Post on 03-Feb-2023
Kementerian Aparatur Negara asl Blrokrasl
MENTER! PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERIPENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA
NOMOR: 62/KEP/M.PAN/7/2003
TENTANG
PEDOMAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS Dl LINGKUNGAN DEPARTEMEN DAN LEMBAGA PEMERINTAH
NON-DEPARTEMEN
Diterbitkan oleh : ' KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA 2903
MENTERI PENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERIPENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA
NOMOR: 62/KEP/M.PAN/7/2003
TENTANG
PEDOMAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS Dl LINGKUNGAN DEPARTEMEN DAN LEMBAGA PEMERINTAH -NON-DE ~1Er.1E~
,~_, ........ ~ . '..) ~ '• ,. ...
,.,~ • ~ ~-s-..,.·, ·?' 0... _, .... .,.,..- .. ~~
~ . ' . y c:r: l' ... · . ·•
'~I. , ' ; ..<.
'U) '· "'> .: . ./-:: ... , ~\- : --.- •. • _:> +-
'· ~ , ~-4 )If . ~ .. ') .. ,,d. ~
~ Diterbitkan o
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
2003
MENTER I
PEND A Y AGl INAAN APARA TlJR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
NOMOR: 62/KEP/M.PAN/7/2003
TENTANG
PEDOMAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS 01
LINGKUNGAN DEPARTEMEN DAN LEMBAGA PEMERINT AH
NON.{)EPARTEMEN
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,
Menimbang a. bahwa dalam rangka memberikan arah dan
acuan dalam penataan organisasi Unit
Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen dan
Lembaga Pemerintah Non-Departemen, perlu
menetapl<an pedoman organisasi Unit Pelaksana
Teknis;
b. bahwa sehubungan dengan huruf a, dipandang
perlu menetapkan pedoman dimaksud dalam
bentuk Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara;
Mengingat
Menetapkan
PERTAMA
2
1 . Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2003;
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2002;
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah NonDepartemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2003;
4. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 95/KEP/M.PAN/11/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara;
MEMUTUSKAN:
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen dan Lembaga Pemerintah Non-Departemen.
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Keputusan ini adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
Dengan berlakunya Keputusan ini, Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 106 Tahun 1994 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis, Unit Pelaksana Daerah, dan Unit Pelaksana Teknis Dinas, dinyatakan tidak berlaku.
Keputusan ini oerlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di pada tanggal
Jakarta 8 Juli 2003
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara,
Feisal Tamin
3
Lampiran Keputusan Men.PAN Nomor 62/KEP/M.PAN/7/2003 Tanggal : 8 Juli 2003
I. PENDAHULUAN
1 . Keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan salah satunya
ditentukan oleh sejauh mana efektivitas kelembagaan
Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Tugas
tugas pemerintahan itu sendiri senantiasa berkembang seiring
dengan perubahan cara pandang (paradigma) dalam
penyelenggaraan pemerintahan, terutama perubahan peran
Pemerintah yang lebih berperan sebagai pengarahan (steering) daripada sebagai pelaksanaan (rowing).
2. Meskipun peran Pemerintah lebih dititikberatkan sebagai
pengarah, tidak berarti Pemerintah tidak boleh sebagai pelaksana. Oleh karena itu Pemerintah masih melakukan
tugas pelaksanaan terhadap sejumlah tugas pemerintahan
tertentu yang bersifat operasional. Tugas pemerintahan tertentu
tersebut dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dalam rangka efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan tugas pemerintahan dan pelayanan kepada
masyarakat.
3. Dalam tatanan kelembagaan Pemerintah yang berlaku
terutama di lingkungan Departemen dan Lembaga Pemerintah
Non-Departemen (LPND), pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan diwadahi dalam suatu organisasi tertentu sesuai
dengan karakteristiknya. Penyelenggaraan tugas pokok
dilaksanakan oleh unit organik, sedangkan tugas-tugas yang
bersifat teknis baik teknis penunjang (menunjang tugas
pokok) maupun teknis operasional (secara langsung
berhubungan dengan masyarakat) dilaksanakan oleh unit organisasi yaitu Unit Pelaksana Teknis (UPT).
