( 2 ) -...
Transcript of ( 2 ) -...
( 2 )
2. Peraturan Menteri Perindustrian RepublikIndonesia Nomor 46/M-IND/PER/4/2011tentang Ketentuan dan Tata Cara PelaksanaanPengawasan Internal KementerianPerindustrian;
3. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor150/M-IND/PER/12/2011 Tahun 2011tentang Pedoman Penyusunan DokumenAkuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah diLingkungan Kementerian Perindustrian;
4. Peraturan Menteri Perindustrian RepublikIndonesia Nomor 31.1/M-IND/PER/3/2015tentang Rencana Strategis KementerianPerindustrian Tahun 2015-2019;
5. Peraturan Inspektur Jenderal Nomor 110/M-IND/PER/6/2015 tentang Rencana StrategisInspektorat Jenderal KementerianPerindustrian Tahun 2015-2019;
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL TENTANGRENCANA STRATEGIS UNIT ESELON II DILINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIANTAHUN 2015-2019.
Pasal 1
Dalam Peraturan Inspektur Jenderal ini yangdimaksud dengan:1. Rencana Strategis Inspektorat Jenderal yang
selanjutnya disebut Renstra InspektoratJenderal adalah dokumen perencanaanpengawasan bidang industri InspektoratJenderal untuk periode 2015 sampai dengan2019.
2. Inspektur Jenderal adalah Inspektur JenderalKementerian Perindustrian.
3. Rencana Strategis Unit Eselon II InspektoratJenderal yang selanjutnya disebut Renstra UnitEselon II Inspektorat Jenderal adalah dokumenperencanaan pengawasan dan/ atau dukunganpengawasan bidang industri untuk periode2015 sampai dengan 2019 untuk unit kerjaeselon II di lingkungan Inspektorat Jenderal.
4. Unit...
( 3 )
5. Unit Eselon II adalah Inspektorat I, InspektoratII, Inspektorat III, Inspektorat IV, danSekretariat Inspektorat Jenderal.
Pasal 2
(1) Renstra Inspektorat Jenderal adalahpenjabaran dari Renstra KementerianPerindustrian Tahun 2015-2019 di bidangpengawasan internal.
(2) Renstra Unit Eselon II Inspektorat Jenderaladalah penjabaran dari Renstra InspektoratJenderal Tahun 2015-2019 di bidangpengawasan internal.
(3) Renstra Unit Eselon II Inspektorat Jenderalsebagaimana dimaksud dalam ayat (2)tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II,Lampiran III, Lampiran IV, dan Lampiran Vyang merupakan bagian yang tidakterpisahkan dalam Peraturan ini.
Pasal 3
(1) Renstra Unit Eselon II Inspektorat Jenderaldigunakan sebagai pedoman bagi Unit EselonII dalam:a. Penyusunan Rencana Kerja Tahunan,
Rencana Kerja Anggaran, Rencana Kinerja,dan Perjanjian Kinerja;
b. Pengendalian pelaksanaan programpengawasan interenal serta pelaksanaananggaran;
c. Pelaksanaan evaluasi LaporanAkuntabilitas kinerja; dan
d. Evaluasi dan monitoring pencapaianindikator kinerja setiap tahun;
(2) Indikator sebagamana dimaksud dalam ayat(1) huruf d, merupakan ukuran untukmenggambarkan keberhasilan program dankegiatan;
(3) Indikator sebagaimana dimaksud dalam pasalayat (1) huruf d beriisikan indikator kinerjautama yang ditugaskan dan/ atau gambarankeberhasilan pelaksanaan program masing-masing unit Eselon II sebagaimana terlampirdalam lampiran VI yang merupakan bagianyang tidak terpisahkan dalam Peraturan ini.
(4) Pedoman...
( 4 )
(4) Pedoman pelaksanaan evaluasi dan monitoringindikator kinerja diatur lebih lanjut melaluiperaturan Inspektorat Jenderal;
Pasal 4
(1) Unit Eselon II melaksanakan monitoring danevaluasi kualitas Renstra Unit Eselon IImasing-masing secara berkala denganmempertimbangkan hal-hal antara lain;a. Tujuan organisasi yang berorientasi hasil;b. Sasaran organisasi yang berorientasi hasil;c. Indikator kinerja tujuan yang memenuhi
kriteria indikator yang baik;d. Indikator kinerja sasaran yang memenuhi
kriteria indikator yang baik;e. Penetapan target yang baik dan terukur;f. Keselarasan terhadap dokumen Renstra
Inspektorat Jendreal;g. Target-target berkala yang direncanakan;h. Metode pengukuran target.
(2) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secaraberkala dan menghasilkan rekomendasiperbaikan rencana, indikator, target, dan/atau masukan terhadap renstra InspektoratJenderal;
(3) Pelaksanaan monitoring dan evaluasisebagaimana dimaksud ayat (2) dilaksanakanoleh masing-masing Unit Eselon II dandikoordinasikan oleh Sekretariat InspektoratJenderal;
Pasal 5
Dalam hal terjadi perubahan pada lingkunganstrategis dan/atau perubahan kebijakan strategisyang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal RenstraUnit Eselon II Inspektorat Jenderal akandisesuaikan yang perubahannya ditetapkandengan Peraturan Inspektur Jenderal
Ditetapkan di Jakartapada tanggalINSPEKTUR JENDERAL
SOERJONOSalinan Peraturan ini disampaikan kepada :1. Menteri Perindustrian;2. Sekretaris Inspektorat Jenderal;3. Inspektur I, II, III, dan IV;4. Para Kepala Bagian;5. Pertinggal.
-1-
LAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIANTAHUN 2015-2019
BAB IPENDAHULUAN
A. KONDISI UMUM
Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 17 tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 –
2025, disebutkan bahwa struktur perekonomian diperkuat dengan
mendudukkan sektor industri sebagai motor penggerak untuk
mewujudkan ketahanan ekonomi yang tangguh. Arah pembangunan
industri difokuskan pada perwujudan industri yang berdaya saing
dengan struktur industri yang sehat dan berkeadilan. Untuk itulah,
sebagai lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah di
bidang perindustrian sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 3
Tahun 2014 disusunlah visi, misi pembangunan industri yang akan
dicapai melalui rencana strategis Kementerian Perindustrian 2015 –
2019. Oleh karena itu, visi pembangunan industri 2015 – 2019
adalah: “ Indonesia Menjadi Negara Yang berdaya Saing Dengan
Struktur Industri Yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam Dan
Berkeadilan”.
Upaya Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian dalam
rangka mewujudkan visi dan misi yang ditetapkan tidak terlepas dari
unsur perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan yang
terstruktur, serta tidak lepas dari fungsi pengawasan yang efektif.
Inspektorat Jenderal sebagai unit pengawasan internal kementerian,
memiliki fungsi yang sangat strategis dalam mendukung
pembangunan industri. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7
Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka
Inspektorat I Kementerian Perindustrian menyusun Rencana Strategis
(Renstra) sebagai bentuk penjabaran dari tugas dan fungsi
pengawasan pembangunan industri agar tetap sejalan dengan arah
-2-
dan kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional di
bidang industri.
Rencana Strategis ini merupakan pedoman bagi Inspektorat I
Kementerian Perindustrian agar dapat melakukan sinkronisasi dan
terjalin sinergi terhadap kegiatan pengawasan baik di lingkup pusat
maupun daerah.
B. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Sesuai dengan perkembangan tata kelola pemerintahan dan
reformasi birokrasi, Inspektorat Jenderal telah mencanangkan
perubahan Paradigma Pengawasan, secara bertahap diubah dari Post-
Audit (watch dog) menjadi pembinaan, advokasi, pendampingan,
pengendalian (counseling partner) dan ke depan menjadi Penjamin
Mutu (quality assurance).
Paradigma Pengawasan
Dengan paradigma baru tersebut, nilai-nilai pengawasan yang
independen, obyektif, akuntabel, dan transparan harus selalu
dikedepankan, sehingga indikator keberhasilan pengawasan intern
diukur bukan dari jumlah temuan, tetapi dari ukuran sejauh mana
dapat membantu seluruh entitas kerja di lingkungan Kementerian
Perindustrian dalam mengatasi permasalahan yang timbul, meliputi
aspek pengelolaan resiko, control, dan tata proses yang baik.
Dengan paradigma baru, ukuran keberhasilan APIP bukan dari JUMLAH TEMUAN tetapi dari ukuran sejauhmana dapat membantu manajemen mengatasi permasalahan yang timbul. Permasalahan tersebut meliputiaspek pengelolaan risiko, kontrol, dan tata-proses yang baik, yang pada akhirnya membantu manajemenrisiko.
Values Pengawasan :1. Transparan 2. Obyektif 3. Independen 4. Akuntabel
“ WATCH DOG “• Pendekatan Birokrasi
• Berorientasi menghukum
• Instruktif
• Kurang memberi solusi
• Kurang memberikesempatan kepadaauditan untuk menjelaskansesuatu
COUNSELING PARTNER
• Koordinatif
• Partisipatif
• Konsultatif dalammemberikan solusi atasmasalah dan hambatanyang dihadapi gunamencapai tujuan
QUALITY ASSURANCE &COUNSELING PARTNER
Menghantar unit kerjauntuk meningkatkan
produktifitas dan kualitaskinerja sesuai rencana dan
ketentuan.
MASA LALU S.D. TAHUN 2010 MULAI TAHUN 2011
-3-
Langkah-langkah operasionalisasi perubahan paradigma
tersebut, pengawasan dimulai dari tahap perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan, sampai dengan hasil yang diperoleh,
dengan mengedepankan pengawasan pre-emtif dalam rangka
membangun dan meningkatkan kesadaran taat azas untuk mencegah
timbulnya moral hazard, dengan sosialisasi ketentuan dan peraturan
perundangan, character building, pengembangan motivasi, penerbitan
buletin pengawasan, membangun sistem pengawasan berbasis web,
penegakan reward and punishment, dan pengawasan preventif untuk
membangun sistem pengendalian intern melalui penyusunan dan
penerapan SOP, juklak, juknis, standar kinerja, Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP), kode etik pelayanan publik, yang antara lain
diimplementasikan dalam pembentukan Unit Layanan Pengadaan
(ULP), Sistem Pengendalian Intern (SPI), Penilaian Kinerja berbasis KPI
dan produktifitas, Klinik Itjen, Reviu RKA/KL, Evaluasi SAKIP,
Pencanangan Whistle Blower System, dan sebagainya.
Perubahan paradigma pengawasan tersebut diyakini secara
bertahap akan mencapai hasil yang diharapkan, mengingat
persamaan visi, persepsi untuk segera memajukan industri nasional
yang didukung oleh komitmen, kebersamaan, teamwork, network
seluruh aparat auditor dan upaya-upaya peningkatan kuantitas,
kapasitas, kompetensi serta profesionalitasnya. Oleh karenanya
seluruh entitas kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian secara
simultan juga perlu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik
dengan bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja tuntas, dan bekerja
ikhlas.
Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan, Inspektorat
Jenderal telah melaksanakan serangkaian program dan kegiatan
sebagaimana yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra)
Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian tahun 2009 – 2014.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja Inspektorat Jenderal,
secara umum dapat dikemukakan capaian kinerja sebagai berikut:
-4-
1. Kementerian Perindustrian berhasil mempertahankan opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK atas Laporan
Keuangan dan BMN Tahun 2014.
2. Telah dihasilkan 4 (empat) paket masukan dan rekomendasi
perbaikan pelaksanaan kebijakan/program pengembangan
industri kepada stakeholder.
3. Meningkatnya budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan
staf dimana 12 unit kerja telah menyusun peta risiko dan
melaksanakan pengendalian terhadap risiko tersebut.
4. Penyelesaian temuan yang harus ditindaklanjuti berdasarkan
hasil pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian
Perindustrian pada tahun 2014 telah terselesaikan sebanyak
1.039 temuan dari total temuan sebanyak 1.202 temuan
(86,44%).
5. Kepatuhan unit kerja dalam melaksanakan pelayanan publik
sesuai standar pelayanan minimum mencapai sebesar 80,18
persen.
6. Meningkatnya Sistem Pengendalian Intern pada unit kerja
dimana 12 satker telah menyusun Peta Risiko dan melakukan
pengendalian atas risiko tersebut.
Program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Inspektorat
I selama periode tahun 2010 – 2014 dengan hasil sebagai berikut:
a. Kegiatan peningkatan pengawasan dan akuntabilitas
pelaksanaan program pengembangan industri,
1) Laporan keuangan dan BMN satuan kerja yang handal,
2) Berkurangnya temuan berulang setiap tahun,
3) Tersedianya rekomendasi perbaikan kebijakan/ program
pengembangan industri,
b. Kegiatan dukungan manajemen, pembinaan, pemantauan tindak
lanjut hasil pengawasan serta dukungan teknis lainnya
1) Terlaksananya pembinaan dan konsultasi pengawasan,
-5-
2) Meningkatnya penyelesaian tindak lanjut atas temuan hasil
pengawasan.
Program dan kegiatan tersebut di atas merupakan
penjabaran dari program prioritas Kementerian Perindustrian,
kontrak kinerja Inspektur I, dan program prioritas Inspektorat I.
Untuk mengukur tingkat keberhasilan dari pelaksanaan program
dan kegiatan, di dalam Renstra Kementerian Perindustrian juga telah
ditetapkan sasaran-sasaran strategis beserta indikator kinerja utama
(IKU) yang bersifat kuantitatif dari masing-masing sasaran strategis.
Potensi yang ada pada Inspektorat I dapat dilihat pada tabel
berikut:
Kekuatan Peluang
1. SDM APIP adalah sumber daya
yang terdidik dan terseleksi.
2. Internal Audit Capability Model
mencapai level 2
3. Struktur organisasi mampu
mendukung pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi
4. Peraturan perundang-
undangan dan prosedur
pengawasan yang dinamis dan
memadai.
5. Sistem manajemen mutu (ISO
9001:2008)
6. Regenerasi Auditor
1. Respon positif terhadap
kinerja Inspektorat Jenderal
dalam rangka meningkatkan
hubungan pengawasan yang
bersifat konsultatif dan
pembinaan (mitra kerja)
2. SPIP dan Zona Integritas
yang mendorong peningkatan
fungsi Inspektorat Jenderal
3. Pemberantasan KKN oleh
pemerintah yang konsisten
dan berkelanjutan.
4. Kerjasama dengan pihak-
pihak terkait yang
menunjang tugas
pengawasan
-6-
Kelemahan yang ada pada Inspektorat I dapat dipetakan sebagai
berikut:
Kelemahan Tantangan
1. Paradigma Watchdog masih
melekat pada satuan kerja
atau auditor
2. Transfer knowledge auditor
senior dan calon auditor
tidak merata
3. Terbatasnya ketersediaan
waktu auditor untuk
mengembangkan
kompetensi
1. Stake holder belum dapat
memahami sepenuhnya visi,
misi dan paradigma
pengawasan
2. Penerapan SPIP belum
sepenuhnya dilakukan
3. Pembenahan sistem
pengawasan tidak seiring
dengan pembenahan
penganggaran, pelaksanaan
program sehingga
pengawasan hanya dianggap
sebagai formalitas
pelaksanaan kegiatan.
4. Reward and punishment
terhadap kinerja SDM
pengawasan tidak sebanding
dengan tugas dan
tanggungjawab.
Berdasarkan analisa SWOT terhadap kondisi tersebut di atas, maka
dirumuskan kunci keberhasilan sebagai berikut:
1. Pemerataan auditor/calon auditor sehingga pengalaman dan transfer
knowledge lebih efektif;
2. Mengoptimalkan keahlian auditor untuk meningkatkan akuntabilitas
kinerja pemerintah;
-7-
3. Mengefektifkan peran auditor dalam mengembangkan, sosialisasi visi,
misi dan paradigm pengawasan;
4. Mengefektifkan peran auditor dalam mendorong impelementasi SPIP
dan pelaksanaan Zona Integritas;
5. Mengefektifkan fungsi auditor sebagai sarana konsultasi dan
pengawalan terhadap program pembangunan industri;
6. Mengefektifkan fungsi pengawasan untuk mendorong akuntabilitas
pelaksaaan program sejak dari perencanaan;
7. Perencanaan audit berbasis resiko yang dilaksanakan pada skala
prioritas beresiko tinggi;
8. Mengevaluasi komitmen pimpinan bahwa APIP merupakan bagian dari
komponen tim manajemen kementerian.
-8-
BAB IIVISI MISI DAN TUJUAN
A. VISI
Dengan mencermati lingkungan dan tuntutan publik yang
dinamis dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bebas
kolusi, korupsi, dan nepotisme khusunya di bidang industri, visi
Inspektorat I adalah
“Menjadi pemberi jasa konsultasi/mitra kerja dan penjaminmutu kegiatan kepemerintahan di bidang industri padacakupan wilayah Inspektorat I”
visi tersebut diharapkan menjadi inspirasi dan motivasi bagi setiap
unsur organisasi di lingkungan Inspektorat I untuk dapat berkarya
secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif dan inovatif sehingga
mampu menggerakkan dan menarik komitmen bersama,
menciptakan makna bagi setiap SDM di lingkungan Inspektorat
Jenderal, mampu menciptakan dan meningkatkan standar
keunggulan, dan menjembatani kondisi sekarang dengan kondisi
yang akan dating, serta mampu memberi jaminan mutu terhadap
ketaatan, efisien, efektifitas dan keekonomisan kegiatan di bidang
industri.
B. MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata
dalam bentuk 2 (dua) misi sesuai dengan tugas dan fungsi
Inspektorat I sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pengawasan intern dalam rangka
mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik;
2. Mengembangkan sistem pengawasan intern yang efisien dan
efektif sebagai katalisator dan akselerator pembangunan industri.
-9-
C. TUJUAN
Dari serangkaian misi yang diemban oleh Inspektorat I dalam 5
(lima) tahun ke depan Inpektorat I mempunyai tujuan “Tercapainyaperan pemberi jasa konsultasi dan penjamin mutu kegiatan dibidang industri yang efektif” sebagai unit kerja yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi utama pengawasan; dengan Indikator Kinerja
Tujuan “tercapainya pelayanan consulting dan assurance padaauditi cakupan tugas Inspektorat I melalui kegiatanpengawasan”.
D. SASARAN STRATEGIS
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya
sistematis yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang
hubungannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Menjadi pemberi jasa konsultasi /mitra kerja dan penjamin mutu
kegiatan kepemerintahan di bidangindustri
VISI
Menyelenggarakanpengawasan intern dalam
rangka mewujudkan tata kelolakepemerintahan yang baik
MISI 1
Mengembangkan SistemPengawasan Intern yang efisiendan efektif sebagai katalisatordan akselerator pembangunan
industriMISI 2
-10-
Upaya-upaya sistematis yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
merupakan strategi pengawasan dalam rangka mencapai visi, misi, dan
tujuan pengawasan dapat digambarkan dalam bagan berikut:
Untuk mengukur keberhasilan dan informasi kinerja Inspektorat Jenderal
dapat digambarkan melalui bagan sebagai berikut:
Tercapainya peran pemberi jasakonsultasi dan penjamin mutu
kegiatan di bidang industri yangefektif
TUJUAN
Meningkatnya efektifitas,efesiensi, dan ketaatan
terhadap peraturanperundang-undangan
SASARAN STRATEGIS 1
Meningkatnya Akuntabilitaspelaksanaan kebijakan
program dan pengendalianinternal
SASARAN STRATEGIS 2
VISI MISI TUJUAN/SASARANPENGAWASAN
STRATEGIPROGRAMKEGIATAN
-11-
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas ditetapkan 2 (dua) Sasaran
Strategis yaitu:
1. Meningkatnya efektifitas, efesiensi, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan, dengan Indikator Kinerja Sasaran Strategis
sbb:
a. Prosentase temuan BPK di bawah materiality threshold;
b. Prosentase laporan Laporan Keuangan Satuan Kerja sesuai
dengan SAP dan peraturan perundangan-undangan.
2. Meningkatnya Akuntabilitas pelaksanaan kebijakan program dan
pengendalian internal dengan indikator kinerja sasaran strategis sbb:
a. Persentase nilai rata-rata SAKIP Unit Eselon I minimal B;
b. Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakan industri dan/atau tata
kelola;
c. Jumlah pengawasan internal yang dilaksanakan Inspektorat I
terhadap Unit Pusat; Unit Vertikal dan Satker Dekonsentrasi.
OUTPUTESELON I
OUTPUTESELON II
OUTPUTESELON II
OUTPUTESELON II
Outputeselon
I
Outputeselon
I
outcome/sasaranstrategis
-12-
E. INDIKATOR KINERJA UTAMA
Indikator Kinerja Utama Inspektorat I pada Sasaran Strategis
Meningkatnya efektifitas, efesiensi, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan adalah "Prosentase temuan BPK di bawahMateriality Threshold"
-13-
SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGISINSPEKTORAT I TAHUN 2015 – 2019
KodeSS
Outcome/Sasaran Strategis (SS)
Penjelasan Outcome/Sasasran Strategis
KodeIKSS
Indikator KinerjaSasaran Strategis
(IKSS)Penjelasan IKSS Satuan
Target
Insp
ekto
rat
IK
eter
anga
n
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
S1 Meningkatnyaefektifitas, efesiensi,dan ketaatanterhadap peraturanperundang-undangan
IK1.1
Prosentase laporanLaporan KeuanganSatuan Kerja sesuaidengan SAP danperaturanperundangan-undangan
Persen - 90 90 92 92 ■
IK1.2
Prosentase temuanBPK di bawahmaterialitythreshold
Persen - <3 <3 <3 <3 ■
S2 Meningkatnya
-14-
KodeSS
Outcome/Sasaran Strategis (SS)
Penjelasan Outcome/Sasasran Strategis
KodeIKSS
Indikator KinerjaSasaran Strategis
(IKSS)Penjelasan IKSS Satuan
Target
Insp
ekto
rat
IK
eter
anga
n
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Akuntabilitaspelaksanaankebijakan programdan pengendalianinternal
IK2.1
Persentase nilairata-rata SAKIPunit Eselon Iminimal B
Persen - 78 89 100 100 ■
IK2.2
Jumlahrekomendasiperbaikankebijakan industridan/atau tatakelola
Rekomendasi - 1 1 1 1 ■
IK2.3
Jumlahpengawasaninternal yangdilaksanakanInspektorat Iterhadap unitpusat, unit vertikal,dan danaDekonsentrasiperindustrian
Satuan Kerja - 24 24 24 24 ■
-15-
BAB III
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGAWASAN
Kebijakan Pembangunan Industri Nasional disusun agar dapat
merealisasikan cita-cita luhur bangsa Indonesia dan sekaligus menjawab
tantangan perubahan lingkungan yang terjadi dengan cepat, serta
mampu mengatasi dampak krisis finansial global yang terjadi saat ini.
Kebijakan Industri Nasional (Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008)
disusun dengan menggunakan pendekatan klaster industri dan
kompetensi inti industri daerah guna membangun daya saing industri
yang berkelanjutan.
Merujuk pada Renstra Kementerian Perindustrian, kondisi pengembangan
industri yang harus dicapai pada tahun 2019 sebagai berikut:
1. Terselesaikannya permasalahan yang menghambat, dan rampungnya
program revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri yang
terkena dampak krisis;
2. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan lapangan kerja yang
besar;
3. Terolahnya potensi sumber daya alam daerah menjadi produk-produk
olahan;
4. Semakin meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor;
5. Tumbuhnya industri-industri potensial yang akan menjadi kekuatan
penggerak pertumbuhan industri di masa depan;
6. Tumbuh berkembangnya IKM, khususnya industri menengah sekitar
dua kali lebih cepat daripada industri kecil.
Selain itu, Kontrak Kinerja Menteri Perindustrian RI 2010-2014 yang
perlu mendapat pengawalan dalam pencapaiannya, antara lain adalah
sebagai berikut:
-16-
1. Melaksanakan pengembangan industri sesuai dengan Peraturan
Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.
2. Revitalisasi industri Pupuk
3. Revitalisasi industri Gula
4. Peningkatan iklim usaha
5. Pengamanan pasar dalam negeri
6. Revitalisasi sektor industri
7. Peningkatan investasi
8. Pengembangan industri kecil dan menengah
9. Peningkatan penggunaan produksi dalam negeri
10. Peningkatan pasar, dan
11. Reformasi birokrasi di bidang pelayanan umum
Memperhatikan sasaran kinerja dan kontrak kinerja tersebut diatas,
maka Kementerian Perindustrian menetapkan arah kebijakan dalam
Rencana Strategis pengembangan industri mencakup beberapa hal
pokok sebagai berikut:
1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri
dalam perekonomian nasional.
2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan
prioritas nasional dan kompetensi daerah.
3. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah agar terkait
dan lebih seimbang dengan kemampuan industri skala besar.
4. Mendorong pertumbuhan industri di luar pulau Jawa.
5. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang
lain dalam mendukung pembangunan industri nasional.
Untuk mewujudkan rencana strategis tersebut, telah ditetapkan proses
yang harus dilakukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Kementerian Perindustrian dan dikelompokkan ke dalam : (1) perumusan
-17-
kebijakan; (2) pelayanan dan fasilitasi; serta (3) pengawasan,
pengendalian, dan evaluasi yang secara langsung menunjang pencapaian
sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan, disamping dukungan
kapasitas kelembagaan guna mendukung semua proses yang akan
dilaksanakan.
Sebagai unsur penunjang dan pengawas internal Kementerian
Perindustrian, Inspektorat Jenderal dituntut untuk mengawal
pencapaian sasaran strategis Kementerian Perindustrian tersebut dan
menjamin bahwa pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian
berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Untuk itu telah disusun
kebijakan dan strategi pengawasan Inspektorat Jenderal sebagai berikut
:
A. ARAH KEBIJAKAN PENGAWASAN
Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran-sasaran pengawasan
intern Kementerian Perindustrian tahun 2015-2019 telah disusun
kebijakan pengawasan Kementerian Perindustrian sebagai berikut :
1. Paradigma Pengawasan
Dalam mewujudkan tujuan dan sasaran pengawasan, dilaksanakan
Paradigma baru pengawasan, dimana secara bertahap kegiatan
pengawasan akan didorong dari Post Audit (watch dog) menjadi
pembinaan (counseling partner) dan ke depan menjadi Penjamin
Mutu (quality assurance). Dengan paradigma baru tersebut ukuran
keberhasilan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) bukan
dari jumlah temuan, tetapi dari ukuran sejauh mana dapat
membantu manajemen unit kerja mengatasi permasalahan yang
timbul. Permasalahan tersebut meliputi aspek pengelolaan resiko,
control, dan tata kelola yang baik yang pada akhirnya dapat
membantu menangani resiko.
2. Nilai-nilai Pengawasan
-18-
Prinsip dan nilai-nilai penting yang diterapkan dalam pelaksanaan
pengawasan adalah pengawasan yang transparan, obyektif,
independen dan akuntable. Nilai/prinsip tersebut menjiwai
pelaksanaan pengawasan dan menjadi pedoman bagi pengaturan
kode etik dan perilaku pengawas intern.
3. Peran Pengawasan
Fungsi dan Peran Pengawasan diarahkan untuk mencegah
terjadinya kesalahan dan penyimpangan dalam pelaksanaan
kebijakan dan program kerja serta menjamin pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan peraturan perundangan demi tercapainya
sasaran/tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
4. Lingkup Pengawasan
Pelaksanaan paradigma pengawasan tersebut, menempatkan aparat
pengawas sebagai mitra kerja auditi sehingga lingkup pengawasan
dimulai dari tahap Perencanaan dan Penganggaran, Pelaksanaan
kegiatan, sampai dengan Hasil yang diperoleh (input, process,
output, outcame, impact), untuk memastikan bahwa:
a. Petunjuk dan standar yang jelas dan faktor input yang
ditetapkan telah tersedia;
b. Segala proses dan perangkat penunjang berjalan sebagaimana
mestinya; dan
c. Output yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan
5. Kebijakan Pengawasan
a. Melaksanakan pengawasan berbasis kinerja dengan
mengedepankan aspek pembinaan kepada seluruh satker dalam
rangka menjamin mutu kegiatan kepemerintahan di bidang
industri yang dilaksanakan oleh auditi.
b. Menerapkan audit berbasis resiko.
