Post on 24-Jan-2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat
disepanjang pantai muara sungai dan dipengaruhi oleh
pasang surut air laut. Hutan ini disebut pula sebagai
hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau atau hutan
bakau. Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung
atau pantai-pantai yang datar. Biasanya di tempat yang
tak ada muara sungainya hutan mangrove terdapat agak
tipis, namun pada tempat yang mempunyai muara sungai
besar dan delta yang aliran sungainya banyak mengandung
lumpur dan pasir, mangrove biasanya tumbuh baik dan
meluas.
Pemanfaatan hutan mangrove sampai saat ini hanya
sebatas kepada pemanfaatan langsung yaitu sebagai bahan
bakar, bahan bangunan, alat penangkap ikan, makanan,
minuman, peralatan rumah tangga, pertanian (pupuk),
produk kertas dan sebagai fishingground bagi organisme laut.
Keistimewaan dari mangrove merupakan tumbuhan yang dapat
hidup pada salinitas tinggi, memiliki tanah yang
berlumpur, lembek dan sedikit mengandung humus. Hal ini
tentu dapat dihubungkan dengan banyak permasalahan yang
meliputi aspek biologi, fisik dan ekonomi perairan. Namun
di sini, akan dilakukan kajian tentang peranan mangrove
sebagai bahan bioaktif antibakteri patogen terhadap udang
1
tambak, dalam rangka membantu meningkatkan produktifitas
pada sektor industri perikanan.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh
ektraks mangrove yang berfungsi sebagai bahan bioaktif,
yang dapat menghambat dan membunuh bakteri vibriosis yang
sering menyerang udang yang dibudidayakan oleh petani
tambak Indonesia. Manfaat yang diperoleh adalah
diketahuinya komponen bioaktif yang ada pada daun
mangrove Avicennia alba yang merupakan penelitian dasar yang
dapat dikembangkan dimasa datang sebagai zat bioaktif
dalam pembudidayaan udang di Indonesia.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah
ditemukannya zat bioaktif yang diperoleh dari tumbuhan
mangrove, yang dapat digunakan sebagai bahan antimikroba,
terutama untuk bakteri vibrio sp yang merupakan penyebab
utama penyakit udang yang di budidayakan di Indonesia.
Dari hasil pencaharian literatur sampai saat ini belum
ada zat bioaktif yang berasal dari mangrove yang
dipatenkan (HAKI) baik untuk farmasi maupun makanan,
sehingga merupakan suatu kesempatan untuk mempatenkan zat
bioaktf yang berasal dari mangrove sebagai bioaktif untuk
antibiotik atau antimikrobial.
2
1.4 Keutamaan Penelitian
Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam
meningkatkan hasil produksi budidaya tambak udang adalah
dengan cara mengatasi kendala-kendala yang dapat
menghambat kelancaran proses produksi budidaya udang,
diantaranya adalah mengatasi serangan-serangan virus dan
bakteri yang dapat mengganggu proses pertumbuhan dan
perkembangan udang di tambak.
Penanggulangan penyakit udang windu telah dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya adalah penggunaan
ekstrak bahan-bahan alam untuk mencegah dan mengobati
penyakit udang. Penyakit yang sering menjadi kendala
besar bagi para petambak udang windu saat ini adalah
penyakit vibriosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri-
bakteri vibrio. Salah satu ekstrak bahan alam yang dapat
digunakan dalam mengatasi serangan penyakit vibriosis
tersebut adalah dari ekstrak tumbuhan mangrove Avicennia
alba.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa selain
untuk mengatasi serangan penyakit vibriosis, penggunaan
ekstrak mangrove tersebut dapat juga dapat meningkatkan
ketahanan hidup udang windu setelah diinfeksi dengan
bakteri vibrio harveyi dan penurunan jumlah bakteri yang
terdapat pada tubuh udang. Gambaran histology
memperlihatkan terjadinya kenormalan pada organ
pencernaan dengan penuhnya saluran pencenaan oleh pakan
setelah pemberian ekstrak bahan-bahan alam. Jadi ekstrak
3
mangrove memiliki fungsi ganda terhadap proses peningkatan
produksi di tambak.
Penyakit vibriosis dikenal sebagai penyakit yang
berkembang subur pada perairan tropis sedangkan di
Indonesia telah menyebar budidaya udang hampir di seluruh
wilayah, yaitu Jawa, Bali, Lampung, Sulawesi Selatan,
dan Aceh (Taslihan 1991). Oleh karena itu, pemerintah
Indonesia harus mempersiapkan diri dengan matang dalam
menghadapi penyakit vibriosis sebagai masalah yang besar
bagi dunia perikanan. Maka setelah ditemukan beberapa
bahan alam yang dapat digunakan untuk mencegah dan
mengobati penyakit tersebut, pemerintah berusaha
menyebarluaskannya kepada petambak, khususnya petambak
udang.
