Post on 20-Jan-2023
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berdampak langsung
pada peningkatan pendapatan perkapita penduduk telah
menyebabkan meningkatnya permintaan dan konsumsi daging,
termasuk daging sapi. Hal ini tampak jelas dari pertumbuhan
jumlah sapi yang dipotong maupun daging sapi yang dikonsumsi
secara nasional beberapa tahun terakhir. Sementara pada sisi
lain pertumbuhan populasi sapi secara nasional tidak mampu
mengimbangi pertumbuhan jumlah pemotongan. Sehingga berakibat
adanya kelebihan permintaan di bandingkan penyediaan.
Dalam rangka menanggulangi masalah tersebut, telah
ditempuh upaya untuk mencukupi kebutuhan sapi dan daging sapi
dengan cara lain mengimpor baik dalam bentuk sapi, sapi
potong, daging sapi maupun semen untuk IB. Diantara yang
banyak diimpor tersebut adalah impor sapi potong. Untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas daging sapi potong di
dalam Negeri, baik yang berasal dari sapi potong impor maupun
sapi potong lokal, telah banyak berkembang akhir-akhir ini
berbagai usaha penggemukan sapi potong yang dilakukan oleh
para feedlotters ataupun para peternak kecil di Indonesia.
Usaha penggemukan sapi ini merupakan alternatif yang bisa di
lakukan untuk menambah pendapatan keluarga. Dengan
penggemukan selama 2 sampai 6 bulan, akan dapat di peroleh
hasil berupa nilai tambah berat badan sapi potong dengan
kualitas dagingnya yang lebih baik.
Kegiatan penggemukan sapi ini bisa di lakukan oleh
sejumlah peternak kecil secara bersama-sama di dalam
koordinasi KUD dengan mengadakan kerjasama kemitraan secara
terpadu dengan Pengusaha Peternakan Besar (Feedlotters) yang
memiliki kegiatan impor sapi bakalan atau pedangang sapi
lokal dan pemasaran sapi hasil penggemukan yang dilakukannya.
Untuk itu sebagai anggota KUD mereka bekerjasama dengan
Perusahaan Penternakan Besar atau Proyek Kemitraan Terpadu
(PKT) Penggemukan Sapi.
1.2 Tujuan
II. METODE DAN CARA KERJA
III. TINJAUAN PUSTAKA
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat
ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari
jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-
sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran
tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).
Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi
Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi
Madura. Dari populasi sapi potong yang ada, yang
penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi
Bali, sapi PO, Madura dan Brahman. Memelihara sapi potong
sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging
dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai
tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak,
kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk
pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan.
Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki
struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur
(Bambang, 1990).
Feedlot adalah pemeliharaan dan penggemukan dilakukan
secara intensif dengan waktu tertentu yang telah ditetapkan,
misalkan 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan 9 bulan. Pada feedlot
sering dilakukan rekayasa pakan untuk mendapatkan pakan
dengan kualitas nutrisi yang baik tapi bernilai ekonomis,
sehingga bobot potong yang tinggi dan kualitas karkas yang
baik dapat tercapai. Keuntungan yang dapat diperoleh dengan
menerapkan teknologi feedlot dibandingkan dengan penggemukan
yaitu lahan yang dibutuhkan untuk budidaya relatif tidak
sebanyak biasanya, karena sudah diprogram dengan lahan
tertentu untuk jumlah ternak tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu. Manajemen tata laksana pemeliharaannya juga relatif
lebih mudah dan lebih sederhana, sehingga kita dapat dengan
mudah melakukan pengawasan terhadap aktivitas usaha ternak.
Limbah yang dikhawatirkan akan menimbulkan masalah, dapat
dimanfaatkan seperti untuk biogas dan pupuk kandang pada
usaha budidaya ternak. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam feedlot ini, yaitu bahwa bahan pakan harus tersedia
secara melimpah dan kontinyu, bakalan tersedia dan kontinyu,
ketersediaan modal, ternak sehat, memiliki kemampuan analisis
pasar dan penjualan ternak di pasar (Priyono, 2009).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
I. PROFIL PERUSAHAAN
Nama Peternak : Bapak Supriatna (43 tahun)
Alamat Perusahaan : Desa Datar Wetan RT 03/ 1
Pendidikan : D3 Peternakan
Jenis usaha : Penggemukan
Tahun berdiri ` : 2011
Jumlah Karyawan : 20 orang
II. PEMILIHAN BIBIT SAPI
a. Bangsa ternak yang dipelihara : Jenis Peranakan
Ongole (PO) dan
Brahman Cross (BX).
