Post on 01-Apr-2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Halusinasi merupakan gangguan orintasi realita, karena
terganggunya fungsi otak: kognitif dan proses pikir, fungsi
persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial.
Gangguan terhadap fungsi kognitif dan persepsi
akan mengakibatkan kemampuan menilai terganggu, sedangkan
gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial akan mengakibatkan
terganggunya kemampuan berespon yakni perilaku non verbal
(Ekspresi,gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan
hubungan sosial). Memperhatikan perilaku klien seperti ini
tentu akan menjadi suatu hal yang perlu direspon oleh Perawat
profesional, paling tidak mengeliminir masalah-masalah yang
ada sehingga keadaan seorang pasien tidak berkembang menjadi
lebih berat ( perilaku agresif / perilaku kekerasan).
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum mememperoleh pengalaman nyata dalam melakukan
Asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran,
diharapkan akan mampu mengidentifikasikan seluruh masalah yang
terjadi sehubungan dengan halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji klien dengan masalah utama
halusinasi.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan klien
dengan masalah utama halusinasi.
c. Mahasiswa mampu merencistrian tindakan keperawatan klien
dengan masalah utama halusinasi.
d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan
keperawatan klien dengan masalah utama halusinasi.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan klien
dengan masalah utama halusinasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering
ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering
diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari seluruh klien
Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan
jiibua lain yang juga disertai dengan gejala halusinasi adalah
gangguan manik depresif dan delerium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra
tanpa stimulus eksteren :Persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi
dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus,
salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan
sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien.
B. RENTANG RESPON HALUSINASI
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif
individu yang berada dalam rentang respon neurobiology. Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat
persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan,
penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien dengan halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus panca indra ibualaupun
sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon
tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal
mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan
stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien
mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap
stimulus panca indra tidak akurat sesuai stimulus yang
diterima.
Rentang respon :
Respon
Adaptif
Respon Maladptif
Pikiran logis Distorsi
pikiran gangguan pikir/delusi
Persepsi akurat
ilusi Halusinasi
Emosi konsisten dengan Reaksi emosi
berlebihan Sulit berespon emosi
Pengalaman atau
kurang perilaku disorganisasi
Perilaku sesuai Perilaku aneh/tidak biasa
isolasi sosial
Berhubungan sosial Menarik diri
C. JENIS –JENIS HALUSINASI
JENIS
HALUSINASI
KARAKTERISTIK
Pendengaran
70 %
Mendengar suara atau kebisingan, paling
sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata
yang jelas berbicara tentang klien, bahkan
sampai pada percakapan lengkap antara dua
orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar dimana klien mendengar perkataan
bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang dapat membahayakan.Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya,
20% gambar geometris,gambar kartun,bayangan yang
rumit atau kompleks. Bayangan bias
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat
monster.Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah,
urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penghidu sering
akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin
atau feses.Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik
yang datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah
di vena atau arteri, pencernaan makan atau
pembentukan urineKinisthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa
bergerak.
D. FASE HALUSINASI.
Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda
intensitas dan keparahannya. Fase halusinasi terbagi empat:
1. Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan
gelisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan
pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan
kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien
masih mampu mengotrol kesadarannya dan mengenal pikirannya,
namun intensitas persepsi meningkat.
2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman
internal dan eksternal, klien berada pada tingkat “listening”
pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran
suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak
jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien
merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara
dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah
halusinasi datang dari orang lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien
menjadi terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya.
Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman sementara.
4. Fase Keempat.
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari
kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan
berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak
dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk
dengan halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan
dalam ibuaktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini
menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
E. PENGKAJIAN KLIEN DENGAN HALUSINASI
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang ditampakkan
oleh klien yang mengalami psikotik, khususnya schizofrenia.
Pengkajian klien dengan halusinasi demikian merupakan proses
identifikasi data yang melekat erat dengan pengkajian respon
neurobiologi lainnya seperti yang terdapat juga pada
schizofrenia.
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada
munculnya respon neurobiologi seperti halusinasi antara lain:
a. Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan
melalui kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang
keberapa yang menjadi factor penentu gangguan ini sampai
sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen
schizoprenia adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi
genetik tambahan No.4,8,5 dan 22 (Buchanan dan
Carpenter,2002). Istri kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami schizofrenia sebesar 50% jika salah satunya
mengalami schizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya
sebesar 15 %, seorang istri yang salah satu orang tuanya
mengalami schizofrenia berpeluang 15% mengalami schizofrenia,
sementara bila kedua orang tuanya schizofrenia maka peluangnya
menjadi 35 %.
b. Faktor Neurobiologi.
Ditemukan bahwa korteks pre frontal dan korteks limbiks
pada klien schizofrenia tidak pernah berkembang penuh.
Ditemukan juga pada klien schizofrenia terjadi penurunan
volume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmitter dopamin
berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotin.
c. Studi neurotransmitter.
Schizofrenia diduga juga disebabkan oleh ketidak
seimbangan neurotransmitter dimana dopamin berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotin.
d. Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ke-3 kehamilan
dapat menjadi factor predisposisi schizofrenia.
e. Psikologis.
Beberapa kondisi pikologis yang menjadi factor
predisposisi schizofrenia antara lain istri yang di pelihara
oleh ibu yang suka cemas, terlalu melindungi, dingin dan tak
berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan
istrinya.
2. Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
a. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf
yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan
frontal otak.
b. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu
( mekanisme gateing abnormal)
c. Gejala-gejala pemicu kondisi kesehatan lingkungan,
sikap dan perilaku seperti yang tercantum pada tabel
dibawah ini ;
Kesehatan Nutrisi Kurang
Kurang tidur
Ketidak siembangan irama sirkardian
Kelelahan infeksi
Obat-obatan system syaraf pusat
Kurangnya latihan
Hambatan unutk menjangkau pelayanan
kesehatanLingkungan Lingkungan yang memusuhi, kritis
Masalah di rumah tangga
Kehilangan kebebasan hidup, pola aktivitas
sehari-hari
Kesukaran dalam berhubungan dengan orang
lain
Isoalsi social
Kurangnya dukungan social
Tekanan kerja ( kurang keterampilan dalam
bekerja)
Stigmasasi
Kemiskinan
Kurangnya alat transportasi
Ketidakmampuan mendapat pekerjaanSikap/Perilaku Merasa tidak mampu ( harga diri rendah)
Putus asa (tidak percaya diri )
Merasa gagal ( kehilangan motivasi
menggunakan keterampilan diri
Kehilangan kendali diri (demoralisasi)
Merasa punya kekuatan berlebihan dengan
gejala tersebut.
Merasa malang ( tidak mampu memenuhi
kebutuhan spiritual )
Bertindak tidak seperti orang lain dari
segi usia maupun kebudayaan
Rendahnya kemampuan sosialisasi
Perilaku agresif
Perilaku kekerasan
Ketidak adekuatan pengobatan
Ketidak adekuatan penanganan gejala.
3. Mekanisme Koping.
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan
halusinasi adalah:
a. Register, menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
b. Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi
dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau
sesuatu benda.
c. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik
dengan stimulus internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien
4. Perilaku
Halusinasi benar-benar riil dirasakan oleh klien yang
mengalaminya, seperti mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak
punya cara untuk menentukan persepsi tersebut nyata. Sama
halnya seperti seseorang mendengarkan suara- suara dan tidak
lagi meragukan orang yang berbicara tentang suara tersebut.
Ketidakmampuannya mempersepsikan stimulus secara riil dapat
menyulitkan kehidupan klien. Karenanya halusinasi harus
menjadi prioritas untuk segera diatasi. Untuk
memfasilitasinya klien perlu dibuat nyaman untuk menceritakan
perihal haluinasinya.
Klien yang mengalami halusinasi sering kecewa karena
mendapatkan respon negatif ketika mencoba menceritakan
halusinasinya kepada orang lain.Karenanya banyak klien enggan
untuk menceritakan pengalaman –pengalaman aneh halusinasinya.
Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk dibicarakan dengan
orang lain. Kemampuan untuk memperbincangkan tentang
halusinasi yang dialami oleh klien sangat penting untuk
memastikan dan memvalidasi pengalaman halusinasi tersebut.
Perawat harus memiliki ketulusan dan perhatian untuk dapat
memfasilitasi percakapan tentang halusinasi.
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat
tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila Perawat
mengidentifikasi adanya tanda –tanda dan perilaku halusinasi
maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya
sekedar mengetahui jenis halusinasi saja.
Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan
meliputi :
a. Isi Halusinasi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang
didengar, apa yang dikatakan suara itu, jika halusinasi
audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika
halusinasi visual, bau apa yang tercium jika halusinasi
penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecapan,dan
apa yang dirasakan dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
b. Waktu dan Frekuensi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan
pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu,
atau sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini
sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan
menentukan bilamana klien perlu perhatian saat mengalami
halusinasi.
c. Situasi Pencetus Halusinasi.
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami
sebelum halusinasi muncul. Selain itu Perawat juga bias
mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya
halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.
d. Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah
mempengaruhi klien bisa dikaji dengan apa yang dilakukan oleh
klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien masih
bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah tidak
berdaya terhadap halusinasinya.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Klien yang mengalmi halusinasi dapat kehilangan kontrol
dirinya sehingga bias membahayakan diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai
pada fase IV, dimana klien mengalami panik dan perilakunya di
kendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar
kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan.
Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri ( suicide),
membunuh orang lain (homocide) dan merusak lingkungan.
Selain masalah yang diakibatkan oleh halusinasi, klien
biasanya juga mengalami masalah-masalah keperawatan yang
menjadi penyebab munculnya halusinasi.Masalah itu antara lain
harga diri rendah dan isolasi social (Stuart dan Laria,2001).
Akibat harga diri rendah dan kurangnya keterampilan
berhubungan social , klien menjadi menarik diri dari
lingkungan. Dampak selanjutnya lebih dominan di bandingkan
stimulus eksternal. Klien selanjutnya kehilangan kemampuan
membedakan stimulus internal dengan stimulus eksternal. Ini
memicu timbulnya halusinasi.
Dari masalah tersebut diatas dapat disusun pohon maslah
sebagai berikut :
EFEK Resiko mencederai diri sendiri, Orang lain,
dan lingkungan
C.P Perubahan persepsi
sensori : Defisit Perawatan diri :
Halusinasi
pendengaran Mandi/Kebersihan
diri,berpakaian/berhias
ETIOLOGI Kerusakan interaksi sosial :
Intoleransi aktifitas
Menarik diri
Gangguan konsep diri :
Harga diri rendah
Dari pohon masalah diatas dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan berhubungan dengan halusinasi audiotorik.
2. Perubahan persepsi sensorik : Audiotorik berhubungan
dengan menarik diri
3. Kerusakan interaksi sosial : Menarik diri berhubungan
dengan Harga diri rendah
4. Defisit Perawatan diri: mandi/kebersihan,
berpakaian/berhias berhubungan dengan intoleransi aktifitas.
G. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keP\perawatan untuk membantu klien mengatasi
masalahnya di mulai dengan membina hubungan saling
percaya dengan klien.
2. Setelah hubungan saling percaya terbina , intervensi
keperawatan selanjutnya adalah membntu klien mengenali
halusinasinya.
3. Setelah klien mengenal halusinasinya selanjutnya klien
dilatih bagaimana cara yang biasa terbukti efektif
mengatasi atau mengontrol halusinasi.
Adapun cara yang efektif dalam memutuskan halusinasi
adalah :
1. Menghardik halusinasi.
2. Berinteraksi dengan orang lain.
3. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan
harian.