6. Obyek Pengawasan
-19-
Objek pengawasan Inspektorat I, Inspektorat Jenderal Kementerian
Perindustrian adalah Unit Kerja Kementerian Perindustrian baik di
Pusat, di luar negeri maupun di daerah, Provinsi penerima Dana
Dekonsentrasi serta Kabupaten/Kota penerima dana dekonsentrasi.
Saat ini obyek pengawasan sebanyak 24 Unit kerja, terdiri dari: 3
Unit Pusat; 13 Unit Kerja Vertikal di daerah (3 unit Balai Besar; 3
unit Baristand; 2 unit BDI; dan 5 Unit Pendidikan); dan Dinas
Provinsi Penerima dana Dekonsentrasi sebanyak 8 Unit.
7. Fokus Pengawasan
Pengawasan intern yang dilakukan Inspektorat Jenderal, berfokus
pada 3 (tiga) aspek pengawasan yaitu pelaksanaan program dan
kegiatan, pertanggungjawaban keuangan serta pelayanan publik
dalam rangka memberikan pengawalan yang bermuara pada
terlaksananya arah dan kebijakan pembangunan industri nasional
yang efektif, efisien, serta sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
B. STRATEGI PENGAWASANDalam rangka pelaksanaan kebijakan pengawasan dan pencapaian
sasaran yang telah ditetapkan, maka ditetapkan strategi pengawasan
sebagai berikut :
1. Strategi PokokPenyelenggaraan pengawasan mengutamakan pengawasan preventif
dan preemtif dengan fokus pembinaan, advokasi, pendampingan,
dan pengendalian pada setiap tahapan kegiatan melalui efektifitas
proses tata kelola yang baik (good governance processes) dan
manajemen risiko (risk management), dengan fokus :
a. Meningkatkan kualitas pengawasan dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi auditi sesuai dengan kebijakan, program, kegiatan
dan sasaran yang ditetapkan serta sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
-20-
b. Meningkatkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
pembangunan industri nasional;
c. Mendorong percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil
pengawasan;
d. Meningkatkan koordinasi, sinkronisasi, dan sinergi dengan
seluruh aparat pengawasan;
e. Meningkatkan profesionalisme dan indepedensi aparat
pengawasan;
f. Meningkatkan budaya pengawasan di lingkungan Kementerian
Perindustrian;
g. Menerapkan standar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008.
2. Strategi OperasionalDalam penyelenggaraan pengawasan, dilaksanakan strategi
operasional sebagai berikut :
a. Melakukan pengawasan preemtif dengan membangun kesadaran
dan kompetensi SDM untuk mencegah timbulnya moral hazard,
melalui sosialisasi ketentuan dan peraturan perundangan,
peningkatan kemampuan SDM (capacity building dan character
building) serta pelaksanaan inspeksi mendadak (sidak).
b. Melakukan pengawasan preventif dengan membangun norma,
standard, prosedur dan kriteria (NSPK) pelaksanaan kegiatan dan
langkah antisipasinya melalui early warning system, survey,
penyusunan juklak, juknis, SOP, standar kinerja berbasis KPI
dan produktifitas, Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), kode etik
pelayanan publik, yang antara lain diimplementasikan dalam
pembentukan dan pemberdayaan Unit Layanan Pengadaan (ULP),
Sistem Pengendalian Intern (SPI) Keuangan dan Program,
Penilaian Kinerja berbasis KPI dan produktifitas, Klinik Itjen,
serta advokasi pelaksanaan kegiatan.
c. Melakukan Pengawasan Represif untuk menjamin pelaksanaan
kegiatan sesuai rencana dan peraturan yang berlaku, yang
-21-
dilaksanakan melalui pengawasan dan pemeriksaan unit kerja
meliputi audit kinerja, review, monev pelaksanaan KIN (Peta
Panduan), evaluasi kebijakan, tindak lanjut hasil audit, serta
dilaksanakan melalui pemeriksaan khusus meliputi audit resiko,
audit aduan masyarakat, verifikasi hasil audit eksternal dan
audit untuk tujuan tertentu.
C. Program dan Kegiatan PengawasanUntuk merealisasikan visi, misi, dan sasaran strategis seperti
diuraikan di atas, dilaksanakan berbagai kegiatan pengawasan secara
berkesinambungan. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara
PPN/Kepala Bappenas Nomor: 5 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Renstra-KL 2010-2014, maka program yang melingkupi
kegiatan-kegiatan Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian
adalah Program Pengawasan dan Peningkatan AkuntabilitasAparatur Kementerian Perindustrian.
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur
Kementerian Perindustrian bertujuan untuk menjamin agar
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian
berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-
undangan, mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif,
efisien, trasnparan, akuntabel, bersih dan bebas dari KKN, serta
mewujudkan Good Governance dan Clean Government, dengan
indikator keberhasilan program (IKU), yaitu: 1) tersusunnya norma,
standar, kriteria dan prosedur pengawasan yang efektif, 2)
tersedianya hasil pengawasan yang berkualitas, 3) tersedianya jumlah
dan kualifikasi aparat pengawas yang optimal, 4) tercapainya
peningkatan akuntabilitas, transparansi, efektifitas dan efisiensi
pelaksanaan program.
Program tersebut dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
-22-
Kegiatan: Peningkatan Pengawasan dan AkuntabilitasPelaksanaan Program Pengembangan IndustriInspektorat I.
Kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan efektifitas, efisiensi dan
akuntabilitas pelaksanaan tugas unit kerja dalam mewujudkan
sasaran kinerja yang telah ditetapkan oleh Unit Kerja dalam cakupan
tugas Inspektorat I yang meliputi Sekretariat Jenderal, Direktorat
Jenderal Kerjasama Industri Internasional, Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Industri, Balai Besar, Baristand, Balai Diklat Industri dan
Unit Pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian, serta
Dekonsentrasi.
Sasaran dari kegiatan ini adalah :
1. Terlaksananya Pengawasan kinerja pada unit/Satker
pusat/vertikal, dekonsentrasi dan tugas pembantuan dalam
cakupan tugas Inspektorat I, dengan indikator kinerja kegiatan
(IKK) laporan hasil pengawasan kinerja.
2.Terlaksananya Pengawasan/Pemeriksaan khusus dalam cakupan
tugas Inspektorat I, dengan indikator kinerja kegiatan (IKK) laporan
hasil Pengawasan/Pemeriksaan khusus.
3.Terlaksananya Review Laporan Keuangan/BMN unit kerja
Pusat/Vertikal dalam cakupan tugas Inspektorat I, dengan
indikator kinerja kegiatan (IKK) laporan hasil Review Laporan
Keuangan/BMN unit kerja Pusat/Vertikal.
4. Terlaksananya evaluasi dan pemantauan pelaksanaan
kebijakan/program pengembangan industri dalam cakupan tugas
Inspektorat I, dengan indikator kinerja kegiatan (IKK) laporan hasil
evaluasi pelaksanaan kebijakan/program pengembangan industri.
5.Terlaksananya Evaluasi/Pemantauan/Audit Pelaksanaan Program
Prioritas/Kegiatan Aktual Bidang Industri dalam cakupan tugas
Inspektorat I, dengan indikator kinerja kegiatan (IKK) Laporan
-23-
Evaluasi/Pemantauan/Audit Pelaksanaan Program
Prioritas/Kegiatan Aktual Bidang Industri, termasuk dan tidak
terbatas pada :
a. Pencapaian KPI (Key Performance Indicators) Program dan
Kegiatan untuk Eselon I dan II;
b. Pola Karir pegawai Kemenperin sesuai Permenperin No. 91
Tahun 2008;
c. Unit Pendidikan Kementerian Perindustrian,
d. Pelaksanaan program P3DN,
e. Pelaksanaan Revitalisasi Industri Pupuk,
f. Pengadaan Barang dan Jasa Kementerian Perindustrian,
g. Dukungan mempertahankan opini WTP Laporan Keuangan
Kementerian Perindustrian,
h. pelaksanaan reformasi birokrasi,
6.Meningkatnya akuntabilitas kinerja pelaksanaan kegiatan
Pengawasan Inspektorat I, dengan indikator kinerja kegiatan (IKK)
Laporan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan Inspektorat I.
Program dan Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran – sasaran
di atas adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Audit Inspektorat Jenderal terhadap satker binaan
Inspektorat I
2. Pelaksanaan Reviu Laporan Keuangan dan BMN serta Reviu Rencana
Kerja dan Anggaran terhadap satker binaan Inspektorat I
3. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Industri dan SAKIP
Inspektorat I terhadap satker binaan Inspektorat I
4. Pelaksanaan Layanan Manajemen Pengawasan Inspektorat I
5. Pelaksanaan Laporan Penganggaran dan Akuntabilitas Inspektorat I
Agar perubahan paradigma pengawasan dapat berjalan dengan baik dan
sasaran yang telah ditetapkan secara bertahap dapat dicapai, diperlukan
-24-
peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan program pengawasan serta
dukungan anggaran yang memadai. Untuk itu telah dirumuskan
program, kegiatan dan kebutuhan minimal anggaran pengawasan
Inspektorat I dalam kurun waktu 2015 s/d 2019 sebagai berikut :
(sesuai adik dan matrik pendanaan Inspektorat I)
-25-
INDIKATOR KINERJAINSPEKTORAT I TAHUN 2015 – 2019
Kode Hasil/ Keluaran/Output
Penjelasan KodeIKO Indikator Penjelasan IKO Satuan
Target
Insp
ekto
rat
ISu
b ba
gian
TU
Ket
eran
gan
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Layanan AuditInspektorat I(Output di RKA-KL) IKO
1.1Persentase pelaksanaan audit sesuaidengan PKPT
- 90 90 90 90 ■
IKO1.2
Jumlah Laporan Audit kinerjaInspektorat I
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Audit Kinerja unit pusat danvertikal satuan kerjacakupan tugas Inspektorat I
LHA - 16 16 16 16 ■
IKO
1.3Jumlah Laporan Audit danadekonsentrasi yang menjadi obyeklayanan audit
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Audit dana dekonsentrasiPerindsutrian Wilayahcakupan tugas Inspektorat I
LHA - 8 8 8 8 ■
IKO
1.4Jumlah penugasan audit dengantujuan tertentu
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Audit dengan tujuan tertentupada Inspektorat I
LHA - 3 2 2 1 ■
-26-
Kode Hasil/ Keluaran/Output
Penjelasan KodeIKO Indikator Penjelasan IKO Satuan
Target
Insp
ekto
rat
ISu
b ba
gian
TU
Ket
eran
gan
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
IKO
1.5Jumlah laporan audit tematik sesuaidengan kebijakan pengawasan
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Audit tematik sesuai dengankebijakan pengawasan
LHA - 1 1 1 1 ■
2 Layanan ReviuInspektorat I(Output di RKA-KL) IKO
2.1Jumlah laporan hasil reviu laporankeuangan dan BMN satuan kerjacakupan tugas Inspektorat I
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Reviu Laporan keuangan danBMN satuan kerja cakupantugas Inspektorat I
LHR - 32 32 32 32 ■
IKO2.2
Jumlah laporan hasil reviu RKA-K/Lsatuan kerja sesuai cakupan tugasInspektorat I
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Reviu Rencana kerja dananggaran satuan kerjacakupan tugas Inspektorat I
LHR - 42 42 42 42 ■
-27-
Kode Hasil/ Keluaran/Output
Penjelasan KodeIKO Indikator Penjelasan IKO Satuan
Target
Insp
ekto
rat
ISu
b ba
gian
TU
Ket
eran
gan
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
3 Layanan Monitoringdan Evaluasi CakupanTugas Inspektorat I(Output di RKA-KL) IKO
3.1Jumlah laporan hasil evaluasi SAKIPsatuan kerja cakupan tugasInspektorat I
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Monitoring dan EvaluasiSAKIP satuan kerja cakupantugas Inspektorat I
LHE - 3 3 3 3 ■
IKO3.2
Jumlah laporan hasil evaluasipelaksanaan kebijakan industridan/atau tata kelola kepemerintahansatuan kerja cakupan tugasInspektorat I
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Monitoring dan Evaluasikebijakan industri dan tatakelola kepemerintahan sesuaikebijakan pengawasan
LHE - 1 1 1 1 ■
4 Layanan ManajemenPengawasanInspektorat I(Output di RKA-KL) IKO
4.1Terlaksananya layanan manajemenkinerja Inspektorat I
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:
-28-
Kode Hasil/ Keluaran/Output
Penjelasan KodeIKO Indikator Penjelasan IKO Satuan
Target
Insp
ekto
rat
ISu
b ba
gian
TU
Ket
eran
gan
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Pelayanan manajemenkinerja pengawasanInspektorat I
BulanLayanan
- 12 12 12 12 ■
IKO4.2
Prosentase pelaksanaan kinerjaInspektorat I sesuai dengan standar
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Koordinasi dan konsultasiinternal/eksternalInspektorat I
Persen - 90 90 90 90 ■
5 Dokumenpenganggaran danakuntabilitasInspektorat I(Output di RKA-KL) IKO
5.1Tersusunnya dokumen akuntabilitasInspektorat I
Dokumen - 8 8 8 8 ■
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Penyusunan dokumenrencana kerja dan anggaranInspektorat IPenyusunan dokumenevaluasi dan akuntabilitaspelaksanaan programInspektorat I
-29-
BAB IVPENUTUP
Tuntutan masyarakat dalam lima tahun ke depan semakin tinggi
terhadap kualitas dan akuntabilitas kinerja aparatur serta
mengharapkan perilaku aparatur yang bersih dan bebas dari KKN.
Oleh karena itu pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen
adalah untuk meyakinkan dan menjamin bahwa program dan
kegiatan dari aparatur kementerian Perindustrian telah dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan dan kebijakan yang digariskan serta
dilaksanakan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. Hasil
pengawasan selanjutnya digunakan sebagai umpan balik bagi
penyempurnaan Kebijakan dan penyusunan Program/kegiatan.
Sesuai perkembangan tata kelola pemerintahan dan reformasi
birokrasi dan mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Perindustrian Tahun 2015 – 2019 serta Kebijakan Pengawasan
Inspektorat Jenderal, maka disusunlah Renstra Inspektorat I
Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian Tahun 2015 – 2019,
yang dijadikan landasan bagi aparat pengawasan intern di lingkungan
Inspektorat I untuk memberi nilai tambah dan menjamin pelaksanaan
program dan kegiatan pengembangan industri berjalan secara efisien,
efektif, transparan dan akuntabel dalam rangka mewujudkan visi
Inspektorat Jenderal sebagai mitra kerja dan penjamin mutu
pencapaian sasaran pembangunan industri.
Rencana Strategis Inspektorat I ini menjadi acuan bagi jajaran
aparatur Inspektorat I Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian
dalam melaksanakan Tugas dan Fungsinya lima tahun ke depan.
-1-
LAMPIRAN IILAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIANTAHUN 2015-2019
RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT II TAHUN 2015-2019BAB I
PENDAHULUANA. KONDISI UMUM
Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 17 tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 –
2025, disebutkan bahwa struktur perekonomian diperkuat dengan
mendudukkan sektor industri sebagai motor penggerak untuk
mewujudkan ketahanan ekonomi yang tangguh. Arah pembangunan
industri difokuskan pada perwujudan industri yang berdaya saing
dengan struktur industri yang sehat dan berkeadilan. Untuk itulah,
sebagai lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah di
bidang perindustriansebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 3
Tahun 2014 disusunlah visi, misi pembangunan industri yang akan
dicapai melalui rencana strategis Kementerian Perindustrian 2015 –
2019. Oleh karena itu, visi pembangunan industri 2015 – 2019
adalah: “ Indonesia Menjadi Negara Yang berdaya Saing Dengan
Struktur Industri Yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam Dan
Berkeadilan”.
Upaya Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian dalam
rangka mewujudkan visi dan misi yang ditetapkan tidak terlepas dari
unsur perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan yang
terstruktur, serta tidak lepas dari fungsi pengawasan yang efektif.
Inspektorat Jenderal sebagai unit pengawasan internal kementerian,
memiliki fungsi yang sangat strategis dalam mendukung
pembangunan industri. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7
Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka
Inspektorat II Kementerian Perindustrian menyusun Rencana
Strategis (Renstra) sebagai bentuk penjabaran dari tugas dan fungsi
-2-
pengawasan pembangunan industri agar tetap sejalan dengan arah
dan kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
dibidang industri. Rencana Strategis ini merupakan pedoman bagi
Inspektorat II Kementerian Perindustrian agar dapat melakukan
sinkronisasi dan terjalin sinergi terhadap kegiatan pengawasan baik di
lingkup pusat maupun daerah.
B. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Sesuai dengan perkembangan tata kelola pemerintahan dan
reformasi birokrasi, Inspektorat Jenderal telah mencanangkan
perubahan Paradigma Pengawasan, secara bertahap diubah dari Post-
Audit (watch dog) menjadi pembinaan, advokasi, pendampingan,
pengendalian (counseling partner) dan ke depan menjadi Penjamin
Mutu (quality assurance).
Paradigma Pengawasan
Dengan paradigma baru tersebut, nilai-nilai pengawasan yang
independen, obyektif, akuntabel, dan transparan harus selalu
dikedepankan, sehingga indikator keberhasilan pengawasan intern
diukur bukan dari jumlah temuan, tetapi dari ukuran sejauh mana
dapat membantu seluruh entitas kerja di lingkungan Kementerian
Perindustrian dalam mengatasi permasalahan yang timbul, meliputi
aspek pengelolaan resiko, control, dan tata proses yang baik.
Dengan paradigma baru, ukuran keberhasilan APIP bukan dari JUMLAH TEMUAN tetapi dari ukuran sejauhmana dapat membantu manajemen mengatasi permasalahan yang timbul. Permasalahan tersebut meliputiaspek pengelolaan risiko, kontrol, dan tata-proses yang baik, yang pada akhirnya membantu manajemenrisiko.
Values Pengawasan :1. Transparan 2. Obyektif 3. Independen 4. Akuntabel
“ WATCH DOG “• Pendekatan Birokrasi
• Berorientasi menghukum
• Instruktif
• Kurang memberi solusi
• Kurang memberikesempatan kepadaauditan untuk menjelaskansesuatu
COUNSELING PARTNER
• Koordinatif
• Partisipatif
• Konsultatif dalammemberikan solusi atasmasalah dan hambatanyang dihadapi gunamencapai tujuan
QUALITY ASSURANCE &COUNSELING PARTNER
Menghantar unit kerjauntuk meningkatkan
produktifitas dan kualitaskinerja sesuai rencana dan
ketentuan.
MASA LALU S.D. TAHUN 2010 MULAI TAHUN 2011
-3-
Langkah-langkah operasionalisasi perubahan paradigma
tersebut, pengawasan dimulai dari tahap perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan, sampai dengan hasil yang diperoleh,
dengan mengedepankan pengawasan pre-emtif dalam rangka
membangun dan meningkatkan kesadaran taat azas untuk mencegah
timbulnya moral hazard, dengan sosialisasi ketentuan dan peraturan
perundangan, character building, pengembangan motivasi, penerbitan
buletin pengawasan, membangun sistem pengawasan berbasis web,
penegakan reward and punishment, dan pengawasan preventif untuk
membangun sistem pengendalian intern melalui penyusunan dan
penerapan SOP, juklak, juknis, standar kinerja, Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP), kode etik pelayanan publik, yang antara lain
diimplementasikan dalam pembentukan Unit Layanan Pengadaan
(ULP), Sistem Pengendalian Intern (SPI), Penilaian Kinerja berbasis KPI
dan produktifitas, Klinik Itjen, Reviu RKA/KL, Evaluasi SAKIP,
Pencanangan Whistle Blower System, dan sebagainya.
Perubahan paradigma pengawasan tersebut diyakini secara
bertahap akan mencapai hasil yang diharapkan, mengingat
persamaan visi, persepsi untuk segera memajukan industri nasional
yang didukung oleh komitmen, kebersamaan, teamwork, network
seluruh aparat auditor dan upaya-upaya peningkatan kuantitas,
kapasitas, kompetensi serta profesionalitasnya. Oleh karenanya
seluruh entitas kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian secara
simultan juga perlu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik
dengan bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja tuntas, dan bekerja
ikhlas.
Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan, Inspektorat
Jenderal telah melaksanakan serangkaian program dan kegiatan
sebagaimana yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra)
Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian tahun 2009 – 2014.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja Inspektorat Jenderal,
secara umum dapat dikemukakan capaian kinerja sebagai berikut:
-4-
1. Kementerian Perindustrian berhasil mempertahankan opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK atas Laporan
Keuangan dan BMN Tahun 2014.
2. Telah dihasilkan 4 (empat) paket masukan dan rekomendasi
perbaikan pelaksanaan kebijakan/program pengembangan
industri kepada stakeholder.
3. Meningkatnya budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan
staf dimana 12 unit kerja telah menyusun peta risiko dan
melaksanakan pengendalian terhadap risiko tersebut.
4. Penyelesaian temuan yang harus ditindaklanjuti berdasarkan
hasil pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian
Perindustrian pada tahun 2014 telah terselesaikan sebanyak
1.039temuan dari total temuan sebanyak 1.202 temuan
(86,44%).
5. Kepatuhan unit kerja dalam melaksanakan pelayanan publik
sesuai standar pelayanan minimum mencapai sebesar 80,18
persen.
6. Meningkatnya Sistem Pengendalian Intern pada unit kerja
dimana 12 satker telah menyusun Peta Risiko dan melakukan
pengendalian atas risiko tersebut.
Program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Inspektorat
II selama periode tahun 2010 – 2014 dengan hasil sebagai berikut:
a. Kegiatan peningkatan pengawasan dan akuntabilitas
pelaksanaan program pengembangan industri,
1) Laporan keuangan dan BMN satuan kerja yang handal,
2) Berkurangnya temuan berulang setiap tahun,
3) Tersedianya rekomendasi perbaikan kebijakan/ program
pengembangan industri,
b. Kegiatan dukungan manajemen, pembinaan, pemantauan tindak
lanjut hasil pengawasan serta dukungan teknis lainnya
1) Terlaksananya pembinaan dan konsultasi pengawasan,
-5-
2) Meningkatnya penyelesaian tindak lanjut atas temuan hasil
pengawasan,
Program dan kegiatan tersebut di atas merupakan
penjabaran dari program prioritas Kementerian Perindustrian,
kontrak kinerja Inspektur II, dan program prioritas Inspektorat II.
Untuk mengukur tingkat keberhasilan dari pelaksanaan program
dan kegiatan, di dalam Renstra Kementerian Perindustrian juga telah
ditetapkan sasaran-sasaran strategis beserta indikator kinerja utama
(IKU) yang bersifat kuantitatif dari masing-masing sasaran strategis.
Potensi yang ada pada Inspektorat II dapat dilihat pada table
berikut:
Kekuatan Peluang
1. SDM APIP adalah sumber daya
yang terdidik dan terseleksi.
2. Internal Audit Capability Model
mencapai level 2
3. Struktur organisasi mampu
mendukung pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi
4. Peraturan perundang-
undangan dan prosedur
pengawasan yang dinamis dan
memadai.
5. Sistem manajemen mutu (ISO
9001:2008)
6. Regenerasi Auditor
1. Respon positif terhadap
kinerja Inspektorat Jenderal
dalam rangka meningkatkan
hubungan pengawasan yang
bersifat konsultatif dan
pembinaan (mitra kerja)
2. SPIP dan Zona Integritas
yang mendorong peningkatan
fungsi Inspektorat Jenderal
3. Pemberantasan KKN oleh
pemerintah yang konsisten
dan berkelanjutan.
4. Kerjasama dengan pihak-
pihak terkait yang
menunjang tugas
pengawasan
-6-
Kelemahan yang ada pada Inspektorat II dapat dipetakan sebagai
berikut:
Kelemahan Tantangan
1. Paradigma Watchdog masih
melekat pada satuan kerja
atau auditor
2. Transfer knowledge auditor
senior dan calon auditor
tidak merata
3. Terbatasnya ketersediaan
waktu auditor untuk
mengembangkan
kompetensi
1. Stake holder belum dapat
memahami sepenuhnya visi,
misi dan paradigma
pengawasan
2. Penerapan SPIP belum
sepenuhnya dilakukan
3. Pembenahan sistem
pengawasan tidak seiring
dengan pembenahan
penganggaran, pelaksanaan
program sehingga
pengawasan hanya dianggap
sebagai formalitas
pelaksanaan kegiatan.
4. Reward and punishment
terhadap kinerja SDM
pengawasan tidak sebanding
dengan tugas dan
tanggungjawab.
Berdasarkan analisa SWOT terhadap kondisi tersebut di atas, maka
dirumuskan kunci keberhasilan sebagai berikut:
1. Pemerataan auditor/calon auditor sehingga pengalaman dan transfer
knowledge lebih efektif;
2. Mengoptimalkan keahlian auditor untuk meningkatkan akuntabilitas
kinerja pemerintah;
3. Mengefektifkan peran auditor dalam mengembangkan, sosialisasi visi,
misi dan paradigma pengawasan;
-7-
4. Mengefektifkan peran auditor dalam mendorong impelementasi SPIP
dan pelaksanaan Zona Integritas;
5. Mengefektifkan fungsi auditor sebagai sarana konsultasi dan
pengawalan terhadap program pembangunan industry;
6. Mengefektifkan fungsi pengawasan untuk mendorong akuntabilitas
pelaksaaan program sejak dari perencanaan;
7. Perencanaan audit berbasis resiko yang dilaksanakan pada skala
prioritas beresiko tinggi;
8. Mengevaluasi komitmen pimpinan bahwa APIP merupakan bagian dari
komponen tim manajemen kementerian.
-8-
BAB IIVISI MISI DAN TUJUAN
A. VISI
Dengan mencermati lingkungan dan tuntutan publik yang
dinamis dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bebas
kolusi, korupsi, dan nepotisme khusunya di bidang industri, visi
Inspektorat II adalah
“Menjadi pemberi jasa konsultasi dan penjamin mutu kegiatankepemerintahan di bidang industri pada cakupan wilayahInspektorat II”
visi tersebut diharapkan menjadi inspirasi dan motivasi bagi setiap
unsur organisasi di lingkungan Inspektorat II untuk dapat berkarya
secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif dan inovatif sehingga
mampu menggerakkan dan menarik komitmen bersama,
menciptakan makna bagi setiap SDM di lingkungan Inspektorat
Jenderal, mampu menciptakan dan meningkatkan standar
keunggulan, dan menjembatani kondisi sekarang dengan kondisi
yang akan datang, serta mampu memberi jaminan mutu terhadap
ketaatan, efisien, efektifitas dan keekonomisan kegiatan di bidang
industri.
B. MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata
dalam bentuk 2 (dua) misi sesuai dengan tugas dan fungsi
Inspektorat II sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pengawasan intern dalam rangka
mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik;
2. Mengembangkan sistem pengawasan intern yang efisien dan
efektif sebagai katalisator dan akselerator pembangunan industri;
-9-
C. TUJUAN
Dari serangkaian misi yang diemban oleh Inspektorat II dalam 5
(lima) tahun ke depan Inpektorat II mempunyai tujuan
“Tercapainya peran pemberi jasa konsultasi dan penjaminmutu kegiatan di bidang industri yang efektif” sebagai unit kerja
yang mempunyai tugas pokok dan fungsi utama pengawasan;
dengan Indikator Kinerja Tujuan "Meningkatnya Jumlah Auditiyang mendapat pelayanan Assurance dan Consulting".
D. SASARAN STRATEGIS
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya
sistematis yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang
hubungannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Menjadi pemberi jasa konsultasi /mitra kerja dan penjamin mutu
kegiatan kepemerintahan di bidangindustri
VISI
Menyelenggarakanpengawasan intern dalam
rangka mewujudkan tata kelolakepemerintahan yang baik
MISI 1
Mengembangkan SistemPengawasan Intern yang efisiendan efektif sebagai katalisatordan akselerator pembangunan
industriMISI 2
Tercapainya peran pemberi jasakonsultasi dan penjamin mutu
kegiatan di bidang industri yangefektif
TUJUAN
Meningkatnya efektifitas,efesiensi, dan ketaatan
terhadap peraturanperundang-undangan
SASARAN STRATEGIS 1
Meningkatnya Akuntabilitaspelaksanaan kebijakan
program dan pengendalianinternal
SASARAN STRATEGIS 2
-10-
Upaya-upaya sistematis yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
merupakan strategi pengawasan dalam rangka mencapai visi, misi, dan
tujuan pengawasan dapat digambarkan dalam bagan berikut:
Untuk mengukur keberhasilan dan informasi kinerja Inspektorat Jenderal
dapat digambarkan melalui bagan sebagai berikut:
VISI MISI TUJUAN/SASARANPENGAWASAN
STRATEGIPROGRAMKEGIATAN
OUTPUTESELON I
OUTPUTESELON II
OUTPUTESELON II
OUTPUTESELON II
Outputeselon
I
Outputeselon
I
outcome/sasaranstrategis
-11-
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas ditetapkan 2 (dua) Sasaran
Strategis yaitu:
1. Meningkatnya efektifitas, efesiensi, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan; dengan Indikator Kinerja Sasaran Strategis
sbb:
a. Prosentase temuan BPK di bawah materiality treshold;
b. Prosentase Laporan Keuangan Satuan Kerja sesuai dengan SAP
dan peraturan perundangan-undangan.
2. Meningkatnya Akuntabilitas pelaksanaan kebijakan program dan
pengendalian internal dengan indikator kinerja sasaran strategis sbb:
a. Persentase nilai rata-rata SAKIP Unit Eselon I minimal B;
b. Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakan industri dan/atau tata
kelola;
c. Jumlah pengawasan internal yang dilaksanakan Inspektorat II
terhadap Unit Pusat; Unit Vertikal dan Satker Dekonsentrasi.
E. INDIKATOR KINERJA UTAMA
Indikator Kinerja Utama Inspektorat II pada Sasaran Strategis
Meningkatnya efektifitas, efesiensi, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan adalah "Prosentase temuan BPK di bawahMateriality Treshold"
-12-
SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGISINSPEKTORAT II TAHUN 2015 – 2019
KodeSS
Outcome/Sasaran Strategis (SS)
Penjelasan Outcome/Sasasran Strategis
KodeIKSS
Indikator KinerjaSasaran Strategis
(IKSS)Penjelasan IKSS Satuan
Target
Insp
ekto
rat
II
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
S1 Meningkatnyaefektifitas, efesiensi,dan ketaatanterhadap peraturanperundang-undangan
IK1.1
Prosentase laporanLaporan KeuanganSatuan Kerja sesuaidengan SAP danperaturanperundangan-undangan
Persen - 90 90 92 92 ■
IK1.2
Prosentase temuanBPK di bawahmaterialitytresshold
Persen - <3 <3 <3 <3 ■
-13-
KodeSS
Outcome/Sasaran Strategis (SS)
Penjelasan Outcome/Sasasran Strategis
KodeIKSS
Indikator KinerjaSasaran Strategis
(IKSS)Penjelasan IKSS Satuan
Target
Insp
ekto
rat
II
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
S2 MeningkatnyaAkuntabilitaspelaksanaankebijakan programdan pengendalianinternal
IK2.1
Persentase nilairata-rata SAKIPunit Eselon Iminimal B
Persen - 78 89 100 100 ■
IK2.2
Jumlahrekomendasiperbaikankebijakan industrydan/atau tatakelola
Rekomendasi - 1 1 1 1 ■
IK2.3
Jumlahpengawasaninternal yangdilaksanakanInspektorat IIterhadap unitpusat, unit vertical,dan danaDekonsentrasiperindustrian
Satuan Kerja - 23 23 23 23 ■
-14-
BAB III.ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGAWASAN
Kebijakan Pembangunan Industri Nasional disusun agar dapat
merealisasikan cita-cita luhur bangsa Indonesia dan sekaligus menjawab
tantangan perubahan lingkungan yang terjadi dengan cepat, serta
mampu mengatasi dampak krisis finansial global yang terjadi saat ini.
Kebijakan Industri Nasional (Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008)
disusun dengan menggunakan pendekatan klaster industri dan
kompetensi inti industri daerah guna membangun daya saing industri
yang berkelanjutan.
Merujuk pada Renstra Kementerian Perindustrian, kondisi pengembangan
industri yang harus dicapai pada tahun 2019 sebagai berikut:
1. Terselesaikannya permasalahan yang menghambat, dan rampungnya
program revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri yang
terkena dampak krisis;
2. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan lapangan kerja yang
besar;
3. Terolahnya potensi sumber daya alam daerah menjadi produk-produk
olahan;
4. Semakin meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor;
5. Tumbuhnya industri-industri potensial yang akan menjadi kekuatan
penggerak pertumbuhan industri di masa depan;
6. Tumbuh berkembangnya IKM, khususnya industri menengah sekitar
dua kali lebih cepat daripada industri kecil.
Selain itu, Kontrak Kinerja Menteri Perindustrian RI 2010-2014 yang
perlu mendapat pengawalan dalam pencapaiannya, antara lain adalah
sebagai berikut:
-15-
1. Melaksanakan pengembangan industri sesuai dengan Peraturan
Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.
2. Revitalisasi industri Pupuk
3. Revitalisasi industri Gula
4. Peningkatan iklim usaha
5. Pengamanan pasar dalam negeri
6. Revitalisasi sektor industri
7. Peningkatan investasi
8. Pengembangan industri kecil dan menengah
9. Peningkatan penggunaan produksi dalam negeri
10. Peningkatan pasar, dan
11. Reformasi birokrasi di bidang pelayanan umum
Memperhatikan sasaran kinerja dan kontrak kinerja tersebut diatas,
maka Kementerian Perindustrian menetapkan arah kebijakan dalam
Rencana Strategis pengembangan industri mencakup beberapa hal
pokok sebagai berikut:
1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri
dalam perekonomian nasional.
2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan
prioritas nasional dan kompetensi daerah.
3. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah agar terkait
dan lebih seimbang dengan kemampuan industri skala besar.
4. Mendorong pertumbuhan industri di luar pulau Jawa.
5. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang
lain dalam mendukung pembangunan industri nasional.
Untuk mewujudkan rencana strategis tersebut, telah ditetapkan proses
yang harus dilakukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Kementerian Perindustrian dan dikelompokkan ke dalam : (1) perumusan
-16-
kebijakan; (2) pelayanan dan fasilitasi; serta (3) pengawasan,
pengendalian, dan evaluasi yang secara langsung menunjang pencapaian
sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan, disamping dukungan
kapasitas kelembagaan guna mendukung semua proses yang akan
dilaksanakan.
Sebagai unsur penunjang dan pengawas internal Kementerian
Perindustrian, Inspektorat Jenderal dituntut untuk mengawal
pencapaian sasaran strategis Kementerian Perindustrian tersebut dan
menjamin bahwa pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian
berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Untuk itu telah disusun
kebijakan dan strategi pengawasan Inspektorat Jenderal sebagai berikut
:
A. ARAH KEBIJAKAN PENGAWASAN
Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran-sasaran pengawasan
intern Kementerian Perindustrian tahun 2015-2019 telah disusun
kebijakan pengawasan Kementerian Perindustrian sebagai berikut :
1. Paradigma Pengawasan
Dalam mewujudkan tujuan dan sasaran pengawasan, dilaksanakan
Paradigma baru pengawasan, dimana secara bertahap kegiatan
pengawasan akan didorong dari Post Audit (watch dog) menjadi
pembinaan (counseling partner) dan ke depan menjadi Penjamin
Mutu (quality assurance). Dengan paradigma baru tersebut ukuran
keberhasilan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) bukan
dari jumlah temuan, tetapi dari ukuran sejauh mana dapat
membantu manajemen unit kerja mengatasi permasalahan yang
timbul. Permasalahan tersebut meliputi aspek pengelolaan resiko,
control, dan tata kelola yang baik yang pada akhirnya dapat
membantu menangani resiko.
2. Nilai-nilai Pengawasan
-17-
Prinsip dan nilai-nilai penting yang diterapkan dalam pelaksanaan
pengawasan adalah pengawasan yang transparan, obyektif,
independen dan akuntable. Nilai/prinsip tersebut menjiwai
pelaksanaan pengawasan dan menjadi pedoman bagi pengaturan
kode etik dan perilaku pengawas intern.
3. Peran Pengawasan
Fungsi dan Peran Pengawasan diarahkan untuk mencegah
terjadinya kesalahan dan penyimpangan dalam pelaksanaan
kebijakan dan program kerja serta menjamin pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan peraturan perundangan demi tercapainya
sasaran/tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
4. Lingkup Pengawasan
Pelaksanaan paradigma pengawasan tersebut, menempatkan aparat
pengawas sebagai mitra kerja auditi sehingga lingkup
pengawasandimulai dari tahap Perencanaan dan Penganggaran,
Pelaksanaan kegiatan, sampai dengan Hasil yang diperoleh (input,
process, output, outcame, impact), untuk memastikan bahwa:
a. Petunjuk dan standar yang jelas dan faktor input yang
ditetapkan telah tersedia;
b. Segala proses dan perangkat penunjang berjalan sebagaimana
mestinya; dan
c. Output yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan
5. Kebijakan Pengawasan
a. Melaksanakan pengawasan berbasis kinerja denganmengedepankan aspek pembinaan kepada seluruh satker dalamrangka menjamin mutu kegiatan kepemerintahan di bidangindustri yang dilaksanakan oleh auditi.
b. Menerapkan audit berbasis resiko.
6. Obyek Pengawasan
-18-
Objek pengawasan Inspektorat II, Inspektorat Jenderal
Kementerian Perindustrian adalah Unit Kerja Kementerian
Perindustrian baik di Pusat, di luar negeri maupun di daerah,
Provinsi penerima Dana Dekonsentrasi serta Kabupaten/Kota
penerima dana dekonsentrasi. Saat ini obyek pengawasan sebanyak
23 Unit kerja, terdiri dari: 3 Unit Pusat; 11 Unit Kerja Vertikal di
daerah (2 unit Balai Besar; 3 unit Baristand; 1 unit BDI; dan 5 Unit
Pendidikan); dan Dinas Provinsi Penerima dana Dekonsentrasi
sebanyak 9 Unit..
7. Fokus Pengawasan
Pengawasan intern yang dilakukan Inspektorat Jenderal, berfokus
pada 3 (tiga) aspek pengawasan yaitu pelaksanaan program dan
kegiatan, pertanggungjawaban keuangan serta pelayanan publik
dalam rangka memberikan pengawalan yang bermuara pada
terlaksananya arah dan kebijakan pembangunan industri nasional
yang efektif, efisien, serta sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
B. STRATEGI PENGAWASANDalam rangka pelaksanaan kebijakan pengawasan dan pencapaian
sasaran yang telah ditetapkan, maka ditetapkan strategi pengawasan
sebagai berikut :
1. Strategi PokokPenyelenggaraan pengawasan mengutamakan pengawasan preventif
dan preemtif dengan fokus pembinaan, advokasi, pendampingan,
dan pengendalian pada setiap tahapan kegiatan melalui efektifitas
proses tata kelola yang baik (good governance processes)
danmanajemen risiko (risk management), dengan focus :
a. Meningkatkan kualitas pengawasan dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi auditi sesuai dengan kebijakan, program, kegiatan
dan sasaran yang ditetapkan serta sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
-19-
b. Meningkatkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
pembangunan industri nasional;
c. Mendorong percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil
pengawasan;
d. Meningkatkan koordinasi, sinkronisasi, dan sinergi dengan
seluruh aparat pengawasan;
e. Meningkatkan profesionalisme dan indepedensi aparat
pengawasan;
f. Meningkatkan budaya pengawasan di lingkungan Kementerian
Perindustrian;
g. Menerapkan standar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008.
2. Strategi OperasionalDalam penyelenggaraan pengawasan, dilaksanakan strategi
operasional sebagai berikut :
a. Melakukan pengawasan preventif dengan membangun kesadaran
dan kompetensi SDM untuk mencegah timbulnya moral hazard,
melalui sosialisasi ketentuan dan peraturan perundangan,
peningkatan kemampuan SDM (capacity building dan character
building) serta pelaksanaan inspeksi mendadak(sidak).
b. Melakukan pengawasan preventif dengan membangun norma,
standard, prosedur dan kriteria (NSPK) pelaksanaan kegiatan dan
langkah antisipasinya melalui early warning system, survey,
penyusunan juklak, juknis, SOP, standar kinerja berbasis KPI
dan produktifitas, Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), kode etik
pelayanan publik, yang antara lain diimplementasikan dalam
pembentukan dan pemberdayaan Unit Layanan Pengadaan (ULP),
Sistem Pengendalian Intern (SPI) Keuangan dan Program,
Penilaian Kinerja berbasis KPI dan produktifitas, Klinik Itjen,
serta advokasi pelaksanaan kegiatan.
c. Melakukan Pengawasan Represif untuk menjamin pelaksanaan
kegiatan sesuai rencana dan peraturan yang berlaku, yang
-20-
dilaksanakan melalui pengawasan dan pemeriksaan unit kerja
meliputi audit kinerja, review, monev pelaksanaan KIN (Peta
Panduan), evaluasi kebijakan, tindak lanjut hasil audit, serta
dilaksanakan melalui pemeriksaan khusus meliputi audit resiko,
audit aduan masyarakat, verifikasi hasil audit eksternal dan
audit untuk tujuan tertentu.
C. Program dan Kegiatan PengawasanUntuk merealisasikan visi, misi, dan sasaran strategis seperti
diuraikan di atas, dilaksanakan berbagai kegiatan pengawasan secara
berkesinambungan. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara
PPN/Kepala Bappenas Nomor: 5 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Renstra-KL 2010-2014, maka program yang melingkupi
kegiatan-kegiatan Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian
adalah Program Pengawasan dan Peningkatan AkuntabilitasAparatur Kementerian Perindustrian.
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur
Kementerian Perindustrian bertujuan untuk menjamin agar
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian
berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-
undangan, mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif,
efisien, trasnparan, akuntabel, bersih dan bebas dari KKN, serta
mewujudkan Good Governance dan Clean Government, dengan
indikator keberhasilan program (IKU), yaitu: 1) tersusunnya norma,
standar, kriteria dan prosedur pengawasan yang efektif, 2)
tersedianya hasil pengawasan yang berkualitas, 3) tersedianya jumlah
dan kualifikasi aparat pengawas yang optimal, 4) tercapainya
peningkatan akuntabilitas, transparansi, efektifitas dan efisiensi
pelaksanaan program. Program tersebut dilaksanakan melalui
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Layanan Audit Inspektorat II:
-21-
a. Audit Kinerja Unit Pusat dan Vertikal;
b. Audit Dana Dekonsentrasi Perindustrian;
c. Audit Untuk Tujuan tertentu;
d. Audit Tematik Sesuai Dengan Kebijakan Pengawasan;
2. Layanan Audit Inspektorat II :
a. Reviu Laporan Keuangan/BMN Inspekorat II pada Semester I
dan Semester II;
b. Reviu Perencanaan Anggaran (RKA-KL) pada Unit Pusat, Vertikal
dan Dekonsentrasi;
3. Layanan Moitoring Dan Evaluasi Inspektorat II:
a. Monitoring dan Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP);
b. Monitoring dan Evaluasi SPIP;
4. Layanan Manajemen Pengawasan Inspektorat II;
5. Penyusunan Dokumen Penganggaran dan Akuntabilitas Inspektorat
II;
Kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan efektifitas, efisiensi dan
akuntabilitas pelaksanaan tugas unit kerja dalam mewujudkan
sasaran kinerja yang telah ditetapkan oleh Unit Kerja dalam cakupan
tugas Inspektorat II yang meliputi Direktorat Jenderal Industri Kimia,
Tekstil dan Aneka, Badan Penelitian dan Pengembangan
Industri;Pusat Data dan Informasi, Balai Besar, Baristand, Balai
Diklat Industri dan Unit Pendidikan di lingkungan Kementerian
Perindustrian, serta Dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Sasaran dari kegiatan ini adalah :
1. Terlaksananya Pengawasan kinerja pada unit/Satker
pusat/vertikal, dekonsentrasi dan tugas pembantuan dalam
cakupan tugas Inspektorat II, dengan indikator kinerja kegiatan
(IKK) laporan hasil pengawasan kinerja.
-22-
2.Terlaksananya Pengawasan/Pemeriksaan khusus dalam cakupan
tugas Inspektorat II, dengan indikator kinerja kegiatan (IKK)
laporan hasil Pengawasan/Pemeriksaan khusus.
3.Terlaksananya Review Laporan Keuangan/BMN unit kerja
Pusat/Vertikal dalam cakupan tugas Inspektorat II, dengan
indikator kinerja kegiatan (IKK) laporan hasil Review Laporan
Keuangan/BMN unit kerja Pusat/Vertikal.
4. Terlaksananya Evaluasi dan pemantauan pelaksanaan
kebijakan/program pengembangan industri dalam cakupan tugas
Inspektorat II, dengan indikator kinerja kegiatan (IKK) laporan hasil
evaluasi pelaksanaan kebijakan/program pengembangan industri.
5.Terlaksananya Evaluasi/Pemantauan/Audit Pelaksanaan Program
Prioritas/Kegiatan Aktual Bidang Industri dalam cakupan tugas
Inspektorat II, dengan indikator kinerja kegiatan (IKK) Laporan
Evaluasi/Pemantauan/Audit Pelaksanaan Program
Prioritas/Kegiatan Aktual Bidang Industri, termasuk dan tidak
terbatas pada :
a. Restrukturisasi Industri Tekstil dan Produk Tekstil (ITPT),
b. Unit Pendidikan Kementerian Perindustrian,
c. Pelaksanaan program P3DN,
d. Pelaksanaan Revitalisasi Industri Pupuk,
e. Pengadaan Barang dan Jasa Kementerian Perindustrian,
f. Dukungan mempertahankan opini WTP Laporan Keuangan
Kementerian Perindustrian,
g. pelaksanaan reformasi birokrasi,
6.Meningkatnya akuntabilitas kinerja pelaksanaan kegiatan
Pengawasan Inspektorat II, dengan indikator kinerja kegiatan (IKK)
Laporan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan Inspektorat II .
-23-
Agar perubahan paradigma pengawasan dapat berjalan dengan baik dan
sasaran yang telah ditetapkan secara bertahap dapat dicapai, diperlukan
peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan program pengawasan serta
dukungan anggaran yang memadai. Untuk itu telah dirumuskan
program, kegiatan dan kebutuhan minimal anggaran pengawasan
Inspektorat II dalam kurun waktu 2015 s/d 2019 sebagai berikut :
(sesuai adik dan matrik pendanaan Inspektorat II)
-24-
INDIKATOR KINERJAINSPEKTORAT II TAHUN 2015 – 2019
Kode Hasil/ Keluaran/Output
Penjelasan KodeIKO Indikator Penjelasan IKO Satuan
Target
Insp
ekto
rat
IISu
b ba
gian
TU
Ket
eran
gan
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Layanan AuditInspektorat II(Output di RKA-KL) IKO
1.1Persentase pelaksanaan audit sesuaidengan PKPT
- 90 90 90 90 ■
IKO1.2
Jumlah Laporan Audit kinerjaInspektorat II
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Audit Kinerja unit pusat danvertikal satuan kerjacakupan tugas Inspektorat II
LHA - 14 14 14 14 ■
IKO
1.3Jumlah Laporan Audit danadekonsentrasi yang menjadi obyeklayanan audit
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Audit dana dekonsentrasiPerindsutrian Wilayahcakupan tugas Inspektorat II
LHA - 9 9 9 9 ■
IKO
1.4Jumlah penugasan audit dengantujuan tertentu
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Audit dengan tujuan tertentupada Inspektorat II
LHA - 3 2 2 1 ■
-25-
Kode Hasil/ Keluaran/Output
Penjelasan KodeIKO Indikator Penjelasan IKO Satuan
Target
Insp
ekto
rat
IISu
b ba
gian
TU
Ket
eran
gan
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
IKO
1.5Jumlah laporan audit tematik sesuaidengan kebijakan pengawasan
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Audit tematik sesuai dengankebijakan pengawasan
LHA - 1 1 1 1 ■
2 Layanan ReviuInspektorat II(Output di RKA-KL) IKO
2.1Jumlah laporan hasil reviu laporankeuangan dan BMN satuan kerjacakupan tugas Inspektorat II
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Reviu Laporan keuangan danBMN satuan kerja cakupantugas Inspektorat II
LHR - 28 28 28 28 ■
IKO2.2
Jumlah laporan hasil reviu RKA-K/Lsatuan kerja sesuai cakupan tugasInspektorat II
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Reviu Rencana kerja dananggaran satuan kerjacakupan tugas Inspektorat II
LHR - 42 42 42 42 ■
-26-
Kode Hasil/ Keluaran/Output
Penjelasan KodeIKO Indikator Penjelasan IKO Satuan
Target
Insp
ekto
rat
IISu
b ba
gian
TU
Ket
eran
gan
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
3 Layanan Monitoringdan Evaluasi CakupanTugas Inspektorat II(Output di RKA-KL) IKO
3.1Jumlah laporan hasil evaluasi SAKIPsatuan kerja cakupan tugasInspektorat II
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Monitoring dan EvaluasiSAKIP satuan kerja cakupantugas Inspektorat II
LHE - 3 3 3 3 ■
IKO3.2
Jumlah laporan hasil evaluasipelaksanaan kebijakan industridan/atau tata kelola kepemerintahansatuan kerja cakupan tugasInspektorat II
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Monitoring dan Evaluasikebijakan industri dan tatakelola kepemerintahan sesuaikebijakan pengawasan
LHE - 1 1 1 1 ■
4 Layanan ManajemenPengawasanInspektorat II(Output di RKA-KL) IKO
4.1Terlaksananya layanan manajemenkinerja Inspektorat II
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:
-27-
Kode Hasil/ Keluaran/Output
Penjelasan KodeIKO Indikator Penjelasan IKO Satuan
Target
Insp
ekto
rat
IISu
b ba
gian
TU
Ket
eran
gan
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Pelayanan manajemenkinerja pengawasanInspektorat II
BulanLayanan
- 12 12 12 12 ■
IKO4.2
Prosentase pelaksanaan kinerjaInspektorat II sesuai dengan standar
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Koordinasi dan konsultasiinternal/eksternalInspektorat II
Persen - 90 90 90 90 ■
5 Dokumenpenganggaran danakuntabilitasInspektorat II(Output di RKA-KL) IKO
5.1Tersusunnya dokumen akuntabilitasInspektorat II
Dokumen - 8 8 8 8 ■
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Penyusunan dokumenrencana kerja dan anggaranInspektorat IIPenyusunan dokumenevaluasi dan akuntabilitaspelaksanaan programInspektorat II
-28-
BAB IVPENUTUP
Tuntutan masyarakat dalam lima tahun ke depan semakin tinggi
terhadap kualitas dan akuntabilitas kinerja aparatur serta
mengharapkan perilaku aparatur yang bersih dan bebas dari KKN.
Oleh karena itu pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen
adalah untuk meyakinkan dan menjamin bahwa program dan
kegiatan dari aparatur kementerian Perindustrian telah dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan dan kebijakan yang digariskan serta
dilaksanakan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. Hasil
pengawasan selanjutnya digunakan sebagai umpan balik bagi
penyempurnaan Kebijakan dan penyusunan Program/kegiatan.
Sesuai perkembangan tata kelola pemerintahan dan reformasi
birokrasi dan mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Perindustrian Tahun 2015 – 2019 serta Kebijakan Pengawasan
Inspektorat Jenderal, maka disusunlah Renstra Inspektorat II
Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian 2015 – 2019, yang
dijadikan landasan bagi aparat pengawasan intern di lingkungan
Inspektorat II untuk memberi nilai tambah dan menjamin pelaksanaan
program dan kegiatan pengembangan industri berjalan secara efisien,
efektif, transparan dan akuntabel dalam rangka mewujudkan visi
Inspektorat Jenderal sebagai mitra kerja dan penjamin mutu
pencapaian sasaran pembangunan industri.
Rencana Strategis Inspektorat II Inspektorat Jenderal ini
selanjutnya menjadi acuan bagi jajaran aparatur Inspektorat II
Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan
Tugas dan Fungsinya untuk lima tahun ke depan.
-1-LAMPIRAN IIIKEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIANTAHUN 2015-2019
BAB IPENDAHULUAN
A. KONDISI UMUM
Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 17 tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 –
2025, disebutkan bahwa struktur perekonomian diperkuat dengan
mendudukkan sektor industri sebagai motor penggerak untuk
mewujudkan ketahanan ekonomi yang tangguh. Arah pembangunan
industri difokuskan pada perwujudan industri yang berdaya saing
dengan struktur industri yang sehat dan berkeadilan. Untuk itulah,
sebagai lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah di
bidang perindustrian sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 3
Tahun 2014 disusunlah visi, misi pembangunan industri yang akan
dicapai melalui rencana strategis Kementerian Perindustrian 2015 –
2019. Oleh karena itu, visi pembangunan industri 2015 – 2019
adalah: “ Indonesia Menjadi Negara Yang berdaya Saing Dengan
Struktur Industri Yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam Dan
Berkeadilan”.
Upaya Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian dalam
rangka mewujudkan visi dan misi yang ditetapkan tidak terlepas dari
unsur perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan yang
terstruktur, serta tidak lepas dari fungsi pengawasan yang efektif.
Inspektorat Jenderal sebagai unit pengawasan internal kementerian,
memiliki fungsi yang sangat strategis dalam mendukung
pembangunan industri. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7
Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka
Inspektorat III Kementerian Perindustrian menyusun Rencana
Strategis (Renstra) sebagai bentuk penjabaran dari tugas dan fungsi
pengawasan pembangunan industri agar tetap sejalan dengan arah
dan kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
dibidang industri. Rencana Strategis ini merupakan pedoman bagi
-2-LAMPIRAN IIIKEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIANTAHUN 2015-2019
Inspektorat III Kementerian Perindustrian agar dapat melakukan
sinkronisasi dan terjalin sinergi terhadap kegiatan pengawasan baik di
lingkup pusat maupun daerah.
B. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Sesuai dengan perkembangan tata kelola pemerintahan dan
reformasi birokrasi, Inspektorat Jenderal telah mencanangkan
perubahan Paradigma Pengawasan, secara bertahap diubah dari Post-
Audit (watch dog) menjadi pembinaan, advokasi, pendampingan,
pengendalian (counseling partner) dan ke depan menjadi Penjamin
Mutu (quality assurance).
Paradigma Pengawasan
Dengan paradigma baru, ukuran keberhasilan APIP bukan dari JUMLAH TEMUAN tetapi dari ukuran sejauhmana dapat membantu manajemen mengatasi permasalahan yang timbul. Permasalahan tersebut meliputiaspek pengelolaan risiko, kontrol, dan tata-proses yang baik, yang pada akhirnya membantu manajemenrisiko.
Values Pengawasan :1. Transparan 2. Obyektif 3. Independen 4. Akuntabel
“ WATCH DOG “• Pendekatan Birokrasi
• Berorientasi menghukum
• Instruktif
• Kurang memberi solusi
• Kurang memberikesempatan kepadaauditan untuk menjelaskansesuatu
COUNSELING PARTNER
• Koordinatif
• Partisipatif
• Konsultatif dalammemberikan solusi atasmasalah dan hambatanyang dihadapi gunamencapai tujuan
QUALITY ASSURANCE &COUNSELING PARTNER
Menghantar unit kerjauntuk meningkatkan
produktifitas dan kualitaskinerja sesuai rencana dan
ketentuan.
MASA LALU S.D. TAHUN 2010 MULAI TAHUN 2011
Dengan paradigma baru tersebut, nilai-nilai pengawasan yang
independen, obyektif, akuntabel, dan transparan harus selalu
dikedepankan, sehingga indikator keberhasilan pengawasan intern
diukur bukan dari jumlah temuan, tetapi dari ukuran sejauh mana
dapat membantu seluruh entitas kerja di lingkungan Kementerian
Perindustrian dalam mengatasi permasalahan yang timbul, meliputi
aspek pengelolaan resiko, control, dan tata proses yang baik.
Langkah-langkah operasionalisasi perubahan paradigma
tersebut, pengawasan dimulai dari tahap perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan, sampai dengan hasil yang diperoleh,
-3-LAMPIRAN IIIKEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIANTAHUN 2015-2019
dengan mengedepankan pengawasan pre-emtif dalam rangka
membangun dan meningkatkan kesadaran taat azas untuk mencegah
timbulnya moral hazard, dengan sosialisasi ketentuan dan peraturan
perundangan, character building, pengembangan motivasi, penerbitan
buletin pengawasan, membangun sistem pengawasan berbasis web,
penegakan reward and punishment, dan pengawasan preventif untuk
membangun sistem pengendalian intern melalui penyusunan dan
penerapan SOP, juklak, juknis, standar kinerja, Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP), kode etik pelayanan publik, yang antara lain
diimplementasikan dalam pembentukan Unit Layanan Pengadaan
(ULP), Sistem Pengendalian Intern (SPI), Penilaian Kinerja berbasis KPI
dan produktifitas, Klinik Itjen, Reviu RKA/KL, Evaluasi SAKIP,
Pencanangan Whistle Blower System, dan sebagainya.
Perubahan paradigma pengawasan tersebut diyakini secara
bertahap akan mencapai hasil yang diharapkan, mengingat
persamaan visi, persepsi untuk segera memajukan industri nasional
yang didukung oleh komitmen, kebersamaan, teamwork, network
seluruh aparat auditor dan upaya-upaya peningkatan kuantitas,
kapasitas, kompetensi serta profesionalitasnya. Oleh karenanya
seluruh entitas kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian secara
simultan juga perlu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik
dengan bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja tuntas, dan bekerja
ikhlas.
Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan, Inspektorat
Jenderal telah melaksanakan serangkaian program dan kegiatan
sebagaimana yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra)
Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian tahun 2009– 2014.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja Inspektorat Jenderal,
secara umum dapat dikemukakan capaian kinerja sebagai berikut:
1. Kementerian Perindustrian berhasil mempertahankan opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK atas Laporan
Keuangan dan BMN Tahun 2014.
-4-LAMPIRAN IIIKEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIANTAHUN 2015-2019
2. Telah dihasilkan 4 (empat) paket masukan dan rekomendasi
perbaikan pelaksanaan kebijakan/program pengembangan
industri kepada stakeholder.
3. Meningkatnya budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan
staf dimana 12 unit kerja telah menyusun peta risiko dan
melaksanakan pengendalian terhadap risiko tersebut.
4. Penyelesaian temuan yang harus ditindaklanjuti berdasarkan
hasil pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian
Perindustrian pada tahun 2014 telah terselesaikan sebanyak
1.039temuan dari total temuan sebanyak 1.202 temuan
(86,44%).
5. Kepatuhan unit kerja dalam melaksanakan pelayanan publik
sesuai standar pelayanan minimum mencapai sebesar 80,18
persen.
6. Meningkatnya Sistem Pengendalian Intern pada unit kerja
dimana 12 satker telah menyusun Peta Risiko dan melakukan
pengendalian atas risiko tersebut.
Program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Inspektorat
III selama periode tahun 2010 – 2014 dengan hasil sebagai berikut:
a. Kegiatan peningkatan pengawasan dan akuntabilitas
pelaksanaan program pengembangan industri,
1) Laporan keuangan dan BMN satuan kerja yang handal,
2) Berkurangnya temuan berulang setiap tahun,
3) Tersedianya rekomendasi perbaikan kebijakan/ program
pengembangan industri,
b. Kegiatan dukungan manajemen, pembinaan, pemantauan tindak
lanjut hasil pengawasan serta dukungan teknis lainnya
1) Terlaksananya pembinaan dan konsultasi pengawasan,
2) Meningkatnya penyelesaian tindak lanjut atas temuan hasil
pengawasan.
-5-LAMPIRAN IIIKEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIANTAHUN 2015-2019
Program dan kegiatan tersebut di atas merupakan
penjabaran dari program prioritas Kementerian Perindustrian,
kontrak kinerja Inspektur III, dan program prioritas Inspektorat III.
Untuk mengukur tingkat keberhasilan dari pelaksanaan program
dan kegiatan, di dalam Renstra Kementerian Perindustrian juga telah
ditetapkan sasaran-sasaran strategis beserta indikator kinerja utama
(IKU) yang bersifat kuantitatif dari masing-masing sasaran strategis.
Potensi yang ada pada Inspektorat III dapat dilihat pada tabel
berikut:
Kekuatan Peluang
1. SDM APIP adalah sumber daya
yang terdidik dan terseleksi.
2. Internal Audit Capability Model
mencapai level 2
3. Struktur organisasi mampu
mendukung pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi
4. Peraturan perundang-
undangan dan prosedur
pengawasan yang dinamis dan
memadai.
5. Sistem manajemen mutu (ISO
9001:2008)
6. Regenerasi Auditor
1. Respon positif terhadap
kinerja Inspektorat Jenderal
dalam rangka meningkatkan
hubungan pengawasan yang
bersifat konsultatif dan
pembinaan (mitra kerja)
2. SPIP dan Zona Integritas
yang mendorong peningkatan
fungsi Inspektorat Jenderal
3. Pemberantasan KKN oleh
pemerintah yang konsisten
dan berkelanjutan.
4. Kerjasama dengan pihak-
pihak terkait yang
menunjang tugas
pengawasan
Kelemahan yang ada pada Inspektorat III dapat dipetakan
sebagai berikut:
Kelemahan Tantangan
-6-LAMPIRAN IIIKEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIANTAHUN 2015-2019
1. Paradigma Watchdog masihmelekat pada satuan kerjaatau auditor
2. Transfer knowledge auditorsenior dan calon auditortidak merata
3. Terbatasnya ketersediaanwaktu auditor untukmengembangkankompetensi
1. Stake holder belum dapatmemahami sepenuhnya visi,misi dan paradigmapengawasan
2. Penerapan SPIP belumsepenuhnya dilakukan
3. Pembenahan sistempengawasan tidak seiringdengan pembenahanpenganggaran, pelaksanaanprogram sehinggapengawasan hanya dianggapsebagai formalitaspelaksanaan kegiatan.
4. Reward and punishmentterhadap kinerja SDMpengawasan tidak sebandingdengan tugas dantanggungjawab.
Berdasarkan analisa SWOT terhadap kondisi tersebut di atas, maka
dirumuskan kunci keberhasilan sebagai berikut:
1. Pemerataan auditor/calon auditor sehingga pengalaman dan transfer
knowledge lebih efektif;
2. Mengoptimalkan keahlian auditor untuk meningkatkan akuntabilitas
kinerja pemerintah;
3. Mengefektifkan peran auditor dalam mengembangkan, sosialisasi visi,
misi dan paradigm pengawasan;
4. Mengefektifkan peran auditor dalam mendorong impelementasi SPIP
dan pelaksanaan Zona Integritas;
5. Mengefektifkan fungsi auditor sebagai sarana konsultasi dan
pengawalan terhadap program pembangunan industri;
6. Mengefektifkan fungsi pengawasan untuk mendorong akuntabilitas
pelaksaaan program sejak dari perencanaan;
7. Perencanaan audit berbasis resiko yang dilaksanakan pada skala
prioritas beresiko tinggi;
8. Mengevaluasi komitmen pimpinan bahwa APIP merupakan bagian dari
komponen tim manajemen kementerian.
-7-LAMPIRAN IIIKEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIANTAHUN 2015-2019
BAB IIVISI MISI DAN TUJUAN
A. VISI
Dengan mencermati lingkungan dan tuntutan publik yang
dinamis dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bebas
kolusi, korupsi, dan nepotisme khusunya di bidang industri, visi
Inspektorat III adalah
“Menjadi pemberi jasa konsultasi/mitra kerja dan penjaminmutu kegiatan kepemerintahan di bidang industri padacakupan wilayah Inspektorat III”
visi tersebut diharapkan menjadi inspirasi dan motivasi bagi setiap
unsur organisasi di lingkungan Inspektorat III untuk dapat berkarya
secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif dan inovatif sehingga
mampu menggerakkan dan menarik komitmen bersama,
menciptakan makna bagi setiap SDM di lingkungan Inspektorat
-8-LAMPIRAN IIIKEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIANTAHUN 2015-2019
Jenderal, mampu menciptakan dan meningkatkan standar
keunggulan, dan menjembatani kondisi sekarang dengan kondisi
yang akan dating, serta mampu memberi jaminan mutu terhadap
ketaatan, efisien, efektifitas dan keekonomisan kegiatan di bidang
industri.
B. MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata
dalam bentuk 2 (dua) misi sesuai dengan tugas dan fungsi
Inspektorat Isebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pengawasan intern dalam rangka
mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik;
2. Mengembangkan sistem pengawasan intern yang efisien dan
efektif sebagai katalisator dan akselerator pembangunan industri.
C. TUJUAN
Dari serangkaian misi yang diemban oleh Inspektorat III dalam
5 (lima) tahun ke depan Inpektorat III mempunyai tujuan
“Tercapainya peran pemberi jasa konsultasi dan penjaminmutu kegiatan di bidang industri yang efektif” sebagai unit kerja
yang mempunyai tugas pokok dan fungsi utama pengawasan;
dengan Indikator Kinerja Tujuan "Jumlah Auditi yang mendapatpelayanan Assurance dan Consulting" yang sesuai dengan solusi
yang dibutuhkan berdasarkan permasalahan dan kondisi yang
dihadapi.
D. SASARAN STRATEGIS
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya
sistematis yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang
hubungannya dapat digambarkan sebagai berikut:
-9-LAMPIRAN IIIKEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIANTAHUN 2015-2019
Upaya-upaya sistematis yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
merupakan strategi pengawasan dalam rangka mencapai visi, misi, dan
tujuan pengawasan dapat digambarkan dalam bagan berikut:
-10-LAMPIRAN IIIKEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIANTAHUN 2015-2019
Untuk mengukur keberhasilan dan informasi kinerja Inspektorat Jenderal
dapat digambarkan melalui bagan sebagai berikut:
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas ditetapkan 2 (dua) Sasaran
Strategis yaitu:
-11-LAMPIRAN IIIKEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIANTAHUN 2015-2019
1. Meningkatnya efektifitas, efesiensi, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan, dengan Indikator Kinerja Sasaran Strategis
sbb:
a. Prosentase temuan BPK di bawah materiality treshold;
2. Meningkatnya Akuntabilitas pelaksanaan kebijakan program dan
pengendalian internal dengan indikator kinerja sasaran strategis sbb:
a. Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakan industri dan/atau tata
kelola;
b. Jumlah pengawasan internal yang dilaksanakan Inspektorat III
terhadap Unit Pusat; Unit Vertikal dan Satker Dekonsentrasi.
E. INDIKATOR KINERJA UTAMA
Indikator Kinerja Utama Inspektorat III pada Sasaran
Strategis Meningkatnya efektifitas, efesiensi, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undanganadalah "Prosentase temuan BPK dibawah Materiality Threshold"
-12-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS UNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORAT JENDERALTAHUN 2015-2019
SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGISINSPEKTORAT IIITAHUN 2015 – 2019
KodeSS
Outcome/Sasaran Strategis (SS)
Penjelasan Outcome/Sasasran Strategis
KodeIKSS
Indikator KinerjaSasaran Strategis
(IKSS)Penjelasan IKSS Satuan
Target
Insp
ekto
rat
III
Ket
eran
gan
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
S1 Meningkatnyaefektifitas, efesiensi,dan ketaatanterhadap peraturanperundang-undangan
IK1.1
Prosentase temuanBPK di bawahmaterialitythreshold
Opini BPK atasLaporanKeuanganKementerianPerindustrian
Persen - <3 <3 <3 <3 ■
S2 MeningkatnyaAkuntabilitaspelaksanaankebijakan programdan pengendalianeksternal
IK2.1
Jumlahrekomendasi
Rekomendasiyang dapat
Rekomendasi - 1 1 1 1 ■
-13-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS UNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORAT JENDERALTAHUN 2015-2019
KodeSS
Outcome/Sasaran Strategis (SS)
Penjelasan Outcome/Sasasran Strategis
KodeIKSS
Indikator KinerjaSasaran Strategis
(IKSS)Penjelasan IKSS Satuan
Target
Insp
ekto
rat
III
Ket
eran
gan
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
perbaikankebijakan industridan/atau tatakelola
bermanfaat untukperbaikankebijakan industripada satkercakupan tugasInspektorat III
IK2.2
Jumlahpengawasaninternal yangdilaksanakanInspektorat IIIterhadap unitpusat, unit vertikal,dan danaDekonsentrasiperindustrian
Kegiatanpengawasan yangdilaksanakansesuai denganprosedur/standarpengawasanterhadap seluruhkegiatanpengawasan
Satuan Kerja - 24 24 24 24 ■
-14-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGISUNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORATJENDERALTAHUN 2015-2019
BAB III
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGAWASAN
Kebijakan Pembangunan Industri Nasional disusun agar dapat
merealisasikan cita-cita luhur bangsa Indonesia dan sekaligus menjawab
tantangan perubahan lingkungan yang terjadi dengan cepat, serta
mampu mengatasi dampak krisis finansial global yang terjadi saat ini.
Kebijakan Industri Nasional (Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008)
disusun dengan menggunakan pendekatan klaster industri dan
kompetensi inti industri daerah guna membangun daya saing industri
yang berkelanjutan.
Merujuk pada Renstra Kementerian Perindustrian, kondisi pengembangan
industri yang harus dicapai pada tahun 2019 sebagai berikut:
1. Terselesaikannya permasalahan yang menghambat, dan rampungnya
program revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri yang
terkena dampak krisis;
2. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan lapangan kerja yang
besar;
3. Terolahnya potensi sumber daya alam daerah menjadi produk-produk
olahan;
4. Semakin meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor;
5. Tumbuhnya industri-industri potensial yang akan menjadi kekuatan
penggerak pertumbuhan industri di masa depan;
6. Tumbuh berkembangnya IKM, khususnya industri menengah sekitar
dua kali lebih cepat daripada industri kecil.
-15-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGISUNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORATJENDERALTAHUN 2015-2019
Selain itu, Kontrak Kinerja Menteri Perindustrian RI 2010-2014 yang
perlu mendapat pengawalan dalam pencapaiannya, antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengembangan industri sesuai dengan Peraturan
Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.
2. Revitalisasi industri Pupuk
3. Revitalisasi industri Gula
4. Peningkatan iklim usaha
5. Pengamanan pasar dalam negeri
6. Revitalisasi sektor industri
7. Peningkatan investasi
8. Pengembangan industri kecil dan menengah
9. Peningkatan penggunaan produksi dalam negeri
10. Peningkatan pasar, dan
11. Reformasi birokrasi di bidang pelayanan umum
Memperhatikan sasaran kinerja dan kontrak kinerja tersebut diatas,
maka Kementerian Perindustrian menetapkan arah kebijakan dalam
Rencana Strategis pengembangan industri mencakup beberapa hal
pokok sebagai berikut:
1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri
dalam perekonomian nasional.
2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan
prioritas nasional dan kompetensi daerah.
3. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah agar terkait
dan lebih seimbang dengan kemampuan industri skala besar.
-16-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGISUNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORATJENDERALTAHUN 2015-2019
4. Mendorong pertumbuhan industri di luar pulau Jawa.
5. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang
lain dalam mendukung pembangunan industri nasional.
Untuk mewujudkan rencana strategis tersebut, telah ditetapkan proses
yang harus dilakukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Kementerian Perindustrian dan dikelompokkan ke dalam : (1) perumusan
kebijakan; (2) pelayanan dan fasilitasi; serta (3) pengawasan,
pengendalian, dan evaluasi yang secara langsung menunjang pencapaian
sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan, disamping dukungan
kapasitas kelembagaan guna mendukung semua proses yang akan
dilaksanakan.
Sebagai unsur penunjang dan pengawas internal Kementerian
Perindustrian, Inspektorat Jenderal dituntut untuk mengawal pencapaian
sasaran strategis Kementerian Perindustrian tersebut dan menjamin
bahwa pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian berjalan sesuai
dengan aturan yang berlaku. Untuk itu telah disusun kebijakan dan
strategi pengawasan Inspektorat Jenderal sebagai berikut :
A. ARAH KEBIJAKAN PENGAWASAN
Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran-sasaran pengawasan
intern Kementerian Perindustrian tahun 2015-2019 telah disusun
kebijakan pengawasan Kementerian Perindustrian sebagai berikut :
1. Paradigma Pengawasan
Dalam mewujudkan tujuan dan sasaran pengawasan, dilaksanakan
Paradigma baru pengawasan, dimana secara bertahap kegiatan
pengawasan akan didorong dari Post Audit (watch dog) menjadi
pembinaan (counseling partner) dan ke depan menjadi Penjamin
Mutu (quality assurance). Dengan paradigma baru tersebut ukuran
-17-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGISUNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORATJENDERALTAHUN 2015-2019
keberhasilan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) bukan
dari jumlah temuan, tetapi dari ukuran sejauh mana dapat
membantu manajemen unit kerja mengatasi permasalahan yang
timbul. Permasalahan tersebut meliputi aspek pengelolaan resiko,
control, dan tata kelola yang baik yang pada akhirnya dapat
membantu menangani resiko.
2. Nilai-nilai Pengawasan
Prinsip dan nilai-nilai penting yang diterapkan dalam pelaksanaan
pengawasan adalah pengawasan yang transparan, obyektif,
independen dan akuntabel. Nilai/prinsip tersebut
menjiwaipelaksanaan pengawasan dan menjadi pedoman bagi
pengaturan kode etik dan perilaku pengawas intern.
3. Peran Pengawasan
Fungsi dan Peran Pengawasan diarahkan untuk mencegah
terjadinya kesalahan dan penyimpangan dalam pelaksanaan
kebijakan dan program kerja serta menjamin pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan peraturan perundangan demi tercapainya
sasaran/tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
4. Lingkup Pengawasan
Pelaksanaan paradigma pengawasan tersebut, menempatkan aparat
pengawas sebagai mitra kerja auditi sehingga lingkup
pengawasandimulai dari tahap Perencanaan dan Penganggaran,
Pelaksanaan kegiatan, sampai dengan Hasil yang diperoleh (input,
process, output, outcame, impact), untuk memastikan bahwa:
a. Petunjuk dan standar yang jelas dan faktor input yang
ditetapkan telah tersedia;
b. Segala proses dan perangkat penunjang berjalan sebagaimana
mestinya; dan
-18-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGISUNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORATJENDERALTAHUN 2015-2019
c. Output yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan
5. Kebijakan Pengawasan
a. Melaksanakan pengawasan berbasis kinerja dengan
mengedepankan aspek pembinaan kepada seluruh satker dalam
rangka menjamin mutu kegiatan kepemerintahan di bidang
industri yang dilaksanakan oleh auditi.
b. Menerapkan audit berbasis resiko.
6. Obyek Pengawasan
Objek pengawasan Inspektorat III, Inspektorat Jenderal
Kementerian Perindustrian adalah Unit Kerja Kementerian
Perindustrian baik di Pusat, di luar negeri maupun di daerah,
Provinsi penerima Dana Dekonsentrasi serta Kabupaten/Kota
penerima dana dekonsentrasi. Saat ini obyek pengawasan sebanyak
24 Unit kerja, terdiri dari: 3 Unit Pusat; 12 Unit Kerja Vertikal di
daerah (3 unit Balai Besar; 3 unit Baristand; 2 unit BDI; dan 4 Unit
Pendidikan); dan Dinas Provinsi Penerima dana Dekonsentrasi
sebanyak 9 Unit.
7. Fokus Pengawasan
Pengawasan intern yang dilakukan Inspektorat Jenderal, berfokus
pada 3 (tiga) aspek pengawasan yaitu pelaksanaan program dan
kegiatan, pertanggungjawaban keuangan serta pelayanan publik
dalam rangka memberikan pengawalan yang bermuara pada
terlaksananya arah dan kebijakan pembangunan industri nasional
yang efektif, efisien, serta sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
-19-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGISUNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORATJENDERALTAHUN 2015-2019
B. STRATEGI PENGAWASANDalam rangka pelaksanaan kebijakan pengawasan dan pencapaian
sasaran yang telah ditetapkan, maka ditetapkan strategi pengawasan
sebagai berikut :
1. Strategi PokokPenyelenggaraan pengawasan mengutamakanpengawasan preventif
dan preemtif dengan fokus pembinaan, advokasi, pendampingan,
dan pengendalian pada setiap tahapan kegiatan melalui efektifitas
proses tata kelola yang baik (good governance processes) dan
manajemen risiko (risk management), dengan fokus :
a. Meningkatkan kualitas pengawasan dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi auditi sesuai dengan kebijakan, program, kegiatan
dan sasaran yang ditetapkan serta sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
b. Meningkatkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
pembangunan industri nasional;
c. Mendorong percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil
pengawasan;
d. Meningkatkan koordinasi, sinkronisasi, dan sinergi dengan
seluruh aparat pengawasan;
e. Meningkatkan profesionalisme dan indepedensi aparat
pengawasan;
f. Meningkatkan budaya pengawasan di lingkungan Kementerian
Perindustrian;
g. Menerapkan standar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008.
-20-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGISUNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORATJENDERALTAHUN 2015-2019
2. Strategi OperasionalDalam penyelenggaraan pengawasan, dilaksanakan strategi
operasional sebagai berikut :
a. Melakukan pengawasan preemtif dengan membangun kesadaran
dan kompetensi SDM untuk mencegah timbulnya moral hazard,
melalui sosialisasi ketentuan dan peraturan perundangan,
peningkatan kemampuan SDM (capacity building dan character
building) serta pelaksanaan inspeksi mendadak(sidak).
b. Melakukan pengawasan preventif dengan membangun norma,
standard, prosedur dan kriteria (NSPK) pelaksanaan kegiatan dan
langkah antisipasinya melalui early warning system, survey,
penyusunan juklak, juknis, SOP, standar kinerja berbasis KPI
dan produktifitas, Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), kode etik
pelayanan publik, yang antara lain diimplementasikan dalam
pembentukan dan pemberdayaan Unit Layanan Pengadaan (ULP),
Sistem Pengendalian Intern (SPI) Keuangan dan Program,
Penilaian Kinerja berbasis KPI dan produktifitas, Klinik Itjen,
serta advokasi pelaksanaan kegiatan.
c. Melakukan Pengawasan Represif untuk menjamin pelaksanaan
kegiatan sesuai rencana dan peraturan yang berlaku, yang
dilaksanakan melalui pengawasan dan pemeriksaan unit kerja
meliputi audit kinerja, review, monev pelaksanaan KIN (Peta
Panduan), evaluasi kebijakan, tindak lanjut hasil audit, serta
dilaksanakan melalui pemeriksaan khusus meliputi audit resiko,
audit aduan masyarakat, verifikasi hasil audit eksternal dan
audit untuk tujuan tertentu.
-21-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGISUNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORATJENDERALTAHUN 2015-2019
C. Program dan Kegiatan PengawasanUntuk merealisasikan visi, misi, dan sasaran strategis seperti
diuraikan di atas, dilaksanakan berbagai kegiatan pengawasan secara
berkesinambungan. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara
PPN/Kepala Bappenas Nomor: 5 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Renstra-KL 2010-2014, maka program yang melingkupi
kegiatan-kegiatan Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian
adalah Program Pengawasan dan Peningkatan AkuntabilitasAparatur Kementerian Perindustrian.
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur
Kementerian Perindustrian bertujuan untuk menjamin agar
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian
berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-
undangan, mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif,
efisien, trasnparan, akuntabel, bersih dan bebas dari KKN, serta
mewujudkan Good Governance dan Clean Government, dengan
indikator keberhasilan program (IKU), yaitu: 1) tersusunnya norma,
standar, kriteria dan prosedur pengawasan yang efektif, 2)
tersedianya hasil pengawasan yang berkualitas, 3) tersedianya jumlah
dan kualifikasi aparat pengawas yang optimal, 4) tercapainya
peningkatan akuntabilitas, transparansi, efektifitas dan efisiensi
pelaksanaan program.
Program tersebut dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
Kegiatan: Peningkatan Pengawasan dan AkuntabilitasPelaksanaan Program Pengembangan IndustriInspektorat III.
-22-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGISUNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORATJENDERALTAHUN 2015-2019
Kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan efektifitas, efisiensi dan
akuntabilitas pelaksanaan tugas unit kerja dalam mewujudkan
sasaran kinerja yang telah ditetapkan oleh Unit Kerja dalam cakupan
tugas Inspektorat III yang meliputi Sekretariat Jenderal, Direktorat
Jenderal Kerjasama Industri Internasional, Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Industri, Balai Besar, Baristand, Balai Diklat Industri dan
Unit Pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian, serta
Dekonsentrasi.
Sasaran dari kegiatan ini adalah :
1. Terlaksananya Pengawasan kinerja pada unit/Satker
pusat/vertikal, dekonsentrasi dan tugas pembantuan dalam
cakupan tugas Inspektorat III, dengan indikator kinerja kegiatan
(IKK) laporan hasil pengawasan kinerja.
2.Terlaksananya Pengawasan/Pemeriksaan khusus dalam cakupan
tugas Inspektorat III, dengan indikator kinerja kegiatan (IKK)
laporan hasil Pengawasan/Pemeriksaan khusus.
3.Terlaksananya Review Laporan Keuangan/BMN unit kerja
Pusat/Vertikal dalam cakupan tugas Inspektorat III, dengan
indikator kinerja kegiatan (IKK) laporan hasil Reviu Laporan
Keuangan/BMN unit kerja Pusat/Vertikal.
4. Terlaksananya evaluasi dan pemantauan pelaksanaan
kebijakan/program pengembangan industri dalam cakupan tugas
Inspektorat I, dengan indikator kinerja kegiatan (IKK) laporan hasil
evaluasi pelaksanaan kebijakan/program pengembangan industri.
5.Terlaksananya Evaluasi/Pemantauan/Audit Pelaksanaan Program
Prioritas/Kegiatan Aktual Bidang Industri dalam cakupan tugas
Inspektorat III, dengan indikator kinerja kegiatan (IKK) Laporan
-23-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGISUNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORATJENDERALTAHUN 2015-2019
Evaluasi/Pemantauan/Audit Pelaksanaan Program
Prioritas/Kegiatan Aktual Bidang Industri, termasuk dan tidak
terbatas pada :
a. Unit Pendidikan Kementerian Perindustrian,
b. Pengadaan Barang dan Jasa Kementerian Perindustrian,
c. Dukungan mempertahankan opini WTP Laporan KeuanganKementerian Perindustrian,
d. pelaksanaan reformasi birokrasi,
6.Meningkatnya akuntabilitas kinerja pelaksanaan kegiatan
Pengawasan Inspektorat III, dengan indikator kinerja kegiatan (IKK)
Laporan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan Inspektorat III.
Program dan Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran – sasaran
di atas adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Audit Inspektorat Jenderal terhadap satker binaan
Inspektorat III
2. Pelaksanaan Reviu Laporan Keuangan dan BMN serta Reviu Rencana
Kerja dan Anggaran terhadap satker binaan Inspektorat III
3. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Industri dan SAKIP
Inspektorat terhadap satker binaan Inspektorat III
4. Pelaksanaan Layanan Manajemen Pengawasan Inspektorat III
5. Pelaksanaan Laporan Penganggaran dan Akuntabilitas Inspektorat III
Agar perubahan paradigma pengawasan dapat berjalan dengan baik dan
sasaran yang telah ditetapkan secara bertahap dapat dicapai, diperlukan
peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan program pengawasan serta
dukungan anggaran yang memadai. Untuk itu telah dirumuskan
program, kegiatan dan kebutuhan minimal anggaran pengawasan
Inspektorat IIIdalam kurun waktu 2015 s/d 2019 sebagai berikut :
(sesuai adik dan matrik pendanaan Inspektorat III)
-24-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGISUNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORATJENDERALTAHUN 2015-2019
-25-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS UNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORAT JENDERALTAHUN 2015-2019
INDIKATOR KINERJAINSPEKTORAT III TAHUN 2015 – 2019
Kode Hasil/ Keluaran/Output
Penjelasan KodeIKO Indikator Penjelasan IKO Satuan
Target
Insp
ekto
rat
III
Sub
bagi
an T
UK
eter
anga
n
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Layanan AuditInspektorat III(Output di RKA-KL) IKO
1.1Persentase pelaksanaan audit sesuaidengan PKPT
- 90 90 90 90 ■
IKO1.2
Jumlah Laporan Audit kinerjaInspektorat III
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Audit Kinerja unit pusat danvertikal satuan kerjacakupan tugas Inspektorat III
LHA - 15 15 15 15 ■
IKO
1.3Jumlah Laporan Audit danadekonsentrasi yang menjadi obyeklayanan audit
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Audit dana dekonsentrasiPerindsutrian Wilayahcakupan tugas Inspektorat III
LHA - 9 9 9 9 ■
IKO
1.4Jumlah penugasan audit dengantujuan tertentu
-26-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS UNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORAT JENDERALTAHUN 2015-2019
Kode Hasil/ Keluaran/Output
Penjelasan KodeIKO Indikator Penjelasan IKO Satuan
Target
Insp
ekto
rat
III
Sub
bagi
an T
UK
eter
anga
n
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Audit dengan tujuan tertentupada Inspektorat III
LHA - 1 1 1 1 ■
IKO
1.5Jumlah laporan audit tematik sesuaidengan kebijakan pengawasan
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Audit tematik sesuai dengankebijakan pengawasan
LHA - 2 2 2 2 ■
2 Layanan ReviuInspektorat III(Output di RKA-KL) IKO2.
1Jumlah laporan hasil reviu laporankeuangan dan BMN satuan kerjacakupan tugas Inspektorat III
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Reviu Laporan keuangan danBMN satuan kerja cakupantugas Inspektorat III
LHR - 30 30 30 30 ■
-27-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS UNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORAT JENDERALTAHUN 2015-2019
Kode Hasil/ Keluaran/Output
Penjelasan KodeIKO Indikator Penjelasan IKO Satuan
Target
Insp
ekto
rat
III
Sub
bagi
an T
UK
eter
anga
n
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
IKO2.2
Jumlah laporan hasil reviu RKA-K/Lsatuan kerja sesuai cakupan tugasInspektorat III
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Reviu Rencana kerja dananggaran satuan kerjacakupan tugas Inspektorat III
LHR - 2 2 2 2 ■
3 Layanan Monitoringdan Evaluasi CakupanTugas Inspektorat III(Output di RKA-KL) IKO3.
1Jumlah laporan hasil evaluasi SAKIPsatuan kerja cakupan tugasInspektorat III
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Monitoring dan EvaluasiSAKIP satuan kerja cakupantugas Inspektorat III
LHE - 1 1 1 1 ■
IKO3.2
Jumlah laporan hasil evaluasipelaksanaan kebijakan industridan/atau tata kelola kepemerintahansatuan kerja cakupan tugasInspektorat III
-28-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS UNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORAT JENDERALTAHUN 2015-2019
Kode Hasil/ Keluaran/Output
Penjelasan KodeIKO Indikator Penjelasan IKO Satuan
Target
Insp
ekto
rat
III
Sub
bagi
an T
UK
eter
anga
n
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Monitoring dan Evaluasikebijakan industri dan tatakelola kepemerintahan sesuaikebijakan pengawasan
LHE - 1 1 1 1 ■
4 Layanan ManajemenPengawasanInspektorat III(Output di RKA-KL) IKO4.
1Terlaksananya layanan manajemenkinerja Inspektorat III
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Pelayanan manajemenkinerja pengawasanInspektorat III
BulanLayanan
- 12 12 12 12 ■
IKO4.2
Prosentase pelaksanaan kinerjaInspektorat III sesuai dengan standar
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Koordinasi dan konsultasiinternal/eksternalInspektorat III
Persen - 90 90 90 90 ■
-29-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS UNIT ESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORAT JENDERALTAHUN 2015-2019
Kode Hasil/ Keluaran/Output
Penjelasan KodeIKO Indikator Penjelasan IKO Satuan
Target
Insp
ekto
rat
III
Sub
bagi
an T
UK
eter
anga
n
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
5 Dokumenpenganggaran danakuntabilitasInspektorat III(Output di RKA-KL) IKO5.
1Tersusunnya dokumen akuntabilitasInspektorat III
Dokumen - 12 12 12 12 ■
Indikator dapat dicapaimelalui aktifitas:Penyusunan dokumenrencana kerja dan anggaranInspektorat IIIPenyusunan dokumenevaluasi dan akuntabilitaspelaksanaan programInspektorat III
-30-LAMPIRAN IIIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/Kep/6/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS UNITESELON IIDI LINGKUNGAN INSPEKTORATJENDERALTAHUN 2015-2019
BAB IVPENUTUP
Tuntutan masyarakat dalam lima tahun ke depan semakin tinggi
terhadap kualitas dan akuntabilitas kinerja aparatur serta
mengharapkan perilaku aparatur yang bersih dan bebas dari KKN.
Oleh karena itu pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen
adalah untuk meyakinkan dan menjamin bahwa program dan
kegiatan dari aparatur kementerian Perindustrian telah dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan dan kebijakan yang digariskan serta
dilaksanakan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. Hasil
pengawasan selanjutnya digunakan sebagai umpan balik bagi
penyempurnaan Kebijakan dan penyusunan Program/kegiatan.
Sesuai perkembangan tata kelola pemerintahan dan reformasi
birokrasi dan mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Perindustrian Tahun 2015 – 2019 serta Kebijakan Pengawasan
Inspektorat Jenderal, maka disusunlah Renstra Inspektorat III
Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian Tahun 2015 – 2019,
yang dijadikan landasan bagi aparat pengawasan intern di lingkungan
Inspektorat I untuk memberi nilai tambah dan menjamin pelaksanaan
program dan kegiatan pengembangan industri berjalan secara efisien,
efektif, transparan dan akuntabel dalam rangka mewujudkan visi
Inspektorat Jenderal sebagai mitra kerja dan penjamin mutu
pencapaian sasaran pembangunan industri.
Rencana Strategis Inspektorat III ini menjadi acuan bagi jajaran
aparatur Inspektorat III Inspektorat Jenderal Kementerian
Perindustrian dalam melaksanakan Tugas dan Fungsinya lima tahun
ke depan.
LAMPIRAN IVLAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN2015-2019
BAB IPENDAHULUAN
A. KONDISI UMUM
Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025, disebutkan
bahwa struktur perekonomian diperkuat dengan mendudukkan sektor
industri sebagai motor penggerakuntuk mewujudkan ketahanan ekonomi
yang tangguh. Arah pembangunan industri difokuskan pada perwujudan
industri yang berdaya saing dengan struktur industri yang sehat dan
berkeadilan. Untuk itulah, sebagai lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang perindustriansebagaimana diatur dalam Undang-
Undang No 3 Tahun 2014 disusunlah visi, misi pembangunan industri yang
akan dicapai melalui rencana strategis Kementerian Perindustrian 2015 –
2019. Oleh karena itu, visi pembangunan industri 2015 – 2019 adalah: “
Indonesia Menjadi Negara Yang berdaya Saing Dengan Struktur Industri
Yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan”.
Upaya Kementerian Perindustrian dalam rangka mewujudkan visi dan
misi yang ditetapkan tidak terlepas dari unsur perencanaan,
pengorganisasian dan pelaksanaan yang terstruktur, serta tidak lepas dari
fungsi monitoring/pengawasan yang efektif. Inspektorat Jenderal sebagai
unit pengawasan internal kementerian, memiliki fungsi yang sangat strategis
dalam mendukung pembangunan industri.
Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan sebagai tindak lanjut dari
Peraturan Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian No.110/IJ-
IND/KEP/8/2015tentang Rencana Strategis Inspektorat Jenderal tahun
2015 – 2019, maka Inspektorat IV menyusun Rencana Strategis (Renstra)
sebagai bentuk penjabaran dari tugas dan fungsi pengawasan pembangunan
industri agar tetap sejalan dengan arah dan kebijakan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional dibidang industri. Rencana
Strategis ini merupakan pedoman bagi unit-unit di lingkungan Inspektorat
IV Kementerian Perindustrian agar dapat melakukan sinkronisasi dan
LAMPIRAN IVLAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN2015-2019
terjalin sinergi terhadap kegiatan pengawasan baik di lingkup pusat maupun
daerah.
B. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Sesuai dengan perkembangan tata kelola pemerintahan dan reformasi
birokrasi dan sebagai bagian dari Inspektorat Jenderal maka Inspektorat IV
telah mencanangkan perubahan Paradigma Pengawasan, secara bertahap
diubah dari Post-Audit (watch dog) menjadi pembinaan, advokasi,
pendampingan, pengendalian (counseling partner) dan ke depan menjadi
Penjamin Mutu (quality assurance).
Paradigma Pengawasan
Dengan paradigma baru tersebut, nilai-nilai pengawasan yang
independen, obyektif, akuntabel, dan transparan harus selalu
dikedepankan, sehingga indikator keberhasilan pengawasan intern diukur
bukan dari jumlah temuan, tetapi dari ukuran sejauh mana dapat
membantu seluruh entitas kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian
dalam mengatasi permasalahan yang timbul, meliputi aspek pengelolaan
resiko, control, dan tata proses yang baik.
Langkah-langkah operasionalisasi perubahan paradigma tersebut,
pengawasan dimulai dari tahap perencanaan dan penganggaran,
pelaksanaan, sampai dengan hasil yang diperoleh, dengan mengedepankan
pengawasan pre-emtif dalam rangka membangun dan meningkatkan
Dengan paradigma baru, ukuran keberhasilan APIP bukan dari JUMLAH TEMUAN tetapi dari ukuran sejauhmana dapat membantu manajemen mengatasi permasalahan yang timbul. Permasalahan tersebut meliputiaspek pengelolaan risiko, kontrol, dan tata-proses yang baik, yang pada akhirnya membantu manajemenrisiko.
Values Pengawasan :1. Transparan 2. Obyektif 3. Independen 4. Akuntabel
“ WATCH DOG “• Pendekatan Birokrasi
• Berorientasi menghukum
• Instruktif
• Kurang memberi solusi
• Kurang memberikesempatan kepadaauditan untuk menjelaskansesuatu
COUNSELING PARTNER
• Koordinatif
• Partisipatif
• Konsultatif dalammemberikan solusi atasmasalah dan hambatanyang dihadapi gunamencapai tujuan
QUALITY ASSURANCE &COUNSELING PARTNER
Menghantar unit kerjauntuk meningkatkan
produktifitas dan kualitaskinerja sesuai rencana dan
ketentuan.
MASA LALU S.D. TAHUN 2010 MULAI TAHUN 2011
LAMPIRAN IVLAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN2015-2019
kesadaran taat azas untuk mencegah timbulnya moral hazard, dengan
sosialisasi ketentuan dan peraturan perundangan, character building,
pengembangan motivasi, penerbitan buletin pengawasan, membangun
sistem pengawasan berbasis web, penegakan reward and punishment, dan
pengawasan preventif untuk membangun sistem pengendalian intern melalui
penyusunan dan penerapan SOP, juklak, juknis, standar kinerja, Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP), kode etik pelayanan publik, yang antara lain
diimplementasikan dalam pembentukan Unit Layanan Pengadaan (ULP),
Sistem Pengendalian Intern (SPI), Penilaian Kinerja berbasis KPI dan
produktifitas, Klinik Itjen, Reviu Laporan Keuangan dan BMN, Reviu
RKA/KL, Penilaian SAKIP, Pencanangan Whistle Blower System, dan lain
sebagainya.
Perubahan paradigma pengawasan tersebut diyakini secara bertahap
akan mencapai hasil yang diharapkan, mengingat persamaan visi, persepsi
untuk segera memajukan industri nasional yang didukung oleh komitmen,
kebersamaan, teamwork, network seluruh aparat auditor dan upaya-upaya
peningkatan kuantitas, kapasitas, kompetensi serta profesionalitasnya. Oleh
karenanya seluruh entitas kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian
secara simultan juga perlu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik
dengan bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja tuntas, dan bekerja ikhlas.
Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan, Inspektorat Jenderal
telah melaksanakan serangkaian program dan kegiatan sebagaimana yang
tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Inspektorat Jenderal Kementerian
Perindustrian tahun 2009 – 2014.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja Inspektorat Jenderal tersebut,
secara umum dapat dikemukakan capaian kinerja sebagai berikut:
1. Kementerian Perindustrian berhasil mempertahankan opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK atas Laporan Keuangan dan BMN
sampai dengan tahun 2014.
2. Telah dihasilkan 4 (empat) paket masukan dan rekomendasi perbaikan
pelaksanaan kebijakan/program pengembangan industri kepada
stakeholder.
LAMPIRAN IVLAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN2015-2019
3. Meningkatnya budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf
dimana 12 unit kerja telah menyusun peta risiko dan melaksanakan
pengendalian terhadap risiko tersebut.
4. Penyelesaian temuan yang harus ditindaklanjuti berdasarkan hasil
pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian pada
tahun 2014 telah terselesaikan sebanyak 1.039temuan dari total
temuan sebanyak 1.202 temuan (86,44%).
5. Kepatuhan unit kerja dalam melaksanakan pelayanan publik sesuai
standar pelayanan minimum mencapai sebesar 80,18 persen.
6. Meningkatnya Sistem Pengendalian Intern pada unit kerja dimana 12
satker telah menyusun Peta Risiko dan melakukan pengendalian atas
risiko tersebut.
7. Meningkatnya kualitas SDM pengawasan, dimana sebanyak 97,25
persen pegawai Itjen mendapatkan pelatihan peningkatan kualitas
SDM sesuai kebutuhan.
8. Pada tahun 2014 Inspektorat Jenderal juga telah berhasil
meningkatkan kapabilitas APIP berdasarkan model IACM (Internal
Audit Capability Model) dari level 1 menjadi level 2 dengan melakukan
beberapa perbaikan peran dan layanan APIP, pengelolaan SDM,
praktek profesional, akuntabilitas dan manajemen kinerja, budaya dan
hubungan organisasi serta struktur tata kelola.
9. Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian pada tahun 2014telah
berhasil melaksanakan audit surveilance sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2008.
10. Pengaduan Masyarakat yang disampaikan melalui klinik konsultasi
Inspektorat Jenderal telah ditindak lanjuti.
Dalam rangka mencapai sasaran strategis Inspektorat IV yang diturunkan
dari Rencana Strategis Inspektorat Jenderal maka Inspektorat IV
menetapkan indikator kinerja untuk setiap sasarannya, hasil dari capaian
indikator Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET CAPAIAN
(1) (2) (3) (4)
LAMPIRAN IVLAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN2015-2019
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET CAPAIAN
(1) (2) (3) (4)
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S)
Meningkatnya akuntabilitasaparatur dan kinerjapengembangan industri
Predikat SAKIPKementerianPerindustrian dan UnitEselon I dalam cakupantugas.
70 skor(Predikat B)
72.43Predikat B
Meningkatnya kualitaspelayanan publik
Persentase kepatuhanunit melaksanakanpelayanan publik sesuaistandar pelayananminimum
75 persen 77,39 persen
Meningkatnya sistem tatakelola keuangan dan BMNyang profesional;
Tingkat kualitas laporankeuangan
Indeks 4(Opini BPK =
WTP)
WTP
Perspektif Proses Pelaksanaan Tugas Pokok (T)
Meningkatnya efektifitaspelaksanaan pengawasan
Persentase pengawasanyang sesuai denganPedoman dan Prosedur/Standar Pengawasan
80 persen 100 %
Meningkatnya evaluasipelaksanaan kebijakan danefektifitas pencapaiankinerja industri
Jumlah rekomendasiperbaikan kebijakanindustri
1Rekomendasi
2 Rekomendasi
Meningkatnya kualitaspembinaan dan konsultasipengawasan
Persentase permasalahanberkadar pengawasanyang dapat ditangani
85 persen 100%
Meningkatnya kualitasperencanaan dan pelaporan
Predikat SAKIPInspektorat Jenderal danUnit-unit Eselon IIInspektorat Jenderal
70(Predikat B)
76,51 (PredikatA)
Tingkat penyerapananggaran
90 persen 96.54 %
Sesuai dengan capaian program dan kegiatan tersebut, selama periode
tahun 2010 – 2014 Inspektorat IV telah melaksanakan kegiatan dengan hasil
sebagai berikut:
a. Kegiatan peningkatan pengawasan dan akuntabilitas pelaksanaan
program pengembangan industri,
1) Menjamin laporan keuangan dan BMN satuan kerja binaan
Inspektorat IV telah handal dan sesuai SAP,
LAMPIRAN IVLAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN2015-2019
2) Tersedianya rekomendasi perbaikan kebijakan/ program
pengembangan industri,
b. Kegiatan dukungan manajemen, pembinaan, pemantauan tindak lanjut
hasil pengawasan serta dukungan teknis lainnya
1) Terlaksananya penyusunan program dan evaluasi program
pengawasan,
2) Terlaksananya pembinaan dan konsultasi pengawasan,
3) Terlaksananya layanan manajemen pengawasan
Program dan kegiatan tersebut di atas merupakan penjabaran dari
program prioritas Kementerian Perindustrian, kontrak kinerja Inspektur
Jenderal, dan program prioritas Inspektorat Jenderal. Untuk mengukur
tingkat keberhasilan dari pelaksanaan program dan kegiatan, di dalam
Renstra Kementerian Perindustrian juga telah ditetapkan sasaran-sasaran
strategis beserta indikator kinerja utama (IKU) yang bersifat kuantitatif dari
masing-masing sasaran strategis.
Potensiyang ada pada Inspektorat Jenderal dapat dilihat pada tabel
berikut:
Kekuatan Peluang1. SDM APIP adalah sumber daya
yang terdidik dan terseleksi.2. Internal Audit Capability Model
mencapai level 23. Struktur organisasi mampu
mendukung pelaksanaan tugaspokok dan fungsi
4. Peraturan perundang-undangandan prosedur pengawasan yangdinamis dan memadai.
5. Sistem manajemen mutu (ISO9001:2008)
6. Regenerasi Auditor
1. Respon positif terhadap kinerjaInspektorat Jenderal dalamrangka meningkatkan hubunganpengawasan yang bersifatkonsultatif dan pembinaan (mitrakerja)
2. SPIP dan Zona Integritas yangmendorong peningkatan fungsiInspektorat Jenderal
3. Pemberantasan KKN olehpemerintah yang konsisten danberkelanjutan.
4. Kerjasama dengan pihak-pihakterkait yang menunjang tugaspengawasan
Kelemahan yang ada pada Inspektorat Jenderal dapat dipetakan
sebagai berikut:
Kelemahan Tantangan1. Paradigma Watchdog masih 1. Stake holder belum dapat
LAMPIRAN IVLAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN2015-2019
melekat pada satuan kerja atauauditor
2. Transfer knowledge auditorsenior dan calon auditor tidakmerata
3. Terbatasnya ketersediaan waktuauditor untuk mengembangkankompetensi
memahami sepenuhnya visi,misi dan paradigmapengawasan
2. Penerapan SPIP belumsepenuhnya dilakukan
3. Pembenahan sistempengawasan tidak seiringdengan pembenahanpenganggaran, pelaksanaanprogram sehingga pengawasanhanya dianggap sebagaiformalitas pelaksanaankegiatan.
4. Reward and punishmentterhadap kinerja SDMpengawasan tidak sebandingdengan tugas dantanggungjawab.
Berdasarkan analisa SWOT terhadap kondisi tersebut di atas, maka
dirumuskan kunci keberhasilan sebagai berikut:
1. Pemerataan auditor/calon auditor sehingga pengalaman dan transfer
knowledge lebih efektif;
2. Mengekfektifkan fungsi organisasi untuk memanfaatkan respon positif
terhadap fungsi pengawasan;
3. Mengoptimalkan keahlian auditor untuk meningkatkan akuntabilitas
kinerja pemerintah;
4. Mengefektifkan peran auditor dalam mengembangkan, sosialisasi visi,
misi dan paradigm pengawasan;
5. Mengefektifkan peran auditor dalam mendorong impelementasi SPIP
dan pelaksanaan Zona Integritas;
6. Mengefektifkan fungsi auditor sebagai sarana konsultasi dan
pengawalan terhadap program pembangunan industri;
7. Mengefektifkan fungsi pengawasan untuk mendorong akuntabilitas
pelaksaaan program sejak dari perencanaan;
8. Mengembangkan kompetensi SDM APIP untuk peningkatan jasa
layanan konsultasi, ketaatan, efisien, efektif dan ekonomis;
9. Perencanaan audit berbasis resiko yang dilaksanakan pada skala
prioritas beresiko tinggi;
10. Mengembangkan kebijakan, sistem dan prosedur pengawasan;
LAMPIRAN IVLAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN2015-2019
11. Mengevaluasi komitmen pimpinan bahwa APIP merupakan bagian dari
komponen tim manajemen kementerian.
LAMPIRAN IVLAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN2015-2019
BAB IIVISI MISI DAN TUJUAN
C. VISI
Sesuai dengan Peraturan Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian
Nomor 110/IJ-IND/PER/8/2015 dan sebagai salah satu bagian dari
struktur organisasi Inspektorat Jenderal, Inspektorat IV sebagai aparat
pengawasan fungsional di lingkungan Kementerian Perindustrian telah
menetapkan visi dan misi yang mendukung penetapan dan pelaksanaan
visi dan misi Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian, adapun visi
tersebut yakni:
“Menjadi pemberi jasa konsultasi / mitra kerja dan penjamin mutukegiatan kepemerintahan di bidang industri yang handal danterpercaya”.
Visi tersebut diharapkan menjadi inspirasi dan motivasi bagi setiap
unsur organisasi di lingkungan Inspektorat Jenderal untuk dapat berkarya
secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif dan inovatif sehingga mampu
menggerakkan dan menarik komitmen bersama, menciptakan makna bagi
setiap SDM di lingkungan Inspektorat Jenderal, mampu menciptakan dan
meningkatkan standar keunggulan, dan menjembatani kondisi sekarang
dengan kondisi yang akan dating, serta mampu memberi jaminan mutu
terhadap ketaatan, efisien, efektifitas dan keekonomisan kegiatan di bidang
industri.
D. MISIUntuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata
dalam bentuk 2 (dua) misi sesuai dengan tugas dan fungsi Inspektorat
Jenderal sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pengawasan intern sesuai standar ketentuan dalam
rangka mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik;
2. Mengembangkan sistem pengawasan intern yang efektif dan efisien
sebagai katalisator dan akeslerator pembangunan industri;
LAMPIRAN IVLAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN2015-2019
E. TUJUAN
Dari serangkaian misi yang diemban oleh Inspektorat Jenderal dalam 5
(lima) tahun ke depan Inpektorat Jenderal mempunyai tujuan
“Tercapainyaperan pemberi jasa konsultasi danpenjamin mutu kegiatandi bidang industry yang efektif” sebagai unit kerja yang mempunyai tugas
pokok dan fungsi utama pengawasan.
Tujuan tersebut dapat diukur melalui indikator kinerja tujuan antara
lain:
1. Prosentase layanan pengawasan yang diberikan melalui tindak lanjutpenyelesaian permasalahan aduan berkadar pengawasan tepat waktu.
2. Opini BPK terhadap hasil pemeriksaan laporan keuangan Kementerian
Perindustrian
F. SASARANSTRATEGISDalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya
sistematis yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang
hubungannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Menjadi pemberi jasa konsultasi /mitra kerja dan penjamin mutu
kegiatan kepemerintahan di bidangindustri
VISI
Menyelenggarakanpengawasan intern dalam
rangka mewujudkan tata kelolakepemerintahan yang baik
MISI 1
Mengembangkan SistemPengawasan Intern yang efisien dan
efektif sebagai katalisator danakselerator pembangunan industri
MISI 2
LAMPIRAN IVLAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN2015-2019
Tercapainya peran pemberi jasakonsultasi dan penjamin mutu
kegiatan di bidang industri yangefektif
TUJUAN
Meningkatnya efektifitas,efesiensi, dan ketaatan
terhadap peraturanperundang-undangan
SASARAN STRATEGIS 1
Meningkatnya Akuntabilitaspelaksanaan kebijakan program
dan pengendalian internal
SASARAN STRATEGIS 2
LAMPIRAN IVLAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN2015-2019
Upaya-upaya sistematis yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
merupakan strategi pengawasan dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan
pengawasan dapat digambarkan dalam bagan berikut:
Untuk mengukur keberhasilan dan informasi kinerja Inspektorat Jenderal dapat
digambarkan melalui bagan sebagai berikut:
VISI MISI TUJUAN/SASARANPENGAWASAN
STRATEGIPROGRAMKEGIATAN
OUTPUTESELON I
OUTPUTESELON II
OUTPUTESELON II
OUTPUTESELON II
LAMPIRAN IVLAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN2015-2019
Outputeselon
I
Outputeselon
I
outcome/sasaranstrategis
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/ 06 /2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
14
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya
sistematis yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis. Mengacu
pada sasaran strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Inspektorat Jenderal untuk periode tahun 2015 – 2019, maka Inspektorat
IV memiliki sasaran strategis sebagai berikut:
Sasaran Strategis 1: Meningkatnya efektifitas, efisiensi, dan ketaatan
terhadap perundang-undangan
Indikator kinerja sasaran strategis yaitu:
1) Prosentase Laporan Keuangan Inspektorat Jenderal sesuai denganSAP dan peraturan perundang-undangan
2) Prosentase temuan BPK di bawah materiality threshold
Sasaran Strategis 2: Meningkatnya akuntabilitas pelaksanaan
kebijakan program dan pengendalian eksternal
Indikator kinerja sasaran strategis yaitu:
1) Persentase nilai rata-rata SAKIP unit Eselon I minimal B2) Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakan industri dan/atau tata
kelola3) Jumlah pengawasan internal yang dilaksanakan terhadap unit
pusat, unit vertikal dan dana dekonsentrasi Perindustrian sesuaidengan ketentuan yang berlaku.
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
15
SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGISINSPEKTORAT IV TAHUN 2015 – 2019
KodeSS
Outcome/Sasaran Strategis (SS)
Penjelasan Outcome/Sasasran Strategis
KodeIKSS
Indikator KinerjaSasaran Strategis
(IKSS)Penjelasan IKSS Satuan
Target
Insp
ekto
rat
IV
Ket
eran
gan
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
S1 Meningkatnyaefektifitas, efesiensi,dan ketaatanterhadap peraturanperundang-undangan
IK1.1
Prosentase laporanLaporan KeuanganSatuan Kerja sesuaidengan SAP danperaturanperundangan-undangan
Persentase jumlah satker binaanyang Laporan Keuangannya telahdisusun sesuai SAP,pengungkapan yang memadai,internal kontrol yang memadai,kepatuhan terhadap perundang –undangan
Persen - 90 90 92 92 ■
IK1.2
Prosentase temuanBPK di bawahmateriality tresshold
Prosentase temuan BPK di bawahmateriality tresshold
Persen - <3 <3 <3 <3 ■
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
16
KodeSS
Outcome/Sasaran Strategis (SS)
Penjelasan Outcome/Sasasran Strategis
KodeIKSS
Indikator KinerjaSasaran Strategis
(IKSS)Penjelasan IKSS Satuan
Target
Insp
ekto
rat
IV
Ket
eran
gan
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
S2 MeningkatnyaAkuntabilitaspelaksanaankebijakan programdan pengendalianinternal
IK2.1
Persentase nilai rata-rata SAKIP unitEselon I minimal B
Perbandingan nilai SAKIP Eselon Iyang mendapatkan nilai minimalB terhadap jumlah Eselon I yangdinilai
Persen - 78 89 100 100 ■
IK2.2
Jumlah rekomendasiperbaikan kebijakanindustri dan/atautata kelola
Rekomendasi untuk perbaikankebijakan industri yang dapatditindaklanjuti
Rekomen-dasi
- 1 1 1 1 ■
IK.2.3
Jumlah pengawasaninternal yangdilaksanakanterhadap unit pusat,unit vertikal dan danadekonsentrasi
Pengawasan internal terhadapsatker pusat, vertikal dansekonsentrasi cakupan tugasInspektorat IV
Satuankerja
- - 23 23 23 ■
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
17
KodeSS
Outcome/Sasaran Strategis (SS)
Penjelasan Outcome/Sasasran Strategis
KodeIKSS
Indikator KinerjaSasaran Strategis
(IKSS)Penjelasan IKSS Satuan
Target
Insp
ekto
rat
IV
Ket
eran
gan
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Perindustrian sesuaidengan ketentuanyang berlaku.
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
18
Adapun dari seluruh indikator kinerja yang telah dijabarkan diatas terdapatbeberapa indikator yang dijadikan Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu, antaralain:
1. Prosentase Laporan Keuangan Satuan Kerja sesuai dengan SAP danPeraturan Perundang-undangan
2. Prosentase temuan BPK di bawah materiality threshold3. Prosentase nilai rata-rata SAKIP unit Eselon I minimal B4. Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakan industri dan/atau tata kelola5. Jumlah Pengawasan internal yang dilaksanakan Inspektorat Jenderal
terhadap unit pusat, unit vertikal, dan dana dekonsentrasi Perindustrian
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
19
BAB III.