b. Umur bibit mulai dipelihara : 1-2,5 tahun
c. Bibit diperoleh dari : Bandung dan
Australia
d. Membeli darimana asalnya (impor/lokal) : Impor
e. Standar harga yang pembelian : Dilihat berdasarkan
performanya.
f. Jumlah ternak yang dipelihara : 230 ekor pejantan
g. Bagaimana cara memilih calon bibit : Dengan dilihat
performancenya,
perdagingan baik, tidak
sakit, frame panjang,
faktor keturunannya, umur,
ukuran dan dari sumber
dana yang ada.
h. Berat badan sapi saat masuk : Max. 350 kg
i. Kapan dilakukan penimbangan : Di tempat
karantina.
j. Apakah ada pengelompokkan : Ada, berdasarkan
bobot badan.
III. PEMELIHARAAN
a. Lama Pemeliharaan : Sapi BX 100 hari,
Sapi PO 150
hari
b. Apakah ternak dimandikan : Tidak
c. Target bobot badan akhir : Sapi BX 450 kg.
Sapi PO 400 kg
d. Penanganan kesehatan
Sapi baru datang : Sapi di karantina
selama 2 minggu (cek
darah dan vaksin SE).
IV. PEMBERIAN PAKAN
a. Bahan pakan yang diberikan berupa : Jerami
amoniasi, dan
konsentrat.
b. Jumlah masing-masing pakan yang diberikan :
±20kg/ekor/hari.
c. Masing-masing jenis pakan diperoleh dari : Surabaya dan
Jawa Barat
d. Berapa frekuensi pemberian pakan/hari, jam : 2kali
sehari, pagi dan siang
hari.
e. Adakah pemberian feed additif yang lain : Tidak,
tapi jika napsu
makan turun maka
pakan akan ditambah
feed additif.
f. Apakah ternak diberi garam dapur? : Di kasih.
g. Adakah kesulitan dalam pengadaan pakan ? : Ada kesulitan
dalam pakan
h. Berapa liter air minum yang diberikan/hari ? : Adlibitum
Darimana air minum diperoleh ? : Air sumur
V. PERKANDANGAN
a. Berapa jumlah kandang
yang ada dan berapa : kandang 8 unit
Ukurannya masing-masing kandang? : 20x9 meter
untuk 58 ekor
b.Bahan–bahan yang digunakan dalam pembuatan : Bambu,
kayu, asbes,
semen, dan besi.
c. Jelaskan tipe atap
kandang yang digunakan : Monitor roof
Penempatan ternak dalam kandang, jarak antar kandang dan
kemiringan lantai kandang : penempatan ternak
dalam
kandang head to
head, jarak antar
kandang 6 meter dan
kemiringan kandang 2-
30
Berapa frekuensi pembersihan kandang/hari? : Setiap
pagi sebelum sapi
diberi pakan.
d. Adakah fasilitas selain
kandang ? : Ada, yaitu gudang
pakan,
penampungan limbah
dan kantor.
VI. PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENGOLAHAN LIMBAH
a.Penyakit apa saja yang paling umum menyerang
:Pincang, Pneumonia,
dan Anoreksia.
Bagaimana caranya jika ternak terkena penyakit
:Dipisahkan,diberi
obat.
b.Bagaiman upaya pencegahan : Dengan
cara
pencegahan rutin
antara munculnya
penyakit selain
bersih kandang,
pengamatan
ekstra serta
pemberian obat
cacing dan
suntik tiap 6
bulan sekali.
c.Adakah kegiatan vaksinasi dilakukan secara rutin? : Ada
Bila dilakukan, vaksin apa saja yang dilakukan ? :
Vaksin SE
d.Untuk mengendalikan limbah kotoran, tindakan apa :
Tidak Ada.
e.Jelaskan cara pengolahan limbah menjadi sesuatu :
Limbah diberikan
kepada penduduk
atau masyarakat
di sekitar untuk
diolah menjadi
pupuk organik.
VII. PENJUALAN
a. Pada bobot berapa sapi dijual : Sapi
BX 300-450 kg
Sapi PO 400-425
kg
b. Kapan dijual : 4-5 bulan lama
pemeliharaan
c. Frekuensi Penjualan :Tergantung
permintaan.
d. Dijual kepada :RPH di daerah
sekitar dan
kepada
pelanggan di
luar kota (Jawa
Barat).
e. Model Penjualan : Pemesanan
atau
pembeli yang
datang.
f. Harga per Kg : Rp 27.000/kg
bobot
hidup
Struktur organisasi perusahaan PT. CABS
Derektur Keuangan
Derektur Produksi
Derektur Personalia
Derektur Utama
4.2 Pembahasan
A. Pemilihan bibit
Dalam usaha peternakan salah satu kunci memperoleh
keberhasilan adalah dengan kualitas bibit yang digunakan,
bibit mempunyai kualitas yang baik, genetik yang baik,
mempunyai ciri fisik yang baik. Dengan bibit yang baik dan
berkualitas maka akan meningkatkan produktivitas hasil ternak
dari tujuan usaha yang dijalankan, namun bibit bukan satu-
satunya faktor penentu keberhasilan usaha peternakan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas bibit yang
dihasilkan adalah genetik dan linkungan, bibit yang digunakan
dalam pembibitan ternak dapat berasal dari bibit dari dalam
(lokal) maupun bibit dari luar negeri, tergantung dari tujuan
pembibitan apakah akan digunakan sebagai produk akhir atau
dikembangkan lagi. Untuk menghasilkan bibit-bibit yang baik
dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1. Melakukan Seleksi
Seleksi dilakukan untuk memilih ternak yang dianggap
mempunyai mutu genetik yang baik untuk dikembangbiakkan lebih
lanjut serta memilih ternak yang kurang baik untuk
disingkirkan dan dipelihara dengan dipisahkan dari bibit yang
baik. Penselekian dapat dilakukan dengan melihat genetik dan
sifat fisik ternak.Para peternak harus memperhatikan bibit
Derektur Keuangan
Derektur Produksi
Derektur Personalia
yang akan dipelihara. Banyak macam untuk dapat memilih bibit
sesuai dengan kebutuhannya. Pemilihan bibit harus
memperhatikan beberapa hal antara lain :
1. Kondisi sehat dan kuat,
2. Badan lebar dan dalam,
3. Pedagingannya padat dan bentuk badannya kompak,
4. Temperamennya aktif, tetapi lembut,
5. Kepala lebar, moncong tumpul,
6. Matanya tampak cerah dan bersih,
7. Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu
pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir,
8. Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan
bulunya,
9. Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian
ekor dan dubur,
10. Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan
bulu,
11. Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak
berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih
dua hari.
2. Pemilihan Bakalan
Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat
menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan
memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri
bakalan yang baik adalah :
- Berumur di atas 2,5 tahun.
- Jenis kelamin jantan.
- Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170
cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm.
- Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus
karena kurang pakan, bukan karena sakit).
- Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.
- Kotoran normal
Hasil praktikum di desa Kejobong, Kabupaten Purbalingga
bahwa bangsa yang dipelihara adalah jenis sapi Peranakan
Ongole (PO) dan Brahman Cross (BX) dan membeli bibitnya Impor
dari Australia dan lokal dari Bandung. Dalam membeli bibit,
peternak melihat dari beberapa kriteria antara lain performa,
umur ,ukuran sapi dan tergantung dana yang ada.
B. Perkandangan
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah
yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah
dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah
tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari
harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan
lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara
berkelompok di tengah sawah atau ladang. Kandang dapat dibuat
dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi
yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi
dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara
kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua
jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang.
Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk
jalan.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan
dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi
betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1
m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah.
Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33
derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat
dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran
tinggi (> 500 m). Kandang untuk pemeliharaan sapi harus
bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus
memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi
konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua
sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi
dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan
di belakang kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak,
termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang
tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah beton dan
asbes. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak
terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar. Termasuk
dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang
bersih. Air minum diberikan secara adlibitum, artinya harus
tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat. Kandang harus
terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan
sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang.
Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di
tengah sawah/ladang. Sebelum membuat kandang sebaiknya
diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara.
Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2
m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m
dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5x1 m.
Jenis kandang yang digunakan di peternakan sapi yang
kita kunjungi adalah jenis head to head dengan kemiringan
2,9o, dan jarak antar kandang 1,5 m. Luas kandang untuk
memelihara 20 ekor pada peternakan tersebut adalah 16 x 8 m
(128 m2). Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan
kandang pada peternakan sapi tersebut antara lain bambu,
kayu, asbes dan semen. Terdapat fasilitas perkandangan antara
lain gudang pakan, penampungan limbah dan kantor.
C. Pakan
Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa
hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan
supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi
kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian pakan dapat dilakukan
dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening),
kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan
kedua.
Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan
yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang
dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat
lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak
10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari
berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul,
bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan
cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu,
dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur,
kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan
perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi
antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis
hijauan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar,
hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah
rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman
hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah
rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun
lamtoro. Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang
sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih
lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi,
jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan
pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang
banyak mengandung serat kasar.
Secara umum jumlah makanan yang diberikan untuk seekor
sapi setiap hari adalah sebagai berikut :
1. Pakan hijauan segar diberikan minimal 10% BB dan pakan
konsentrat sekitar 1-2% dari BB. Pemberian pakan
dilakukan 2 kali sehari
2. Penyusunan ransum sapi potong hendaknya memperhatikan
keseimbangan zat makanan yang dapat dicerna dalam
ransom. Konsentrat antara 2-5 kg
3. Kebutuhan energi/TDN, protein dan mineral untuk
penggemukan sapi potong jantan, untuk pemeliharaan dan
pertumbuhan pada tabel 1)
4. Pakan tambahan yang digunakan mempunyai ketentuan yang
berlaku, misalnya Urea Mollases blok /UMB ( 2
buah/bl/ekor) dan amonasi jerami ( 40% dari jumlah
hijauan yang diberikan).
Pada praktikum kali ini, sapi yang diamati diberi pakan
berupa jerami amoniasi dan konsentrat. Pakan diberikan ±20
kg/ekor. Jumlah pakan yang diberikan sesuai dan tidak berbeda
jauh dengan perhitungan pemberian sapi potong untuk
penggemukan biasa. Pada musim kemarau, biasanya sapi diberi
pakan berupa jerami amoniasi. Air yang diperoleh untuk minum
sapi itu sendiri berasal dari air sumur.
D. Kesehatan
Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan
adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena
penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak
terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha
pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi
adalah
1. Pemanfaatan kandang karantina
Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu
kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala
penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses
pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap
lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya
diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian
besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami
cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan
mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika
digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk
sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan
setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru
juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita
sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.
2. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya
Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan
kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi,
sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika
kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan
virus penyebab penyakit.
3. Vaksinasi untuk bakalan baru
Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada
di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah
vaksinasi Anthrax. Beberapa jenis penyakit yang dapat
meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku
(PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.
Ternak di tempat yang dikunjungi biasanya terkena
penyakit Bloat (Tymphani,Kembung Perut) gejala lambung bagian
kiri membesar. Nafsu makan berkurang atau hilang sama
sekali,sapi gelisah,sesak nafas,bila sudah dibaringkan susah
berdiri. Pencegahannya dengan jangan terlalu banyak
memberikan hijauan yang banyak mengandung air, (rumput muda
yang banyak kena embun), diberi makan kasar dan jerami kering
( hay) untuk mengeluarkan gas diberikan minuman larutan gula
merah dan air asam. Disana juga biasa terjangkit penyakit
kulit yang bisa diobati dengan pemberian obat. Pemberian
rutin obat cacing dan suntik pencegahan cacing hati juga
dilakukan. Sanitasi kandang dilakukan dengan rutin untuk
mencegah penyebaran penyakit pada sapi.
V. KESIMPULAN
a. Pemilihan bibit
Berdasarkan hasil praktikum pemilihan bibit sapi sebagai
calon bibit pengganti ataupun calon penggemukan dilakukan
dengan cara melihat performa, Body Condition Scoring (BCS),
umur, ukuran dan faktor keturunan. Pemilihan calon bibit
tersebut sering merasakan kesulitan karena memerlukan
pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup.
b. Perkandangan
Sistem perkandangan di daerah yang dikunjungi sudah
cukup baik karena Lokasi yang ideal di daerah yang letaknya
cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh
kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan
jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat
menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan
pertanian.
c. Pakan
Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa
hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan memerlukan pakan yang
memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Sapi yang
diamati diberi pakan berupa rumput, jerami, bonggol jagung,
pelepah pisang dan singkong (boled). Pada musim kemarau,
biasanya sapi diberi pakan berupa jerami karena ada kesulitan
dalam pengadaan hijauan.
d. Kesehatan
Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan
adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena
penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak
terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Sanitasi
kandang secara rutin juga dilakukan untuk mencegah penyebaran
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Aak, 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Kanisius.
Yogyakarta.
Lubis DA, DR. 1963. Ilmu makanan Ternak. PT Pembangunan.
Jakarta
Suharno, B. 1990. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta
Sugeng, B,Y. 1994. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta