Post on 16-May-2023
Buku-buku digital PATTIRO free download silahkan disebarluaskan untuk dimanfaatkan oleh Masyarakat. Tersedia di
APP Store dan Goggle Play dan Webstore distributor ebook.
Jl. Intan No.81, Cilandak Barat, Jakarta SelatanT:+62-21 7591 5498 | F:+62-21 751 2503
info@pattiro.org | www.pattiro.org | Facebook page PATTIRO
PATTIRO adalah sebuah Organisasi Non-Pemerintah yang didirikan 17 April 1999 di Jakarta, bergerak di isu-isu pemerintahan daerah dan keterbukaan informasi publik, denganmemanfaatkan pendekatan multistakeholder engagement.
Misi yang diemban oleh PATTIRO antara lain memperkuat kapasitas warga untuk berperan dalam proses pembuatan keputusan publik. PATTIRO mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Hubungi kami untuk Informasi dan kerjasama dibidang penelitian, fasilitator, Capacity Building, advokasi pelayanan publik, Perbaikan Pelayanan Publik, Reformasi Kebijakan Publik, dan Reformasi Manajemen Keuangan Publik
PATTIRO PUSAT ANALISIS DAN TELAAH REGIONAL
Modul PelatihanPejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
Diterbitkan atas Dukungan
Australia Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD)
untuk Program Community Access to Information (CATI)
Penulis:
Muhamad Yasin
Muhamad Fahazza
Patchurahman
Agus Salim
Wawanudin
Ahmad Rofik
Budi Rahardjo
Layout:
M. Arif Novianto
iii
Daftar Singkatan
UUD : Undang-Undang Dasar
UU : Undang-Undang
AIPD : Australia Indonesia Partnership for Decentralisation
PP : Peraturan Pemerintah
Keppres : Keputusan Presiden
Perda : Peraturan Daerah
Pergub : Peraturan Gubernur
Perbup : Peraturan Bupati
Kemkoinfo : Kementerian Komunikasi dan Informasi
Kemendagri : Kementerian Dalam Negeri
KIP : Komisi Informasi Pusat
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
PPID : Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
PATTIRO : Pusat Telaah dan Informasi Regional
CSO /OMS : Civil Society Organization/OrganisasiMasyarakatSipil
NTB : Nusa Tenggaran Barat
NTT : Nusa Tenggara Timur
PNS : Pegawai Negeri Sipil
Perki : Peraturan Komisi Informasi
SKPD : Satuan Kerja PerangkatDaerah
SOP : Standar Operasional Prosedur
Good Governance : Tata Pemerintahan yang Baik
Open Government : Pemerintahan yang Terbuka
SDA : Sumber Daya Alam
SDM : Sumber Daya Manusia
LPSE : Layanan Pengadaan Secara Elektronik
LKPP : Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
DKI : Daerah Khusus Ibukota
Jabar : Jawa Barat
CPNS : Calon Pegawai Negeri Sipil
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
TKD : Tes Kompetensi Dasar
SMA : Sekolah Menengah Umum
LJK : Lembar Jawaban Komputer
USU : Universitas Sumatera Utara
iv
KADIN : Kamar Dagang Indonesia
BLU : Badan Layanan Umum
Perjan : Perusahaan Jawatan
BHMN : Badan Hukum Milik Negara
FH UI : Fakultas Hukum Universitas Indonesia
BP Migas : Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
PT : Perseroan Terbatas
ESDM : Energi dan Sumber Daya Mineral
TP2I : Tim Pertimbangan Pelayanan Informasi
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
UPT : Unit Pelaksana Teknis
IRS : Information Retrieval System
BNN : Badan Narkotika Nasional
SP3 : Surat Perintah Penghentian Penyidikan
SKP2 : Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan
YLKI : Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
DIP : Daftar Informasi Publik
ANRI : Arsip Nasional Republik Indonesia
ICW : Indonesia Coruption Watch
SPM : Standar Pelayanan Minimal
WTP : Wajar Tanpa Pengecualian
BPKP : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
SAP : Standar Akuntansi Pemerintah
SIMDA : Sistem InformasiManajemen Daerah
MA : Mahkamah Agung
PSI : Penyelesaian Sengketa Informasi
SPIP : Sistem Pengendali Intern Pemerintah
APIP : Aparat Pengawas Intern Pemerintah
Acknowledgement
Modul Pelatihan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi ini
diterbitkan melalui kerjasama PATTIRO dengan Pemerintah Australia
melalui Program Australia Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD).
Disclaimer
Pandangan dan pendapat dalam Modul Pelatihan Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi ini bersumber dari PATTIRO, dan tidak menggambarkan pandangan
Pemerintah Australia.
v
Daftar Isi
Kata Pengantar Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementrian
Komunikasi dan Informatika RI .................................................................................. vi
Kata Pengantar AIPD ................................................................................................. viii
Kata Pengantar PATTIRO ........................................................................................... ix
Pendahuluan ............................................................................................................... 1
Sesi 1 Perkenalan dan Bina Suasana .................................................................. 11
Sesi 2 Good GovernanceTata Pemerintahan yang Baik:
Kegiatan versus Pelayanan ........................................................................ 17
Sesi 3 Informasi Publik versus Informasi Privat .................................................. 33
Sesi 4 Badan Publik ............................................................................................... 47
Sesi 5 Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) .......................... 59
Sesi 6 Mengelola Informasi Terbuka ................................................................... 73
Sesi 7 Mengelola Informasi yang Dikecualikan ................................................. 89
Sesi 8 Pertimbangan Tertulis ................................................................................ 113
Sesi 9 Mekanisme Memperoleh Informasi ......................................................... 123
Sesi 10 Pelaporan Akses Informasi di Badan Publik ........................................... 137
Sesi 11 Hukum Acara Sengketa Informasi ............................................................ 149
Sesi 12 Sanksi dalam Sengketa Informasi Publik ................................................. 167
Sesi 13 Penutup ........................................................................................................ 181
vi
Kata Pengantar
Dirjen Informasi dan Komunikasi PublikKementerian Komunikasi dan Informatika RI
Bangsa Indonesia telah memasuki era keterbukaan informasi sejak pemberlakuan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU
KIP). Kehadiran UU KIP yang berlaku efektif sejak 30 April 2010 telah memberikan
jaminan keterbukaan informasi publik bagi seluruh masyarakat Indonesia. Setiap badan
publik kini tidak lagi berwenang menyembunyikan beragam informasi publik kepada
masyarakat kecuali kategori informasi yang dirahasiakan.
Penerapan UU KIP diharapkan dapat mendorong perbaikan kerja dan aliran data serta
informasi antar unit kerja dimasing-masing badan publik. Tanpa adanya koordinasi dan
komunikasi dalam kerangka kerja mengelola data, informasi, dan dokumentasi, badan
publik akan sulit memberikan pelayapnan informasi publik dengan baik.
Penunjukkan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) diberbagai Badan
Publik Negara baik tingkat pusat maupun daerah menandakan keseriusan pemerintah
untuk mengimplementasikan UU KIP. Namun, penunjukkan PPID tentunya bukan
berarti permasalahan pelayanan informasi bagi masyarakat selesai karena masih banyak
persoalan yang harus harus disiapkan oleh PPID yang telah ditunjuk tersebut. Hal itu
menjadi perhatian juga bagi Direktorat Jenderal lnformasi dan Komunikasi Publik
Kementerian Komunikasi dan lnformatika (Ditjen IKP Kemenkominfo) untuk mendorong
kehadiran PPID yang operasional di setiap badan publik.
Kecakapan PPID dalam menghimpun, mengelola, dan mempersiapkan data menjadi
kunci agar pelayanan informasi publik berlangsung cepat, tepat waktu, dan murah.
Pelayanan lnformasi yang prima akan mendorong partisipasi masyarakat yang kemudian
akan mendorong akuntabilitas pejabat publik maupun kebijakan-kebijakan publik
yang dikeluarkannya. Hal itu tentunya akan berdampak semakin meningkatnya kualitas
pelayanan publik sebagai salah satu tujuan bernegara yaitu mewujudkan-kesejahteraan
masyarakat
vii
Modul Pelatlhan Pejabat Pengelola lnformasl dan Dokumentasl (PPID) ini diharapkan
dapat menjadi pedoman dalam memberikan pemahaman yang sama bagi PPID
dalam melaksanakan tugasnya. Kehadiran modul tersebut juga akan saling melengkapi
dengan Buku Pedoman Pengelolaan lnformasi dan Dokumentasi Bagi PPID Pada Badan
Publik Negara Tingkat Pusat dan Daerah yang diterbitkan Ditjen IKP Kemenkominfo,
sehingga PPID dapat lebih cepat memahami peran dan fungsinya.
Setiap PPID setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan dapat langsung bekerja dalam
memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat dengan baik dan benar. Oleh
karena itu, kami menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada PATTIRO
sebagai mitra kerja Australia Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD) yang
mendukung implementasi UU KIP melalui penyusunan buku Modul Pelatihan Pejabat
Pengelola lnformasi dan Dokumentasi (PPID). Semoga buku ini bermanfaat dan bisa
menjadi panduan bersama dalam memberlkan penguatan kapasitas PPID di daerah.
Jakarta, Juni 2013
Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik
Kementrian Komunikasi dan informatika RI
Freddy H. Tulung
viii
Kata Pengantar
Direktur Program AIPD
Australia Indonesia Parnership for Decentralisation (AIPD) merupakan program kerja sama antara Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia untuk penguatan implementasi desentralisasi di Indonesia. Tujuan AIPD adalah untuk mendorong perbaikan layanan publik melalui pengelolaan keuangan daerah yang lebih baik.
Layanan informasi publik sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) merupakan aspek yang sangat penting untuk mendorong perbaikan layanan publik. Akses masyarakat terhadap informasi publik akan mendorong partisipasi aktif mereka dalam setiap proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan yang bisa berdampak pada perbaikan layanan publik.
Untuk memastikan layanan informasi publik yang cepat, tepat dan sederhana dari setiap Badan Publik, UU KIP (pasal 13) dan Peraturan Pemerintah No. 61/ 2010 tentang Pelaksanaan UU KIP (pasal 21) telah menegaskan perlunya penetapan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Sampai saat ini sejumlah PPID telah terbentuk baik di tingkat pusat maupun daerah. Namun, tantangan selanjutnya adalah bagaimana PPID yang telah terbentuk ini betul-betul berfungsi untuk penyediaan informasi publik kepada masyarakat sesuai peraturan perundangan yang telah ditetapkan.
Penyusunan Modul Pelatihan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) oleh PATTIRO ini sangat relevan dengan kebutuhan penguatan fungsi PPID di lapangan. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan penghargaan kepada PATTIRO dan Tim Penulis yang telah bekerja keras untuk terwujudnya modul pelatihan ini.
Semoga buku ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, khususnya oleh Badan Publik baik di tingkat pusat maupun daerah dalam rangka penguatan PPID untuk penyediaan layanan informasi sesuai mandat UU KIP.
Richard ManningDirektur Program AIPD
ix
Kata Pengantar
PATTIRO
Assalamualaikum wr wb.
PATTIRO merupakan lembaga riset dan advokasi yang bergerak dalam upaya
mewujudkan tata pemerintahan daerah yang baik. Salah satu fokus PATTIRO adalah
perbaikan kualitas pelayanan publik. Hadirnya UU No. 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) diharapkan dapat mendorong terwujudnya
pelayanan publik yang lebih berkualitas melalui keterbukaan informasi. Salah satu
mandat UU KIP itu adalah kewajiban badan publik di tingkat pusat maupun daerah
untuk menyediakan, memberikan dan atau menerbitkan informasi publik dengan cara
menunjuk dan menetapkan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID).
Tantangan utama bagi badan publik adalah mengefektifkan PPID agar dapat memberikan
pelayanan informasi yang tepat, cepat dan sederhana bagi pemohon informasi. Dalam
kaitan itulah, PATTIRO sebagai mitra kerja AIPD berupaya memberikan kontribusi agar
PPID dapat bekerja secara efektif. Salah satu upaya itu adalah melalui peningkatan
kapasitas dan pendampingan bagi PPID agar dapat mengelola dan memberikan
pelayanan informasi publik secara optimal sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Modul Pelatihan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) yang ada di hadapan
pembaca ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi PPID dalam meningkatkan
kapasitasnya melalui pelatihan dan sekaligus sebagai pendukung dalam menjalankan
tugasnya.
Melalui modul ini, PPID diharapkan dapat mengubah cara berpikir (mindset) dan
perilakunya terutama dalam memandang keterbukaan informasi sebagai bagian dari
paradigma baru pelayanan publik; mampu mengidentifikasi masalah dan mencari
solusi; menata pengelolaan informasi dan meningkatkan kemampuan dalam melayani
informasi publik bagi pemohon informasi.
x
Modul ini dapat terselesaikan atas dukungan dari AIPD melalui Program Community
Acces to Information (CATI). Ucapan terima kasih, kami sampaikan kepada AIPD atas
dukungannya sejak proses penulisan hingga terbitnya Modul Pelatihan Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi (PPID) ini.
Wassalamualaikum wr wb.
Jakarta, Mei 2013
Sad Dian Utomo
Direktur Eksekutif
1
Pengantar
Modul Pelatihan PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN
DOKUMENTASI (PPID)
Pendahuluan
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) merupakan ujung
tombak pelayanan informasi Badan Publik. Mereka mengelola dan
memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat.
Dalam UU No. 14 Tahun 2008, terdapat 12 pasal yang mengatur mengenai
mandat yang diemban PPID,yakni pasal 1 ayat 9, pasal 7, pasal 9, pasal 10,
pasal 11, pasal 12, pasal13, pasal 14, pasal 15, pasal 16, pasal 19, dan pasal
22. Pasal-pasal itu menjelaskan apa saja yang harus disiapkan, dilakukan,
dan dilaporkan oleh PPID Badan Publik. Selain itu, dalam bekerja PPID juga
harus merujuk pada Peraturan Komisi Informasi (PERKI) No. 1 Tahun 2010
tentang Standar Layanan Informasi Publik.
Tentu saja, dalam mengelola dan melayani informasi untuk masyarakat, PPID
memerlukan pemahaman yang menyeluruh dan komprehensif. Buku ini
disusun untuk kalangan PPID yang akan memulai tugas. Jika SOP (Standar
Operasional Prosedur) PPID merupakan pedoman dan panduan kerja, maka
pelatihan bagi PPID adalah salah satu cara atau alat menggunakan SOP itu.
Konsep dan Filosofi
• Ruang lingkup. Modul ini disusun sebagai bagian dari upaya pem-
berdayaan kelompok-kelompok kepentingan dalam rezim keterbu-
kaan informasi. Mereka adalah: (i) Kelompok pengelola dan penye-
dia informasi publik, dalam hal ini Badan Publik termasuk Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi; (ii) Kelompok pemohon dan
pengguna informasi; dan (iii) Kelompok lembaga penyelesaian
sengketa informasi publik, yakni Komisi Informasi dan pengadilan.
2
• Peserta pelatihan. Peserta pelatihan adalah semua pemangku kepentingan di
setiap Badan Publik. Oleh karena modul ini secara spesifik membahas PPID,
maka peserta pelatihan yang utama adalah PPID dari setiap Badan Publik di
provinsi dan kabupaten/kota yang menjadi target program. Namun modul ini
tetap bisa dipergunakan di daerah lain. Seandainya di daerah itu belum ada PPID,
maka peserta pelatihan utama adalah semua pejabat yang bekerja mengelola
informasi dan dokumentasi.
• Pendekatan partisipatif dan pembelajaran orang dewasa (adult learning).
Penyusunan modul ini memperhatikan keragaman latar belakang peserta,
baik dari bidangpekerjaan maupun pemahaman mengenai UU No. 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Oleh karena itu, fasilitator harus
tetap menghormati perbedaan tadi. Prinsipnya, penerapan modul ini harus
memungkinkan pertukaran pengetahuan, informasi, dan gagasan antarpeserta.
Perbedaan pendekatan dan penekanan materi di tiap daerah dimungkinkan oleh
modul ini, sesuai dengan temuan fasilitator dan narasumber di lapangan. Peserta
harus didorong sepenuhnya berpartisipasi selama pelatihan dan ini merupakan
penerapan dari konsep adult learning. Ceramah yang merupakan komunikasi
satu arah harus dihindari. Metode ceramah akan diperlukan untuk isu-isu yang
memang membutuhkan penjelasan dari narasumber.
• Pelatihan berjenjang. Jika tidak memungkinkan menghadirkan seluruh elemen
keterbukaan informasi dalam satu proses pelatihan, pelatihan berjenjang
bisa dilakukan. Misalnya, pelatihan pertama mengutamakan para pengambil
keputusan seperti PPID Utama dan Atasan PPID, selanjutnya sasaran pelatihan
kedua adalah tim teknis, dan berikutnya tim pendukung seperti tenaga fungsional
arsiparis dan pustakawan.
Tujuan
• Mengubah mindset dan perilaku. Modul ini dirancang sedemikian rupa agar
lebih mudah memberikan pemahaman kepada peserta. Jika rancangan modul
digabung dengan kapasitas fasilitator yang memadai, pelatihan dapat mengubah
cara berpikir (mindset) dan perilaku peserta, terutama dalam memandang
keterbukaan informasi sebagai bagian dari paradigma baru pelayanan publik.
Peserta diharapkan bisa memahami perubahan paradigma pelaksanaan birokrasi
dari berbasis pekerjaan menjadi berbasis pelayanan. Selama ini, keterbukaan
informasi pun masih belum dilaksanakan karena mindset kerahasiaan masih
tertanam kuat di kalangan birokrasi. Mereka enggan membuka informasi tertentu
dengan alasan rahasia. Jika peserta memahami dengan baik prinsip dasar
transparansi dan akuntabilitas, diharapkan mereka mengubah mindset atau cara
pandang terhadap informasi yang ada dalam lingkup tugas mereka.
3
Perubahan kesadaran dan sikap PPID diharapkan muncul sesaat setelah
diberikan pelatihan. Mereka diharapkan lebih responsif dalam memberikan
pelayanan informasi menyadari hal ini merupakan bagian dari pelaksanaan
pelayanan publik yang lebih baik. Tumbuh juga kesadaran dalam diri mereka,
bahwa kepentingan masyarakat merupakan tujuan utama pembangunan.
Secara umum, buku ini mengajak birokrat yang menjadi PPID untuk lebih
responsif terhadap permintaan informasi dari masyarakat, memahami tugas-
tugas yang harus dilaksanakan ketika menyampaikan informasi yang terbuka dan
melayanai permintaan informasi dari masyarakat.
• Menata pengelolaan informasi dan penguatan kerjasama. Jika sudah terjadi
perubahan mindset dan perilaku, diharapkan tumbuh motivasi dan dorongan
bagi semua Badan Publik untuk menata dengan baik semua informasi yang
berada di bawah penguasaannya. Kemudian, penataan itu perlu ditopang
kerjasama antar lini atau lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar
pengelolaan informasi terintegrasi. Kerjasama yang baik memudahkan Badan
Publik lewat PPID menyediakan dan melayani permohonan informasi publik.
• Mengidentifikasi masalah dan mencari solusi. Seringkali Badan Publik tidak
menyadari ada masalah yang harus diselesaikan, atau ada kewajiban yuridis
yang perlu dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan masalah di kemudian
hari. Duduk bersama dengan wakil-wakil yang beragam, peluang untuk
mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya lebih besar.
• Memberikan pengetahuan dan pemahaman. Pelatihan ini juga bertujuan mem-
berikan pengetahuan mengenai perkembangan baru dalam rezim keterbukaan
informasi, sekaligus mendorong pemahaman yang sama seluruh Badan Publik.
Peserta pelatihan mendapatkan hal-hal baru dan memahami seluruh proses
yang harus ditempuh dalam rangka pengelolaan dan pelayanan informasi.
• Meningkatkan kemampuan. Buku ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan
peningkatan kapasitas yang diperlukan PPID.Selama ini pengelolaan informasi
di Badan Publik masih belum tertib dan berserakan. Hal ini menyebabkan
penyediaan data dan informasi menjadi tidak tertib dan tidak teratur, sehingga
akan menyulitkan Badan Publik atau PPID sendiri dalam melayani permintaan
informasi.
Pelatihan ini diharapkan mampu menjawab kelemahan pengolahan data,
informasi, dan dokumentasi yang dikelola oleh Badan Publik atau PPID, baik
dokumentasi dan informasi yang bersifat terbuka maupun yang dikecualikan.
Kemampuan yang diharapkan setelah pelatihan ini adalah PPID dapat
menjalankan mandat yang diberikan UU No. 14 Tahun 2008.Mereka mulai
4
menerima, mengolah informasi, menyusun SOP PPID, memberikan pertimbangan
tertulis, dan menyusun laporan permintaan informasi dari masyarakat.
Kelompok Sasaran
• PPID Utama dan PPID Pembantu. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
(PPID) adalah adalah pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan,
pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di Badan Publik.
Dalam struktur organisasi yang gemuk, biasanya dikenal PPID Utama dan PPID
Pembantu. PPID dibentuk di setiap SKPD.
• Atasan PPID atau Pimpinan Badan Publik. Atasan PPID adalah pejabat yang
merupakan atasan langsung pejabat yang bersangkutan. Biasanya Atasan PPID
adalah juga pimpinan Badan Publik.
• Kelompok pendukung. Dalam menyelenggarakan hak dan kewajiban
pengelolaan dan pelayanan informasi, Badan Publik membutuhkan tenaga-
tenaga profesional. Mereka adalah pegawai yang fungsi dan tugasnya secara
langsung berhubungan dengan pengelolaan informasi. Termasuk ke dalam
kelompok pendukung ini adalah arsiparis, pustakawan, kepala dan staf biro/
bagian hukum, pimpinan dan staf biro/bagian organisasi dan ketatalaksanaan,
tenaga teknologi informasi.
Isi
Sesi-1: Perkenalan dan Bina Suasana
Tujuan sesi ini adalah untuk perkenalan diantara peserta pelatihan, dengan harapan
suasana lebih cair dan mereka mengetahui latar belakang masing-masing. Peserta
kemudian diajak bina suasana yang bertujuan membangun kekompakan dan komitmen
mereka mengikuti pelatihan sampai selesai.
Sesi-2: Tata Pemerintahan yang Baik: Kegiatan versus Pelayanan
Berisi dasar-dasar filosofis, yuridis, dan sosiologis keterbukaan informasi publik. Tujuan
sesi ini adalah membuka cakrawala dan mengubah paradigma dari basis kegiatan ke
arah pelayanan.
Sesi-3: Informasi Publik versus Informasi Privat
Tujuan sesi ini adalah mendorong peserta agar bisa membedakan antara informasi
publik dan informasi pribadi dalam aktivitas mereka di Badan Publik.
5
Sesi-4: Badan Publik
Tujuan umum sesi ini adalah memberikan pemahaman utuh kepada peserta tentang
arti dan cakupan Badan Publik berdasarkan konsep keterbukaan informasi. Pelaksanaan
keterbukaan informasi bukan hanya berlaku di instansi pemerintah, tetapi juga berlaku
di lembaga-lembaga non-pemerintah yang masuk kategori Badan Publik.
Sesi-5: Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
Tujuan sesi ini adalah memberi bekal pengetahuan dan pemahaman peserta tentang
urgensi penunjukan PPID, serta hak dan kewajiban PPID dalam pengelolaan dan
pelayanan informasi.
Sesi-6: Mengelola Informasi Terbuka
Sesi ini membahas langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan ketika mengelola
informasi terbuka. Tujuan utama sesi ini adalah mendorong peserta bisa menyusun
daftar informasi publik.
Sesi-7: Mengelola Informasi yang Dikecualikan
Tujuan sesi ini adalah membekali pengetahuan kepada peserta tentang tata cara
melakukan pengujian konsekuensi, klasifikasi informasi, dan uji kepentingan publik.
Sesi-8: Pertimbangan Tertulis
Dalam memutuskan kategorisasi suatu informasi penting bagi Badan Publik, PPID perlu
membuat pertimbangan tertulis. Tujuan sesi ini adalah membekali peserta pengetahuan
tata cara membuat pertimbangan tertulis.
Sesi-9: Mekanisme Memperoleh Informasi
Sesi ini membahas mekanisme yang harus ditempuh untuk memperoleh informasi,
standar pelayanan, dan apa saja yang harus dipersiapkan Badan Publik.Tujuan sesi ini
adalah mekanisme Badan Publik dalam memberikan pelayanan informasi terutama
terkait waktu dan pada interaksi administratif antara pemohon dan Badan Publik.
Sesi-10: Pelaporan Akses Informasi di Badan Publik
Tujuan sesi ini adalah membekali peserta mengenai pentingnya membuat pelaporan
akses informasi dan tata caranya.
6
Sesi-11: Hukum Acara Sengketa Informasi
Bagian ini menyajikan alur penyelesaian sengketa informasi mulai dari Badan Publik dan
Komisi Informasi hingga tahap kasasi di Mahkamah Agung. Tujuan sesi ini mendorong
Badan Publik mempersiapkan diri dalam menghadapi dan menangani sengketa
informasi publik.
Sesi-12: Sanksi dalam Sengketa Informasi Publik
Tujuan sesi ini adalah untuk membekali peserta mengenai tips/cara dan trik menghindari
kemungkinan diancam pidana karena tidak menjalankan tugas mengelola dan
menyediakan informasi.
Sesi-13: Penutupan
Sesi penutupan layak dijadikan bahan renungan bersama untuk melihat sejauh mana
capaian yang telah diperoleh, kesan-kesan peserta, dan harapan mereka setelah
kembali ke instansi asal. Demikian pula disampaikan juga seperti apa harapan panitia
dan fasilitator kepada seluruh peserta.
Prakondisi yang Diperlukan
Modul pelatihan ini disusun untuk digunakan di wilayah-wilayah yang memiliki
banyak perbedaan. Ada daerah yang implementasi keterbukaan informasinya lebih
maju dibanding daerah lain. Ada juga daerah yang cakupan wilayahnya lebih luas
dibandingkan yang lain, sehingga mekanisme pelayanannya lebih sulit.
Meskipun ada perbedaan-perbedaan dasar di lokasi pelatihan awal, modul ini disusun
dan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip dasar keterbukaan informasi, sehingga
bisa disesuaikan dengan kondisi riil daerah lain.
Untuk daerah-daerah yang lebih maju pelaksanaan keterbukaan informasi publik,
contoh-contoh kasus riil perlu disampaikan sebagai bahan diskusi lanjutan. Sebaliknya,
di daerah yang masih memasuki tahap awal pengembangan infrastruktur keterbukaan
informasi, fokus pelatihan lebih pada pengenalan. Untuk itu, fasilitator perlu memahami
daerah di mana pelatihan ini dilaksanakan, sehingga fasilitator mampu mengembangkan
materi yang ada dalam modul.
Kualifikasi Fasilitator dan Narasumber
Fasilitator
• Percayadanmeyakinikonsepsertafilosofiyangmendasari lahirnyamodul ini,
terutama mempercayai keniscayaan keterbukaan informasi sebagai hak asasi
manusia yang harus dipenuhi.
7
• Percayapadaprosesdanteknikpartisipatifdalampelatihansebagaicarauntuk
membantu peserta memahami masalah dan mampu menjalankan tugas-tugas
pelayanan informasi dengan baik.
• Percayaadanyakebutuhanuntukmengubahperilakudanpandanganpeserta
mengenai manfaat keterbukaan informasi bagi tugas-tugas Badan Publik.
• Mampumemahamiisu-isuyangdibahasdalammodul,termasukbahanbacaan.
• Mampu bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan dalam sesi
pelatihan.
• Berpandanganluassehinggamampumemberikancontoh-contohpembanding
yang sesuai dengan daerah tempat pelatihan.
• Menguasai peraturan perundangan, terutama yang berkaitan dengan
keterbukaan informasi dan juga termasuk peraturan perundangan yang punya
korelasi kuat dengan keterbukaan informasi.
• Memahamidanmempunyairasaingintahuyangtinggimengenaidaerahtempat
pelatihan.
Narasumber
• Mempunyaipengetahuan,pemahaman,danpengalaman tentangUUKIPdan
peraturan pelaksanaanya.
• Memilikikemampuanpresentasidanceramahdalamsuasanakomunikatifdan
partisipatif.
• Memahamiteknishukumpenyelesaiansengketainformasi.
• Menguasaipola-polaumumpengelolaandanpelayananinformasi.
• Mempunyaisemangatdanparadigmatentangketerbukaaninformasi.
11
Sesi - 1
PERKENALAN dan BINA SUASANA
Pengantar
Pemahaman tentang keterbukaan informasi menjadi kunci keberhasilan
pelayanan informasi semua pemangku kepentingan, terutama petugas
kunci seperti Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) dan
Atasan PPID.
Pelatihan terintegrasi yang mengedepankan isu-isu sentral pelaksanaan
UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik merupakan
salah satu upaya untuk memberikan pemahaman itu. Dalam pelatihan,
penting bagi penyelenggara untuk memahami bahwa suasana cair, penuh
persaudaraan dan kebersamaan, serta sokongan penuh peserta sangat
diharapkan. Untuk itulah, perkenalan dan bina suasana menjadi awal dari
pelatihan ini.
12
Tujuan • Peserta bisa saling mengenal dan mampu membangunkebersamaan di antara mereka.
Metode • Curahpendapat
Waktu 30 menit
alat Bantu Belajar
• Guntingankertas
• Bolakecil
• Wadahuntukguntingankertas
Catatan untuk Fasilitator
• Sebelum memulai sesi ini, fasilitator sudah menuliskan namamasing-masing peserta pada guntingan kertas kecil. Nama itu nanti akan dipilih oleh peserta. Jika peserta memilih nama sendiri, maka dia diminta memilih ulang sampai terpilih nama orang lain.
• Setelahselesaisesiperkenalan,fasilitatormengantarkanpesertake dalam sesi yang disebut ‘Sahabat Rahasia’. Peserta menyimpan satu nama lain yang ia rahasiakan sampai saat penutupan pelatihan. Jika jumlah peserta ganjil, maka seorang panitia harus ikut menjadi sahabat rahasia.
• Fasilitatordapatmengembangkanmetodeperkenalanlainyangdirasakan sesuai dengan kebutuhan di tempat pelatihan.
13
Tahapan Proses
• Pembukaan(5menit).Fasilitatormenjelaskanmaksuddantujuansesiinisekaligus
memperkenalkan diri dan panitia.
• Sesiperkenalan(15menit).Sesiinidilakukansecaramelingkar,berdirididepan
kelas. Untuk tahap pertama, fasilitator melempar bola ke satu orang peserta
secara acak. Peserta yang menerima bola diminta memperkenalkan diri (nama,
asal instansi, latar belakang pendidikan, hobi, dan personifikasi diri lainnya).
Selanjutnya, peserta dimaksud melempar bola secara acak ke peserta lain.
Proses ini dilanjutkan hingga semua peserta memperkenalkan diri. Sebaiknya,
nama peserta dituliskan dan ditaruh di bagian depan untuk memudahkan juga
bagi fasilitator mengingat identitas peserta.
• Sesi ‘Sahabat Rahasia’ (10 menit). Setelah selesai perkenalan, satu per satu
peserta (secara bergiliran) diminta memilih salah satu guntingan kertas berisi
nama-nama peserta. Fasilitator meminta peserta untuk merahasiakan nama yang
dipilih sampai saat penutupan pelatihan. Selama masa pelatihan, peserta harus
berusaha mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari sahabat rahasianya
tanpa ketahuan.
• Penutupan(5menit).Fasilitatormenutupacaraperkenalandanmemintapeserta
mempersiapkan diri mengikuti sesi berikutnya.
17
Sesi - 2
TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK: KEGIATAN versus PELAYANAN
Pengantar
Rezim keterbukaan informasi menjadi bagian penting dan tidak bisa
dilepaskan dari tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
Salah satu prasyarat mencapaigood governance adalah keterbukaan. Hal
ini berlaku untuk pemerintahan di tingkat pusat, daerah, dan bahkan hingga
desa.
Pemerintahan terbuka menerapkan prinsip transparansi, akuntabilitas, dan
partisipatoris. Oleh karena itu, semakin terbuka suatu pemerintahan, maka
penyelenggaraannya semakin bisa dipertanggungjawabkan. Keterbukaan
dituntut bukan hanya dari induk kelembagaan (di pemerintahan pusat),
tetapi juga dari cabang-cabang kelembagaan di daerah (di pemerintahan
daerah). Penyelenggara pemerintahan di daerah dituntut untuk lebih
akuntabel dan transparan karena pada prinsipnya merekalah yang
berhadapan langsung dengan rakyatdi era otonomi daerah saat ini.
Menurut Mas Achmad Santosa (2001:22), pemerintahan terbuka
mensyaratkan adanya jaminan atas lima hak, yaitu:
a. Memantau perilaku pejabat publik dalam menjalankan peran
publiknya.
b. Memperoleh informasi.
c. Terlibat dan berpartisipasi dalam proses pembentukan kebijakan
publik.
18
d. Kebebasan berekspresi yang antara lain diwujudkan dalam
kebebasan pers.
e. Mengajukan keberatan terhadap penolakan atas hak-hak terdahulu.
Prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik sudah dituangkan
ke dalam format kebijakan di hampir semua Badan Publik. Program dan
kegiatan Badan-Badan Publik selalu mendasarkan diri pada prinsip tata
kelola pemerintahan yang baik. Di sisi lain, entitas bisnis sudah menjalankan
prinsip itu menjadi good corporate governance.
Namun, adopsi tata kelola pemerintahan yang baik dalam kebijakan
lembaga ini, belum diimbangi pelayanan publik yang baik. Transparansi
dan akuntabilitas masih sebatas kegiatan internal lembaga yang belum
sepenuhnya diimplementasikan dalam bentuk-bentuk pelayanan publik.
UU KIP justru lahir antara lain karena keinginan untuk memberikan pelayanan
yang lebih baik kepada masyarakat.
Sesi ini akanlebih fokus untuk menjelaskan argumentasi filosofis, yuridis, dan
sosilogis kehadiran UU KIP. Selain itu, akan juga menjelaskan bagaimana
upaya mendorong UU KIP agar bisa dilaksanakan dalam pelayanan publik.
19
Tujuan • Pesertamemahamiperubahanparadigma atau pemikirantentang penyelenggaraan pemerintahan dari yang semula hanya menjalankan kegiatan menjadi berbasis melayani.
• Peserta memahami keuntungan yang mereka peroleh ketikamenjalankan paradigma melayani dalam melaksanakan pekerjaannya.
• Pesertamemahamikonsepdasarpelayananpublik.
Metode • Pemutaranfilmpendek
• Curahpendapat
• Ceramah
Waktu 90 menit
alat Bantu Belajar
• Kertas
• Plano
• Spidol
• Proyektor
Media • Filmpendek
• Bahanpresentasi
• Bahanbacaan
Catatan untuk Fasilitator
• Sesi ini pada prinsipnya berusaha mengakrabkan antarpesertadan peserta dengan fasilitator.
• Pengantar dan presentasi fasilitator sangat berperan dalammempengaruhi cara pandang peserta tentang pentingnya kelahiran UU KIP dan implikasinya pada pekerjaan mereka untuk melayani publik.
• Fasilitatorharussudahmempersiapkanfilm,bahanbacaan,danalat-alat yang dibutuhkan sebelum sesi dibuka.
20
Tahapan Proses
Pembukaan (5 menit)
• Fasilitator membuka sesi ini dan menjelaskan secara singkat tema yang
akandibahas.
Pemutaran film pendek (20 menit)
• Fasilitatormenjelaskanmaksuddantujuanpemutaranfilm.
• Fasilitator meminta semua peserta menyimak film secara seksama karena
kemudianakan dimintai pendapatnya.
• Filmyangdiputarberkaitandengankonsepopen government atau pemerintah
yang terbuka, reformasi birokrasi, dan pelayanan publik yang baik.
Mencatat resume film (10 menit)
• Setelah film selesai diputar, fasilitator meminta masing-masing peserta
memberikan pendapat. Seandainya jumlah peserta sangat banyak dan waktunya
tidak memungkinkan untuk meminta pendapat setiap peserta, silakan curah
pendapat dilakukan berdasarkan kelompok.
Curah pendapat (30 menit)
• Peserta diminta memberikan pendapat mengenai cerita film dikaitkan
dengan kondisi riil birokrasi dan pelayanan. Fasilitator kemudian memberi
kesempatankepada peserta satu per satu untuk mengemukakan pendapatnya.
• Pertanyaan-pertanyaankunciyangharusdijawabolehpesertaberdasarkanfilm
pendek adalah:
1. Apa pendapat peserta mengenai cerita film itu?
2. Apakah pernyataan dalam film itu mengandung kebenaran?
3. Mengapa kekhawatiran dalam film itu muncul?
4. Bagaimana seharusnya penyelenggara negara bersikap agar hal-hal yang
dikhawatirkan tidak muncul?
5. Apa yang harus diperbaiki?
• Fasilitatormencatatkanpoin-poincurahpendapatdikertasplano.
Presentasi (20 menit)
• FasilitatormenayangkandanmenjelaskansecarasingkatbahanBahanPresentasi.
Bahan Presentasi sebisa mungkin sangat relevan dengan tema yang dituangkan
21
dalam bahan bacaan.
• Fasilitatormempersilakansatuduaorangpesertamengajukanpertanyaanatau
pendapat tentang presentasi fasilitator.
Penutup (5 menit)
• Fasilitatormenutupsesidanmemintapesertauntukberistirahatsebelumlanjut
ke sesi berikutnya.
Bahan Bacaan 2.1
Fenomena Youtube dan Transparansi
Beberapa bulan memimpin Jakarta, pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahya Purnama
telah membuat sejumlah terobosan dalam menjalankan birokrasi pemerintahan. Salah
satunya mengunggah (upload) secara acak kegiatan rapat-rapat yangbiasanya tertutup
ke dalam jejaring sosial youtube. Wakil Gubernur DKI Jakarta yang biasa dipanggil Ahok
memulai hal baru itu sebagai bagian dari transparansi. Baginya, tidak ada yang perlu
ditutup-tutupi dalam rapat yang membahas masalah rakyat. Apalagi kalau membahas
anggaran yang sebagian besar diperoleh dari pajak rakyat.
Rapat yang dipimpin Ahok kini bisa diakses oleh siapa saja melalui youtube. Rapat
dengan Dinas Pekerjaan Umum misalnya. Penonton video berdurasi 45,59 menit itu terus
bertambah. Hingga pukul 19.41 WIB pada 16 November 2012, penontonnya sudah
lebih dari satu juta orang. Demikian pula rapat dengan Dinas Pendidikan. Sebagian besar
penonton memuji diunggahnya rapat pejabat dengan jajarannya ke media sosial, dan
hanya sebagian kecil yang menilai negatif. Kepala Bagian Humas Pemprov DKI Jakarta,
Eko Hariadi, mengatakan video rapat sengaja diunggah ke youtube agar masyarakat luas
tahu seperti apa sebenarnya rapat yang terjadi. Ini juga bagian dari upaya memberikan
informasi mengenai kinerja Pemprov DKI ke masyarakat.1
Mengunggah rapat ke dalam youtube adalah bagian dari transparansi. Beberapa pemda
sudah memanfaatkan jejaring sosial untuk menyampaikan beragam informasi kepada
masyarakat. Tetapi masih sedikit yang menggunggah rapat ke dalam youtube karena
pemikiran bahwa proses rapat adalah informasi tertutup. Ahok sudah membuktikan
sebaliknya, dan berpendapat membuka proses rapat justru menghindari kongkalikong
dan pembicaraan ‘di bawah meja’.
Memanfaatkan jejaring sosial untuk menyebarkan informasi bukanlah sesuatu yang salah.
Pasal 28 F UUD 1945 menegaskan pemenuhan hak atas informasi itu bisa dilakukan
dengan semua saluran yang tersedia. Senada dengan hal itu, pasal 7 ayat (6) UU KIP
1Kompas, (edisi cetak)17 November 2012, hal. 26.
22
menyebutkan Badan Publik dapat memanfaatkan sarana atau media elektronik dan non-
elektronik dalam menjalankan tugas transparansi dan akuntabilitas.
Bahan Bacaan 2.2
Empat Persepsi Keliru tentang Keterbukaan Informasi
Persepsi-1: Keterbukaan mendorong akulturasi negatif yang merugikan masyarakat.
Argumentasi:
• AksesinformasisangatderasdariluarmelaluimediaTVdaninternet,terutamajejaringsosial. Hal ini menyebabkan terjadinya banyak guncangan dan perubahan nilai-nilaibudayaIndonesiayangsantun.
Klarifikasi:
• UU KIP tidak dimaksudkan untukmeletakkan kewajiban pengelola sumberdaya publikuntuk membuka akses informasi sebagai bagian dari akuntabilitas publik dan kontrolmasyarakat.UUKIPtidakbertujuanmengesahkaninformasi-informasiyangbertentangandengannilai-nilai kesusilaandanmoralitas yangberasaldarimedia elektronik. Aparatpenegak hukum tetap dapat menggunakan hukum pidana (KUHP, UU ITE, dan UUPemberantasanTindakPidanaPornografi).
Persepsi-2: Keterbukaan mengancam kedaulatan bangsa dan negara.
Argumentasi:
• Informasi-informasipentingdanstrategisterutamamengenaipertahanandankeamanan,sumber daya alam, dan kebijakan politik luar negeri kalau dibuka dapat mengancamkedaulatannegara.
Klarifikasi:
• Indonesiatidakmungkinmenghindardariglobalisasi.
• UUKIPjustrumengenaldanmengaturpengecualianinformasi(exemption)dankerahasiaaninformasi(secrecy),termasukmisalnyakategoriinformasiyangmembahayakanpertahanandankeamanannegara.
Persepsi-3: Keterbukaan menyuburkan suasana ketidakamanan.
Argumentasi:
• Keterbukaan informasi dapatmenyuburkankonflik-konflikhorizontal danvertikal yangbersifatkekerasansehinggamengganggustabilitassosialdankeamanan.
23
• Keterbukaan informasi bisa menimbulkan gesekan antarkelompok dalam masyarakatkarenamunculnyapernyataan-pernyataanrasialdanmerendahkankelompoklain.
Klarifikasi:
• Salah satu sumberkonflikkekerasanadalahkesenjangan sosial danekonomi,misalnyaketidakadilan dalam pembagian hasil sumber daya alam antara pemerintah pusat dandaerahpenghasil.Manajemenpemerintahanyangtertutupjustrumembuatmudahsalingcuriga dan ketidakjelasan mekanisme penyelesaian konflik berpotensi menjadi sumberkonflikbaru.
• UUKIPjustrumendorongsemuaBadanPublikuntukmembuatpertimbangantertulisatassuatukebijakandaninibisadiaksespublik.
Persepsi-4: Keterbukaan dapat menghambat penegakan hukum.
Argumentasi:
• Proses penyelidikan dan penyidikan perkara pidana terhambat dan terganggu jikaketerbukaandiberlakukan,misalnyaakanmengalamikesulitanmengejarpelakulainjikadibukainformasinyasejakawal.
Klarifikasi:
• Keterbukaanjustrubisadimanfaatkanuntukmembantuupayapenegakanhukum,sepertimenemukan korban penculikan, menemukan pelaku kejahatan, dan mengurai moduskejahatan.
• Keterbukaan bisa mengurangi stigma negatif masyarakat terhadap aparat penegakhukum,bahwamerekamempermainkankasusdemikepentinganpribadidankelompok.Keterbukaanmemberiruangpengawasanterhadapperilakumenyimpangaparat.
Bahan Bacaan 2.3
Reinventing Government (Menciptakan Kembali Pemerintah)
Salah satu gagasan yang dikembangkan dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip
tata kelola pemerintahan yang baik adalah konsep reinventing government. Konsep
ini dicetuskan dan dikembangkan pertama kali oleh David Osborne dan Ted Gaebler.
Mereka terpengaruh pandangan Peter Drucker tentang kebangkrutan pemerintahan
birokratis.
Osborne dan Gaebler berpendapat, untuk menggantikan sistem birokrasi dengan sistem
entrepreneurial (kewirausahaan), perlu diciptakan organisasi dan sistem pemerintahan
yang kaya inovasi dan terus memperbaiki kualitasnya. Reinvention membuat pemerintah
siap untuk menghadapi tantangan yang belum dapat diantisipasi. Reinventing
Sesi-2 : Tata Pemerintahan yang Baik: Kegiatan versus Pelayanan
24
menciptakan organisasi yang mampu memperbaiki efektivitas dalam setiap lingkungan
yang berubah.2
Untuk menciptakan pemerintahan yang berkarakter baru reinvention, Osborne dan
Gaebler menawarkan 10 prinsip, yaitu:
1. Pemerintahan katalis, dalam arti lebih mengarahkan daripada mengayuh.
2. Pemerintahanharus sungguh-sungguh menjadi milik rakyat. Aparat pemerintah
menjadi katalisator dalam menyadarkan masyarakat untuk menyadarkan
mereka sendiri.
3. Pemerintahan yang kompetitif, dalam arti menyuntikkan persaingan ke dalam
pelayanan.
4. Pemerintahan yang digerakkan oleh misi, mengubah organisasi yang digerakkan
oleh peraturan.
5. Pemerintahan yang berorientasi hasil: membiayai hasil, bukan masukan.
6. Pemerintahan berorientasi pelanggan: memenuhi kebutuhan pelanggan,
bukan kebutuhan birokrasi.
7. Pemerintahan wirausaha:menghasilkan ketimbang membelanjakan.
8. Pemerintahan antisipatif: mencegah daripada mengobati.
9. Pemerintahan desentralisasi: dari hierarki menuju partisipasi dan tim kerja.
10. Pemerintahan berorientasi pasar: mendongkrak perubahan melalui pasar.
Dengan menggunakan 10 prinsip Osborne dan Gaebler, pemerintahan daerah manapun
bisa melakukan cek ulang tentang kegiatan, program, dan pelayanan yang diberikan.
Kesepuluh prinsip itu pada akhirnya memunculkan nilai akhir yang harus diperiksa,
yaitu: kemampuan menciptakan cara berpikir dan bertindak yang baru bagi setiap
penyelenggara pemerintahan. Inilah yang melahirkan penyelenggara pemerintahan
yang terus berinovasi, bukan menyandarkan diri semata pada birokrasi.
Boks Bahan Bacaan 2.3
Kepala Daerah Pelayan Masyarakat
WaliKotaYogyakarta2001-2011,H. HerryZudianto,merupakan salah satu contohkepala
daerah yang dianggap berhasil melakukan inovasi-inovasi seperti disinggung Osborne dan
Gaebler.SelamamenjabatbanyakkebijakanHerryyangmendapatpengakuandanpenghargaan.
Adasekitar100penghargaanyangdiaterimaselamaduaperiodemenjabat.
2David Osborne dan Ted Gaebler. Mewirausahakan Birokrasi. Penerjemah Abdul Rosyid. Jakarta: Binaman Pressindo, 1995.
25
Untukmengurangihambatanbirokratis,HerrylebihmenyebutdirinyasebagaiKepalaPelayan
MasyarakatYogyakartaketimbangwalikota.Iamengakusangatsenangmelayanimasyarakat.
Melayanimasyarakatbisamemberikeuntunganpribadi,karenaberartimerasakanbagaimana
dipercaya, mendengar, sensitif terhadap keluhan, dan mengerti apa yang diharapkan oleh
wargamasyarakat. Semakin banyakmendengarmasyarakat semakin banyak inovasi yang
bisadihasilkan.
Salah satu inovasi yang dikembangkan dari hasil mendengar langsung suara masyarakat
adalahpembangunanTamanPintar.PembangunanTamanPintarbukansajamemperlancar
aruslalulintasdisekitarMalioboro,tetapijugamemungkinkanTamanitumenjadisalahsatu
tujuanwisatakarenadibanguntakjauhdarilokasiwisatautamadiYogyakarta.
Herry menyadari peran masyarakat sangat menentukan keberhasilannya memimpin
Yogyakarta.Untukberinteraksidenganmasyarakatiajugamenyediakanwaktukhususdalam
program‘WaliKotaMenyapa’,berupadialoginteraktifdenganwargadiempatradiolokal.
Ada banyak contoh kepala daerah yang menjadikan pelayanan masyarakat sebagai basis
kepemimpinanmerekasehinggamendapatkanpenghargaan.Salahsatucirikhaspemimpin
yangdemikianadalahketerbukaanbirokrasiyangdipimpinnya.
Dinukil dari: Kardi, SH, et all., H. Herry Zudianto, Wagiman (Wali Kota Gila Taman)
Kepala Pelayan Masyarakat Yogya 2001-2011), diterbitkan Pohon Cahaya,
Desember 2011.
Bahan Bacaan 2.4
Pengadaan Barang/Jasa
Salah satu sektor yang menjadi objek pengembangan dan penerapan tata kelola
pemerintahan yang baik adalah pengadaan barang/jasa. Kongkalikong dalam
pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintahan telah menjadi ‘penyakit’ birokrasi
selama puluhan tahun. Hal ini telah menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Akses
masyarakat menjadi terhambat karena persaingan yang tidak sehat.
Dalam rangka itulah pemerintah mengembangkan Layanan Pengadaan Barang/
Jasa Secara Elektronik (LPSE) sebagai wujud pelayanan publik. Sebagai bagian dari
pelayanan publik, pengadaan barang/jasa dituntut berlangsung secara transparan,
terbuka, akuntabel, dan tidak diskriminatif. Layanan ini juga mengandalkan kecepatan,
murah, efisien, dan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi.
Definisi
• Pengadaanbarang/jasapemerintahadalahkegiatanuntukmemperolehbarang/
26
jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi (K/L/
D/I) yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya
seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.
• LPSEadalahunitkerjaK/L/D/Iyangdibentukuntukmenyelenggarakansistem
pelayanan pengadaan barang/jasa secara elektronik.
Tujuan
Agar pelaksanaan pengadaanbarang/jasa dilakukan secara efisien, efektif, terbuka dan
bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.
Dasar hukum
Dasar hukum pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintah sudah berkali-
kali berganti. Keputusan Presiden (Keppres) No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dibuat untuk menggantikan Keppres
No. 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi
Pemerintah. Keppres No. 80 Tahun 2003 bahkan sampai mengalami perubahan sampai
tujuh kali.
Terakhir, muncul Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Pakta integritas
• SetiapPejabatPembuatKomitmen(PPK)ataupimpinanpengadaanbarang/jasa
wajib menandatangani Pakta Integritas;
• Pakta Integritasadalahsuratpernyataanyangberisi ikraruntukmencegahdan
tidak melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme dalam pengadaan barang/jasa.
LKPP
• LembagaKebijakanPengadaanBarangdanJasaPemerintah.
• DibentukberdasarkanPerpresNo.106Tahun2007tentangLembagaKebijakan
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah.
• FungsiLKPPadalah:
a. Menyusun kebijakan, regulasi, norma, standar, prosedur, manual dalam
bidang pengadaan barang/jasa pemerintah termasuk pengadaan badan
usaha dalam rangka kerjasama pemerintah dengan badan usaha.
b. Menyusun strategi, kebijakan, rencana, program pembinaan SDM serta
sistem pengujian kompetensi profesi di bidang pengadaan barang/jasa
27
pemerintah.
c. Memberikan bimbingan teknis, advokasi, pendapat, rekomendasi dan
tindakan koreksi, bantuan, nasehat, pendapat hukum dan kesaksian ahli
terkait dengan pengadaan barang/jasa pemerintah.
d. Menyusun kebijakan dan sistem pemantauan, penilaian dan evaluasi
pelaksanaan proses pengadaan barang/jasa pemerintah, melakukan
koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengembangan sistem electronic
procurement.
• LKPP diberikan akses informasi terhadap pengadaan barang/jasa secara
elektronik di semua instansi pemerintah, termasuk pemerintahan daerah.
Boks Bahan Bacaan 2.4
LPSE Jabar Hasilkan Efisiensi Rp1,6 Triliun
Bandung, Kompas –Pemerintah Provinsi Jawa Barat mewajibkan dinas dan lembaga dilingkungannya menggunakan Layanan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik. Sejaklayanan ini diterapkan hingga Oktober 2012, terbuktimenghasilkan efisiensi Rp1,6 triliunmelalui11.000transaksi.AdapunnilaiAPBDJabartahun2011/2012sekitarRp12triliun.
HalituditegaskanKepalaBalaiLayananPengadaanBarang/JasaSecaraElektronik(LPSE)JawaBaratIkaMardiahdiBandung,Rabu(31/10).PemprovJabarjugamengajakbupati/walikota,instansivertikaldanBUMD,sertaperguruantinggimenggunakanLPSE.Electronic procurement (e-proc) inimerupakanpengadaanbarang/jasadenganteknologi informasidankomunikasiberbasiswebsehinggadapatdiaksespenyediabarang/jasamelaluiinternet.
GubernurJabarAhmadHeryawanmenjelaskan,penggunaane-procmemungkinkanpenyediadimanapununtukikutdalamtenderyangdilakukanpemerintah.Halitumerupakanwujudketerbukaan dan akuntabilitas dalam pengadaan barang/jasa pemerintah yang selama inidisinyalirberbaukorupsi,kolusi,dannepotisme(KKN). “LPSEJabarmerupakanbagiandariupayareformasibirokrasimenujupemerintahanyangbersihdanbebasKKN,”ujarnya.
Sejak2009,atausetahunsetelahmenjabatgubernurJabar,Heryawanmenetapkankebijakanpenerapane-procdalampengadaanbarang/jasa.Dukunganyangkuatdalampenerapane-procmenjadikanBalaiLPSEProvinsiJawaBaratsebagaiyangterbesardiIndonesia,baikdarisisipenggunamaupuntransaksi.“Sudah100instansimenggunakannyamelalui17.000penyedialayanan,”kataIkaMardiah.
LPSEJabarterusmeningkatkaninfrastrukturteknologiinformasidankomunikasi,saranadanprasarana,sertakemampuanSDMpengelola.DidukungISO9001:2008.
28
Menurut Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) AgusSuhardjo, pihaknyamenyediakanwhistleblowing system (WBS)melalui situs www.lkpp.go.id untukmenekanpenyelewenganataupunKKNdalampengadaanbarangdanjasapemerintah.
“KamimencontohKPKyangterbuktiberhasildalammenyediakanpengadaanmelaluiwebsite,”jelasAgus.
Sumber: Kompas (edisi cetak), Kamis 1 November 2012, hal. 21
Bahan Presentasi
Tujuan UU KIP
Jaminan Perlindungan
• UU KIP memberi jaminan yuridis bahwa setiap warga negara Indonesia
berhak mengetahui:
1. Rencana pembuatan kebijakan publik.
2. Proses pembuatan kebijakan publik.
3. Proses pengambilan keputusan publik.
4. Alasan pengambilan keputusan publik.
Mendorong Partisipasi
UU KIP mendorong agar masyarakat di semua tingkatan berpartisipasi dalam
pengambilan kebijakan publik.
Menaikkan Peran Aktif (Tingkat Partisipasi)
UU KIP diharapkan meningkatkan atau menaikkan tingkat partisipasi masyarakat,
terutama dalam dua hal, yaitu:
1. Pengambilan kebijakan publik.
2. Pengelolaan Badan Publik yang baik.
Mewujudkan Akuntabilitas
UU KIP berusaha mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, transparan,
efektif dan efisien, akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan.
Memberi Tahu Alasan Kebijakan
Melalui UU KIP, kita dapat mengetahui alasan pilihan suatu kebijakan publik yang
menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti pelayanan air, pertanahan, dan
sumber daya alam.
29
Pengembangan Pengetahuan
Masyarakat dan Badan Publik dapat mengembangkan pengetahuan mengenai
banyak hal, setelah memperoleh informasi baik yang langsung disediakan maupun
melalui mekanisme perolehan informasi publik.
Meningkatkan Kualitas Pelayanan
UU KIP memuat hak dan kewajiban Badan Publik, sehingga mereka terdorong terus
meningkatkan kualitas pelayanan dan kualitas informasi.
33
Sesi - 3
INFORMASI PUBLIK versus INFORMASI PRIVAT
Pengantar
Selama pemerintahan orde baru berkembang pemikiran bahwa semua
informasi tertutup kecuali yang dinyatakan terbuka. Kemudian lahir era
reformasi yang membalikkan paradigma tadi, yakni menjadi semua
informasi bersifat terbuka kecuali yang dinyatakan tertutup. Perubahan
paradigma itu tampak jelas dari sejumlah perundang-undangan yang lahir
sejak era reformasi.
Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Program Pembangunan
Nasional secara eksplisit mengamanatkan penyusunan Undang-Undang
tentang kebebasan dan transparansi informasi. Setelah itu, terbit cukup
banyak peraturan yang menganut prinsip-prinsip transparansi dan
akuntabilitas.
Puncaknya adalah ketika lahir Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik. UU KIP ini memberikan pengakuan dan
jaminan atas mekanisme dan kepastian akses informasi. Jaminan ini penting
untuk mendorong penyelenggara Badan Publik bersikap profesional
dan beritikad baik memberikan informasi kepada masyarakat yang
membutuhkan.1
Secara umum, informasi dapat dibedakan atas: informasi privat dan informasi
publik. Karakteristik utama informasi privat adalah tidak boleh diakses dan
digunakan orang lain kecuali diizinkan oleh si pemilik. Sebaliknya, informasi
2Koalisi untuk Kebebasan Informasi. Melawan Ketertutupan Informasi Menuju Pemerintahan Terbuka. Jakarta: Koalisi untuk Kebebasan Informasi, 2003, hal. 27.
34
publik bisa diakses dan dipergunakan semua orang kecuali segelintir orang
yang dilarang. Kedua-duanya mengenal pelarangan akses, meskipun
berbeda tujuan. Pada informasi privat, pelarangan akses dimaksudkan untuk
melindungi hak-hak pribadi dan personal pemilik informasi. Sebaliknya,
pada informasi publik, pelarangan akses dimaksudkan untuk melindungi
kepentingan bersama.
UU KIP menggunakan sebutan informasi publik dan informasi yang
dikecualikan. Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan,
dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang
berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau
penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya sesuai UU KIP
serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. Informasi
publik meliputi semua informasi yang wajib disediakan dan diumumkan,
yang terdiri dari:
a. Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala.
b. Informasi yang wajib diumumkan secara serta-merta.
c. Informasi yang wajib tersedia setiap saat.
Jumlah informasi rahasia lebih sedikit dibanding informasi publik. Bahkan
informasi privat bisa berubah menjadi informasi publik jika terpenuhi kondisi
tertentu. Pertama, ada persetujuan dari yang bersangkutan. Misalnya,
membuka catatan medis seseorang artis yang sedang sakit dimungkinkan
jika si artis memberi izin. Kedua, jika berkaitan dengan jabatan publik. Bahkan
dalam beberapa peraturan sebelum menjadi pejabat publik (masih dalam
tahap seleksi), sejumlah informasi privat terungkap ke publik sehingga sifat
kerahasiaan informasi privat itu cenderung hilang.
35
Tujuan • Pesertamemahamimaknainformasipublikdaninformasiprivat.
• Peserta mampu menjelaskan perbedaan informasi publik daninformasi privat di lingkungan kerja mereka.
• Peserta memahami perlakuan yang harus dilakukan terhadapinformasi publik dan informasi privat.
Metode • Ceramah
• Studikasus(casestudy)
Waktu 100 menit
alat Bantu Belajar
• Kertas
• Plano
• Spidol
Media • Bahanpresentasi
• Bahanbacaan
Catatan untuk Fasilitator
• Fasilitator diharapkan membangun suasana rileks dalammembuka presentasi di sesi ini. Kemudian mengajak peserta untuk menjawab pertanyaan: Apa pandangan Anda terhadap informasi daftar gaji pegawai? Apakah informasi itu boleh diketahui orang lain?
• Fasilitator harus sudah menyiapkan contoh kasus yang sesuaidengan konteks lokasi/daerah pelatihan. Fasilitator diharapkan memberikan contoh kasus yang dekat dengan warga atau meminta peserta menceritakan langsung kasus yang mereka hadapi untuk kemudian dibahas bersama. Salah satu kasus yang bisa dibahas adalah penerimaan pegawai negeri sipil.
• Fasilitatormembagipesertakedalamempatkelompok.
• Agar pembahasan tidak melebar terlalu jauh, fasilitatormemberikan contoh konkret berupa daftar gaji pegawai dan formulir isian identitas diri.
36
Tahapan Proses
Pembukaan (5 menit)
• Fasilitatormemulaisesidenganme-reviewataumengulangkembalimateriyang
telah dibahas di sesi-1 secara singkat, lalu menjelaskan maksud dan tujuan sesi-2
ini.
• Fasilitatormemintasatuatauduapesertamenyampaikanulasanmateridarisesi-
1dan harapan mereka untuk sesi berikutnya.
Presentasi (15 menit)
• Fasilitator mempresentasikan perubahan paradigma dari ketertutupan
informasi ke rezim keterbukaan informasi beserta implikasinya sesuai amanat
UU KIP. Termasuk di dalamnya asas-asas keterbukaan informasi yang kini mulai
diterapkan, dan dampak positif pelaksanaan UU KIP bagi pelayanan publik.
• Fasilitatormengulasdanmenjelaskansekilasjenis-jenisinformasiyangdikenal
dalam UU KIP.
• Salah satu contoh yangbisa disinggung fasilitator adalah keterbukaan sistem
penerimaan pegawai negeri sipil.
Curah pendapat (30 menit)
• Fasilitator meminta satu atau dua orang peserta untuk menjelaskan sistem
penerimaan CPNS di daerah itu: Apakah sudah ada perubahan sekarang? Apa
bentuk perubahannya? Apakah lebih terbuka? Sejak kapan?
• Fasilitatormeminta satuatauduapesertamenceritakanbidangapasajayang
paling berubah di daerah itu dalam hal penyediaan informasi dan apa saja alasan
di balik perubahan itu.
• Fasilitatormemilihtemayangsesuaidengandaerahyangbersangkutan.
Presentasi (15 menit)
• Fasilitatormemberikanpresentasiatauceramahmengenaiinformasiprivatdan
informasi publik yang ada dalam suatu Badan Publik. (Catatan: peserta sudah
dibagi ke dalam kelompok)
• Selanjutnya,fasilitatormemintasetiapkelompokmenuliskandiataskertasapa
saja informasi privat dan informasi publik di tempat kerja mereka.
Curah pendapat (30 menit)
• Fasilitatormemintapesertamenjelaskanapayangsudahditulisdikertasplano.
37
• Dalam beberapa hal, fasilitator dapat menyela dan mengajukan pertanyaan
tentang argumentasi peserta.
• Fasilitatormencatatdikertasplano,informasiyangolehsebagianbesarpeserta
dianggap sebagai informasi privatdan informasi publik.
Penutup (5 menit)
• Fasilitator memberikan tanggapan umum atas curah pendapat peserta dan
menutup sesi dengan mengingatkan pentingnya sesi berikutnya.
Bahan Bacaan 3.1
Membuka Kebijakan Penataan Ruang
Kebijakan penataan ruang selama puluhan tahun menjadi teka-teki bagi sebagian
anggota masyarakat.Apasaja yang akan dibangun di wilayah selatan kota, atau dimana
rencana lokasi lapangan terbang dibuka, seolah berada di ruang tertutup yang diselimuti
jendela-jendela tebal. Hanya segelintir orang yang tahu informasi tentang penataan
ruang, sehingga membuka celah penyimpangan.
Akibatnya, seringkali terjadi perubahan fungsi lahan atau ruang tanpa diketahui
masyarakat sekitar. Misalnya, stadion diubah menjadi mal. Ombudsman Republik
Indonesia, hingga Oktober 2012, telah menerima tidak kurang dari 62 pengaduan
masyarakat terkait kebijakan penataan ruang. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
menjadi dokumen penting dalam rangka penataan ruang yang harus dibuka. Penataan
ruang adalah suatu sistem yang meliputi:
a. Perencanaan tata ruang.
b. Pemanfaatan ruang.
c. Pengendalian pemanfaatan ruang.
Kini, kebijakan penataan ruang yang tertutup tidak bisa dipertahankan lagi. Kebijakan
penataan ruang harus bisa diakses publik. Pasal 1 huruf e Undang-Undang No. 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memuat prinsip keterbukaan sebagai salah satu
pegangan bagi pejabat pemerintah. Prinsip ini mengandung arti bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat
untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.
Pemerintah pusat dan daerah juga dibebani kewajiban yuridis untuk membuka ‘jendela’
informasi tentang tata ruang. Kewajiban itu dibarengi dengan hak masyarakat menga-
jukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian.
38
Selain mengajukan gugatan ganti rugi, masyarakat mempunyai hak lain dalam kebijakan
penataan ruang, yaitu:
a. Mengetahui rencana tata ruang.
b. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang.
c. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.
d. Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya
e. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang.
Kewajiban Menyebarkan Informasi Tata RuangPem. Pusat Pem. Provinsi Pem. Kab/Kota
• Menyebarluaskaninformasi yang berkaitan dengan: (1) Rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional; (ii) Arahan peraturan zonasi untuk sistem nasional yang disusun dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional; dan (iii) Pedoman bidang penataan ruang.
• Menetapkanstandarpelayanan minimal bidang penataan ruang.
• Menyebarluaskaninformasi yang berkaitan dengan: (i) Rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi; (ii) Arahan peraturan zonasi untuk sistem provinsi yang disusun dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi; dan (iii) Petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang.
• Melaksanakanstandarpelayanan minimal bidang penataan ruang.
• Menyebarluaskaninformasi yang berkaitan dengan rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.
• Melaksanakanstandarpelayanan minimal bidang penataan ruang
Infrastruktur jalan sebagai salah satu sarana vital penghubung antardaerah juga bukan
sesuatu yang perlu dirahasiakan. Penyelenggaraan jalan, sesuai amanat Undang-Undang
No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan bisa diketahui oleh masyarakat, dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan penyelenggaraannya. Pasal 63 UUini secara tegas memuat hak
masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai penyelenggaraan jalan.
39
Boks Bahan Bacaan 3.1
Ahok Undang LSM dan Akademisi Bahas RDTR
Rencanatataruangharusdibukaagarwargabisamengetahuidanmemberimasukan.
WakilGubernurDKIJakartaBasukiTjahajaPurnama(Ahok)mengundangsejumlahakademisidananggotaLSMkeBalaiKotauntukmembahasRencanaDetailTataRuang(RDTR)Jakarta,Rabu (31/10) hari ini. Dalam pertemuan ini, Ahok didampingi sejumlah pejabat DKI, diantaranyaKepalaDinasTataRuangAgusSubardono.
Dalampertemuanitu,akademisidanLSMmendesakPemdaDKIagarmembukaruangselebar-lebarnyabagiaspirasiwargadalampembahasanRDTRJakarta.
Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriyatna mengatakan, RDTR harustransparan agar masyarakat mengetahui secara pasti peruntukan wilayah dan ruang diJakarta.”RDTRharusdibuka,tidakbolehadayangditutup-tutupikarenainiuntukkepentinganmasyarakat.Harusdisosialisasikandaritingkatkelurahanhinggapalingatas,”kataYayat.
Jika RDTR diketahui oleh publik secara terbuka,warga dapat ikutmengawasi pelaksanaantata ruang, sehingga penyalahgunaan peruntukan untuk tujuan komersil misalnya, dapatdikurangi.
”Intinya,”kataYayat,“sepertiyangdisampaikanwagub,tidakadalagiruangdiJakartayangdimilikiolehsekelompoktertentuatauorangperorang.Inimilikmasyarakatdansemuanyadiberikankesempatan.“
SementaraituKepalaDinasTataRuangDKIJakartaAgusSubardonomengatakan,pemerintahDKImenyambutmasukandari semuapihakuntukpembahasanRDTRyangnantinya akanmenjadiprodukhukumperaturandaerahyangmengikatmasyarakat.
”Kitainginmemperbaikiyangkemarindianggapsangatkurang.Makanyajangkauankitaakansampaikekelurahan.Tidakhanyadenganmenyebarkandokumen, tapi jugamelaluimediamassadanduniamayaagarjangkauannyalebihjauh,”ujarnya.
PemdaDKIsemulamenargetkanakanmengesahkanRaperdaRDTR,sebagaikelanjutandariPerdaRTRW,akhirtahun2012ini.Namun,pihakeksekutifmenarikkembalidokumenRDTRdari DPRD DKI untuk direvisi, disesuaikan dengan program kerja Gubernur JokoWidodo-Basukilimatahunkedepan.
PemerintahDKImenyiapkansosialisasiRDTRlewatsitushttp://sosialisasirdtrdkijakarta.com.Selainmelihatrencanaperuntukan,wargajugabisaikutmemberikanmasukanmelaluisitustersebut.
Sumber: www. beritasatu. com, dipublikasikan 31 Oktober 2012, pukul 16. 27 WIB. Desember 2011.
40
Bahan Bacaan 3.2
Penerimaan CPNS di Indonesia
Salah satu program reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pemberdayaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi adalah penataan ulang sistem penerimaan
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Untuk melakukan seleksi, kementerian telah
menggandeng sepuluh perguruan tinggi negeri di Tanah Air. Kerjasama dengan pihak
ketiga ini dimaksudkan antara lain untuk menghindari kolusi, korupsi, dan nepotisme,
sekaligus membuat parameter atau standar kelulusan yang jelas sesuai kebutuhan riil
formasi kepegawaian.
Sistem pengadaan PNS terus dikembangkan. Tahapan-tahapan yang diperbaiki meliputi:
(a) perencanaan, (b) pengumuman, (c) persyaratan, (d) pelamaran, (e) penyaringan, dan
(f) pengangkatan. Perencanaan meliputi analisis kebutuhan tenaga pegawai berdasarkan
formasi yang tersedia, baik sesuai keahlian maupun kebutuhan riil organisasi.
Pengumuman penerimaan CPNS, sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No. 98 Tahun 2000
tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipildan diubah dengan PP No. 11 Tahun 2002
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil, memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat.
Sistem penerimaan melalui elektronik bisa menekan komunikasi peserta dan panitia
pengadaan yang mengarah pada penyimpangan. Dalam ujian pun, peserta tinggal
mengisi Lembar Jawaban Komputer (LJK) yang hasilnya bisa diperoleh dalam waktu
singkat. Perubahan-perubahan pada sistem penerimaan CPNS telah dituangkan lebih
teknis ke dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 9 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan CPNS.
Boks Bahan Bacaan 3.2
Mayoritas CPNS Gagal Tes Kepribadian
Jakarta—KementerianPendayagunaanAparaturNegaradanReformasiBirokrasi (KemenpandanRB)menyatakanmayoritascalonpegawainegerisipil(CPNS)taklolosteskepribadian.
Dari44.216calonyanglolospassing grade,hanya9.821yanglolosteskepribadian.Menpandan RB Azwar Abubakar mengatakan dari 166.080 peserta tes kompetensi dasar (TKD)hanya 44.216 peserta atau 28,9 persen yang lolos passing grade (ambang batas). Namunjumlah itu tidak otomatis memenuhi seluruh formasi yang telah ditetapkan sebanyak11.669 CPNS. “Hanya terpenuhi 9.821 orang atau sekitar 84,2persen. Sebanyak 1.848formasi yang telah ditetapkan tidak terpenuhi,” ungkapnya di Jakarta, Jum’at (19/10).
41
Diamengungkapkan,nilaitinggibelumtentululusTKDCPNS2012,sebabdalampenentuanpassing grade kelulusan, ada tiga kelompok soal yang harus dipenuhi. Ketiga kelompok ituadalah karakteristik pribadi, inteligensia umum, danwawasan kebangsaan.Dari ketiganya,karakteristikpribadimerupakanfaktorpalingmenentukandanhalinilahyangmenyebabkanbanyakpesertadinyatakantidaklolos.
Menurutdia,denganpenerapansistemambangbataskelulusanuntukpertamakalinyadalamsejarah,banyakpelajaranyangbisadipetik.Masihbanyakpihakyangbelumpaham,meskipmetodeinimiripsistemrapordisekolah.Sebagaicontoh,adasiswayangnilaikumulatifnyatinggi,tetapitidaknaikkelaskarenanilaimatapelajaranagamamerah.
“AdapesertadarikelompokSMAyangmengadunilainya59,tetapitaklulus.Padahaltemannyayang nilainya hanya 36 justru lulus. Setelah ditelusuri, yang nilainya 36 setelah diperincikarakteristikpribadinya25,inteligensiaumum6,danwawasankebangsaan5.Adapunyangnilainya59ternyatakarakteristikpribadi19,inteligensiaumum20,danwawasankebangsaan20,”ungkapnya.
Diamenambahkan,pelamaruntukinstansipusatsebanyak148.259,yangmengikutiteshanya121.005 orang.Merekamemperebutkan 9.034 kursi CPNS di 20 instansi. Dari jumlah ituterdapat6.947LembarJawabanKomputeryangtidakvalid.Adapunpesertayangmemenuhipassing gradesebanyak32.744orangatau28,70persen.Namunformasiyangterpenuhihanya8.053atau86,60persen,sehinggasebanyak1.251formasitidakterpenuhi.
Untuk 21 pemerintah daerah, formasi yang ditawarkan sebanyak 2.365 orang, tetapi yangterpenuhihanya1.768atau74,80persen.“Ada59formasiyangtidakterpenuhi,”katanya.
Tercatatsebanyak54.207orangmengajukanlamaranuntukmenjadiCPNSdi21pemerintahdaerah.Darijumlahituhanya45.075yangmengikutitestertulis.Sayangnya,ada6.030LJKyangtidakvalid.
Wakil Ketua Komisi II DPR Abdul Hakam Naja mengapresiasi sistem seleksi CPNS yangmelibatkan konsorsium 10 perguruan tinggi negeri. Melalui sistem ini, untuk pertamakalinya CPNS memiliki standar kompetensi dasar atau umum. Meskipun demikian, Najameminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengevaluasi para rektor yang tergabungdalamkonsorsiumkarena banyak anggotaKomisi yangmempertanyakan transparansi danakuntabilitasmereka.
Sumber: harian Seputar Indonesia, edisi Minggu 21 Oktober 2012, hal. 3.
Bahan Bacaan 3.3 (Studi Kasus)
Kasus Sengketa Penerimaan CPNS di Medan
Penerimaan CPNS di jajaran Pemerintah Kota Medan, Sumatera Utara, untuk Tahun
Anggaran 2010 telah menimbulkan persoalan. Sejumlah peserta yang dinyatakan tidak
42
lulus ingin memperjelas sebab-sebab ketidaklulusan mereka. Persoalan menjadi rumit
karena ada perbedaan nama yang lulus melalui situs resmi panitia dengan pengumuman
melalui media cetak. Ada beberapa nama yang tercantum di website hilang dari
pengumuman versi cetak.
Sebanyak 17 orang peserta memberikan kuasa kepada LBH Medan. Pada Januari 20122,
mereka meminta:
a. Panitia (Pemko Medan dan USU Medan) mengumumkan secara terbuka nomor,
nilai, dan ranking seluruh peserta ujian;
b. LJK dan kunci jawaban soal ujian untuk perbandingan dengan nilai yang
diperoleh ke-17 peserta.
USU menolak memenuhi permintaan itu dengan dalih informasi yang diminta adalah
informasi yang dikecualikan. Hasil ujian penerimaan CPNS memuat informasi mengenai
kapasitas, intelektualitas, dan rekomendasi kemampuan seseorang. Informasi jenis ini
dilarang dibuka berdasarkan pasal 17 butir 4 UU KIP. USU juga berdalih ada perjanjian
dengan Pemkot Medan yang menegaskan seluruh hasil ujian akan diserahkan kepada
Pemkot, sehingga Pemkot yang menentukan dan mengumumkan kelulusan.
Kasus ini akhirnya masuk ke sidang ajudikasi Komisi Informasi Pusat. Pertanyaan dasar
yang muncul dalam persidangan adalah:
a. Apakah sebagian atau seluruh informasi yang diminta adalah informasi yang
dikecualikan? Informasi apa saja yang bersifat terbuka dan mana yang privat?
b. Apakah ada kewajiban mengumumkan informasi yang diminta pemohon?
c. Siapa yang punya kewajiban memberikan informasi publik kepada pemohon?
Dalam putusan yang dibacakan 22 Juli 2011, Komisi Informasi Pusat memutuskan bahwa:
a. Nomor ujian peserta seleksi CPNS Kota Medan yang diterima pada masing-
masing formasi yang diikuti ke-17 pemohon adalah informasi yang bersifat
rahasia.
b. Daftar ranking dan nilai peserta seleksi adalah informasi yang terbuka.
c. Salinan LJK yang telah dihitamkan atau dikaburkan pada bagian identitas
peserta adalah informasi terbuka.
d. Salinan kunci jawaban dan naskah soal ujian pada masing-masing formasi
adalah informasi terbuka.
43
Bahan Presentasi
Asas-Asas Keterbukaan Informasi
Asas-1
Setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi.
Asas-2
Informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas.
Asas-3
Setiap informasi publik harus dapat diperoleh setiap pemohon informasi publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara yang sederhana.
Asas-4
Informasi publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan undang-undang, kepatutan, dan kepentingan umum, didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi yang timbul, serta setelah mempertimbangkan dengan seksama bahwa menutup informasi publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya, dan sebaliknya.
Sesi-3 : Informasi Publik versus Informasi Privat
47
Sesi - 4
BADAN PUBLIK
Pengantar
Upaya memahami Badan Publik diperlukan. Pertama, untuk mengetahui
jenis-jenis Badan Publik. Kedua, untuk menempatkan Badan Publik dalam
konteks relasiantara pemohon informasi dan termohon informasi. Dalam
relasi ini Badan Publik berkedudukan sebagai termohon.
Badan Publik adalah sebutan yang digunakan Undang-Undang No. 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Badan Publik merujuk pada
lembaga-lembaga yang punya kewajiban mengelola dan menyampaikan
informasi publik kepada masyarakat.
Badan Publik bukan hanya terdiri dari penyelenggara pemerintahan
eksekutif, tetapi juga lembaga-lembaga negara yang menjalankan fungsi
legislatif dan yudikatif. Bahkan termasuk badan lain yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari APBN/APBD. Organisasi non-pemerintah
juga termasuk Badan Publik, asalkan sepanjang seluruh atau sebagian
dananya bersumber dari APBN/APBD, sumbangan masyarakat, dan/atau
luar negeri.
Badan Publik sebagai lembaga menjalankan fungsi-fungsi pelayanan
kepada masyarakat. Sejak era reformasi, lembaga-lembaga negara semakin
bertambah jumlahnya sebagai bentuk eksprimentasi kelembagaan yang
dapat berupa dewan (council) komisi (commission), komite (committee),
48
2Lihat lebih lanjut Jimly Asshiddiqie. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi. Jakarta: Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi RI, 2006.
badan (board), atau otorita (authority). Lembaga-lembaga baru itu biasa
disebut state auxiliary organs. Ada 34 lembaga negara baru setelah
amandemen UUD 1945. Dari sejumlah itu, 28 lembaga memiliki kewenangan
yang ditentukan baik secara umum maupun secara rinci dalam UUD 1945.
Lembaga-lembaga itu dapat dibedakan dari dua segi, yaitu fungsi dan
hierarkinya. Hierarki antarlembaga negara penting diatur karena terkait
pengaturan mengenai perlakuan hukum terhadap orangyang menduduki
jabatan dalam lembaga negara itu.1
49
Tujuan • PesertamemahamiartiBadanPublik.
• PesertamemahamipengertianhakdankewajibanBadanPubliksesuai prinsip-prinsip keterbukaan informasi.
• Peserta mampumenentukan kriteria Badan Publik, baik BadanPublik negara maupun Badan Publik non-negara.
Metode • Ceramah
• Diskusikelompok
• Studikasus
Waktu 90 menit
alat Bantu Belajar
• Plano
• Kertas
Media • Bahanpresentasi
• Bahanbacaan
• Contohkasusuntukdibahas
Catatan untuk Fasilitator
• Fasilitator meminta setiap kelompok (yang telah dibentuk di sesi sebelumnya) membuat daftar lembaga yang ada di daerah mereka.
• Untukcontohkasus,fasilitatorperlumenjelaskanmasalahdasardan pertanyaan kunci yang harus dijawab peserta. Kelompok diminta memberikan argumentasi masing-masing. Kalau memungkinkan, pilihlah dua kasus atau berikan satu tugas yang berbeda untuk setiap kelompok. Misalnya, semua kelompok mengerjakan kasus BP Migas dan kemudian mereka diberikan tugas tambahan yang berbeda.
50
Tahapan Proses
Pembukaan (5 menit)
• Fasilitator membuka sesi ini, kemudianmenjelaskanmaksud dan tujuan sesi.
Fasilitator membagikan bahan-bahan yang akan digunakan di sesi ini.
• Pesertadudukberdasarkankelompokyangsudahdibentuksebelumnya.
Ceramah (25 menit)
• FasilitatormemberikanpresentasimengenaikriteriaBadanPublikmenurutUU
KIP seperti tergambar dalam Bahan Bacaan 3. 1.
Tanya jawab (15 menit)
• Fasilitator membuka ruang tanya jawab selama 15 menit untuk menampung
pertanyaan-pertanyaan dari peserta kepada narasumber.
Curah pendapat (35 menit)
• Setelahceramahnarasumber/fasilitatorselesai,pesertaberdasarkankelompok
diminta menyusun daftar Badan Publik yang ada di daerahnya dalam waktu 10
menit.
• Setelah waktu yang diberikan habis, fasilitator mengumpulkan daftar yang
disusun kelompok dan memeriksanya.
• Kelompok yang mengumpulkan daftar Badan Publik terbanyak, sebaiknya
mendapat hadiah.
Studi kasus (25 menit)
• Fasilitatormenjelaskankasusyangharusdijawabolehpesertasecaraperorangan.
Kasus yang dibahas di sesi ini berkaitan dengan kategorisasi Badan Publik.
Contoh kasus yang bisa diajukan adalah status Badan Publik lembaga-lembaga
berikut: BP Migas, BLU Transjakarta, Kamar Dagang dan Industri (KADIN)
sebagai kumpulan pedagang dan pelaku industri, Yayasan Panti Asuhan, dan
Perhimpunan Pecinta Burung.
• Pertanyaan kunci yang harus dijawab peserta: Apakah lembaga itu termasuk
Badan Publik?Apakah lembaga itutermasuk Badan Publik negara atau Badan
Publik non-negara?Jelaskan jawaban berdasarkan kriteria klasifikasi Badan
Publik menurut pasal 1 angka 3 UU KIP!
51
Penutup (5 menit)
• Fasilitator menutup sesi inidanmengajak peserta untuk mengikuti sesi
selanjutnya.
Bahan Bacaan 4.1
Badan Publik dalam UU No. 14 Tahun 2008
Pengertian
Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dantugaspokoknyaberkaitandenganpenyelenggaraannegarayangsebagianatauseluruhdananyabersumber dari APBN/APBD, atau organisasi non-pemerintah sepanjang sebagian atau seluruhdananyabersumberdariAPBN/APBD,sumbanganmasyarakatdan/atauluarnegeri(Pasal1angka3).
Ruang Lingkup
a. LembagaEksekutif
b. LembagaLegislatif
c. LembagaYudikatif
d. Badan lain sepanjangmemenuhi syarat, yaitu (i) fungsi dan tugas pokoknya berkaitandengan penyelenggaraan negara; (ii) sebagian atau seluruh dananya bersumber dariAPBN/APBD.
e. Organisasinon-pemerintahsepanjangsebagianatauseluruhdananyabersumberdari(i)APBN/APBD;(ii)sumbanganmasyarakat;(iii)sumbanganluarnegeri.
f. PartaiPolitik
g. BUMN/BUMD
h. BadanHukumPendidikan
i. BadanHukumMilikNegara
Hak
a. Menolakmemberikaninformasiyangdikecualikansesuaiketentuanperundang-undangan.
b. Menolak memberikan informasi publik apabila tidak sesuai ketentuan perundang-undangan.
c. Menyatakantidakdapatmemberikaninformasipublikjikainformasiyangdiminta:
c.1.Dapatmembahayakannegara.
c.2.Berkaitandengankepentinganperlindunganusahadaripersainganusahatidaksehat.
c.3.Berkaitandenganhak-hakpribadi.
c.4.BelumdikuasaiataudidokumentasikanBadanPublik.
52
Kewajiban
a. Menyediakan,memberikan
b. Menyediakan
c. Membangundanmengembangkansisteminformasi
d. Membuatpertimbangantertulis
e. MenunjukdanmengangkatPPID
f. MenetapkanSOP
g. Membuatdaftar
h. Menyediakansaranadanprasarana
i. Membuatdanmengumumkan
j. Menganggarkanpembiayaan
k. Melakukanevaluasidanpengawasan
Bahan Bacaan 4.2
Badan Layanan Umum
Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah instansi di lingkungan
Pemerintah (daerah)yang mempunyai hak dan kewajiban mandiri, yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/
atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. BLU bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam
pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan
praktek bisnis yang sehat.
Kedudukan
Kedudukan BLU adalah bagian dari pemerintah, khususnya instansi teknis pemerintahan
tertentu. Kekayaan dan kepegawaiannya masuk ke dalam lingkup kekayaan dan
kepegawaian negara.
Tujuan Pembentukan
Berdasarkan pasal 68 ayat (1) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
BLU dibentuk untuk:
a. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum; dan
53
b. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuan lebih lanjut disebut dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Berikut petikannya: “Badan Layanan
Umum merupakan instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang/jasa yang dijul tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya berdasarkan
prinsip efisiensi dan produktivitas”.
BLU di daerah
BLU tidak hanya dibentuk oleh pemerintah pusat untuk menjalankan praktik usaha yang
berkaitan dengan pelayanan publik Negara, tetapi juga dapat dibentuk pemerintah
daerah untuk menjalankan usaha yang berkaitan dengan pelayanan publik di daerah.
Pembentukan BLU di pusat dilakukan berdasarkan keputusan Menteri Keuangan,
sedangkan di daerah dilakukan berdasarkan keputusan kepala daerah. Dalam
menjalankan kegiatan, BLU menjalankan usaha yang menjadi kewenangan instansi
pemerintah melalui pendelegasian. Itu sebabnya sangat wajar jika kegiatan usaha BLU
berbasis pada melayani, bukan mencari keuntungan.
Penentuan tarif
Sesuai PP No. 23 Tahun 2005, BLU dapat menerima dan menetapkan tarif sebagai
imbalan yang diperoleh atas barang/jasa yang diberikan kepada masyarakat. Namun
mengingat BLU bukanlah badan usaha, penentuan tarif hanya bersandarkan pada (i)
Perhitungan biaya per unit layanan; atau (ii) Hasil per investasi dana.
Penentuan tarif dalam jasa layanan BLU harus pula mempertimbangkan (a) Kontinuitas
dan pengembangan layanan; (b) Daya beli masyarakat; (c) Asas keadilan dan kepatutan;
dan (d) Kompetisi yang sehat.
Jadi, meskipun BLU tidak mengejar keuntungan, penetapan tarif yang ditetapkan BLU
memiliki pengertian yang sama dalam suatu kegiatan usaha, yaknimemperoleh laba.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu batas etis dan batas maksimum tarif
layanan.
Sumber: Dikutip dari Dian Puji Simatupang. “Paradoks Rasionalitas: Perluasan Ruang
Lingkup Keuangan Negara dan Implikasinya Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah”.
Jakarta: Badan Penerbit FHUI 2011, hal. 280-282.
54
Bahan Bacaan 4.3 (Studi Kasus)
Status Hukum BP Migas
Latar Belakang Kasus
Pada September 2011, Yayasan Pusat Pengembangan Informasi Publik telah mengajukanpermohonansengketainformasiterhadapBadanPelaksanaKegiatanUsahaHuluMinyakdanGasBumi(BPMigas).YayasanyangberpusatdiBandungitupadapokoknyamemintainformasitentang:
a. Daftarkontrakkaryapertambangan,minyakbumi,dangasbumiyangadadiIndonesiasaatini.
b. SalinankontrakkaryapemerintahRIdenganPTFreeportIndonesia,PTKPC,PTNewmontMiningCorporation,danPTChevronPacificIndonesia.
Meresponspermintaanitu,BPMigasmenerangkanbahwadaftarkontrakkaryadapatdilihatdiwww.bpmigas.go.id.,sedangkandaftarkontrakkaryapertambanganumumbukanwilayahkerjaBPMigas.Selainitu,BPMigastidakdapatmenyerahkansalinankontrakkerjasama(KKS)migasPTChevronPacificIndonesiakarenaKKStersebutdokumenrahasiayangbersifatperdata(privat),danbukaninformasipublik.SedangkankontrakkerjaPTFreeportIndonesia,KPCdanNewmontadalahkontraknon-migassehinggadiluartupoksiBPMigas.
BPMigasjugaberagumenbukansebagaiBadanPubliksebagaimanadiamanatkanpasal1angka3UUKIPdenganalasan:
a. Tidakadawording dalamdasarhukumpembentukanyang menyebutBPMigasadalahBadanPublik;
b. AnggaranBPMigasbukandariAPBNatausumbanganmasyarakat,melainkandarifee.
c. KekayaanBPMigasadalahkekayaannegarayangdipisahkan.
d. Isikontrakkerjasamamenjadiwewenangpemerintah(ESDM).
Dasar Hukum. BPMigas didirikan berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentangMinyakdanGasBumi.Sebagaitindaklanjutnya,pemerintahmenerbitkanPeraturanPemerintah(PP)No.42Tahun2002tentangBPMigas.AturanlainyangmenjadidasarhukumpelaksanaantugasBPMigasadalahPPNo.35Tahun2004tentangKegiatanUsahaHuluMinyakdanGas,danSKMenteriKeuanganNo.333/KMK.06/2008tentangPenetapanKekayaanAwalBPMigas.
Fungsi:Melakukanpengawasanterhadapkegatanusahahuluagarpengambilansumberdayaalamminyakdangasbuminegaradapatmemberikanmanfaatdanpenerimaanyangmaksimalbaginegarauntuksebesar-besarkemakmuranrakyat.
Tugas BP Migas:
a. memberikanpertimbangankepadaMenteriataskebijaksanaannyadalamhalpenyiapandanpenawaranWilayahKerjasertaKontrakKerjaSama.
b. MelaksanakanpenandatangananKontrakKerjaSama.
55
c. MengkajidanmenyampaikanrencanapengembanganlapanganyangpertamakaliakandiproduksikandalamsuatuWilayahKerjakepadaMenteriuntukmendapatkanpersetujuan.
d. Memberikanpersetujuanrencanapengembanganlapanganselainsebagaimanadimaksuddalamhurufc.
e. Memberikanpersetujuanrencanakerjadananggaran.
f. MelaksanakanmonitoringdanmelaporkankepadaMenterimengenaipelaksanaanKontrakKerjaSama.
g. MenunjukpenjualMinyakBumidan/atauGasBumibagiannegarayangdapatmemberikankeuntungansebesar-besarnyabaginegara.
Pada13November2012,MahkamahKonstitusimembubarkanBPMigaskarenamenilaikeberadaanlembaga ini bertentangan denganUUD 1945. Pemerintah bertindak cepat, denganmembentuklembagasementarabernamaSatuanKerjaSementaraPelasanaKegiatanUsahaHuluMinyakdanGasBumi(SKSP).LembagaSKSPmengambilalihsemuatugas-tugasdanwewenangBPMigas.
Pertanyaankunciyangperludiajukan:
• ApakahBPMigasmemenuhikualifikasisebagaiBadanPublikmenurutUUKIP?
• ApadasarargumentasiAnda?
• ApakahwarganegaradidaerahbisamengajukanpermohonaninformasikepadaBPMigas,meskipundidaerahitutidakadakawasanpertambangan?
• Apakah semuakewajibanBPMigas, dalamhal ketika terjadi sengketa informasi publik
beralihkeSKSP?
Bahan Bacaan 4.4
Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia
Kita sering mendengar organisasi bernama Kamar Dagang dan Industri (KADIN).
Organisasi ini mempunyai cabang-cabang hingga ke daerah. KADIN adalah wadah
bagi pengusaha Indonesia dan bergerak dalam bidang perekonomian. Pengusaha yang
masuk ke dalam kelompok ini adalah orang perseorangan atau persekutuan atau badan
hukum yang menjalankan suatu jenis perusahaan. KADIN sudah dibentuk sejak 1970-an.
Tujuan KADIN adalah:
a. Membina dan mengembangkan kemampuan, kegiatan, dan kepentingan
pengusaha Indonesia di bidangusaha negara, usaha koperasi, dan usaha
swasta dalam kedudukannya sebagai pelaku-pelaku ekonominasional dalam
rangka mewujudkan kehidupan ekonomi dan dunia usaha nasional yang sehat
dan tertibberdasarkan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.
56
b. Menciptakan dan mengembangkan iklim dunia usaha yang memungkinkan
keikutsertaan yang seluas-luasnya secara efektif dalam pembangunan nasional.
KADIN bersifat mandiri, bukan organisasi pemerintah dan bukan organisasi politik.
Dalammelakukan kegiatannya, KADIN tidak mencari keuntungan.
Berdasarkan tujuan dan sifat keorganisasian itu, apakah KADIN Indonesia layak disebut
Badan Publik? Apakah KADIN masuk kategori Badan Publik negara?
59
Sesi - 5
PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI
Pengantar
Setiap Badan Publik diamanatkan oleh UU KIP untuk menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di lembaganya.
Setiap PPID mempunyai peran sentral di Badan Publik. Peran PPID untuk lingkungan internal Badan Publik, yakni bertugas mengelola informasi, sedangkan peran PPID untuk lingkungan eksternal, yakni bertugas melayani pemohon informasi. Melihat peran sentral itu, PPID bisa disebut sebagai ujung tombak Badan Publik.
Berdasarkan pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU No. 14 Tahun 2008, PPID, baik di Badan Publik negara maupun non-negara, diangkat oleh pimpinan Badan Publik bersangkutan sesuai dengan mekanisme yang berlaku.Pejabat yang ditunjuk sebagai PPID dinyatakan, sebaiknya adalah pejabat yang membidangi informasi publik.
Kebijakan PP tadi juga mengatur bahwa PPID di semua Badan Publik sudah harus ditunjuk paling lambat satu tahun setelah PP No. 61 Tahun 2010 diundangkan atau terhitung sejak 23 Agustus 2010.
Faktanya, belum semua Badan Publik memiliki PPID. Komisi Informasi Pusat mendata dua dari 34 kementerian belum menunjuk PPID (Lihat Bahan Bacaan 5.2) hingga September 2012 dan lebih banyak lagi Badan Publik di daerah belum menunjuk PPID di lembaganya. Namun begitu, kebijakan PP tadi memberi jalan keluar untuk mengatasi permasalahan belum ditunjuknya PPID di Badan Publik. Pasal 21 PP No. 61 Tahun 2010 menyebutkan: “Dalam hal PPID belum ditunjuk, tugas dan tanggung jawab PPID dapat dilakukan oleh unit atau dinas di bidang informasi, komunikasi, dan/atau kehumasan.
60
Tujuan • PesertamemahamifungsidantugasPPIDdisuatuBadanPublik.
• Peserta dapat memahamkan hak dan kewajiban PPIDkepadapimpinannyadi Badan Publik dan kepada pemohon informasi.
• Peserta dapat berbagi pengalaman tentang PPID yang sudahmaju.
Metode • Ceramah
• Curahpendapat
• Praktik
Waktu 120 menit
alat Bantu Belajar
• Kertasmetaplan
• Papanplano
• Spidol
Media • Bahanbacaan
• Bahanpresentasi
• KutipanPerkiNo.1Tahun2010
Catatan untuk Fasilitator
• Setelah membuka sesi ini, fasilitator terlebih dulu mengajukanpertanyaan kepada peserta mengenai ada tidaknya PPID di lembaga atau SKPD di tempat mereka bekerja. Pertanyaan berjenjang yang perlu diajukan fasilitator, yakni:
a. Apakah sudah ada PPID di level provinsi ?
b. Apakah sudah ada PPID di level kabupaten/kota?
c. Apakah sudah ada PPID di level SKPD?
d. Apa dasar hukum penunjukan PPID di lembaga/SKPD peserta?
• Untuk lembaga yang belum mempunyai PPID, makafasilitatorperlu membuat sesi khusus untuk menyusun draf surat keputusan/dasar hukum penunjukan PPID. Poin-poin yang harus ada dalam SK adalah nama lembaga, nomor SK, judul SK, konsideran menimbang dan memperhatikan, isi (pejabat yang ditunjuk), pejabat yang mengangkat, tanggal terbit surat, dan lampiran kalau ada.
61
Tahapan Proses
Pembukaan (5 menit)
• Fasilitatormembukasesiinidenganme-reviewsesisebelumnyadanmenjelaskan
relevansinya dengan tema sesi ini.
Curah pendapat (15 menit)
• Peserta diminta menceritakan perkembangan PPID di masing-masing
lembaganya dan pandangan mereka tentang perlu tidaknya PPID ditunjuk di
setiap Badan Publik.
• Jika ada lebih dari satu orang peserta dari SKPD yang sama, sebaiknya satu
orang saja yang menyampaikan pandangan.
• Fasilitatormenuliskanringkasanceritapesertadikertasplano.Catatanitudibuat
sebagai dasar memulai presentasi.
• Fasilitator mencatat alasan-alasan mengapaPPID belum ditunjuk di lembaga
peserta.
Presentasi pertama (20menit)
• NarasumbermenyampaikanpresentasiatauceramahtentangPPID.Adalimahal
penting yang perlu disampaikan, yaitu (i) Urgensi dan hakikat keberadaaan PPID
di Badan Publik; (ii) Kualifikasi menjadi PPID; (iii) Hak dan kewajiban PPID; dan
(iv) Pejabat fungsional pendukung kerja pengelolaan dan pelayanan informasi;
(v) Pengalaman menjalankan fungsi PPID.
Tanya jawab (10 menit)
• Fasilitator mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan mengenai
tema yang disampaikan.
Presentasi kedua (20 menit)
• Presentasi kedua dari narasumber secara khusus membahas struktur
kelembagaan pengelolaan dan pelayanan informasi, termasuk pola sentralisasi
dan pola desentralisasi (Lihat Bahan Bacaan 4.1).
Tanya jawab dan kesimpulan (10 menit)
• Fasilitator mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan mengenai
topik yang dibahas.
62
Praktik (35 menit)
• Fasilitator memfasilitasi penyusunan draf SK penunjukan PPID. Sesi ini
dimaksudkan agar peserta bisa mempersiapkan draf SK yang akan dibawa ke
pimpinan Badan Publik.
• Sesiinidilakukanberdasarkankelompok.Setiapkelompokmenyusunsatudraf
SK.
Penutup (5 menit)
• Fasilitatormenutupsesidenganmempersilakanpesertauntukberistirahatdan
kemudian menjelaskan jadwal sesi berikutnya.
Bahan Bacaan 5.1
Organisasi Pengelola dan Pelayan Informasi di Badan Publik
Pejabat yang bertugas dan bertanggung jawab untuk mengelola dan memberikan
pelayanan informasi di Badan Publik adalah PPID. Namun dalam menjalankan wewenang,
fungsi, hak, dan kewajibannya,PPID tidak bekerja sendirian. Hal ini karena diperlukan
tindakan tertentu yang membutuhkan otoritas atasan Badan Publik dan terdapat juga
kegiatan pengelolaan informasi yang mengandalkan pejabat fungsional.
Berikutorganisasi/lembaga-lembaga pengelola dan pelayan informasi di suatu Badan
Publik:
1. Atasan Langsung PPID
Atasan langsung PPID adalah pejabat yang menentukan suatu kebijakan
pengelolaan dan pelayanan informasi terutama jika ada masalah.Permohonan
keberatan atas pelayanan informasi di PPID disampaikan kepada Atasan
Langsung PPID. Dalam sengketa informasi, ia juga berperan mewakili Badan
Publik karena kedudukannya sebagai penentu kebijakan.
2. PPID
Pejabat struktural yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi
pengelolaan dan pelayanan informasi di Badan Publik. Tugas PPID meliputi: (i)
Apa saja yang diamanatkan UU KIP, PP No. 61 Tahun 2010, dan Peraturan Komisi
Informasi Pusat No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik; dan
(ii) Peraturan perundang-undangan lain.
3. Pejabat Fungsional Pengelola Informasi dan Dokumentasi
Pejabat fungsional yang ditunjuk atau karena fungsi dan tugasnya diwajibkan
63
mengelola dan menyediakan pelayanan informasi. Mereka umumnya adalah
pejabat yang memiliki kompetensi di bidang pengolahan data, pengelolaan
dokumen, pelayanan informasi, dan humas. Misalnya pustakawan dan arsiparis.
Dalam pengelolaan dan pelayanan informasi, pejabat/bagian taditidak berdiri sendiri,
melainkan saling berhubungan dan membantu.Ketimpangan pada satu bagianakan
berpengaruh pada kinerja bagian lainnya. Beban kerja PPID akan sangat berat jika tidak
ada dukungan dari bagian lainnya.
Semakin gemuk organisasi Badan Publik semakin rumit hubungan kerja antarbagian.
Organisasi dengan struktur dan wilayah kerja sederhana seperti Badan Publik Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) lebih mudah menjalin hubungan. Bahkan kadang-kadang
tidak perlu ditopang tim pertimbangan dan pejabat fungsional.
Model organisasi yang sangat sederhana biasanya hanya terdiri dari pimpinan dan PPID.
Kedua bagian inilah yang menjalankan fungsi pelayanan informasi di lembaga kecil.
Selain pola yang sederhana, dikenal dua pola organisasi pengelolaan dan pelayanan
informasi di Badan Publik, yaitu;
a. Pola sentralisasi
• PPIDdijabatolehpengelolabidangkomunikasi,informasiatauhumasyang
ditunjuk pimpinan lembaga. Ini menjadi PPID Utama.
• Satuan kerja di bawah lembaga dapat membentuk PPID yang bertugas
membantu PPID Utama.
• Khusus untuk penetapan informasi yang dikecualikan, tetap menjadi
wewenang PPID Utama atas persetujuan pimpinan tertinggi Badan Publik.
• Dapatdiangkatpejabat fungsionaldisetiapsatuankerjauntukmembantu
pengelolaan dan pelayanan informasi.
b. Pola desentralisasi.
• Kementerian/LPNK (Lembaga Pemerintah Non Kementerian): PPID dapat
dibentuk di setiap satuan kerja berdasarkan eselon yang ditetapkan menteri/
kepala LPNK dengan menimbang masukan kepala satuan kerja. Penetapan
informasi yang dikecualikan tetap menjadi wewenang PPID Utama setelah
mendapat persetujuan pimpinan Badan Publik.
• Provinsi atau kabupaten/kota: PPID dapat dibentuk di setiap SKPD oleh
pimpinan kepala daerah dengan menimbang masukan pimpinan SKPD. We-
wenang penetapan informasi yang dikecualikan ada di tangan PPID provinsi
atau kabupaten/kota atas persetujuan gubernur atau bupati/walikota.
• Kecamatandandesa:PPIDdapatdibentukhinggatingkatdesasesuaiarahan
kepala daerah. Pembentukan disesuaikan dengan kebutuhan. Penetapan
64
informasi yang dikecualikan menjadi wewenang PPID di tingkat kabupaten/
kota.
Bahan Bacaan 5.2
Keberadaan PPID Tidak Jamin Nihil Sengketa
Meskipun Badan Publik sudahmemiliki Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)dan Standar OperasionalProsedur (SOP) pelayanan informasi, bukan berarti tidak ada potensisengketainformasi.KementerianKomunikasidanInformatikaRepublikIndonesiamisalnya,sudahmemilikiPPIDdanSOPyangjelas,tetapimasihadasajamasyarakatyangmengajukansengketainformasikepadakementerianini.
BerbicarasaatmenerimatamudariPTKeretaApiIndonesia,KetuaKomisiInformasiPusatAbdulRahmanMa’munmengatakan,PPIDdiBadanPublikdibentukuntukmemudahkanpengelolaandan pelayanan informasi kepadamasyarakat. PPIDmenjadi ujung tombak pelayanan informasiserta sekaligus penyusunan daftar dan klasifikasi informasi di Badan Publik. Undang-UndangNo.14Tahun2008tentangKeterbukaanInformasiPublikdankebijakanturunannya,PeraturanPemerintahNo.61Tahun2010danPeraturanKomisiInformasiPusatNo.1Tahun2010,sudahmemberikantugas,fungsi,danwewenangPPIDdenganjelas.
Namundalammenjalankantugasnya,PPIDsangatmungkinmengalamikendalaketikamelayaniinformasi.Kendala itubukansajaberasaldaripemohonatauPPID,melainkanjugaberasaldariisiinformasi yang diminta masih berada pada area abu-abu. Dalam arti, belum jelas apakahmerupakan informasi publik yang dapat diakses atau informasi yang bersifat rahasia ataudikecualikan.MenurutAbdulRahmanMa’mun,bisasajapermohonaninformasisengajadibawake tahap sengketaagarwilayahabu-abu tadimenjadi jelas. “Tujuannyauntukmemperjelasdanmemperkuatpayunghukum,”ujarnya.
PerwakilandariPTKeretaApiIndonesiadatangkeKomisiInformasiuntukmenyampaikanbahwadi BadanUsahaMilikNegara ini, sudah ada PPID dan SOP. Suyono Syam, PPID PT KeretaApiIndonesia,menjelaskanPPIDsudahterbentuksejakJuni2010,sedangkanSOPpadaDesember2o1oyangdituangkanmelaluiSKDireksiPTKeretaApi IndonesiaNo.Kep.U/HK.003/XII/1/KA-2010.DengankehadiranPPIDdanSOPitu,KAIakansemakinmudahmemberikanpelayananinformasikepadamasyarakat.
Dalam pertemuan itu, Suyono jugamengundang Ketua Komisi Informasi Pusat untukmenjadisalahsatupembicaradiskusimengenaipelayananinformasidilingkunganKeretaApiIndonesia.DiskusiyangakandigelarsecarainternalolehKAIini,diharapkanbisasemakinmendorongjajaranKeretaApiIndonesiamenjadiBUMNpelayananyangbaik
Sumber: www.komisiinformasi.go.id, dipublikasikan pada 11 November 2011.
(Disunting kembali untuk keperluan penerbitan modul ini)
65
Bahan Bacaan 5.3
Wapres Instruksikan Pembentukan PPID
Jakarta, (Analisa). Wakil Presiden Boediono menginstruksikan pembentukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah.
Hal ini dikatakan Boediono saat memberikan sambutan pada Hari Hak Untuk Tahu Internasional (International Right to Know Day) di Istana Wakil Presiden, Jumat, mengingat masih banyak Badan Publik yang belum mematuhi amanat UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik untuk membentuk PPID.
Wapres mengatakan, berdasarkan data monitoring dan evaluasi Komisi Informasi Pusat per September 2012, diketahui bahwa dari 34 Kementerian, tercatat 32 yang telah membentuk PPID.
Selanjutnya dari 129 lembaga, tercatat 33 lembaga yang sudah memiliki PPID.Di tingkat pemerintahan daerah, baru 21 Provinsi yang telah memiliki PPID.
“Kami harus perbaiki keadaan ini.Kepada kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah yang belum melaksanakan oleh yang diwajibkan undang-undang tadi, saya instruksikan untuk segera membentuk PPID.Ini adalah pelaksanaan perintah undang-undang,” kata wakil presiden.
Sementara itu, bagi yang sudah terbentuk, Wapres mengingatkan untuk selalu bertindak secara profesional, transparan, dan menjunjung tinggi prinsip akuntabilitas dalam melayani hak asasi warga negara.
“Hal ini sangat penting, karena dari waktu ke waktu muncul sengketa informasi yang terkait dengan permintaan informasi dari pemohon kepada Badan Publik,” katanya.
Menurut Boediono, keterbukaan informasi dari seluruh Badan Publik dibutuhkan dalam rangka menuju kematangan demokrasi, dimana warga negara dapat berpartisipasi dalam pemerintahan dan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
“Dengan demikian diharapkan terbentuknya suatu pemerintahan dan pembangunan yang berdasarkan hak-hak asasi manusia,” katanya.
Wapres menegaskan, Indonesia patut bangga, bahwa pada September 2012 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Perdana Menteri Inggris David Cameron dikukuhkan sebagai Ketua Bersama Open Government Partnership (Co-chair OGP) untuk periode 2012-2014.
