Post on 28-Feb-2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan
layanan kesehatan di suatu negara. Data organisasi
kesehatan dunia (WHO) menunjukan fenomena 2/3 pada
angka kematian bayi. Maksud fenomena ini adalah terjadi
dua per tiga kematian bayi (berusia 0-1 tahun) pada
umur kurang dari 1 bulan (neonatal), dua per tiga
kematian neonatal terjadi pada umur kurang dari
seminggu (neonatal dini), dan dua per tiga kematian
pada masa neonatal dini terjadi pada hari pertama
(Komalasari, 2007), Berdasarkan hasil penelitian,
angka kematian bayi dapat dicegah dengan beberapa cara
intervensi yaitu, 13% kematian bayi dapat dicegah
dengan pemberian ASI, 8,8% dengan inisiasi menyusu
1
2
dini, 7,5% , dan 5% dengan pemberian Zinc. (Edmond,
2006; Jones, 2003, Roesli 2008).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah bayi diberi
kesempatan memulai/ inisiasi menyusu sendiri segera
setelah lahir/ dini, dengan membiarkan kontak kulit
bayi dengan kulit ibu setidaknya satu jam atau lebih,
sampai menyusu pertama selesai (Roesli, 2008).
Penelitian oleh Edmond (2006) mengemukakan pentingnya
dilakukan IMD, alasannya adalah IMD dapat mencegah 22%
kematian bayi di negara berkembang pada usia dibawah 28
hari. Namun jika menyusu pertama, saat bayi berusia
diatas dua jam dan dibawah 24 jam pertama, maka dapat
mencegah 16% kematian bayi dibawah 28 hari.
Beberpa masalah yang dapat menghambat pelaksanaan
IMD antara lain kurangnya kepedulian terhadap
pentingnya IMD, kurangnya konseling oleh tenaga
kesehatan dan kurangnya praktek IMD, serta masih
kuatnya kepercayaan keluarga bahwa ibu memerlukan
istirahat yang cukup setelah melahirkan sehingga
menyusui sulit dilakukan.
3
Pemberian ASI secara eksklusif menurut Depkes
(2003) adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa
diberikan makanan dan minuman lain sejak dari lahir
sampai usia 6 bulan. Rekomendasi pemberian ASI
eksklusif sampai usia 6 bulan tampaknya masih terlalu
sulit untuk dilaksanakan. Upaya agar ibu bisa menyusui
bayinya secara eksklusif sampai usia 4 bulan saja masih
memiliki banyak kendala.. Survey yang dilaksanakan
tahun 2002 oleh Nutrition and Surveilance System (NSS) bekerja
sama dengan Balitbangkes pada 4 kota (Jakarta,
Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 pedesaan ( Sumatra
Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, NTB, dan Sulawesi Selatan) menunjukkan bahwa
cakupan ASI eksklusif di perkotaan antara 4-13%,
sedangkan di pedesaan 4-25%. Cakupan tersebut dibawah
target nasional untuk meningkatkan pemberian ASI
eksklusif hingga 80% (Depkes, 2004).
Tahun 2012, Fikawati meneliti dari 1377 responder
di 4 kabupaten di Propinsi Jawa Barat dan 4 kabupaten
di Propinsi Jawa Timur bahwa Ibu yang melakukan IMD
memiliki resiko 2-8 kali lebih besar untuk memberikan
4
ASI eksklusif. Penelitian lainnya oleh Lawrence (2004)
mengatakan bahwa ibu yang melakukan IMD memiliki resiko
1,8-7,2 kali lebih besar untuk melakukan ASI eksklusif.
IMD juga mempersiapkan payudara ibu untuk mulai
memproduksi ASI. Perasaan senang melihat bayi dan
kepuasan dapat menyusui akan merangsang kelenjar
hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin untuk
mempercepat pengeluaran ASI sehingga dapat dicegah
pemberian makanan/minuman prelakteal (Lawrence, 2004).
Studi pendahuluan yang dilakukan di RW X dan RW XI
Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang
kepada 33 Responder yang diambil secara acak,
didapatkan 10 ibu yang menyusui ASI secara eksklusif, 8
ibu melakukan IMD, dan diantara 8 ibu yang melakukan
IMD tersebut, 5 ibu menyusui ASI eksklusif, 3 Ibu tidak
menyusui ASI eksklusif. Berdasarkan survey tersebut
tampak bahwa bayi yang IMD melakukan ASI eksklusif
lebih banyak dari pada tidak melakukan ASI eksklusif.
Berdasarkan penelitian sebelumnya dan survei
pendahuluan, peneliti mengajukan penelitian untuk
mengetahui hubungan IMD dengan pemberian ASI secara
5
eksklusif pada anak usia 6-24 bulan di RW X dan RW XI
Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan IMD dengaan pemberian ASI
secara eksklusif pada anak usia 6-24 bulan di RW X dan
RW XI Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan IMD dengaan pemberian ASI
secara eksklusif pada anak Usia 6-24 bulan di RW X dan
RW XI Kelurahan Kalirejo Kecamatan lawang Kabupaten
Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui jumlah anak usia 6-24 bulan di RW X
dan RW XI Kelurahan Kalirejo Kecamatan lawang
Kabupaten Malang yang mendapat ASI secara
eksklusif.
6
2. Mengetahui jumlah anak usia 6-24 bulan di RW X
dan RW XI Kelurahan Kalirejo Kecamatan lawang
Kabupaten Malang yang mendapat perlakuan IMD.
3. Mengetahui kuat hubungan IMD dengaan pemberian
ASI secara eksklusif pada anak Usia 6-24 bulan
di RW X dan RW XI Kelurahan Kalirejo Kecamatan
lawang Kabupaten Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini maka diharapkan dapat
memberikan manfaat dalam beberapa aspek seperti
tersebut di bawah ini.
1.4.1 Manfaat Ilmu Pengetahuan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
mengetahui ada hungungan IMD dengaan pemberian ASI
secara eksklusif pada anak Usia 6-24 bulan di RW X dan
RW XI Kelurahan Kalirejo Kecamatan lawang Kabupaten
Malang.
1.4.2. Maanfaat Institusional
Dari hasil penelitian ini diharapkan tenaga
kesehatan di RW X dan RW XI Kelurahan Kalirejo
7
Kecamatan lawang Kabupaten Malang. dapat mendorong ibu
untuk melakukan IMD dan Asi Eksklusif.
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan ide bagi penelitian selanjutnya.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Inisiasi Menyusu Dini
2.1.1 Definisi Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah bayi diberi
kesempatan memulai/ inisiasi menyusu sendiri segera
setelah lahir/ dini, dengan membiarkan kontak kulit
bayi dengan kulit ibu setidaknya satu jam atau lebih,
sampai menyusu pertama selesai (Roesli, 2008). Apabila
dalam satu jam tidak ada reaksi menyusu, maka boleh
mendekatkan puting susu tetapi beri kesempatan bayi
untuk inisiasi. Ada beberapa intervensi yang dapat
mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan
9
menemukan sendiri payudara ibunya. Diantaranya, obat
kimiawi yang diberikan saat ibu bersalin, kelahiran
melalui obat-obatan atau tindakan seperti caesar,
vacum, forsep, episiotomi (UNICEF, 2007).
2.1.2 Proses Inisiasi Menyusui Dini
Bayi baru lahir yang lahir sehat secara normal
akan terlihat sadar dan waspada, serta memiliki refleks
‘rooting’ dan refleks mengisap untuk membantunya mencari
puting susu ibu, mengisapnya dan mulai minum ASI.
Kebanyakan bayi baru lahir sudah siap mencari puting
dan mengisapnya dalam waktu satu jam setelah lahir
(UNICEF, 2007). Bila diletakkan sendiri di atas perut
ibunya, bayi baru lahir yang sehat akan merangkak ke
atas, dengan mendorong kaki, menarik dengan tangan dan
menggerakkan kepalanya hingga menemukan puting susu.
Indera penciuman seorang bayi baru lahir sangat tajam,
yang juga membantunya menemukan puting susu ibunya.
Ketika bayi bergerak mencari puting susu, ibu akan
memproduksi oksitosin dalam kadar tinggi. Ini membantu
kontraksi otot rahim sehingga rahim menjadi kencang dan
dengan demikian mengurangi perdarahan. Oksitosin juga
6
10
membuat payudara ibu mengeluarkan zat kolostrum ketika
bayi menemukan puting susu dan mengisapnya
(Roesli,2008).
Ada beberapa hal yang menyebabkan bayi mampu
menemukan sendiri puting Ibunya, dan mulai menyusui,
yaitu (Roesli, 2008) :
a. Sensory Inputs atau indera yang terdiri dari penciuman;
terhadap bau khas Ibunya setelah melahirkan,
penglihatan; karena bayi baru dapat mengenal pola
hitam putih, bayi akan mengenali puting dan wilayah
areola ibunya karena warna gelapnya. Berikutnya
adalah indera pengecap; bayi mampu merasakan cairan
amniotic yang melekat pada jari-jari tangannya,
sehingga bayi pada saat baru lahir suka menjilati
jarinya sendiri. Kemudian, dari indera pendengaran;
sejak dari dalam kandungan suara ibu adalah suara
yang paling dikenalnya. Dan yang terakhir dari indera
perasa dengan sentuhan; sentuhan kulit-ke-kulit
antara bayi dengan ibu adalah sensasi pertama yang
memberi kehangatan, dan rangsangan lainnya.
11
b. Central Component. Otak bayi yang baru lahir sudah
siap untuk segera mengeksplorasi lingkungannya, dan
lingkungan yang paling dikenalnya adalah tubuh
ibunya. Rangsangan ini harus segera dilakukan, karena
jika terlalu lama dibiarkan, bayi akan kehilangan
kemampuan ini. Inilah yang menyebabkan bayi yang
langsung dipisah dari ibunya, akan lebih sering
menangis daripada bayi yang langsung ditempelkan ke
tubuh ibunya.
c. Motor Outputs. Bayi yang merangkak di atas tubuh
ibunya, merupakan gerak yang paling alamiah yang
dapat dilakukan bayi setelah lahir. Selain berusaha
mencapai puting ibunya, gerakan ini juga memberi
banyak manfaat untuk sang Ibu, misalnya mendorong
pelepasan plasenta dan mengurangi pendarahan pada
rahim Ibu. Dalam prosedur IMD terdiri dari dua
komponen utama yaitu:
1) Kontak antar kulit ibu dan bayi (skin to skin)
2) Upaya menyusu (sucking)
2.1.3 Manfaat Inisiasi Mnyusui Dini
12
Berbagai penelitian mengemukakan alas an melakukan IMD
antara lain:
a. IMD dapat mencegah 22% kematian bayi di Negara
berkembang pada usia dibawah 28 bulan, namun jika
menyusu pertama, saat bayi berusia diatas dua jam
dan dibawah 24 jam pertama, maka dapat mencegah 16%
kematian bayi dibawah 28 hari (Edmond, 2006).
b. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan
meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit
setidaknya selama satu jam, mempunyai hasil dua kali
lebih lama untuk disusui (Siregar, 2004).
c. IMD akan menurunkan resiko kematian pada neonatus
(Edmond, 2006).
d. Di Indonesia pemberian ASI secara dini mempunyai 8
kali lebih besar kemungkinan dalam memberikan ASI
Eksklusif (Februhartanty, 2008).
e. IMD akan meningkatkan keberhasilan pemberian ASI
eksklusif 6 bulan karena kontak dini ibu dan bayi
(Green, 1999) akan meningkatkan lama menyusui dua
kali dibandingkan dengan kontak yang lambat (Dinkes
Jateng, 2006).
13
f. Ibu dan bayi berinteraksi pada menit-menit pertama
setelah lahir.
g. Kemampuan ibu untuk menyesuaikan suhu tubuhnya
dengan suhu yang dibutuhkan bayi meningkat meningkat
(thermoregulationthermal syncron) (Bergstrom, 2007).
Sedangkan manfaat dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
antara lain:
A . Manfaat IMD untuk Bayi
1) Menurunkan angka kematian bayi karena hypothermia
(Bergstrom, 2007).
2) Dada ibu menghangat bayi dengan suhu yang tepat
(Bergstrom, 2007).
3) Bayi mendapatkan kolustrum yang kaya akan anti
bodi, penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan
bayi terhadap infeksi (Dinkes Klaten, 2007).
4) Bayi dapat menjilat kulit ibu dan menelan bakteri
yang aman, berkoloni di usus bayi dan menyaingi
bakteri pathogen (Dinkes Klaten, 2007).
5) Menyebabkan kadar glukosa darah bayi yang lebih
baik pada beberapa jam setelah persalinan (Dinkes
Klaten, 2007).
14
6) Pengeluaran mekonium lebih dini, sehingga
menurunkan intensitas ikterus normal pada bayi baru
lahir (Dinkes Klaten, 2007).
B . IMD untuk Ibu :
1) Ibu dan bayi menjadi lebih tenang (Kroeger,
2004).
2) Jalinan kasih sayang ibu dan bayi lebih baik
sebab bayi siaga dalam 1-2 jam pertama (UNICEF,
2007).
3) Sentuhan, Jilatan, Usapan pada putting susu ibu
akan merangsang pengeluaran hormon oxyitosin
(UNICEF, 2007).
4) Membantu kontraksi uterus, mengurangi resiko
perdarahan, dan mempercepat pelepasan plasenta
(Sobhy, 2004).
2.1.4. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini
Pada jam pertama bayi menemukan payudara
ibunya, ini awal hubungan menyusui berkelanjutan
15
dalam kehidupan antara ibu danbayi menyusui
(UNICEF, 2007). Kontak dengan bayi sejak dini itu
membuat menyusui menjadi dua kali lebih lama, bayi
lebih jarang infeksi, dan pertumbuhannya lebih
baik. Di Indonesia, pemberian ASI dini dua hingga
delapan kali menjadikan kemungkinan memberi ASI
eksklusif lebih besar (UNICEF, 2007). Inisiasi
dini yang kurang tepat adalah menyorongkan mulut
bayi ke puting ibunya untuk disusui segera setelah
lahir saat bayi belum siap minum. Ini bisa
mengurangi tingkat keberhasilan inisiasi awal
menyusu (Edmond, 2006).
Tatalaksana IMD adalah sebagai berikut:
a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat
persalinan (Gustiana, 2007).
d. Bayi ditengkurapkan di perut ibu dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu. Bayi dapat diberi Topi
(UNICEF, 2007).
e. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi
mendekati putting susu.
f. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu sendiri.
16
g. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu
selama paling tidak satu jam walaupun proses menyusu
awal sudah terjadi atau sampai selesai menyusu awal
(UNICEF, 2007)
h. Tunda menimbang, mengukur, suntikan vitamin K, dan
memberikan tetes mata bayi sampai proses menyusu awal
selesai (American College, 2007).
j. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain
kecuali atas indikasi medis. Rawat Gabung; ibu dan
bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu
selama 24 jam (American College, 2007).
Bila inisiasi dini belum terjadi di kamar
bersalin; bayi tetap diletakkan didada ibu waktu
dipindahkan ke kamar perawatan dan usaha menyusu dini
dilanjutkan didalam kamar perawatan.
2.1.5 Masalah-masalah dalam praktek Inisiasi Menyusu
Dini (UNICEF, 2006)
a. Kurangnya kepedulian terhadap pentingnya IMD.
b. Kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan dan
kurangnya praktek IMD.
17
c. Adanya pendapat bahwa suntikan vitamin K dan tetes
mata untuk mencegah penyakit gonorrhea harus segera
diberikan setelah lahir, padahal sebenarnya tindakan
ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai
bayi menyusu sendiri (American Academy of Pediatric,
2005).
d. Kepercayaan keluarga yang kuat bahwa ibu memerlukan
istirahat yang cukup setelah melahirkan dan menyusui
sulit dilakukan.
e. Kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa
kolostrum yang keluar pada hari pertama tidak baik
untuk bayi.
f. Kepercayaan masyarakat yang tidak mengijinkan ibu
untuk menyusui dini sebelum payudaranya di bersihkan.
2.2 ASI Eksklusif
2.2.1.Pengertian Asi Eksklusif
Pemberian ASI secara eksklusif menurut Depkes
(2003) adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa
18
diberikan makanan dan minuman lain sejak dari lahir
sampai usia 6 bulan, kecuali pemberian obat dan
vitamin.Pemerinah Indonesia melalui Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7
April 2004 telah menetapkan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan pada ibu di Indonesia.
2.2.2. Manfaat Pemberian Asi Eksklusif
Manfaat ASI Eksklusif bagi b ayi :
1. Bayi mendapatkan kolostrum yang mengandung zat
kekebalan terutama Immuniglobullin A (IgA) yang
melindungi bayi dari berbagai infeksi terutama
diare, membantu pengeluaran meconium (Dinkes,
2007 ; Roesli, 2005)
2. Menyelamatkan kehidupan bayi (WHO, 2006)
3. Makanan terlengkap untuk bayi, terdiri dari
proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua
zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan
pertama (WHO, 2006 : Bhandari N, Bahl R, Mazumdar
S, et al, 2003 ; Linkages, 2007)
4. Selalu bersih dan selalu siap tersedia dalam suhu
yang sesuai (WHO, 2006)
19
5. Mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap (WHO,
2006)
6. Melindungi terhadap alergi karena tidak mengandung
zat yang dapat menimbulkan alergi (Mardeyanti,
2007 ; Mahtab S, 2007)
7. Pemberian ASI Ekslusif akan melindungi bayi baru
lahir dari berbagai penyakit akan, terutama alergi
dan gangguan pencernaan (Richard M, et al, 2004 ;
Roesli, 2008)
8. Pemberian ASI Ekslusif dapat mencegah hypothermia
pada bayi baru lahir (Richard M, et al, 2004 ;
Roesli, 2008)
9. Pemberian ASI Ekslusif berarti mempertahankan
pemberian ASI sekurangnya 4-6 bulan (Richard M,
et al, 2004 ; Roesli, 2008)
10. Pemberian ASI akan membantu pencegahan infeksi.
Manfaat ASI Eksklusif bagi Ibu:
1. Pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi
yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah
kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (ekslusif)
20
dan belum terjadi menstruasi kembali (Richard M,
et al, 2004 ; Roesli, 2008)
2. Menempelkan segera bayi pada payudara membantu
pengeluaran plasenta karena isapan bayi merangsang
kontraksi rahim, oleh karena itu menurunkan resiko
pasca persalinan (Roesli, 2008)
3. Memberikan ASI segera (dalam waktu 60 menit)
membantu meningkatkan produksi ASI dan proses
laktasi (Roesli, 2008)
4. Isapan putting segera dan sering membantu mencegah
payudara bengkak.
5. Pemberian ASI membantu mengurangi beban kerja ibu
karena ASI tersedia kapan dan dimana saja. ASI
selalu bersih, sehat dan tersedia dalam suhu yang
cocok (Roesli, 2008)
6. Pemberian ASI sangat ekonomis.
7. Meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi
Manfaat ASI Eksklusif bagi Keluarga :
1. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, kayu
bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau
peralatan.
21
2. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya
lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan
dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit
(Roesli, 2008)
3. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari
ASI ekslusif.
4. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat
5. Pemberian ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat
tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap
tersedia (Roesli, 2008)
2.2.3 Nilai Gizi Asi
Seperti halnya gizi pada umumya, ASI mengandung
komponen mikro dan makro nutrien. Yang termasuk
makronutrien adalah karbohidrat, protein, dan lemak.
Sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral. ASI
hampir 90%nya terdiri dari air. Volume dan komposisi
gizi ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung dari
kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi di atas
juga terlihat pada masa menyusui (colostrum, ASI
transisi, ASI matang, dan ASI pada saat penyapihan).
Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu
22
yang menyusui juga berbeda. Colostrum yang diproduksi
antara hari 1 – 5 menyusui kaya akan zat gizi terutama
protein. ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula
susu (laktosa). ASI yang berasal dari ibu yang
melahirkan bayi kurang bulan mengandung tinggi lemak
dan protein, serta rendah laktosa dibanding ASI yang
berasal dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Pada
saat penyapihan kadar lemak dan protein meningkat
seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walaupun
kadar protein, laktosa dan nutrien yang larut dalam air
sama pada setiap kali periode menyusui, tetapi kadar
lemak meningkat. Jumlah total produksi ASI dan asupan
ke bayi bervariasi untuk setiap waktu menyusui, dengan
jumlah berkisar antara 450 – 1200 ml dengan rerata
antara 750 – 850 ml per hari. Banyaknya ASI yang
berasal dari ibu yang mempunyai status gizi buruk dapat
menurun sampai jumlah 100 – 200 ml perhari. (Hendarto,
Pringgadini, 2008)
Komposisi ASI antara lain :
1. Karbohidrat
23
Laktosa adalah karbohidrat yang terdapat dalam
ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi
untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI
hampir 2 kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan
dalam susu sapi atau susu formula. Angka kejadian diare
karena laktosa sangat jarang ditemukan pada bayi yang
mendapat ASI. Hal ini dikarenakan penyerapan laktosa
ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi maupun
laktosa susu formula (Hendarto, Pringgadini, 2008).
2. Protein
Kandungan protein dalam ASI cukup tinggi.
Protein yang terdapat pada ASI dan susu sapi terdiri
dari protein whey dan casein. Di dalam ASI sendiri
lebih banyak terdapat protein whey yang lebih mudah
diserap oleh usus bayi. Sedangkan casein cenderung
lebih susah dicerna oleh usus bayi dan banyak terdapat
pada susu sapi. ASI mempunyai jenis asam amino yang
lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satunya
adalah taurin,dimana asam amino jenis ini banyak
ditemukan di ASI yang mempunyai peran pada perkembangan
otak. Selain itu ASI juga kaya akan nukleutida dimana
24
nukleutida ini berperan dalam meningkatkan pertumbuhan
dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri
baik yang ada di dalam usus dan meningkatkan penyerapan
besi dan meningkatkan daya tahan tubuh (Hendarto,
Pringgadini, 2008).
3. Lemak
Kadar lemak ASI lebih tinggi jika dibandingkan
dengan susu sapi atau susu formula. Kadar lemak yang
tinggi ini sangat dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Lemak
omega 3 dan omega 6 banyak ditemukan dalam ASI yang
berperan dalam perkembangan otak. DHA dan ARA hanya
terdapat dalam ASI yang berperan dalam perkembangan
jaringan saraf dan retina mata. ASI juga mengandung
asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang, yang baik
untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah (Hendarto,
Pringgadini, 2008).
4. Karnitin
Karnitin dalam ASI sangat tiggi dan memiliki fungsi
membantu proses pembentukan energi yang diperlukan
25
untuk mempertahankan metabolisme tubuh (Hendarto,
Pringgadini, 2008).
6. Vitamin K
Vitamin K dalam ASI jumlahnya sangat sedikit sehingga
perlu tambahan vitamin K yang biasanya dalam bentuk
suntikan. Vitamin K ini berfungsi sebagai faktor
pembekuan darah (Hendarto, Pringgadini, 2008).
6. Vitamin D
ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga
dengan pemberian ASI eksklusif dan ditambah dengan
membeiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan
mencegah bayi menderita penyakit tulang karena
kekurangan vitamin D (Hendarto, Pringgadini, 2008).
7. Vitamin E
Salah satu keuntungan ASI adalah kandungan vitamin
Enya cukup tinggi terutama pada kolostrum dan ASI
transisi awal. Fungsi penting vitamin E adalah untuk
ketahanan dinding sel darah merah (Hendarto,
Pringgadini, 2008)
8. Vitamin A
26
ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang
cukup tinggi. Selain berfungsi untuk kesehatan mata,
vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan
sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Inilah yang
menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai
tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik
(Hendarto, Pringgadini, 2008).
9. Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin larut air terdapat dalam ASI.
Seperti vitamin B, vitamin C dan asam folat. Kadar
vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi vitamin
B6 dan B12 serta asam folat rendah terutama pada ibu
yang kurang gizi. Sehingga perlu tambahan vitamin ini
pada ibu yang menyusui (Hendarto, Pringgadini, 2008).
10. Mineral
Mineral dalam ASI memiliki kualitas yang
lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan mineral
yang terdapat dalam susu sapi. Mineral utama yang
terdapat dalam susu sapi adalah kalsium yang berfungsi
untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi
jaringan saraf, dan pembekuan darah. Walaupun kadar
27
kalsium pada ASI lebih rendah daripada susu
sapi tetapi penyerapannya lebih besar. Bayi yang
mendapat ASI eksklusif beresiko sangat kecil untuk
kekurangan zat besi, walaupun kadar zat besi dalam ASI
rendah. Hal ini dikarenakan Zat besi yang terdapat
dalam ASI lebih mudah diserap daripada yang terdapat
dalam susu sapi. Mineral yang cukup tinggi terdapat
dalam ASI dibandingkan susu sapi dan susu formula
adalah selenium, yang sangat berfungsi pada saat
pertumbuhan anak cepat (Hendarto, Pringgadini, 2008).
2.2.4 Jangka Waktu Pemberian Asi Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka
waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin
terjadi sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan,
ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat,
sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2
tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli,2005).
Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan
baru terkait dengan pemberian ASI eksklusif. Jangka
28
waktu pemberian ASI eksklusif yang dianjurkan oleh
pemerintah saat ini adalah 6 bulan pertama yang
kemudian dilanjutkan sampai 2 tahun dengan pemberian
MP-ASI setelah 6 bulan (Depkes, 2005).
2.2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi Eksklusif
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
menyusui adalah sosial budaya, psikologis dan biologis
ibu sendiri. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi
ibu untuk menyusui adalah :
1. Faktor Psikologi
Status psikologi mendasari ibu dan pendukungnya
untuk keberhasilan menyusui, termasuk pecaya diri ibu
dan komitmen menyusui, bayi merasa kenyang merupakan
kepuasan bagi ibu menyusui. Psikologis ibu termasuk
disekitarnya yang dekat dalam struktur dukungan. Jenis
dari dukungan antara lain memberi dukungan informasi
termasuk bagian dari pengetahuan tentang keuntungan
menyusui dan cara menyusui. Dukungan emosi termasuk
29
member pengertian,membesarkan hati dan menyayangi.
Dukungan pertolongan termasuk memberi pertolongan fisik
untuk dapat menyusui bayinya. Pemberi dukungan termasuk
keluarga, teman, suami atau teman dekat, tenaga
kesehatan dan lingkungan hidup (Linkages,2002)
2. Faktor dukungan Tenaga Kesehatan
Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan dapat
membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk membuat
keputusan menyusui bayinya. Informasi tentang perawatan
payudara selama masa kehamilan, lama menyusui,
keuntungan menusui, inisiasi menyusui dini, merupakan
dukungan tenaga kesehatan yntuk menyukseskan
kelangsungan pemberian ASI eksklusif (Linkages,
2002;Mardeyanti, 2007;Depkes RI, 2005)
3. Faktor Demografi
Faktor demografi terbagi menjadi dua, yaitu faktor
sosio demografi dan faktor biomedik. Faktor sosio
demografi terdiri dari umur, pendidikan, status
perkawinan, suku, tingkat sosial dan penghasilan.
Faktor biomedik terdiri dari jumlah kelahiran,
30
kesehatan bayi dan kesehatan ibu (selama hamil,
melahirkan, dan setelah melahirkan) (Mardeyanti, 2007;
Rahajuningsih, 2005). Selain faktor diatas, adanya
kebijakan dan dukungan dari badan kesehatan dan
pemerintah juga membantu meningkatkan keberhasilan
menyusui eksklusif.
2.2.6 . Kendala Pemberian Asi Eksklusif
Beberapa kendala yang menyebabkan seorang ibu tidak
dapat melakukan pemberian ASI secara eksklusif antara
lain :
1. Produksi ASI kurang
2. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang
benar
3. Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi
formula (relaktasi)
4. Bayi terlanjur mendapat prelacteal feeding
(pemberian air gula / dekstrosa, susu formula pada
hari – hari pertama kelahiran)
FAKTOR PSIKOLOGIKepercayaan Ibu
Komitmen menyusui
Jumlah informasiDukungan emosi
SOSIODEMOGRAFIUmurPendidikanStatus perkawinanSukuTingkat socialPenghasilan
BIOMEDISJumlah kelahiranKesehatan BayiKesehatan ibu
FAKTOR DEMOGRAFI FAKTOR TENAGA KESEHATANInfo lama menyusui
Info keuntungan menyusui
Inisiasi menyusui Dini
Inisiasi menyusui Dini
31
5. Kelainan yang terjadi pada ibu (puting ibu lecet,
puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement,
mastitis dan abses)
6. Ibu hamil lagi pada saat masih menyusui
7. Ibu sibuk bekerja
8. Kelainan yang terjadi pada bayi (bayi sakit dan
abnormalitas bayi). (Linkages,2002)
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kemauan Ibu menyusui
SOSIODEMOGRAFIUmurPendidikanStatus perkawinanSukuTingkat socialPenghasilan
BIOMEDISJumlah kelahiranKesehatan BayiKesehatan ibu
FAKTOR TENAGA KESEHATANInfo lama menyusui
Info keuntungan menyusui
Inisiasi menyusui Dini
Bayi mengisap puting
Hormone oksitosin ↑
Produksi ASI ↑
↓ fase pralaktal
PEMBERIAN ASI SKSKLUSIF
= yang diteliti= yang tidak diteliti
32
Faktor - faktor yang mempengaruhi keberhasilan
menyusui antara lain demografi, psikologis dan dukungan
tenaga kesehatan. Faktor demografi terbagi menjadi dua,
yaitu faktor sosio demografi dan faktor biomedik.
Faktor sosio demografi terdiri dari umur, pendidikan,
status perkawinan, suku, tingkat sosial dan
penghasilan. Faktor biomedik terdiri dari jumlah
kelahiran, kesehatan bayi dan kesehatan ibu (selama
hamil, melahirkan, dan setelah melahirkan). Status
21
33
psikologi mendasari ibu dan pendukungnya untuk
keberhasilan menyusui, termasuk pecaya diri ibu dan
komitmen menyusui, dan dukungan emosi. Jenis dari
dukungan antara lain memberi dukungan dari suami dan
keluarga. Faktor demografi dan status psikologi sangat
mempengaruhi kemauan dan keputusan ibu untuk memberikan
ASI eksklusif pada anaknya atau tidak.
Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan dapat
membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk membuat
keputusan menyusui bayinya. Informasi tentang perawatan
payudara selama masa kehamilan, lama menyusui,
keuntungan menusui, inisiasi menyusui dini, merupakan
dukungan tenaga kesehatan untuk menyukseskan
kelangsungan pemberian ASI eksklusif. Selain itu,
inisiasi menyusui dini yang diselenggarakan oleh tenaga
kesehatan mempengaruhi kelangsungan pemberian ASI
eksklusif.
Inisiasi menyusui dini dilakukan dengan meletakkan
bayi di perut ibu agar bayi bisa mencari dan mengisap
puting susu ibu. Isapan putting susu tersebut
menyebabkan meningkatnya hormone oksitosin. Pengeluaran
34
hormon ini akan menyebabkan terjadinya kontraksi otot
polos pada areola payudara ibu sehingga terjadi let down
reflex atau ASI mengalir ke mulut bayi. Dengan pemberian
segera ASI pada bayi dapat menurunkan fasa pralaktal
yakni fase dimana bayi diberikan makanan atau minuman
selain ASI sebelum bayi menyusu. Apabila fase pralaktal
terjadi, bayi akan cendrung sulit untuk menyusu karena
menyusu dari puting tidak semudah menyusu dari dot
botol susu. Jika bayi tidak menyusu dari puting,
produksi hormone oksitosin menurun sehingga produksi
ASI juga menurun. Dengan demikian inisiasi menyusui
dini memiliki peranan penting dalam keberlangsungan
pemberian ASI eksklusif.
3.2 Hipotesis Penelitian
Ada hubungan IMD dengan pemberian ASI secara
eksklusif pada anak usia 6-24 bulan di RW 10 dan
RW 11 Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Lawang,
Kabupaten Lawang.
36
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam rancangan epidemiologi
analitik observasional dengan desain studi cross sectional
untuk menganalisis hubungan antara Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
eksklusif pada anak usia 6 – 24 bulan di RW 10 dan RW
11, Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten
Malang tahun 2012.
4.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RW 10 dan RW 11, Kelurahan
Kalirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
4.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 Oktober – 18
Oktober 2012.
4.4 Populasi dan Sampel Penelitian
4.4.1 Populasi penelitian
Populasi merupakan seluruh subjek penelitian atau
seluruh subjek yang akan diteliti. Populasi dalam
N.Z2 p.qd2(N-1)+ Z2 p.q
37
penelitian ini adalah semua anak usia 6 – 24 bulan di
RW 10 dan RW 11 Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Lawang,
Kabupaten Malang tahun 2012. Dari data didapatkan 62
anak dengan usia 6 – 24 bulan.
4.4.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah beberapa subyek penelitian yang mewakili
keseluruhan populasi. Sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah 47 anak usia 6 – 24 bulan di RW
10 dan RW 11 Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Lawang,
Kabupaten Malang tahun 2012 dengan besar yang dihitung
dengan rumus Isaac and Michael untuk studi cross sectional
dengan pengambilan sampel secara simple random sampling.
4.4.2.1 Besar sampel
Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini diambil
menggunakan rumus Isaac and Michael untuk studi cross sectional
dengan pengambilan sampel secara simple random sampling:
n =
Keterangan:
n = besarnya sampel
38
N = besarnya populasi
p = proporsi variabel yang dikehendaki
= jumlah balita yang mendapat ASI secara
ekslusif dan dilakukan IMD dibagi jumlah balita
keseluruhan pada survei pendahuluan tanggal 15/10/2012
q = 1-p
d = kesalahan sampling yang masih dapat
ditoleransi
Z = simpangan rata-rata distribusi normal standar
pada derajat kemaknaan
Dari perhitungan rumus didapatkan besar sampel minimal
47,3 orang. Peneliti menetapkan menggunakan 50 sampel.
4.4.2.2 Teknik pengambilan sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan metode simple random sampling.
4.4.2.3 Kriteria inklusi
1. Anak berusia 6 - 24 bulan yang tinggal di RW 10
dan RW 11, Kelurahan Kalirejo.
39
4.4.2.4 Kriteria eksklusi
1. Anak berusia 6 - 24 bulan yang tinggal di RW 10
dan RW 11, Kelurahan Kalirejo yang saat lahir
kekuningan/jaundice.
2. Anak berusia 6 - 24 bulan yang tinggal di RW 10
dan RW 11, Kelurahan Kalirejo yang menurut Pediatric
Assessment Triangle (PAT) perlu dan telah dilakukan
resusitasi dengan kondisi terpisah dari ibu.
3. Anak berusia 6 - 24 bulan yang tinggal di RW 10
dan RW 11, Kelurahan Kalirejo yang lahir dengan operasi
sectio caesarea.
4.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Penelitian
4.5.1 Variabel penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah inisiasi
menyusui dini, sedangkan yang dimaksud dengan variabel
tergantung adalah pemberian air susu ibu (ASI)
ekslusif. Variabel kendali adalah umur yaitu anak
41
4.5.2 Definisi operasional
Tabel 4.1 Definisi variabel operasional
No.
Variabel
DefinisiOperasional
Indikator Kriteria Hasil Ukur CaraPengumpula
n Data
AlatPenguku
r
SkalaData
1. Inisias
i
Menyusu
Dini
(IMD)
Pemberian
kesempatan pada
bayi baru lahir
untuk memulai/
inisiasi menyusu
sendiri segera
setelah lahir/
dini, dengan
membiarkan kontak
Keberhasila
n
tatalaksana
berdasarkan
tata
laksana IMD
menurut
UNICEF 2007
1. Bayi ditengkurapkan
di perut ibu dengan
kulit bayi melekat
pada kulit ibu.
2. Bayi dibiarkan
mencari putting susu
ibu sendiri.
3. Biarkan kulit bayi
bersentuhan dengan
Wawancara Kuesion
er
Nomina
l
42
kulit bayi dengan
kulit ibu
setidaknya satu
jam atau lebih,
sampai menyusu
pertama selesai
(Roesli, 2008).
kulit ibu selama
paling tidak satu jam
walaupun proses
menyusu awal sudah
terjadi atau sampai
selesai menyusu awal
(UNICEF, 2007)
2. ASI Eksklusif
Pemberian ASI secara eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa diberikan makanan dan minuman lain sejak dari lahir sampai usia 6 bulan, kecuali pemberian obat dan
Terpenuhinya pemberianASI secara eksklusif berdasarkandefinisi Depkes tahun 2003
Pemberian hanya ASI tanpa tambahan makanan maupun minuman sejak dari lahir sampai usia 6bulan, kecuali pemberianobat dan vitamin
Wawancara Kuesioner
Nominal
44
4.6 Pengumpulan Data
Data diperoleh data sekunder. Data sekunder
diperoleh dengan menggunakan questionaire (jenis form of
questionaire, kuesioner untuk wawancara) secara
langsung responden (ibu dari anak yang dijadikan
sampel) melalui kunjungan rumah ke rumah responden
di RW 10 dan RW 11, Kelurahan Kalirejo, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang untuk menilai telah
dilakukan IMD serta pemberian ASI secara eksklusif.
Data sekunder lainnya yang diambil antara lain data
mengenai nama, umur sampel (anak), dan alamat tempat
tinggal. Data ini diperoleh dari Data Penduduk di
Kantor Kelurahan Kalirejo.
4.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan perangkat lunak
berupa kuesioner untuk mengetahui telah dilakukan
IMD serta pemberian ASI secara eksklusif pada
responder.
4.8 Pengolahan dan Analisis Data
45
Data yang diperoleh akan dilakukan tabulasi data
kemudian dihubungkan antara masing-masing variabel
sesuai dengan kebutuhan, dianalisis dengan
menggunakan software SPSS 17. Karena penelitian ini
menggunakan studi cross sectional dengan korelasi antara
2 kelompok tidak saling bebas yang keduanya berupa
data nominal maka untuk mengetahui ada hubungan
antara kedua variabel tersebut dilakukan uji Chi
square. Apabila ada hubungan di antara kedua variable
tersebut, maka dilanjutkan uji untuk mengetahui
kekuatan hubungan antara kedua variable tersebut
dengan menggunakan uji kontingensi.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Profil Kelurahan Kalirejo ditampilkan berdasar
data terbaru pada tahun 2011. Kelurahan Kalirejo
termasuk dalam wilayah geografi Kecamatan Lawang,
Kabupaten Malang. Kelurahan Kalirejo memiliki enam
46
belas RW dan tujuh puluh lima RT dalam satu
wilayah. Jarak kelurahan Kalirejo dengan ibukota
kecamatan sekitar dua kilometer, dengan ibukota
kabupaten dua puluh kilometer dan sedangkan jarak
dengan ibukota provinsi adalah empat puluh
kilometer. Berikut gambaran umum Kelurahan Kalirejo
:
Kelurahan : Kalirejo
Kecamatan : Lawang
Kabupaten : Malang
Provinsi :
Jawa Timur
Jumlah RW : 16
Jumlah RT : 75
Luas Desa : 399 Ha
5.1.1.1 Kondisi Demografi
Penduduk Kelurahan Kalirejo berjumlah 12683
jiwa dengan perbandingan laki-laki 6231 jiwa dan
perempuan 6452 jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata
316 jiwa/km2. Sebagian besar penduduknya mayoritas
bermata pencaharian sebagai petani.
5.1.2 Gambaran Khusus Lokasi Penelitian
47
Kelurahan Kalirejo memiliki seorang bidan desa dan
Polindes yang merupakan perwakilan dari Puskesmas
Lawang yang setiap saat melayani kebutuhan masyarakat.
Pemerintah Kelurahan Kalirejo juga selalu menyarankan
agar orang tua yang mempunyai anak balita agar membawa
ke Posyandu Balita dan para lansia dibawa ke Posyandu
Lansia di masing-masing RW setiap seminggu sekali untuk
ditimbang berat badannya dan diperiksa kesehatannya
sehingga mengetahui perkembangannya.