Kita dapat membandingkan keunggulan mangrove dan bahan-
bahan kimia sintetis dalam penggunaannya untuk mengatasi
serangan penyakit vibriosis pada udang windu. Tumbuhan
mangrove cenderung tidak menimbulkan efek samping
sehingga aman dalam penggunaanya. Selain itu, tumbuhan
mangrove juga mudah didapat.
4
BAB II
STUDI PUSTAKA
Hutan mangrove memiliki persyaratan tumbuh yang
berbeda dengan tanah kering. Berdasarkan tempat tumbuhnya
hutan mangrove dapat dibedakan pada empat zone, salah
satunya adalah zona Avicennia sp, merupakan zona yang
letaknya diluar hutan bakau, memiliki tanah yang
berlumpur, lembek dan sedikit mengandung humus (Badrudin,
1993). Daerah penyebaran hutan mangrove pada batas pantai
yang mengarah ke laut didominasi oleh Avicennia sp, yaitu
jenis bakau yang mempunyai akar gantung (aerial root),
selanjutnya pohon bakau merah Rhizophora (Hutabarat dan
Evans, 1985).
Salah satu yang menjadi sumber antibiotik alami
adalah tumbuhan mangrove, yang merupakan kekayaan alam
potensial, kurang lebih 27% populasi mangrove dunia
tumbuh di Indonesia. Di Indonesia hutan mangrove tersebar
di sepanjang pantai Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya.
Jenis yang sering ditemukan di Indonesia dan merupakan
ciri-ciri utama dari hutan mangrove adalah genera Avicennia,
Sonneratia, Ceriops, Brugueira, dan beberapa spesies dari genera
Rhizophora (Nobbs, and McGuinness, 1999). Hutan mangrove
atau hutan mangal adalah suatu komunitas tanaman yang
hidup di daerah tropis dan sub tropis pinggir pantai.
Terdiri dari lebih kurang 30 famili dan lebih dari 100
spesies yang berupa pohon atau semak belukar (Nybakken,
5
1993). Lebih kurang 60-75 % garis pantai di daerah tropis
ditumbuhi oleh hutan mangrove.
Senyawa kimia dari tumbuhan yang berperan sebagai
antimikrobial yaitu dari golongan alkaloid dikenal
sebagai berberina, emitina, kuinina dan tetrametil pirazina ; dari
golongan fenolik biasanya pada jaringan kayu terdapat
senyawa asam amino aromatik, yang berasal dari jalinan
asam sikimatnya dapat berperan sebagai herbisida serta
tanin yang biasanya dikenal untuk menyamak kulit, karena
mereka memotong dan mendenaturasi protein serta mencegah
proses pencernaan bakteri. Flavonoid yang mudah larut
dalam air pada tumbuhan berfungsi untuk kerja antimikroba
dan antivirus; serta isoprenoid dengan turunannya saponin
triterpenoid merupakan irritan yang kuat dan berperan sebagai
antimikrobial. Sebagian besar fitoaleksin adalah fenil
propanoid yang merupakan produk dari asam sikimat,
beberapa diantaranya merupakan senyawa isoprenoid dan
poliasetilena (Rowe, 1989).
Flavonoid ditemukan hampir pada semua tumbuhan
tingkat tinggi. Sedikitnya terdapat 4000 struktur
flavonoid yang telah dilaporkan. Kelas flavonoid lainnya
adalah flavon, flavonol, flavanon, flavanonol yang kurang begitu
berwarna terutama pada tumbuhan berkayu (Harborne, 1987).
Salah satu sifat yang dimiliki oleh suatu antibiotik
adalah mempunyai kemampuan untuk merusak atau menghambat
mikroorganisme patogen spesifik. Selanjutnya Efendi
(1998), menambahkan bahwa pathogenitas merupakan salah
satu ciri utama mikroorganisme. Mikroba dapat menimbulkan
6
penyakit, kemampuannya untuk menimbulkan penyakit
merupakan ciri khas organisme tersebut.
Tumbuhan mangrove mengandung senyawa seperti alkaloid,
flavonoid, fenol, terpenoid, steroid dan saponin. Golongan senyawa
ini merupakan bahan obat-obatan modern (Eryanti et al.,
1999). Akan dilakukan pengujian produksi antibiotik dari
ekstrak ini terhadap bakteri Vibrio sp dan diharapkan
antibiotik yang dihasilkan dapat digunakan dalam
menanggulangi penyakit kunang-kunang dan vibriosis pada
ikan dan udang yang bernilai ekonomis pada usaha-usaha
budidaya.
