FEEDLOT

21
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berdampak langsung pada peningkatan pendapatan perkapita penduduk telah menyebabkan meningkatnya permintaan dan konsumsi daging, termasuk daging sapi. Hal ini tampak jelas dari pertumbuhan jumlah sapi yang dipotong maupun daging sapi yang dikonsumsi secara nasional beberapa tahun terakhir. Sementara pada sisi lain pertumbuhan populasi sapi secara nasional tidak mampu mengimbangi pertumbuhan jumlah pemotongan. Sehingga berakibat adanya kelebihan permintaan di bandingkan penyediaan. Dalam rangka menanggulangi masalah tersebut, telah ditempuh upaya untuk mencukupi kebutuhan sapi dan daging sapi dengan cara lain mengimpor baik dalam bentuk sapi, sapi potong, daging sapi maupun semen untuk IB. Diantara yang banyak diimpor tersebut adalah impor sapi potong. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas daging sapi potong di dalam Negeri, baik yang berasal dari sapi potong impor maupun sapi potong lokal, telah banyak berkembang akhir-akhir ini berbagai usaha penggemukan sapi potong yang dilakukan oleh para feedlotters ataupun para peternak kecil di Indonesia. Usaha penggemukan sapi ini merupakan alternatif yang bisa di lakukan untuk menambah pendapatan keluarga. Dengan penggemukan selama 2 sampai 6 bulan, akan dapat di peroleh hasil berupa nilai tambah berat badan sapi potong dengan kualitas dagingnya yang lebih baik.

Transcript of FEEDLOT

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berdampak langsung

pada peningkatan pendapatan perkapita penduduk telah

menyebabkan meningkatnya permintaan dan konsumsi daging,

termasuk daging sapi. Hal ini tampak jelas dari pertumbuhan

jumlah sapi yang dipotong maupun daging sapi yang dikonsumsi

secara nasional beberapa tahun terakhir. Sementara pada sisi

lain pertumbuhan populasi sapi secara nasional tidak mampu

mengimbangi pertumbuhan jumlah pemotongan. Sehingga berakibat

adanya kelebihan permintaan di bandingkan penyediaan.

Dalam rangka menanggulangi masalah tersebut, telah

ditempuh upaya untuk mencukupi kebutuhan sapi dan daging sapi

dengan cara lain mengimpor baik dalam bentuk sapi, sapi

potong, daging sapi maupun semen untuk IB. Diantara yang

banyak diimpor tersebut adalah impor sapi potong. Untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas daging sapi potong di

dalam Negeri, baik yang berasal dari sapi potong impor maupun

sapi potong lokal, telah banyak berkembang akhir-akhir ini

berbagai usaha penggemukan sapi potong yang dilakukan oleh

para feedlotters ataupun para peternak kecil di Indonesia.

Usaha penggemukan sapi ini merupakan alternatif yang bisa di

lakukan untuk menambah pendapatan keluarga. Dengan

penggemukan selama 2 sampai 6 bulan, akan dapat di peroleh

hasil berupa nilai tambah berat badan sapi potong dengan

kualitas dagingnya yang lebih baik.

Kegiatan penggemukan sapi ini bisa di lakukan oleh

sejumlah peternak kecil secara bersama-sama di dalam

koordinasi KUD dengan mengadakan kerjasama kemitraan secara

terpadu dengan Pengusaha Peternakan Besar (Feedlotters) yang

memiliki kegiatan impor sapi bakalan atau pedangang sapi

lokal dan pemasaran sapi hasil penggemukan yang dilakukannya.

Untuk itu sebagai anggota KUD mereka bekerjasama dengan

Perusahaan Penternakan Besar atau Proyek Kemitraan Terpadu

(PKT) Penggemukan Sapi.

1.2 Tujuan

II. METODE DAN CARA KERJA

III. TINJAUAN PUSTAKA

Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat

ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari

jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-

sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran

tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).

Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi

Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi

Madura. Dari populasi sapi potong yang ada, yang

penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi

Bali, sapi PO, Madura dan Brahman. Memelihara sapi potong

sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging

dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai

tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak,

kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk

pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan.

Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki

struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur

(Bambang, 1990).

Feedlot adalah pemeliharaan dan penggemukan dilakukan

secara intensif dengan waktu tertentu yang telah ditetapkan,

misalkan 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan 9 bulan. Pada feedlot

sering dilakukan rekayasa pakan untuk mendapatkan pakan

dengan kualitas nutrisi yang baik tapi bernilai ekonomis,

sehingga bobot potong yang tinggi dan kualitas karkas yang

baik dapat tercapai. Keuntungan yang dapat diperoleh dengan

menerapkan teknologi feedlot dibandingkan dengan penggemukan

yaitu lahan yang dibutuhkan untuk budidaya relatif tidak

sebanyak biasanya, karena sudah diprogram dengan lahan

tertentu untuk jumlah ternak tertentu dan dalam jangka waktu

tertentu. Manajemen tata laksana pemeliharaannya juga relatif

lebih mudah dan lebih sederhana, sehingga kita dapat dengan

mudah melakukan pengawasan terhadap aktivitas usaha ternak.

Limbah yang dikhawatirkan akan menimbulkan masalah, dapat

dimanfaatkan seperti untuk biogas dan pupuk kandang pada

usaha budidaya ternak. Beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam feedlot ini, yaitu bahwa bahan pakan harus tersedia

secara melimpah dan kontinyu, bakalan tersedia dan kontinyu,

ketersediaan modal, ternak sehat, memiliki kemampuan analisis

pasar dan penjualan ternak di pasar (Priyono, 2009).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

I. PROFIL PERUSAHAAN

Nama Peternak : Bapak Supriatna (43 tahun)

Alamat Perusahaan : Desa Datar Wetan RT 03/ 1

Pendidikan : D3 Peternakan

Jenis usaha : Penggemukan

Tahun berdiri ` : 2011

Jumlah Karyawan : 20 orang

II. PEMILIHAN BIBIT SAPI

a. Bangsa ternak yang dipelihara : Jenis Peranakan

Ongole (PO) dan

Brahman Cross (BX).

b. Umur bibit mulai dipelihara : 1-2,5 tahun

c. Bibit diperoleh dari : Bandung dan

Australia

d. Membeli darimana asalnya (impor/lokal) : Impor

e. Standar harga yang pembelian : Dilihat berdasarkan

performanya.

f. Jumlah ternak yang dipelihara : 230 ekor pejantan

g. Bagaimana cara memilih calon bibit : Dengan dilihat

performancenya,

perdagingan baik, tidak

sakit, frame panjang,

faktor keturunannya, umur,

ukuran dan dari sumber

dana yang ada.

h. Berat badan sapi saat masuk : Max. 350 kg

i. Kapan dilakukan penimbangan : Di tempat

karantina.

j. Apakah ada pengelompokkan : Ada, berdasarkan

bobot badan.

III. PEMELIHARAAN

a. Lama Pemeliharaan : Sapi BX 100 hari,

Sapi PO 150

hari

b. Apakah ternak dimandikan : Tidak

c. Target bobot badan akhir : Sapi BX 450 kg.

Sapi PO 400 kg

d. Penanganan kesehatan

Sapi baru datang : Sapi di karantina

selama 2 minggu (cek

darah dan vaksin SE).

