitu pembelajaran

adalah serangkaian aktivitas yang disengaja diciptakan dengan maksud

untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Sistem Pendidikan

Nasional dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 mendefinisikan mengenai

pembelajaran yaitu, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah

pengajaran dan istilah belajar-mengajar. Pembelajaran adalah suatu

upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk

membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah),

pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena

guru merupakan tenaga profesional yang dipersiapkan untuk itu.

Pembelajaran di sekolah semakin berkembang dari pengajaran yang

bersifat tradisional sampai pembelajaran dengan sistem modern.

Kegiatan pembelajaran bukan lagi sekadar kegiatan mengajar

(pengajaran) yang mengabaikan kegiatan belajar, yaitu sekadar

menyiapkan pengajaran dan melaksanakan prosedur mengajar dalam

pembelajaran tatap muka. Akan tetapi, kegiatan pembelajaran lebih

kompleks lagi dan dilaksanakan dengan pola-pola pembelajaran yang

bervariasi.

Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk

memperoleh kompetensi atau berupa pengetahuan, keterampilan, dan

Page 51: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

sikap yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan. Upaya untuk

meningkatkan efektvitas proses pembelajaran selalu dilakukan tanpa

henti. Proses pembelajaran dapat dipandang sebagai sebuah sistem

dengan komponen-komponen yang berinterfungsi satu sama lain. Dalam

sebuah sistem, komponen yang satu akan menjadi masukan bagi

komponen-komponen yang lain dalam mencapai tujuan.

2) Proses Pembelajaran

Bila semua paradigma masyarakat dalam institusi pendidikan

baik sekolah ataupun perguruan tinggi telah memahami dengan baik

tentang proses pembelajaran siswa aktif, learning how to learn,

penyiapan sumber daya telah diatur dengan baik, dan penyiapan konten

yang sudah tersedia dengan baik, dan RPP/SAP yang telah mengatur

dengan baik mekanisme proses pembelajaran, maka proses pembelajaran

akan berjalan dengan lebih mudah. Proses pembelajaran hanya

menerapkan kemampuan dan menggunakan sarana serta mengikuti

mekanisme yang telah diatur dengan baik dalam RPP/SAP. Proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan baik akan mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Selain menerapkan proses pembelajar telah ditata

dengan baik, juga harus selalu meminta feed back dan melakukan kajian

untuk terus membenahi proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat

melalui tatap muka di dalam ruang kelas dan dapat melalui media

elektronik sesuai dengan pengaturan dalam SAP. Sebagai contoh yang

diterapkan di perguruan tinggi proses pembelajaran melalui internet

mendorong mahasiswa lebih aktif dalam pembelajaran karena harus

berkomunikasi secara maya dengan para dosen, dan mahasiswa lain di

samping mengembara di dalam dunia pengetahuan lain.

Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep

mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya

terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan

aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagai suatu

Page 52: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

system, sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen

siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan. Fasilitas

dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Tim

Pengembang MKDP (mengutip dalam Davis, 1974) bahwa:

Learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan

antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau

pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku

pembelajaran untuk mencapai tujuan. Demikian halnya juga

dengan teaching system, di mana komponen perencanaan mengajar,

bahan ajar, tujuan materi, dan metode, serta penilaian, dan langkah

mengajar akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk

mencapai tujuan. (2011: 133)

Kenyataan bahwa dalam proses pembelajaran terjadi proses

pengorganisasian, pengelolaan, dan transformasi informasi oleh dan guru

kepada siswa. Ketiga katergori kegiatan dalam proses pembelajaran ini

berkaitan erat dengan aplikasi dan konsep sistem informasi manajemen.

Keterampilan mengorganisasi informasi ini merupakan dasar

kelancaran proses pembelajaran. Tim Pengembang MKDP (mengutip

dalam Agnew dkk, 1996) menyatakan bahwa, Belajar adalah kemampuan

untuk mampu mengorganisasi informasi merupakan hal yang mendasar

bagi seseorang siswa (2011: 133). Tim Pengembang MKDP (mengutip

dalam Meier, 2002)mengemukakan bahwa, Semua pembelajaran

manusia pada hakikatnya mempunyai empat unsure, yakni persiapan

(preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice),

penampilan hasil (performance) (2011: 133).

Dalam proses pembelajaran meliputi kegiatan dari membuka

sampai menutup pelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran meliputi; (1)

kegiatan awal, yaitu melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan

pembelajaran, dan bila dianggap perlu melakukan pretest; (2) kegiatan

inti, yaitu kegiatan utama yang dilakukan guru dalam memberikan

pengalaman belajar, melalui berbagai strategi dan metode yang dianggap

sesuai dengan tujuan dan materi yang akan disampaikan; (3) kegiatan

Page 53: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

akhir, yaitu menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan pemberian tugas

atau pekerjaan rumah bila dianggap perlu.

a) Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta

belajar untuk belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan

bahkan dapat berhenti sama sekali. Namun, karena terlalu

bersemangat untuk mendapat materi, tahap ini sering diabaikan,

sehingga mengganggu pembelajaran yang baik. Persiapan

pembelajaran itu seperti mempersiapkan tanah untuk ditanami benih.

Jika dilakukan dengan benar, niscaya menciptakan kondisi yang baik

untuk perumbuhan yang sehat. Demikian juga dalam pembelajaran

jika persiapan matang sesuai dengan karakteristik kebutuhan, materi,

metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan guru, maka

hasilnya diasumsikan akan lebih optimis. Tahap ini penting bahwa

untuk mendekati situasi belajar, misalnya peserta belajar harus

menghadapi segala macam rintangan yang potensial dapat

mengganggu. Seperti tidak merasakan adanya manfaat, takut gagal,

benci pada topic pelajaran, dipaksa hadir, merasa sudah tahu, dan

merasa bosan. Semua rintangan ini dan yang lainnya dapat

menyebabkan stress, beban otak dan kemerosotan kemampuan

belajar.

Berdasarkan hal di atas, maka tujuan tahap persiapan adalah

untuk menimbulkan minat peserta belajar, memberi mereka perasaan

positif mengenai pengalaman belajar yang akan dating dan

menempatkannya dalam situasi optimal untuk belajar. Hal tersebut

dapat dilakukan dengan memberikan sugesti positif, memberikan

pernyataan yang memberikan manfaat, memberikan tujuan yang

jelas dan bermakna. Tahap ini bertujuan membangkitkan rasa ingin

tahu, menciptakan lingkungan fisik, emosional, sosial yang positif.

Menenangkan rasa takut, menyingkirkan hambatan belajar, banyak

bertanya dan mengemukakan banyak masalah, merangsang rasa

Page 54: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

ingin tahu, dan mengajak belajar penuh dari awal. Banyak orang

mempunyai perasaan negatif tentang belajar. Kenangan tak sadar

mereka mengaitkan belajar dengan rasa sakit, terhina, terkurung, dan

sebagainya. Jika mereka tidak menggantikan sugesti negatif ini

dengan yang positif, maka pembelajaran mereka akan terhalang. Hal

ini dikarenakan gambaran negatif semacam itu cenderung mewarnai

pengalaman dengan asumsi.

b) Penyampaian (Presentation)

Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran

dimaksudkan untuk mempertemukan peserta belajar dengan materi

belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik.

Presentasi berarti penemuan, di mana fasilitator dapat memimpin,

tetapi peserta belajar yang harus menjalani pertemuan itu.

Pembelajara berasal dari keterlibatan aktif dan penuh seorang peserta

belajar dengan pelajaran, dan bukan dari mendengarkan presentasi

guru atau dosen saja. Belajar adalah menciptakan pengetahuan,

bukan menekan informasi, maka presentasi dilakukan semata-mata

untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus

utama.

Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu

yang dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif

melibatkan peserta belajar dalam menciptakan pengetahuan di setiap

langkahnya. Sedangkan tujuan tahap penyampaian adalah membantu

peserta belajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara

yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindra dan

cocok untuk untuk semua gaya belajar. Hal ini dapat dilakukan

melakukan uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan,

pengamatan fenomena dunia nyata, pelibatan seluruh otak dan tubuh

peserta belajar. Selain itu dapat dilakukan dengan presentasi

interaktif, melalui aneka macam cara yang disesuaikan dengan

Page 55: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

seluruh gaya belajar termasuk melalui proyek belajar berdasarkan-

kemitraan dan berdasarkan tim, pelatihan menemukan, atau dengan

member pengalaman belajar di dunia nyata yang kontektual serta

melalui pelatihan memecahkan masalah.

c) Latihan (Practice)

Tahap ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap

70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah

pembelajaran yang sebenarnya berlangsung. Bagaimanapun, apa

yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran yang

menciptakan pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan,

dikatakan, dan dilakukan oleh instruktur atau pendidik. Peranan

instruktur atau pendidik hanyalah memprakarsai proses belajar dan

menciptakan suasana yang mendukung kelancaran pelatihan. Dengan

kata lain, tugas instruktur atau pendidik adalah menyusun konteks

tempat peserta belajar dapat menciptakan isi yang bermakna

mengenai materi belajar yang sedang dibahas.

Peranan guru adalah mengajak peserta belajar yang baru

dengan cara yang dapat membantu mereka memadukannya ke dalam

struktur pengetahuan makna dan keterampilan internal yang tertanam

di dalam dirinya. Membangun struktur makna yang baru dari

pengalaman dapat mengambil dari berbagai bentuk dan pengalaman

belajar sebelumnya. Yang terbaik adalah jika hal ini melibatkan

seluruh aspek sistem tubuh atau pikiran.

Tujuan tahap pelatihan adalah membantu peserta belajar

mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru

dengan berbagai cara. Seperti aktivitas pemrosesan, permainan

dalam belajar, aktivitas pemecahan masalah, refleksi dan artkulasi

individu, dialog berpasangan atau kelompok, pembelajaran, dan

tinjauan kolaboratif termasuk aktivitas praktis dalam membangun

keterampilan lainnya.

Page 56: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

d) Penampilan Hasil (Performance)

Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi

pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman

menjadi kearifan, dan kearifan menjadi tindakan. Nilai setiap

program belajar terungkap hanya dalam tahap ini. Namun banyak

yang mengabaikan tahap ini. Padahal ini sangat penting disadari,

bahwa tahap ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan proses

belajar. Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan

pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah

mengalami tiga tahap pertama dalam siklus pembelajaran, kita perlu

memastikan bahwa orang melaksanakan pengetahuan dan

keterampilan baru mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata

bagi diri mereka sendiri, organisasi, dan klien organisasi. Tujuan

tahap penampilan hasil adalah membantu peserta belajar menerapkan

dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada

pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil

akan terus meningkat, seperti penerapan di dunia maya dalam tempo

segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, dan aktivitas

penguatan penerapan. Pelatihan terus-menerus, usaha balik dan

evaluasi kerja aktivitas dukungan kawan, perubahan organisasi

lingkungan yang mendukung. Dengan demikian, sejalan dengan

konsep pembelajaran yang berkembang, maka hakikat inovasi

pembelajaran dapat ditelusuri dari keempat unsure tersebut. Artinya,

jika keempat unsur tersebut ada, maka pembelajaran dapat dikatakan

berlangsung.

Page 57: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

6. Indikator Keberhasilan Pembelajaran

Berdasarkan uraian materi yang cukup rinci yang membahas mengenai

belajar dan pembelajaran peneliti menyimpulkan ada empat indikator utama penentu

keberhasilan pembelajaran yaitu: pendidik, siswa, sumber belajar, dan lingkungan.

Hal ini juga dikuatkan oleh Sistem Pendidikan Nasional dalam UU RI No. 20 Tahun

2003 mendefinisikan mengenai pembelajaran yaitu: “Pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar”.

a. Pendidik

Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya yang merujuk

pada pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan

kesetiaan. Guru merupakan profesi atau jabatan yang memerlukan keahlian

khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang

orang di luar bidang pendidikan. Suatu profesi umumnya berkembang dari

pekerjaan, kemudian berkembang makain matang serta ditunjang oleh tiga hal

(keahlian, komitmen, dan keterampilan) yang membentuk sebuah segitiga sama

sisi yang di tengahnya terletak profesionalisme, walaupun pada kenyataannya

masih dilakukan oleh orang di luar kependidikan atau orang yang tidak ditunjang

oleh profesionalisme yang matang. Berdasarkan hal di atas seorang guru agar

dapat melakukan secara profesional pekerjaannya tentu saja harus memiliki

kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap (attitude),

dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.

Guru dapat didefinisikan sebagai pihak yang merupakan subyek dari

pelaksanaan pendidikan. Sementara itu dikutip dalam Umiarsi dan Imam Gojali

(mengutip dalam Maryam Rudianto) mendefinisikan bahwa, guru sebagai orang

yang membantu peserta didik untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai

(2011: 202). Secara leksikal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru

diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)

mengajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pasal 39 ayat (1) disebutkan bahwa:

Page 58: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Sehingga dalam konteks ini dapat disimpulkan bahwa guru adalah

tenaga profesional yang pekerjaan utamanya mengajar dan mendidik sebagai

bentuk pengabdian kepada komunitas belajar (learning community) atau dalam

lingkup lebih luas kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan kesimpulan

ini, maka setiap aktivitas yang dilakukan seseorang dalam konteks pendidikan

akan terejawantahkan dalam bentuk guru sebagai fasilitator, inisiator, mediator,

ataupun evaluator.

1) Kompetensi Guru

Sebenarnya apakah seorang guru itu harus profesional? Dalam

pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa standar nasional

pendidikan yang terdiri atas standar isi, standar proses, standar kompetensi

lulusan, standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar

pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan harus

ditingkatkan secara berencana dan berkala.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen, mengisyaratkan bahwa guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia

dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai bahwa guru haruslah

orang yang memiliki instink sebagai pendidik, mengerti dan memahami

peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang

keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Kedudukan

guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

(1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen

pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Yang dimaksud dengan guru sebagai agen pembelajaran (learning agent)

Page 59: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

adalah peran guru antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu,

perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.

Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat

kompetensi tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a) Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran, sekurang-kurangnya meliputi (1) pemahaman wawasan

atau landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, (3)

pengembangan kurikulum/silabus, (4) perancangan pembelajaran, (5)

pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) pemanfaatan

teknologi pembelajaran, (7) evaluasi proses dan hasil belajar, dan (8)

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya.

b) Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup (1) berakhlak

mulia, (2) arif dan bijaksana, (3) mantap, (4) berwibawa, (5) stabil, (6)

dewasa, (7) jujur, (8) mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan

masyarakat, (9) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan (10)

mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

c) Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat, sekurang-kurangnya meliputi (1) berkomunikasi lisan,

tulisan, dan/atau isyarat, (2) menggunakan teknologi komunikasi dan

informasi secara fungsional,(3) bergaul secara efektif dengan peserta

didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan

pendidikan, orang tua/wali peserta didik, (4) bergaul secara santun

dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem

nilai yang berlaku, dan (5) menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan

semangat kebersamaan.

d) Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai

pengetahuan bidang ilmu, teknologi, dan/atau seni yang sekurang-

Page 60: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

kurang meliputi penguasaan (1) materi pelajaran secara luas dan

mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,

dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampunya, dan (2) konsep-

konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan

yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan

pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang

diampu.

Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif

dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru

meliputi (a) pengenalan peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan

bidang studi baik disiplin ilmu (diciplinary content) maupun bahan ajar

dalam kurikulum sekolah (pedagogical content); (c) penyelenggaraan

pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk

perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan

profesionalitas secara berkelanjutan.

Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia nomor 14

tahun 2005 menyatakan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan

bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai

berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,

ketakwaan, dan akhlak mulia;

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai

dengan bidang tugas;

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;

e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;

f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;

g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

Page 61: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan; dan

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur

hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan

keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau

norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru sebagai tenaga

profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan

oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan

sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang

pendidikan tertentu.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang

bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni;

3) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis

kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang

keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;

4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode

etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan

5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

2) Aspek Dan Indikator Kompetensi Pedagogik Guru

Seperti yang tercantum di atas mengenai kompetensi guru

berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun

2005 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

sosial, dan kompetensi profesional. Dalam penelitian ini, peneliti lebih

memfokuskan pada kompetensi pedagogik guru karena memiliki andil

Page 62: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

cukup besar dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang

terjadi. Hal tersebut berdasarkan pernyataan dari Kemendiknas (2010) yaitu:

Kompetensi pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang

mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi pedagogik pada dasarnya

adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik.

Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan

membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan

tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya.

Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya

belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan

(pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh

bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu

yang bersangkutan.

Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru terdapat 7

(tujuh) aspek dan 45 (empat puluh lima) indikator yang berkenaan

penguasaan kompetensi pedagogik. Berikut ini disajikan ketujuh aspek

kompetensi pedagogik beserta indikatornya:

a) Menguasai Karakteristik Peserta Didik

Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang

karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran.

Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial,

emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya:

a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta

didik di kelasnya,

b) Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan

kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan

pembelajaran,

c) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar

yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan

kemampuan belajar yang berbeda,

d) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku

peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak

merugikan peserta didik lainnya,

Page 63: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

e) Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi

kekurangan peserta didik,

f) Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu

agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik

tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok‐olok, minder, dsb).

b) Menguasasi Teori Belajar Dan Prinsip‐Prinsip Pembelajaran Yang

Mendidik

Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi,

metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai

dengan standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan

memotivasi mereka untuk belajar:

a) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai

materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui

pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,

b) Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap

materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas

pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,

c) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang

dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan

rencana, terkait keberhasilan pembelajaran,

d) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan

belajar peserta didik,

e) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu

sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun

proses belajar peserta didik,

f) Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang

memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan

menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran

berikutnya.

Page 64: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

c) Pengembangan Kurikulum.

Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan

terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan

lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan

menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta

didik:

a) Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum,

b) Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus

untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat

mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan,

c) Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan

tujuan pembelajaran,

d) Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan

pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan

tingkat kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di

kelas dan (5) sesuai dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta

didik.

d) Kegiatan Pembelajaran Yang Mendidik

Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan

pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu

melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai

materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik

peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan Teknologi Informasi

Komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran:

a) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan

yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas

tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya,

Page 65: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

b) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk

membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji

sehingga membuat peserta didik merasa tertekan,

c) Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi

tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar

peserta didik,

d) Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai

tahapan proses pembelajaran, bukan semata‐mata kesalahan yang

harus dikoreksi. Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu

peserta didik lain yang setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut,

sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yamg benar,

e) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan

mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta

didik,

f) Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan

waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan

usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian

peserta didik,

g) Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk

dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat

termanfaatkan secara produktif,

h) Guru mampu audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan

motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan

kondisi kelas,

i) Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk

bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik

lain,

j) Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis

untuk membantu proses belajar peserta didik. Sebagaicontoh: guru

Page 66: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta

didik terhadap materi sebelumnya, dan

k) Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio‐visual

(termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar pesertadidik

dalam mencapai tujuan pembelajaran.

e) Pengembangan Potensi Peserta Didik

Guru mampu menganalisis potensi pembelajaran setiap

peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik

melalui program embelajaran yang mendukung siswa

mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya

sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi

mereka:

a) Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian

terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan

masing‐masing.

b) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang

mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan

pola belajar masing‐masing.

c) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk

memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis

peserta didik.

d) Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses

pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada setiap individu.

e) Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat,

potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.

f) Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai

dengan cara belajarnya masing-masing.

g) Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan

mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang

disampaikan.