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGAWASAN
Kebijakan Pembangunan Industri Nasional disusun agar dapat
merealisasikan cita-citaluhur bangsa Indonesia dan sekaligus menjawab
tantangan perubahan lingkungan yang terjadi dengan cepat, serta mampu
mengatasi dampak krisis finansial global yang terjadi saat ini. Kebijakan Industri
Nasional (Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008) disusun dengan menggunakan
pendekatan klaster industri dan kompetensi inti industri daerah guna
membangun daya saing industri yang berkelanjutan.
Merujuk pada Renstra Kementerian Perindustrian, kondisi pengembangan
industri yang harus dicapai pada tahun 2019 sebagai berikut:
1. Terselesaikannya permasalahan yang menghambat, dan rampungnya
program revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri yang terkena
dampak krisis;
2. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan lapangan kerja yang besar;
3. Terolahnya potensi sumber daya alam daerah menjadi produk-produk
olahan;
4. Semakin meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor;
5. Tumbuhnya industri-industri potensial yang akan menjadi kekuatan
penggerak pertumbuhan industri di masa depan;
6. Tumbuh berkembangnya IKM, khususnya industri menengah sekitar dua
kali lebih cepat daripada industri kecil.
Selain itu, Kontrak Kinerja Menteri Perindustrian RI 2010-2014 yang
perlu mendapat pengawalan dalam pencapaiannya, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Melaksanakan pengembangan industri sesuai dengan Peraturan Presiden No.
28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.
2. Revitalisasi industri Pupuk
3. Revitalisasi industri Gula
4. Peningkatan iklim usaha
5. Pengamanan pasar dalam negeri
6. Revitalisasi sektor industri
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
20
7. Peningkatan investasi
8. Pengembangan industri kecil dan menengah
9. Peningkatan penggunaan produksi dalam negeri
10.Peningkatan pasar, dan
11.Reformasi birokrasi di bidang pelayanan umum
Memperhatikan sasaran kinerja dan kontrak kinerja tersebut diatas,
maka Kementerian Perindustrian menetapkan arah kebijakan dalam Rencana
Strategis pengembangan industri mencakup beberapa hal pokok sebagai
berikut:
1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri dalam
perekonomian nasional.
2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan prioritas
nasional dan kompetensi daerah.
3. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah agar terkait dan
lebih seimbang dengan kemampuan industri skala besar.
4. Mendorong pertumbuhan industri di luar pulau Jawa.
5. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang lain
dalam mendukung pembangunan industri nasional.
Untuk mewujudkan rencana strategis tersebut, telah ditetapkan proses
yang harus dilakukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian
Perindustrian dan dikelompokkan ke dalam : (1) perumusan kebijakan; (2)
pelayanan dan fasilitasi; serta (3) pengawasan, pengendalian, dan evaluasi yang
secara langsung menunjang pencapaian sasaran-sasaran strategis yang telah
ditetapkan, disamping dukungan kapasitas kelembagaan guna mendukung
semua proses yang akan dilaksanakan.
Sebagai unsur penunjang dan pengawas internal Kementerian
Perindustrian, Inspektorat Jenderal dituntut untuk mengawal pencapaian
sasaran strategis Kementerian Perindustrian tersebut dan menjamin bahwa
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian berjalan sesuai dengan aturan
yang berlaku. Untuk itu telah disusun kebijakan dan strategi pengawasan
Inspektorat Jenderal sebagai berikut :
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
21
A. ARAH KEBIJAKAN PENGAWASAN
Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran-sasaran pengawasan intern
Kementerian Perindustrian tahun 2015-2019 telah disusun kebijakan
pengawasan Kementerian Perindustrian sebagai berikut :
1. Paradigma Pengawasan
Dalam mewujudkan tujuan dan sasaran pengawasan, dilaksanakan
Paradigma baru pengawasan, dimana secara bertahap kegiatan
pengawasan akan didorong dari Post Audit (watch dog) menjadi
pembinaan (counseling partner) dan ke depan menjadi Penjamin Mutu
(quality assurance). Dengan paradigma baru tersebut ukuran keberhasilan
Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) bukan dari jumlah
temuan, tetapi dari ukuran sejauh mana dapat membantu manajemen
unit kerja mengatasi permasalahan yang timbul. Permasalahan tersebut
meliputi aspek pengelolaan resiko, control, dan tata kelola yang baik yang
pada akhirnya dapat membantu menangani resiko.
2. Nilai-nilai Pengawasan
Prinsip dan nilai-nilai penting yang diterapkan dalam pelaksanaan
pengawasan adalah pengawasan yang transparan, obyektif, independen
dan akuntable. Nilai/prinsip tersebut menjiwai pelaksanaan pengawasan
dan menjadi pedoman bagi pengaturan kode etik dan perilaku pengawas
intern.
3. Peran Pengawasan
Fungsi dan Peran Pengawasan diarahkan untuk mencegah terjadinya
kesalahan dan penyimpangan dalam pelaksanaan kebijakan dan program
kerja serta menjamin pelaksanaan kegiatan sesuai dengan peraturan
perundangan demi tercapainya sasaran/tujuan yang telah ditetapkan
secara efisien dan efektif.
4. Lingkup Pengawasan
Pelaksanaan paradigma pengawasan tersebut, menempatkan aparat
pengawas sebagai mitra kerja auditi sehingga lingkup pengawasandimulai
dari tahap Perencanaan dan Penganggaran, Pelaksanaan kegiatan, sampai
dengan Hasil yang diperoleh (input, process, output, outcame, impact),
untuk memastikan bahwa:
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
22
a. Petunjuk dan standar yang jelas dan faktor input yang ditetapkan telah
tersedia;
b. Segala proses dan perangkat penunjang berjalan sebagaimana
mestinya; dan
c. Output yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
5. Kebijakan Pengawasan
a. Melaksanakan pengawasan berbasis kinerja dengan mengedepankan
aspek pembinaan kepada seluruh satker dalam rangka menjamin mutu
kegiatan kepemerintahan di bidang industri yang dilaksanakan oleh
auditi.
b. Menerapkan audit berbasis resiko.
6. Obyek Pengawasan
Objek pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian
adalah Unit Kerja Kementerian Perindustrian baik di Pusat, di luar negeri
maupun di daerah, Provinsi penerima Dana Dekonsentrasi serta
Kabupaten/Kota penerima dana tugas pembantuan. Saat ini obyek
pengawasan sebanyak 167 Unit kerja, terdiri dari: Unit Pusat 12 Unit,
Luar negeri 3 Unit, Unit Kerja Vertikal di daerah 30 Unit (Balai Besar 11
Unit, Baristand 11 Unit, BPIPI 1 Unit dan BDI 7 Unit), Dinas Provinsi
Penerima dana Dekonsentrasi sebanyak 33 Unit, serta Kab/Kota penerima
dana tugas pembantuan.
Sesuai dengan Penetapan Cakupan Tugas Objek Pengawasan Unit
Vertikal di Lingkungan Kementerian Perindustrian tersebut yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Inspektur Jenderal Kementerian
Perindustrian Nomor. 135/IJ-IND/PER/8/2014, Inspektorat IV memiliki
kewajiban untuk melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit dan reviu, serta penyusunan laporan hasil
pengawasan di 15 satuan unit kerja kementerian perindustrian baik di
Pusat kerja/unitmaupun di daerah dan 8 unit satuan kerja Provinsi
penerima Dana Dekonsentrasi.
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
23
7. Fokus Pengawasan
Pengawasan intern yang dilakukan Inspektorat Jenderal, berfokus pada 3
(tiga) aspek pengawasan yang bertujuan untuk mengawal terlaksananya
arah dan kebijakan pembangunan industri nasional agar dalam
pelaksanaannya efektif, efisien, ekonomis, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan
Mengacu pada arah kebijakan RPJMN 2015 – 2019 maka arah kebijakan
dan strategi pembangunan industri nasional adalah sebagai berikut:
1. Industri Prioritas
2. Perwilayahan Industri
a. Penetapan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI)
b. Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri
c. Pembangunan Kawasan Industri
d. Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Menengah
3. Pembangunan Sumber Daya Industri
a. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri
b. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
c. Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri
4. Pembangunan Sarana Dan Prasarana Industria. Standardisasi Industri
b. Infrastruktur Industri
c. Sistem Informasi Industri Nasional
5. Pembangunan Industri Hijau6. Pengembangan Ikm
7. Manajemen Sdm Aparatur Kementerian Perindustrian
Pengawasan Program/Kegiatan, dengan melakukan audit
kesesuaian pelaksanaan programdengan RPJM, Renstra, Tupoksi,
Kebijakan dan Peraturan Perundangan yang berlaku. Unsur-unsur yang
menjadi obyek pengawasan pada masing-masing Unit Kerja cakupan
tugas Inspektorat IV termasuk dan tidak terbatas pada :
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
24
1) Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika
a. Perumusan kebijakan di bidang industri logam, mesin, alat
transportasi dan elektronika;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang industri logam, mesin, alat
transportasi dan elektronika;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
industri logam, mesin, alat transportasi dan elektronika;
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan industri
logam, mesin, alat transportasi dan elektronika;
e. Pelaksanaan 4 (empat) Peta Panduan Klaster Industri Alat Angkut
dan 3 (tiga) Peta Panduan Klaster Industri Elektronika dan
Telematika dan Peta Panduan Perangkat Lunak dan Konten
Multimedia;
f. Penumbuhan Industri logam, mesin, alat transportasi dan
elektronika;
g. Penanganan permasalahan aktual pengembangan industri logam,
mesin, alat transportasi dan elektronika.
2) Ditjen Industri Kecil dan Menengah
a. Perumusan kebijakan di bidang industri kecil dan menengah;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang industri kecil dan industri
menengah;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
Industri Kecil dan Menengah;
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan industri
kecil dan menengah;
e. Pelaksanaan 4 (empat) Peta Panduan Klaster Menengah Tertentu
dan peta Panduan Klaster Industri fashion, serta Peta Panduan
Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni;
f. Pelaksanaan peta panduan pengembangan industri unggulan di
33 Provinsi;
g. Perencanaan dan pengembangan OVOP;
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
25
h. Penanganan permasalahan aktual pengembangan industri-
industri kecil dan menengah.
3) Balai Besar dan Balai Riset
a. Pelaksanaan Penelitian (Dasar/Intellectual exercise dan terapan
sektor industri);
b. Pelaksanaan Pengembangan teknologi (RBPI/Prototype);
c. Penerapan standar;
d. Penyelenggaraan Pengujian;
e. Penyelanggaraan Sertifikasi;
f. Pelaksanaan Kerjasama litbang;
g. Pelaksanaan Penyebarluasan dan pendayagunaan hasil riset.
4) Balai Diklat Industri
a. Pelaksanaan analisa kebutuhan industri;
b. Pelaksanaan diklat sesuai kebutuhan dunia IKM dan kompetensi
inti daerah;
c. Kurikulum dan silabus;
d. Kompetensi instruktur dengan materi yang diajarkan;
e. Kriteria peserta;
f. Kesesuaian sarana dan prasarana;
g. Sistem evaluasi Pre test dan Post test dan evaluasi pasca diklat.
5) Unit Pendidikan/ Sekolah/ Akademi
a. Pelayanan Tridarma perguruan tinggi;
- Proses belajar mengajar
- Penelitian
- Pengabdian masyarakat
b. Penerimaan masyarakat baru (animo masyarakat, daya
tampung);
c. Kesesuian program studi dengan kebutuhan dunia usaha
industri;
d. Kurikulum dan Silabi yang diberikan sudah mencerminkan
pendidikan Vokasi (teori 40 % : praktek 60 %);
e. Kompetensi Dosen;
f. Sistem Ujian Akhir;
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
26
g. Evaluasi pasca pendidikan (alumni) yang diterima pada dunia
usaha industri.
6) Dana Dekonsentrasi
a. Keterkaitan program dan kegiatan Dinas Perindag dengan
pengembangan klaster industri dan kompetensi inti daerah;
b. Pelaksanaan Diklat teknis/ magang;
c. Pameran/ publikasi dan promosi;
d. Pemberdayaan Penyuluh Perindag;
e. Updating dan analisa data IKM;
f. Bimbingan teknis pada IKM.
Pengawasan aspek program juga dilakukan terhadap (1)
pengelolaan Sumber Daya manusia, dengan mengaudit Rencana
kebutuhan pegawai secara kualitatif dan kuantitatif sesuai beban unit
kerja, Penataan dan penempatan pegawai sesuai deengan kompetensinya,
Penegakkan disiplin pegawai (penghargaan dan sanksi), Implementasi pola
pengembangan karir, mutasi diklat dan magang, Pembinaan jabatan
fungsional, kepangkatan dan jabatan, Tertib administrasi, cuti, gaji
berkala, DP3, pemberhentian dan pemensiunan pegawai. (2) Pengawasan
Sistem/Prosedur Kerja (SOP), dengan mengaudit SOP Penyusunan
program, Pengelolaan anggaran, Pengelolaan PNBP, Pengadaan
barang/jasa, Pengelolaan BMN, Pengelolaan Kepegawaian, Pengelolaan
Persuratan, Pengelolaan dokumentasi / arsip, Pelaporan, dan SOP
Pelayanan publik.
Pengawasan Anggaran/Keuangan, dengan mengaudit kesesuaian
ketertiban pelaksanaan anggaran/keuangan dengan Standar Akuntansi
Pemerintah, termasuk audit pengadaan barang dan jasa serta
Pengawasan Barang Milik Negara, dengan mengaudit analisis kebutuhan
BMN, Pencatatan dan Inventarisasi BMN, Sistem pengamanan terhadap
penyimpanan BMN, Prosedur Penghapusan BMN.
Pengawasan aspek Pelayanan Publik, denganMonitoring dan audit
penerapan e-licensing, Evaluasi penerapan sistem integritas pelayanan
publik dan Monitoring penerapan praktek anti korupsi.
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
27
B. STRATEGI PENGAWASANDalam rangka pelaksanaan kebijakan pengawasan dan pencapaian sasaran
yang telah ditetapkan, maka ditetapkan strategi pengawasan sebagai berikut:
1. Strategi PokokPenyelenggaraan pengawasan mengutamakanpengawasan preventif dan
preemtif dengan fokus pembinaan, advokasi, pendampingan, dan
pengendalian pada setiap tahapan kegiatan melalui efektifitas proses tata
kelola yang baik (good governance processes) danmanajemen risiko (risk
management), dengan fokus :
a. Meningkatkan kualitas pengawasan dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi auditi sesuai dengan kebijakan, program, kegiatan dan sasaran
yang ditetapkan serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
b. Meningkatkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
pembangunan industri nasional;
c. Mendorong percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan;
d. Meningkatkan koordinasi, sinkronisasi, dan sinergi dengan seluruh
aparat pengawasan;
e. Meningkatkan profesionalisme dan indepedensi aparat pengawasan;
f. Meningkatkan budaya pengawasan di lingkungan Kementerian
Perindustrian;
g. Menerapkan standar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008.
2. Strategi OperasionalDalam penyelenggaraan pengawasan, dilaksanakan strategi
operasionalsebagai berikut :
a. Melakukan pengawasan preemtif dengan membangun kesadaran dan
kompetensi SDM untuk mencegah timbulnya moral hazard, melalui
sosialisasi ketentuan dan peraturan perundangan, peningkatan
kemampuan SDM (capacity building dan character building) serta
pelaksanaan inspeksi mendadak(sidak).
b. Melakukan pengawasan preventif dengan membangun norma,
standard, prosedur dan kriteria (NSPK) pelaksanaan kegiatan dan
langkah antisipasinya melalui early warning system, survey,
penyusunan juklak, juknis, SOP, standar kinerja berbasis KPI dan
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
28
produktifitas, Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), kode etik
pelayanan publik, yang antara lain diimplementasikan dalam
pembentukan dan pemberdayaan Unit Layanan Pengadaan (ULP),
Sistem Pengendalian Intern (SPI) Keuangan dan Program, Penilaian
Kinerja berbasis KPI dan produktifitas, Klinik Itjen, serta advokasi
pelaksanaan kegiatan.
c. Melakukan Pengawasan Represif untuk menjamin pelaksanaan
kegiatan sesuai rencana dan peraturan yang berlaku, yang
dilaksanakan melalui pengawasan dan pemeriksaan unit kerja meliputi
audit kinerja, review, monev pelaksanaan KIN (Peta Panduan), evaluasi
kebijakan, tindak lanjut hasil audit, serta dilaksanakan melalui
pemeriksaan khusus meliputi audit resiko, audit aduan masyarakat,
verifikasi hasil audit eksternal dan audit untuk tujuan tertentu.
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
29
C. Program dan Kegiatan PengawasanUntuk merealisasikan visi, misi, dan sasaran strategis seperti diuraikan
di atas, dilaksanakan berbagai kegiatan pengawasan secara
berkesinambungan. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara PPN/Kepala
Bappenas Nomor: 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Renstra-KL
2010-2014, maka program yang melingkupi kegiatan-kegiatan Inspektorat
Jenderal Kementerian Perindustrian adalah Program Pengawasan danPeningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perindustrian.
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur
Kementerian Perindustrianbertujuan untuk menjamin agar pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian berjalan sesuai dengan
rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan, mendukung
penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, trasnparan, akuntabel,
bersih dan bebas dari KKN, serta mewujudkan Good Governance dan Clean
Government, dengan indikator keberhasilan program (IKU), yaitu: 1)
tersusunnya norma, standar, kriteria dan prosedur pengawasan yang efektif,
2) tersedianya hasil pengawasan yang berkualitas, 3) tersedianya jumlah dan
kualifikasi aparat pengawas yang optimal, 4) tercapainya peningkatan
akuntabilitas, transparansi, efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program.
Program tersebut dilaksanakan melalui kegiatanPeningkatanPengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program PengembanganIndustri Inspektorat IV.
Kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan efektifitas, efisiensi dan
akuntabilitas pelaksanaan tugas unit kerja dalam mewujudkan sasaran
kinerja yang telah ditetapkan oleh Unit Kerja dalam cakupan tugas
Inspektorat IV yang meliputi Direktorat Jenderal Industri Kecil dan
Menengah (termasuk BPIPI Sidoarjo), Direktorat Jenderal Industri Logam,
Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Inspektorat Jenderal, Balai Besar
Industri Hasil Perkebunan (BBIHP), Balai Besar Tekstil (BBT), Balai Besar
Kimia Kemasan (BBKK) Baristand Industri Manado, Baristand Industri
Palembang, Balai Diklat Industri Denpasar, Balai Diklat Industri Surabaya,
dan Unit Pendidikancakupan tugas Inspektorat IV yaitu Politeknik-ATK
Yogyakarta, Politeknik-ATI Makassar, SMK-SMTI Makassar, SMK-SMTI
Yogyakarta, serta Dekonsentrasi meliputi Prov. NAD, Prov. Jambi, Prov. Riau,
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
30
Prov.D.I. Yogyakarta, Prov. Kalimantan Selatan, Prov. Sulawesi Tenggara,
Prov. Jawa Barat, dan Prov. Papua Barat.
Sasaran dari kegiatan ini adalah :
1) Terlaksananya Pengawasan kinerja pada unit/Satker pusat/vertikal, dan
dekonsentrasi dalam cakupan tugas Inspektorat IV, dengan indikator
kinerja kegiatan (IKK) laporan hasil pengawasan kinerja.
2) Terlaksananya Pengawasan/Pemeriksaan khusus dalam cakupan tugas
Inspektorat IV, dengan indikator kinerja kegiatan (IKK) laporan hasil
Pengawasan/Pemeriksaan khusus.
3) Terlaksananya Review Laporan Keuangan/BMN dan perencanaan
program dan keuangan unit kerja Pusat/Vertikal dalam cakupan tugas
Inspektorat IV, dengan indikator kinerja kegiatan (IKK) laporan hasil
Review unit kerja Pusat/Vertikal.
4) Terlaksananya Evaluasi dan pemantauan pelaksanaan
kebijakan/program pengembangan industri dalam cakupan tugas
Inspektorat IV, dengan indikator kinerja kegiatan (IKK) laporan hasil
evaluasi pelaksanaan kebijakan/program pengembangan industri.
5) Meningkatnya akuntabilitas kinerja pelaksanaan kegiatan Pengawasan
Inspektorat IV, dengan indikator kinerja kegiatan (IKK) Laporan
akuntabilitas pelaksanaan kegiatan Inspektorat IV.
Agar perubahan paradigma pengawasan dapat berjalan dengan baik
dan sasaran yang telah ditetapkan secara bertahap dapat dicapai, diperlukan
peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan program pengawasan serta
dukungan anggaran yang memadai. Untuk itu telah dirumuskan program,
kegiatan dan kebutuhan minimal anggaran pengawasan Inspektorat Jenderal
dalam kurun waktu 2015 s/d 2019 sebagaimana matriks kinerja dan
pendanaan Inspektorat IV.
(sesuai adik dan
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
31
Matriks Kinerja dan Pendanaan Inspektorat IV
KodeSS
Outcome/Sasaran Strategis
(SS)Program/Kegiatan Kode
IKSSIndikator KinerjaSasaran Strategis
(IKSS)
Target Alokasi (Rp. Juta)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6 (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14 (15)
S1 Meningkatnyaefektifitas, efesiensi,dan ketaatanterhadap peraturanperundang-undangan
Peningkatan Pengawasandan AkuntabilitasPelaksanaan ProgramPengembangan IndustriInspektorat IV, dengankegiatan pendukung:
1. Layanan AuditInspektorat IV (Auditunit pusat dan unitvertikal, audit danadekonsentrasi, auditdengan tujuantertentu, dan audittematik)
2. Layanan ReviuInspektorat IV (ReviuLaporan Keuangandan BMN serta ReviuRencana Kerja danAnggaran)
3. Layanan ManajemenPengawasan
IK 1.1 Prosentase laporanLaporan KeuanganSatuan Kerja sesuaidengan SAP danperaturanperundangan-undangan
-90 90 92 92 766 730 543 571 600
IK 1.2 Prosentase temuanBPK di bawahmateriality tresshold
- <3 <3 <3 <3 292 300 116 379 385
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
32
KodeSS
Outcome/Sasaran Strategis
(SS)Program/Kegiatan Kode
IKSSIndikator KinerjaSasaran Strategis
(IKSS)
Target Alokasi (Rp. Juta)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6 (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14 (15)
S2 MeningkatnyaAkuntabilitaspelaksanaankebijakan programdan pengendalianinternal
Kegiatan Pendukung:
Layanan Monev SAKIPdan Layanan DokumenAkuntabilitasInspektorat IV
4.
IK 2.1 Persentase nilai rata-rata SAKIP unitEselon I minimal B
- 78 89 100 100 7,8 16,4 16,8 35 35
Layanan Monitoringdan EvaluasiPelaksanaan KebijakanIndustri KementerianPerindsutrian
IK 2.2 Jumlah rekomendasiperbaikan kebijakanindustri dan/atautata kelola
- 1 1 1 1 962 785 367 510 750
IK.2.3 Jumlah pengawasaninternal yangdilaksanakanterhadap unit pusat,unit vertikal dan danadekonsentrasiPerindustrian sesuaidengan ketentuanyang berlaku.
- - 23 23 23 778 1487 1573 1692 1825
LAMPIRAN PERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR 68/IJ-IND/KEP/06/2017TENTANGPERUBAHAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT IV TAHUN 2015 - 2019
33
BAB IVPENUTUP
Tuntutan masyarakatdalam lima tahun ke depan semakin tinggi
terhadap kualitas dan akuntabilitas kinerja aparatur serta mengharapkan
perilaku aparatur yang bersih dan bebas dari KKN. Oleh karena itu
pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen adalah untuk meyakinkan
dan menjamin bahwa program dan kegiatan dari aparatur kementerian
Perindustrian telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan kebijakan
yang digariskan serta dilaksanakan sesuai ketentuan perundangan yang
berlaku. Hasil pengawasan selanjutnya digunakan sebagai umpan balik bagi
penyempurnaan Kebijakan dan penyusunan Program/kegiatan.
Sesuai perkembangan tata kelola pemerintahan dan reformasi
birokrasi dan mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Perindustrian Tahun 2015 – 2019 serta Kebijakan Pengawasan Inspektorat
Jenderal, maka disusunlah Renstra Inspektorat Jenderal Kementerian
Perindustrian 2015 – 2019, yang dijadikan landasan bagi aparat pengawasan
intern untuk memberi nilai tambah dan menjamin pelaksanaan program dan
kegiatan pengembangan industri berjalan secara efisien, efektif, transparan
dan akuntabel dalam rangka mewujudkan visi Inspektorat Jenderal sebagai
mitra kerja dan penjamin mutu pencapaian sasaran pembangunan industri.
Dalam rangka mengambil peran tersebut, telah ditetapkan sasaran
pengawasan, antara lain mempertahankan opini WTP atas laporan Keuangan
Kementerian Perindustrian, mewujudkan pencapaian KPI (Key Performance
Indicators) program dan kegiatan Kementerian Perindustrian, Terwujudnya
reformasi birokrasi, Terwujudnya efektifitas restrukturisasi organisasidan
Tersedianya masukan rekomendasi (feedback) terhadap pelaksanaan
program/kegiatan dan perumusan kebijakan pembangunan industri. Untuk
dapat mencapai sasaran-sasaran strategis tersebut telah ditetapkan arah
kebijakan, strategi, program dan kegiatan, target capaian serta indikatif
pendanaannya yang dituangkan dalam renstra.
Rencana Strategis Inspektorat IV ini menjadi acuan bagi jajaran
aparatur Inspektorat IV Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan
Tugas dan Fungsinya lima tahun ke depan.
LAMPIRAN VLAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERALNOMOR /IJ-IND/KEP/12/2017TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIANTAHUN 2015-2019
BAB IPENDAHULUAN
A. KONDISI UMUM
Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 17 tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 –
2025, disebutkan bahwa struktur perekonomian diperkuat dengan
mendudukkan sektor industri sebagai motor penggerak untuk
mewujudkan ketahanan ekonomi yang tangguh. Arah pembangunan
industri difokuskan pada perwujudan industri yang berdaya saing
dengan struktur industri yang sehat dan berkeadilan. Untuk itulah,
sebagai lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
perindustrian sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 3 Tahun
2014 disusunlah visi, misi pembangunan industri yang akan dicapai
melalui rencana strategis Inspektorat Jenderal Kementerian
Perindustrian 2015 – 2019. Oleh karena itu, visi pembangunan
industri 2015 – 2019 adalah: “Indonesia Menjadi Negara Yang berdaya
Saing Dengan Struktur Industri Yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya
Alam Dan Berkeadilan”.
Upaya Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian dalam
rangka mewujudkan visi dan misi yang ditetapkan tidak terlepas dari
unsur perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan yang
terstruktur, serta tidak lepas dari fungsi pengawasan yang efektif.
Sekretariat Inspektorat Jenderal sebagai unit pengawasan internal
Inspektorat Jenderal, memiliki fungsi yang sangat strategis dalam
mendukung pembangunan industri. Sesuai dengan Instruksi Presiden
Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, maka Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian
Perindustrian menyusun Rencana Strategis (Renstra) sebagai bentuk
penjabaran dari tugas dan fungsi pengawasan pembangunan industri
agar tetap sejalan dengan arah dan kebijakan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional dibidang industri. Rencana Strategis ini
-2-
merupakan pedoman bagi unit-unit di lingkungan Sekretariat
Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian agar dapat
melakukan sinkronisasi dan terjalin sinergi terhadap kegiatan
pengawasan baik di lingkup pusat maupun daerah.
B. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Sesuai dengan perkembangan tata kelola pemerintahan dan
reformasi birokrasi, Sekretariat Inspektorat Jenderal telah
mencanangkan perubahan Paradigma Pengawasan, secara bertahap
diubah dari Post-Audit (watch dog) menjadi pembinaan, advokasi,
pendampingan, pengendalian (counseling partner) dan ke depan
menjadi Penjamin Mutu (quality assurance).
Bagan 1. Paradigma Pengawasan
Dengan paradigma baru tersebut, nilai-nilai pengawasan yang
independen, objektif, akuntabel, dan transparan harus selalu
dikedepankan, sehingga indikator keberhasilan pengawasan intern
diukur bukan dari jumlah temuan, tetapi dari ukuran sejauh mana
dapat membantu seluruh entitas kerja di lingkungan Inspektorat
Jenderal Kementerian Perindustrian dalam mengatasi permasalahan
yang timbul, meliputi aspek pengelolaan resiko, control, dan tata
proses yang baik.
