Menara Babel Kejadian 11

20
1 I. Introduction Kisah menara Babel merupakan salah satu kisah yang cukup sering diceritakan kepada anak-anak dan bahkan menjadi kisah yang menarik bagi para arkeolog untuk meneliti secara lebih lanjut. Kisah menara Babel terletak di awal kitab Kejadian. Kitab Kejadian sendiri merupakan bagian dari kitab Taurat yang diyakini ditulis oleh Musa, atau minimal disusun pada awalnya oleh Musa baru setelah itu mungkin ada peredaksian ulang, namun secara umum kitab Taurat termasuk Kejadian ditulis oleh Musa. 1 Meskipun demikian, Longman menekankan bahwa adapun taurat tidak seluruhnya ditulis oleh Musa namun untuk kitab Kejadian Longman meyakini peran sentral kepenulisan Musa. 2 Dengan memahami hal ini, Musa sebagai seorang penulis jelas memiliki tujuan yang jelas dalam kepenulisan kitab Kejadian. Jika dilihat dari susunan kisah pemanggilan Musa dalam kitab Keluaran 3, menunjukkan indikasi bahwa kemungkinan kitab Kejadian ditulis setelah Musa dan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Dalam kitab Kejadian terdapat struktur penyusunan besar yang muncul dan bisa ditemukan dalam bahasa ibrani yaitu model penyusunan toledot. Kata ‘elleh toledot muncul 11 kali dalam kitab Kejadian(2:4; 5:1; 6:9; 10:1; 11:10; 11:27; 25:12; 25:19; 36:1 (36:9); 37:2) yang diterjemahkan sebagai “inilah riwayat” atau “inilah keturunan”. 3 Dan kisah mengenai menara Babel merupakan bagian dari struktur ‘elleh toledot yang keempat (10:1- 11:9). Jika dilihat dari pembagian ini, maka bisa distrukturkan bahwa Musa menulis kisah menara Babel dalam bagian terakhir sebelum masuk ke dalam silsilah Abraham, dan merupakan bagian akhir dari silsilah Adam dan dunia secara umum yang telah jatuh dalam dosa. 1. Kejadian 1:1-4:26 Riwayat Bumi hingga Adam 2. Kejadian 5:1-6:8 Riwayat Adam hingga Nuh 3. Kejadian 6:9-10:32 Riwayat Nuh hingga bangsa-bangsa 4. Kejadian 11:1-11:9 Menara Babel 1 W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 103-107. 2 Tramper Longman III, Panorama Kejadian: Awal Mula Sejarah(Jakarta: Yayasan Pancar Pijar Alkitab, 2010), 66. 3 Longman III, Panorama Kejadian: Awal Mula Sejarah, 75.

Transcript of Menara Babel Kejadian 11

1

I. Introduction

Kisah menara Babel merupakan salah satu kisah yang cukup sering diceritakan

kepada anak-anak dan bahkan menjadi kisah yang menarik bagi para arkeolog untuk meneliti

secara lebih lanjut. Kisah menara Babel terletak di awal kitab Kejadian. Kitab Kejadian

sendiri merupakan bagian dari kitab Taurat yang diyakini ditulis oleh Musa, atau minimal

disusun pada awalnya oleh Musa baru setelah itu mungkin ada peredaksian ulang, namun

secara umum kitab Taurat termasuk Kejadian ditulis oleh Musa.1 Meskipun demikian,

Longman menekankan bahwa adapun taurat tidak seluruhnya ditulis oleh Musa namun untuk

kitab Kejadian Longman meyakini peran sentral kepenulisan Musa.2 Dengan memahami hal

ini, Musa sebagai seorang penulis jelas memiliki tujuan yang jelas dalam kepenulisan kitab

Kejadian. Jika dilihat dari susunan kisah pemanggilan Musa dalam kitab Keluaran 3,

menunjukkan indikasi bahwa kemungkinan kitab Kejadian ditulis setelah Musa dan bangsa

Israel keluar dari tanah Mesir.

Dalam kitab Kejadian terdapat struktur penyusunan besar yang muncul dan bisa

ditemukan dalam bahasa ibrani yaitu model penyusunan toledot. Kata ‘elleh toledot muncul

11 kali dalam kitab Kejadian(2:4; 5:1; 6:9; 10:1; 11:10; 11:27; 25:12; 25:19; 36:1 (36:9);

37:2) yang diterjemahkan sebagai “inilah riwayat” atau “inilah keturunan”.3 Dan kisah

mengenai menara Babel merupakan bagian dari struktur ‘elleh toledot yang keempat (10:1-

11:9). Jika dilihat dari pembagian ini, maka bisa distrukturkan bahwa Musa menulis kisah

menara Babel dalam bagian terakhir sebelum masuk ke dalam silsilah Abraham, dan

merupakan bagian akhir dari silsilah Adam dan dunia secara umum yang telah jatuh dalam

dosa.

1. Kejadian 1:1-4:26 Riwayat Bumi hingga Adam

2. Kejadian 5:1-6:8 Riwayat Adam hingga Nuh

3. Kejadian 6:9-10:32 Riwayat Nuh hingga bangsa-bangsa

4. Kejadian 11:1-11:9 Menara Babel

1 W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah(Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2008), 103-107. 2 Tramper Longman III, Panorama Kejadian: Awal Mula Sejarah(Jakarta: Yayasan Pancar Pijar Alkitab,

2010), 66. 3 Longman III, Panorama Kejadian: Awal Mula Sejarah, 75.

2

Melihat pembagian di atas, maka dapat dilihat bahwa kisah menara Babel merupakan puncak

akhir dari pemberontakan manusia yang telah diawali oleh Adam di taman Eden setelah

penciptaan. Dalam hal ini, bisa dikatakan bahwa kisah menara Babel adalah simbol

pemberontakan total dunia ciptaan kepada Allah sang pencipta. Lalu bagaimana kisah ini

disusun? Apa makna utama dari kisah ini? Dan bagaimana Allah diperlihatkan dalam kisah

menara Babel ini? Bagian ini akan coba dikupas secara eksegesis oleh penulis dibagian

selanjutnya.

II. Teks

A. Teks Ibrani

ויהי בנסעם מקדם וימצאו בקעה בארץ שנער 2ויהי כל־הארץ שפה אחת ודברים אחדים

שבו שם וי

נה 3 פה ותהי להם הלב נים ונשרפה לשר הו הבה נלבנה לב ע אמרו איש אל־ר לאבן וי

מר היה להם לחמר והח

י כל־ 4 ם פן־נפוץ על־פנ אשו בשמים ונעשה־לנו ש אמרו הבה נבנה־לנו עיר ומגדל ור וי

הארץ

י האדם 5 רד יהוה לראת את־העיר ואת־המגדל אשר בנו בנ וי

הם כל 6 ר מ א־יבצ ן עם אחד ושפה אחת לכלם וזה החלם לעשות ועתה ל אמר יהוה ה וי

אשר יזמו לעשות

הו 7 ע א ישמעו איש שפת ר רדה ונבלה שם שפתם אשר ל הבה נ

י כל־הארץ ויחדלו לבנת העירויפץ יהוה אתם מש 8 ם על־פנ

י 9 ן קרא שמה בבל כי־שם בלל יהוה שפת כל־הארץ ומשם הפיצם יהוה על־פנ על־כ

כל־הארץ פ

B. Terjemahan

Kej 11:1 Dan terjadilah seluruh bumi itu satu logat dan satu bahasa.

