digilib.uns.ac.id/Efekti... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1...
Transcript of digilib.uns.ac.id/Efekti... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN MODEL TWO STAY TWO STRAY DAN LEARNING
TOGETHER DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Matematika
Oleh:
YEDUT SUDARMADI
NIM : S851008054
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Yedut Sudarmadi
NIM : S 851008054
Jurusan : Pendidikan Matematika
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul :
Efektivitas Pembelajaran Matematika Dengan Model Two Stay Two Stray
Dan Learning Together Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Tahun
Pelajaran 2011/2012
adalah betul – betul karya saya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya dalam
tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti
pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.
Surakarta, ……………..
Yang membuat pernyataan
Yedut Sudarmadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Demi masa
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh
dan nasehat menasehati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kebenaran.
(Q.S Al-Ashr : 1-3)
Cintailah orang yang engkau cintai sewajarnya,
karena siapa tahu ia akan menjadi musuhmu dilain waktu,
dan bencilah musuhmu itu sewajarnya,
karena siapa tahu dia menjadi sahabatmu dilain waktu.
(Al-Hadits)
Jika engkau diwaktu sore,
maka janganlah engkau menunggu datangnya pagi,
dan jika engkau diwaktu pagi,
janganlah engkau menunggu datangnya sore,
dan manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu
dan waktu hidupmu sebelum datang waktu matimu,
(H.R. Bukhari)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
Istri tercinta, atas doa dan dukungannya yang
tulus selama ini.
Kedua anak ku yang telah memberikan semangat
Serta rekan seperjuangan yang senantiasa
memberi motivasi,
Para saudara dan sahabat dengan segala kebaikan
dan bantuan yang diberikan,
Rekan-rekan se angkatan dan almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan tesis ini dengan judul ”EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DENGAN MODEL TWO STAY TWO STRAY DAN LEARNING
TOGETHER DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA TAHUN
”. PELAJARAN 2011/2012
Tesis ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan
dari semua pihak, penulis tidak mampu menyelesaikan tesis ini dengan baik, maka
pada kesempatan ini dengan rasa hormat penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S, Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melanjutkan
studi di Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc, Ketua Progam Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Mardiyana M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan
waktunya untuk bimbingan dan pengarahan dalam menyusun tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
4. Drs. Pangadi, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan
waktunya untuk bimbingan dan pengarahan dalam menyusun tesis ini.
5. Kepala SMP N 2 Sragen, SMP N 2 Ngrampal Sragen, dan SMP N 1
Karangmalang Sragen beserta guru yang telah memberikan ijin serta
membantu penulis mengumpulkan data penelitian.
6. Peserta didik yang telah menjawab setiap instrumen penelitian yang penulis
butuhkan dengan kesungguhan hati.
7. Teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasrjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
bantuan dan dorongan pada penulis dalam menyelesaikan studi.
8. Istri dan kedua anak tercinta, yang telah memberikan dorongan moral dalam
menyelesaikan studi di Program Studi pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga semua kebaikannya mendapat balasan dari Allah SWT. Besar
harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan
pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta,..............................
Yedut Sudarmadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
MOTTO ....................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
ABSTRAK ...................................................................................................... xvii
ABSTRACT ..................................................................................................... xix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 5
D. Rumusan Masalah ................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
BAB II. LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
A. Kajian Teori ............................................................................ 9
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran .................................. 9
2. Prestasi Belajar ................................................................... 10
3. Prestasi Belajar Matematika ............................................... 13
4. Model Pembelajaran ........................................................... 14
5. Aktivitas Belajar ................................................................ 24
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 29
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 31
D. Perumusan Hipotesis ............................................................... 36
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian .................................. 37
1. Tempat dan Subyek Penelitian ............................................. 37
2. Waktu Penelitian .................................................................. 37
B. Jenis Penelitian ....................................................................... 38
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............... 40
1. Populasi ................................................................................ 40
2. Sampel .................................................................................. 40
3. Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 41
D. Variabel Penelitian ................................................................... 42
1. Variabel Bebas ..................................................................... 42
2. Variabel Terikat .................................................................... 43
E. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ............. 44
1. Metode Pengumpulan Data .................................................. 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Instrumen Penelitian ............................................................. 46
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 52
1. Uji Prasyarat ......................................................................... 53
2. Uji Keseimbangan ................................................................ 55
3. Uji Hipotesis ......................................................................... 57
4. Uji Komparasi Ganda ........................................................... 62
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Uji Keseimbangan pada Kemampuan Awal ............................ 65
1. Uji Prasyarat ...................................................................... 65
2. Uji Keseimbangan .............................................................. 67
B. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Butir Soal ................................ 67
1. Uji Validitas Isi .................................................................. 67
2. Uji Reliabilitas ................................................................... 68
3. Tingkat Kesukaran ............................................................. 68
4. Daya Beda .......................................................................... 68
C. Hasil Uji Coba Angket Aktivitas Belajar ................................ 68
1. Uji Validitas Isi .................................................................. 68
2. Uji Reliabilitas ................................................................... 69
3. Uji Konsistensi Internal ..................................................... 69
D. Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................... 69
1. Data Angket Aktivitas Belajar ........................................... 69
2. Data Prestasi Belajar .......................................................... 71
E. Uji Prasyarat Analisis .............................................................. 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
1. Uji Normalitas .................................................................... 71
2. Uji Homogenitas ................................................................ 72
F. Pengujian Hipotesis ................................................................. 73
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ........... 73
2. Uji Komparasi Ganda ........................................................ 75
G. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 80
H. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 86
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 88
B. Implikasi .................................................................................. 89
C. Saran ........................................................................................ 90
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................ 39
Tabel 3.2 Daftar Sekolah Sampel Penelitian ........................................................ 41
Tabel 3.3 Interpretasi Daya Beda Soal ................................................................ 51
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ...................... 62
Tabel 4.1 Diskripsi Data Untuk Nilai Kemampuan Awal .................................... 65
Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal .......................... 66
Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal ...................... 66
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Keseimbangan Kemampuan Awal .................... 67
Tabel 4.5 Banyaknya Responden Untuk Aktivitas Belajar Matematika .............. 70
Tabel 4.6 Deskripsi Statistik Prestasi Belajar ....................................................... 71
Tabel 4.7 Rangkuman Uji Normalitas .................................................................. 72
Tabel 4.8 Rangkuman Uji Homogenitas Dengan Bartlett .................................... 73
Tabel 4.9 Rangkuman Analisis Variansi .............................................................. 73
Tabel 4.10 Rataan Masing-masing Sel Dari Data Uji Hipotesis ............................ 75
Tabel 4.11 Rangkuman Komparasi Ganda Antar Kolom ....................................... 76
Tabel 4.12 Rangkuman Uji Lanjut Antar Sel ......................................................... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pembentukan Kelompok Pertukaran Anggota ...................................... 20
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lampiran 1 : Daftar SMP Negeri di Kabupaten Sragen ..................96
2. Lampiran 2 : Daftar Nama Siswa .....................................................98
3. Lampiran 3 : Silabus .........................................................................104
4. Lampiran 4a : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Eksperimen I ...............................................................109
5. Lampiran 4b : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Eksperimen II ..............................................................133
6. Lampiran 5 : Lembar Kerja Siswa ....................................................157
7. Lampiran 6 : Kisi-Kisi Angket Aktivitas Belajar Matematika .........172
8. Lampiran 7 : Angket Uji Coba Aktivitas Belajar Matematika .........173
9. Lampiran 8 : Lembar Jawab Uji Coba Angket Aktivitas
Belajar Matematika .....................................................181
10. Lampiran 9 : Angket Aktivitas Belajar Matemtika ..........................182
11. Lampiran 10 : Lembar Jawab Soal Angket Aktivitas
Belajar Matematika .....................................................189
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
12. Lampiran 11 : Kisi-kisi Uji Coba Tes Prestasi Belajar
Matematika .................................................................190
13. Lampiran 12 : Soal Uji Coba Prestasi Belajar Matematika ................192
14. Lampiran 13 : Lembar Jawab Uji Coba Prestasi Belajar ....................198
15. Lampiran 14 : Soal Tes Prestasi Belajar Matematika .........................199
16. Lampiran 15 : Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar ............................204
17. Lampiran 16 : Daftar Nilai UASBN ...................................................205
18. Lampiran 17 : Uji Normalitas Nilai UASBN .....................................208
19. Lampiran 18 : Uji Homogenitas Nilai UASBN ..................................210
20. Lampiran 19 : Uji Keseimbangan .......................................................211
21. Lampiran 20a : Reliabilitas Uji Coba Angket Aktivitas Belajar ..........212
22. Lampiran 20b : Reliabilitas Uji Coba Angket Aktivitas Belajar ..........217
23. Lampiran 21 : Konsistensi Uji Coba Angket Aktivitas Belajar .........222
24. Lampiran 22 : Lembar Penelaahan Angket Aktivitas Belajar ............226
25. Lampiran 23 : Daya Beda Uji Coba Tes Prestasi Belajar ...................228
26. Lampiran 24a: Reliabilitas Uji Coba Tes Prestasi Belajar .................232
27. Lampiran 24b: Reliabilitas Uji Coba Tes Prestasi Belajar .................237
28. Lampiran 25 : Tingkat Kesulitas Uji Coba Tes Prestasi Belajar ........242
29. Lampiran 26 : Lembar Penelaahan Tes Prestasi Belajar ....................247
30. Lampiran 27 : Nilai Hasil Angket Aktivitas Belajar ..........................249
31. Lampiran 28 : Nilai Tes Prestasi Belajar ............................................258
32. Lampiran 29 : Nilai UASBN, Angket, dan Prestasi Belajar ..............267
33. Lampiran 30 : Uji Normalitas .............................................................272
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
34. Lampiran 31 : Uji Homogenitas .........................................................281
35. Lampiran 32 : Analisis Variansi .........................................................284
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRAK
Yedut Sudarmadi. S851008054. Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan
Model Two Stay Two Stray dan Learning Together ditinjau dari Aktivitas
Belajar Siswa Tahun Pelajaran 2011/2012. Pembimbing I: Dr. Mardiyana,
M.Si., Pembimbing II: Drs. Pangadi, M.Si. Tesis: Program Studi Pendidikan
Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Manakah yang memberikan
prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik, penerapan model pembelajaran
Two Stay Two Stray atau model Learning Together. (2). Manakah yang
memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik, siswa dengan
aktivitas belajar matematika tinggi, sedang atau rendah (3). Apakah penggunaan
model pembelajaran Two Stay Two Stray siswa dengan aktivitas belajar tinggi
lebih baik dibanding dengan aktivitas sedang dan rendah dan apakah siswa dengan
aktivitas belajar sedang lebih baik dibanding dengan aktivitas rendah. (4). Apakah
penggunaan model pembelajaran Learning Together siswa dengan aktivitas
belajar tinggi lebih baik dibanding dengan aktivitas sedang dan rendah dan apakah
siswa dengan aktivitas belajar sedang lebih baik dibanding dengan aktivitas
rendah.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain
faktorial 2x3. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri di
Kabupaten Sragen semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara stratified cluster random sampling dengan sampel
penelitian adalah siswa-siswi dari SMP Negeri 2 Sragen, SMP Negeri 2
Ngrampal, dan SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen yang masing- masing terdiri
dari satu kelas sebagai kelas eksperimen 1 dan satu kelas sebagai kelas
eksperimen 2. Banyak anggota sampel seluruhnya adalah 187 siswa. Uji
instrumen prestasi belajar matematika dilakukan di SMP Negeri 2 Sragen dengan
banyak responden 89 siswa. Hasil uji coba 25 butir soal instrumen tes dengan
metode KR-20 menunjukkan bahwa indeks reliabilitasnya adalah 0,85. Pengujian
keseimbangan kemampuan awal menggunakan uji-t yang sebelumnya dilakukan
uji prasyarat yaitu uji normalitas dengan uji Lilliefors, uji homogenitas dengan uji
Bartlett. Hasil uji kemampuan awal (nilai UASBN) menunjukkan bahwa sampel
berdistribusi normal, berasal dari populasi yang homogen, dan mempunyai rataan
yang sama.
Pengujian hipotesis menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama,
dengan taraf signifikansi 0,05 yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji
normalitas dengan uji Lilliefors, dan uji homogenitas dengan uji Bartlett. Hasil uji
prestasi belajar menunjukkan bahwa sampel berdistribusi normal, dan berasal dari
populasi yang homogen. Hasil uji anava menunjukkan (1). Prestasi belajar pada
pokok bahasan Bilangan Pecahan, pembelajaran dengan model Two Stay Two
Stray memberikan prestasi lebih baik daripada model pembelajaran Learning
Together. (2) Prestasi belajar siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi lebih
baik dibanding siswa aktivitas belajarnya sedang dan rendah, siswa yang memiliki
aktivitas belajar sedang lebih baik dibanding siswa yang memiliki aktivitas belajar
yang rendah. (3). Penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
dengan aktivitas belajar tinggi lebih baik dibanding dengan aktivitas sedang dan
rendah, siswa dengan aktivitas belajar sedang lebih baik dibanding dengan
aktivitas rendah. (4). Penggunaan model pembelajaran Learning Together siswa
dengan aktivitas belajar tinggi lebih baik dibanding dengan aktivitas sedang dan
rendah dan siswa dengan aktivitas belajar sedang lebih baik dibanding dengan
aktivitas rendah.
Kata kunci : Pembelajaran Matematika, Two Stay Two Stray, Learning
Together, Aktivitas Belajar. Prestasi Belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
ABSTRACT
Yedut Sudarmadi, S851008054. The Effectiveness of Mathematics Learning
With Two Stay Two Stray and Learning Together Models Viewed From the
Student Learning Activity in the School Year of 2011/2012. First Consultant :
Dr. Mardiyana, M.Si, Second Consultant: Drs. Pangadi, M.Si. Thesis:
Mathematics Education Study Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret
University, Surakarta, 2012.
This research aims to find out: (1) Which one gives better the student
learning achievement of mathematics, the application of Two Stay Two Stray
learning model or that of Learning Together model. (2) Which one gives better the
student learning achievement of mathematics, the students with high, medium or
low mathematics learning activity. (3) Does usage of study model of Two Stay
Two Stray student with better high learning activity compared to with low and
medium activity and whether student with better medium learning activity
compared to with low activity. (4). Does usage of study model of Learning
Together student with better high learning activity compared to with low and
medium activity and whether student with better medium learning activity
compared to with low activity.
This study belonged to a quasi-experimental research with a 2x3 factorial
design. The population of research was all VII graders of odd semester of Junior
High Schools in Sragen Regency in the school Year of 2011/2012. The sample
was taken using stratified cluster random sampling with the students (boys and
girls) of SMP Negeri 2 Sragen, SMP Negeri 2 Ngrampal, and SMP Negeri 1
Karangmalang of Sragen, each of which consisted of one class as the experiment
1 class and one class as the experiment 2 class. The total sample consisted of 187
students. The instrument trial for mathematics learning achievement was done in
SMP Negeri 2 Sragen with 89 students as the respondent. The result of trial on 25
items of test instrument using KR-20 method showed that the reliability index was
0.85. The equilibrium test of prior competency was done using t-test before which
the prerequisite test was done namely normality test with Lilliefors, and
homogeneity tests with Bartlett test. The result of prior competency test showed
that the sample was distributed normally, came from homogeneous population,
and had equal mean.