4. Memanfaatkan obat dengan baik.
Keluarga perlu diberi penjelasan tentang bagaimana
penanganan klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan
kemampuan keluarga. Hal ini penting karena keluarga adalah
sebuah system dimana klien berasal dan halusinasi sebagai
salah satu gejala psikosis dapat berlangsung lama (kronis)
sehingga keluarga perlu mengetahu cara Perawatan klien
halusinasi dirumah.
Dalam mengendalikan halusinasi diberikan psikofarmaka
oleh tim medis sehingga Perawat juga perlu memfasilitasi
klien untuk dapat menggunakan obat secara tepat. Prinsip lima
benar harus menjadi focus utama dalam pemberian obat.
H. EVALUASI KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil
jika :
1. Klien menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol
halusinasi
2. Mampu melaksistrian program pengobatan berkelanjutan
3. Keluarga mampu menjadi sebuah sistem pendukung yang
efektif dalam membantu klien mengatasi masalahnya
I. CARA MENGONTROL HALUSINASI
Menurut Budi Anna Keliat (2009), Untuk membantu pasien
agar mampu mengontrol halusinasi,Perawat dapat melati pasien
dengan empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan
halusinasi.keempat cara mengontrol halusinasi adalah sebagai
berikut :
1. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri
terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang
muncul.Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap
halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya.
Jika ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri
dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
2. Minum obat secara teratur
Minum obat secara teratur dapat mengontrol
halusinasi.Pasien juga harus dilatih untuk minum obat secara
teratur sesuai dengan program terapi dokter.Pasien gangguan
jiwa yang dirawat dirumah sering mengalami putus obat sehingga
pasien mengalami kekambuhan.Jka kekambuhan terjadi,untuk
mencapai kondisi seperti semula akan membutuhkan waktu. Oleh
karena itu, pasien harus dilatih minum obat sesuai program dan
berkelanjutan berikut ini intervensi yang dapat dilakukan
Perawatagar pasien patuh minum obat.
a. Jelaskan kegunaan obat.
b. Jelaskan akibat jika putus obat
c. Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat.
d. Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5 benar
(benar obat,benar pasien, benar cara, benar waktu ,dan
benar dosis).
3. Bercakap – cakap dengan orang lain
Bercakap- cakap dengan orang lain dapat membantu
mengotrol halusinasi.Ketika pasien bercakap- cakap dengan
orang lain, terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan
beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan
orang lain.
4. Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah
dengan menyibukan diri melakukan aktivitas yang teratur.Dengan
beraktifitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami
banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan
halusinasi. Oleh karena itu, halusinasi dapat dikontrol dengan
cara beraktifitas secara teratur dari bangun pagi sampai
tidur malam. Tahapan intervensi Perawat dalam memberikan
aktivitas yang terjadwal,yaitu
a. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
mengatasi halusinasi.
b. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien.
c. Melatih pasien melakukan aktivitas.
d. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai
aktivitas mulai dari bangun pagi sampai tidur malam.
e. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan
Penguatan terhadap prilaku pasien yang positif
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
HALUSINASI
Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
pendengaran.
Ruangan :
Nama Klien :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang
mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di
kamar.
Data objektif :
a. Klien tampak tertaibua sendiri.
b. Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi
dengan menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas
sehari-hari.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi
halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 : PENGKAJIAN DAN MENGENAL
HALUSINASI.
SP 1 KLIEN
1. Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, ibuaktu
terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon
2. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik, minum
obat, bercakap- cakap, melakukan kegiatan
3. Melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik
4. Melatih klien memasukkan latihan menghardik dalam
jadibual kegiatan harian klien
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam terapeutik :
Perawat : Assalamualaikum..!!! Selamat pagi bu… perkenalkan
nama saya Refiazka Yusalia . Saya mahasiswa praktek dari
Poltekkes Kemenkes Padang. Hari ini saya dinas pagi dari jam
07:00 pagi sampai jam 14:00 siang. Saya akan merawat ibu
selama di rumah sakit ini. Nama ibu siapa?
Pasien : nama saya Rahmi Novania
Perawat : Senangnya ibu dipanggil apa?
Pasien : Rahmi
b. Evaluasi/validasi :
Perawat : Baiklah ibuk Rahmi, Bagaimana keadaan ibu hari
ini ?
Pasien : baik buk
c. Kontrak :
Perawat :Buk Rahmi, bagaimana kalau kita berbincang-bincang
tentang suara yang mengganggu ibuk dan cara
mengontrol suara-suara tersebut, Apakah ibuk Rahmi
bersedia?
Pasien : iya buk (sambil menganguk-anggukan kepala)
Perawat : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 20 menit?
Pasien : baiklah buk
Perawat : Ibu mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : Disini saja buk.
Perawat : baiklah buk kita akan berbincang-bincang disini
2. Fase Kerja .
Perawat : Apakah ibu rahmi mendengar suara tanpa ada
wujudnya?
Pasien : Iya buk..
Perawat : Saya percaya ibu mendengar suara tersebut, tetapi
saya sendiri tidak mendengar suara itu. Apa yang
dikatakan oleh suara yang ibu dengar? Apakah ibu
mendengarnya terus menerus atau sewaktu- waktu?
Pasien : suara itu mengejek saya buk, saya
mendengarnya kadang- kadang buk
Perawat : Kapan yang paling sering Ibu mendengar suara itu?
Pasien : siang hari setelah makan buk.
Perawat : Berapa kali dalam sehari ibu mendengarnya?
Pasien : 3- 5 kali buk
Perawat : Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada
waktu sendiri?
Pasien : ya buk,saat saya sedang duduk dikamar setelah
saya selesai makan
Perawat : Apa yang ibu rasakan ketika mendengar suara itu?
Bagaimana perasaan ibu ketika mendengar suara
tersebut?
