republik indonesia - PERPUS MENPAn

20
Kementerian Aparatur Negara asl Blrokrasl MENTER! PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK IN DONESIA KEPUTUSAN MENTERIPENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA NOMOR: 62/KEP/M.PAN/7/2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS Dl LINGKUNGAN DEPARTEMEN DAN LEMBAGA PEMERINTAH NON-DEPARTEMEN Diterbitkan oleh : ' KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA 2903

Transcript of republik indonesia - PERPUS MENPAn

Kementerian Aparatur Negara asl Blrokrasl

MENTER! PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERIPENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA

NOMOR: 62/KEP/M.PAN/7/2003

TENTANG

PEDOMAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS Dl LINGKUNGAN DEPARTEMEN DAN LEMBAGA PEMERINTAH

NON-DEPARTEMEN

Diterbitkan oleh : ' KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA 2903

MENTERI PENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA

REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERIPENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA

NOMOR: 62/KEP/M.PAN/7/2003

TENTANG

PEDOMAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS Dl LINGKUNGAN DEPARTEMEN DAN LEMBAGA PEMERINTAH -NON-DE ~1Er.1E~

,~_, ........ ~ . '..) ~ '• ,. ...

,.,~ • ~ ~-s-..,.·, ·?' 0... _, .... .,.,..- .. ~~

~ . ' . y c:r: l' ... · . ·•

'~I. , ' ; ..<.

'U) '· "'> .: . ./-:: ... , ~\- : --.- •. • _:> +-

'· ~ , ~-4 )If . ~ .. ') .. ,,d. ~

~ Diterbitkan o

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2003

MENTER I

PEND A Y AGl INAAN APARA TlJR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

NOMOR: 62/KEP/M.PAN/7/2003

TENTANG

PEDOMAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS 01

LINGKUNGAN DEPARTEMEN DAN LEMBAGA PEMERINT AH

NON.{)EPARTEMEN

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

Menimbang a. bahwa dalam rangka memberikan arah dan

acuan dalam penataan organisasi Unit

Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen dan

Lembaga Pemerintah Non-Departemen, perlu

menetapl<an pedoman organisasi Unit Pelaksana

Teknis;

b. bahwa sehubungan dengan huruf a, dipandang

perlu menetapkan pedoman dimaksud dalam

bentuk Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara;

Mengingat

Menetapkan

PERTAMA

2

1 . Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2003;

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2002;

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non­Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2003;

4. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 95/KEP/M.PAN/11/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara;

MEMUTUSKAN:

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen dan Lembaga Pemerintah Non-Departemen.

KEDUA

KETIGA

KEEMPAT

Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Keputusan ini adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

Dengan berlakunya Keputusan ini, Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 106 Tahun 1994 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis, Unit Pelaksana Daerah, dan Unit Pelaksana Teknis Dinas, dinyatakan tidak berlaku.

Keputusan ini oerlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di pada tanggal

Jakarta 8 Juli 2003

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara,

Feisal Tamin

3

Lampiran Keputusan Men.PAN Nomor 62/KEP/M.PAN/7/2003 Tanggal : 8 Juli 2003

I. PENDAHULUAN

1 . Keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan salah satunya

ditentukan oleh sejauh mana efektivitas kelembagaan

Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Tugas­

tugas pemerintahan itu sendiri senantiasa berkembang seiring

dengan perubahan cara pandang (paradigma) dalam

penyelenggaraan pemerintahan, terutama perubahan peran

Pemerintah yang lebih berperan sebagai pengarahan (steer­ing) daripada sebagai pelaksanaan (rowing).

2. Meskipun peran Pemerintah lebih dititikberatkan sebagai

pengarah, tidak berarti Pemerintah tidak boleh sebagai pelaksana. Oleh karena itu Pemerintah masih melakukan

tugas pelaksanaan terhadap sejumlah tugas pemerintahan

tertentu yang bersifat operasional. Tugas pemerintahan tertentu

tersebut dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dalam rangka efisiensi dan efektivitas

pelaksanaan tugas pemerintahan dan pelayanan kepada

masyarakat.

3. Dalam tatanan kelembagaan Pemerintah yang berlaku

terutama di lingkungan Departemen dan Lembaga Pemerintah

Non-Departemen (LPND), pelaksanaan tugas-tugas

pemerintahan diwadahi dalam suatu organisasi tertentu sesuai

dengan karakteristiknya. Penyelenggaraan tugas pokok

dilaksanakan oleh unit organik, sedangkan tugas-tugas yang

bersifat teknis baik teknis penunjang (menunjang tugas

pokok) maupun teknis operasional (secara langsung

berhubungan dengan masyarakat) dilaksanakan oleh unit organisasi yaitu Unit Pelaksana Teknis (UPT).

4. Dengan adanya perkembangan pelaksanaan tugas UPT dan perubahan lingkungan serta tuntutan masyarakat, maka diperlukan pengaturan kembali organisasi UPT. Pengaturan tersebut diarahkan pada terwujudnya organisasi UPT yang profesional, responsif, adaptif, inovatif dan memiliki kemandirian dalam pengelolaannya.

5. Sehubungan dengan hal tersebut, dipandang perlu menyempumakan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 106 Tahun 1994 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis, Unit Pelaksana Daerah, dan Unit Pelaksana Teknis Dinas.

II. KETENTUAN UMUM

2

1. Pengertian

a. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah satuan organisasi yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang dari organisasi induknya.

b. Tugas teknis operasional adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat.

c. Tugas teknis penunjang adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis yang pada prinsipnya dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas organisasi induknya.

d. Organisasi induk adalah unit organisasi pada Departemen

atau LPND yang membawahkan UPT yang bersangkutan,

seperti Direktorat Jenderal , Badan, Deputi, Direktorat.

Pusat dan lnstansi Vertikal.

e. Organisasi yang bersifat mandiri adalah organisasi yang

kegiatannya secara organik terpisah dari organisasi

induknya dan secara otonom mengelola kepegawaian,

keuangan dan perlengkapan sendiri.

Ill. TUJUAN

Tujuan pedoman ini adalah untuk memberikan arah dan

acuan dalam penataan organisasi UPT di lingkungan Departemen

dan LPND.

IV. KEDUDUKAN

1. Kedudukan UPT di lingkungan:

Departemen, dapat berada di bawah:

1) Direktorat Jenderal;

2) Badan;

3) Direktorat;

4) Pusat; ,. A 1--

5) lnstansi Vertika .

LPND, dapat berada di bawah:

1) Deputi; I • J , ·

2) Oirektorat;

3) Pusat.

2. Penetapan kedudukan UPT ditentukan berdasarkan:

a. hubungan pertanggungjawaban antara UPT yang

bersangkutan dengan organisasi induknya;

3

b. ruang lingkup tugas UPT dalam melaksanakan tugas unit

organisasi induknya;

c. efektivitas, kebutuhan koordinasi, dan hubungan kerja

dalam pelaksanaan tugas dan fungsi UPT.

V. TUGAS DAN LINGKUP KEGIATAN UPT

4

1. UPT mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis

operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang dari organisasi

induknya yang pada prinsipnya tidak bersifat pembinaan serta

tidak berkaitan langsung dengan perumusan dan penetapan

kebijakan publik.

2. Lingkup kegiatan UPT pada dasarnya tidak mengenal batas

wilayah administrasi pemerintahan, karena sifat kegiatannya

dapat melampaui atau tanpa dibatasi wilayah administrasi

pemerintahan tertentu. Contoh: Balai Pendidikan dan

Pelatihan, lingkup kegiatan tidak dibatasi wilayah administrasi

pemerintahan tertentu.

3. Mengingat tugas dan lingkup kegiatan UPT, maka UPT yang

satu tidak membawahkan UPT yang lain. Namun demikian,

Menteri atau Kepala LPND yang bersangkutan dapat

menetapkan mekanisme koordinasi pembinaan antara satu

UPT dengan satu/beberapa UPT lainnya dengan tujuan sebagai

berikut:

a. menjamin efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas yang

secara teknis memerlukan jaringan kerja sistemik dalam

pelaksanaannya;

b. menyederhanakan rentang kendali.

VI. KRITERIA PENET APAN BESARAN ORGANISASI DAN ESELON

1 . Kriteria penetapan besaran organisasi dan eselon UPT secara

kumulatif ditentukan berdasarkan:

a. kedudukan, tugas, fungsi. dan kewenangan;

b. ruang lingkup dan jangkauan pelayanan;

c. volume/beban kerja;

d. koordinasi dan hubungan kerja dengan instansi Pemerintah

dan/atau lembaga lainnya.