The hypothesis testing was done using a two-way anava with different
cells, at significance level of 0.05 before which the prerequisite test was done
namely normality test with Liliefors, and homogeneity tests with Bartlett test. The
result of learning achievement test showed that the sample was distributed
normally and came from homogeneous population. The result of anava test
indicated that (1) In the learning achievement in Fraction Number subject matter,
the learning using Two Stay Two Stray gave better achievement than that using
Learning Together. (2) The learning achievement of the students with high
learning activity was better than that of the students with medium and low
learning activity; the learning achievement of the students with medium learning
activity was better than that of the students with low learning activity.(3) Usage of
study model of Two Stay Two Stray student with better high learning activity
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
compared to with low and medium activity, student with better medium learning
activity compared to with low activity. (4) Usage of study model of Learning
Together student with better high learning activity compared to with low and
medium activity and student with better medium learning activity compared to
with low activity
Keywords: Mathematics learning, Two Stay Two Stray, Learning Together,
Learning Activity.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang berhasil dan berdaya guna mampu menciptakan insan-
insan yang selain menguasai ilmu pengetahuan dan ketrampilan, juga berbudi
pekerti luhur, berkepribadian kuat, berdisiplin, bekerja keras, mandiri, penuh
tanggungjawab, serta mampu menghadapi permasalahan dengan sikap terbuka dan
berpandangan jauh ke depan. Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa
ini pendidikan banyak menghadapi banyak tantangan. Salah satu tantangan yang
cukup menarik yang berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan yang
disebabkan masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Dunia pendidikan dan pengajaran tidak dapat lepas dari proses belajar
mengajar. Proses belajar mengajar yang berkembang di kelas pada umumnya
ditentukan oleh peran guru dan siswa sebagai individu-induvidu yang terlibat
langsung dalam proses tersebut. Pembelajaran merupakan suatu proses yang rumit
karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi juga melibatkan
berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai hasil belajar
yang baik. Guru dalam meningkatkan mutu pendidikan, dimana guru
bertanggungjawab untuk mengatur, mengarahkan, dan menciptakan suasana yang
mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di kelas. Oleh karena itu
kemampuan dan kesiapan guru dalam mengajar memegang peranan penting bagi
proses belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 45) bahwa dalam setiap proses
belajar mengajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka
ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai
kegiatan psikis yang susah diamati. Sehingga kegagalan dalam proses
pembelajaran jika dianalisis penyebabnya dapat dari siswa, guru, sarana dan
prasarana ataupun model pembelajaran yang digunakan. Faktor intelegensi siswa
yang rendah, minat dan aktivitas siswa yang rendah, kinerja guru yang kurang
baik dapat juga sebagai penyebab kurang berhasilnya proses pembelajaran.
Faktor siswa menjadi unsur yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran
di kelas oleh seorang guru. Pentingnya keterlibatan langsung siswa,
dikemukankan John Dewey dalam Dimyati dan Mudjiono (2009 : 46) bahwa
belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan
siswa secara aktif, dengan cara memecahkan masalah, guru bertindak sebagai
pembimbing maupun fasilisator. Tugas guru yang paling berat adalah bagaimana
caranya berusaha mengkondisikan proses pembelajaran yang berlangsung yang
melibatkan siswa secara aktif untuk belajar. Dengan aktivitas siswa yang tinggi
maka hasil belajar yang diharapkan akan tercapai.
Siswa yang mengikuti pelajaran atau proses belajar berbeda-beda
kemampuan intelektualnya, aktivitasnya, sifatnya, keterampilannya, latar
belakang keluarganya dan sebagainya. Oleh karena itu suatu penyampaian bahan
pengajaran untuk mencapai tujuan tertentu tidak dapat dianggap sekali serap terus
dapat. Anggapan apa yang telah diberikan secara jelas oleh guru dapat diserap
mantap oleh siswanya tidak dapat terlalu diandalkan. Oleh karena itu, guru, dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
rangka proses belajar mengajar, membutuhkan suatu teknik untuk memperoleh
informasi / balikan tentang hasil pengajaran dan kelemahan-kelemahan peserta
didiknya. Disamping itu guru diharapkan dapat menciptakan situasi kegiatan
proses belajar mengajar yang efektif, efisien dan relevan, sehingga siswa dapat
mencapai hasil belajar yang baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Problematika pembelajaran matematika berlaku secara umum sebagai
warna pendidikan di Indonesia, termasuk di kabupaten Sragen Jawa Tengah, pada
jenjang sekolah dasar dan menengah. Berdasarkan data Hasil Ujian Nasional SMP
Negeri tahun pelajaran 2009/2010 diperoleh gambaran bahwa prestasi bidang
studi matematika siswa sekolah di Sragen masih belum merata. Diperoleh data
bahwa nilai rata-rata nilai UN mata pelajaran matematika siswa SMP/MTs adalah
7,59 dengan nilai tertinggi adalah 10,00 dan nilai terendah adalah 1,25. Daya
serap yang paling rendah untuk tingkat Rayon sebesar 44,32% pada materi
Operasi Bilangan Pecahan dalam Pemecahan Masalah. Ini menunjukkan
pemahaman siswa tentang materi tersebut masih kurang.
Dengan penerapan model pembelajaran yang tepat akan membuat suasana
kelas aktif, menyenangkan, kreatif, baik dalam pembelajaran individual maupun
kelompok memungkinkan siswa dalam kelas berpartisipasi dalam bentuk aktivitas
belajar yang aktif dan merata. Dengan guru aktif mengevaluasi diri dalam hal
metode pembelajaran yang dipakai, alat/ bahan/ cara evaluasi yang digunakan.
Terdapat banyak alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan di
kelas saat pembelajaran matematika mulai tingkatan Sekolah Dasar sampai
Perguruan Tinggi. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman siswa, siswa dapat saling
membagikan informasi dengan yang lainnya adalah model Pembelajaran Two Stay
Two Stray (dua tinggal dua tamu) yang dikembangkan oleh Specer Kagan dalam
Anita Lie (2002 : 60). Struktur dua tinggal dua tamu ini dapat memberikan
kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan
kelompok lain. Terdapat aktivitas berpikir dan berkomunikasi. Dengan model
pembelajaran ini diharapkan siswa terlibat aktif, baik secara individual maupun
dalam kelompok belajar. Dengan adanya aktivitas siswa di dalam kelas
diharapkan menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan
meningkatkan minat atau motivasi belajar sehingga hasil belajar akan lebih baik.
Alternatif model pembelajaran lain yang dapat diterapkan oleh guru untuk
mengaktifkan siswa adalah strategi Learning Together yang dikembangkan oleh
David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota. Metode yang mereka teliti
melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima
siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda mengerjakan lembar tugas dan
menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah dipaparkan di
depan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa untuk materi Operasi Bilangan
Pecahan dalam Pemecahan Masalah ada kemungkinan disebabkan oleh model
pembelajaran yang kurang tepat dengan materi yang diajarkan. Permasalahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
yang muncul adalah apakah pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
2. Matematika cenderung dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit,
membosankan, banyak rumus dan perhitungannya, serta guru matematika
kurang kreatif mengaktifkan siswa saat pembelajaran. Kondisi tersebut
mungkin berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa sehingga perlu
dilakukan penelitian tentang pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas VII SMP Negeri di Kabupaten Sragen.
3. Masih rendahnya hasil belajar matematika siswa untuk materi Operasi
Bilangan Pecahan dalam Pemecahan Masalah mungkin disebabkan oleh
lemahnya komunikasi personal dan interpersonal siswa saat interaksi di dalam
kelas dikarenakan kondisi heterogen siswa. Terkait kondisi siswa tersebut
perlu dilakukan penelitian apakah interaksi dalam kelas berpengaruh terhadap
hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Negeri di Kabupaten
Sragen.
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan agar menjadi lebih memfokus dan tidak berkembang, maka
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan dibatasi pada model pembelajaran
Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu) untuk eksperimen I dan
pembelajaran Learning Together untuk eksperimen II.
2. Prestasi belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar
siswa yang dicapai melalui proses belajar mengajar, yaitu nilai tes dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
alat ukur yang telah disediakan untuk materi Operasi Bilangan Pecahan
dalam Pemecahan Masalah di kelas VII semester gasal. Pemilihan materi
disesuaikan dengan materi yang memiliki daya serap yang rendah pada Ujian
Nasional Matematika SMP.
3. Aktivitas belajar matematika siswa dibatasi pada aktivitas siswa dalam
belajar matematika yang meliputi kegiatan bertanya, menjawab,
membaca, menulis, mendengarkan, menilai dan dikatagorikan menjadi
tiga yaitu tinggi, sedang dan rendah.
4. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VII SMP di Kabupaten Sragen,
semester gasal, tahun pelajaran 2011/2012.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian
ini adalah :
1. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik,
penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu)
atau model Learning Together ?
2. Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa
dengan aktivitas belajar matematika tinggi, sedang atau rendah?
3. Apakah pada model pembelajaran Two Stay Two Stray, siswa dengan aktivitas
belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan aktivitas
belajar sedang dan rendah serta siswa dengan aktivitas belajar sedang lebih
baik prestasinya daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
4. Apakah pada model pembelajaran Learning Together, siswa dengan aktivitas
belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan aktivitas
belajar sedang dan rendah serta siswa dengan aktivitas belajar sedang lebih
baik prestasinya daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah?
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang yang telah dipaparkan di depan, maka
tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui prestasi belajar matematika yang lebih baik,
pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray atau model Learning
Together.
2. Untuk mengetahui prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa
dengan aktivitas belajar matematika tinggi, sedang atau rendah.
3. Untuk mengetahui apakah pada model pembelajaran Two Stay Two Stray,
siswa dengan aktivitas belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya
daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah serta siswa
dengan aktivitas belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa
dengan aktivitas belajar rendah.
4. Untuk mengetahui apakah pada model pembelajaran Learning Together,
siswa dengan aktivitas belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya
daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah serta siswa
dengan aktivitas belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa
dengan aktivitas belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan gambaran tentang penggunaan model pembelajaran Two Two
Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu) dan Learning Together dalam
pengajaran matematika.
2. Memberikan alternatif pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
3. Memberikan informasi tentang pengaruh aktivitas belajar matematika siswa
terhadap prestasi belajar matematika siswa.
4. Dengan memperhatikan aktivitas belajar matematika siswa, guru dapat
memilih dan menentukan model pembelajaran yang menarik dan efisien.
5. Bagi pengembang dan penelaah kurikulum dalam rangka pembaharuan dan
peningkatan kualitas pendidikan matematika di Indonesia.
6. Bagi peneliti lain sebagai bahan referensi, guna peningkatan kualitas
pendidikan matematika .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Menurut pandangan Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:38) belajar
sebagai perilaku berinteraksi antara individu dengan lingkungan sehingga terjadi
perkembangan intelek individu. Menurut Asri Budiningsih (2004:58) belajar
merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Guru atau pendidik berperan
membantu agar proses pengonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar.
Belajar bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses mengonstruksi
pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari
orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengonstruksi yang
dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari ”pemberian” tidak akan
bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengonstruksi
pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna mendalam atau
lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu.
b. Pengertian Pembelajaran
Masalah belajar dan pembelajaran sebagai bagian dari proses pendidikan
merupakan hal yang menarik dipelajari. Belajar dilakukan oleh siswa secara
individu, perkembangan dialami dan dihayati oleh individu siswa, pembelajaran
sebagai proses interaksi antara guru dan siswa, sedangkan pendidikan merupakan
kegiatan menyeluruh dari perencanaan, proses, dan evaluasi belajar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pembelajaran. Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca
buku, belajar di kelas atau di sekolah. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun secara sistematis meliputi unsur-unsur manusiawi, materi, fasilitas, dan
perlengkapan yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Proses pembelajaran yang optimal terjadi apabila siswa yang belajar maupun guru
yang membelajarkan memiliki kesadaran dan kesengajaan terlibat dalam proses
pembelajaran.
Banyak ahli yang telah merumuskan pengertian pembelajaran berdasarkan
sudut pandang masing-masing. Menurut Amin Suyitno (2008: 1) pembelajaran
adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi,
minat, bakat, dan kebutuhan siswa (peserta didik) yang beragam agar terjadi
interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.
Pembelajaran secara umum :
For learning in general, different teaching approaches in classrooms
influence the outcomes for students in different ways. Setting were students
are allowed and encouraged to cooperate with classmates and teachers give
the students more opportunities to understand and succeed. (Granstrom
dalam Samuelsson, 2006). Dalam pembelajaran secara umum Granstrom
mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran yang berbeda berpengaruh
pada hasil belajar siswa. Suasana pembelajaran dimana siswa diperkenankan
dan didorong untuk bekerjasama dengan teman sekelas dan guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih mengerti dan lebih berhasil.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran mata pelajaran tertentu, guru
seharusnya mengetahui hakikat mata pelajaran, hakikat anak, dan cara
mengajarkan mata pelajaran tersebut menurut teori yang diterapkan.
Dari gambaran tentang belajar dan pembelajaran tersebut dapat dikatakan
bahwa antara belajar dan pembelajaran adalah dua peristiwa yang berbeda, tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
terdapat hubungan yang erat bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling pengaruh-
mempengaruhi.
2. Prestasi Belajar
Pembelajaran merupakan sistem yang terdiri dari beberapa komponen
antara lain guru, siswa, bahan instruksional dan lingkungan. Salah satu tugas
pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar. Sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan
belajar siswa secara tepat (valid) dan dapat dipercaya (reliabel), maka diperlukan
informasi yang didukung oleh data yang obyektif dan memadai tentang indikator-
indikator perubahan dan pribadi siswa.
Belajar pada intinya tertumpu pada kegiatan memberi kemungkinan
kepada siswa agar terjadi proses belajar yang efektif atau dapat mencapai hasil
yang sesuai dengan tujuan. Menurut Robert M. Gagne dalam Tabrani (1989:1)
Kondisi belajar dikelompokkan sesuai dengan tujuan belajar yang hendak dicapai
sehingga pada akhirnya lulusan memiliki kemampuan tertentu sesuai apa yang
diharapkan, di antaranya kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1. Ketrampilan intelektual, yaitu salah satu hasil belajar terpenting dari sistem
lingkungan skolastik.
2. Strategi kognitif, yaitu mengatur “cara belajar” dan “berpikir” seseorang
dalam arti yang seluas-luasnya.
3. Informasi verbal, yakni kemampuan untuk mencari dan mengolah sendiri
informasi sehingga jauh lebih bermanfaat daripada informasinya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
4. Ketrampilan motorik, adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh di
sekolah seperti menulis, mengetik, dan menggunakan busur derajat yang
kemudian digunakan juga dalam kehidupan.
5. Sikap dan nilai, yakni kemampuan yang berhubungan dengan aspek serta
intensitas emosional yang dimiliki seseorang.
Keberhasilan mempelajari sesuatu materi banyak dipengaruhi oleh
bagaimana cara siswa mempelajari dan apa karakteristik materi yang sedang
dipelajari. Matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sebagian
konsepnya bersifat abstrak meskipun beberapa konsep berisi hal konkrit dan
sebagian materi memerlukan pemahaman secara bermakna yang dapat diukur
dengan seperangkat tes tertulis. Untuk megetahui prestasi belajar digunakan
seperangkat alat ukur yang berupa tes.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 700), ”Prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan
oleh guru”. Baik buruknya angka atau huruf serta tindakan yang mencerminkan
hasil belajar yang dicapai dalam periode tertentu. Dalam penilaian hasil belajar
atau prestasi belajar, hal-hal yang perlu diperhatikan terutama adalah penilaian
ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi, penilaian dilakukan secara
menyeluruh dan penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran.
Kesimpulan yang dapat diperoleh menyatakan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai siswa untuk penguasaan pengetahuan atau ketrampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3. Prestasi belajar Matematika
a. Pengertian Matematika
Abraham S. Lunchins dan Edith N Luchins (1973) dalam Erman
Suherman dkk (2001: 17) mengatakan ”In short, the question what is
mathematics? May be answered difficulty depending on when the question is
answered, where it is answered, who answer it, and what is regarded as being
included in mathematics.” Artinya : ”Apakah matematik itu? dapat dijawab secara
berbeda-beda tergantung pada bagaimana pertanyaan itu dijawab, dimana
dijawabnya, siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termasuk
dalam matematika.”
Pertanyaan ”Apakah matematika itu? Tidak dapat dijawab dengan mudah.
Ada yang mengatakan matematika adalah bahasa yang dapat menghilangkan sifat
kabur, majemuk, dan emosional; matematika adalah model berpikir logis;
matematika adalah sarana berpikir; matematika adalah logika pada masa dewasa;
matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya; matematika
adalah sains yang memanipulasi simbol dan masih banyak lagi yang menjawab
berbeda-beda satu sama lainnya. Tetapi berdasarkan etimologi (Elea Tinggih,
1972: 5) dalam Erman Suherman (2001: 18) perkataan matematika berarti
”pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar.”
James dan james (1976) dalam Erman Suherman (2001: 18) menyebutkan
bahwa dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu
tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan lainnya dengan jumlah yang banyak terbagi ke dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.
b. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar matematika adalah hasil belajar mengenai konsep-konsep
matematika dan penerapannya sesuai tujuan yang dicapai dalam proses
pembelajaran baik berupa perubahan perilaku maupun kecakapan yang dinyatakan
dengan simbol, angka maupun huruf.
4. Model Pembelajaran
Ragam pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning cukup banyak
seperti Learning Together, TGT (Teams Games Tournament), Group
Investigation (GI), Constructive controversy, Jigsaw, Jigsaw I, Jigsaw II.
Berkaitan dengan model model pembelajaran seperti disampaikan Nesrin
(2004:49) menyatakan bahwa :”Cooperative learning method includes many
technique. Some of these are : Learning Together, Team games-tournaments,
Group investigation, Constructive controversy, Jigsaw producers”.