Pasien : saya merasa kesal mendengar suara itu
Perawat : Kemudian apa yang ibu lakukan?
Pasien : jika saya mendengar suara itu, saya langsuang
menutup telinga saya dengan bantal dan kadang saya
berteriak agar suara itu diam
Perawat : Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu
hilang?
Pasien : tidak, suaranya tetap bisa saya dengar.
Perawat : Baiklah bu, apa yang alami itu namanya
Halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol
halusinasi yang ibuk Rahmi alami yaitu menghardik,
minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan aktifitas.
Hari ini, Bagaimana kalau kita latih cara yang
pertama dahulu, yaitu dengan menghardik, apakah ibu
Rahmi bersedia?
Pasien : bersedia buk (sambil menganguk-anggukkan kepala)
Perawat : Bagaimana kalau kita mulai ya. Saya akan
mempraktekan dahulu, baru ibu mempraktekkan kembali
apa yang telah saya lakukan. Begini bu, jika suara
itu muncul katakan dengan keras “ pergi..pergi saya
tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup
kedua telinga ibu. seperti ini ya bu. Coba sekarang
ibu ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan
“Pergi.. pergi saya tidak mau dengar.. Kamu suara
palsu” (sambil menutup kedua telinganya)
Perawat : Wah bagus sekali bu, ibu sudah bisa mempraktekkan.
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibu Rahmi setelah kita kita
bercakap-cakap?
Pasien : saya merasa baikan bu
Perawat : Baiklah bu, Jika suara itu masih terdengar
mengejek ibu, seperti yang telah kita pelajari bila
suara-suara itu muncul ibu bisa mengatakan “ pergi-
pergi saya tidak mau dengar kamu suara palsu”
b. Tindakan Lanjut
Perawat : Ibu lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar
lagi, lakukan itu selama 3 kali sehari yaitu jam
08:00, 14:00 dan jam 20:00 atau disaat ibu mendengar
suara tersebut. cara mengisi buku kegiatan harian
adalah sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang
telah kita buat tadi ya bu. Jika ibu melakukanya
secara mandiri maka ibu menuliskan di kolom M, jika
ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh
keluarga atau teman maka ibu buat di kolom B, Jika
ibuk tidak melakukanya maka ibu tulis di kolom T.
apakah ibu mengerti?
Pasien : Iya,,saya mengerti buk.
c. Kontrak yang akan datang :
Perawat : Baik lah buk, Bagaimana kalau besok kita
berbincang-bincang tentang cara yang kedua yaitu
dengan minum obat untuk mencegah suara-suara itu
muncul, apakah ibu bersedia?
Pasien : saya bersedia buk.
Perawat : Ibuk maunya jam berapa? Bagaimana kalau jam
09:00 ?
Pasien : baik buk
Perawat :Ibuk maunya dimana kita berbincang-bincang?
Pasien : disini saja buk.
Perawat : Baiklah buk Rahmi besok saya akan kesini jam 09:00
ya buk. Saya permisi ya buk. Assalamualaikum wr.wb
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 : ENAM BENAR MINUM OBAT
Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : 2/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Dengar.
Ruangan :
Nama Klien :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang
mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
Data objektif :
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak kesal dan berbicara sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan
enam benar minum obat.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
c. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai
program.
d. Jelaskan akibat bila putus obat.
e. Jelaskan cara mendapatkan obat.
f. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
(benar obat, benar pasien, benar cara, benar ibuaktu,
benar dosis dan kontinuitas.
C. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Assalamualaikum, Ibuk masih ingat dengan saya?
Pasien : Masih buk
Perawat : Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini?
Pasien : baik buk
b. Evaluasi/validasi.
Perawat :Apakah buk Rahmi masih mendengar suara yang
mengejek ibu?
Pasien : masih buk, saya masih mendengarnya
Perawat : Apakah ibu telah melakukan apa yang telah kita
pelajari kemarin?
Pasien : sudah, saya sudah melakukannya
Perawat : Apakah dengan menghardik suara-suara yang ibu
dengar berkurang?
Pasien : ya, suara sudah berkurang
Perawat : Bagus buk. Sekarang coba ibu praktekkan pada saya
bagaimana ibu melakukannya.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan
“Pergi.. pergi saya tidak mau dengar.. Kamu suara
palsu” (sambil menutup kedua telinganya)
Perawat : Bagus sekali buk. Coba kita lihat jadwal kegiatan
hariannya ya buk
Pasien : (mengeluarkan catatan harian dan memberikan kepada
Perawat)
Perawat : bagus sekali buk Rahmi. Ibuk sudah bisa melakukan
kegiatan menghardik secara mandiri ibuk walaupun
masih ada diingatkan oleh keluarga.
c. Kontrak.
Perawat : Baiklah buk Rahmi, sesuai janji kita kemaren hari
ini kita akan latihan cara yang kedua dari empat
mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu cara
minum obat yang benar, apakah ibuk bersedia?
Pasien : saya bersedia buk ( sambil mengannguk)
Pearaibuat :Berapa lama ibuk mau berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 20 menit?
Pasien : baik buk
Perawat : ibuk mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : disini saja buk
Perawat Baiklah buk
2. Fase Kerja.
Perawat : Ibuk sudah dapat obat dari Perawat?
Pasien : sudah buk
Perawat : Ibuk perlu meminum obat ini secara teratur agar
pikiran jadi tenang, dan tidurnya juga menjadi
nyenyak. Obatnya ada tiga macam, yang warnanya orange
namanya CPZ minum 3 kali sehari gunanya supaya tenang
dan berkurang rasa marah dan mondar mandirnya, yang
warnanya putih namanya THP minum 3 kali sehari supaya
relaks dan tidak kaku, yang warnanya merah jambu ini
namanya HLP gunanya untuk menghilangkan suara-suara
yang ibuk dengar. Semuanya ini harus ibuk minum 3
kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam. Bila nanti mulut ibuk terasa kering, untuk
membantu mengatasinya ibuk bisa menghisap es batu
yang bisa diminta pada Perawat. Bila ibuk merasa mata
berkunang-kunang, ibuk sebaiknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan minum
obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya buk.