IV. PEMBERIAN PAKAN

a. Bahan pakan yang diberikan berupa : Jerami

amoniasi, dan

konsentrat.

b. Jumlah masing-masing pakan yang diberikan :

±20kg/ekor/hari.

c. Masing-masing jenis pakan diperoleh dari : Surabaya dan

Jawa Barat

d. Berapa frekuensi pemberian pakan/hari, jam : 2kali

sehari, pagi dan siang

hari.

e. Adakah pemberian feed additif yang lain : Tidak,

tapi jika napsu

makan turun maka

pakan akan ditambah

feed additif.

f. Apakah ternak diberi garam dapur? : Di kasih.

g. Adakah kesulitan dalam pengadaan pakan ? : Ada kesulitan

dalam pakan

h. Berapa liter air minum yang diberikan/hari ? : Adlibitum

Darimana air minum diperoleh ? : Air sumur

V. PERKANDANGAN

a. Berapa jumlah kandang

yang ada dan berapa : kandang 8 unit

Ukurannya masing-masing kandang? : 20x9 meter

untuk 58 ekor

b.Bahan–bahan yang digunakan dalam pembuatan : Bambu,

kayu, asbes,

semen, dan besi.

c. Jelaskan tipe atap

kandang yang digunakan : Monitor roof

Penempatan ternak dalam kandang, jarak antar kandang dan

kemiringan lantai kandang : penempatan ternak

dalam

kandang head to

head, jarak antar

kandang 6 meter dan

kemiringan kandang 2-

30

Berapa frekuensi pembersihan kandang/hari? : Setiap

pagi sebelum sapi

diberi pakan.

d. Adakah fasilitas selain

kandang ? : Ada, yaitu gudang

pakan,

penampungan limbah

dan kantor.

VI. PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENGOLAHAN LIMBAH

a.Penyakit apa saja yang paling umum menyerang

:Pincang, Pneumonia,

dan Anoreksia.

Bagaimana caranya jika ternak terkena penyakit

:Dipisahkan,diberi

obat.

b.Bagaiman upaya pencegahan : Dengan

cara

pencegahan rutin

antara munculnya

penyakit selain

bersih kandang,

pengamatan

ekstra serta

pemberian obat

cacing dan

suntik tiap 6

bulan sekali.

c.Adakah kegiatan vaksinasi dilakukan secara rutin? : Ada

Bila dilakukan, vaksin apa saja yang dilakukan ? :

Vaksin SE

d.Untuk mengendalikan limbah kotoran, tindakan apa :

Tidak Ada.

e.Jelaskan cara pengolahan limbah menjadi sesuatu :

Limbah diberikan

kepada penduduk

atau masyarakat

di sekitar untuk

diolah menjadi

pupuk organik.

VII. PENJUALAN

a. Pada bobot berapa sapi dijual : Sapi

BX 300-450 kg

Sapi PO 400-425

kg

b. Kapan dijual : 4-5 bulan lama

pemeliharaan

c. Frekuensi Penjualan :Tergantung

permintaan.

d. Dijual kepada :RPH di daerah

sekitar dan

kepada

pelanggan di

luar kota (Jawa

Barat).

e. Model Penjualan : Pemesanan

atau

pembeli yang

datang.

f. Harga per Kg : Rp 27.000/kg

bobot

hidup

Struktur organisasi perusahaan PT. CABS

Derektur Keuangan

Derektur Produksi

Derektur Personalia

Derektur Utama

4.2 Pembahasan

A. Pemilihan bibit

Dalam usaha peternakan salah satu kunci memperoleh

keberhasilan adalah dengan kualitas bibit yang digunakan,

bibit mempunyai kualitas yang baik, genetik yang baik,

mempunyai ciri fisik yang baik. Dengan bibit yang baik dan

berkualitas maka akan meningkatkan produktivitas hasil ternak

dari tujuan usaha yang dijalankan, namun bibit bukan satu-

satunya faktor penentu keberhasilan usaha peternakan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas bibit yang

dihasilkan adalah genetik dan linkungan, bibit yang digunakan

dalam pembibitan ternak dapat berasal dari bibit dari dalam

(lokal) maupun bibit dari luar negeri, tergantung dari tujuan

pembibitan apakah akan digunakan sebagai produk akhir atau

dikembangkan lagi. Untuk menghasilkan bibit-bibit yang baik

dapat dilakukan dengan beberapa cara:

1. Melakukan Seleksi

Seleksi dilakukan untuk memilih ternak yang dianggap

mempunyai mutu genetik yang baik untuk dikembangbiakkan lebih

lanjut serta memilih ternak yang kurang baik untuk

disingkirkan dan dipelihara dengan dipisahkan dari bibit yang

baik. Penselekian dapat dilakukan dengan melihat genetik dan

sifat fisik ternak.Para peternak harus memperhatikan bibit

Derektur Keuangan

Derektur Produksi

Derektur Personalia

yang akan dipelihara. Banyak macam untuk dapat memilih bibit

sesuai dengan kebutuhannya. Pemilihan bibit harus

memperhatikan beberapa hal antara lain :

1. Kondisi sehat dan kuat,

2. Badan lebar dan dalam,

3. Pedagingannya padat dan bentuk badannya kompak,

4. Temperamennya aktif, tetapi lembut,

5. Kepala lebar, moncong tumpul,

6. Matanya tampak cerah dan bersih,

7. Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu

pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir,

8. Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan

bulunya,

9. Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian

ekor dan dubur,

10. Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan

bulu,

11. Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak

berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih

dua hari.

2. Pemilihan Bakalan

Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat

menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan

memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri

bakalan yang baik adalah :

- Berumur di atas 2,5 tahun.

- Jenis kelamin jantan.

- Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170

cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm.

- Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus

karena kurang pakan, bukan karena sakit).

- Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.

- Kotoran normal

Hasil praktikum di desa Kejobong, Kabupaten Purbalingga

bahwa bangsa yang dipelihara adalah jenis sapi Peranakan

Ongole (PO) dan Brahman Cross (BX) dan membeli bibitnya Impor

dari Australia dan lokal dari Bandung. Dalam membeli bibit,

peternak melihat dari beberapa kriteria antara lain performa,

umur ,ukuran sapi dan tergantung dana yang ada.

B. Perkandangan

Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah

yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah

dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah

tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari

harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan

lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara

berkelompok di tengah sawah atau ladang. Kandang dapat dibuat

dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi

yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi

dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara

kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua

jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang.

Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk

jalan.

Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan

dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi

betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1

m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah.

Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33

derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat

dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran

tinggi (> 500 m). Kandang untuk pemeliharaan sapi harus

bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus

memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi

konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.

Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua

sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi

dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan

di belakang kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak,

termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang

tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah beton dan

asbes. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak

terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar. Termasuk

dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang

bersih. Air minum diberikan secara adlibitum, artinya harus

tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat. Kandang harus

terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan

sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang.

Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di

tengah sawah/ladang. Sebelum membuat kandang sebaiknya

diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara.

Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2

m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m

dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5x1 m.

Jenis kandang yang digunakan di peternakan sapi yang

kita kunjungi adalah jenis head to head dengan kemiringan

2,9o, dan jarak antar kandang 1,5 m. Luas kandang untuk

memelihara 20 ekor pada peternakan tersebut adalah 16 x 8 m

(128 m2). Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan

kandang pada peternakan sapi tersebut antara lain bambu,

kayu, asbes dan semen. Terdapat fasilitas perkandangan antara

lain gudang pakan, penampungan limbah dan kantor.

C. Pakan

Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa

hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan

supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi

kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian pakan dapat dilakukan

dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening),

kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan

kedua.

Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan

yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang

dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat

lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak

10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari

berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul,

bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan

cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu,

dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur,

kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan

perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.

Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi

antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis

hijauan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar,

hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah

rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman

hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah

rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun

lamtoro. Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang

sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih

lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi,

jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan

pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang

banyak mengandung serat kasar.