Page 67: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

f) Komunikasi Dengan Peserta Didik

Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun

dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru

mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada

komentar atau pertanyaan peserta didik:

a) Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan

menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan

terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide

dan pengetahuan mereka.

b) Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan

dan tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika

diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi

pertanyaan/tanggapan tersebut.

c) Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan

mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa

mempermalukannya.

d) Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan

kerja sama yang baik antarpeserta didik.

e) Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua

jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah

untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.

f) Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan

meresponnya secara lengkap danrelevan untuk menghilangkan

kebingungan pada peserta didik.

g) Penilaian dan Evaluasi

Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil

belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas

efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil

penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan

Page 68: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam

proses pembelajarannya:

a) Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang

tertulis dalam RPP.

b) Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis

penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan

mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik,

tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang

telah dan akan dipelajari.

c) Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi

topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan

kelemahan masing‐masing peserta didik untuk keperluan remedial

dan pengayaan.

d) Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan

merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya,

dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran,

rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.

e) Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan

rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

b. Peserta Didik

Dalam dunia pendidikan di Indonesia, ada istilah atau kosa kata yang

tidak asing bagi kita semua, yaitu murid/siswa, pelajar, anak didik dan peserta

didik. Istilah murid/siswa mempunyai arti orang yang sedang belajar atau

bersekolah. Arti pelajar adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu di dalam

lembaga pendidikan dasar dan menengah. Istilah anak didik mempunyai arti

anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan oleh orang tua/wali kepada

tanggung jawab guru atau guru yang menyayangi murid seperti anaknya sendiri.

Adapun istilah peserta didik adalah kata yang saat ini sering dipakai pada proses

pembelajaran di sekolah. Penggunaan istilah peserta didik lebih ditekankan

Page 69: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

kepada pentingnya murid/siswa untuk berperan secara aktif dalam proses

pembelajaran.

Perubahan istilah dari murid/siswa ke anak didik, kemudian dari anak

didik ke peserta didik, bertujuan untuk memberikan perubahan tugas, kewajiban

dan tanggung jawab seorang murid/siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini

tercermin dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pengertian peserta didik adalah

anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses

pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Sejak lama proses pembelajaran di sekolah pada umumnya dilakukan

secara konvensional, yaitu melalui teknik komunikasi oral. Proses pembelajaran

semacam ini lebih cenderung menekankan bagaimana guru mengajar (teacher

centered) daripada bagaimana peserta didik belajar (student centered), dan

secara keseluruhan hasilnya tidak banyak memberikan kontribusi bagi

peningkatan mutu proses dan hasil belajar peserta didik.

Pembelajaran yang bersifat teacher centered untuk masa sekarang

dipandang kurang efektif karena kurang melibatkan pengembangan kemampuan

berpikir dan bertindak secara kritis, kurang dapat mengembangkan kemampuan

berkolaborasi dalam proses belajar mengajar, peserta didik kurang termotivasi

dan kurang bertanggung jawab terhadap proses belajar.

Dalam proses pembelajaran, terjadi interaksi positif antara guru dan

peserta didik. Guru memiliki peranan utama dalam menentukan kualitas proses

pembelajaran yang dilaksanakan berkaitan dengan pengetahuan (kognitif), sikap

(afektif) dan keterampilan (psikomotor) yang akan diperoleh peserta didik .

Motivasi peserta didik adalah unsur utama dalam proses pembelajaran.

Motivasi adalah dasar pemikiran dan keinginan yang kuat bagi seseorang untuk

melakukan sesuatu. Dengan motivasi yang tinggi, peserta didik akan mampu

menghadapi berbagai tantangan di depannya. Tidak mudah menyerah ketika

mengerjakan soal ulangan yang sulit, tidak mudah mengeluh ketika menghadapi

berbagai macam tugas, dan mampu menyelesaikan tugas dan persoalan dengan

baik dan benar.

Page 70: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Secara singkat, motivasi yang tinggi mampu membuat proses

pembelajaran jadi lebih bergairah dan bersemangat. Peserta didik akan memiliki

niat dan semangat untuk bersama-sama menjadi yang terbaik dalam meraih

mimpi dan cita-citanya. Jika kondisi seperti ini sudah tercapai, maka semua mata

pelajaran yang akan diterima di sekolah akan dipelajari dengan ikhlas, punya

niat dan semangat yang tinggi dalam belajar.

Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan dalam

merencanakan proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas, yang

berpedoman pada pendekatan, strategi, metode yang akan digunakan, tujuan

pembelajaran, tahap kegiatan, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran menuntut peran serta secara aktif peserta didik dalam

proses pembelajaran, karena merupakan syarat pertama dan utama dalam proses

pembelajaran. Peserta didik perlu menyadari tentang tugas dan tanggung jawab

dalam proses pembelajaran, karena mereka yang melakukan aktivitas-aktivitas

pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.

Menurut UNESCO (2004), ada empat pilar pendidikan yang harus

dipahami oleh guru dan peserta didik, yaitu learning to do, learning to know,

learning to be, and learning to live together. Dalam proses pembelajaran, para

guru tidak seharusnya memposisikan peserta didik sebagai pendengar ceramah,

seperti botol kosong yang diisi dengan ilmu pengetahuan. Peserta didik harus

diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman

belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya, sehingga mampu

membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya

(learning to know). Diharapkan hasil interaksi dengan lingkungannya itu dapat

membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be). Kesempatan

berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi (learning

to live together) akan membentuk kepribadiannya untuk memahami

kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap

keanekaragaman dan perbedaan hidup.

Page 71: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

c. Sumber Belajar

Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa

data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam

belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga

mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai

kompetensi tertentu.

Sumber belajar memiliki fungsi :

1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat

laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik

dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat

lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.

2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual,

dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b)

memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan

kemampuannnya.

3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a)

perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b)

pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.

4) Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan

kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih

kongkrit.

5) Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan

antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang

sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan

informasi yang mampu menembus batas geografis.

Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti

penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil

pembelajaran siswa.

Ada beberapa jenis sumber belajar secara garis besarnya, terdapat dua

jenis sumber belajar yaitu:

Page 72: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

1) Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber

belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen

sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan

bersifat formal.

2) Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu

sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran

dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk

keperluan pembelajaran

Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat

berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan

sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh

masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku,

transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran,

relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat

keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator,

mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/

teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan,

percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan:

ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum,

kantor dan sebagainya.

d. Lingkungan

Lingkungan yaitu situasi yang tersedia di mana pesan itu di terima oleh

siswa. Lingkungan terdiri atas lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik

seperti gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, studio, auditorium, taman

dan lain-lain. Lingkungan non fisik seperti penerangan sirkulasi udara dan lain-

lain.

Selanjutnya lingkungan yang di sebut sebagai sumber belajar adalah

tempat atau ruangan yang dapat mempengaruhi siswa. Tempat dan ruangan

tersebut ada yang di rancang (by Design) khusus untuk tujuan pengajaran,

misalnya gedung sekolah ruang perpustakaan dan laboratorium, studio dan

Page 73: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

sebagainya. selain itu ada juga tempat atau ruangan yang bukan di rancang

secara khusus atau hanya dimanfaatkan sebagai sumber belajar untuk tujuan

pengajaran, seperti gedung dan peninggalan sejarah, bangunan industri

lingkungan pertanian, museum, pasar, tempat rekreasi dan lain-lain.

Menurut tim redaksi bukittingginews (dikutip dalam Semiawan 1990:

96) ada empat sumber belajar yang berkenaan langsung dengan lingkungan

sebagai berikut:

1) Masyarakat kota atau desa sekeliling sekolah.

2) Lingkungan fisik di sekitar sekolah.

3) Bahan sisa yang tidak terpakai dan barang bekas yang terbuang yang dapat

menimbulkan pemahaman lingkungan.

4) Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi di manfaatkan cukup menarik

perhatian siswa. Ada peristiwa yang tidak mungkin atau tidak dapat

dipastikan akan terulang kembali. Jangan lewatkan peristiwa itu tanpa

adanya catatan pada buku atau alam pikiran siswa.

Berdasarkan kutipan di atas maka dapat kita lihat bahwa di sekitar

sekolah terdapat berbagai macam sumber belajar yang dapat di manfaatkan oleh

guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian siswa akan

lebih mengenal lingkungannya, pengetahuan siswa akan lebih autentif, sifat

verbalisme pada siswa dapat dikurangi serta siswa akan lebih aktif dan lebih

banyak berlatih.

Page 74: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

B. Kerangka Berpikir

Penerapan TQE (Total Quality Education) atau dikenal dengan manajemen

mutu terpadu pendidikan membawa sebuah SMM ISO 9001:2008 dari manajemen

dunia industri ke dunia pendidikan. Hal ini seharusnya memiliki alasan yang cukup

“urgent” agar penerapannya di dunia pendidikan tidak hanya menjadi sebuah wacana

saja, namun juga dapat dirasakan dampak positifnya dalam dunia pendidikan itu

sendiri. Di atas kertas memang semua institusi pendidikan yang sudah bersertifikat

SMM ISO 9001:2008 memiliki standar perencanaan, pengelolaan dan komitmen

yang baik untuk meningkatkan kualitas mutu sekolah termasuk di dalamnya kualitas

pembelajaran. Namun, faktanya di lapangan ada beberapa hal yang membuat kualitas

pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini menjadi sebuah hal

menarik dan penting untuk diteliti bukan dengan maksud untuk mencari kekurangan

dan kelemahan namun untuk mencari titik permasalahan yang terjadi agar dapat

diambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaikinya agar kualitas proses

pembelajaran di sekolah benar-benar meningkat seiring dengan didapatkannya SMM

ISO 9001:2008 di sekolah tersebut.

SMM ISO 9001:2008 yang kini menjadi andalan dalam mendampingi nama

sebuah sekolah, seolah menjadi “trend” yang tidak terelakkan bagi kepopuleran

sekolah tersebut. Namun apakah SMM ISO 9001:2008 benar-benar efektif dalam

memberikan perubahan perbaikan nyata pada proses pembelajaran di sekolah ?. Hal

ini masih memerlukan pencarian fakta yang dilakukan secara ilmiah. Memang SMM

ISO 9001:2008 bukanlah SMM yang menjamin kualitas proses pembelajaran di

sekolah alih-alih menjamin kualitas lulusan. Namun jika melihat respon positif dari

eksternal customer seharusnya dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 di sekolah

tersebut proses pembelajaran yang terjadi di sekolah kualitasnya juga meningkat

yang berdampak pada meningkatnya kualitas mutu sekolah dan pada akhirnya

kepercayaan dunia industri dan masyarakat meningkat. Oleh karena itu, perlu

diadakan penelitian untuk mengetahui seberapa efektifnya SMM ISO 9001:2008

pada proses pembelajaran yang terjadi di sekolah, berikut adalah bagan kerangka

berpikirnya :

Page 75: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir

TQE (Total Quality Education)

Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan

Proses Pembelajaran

Meningkatnya Kualitas

Mutu Sekolah

Meningkatnya Kepercayaan Eksternal Customer

SMK Pancasila Surakarta

Bersertifikat ISO 9001:2008

Efektivitas

SMM ISO 9001:2008

Pendidik

Peserdik

Sumber Belajar

Lingkungan

Page 76: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah efektivitas SMM ISO 9001:2008 berperan dalam proses

pembelajaran siswa berdasarkan indikator keberhasilan proses pembelajaran di

SMK Pancasila Surakarta ?

2. Seberapa efektifkah SMM ISO 9001:2008 berperan dalam proses pembelajaran

siswa berdasarkan indikator keberhasilan proses pembelajaran di SMK Pancasila

Surakarta ?

Page 77: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMK Pancasila Surakarta yang

difokuskan pada proses pembelajaran di sekolah sebagai sumber data utama.

Yang beralamat di Jl. Apel No. 5 Jajar-Laweyan Surakarta. Telp./Fax : 0271-

71045.

2. Waktu Penelitian

Proses penelitian ini direncanakan untuk dilaksanakan dari bulan

November 2011 sampai dengan Mei 2012. Berikut adalah jadwal kegiatan

penelitiannya :

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Waktu Pelaksanaan

Masuk lapangan melakukan survey

awal

1 November – 3 Desember 2011

Penyusunan proposal 11 Desember 2011 – 12 Februari

2012

Seminar proposal 20 Februari 2012

Diskusi dan revisi proposal 20 Februari – 24 Februari 2012

Mengurus perizinan 27 Februari – 3 Maret 2012

Penelitian 5 Maret – 28 April 2012

Analisis data dan penyusunan laporan 28 April – 11 Mei 2012

B. Bentuk Dan Strategi Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluasi dengan menggunakan

pendekatan model evaluasi CIPP (Context Input Process Product) yang

dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk. (1967) model ini memandang program yang

dievaluasi sebagai sebuah sistem. Program yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah proses pembelajaran yang dikategorikan oleh CIPP sebagai “program

58

Page 78: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

pemrosesan”. Suharsimi Arikunto (2010) menyatakan, yang dimaksud dengan

“program pemrosesan” adalah “Program yang kegiatan pokoknya mengubah bahan

mentah (input) menjadi bahan jadi sebagai hasil proses atau keluaran (output)”(hlm.

49).

Penelitian evaluasi ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang akurat

tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan di SMK Pancasila Surakarta.

Penelitian dilakukan dengan membandingkan data hasil penelitian yang diperoleh

dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya melalui analisis context dari

terjemahan indikator kesesuaian SMM ISO 9001:2008 ke kriteria indikator

keberhasilan proses pembelajaran, sehingga diperoleh berbagai informasi yang dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan, rekomendasi dan pengambilan kebijaksanaan

lebih lanjut guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran

Bentuk dan strategi penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan

menggunakan data kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif. Data kuantitatif

diperoleh melalui angket yang disebar kepada siswa. Selain itu, penelitian ini juga

didukung data kualitatif yang diperoleh melalui hasil wawancara dan observasi yang

dilakukan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

Sukmadinata (2007) menyatakan, “Penelitian deskriptif dalam bidang

pendidikan dan kurikulum pengajaran merupakan hal yang cukup penting,

mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran,

implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang, dan satuan pendidikan”(hlm.

60). Berdasarkan hal tersebut peneliti beranggapan dengan bentuk dan strategi

penelitian deskriptif sangat tepat untuk diterapkan pada penelitian ini.

C. Sumber Data

Menurut dikutip dalam Moleong (mengutip dalam Lofland 1984: 47)

menyatakan bahwa, Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata,

dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. (2011:

257). Sumber data dari penelitian ini akan peneliti dapatkan langsung di tempat

penelitian, yaitu di SMK Pancasila Surakarta. Yang dimaksud dengan sumber data

utama “kata-kata dan tindakan” adalah peneliti menggali informasi melalui informan

Page 79: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

dan melakukan pengamatan terhadap fenomena yang terjadi di tempat tersebut yang

berkaitan dengan proses pembelajaran. Penggalian informasi melalui informan dapat

dilakukan dengan melakukan wawancara sedangkan pengamatan dapat dilakukan

dengan melakukan observasi. Sedangkan data tambahan didapatkan dari

dokumentasi baik melalui dokumen, arsip, dan sumber tertulis lainnya. Berikut

adalah fokus informan dan data tambahan yang direncanakan oleh peneliti sebagai

sumber data :

1. Informan

Informan peneliti fokuskan dari pihak sekolah meliputi kepala sekolah,

Ketua Kompetensi Keahlian (K3), perwakilan guru mata pelajaran produktif,

normatif, adaptif, staf QMR (Quality Management Representative), dan staf

kurikulum.

2. Responden

Responden yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas XII. Responden ini akan digunakan sebagai sumber data kuantitatif

pada saat peneliti menggunakan instrumen angket. Responden ini tidak hanya

digunakan untuk angket penelitian namun juga untuk angket uji coba. Dimana

jumlah keseluruhan kelas XII ada tujuh kelas dan peneliti akan mengambil salah

satu kelas yang akan digunakan untuk menyebar angket uji coba.

3. Data Tambahan

Data tambahan peneliti fokuskan pada dokumen dan arsip sekolah yang

berhubungan dengan SMM ISO 9001:2008, data sekolah, data guru, data sarana

pra sarana, dan lain-lain yang dibutuhkan sebagai data penunjang. Data tambahan

ini peneliti gunakan sebagai crosscheck sebagai validitas data.

Page 80: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik

nonprobability sampling yang difokuskan lebih mendalam pada teknik purposive

sampling. Sugiyono (2010) mengungkapkan yang dimaksud dengan “nonprobability

sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel” (hlm. 53).

Sedangkan yang dimaksud dengan purposive sampling Sugiyono (2010)

menyatakan, “Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu” (hlm. 54). Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang

tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia

sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajah obyek/situasi

sosial yang diteliti.”

1. Populasi Penelitian

Sebenarnya pada penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah

populasi, tetapi Sugiyono (mengutip dalam Spradley) dinamakan, “Social

Situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place),

pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. (2010:

49). Sugiyono (2010) menyatakan bahwa, “Dalam penelitian kualitatif tidak

menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu

yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan

ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki

kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari” (hlm. 50).

Berdasarkan hal tersebut situasi sosial yang menjadi obyek pada penelitian ini

adalah semua hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah.

2. Sampel Penelitian

Seperti yang diungkapkan sebelumnya karena pada penelitian ini yang

menjadi obyek pada situasi sosial adalah seluruh hal yang berkaitan dengan

proses pembelajaran dan peneliti menggunakan purposive sampling sebagai

teknik sampling nya maka berikut adalah sampel yang akan diambil yaitu siswa

Page 81: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

kelas tiga, perwakilan guru mata pelajaran produktif, normatif, adaptif, staf

kurikulum, dan staf QMR.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sukmadinata (2007) menyatakan bahwa, “Ada beberapa teknik

pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi, dan studi dokumenter” (hlm.

216). Berdasarkan teori tersebut peneliti berencana untuk melakukan pengumpulan

data berdasarkan teknik tersebut yaitu melalui wawancara, angket, observasi, dan

studi documenter. Peneliti berharap dengan teknik yang digunakan tersebut peneliti

dapat menggali informasi, fakta, peristiwa, aktivitas sosial dan lain-lain dari sumber

data yang telah ditentukan sebelumnya.

1. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik

pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif

dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan

tatap muka secara individual ataupun jika diperlukan wawancara juga dapat

dilakukan secara berkelompok. Peneliti menggunakan teknik ini untuk menggali

informasi baik yang bersifat umum maupun mendalam kepada informan

mengenai proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Wawancara yang peneliti

gunakan ada dua jenis, yaitu wawancara terstruktur dan dan wawancara tak

berstruktur.

2. Angket

Angket atau kuisioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan

data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan

responden). Instrument atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi

sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh

responden. Teknik ini akan dominan peneliti gunakan kepada sampel siswa yang

langsung merasakan dampak dari penggunaan fasilitas pembelajaran, sarana pra

sarana, lingkungan, dan proses pembelajaran.

Page 82: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

a. Validitas Instrumen

Instrumen penelitian khususnya pada teknik pengumpulan data

dengan menggunakan teknik angket atau kuisioner diperlukan langkah-

langkah yang teliti dan benar agar dapat diperoleh data yang mewakili obyek

yang diteliti. Penyusunan angket instrumen dilakukan dengan menggunakan

teknik yang dikembangkan oleh Rensis Likert atau biasa disebut skala Likert

yang memuat 5 (lima) pilihan jawaban. Dimana lima pilihan jawaban ini akan

mewakili tingkat keefektifan indikator yang akan dideskripsikan. Kuesioner

yang digunakan dalam evaluasi ini adalah closed ended questioner atau

kuesioner tertutup yaitu berbagai pertanyaan/ pernyataan yang dibuat dengan

memberikan alternatif jawaban yang telah tersedia, sehingga responden

tinggal memilih pilihan jawaban sesuai kondisi sebenarnya.

Pertanyaan/pernyataan dibuat dalam dua kategori yaitu positif dan negatif.

Untuk kisi-kisi instrumen angket secara lengkap peneliti tampilkan di

lampiran 6.

Validitas data yang bersifat kuantitatif instrumen angket yang dibuat

harus memenuhi validitas dan reliabilitas, serta melalui proses validasi

(expert judgement) demi kestabilan dan konsistensi instrumen jika digunakan

secara berulang-ulang pada obyek yang sama. Sebagai upaya untuk

mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel sebelum digunakan untuk

menjaring data penelitian, instrumen terlebih dahulu diujicobakan. Ujicoba

instrumen diharapkan untuk mendapatkan instrumen yang memiliki validitas

dan reliabilitas yang tinggi, sehingga data yang diperoleh dapat

dipertanggung jawabkan kebenarannya. Instrumen yang digunakan untuk

mengukur instrumen penelitian ini terlebih dahulu diujicobakan pada 30

orang responden. Dengan maksud untuk mengetahui kesahihan (validitas)

dan tingkat keandalan (reliabilitas) instrumen tersebut. Ujicoba instrumen

dilakukan terhadap 30 siswa kelas tiga dalam satu kelas di SMK Pancasila

yang dianggap telah menempuh pendidikan selama tiga tahun sehingga lebih

matang dalam memberikan jawaban pada angket. Hal ini bertujuan untuk

Page 83: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

mencapai akuntabilitas kebenaran data instrumen yang valid, reliabel,

mengukur apa yang hendak diukur dengan tepat dan konsisten.

Validitas diartikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan sejauh

mana suatu alat ukur yang akan digunakan dapat mengukur apa yang hendak

diukur. Validitas instrumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

validitas isi (content) dan validitas konstruk. Untuk mengetahui validitas isi

dalam penelitian ini dilakukan rational judgment, yaitu apakah butir-butir

pertanyaan yang ada dalam angket telah menggambarkan indikator yang

dimaksud. Validitas konstruk mengarah pada sejauhmana instrumen tersebut

mengukur pengembangan teori yang menjadi dasar penyusunan instrumen

tersebut. Pendekatan validitas konstruk dilakukan berdasarkan pendekatan

rasional dan pendekatan empirik. Pendekatan rasional dilakukan dengan

memperhatikan unsur-unsur yang membentuk konstruk. Selain itu diarahkan

pada penetapan butir-butir sesuai dengan unsur-unsur yang terdapat pada

konstruk tersebut. Pendekatan empirik dimaksudkan untuk menilai

sejauhmana kesesuaian unsur-unsur di dalam instrumen dengan apa yang

diramalkan dalam konstruk tersebut. Uji validitas ini mengacu pada rumus

korelasi product moment dari (Sugiyono, 2011: 228). Dengan taraf

signifikansi sebesar 5 % sehingga didapatkan nilai r product moment

berdasarkan tabel nilai-nilai r product moment pada lampiran 8 yaitu sebesar

0,361.

√∑

Keterangan :

rxy : Korelasi antara variabel x dengan y

x : (xi – x)

y : (yi – y)

Hasil uji validitas instrumen secara lengkap peneliti tampilkan pada

tabel uji validitas pada lampiran 8.

Berdasarkan tabel uji validitas pada variabel input tersebut dapat

dilihat bahwa dari 31 butir pernyataan angket yang peneliti buat sebelumnya,

Page 84: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

ada 16 butir yang valid. Butir-butir pernyataan yang dinyatakan valid oleh

rumus pearson excel tersebut peneliti langsung gunakan sebagai butir yang

digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian. Sedangkan untuk butir

yang tidak valid, peneliti masih mempertimbangkannya untuk

memasukkannya ke dalam angket yang digunakan dalam penelitian. Hal ini

peneliti lakukan dengan pertimbangan butir pernyataan tersebut dianggap

mewakili informasi penting yang diperlukan dan ada juga butir yang harus

dimasukkan sebagai perwakilan dari sub indikator yang telah dibuat pada

kisi-kisi instrumen angket. Adapun butir pernyataan angket invalid yang

peneliti peneliti masukkan di dalam angket penelitian adalah butir pernyataan

nomor 1, 3, 7, 9, 11, 14, 15, 23, dan 29.

Berdasarkan tabel uji validitas pada variabel process dapat dilihat

bahwa dari 49 butir pernyataan angket yang peneliti buat sebelumnya, ada 29

butir yang valid. Butir-butir pernyataan yang dinyatakan valid oleh rumus

pearson excel tersebut peneliti langsung gunakan sebagai butir yang

digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian. Sedangkan untuk butir

yang tidak valid, peneliti masih mempertimbangkannya untuk

memasukkannya ke dalam angket yang digunakan dalam penelitian. Hal ini

peneliti lakukan dengan pertimbangan butir pernyataan tersebut dianggap

mewakili informasi penting yang diperlukan dan ada juga butir yang harus

dimasukkan sebagai perwakilan dari sub indikator yang telah dibuat pada

kisi-kisi instrumen angket. Adapun butir pernyataan angket invalid yang

peneliti peneliti masukkan di dalam angket penelitian adalah butir pernyataan

nomor 32, 41, 59, dan 64.

Peneliti menyadari bahwa ada kekurangan pada instrumen angket

yang digunakan ini, khususnya pada beberapa pernyataan angket yang invalid

dan beberapa pernyataan angket juga bermakna ganda. Peneliti

mengantisipasi kurang faktualnya fakta yang terungkap di lapangan dengan

terus melakukan pencarian fakta secara ilmiah dengan teknik pengumpulan

data yang berbeda dengan informan yang berbeda dan juga peneliti

melakukan pengamatan secara langsung. Pada tahapan selanjutnya, peneliti

Page 85: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan observasi sebagai

crosscheck dari hasil data yang diungkap oleh angket berdasarkan perspektif

siswa.

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas tes berhubungan dengan konsistensi hasil pengukuran,

Sugiyono (2011) mengungkapkan, “Instrumen yang reliabel berarti instrumen

yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama.” (hlm. 348).

Reliabilitas instrumen pada penelitian ini merujuk pada rumus Alfa

Cronbach yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011) yaitu:

⌉ [

∑ ]

Keterangan :

α = Koefisien Reliabilitas

k = Banyaknya belahan tes

= Varians belahan j; j = 1,2,... k

= Varians skor tes (hlm. 365)

Berdasarkan tabel uji reliabilitas (terlampir) yang ditampilkan telah

didapatkan nilai reliabilitas instrumen angket ini yaitu 0,897. Nilai tersebut

lebih besar dari nilai yang dipersyaratkan yaitu 0,6 artinya angket penelitian

ini reliabel. Hal ini berdasarkan pendapat C.Trihendradi (2011) yang

mengungkapkan, “Nilai Alpha lebih besar dari 0,6 dinyatakan reliabel” (hlm.

211).

3. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang berlangsung. Peneliti berencana menggunakan teknik ini untuk mengamati

segala macam kegiatan, sumber belajar, lingkungan, kondisi belajar sekolah, dan

lain-lain yang berhubungan dengan proses pembelajaran di sekolah.

Page 86: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

4. Studi Dokumenter

Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,

gambar maupun elektronik. Teknik ini akan digunakan untuk menganalisis

dokumen dan arsip sekolah baik yang berkaitan dengan proses pembelajaran

maupun SMM ISO 9001:2008. Secara lengkap mengenai metode dan teknik

pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel di

bawah.

Tabel 3.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Komponen

Evaluasi

Indikator Sumber

Data

Instrumen

Yang Digunakan

Context

Kesesuaian Terjemahan

SMM ISO 9001:2008

terhadap keberhasilan proses

pembelajaran

Dokumen,

arsip, dan

informan

Studi dokumenter

dan wawancara

Input

Latar belakang pendidikan

guru

Dokumen

dan

informan

Studi dokumenter

dan wawancara

Mekanisme PPDB

(Penerimaan Peserta Didik

Baru)

Dokumen

dan

informan

Studi dokumenter

dan wawancara

Fasilitas pengembangan

pembelajaran

Responden Observasi dan

angket

Sarana, pra-sarana dan

lingkungan

Data

inventaris

dan

responden

Studi

dokumenter,

observasi, dan

angket

Process

Kesesuaian proses

pembelajaran dengan

indikator keberhasilan

pembelajaran

Informan

dan

responden

Angket

Kedisiplinan, kerajinan,

motovasi belajar dan

keaktifan siswa.

Informan

dan

responden

Angket

Product Hasil belajar siswa Arsip nilai Studi dokumenter

Page 87: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

F. Validitas Data

Data yang telah berhasil digali di lapangan studi, dikumpulkan dan dicatat

dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan bukan hanya untuk kedalaman dan

kemantapannya tetapi juga bagi kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu

setiap peneliti harus bias memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk

memastikan keabsahan data dengan cara menentukan cara-cara yag tepat dalam

melakukan validitas data.

Dalam penelitian kualitatif H.B. Sutopo (2006) menyatakan bahwa ada

beberapa cara yang bisa dipilih untuk pengembangan validitas (kesahihan) dalam

penelitian: “Cara-cara tersebut antara lain bisa berupa beberapa macam teknik

triangulasi (triangulation), reviu informan kunci (key informan review), dan juga

member check”(hlm. 92). Pada penelitian ini peneliti memutuskan untuk

menggunakan teknik triangulasi.

H. B. Sutopo (mengutip dari Patton 1984) menyatakan, bahwa ada empat

macam teknik trianggulasi yaitu “(1) trianggulasi data (data triangulation), (2)

trianggulasi peneliti (investigator triangulation), (3) trianggulasi metodologis

(methodological triangulation), dan (4) trianggulasi teoretis (theoritical

triangulation) (2006:92). Peneliti menggunakan trianggulasi data dan triangulasi

metode pada penelitian ini dengan pertimbangan bahwa teknik triangulasi data

memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang

sejenis dan triangulasi metode peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan

data yang berbeda.

Sebelum melakukan pengumpulan data dengan beberapa teknik yang sudah

disebutkan sebelumnya. Penting untuk melakukan validasi terhadap metode dan

teknik pengumpulan data yang peneliti rancang sebelumnya. Karena dengan

melakukan validasi ini diharapkan data yang akan diperoleh di lapangan memang

sesuai dan akurat dengan fokus yang ingin dicari oleh peneliti. Peneliti melakukan

validasi data dengan cara melakukan wawancara terlebih dahulu dengan staf

kurikulum dan staf QMR untuk memastikan bahwa kajian teori mengenai indikator

keberhasilan pembelajaran dan SMM ISO 9001:2008 sudah tepat dan layak

digunakan sebagai dasar untuk membuat instrumen penelitian.

Page 88: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Berdasarkan hasil wawancara dengan staf QMR mengenai SMM ISO

9001:2008 di proposal penelitian yang disesuaikan dengan indikator keberhasilan

proses pembelajaran sudah cocok dan tidak ada yang perlu ditambah ataupun

dikurangi. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara bersama staff kurikulum

mengenai indikator keberhasilan pembelajaran yang peneliti buat di landasan teori

sudah cukup sesuai dan tidak ada yang perlu dikurangi hanya saja staf kurikulum

memberikan masukan mengenai variabel input yang berhubungan dengan latar

belakang pendidik perlu ditambahkan hal-hal yang perlu dipertimbangkan cukup

berpengaruh terhadap kinerja guru menjalankan proses pembelajaran yang baik. Hal

yang dimaksud yaitu :

1. Beban Mengajar Guru.

Hal ini berkaitan dengan jam mengajar guru. Ada beberapa guru yang

jam mengajarnya berlebih (overload) tentunya hal ini juga memiliki pengaruh

terhadap kinerja guru. Dalam teknik pengumpulan data selanjutnya peneliti akan

melakukan wawancara lebih mendalam mengenai beban mengajar guru ini.

2. Sertifikasi Guru.

Di SMK Pancasila ada beberapa guru yang sudah mengikuti sertifikasi

dan ada yang belum. Seharusnya ada perbedaan baik mengenai kelimuan dan

kinerja mengajar antara guru yang sudah sertifikasi dengan yang belum.

3. Tugas Guru Selain Mengajar.

Selain mengajar di kelas di sekolah seorang guru juga diberikan tugas

lain yang memiliki hubungan dengan sekolah terkait tugas mereka yang juga

sebagai penyelenggara pendidikan dan melayani siswa sebaik mungkin. Ada

yang merangkap tugas sebagai wali kelas, ketua kompetensi, staff kurikulum,

panitia PPDB, dan lain-lain. Hal tersebut diperkirakan memiliki pengaruh juga

terhadap kinerja guru dalam proses pembelajaran.

Page 89: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

G. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data

kuantitatif sehingga diperlukan teknik analisis data yang berbeda untuk memperoleh

hasil analisis data yang lebih faktual dan akurat.

1. Analisis Data Deskriptif

Analisis data secara kualitatif peneliti akan melakukan tabulasi data baik

data narasi yang berpotensi untuk tabulasi maupun data narasi non tabulasi.

Istilah “tabulasi” dapat diartikan “menyususn menjadi tabel”. Suharsimi Arikunto

(2010) menyatakan bahwa: “Tabulasi merupakan coding sheet yang

memudahkan peneliti dalam mengolah dan menganalisisnya, baik secara manual

maupun komputer” (hlm. 129). Pada penelitian ini teknik wawancara dan

observasi tentunya akan menghasilkan jawaban atau temuan yang beragam dari

informan. Hal ini akan menjadi kendala yang cukup berarti bagi peneliti untuk

menganalisisnya ketika semua data sudah terkumpul terutama data yang

berwujud narasi. Oleh karena itu, perlunya peneliti menggunakan teknik tertentu

dalam tabulasi agar lebih mudah dalam menganalis data narasi tersebut. Dalam

teknik tabulasi dibagi menjadi dua teknik yaitu, data narasi berpotensi tabulasi

dan data narasi nontabulasi. Data narasi berpotensi tabulasi yaitu data yang

mengacu pada jawaban responden yang tingkat kemunculannya tinggi, artinya

jawaban yang sering muncul karena diminati oleh responden. Sedangkan data

narasi nontabulasi adalah data yang berwujud kalimat atau uraian yang sangat

individual dan unik karena merupakan pendapat responden secara perseorangan.

Setelah data narasi tersebut ditabulasikan selanjutnya data narasi

tersebut peneliti analisis dengan model interaktif. Miles & Huberman yang

dikutip H.B. Sutopo (2006) menyatakan, “bahwa ada tiga komponen utama

analisis kualitatif adalah (1)Reduksi Data, (2)Sajian data, (3)Penarikan simpulan

serta varifikasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan 3 langkah, yaitu

mereduksi data, menyajikan data, dan menyimpulkan data” (hlm. 113). Langkah-

langkah yang dilakukan dalam analisis data kualitatif ini adalah sebagai berikut:

Page 90: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemusatan perhatian,

penyederhanaan dan abstraksi dari semua jenis informasi yang muncul dan

tertulis dilapangan. Proses reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus

selama pelaksanaan pengumpulan data di lapangan. Reduksi data merupakan

bagian dari proses analisis yang mempertegas suatu informasi, memfokuskan

permasalahan, membuang informasi yang tidak penting, dan mengatur dan

mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga menghasilkan kesimpulan-

kesimpulan dari informasi yang muncul di lapangan.

b. Penyajian Data

Sajian data merupakan proses menyusun, mengorganisasikan, dan

mendeskripsikan informasi dalam bentuk narasi. Sajian data ini disusun

secara logis dan sistematis untuk menghasilkan data yang mudah dipahami

dan mempermudah peneliti dalam menggabungkan dan merangkaian

keterikatan antar data terkait dengan fenomena yang terjadi pada objek

penelitian.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini bukanlah akhir dari

kegiatan analisis. Dengan bertambahnya informasi yang didapatkan di

lapangan membuat informasi tersebut menjadi kompleks dan mendasar. Oleh

karena penarikan kesimpulan ini adalah langkah penyimpulan dan verifikasi

informasi yang didapat dari langkah-langkah sebelumnya, dan verifikasi

dilakukan dengan menyatukan informasi dari kedua langkah pengambilan

informasi yang dilakukan. Dari kegiatan-kegiatan diatas dapat digambarkan

secara skematis sebagai berikut:

Page 91: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

(1) (2)

(3)

Gambar 3.1. Skema Analisis Model Interaktif (H.B Sutopo, 2006:120)

2. Analisis Data Analitik

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran realitas tentang hal-hal

yang berkaitan dengan indikator keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.

Data dari hasil angket/kuesioner dianalisis secara deskriptif kuantitatif yaitu

dengan cara membandingkan persentase perolehan skor tiap responden pada tiap

kasus dengan kriteria penilaian. Besarnya persentase menunjukkan kategori

informasi yang terungkap sehingga dapat diketahui posisi masing-masing aspek

dalam keseluruhannya maupun bagian permasalahan yang diteliti. Data hasil

wawancara dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Data kuantitatif yang diperoleh dari variabel input dan process

dievaluasi dengan cara membandingkan persentase perolehan skor setiap

responden pada tiap kasus dengan kriteria penilaian. Besarnya persentase

menunjukkan kategori informasi yang terungkap, sehingga dapat diketahui posisi

masing-masing aspek dalam keseluruhan maupun sebagaian aspek yang diteliti.

Kriteria kecenderungan yang digunakan mengacu pada rumus yang

dikembangkan oleh Saifuddin (2008: 108). Kriteria penilaian komponen dapat

dilihat pada tabel 3.2 berikut :

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Simpulan/

Verikfikasi

Page 92: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Komponen

Rentangan Skor Kategori

X < µ– 1,5 Sangat rendah

µ - 1,5 < X ≤ µ - 0,5 Rendah

µ - 0,5 < X ≤ µ + 0,5 Sedang

µ + 0,5 < X ≤ µ + 1,5 Tinggi

µ + 1,5 < X Sangat tinggi

Keterangan :

µ = Mean ideal yang dapat dicapai instrumen

= ½ (skor tertinggi + skor terendah)

= Standar deviasi ideal yang dapat dicapai instrumen

= 1/6 (skor tertinggi – skor terendah)

X = Skor yang dicapai

Untuk mengetahui setiap hasil evaluasi yang dilakukan, maka

diperlukan kriteria penilaian. Adapun kriteria penilaian yang dipakai berdasarkan

pada kriteria empiris, yaitu kriteria yang disusun atau dikembangkan berdasarkan

kondisi lapangan yang terekam atau mengacu pada komponen-komponen

pembelajaran yang terlibat, yaitu guru, siswa, sumber belajar, dan lingkungan.

Hasil dari angket penelitian ini peneliti deskripsikan tiap indikator. Hal

ini dimaksudkan agar dapat dievaluasi tiap bagian sehingga dapat diketahui lebih

rinci bagian mana yang perlu dikembangkan dan bagian mana yang masih perlu

perbaikan.

Tabel 3.4. Penentuan Skor Tiap Instrumen

Uraian Input Process

A B A B

Jumlah item 10 15 24 9

Skor maksimum 50 75 120 45

Skor minimum 10 15 24 9

Selisih nilai 40 60 96 36

Mean (µ) 30 45 72 27

Standar deviasi (σ) 6,67 10 16 6

Page 93: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Keterangan :

Input A : Fasilitas pengembangan pembelajaran

Input B : Sarana pra sarana, dan lingkungan

Process A : Kesesuaian proses pembelajaran dengan indikator

keberhasilan pembelajaran

Process B : Kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan

siswa.

a. Evaluasi Input

1) Indikator Fasilitas Pengembangan Pembelajaran

Jumlah butir soal untuk indikator fasilitas pengembangan

pembelajaran adalah 10 butir. Skor terendah yang mungkin diperoleh

oleh tiap-tiap responden adalah 10 sedangkan skor tertinggi adalah 50.

Selisih skor minimum dan maksimum datanya adalah 40. Dengan

demikian deviasi standarnya () bernilai 6,67 dan mean teoritisnya

(µ) bernilai 30.

Tabel 3.5. Hasil Penentuan Skor Fasilitas Pengembangan Pembelajaran

Kategori Fasilitas Pengembangan Pembelajaran

Rentang Skor Kelompok Skor

Sangat X ≤ µ - 1,5 (σ)

rendah

X ≤ 30 - 1,5 6,7 ≤ 20

X ≤ 20

µ - 1,5 (σ) < X ≤ µ - 0,5 (σ)

Rendah 30 - 1,5 6,7 < X ≤ 30 - 0,5 6,7 20 - 26,667

20 < X ≤ 27

µ - 0,5 (σ) < X ≤ µ + 0,5 (σ)

Sedang 30 - 0,5 6,7 < X ≤ 30 + 0,5 6,7 27 - 33,333

27 < X ≤ 33

µ + 0,5 (σ) < X ≤ µ + 1,5 (σ)

Tinggi 30 + 0,5 6,7 < X

30 + 1,5 6,7 33 - 40

33 < X 40

Sangat µ + 1,5 (σ) < X

Tinggi 30 + 1,5 6,7 < X

> 40

40 < X

Page 94: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

2) Indikator Skor Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan

Jumlah butir soal untuk indikator sarana pra sarana, dan

lingkungan adalah 15 butir. Skor terendah yang mungkin diperoleh

oleh tiap-tiap responden adalah 15 sedangkan skor tertinggi adalah

75. Selisih skor minimum dan maksimum datanya adalah 60. Dengan

demikian deviasi standarnya () bernilai 10 dan mean teoritisnya (µ)

bernilai 45.

Tabel 3.6. Hasil Penentuan Skor Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan

Kategori Sarana, pra-sarana, dan lingkungan

Rentang Skor

Kelompok

Skor

Sangat X ≤ µ - 1,5 (σ)

rendah

X ≤ 45 - 1,5 10 ≤ 30

X ≤ 30

µ - 1,5 (σ) < X ≤ µ - 0,5 (σ)

Rendah 45 - 1,5 10 < X ≤ 45 - 0,5 10 30 - 40

30 < X ≤ 40

µ - 0,5 (σ) < X ≤ µ + 0,5 (σ)

Sedang 45 - 0,5 10 < X ≤ 45 + 0,5 10 40 - 50

40 < X ≤ 50

µ + 0,5 (σ) < X ≤ µ + 1,5 (σ)

Tinggi 45 + 0,5 10 < X

45 + 1,5 10 50 - 60

50 < X 60

Sangat µ + 1,5 (σ) < X

Tinggi 45 + 1,5 10 < X

> 60

60 < X

b. Evaluasi Process

1) Indikator Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator

Keberhasilan Pembelajaran

Jumlah butir soal untuk indikator kesesuaian proses

pembelajaran dengan indikator keberhasilan pembelajaran adalah 24

butir. Skor terendah yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden

adalah 24 sedangkan skor tertinggi adalah 120. Selisih skor minimum

Page 95: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

dan maksimum datanya adalah 96. Dengan demikian deviasi

standarnya () bernilai 16 dan mean teoritisnya (µ) bernilai 72.

Tabel 3.7. Hasil Penentuan Skor Kesesuaian Proses Pembelajaran

dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran

Kategori

Kesesuaian proses pembelajaran dengan indikator keberhasilan

pembelajaran

Rentang Skor

Kelompok

Skor

Sangat X ≤ µ - 1,5 (σ)

rendah

X ≤ 72 - 1,5 16 ≤ 48

X ≤ 48

µ - 1,5 (σ) < X ≤ µ - 0,5 (σ)

Rendah 72 - 1,5 16 < X ≤ 72 - 0,5 16 48 - 64

48 < X ≤ 64

µ - 0,5 (σ) < X ≤ µ + 0,5 (σ)

Sedang 72 - 0,5 16 < X ≤ 72 + 0,5 16 64 - 80

64 < X ≤ 80

µ + 0,5 (σ) < X ≤ µ + 1,5 (σ)

Tinggi 72 + 0,5 16 < X

72 + 1,5 16 80 - 96

80 < X 96

Sangat µ + 1,5 (σ) < X

Tinggi 72 + 1,5 16 < X

> 96

96 < X

2) Indikator Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar, dan

Keaktifan Siswa

Jumlah butir soal untuk indikator kedisiplinan, kerajinan,

motivasi belajar dan keaktifan siswa adalah 9 butir. Skor terendah

yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden adalah 9 sedangkan

skor tertinggi adalah 45. Selisih skor minimum dan maksimum

datanya adalah 36. Dengan demikian deviasi standarnya () bernilai

6 dan mean teoritisnya (µ) bernilai 27.

Page 96: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Tabel 3.8. Hasil Penentuan Skor Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi

Belajar, dan Keaktifan Siswa

Kategori

Kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan siswa.

Rentang Skor Kelompok

Skor

Sangat

X ≤ µ - 1,5 (σ)

rendah

X ≤ 27 - 1,5 6

≤ 18

X ≤ 18

µ - 1,5 (σ) < X ≤ µ - 0,5 (σ)

Rendah 27 - 1,5 6 < X ≤ 27 - 0,5 6 18 - 24

18 < X ≤ 24

µ - 0,5 (σ) < X ≤ µ + 0,5 (σ)

Sedang 27 - 0,5 6 < X ≤ 27 + 0,5 6 24 - 30

24 < X ≤ 30

µ + 0,5 (σ) < X ≤ µ + 1,5 (σ)

Tinggi 27 + 0,5 6 < X

27 + 1,5 6 30 - 36

30 < X

36

Sangat µ + 1,5 (σ) < X

Tinggi 27 + 1,5 6 < X

> 36

36 < X

Page 97: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

H. Prosedur Penelitian

Gambar 3.2. Bagan Prosedur Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Pengembangan

Instrumen Penelitian

Pengumpulan Data

Wawancara

1. Guru

2. Staff

3. Siswa

Observasi

1. Fasilitas

belajar

2. Lingkungan

Angket

1. Siswa

Dokumentasi

1. Dokumen dan

arsip ISO

Validitas Data

Analisis Data

Penarikan Kesimpulan

Selesai

Data Kuantitatif

1. Validitas Konstruk

2. Validitas Isi

Data Kualitatif 1. Tabulasi data

2. Non tabulasi data

Data Kualitatif

1. Triangulasi data

2. Triangulasi metode

Data Kuantitatif

1. Kriteria penilaian

komponen

Page 98: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian

1. Identitas Sekolah

SMK Pancasila Surakarta merupakan sekolah swasta di bawah naungan

Yayasan Pendidikan Pancasila Pembaruan. Sekolah ini mendapatkan persetujuan

berdiri secara resmi sejak 1 Januari 1957 dengan No. Data Sekolah (NDS): C.

35054303 dan No. Statistik Sekolah (NSS) 322036101006. Sekolah ini beralamat

di Jalan Apel No. 5 Jajar-Laweyan Surakarta. Sekolah ini mempunyai dua

kompetensi keahlian yaitu teknik mesin dan teknik otomotif. Kedua kompetensi

keahlian tersebut sudah terakreditasi dengan predikat A. SMK Pancasila

Surakarta juga sudah memiliki sertifikat Standar Sistem Manajemen Mutu ISO

No : 45392/A/000/UK/En 9001 : 2008.

2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Pancasila Surakarta

a. Visi Sekolah

Menghasilkan tenaga ahli menengah yang berkualitas.

b. Misi Sekolah

1) Membentuk tamatan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa .

2) Berbudi pekerti luhur.

3) Bersikap patriotisme dan nasionalisme.

4) Menyiapkan tamatan untuk mandiri.

5) Mampu berkompetisi di dunia kerja dan kreatif.

6) Memberikan pelayanan maksimal dan terbaik.

c. Tujuan Sekolah

1) Menyiapkan peserta didik yang cakap, dan Berahlaq Mulia.

2) Menyiapkan peserta didik yang memiliki sikap Disiplin, Cinta bangsa dan

Negara.

79

Page 99: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

3) Menyiapkan peserta didik mampu berwirausaha.

4) Menyiapkan Peserta didik mampu bersaing di dunia kerja .

5) Menyiapkan peserta didik mampu mengembangkan diri untuk

melanjutkan study kejenjang yang lebih tinggi.

6) Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengembangan Teknologi.

7) Melaksanakan Pelayanan sesuai kebutuhan pelanggan.

d. Nilai-Nilai

Menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila.

3. Kebijakan Mutu

SMK Pancasila Surakarta sesuai dengan visi dan misi sekolah, tujuan,

nilai – nilai menyadari bahwa keberadaan sekolah sangat tergantung pada

stakeholders. SMK Pancasila Surakarta bertekad untuk mengutamakan kepuasan

para pelanggan dengan senantiasa melaksanakan perbaikan berkelanjutan SMM

dan berusaha untuk memenuhi persyaratan pelanggan. SMK Pancasila Surakarta

membentuk tamatan yang tangguh dan kompeten dengan :

a. Melaksanakan Program Sekolah Standar Nasional untuk semua Program

Keahlian.

b. Mengembangkan SMK sebagai daya dukung perekonomian Daerah dan

Nasional melalui Bisnis Center Manufactur dan Teaching Industri.

c. Mendukung Solo sebagai kota Vokasi.

Mengacu Falsafah “ Ing Ngarso Sung Tulodho”, Maksudnya dengan

potensi yang dimiliki, sekolah bertekad mewujudkan SMK Pancasila Surakarta

“Terbaik dari yang baik“.

a. Terbaik Dalam Pengelolaan Dan Pelayanan

1) Orang Tua / Siswa

Penguasaan Kompetensi Kejuruan, Berkarakter, Penyediaan

Sarpras, Penambahan Program Keahlian, Penyaluran Tamatan.

Page 100: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

2) Dunia Usaha / Industri

Kesiapan siswa terjun di Dunia kerja Industri.

b. Terbaik Dalam Prestasi

1) Prestasi Akademik

Nilai UN, LKS, Lomba Sains dan Teknologi

2) Prestasi Non Akademik

Paskibra, Olahraga, Musik, KIR

c. Terbaik Dalam Kreatifitas

Mewujudkan Sekolah menjadi Pusat Kreatifitas Teknologi.

4. Struktur Organisasi Sekolah dan Susunan Staf Pembantu Kepala

Gambar 4.1. Bagan Struktur Organisasi Sekolah Secara Operasional

Data secara lengkap mengenai susunan staf pembantu kepala peneliti

tampilkan pada lampiran 3.

Page 101: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian evaluasi ini menggunakan pendekatan model evaluasi CIPP

dengan strategi penelitian secara deskriptif dengan menggunakan data kualitatif

dan kuantitatif. Oleh karena itu, peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian

ini berdasarkan alur rancangan CIPP yang telah dibuat sebelumnya :

1. Analisis Context

Tahapan awal peneliti terjun ke lapangan untuk meneliti adalah

melakukan analisis context mengenai SMM ISO 9001:2008 terlebih dahulu.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan SMM ISO

9001:2008 serta kesesuaian indikator keberhasilan pembelajaran dan terjemahan

SMM ISO 9001:2008 yang peneliti formulasikan dalam kajian teori.

a. Kekuatan dan Kelemahan SMM ISO 9001:2008

Analisis kekuatan dan kelemahan ini bertujuan untuk mengetahui

apa saja kekuatan yang menjadi kelebihan SMM ISO 9001:2008 yang

memberikan manfaat besar bagi peningkatan kualitas mutu sekolah tidak

hanya jangka pendek tapi juga jangka panjang. Sedangkan analisis kelemahan

yang menjadi kekurangannya bertujuan untuk mengetahui hal-hal apa saja

yang perlu diperbaiki dari penerapannya dan mendeteksi apakah memang

SMM ISO 9001:2008 yang memiliki kekurangan dan tidak sesuai diterapkan

di sekolah ataukah proses penerapannya. Hal ini penting untuk diketahui

sebagai bahan evaluasi dan koreksi bagi sekolah yang menerapkannya.

Terutama bagi SMK Pancasila Surakarta yang baru tahun pertama ini

menjalankannya.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai kekuatan SMM ISO

9001:2008 dengan staf ISO, staf kurikulum, K3 Mesin dan Otomotif. Secara

generalisasi peneliti menyimpulkannya sebagai berikut mengenai kekuatan

ataupun kelebihan dari SMM ISO 9001:2008 adalah perencanaan,

pelaksanaan, pengelolaan, pengorganisasian, dan dokumentasi administrasi

sekolah yang lebih baik. Hal ini meliputi seluruh lini di sekolah harus

terdokumentasi dan teradministrasi dengan baik. Sedangkan mengenai

kelemahan ataupun kekurangannya peneliti menyimpulkan bukanlah pada

Page 102: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

SMM ISO 9001:2008 nya namun pada Sumber Daya Manusia (SDM) yang

menjalankannya artinya kelemahan ini lebih dititikberatkan pada proses

bagaimana menjalankan SMM ISO 9001:2008 dengan baik.

2. Analisis Input

a. Latar Belakang Pendidik

Untuk menggali informasi mengenai latar belakang pendidik ini

peneliti melakukan wawancara terstruktur karena peneliti sudah mengetahui

dengan pasti mengenai informasi yang akan diperoleh. Tujuan peneliti

menggali informasi mengenai latar belakang pendidik adalah kinerja seorang

pendidik tentunya juga dipengaruhi oleh latar belakangnya. Dengan harapan

jika latar belakang pendidik sudah sesuai maka kinerja seorang pendidik juga

baik.

Yang dimaksud dengan latar belakang pendidik di sini adalah bukan

hanya mengenai latar belakang pendidikannya saja, namun juga mengenai

beberapa aspek lainnya. Aspek-aspek tersebut peneliti tuangkan dalam sub

indikator. Dalam menentukan sub indikator yang akan digunakan dalam

lembar pedoman wawancara ini peneliti adopsi dari Pasal 7 ayat (1) Undang-

undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 yang menyatakan bahwa

profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang

dilaksanakan berdasarkan sembilan prinsip seperti yang disebutkan di kajian

teori. Namun seiring dengan pengembangan instrumen yang peneliti lakukan,

tidak semua prinsip tersebut peneliti gunakan sebagai sub indikator dalam

lembar pedoman wawancara. Peneliti berdiskusi dengan staf kurikulum

mengenai sub indikator yang digunakan dan beberapa diantaranya memang

perlu dieleminasi dan ditambahkan tiga sub indikator yang dirasa perlu

sebagai bahan pertimbangan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja guru dalam proses pembelajaran. Berikut adalah deskripsi dari hasil

wawancara peneliti dengan delapan guru perwakilan dari mata pelajaran

produktif, normatif, dan adaptif.

Page 103: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

1) Memiliki Bakat, Minat, Panggilan Jiwa, dan Idealisme.

Untuk mengetahui apakah seoarang guru tersebut memiliki minat

menjadi seorang guru peneliti mengajukan pertanyaan mengenai jurusan

apakah yang paling mereka inginkan ketika lulus dari Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA). Jawaban dari guru-guru tersebut beragam. Yang

benar-benar ingin melanjutkan studi ke fakultas keguruan dan sesuai

dengan bidangnya mengajar sekarang hanya dua orang guru, sedangkan 6

orang sisanya memiliki keinginan lain, yaitu ada yang berkeinginan

masuk ke jurusan elektronika, kehutanan, hukum, psikologi, dan

pertanian. Meskipun demikian, pada akhirnya para guru yang awalnya

tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan studi ke fakultas keguruan

dan sesuai dengan bidang yang mengajarnya sekarang dengan berbagai

macam motivasi akhirnya mendapatkan kesempatan juga untuk menekuni

ilmu pendidikan dan keguruan serta bidang yang sesuai dengan tugas

mengajarnya sekarang.

Kemudian untuk mengetahui idealisme seorang guru salah

satunya dapat dilihat dari bagaimana guru tersebut tidak gampang berpuas

diri dengan kemampuan profesional yang dimiliki, hal tersebut meliputi

keilmuan keguruan maupun ilmu berdasarkan bidangnya masing-masing.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut semua guru menyatakan bahwa

masih memiliki keinginan yang kuat untuk terus meningkatkan

kemampuan profesionalnya. Hanya saja ada beberapa kendala seperti

faktor karena sudah berkeluarga, terbatasnya waktu, dan biaya.

Kemudian untuk mengetahui apakah guru tersebut memiliki

panggilan jiwa untuk menjadi seorang guru adalah dengan mengetahui

motivasinya menjadi seorang guru. Berdasarkan hasil wawancara tersebut

ternyata menghasilkan jawaban dengan motif yang cukup beragam, yaitu:

menjadi seorang guru karena melihat sosok guru idola ketika masih

sekolah, karena melihat sosok guru yang tidak menjalankan tugas

keprofesionalannya dengan benar, memperoleh kesadaran ketika kuliah

bahwa ketika lulus nanti menjadi seorang guru, karena ibadah, menjaga

Page 104: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

keilmuan yang dimilikinya, menyadari bahwa guru adalah profesi yang

mulia, mendapatkan dukungan dari keluarga

Kemudian untuk mengetahui apakah guru tersebut memang

berbakat dalam menjalani profesi keguruan ini adalah dengan

menanyakan apakah dalam menjalani profesi sebagai seorang guru ini

mereka sudah merasa nikmat dalam menjalaninya dan memang cocok

dengan mereka. Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti

menemukan jawaban yang bervariasi mengenai bakat menjadi seorang

guru diperoleh karena memang sudah terbiasa mengajar sebelumnya,

karena mencintai dunia pendidikan, karena merasa bermanfaat bagi orang

lain, karena memang menikmati profesi ini dan karena memang merasa

mantap sejak awal memilih profesi menjadi seorang guru.

2) Memiliki Komitmen untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan,

Keimanan, Ketakwaan, dan Akhlak Mulia.

Untuk mengetahui apakah seorang guru memiliki komitmen

untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak

mulia bukanlah sesuatu yang mudah. Namun, peneliti berusaha

melakukan pendekatan dengan mengajukan dua pertanyaan yang kiranya

dapat mewakili sub indikator tersebut. Pertanyaan pertama adalah

bagaimanakah tanggapan seorang guru melihat mutu pendidikan di

Indonesia sekarang ini. Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti

mengambil garis besarnya yang menghasilkan dua macam jawaban yaitu:

a) Mutu pendidikan sekarang kualitasnya meningkat jika dilihat dari

perkembangan materi, fasilitas, dan sistem pendidikannya karena

terus-menerus dilakukan penelitian dan pengembangan.

b) Mutu pendidikan sekarang kualitasnya menurun. Hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor diantaranya:

(1) Sebagian besar orang tua siswa yang kurang memberikan

perhatian kepada anaknya dan menyerahkan seluruh urusan

pendidikannya ke sekolah. Padahal untuk mewujudkan pendidikan

Page 105: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

yang berkualitas perlunya kerja sama dan komunikasi yang baik

antara orang tua dengan pihak sekolah. Hal ini juga berpengaruh

pada menurunnya kualitas mutu pendidikan di Indonesia.

(2) Faktor pendidik yang kurang disiplin dalam menjalankan

peraturan yang sudah disepakati. Seharusnya setiap pendidik harus

tegas dalam menjalankan peraturan yang sudah dibuatnya agar

peserdik tidak meremehkan sosok pendidik.

(3) Kurang disiplinnya pendidik dalam memberikan motivasi kepada

peserdik.

(4) Kurang disiplinnya pendidik menerapkan standar penilaian

terhadap peserdik. Hal ini berakibat nilai bagus yang diperoleh

peserdik tidak linier dengan kualitas keilmuan yang dimilikinya.

(5) Berkurangnya nilai moral pada peserdik. Di masa sekarang

pendidikan moral sangat kurang diberikan kepada peserdik

sehingga tata krama peserdik terhadap orang yang lebih tua

kurang sekali.

(6) Kurangnya pemerataan pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan

hanya terfokus di kota-kota besar, sedangkan di daerah terpencil

yang justru memerlukan perhatian lebih malah kurang

mendapatkan perhatian.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti mengambil

kesimpulan bahwa para guru memiliki perhatian yang cukup besar

mengenai perkembangan mutu pendidikan di Indonesia. Selanjutnya

peneliti kembali menggali informasi terkait dengan sub indikator ini

dengan menanyakan apakah tindakan yang mereka lakukan melihat mutu

pendidikan yang menurun tersebut terutama di lingkungan sekolah

sendiri. Berikut adalah jawaban para guru tersebut yang peneliti ambil

garis besarnya :

a) Menanamkan moral dengan membiasakan setiap memulai pelajaran

guru memberikan siraman rohani keagamaan. Karena semua pengaruh

negatif sebenarnya dapat ditangkal dengan kekuatan iman yang baik.

Page 106: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

b) Disiplin dan tegas dalam melaksanakan proses penilaian kepada

peserdik. Metode evaluasi yang terbaik bisa didapatkan apabila terus-

menerus dilakukan pengembangan. Seharusnya setiap guru

mengawasi dengan ketat dan membuat metode evaluasi pembelajaran

yang bagus ketika melakukan proses penilaian terhadap peserta didik.

c) Membangun kerja sama dan komunikasi yang lebih baik dengan

orang tua siswa. Karena keberhasilan pendidikan tidak hanya dapat

diserahkan sepenuhnya kepada sekolah, namun juga perlu dukungan

dari orang tua siswa.

d) Berusaha tidak mengikuti kebiasaan-kebiasaan dan budaya tidak baik

yang biasanya dilakukan oleh guru-guru lainnya. Hal ini juga menjadi

salah satu penyebab mutu pendidikan di Indonesia menurun. Memang

diperlukan idealisme yang cukup tinggi untuk membangun mutu

pendidikan Indonesia.

e) Peran aktif guru dalam membantu permasalahan belajar peserdik.

f) Sikap tegas guru dalam mengambil keputusan terhadap peserdik.

Guru harus mampu mengambil keputusan terbaik tidak hanya bagi

peserdik yang bermasalah namun juga bagi peserdik lainnya. Sebagai

contoh apabila ada peserdik yang bermasalah dan berpotensi

memberikan pengaruh negatif bagi peserdik lainnya, maka seorang

guru harus dapat bersikap tegas terhadap peserdik tersebut agar tidak

memberikan pengaruh negatif bagi peserdik lainnya.

g) Setiap guru harus menjalankan tugasnya sebagai seorang guru sebaik

mungkin di sekolah.

3) Memiliki Kualifikasi Akademik dan Latar Belakang Pendidikan

Sesuai Dengan Bidang Tugas dan Memiliki Kompetensi yang

Diperlukan Sesuai dengan Bidang Tugas.

Berdasarkan hasil wawancara hampir semua guru mempunyai

latar belakang pendidikan yang sudah sesuai dengan bidang tugas yang

dikerjakannya sekarang.

Page 107: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

4) Memiliki Tanggung Jawab Atas Pelaksanaan Tugas

Keprofesionalan.

Untuk mengetahui apakah seorang guru memiliki tanggung

jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. Peneliti mengungkapkan

pertanyaan terlebih dahulu apakah guru tersebut mengerti bagaimana

seorang guru tersebut bisa dikatakan sebagai guru yang profesional.

Jawabannya cukup beragam, berikut adalah jawaban dari para guru

tersebut :

a) Tugas keprofesionalan guru adalah apabila guru bisa bertanggung

jawab terhadap pekerjaannya.

b) Tugas keprofesionalan guru adalah merencanakan, melaksanakan,

memberikan penilaian, menganalisis, dan mengevaluasi.

c) Tugas keprofesionalan guru tidak hanya mengajar di kelas namun

juga mendidik peserdik. Karena mendidik lebih kompleks maknanya

dibandingkan dengan mengajar.

d) Tugas keprofesionalan guru adalah guru mampu menguasai materi

yang diampunya, mengembangkan materi sesuai dengan kondisi

peserta didik, dan mampu meningkatkan strata kependidikannya.

e) Tugas keprofesionalan guru adalah bertanggung jawab penuh

terhadap peserdiknya, disiplin dalam mendidik peserdik, memberikan

motivasi secara kontinyu, dan pengembangan metode evaluasi

pembelajaran.

Berdasarkan hal-hal yang sudah dikemukakan di atas kemudian

peneliti berusaha menggali informasi lebih jauh apakah guru-guru

tersebut memiliki tanggung jawab atas pelaksanaannya. Berdasarkan hasil

wawancara tersebut peneliti menemukan jawaban yang seragam

mengenai kedisiplinan para guru berangkat ke sekolah untuk bekerja.

Semua guru sudah siap di sekolah bahkan sebelum jam pelajaran yang

diajarnya dimulai. Hanya saja mengenai guru yang berhalangan hadir

untuk mengajar, hampir semua guru tidak ada yang dapat mengganti jam

mengajar tersebut karena kendala jadwal mata pelajaran di sekolah yang

Page 108: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

padat, tugas guru sudah cukup sibuk, dan siswa juga belum tentu mau jika

jam pelajaran yang kosong diganti.

5) Memiliki Kesempatan untuk Mengembangkan Keprofesionalan

Secara Berkelanjutan dengan Belajar Sepanjang Hayat.

Berdasarkan hasil wawancara setiap guru memiliki kesempatan

untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

belajar sepanjang hayat. Pihak sekolah secara berkala menunjuk para guru

secara bergiliran untuk ditugaskan meningkatkan kemampuan

profesionalnya baik yang berkaitan dengan ilmu kependidikan, keguruan,

dan ilmu yang sesuai dengan bidang tugas mengajarnya. Bentuknya

seperti Pendidikan dan Latihan (DIKLAT), penataran, pelatihan, seminar,

dan lain-lain.

6) Pemahaman Wawasan atau Landasan Kependidikan.

Untuk mengetahui pemahaman wawasan atau landasan

kependidikan peneliti menanyakan kepada para guru mengenai UU no. 20

tahun 2003 tentang sisdiknas dan UU no. 14 tahun 2005 tentang guru dan

dosen. Berdasarkan hasil wawancara tersebut semua guru yang peneliti

wawancara tidak ada yang dapat menjelaskan secara rinci mengenai

kedua UU tersebut. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi mengenai

pentingnya seorang guru juga memahami mengenai kedua UU tersebut.

7) Pengembangan Kurikulum/Silabus dan Perancangan Pembelajaran.

Pada sub indikator ini peneliti menanyakan apakah setiap guru

sudah membuat silabus berdasarkan SKKD Spektrum 2008 yang memang

diwajibkan untuk digunakan di SMK. Berdasarkan hasil wawancara

tersebut, semua guru sudah membuat silabus berdasarkan SKKD

Spektrum 2008 yang disesuaikan setiap tahunnya dan kondisi di sekolah.

Mengenai penyusunan silabus tersebut setiap guru membuatnya bersama

Tim Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Kemudian mengenai

Page 109: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

penyusunan RPP setiap guru selalu berusaha untuk mengembangkan RPP

masing-masing menyesuaikan dengan karakteristik siswa baik tiap

angkatannya maupun tiap kelas.

8) Beban Mengajar Guru.

Mengenai beban mengajar ini sebagian guru mendapatkan beban

mengajar yang cukup sehingga mereka mengatakan tidak mempengaruhi

kinerja mengajar mereka. Namun, bagi guru yang beban mengajarnya

sudah berlebih (overload) sangat mempengaruhi kinerja mengajar

mereka. Alasan utama beban mengajar overload ini mempengaruhi

kinerja mengajar mereka adalah guru tidak dapat melakukan

pengembangan diri dan tugas guru selain mengajar juga banyak. Selain

itu juga, bebang mengajar guru ini merupakan sesuatu yang dilematis

untuk diselesaikan permasalahannya. Apabila yang dikehendaki agar

beban mengajar para guru tersebut dikurangi, maka artinya perlu

penambahan tenaga pengajar baru. Padahal untuk menambah tenaga

pengajar baru sekolah juga perlu mempertimbangkan mengenai biaya

tambahan yang harus dikeluarkan.

9) Sertifikasi Guru.

Berdasarkan hasil wawancara dengan delapan orang guru lima

orang guru sudah sertifikasi dan tiga orang lainnya belum sertifikasi.

Meskipun demikian, berdasarkan hasil wawancara dengan para guru

tersebut semua guru setuju bahwa sertifikasi guru merupakan sarana bagi

guru untuk meningkatkan keprofesionalan dan meningkatkan

kesejahteraan mereka.

Mengenai sertifikasi, peneliti mengambil kesimpulan

berdasarkan wawancara bahwa sertifikasi sendiri mempunyai kelebihan

dan kekurangan. Kelebihan sertifikasi adalah memberikan manfaat yang

banyak bagi seorang guru yang sudah mendapatkannya. Karena dalam

proses mendapatkannya setiap guru dibekali dengan ilmu kependidikan

Page 110: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

dan keguruan kembali seperti ketika waktu kuliah. Dan setiap guru harus

lulus ujian yang dipersiapkan tim penguji untuk dapat memperoleh

sertifikasi. Tentunya hal ini memiliki pengaruh positif ketika guru

tersebut kembali ke sekolah untuk mengajar. Diharapkan guru yang sudah

sertifikasi tersebut meningkatkan performa dan tanggung jawabnya secara

profesional sebagai seorang guru. Namun di sisi lain, kekurangan dari

sertifikasi juga terkait dengan guru itu sendiri apabila guru yang sudah

sertifikasi tersebut ketika kembali ke sekolah tidak menunjukkan

peningkatan performa dan tanggung jawabnya secara profesional maka

akan sia-sia sertifikasi yang didapatkannya tersebut.

10) Tugas Merangkap Selain Mengajar.

Mengenai tugas merangkap selain mengajar ini hampir semua

guru memiliki tugas merangkap selain mengajar. Enam dari delapan

orang guru yang peneliti wawancarai mengatakan tugas merangkap

tersebut tidak mempengaruhi kinerja mereka dalam mengajar karena

tugas-tugas tersebut bukanlah tugas pokok mereka, sehingga mereka lebih

mengutamakan tugas untuk mengajar. Bahkan ada guru yang mampu

memanfaatkan tugas merangkap selain mengajar tersebut sebagai sarana

untuk melakukan pengembangan diri. Sedangkan dua orang guru lainnya

mengatakan tugas merangkap tersebut mempengaruhi kinerja mereka

dalam mengajar dengan alasan tugas seorang guru tidak hanya di sekolah

tapi juga ada pekerjaan rumah terutama mengurus keluarga.

Page 111: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

b. Mekanisme PPDB

Setiap penerimaan peserta didik baru selalu mengikuti petunjuk

peraturan yang berlaku dari Depdiknas maupun Yayasan. Setiap pelaksanaan

penerimaan siswa baru di sekolah, pihak sekolah selalu memberi kemudahan

sehingga calon siswa baru dapat mendaftar dengan tertib dan lancar. Adapun

syarat–syarat pendaftaran antara lain :

1) Mengisi formulir pendaftaran.

2) Menyerahkan :

a) Fotocopy ijasah SMP/MTS yang telah dilegalisir,1 lembar

b) Fotocopy STL/ UAS yang telah dilegalisir, 1 lembar

c) Pas foto ukuran 3 x 4 cm, 2 lembar

3) Calon siswa datang sendiri dengan memakai seragam sekolah asal dan

bersepatu.

4) Membayar uang pendaftaran.

Sistem penerimaan peserta didik baru di SMK Pancasila berbeda

dengan penerimaan peserta didik di sekolah yang lain. Sistem yang

digunakan di SMK Pancasila Surakarta adalah sistem “ One Day Service”

yang artinya peserta yang mendaftar langsung bisa mengetahui pengumuman

diterima atau tidak di SMK Pancasila. Pengumuman akan diterima oleh

peserta setelah menjalani prosedur yang telah ditentukan oleh panitia.

Prosedur tersebut antara lain mengisi formulir pendaftaran, penyerahan

syarat-syarat pendaftaran, dan tes wawancara. Setelah prosedur sudah

dilaksanakan oleh peserta, panitia akan menyeleksi dan akan menyampaikan

hasil seleksi kepada peserta.

Adapun alur atau prosedur dalm penerimaaan peserta didik baru

yaitu sebagai berikut:

Page 112: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Calon Siswa

Informasi &Pendaftaran

1. Tes Tertulis2. Tes Kesehatan3. Wawancara

Pengumuman Hasil Seleksi

Mengambil Berkas Pendaftaran

Diterima / Tidak

R.02

1. Konsultasi DPSP2. Konsutasi DPSB

R.01

Melengkapi Berkas A

M= R.03

M= R.03O= R.04

O= R.04

YA Tidak

O = OtomotifM= Mesin

Gambar 4.2. Alur Prosedur dalam Penerimaaan Peserta Didik Baru

Page 113: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

c. Fasilitas Pengembangan Pembelajaran

Untuk menggali informasi mengenai variabel input dan process yang

datanya bersifat kuantitatif peneliti menggunakan angket penelitian seperti

yang sudah peneliti ungkapkan di metode penelitian. Angket penelitian ini

direncanakan untuk disebar kepada seluruh siswa kelas XII baik teknik mesin

dan teknik otomotif dengan total jumlah responden sebanyak 194 siswa.

Namun ketika penyebaran angket penelitian, peneliti hanya mendapatkan 184

siswa yang mengisi angket penelitian yang disebarkan. Mengingat kelas XII

yang sedang disibukkan kegiatan persiapan Ujian Nasional (UNAS) peneliti

sudah berusaha mencari waktu yang paling tepat untuk menyebar angket

penelitian ini. Penyebaran angket yang direncanakan sebelumnya hanya satu

tahap dan dilakukan pada saat pengayaan menjelang UNAS. Peneliti

memutuskan mengambil momen ini karena setelah melakukan konsultasi

dengan staff kurikulum bahwa pada momen tersebut siswa diperkirakan akan

masuk sekolah semua. Namun kenyataan di sekolah pada tahap pertama

penyebaran angket penelitian yang tersisa masih banyak yaitu lebih dari 70

buah angket penelitian. Peneliti khawatir data yang diungkap di lapangan

belum cukup mewakili deskripsi fenomena yang terjadi, oleh karena itu

peneliti memutuskan untuk menyebarkan angket penelitian kembali pada

tahap yang kedua.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa banyak yang tidak

hadir meskipun di sekolah sedang diadakan pengayaan sebagai persiapan

UNAS, maka peneliti harus berinisiatif untuk membagi angket penelitian

kembali dengan mencari waktu yang lebih tepat. Kemudian, peneliti

memutuskan untuk menyebar angket penelitian kembali pada saat pembagian

kartu UNAS. Hasilnya sesuai dengan harapan peneliti, angket penelitian yang

tersisa hanya 10. Peneliti beranggapan dengan 184 buah angket penelitian

yang disebarkan ini sudah cukup mewakili untuk mendeskripsikan fenomena

yang terjadi. Untuk hasil angket penelitian secara lengkap peneliti tampilkan

pada tabel hasil angket penelitian yang ditampilkan pada lampiran 12.

Page 114: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Tabel 4.1. Deskripsi Fasilitas Pengembangan Pembelajaran

No. Kategori Frekuensi Persentase

1 Sangat tinggi 31 17 %

2 Tinggi 97 53 %

3 Sedang 53 29 %

4 Rendah 3 1,6 %

5 Sangat rendah 0 0 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk indikator

fasilitas pengembangan pembelajaran pada kategori tinggi

memperoleh frekuensi terbanyak yaitu 97 dengan perolehan

persentase sebesar 53%. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas

indikator fasilitas pengembangan pembelajaran termasuk pada

kategori tinggi. Agar lebih mudah dipahami mengenai deskripsi

indikator fasilitas pengembangan pembelajaran dapat dilihat pada

diagram batang yang ditunjukkan di bawah :

Gambar 4.3. Diagram Batang Deskripsi Fasilitas Pengembangan

Pembelajaran

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Sangat

tinggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat

rendah

Indikator Fasilitas Pengembangan Pembelajaran

Page 115: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

d. Sarana, Pra Sarana, dan Lingkungan

Tabel 4.2. Deskripsi Sarana, Pra Sarana, dan Lingkungan

No. Kategori Frekuensi Persentase

1 Sangat tinggi 41 22 %

2 Tinggi 91 49 %

3 Sedang 46 25 %

4 Rendah 6 3,3 %

5 Sangat rendah 0 0 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk indikator sarana pra

sarana, dan lingkungan pada kategori tinggi memperoleh frekuensi terbanyak

yaitu 91 dengan perolehan persentase sebesar 49 %. Hal ini menunjukkan

bahwa efektivitas indikator sarana pra sarana, dan lingkungan termasuk pada

kategori tinggi. Agar lebih mudah dipahami mengenai deskripsi indikator

sarana pra sarana, dan lingkungan dapat dilihat pada diagram batang yang

ditunjukkan di bawah :

Gambar 4.4. Diagram Batang Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Sangat

tinggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat

rendah

Indikator Sarana, Pra Sarana, dan Lingkungan

Page 116: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Selain data secara kuantitatif seperti yang diungkapkan di atas

peneliti juga mendapatkan data secara kualitatif yang peneliti deskripsikan

mengenai lingkungan sekolah. Untuk mengetahui keadaan lingkungan belajar

siswa, peneliti melakukan observasi di SMK Pancasila Surakarta untuk

mengamati secara langsung lingkungan belajar siswa. Pada awalnya

observasi ini tidak ditujukan untuk mencari data pada penelitian ini, namun

ditujukan untuk melengkapi data pada laporan oberservasi PPL (program

pengalaman lapangan), namun data tersebut sekarang sangat berguna dan

mendukung dalam pengumpulan data pada penelitian ini. Karena observasi

dilakukan seiring dengan berjalannya PPL dan bahkan sampai penelitian ini

dilakukan, artinya proses observasi ini berlangsung cukup lama, sehingga

peneliti dapat mengetahui secara keseluruhan kondisi lingkungan belajar

siswa di SMK Pancasila Surakarta baik lingkungan di luar maupun di dalam

sekolah.

1) Lingkungan Di Luar Sekolah

SMK Pancasila Surakarta dikelilingi oleh beberapa lembaga

pendidikan di sekitarnya, lembaga-lembaga itu antara lain SPG Pancasila,

SPG Tridarma, SMP Negeri 2 ,SMA Pancasila, SMA Tunggal bakti, dan

lain-lain. SMK Pancasila Surakarta juga jauh dari area industri yang

biasanya dapat menimbulkan polusi baik udara maupun suara.

Peneliti sering melewati jalan-jalan di sekitar lingkungan sekolah

dan kondisi lingkungannya selain dikelilingi oleh beberapa lembaga

pendidikan lainnya, lingkungan sekitar sekolah hanya dipenuhi oleh

rumah warga setempat dan tidak ada lokasi atau tempat yang kiranya

dapat memberikan gangguan aktivitas pembelajaran di sekolah. Jalan-

jalan menuju sekolah juga bebas hambatan dan aman. Keadaan

lingkungan di luar sekolah ini secara detail peneliti amati ketika acara

jalan sehat yang diselenggarakan oleh sekolah pada hari Jum’at 30

September 2011, dimana pada saat itu peneliti berkeliling lingkungan di

luar SMK Pancasila Surakarta. Keadaan pada saat itu peneliti masih

menjalankan PPL di SMK Pancasila Surakarta.

Page 117: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Lingkungan di luar SMK Pancasila Surakarta tidak hanya

ditunjang oleh lokasinya yang berdekatan dengan beberapa lembaga

pendidikan lainnya dan juga hanya dikelilingi oleh rumah warga setempat

yang tidak menyebabkan gangguan aktivitas pembelajaran di sekolah,

namun juga lokasinya yang strategis jauh dari keramaian kota. Hal ini

terlihat pada saat jam efektif mengajar dimulai dari jam 07.30 s/d 15.45

WIB kondisi lingkungan di luar sekolah sepi, tidak terlalu banyak

kendaraan yang melintas di dekat sekolah. Sehingga lebih mendukung

terciptanya suasana belajar mengajar yang benar-benar mantap.

2) Lingkungan Di Dalam Sekolah

Lingkungan di dalam SMK Pancasila Surakarta secara umum

peneliti menilai sangat nyaman dan kondusif digunakan untuk belajar

bagi para siswa. Di depan pintu gerbang ada 1-2 orang penjaga sekolah

yang menjaga pintu gerbang yang bertugas secara umum untuk menerima

tamu dan menjaga apabila ada siswa yang keluar sekolah belum pada

waktunya. Secara umum, warna dominan di SMK Pancasila Surakarta

berwarna hijau tidak hanya cat tembok dari tiap bangunan yang berwarna

hijau namun juga dipenuhi dengan pepohonan yang rindang, sehingga

suasana di sekolah menjadi asri. Di setiap kelas memang tidak dilengkapi

dengan pendingin ruangan seperti kipas angin ataupun AC (air

conditioner) namun karena banyaknya pepohonan membuat suasana di

kelas tetap sejuk. Kebersihan di sekolah juga selalu terjaga dan tempat

sampah juga tersedia di beberapa sudut di sekolah. Di tiap kelas juga

dilengkapi dengan ventilasi udara yang cukup banyak sehingga kelas

tidak pengap, namun karena warna cat tembok dari tiap kelas berwarna

hijau-kuning dan penerangan di tiap kelas kurang berfungsi dengan baik

maka suasana di kelas agak redup. Berdasarkan wawancara dengan Bapak

Herry Saptoro selaku Wakasek urusan Ketenagaan dan Sarana Prasarana

warna cat tembok ini memang sengaja tidak diganti dengan warna yang

lebih cerah karena memang kebijakan dari yayasan. Di beberapa kelas

Page 118: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

yang peneliti jumpai, peneliti kesulitan untuk menemukan sumber daya

listrik untuk menghidupkan perangkat elektronik, terkadang beberapa

guru menggunakan ruang aula ketika mengajar menggunakan LCD

Proyektor.

Data secara lengkap mengenai prasarana, data/daftar para guru,

data siswa kelas XII, dan denah sekolah peneliti tampilkan pada lampiran.

3. Analisis Process

a. Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator Keberhasilan

Pembelajaran

Tabel 4.3. Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator Keberhasilan

Pembelajaran

No. Kategori Frekuensi Persentase

1 Sangat tinggi 73 40 %

2 Tinggi 85 46 %

3 Sedang 24 13 %

4 Rendah 2 1,1 %

5 Sangat rendah 0 0 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk indikator kesesuaian

pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran pada kategori tinggi

memperoleh frekuensi terbanyak yaitu 85 dengan perolehan persentase

sebesar 46 %. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas indikator kesesuaian

pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran termasuk pada kategori

tinggi. Agar lebih mudah dipahami mengenai deskripsi indikator kesesuaian

pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran dapat dilihat pada diagram

batang yang ditunjukkan di bawah :

Page 119: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Gambar 4.5. Diagram Batang Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan

Indikator Keberhasilan Pembelajaran

b. Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar, dan Keaktifan Siswa

Tabel 4.4. Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar dan Keaktifan Siswa

No. Kategori Frekuensi Persentase

1 Sangat tinggi 24 13 %

2 Tinggi 86 47 %

3 Sedang 61 33 %

4 Rendah 12 6,5 %

5 Sangat rendah 1 0,5 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk indikator kedisiplinan,

kerajinan, motivasi belajar, dan keaktifan siswa pada kategori tinggi

memperoleh frekuensi terbanyak yaitu 86 dengan perolehan persentase

sebesar 47 %. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas indikator kedisiplinan,

kerajinan, motivasi belajar, dan keaktifan siswa pada kategori tinggi. Agar

lebih mudah dipahami mengenai deskripsi indikator kedisiplinan, kerajinan,

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Sangat

tinggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat

rendah

Indikator Kesesuaian Proses Pembelajaran

dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran

Page 120: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

motivasi belajar, dan keaktifan siswa dapat dilihat pada diagram batang yang

ditunjukkan di bawah :

Gambar 4.6. Diagram Batang Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar, dan

Keaktifan Siswa

4. Analisis Product

a. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar ini peneliti bandingkan dari data hasil nilai kelulusan

tahun pelajaran 2010/2011 dengan data hasil nilai kelulusan tahun pelajaran

2011/2012. Karena pada tahun pelajaran 2010/2011 pada saat itu SMM ISO

9001:2008 masih baru saja diterapkan di sekolah sehingga pengaruh

penerapannya masih belum matang, sedangkan pada tahun pelajaran ini

SMM ISO 9001:2008 sudah diterapkan selama satu tahun tentunya sudah

lebih matang dalam pelaksanaannya.

Data hasil nilai kelulusan tersebut secara rinci ditampilkan pada

lampiran 16 dan 17. Pada deskripsi temuan penelitian ini peneliti hanya akan

menampilkan perbandingan persentase keberhasilan dan rata-rata hasil Nilai

Akhir (NA). Peneliti memutuskan untuk membandingkan NA sebagai

pertimbangan penentuan perbandingan karena penentuan lulus atau tidaknya

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Sangat

tinggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat

rendah

Indikator Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi

Belajar, dan Keaktifan Siswa

Page 121: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

siswa berdasarkan perhitungan gabungan dari hasil Ujian Nasional (UN) dan

Nilai Sekolah (NS). Berikut adalah rumus penentuan NA.

NA = 0,6 × Hasil UN + 0,4 Hasil US

Persentase keberhasilan kelulusan tahun pelajaran 2010/2011 adalah

100% sedangkan untuk tahun pelajaran 2011/2012 adalah 99,55%.

Tabel 4.5. Data Hasil Nilai Rata-Rata NA Tahun Pelajaran 2010/2011

Nilai Ujian Bahasa

Indo.

Bahasa

Inggris

Mate-

matika

Kom-

petensi

Jumlah

Nilai

Klasifikasi A B B A A

Rata-Rata 7,55 7,49 7,44 8,03 30,51

Terendah 5,30 5,40 4,30 7,50 23,40

Tertinggi 8,70 8,90 9,60 8,40 34,30

Standar Deviasi 0,57 0,74 0,98 0,15 1,68

Tabel 4.6. Data Hasil Nilai Rata-Rata NA Tahun Pelajaran 2011/2012

Nilai Ujian Bahasa

Indo.

Bahasa

Inggris

Mate-

matika

Kom-

petensi

Jumlah

Nilai

Klasifikasi B B B A B

Rata-Rata 7,04 6,94 6,61 8,05 28,64

Terendah 4,30 4,60 3,70 7,50 22,40

Tertinggi 8,80 9,00 9,00 8,80 33,80

Standar Deviasi 0,81 1,02 1,18 0,26 2,34

Untuk memudahkan melihat perbandingan dari kedua hasil NA

tersebut peneliti juga menampilkannya dalam bentuk diagram batang sebagai

berikut:

Page 122: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Gambar 4.7. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-Rata NA

Keterangan :

Biru : Tahun pelajaran 2010/2011

Merah : Tahun pelajaran 2011/2012

Seperti yang terlihat pada tabel dan diagram batang perbandingan

rata-rata NA tersebut semua mata pelajaran mengalami penurunan nilai rata-

rata NA kecuali mata pelajaran kompetensi. Mata pelajaran bahasa indonesia

mengalami penurunan sebanyak 0,51 atau sebesar 6,75%. Mata pelajaran

bahasa inggris mengalami penurunan sebanyak 0,55 atau sebesar 7,34%.

Mata pelajaran matematika mengalami penurunan sebanyak 0,83 atau sebesar

11,16%. Sedangkan mata pelajaran kompetensi mengalami kenaikan

sebanyak 0,02 atau sebesar 0,25%.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Bahasa

Indonesia

Bahasa Inggris Matematika Kompetensi

Page 123: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

C. Pembahasan

Pada pembahasan penelitian ini peneliti akan menampilkannya dengan

susunan berdasarkan pendekatan model CIPP agar hasil deskripsi temuan penelitian

yang sudah diungkapkan sebelumnya dapat dievaluasi dengan lebih cermat tiap

lininya. Berikut adalah pembahasannya. Untuk menghidari subyektivitas peneliti

dalam menulis pembahasan ini, pada pengumpulan data peneliti melakukan

triangulasi baik metode maupun data. Sehingga pembahasan ini sudah melalui

pertimbangan dari banyak sudut pandang baik informan, responden, hasil observasi

dan data dokumentasi. Diharapkan pembahasan ini menghasilkan sebuah kesimpulan

yang benar-benar menggambarkan fenomena yang terjadi di lapangan secara faktual

dan akurat.

1. Context

a. Kekuatan dan Kelemahan SMM ISO 9001:2008

Berdasarkan deskripsi temuan penelitian mengenai analisis context

yang peneliti paparkan sebelumnya, kekuatan atau kelebihan SMM ISO

9001:2008 yang diterapkan di SMK Pancasila Surakarta adalah perencanaan,

pelaksanaan, pengelolaan, pengorganisasian, dan dokumentasi seluruh

kegiatan di sekolah yang lebih baik. Hal ini meliputi seluruh lini di sekolah

yang harus terdokumentasi dan teradministrasi dengan baik. Yang dimaksud

dengan perencanaan di sini adalah seluruh program yang direncanakan oleh

sekolah baik yang bersifat pengembangan ataupun perbaikan haruslah

direncanakan dengan tertib dan cermat. Perencanaan ini juga meliputi analisis

mengenai pengembangan dan perbaikan yang harus dilakukan. Kemudian

dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Yang

dititik beratkan pada pelaksanaan ini tidak harus mencapai keberhasilan

sepenuhnya namun yang terpenting memberi dampak positif dan bagaimana

dalam pelaksanaan tersebut tetap terus melakukan analisis serta kontrol penuh

dalam menjalani prosesnya. Hal ini dimaksudkan, perencanaan yang sudah

disepakati bersama dan kemudian dilaksanakan bukanlah keputusan akhir

yang harus digunakan secara baku, namun pelaksanaan tersebut juga

digunakan sebagai analisis terhadap perencanaan yang telah dibuat. Ini

Page 124: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

membuat proses pelaksanaan tersebut bukanlah sekadar menjalankan apa

yang sudah direncanakan melainkan ada tujuan lain yaitu perbaikan secara

terus-menerus continuous improvement. Di dalam pelaksanaan ini juga

terdapat pengelolaan dan pengorganisasian yang wajib dilakukan. Untuk

melihat bagaimana pengelolaan dan pengorganisasian ini dilaksanakan

peneliti memfokuskan mengenai pengelolaan di bengkel mesin dan otomotif.

Pengelolaan baik di bengkel mesin maupun otomotif pada dasarnya sama.

Pengelolaan ini meliputi keseluruhan manajemen bengkel yang harus

diadministrasikan dengan tertib yaitu: kelengkapan alat peraga, ketersediaan

alat ukur, dan alur pengadaan barang. Pengelolaan tentunya tidak akan

berjalan dengan baik tanpa adanya SDM yang menjalankannya. Maka

perlunya pengorganisasian mengenai pembagian tugas mengelola bengkel ini.

Setelah semua tahap tersebut dijalankan masih ada tahap akhir yang penting

yaitu dokumentasi. Dari keseluruhan proses pelaksanaan yang dijalankan

berdasarkan perencanaan yang telah dibuat semua proses yang dijalankan

tersebut haruslah didokumentasikan sebagai laporan perkembangan dan

analisis untuk melakukan perencanaan selanjutnya. Kesimpulan dari kekuatan

dari SMM ISO 9001:2008 ini adalah setiap yang akan dikerjakan haruslah

direncanakan terlebih dahulu dan setiap yang sudah dikerjakan haruslah

didokumentasikan sebagai laporan dan bahan pertimbangan analisis untuk

melakukan perencanaan selanjutnya. Sirkulasi antara perencanaan,

pelaksanaan, dan dokumentasi ini bersinergi dengan sangat baik dalam

melakukan perbaikan secara terus-menerus untuk meningkatkan kualitas

mutu sekolah.

Sedangkan mengenai kelemahan atau kekurangan SMM ISO

9001:2008 setelah peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan

peneliti menyimpulkan sebenarnya kelemahan atau kekurangan bukan

terletak pada SMM ISO 9001:2008 namun pada proses pelaksanaan yang

tentunya melibatkan SDM di SMK Pancasila Surakarta dan SDM yang

dimaksud ini tentunya adalah para guru yang tidak hanya menjadi fokus

dalam peningkatan kinerjanya melalui SMM ISO 9001:2008 namun juga

Page 125: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

sebagai pelaku. Berdasarkan wawancara dengan para informan terlihat para

guru di sekolah masih belum siap menerima perubahan-perubahan signifikan

yang diakibatkan oleh penerapan SMM ISO 9001:2008 di sekolah. Karena

memang tidak dipungkiri dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 ini banyak

hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja mereka sebagai seorang

pendidik. Selama kurun waktu setahun belakangan ini tidak dipungkiri para

guru seolah-olah ditambah tugasnya mengenai pengelolaan administrasi yang

lebih banyak dibandingkan sebelum sekolah ini menerapkan SMM ISO

9001:2008. Namun, sebenarnya tugas-tugas administrasi yang harus

dilakukan oleh para guru tersebut adalah memang sudah kewajiban seorang

pendidik untuk mengerjakannya. Hanya saja sebelum SMM ISO 9001:2008

mengenai harus tertibnya mengenai administrasi ini terlihat bukan sebagai

sesuatu yang wajib untuk dilaksanakan.

Seharusnya sebagai seorang guru memiliki tugas keprofesioanlan

yang secara detail ditampilkan pada kajian teori. Namun, selama ini yang

menjadi kebiasaan guru hanyalah melaksanakan dan melakukan penilaian.

Namun, setelah penerapan SMM ISO 9001:2008 para guru dituntut harus

melaksanakan tugas keprofesionalan tersebut terutama mengenai harus

tertibnya urusan administrasinya. Memang, ketika melakukan wawancara

terstruktur mengenai latar belakang seorang pendidik setiap guru

mengungkapkan jawaban yang berbeda mengenai tugas keprofesionalan

tersebut, namun peneliti menangkap maksud tersirat dari hasil wawancara

tersebut bahwa para guru sebenarnya kewalahan dalam melaksanakan

tuntutan dari SMM ISO 9001:2008 yang mewajibkan tertibnya urusan

admininistrasi yang menjadi bagian wajib dari tugas keprofesionalan seorang

guru. Berdasarkan wawancara dengan salah satu informan, dalam waktu

dekat untuk penerapan SMM ISO 9001:2008 secara sempurna dengan proses

dan hasil yang benar-benar baik masih belum bisa dilakukan. Untuk

mencapai hal tersebut diperlukan proses. Karena yang tersulit dalam

penerapan SMM ISO 9001:2008 ini sebenarnya adalah merubah pola lama

yang sudah menjadi kebiasaan para guru di sekolah. Pihak sekolah tetap

Page 126: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

berusaha terus untuk mensosialisasikan bahwa memang tertibnya urusan

secara administrasi tersebut bukanlah hanya tuntutan dari penerapan SMM

ISO 9001:2008 tetapi memang sudah tugas keprofesionalans seorang guru.