Sampai disini, apakah buk Rahmi mengerti ?
Pasien : ya, saya mengerti (sambil menggangguk)
Perawat : Baiklah buk Rahmi, kita lanjutkan ya. Sebelum ibuk
meminum obat lihat dulu label yang menempel di
bungkus obat, apakah benar nama ibuk yang tertulis
disitu. Selain itu ibuk perlu memperhatikan jenis
obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat yang
harus diminum, jam berapa saja obatnya harus diminum,
dan cara meminum obatnya. ibuk harus meminum obat
secara teratur dan tidak menghentikannya tanpa
konsultasi dengan dokter. Sekarang kita memasukan
waktu meminum obat kedalam jadwal ya buk. Cara
mengisi jadwalnya adalah jika ibuk minum obatnya
sendiri tanpa diingatkan oleh Perawat atau teman maka
di isi dengan M artinya mandiri, jika ibu meminum
obatnya diingatkan oleh Perawat atau oleh teman maka
di isi B artinya dibantu, jika ibu tidak meminum
obatnya maka di isi T artinya tidak melakukannya.
Mengerti bu?
Pasien : saya mengerti
Perawat : coba ibuk ulangi kembali cara mengisi jadwal
kegiatan?
Pasien : jika saya meminum obat tanpa diingatkan maka
saya isi di kolom M artinya mandiri, jika saya minum obat
diingatkan oleh keluarga/ Perawat/ teman saya buat di kolom B,
jika saya tidak melakukannya saya buat di kolom T.
Perawat : Nah bagus, ibuk sudah mengerti.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berbincang-
bincang tentang obat?
Pasien : saya sekarang mengerti cara minum obat yang
baik buk
Perawat : Sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol
suara-suara? Coba ibu sebutkan?
Pasien : menghardik dan minum obat
Perawat : Wah, ibu benar sekali
b. Tindakan lanjut
Perawat : Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00,
13:00 dan 19:00 pada jadwal kegiatan ibuk. Nah
sekarang kita masukan kedalam jadwal minum obat yang
telah kita buat tadi ya ibuk. jangan lupa lakukan
semua dengan teratur ya ibuk
Pasien : baik buk
c. Kontrak yang akan datang :
Perawat : Baik lah buk. Bagaimana kalau besok kita bertemu
lagi untuk melihat manfaat minum obat dan berlatih
cara untuk mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain. apakah buk Rahmi
bersedia?
Pasien : ya, saya bersedia buk
Perawat : Karena besok saya dinas siang dari pukul 14.00-
21.00 Wib, jadi kita latihan sore saja ya buk. Kira- kira ibuk
siang jam berapa ibuk bisa?
Pasien : jam 15.00 buk
Perawat : baiklah buk. Kita akan bertemu jam 15.00 disini ya
buk. Saya permisi dulu ya buk. Assalammualaikum wr.wb
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 : BERCAKAP-CAKAP.
Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : 3/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran.
Ruangan :
Nama Klien :
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang
mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
Data objektif :
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak tertawa sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi ke jadwal harian
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain.
c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke
jadwal kegiatan harian klien.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Asalammualaikum wr. wb.. selamat pagi buk Rahmi
Pasien : Walaikum salam buk
b. Evaluasi/validasi.
Perawat : Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini?
Pasien : Baik buk
Perawat : Apakah suara-suara masih muncul?
Pasien : masih buk, tapi sudah berkurang
Perawat : Apakah Ibuk telah melakukan dua cara yang telah
kita pelajari untuk menghilangkan suara-suara yang
menganggu?
Pasien : sudah buk
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan harian ibuk?
Pasien : (mengeluarkan catatan harian dan memberikan kepada
Perawat)
Perawat : bagus sekali buk, sekarang coba lihat obatnya.
Ya bagus, ibu sudah minum obat dengan teratur jam
07:00, 13:00 dan 19:00 dan latihan menghardik suara-
suara juga dilakukan dengan teratur. Sekarang coba
ceritakan pada saya apakah dengan dua cara tadi
suara-suara yang ibuk dengarkan berkurang?
Pasien : ya, suara sudah mulai berkurang
Perawat : Coba sekarang praktekkan cara menghardik suara-
suara yang telah kita pelajari.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan
“Pergi.. pergi saya tidak mau dengar.. Kamu suara palsu”
(sambil menutup kedua telinganya)
Perawat : Coba ibuk jelaskan kembali pada saya cara minum
obat dengan benar.
Pasien :Sebelum saya meminum obat lihat dulu label yang
menempel di bungkus obat, apakah benar nama saya
yang tertulis disitu, perhatikan jenis obatnya,
berapa dosis, satu atau dua butir obat yang harus
diminum, jam berapa saja obatnya harus diminum, dan
cara meminum obatnya.
Perawat : Bagus sekali ibuk rahmi
b. Kontrak.
Perawat : Baiklah ibuk sesuai janji kita kemaren hari ini
kita akan belajar cara ketiga dari empat cara
mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain, Apakah buk Rahmi
bersedia?
Pasien : saya bersedia buk
Perawat : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 20 menit, Buk?
Pasien : baik buk
Perawat : ibuk mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : Disini saja buk.
Perawat : Baiklah ibuk.
2. Fase Kerja.
Perawat : Caranya adalah jika ibu mulai mendengar suara-
suara, langsung saja ibu cari teman untuk diajak
berbicara. Minta teman ibu untuk berbicara dengan
ibu. Contohnya begini ibu, tolong berbicara dengan
saya, saya mulai mendengar suara-suara. Ayo kita
ngobrol dengan saya! Atau Ibuk minta pada perawat
untuk berbicara dengannya seperti “ buk tolong
berbicara dengan saya karena saya mulai mendengar
suara-suara.
Sekarang coba ibu praktekkan !
Pasien :Jika saya mendengar suara itu, saya cari teman atau
perawat untuk berbicara dengan saya. Buk, tolong
bicara dengan saya karena saya sudah mendengar
suara-suara
Perawat : Bagus sekali buk Rahmi
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berlatih
tentang cara mengontrol suara-suara dengan bercakap-
cakap.
Pasien : merasa baik buk
Perawat :Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk
mengontrol suara-suara?
Pasien : sudah 3 cara
Perawat : Coba sebutkan
Pasien : menghardik, minum obat dan bercakap- cakap
dengan teman
Perawat : Bagus sekali ibuk. mari kita masukan kedalam
jadwal kegiatan harian ya Ibu
b. RTL :
Perawat : berapa kali ibuk akan bercakap-cakap.
Pasien : dua kali buk
Perawat : baiklah buk dua kali saja. Jam berapa saja ibuk?
Pasien : Jam 08.00 dan 19.00
Perawat : Baiklah ibuk jam 08:00 dan 19:00. Jangan lupa ibuk
lakukan cara yang ketiga agar suara-suara yang ibuk
dengarkan tidak mengganggu ibuk lagi.
c. Kontrak yang akan datang :
Perawat : Baik lah buk, Bagaimana kalau besok kita
berbincang-bincang tentang manfaat bercakap-cakap
dan berlatih cara keempat untuk mengontrol suara-
suara yang ibuk dengar dengan cara melakukan
kegiatan aktivitas fisik, apakah buk Rahmi bersedia?
Pasien : ya, saya bersedia (sambil mengangguk-anggukan
kepala)
Perawat : besok saya masih dinas seperti sekarang. Kira kira
ibuk bisa jam berapa?
Pasien : jam 17.00 setelah saya tidur siang saja buk.
Perawat : Baiklah buk, saya akan datang besok jam 17.00 di
ruangan ini ya buk. Saya permisi dulu. Assalammualaikum wr. Wb
Pasien : Walaikumsalam wr wb
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4 : MELAKUKAN AKTIVITAS SEHARI-HARI.
Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : 4/ gangguan persepsi sensori : Halusinasi
Pendengaran.
Ruangan :
Nama Klien :
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan masih mendengar suara laki-laki yang
mengejeknya.
b. Klien mengatakan mendengarnya ketika sendiri.
Data objektif :
a. Klien masih tampak berbicara sendiri.
b. Klien masih tampak mengarahkan telinga kesuatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan yang mampu klien lakukan.
c. Menganjurkan klien memasukan kegiatan ke jadwal
kegiatan sehari-hari klien.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Asalamualaikum buk Rahmi, selamat pagi.. Saya
boleh duduk buk?
Pasien : Walaikumsalam wr.wb, boleh buk
Perawat : Ibu masih ingat dengan saya?
Pasien : Masih buk (sambil mengangguk)
b. Evaluasi validasi.
Perawat :Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini? Apakah masih
ada mendengar suara-suara?
Pasien : saya baik buk, suaranya sudah jarang saya
dengar
Perawat :Apakah ibuk telah melakukan tiga cara yang telah
dipelajari untuk menghilangkan suara-suara yang menganggu?
Pasien : ya , saya sudah melakukannya
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya?
Pasien : (mengambil buku kegiatan harian dan memberikannya pada
perawat)
Perawat :Bagus sekali buk, ibuk minum obatnya
dengan teratur, latihan bercakap-cakap dengan teman
dan perawat juga dilakukan dengan teratur. Sekarang
coba ceritakan pada saya apakah dengan ketiga cara
tadi suara-suara yang ibu dengarkan berkurang?
Pasien : iya buk, suaranya berkurang
Perawat :Bagus sekali buk, dengan cara tersebut suara-suara
itu sudah tidak akan menganggu ibuk lagi. Coba
sekarang ibuk praktekkan lagi bagaimana cara
menghardik suara-suara yang telah kita pelajari dan
jelaskan kembali pada saya 6 cara minum obat yang
benar dan dengan siapa ibu bisa bercakap-cakap?
Pasien : Jika saya mendengar suara itu lagi, saya katakan
“Pergi.. pergi saya tidak mau dengar.. Kamu suara
palsu” (sambil menutup kedua telinganya). Sebelum
saya meminum obat saya lihat dulu label yang
menempel di bungkus obat, apakah benar nama saya
yang tertulis disitu, perhatikan jenis obatnya,
berapa dosis, satu atau dua butir obat yang harus
diminum, jam berapa saja obatnya harus diminum, dan
cara meminum obatnya. Dan yang terakhir saya harus
bercakap cakap dengan teman atau perawat jika suara
itu terdengar.
Perawat : Bagus sekali buk Rahmi ! Ibu sudah bisa
mempraktekkannya.
c. Kontrak.
Perawat : Baiklah ibu sesuai janji kita kemaren hari ini
kita akan latihan cara yang muncul yaitu melakukan
aktivitas fisik yaitu membersih kamar tujuannya
kalau ibuk sibuk maka kesempatan muncul suara-suara
akan berkurang. Apakah ibuk bersedia?
Pasien : saya bersedia
Perawat : Berapa lama waktu kita berbincang-bincang buk?
Bagaimana kalau 20 menit?
Pasien :baiklah buk
2. Fase Kerja.
Perawat : Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuan
nya agar ibuk dapat mengalihkan suara yang didengar.
Dimana kamar tidur ibu?
Pasien : Disana buk, disebelah dapur.
Perawat : (di kamar) Baiklah buk sekarang kita merapikan
tempat tidur ibuk ya. Kalau kita akan merapikan
tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal, guling dan
selimutnya. Lalu kita pasang sepraynya lagi, kita
mulai dari arah atas ya sekarang bagian kaki, tarik
dan masukkan, lalu bagian pinggir dimasukkan.
Sekarang ambil bantal dan letakkan dibagian atas
kepala. Selanjutnya kita lipat dan rapikan
selimutnya dan letakan dibawah kaki.
Pasien : (mempraktekkan)
Perawat :Bagus sekali ibuk. ibuk dapat melakukannya dengan
baik dan rapi.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita membereskan
tempat tidur apakah selama kegiatan berlangsung
suara-suara itu datang?
Pasien : saya senang buk dan suara itu sudah tidak
terdengar lagi.
Perawat : Bagus sekali buk. Jadi selama latihan suara-suara
itu tidak ada ya buk. Ibu dapat melakukan kegiatan
untuk menghilangkan suara-suara dengan sering
bekerja. Apakah ibuk bisa menjelaskan kembali
langkah-langkah merapikan tempat tidur?
Pasien : Pindahkan dulu bantal, guling dan selimutnya. Lalu
pasang sepraynya,mulai dari arah atas lalu bagian
kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir
dimasukkan. Kemudian letakkan bantal dibagian atas
kepala. Selanjutnya lipat dan rapikan selimutnya dan
letakan dibawah kaki.
b. RTL :
Perawat :Bagus sekali buk sekarang masukan kedalam jadwal
kegiatan harian.
Pasien : baik buk ( sambil membuka buku jadwal harian)
c. Kontrak yang akan datang
Perawat : Ibuk kita telah melakukan keempat cara untuk
menghilangkan suara-suara yang ibuk dengar. Jadi
ibuk harus melakukannya setiap hari agar suara-
suara itu tidak mengganggu ibuk lagi. Bagaimana buk?
Apakah ibu mengerti?
Pasien : ya saya mengerti
Perawat : Baiklah buk,saya akan menemui ibuk besok untuk
melihat apakah ibuk melakukan keempat kegiatan
tersebut atau tidak. Saya permisi dulu ya buk.
Assalammualaikum wr wb
d. SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian
halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan
gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
a. Orientasi
Perawat :Assalammualaikum Buk!”“Saya Refi, perawat yang
merawat Kakak Ibuk. Bagaimana perasaan ibuk hari ini?
Adik pasien : Saya kurang baik, Sus. Saya khawatir melihat
kondisi kakak saya.
Perawat :Apa pendapat ibuk tentang kondisi Adik Ibu?
Adik : saya merasa sedih Sus melihatnya.
Perawat : Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah
yang kakak ibuk alami dan bantuan apa yang bisa ibuk
berikan.Kita mau diskusi di mana, Buk? Bagaimana
kalau di ruang wawancara?
Adik Pasien : Baiklah,Sus
Perawat :Berapa lama waktu ibuk inginkan? Bisa selama 20
menit, Buk?
Adik pasien : bisa Sus, saya ikut Suster saja.
b. Kerja
Perawat : Baiklah buk. Apa yang ibuk rasakan ketika melihat
kakak ibuk?
Adik : Saya sedih Sus, saya tidak tau apa yang terjadi
pada kakak saya.
Perawat : Apa yang ibuk lakukan saat melihat kakak ibuk
berteriak-teriak?
Adik :Saya hanya bisa menemani dia dan menenangkannya,
Sus. Tapi kakak saya tidak mau berhenti untuk
berteriak.
Perawat : Baiklah Buk. Gejala yang dialami oleh kakak itu
dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat
sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
Tanda-tandanya bicara sendiri, tertawa sendiri,atau
marah-marah tanpa sebab
Jadi kalau kakak ibuk mengatakan mendengar suara-
suara, sebenarnya suara itu tidak ada. Untuk itu
kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa
cara. Ada beberapa cara untuk membantu kakak ibuk
agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara
tersebut antara lain: Pertama, dihadapan kakak ibuk,
jangan membantah halusinasi atau menyokongnya.
Katakan saja ibuk percaya bahwa kakak ibuk tersebut
memang mendengar suara, tetapi ibuk sendiri tidak
mendengarnya. Kedua, jangan biarkan kakak ibuk
melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi
akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-
cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti
makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang
kegiatan, saya telah melatih kakak ibuk untuk
membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong ibuk
pantau pelaksanaannya ya dan berikan pujian jika dia
lakukan. Sampai disini apakah ibuk sudah mengerti?
Apakah ada yang ingin ibuk tanyakan?
Pasien : Saya mengerti,Sus. Dan saya tidak ada
pertanyaan
Perawat : Baiklah buk, kita lanjutkannya. Ketiga, bantu kakak
ibuk minum obat secara teratur. Jangan menghentikan
obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya
juga sudah melatih kakak ibuk untuk minum obat secara
teratur. Jadi adik dapat mengingatkan kembali.
Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ
gunanya untuk menghilangkan suara-suara . Diminum 3 X
sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam.
Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam
minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP
gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama
dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah
kekambuhan. Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi
mulai muncul, putus halusinasi kakak ibuk dengan cara
menepuk punggung kakak ibuk. Kemudian suruhlah kakak
ibuk menghardik suara tersebut. Kakak ibuk sudah saya
ajarkan cara menghardik halusinasi. Bagaimana buk?
Apakah sudah paham?
Adik : paham Sus.
Perawat : Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi
kakak ibuk. Sambil menepuk punggung kakak ibuk,
contoh : Buk, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang
diajarkan perawat bila suara-suara itu datang?
Ya..Usir suara itu, Buk. Tutup telinga kamu dan
katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”.
Ucapkan berulang-ulang, Buk. Sekarang coba ibuk
praktekkan cara yang barusan saya ajarkan.
Adik : Jika kakak saya terlihat sedang mendengar suara-
suara saya harus katakan :Buk, sedang apa kamu?Kamu
ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-suara
itu datang? Ya..Usir suara itu, Buk. Tutup telinga
kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau
dengar”. Ucapkan berulang-ulang, Buk.
