repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente...

103
FENOMENA PERBURUAN RENTE DAN KORUPSI DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT, SEBELUM DAN SETELAH OTONOMI DAERAH (PERIODE 1998 2012) QIKI QILANG SYACHBUDY DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente...

Page 1: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

1

FENOMENA PERBURUAN RENTE DAN KORUPSI DI

KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT, SEBELUM DAN

SETELAH OTONOMI DAERAH (PERIODE 1998 – 2012)

QIKI QILANG SYACHBUDY

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

2

Page 3: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

3

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan

Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah

Otonomi Daerah (Periode 1998 – 2012) adalah benar karya saya dengan arahan

dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Qiki Qilang Syachbudy

NIM H14090133

Page 4: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

4

Page 5: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

5

ABSTRAK

Aktivitas ekonomi perburuan rente (rent seeking economy activity) dan korupsi

merupakan dua masalah yang biasa terjadi di negara-negara berkembang. Baik aktivitas

ekonomi perburuan rente maupun korupsi pada akhirnya akan berdampak terhadap

berkurangnya anggaran belanja pemerintah yang diperuntukkan bagi kesejahteraan

masyarakatnya. Kabupaten Kuningan merupakan bagian dari wilayah negara Indonesia

yang memiliki status sebagai negara berkembang. Oleh karena itu menjadi hal yang

menarik untuk meneliti fenomena aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi yang

ada di Kabupaten Kuningan. Penelitian ini menggunakan rentang waktu antara tahun

1998 – 2012 yang membandingkan antara kondisi sebelum dan sesudah Otonomi Daerah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data dan wawancara

mendalam yang kemudian disajikan dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil dari

penelitian ini memperlihatkan bahwa banyak fenomena aktivitas ekonomi perburuan

rente dan korupsi yang ada di Kabupaten Kuningan. Sektor yang paling dominan terjadi

aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi adalah pada pengadaan barang dan jasa.

Terdapat perbedaan pola aktivitas ekonomi perburuan rente dari yang sebelum Otonomi

Daerah menggunakan pendekatan kekerabatan, menjadi pendekatan balas budi setelah

adanya otonomi daerah. Sedangkan dalam fenomena korupsi yang ada di Kabupaten

Kuningan, terdapat tiga jenis korupsi yang biasa terjadi sesuai dengan undang-undang

yang berlaku. Oleh karena itu maka harus ada kerjasama antara pihak pemerintah,

penegak hukum, dan masyarakat di Kabupaten Kuningan dalam menghadapi masalah

aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi tersebut.

Kata kunci: Aktivitas ekonomi perburuan rente (rent seeking economy activity), Korupsi,

Otonomi Daerah.

ABSTRACT

Rent seeking economy activity and corruption are problems that usually occur in

developing countries. Rent seeking economy activity and corruption will impact on

national budget that is allocated for society prosperous. Kuningan regency is a part of

area in Indonesia as a developing country. Because of that, it becomes interesting to

examine about rent seeking economy activity and corruption that occur in Kuningan

regency. This research uses time range between 1998-2012 that compare the condition

before and after autonomy. The methodology that is used in this research is data

analytical and indepth interview that is presented in the descriptive qualitative

methodology. The result of this research present that there are many cases of rent seeking

economy activity and corruption occur in Kuningan regency. Rent seeking activity and

corruption are occurred in procurement sector. There is difference pattern in the rent

seeking economy activity, that use family relationship pattern before autonomy and

reciprocate pattern after autonomy. Base on Indonesia‟s law, there are three kinds of

corruption that usually occur in Kuningan regency. Because of that, it has to be a

cooperation between government, institution that has competent in law, and society in

Kuningan regency to solve rent seeking economy activity and corruption problems.

Key words: rent seeking economy activity, corruption, autonomy.

Page 6: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

6

Page 7: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

7

FENOMENA PERBURUAN RENTE DAN KORUPSI DI

KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT, SEBELUM DAN

SETELAH OTONOMI DAERAH (PERIODE 1998 – 2012)

QIKI QILANG SYACHBUDY

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 8: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

8

Page 9: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

Judul Skripsi :Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah (Periode 1998 - 2012)

Nama : Qiki Qilang Syachbudy NIM : H14090133

Disetujui,

Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A. Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Tanggal Lulus : -29 OCT 2 1

Page 10: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

9

Judul Skripsi :Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten

Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

(Periode 1998 – 2012)

Nama : Qiki Qilang Syachbudy

NIM : H14090133

Disetujui,

Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A.

Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph. D.

Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Page 11: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

10

PRAKATA

Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji dan syukur

kepada Allah SWT atas semua nikmat, cinta, dan kasih sayang yang Ia berikan

sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan. Penulis sampaikan penghargaan

setinggi-tingginya kepada ibunda tercinta Oom Siti Romlah dan kedua ayahanda

tercinta, Ade Syachbudy (Alm.) dan Salam. Terima kasih atas do‟a dan ketulusan

perjuangannya untuk menghantarkan penulis sampai saat ini. Ibu dan Bapak

adalah inspirator penulis sepanjang hayat.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Oyon

Sofyan dan Ibu Dra. Enna Tjintasih yang sudah penulis anggap sebagai orang tua

sendiri. Terima kasih atas segala bantuan dan kasih sayang Ibu dan Bapak selama

penulis kuliah di IPB. Ibu dan Bapak adalah inspirator dan peletak nilai-nilai dasar

perjuangan pada jiwa penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak

yang telah membantu dalam persiapan, pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini

baik berupa bimbingan, dukungan dan masukan, terutama kepada:

1. Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A. selaku dosen

pembimbing skripsi, atas semua masukan, transfer ilmu, bimbingan dan

arahan serta pendidikan yang sangat berharga bagi penulis selama

penyusunan skripsi ini. Bagi saya Prof. adalah seorang pendidik yang

paripurna.

2. Dr. Alla Asmara, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik atas segala

bimbingan sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam proses kuliah.

3. Bapak Dr. Findi Alexandi dan Ibu Widyastutik, M.Si sebagai dosen penguji

sidang, atas segala kritikan dan masukannya yang membangun sehingga

penulis mendapat tambahan pengetahuan baru serta dapat mengetahui

kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi.

4. Beasiswa BBM dan beasiswa BUMN yang banyak membantu penulis

sehingga penulis bisa leluasa dalam beraktivitas selama berkegiatan sebagai

mahasiswa.

5. Teman-teman IE 46 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima

kasih atas segala persahabatan, kenangan, perjuangan, dan asa untuk

mencapai tujuan.

6. Keluarga besar penghuni Gedung Serbaguna Mahasiswa Islam. Terkhusus

penulis sampaikan terima kasih kepada Sdr. Fadly Sonata Siregar,

Fathurrohman Mangun Yuda, Fuad Habibi Siregar, Erick Saepul Mubarok,

Arifin, Alex Yungan Harahap, Ardiansyah Putra, M. Riza Febriano,

Ruswandi Rinaldo, Naufal Haadi, dan Kang Omon serta para penghuni tidak

tetap seperti Septiadi Yulismar, Ahmad Syarif Mato, dan Abdul Robby

Sjahrir. Terima kasih atas segala rasa persaudaraan dan persahabatannya.

Termasuk terima kasih sudah sering meminjamkan uangnya ketika penulis

sedang pailit.

Page 12: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

11

7. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor,

Kakanda/Yunda/Adinda yang telah berjasa membentuk pola pikir, menempa

kekuatan jiwa, dan pembelajaran yang sangat luar biasa. Dari hati yang paling

dalam, penulis bangga telah memiliki saudara dan sahabat seperti kalian.

Memang benar rasanya bahwa “Di HMI, kita berteman lebih dari saudara”.

8. Kawan-kawan dari organisasi Ikatan Santri Pondok Pesantren Al Inayah

(Penulis pernah nyantri selama 1 tahun), DPMKM, Tarung Derajat, KAMMI

(Penulis pernah nge-kos di asrama KAMMI), KMNU, dan IMM. Terima

kasih atas kehangatan persaudaraannya.

9. Terkhusus kepada adik-adikku, yaitu: Yaya Hidayat, Elis Fauzi Nurhasanah,

dan Alisya Fauzi Labibah, terima kasih sudah mendo‟akan A Qiki sehingga

Aa bisa berjalan sejauh ini. Teruslah berjuang dan jangan lupa, ketika sukses

nanti maka sukseskanlah juga orang lain. Jadilah manusia yang banyak

bermanfaat bagi orang lain. Karena iman harus diikuti oleh ilmu, dan ilmu

harus diamalkan.

Page 13: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

12

Page 14: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

13

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvi

PENDAHULUAN 1

LatarBelakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Pembangunan Ekonomi Wilayah 8

Otonomi Daerah 9

Aktivitas ekonomi perburuan rente (Rent Seeking Economy Activity)

dan Korupsi 13

Aktivitas ekonomi perburuan rente (Rent Seeking Economy Activity) 13

Korupsi 15

Penelitian-Penelitian Terdahulu 18

Kerangka Pemikiran 19

METODOLOGI PENELITIAN 21

Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Jenis dan Sumber Data 21

Metode Analisis Data 21

Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap fenomena

Rent Seeking Economy Activity dan korupsi

di Kabupaten Kuningan 22

Keberadaan Aktor yang Melakukan Perilaku Rent

Seeking Economy Activity dan korupsi pada Sebelum

dan Sesudah Otonomi Daerah di Kabupaten Kuningan 23

Jenis – Jenis Korupsi dan Perbedaan Rent Seeking Economy

Activity di Kabupaten Kuningan Sebelum dan Sesudah

Otonomi Daerah. 23

Sebab – Sebab Terjadinya Rent Seeking Economy

Activity dan Korupsi di Kabupaten Kuningan 24

Perkiraan Kebocoran APBD Akibat Adanya Fenomena

Rent Seeking Economy Activity dan Korupsi 24

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25

Perkembangan Wilayah Kabupaten Kuningan 25

Perkembangan Pembangunan di Kabupaten Kuningan 27

Pendidikan Masyarakat 27

Kesehatan Masyarakat 30

Kesejahteraan Masyarakat 31

Page 15: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

14

Investasi 33

Perkembangan Ekonomi di Kabupaten Kuningan 38

HASIL DAN PEMBAHASAN 41

Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Fenomena Rent

Seeking Economy Activity dan korupsi

di Kabupaten Kuningan 41

Keberadaan Aktor yang Melakukan Perilaku Rent Seeking

Economy Activity dan korupsi pada Sebelum dan Sesudah

Otonomi Daerah di Kabupaten Kuningan 45

Uji Beda Pengaruh Korupsi Terhadap APBD di Kabupaten Kuningan 49

Jenis – Jenis Korupsi dan Perbedaan Rent Seeking Economy

Activity di Kabupaten Kuningan Sebelum dan Sesudah

Otonomi Daerah 52

Sebab – Sebab Terjadinya Rent Seeking Economy

Activity dan Korupsi di Kabupaten Kuningan 59

Perkiraan Kebocoran APBD Akibat Adanya Fenomena

Rent Seeking Economy Activity dan Korupsi 66

SIMPULAN 68

SARAN 68

DAFTAR PUSTAKA 70

LAMPIRAN 73

RIWAYAT HIDUP 85

Page 16: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

15

DAFTAR TABEL

1. Temuan korupsi berdasarkan aktor yang melakukan korupsi 2

2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuningan dari

tahun ke tahun 4

3. Tahapan-tahapan menuju otonomi daerah 10

4. Daftar kecamatan, jumlah desa, luas wilayah, dan jumlah

penduduk di Kabupaten Kuningan. 26

5. Jumlah penduduk dan persentase pertumbuhan penduduk Kabupaten

Kuningan tahun 1998 - 2011. 27

6. Dana alokasi pendidikan di Kabupaten Kuningan

tahun 2007 - 2011. 28

7. Perkembangan jumlah sekolah di Kabupaten Kuningan

tahun 1998 - 2012. 28

8. Jumlah murid sekolah pada setiap jenjang pendidikan

di Kabupaten Kuningan tahun 1998 - 2012. 29

9. Jumlah guru pada setiap jenjang pendidikan di Kabupaten Kuningan

tahun 1998 – 2012. 29

10. Keberlanjutan siswa dalam melanjutkan sekolah pada

jenjang yang lebih tinggi di Kabupaten Kuningan

tahun 2005 - 2012. 30

11. Besaran dana yang dialokasikan pemerintah Kabupaten

Kuningan untuk kesehatan tahun 2007 - 2013. 30

12. Perkembangan pembangunan infrastruktur dan suprastruktur

pada sektor kesehatan di Kabupaten Kuningan tahun 1998 -2012. 31

13. Tingkat kesejahteraan di Kabupaten Kuningan

tahun 2004 - 2010. 33

14. Persentase pada setiap golongan kesejahteraan di Kabupaten Kuningan

tahun 2004 - 2010. 33

15. Perkembangan perizinan di Kabupaten Kuningan

tahun 2007 - 2012. 34

16. Daftar perusahaan menengah dan besar yang berinvestasi di Kabupaten

Kuningan tahun 2010 - 2012. 35

17. Data jumlah realisasi investasi di Kabupaten Kuningan

pada tahun 2012. 37

18. Jumlah investasi pada setiap kecamatan di Kabupaten

Kuningan tahun 2012. 37

19. Proporsi pendapatan dan pengeluaran keuangan di Kabupaten Kuningan

tahun 2007 - 2013. 39

20. Pengaruh Otonomi daerah Terhadap Fenomena Rent Seeking Economy

Activity di Kabupaten Kuningan 43

21. Indikator Kinerja Perekonomian Indonesia dari Era Orde Baru sampai

Era Reformasi 44

22. Pengaruh otonomi daerah terhadap fenomena korupsi di kabupaten

kuningan 45

23. Data korupsi dari Kejaksaan Negeri (Kejari) tahun 2011-2012 47

24. Data yang diperlukan untuk perhitungan uji beda dengan model regresi

Page 17: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

16

linear sederhana 50

25. Daftar nama badan usaha yang ditenggarai terjadi aktivitas ekonomi

perburuan rente 51

26. Jenis-jenis fenomena rent seeking economy activity di Kabupaten

Kuningan sebelum dan sesudah otonomi daerah 54

27. Deskripsi dan modus korupsi yang terjadi di Kabupaten Kuningan 55

28. Sebab-sebab terjadinya aktivitas ekonomi perburuan rente

di Kabupaten Kuningan sebelum dan sesudah otonomi daerah 59

29. Sebab-sebab terjadinya korupsi di Kabupaten Kuningan sebelum dan

sesudah otonomi daerah 61

30. Data ICOR tahun 2008 di Pulau Jawa dan Bali 72

DAFTAR GAMBAR

1. Pola Komunikasi Antara Pusat dan Daerah 12

2. Pola Baru Hubungan Pemerintah dan Masyarakat 12

3. Kerangka Pemikiran Penulisan Skripsi 20

4. Peta Kabupaten Kuningan 25

5. Grafik proporsi distribusi PDRB dari berbagai sektor ekonomi 39

6. Grafik laju pertumbuhan ekonomi pada berbagai sektor di Kabupaten

Kuningan tahun 1998 - 2011. 40

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data perusahaan pemenang tender di Kabupaten Kuningan tahun

anggaran 2012-2013 73

2. Laju Pertumbuhan Ekonomi dari Tahun 1998 Sampai Tahun

2011 Atas Dasar Harga Konstan 76

3. Distribusi Persentase Setiap Sektor Ekonomi dari Tahun 1998 Sampai

Tahun 2011 Atas Dasar Harga Konstan 78

4. Perhitungan uji coba model regresi sederhana korupsi dan aktivitas

perburuan rente di Kabupaten Kuningan 80

5. Daftar Informan yang Diwawancarai 81

Page 18: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

17

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peralihan kepemimpinan di Indonesia dari Orde Lama ke Orde Baru terjadi

pada saat-saat sulit. Sebagai contoh, sampai saat berakhirnya pemerintahan

Presiden Soekarno di tahun 1967, inflasi sudah mencapai 650%. Sektor pertanian

tetap menjadi andalan utama, tanpa sesuatu terobosan produksi yang membawa

rakyat keluar dari lingkaran kemiskinan. Pengangguran di kota-kota semakin

meningkat dan investasi asing hampir tidak ada. Oleh karena itu, ketika

pemerintahan Orde Baru dibentuk, Soeharto segera menghimpun para teknokrat

ekonomi dalam pemerintahannya dan mendeklarasikan pembangunan sebagai

misi utamanya.1

Dalam mengimplementasikan misi utamanya tersebut maka pemerintahan

Orde Baru menerapkan sistim yang sentralistik guna menjamin pemerataan

pembangunan di seluruh wilayah negara Indonesia. Tujuan utama dari sistim yang

sentralistik tersebut adalah untuk memudahkan dalam pengukuran hasil

pembangunan. Namun demikian, keadaan yang sentralistik tersebut akhirnya

semakin memberatkan pemerintah pusat karena beban energi yang dikeluarkan

untuk mengurus manajemen pembangunan nasional menjadi sangat besar.

Sementara pemerintah daerah hanya sebatas menunggu kebijakan dari pemerintah

pusat. Semakin beratnya beban yang dipikul oleh pemerintahan Orde Baru ini

yang kemudian menjadi latar belakang dari munculnya butir pasal 11 ayat 1

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 yang menyatakan bahwa titik berat otonomi

daerah diletakkan pada daerah tingkat II.

Namun demikian, sampai pada awal 1990-an, amanah yang berada pada

pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tersebut tidak terealisasi.

Pemerintah daerah masih dalam kondisi bergantung kepada pemerintah pusat. Hal

ini terlihat dari kegagalan pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis pada

tahun 1997. Penyebab utamanya adalah karena pemerintah pusat masih sibuk

dengan urusan dalam negeri sehingga kurang bisa fokus terhadap ancaman-

ancaman ekonomi global.

Kurangnya ketahanan ekonomi dari pemerintahan derah inilah yang

kemudian menjadi dasar pemikiran untuk membentuk Undang-Undang Nomor 22

tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun

1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Dengan

kedua undang-undang inilah maka pada bulan Januari tahun 2001 seluruh daerah

yang sudah merasa siap sudah bisa untuk menjalankan otonomi daerah versi baru.

Namun demikian, dalam perjalanannya, kedua undang-undang ini dirasa

banyak memiliki kelemahan, terutama yang berkaitan dengan peraturan tentang

pemilihan kepala daerah yang dipilih oleh DPRD. Sistem pemilihan kepala daerah

inilah yang kemudian menjadi indikasi terhadap banyaknya kasus pidana korupsi

di pemerintahan daerah.

1 Ryaas Rasyid, MA dalam Desentralisasi & Otonomi Daerah. (Jakarta: LIPI Press, 2005), hlm.

6.

Page 19: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

18

Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Partnership for Governance

Reform (PGR) yang bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM)

menunjukkan hasil bahwa lingkungan sekitar Kantor Bupati/Walikota/Gubernur

dan DPRD menempati lima besar urutan dengan intensitas korupsi tertinggi2. Dan

jika dilihat dari aktor yang melakukan korupsi maka diperoleh data pada tabel 1.

Tabel 1. Data temuan korupsi berdasarkan aktor yang melakukan korupsi

Aktor Jumlah Terdakwa

Anggota DPRD 162

Swasta 48

Staf BUMN 30

Staf Dinas 17

Kepala Dinas 15

Anggota KPUD 12

Bupati 11

Kepala Sekolah/Pejabat Kampus 9

Kepala/Staf Pertanahan 8

Staf Bea Cukai 7

Lurah/Camat 7

Staf Pemkab 7

Walikota/Wakil Walikota 6

Sekda Walikota 5

Staf Departemen 5

Ketua/Wakil KUD 3

Staf Ahli Walikota/Bupati 3

Kepala Kantor Departemen 2

Kepala Bagian Pemkab 2

Jaksa 2

Anggota Partai Politik 2

Gubernur 2

Militer 1

KP2LN 1

BPKD 1

Sekda Bupati 1

Kepala Rumah Sakit 1

Kabiro Provinsi 1

Kepala Bapeda 1

Pegawai Pos 1

Jumlah 373

Sumber: Independent Report: Corruption Assessment and Compliance United

Nation Convention against Corruption (UNCAC)-2003 in Indonesian

Law By Indonesia Corruption Watch (ICW), hlm. 23.

Berdasarkan data yang ada di tabel 1 maka terlihat bahwa para aktor korupsi

banyak yang terlibat pada level pemerintahan daerah mulai dari tingkat gubernur

2 Sumber: Dokumen PGR & PSKK UGM yang dimuat dalam Independent Report: Corruption

Assessment and Compliance United Nation Convention against Corruption (UNCAC)-2003 in

Indonesian Law By Indonesia Corruption Watch (ICW), hlm. 11

Page 20: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

19

sampai pada tingkat Lurah/Kepala Desa. Melihat fakta dari keadaan seperti itulah

maka dibuatlah Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 sebagai pengganti

Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 33 tahun

2004 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999. Melalui Undang-

Undang Nomor 32 tahun 2004 inilah maka ditetapkan bahwa pemilihan kepala

daerah dilaksanakan secara langsung oleh rakyat sehingga diharapkan bisa

mengurangi peluang-peluang praktik-praktik korupsi di daerah dan diharapkan

bisa mengakomodir seluruh aspirasi masyarakat untuk ikut menentukan pemimpin

daerahnya.

Munculnya Undang-Undang Nomor 32 dan 33 tahun 2004 tidak serta merta

menjamin kesejahteraan bagi daerah-daerah yang ada di Indonesia. Jika dilihat

secara makro, menurut data UNDP tahun 2011, Human Development Index (HDI)

Indonesia masih termasuk ke dalam golongan Medium Human Development

dengan angka rata-rata lama sekolah sekitar 5,8 tahun, angka harapan hidup

sekitar 69,4 tahun, dan pendapatan per kapita per tahun sebesar $ 3.716. Meskipun

seperti data yang diperlihatkan oleh BPS, secara umum angka HDI terus

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Trend kenaikan indeks HDI ini terus

meningkat mulai dari tahun 1999 sebesar 64,3 sampai pada tahun 2010 sebesar

72,7 3.

Begitu pula halnya dengan kondisi kemiskinan dan ketenagakerjaan, data

Indonesia secara makro menyebutkan bahwa ada trend membaik dari tahun ke

tahun. Persentase kemiskinan mengalami perbaikan, dari data sekitar 16,58% pada

tahun 2007 sampai pada sekitar 12,49% pada tahun 2011. Begitupun dengan

kondisi ketenagakerjaan, jumlah penduduk yang menganggur dari dua tahun

terakhir mengalami perbaikan, yaitu sebanyak 7.700.086 orang di tahun 2011

menjadi 7.614.241 di tahun 2012 4.

Namun demikian, data-data yang selalu mengalami kondisi trend secara

keseluruhan di Indonesia tidak serta merta diikuti oleh masing-masing kondisi

daerah di masing-masing provinsi dan kabupaten di seluruh wilayah. Menurut

data pada bulan Oktober tahun 2012, wilayah Indonesia terdiri dari 33 provinsi,

399 kabupaten, dan 98 kota 5. Masing-masing wilayah tersebut memiliki kondisi

dan tantangan yang berbeda-beda. Hal ini tergantung kepada kondisi Sumberdaya

alam, Sumberdaya sosial, dan faktor kepemimpinan di masing-masing wilayah

tersebut.

Seperti di daerah Jawa Barat, beberapa kondisi seperti HDI, jumlah

kemiskinan, infrastruktur, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Namun demikian, pengangguran terbuka

mengalami penambahan dari tahun 2011 sebanyak 1.901.843 jiwa menjadi

sebesar 1.969.006 jiwa pada tahun 2012. Wilayah Provinsi Jawa Barat yang terdiri

dari 17 kabupaten dan 9 kota kemudian memiliki karakteristik yang berbeda-beda

pula keadaannya 6. Seperti di Kabupaten Kuningan, pertumbuhan ekonomi selalu

mengalami trend naik, tetapi kondisi ketenagakerjaan terjadi pasang surut dari

3 BPS: Indeks Pembangunan Manusia Provinsi dan Nasional tahun 1996 - 2010. (sumber:

www.bps.go.id) 4 BPS: Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman

Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi tahun 2007-2011. 5 BPS: Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi bulan Oktober 2012, hal. 56

6 BPS: Booklet Jawa Barat dalam Angka 2010

Page 21: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

20

tahun ke tahun. Padahal trend Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten

Kuningan selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, seperti yang

diperlihatkan oleh data pada tabel 2.

Tabel 2. Data Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuningan dari tahun ke

tahun.

Tahun Bagian Pendapatan

Asli Daerah (Rp)

1998-1999 30.038.671.760

1999-2000 6.543.224.749

2000 5.626.262.000

2001 12.095.000.000

2002 16.496.870.000

2003 20.511.180.000

2004 24.947.354.910

2005 31.148.900.000

2006 35.040.920.000

2007 37.415.404.000

2008 45.679.000.000

2009 52.748.000.000

2010 70.927.000.000

2011 79.210.000.000

2012 88.198.000.000

Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) (diolah)

Berdasarkan data pada tabel 2 maka kenaikan PAD idealnya diikuti oleh

peningkatan kualitas masyarakat Kabupaten Kuningan. Namun demikian, kualitas

masyarakat Kabupaten Kuningan seperti halnya jalan di tempat. Hal inilah yang

menjadi dasar dari penulisan skripsi ini, yaitu mencari permasalahan yang

menyebabkan terjadinya kondisi yang tidak ideal tersebut. Fakta lain dari kondisi

kenaikan PAD yang tidak diimbangi oleh pembangunan yang signifikan adalah

dengan masuknya Kabupaten Kuningan pada peringkat E dalam dalam hal faktor

ekonomi daerah (peringkat 131) dan faktor tenaga kerja (peringkat 152)

berdasarkan pemeringkatan 169 kabupaten yang dilakukan oleh Komite

Pemantauan Pelaksana Otonomi Daerah (KPPOD)7.

Fenomena korupsi dan aktivitas ekonomi perburuan rente (rent seeking

economy activity) merupakan dua hal yang digunakan sebagai dasar untuk

memahami kondisi pembangunan di Kabupaten Kuningan. Secara luas, korupsi

didefinisikan sebagai usaha untuk mencari keuntungan pribadi melalui jabatan

yang dimiliki8. Berlainan dengan korupsi, aktivitas ekonomi perburuan rente (rent

seeking) dapat diartikan sebagai proses pelaku ekonomi, baik secara individu

maupun kelompok, untuk meningkatkan pendapatan melalui pemanfaatan regulasi

7 Komite Pemantauan Pelaksana Otonomi Daerah (KPPOD), Daya Saing Investasi

Kabupaten/Kota di Indonesia, 2005: Persepsi Dunia Usaha: Peringkat 169 Kabupaten dan 59

Kota di Indonesia, Metodologi dan Temuan Utama (Jakarta: KPPOD, 2005), hlm. 66 – 69. 8 Robert Klitgaard, Ronald Maclean-Abaroa dan H. Lindsey Parris, Penuntun Pemberantasan

Korupsi dalam Pemerintahan Daerah (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm. 3

Page 22: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

21

pemerintah9. Namun demikian, baik korupsi maupun aktivitas ekonomi perburuan

rente memiliki suatu persamaan dalam hal sama-sama melakukan aktivitas untuk

mengalokasikan Sumberdaya hanya kepada individu atau kelompok tertentu saja

sehingga akan mengabaikan keadilan di dalam sebuah masyarakat. Hanya saja ada

perbedaan objek diantara keduanya dimana objek dari aktivitas korupsi adalah

berupa ekonomi, sedangkan objek dari aktivitas ekonomi perburuan rente adalah

kebijakan.

Aktivitas korupsi dan aktivitas ekonomi perburuan rente menjadi hal yang

sangat penting untuk dikaji karena pada kedua aktivitas ini sangat merugikan

dalam proses pembangunan daerah, yakni mengabaikan kesejahteraan

masyarakatnya. Secara luas, pembangunan mencakup masalah efisiensi alokasi

Sumberdaya produktif yang langka serta berkesinambungan dalam pertumbuhan

dari waktu ke waktu. Pembangunan juga memberi perhatian kepada mekanisme-

mekanisme ekonomi, sosial, politik, dan kelembagaan10

. Pembangunan

perekonomian di daerah Kabupaten Kuningan menjadi menarik karena terdapat

dua kali periode kepemimpinan bupati Aang Hamid Sugandha pada tahun 2003-

2008 dan 2008-2013 setelah sebelumnya dipimpin oleh Bupati Arifin

Setiamihardja pada periode 1998-2003 dan Bupati Yeng DS Partawinata pada

periode 1993-1998. Perbandingan masing-masing kondisi pembangunan yang

dilakukan pada setiap masa kepemimpinan tersebut, yang dilihat dari program

kerja, kebijakan (peraturan daerah), dan output-nya, akan memberikan

pemahaman tentang cara-cara dan orientasi aktor-aktor politik tersebut dalam

mengusahakan pembangunan di Kabupaten Kuningan. Melalui pendekatan

tersebut maka akan terlihat pula tentang adanya gejala korupsi dan aktivitas

ekonomi perburuan rente dalam wilayah birokrat pada masing-masing periode

kepemimpinan.

Tentu saja perbandingan kondisi di setiap pembangunan tersebut akan

berkaitan dengan masalah otonomi daerah. Mulai dari sebelum otonomi daerah,

yaitu pada kepemimpinan Yeng DS Partawinata, kemudian berlakunya Undang-

Undang Nomor 22 tahun 1999 pada masa Arifin Setiamihardja, dan sampai pada

masa berlakunya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 pada masa pemerintahan

Aang Hamid Sugandha. Dengan semakin baiknya iklim demokrasi di Indonesia,

disertai kewenangan dan keuangan yang semakin bertambah kepada pemerintah

daerah selayaknya memberikan keleluasaan kepada daerah untuk memajukan

masyarakatnya.

Namun demikian, dalam setiap kepemimpinan (baik sebelum maupun

setelah otonomi daerah), selalu ada faktor penghambat dalam perjalanan

kepemimpinannya. Ada dua faktor penghambat, yakni korupsi dan aktivitas

ekonomi perburuan rente. Oleh karena itu, menjadi hal yang menarik untuk

dibahas mengenai fenomena korupsi dan aktivitas ekonomi perburuan rente yang

terjadi di Kabupaten Kuningan pada era sebelum dan sesudah otonomi daerah.

9 Ahmad Erani Yustika, Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, dan Strategi (Malang:

Bayumedia Publishing, 2010), hlm. 140 10

Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan (Jakarta:

Erlangga, 2006), hlm. 11.

Page 23: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

22

Perumusan Masalah

Pada dasarnya setiap pemerintahan di dunia ini selalu bertujuan

mengembangkan perekonomiannya sedemikian rupa sehingga taraf hidup bangsa

yang bersangkutan meningkat. Taraf hidup yang lebih tinggi itu dicerminkan oleh

adanya dua kata penting yaitu masyarakat yang adil dan makmur 11

.

Namun demikian, adanya faktor manusia sebagai subjek yang menjalankan

roda pemerintahan baik di ranah eksekutif maupun legislatif dalam menjalankan

roda pemerintahan terdapat berbagai penyimpangan. Aktivitas ekonomi perburuan

rente dan korupsi merupakan dua permasalahan yang sering terjadi di kalangan

eksekutif dan legislatif di Indonesia12

. Hal inilah yang kemudian membuat

pembangunan di Indonesia tidak mengalami kemajuan yang signifikan.

Pelaksanaan pembangunan umumnya masih banyak penyimpangan dalam

pemerintahan nasional di Indonesia, termasuk dalam pemerintahan tingkat

kabupaten. Pasca pemerintahan Orde Baru pemerintahan daerah terus menerus

mendapatkan kewenangan yang semakin besar dalam rangka kesejahteraan

masyarakatnya masing-masing. Adanya peralihan dari sistem yang sentralistik

kepada otonomi daerah itulah yang kemudian membawa konsekwensi besar

terhadap tata kelola pemerintahan daerah.

Pasca berjalannya otonomi daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD) di

seluruh Indonesia mengalami peningkatan yang tajam. Dalam kaitan

pemerintahan di Kabupaten Kuningan, terdapat beberapa pertanyaan diantaranya:

1. Apakah ada indikasi aktivitas ekonomi perburuan rente dan perilaku korupsi

di Kabupaten Kuningan pada waktu sebelum dan sesudah Otonomi Daerah?

2. Apakah ada perbedaan pola aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi

di Kabupaten Kuningan pada waktu sebelum dan sesudah Otonomi Daerah?

3. Sektor-sektor mana sajakah yang terindikasi adanya perilaku aktivitas

ekonomi perburuan rente dan korupsi di Kabupaten Kuningan pada waktu

sebelum maupun setelah adanya Otonomi Daerah?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti:

1. Fenomena aktivitas ekonomi perburuan rente dan perilaku korupsi di

Kabupaten Kuningan pada waktu sebelum dan sesudah Otonomi Daerah.

2. Perbedaan pola aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi di Kabupaten

Kuningan pada waktu sebelum dan sesudah Otonomi Daerah.

3. Sektor-sektor yang terindikasi adanya perilaku aktivitas ekonomi perburuan

rente dan korupsi di Kabupaten Kuningan pada waktu sebelum maupun

setelah adanya Otonomi Daerah.

11

Suparmoko, Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah (Yogyakarta: Andi

Yogyakarta, 2002), hlm. 1. 12

Data dapat dilihat dari bagian latar belakang.

Page 24: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

23

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup perbandingan situasi pada periode

kepemimpinan di Kabupaten Kuningan antara rentang waktu 1998-2012 yang di

dalamnya sangat berkaitan dengan program otonomi daerah. Faktor-faktor yang

akan digunakan sebagai bahan perbandingan adalah data time series mengenai

Anggaran Perencanaan Belanja Daerah (APBD), infrastruktur, Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), Human Development Index (HDI), pengangguran,

investasi, data korupsi, data dari LPSE, Produk Domestik Bruto (PDB),

Pendapatan Asli Daerah (PAD), kemiskinan, pertumbuhan rata-rata, dan ditambah

dengan penelitian terhadap peraturan daerah (Perda) yang dibuat pada periode

sebelum dan sesudah otonomi daerah. Sehingga pada akhirnya, setelah

membandingkan data-data tersebut, maka dapat diteliti dengan menggunakan

pendekatan Ilmu Ekonomi Politik dan Pembangunan mengenai keberadaan

perilaku aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi pada periode sebelum dan

sesudah otonomi daerah.

Page 25: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

24

TINJAUAN PUSTAKA

Aktivitas korupsi dan aktivitas ekonomi perburuan rente merupakan dua hal

yang mengganggu dalam proses pembangunan di dalam suatu wilayah. Hal ini

terjadi karena kedua aktivitas tersebut menyebabkan kebijakan ekonomi yang

dibuat oleh pemerintah menjadi salah sasaran atau bahkan menyebabkan

kebijakan ekonomi yang dibuat tersebut sebagai kebijakan yang tidak pro

terhadap keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

Program Otonomi Daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) adalah sebuah garis waktu pembeda yang sangat menarik untuk dikaji

dalam berbagai sudut pandang permasalahan sehingga dapat dilihat efek manfaat

dari adanya otonomi daerah terhadap kemajuan kesejahteraan masyarakat secara

umum. Dalam proses pembangunan ekonomi dalam suatu wilayah, kebijakan

ekonomi pemerintah berperan sangat penting. Namun demikian, kebijakan

ekonomi pemerintah tersebut bisa menjadi sesuatu yang mengganggu masyarakat

jika dalam proses pembuatan kebijakan maupun implementasinya, dijalankan

dengan tidak memperhatikan aspek keadilan dan kebutuhan masyarakat. Aktivitas

ekonomi perburuan rente merupakan hal yang dapat mempengaruhi proses

kebijakan pemerintah, sedangkan aktivitas korupsi adalah hal yang dapat

mengganggu imlementasi kebijakan pemerintah sehingga manfaat pembangunan

tidak sampai kepada masyarakat.

Oleh karena itu, dalam membahas topik permasalahan ini penulis akan

menguraikan beberapa teori yang dianggap relevan dengan pokok pembahasan.

Teori-terori tersebut seperti: teori otonomi daerah, teori pembangunan ekonomi

wilayah, teori kebijakan ekonomi pemeritah, teori rent seeking economy activity,

dan teori korupsi.

Pembangunan Ekonomi Wilayah

Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal yang penting dalam

meningkatkan kesejahteraan di dalam masyarakat. Melalui pembangunan

ekonomi inilah maka dibuat indikator-indikator kesejahteraan sehingga

pertumbuhan ekonomi tidak lagi menjadi hal yang paling dominan dalam

menentukan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan ekonomi memiliki arti yang jauh lebih luas dan mencakup

perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh.

Pembangunan merupakan proses transformasi yang menurut perjalanan waktu

ditandai oleh perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan

ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.

Oleh karena itu, pada dasarnya, inti dari pembangunan ekonomi adalah adanya

proses transformasi (sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier) sehingga

akan menyebabkan perubahan struktural.13

13

Didin S. Damanhuri, Ekonomi Politik dan Pembangunan: Teori, Kritik, dan Solusi bagi

Indonesia dan Negara Sedang Berkembang (Bogor: IPB Press, 2010), hlm. 3

Page 26: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

25

Di negara sedang berkembang, isu pembangunan ekonomi menjadi hal yang

menarik untuk dikaji. Hal ini tidak terlepas karena masih adanya ketimpangan

ekonomi yang sangat mencolok diantara individu di dalam masyarakat.

Ketimpangan ekonomi itulah yang kemudian sering menjadi pemicu dalam

ketidakstabilan kehidupan di dalam sebuah masyarakat.

Ketimpangan pembangunan di Indonesia selama ini berlangsung dan

berwujud dalam berbagai bentuk, aspek, atau dimensi. Bukan saja berupa

ketimpangan hasil-hasilnya, misalnya dalam hal pendapatan, antar golongan

pendapatan, tetapi juga ketimpangan antardaerah, yakni antar daerah pedesaan dan

daerah perkotaan. Kemudian juga berupa ketimpangan sektoral dan ketimpangan

regional.14

Permasalahan ketimpangan pembangunan tersebut, diperlukan peran

pemerintah dalam perubahan struktural yang ada di masyarakat. Ruang lingkup

tindakan sangat luas dan menyeluruh. Menurut Prof. Lewis15

lingkup itu

mencakup penyelenggaraan pelayanan umum, menentukan sikap, membentuk

lembaga-lembaga ekonomi, menentukan penggunaan sumber, menentukan

distribusi pendapatan, mengendalikan jumlah uang, mengendalikan fluktuasi

uang, menjamin kesempatan kerja penuh dan menentukan laju investasi. Namun

demikian, tugas terpenting dari pemerintah adalah mengatasi perbedaan sosial dan

menciptakan situasi psikologis, ideologis, sosial dan politik yang menguntungkan

bagi pembangunan ekonomi.16

Melihat peran pemerintah yang strategis dalam upaya pembangunan suatu

wilayah maka diperlukan suatu birokrasi pemerintah yang baik karena birokrasi

pemerintah merupakan garis terdepan yang berhubungan dengan pemberian

pelayanan umum kepada masyarakat. Oleh karena itulah diperlukan birokrasi

pemerintah yang netral dari berbagai kepentingan selain kepentingan rakyat

banyak.17

Bahasan mengenai birokrasi pemerintahan menjadi hal yang menarik di

Kabupaten Kuningan karena, dalam dua periode kepemimpinan terakhir, terdapat

komposisi keterwakilan anggota legislatif dari beberapa partai yang memiliki

keterwakilan signifikan di DPRD18

. Dengan demikian, menjadi hal yang menarik

untuk diteliti mengenai perilaku aktor pemerintahan dalam proses pembangunan

ekonomi wilayah, termasuk di Kabupaten Kuningan.

Otonomi Daerah

Otonomi daerah (Otda) merupakan sebuah jawaban atas beragamnya

masyarakat yang berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Setelah

Indonesia mengalami sistem pemerintahan yang sentralistik pada zaman

14

Dumairy, Perekonomian Indonesia (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1996), hlm. 62 15

ML. Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2004), hlm. 432 16

Ibid, hlm. 431. 17

Damanhuri, op. cit., hlm. 137 18

Menurut sumber sekretariat DPRD Kab. Kuningan tercatat bahwa khususnya pada periode

kepemimpinan 2008 – 2013 terdapat tiga partai yang kalau dijumlahkan memiliki persentase

suara lebih dari 50%. Partai-partai tersebut adalah: PDIP (28%), Golkar (14%), dan Demokrat

(14%).

Page 27: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

26

pemerintahan Orde Baru, kemudian muncullah sistem yang lebih demokratis

dimana pemerintah daerah diberikan kekuasaan yang luas untuk memajukan

daerahnya dengan cara melibatkan masyarakat secara maksimal untuk menggali

segala potensi yang ada baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.

Secara sederhana, otonomi daerah dapat dipahami sebagai sebuah proses

devolusi dalam sektor publik dimana terjadi pengalihan wewenang dari

pemerintah pusat kepada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Dengan kata

lain, dalam konteks Indonesia, otonomi daerah diartikan sebagai proses

pelimpahan kekuasaan dari pemerintah pusat kepada pemerintah provinsi dan

kabupaten/kota sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang.19

Sistem desentralisasi atau yang lebih dikenal sebagai otonomi daerah di

Indonesia pada saat ini pada dasarnya memuat aturan mengenai desentralisasi

politik, desentralisasi administrasi, dan desentralisasi fiskal. Dalam hal politik,

pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk memutuskan sendiri apa yang

menurutnya penting dan dibutuhkan masyarakatnya, termasuk contoh dalam hal

ini adalah dengan adanya sistem pemilihan langsung dalam menentukan kepala

daerah. Mengenai administrasi, undang-undang otonomi daerah mengatur bahwa

secara administrasi, wilayah di Indonesia dibagi menjadi kawasan daerah dan

kawasan pusat yang masing-masing wilayah itu meskipun memiliki fungsi yang

berbeda namun memiliki fungsi koordinasi yang saling berkaitan. Melalui

desentralisasi administrasi ini, bukan saja diatur mengenai mana kawasan pusat

dan mana kawasan daerah tetapi juga diatur pula mengenai tata cara dalam

berkoordinasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Selain

desentralisasi di bidang politik dan bidang administrasi, desentralisasi di bidang

fiskalpun dipandang penting karena menyangkut bagaimana cara pemerintah

daerah dalam mengelola sumberdaya yang dimilikinya. Desentralisasi fiskal ini

menyangkut pemberian kewenangan menggali sumber pendapatan, hak menerima

transfer dari pemerintah pusat, dan menentukan belanja rutin dan investasi.

Berdasarkan sejarahnya, sistem otonomi daerah yang ada pada saat sekarang

ini merupakan kelanjutan dari tahap-tahap sebelumnya. Berikut adalah tabel 3

yang memuat peraturan-peraturan sebagai tahap-tahap yang pada akhirnya

melahirkan sistem otonomi daerah seperti sekarang ini.

Tabel 3. Tahapan-tahapan menuju otonomi daerah.

Period

Effective Law Basic Proportion

Dutch

Occupation

(1903-1942)

Decentralisation act

1903

Formation of local councils with little

administrative autonomy

Decentralisation act

1922

More autonomy to locals government

and application of De-concentration

System

Japanese

Occupation

(1942-1945)

Japanese Order 1942

Re-continuation or reapplication of

Dutch administration system and

pushing De-concentration system

applied

Proclamation Law No. 1/1945 Formally ended and former

19

Said M. Mas‟ud, Arah Baru Otonomi Daerah di Indonesia (Malang: UMM Press, 2008), hlm. 6

Page 28: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

27

of

independence

(1948-1965)

decentralization laws and emphasing

on De-concentration function.

After

Independence

(1948-1965)

Law No. 22/1948

Emphasis on Decentralisation and the

increasing role and assignment to the

Head of Regions (District and

provinces)

Law No. 1/1957 Emphasis on Deconcentration

President Edict 6/1959

Emphasis on Deconcentration. The

head of Regions appointed by the

Central Government.

Law No. 18/1965 Emphasis on Decentralisation. The

formation of Local Government.

New Order

Era (1965-

1998)

Law No. 5/1974

The Central Domination over the

Regions and application of pseudo

Decentralisation with a tight control.

Reform Era

(2001-now)

Law No.22&25/1999

Formally enhance a Devolution

compare to the previous system and

the larger role of local governments.

Law No.32&33/2004

The Central Government give a bigger

power to people of Region to chose

their leader.

Sumber: Said M. Mas‟ud, Arah Baru Otonomi Daerah di Indonesia (Malang:

UMM Press, 2008), hlm. 72.

Berdasarkan tabel 3 maka terlihat sebuah evolusi dimana sistem otonomi

daerah yang baru itu diajukan sebagai kelanjutan dari agenda politik otonomi

daerah yang lebih luas. Para perancang dari Undang-Undang yang baru itu

menganggap bahwa otonomi daerah akan sangat mendukung kebebasan daerah

untuk membangun pemerintahannya sendiri yang mandiri (self sustaining

government) dengan memperhatikan dan dengan mengikuti prinsip konsultasi

dengan sistem pemerintahan pusat dan hak-hak tradisional di daerah istimewa

seperti yang dinyatakan oleh Undang-Undang Dasar 1945.20

Perubahan terhadap sistem otonomi daerah itulah yang pada akhirnya

menyebabkan perubahan pola komunikasi antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah.

20

Ibid, hlm. 73.

Page 29: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

28

Sebelum Desentralisasi

Sesudah Desentralisasi

Gambar 1. Pola Komunikasi Antara Pusat dan Daerah

Sumber: Said M. Mas‟ud, Arah Baru Otonomi Daerah di Indonesia (Malang:

UMM Press, 2008), hlm. 128.

Selain adanya perubahan komunikasi seperti yang terlihat pada gambar 1,

sistem otonomi daerah ini juga kemudian memberikan dampak terhadap adanya

perubahan pola baru hubungan pemerintah dan masyarakat.

Sebelum Desentralisasi

Sesudah Desentralisasi

Gambar 2. Pola Baru Hubungan Pemerintah dan Masyarakat

Sumber: Said M. Mas‟ud, Arah Baru Otonomi Daerah di Indonesia (Malang:

UMM Press, 2008), hlm. 134.

Central Gov.

Citizen/NG

Os

Gov.

Agency Gov.

Agency

Citizen/NG

Os

Central Gov.

Local

Government

Central Governm

ent

Province

Regency/

City

Central Governm

ent

Province

Regency/

City

Association

Association

Page 30: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

29

Sistem otonomi daerah ini pada dasarnya menghendaki adanya peningkatan

partisipasi masyarakat karena dengan otonomi daerah, kebijakan yang diambil

pemerintah daerah akan lebih dekat dengan masyarakatnya. Bukti-bukti mengenai

meningkatnya partisipasi masyarakat ditunjukkan oleh meningkatnya akses publik

ke pemerintah daerah dalam bentuk berkembangnya ruang publik yang bersamaan

dengan menurunnya keterlibatan militer dalam urusan pemerintah.21

Khususnya di Kabupaten Kuningan, keberadaan otonomi daerah telah

banyak mempengaruhi berjalannya roda pemerintahan. Pola-pola perilaku antar

komponen di masyarakatpun kemudian mengalami perubahan. Dengan adanya

otonomi daerah ini kemudian masyarakat, melalui arahan pemerintah daerah,

dituntut untuk berperan aktif dalam mengusahakan kebutuhannya sendiri dengan

cara mengembangkan potensi-potensi daerahnya tersebut.

Aktivitas ekonomi perburuan rente (Rent Seeking Economy Activity)

dan Korupsi

Secara sederhana, korupsi telah dianggap sebagai salah satu bentuk

perburuan rente (rent seeking). Ini dipandang sebagai sarana khusus oleh pihak

swasta maupun pemerintah yang berusaha untuk mengejar kepentingan dalam

kompetisi untuk perlakuan istimewa. Dalam kasus seperti ini, biasanya perilaku

perburuan rente kemudian diikuti oleh perilaku korupsi berupa penyalahgunaan

jabatan (abuse of power). Namun demikian, tidak semua korupsi itu adalah

perilaku perburuan rente, dan tidak semua perilaku perburuan rente adalah

korupsi.22

Dalam makna korupsi yang mencakup peburuan rente ekonomi maka

dapat dipahami bahwa korupsi dapat terjadi karena perilaku perburuan rente dari

badan pemerintah dan perusahaan yang berusaha membuat kebijakan/regulasi dari

sebuah proses politik yang pada akhirnya menciptakan peluang untuk korupsi23

.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah penjelasan mengenai aktivitas ekonomi

perburuan rente dan korupsi.

Aktivitas ekonomi perburuan rente (Rent Seeking Economy Activity)

Rente merupakan sebuah kegiatan yang biasa terjadi dalam kehidupan

sehari-hari, karena pada dasarnya rente adalah proses seseorang mendapatkan

keuntungan setelah melakukan suatu aktivitas ekonomi baik berupa penyewaan

(rent), menanamkan modal, maupun dengan menjual tenaga dan jasanya (upah).

Hal ini sesuai dengan teori ekonomi klasik yang memandang bahwa rente sebagai

sebuah aktivitas positif yang dapat memacu kegiatan ekonomi secara simultan24

.

21

Ibid, hlm. 137. 22

Airin Nuraini, Dampak Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional di Indonesia: Studi

Kasus: Mekanisme Dugaan Korupsi APBD di Pemerintah Provinsi Banten Tahun 2011, Tesis,

Pasca Sarjana IPB, 2013, hlm. 47. 23

Riyanto, Korupsi dalam Pembangunan Wilayah: Suatu Kajian Ekonomi Politik dan Budaya,

Disertasi, Pascasarjana IPB, 2008, hlm. 14-15. 24

Ahmad Erani Yustika, Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, dan Strategi (Malang:

Bayumedia Publishing, 2010), hlm. 140

Page 31: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

30

Namun demikian, makna aktivitas ekonomi perburuan rente (rent seeking

economy activity) dimaknai sebagai sebuah aktivitas ekonomi yang negatif karena

menurut asumsi awal yang dibangun dari teori ekonomi politik, menyebutkan

bahwa setiap kelompok kepentingan (self interest) berupaya untuk mendapatkan

keuntungan ekonomi yang sebesar-besarnya dengan upaya (effort) yang sekecil-

kecilnya25

. Melalui asumsi awal yang dibangun itulah maka bisa dianalisis

mengenai perilaku para pelaku ekonomi, baik pengusaha, politisi, dan kelompok

kepentingan yang kemudian menggunakan proses lobi untuk menggapai

keuntungan yang sebesar-besarnya. Melalui lobi inilah maka akan berdampak

pada proses pengambilan keputusan khususnya di dalam pemerintahan. Proses

para pelaku ekonomi, baik secara individu maupun kelompok, untuk

meningkatkan pendapatan melalui pemanfaatan regulasi pemerintah itulah yang

kemudian di dalam ilmu ekonomi politik disebut sebagai kegiatan mencari rente

(rent seeking)26

. Namun demikian, perilaku perburuan rente juga bukan hanya

dimiliki oleh pihak pengusaha, tapi juga pemerintah (eksekutif/birokrasi dan

legislatif)27

.

Hal yang kemudian menarik untuk dianalisis adalah mengenai penyebab

adanya rent seeking economy activity yaitu mengenai adanya halangan masuk

(barrier to entry) bagi pelaku ekonomi dalam meningkatkan persaingan

(competition). Adanya halangan masuk inilah yang akan mengakibatkan setiap

pelaku bisnis untuk berupaya sekuat tenaga memengaruhi pemerintah atau pihak

lain yang dianggap bisa membantunya untuk memasuki pasar28

. Oleh karena itu,

untuk mencegah munculnya pemburu rente, salah satunya adalah dengan

membuat regulasi yang memungkinkan pasar berjalan sempurna, yakni melalui

peniadaan halangan masuk bagi pelaku ekonomi dan peningkatan persaingan29

.

Namun demikian, perilaku aktivitas ekonomi perburuan rente juga dilakukan oleh

pihak pemerintah. Hal ini disebabkan karena mahalnya biaya politik yang

dikeluarkan untuk keperluan kampanye partai politik. Sumber-sumber pendanaan

yang berasal dari subsidi negara ataupun sumbangan korporasi adalah sesuatu

yang patut untuk dicurigai karena membuka peluang bagi praktik-praktik yang

merupakan daerah abu-abu/koruptif. Secara implisit, asumsi dari pendapat ini

adalah bahwa politisi-politisi dari partai politik adalah berkarakter sebagai rent

seeker yang selalu bertujuan memperkaya diri sendiri.30

Kasus yang terjadi di Indonesia, misalnya dalam pemerintahan Orde Baru,

kegiatan rent seeking tersebut bisa ditelusuri dari persekutuan bisnis besar dengan

birokrasi pemerintah sehingga menimbulkan keuntungan seperti monopoli

maupun lisensi impor. Hal lain yang terjadi kemudian adalah penguasaan terhadap

perusahaan perusahaan swasta yang sebagaian besar dikuasai oleh mereka yang

memiliki hubungan pribadi khususnya dengan elit pemerintah31

. Munculnya

penyimpangan dalam proses perekonomian di Indonesia terutama pada masa Orde

25

Ibid, hlm. 140. 26

Ibid, hlm. 140. 27

Nuraini, op. cit., hlm. 41. 28

Yustika, op. cit., hlm. 144. 29

Buchanan dalam Ahmad Erani Yustika, hlm. 144 30

Nuraini, op. cit., hlm. 42-43. 31

Rizal Mallarangeng, Mendobrak Sentralisme Ekonomi: Indonesia 1986-1992 (Jakarta:

Gramedia, 2008), hlm. 189

Page 32: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

31

Baru diakui karena tidak adanya kontrol yang kuat dari masyarakat. Dalam kata

lain, peran civil society pada saat itu masih lemah32

.

Namun demikian, setelah berakhirnya masa Orde Baru dan semakin

terbukanya arus informasi kepada masyarakat, semakin memudahkan masyarakat

dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah melalui kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkannya. Keadaan seperti ini pada akhirnya semakin

menguatkan keberadaan civil society di masyarakat yang kemudian secara

langsung atau tidak langsung berdialog dengan pemerintah mengenai kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkannya sehingga kegiatan pencarian rente ini akan bisa

dikurangi.

Penguatan dari civil society (selain penghapusan barrier to entry dan

meningkatkan persaingan) inilah yang kemudian harus diusahakan di setiap

wilayah pemerintahan daerah sehingga akan tercipta good governance yang

kemudian berimplikasi kepada semakin baiknya pelayanan yang dihasilkan guna

mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Korupsi

Korupsi merupakan sebuah permasalahan serius di dalam sebuah

masyarakat. Dengan adanya permasalahan korupsi maka akan timbul

ketidakadilan ekonomi karena hal ini akan menyebabkan terakumulasinya

sumberdaya hanya pada segelintir orang saja. Dengan demikian, distribusi

sumberdaya ekonomi tidak sampai kepada seluruh masyarakat. Fenomena hal

seperti inilah kemudian pada akhirnya bukan saja akan merugikan keuangan

negara atau perekonomian negara, tetapi juga menghambat pertumbuhan dan

kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi. Pada

akhirnya, kegiatan korupsi ini akan menyebabkan sumberdaya yang tidak

produktif sehingga akan berimplikasi kepada kondisi perekonomian di masyarakat

yang kurang produktif.

Secara luas korupsi dapat didefinisikan sebagai usaha untuk mencari

keuntungan pribadi melalui jabatan yang dimiliki. Korupsi berarti memungut uang

bagi layanan yang sudah seharusnya diberikan, atau menggunakan wewenang

untuk mencapai tujuan yang tidak sah. Seseorang dapat dikatakan korupsi jika

tidak melaksanakan tugas karena lalai atau tidak disengaja33

. Hal ini senada

dengan definisi korupsi menurut Transparency International, yaitu perilaku

pejabat publik, baik politikus atau pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan

tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengan dirinya,

dengan cara menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada

mereka34

.

32

Munawar Sholeh, Kuasa Rakyat: Meniti Jalan Demokrasi untuk Keadilan dan Kesejahteraan

Rakyat (Jakarta: Institute for Public Education [IPE], 2004), hlm. 3 33

Robert Klitgaard, Ronald Maclean-Abaroa dan H. Lindsey Parris, Penuntun Pemberantasan

Korupsi dalam Pemerintahan Daerah (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm. 3 34

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Pahami Dulu, Baru Lawan!: Buku Panduan Kamu Buat

Ngelawan Korupsi (Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi), hlm. 7

Page 33: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

32

Secara teori, penjelasan korupsi dengan sederhana dapat dijelaskan melalui

rumus sebagai berikut35

:

Keterangan:

C : Corruption (Korupsi)

M : Monopoly power (kekuatan monopoli)

D : Discretion by officials (wewenang pejabat)

A : Accountability (akuntabilitas)

Melalui rumus diatas dapat dijelaskan bahwa timbulnya korupsi diakibatkan

oleh tidak adanya akuntabilitas terhadap kekuatan monopoli atas barang atau jasa

yang bisa dengan leluasa memutuskan siapa yang berhak mendapatkan barang

atau jasa itu dan berapa banyaknya. Situasi tidak adanya akuntabilitas terhadap

kekuatan monopoli itulah yang biasanya akan menimbulkan kasus korupsi.

Dewasa ini korupsi sudah menjadi masalah global yang terjadi di sektor

pemerintah terutama paling banyak dijumpai di tingkat lokal, dalam pemerintah

daerah36

. Hal ini terjadi karena pemerintahan daerah dianggap sebagai sasaran

empuk bagi koruptor dan elit-elit lokal untuk menguasai sumber-sumber ekonomi

daerah. Banyaknya kasus korupsi di tingkat pemerintah daerah juga disebabkan

oleh sistem administrasi pemerintah daerah yang biasanya lebih lemah, gaji

pegawai lebih rendah, dan jumlah pegawai yang lebih banyak daripada

pemerintah pusat37

.

Secara umum korupsi memiliki banyak jenisnya, dari jenis korupsi yang

tradisional (seperti sogok, upeti, perkoncoan, premanisme, nepotisme, dst) sampai

jenis korupsi bentuk baru (seperti kolusi birokrat-pengusaha, kolusi bankir-

pengusaha, mafia peradilan, penggelapan pajak, komersialisasi jabatan, kick-back

dan mark-up proyek-proyek, rekayasa finansial, monopoli-oligopoli serta

monopsoni-oligopsoni komoditas strategis, dst).38

Namun demikian, menurut

perspektif hukum yang berlaku di Indonesia, definisi korupsi secara jelas telah

dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam Undang – Undang Nomor 31 Tahun 1999

jo. Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal tersebut,

korupsi dirumuskan kedalam tiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Pasal-

pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa

dikenakan pidana penjara karena korupsi. Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana

korupsi tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tujuh kelompok

sebagai berikut:39

35

Ibid, hlm. 29. 36

Ibid, hlm. 1. 37

Teten Masduki dalam kata pengantar di buku Penuntun Pemberantasan Korupsi dalam

Pemerintahan Daerah (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm. xxiii 38

Damanhuri, op. cit., hlm.128. 39

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Memahami untuk Membasmi: Buku Saku untuk

Memahami Tindak Pidana Korupsi (Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006), hlm. 4

C = M + D - A

Page 34: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

33

1. Kerugian Keuangan Negara:

- Pasal 2

- Pasal 3

2. Suap menyuap

- Pasal 5 ayat (1) huruf a

- Pasal 5 ayat (1) huruf b

- Pasal 13

- Pasal 5 ayat (2)

- Pasal 12 huruf a

- Pasal 12 huruf b

- Pasal 11

- Pasal 6 ayat (1) huruf a

- Pasal 6 ayat (1) huruf b

- Pasal 6 ayat (2)

- Pasal 12 huruf c

- Pasal 12 huruf d

3. Penggelapan dalam jabatan:

- Pasal 8

- Pasal 9

- Pasal 10 huruf a

- Pasal 10 huruf b

- Pasal 10 huruf c

4. Pemerasan:

- Pasal 12 huruf e

- Pasal 12 huruf f

- Pasal 12 huruf g

5. Perbuatan curang:

- Pasal 7 ayat (1) huruf a

- Pasal 7 ayat (1) huruf b

- Pasal 7 ayat (1) huruf c

- Pasal 7 ayat (1) huruf d

- Pasal 7 ayat (2)

- Pasal 12 huruf h

6. Benturan kepentingan dalam pengadaan:

- Pasal 12 huruf i

7. Gratifikasi:

- Pasal 12 B jo. Pasal 12 C

Khususnya di Kabupaten Kuningan, sebagai salah satu daerah yang berada

dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memiliki potensi

yang sama seperti daerah-daerah yang lain dalam adanya indikasi keberadaan

kasus korupsi sesuai dengan definisi perundang-undangan di atas. Hal ini

kemudian menjadi sangat penting untuk diteliti untuk kemudian ditemukan solusi

sehingga dana APBD yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dapat

dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan masyarakat.

Page 35: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

34

Penelitian-Penelitian Terdahulu

Fenomena aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi merupakan hal

yang sangat penting untuk dikaji karena kedua aktivitas tersebut dapat

menyebabkan kerugikan bagi masyarakat. Oleh karena itu, sampai saat ini, sudah

banyak kajian yang dilakukan oleh para akademisi dalam hal memahami masalah

yang terjadi sehingga pada akhirnya akan ditemukan sebab-sebab yang

memengaruhi adanya perilaku aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi

disertai dengan solusi untuk mengatasi masalah aktivitas ekonomi perburuan rente

dan korupsi tersebut.

Khusus mengenai permasalahan korupsi, menurut Seto40

, melalui

penelitiannya tentang fenomena korupsi di delapan negara kawasan ASEAN,

memaparkan mengenai faktor penyebab dan cara mengurangi kejahatan korupsi

tersebut. Hasil dari penelitiannya itu menyebutkan bahwa ada beberapa faktor

penyebab sehingga fenomena korupsi semakin meningkat di kawasan negara-

negara ASEAN. Beberapa faktor penyebabnya tersebut diantaranya adalah

kebebasan politik (demokrasi), kebebasan fiskal, kebebasan berpolitik, hak sipil,

hak bersuara, dan akuntabilitas. Oleh karena itu, untuk mengurangi kejahatan

korupsi tersebut maka diperlukan adanya perbaikan dari sisi ekonomi dan dari sisi

kualitas pemerintahan. Beberapa faktor yang dapat mengurangi kejahatan korupsi

dari sisi ekonomi seperti kebebasan berbisnis, pembelanjaan pemerintah untuk

barang publik, kebebasan moneter, dan terjaminnya hak kepemilikan individu dan

GDP per kapita. Sedangkan dari sisi kualitas pemerintahan, beberapa hal yang

dapat mengurangi kejahatan korupsi diantaranya adalah stabilitas politik, kualitas

regulasi, penegakan aturan hukum, dan kontrol pemerintah terhadap korupsi.

Selain korupsi, fenomena yang terjadi dalam sebuah negara demokrasi

adalah adanya aktivitas ekonomi perburuan rente (rent seeking economy activity).

Salah satu kasus aktivitas ekonomi perburuan rente yang terjadi adalah kasus pada

lahan parkir Pasar Slipi Jakarta Barat.Melihat kasus tersebut, Amelia41

menyebutkan bahwa aktivitas ekonomi perburuan rente merupakan aktivitas yang

hanya akan merugikan banyak pihak secara tidak langsung. Adanyaaktivitas

ekonomi perburuan rente ini pada akhirnya merugikan Pemerintah Daerah dan

masyarakat DKI Jakarta karena dana yang seharusnya masuk ke kas daerah, hanya

dapat dinikmati oleh beberapa kalangan saja. Pada kasus ini, supernormal profit

yang diterima oleh Forkabi selaku pengelola lahan parkir merupakan salah satu

indikasi adanya aktivitas ekonomi perburuan rente karena keuntungan di atas

normal itu tidak masuk ke dalam kas daerah melainkan hanya dinikmati oleh

Forkabi dan para anggotanya.

Kasus lain dari adanya aktivitas ekonomi perburuan rente ini terjadi pada

kasus pembebasan lahan di kawasan Segitiga Emas Jakarta42

. Berbeda dengan

kasus aktivitas ekonomi perburuan rente di lahan parkir Pasar Slipi yang ditandai

40 Ario Seto, Korupsi, Kesejahteraan Sosial dan investasi: Studi Empiris di Delapan Negara

Kawasan ASEAN Tahun 2000-2009, Skripsi, Sarjana IPB, 2012, hlm. 81. 41 Rizki Amelia, Fenomena Aktivitas Ekonomi Aktivitas ekonomi perburuan rente dalam Kegiatan

perparkiran di DKI Jakarta: Studi Kasus Lahan Parkir Pasar Slipi Jakarta Barat, Skripsi,

Sarjana IPB, 2010, hlm. 85. 42

Penelitian mencakup wilayah Jl. Jend. Sudirman, Jl. M.H. Thamrin, Jl. H.R Rasuna Said, dan Jl.

Gatot Subroto Jakarta.

Page 36: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

35

dengan adanya supernormal profit, adanya kasus aktivitas ekonomi perburuan

rente di kawasan Segitiga Emas Jakarta ini ditandai dengan adanya biaya transaksi

yang dikeluarkan pengembang (developer) untuk proses perizinan melalui

kekuasaan pemerintah. Menurut Rachmi43

, aktivitas ekonomi perburuan rente ini

selalu menjadi bagian dalam proses pembebasan lahan dan penguasaan lahan di

daerah Segitiga Emas Jakarta tersebut.

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini berusaha

untuk mengkaji fenomena aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi secara

bersama-sama. Hal ini karena pada hakikatnya, baik korupsi maupun aktivitas

ekonomi perburuan rente merupakan aktivitas yang menyebabkan terganggunya

pembangunan di suatu wilayah. Pada intinya, kedua aktivitas tersebut berusaha

untuk mengalihkan sumberdaya publik agar teralokasi kepada sebagian golongan

saja tanpa memperhatikan keadilan dan kepentingan masyarakat secara umum.

Menilai bahwa fenomena aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi sudah

menjadi permasalahan hampir di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia, maka dari itu penelitian ini memilih fokus pada salah satu wilayah,

dalam hal ini penulis memilih Kabupaten Kuningan, sebagai objek penelitian.

Sehingga lebih jauhnya melalui penelitian ini, pada akhirnya bisa untuk menelaah

dan memahami permasalahan serupa di seluruh wilayah Indonesia.

Kerangka Pemikiran

Pembangunan ekonomi wilayah merupakan hal yang sangat penting dalam

rangka pembangunan nasional. Melalui kemajuan pembangunan ekonomi di

setiap wilayah pada akhirnya akan mewujudkan kemajuan secara nasional.

Khususnya di Negara Indonesia, salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan

pembangunan ekonomi wilayah adalah melalui kebijakan otonomi daerah yang

pada intinya memberikan tambahan kewenangan lebih luas kepada pemerintah

daerah dalam mengelola potensi daerahnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat

sekitar.

Namun demikian, otonomi daerah bukanlah satu-satunya variabel yang bisa

memengaruhi pembangunan di suatu wilayah. Faktor Sumberdaya manusia

(SDM) merupakan hal yang sangat penting sebagai aktor yang menjalankan

kebijakan tersebut. Kurang baiknya kualitas Sumberdaya manusia pada akhirnya

akan menimbulkan sebuah moral hazard di dalam sebuah proses pembangunan

ekonomi wilayah. Aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi merupakan dua

bentuk moral hazard yang sering terjadi hampir di seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) termasuk salah satunya adalah Kabupaten

Kuningan. Adanya aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi di suatu

wilayah pada akhirnya akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Oleh karena

itu diperlukan sebuah antisipasi kebijakan dari pemerintah untuk mencegah

terjadinya aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi. Hal ini dapat dijelaskan

melalui bagan kerangka penulisan skripsi pada gambar 3.

43 Andromeda, Dampak Penguasaan Lahan dan Pembangunan Properti Terhadap Masalah Sosial

Ekonomi Masyarakat di Kawasan Segitiga Emas Jakarta, Skripsi, Sarjana IPB, 2008, hlm. 86.

Page 37: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

36

Gambar 3. Kerangka penulisan skripsi.

Pembangunan Ekonomi di

Kabupaten Kuningan

Terdapat masalah Aktivitas

Ekonomi Perburuan Rente

(rent seeking economy

activity) dan korupsi

Rekomendasi kebijakan

Sebelum Otonomi Daerah Setelah Otonomi Daerah

Sistem pemerintahan yang

sentralistik

Pendapatan dan belanja daerah

ditentukan oleh pusat

Adanya desentralisasi fiskal

Daerah menentukan pendapatan

dan belanja daerah

APBD

Kebocoran APBD

Page 38: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

37

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah bagian yang penting dalam sebuah karya

ilmiah karena berisi uraian tahapan penelitian atau rancangan penelitian (research

design) untuk menjawab permasalahan yang dibahas dalam sebuah penelitian44

.

Dalam penelitian ini, penulis melaksanakannya di Kabupaten Kuningan Jawa

Barat dalam rentang waktu antara bulan Februari sampai Juli 2013. Jenis dan

sumber data yang akan digunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer

akan dihasilkan melalui wawancara mendalam (indepth interview) sedangkan data

sekunder akan didapat melalui instansi-instansi yang berkaitan baik dengan cara

mencari melalui internet atau langsung mendatangi kantor dari instansi-instansi

tersebut. Setelah data-data terkumpul maka dilakukan proses pengolahan dan

analisis data melalui analisis deskriptif dengan menggunakan grafik atau tabel

Berikut adalah uraian secara detail mengenai rancangan penelitian yang akan

penulis gunakan dalam proses menjawab permasalahan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kuningan yang berada pada wilayah

Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi secara sengaja dengan pertimbangan

wilayah Kabupaten Kuningan merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang

terkena dampak dari kebijakan sistem otonomi daerah. Penelitian di lapangan

dilaksanakan bulan Februari – Juli 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data primer dan data

sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui metode wawancara

mendalam (indepth interview) dengan para tokoh-tokoh terkait di Kabupaten

yang terlibat langsung maupun tidak langsung pada periode waktu pemerintahan

antara tahun 1998 sampai dengan tahun 2012. Para informan dipilih berdasarkan

representative keterwakilan dari berbagai unsur di dalam struktur masyarakat yang

ada di Kabupaten Kuningan.

Data sekunder didapat berdasarkan kebutuhan penelitian yang meliputi data-

data yang tersedia di instansi-instansi terkait baik yang level daerah, nasional,

maupun internasional.

Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan merupakan analisis deskriptif dan kualitatif.

Penelitian ini dilakukan dengan menyajikan data-data yang relevan dengan

44

Bambang Juanda, Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis (Bogor: IPB Press, 2009), hlm. 197

Page 39: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

38

keberadaan kasus korupsi yang sudah diproses di pengadilan dan keberadaan

fenomena aktivitas ekonomi perburuan rente yang terjadi di Kabupaten Kuningan.

Aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi merupakan dua hal yang

sering terjadi di negara-negara sedang berkembang. Seperti halnya di Kabupaten

Kuningan, jumlah APBD yang selalu bertambah pada setiap tahunnya tidak

membawa kemajuan pembangunan yang signifikan, sehingga hal ini

menimbulkan sebuah indikasi akan keberadaan adanya fenomena aktivitas

ekonomi perburuan rente dan korupsi. Indikasi adanya perilaku aktivitas ekonomi

perburuan rente dan korupsi ini menjadi penting untuk diteliti karena akan

berdampak kepada pembangunan yang tidak sejalan dengan rencana pemerintah.

Dengan demikian, aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi tersebut akan

merugikan masyarakat.

Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Fenomena Rent Seeking Economy

Activity dan Korupsi di Kabupaten Kuningan.

Fenomena aktivitas ekonomi perburuan rente (rent seeking economy

activity) dan korupsi merupakan dua aktivitas yang biasanya melibatkan pihak

pemerintah. Untuk membuktikan keberadaan aktivitas ekonomi perburuan rente

dan korupsi di Kabupaten Kuningan maka selain menelusuri data-data yang ada

(yang mencakup data-data sebelum dan sesudah otonomi daerah) juga dibutuhkan

informan yang akurat. Oleh karena itu, dilakukan wawancara mendalam kepada

informan-informan yang bukan saja mengetahui masalah aktivitas ekonomi

perburuan rente dan korupsi tetapi juga mewakili masing-masing komponen yang

ada di Kabupaten Kuningan. Informan-informan itu seperti berasal dari akademisi,

pejabat birokrasi, politisi, pelaku usaha, dan tokoh masyarakat yang menunjang.

Sebagai perwakilan dari berbagai latar belakang informan yang sudah

diwawancara tersebut maka diambil satu orang informan dengan sengaja

mengutip kalimat hasil wawancaranya. Untuk menguatkan statement informan

tersebut maka dikuatkan oleh sumber dari data sekunder yang relevan dan bisa

dipertanggungjawabkan.

Pengambilan informan dilakukan dengan menggunakan purposive sampling.

Purposive sampling merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan mengambill

orang-orang yang dipilih dengan cermat oleh peneliti sehingga relevan dengan

rancangan riset45

. Teknik ini dilakukan karena peneliti ingin mengambil informasi

persepsi masyarakat secara menyeluruh melalui metode keterwakilan pada setiap

komponen yang ada di masyarakat. Selain menggunakan purposive sampling, di

dalam penelitian ini juga akan menggunakan teknik snowball sampling. Snowball

sampling merupakan suatu cara pengambilan sampel secara berantai. Dalam

penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan

orang tersebut dirasa kurang lengkap informasinya maka peneliti mencari orang

lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh

orang sebelumnya. Pada tingkat operasionalnya melalui teknik sampling ini,

informan yang relevan di interview, diminta untuk menyebutkan informan

45

HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumberdaya Manusia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004),

hlm. 63

Page 40: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

39

lainnya46

. Teknik snowball sampling ini berguna untuk melengkapi informasi

sehingga asas keterwakilan akan lebih baik.

Keberadaan Aktor yang Melakukan Perilaku Rent Seeking Economy Activity

dan korupsi pada Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah di Kabupaten

Kuningan.

Aktor-aktor yang melakukan perilaku rent seeking economy activity dan

korupsi dinilai sangat penting keberadaannya untuk diketahui karena pada

dasarnya, para aktor inilah yang memiliki akses terhadap kekuasaan, dan aktor ini

pulalah yang melakukan penyalahgunaan kekuasaan. Aktor-aktor korupsi didapat

dari institusi terkait seperti Kepolisian dan Kejari yang sudah ada keputusan

tentang perkaranya untuk kemudian dianalisis tentang adanya keterkaitan antara

pelaku secara lebih luas lagi dengan melalui wawancara mendalam dengan

menggunakan metode purposive sampling dan snowball sampling kepada para

informan yang berkompeten untuk menjawab.

Sedangkan keberadaan aktor yang melakukan rent seeking economy activity

dianalisis dari aktivitas rent pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

lalu kemudian ditelusuri melalui wawancara mendalam dengan metode purposive

sampling dan snowball sampling untuk mendapatkan informasi apakah ada

aktivitas perburuan rente atau tidak.

Jenis – Jenis Korupsi dan Perbedaan Rent Seeking Economy Activity di

Kabupaten Kuningan Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah.

Jenis-jenis korupsi yang ada di Kabupaten Kuningan di analisis dengan

menggunakan perspektif hukum yang terdapat dalam Undang – Undang Nomor

31 Tahun 1999 jo. Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2001. Data yang

digunakan untuk mengidentifikasi jenis-jenis korupsi ini didapat dari kasus

korupsi yang ada pada Kepolisian dan Kejari ditambah dengan beberapa hasil

wawancara dari informan dengan menggunakan metode purposive sampling dan

snowball sampling. Data-data tersebut kemudian dikuatkan oleh literatur yang

berasal dari surat kabar dan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dengan

demikian maka diharapkan akan bisa secara rinci menganalisis mengenai jenis-

jenis korupsi yang ada di Kabupaten Kuningan secara menyeluruh.

Adanya perbedaan rent seeking economy activity sebelum dan sesudah

otonomi daerah dapat dianalisis melalui analisis literatur yang ada seperti dari

disertasi dan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Kemudian

ditambah dengan hasil wawancara dari informan terkait dengan metode purposive

sampling dan snowball sampling sehingga diharapkan akan didapat informasi

yang komprehensif.

46

Satori, Djam‟an dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,

2011), hlm. 48.

Page 41: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

40

Sebab – Sebab Terjadinya Rent Seeking Economy Activity dan Korupsi di

Kabupaten Kuningan.

Adanya fenomena rent seeking economy activity dan korupsi yang

dilakukan oleh para aktornya di Kabupaten Kuningan tidak terlepas adanya sebab-

sebab yang mendorongnya. Dalam hal ini, banyak hal yang menjadi pendorong

seperti misalnya untuk kepentingan pribadi atau kepentingan kelompoknya.

Alasan-alasan yang menyebabkan terjadinya rent seeking economy activity dan

korupsi juga bisa disebabkan oleh berbagaimacam faktor. Untuk mendapatkan

informasi yang menyeluruh mengenai sebab-sebab terjadinya rent seeking

economy activity dan korupsi maka penelitian ini mengambil sumber-sumber

sekunder yang relevan baik yang berasal dari buku, surat kabar, internet, dan tesis.

Kemudian informasi tersebut ditambah dengan hasil wawancara dengan informan

yang relevan dengan menggunakan metode purposive sampling dan snowball

sampling sehingga ditemukan hasil yang menyeluruh mengenai sebab-sebab

terjadinya rent seeking economy activity dan korupsi yang terjadi di Kabupaten

Kuningan.

Perkiraan Kebocoran APBD Akibat Adanya Fenomena Rent Seeking

Economy Activity dan Korupsi.

Aktivitas rent seeking economy activity dan korupsi di Kabupaten Kuningan

pada dasarnya akan berpengaruh terhadap kebocoran APBD di Kabupaten

Kuningan itu sendiri. Dengan adanya kebocoran APBD tersebut mengindikasikan

akan adanya penyalahgunaan APBD yang tadinya diperuntukkan bagi masyarakat

tetapi kemudian disalahgunakan untuk kepentingan individu atau golongan. Untuk

mengetahui besaran kebocoran APBD yang disebabkan oleh fenomena korupsi

dan aktivitas ekonomi perburuan rente maka akan digunakan teknik pengumpulan

data melalui penelusuran dokumen dari hasil pelaporan BPK dan data-data

mengenai besaran uang yang dikorupsi berdasarkan kasus yang ditangani oleh

pihak kepolisian dan kejaksaan. Selain itu kemudian akan menggunakan

pendekatan teori ICOR (Harrod-Domar) yang dapat merefleksikan produktivitas

kapital yang pada akhirnya menyangkut pertumbuhan ekonomi yang dicapai,

dengan rumus ICOR=I/ΔY, dimana I=ΔK (Perubahan kapital) dan ΔY adalah

perubahan output. Investasi (I) yang dimaksud adalah investasi yang ditanam oleh

swasta maupun pemerintah, besarnya investasi fisik yang direalisasikan pada

suatu tahun tertentu dicerminkan dengan besarnya Pembetukan Modal Domestik

Bruto (PMTB). Sehingga kemudian rumus yang digunakan adalah ICOR= PMTBt

/ PDRBt-PDRBt-1.47

47 Nuraini, op. cit.,, hlm. 173.

Page 42: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

41

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Perkembangan Wilayah dan Perkembangan Kependudukan di Kabupaten

Kuningan.

Kabupaten Kuningan secara geografis terletak antara 06045‟ Lintang Selatan

sampai dengan 07013‟ Lintang Selatan dan 108

023‟ Bujur Timur sampai dengan

108047‟ Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah :

- Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon

- Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Tengah

- Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis

- Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Majalengka

Luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

km2. Wilayah barat dan selatan merupakan dataran tinggi yang terletak di bawah

Gunung Ciremai ( 3.078 m dpl), yang subur dengan endapan vulkanis serta kaya

akan Sumberdaya air, baik berupa sungai, waduk, maupun mata air. Sedangkan

wilayah timur dan utara merupakan dataran rendah. Kondisi ini menjadikan

Kabupaten Kuningan cukup potensial untuk pengembangan sektor pertanian serta

sektor pariwisata.48

Gambar 4 adalah peta Kabupaten Kuningan.

Gambar 4 Peta Kabupaten Kuningan

Sumber: Pemerintah Kabupaten Kuningan

48

Sumber: Kuningan Dalam Angka (KDA) tahun 2012.

Page 43: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

42

Secara administratif, pada tahun 1998 wilayah Kabupaten Kuningan terdiri

dari 19 (sembilan belas) kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 369 desa.

Namun kemudian wilayah administratif tersebut mengalami pemekaran sehingga

pada tahun 2000 – 2001 menjadi 29 (dua puluh sembilan) kecamatan dengan 370

desa dan pada tahun 2003 – 2004 berkembang lagi menjadi 32 kecamatan dengan

jumlah desa sebanyak 376 desa. Daftar ke-32 kecamatan tersebut dapat dilihat

pada tabel 4.

Tabel 4. Daftar kecamatan, jumlah desa, luas wilayah, dan jumlah penduduk di

Kabupaten Kuningan

Kecamatan Desa/

Kelurahan

Luas Wilayah Penduduk (orang)

Km2 % Jumlah %

Darma 19 51,71 4,33 58.958 4,60

Kadugede 12 18,22 1,52 30.271 2,36

Nusaherang 8 18,21 1,52 22.117 1,73

Ciniru 9 49,88 4,17 23.791 1,86

Hantara 8 35,49 2,97 15.991 1,25

Selajambe 7 36,73 3,07 15.474 1,21

Subang 7 47,58 3,98 20.906 1,63

Cilebak 7 42,50 3,55 13.176 1,03

Ciwaru 12 52,17 4,36 35.710 2,79

Karangkancana 9 65,35 5,46 24.099 1,88

Cibingbin 10 70,91 5,93 43.722 3,41

Cibeureum 8 47,09 3,94 23.309 1,82

Luragung 16 47,74 3,99 54.038 4,22

Cimahi 10 38,77 3,24 37.324 2,91

Cidahu 12 42,22 3,53 47.179 3,68

Kalimanggis 6 20,90 1,75 29.808 2,33

Ciawigebang 24 60,61 5,07 101.610 7,93

Cipicung 10 21,37 1,79 34.723 2,71

Lebakwangi 13 19,81 1,66 49.823 3,89

Maleber 16 57,48 4,81 50.052 3,90

Garawangi 17 29,96 2,51 43.711 3,41

Sindangagung 12 13,12 1,10 40.127 3,13

Kuningan 6 30,06 2,51 112.109 8,75

Cigugur 5 35,37 2,96 49.161 3,84

Karamatmulya 14 16,99 1,42 48.874 3,81

Jalaksana 15 37,09 3,10 53.105 4,14

Japara 10 27,19 2,27 22.910 1,79

Cilimus 13 35,41 2,96 57.424 4,48

Cigandamekar 11 22,31 1,87 37.204 2,90

Mandirancan 12 35,03 2,93 28.771 2,24

Pancalang 13 19,24 1,61 30.213 2,36

Pasawahan 10 49,24 4,11 26.097 2,04

Jumlah 376 1.195,71 100,00 1.281.787 100,00

Sumber: Kuningan dalam angka tahun 2012 (diolah)

Dilihat dari data perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Kuningan,

tercatat bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Kuningan selalu mengalami

penambahan sejak tahun 1998 sampai tahun 2011. Berikut adalah datanya pada

tabel 5.

Page 44: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

43

Tabel 5. Tabel jumlah penduduk dan persentase pertumbuhan penduduk

Kabupaten Kuningan tahun 1998 - 2011

Sumber: Kuningan dalam angka tahun 1998 - 2011 (diolah)

Berdasarkan data jumlah penduduk Kabupaten Kuningan pada tabel 5 yang

semakin bertambah maka hal ini dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi

pembangunan di segala bidang yang berada di dalam lingkup wilayah Kabupaten

Kuningan.

Perkembangan Pembangunan di Kabupaten Kuningan

Pendidikan Masyarakat

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan di

suatu wilayah. Hal ini mengingat bahwa fungsi dari pendidikan itu sendiri yang

pada hakikatnya mencetak Sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas yang

kemudian menjadi aktor sekaligus objek dalam upaya pemerintah untuk

membangun masyarakat sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

Khususnya di Kabupaten Kuningan, sektor pendidikan menjadi salah satu

prioritas pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya keuangan yang

dialokasikan pemerintah daerah untuk pendidikan yang dijelaskan pada tabel 6:49

49

Data yang penulis dapat hanya dari rentang tahun 2007 sampai tahun 2013.

Tahun Jumlah Penduduk Persentase Pertumbuhan

Penduduk (%)

1998 949452

1999 959879 1.1

2000 981709 2.2

2001 989672 0.8

2002 998863 0.9

2003 1010134 1.1

2004 1015054 0.5

2005 1069448 5.1

2006 1089620 1.9

2007 1102354 1.2

2008 1111760 0.8

2009 1145597 3.0

2010 1276826 10.3

2011 1281787 0.4

Page 45: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

44

Tabel 6. Tabel dana alokasi pendidikan di Kabupaten Kuningan tahun 2007 - 2011

Tahun Besaran Dana yang

Dialokasikan Besaran APBD

Persentase

Terhadap APBD

2007 294.451.597.700 758.644.645.968,20 38,8%

2008 383.000.492.600 849.515.200.890 45%

2009 447.553.872.000 913.909.173.717 48,9%

2010 586.018.086.100 1.137.779.624.077,11 51,5%

2011 707.465.540.255 1.305.726.048.986 54,2%

2012 744.771.456.903 1.451.109.067.403 51,3%

2013 827.369.762.114 1.608.493.933.819 51,4%

Sumber: Peraturan daerah pemerintah Kabupaten Kuningan tahun 2007 – 2013

(diolah)

Sedangkan dari sektor kuantitas fisik pembangunan pendidikan (dilihat dari

jumlah sekolah, jumlah murid, dan jumlah guru), maka dapat dilihat bahwa

perkembangan pembangunan pendidikan formal di kabupaten dapat dicermati

melalui data pada tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Perkembangan jumlah sekolah di Kabupaten Kuningan tahun 1998 -

2012

Tahun Jumlah Sekolah

TK MI SD MTs SMP SMA+SMK MA

1998 108 - 714 - 61 35 -

1999 108 - - - - - -

2000 108 - 793 - 62 36 -

2001 121 - 708 - 63 38 -

2002 120 - 716 - 63 38 -

2003 149 - 705 - 69 43 -

2004 148 - 703 - 72 45 -

2005 173 78 703 45 74 50 17

2006 183 78 183 45 74 50 17

2007 179 77 179 45 80 54 15

2008 211 78 211 46 80 54 15

2009 210 78 211 46 87 58 16

2010 212 79 210 48 88 57 17

2011 222 82 212 50 90 58 17

2012 222 82 222 50 90 58 17

Sumber: Kuningan dalam angka tahun 1998 – 2012 (diolah)

Dilihat perkembangan jumlah sekolah di Kabupaten Kuningan maka hampir

boleh dikatakan bahwa tidak ada perkembangan secara signifikan yang terjadi

selama periode waktu 1998-2013. Perkembangan dalam sektor pendidikan ini

dapat dilihat pula dari jumlah murid dan jumlah guru sekolah pada setiap jenjang

pendidikan yang juga menunjukkan tidak adanya perkembangan. Berikut pada

tabel 8 adalah data-data yang menunjukkannya.

Page 46: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

45

Tabel 8. Jumlah murid sekolah pada setiap jenjang pendidikan di Kabupaten

Kuningan tahun 1998 - 2012

Tahun Jumlah Murid

TK MI SD MTs SMP SMA+SMK MA

1998/1999 3124 - 118248 - 34636 23292 -

1999/2000 - - 122438 - 44053 25456 -

2000/2001 - - 115144 - 33818 23826 -

2001/2002 3677 - 112504 - 32828 24054 -

2002/2003 4203 - 112253 - 32376 23454 -

2003/2004 3520 - 109166 - 32546 22827 -

2004/2005 - - - - - - -

2005/2006 4608 10437 106989 11676 35170 24128 2272

2006/2007 6021 10409 112098 12880 37382 23741 2429

2007/2008 6494 7764 110697 8809 42045 23836 3007

2008/2009 7327 10558 112396 13685 40111 28594 2484

2009/2010 7853 - - - - - -

2010/2011 7832 10781 111777 14807 41016 30657 2622

2011/2012 8334 11190 110614 15361 40080 32619 -

Sumber: Kuningan dalam angka tahun 1998 – 2012 (diolah)

Tabel 9. Jumlah guru pada setiap jenjang pendidikan di Kabupaten Kuningan

tahun 1998 – 2012

Tahun Jumlah Guru

TK MI SD MTs SMP SMA+SMK MA

1998/1999 246 - 5032 - 1601 1213 -

1999/2000 - - - - - - -

2000/2001 107 - 10168 - 2224 1367 -

2001/2002 365 - 4325 - 1570 1366 -

2002/2003 319 - 5059 - 1667 1375 -

2003/2004 361 - 10805 - 1286 1014 -

2004/2005 - - - - - - -

2005/2006 521 673 5318 996 1929 1113 334

2006/2007 685 670 5966 996 2020 1667 324

2007/2008 648 714 6284 1088 2198 1342 326

2008/2009 649 724 6587 1029 2196 1821 328

2009/2010 639 - 6628 - 2220 1866 -

2010/2011 870 791 6773 1102 2256 1958 407

2011/2012 849 780 6694 1101 2599 2152 -

Sumber: Kuningan dalam angka tahun 1998 – 2012 (diolah)

Keadaan pembangunan di bidang pendidikan yang kurang signifikan itu

dapat dirangkum dalam data kuantitatif keberlanjutan siswa dalam melanjutkan

sekolah pada jenjang yang lebih tinggi. Hal ini dapat dijelaskan melalui tabel 10.

Page 47: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

46

Tabel 10. Keberlanjutan siswa dalam melanjutkan sekolah pada jenjang yang lebih tinggi

di Kabupaten Kuningan tahun 2005 - 2012

Tahun Jenjang SD ke

Jenjang SMP (%)

Jenjang SMP ke

Jenjang SMA (%)

Jenjang SD ke

Jenjang SMA (%)

2005/2006 39.9 56.4 22.5

2006/2007 41.0 52.1 21.4

2007/2008 42.9 52.8 22.7

2008/2009 43.8 57.8 25.3

2009/2010 44.6 58.7 26.2

2010/2011 45.5 59.6 27.2

2011/2012 45.5 63.6 28.9

Sumber: Kuningan dalam angka tahun 2005 – 2010 (diolah)

Melihat data pada tabel 10 maka dapat dicermati bahwa masih banyak masyarakat

di Kabupaten Kuningan yang belum bisa mengakses pendidikan di berbagai jenjang

pendidikan. Hal ini dapat dilihat pula dari data lama sekolah tahun 2011 yang baru

mencapai sekitar 8.5 tahun atau sekitar kelas 2 (dua) SMP saja. Meskipun bila dilihat

secara rata-rata nasional angka partisipasi sekolah di Kabupaten Kuningan masih tinggi50

namun hal ini masih dianggap kurang signifikan karena belum bisa mencapai target wajib

belajar sembilan tahun. Padahal, pendidikan merupakan salah satu sarana dalam

meningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia (Sdm) yang kemudian menjadi investasi

sosial bagi pembangunan kesejahteraan di Kabupaten Kuningan itu sendiri.

Kesehatan Masyarakat

Kesehatan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam pembangunan

suatu wilayah mengingat kesehatan merupakan faktor utama masyarakat untuk

beraktivitas. Adanya permasalahan di dalam kesehatan tentunya akan berdampak secara

langsung terhadap produktivitasnya, yang pada akhirnya akan menyebabkan

pembangunan yang tidak sesuai dengan harapan. Karena pentingnya masalah kesehatan

itulah maka pemerintah Kabupaten Kuningan mengalokasikan APBD bagi sektor

kesehatan terlihat pada tabel 11.

Tabel 11. Besaran dana yang dialokasikan pemerintah Kabupaten Kuningan untuk

kesehatan tahun 2007 - 2013

Tahun Besaran Dana yang

Dialokasikan Besaran APBD

Persentase

Terhadap APBD

2007 66246550322.07 758644645968.20 8.7

2008 79446561687.07 849515200890.00 9.4

2009 96411549496.00 913909173717.00 10.5

2010 107204196739.00 1137779624077.11 9.4

2011 127773881690.00 1305726048986.00 9.8

2012 154756364225.00 1451109067403.00 10.7

2013 166862769900.00 1608493933819.00 10.4

Sumber: Peraturan daerah pemerintah Kabupaten Kuningan tahun 2007 – 2013 (diolah)

50

Angka partisipasi rata-rata sekolah secara nasional sebesar 5.8 tahun (BPS: Indeks

Pembangunan Manusia Provinsi dan Nasional tahun 1996 - 2010 [sumber: www.bps.go.id])

Page 48: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

47

Sedangkan dilihat dari pembangunan fisik sektor kesehatan di Kabupaten

Kuningan maka dapat dilihat data pada tabel 12.

Tabel 12. Perkembangan pembangunan infrastruktur dan suprastruktur pada

sektor kesehatan di Kabupaten Kuningan tahun 1998 -2012.

Tahun

Jumlah

Rumah

Sakit

Jumlah

Balai

Pengobatan

Jumlah

Puskesmas

Jumlah

Posyandu

Jumlah

Bidan

Desa

Jumlah

Perawat

Jumlah

Dokter

Umum

1998 3 40 103 1326 309 119 28

1999 3 - - 1346 - - -

2000 3 - 99 1325 230 - 24

2001 3 - - 1301 - 434 -

2002 3 90 - 1301 - 413 22

2003 3 - 104 1301 - - 49

2004 3 56 104 1330 238 - 41

2005 3 56 104 1322 238 - 36

2006 5 185 104 1318 - - 41

2007 5 - 106 1357 - - 43

2008 5 10 106 1363 - - 48

2009 5 14 104 1363 - - 48

2010 5 18 327 1383 381 243 48

2011 6 18 327 1392 456 249 57

2012 6 18 327 1392 - - -

Sumber: Kuningan dalam angka tahun 1998 – 2012 (diolah)

Seperti halnya pada sektor pendidikan, sektor kesehatanpun tidak

mengalami perkembangan yang signifikan. Padahal secara umum alokasi APBD

dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan.

Kesejahteraan Masyarakat

Menurut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009, keluarga sejahtera adalah

keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi

kebutuhan hidup spiritual, dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota

dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Dalam hal ini, BKKBN

membagi kesejahteraan keluarga ke dalam 3 kebutuhan, yakni:

- Kebutuhan dasar (basic needs) yang terdiri dari variabel pangan,

sandang, papan, dan kesehatan.

- Kebutuhan sosial psikologis (social psychological needs) yang terdiri

dari variabel pendidikan, rekreasi, transportasi, dan interaksi sosial

internal dan eksternal.

- Kebutuhan pengembangan (development needs) yang terdiri dari

variabel tabungan, pendidikan khusus, dan akses terhadap informasi.

Page 49: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

48

Berdasarkan acuan tersebut, dikembangkan indikator keluarga sejahtera

yang meliputi Keluarga Pra-Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera

II, Keluarga Sejahtera III, dan Keluarga Sejahtera III plus. Pengertian masing-

masing tingkatan keluarga sejahtera meliputi:

1. Keluarga Pra Sejahtera yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan akan

pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan.

2. Keluarga Sejahtera I (KS I) adalah keluarga-keluarga yang telah dapat

memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi

keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan ibadah, makan

protein hewani, pakaian, ruang untuk interaksi keluarga, dalam keadaan sehat,

mempunyai penghasilan, bisa baca dan tulis latin, dan keluarga berencana.

3. Keluarga Sejahtera II (KS II) adalah keluarga-keluarga disamping telah

memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi seluruh

kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi

keseluruhan kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk

peningkatan agama, menabung, berinteraksi dalam keluarga, ikut

melaksanakan kegiatan dalam masyarakat dan mampu memperoleh

informasi.

4. Keluarga Sejahtera III (KS III) adalah keluarga yang telah memenuhi seluruh

kebutuhan dasar, sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangannya, namun

belum dapat memberikan sumbangan yang maksimal terhadap masyarakat,

seperti secara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk material dan

keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan serta

secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-

yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan sebagainya.

5. Keluarga Sejahtera III Plus (KS III+) adalah keluarga – keluarga yang telah

mampu memenuhi semua kebutuhannya baik yang bersifat dasar, sosial

psikologis, maupun yang bersifat pengembangan, serta telah dapat pua

memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Dilihat dari data yang ada, tingkat kesejahteraan penduduk di Kabupaten

Kuningan dari tahun ke tahun memperlihatkan kondisi pada tabel 13.

Tabel 13. Tingkat kesejahteraan di Kabupaten Kuningan tahun 2004 – 2010

Tahun Pra

Sejahtera Sejahtera I Sejahtera II Sejahtera III

Sejahtera

III+

2004 14564 68768 158673 38703 1694

2005 14625 71193 160949 39146 1686

2006 39966 43865 119553 90479 1695

2007 39537 46663 117634 90646 1759

2008 39832 47011 118510 91321 1772

2009 38776 54527 128425 84655 2538

2010 37294 59038 129062 80741 9854

Sumber: Kuningan dalam angka tahun 2004 – 2010 (diolah)

Page 50: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

49

Berdasarkan data pada tabel 13 maka dapat dilihat bahwa persentase dari

setiap penggolongan kesejahteraan masyarakat tersebut adalah sesuai dengan tabel

14.

Tabel 14. Persentase pada setiap golongan kesejahteraan di Kabupaten Kuningan

tahu 2004 - 2010.

Tahun

Persentase (%)

Jumlah

Penduduk

Pra

Sejahtera

Sejahtera

I

Sejahtera

II

Sejahtera

III

Sejahtera

III+

2004 1015054 1.4 6.8 15.6 3.8 0.17

2005 1069448 1.4 6.7 15.0 3.7 0.16

2006 1089620 3.7 4.0 11.0 8.3 0.16

2007 1102354 3.6 4.2 10.7 8.2 0.16

2008 1111760 3.6 4.2 10.7 8.2 0.16

2009 1145597 3.4 4.8 11.2 7.4 0.22

2010 1276826 2.9 4.6 10.1 6.3 0.77

Sumber: Kuningan dalam angka tahun 2004 – 2010 (diolah)

Berdasarkan tabel 14 maka dapat diperoleh informasi bahwa terjadi

peningkatan jumlah keluarga Pra Sejahtera dari tahun 2005 ke tahun 2006 yang

kemudian secara perlahan mengalami penurunan walaupun kurang signifikan.

Namun secara umum, terjadi penurunan persentase pada setiap golongan

kesejahteraan masyarakat dari tahun 2009 ke tahun 2010. Kecuali pada golongan

kesejahteraan golongan Sejahtera III+ terjadi peningkatan persentase. Hal ini

menunjukkan banyak terjadi lonjakan kesejahteraan masyarakat Kabupaten

Kuningan ke tingkat golongan kesejahteraan Sejahtera III+.

Masalah kemiskinan masih menjadi permasalahan yang serius di Kabupaten

Kuningan. Hal ini dapat dilihat dari data secara makro yang menyebutkan bahwa

masih banyak penduduk paling miskin di Kabupaten Kuningan. Menurut data

yang ada, jumlah penduduk paling miskin di Kabupaten Kuningan selalu konstan

dari tahun 2008 sampai tahun 2010 yaitu sebesar 44.216 jiwa. Jumah itu

kemudian mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 33.470 jiwa penduduk

paling miskin di Kabupaten Kuningan.

Investasi

Investasi merupakan hal yang sangat penting dalam upaya pembangunan di

suatu wilayah. Pada akhirnya, keberadaan ivestasi kemudian akan memicu

pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya akan berdampak terhadap peningkatan

kualitas hidup masyarakat.

Tingginya gairah untuk berinvestasi yang ada di Kabupaten Kuningan dapat

dilihat dari rekapitulasi perkembangan data perizinan yang dikelola oleh Badan

Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Kuningan pada tabel 15.

Page 51: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

50

Tabel 15. Perkembangan perizinan di Kabupaten Kuningan tahun 2007 - 2012

No Jenis Izin Jumlah

2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Izin Lokasi (IL) 152 176 171 145 154 144

2 Pengesahan Rencana Penggunaan

Ruang (PRPR) - - - 145 154 144

3 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 604 1122 1068 593 508 555

4 Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi

(SIUJK) - - - 231 228 264

5 Izin Gangguan (HO) BARU51

118 191 157 168 192 658

Izin Gangguan (HO) HER52

101 143 248 253 242 379

6 Surat Izin Tempat Usaha (SITU) BARU 409 662 614 677 980 -

Surat Izin Tempat Usaha (SITU) HER 146 242 239 319 327 -

7 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

BARU 420 696 607 744 987 450

Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

HER 603 1081 1013 1259 1284 576

8 Surat Izin Usaha Izin Industri (SIUI)

BARU 63 87 47 40 64 48

Surat Izin Usaha Izin Industri (SIUI)

HER 63 78 108 142 125 106

9 Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 590 1024 1010 1211 1443 804

10 Tanda Daftar Gudang (TDG) 86 103 66 149 153 84

11 Izin Usaha Pariwisata (IUP) BARU 106 62 40 109 51 34

Izin Usaha Pariwisata (IUP) HER 120 51 136 96 76 13

12 Izin Hunian Kios Da Los (SKP) - - - 6 348 114

13 Izin Reklame - - - 38 16 62

14 Izin Latihan Swasta - - - 5 6 7

JUMLAH 3581 5718 5524 6330 7338 4442

Sumber: Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) tahun 2007 – 2013

Berdasarkan data rekapitulasi perizinan pada tabel 15, secara kuantitatif,

sektor perekonomian di Kabupaten Kuningan masih didominasi oleh para pelaku

usaha mikro dan pelaku usaha kecil. Namun demikian, jumlah investasi pada

pelaku usaha menengah dan pelaku usaha besar, berdasarkan data realisasi

investasi tahun 2012, hampir mencapai 79,61% dari total investasi yang masuk.

Berikut adalah data beberapa perusahaan penanaman modal asing (PMA) dan

penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang termasuk skala menengah dan

besar dari tahun 2010 – 2012.

51

BARU: Perizinan yang baru dibuat pertama kali. 52

HER (Heregistrasi) : Perizinan yang diperpanjang.

Page 52: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

51

Tabel 16. Daftar perusahaan menengah dan besar yang berinvestasi di Kabupaten

Kuningan tahun 2010 - 2012

Tahun Nama

Perusahaan

Alamat

Proyek

Modal

Investasi Bidang Usaha

Tujuan

Pemasaran

Dalam

Negeri

Luar

Negeri

2010

PMA

PT. Palma

Indonesia

Jl. Raya

Sampora Desa

Sampora RT.

08/03 No. 74

US $ 20.000 Industri

komponen

meubeul kayu

- 100%

PT. Galis

Estetika

Indonesia

Jl. Raya

Bandorasa

Wetan No.

103 Kec.

Cilimus

Rp

17.660.000.0

00

Industri pasta

ubi jalar dan

labu

10% 90%

PMDN

PT. Kaliaren

Jaya Plywood

Desa/ Kel.

Sampora Kec.

Cilimus Jl.

Raya Caracas

Mandirancan

KM. 1

RT/RW. 28/10

Kec. Cilimus

Rp

19.882.950.0

00

Industri

plywood

75% 25%

PT. Parma Bina

Wisesa

Desa Caracas

Kec. Cilimus

US $

736.686

Stasiun

Pengisian Bulk

Elpiji

100% -

2011

PMA

PT. Palma

Indonesia

Jl. Raya

Sampora Desa

Sampora RT.

08/03 No. 74

US $ 20.000 Industri

komponen

meubeul kayu

- 100%

PT. Galis

Estetika

Indonesia

Jl. Raya

Bandorasa

Wetan No.

103 Kec.

Cilimus

Rp

17.660.000.0

00

Industri pasta

ubi jalar dan

labu

10% 90%

PMDN

PT. Kaliaren

Jaya Plywood

Desa/ Kel.

Sampora Kec.

Cilimus Jl.

Raya Caracas

Mandirancan

KM. 1

RT/RW. 28/10

Kec. Cilimus

Rp

19.882.950.0

00

Industri

plywood

75% 25%

PT. Parma Bina

Wisesa

Desa Caracas

Kec. Cilimus

US $

736.686

Stasiun

pengisian bulk

elpiji

100% -

PT. Mutiara

Mulia Sentosa

Desa Kasturi

Kec. Kuningan

Kab.

Kuningan

Rp

9.500.000.00

0

Perumahan 100% -

PT. Sangkan

Park

Dusun Pahing

RT/RW. 05/02

Jl. Raya

RP

14.784.000.0

00

Kegiatan taman

bertema atau

taman hiburan

Page 53: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

52

Kuningan –

Cirebon Desa

Bandorasa

Wetan Kec.

Cilimus

2012

PMA

PT. Utama

Korindah

Jl. Raya

Ciomas No. 1

Desa Ciomas

Kecamatan

Ciawigebang

US $

1.200.000

Industri

pengolahan

lainnya (Bulu

mata palsu)

- 100%

PMDN

Yayasan

Pendidikan

Bhakti Husada

Jl. Lingkar

Kadugede No.

02 Kuningan

Rp

3.600.880.00

0

Jasa pendidikan

sekolah

menengah

kejuruan swasta

100% -

PT. Indomarco

Prismatama

Komplek

Taman Kota,

Desa

Bandorasa,

Desa

Nanggela,

Kelurahan

Awirarangan,

Desa

Cineumbeuy,

Desa Bojong,

Desa Cilimus,

Desa

Cibingbin,

Desa

Kadugede,

Desa

Luragunglande

uh, Desa

Purwasari.

Rp

3.000.000.00

0

Perdagangan

eceran yang

utamanya

makanan,

minuman atau

tembakau di

supermarket/mi

nimarket.

100% -

CV. Griya

Bintang

Anugrah

Jl. Sumber

Mandirancan

Blok Pahing

Desa

Nanggela Kec.

Mandirancan

Rp

5.609.220.00

0

Real estate yang

dimiliki sendiri

atau sewa

100% -

PT. Adelya

Permata

Jl. Raya

Cigugur Cipari

RT. 009 RW.

003 Kel.

Cipari Kec.

Cigugur

Rp

5.150.000.00

0

SPBE/ Stasiun

Pengisian Bulk

Elpiji

100% -

PT. Jalbirriz‟q

Samudra

Pasar

Luragunglande

uh

Rp

13.059.556.0

00

Kontruksi

gedung

perbelanjaan

100% -

PT. Kembar

Sakti Nusantara

Desa

Ciawigebang

Rp

3.813.000.00

0

Real estate yang

dimiliki sendiri

atau sewa

100% -

Sumber: Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) tahun 2010 – 2012 (diolah)

Page 54: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

53

Dilihat dari sektor usahanya, khusus data tahun 2012 memperlihatkan

bahwa sebesar 61,65% dari total investasi berada pada sektor keuangan dan

koperasi. Untuk lebih jelasnya, berikut pada tabel 17 adalah data-datanya.

Tabel 17. Data jumlah realisasi investasi di Kabupaten Kuningan pada tahun 2012

Sektor Jumlah Realisasi Investasi Persentase

Keuangan & Koperasi 301.329.509.717 61,65

Perdagangan 50.164.168.000 10,26

Jasa-Jasa 45.436.130.000 9,30

Informasi & Komunikasi 27.390.000.000 5,60

Transportasi & Pergudangan 25.955.000.000 5,31

Hotel & Restoran 17.908.000.000 3,66

Industri Pengolahan 11.610.000.000 2,38

Real Estate 8.159.950.000 1,67

Pertanian, Perikanan & Kehutanan 830.000.000 0,17

Jumlah Investasi 488.782.757.717 100,00

Sumber: Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) tahun 2012 (diolah)

Sedangkan berdasarkan data persebaran realisasi investasi per kecamatan

khususnya tahun 2012 menunjukkan bahwa 5 (lima) besar daerah yang paling

banyak diminati investor berada di wilayah Kecamatan Cilimus, Kecamatan

Kuningan, Kecamatan Cigandamekar, Kecamatan Jalaksana, dan Kecamatan

Cigugur. Untuk lebih jelasnya, pada tabel 18 adalah datanya.

Tabel 18. Jumlah investasi pada setiap kecamatan di Kabupaten Kuningan tahun

2012

No Kecamatan Perusahaan Tenaga

Kerja Investasi

Persentase

(%)

1 Cilimus 60 121 312,248,550,541 63.883

2 Kuningan 177 340 51,914,048,000 10.621

3 Cigandamekar 19 47 18,955,000,000 3.878

4 Jalaksana 48 100 12,244,000,000 2.505

5 Cigugur 27 43 11,575,000,000 2.368

6 Ciawigebang 43 70 9,868,000,000 2.019

7 Garawangi 30 61 8,725,458,500 1.785

8 Kramatmulya 20 34 5,410,875,000 1.107

9 Mandirancan 9 19 5,134,200,000 1.050

10 Pasawahan 19 48 4,719,122,646 0.965

11 Cidahu 18 27 4,355,000,000 0.891

12 Sindangagung 16 63 4,050,000,000 0.829

13 Cibingbin 15 31 3,682,000,000 0.753

14 Kadugede 18 37 3,195,000,000 0.654

15 Darma 18 31 3,115,000,000 0.637

16 Luragung 20 39 3,110,000,000 0.636

17 Pancalang 10 19 3,070,000,000 0.628

18 Karangkancana 8 6 2,910,000,000 0.595

19 Lebakwangi 9 4 2,535,898,000 0.519

Page 55: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

54

20 Nusaherang 9 15 2,520,000,000 0.516

21 Cimahi 4 2 2,162,605,030 0.442

22 Subang 6 8 2,125,000,000 0.435

23 Maleber 6 19 1,900,000,000 0.389

24 Ciwaru 7 13 1,845,000,000 0.377

25 Japara 14 28 1,530,000,000 0.313

26 Cipicung 7 15 1,425,000,000 0.292

27 Hantara 4 2 1,395,000,000 0.285

28 Cibereum 6 10 1,270,000,000 0.260

29 Selajambe 8 14 1,000,000,000 0.205

30 Kalimanggis 5 12 543,000,000 0.111

31 Cilebak 2 7 150,000,000 0.031

32 Ciniru 2 2 100,000,000 0.020

Jumlah Investasi 664 1287 488,782,757,717 100

Sumber: Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) tahun 2012 (diolah)

Berdasarkan data investasi yang ada maka secara umum jumlah investasi di

Kabupaten Kuningan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun

demikian, peningkatan investasi tersebut belum bisa menjawab pengangguran

yang ada di Kabupaten Kuningan.53

Perkembangan Ekonomi di Kabupaten Kuningan.

Kabupaten Kuningan merupakan daerah yang masih belum bisa mandiri

dalam hal keuangan. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan asli daerahnya yang

hanya sekitar 6% saja menyumbang terhadap APBD dari tahun ke tahun dan rata-

rata hampir di atas 70% bergantung kepada pemerintah pusat. Dalam hal

pengeluarannya, sebagian besar (hampir 60%) pengeluaran dialokasikan untuk

belanja pegawai54

. Hal ini dapat diamati melalui tabel berikut:

53

Data pengangguran di Kabupaten Kuningan: 2007 (10.44%), 2008 (5.79%), 2009 (5.35%), 2010

(5.17%), 2011 (4.61%). 54

Pada tahun 2012 Kabupaten Kuningan menjadi kabupaten peringkat kedua di Indonesia yang

mengalokasikan sekitar 74% APBDnya untuk belanja pegawai di bawah Kota Langsa, Nangroe

Aceh Darusalam (NAD) yang mengalokasikan APBDnya untuk belanja pegawai sebesar 77%

(sumber: http://news.detik.com/read/2012/12/16/161232/2119849/10/ya-ampun-70-lebih-apbd-

di-11-kabupaten).

Page 56: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

55

Tabel 19. Proporsi pendapatan dan pengeluaran keuangan di Kabupaten Kuningan tahun

2007 - 2013

No Uraian Persentase Terhadap Pendapatan Daerah (%)

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

PENDAPATAN DAERAH

Pen

dap

atan

PENDAPATAN ASLI DAERAH 0.056 0.057 0.068 0.064 0.064 0.064 0.068

Pajak Daerah 0.010 0.009 0.011 0.011 0.013 0.017 0.018

Retribusi Daerah 0.036 0.036 0.048 0.045 0.043 0.013 0.016

DANA PERIMBANGAN 0.845 0.829 0.806 0.715 0.655 0.707 0.704

Dana Alokasi Umum 0.717 0.691 0.699 0.580 0.553 0.615 0.621

Dana Alokasi Khusus 0.066 0.076 0.043 0.068 0.053 0.047 0.039

Belan

ja Daerah

Belanja Pegawai 0.485 0.581 0.659 0.646 0.624 0.626 0.656

Belanja Hibah 0.068 0.093 0.052 0.054 0.019 0.010 0.016

Belanja Bantuan Sosial 0.015 0.016 0.009 0.008 0.010 0.001 0.002

Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintah Desa 0.002 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa 0.037 0.036 0.038 0.028 0.024 0.028 0.027

Belanja Tidak Terduga 0.004 0.002 0.004 0.007 0.004 0.006 0.005

Sumber: Peraturan daerah pemerintah Kabupaten Kuningan tahun 2007 – 2013 (diolah)

Dilihat dari proporsi perkembangan berbagai sektor ekonomi di Kabupaten

Kuningan didominasi oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan (±

35%); sektor perdagangan, hotel, dan restoran (± 25%); sektor industri pengolahan (±

20%); dan sisanya adalah sektor-sektor lain seperti: pertambangan dan penggalian, listrik,

gas dan air bersih, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan, jasa

perusahaan, dan sektor jasa-jasa lainnya. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah grafik dari

proporsi distribusi PDRB dari berbagai sektor berikut pada gambar 5 adalah grafik laju

pertumbuhan ekonomi dari berbagai sektor.

Sumber: PDRB Kabupaten Kuningan tahun 1998 – 2011 (diolah)

Gambar 5. Grafik proporsi distribusi PDRB dari berbagai sektor ekonomi

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

98 99 0 1 2 3 4 5 6 8 9 10 11

Perse

nta

se

Proporsi Distribusi PDRB dari Berbagai Sektor

PERTANIAN, PETERNAKAN,

KEHUTANAN DAN

PERIKANAN

PERTAMBANGAN DAN

PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

LISTRIK, GAS DAN AIR

BERSIH

BANGUNAN

PERDAGANGAN, HOTEL

DAN RESTORAN

Page 57: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

56

Sumber: PDRB Kabupaten Kuningan tahun 1998 – 2011 (diolah)

Gambar 6. Grafik laju pertumbuhan ekonomi pada berbagai sektor di Kabupaten

Kuningan tahun 1998 - 2011

Berdasarkan grafik pada gambar 6 maka dapat dilihat bahwa perekonomian

di Kabupaten Kuningan masih bertumpu pada sektor pertanian, peternakan,

kehutanan, dan perikanan; sektor pertambangan dan penggalian; dan sektor

industri pengolahan. Ketiga hal tersebutlah yang seharusnya bisa dianggap sebuah

peluang oleh pemerintah Kabupaten Kuningan dalam rangka memajukan

perekonomian di wilayahnya. Khususnya di sektor pertanian, pemerintah

Kabupaten Kuningan telah memiliki peraturan daerah (Perda) Nomor 11 Tahun

2005 Tentang Master Plan Agropolitan Kabupaten Kuningan yang berisi tentang

rencana pengembangan agropolitan di Kabupaten Kuningan yang mencakup

distrik Kuningan, distrik Cilimus, distrik Ciawigebang, dan distrik Luragung.

Namun demikian, sampai sekarang belum ada realisasi langkah-langkah yang

jelas dari pemerintah untuk mewujudkan rencana tersebut.55

55

Wawancara Yudi Budiana, April 2013.

-40.00

-30.00

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

98 99 0 1 2 3 4 5 6 8 9 10 11

Pe

rse

nta

se P

ert

um

bu

han

Laju Pertumbuhan Ekonomi Berbagai Sektor

PERTANIAN, PETERNAKAN,

KEHUTANAN DAN

PERIKANAN

PERTAMBANGAN DAN

PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

LISTRIK, GAS DAN AIR

BERSIH

BANGUNAN

PERDAGANGAN, HOTEL

DAN RESTORAN

PENGANGKUTAN DAN

KOMUNIKASI

Page 58: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

57

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Fenomena Rent Seeking Economy

Activity dan Korupsi di Kabupaten Kuningan

Program otonomi daerah secara umum telah mengakibatkan adanya

perubahan terhadap sistem pemerintahan di Indonesia baik secara administratif

maupun secara struktural. Akibat dari adanya perubahan tersebut kemudian

menyebabkan pula adanya perubahan dalam pola perilaku aktivitas ekonomi

perburuan rente dan korupsi yang terjadi karena pada fakta yang terjadi, modus

korupsi berkembang mengikuti perubahan perundang-undangan, penganggaran,

dan aturan tender proyek pemerintah56

. Berikut akan dijelaskan mengenai

pengaruh otonomi daerah terhadap fenomena aktivitas ekonomi perburuan rente

dan korupsi.

Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Fenomena Rent Seeking Economy

Activity di Kabupaten Kuningan.

Program Otonomi Daerah telah merubah pola perilaku aktivitas ekonomi

perburuan rente (rent seeking economy activity) di Kabupaten Kuningan. Secara

umum, otonomi daerah telah mengurangi perilaku aktivitas ekonomi perburuan

rente di Kabupaten Kuningan. Menanggapi masalah aktivitas ekonomi perburuan

rente di Kabupaten Kuningan ini, salah satu informan memberi tanggapan sebagai

berikut.

“Kondisi persaingan usaha pada saat sebelum periode Pak Aang

sebetulnya lebih parah karena persaingan pada waktu itu dilakukan

dengan cara yang kurang fair.” H.O. Furqon57

.

Pernyataan informan tersebut sesuai dengan kondisi nasional yang terjadi

pada saat Orde Baru dimana terjadi budaya birokrasi patrimonial yang

berdasarkan pada tiga unsur yaitu klientisme, kaburnya wilayah publik dengan

wilayah pribadi, dan kultur nonrasional. Dalam birokrasi klientisme, loyalitas ada

pada diri penguasa sehingga penguasa bebas untuk mengintervensi wewenang

legislatif dan yudikatif. Selain klientisme, tidak adanya batas wilayah publik

dengan pribadi (privat) juga menjadi sumber banyaknya kasus aktivitas ekonomi

perburuan rente yang berujung pada kasus korupsi. Kultur nonrasionalpun

terbentuk dimana elit birokrasi menempatkan dirinya lebih tinggi dari masyarakat

sehingga mereka perlu dihormati dan dihargai karena merupakan figur yang

berkuasa, yang dapat menentukan nasib orang lain.58

Melalui birokrasi patrimonial, banyak ditemui ada pengusaha yang

“dipelihara” oleh penguasa. Pengusaha ini diberi perlindungan politik serta

56

IAM/K09, “Pemberantasan Korupsi: Tak Cukup Penegakan Hukum”, Kompas, 4 Juli 2013, hlm.

5. 57

Penasihat Fraksi Reformasi DPRD Kab. Kuningan, Politisi Partai Bulan Bintang, Pengusaha. 58

Riyanto, op. cit., hlm. 78 – 79.

Page 59: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

58

mendapat fasilitas kemudahan dalam mengembangkan jejaring rentenya. Sebagai

imbalannya mereka menyetor dana dalam jumlah yang sangat besar bagi kas

politik penguasa untuk menjalankan politik patrimonialnya.59

Adanya pengusaha yang “dipelihara” oleh penguasa tersebut dikenal pula di

Kabupaten Kuningan dengan nama “Pemborong Kukutan”60

. Hal ini sesuai

dengan hasil wawancara berikut.

“Waktu dulu itu pemerintah bebas untuk menunjuk secara langsung

pemborong yang ditugaskan untuk mengerjakan proyek. Hanya

pemborong yang memiliki kedekatanlah yang kemudian biasanya

mendapatkan proyek tersebut. Oleh karena itu, pemborong-

pemborong tersebut dijuluki sebagai Pemborong Kukutan.” H.O.

Furqon.