5.2 Karakteristik Sampel
30
48
5.2.1 Distribusi Usia Sampel Penelitian di RW X dan RW
XI Dukuh Polaman Kelurahan Kalirejo Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang Tahun 2012
Tabel 5.1 Distribusi usia sampel penelitian di RW Xdan RW XI Dukuh Polaman Kelurahan KalirejoKecamatan Lawang Kabupaten Malang tahun2012
Kelompok Usia(bulan)
Frekuensi(orang)
Persentase (%)
6-11 29 46.8
12-17 12 19.4
18-24 21 33.8Total 62 100.0
Tabel diatas menunjukan distribusi sampel
penelitian. Berdasarkan data tersebut 46,8% sampel
adalah anak usia 6-11 bulan, 19,4% adalah anak usia
12-17 bulan, dan 33,8% adalah anak usia 18-24
bulan.
49
5.2.2 Distribusi Jenis Kelamin Sampel di RW X dan RW XI
Dukuh Polaman Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang Tahun 2012
Tabel 5.2 Distribusi jenis kelamin sampel
penelitian di RW X dan RW XI, Dukuh Polaman
Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang Tahun 2012
Tabel diatas menggambarkan bahwa sampel pada
penelitian ini 48.1% adalah laki-laki dan 51.9%
adalah perempuan.
5.2.3 Distribusi Tempat Lahir Sampel Penelitian di RW X
dan RW XI Dukuh Polaman Kelurahan Kalirejo
Kecamatan Lawang Kabupaten Malang Tahun 2012
Tabel 5.3 Distribusi tempat lahir sampel penelitiandi RW X dan RW XI Dukuh Polaman KelurahanKalirejo Kecamatan Lawang Kabupaten MalangTahun 2012
Tempat Lahir Jumlah Persentase (%)RS 27 50.0BPS 26 48.1Rumah 1 1.9Total 54 100.0
Jenis KelaminJumlah
Persentase(%)
Laki-laki 26 48.1Perempuan 28 51.9Total 54 100.0
50
Tabel diatas menggambarkan distribusi tempat
lahir sampel. Sebanyak 50% melahirkan di RS, 48.1%
melahirkan di BPS, dan 1.9% melahirk
5.2.4 Distribusi Penolong Persalinan Responden
Penelitian di RW X dan RW XI Dukuh Polaman
Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang Tahun 2012
Tabel 5.4 Distribusi penolong persalinan ibu sampel
penelitian di RW X dan RW XI Dukuh Polaman
Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang tahun 2012
PenolongPersalinan
Jumlah
Persentase(%)
Dokter 14 25.9Bidan 39 72.2Dukun 1 1.9Total 54 100.0
51
Tabel diatas menggambarkan distribusi penolong
persalinan. Sebanyak 25.9% penolong persalinan
adalah dokter, 72.2% adalah bidan, dan 1.9% adalah
dukun.
5.2.5 Distribusi Sampel Penelitian yang Mendapat ASI
pada Penelitian di RW X dan RW XI Dukuh Polaman
Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang Tahun 2012
Tabel 5.5 Distribusi sampel penelitian yang
mendapat ASI pada penelitian di RW X dan RW XI
Dukuh Polaman Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang tahun 2012
Mendapat ASI Jumlah Presentase (%)Ya 52 96.3
Tidak 2 3.7Total 54 100.0
Sumber: Hasil olah data SPSS
Tabel diatas menggambarkan bahwa sampel yang
mendapat ASI adalah 96.3%, sedangkan 3.7% tidak
medapatkan ASI sejak lahir.
52
5.3 Hasil Penelitian
5.3.1 Distribusi Status Pelaksanaan IMD Pada Ibu Anak
Usia 6-24 Bulan RW X dan RW XI Dukuh Polaman
Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang Tahun 2012
Tabel 5.6 Distribusi status pelaksanaan IMD pada
ibu anak usia 6-24 bulan RW X dan RW XI Dukuh
Polaman Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang tahun 2012
Status PelaksanaanIMD
Frekuensi(orang)
Persentase(%)
IMD 15 27.8Tidak IMD 39 72.2Total 54 100.0
Sumber: Hasil olah data SPSS
Tabel diatas menunjukkan bahwa anak usia 6-24
bulan yang mendapat perlakuan IMD 27.8%, sedangkan
yang tidak mendapat perlakuan IMD sebanyak 72.2%.
53
5.3.2 Distribusi Status ASI Eksklusif Pada Ibu Anak
Usia 6-24 Bulan RW X dan RW XI Dukuh Polaman
Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang Tahun 2012
Tabel 5.7 Distribusi status ASI eksklusif pada ibu
anak usia 6-24 bulan RW X dan RW XI Dukuh Polaman
Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang Tahun 2012
Status ASIeksklusif
Frekuensi (orang) Persentase (%)
ASI eksklusif 19 35.2Tidak ASIeksklusif
35 64.8
Total 54 100.0Sumber: Hasil olah data SPSS
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 35.2%
anak mendapatkan ASI eksklusif, sedangkan 64.8%
tidak mendapat ASI eksklusif.
5.4 Analisis Data
5.4.1 Distribusi Sampel yang Mendapat ASI Eksklusif
Berdasarkan Status IMD di RW X dan RW XI Dukuh
54
Polaman Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang Tahun 2012
Tabel. 5.8 Distribusi sampel yang mendapat ASI
eksklusif berdasarkan status IMD di RW X dan RW XI
Dukuh Polaman Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang Tahun 2012
ASI EksklusifTotal(orang) p X2
Status IMD ASI Eks Tidak ASIEks
IMD10 5 15
0,003
18.5% 9.3% 27.8%
Tidak IMD9 30 39
16.7 55.6% 72.2%
Total19 35 60
35.2% 64.8% 100.0%
Sumber: Hasil olah data SPSS
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh,
sampel penelitian yang mendapat IMD berjumlah 15
(27.8%) dan sisanya 39 sampel (72.2%) tidak
mendapat IMD. Sampel penelitian yang medapat ASI
eksklusif adalah 19 (35.2%), sedangkan sisanya 35
sampel (64.8%) tidak mendapat ASI eksklusif.
Diantara 15 sampel yang mendapat IMD, sebanyak 10
55
sampel mendapat ASI eksklusif, sedangkan 5 sampel
tidak mendapat ASI eksklusif.
Berdasarkan Uji Pearson Chi- Square pada SPSS 17,
didapatkan p= 0,003 dengan CI 95%. P < α, yaitu
0,003 < 0,05, sehingga H0 ditolak. Berarti terdapat
hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan
pemberian ASI eksklusif pada anak usia 6-24 bulan
di RW X dan RW XI Dukuh Polaman Kelurahan Kalirejo
Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Dalam penelitian
ini didapatkan nilai OR = 6.667 (95 % CI = 1.805-
24.635), (p=0,003) (koef. Phi=0,409), yang artinya
sampel yang tidak melakukan IMD memiliki resiko
6.667 kali lebih besar untuk tidak mendapatkan ASI
eksklusif dibandingkan sampel yang melakukan IMD.
56
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Sampel
Berdasarkan dari tabel 5.3 mengenai tempat lahir
sampel penelitian, didapatkan bahwa mayoritas sampel
dilahirkan di rumah sakit. Hal ini terkait dengan
adanya rumah sakit bersalin yang memberikan
akomodasi yang lebih bagus daripada bidan praktek
swasta. Pada tabel 5.4 dijelaskan bahwa penolong
persalinan responden mayoritas adalah bidan. Bidan
di sini tidak hanya bidan praktek swasta, akan
tetapi bidan yang praktek di rumah sakit. Banyaknya
persalinan oleh bidan ini dikarenakan tarif
persalinan yang lebih murah bidan daripada dokter
spesialis Obstetry Ginekology. Dengan tarif yang lebih
murah dan akomodasi yang bagus, beberapa responden
57
lebih memilih melahirkan di rumah sakit bersalin
namun ditolong oleh bidan.
Berdasarkan tabel 5.5 mengenai jumlah sampel
penelitian yang mendapat ASI, didapatkan 96,3%
sampel mendapat ASI. Akan tetapi, sampel yang
mendapatkan ASI eksklusif hanya 35,2% dari 54 sampel
yang diteliti. Berdasarkan hasil penelitian sampel
yang tidak ASI eksklusif pada umumnya mendapat susu
formula lebih dini. Kebanyakan responden mengaku
bahwa alasan responden memberi susu formula lebih
dini karena merasa air susu yang responden keluarkan
tidak memenuhi kebutuhan dari sampel. Selain itu,
sebagian besar telah mendapatkan makanan pendamping
ASI sebelum waktunya yakni 6 bulan. Makanan
pendamping yang umumnya diberikan sebelum waktunya
adalah pisang dan bubur. hasil yang sudah dipaparkan
pada bab sebelumnya didapatkan dari 62 anak yang
berusia 6-24 bulan di RW X dan RW XI Dukuh Polaman,
Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten
Malang tahun 2012 adalah anak yang berusia antara 6-
11 bulan sebanyak 46,8%, anak yang berusia 12-17
37
58
bulan sebanyak 19,4%, dan anak usia 18-24 bulan
sebanyak 33,8%. Dari 54 sampel tersebut yang
dieksklusi 8 anak dengan rincian 4 orang lahir
dengan sectio caesarea dan 4 orang lainnya pindah dari
RW X dan RW XI Dukuh Polaman Kelurahan Kalirejo
Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Sehingga, pada
penelitian ini didapatkan total sampel yang dapat
diteliti sebanyak 54 anak. Dari total sampel yang
bisa diteliti, sebanyak 48,1% berjenis kelamin laki-
laki dan 51,9% berjenis kelamin perempuan.
Berdasarkan tabel 5.3, didapatkan bahwa 50%
sampel dilahirkan di Rumah Sakit, 48,1% sampel
dilahirkan di Bidan Praktek Swasta, dan 1,9% sampel
dilahirkan di rumah. Berdasarkan data tempat lahir
tersebut didapatkan bahwa dari 15 sampel yang
melakukan IMD, kesemuanya dilahirkan di Bidan
Praktek Swasta (BPS). Berdasarkan tabel 5.4,
didapatkan data bahwa saat dilahirkan sebanyak 25,9%
sampel ditolong oleh dokter, 72,2% sampel ditolong
oleh bidan sementara 1,9% ditolong oleh dukun. Dari
data penolong persalinan tersebut didapatkan bahwa
59
keseluruhan sampel yang melakukan IMD ditolong oleh
bidan. Dari tabel 5.5, didapatkan bahwa sampel yang
mendapat ASI sebanyak 96,3% dan yang tidak mendapat
ASI 3,7%.