4. Dengan adanya perkembangan pelaksanaan tugas UPT dan perubahan lingkungan serta tuntutan masyarakat, maka diperlukan pengaturan kembali organisasi UPT. Pengaturan tersebut diarahkan pada terwujudnya organisasi UPT yang profesional, responsif, adaptif, inovatif dan memiliki kemandirian dalam pengelolaannya.
5. Sehubungan dengan hal tersebut, dipandang perlu menyempumakan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 106 Tahun 1994 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis, Unit Pelaksana Daerah, dan Unit Pelaksana Teknis Dinas.
II. KETENTUAN UMUM
2
1. Pengertian
a. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah satuan organisasi yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang dari organisasi induknya.
b. Tugas teknis operasional adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat.
c. Tugas teknis penunjang adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis yang pada prinsipnya dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas organisasi induknya.
d. Organisasi induk adalah unit organisasi pada Departemen
atau LPND yang membawahkan UPT yang bersangkutan,
seperti Direktorat Jenderal , Badan, Deputi, Direktorat.
Pusat dan lnstansi Vertikal.
e. Organisasi yang bersifat mandiri adalah organisasi yang
kegiatannya secara organik terpisah dari organisasi
induknya dan secara otonom mengelola kepegawaian,
keuangan dan perlengkapan sendiri.
Ill. TUJUAN
Tujuan pedoman ini adalah untuk memberikan arah dan
acuan dalam penataan organisasi UPT di lingkungan Departemen
dan LPND.
IV. KEDUDUKAN
1. Kedudukan UPT di lingkungan:
Departemen, dapat berada di bawah:
1) Direktorat Jenderal;
2) Badan;
3) Direktorat;
4) Pusat; ,. A 1--
5) lnstansi Vertika .
LPND, dapat berada di bawah:
1) Deputi; I • J , ·
2) Oirektorat;
3) Pusat.
2. Penetapan kedudukan UPT ditentukan berdasarkan:
a. hubungan pertanggungjawaban antara UPT yang
bersangkutan dengan organisasi induknya;
3
b. ruang lingkup tugas UPT dalam melaksanakan tugas unit
organisasi induknya;
c. efektivitas, kebutuhan koordinasi, dan hubungan kerja
dalam pelaksanaan tugas dan fungsi UPT.
V. TUGAS DAN LINGKUP KEGIATAN UPT
4
1. UPT mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis
operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang dari organisasi
induknya yang pada prinsipnya tidak bersifat pembinaan serta
tidak berkaitan langsung dengan perumusan dan penetapan
kebijakan publik.
2. Lingkup kegiatan UPT pada dasarnya tidak mengenal batas
wilayah administrasi pemerintahan, karena sifat kegiatannya
dapat melampaui atau tanpa dibatasi wilayah administrasi
pemerintahan tertentu. Contoh: Balai Pendidikan dan
Pelatihan, lingkup kegiatan tidak dibatasi wilayah administrasi
pemerintahan tertentu.
3. Mengingat tugas dan lingkup kegiatan UPT, maka UPT yang
satu tidak membawahkan UPT yang lain. Namun demikian,
Menteri atau Kepala LPND yang bersangkutan dapat
menetapkan mekanisme koordinasi pembinaan antara satu
UPT dengan satu/beberapa UPT lainnya dengan tujuan sebagai
berikut:
a. menjamin efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas yang
secara teknis memerlukan jaringan kerja sistemik dalam
pelaksanaannya;
b. menyederhanakan rentang kendali.
VI. KRITERIA PENET APAN BESARAN ORGANISASI DAN ESELON
1 . Kriteria penetapan besaran organisasi dan eselon UPT secara
kumulatif ditentukan berdasarkan:
a. kedudukan, tugas, fungsi. dan kewenangan;
b. ruang lingkup dan jangkauan pelayanan;
c. volume/beban kerja;
d. koordinasi dan hubungan kerja dengan instansi Pemerintah
dan/atau lembaga lainnya.
2. Apabila jumlah suatu jenis UPT di lingkungan Departemen
atau LPND mempunyai variasi dilihat dari volume/beban kerja,
maka UPT tersebut dapat dilakukan klasifikasi. Menteri atau
Kepala LPND menetapkan klasifikasi UPT dimaksud
berdasarkan kriteria tertentu dengan persetujuan tertulis dari
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Klasifikasi tersebut
merupakan salah satu pertimbangan dalam penetapan besaran
organisasi sebagaimana dimaksud dalam angka 1 .