Kej 11:2 Kemudian terjadilah berangkatlah mereka dari timur dan mereka menemukan tanah

datar disekitar tanah Sinear dan mereka tinggal disana

3

Kej 11:3 Kemudian mereka berkata masing-masing kepada rekan mereka “marilah kita

membuat batu bata dan kita bakar secara menyeluruh.” Dan terjadilah bagi mereka batu bata

itu menjadi batu dan aspal itu menjadi bagi mereka semen itu.

Kej 11:4 Dan mereka berkata “marilah kita bangun bagi kita kota dan sebuah menara yang

kepalanya di langit itu dan buatlah bagi kita nama agar tidak berserak masing-masing kita ke

seluruh permukaan bumi.”

Kej 11:5 Dan turunlah TUHAN untuk melihat kota itu dan dengan menara itu yang dibangun

anak-anak manusia itu.

Kej 11:6 Dan Ia, TUHAN berfirman “Lihatlah satu bangsa itu juga satu bahasa untuk semua

mereka dan ini mencemarkan mereka mengenai kegiatan menekan (merujuk kepada kepala

menara yang menekan langit) tapi sekarang dia tidak menjadi tersembunyi dari mereka

semua mengingat apa yang mereka kerjakan.

Kej 11:7 Marilah kita turun dan kita buat bagi kita mencampur bahasa(logat) mereka supaya

masing-masing mereka tidak mendengar bahasa(logat) temannya.”

Kej 11:8 Dan TUHAN menyerakan mereka dari sana ke seluruh permukaan bumi itu dan

mereka berhenti membangun kota itu.

Kej 11:9 Itulah sebabnya disebut nama Babel karena di sana TUHAN mencampur

bahasa(logat) seluruh bumi dan dari sana TUHAN menyerakan mereka ke seluruh permukaan

bumi itu.

C. Perbandingan Terjemahan

Terjemahan

Penulis

KJV NASB ESV NRSV NAS

Kej 11:1 Dan

terjadilah

seluruh bumi

itu satu logat

dan satu

bahasa.

And the whole

earth was of one

language, and

of one speech.

(Gen 11:1 KJV)

Now the whole

world had one

language and a

common speech.

(Gen 11:1 NIV)

Now the whole

earth had one

language and

the same words.

(Gen 11:1 ESV)

Now the whole

earth had one

language and

the same words.

(Gen 11:1 NRS)

Now the whole

earth used the

same language

and the same

words.

(Gen 11:1 NAS)

Kej 11:2

Kemudian

And it came to

pass, as they

As men moved

eastward, they

And as people

migrated from

And as they

migrated from

And it came

about as they

4

terjadilah

berangkatlah

mereka dari

timur dan

mereka

menemukan

tanah datar

disekitar tanah

Sinear dan

mereka tinggal

disana

journeyed from

the east, that

they found a

plain in the land

of Shinar; and

they dwelt there.

(Gen 11:2 KJV)

found a plain in

Shinar and settled

there.

(Gen 11:2 NIV)

the east, they

found a plain in

the land of

Shinar and

settled there.

(Gen 11:2 ESV)

the east, they

came upon a

plain in the land

of Shinar and

settled there.

(Gen 11:2 NRS)

journeyed east,

that they found a

plain in the land

of Shinar and

settled there.

(Gen 11:2 NAS)

Kej 11:3

Kemudian

mereka berkata

masing-masing

kepada rekan

mereka

“marilah kita

membuat batu

bata dan kita

bakar secara

menyeluruh.”

Dan terjadilah

bagi mereka

batu bata itu

menjadi batu

dan aspal itu

menjadi bagi

mereka semen

itu.

And they said

one to another,

Go to, let us

make brick, and

burn them

throughly. And

they had brick

for stone, and

slime had they

for morter.

(Gen 11:3 KJV)

They said to each

other, "Come, let's

make bricks and

bake them

thoroughly." They

used brick instead

of stone, and tar

for mortar.

(Gen 11:3 NIV)

And they said to

one another,

"Come, let us

make bricks, and

burn them

thoroughly." And

they had brick

for stone, and

bitumen for

mortar.

(Gen 11:3 ESV)

And they said to

one another,

"Come, let us

make bricks, and

burn them

thoroughly." And

they had brick for

stone, and

bitumen for

mortar.

(Gen 11:3 NRS)

And they said to

one another,

"Come, let us

make bricks and

burn them

thoroughly." And

they used brick

for stone, and

they used tar for

mortar.

(Gen 11:3 NAS)

Kej 11:4 Dan

mereka berkata

“marilah kita

bangun bagi

kita kota dan

sebuah menara

yang

kepalanya di

And they said,

Go to, let us

build us a city

and a tower,

whose top may

reach unto

heaven; and let

us make us a

Then they said,

"Come, let us

build ourselves a

city, with a tower

that reaches to

the heavens, so

that we may make

a name for

Then they said,

"Come, let us

build ourselves a

city and a tower

with its top in

the heavens, and

let us make a

name for

Then they said,

"Come, let us

build ourselves a

city, and a tower

with its top in

the heavens, and

let us make a

name for

And they said,

"Come, let us

build for

ourselves a city,

and a tower

whose top will

reach into

heaven, and let

5

langit itu dan

buatlah bagi

kita nama agar

tidak berserak

masing-masing

kita ke seluruh

permukaan

bumi.”

name, lest we be

scattered abroad

upon the face of

the whole earth.

(Gen 11:4 KJV)

ourselves and not

be scattered over

the face of the

whole earth."

(Gen 11:4 NIV)

ourselves, lest

we be dispersed

over the face of

the whole earth."

(Gen 11:4 ESV)

ourselves;

otherwise we

shall be

scattered abroad

upon the face of

the whole earth."

(Gen 11:4 NRS)

us make for

ourselves a

name; lest we be

scattered abroad

over the face of

the whole earth."

(Gen 11:4 NAS)

Kej 11:5 Dan

turunlah

TUHAN untuk

melihat kota itu

dan dengan

menara itu

yang dibangun

anak-anak

manusia itu.

And the LORD

came down to

see the city and

the tower, which

the children of

men builded.

(Gen 11:5 KJV)

But the LORD

came down to see

the city and the

tower that the

men were

building.

(Gen 11:5 NIV)

And the LORD

came down to

see the city and

the tower, which

the children of

man had built.

(Gen 11:5 ESV)

The LORD came

down to see the

city and the

tower, which

mortals had

built.

(Gen 11:5 NRS)

And the LORD

came down to

see the city and

the tower which

the sons of men

had built.

(Gen 11:5 NAS)

Kej 11:6 Dan

Ia, TUHAN

berfirman

“Lihatlah satu

bangsa itu juga

satu bahasa

untuk semua

mereka dan ini

mencemarkan

mereka

mengenai

kegiatan

menekan tapi

sekarang dia

tidak menjadi

tersembunyi

dari mereka

semua

mengingat apa

yang mereka

kerjakan.

And the LORD

said, Behold, the

people is one,

and they have all

one language;

and this they

begin to do: and

now nothing will

be restrained

from them,

which they have

imagined to do.