Model pembelajaran kooperatif tentu saja bukan hal baru. Para guru sudah
menggunakannya selama bertahun-tahun dalam bentuk kelompok laboratorium,
kelompok tugas, kelompok diskusi dan sebagainya. Salah satu cara bagi para guru
agar siswa belajar secara aktif dalam kelas adalah dengan memberi kesempatan
bagi siswa untuk belajar bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil
(Garfield, J : 1993).
Model pembelajaran kooperatif belum banyak digunakan/diterapkan
dalam proses belajar mengajar disekolah, walaupun masyarakat Indonesia pada
umumnya memiliki sifat gotong royong saling tolong menolong dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
bermasyarakat. Padahal semua model pembelajaran kooperatif menyumbangkan
ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab
terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya.
Terkait dengan tujuan dan proses pembelajaran kooperatif, Ozkan (2010)
menyatakan bahwa:
“The main aim of cooperative learning is to increase both their own and
their friends' learning to the top level. It should be organized in such a way
that every member in the group should know that the other members of the
group can't learn before s/he does. Every member of the group should help all
the other members to learn. In order to carry out cooperative learning
successfully, me group must have a purpose, and all die students in the group
should undertake responsibility to achieve the aim of the group and try to get
the group reward. In this approach, students should combine their own efforts
with those of their friends in the group because the essence of Uns approach is
"either we swim together or we sink together". No matter what his/her success
level is, every student should believe that s/he does what s/he can to contribute
to the success of the group. Every group member should be aware of concepts
of commitment of aim and commitment of success. In this method, the group
members should be in face-to-face interaction. This interaction is obtained by
helping each other, giving feedback, relying on each omer, discussing,
encouraging, etc”. Artinya bahwa tujuan utama dari pembelajaran kooperatif
adalah untuk meningkatkan pembelajaran dirinya (siswa) dan teman-temannya
kepada prestasi tertinggi. Pembelajaran kooperatif harus diorganisasikan
dengan jalan setiap anggota kelompok harus memahami bahwa anggota yang
lain tidak dapat belajar sebelum dia (siswa tersebut) melakukan (belajar).
Setiap anggota kelompok harus membantu anggota yang lain untuk belajar.
Untuk membuat pembelajaran kooperatif berhasil, setiap kelompok harus
mempunyai tujuan, dan semua siswa dalam kelompok harus mengambil
tanggung jawab untuk mencapai tujuan kelompok dan mencoba untuk
memperoleh penghargaan kelompok. Dalam pendekatan ini, siswa harus
menggabungkan usahanya dengan teman-temannya yang lain dalam kelompok,
sebagaimana pepatah “berenang bersama atau tenggelam bersama”. Setiap
siswa harus percaya bahwa dia dapat memberikan kontribusi untuk kesuksesan
kelompok. Setiap anggota kelompok harus sadar dan berkomitmen terhadap
tujuan dan berkomitmen untuk sukses. Dalam model ini, setiap anggota
kelompok harus berinteraksi langsung. Interaksi ini dicapai dengan saling
membantu, memberi umpan balik, saling ketergantungan, diskusi, saling
memberikan semangat dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Anita Lie (2002:60) mengemukakan adanya lima unsur dasar dalam
pembelajaran kooperatif meliputi :
1. Saling ketergantungan positif (positive interdependence). Siswa harus merasa
senang bahwa mereka saling tergantung positif dan saling terikat sesama
anggota kelompok. Mereka merasa tidak akan sukses bila siswa lain juga
tidak sukses, dengan demikian materi tugas haruslah mencerminkan aspek
saling ketergantungan, seperti tujuan belajar, sumber belajar, peran kelompok
dan penghargaan.
2. Tatap Muka (face-to-face interaction). Belajar kooperatif membutuhkan
siswa untuk bertatap muka satu dengan yang lainnya dan berinteraksi secara
langsung. Siswa harus saling berhadapan dan saling membantu dalam
pencapaian tujuan belajar dan memberikan sumbangan pikiran dalam
pemecahan masalah, siswa juga harus mengembangkan keterampilan
komunikasi secara efektif
3. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability). Setiap anggota
kelompok bertanggung jawab mempelajari materi dan bertanggung jawab
terhadap hasil belajar kelompok. Hal inilah yang menuntut tanggung jawab
perseorangan untuk melaksanakan tugas dengan baik.
4. Komunikasi antar anggota, keterampilan (The appropriate use of social skills)
sosial sangat penting dalam belajar kooperatif dan harus diajarkan pada siswa.
Siswa harus dimotivasi untuk menggunakan keterampilan berinteraksi dalam
kelompok yang benar sebagai bagian dari proses belajar. Keterampilan sosial
yang perlu dan sengaja diajarkan seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan
pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain
yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi dan teman maupun
kelompok.
5. Evaluasi proses kelompok (Processing how well the group is functioning).
Guru perlu mengalokasikan waktu khusus untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya anggota kelompok dapat
bekerja sama dengan lebih efektif. Siswa memproses keefektifan kelompok
mereka dengan cara menjelaskan tindakan mana yang dapat menyumbang
dan mana yang tidak, dan mambuat keputusan terhadap tindakan yang bisa
dilanjutkan atau yang perlu diubah. Fase-fase dalam proses kelompok
meliputi umpan balik, refleksi dan peningkatan kualitas kerja.
a. Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu)
Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (dua tinggal dua
bertamu) yang dikembangkan oleh Specer Kagan dalam Anita Lie (2002: 60).
Model Two Stay Two Stray ini dapat digunakan dalam semua pelajaran dan untuk
semua tingkatan usia anak didik. Struktur dua tinggal dua tamu memberi
kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan
kelompok lain.
Model pembelajaran dua tinggal dua tamu yang dimaksud adalah dua
siswa tinggal di kelompoknya sedangkan dua siswa lainnya masing-masing
bertamu ke kelompok yang lain. Dua orang yang tinggal bertugas untuk
memberikan informasi atau menjelaskan kepada tamu dari kelompok lain tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
hasil diskusi kelompoknya. Sedangkan siswa yang bertamu bertugas untuk
mencatat penjelasan hasil diskusi kelompok yang dikunjungi, dan juga
bertanggungjawab untuk menjelaskan hasil informasi yang diperoleh dari bertamu
kepada kelompoknya.
Specer Kagan (1990) dalam Melinda (2006: 15) mengemukakan :
“This cooperative technique is useful for reviewing or sharing class projects or
assignments. After a team of four members completes a project, tow students
on the team move to another team to review their project/assignment. The
other two students stay behind and share their project with two visitors (a pair
from another team). When the two who strayed return to their original team
they share what they've learned on their visit to the other team”. Teknik
cooperative ini sangat bermanfaat, karena saling membagi dan meninjau ulang
tugas-tugas. Setelah satu kelompok yang terdiri dari 4 siswa menyelesaikan
tugasnya, dua siswa dari satu kelompok menuju ke dua kelompok yang lainnya
untuk mendapatkan penjelasan. Dua siswa yang tinggal memberikan
penjelasan kepada siswa yang datang dari kelompok lain.
Beberapa tahapan pembelajaran model Two Stay Two Stray sebagai
berikut.
1. Siswa berkerjasama dalam kelompok yang beranggota empat anak. Anggota
kelompok besifat heterogen, yaitu satu siswa berkemampuan tinggi dua siswa
berkemampuan sedang dan satu siswa berkemampuan rendah.
2. Setelah bekerjasama atau berdiskusi dalam kelompok, kemudian dua siswa
yang berkemampuan sedang meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke
kedua kelompok lainnya.
3. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok memiliki kemampuan tinggi dan
rendah bertugas membagi hasil kerja atau memberikan informasi kepada
tamunya.
4. Setelah selesai bertamu, kembali ke kelompok semula dan selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menjelaskan hasil temuanya kepada semua anggotanya.
5. Kelompok mencocokan dan membahas hasil temuannya.
Pembentukan kelompok dan pertukaran anggota kekelompok lain dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
Dari langkah langkah dalam pelaksanaan pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu) siswa
dapat memperoleh banyak manfaat antara lain siswa dalam kelompoknya
mendapat informasi sekaligus dari dua kelompok yang berbeda, interaksi yang
terjadi tidak hanya antara siswa dalam kelompoknya, tetapi dengan siswa
kelompok lainnya. Siswa belajar untuk mengemukakan pendapat kepada siswa
lain serta siswa dapat meningkatkan hubungan persahabatan diantara mereka.
Dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray siswa memiliki
tanggungjawab secara kognitif untuk dapat menjelaskan dan memberikan
informasi kepada anggota kelompok lain, sehingga dia benar-benar memahami
tentang informasi yang akan ia sampaikan kepada anggota kelompok lainnya.
Penentuan anggota kelompok diusahakan merata, guru juga berhak
menentukan siapa saja yang akan menjadi tamu atau bertamu, dan kelompok
mana yang akan didatanginya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kegaduhan
dalam kelas, misalnya merebutkan kelompok yang akan didatangi.
Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan.
Adapun kelebihan dari model Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu) adalah
sebagai berikut.
1. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna
3. Lebih berorientasi pada keaktifan.
4. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar
Gambar 2.1. Pembentukan Kelompok Pertukaran Anggota
Keterangan :
A : Siswa dengan kemampuan tinggi
B : Siswa dengan kemampuan rendah
C dan D : Siswa dengan kemampuan sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Sedangkan kekurangan dari model Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu)
adalah:
1. Membutuhkan waktu yang lama
2. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok
3. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
4. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model Two Stay
Two Stray (dua tinggal dua tamu), maka sebelum pembelajaran guru terlebih
dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang
heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan
sisi jenis kelamin, dalam satu kelompk harus ada siswa laki-laki dan
perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis maka dalam satu
kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang
dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis
kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling
mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena
dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan
bisa membantu anggota kelompok yang lain.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model Two
Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu) adalah siswa lebih aktif dalam proses
belajar mengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kekurangan model
pembelajaran Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu) adalah teknik ini
membutuhkan persiapan yang matang karena proses belajar mengajar dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
model Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu) membutuhkan waktu yang
lama dan pengelolaan kelas yang optimal.
b. Learning Together
Slavin (2005: 48-56) menjelaskan bahwa model Learning Together dari
pembelajaran kooperatif a la David dan Roger Johnson mungkin merupakan yang
paling banyak digunakan dari semua model kooperatif, dan telah dievaluasi dalam
sejumlah besar kajian. Salah satu kajian yang dilakukan oleh Johnson, Johnson &
Scott dalam Slavin (2005: 56) menemukan perbedaan yang signifikan terhadap
kelompok individualistik, sementara kajian yang lain yang dilakukan oleh
Johnson, Johnson, Scott & Ramolae menemukan tidak ada perbedaan.
Serangkaian kajian di Nigeria yang dilakukan oleh Peter Okebuka menemukan
beberapa pengaruh positif dan negative dibandingkan dengan kondisi yang
individualistik dan kompetitif.
Sebaliknya, kajian-kajian terhadap model Learning Together yang
melibatkan tanggung jawab individual cukup konsisten dalam menunjukkan
pengaruh positif yang signifikan. Dan terbukti pada pembelajaran individual dari
anggota kelompok menghasilkan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan
model individualistic.
Learning Together adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang
melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok beranggota 4 atau 5
orang yang heterogen menangani tugas tertentu. Kelompok-kelompok tersebut
menyerahkan satu hasil kelompok. Mereka menerima pujian dan ganjaran
berdasarkan pada hasil kelompok tersebut. Model ini dikembangkan dan diteliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
oleh David dan Roger Johnson beserta rekan-rekan mereka di University of
Minnetosa. Dalam hal penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan
penekanan terhadap interdepensi positif serta tanggung jawab individual, model
ini sama dengan STAD. Akan tetapi mereka juga menyoroti perihal pembangunan
kelompok dan menilai sendiri kinerja kelompok dan merekomendasikan
penggunaan penilaian tim daripada pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi
lainnya.
Learning Together secara umum dapat diuraikan sebagai berikut: guru
memotivasi siswa untuk saling ketergantungan satu sama lain secara positif,
saling berinteraksi, memiliki tanggung jawab secara kelompok serta melakukan
kerja kelompok. Sebagai contoh, siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru
akan dikembalikan kepada kelompoknya untuk menemukan jawabannya.
Penskoran didasarkan pada kinerja individual dan kesuksesan kelompoknya, tetapi
individu– individu dan kelompok-kelompok tidak bersaing dengan yang lainnya
(tidak ada kompetisi antar kelompok). Learning Together melibatkan tanggung
jawab individu terhadap pencapaian siswa.
Slavin (2005: 250) menyatakan bahwa Learning Together menekankan
empat unsur, yaitu:
1. Interaksi tatap muka: Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang
beranggotakan empat sampai lima orang.
2. Interpendensi positif: Para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan
kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3. Tanggung jawab individual: Para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka
secara individual telah menguasai materinya.
4. Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil: Para siswa diajari
mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan
seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka.
Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Learning Together:
1. Guru melakukan presentasi bahan ajar
2. Siswa dalam kelompok heterogen terdiri dari empat sampai enam orang
mengerjakan satu lembar kerja.
3. Guru menilai hasil kerja kelompok.
4. Guru memberikan kuis yang dikerjakan secara individual dan dinilai sebagai
hasil kerja individual.
Model pembelajaran Learning Together juga mempunyai kelemahan,
yakni: model ini terkadang mempunyai tanggung jawab individual yang rendah.
Dalam teorinya satu orang siswa dapat melakukan seluruh pekerjaan atau
memberi tahu jawabannya kepada yang lain tanpa yang diberi tahu sudah
mengerti atau belum. Akan tetapi model ini lebih baik dan memberikan pengaruh
positif terhadap siswa dibandingkan model individualistic.
5. Aktivitas Belajar
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa
belajar. Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku
kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar,
maka guru hendaknya merencanakan pembelajaran, yang menuntut siswa banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
melakukan aktivitas belajar. Dimyati dan Mudjiono (2009: 62) berpendapat
bahwa guru harus berperan dalam mengorganisasikan kesempatan belajar bagi
masing-masing siswa, artinya mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi
lebih bersifat individualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada.
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John
Dewey dalam Dimyanti dan Mudjiono (2009: 44) mengemukakan tentang belajar
mengajar sebagai berikut: apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri,
maka inisiatif harus dating dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan
pengarah. Siswa akan lebih mampu mempertahankan konsep ketika mereka
terlibat secara aktif, siswa dapat belajar dan berkomunikasi dengan teman yang
lain, seperti dikemukakan Jeffrey S. Rosenthal (2003:3) :
“Students are better able to learn and retain concepts when they are actively
involved; students can learn from each other, and can learn from teaching
each other; students can get practice working and communicating with
others”.Siswa menjadi lebih baik mampu belajar dan mempertahankan
konsep-konsep ketika mereka dengan aktif dilibatkan, siswa dapat tahu dari
satu sama lain, dan dapat tahu dari pengajaran satu sama lain siswa dapat
mendapat praktek bekerja dan memberitahukan yang lain.
Kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam
pembelajaran akan berdampak baik pada hasil belajarnya. Belajar sambil
melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab
kesan yang dapat didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam
benak anak didik. Senada dengan hal diatas, Oemar Hamalik (2001: 171)
mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan
kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
mengatakan penggunaan aktivitas besar nilainya dalam pembelajaran, sebab
dengan melakukan aktivitas pada proses pembelajaran, siswa dapat mencari
pengalaman sendiri, memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa, siswa
dapat bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri, siswa dapat
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis, dapat mengembangkan seluruh
aspek pribadi siswa, suasana belajar menjadi lebih hidup sehingga kegiatan yang
dilakukan selama pembelajaran menyenangkan bagi siswa.
Mengenai jenis-jenis aktivitas, Paul B. Diedrich dalam Oemar Hamalik
(2001: 172) mengklasifikasikan aktivitas diantaranya :
1. Kegiatan-kegiatan visual seperti membaca, melihat gambar-gambar,
mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang lain
bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan, wawancara, diskusi,
interupsi.
3. Kegiatan mendengarkan, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
4. Kegiatan-kegiatan menulis, seperti misalnya menulis cerita, karangan
laporan, angket, menyalin.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar, misal: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
6. Kegiatan-kegiatan metrik, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
beternak.
7. Kegiatan-kegiatan mental, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat,
memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan emosional, seperti misalnya, menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Dengan mengemukakan beberapa pandangan di atas, jelas bahwa dalam
kegiatan belajar, siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam
belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, belajar tidak akan
berlangsung dengan baik. Asas aktivitas digunakan dalam semua jenis model
mengajar, baik model mengajar di dalam kelas maupun model mengajar di luar
kelas. Penggunaannya dilaksanakan dalam bentuk yang berlain-lainan sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan dengan orientasi sekolah yang
menggunakan jenis kegiatan tersebut.