Pola aktivitas ekonomi perburuan rente di Kabupaten Kuningan kemudian

mengalami perubahan setelah adanya otonomi daerah. Adanya sistem pemilihan

kepala daerah secara langsung yang terjadi secara nasional juga membawa

dampak terhadap berubahnya pola aktivitas ekonomi perburuan rente di

Kabupaten Kuningan. Jika sebelum otonomi daerah para pengusaha berusaha

mencari rente dengan cara mendekati kekuasaan setelah kekuasaan itu berjalan

(melaui sistem kekeluargaan) maka setelah otonomi daerah, para pengusaha

mendekati kekuasaan sebelum kekuasaan itu berjalan atau ketika dalam proses

pemilihan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut.

“Sebagai seorang pengusaha, Pak Haji dituntut untuk juga ikut

berpolitik supaya usaha Pak Haji tetap bisa berjalan. Pada zaman

pemilihan kepala daerah secara langsung seperti sekarang, Pak Haji

harus menentukan sikap untuk mendukung salah satu bakal calon…

Keputusan Pak Haji untuk mendukung salah satu bakal calon tersebut

ditentukan melalui sebuah analisis mengenai bakal calon yang

memiliki kemungkinan besar untuk menang. Maka dari itu, Pak Haji

biasanya menentukan sikap di akhir-akhir rangkaian Pemilukada.”

H.O. Furqon.

Jika bakal calon yang diusung oleh pengusaha tersebut menang maka ada

semacam tanda terima kasih (balas budi) dari pemerintah terpilih terhadap

pengusaha yang mendukungnya. Adanya politik balas budi ini terjadi secara

nasional sebagai konsekuensi dari adanya pemilihan umum secara langsung

dimana nantinya kandidat yang terpilih melakukan balas budi terhadap pengusaha

atau partai politik yang mendukungnya pada saat kampanye61

. Adanya contoh

salah satu keberadaan kasus politik balas budi di Kabupaten Kuningan terungkap

dari hasil wawancara berikut.

59

Ibid, hlm. 78. 60

Pemborong Kukutan adalah suatu istilah panggilan terhadap pengusaha yang sering

mengerjakan proyek-proyek pemerintah daerah karena memiliki kedekatan dengan unsur

penguasa. 61

Riyanto, op. cit. hlm. 96.

Page 60: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

59

“… Seperti misalnya pada Pemilukada tahun 2008, Pak Haji

mendukung Pak Aang Hamid Sugandha sebagai bupati. Setelah Pak

Aang menjabat, Pak Haji sering mendapat proyek yang ditunjuk

secara langsung. Seperti misalnya proyek penerangan listrik di taman

yang ada di depan SMAN 3 Kuningan.” H.O. Furqon.

Faktor lain yang memengaruhi adanya perubahan pola aktivitas ekonomi

perburuan rente di Kabupaten Kuningan adalah dengan adanya Layanan

Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Melalui LPSE ini maka proses pengadaan

barang yang diselenggarakan oleh pemerintah dilakukan secara transparan dan

terbuka untuk umum. Meskipun pada realisasinya masih banyak kritik terhadap

adanya dugaan kecurangan di dalam tubuh LPSE, namun setidaknya telah

mengurangi peluang untuk terjadinya kecurangan yang pada akhirnya akan

menimbulkan kerugian masyarakat.

Secara sederhana, pengaruh otonomi daerah terhadap fenomena rent seeking

economy activity di Kabupaten Kuningan dapat dijelaskan oleh tabel 20.

Tabel 20. Pengaruh otonomi daerah terhadap fenomena rent seeking economy

activity di Kabupaten Kuningan.

Sebelum Otonomi Daerah Setelah Otonomi Daerah

Rent seeking economy activity

dilakukan oleh orang-orang yang

memiliki kedekatan keluarga.

Rent seeking economy activity banyak

dilakukan atas dasar balas budi dari

pemerintah kepada pengusaha yang

membantunya dalam proses pemilu.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber (2013).

Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Fenomena Korupsi di Kabupaten

Kuningan.

Otonomi daerah berpengaruh terhadap perubahan pola korupsi di Kabupaten

Kuningan. Adanya fenomena korupsi di Kabupaten Kuningan secara sekilas dapat

dilihat dari perkembangan pembangunan dari tahun ke tahun yang kurang

signifikan. Keberadaan korupsi ini diakui oleh Kasubag Pembinaan Kejari

Kabupaten Kuningan, Indra Hervianto, sebagai berikut.

“Yang melakukan korupsi itu adalah orang-orang pintar, sehingga

sulit untuk melakukan pembuktian. Korupsi sudah mengakar dan

membudaya, sehingga kita hanya bisa mengurangi, bukan

menghapus.”

Gejala korupsi di Kabupaten Kuningan bisa terlihat namun keberadaannya

sulit untuk dibuktikan karena baik sebelum maupun sesudah otonomi daerah

selalu terjadi kondisi monopoli kekuasaan. Hal itu dapat dilihat dari fakta bahwa

baik sebelum maupun sesudah otonomi daerah, wilayah kekuasaan selalu

ditempati oleh orang-orang yang memiliki kedekatan dengan pemerintah.

Meskipun alasannya berbeda, yaitu alasan kekeluargaan ketika sebelum otonomi

Page 61: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

60

daerah dan alasan balas budi pada saat adanya otonomi daerah. Kondisi inilah yang

menyebabkan terjadinya korupsi secara berjamaah di Kabupaten Kuningan62

.

Adanya otonomi daerah memberikan peluang terhadap berbagai bentuk kecurangan

yang dilakukan oleh pemerintah daerah karena kewenangannya yang semakin bertambah.

Oleh karena itu diperlukan keseriusan dari pihak penegak hukum seperti Kejari,

Kepolisian, dan KPK. Data mengenai keberadaan kasus korupsi di Kabupaten Kuningan

baik sebelum maupun setelah otonomi daerah sulit untuk didapat sehingga kemudian

dilihat perbedaan perkembangannya, namun secara umum, dapat dilihat bahwa setelah

adanya otonomi daerah, trend kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh penegak

hukum semakin banyak yang terungkap63

. Adanya sistem Layanan Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE) juga berdampak kepada berkurangnya peluang tindak pidana korupsi

yang biasanya diawali oleh perilaku aktivitas ekonomi perburuan rente, terutama pada

bidang pencegahannya. Meskipun masih terindikasi banyak kecurangan di dalam LPSE

tersebut64

.

Meskipun tidak ada data yang pasti mengenai perbandingan besaran jumlah

keuangan yang dikorupsi antara sebelum dan sesudah otonomi daerah namun hal ini bisa

dilihat dari berjalannya pembangunan yang ada di Kabupaten Kuningan yang dinilai

kurang signifikan dan terkesan lambat. Adanya fakta seperti itu tentu salah satunya adalah

karena adanya aktivitas korupsi di dalam pengelolaan pemerintahan. Keterbatasan data

yang tersedia di Kabupaten Kuningan menyebabkan sulit untuk mengukur indikator

kinerja pembangunan ekonomi sebagai pendekatan untuk mengetahui pengaruh otonomi

daerah terhadap kemajuan pembangunannya. Namun demikian, secara nasional dapat

dilihat bahwa kinerja ekonomi pada saat orde reformasi masih lebih rendah jika

dibandingkan dengan pada saat Orde Baru. Berikut adalah datanya pada table 21.

Tabel 21. Indikator Kinerja Perekonomian Indonesia dari Era Orde Baru sampai Era

Reformasi65

Era Tahun Pertumbuhan

Ekonomi (%)

Angka

Kemiskinan

(%)

Tingkat Pengangguran

Persen Jumlah

Orang

Orde Baru 1976 6.89 40.08 - -

1980 9.88 28.56 - -

1990 7.24 15.08 2.51 1 951 702

1996 7.82 11.34 4.89 4 407 769

1997 4.78 17.18 4.68 4 275 155

1998 -13.10 26.87 5.46 5 062 483

Era

Reformasi

1999 0.85 23.43 6.36 6 030 319

2003 4.35 17.42 9.50 9 531 090

2004 7.16 16.60 9.86 10 251 300

2005 5.00 15.97 11.24 11 899 266

2006 6.11 17.75 10.28 10 932 000

2007 6.19 - - -

Sumber: BPS, beberapa tahun penerbitan66

62

Wawancara Masuri, April 2013, Jubaedi, April 2013, Dani Nuryadin, April 2013, dan Deki

Zainal Muttaqin, Juni 2013. 63

Bisa dilihat pada tabel 21. 64

Wawancara H.O. Furqon, April 2013, Lais Abid, Juni 2013. 65

Riyanto, op. cit. hlm. 104. 66

Berdasarkan data Kabupaten Kuningan yang didapat, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Kuningan pada tahun 2004 (3.97%), 2005 (3.55%), 2006 (4.13%), 2007 (4.22%). Angka

kemiskinan tahun2007 sebesar 13.35%. Dan tingkat pengangguran pada tahun 2007 sebesar

10.14%. Berdasarkan data-data Kabupaten Kuningan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan

Page 62: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

61

Data pada tabel 21 tidak berpretensi untuk menyimpulkan bahwa korupsi

pada era Orde Baru lebih baik daripada korupsi pada Era Reformasi. Apa yang

ingin disampaikan adalah bahwa korupsi yang terjadi saat ini mempunyai

konsekuensi yang sangat serius terhadap buruknya kinerja pembangunan

ekonomi. Jika hal tersebut terus terjadi dan ketimpangan terus membesar sebagai

akibat dari korupsi yang merajalela di kalangan elit pejabat-pengusaha, menurut

Riyanto, bukan tidak mungkin akan terjadi revolusi sosial67

.

Secara sederhana, pegaruh otonomi daerah terhadap korupsi dapat dilihat

melalui tabel 22.

Tabel 22. Pengaruh otonomi daerah terhadap fenomena korupsi di Kabupaten

Kuningan.

Sebelum Otonomi Daerah Setelah Otonomi Daerah

Banyak kasus korupsi yang tidak

terungkap karena sistem kekeluargaan

yang kental di dalam pemerintahan.

Lebih banyak kasus korupsi yang

terungkap karena kewenangan daerah

yang semakin bertambah dan sistem

pengawasan yang kurang efektif.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber (2013).

Keberadaan Aktor yang Melakukan Perilaku Rent Seeking Economy Activity

dan Korupsi di Kabupaten Kuningan.

Keberadaan aktor dalam aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi

sangat penting untuk diketahui. Hal ini berguna sebagai informasi awal untuk

mengetahui latar belakang aktor, motivasi, dan saling keterkaitan (hubungan)

aktor yang satu dengan aktor yang lainnya. Berikut akan dijelaskan mengenai

keberadaan aktor dalam fenomena aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi

di Kabupaten Kuningan.

Keberadaan Aktor yang Melakukan Perilaku Korupsi.

Otonomi Daerah di Indonesia dalam praktiknya banyak disalahgunakan oleh

banyak kepala daerah, mulai dari gubernur sampai wali kota untuk kepentingan

pribadi. Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat bahwa sampai tahun 2013

ada 149 kepala daerah yang terjerat kasus korupsi. Kepala daerah tersebut terdiri

dari 20 gubernur, 1 wakil gubernur, 17 wali kota, 8 wakil wali kota, 84 bupati, dan

19 wakil bupati.68

Kelompok perkara menurut jenis tindak pidana korupsinya

adalah: 1) pengadaan barang/jasa yang dibiayai APBN/APBD, 2) penyalahgunaan

anggaran, 3) perizinan Sumberdaya alam yang tidak sesuai ketentuan, 4)

penggelapan dalam jabatan, 5) pemerasan dalam jabatan, 6) penerimaan suap, 7)

ekonomi masih rendah dibandingkan dengan nasional. Namun demikian, tingkat kemiskinan dan

pengangguran berada di bawah rata-rata nasional. Hal ini dipicu karena banyak masyarakat

Kabupaten Kuningan yang merantau ke luar daerah. 67

Riyanto, op. cit., hlm. 108. 68

Donal, “Otonomi Daerah: Korupsi Terdesetralisasi ke Daerah”, Kompas 26 Juni 2013, hlm. 4.

Page 63: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

62

gratifikasi, dan 8) penerimaan uang dan barang yang berhubungan dengan

jabatan.69

Pola korupsi yang terjadi di berbagai daerah berbeda-beda. Daerah yang

kaya Sumberdaya alam lebih banyak terjadi pada masalah perizinan tambang dan

alih fungsi lahan. Sedangkan daerah yang miskin Sumberdaya alam lebih banyak

terjadi pada belanja daerah dalam pengadaan barang dan jasa.70

Kabupaten

Kuningan sebagai daerah yang termasuk miskin Sumberdaya alam71

memiliki

pola korupsi yang berkaitan dengan belanja daerah dalam pengadaan barang dan

jasa. Hal ini dibuktikan dengan data dari Kejaksaan Negeri Kuningan dan

Kepolisian Resort Kuningan yang diperlihatkan pada tabel 23.

69

K06/RYO, “Pilkada Picu Korupsi: Perlu Ada Efisiensi Biaya Politik”, Kompas 13 Juli 2013,

hlm. 4. 70

Ibid, hlm. 4. 71

Hal ini dapat dilihat dari proporsi PAD terhadap APBD dari tahun 2007 – 2013 yang hanya

sekitar 5% - 7%.

Page 64: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

63

Tabel 23. Data korupsi dari Kejaksaan Negeri (Kejari) tahun 2011-2012

N

o Deskripsi

Nama

Pelaku

Jabatan Aktor yang

Melakukan Korupsi

Tahun

Terjadi

Tahun

Terungkap Lembaga

Tahapan

Penanganan

Hukum –

Hukum

Lembaga

yang

Menangani

Kasus

Jumlah Kerugian

Negara

1

Kasus tindak pidana korupsi (Tipikor) dana penunjang

DAK (Dana Alokasi Khusus)

bidang pendidikan tahun

2007

Dra. Hj.

Yuaningsih (Alm.)

Kepala Bidang Bina Program pada Kantor

Disdik-pora Kabupaten

Kuningan

2007 2009 Dinas Pendidikan Putus Kejaksaan Rp 126.155.000,-

Wiratno

(Wt)

bendahara UPTD

Pendidikan Kec.

Pasawahan Kabupaten Kuningan

2006 –

2010 2010 Dinas Pendidikan Putus Kejaksaan Rp 1.600.000.000,-

2

Kasus korupsi penggelapan

dana kas desa tahun 2007-

2011 Desa Manis Kidul

ES Kepala Desa Manis Kidul Kabupaten Karawang

2007 2012 Kelurahan Penyidikan Kepolisian Rp 167.000.000,-

3

Penyalahgunaan dana dalam

pengadaan internet VPN MPLS dan VPN Over

internet sarana prasarana

pendukung untuk Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK)

online TA 2010 pada Dinas

Kependudukan dan

Pencatatan Sipil

(Disdukcapil) Kabupaten Kuningan

MH

Kepala Dinas

Kependudukan dan

Catatan Sipil (Kadisdukcapil)

Kabupaten Kuningan

2010 2011 Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Penyidikan Kejaksaan Rp 150.000.000,-

4

Perkara tipikor atas dugaan

penyalahgunaan dana

bantuan program pembiayaan perumahan dan pemukiman

dengan dukungan fasilitas

subsidi perumahan KSU Karya Nugraha Kel. Cipari,

Kec. Cigugur, Kab.

Kuningan

Saud

Gunawan dan Ajat

Sudrajat

Ketua Koperasi 2008 2008 Koperasi Karya

Nugraha Putus Kejaksaan Rp 1.400.000.000,-

474 4

7

Page 65: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

64

5

Kasus tindak pidana korupsi

pembangunan sarana dan prasarana olahraga di Desa

Sindang Gempang Kab.

Kuningan

RH Ketua LPMP Kamuning

Sari 2010 2011 Yayasan Penyidikan Kepolisian Rp 174.000.000,-

6

Kasus tindak pidana korupsi dana Jamkesmas Rumah

Sakit Umum Daerah 45 Kuningan

YM Bendahara BUD (Badan Usaha Daerah) RS 45

Kuningan

2012 2013 RSU Daerah 45 Penyidikan Kepolisian Rp 500.000.000,-

7

Kasus penyelewengan dana

pemeliharaan taman taman di

depan SMA 3 Kuningan dan Taman Dahlia di depan

pendopo

Yoyo

Sunaryo (Alm.)

Kepala Dinas Lingkungan

Hidup 2005 2006

Dinas Lingkungan

Hidup Putus Bebas Kejaksaan Rp 100.000.000,-

8

Kasus dugaan korupsi dana

bantuan sosial dari Provinsi Jawa Barat kepada kelompok

peternak sapi perah Ciputri

Desa Cisantana Kecamatan Cigugur

Amon

Amat

Ketua Kelompok Ternak

Sapi di Cisantana 2008 2009

Kelompok Tani Desa

Cisantana Putus Kejaksaan Rp 125.000.000,-

9

Kasus penyimpangan DAK

bidang pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Guppi

Cipondok

Ali Murtadho

Kepala Sekolah Madrasah

Ibtidaiyah Guppi

Cipondok

2007 2009 MTS Guppi Putus Kejaksaan Rp 112.000.000,-

Sumber: Kepolisian Resort Kabupaten Kuningan dan Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Kuningan (diolah)

474 4

8

Page 66: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

65

Berdasarkan data pada tabel 23 terlihat bahwa semua kasus korupsi yang

diproses di Kabupaten Kuningan terjadi pada sektor pengadaan barang dan jasa yang

dibiayai APBN/APBD dengan para pelakunya tersebar pada berbagai bidang struktur

di pemerintahan daerah di Kabupaten Kuningan mulai dari tingkat kelurahan sampai

tingkat kabupaten. Hanya saja pada setiap kasus korupsi yang terjadi seolah kasus

tunggal. Seperti contoh pada Kasus tindak pidana korupsi (Tipikor) dana penunjang

DAK (Dana Alokasi Khusus) bidang pendidikan tahun 2007 dengan terdakwa

Wiratno72

. Dalam keterangannya Wiratno menyebutkan bahwa kasus yang

menimpanya tersebut melibatkan hampir 31 orang guru, pimpinan UPTD Dinas

Pendidikan Kecamatan Pasawahan, dan beberapa pengawas keuangan di Pemda

Kabupaten Kuningan. Tetapi karena wiratno tidak mengerti permasalahan hukum

maka kasusnya tersebut menjadi kasus tunggal. Menurut Keterangan Wiratno,

sebelum adanya vonis, ada beberapa kepala dinas yang berniat untuk menjamin

keluarganya ketika ia melaksanakan hukuman. Namun janji-janji tersebut tidak ada

yang terealisasi, bahkan tidak ada seorangpun yang mau menjenguknya di penjara

sampai sekarang. Wiratno mengaku bahwa dalam kasusnya ini ia sengaja tidak

melibatkan rekan-rekannya atas dasar perasaan tidak tega dan perasaan bersalahnya

karena telah melakukan perbuatan korupsi selama empat tahun (2006 – 2010). Dalam

kasusnya ini Wiratno mendapat vonis selama 6 tahun dengan subsider 2 bulan dan

denda selama 3 tahun.

Terungkapnya kasus-kasus korupsi di Kabupaten Kuningan tersebut semuanya

berasal dari informasi yang berasal dari masyarakat73

. Hal inilah yang

mengindikasikan masih belum maksimalnya Badan Pengawas Daerah (Bawasda)

Kabupaten Kuningan sehingga kasus korupsi yang melibatkan instansi pemerintahan

tidak bisa terungkap lebih awal.

Uji Beda Pengaruh Korupsi Terhadap APBD di Kabupaten Kuningan

Terjadinya kasus korupsi yang ada di Kabupaten Kuningan akan berdampak

pada berkurangnya APBD sehingga menyebabkan pembangunan yang kurang

signifikan. Dalam mengukur dampak korupsi terhadap APBD Kabupaten Kuningan

dapat menggunakan uji beda dengan model regresi linear sederhana dimana korupsi

(X) bertindak sebagai veriabel independent dan APBD (Y) bertindak sebagai variabel

dependent. Model dari persamaan ini kemudian akan mengikuti model Yi = α + βXi +

εi. Rentang waktu yang akan digunakan adalah antara tahun 2009 sampai 2013

sehingga data jumlah korupsi adalah kasus yang ada diantara tahun 2009 – 2013

(lihat pada tabel 23) yang kemudian berdampak kepada APBD antara tahun 2009 –

2013. Berikut di tabel 24 adalah data-datanya.

72

Wawancara dilakukan pada tanggal 4 Juli 2013 di Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Kuningan. 73

Wawancara Heri Pramono, Juli 2013.

Page 67: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

66

Tabel 24. Data yang diperlukan untuk perhitungan uji beda dengan model regresi

linear sederhana.

Tahun Jml. APBD

Kuningan (Y)

Y

Besaran

Korupsi Per

Tahun (X)

X

2009 913909173717.00

1283403569600.42

363155000

590831000

2010 1137779624077.11 1600000000

2011 1305726048986.00 324000000

2012 1451109067403.00 167000000

2013 1608493933819.00 500000000

Sumber: Peraturan daerah pemerintah Kabupaten Kuningan tahun 2009 – 2013 dan

data korupsi dari Kejari dan Kepolisian Resort Kuningan antara tahun 2009

– 2013.

Data pada tabel 24 diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut74

:

Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat dilihat bahwa nilai β (koefisien)

sebesar –127,43 dan nilai α (konstanta) sebesar 1358 693163930,42 sehingga hasil

dari uji beda dengan model regresi linear sederhana adalah:

Model tersebut dapa dinterpretasikan bahwa jika terjadi korupsi sebesar Rp 1

(satu rupiah) maka akan menyebabkan pengurangan terhadap APBD sebesar Rp

127,43 (seratus dua puluh tujuh point empat tiga rupiah). Hal ini membuktikan bahwa

korupsi akan menyebabkan pembangunan yang kurang signifikan karena memiiki

efek multiplier terhadap proses pembangunan.

Keberadaan Aktor yang Melakukan Perilaku Rent Seeking Economy Activity.

Adanya fenomena aktivitas ekonomi perburuan rente yang terjadi di Kabupaten

Kuningan diakui oleh beberapa informan75

. Aktivitas ekonomi perburuan rente yang

terjadi di Kabupaten Kuningan banyak terjadi pada sektor pengadaan barang dan jasa.

Fakta adanya keberadaan aktivitas ekonomi perburuan rente di Kabupaten Kuningan

74

Juanda, op.cit., hlm. 23. 75

Wawancara H.O. Furqon, April 2013, Masuri, April 2013, Jubaedi, April 2013, Dani Nuryadin,

April 2013.

Page 68: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

67

bisa ditelusuri melalui data tender dalam proses pengadaan barang dan jasa. Seperti

halnya melalui data Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)76

antara tahun

2012-2013 dimana dari 319 proyek, ada 59 proyek yang nilai pagu paketnya di atas

Rp 500.000.000,-. yang dikerjakan oleh sebanyak 25 badan usaha dimana masing-

masing badan usaha pernah mengerjakan lebih dari satu kali tender (lihat pada

lampiran 1). Hal ini menjadi menarik karena ada beberapa badan usaha yang

ditenggarai adanya aktivitas ekonomi perburuan rente yang disebabkan karena

pemiliknya memiliki jabatan strategis di Kabupaten Kuningan dan memiliki

kedekatan dengan penguasa melalui hubungan struktural. Seperti halnya pengusaha

rekanan yang mendapatkan tender pengadaan barang antara tahun 2012 – 2013 yang

berasal dari organisasi kepemudaan dimana pada organisasi ini, Bupati Aang Hamid

Suganda bertindak sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Kabupaten Kuningan Tahun

2011 – 2015. Hal ini dapat dilihat dari tabel 25.

Tabel 25. Daftar nama badan usaha yang ditenggarai terjadi aktivitas ekonomi

perburuan rente.

No Nama Badan

Usaha

Nama

Pengusaha

Rekanan

Total Nilai Pagu

Proyek yang

Didapat Antara

Tahun 2012-2013

Organisasi/Jabatan yang

Sedang Diemban Oleh

Pengusaha Rekanan

Sampai Tahun 2013

1 CV Guna Mekar H. Maman Kusna

Indra Kusumah Rp 3.407.576.400

Ketua Kadin Kabupaten

Kuningan

2 CV Tiga Saudara H. Uba Subari,

AK Rp 2.388.297.000

- Ketua Gapensi

Kuningan Periode

2011-2016.

- Ketua Amil Zakat

Nasional (Baznas)

Kabupaten Kuningan.

- Ketua Bidang Informasi

dan Komunikasi pada

Pemuda Pancasila.

3 Sejati Yudi Iskandar Rp 2.697.946.750

Departemen Hukum dan

HAM pada organisasi

Pemuda Pancasila.

4 Deansika Udin Kusnedi Rp 2.127.066.000

Departemen Dana pada

organisasi Pemuda

Pancasila.

5 Sancita Ir. Hilwan Arif Rp 2.732.652.400

Bidang Ekonomi dan

Pengembangan Usaha

pada organisasi Pemuda

Pancasila.

6 Manunggal Ir. Agus

Stefhanus Rp 3.868.463.400

Bidang Ekonomi dan

Pengembangan Usaha

pada organisasi Pemuda

Pancasila.

Sumber: LPSE Kabupaten Kuningan (diolah)

76

lpse.kuningankab.go.id/eproc/

Page 69: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

68

Aktivitas ekonomi perburuan rente pada sektor pengadaan barang dan jasa akan

semakin berkembang jika LPSE tidak bekerja secara independen dan fair. Sikap

independen LPSE sangat diperlukan terutama untuk meyakinkan keraguan beberapa

kalangan baik dari kalangan pengusaha maupun birokrat yang masih meragukan

efektivitas LPSE. Sikap independen LPSE ini sesuai dengan Instruksi Presiden

Nomor 5 Tahun 2004 yang merupakan salah satu strategi percepatan pemberantasan

korupsi. Berdasarkan perhitungan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyebutkan

bahwa keberhasilan penerapan LPSE dapat menghilangkan inefisiensi rata-rata 30-35

persen dari nilai yang dianggarkan.77

Jenis – Jenis Korupsi dan Rent Seeking Economy Activity di Kabupaten

Kuningan Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah.

Kabupaten Kuningan merupakan salah-satu daerah dari enam daerah78

di Jawa

Barat yang dinilai rawan dari “kehancuran” ekonomi pada era otonomi daerah yang

dimulai pada 1 Januari 200179

. Hal itu dikarenakan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten Kuningan yang belum sampai 15 milyar per tahun80

. Nilai PAD yang

rendah ini menyebabkan sektor pengadaan barang menjadi tempat yang menarik bagi

para pemburu rente untuk mendapatkan keuntungan.

Otonomi daerah merupakan suatu sistem yang memberikan tambahan urusan

kepada pemerintah daerah sehingga pemda diharapkan dapat meningkatkan daya

guna dan hasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan

pembinaan kemasyarakatan. Selain itu, penyerahan sebagian urusan pemerintah

daerah kepada daerah tingkat II diharapkan memberikan keserasian dan keterpaduan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan kondisi saling melengkapi

dan saling menunjang81

. Namun demikian, otonomi daerah telah menimbulkan moral

hazard berupa kecenderungan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) kepala

daerah karena melalui kewenangannya yang besar itulah maka kepala daerah

memiliki kekuatan untuk mengarahkan kebijakan yang menguntungkan bagi

77

Mariana, “Pengadaan Barang „E-PROCUREMENT‟, Cara Baru di Jabar”, Kompas 07 Mei 2009,

hlm. 7. 78

Lima daerah lainnya adalah Kabupaten Ciamis, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Subang,

Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Sumedang. 79

Zal, “Di Era Otonomi, Enam Daerah di Jabar Rawan”, Kompas 05 Januari 2001, hlm. 13. 80

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuningan mengalami kenaikan yang pesat sampai

dengan tahun 2013. Berikut adalah datanya: 2004 (24.95 M), 2005 (31.31 M), 2007 (44.11 M), 2008

(48.7 M), 2009 (52.7 M), 2010 (72.9 M), 2011 (83.61 M), 2012 (96.9 M), 2013 (109.10 M).

(Sumber: Surat dari BPS Kuningan dengan nomor surat 320081.4.025 tanggal 27 Mei 2011 dan

nomor surat 320081.4.024 tanggal 26 Januari 2012). Meskipun PAD Kabupaten Kuningan terlihat

mengalami kenaikan dengan pesat namun secara umum APBD Kabupaten Kuningan hanya

mengalami kenaikan rata-rata antara tahun 2009-2013 sebesar 0,12% dibawah peningkatan rata-rata

APBD nasional yang sebesar 15.6% (Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Deskripsi

dan Analisis APBD 2013 [Jakarta: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2013], hlm. 5). 81

R Hartono, “Otonomi Dati II untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan”, Kompas, 24 April 1998, hlm.

11.

Page 70: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

69

golongannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemeriksaan sistem pengendalian intern

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2011 yang menyebutkan bahwa di Pemda

Kabupaten Kuningan masih terdapat kecenderungan bahwa faktor kedekatan dengan

pimpinan menjadi indikator penting untuk menilai kelayakan seorang pegawai

menduduki posisi jabatan tertentu. Hal ini dikarenakan mahalnya biaya dan lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penilaian kompetensi bagi seorang pegawai

untuk menduduki suatu posisi jabatan tertentu.82

Jenis-jenis Rent Seeking Economy Activity di Kabupaten Kuningan Sebelum dan

Sesudah Otonomi Daerah.

Berdasarkan jenisnya, aktivitas ekonomi perburuan rente di Kabupaten

Kuningan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu berdasarkan faktor kedekatan,

berdasarkan sektor, dan berdasarkan motif/dorongan. Ada dua pola aktivitas ekonomi

perburuan rente yang terjadi di Kabupaten Kuningan yang berdasarkan faktor

kedekatan. Pertama adalah jenis aktivitas ekonomi perburuan rente yang biasa terjadi

sebelum adanya otonomi daerah, fenomena aktivitas ekonomi perburuan rente ini

melibatkan orang-orang yang memiliki hubungan dekat atau hubungan saudara

dengan kepala daerah. Sedangkan yang kedua adalah aktivitas ekonomi perburuan

rente yang biasa terjadi setelah adanya otonomi daerah, yaitu aktivitas ekonomi

perburuan rente atas dasar kedekatan antara penguasa dengan pengusaha83

yang

terbentuk pada saat proses pemilihan umum kepala daerah. Sedangkan berdasarkan

sektornya, aktivitas ekonomi perburuan rente di Kabupaten Kuningan baik sebelum

ataupun setelah otonomi daerah banyak terjadi pada sektor pengadaan barang dan

jasa.

Hal ini terjadi karena Kabupaten Kuningan masih minim dalam hal sumberdaya

alam. Sedangkan berdasarkan motif/dorongan dari adanya aktivitas ekonomi

perburuan rente, sebelum otonomi daerah, aktivitas ekonomi perburuan rente terjadi

atas dorongan mengumpulkan keuntungan untuk diri sendiri. Sedangkan setelah

otonomi daerah, aktivitas ekonomi perburuan rente dilakukan atas dasar balas budi

penguasa kepada pengusaha yang membantunya pada saat proses pemilihan umum

kepala daerah. Hubungan balas budi ini bermula pada bantuan pengusaha kepada

penguasa pada saat pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) dimana pihak

pengusaha memberikan bantuan berupa financial kepada calon bupati. Setelah calon

bupati yang diusungnya tersebut menang maka secara moral pemimpin kepala daerah

terpilih tersebut akan melakukan balas budi kepada pengusaha yang mendukungnya

dalam hal proyek-proyek yang ada di wilayah kekuasaannya84

. Hal ini sesuai dengan

teori ekonomi regulasi (The Economic Theory of Regulation) yang dikemukakan oleh

Josep Stigler yang menyebutkan bahwa pemerintah/penguasa memiliki hak untuk

82

BPK: Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2011 pada

Pemerintah Kabupaten Kuningan, hlm. 6. 83

Riyanto, op. cit..,hlm. 96. 84

Wawancara H.O. Furqon, April 2013.

Page 71: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

70

membuat dan menegakkan aturan. Namun demikian, pengusaha bisa meminta

pemerintah untuk membuat peraturan yang menguntungkannya, sementara

pemerintahpun diuntungkan karena butuh uang untuk melanggengkan

kekuasaannya85

. Dengan demikian, jenis-jenis fenomena rent seeking economy

activity di Kabupaten Kuningan sebelum dan sesudah otonomi daerah dapat

diperlihatkan oleh tabel 26.

Tabel 26. Jenis-jenis fenomena rent seeking economy activity di Kabupaten Kuningan

sebelum dan sesudah otonomi daerah.

Jenis-jenis Rent

Seeking Economy

Activity

Sebelum Otonomi

Daerah

Setelah Otonomi

Daerah

Berdasarkan faktor

kedekatan

Melibatkan orang-orang

yang memiliki hubungan

dekat atau hubungan

saudara dengan kepala

daerah

Aktivitas ekonomi

perburuan rente atas

dasar kedekatan antara

penguasa dengan

pengusaha yang

terbentuk pada saat

proses pemilihan umum

kepala daerah

Berdasarkan sektor

Aktivitas ekonomi perburuan rente di Kabupaten

Kuningan baik sebelum ataupun setelah otonomi

daerah banyak terjadi pada sektor pengadaan barang

dan jasa

Berdasarkan

motiv/dorongan

Aktivitas ekonomi

perburuan rente terjadi atas

dorongan mengumpulkan

keuntungan untuk diri

sendiri

Aktivitas ekonomi

perburuan rente

dilakukan atas dasar

balas budi penguasa

kepada pengusaha yang

membantunya pada saat

proses pemilihan umum

kepala daerah

Sumber: Diolah dari berbagai sumber (2013).

Jenis – Jenis Korupsi di Kabupaten Kuningan Sebelum dan Setelah Otonomi

Daerah.

Ada beberapa jenis korupsi yang secara umum baik sebelum maupun setelah

otonomi daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2001, terjadi di Kabupaten Kuningan. Jenis-jenis korupsi

yang berkembang tersebut dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: 1) mencari untung

dengan cara melawan hukum dan merugikan negara, 2) menyalahgunakan jabatan

85

W. Kip Viscusi, John M. Vernon dan Josep E. Harrington, Jr., Economics of Regulation and

Antitrust Second Edition (London: The MIT Press, 1995), hlm. 329.

Page 72: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

71

untuk mencari untung dan merugikan negara, dan 3) gratifikasi. Berikut adalah

penjelasannya:

Mencari Untung dengan Cara Melawan Hukum dan Merugikan Negara.

Jenis korupsi ini dirumuskan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 dengan unsur-unsur yang memenuhi

sebagai berikut86

:

1. Setiap orang;

2. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi;

3. Dengan cara melawan hukum;

4. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Semua kasus korupsi yang sudah atau sedang ditangani oleh Kejaksaan Negeri

Kuningan dan Kepolisian Resort Kuningan termasuk ke dalam jenis korupsi ini

dengan modus yang berbeda-beda. Berikut pada tabel 27 adalah datanya.

Tabel 27. Deskripsi dan modus korupsi yang terjadi di Kabupaten Kuningan

No Deskripsi Modus

1

Kasus tindak pidana korupsi (Tipikor) dana penunjang

DAK (Dana Alokasi Khusus) bidang pendidikan tahun

2007

Penyalahgunaan

Anggaran

Dana Fiktif

2 Kasus korupsi penggelapan dana kas desa tahun 2007-

2011 Desa Manis Kidul

Penggelapan

Dana

3

Penyalahgunaan dana dalam pengadaan internet VPN

MPLS dan VPN Over internet sarana prasarana

pendukung untuk Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK) online TA 2010 pada Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil)

Kabupaten Kuningan

Penggelapan

Dana

4

Perkara tipikor atas dugaan penyalahgunaan dana

bantuan program pembiayaan perumahan dan

pemukiman dengan dukungan fasilitas subsidi

perumahan KSU Karya Nugraha Kel. Cipari, Kec.

Cigugur, Kab. Kuningan

Penggelapan

Dana

5

Kasus tindak pidana korupsi pembangunan sarana dan

prasarana olahraga di Desa Sindang Gempang Kab.

Kuningan

Penggelapan

Dana

6 Kasus tindak pidana korupsi dana Jamkesmas Rumah

Sakit Umum Daerah 45 Kuningan

Penggelapan

Dana

7 Kasus penyelewengan dana pemeliharaan taman taman Penyelewengan

86

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), op. cit., hlm. 10

Page 73: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

72

di depan SMA 3 Kuningan dan Taman Dahlia di depan

pendopo

Dana

8

Kasus dugaan korupsi dana bantuan sosial dari

Provinsi Jawa Barat kepada kelompok peternak sapi

perah Ciputri Desa Cisantana Kecamatan Cigugur

Proyek Fiktif

9 Kasus penyimpangan DAK bidang pendidikan di

Madrasah Ibtidaiyah Guppi Cipondok

Penggelapan

Dana

Sumber: Kepolisian Resort Kabupaten Kuningan dan Kejaksaan Negeri (Kejari)

Kabupaten Kuningan (diolah)

Berdasarkan tabel 27 dapat dilihat bahwa kasus korupsi banyak terjadi dengan

modus penggelapan dana atau upaya untuk memperkaya diri sendiri. Banyaknya

kasus korupsi dengan modus tersebut diakibatkan oleh Sistem Pengendalian Internal

(SPI) atas pengelolaan pendapatan daerah yang masih kurang memadai dan masih

terdapat kelemahan dalam pelaksanaannya, khususnya mengenai prosedur kerja yang

kurang efektif dan ketaatan pada azas yang belum sepenuhnya dilaksanakan oleh para

pelaksana maupun penanggung jawab kegiatan87

.

Adanya fenomena korupsi pada jenis ini juga terlihat dari hasil laporan BPK.

Seperti misalnya tahun 2005 terdapat penyimpangan sebesar Rp 1.719.730.000 atau

0.97% dari cakupan pemeriksaan tahun anggaran 2005 sebesar Rp

176.428.013.234,22 atau 39.29%. Tidak jauh berbeda dengan tahun 2005,

penyimpanganpun terjadi pada tahun 2006 sebesar Rp 2.236.370.000 atau 2% dari

cakupan pemeriksaan tahun anggaran 2006 yaitu sebesar Rp 111.861.861.965.042

atau 40.74%. Sedangkan pada tahun 2008, terjadi penyimpangan sebesar Rp

179.640.649,06 atau 0.32% dari cakupan pemeriksaan sebesar Rp 55.419.177.992

atau 8.21% dari realisasi anggaran tahun anggaran 2008.

Berdasarkan data antara tahun 2005, 2006, dan 2008 tersebut maka dapat

diindikasikan bahwa fenomena korupsi di wilayah Pemda Kabupaten Kuningan

menunjukkan angka yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun demikian,

pihak inspektorat (yang bertugas mengawasi dan melakukan audit terhadap seluruh

program kerja di wilayah Pemda Kuningan sekaligus juga berwenang untuk

melakukan pengusutan serta memberikan saran dan menindaklanjuti segala bentuk

temuan untuk kemudian dilaporkan kepada pimpinan)88

masih kurang efisien dalam

kinerjanya, hal ini terlihat dari kurangnya efek jera yang dihasilkan dari tindak lanjut

hasil pengawasannya.

Menyalahgunakan Jabatan untuk Mencari Untung dan Merugikan Negara

Jenis korupsi ini dirumuskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 dengan unsur-unsur yang memenuhi

sebagai berikut89

:

87

BPK, op. cit., hlm. 12-13. 88

Ibid, hlm. 8. 89

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), op. cit., hlm. 11

Page 74: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

73

1. Setiap orang;

2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi;

3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana;

4. Yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan;

5. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Fenomena jenis korupsi ini tergambar dari kasus korupsi yang dialami Wiratno

pada kasus tindak pidana korupsi (Tipikor) dana penunjang DAK (Dana Alokasi

Khusus) bidang pendidikan tahun 2007. Wiratno yang menjabat sebagai bendahara

UPTD Pendidikan Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan menyebutkan bahwa

pada awal dirinya melakukan korupsi karena banyak guru sekolah yang kekurangan

uang sehingga meminjam kepada dirinya. Untuk memenuhi peminjaman itulah maka

Wiratno membuat laporan fiktif mengenai jumlah guru yang ada di Kecamatan

Pasawahan dari mulai tahun 2006 sampai tahun 201090

. Melalui insiden yang tidak

disengaja maka kasusnya terungkap pada tahun 2010.

Berdasarkan kasus Wiratno itu maka ada kemungkinan banyaknya kasus yang

serupa dengan kasus ini tetapi belum terungkap sampai saat ini. Fenomena jenis

korupsi seperti ini diakui secara langsung oleh Unang Unarsan yang menjabat sebagai

mantan Kepala Desa Linggajati91

. Menurutnya banyak peluang untuk korupsi yang

dimiliki oleh seorang kepala desa. Hal ini dikarenakan pejabat-pejabat di atasnya

yang juga banyak melakukan korupsi. Seperti misalnya jika ada sebuah proyek di

sebuah dinas maka minimal 10% uang harus keluar di awal sebagai biaya untuk

mendapatkan dana sampai kepada tahap pencairan uang. Unang mengaku bahwa

pihaknya tidak pernah mempermasalahkan hal itu karena ia menganggap hal seperti

ini sudah biasa terjadi. Menurutnya dalam situasi sekarang ini sangat mudah bagi

seorang yang memiliki jabatan sebagai kepala desa untuk melakukan korupsi

terhadap bantuan-bantuan dari pemerintah.

Fenomena korupsi pada jenis ini juga dipengaruhi oleh adanya sikap feodal dari

para pemimpin. Menurut Wiratno, sudah menjadi hal yang biasa ketika pimpinan

meminta dibelikan sesuatu kepadanya92

. Sebagai seorang bawahan yang diangkat

oleh pimpinan maka dirinya tidak bisa menolak apa yang diminta oleh pimpinannya

tersebut. Adanya sikap feodal dari atasan ini juga diakui oleh Unang dengan

memberikan contoh kasus ketika adanya kunjungan dari pihak pemerintah daerah ke

desanya maka biasanya pihaknya mempersiapkan uang untuk atasannya tersebut

dengan alasan sebagai pengganti uang transportasi.

Adanya fenomena korupsi pada jenis ini juga ditemukan melalui hasil temuan

BPK yang menyebutkan bahwa terdapat kelemahan unsur penegakan integritas dan

nilai etika, yaitu dengan masih ditemukannya penggunaan hasil penagihan pajak

daerah oleh Petugas Penagihan untuk kepentingan pribadi. 93

90

Wawancara dilakukan pada tanggal 4 Juli 2013 di Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Kuningan. 91

Wawancara dilakukan pada tanggal 4 Juli 2013 di Kabupaten Kuningan. 92

Menurut pengakuan Wiratno, ia pernah membelikan sebuah sepeda motor untuk pimpinannya. 93

BPK, op. cit., hlm. 6.

Page 75: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

74

Gratifikasi

Secara sederhana gratifikasi bisa diartikan sebagai pemberian hadiah. Bentuk-

bentuk hadiah itu dapat berupa uang, barang, diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga,

tiket pesawat, liburan, biaya pengobatan, dan fasilitas lain. Korupsi yang

berhubungan dengan gratifikasi dijelaskan dalam pasal 12B Undang-Undang Nomor

31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 dan Pasal 12 C Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 dengan

unsur-unsurnya sebagai berikut94

:

1. Pegawai negeri atau penyelenggara negara;

2. Menerima gratifikasi;

3. Yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau

tugasnya;

4. Penerimaan gratifikasi tersebut tidak dilaporkan kepada KPK dalam jangka

waktu 30 hari sejak diterimanya gratifikasi.

Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Transparency International

Indonesia95

meyebutkan bahwa empat dari sepuluh masyarakat di Indonesia (36%

responden di Indonesia) membayar suap untuk mendapatkan pelayanan publik.

Fenomena korupsi jenis gratifikasi ini juga terjadi di Kabupaten Kuningan.

Kasus gratifikasi yang paling baru adalah kasus yang menimpa Elit Nurlita Sari yang

diduga melakukan tindak penipuan dan penggelapan uang senilai 1,62 miliar. Uang

tersebut didapatkan dari 6 orang korban yang dijanjikan masuk Akpol96

. Meskipun

pada akhirnya saat ini Elit sudah bebas dan perkara tersebut sudah ditutup dengan

baik97

. Adanya gratifikasi juga diakui oleh Unang Unarsan. Menurutnya, gratifikasi

sudah dianggap sebagai sebuah hal yang wajar pada saat pihak desa ingin

mendapatkan proyek dari dinas terkait. Menurut pengalaman Unang, minimal 10%

dari nilai proyek habis untuk membiayai pencairan dana tersebut. Menurut Unang, hal

ini terjadi karena keterbatasan nilai proyek pada masing-masing dinas terkait

sehingga desa harus berkompetisi untuk mendapatkan dana tersebut. Munculnya

gratifikasi tersebut adalah sebagai dampak dari adanya persaingan.

Kasus korupsi jenis gratifikasi ini sulit untuk diatasi karena masyarakat masih

takut untuk melapor karena khawatir dengan kosekwensinya. Hal ini terjadi karena di

Indonesia belum cukup tersedia perlindungan dan saluran yang efektif bagi warga

untuk melakukan pengaduan dan pelaporan korupsi. Oleh karena itu Transparency

International Indonesia (TII) merekomendasikan agar pemerintah dan masyarakat

94

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), op. cit., hlm. 62. 95

Sumber: http://www.ti.or.id/index.php/news/2013/07/10/tii-praktik-suap-di-indonesia-tinggi. 96

http://www.kuningannews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=13450:elit-

terancam-dicoret-dari-pencalonan&catid=329:pilbup-kuningan-2013&Itemid=637. 97

http://www.kuningannews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=14275:bebas-

dari-perkara-elit-komit-maju-dengan-kamdan&catid=329:pilbup&Itemid=637.

Page 76: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

75

memperkuat lembaga-lembaga anti korupsi, memonitor efektivitas reformasi

pelayanan publik dan melibatkan warga dalam upaya-upaya melawan korupsi.98

Sebab – Sebab Terjadinya Rent Seeking Economy Activity dan Korupsi

di Kabupaten Kuningan

Adanya sebuah aktivitas di masyarakat tentunya tidak terlepas dari sebab-sebab

(motivasi) yang melatarbelakangi perilaku tersebut. Begitu pula dengan perilaku

aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi di Kabupaten Kuningan yang juga

memiliki sebab-sebabnya tersendiri. Meskipun secara umum kedua aktivitas tersebut

(aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi) hanya berada di wilayah kekuasaan

dan keuntungan finansial, namun berikut akan dijelaskan secara lebih spesifik.

Sebab – Sebab Terjadinya Rent Seeking Economy Activity di Kabupaten

Kuningan

Asumsi awal dari adanya aktivitas ekonomi perburuan rente adalah bahwa setiap

kelompok kepentingan (self interest) berupaya mendapatkan keuntungan ekonomi yang

sebesar-besarnya dengan upaya (effort) yang sekecil-kecilnya. Untuk mencapai

keuntungan yang besar itulah maka digunakanlah lobi terhadap kebijakan yang ada.99

Teori ekonomi aktivitas ekonomi perburuan rente menjelaskan hubungan pengusaha

dengan pemerintah. Pengusaha selalu mencari preferensi atau keistimewaan dari

pemerintah dalam bentuk lisensi, kemudahan, proteksi, dan sebagainya untuk

kepentingannya.100 Dengan lisensi khusus tersebut maka dengan mudah pelaku yang lain

tidak bisa masuk pasar. Karena itu, perilaku aktivitas ekonomi perburuan rente ekonomi

biasanya merupakan perilaku anti persaingan atau menghindari persaingan.101 Secara

umum, perbedaan sebab-sebab terjadinya aktivitas ekonomi perburuan rente sebelum dan

setelah otonomi daerah hanya terdapat pada ongkos politik yang mahal. Seperti yang

diperlihatkan oleh tabel 28.

Tabel 28. Sebab-sebab terjadinya aktivitas ekonomi perburuan rente di Kabupaten

Kuningan sebelum dan sesudah otonomi daerah.

Sebelum Otonomi Daerah Setelah Otonomi Daerah

- Kurangnya daya kritis LSM/Ormas dan

masyarakat.

- Faktor manusia yang kurang jujur

(hipokrit).

- Kurangnya daya kritis LSM/Ormas dan

masyarakat.

- Faktor manusia yang kurang jujur

(hipokrit).

- Ongkos politik yang mahal.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber (2013).

98

Sumber: http://www.ti.or.id/index.php/news/2013/07/10/tii-praktik-suap-di-indonesia-tinggi. 99

Nuraini, op. cit., hlm. 38. 100

Ahmad Erani Yustika, Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, dan Strategi (Malang: Bayumedia

Publishing, 2008), hlm. 140. 101

Nuraini, op. cit., hlm. 39.

Page 77: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

76

Berikut adalah beberapa sebab terjadinya aktivitas ekonomi perburuan rente di

Kabupaten Kuningan.

Kurangnya Daya Kritis LSM/Ormas dan Masyarakat

Banyaknya kasus korupsi yang diwali oleh adanya aktivitas ekonomi perburuan

rente belum disadari oleh LSM/Ormas di Kabupaten Kuningan. Hal ini terlihat dari

tidak adanya LSM/Ormas/masyarakat yang mengkritisi masalah perburuan rente di

Kabupaten Kuningan. LSM/Ormas/masyarakat hanya mengkritisi masalah kasus-

kasus korupsi yang sudah terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa daya kritis civil society

yang ada di Kabupaten Kuningan hanya berorientasi pada akibat (korupsi) dan belum

menyentuh kepada penyebab sehingga terjadi korupsi (aktivitas ekonomi perburuan

rente). Padahal dengan semakin terbukanya informasi ditambah dengan adanya

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) saat ini memungkinkan

LSM/Ormas/masyarakat untuk mengadakan research sehingga memudahkan

menemukan adanya indikasi perburuan rente untuk selanjutnya bisa dikembangkan ke

arah keberadaan kasus korupsi.

Faktor Manusia yang Kurang Jujur (Hipokrit)

Perilaku aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi merupakan perilaku

anti persaingan atau menghindari persaingan. Adanya instrumen lobi dan

memengaruhi penguasa dengan uang akan menyebabkan pembangunan tidak

terwujud sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan karena berjalan dengan tidak

profesional sehingga banyak uang yang digunakan tidak sesuai dengan

peruntukkannya. Terjadinya fenomena aktivitas ekonomi perburuan rente merupakan

indikasi dari tidak adanya kejujuran baik dari pihak pemerintah maupun dari pihak

pengusaha.

Ongkos Politik yang Mahal

Ongkos politik yang mahal telah memicu para aktor politik untuk menghimpun

dana sebanyak-banyaknya demi mempertahankan eksistensi mereka dalam dunia

politik. Dalam hal ongkos politik yang mahal itulah terjadi sebuah pertemuan

kepentingan antara para pengusaha dan penguasa. Dimana para pengusaha

membutuhkan uang untuk keuntungan pribadi, sedangkan penguasa membutuhkan

uang untuk melanggengkan kekuasaannya. Sebab adanya aktivitas ekonomi

perburuan rente yang disebabkan oleh ongkos politik yang mahal ini berkembang

setelah adanya otonomi daerah sebagai akibat dari adanya pemilihan secara langsung

kepala daerah.

Page 78: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

77

Sebab – Sebab Terjadinya Korupsi di Kabupaten Kuningan Sebelum dan

Setelah Otonomi Daerah.

Fenomena korupsi merupakan masalah di dalam pembangunan yang

penyelesaiannya tidak mungkin dilakukan dalam waktu yang singkat mengingat

dimensi, ramifikasi, dan sofistifikasinya yang kompleks sehingga sulit untuk

diketahui mana sebab dan mana akibat102

. Namun demikian, menurut Damanhuri,

penyebab korupsi di Indonesia lebih merupakan gabungan dari neo-patrimonialisme,

kondisi historis-struktural akibat penjajahan, dan “kondisi transisi” dari masyarakat

lama yang tradisional dan agraris ke kompleksitas masyarakat baru yang lebih

industrial dengan ekonomi uang dan sofistifikasi dari struktur masyarakat modern

yang rasional dan sekuler. Selain itu, budaya dan perangkat hukum positif belum

menjadi supremasi kehidupan ditambah dengan ajaran agama yang belum menjadi

pandangan hidup bangsa Indonesia juga menjadi penyebab dari masih banyaknya

kasus korupsi yang ada di Indonesia103

. Sedangkan untuk fenomena aktivitas

ekonomi perburuan rente, seperti misalnya pada masa Orde Baru, disebabkan oleh

kedekatan pribadi antara pengusaha dengan para elit pemerintah104

.

Secara umum, sebab-sebab yang membedakan adanya perilaku korupsi di

Kabupaten Kuningan sebelum dan sesudah otonomi daerah hanya dalam hal ongkos

politik yang mahal. Hal ini dapat diperlihatkan oleh tabel 29.

Tabel 29. Sebab-sebab terjadinya korupsi di Kabupaten Kuningan sebelum dan

sesudah otonomi daerah.

Sebelum Otonomi Daerah Setelah Otonomi Daerah

- Lemahnya penegakan hukum.

- Peran bawasda/inspektorat yang

belum maksimal.

- Kurangnya daya kritis LSM/Ormas

dan masyarakat.

- Faktor manusia yang kurang jujur

(hipokrit).

- Kurangnya kuantitas aparat penegak.

- Sistem akuntansi dan keuangan yang

belum baik.

- Lemahnya penegakan hukum.

- Peran bawasda/inspektorat yang

belum maksimal.

- Kurangnya daya kritis LSM/Ormas

dan masyarakat.

- Faktor manusia yang kurang jujur

(hipokrit).

- Kurangnya kuantitas aparat penegak.

- Sistem akuntansi dan keuangan yang

belum baik.

- Ongkos politik yang mahal.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber (2013).

Secara rinci, sebab-sebab fenomena korupsi di Kabupaten Kuningan dapat

dijelaskan sebagai berikut.

102

Damanhuri, op. cit., hlm. 125 103

Ibid, hlm. 131. 104

Mallarangeng, op. cit., hlm. 189.

Page 79: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

78

Lemahnya Penegakan Hukum

Korupsi merupakan isu yang menarik dilihat dari perspektif politik praktis

sehingga kemudian hukum menjadi alat kepentingan politik sehingga hukum menjadi

diskriminatif. Kasus penegakan hukum yang masih diskriminatif ini bisa dilihat dari

pendapat Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden) dan KH Hasyim Muzadi (Ketua

Umum PB Nahdlatul Ulama) berikut ini105

:

“Ini yang memprihatinkan, ada kasus tindak pidana korupsi dengan

jumlah relative kecil, antara Rp 1 juta atau Rp 2 juta, tetapi hukumannya

sama dengan kasus serupa dengan nilai korupsi yang jauh lebih besar.

Hal ini perlu dikaji kembali,” Jusuf Kalla.

“Ini perlu perbaikan sebab ada pula kasus dimana orang yang terjerat

perkara korupsi karena kesalahan administrasi. Orang ini mungkin saja

tidak menerima duit, tetapi yang bersangkutan harus menebus dengan

uang, bahkan hukumannya sama dengan orang yang korupsinya sampai

miliaran rupiah,” KH Hasyim Muzadi.

Lemahnya penegakan hukum ini dirasakan Wiratno. Dirinya merasa keberatan

dengan hukuman yang dikenakan kepadanya dan merasa kecewa terhadap hukum

yang menjadikan dirinya sebagai pelaku tunggal dalam kasusnya ini. Wiratno

mengaku bahwa pada awalnya ia berniat untuk melakukan banding namun pada saat

itu ia ditakut-takuti oleh jaksa dengan hukuman yang bertambah akibat bandingnya

tersebut.

Lemahnya penegakan hukum ini dapat dilihat pula dari data narapidana korupsi

yang sudah bebas dari tahun 2000 sampai dengan 2010 pada Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Kuningan. Data ini menyebutkan bahwa dari empat belas

narapidana, hanya 2 (dua) narapidana saja yang membayar denda. Sisanya dibiarkan

dan tidak mendapatkan perlakuan hukum.

Peran Bawasda/Inspektorat yang Belum Maksimal

Inspektorat/bawasda merupakan sebuah lembaga yang bertugas mengawasi dan

melakukan audit terhadap seluruh program kerja di wilayah Pemda Kuningan

sekaligus juga berwenang untuk melakukan pengusutan serta memberikan saran dan

menindaklanjuti segala bentuk temuan untuk kemudian dilaporkan kepada pimpinan.

Namun demikian, menurut Febi Yonesta (Direktur Lembaga Bantuan Hukum

Jakarta), inspektorat/Bawasda ini perannya masih belum maksimal. Lemahnya peran

inspektorat/Bawasda ini menurut Emerso Yuntho (anggota Badan Pekerja ICW) yang

menyebabkan banyaknya korupsi kepala daerah.106

105

SEM, “Penegakan Hukum Masih Diskriminatif”, Kompas, 8 Juli 2013, hlm. 4. 106

K06/RYO, op. cit., hlm. 4.

Page 80: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

79

Lemahnya peran inspektorat/Bawasda Kabupaten Kuningan terlihat dari tidak

adanya satupun kasus korupsi di Kabupaten Kuningan yang berasal dari informasi

inspektorat/Bawasda.

Kurangnya Daya Kritis LSM/Ormas dan Masyarakat

LSM/Ormas merupakan bagian dari civil society yang memiliki fungsi sosial

berbeda dengan government, birokrasi, political society, dan economic society.

Adanya perbedaan fungsi sosial inilah yang menyebabkan civil society memiliki

kebebasan sebagai pihak yang mengevaluasi kinerja dari empat wilayah lain yang ada

sehingga rakyat mendapat haknya yang sesuai. Pentingnya peran civil society ini yang

menjadi indikator matangnya sebuah masyarakat. Jika civil society-nya sudah pro

terhadap kesejahteraan masyarakat maka itu menandakan masyarakat yang sudah

matang.

Ada 85 (delapan puluh lima) jumlah LSM/Ormas di Kabupaten Kuningan,

namun hanya beberapa saja yang mengkritisi masalah korupsi yang terjadi di

Kabupaten Kuningan. Ormas/LSM hanya mengkritisi masalah yang bersifat nasional

saja. Fenomena ini sesuai dengan pendapat Syed Hussein Alatas, pakar sosiologi

korupsi, yang melihat bahwa di Asia, korupsi berkaitan dari kondisi historis-

struktural yang disebabkan oleh penjajahan yang terjadi berabad-abad. Penjajahan

inilah yang menyebabkan bangsa Indonesia terbiasa melakukan penyimpangan dari

norma yang ada sehingga terbentuk norma lain.107

Faktor Manusia yang Tidak Jujur (Hipokrit)

Menurut survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI)108

menyebutkan bahwa 65,30

persen publik menganggap para elite politik benar-benar hipokrit (berbicara hal-hal

yang baik tetapi tidak mengerjakannya). Publik juga memersepsikan para elite sering

menggunakan agama sebagai tameng dan pencitraan sehingga disparitas antara ajaran

agama dengan perilaku para elite semakin lebar. Menurut Yudi Latif (pengamat

politik dari Reform Institute), terjadinya sikap hipokrit di kalangan elite politik dipicu

oleh rancangan sistem demokrasi di Indonesia yang masih inkonsisten, seperti yang

dituturkannya berikut ini:109

“Misalnya Komisi Pemberantasan Korupsi yang diminta untuk

memberantas kejahatan korupsi. Namun, institusi demokrasi lainnya

107

Damanhuri, op. cit., hlm. 130 - 131. 108

Survei dilakukan pada bulan Juli 2013 dengan menggunakan teknik sampling multistage random

dengan 1.200 responden dan margin error 2,9 persen. Survei dilakukan di 33 provinsi, dilengkapi

dengan penelitian kualitatif, metode analisis media, diskusi grup terfokus, dan wawancara

mendalam. 109

K06/AMR, “Elite Politik Hipokrit”, Kompas, 8 Juli 2013, hlm. 2.

Page 81: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

80

masih membiarkan partai politik menggunakan biaya besar dalam

kampanyenya.”

Adanya sikap hipokrit para elite politik sebagai penyebab semakin banyaknya

fenomena korupsi di Kabupaten Kuningan dibenarkan oleh responden yang ada.110

Secara umum hal ini dapat dilihat dari tidak terealisasinya janji-janji para elite politik

pada saat kampanye sehingga ada disparitas antara janji kampanye dengan

pembangunan yang terjadi di Kabupaten Kuningan setelah terpilihnya para politisi

tersebut menjadi pejabat publik.

Ongkos Politik yang Mahal

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan bahwa korupsi meningkat

sejak diberlakukannya pilkada langsung pada tahun 2004 sebagai cara yang

digunakan untuk menutup biaya kampanye yang mahal111

. Sejumlah kalangan

menilai, banyaknya kasus korupsi tersebut disebabkan pula oleh tidak adanya

mekanisme pengawasan terhadap pendanaan partai politik, mekanisme kontrol dalam

pemilihan kepala daerah atau penentuan calon anggota legislatif yang diduga

menggunakan dana yang besar dalam proses politiknya, sampai pengawasan terhadap

perencanaan anggaran di DPR112

. Pengaturan sumbangan perorangan dan perusahaan

untuk partai politik, calon anggota legislatif, atau calon pejabat eksekutif tidak efektif

sama sekali. Sebab, tidak ada pembatasan sumbangan dari pengurus parpol sehingga

dana bisa dititipkan kepada calon. Tidak ada laporan pemasukan periodik sehingga

dana tidak terdeteksi.113

Mahalnya ongkos politik ini tergambar dari besarnya nilai kampanye dalam

Pemilukada tahun 2013 dimana tim pemenangan dua dari pasangan calon bupati dan

wakil bupati kuningan menyebutkan bahwa timnya masing-masing menyediakan

anggaran sebesar Rp 12 Milyar bagi kemenangan para kandidatnya.114

Besarnya

ongkos politik ini juga memberikan moral hazard terhadap bantuan sosial yang

dikeluarkan oleh pemerintah untuk melanggengkan kekuasaannya. Contoh salah satu

kasus fenomena seperti ini di Kabupaten Kuningan seperti terjadi pada besarnya dana

hibah kepada TP. PKK Kabupaten Kuningan yang dialokasikan dalam RAPBD 2012

yang mencapai nilai Rp 1,132 milyar yang dianggap terlalu besar serta tidak sepadan

110

Wawancara Masuri, April 2013, Alan Suwgiri, April 2013, Jubaedi, April 2013, Dani Nuryadin,

April 2013, Deki Zainal Muttaqin, Juni 2013, , Dani Toleng, Juli 2013, Unang Unarsan, Juli 2013,

Apandi, Juli 2013, Sunaryo, Juli 2013, dan Heri Pramono, Juli 2013. 111

Gamawan Fauzi, “Pilkada Picu Korupsi: Perlu ada Efisiensi Biaya Politik”, Kompas, 13 Juli 2013,

hlm. 4. 112

Ferry Santoso, “15 Tahun Reformasi: Sudahi Korupsi, Tuntutan yang Terus Berulang”, Kompas, 22

Mei 2013, hlm. 2. 113

Didik Supriyanto, “Uang Makin Berkuasa: Bermasalah, Laporan Keuangan Kementrian yang

Dipimpin Politisi”, Kompas, 1 Mei 2013, hlm. 2. 114

Wawancara Unang Unarsan (Ketua Tim Pemenangan Kamdan-Elit), Juli 2013, Alan Suwgiri

(Anggota Tim Pemenangan Rochmat), Juli 2013.

Page 82: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

81

dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penuh dengan nuansa politik untuk

melanggengkan kekuasaan115

.

Kurangnya Kuantitas Aparat Penegak

Korupsi merupakan persoalan kekuasaan, sehingga ketika kekuasaan

berkembang, korupsi juga beradaptasi, menyebar dan menciptakan beragam modus

baru116

. Oleh karena itu maka diperlukan sebuah usaha yang lebih serius dari

pemerintah terhadap upaya penanganan masalah korupsi yang ada di Indonesia.

Secara internasional Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah menginisiasi

pembentukan jaringan agensi anti korupsi di sejumlah negara anggota Asia Pacific

Economic Cooperation. Jaringan ini akan dibuat mirip polisi internasional (Interpol)

yang lingkup kerjasamanya hanya sebatas penanganan kasus korupsi lintas negara di

Asia Pasifik117

.

Namun demikian, suprastruktur dari usaha pemberantasan korupsi masih

kurang memadai. Di Kabupaten Kuningan misalnya, jumlah penegak hukum yang

ada di Kejaksaan Negeri dan Kepolisian Resort Kabupaten Kuningan jumlahnya

kurang jika mengingat fenomena korupsi yang banyak terjadi hampir di semua bidang

pemerintahan. Jumlah personil yang ada di bagian tindak pidana korupsi kepolisian

resort Kabupaten Kuningan hanya 4 (empat) orang dan di bagian pidana khusus

Kejaksaan Negeri (Kejari) hanya 5 (lima) orang. Kurangnya jumlah personil menjadi

penyebab lambatnya penanganan kasus korupsi yang ada di Kabupaten Kuningan.

Ditambah lagi waktu yang dibutuhkan untuk menangani satu kasus korupsi yang

lama, yaitu di atas 6 (enam) bulan.118

Sistem Akuntansi dan Keuangan yang Belum Baik

Sistem akuntansi dan keuangan di Kabupaten masih menunjukkan gejala yang

belum baik. Hal ini bisa dilihat dari contoh kasus yang melibatkan Wiratno sebagai

terdakwa. Dalam kasusnya itu Wiratno berhasil mengelabui sistem akuntansi dan

keuangan pemerintah daerah dengan cara melakukan manipulasi data selama 4

(empat) tahun (2006 – 2010). Kecurigaan terhadap masih belum baiknya sistem

akuntansi dan keuangan bisa dilihat dari data kasus korupsi di Kabupaten Kuningan

yang sebagian besar memiliki modus penggelapan dan penyelewengan dana.

115

http://m.ciremaipost.com/index.php/politik-a-pemerintahan/politik-dan-pemerintahan/820-red.html 116

Danang Widoyoko, “Pemberantasan Korupsi: Tak Cukup Penegakan Hukum”, Kompas, 4 Juli

2013, hlm. 5. 117

BIL, “Kerja Sama Antikorupsi: Singapura Tak Ingin dalam Bentuk Formal”, Kompas, 26 Juni

2013, hlm. 5. (Pembentukan jaringan agensi anti korupsi tersebut dibicarakan secara serius dalam

Senior Official Meeting Asia Pacific Economic Cooperation (SOM APEC) di Medan, Sumatera

Utara, Selasa (25/6). Pembentukan jaringan ini akan dideklarasikan dalam pertemuan puncak

pemimpin negara-negara APEC di Bali, Oktober 2013). 118

Wawancara Heri Pramono, Juli 2013.

Page 83: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

82

Sistem akuntansi dan keuangan yang belum baik juga diakui oleh Fahd Djibran

(peneliti Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia) yang menenggarai bahwa sistem

akuntansi dan keuangan negara yang berlaku sekarang masih memberikan celah tidak

jujur. Untuk itu, negara memerlukan sistem, struktur, dan pola laporan keuangan

yang lebih ketat untuk menutup celah kecurangan.119

Perkiraan Kebocoran APBD Akibat Adanya

Fenomena Rent Seeking Economy Activity dan Korupsi

Adanya fenomena korupsi dan rent seeking economy activity yang berujung

pada perilaku korupsi di Kabupaten Kuningan akan berakibat pada kebocoran APBD

sehingga kemudian akan berdampak kepada pembangunan dan infrastruktur yang

terganggu yang pada akhirnya akan merugikan negara dan rakyat karena disebabkan

oleh adanya high cost economy yang ditimbulkan.120

Mengenai keberadaan kebocoran dana pembangunan di Indonesia, Sumitro

Djojohadikusumo pernah menyampaikan analisisnya, melalui pendekatan

Incremental Capital Output Ratio (ICOR), pada tahun 1993 yang menyebutkan

bahwa dana pembangunan di Indonesia telah mengalami kebocoran hingga 30%121

.

SueePemborosan yang terjadi pada waktu itu menurut Soemitro disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya:

1. Investasi dalam infrastruktur yang untuk sebagian bersifat slow yielding dan

low yielding (memakan waktu sedikit lama sebelum investasi yang

bersangkutan membuahkan hasil). Seperti misalnya dalam investasi dana

pembangunan pemerintah, kedua sifat tersebut banyak dijumpai pada proyek

pembangunan prasarana umum seperti jalan, jembatan serta jaringan irigasi di

daerah terpencil yang potensinya minim dan perlu waktu lama untuk

membuahkan hasil.

2. Adanya kelemahan teknis dalam perencanaan, penyelenggaraan dan perawatan

proyek-proyek investasi.

3. Berbagai segi negatif pada iklim institusional, yaitu penyimpangan dan

penyelewengan karena kurang dipatuhinya kaidah-kaidah moral secara normatif

(salah satunya korupsi).

Besarnya kebocoran dana pembangunan di Indonesia tersebut mencerminkan

masih kurang efisiennya pembangunan yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Hal

119

Fahd Djibran, “Pemberantasan Korupsi: Tak Cukup Penegakan Hukum”, Kompas, 4 Juli 2013, hlm.

5. 120

Muhamad Farid Mahmud, Incremental Capital Output Ratio (ICOR) : Barometer Efisiensi

Perekonomian Nasional, Jurnal Ekonomi Bisnis, No.1 Vol.13, april 2008, hal 28. 121

Nilai tersebut tercermin dari ICOR yang pada waktu itu sebesar 4,9 atau 5. Dasar perhitungan

Soemitro adalah ICOR rata-rata negara ASEAN sekitar 3,5. Dengan demikian terjadi selisih ICOR

Indonesia lebih besar 1,5 dibanding rata-rata negara ASEAN. Sedangkan besarnya pemborosan

(kebocoran) adalah 1,5/5 x 100% = 30%.

Page 84: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

83

itu dapat dilihat dari tabel nilai ICOR tahun 2008 yang ada di wilayah Pulau Jawa dan

Bali pada tabel 30.122

Tabel 30. Data ICOR tahun 2008 di Pulau Jawa dan Bali

Nama Provinsi ∆K ∆Y Koefisien ICOR

DKI Jakarta 120 867 773.81 20 752 135.70 5.8

Jawa Barat 50 071 918.83 17 025 528.87 5.5

Jawa Tengah 30 169 301.77 8 924 229.52 3.4

DI Yogyakarta 5 210 713.85 920 969.32 5.7

Jawa Timur 54 702 838.69 17 134 374.34 3.2

Banten 11 537 469.70 3 756 134.53 4.6

Bali 5 616 494.83 1 403 524.28 4.0

Sumber: Airin Nuraini, Dampak Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional di

Indonesia: Studi Kasus: Mekanisme Dugaan Korupsi APBD di Pemerintah

Provinsi Banten Tahun 2011 (Bogor: Pascasarjana IPB, 2013), hlm. 174

Berdasarkan tabel 30 diketahui bahwa nilai ICOR paling baik adalah ICOR

pada Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 3.2123

. Dengan demikian, nilai ICOR Jawa

Barat sebesar 5.5 mencerminkan adanya pemborosan dana pembangunan di Provinsi

Jawa Barat sebesar 41.8 persen124

. Besarnya kebocoran yang ada di Jawa Barat

tersebut mencerminkan masih buruknya kinerja pemerintah daerah di seluruh wilayah

Jawa Barat sehingga terjadi kurang efisiennya dana pembangunan yang ada.

Kabupaten Kuningan sebagai salah satu kabupaten yang berada di wilayah

pemerintahan Jawa Barat125

bisa dianggap memiliki kedekatan nilai efisiensi dana

pembangunan (kebocoran APBD) sebagaimana yang terjadi secara umum di Jawa

Barat. Hal ini dapat dilihat dari laporan Badan Pengawas Keuangan (BPK) yang

menyebutkan bahwa pada tahun 2005 terjadi kebocoran sebesar 0.97% dari 39.29%

anggaran yang diperiksa; pada tahun 2006 terjadi kebocoran sebesar 2% dari 40.74%

anggaran yang diperiksa; dan pada tahun 2008 terjadi kebocoran sebesar 0.32% dari

8.21% anggaran yang diperiksa. Selain itu dapat dilihat pula dari jumlah kerugian

negara dari 9 (sembilan) kasus korupsi yang ditangani Kejaksaan dan Kepolisian dari

tahun 2006 sampai tahun 2012 yang mencapai jumlah Rp 4.454.155.000,-. Data

jumlah nominal kerugian negara yang ada di Kabupaten Kuningan tersebut dinilai

lebih rendah dari total kerugian negara yang sesungguhnya mengingat kemajuan

perekonomian di Kabupaten Kuningan yang kurang signifikan.

122

Airin Nuraini, op. cit. hlm. 174 123

Nilai 3.2 menunjukkan bahwa di Provinsi Jawa Timur, untuk mendapatkan tambahan PDB Rp 1

diperlukan tambahan investasi sebesar Rp 3.2. 124

5.5-3.2 = 2.3, 2.3/5.5*100% = 41.8%. 125

Jawa Barat memiliki 17 kabupaten dan 9 kota.

Page 85: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

84

SIMPULAN

Kabupaten Kuningan merupakan kabupaten yang memiliki pendapatan minim

dalam hal sumberdaya alam. Oleh karena, fenomena perburuan rente dan korupsi

banyak terjadi dalam sektor pengadaan barang dan jasa. Adanya data indikasi

perburuan rente dapat dilihat dari data LPSE antara tahun 2012 – 2013 dimana ada

beberapa perusahaan, yang pemiliknya memiliki kedekatan dengan penguasa, yang

mendapatkan lebih dari satu proyek dengan nilai pagu per proyek di atas lima ratus

juta rupiah. Sementara itu, berdasarkan data yang ada, kasus korupsi di Kabupaten

Kuningan tersebar mulai dari tingkat kelurahan sampai tingkat dinas di tingkat

kabupaten dengan berbagai macam latar belakang jabatan yang diemban oleh para

pelaku.

Secara umum, dengan adanya program otonomi daerah telah berpengaruh

terhadap pola perburuan rente yang melalui sistem kekeluargaan pada sebelum

otonomi daerah menjadi sistem balas budi pada setelah otonomi daerah. Adanya

perbedaan pola perburuan rente itulah yang kemudian juga memengaruhi pola

korupsi di Kabupaten Kuningan, yaitu para pelaku melakukan korupsi bukan lagi

hanya atas motivasi untuk memperkaya diri sendiri namun juga dengan cara

menguntungkan pihak lain atau golongannya dengan motivasi ingin mendapatkan

keuntungan timbal balik atas pemberiannya tersebut.

SARAN

Berdasarkan pendahuluan hingga kesimpulan yang sudah dibuat, maka

beberapa saran yang bisa direkomendasikan, yaitu:

1. Menciptakan sistem kekuasaan yang seimbang di Kabupaten Kuningan antara

pemerintah (eksekutif), legislatif, dan Ormas/LSM dalam mengusahakan

terciptanya suasana check and balance yang baik. Ketiga komponen tersebut

diharapkan bisa mengambil masing-masing peran yang strategis seperti:

a. Pemerintah diharapkan bisa melakukan reformasi birokrasi dengan cara

memperbaiki budaya kerja, sistem akuntansi keuangan dan kearsipan,

akuntabilitas keuangan daerah, dan sistem birokrasi yang tidak berbelit-

belit.

b. Legislatif diharapkan bisa melakukan reformasi budaya kerja yang

profesional sebagai fasilitator yang baik antara masyarakat dengan

pemerintah dan selalu mewaspadai akan adanya fenomena perburuan rente

dan korupsi dalam setiap proses pembuatan peraturan perundang-undangan

sehingga aplikasi dari produk perundang-undangan yang dikeluarkan dapat

meminimalisir peluang untuk melakukan perburuan rente dan korupsi.

c. Ormas/LSM diharapkan bisa bersikap kritis terhadap setiap produk

perundang-undangan atau kebijakan yang dikeluarkan baik oleh pihak

legislatif maupun pihak eksekutif. Selain itu masyarakat juga diharapkan

Page 86: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

85

untuk terus mendorong perbaikan kinerja eksekutif dan legislatif sehingga

kedua lembaga tersebut selalu berjalan sebagaimana fungsi yang

sebenarnya.

2. Pihak Kejaksaan, Kepolisian, dan KPK diharapkan dapat membentuk sistem

kerja satu atap dalam menjalankan tugasnya di daerah-daerah sehingga akan

menimbulkan percepatan penanganan kasus-kasus korupsi yang selama ini

terkendala oleh kurangnya SDM.

3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti kebocoran APBD di

Kabupaten Kuningan dengan menggunakan metode tabel input output yang

akan segera dibuat oleh BPS Kuningan yang bekerjasama dengan Bappeda

Kuningan pada tahun 2014. Dengan demikian, hal ini akan menghasilkan nilai

kontemporer kebocoran APBD yang riil terjadi di Kabupaten Kuningan.

Page 87: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

86

DAFTAR PUSTAKA

Amelia R. 2010. Fenomena Aktivitas Ekonomi Aktivitas ekonomi perburuan rente

dalam Kegiatan Perparkiran di DKI Jakarta: Studi Kasus Lahan Parkir Pasar

Slipi Jakarta Barat [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Badan Pemeriksa Keuangan. 2004. Hasil pemeriksaan atas laporan keuangan

Kabupaten Kuningan Tahun Anggaran 2004. Bandung: BPK Provinsi Jawa Barat.

_______________. 2006. Hasil pemeriksaan semester II Tahun Anggaran 2006 atas

belanja daerah Kabupaten Kuningan tahun anggaran 2005 dan tahun anggaran

2006. Bandung: BPK Provinsi Jawa Barat.

_______________. 2006. Laporan hasil pemeriksaan keuangan: Laporan keuangan

pemerintah Kabupaten Kuningan untuk tahun anggaran 2006. Bandung: BPK

Provinsi Jawa Barat.

_______________. 2007. Hasil pemeriksaan semester II tahun anggaran 2007 atas

penyaluran dan penerimaan dana perimbangan tahun anggaran 2006 dan

semester I tahun anggaran 2007 pada pemerintah Kabupaten Kuningan dan

KPPN terkait. Bandung: BPK Provinsi Jawa Barat.

_______________. 2008. Laporan hasil pemeriksaan atas belanja daerah

pemerintah Kabupaten Kuningan tahun anggaran 2008. Bandung: BPK Provinsi

Jawa Barat.

_______________. 2008. Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan

pemerintah Kabupaten Kuningan tahun anggaran 2008. Bandung: BPK Provinsi

Jawa Barat.

_______________. 2009. Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan

pemerintah Kabupaten Kuningan tahun anggaran 2009. Bandung: BPK Provinsi

Jawa Barat.

_______________. 2010. Laporan hasil pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan

pemerintah daerah Kabupaten Kuningan tahun 2010. Bandung: BPK Provinsi

Jawa Barat.

_______________. 2011. Laporan hasil pemeriksaan atas pendapatan daerah tahun

anggaran 2011 pada pemerintah Kabupaten Kuningan. Bandung: BPK Provinsi

Jawa Barat.

_______________. 2011. Laporan hasil pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan

pemerintah daerah kabupaten Kuningan tahun 2011. Bandung: BPK Provinsi

Jawa Barat.

Badan Pusat Statistik. 1998. Kabupaten Kuningan dalam Angka 1998. Kerjasama

Bappeda Kabupaten Kuningan dengan BPS Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS

Kabupaten Kuningan.

_______________. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi

Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

_______________. 1999. Kabupaten Kuningan dalam Angka 1999. Kerjasama

Bappeda Kabupaten Kuningan dengan BPS Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS

Kabupaten Kuningan.

Page 88: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

87

_______________. 1999. PDRB Kabupaten Kuningan Tahun 1995 – 1999.

Kerjasama Bappeda Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS Kabupaten Kuningan.

_______________. 1999. PDRB Kabupaten Kuningan Tahun 2009 – 2011.

Kerjasama Bappeda Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS Kabupaten Kuningan.

_______________. 2000. Kabupaten Kuningan dalam Angka 2000. Kerjasama

Bappeda Kabupaten Kuningan dengan BPS Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS

Kabupaten Kuningan.

_______________. 2002. Kabupaten Kuningan dalam Angka 2002. Kerjasama

Bappeda Kabupaten Kuningan dengan BPS Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS

Kabupaten Kuningan.

_______________. 2002. PDRB Kabupaten Kuningan Tahun 1998 – 2002,

Kerjasama Bappeda Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS Kabupaten Kuningan.

_______________. 2003. Kabupaten Kuningan dalam Angka 2003. Kerjasama

Bappeda Kabupaten Kuningan dengan BPS Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS

Kabupaten Kuningan.

_______________. 2003. PDRB Kabupaten Kuningan Tahun 1999 – 2003.

Kerjasama Bappeda Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS Kabupaten Kuningan.

_______________. 2005. Kabupaten Kuningan dalam Angka 2005. Kerjasama

Bappeda Kabupaten Kuningan dengan BPS Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS

Kabupaten Kuningan.

_______________. 2006. PDRB Kabupaten Kuningan Tahun 2003 – 2006.

Kerjasama Bappeda Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS Kabupaten Kuningan.

_______________. 2007. Kabupaten Kuningan dalam Angka 2007. Kerjasama

Bappeda Kabupaten Kuningan dengan BPS Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS

Kabupaten Kuningan.

_______________. 2009. Kabupaten Kuningan dalam Angka 2009. Kerjasama

Bappeda Kabupaten Kuningan dengan BPS Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS

Kabupaten Kuningan.

_______________. 2010. Kabupaten Kuningan dalam Angka 2010. Kerjasama

Bappeda Kabupaten Kuningan dengan BPS Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS

Kabupaten Kuningan.

_______________. 2010. PDRB Kabupaten Kuningan Tahun 2009 – 2010.

Kerjasama Bappeda Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS Kabupaten Kuningan.

_______________. 2011. Kabupaten Kuningan dalam Angka 2011. Kerjasama

Bappeda Kabupaten Kuningan dengan BPS Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS

Kabupaten Kuningan.

_______________. 2012. Jawa Barat dalam Angka 2012. Kerjasama BPS Provinsi

Jawa Barat. Bandung: BPS Provinsi Jawa Barat.

_______________. 2012. Kabupaten Kuningan dalam Angka 2012. Kerjasama

Bappeda Kabupaten Kuningan dengan BPS Kabupaten Kuningan. Kuningan: BPS

Kabupaten Kuningan.

Damanhuri D. 2010. Ekonomi Politik dan Pembangunan: Teori, Kritik, dan Solusi

bagi Indonesia dan Negara Sedang Berkembang. Bogor (ID): IPB Press.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta(ID): Penerbit Erlangga.

Page 89: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

88

Jhingan ML. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. D. Guritno

[penerjemah]. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada.

Juanda B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis. Bogor (ID): IPB Press.

Klitgaard R. Ronald M. Parris L. 2005. Penuntun Pemberantasan Korupsi dalam

Pemerintahan Daerah. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pahami Dulu, Baru Lawan!: Buku Panduan

Kamu Buat Ngelawan Korupsi. Jakarta(ID): Komisi Pemberantasan Korupsi.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 2006. Memahami untuk Membasmi: Buku

Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Komisi Pemberantasan

Korupsi.

Komite Pemantauan Pelaksana Otonomi Daerah (KPPOD). 2005. Daya Saing

Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, 2005 Persepsi Dunia Usaha: Peringkat

169 Kabupaten dan 59 Kota di Indonesia, Metodologi dan Temuan Utama.

Jakarta: Komite Pemantauan Pelaksana Otonomi Daerah.

Mallarangeng R. 2008. Mendobrak Sentralisme Ekonomi: Indonesia 1986-1992.

Jakarta(ID): Gramedia.

Nuraini, Airin. 2013. Dampak Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional di

Indonesia: Studi Kasus: Mekanisme Dugaan Korupsi APBD di Pemerintah

Provinsi Banten Tahun 2011 [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Rachmi A. 2008. Dampak Penguasaan Lahan dan Pembangunan Properti Terhadap

Masalah Sosial Ekonomi Masyarakat di Kawasan Segitiga Emas Jakarta [skripsi].

Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Rahardjo D. 2011. Nalar Ekonomi Politik Indonesia. Bogor (ID): IPB Press.

Riyanto. 2008. Korupsi dalam Pembangunan Wilayah: Suatu Kajian Ekonomi Politik

dan Budaya [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Said M. 2008. Arah Baru Otonomi Daerah di Indonesia. Malang (ID): UMM Press.

Seto A. 2012. Korupsi, Kesejahteraan Sosial dan investasi: Studi Empiris di Delapan

Negara Kawasan ASEAN Tahun 2000-2009 [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Sholeh M. 2004. Kuasa Rakyat: Meniti Jalan Demokrasi untuk Keadilan dan

Kesejahteraan Rakyat. Jakarta(ID): Institute for Public Education (IPE).

Sumarsono, HM. 2004. Metode Riset Sumberdaya Manusia. Yogyakarta(ID): Graha

Ilmu.

Todaro M. Smith S. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan. Haris

Munandar [penerjemah]. Jakarta (ID): Erlangga.

Viscusi W. John M. Josep E. 1995. Economics of Regulation and Antitrust Second

Edition. London (ENG): The MIT Press.

Yustika A. 2008. Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, dan Strategi. Malang (ID):

Bayumedia Publishing.

Yustika A. 2010. Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, dan Strategi. Malang (ID):

Bayumedia Publishing.

Page 90: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

89

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data perusahaan pemenang tender di Kabupaten Kuningan tahun anggaran 2012 – 2013

NO PEMENANG TENDER NAMA LELANG NILAI PAGU

PAKET JUMLAH NILAI ANGGARAN

1 ALFAT Pemasangan pipa baru jalan lingkar Cijoho Rp693,750,000.00 Rp1,940,312,000.00

2012 APBD

2 ALFAT Paket 2 pekerjaan pengadaan, pemasangan pipa distribusi diameter 250 mm dan

accesoriees Rp694,562,000.00 2012 APBD

3 ALFAT Pemagaran lingkungan kantor Dinas Pertanian Rp552,000,000.00 2013 APBD

4 ANUGERAH Rehabilitasi ruas jalan Subang-Ciwaru Rp997,667,000.00 Rp2,730,949,000.00

2012 APBN

5 ANUGERAH Peningkatan jalan Kalpataru ruas jalan Kadugede – Cileuleuy Rp1,733,282,000.00 2013 APBD

6 CIPARAY INDAH Rehabilitasi jalan Cilebak - Legokherang Kabupaten Kuningan (BP) Rp650,000,000.00 Rp2,922,288,000.00

2012 APBD

7 CIPARAY INDAH Peningkatan jalan Cipicung - Suganangan (lanjutan DAK) Rp1,185,155,000.00 2013 APBD

8 CIPARAY INDAH Peningkatan jalan Kojengkang - Bendungan (lanjutan) Rp1,087,133,000.00 2013 APBD

9 CV MANUNGGAL MEGA PRATAMA

Pembangunan gedung dan revitalisasi puskesmas mampu Poned Ciwaru Rp559,862,000.00 Rp1,298,885,000.00

2012 APBD

10 CV MANUNGGAL MEGA

PRATAMA Peningkatan jalan Citiusari – Mekarmulya Rp739,023,000.00 2013 APBD

11 CV. BAKTI TRI GUNA Lanjutan pembangunan trotoar jalan Kadugede Kecamatan Kadugede

Kabupaten Kuningan (BP) Rp976,987,000.00 Rp1,556,376,000.00

2012 APBD

12 CV. BAKTI TRI GUNA Peningkatan jalan Babakan Reuma - Sp. Parenca Ancaran Rp579,389,000.00 2013 APBD

13 CV. DUTA KAMUNING Penataan pengembangan ruang data dan gudang BAPPEDA Kabupaten Kuningan (BP)

Rp672,150,000.00 Rp1,695,371,000.00

2012 APBD

14 CV. DUTA KAMUNING Rehabilitasi ruas jalan Ciniru-Cageur Kec. Darma (lanjutan) (BP) Rp1,023,221,000.00 2013 APBD

15 CV. DWIFA MULYA Peningkatan jalan Kertayasa-Susukan (lanjutan) Rp989,076,000.00 Rp1,789,076,000.00

2013 APBD

16 CV. DWIFA MULYA Rehabilitasi ruas jalan Subang-Tangkolo (lanjutan) (BP) paket II Rp800,000,000.00 2013 APBD

17 CV. GIRI AKBAR Peningkatan ruas Jalan Matanghaji-Kaduela Kecamatan Pasawahan Kabupaten

Kuningan (BP) Rp840,000,000.00 Rp1,377,292,000.00

2012 APBD

18 CV. GIRI AKBAR Pembangunan trotoar Kecamatan Pasawahan Rp537,292,000.00 2013 APBD

19 CV. GUNA MEKAR Lanjutan pembangunan trotoar jalan Cigugur Kecamatan Kadugede Kabupaten

Kuningan (BP) Rp1,000,000,000.00

Rp3,407,576,400.00

2012 APBD

474 7

3

Page 91: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

90

20 CV. GUNA MEKAR Pembangunan gedung kantor pemda Kabupaten Kuningan (pekerjaan infrastruktur)

Rp1,846,000,000.00

2012 APBD

21 CV. GUNA MEKAR paket 12 pekerjaan pengadaan, pemasangan pipa distribusi dan accesories dari

pasar darurat s.d SMPN I Kuningan Rp561,576,400.00 2012 APBD

22 CV. INDAH SARI Pembangunan gedung dan revitalisasi puskesmas mampu Poned Kalimanggis Rp570,627,000.00 Rp1,488,027,000.00

2012 APBD

23 CV. INDAH SARI Penataan dan pengembangan obyek Wisata Waduk Darma (BP) Rp917,400,000.00 2012 APBD

24 CV. JAMBAR JAYA Pengadaan semen paket 2 Rp560,000,000.00 Rp1,112,000,000.00

2012 APBD

25 CV. JAMBAR JAYA Pembangunan garasi bus Pemda Rp552,000,000.00 2013 APBD

26 CV. MARGA KENCANA Peningkatan ruas jalan Ciniru – Cageur Rp940,034,700.00 Rp3,062,727,700.00

2012 APBN

27 CV. MARGA KENCANA Peningkatan jalan Cihirup - Sukaraja (lanjutan) Rp1,584,573,000.00 2013 APBD

28 CV. MARGA KENCANA Pembangunan trotoar Kecamatan Cipicung Rp538,120,000.00 2013 APBD

29 CV. TRI MUSTIKA LESTARI Rehabilitasi Jalan Pinara - Cibongkot Kecamatan Ciniru (BP) Rp979,570,000.00 Rp1,669,570,000.00

2012 APBD

30 CV. TRI MUSTIKA LESTARI Penataan lingkungan dan pemagaran kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Rp690,000,000.00 2013 APBD

31 CV. TRIKARYA MANDIRI Pembangunan Jembatan Jamursi (BP) Rp2,355,836,000.00 Rp4,237,165,000.00

2012 APBD

32 CV. TRIKARYA MANDIRI Rehabilitasi jalan Mekarsari-Cipakem Kec. Maleber Rp1,881,329,000.00 2013 APBD

33 CV. TRIMA JAYA Pemeliharaan jalan Cimahi - Gunungsari Kecamatan Cimahi Kabupaten

Kuningan (BP) Rp1,580,000,000.00 Rp2,308,864,000.00

2012 APBD

34 CV. TRIMA JAYA Rehabilitasi jalan Aruji Kepuh Kecamatan Kuningan (lanjutan) (BP) Rp728,864,000.00 2013 APBD

35 CV. TUNAS MEKAR Pemeliharaan ruas jalan Bojong - Pakembangan (lanjutan) Rp749,991,000.00 Rp1,483,575,000.00

2012 APBD&APBN

36 CV. TUNAS MEKAR Peningkatan jalan Cengal-Salareuma Kec. Japara (lanjutan) (BP) Rp733,584,000.00 2013 APBD

37 CV.BANGUN JAYA Perbaikan jalan Cileuya – Karangkancana Rp981,153,000.00 Rp1,619,400,000.00

2012 APBD

38 CV.BANGUN JAYA Peningkatan ruas jalan Cikubangsari - Taraju Kec. Kramatmulya (BP) Rp638,247,000.00 2013 APBD

39 CV.DEANSIKA Revitalisasi pasar tradisional Desa Ciwaru Rp1,042,803,000.00 Rp2,127,066,000.00

2012 APBN

40 CV.DEANSIKA Penataan trotoar jalan Siliwangi Kec. Kuningan (lanjutan) Rp1,084,263,000.00 2013 APBD

41 CV.SINAR SAKTI Peningkatan ruas jalan Purwawinangun – Cirendang Rp809,996,000.00 Rp1,747,107,000.00

2012 APBD&APBN

42 CV.SINAR SAKTI Peningkatan jalan Cirahayu-Walaharcageur (lanjutan) Rp937,111,000.00 2013 APBD

43 CV.TIGA SAUDARA Pembangunan gedung dan revitalisasi puskesmas Mampu Poned Maleber Rp559,862,000.00

Rp2,388,297,000.00

2012 APBD

474 7

4

Page 92: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

91

44 CV.TIGA SAUDARA Pembangunan trotoar jalan Cidahu Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan Rp1,000,000,000.00 2012 APBD

45 CV.TIGA SAUDARA Rehabilitasi ruas jalan Kiaradomba-Cikeusik Kec. Cimahi (lanjutan) (BP) Rp828,435,000.00 2013 APBD

46 CV.WINDU JAYA Rehabilitasi jalan Desa Sukajaya-Cikeusal Kecamatan Cimahi Rp1,019,295,400.00 Rp3,299,288,400.00

2012 APBD

47 CV.WINDU JAYA Rehabilitasi ruas jalan Cijemit - Gunung Manik Kecamatan Ciniru Kabupaten Kuningan (BP)

Rp700,000,000.00 2012 APBD

48 CV.WINDU JAYA Peningkatan jalan Sp. Ciputat – Gresik Rp1,579,993,000.00 2013 APBD

49 KALIMASADA Peningkatan ruas jalan Kiaradomba - Kananga Kabupaten Kuningan (BP) Rp526,000,000.00 Rp2,034,898,000.00

2012 APBD

50 KALIMASADA Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) Slbn Perbatasan Rp1,508,898,000.00 2012 APBN

51 MANUNGGAL Penataan dan pengembangan obyek wisata Talaga Remis (BP) Rp1,250,505,000.00

Rp3,868,463,400.00

2012 APBD

52 MANUNGGAL Rehabilitasi jalan Cikahuripan - Pakembangan (lanjutan) Rp788,168,000.00 2013 APBD

53 MANUNGGAL Rehabilitasi ruas jalan -Subang Ciwaru (lanjutan) (BP) paket III Rp1,016,338,000.00 2013 APBD

54 MANUNGGAL Pengadaan aspal paket III (BP) Rp813,452,400.00 2013 APBD

55 SANCITA Peningkatan jalan Bulaksurat - Bendungan (lanjutan) Rp1,182,377,000.00 Rp2,732,652,400.00

2013 APBD

56 SANCITA Peningkatan jembatan Cicabe di jalan Gunungsari-Margamukti Kec. Cimahi

(lanjutan) (BP) Rp736,823,000.00 2013 APBD

57 SANCITA Pengadaan aspal paket IV (BP) Rp813,452,400.00 2013 APBD

58 SEJATI Pembangunan gedung dan revitalisasi puskesmas mampu Poned Cibeureum Rp588,405,000.00 Rp2,697,946,750.00

2012 APBD

59 SEJATI Pengadaan bibit dan pupuk Rp2,109,541,750.00 2012 APBN

Sumber: Data LPSE antara tahun 2012 – 2013 (diolah)

474 7

5

Page 93: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

92

Lampiran 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi dari Tahun 1998 Sampai Tahun 2011 Atas Dasar Harga Konstan

No Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan Ekonomi

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2008 2009 2010 2011

1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN -0.07 3.13 1.91 0.23 0.77 -1.18 3.16 1.67 1.46 0.80 0.82 0.77 1.94

DAN PERIKANAN - - - - - - - - - - - - -

a. Tanaman bahan makanan -0.12 2.42 1.77 0.17 0.42 -4.17 2.62 2.94 1.30 0.58 0.58 0.34 1.57

b. Tanaman perkebunan 5.39 2.14 3.39 0.50 0.79 10.43 5.91 -5.39 2.61 2.48 2.51 2.87 2.69

c. Peternakan dan hasil-hasilnya -1.50 4.60 2.00 0.28 0.46 0.97 1.09 3.54 -1.69 0.50 0.51 3.27 3.72

d. Kehutanan 4.41 0.13 1.27 4.79 5.83 5.94 5.37 3.15 23.87 7.14 0.84

-

8.32

-

3.14

e. Perikanan -0.47 27.53 2.66 0.06 0.57 10.94 9.68 5.78 1.58 1.88 5.98 4.10 6.37

2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -5.16 -

17.22 2.27 16.68 10.20 0.12 0.31 0.10 1.76 1.84 1.84 0.83 4.63

a. Minyak dan gas bumi (migas) - - - - - - - - - - - - -

b. Pertambangan tanpa migas - - - - - - - - - - - - -

c. Penggalian -5.16 -

17.22 2.27 16.68 10.20 0.12 0.31 0.10 1.76 1.84 1.84 0.83 4.63

3 INDUSTRI PENGOLAHAN -12.98 1.10 2.21 8.31 9.13 14.91 13.32 4.95 7.98 7.24 6.65 8.38 4.39

a. Industri migas - - - - - - - - - - - - -

b. Industri tanpa migas -12.98 1.10 2.21 8.31 9.13 14.91 13.32 4.95 7.98 7.24 6.65 8.38 4.39

4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH -2.58 -0.20 3.52 5.84 7.59 1.39 1.72 -1.02 7.18 4.42 3.92 5.85 6.95

a. Listrik -2.13 -7.07 3.18 2.67 3.23 0.68 0.66 0.54 3.21 6.14 6.21 6.29 6.68

b. Gas kota - - - - - - - - - - - - -

c. Air bersih -7.95 85.50 5.67 25.20 26.61 3.37 4.59 -5.13 18.27 0.09 -2.17 4.58 7.76

5 BANGUNAN -11.58 -2.89 1.91 0.36 0.46 4.90 1.48 1.05 2.81 2.36 2.39 5.25 9.27

6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN -7.05 1.00 2.82 2.60 3.12 4.56 3.75 5.04 8.87 7.91 8.00 9.04 8.59

a. Perdagangan besar dan eceran -5.88 1.50 2.67 1.48 2.14 4.54 4.35 5.18 9.33 8.08 8.16 9.20 8.68

474 7

6

Page 94: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

93

b. Hotel -7.88 5.40 2.92 8.63 8.22 11.29 19.72 4.37 1.82 25.80 26.08 6.54 7.08

c. Restoran -8.79 0.12 3.05 4.23 4.43 4.72 -2.73 3.50 3.91 5.57 5.63 7.10 7.45

7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI -6.52 1.35 2.41 5.77 6.73 5.81 4.17 12.99 0.55 2.24 2.31 7.57 7.42

a. Pengangkutan -6.61 0.98 2.35 5.68 6.55 6.30 4.42 14.11 -0.06 1.78 1.83 7.47 7.48

1) Angkutan rel - - - - - - - - - - - - -

2) Angkutan jalan raya -6.76 0.56 2.26 5.40 6.34 6.43 4.36 14.50 -0.29 1.44 1.46 7.47 7.60

3) Angkutan laut - - - - - - - - - - - - -

4) Angkutan sungai dan penyeberangan - - - - - - - - - - - - -

5) Angkutan udara - - - - - - - - - - - - -

6) Jasa penunjang angkutan -5.53 4.02 3.00 7.56 8.03 3.22 5.98 4.65 5.91 9.78 9.89 7.47 5.08

b. Komunikasi -3.71 13.06 4.03 8.24 8.79 1.37 1.78 1.93 7.37 6.50 6.57 8.40 6.93

8 KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN -34.36 7.64 11.65 10.21 12.63 6.91 17.84 2.77 1.05 7.13 6.87 7.58 8.40

a. Bank -

134.44 -

75.25 -

245.98 77.65 78.76 18.82 68.62 0.20 -9.51 8.44 8.53 9.35 9.95

b. Lembaga Keuangan tanpa Bank -4.37 1.64 1.46 7.44 7.82 1.02 -0.03 0.83 15.82

12.53 9.28 9.46 9.56

c. Jasa Penunjang Keuangan - - - -

d. Sewa Bangunan -4.38 1.52 2.65 8.09 9.12 4.71 4.29 4.34 4.10 5.29 5.35 6.05 7.25

e. Jasa Perusahaan -4.93 -1.78 17.42 6.31 6.91 3.07 4.77 5.19 3.96 6.23 6.30 7.20 7.09

9 JASA – JASA -4.19 0.22 2.22 7.61 8.45 13.34 1.79 6.14 7.48 6.74 6.82 5.39 5.00

a. Pemerintahan Umum -3.79 -0.51 2.17 6.92 7.68 20.58 0.55 6.46 5.55 6.95 7.02 3.94 3.10

1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan - - - - - - - - - 6.95 7.02 3.94 3.10

2. Jasa Pemerintah lainnya - - - - - - - - - 6.95 7.02 3.94 3.10

b. Swasta -5.16 2.01 2.35 9.28 9.95 3.54 3.74 5.65 10.45 6.35 6.43 8.21 8.56

1. Sosial Kemasyarakatan -2.17 3.76 3.02 7.99 8.52 2.92 5.69 6.18 12.51 4.82 4.88 8.15 7.97

2. Hiburan & Rekreasi -6.90 -0.12 1.99 7.30 8.26 5.26 6.65 5.81 4.93 6.74 6.82 7.60 9.76

3. Perorangan dan Rumah Tangga -6.15 1.46 2.11 9.90 10.41 3.86 2.16 5.26 9.37 7.47 7.55 8.30 8.91

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO -5.66 1.27 2.54 3.16 3.93 3.50 3.98 3.95 3.99 4.28 4.39 4.99 5.43

474 7

7

Page 95: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

94

Lampiran 3. Distribusi Persentase Setiap Sektor Ekonomi dari Tahun 1998 Sampai Tahun 2011 Atas Dasar Harga

Konstan

No Lapangan Usaha Distribusi Persentase

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2008 2009 2010 2011

1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN 35.24 35.89 37.57 36.55 35.65 35.5 43.7 42.7 41.66 34.9 33.68 32.3 31.3

DAN PERIKANAN - - - - - - - - - - - - -

a. Tanaman bahan makanan 26.76 27.06 28.29 27.51 26.76 26.7 30.7 30.4 29.62 27.7 26.67 25.5 24.6

b. Tanaman perkebunan 1.82 1.83 1.95 1.9 1.85 1.84 7.36 6.7 6.51 2.09 2.05 2.01 1.96

c. Peternakan dan hasil-hasilnya 5.94 6.14 6.43 6.26 6.09 6.04 4.36 4.35 4.11 3.79 3.65 3.59 3.53

d. Kehutanan 0.21 0.2 0.21 0.22 0.22 0.23 0.36 0.36 0.56 0.52 0.5 0.44 0.4

e. Perikanan 0.52 0.65 0.69 0.67 0.65 0.64 0.86 0.88 0.86 0.8 0.81 0.81 0.81

2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0.1 0.08 0.09 0.1 0.11 0.1 0.82 0.79 0.77 0.73 0.71 0.69 0.68

a. Minyak dan gas bumi (migas) - - - - - - - - - - - - -

b. Pertambangan tanpa migas - - - - - - - - - - - - -

c. Penggalian 0.1 0.08 0.09 0.1 0.11 0.1 0.82 0.79 0.77 0.73 0.71 0.69 0.68

INDUSTRI PENGOLAHAN 2.49 2.49 2.61 2.75 2.9 2.77 2.07 2.09 2.17 2.22 2.27 2.34 2.32

a. Industri migas - - - - - - - - - - - - -

b. Industri tanpa migas 2.49 2.49 2.61 2.75 2.9 2.77 2.07 2.09 2.17 - 2.27 2.34 2.32

3 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0.89 0.88 0.94 0.96 1 1.34 0.42 0.4 0.41 0.44 0.44 0.44 0.45

a. Listrik 0.83 0.76 0.8 0.8 0.8 1.07 0.3 0.29 0.29 0.32 0.33 0.33 0.34

b. Gas kota - - - - - - - - - - - - -

c. Air bersih 0.07 0.12 0.13 0.16 0.2 0.27 0.11 0.1 0.12 0.12 0.11 0.11 0.12

4 BANGUNAN 6.68 6.4 6.7 6.53 6.35 5.61 4.79 4.66 4.61 4.43 4.35 4.36 4.52

5 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 27.12 27.05 28.56 28.45 28.41 24.6 19.7 19.9 20.84 21.7 22.46 23.3 24

a. Perdagangan besar dan eceran 16.39 16.43 17.32 17.07 16.88 11.6 18 18.2 19.17 20 20.74 21.6 22.2

b. Hotel 0.23 0.24 0.26 0.27 0.28 0.23 0.03 0.03 0.03 0.04 0.05 0.05 0.05

474 7

8

Page 96: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

95

c. Restoran 10.49 10.38 10.98 11.11 11.24 12.8 1.64 1.63 1.63 1.64 1.66 1.69 1.73

6 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 5.29 5.3 5.57 5.72 5.91 5.59 7.63 8.3 8.02 7.62 7.47 7.65 7.79

a. Pengangkutan 5.13 5.12 5.38 5.52 5.69 5.35 6.93 7.61 7.31 6.85 6.68 6.84 6.97

1) Angkutan rel - - - - - - - - - - - - -

2) Angkutan jalan raya 4.5 4.47 4.7 4.81 4.95 4.67 6.66 7.33 7.03 6.55 6.36 6.51 6.65

3) Angkutan laut - - - - - - - - - - - - -

4) Angkutan sungai dan penyeberangan - - - - - - - - - - - - -

5) Angkutan udara - - - - - - - - - - - - -

6) Jasa penunjang angkutan 0.63 0.64 0.68 0.71 0.74 0.72 0.27 0.28 0.28 0.3 0.32 0.33 0.33

b. Komunikasi 0.16 0.18 0.19 0.2 0.22 0.21 0.7 0.69 0.71 0.77 0.78 0.81 0.82

7 KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 2.72 2.66 3.32 3.55 3.88 3.85 5.85 5.78 5.62 6.16 6.31 6.47 6.65

a. Bank -0.33 -0.39 0.12 0.21 0.36 0.52 1.82 1.75 1.53 1.95 2.02 2.11 2.2

b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0.54 0.54 0.56 0.58 0.61 0.56 0.56 0.54 0.6

0.71 0.75 0.78 0.81

c. Jasa Penunjang Keuangan - - - -

d. Sewa Bangunan 1.98 1.98 2.09 2.19 2.32 2.3 3.09 3.1 3.1 3.11 3.14 3.17 3.22

e. Jasa Perusahaan 0.54 0.52 0.55 0.57 0.59 0.57 0.39 0.39 0.39 0.39 0.4 0.41 0.42

8 JASA – JASA 19.45 19.25 20.21 21.11 22.18 20.7 15.1 15.4 15.9 21.8 22.32 22.4 22.3

a. Pemerintahan Umum 13.84 13.59 14.26 14.8 15.44 14.1 9.11 9.33 9.47 14.4 14.77 14.6 14.3

1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan - - - - - - - - - 8.93 9.16 9.07 8.87

2. Jasa Pemerintah lainnya - - - - - - - - - 5.47 5.61 5.56 5.43

b. Swasta 5.62 5.66 5.95 6.31 6.72 6.55 5.96 6.06 6.44 7.4 7.55 7.78 8.01

1. Sosial Kemasyarakatan 1.48 1.52 1.61 1.69 1.77 1.71 2.39 2.44 2.65 3.02 3.03 3.12 3.2

2. Hiburan & Rekreasi 0.22 0.21 0.22 0.23 0.25 0.24 0.26 0.26 0.27 0.27 0.28 0.28 0.3

3. Perorangan dan Rumah Tangga 3.92 3.92 4.11 4.39 4.69 4.6 3.31 3.35 3.53 4.11 4.24 4.37 4.52

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

474 7

9

Page 97: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

96

Lampiran 4. Perhitungan uji coba model regresi sederhana korupsi dan aktivitas perburuan rente di Kabupaten Kuningan

Tahun APBD Kuningan

(Y) (2009-2013) (2012-2013)

Jumlah Rent Seeking

per Tahun (X)

Rata-Rata

( Rent Seeking)

Jumlah

Korupsi per

Tahun (X)

Rata-Rata

(

Korupsi)

2007 758644645968.20

2008 849515200890.00

2009 913909173717.00

1283403569600.42

363155000

590831000

2010 1137779624077.11

1600000000

2011 1305726048986.00

324000000

2012 1451109067403.00

1529801500611.00 30242472250

28297586525 167000000

2013 1608493933819.00

26352700800 500000000

Korupsi Y = α - 127.43X + ε

β -127.43 -227676000 -369494395883.4 51836360976000000 84125006077154000000

α 1358693163930.42 1009169000 -145623945523.3 1018422070561000000 -146959171479815000000

-266831000 22322479385.6 71198782561000000 -5956329496933130000

-423831000 167705497802.6 179632716561000000 -71078788839164400000

-90831000 325090364218.6 8250270561000000 -29528282872337600000

Jumlah (∑) 1329340201220000000 -169397566611096000000

Rent Y = α - 40.46X + ε

Seeking

β -40.46 1944885725 -78692433208.0 3782580483308780000 -153047790011755000000

α 2674756141874.65 -1944885725 78692433208.0 3782580483308780000 -153047790011755000000

Jumlah (∑) 7565160966617550000 -306095580023510000000

474 8

0

Page 98: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

97

Lampiran 5. Daftar Informan yang Diwawancarai

Nama Informan Jabatan Tanggal

Wawancara Keterangan

Alan Suwgiri

Mantas Aktivis PMII, Ketua Karang

Taruna Desa Langseb, Tim Pemenangan

Momon-Mamat pada Pilbup 2013.

13 April 2013

Mengetahui masalah keadaan sosial

politik dan perilaku para pelaku

politik yang ada di Kabupaten

Kuningan.

Dani Nuryadin

Tokoh Muda Partai Golkar, Mantan

Aktivis HMI, Wakil Ketua KNPI

Kabupaten Kuningan periode 2011-2014.

13 April 2013

Mengetahui masalah keadaan sosial

politik dan perilaku para pelaku

politik dan birokrasi yang ada di

Kabupaten Kuningan.

Darmawan Bagian informasi di BPK Provinsi Jawa

Barat. 8 Mei 2013

Mengetahui masalah fungsi dan

tugas dari BPK. Konfirmasi

mengenai beberapa temuan BPK.

Deki Zainal

Muttaqin

Tokoh Muda dan Calon Bupati

Kabupaten Kuningan 2013 dari Jalur

Independen, Penggerak Teater Banyoe.

19 April 2013

Mengetahui masalah keadaan sosial

politik dan perilaku para pelaku

politik dan birokrat yang ada di

Kabupaten Kuningan.

Dudung Manajer Toserba Fajar Cabang Jalaksana. 16 April 2013

Mengetahui permasalahan tentang

kondisi dunia usaha, perilaku para

pengusaha, dan peran pemerintah

terhadap kondisi dunia usaha di

Kabupaten Kuningan.

H.O. Furqon

Anggota DPR Penasihat Fraksi

Reformasi DPRD Kab. Kuningan, Politisi

Partai Bulan Bintang, Pengusaha.

15 April 2013

Mengetahui masalah keadaan sosial

politik dan perilaku para pelaku

politik, pengusaha, dan birokrat yang

ada di Kabupaten Kuningan.

Imam Fikria

Hamsyah Pengusaha oleh-oleh khas Kuningan. 14 April 2013

Mengetahui permasalahan tentang

kondisi dunia usaha, perilaku para

474 8

1

Page 99: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

98

pengusaha, dan peran pemerintah

terhadap kondisi dunia usaha di

Kabupaten Kuningan.

Indra Hervianto Kasubag Pembinaan di Kejaksaan Negeri

Kab. Kuningan. 18 April 2013

Mengetahui data dan kondisi korupsi

yang ada di Kabupaten Kuningan

dilihat dari perspektif penegak

hukum.

Jubaedi Pengacara, Tokoh Masyarakat, dan LSM. 13 April 2013

Mengetahui masalah keadaan sosial

politik dan perilaku para pelaku

politik dan pengusaha yang ada di

Kabupaten Kuningan.

Masuri

Politisi Muda dari Partai PPP, Mantan

Aktivis PMII, Ketua LSM Centra

Indonesia Kabupaten Kuningan.

13 April 2013

Mengetahui masalah keadaan sosial

politik dan perilaku para pelaku

politik dan birokrat yang ada di

Kabupaten Kuningan.

Samsu Rizal Mantan Pegawai BPPT. 9 April 2013

Mengetahui data informasi mengenai

perilaku usaha dan permasalahan di

dalam bidang kelembagaan yang ada

yang berhubungan dengan dunia

usaha di Kabupaten Kuningan.

Aan Sekretaris pada Perusahaan AS Putra 12 April 2013

Mengetahui permasalahan tentang

kondisi dunia usaha, perilaku para

pengusaha, dan peran pemerintah

terhadap kondisi dunia usaha di

Kabupaten Kuningan.

Wahyu Kasubdiv Sosial Ekonomi di Bappeda

Kuningan. 8 April 2013

Mengetahui kondisi dan arah

perekonomian di Kabupaten

Kuningan.

Yudi Budiana Wakil Ketua DPRD Kab. Kuningan dan 15 April 2013 Mengetahui masalah keadaan sosial

474 8

2

Page 100: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

99

Politisi Partai Golkar politik dan perilaku para pelaku

politik yang ada di Kabupaten

Kuningan.

Unang Unarsan

Mantan Kepala Desa Linggajati

Kecamatan Cilimus, Tim Pemenangan

Kamdan-Elit pada Pilbup 2013.

4 Juli 2013

Mengetahui keadaan birokrasi di

tingkat desa, kecamatan, dan

kabupaten di Kabupaten Kuningan.

Suryanto Bagian penerangan di Lapas Kuningan 2 Juli 2013

Mengetahui data dan kondisi korupsi

yang ada di Kabupaten Kuningan

dilihat dari perspektif penegak

hukum.

Wiratno

Mantan bendahara UPTD Pendidikan

Kec. Pasawahan Kabupaten Kuningan,

narapidana kasus korupsi dengan Kasus

tindak pidana korupsi (Tipikor) dana

penunjang DAK (Dana Alokasi Khusus)

bidang pendidikan tahun 2007. (Sekarang

adalah satu dari dua narapidana mengenai

kasus korupsi yang sedang menjalani

hukuman di Lapas Kuningan)

2 Juli 2013

Mengetahui keadaan birokrasi di

tingkat desa, kecamatan, dan

kabupaten di Kabupaten Kuningan.

Deni

Mantan Kepala Desa Ciledug Kulon

Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon.

(Sekarang adalah satu dari dua

narapidana mengenai kasus korupsi yang

sedang menjalani hukuman di Lapas

Kuningan)

3 Juli 2013

Mengetahui keadaan birokrasi di

tingkat desa, kecamatan, dan

kabupaten di Kabupaten Cirebon

sebagai perbandingan di Kabupaten

Kuningan.

Heri Pramono Kepala Bagian Tindak Pidana Korupsi di

Kepolisian Resort Kuningan 3 Juli 2013

Mengetahui data dan kondisi korupsi

yang ada di Kabupaten Kuningan

dilihat dari perspektif penegak

hukum.

474 8

3

Page 101: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

100

Dani Toleng

Mantan aktivis GMNI, Birokrat di

Perusahaan Daerah Aneka Usaha

(PDAU) Kabupaten Kuningan.

3 Juli 2013

Mengetahui masalah keadaan sosial

politik, perilaku para pelaku politik

dan birokrasi di Kabupaten

Kuningan.

Lais Abid Peneliti ICW 21 Juni 2013

Mengetahui data korupsi dan

fenomena aktivitas ekonomi

perburuan rente secara makro di

Indonesia.

474 8

4

Page 102: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

101

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Qiki Qilang Syachbudy. Lahir pada tanggal 17

Maret 1988 di Desa Galaherang, Kecamatan Maleber, Kabupaten Kuningan, Jawa

Barat. Sekolah Dasar penulis selesaikan di SDN II Galaherang pada tahun 2001.

Setelah tamat Sekolah Dasar, kemudian penulis menyelesaikan pendidikan

menengah pertama di SMPN I Lebakwangi pada tahun 2004. Setelah

menyelesaikan sekolah menengah pertama, penulis kemudian melanjutkan

sekolah di SMAN 2 Kuningan dan dinyatakan lulus pada tahun 2007.

Setelah lulus dari SMA, penulis pernah kuliah selama 5 bulan di Universitas

Kuningan (Uniku) pada jurusan Pendidikan Ekonomi dan Administrasi

Perkantoran (PEAP). Selama kuliah, untuk menambah uang saku, penulis pernah

bekerja pada sebuah counter HP dan juga pada Radio ASTIA FM Kuningan.

Namun karena tidak sanggup secara finansial untuk melanjutkan kuliah, akhirnya

penulis memutuskan untuk mengikuti program beasiswa English Teacher

Training di Pare, Kediri, Jawa Timur, yang dibiayai secara penuh oleh Sekolah

Islam Terpadu (SIT) Al Multazam Yayasan Pondok Pesantren Husnul Khotimah,

Kuningan, Jawa Barat. Setelah menyelesaikan program training selama satu

semester di Kediri, kemudian penulis menjadi guru bahasa Inggris pada lembaga

bahasa asing SIT Al Multazam (Foreign Language Departement) selama tahun

2008 – 2009.

Berkat izin dari Tuhan Yang Maha Kuasa, melalui dorongan seorang

hambaNya yang baik hati, pada tahun 2009 penulis disarankan untuk mengikuti

ujian SNMPTN sehingga kemudian berhasil diterima menjadi mahasiswa di

Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM),

Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP).

Selama kuliah, penulis pernah mengikuti beberapa organisasi intra dan

ekstra kampus. Beberapa organisasi intra kampus yang pernah diikuti adalah:

Tarung Derajat (pernah menjadi wakil ketua UKM Tarung Derajat IPB), FORCES

IPB, Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (DPM KM) IPB, dan

Himpunan Mahasiswa Aria Kamuning (HIMARIKA). Sedangkan organisasi

ekstra kampus yang diikuti adalah Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama

(KMNU) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor (Ketua Umum

HMI Cabang Bogor Periode 2013-2014). Melalui keanggotaan penulis di HMI

(sebagai Sekretaris Umum HMI Cabang Bogor periode 2012–2013), pada tanggal

26 November 2012, penulis bersama teman-teman dari organisasi KAMMI,

KMNU, dan IMM membentuk sebuah Forum Organisasi Ekstra Kampus Islam

IPB yang disingkat menjadi FOREI IPB. Melalui forum inilah diharapkan akan

bisa menjembatani kesatuan gerak di antara sesama para aktivis mahasiswa Islam

ekstra kampus.

Selain aktif dalam dunia organisasi, penulis juga aktif dalam bidang-bidang

lain seperti: Juara 2 lomba cipta lagu TPB IPB dalam rangka menyambut hari anti

narkoba, penerima dua buah dana PKM Kewirausahaan tahun 2011, dan presenter

dalam acara The 12th

Malaysia–Indonesia International Conference on

Economics, Management and Accounting (MIICEMA) 2011 di Bengkulu. Selain

itu, ia juga aktif dalam mengikuti pendidikan di luar kampus seperti Sekolah

Pemikiran Pendiri Bangsa (SPPB) Megawati Institut, Sekolah Pasar Modal BEI

2013, Loka Karya Baca Sastra Dewan Kesenian Jakarta, Training Pembicara

Page 103: repository.ipb.ac.id · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Perburuan Rente dan Korupsi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

102

Bercahaya, Latihan Kader II (intermediate training) HMI di Yogyakarta, dan

Latihan Kader III (advanced training) HMI di Padang, Sumatera Barat.

Menulis merupakan hobby yang ditekuni penulis, sampai saat ini penulis

telah menyelesaikan dua buah novel yang berjudul Gadis Kelaban dan Rasyid,

sebuah buku yang ditulis bersama dosen dan teman-teman yang berjudul Ragam

Perspektif dalam Tata Kelola BBM, dan kemudian akan menyusul buku yang

berjudul Mengenal Pemikiran Presiden Sukarno Melalui Di Bawah Bendera

Revolusi I dan II. Terdorong akan cinta penulis terhadap pengaderan sumberdaya

manusia di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), penulis menulis sebuah buku

yang berjudul Garis Besar Sirah Nabawiyah: Kisah Perjalanan Hidup Nabi

Muhammad SAW.