(Gen 11:6 KJV)

The LORD said,

"If as one people

speaking the same

language they

have begun to do

this, then nothing

they plan to do

will be impossible

for them.

(Gen 11:6 NIV)

And the LORD

said, "Behold,

they are one

people, and they

have all one

language, and

this is only the

beginning of

what they will

do. And nothing

that they propose

to do will now be

impossible for

them.

(Gen 11:6 ESV)

And the LORD

said, "Look, they

are one people,

and they have all

one language;

and this is only

the beginning of

what they will

do; nothing that

they propose to

do will now be

impossible for

them.

(Gen 11:6 NRS)

And the LORD

said, "Behold,

they are one

people, and they

all have the same

language. And

this is what they

began to do, and

now nothing

which they

purpose to do

will be

impossible for

them.

(Gen 11:6 NAS)

6

Kej 11:7

Marilah kita

turun dan kita

buat bagi kita

mencampur

bahasa(logat)

mereka supaya

masing-masing

mereka tidak

mendengar

bahasa(logat)

temannya.”

Go to, let us go

down, and there

confound their

language, that

they may not

understand one

another's speech.

(Gen 11:7 KJV)

Come, let us go

down and confuse

their language so

they will not

understand each

other."

(Gen 11:7 NIV)

Come, let us go

down and there

confuse their

language, so that

they may not

understand one

another's

speech."

(Gen 11:7 ESV)

Come, let us go

down, and

confuse their

language there,

so that they will

not understand

one another's

speech."

(Gen 11:7 NRS)

"Come, let Us go

down and there

confuse their

language, that

they may not

understand one

another's

speech."

(Gen 11:7 NAS)

Kej 11:8 Dan

TUHAN

menyerakan

mereka dari

sana ke seluruh

permukaan

bumi itu dan

mereka

berhenti

membangun

kota itu.

So the LORD

scattered them

abroad from

thence upon the

face of all the

earth: and they

left off to build

the city.

(Gen 11:8 KJV)

So the LORD

scattered them

from there over all

the earth, and they

stopped building

the city

(Gen 11:8 NIV)

So the LORD

dispersed them

from there over

the face of all the

earth, and they

left off building

the city

(Gen 11:8 ESV)

So the LORD

scattered them

abroad from there

over the face of

all the earth, and

they left off

building the city.

(Gen 11:8 NRS)

So the LORD

scattered them

abroad from

there over the

face of the whole

earth; and they

stopped building

the city.

(Gen 11:8 NAS)

Kej 11:9 Itulah

sebabnya

disebut nama

Babel karena di

sana TUHAN

mencampur

bahasa(logat)

seluruh bumi

dan dari sana

TUHAN

menyerakan

mereka ke

seluruh

permukaan

Therefore is the

name of it called

Babel; because

the LORD did

there confound

the language of

all the earth:

and from

thence did the

LORD scatter

them abroad

upon the face of

all the earth.

(Gen 11:9 KJV)

That is why it was

called Babel--

because there the

LORD confused

the language of

the whole world.

From there the

LORD scattered

them over the face

of the whole

earth.

(Gen 11:9 NIV)

Therefore its

name was called

Babel, because

there the LORD

confused the

language of all

the earth. And

from there the

LORD

dispersed them

over the face of

all the earth.

(Gen 11:9 ESV)

Therefore it was

called Babel,

because there the

LORD confused

the language of

all the earth;

and from there

the LORD

scattered them

abroad over the

face of all the

earth.

(Gen 11:9 NRS)

Therefore its

name was called

Babel, because

there the LORD

confused the

language of the

whole earth;

and from there

the LORD

scattered them

abroad over the

face of the whole

earth.

(Gen 11:9 NAS)

7

bumi itu.

D. Teks Criticsm

Teks mengenai kisah menara Babel merupakan bagian yang menarik sekaligus mengundang

banyak pertanyaan. Salah satu hal yang dipertanyakan adalah apakah teks ini merupakan

kisah faktual atau hanya mitos yang diambil oleh Musa untuk menjawab mengapa muncul

bahasa yang berbeda-beda? Salah satu pandangan yang muncul menjawab pertanyaan ini

adalah G.L Bauer, dikutip oleh Westermann, menyatakan bahwa kisah menara Babel adalah

“a double myth… one of the building of the tower… the other of the origin of language.”4

Pandangan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh penafsiran terhadap kisah Kejadian 1-3

dan Kejadian tentang 6-8 yang seringkali dianggap merupakan mitos yang diciptakan Musa

berdasarkan kisah-kisah seperti Enuma Elish dan epic Gilgamesh. Beberapa tokoh lain

mencoba mencari kaitan teks ini dengan literatur Babilonia kuno. Westerman dalam

komentari kitab Kejadian menyatakan ada beberapa kisah mengenai menara atau mengenai

penyebab perbedaan bahasa, antara lain;5

a. Irish story, “the Tower of Conan”, yang mengisahkan mengenai pembangunan

menara yang dikaitkan dengan banjir besar.

b. Kisah menara dari Afrika yang menunjukkan usaha pemberontakan manusia dengan

membangun menara namun kemudian dihancurkan oleh Allah dan semua orang mati.

c. Kisah bangsa Sumeria yang berjudul “the Babel of Tongues” yang mengisahkan asal

muasal perbedaan bahasa yang terjadi akibat perseteruan Enki dan Enlil, dua dewa

besar bangsa Sumeria.6

Meskipun dalam teks-teks ini memiliki beberapa segi atau aspek cerita yang hampir sama,

namun tidak ada yang mengkaitkan pembangunan menara dan asal muasal perbedaan bahasa.

Hal ini menunjukkan bahwa penulis ingin memberikan pesan tersendiri yang berbeda dengan

kisah-kisah yang ada di Timur Dekat kuno.

4 Claus Westermann, Genesis 1-11: a Commentary (Menneapolis: Augsburg, 1990), 536.

5 Westermann, Genesis 1-11: a Commentary, 537-539. 6 Bandingkan Nahum M. Sarna, JPS Torah Commentary: Genesis (Philadelphia: Jewish Publication

Society, 1989), 81. Yang menyatakan “A fragment of a myth, “Enmerkar and the Lord of Aratta,” relates that the speech of mankind was confounded as a result of strife and jealousy between two gods.”

8

Dari Teks Kejadian 11:1-9 dalam apparatus tidak menunjukkan adanya banyak

permasalahan tekstual. Beberapa permasalahan tekstual yang muncul berkaitan besar dengan

penerjemahan septuaginta.

i. Kej 11:1a dalam septuaginta ada penambahan kata πᾶσιν yang memberi indikasi “for

all”. Dalam terjemahan, penulis tidak memasukan ini sebab frasa “seluruh bumi”

sudah memberikan indikasi untuk keseluruhan dan bukan untuk sebagian.

ii. Kej 11:1b kata muncul juga dalam Yes 28:11, Yes 33:11 diterjemahkan sebagai

“logat”. Dalam dictionary of biblical language, kata diterjemahkan sebagai

“language” yang artinya “a distinct verbal code used by a very large unit, usually a

national or tribal group (Ge 11:1)”.7 Sehingga tidak merujuk langsung pada

permasalahan vocabulary atau kata.

iii. Kej 11:1b kata אחדים lebih merujuk kepada kata “one and the same” daripada “few”.

iv. Kej 11:8 dalam teks pentateukh berbahasa Ibrani-Samaria yang diterjemahkan dalam

Septuaginta menambahkan kata תא pada kata ת yang bisa diartikan sebagai kata

penghubung. Dalam bagian ini nampaknya tidak memberikan signifikansi tertentu

dalam terjemahan.

v. Kej 11:8 dalam teks pentateukh berbahasa Ibrani-Samaria yang diterjemahkan dalam

septuaginta ada penambahan kata גדל .”yang berarti “dan dengan menara ו ־את ם

Lihat Kel 14:2. Penambahan ini hanya merupakan keterangan tambahan yang tidak

terlalu signifikan karena frasa “kota” dalam ayat ini menunjukkan keseluruhan yang

tidak terpisahkan antara kota dan menara. Sehingga dalam terjemahan ini, penulis

mencoba mempertahankan bentuk kota tanpa penjelasan seperti yang disarankan oleh

teks septuaginta ini.

III. Struktur

Dari terjemahan teks diatas maka dapat kita bagi perikop di atas menjadi dua bagian

besar, dimana ayat 1-4 menyatakan mengenai percobaan pemberontakan dari manusia dan

ayat 5-9 lebih mengearah kepada intervensi TUHAN dan hukuman TUHAN. Pembagian ini

di ambil penulis dengan membandingkan struktur chiastik yang dipaparkan oleh beberapa

7 J. Swanson. Dictionary of Biblical Languages with Semantic Domains : Hebrew., s.v.v “ ”.

9

penafsir yang penulis rasa cukup tepat menggambarkan struktur Kejadian 11:1-9, sebagai

berikut;8

A: All the earth had one language - 1

B: there - 2

C: One to another - 3a

D: Come, let us make bricks - 3b

E: Let us make for ourselves - 4a

F: City and tower - 4b

G: The Lord came down - 5a

F’: City and tower - 5b

E’: Man has built - 5c

D’: Come, let us confuse - 7a

C’: One to another, the language - 7b

B’: From there - 8

A’: Confused the language of the whole earth - 9

Dari pembagian struktur ini diusulkan bahwa turning point dari perikop ini ada di ayat 5a,

dimana TUHAN turun dan melihat apa yang dilakukan anak-anak manusia. Sedangkan,

Cotter dan Bruggemann mengusulkan model Symmetrical Parallels,9

A : one language and one [set of] words (א ת ם א ם ) – Kej 11:1

B : Let us… ( + cohortative) – Kej 11:3-4

C : Let us Build ( ) – Kej 11:4

D: Let us make a name(ם Kej 11:4 – (ו ־

E: Lest we be scattered over the face of the earth ( ־

Kej 11:4 – ( ־ ־

A’ : One People and one language (ת Kej 11:6 – ( ם א ו

B’ : Let us … ( + cohortative) – Kej 11:7

C’ : they stopped building (ו ת) – Kej 11:8

D’ : its name Babel ( ) – Kej 11:9

E’ : scattered them over the face of the earth ( ־ ־

Kej 11:9 – ( ם ו

8 Arnold G. Fruchtenbaum, The Book of Genesis (San Antonio: Ariel Ministry, 2008), 226. Bandingkan

David W. Cotter, Berit Olam: Studies in Hebrew Narrative & Poetry of Genesis (Collegeville, Minnesota: The Liturgical, 2003), 70. Bandingkan dengan Bruce K. Waltke, Genesis: a Commentary (Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2001), 176-177.

9 Cotter, Berit Olam: Studies in Hebrew Narrative & Poetry of Genesis, 69. Bandingkan Waltke,

Genesis: a Commentary, 176. Bandingkan Walter Bruggemann, Interpretation: Genesis (Louisville, Kentucky: John Knox, 1982), 98. Dalam bagian ini, baik Cotter maupun Waltke memperlihatkan perbedaan penekanan antara “alternating structure” dan “Chiastics structure”. Meskipun demikian, mereka berdua sependapat bahwa kedua struktur ini hanya model melihat kisah dan menafsir tetapi tidak ada yang lebih benar satu di banding yang lain.

10

Dari pembagian ini, bisa dilihat bagaimana perbandingan antara kehendak manusia (Kej

11:1-4) dan kehendak TUHAN (Kej 11:5-9) yang bersaing untuk mencapai tujuannya

masing-masing. Dan jelas dalam bagian ini, kehendak TUHAN menjadi pemenang dan

menggagalkan kehendak manusia. Dalam bagian ini, fokusnya pada perbandingan alur

narative dan struktur penyusunan yang coba memperlihatkan pertentangan dua kehendak ini.

Menurut Bruggeman “The structure of the narrative shows that the resolve of humankind is in

conflict with the resolve of God.”10

Dari dua bentuk yang diusulkan, penulis secara pribadi

melihat tidak ada pertentangan makna, baik dalam bentuk chiastik yang mencoba

menunjukkan pembalikan rencana manusia lewat intervensi TUHAN (Kej 11:5a), maupun

dalam bentuk simetris yang menunjukkan rencana TUHAN melebihi rencana manusia (Kej

11:9). Akan tetapi dalam makalah ini penulis memilih untuk menggunakan bentuk simetris,

dengan alasan bahwa perikop 11:1-9 merupakan gambaran kecil dari kinerja TUHAN

melawan pemberontakan manusia yang sudah di mulai di Kejadian 3. Sebab jika merujuk

kepada perikop sebelumnya maka Kejadian 3-10 merujuk kepada pemberontakan manusia

yang puncaknya ada di Kejadian 11:1-4. Dan dengan melihat Kejadian 12 yang merupakan

bagian dari persiapan pada usaha TUHAN menjalin perjanjian dengan Abram, maka bisa

dikatakan bahwa Kejadian 11:5-9 menjadi turning point bagaimana rencana TUHAN selalu

berhasil untuk mengatasi rencana manusia yang berdosa. Sehingga dalam Kejadian 11:1-9 ini

secara garis besar ingin menggambarkan pemberontakan manusia yang mencoba

menggagalkan tujuan TUHAN, namun TUHAN selalu berintervensi secara sempurna untuk

mengembalikan ciptaanNya sehingga tujuan TUHAN selalu tergenapi.

IV. Eksegesis

Dari struktur simetrikal ini, penulis mencoba membagi kisah Kejadian 11:1-9 menjadi dua

bagian besar. Kejadian 11:1-4 mengisahkan mengenai usaha pemberontakan manusia,

sedangkan Kejadian 11:5-9 mengisahkan intervensi TUHAN yang mengembalikan manusia

pada jalur seharusnya sesuai dengan Gran Design Allah dalam Kejadian 1:28.

A. The Rebellion of Man (Kejadian 11:1-4)

(Kej 11:1 WTT) ויהי כל־הארץ שפה אחת ודברים אחדים

10 Bruggemann, Interpretation: Genesis, 98.

11

Kata ויהי dalam bagian ini menggunakan stem imperfect yang memberikan nuansa

sebuah kejadian yang pernah terjadi di masa lampau dan sudah diselesaikan di masa lampau.

Kemudian frasa שפה אחת ודברים אחדים seringkali dilihat berhubungan dengan kisah

sebelumnya, yaitu kisah Nuh dimana TUHAN menghancurkan seluruh umat manusia dengan

banjir besar dan menyisakan Nuh dan anak-anaknya(Kej 6-10). Hal ini membuat beberapa

penafsir seperti Bruce K. Waltke juga melihat bahwa ada masa dimana kemungkinan bahwa

seluruh dunia memiliki satu bahasa dan perbendaharaan kata yang sama.11

Menambahkan hal

ini, Nahum Sarna menunjukkan bahwa dalam mitologi sumeria ditunjukkan adanya indikasi

bahwa pada tahun 2000 SM ada seluruh dunia menggunakan satu bahasa.12

Meski demikian,

ada juga pandangan lain seperti Westermann dan Brodgie yang melihat pada Kejadian 10

yang menunjukkan bahwa sudah ada pemisahan bahasa dan kemungkinan dalam Kejadian 11

hanyalah sebagian daerah saja atau bahkan Kejadian 11 adalah bagian dari kisah mitos untuk

melengkapi dan menjawab mengapa ada perbedaan bahasa.13

Salah satu Westermann adalah

pada penelitian kata ויהי yang diterjemahkan sebagai “once upon a time” yang biasa

digunakan dalam cerita dongeng yang tidak bisa dipastikan kapan terjadinya. Meskipun

demikian, penulis melihat dari kesatuan teks baik antara Kejadian 10 dan 11 menunjukkan

bahwa kejadian 11 merupakan kelanjutan dari keturunan Nuh yang lebih mudah dipahami

jika mereka memiliki satu bahasa yang sama dibandingkan mengembangkan bahasa masing-

masing. Sehingga dalam ayat 1 ini penekanan pada kesamaan bahasa dan logat menjadi pusat

dari bagian ini.

שבו שם (Kej 11:2 WTT) ויהי בנסעם מקדם וימצאו בקעה בארץ שנער וי

Kata עם נס memiliki parsing Preposisi + Qal infinitive construct + suffix org 3 ב

maskulin Jamak. Pronoun suffix ini merujuk kepada kolektif noun dari כל yang berarti

semua(Kej 11:1). Kata עה jika diparsing memiliki term noun feminin singular, hal ini בק

memberi nuansa tujuan kepada kata או צ ,yang menggunakan kata kerja 3 maskulin jamak וימ

11 Waltke, Genesis: a Commentary, 178. 12 Nahum M. Sarna, Undestanding Genesis: The World of the Bible in the Light of History (New York:

Schocken, 1970), 67. 13 Westermann, Genesis 1-11: a Commentary, 543. Bandingkan Thomas L. Brodie, Genesis As Dialogue

(New York: Oxford, 2001), 197.

12

hal menunjuk pada kegiatan mencari yang dilakukan oleh semua manusia di dunia (כל).

Sehingga bisa ditafsirkan bahwa semua orang pada waktu itu memiliki satu tujuan yang sama

yaitu עה Hal ini menekankan sebuah kesatuan yang kuat dari semua manusia. Sedangkan .בק

kata בו שם ארץ שנער merujuk kepada ויש yang menjelaskan penekanan ulang tentang kejadian ב

ini terjadi di bumi, di suatu daerah yang pasti dan dikenal oleh pembaca. Hal ini memberikan

indikasi bahwa penulis meyakini secara faktual bahwa kejadian ini bukanlah cerita dongeng

namun sesuatu yang accessable untuk dicek kebenarannya sehingga kisah ini layak untuk

dipercayai kebenaran dan pesan teologisnya.

מר נה לאבן והח פה ותהי להם הלב נים ונשרפה לשר הו הבה נלבנה לב ע אמרו איש אל־ר וי

(Kej 11:3 WTT) היה להם לחמר

Kata הבה yang diikuti dengan bentuk kata kohortatif memberikan nuansa sebuah

“expresses intention or desire.”14

Yang menunjukkan sebuah keinginan bersama dari manusia

untuk merancangkan sesuatu yang berkaitan dengan bagian selanjutnya di ayat 3b (איש)

maupun ayat 4. Selain itu, dalam bagian selanjutnya dari Kejadian 11:3b penulis sependapat

pengamatan Word Biblical Commentary yang melihat ada chiastik dan permainan kata di

bagian ayat 3b ini, Wenham mengatakan “the whole comment combines a tight chiasm: “for

them brick” // “asphalt for them,” with ingenious word play:

lĕbēnāh/lĕ˒aāben//haḥēmār/lahōmer.”15

Permainan kata dan chiastik ini menekankan

signifikansi dari n.b.l yang merujuk kepada ayat 7 dan 9. Selain permainan kata dan chiastik

yang ditunjukkan, hal menarik dari bagian ini adalah perbedaan antara legenda babylonia dan

kisah menara Babel yang tercatat dalam alkitab. Skinner mencatat bahwa “Kisah menara

Babel adalah legenda pertama yang menceritakan mengenai pembuatan batu bata dan

pembangunan menara menggunakan batu bata tersebut. Sebab dalam naskah babilonia

tentang penciptaan dikatakan bahwa waktu itu “no brick was laid, no brick-mould (nalbantu)

formed” hal ini menunjukkan bahwa legenda tersebut dibentuk di jaman yang lebih familiar

dengan bangunan dari batu.16

Hal ini kemungkinan ditulis secara sengaja oleh Musa bukan

saja untuk menjadikan itu familiar dengan kehidupan bangsa Israel yang pada jaman tersebut

14 H. G. M. Williamson, Annotated Key to Lambdin’s Introduction to Biblical Hebrew (London: T&T

Clark, 1987), 158. 15

Gordon J. Wenham, Word Biblical Commentary: Genesis 1-15. vol 1(Dallas, Texas: Word Books, 2002), 239.

16 J. Skinner, A Critical and Exegetical Commentary on Genesis (New York: Scribner, 1910), 225.

13

baru keluar dari perbudakan di Mesir yang cukup familiar dengan bangunan terbuat dari batu-

bata(Kel 1:14), namun juga menunjukkan keseriusan manusia dalam perencanaan serta

prosesnya. Oleh karena itu, penulis menggambarkan secara mendetail mengenai batu bata

yang dibakar dengan baik(Kej 11:3a) dan pembuatan tergala-gala atau sejenis aspal sebagai

perekat atau semen bagi batu bata tersebut(Kej 11:3b).

י כל־הא ם פן־נפוץ על־פנ אשו בשמים ונעשה־לנו ש אמרו הבה נבנה־לנו עיר ומגדל ור רץוי

(Kej 11:4 WTT)

Dalam bagian ini, kembali muncul bentuk format kata הבה yang diikuti dengan bentuk

kata kohortatif, hal ini mengingatkan kepada ayat 3 yang menggunakan nuansa yang sama.

Pengulangan ini bisa menjadi sebuah bentuk repetition bertingkat, dimana pada bagian ini

menunjukkan sesuatu keinginan dan hasrat yang lebih mendalam. Hal ini dapat dibuktikan

dengan membandingkan ayat 3 dan ayat 4 dimana ayat 3 banyak berbicara tentang proses

pembentukan material, sedang diayat 4 banyak berhubungan dengan pencarian nama dan

keinginan untuk bersatu (Kej 11:4b). Yang menarik dan menjadi konflik utama dari kisah

menara Babel adalah dalam ayat 4b ini. Frasa י כל־הארץ ם פן־נפוץ על־פנ ונעשה־לנו ש

dalam ayat 4b menjadi motif utama dari pembangunan menara Babel. Awalan konjungtif +

Imperfek dari kata ונעשה memiliki nuansa berbeda daripada Kejadian 11:1. Pada bagian ini

awalan konjungtif + Imperfek menunjukkan nuansa harapan akan sesuatu yang terjadi di

waktu yang akan datang, sifatnya futuristik. Sehingga frasa פן־נפוץ cenderung

diterjemahkan dengan kata “supaya” yang menunjukkan adanya harapan akan sesuatu yang

terjadi nantinya dari tindakan yang dikerjakan. Dari sisi lain, Brodie melihat ayat 4b ini

merupakan sebuah gema yang berlawanan dengan perintah TUHAN dalam Kejadian 1:26.

Brodie menyatakan,

“The pretentious decision to build to the skies, “Let us bake bricks... Let us build ourselves...

Let us make ourselves a name” (11:3–4) contains a distorted echo of God's original decision

tomake humankind (“Let us make humankind in our own image,” 1:26).”17

Hal ini mengindikasikan bahwa manusia ingin melawan kehendak TUHAN dengan

menjadikan dirinya yang utama. Hal ini menunjukkan motif yang sama dengan perlawanan

17 Brodie, Genesis As Dialogue, 199.

14

Adam dan Hawa dalam Kejadian 3:5 yang diakibatkan karena keinginan manusia untuk

menjadikan diri mereka sebagai ALLAH bagi diri mereka sendiri. Keinginan manusia untuk

berotoritas dan tidak mau tunduk juga dilihat dari argumentasi Sarna mengenai kaitan antara

nama dan pembuatan menara. Dalam dunia kuno pembuatan menara(ziggurat) atau bangunan

tinggi ini bukan hanya untuk menyenangkan para dewa namun juga menunjukkan kekuasaan

dan keagungan dari raja yang membangun bangunan tersebut, sebab biasanya nama mereka

akan dicatat dalam lempeng batu bata atau meterai silinder.18

Hal ini jelas menunjukkan

keinginan untuk meninggikan diri. Hal ini nampaknya memiliki hubungan dengan janji Allah

pada Abraham dalam Kejadian 12:2-3,

“Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta

membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-

orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan

olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."

Dalam keterkaitan dengan bagian ini, nampaknya penulis Kejadian secara sengaja mencatat

Kejadian 11:4 dan Kejadian 12:2 dengan penekanan kepada kata ם Hal ini bertujuan untuk . ש

membandingkan usaha manusia dan anugerah ALLAH. Sehingga bisa disimpulkan bahwa

nama atau kemasyuran bukanlah hasil dari pencapaian usaha manusia, namun anugerah

ALLAH, sehingga tidak ada seorangpun yang boleh meninggikan dirinya. Hal ini ditegaskan

kembali oleh Yesus dalam Matius 23:12 “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan

direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Jelas bahwa Alkitab

menunjukkan bahwa kesombongan dalam diri manusia adalah musuh utama Allah dan

senjata ampuh dari dosa. Selain itu, kata ־ menurut Brayford memberikan makna bahwa

“the dispersal would be something done to them, rather than something they want to avoid.”19

Hal ini mengindikasikan kepada Kejadian 1:28 dimana manusia dituntut Allah untuk

menyebar dan memenuhi bumi. Dan secara sengaja penulis menunjukkan bahwa manusia

yang semula di Kejadian 10 sudah menyebar kini secara sengaja menjadi satu untuk

menegakkan nama mereka sendiri dan menyatakan deklarasi pemberontakan kepada perintah

ALLAH dalam Kejadian 1:28.

B. The Intervention of God (Kejadian 11:5-9)

18

Sarna, Undestanding Genesis: The World of the Bible in the Light of History, 75. 19 Susan Brayford, Septuagint Commentary Series: Genesis (Leiden, Netherland: Brill, 2007), 286.

15

Dalam Kejadian 11:5-9, terjadi peralihan fokus. Jika dari ayat 1-4 fokus cerita kepada

umat manusia dan usaha mereka, dalam bagian ini fokus mereka lebih mengarah kepada

TUHAN sebagai fokus utama.

ני האדם את את־העיר ואת־המגדל אשר בנו ב (Kej 11:5 WTT) וירד יהוה לר

Dalam ayat ke 5 ini, penulis dengan menarik langsung menggunakan kata וירד yang

menggunakan bentuk Qal imperfek 3 MS dengan nuansa apocopated, dimana dalam Lambdin

dijelaskan bahwa imperfek apocopated biasa digunakan sebagai tanda metaphorical

meaning.20

Dalam nuansa ini, penulis ingin menekankan bagaimana Allah yang ada di atas

itu memberikan perhatian lebih sehingga Ia mau turun dan memperhatikan tingkah laku dan

buah karya manusia (Kej 11:5). Dalam kata ירד memiliki makna “to descend”21

yang secara

harafiah menunjuk kepada turun, namun disisi lain juga menunjukkan nuansa kerendahan

hati. Hal ini menjadi permainan makna yang menarik bahwa ketika manusia mencoba

membangun sesuatu untuk meninggikan dirinya, Allah justru merendahkan dirinya untuk

manusia. Hal ini mengingatkan mengenai kisah Kenosis dalam Filipi 2:6-8, dimana Paulus

mengingatkan jemaat di Filipi agar tidak menjadi sombong dan merasa diri paling benar,

sebaliknya haruslah mereka mengikuti teladan Kristus yang merendahkan diriNya. Namun

disisi lain, kata turun ini juga menunjukkan sebuah ironi yang dimana Waltke mengutip

komentar dari Sarna yang menyatakan

“This figurative usage implies no limitation on God’s omnipotence, for the divine ‘descent’

presupposes prior knowledge of human affairs from on high, and God’s subsequent counter-

action unqualifiedly exhibits His absolute sovereignty.”22

Hal ini menunjukkan sebuah bentuk tindakan tandingan Allah yang Maha Kuasa terhadap

tindakan manusia yang tak berharga. Dalam hal ini, penulis kitab Kejadian ingin menekankan

bahwa apa yang paling hebat yang bisa dilakukan manusia tetap merupakan sesuatu yang

kecil dibandingkan kemahakuasaan Allah.23

20 Williamson, Annotated Key to Lambdin’s Introduction to Biblical Hebrew, 126. 21 Ernst Jenni dan Claus Westermann, Theological Lexicon of the Old Testament volume 2(Peabody,

Massachusetts : Hendrickson, 1997), 750. 22 Waltke, Genesis: a Commentary, 180. 23 Bandingkan dengan Fruchtenbaum, The Book of Genesis, 223-224. Menyatakan “Here the author

uses anthropomorphic satire, to satirize what puny man is trying to do. No matter how high man towered, God

16

כלם וזה החלם לעשות ועתה ן עם אחד ושפה אחת ל הם כל אשר יזמו לעשותויאמר יהוה ה ר מ לא־יבצ

(Kej 11:6 WTT)

Dalam bagian ini, Bandstra secara teliti menunjukkan bahwa kata ם muncul pertama

kalinya di Alkitab dan dalam kitab Kejadian ada dalam ayat ini, yang memberikan penekanan

kepada satu bangsa.24

Kata ini merujuk kepada seluruh manusia dalam ayat 1. Sehingga bisa

disimpulkan bahwa tadinya manusia yang tersebar kini sudah berkumpul dan sudah menjadi

satu bangsa yang bertekad bersama untuk melawan Allah. Penekanan pada kata “satu” juga

menjadi sebuah permainan kata yang menarik. Jika dihitung dari kata satu muncul 4 kali

secara literal dengan diwakili kata א sedang di bagian lain menggunakan kata א yang

mewakili seseorang atau satu pribadi. Sehingga bisa dilihat bahwa penekanan pada keinginan

untuk menjadi satu adalah pusat dari berita menara Babel. Dalam hal ini, penulis setuju

dengan penafsiran Brueggemann yang menyatakan bahwa “The unity willed by God is that all

humankind shall be in covenant with him (9:8-11) and with him only, responding to his

purposes, relying on his life-giving power.”25

Sehingga bisa dikatakan bahwa keinginan

menjadi satu bukanlah sebuah kesalahan di dalam dirinya, namun keinginan menjadi satu

harus di dasarkan pada institusi perjanjian yang Allah sudah tetapkan dengan Allah dan untuk

memenuhi tujuan Allah dan bukan untuk kepentingan dan kemuliaan manusia pribadi. Di

bagian selanjutnya, frasa ר menurut Skinner bagian ini memiliki makna לעשות ועתה לא־יבצ

bahwa “The reference is not merely to the completion of the tower, but to other enterprises

which might be undertaken in the future.”26

Hal ini menunjukkan bahwa ada sebuah

kemungkinan pemberontakan-pemberontakan yang terus menerus akan terjadi dan diciptakan

oleh manusia secara sengaja untuk melawan Allah. Sehingga dalam bagian selanjutnya, Allah

secara intensif dan penuh intervensi mengambil tindakan untuk menghentikan usaha manusia

ini agar manusia tidak semakin jatuh dalam pemberontakan dan semakin menjauh dari

rencana Allah yang Allah telah tetapkan bagi manusia ciptaanNya (bandingkan Kej 11:7-9

dan Kej 1:28).

הו ע פת ר עו איש ש מ פתם אשר לא יש לה שם ש דה ונב (Kej 11:7 WTT)הבה נר

still has to come down to see it and to get a better look. This shows that God is interested in the affairs of men, but God is so high and man is so puny that God had to come down to get a better look.”

24 Barry Bandstra, Genesis 1-11: a Handbook on the Hebrew Text (Waco, Texas: Baylor University,

2008), 568. 25

Bruggemann, Interpretation: Genesis, 99. 26 Skinner, A Critical and Exegetical Commentary on Genesis, 227.

17

Dalam ayat ke 7 ini, ada sebuah permainan kata dan pengulangan kata. Diawal ayat

ini muncul kata הבה + cohortative yang merujuk kepada bagian sebelumnya di ayat 3 dan 4,

hal ini menunjukkan bahwa ayat 7 merupakan respon Allah terhadap tindakan manusia di

ayat 3 dan 4. Pada ayat 7 juga muncul kata דה yang mengulang ירד yang berasal dari kata נר

dari ayat 5. Hal ini menunjukkan sebuah penekanan bahwa Allah yang tadi dari atas

kemudian harus turun untuk melihat apa yang manusia lakukan, dan Allah yang sudah turun

ini harus turun sekali lagi. Sehingga bisa disimpulkan bahwa penulis ingin menggambarkan

adanya jarak yang jauh antara tempat manusia, antara menara yang manusia anggap

mencapai langit, namun dalam kenyataannya Allah harus turun dan kembali perlu lebih turun

lagi untuk dapat lebih dekat dengan manusia. Setelah Allah turun, lalu dikatakan Allah

mengacaukan bahasa mereka agar mereka tidak bisa mendengar satu dengan yang lain. Jika

dilihat dari kata עו מ yang memiliki arti mendengar, kata ini unik sebab menggunakan יש

awalan yigtol 3mp Qal imperfect yang merujuk kepada makna mendengar yang bukan hanya

sekedar mendengar namun mendengar dengan sense of meaningfully.27

Hal ini ingin

menunjukkan bahwa Allah bukan hanya sekedar mengacaukan bahasa namun pemahaman

mereka dalam berkomunikasi agar manusia sadar akan keterbatasan mereka untuk memahami

sesama mereka, apalagi untuk memahami atau bahkan ingin menyamai Allah (Kejadian 3:5;

11:4). Selain itu, untuk pertama kalinya dalam bagian ini muncul kata לה dari akar kata ונב

נה yang merupakan pembalikan susunan huruf mati dari kata בלל dalam ayat 3 yang נלב

menunjukkan bahwa jika manusia ingin membangun namanya sendiri, maka Allah dalam

ayat 7 mampu mengacaukan semua yang Allah tidak kehendaki ada. Menurut Longman,

“pembalikan ini secara sengaja dilakukan penulis untuk menunjukkan pembalikan yang

dihasilkan oleh hukuman Allah terhadap rencana para pemberontak tersebut.”28

נת העיר לו לב ד ני כל־הארץ ויח (Kej 11:8 WTT)ויפץ יהוה אתם משם על־פ

Di ayat 8 diawali dengan penekanan pada kata יהוה yang menunjukkan bahwa

TUHAN adalah aktor utama dibalik kehancuran bahasa dan gagalnya rencana pemberontakan

manusia. Sedangkan kata ויפץ merupakan lawan dari harapan manusia di ayat 4, hal ini

menunjukkan bahwa apa yang ada di ayat 4 bukanlah sesuatu bentuk kesatuan yang baik.

Sehingga, akibat dari dikacaukannya bahasa mereka oleh Allah, maka dalam ayat ke 8 ini

penulis secara sengaja menggunakan frasa " mereka berhenti mendirikan kota itu”(Kej 11:8b)

27 Bandstra, Genesis 1-11: a Handbook on the Hebrew Text, 573. 28 Longman III, Panorama Kejadian: Awal Mula Sejarah, 148.

18

hal ini menunjukkan bentuk kegagalan dan frustasi manusia akibat dari intervensi Allah.

Selain itu, penggunaan kata “kota” saja menurut Wenham memiliki makna tertentu, bahwa

“The tower is not mentioned because it is the name of the city that is the focus of the

narrative. To see the cessation of building and the dispersal of the nations as incompatible

motifs is to miss the profound grasp of culture that this story exhibits. Without mutual

communication through a common language it is impossible for men to cooperate either

commercially or socially. Towers cannot be built nor communities live together unless those

concerned can understand each other.”29

Hal ini jelas menunjukkan kegagalan dari perlawanan manusia kepada Allah. Puncak dari

kisah menara Babel ini ada dalam ayat ke 9.

מה ן קרא ש ני כל־הארץ פעל־כ פת כל־הארץ ומשם הפיצם יהוה על־פ בבל כי־שם בלל יהוה ש

(Kej 11:9 WTT)

Dalam ayat 9 ini, penulis bukan hanya menekankan hukuman Allah namun ada tanda

anugerah. Hal ini menolong pembaca untuk memahami Allah yang adil sekaligus kasih. Jika

kita lihat dari bagian 9a dikatakan disana “Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu

disebut Babel”. Disana muncul kata שם yang diapit dengan permainan suara dari kata Babel

dan balal, hal ini mengingatkan kepada keinginan manusia di ayat 4 untuk mencari nama

bagi diri mereka. Di ayat 9 ini dinyatakan bahwa nama atau kemuliaan itu bukanlah hasil

usaha manusia dan untuk kemuliaan manusia, namun merupakan hasil dari anugerah Allah.