Langkah-langkah operasionalisasi perubahan paradigma
tersebut, pengawasan dimulai dari tahap perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan, sampai dengan hasil yang diperoleh,
dengan mengedepankan pengawasan pre-emtif dalam rangka
Dengan paradigma baru, ukuran keberhasilan APIP bukan dari JUMLAH TEMUAN tetapi dari ukuran sejauhmana dapat membantu manajemen mengatasi permasalahan yang timbul. Permasalahan tersebut meliputiaspek pengelolaan risiko, kontrol, dan tata-proses yang baik, yang pada akhirnya membantu manajemenrisiko.
Values Pengawasan :1. Transparan 2. Obyektif 3. Independen 4. Akuntabel
“ WATCH DOG “• Pendekatan Birokrasi
• Berorientasi menghukum
• Instruktif
• Kurang memberi solusi
• Kurang memberikesempatan kepadaauditan untuk menjelaskansesuatu
COUNSELING PARTNER
• Koordinatif
• Partisipatif
• Konsultatif dalammemberikan solusi atasmasalah dan hambatanyang dihadapi gunamencapai tujuan
QUALITY ASSURANCE &COUNSELING PARTNER
Menghantar unit kerjauntuk meningkatkan
produktifitas dan kualitaskinerja sesuai rencana dan
ketentuan.
MASA LALU S.D. TAHUN 2010 MULAI TAHUN 2011
-3-
membangun dan meningkatkan kesadaran taat azas untuk mencegah
timbulnya moral hazard, dengan sosialisasi ketentuan dan peraturan
perundangan, character building, pengembangan motivasi, penerbitan
buletin pengawasan, membangun sistem pengawasan berbasis web,
penegakan reward and punishment, dan pengawasan preventif untuk
membangun sistem pengendalian intern melalui penyusunan dan
penerapan SOP, juklak, juknis, standar kinerja, Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP), kode etik pelayanan publik, yang antara lain
diimplementasikan dalam pembentukan Unit Layanan Pengadaan
(ULP), Sistem Pengendalian Intern (SPI), Penilaian Kinerja berbasis KPI
dan produktifitas, Klinik Itjen, Reviu RKA/KL, Penilai SAKIP,
Pencanangan Whistle Blower System, dan sebagainya.
Perubahan paradigma pengawasan tersebut diyakini secara
bertahap akan mencapai hasil yang diharapkan, mengingat persamaan
visi, persepsi untuk segera memajukan industri nasional yang
didukung oleh komitmen, kebersamaan, teamwork, network seluruh
aparat auditor dan upaya-upaya peningkatan kuantitas, kapasitas,
kompetensi serta profesionalitasnya. Oleh karenanya seluruh entitas
kerja di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian
secara simultan juga perlu melakukan perubahan ke arah yang lebih
baik dengan bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja tuntas, dan bekerja
ikhlas.
Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan, Sekretariat
Inspektorat Jenderal telah melaksanakan serangkaian program dan
kegiatan sebagaimana yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra)
Sekretariat Inspektorat Jenderal Inspektorat Jenderal Kementerian
Perindustrian tahun 2009 – 2014.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja Sekretariat Inspektorat
Jenderal, secara umum dapat dikemukakan capaian kinerja sebagai
berikut:
1. Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian berhasil
mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari
BPK atas Laporan Keuangan dan BMN Tahun 2016.
2. Telah dihasilkan 4 (empat) paket masukan dan rekomendasi
perbaikan pelaksanaan kebijakan/program pengembangan
industri kepada stakeholder.
-4-
3. Meningkatnya budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan
staf dimana 12 unit kerja telah menyusun peta risiko dan
melaksanakan pengendalian terhadap risiko tersebut.
4. Penyelesaian temuan yang harus ditindaklanjuti berdasarkan
hasil pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian
Perindustrian pada tahun 2016 telah terselesaikan sebanyak
1.779 temuan dari total temuan sebanyak 2.009 temuan
(88,55%).
5. Kepatuhan unit kerja dalam melaksanakan pelayanan publik
sesuai standar pelayanan minimum mencapai sebesar 80,18
persen.
6. Meningkatnya Sistem Pengendalian Intern pada unit kerja
dimana 27 satker telah menyusun Peta Risiko dan melakukan
pengendalian atas risiko tersebut.
7. Meningkatnya kualitas SDM pengawasan, dimana sebanyak
97,25 persen pegawai Itjen mendapatkan pelatihan
peningkatan kualitas SDM sesuai kebutuhan.
8. Pada tahun 2014 Inspektorat Jenderal juga telah berhasil
meningkatkan kapabilitas APIP berdasarkan model IACM
(Internal Audit Capability Model) dari level 1 menjadi level 2
dengan melakukan beberapa perbaikan peran dan layanan
APIP, pengelolaan SDM, praktek profesional, akuntabilitas dan
manajemen kinerja, budaya dan hubungan organisasi serta
struktur tata kelola.
9. Pada tahun 2016 telah dilakukan monitoring dan evaluasi
terhadap atase perindustrian di luar negeri sebanyak 3
kegiatan serta monitoring dan evaluasi terhadap
penyusunan/pengumpulan/pengolahan/updating/analisa data
dan statistik sebanyak 1 kegiatan.
10. Koordinasi pengawasan telah dilakukan dengan Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam rangka
penyusunan Program Kerja Pemeriksaan Tahunan (PKPT) dan
Pemutakhiran Data Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan serta
dengan BPKP dalam rangka penyusunan Pedoman Pelaksanaan
Reviu Laporan Keuangan di lingkungan Kementerian
Perindustrian, Pedoman Monitoring dan Evaluasi atas
-5-
Pelayanan Publik di lingkungan Kementerian Perindustrian,
dan Pedoman Pelaksanaan Audit Kinerja : Pedoman Survei
Pendahuluan.
11. Sekretariat Inspektorat Jenderal Inspektorat Jenderal
Kementerian Perindustrian pada tahun 2013 telah berhasil
melaksanakan audit surveilance sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2008.
12. Dalam rangka pemberian informasi dan peningkatan
pengetahuan dan kompetensi aparat pengawas intern
Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian, pada tahun
2016 telah diterbitkan majalah “Solusi” sebanyak 2 kali
penerbitan.
13. Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi, Inspektorat Jenderal telah melakukan penataan arsip di
lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian
sesuai dengan ketentuan Arsip Nasional.
14. Pengaduan Masyarakat yang disampaikan melalui klinik
konsultasi Sekretariat Inspektorat Jenderal yang telah ditindak
lanjuti.
NoJenis
LaporanPengaduan
PenjelasanPengaduan
Status TindakLanjut
[Sudah/Belum]Penjelasan
Tindak Lanjut
1 PelayananPublik
Penyampaian permasalahandalam rangka pembinaan untukkemajuan Inspektorat JenderalKementerian Perindustrian
Sudah Seluruh pegawai di lingkunganInspektorat Jenderal KementerianPerindustrian dapat mengajukanpertanyaan untuk dikonsultasikan
2 Keuangandan BMN
Pemberian SPD kepada pegawaiyang diundang oleh instansi diluar kota
Sudah Kepada yang bersangkutan tetapdiberikan SPD, namun komponen biayayang diberikan hanya sebatas pada biayatransport
Penggunaan MAK 524119 atau524111 untuk menghadiri rapatpaket meeting luar kota
Sudah Untuk menghadiri paket meeting luarkota digunakan akun/ MAK 524119sedangkan akun/MAK 524111digunakan untuk Perjalanan biasa dalamrangka pelaksanaan tugas dan fungsiinstitusi
Asuransi dan biaya visa perjadinluar negeri
Sudah Untuk biaya asuransi Perjalanan DinasLuar Negeri, sepanjang didukung denganPeraturan Perundang-undangan (PMK97/PMK.05/2010) dapat dianggarkandalam penyusunan anggaran ke dalamdetail Belanja Perjalanan Biasa-LuarNegeri akun 524211. Apabila ada Negarayang memungut pengurusan visa dapatdianggarkan dalam detail akun 524211tersebut.
-6-
NoJenis
LaporanPengaduan
PenjelasanPengaduan
Status TindakLanjut
[Sudah/Belum]Penjelasan
Tindak Lanjut
Laporan rincian biaya SPPDantara Satker dan Pusat
Sudah Berkaitan dengan pembayaran SPPD,sesuai dengan PMK No.113 tahun 2012komponen dari pembayaran SPPD terdiridari 6 komponen yaitu: uang harian,biaya transpor, biaya penginapan, uangrepresentasi (untuk pejabat eselon I-II),sewa kendaraan dalam kota dan/ataubiaya menjemput/mengantar jenazah.Adapun biaya transport menggunakanangkutan udara terdiri dari tiket pesawatPP dan biaya taksi transpot tempatkedudukan sampai tempat tujuankeberangkatan dan kepulangan
Satker Pendidikan yangMengadakan Diklat di lingkungankerja
Sudah Uang Transport dapat diberikan apabilakegiatan diklat dilakukan di luar kantor,tidak dapat diberikan di dalam kompleksatker/perkantoran sendiri
3 PengadaanBarang/Jasa
Ditjen IKM mengadakanworkshop/pelatihan denganmenunjuk BBTPPI sebagaipelaksana pelatihan
Sudah BBTPPI diperbolehkan melaksanakanpelatihan karena sesuai dengankompetensi yang dimiliki. Untukpelaksanaannya agar dibuat MoU antaraDitjen IKM dan BBTPPI
Bantuan peralatan mesin dariDitjen BIM kepada Balai BesarTekstil namun BA serah terimabelum dibuat
Sudah Serah terima peralatan bisa dilakukanlangsung dari Ditjen BIM ke BBT, dandiketahui oleh BPKIMI selaku unit eselonI dari BBT
Alokasi anggaran Uji cobaLapangan Blok Rem Kereta danKomponis Polimer Non Asbetosoleh B4T di dalam DIPAdidasarkan pada paket perkerjaandi Ditjen IUBTT namunpelaksanaannya dilakukan secaraswakelola oleh B4T
Sudah B4T dalam hal ini diperbolehkanmelaksanakan pekerjaan tersebut karenasesuai kompetensi yang dimiliki,disamping status B4T yang telahberbentuk BLU. Untuk pelaksanaannyaagar dibuat MoU.
Biro Perencanaan ikutberpartisipasi dalam kegiatanpameran INTECH di Osaka,Jepang dengan menunjukperusahaan yang sesuai dengankualifikasi namun EO yangditunjuk tidak sesuai dengankualifikasi
Sudah Penunjukan penyedia barang/jasa harussesuai dengan kualifikasi usahanya.Seharusnya memang dilaksanakan olehperusahaan tersendiri di luar EO karenaEO dalam hal ini tidak memilikikualifikasi untuk pekerjaan dimaksud.
Penyalahgunaan dana programCSR sebesar Rp 3 milyar untukmasyarakat Kecamatan Lhokngadan Leupung
Tidak Tidak dilanjuti karena tidak menyangkutinstitusi di lingkungan InspektoratJenderal Kementerian Perindustrian
Ditjen KII akan menyelenggarakanpameran di Arab Saudi.Pelaksanaannya biasanyadilakukan oleh EO di negaratersebut namun tahun ini EOtersebut tidak mau lagimemberikan jaminan. Merekamenginginkan pemberian jaminankepada ITPC
Sudah Ditjen KII bekerja sama dengan ITPCuntuk bertindak sebagai penjamin dariEO di Indonesia. Jaminan dari ITPCtersebut yang akan dijadikan dasardalam pembuatan kontrak dengan EO diIndonesia
4 PerencanaanProgram
Pemanfaatan implementasi SMMISO
Sudah hasil audit internal/eksternal SMM ISO,boleh-boleh saja menjadi salah satusumber informasi, namun bukanmerupakan satu-satunya sumberinformasi. Karena banyak sumberinformasi lainnya yang digunakan dalammelaksanakan audit oleh SekretariatInspektorat Jenderal
5 SPIP Direktorat Industri Elektronika Sudah Agar tidak terjadi conflict of Intertest pada
-7-
NoJenis
LaporanPengaduan
PenjelasanPengaduan
Status TindakLanjut
[Sudah/Belum]Penjelasan
Tindak Lanjut
dan Telematika IUBTT akanmenyelenggarakan pengembanganpusat pengembangan industri ITdi BDI Bali. Salah satu anggotatim teknis diantaranya dari Itjenuntuk melakukan pengawalankegiatan tersebut
diri anggota tim teknis dari Itjen,disarankan untuk tidakmengikutsertakan Itjen padakeanggotaan Tim Teknis tersebut. Untukpengawalan disarankan berkonsultasidengan auditor Itjen bila menghadapihal-hal yang meragukan
6 Kepegawaian Seorang pejabat di Balai Batikmerangkap menjadi komisaris disuatu perusahaan swasta
Sudah Dalam PP No. 53 tahun 2010 tentangDisiplin PNS tidak ada ketentuanyangmengatur bahwa PNS dilarang menjadiKomisaris di suatu perusahaansepanjang tidak melanggar aturanDisiplin PNS
Adakah fungsional instruktur diIsnpektorat Jenderal KementerianPerindustrian
Sudah Di lingkungan Inspektorat JederalKementerian Perindustrian JabatanFungsional Instruktur biasanya beradadi Balai Diklat Industri, denganpembinanya berada diPusdiklat.Pembinaan jabatan fungsionalinstruktur pada umumnya sama denganpembinaan terhadap jabatan fungsionallainnya, hanya cakupan tugas yangberbeda dalam penilaian terhadap angkakredit sebagai bagian dari kinerja yangbersangkutan.
PAK Auditor Kepegawaian Sudah Bahwa jabatan fungsional AuditorKepegawaian bukan untuk APIP yangada di Sekretariat Inspektorat Jenderal.Jabatan Fungsional Auditor di Itjen tidakserumpun dengan jabatan FungsionalKepegawaian
Implementasi Peraturan MenteriPerindustrian No. 91 tahun 2007tentang Pedoman Mutasi Jabatandan Pengembangan KarierPegawai KementerianPerindustrian
Sudah Peraturan Menteri Perindustrian No. 91tahun 2007 tentang Pedoman MutasiJabatan dan Pengembangan KarierPegawai Kementerian Perindustrianketika dikeluarkan dimaksudkan untukmemberikan kepastian pengembangankarier bagi PNS di lingkunganInspektorat Jenderal KementerianPerindustrian, terutama bagi PNS yangrekrutmennya setelah tahun 2007.Namun kenyataannya penerapanpedoman tersebut sulitdiimplementasikan karena berbagaifaktor penyebab. Oleh karena ituPeraturan Menteri Perindustrian tersebutakan ditinjau ulang dan ini merupakanpekerjaan rumah yang perludiperhatikan oleh Biro Kepegawaian.
Apakah Daftar Urut Kepangkatan(DUK) sudah tidak berlaku
Sudah Daftar Urut Kepangkatan (DUK) sampaisaat ini masih berlaku. Terkait denganpromosi jabatan, DUK hanya merupakansalah satu bahan pertimbangan bagipimpinan untuk menempatkan seorangPNS dalam jabatan tertentu.Sesuaidengan pasal 33 PP No. 99 tahun 2000jo. PP No. 12 tahun 2002, dinyatakanbahwa “PNS yang berpangkat lebihrendah tidak boleh membawahi PNSyang berpangkat lebih tinggi, kecualimembawahi PNS yang mendudukijabatan fungsional tertentu”.
-8-
11. Program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Sekretariat
Inspektorat Jenderal selama periode tahun 2010 – 2014 dengan
hasil sebagai berikut:
a. Kegiatan peningkatan pengawasan dan akuntabilitas
pelaksanaan program pengembangan industry;
1) Laporan keuangan dan BMN satuan kerja yang handal,
2) Berkurangnya temuan berulang setiap tahun,
3) Tersedianya rekomendasi perbaikan kebijakan/ program
pengembangan industri,
4) Tersedianya sarana prasarana pengawasan,
b. Kegiatan dukungan manajemen, pembinaan, pemantauan
tindak lanjut hasil pengawasan serta dukungan teknis
lainnya;
1) Terlaksananya penyusunan program dan evaluasi program
pengawasan,
2) Terlaksananya pembinaan dan konsultasi pengawasan,
3) Meningkatnya penyelesaian tindak lanjut atas temuan
hasil pengawasan,
4) Terlaksananya layanan manajemen pengawasan.
Program dan kegiatan tersebut di atas merupakan penjabaran
dari program prioritas Inspektorat Kementerian Perindustrian, kontrak
kinerja Sekretaris Jenderal, dan program prioritas Sekretariat
Inspektorat Jenderal. Untuk mengukur tingkat keberhasilan dari
pelaksanaan program dan kegiatan, di dalam Renstra Inspektorat
Jenderal Kementerian Perindustrian juga telah ditetapkan sasaran-
sasaran strategis beserta indikator kinerja utama (IKU) yang bersifat
kuantitatif dari masing-masing sasaran strategis.
Potensi yang ada pada Sekretariat Inspektorat Jenderal dapat
dilihat pada tabel berikut:
Kekuatan Peluang
1. SDM APIP adalah sumber daya
yang terdidik dan terseleksi.
2. Internal Audit Capability Model
(IACM) mencapai level 2
3. Struktur organisasi mampu
mendukung pelaksanaan tugas
1. Respon positif terhadap
kinerja Sekretariat
Inspektorat Jenderal dalam
rangka meningkatkan
hubungan pengawasan
yang bersifat konsultatif
-9-
pokok dan fungsi
4. Peraturan perundang-
undangan dan prosedur
pengawasan yang dinamis dan
memadai.
5. Sistem manajemen mutu (ISO
9001:2008)
6. Regenerasi Auditor
dan pembinaan (mitra
kerja)
2. SPIP dan Zona Integritas
yang mendorong
peningkatan fungsi
Sekretariat Inspektorat
Jenderal
3. Pemberantasan KKN oleh
pemerintah yang konsisten
dan berkelanjutan.
4. Kerjasama dengan pihak-
pihak terkait yang
menunjang tugas
pengawasan
Kelemahan yang ada pada Sekretariat Inspektorat Jenderal
dapat dipetakan sebagai berikut:
Kelemahan Tantangan
1. Paradigma Watchdog masih
melekat pada satuan kerja atau
auditor
2. Transfer knowledge auditor
senior dan calon auditor tidak
merata
3. Terbatasnya ketersediaan waktu
auditor untuk mengembangkan
kompetensi
1. Stake holder belum dapatmemahami sepenuhnya visi,misi dan paradigmapengawasan
2. Penerapan SPIP belumsepenuhnya dilakukan
3. Pembenahan sistempengawasan tidak seiringdengan pembenahanpenganggaran, pelaksanaanprogram sehingga pengawasanhanya dianggap sebagaiformalitas pelaksanaankegiatan.
4. Reward and punishmentterhadap kinerja SDMpengawasan tidak sebandingdengan tugas dan tanggungjawab.
Berdasarkan analisa SWOT terhadap kondisi tersebut di atas,
maka dirumuskan kunci keberhasilan sebagai berikut:
-10-
a. Pemerataan auditor/calon auditor sehingga pengalaman dan
transfer knowledge lebih efektif;
b. Mengefektifkan fungsi organisasi untuk memanfaatkan respon
positif terhadap fungsi pengawasan;
c. Mengoptimalkan keahlian auditor untuk meningkatkan
akuntabilitas kinerja pemerintah;
d. Mengefektifkan peran auditor dalam mengembangkan,
sosialisasi visi, misi dan paradigm pengawasan;
e. Mengefektifkan peran auditor dalam mendorong impelementasi
SPIP dan pelaksanaan Zona Integritas;
f. Mengefektifkan fungsi auditor sebagai sarana konsultasi dan
pengawalan terhadap program pembangunan industri;
g. Mengefektifkan fungsi pengawasan untuk mendorong
akuntabilitas pelaksaaan program sejak dari perencanaan;
h. Mengembangkan kompetensi SDM APIP untuk peningkatan
jasa layanan konsultasi, ketaatan, efisien, efektif dan ekonomis;
i. Perencanaan audit berbasis resiko yang dilaksanakan pada
skala prioritas beresiko tinggi;
j. Mengembangkan kebijakan, sistem dan prosedur pengawasan;
k. Mengevaluasi komitmen pimpinan bahwa APIP merupakan
bagian dari komponen tim manajemen Inspektorat Jenderal
Kementerian Perindustrian.
12. Adapun kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Sekretariat
Inspektorat Jenderal periode tahun 2017-2019 adalah sebagai berikut:
a. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan;
b. Forum Koordinasi Data Hasil Pemeriksaan Internal;
c. Analisa dan Evaluasi Pelaporan Hasil Pengawasan;
d. Pembinaan dan Pengawasan Inspektorat Jenderal;
e. Pelayanan Konsultasi dan Penguatan Pengawasan Inspektorat
Jenderal;
f. Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran;
g. Penyusunan Perjanjian Kinerja Dan Rencana Kinerja;
h. Evaluasi Pelaksanaan Program Pengawasan Inspektorat
Jenderal;
i. Workshop Reviu Laporan Keuangan dan BMN Berbasis Akrual;
j. Koordinasi Pengembangan SDM;
k. Kegiatan Capacity Building Pegawai Inspektorat Jenderal;
-11-
l. Diklat Pengembangan SDM Inspektorat Jenderal;
m. Assesment ASN Inspektorat Jenderal;
n. Penatausahaan Urusan Kepegawaian;
o. Penataan Sistem Informasi;
p. Penyusunan Majalah “Solusi”;
q. Koordinasi dalam rangka Penyusunan Pedoman Kebijakan
Pengawasan;
r. FGD Penyusunan Konsep Pedoman dan Kebijakan Pengawasan
(4 pedoman pengawasan);
s. FGD Penyusunan Konsep Pedoman dan Kebijakan Pengawasan
lainnya;
t. Koordinasi Dalam Rangka Penyusunan SOP dan Penilaian
Sistem Manajemen Mutu (SMM);
u. Evaluasi Penerapan SMM;
v. Reviu/Audit Internal Penerapan SMM;
w. Audit Surveillance SMM;
x. Penyusunan/Penyempurnaan SOP;
y. Penyelesaian Pertanggungjawaban Keuangan dan BMN;
z. Penyusunan Laporan Keuangan dan BMN;
aa. Penyusunan Laporan Pengawasan dan Pengendalian
Inspektorat Jenderal;
bb. Peningkatan Budaya Kerja Melalui Implementasi 5K;
cc. Penatausahaan Ketatausahaan dan Arsip Inspektorat Jenderal
-12-
BAB IIVISI, MISI DAN TUJUAN
A. VISI
Dengan mencermati perkembangan lingkungan strategis dan
tuntutan publik yang dinamis dalam mewujudkan tata pemerintahan
yang baik, bebas kolusi, korupsi, dan nepotisme khususnya di bidang
industri, visi Sekretariat Inspektorat Jenderal adalah :
“Menjadi unit pendukung pengawasan yang profesional,berintegritas, kompeten dan akuntabel umtuk mewujudkankegiatan pengawasan sebagai penjamin mutu kegiatankepemerintahan di bidang industri”
Visi tersebut diharapkan menjadi inspirasi dan motivasi bagi
setiap unsur organisasi di lingkungan Sekretariat Inspektorat Jenderal
untuk dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif dan
inovatif sehingga mampu menggerakkan dan menarik komitmen
bersama, menciptakan makna bagi setiap SDM di lingkungan
Sekretariat Inspektorat Jenderal, mampu menciptakan dan
meningkatkan standar keunggulan, dan menjembatani kondisi
sekarang dengan kondisi yang akan datang, serta mampu memberi
jaminan mutu terhadap ketaatan, efisien, efektivitas dan
keekonomisan kegiatan di bidang industri.
B. MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan
nyata dalam bentuk 3 (tiga) misi sesuai dengan tugas dan fungsi
Sekretariat Inspektorat Jenderal sebagai berikut:
1. Melaksanakan dukungan manajemen pengawasan intern dalam
rangka mewujudkan tata kelola pengawasan yang baik ;
2. Mengembangkan sistem pengawasan intern yang efisien dan
efektif;
3. Meningkatkan kapasitas sumber daya pengawas yang
berintegritas, kompeten dan profesional.
-13-
C. TUJUAN
Dari serangkaian misi yang diemban oleh Sekretariat Inspektorat Jenderal dalam 5 (lima) tahun ke depan,
Inspektorat Jenderal mempunyai tujuan “Tercapainya layanan dan dukungan dalam penyelenggaraan pengawasan,untuk mendukung penyelenggaraan pengawasan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, bersih dan bebasdari KKN”.
Adapun Indikator Kinerja Tujuan yang ingin dicapai sebagai ukuran keberhasilan Sekretariat Inspektorat Jenderal
adalah sebagai berikut :
KodeTujuan Tujuan Penjelasan Tujuan Kode Indikator Kinerja Tujuan Penjelasan IKT Satuan
Target
2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Tj.1 Tercapainya layanandan dukungan dalampenyelenggaraanpengawasan, untukmendukungpenyelenggaraanpengawasan yangefektif, efisien,transparan,akuntabel, bersih danbebas dari KKN
Layanan dandukungan dalamrangka kegiatanpengawasan
Tj 1.1 Level kapabilitas (IACM)APIP Inspektorat JenderalKementerian Perindustrian
Penilaian BPKP terhadapkapabilitas APIP melalui sistemmutu pengawasan
Level 2 3 3
Tj 1.2 Persentase tindak lanjutsaran/rekomendasi hasilpengawasan
- Persentase 87 88 90
Tj 1.3 Jumlah satuan kerja yangdiusulkan berpredikatWBK/WBBM
Jumlag satuan kerja yangdiusulkan untuk memperolehpredikat WBK/WBBM
Satuan Kerja 12 10 10
Tj 1.4 Nilai Evaluasi AKIPInspektorat Jedneral dariKementerian PAN dan RB
- Nilai A AA AA
-14-
D. SASARAN STRATEGIS
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya
sistematis yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang
mengakomodasi Perspektif Pemangku Kepentingan, Perspektif Proses
Internal, dan Perspektif Pembelajaran Organisasi. Sasaran strategis
dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Sekretariat Inspektorat
Jenderal untuk periode tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut :
“Meningkatnya peran pelayanan pengawasan yang handal”
yang diturunkan menjadi kegiatan Dukungan Manajemen,
Pembinaan, Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan serta
Dukungan Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal dengan sasaran
program :
1. Meningkatnya akuntabilitas kinerja;
2. Meningkatnya profesionalisme dan integritas aparatur
pengawas;
3. Meningkatnya penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan;
4. Meningkatnya penerapan pengendalian internal;
5. Meningkatnya pembinaan konsultasi pengawasan;
6. Berkembangnya kemampuan APIP;
7. Terbangunnya organisasi yang efektif;
8. Terbangunnya sistem informasi yang terintegrasi dan handal;
9. Meningkatnya perencanaan dan penganggaran yang
berkualitas.
-15-
SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL
PERSPEKTIFPEMANGKU
KEPENTINGAN(STAKEHOLDER)
PERSPEKTIFPROSES BISNIS
INTERNAL
PERSPEKTIFKELEMBAGAAN
Gambar 1. Peta Strategis Sekretariat Inspektorat Jenderal
SDM ORGANISASI ANGGARANINFORMASI
Terwujudnya APIP yangprofesional danberintegritas
Tersedianya bahaninformasi pengawasan
dalam rangka menunjangkegiatan pengawasan yang
mudah diakses
Terwujudnya birokrasiyang efektif dalam
lingkup pengawasaninternal
Tersusunnya perencanaanprogram, pengelolaan
keuangan sertapengendalian yang
berkualitas dan akuntabel
6 7 8 9
KEBIJAKAN PENGAWASAN PELAKSANAAN PENGAWASAN PENGENDALIAN PENGAWASAN
Tersedianya RumusanKebijakan Pengawasan
Internal Berbasis Resiko
Terselenggaranya layananpengawasan yang efektif dan
efisien
TerselenggaranyaPengendalian PelaksanaanPengawasan Internal yang
efektif
3 4 5
Tujuan :Tercapainya layanan dan dukungan
dalam penyelenggaraan pengawasan,untuk mendukung penyelenggaraanpengawasan yang efektif, efisien,
transparan, akuntabel, bersih dan bebasdari KKN N
Meningkatnya akuntabilitas pelaksanaankebijakan, program dan pengendalian
internal (consulting)
2Meningkatnya efektifitas,efisiensi danketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan (assurance)
1
-16-
SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGISSEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL
TAHUN 2015 – 2019
KodeSS Sasaran Strategis (SS) Penjelasan SS Kode
IKSS
IndikatorKinerja Sasaran
Strategis(IKSS)
PenjelasanIKSS Satuan
Target
Sekr
etar
iat
Ket
eran
gan
2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Perspektif Pemangku Kepentingan (stakeholder)S1 Meningkatnya efektifitas,
efisiensi dan ketaatanterhadap peraturanperundang-undangan(assurance)
IK1.1
Penyelesaian tindaklanjutsaran/rekomendasihasil pengawasan *)IKU
Jumlah rekomendasi yangditindaklajuti oleh satuankerja
Persen 87 88 90 ■
IK1.2
Satuan kerja yang
diusulkan untuk
mendapatkan
predikat
WBK/WBBM
Satuan kerja yang
disiapkan untuk
diusulkan untuk
berpredikat WBK/WBBM
satker 12 10 10 ■
-17-
KodeSS Sasaran Strategis (SS) Penjelasan SS Kode
IKSS
IndikatorKinerja Sasaran
Strategis(IKSS)
PenjelasanIKSS Satuan
Target
Sekr
etar
iat
Ket
eran
gan
2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)*) IKU
S2 Meningkatnya AkuntabilitasPelaksanaan kebijakanprogram dan pengendalianinternal (consulting)
Meningkatnya kualitaspelaksanaanprogram/kegiatan
IK2.1
Level kapabilitas
APIP
Level kapabilitas APIP
berdasarkan penilaian
BPKP
Level 3 3 3 ■
IK2.2
persentase
konsultasi dan
pengaduan
masyarakat
berkadar
pengawasan yang
tertangani
Persen 87.0 90.0 90.0 ■
Perspektif Proses Bisnis InternalT1 Tersedianya Rumusan
Kebijakan PengawasanInternal Berbasis Resiko
-18-
KodeSS Sasaran Strategis (SS) Penjelasan SS Kode
IKSS
IndikatorKinerja Sasaran
Strategis(IKSS)
PenjelasanIKSS Satuan
Target
Sekr
etar
iat
Ket
eran
gan
2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)IK1.1
Tersedianyakebijakanpengawasan tahunyang akan datangberbasis resiko
Tersedianya peraturanterkait kebijakanpengawasan berbasisresiko
Peraturan 0 1 1 ■
IK1.2
TersedianyaProgram KerjaPengawasanTahunan (PKPT)yang berbasisresiko
Tersedianya peraturantentang Program KerjaPengawasan
Peraturan 0 1 1 ■
T2 Terselenggaranyalayananpengawasan yangefektif dan efisien
Meningkatnyakeefektifan dankeefisienan pengawasan
IK2.1
Sistem manajemen
mutu yang
tersertifikasi ISO
9001:2015
sertifikat 1.0 1.0 1.0 ■
Perspektif KelembagaanL1 Terwujudnya APIP yang
profesional dan berintegritas
-19-
KodeSS Sasaran Strategis (SS) Penjelasan SS Kode
IKSS
IndikatorKinerja Sasaran
Strategis(IKSS)
PenjelasanIKSS Satuan
Target
Sekr
etar
iat
Ket
eran
gan
2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)IK1.1
Persentase APIPyang mendapatkandiklatkompetensi/profesisesuai kebutuhanorganisasi
Mengukur sejauh manapengembangan SDM yangdilakukan oleh SekretariatInspektorat Jenderalmelalui penyelenggaraandiklat, workshop, danpengiriman peserta diklatke institusi penyelenggaradiklat
Persentase 90 90 90 ■
IK1.2
Persentase auditoryang mendapatkandiklat penjenjangansesuai dengankebutuhan
Persentase 10 10 10 ■
L2 Tersedianya bahan informasipengawasandalam rangkamenunjang kegiatanpengawasan yang mudahdiakses
Menciptakan budayabirokrasi yang efektif
IK2.1
Persentasepelaksanaanpengawasan yangberbasis IT
Persentase - 50 50 ■
L3 Terwujudnya birokrasi yangefektif dalam lingkuppengawasan internal
IK3.1
Nilai SAKIPInspektoratJenderal
Nilai - AA AA ■
-20-
KodeSS Sasaran Strategis (SS) Penjelasan SS Kode
IKSS
IndikatorKinerja Sasaran
Strategis(IKSS)
PenjelasanIKSS Satuan
Target
Sekr
etar
iat
Ket
eran
gan
2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)IK3.2
Level Maturitas
SPIP Inspektorat
Jenderal
Pencapaian level
maturitas SPIP
Inspektorat Jenderal ke
level yang diinginkan
Level - 3.0 3.0 ■
L4 Tersusunnya perencanaanprogram, pengelolaankeuangan serta pengendalianyang berkualitas danakuntabel
IK4.1
Akuntabilitas
Laporan Keuangan
dan BMN
Inspektorat
Jenderal
Nilai Laporan Keuangan
dan BMN Inspektorat
Jenderal mencapai nilai
tertinggi
Nilai - Standar
capaian
tertinggi
Standar
capaian
tertinggi
■
-21-
KodeSS Sasaran Strategis (SS) Penjelasan SS Kode
IKSS
IndikatorKinerja Sasaran
Strategis(IKSS)
PenjelasanIKSS Satuan
Target
Sekr
etar
iat
Ket
eran
gan
2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)IK4.2 Persentase
anggaran
Inspektorat
Jenderal yang
diblokir
Jumlah anggaran
Inspektorat Jenderal yang
diblokir
Persen - 10.0 10.0 ■
IK4.3
Persentase status
pengelolaan BMN
Inspektorat
Jenderal
Melihat status
pengelolaan BMN
Inspektorat Jenderal
Persen - 90.0 90.0
IK4.4
Persentase
kesesuaian rencana
program dan
kegiatan dengan
dokumen dokumen
perencanaan
Persen - 90.0 90.0
-22-
BAB III.
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DUKUNGAN PENGAWASAN
Sebagai unsur penunjang dalam pengawasan internal
Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian, Sekretariat
Inspektorat Jenderal dituntut untuk mengawal pencapaian sasaran
strategis Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian dan
menjamin bahwa pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Inspektorat
Jenderal berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Untuk itu telah
disusun kebijakan dan strategi Sekretariat Inspektorat Jenderal
sebagai berikut :
A. ARAH KEBIJAKAN
Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran-sasaran
pengawasan intern Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian
tahun 2015-2019 telah disusun kebijakan pengawasan Inspektorat
Jenderal Kementerian Perindustrian sebagai berikut :
1. Peningkatan Kapabilitas APIP
a. Membangun APIP yang efektif dengan melaksanakan
perbaikan kapasitas secara bertahap dan berkelanjutan;
b. Meningkatkan peran penjamin mutu dan peningkatan
efektifitas dan nilai tambah kegiatan Kementerian
Perindustrian;
c. Menjalankan praktek professional dalam Audit Internal
secara seragam sesuai standar mutu Audit yang telah
ditentukan
d. Pelaksanaan paradigma pengawasan tersebut,
menempatkan aparat pengawas sebagai mitra kerja auditi
sehingga lingkup pengawasan dimulai dari tahap
Perencanaan dan Penganggaran, Pelaksanaan kegiatan,
sampai dengan Hasil yang diperoleh (input, process,
output, outcame, impact), untuk memastikan bahwa:
-23-
1) Petunjuk dan standar yang jelas dan faktor input yang
ditetapkan telah tersedia;
2) Segala proses dan perangkat penunjang berjalan
sebagaimana mestinya; dan
3) Output yang dihasilkan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan
2. Penguatan Sistem Pengawasan Internal yang efektif dan efisien;
a. Pola dukungan pengawasan berbasis kinerja denganmengedepankan aspek pembinaan kepada seluruh satkerdalam rangka menjamin mutu kegiatan kepemerintahan dibidang industri yang dilaksanakan oleh auditi.
b. Menyiapkan sumber daya pengawasan baik dari segianggaran, SDM, sarana dan prasarana.
B. STRATEGISebagai unit pendukung pelaksanaan pengawasan Sekretariat
Inspektorat jenderal berperan sebagai fasilitator untuk mendukung
tercapainya keberhasilan tujuan pengawasan internal.
Dalam rangka pelaksanaan fungsi dan peran dimaksud, maka
ditetapkan strategi dalam mendukung pengawasan internal, sebagai
berikut :
1. Strategi PokokDukungan pengawasan yang efektif merupakan faktor kunci
dalam menentukan keberhasilan tujuan pengawasan internal.
Strategi utama Sekretariat Inspektorat Jenderal dalam
mendukung pelaksanaan Pengawasan Internal dilakukan
melalui;
- Peningkatan koordinasi, sinkronisasi, dan sinergi dengan
seluruh aparat pengawasan;
- Peningkatan profesionalisme dan independensi aparat
pengawasan;
- Meningkatkan budaya pengawasan di lingkungan
Inspektorat Jenderal;
-24-
- Peningkatan Kapasitas dan kapabilitas SDM pengawasan
yang proporsional dan bermutu sehingga setiap
pelaksanaan pengawasan terjamin kualitas dan
kehandalannya;
- Penyediaan sarana dan prasarana pengawasan yang
efisien dan memadai;
- Penerapan standar Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008
- Mendorong percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil
pengawasan satuan kerja;
2. Strategi OperasionalDalam mendukung pengawasan, dilaksanakan strategi
operasional sebagai berikut :
- Mendorong pelaksanaan pengawasan preemtif dengan
membangun kesadaran dan kompetensi SDM untuk
mencegah timbulnya moral hazard, melalui sosialisasi
ketentuan dan peraturan perundangan, peningkatan
kemampuan SDM (capacity building dan character
building).
- Peningkatan kapasitas SDM Pengawasan (APIP) yang
proporsional;
- Penyediaan sarana dan prasaran pengawasan yang
memadai;
- Mendorong pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan
satuan kerja dengan monitoring yang terorganisir;
C. PROGRAM DAN KEGIATANUntuk merealisasikan visi, misi, dan sasaran strategis seperti
diuraikan di atas, dilaksanakan berbagai kegiatan dukungan
pengawasan secara berkesinambungan. Dalam rangka melaksanakan
pengawasan internal sebagai tugas utama Inspektorat Jenderal,
Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian
melaksanakan kegiatan Dukungan Manajemen, Pembinaan dan
-25-
Tindak Lanjut Pengawasan serta Dukungan Teknis LainnyaSekretariat Inspektorat Jenderal.
Kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan pelayanan teknis dan
administratif kepada satuan organisasi di lingkungan Sekretariat
Inspektorat Jenderal dalam mencapai sasaran kinerja yang telah
ditetapkan.
Sasaran dari kegiatan ini adalah :
1) Terlaksananya Layanan perkantoran Sekretariat Inspektorat
Jenderal dengan indikator kinerja kegiatan (IKK) berupa 1)
layanan Pembayaran Gaji/Tunjangan/Uang Makan/ Lembur,
2) layanan pemeliharaan sarana kerja/kantor, kebutuhan
sehari-hari perkantoran dan layanan birokrasi.
2) Terlaksananya Layanan Tindak Hasil Pengawasan dengan
indikator kinerja kegiatan berupa 1) laporan analisis hasil
pengawasan, 2) laporan pemantauan tindak lanjut hasil
pengawasan, 3) koordinasi pemutakhiran data tindak lanjut
hasil pengawasan, 4) laporan hasil pengawasan APIP.
3) Terlaksananya Layanan Norma/ Standar/ Pedoman/
Ketentuan Pengawasan dengan indikator kinerja kegiatan 1)
tersedianya kebijakan pengawasan, 2) tersedianya
SOP/norma/ketentuan/ dan prosedur pengawasan
4) Terlaksananya dukungan pengawasan dan pelaksanaan tugas
pengawasan lainnya dengan indikator kinerja kegiatan berupa
1) layanan bimbingan dan pengawasan serta tugas-tugas
pengawasan lainnya
5) Terlaksanya layanan dukungan manajemen Eselon I dengan
indikator kinerja kegiatan berupa 1) dokumen perencanaan
dan anggaran pengawasan, 2) laporan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan program pengawasan, 3) data terkini dan
informasi pengawasan yang akurat dan terpercaya, 4) SDM
yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan, 4) terlayaninya
urusan kepegawaian, 5) Laporan Keuangan dan BMN, 6)
-26-
Tertatanya Arsip dan Informasi, 6) Terbitnya Majalah
Pengawasan Solusi
6) Terlaksananya layanan internal dengan indikator terpenuhinya
sarana dan prasarana;
Agar pelaksanaan kegiatan dukungan pengawasan dapat
berjalan dengan baik dan sesuai dengan sasaran yang ditetapkan,
diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan pengawasan
dan anggaran yang memadai.mmmmm
-27-
BAB IVPENUTUP
Tuntutan masyarakat dalam lima tahun ke depan semakin
tinggi terhadap kualitas dan akuntabilitas kinerja aparatur serta
mengharapkan perilaku aparatur yang bersih dan bebas dari KKN.
Oleh karena itu pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen
adalah untuk meyakinkan dan menjamin bahwa program dan
kegiatan dari aparatur Inspektorat Jenderal Kementerian
Perindustrian telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan
kebijakan yang digariskan serta dilaksanakan sesuai ketentuan
perundangan yang berlaku. Hasil pengawasan selanjutnya digunakan
sebagai umpan balik bagi penyempurnaan Kebijakan dan penyusunan
Program/kegiatan.
Sesuai perkembangan tata kelola pemerintahan dan reformasi
birokrasi dan mengacu pada Rencana Strategis (RENSTRA)
Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019
serta Kebijakan Pengawasan Sekretariat Inspektorat Jenderal, maka
disusunlah Renstra Sekretariat Inspektorat Jenderal Inspektorat
Jenderal Kementerian Perindustrian 2015-2019, yang dijadikan
landasan bagi aparat pengawasan intern untuk memberi nilai tambah
dan menjamin pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan
industry berjalan secara efiisien, efektif, transparan dan akuntabel
dalam rangka mewujudkan visi Sekretariat Inspektorat Jenderal
sebagai mitra kerja dan menjamin mutu pencapaian sasaran
pembangunan industri.
Dalam rangka mengambil peran tersebut, telah ditetapkan
saran pengawasan, antara lain mempertahankan opini WTP atas
laporan Keuangan Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian,
mewujudkan pencapaian KPI (Key Performance Indicators) program
dan kegiatan Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian,
Terwujudnya reformasi birokrasi, Terwujudnya efektifitas
restrukturisasi organisasi dan tersedianya masukan rekomendasi
(feedback) terhadap pelaksanaan program/kegiatan dan perumusan
-28-
kebijakan pembangunan industri. Untuk dapat mencapai sasaran-
sasaran strategis tersebut telah ditetapkan arah kebijakan, strategi,
program dan kegiatan, target capaian serta indikatif pendanaannya
yang dituangkan dalam renstra.
Rencana Strategis Sekretariat Inspektorat Jenderal ini menjadi
acuan bagi jajaran aparatur Sekretariat Inspektorat Jenderal
Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan
Tugas dan Fungsinya lima tahun ke depan.
mmmmmmmmmmm
-29-
-30-
LAMPIRAN VIPERATURAN INSPEKTUR JENDERALNOMORTENTANGRENCANA STRATEGIS UNIT ESELON II DI LINGKUNGANINSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2015-2019
INDIKATOR KINERJA UTAMA DAN MATRIKS ALOKASI PENDANAAN
I. INDIKATOR KINERJA UTAMA
Rencana Strategis Inspektorat Jenderal Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran dan penugasan dari Rencana Strategis Kementerian
Perindustrian. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, Inspektorat Jenderal akan melaksanakan kegiatan pengawasan internal dengan indikator
keberhasilan sebagai berikut:NO SASARAN PROGRAM/
KEGIATANINDIKATOR KEBERHASILAN JENIS
INDIKATORTARGET ANTARA KETERANGAN
2015 2016 2017 2018 2019(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)1. Meningkatnya efektifitas,
efisiensi, dan ketaatan terhadapperaturan Perundang-undangan
Persentase Laporan Keuangan Satuan Kerjasesuai dengan SAP dan peraturanperundang-undangan
IK 85 85 90 92 95 Persen
Prosentase temuan BPK di bawah materialitytreshold
IKU <3 <3 <3 <3 <3 Persen
Tersedianya dokumen perencanaan danpenganggaran
IK 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 Dokumen
Tersedianya dokumen evaluasi pelaksanaanprogram kerja Inspektorat Jenderal
IK 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0 Paket Dokumen
2. Meningkatnya akuntabilitaspelaksanaan kebijakan, program
Persentase nilai rata-rata SAKIP unit Eselon Iminimal B
IK 78 78 78 78 78 Persen
dan pengendalian eksternal(consulting)
Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakanindustri dan tata kelola
IK 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 RekomendasiKebijakan
Jumlah pengawasan internal yangdilaksanakan Inspektorat Jenderal terhadapunit pusat, unit vertikal, dan danadekonsentrasi Perindustrian
IK 95 95 95 95 95 Satuan Kerja
Persentase tindak lanjut hasil pengawasanyang telah diselesaikan
IKU 85 86 87 88 90 Persen
Tersedianya dokumen analisa danpemantauan hasil pengawasan
IK 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 Dokumen
Jumlah satuan kerja yang diusulkan menjadiWBK/WBBM
IK 5.0 5.0 12.0 10.0 10.0 Satuan Kerja
Dalam rangka mencapai keberhasilan dimaksud masing-masing unit
eselon II Inspektorat Jenderal, perlu bersama-sama melaksanakan tugas
dan fungsinya sesuai dengan Rencana Strategis masing-masing. Untuk
mengukur keberhasilan masing-masing eselon II di lingkungan. Untuk
mencapai sasaran program/ kegiatan diperlukan indikator yang menjadi
ukuran tercapainya suatu sasaran program dan kegiatan. Untuk
menggambarkan keberhasilan tersebut diperlukan suatu metode atau
teknis pengukuran yang tepat dan logis sehingga gambaran keberhasilan
suatu sasaran dapat diterima dan benar-benar menggambarkan hasil
yang tepat dan sejalan dengan cita-cita Inspektorat Jenderal sebagai
penjamin mutu pelaksanaan kegiatan pemerintahan bidang industri.
Indikator keberhasilan terbagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu
1. Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator yang menjadi gambaran kinerja dalam rangka mendukung
kinerja Kementerian Perindustrian.
2. Indikator Kinerja (IK)
Indikator yang menjadi kinerja dalam rangka mendukung pelaksanaan
program Inspektorat Jenderal yang berupa keluaran/ hasil yang
diciptakan.
Berdasarkan hal tersebut masing-maisng unit eselon II di lingkungan
Inspektorat Jendral masing-masing memiliki indikator kinerja yang menjadi
ukuran keberhasilan tercapainya sasaran strategis. Adapun pencapaian yang
harus dicapai oleh masing-masing unit Eselon II, di lingkungan Inspektorat
Jenderal adalah sebagai berikut:
NO SASARAN PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR
KEBERHASILAN
JENIS
INDIKATOR
UNIT KET
IT.I IT.II IT.III IT.IV SET.ITJEN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1. Meningkatnya efektifitas, efisiensi, dan
ketaatan terhadap peraturan Perundang-
undangan
Persentase LaporanKeuangan Satuan Kerjasesuai dengan SAP danperaturan perundang-undangan
IK ■ ■ ■ ■
Prosentase temuan BPK dibawah materialitytreshold
IKU ■ ■ ■ ■
Tersedianya dokumenperencanaan danpenganggaran
IK ■
Tersedianya dokumenevaluasi pelaksanaanprogram kerja InspektoratJenderal
IK ■
2. Meningkatnya akuntabilitas
pelaksanaan kebijakan, program dan
pengendalian eksternal (consulting)
Persentase nilai rata-rataSAKIP unit Eselon Iminimal B
IK ■ ■ ■ ■
Jumlah rekomendasiperbaikan kebijakanindustri dan tata kelola
IK ■ ■ ■ ■
Jumlah pengawasaninternal yang dilaksanakanInspektorat Jenderalterhadap unit pusat, unitvertikal, dan danadekonsentrasiPerindustrian
IK ■ ■ ■ ■
Persentase tindak lanjuthasil pengawasan yangtelah diselesaikan
IKU ■
Tersedianya dokumenanalisa dan pemantauanhasil pengawasan
IK ■
Jumlah satuan kerja yang
diusulkan menjadi
WBK/WBBM
IK ■
A. INDIKATOR KINERJA UNIT ESELON II DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT JENDERAL
1. INDIKATOR KINERJA INSPEKTORAT I
NO SASARAN PROGRAM/KEGIATAN
INDIKATOR KEBERHASILAN JENISINDIKATOR
TARGET ANTARA KETERANGAN2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)1. Meningkatnya efektifitas,
efesiensi, dan ketaatan terhadapperaturan perundang-undangan
Presentase temuan BPK di bawah materialitythreshold
IKU - <3 <3 <3 <3 Persen
2. Meningkatnya Akuntabilitaspelaksanaan kebijakan programdan pengendalian internal
Persentase nilai rata-rata SAKIP unit Eselon Iminimal B
IK - 78 89 100 100 Persen
Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakanindustri dan/atau tata kelola
IK - 1 1 1 1 Rekomendasi
Jumlah pengawasan internal yangdilaksanakan Inspektorat I terhadap unitpusat, unit vertikal, dan dana Dekonsentrasiperindustrian
IK - 24 24 24 24 Satuan Kerja
2. INDIKATOR KINERJA INSPEKTORAT II
NO SASARAN PROGRAM/KEGIATAN
INDIKATOR KEBERHASILAN JENISINDIKATOR
TARGET ANTARA KETERANGAN2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)1. Meningkatnya efektifitas,
efesiensi, dan ketaatan terhadapperaturan perundang-undangan
Presentase temuan BPK di bawah materialitythreshold
IKU - <3 <3 <3 <3 Persen
2. Meningkatnya Akuntabilitaspelaksanaan kebijakan programdan pengendalian internal
Persentase nilai rata-rata SAKIP unit Eselon Iminimal B
IK - 78 89 100 100 Persen
Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakanindustri dan/atau tata kelola
IK - 1 1 1 1 Rekomendasi
Jumlah pengawasan internal yangdilaksanakan Inspektorat I terhadap unitpusat, unit vertikal, dan dana Dekonsentrasiperindustrian
IK - 24 24 24 24 Satuan Kerja
3. INDIKATOR KINERJA INSPEKTORAT III
NO SASARAN PROGRAM/KEGIATAN
INDIKATOR KEBERHASILAN JENISINDIKATOR
TARGET ANTARA KETERANGAN2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)1. Meningkatnya efektifitas,
efesiensi, dan ketaatan terhadapperaturan perundang-undangan
Presentase temuan BPK di bawah materialitythreshold
IKU - <3 <3 <3 <3 Persen
2. Meningkatnya Akuntabilitaspelaksanaan kebijakan programdan pengendalian internal
Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakanindustri dan/atau tata kelola
IK - 1 1 1 1 Rekomendasi
Jumlah pengawasan internal yangdilaksanakan Inspektorat I terhadap unitpusat, unit vertikal, dan dana Dekonsentrasiperindustrian
IK - 24 24 24 24 Satuan Kerja
4. INDIKATOR KINERJA INSPEKTORAT IV
NO SASARAN PROGRAM/KEGIATAN
INDIKATOR KEBERHASILAN JENISINDIKATOR
TARGET ANTARA KETERANGAN2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)1. Meningkatnya efektifitas,
efesiensi, dan ketaatan terhadapperaturan perundang-undangan
Presentase laporan Laporan KeuanganInspektorat Jenderal sesuai dengan SAP danperaturan perundangan-undangan
IK - 90 90 92 92 Persen
Presentase temuan BPK di bawah materialitythreshold
IKU - <3 <3 <3 <3 Persen
2. Meningkatnya Akuntabilitaspelaksanaan kebijakan programdan pengendalian internal
Persentase nilai rata-rata SAKIP unit Eselon Iminimal B
IK - 78 89 100 100 Persen
Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakanindustri dan/atau tata kelola
IK - 1 1 1 1 Rekomendasi
Jumlah pengawasan internal yangdilaksanakan Inspektorat I terhadap unitpusat, unit vertikal, dan dana Dekonsentrasiperindustrian
IK - 24 24 24 24 Satuan Kerja
5. INDIKATOR KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL
NO SASARAN PROGRAM/KEGIATAN
INDIKATOR KEBERHASILAN JENISINDIKATOR
TARGET ANTARA KETERANGAN2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)1. Meningkatnya efektifitas, dan
ketaatan terhadap peraturanperundang-undangan(assurance)
Tersedianya dokumen perencanaan danpenganggaran
IK 1 1 1 1 1 Dokumen
Tersedianya dokumen evaluasi pelaksanaanprogram kerja Inspektorat Jenderal
IK 3 3 3 3 3 Dokumen
2. Meningkatnya AkuntabilitasPelaksanaan kebijakan programdan pengendalian eksternal(consulting
Persentase satuan kerja yang telahmenyelesaikan tindak lanjut hasilpengawasan
IKU 85 86 87 88 90 Persen
Tersedianya dokumen analisa danpemantauan hasil pengawasan
IK 4 4 4 4 4 Dokumen
Jumlah satuan kerja yang diusulkan menjadiWBK/WBBM
IKU 5.0 5.0 12.0 10.0 10.0 Satuan Kerja
II. MATRIKS ALOKASI PENDANAANA. Inspektorat I
NOUNIT
KERJAKELUARAN
ALOKASI
KETERANGAN2015 2016 2017 2018 2019
VOL DANA VOL DANA VOL DANA VOL DANA VOL DANA
I. Inspektorat I
1. Tersedianyalaporan AuditInspektorat I
2. Tersedianyalaporan ReviuInspektorat I
3. TersedianyalaporanMonitoring danEvaluasiInspektorat I
4. TersedianyaLayananManajemenPengawasanInspetkorat I
5. TersedianyaLaporanPrencanaan danAkuntabilitasInspektorat I
B. Inspektorat II
NOUNIT
KERJAKELUARAN
ALOKASI
KETERANGAN2015 2016 2017 2018 2019
VOL DANA VOL DANA VOL DANA VOL DANA VOL DANA
II. Inspektorat II
1. Tersedianyalaporan AuditInspektorat II
2. Tersedianyalaporan ReviuInspektorat II
3. TersedianyalaporanMonitoring danEvaluasiInspektorat II
4. TersedianyaLayananManajemenPengawasanInspetkorat II
5. TersedianyaLaporanPrencanaan danAkuntabilitasInspektorat II
C. Inspektorat III
NOUNIT
KERJAKELUARAN
ALOKASI
KETERANGAN2015 2016 2017 2018 2019
VOL DANA VOL DANA VOL DANA VOL DANA VOL DANA
III. Inspektorat III
1. Tersedianyalaporan AuditInspektorat III
2. Tersedianyalaporan ReviuInspektorat III
3. TersedianyalaporanMonitoring danEvaluasiInspektorat III
4. TersedianyaLayananManajemen
PengawasanInspetkorat III
5. TersedianyaLaporanPrencanaan danAkuntabilitasInspektorat III
D. Inspektorat IV
NOUNIT
KERJAKELUARAN
ALOKASI
KETERANGAN2015 2016 2017 2018 2019
VOL DANA VOL DANA VOL DANA VOL DANA VOL DANA
IV. Inspektorat IV
1. Tersedianyalaporan AuditInspektorat IV
2. Tersedianyalaporan ReviuInspektorat IV
3. TersedianyalaporanMonitoring danEvaluasiInspektorat IV
4. TersedianyaLayananManajemen
PengawasanInspetkorat IV
5. TersedianyaLaporanPrencanaan danAkuntabilitasInspektorat IV
E. Sekertariat Inspektorat Jenderal
NOUNIT
KERJAKELUARAN
ALOKASI
KETERANGAN2015 2016 2017 2018 2019
VOL DANA VOL DANA VOL DANA VOL DANA VOL DANA
V. Sekretariat Inspektorat Jenderal
1. Tersedianya laporanPemantauan danEvaluasi HasilPengawasan
2. TersedianyaLaporan DukunganPengawasan danPelaksanaan TugasPengawasanLainnya
3. TersedianyaLayananManajemen Eselon I
4. TersedianyaLayanan Internal(Overhead)
5. TersedianyaLayananPerkantoran