Dari survey awal yang telah dilakukan, diketahui
bahwa beberapa spesies mangrove (R apiculata, B gymnorhyza) (A.
alba, N. fruticans) memiliki efek antimikrobial terhadap
bakteri Vibrio (Effendi,1998). Namun golongan senyawa kimia
yang menghambat bakteri tersebut dan juga efektivitasnya
belum diketahui dengan pasti.
Penyakit Vibriosis disebabkan oleh bakteri gram
negatif Vibrio yaitu; V. parahaemolyticus, V. alginolyticus, dan V.
anguillarum. Penyakit tersebut dapat dideteksi dengan
mengisolasi bakteri dari tubuh udang sakit dan menanamnya
pada media agar selektif untuk Vibrio, yaitu TCBS Agar. Pada
media ini koloni bakteri yang tumbuh tampak berwarna
kuning dan hijau (Effendi, 1998).
Dari hasil penelitian awal (Feliatra, 2000) yang
dilakukan terhadap beberapa spesies mangrove memiliki
anti mikrobial terhadap bakteri vibrio sp. Sensitifitas
bakteri terhadap beberapa mangrove yang dilakukan dengan
7
menggunakan diagnosis melalui metoda cakram (paper disk
method) dengan mengamati zona bebas bakteri (clear zone) di
sekitar sampel (Tabel 1).
Tabel 1. Daya hambat beberapa spesies mangrove terhadap
bakteri Vibrio sp.
No.
Spesies Mangrove Zona bebas Bakteri
1 Rhizoopra apiculata 1,5 – 3 mm2. Nypa fruticans 2,5 – 4,5 mm3. Bruiuiera gymnorrhiza 1,5 – 3, 5 mm4. Aviciennia alba 3,5 – 5,5 mm
Alam (2000) menyatakan bahwa ekstrak mangrove dapat
menekan laju pertumbuhan Vibrio harveyi. Pada media lumpur
dan air laut. Selanjutnya Yasmon (2000) menyatakan
ekstrak mangrove bersifat antibakteril terhadap bakteri
Vibrio parahamolyticus pada media lumpur dan air laut. Dari
sampel yang digunakan bahwa daun mangrove lebih efektif
dibandingkan buah dan kulit mangrove. Siregar (2000)
menyatakan bahwa mangrove Sonneratia ovate memiliki
sensitifitas yang lebih tinggi pada bakteri Vibrio
parahaemolyticus pada daun dibandingkan dengan buah dan
kulit. Tetapi sampai saat ini belum diketahui zat
bioaktif apa yang dimiliki oleh tumbuhan mangrove yang
dapat menghambat bakteri vibrio sp tersebut.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen.
Pelaksanaan kegitan penelitian dibagi menjadi dua tahap
(dua tahun) yaitu tahap pertama (tahun pertama) dilakukan
ekstraksi komponen bioaktif, pengujian aktivitas ekstrak
komponen bioaktif terhadap bakteri vibrio sp dan pengujian
pengelompokan senyawa bioaktif yang positif terhadap
bakteri vibrio sp. Pada tahap kedua (tahun kedua) dilakukan
isolasi dan penentuan struktur kimia senyawa bioaktif
dengan prinsip isolasi dipandu bioassay.
3.1 Pengambilan Sampel
Sampel yang akan dijadikan ekstrak berasal dari
tumbuhan mangrove ( Avicennia alba) yang terdapat di
kawasan hutan mangrove Tanjung Api-api, Kabupaten
Banyuasin, Sumatera Selatan. Sampel tumbuhan berupa
daun di bawa ke laboratorium untuk penanganan
selanjutnya.
3.2 Proses Ekstraksi Komponen Antimikroba
Sebelum ekstraksi dilakukan uji kelompok senyawa
(alkaloid, steroid, flavonoid dan terpenoid).
Dalam proses ekstraksi ini dilakukan terhadap serbuk
kering daun tanaman mangrove (Avicennia alba)
Ekstraksi komponen bioaktif daun tanaman mangrove
dilakukan dengan 4 jenis pelarut (gambar 1).
9
Sebanyak 100 gram serbuk kering daun diekstrak
dengan masing-masing pelarut.
Filtrat yang diperoleh dievaporasi pelarutnya
sehingga diperoleh ekstrak kental, kemudian
ditimbang dan dilakukan uji aktivitas terhadap
bakteri Vibrio sp.