Berdasarkan gambaran tentang aktivitas tersebut dapat dikatakan bahwa
terdapat variasi aktivitas, berupa fisik, mental, dan intelektual yang dapat
ditumbuhkan dan dilakukan siswa saat proses pembelajaran maupun saat aktivitas
belajar di luar sekolah. Hubungannya dengan pembelajaran matematika, maka
hasil belajar tidak hanya dapat dipengaruhi oleh penguatan pada aspek intelektual
saja, tetapi bagaimana upaya guru untuk menumbuhkan sikap mental yang baik
(kesan positif) terhadap matematika yang berwujud pada aktivitas belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Guru diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan sehingga siswa aktif di kelas. Dengan dorongan agar siswa
berpartisipasi aktif di kelas maka dapat meningkatkan kepercayaan diri untuk
menunjukkan kinerjanya sebagai pelajar. Jika siswa dapat melakukan aktivitas
belajar, baik secara individual maupun kelompok, saat proses pembelajaran di
kelas maupun di luar kelas maka siswa tersebut menunjukkan indikator aktif
sebagai pelajar. Saat di luar sekolah pun diharapkan siswa melakukan aktivitas
belajar dengan aktif, mandiri maupun kelompok sehingga menunjang keberhasilan
memperoleh prestasi.
Aktivitas belajar dalam penelitian ini didefinisikan sebagai partisipasi
yang dilakukan siswa sebagai bentuk respon belajar, yang dapat diamati serta
diukur, memuat aktivitas melaksanakan tugas yang diberikan, kegiatan bertanya,
menjawab, membaca, menulis, mendengarkan, menilai pekerjaan, dan aktivitas
siswa lain yang dilakukan secara individual maupun kelompok, baik saat proses
pembelajaran maupun saat di luar sekolah (di rumah).
Bentuk aktivitas belajar siswa dapat diamati atau diukur melalui
pemberian pertanyaan-pertanyaan berupa angket yang memuat descriptor/
gambaran atau indikator sebagai berikut :
1. Siswa mengikuti pembelajaran di kelas.
2. Siswa belajar kelompok/diskusi dikelas.
3. Siswa menyelesaikan tugas di kelas.
4. Siswa menghadapi tes.
5. Siswa memanfaatkan sumber belajar di perpustakaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
6. Siswa memanfaatkan sumber buku lain sebagai referensi.
7. Siswa belajar selain di sekolah.
8. Cara belajar siswa di rumah.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan
siswa selama proses pembelajaran. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya
sendiri tentang konsep-konsep matematika dengan bantuan guru.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan terkait penerapan model Two Stay
Two Stray, model Learning Together dan aktivitas belajar diantaranya :
1. Penelitian Nesrin (2004) dengan judul ”The Effect Of Learning Together
Technique Of Cooperative Learning Method on Student Achievement in
Mathematics Teaching 7Th
Class of Primary School”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Learning Together
terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen menggunakan pre-test – post test. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah terdapat perbedaan signifikan antara kelompok eksperimen dan
control. Model Pembelajaran Learning Together lebih efektif daripada
konvensional. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada model Learning
Together sebagai kelompok Eksperimen 2, sebagai kelompok control.
2. Penelitian Ceket Palupi Suroso (2011) dengan membandingkan antara model
pembelajaran Two Stay Two Stray dengan Think-Pair-Share (TPS). Dari hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
penelitian tersebut menyatakan bahwa Prestasi belajar siswa dengan
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Hal ini ada kesamaan dalam
penelitian ini bahwa model pembelajaran yang diterapkan adalah Stay Two
Stray, perbedaannya pada sebagai pembanding adalah model Think-Pair-
Share (TPS).
3. Penelitian Isnaeni Maryam (2011) penelitian dengan membandingkan antara
Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dan STAD dengan
menghasilkan kesimpulan bahwa pada pembelajaran dengan menggunakan
model Two Stay Two Stray (TSTS), prestasi belajar matematika siswa dengan
gaya belajar auditorial dan siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih baik
dibandingkan siswa dengan gaya belajar visual. Kesamaan dalam penelitian
ini adalah sama-sama menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray
sedangkan perbedaanya sebagai pembanding adalah model pembelajaran
STAD.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Juniati (2010) menyatakan bahwa : model
pembelajaran Two Stay Two Stray berbasis pendekatan konstruktifisme,
efektif diterapkan pada pembelajaran perbandingan senilai dan perbandingan
berbalik nilai. Kesamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menerapkan
model pembelajaran Two Stay Two Stray.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Edi Haryana (2004) yang menyatakan bahwa
siswa dengan keaktifan tinggi memiliki prestasi yang lebih baik daripada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
siswa dengan keaktifan sedang dan rendah, siswa dengan keaktifan sedang
memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan keaktifan rendah.
C. Kerangka Berpikir
Penggunaan model pembelajaran cukup besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan model pembelajaran yang tidak
sesuai dengan materi justru dapat menghambat tercapainya tujuan
pembelajaran. Agar model pembelajaran terpilih dengan tepat, seorang guru
harus mengetahui macam-macam model pembelajaran dan mengetahui pula model
pembelajaran yang sesuai dengan materi.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah bertujuan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Untuk mencapai tujuan yang ditentukan, proses belajar
mengajar harus mempunyai daya tarik terhadap siswa untuk memperhatikan.
Sehingga perlu adanya pemikiran untuk memilih suatu pendekatan dan model
pembelajaran yang tepat.
Keberhasilan siswa dalam melakukan aktivitas belajar dapat dilihat dari
prestasi belajarnya. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
dari luar ataupun dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor penentu keberhasilan
siswa di sini yang akan dibicarakan adalah pembelajaran dengan model Two Stay
Two Stray (dua tinggal dua tamu) dan model pembelajaran Learning Together
yang ditinjau dari aktivitas siswa.
1. Kaitan antara model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika
Berdasarkan kajian teori di atas dapat dikemukakan kerangka
pemikiran dalam penelitian ini, bahwa keberhasilan proses belajar mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dalam mencapai tujuan pengajaran dapat dilihat dari prestasi belajar siswa.
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, di antaranya adalah
model pembelajaran dan aktivitas belajar siswa. Pemilihan model
pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi akan dapat menghambat
tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam memilih model pembelajaran
seorang guru harus tahu terlebih dahulu macam-macam model dan kesesuaian
model dengan materi yang akan disampaikan.
Model pembelajaran Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu)
adalah model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan di semua mata
pelajaran dan juga dapat digunakan dalam semua tingkatan usia. Struktur dua
tinggal dua tamu memberikan kesempatan kepada kelompok untuk
membagikan hasil dan informasi diskusinya kepada kelompok lain. Model
pembelajaran Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu) yang dimaksud
adalah dua siswa tinggal di kelompoknya dan dua siswa sebagai tamu di
kelompok lainnya. Dua siswa yang tinggal berkewajiban memberikan
penjelasan hasil diskusinya kepada tamunya, sedangkan dua siswa yang
bertamu akan mendapatkan penjelasan dari tuan rumah yang nantinya harus
menjelaskan hasil temuan dari bertamu kepada kelompoknya. Di sini
tanggungjawab individu untuk dapat mengetahui dan mampu menjelaskan
kepada temannya sangat diutamakan. Tanggungjawab secara kelompok dan
individu sangat diperlukan.
Model Pembelajaran Learning Together merupakan model
pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
terdiri 4 sampai 5 siswa dengan latar belakang berbeda mengerjakan lembar
tugas. Kelompok ini menerima satu lembar tugas, dan menerima pujian dan
penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Tanggungjawab secara
individu masih kurang.
Dari uraian di atas model pembelajaran Two stay two Stray (dua
tinggal dua tamu) yang menekankan tanggung jawab secara individu dan
tanggungjawab dalam kelompoknya akan memberikan prestasi yang lebih
baik dari pada model pembelajaran Learning Together .
2. Kaitan antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika
Siswa yang memiliki aktivitas belajar yang tinggi dalam proses belajar
mengajar akan lebih cepat memahami konsep yang dipelajarinya dan
menguasai materi matematika yang diajarkan, sehingga akan memberikan
pengaruh yang kuat terhadap pencapaian prestasi belajar yang baik. Hal
tersebut akan sangat berbeda dengan siswa yang memiliki aktivitas sedang dan
rendah, sehingga aktivitas belajar siswa merupakan faktor yang penting dalam
pembelajaran matematika. Oleh karena itu dalam mempelajari materi
Bilangan Pecahan pada kelas VII SMP semester 1, untuk siswa yang
memiliki aktivitas belajar yang tinggi akan memperoleh prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki
aktivitas belajar yang sedang atau rendah. Demikian halnya siswa dengan
aktivitas belajar yang sedang akan memperoleh prestasi belajar matematika
yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar yang
rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3. Kaitan aktivitas belajar siswa dan model pembelajaran dengan prestasi
belajar matematika
Dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Two
Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu) maupun Learning Together, siswa
dituntut mempunyai partisipasi aktif dalam aktivitas belajar, baik secara
individual maupun dalam kelompok. Penggunaan model pembelajaran Two
Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu) maupun Learning Together akan
berlangsung lancar dan berhasil baik jika didukung dengan aktivitas belajar
yang tinggi. Dengan demikian diduga ada interaksi antara model pembelajaran
dengan aktivitas belajar terhadap hasil belajar siswa.
Siswa dengan aktivitas belajar tinggi akan lebih mudah memahami
konsep yang dipelajari dari pada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan
rendah , aktivitas belajar siswa sedang akan lebih mudah memahami konsep
yang dipelajari oleh siswa dengan aktivitas belajar yang rendah. Pada
penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray siswa dituntut untuk
bertanggungjawab secara individu maupun kelompok, pemahaman konsep
yang dia pelajari akan diperkuat pada saat memberikan penjelasan kepada
teman yang lain. Dengan demikian dapat diduga pada penerapan model
pembelajaran Two Stay Two Stray akan memberikan prestasi belajar lebih baik
pada siswa yang memiliki aktivitas belajar yang tinggi dibanding dengan
siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah. Demikian juga siswa yang
memiliki aktivitas belajar sedang akan memiliki prestasi belajar yang lebih
baik dibanding siswa dengan aktivitas belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Pada penerapan model pembelajaran Learning Together, siswa secara
individu tidak berkesempatan untuk memberikan penjelasan hasil diskusinya
kepada kelompok lain. Atas nama kelompok ditunjuk untuk memberikan
presentasi kepada kelompok lainnya, siswa dengan aktivitas belajar yang
tinggi cenderung untuk dapat memberikan penjelasan kepada kelompok yang
lainnya dibanding dengan siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah.
Dengan demikian ada kemungkinan pada penerapan model pembelajaran
Learning Together, siswa dengan aktivitas belajar yang tinggi akan
memberikan prestasi yang lebih baik dibanding dengan siswa dengan aktivitas
belajar yang sedang maupun rendah, begitu juga dengan siswa dengan
aktivitas belajar sedang akan memberikan prestasi belajar yang lebih baik dari
pada siswa dengan aktivitas belajar rendah.
Siswa dengan aktivitas belajar yang tinggi disamping mudah untuk
memahami konsep, konsep yang telah dipahami akan diperkuat dengan
menjelaskannya kepada teman pada kelompok lain. Ini terjadi pada penerapan
model pembelajaran Two Stay Two Stray , tidak demikian untuk penerapan
model pembelajaran Learning Together. Dengan demikian kemungkinan
siswa dengan aktivitas belajar yang tinggi penerapan model pembelajaran Two
Stay Two Stray akan memberikan prestasi yang lebih baik dari pada model
pembelajaran Learning Together. Hal ini juga pada siswa dengan aktivitas
belajar sedang dan rendah. Pada siswa dengan aktivitas belajar sedang
pembelajaran dengan menggunakan model Two Stay Two Stray dimungkinkan
akan memberikan prestasi yang lebih baik dibanding model Learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Together, siswa dengan aktivitas belajar rendah pembelajaran dengan model
Two Stay Two Stray akan memberikan prestasi yang lebih baik dari pada
menggunakan model pembelajaran Learning Together.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, dapat disusun hipotesis
sebagai berikut:
1. Penerapan model Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu) akan
memberikan prestasi belajar yang lebih baik dari model Learning Together.
2. Prestasi belajar siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi akan lebih baik
daripada siswa yang aktivitas belajarnya sedang dan rendah, siswa yang
memiliki aktivitas belajar sedang akan lebih baik dibanding siswa yang
memiliki aktivitas belajar yang rendah.
3. Penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray akan memberikan prestasi
belajar matematika yang lebih baik pada siswa yang memiliki aktivitas belajar
tinggi dari pada siswa yang aktivitas belajarnya sedang dan rendah, siswa
yang memiliki aktivitas belajar sedang akan lebih baik dibanding siswa yang
memiliki aktivitas belajar yang rendah.
4. Penerapan model pembelajaran Learning Together akan memberikan prestasi
belajar matematika yang lebih baik pada siswa yang memiliki aktivitas belajar
tinggi dari pada siswa yang aktivitas belajarnya sedang dan rendah, siswa
yang memiliki aktivitas belajar sedang akan lebih baik dibanding siswa yang
memiliki aktivitas belajar yang rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian
1. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Kabupaten Sragen kelas VII. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VII SMP Negeri semester I tahun pelajaran 2011/2012.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan semester gasal tahun pelajaran 2011/2012
dengan tahap–tahap sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi pengajuan judul penelitian, penyusunan
proposal penelitian, konsultasi proposal dan pengajuan ijin tempat
penelitian berlangsung pada bulan Juni sampai Oktober 2011
b. Tahap pelaksanaan
Tahap Pelaksanaan meliputi pengambilan sampel dengan
Stratified Cluster Random Sampling, pengambilan data awal tentang
prestasi belajar, pengambilan data aktivitas belajar siswa, pelaksanaan
eksperimen, dan pengumpulan data penelitian. Sebelum eksperimen,
dilakukan pengambilan data awal untuk prestasi belajar menggunakan
nilai UASBN Matematika. Aktivitas belajar diukur melalui hasil pengisian
angket aktivitas belajar. Untuk data amatan diambil dari hasil pengerjaan
tes prestasi belajar. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
sampai Oktober 2011.
c. Tahap penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi mengolah data dan membuat laporan
penelitian pada bulan Oktober sampai Desember 2011.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi
experimental). Alasan digunakan penelitian eksperimental semu adalah peneliti
tidak mungkin mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti yang
dikemukakan Budiyono (2003:82), Penelitian ini bermaksud memberikan
perlakuan terhadap sampel yang diambil dari populasi, selanjutnya peneliti ingin
mengetahui efek perlakuan tersebut. Perlakuan yang dimaksud adalah
pembelajaran dengan menggunakan model Two Stay Two Stray sebagai kelas
eksperimen 1 dan model Learning Together sebagai kelas eksperimen 2. Langkah
dalam penelitian ini adalah dengan cara mengusahakan timbulnya variabel-
variabel dan selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya terhadap prestasi
belajar matematika sebagai variabel terikat. Sedangkan variabel bebas yang
dimaksud yaitu model pembelajaran dan aktivitas belajar peserta didik.
Sebelum memulai perlakuan, terlebih dahulu dilakukan uji
keseimbangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bahwa peserta didik yang akan
dikenai model Two Stay Two Stray dan model Learning Together mempunyai
kemampuan matematika yang sama. Data yang digunakan untuk uji keseimbang-
an adalah nilai matematika pada UASBN ketika masuk di SMP.
Pada akhir penelitian, kedua kelompok diukur dengan menggunakan alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
ukur yang sama, yaitu soal tes prestasi belajar matematika. Hasil pengukuran
tersebut kemudian dianalisis dengan uji statistika.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
faktorial 2x3. Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
A B
b1 b2 b3
a1
a2
ab1,1
ab2,1
ab1,2
ab2,2
ab1,3
ab2,3
dimana :
A : Model pembelajaran
a1 : Pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe Two Stay
Two Stray
a2 : Pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe Learning
Together
B : Aktivitas Belajar
b1 : Tingkat aktivitas belajar tinggi
b2 : Tingkat aktivitas belajar sedang
b3 : Tingkat aktivitas belajar rendah
ab1,1 : Hasil tes dengan pengajaran menggunakan model pembelajaran Two
Stay Two Stray dengan aktivitas belajar tinggi
ab1,2 : Hasil tes dengan pengajaran menggunakan model pembelajaran Two
Stay Two Stray dengan aktivitas belajar sedang
ab1,3 : Hasil tes dengan pengajaran menggunakan model pembelajaran Two
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Stay Two Stray dengan aktivitas belajar rendah
ab2,1 : Hasil tes dengan pengajaran menggunakan model pembelajaran
Learning Together dengan aktivitas belajar tinggi
ab2,2 : Hasil tes dengan pengajaran menggunakan model pembelajaran
Learning Together dengan aktivitas belajar sedang
ab2,3 : Hasil tes dengan pengajaran menggunakan model pembelajaran
Learning Together dengan aktivitas belajar rendah
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut Budiyono (2009:121), ”Keseluruhan pengamataan yang
igin diteliti, berhingga atau tak berhingga, membentuk apa yang disebut
populasi (universum)”. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa
kelas VII SMP Negeri se-Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2011/2012 yang
terdiri dari 58 SMP. Adapun data kategori SMP berdasarkan rata-rata
UASBN Matematika tahun pelajaran 2009/2010 terdapat pada Lampiran 1.
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:117), sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta
didik SMP kelas VII semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 yang
dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2011 yang diambil
dua kelas dari masing-masing sekolah tersebut secara random. Sampel terdiri
dari 6 kelas, yaitu 3 kelas eksperimen I dan 3 kelas eksperimen II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel adalah dengan
stratified cluster random sampling (sampling random kelas stratifikasi)
karena terdapat tingkatan atau strata dalam populasi. Menurut Budiyono
(2003:37) sampling random stratifikasi adalah sampling random yang
dikenakan kepada populasi dibagi menurut strata-strata, kemudian dari strata-
strata tersebut ditarik anggota kelas-kelas sampel secara random dari sub
populasinya (yaitu strata-strata tadi). Sampel dalam penelitian ini secara
tehnik adalah dengan mengambil secara acak 1 sekolah dari sekolah peringkat
atas dalam populasi dengan cara acak. Sedangkan dari sekolah yang peringkat
tengah dan peringkat bawah diambil 1 sekolah untuk tiap peringkat pula.
Daftar peringkat SMP Negeri di Kabupaten Sragen disajikan pada
Lampiran 1.
Tabel 3.2 Daftar Sekolah Sampel Penelitian
Kelompok
Nama Sekolah Sampel
Kelas
eksperimen I
/Jumlah Siswa
Kelas
Eksperimen II /
Jumlah Siswa
Tinggi SMPN 2 Sragen VII B / 32 VII C / 32
Sedang SMPN 2 Ngrampal VII A / 32 VII D / 32
Rendah SMPN 1 Karangmalang VII B / 32 VII C / 32
Setelah secara acak terpilih 3 sekolah dari seluruh sekolah SMP
Negeri di Kabupaten Sragen, kemudian dipilih lagi secara acak 2 kelas yang
akan diperlakukan sebagai kelompok Eksperimen I dan Kelompok
Eksperimen II pada masing-masing sekolah yang terpilih menjadi sampel
penelitian dengan cara pengundian. Sehingga didapat sampel yang terdiri dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
6 kelas dan terbagi dalam 2 kelompok, yaitu 3 kelas sebagai kelompok
Eksperimen 1 dan 3 kelas sebagai kelompok Eksperimen II. Gambaran data
disajikan dalam Tabel 3.2.
D. Variabel Penelitian
Berdasarkan judul yang penulis buat yaitu Efektivitas Pembelajaran
Matematika Dengan Model Two Stay Two Stray dan Learning Together ditinjau
dari Aktivitas Belajar Siswa Tahun Pelajaran 2011/2012. Pada penelitian ini
terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel-variabel tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Variabel Bebas
Dalam penelitian ini, variabel bebasnya terdiri dari :
a. Model Pembelajaran
1. Definisi Operasional
Model Pembelajaran adalah tindakan nyata dari guru dalam
melaksanakan pengajaran dengan cara tertentu yang dianggap paling
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2. Skala pengukuran :
Skala Nominal yaitu pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray
dan Learning Together
3. Simbol : X1
b. Aktivitas Belajar Siswa
1. Definisi Operasional
Aktivitas siswa dalam belajar matematika yang meliputi kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
bertanya, mencatat, mendengarkan, mengerjakan soal, dan
mempelajari kembali, dan dikatagorikan menjadi tiga yaitu tinggi,
sedang dan rendah.
2. Indikator
Skor hasil angket aktivitas belajar peserta didik.
3. Skala Pengukuran : Skala interval dengan 3 kategori yaitu aktivitas
belajar tinggi, sedang, dan rendah.
a. Aktivitas belajar tinggi jika skor totalsXX
2
1
b. Aktivitas belajar sedang jika skor totaltotal sXXsX
2
1
2
1
c. Aktivitas belajar rendah jika skor totalsXX
2
1
dengan X = skor aktivitas belajar
X = rata-rata keseluruhan skor aktivitas belajar
Stotal = standar deviasi keseluruhan skor angket
4. Simbol : X2
2. Variabel Terikat
Pada penelitian ini variabel terikat adalah prestasi belajar
matematika siswa pada sub pokok bahasan Bilangan Pecahan kelas VII SMP
Semester gasal.
a. Definisi Operasional
Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah
melalui serangkaian kegiatan pembelajaran matematika.
b. Indikator : Prestasi belajar siswa pada materi bilangan pecahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Skala pengukuran : Skala Interval.
d. Simbol : Y
E. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari metode dokumentasi, metode tes dan metode angket. metode
angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas belajar,
sedangkan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar.
a. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk
menelusuri data historis (Burhan Bungin, 2008:144). Dokumentasi berasal
dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis, misalnya buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, catatan, dan sebagainya. Metode
dokumentasi digunakan untuk memperoleh nilai UASBN yang akan
digunakan untuk mengetahui keseimbangan keadaan prestasi belajar dari
kedua kelompok.
b. Metode angket
Budiyono (2003:47) berpendapat, ”Metode angket adalah cara
pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada
subjek penelitian, responden, atau sumber data dan jawabannya diberikan
pula secara tertulis”. Metode angket yang akan digunakan bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar aktivitas belajar peserta didik dalam mata
pelajaran matematika. Metode angket yang akan digunakan dalam penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
ini merupakan angket bentuk pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban.
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto,
2006:151). Metode ini merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data
secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan
responden). Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah angket atau
kuesioner langsung tertutup, yaitu angket yang dirancang sedemikian rupa
untuk merekam data yang dialami oleh responden sendiri kemudian alternatif
jawaban yang harus dijawab telah tertera dalam angket tersebut. Angket ini
berisi soal-soal untuk mengukur aktivitas belajar matematika siswa.
c. Metode Tes
Nana Sudjana dan Ibrahim (2001:100) menjelaskan bahwa, ”Tes
adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-
jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau secara lisan atau secara
perbuatan”. Metode tes yang akan digunakan bertujuan untuk mengukur
kemampuan peserta didik berupa prestasi belajar matematika. Sehingga tes
yang akan dilaksanakan berupa tes prestasi belajar.
Nana Sudjana dan Ibrahim (2001:100) berpendapat bahwa, ”Tes Pres-
tasi belajar mengukur penguasaan atau abilitas tertentu sebagai hasil dari
proses belajar”. Berdasarkan tujuan tes prestasi belajar, pada penelitian ini
akan dilaksanakan tes prestasi belajar yang dapat mengukur penguasaan
peserta didik terhadap materi Bilangan Pecahan. Tes yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
berbentuk tes obyektif pilihan ganda dengan terdapat 4 alternatif jawaban.
2. Instrumen Penelitian
a. Instrumen dalam Penelitian
Pada penelitian ini, metode tes akan digunakan untuk memperoleh
data prestasi belajar siswa. Bentuk tes yang digunakan yaitu tes obyektif.
Langkah-langkah dalam membuat tes terdiri dari:
1. Menyusun materi yang akan digunakan dalam membuat soal.
2. Membuat kisi-kisi soal tes.
3. Menyusun soal.
4. Pemberian skor untuk jawaban tes , nilai 1 jika benar, 0 jika salah.
5. Mengadakan uji coba tes.
Sedangkan untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar siswa
digunakan metode angket. Dalam penelitian ini digunakan angket langsung
tertutup berbentuk obyektif yaitu suatu bentuk angket dimana siswa memilih
jawaban yang disediakan.
Langkah-langkah membuat angket :
1. Menyusun materi yang akan digunakan untuk membuat angket.
2. Membuat kisi-kisi angket.
3. Menyusun angket.
4. Item soal aktivitas belajar dibuat berdasarkan kisi-kisi yang telah
disusun sebelumnya.
5. Menentukan cara pemberian skor.
Dalam menentukan skor angket setiap alternatif jawaban mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
skor berbeda-beda. Prosedur pemberian skor berdasarkan tingkat
aktivitas belajar matematika siswa yaitu:
- Jawaban selalu dengan skor 4 menunjukkan aktivitas belajar yang
sangat baik.
- Jawaban sering dengan skor 3 menunjukkan aktivitas belajar baik.
- Jawaban kadang dengan skor 2 menunjukkan aktivitas belajar tidak
baik .
- Jawaban tidak pernah dengan skor 1 menunjukkan aktivitas belajar
sangat tidak baik.
- Tidak dijawab skor 0.
6. Mengadakan uji coba angket.
b. Uji Coba Instrumen
Instrumen yang telah disusun, diuji cobakan terlebih dahulu untuk
melihat apakah instrumen yang telah disusun memenuhi syarat-syarat
instrumen yang baik.
1. Ujicoba Soal Tes
a. Uji Validitas Isi
Menurut Budiyono (2003:58) suatu instrumen valid menurut
validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang
representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Uji validitas isi
dalam penelitian ini dengan melakukan uji validitas terhadap soal tes
yang dibuat dengan materi Bilangan Pecahan serta kesesuaian dengan
kisi-kisi yang dibuat untuk menguji apakah isi tes sudah sesuai dengan isi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kurikulum yang hendak diukur. Agar tes hasil belajar mempunyai
validitas isi, perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Bahan uji harus dapat mengukur seberapa jauh tujuan
pembelajaran tercapai baik ditinjau dari materi maupun proses
belajar.
2. Titik berat bahan yang diujikan harus seimbang dengan titik berat
bahan yang diajarkan.
3. Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak diajarkan untuk
menjawab pertanyaan tes dengan benar.
Untuk menilai apakah instrumen tes mempunyai validitas isi
yang tinggi, biasanya penilaian dilakukan oleh para pakar (experts
judgement). Dalam hal ini para pakar menilai apakah kisi-kisi yang
dibuat oleh pembuat tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi
telah mewakili isi yang akan diukur. Langkah selanjutnya, para penilai
menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun cocok atau
relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan.
b. Uji Reliabilitas
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut
dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali pada
subyek yang sama pada waktu yang berbeda. Untuk mengetahui tingkat
reliabilitas menggunakan teknik Kuder-Richardson atau biasa disebut
dengan KR-20 (dengan setiap jawaban benar diberi skor 1, dan setiap
jawaban salah diberi skor 0), yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
2
2
111
t
iit
s
qps
n
nr
dengan:
11r = indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
ip = proporsi subyek yang menjawab benar pada butir ke-i
iq = ip1 , i = 1, 2, ..., n
2
ts = variansi total
Adapun suatu instrumen dikatakan reliabel jika 7,011r .
(Budiyono, 2003: 69)
c. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran
yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk
menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus:
sJ
BP
dengan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya peserta tes yang menjawab soal benar tiap butir soal
sJ
= banyaknya peserta tes yang memberi jawaban
Dalam penelitian ini soal dianggap baik, jika 0,3 < P 0,70
(Suharsimi Arikunto, 1998:208)
d. Daya Pembeda
Untuk mengetahui daya pembeda dari tiap butir soal pada
penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung besar kecilnya angka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
indeks diskriminan/pembeda butir soal, yaitu dengan menggunakan
rumus:
BA PPD
dimana :
D = Angka indeks diskriminasi item (Discriaktivitasory Power)
AP = Proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab benar
item yang dimaksud, dengan rumus : ,dimana :
AB = Banyaknya testee kelompok atas yang menjawab benar pada
butir soal yang dimaksud
AJ = Banyaknya peserta tes kelompok atas
BP = Proporsi tes kelompok bawah yang dapat menjawab benar
item yang dimaksud, dengan rumus :
,
di mana :
BB = Banyaknya teskelompok bawah yang menjawab benar pada
butir soal yang dimaksud
BJ = Banyaknya peserta tes kelompok bawah
(Anas Sudijono, 2007:389-390)
Pada penelitian ini diambil kelompok atas adalah 27% dari
jumlah siswa dengan nilai tertinggi dan kelompok bawah adalah 27%
dari jumlah siswa dengan nilai terendah. Sedangkan klasifikasi dasar
angka indeks diskriminasi item terdapat pada Tabel 3.3.
AA
A
BP
J
BB
B
BP
J
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Daya pembeda diklasifikasikan kedalam 4 kriteria seperti yang
disampaikan oleh Crocker dan Algina (1986) dalam Safari (2008: 27)
pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Interpretasi Daya Beda Soal
Besarnya D Klasifikasi
0,40 – 1,00
0,30 – 0,39
0,20 – 0,29
0,19 – 0,00
Soal diterima/baik
Soal diterima tapi perlu diperbaiki
Soal diperbaiki
Soal tidak dipakai/dibuang
2. Uji coba Angket
a. Validitas Isi
Validitas dari suatu instrumen biasanya dinilai oleh para pakar
(Budiyono, 2003:59). Sehingga validitas isi dari instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini dilakukan oleh para pakar.
b. Reliabilitas angket
Uji reliabilitas angket digunakan rumus Alpha. Adapun rumus
Alpha adalah sebagai berikut :
2
2
11 11
t
i
s
s
n
nr
dengan:
11r = indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
2
is = variansi butir ke-i, i = 1, 2, ..., n
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2
ts = variansi skor total yang diperoleh subyek uji coba
Adapun suatu instrumen dikatakan reliabel jika 7,011r .
(Budiyono, 2003:70)
c. Konsistensi Internal
Untuk mengetahui korelasi butir soal angket digunakan rumus
korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut:
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
dengan:
xyr = indeks konsistensi internal untuk butir angket ke-i
n = banyak subyek yang dikenai angket
X = skor butir ke-i
Y = skor total (dari subyek uji coba)
Butir soal angket dipakai jika 3,0xyr .
(Budiyono, 2003:65)
F. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh dari pelaksanaan penelitian, yang dilakukan
selanjutnya adalah pengujian terhadap data tersebut. Adapun pengujian data
adalah sebagai berikut: Pada awal penelitian dilakukan uji keseimbangan dengan
menggunakan analisis uji t, dengan terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
keseimbangan yaitu uji normalitas dan uji homogenitas nilai awal yang diambil
dari nilai UASBN. Selanjutnya pada nilai hasil penelitian dilakukan uji prasyarat
analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas baru kemudian dilakukan uji
hipotesis dengan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Setelah
dilakukan uji hipotesis, bila perlu dilakukan juga uji lanjut pasca anava dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
melakukan uji komparasi ganda.
1. Uji Prasyarat
Sebelum dilakukan uji keseimbangan terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan sebagai syarat untuk uji statistik bahwa
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Seperti
dikemukakan Budiyono (2009:168) bahwa semua penggunaan uji statistik
mengenai beda rerata dan uji statistik lain mensyaratkan sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Pada penelitian ini untuk uji
normalitas menggunakan metode Lilliefors, yaitu:
1. Hipotesis
0H : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
1H : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
2. Taraf signifikansi 05,0
3. Statistik uji
)()( ii zSzFMaksL
dengan :
L = koefisien Lilliefors dari pengamatan
F(zi) = P(Z ≤ zi) ; Z ~ N(0,1)
S(zi) : proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh cacah z
zi : skor standar, s
XXz i
i
s : standar deviasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
4. Daerah kritik
nLLLDK :| dengan nL : diperoleh dari tabel Lilliefors pada
tingkat signifikansi 05,0 dan derajat kebebasan n (dengan n :
ukuran sampel).
5. Keputusan uji
H0 ditolak jika DKL dan H0 diterima jika DKL
6. Kesimpulan
a. Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal jika H0 diterima.
b. Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal jika H0
ditolak.
(Budiyono, 2003:170)
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Hal ini dimaksudkan untuk
menentukan statistik uji yang akan digunakan dalam uji keseimbangan.