6.2 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses bayi
menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi
dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak
disodorkan ke puting susu). Pemerintah Indonesia
mendukung kebijakan WHO dan UNICEF merekomendasikan
IMD sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena
IMD dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal
sebelum usia satu bulan (Fikawati, 2010).
IMD mulai dipromosikan dan dipraktekkan di
berbagai daerah di Indonesia pada tahun 2006-2007.
Berdasarkan PP No.33 Tahun 2012, tenaga kesehatan
dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan
wajib melakukan inisiasi menyusu dini terhadap bayi
yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama
satu jam. Namun, ada beberapa daerah yang terlambat
60
untuk mengadakan promosi dan praktek IMD.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara
dengan petugas Puskesmas dan Bidan Kelurahan,
praktek IMD di Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang mulai berlangsung sejak awal tahun
2010 (Data Survei Pendahuluan Peneliti).
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
sebanyak 15 dari 54 responden yang melakukan IMD
pada bayinya, 14 diantaranya melahirkan di bidan dan
1 orang responden melahirkan di RS. Menurut
distribusi pekerjaannya, sebanyak 14 dari 15
responden tersebut berprofesi sebagai ibu rumah
tangga dan 1 orang berprofesi sebagai guru. Sebanyak
39 responden tidak memberikan IMD pada anaknya dan
ditribusi pekerjaan ibu tersebut diantaranya adalah
ibu rumah tangga, guru, dan buruh.
Dengan diberlakukannya IMD, maka bayi akan
terhindar dari pemberian minuman prelakteal yang
terlalu dini atau pengenalan makanan tambahan yang
lebih awal. Pemberian minuman atau makanan
pendamping pada bayi sebelum waktunya akan
61
menyebabkan bayi lebih cepat kenyang sehingga lebih
jarang menyusu. Isapan bayi (sucking reflex) akan
merangsang ujung saraf di daerah puting susu.
Rangsangan ini akan mengirimkan sinyal ke bagian
depan kelenjar hipofisa di otak untuk mengeluarkan
hormon prolaktin. Prolaktin ini akan merangsang sel-
sel di kelenjar susu untuk membuat ASI.
Terangsangnya pengeluaran hormon prolaktin ini
disebabkan oleh pengosongan sinus lactiferus pada
kelenjar mamae, sehingga produksi ASI lebih banyak.
Selain itu, isapan bayi juga akan merangsang hipofise
posterior untuk membuat hormon oksitosin yang
menyebabkan otot yang mengelilingi kelenjar susu
mengerut/berkontraksi sehingga ASI terdorong keluar
dari kelenjar susu dan mengalir melalui saluran susu
ke dalam sinus lactiferus (Moore, 2007; Roesli, 2008). Dengan
demikian menurunnya isapan bayi akibat pemberian
makanan atau minuman selain ASI akan mengakibatkan
rangsangan keluarnya hormon prolaktin dan oksitosin
berkurang sehingga produksi ASI menurun. Hal ini
sesuai dengan banyaknya ibu yang tidak melakukan
62
inisiasi menyusu dini mengeluh produksi ASI-nya
tidak mencukupi kebutuhan anaknya. Dengan adanya
IMD, anak juga terhindar dari mengenal dot lebih
dini. Pengenalan dot lebih dini bisa membuat
perlekatan mulut bayi pada payudara ibu tidak tepat
dan sering menimbulkan masalah “bingung puting”
(Partiwi, 2009).
Pelaksanaan IMD masih menjadi permasalahan di
beberapa tempat, hal ini terkait ibu dan tenaga
penolong persalinan. Berbagai alasan yang
mencetuskan kegagalan IMD ini diantaranya ibu
khawatir anak kedinginan karena anak tidak langsung
dibedong, ibu lelah menunggu proses oleh karena
waktu yang dibutuhkan anak untuk mulai bergerak dan
mencoba meraih puting susu ibu dengan mulutnya cukup
lama, dan juga anggapan ASI pertama adalah ASI kotor
yang tidak baik untuk anak. Oleh karenanya perlu
peran aktif dari tenaga kesehatan untuk memberikan
arahan pada ibu tentang pentingnya IMD (Legawati,
2011).
63
Pada sampel yang kami teliti, IMD juga tidak
berlangsung optimal dikarenakan tenaga penolong
persalinan di RS tidak memfasilitasi ibu untuk IMD.
Dari hasil penelitian kami, semua ibu yang
melahirkan di RS tidak melakukan IMD, sedangkan BPS
di daerah Kelurahan Kalirejo telah mempraktekan IMD.
Hal ini ditunjang berdasarkan hasil kuesioner yang
menunjukkan bahwa ibu yang melakukan IMD hampir
seluruhnya melahirkan di bidan dan hanya satu
responden saja yang melahirkan di RS. Peneliti belum
memperoleh data alasan ibu yang melahirkan di bidan
tetapi tidak melakukan IMD. Peneliti mengasumsikan
sesuai teori sebelumnya, bahwa ibu yang tidak IMD di
bidan oleh karena ibu khawatir bayi kedinginan atau
ibu kelelahan (Legawati, 2011).
6.3 ASI Eksklusif
ASI ekslusif yaitu pemberian hanya ASI saja
tanpa makanan dan minuman lain. ASI ekslusif
dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan bayi.
64
Pemberian ASI secara dini dan ekslusif sekurang-
kurangnya 4-6 bulan akan membantu mencegah berbagai
penyakit anak, termasuk gangguan lambung dan saluran
nafas, terutama asma pada anak-anak. Hal ini
disebabkan adanya antibodi penting yang ada dalam
kolostrum ASI (dalam jumlah yang lebih sedikit),
akan melindungi bayi baru lahir dan mencegah
timbulnya alergi (WHO, 2007).
Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI
eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya (Pasal 6,
PP No. 33 Tahun 2012). Departemen Kesehatan RI
merekomendasikan ASI eksklusif kepada semua ibu
menyusui di Indonesia. Harapan Depkes RI, jumlah ASI
eksklusif dapat mencapai 80% dari total ibu menyusui
(Roesli, 2008). Berdasarkan data kuesioner
penelitian, didapatkan ibu yang melakukan ASI
eksklusif di RW X dan RW XI Dukuh Polaman Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang sebanyak 19 orang (sebanyak
35.2% pada populasi sampel yang diteliti), sedangkan
36 orang tidak melakukan ASI eksklusif.
65
Alasan Ibu tidak melakukan ASI eksklusif
berdasarkan hasil kuesioner adalah ibu khawatir anak
masih lapar, sehingga menambahkan susu formula,
pisang, bubur, biskuit, dan juga air tajin. Alasan
lainnya adalah ASI tidak mau keluar dan ibu sibuk
bekerja, sehingga memiliki waktu yang terbatas untuk
memberi ASI secara eksklusif pada anak.
6.4 Hubun
gan Antara Kebiasaan IMD Dengan ASI Eksklusif
Dari 54 sampel yang diteliti, sebanyak 15 sampel
(27.8%) melakukan IMD dan 39 sampel (72.2%) tidak
melakukan IMD. Sementara dari semua sampel yang
diteliti didapatkan bahwa 19 (35.2%) sampel yang
diberikan ASI eksklusif dan 35 (64.8%) sampel tidak
diberikan ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan dari
keseluruhan sampel, jumlah sampel yang melakukan IMD
masih rendah, dan sampel yang diberikan ASI
eksklusif juga masih rendah.
Permasalahan yang diteliti disini adalah apakah
ada hubungan antara IMD dengan keberlangsungan
66
pemberian ASI eksklusif pada anak usia 6-24 bulan di
RW X dan RW XI Dukuh Polaman Kelurahan Kalirejo
Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil
uji Pearson chi-square pada tabel 5.7, didapatkan nilai
p = 0,003 dengan CI = 95%, p lebih kecil dari α=0,05
sehingga H0 tidak diterima, atau penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara IMD
dengan pemberian ASI eksklusif pada anak usia 6-24
bulan di RW X dan RW XI Dukuh Polaman Kelurahan
Kalirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Dalam
penelitian ini didapatkan nilai OR = 6.667 (95 % CI
= 1.805 – 24.635), (p=0,003) (koefisien phi=0,409)
maka OR dinyatakan secara statistik signifikan sebab
hal ini antara nilai lower OR dan upper OR tidak
melewati angka 1. Berdasarkan nilai OR, didapatkan
hubungan bahwa sampel yang tidak melakukan IMD
memiliki resiko 6.667 kali lebih besar untuk tidak
mendapatkan ASI eksklusif dibandingkan sampel yang
melakukan IMD.
67
Penelitian sebelumnya oleh Lawrence (2004)
mengatakan bahwa ibu yang melakukan IMD memiliki
resiko 1,8-7,2 kali lebih besar untuk melakukan ASI
eksklusif dan Fikawati (2010) melaporkan dari hasil
penelitiannya, bahwa dari 1377 responder di 4
kabupaten di Propinsi Jawa Barat dan 4 kabupaten di
Propinsi Jawa Timur bahwa ibu yang melakukan IMD
memiliki resiko 2-8 kali lebih besar untuk
memberikan ASI eksklusif.
Menurut Suryoprajogo (2009), bayi yang diberi
kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui
eksklusif dan akan lebih lama disusui. Makanan awal
non-ASI umumnya mengandung protein yang tidak
berasal dari susu manusia, misalnya dari susu hewan,
hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan
mencetuskan alergi lebih awal. Selain itu dengan
posisi bayi berada di atas perut ibu maka akan
terjadi hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan
tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan,
dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang
pengeluaran hormon oksitosin.
68
Beberapa hal di atas menunjukkan bahwa IMD
memiliki peranan penting agar bayi dapat diberikan
ASI eksklusif. Akan tetapi, keputusan untuk
memberikan ASI eksklusif tidak hanya dipengaruhi
oleh IMD. Hal ini ditunjukkan pada penelitian ini
yang menggambarkan rendahnya hubungan antara IMD dan
pemberian ASI eksklusif berdasarkan pada nilai koef.
Phi = 0,409 yang mendekati nilai nol. Rendahnya
hubungan ini terkait adanya beberapa faktor lain
yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif selain
IMD.
Faktor selain IMD tersebut adalah faktor
psikologis dan faktor demografi dari ibu. Faktor
psikologis ibu meliputi tingkat pengetahuan ibu,
rasa percaya diri ibu, komitmen ibu untuk menyusui,
serta dukungan dari suami dan keluarga. Faktor
demografi terbagi menjadi dua, yaitu faktor
sosiodemografi dan faktor biomedik. Faktor
sosiodemografi terdiri dari umur, pendidikan, status
perkawinan, suku, tingkat sosial, dan penghasilan.
Faktor biomedik terdiri dari jumlah kelahiran serta
69
kesehatan bayi dan kesehatan ibu (selama hamil,
melahirkan, dan setelah melahirkan) (Mardeyanti,
2007; Rahajuningsih, 2005). Faktor lainnya yang
turut berpengaruh terhadap keberhasilan ASI ekslusif
adalah support dari keluarga dan tenaga kesehatan
(Coutinho, 2005).
Berdasarkan penelitian oleh Legawati di tahun
2011, mengenai hubungan IMD dengan lama pemberian
ASI menyebutkan bahwa IMD mempengaruhi praktek menyusui
(RR=2,27; 95%CI=1,48-3,48). Namun pada penelitian tersebut juga
menganalisis variabel lain secara langsung terkait pelaksanaan
IMD dan lama menyusui, yaitu pengetahuan ibu mengenai IMD dan
ASI eksklusif, keadaan puting susu ibu sesaat pascamelahirkan,
dan keputusan ibu menyusui atau tidak menyusui sebelum
persalinan. Peneliti menduga bahwa pada sampel yang
diteliti ini, factor-faktor tersebut juga turut
mempengaruhi.
70
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa 35.2% anak mendapatkan ASI eksklusif dan
64.8% tidak mendapat ASI eksklusif.
2. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa 27.8% mendapat IMD, dan 72.2% tidak
mendapat IMD.
3. Berdasarkan data penelitian yang diolah melalui
program SPSS 17 dengan uji Pearson Chi- Square,
terdapat hubungan antara IMD dengan ASI eksklusif
pada anak usia 6-24 bulan di RW X dan RW XI Dukuh
Polaman Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang dengan p=0,003 (p>α=0,05). OR =
6.667 (95 % CI = 1.805- 24.635), yang berarti
anak usia 6-24 bulan di RW X dan RW XI Dukuh
Polaman Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang yang tidak mendapat IMD beresiko
71
6.667 kali lebih besar untuk tidak mendapat ASI
eksklusif.
4. Berdasarkan Uji Phi, kuat hubungan antara IMD
dengan ASI eksklusif lemah, dengan koefisien phi
0.409.
7.2 Saran
7.2.1 Saran Untuk Masyarakat
1.Masyarakat lebih menerapkan IMD sehingga
dapat meningkatkan kejadian ASI eksklusif.
2.Masyarakat berperan aktif dalam keberhasilan
IMD dan ASI eksklusif dengan meminta/
mengingatkan tenaga kesehatan untuk melakukan
IMD sesuai prosedur setiap setelah
persalinan.
46
72
3.Selain IMD, beberapa faktor lain yang
mempengaruhi keberhasilan ASI eksklusif juga
harus ditingkatkan. Faktor lainnya yaitu
motivasi ibu, dukungan keluarga, dan
pengetahuan ibu mengenai ASI.
7.2.2Saran Untuk Peneliti
1. Perlu dilakukan penelitian lain terkait
pengetahuan ibu mengenai IMD dan pengetahuan
ibu mengenai ASI eksklusif sehingga dapat
menunjang hasil penelitian hubungan IMD
dengan pemberian ASI eksklusif ini.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai hubungan IMD dengan ASI eksklusif
sehingga dapat diketahui hubungan kedua
variabel tersebut dari penelitian lainnya.
7.2.3Saran Untuk Petugas Kesehatan atau Puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian yang
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara IMD
dengan pemberian ASI eksklusif, penolong
persalinan diharapkan dapat melakukan IMD pada
73
ibu bersalin dan mengedukasi ibu tentang
manfaat IMD sehingga dapat menunjang
keberhasilan ASI eksklusif.
7.2.4Saran Untuk Aparat Desa
Aparat desa, yaitu pihak Kelurahan,
Puskesmas, dan Kader Posyandu diharapkan dapat
mensosialisasikan pentingnya IMD dan ASI
eksklusif pada masyarakat sekitar.
74
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Pediatric. 2005. Breastfeeding and Useof Human Milk. Journal Pediatric. 2005, Vol 115. No. 2
American College of Obstetrics and Gynecology. 2007.Breastfeeding: and infant aspects. Special report fromACOG. ACOG ClinRev, 12(supp), 1s-16s. 2007.
Arun Gupta. 2006. Initiating Breastfeeding within one hour of birth:A scientific brief. Geneva : WHO, Family dan Reproductivehealth, Division of Child Health an Development.
Bhandari N, et al. 2003. Effect of community-based promotion ofexclusive breastfeeding on diarrhoeal illness and growth: a clusterrandomized controlled trial. Infant Feeding Study Group.Lancet 2003; 361: 1418 –1423. (Abstract).
Bergstrom, A, et al. 2007. Immediate maternal thermalresponse to skin-to-skin care of newborn. ActaPaediatr,96(5), 655-658, 2007.
Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial KabupatenKlaten. 2007. Profil Kesehatan Klaten.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral BinaKesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi MasyarakatJakarta, 2002.
Edmond KM, et al. 2006. Delayed breastfeedinginitiation increases riskof neonatal mortality.Pediatrics 2006; 117: 380-386. Available at:http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/117/3/e380.
Februhartanty J. 2008. Strategic Roles of Fathers in Optimizingbreastfeeding Practices; Study in an Urban Setting Of Jakarta.Jakarta : UI
Fikawati, Sandra. 2003. Hubungan antara menyusui segera(immediate breastfeeding) dan Pemberian ASI eksklusif sampaidengan 4 bulan. Jurnal Kedokteran Trisakti Mei-Agustus2003 Vol 22 no.2 hal 47-55.
Green CP. 1999. Improving breastfeeding behaviors: Evidence fromtwo decades of intervention research. Washington DC, USA:LINKAGES Project.
Gustiana. 2007. Hubungan Praktek menyusui dengan kelangsunganhidup anak di Indonesia (Analisis Data SDKI 2002-2003). Program
75
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat UtamaKesehatan Ibu dan Anak - Kesehatan ReproduksiJurusan Ilmu-Ilmu Kesehatan, UGM.
Hendarto A. dan Pringgadini K. 2008. Nilai Nutrisi Air SusuIbu. In : IDAI. Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut PandangIlmiah. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, p: 46.
Kroeger, M., and Smith, L,. 2004. Impact of birthing practiceson breastfeeding: Protecting the mother and baby continuum.Boston: Jones and Bartlett.
Lawrence, RA. 2011. Breastfeeding : A Guide for the MedicalProfession Edisi Ke-7. St. Louis: Elsevier/Mosby.
Legawati, Djaswadi Dasuki2, dan Madarina Julia3. 2011. Pengaruhinisiasi menyusu dini terhadap praktik menyusui 1bulan pertama. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 8. 2: 60-68.
Linkages. 2002. Pemberian ASI Eksklusif atau ASI saja : Satu-SatunyaSumber Cairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini, 2002. Availableat : www.linkagesproject.org
Linkages. 2007. Melahirkan, memulai pemberian ASI dan tujuh haripertama setelah melahirkan. Available at :www.linkagesproject.org.
Mardeyanti. 2007. Hubungan Status Pekerjaan dengan KepatuhanIbu Memberikan ASI eksklusif di RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta.Program Pasca Sarjana UGM.
Mahtab S. 2007. Maternal nutrition status and practice & perinatal,neonatal mortality in rural Andhara Pradesh, India. Indian J MedRes 127, January 2008, pp 44-51
ER, Anderson GC. Randomized controlled trial 5. of veryearly mother-infant skin-to-skin contact andbreastfeeding status. J Midwifery Womens Health2007; 52(2): 116-25.
Partiwi, I Nyoman dan Jeanne Purnawati. 2009. KendalaPemberian ASI Eksklusif. IDAI : Buku Bedah ASI IDAI.Available at : http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=201057102916
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI. 2005. KebijakanDepartemen Kesehatan Tentang Peningkatan Pemberian Air SusuIbu (ASI) Pekerja Wanita.
76
Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI. 2006. KebijakanDepartemen Kesehatan tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu(ASI) Pekerja Wanita.
Rahajuningsih tri. 2005. Hubungan Antara Tingkat PengetahuanIbu Tentang ASI dengan Pemberian Kolostrum Dan ASI Eksklusif DiKelurahan purwoyoso Kecamatan Ngaliyan. UGM.
Ricard M, et al. 2004. Breastfeeding in Infancy and BloodPressure in Later Life; Systematic Review an Meta Analysis.American journal of epidemiology Vol 161 No 1, ByThe John Hopkins Bloomberg School of Public Health,2004.
Roesli. 2005. Mengenal ASI Ekkslusif seri 1. PT PustakaPembangunan Swadaya Nusantara.
Roesli. 2008. Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : PustakaBunda.
Sobhy, S. M., NA. 2004. The effect of earl initiation ofbreastfeeding on the amount of vaginal blood loss during the fourthstage of labor. Egypt PublicHealth Association, 79(1-2), 1-12. 2004.
Siregar A. 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-faktor yangmempengaruhinya, Fakultas Kesehatan masyarakatUniversitas Sumatra Utara.
Suryoprajogo, Nadine. 2009. Keajaiban Menyusui.Yogyakarta: Keyword.
UNICEf. 2007. Breast Crawl ; Initiation of Breastfeeding by BreastCrawl. Breast Crawl.org.
WHO. 2002. Neonalatal Mortality. Available at http://www.who.int/healthinfo/statistics/mortality_neonatal/en/. Diunduh pada 15 Oktober 2012.
WHO. 2007. Community Based Strategis for Breastfeeding Promotionand Support in Developing Country.
Lampiran 1
HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN PEMBERIAN AIR
SUSU IBU (ASI) SECARA EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI
RW X DAN RW XI KELURAHAN KALIREJO, KECAMATAN LAWANG,
KABUPATEN MALANG
77
Identitas Responden1. Nama ibu/pengasuh2. Umur ibu :3. Pendidikan ibu :
a. Tidak Tamat SDb. Tamat SDc. Tamat SLTP
d. Tamat SLTA
e. Tamat PT4. Pekerjaan ibu:5. Nama anak :6. Umur:……..tahun………
bulan7. BBL : ………………gram8. Umur
kehamilan……….bulan9. Anak ke… ..dari…..
….saudara10.Alamat :11.No. Telp :
Daftar Pertanyaan A. UMUM
1. Dimana ibu melahirkan anak ibu?a. Rumah Sakitb. Puskesmasc. Bidan Praktek
Swastad. Di rumah
2. Siapa yang menolong persalinannya?
a. Dokter / dokter spesialis
b. Bidan c. Dukun Bersalind. Lainnya………
3. Bagaimana proses kelahiran bayi ibu?a. Normalb. Sectio caesarea
4. Apakah saat melahirkan ibu didampingi oleh suami atau keluarga?
a. Yab. Tidak
5. Apakah anak langsungmenangis dalam 1 menit pertama setelah melahirkan?a. Yab. Tidak
6. Apakah anak ada kelainan organ sesaat setelah dilahirkan?a. Yab. Tidak
7. Apakah kulit anak kuning/ biru sesaat setelah dilahirkan?a. Yab. Tidak
B. ASI EKSKLUSIF
78
1. Apakah ibu memberikan ASI pada anak?a. Ya, b. Tidak
2. Mulai usia berapa bayi diberi ASI?a. Sejak lahirb. Sejak umur………………
3. Sampai anak usia berapaASI diberikan?
a. < 6 bulanb. ≥ 6 bulan
Tulis berapa bulan.........
4. Apa alasan ibu berhentimemberikan ASI pada anak?a. Air susu kurangb. Anak menolak ASIc. Ibu sakit
d. Lainnya…………………….
5. Apakah sebelum 6 bulan bayi sudah diberi susu formula ?
a. Ya, sejak kapan?b. Tidak
6. Apakah sebelum 6 bulan bayi sudah diberikan makanan pendamping ASI ?
a. Yab. Tidak
Jawaban iya atau tidak isi tabel makanan pendamping ASI
7. Apa alasan ibu berhentimemberikan ASI pada anak?
a. Air susu kurangb. Anak menolak ASIc. Ibu Sakitd. Lainnya………………
8. Kenapa memberikan makanan pada anak?a. Ibu khawatir anak
masih laparb. BB anak tidak naikc. Anak hanya minum
ASI sedikitd. Ibu tidak dapat
rutin memberikan ASI (Ibu sibuk)
C. IMD
Jenis Saat kapanmulai
diberikan- Biskuit- susu
formula/susubotol
- pisang- bubur bayi- air tajin- lainnya…………
th bln th bln th bln th bln th bln th bln
79
1. Setelah melahirkan, apa yang dilakukan penolong persalinan segera setelah tali pusar dipotong?a. Bayi diletakkan
diatas dada ibu. b. Ditimbang dan
dimandikan dulu, setelah itu disusui
c. Dipisah dari ibu. Kenapa ?(Jika jawaban a, lanjut ke pertanyaan nomor 2. Jika jawaban b atau c, lanjut ke pertanyaan nomor 3)
2. Apakah setelah diletakan di dada ibu, bayi dapat
meraih puting sendiri tanpa bantuan?a. Yab. Tidak
3. Apa anak dapat menyusu segera dalam1 jam setelah ibu melahirkan?a. Ya b. Tidak
4. JIka tidak, apa alasan ibu tidak segera menyusui anaknya?a. ASI belum keluarb. Penolong
persalinan memberikan susu formula
c. Ibu sakitd. Bayi sakit
KRITERIA ASI EKSKLUSIF
NOJAWABAN
NILAIA B
1 1 0
2 1 0
3 0 1
4 0 1
5 0 1
Total
PENILAIAN KUESIONER
80
Jawaban no. 5 dikoreksi
dengan jawaban pada tabel
makanan pendamping ASI
ASI eksklusif jika nilai
total = 5
Tidak ASI eksklusif jika
nilai total < 5
KRITERIA IMD
NOJAWABAN
NILAIA B/C
1 1 0
2 1 0
3 1 0
Total
IMD jika nilai total = 3
Tidak IMD jika nilai
total < 3
54
Lampiran 5
RAW DATA
1. Tabel hasil pengolahan data sampel berdasarkan usia
(bulan)
UsiaFrequen
cyPercen
tValid
PercentCumulative Percent
Valid
6 5 9.3 9.3 9.37 4 7.4 7.4 16.78 1 1.9 1.9 18.58 4 7.4 7.4 25.99 5 9.3 9.3 35.210 6 11.1 11.1 46.311 1 1.9 1.9 48.112 1 1.9 1.9 50.014 3 5.6 5.6 55.615 2 3.7 3.7 59.316 1 1.9 1.9 61.117 2 3.7 3.7 64.818 2 3.7 3.7 68.519 2 3.7 3.7 72.220 4 7.4 7.4 79.621 1 1.9 1.9 81.522 4 7.4 7.4 88.923 4 7.4 7.4 96.324 2 3.7 3.7 100.0Total
54 100.0 100.0
55
2. Tabel hasil pengolahan data sampel berdasarkan jenis
kelamin
Jenis Kelamin
Frequen
cy
Percen
t
Valid
Percent
Cumulativ
e Percent
Valid
laki-laki
26 48.1 48.1 48.1
perempuan
28 51.9 51.9 100.0
Total 54 100.0 100.0
3. Tabel hasil pengolahan data sampel berdasarkan beratbadan lahir (gram)
Berat Badan LahirFrequen
cyPercen
tValid
PercentCumulative Percent
Valid
2200 2 3.7 3.7 3.72300 2 3.7 3.7 7.42400 1 1.9 1.9 9.32500 2 3.7 3.7 13.02600 2 3.7 3.7 16.72700 2 3.7 3.7 20.42800 4 7.4 7.4 27.82900 5 9.3 9.3 37.03000 9 16.7 16.7 53.73100 7 13.0 13.0 66.73200 4 7.4 7.4 74.1
56
3300 4 7.4 7.4 81.53400 3 5.6 5.6 87.03500 4 7.4 7.4 94.43600 2 3.7 3.7 98.13800 1 1.9 1.9 100.0Total
54 100.0 100.0
4. Tabel hasil pengolahan data sampel berdasarkan
tempat lahir
Tempat Lahir
Frequency
Percent
ValidPercent
Cumulative Percent
Valid
RS 27 50.0 50.0 50.0BPS 26 48.1 48.1 98.1Rumah 1 1.9 1.9 100.0Total 54 100.0 100.0
5. Tabel hasil pengolahan data sampel berdasarkan
penolong persalinan
PenolongFrequen
cyPercen
tValid
PercentCumulative Percent
Valid
Dokter
14 25.9 25.9 25.9
Bidan 39 72.2 72.2 98.1Dukun 1 1.9 1.9 100.0Total 54 100.0 100.0
57
6. Tabel hasil pengolahan data sampel berdasarkan pemberian ASI eksklusif
ASI eksFrequen
cyPercen
tValid
PercentCumulative Percent
Valid
tidak
35 64.8 64.8 64.8
iya 19 35.2 35.2 100.0Total
54 100.0 100.0
7. Tabel hasil pengolahan data sampel berdasarkan perlakuan IMD
IMDFrequen
cyPercen
tValid
PercentCumulative Percent
Valid
tidak
39 72.2 72.2 72.2
iya 15 27.8 27.8 100.0Total
54 100.0 100.0
8. Tabel hasil pengolahan data sampel berdasarkan
hubungan IMD dengan pemberian ASI eksklusif
CROSSTABS /TABLES=IMD BY ASIeks /FORMAT=AVALUETABLES /STATISTICS=CHISQ CC PHI CORR/CELLS=COUNT ROW COLUMN /COUNT ROUND CELL.
58
Case Processing SummaryCases
Valid Missing Total
NPercen
t NPercen
t NPercen
tIMD * ASIeks
54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
IMD * ASI eks CrosstabulationASI eks
tidak iya TotalIMD tida
kCount 30 9 39% within IMD
76.9% 23.1% 100.0%
% within ASI eks
85.7% 47.4% 72.2%
iya Count 5 10 15% within IMD
33.3% 66.7% 100.0%
% within ASI eks
14.3% 52.6% 27.8%
Total
Count 35 19 54% within IMD
64.8% 35.2% 100.0%
% within ASI eks
100.0% 100.0% 100.0%
Case Processing SummaryCases
Valid Missing Total
NPercen
t NPercen
t NPercen
tIMD * ASI
eks54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
59
IMD * ASI eks CrosstabulationASI eks
iya tidak TotalIMD iya Count 10 5 15
% withinASI eks
52.6% 14.3% 27.8%
tidak
Count 9 30 39% withinASI eks
47.4% 85.7% 72.2%
Total
Count 19 35 54% withinASI eks
100.0% 100.0% 100.0%
9. Tabel hasil pengolahan data sampel dengan
menggunakan chi-square test
60
Chi-Square Tests
Value df
Asymp.Sig. (2-sided)
ExactSig. (2-sided)
ExactSig. (1-sided)
Pearson Chi-Square
9.026a 1 .003
ContinuityCorrectionb
7.216 1 .007
Likelihood Ratio 8.816 1 .003Fisher's Exact
Test.004 .004
Linear-by-LinearAssociation
8.859 1 .003
N of Valid Cases 54a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimumexpected count is 5.28.b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
ValueApprox.Sig.
Nominal byNominal
Phi .409 .003
Cramer's V .409 .003
N of ValidCases
54
Risk Estimate95% Confidence
Interval
Value Lower UpperOdds Ratio forIMD (iya /tidak)
6.667 1.805 24.625
61
Chi-Square Tests
Value df
Asymp.Sig. (2-sided)
ExactSig. (2-sided)
ExactSig. (1-sided)
Pearson Chi-Square
9.026a 1 .003
ContinuityCorrectionb
7.216 1 .007
Likelihood Ratio 8.816 1 .003Fisher's Exact
Test.004 .004
Linear-by-LinearAssociation
8.859 1 .003
N of Valid Cases 54a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimumexpected count is 5.28.For cohort ASIeks = iya
2.889 1.470 5.677
For cohort ASIeks = tidak
.433 .208 .905
N of Valid Cases 54