10
Gambar 1. Uji pendahuluan
3.3 Uji Aktivitas terhadap bakteri Vibrio sp.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode
difusi agar yang tergantung pada difusi senyawa
antibiotik ke dalam agar. Senyawa antibiotik tersebut
diresapkan pada kertas cakram yang berdiameter 6 mm.
Kertas cakram ini ditempatkan pada permukaan media
yang telah diinokulasi bakteri pathogen yang akan
25 gram serbuk kering daun A. alba
Ekstrak n-heksan
Ekstrak diklorometan
Ekstrak etilasetat
Ekstrak metanol
Direndam dg : n-heksan
diklorometanetilasetatmetanol
Perendaman 24 jam, sonikasi 2x30 menit, filtrasi. Evaporasi
Vibrio sp
Ekstrak paling aktif
KLT, Uji antimikrobial
11
diuji. Setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35-
37 0C, diamati daerah hambatan di sekitar kertas
cakram. Daerah hambatan yang terbentuk merupakan
daerah bening di sekitar kertas cakram, yang
menunjukkan bakteri pathogen atau mikroorganisme yang
diuji telah dihambat oleh senyawa antimikrobial yang
berdifusi ke dalam agar dari kertas cakram
(Amsterdam, 1992).
Ekstraksi ini diambil dengan konsentrasi 10%
b/v, untuk perendaman kertas cakram dengan diameter 6
mm. Respon aktifitas yang positif ditunjukkan dengan
adanya daerah bening (clear zone) pada sekitar medium
yang telah diinokulasi bakteri Vibrio sp, dimana daerah
bening ini merupakan zona hambat yang dibentuk oleh
ekstrak dan senyawa kimia yang terkandung dalam
ekstrak. Efektivitas antibotik akan terlihat dengan
adanya jarak zona hambat tertinggi pada konsentrasi
kecil.
3.4 Isolasi dan Penentuan Struktur Senyawa Bioaktif
Isolasi senyawa bioaktif hanya dilakukan pada
Komponen ekstrak yang memberikan test positif
terhadap bakteri vibrio sp.
Untuk memisahkan senyawa-senyawa yang ada dalam
ekstrak dilakukan fraksinasi dengan menggunakan
kromatografi kolom dengan fasa diam silica gel
sesuai dengan kelompok senyawa yang ada.
12
Kolom dielusi menggunakan eluen n-heksana,
etilasetat dan diklorometan, metanol.
Hasil fraksinasi yang memili Rf yang sama
dikumpulkan menjadi satu, dan lakukan kembali uji
aktivitas terhadap bakteri Vibrio sp. Fraksi yang
memberikan hasil uji positif dilakukan pemurnian
dengan pengoloman ulang atau direkristalisasi.
Senyawa murni yang diperoleh dianalisis secara
fisikokimia dengan, UV, IR
13
Gambar 2. Skema kerja penelitian
Serbuk kering daun A. alba
Ekstrak etilasetat
F1
F2
F3
F11
Direndam 2x24 jam, sonikasi 2x30 menit, filtrasi, revaporasi
-------------------
KLT, Uji antimikrobial
VLC
FX (fraksi paling
aktif)
FX1 FX2 FX3 FXn---------------------
Kromatografi kolom, cromatotron, flash, KLT
KLT, Uji antimikrobial, rekristalisasi, penentuan titik leleh, Karakterisasi UV dan IR
Senyawa murni
14
BAB IV
PEMBIAYAAN
Penelitian ini akan didanai oleh Dana Hibah Penelitian
Strategis Nasional dapat dilihat pada Tabel 2, sedang
perinciannya dapat dilihat pada Lampiran 1.
No. Komponen PembiayaanJumlah
Pembiayaan (Rupiah)
1. Honor tim penelitian 26,480,000
2.
Bahan habis pakai dan peralatan
penelitian 54,120,000 3. Perjalanan, Akomodasi 14,400,000 4. Laporan, Seminar, dan Jurnal 5,000,000
Jumlah Keseluruhan 100,000,000
Terbilang: Seratus Juta Rupiah
15
DAFTAR PUSTAKA
Alam, S. 2000. Efektifitas ekstrak mangrove NypaFruticans terhadap baktei Vibrio harveyi didalam lumpurdan air laut. Skripi Sarjana. LaboratoriumMikrobiologi Laut Universitas Riau. 45p.
Amsterdam, D., 1992. Susceptibility. Dalam Alexander, M.,D.A., Hopwood, Iglewski, B.H. dan Laskin, A.I.,peny. Encyclopedia of Microbiology. Academic Press Inc.,San Diego.
Badrudin. A. 1993. Sekilas mengenai hutan bakau di Propinsi Riau.Makalah disampaikan dalam seminar sehari deforesasihutan mangrove. 7 Januari 1993. Fakultas PerikaanUniversitas Riau. Pekanbaru 10 hal.
Brown, M.S. 1984. Mangrove leaf litter production anddynamics. P. 231 – 238. In Snedakker J.G (ed). Themangrove Ecosystem. Research methods. Unesco. Paris.
Edberg and Berger 1986. Antibiotik dan infeksi. (terjemahanChandra Sanusi) penerbit buku kedokteran. EGCJakarta 219 halaman.
Efendi I. 1998. Mangrove di Daerah Riau. Pekanbaru. LembagaPenelitian Universitas Riau.45 hal.
Eryanti. 1999. Identifikasi dan isolasi senyawa kimia dari Mangrove(hutan Bakau). Laporan Hasil Penelitian PusatPenelitian Kawasan Pantai dan Perairan UniversitasRiau. 18 hal.
Feliatra. 1998. Isolasi dan identifikasi bakteriheterotrof yang terdapat pada daun Mangrove (Aviciennasp dan Sonneratia sp) dari kawasan Stasiun KelautanDumai. Jur Natur Indonesia.Vol. 3.No 2 : 104 – 112
16
Feliatra. 1999. Identifikasi bakteri Patogen (Vibrio sp ) di Perairan Nongsa Batam. Riau. Jurnal Natur Indonesia. Vol.II:(2)
Feliatra. 2000. Studi awal tumbuhan Mangrove sebagai antimikroba.Lembaga Penelitian Universitas Riau. 22 hal.
Gritter, R.J., James, M.B., dan Arthur, E.S., 1991.Pengantar Kromatografi. Edisi ke-2. Institut TekhnologiBandung. Bandung.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara ModernMenganalisis Tumbuhan. Ed ke-2. Terjemahan K.Padmawinata dan I. Soediro. Institut TekhnologiBandung. Bandung.
Hutabarat, S. dan Evans M.S. 1985. Pengantar Oceanografi.Universitas Indonesia Press Jakarta. 159 hal.
Mulyani s. 1982 . Kimia dan biologi antibiotic b-laktan Morin RB danCorman m (terjemahan) academic Press New York 418hal.
Noske, R.A. 1996. Abundance, zonation and feeding ecologyof birds in mangroves of Darwin Harbour, Northern territory. Wildl. Research 23: 443-74.
Noske, R.A. 1999. Notes on the breeding biology of thetropical mangrove-dwelling Yellow White-eyeZosterops lutus. Aust. Bird Watcher 18: 3-7.
Nobbs, M and McGuinness, K.A. 1999. Developing methods for quantifying the apparent abundance of fiddler crabs (Ocypodidae: Uca) in mangrove habitats. Australian Journal of Ecology 24:43-49.
Nybakken, J.W. 1993. Biologi Laut : Suatu PendekatanEkologis. Terjemahan M. Eidman., Koesoebiono, D.G.Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo. Gramedia.Jakarta. 459 hal.
17
O’Grady, A.P., McGuinness, K.A. and Eamus, D. 1996. Theabundance and growth of Avicennia marina andRhizophora stylosa in the low shore zone of darwinHarbour, Northern . Australian Journal of Ecology 21:272-279
Pelczar, M.J. and E.C.S. Chan., 1988. Dasar-dasar MikrobiologiII. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 192 hal.
Rowe, J.W., 1989. Natural Product of Woody Plant I-II. ChemicalsExtraneous to Lignocellulosic Cell Wall. SpringerSeries in Wood Science. Springer Verlag. BerlinHeidenberg. 1243 pp.
Shokita.S., K.Nozawa and Limsakul. 1983 Macrofauna in amangrove areas of Thailand. In Nozawa K. (eds).Mangrove Ecology. In Thailand 33-62p.
Siregar.L.M. Sensitifitas Vibrio parahaemolyticusterhadap ekstrak mangrove (Sonneratia ovate) pada lumpurdan air laut. Skripsi Sarjana Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan Universitas Riau.40p.
Subagyo, Setyati W.A. dan Ridho A. 2004. Uji aktifitasekstraks batang tumbuhan benalu mangrove (Cassthafiliformis): II Uji anti bakteri. Ilmu Kelautan 10,(1): 35– 40.
Trianto A. Wibowo,E. Suryono, Sapta R. 2004. Ekstrak daunmangrove Aegiceras corbiculatum sebagai antibakteri Vibrioharveyi dan vibrio parahaemolyticus. Ilmu kelautan 9(4):186-189.
Yasmon.A. 2000. Sensitifitas Vibrio parahaemolyticus terhadapekstrak mangrove Rhizopora apiculata di dalam Lumpur danair laut. Skripsi Sarjana Fakultas Perikanan danIlmuKelautan Universitas Riau. 37p.
18
LAMPIRAN
1. Alokasi Biaya
1.1 Anggaran Honor Peneliti
No. Peneliti Jumlah
Alokasi waktu(jam/mgu)
Biaya HargaSatuan
Jumlah(Rp)
123
KetuaAnggotaLaboran
112
13 x 4 x 8 bln =416
10 x 4 x 8 bln =320
10 x 4 x 2 x 5bln =400
30,00025,000 15,000
12,480,000
8,000,000
6,000,000
Total26,480,0
00
1.2 Anggaran Bahan Habis Pakai dan Peralatan Penelitian
No.
Nama Material
Kegunaan
Volume
Biaya
HargaSatuan
Jumlah(Rp)
A. Bahan Habis Paka
1Isolat Vibriosp Bakteri Uji na
2,500,000
2,500,000
2 Media Agar NA Media Uji4 pkt (500 gr)
1,000,000
4,000,000
3Media Agar TSA Media Uji
4 pkt (500 gr)
1,000,000
4,000,000
4Media Agar MR-VP
Media Uji 4 pkt (500 gr)
1,000,000
4,000,000
5 n-Heksana Bahan uji 500 ml100,00
0 500,000
6 Diklorometan Bahan uji 500 ml100,00
0 500,000
7 Etilasetat Bahan uji 500 ml100,00
0 500,000
8 Metanol Bahan uji 500 ml100,00
0 500,000
9 AkuadesUji Gram (Perwarnaan) 50 liter 50,000 250,000
10 IodinUji Gram (Perwarnaan) 5 paket 50,000 250,000
19
11 Etil AlkoholUji Gram (Perwarnaan) 5 paket 50,000 250,000
12 SafraninUji Gram (Perwarnaan) 5 paket 50,000 250,000
13 H2O2 Uji Katalase 5 paket100,00
0 500,000
14Larutan Naftol Uji Oksidasi 5 paket
100,000 500,000
15
Larutan Phenylendiamin
Uji Oksidasi 5 paket 100,000
500,000
16 Immersion OilUji Motalitas 5 paket 100,00
0 500,000
17Indikator Metil Red
Uji Metil Red 5 paket 100,000 500,000
18NaCl 1%, 3%, 7%
Sifat Holofilik 5 paket 300,000
1,500,000
19
Bahan uji rekristalisasi
Penentuan Antibakterial
5 paket 500,000
2,500,000
20
Bahan KarakterisasiUV dan IR
Penentuan Antibakterial
5 paket 2,000,000
10,000,000
B. Sewa Peralatan1 Mikroskop
CahayaPengamatan, Penghitungan bakteri dan uji antimikrobial
50 x 4 x5 = 1000
2,000 2,000,000
2 Spektrofotometer
Pengamatan, Penghitungan bakteri dan uji antimikrobial
50 x 4 x5 = 1000
5,000 5,000,000
C. Peralatan Penelitian 1
Kertas cakram6 mm
Tempat pertumbuhan bakteri
100 buah 25,000 2,500,000
2Petri Dish
Tempat Media 100 buah 25,000 2,500,000
3 Tabung Reaksi10ml
Tempat Media 100 buah 60,000 6,000,000
4 Rak Tabung Reaksi
Tempat Media 10 buah 100,000
1,000,000
5 Jarum Ose Pembiakan 10 buah 12,000 120,000 6
Lampu BunsenPembiakan 10 buah 100,00
0 1,000,0
00
20
Total54,120,000
1.3 Anggaran Perjalanan dan AkomonadiNo. Nama Kegiatan Kegunaan Volume
Biaya HargaSatuan
Jumlah(Rp)
1 Transportasi Unsri (Inderalaya)-Hutan Mangroeve Tanjung Api-api (pp)
Pengambilan sampel mangrove
3x4x2=16
500,000
12,000,000
2Lain-lain
Mantenant sampel
- - 2,400,000
Total14,400,000
1.4 Anggaran Laporan Seminar dan JurnalNo. Nama Kegiatan Kegunaa
n VolumeBiaya (Rp)
HargaSatuan Jumlah
1.
Seminar Internasional
Publikasi 2
1,500,000 3,000,000
2. Jurnal Nasional
Publikasi 3 300,000 900,000
3.
Perbanyak Makalah
Publikasi 5 20,000 100,000
4.
Pembuatan Laporan Laporan 10 100,000 1,000,000
Total 5,000,000
Terbilang: Seratus Juta Rupiah
II. Dukungan Terhadap Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini tidak ada dukungan dana dari pihakmanapun juga.
III. Sarana
3.1. Laboratorium
21
Laboratorium yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Laboratorium Bioteknologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya
3.2. Peralatan utama
No.
Peralatan yangTersedia
Kegunaan Lokasi Status
Ket.
1. Mikroskop Elektron
Pengamatan Mikroba
Lab. Bioteknologi
Sewa Bagus
2. Spektrofotometer
Analisis mikroba
Lab. Bioteknologi
Sewa Bagus
3. Peralatan Pengamatan, Perhitungan bakteri dan uji bakterial
Pengamatan Mikroba
Lab. Bioteknologi
Sewa Bagus
IV. Biodata Peneliti
4.1 Ketua
A. Data Pribadi1. Nama : Rozirwan, S.Pi, M.Sc2. Tempat Tanggal Lahir : Sukamaju, 21 Mei 19793. Jenis Kelamin : Laki-Laki4. Alamat : Perumahan Griya Sejahtera Blok
AA No. 03Jalan Palembang Prabumulih Km 35 Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir. SUMATERA SELATAN
5. Telepon : 081371711885 (HP)6. Email : rozirwan2@yahoo.com
B. Data Pekerjaan1. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)2. NIP/Gol : 132 325 697/IIIb3. Instansi : PS Ilmu Kelautan - FMIPA UNSRI4. Jabatan : Staf Pengajar/Dosen
22
5. Alamat : UNSRI Km 35 Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir. SUMATERA SELATAN
6. Telepon/Fax. : 0711581118 / 0711581118
C. Data Pendidikan
1. S1 Sarjana Perikanan (S.Pi). Jurusan IlmuKelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Universitas Riau. Lulus Tahun 2001
2. S2 Master of Science (M.Sc). Marine ScienceProgram. Faculty of Science and Technology.Universiti Kebangsaan Malaysia. Lulus Tahun 2005
D. DATA PENELITIAN
No
Judul Penelitian Jabatan Sumber Tahun
1 A study on the taxonomy, physiology and toxicity Prorocentrum minimum (Pavillard) Schiller(Dinophyceae).Thesis. Bangi: UKMalaysia
Research Asisten
2005
2 Distribusi kelimpahan fitoplankton pada perairan yang berbeda di Dumai
Ketua Mandiri 2001
E. DATA PUBLIKASI
23
1. Rozirwan, 2001. Distribusi kelimpahan fitoplanktonpada perairan yang berbeda di Dumai. Skripsi.Pekanbaru: Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautanUniv. Riau
2. Rozirwan & Usup, G. 2004. Morpologi Prorocentrumminimum (Pavillard) Schiller. Presiding. Bangi:Fakulti Sains dan Teknologi. UKMalaysia
3. Usup, G., Cheah, M.Y., Rozirwan, Ng, B.K., Leaw,C.P., Othman, M., Faazaz, A.L. 2004.Identification of the species responsible for theharmful algal bloom event in Selat Tebrau in 2002.Malaysian Applied Biology 35:59-62
4. Rozirwan. 2005. A study on the taxonomy,physiology and toxicity Prorocentrum minimum(Pavillard) Schiller(Dinophyceae). Thesis. Bangi:UKMalaysia
5. Rozirwan & Usup, G. 2008. Studi FisiologiDinoflagellata Spesies Prorocentrum minimum.Prosiding. Bengkulu: Univ. Bengkulu
F. DATA PENGABDIAN MASYARAKAT
1. Pembelajaran teknik identifikasi plankton akuatikpada tingkat sekolah menengah umum di inderalayakabupaten Ogan Ilir. Dibiayai dari DIPA UNSRI No.0200.0/023-04.0/IV/2008, Tanggal 31 Desember 2007Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan PenugasanPengabdian Kepada Masyarakat, Nomor:238/HP.2.2/PM/2008, Tanggal 23 Juli 2008
2. Penyuluhan Pemanfaatan Teknologi Internet KepadaSiswa dan Guru SMA 3 tanjung Raja untuk Prosespembelajaran di Sekolah Tahun 2008
G. DATA SEMINAR DAN PELATIHAN
1. Pemakala pada kegiatan seminar BKS-FMIPA PTN WilayahBarat di Universitas Bengkulu pada tanggal 13-14 Mei2008. Judul makala: Studi Fisiologi DinoflagellataSpesies Prorocentrum minimum.
24
2. Peserta dalam ”Seminar Pengembangan Wilayah PesisirSumatera Selatan” pada tanggal 3 Juni 2008 yangdiadakan oleh DKP Provinsi Sumatera Selatan diPalembang.
Indralaya, 24 Maret 2009
Rozirwan, S.Pi, M.Sc
25
4.2 Anggota
1. Nama : Riris Aryawati, S.T, M.Si2. Jenis Kelamin : Perempuan3. Tempat Tanggal Lahir : Madiun, 05 Januari
19764. Alamat : Jalan Seroja No. 1183 RT 19 RW
07 20 Ilir DIII Ilir Timur I Palembang SUMATERA SELATAN
5. Telepon : 08117102709(HP)6. Email : riris76@plasa.com
1. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)2. NIP/Gol : 132299029/IIIa3. Instansi : Program Studi Ilmu Kelautan
FMIPA UNSRI4. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli5. Alamat : Program Studi Ilmu Kelautan
FMIPA UNSRI Jalan Raya Palembang – Prabumulih Km 35 Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir. SUMATERA SELATAN
6. Telepon/Fax. : 0711581118 / 0711581118
1. S1 Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Lulus Tahun 1999
2. S2 Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Lulus Tahun 2007
26
DATA PEKERJAAN
DATA PENDIDIKAN
PENELITIAN
No
Judul Penelitian Jabatan
Sumber Tahun
1.
Toksisitas Logam Berat Cupada Larva Kepiting Bakaudengan Salinitas yang Berbeda
Ketua Mandiri 1999
2.
Hubungan Kondisi Oseanografi dengan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Banyuasin
Anggota
Diks-Unsri 2003
3 Kandungan Logam Berat Pb,Cu, dan Zn pada Kerang darah (Anadara granossa)
Anggota
Dosen Muda-Dikti
2004
4 Struktur Komunitas Makrozoobentos di KawasanMangrove Tanjung Api-Api,Banyuasin, Sumatera Selatan
Anggota
Diks-Unsri 2004
5 Kelimpahan dan Sebaran Fitoplankton di Perairan Berau Kalimantan Timur
Anggtota
Pusat Penelitian Oseanologi-LIPI (P2O-LIPI).
2006
3. Peserta dan Pemakalah pada kegiatan seminar BKS PTNWilayah Barat Bidang MIPA di UniversitasSriwijaya,2003. Judul Makalah: Toksisitas Logam BeratCu (LC50) pada Larva Kepiting Bakau.
4. Peserta dan Pemakalah pada kegiatan seminar Forum Perairan Umum Indonesia di Palembang, Desember 2005. Hubungan Kondisi Oseanografi dengan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Banyuasin.
5. Peserta dan Pemakalah pada kegiatan seminar BKS PTN Wilayah Barat Bidang MIPA di Universitas Bengkulu pada tanggal 13-14 Mei 2008. Judul makalah: Kandungan Logam Berat Cu dan Zn pada Kerang darah (Anadara granossa).
27
DATA SEMINAR DAN PELATIHAN
6. Peserta dan Pemakalah pada kegiatan seminar NasionalPeran Iptek dalam Pengembangan Kelautan dan Perikanandi Bogor, Oktober 2008. Sebaran Fitoplankton diPerairan Berau, Kalimantan Timur.
7. Peserta dan Pemakalah pada kegiatan seminarInternasional ” International conference on IndonesianInland Waters”, di Palembang 2008.
1. Jurnal Ilmiah MIPA (JIM), 2003. Judul Makalah:Kelimpahan dan Sebaran Rumput Laut di KepulauanKarimun Jawa, Jawa Tengah.
2. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia, 2005. JudulMakalah: Hubungan Kondisi Oseanografi denganKelimpahan Fitoplankton di Perairan Banyuasin.
3. Prosiding ” International conference on IndonesianInland Waters”, 2008. Judul Makalah; Composition andDistribution of Makrozoobenthos in Tanjung Api-Api,banyuasin.
1. Penyuluhan Monitoring Kualitas Air, Pengenalan danPengendalian Penyakit Udang Dalam Upaya MencegahKegagalan Budidaya Tambak Udang Tahun 2004
2. Penyuluhan Rehabilitasi Mangrove di kawasan TelukPayau Banyuasin Sumatera Selatan tahun 2004
3. Penyuluhan Pemanfaatan Teknologi Internet Kepada Siswadan Guru SMA 3 tanjung Raja untuk Proses pembelajarandi Sekolah Tahun 2008
4. Pembelajaran teknik identifikasi plankton akuatik padatingkat sekolah menengah umum di inderalaya kabupatenOgan Ilir. Dibiayai dari DIPA UNSRI No. 0200.0/023-04.0/IV/2008, Tanggal 31 Desember 2007 Sesuai denganSurat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan PengabdianKepada Masyarakat, Nomor: 238/HP.2.2/PM/2008, Tanggal23 Juli 2008
28
PUBLIKASI
DATA PENGABDIAN MASYARAKAT