Prosedur uji homogenitas populasi dengan uji Bartlett sebagai berikut:
1. Hipotesis
H0 : 22
3
2
2
2
1 ... k
H1 : Tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)
2. Taraf signifikansi 05,0
3. Statistik uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
22 loglog303,2
jj sfRKGfc
dengan :
2
~ 12 k
k = banyaknya populasi.
f = derajat kebebasan untuk RKG = N – k
fj = derajat bebas untuk sj2 = nj – 1
j = 1, 2, …, k
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
,11
13
11
jfkc
j j
j
f
SSRKG
j
j
jjn
XXSS
2
2
4. Daerah kritik
2
1:
22 | kDK
5. Keputusan uji
H0 ditolak jika DK2 atau diterima jika DK2
6. Kesimpulan
a. Populasi-populasi homogen jika H0 diterima.
b. Populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2003:176–177)
2. Uji Keseimbangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Uji keseimbangan dilakukan pada saat kedua kelompok belum dikenai
perlakuan, bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut
dalam keadaan seimbang. Secara statistik, untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan rataan yang berarti dari dua sampel yang independen. Statistik uji
yang digunakan adalah uji-t yaitu :
a. Hipotesis
H0 : µ1 = µ2 (kedua kelompok berasal dari populasi dengan nilai
UASBN yang sama)
H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok tidak berasal dari populasi dengan nilai
UASBN yang sama)
b. Taraf signifikansi : α = 5%
c. Statistik Uji
1. Persyaratan : populasi-populasi normal dan independen, 2
1dan 2
2
tak diketahui, 2
1= 2
2.
)2(~11
21
21
21 nnt
nns
xxt
p
2. Persyaratan : populasi-populasi normal dan independen, 2
1dan 2
2
tak diketahui, 2
1 ≠ 2
2.
)(~11
21
21 vt
nn
xxt
2nn
s1ns1ns
21
2
22
2
112
p
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
1
/
1
)/(
//
2
2
2
2
1
1
2
1
2
2
21
2
1
n
ns
n
ns
nsnsv
dengan
1X = rata-rata nilai UASBN kelas eksperimen I
2X = rata-rata nilai UASBN kelas eksperimen II
2
1s = Variansi dari kelas eksperimen I
2
2s = Variansi dari kelas eksperimen II
1n = cacah anggota kelas eksperimen I
2n = cacah anggota kelas eksperimen II
2
ps
= variansi gabungan
ps = deviasi baku gabungan
d. Daerah kritik :
DK
e. Keputusan Uji: H0 ditolak jika t DK
f. Kesimpulan :
Kedua populasi seimbang jika H0 diterima.
(Budiyono, 2003: 151)
3. Uji Hipotesis
Menurut Budiyono (2009:185), pada analisis variansi,
dipersyaratkan dipenuhinya bahwa setiap populasi berdistribusi normal (sifat
normalitas variansi) dan populasi-populasi mempunyai variansi yang sama
(sifat homogenitas variansi). Prosedurnya sama dengan uji normalitas dan
homogenitas pada nilai awal.
1 2 1 2; 2 ; 22 2
atau n n n n
t t t t t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama, dengan model sebagai berikut:
ijkijjiijkX )(
dengan :
Xijk = data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
= rerata dari seluruh data amatan
i = efek baris ke-i pada variabel terikat
ßj = efek baris ke-j pada variabel terikat
ij = kombinasi efek baris ke-i dalam kolom ke-j pada variabel terikat
ijk = deviasi data amatan terhadap rerata populasi ( ij) yang
berdistribusi normal dengan rataan nol
i = 1, 2, 3, …, p.
j = 1, 2, 3, …, q.
k = 1,2,3,...nij ; nij : cacah pengamatan pada sel ij
Prosedur penilaian menggunakan analisis variansi dua jalan :
a. Hipotesis
H0A : tidak ada perbedaan efek antar baris (faktor A) terhadap
variabel terikat.
H1A : ada perbedaan efek antar baris (faktor A) terhadap variabel
terikat.
H0B : tidak ada perbedaan efek antar kolom (faktor B) terhadap
variabel terikat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
H1B : ada perbedaan efek antar kolom (faktor B) terhadap variabel
terikat.
H0AB : tidak ada interaksi antar variabel bebas faktor A dan faktor
B terhadap variabel terikat.
H1AB : ada interaksi antar variabel bebas faktor A dan faktor B
terhadap variabel terikat.
b. Komputasi
Pada análisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ini
didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut :
nij = unsur sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
= banyaknya data amatan pada sel ij = frekuensi sel ij
(i = 1, 2, ...,p dan j = 1, 2,...,q)
hn = rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
ji ijn
pq
,
1
p = banyak baris
q = banyak kolom
N = ji
ijn,
= banyaknya seluruh data amatan.
ijk
k
ijk
k
ijkijn
X
XSS
2
2
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
ijAB = rataan pada sel ij = ijX
j
iji ABA = jumlah rataan pada baris ke-i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
i
ijj ABB = jumlah rataan pada kolom ke-j
ji
ijABG,
= jumlah rataan semua sel
1. Menghitung komponen jumlah kuadrat yang dirumuskan sebagai
berikut:
(1) = 2
22
6
1
32G
G
pq
G (2) =
ji
ijSS,
(3) = i
i
i
i Aq
A 2
2
3
1
(4) = j
j
j
jB
p
B2
2
2
1 (5) =
ji
ijAB,
2
2. Jumlah Kuadrat
JKA = hn {(3) – (1)}
JKB = hn {(4) – (1)}
JKAB= hn {(1) + (5) – (3) – (4)}
JKG =(2)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
3. Derajat Kebebasan (dk)
dkA = p – 1 dkB = q – 1
dkAB= ( p – 1 ) ( q – 1 ) dkG = N – pq
dkT = N – 1
4. Rataan Kuadrat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
RKA =dkA
JKA, RKB =
dkB
JKB , RKAB =
dkAB
JKAB, RKG =
dkG
JKG
c. Statistik Uji
1. Untuk H0A adalah Fa = RKG
RKA
2. Untuk H0B adalah Fb = RKG
RKB
3. Untuk H0AB adalah Fab = RKG
RKAB
dengan :
1p
JKA
dkA
JKARKA
1q
JKB
dkB
JKBRKB
11 qp
JKAB
dkAB
JKABRKAB
)1(npq
JKG
dkG
JKGRKG
d. Daerah Kritik (DK)
1. Daerah kritik untuk Fa adalah DK = F F F ; p-1, n-pq
2. Daerah kritik untuk Fb adalah DK = F F F ; q-1, n-pq
3. Daerah kritik untuk Fab adalah DK = F F F ; (p-1)(q-1), n-pq
e. Keputusan uji
H0 ditolak apabila Fhit DK
f. Rangkuman analisis
Rangkuman analisis dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Sumber JK dk RK Fobs Ftabel Keputusan Uji
Baris (A) JKA p – 1 RKA Fa pqNpF ,1; H0 diterima jika
Fobs ≤ Ftabel
H0 ditolak jika
Fobs > Ftabel
Kolom (B) JKB q – 1 RKB Fb pqNpF ,1;
Interaksi(AB) JKAB (p–1)(q –1) RKAB Fab pqNqpF ,11;
Galat (G) JKG N – pq RKG - -
Total JKT N – 1 - - -
(Budiyono, 2003: 229-233)
4. Uji Komparasi Ganda
Komparasi ganda untuk menganalisis variansi dua jalan. Apabila
analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Untuk uji
lanjut setelah analisis variabel digunakan metode Scheffe. Langkah-langkah
komparasi ganda dengan metode Scheffe adalah :
a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan dan merumuskan
hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
b. Menentukan tingkat signifikansi.
c. Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut :
1. Untuk komparasi rataan antar baris ke-i dan ke-j
Jika H0A pada uji hipotesis ditolak sehingga ada perbedaan
efek antar baris, karena variabel model pembelajaran hanya
mempunyai 2 nilai (model Two Stay Two Stray dan model Learning
Together), maka untuk antar baris tidak perlu dilakukan komparasi
pasca anava. Dengan demikian cukup membandingkan rataan
marginal diantara keduanya.
2. Untuk komparasi rataan antar kolom ke-i dan ke-j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Jika H0B pada uji hipotesis ditolak sehingga ada perbedaan
efek antar kolom, maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava yaitu
uji komparasi antar kolom. Metode yang digunakan adalah uji
Scheffe’:
ji
ji
ji
nnRKG
XXF
..
2
..
..
11
F.i –. j = nilai Fobs pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
iX . = rataan pada kolom ke-i
jX . = rataan pada kolom ke-j
RKG = rataan kuadrat galat dari perhitungan analisis variansi
n.i = ukuran sampel kolom ke-i
n.j = ukuran sampel kolom ke-j
3. Untuk komparasi rataan antar sel ij dan sel kj
kjij
kjij
kjij
nnRKG
XXF
11
2
Fij-kj = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan
rataan pada sel kj
ijX = rataan pada sel ij
kjX = rataan pada sel kj
RKG = rataan kuadrat galat
nij = ukuran sel ij
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
nkj = ukuran sel kj
4. Untuk komparasi rataan antar sel ij dan sel ik
kjij
ikij
ikij
nnRKG
XXF
11
2
d. Menentukan tingkat signifikansi ( = 0,05)
e. Menentukan daerah kritik (DK)
DK.i-.j = F F (q-1) F ;(q-1), n-pq
DKij-kj = F F (pq-1) F ;(pq-1), n-pq
DKij-ik = F F (pq-1) F ;(pq-1), n-pq
f. Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi
rerata.
g. Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda).
(Budiyono, 2009:215–217)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini disajikan tentang hasil penelitian yang telah
dilaksanakan pada bulan September 2011 di SMP Negeri 2 Sragen, SMP Negeri
1 Karangmalang Sragen, dan SMP Negeri 2 Ngrampal Sragen.
A. Uji Keseimbangan pada Kemampuan Awal
Data yang digunakan untuk uji keseimbangan adalah nilai UASBN mata
pelajaran matematika yang diskripsi statistiknya pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Diskripsi data untuk Kemampuan awal
Kelas Banyak
Siswa
Rataan Nilai
UASBN St Deviasi
Eksperimen 1 93 7,7419 0,8213
Eksperimen 2 94 7,5372 0,8691
( Lampiran 16 )
Analisis pendahuluan untuk kemampuan awal sebagai berikut :
1. Uji prasyarat
a) Uji Normalitas data kemampuan awal
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
untuk uji keseimbangan pada kedua kelompok memenuhi persyaratan uji-t.
Hasil analisis uji normalitas Lilliefors untuk setiap kelompok dengan tingkat
signifikansi 05,0 dapat dilihat dari Tabel 4.2.
Dari rangkuman hasil uji normalitas menunjukkan bahwa kedua
kelompok data amatan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 4.2 : Rangkuman Hasil Uji Normalitas UASBN
Kelompok Lobs Ltabel Keputusan Kesimpulan
Eksperimen I 0,0756 0,0919 H0 diterima
Sampel
berasal dari
populasi
yang
berdistribusi
normal
Eksperimen II 0,0869 0,0914 H0 diterima
Sampel
berasal dari
populasi
yang
berdistribusi
normal
(Lampiran 17 )
b) Uji Homogenitas data kemampuan awal
Selain uji normalitas juga perlu dilakukan uji homogenitas. Hasil
analisis uji homogenitas kedua kelompok dengan uji Bartlet pada taraf
signifikansi α = 0,05 menunjukkan bahwa obs2 = 0,2814. Daerah kritik
DK ={ 8410,3| 2
1;05,0
22
k}, rangkuman hasil uji homogenitas
pada tabel 4.3. Ini berarti H0 diterima, sehingga disimpulkan bahwa data
sampel random kedua kelompok berasal dari populasi-populasi yang
memiliki variansi yang homogen.
Tabel 4.3 : Rangkuman hasil uji homogenitas UASBN
Kelompok obs2 tabel
2 Keputusan Kesimpulan
Eksperimen 1 dan
Eksperimen 2 0,2814 3,8410 H0 diterima
Kedua populasi
memiliki
Variansi yang
homogen
(Lampiran 18 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
2. Uji Keseimbangan
Hasil analisis uji t pada tingkat signifikansi α = 0,05 dengan
= 1,9600 dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4: Rangkuman uji keseimbangan nilai UASBN
Kelompok tobs ttabel Keputusan Kesimpulan
Eksperimen I dan
Eksperimen II
1,6550 1,9600 H0 diterima
Kedua kelompok
berasal dari
populasi yang
memiliki
kemampuan awal
yang sama
(Lampiran 19)
Dari Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
rerata antara populasi siswa yang dikenai model pembelajaran yang berbeda,
yaitu Model Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Learning Together.
Kedua populasi memiliki kemampuan awal yang sama.
B. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Butir Soal
1. Uji Validitas Isi
Untuk menilai apakah instrumen tes prestasi belajar matematika
yang digunakan memiliki validitas isi yang tinggi, penulis mengkonsultasikan
pada validator. Dalam penelitian ini validator yang ditunjuk adalah Drs.
Cicuk Rudy Sumpono selaku ketua MGMP Matematika Kabupaten Sragen
dan Drs. H. Eko Mulyadi, M.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Sragen
dan sekaligus guru pengajar matematika. Pertimbangan ini didasarkan bahwa
guru yang bersangkutan telah bertahun-tahun mengajar sehingga dapat
dianggap sebagai ahli dalam bidangnya. (Lampiran 26 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
2. Uji Reliabilitas
Hasil uji coba 30 butir soal instrumen tes prestasi belajar matematika
terhadap 89 responden menunjukkan bahwa besarnya indeks reliabilitasnya
0,86 (Lampiran 24a ).
3. Tingkat Kesukaran
Hasil uji coba instrumen tes prestasi belajar matematika
menunjukkan bahwa dari 30 butir soal uji coba ada 4 butir soal yang tingkat
kesukarannya diluar 70,030,0 P yaitu nomor 18, 19,23 dan 27. Selain 3
butir soal tersebut tingkat kesukarannya memenuhi persyaratan.
(Lampiran 25).
4. Daya Beda
Hasil perhitungan daya beda butir tes menunjukkan bahwa dari 30
butir soal yang diuji cobakan ada 1 butir soal yang tidak memenuhi kriteria
yaitu butir soal nomor 27. Selain butir soal tersebut layak dipakai untuk tes
prestasi belajar. Berdasarkan kriteria tingkat kesukaran dan daya beda butir
soal yang digunakan, maka butir soal yang tidak memenuhi ada 4 butir soal
yaitu nomor 18, 19, 23 dan 27. Untuk soal nomor 2 telah terwakili oleh soal
nomor 1 maka soal nomor 2 tidak dipakai. Sehingga butir soal yang dipakai
dalam pengambilan data prestasi belajar ada 25 soal yaitu nomor 1,3, 4, 5, 6,
7,8,9,10, 11,12, 13, 14, 15, 16, 17, 20, 21,22, 24, 25, 26, 28, 29, dan 30. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23. Sedangkan untuk uji
reliabilitas 25 butir soal adalah 0,85 (Lampiran 24b).
C. Hasil Uji Coba Angket Aktivitas Belajar
1. Uji Validitas Isi
Untuk menilai apakah angket aktivitas belajar matematika yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
digunakan memiliki validitas isi yang tinggi, penulis mengkonsultasikan pada
validator. Dalam penelitian ini validator yang ditunjuk adalah Drs. Cicuk
Rudy Sumpono selaku guru matematika SMP dan ketua MGMP Matematika
Kabupaten Sragen dan Drs. H. Eko Mulyadi, M.Pd selaku Kepala Sekolah
SMP Negeri 2 Sragen. Pertimbangan ini didasarkan bahwa guru yang
bersangkutan telah bertahun-tahun mengajar sehingga dapat dianggap sebagai
ahli dalam bidangnya. (Lampiran 22)
2. Uji Reliabilitas
Hasil uji coba 40 butir pernyataan angket aktivitas belajar
matematika terhadap 89 responden menunjukkan bahwa besarnya indeks
reliabilitasnya 0,88. (Lampiran 20a ). Hasil uji coba terhadap 34 butir
pernyataan angket aktivitas belajar matematika terhadap 89 responden
menunjukkan bahwa besarnya indeks reliabilitasnya 0,89. (Lampiran 20b )
3. Uji Konsistensi Internal
Dalam penelitian ini konsistensi internal yang digunakan adalah rxy >
0,3. Hasil perhitungan konsistensi internal butir angket menunjukkan bahwa
dari 40 butir pernyataan yang diuji cobakan ada 6 butir pernyataan yang tidak
memenuhi kriteria yaitu butir soal nomor 2, 10, 20, 23, 31 dan 39. Selain 6
butir pernyataan tersebut layak dipakai untuk angket aktivitas belajar
matematika. (Lampiran 21)
D. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Data Angket Aktivitas Belajar
Berdasarkan data kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
II selanjutnya akan dikategorikan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan
rendah. Dari hasil perhitungan kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2 diperoleh rataan total( totalX ) = 88,8984 dan standar deviasi
total (stotal)=13,9887 , stotal = 6,9943. Penentuan untuk kategori didasarkan
pada ketentuan sebagai berikut kelompok tinggi : ix > X +2
1 stotal, kelompok
sedang X -2
1 stotal ix X +2
1 stotal dan kelompok rendah ix < X -2
1 stotal.