Gerakan OGP kini didukung oleh 55 negara. Indonesia merupakan salah satu inisiator sekaligus menjadi anggota steering committee dalam deklarasi OGP pada 20 September 2011, di sela-sela Sidang Umum PBB di New York.
Sumber: Analisa, 29 September 2012. (Disunting kembali untuk keperluan penerbitan
modul ini)
66
Bahan Presentasi 5.a
Tugas dan Tanggung Jawab PPID Keberadaan PPID
a. Bertugas dan bertanggung jawab melakukan pengelolaan dan pelayanan informasi yangmeliputiprosespenyimpanan,pendokumentasian,penyediaan,danpelayananinformasi.
b. Dalam rangka penyimpanan dan pendokumentasian informasi publik, PPID bertugas danbertanggungjawabmengumpulkanseluruhinformasisecarafisikdarisetiapunit/satuankerja.
c. BertugasdanbertanggungjawabmenyimpandanmendokumentasikanseluruhinformasiyangberadadiBadanPublik.
d. Melakukanpendataaninformasiyangdikuasaiolehsetiapunit/satuankerjadiBadanPublikdalam rangka pembuatan dan pemutakhiran Daftar Informasi setelah dimutakhirkan olehpimpinansetiapunit/satuankerjasekurang-kurangnyasatukalidalamsebulan.
e. Penyimpananinformasidilaksanakansesuaidenganperaturanperundang-undangandibidangkearsipan.
f. BertugasdanbertanggungjawabmenyediakanseluruhinformasidibawahpenguasaanBadanPublikyangdapatdiaksesolehpublik.
g. Menyediakaninformasimelaluipengumumandan/ataupermintaan.
h. Mengkoordinasikanpemberianinformasidenganpetugasinformasidiberbagaiunitpelayananinformasiuntukmemenuhipermintaaninformasi.
i. Melakukanujikonsekuensidanujikepentinganpubliksebelummengecualikaninformasidan/ataumembukainformasiyangdikecualikan:
• Menyertakanalasanpengecualiansecarajelas,tegas,dantertulis.
• Menghitamkanataumengaburkaninformasiyangdikecualikanbesertaalasannya.
j. Melayani,meneruskan,danmemastikanpengajuankeberatandiprosesberdasarkanprosedurpenyelesaiankeberatan.
k. Mengembangkan kapasitas pejabat fungsional dan/atau petugas informasi dalam rangkapeningkatankualitaspengelolaandanpelayananinformasi.
l. Menugaskan pejabat fungsional dan/atau petugas informasi di bawah wewenang dankoordinasinyauntukmembuat,memelihara,dan/ataumemutakhirkandaftarinformasisecaraberkalasekurang-kurangnyasatukalidalamsebulan.
m. Mengkoordinasikansetiapunit/satuankerjadiBadanPublikdalammelaksanakanpengelolaandanpelayananinformasipublik.
n. Memutuskansuatuinformasidapatdiaksespublikatautidak.
o. Menolak permintaan informasi secara tertulis apabila informasi yang dimohon termasukinformasiyangdikecualikan/rahasiadengandisertaialasansertapemberitahuantentanghakdantatacarabagipemohonuntukmengajukankeberatanataspenolakanitu.
67
p. Dalamhalmenentukaninformasiyangdikecualikan,PPIDwajibmelakukanujikonsekuensidanujikepentingan
q. Dalamhalkewajibanmengumumkaninformasi,PPIDbertugasdanbertanggungjawab:
• Mengumumkan informasi secara berkala melalui media yang secara efektif dapatmenjangkauseluruhpemangkukepentingan.
• MenyampaikaninformasidalambahasaIndonesiayangsederhanadanmudahdipahamidanmempertimbangkanpenggunaanbahasalokalyangdipakaiolehpenduduksetempat.
r. PPIDbertanggungjawabterhadappenyimpanandanpendokumentasianseluruhinformasidarisetiapunit/satuankerjayangtelahdiserahkankepadanyadanmemastikanpimpinansetiapunit/satuan kerja untuk menyimpan secara fisik seluruh informasi yang berada di bawahpenguasaannya.
s. PPIDwajibmembuatdanmengumumkaninformasidiPapanPengumumandisetiapkantorBadanPubliksertamedialainyangdimilikiolehBadanPublik.
t. PPIDwajibmeletakkanPapanPengumumandidalamkantorBadanPublikyangmemudahkanpublikuntukmembacainformasiyangterdapatdidalamnya.
u. Dalam hal Badan Publik memiliki situs resmi, PPID wajib memasukkan informasi yangdiumumkan di dalam situs resmi dengan cara yang mudah bagi masyarakat untukmenemukannya.
v. Peletakan informasi di situs resmiBadanPublik tidakmengurangi kewajibanBadanPublikuntukmeletakkaninformasidiPapanPengumuman.
w. PPID wajib menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana dan mudah dipahami dalammengumumkan informasi serta dapat mempertimbangkan menggunakan bahasa yangdigunakanpenduduksetempat.
x. PPID menentukan format pengumuman informasi yang memudahkan bagi mereka yangmemilikikemampuanyangberbedauntukmemahamiinformasiitusesuaidengankemampuan
sumberdayayangdimilikiolehBadanPublik.
68
Bahan Presentasi 5.b
Contoh Bahan Struktur Pola Organisasi PPID
Pola Struktur Umum di Kementerian/LPNK
Pola Struktur PPID Kementerian/LPNK dengan UPT
Diadopsi dari: Kemendikbud
= intruksional
= koordinasi
73
Sesi - 6
MENGELOLA INFORMASI TERBUKA
Pengantar
Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 membagi informasi dalam dua
kategori. Pertama, informasi publik yang bersifat terbuka dan bisa diakses.
Kedua, informasi publik yang dikecualikan atau yang bersifat ketat dan
terbatas. Terkait informasi kategori pertama, Badan Publik wajib berupaya
agar informasi yang bersifat terbuka bisa diakses dengan mudah, cepat dan
tepat waktu, serta sederhana.
Mengelola informasi yang bersifat terbuka tidak semudah membalikkan
telapak tangan.Berdasarkan praktik selama ini, manajemen waktu pelayanan
informasi yang tidak jelas sering membuat Badan Publik kewalahan. Oleh
karenanya, Badan Publik harus membuat dan mengumumkan jadwal
pelayanan informasi kepada pemohon.
Pengelolaan dan pelayanan informasi terbuka di Badan Publik membutuhkan
kesigapan dan kemampuan untuk:
a. Melakukan identifikasi dan klasifikasi informasi.
b. Membuat daftar informasi publik yang bisa diakses setiap saat.
Berdasarkan UU KIP, informasi publik yang bersifat terbuka meliputi kegiatan
Badan Publik untuk:
1. Menghasilkan
2. Menyimpan
3. Mengelola
4. Mengirim
74
5. Menerima
6. Menyediakan
7. Mengumumkan
8. Memberikan informasi
Kegiatan Badan Publik sendiri, secara umum menyangkutdua hal, yakni
tugas internal untuk mengelola informasi dan tugas eksternal untuk
melayani permintaan informasi. Dalam rangka kegiatan-kegiatan itulah
muncul istilah informasi publik bersifat umum dan informasi publik bersifat
khusus. Informasi publik bersifat umum merupakan informasi yang berada
di bawah penguasaan Badan Publik, berkaitan dengan lembaga, bersifat
menyeluruh, dan banyak ditemukan di Badan Publik.Informasi publik
bersifat khusus merupakan informasi yang berada di bawah penguasaan
Badan Publik, berkaitan dengan tugas dan fungsi lembaga di bawah
koordinasi lembaga publik negara.
Bagi Badan Publik, peran PPID sangat besar dalam penetapan suatu
informasi bersifat terbuka atau tertutup. Oleh karena itu proses penyusunan
Daftar Informasi Publik tidak bisa hanya dilakukan PPID. Satuan-satuan
kerja di seluruh Badan Publik perlu dilibatkan, terutama untuk memberi
pertimbangan rasional dalam penetapan apakah suatu informasi bersifat
terbuka atau tidak.
75
Tujuan • Pesertamemahamijenis-jenisinformasiterbuka.
• PesertadapatmenyusunDaftarInformasiPublik.
Metode • Ceramah
• Simulasipraktik
Waktu 70 menit
alat Bantu Belajar
• plano
• Spidol
Media • FormulirDaftarInformasiPublik
• Bahanbacaan
Catatan untuk Fasilitator
• Sesiiniakanberlangsungmenggunakanmekanismekelompok.
• Fasilitator mendorong dan membangun suasana agar semuapeserta ikut terlibat menyusun Daftar Informasi Publik.
• Kelompok yang mewakili daerah-daerah yang sudah maju(advanced) dalam pengelolaan dan pelayanan informasi, sebaiknya mulai membahas sistem temu kembali informasi (information retrieval system/IRS) sebagai bagian dari pengelolaan informasi publik.
• Studi kasus mengenai“dokumen terbuka informasi tertutup”,fasilitator perlu melihat tingkatan pemahaman peserta pelatihan.
76
Tahapan Proses
Pembukaan (5 menit)
• Fasilitatormembukasesidenganmengulasmateri yangsudahdisampaikandi
sesi sebelumnya serta menjelaskan maksud dan tujuan sesi ini.
Presentasi (10 menit)
• Fasilitator menyampaikan hal-hal dasar mengenai kategori informasi terbuka,
yakni: wajib diumumkan dan disediakan secara berkala, wajib diumumkan setiap
saat, dan wajib disediakan setiap saat.
• FasilitatormenjelaskanformulirDaftarInformasiPublik.
Simulasi praktik (50 menit)
• Dalam 25 menit pertama,fasilitator mempersilakan masing-masing kelompok
menyusun Daftar Informasi Publik di lembaga mereka atau salah satu lembaga
yang mereka pilih sebagai contoh. Formulir Daftar Informasi Publik menjadi
acuan bagi peserta.
• Dalam 25menit kedua, fasilitatormempersilakan pesertamenjelaskan Daftar
Informasi Publik yang telah mereka susun dilengkapi dengan alasannya.
Penutup (5 menit)
• Fasilitatormenutupsesidanmengingatkanpesertabahwamenetapkaninformasi
yang dikecualikan adalah paling krusial bagi Badan Publik.
Bahan Presentasi 6a
Tahapan Penyusunan Informasi Terbuka
Identifikasi dan Klasifikasi Informasi
Buatlah Daftar Informasi Terbuka
Penjelasan
Tahap-1: Identifikasi dan Klasifikasi Informasi
• Langkah pertama yang dilakukan adalah mendata informasi apa saja yang
77
berada di bawah penguasaan suatu Badan Publik. Tugas ini terutama dilakukan
oleh PPID.
• Untuk mendata,maka aspek kewenangan Badan Publik perlu dilihat agar
informasi yang dicatat memang kewenangan Badan Publik bersangkutan.
• Dalamprosesinventarisasiitu,buatlahdaftarberdasarkan(i)Jenis,(ii)Bentuk,(iii)
Kategori,(iv) Lokasi penyimpanan, (v) pejabat yang menguasai atau yang berhak,
dan (vi) Waktu pembuatan.
• Sebagaipihakyangbertaggungjawab,PPIDharusmelakukanhal-halberikut:
a. Meminta secara resmi setiap unit kerja di Badan Publik membuat rincian
informasi yang dikuasai, dikelola, disimpan, dan dihasilkan.
b. Meminta setiap unit kerja memilah berdasarkan kategori informasi yang
berkala, informasi yang wajib disediakan setiap saat, dan informasi yang
wajib diumumkan serta-merta, atau informasi yang dikecualikan.
c. Setelah ada laporan dari seluruh unit kerja, PPID membuat kategori informasi
umum dan informasi khusus.
d. PPID membuat rangkuman dan analisis untuk kemudian memasukkan
seluruh informasi ke dalam Daftar Informasi Publik.
Tahap-2: Buatlah Daftar Informasi Terbuka
• SetelahmengumpulkansemuainformasiterbukadariunitkerjadiBadanPublik,
PPID membuat dan memasukkan hasil inventaris itu ke dalam Daftar Informasi
Publik.
• FormatDaftarInformasiPublikbisamenggunakanformatyangsudahdibakukan
oleh Komisi Informasi atau format lain yang disesuaikan dengan kebutuhan
organisasi Badan Publik dan aksesibilitas masyarakat. Sistem komputerisasi
sangat memungkinkan format Daftar Informasi Publik lebih luasmencakup daftar
kolom dan barisnyadan lebih mudah dimutakhirkan.
• PPIDmembuat sistem dokumentasi untukmempermudah pencarian kembali
jika sewaku-waktu informasi yang sama diminta lagi. Bantuan arsiparis dan
pustakawan sangat membantu PPID untuk melaksanakan tugas ini.
• Agar lebih sistematis, pendokumentasian bisa menggunakan kode-kode
tertentu, baik yang disusun berdasarkan alfabetis maupun kronologis.
78
Contoh Sederhana Daftar Informasi
No.Wajib Diumumkan dan
Disediakan Secara BerkalaWajib Disediakan
Setiap SaatWajib Diumumkan
Serta-merta
1
2
Contoh Formulir Daftar Informasi Publik
No.Ringkasan Isi
Informasi
Satker/Unit Kerja/
Pejabat yang Menguasai
Penanggung Jawab Pembuatan
atau Penerbitan Informasi
Waktu dan Tempat
Pembuatan Informasi
Bentuk Informasi
yang TersediaMasa Retensi
Catatan: Ini hanya contoh manual. Bisa disesuaikan dengan kebutuhan serta perangkat
teknologi dan informasi Badan Publik yang bersangkutan.
Boks 6.1
Penyimpanan dan Sistem Temu Kembali Informasi Tugas
Pertanyaandasaryangseringdiajukandalampengelolaaninformasiadalahbagaimanacaramenyimpan dan menemukan kembali informasi atau dokumen yang memuat informasiitu. Sistem penyimpanan (information storage system) dan sistem temu kembali informasi(information retrieval system/IRS)pentingkarenasatuinformasimungkindimintaberkali-kaliolehpemohonyangberbeda.
IRSlebihmemungkinkanBadanPublikmenjalankankewajibanpenyediaaninformasisecaracepat dan tepatwaktu. Pasal 7 ayat (3)UU KIPmengharuskan Badan Publikmembangundanmengembangkan sistem informasidandokumentasiuntukmengelola informasipubliksecarabaikdanefisiensehinggadapatdiaksesdenganmudah.DisetiapBadanPublik,tugasdantanggungjawabmendokumentasikan,menyimpan,danmengamankaninformasiadadipundakPPID.
Jikadokumen-dokumenterbukadisimpandiperpustakaanmakapengelolaannyadisesuaikandengansistemperpustakaannasional.Undang-UndangNo.43Tahun2007tentangPerpustakaanmenyatakankoleksiperpustakaandiseleksi,diolah,disimpan,dilayankandandikembangkansesuaikepentinganpemustakadenganmemperhatikanperkembanganteknologiinformasidankomunikasi(pasal12ayat1).
79
IRS merupakan sistem yang berfungsi untuk menemukan informasi yang relevan dengankebutuhan pemakai. Sistem IRS bertujuan untuk menjembatani kebutuhan pemohoninformasidengansumberinformasi.Dengankatalain,tujuannyamempertemukanideyangdikemukakanpenulisdalamdokumendengankebutuhaninformasiyangdinyatakanpemohondalambentukpertanyaan(query).
Jikadokumenyangsesuaidenganpermintaandapatdiketahuikeberadaannyadiperpustakaan,ituberartiadakecocokanantarainformasiyangdimintadenganinformasiyangditemukan.Dengankatalain,informasiyangterdapatdalamdokumenpadabatastertentucocokdenganinformasiyangdikehendakipemohon.Kecocokaninilahyangmerupakaninti temukembaliinformasi.1
Biasanya penyimpanan informasi menggunakan nama dokumen. Itu bukan informasikarenadalamsatudokumenadabeberapainformasi.Sebelumsuatudokumenyangrelevandapat ditemukan kembali, petugas Badan Publik harusmelakukan penelusuran (search) diperpustakaan. Tentu tidak efisien jika petugas harusmencari satu per satu dokumen yangada di perpustakaan. Cara ini memakan waktu yang banyak. Sarana temu kembali yangmempermudahpencarian adalah pengkatalogan.Ada katalog deskriptif yang berbasis padabibliografi, ada pula yang berbasis pada subjek. Pada katalog deskriptif, proses identifikasimelihatciri-cirifisikdokumensepertipengarang,jumlahhalaman,judul,edisi,danukuran.Sementara itu pada katalog subjek, proses identifikasi melihat pada subjek umum materidokumensepertisosial,ekonomi,politik,hukum,danotonomidaerah.
Sistemtemukembaliinformasiterdiridarienamsubsistem,yaitu(i)Dokumen,(ii)Pengindeksan,(iii)Kosakata,(iv)Pencarian,(v)AntarmukaPenggunasystem,dan(vi)Penyesuaian.
BadanPublikyangsudahlebihmajudalampengelolaaninformasipublikseharusnyasudahmengembangkan IRS agar lebih mudah menjalankan fungsi pelayanan informasi kepadamasyarakat.
1Purwono. Dokumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hal 141.
Bahan Bacaan 6.1
Informasi yang Wajib Diumumkan Serta-merta
Secara harfiah, serta-merta mengandung arti spontan, pada saat itu juga harus dilakukan.
Kriteria utama informasi yang wajib diumumkan serta-merta adalah karena alasan
mengancam hajat hidup orang banyak dan terkait kepentingan umum.
Disampaikan dengan cara yang mudah diakses masyarakat dan dengan bahasa yang
mudah dipahami masyarakat.
Ada kewajiban membuat standar pengumuman.Siapa saja yang wajib membuat?Bukan
hanya Badan Publik yang punya kewenangan atas suatu informasi yang mengancam
80
hajat hidup orang banyak dan terkait kepentingan umum, tetapi juga Badan Publik lain
yang punya perjanjian dengan pihak ketiga yang kegiatannya berpotensi mengancam
hajat hidup orang banyak dan terkait kepentingan umum.
Informasi-informasi itu antara lain mengenai:
a. Bencana alam seperti kekeringan, kebakaran hutan karena faktor alam, hama
penyakit tanaman, epidemik, wabah, kejadian luar biasa, dan kejadian antariksa
atau benda-benda angkasa.
b. Keadaan bencana non-alam seperti kegagalan industri atau teknologi, dampak
industri, ledakan nuklir, pencemaran lingkungan, dan kegiatan keantariksaan.
c. Bencana sosial seperti kerusuhan sosial, konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror.
d. Jenis, persebaran, dan daerah yang menjadi sumber penyakit yang berpotensi
menular.
e. Racun dalam bahan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat.
f. Rencana gangguan terhadap utilitas publik.
Standar minimal yang harus dipenuhi saat mengumumkan informasi yang bersifat serta-
merta adalah:
• Potensibahayadan/ataubesarandampakyangakanditimbulkan.
• Pihakyangberpotensiterkenadampak.
• Prosedurdantempatevakuasijikaterjadikeadaandarurat.
• Caramenghindaribahayadan/ataudampak.
• Caramendapatkanbantuandaripihakberwenang.
• Pihak-pihakyangwajibmengumumkan.
• Tatacarapengumuman.
• UpayayangdilakukanBadanPublikuntukmenanggulangi.
Boks 6.2
Surono Si ‘Juru Kunci’ Merapi
“Sayalebihsukamenontonpertandinganboladaripadabacaberita,”kataSurono.
VIVAnews - Hingga kini, Keraton Yogyakarta belum memilih juru kunci Gunung MerapipenggantiMbahMaridjanyangmeninggalduniaakibatawanpanas‘wedhusgembel’pada26
81
Oktoberlalu.Kini,adasatunamayangdisebut-sebutsebagai‘jurukunci’Merapi,yakniDoktorSurono.
Priaberubandanberkacamatakelahiran8Juli1955itu,kinisetiapharimunculdilayarkaca,mediaonline, radio,hinggamedia cetak. Setiappernyataannya selalumenjadi rujukandanacuandetikdemidetikperkembangangunungdi perbatasan JawaTengah-Yogyakarta yangkinimasihberstatusAwasitu.
Sekaliwaktu,SuronomenyampaikankepadaVIVAnews.combetapabimbangnyasaat setiapkalimembubuhkantandatanganpenetapanstatusawasbagigunungapi.SepertihalnyasaatmenaikkanstatusGunungMerapi.“Ketikasayatandatangan,ituberartiartinyaribuanorangakandiungsikan,”kataSuronosaatdihubungilewattelepon,Selasa2Novemberlalu.
GunungMerapiditingkatkanstatusnyadariSiagamenjadiAwasterhitungSenin25Oktober2010pukul06.00WIB.Iniadalahleveltertinggi.WakilBupatiSleman,YuniSatiaRahayumenerimasurat pemberitahuan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian(BPPTK) Yogyakarta kepada Pemerintah Kabupaten Sleman. Surat pemberitahuan statusmerapidinaikkandarisiagakeawastertandaNomor2044/45/BGL.V/2010.
“Untungnyainformasistatusawasitudisampaikanpemerintahdaerah.Cobawartawanlebihawalmengetahuidaripadasaya,bisakacaunantinya,”kataSuronosambilbercanda.Sudahsepekan Surono menjadi narasumber yang sangat penting bagi media dan masyarakat diTanahAir.PeringatandemiperingatanyangdisampaikanSuronomenjadirujukanbagisegalakegiatandiMerapi.Terutamauntukpenangananevakuasipengungsi.Bahkan,PresidenSusiloBambangYudhoyono(SBY)‘tunduk’atasrekomendasidanimbauanyangdikeluarkanSurono.
“Soal gunung, saya pun sebagai presiden, tetap tunduk pada Pak Rono. karena dia yangmengetahuigeologinya,”kataSBYdiposutamaMerapidiPakem,Yogyakarta,Rabu3November2010.‘
Tingkahpolah’gunungapidiseluruhIndonesiadapatdiketahuidarisatupintu,Surono.SBYpunmengakui itu. “Waktu Kelud (pascameletus), pengungsi bertanya, apakah kami bolehpulang, saya jawab yang memberikan pernyataan Pak Rono karena Badan Geologi yangmengetahui kondisi aman tidaknya.Mari kita tunggu pernyataan Pak Rono,” kata SBY diposutamaMerapidiPakem,Yogyakarta,Rabu3November2010.DemikianjugadengandiSinabung.Saatitu,wargayangmerasakondisisudahamanmintaizinuntukpulang.JawabanSBYtetapsama:“Tunggu,karenayangmemberikeputusanPakRono.”
KutipanSuronomenjadiinformasiyangpentingbagimasyarakat,terutamapengungsi.Tetapi,Suronorupanyatidakpernahmembaca,melihat,ataumendengarkanlagisetiappernyataanyang sudah diberikan kepadamedia. Alasannya sederhana. Dalam ritme kerja yang tinggiini, Surono tidak ingin terganggu dengan segala hal pemberitaan dan interpretasi media.
“Saya tidak baca koran, nonton berita, atau yang lainnya. Karena itu akanmempengaruhiemosisaya.Makanya,sayalebihsukanontonpertandinganbola.Wartawanitu,dijawabsalah,tidakdijawabjugasalah,”ujarSuronoyangsuaranyaterdengarsemakinparau.Diamengakui,kondisikesehatannyaterusmenurunseiringkondisiMerapiyangbelummereda.Bahkan,“Pita
82
suarasayasemakingawat.Banyakmerokok,kurangtidur.”
SiapaSurono?KepalaPusatVulkanologidanMitigasiBencanaGeologi(PVMBG)KementerianEnergidanSumberDayaMineral(ESDM)itululussarjanajurusanFisikadiInstitutTeknologiBandung(ITB)pada1982.Limatahunkemudian,priayangtinggaldiParongpongBandungini,terbangkePrancisuntukmelanjutkanstudi.
Pada1989,‘sesepuh’gunungberapiinimendapatgelarDEAMechanique Mileux Geophysique et EnvironmentdariGrenobleUniversitydiGrenoble,Prancis.Sepertitidakadajeda,padatahunyangsamaayahduaputriinikembalimelanjutkanpendidikan.GelardoktorgeofisikasuksesdiraihdariSavoeiUniversity,Chambery,Prancis,pada1993.
Sebelum mencapai posisi puncak di dunia Vulkanologi. Surono sudah merintis karier diPVMBG. Suronomulaimenjadi staf Divisi Pengamatan Gunung Api di PVMBG sejak 1982hinggaakhirnyadipercayamenjadiKepalaPVMBGmulai2005.
BerbagaikeahliantentangkegunungapiandidapatSuronodariberbagailembagadunia.SepertidariUnesco(OrganisasiPendidikan,IlmuPengetahuan,danKebudayaanPerserikatanBangsa-Bangsa)danUSGS(lembagaSurveiGeologiAS).Puluhanpublikasi tentangkegunungapiandariSuronosudahterbit.MbahMaridjanmemangjurukuncipilihanKeraton,tetapibukan
tidakmungkinSurono‘JuruKunci’MerapidariIstanaPresiden.(umi)
Sumber: www.vivanews.com. Kamis, 4 November 2010, 07:13. (Disunting kembali
untuk penerbitan modul ini)
Bahan Bacaan 6.2
Informasi yang Wajib Diumumkan dan Disediakan Secara Berkala
Badan Publik wajib mengumumkan dan menyediakan informasi secara berkala.Secara
berkala mengandung arti diumumkan dan disediakan dalam periode waktu tertentu
dan teratur.Misalnya, enam bulan sekali, satu tahun sekali, atau tiga bulan sekali.Periode
berkala ini diatur UU KIP cenderung moderat karena hanya mewajibkan paling cepat
enam bulan sekali (per semester). Tetapi Perki No. 1 Tahun 2010 memberi batasan lain,
yakni paling lambat sekali dalam setahun.
Informasi yang wajib diumumkan dan disediakan secara berkala adalah:
a. Informasi yang berkaitan dengan profil Badan Publik.
b. Ringkasan informasi mengenai program dan/atau kegiatan yang sedang
dijalankan.
c. Ringkasan informasi tentang kinerja dalam lingkup Badan Publik berupa narasi
kegiatan yang telah dan sedang dijalankan beserta capaiannya.
83
d. Ringkasan laporan keuangan.
e. Ringkasan laporan akses informasi.
f. Informasi laintentang peraturan, keputusan, dan/atau kebijakan yang mengikat
dan/atau berdampak bagi publik.
g. Informasi tentang hak dan tata cara memperoleh informasi publik serta pengajuan
keberatan dan penyelesaian sengketa beserta pihak-pihak yang bisa dihubungi.
h. Informasi tentang tata cara pengaduan penyalahgunaan wewenang atau
pelanggaran oleh Badan Publik atau pihak yang mendapatkan izin atau perjanjian
kerja dari Badan Publik bersangkutan.
i. Informasi tentang pengumuman pengadaan barang dan jasa.
j. Informasi tentang prosedur peringatan dini dan prosedur evakuasi dalam
keadaan darurat di Badan Publik bersangkutan.
k. Informasi lain yang diatur dalam perundang-undangan.
Bahan Bacaan 6.3
Informasi yang Wajib Tersedia Setiap Saat
Badan Publik tidak pernah mengetahui kapan persisnya pemohon mengajukan
permohonan informasi.Untuk jenis informasi tertentu, Badan Publik harus menyediakannya
setiap saat.Langkah antisipasi dibutuhkan jika sewaktu-waktu ada permohonan.Agar
informasi mudah diakses maka mekanisme pengelolaan dan penyimpanan menjadi
penting.
Berikut informasi yang wajib tersedia setiap saat:
• DaftarInformasiPublik.
• Peraturan,keputusandan/ataukebijakanBadanPublik.
• Seluruhinformasilengkapyangwajibdiumumkandandisediakansecaraberkala.
• Informasi tentangorganisasi, administrasi kepegawaian,dan keuanganBadan
Publik.
• Surat-suratperjanjiandenganpihakketigabesertadokumenpedukungnya.
• Suratmenyuratpimpinanataupejabatpublikdalamrangkapelaksanaantugas
pokok dan fungsinya.
• Syarat-syaratperizinan, izin yangditerbitkanberikutdokumenpendukungnya,
dan laporan penataan izin yang diberikan.
84
• Datainventariskantor.
• RencanastrategisdanrencanakerjaBadanPublik.
• Agendakerjapimpinansatuankerja.
• Kegiatanpelayananinformasipublik.
• Pelanggaran yang ditemukan dalam pengawasan internal beserta laporan
penindakannya.
• Daftarsertahasil-hasilpenelitianyangdilakukan.
• Informasiyangsudahdinyatakanterbukaberdasarkanmekanismepenyelesaian
sengketa.
• Standarpengumumaninformasi.
• Kebijakan yang disampaikan pejabat publik dalam pertemuan yang terbuka
untuk umum.
Bahan Bacaan 6.4 (Studi Kasus)
Dokumen Terbuka, Informasi Dikecualikan(LBH Masyarakat versus BNN)
Badan Publik tidak pernah mengetahui kapan persisnya pemohon mengajukan
permohonan informasi.Untuk jenis informasi tertentu, Badan Publik harus menyediakannya
setiap saat.Langkah antisipasi dibutuhkan jika sewaktu-waktu ada permohonan.Agar
informasi mudah diakses maka mekanisme pengelolaan dan penyimpanan menjadi
penting.
Latar Belakang
Pada 1 Mei 2012, Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat (LBHM) yang berdomisili di
Jakarta telah mendaftarkan permohonan sengketa informasi publik di Kepaniteraan
Komisi Informasi Pusat.Permohonan sengketa diajukan karena Badan Narkotika Nasional
(BNN) tidak memenuhi seluruh permintaan informasi yang diajukan LBHM pada 27
Februari 2012.Pemohon mengajukan permintaan informasi dengan alasan bahwa
LBHM adalah lembaga yang selama ini banyak mendampingi korban kasus narkotika
dan informasi ini akan menjadi bahan untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya
narkoba.
Adapun informasi yang diminta adalah tiga Peraturan Kepala BNN yang diterbitkan
tahun 2011, yaitu No. 3 tentang Teknik Penyidikan dan Penyerahan di Bawah Tangan, No.
4 tentang Teknik Penyidikan Pembelian Terselubung, dan No. 5 tentang Petunjuk Teknis
Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana dan Prekursor Narkoba.
85
Tanggapan Termohon
BNN tidak memberikan informasi yang diminta karena peraturan itu bersifat internal
dan tidak boleh diketahui publik.Informasi yang termuat dalam dokumen peraturan itu
kalau diberikan dapat menghambat penyelidikan dan penyidikan serta menganggu
pengungkapan kasus.Larangan memberikan itu sesuai pasal 17 huruf a UU KIP.
Setelah melalui proses keberatan dan tetap tidak puas, LBHM mengajukan sengketa
informasi ke KI Pusat. Oleh karena termohon beralasan yang diminta adalah informasi
yang dikecualikan, maka tidak ada sidang mediasi.
Pertimbangan
Majelis komisioner mengatakan kalau suatu peraturan tidak diundangkan, maka sifatnya
untuk internal dan tidak bisa dianggap sebagai peraturan perundang-undangan.
Mengutip pendapat ahli, materi Peraturan Kepala BNN yang diminta tidak mengatur
keluar sehingga tidak perlu diundangkan.Sifatnya hanya semacam juknis bagi penyelidik
dan penyidik BNN. Pasal 18 UU KIP memang menegaskan bahwa peraturan adalah
informasi terbuka, namun majelis berpendapat, dalam dokumen yang diminta ternyata
ada informasi yang dikecualikan sesuai Pasal 17 huruf a angka 1 UU KIP.
Putusan Ajudikasi KIP
Pada 2 Oktober 2012, majelis komisioner KIP membacakan putusan yang pada intinya
menyatakan dokumen yang diminta adalah dokumen terbuka yang di dalamnya terdapat
informasi yang dikecualikan. Majelis memerintahkan BNN memberikan dokumen yang
diminta setelah melakukan penghitaman pada bagian informasi yang dikecualikan.
Misalnya, pasal 3 sampai pasal 27 Peraturan Kepala BNN No. 3 Tahun 2011 dinyatakan
sebagai informasi yang dikecualikan.
Pertanyaan kunci:
1. Apakah putusan itu sudah tepat dilihat dari pasal 17 huruf a UU KIP?
2. Apakah putusan itu sudah tepat dilihat dari pasal 18 ayat (1) huruf b UU KIP
juncto Pasal 11 ayat (1) huruf f Perki No. 1 Tahun 2010?
3. Bagaimana melihat kasus ini dari perspektif UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan?
89
Sesi - 7
MENGELOLA INFORMASI YANG DIKECUALIKAN
Pengantar
“Keputusan saya untuk menulis pengalaman selama menjadi anggota
Wantimpres Bidang Hukum periode 2007-2009, pasti akan menimbulkan
pertanyaan mengingat adanya ketentuan hukum pasal 6 ayat (1) UU Dewan
Pertimbangan Presiden No. 19/2006, yang berbunyi: Dalam menjalankan
tugas dan fungsinya, anggota Wantimpres tidak dibenarkan memberikan
keterangan, pernyataan, dan/atau menyebarluaskan isi nasihat dan
pertimbangan kepada pihak manapun”.1
Nukilan di atas merupakan pernyataan pengacara senior Adnan Buyung
Nasution dalam kata pengantar dalam bukunya ‘Nasihat untuk SBY’.
Penerbitan buku ini pada Mei 2012 lalu telah menimbulkan pro dan kontra,
terutama mengenai kelayakan dan etika berkaitan dengan materi buku.
Buyung telah membuka kepada publik informasi yang oleh undang-undang
harus ia rahasiakan dalam rangka jabatannya.
Undang-Undang No. 19 Tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden
(Wantimpres) telah tegas menyebutkan larangan bagi anggota Wantimpres
membuka kepada publik mengenai nasihat-nasihat yang mereka sampaikan
kepada Presiden. Larangan ini satu nafas dengan apa yang disebut pasal 17
huruf j UU KIP, yakni “informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan
undang-undang”.
Faktanya, secara sadar Buyung telah membuka nasihat-nasihatnya melalui
2Adnan Buyung Nasution. Nasihat untuk SBY. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2012, bagian Pengantar.
90
buku yang bisa dibaca oleh siapapun dan dijual bebas.Komenter Buyung
terhadap hal ini: “Menurut hemat saya, tidak ada kerahasiaan yang mutlak.
Tidak semuanya harus dirahasiakan”.
UU KIP sendiri menganut asas informasi yang dikecualikan bersifat ketat dan
terbatas.Terbatas dari sisi jumlah dan ketat dari sisi mekanisme penetapan
kerahasiaannya.Meskipun suatu informasi dinyatakan rahasia, penetapan
kerahasiaan itu pada umumnya tidak permanen. Pasal 20 ayat (1) UU KIP
sudah menegaskan seluruh materi pasal 17 huruf a sampai f tidak bersifat
permanen.Ada jangka waktu atau masa retensi suatu informasi bersifat
rahasia.
Pengecualian-pengecualian dalam hak atas informasi diatur dalam beberapa
pasal UU KIP yang harus dibaca menyeluruh dan komprehensif agar dapat
dipahami secara utuh.Badan Publik perlu memahami bagaimana mengelola
informasi yang dikecualikan sesuai prinsip-prinsip pengecualian yang diatur
dalam UU KIP.Kesiapan Badan Publik melakukan uji konsekuensi secara
layak dianggap sebagai tantangan implementasi UU KIP.2 Apalagi UU KIP
tidak mengatur mekanisme baku mengenai pengujian atas konsekuensi.
2Dessy Eko Prayitno dkk (penyusun). Penafsiran atas Pengecualian dalam Hak atas Informasi: Pengalaman di Indonesia dan Negara Lain. Jakarta: Center for Law and Democracy dan ICEL, 2012, hal. 2.
91
Tujuan • Peserta mampu menjelaskan alasan-alasan suatu informasi
dikecualikan.
• Peserta mengetahui dan memahami cara melakukan uji
konsekuensi.
Metode • Diskusikelompok
• Presentasi/ceramah
• Studikasus
Waktu 180 menit
alat Bantu
Belajar
• Kertasmetaplan
• Plano
• Spidol
Media • Bahanbacaan
• Bahansimulasi
• Bahanpresentasi
• Ringkasankasus
Catatan untuk
Fasilitator
• Di sesi ini, fasilitator perlu membangun kemampuan peserta
membuat mekanisme pengujian atas suatu informasi yang
dikecualikan.
• Fasilitator perlu menyiapkansatu contoh kasus untuk dibahas
dalam studi kasus. Peserta diminta menuliskan informasi apa saja
yang tertutup dari kasus itu dan pembahasan kasus dilanjutkan
di diskusi kelompok. Kemudian peserta diminta membuat dasar
dan argumentasi penolakan berdasarkan UU KIP dan UU lainnya
di bidang pendidikan, kesehatan, atau narkotika.
• Disesidiskusikelompok,sebaiknyanarasumbertetapberadadi
tempat untuk menyaksikan proses yang dilakukan peserta guna
bahan evaluasi.
• Fasilitator menggunakan panduan uji konsekuensi pada tahap
evaluasi.
92
Tahapan Proses
Pembukaan (5 menit)
• Fasilitatormenjelaskankaitansesiinidengansesisebelumnyayangmembahaspengelolaan informasi terbuka.
• Fasilitatormenekankanbetapapentingnyasesiinidiikutidengansaksamakarenasangat krusial bagi Badan Publik.
Presentasi fasilitator (10 menit)
• Fasilitator menjelaskan sekilas tentang kategori informasi yang dikecualikandalam UU KIP, meliputi makna, cakupan, dan asas-asasnya.
Studi kasus (30 menit)
• Fasilitator membagikan ringkasan kasus mengenai pendidikan, misalnyamengenai penerimaan siswa baru.
• Pesertadimintamenentukanhal-halberikutdarikasusitu:
1. Apa nama Badan Publiknya?
2. Yang mana dari kasus itu merupakan informasi yang terbuka?
3. Apa saja yang termasuk informasi yang dikecualikan?
4. Mengapa informasi itu termasuk yang dikecualikan?
5. Siapa saja seharusnya yang boleh mengetahui informasi yang dikecualikan itu?
6. Apa yang dilakukan oleh Badan Publik agar informasi/dokumen rahasia itu tidak bocor?
• Peserta mencatatkan pandangannya di kertas metaplan. Fasilitator memilihbeberapa orang peserta untuk menyampaikan pandangannya mengenai kasus itu.
Presentasi narasumber (45 menit)
• Fasilitatormemperkenalkannarasumbersertakapasitasnyasesuaibidangyangakan dibahas. Perkenalandapat dilakukan saat menyampaikan garis-garis besar pengecualian informasi.
• Narasumbermenyampaikanpresentasi.
• Presentasifokuspadamekanismepengujiankonsekuensi.
Diskusi kelompok (30 menit + 40 menit)
93
• Setelahmendengarkanceramahdarinarasumber,fasilitatormembagikankertasplano kepada setiap kelompok. Fasilitator juga mencatat di plano poin-poin pengujian konsekuensi yang telah disampaikan narasumber.
• Masing-masing kelompok diberikan tugasmembuat contoh-contoh informasiyang dikecualikan di lembaga mereka sekaligus menyiapkan alasan-alasan berdasarkan mekanisme pengecualian yang telah disampaikan narasumber.
• Padasesikeduadiskusikelompok(45menit),fasilitatormempersilakanmasing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi mereka di depan forum. Pada sesi ini fasilitator juga mencatat di plano tentang kesesuaian hasil diskusi kelompok dengan mekanisme pengujian yang telah disampaikan fasilitator.
Evaluasi fasilitator (15 menit)
• Fasilitatormelakukanevaluasihasildiskusisecaraumum.
• Fasilitatormenggunakanpanduanujikonsekuensidanmenjelaskantatacaranya.
Penutupan (5 menit)
• Fasilitator menegaskan pentingnyamenyusun argumentasi dan alasan dalammenentukan pengecualian informasi.
• Sesiiniditutupdanfasilitatormenekankankepadapesertauntuktetapmengingatdan memahami mekanisme pengecualian informasi.
Bahan Bacaan 7.1
Informasi yang Dikecualikan
Rezim keterbukaan informasi di negara manapun mengenal prinsip kerahasiaan terbatas.UU KIP juga mengenal informasi yang dikecualikan atau jenis informasi yang sifatnya rahasia.
Definisi
Informasi yang dikecualikan adalah informasi yang tidak dapat diakses oleh pemohon informasi publik sebagaimana ditentukan dalam UU KIP.Jadi, semua informasi publik dapat diakses kecuali informasi yang dikecualikan.
Dasar Pengecualian
Pengecualian informasi publik didasarkan pada: (i) Pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan; serta (ii) Setelah dipertimbangkan dengan
94
saksama bahwa menutup informasi publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya, atau sebaliknya.
Konsekuensi
Pasal 6 ayat (1) UU KIP memberikan hak kepada Badan Publik menolak memberikan
informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tiga Kerahasiaan Dasar dalam UU KIP
Kepentingan yang ingin dilindungi dalam kerangka pengecualian informasi menurut UU
KIP meliputi penegakan hukum, ketahanan ekonomi nasional, hak kekayaan intelektual
dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat, kekayaan alam Indonesia,
pertahanan dan keamanan negara, informasi pribadi, surat-menyurat antar dan antara
Badan Publik, serta informasi lain yang tidak boleh dibuka berdasarkan undang-undang.
Namun secara umum informasi-informasi yang dikecualikan berdasarkan pasal 17 UU
KIP dapat dikategorikan ke dalam tiga kerahasiaan dasar seperti terlihat pada bagan
berikut:
Gambar 7.1
Tiga Kerahasiaan Dasar
Kerahasiaan Negara
Penetapan kerahasiaan negara bertujuan untuk melindungi kepentingan nasional yang
direpresentasikan oleh lembaga-lembaga negara. Meliputi antara lain kerahasiaan
bidang pertahanan dan keamanan negara, penegakan hukum, dan surat menyurat antar
Badan Publik negara. Poin penting dari penetapan kerahasiaan negara adalah kejelasan
rumusan dan kriteria agar dalam praktik tidak menimbulkan multitafsir.
Kerahasiaan Bisnis
Penetapan kerahasiaan bisnis bertujuan untuk menjamin agar persaingan usaha yang
sehat tetap berlangsung. Jika rahasia bisnis tidak dilindungi, maka persaingan usaha
tidak sehat akan terus terjadi serta tidak ada penghargaan pada inovasi dan karya
intelektual seseorang. Kerahasiaan bisnis umumnya menyangkut rahasia dagang (trade
secret) dan hak kekayaan intelektual (merek, hak cipta, desain industri, paten).
95
Kerahasiaan Pribadi
Penetapan kerahasiaan pribadi bertujuan melindungi kepentingan-kepentingan privat
atau pribadi warga negara. Pasal 28 G UUD 1945 menyebutkan hak setiap orang
mendapatkan perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta
benda. Dalam UU KIP, kerahasiaan pribadi meliputi akta otentik yang bersifat pribadi dan
wasiat, latar belakang pendidikan, jejak rekam kesehatan, kondisi keuangan, dan hasil-
hasil evaluasi psikologis. Indonesia belum memiliki aturan lengkap tentang perlindungan
data pribadi atau kerahasiaan pribadi. Salah satu yang sering muncul adalah keluhan
tentang nomor komunikasi pribadi warga negara yang tidak terlindungi (Lihat Kotak7.1).
Pengecualian atas Pengecualian
Informasi yang dikecualikan tidak bersifat permanen.Kerahasiaan suatu informasi sangat
tergantung pada waktu (masa retensi) dan persyaratan publik. Kerahasiaan data pribadi
misalnya, tidak lagi menjadi informasi yang dikecualikan jika memenuhi syarat: (i) Ada
persetujuan dari yang bersangkutan; dan (ii) Pengungkapan berkaitan dengan jabatan
publik. Catatan medis seseorang bisa diakses jika pasien menyetujui sendiri. Daftar
kekayaan calon pejabat negara bukan saja bisa diakses tetapi wajib dilaporkan oleh
yang bersangkutan.
Contoh informasi yang dikecualikan beserta pengecualian atas pengecualian dapat
dilihat pada informasi mengenai penegakan hukum yang disebut dalam pasal 17 huruf
a dan pasal 18 ayat (1) UU KIP.
No. Informasi yang Dikecualikan Pengecualian atas Pengecualian
1 Menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana.
Putusan badan peradilan.
2 Mengungkapkan identitas informan pelapor, saksi, dan/atau korban yang mengetahui ada tindak pidana.
Ketetapan, keputusan, peraturan, surat edaran atau bentuk kebijakan lain, baik yang mengikat ke dalam maupun ke luar serta pertimbangan lembaga penegak hukum.
3 Mengungkapkan data intelijen kriminal, rencana-rencana yang berhubungan dengan pencegahan dan penanganan segala bentuk kejahatan transnasional.
Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3), Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKP2).
4 Membahayakan keselamatan dan kehidupan penegak hukum dan/atau keluarganya.
Rencana pengeluaran tahunan dan laporan keuangan tahunan lembaga penegak hukum.
5 Membahayakan keamanan peralatan, sarana dan/atau prasarana penegak hukum.
Laporan hasil pengembalian uang korupsi.
96
Boks 7.1
Praktik Jual Beli Data Nasabah Kartu Kredit Marak
YayasanLembagaKonsumenIndonesia(YLKI)menyayangkanmaraknyapenyalahgunaandatanasabahkartukredit.MenurutYLKI,isiaplikasikontrakyangbiasadigunakanbankkepadanasabahperludiperbaiki.Soalnya,ketentuanyangtercatatdalamklausulkontrakmembuatkonsumentidakmemilikipilihan.
BilaAndamembukaaplikasikartukredit,disituadaklausulyangmengatakanbahwakonsumenmemberikuasakepadabankuntukmenggunakandatanasabahbaikuntukkepentingandirinyamaupununtukkepentinganlainnya.MenurutKetuaHarianYLKI,Sudaryatmo,haldemikianharusdiwaspadaiolehnasabah.
Diamengatakan,adanyaklausulkontraksemacamitutidakmenutupkemungkinanterjadinyakasusjualbelidatanasabaholehbank.Soalnya,konsumentidakmemilikipilihanlainkecualiharusmengikutiaturanyang tertera.Atasdasar itu, iamendesakBank Indonesia (BI)agarmelarangklausulkontraksemacamini.
Menurut Sudaryatmo, kasus semacam ini membuktikan bahwa konteks perlindungankonsumendisektorjasakeuangandanperbankansaatinimasihminim.“Isikontraknyasajamemangmemberikankuasakepadabank.Jadi,kalaumaudiperbaiki,yaisikontraknyasaja,”ujarnya.
Untukdiketahui,pekanlalu,BIkembalimenemukanmaraknyapenyalahgunaandatanasabahkartukredit.KepalaBiroPengembangandanKebijakanSistemPembayaranDirektoratAkuntingdanSistemPembayaranBankIndonesia,Aribowomengatakandata-dataitudiperjualbelikankepadasesamaperusahaanoutsourchingyangdisewapenerbitkartukredit.
Outsourcing sebuah bank itumenjual data para nasabah kepada outsourcing bank lain danselanjutnyadatatadiakandigunakanuntukmengisiformuliraplikasipengajuankartukreditsinasabah.Olehsebabitu,banyakkeluhandariwargamasyarakatmengapaseringmenerimateleponyangmenawarkankartukreditataupunsuratyangdatangkerumahdimanaberisiaplikasikartukredityangtelahlengkapbahkanbersamakartukreditnya.
Menurut Aribowo, negara sebetulnya telah berupaya melindungi para nasabah, di manapemindahtanganandatanasabahadalahhalyangdilarangdantidaksesuaidenganUndang-UndangKerahasiaanBank. Berdasarkan aturan itu, bank dilaranguntukmembuka apalagimemberikandatanasabahnyakepihaklain.
Sekadarcatatan,yangdimaksudrahasiabankadalahsegalasesuatuyangberhubungandenganketeranganmengenainasabahpenyimpandansimpanannya.Keteranganmengenainasabahselain nasabah penyimpan dan simpanannya, bukan merupakan keterangan yang wajibdirahasiakanolehbank.Ketentuantersebutberlakupulabagipihakterafiliasi.
Ketentuanrahasiabanktidakberlakuuntuk:
a) Kepentinganperpajakan.
b) PenyelesaianpiutangbankyangsudahdiserahkankepadaBadanUrusanPiutangdanLelangNegara(BUPLN)/PanitiaUrusanPiutangNegara(PUPN).
97
c) Kepentinganperadilandalamperkarapidana.
d) Kepentinganperadilandalamperkaraperdataantarabankdengannasabahnya.
e) Tukar-menukarinformasiantarbank.
f) Permintaan,persetujuanataukuasanasabahpenyimpanyangdibuatsecaratertulis.
g) Permintaanahliwarisyangsahdarinasabahpenyimpanyangtelahmeninggaldunia.
h) Dalamrangkapemeriksaanyangberkaitandengantindakpidanapencucianuang.
Pelaksanaanketentuandalamhurufa,bdancwajibterlebihdahulumemperolehperintahatauizin tertulisdaripimpinanBIuntukmembukarahasiabank, sedangkanuntukpelaksanaanketentuanhurufd,e,f,gdanh,perintahatauizintidakdiperlukan.
Pasal44ayat(1)UUPerbankanUmummenyatakan,dalamrangkatukar-menukarinformasiantarbank,direksibankdapatmemberitahukankeadaankeuangannasabahnyakepadabanklain.Ayat (2), ketentuanmengenai tukar-menukar informasi sebagaimana dimaksud dalamayat(1)diaturlebihlanjutolehBI.
Dalam hal ini, bankwajibmenerapkan transparansi informasimengenai produk bank danpenggunaandatapribadinasabahyangditetapkandalamkebijakandanprosedurtertulis.BankwajibmenyediakaninformasitertulisdalambahasaIndonesiasecaralengkapdanjelasmengenaikarakteristik(termasukrisiko)setiapprodukbank.Dalamhalbankakanmemberikandanataumenyebarluaskandatapribadinasabah,bankwajibmemintapersetujuantertulisdarinasabah.
KabiroHumasBI,DifiA.Johansyahmengakuiadalaporandarimasyarakatkepadabanksentralterkaitpraktikjualbelidatanasabahkartukredit.BI,sendiri,katanya,sedangmenindaklanjutilaporanitu.Hanya,iaengganberceritalebihdetailbagaimanapraktiksepertiinibisaterjadi.
“Yang pasti kami akan terusmelakukan sosialisasi kepada pihak bank agarmenjaga ketatseluruh data nasabah agar tidak sembarangan diberikan kepada outsourcing yang telahbekerjasamadenganbankitu,”tuturnya.
Sementara itu,Board of ExecutiveAsosiasikartuKredit Indonesia(AKKI),DoditWProbojakti,mengatakanpenyalahgunaandataselamainilebihbanyakdiareapersonalloan(KTA),bukankartukredit.Iamenegaskan,jualbelidataadalahsesuatuyangsangatsulitdibuktikan.
“Kalausayatidaksalah,adaPBIyangmelarangbankmemberikandatapribadinasabahuntukkeperluanpenawaranproduktanpapersetujuandarinasabah,”katanya.
Iamenambahkan,AKKIselalubekerjasamadenganseluruhpenerbitkartukreditdanBIuntukmemberikan consumer education, seperti jangan pernahmemberikan data pribadi (terutamanomorkartukredit,expired date,dll)kepadasiapapun,meneleponbankjikakartukredithilangataudicuriuntukmenghindarkanpenyalahgunaannya,selalumemeriksalembartagihankartukredit,danmeneleponbankjikaadatagihanyangtidakdiakui.
Sumber: www.hukumonline.com. Dipublikasikan pada Rabu, 03 November 2010.(Disunting kembali untuk penerbitan modul ini)
98
Bahan Bacaan 7.2
Mekanisme Uji Konsekuensi
Pasal 19 UU KIP menyebutkan PPID di setiap Badan Publik wajib melakukan pengujian
tentang konsekuensi dengan saksama dan penuh ketelitian sebelum menyatakan
informasi publik tertentu dikecualikan untuk diakses oleh setiap orang. Tugas dan
tanggung jawab PPID itu juga disinggung dalam pasal 14 ayat (1) huruf e Peraturan
Pemerintah No. 61 Tahun 2010tentang Pelaksanaan Undang-Undang nomer 14 tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, yang menegaskan PPID bertugas dan
bertanggung jawab dalam pengujian konsekuensi.
Pengujian konsekuensi (consequential harm test) adalah pengujian mengenai
konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat
dengan mempertimbangkan dengan saksama bahwa menutup informasi publik dapat
melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya, atau sebaliknya.
Pasal 2 ayat (4) UU KIP juga menyinggung kepentingan umum (publik) dalam rangka
pengujian konsekuensi. Dengan demikian UU KIP menggunakan dua prinsip untuk
memastikan pengecualian atas suatu informasi, yaitu:
a. Uji konsekuensi.
b. Uji kepentingan publik.
Pelaksanaan uji konsekuensi merupakan tugas dan tanggung jawab yang bersifat
prosedural.Tetapi berimplikasi yuridis pada ketentuan sanksi dalam pasal 52 dan pasal 54
UU KIP. Uji konsekuensi harus dilakukan sebelum PPID menolak permohonan informasi
atas dasar substansinya masuk kategori informasi yang dikecualikan pengecualian (pasal
6 ayat 1 UU KIP). Uji konsekuensi dilakukan agar PPID bisa memastikan suatu informasi
bersifat rahasia dan tidak bisa diakses dalam kurun waktu tertentu.
Konsekuensi yang timbul adalah konsekuensi yang membahayakan kepentingan yang
dilindungi berdasarkan UU KIP apabila suatu informasi dibuka. Suatu informasi yang
dikategorikan terbuka atau tertutup harus didasarkan pada kepentingan publik.Jika
kepentingan publik yang lebih besar dapat dilindungi dengan menutup suatu informasi,
informasi tersebut harus dirahasiakan.Sebaliknya, jika kepentingan publik yang lebih
besar dapat dilindungi dengan membuka suatu informasi, maka informasi harus dibuka.
Tahap-Tahapan Uji Konsekuensi
Klarifikasi informasi yang dimohon
PPID melakukan identifikasi dan klarifikasi jenis informasi yang diminta pemohon.Jika
dibutuhkan PPID perlu melakukan klarifikasi langsung kepada pemohon agar diketahui
dokumen yang memuat informasi itu.
99
Identifikasi dasar hukum pengecualian
Setelah spesifik dan akurat informasi yang diminta, PPID harus mencari pijakan hukum
dalam UU KIP dan peraturan perundang-undangan lain yang mengatur informasi yang
diminta.
Identifikasi tujuan pengecualian
Tujuan permohonan informasi selalu diperlukan jika yang diminta adalah informasi yang
dikecualikan. PPID harus memperjelas kesesuaian antara tujuan pemohon dengan jenis
informasi yang diminta.
Analisis konsekuensi yang dapat ditimbulkan
Pada tahap ini PPID dan unit kerja lain di Badan Publik melakukan analisis terhadap
konsekuensi yang mungkin ditimbulkan jika informasi itu diberikan. Badan Publik dapat
memanfaatkan pendapat ahli pada tahap analisis konsekuensi ini.
Hasil analisis perlu didalami lagi untuk memastikan ada tidaknya pernyataan kerahasiaan
derivatif, yakni kerahasiaan yang harus diuraikan menjadi satu atau lebih kerahasiaan
mendasar sebagaimana dinyatakan pasal 6 ayat (3) dan pasal 17 UU KIP. Sering terjadi,
suatu informasi dikecualikan lebih dari satu alasan konsekuensi (multiple secrecy) dan
lintas jenis kerahasiaan. Misalnya, rahasia rekening nasabah di bank plat merah bisa
meliputi rahasia pribadi, rahasia penegakan hukum, bahkan mungkin rahasia negara
(Lihat Kotak 7.2).
Identifikasi pengecualian atas pengecualian
PPID melakukan identifikasi dengan melihat aturan yang mungkin mengecualikan atas
pengecualian itu.Sering kali suatu informasi masuk kategori dikecualikan tetapi mungkin
ada aturan yang memberi perlakuan khusus untuk subjek atau kondisi tertentu.
Merumuskan kesimpulan
PPID menyusun kesimpulan dari semua tahapan sebelumnya. Kesimpulan tertulis
minimal menjawab pertanyaan:
a. Apakah informasi yang diminta benar-benar masuk kategori informasi yang
dikecualikan?
b. Seperti apakah alasan-alasan yuridis yang mendasari kesimpulan akhir?
Uji Kepentingan Publik
Selain uji konsekuensi yang sudah dibahas tadi, Badan Publik juga diharuskan melakukan
uji kepentingan publik.Uji kepentingan publik adalah mekanisme yang lazim di berbagai
negara.Prinsipnya, PPID di Badan Publik melakukan pengujian terhadap kepentingan
publik.Jika kepentingan publik lebih besar menghendaki informasi ditutup, maka
100
PPID membuat pertimbangan untuk menyatakan suatu informasi dikecualikan.Tugas
berat PPID adalah mendefinisikan kepentingan publik yang lebih luas dan ini termasuk
parameter yang digunakan.
Uji kepentingan publik dilakukan dengan mendalami beberapa faktor yang sesuai.
Badan Publik harus memastikan bahwa faktor itu tetap terlindungi meskipun suatu
informasi ditutup. Faktor-faktor yang sesuai untuk dipertimbangkan antara lain:
a. Masyarakat tetap dapat berpartisipasi secara efektif dalam pembuatan keputusan
yang memiliki sampak serius bagi public.
b. Masyarakat tetap dapat memperoleh informasi mengenai kemungkinan bahaya
bagi kesehatan dan keselamatan mereka serta upaya mencegah resiko itu.
c. Pihak berwenang tetap bisa bersikap dan bertindak adil.
d. Masyarakat tidak mengalami kerugian akibat penyalahgunaan wewenang.
e. Akuntabilitas Badan Publik tetap terpelihara dan dapat diakses.
Boks 7.2
Terbitkan Daftar ‘Lagarde’, Jurnalis Yunani Diadili
“Bukansokpahlawan,tapisayainginmenunjukkanketidakadilan”.
Athena—CostasVaxevanis,wartawan sekaligus editormajalahHotDoc, kemarinmenjalanisidang perdana diAthena, Yunani. Pria 46 tahun itu didakwamelanggar kerahasiaan dataprivasikarenamenerbitkan2.059namawargaYunaniyangdidugamemilikirekeningdibankSwiss.
Jikaterbuktibersalahkarenamenerbitkandaftar“Lagarde”,mantanjurnalistelevisiitudapatdihukummaksimaltigatahunpenjaradandendaRp465juta.
“Jika saya harus dipenjara, saya rela. Bukan sok pahlawan, tapi saya ingin menunjukkanketidakadilandiYunani,”kataVaxevanissebelumsidangdimulai.
DaftarLagardesejatinyamerupakandatacurianseorangpegawaibankHSBCdiSwisspada2007.DataitukemudiandigunakanbadanpajakdiseluruhEropauntukmengidentifikasiparapelakupenggelapanpajak.
Pada2010,MenteriKeuanganPrancissaatitu,ChristineLagarde,memberikandaftarinikepadaMenteriEkonomiYunanisaatitu,GeorgePapaconstantinou.
Namundata itu tidakdigunakanolehpemerintahYunani denganalasandiperolehmelaluiaksikriminal.Selainitu,pejabatYunaniberdalihmerekayangmasukdaftar“Lagarde”tidakterbuktimelanggarhukum.
Vaxevanismengatakandirinyamemperolehdaftaritudaripengirimtakdikenalyangmengaku
101
memperolehnya dari seorang politikus. Ia punmenuding pemerintah sengajamendiamkandataitukarenabeberapanamadidalamnyamerupakankaribsejumlahmenteri,taipan,hinggapenerbitterkenal.
“Tigakabinet terakhirsengajamembohongidanmenghinarakyatkarenamendiamkanparapemilikrekening.Merekaberkewajibanmemberikandaftaritukepadaparlemenatauaparathukum.Karenalalai,pemerintahwajibdihukum,”ujarnyageram.
Kasusinimenimbulkankemarahanrakyat.Pasalnya,seluruhnamadalamdaftartersebutsamasekalitidaktersentuhhukum.Namun,saatVaxevanismenerbitkandaftarnamaitudalamedisiSabtupekan lalu, ia kemudianditangkapketikamelakukan siaran radio padaMinggu laluwaktusetempat.
“Bukannya berfokus pada penyelidikan nama dalam daftar Lagarde, aparat hukum justrumenangkapwartawan yangmelakukan tugasnyamembuka informasi kepadamasyarakat,”AsosiasiPengacaraAthena–perkumpulanpengacaraterkenaldiYunani—mengkritik.
Sumber: Koran Tempo, edisi 2 November 2012 hal. A-16. (Disunting kembali untuk penerbitan modul ini)
Bahan Bacaan 7.3
Pengelolaan Arsip Dinamis dan Statis di Daerah
Nyaris setiap hari Badan Publik mengelola informasi dengan merekam kegiatan atau
peristiwa. Rekaman itu dibuat dalam berbagai bentuk sesuai perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi, seperti buku, brosur, VCD, mikrofilm. Bisa juga suatu Badan
Publik tidak membuat langsung, melainkan menerima dokumen tertentu dari Badan
Publik lain. Rekaman kegiatan itu disebut dengan arsip.
Informasi yang dikecualikan termuat dalam rekaman yang harus disimpan oleh Badan
Publik.Setiap Badan Publik pasti memiliki arsip.Keberhasilan mengelola informasi yang
dikecualikan sangat ditentukan pola pengarsipan di suatu lembaga, termasuk akses
terbatas ke arsip itu. Arsip dibedakan atas dua jenis:
a. Arsip dinamis.
b. Arsip statis.
Arsip Dinamis
• Arsip yang digunakan secara langsung dalam kegiatan pencipta arsip dan
disimpan selama jangka waktu tertentu.
• Dikeloladalamsuatusistemkearsipannasional.
102
• Pengelolaan dilaksanakan guna menjamin ketersediaan arsip dalam
penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan akuntabilitas kinerja dan alat bukti
yang sah.
• Meliputi: (i)Penciptaanarsip, (ii)Penggunaandanpemeliharaanarsip,dan(iii)
Penyusutan arsip.
• Pencipta arsipwajibmenyediakan arsipdinamisbagi kepentingan arsip yang
berhak.
• Pencipta arsip dapat menutup akses atas arsip dengan alasan apabila arsip
dibuka untuk umum dapat:
a. Menghambat proses penegakan hukum.
b. Mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan
perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat.
c. Membahayakan pertahanan dan keamanan negara.
d. Mengungkap kekayaan alam Indonesia yang masuk dalam kategori
dilindungi kerahasiaannya.
e. Merugikan ketahanan ekonomi nasional.
f. Merugikan kepentingan politik dan hubungan luar negeri.
g. Mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir
ataupun wasiat seseorang kecuali kepada yang berhak secara hukum.
h. Mengungkapkan rahasia dan data pribadi.
i. Mengungkap memorandum atau surat-surat yang menurut sifatnya perlu
dirahasiakan.
• Pemeliharaanarsip tertutupdilaksanakanolehpenciptaarsipuntukmenjamin
keamanan informasi dan fisik arsip.
Arsip Statis
• Arsipyangdihasilkanpenciptaarsipkarenamemilikinilaigunakesejarahan,telah
habis masa retensinya, dan dipermanenkan berdasarkan verifikasi dari lembaga
arsip.
• Arsip statis pada dasarnya terbuka untuk umum dan lembaga arsip wajib
menjamin kemudahan akses bagi masyarakat.
• Jikahendakdinyatakantertutup,harusdilakukansesuaiketentuanperundang-
undangan. Arsip statis hanya bisa dinyatakan tertutup jika sudah memenuhi
syarat yang diatur dalam perundang-undangan.
• Penetapanarsipdaerahmenjaditertutupdilakukanolehkepalalembagakearsi-
pan sesuai tingkatan dan dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
103
• Jika sudah dinyatakan tertutup, Kepala ANRI atau kepala lembaga kearsipan
berwenang menyatakan arsip- statis menjadi terbuka setelah lewat masa retensi
25 tahun.
Pemerintah Daerah termasuk pihak yang diwajibkan mengelola arsip.Kebijakan mengenai
arsip daerah diatur UU No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, yang menyatakan: Arsip
daerah (provinsi dan kabupaten/kota) wajib melaksanakan pengelolaan arsip statis
yang diterima dari SKPD, lembaga negara, perusahaan, organisasi politik, ormas,
dan sumbangan perseorangan. Beberapa daerah yang tidak memiliki kemampuan
mengelola arsip tertutup bekerjasama dengan Arsip Nasional Republik Indonesia
(ANRI) atau Lembaga Sandi Negara seperti yang dilakukan Badan Pengusahaan Batam
(Lihat Kotak 7.3).
Boks 7.2
BP Batam–LSN Amankan Naskah Rahasia Negara
BATAM (BisnisKepri.com): Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) menggandeng LembagaSandiNegaraRIuntukmengamankaninformasidanTataNaskahRahasiaNegaraBPBatam.
Untukpengimplementasiannya,BPBatamdanLembagaSandiNegaramengadakankegiatanpelatihan mengenai keamanan Sistem Informasi dan Tata Naskah Dinas Rahasia yangdiselenggarakandiGedungITCentreBPBatamdiBatamCenter,pada26-28Juni2012.Pelatihaninidiikutisekitar40orangkaryawan-karyawatiBPBatam.
Pelatihandibuka olehKepalaBPBatam Ir.MustofaWidjaja, didampingiwakil kepala, paradeputi,danparadirekturdilingkunganBPBatam.PelatihanKeamananSistemInformasidanTataNaskahDinasRahasiadipandulangsungKepalaSandiNegaraMayjendDr.JokoSetiadi,MsidariJakarta.
Mustofa Widjaja mengatakan, Lembaga Sandi Negara telah banyak memberikan asistensiterutamayangberkaitandengankeamanandata.
“LembagaSandimemberiasistensidalamkeamananpenggunaanITyangsedangdikembangkanmelaluiprograme-government maupunData Centre,”ujarnyahariini.
Joko Setiadi mengatakan,bahwa dalam pengamanan informasi negara kuncinya adalahindividumasing-masingdalaminstansiBPBatamharusdapatmembedakaninformasiyangbolehdisampaikandaninformasiyangtidakbolehdisampaikankepadapublik.
“Denganmengikutipelatihaninidiharapkankaryawan-karyawatiBPBatamdapatmembedakaninformasiyangbolehdisampaikandaninformasiyangtidakbolehdisampaikan,”katadia.
Tujuan BP Batam mengadakan pelatihan adalah untuk menjaga IT sebagai asset BPBatam dari serangan luar dan dari dalam. Selain itu juga untuk menjaga perilaku yangmemungkinkan terjadinya kebocoran keamanan informasi dan dokumen penting.
104
MateriyangdiberikandalampelatihanberupaInfosec,RahasiaNegaradanRahasiaInstansi,PengamananNaskahDinas,danPengamananPersonil(SDMInformasidanSecurity Clearance).
Sumber: www.bisnis-kepri.com, 27 Juni 2012. (Disunting kembali untuk penerbitan modul ini)
Bahan Bacaan 7.4
Masa Retensi
Masa retensi adalah jangka waktu pengecualian suatu informasi sehingga tidak dapat
diakses pemohon informasi.Jangka waktu pengecualian untuk setiap informasi berbeda-
beda. Dalam dunia kearsipan dikenal istilah Jadwal Retensi Arsip (JRA), yaitu daftar yang
berisi sekurang-kurangnya jangka waktu penyimpanan atau retensi, jenis arsip, dan
rekomendasi tentang penetapan suatu jenis arsip dimusnahkan, dinilai kembali, atau
dipermanenkan. JRA digunakan sebagai pedoman penyusutan dan penyelamatan arsip.
Masa retensi informasi yang dikecualikan sebagaimana disebut dalam pasal 17 UU
KIP, kemudian diatur secara umum dalam PP No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang nomer 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Sebagian
besar masa retensinya disesuaikan dengan peraturan teknis yang mengatur informasi
itu.Misalnya, masa retensi informasi mengenai kekayaan intelektual disesuaikan dengan
UU tentang Hak Cipta, UU Merek, UU Desain Industri, dan UU Paten.
Salah satu contoh masa retensi yang sudah diatur Badan Publik adalah jadwal retensi
arsip substantif penelitian dan pengembangan Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM). Arsip substantif dalam konteks ini adalah arsip yang tercipta dari suatu
kegiatan penelitian dan pengembangan di lingkungan Kementerian ESDM.Di sini, setiap
satuan organisasi diwajibkan berpedoman pada jadwal retensi saat melakukan kegiatan
penyusutan arsip.
105
No. Jenis ArsipMasa Retensi
KeteranganAktif In Aktive
I Rencana Penelitian dan Pengembangan
1 Masterplan/Rencana Strategis Litbang 1tahun setelah
diperbarui
3 tahun Permanen
2 Proposal penelitianRencana Kerja Litbang antara lain:a. Proposal penelitianb. Persiapan, survei, rencana operasional termasuk
jadwal kegiatanc. Presentasi kegiatan
1 tahun
1 tahun1 tahun
3 tahun
3 tahun3 tahun
Musnah
MusnahMusnah
II Pelaksanaan Litbang
1 Administrasi Pelaksanaan Litbang
2 ….
3 ….
Menteri Energi dan Sumber Daya MineralTtd
(…………………………………………)Salinan Sesuai AslinyaKepala Biro Hukum dan Humas
(……………………….)
Bahan Bacaan 7.5 (Studi Kasus)
Ulat tomcat telah menyerang warga beberapa kecamatan, namun informasi mengenai
korban masih simpang siur. Rumah sakit milik Pemda mengakui telah menangani beberapa
orang korban.Menurut berita yang berkembang, ulat tomcat muncul karena kegagalan
eksprimen suatu produk pembasmi serangga yang sedang dikembangkan perusahaan
(PT AKBT). Direktur utama PT AKBT ternyata adalah anak bupati.Setelah ditelusuri lagi,
ternyata salah satu pemegang saham perusahaan adalah BUMD setempat. Sekelompok
lembaga swadaya masyarakat (SEJIWA) berinisiatif meminta informasi kepada Pemda
tentang: (i) Salinan dokumen semua jenis izin yang diberikan Pemda kepada PT AKBT,
(ii) Jumlah dan identitas korban; (iii) Anggaran Pemda untuk penanggulangan penyakit
beserta daftar lengkap orang-orang atau lembaga yang pernah menerimanyaselama
satu tahun terakhir; (iv) Notulensi rapat di Pemda yang membahas penanggulangan
bahaya ulat tomcat.
Pada saat yang sama SEJIWA meminta informasi kepada pihak rumah sakit Pemda dan
PT AKBT. Informasi yang diminta kepada rumah sakit Pemda berupa: (i) Jumlah korban
dan salinan catatan medis korban untuk membuktikan hubungan kematian dengan ulat
tomcat, (ii) Jumlah biaya yang dikeluarkan korban beserta salinan bukti-buktinya, (iii)
Biaya pengobatan yang ditanggung PT AKBT,dan (iv) Identitas lengkap (nama, alamat,
dan kontak) dokter yang menangani korban.
106
Adapun informasi yang diminta kepada PT AKBT adalah: (i) Berbagai izin yang diperoleh
dari pemerintah, (ii) Laporan keuangan perusahaan, (iii) Biaya pengobatan yang
dikeluarkan untuk korban ulat tomcat, (iv) Komposisi pemegang saham perusahaan,
minimal jumlah dan nilai saham yang ditanamkan BUMD, dan (v) profil lengkap direktur
utama PT AKBT, jumlah kekayaannya, aliran rekening banknya sejak PT AKBT berdiri
hingga eksprimen gagal.
Tugas
Analisislah contoh kasus ini dan tentukan informasi apa yang terbuka dan tertutup!
Lakukan langkah-langkah pengelolaan informasi yang dikecualikan, kemudian
buatlah daftar informasi apa saja dari kasus itu yang dikecualikan disertai alasan-
alasannya!
Bahan Bacaan 7.6 (Panduan Uji Konsekuensi)
NO. A. INDIKATOR: KONSEKUENSI MUTLAK PENILAIAN*
1Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf a angka 1 (menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana)?
YA / TIDAK
2
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf a angka 2 (mengungkapkan identitas informan, pelapor, saksi, dan/ atau korban yang mengetahui adanya tindak pidana)?
YA / TIDAK
3
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf a angka 3 (mengungkapkan data intelijen kriminal dan rencana-rencana yang berhubungan dengan pencegahan dan penanganan segala bentuk kejahatan transnasional)?
YA / TIDAK
4
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf a angka 4 (membahayakan keselamatan dan kehidupan penegak hukum dan/ atau keluarganya)?
YA / TIDAK
5
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf a angka 5 (membahayakan keamanan peralatan, sarana, dan/atau prasarana penegak hukum)?
YA / TIDAK
6
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf b (informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi publik dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat)?
YA / TIDAK
107
7
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf c angka 1 (informasi tentang strategi, intelijen, operasi, taktik dan teknik yang berkaitan dengan penyelenggaraan penilaian sistem pertahanan dan keamanan negara, meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi dalam kaitan dengan ancaman dari dalam dan luar negeri)?
YA / TIDAK
8
Apakah informasiyang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf c angka 2 (dokumen yang memuat tentang strategi, intelejen, operasi, teknik dan taktik yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanaan negara yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi)?
YA / TIDAK
9
Apakah informasiyang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf c angka 3 (jumlah, komposisi, disposisi, atau dislokasi kekuatan dan kemampuan dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara serta rencana pengembangannya)?
YA / TIDAK
10
Apakah informasiyang diungkapkan merupakan informasiyang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf c angka 4 (gambar dan data tentang situasi dan keadaan pangkalan dan! atau instalasi militer)?
YA / TIDAK
NO. A. INDIKATOR: KONSEKUENSI MUTLAK PENILAIAN*
11
Apakah informasiyang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf c angka 5 (data perkiraan kemampuan militer danpertahanan negara lain terbatas pada segala tindakandan/atau indikasi negara itu yang dapat membahayakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan/ atau data terkait kerjasama militer dengan negara lain yang disepakati dalam perjanjian itu sebagai rahasia atau sangat rahasia)?
YA / TIDAK
12Apakah informasiyang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf c angka 6 (sistem persandian negara)?
YA / TIDAK
13Apakah informasiyang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf c angka 7 (sistem intelijen Negara)?
YA / TIDAK
14
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf d (informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi publik dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia)?
YA / TIDAK
15
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf e angka 1 (rencana awal pembelian dan penjualan mata uang nasional atau asing, saham, dan aset vital milik negara)?
YA / TIDAK
16
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf e angka 2 (rencana awal perubahan nilai tukar, suku bunga, model operasi institusi keuangan)?
YA / TIDAK
17
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf e angka 3 (rencana awal perubahan suku bunga bank, pinjaman pemerintah, perubahan pajak, tarif, atau pendapatan negara/daerah lainnya)?
YA / TIDAK
108
18Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf e angka 4 (rencana awal penjualan atau pembelian tanah atau properti)?
YA / TIDAK
19Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf e angka 5 (rencana awal investasi asing)?
YA / TIDAK
20
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf e angka 6 (proses dan hasil pengawasan perbankan, asuransi, atau lembaga keuangan lainnya)?
YA / TIDAK
21Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf e angka 7 (hal-hal yang berkaitan dengan proses pencetakan uang)?
YA / TIDAK
22
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf f angka 1 (posisi, daya tawar, dan strategi yang akan dan telah diambil oleh negara dalam hubungannya dengan negosiasi internasional)?
YA / TIDAK
23Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf f angka 2 (korespondensi diplomatik antarnegara)?
YA / TIDAK
NO. A. INDIKATOR: KONSEKUENSI MUTLAK PENILAIAN*
24
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf f angka 3 (sistem komunikasi dan persandian yang dipergunakan dalam menjalankan hubungan intemasional)?
YA / TIDAK
25Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf f angka 4 (perlind-ungan dan pengamanan infrastruktur strategis Indonesia di luar negeri)?
YA / TIDAK
26
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf g (informasi publik yang apabila dibuka dapat mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang)?
YA / TIDAK
27Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf h angka 1 (riwayat dan kondisi anggota keluarga)?
YA / TIDAK
28
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf h hangka 2 (riwayat , kondisi dan perawatan, pengobatan kesehatan fisik, dan psikis seseorang)?
YA / TIDAK
29Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf h angka 3 (kondisi keuangan, aset , pendapatan, dan rekening bank seseorang)?
YA / TIDAK
30
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf h angka 4 (hasil-hasil evaluasi sehubungan dengan kapabilitas, intelektualitas, dan rekomendasi kemampuan seseorang)?
YA / TIDAK
31
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf h angka 5 (catatan yang menyangkut pribadi seseorang yang berkaitan dengan kegiatan satuan pendidikan formal dan satuan pendidikan non-formal)?
YA / TIDAK
109
32
Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf i (memorandum atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan Publik, yang menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan Komisi Informasi atau pengadilan)?
YA / TIDAK
33Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 6 ayat (3) huruf d (informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan)?
YA / TIDAK
34Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 6 ayat (3) huruf e (informasi publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan)?
YA / TIDAK
35Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU lainnya? Jika YA, sebutkan!
YA / TIDAK
Jika ada satu atau lebih jawaban YA, maka tidak perlu untuk melanjutkan uji konsekuensi. Dengan demikian informasi dimaksud merupakan informasi yang dikecualikan (TIDAK dapat dipublikasikan kepada publik)
Jlka semua jawaban adalah Tidak, maka dilanjutkan dengan mengisi bagian B
(Panduan Uji Konsekuensi)
FORM IV: PANDUAN UJI KEPENTINGAN PUBLIK
NO. INDIKATOR PENILAIAN*
1Apakah informasi dengan menutup informasi "Masyarakat tetap dapat berpartisipasi efektif dalam pembuatan keputusan yang memiliki dampak serius pada publik"?
YA / TIDAK
2
Apakah informasi dengan menutup informasi "Masyarakat tetap dapat memperoleh informasi mengenai kemungkinan bahaya bagi kesehatan dan keselamatannya serta upaya-upaya yang memadai untuk mencegahnya"?
YA / TIDAK
3Apakah informasi dengan menutup informasi "Pihak yang berwenang tetap dapat bertindak secara adil terhadap masyarakat"?
YA / TIDAK
4Apakah informasi dengan menutup informasi "Masyarakat tetap tidak akan mengalami kerugian akibat penyalahgunaan wewenang"?
YA / TIDAK
5Apakah informasi dengan menutup informasi "Pelanggaran hak asasi manusia yang berat tetap dapat diketahui oleh publik"?
YA / TIDAK
6Apakah informasi dengan menutup informasi "Akuntabilitas Badan Publik tetap terjaga"?
YA / TIDAK
Jika ada satu atau lebih jawaban YA maka informasi dimaksud merupakan informasi yang dikecualikan (TIDAK dapat dipublikasikan kepada publik)
KESIMPULAN UJI KEPENTINGAN PUBLIK
* (Diisi oleh PPID)
113
Sesi - 8
PERTIMBANGAN TERTULIS
Pengantar
Hak atas informasi sebagaibagian dari hak asasi manusia mendapat jaminan
konstitusional dalam pasal 28F UUD 1945.Upaya pemenuhan dan penye-
diaannya tunduk pada peraturan perundang-undangan. Bagi pemohon in-
formasi, konsekuensi dari adanya pengakuan hak itu, yakni selainmereka
memiliki hak untuk memperoleh dan mendapatkan informasi, mereka juga
memiliki hak melakukan upaya hukum jika hak itu dihambat.Bagi Badan
Publik termohon informasi dikenakan kewajiban menyediakan informasi.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pertimbangan sering dijadikan
syarat penting untuk mengambil keputusan tertentu.Pertimbangan itu
umumnya dibuat dalam bentuk tertulis oleh pejabat yang berwenang.
Pertimbangan itulah yang menjadi dasar bagi pejabat membuat keputusan.
Ada beberapa contoh yang menunjukkan pentingnya suatu pertimbangan
tertulis, yaitu:
a. Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung (pasal 14 ayat 1 UUD 1945).
b. Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (pasal 14 ayat 2 UUD 1945).
c. Nasihat atau pertimbangan Dewan Pertimbangan Presiden wajib
diberikan baik diminta atau tidak diminta (pasal 4 ayat 2 UU No. 19
Tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden).
Pertimbangan tertulis bertujuan agar keputusan yang diambil tepat dan
cermat, sesuai dengan prinsip-prinsip keterbukaan informasi, hukum, dan
demokrasi.Dalam membuat suatu pertimbangan tertulis perlu diperhatikan
114
antara lainaturan hukum yang tepat, kerugian ekonomis yang timbul,
kemungkinan membuat resah masyarakat jika informasi dibuka, dan
konflik sosial jika informasi ditutup. Selain itu, perlu dipertimbangkan pula
ketersediaan informasi yang diminta sesuai pasal 6 ayat (3) huruf e UU KIP.
115
Tujuan • Peserta memahami apa yang dimaksud dengan pertimbangantertulis, mengapa diperlukan, dan dapat menyusun materi pertimbangannya.
• Peserta memahami pertimbangan tertulis atas permintaaninformasi dan atas informasi yang dikecualikan.
Metode • Ceramah
• Analisiskasuspermintaan
• Simulasi
Waktu 90 menit
alat Bantu Belajar
• Kertas
• Spidol
• Papanplano
Media • Bahanpresentasi
• Bahanbacaan
• Salinancontohkasusuntuksimulasi
• Formpertimbangantertulis
Catatan untuk Fasilitator
• Sesiinimenekankanpadaupayamenggalikemampuanpesertauntuk membuat pertimbangan tertulis. Oleh karena itu, fasilitator harus sudah menyiapkan contoh kasus pemintaan untuk dibuatkan bahan simulasi per kelompok.
• Fasilitator diharapkanmenyesuaikan contoh kasus dengan alatbantu simulasi dan kondisi di lapangan terkait jumlah peserta misalnya.
• Untuk contoh penyusunan pertimbangan tertulis atas ujikonsekuensi, fasilitator bisa merujuk pada contoh-contoh yang dibahas di sesi sebelumnya ‘Mengelola Informasi yang Dikecualikan’.
116
Tahapan Proses
Pembukaan (5 menit)
• Fasilitatormembukasesidenganmenjelaskanmaksuddantujuansesiini.Selain
itu, fasilitator menjelaskan teknik simulasi yang akan digunakan di sesi ini secara
singkat.
Ceramah (15 menit)
• Fasilitator menyampaikan pengantar untuk menjelaskan arti dan pentingnya
pertimbangan tertulis disertai contoh-contoh dalam peraturan perundang-
undangan.
• Tidakadasesitanyajawabkarenayangditekankanadalahkemampuanmembuat
pertimbangan tertulis.
Studi kasus dan simulasi (60 menit)
• Fasilitator membagikan salinan contoh kasus berupa bahan bacaan kepada
peserta berdasarkan kelompok. Mereka diminta memilih salah satu tema untuk
dibahas di kelompoknya.
• Fasilitatormenjelaskanaturanmainsimulasidantugasmasing-masingkelompok.
• Fasilitator mempersilakan peserta menunjuk wakil kelompok yang berperan
sebagai pemohon; PPID;atasan PPID atau pimpinan Badan Publik); dan pejabat
fungsional pendukung semisal kepala biro hukum, kepala biro organisasi, dan
tata laksana.
• Pesertadimintamembuatpertimbangandariberbagaiaspekdalammenelaah
kasusnya.
• Pesertadarimasing-masingkelompokmelakukansimulasidanmenyampaikan
pertimbangan yang telah disusun.
• Fasilitatormemberikankomentarsetelahseluruhpesertaselesaimenyampaikan
paparan. Kalau memungkinkan, fasilitator mencatat pertimbangan yang sama
dan berbeda dari masing-masing kelompok di kertas plano.
Penutupan (5 menit)
• Fasilitatormenutupsesiini,memintapesertaistirahat,danbersiaplagimengikuti
sesi berikutnya.
117
Bahan Presentasi
• Kontekspasal7ayat4UUKIPjoPasal2ayat1PP61Tahun2010:
Badan Publik wajib membuat pertimbangan tertulis setiap kebijakan yang
diambil untuk memenuhi hak setiap orang atas informasi publik.Pertimbangan
tertulis dibuat dalam hal ada permintaan informasi publik dan informasi yang
dikecualikan.
• Aspek-aspekyangdipertimbangkanberdasarkanpasal7ayat5UUKIP:
a. Politik
b. Ekonomi
c. Sosial
d. Budaya
e. Pertahanan dan keamanan negara
• Pertimbanganaspeklainberdasarkanpasal7ayat5UUKIP:
Dimungkinkan karena frasa yang dipakai pasal 7 ayat (5) adalah “antara lain”
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan negara.
• Mediapenyampaianberdasarkanpasal7ayat6UUKIPjopasal2ayat3PP61:
Pertimbangan tertulis bisa disampaikan kepada pemohon lewat media elektronik
(email) atau non-elektronik (surat tercatat). Pertimbangan tertulis dapat diakses
setiap pemohon informasi publik.
• Membuatdanmenetapkanberdasarkanpasal2PP61Tahun2010:
Pertimbangan disusun dan ditetapkan PPID.Penetapan dibuat setelah ada
persetujuan pimpinan Badan Publik.
Bahan Bacaan 8.1
Berikut ini adalah bahan bacaan untuk studi kasus yang akan disimulasikan oleh peserta
secara kelompok didampingi fasilitator.
Kasus:
Meminta Informasi tentang Dana Partai Politik
BerbagaipraktikkorupsiyangmenjeratpolitisisepertikasuspembangunanwismaatletSeaGamesPalembang di Kemenpora, proyek di PMPTK Kemendiknas, alat kesehatan di Kemenkes, didugamerupakanbagiandariperburuanrentepartaipolitik.Proyek-proyekdalamAnggaranPendapatandanBelanjaNegara (APBN)merupakan sasaran utama korupsi. Padahal partai telahmendapatsubsididariAPBN.
118
Dalamrangkamendorongketerbukaandalampengelolaandanapartai,padaSelasa(28/6),Indonesia Corruption Watch mengirimkan surat permintaan informasi kepada sembilanpartai politik yangmendapatkankursidiLegislatif,yaituPartaiDemokrat,PartaiGolonganKarya,PartaiDemokrasiIndonesia Perjuangan, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai KeadilanSejahtera,PartaiGerakanIndonesiaRaya,danPartaiHatiNuraniRakyat.SuratditujukankepadasekretarisjenderalmelaluisekretariatdiJakarta.
Tujuanpermintaaninformasiadalahuntukmengujiakseslaporankeuanganpartaipolitik.Selamainikeuanganpartaipolitik sangat tertutup, tidak transparan,danminimakuntabilitas.Padahalsesuaidenganpasal15huruf(d)UUNo.14tahun2008tentangKeterbukaanInformasiPublik,pengelolaandanpenggunaandanayangbersumberdariAPBNmerupakaninformasipublikyangharusdisediakanolehpartaipolitik.Merujukpadaaturanitu, ICWmeminta informasi laporankeuanganpartaipolitikkhusussumbangandariAPBN.
Selainitu,Undang-UndangNo.2Tahun2011tentangPartaiPolitikdalampasal34Amenyebutkan,bahwapartaipolitikwajibmenyampaikanhasilauditpenerimaandanpengeluaranpartaipolitikyangbersumberdariAnggaranPendapatanBelanjaNegara(APBN).
Dengan permintaan informasi ini harapannya dapat membongkar ketertutupan partai politik,sehinggainformasilaporankeuangannyabisadiaksesolehpubliksebagaikonstituen.Disisilain,ini jugamerupakanuji komitmenpartai politikuntuk terbukadalamhal pendanaankeuanganpartai.Halinipentingkarenaselamainipusatterjadinyakorupsipolitikbermuladariketertutupandanapolitik.
Sumber: dikutip dari salah satu pernyataan pers ICW.(Disunting kembali untuk
penerbitan modul ini)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam simulasi adalah:
• Apayangharusdilakukanolehpemohoninformasiuntukmemintainformasiitu?
Pemohon diminta menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan beserta
tenggat waktunya.
• ApakahBadanPublikakanmemberikanseluruhinformasiitu?
• Langkah-langkah apasaja yang harus dilakukanBadan Publik untukmembuat
pertimbangan tertulis sebelum memutuskan menolak atau memberikan
informasi yang diminta?
• Apasajapertimbanganuntukmemberikanataumenolakinformasiitu?Tuangkan
pertimbangan dimaksud secara tertulis!
119
Bahan Bacaan 8.2
Kasus:
Meminta Rincian Biaya Pengamanan
KPK Perlu Awasi Biaya Pengamanan Objek Vital
Jakarta,Kompas-KomisiPemberantasanKorupsiperludilibatkandalampengawasanpembiayaanpengamananobjekvitalolehaparatkepolisian.Pembiayaanpengamananobjekvitaldinilaitidaktransparandanberpotensimenjadipraktikpemberiangratifikasikepadajajarankepolisian.
Halitumengemukadalamdiskusibertema”KeterlibatanPolridalamKonflikSumberDayaAlamdanPraktikPenyiksaan”yangdiselenggarakanLembagaStudidanAdvokasiMasyarakat(Elsam),diJakarta,Rabu(27/6).
TampilsebagainarasumberantaralainanggotaBadanPekerjaIndonesiaCorruptionWatch(ICW),EmersonYuntho,pengamatkepolisianBambangWidodoUmar,danKoordinatorResolusiKonflikSawitWatchEdiSutrisno.
”KPK bisa dilibatkan bekerja sama dengan Polri untuk pembenahan dan pengawasan biayapengamananobjekvital,”kataEmerson.
Biayapengamananobjekvital,sepertiPTFreeportIndonesia(PTFI),untukaparatkepolisian,lanjutEmerson,sebesar79,1jutadolarAmerikaSerikatpadaperiode2001hingga2010.
”Tahun2010,biayayangdikeluarkanFreeportuntukpengamananobjekvitalitu14jutadollarAS,”kataEmerson.Namun,tidakjelasrincianbiaya-biayauntukpolisi.
Bambang mengatakan, aparat kepolisian seharusnya netral dan tidak pilih-pilih, termasukmemilihmelindungikepentinganpemilikmodal.”Persoalannyaketikapolisidibayardenganbiayapengamanan,”katanya.
MenurutBambang,biaya-biayapengamanansepertiitusudahterjadisejakdahuludantidakpernahberhenti. Iamengusulkanpemerintahmenetapkan tarif biaya pengamanan sebagai penerimaannegarabukanpajak.
Edi menilai, terkait pengamanan objek vital di area-area perkebunan atau konflik pertanahan,aparatkepolisiancenderungberpihakkepadapemilikmodal.
”Contohnya, ada korban konflik area perkebunan yang melapor. Polisi justru bertanya apakahkorbanmemilikisertifikat.Orangmaumelapor,kokditanyasertifikat,”tuturnya.
TerkaitbiayadariPTFI itu,menurutKepalaDivisiHumasPolri Inspektur JenderalSaudUsmanNasution,anggotakepolisianhanyamenerimaRp1.250.000untukbiayamakan.”RincianyanglaintanyakankeFreeport,”katanya.(FER)
Sumber: Harian Kompas tanggal 28 Juni 2012 halaman 3. (Disunting kembali untuk
penerbitan modul ini)
Berikut ini beberapa pertanyaan seandainya ada pemohon informasi yang meminta
rincian informasi kepada Polda Papua:
a. Berapa total biaya pengamanan yang diberikan FI dalam lima tahun terakhir?
b. Siapa yang menerima danaitu pada awalnya dan siapa yang menandatangani
bukti penerimaan?
c. Kemana saja dana itu dibagikan, siapa saja petugas keamanan lapangan yang
menerima, adakah bukti rekeningpenerima dan jumlah yang diterima?
d. Adakah perjanjian-perjanjian atau nota kesepahaman pengamanan antara FI
dan Polri?
Bagaimana seharusnya sikap Badan Publik menanggapi permintaan itu?Bagaimana
pertimbangan tertulis yang harus disusun jika ingin menolak sebagian dan mengabulkan
sebagian informasi yang diminta. Informasi apa saja yang diberikan dan apa saja yang
harus ditolak?
Untuk membuat pertimbangan tertulis terkait uji konsekuensi, bisa digunakan contoh-
contoh kasus pada sesi sebelumnya ‘Mengelola Informasi yang Dikecualikan’.
Alat Bantu Simulasi
Komposisi Personil
• Pemohoninformasi
• PPID
• AtasanPPID
• Fungsionalpendukung
Pelaksanaan Rapat
• Pemimpinrapat
• PenjelasanPPID
• PandanganatasanPPID
• Tanggapantenagafungsional
Penyusunan Pertimbangan
• Mulaimenyusunpertimbangan
• Aspek-aspekyangdipertimbangkan
• Mengoreksipertimbangan
• Tindaklanjutpertimbanganberupamenolakataumemberikaninformasi
• Menyiapkanlangkah-langkahantisipasi
123
Sesi - 9
MEKANISME MEMPEROLEH INFORMASI
Pengantar
Mekanisme memperoleh informasi berfokus pada interaksi administratif
antara pemohon dan Badan Publik. Mekanisme ini penting diketahui
terutama berkaitan dengan manajemen waktu. Kesalahan perhitungan bisa
berimplikasi luas pada kemungkinan munculnya sengketa informasi.
Sebagian kasus yang muncul ke Komisi Informasi memperlihatkan dua
karakter yang berseberangan tetapi sama-sama disebabkan kesalahan
manajemen waktu. Pertama, ada pemohon yang mengajukan permohonan
sengketa padahal belum melebihi waktu bagi atasan PPID menjawab
keberatan. Kedua, Badan Publik tidak memberi respons apa pun kepada
pemohon sampai melebihi batas waktu yang ditentukan.
Penentuan batas waktu dalam prosedur permohonan informasi bertujuan
memberikan kepastian hokum, baik kepada pemohon maupun Badan
Publik. Karena itu, penting bagi Badan Publik untuk memahami setiap
prosedur dan waktunya. Badan Publik tunduk pada standardisasi pelayanan
yang sudah ditentukan.
124
Tujuan • Peserta memahami prosedur merespons dan menjawabpermohonan informasi dari pemohon secara tepat waktu.
Metode • Simulasi
• Praktik
Waktu 90 menit
alat Bantu Belajar
• Kartumetaplan
• Plano
• Kertas
Media • Bahanpresentasi
• Bahanbacaan
Catatan untuk Fasilitator
• Sebelumsesiinidimulai,fasilitatorperlumempersiapkankertasmetaplan yang berisi peran untuk simulasi.
• Fasilitator memberikan waktu kepada setiap kelompok untukmelakukan simulasi peran maksimal 15 menit. Silakan sesuaikan dengan jumlah kelompok peserta. Juga perlu diperhatikan bahwa simulasi ini menekankan pada pemahaman dan pengelolaan waktu.
125
Tahapan Proses
Pembukaan (5 menit)
• Fasilitatormembukasesiinidanme-review materi sesi sebelumnya.
Presentasi (20 menit)
• Fasilitatormenyampaikanintisarisesiini,yaknimengenaibagaimanamekanismememperoleh informasi yang mencakup: urgensi, asas, serta batasan-batasan waktu dan implikasi pelanggarannya, serta standar pelayanan minimal di bidang informasi (Perki No. 1 Tahun 2010).
Simulasi peran (60 menit)
• Peserta dibagi menjadi empat kelompok besar dan setiap kelompokberanggotakan minimal lima orang. Satu orang menjadi ketua kelompok yang akan menjelaskan tahapan-tahapanmekanisme dan waktu pelayanan.
• Fasilitatormembagikankertasmetaplan yang sudah berisi kartu peran dan kartu proses. Dalam mengerjakan simulasi kartu waktu, masing-masing kelompok diberi tugas menentukan batas waktu yang benar berdasarkan rumus 10+7+30.
• Fasilitator diharapkanmenentukan tanggal permohonan yang berbeda untuksetiap kelompok agar mereka tidak saling meniru.
• Setelahselesai,berikankesempatankepadasetiapkelompokuntukmenanggapikelompok lain. Lalu, fasilitator menjelaskan bagian-bagian mana yang sudah benar dan mana yang salah.
• AturansimulasiadadiBahanBacaan9.4.
Penutupan (5 menit)
• Fasilitator menutup sesi ini dan meminta peserta beristirahat, serta bersiap
mengikuti sesi berikutnya.
Bahan Bacaan 9.1
Asas-asas Mekanisme Memperoleh Informasi
Disuatuinstansipadapukul17.45WIB,terjadidialogberikut:A:Pak,apakahdokumenyangsayamintasudahada?B:BelumPak,sudahtigaharipimpinanberadadiluarkantor.A:KanhanyaperpanjanganPak,dokumenpendukungnyasudahsayalengkapi.B:Bapakbisatanyakanlagiminggudepan.A:Biasanyajugaselesaitigahari,Pak.Inisudahduaminggulho,Pak.
B:Bisasih,tapiadabiayatambahanuntukongkosstafkerumahpimpinan.
126
Dialog imajinatif ini mempertontonkan potret umum keseharian bagaimana pelayanan
publik berlangsung. Kasus seperti ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika masing-masing
menyadari kewajiban dan tugasnya. Ini juga memperlihatkan ketidakjelasan batas waktu
pelayanan. Masyarakat datang pada pukul 17.45 WIB, saat dimana pelayanan publik
biasanya sudah tutup. Sebaliknya pelayan masyarakat juga tidak bisa memastikan kapan
dokumen yang diminta selesai.
Ketepatan waktu adalah salah satu asas yang harus diterapkan dalam pengelolaan dan
pelayanan informasi. Pasal 2 ayat (3) UU KIP menyebutkan “Setiap informasi publik harus
dapat diperoleh setiap pemohon informasi publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya
ringan, dan cara sederhana”.
Rumusan yang hampir sama tertuang dalam pasal 21 UU KIP, yang menyinggung
mekanisme perolehan informasi. Mekanisme untuk memperoleh informasi publik
didasarkan pada prinsip cepat, tepat waktu, dan biaya ringan.
UU KIP tidak menjelaskan lebih jauh makna prinsip cepat yang disebut dalam pasal 21,
namun biasanya dihubungkan dengan jangka waktu penyelesaian suatu jenis pelayanan.
Asas tepat waktu mengandung arti pemenuhan atas permintaan informasi dilakukan
sesuai dengan ketentuan undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. Tentu saja,
yang dimaksud adalah pengaturan waktu yang termuat dalam UU KIP, PP No. 61 Tahun
2010, Peraturan Komisi Informasi, dan Peraturan Mahkamah Agung.
Asas cara sederhana berarti informasi yang diminta dapat diakses secara mudah dalam
hal prosedur dan mudah juga untuk dipahami. Asas biaya ringan berarti biaya yang
dikenakan secara proporsional berdasarkan standar biaya pada umumnya.
Berkaitan dengan asas perolehan informasi, Kepolisian Republik Indonesia mengatur
pula tambahan asas yaitu cermat dan akurat dan proporsionalitas. Cermat dan akurat
berkaitan dengan kelengkapan berkas dan mekanisme koreksi. Proporsionalitas
bermakna setiap kegiatan pemberian pelayanan informasi publik harus memperhatikan
keseimbangan antara hak dan kewajiban.1
Asas-asas mekanisme memperoleh informasi membawa implikasi bagi pihak-pihak
terkait seperti terlihat pada tabel berikut:
1Peraturan Kapolri No. 16 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
127
Tabel 9.1
Asas Pemohon Badan Publik
Cepat Ajukan permohonan informasi kapan saja. Bisa langsung mendatangi Badan Publik tanpa melalui perantara. Pengiriman lewat email juga dimungkinkan.
Bisa langsung saat itu juga merespons pemohon jika yang diminta sudah tersedia. Bisa juga mengirim lewat email.Petugas penerima surat harus bergerak cepat menyampaikan kepada PPID.
Tepat waktu
Tujuh hari setelah jawaban Badan Publik diterima dan dinilai tidak memuaskan, pemohon harus mengajukan keberatan.
Sepuluh hari kerja wajib menyampaikan jawaban.
Tujuh hari kerja,atasan PPID sudah harus menjawab keberatan.
Asas Pemohon Badan Publik
Biaya ringan
Mengajukan permohonan kepadaBadan Publik hanya mengeluarkan biaya pembelian kertas, biaya sewa internet, atau transportasi perjalanan.Gratis mendaftarkan permohonan sengketa informasi ke KI.
Biaya penggandaan dokumen atau foto kopi sesuai harga setempat. Bisa membuat daftar biaya resmi.
Bisa menyiapkan format dokumen yang sudah berbentuk digital.
Permohonan langsung dan tidak langsung
Apa yang harus dilakukan Badan Publik untuk menjalankan asas-asas itu dalam
rangka permohonan informasi publik? Badan Publik perlu menyiapkan dua skenario
berdasarkan:
a. Permohonan informasi disampaikan langsung.
b. Permohonan informasi disampaikan tidak langsung.
Ketika permohonan informasi disampaikan secara langsung, dalam arti secara fisik
pemohon langsung datang, petugas Badan Publik bisa meminta pemohon mengisi
formulir yang sudah disediakan. Ketika pemohon menyampaikan permohonan secara
lisanper telepon misalnya, petugas wajib mencatat hal ikhwal mengenai permohonan,
yaitu nama dan alamat pemohon beserta buktinya, materi permohonan, termohon, dan
cara penyampaian informasi yang diminta.
Jika permohonan disampaikan melalui surat elektronik (email), nomor pendaftaran
permohonan diberikan oleh petugas ketika menerima permintaan. Dalam hal
permintaan dikirim melalui surat pos, nomor pendaftaran dapat diberikan bersamaan
dengan pengiriman informasi.
Pemberitahuan kepada pemohon
Paling lambat 10 hari kerja sejak menerima permintaan, Badan Publik wajib menyampaikan
128
pemberitahuan tertulis yang berisi:
a. Ada tidaknya informasi yang diminta di bawah penguasaan Badan Publik.
b. Jika tidak dikuasai, Badan Publik wajib memberitahukan kepada pemohon
Badan Publik lain yang menguasai informasi yang diminta.
c. Pernyataan penolakan jika berkaitan dengan pasal 17 UU KIP.
d. Jenis informasi yang akan diberikan jika permintaan dikabulkan sebagian atau
seluruhnya.
e. Penghitaman informasi yang dikecualikan dalam suatu dokumen terbuka.
f. Alat penyampai dan format informasi yang akan diberikan.
g. Biaya dan cara pembayaran untuk memperoleh informasi yang diminta.
Perpanjangan waktu
Badan Publik dapat memperpanjang waktu untuk mengirimkan pemberitahuan paling
lambat tujuh hari kerja berikutnya dengan memberikan alasan secara tertulis kepada
pemohon. Dalam praktik, perpanjangan waktu lebih dari 7 hari tetap dimungkinkan jika
kedua belah pihak bersepakat.
Bahan Bacaan 9.2
Standar Pelayanan Minimal Kesehatan di Kabupaten/Kota
Kementerian Kesehatan termasuk salah satu Badan Publik yang telah menetapkan
Standar Pelayanan Minimal (SPM). Kebijakannya terus diperbarui, antara lain dituangkan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 741/Menkes/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota.SPM Kesehatan adalah tolok ukur kinerja
pelayanan kesehatan di setiap tingkatan pemerintahan, dalam hal ini di kabupaten/kota.
Poin penting yang harus ditekankan adalah kabupaten/kota menyelenggarakan
pelayanan kesehatan berdasarkan SPM kesehatan. Pelayanannya meliputi jenis pelayanan
beserta indikator kinerja dan target. Pada periode 2010-2015, target pelayanan
kesehatan dasar meliputi antara lain cakupan kunjungan ibu hamil 95 persenpada akhir
tahun target, kunjungan bayi dan pelayanan anak balita 90 persen pada 2010, dan
cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin 100 persen pada 2015. Pemerintah
daerah wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan, karakteristik,
dan potensi daerah.
Sebagai pejabat yang bertanggung jawab di daerahnya, bupati/walikota menyampaikan
laporan teknis tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM kesehatan kepada
129
menteri kesehatan. Berdasarkan laporan teknis tahunan itu, menteri kesehatan
melakukan pembinaan dan pengawasan teknis penerapan SPM kesehatan.Menteri
kesehatan melaksanakan monitoring dan evaluasiatas penerapan SPM kesehatan oleh
Pemerintah daerahdalam rangka menjamin akses dan mutu pelayanan dasarkepada
masyarakat. Hasil monitoring dan evaluasi penerapan dan pencapaian SPMkesehatan
digunakansebagai:
• Bahan masukan bagi pengembangan kapasitas pemerintah daerah dalam
pencapaian SPM kesehatan.
• Bahan pertimbangan dalam pembinaan dan pengawasan penerapan SPM
kesehatan, termasuk pemberian penghargaan untuk pemerintah daerah yang
berprestasi sangat baik.
• Bahan pertimbangan dalam memberikan sanksi kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota yang tidak berhasil mencapai SPM kesehatan dengan baik
dalam batas waktu yang ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi khusus
daerah yang bersangkutan sesuai peraturan perundang-undangan.
Menteri kesehatan memfasilitasi pengembangan kapasitas melalui peningkatan
kemampuan sistem, kelembagaan,personal dan keuangan, baik di tingkat Pemerintah
Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Fasilitasi dapat berupa pemberian orientasiumum,
petunjuk teknis, bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, atau bantuan lainnya. Yang
penting fasilitasi itu harus mempertimbangkan kemampuan kelembagaan, personaldan
keuangan negara serta keuangan daerah.
Pendanaan tergantung pada jenisnya. Berkaitan dengan kegiatan penyusunan,
penetapan, pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan,
pembangunan sistem dan/atau subsistem informasi manajemen, serta pengembangan
kapasitas untuk mendukung penyelenggaraan SPM kesehatan merupakan tugas dan
tanggung jawab pemerintah, dibebankan kepada APBN Kementerian Kesehatan.
Pendanaan berkaitan dengan daerah, maka dibebankan kepada APBD.
130
Boks 9.2
“In Time”: Ketika Waktu Adalah Uang, Literally
InTimeadalahfilmyangdibintangiolehJustinTimberlakedanAmandaSeyfried.Pertunjukanperdananyaataupremiere-nyadilakukankemarin,Jum’at28Oktober2011.Iwasluckytogettoseeit.Filminisecaragarisbesarmenceritakanbahwadisuatumasa,manusiasecaragenetikdirekayasauntukberhentimenuadiusia25.Disisilain,merekahanyamemilikiwaktusatutahununtukbertahan.Untuktetaphidup,pekerjaanyangdilakukandihargaidenganwaktu(yangditampilkandilengan,semacamjamyangbergerakmundur).“Youearntime,andyouspendit.Therichliveforever,whilethepoorarebeingletdying”.Waktuadalahhargamutlak,dimanasemuahaldibayardenganwaktu,kopimisalnya,seharga8menit.Listrik,duahari.Mobilmewah,59tahun.
Filminisangatunik,dengandialog-dialogseperti“yougotaminute?”Kalimatinisecaraliteraldiucapkan seorang anak yang “menabung” waktu untuk kehidupannya setelah berusia 25tahun.Atauistilah“time-keeper”,yangmemangjugasecaraharfiahberarti“polisiwaktu”.
Meskisayamemilihfilmini tanpaalasan,sayamerasadiingatkanolehfilmini:bagaimanarasanyamengetahuibahwakitahanyapunyawaktuduajamuntukhidup.Ataubagaimanarasanyamemiliki “simpanan”waktu9000 tahundan tetap berpenampilan sama, 25 tahun.Atau bagaimana rasanya hidup tenang berumur panjang namun tidak pernahmengambiltantangan.
Danyangterpenting,how high we value our time?
FilminijugamengingatkansayaakanSteveJobs,denganucapannyayangterkenal:Your time is limited, so don’t waste it living someone else’s life. Don’t be trapped by dogma — which is living with the results of other people’s thinking. Don’t let the noise of others’ opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary.
Seringkalikitaterlalufokusdenganstandaryangditetapkanoranglainsampaikitalupaapayangsebenarnyakitainginkan.SeringkalikitaterlaluinginpunyaBlackberrysepertiyanglaindanlupabahwakitabelummembayaruangkuliah.Seringjugakitalupabahwapencapaianhidupsepertimenikahataupunyaanakbukanlahlombasusul-susulan.
Sudahkahkitamenghargaiwaktudengansegenapkemampuankita?Apakahkitamenghabiskanwaktuuntukmembicarakanorang laindantidakmemperbaikidiri- sendiri?Atausadarkahbahwa kitamenghabiskanwaktumemoles diri sesuai standar orang lain dan tidak belajarmengenaldirikitasendiri?
Waktu tidak bisa dibeli dan tidak bisa diputar kembali. Kita hanya punya saat ini. Marimenghargainya,mariberkarya.SalamSumpahPemuda=)
Sumber: Citra dalam kompasiana.http://hiburan.kompasiana.com/film/2011/10/29/in-time-ketika-waktu-adalah-uang-literally/ (Disunting kembali untuk penerbitan modul ini)
131
Bahan Bacaan 9.3
(Salah satu contoh Standar Pelayanan Informasi Publik yang sudah diatur oleh Pusat
Sumber Daya Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Minimal)
Pelayanan Informasi Publikdi
Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi
Tugas Pelayanan Informasi PublikMenyiapkan dan Menyusun data dan informasi sumber daya mineral untuk pelayanan serta menyeragamkan format/layout hardcopy peta-peta yang dikeluarkan Pusat Sumber Daya Geologi.
Pelayanan kepada umumMelayani permintaan peta-peta potensi sumber daya mineral logam, non-logam, batubara dan panas bumi seluruh Indonesia dalam bentuk format A3 untuk kabupaten, format A0 untuk provinsi.
Prosedur permintaan peta1. Mengajukan permohonan surat kepada Kepala Pusat Sumber Daya Geologi, bisa
melalui pos ke alamat Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG) di Jl. Sukarno - Hatta No. 444 Bandung 40254 atau faksimili ke nomor (022) 5226263 atau email ke sismin@dim.esdm.go.id (contoh terlampir).
2. Disposisi kepala pusat diteruskan kepada kepala bidang informasi yang dilanjutkan ke subbidang pelayanan informasi public.
3. Pemrosesan pembuatan peta potensi sumber daya mineral oleh staf subbidang pelayanan informasi publik yang berkoordinasi dengan subbidang kerja sama untuk penyelesaian administrasi.
Contoh Permohonan Surat
Kepada Yth.Kepala Pusat Sumber Daya Geologi Badan GeologiKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM)Jl. Sukarno Hatta No. 444Bandung 40254 – Indonesia Perihal: Pemohonan Informasi Peta Penyebaran Potensi Mineral di Indonesia Dengan hormat, Isi surat (sesuai kebutuhan peta potensi sumber daya mineral dan lokasi yang diinginkan) Hormat kami,Nama PerusahaanTanda Tangan dan Cap Perusahaan
(Nama Pemohon)
132
Bahan Bacaan 9.4
Aturan Permainan Kartu
Aturan-1 Setiap kelompok diberi satu set kartu tahapan penyelesaian sengketa informasi publik.
Satu set terdiri dari dua kartu yang sudah diisi, yakni kartu pelaku/peran dan kartu proses. Satu kartu lainnya kosong, yaitu kartu waktu.
Kartu proses Pengajuan permohonan, staf menerima surat dan membuat tanda terima, staf menyampaikan kepada PPID, Jawaban PPID, keberatan, Jawaban atasan PPID.
Kartu pelaku Pemohon, Staf Front Desk, PPID, Atasan PPID.
Kartu waktu 10 Hari, 7 Hari, 30 Hari Hitung berdasarkan tanggal permohonan.
Aturan-2 Hasil penyusunan setiap kelompok akan disesuaikan dengan tahapan mekanisme perolehan informasi.
Bahan Presentasi 9a
������������������������������
������� ���� ����������������������
� ������������������������������������ ������
� ���������������������������� ���������������������������������������������������������������������� �
� ��������������������������������������������������������� ����������������������� �����������
� ������������������������������� ������������������������ ��������������
� �������� ����������������������������
� ��� ���������������� ����
� ������������������������������������������ ����������������������������������������������������������
��������
� ������������������������������
� ���������������
��������
� ���
� ������
� �� �
� ������
� ������� ����������������� ����������
���������������������������������������������
133
�������������������������
���������
��������������
����������
��������������������
����������������������
��������������������
�������������
�������������
�������������
������
������
������
������
������
���������������
�������������������
������������������
��������������
�������
������ ���������������
137
Sesi - 10
PELAPORAN AKSES INFORMASI DI BADAN PUBLIK
Pengantar
Di lembaga manapun, setiap unit penyelenggara pelayanan wajib membuat laporan kepada atasan masing-masing atau untuk disampaikan kepada lembaga lain. Laporan dimaksud berisi pelaksanaan tugas-tugas, baik berdasarkan program kerja maupun hasil pengembangan inovasi dan kreativitas. Laporan pelayanan informasi yang harus dibuat Badan Publik, berdasarkan Peraturan Komisi Informasi Pusat (Perki) No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik, disampaikan kepada Komisi Informasi Pusat.
Sistem pelaporan menjadi bagian penting dari akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi PPID. Dalam konteks pengelolaan dan pelayanan informasi publik pun, sistem pelaporan menjadi penting. Dalam hal ini yang dilaporkan adalah rekapitulasi permintaan informasi publik yang masuk ke Badan Publik berdasarkan waktu tertentu. Semakin besar organisasi Badan Publik, semakin berjenjang dan semakin pelik mekanisme pelaporan. Oleh karena itu, Badan Publik perlu memahami nilai penting pelaporan dan mengetahui bagaimana pelaporan dibuat.
Sistem pelaporan bisa dipergunakan untuk melakukan fungsi kontrol atau pengawasan atasan kepada bawahan. Sebaliknya, bawahan pun bisa memanfaatkan laporan sebagai perwujudan tanggung jawab atas pekerjaan yang diamanahkan atasan. Jika laporan menunjukkan kinerja yang baik, atasan bisa memberikan penghargaan (reward). Sebaliknya, atasan akan memberikan hukuman (punishment) jika laporan bawahan memperlihatkan kinerja yang buruk.
Sesi ini secara khusus membahas dasar-dasar pelaporan atas permintaan informasi yang masuk ke Badan Publik. Tetapi tujuan esensialnya lebih ditekankan pada kemampuan peserta membuat dan mengisi formulir pelaporan.
Tujuan • Pesertamemahamifungsidanurgensipelaporan.
• Pesertadapatmembuatdanmenyusunlaporanharian,mingguan/bulanan, dan laporan tahunan berdasarkan format baku.
Metode • Ceramah
• Praktikberkelompok
Waktu 90 menit
alat Bantu Belajar
• Kertas
• Plano
• Spidol
Media • Bahanpresentasi
• Bahanbacaan
Catatan untuk Fasilitator
• Sesi ini menyajikan kegiatan danmateri yang akanmembantupesertamembangun kemampuan untuk membuat dan mengisi formulir pelaporan. Sebaiknya fasilitator punya pemahaman tata cara membuat dan mengisi formulir pelaporan di Badan Publik.
• Pesertadibagiatasbeberapakelompok.Jikaanggotakelompokberasal dari lembaga (SKPD) yang berbeda, maka saat pengisian formulir pelaporanmereka diminta memilih salah satu Badan Publik yang dijadikan contoh. Permintaan informasi di Badan Publik itulah yang dilaporkan.
• Untuk penyusunan bahan presentasi yang sesuai (Lihat bahan bacaan 10.1).
Tahapan Proses
Pembukaan (5 menit)
• Fasilitatormenjelaskanmaksuddantujuansesiini.
• Fasilitator meminta peserta bergabung kembali dengan kelompok masing-
masing seperti di sesi sebelumnya.
Ceramah (15 menit)
• Fasilitatormelakukan presentasi danmenjelaskan nilai penting, dasar hukum,
dan manfaat membuat sistem pelaporan permintaan informasi.
Praktik (45 menit)
• Setiapkelompokdimintamembuatdanmengisiformulirpelaporanberdasarkan
permintaan informasi yang masuk ke suatu Badan Publik. Mereka menuliskannya
di kertas plano.
• Setiap kelompokmemilih salah satu Badan Publik. Setiap kelompok diminta
membuat laporan harian, laporan mingguan/bulanan, dan laporan tahunan.
• Setiap kelompok dimintamemberikan pendapatmengenaimodel pelaporan
yang paling pas serta kebaikan dan keburukan model pelaporan yang dipilih.
• Setiapkelompokdimintamenjelaskanmekanismepelaporandanpublikasinya
agar diketahui masyarakat.
Curah pendapat hasil praktik (20 menit)
• Setelah selesai praktik kelompok, setiap kelompok diminta menjelaskan di
depan peserta lain hasil pembuatan dan pengisian formulir pelaporan.
• Jika waktu memungkinkan, masing-masing kelompok diperbolehkan
memberikan tanggapan singkat terhadap presentasi kelompok lain.
Penutup ( 5 menit)
• Fasilitatormenutupsesiinidanmemintapesertaberistirahatsebelummengikuti
sesi berikutnya.
Bahan Bacaan 10.1
Kewajiban Membuat Laporan Menurut UU KIP
Agar tidak bertentangan satu sama lain, standardisasi pelayanan informasi di semua
Badan Publik penting dibuat. Standardisasi menjadi pedoman bagi Badan Publik untuk
menjalankan pelayanan publik, baik untuk kebutuhan internal dalam rangka menjalankan
fungsi pengelolaan informasi, maupun penyediaan informasi bagi masyarakat luar
(eksternal). Dalam rangka itulah Komisi Informasi Pusat telah menerbitkan Peraturan
Komisi Informasi Pusat No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik.
Peraturan ini mewajibkan setiap Badan Publik membuat laporan permintaan informasi
dan mengumumkan laporan itu agar bisa diakses publik.
Jenis Laporan
Pasal 12 UU KIP menyebutkan, layanan informasi yang wajib dibuat dan dimumkan
Badan Publik meliputi:
a. Jumlah permintaan informasi yang diterima.
b. Waktu yang diperlukan Badan Publik dalam memenuhi permintaan informasi.
c. Jumlah pemberian dan penolakan permintaan informasi.
d. Alasan penolakan permintaan informasi.
Bentuk Laporan
Bentuk laporan yang dipilih disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan Badan
Publik. Namun akan lebih baik jika laporan merupakan gabungan dari analisis dan bagan
atau formulir. Jadi, laporan bisa berbentuk:
a. Bagan
b. Matriks kegiatan
c. Grafik
d. Diagram
e. Formulir
f. Surat
g. Naskah
h. Buku
Waktu Pelaporan
Sebenarnya, UU KIP menghendaki laporan dibuat satu kali dalam setahun. Dalam
praktik, laporan model ini sudah harus tersedia paling lambat tiga bulan sebelum
MEKANISMEPENYAMPAIAN LAPORAN LAYANAN INFORMASI
tahun anggaran berakhir sesuai kepentingan pertanggungjawaban keuangan. Tetapi
di internal, waktu pelaporan bisa dibuat dalam bentuk harian (daily report), mingguan,
bulanan,triwulan, kuartal, semester.
Waktu pelaporan yang dipilih sangat ditentukan kemampuan SDM di Badan Publik
dan intensitas kebutuhan penggunaan laporan. Prinsipnya, semakin lama jangka waktu
pelaporan, semakin banyak data yang harus dihimpun dan dicari. Masalah ini bisa
dihindari jika sistem pencatatan dan perekaman kegiatan Badan Publik berjalan dengan
baik.
Sistematika Laporan
Sistematika laporan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang harus
dilaporkan, mengapa dilaporkan, siapa yang membuat dan menerima laporan, kapan
laporan dibuat, dan bagaimana laporan disusun. Tahapan penyusunan laporan bisa
merujuk pada: (i) Pengumpulan data/fakta di lapangan atau (ii) Pemindahan data/fakta.
PenanggungJawab
Setiap laporan harus memuat siapa yang menyusun atau bertanggung jawab atas
laporan itu. Termasuk tanggal laporan dibuat. Hal ini bertujuan agar kalau ada kesalahan,
pejabat pemeriksa laporan bisa langsung mengkomunikasikan kesalahan itu, dan kalau
perlu melakukan koreksi sebelum laporan diumumkan kepada publik.
Penerima Laporan
Pasal 36 ayat (2) jo pasal 4 huruf j Perki No. 1 Tahun 2010 menyebutkan laporan layanan
informasi Badan Publik disampaikan kepada Komisi Informasi.
Skema Laporan
Lembar Bantu: Contoh Formulir Laporan
Laporan Harian
Nama Badan PublikLaporan Harian
Pelaksanaan Tugas Pelayanan Informasi Publik
Hari/Tanggal: 1 Januari 2012
No. Nama & Alamat
Permintaan Informasi
Jenis Informasi Tindak LanjutBerkala Serta- Merta Setiap Saat Dikecualikan
1
2
3
4
5
Mengetahui KoordinatorKabid Pelayanan Informasi Pelayanan Informasi
……………………………… …………………………. .
NIP: NIP:
Laporan Mingguan/Bulanan
Nama Badan PublikLaporan Mingguan/Bulanan
Pelaksaan Tugas Pelayanan Informasi
Minggu/Bulan…… 2012
No.Tanggal & Waktu
Nama & Alamat
Permintaan Informasi
Jenis InformasiStatus
MintaJawab/Selesai
Waktu (Hari)
BerkalaSerta-Merta
Setiap Saat
Dikecualikan
12345
Surabaya, 1 Januari 2013
Kabid Pelayanan Informasi
……………………………………
NIP:
Laporan Tahunan
Nama Badan PublikLaporan Tahunan Permintaan Informasi Publik
Tahun Anggaran 2012
No. BulanJumlah Pemohon
InformasiJumlah Perminta-
an InformasiStatus Permohonan Waktu Alasan
PenolakanDipenuhi Ditolak Proses Jam Menit1 Januari2 Februari3 Maret4 April5 Mei6 Juni7 Juli8 Agustus9 September
10 Oktober11 November12 Desember
Jumlah
Penanggung Jawab Laporan
……………………….
NIP:
Bahan Bacaan 10.2
Akuntabilitas Pelaporan Keuangan
Sebagai aparat pengawas internalpemerintah, BPKP (Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan)membantu mewujudkan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan
negara dan daerah. Namun demikian, akuntabilitas pelaporan keuangan negara masih
memerlukan perbaikan. Hal ini ditandai dengan masih belum diperolehnya opini
WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) atas Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2009, 34 Kementerian/Lembaga (K/L) atau
43,04 persen dari total K/L, serta hampir semua pemerintah daerah,yakni 430 dari 445
Pemda yang diaudit BPK atau 96,62 persen.
Kegiatan yang dilakukan BPKP untuk mendukung terwujudnya akuntabilitas pelaporan
keuangan meliputi antara lain:
• PendampinganpenyusunanlaporankeuanganK/L/Pemda.
• ReviewlaporankeuanganK/L/PemdasebelumdiauditolehBPK.
• MenindaklanjutihasiltemuanBPK.
• Pendampinganperbaikansistempelaporan.
• ImplementasiSistemInformasiManajemenDaerah(SIMDA).
• Sosialisasi,pembentukansatgas,danworkshopSPIP(SistemPengendali Intern
Pemerintah)
• Peningkatan kapasitas SDM pengelolaan keuangan daerah dan APIP(Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah)
Secara umum, beberapa faktor yang menyebabkan laporan keuangan K/L dan Pemda
belum memperoleh opini WTP adalah karena penyajian yang belum sepenuhnya sesuai
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), lemahnya sistem pengendalian internal, belum
tertatanya barang milik negara/daerah dengan tertib, pengadaan barang yang belum
mengikuti ketentuan yang berlaku, dan kurang memadainya kapasitas SDM pengelola
keuangan.
Sebagaimana tahun sebelumnya, pada 2010 BPKP secara prokatif telah bekerjasama,
baik dengan K/L maupun Pemda, dalam upaya peningkatan kualitas laporan keuangan
K/L dan Pemda menuju opini WTP dan mempertahankan kualitas laporan keuangan
bagi K/L dan Pemda yang telah memperoleh opini WTP.
Upaya itu merupakan tindak lanjut dari direktif presiden, yang pada intinya mendorong
ditingkatkannya akuntabilitas pengelolaan keuangan negara melalui kerjasama antara
K/L dan Pemda dengan BPKP.
Kerjasama bertujuan terutama untuk mengatasi berbagai faktor penyebab tidak
diperolehnya opini WTP, antara lain mencakup penguatan SPIP pada K/L dan Pemda,
review atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, pendampingan penyusunan laporan
keuangan dan pendampingan review laporan keuangan instansi bagi APIP K/L dan APIP
Pemda untuk meningkatkan kualitas penyajian laporan keuangan agar sesuai dengan
SAP, penerapan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah yang dibangun oleh BPKP,
pendampingan penataan barang milik negara/daerah, peningkatan kapasitas SDM
pengelola keuangan, sosialisasi peraturan dan pedoman bidang keuangan, bimbingan
teknis pengelolaan keuangan negara/daerah, serta penugasan pegawai BPKP ke
berbagai K/L dan Pemda.
Upaya perbaikan itu menunjukkan komitmen yang tinggi dan langkah nyata dari pimpinan
K/L dan Pemda yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangannya.
Sumber: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) 2012. (Disunting
kembali untuk penerbitan modul ini)
Bahan Bacaan 10.3
Selama 8 Tahun, KPK Tangani 285 Kasus
MATARAM: Sekretaris Jenderal Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Sapto mengatakan, komisi itu telah menangani sebanyak 285 kasus tindak pidana korupsi, dalam delapan tahun sejak 2004 hingga 2011. “Jumlah itu belum termasuk kasus yang ditangani dalam tahun ini,”kata Bambang pada seminar pencegahan korupsi melalui peningkatan kualitas pelayanan publik di Pemerintah Provinsi NTB, di Mataram, Rabu.
Seminar itu diselenggarakan KPK dengan menampilkan narasumber dari Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi (RB), Ombudsman RI, Kementerian Hukum dan HAM, dan pegiat LSM dari Jakarta. Peserta seminar berasal dari pimpinan dan pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kanwil Kemenkumham NTB, pejabat BPN, BPKP, serta pimpinan dan anggota DPRD.
Bambang mengatakan, dari 285 kasus tindak pidana korupsi yang ditangani KPK itu, melibatkan tersangka dari kalangan anggota DPR dan DPRD, menteri/kepala lembaga, duta besar, komisioner/dosen, gubernur, wali kota/bupati dan wakilnya, pejabat eselon I, II dan III, hakim, jaksa, dan swasta, serta profesi lainnya. Kasus terbanyak melibatkan pejabat eselon I, II dan III sebanyak 91 perkara, disusul sektor swasta sebanyak 55 perkara, dan anggota DPR/DPRD yang mencapai 48 perkara, serta sektor lainnya sebanyak 31 perkara.
Kasus tindak pidana korupsi yang melibatkan wali kota/bupati dan wakilnya sebanyak 29 perkara, gubernur delapan perkara, komisioner/dosen tujuh perkara, menteri/kepala lembaga enam perkara, duta besar empat perkara, hakim empat perkara, dan jaksa dua perkara.
Khusus di Provinsi NTB, total perkara yang ditangani KPK tercatat sebanyak tiga kasus dari total 233 kasus yang mencuat secara nasional. Sementara kasus gratifikasi yang diterima KPK sebanyak 26 perkara, namun hanya di 2010.
Pengaduan masyarakat NTB yang diterima KPK tercatat sebanyak 953 kasus selama periode 2005-2011 atau1,85 persen dari total pengaduan tingkat nasional yang berjumlah 51. 592.
Bambang menyebutkan, total aset atau kekayaan negara yang berhasil diselamatkan KPK pada 2011 secara nasional mencapai Rp 152,9 triliun. “Sebagian besar atau 99,65 persen dari sektor hulu migas (aset-aset migas milik negara yang tidak pernah dicatat oleh pemerintah) dan 0,35 persen dari pengalihan hak barang milik negara,” ujarnya.
Sedangkan total kerugian negara yang berhasil diselamatkan KPK tahun 2011, mencapai Rp 134,7 miliar, yang berasal dari penanganan perkara tindak pidana korupsi, uang pengganti, uang rampasan, uang sitaan, penjualan hasil lelang tindak pidana korupsi, dan ongkos perkara.
Sumber: Suara Karya, 18 Oktober 2012 (Disunting kembali untuk penerbitan buku ini)
149
Sesi - 11
HUKUM ACARA SENGKETA INFORMASI
Pengantar
Badan Publik harus selalu siap menghadapi kemungkinan sengketa
informasi yang diajukan pemohon informasi.Sengketa ini timbulakibat
ketidakpuasan pemohon dalam menggunakan haknya untuk memperoleh
dan menggunakan informasi berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Perjalanan sengketa informasi dimulai dengan pengajuan keberatan oleh
pemohon kepada atasan PPID.
Mekanisme penyelesaian sengketa, pada dasarnya akan diselesaikan dulu
secara internal di Badan Publik. Namun, ketika pemohon masih merasa tidak
puas, maka sengketa akan dilanjutkan ke ke Komisi Informasi (KI) sebagai
lembaga khusus yang menyelesaikan sengketa informasi.
Saat ini, Komisi Informasi sudah dibentuk di tingkat nasional dan provinsi.
Di tingkat nasional, telah dibentuk KI Pusat berdasarkan perintah UU. Di
tingkat provinsi, hampir semua provinsi sudah membentuk KI Provinsi yang
memang diwajibkan UU juga. Sementara itu, ditingkat kabupaten/kota, UU
hanya memerintahkan KI dapat dibentuk jika diperlukan.
Mekanisme penanganan sengketa informasi setelah gagal diselesaikan
Badan Publik, maka akan ditangani Komisi Informasi Provinsi. Namun, jika di
suatu provinsi belum dibentuk Komisi Informasi, sengketa informasi ini akan
ditangani Komisi Informasi Pusat.
Proses penyelesaian sengketa di Komisi Informasi akan makan waktu
maksimal 100 hari dan ini belum tentu menyelesaikan masalah. Jika merasa
tidak puas atas putusan KI, salah satu atau kedua belah pihak masih bisa
mengajukan keberatan ke peradilan TUN/ umum yang berwenang.Kalau
150
mereka masih merasa tidak puas juga, para pihak bisa mengajukan kasasi
ke Mahkamah Agung.
Panjangnya proses maksimal ini menjadi tantangan karena asas penyelesaian
sengketa informasi seharusnya mengikuti nilai-nilai: (i) Cepat dan tepat
waktu, (ii) Biaya ringan, dan (iii) cara sederhana.
Penyelesaian sengketa melalui Komisi Informasi mengenal forum mediasi
sebagai wujud penerapan asas penyelesaian sengketa. Putusan mediasi ini
bersifat final dan mengikat.Akta perdamaian hasil mediasi ini akan lebih
berkekuatan hukum jika didaftarkan ke pengadilan negeri.
Sesi ini sangat penting bagi Badan Publik karena potensi sengketa informasi
yang dihadapi Badan Publik kemungkinan berlangsung lama, sehingga
akanmenguras sumber daya dan waktu mereka. Upaya yang harus
dilakukan Badan Publik untuk menghindari kemungkinan itu, tidak lain dan
tidak bukan, mereka perlu mengelola dan melayani permintaan informasi
sebagaimana amanat UU KIP.
151
Tujuan • Pesertamemahamimekanismepenyelesaiansengketainformasi.
• Peserta mengetahui objek-objek apa saja yang berpotensi
memunculkan sengketa informasi.
• Peserta mengetahui apa saja yang harus dipersiapkan untuk
menghadapi sengketa informasi.
Metode • Curahpendapat
• Presentasi
• Permainankartu
• Simulasiperan
Waktu 120 menit
alat Bantu
Belajar
• Proyektor
• Plano
• Kartu
• Spidol
• Kartumetaplan
Media • Bahanpresentasi
• Bahanbacaan
• Bahansimulasi
Catatan untuk
Fasilitator
• Sesi ini akan mengajak peserta memahami beberapa tahapan
yang harus ditempuh ketika menghadapi proses penyelesaian
sengketa informasi.
• Di sesi presentasi, fasilitator memandu narasumber yang akan
memaparkan bagaimana Badan Publik menghadapi proses
penyelesaian sengketa informasi serta sekaligus menjelaskan tips
dan trik aman dari sengketa.
152
Tahapan Proses
Pembukaan (5 menit)
• Fasilitatormembukasesiinidenganmenjelaskanmaksuddantujuannya.
Presentasi narasumber (60 menit)
• Fasilitatormemperkenalkannarasumber.
• Narasumber memberikan paparan mengenaitahapan penyelesaian sengketa
informasi.
• Fasilitatormemandutanyajawabdanmembuatkesimpulanpoin-poinpenting
selama diskusi.
• Fasilitatormenjelaskankegiatansimulasiperanmelaluipermainankartumetaplan
(Lihat aturan main).
Simulasi peran (45 menit)
• Fasilitatormembagipesertamenjadiempatkelompok.
• Fasilitatormemandupenyampaianplenohasil kerja setiapkelompok,dengan
mendorong forum memberikan umpan balik dengan pertanyaan:
1. Apakah semua tahapan proses sudah benar?
2. Apakah pelaku di masing-masing peran sudah benar tahapan, waktu, dan
tindakannya?
3. Apakah hasil dan waktu masing-masing sudah benar tahapan, waktu, dan
tindakannya?
Penutupan (5 menit)
• Fasilitator meninjau proses yang sudah dijalani dan hasil-hasil yang sudah
diperoleh oleh peserta.
153
Aturan Permainan Kartu
Aturan-1
Setiap kelompok diberi satu set kartu tahapan penyelesaian sengketa informasi publik.
1 set terdiri dari empat kelompok kartu, yaitu kartu proses, kartu pelaku, kartu waktu, dan kartu hasil.
Kartu proses
Pengajuan keberatan, permohonan penyelesaian sengketa, sengketa di KI, mediasi, ajudikasi, pemeriksaan, pembuktian, pencatatan keberatan ke PTUN/Peradilan Umum, dan kasasi.
Sesuaikan dengan regulasi (Perki dan Perma).
Kartu pelaku
Atasan PPID, PPID, pemohon/pengacaranya, Komisi Informasi, pimpinan Badan Publik, panitera pengadilan, hakim PTUN/peradilan umum, hakim kasasi
Sesuaikan dengan regulasi (Perki dan Perma).
Kartu waktu
14 hari, 100 hari, 60 hari, 30 hari Bisa mengambil waktu-waktu lain yang ditetapkan.
Kartu hasilPutusan, tanggapan atas keberatan,dan registrasi.
Aturan-2Hasil penyusunan setiap kelompok akan disesuaikan dengan tahapan terbaru penyelesaian sengketa.
Bahan Bacaan 11.1
Empat Tahapan Sengketa
PSI di Internal Badan Publik
• AdakeberatandaripemohoninformasikepadaatasanPPID.
���������
������������������������ �
��������������������
����������������������� ����
154
• AtasanPPIDharusmemberikantanggapan/jawabanataskeberatandalamwaktu
30 hari kerja setelah keberatandiajukan.
• JikapemohonpuasatastanggapanatasanPPID,kasusselesai.
• Jika tidakpuas, lanjut ke sengketa informasi (14hari kerja setelah tanggapan
diterima).
PSI di Komisi Informasi
• Mengajukanpermohonansengketadengancaramendaftarkanpermohonanke
Kepaniteraan KI yang berwenang.
• Dalam waktu 14 hari setelah pendaftaran, forum mediasi dibuka untuk
mengupayakan perdamaian.
• Jikasepakatdalammediasi,putusanataskesepakatanmediasibersifatfinaldan
mengikat.
• Jikatidaksepakat,perkaraberlanjutkeajudikasinon-litigasi.
• PSI di KI, terakhir lewat putusan sidang ajudikasi, sudah harus selesai dalam
waktu 100 hari kerja.
PSI di PTUN/Peradilan Umum
• Jikatidakpuas atasputusanKI,pemohonatauBadanPublikbisamengajukan
banding ke pengadilan. Jika termohon Badan Publik negara diajukan ke PTUN
dan jika Badan Publik non-negara diajukan ke peradilan umum.
• Palinglambat14harikerjasetelahmenerimasalinanresmiputusanKI.
• Paling lambat 14 hari setelah keberatan di-register, panitera meminta KI
mengirimkan salinan putusan dilengkapi seluruh berkas.
• Paling lambat 14 hari setelahmenerima surat pengadilan, KI harusmengirim
berkas yang diminta.
• Termohonkeberatanmengajukantanggapan30harisejakkeberatandi-register.
• Wajibdiputusdalamwaktu60harisejakmajelishakimditetapkan.
PSI di MA
• Tidakpuas atasputusanPTUN/peradilanumum,parapihakbisamengajukan
kasasi ke MA.
• Diajukanpalinglambat14harisejakputusandiberitahukankepadaparapihak.
• MAwajibmemutusperkarapalinglambat30harisejakmajelishakimditetapkan.
155
Boks 11.1
Badan Publik Menghadapi Sengketa
Badan Publik harus sudah mempersiapkan seluruh dokumen yang dibutuhkan untuk
menjalani proses penyelesaian sengketa informasi. Badan Publik juga mempersiapkan
kelengkapan administrasi pemohon sebagai dasar untuk mengajukan pertanyaan,
baik pada saat sidang mediasi maupun ajudikasi di KI dan Pengadilan.
Beberapa hal yang harus disiapkan Badan Publik menghadapi sengketa informasi,
antara lain:
• Surat tugasyangditandatanganipimpinanjikayangmewakiliadalahPPID
atau pegawai Badan Publik. Jika Badan Publik menggunakan pengacara
profesional, maka harus ada surat kuasa khusus.
• SalinansuratjawabanPPIDataspermohonan.
• Salinansuratpenetapan/keputusanatasanPPIDataskeberatan.
• Pertimbangantertuliskebijakanyangdiambil.
• Bukti-buktilainyangmenunjukkankelemahanpermohonanpemohon.
• Formulir-formulirresmiyangdigunakanuntukmelayanipermintaaninformasi
dan keberatan agarterdata lebih baik.
Beberapa pertanyaan yang harus disampaikan Badan Publik kepada pemohon,
antara lain:
• Alasanpermohonan.
• Detaildanspesifikasiinformasiyangdiminta.
• Suratkuasakhususjikapemohondiwakilikuasahukum.
• AD/ARTpemohonjikapemohonadalahbadanhukum.
• Identitaslengkappemohon.
• Bukti-buktisuratyangmenunjukkanpemohonsudahmenempuhprosedur
sesuai undang-undang.
156
Bahan Bacaan 11.2
Mediasi di Komisi Informasi
Pengertian
Secara umum, mediasi adalah caramenyelesaikan sengketa melalui proses perundingan
untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.
Mediasi adalah salah satu alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan.Mediasi
telah menjadi pilihan penting penyelesaian sengketa di banyak organisasi, termasuk
penyelesaian sengketa informasi dan sengketa hubungan industrial.
Dasar Hukum
• Pasal40-41UUNo.14Tahun2008tentangKeterbukaanInformasiPublik.
• Pasal 29-41 Perki No. 2 Tahun 2010 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik.
• PermaNo.1Tahun2008tentangProsedurMediasidiPengadilan
Tahapan
• Pra-mediasi
• ProsesMediasi
• Pasca-mediasi
Sifat
• Mediasiadalahpilihanparapihakdansukarela.
• Pelaksanaan sidang mediasi dilakukan secara tertutup, kecuali para pihak
menghendaki lain.
Mediator
• KomisionerKI
• Mediatornon-KIjikadimungkinkan.
• Nalurisebagaipendamaipenting.
• Menekankanhubunganbaikkeduabelahpihak.
Lokasi
• SalahsaturuanganKI
157
• Salah satu ruangandi kantorBadanPublik lainyang tidak terkait atau tempat
netral
• Tempatlainyangdisepakatiparapihak
• Penentuan lokasi berimbas pada biaya.Mediasi yang dilaksanakan di tempat
yang dipilih kedua belah pihak ditanggung renteng pihak yang bersengketa.
Jangka Waktu
• Harussudahselesai14harikerjasetelahpelaksanaanmediasipertama.
Putusan
• Mediatorhanyamembantumerumuskanapayangdisepakati.
• Formatputusansudahbaku(LampiranPerkiNo.2Tahun2010)
• Bersifatfinaldanmengikat.
• Akta perdamaian bisa didaftarkan ke PN agar lebih kuat untuk kebutuhan
eksekusi.
Boks 11.2
Manfaat Mediasi
Badan Publik harus sudah mempersiapkan seluruh dokumen yang dibutuhkan untuk
menjalani proses penyelesaian sengketa informasi. Badan Publik juga mempersiapkan
kelengkapan administrasi pemohon sebagai dasar untuk mengajukan pertanyaan,
baik pada saat sidang mediasi maupun ajudikasi di KI dan Pengadilan.
Manfaat melakukan mediasi antara lain:
a. Ditempuh dengan waktu singkat, sehingga menghemat waktu dan biaya
dibandingkan penyelesaian melalui litigasi.
b. Dilaksanakan secara tertutup dan rahasia.
c. Prosedur dan proses bersifat informal.
d. Fokus pada akar permasalahan dengan menghasilkan aspek-aspek
komersial, psikologis, dan emosi para pihak.
e. Bentuk penyelesaian merupakan kesepakatan kedua belah pihak yang
bersengketa.
158
Bahan Bacaan 11.3
Memfungsikan Biro Hukum
Dalam menghadapi sengketa informasi publik, sebaiknya Badan Publik tidak hanya
mengandalkan PPID atau atasan PPID.Seperti dalam pengelolaan informasi, Biro Hukum
lembaga perlu difungsikan. Dalam menghadapi sengketa, peran Biro Hukum justru
akansangat penting dan bisa menjadi ujung tombak. Mari fungsikan Biro Hukum di
lembaga Anda!
Kajian yang dilaksanakan Komisi Hukum Nasional (KHN) pada 2002 menunjukkan Biro
Hukum di instansi pemerintah belum dimanfaatkan secara maksimal. Penyebabnya
banyak, antara lain karena SDM di Biro Hukum yang belum sepenuhnya disesuaikan
dengan kompetensi. Dalam proses rekrutmen, yang lebih ditekankan adalah pemenuhan
syarat administratif bukan pada analisis kebutuhan riil Biro Hukum. Pelatihan yang
dilakukan pun masih berorientasi pada kenaikan pangkat dan jabatan, bukan ditujukan
pada peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Padahal, Biro hukum sangat penting bagi suatu lembaga.Itu sebabnya hampir semua
badan publik memiliki biro khusus yang membidangi hukum.
Di Kementerian Kesehatan misalnya, Biro Hukum digabung dengan organisasi, sehingga
perannya lebih kuat.Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan perumusan peraturan perundang-undangan, pelayanan pertimbangan
dan bantuan hukum, serta pembinaan organisasi dan tatalaksana.Biro ini berfungsi
untuk: (a) Koordinasi dan pelaksanaan perumusan rancangan peraturan perundang-
undangan; (b) Pemberian pertimbangan hukum, bantuan hukum, danpenyusunan
rumusan perjanjian; (c) Pembinaan kelembagaan, penyusunan laporan akuntabilitas
kinerja, dan pelayanan publik; (d) Pelaksanaan analisis jabatan dan ketatalaksanaan; dan
(e) Pelaksanaan urusan tata usaha Biro.
Biro Hukum bukan hanya berperan pada saat sengketa, tetapi sejak awal mereka
sudah terlibat dalam pengelolaan dan pelayanan informasi.Pijakan hukum yang harus
dipersiapkan Badan Publik, misalnya penunjukan PPID, sebaiknya melibatkan Biro
Hukum.
Dalam rangka pelaksanaan keterbukaan informasi publik di Badan Publik, Biro Hukum
terutama bertugas untuk:
a. Memberikan pertimbangan hukum kepada PPID yang akan menolak untuk
memberikan informasi publik karenatidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
b. Memberikan pertimbangan hukum kepada atasan PPID/Tim Pertimbangan
Pelayanan Informasi atas keberatan yang disampaikan pemohon.
159
c. Memberikan pertimbangan kepada Badan Publik mengenai sengketa informasi
yang sedang dihadapi, baik diminta maupun tidak.
d. Memberikan pendampingan dan bantuan hukum kepada PPID di setiap tahapan
hingga selesai di Mahkamah Agung.
e. Mendampingi PPID yang menghadapi persoalan hukum pidana/perdata terkait
sengketa informasi di Badan Publik.
f. Ikut menyusun regulasi yang dibutuhkan Badan Publik untuk memperkuat dasar
hukum pengelolaan dan pelayanan informasi.
Bahan Bacaan 11.4
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Ketidakpuasan atas putusan Komisi Informasi bisa ditindaklanjuti salah satu atau kedua
pihak yang bersengketa untuk mengajukan keberatan. Jika termohon awal Badan Publik
negara, maka keberatan diajukan ke PTUN, sedangkan jika Badan Publik non-negara,
keberatan diajukan ke Pengadilan Negeri.Salah satu beban nyata membawa kasus
sengketa informasi ke PTUN atau Pengadilan Negeri adalah biaya. Seperti diketahui,
beracara di Komisi Informasi tidak akan dikenakan biaya, namun sebaliknya beracara di
PTUN/PN akan dikenakan biaya.
Penyebutan PTUN dalam UU KIP bukan hanya dalam pengajuan keberatan atas putusan
Komisi Informasi.Hal ini juga terkait pembayaran ganti rugi yang harus mengikuti
mekanisme ganti rugi yang dikenal dalam peradilan Tata Usaha Negara.
PTUN adalah salah satu peradilan di bawah Mahkamah Agung. Jenis peradilan lain
adalah peradilan umum, peradilan militer, dan peradilan agama. PTUN diatur dalam UU
No. 5 Tahun 1986, yang telah diubah dua kali, terakhir menjadi UU No. 51 Tahun 2009.
Peradilan TUN memeriksa, mengadili, dan memutuskan sengketa yang timbul dalam
bidang tata usaha negara antara seorang atau badan hukum perdata dengan badan
atau pejabat tata usaha negara akibat dikeluarkannya suatu keputusan tata usaha negara,
termasuk sengketa kepegawaian.Peradilan TUN juga berwenang menangani sengketa
atas tidak dikeluarkannya suatu keputusan yang dimohonkan seseorang sampai batas
waktu yang ditentukan dalam suatu peraturan perundang-undangan, sedangkan hal itu
telah merupakan kewajiban badan atau pejabat tata usaha negara bersangkutan.
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) belum dibentuk di seluruh provinsi, sehingga
penting bagi Badan Publik untuk mengetahu PTUN yang berwenang menangani.
Keberatan diajukan ke PTUN tempat termohon keberatan berkedudukan.Apabila
160
termohonnya lebih dari satu, maka permohonan diajukan ke PTUN di tempat kedudukan
salah satu termohon.
Dalam praktik di PTUN dikenal apa yang disebut dismissal process. Pasal 62 UU TUN
tidak mengatur secara lengkap masalah dismissal process, sehingga Mahkamah Agung
kemudian menerbitkan Surat Edaran No. 2 Tahun 1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Beberapa Ketentuan Dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan
Tata Usaha Negara. Proses dismisal dilaksanakan oleh ketua pengadilan dan dapat
menunjuk seorang hakim sebagai pelapor.
Pasal 62 UU TUN menyebutkan dalam rapat permusyawaratan, ketua pengadilan
berwenang memutuskan dengan suatu penetapan yang dilengkapi dengan
pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan itu dinyatakan tidakditerima
atau tidak berdasar, dalam hal:
• Pokokgugatanitunyata-nyatatidaktermasukdalamwewenangPengadilan.
• Syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 tidak dipenuhi
oleh penggugat, sekalipun ia telah diberi tahu dan diperingatkan.
• Gugatanitutidakdidasarkanpadaalasan-alasanyanglayak.
• ApayangdituntutdalamgugatansebenarnyasudahterpenuhiolehKeputusan
Tata Usaha Negara yang digugat.
• Gugatandiajukansebelumwaktunyaatautelahlewatwaktunya.
Salah satu asas yang dikenal dalam PTUN adalah praduga rechmatig yang berarti setiap
tindakan pemerintah dianggap rechtmatig sampai ada pembatalan.
Penyelesaian sengketa melalui jalur Peradilan TUN, pasal 49 UU KIP menyebutkan
Putusan PTUN dalam penyelesaian sengketa informasi publik tentang pemberian atau
penolakan akses terhadap seluruh atau sebagian informasi yang diminta berisi salah
satu perintah berikut:
a. Membatalkan putusan Komisi Informasi dan/atau memerintahkan Badan Publik:
1. Memberikan sebagian atau seluruh informasi yang dimohonkan oleh
Pemohon Informasi Publik; atau
2. Menolak memberikan sebagian atau seluruh informasi yang diminta oleh
Pemohon Informasi Publik.
b. Menguatkan putusan Komisi Informasi dan/atau memerintahkan Badan Publik:
1. Memberikan sebagian atau seluruh informasi yang diminta oleh Pemohon
Informasi Publik; atau
2. Menolak memberikan sebagian atau seluruh informasi yang diminta oleh
Pemohon Informasi Publik.
161
Putusan pengadilan TUN mengenai pokok keberatan yang disebut dalam pasal 35 ayat
(1) huruf b sampai denganhuruf g berisi salah satu perintah berikut:
• MemerintahkanPejabatPengelolaInformasidanDokumentasiuntukmenjalankan
kewajibannyasebagaimana ditentukan UU KIP dan/atau memerintahkan untuk
memenuhi jangkawaktu pemberian informasi;
• MenolakpermohonanPemohonInformasiPublik;atau
• Memutuskanbiayapenggandaaninformasi.
Jika para pihak menerima putusan PTUN, maka putusan itu berkekuatan hukum tetap.
Putusan itu dikirimkan panitera pengadilan kepada para pihak. Jika tidak puas atas
putusan PTUN, para pihak masih bisa mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.
Contoh Surat Tugas Badan Publik
Gubernur Provinsi …..Jl. …….......
Telp……
SURAT TUGAS
Sehubungandenganpenyelesaiansengketainformasipublikyangdiajukanoleh…dantelahdidaftarkandiKomisiInformasi….,makadenganiniGubernurProvinsi…..memberikantugaskepadayangnamanyatersebutdibawahini:
Nama: 1. (Nama,NIP,danJabatan) 2. (Nama,NIP,danJabatan) 3. (Nama,NIP,danJabatan) 4. ……..
Mewakili dan menjadi kuasa untuk menghadiri mediasi dan sidang ajudikasinon-litigasi di Komisi Informasi, sidang-sidang di PTUN/Pengadilan Negeri danMahkamahAgung,menyusundanmenyampaikanjawaban,keberatan,dankasasiataspermohonansengketadimaksud.
Demikiansurattugasinidibuatuntukdipergunakansebagaimanamestinya.
GubernurProvinsi…Tandatangandan
stempelBadanPublik
(Nama………………)
162
Contoh Surat Keberatan
FORMAT FORMULIR KEBERATAN
LOGO BADAN PUBLIK
FORMULIRKEBERATAN(RANGKAPDUA)
[namabadanpublikdanalamat,nomortelepon,faksimili,email,dst]
PERNYATAANKEBERATANATASPERMOHONANINFORMASI
A. INFORMASI PENGAJU KEBERATAN NomorRegistrasiKeberatan :_______________________________________(diisipetugas)* NomorPermohonanInformasi :_____________________________________________________ TujuanPenggunaanInformasi :_____________________________________________________ IdentitasPemohon Nama :_____________________________________________________ Alamat :_____________________________________________________ :_____________________________________________________ NomorTelepon :_____________________________________________________ Pekerjaan :_____________________________________________________
IdentitasKuasaPemohon** Nama :_____________________________________________________ Alamat :_____________________________________________________ :_____________________________________________________ NomorTelepon :_____________________________________________________
B. ALASAN KEBERATAN***
a. PermohonanInformasiditolak.
b. Informasiberkalatidakdisediakan.
c. Permintaaninformasitidakditanggapi.
d. Permintaaninformasiditanggapitidaksebagaimanayangdiminta.
e. Permintaaninformasitidakdipenuhi.
f. Biayayangdikenakantidakwajar.
g. Informasidisampaikanmelebihijangkawaktuyangditentukan.
C. KASUS POSISI (tambahkankertasbilaperlu)____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
D. HARI/TANGGAL TANGGAPAN ATAS KEBERATAN AKAN DIBERIKAN:[tanggal],[bulan],[tahun][diisiolehpetugas]****
Demikiankeberataninisayasampaikan,atasperhatiandantanggapannya,sayaucapkanterimakasih.
____________(tempat),__________[tanggal],[bulan],[tahun]*****
mengetahui PetugasInformasi PetugasKeberatan (PenerimaKeberatan)
(.....................................) (.....................................) Nama&TandaTangan Nama&TandaTangan
KETERANGAN* Nomor register pengajuan keberatan diisi berdasarkan buku register pengajuan keberatan.** Identitas kuasa pemohon diisi jika ada kuasa pemohonnya dan melampirkan suratkuasa.*** Sesuai dengan pasal 35 UU KIP, dipilih oleh pengaju keberatan sesuai dengan alasan
keberatan yang diajukan.**** Diisi sesuai dengan ketentuan jangka waktu dalam UU KIP.***** Tanggal diisi dengan tanggal diterimanya pengajuan keberatan yaitu sejak keberatan
dinyatakan lengkap sesuai dengan buku register pengajuan keberatan.
163
Tugas
Buatlah format surat tanggapan atasan PPID (Badan Publik) atas permintaan informasi
jika yang diminta menurut Anda termasuk pasal 17 UU KIP. Sebagai catatan, atasan PPID
wajib memberi tanggapan dalam bentuk keputusan tertulis paling lambat 30 hari sejak
dicatatnya pengajuan keberatan. Keputusan tertulis sekurang-kurangnya memuat: (i)
Tanggal pembuatan tanggapan atas keberatan, (ii) Nomor surat, (iii) Materi tanggapan,
(iv) Perintah kepada PPID untuk memberikan sebagian atau seluruh, atau menolak
informasi, dan (v) Jangka waktu pelaksanaan perintah.
167
Sesi - 12
SANKSI DALAM SENGKETA INFORMASI PUBLIK
Pengantar
Dalam UU KIP telah diatur mengenai sanksi berupa ketentuan pidana bagi
setiap pelaku pelanggaran UU ini. Sanksi pidana pada dasarnya bertujuan
menghukum pihak-pihak yang melakukan kesalahan dan mengganggu
ketertiban umum, sehingga dengan sanksi itu ketertiban sosial kembali
terjaga. Pemidanaan ditujukan untuk menimbulkan efek jera (deterrent).
Sanksi pada hakikatnya adalah alat pemaksa agar seseorang menaati
norma-norma hukum yang berlaku. Ada sanksi atas pelanggaraan norma
keagamaan, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun sanksi
terhadap pelanggaran ketiga normaitusangat bergantung pada kesadaran
perorangan, sehingga fungsi sanksi sebagai alat pemaksa banyak
tergantungpada kata hati nurani seseorang.1
Selain ketiga sanksi tadi, saat ini terdapat sanksi pidanaatas pelanggaran
norma hukum. Sanksi pidana memaksa orang untuk bertindak sesuai aturan,
sekaligus mewanti-wanti orang untuk tidak melanggar larangan. Norma
hukum dibuat untuk mengatur agar orang berbuat sesuai aturan itu. Jadi,
hukum adalah sarana untuk melakukan kontrol sosial.2
Dengan demikian, pencantuman sanksi dalam suatu undang-undang dapat
berfungsi sebagai alat pencegahan. Sanksi akanmenjadi alat represif jika
sudah terjadi pelanggaran.
1S. R. Sianturi. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya. Jakarta: Alumni Ahaem-Petehaem, 1996, hal. 28. 2Satjipto Rahardjo. Hukum dan Perubahan Sosial. Bandung: Penerbit Alumni, 1979, hal. 123.
168
Pengaturan ketentuan pidana dalam UU KIP dalam hal ini harus dibaca
dalam konteks tujuan sanksi norma hukum. Tujuan pemidanaan sendiri
terus mengalami perkembangan, di mana semakin mengarah ke sistem
yang lebih manusiawi dan rasional.3
Membaca ketentuan pidana dalam UU KIP perlu dikaitkan dengan tujuan
sanksi dan perubahan paradigma penjatuhan sanksi. Dalam Penjelasan
Umum UU KIP juga disebutkan adanya tujuan agar Badan Publik “termotivasi
untuk bertanggung jawab dan berorientasi pada pelayanan rakyat”.
Selain sanksi pidana, kemungkinan lain adalah gugatan perdata berupa
ganti rugi, dan sanksi administrasi terhadap pejabat publik.
3Andi Hamzah. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hal. 29
169
Tujuan • PesertamengetahuijenisdankualifikasisanksidalamUUKIP
• Peserta dapat mengantisipasi kemungkinan terkena ancamansanksi.
Metode • Ceramah
• Tanyajawab
Waktu 60 menit
alat Bantu Belajar
• Plano
• Spidol
Media • Bahanpresentasi
• Bahanbacaan
• SalinantabulasisanksidalamUUKIP
Catatan untuk Fasilitator
• Disesiini,fasilitatorperlumenegaskanduahal:(i)Ancamansanksidalam UU KIP bukan untuk menakut-nakuti, dan (ii) Prosedur penerapan sanksi dalam UU KIP tidak mudah.
• FasilitatormenjelaskanbahwasanksisejenisdiaturjugadalamUUlain, antara lainUU No 1 Tahun 1946 tentang KUHP, UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE, dan UU No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan.
• Fasilitatormenjelaskan bahwa Komisi Informasi Pusat dan Polrisedang menjajaki nota kesepahaman mengenai penerapan sanksi yang diatur dalam UU KIP.
• Jika tidak ada peserta yang bertanya pada sesi tanya jawab,fasilitator menanyakan kepada peserta tentang bagaimana pandangan mereka mengenai ancaman sanksi UU KIP. Berikut tiga pertanyaan yang bisa diajukan:1. Apakah Anda takut dengan sanksi yang diatur dalam UU KIP?2. Menurut penilaian Anda, apakah sanksi itu berat atau terlalu
ringan?3. Bagaimana Anda mengalokasikan anggaran untuk pemba-
yaran ganti rugi yang harus diambil dari dana Badan Publik?• Sasaran pembacabahan bacaan 12. 2 lebih diutamakan bagi
pesertayang sudah tahap advanced, yakni daerah-daerah yang sudah mempunyai KI dan PPID. Bahan bacaan itu penting didiskusikan untuk menjawab problematika yuridis yang muncul dalam pembayaran ganti rugi.
170
Tahapan Proses
Pembukaan (5 menit)
• Fasilitatormembukasesi inidenganmenjelaskanbahwasemua langkahyang
ditempuh dalam rangka menjalankan amanat UU KIP tidak akan berarti kalau
tidak memahami konsekuensi hukumnya.
• Kemudianfasilitatormenjelaskanmaksuddantujuansesiterakhirini.
Ceramah (20 menit)
• Fasilitator menyampaikan presentasi mengenai topik sanksidisertai dengan
contoh-contoh konkret langkah pidana yang ditempuh pemohon (Lihat bahan
bacaan 12. 1).
Tanya jawab (30 menit)
• Fasilitator memberikan kesempatan kepada setiap peserta untuk bertanya
mengenai topik yang dibahas.
Penutup (5 menit)
• Fasilitator menutup sesi ini dan menyampaikan terima kasih karena sudah
mengikuti semua sesi. Fasilitator juga menyampaikan harapan-harapan dan
tugas moral setiap peserta setelah mereka kembali ke lembaga masing-masing.
• Fasilitatormenjelaskantugassetiappesertauntukmenuliskanpuisi,surat,atau
gambaran tentang sahabat rahasianya untuk dibacakan pada sesi penutupan.
Bahan Bacaan 12.1
Sanksi Pidana dalam UU KIP
Pasal 51-55 UU KIP mengatur ancaman sanksi pidana yang dapat diberlakukan kepada
subjek pelaku kejahatan. Pasal-pasal itu mengatur subjek yang bisa diminta tanggung
jawab pidana, kualifikasi perbuatan pidana, dan ancaman sanksi maksimal.
Subjek yang dapat dimintai pertanggungjawaban hukum dalam UU KIP adalah dua
pihak: (i) Setiap orang; dan (ii) Badan Publik. Makna setiap orang dalam rumusan UU
KIP sudah diperluas, mencakup orang perorangan, kelompok orang, badan hukum, dan
korporasi.
171
Kualifikasi tindak pidanayang dapat dihukum berdasarkan UU KIP beragam, mulai dari
perbuatan aktif hingga perbuatan tidak berbuat (nalaten). Berikut bisa dilihat pada tabel
di bawah ini:
Pasal Subjek PerbuatanAncaman Sanksi
Penjara Denda Rp)
51Setiap orang
Dengan sengaja menggunakan informasi secara melawan hokum.
1 tahun 5 juta
52Badan Publik
Dengan sengaja tidak menyediakan, tidak memberikan, dan/atau tidak menerbitkan informasi publik yang wajib diumumkan secara serta- merta, informasi publik yang wajib tersedia setiap saat, dan/atau informasi publik yang harus diberikan atas permintaan sesuai UU KIP.
1 tahun 5 juta
53Setiap orang
Dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusak, dan/atau menghilangkan dokumen informasi publik dalam bentuk media apapun yang dilindungi negara dan/atau yang berkaitan dengan kepentingan umum.
2 tahun 10 juta
54 (1)Setiap orang
Dengan sengaja dan tanpa hak mengakses dan/atau memperoleh dan/atau memberikan informasi yang dikecualikan sebagaimana diatur dalam pasal 17 huruf a, b, d, f, g, h, i, dan j.
2 tahun 10 juta
54 (2)Setiap orang
Dengan sengaja dan tanpa hak mengakses dan/atau memperoleh dan/atau memberikan informasi yang dikecualikan dalam pasal 17 huruf c dan huruf e.
3 tahun 20 juta
55Setiap orang
Dengan sengaja membuat informasi publik yang tidak benar atau menyesatkan dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain.
1 tahun 5 juta
Ada dua jenis sanksi pidana yang diatur dalam UU KIP, yaitu sanksi penjara dengan
menghilangkan kemerdekaan dan sanksi denda berupa kewajiban membayar sejumlah
uang. Sanksi penjara dan denda adalah pidana pokok yang diatur dalam pasal 10 KUHP,
selain pidana mati dan pidana kurungan. Pidana denda lebih sedikit menimbulkan
172
penderitaan. Pidana denda juga memiliki keistimewaan lain, yaitu bisa dikenakan kepada
orang dan korporasi.4
Terkait pidana denda, Pasal 19 PP No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU 14 tahun
2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik menegaskan lebih lanjut:
(1) Pembayaran pidana denda bagi Badan Publik dibebankan kepada keuangan
Badan Publik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini
penting diingat UU Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Negara, dan UU
Pertanggungjawaban Keuangan Negara.
(2) Pidana denda daat menjadi tanggung jawab personal pimpinan Badan Publik
jika dapat dibuktikan tindakan yang dilakukan di luar tugas pokok dan fungsinya
dengan cara melampaui wewenang yang ditentukan peraturan perundang-
undangan.
Pidana penjara tidak mungkin dijatuhkan kepada korporasi, kecuali kepada orang
sebagai pengurusnya. Itu sebabnya, ketentuan pidana penjara bagi Badan Publik dalam
Pasal 52 UU KIP dikritik banyak orang. Namun begiti, penjelasan pasal ini dalam UU
ini memberikan sedikit penjelasan terhadap kritik itu. Berdasarkan penjelasan UU-nya,
subjek yang dapat dikenakan sanksi pidana terhadap tindak pidana yang dilakukan
korporasi dijatuhkan kepada:
a. Badan hukum, perseroan, perkumpulan, atau yayasan.
b. Mereka yang memberi perintah melakukan tindak pidana atau yang bertindak
sebagai pimpinan dalam melakukan tindak pidana; atau
c. Kedua-duanya.
Penting juga diingat bahwa ancaman sanksi dalam UU KIP adalah sanksi maksimal
(paling lama/paling banyak). Ini berarti hakim bisa saja menjatuhkan sanksi yang lebih
rendah daripada hukuman itu. Namun dalam hal ini bukan berarti tidak ada sanksi yang
lebih berat. Kemungkinan sanksi berat ada, jika aparat penegak hukum lebih memilih
menggunakan UU lain, misalnya UU Telekomunikasi atau UU Informasi dan Transaksi
Elektronik) daripada UU KIP. Pasal 56 UU KIP menegaskan: Setiap pelanggaran yang
dikenai sanksi pidana dalam UU KIP dan juga diancam dengan sanksi pidana dalam UU
lain yang bersifat khusus, yang berlaku adalah sanksi pidana dari UU yang lebih khusus
tersebut.
Badan Publik juga dihadapkan pada kemungkinan hukuman ganti rugi jika ada pemohon
informasi yang dirugikan. Delik materiil dalam pasal 55 UU KIP membuka ruang bagi
masyarakat yang dirugikan untuk menuntut ganti rugi.
4Suhariyono AR. Pembaruan Pidana Denda di Indonesia: Pidana Denda Sebagai Sanksi Alternatif. Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2012, hal. 18.
173
Boks 12.1
Sekda dan Kabag Humas Pemkot Bekasi Dilaporkan ke Polisi
Perang melawan ketertutupan informasi publik di Kota Bekasi terus berlanjut. SekaranggiliranSekretarisDaerahKotaBekasiRayendraSukarmadjidanKepala BagianHumasPemkotBekasiMariaUlfahyangdilaporkankePolrestaBekasiKotakarenadidugamelanggarpasal52UUNomor14Tahun2008tentangKeterbukaanInformasiPublik.
“SekdadanKabagHumaskamilaporkankePolisikarenatelahbertindaksecarasengajatidakmemberikaninformasipublik,meskipuntelahkalahdalamsidangsengketainformasipublikyangdigelarolehKomisiInformasiProvinsiJawaBaratpadabulanApril2012yanglalu,”kataMuhammadHSKetuaSahabatMuslimIndonesia,Minggu,(22/6).
MenurutMuhammad,sesuaiketentuanpasal52UUKIP,BadanPublikyangtidakmemberikaninformasipublikkepadapemohondapatdijeratpidanakurungansatutahun.Danyangharusbertanggung jawabadalahPejabatPengelola InformasidanDokumentasi (PPID)danatasanPPID(atasanlangsungnya).
“DalamhaliniPPIDdanatasanPPIDSetdaPemkotBekasiadalahKabagHumasdanSekda,”ujarpriayangakrabdipanggilMHSitu.
MenurutMuhammad,pihaknyamemperkarakandata-datakegiatanpengadaanbarang/jasadilingkunganSekretariatDaerahKotaBekasilengkapbesertadokumenpencairananggarannya.PutusanMajelisKomisionerKIPJabarmemutuskanagarSekdadanKabagHumasmemberikandata-dataitu. Namun,perintahputusantersebuttidakdilaksanakanseluruhnyadanhanyadilaksanakansebagian.
“Sehingga,kamiharusmenggunakanupayahukumlainnyayaitumelaporkankepolisidanjugaakanmengajukanpermohonansitaeksekusikepadaPengadilanNegeriBekasi,agardata-datayangbelumdiberikandapatdilakukanpenyitaansecarapaksaolehjurusitaPengadilanNegeriBekasi,”tuturnya.
DikatakanMuhammad,jikapejabatsetingkatSekdajugaharusberurusandenganpolisigara-garatidakmemberikaninformasipublik,inimenunjukkantatakelolapemerintahandiPemkotBekasimemang buruk dan pasti di dalamnya banyak terjadi penyelewengan anggaran danpraktikkorupsi.
“Oleh karena itu, perang melawan ketertutupan informasi publik ini tidak akan berhentisampaiPemkotBekasidapatmenyediakansistempenyelenggaraanpelayananinformasipublikyangbaiksesuaistandarpelayananyangmengacukepadaPeraturanKomisiInformasiNomor1Tahun2010tentangStandarLayananInformasiPublik,”pungkasMuhammad.
Sumber: www. bekasiraya. com. Dipublikasikan pada 24 Juni 2012 pukul 17. 44 WIB. (Disunting kembali untuk penerbitan modul ini)
174
Bahan Bacaan 12.1
Masalah Pembayaran Ganti Rugi
Mekanisme pembayaran ganti rugi sebagai sanksi atas pelanggaran keterbukaan
informasi publik dalam UU KIP masih belum detailkarena tidak jelas aturannya. Para
pihak yang yang mengalami kerugian akibat pembuatan informasi yang tidak benar dan
menyesatkan dapat menempuh langkah hukum, sesuai pasal 55 UU KIP.
Undang-Undang KIP dalam hal ini tidak mengatur secara detail bagaimana tuntutan
ganti rugi itu diajukan dan bagaimana mekanisme pembayaran ganti rugi. Lebih detail
kedua hal tadi diatur dalam kebijakan turunan UU KIP, yakni PP No. 61 Tahun 2010
tentang tentang Pelaksanaan UU 14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Pasal 16 PP No. 61 Tahun 2010 menjelaskan mengenai mekanisme pembayaran ganti
rugi dan jumlah maksimal yang harus dibayar. Selengkapnya sebagai berikut:
(1) Ganti rugi atas perbuatan Badan Publik negara yang mengakibatkan adanya
kerugian materiil yang diderita penggugat dilaksanakan berdasarkan tata cara
ganti rugi pada peradilan TUN dengan jumlah maksimal 5 juta rupiah.
(2) Ganti rugi ditetapkan melalui putusan PTUN jika terbukti terjadi kerugian materiil
akibat adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Badan Publik
negara.
(3) Jumlah ganti rugi tetap dan tidak berubah sekalipun ada tenggang waktu antara
tanggal ditetapkan putusan dengan waktu pembayaran ganti rugi.
Sampai saat ini ketentuan mengenai pembayaran ganti rugi di lingkungan PTUN yang
berlaku adalah PP No. 43 Tahun 1991 tentang Ganti Rugi dan Tata Cara Pelaksanaannya
pada Peradilan Tata Usaha Negara. Jika pada PP no 43 tahun 1991 dalam pasal 3
dijelaskan besarnya ganti rugi yang dapat diperoleh penggugat paling sedikit Rp.
250.000 dan paling banyak Rp. 5.000.000; sedangkan pasal 2 dijelaskan jika Badan Tata
Usaha Negara dibebankan ke APBN.
Dalam rumusan pasal 16 PP No. 61 Tahun 2010, yang diatur adalah hanya Badan Publik
negara. Bagaimana dengan Badan Publik non-negara seperti LSM?Apakah juga tunduk
pada mekanisme yang diatur pasal 16 - 18 PPNo. 61 Tahun 2010. Merujuk pada pasal
47 ayat (2) UU KIP berarti sangat dimungkinkan menuntut ganti rugi ke peradilan umum
jika ‘tergugatnya’ Badan Publik non-negara. Apakah mekanismenya bisa menggunakan
pasal 1365 KUH Perdata? Jika demikian maka batasan ganti rugi hingga lima juta rupiah
yang diatur dalam pasal 16 PP No. 61 Tahun 2010 menjadi tidak tepat.
Dalam pasal 17 PP yang sama disebutkan bahwa pembayaran ganti rugi dilakukan sesuai
175
peraturan perundang-undangan. Asumsinya, pembayaran tunduk pada UU No. 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara. Pertanyaannya, apakah Badan Publik non-negara tunduk
pada ketentuan itu jika proses pengajuan ganti rugi itu tidak ada hubungannya dengan
keuangan negara?
Masalah ini juga berkaitan dengan pasal 18 PP 61 Tahun 2010 yang menyebutkan:
“Dalam hal pembayaran ganti rugi tidak dapat dilaksanakan oleh Badan Publik negara
dalam tahun anggaran yang sedang berjalan, pembayaran ganti rugi dimasukkan dan
dilaksanakan dalam tahun anggaran berikutnya”. Aturan ini sejalan dengan pasal 8 PP
No. 43 Tahun 1991.
Pasal 16 ayat (3) PP No. 61 Tahun 2010 tegas menganut prinsip ganti rugi tetap. Jumlah
yang sudah diputuskan hakim tidak mungkin berubah hanya karena ada jeda waktu
antara putusan dengan pembayaran. Masalahnya, dalam gugatan perdata dimungkinkan
menuntut bunga dan uang paksa (dwangsom) kepada tergugat.
Beberapa permasalahan berupa pertanyaan mengenai pembayaran ganti rugi itu patut
didiskusikan oleh peserta pelatihan.
Bahan Bacaan 12a
Aspek-aspek Penting Sanksi Pidana UU KIP
Asas Tiada Hukuman Tanpa Kesalahan
• Dikenalsebagaiasasgeen straf zonder schuld.
• Seseorangbarubisadihukumkalaukesalahanterbukti.
• Berhubungandenganpasal1KUHP.
Delik Aduan
• Polisibarubisabertindakjikasudahadapengaduan.
• Yangberhakmengaduadalahkorban,pengacara,dananggotakeluarga.
• Ingatjangkawaktupengaduan.
Dengan Sengaja
• Kesengajaandalamhukumpidanabiasadisebutopzet.
• Prinsipnya:orangyangsengajamelakukankejahatanlayakdipidana.
176
• Adaniatanpelaku.
• Perbuatandanakibatnyadikehendakidandiketahui.
• Kesengajaandibedakanatas:
1. Kesengajaan yang bersifat tujuan untuk mencapai sesuatu (oogmerk).
Contoh: menembak orang dengan sengaja agar yang ditembak luka atau
meninggal.
2. Kesengajaan yang tidak mengandung suatu tujuan, melainkan disertai
keinsyafan, bahwa suatu akibat pasti akan terjadi (opzet bij zekerheids-
bewustzijn) atau kesengajaan secara keinsyafan kepastian. Contoh: orang
merokok saat mengisi bensin di SPBU.
3. Kesengajaan dalam kualifikasi nomor 2 tetapi dengan disertai keinsyafan
hanya ada kemungkinan (bukan kepastian), bahwa suatu akibat akan terjadi
(opzet bij mogelijkheids-bewustzijn), atau kesengajaan secara keinsyafan
kemungkinan. Contoh: membawa muatan dan penumpang melebihi
kapasitas kapal.
Dengan Sengaja dan Melawan Hukum
• Intisuatudelikadalahsifatmelawanataumelanggarhukum(onrechtmatigheid).
• Dibedakanatas:melawanhukumformildanmelawanhukummateriil.
• FormilberartisudahdiaturdalamUUtertulisatauhukumpositif.Materiilberarti
melawan hukum di luar UU tertulis seperti norma kesusilaan dan kesopanan.
• Dengansengajadanmelawanhukum:sengajamelakukankejahatanbaikyang
melanggar hukum positif maupun norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Dengan Sengaja dan Tanpa Hak
• Contoh: polisi punya hak untuk menahan, pegawai negeri punya hak untuk
menyimpan dokumen tertentu, dan wartawan berhak mendapatkan berita.
• Intinya,tidakadahakbagipelakuuntukmelakukanperbuatanitu.
• Dengansengajadanmelawanhak:pelakusengajamelakukanpadahaliasadar
yang punya hak atas dokumen itu atau melakukan perbuatan itu adalah orang
lain. Misal: menggunakan komputer milik orang lain tanpa izin, dengan tujuan
yang tidak baik.
Nalaten
• Adalahtindakpidanaberupatidakberbuat.
177
• Lihatpasal52UUKIP
• Contohlain:pasal531KUHPyangmenyebutkantidakmenolongorangdalam
bahaya, padahal ia mampu menolong tanpa membahayakan diri sendiri; pasal
224 KUHP: tidak hadir sebagai saksi tanpa alasan yang jelas.
Bahan Bacaan 12.3
Tips dan Trik Menghindari Sanksi Pidana
UU KIP membuat ancaman sanksi kepada Badan Publik, khususnya PPID, jika tidak
memberikan informasi publik kepada pemohon sesuai mekanisme yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Praktiknya, sudah ada beberapa PPID yang dilaporkan
ke polisi.
PPID perlu mempersiapkan diri agar terhindar dari kemungkinan sanksi pidana seperti
berikut ini:
• Buatlahkategori/klasifikasiinformasi,sehinggajelasmanainformasipublikyang
bersifat terbuka dan mana yang dikecualikan.
• Meresponsdenganbaikdansegerasetiappermohonaninformasipubliksesuai
batas waktu. Pemohon yang tidak mendapat respons yang baik dari Badan Publik
cenderung berusaha menempuh upaya hukum.
• Jikamemungkinkan,lakukandialogdenganpemohon,gunamenghindarisalah
paham. Siapa tahu pemohon bisa memahami kesulitan-kesulitan Badan Publik
memenuhi permintaan informasi.
• Patuhilahsetiapputusandalamsemuaprosespenyelesaiansengketa,mulaidari
putusan mediasi hingga putusan kasasi.
• Jikatidakpuasatasputusansengketa,gunakanhak-haksesuaimekanismedan
jangka waktu yang ditentukan.
• Kembangkan sistem pengelolaan dan pelayanan informasi yang baik agar
peluang sengketa semakin minim.
181
Sesi - 13
PENUTUP
Pengantar
Pelatihan ini merupakan upaya untuk lebih memperluas dan memperdalam
pemahaman serta mengimplementasikan UU Keterbukaan Informasi Publik
beserta kebijakan turunannya berupa PP dan Perki. Pelatihan yang terarah
dan tepat sasaran menjadi tujuan utama seluruh sesi. Hal ini jelas-jelas akan
sangat menentukan arah pelaksanaan keterbukaan informasi di semua
daerah dan Badan Publik.
Dalam sesi penutup ini, mari menundukkan kepala bersama untukmelihat
sejauh mana capaian yang telah diperoleh, kesan-kesan, dan harapan
peserta setelah kembali ke instansi tempatnya bekerja. Demikian pula,
sejauh mana harapan panitia dan fasilitator kepada seluruh peserta tercapai.
Jangan sampai semangat peserta berhenti begitu penutupan berakhir.
182
Tujuan • Memberikan pesan kepada peserta tentang pekerjaan rumahyang harus dikerjakan masing-masing di instansi asal dalam rangka mengembangkan akses informasi publik dan pentingnya kebersamaan dalam mengembangkan akses itu.
Waktu 60 menit
Catatan untuk Fasilitator
• Di sesi ini, fasilitator mengingatkan kembali peserta untukmenuliskan kesan-kesan mereka tentang sahabat rahasia.
• Fasilitator diharapkan memandu sesi penutup ini semenarikmungkin dan santai.
• Fasilitatormengingatkanpesertatentangpentingnyamembawapengetahuan yang mereka peroleh ke instansi asalnya untuk dikembangkan. Fasilitator diharapkan membangun suasana segar dengan pesan-pesan yang menyemangati dan memotivasi peserta.
183
Tahapan Proses
Pembukaan (5 menit)
• Fasilitator meminta seluruh peserta berkumpul dan membentuk lingkaran.
Kemudian fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan penting sesi ini.
Curah pendapat (50 menit)
• Setiappesertadimintamencurahkankesandanharapanmerekaataspelatihan
dan sekaligus ‘membocorkan’ sahabat rahasia mereka.
• Setiappesertadimintamembacakansurat,puisi,ataugambaryangmerekabuat
untuk sahabat rahasia. Setelah selesai, langsung menyerahkan kenang-kenangan
itu kepada sahabat rahasianya.
• Begitu seterusnya sampai semua peserta mendapatkan kesempatan curah
pendapat.
Penutupan (5 menit)
• Fasilitatormenutup sesi ini denganmenyanyikan lagu lokal atau lagu tematis
bersama peserta dan seluruh panitia.
Pusat Telaah dan Informasi RegionalCentre for Regional Information and Studies
PATTIRO adalah sebuah Organisasi Non-Pemerintah yang didirikan 17 April 1999 di JakartaPATTIRO bergerak dalam bidang penelitian, advokasi Kebijakan Publik, dan penguatan
masyarakat sipil (civil society). Visi PATTIRO adalah terwujudnya tata pemerintahan lokal yangbaik, transparan, dan adil bagi kesejahteraan sosial masyarakat.
Jl. Intan No. 81 Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430Telp. : 62-21-7591 5498, Fax. : 62-21-7512 503, Email : info@pattiro.org