2. Apabila jumlah suatu jenis UPT di lingkungan Departemen

atau LPND mempunyai variasi dilihat dari volume/beban kerja,

maka UPT tersebut dapat dilakukan klasifikasi. Menteri atau

Kepala LPND menetapkan klasifikasi UPT dimaksud

berdasarkan kriteria tertentu dengan persetujuan tertulis dari

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Klasifikasi tersebut

merupakan salah satu pertimbangan dalam penetapan besaran

organisasi sebagaimana dimaksud dalam angka 1 .

VII. NOMENKLATUR, POLA ORGANISASI, DAN ESELONISASI

1 . Nomenklatur pada UPT adalah sebagai berikut:

a. Balai Besar;

b. Balai;

C. Loka;

d. Pos.

2. Departemen atau LPND dapat menggunakan nomenklatur lain

yang spesifik sesuai dengan karakteristik UPT yang

bersangkutan atau berdasarkan ketentuan dan/atau kelaziman

yang telah berlaku.

3. Pola Organisasi UPT pada Departemen atau LPND, adalah

sebagai berikut:

5

6

a. Balai Besar atau nomenklatur lain terdiri dari:

1) Kepala; 2) Bagian Tata Usaha, terdiri dari sebanyak-banyal

3 (tiga) Subbagian;

3) Sebanyak-banyaknya 4 (empat) Bidang dan ma~

masing Bidang terdiri dari sebanyak-banyaknya 2 (

Seksi;

4) Kelompok Jabatan Fungsional.

b. Balai atau nomenklatur lain, terdiri dari:

1) Kepala; 2) Subbagian Tata Usaha;

3) Sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Seksi;

4) Kelompok Jabatan Fungsional.

c. Loka atau nomenklatur lain, terdiri dari:

1) Kepala; 2) Petugas Tata Usaha; 3) Kelompok Jabatan Fungsional.

d. Pos atau nomenklatur lain terdiri dari:

1) Kepala;

2) Petugas Tata Usaha; 3) Kelompok Jabatan Fungsional.

4. Eselonisasi Jabatan di lingkungan UPT adalah sebagai bel

a. Balai Besar atau Nomenklatur lain terdiri dari:

1) Kepala adalah jabatan eselon ll.b; 2) Kepala Bagian dan Kepala Bidang adalah jab.

eselon lll.b; 3) Kepala Subbagian atau Kepala Seksi adalah jab•

eselon IV.a.

b. Balai atau nomenklatur lain, terdiri dari:

1) Kepala adalah jabatan eselon lll.b atau Ill. a;

2) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi adalah jabatan

eselon IV.b atau IV.a;

c. Loka atau Nomenklatur lain, terdiri dari:

1) Kepala adalahjabatan eselon IV.b atau IV.a;

2) Petugas Tata Usaha adalah jabatan non-eselon.

d. Pos atau Nomenklatur lain, terdiri dari:

1) Kepala adalah jabatan eselon V.a;

2) Petugas Tata Usaha adalahjabatan non-eselon.

5. Pada UPT yang secara geografis mempunyai jangkauan

pelayanan cukup luas, untuk memudahkan pelaksanaan tugas

UPT dapat dibentuk Wilayah Kerja/Satuan Kerja non-struktural.

VIII. EVALUASI ORGANISASI

1. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi, Menteri

atau Kepala LPND melakukan evaluasi kine~a organisasi UPT

yang bersangkutan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu

tahun.

2. Hasil evaluasi sebagaimana tersebut dalam butir 1 digunakan

sebagai dasar penilaian untuk penataan UPT selanjutnya.

IX. KETENTUAN LAIN-LAIN

1 . Penataan organisasi UPT di lingkungan Departemen dan LPND

dilakukan secara selektif dengan didahului pengkajian secara

mendalam serta dilengkapi dengan data pendukung yang

obyektif.

7

2. UPT yang pada saat berlakunya Keputusan ini sudah ditetapkan

sebagai eselon ll.a dapat dinyatakan masih tetap berlaku.

3. Pola organisasi UPT yang pada saat berlakunya Keputusan

ini melebihi pola maksimal, dapat dinyatakan masih tetap

berlaku.

X. PENUTUP

8

Penataan UPT dilakukan berdasarkan pedoman ini.

Organisasi UPT ditetapkan oleh Menteri atau Kepala LPND yang

bersangkutan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara.

Jakarta, 8 Juli 2003

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara,

Feisal Tamin

catatan:

catatan :

PERPUSTAKAAN

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi

Jl. Jend. Sudirman Kav. 69 Jakarta Selatan

TANGGAL PINJAM II TANGGAL KEMBALI

..