Berdasarkan pemaparan mengenai kekuatan dan kelemahan SMM

ISO 9001:2008 peneliti dapat menyimpulkan sebenarnya kekuatan dan

kelemahan ini saling mendukung satu sama lain. Dengan kekuatan SMM ISO

9001:2008 sekolah mendapatkan gambaran bagaimana alur yang jelas untuk

meningkatkan kualitas mutu sekolah. Sedangkan kelemahan yang peneliti

paparkan mengenai SDM yang menjalankannya sebenarnya sebagai sebuah

evaluasi secara tidak langsung mengenai kinerja guru di sekolah. Oleh karena

itu, jika SMM ISO 9001:2008 diterapkan secara terus-menerus sebenarnya

kelemahan mengenai SDM yang menjalankannya ini suatu saat akan menjadi

kekuatan dalam menunjang peningkatan kualitas mutu sekolah melalui

penerapan SMM ISO 9001:2008.

2. Input

a. Latar Belakang Pendidik

1) Memiliki Bakat, Minat, Panggilan Jiwa, Dan Idealisme.

Seperti yang diungkapkan di deskripsi penelitian bahwa hanya

dua orang guru yang benar-benar berminat ingin melanjutkan studi ke

FKIP yang jurusannya sesuai dengan bidang tugas mengajarnya

sekarang. Meskipun demikian bukan berarti mereka terus menjalani

kuliah di FKIP dengan terpaksa. Ini terbukti mereka dapat menyelesaikan

studi mereka dengan baik. Bahkan beberapa diantara mereka terpilih

menjadi mahasiswa yang terbaik yang kemudian setelah lulus segera

ditempatkan ke institusi pendidikan yang ditunjuk oleh perguruan tinggi

mereka. Peneliti menyimpulkan meskipun diawali dengan minat yang

berbeda-beda namun pada akhirnya mereka menemukan minat

sebenarnya menjadi seorang guru dan mereka menjalani proses untuk

menjadi seorang guru tersebut dengan bersungguh-sungguh.

Page 127: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Mengenai idealisme ini terlihat semua guru memiliki keinginan

untuk terus meningkatkan keilmuannya baik yang berhubungan dengan

keguruan maupun ilmu berdasarkan bidangnya masing-masing. Dapat

disimpulkan setiap guru tidak berpuas diri dan mempunyai keinginan

untuk terus melakukan pengembangan diri untuk menunjang peningkatan

kemampuan profesional mereka.

Mengenai panggilan jiwa dari masing-masing guru ini

berhubungan dengan motivasi dari pribadi guru tersebut. Memang setiap

guru berangkat dari motivasi yang berbeda untuk menjadi seorang guru,

namun yang terpenting adalah mereka memiliki motivasi yang kuat untuk

menjadi guru yang baik. Hal ini tentunya membentuk pola pikir dan

mental yang baik kepribadian guru dalam menjalankan tugasnya sebagai

seorang guru.

Sedangkan mengenai bakat, tidak dipungkiri bahwa semua

orang memang memiliki bakat untuk menjadi seorang guru. Dan belum

tentu juga di awal perjalanan mereka sudah menikmati dan merasakan

memang profesi guru memanglah suatu profesi yang cocok dan suatu

pekerjaan yang betul mereka nikmati. Namun, seiring berjalannya waktu

para guru tersebut mengungkapkan dengan proses mereka pada akhinya

menyadari bahwa menjadi memilih profesi guru memanglah pilihan yang

tepat bagi mereka. Meskipun banyak rintangan dan kesibukan yang harus

mereka jalani namun terlihat sekali mereka menikmati dan sudah merasa

cocok menjalani pekerjaan sebagai seorang guru.

2) Memiliki Komitmen untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan,

Keimanan, Ketakwaan dan Akhlak Mulia.

Melihat berbagai macam tanggapan dari para guru mengenai

perkembangan kualitas mutu pendidikan di Indonesia yang peneliti

sengaja lakukan untuk memancing dan mengetahui seberapa jauh

perhatian mereka terhadap dunia pendidikan menghasilkan jawaban-

jawaban yang membuka wawasan bagi peneliti mengenai realita

Page 128: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

pendidikan di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan para guru memiliki

perhatian terhadap kondisi pendidikan.

Kemudian para guru juga menunjukkan bagaimana cara mereka

masing-masing memberikan sumbangsih positif melalui profesi mereka

sebagai seorang pendidik meskipun lingkupnya hanya di sekolah mereka

berusaha semaksimal mungkin untuk bekerja sebaik mungkin tidak

hanya untuk memenuhi tuntutan pekerjaan namun juga bekerja dengan

rasa sosial untuk mendidik dan membimbing siswa di sekolah sampai

mereka betul-betul mendapatkan pendidikan yang terbaik.

3) Memiliki Kualifikasi Akademik dan Latar Belakang Pendidikan

Sesuai dengan Bidang Tugas dan Memiliki Kompetensi yang

Diperlukan Sesuai dengan Bidang Tugas

Setiap guru sudah memiliki kualifikasi akademik dan latar

belakang pendidikan yang sesuai. Meskipun ditempuh dengan jalan yang

berbeda-beda. Karena memang tidak dapat dipungkiri untuk dapat

totalitas dalam menjalankan profesi mereka sebagai seorang guru

kesesuaian antara latar belakang bidang pendidikan dengan tugas

mengajar mereka sekarang menjadi salah satu penunjang kelancaran

mereka dalam menjalani tugas mereka dalam mengajar secara

profesional.

4) Memiliki Tanggung Jawab atas Tugas Keprofesionalan

Setiap guru mampu menjawab apabila ditanya mengenai tugas

keprofesionalan mereka meskipun jawaban mereka beragam. Memang

para guru tidak ada yang menjawabnya secara lengkap sesuai dengan

tugas keprofesionalan guru seperti yang ditampilkan di kajian teori.

Namun dari hasil wawancara tersebut paling tidak para guru

menyebutkan salah satu diantaranya. Peneliti memahami mengapa para

guru mungkin tidak dapat menyebutkan secara lengkap tugas

keprofesionalan mereka, tentunya tuntutan untuk penyelesaian tugas di

Page 129: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

lapangan lebih penting daripada sekadar mengetahui tugas-tugas pokok

mereka di atas kertas. Meskipun demikian, peneliti melihat para guru

tersebut tetap berusaha memberikan kinerja terbaik mereka sebagai

seorang guru dengan cara dan karakter mereka masing-masing.

Kinerja para guru di lapangan untuk mematuhi tata tertib

sekolah sudah disiplin dan seolah sudah menjadi budaya mereka untuk

selalu datang ke sekolah sebelum waktu yang ditetapkan oleh sekolah.

Mengenai pergantian jam mengajar yang kosong, memang seharusnya

jika jam mengajar tersebut kosong baik karena guru tersebut berhalangan

hadir karena sakit ataupun ada suatu urusan harusnya mengganti jam

pelajaran tersebut. Karena memang tugas seorang guru untuk

menerangkan materi pelajaran dan tentunya dengan hadirnya seorang

guru di kelas untuk mengajar proses pembelajaran akan terlaksana

dengan lebih baik. Namun, fakta di lapangan hal tersebut sulit dilakukan

meskipun guru yang bersangkutan mau melakukan hal tersebut. Kendala-

kendala seperti jam mengajar sekolah yang padat, tugas guru selain

mengajar yang cukup sibuk dan juga kurangnya minat siswa jika harus

menambah jam pelajaran di hari lain sebagai jam pelajaran yang kosong

menjadi rintangan yang sulit untuk diatasi. Hal ini menjadi sebuah dilema

antara harus menjalankan tugas keprofesionalan guru dengan

menghadapi realita di lapangan. Bagaimanapun para siswa haruslah

mendapatkan hak menerima ilmu pengetahuan ketika mereka berada di

sekolah Oleh karena itu, untuk memanfaatkan jam pelajaran yang kosong

tersebut sebisa mungkin para guru berusaha minimal memberikan tugas

bagi para siswa agar para siswa minimal tetap mendapatkan melakukan

proses pembelajaran meskipun hanya melalui mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru yang berhalangan hadir.

Page 130: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

5) Memiliki Kesempatan untuk Mengembangkan Keprofesionalan

Secara Berkelanjutan dengan Belajar Sepanjang Hayat

Setiap guru pada hakikatnya memiliki kesempatan untuk

meningkatkan pendidikannya ke strata yang lebih tinggi. Namun, jika

harus melanjutkan sekolah lagi ke para guru terkendala masalah biaya.

Pertimbangannya daripada biaya tersebut digunakan untuk melanjutkan

sekolah lebih baik digunakan untuk bekal pendidikan anak-anak mereka.

Hal ini masuk aka jika melihat realita pendidikan sekarang yang syarat

dengan biaya yang tinggi jika ingin mendapatkan kualitas pendidikan

yang terbaik. Namun, bukan berarti perjuangan untuk meningkatkan

kemampuan profesional dan terus belajar berhenti sampai di situ.

Sekolah masih memberikan kesempatan bagi para guru mereka untuk

meningkatkan kemampuan profesional mereka dengan cara mengirim

mereka ke diklat, pelatihan dan penataran. Paling tidak hal ini cukup

membawa angin segar bagi para guru yang memiliki keinginan kuat

untuk meningkatkan kemampauan profesionalnya. Berdasarkan hasil

wawancara di sekolah ini mengenai pembagian kesempatan untuk

pemberangkatan diklat, pelatihan, dan penataran masih kurang merata.

Seharusnya ada pembagian yang merata mengenai hal ini agar setiap

guru mendapatkan hak yang sama untuk meningkatkan kemampuan

profesionalnya.

6) Pemahaman Mengenai Wawasan atau Landasan Kependidikan

Dari semua guru yang diwawancarai tidak ada yang dapat

menyebutkan secara detail mengenai UU no.20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas dan UU no.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Padahal

beberapa diantara guru tersebut sudah ada yang sertifikasi. Beberapa

informan mengungkapkan kurangnya sosialisasi mengenai hal ini. Dan

ternyata pada saat ada monitoring evaluasi dari pihak ISO para guru di

sekolah juga banyak yang tidak bisa menyebutkan ini. Seharusnya

penting bagi seorang guru minimal dapat menyebutkan beberapa saja dari

Page 131: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

UU tersebut karena hal ini mencerminkan seberapa wawasan mengenai

landasan pendidikan mereka.

7) Pengembangan Kurikulum/Silabus dan Perancangan Pembelajaran

Setiap tahunnya SMK Pancasila selalu melakukan pembaharuan

mengenai kurikulum KTSP yang digunakan di sekolah. Meskipun tidak

terlalu banyak perubahan yang terjadi tiap tahunnya. Respon dari tiap

guru hampir sama, untuk silabus secara garis besar memang tidak banyak

melakukan perubahan tiap tahunnya. Namun, tetap melakukan evaluasi

dan menyesuaikan dengan kondisi sekolah. Sedangkan untuk RPP setiap

guru yang peneliti wawancarai mengungkapkan selalu melakukan

evaluasi mengenai RPP yang dibuatnya setiap tahun. Mereka selalu

berusaha mencari metode mengajar yang paling tepat diterapkan pada

siswa. Melihat hal ini, peneliti menyimpulkan setiap guru memang

memiliki perhatian untuk terus meningkatkan kualitas kinerja mereka.

8) Beban Mengajar Guru

Realita di sekolah swasta seperti di SMK Pancasila Surakarta

mengenai beban mengajar guru yang overload menjadi sebuah dilema.

Karena apabila seorang guru beban mengajarnya overload sangat

mempengaruhi kinerja mengajarnya tidak hanya pada saat mengajar di

kelas namun juga dalam mengerjakan tugas-tugas lain selain mengajar.

Para guru sejatinya ingin selalu dapat mengevaluasi apa yang sudah

dikerjakannya di sekolah dan penting juga untuk melakukan

pengembangan diri. Namun, dengan beban mengajar yang terlalu banyak

membuat kedua hal tersebut jadi dikesampingkan karena untuk

menyelesaikan tugas mengajar yang banyak saja sudah cukup berat.

Seandainya harus ditambah tenaga pengajar baru agar pembagian jam

mengajar lebih merata di sisi lain karena sekolah ini swasta ada beberapa

guru yang penghasilannya didapatkan dari yayasan. Banyaknya

penghasilan guru tersebut tergantung dari banyaknya jam mengajar di

Page 132: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

sekolah. Oleh karena itu menjadi serba salah bagi pihak sekolah

seandainya ingin menyelesaikan mengurangi jam mengajar para guru

yang overload dengan menerima guru baru namun di sisi lain guru yang

penghasilannya bergantung dari banyaknya jam mengajar

penghasilannya jadi berkurang.

9) Sertifikasi Guru

Dengan adanya sertifikasi ini para guru mengatakan sangat baik

untuk peningkatan kemampuan profesional seorang guru dan juga untuk

meningkatkan kesejahteraan. Meskipun beberapa guru mengatakan

dalam pelaksanaannya mendapatkan sertifikasi ini terkesan terburu-buru

dan ilmu pengetahuan yang didapatkan menjadi kurang maksimal. Apa

saja yang didapatkan pada saat menjalani proses mendapatkan sertifikasi

seharusnya bisa diterapkan saat kembali mengajar di sekolah, inilah yang

dimaksud dengan meningkatnya kemampuan profesional guru, namun

seandainya sama saja maka sertifikasi hanya akan berfungsi sebagai

peningkatan kesejahteraan.

10) Tugas Merangkap Selain Mengajar

Mengenai tugas merangkap ini peneliti menyimpulkan tugas

merangkap ini tidak terlalu mempengaruhi kinerja mereka dalam

mengajar. Memang beberapa guru mengungkapkan bahwa terkadang

tugas merangkap tersebut juga cukup membuat kerepotan, namun tugas

mengajar di kelas tetap diutamakan. Bahkan ada guru yang mampu

memanfaatkan tugas merangkap tersebut contohnya wali kelas untuk

meningkatkan kompetensi sosialnya. Hal ini tentunya berdampak positif

bagi peningkatan kinerja guru di sekolah. Oleh karena itu, tugas

merangkap ini tidaklah menjadi sesuatu yang mengganggu bagi kinerja

seorang guru dalam mengajar di kelas.

Berdasarkan uraian yang disampaikan di atas sebanyak delapan

buah poin memang sudah dilakukan dan tidak menjadi masalah bagi para

Page 133: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

guru dalam menjalankannya selama menjadi seorang guru. Sedangkan

dua poin yaitu mengenai pemahaman wawasan pendidikan dan beban

mengajar guru masih menjadi permasalahan bagi para guru. Meskipun

demikian, peneliti menyimpulkan para guru di SMK Pancasila Surakarta

sudah menjalankan profesinya sebagai seorang guru sesuai dengan

prinsip profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang tertera di

pasal 7 ayat (1) UU no.14 2005. Meskipun pada beberapa poin para guru

terebut tidak dapat menjalankannya dengan sempurna. Namun, hal

tersebut juga disebabkan karena keterbatasan kondisi yang ada di

sekolah.

b. Mekanisme PPDB

Mengenai mekanisme PPDB ini alurnya sudah baik karena sudah

setiap siswa baru diharuskan melewati tiga tahapan agar dapat diterima di

sekolah ini yaitu tes tertulis, tes kesehatan, dan wawancara. Artinya dalam

penentuan penjaringan siswa baru sekolah sudah berusaha semaksimal

mungkin untuk menjaring calon siswa sebaik mungkin. Diperlukan tiga tahap

untuk menentukan siswa tersebut bisa diterima atau tidak, hal ini kembali lagi

pada prinsip dari proses pembelajaran dimana keberhasilan dari proses

pembelajaran adalah hasil sinergi yang baik dari pendidik, peserta didik,

sumber belajar, dan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah

memiliki komitmen untuk memaksimalkan proses pembelajaran dari semua

aspek yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.

Page 134: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

c. Sumber Belajar dan Lingkungan

Berdasarkan hasil dari angket penelitian mengenai indikator fasilitas

pengembangan pembelajaran yang ditunjukkan pada lampiran 12 pada

kategori tinggi memperoleh frekuensi terbanyak yaitu 97 dengan perolehan

persentase sebesar 53%. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas indikator

fasilitas pengembangan pembelajaran termasuk pada kategori tinggi.

Sedangkan untuk lingkungan peneliti melakukan pendekatan melalui

indikator sarana pra sarana, dan lingkungan pada kategori tinggi memperoleh

frekuensi terbanyak yaitu 91 dengan perolehan persentase sebesar 49 %. Hal

ini menunjukkan bahwa efektivitas indikator sarana pra sarana, dan

lingkungan termasuk pada kategori tinggi.

Hasil tersebut tentunya berdasarkan perspektif siswa sebagai

responden, peneliti berusaha melakukan crosscheck baik secara langsung

maupun menggali informasi melalui informan. Untuk crosscheck secara

langsung peneliti secara tidak langsung sudah merasakan sendiri bagaimana

fasilitas pengembangan pembelajaran di SMK Pancasila Surakarta memang

sudah mencukupi dan dalam keadaan baik. Di bengkel dan perpustakaan juga

tertata rapi dan lengkap. Hanya saja pada saat melakukan penelitian, sekolah

ini sedang melakukan pemugaran di bagian kantor dan halaman depan.

Sehingga perpustakaan dan aula juga difungsikan sebagai ruang guru.

Memang sementara ini keadaan aula dan perpustakaan sedikit perlu penataan,

tentunya keadaan ini hanya bersifat sementara. Mengenai alat peraga di

bengkel setiap peralatan dilengkapi dengan instruksi kerja, penataannya rapi

dan kondisinya berfungsi dengan baik. Berdasarkan informasi yang peneliti

dapatkan dari para informan mengenai fasilitas pengembangan pembelajaran

ini baik yang berhubungan dengan bengkel, perpustakaan, dan peralatan

lainnya yang dapat menunjang proses pembelajaran memang semuanya

tertata dengan baik karena pembagian tugas yang jelas dari setiap lini kerja di

sekolah. Dan peneliti juga mengamati langsung secara rutin ada perawatan

dan pembersihan di bengkel maupun di perpustakaan.