Sehingga untuk nilai yang lebih dari 95,8927 dikategorikan tinggi, untuk nilai
yang lebih dari atau sama dengan 81,9041 dan kurang dari atau sama dengan
95,8927 dikategorikan sedang dan untuk nilai kurang dari 81,9041
dikategorikan rendah. (Lampiran 27).
Tabel 4.5 Banyaknya responden untuk aktivitas belajar matematika
Kelompok Aktivitas
Tinggi
Aktivitas
Sedang
Aktivitas
Rendah Jumlah
Eksperimen 1 29 39 25 93
Eksperimen 2 34 31 29 94
Jumlah 63 70 54
(Lampiran 27 )
Dari data diperoleh 63 siswa mempunyai kategori aktivitas tinggi, 70
siswa mempunyai kategori aktivitas sedang dan 54 siswa mempunyai kategori
aktivitas rendah, dengan perincian untuk kelompok eksperimen 1 terdapat 29
siswa mempunyai kategori aktivitas tinggi, 39 siswa mempunyai kategori
aktivitas sedang dan 25 siswa mempunyai kategori aktivitas rendah. Untuk
kelompok eksperimen 2 terdapat 34 siswa mempunyai kategori aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
tinggi, 31 siswa mempunyai kategori aktivitas sedang dan 29 siswa
mempunyai kategori aktivitas rendah. Banyaknya responden dapat dilihat
pada Tabel 4.5.
2. Data Prestasi Belajar
Setelah data diolah diperoleh data prestasi belajar pada Tabel 4.6
sebagai berikut :
Tabel 4.6 Deskripsi Statistik Prestasi belajar
Model
Pembelajaran
Aktivitas TOTAL
Tinggi Sedang Rendah
Eksp-1
n 29 39 25 93
∑X 2064 2008 1168 5240
71,1724 51,4872 46,7200 56,3441
∑X2 153120 118176 59296 330592
Eksp-2
n 34 31 29 94
∑X 1924 1688 1020 4632
56,588 54,452 35,172 49,2766
∑2 123504 97920 41200 262624
TOTAL
n 63 70 54 187
∑X 3988 3696 2188 9872
63,3016 52,8 40,5185 52,7914
∑X2 276624 216096 100496 593216
(Lampiran 29 )
E. Uji Persyaratan Analisis
Analisis data yang akan digunakan adalah teknik analisis variansi.
Adapun syarat yang harus dipenuhi agar dapat menggunakan teknik ini adalah
data prestasi belajar harus berdistribusi normal dan populasinya homogen. Dengan
demikian perlu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu
sebelum melakukan analisis variansi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dikenakan pada data prestasi belajar matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Teknik yang digunakan dalam uji normalitas adalah uji Lilliefors.
Rangkuman hasil analisis uji normalitas untuk data prestasi belajar
matematika disajikan dalam Tabel 4.7 sedangkan hasil analisis selengkapnya
disajikan pada Lampiran 30
Tabel 4.7 Rangkuman Uji Normalitas
No Kelompok Nilai Uji Nilai
Tabel
Keputusan
Uji Kesimpulan
1. Eksp-1 0,0905 0,0919 H0 diterima Berdistribusi Normal
2. Eksp-2 0,0740 0,0914 H0 diterima Berdistribusi Normal
3. Aktivitas
Tinggi 0,0858 0,1116 H0 diterima Berdistribusi Normal
4. Aktivitas
Sedang 0,0950 0,1059 H0 diterima Berdistribusi Normal
5. Aktivitas
Rendah 0,0865 0,1206 H0 diterima Berdistribusi Normal
(Lihat lampiran 30 )
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa semua sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Teknik yang digunakan dalam uji homogenitas adalah uji Barttlet
dimana variabel terikatnya adalah prestasi belajar matematika dengan faktor-
faktornya adalah model pembelajaran dan aktivitas belajar. Rangkuman hasil
uji homogenitas disajikan pada Lampiran 31.
Data amatan kedua populasi eksperimen maupun masing-masing
kategori aktivitas belajar memiliki variansi yang sama, hal ini dapat dilihat
pada Tabel 4.8 Rangkuman Uji Homogenitas dengan Bartlett
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 4.8 Rangkuman Uji Homogenitas dengan Bartlett
(Lampiran 31)
F. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Jumlah Sel Tak Sama
Tabel 4.9 Rangkuman Analisis Variansi
Sumber JK dk RK RK F obs Fα Keputusan
Model
Pemb.
(A)
2734,5382 1 2734,5382 2734,5382 8,6885 3,8933 H0A
ditolak
Aktivitas
Belajar
(B)
16091,1715 2 8045,5857 8045,5857 25,5635 3,0459 H0B
ditolak
Interaksi
(AB) 2688,9298 2 1344,4649 1344,4649 4,2718 3,0459
H0AB
ditolak
Galat 56965,9513 181 314,729 314,729
Total 78480,5908 186
Pengujian hipotesis ini digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh variabel-variabel bebas (faktor) yaitu model pembelajaran
dan aktivitas belajar siswa serta interaksi antara variabel-variabel bebas
tersebut terhadap variabel terikatnya, yaitu prestasi belajar matematika.
No Kelompok Nilai Uji Nilai
Tabel
Keputusan
Uji Kesimpulan
1.
Eksperimen I
dan
Eksperimen II
0,0331 3,8410 H0 diterima
Kedua populasi
memiliki variansi
yang homogen
2.
Aktivitas
belajar
tinggi,sedang,
dan rendah
0,9737 3,8410 H0 diterima
Ketiga populasi
memiliki variansi
yang homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis variansi dua
jalan dengan jumlah sel tidak sama dan hasilnya disajikan dalam Tabel 4.9,
sedangkan hasil analisis selengkapnya disajikan pada Lampiran 32.
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas tampak bahwa:
a. Pada efek utama A (model pembelajaran), harga statistik uji Fa = 8,6885
dan F = 3,8933, ternyata Fa > F dengan demikian H0A ditolak. Hal ini
berarti pada tingkat signifikansi =0,05 terdapat perbedaan efek antara
model pembelajaran Two Stay Two Stray dan model pembelajaran
Learning Together pada prestasi belajar matematika siswa kelas VII
semester 1 pada pokok Bilangan Pecahan.
b. Pada efek utama B (aktivitas belajar siswa), harga statistik uji Fb = 25,5635
dan F = 3,0459, ternyata Fb > F dengan demikian H0B ditolak. Hal ini
berarti pada tingkat signifikansi =0,05 tingkat aktivitas belajar siswa
yang tinggi, sedang dan rendah memberikan efek yang berbeda terhadap
prestasi belajar matematika siswa kelas VII semester 1 pada pokok
bahasan Bilangan Pecahan.
c. Pada efek interaksi AB (model pembelajaran dan aktivitas belajar siswa),
harga statistik uji Fobs = 4,2718 dan F = 3,0459 , ternyata Fobs > F
dengan demikian H0AB ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikan =
0,05 terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat aktivitas
belajar siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII semester 1
pada pokok bahasan Bilangan Pecahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2. Uji Komparasi Ganda
Rataan masing-masing sel disajikan dalam Tabel 4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.10 Rataan masing-masing sel dari data uji hipotesis
Model
Aktivitas Rerata
marginal Tinggi Sedang Rendah
Two Stay Two Stray 71,1724 51,4872 46,7200 56,3441
Learning Together 56,5882 54,4516 35,1724 49,2766
Rerata marginal 63,3016 52,8000 40,5185 52,7914
(Lampiran 32)
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan anava, maka dapat diuraikan
langkah-langkah uji komparasi ganda sebagai berikut:
a. Uji komparasi ganda antar baris
Dari rangkuman hasil uji hipotesis di atas telah ditunjukkan
bahwa H0A ditolak, karena variabel model pembelajaran hanya memiliki
dua nilai maka untuk antar baris tidak perlu dilakukan komparasi pasca
anava. Dari rataan marginalnya, yang menunjukkan bahwa rataan siswa
dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray lebih tinggi daripada
rataan siswa dengan model pembelajaran Learning Together, dapat
disimpulkan bahwa siswa dengan model pembelajaran Two Stay Two
Stray lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan siswa dengan model
pembelajaran Learning Together.
b. Uji komparasi ganda antar kolom
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
(Lampiran 32) diperoleh keputusan bahwa H0B ditolak, maka perlu
dilakukan komparasi pasca anava. Rangkuman uji komparasi ganda
dengan metode Scheffe’ disajikan dalam Tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11 Rangkuman komparasi ganda antar kolom
H0 Fobs Fkritik Kesimpulan
.1 = .2 11,6029 6,0917 H0 ditolak
.1 = .3 47,9434 6,0917 H0 ditolak
µ.2 = µ.3 14,6114 6,0917 H0 ditolak
Keterangan:
.1 : rerata prestasi belajar matematika untuk aktivitas belajar tinggi
.2 : rerata prestasi belajar matematika untuk aktivitas belajar sedang
.3 : rerata prestasi belajar matematika untuk aktivitas belajar rendah
Setelah dicari dengan rumus-rumus Scheffe, berdasarkan hasil perhitungan
uji komparasi ganda antar kolom diperoleh:
F.1-.2 = 11,6029; F.1-.3= 47,9434; F.2-.3= 14,6114; DK= {F| F > 6,0917}
Dari Tabel 4.11 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1) .1 ≠ .2 (H0 ditolak). Ini berarti ada perbedaan terhadap prestasi belajar
jika dilihat dari aktivitas belajar siswa. Dari tabel rerata marginal dapat
disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi
mempunyai prestasi belajar lebih baik jika dibandingkan dengan siswa
yang mempunyai aktivitas belajar sedang, hal ini ditunjukkan dengan
besarnya F.1-.2 > Fkritik = 11,6029 > 6,0917.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
2) .1 ≠ .3 (H0 ditolak). Ini berarti ada perbedaan terhadap prestasi belajar
jika dilihat dari aktivitas belajar siswa. Dari tabel rerata marginal dapat
disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi
mempunyai prestasi belajar lebih baik jika dibandingkan dengan siswa
yang mempunyai aktivitas belajar rendah, hal ini ditunjukkan dengan
besarnya F.1-.3 > Fkritik = 47,9434 > 6,0917.
3) .2 ≠ .3 (H0 ditolak). Ini berarti ada perbedaan terhadap prestasi belajar
jika dilihat dari aktivitas belajar siswa. Dari tabel rerata marginal dapat
disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang
mempunyai prestasi belajar lebih baik jika dibandingkan dengan siswa
yang mempunyai aktivitas belajar rendah, hal ini ditunjukkan dengan
besarnya F.2-.3 > Fkritik = 14,6114 > 6,0917.
c. Uji komparasi ganda antar sel
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama
(Lampiran 32) diperoleh keputusan bahwa H0AB ditolak, hal ini dapat
diartikan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran dan aktivitas
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika sehingga perlu
dilakukan uji komparasi ganda antar sel pada baris yang sama atau kolom
yang sama. Hasil perhitungan Uji Lanjut Antar Sel disajikan pada Tabel
4.12.
Berdasarkan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 4.12
dengan taraf signifikansi 0,05 dapat ditarik kesimpulan :
1) 11 = 21 (H0 diterima). Ini berarti siswa dengan aktivitas belajar
tinggi, pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
efek yang sama dengan pembelajaran dengan model Learning
Together.
2) 12 = 22 (H0 diterima). Ini berarti siswa dengan aktivitas belajar
sedang, pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray memberikan
efek yang sama dengan pembelajaran dengan model Learning
Together.
3) 13 = 23 (H0 diterima). Ini berarti siswa dengan aktivitas belajar
rendah, pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray memberikan
efek yang sama dengan pembelajaran dengan model Learning
Together.
4) ≠ H0 ditolak) dengan melihat reratanya ini berarti
pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray, siswa dengan
aktivitas tinggi memberikan prestasi yang lebih baik dibanding dengan
siswa aktivitas sedang.
5) ≠ (H0 ditolak)
pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray, siswa dengan
aktivitas tinggi memberikan prestasi yang lebih baik dibanding dengan
siswa aktivitas rendah.
6) H0 tidak ditolak) Ini berarti pembelajaran dengan model
Two Stay Two Stray, siswa dengan aktivitas sedang memberikan
prestasi yang sama dengan siswa aktivitas rendah.
7) H0 tidak ditolak) Ini berarti pembelajaran dengan model
Learning Together, siswa dengan aktivitas tinggi memberikan prestasi
sama dengan siswa aktivitas sedang.
8) ≠ H0 ditolak
pembelajaran dengan model Learning Together, siswa dengan
aktivitas tinggi memberikan prestasi yang lebih baik dibanding dengan
siswa aktivitas rendah. )
≠ (H0 ditolak) dengan melihat reratanya ini berarti
pembelajaran dengan model Learning Together, siswa dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
aktivitas sedang memberikan prestasi yang lebih baik dibanding
dengan siswa aktivitas rendah.
Tabel 4.12 Rangkuman Uji Lanjut antar sel
H0 F obs F kritik Keputusan
11 = 10,5770 11,3201 H0 diterima
12 = 0,4823 11,3201 H0 diterima
3 = 23 5,6884 11,3201 H0 diterima
20,4785 11,3201 H0 ditolak
25,5065 11,3201 H0 ditolak
1,1000 11,3201 H0 diterima
0,2352 11,3201 H0 diterima
22,8070 11,3201 H0 ditolak
17,6950 11,3201 H0 ditolak
Keterangan:
11 = rerata prestasi belajar matematika menggunakan model
pembelajaran Two Stay Two Stray untuk aktivitas belajar
tinggi
rerata prestasi belajar matematika menggunakan model
pembelajaran Learning Together untuk aktivitas belajar
tinggi
= rerata prestasi belajar matematika menggunakan model
pembelajaran Two Stay Two Stray untuk aktivitas belajar
sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
rerata prestasi belajar matematika menggunakan model
pembelajaran Learning Together untuk aktivitas belajar
sedang
= rerata prestasi belajar matematika menggunakan model
pembelajaran Two Stay Two Stray untuk aktivitas belajar
rendah
rerata prestasi belajar matematika menggunakan model
pembelajaran Learning Together untuk aktivitas belajar
rendah
G. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji hipotesis statistik yang telah diuraikan di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa untuk efek A
(model pembelajaran) diperoleh FA > F atau 8,6885> 3,8933 sehingga H0A
ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
diberi pembelajaran dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray dengan
model pembelajaran Learning Together. Dari rataan marginal menunjukkan
bahwa rataan hasil belajar pada model pembelajaran Two Stay Two Stray
lebih baik daripada rataan hasil belajar menggunakan Learning Together
atau 56,3441 > 49,2766.
Hal tersebut sesuai dengan teori dan hasil penelitian Ceket Palupi
Suroso (2011) dan prestasi belajar siswa dengan pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Serta sesuai
dengan hipotesis pertama adalah ” Pada materi Bilangan Pecahan pada
kelas VII SMP, penerapan model Two Stay Two Stray (dua tinggal dua
tamu) memberikan prestasi belajar yang lebih baik dari Learning Together”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar pada pokok
bahasan Bilangan Pecahan, siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Two Stay Two Stray memberikan prestasi lebih baik daripada siswa yang
diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together.
Berdasarakan hasil analisis variansi untuk efek B (aktivitas belajar)
diperoleh FB > F atau 25,5635 > 3,0459 sehingga H0B ditolak. Hal ini
berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan
aktivitas belajar tinggi, sedang, dan rendah. Dari hasil komparasi antar kolom
dapat dilihat bahwa :
1. •1 vs •2 diperoleh 11,6029 > 6,0917, serta dari rataan marginal antara
aktivitas tinggi dan sedang menunjukkan 63,3016 > 52,800, maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan
aktivitas tinggi lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan aktivitas
sedang.
2. •1 vs •3 diperoleh 47.9434 > 6,0918, serta dari rataan marginal
antara aktivitas tinggi dan rendah menunjukkan 63,3016 > 40,5185,
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan
aktivitas tinggi lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan aktivitas
rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
3. •2 vs •3 diperoleh 14,6114 > 6,0917, serta dari rataan marginal
antara aktivitas sedang dan rendah menunjukkan 52,800 > 40,5185,
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan
aktivitas sedang lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan
aktivitas rendah.
Hasil perhitungan tersebut relevan dengan teori, Gie (1985: 6)
mengatakan bahwa: ”Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada
aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Dan juga
dikemukakan oleh Djamarah (2000: 67) bahwa: “Belajar sambil melakukan
aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang
dapat didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak
anak didik”
Berdasarkan teori dan temuan penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa : (1) prestasi belajar matematika siswa dengan aktivitas belajar tinggi
lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang atau rendah, dan (2)
prestasi belajar matematika siswa dengan aktivitas belajar sedang lebih baik
daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. Sesuai denga hipotesis yaitu
“Prestasi belajar siswa yang memiliki aktivitas belajar yang tinggi lebih baik
daripada siswa yang aktivitas belajarnya sedang dan rendah, siswa yang
memiliki aktivitas belajar sedang lebih baik dibanding siswa yang memiliki
aktivitas belajar yang rendah”.
Berdasarkan hasil uji lanjut antar sel pada baris yang sama diperoleh :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
1. ≠ (H0 ditolak) dengan melihat reratanya = 71,1724 ;
maka
Two Stay Two Stray memberikan prestasi belajar yang lebih baik pada
siswa yang memiliki aktivitas tinggi dibanding dengan siswa yang
mempunyai aktivitas sedang.
2. ≠ H0 ditolak) dengan melihat reratanya = 71,1724 ;
46,7200 maka > embelajaran
Two Stay Two Stray memberikan prestasi belajar yang lebih baik pada
siswa yang memiliki aktivitas tinggi dibanding dengan siswa yang
mempunyai aktivitas rendah.
3. ≠
model pembelajaran Two Stay Two Stray memberikan prestasi belajar
yang sama pada siswa yang memiliki aktivitas sedang dan rendah.
Dari temuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Penerapan model
pembelajaran Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu) memberikan
prestasi belajar matematika yang lebih baik pada siswa yang memiliki
aktivitas belajar tinggi dari pada siswa yang aktivitas belajarnya sedang dan
rendah, sedangkan siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah memiliki
prestasi belajar yang sama.
Berdasarkan hasil uji lanjut antar sel pada baris yang sama diperoleh:
1. = H0 =
model pembelajaran Learning Together memberikan prestasi belajar
yang sama pada siswa yang memiliki aktivitas tinggi dan sedang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
2. ≠ ditolak) dengan rerata masing masing 1 = 56,5882;
maka
Learning Together memberikan prestasi belajar yang lebih baik pada
siswa yang memiliki aktivitas tinggi dibanding dengan siswa yang
mempunyai aktivitas rendah.
3. ≠ ditolak), dengan rerata masing masing 22 = 54,4516;
35,1724 maka
Learning Together memberikan prestasi belajar yang lebih baik pada
siswa yang memiliki aktivitas sedang dibanding dengan siswa yang
mempunyai aktivitas rendah.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan model Learning Together memberikan prestasi belajar
yang lebih baik pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi dibanding dengan
aktivitas belajar rendah dan siswa dengan aktivitas belajar sedang dibanding
dengan aktivitas belajar rendah, sedangkan untuk siswa dengan aktivitas
tinggi dan aktivitas rendah memberikan prestasi yang sama.
Berdasarkan hasil uji lanjut antar sel pada kolom yang sama diperoleh
= H0 =
belajar tinggi pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray (dua tinggal
dua tamu) memberikan prestasi belajar yang sama dengan model
pembelajaran Learning Together.
Hal ini menunjukkan perbedaan antara hipotesis penelitian dan hasil
penelitian, di mana hipotesis mengatakan “Pada siswa dengan aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
belajar tinggi, model pembelajaran Two Stay Two Stray (dua tinggal dua
tamu) akan memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik
dibanding model Learning Together.
Hasil uji lanjut antar sel pada kolom yang sama = H0
=
pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu)
memberikan prestasi belajar yang sama dengan model pembelajaran Learning
Together.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian ya : Pada siswa dengan
aktivitas belajar sedang, model pembelajaran Two Stay Two Stray (dua
tinggal dua tamu) akan memberikan prestasi belajar matematika yang lebih
baik dibanding model Learning Together.
Berdasarkan hasil uji lanjut antar sel pada kolom yang sama diperoleh
H0
belajar rendah pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray (dua tinggal
dua tamu) memberikan prestasi belajar yang sama dengan model
pembelajaran Learning Together.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian: Pada siswa dengan
aktivitas belajar rendah, model pembelajaran Two Stay Two Stray (dua tinggal
dua tamu) akan memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik
dibanding model Learning Together.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
H. Keterbatasan Penelitian
Peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mengontrol
pelaksanaan tes prestasi belajar agar supaya data yang diperoleh seobyektif
mungkin, namun dalam pelaksanaan mungkin masih terjadinya siswa
mengerjakan soal tes ada yang bekerja sama atau membuka buku. Begitu juga
dengan data aktivitas belajar siswa ada kemungkinan dalam pengisian angket
aktivitas belajar masih banyak siswa yang kurang jujur, sehingga berpengaruh
dalam pembagian kelompok berdasarkan kriteria aktivitas belajar.
Dalam pelaksanaan penelitian karena keterbatasan jam mengajar dan
jadwal yang telah ditentukan peneliti tidak dapat mengajar untuk semua kelas
eksperimen. Pembelajaran dilaksanakan oleh guru bidang studi tempat
penelitian dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah peneliti
siapkan, antara lain: RPP, LKS, dan alat evaluasi. Dengan situasi demikian
terdapat keterbatasan terhadap proses pembelajaran pada kelas eksperimen .
Dalam hal ini peran guru untuk konsisten melaksanakan proses belajar
mengajar sesuai kesepakatan yang telah dibuat bersama peneliti menjadi hal
penting untuk mengurangi efek bias hasil penelitian.
Meskipun koordinasi dan kerjasama dengan guru pada kelompok
eksperimen telah dilakukan secara efektif, tetapi dalam pelaksanaan
pembelajaran masih terdapat banyak kekurangan diantaranya adalah
keterbatasan sarana prasarana, kondisi lingkungan sekolah dan kondisi dari
siswanya. Selain itu kekurangan tersebut juga dapat berasal dari guru dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
siswa yang belum terbiasa menggunakan model pembelajaran Two Stay Two
Stray dan Learning Together.
Evaluasi hasil belajar yang dilakukan sebagai tehnik pengumpulan
data tentang hasil belajar matematika berupa tes tertulis pada akhir
pembelajaran juga merupakan keterbatasan penelitian ini. Seharusnya
evaluasi dilakukan sepanjang proses pembelajaran namun untuk menjaga
kesetaraan perlakuan pada dua kelompok yang berbeda hal ini sulit
dilaksanakan dengan keterbatasan ini maka hasil penelitian ini juga harus
diterima secara hati–hati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Prestasi belajar pada pokok bahasan Bilangan Pecahan, pembelajaran dengan
model Two Stay Two Stray memberikan prestasi lebih baik daripada model
pembelajaran Learning Together.
2. Prestasi belajar siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi lebih baik
dibanding siswa aktivitas belajarnya sedang dan rendah, siswa yang memiliki
aktivitas belajar sedang lebih baik dibanding siswa yang memiliki aktivitas
belajar yang rendah.
3. Penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu)
memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada siswa yang
memiliki aktivitas belajar tinggi dari pada siswa yang memiliki aktivitas
belajarnya sedang dan rendah, sedangkan siswa dengan aktivitas belajar
sedang dan rendah memiliki prestasi belajar yang sama.
4. Pembelajaran dengan menggunakan model Learning Together memberikan
prestasi belajar yang lebih baik pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi
dibanding dengan aktivitas belajar rendah, begitu juga dengan siswa dengan
aktivitas sedang memberikan prestasi lebih baik daripada siswa dengan
ativitas belajar rendah. Sedangkan untuk siswa dengan aktivitas belajar
tinggi dan aktivitas belajar sedang memberikan prestasi yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
B. Implikasi
Berdasarkan penelitian ini, penulis menyampaikan implikasi yang
bermanfaat dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
1. Implikasi yang penting dalam penelitian ini berupa penggunaan model Two
Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu) yang teruji lebih efektif daripada
model Learning Together. Dengan berjalannya perkembangan jaman,
sehingga perlu diperdalam tentang teori pembelajaran Two Stay Two Stray
agar dalam pelaksanaannya lebih mudah dilakukan oleh pengajar.
2. Penerapan model Two Stay Two Stray dan pemilihan siswa melalui Aktivitas
belajar telah ditunjukkan menghasilkan prestasi lebih baik. Untuk itu perlu
dikembangkan pembelajaran model Two Stay Two Stray (dua tinggal dua
tamu) dimasa yang akan datang agar model ini menjadi lebih baik.
3. Karena telah terbukti bahwa pembelajaran model Two Stay Two Stray lebih
efektif daripada model Learning Together maka diharapkan pihak sekolah
dapat menerapkan model Two Stay Two Stray pada semua pokok bahasan
yang dapat menggunakan model Two Stay Two Stray. Model Two Stay Two
Stray menjadi salah satu alternatif dalam pemecahan masalah dalam proses
pembelajaran yang dapat mengembangkan sikap percaya diri serta kreativitas
belajar siswa.
4. Agar proses pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray dapat
dilaksanakan secara optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran, ada hal-
hal yang perlu diperhatikan oleh pengajar, antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
a. Perlu diberikan penjelasan mengenai prosedur pembelajaran model Two
Stay Two Stray sejelas-jelasnya pada siswa, agar siswa dapat melakukan
proses pembelajaran secara terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran.
b. Penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray membutuhkan waktu
yang lama, maka diperlukan persiapan yang matang sebelumnya.
c. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok maka perlu
menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam belajar kerjasama dan
dalam kegiatan pembelajaran dengan teman-temannya.
d. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas maka diperlukan
pengkondisian pembelajaran yang mendukung kegiatan siswa dalam
belajar dan memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi.
C. Saran
Agar hasil belajar matematika pada umumnya dan materi bilangan
pecahan khususnya dapat ditingkatkan, maka disarankan :
1. Kepada Guru
a. Pemahamannya tentang model pembelajaran yang semakin berkembang,
sehingga guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat dalam
proses pembelajarannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas dan rasa tanggungjawab siswa diantarannya
model Pembelajaran Two Stay Two Stray.
b. Seorang guru harus selalu kreatif dan bagaimana dalam menyusun
rencana pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
menyelenggarakan pembelajaran dan menyelenggarakan evaluasi yang
tepat untuk menciptakan aktivitas belajar siswa yang tinggi.
c. Model pembelajaran Two Stay Two Stray merupakan salah satu alternatif
model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika, oleh karena itu disarankan
kepada guru untuk mau mencoba model pembelajaran tersebut pada
materi mata pelajaran matematika.
2. Kepada Siswa
Sudah saatnya para siswa sadar akan pentingnya hasil belajar dan
menyadari benar bahwa hasil belajar akan dicapai secara optimal apabila
siswa sendiri yang mengupayakan. Upaya mendasar yang paling tepat
adalah meningkatkan aktivitas belajar dalam mengikuti proses
pembelajarannya. Aktivitas yang seharusnya dilakukan diantaranya
adalah melakukan kegiatan yang diperintahkan oleh guru misalnya
mengerjakan LKS, melaksanakan diskusi, menjawab pertanyaan guru,
menanyakan segala sesuatu yang belum jelas, berusaha membuat
kesimpulan dari pembelajaran, mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru dalam rangka mewujudkan pembelajaran kooperatif.
3. Kepada Pihak Sekolah
a. Sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan guru
dalam menunjang penyelenggaraan pembelajaran secara efektif
khususnya dalam menerapkan model pembelajaran Two Stay Two
Stray.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
b. Lewat Kepala Sekolah, sekolah mendukung sekaligus mendorong para
guru matematika agar aktif dalam mengikuti kegiatan–kegiatan yang
sifatnya menambah pengetahuan guru baik dari segi materi pelajaran
maupun model pembelajaran.
c. Sebaiknya kepala sekolah senantiasa mendorong kepada guru untuk
menerapkan model pembelajaran yang kooperatif, misalkan model
pembelajaran Two Stay Two Stray untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran lain selain matematika.
4. Kepada Peneliti/Calon Peneliti
Diharapkan dapat mengembangkan hasil penelitian ini dalam lingkup yang
lebih luas. Penulis berharap para peneliti/ calon peneliti dapat meneruskan
atau mengembangkan penelitian ini untuk variabel–variabel lain yang
sejenis atau model–model pembelajaran kooperatif yang lebih inovatif
sehingga dapat menambah wawasan dan pendidikan pada umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
DAFTAR PUSTAKA
Amin Suyitno. 2008. Pendekatan dan Model Pembelajaran. Semarang : FMIPA
UNNES.
Anas Sudijono. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Anita Lie 2002. Cooperative Learning.Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.
Asri Budiningsih, 2004. Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta,
Asih Winarti, 2009. Pembelajaran IPA menggunakan Strategi Two Stay Two
Stray melalui 2D dan E-learning dengan Memperhatikan Motivasi
Berprestasi dan Cara Berpikir Siswa. Studi eksperimen pada materi
Struktur dan Fungsi Alat Tubuh Tumbuhan. Tesis. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Budiyono.2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.
.2009. Statistika untuk Penelitian Edisi ke-2. Surakarta: UNS Press.
Burhan Bungin. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta:Kencana
Prenada Media Group.
Ceket Palupi Suroso. 2011. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan
Model Think-Pair-Share (TPS) Dan Model Two Stay – Two Stray (TSTS)
Pada Kompetensi Dasar Menghitung Luas Permukaan Dan Volume
Kubus, Balok, Prisma Dan Limas Ditinjau Dari Kemampuan Spasial
Siswa Kelas VIII SMP Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.
Tesis. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta
: Balai Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit
Rineka Cipta.
Djamarah, S.B.,2000. Aktivitas Belajar dan Kompetensi Guru. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Doymus, K. 2007. Effects of a Cooperative Learning Strategy and Learning
Phases of Matter and One-Component Phase Diagrams. Journal of
Chemical Education, 84(11), 1857-1860
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Erman Suherman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung : JICA-UPI.
Garfield, J. 1993, “Teaching Statistics Using Small-Group Cooperative
Learning’’. Journal of Statistics Education. 1 (1). University of
Minnesota
Gie.1985.http://www.pengertiandefinisi.com/2011/05/pengertian-aktivitas-
Belajar.html
Isnaeni Maryam, 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay
Two Stray (TSTS) dan Student Team Achievement Division (STAD) pada
Siswa SMP Negeri se-Kabupaten Cilacap ditinjau dari Gaya Belajar
Siswa Tahun Ajaran 2010/2011. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Ita Ayu Yuniarti, 2011. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay
Two Stray Berbantuan Alat Peraga Materi Segiempat di Kelas VII SMP
Negeri 13 Semarang. Tesis. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Jeffrey S. Rosenthal. 2003. Active Learning Strategies in Advenced Mathematics
Classes. Journal of Physiologi Education. 76 (4). 223-228
Juniati, Edia, 2010. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay
Two Stray Berbasis Pendekatan Konstruktivisme dengan Pemanfaatan
LKPD terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep peserta Didik Kelas
VII SMP N 3 Temanggung pada Materi Pokok Perbandingan. thesis,
Universitas Negeri Semarang
Melinda Rudibaugh.2006. Cooperative Learning: Resources for Teachers. San
Juan Capistrano, CA: Resources for Teachers.
Nesrin. 2004.” The Effect Of Learning Together Technique Of Cooperative
Learning Method on Student Achievement in Mathematics Teaching 7Th
Class of Primary School, Journal of Educational Technology. 3(3)
Article 7
Nana Sudjana & Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penelitian Pendidikan. Bandung:
Penerbit Sinar Baru Algensindo.
Oemar Hamalik. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta :PT Bumi Aksara.
Ozkan, H.H. 2010. Cooperative Learning Technique Through Internet Based
Education: a Model Proposal. Journal of Education.Vol. 130, Iss. 3; p.
499-508.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
R. Russell Wilke. 2003. The Effect of Active Learning on Student Characteristics
in a Human Physiology Course for Nonmajors. Journal of Education.
27(4) 207.
Safari, 2008. Analisis Butir Soal. Jakarta : APSI Pusat
Samuelsson, J. 2006. The Impact of Teaching Aprroaches on Students’
Mathematical Proficiency in Sweden. International Electronic Journal of
Mathemathics Education.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning : theory,research and practice
(Edisi Terjemahan olehNurulita.2008). Bandung : Nusa Media.
Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto.2006.Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, Zainal Arifin. 1989. Pendekatan Dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung : Remadja Karya.
Tjahjaning Tingastuti Surjosuseno.2011. The Effects of One Stays Rest Stray and
Lockstep Techniques on The Enhancement of Students Reading
Achievements. Indonesian Journal of Applied Linguistics 1(1)