Perawat :Bagus buk. Ibuk sudah bisa mempraktekkan yang saya
ajarkan
c. Terminasi:
Perawat :Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berdiskusi dan
latihan memutuskan halusinasi kakak ibuk?
Adik : saya merasa senang Sus, sekarang saya sudah bisa
membantu kakak saya
Perawat :Sekarang coba ibuk sebutkan kembali tiga cara
merawat kakak ibuk?
Adik :Mengingatkan minum obat, tidak membiarkan sendiri
(sering bercakap- cakap), dan mengingatkan untuk
menghardik suara tersebut jika terdengar.
Perawat :Bagus sekali Buk. Bagaimana kalau dua hari lagi
kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus
halusinasi langsung dihadapan kakak ibuk. Jam berapa
kita bertemu?
Adik Pasien : jam 2 siang Sus, soalnya pagi saya harus
kerja dulu.
Perawat :Baiklah, Buk. Kita bertemu lagi di ruangan ini 2
hari lagi jam 2 ya buk. Saya permisi dulu .Assalamu’alaikum wr
wb
Pasien : Walikumsalam wr wb.
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien
langsung dihadapan pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapan pasien.
1) Orientasi:
Perawat :Assalammualaikum. Bagaimana perasaan ibuk pagi
ini?
Adik : Baik, Sus
Perawat : Apakah ibuk masih ingat bagaimana cara memutus
halusinasi kakak ibuk yang sedang mengalami
halusinasi?
Adik pasien : Ya, Sus. Saya masih ingat
Perawat :Bagus! Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20
menit ini kita akan mempraktekkan cara memutus
halusinasi langsung dihadapan kakak ibuk. Mari kita
datangi kakak ibuk
2) Kerja
Perawat : (diruang Pasien) Assalamu’alaikum buk, adik ibuk
sangat ingin membantu ibuk mengendalikan suara-suara
yang sering ibuk dengar. Untuk itu pagi ini adik ibuk
datang untuk mempraktekkan cara memutus suara-suara
yang ibuk dengar. Ibuk nanti kalau sedang dengar
suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri,
maka adik ibuk akan mengingatkan seperti ini”
”Sekarang, coba ibuk peragakan cara memutus
halusinasi yang sedang ibuk alami seperti yang sudah
kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung kakak ibuk
lalu suruh kakak ibuk mengusir suara dengan menutup
telinga dan menghardik suara tersebut” (perawat
mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap
pasien)
Adik : (mempraktekkan yang telah dipelajari)
Perawat : Bagus sekali!Bagaimana buk? Senang dibantu adiknya
buk?
Pasien : ya, saya senang dibantu oleh adik saya.
Perawat :Nah adik ibuk ingin melihat jadwal harian ibu.
Pasien : (Pasien memperlihatkan dan dorong orang tua memberikan
pujian)
Perawat : Baiklah, sekarang saya dan adik ibuk ke ruang
perawat dulu
(perawat dan keluarga pasien meninggalkan pasien untuk
melakukan terminasi dengan keluarga)
3) Terminasi
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan kakak ibuk?
Pasien : saya merasa senang bisa membantu kakak saya,
Sus.
Perawat : Baiklah ,Buk. Ibuk harus terus mengingat pelajaran
kita hari ini ya Buk.Ibuk dapat melakukan cara itu bila kakak
ibuk mengalami halusinasi.
Adik : Baik, Sus, saya akan mengingatnya.
Perawat : Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk
membicarakan tentang jadwal kegiatan harian kakak
ibuk untuk persiapan di rumah. Jam berapa ibuk bisa
datang?
Adik : sama seperti sekarang saja, Sus, jam 2 siang
Perawat :Tempatnya di sini ya, Buk. Saya permisi dulu ya
pak.
Assalammualaikum wr wb
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
1) Orientasi
Perawat :Assalamualaikum Buk, karena besok kakak ibuk sudah
boleh pulang, maka sesuai janji kita sekarang ketemu
untuk membicarakan jadwal ibuk selama dirumah.
Bagaimana buk selama ibuk membesuk apakah sudah terus
dilatih cara merawat kakak ibuk?
Adik :Baik Sus, saya sering mengingatkan kakak saya untuk
terus menjalankan kegiatan tersebut.
Perawat : Nah sekarang kita bicarakan jadwal kakak ibuk di
rumah? Mari kita duduk di ruang perawat!
Adik : Baik, Sus
Perawat : (diruang Perawat) Ini jadwal kegiatan kakak ibuk di
rumah sakit. Jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah.
Coba ibuk lihat mungkinkah dilakukan di rumah. Siapa
yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan? Buk,
jadwal yang telah dibuat selama kakak ibuk di rumah
sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal
aktivitas maupun jadwal minum obatnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah
perilaku yang ditampilkan oleh kakak ibuk selama di
rumah. Misalnya kalau kakak ibuk terus menerus
mendengar suara-suara yang mengganggu dan tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika
hal ini terjadi segera hubungi perawat di Puskesmas
terdekat dari rumah ibuk. Selanjutnya perawat
tersebut yang akan membantu memantau perkembangan
kakak ibuk selama di rumah
Adik :Baiklah, Sus. Saya dan keluarga saya akan berusaha
untuk memantau kondisi kakak saya dan mengingatkan
untuk terus melaksanakan kegiatan yang ia dapat
selama di rumah sakit.
2) Terminasi
Perawat : Bagaimana Adik? Ada yang ingin ditanyakan?
Adik : tidak buk, saya tidak ada petanyaan, saya sudah
paham.
Perawat : Coba ibuk sebutkan cara-cara merawat kakak ibuk
di rumah!
Adik : Mengingatkan minum obat, tidak membiarkannya
sendiri, dan mengingatkan dia untuk menghardik suara
yang didengar jika mengganggu.
Perawat : Bagus. Ini jadwalnya untuk dibawa pulang.
Selanjutnya silakan ibuk menyelesaikan administrasi
yang dibutuhkan. Kami akan siapkan kakak ibuk untuk
pulang