Hal ini terlihat dari ayat 9a dikatakan secara tidak langsung bahwa karena Allah

mengacaukan sesuatu disana maka nama tempat itu disebut Babel. Meskipun secara literal

bahwa nama Babel menyatakan hukuman Allah, namun pemberian nama juga menyatakan

anugerah Allah.30

Bahkan, jika dilihat dalam ayat 9b, akibat dari intervensi Allah terhadap

bahasa manusia, akhirnya manusia itu kembali tersebar dan berhasil kembali kepada track

yang benar yang Allah perintahkan dari Kejadian 1:28.

Selain itu, jika diperhatikan dari ayat 2-9 muncul permainan suara antara kata

Shem(nama), Sham(di situ), Shamayim(Langit), dan Misham(dari situ). Hal ini menunjukkan

ada sebuah penekanan dimana diawal manusia menetap di situ(sham) dan berusaha untuk

menegakkan nama (shem) dengan cara memberontak kepada Allah yang di langit

29 Wenham, Word Biblical Commentary: Genesis 1-15. vol 1, 241. 30

Bandingkan Wenham, Word Biblical Commentary: Genesis 1-15. vol 1, 241. Dalam bagian ini Wenham lebih menekankan pemaknaan nama Babel. “The Babylonians understood Babel to mean “the gate of the god.” The Hebrews liked to suppose it to mean “mixed up, confused.”

19

(Shamayim) dengan mendirikan menara, namun akhirnya Allah yang ada di

langit(shamayim) turun ke tempat manusia tinggal (sham) dan mengacaukan bahasa mereka

sehingga manusia gagal mendapatkan nama (Shem) dan akhirnya mereka pergi dari situ

(Misham). Jelas ada sebuah permainan suara yang penulis kitab Kejadian ingin tunjukkan di

mana diawali dengan usaha manusia memberontak dan diakhiri dengan kemenangan Allah

dan tuntunan Allah agar manusia kembali ke dalam rencana Allah yang semula. Dalam hal

ini, penulis secara pribadi lebih melihat bukan hanya kepada ironi dari nama Babel atau

permainan suara dari kata-kata yang digunakan, namun penulis melihat bahwa ayat 9 ini

menegaskan kembali akan kedaulatan Allah dan rencana Allah yang selalu berhasil.

Meskipun manusia mencoba memberontak, namun Allah selalu sanggup mengembalikan

manusia pada jalur yang benar sesuai dengan rencananNya. Dan yang menarik, di dalam

hukuman Allah penulis kitab Kejadian secara sengaja menunjukkan adanya anugerah di

dalam hukuman Allah. Seperti dalam Kejadian 3:14-21 di mana di sana jelas ditunjukkan

hukuman Allah namun Hukuman Allah ini justru menjaga manusia agar manusia tidak

kembali jatuh lebih dalam dan bersahabat dengan si ular(3:15). Bahkan hukuman Allah

kepada manusia justru tidak menghilangkan rencana Allah dan tujuan Allah, bahkan

sebaliknya hukuman itu menolong manusia memenuhi rencana Allah dalam untuk bertambah

banyak, untuk memenuhi bumi (3:16), dan untuk mengelola bumi (3:17). Pola ini juga

muncul dalam Kejadian 11:9 dimana Allah bukan hanya menghukum manusia namun Allah

juga mengembalikan manusia untuk dapat memenuhi bumi dan Allah juga memberikan nama

kepada manusia namun dalam sebuah relasi yang benar dengan Allah, yaitu dalam relasi

perjanjian (Kej 9:9; 12:2).

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kisah menara Babel

merupakan gambaran dari pemberontakan total seluruh manusia terhadap Allah. Meskipun

demikian, pemberontakan manusia tidak akan pernah berhasil melawan kedaulatan Allah.

Selain itu, kisah menara Babel juga memberikan penekanan bahwa setiap pemberontakan

selalu menghasilkan hukuman, namun hukuman Allah juga disertai dengan sebuah anugerah

agar manusia dapat hidup lebih baik dan sesuai dengan rencana Allah yang semula bagi

manusia. Sehingga, penulis menyimpulkan bahwa kisah menara Babel ini merupakan puncak

dari gambaran dunia yang jatuh dalam dosa (Kej 3) yang semakin meluas dan semakin berani

untuk secara terus terang melawan Allah, sekaligus kisah ini juga awal dari tindakan

penyelamatan Allah yang telah dimulai di Kejadian 3 dan semakin nyata nantinya dalam

bentuk perjanjian dengan Abraham dalam Kejadian 12.

20

V. Kerangka Kotbah

Tema : Bahaya dari Kesombongan

Pendahuluan : Kesombongan adalah dosa yang paling sulit di deteksi sekaligus

paling berbahaya.

Point1 : Dosa diawali dari kesombongan diri (Kej 11:1-4)

1. Kejatuhan manusia dalam dosa (Kej 3:5) - merasa diri layak menjadi seperti Allah.

Kejatuhan manusia dalam dosa diawali dari perasaan bahwa melihat diri layak dan

ingin menjadi seperti Tuhan. Ingin mengatur dan bukan diatur, berhasrat untuk

menundukan dan bukan tunduk kepada Allah.

2. Keinginan untuk menjadi yang utama (Kej 11:3-4).

Keingin untuk tidak tunduk kepada Allah juga nampak dalam usaha manusia yang

nampaknya baik dan luar biasa hebat, namun dilatar belakangi oleh keinginan yang

jahat, yaitu menjadikan diri yang utama dan bukan Tuhan. Keinginan menjadi yang

utama (sombong) adalah akar dari dosa manusia.

Point 2 : Belajar menghargai dan menempatkan Allah pada tempat

yang seharusnya.(Kej 11:5-9)

1. Prestasi dan kehebatan manusia tidak pernah bisa sebanding dengan Allah. (11:5-6)

“Allah turun untuk melihat pekerjaan anak-anak manusia” menunjukkan

bagaimanapun hebatnya kemampuan kita namun itu tidak sebanding dengan

kedahsyatan dan kemaha kuasaan Allah. (Kej 11:5-6)

2. Kesombongan dan perlawanan pada Allah selalu mendatangkan hukuman (11:7-9)

Kesombongan dan perlawanan Babel untuk menegakkan namanya (11:3-4) membawa

hukuman dari Allah (11:7).

3. Kunci terbebas dari kesombongan adalah kesadaran akan jati diri manusia yang

sesungguhnya dan pemahaman anugerah Allah yang besar (Kej 11:9)

Kesadaran diri bahwa kita adalah makhluk ciptaan yang terbatas (11:7b), serta

pengalaman akan kasih dan Anugerah Allah lewat intervensi Allah (11:9) dalam

hidup manusia seharusnya menjadi kunci dari kerendahan hati kita, bahwa kita

sesungguhnya tidak mampu apa-apa tanpa adanya anugerah Allah yang terus

menopang, menegur, dan menuntun kehidupan kita.