VII. NOMENKLATUR, POLA ORGANISASI, DAN ESELONISASI
1 . Nomenklatur pada UPT adalah sebagai berikut:
a. Balai Besar;
b. Balai;
C. Loka;
d. Pos.
2. Departemen atau LPND dapat menggunakan nomenklatur lain
yang spesifik sesuai dengan karakteristik UPT yang
bersangkutan atau berdasarkan ketentuan dan/atau kelaziman
yang telah berlaku.
3. Pola Organisasi UPT pada Departemen atau LPND, adalah
sebagai berikut:
5
6
a. Balai Besar atau nomenklatur lain terdiri dari:
1) Kepala; 2) Bagian Tata Usaha, terdiri dari sebanyak-banyal
3 (tiga) Subbagian;
3) Sebanyak-banyaknya 4 (empat) Bidang dan ma~
masing Bidang terdiri dari sebanyak-banyaknya 2 (
Seksi;
4) Kelompok Jabatan Fungsional.
b. Balai atau nomenklatur lain, terdiri dari:
1) Kepala; 2) Subbagian Tata Usaha;
3) Sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Seksi;
4) Kelompok Jabatan Fungsional.
c. Loka atau nomenklatur lain, terdiri dari:
1) Kepala; 2) Petugas Tata Usaha; 3) Kelompok Jabatan Fungsional.
d. Pos atau nomenklatur lain terdiri dari:
1) Kepala;
2) Petugas Tata Usaha; 3) Kelompok Jabatan Fungsional.
4. Eselonisasi Jabatan di lingkungan UPT adalah sebagai bel
a. Balai Besar atau Nomenklatur lain terdiri dari:
1) Kepala adalah jabatan eselon ll.b; 2) Kepala Bagian dan Kepala Bidang adalah jab.
eselon lll.b; 3) Kepala Subbagian atau Kepala Seksi adalah jab•
eselon IV.a.
b. Balai atau nomenklatur lain, terdiri dari:
1) Kepala adalah jabatan eselon lll.b atau Ill. a;
2) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi adalah jabatan
eselon IV.b atau IV.a;
c. Loka atau Nomenklatur lain, terdiri dari:
1) Kepala adalahjabatan eselon IV.b atau IV.a;
2) Petugas Tata Usaha adalah jabatan non-eselon.
d. Pos atau Nomenklatur lain, terdiri dari:
1) Kepala adalah jabatan eselon V.a;
2) Petugas Tata Usaha adalahjabatan non-eselon.
5. Pada UPT yang secara geografis mempunyai jangkauan
pelayanan cukup luas, untuk memudahkan pelaksanaan tugas
UPT dapat dibentuk Wilayah Kerja/Satuan Kerja non-struktural.
VIII. EVALUASI ORGANISASI
1. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi, Menteri
atau Kepala LPND melakukan evaluasi kine~a organisasi UPT
yang bersangkutan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
tahun.
2. Hasil evaluasi sebagaimana tersebut dalam butir 1 digunakan
sebagai dasar penilaian untuk penataan UPT selanjutnya.
IX. KETENTUAN LAIN-LAIN
1 . Penataan organisasi UPT di lingkungan Departemen dan LPND
dilakukan secara selektif dengan didahului pengkajian secara
mendalam serta dilengkapi dengan data pendukung yang
obyektif.
7
2. UPT yang pada saat berlakunya Keputusan ini sudah ditetapkan
sebagai eselon ll.a dapat dinyatakan masih tetap berlaku.
3. Pola organisasi UPT yang pada saat berlakunya Keputusan
ini melebihi pola maksimal, dapat dinyatakan masih tetap
berlaku.
X. PENUTUP
8
Penataan UPT dilakukan berdasarkan pedoman ini.
Organisasi UPT ditetapkan oleh Menteri atau Kepala LPND yang
bersangkutan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara.
Jakarta, 8 Juli 2003
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara,
Feisal Tamin
PERPUSTAKAAN
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
Jl. Jend. Sudirman Kav. 69 Jakarta Selatan
TANGGAL PINJAM II TANGGAL KEMBALI