Secara umum jumlah makanan yang diberikan untuk seekor

sapi setiap hari adalah sebagai berikut :

1. Pakan hijauan segar diberikan minimal 10% BB dan pakan

konsentrat  sekitar 1-2% dari BB. Pemberian pakan

dilakukan 2 kali sehari

2. Penyusunan ransum sapi potong hendaknya memperhatikan

keseimbangan zat makanan yang dapat dicerna dalam

ransom. Konsentrat antara 2-5 kg

3. Kebutuhan energi/TDN, protein dan mineral untuk

penggemukan sapi potong jantan, untuk pemeliharaan dan

pertumbuhan  pada tabel 1)

4. Pakan tambahan yang digunakan mempunyai ketentuan yang

berlaku, misalnya Urea Mollases blok /UMB ( 2

buah/bl/ekor) dan amonasi jerami ( 40% dari jumlah

hijauan yang diberikan).

Pada praktikum kali ini, sapi yang diamati diberi pakan

berupa jerami amoniasi dan konsentrat. Pakan diberikan ±20

kg/ekor. Jumlah pakan yang diberikan sesuai dan tidak berbeda

jauh dengan perhitungan pemberian sapi potong untuk

penggemukan biasa. Pada musim kemarau, biasanya sapi diberi

pakan berupa jerami amoniasi. Air yang diperoleh untuk minum

sapi itu sendiri berasal dari air sumur.

D. Kesehatan

Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan

adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena

penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak

terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha

pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi

adalah

1. Pemanfaatan kandang karantina

Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu

kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala

penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses

pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap

lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya

diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian

besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami

cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan

mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika

digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk

sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan

setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru

juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita

sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.

2. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya

Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan

kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi,

sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika

kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan

virus penyebab penyakit.

3. Vaksinasi untuk bakalan baru

Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada

di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah

vaksinasi Anthrax. Beberapa jenis penyakit yang dapat

meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku

(PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.

Ternak di tempat yang dikunjungi biasanya terkena

penyakit Bloat (Tymphani,Kembung Perut) gejala lambung bagian

kiri membesar. Nafsu makan berkurang atau hilang sama

sekali,sapi gelisah,sesak nafas,bila sudah dibaringkan susah

berdiri. Pencegahannya dengan jangan terlalu banyak

memberikan hijauan yang banyak mengandung air, (rumput muda

yang banyak kena embun), diberi makan kasar dan jerami kering

( hay) untuk mengeluarkan gas diberikan minuman larutan gula

merah dan air asam. Disana juga biasa terjangkit penyakit

kulit yang bisa diobati dengan pemberian obat. Pemberian

rutin obat cacing dan suntik pencegahan cacing hati juga

dilakukan. Sanitasi kandang dilakukan dengan rutin untuk

mencegah penyebaran penyakit pada sapi.

V. KESIMPULAN

a. Pemilihan bibit

Berdasarkan hasil praktikum pemilihan bibit sapi sebagai

calon bibit pengganti ataupun calon penggemukan dilakukan

dengan cara melihat performa, Body Condition Scoring (BCS),

umur, ukuran dan faktor keturunan. Pemilihan calon bibit

tersebut sering merasakan kesulitan karena memerlukan

pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup.

b. Perkandangan

Sistem perkandangan di daerah yang dikunjungi sudah

cukup baik karena Lokasi yang ideal di daerah yang letaknya

cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh

kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan

jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat

menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan

pertanian.

c. Pakan

Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa

hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan memerlukan pakan yang

memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Sapi yang

diamati diberi pakan berupa rumput, jerami, bonggol jagung,

pelepah pisang dan singkong (boled). Pada musim kemarau,

biasanya sapi diberi pakan berupa jerami karena ada kesulitan

dalam pengadaan hijauan.

d. Kesehatan

Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan

adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena

penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak

terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Sanitasi

kandang secara rutin juga dilakukan untuk mencegah penyebaran

penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Aak, 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Kanisius.

Yogyakarta.

Lubis DA, DR. 1963. Ilmu makanan Ternak. PT Pembangunan.

Jakarta

Suharno, B. 1990. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta

Sugeng, B,Y. 1994. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta