Post on 31-Jan-2023
1
I. Introduction
Kisah menara Babel merupakan salah satu kisah yang cukup sering diceritakan
kepada anak-anak dan bahkan menjadi kisah yang menarik bagi para arkeolog untuk meneliti
secara lebih lanjut. Kisah menara Babel terletak di awal kitab Kejadian. Kitab Kejadian
sendiri merupakan bagian dari kitab Taurat yang diyakini ditulis oleh Musa, atau minimal
disusun pada awalnya oleh Musa baru setelah itu mungkin ada peredaksian ulang, namun
secara umum kitab Taurat termasuk Kejadian ditulis oleh Musa.1 Meskipun demikian,
Longman menekankan bahwa adapun taurat tidak seluruhnya ditulis oleh Musa namun untuk
kitab Kejadian Longman meyakini peran sentral kepenulisan Musa.2 Dengan memahami hal
ini, Musa sebagai seorang penulis jelas memiliki tujuan yang jelas dalam kepenulisan kitab
Kejadian. Jika dilihat dari susunan kisah pemanggilan Musa dalam kitab Keluaran 3,
menunjukkan indikasi bahwa kemungkinan kitab Kejadian ditulis setelah Musa dan bangsa
Israel keluar dari tanah Mesir.
Dalam kitab Kejadian terdapat struktur penyusunan besar yang muncul dan bisa
ditemukan dalam bahasa ibrani yaitu model penyusunan toledot. Kata ‘elleh toledot muncul
11 kali dalam kitab Kejadian(2:4; 5:1; 6:9; 10:1; 11:10; 11:27; 25:12; 25:19; 36:1 (36:9);
37:2) yang diterjemahkan sebagai “inilah riwayat” atau “inilah keturunan”.3 Dan kisah
mengenai menara Babel merupakan bagian dari struktur ‘elleh toledot yang keempat (10:1-
11:9). Jika dilihat dari pembagian ini, maka bisa distrukturkan bahwa Musa menulis kisah
menara Babel dalam bagian terakhir sebelum masuk ke dalam silsilah Abraham, dan
merupakan bagian akhir dari silsilah Adam dan dunia secara umum yang telah jatuh dalam
dosa.
1. Kejadian 1:1-4:26 Riwayat Bumi hingga Adam
2. Kejadian 5:1-6:8 Riwayat Adam hingga Nuh
3. Kejadian 6:9-10:32 Riwayat Nuh hingga bangsa-bangsa
4. Kejadian 11:1-11:9 Menara Babel
1 W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah(Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008), 103-107. 2 Tramper Longman III, Panorama Kejadian: Awal Mula Sejarah(Jakarta: Yayasan Pancar Pijar Alkitab,
2010), 66. 3 Longman III, Panorama Kejadian: Awal Mula Sejarah, 75.
2
Melihat pembagian di atas, maka dapat dilihat bahwa kisah menara Babel merupakan puncak
akhir dari pemberontakan manusia yang telah diawali oleh Adam di taman Eden setelah
penciptaan. Dalam hal ini, bisa dikatakan bahwa kisah menara Babel adalah simbol
pemberontakan total dunia ciptaan kepada Allah sang pencipta. Lalu bagaimana kisah ini
disusun? Apa makna utama dari kisah ini? Dan bagaimana Allah diperlihatkan dalam kisah
menara Babel ini? Bagian ini akan coba dikupas secara eksegesis oleh penulis dibagian
selanjutnya.
II. Teks
A. Teks Ibrani
ויהי בנסעם מקדם וימצאו בקעה בארץ שנער 2ויהי כל־הארץ שפה אחת ודברים אחדים
שבו שם וי
נה 3 פה ותהי להם הלב נים ונשרפה לשר הו הבה נלבנה לב ע אמרו איש אל־ר לאבן וי
מר היה להם לחמר והח
י כל־ 4 ם פן־נפוץ על־פנ אשו בשמים ונעשה־לנו ש אמרו הבה נבנה־לנו עיר ומגדל ור וי
הארץ
י האדם 5 רד יהוה לראת את־העיר ואת־המגדל אשר בנו בנ וי
הם כל 6 ר מ א־יבצ ן עם אחד ושפה אחת לכלם וזה החלם לעשות ועתה ל אמר יהוה ה וי
אשר יזמו לעשות
הו 7 ע א ישמעו איש שפת ר רדה ונבלה שם שפתם אשר ל הבה נ
י כל־הארץ ויחדלו לבנת העירויפץ יהוה אתם מש 8 ם על־פנ
י 9 ן קרא שמה בבל כי־שם בלל יהוה שפת כל־הארץ ומשם הפיצם יהוה על־פנ על־כ
כל־הארץ פ
B. Terjemahan
Kej 11:1 Dan terjadilah seluruh bumi itu satu logat dan satu bahasa.
Kej 11:2 Kemudian terjadilah berangkatlah mereka dari timur dan mereka menemukan tanah
datar disekitar tanah Sinear dan mereka tinggal disana
3
Kej 11:3 Kemudian mereka berkata masing-masing kepada rekan mereka “marilah kita
membuat batu bata dan kita bakar secara menyeluruh.” Dan terjadilah bagi mereka batu bata
itu menjadi batu dan aspal itu menjadi bagi mereka semen itu.
Kej 11:4 Dan mereka berkata “marilah kita bangun bagi kita kota dan sebuah menara yang
kepalanya di langit itu dan buatlah bagi kita nama agar tidak berserak masing-masing kita ke
seluruh permukaan bumi.”
Kej 11:5 Dan turunlah TUHAN untuk melihat kota itu dan dengan menara itu yang dibangun
anak-anak manusia itu.
Kej 11:6 Dan Ia, TUHAN berfirman “Lihatlah satu bangsa itu juga satu bahasa untuk semua
mereka dan ini mencemarkan mereka mengenai kegiatan menekan (merujuk kepada kepala
menara yang menekan langit) tapi sekarang dia tidak menjadi tersembunyi dari mereka
semua mengingat apa yang mereka kerjakan.
Kej 11:7 Marilah kita turun dan kita buat bagi kita mencampur bahasa(logat) mereka supaya
masing-masing mereka tidak mendengar bahasa(logat) temannya.”
Kej 11:8 Dan TUHAN menyerakan mereka dari sana ke seluruh permukaan bumi itu dan
mereka berhenti membangun kota itu.
Kej 11:9 Itulah sebabnya disebut nama Babel karena di sana TUHAN mencampur
bahasa(logat) seluruh bumi dan dari sana TUHAN menyerakan mereka ke seluruh permukaan
bumi itu.
C. Perbandingan Terjemahan
Terjemahan
Penulis
KJV NASB ESV NRSV NAS
Kej 11:1 Dan
terjadilah
seluruh bumi
itu satu logat
dan satu
bahasa.
And the whole
earth was of one
language, and
of one speech.
(Gen 11:1 KJV)
Now the whole
world had one
language and a
common speech.
(Gen 11:1 NIV)
Now the whole
earth had one
language and
the same words.
(Gen 11:1 ESV)
Now the whole
earth had one
language and
the same words.
(Gen 11:1 NRS)
Now the whole
earth used the
same language
and the same
words.
(Gen 11:1 NAS)
Kej 11:2
Kemudian
And it came to
pass, as they
As men moved
eastward, they
And as people
migrated from
And as they
migrated from
And it came
about as they
4
terjadilah
berangkatlah
mereka dari
timur dan
mereka
menemukan
tanah datar
disekitar tanah
Sinear dan
mereka tinggal
disana
journeyed from
the east, that
they found a
plain in the land
of Shinar; and
they dwelt there.
(Gen 11:2 KJV)
found a plain in
Shinar and settled
there.
(Gen 11:2 NIV)
the east, they
found a plain in
the land of
Shinar and
settled there.
(Gen 11:2 ESV)
the east, they
came upon a
plain in the land
of Shinar and
settled there.
(Gen 11:2 NRS)
journeyed east,
that they found a
plain in the land
of Shinar and
settled there.
(Gen 11:2 NAS)
Kej 11:3
Kemudian
mereka berkata
masing-masing
kepada rekan
mereka
“marilah kita
membuat batu
bata dan kita
bakar secara
menyeluruh.”
Dan terjadilah
bagi mereka
batu bata itu
menjadi batu
dan aspal itu
menjadi bagi
mereka semen
itu.
And they said
one to another,
Go to, let us
make brick, and
burn them
throughly. And
they had brick
for stone, and
slime had they
for morter.
(Gen 11:3 KJV)
They said to each
other, "Come, let's
make bricks and
bake them
thoroughly." They
used brick instead
of stone, and tar
for mortar.
(Gen 11:3 NIV)
And they said to
one another,
"Come, let us
make bricks, and
burn them
thoroughly." And
they had brick
for stone, and
bitumen for
mortar.
(Gen 11:3 ESV)
And they said to
one another,
"Come, let us
make bricks, and
burn them
thoroughly." And
they had brick for
stone, and
bitumen for
mortar.
(Gen 11:3 NRS)
And they said to
one another,
"Come, let us
make bricks and
burn them
thoroughly." And
they used brick
for stone, and
they used tar for
mortar.
(Gen 11:3 NAS)
Kej 11:4 Dan
mereka berkata
“marilah kita
bangun bagi
kita kota dan
sebuah menara
yang
kepalanya di
And they said,
Go to, let us
build us a city
and a tower,
whose top may
reach unto
heaven; and let
us make us a
Then they said,
"Come, let us
build ourselves a
city, with a tower
that reaches to
the heavens, so
that we may make
a name for
Then they said,
"Come, let us
build ourselves a
city and a tower
with its top in
the heavens, and
let us make a
name for
Then they said,
"Come, let us
build ourselves a
city, and a tower
with its top in
the heavens, and
let us make a
name for
And they said,
"Come, let us
build for
ourselves a city,
and a tower
whose top will
reach into
heaven, and let
5
langit itu dan
buatlah bagi
kita nama agar
tidak berserak
masing-masing
kita ke seluruh
permukaan
bumi.”
name, lest we be
scattered abroad
upon the face of
the whole earth.
(Gen 11:4 KJV)
ourselves and not
be scattered over
the face of the
whole earth."
(Gen 11:4 NIV)
ourselves, lest
we be dispersed
over the face of
the whole earth."
(Gen 11:4 ESV)
ourselves;
otherwise we
shall be
scattered abroad
upon the face of
the whole earth."
(Gen 11:4 NRS)
us make for
ourselves a
name; lest we be
scattered abroad
over the face of
the whole earth."
(Gen 11:4 NAS)
Kej 11:5 Dan
turunlah
TUHAN untuk
melihat kota itu
dan dengan
menara itu
yang dibangun
anak-anak
manusia itu.
And the LORD
came down to
see the city and
the tower, which
the children of
men builded.
(Gen 11:5 KJV)
But the LORD
came down to see
the city and the
tower that the
men were
building.
(Gen 11:5 NIV)
And the LORD
came down to
see the city and
the tower, which
the children of
man had built.
(Gen 11:5 ESV)
The LORD came
down to see the
city and the
tower, which
mortals had
built.
(Gen 11:5 NRS)
And the LORD
came down to
see the city and
the tower which
the sons of men
had built.
(Gen 11:5 NAS)
Kej 11:6 Dan
Ia, TUHAN
berfirman
“Lihatlah satu
bangsa itu juga
satu bahasa
untuk semua
mereka dan ini
mencemarkan
mereka
mengenai
kegiatan
menekan tapi
sekarang dia
tidak menjadi
tersembunyi
dari mereka
semua
mengingat apa
yang mereka
kerjakan.
And the LORD
said, Behold, the
people is one,
and they have all
one language;
and this they
begin to do: and
now nothing will
be restrained
from them,
which they have
imagined to do.
(Gen 11:6 KJV)
The LORD said,
"If as one people
speaking the same
language they
have begun to do
this, then nothing
they plan to do
will be impossible
for them.
(Gen 11:6 NIV)
And the LORD
said, "Behold,
they are one
people, and they
have all one
language, and
this is only the
beginning of
what they will
do. And nothing
that they propose
to do will now be
impossible for
them.
(Gen 11:6 ESV)
And the LORD
said, "Look, they
are one people,
and they have all
one language;
and this is only
the beginning of
what they will
do; nothing that
they propose to
do will now be
impossible for
them.
(Gen 11:6 NRS)
And the LORD
said, "Behold,
they are one
people, and they
all have the same
language. And
this is what they
began to do, and
now nothing
which they
purpose to do
will be
impossible for
them.
(Gen 11:6 NAS)
6
Kej 11:7
Marilah kita
turun dan kita
buat bagi kita
mencampur
bahasa(logat)
mereka supaya
masing-masing
mereka tidak
mendengar
bahasa(logat)
temannya.”
Go to, let us go
down, and there
confound their
language, that
they may not
understand one
another's speech.
(Gen 11:7 KJV)
Come, let us go
down and confuse
their language so
they will not
understand each
other."
(Gen 11:7 NIV)
Come, let us go
down and there
confuse their
language, so that
they may not
understand one
another's
speech."
(Gen 11:7 ESV)
Come, let us go
down, and
confuse their
language there,
so that they will
not understand
one another's
speech."
(Gen 11:7 NRS)
"Come, let Us go
down and there
confuse their
language, that
they may not
understand one
another's
speech."
(Gen 11:7 NAS)
Kej 11:8 Dan
TUHAN
menyerakan
mereka dari
sana ke seluruh
permukaan
bumi itu dan
mereka
berhenti
membangun
kota itu.
So the LORD
scattered them
abroad from
thence upon the
face of all the
earth: and they
left off to build
the city.
(Gen 11:8 KJV)
So the LORD
scattered them
from there over all
the earth, and they
stopped building
the city
(Gen 11:8 NIV)
So the LORD
dispersed them
from there over
the face of all the
earth, and they
left off building
the city
(Gen 11:8 ESV)
So the LORD
scattered them
abroad from there
over the face of
all the earth, and
they left off
building the city.
(Gen 11:8 NRS)
So the LORD
scattered them
abroad from
there over the
face of the whole
earth; and they
stopped building
the city.
(Gen 11:8 NAS)
Kej 11:9 Itulah
sebabnya
disebut nama
Babel karena di
sana TUHAN
mencampur
bahasa(logat)
seluruh bumi
dan dari sana
TUHAN
menyerakan
mereka ke
seluruh
permukaan
Therefore is the
name of it called
Babel; because
the LORD did
there confound
the language of
all the earth:
and from
thence did the
LORD scatter
them abroad
upon the face of
all the earth.
(Gen 11:9 KJV)
That is why it was
called Babel--
because there the
LORD confused
the language of
the whole world.
From there the
LORD scattered
them over the face
of the whole
earth.
(Gen 11:9 NIV)
Therefore its
name was called
Babel, because
there the LORD
confused the
language of all
the earth. And
from there the
LORD
dispersed them
over the face of
all the earth.
(Gen 11:9 ESV)
Therefore it was
called Babel,
because there the
LORD confused
the language of
all the earth;
and from there
the LORD
scattered them
abroad over the
face of all the
earth.
(Gen 11:9 NRS)
Therefore its
name was called
Babel, because
there the LORD
confused the
language of the
whole earth;
and from there
the LORD
scattered them
abroad over the
face of the whole
earth.
(Gen 11:9 NAS)
7
bumi itu.
D. Teks Criticsm
Teks mengenai kisah menara Babel merupakan bagian yang menarik sekaligus mengundang
banyak pertanyaan. Salah satu hal yang dipertanyakan adalah apakah teks ini merupakan
kisah faktual atau hanya mitos yang diambil oleh Musa untuk menjawab mengapa muncul
bahasa yang berbeda-beda? Salah satu pandangan yang muncul menjawab pertanyaan ini
adalah G.L Bauer, dikutip oleh Westermann, menyatakan bahwa kisah menara Babel adalah
“a double myth… one of the building of the tower… the other of the origin of language.”4
Pandangan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh penafsiran terhadap kisah Kejadian 1-3
dan Kejadian tentang 6-8 yang seringkali dianggap merupakan mitos yang diciptakan Musa
berdasarkan kisah-kisah seperti Enuma Elish dan epic Gilgamesh. Beberapa tokoh lain
mencoba mencari kaitan teks ini dengan literatur Babilonia kuno. Westerman dalam
komentari kitab Kejadian menyatakan ada beberapa kisah mengenai menara atau mengenai
penyebab perbedaan bahasa, antara lain;5
a. Irish story, “the Tower of Conan”, yang mengisahkan mengenai pembangunan
menara yang dikaitkan dengan banjir besar.
b. Kisah menara dari Afrika yang menunjukkan usaha pemberontakan manusia dengan
membangun menara namun kemudian dihancurkan oleh Allah dan semua orang mati.
c. Kisah bangsa Sumeria yang berjudul “the Babel of Tongues” yang mengisahkan asal
muasal perbedaan bahasa yang terjadi akibat perseteruan Enki dan Enlil, dua dewa
besar bangsa Sumeria.6
Meskipun dalam teks-teks ini memiliki beberapa segi atau aspek cerita yang hampir sama,
namun tidak ada yang mengkaitkan pembangunan menara dan asal muasal perbedaan bahasa.
Hal ini menunjukkan bahwa penulis ingin memberikan pesan tersendiri yang berbeda dengan
kisah-kisah yang ada di Timur Dekat kuno.
4 Claus Westermann, Genesis 1-11: a Commentary (Menneapolis: Augsburg, 1990), 536.
5 Westermann, Genesis 1-11: a Commentary, 537-539. 6 Bandingkan Nahum M. Sarna, JPS Torah Commentary: Genesis (Philadelphia: Jewish Publication
Society, 1989), 81. Yang menyatakan “A fragment of a myth, “Enmerkar and the Lord of Aratta,” relates that the speech of mankind was confounded as a result of strife and jealousy between two gods.”
8
Dari Teks Kejadian 11:1-9 dalam apparatus tidak menunjukkan adanya banyak
permasalahan tekstual. Beberapa permasalahan tekstual yang muncul berkaitan besar dengan
penerjemahan septuaginta.
i. Kej 11:1a dalam septuaginta ada penambahan kata πᾶσιν yang memberi indikasi “for
all”. Dalam terjemahan, penulis tidak memasukan ini sebab frasa “seluruh bumi”
sudah memberikan indikasi untuk keseluruhan dan bukan untuk sebagian.
ii. Kej 11:1b kata muncul juga dalam Yes 28:11, Yes 33:11 diterjemahkan sebagai
“logat”. Dalam dictionary of biblical language, kata diterjemahkan sebagai
“language” yang artinya “a distinct verbal code used by a very large unit, usually a
national or tribal group (Ge 11:1)”.7 Sehingga tidak merujuk langsung pada
permasalahan vocabulary atau kata.
iii. Kej 11:1b kata אחדים lebih merujuk kepada kata “one and the same” daripada “few”.
iv. Kej 11:8 dalam teks pentateukh berbahasa Ibrani-Samaria yang diterjemahkan dalam
Septuaginta menambahkan kata תא pada kata ת yang bisa diartikan sebagai kata
penghubung. Dalam bagian ini nampaknya tidak memberikan signifikansi tertentu
dalam terjemahan.
v. Kej 11:8 dalam teks pentateukh berbahasa Ibrani-Samaria yang diterjemahkan dalam
septuaginta ada penambahan kata גדל .”yang berarti “dan dengan menara ו ־את ם
Lihat Kel 14:2. Penambahan ini hanya merupakan keterangan tambahan yang tidak
terlalu signifikan karena frasa “kota” dalam ayat ini menunjukkan keseluruhan yang
tidak terpisahkan antara kota dan menara. Sehingga dalam terjemahan ini, penulis
mencoba mempertahankan bentuk kota tanpa penjelasan seperti yang disarankan oleh
teks septuaginta ini.
III. Struktur
Dari terjemahan teks diatas maka dapat kita bagi perikop di atas menjadi dua bagian
besar, dimana ayat 1-4 menyatakan mengenai percobaan pemberontakan dari manusia dan
ayat 5-9 lebih mengearah kepada intervensi TUHAN dan hukuman TUHAN. Pembagian ini
di ambil penulis dengan membandingkan struktur chiastik yang dipaparkan oleh beberapa
7 J. Swanson. Dictionary of Biblical Languages with Semantic Domains : Hebrew., s.v.v “ ”.
9
penafsir yang penulis rasa cukup tepat menggambarkan struktur Kejadian 11:1-9, sebagai
berikut;8
A: All the earth had one language - 1
B: there - 2
C: One to another - 3a
D: Come, let us make bricks - 3b
E: Let us make for ourselves - 4a
F: City and tower - 4b
G: The Lord came down - 5a
F’: City and tower - 5b
E’: Man has built - 5c
D’: Come, let us confuse - 7a
C’: One to another, the language - 7b
B’: From there - 8
A’: Confused the language of the whole earth - 9
Dari pembagian struktur ini diusulkan bahwa turning point dari perikop ini ada di ayat 5a,
dimana TUHAN turun dan melihat apa yang dilakukan anak-anak manusia. Sedangkan,
Cotter dan Bruggemann mengusulkan model Symmetrical Parallels,9
A : one language and one [set of] words (א ת ם א ם ) – Kej 11:1
B : Let us… ( + cohortative) – Kej 11:3-4
C : Let us Build ( ) – Kej 11:4
D: Let us make a name(ם Kej 11:4 – (ו ־
E: Lest we be scattered over the face of the earth ( ־
Kej 11:4 – ( ־ ־
A’ : One People and one language (ת Kej 11:6 – ( ם א ו
B’ : Let us … ( + cohortative) – Kej 11:7
C’ : they stopped building (ו ת) – Kej 11:8
D’ : its name Babel ( ) – Kej 11:9
E’ : scattered them over the face of the earth ( ־ ־
Kej 11:9 – ( ם ו
8 Arnold G. Fruchtenbaum, The Book of Genesis (San Antonio: Ariel Ministry, 2008), 226. Bandingkan
David W. Cotter, Berit Olam: Studies in Hebrew Narrative & Poetry of Genesis (Collegeville, Minnesota: The Liturgical, 2003), 70. Bandingkan dengan Bruce K. Waltke, Genesis: a Commentary (Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2001), 176-177.
9 Cotter, Berit Olam: Studies in Hebrew Narrative & Poetry of Genesis, 69. Bandingkan Waltke,
Genesis: a Commentary, 176. Bandingkan Walter Bruggemann, Interpretation: Genesis (Louisville, Kentucky: John Knox, 1982), 98. Dalam bagian ini, baik Cotter maupun Waltke memperlihatkan perbedaan penekanan antara “alternating structure” dan “Chiastics structure”. Meskipun demikian, mereka berdua sependapat bahwa kedua struktur ini hanya model melihat kisah dan menafsir tetapi tidak ada yang lebih benar satu di banding yang lain.
10
Dari pembagian ini, bisa dilihat bagaimana perbandingan antara kehendak manusia (Kej
11:1-4) dan kehendak TUHAN (Kej 11:5-9) yang bersaing untuk mencapai tujuannya
masing-masing. Dan jelas dalam bagian ini, kehendak TUHAN menjadi pemenang dan
menggagalkan kehendak manusia. Dalam bagian ini, fokusnya pada perbandingan alur
narative dan struktur penyusunan yang coba memperlihatkan pertentangan dua kehendak ini.
Menurut Bruggeman “The structure of the narrative shows that the resolve of humankind is in
conflict with the resolve of God.”10
Dari dua bentuk yang diusulkan, penulis secara pribadi
melihat tidak ada pertentangan makna, baik dalam bentuk chiastik yang mencoba
menunjukkan pembalikan rencana manusia lewat intervensi TUHAN (Kej 11:5a), maupun
dalam bentuk simetris yang menunjukkan rencana TUHAN melebihi rencana manusia (Kej
11:9). Akan tetapi dalam makalah ini penulis memilih untuk menggunakan bentuk simetris,
dengan alasan bahwa perikop 11:1-9 merupakan gambaran kecil dari kinerja TUHAN
melawan pemberontakan manusia yang sudah di mulai di Kejadian 3. Sebab jika merujuk
kepada perikop sebelumnya maka Kejadian 3-10 merujuk kepada pemberontakan manusia
yang puncaknya ada di Kejadian 11:1-4. Dan dengan melihat Kejadian 12 yang merupakan
bagian dari persiapan pada usaha TUHAN menjalin perjanjian dengan Abram, maka bisa
dikatakan bahwa Kejadian 11:5-9 menjadi turning point bagaimana rencana TUHAN selalu
berhasil untuk mengatasi rencana manusia yang berdosa. Sehingga dalam Kejadian 11:1-9 ini
secara garis besar ingin menggambarkan pemberontakan manusia yang mencoba
menggagalkan tujuan TUHAN, namun TUHAN selalu berintervensi secara sempurna untuk
mengembalikan ciptaanNya sehingga tujuan TUHAN selalu tergenapi.
IV. Eksegesis
Dari struktur simetrikal ini, penulis mencoba membagi kisah Kejadian 11:1-9 menjadi dua
bagian besar. Kejadian 11:1-4 mengisahkan mengenai usaha pemberontakan manusia,
sedangkan Kejadian 11:5-9 mengisahkan intervensi TUHAN yang mengembalikan manusia
pada jalur seharusnya sesuai dengan Gran Design Allah dalam Kejadian 1:28.
A. The Rebellion of Man (Kejadian 11:1-4)
(Kej 11:1 WTT) ויהי כל־הארץ שפה אחת ודברים אחדים
10 Bruggemann, Interpretation: Genesis, 98.
11
Kata ויהי dalam bagian ini menggunakan stem imperfect yang memberikan nuansa
sebuah kejadian yang pernah terjadi di masa lampau dan sudah diselesaikan di masa lampau.
Kemudian frasa שפה אחת ודברים אחדים seringkali dilihat berhubungan dengan kisah
sebelumnya, yaitu kisah Nuh dimana TUHAN menghancurkan seluruh umat manusia dengan
banjir besar dan menyisakan Nuh dan anak-anaknya(Kej 6-10). Hal ini membuat beberapa
penafsir seperti Bruce K. Waltke juga melihat bahwa ada masa dimana kemungkinan bahwa
seluruh dunia memiliki satu bahasa dan perbendaharaan kata yang sama.11
Menambahkan hal
ini, Nahum Sarna menunjukkan bahwa dalam mitologi sumeria ditunjukkan adanya indikasi
bahwa pada tahun 2000 SM ada seluruh dunia menggunakan satu bahasa.12
Meski demikian,
ada juga pandangan lain seperti Westermann dan Brodgie yang melihat pada Kejadian 10
yang menunjukkan bahwa sudah ada pemisahan bahasa dan kemungkinan dalam Kejadian 11
hanyalah sebagian daerah saja atau bahkan Kejadian 11 adalah bagian dari kisah mitos untuk
melengkapi dan menjawab mengapa ada perbedaan bahasa.13
Salah satu Westermann adalah
pada penelitian kata ויהי yang diterjemahkan sebagai “once upon a time” yang biasa
digunakan dalam cerita dongeng yang tidak bisa dipastikan kapan terjadinya. Meskipun
demikian, penulis melihat dari kesatuan teks baik antara Kejadian 10 dan 11 menunjukkan
bahwa kejadian 11 merupakan kelanjutan dari keturunan Nuh yang lebih mudah dipahami
jika mereka memiliki satu bahasa yang sama dibandingkan mengembangkan bahasa masing-
masing. Sehingga dalam ayat 1 ini penekanan pada kesamaan bahasa dan logat menjadi pusat
dari bagian ini.
שבו שם (Kej 11:2 WTT) ויהי בנסעם מקדם וימצאו בקעה בארץ שנער וי
Kata עם נס memiliki parsing Preposisi + Qal infinitive construct + suffix org 3 ב
maskulin Jamak. Pronoun suffix ini merujuk kepada kolektif noun dari כל yang berarti
semua(Kej 11:1). Kata עה jika diparsing memiliki term noun feminin singular, hal ini בק
memberi nuansa tujuan kepada kata או צ ,yang menggunakan kata kerja 3 maskulin jamak וימ
11 Waltke, Genesis: a Commentary, 178. 12 Nahum M. Sarna, Undestanding Genesis: The World of the Bible in the Light of History (New York:
Schocken, 1970), 67. 13 Westermann, Genesis 1-11: a Commentary, 543. Bandingkan Thomas L. Brodie, Genesis As Dialogue
(New York: Oxford, 2001), 197.
12
hal menunjuk pada kegiatan mencari yang dilakukan oleh semua manusia di dunia (כל).
Sehingga bisa ditafsirkan bahwa semua orang pada waktu itu memiliki satu tujuan yang sama
yaitu עה Hal ini menekankan sebuah kesatuan yang kuat dari semua manusia. Sedangkan .בק
kata בו שם ארץ שנער merujuk kepada ויש yang menjelaskan penekanan ulang tentang kejadian ב
ini terjadi di bumi, di suatu daerah yang pasti dan dikenal oleh pembaca. Hal ini memberikan
indikasi bahwa penulis meyakini secara faktual bahwa kejadian ini bukanlah cerita dongeng
namun sesuatu yang accessable untuk dicek kebenarannya sehingga kisah ini layak untuk
dipercayai kebenaran dan pesan teologisnya.
מר נה לאבן והח פה ותהי להם הלב נים ונשרפה לשר הו הבה נלבנה לב ע אמרו איש אל־ר וי
(Kej 11:3 WTT) היה להם לחמר
Kata הבה yang diikuti dengan bentuk kata kohortatif memberikan nuansa sebuah
“expresses intention or desire.”14
Yang menunjukkan sebuah keinginan bersama dari manusia
untuk merancangkan sesuatu yang berkaitan dengan bagian selanjutnya di ayat 3b (איש)
maupun ayat 4. Selain itu, dalam bagian selanjutnya dari Kejadian 11:3b penulis sependapat
pengamatan Word Biblical Commentary yang melihat ada chiastik dan permainan kata di
bagian ayat 3b ini, Wenham mengatakan “the whole comment combines a tight chiasm: “for
them brick” // “asphalt for them,” with ingenious word play:
lĕbēnāh/lĕ˒aāben//haḥēmār/lahōmer.”15
Permainan kata dan chiastik ini menekankan
signifikansi dari n.b.l yang merujuk kepada ayat 7 dan 9. Selain permainan kata dan chiastik
yang ditunjukkan, hal menarik dari bagian ini adalah perbedaan antara legenda babylonia dan
kisah menara Babel yang tercatat dalam alkitab. Skinner mencatat bahwa “Kisah menara
Babel adalah legenda pertama yang menceritakan mengenai pembuatan batu bata dan
pembangunan menara menggunakan batu bata tersebut. Sebab dalam naskah babilonia
tentang penciptaan dikatakan bahwa waktu itu “no brick was laid, no brick-mould (nalbantu)
formed” hal ini menunjukkan bahwa legenda tersebut dibentuk di jaman yang lebih familiar
dengan bangunan dari batu.16
Hal ini kemungkinan ditulis secara sengaja oleh Musa bukan
saja untuk menjadikan itu familiar dengan kehidupan bangsa Israel yang pada jaman tersebut
14 H. G. M. Williamson, Annotated Key to Lambdin’s Introduction to Biblical Hebrew (London: T&T
Clark, 1987), 158. 15
Gordon J. Wenham, Word Biblical Commentary: Genesis 1-15. vol 1(Dallas, Texas: Word Books, 2002), 239.
16 J. Skinner, A Critical and Exegetical Commentary on Genesis (New York: Scribner, 1910), 225.
13
baru keluar dari perbudakan di Mesir yang cukup familiar dengan bangunan terbuat dari batu-
bata(Kel 1:14), namun juga menunjukkan keseriusan manusia dalam perencanaan serta
prosesnya. Oleh karena itu, penulis menggambarkan secara mendetail mengenai batu bata
yang dibakar dengan baik(Kej 11:3a) dan pembuatan tergala-gala atau sejenis aspal sebagai
perekat atau semen bagi batu bata tersebut(Kej 11:3b).
י כל־הא ם פן־נפוץ על־פנ אשו בשמים ונעשה־לנו ש אמרו הבה נבנה־לנו עיר ומגדל ור רץוי
(Kej 11:4 WTT)
Dalam bagian ini, kembali muncul bentuk format kata הבה yang diikuti dengan bentuk
kata kohortatif, hal ini mengingatkan kepada ayat 3 yang menggunakan nuansa yang sama.
Pengulangan ini bisa menjadi sebuah bentuk repetition bertingkat, dimana pada bagian ini
menunjukkan sesuatu keinginan dan hasrat yang lebih mendalam. Hal ini dapat dibuktikan
dengan membandingkan ayat 3 dan ayat 4 dimana ayat 3 banyak berbicara tentang proses
pembentukan material, sedang diayat 4 banyak berhubungan dengan pencarian nama dan
keinginan untuk bersatu (Kej 11:4b). Yang menarik dan menjadi konflik utama dari kisah
menara Babel adalah dalam ayat 4b ini. Frasa י כל־הארץ ם פן־נפוץ על־פנ ונעשה־לנו ש
dalam ayat 4b menjadi motif utama dari pembangunan menara Babel. Awalan konjungtif +
Imperfek dari kata ונעשה memiliki nuansa berbeda daripada Kejadian 11:1. Pada bagian ini
awalan konjungtif + Imperfek menunjukkan nuansa harapan akan sesuatu yang terjadi di
waktu yang akan datang, sifatnya futuristik. Sehingga frasa פן־נפוץ cenderung
diterjemahkan dengan kata “supaya” yang menunjukkan adanya harapan akan sesuatu yang
terjadi nantinya dari tindakan yang dikerjakan. Dari sisi lain, Brodie melihat ayat 4b ini
merupakan sebuah gema yang berlawanan dengan perintah TUHAN dalam Kejadian 1:26.
Brodie menyatakan,
“The pretentious decision to build to the skies, “Let us bake bricks... Let us build ourselves...
Let us make ourselves a name” (11:3–4) contains a distorted echo of God's original decision
tomake humankind (“Let us make humankind in our own image,” 1:26).”17
Hal ini mengindikasikan bahwa manusia ingin melawan kehendak TUHAN dengan
menjadikan dirinya yang utama. Hal ini menunjukkan motif yang sama dengan perlawanan
17 Brodie, Genesis As Dialogue, 199.
14
Adam dan Hawa dalam Kejadian 3:5 yang diakibatkan karena keinginan manusia untuk
menjadikan diri mereka sebagai ALLAH bagi diri mereka sendiri. Keinginan manusia untuk
berotoritas dan tidak mau tunduk juga dilihat dari argumentasi Sarna mengenai kaitan antara
nama dan pembuatan menara. Dalam dunia kuno pembuatan menara(ziggurat) atau bangunan
tinggi ini bukan hanya untuk menyenangkan para dewa namun juga menunjukkan kekuasaan
dan keagungan dari raja yang membangun bangunan tersebut, sebab biasanya nama mereka
akan dicatat dalam lempeng batu bata atau meterai silinder.18
Hal ini jelas menunjukkan
keinginan untuk meninggikan diri. Hal ini nampaknya memiliki hubungan dengan janji Allah
pada Abraham dalam Kejadian 12:2-3,
“Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta
membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-
orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan
olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
Dalam keterkaitan dengan bagian ini, nampaknya penulis Kejadian secara sengaja mencatat
Kejadian 11:4 dan Kejadian 12:2 dengan penekanan kepada kata ם Hal ini bertujuan untuk . ש
membandingkan usaha manusia dan anugerah ALLAH. Sehingga bisa disimpulkan bahwa
nama atau kemasyuran bukanlah hasil dari pencapaian usaha manusia, namun anugerah
ALLAH, sehingga tidak ada seorangpun yang boleh meninggikan dirinya. Hal ini ditegaskan
kembali oleh Yesus dalam Matius 23:12 “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Jelas bahwa Alkitab
menunjukkan bahwa kesombongan dalam diri manusia adalah musuh utama Allah dan
senjata ampuh dari dosa. Selain itu, kata ־ menurut Brayford memberikan makna bahwa
“the dispersal would be something done to them, rather than something they want to avoid.”19
Hal ini mengindikasikan kepada Kejadian 1:28 dimana manusia dituntut Allah untuk
menyebar dan memenuhi bumi. Dan secara sengaja penulis menunjukkan bahwa manusia
yang semula di Kejadian 10 sudah menyebar kini secara sengaja menjadi satu untuk
menegakkan nama mereka sendiri dan menyatakan deklarasi pemberontakan kepada perintah
ALLAH dalam Kejadian 1:28.
B. The Intervention of God (Kejadian 11:5-9)
18
Sarna, Undestanding Genesis: The World of the Bible in the Light of History, 75. 19 Susan Brayford, Septuagint Commentary Series: Genesis (Leiden, Netherland: Brill, 2007), 286.
15
Dalam Kejadian 11:5-9, terjadi peralihan fokus. Jika dari ayat 1-4 fokus cerita kepada
umat manusia dan usaha mereka, dalam bagian ini fokus mereka lebih mengarah kepada
TUHAN sebagai fokus utama.
ני האדם את את־העיר ואת־המגדל אשר בנו ב (Kej 11:5 WTT) וירד יהוה לר
Dalam ayat ke 5 ini, penulis dengan menarik langsung menggunakan kata וירד yang
menggunakan bentuk Qal imperfek 3 MS dengan nuansa apocopated, dimana dalam Lambdin
dijelaskan bahwa imperfek apocopated biasa digunakan sebagai tanda metaphorical
meaning.20
Dalam nuansa ini, penulis ingin menekankan bagaimana Allah yang ada di atas
itu memberikan perhatian lebih sehingga Ia mau turun dan memperhatikan tingkah laku dan
buah karya manusia (Kej 11:5). Dalam kata ירד memiliki makna “to descend”21
yang secara
harafiah menunjuk kepada turun, namun disisi lain juga menunjukkan nuansa kerendahan
hati. Hal ini menjadi permainan makna yang menarik bahwa ketika manusia mencoba
membangun sesuatu untuk meninggikan dirinya, Allah justru merendahkan dirinya untuk
manusia. Hal ini mengingatkan mengenai kisah Kenosis dalam Filipi 2:6-8, dimana Paulus
mengingatkan jemaat di Filipi agar tidak menjadi sombong dan merasa diri paling benar,
sebaliknya haruslah mereka mengikuti teladan Kristus yang merendahkan diriNya. Namun
disisi lain, kata turun ini juga menunjukkan sebuah ironi yang dimana Waltke mengutip
komentar dari Sarna yang menyatakan
“This figurative usage implies no limitation on God’s omnipotence, for the divine ‘descent’
presupposes prior knowledge of human affairs from on high, and God’s subsequent counter-
action unqualifiedly exhibits His absolute sovereignty.”22
Hal ini menunjukkan sebuah bentuk tindakan tandingan Allah yang Maha Kuasa terhadap
tindakan manusia yang tak berharga. Dalam hal ini, penulis kitab Kejadian ingin menekankan
bahwa apa yang paling hebat yang bisa dilakukan manusia tetap merupakan sesuatu yang
kecil dibandingkan kemahakuasaan Allah.23
20 Williamson, Annotated Key to Lambdin’s Introduction to Biblical Hebrew, 126. 21 Ernst Jenni dan Claus Westermann, Theological Lexicon of the Old Testament volume 2(Peabody,
Massachusetts : Hendrickson, 1997), 750. 22 Waltke, Genesis: a Commentary, 180. 23 Bandingkan dengan Fruchtenbaum, The Book of Genesis, 223-224. Menyatakan “Here the author
uses anthropomorphic satire, to satirize what puny man is trying to do. No matter how high man towered, God
16
כלם וזה החלם לעשות ועתה ן עם אחד ושפה אחת ל הם כל אשר יזמו לעשותויאמר יהוה ה ר מ לא־יבצ
(Kej 11:6 WTT)
Dalam bagian ini, Bandstra secara teliti menunjukkan bahwa kata ם muncul pertama
kalinya di Alkitab dan dalam kitab Kejadian ada dalam ayat ini, yang memberikan penekanan
kepada satu bangsa.24
Kata ini merujuk kepada seluruh manusia dalam ayat 1. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa tadinya manusia yang tersebar kini sudah berkumpul dan sudah menjadi
satu bangsa yang bertekad bersama untuk melawan Allah. Penekanan pada kata “satu” juga
menjadi sebuah permainan kata yang menarik. Jika dihitung dari kata satu muncul 4 kali
secara literal dengan diwakili kata א sedang di bagian lain menggunakan kata א yang
mewakili seseorang atau satu pribadi. Sehingga bisa dilihat bahwa penekanan pada keinginan
untuk menjadi satu adalah pusat dari berita menara Babel. Dalam hal ini, penulis setuju
dengan penafsiran Brueggemann yang menyatakan bahwa “The unity willed by God is that all
humankind shall be in covenant with him (9:8-11) and with him only, responding to his
purposes, relying on his life-giving power.”25
Sehingga bisa dikatakan bahwa keinginan
menjadi satu bukanlah sebuah kesalahan di dalam dirinya, namun keinginan menjadi satu
harus di dasarkan pada institusi perjanjian yang Allah sudah tetapkan dengan Allah dan untuk
memenuhi tujuan Allah dan bukan untuk kepentingan dan kemuliaan manusia pribadi. Di
bagian selanjutnya, frasa ר menurut Skinner bagian ini memiliki makna לעשות ועתה לא־יבצ
bahwa “The reference is not merely to the completion of the tower, but to other enterprises
which might be undertaken in the future.”26
Hal ini menunjukkan bahwa ada sebuah
kemungkinan pemberontakan-pemberontakan yang terus menerus akan terjadi dan diciptakan
oleh manusia secara sengaja untuk melawan Allah. Sehingga dalam bagian selanjutnya, Allah
secara intensif dan penuh intervensi mengambil tindakan untuk menghentikan usaha manusia
ini agar manusia tidak semakin jatuh dalam pemberontakan dan semakin menjauh dari
rencana Allah yang Allah telah tetapkan bagi manusia ciptaanNya (bandingkan Kej 11:7-9
dan Kej 1:28).
הו ע פת ר עו איש ש מ פתם אשר לא יש לה שם ש דה ונב (Kej 11:7 WTT)הבה נר
still has to come down to see it and to get a better look. This shows that God is interested in the affairs of men, but God is so high and man is so puny that God had to come down to get a better look.”
24 Barry Bandstra, Genesis 1-11: a Handbook on the Hebrew Text (Waco, Texas: Baylor University,
2008), 568. 25
Bruggemann, Interpretation: Genesis, 99. 26 Skinner, A Critical and Exegetical Commentary on Genesis, 227.
17
Dalam ayat ke 7 ini, ada sebuah permainan kata dan pengulangan kata. Diawal ayat
ini muncul kata הבה + cohortative yang merujuk kepada bagian sebelumnya di ayat 3 dan 4,
hal ini menunjukkan bahwa ayat 7 merupakan respon Allah terhadap tindakan manusia di
ayat 3 dan 4. Pada ayat 7 juga muncul kata דה yang mengulang ירד yang berasal dari kata נר
dari ayat 5. Hal ini menunjukkan sebuah penekanan bahwa Allah yang tadi dari atas
kemudian harus turun untuk melihat apa yang manusia lakukan, dan Allah yang sudah turun
ini harus turun sekali lagi. Sehingga bisa disimpulkan bahwa penulis ingin menggambarkan
adanya jarak yang jauh antara tempat manusia, antara menara yang manusia anggap
mencapai langit, namun dalam kenyataannya Allah harus turun dan kembali perlu lebih turun
lagi untuk dapat lebih dekat dengan manusia. Setelah Allah turun, lalu dikatakan Allah
mengacaukan bahasa mereka agar mereka tidak bisa mendengar satu dengan yang lain. Jika
dilihat dari kata עו מ yang memiliki arti mendengar, kata ini unik sebab menggunakan יש
awalan yigtol 3mp Qal imperfect yang merujuk kepada makna mendengar yang bukan hanya
sekedar mendengar namun mendengar dengan sense of meaningfully.27
Hal ini ingin
menunjukkan bahwa Allah bukan hanya sekedar mengacaukan bahasa namun pemahaman
mereka dalam berkomunikasi agar manusia sadar akan keterbatasan mereka untuk memahami
sesama mereka, apalagi untuk memahami atau bahkan ingin menyamai Allah (Kejadian 3:5;
11:4). Selain itu, untuk pertama kalinya dalam bagian ini muncul kata לה dari akar kata ונב
נה yang merupakan pembalikan susunan huruf mati dari kata בלל dalam ayat 3 yang נלב
menunjukkan bahwa jika manusia ingin membangun namanya sendiri, maka Allah dalam
ayat 7 mampu mengacaukan semua yang Allah tidak kehendaki ada. Menurut Longman,
“pembalikan ini secara sengaja dilakukan penulis untuk menunjukkan pembalikan yang
dihasilkan oleh hukuman Allah terhadap rencana para pemberontak tersebut.”28
נת העיר לו לב ד ני כל־הארץ ויח (Kej 11:8 WTT)ויפץ יהוה אתם משם על־פ
Di ayat 8 diawali dengan penekanan pada kata יהוה yang menunjukkan bahwa
TUHAN adalah aktor utama dibalik kehancuran bahasa dan gagalnya rencana pemberontakan
manusia. Sedangkan kata ויפץ merupakan lawan dari harapan manusia di ayat 4, hal ini
menunjukkan bahwa apa yang ada di ayat 4 bukanlah sesuatu bentuk kesatuan yang baik.
Sehingga, akibat dari dikacaukannya bahasa mereka oleh Allah, maka dalam ayat ke 8 ini
penulis secara sengaja menggunakan frasa " mereka berhenti mendirikan kota itu”(Kej 11:8b)
27 Bandstra, Genesis 1-11: a Handbook on the Hebrew Text, 573. 28 Longman III, Panorama Kejadian: Awal Mula Sejarah, 148.
18
hal ini menunjukkan bentuk kegagalan dan frustasi manusia akibat dari intervensi Allah.
Selain itu, penggunaan kata “kota” saja menurut Wenham memiliki makna tertentu, bahwa
“The tower is not mentioned because it is the name of the city that is the focus of the
narrative. To see the cessation of building and the dispersal of the nations as incompatible
motifs is to miss the profound grasp of culture that this story exhibits. Without mutual
communication through a common language it is impossible for men to cooperate either
commercially or socially. Towers cannot be built nor communities live together unless those
concerned can understand each other.”29
Hal ini jelas menunjukkan kegagalan dari perlawanan manusia kepada Allah. Puncak dari
kisah menara Babel ini ada dalam ayat ke 9.
מה ן קרא ש ני כל־הארץ פעל־כ פת כל־הארץ ומשם הפיצם יהוה על־פ בבל כי־שם בלל יהוה ש
(Kej 11:9 WTT)
Dalam ayat 9 ini, penulis bukan hanya menekankan hukuman Allah namun ada tanda
anugerah. Hal ini menolong pembaca untuk memahami Allah yang adil sekaligus kasih. Jika
kita lihat dari bagian 9a dikatakan disana “Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu
disebut Babel”. Disana muncul kata שם yang diapit dengan permainan suara dari kata Babel
dan balal, hal ini mengingatkan kepada keinginan manusia di ayat 4 untuk mencari nama
bagi diri mereka. Di ayat 9 ini dinyatakan bahwa nama atau kemuliaan itu bukanlah hasil
usaha manusia dan untuk kemuliaan manusia, namun merupakan hasil dari anugerah Allah.
Hal ini terlihat dari ayat 9a dikatakan secara tidak langsung bahwa karena Allah
mengacaukan sesuatu disana maka nama tempat itu disebut Babel. Meskipun secara literal
bahwa nama Babel menyatakan hukuman Allah, namun pemberian nama juga menyatakan
anugerah Allah.30
Bahkan, jika dilihat dalam ayat 9b, akibat dari intervensi Allah terhadap
bahasa manusia, akhirnya manusia itu kembali tersebar dan berhasil kembali kepada track
yang benar yang Allah perintahkan dari Kejadian 1:28.
Selain itu, jika diperhatikan dari ayat 2-9 muncul permainan suara antara kata
Shem(nama), Sham(di situ), Shamayim(Langit), dan Misham(dari situ). Hal ini menunjukkan
ada sebuah penekanan dimana diawal manusia menetap di situ(sham) dan berusaha untuk
menegakkan nama (shem) dengan cara memberontak kepada Allah yang di langit
29 Wenham, Word Biblical Commentary: Genesis 1-15. vol 1, 241. 30
Bandingkan Wenham, Word Biblical Commentary: Genesis 1-15. vol 1, 241. Dalam bagian ini Wenham lebih menekankan pemaknaan nama Babel. “The Babylonians understood Babel to mean “the gate of the god.” The Hebrews liked to suppose it to mean “mixed up, confused.”
19
(Shamayim) dengan mendirikan menara, namun akhirnya Allah yang ada di
langit(shamayim) turun ke tempat manusia tinggal (sham) dan mengacaukan bahasa mereka
sehingga manusia gagal mendapatkan nama (Shem) dan akhirnya mereka pergi dari situ
(Misham). Jelas ada sebuah permainan suara yang penulis kitab Kejadian ingin tunjukkan di
mana diawali dengan usaha manusia memberontak dan diakhiri dengan kemenangan Allah
dan tuntunan Allah agar manusia kembali ke dalam rencana Allah yang semula. Dalam hal
ini, penulis secara pribadi lebih melihat bukan hanya kepada ironi dari nama Babel atau
permainan suara dari kata-kata yang digunakan, namun penulis melihat bahwa ayat 9 ini
menegaskan kembali akan kedaulatan Allah dan rencana Allah yang selalu berhasil.
Meskipun manusia mencoba memberontak, namun Allah selalu sanggup mengembalikan
manusia pada jalur yang benar sesuai dengan rencananNya. Dan yang menarik, di dalam
hukuman Allah penulis kitab Kejadian secara sengaja menunjukkan adanya anugerah di
dalam hukuman Allah. Seperti dalam Kejadian 3:14-21 di mana di sana jelas ditunjukkan
hukuman Allah namun Hukuman Allah ini justru menjaga manusia agar manusia tidak
kembali jatuh lebih dalam dan bersahabat dengan si ular(3:15). Bahkan hukuman Allah
kepada manusia justru tidak menghilangkan rencana Allah dan tujuan Allah, bahkan
sebaliknya hukuman itu menolong manusia memenuhi rencana Allah dalam untuk bertambah
banyak, untuk memenuhi bumi (3:16), dan untuk mengelola bumi (3:17). Pola ini juga
muncul dalam Kejadian 11:9 dimana Allah bukan hanya menghukum manusia namun Allah
juga mengembalikan manusia untuk dapat memenuhi bumi dan Allah juga memberikan nama
kepada manusia namun dalam sebuah relasi yang benar dengan Allah, yaitu dalam relasi
perjanjian (Kej 9:9; 12:2).
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kisah menara Babel
merupakan gambaran dari pemberontakan total seluruh manusia terhadap Allah. Meskipun
demikian, pemberontakan manusia tidak akan pernah berhasil melawan kedaulatan Allah.
Selain itu, kisah menara Babel juga memberikan penekanan bahwa setiap pemberontakan
selalu menghasilkan hukuman, namun hukuman Allah juga disertai dengan sebuah anugerah
agar manusia dapat hidup lebih baik dan sesuai dengan rencana Allah yang semula bagi
manusia. Sehingga, penulis menyimpulkan bahwa kisah menara Babel ini merupakan puncak
dari gambaran dunia yang jatuh dalam dosa (Kej 3) yang semakin meluas dan semakin berani
untuk secara terus terang melawan Allah, sekaligus kisah ini juga awal dari tindakan
penyelamatan Allah yang telah dimulai di Kejadian 3 dan semakin nyata nantinya dalam
bentuk perjanjian dengan Abraham dalam Kejadian 12.
20
V. Kerangka Kotbah
Tema : Bahaya dari Kesombongan
Pendahuluan : Kesombongan adalah dosa yang paling sulit di deteksi sekaligus
paling berbahaya.
Point1 : Dosa diawali dari kesombongan diri (Kej 11:1-4)
1. Kejatuhan manusia dalam dosa (Kej 3:5) - merasa diri layak menjadi seperti Allah.
Kejatuhan manusia dalam dosa diawali dari perasaan bahwa melihat diri layak dan
ingin menjadi seperti Tuhan. Ingin mengatur dan bukan diatur, berhasrat untuk
menundukan dan bukan tunduk kepada Allah.
2. Keinginan untuk menjadi yang utama (Kej 11:3-4).
Keingin untuk tidak tunduk kepada Allah juga nampak dalam usaha manusia yang
nampaknya baik dan luar biasa hebat, namun dilatar belakangi oleh keinginan yang
jahat, yaitu menjadikan diri yang utama dan bukan Tuhan. Keinginan menjadi yang
utama (sombong) adalah akar dari dosa manusia.
Point 2 : Belajar menghargai dan menempatkan Allah pada tempat
yang seharusnya.(Kej 11:5-9)
1. Prestasi dan kehebatan manusia tidak pernah bisa sebanding dengan Allah. (11:5-6)
“Allah turun untuk melihat pekerjaan anak-anak manusia” menunjukkan
bagaimanapun hebatnya kemampuan kita namun itu tidak sebanding dengan
kedahsyatan dan kemaha kuasaan Allah. (Kej 11:5-6)
2. Kesombongan dan perlawanan pada Allah selalu mendatangkan hukuman (11:7-9)
Kesombongan dan perlawanan Babel untuk menegakkan namanya (11:3-4) membawa
hukuman dari Allah (11:7).
3. Kunci terbebas dari kesombongan adalah kesadaran akan jati diri manusia yang
sesungguhnya dan pemahaman anugerah Allah yang besar (Kej 11:9)
Kesadaran diri bahwa kita adalah makhluk ciptaan yang terbatas (11:7b), serta
pengalaman akan kasih dan Anugerah Allah lewat intervensi Allah (11:9) dalam
hidup manusia seharusnya menjadi kunci dari kerendahan hati kita, bahwa kita
sesungguhnya tidak mampu apa-apa tanpa adanya anugerah Allah yang terus
menopang, menegur, dan menuntun kehidupan kita.