Post on 07-Jan-2023
|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021
22
PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH DAN TOKOH
SEJARAH ISLAM DI INDONESIA
Ahmad Agus Gustaman
SMPN 1 Margahayu Kab. Bandung ahmadagustaman@email.com
Abstract
Lack of interest in learning about historical heritage materials and Islamic historical figures in Indonesia. This can be seen from the learning achievement of students who are less than the KKM as many as 59.38%. Researchers use photo and image media to improve student learning outcomes, because photo and image media are concrete so students will be able to see clearly what is being discussed. This Classroom Action Research uses John Elliot's CAR Model, covering 2 cycles, each cycle consisting of four stages, namely: planning, implementing, observing, and reflecting. The research location is in SMP Negeri 1 Margahayu Kab. Bandung. The object of research is the students of grade 9 J, totaling 40 people. The results showed that in the pre-cycle of students who scored above the KKM (completed) there were 18 people with an average score of 64.87 or 45% of all students. In the first cycle of students who are above the KKM score as many as 22 people with an average value of all students 72.37 or 62.5%, in the first cycle there is an increase of 17.5% from the completion of pre-cycle activities. Then the average value in the second cycle of students who completed reached 40 people with an average value of 79.5 students who achieved 100% completeness, were in very good qualifications and experienced an increase of 37.5% from cycle I. This shows increasing student learning outcomes on historical heritage materials and Islamic historical figures in Indonesia.
Keywords: Media, Historical Heritage, Student Learning Outcomes
Abstrak
Kurangnya minat belajar pada materi peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia. Hal tersebut terlihat dari prestasi belajar peserta didik yang kurang dari KKM yaitu sebanyak 59,38%. Peneliti menggunakan media foto dan gambar untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, karena media foto dan gambar bersifat konkret sehingga peserta didik akan dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang didiskusikan. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan Model PTK John Elliot, meliputi 2 siklus yang tiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Lokasi penelitian bertempat di SMP Negeri 1 Margahayu Kab. Bandung. Objek penelitian adalah siswa kelas 9 J yang berjumlah 40 orang. Hasil penelitian menunjukan pada pra siklus peserta didik yang mendapat nilai di atas KKM (tuntas) ada 18 orang dengan nilai rata-rata seluruh siswa 64,87 atau 45%. Pada siklus I peserta didik yang berada di atas nilai KKM sebanyak 22 orang dengan nilai rata-rata seluruh siswa 72,37 atau 62,5%, pada siklus I mengalami peningkatan 17,5% dari ketuntasan kegiatan pra siklus. Kemudian nilai rata-rata pada siklus II peserta didik yang tuntas mencapai 40 orang dengan nilai rata-rata seluruh siswa 79,5 yang mencapai ketuntasan 100%, berada pada kualifikasi sangat baik dan mengalami peningkatan 37,5% dari siklus I. Hal ini menunjukan meningkatnya hasil belajar peserta didik pada materi peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia.
Kata Kunci: Media, Peninggalan Sejarah, Hasil Belajar Peserta Didik
PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|
23
PENDAHULUAN
Salah satu hakekat pendidikan adalah proses mengarahkan anak pada
pertumbuhan yang makin sempurna. Melalui pendidikan anak diharapkan dapat
diarahkan secara terprogram untuk mencapai penguasaan pengetahuan,
keterampilan dan sikap tertentu demi tugas-tugas profesional dan hidup. Dalam hal
ini, pendidikan mengarahkan anak pada hal yang bersifat occupation-oriented atau
training for life.
Pendidikan tidak akan terselenggara dengan baik bilamana para tenaga
kependidikan maupun peserta didik tidak didukung oleh sumber belajar, metode
atau pendekatan, dan media yang diperlukan untuk menyelenggarakan kegiatan
belajar yang bersangkutan. Terlebih dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) ini, karena pembelajaran PAI memfungsionalkan dan merealisasikan ilmu-ilmu
yang bersifat teoritik dan praktik ke dalam kehidupan nyata di masyarakat. Oleh
karenanya substansi materi PAI menginteraksikan dan pengorganisasiannya secara
pedagogik dari berbagai ilmu yang diperuntukan bagi pembelajaran di tingkat
persekolahan. Sehingga melalui pembelajaran SKI pada pelajaran PAI diharapkan
siswa tidak hanya mampu menguasai teori-teori kehidupan nyata di masyarakat
sebagai insan sosial.
Dalam realitasnya, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang secara
dinamis. Semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpiki, keterampilan
sosial, keteremapilan akademik, dan keterampilan vokalissional mutlak harus
dilaksanakan.
Dari hasil belajar kelas 9 J SMP Negeri 1 Margahayu ternyata mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang merupakan bagian dari pelajaran PAI adalah
mata pelajaran yang kurang diminati oleh para siswa. Hal ini dikarenakan
pembelajaran SKI lebih banyak menyajikan materi berupa teks-teks bacaan yang
dirasa oleh peserta didik kurang menarik. Dengan kata lain mata pelajaran SKI adalah
pembelajaran yang membosankan. Disamping itu metode ceramah yang
|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021
24
mendominasi proses pembelajaran oleh seorang guru semakin mengesankan sifat
monoton yang dimiliki oleh mata pelajaran SKI.1
Kurangnya penguasaan peserta didik dalam mata pelajaran SKI dapat terlihat
dari nilai yang diperoleh. Penguasaan peserta didik dalam mata pelajaran SKI tentang
peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia masih rendah, kurang dari
KKM yang ditetapkan yaitu 70. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penguasaan
peserta didik sekitar 55% atau 22 orang siswa kelas 9 J termasuk dalam kategori
belum tuntas dengan nilai rata-rata kelas yaitu 64,87. Sehingga perlu menggunakan
metode pembelajaran ya tepat untuk mengatasi penguasaan peserta didik dalam
mata pelajaran SKI.
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat diharapkan dapat
meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang dipelajari. Khusus
untuk materi peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia dapat
dilaksanakan dengan penggunaan media foto dan gambar sehingga pengajaran akan
lebih menarik perhatian peserta didik dan dapat menumbuhkan motivasi belajar. Di
samping itu penggunaan media ini menyebabkan bahan pengajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya
menguasai dan mencapai tujuan pengajaran.
METODE PENELITIAN
Metode pembelajaran yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini
adalah penggunaan Media Foto dan Gambar (Graphics). Kata “media” sendiri berasal
dari bahasa latin Medius yang berarti ‘tengah’ atau ‘perantara’ atau ‘pengantar’.
Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan (Arsyad, 2003:3). Untuk memperoleh data yang diharapkan
sesuai dengan tujuan pokok, masalah penelitian sangat tergantung pada metode yang
digunakan, karena metode menurut Sugiyono (2009:2) adalah “Cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Metode dapat
memberikan gambaran kepada peneliti mengenai langkah-langkah yang harus
1 Budi Sujati, Kurikulum dan Pembelajaran pada Sejarah dan Kebudayaan Islam di MTs
Kifayatul Akhyar Kota Bandung. (Indramayu: Jurnal Sinau; Jurnal Ilmu Pendidikan dan Humaniora
STKIP Pangeran Dharma Kusuma Indramayu Vol. 6 No. 2 Tahun 2020), 4.
PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|
25
dilakukan dan pemilihan metode yang tepat dapat membantu peneliti dalam
memecahkan permasalahannya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Analitik melalui
Penelitian Tindakan Kelas, yaitu studi yang digunakan untuk mengumpulkan data,
mendeskripsikan, mengolah, menganalisa, menyimpulkan dan menafsirkan data
sehingga memperoleh gambaran yang sistematis.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMP Negeri 1 Margahayu kelas 9J
Kab. Bandung, dimana peneliti bertugas sebagai tenaga pengajar. Pemilihan lokasi
sekolah di SMP Negeri 1 Margahayu kelas 9J sebagai tempat penelitian ditetapkan
dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Lokasi sekolah tempat peneliti, peneliti bertindak sebagai guru kelas 9J
akan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan.
2. Masih terdapatnya sejumlah permasalahan yang dihadapi guru sebagai
peneliti yang bersangkutan dengan pelaksanaan pembelajaran, khususnya
dalam pembelajaran Sejarah Islam dengan materi peninggalan sejarah dan
tokoh sejarah Islam di Indonesia.
Ruangan yang digunakan sebagai tempat belajar kelas 9 J cukup memadai,
sehingga tidak ada siswa yang duduk berhimpitan. Dengan ruang dan kursi diduduki
oleh dua orang siswa, memungkinkan guru menjalankan proses pembelajaran.
Situasi pembelajaran diantaranya belajar melalui pengamatan lingkungan sekitar,
tanya jawab, membuat laporan untuk diinformasikan kepada siswa lain dan
melakukan refleksi.
Pelaksanaan penelitian pada mata pelajaran PAI mengenai Sejarah Islam
tentang peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia ini dilakukan 2
siklus, tiap siklus dilakukan 1 kali pertemuan. Kegiatan siklus I dilaksanakan Kamis, 8
Agustus 2019. Sedangkan siklus II dilaksanakan pada Kamis, 15 Agustus 2019.
|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021
26
Untuk lebih jelasnya pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
No Hari/Tanggal Mata Pelajaran Siklus Keterangan
1
2
Kamis, 8 Agustus 2019
Kamis, 15 Agustus 2019 PAI I
40 peserta didik
22 laki-laki dan 18 perempuan 3
4
Kamis, 22 Agustus 2019
Kamis, 29 Agustus 2019 PAI II
Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMP Negeri 1 Margahayu
Kecamatan Margahayu, Kab. Bandung Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah siswa kelas 9 J yang terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
Sasaran penelitian adalah proses pembelajaran peninggalan sejarah dan tokoh
sejarah Islam di Indonesia melalui penggunaan media foto dan gambar.
Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka peneliti menggunakan instrumen
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Tes Uji Kompetensi
Tes uji kompetensi adalah data untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran PAI dengan materi Sejarah Islam yang dilaksanakan setelah materi
selesai dipelajari dengan penggunaan media foto dan gambar dengan materi
peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia.
2. Lembar Observasi
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan format observasi sistematis.
Observasi sistematis merupakan observasi yang mengandalkan penggunaan koding
atau skala interaksi dengan melihat interaksi guru dengan murid. Lembar observasi
disusun untuk mengamati peneliti dalam melaksanakan tindakan kelas, kondisi kelas,
dan keaktifan kelas dalam proses pembelajaran. Observasi tindakan kelas dilakukan
oleh guru lain atau teman sejawat yang bertindak sebagai observer.
Prosedur Pelaksanaan PTK
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan proses pengkajian melalui sistem
berdaur dari berbagai kegiatan. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan Model
PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|
27
PTK John Elliot seperti dalam Muslihuddin (2011:72), karena model John Elliot lebih
terperinci dan detail. Model PTK john Elliot terdiri dari empat tahap, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahapan-tahapan Model PTK
john Elliot tersebut dapat terlihat lebih jelas digambarkan oleh gambar berikut ini:
Desain Penelitian Tindakan Kelas
Model John Elliot
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan (action/intervention) merupakan pelaksanaan dari
perencanaan yang kemudian dilaksanakan peneliti untuk mengatasi masalah. Selama
melaksanakan tindakan, guru sebagai pelaksana intervensi tindakan mengacu pada
program yang telah disiapkan dan disepakati bersama dengan teman sejawat.
Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama.
Hari/Tanggal : Kamis, 8 Agustus 2019
Jam ke : 9- 10 ( 12.50 – 14.10 WIB)
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Melaksanakan skenario pembelajaran yang telah ditentukan.
c. Merefleksi materi pembelajaran yang dianggap sulit oleh para peserta
didik dengan penggunaan media foto dan gambar.
|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021
28
d. Membagikan LKS sebagai sarana dalam proses pembelajaran.
e. Guru memperlihatkan foto dan gambar peninggalan-peninggalan sejarah
Islam di Indonesia.
f. Melaksanakan refleksi hasil kerja peserta didik sebagai bahan untuk tindak
lanjut pada pertemuan kedua siklus I.
g. Melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya.
h. Mencatat hasil kegiatan yang dilakukan guru tentang kejadian-kejadian
yang ditemukan di kelas.
2. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama.
Hari/Tanggal : Kamis, 8 Agustus 2019
Jam ke : 9 - 10 ( 12.50 – 14.10 WIB)
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Melaksanakan skenario pembelajaran yang telah ditentukan.
c. Merefleksi materi pembelajaran yang dianggap sulit oleh para peserta
didik dengan penggunaan media foto dan gambar.
d. Guru memperlihatkan foto dan gambar peninggalan-peninggalan sejarah
Islam di Indonesia.
e. Siswa mengerjakan soal kompetensi.
f. Melaksanakan refleksi hasil kerja peserta didik sebagai bahan untuk tindak
lanjut pada kegiatan siklus II.
g. Melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya.
h. Mencatat hasil kegiatan yang dilakukan guru tentang kejadian-kejadian
yang ditemukan di kelas.
Setelah melihat permasalahan pada perbaikan siklus I peneliti akan berusaha
agar kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diminimalisir bahkan
dapat ditingkatkan ke tujuan yang lebih baik. Sehingga hasil belajar peserta didik
menjadi tujuan perbaikan yang harus dicapai pada perbaikan siklus II.
PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|
29
Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan
sebagai berikut:
3. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua.
Hari/Tanggal : Kamis, 15 Agustus 2019
Jam ke : 9 - 10 ( 12.50 – 14.10 WIB)
a. Menindaklanjuti hasil analisis/observasi kegiatan pembelajaran pada
siklus I.
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
c. Melaksanakan skenario pembelajaran yang telah ditentukan.
d. Guru memperlihatkan foto dan gambar tokoh-tokoh sejarah Islam di
Indonesia.
e. Membagikan LKS sebagai sarana dalam proses pembelajaran.
f. Melaksanakan refleksi hasil kerja peserta didik sebagai bahan untuk tindak
lanjut pada pertemuan kedua siklus II.
g. Melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya.
h. Mencatat hasil kegiatan yang dilakukan guru tentang kejadian-kejadian
yang ditemukan di kelas.
4. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua.
Hari/Tanggal : Kamis, 22 Agustus 2019
Jam ke : 9 -10 ( 12.50 – 14.10 WIB)
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Melaksanakan skenario pembelajaran yang telah ditentukan.
c. Merefleksi materi pembelajaran yang dianggap sulit oleh para peserta
didik dengan penggunaan media foto dan gambar.
d. Guru memperlihatkan foto dan gambar tokoh-tokoh sejarah Islam di
Indonesia.
e. Siswa mengerjakan soal kompetensi.
f. Melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya.
|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021
30
g. Mencatat hasil kegiatan yang dilakukan guru tentang kejadian-kejadian
yang ditemukan di kelas.
Materi Peninggalan Sejarah dan Tokoh Sejarah Islam di Indonesia
Peninggalan Islam yang dapat kita saksikan hari ini merupakan perpaduan
antara kebudayaan Islam dan kebudayaan setempat. Hasil-hasil kebudayaan yang
bercorak Islam dapat kita temukan antara lain dalam bentuk bangunan (masjid,
makam, istana), seni dan tradisi.
Berikut ini bahasan materi mengenai peninggalan-peninggalan sejarah
bercorak Islam di Indonesia bersumber pada buku pegangan guru berjudul
Pendidikan Agama Islam Kelas 9, Penerbit Erlangga.
Masjid
Masjid merupakan tempat shalat umat Islam. Masjid tersebar di berbagai
daerah. Namun, biasanya masjid didirikan pada tepi barat alun-alun dekat istana.
Alun-alun adalah tempat bertemunya rakyat dan rajanya. Masjid merupakan tempat
bersatunya rakyat dan rajanya sebagai sesama mahkluk Illahi dengan Tuhan. Raja
akan bertindak sebagai imam dalam memimpin shalat.
Bentuk dan ukuran masjid bermacam-macam. Namun, yang merupakan ciri
khas sebuah masjid ialah atap (kubahnya). Masjid di Indonesia umumnya atap yang
bersusun, makin ke atas makin kecil, dan tingkatan yang paling atas biasanya
berbentuk limas. Jumlah atapnya selalu ganjil. Bentuk ini mengingatkan kita pada
bentuk atap candi yang denahnya bujur sangkar dan selalu bersusun serta puncak
stupa yang adakalanya berbentuk susunan payung-payung yang terbuka. Dengan
demikian, masjid dengan bentuk seperti ini mendapat pengaruh dari Hindu-Buddha.
Beberapa di antara masjid-masjid khas Indonesia memiliki menara, tempat
muadzin menyuarakan adzan dan memukul bedug. Contohnya menara Masjid Kudus
yang memiliki bentuk dan struktur bangunan yang mirip dengan bale kul-kul di Pura
Taman Ayun. Kul-kul memiliki fungsi yang sama dengan menara, yakni memberi
informasi atau tanda kepada masyarakat mengenai berbagai hal berkaitan dengan
kegiatan suci atau yang lain dengan dipukulnya kul-kul dengan irama tertentu.
PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|
31
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk masjid, dapat kita lihat antara lain
pada beberapa masjid berikut:
No. Nama Masjid Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan
1 Masjid Agung Demak Demak, Jateng Abad 14 M K. Demak
2 Masjid Ternate Ternate, Ambon Abad 14 M K. Ternate
3 Masjid Sunan Ampel Surabaya, Jatim Abad 15 M -
4 Masjid Kudus Kudus, Jateng Abad 15 M -
5 Masjid Banten Banten Abad 15 M K. Banten
6 Masjid Cirebon Cirebon, Jabar Abad 15 M K. Cirebon
7 Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh Abad 15 M K. Aceh
8 Masjid Katangga Katangga, Sulsel Abad 16 M K. Gowa
Gambar 1: Masjid Agung Demak
Makam dan Nisan
Makam memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan hasil kebudayaan.
Makam biasanya memiliki batu nisan. Di samping kebesaran nama orang yang
dikebumikan pada makam tersebut, biasanya batu nisannya pun memiliki nilai
budaya tinggi. Makam yang terkenal antara lain makam para anggota Walisongo dan
makam raja-raja. Pada makam orang-orang penting atau terhormat didirikan sebuah
rumah yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah.
Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain.
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk makam dapat kita lihat antara lain pada
beberapa makam berikut:
Makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid Azisi, Langkat)
Makam Walisongo
Makam Imogiri (Yogyakarta)
|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021
32
Makam Raja Gowa
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk nisan dapat kita lihat antara lain pada
beberapa nisan berikut:
Di Leran, Gresik (Jawa timur) terdapat batu nisan bertuliskan bahasa dan
huruf Arab, yang memuat keterangan tentang meninggalnya seorang
perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang berangkat tahun 475 Hijriah
(1082 M);
Di Sumatra (di pantai timur laut Aceh utara) ditemukan batu nisan Sultan
Malik alsaleh yang berangkat tahun 696 Hijriah (!297 M);
Di Sulawesi Selatan, ditemukan batu nisan Sultan Hasanuddin;
Di Banjarmasin, ditemukan batu nisan Sultan Suryana Syah; dan
Batu nisan di Troloyo dan Trowulan.
Istana
Istana adalah tempat tinggal raja atau sultan beserta keluarganya. Istana
berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Adanya istana sebenarnya karena pengaruh
Hindu dan Buddha. Setelah Islam masuk, tradisi pembangunan istana masih
berlangsung. Akibatnya, pada bangunan istana yang bercorak Islam, pengaruh Hindu
dan Buddha masih tampak. Saat ini peninggalan Islam yang berupa Istana tinggal
beberapa saja.
Gambar 2 : Keraton Kesultanan Yogyakarta
PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|
33
No. Nama Istana Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan
1 Istana Kesultanan Ternate Ternate, Ambon Abad 14 M K. Ternate
2 Istana Kesultanan Tidore Tidore, Ambon Abad 14 M K. Tidore
3 Keraton Kasepuhan Cirebon, Jabar Abad 15 M K. Cirebon
4 Keraton Kanoman Cirebon, Jabar Abad 15 M K. Cirebon
5 Keraton Kesultanan Aceh NAD Abad 15 M K. Aceh
6 Istana Sorusuan Banten Abad 15 M K. Banten
7 Istana Raja Gowa Gowa, Sulsel Abad 16 M K. Gowa
8 Keraton Kasultanan Yogyakarta Abad 17 M K. Mataram
9 Keraton Pakualaman Yogyakarta Abad 17 M K. Mataram
Kaligrafi
Salah satu peninggalan Islam yang cukup menarik dalam seni tulis ialah kaligrafi.
Kaligrafi adalah menggambar dengan menggunakan huruf-huruf arab. Kaligrafi dapat
ditemukan pada makam Malik As-Saleh dari Samudra Pasai.
No. Kaligrafi Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan
1 Makam Fatima binti Maimun Gresik, Jatim Abad 13 M -
2 Makam Ratu Nahrasiyah Samudra Pasai Abad 14 M S. Pasai
3 Makam Maulana Malik Ibrahim Gresik, Jatim Abad 15 M -
4 Makam S. Giri Gresik, Jatim Abad 15 M -
5 Makam S. Gunung Jati Cirebon, Jabar Abad 15 M Cirebon
6 Makam S. Kudus dan S. Muria Kudus, Jateng Abad 15 M -
7 Makan Sunan Kalijaga Demak, Jateng Abad 15 M Demak
8 Makan raja-raja Banten Banten Abad 15 M Banten
9 Makam raja-raja Mataram Imogiri Abad 16 M Mataram
10 Makam raja-raja Mangkunegaran Astana Giri Abad 16 M Mataram
11 Makam raja-raja Gowa Katangga Abad 16 M Gowa
|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021
34
Tokoh-Tokoh Sejarah Islam di Indonesia
Berikut ini bahasan materi tokoh-tokoh sejarah Islam di Indonesia bersumber
pada buku pegangan guru berjudul Pendidikan Agama Islam kelas 9 Penerbit
Erlangga.
Agama Islam masuk ke wilayah Indonesia dibawa oleh para pedagang dari Arab
dan Gujarat. Mula-mula Islam dikenal dan berkembang di daerah Sumatra Utara,
tepatnya di Pasai dan Peurlak. Dari daerah tersebut, Agama Islam terus menyebar ke
hampir seluruh wilayah Nusantara. Agama Islam dapat diterima dengan mudah oleh
masyarakat Indonesia waktu itu. Mengapa agama Islam dapat diterima dengan
mudah? Sebab-sebabnya antara lain sebagai berikut.
Syarat-syarat untuk masuk Islam tidak sulit. Untuk masuk Islam seseorang
cukup mengucapkan dua kalimat syahadat.
Peran ulama, kyai, dan para pendakwah giat melakukan siar agama. Banyak
tokoh penyebar agama Islam menggunakan sarana budaya setempat.
Misalnya, beberapa wali di Pulau Jawa menggunakan sarana wayang untuk
sarana dakwah.
Sultan Malik As-Saleh (Samudera Pasai)
Sultan Malik Al-Saleh adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudera
Pasai. Sebelum menjadi raja beliau bergelar Merah Sile atau Merah Selu. Beliau
adalah putera Merah Gajah. Diceritakan Merah Selu mengembara dari satu tempat ke
tempat lain. Akhirnya, beliau berhasil diangkat menjadi raja di suatu daerah, yaitu
Samudra Pasai. Merah Selu masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail,
seorang Syarif Mekah. Setelah masuk Islam, Merah Selu diberi gelar Sultan Malik Al-
Saleh atau Sultan Malikus Saleh. Sultan Malik Al-Saleh wafat pada tahun 1297 M.
Sultan Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda adalah sultan Aceh yang ke-12. Beliau memerintah
tahun 1606-1637. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalami
puncak kemakmuran dan kejayaan. Aceh memperluas wilayahnya ke selatan dan
memperoleh kemajuan ekonomi melalui perdagangan di pesisir Sumatera Barat
sampai Indrapura. Aceh meneruskan perlawanan terhadap Portugis dan Johor untuk
merebut Selat Malaka. Sultan Iskandar Muda menaruh perhatian dalam bidang
agama. Beliau mendirikan sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Baiturrahman.
PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|
35
Beliau juga mendirikan pusat pendidikan Islam atau dayah. Pada masa inilah, di Aceh
hidup seorang ulama yang sangat terkenal, yaitu Hamzah Fansuri.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, disusun sistem perundang-
undangan yang disebut Adat Mahkota Alam. Sultan Iskandar Muda juga menerapkan
hukum Islam dengan tegas. Bahkan beliau menghukum rajam puteranya sendiri.
Ketika dicegah melakukan hal tersebut, beliau mengatakan, “Mati anak ada
makamnya, mati hukum ke mana lagi akan dicari keadilan.” Setelah beliau wafat,
Aceh mengalami kemunduran.
Sunan Gunung Jati Cirebon Jawa Barat
Sunan Gunung Jati adalah wali yang banyak berjasa dalam menyebarkan
agama Islam di daerah Jawa Barat. Beliau masih keturunan raja Pajajaran, Prabu
Siliwangi. Ibunya, Nyai Larang Santang, adalah putri Prabu Siliwangi. Sementara
ayahnya, Maulana Sultan Mahmud (Syarif Abdullah), adalah seorang bangsawan
Arab. Nama kecil beliau adalah Syarif Hidayatullah. Ketika dewasa, Syarif
Hidayatullah memilih berdakwah ke Jawa, daripada menetap di tanah kelahirannya,
Arab. Beliau menemui pamannya Raden Walangsungsang di Cirebon. Setelah
pamannya wafat, beliau menggantikan kedudukannya. Syarif Hidayatullah berhasil
meningkatkan Cirebon menjadi sebuah kesultanan.
Setelah Cirebon menjadi kerajaan Islam, Sunan Gunung Jati berusaha mempengaruhi
Kerajaan Pajajaran yang belum menganut Islam. Dari Cirebon Sunan Gunung Jati
mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain seperti Majalengka, Kuningan, Kawali
(Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Beliau meletakkan dasar bagi pengembangan dan
perdaganan Islam di Banten. Ketika beliau kembali ke Cirebon, Banten diserahkan
kepada Putranya, Sultan Maulana Hasanuddin yang kemudian menurunkan raja-raja
Banten. Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1570. Beliau dimakamkan di Gunung
Jati, Cirebon, Jawa Barat. Sunan Gunung Jati ini adalah termasuk Walisanga yang
menyebarkan Islam perwakilan dari Walisanga (9 Wali yang menyebarkan Islam di
Tanah Jawa).
|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021
36
Gambar 3 : Walisanga tokoh penyebar Islam di Tanah Jawa
Dato’ Ri Bandang dan Lain-Lain
Ada tiga mubalik asal Minangkabau yang merintis penyebaran Islam di
Sulawesi Selatan. Mereka adalah Dato ri Bandang (Abdul Makmur Khatib Tunggal),
Dato ri Patimang (Sulaiman Khatib Sulung), dan Dato ri Tiro (Jawad Khatib Bungsu).
Dato ri Bandang bersama dengan Dato Suleman datang ke Kerajaan Gowa-Tallo
untuk menyiarkan agama Islam. Mereka berdua dengan giat mengenalkan agama
Islam dan seluk-beluknya kepada masyarakat setempat. Lambat laun, banyak
masyarakat yang tertarik memeluk agama Islam. Setelah masuk Islam Sultan Gowa
tersebut bergelar Sultan Alauddin.
Tuan Tunggang Parangan
Tuan Tunggang Parangan adalah ulama yang menyebarkan agama Islam di
Kerajaan Kutai Kertanegara di Kalimantan Timur. Awalnya di kerajaan ini ada dua
ulama yang melakukan siar agama Islam yaitu Tuan Tunggang Parangan dan Dato ri
Bandang. Namun setelah beberapa lama, Dato ri Bandang kembali ke Makasar
(Kerajaan Gowa- Tallo) melanjutkan siar yang telah beliau rintis di sana. Tuan
Tunggang Parangan tetap tinggal di Kutai. Berkat ajaran Tuan Tunggang Parangan,
Raja Aji Mahkota memeluk Islam. Hal itu diikuti oleh putranya, Ai Di Langgar, yang
menggantikan kedudukannya. Keislaman Raja Mahkota diikuti juga oleh pangeran,
hulubalang, dan seluruh rakyat Kutai. Penduduk yang enggan masuk Islam semakin
terdesak masuk ke pedalaman. Kerajaan Kutai Kertanegara berganti nama menjadi
PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|
37
Kesultanan Kutai Kertanegara. Ajaran Islam berkembang pesat di kesultanan ini. Raja
memberlakukan undang-undang kesultanan yang berpedoman pada ajaran Islam.
Sultan Zainal Abidin
Zainal Abidin adalah raja Kerajaan Ternate (1486-1500). Beliau pernah pergi
ke Giri, untuk belajar agama Islam. Ketika kembali dari Giri, beliau berusaha
memasukkan ajaran Islam dalam pemerintahannya. Beliau juga berusaha
memperluas pengajaran Islam untuk rakyat. Beliau mendirikan pesantren dan
mendatangkan guru-guru (ulama) dari Jawa. Selain itu, Zainal Abidin juga berusaha
menyebarkan Islam lewat ekspansi kekuasaannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan media foto dan gambar
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam materi peninggalan sejarah
dan tokoh sejarah Islam di Indonesia, di kelas 9 J SMP Negeri 1 Margahayu Kab.
Bandung, diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:
Penggunaan Media Foto dan Gambar dapat meningkatkan kemampuan
peserta didik dalam memahami materi peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam
di Indonesia. Model pembelajaran dengan penggunaan media ajar foto dan gambar
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) dengan
materi materi peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia lebih efektif,
terlihat dari keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran tersebut,
dibandingkan dengan hanya peserta didik mendengarkan ceramah atau membaca
buku pegangan. Pada siklus I nilai keaktifan siswa tergolong “baik” mencapai 16
orang (40,00%), keaktifan “cukup” mencapai 12 orang (30%), sedangkan siswa
dengan keaktifan “kurang” mencapai 12 orang (30%). Kondisi tersebut berubah pada
siklus II dimana nilai keaktifan “baik” meningkat menjadi 40 orang (100%).
Penelitian dengan penggunaan media ajar foto dan gambar untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami materi peninggalan
sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia di kelas 9 J SMP Negeri 1 Margahayu
menunjukan perkembangan hasil kemampuan peserta didik yang meningkat. Hasil
tes awal, diperoleh gambaran kemampuan peserta didik dengan kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yaitu 70 mencapai 40% atau 16 peserta didik dari jumlah total
|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021
38
keseluruhan 40 orang, dengan nilai rata-rata kelas 63,59; nilai tertinggi 80 dan
terendah 50. Hasil siklus I kemampuan peserta didik yang mencapai ketuntasan
minimal meningkat menjadi 68,75% atau 22 orang, dengan nilai rata-rata kelas
67,65; nilai tertinggi 90 dan terendah 60. Dan pada kegiatan siklus II kemampuan
peserta didik mengalami peningkatan yang sangat signifikan hingga 100% peserta
didik berhasil mencapai ketuntasan minimal atau 40 dari total 40 orang dengan nilai
rata-rata kelas 83,75; nilai tertinggi 100 dan terendah 70.
PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|
39
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Budiono, et all. (2008). Strategi Memanfaatkan Media Gambar. [Online]. Tersedia:
(http://tpcommunity05.blogspot.com-/2008/05/strategi-memanfaatkan-
media-gambar.html): [19 Mei 2011]
Endang Susilaningsih dan Linda S. Limbong. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk
SD/MI Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Muslihudin. (2011). Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas dan Sekolah.
Bandung. Rizqi Press.
Sudjana dan Rivai. (1990). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
SKripsi
Mukhamad, Afif. (2008). Penggunaan Media Foto Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X-A MAN Kota Blitar. Skripsi.
Malang: Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang.
Jurnal
Sujati, Budi. (2020). Kurikulum dan Pembelajaran pada Sejarah dan Kebudayaan Islam
di MTs Kifayatul Akhyar Kota Bandung. (Indramayu: Jurnal Sinau; Jurnal
Ilmu Pendidikan dan Humaniora STKIP Pangeran Dharma Kusuma
Indramayu Vol. 6 No. 2).