Page 135: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Lingkungan baik di dalam maupun di luar sekolah juga kondusif

seperti yang peneliti ungkapkan di lingkungan belajar siswa. Artinya tidak

hanya menurut peneliti bahwa lingkungan belajar di SMK Pancasila

Surakarta yang memang kondusif namun juga dari para responden

mengatakan demikian yang ditunjukkan oleh hasil angket penelitian yang

hasilnya indikator fasilitas pengembangan pembelajaran dan sarana pra

sarana serta lingkungan memiliki efektivitas yang tinggi. Dan pengaruh dari

penerapan SMM ISO 9001:2008 semakin meningkatkan standar kualitas dari

kedua indikator tersebut.

3. Process

Pada variabel process ini untuk mengetahui kesesuaian antara proses

pembelajaran yang terjadi di sekolah dengan indikator keberhasilan pembelajaran

memang agak sulit jika harus melakukan observasi satu persatu ke kelas pada

saat proses pembelajaran terjadi hal ini juga dikhawatirkan akan mengganggu

proses pembelajaran. Maka peneliti memutuskan untuk melihat fenomena yang

terjadi melalui responden yang diwujudkan melalui angket penelitian. Dapat

dilihat untuk indikator kesesuaian pembelajaran dengan keberhasilan

pembelajaran pada kategori tinggi memperoleh frekuensi terbanyak yaitu 85

dengan perolehan persentase sebesar 46 %. Hal ini menunjukkan bahwa

efektivitas indikator kesesuaian pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran

termasuk pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil angket penelitian tersebut dapat

disimpulkan efektivitasnya tinggi. Pencarian fakta tidak berhenti sampai di sini.

Dalam butir angket yang peneliti buat ada beberapa butir yang tidak valid namun

tetap peneliti masukkan di dalam angket penelitian. Butir-butir pernyataan

tersebut peneliti ungkapkan kembali pada saat melakukan wawancara dengan

para guru. Hasilnya tidak jauh berbeda dari hasil yang diungkapkan pada angket

penelitian. para guru mengungkapkan selalu memberikan kesempatan bertanya

bagi siswa, mengecek tingkat pemahaman siswa, dan memancing kreativitas

siswa dengan berbagai macam metode yang disesuaikan dengan karakteristik

mata pelajaran maupun siswanya. Hal ini menunjukkan para guru sudah berusaha

Page 136: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

semaksimal mungkin agar tujuan dari proses pembelajaran yang ditargetkan

tercapai. Hanya saja mengenai remedial, memang seharusnya prosedur remedial

yang benar adalah guru harus memberikan pengajaran ulang sebelum

memberikan tes ulang kembali, namun karena segala macam keterbatasan yang

ada di sekolah baik dari guru, jadwal mata pelajaran yang padat, dan antusias

siswa menjadi faktor penghalang untuk menjalankan remedial yang memang

sesuai dengan prosedur. Meskipun demikian setiap guru sudah berusaha

semaksimal mungkin agar para siswanya yang belum mencapai ketuntasan

minimal dapat lulus dan juga memperoleh ilmu yang diajarkan.

Mengenai efektivitas indikator indikator kedisiplinan, kerajinan,

motivasi belajar dan keaktifan siswa memang pada kategori tinggi memperoleh

frekuensi terbanyak yaitu 86 dengan perolehan persentase sebesar 47 %. Hal ini

menunjukkan bahwa efektivitas indikator kedisiplinan, kerajinan, motivasi

belajar, dan keaktifan siswa pada kategori tinggi. Namun pada kategori sedang

juga cukup tinggi yaitu dengan perolehan persentase sebesar 33 %. Hal ini

mengundang penasaran bagi peneliti mengapa bisa terjadi demikian. Pada saat

wawancara bersama guru hal ini terjawab. Ternyata memang para siswa

keaktifan selama belajar di kelas agak kurang. Meskipun para guru sudah

memberikan stimulus-stimulus sebagai pancingan agar mereka lebih aktif dan

kritis namun masih kurang. Pada saat mengerjakan ujian juga para siswa terkesan

kurang sungguh-sungguh karena banyak yang sibuk bekerja sama dengan siswa

lainnya. Informasi ini tidak hanya peneliti dapatkan dari wawancara namun

peneliti juga melihat secara langsung pada saat menjadi pengawas ujian tengah

semester dan ujian akhir semester. Fenomena para siswa tidak takut untuk

bekerja sama pada saat ujian meskipun sudah ada pengawas seolah menjadi hal

yang biasa. Hal ini persis seperti yang dikatakan oleh seorang guru pada saat

wawancara, para siswa sekarang sudah tidak malu lagi untuk bekerja sama pada

saat ujian. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman mengenai harusnya

menghargai hasil kerja sendiri. Sehingga para siswa mengalami krisis

kepercayaan diri dan menginginkan hasil yang instan. Sebenarnya para guru

sudah memberikan motivasi dan nasehat bagi para siswa, namun menurut

Page 137: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

seorang guru hal-hal tersebut perlu dilakukan dengan lebih intensif dan kompak

dilakukan oleh seluruh guru, sehingga secara bertahap para siswa akan tersadar

dengan sendirinya.

4. Product

Berdasarkan persentase keberhasilan kelulusan dan nilai rata-rata NA

memang pada tahun pelajaran 2011/2012 mengalami penurunan jika

dibandingkan tahun pelajaran 2010/2011. Melihat hal ini, perlunya menanggapi

persoalan mengenai menurunnya persentase hasil kelulusan dengan sudut

pandang yang lebih teliti. Hal tersebut menuntun kita agar tidak terlalu cepat

dalam mengambil kesimpulan bahwa efektivitas di lini product mengalami

penurunan. Seperti yang diketahui bahwasanya hasil penulusuran pada analisis

context, input, dan process hasil evaluasinya menunjukkan efektivitas yang

tinggi. Seharusnya cerminan dari hasil efektivitas yang tinggi tersebut hasil

product mengalami peningkatan. Namun, jika melihat persentase penurunannya

baik dari hasil persentase keberhasilan lulusan maupun nilai rata-rata NA-nya

yang tidak terlalu banyak tentunya hasil product ini masih dalam batas yang

wajar dan masih dapat dikatakan penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK

Pancasila Surakarta efektifvitasnya tinggi. Terutama jika melihat dampak

penerapan SMM ISO 9001:2008 secara positif terlihat sekali bahwasanya adanya

percepatan untuk berkembang dari seluruh lini di sekolah. Dan dengan

percepatan tersebut juga baik secara langsung ataupun tidak langsung terdeteksi

kelemahan-kelemahan penghambat yang justru dapat menjadi kekuatan suatu

saat nanti yang pada akhirnya berujung pada peningkatan mutu sekolah.

Meskipun demikian, permasalahan ini masih belum selesai dan memerlukan

analisis serta pembahasan lebih lanjut baik oleh pihak sekolah khususnya ataupun

ada penelitian khusus yang melanjutkan penulusuran bagaimana permasalahan

ini bisa terjadi.

Page 138: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Penerapan SMM ISO 9001:2008 sejatinya adalah untuk meningkatkan

kualitas mutu sekolah. Mutu sekolah tercermin dari bagaimana kualitas lulusannya

dan bagaimana respon baik dari eksternal customer. Kualitas lulusan sekolah

tentunya dibentuk dari sebuah proses pembelajaran yang merupakan inti dari proses

pendidikan siswa selama belajar di sekolah. Penerapan SMM ISO 9001:2008 yang

tujuannya untuk meningkatkan kualitas mutu sekolah artinya haruslah menunjang

peningkatan mutu proses pembelajaran di sekolah. Berikut adalah simpulan dari

penelitian tentang bagaimana dan seberapa efektifnya penerapan SMM ISO

9001:2008 pada proses pembelajaran :

1. Context.

a. Kekuatan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta

adalah perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pengorganisasian, dan

dokumentasi administrasi sekolah yang lebih baik.

b. Kelemahan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta

adalah pada SDM yang menjalankannya. SDM di sekolah masih belum siap

dalam menjalankan penerapan SMM ISO 9001:2008 sepenuhnya. Meskipun

demikian, kelemahan pada SDM ini justru menjadi bahan evaluasi secara

tidak langsung bagi kinerja para guru tersebut.

c. Melalui penerapan SMM ISO 9001:2008 mendisiplinkan administrasi

mengajar para guru yang secara tidak langsung hal ini menyadarkan para

guru bahwa sebenarnya tertib secara administrasi juga merupakan tugas

keprofesionalan seorang guru yang sudah menjadi kewajiban bagi setiap guru

untuk menjalankannya.

2. Input.

a. Pendidik yang menjadi “aktor utama” dalam proses pembelajaran semakin

meningkat kinerjanya dan kontrol terhadap kinerja para guru tersebut juga

119

Page 139: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

semakin baik setelah penerapan SMM ISO 9001:2008.setelah penerapan

SMM ISO 9001:2008.

b. Standar kualifikasi penjaringan siswa baru di SMK Pancasila Surakarta

melalui tiga tahap yaitu tes tertulis, tes kesehatan, dan wawancara. Yang

dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas input siswa baru yang sesuai

dengan standar sekolah yang harapkan.

c. Sumber belajar khususnya sumber belajar yang dirancang salah satunya yang

ada di bengkel. Dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 manajemen bengkel

menjadi lebih baik.

d. Kondisi lingkungan belajar di dalam dan di luar SMK Pancasila Surakarta

memang sudah kondusif untuk proses pembelajaran bahkan sebelum

diterapkannya SMM ISO 9001:2008.

e. Efektivitas fasilitas pengembangan pembelajaran termasuk pada kategori

tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 97 dengan perolehan

presentase sebesar 53%.

f. Efektivitas sarana pra sarana, dan lingkungan termasuk pada kategori tinggi

ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 91 dengan perolehan presentase

sebesar 49 %.

3. Process.

a. Efektivitas kesesuaian kesesuaian pembelajaran dengan keberhasilan

pembelajaran termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi

terbanyak 85 dengan perolehan presentase sebesar 46 %. Berdasarkan hasil

tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru di kelas sudah baik dalam

mengelola kelas untuk menjalankan proses pembelajaran dengan

memanfaatkan sumber belajar dan penyesuaian dengan karakteristik siswa

yang baik.

b. Efektivitas kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan siswa

termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 86

dengan perolehan presentase sebesar 47 %. Berdasarkan hasil tersebut

menunjukkan bahwa para siswa sebenarnya dapat diajak bekerja sama dengan

baik dalam proses pembelajaran. Dengan penggunaan metode mengajar yang

Page 140: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

tepat oleh pendidik pastilah dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan

peserdik, sumber belajar, dan lingkungan untuk dapat mencapai tujuan proses

pembelajaran yang direncanakan.

4. Product.

a. Presentase keberhasilan kelulusan tahun pelajaran 2010/2011 adalah 100%

sedangkan untuk tahun pelajaran 2011/2012 adalah 99,55%. Jika dilihat dari

data nilai rata-rata NA perbandingan tahun pelajaran 2010/2011 dengan tahun

pelajaran 2011/2012 nilai rata-rata NA pada mata pelajaran bahasa indonesia,

bahasa inggris, dan matematika mengalami penurunan sedangkan mata

pelajaran kompetensi mengalami kenaikan.

b. Melihat hasil analisis product tersebut kita tidak bisa langsung menyimpulkan

bahwasanya efektivitas penerapan SMM ISO 9001:2008 mengalami

penurunan. Karena berdasarkan penulusuran analisis context, input, dan

process hasil evaluasinya menunjukkan efektivitas yang tinggi. Dapat

disimpulkan sebenarnya dalam perjalanan penerapan SMM ISO 9001:2008

sudah memberikan perubahan yang memiliki efek berdampak positif. Dan

mengenai terjadinya penurunan hasil product memang perlu dilakukan

analisis dan pembahasan lebih lanjut agar ditemukan penyebab dan alternatif

solusi yang tepat untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Page 141: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkap efektivitas penerapan

SMM ISO 9001:2008 para proses pembelajaran dan menjawab secara ilmiah

bagaimana SMM ISO 9001:2008 dapat meningkatkan kualitas mutu sekolah.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkap kekuatan dan kelemahan

penerapan SMM ISO 9001:2008 di sekolah yang tentunya dapat menjadi

masukan untuk melakukan peningkatan dan perbaikan ke depannya.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan secara tepat fenomena

yang menjadi titik permasalahan terhambatnya penerapan SMM ISO

9001:2008 secara sempurna.

d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi

penelitian lain yang berkaitan.

2. Implikasi Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam

melakukan evaluasi terhadap penerapan SMM ISO 9001:2008 di sekolah agar

dapat menentukan langkah yang tepat dalam perancangan dalam program

selanjutnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk

meningkatkan secara tertib pemberian motivasi dan penyadaran bagi siswa

tentang menghargai hasil jerih payah sendiri dan sekolah juga sebagai tempat

untuk membentuk kepribadian yang lebih baik.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi

sekolah lain bersertifikat SMM ISO 9001:2008 yang memiliki situasi sosial

yang sama.

Page 142: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

C. Saran

1. Pihak sekolah hendaknya memberikan sosialisasi yang rinci kepada para guru

selaku SDM utama yang menjalankan SMM ISO 9001:2008 di sekolah agar tidak

terjadi kesalahpahaman dalam memahami tugas yang diberikan.

2. Pihak sekolah hendaknya juga memberikan tambahan pelatihan atau kursus

keterampilan komputer bagi para guru. Karena penerapan dengan SMM ISO

9001:2008 mengharuskan semua hal yang administratif harus diketik. Apabila

semua guru sudah mahir maka waktu yang tersedia akan lebih efisien.

3. Pihak sekolah hendaknya melibatkan peran alumni sekolah yang berprestasi dan

berhasil di dunia kerja sebagai tambahan media promosi pada saat PPDB yang

diharapkan dapat lebih menarik minat calon siswa baru untuk mendaftar di SMK

Pancasila Surakarta.

4. Pihak sekolah hendaknya tetap secara konsisten dan sabar dalam memberikan

pengertian kepada para guru mengenai tertib secara administratif juga merupakan

kewajiban dari tugas keprofesionalan seorang guru.

5. Pihak sekolah hendaknya secara konsisten dan kompak dalam memberikan

motivasi kepada siswa tidak hanya untuk giat belajar namun juga tentang

membentuk kepribadian yang baik, sehingga para siswa memiliki mental yang

kuat dan tahan uji ketika sudah lulus dari sekolah.

6. Pihak sekolah hendaknya tetap terus melakukan perbaikan secara berkelanjutan

meskipun dari hasil penelitian ini mengenai input dan process nya memiliki

efektivitas yang tinggi, jika bercermin dari hasil kelulusan tahun ini maka

perlunya diambil langkah-langkah strategis yang tepat untuk terus melakukan

perbaikan.

Page 143: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

DAFTAR PUSTAKA

Agnew dkk. (1996). Dikutip oleh Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Anggota IKAPI. (2011). Undang-Undang Guru dan Dosen. Bandung: Fokusmedia

Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi & Safrudin, Cepi A.J. (2010). Evaluasi Program Pendidikan.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Azwar, Saifudin. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Davis. (1974). Dikutip oleh Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Eka, Mang. (2011). Kompetensi Guru Menurut UU No. 14/2005. Diperoleh 16

Februari 2012, dari

http://www.bloggermajalengka.com/2011/09/kompetensi-guru-menurut-uu-

no-142005.html

Gagne, R.M. (1984). Dikutip oleh Pribadi, B. A. (2010). Model Desain Sistem

Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Gasperz. (2002). Dikutip oleh Zazin, Nur. (2011). Gerakan Menata Mutu

Pendidikan. Jogjakarta: AR-RUZ Media.

Gray, Lynton. Dikutip oleh Sallis, Edward. (2011). Manejemen Mutu Terpadu

Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD.

Lofland. (1984). Dikutip oleh Moleong, J.Lexy. (2007). Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Meier. (2002). Dikutip oleh Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Miles & Huberman. Dikutip oleh Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian

Kualitatif Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Pendidikan. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Moleong, J.Lexy. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Page 144: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Nasution, M.N. (2001). Manajemen mutu terpadu (total quality management).

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nawawi, Hadari. (2003). Dikutip oleh Umiarso dan Gojali, Imam. (2011).

Manajemen Mutu Sekolah Di Era Otonomi Pendiidkan. Yogyakarta:

IRCiSoD.

Patton. (1984). Dikutip oleh Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif

Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Pendidikan. Surakarta: Universitas

Sebelas Maret.

Pribadi, B. A. (2010). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Rivai, Veithzal dan Murni, Sylviana. (2010). Education Management. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada.

Sallis, Edward. (2011). Manejemen Mutu Terpadu Pendidikan. Yogyakarta:

IRCiSoD.

Semiawan. (1990). Dikutip oleh Tim Redaksi Bukittingginews. (2011). Lingkungan

sebagai Sumber Belajar. Diperoleh 29 Februari 2012. Dari

http://bukittingginews.com/2011/06/lingkungan-sebagai-sumber-belajar/

SMK Pancasila Surakarta. (2010). Buku Panduan ISO 9001:2008. Surakarta.

Spradley. Dikutip oleh Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta.

Stufflebeam. (1973). Dikutip oleh Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran

Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana. (1989). Dikutip oleh Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Sudjana. (1991). Dikutip oleh Fathurrohman. (2007). Pengertian Belajar Hakikat

Proses Belajar Mengajar. Diperoleh 27 Februari 2012. Dari

http://www.masbied.com/2012/02/20/pengertian-belajar-hakikat-proses-

belajar-mengajar/

Sudrajat, Akhmad. (2010). Aspek dan Indikator Kompetensi Pedagogik Guru.

Diperoleh 16 Februari 2012, dari

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/01/29/kompetensi-pedagogilk-

guru/

Page 145: digilib.uns.ac.id/EFEKTI...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana S. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Sumarno, Alim. (2011). Memahami Konsep Pembelajaran Inovatif. Diperoleh 24

Februari 2012. Dari http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-

sumarno/memahami-konsep-pembelajaran-inovatif

Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori Dan Terapannya

Dalam Pendidikan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Syukur, Agus. (2010). 5 R, ISO 9001:2008 dan POKAYOKE. Yogyakarta: Kata

Buku.

Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada.

Tim Redaksi Bukittingginews. (2011). Lingkungan sebagai Sumber Belajar.

Diperoleh 29 Februari 2012. Dari

http://bukittingginews.com/2011/06/lingkungan-sebagai-sumber-belajar/

Tim Redaksi Nuansa Aulia. (2010). Himpunan Perundang-Undangan RI Tentang

Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Nuansa Aulia

Tim Redaksi. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tim Skripsi. (2012). Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan UNS.

Trihendradi, C. (2011). Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan

SPSS 19. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Umiarso dan Gojali, Imam. (2011). Manajemen Mutu Sekolah Di Era Otonomi

Pendiidkan. Yogyakarta: IRCiSoD.

UNESCO. (2004). Dikutip oleh Rohman, Syaiful. (2011). Peserta Didik, Guru, dan

Model Pembelajaran. Diperoleh 1 Maret 2012. Dari

http://edukasi.kompasiana.com/2011/08/07/peserta-didik-guru-dan-model-

pembelajaran/

Zazin, Nur. (2011). Gerakan Menata Mutu Pendidikan. Jogjakarta: AR-RUZ Media.