Post on 03-Feb-2023
I. PENDAHULUAN
Harga tanah yang makin tinggi, mendorong pemilik memanfaatkan
semaksimal mungkin lahannya. Bukan saja bangunan menjadi semakin
tinggi, juga makin dirasakan perlunya pembuatan besmen yang lebih
dalam lagi. Saat ini, di Jakarta maksimal baru ada 3 lantai
besmen, tapi konon ada bangunan yang merencanakan untuk membangun
6 lantai besmen. Semakin dalam besmen dituntut penggunaan
teknologi ekskavasi yang lebih canggih, baik dari pertimbangan
kepraktisan pelaksanaan maupun cost-nya.
Penggunaan struktur penahan tanah (retaining wall) dengan
sheet-piling merupakan sistem yang biasa dijumpai. Retaining wall
merupakan sebuah keharusan untuk pembangunan sebuah gedung
bertingkat tinggi dengan jumlah basement lebih dari dua
lapis. Munculnya galian tanah basement akan membuat perubahan
struktur tanah di sekitarnya. Resiko yang paling awal adalah
runtuhnya tanah di sekitar lokasi galian, sehingga akan ada
pergerakan gedung di sekitarnya. Bahayanya adalah, gedung akan
bergeser. Pergerakan gedung di sekitar lokasi galiian biasanya
terlihat dari adanya retakan tanah di sekitar gedung. Selanjutnya
akan diikuti dengan miringnya gedung tersebut.
Kejadian seperti ini tentulah tidak dikehendaki. Untuk
mengantisipasi faktor tersebut dan demi kelancaran pekerjaan
pembangunan, maka dibuatlah dinding penahan tanah atau retaining
wall. Ada dua jenis dinding penahan tanah, salah satunya yaitu
dinding diafragma.
1 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
II. KONSTRUKSI DIAFRAGMA WALL
II.1. PENGERTIAN DIAFRAGMA WALL
Diafragma Wall sebenarnya adalah merupakan konstruksi
dinding penahan tanah (retaining wall ), yang membedakan
dengan konvensional retaining wall adalah pada metoda
pelaksanaan dan kelebihan lain yang tidak diperoleh pada
dinding penahan tanah sistem konvensional. Namun demikian
terdapat beberapa kelemahan yang harus diperhatikan
sehingga tidak mengakibatkan terjadinya gangguan pada
saat bangunan dioperasikan.
Pada umumnya dinding penahan tanah dipakai untuk
kontruksi bangunan dibawah permukaan tanah (basement )
atau penahan tebing supaya tidak longsor atas beban
diatasnya dan mungkin bangunan khusus misalnya bunker.
2 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
II.2. METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI DIAFRAGMA WALL
A. PERSIAPAN
1. Melakukan marking area yang akan dikerjakan
diafragma wall.
2. Jika pada proses marking sudah benar dan mendapat
persetujuan pihak yang terkait pada proyek tersebut,
maka dilanjutkan dengan membuat guide line, yaitu
mengali pada area marking dengan kedalam sekitar 100
cm dan memberikan perkuatan dengan beton mutu
rendah ( K125) dengan tebal 20 – 30 cm. Guide line
ini diperlukan agar alat pengali ( yaitu mesin Grab
) dapat mudah mengikuti alur galian yang
ditentukan .Seperti pada gambar dibawah ini.
3. Menentukan tempat pembuatan pembesian jika diafragma
wall dilakukan metoda cor in situ, atau menentukan
tempat perletakan untuk pemakaian precast sistem.
3 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
4. Menentukan tempat pencampuran antara air dan
bentonite. Campuran ini akan dialirkan pada galian
diafragma wall untuk menghindari terjadinya
keruntuhan galian.
5. Karena pekerjaan diaframa wall ini biasanya diikuti
dengan pondasi yang memakai bor pile maka harus
ditentukan juga urutan kerja antara pekerjaan
diafragma wall dan bor pile agar selalu silmultan.
6. Peralatan terkait harus sudah tersedia dilapangan.
Alat tersebut seperti : Mobil Crane minimal 2 buah (
1 untuk pengalian diafragma wall dan 1 untuk bor
pile), Mesin Grab, Mesin Bor , Casing bor pile,
pompa air untuk sirkulasi campuran bentonite , ultra
sonic sonding dan peralatan lain yang terkait
pekerjaan pembesian.
4 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
B. PELAKSANAAN
Seperti halnya pekerjaan dinding penahan pada
umumnya maka step pertama adalah melakukan penggalian.
Penggalian dengan mengunakan mesin grab.Lebar galian
adalah setebal dinding diafragma antara 30 – 50 cm
sedangkan panjang galian adalah sekitar 5 meter.
Kedalaman galian disesuaikan dengan kebutuhan kedalaman
basement.Misalnya untuk 2 basement maka kedalaman
minimal adalah 10 meter.Bersamaan dengan melakukan
pengalian ini harus juga dialirkan campuran air +
bentonite secara continue, agar tidak terjadi
keruntuhan.Sebelum rangkaian pembesian dimasukkan
( untuk cor insitu ) atau panel precast masuk, harus
dicek dulu dengan ultrasonic sonding untuk diketahui
adanya keruntuhan atau tidak.Sistem pengalian dilakukan
secara selang-seling. (misalnya galian diberi nomor
1,2, 3 dst maka pengalian pertama adalah nomor 1,
pengalian kedua adalah nomor 3 dst ).Hal ini dilakukan
untuk meminimalkan terjadinya keruntuhan pada dinding
galian.
5 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
Pekerjaan rangkaian pembesian harus disiapkan
secara simultan dengan penggalian, sehingga saat galian
sudah siap maka rangkaian pembesian juga sudah siap.
( Karena galian hanya boleh dibiarkan maximal 2 x
24 ).Model rangkaian pembesian adalah double reinforced
( tulangan rangkap ) yang berfungsi menahan gaya geser
dan momen lentur pada diafragma wall.Rangkaian
pembesian ini pada sisi-sisi tebalnya diberi end plate
yang berfungsi untuk penyambung antar diafragma wall.
Setelah pengecekan dengan ultrasonic dilakukan dan
menunjukan tidak ada keruntuhan pada dinding galian
maka melangkah pada tahap berikutnya yaitu: Untuk Cor
In Situ.
- Memasukkan rangkaian pembesian.Rangkaian pembesian
pada sisi yang nantinya menjadi dinding dalam basement
dipasang juga terpal supaya tampilan diafragma wallnya
bisa bagus/rata.
- Melakukan pengecoran dengan concrete pump sampai
selesai.
Untuk pemakaian dengan sistem precast maka setelah
galian siap langsung memasukan panel Precast diafgrama
wall. Gambar yang diambil dari Brasfond dibawah ini
mungkin dapat memperjelas uraian diatas.
6 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
II.3. KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN DIAFRAGMA WALL1. Biasanya pada lokasi bangunan yang sangat padat
( pemukiman atau gedung lainnya), kendala untuk membuat
basement adalah pada pekerjaan galiannya.Dengan diafragma
wall ini maka hal ini dapat diatasi, karena metoda
penggalian dengan mesin grab ini tidak akan terlalu
menggangu terhadap lingkungan sekitar ( dari kebisingan,
kerawanan longsor, MAT yang turun dll ).Pekerjaan
pemasangan sheet pile dari baja yang berisik dan rawan
terjadi pergeseran lapisan tanah tidak ada pada pekerjaan
difragma wall ini. Begitu juga dewatering, belum
diperlukan pada pelaksaanaan awal diafragma wall
ini.Dengan demikian maka akan “ reliable” pengunaan
konstruksi diafragma wall untuk bangunan basement pada
lingkungan yang padat.
7 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
2. Memungkinkan tercapainya penyelesaian yang lebih cepat
dibandingkan dengan metoda konvesional karena dapat
diterapkan sistem “ top-down construction”, yaitu
pekerjaan struktur ke atas dan ke bawah bisa dilaksanakan
secara bersamaan.
3. Tingkat untuk basement bisa lebih banyak, karena dengan
diafragma wall ini kedalaman galian bisa lebih dalam
dibandingkan dengan dinding penahan tanah konvensional.
II.4. KEKURANGAN MENGGUNAKAN DIAFRAGMA WALL
1. Biaya konstruksi “ relative “ lebih mahal dibandingkan
metoda konvensional.
2. Untuk diafragma wall dengan metoda cor in situ, jika
pekerjaan galian tidak hati-hati rawan terjadi ketidak
rataan permukaan dinding sisi dalam.
3. Masih diperlukan pekerjaan injection grouting pada sambungan
untuk mengatasi kebocoran ( sistem cor in situ maupun
precast ).
4. Tidak bisa diterapkan untuk pekerjaan dinding penahan
tanah pada tepi tebing.
5. Diperlukan tim lapangan yang handal, untuk menjaga
simultan dengan pekerjaan pondasi bore pile dan
pemasangan “king post” serta “ strutting” sebagai
8 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
penahan diafragma wall ini saat dilakukan pengalian tanah
untuk sisi dalam ( yang dipakai untuk basement).
(GAMBAR DIAFRAGMA WALL)
III. KONSTRUKSI BASEMENT
III.1. PENGERTIAN BASEMENTBasement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat
dari bangunan yang keseluruhan atau sebagian terletak di
bawah tanah. Basement adalah ruang bawah tanah yang
merupakan bagian dari bangunan gedung. Pada masa ini
basement dibuat sebagai usaha untuk mengoptimalkan
penggunaan lahan yang semakin padat dan mahal. Tidak
semua bangunan memiliki basement. Untuk bangunan yang
9 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
memilikinya, tungku perapian (furnace), alat pemanas air
(water heater), pelataran mobil dan sistem pengaturan suhu
dari satu rumah atau bangunan secara khas terlokasi pada
tingkatan terbawah bangunan ini; sehingga menjadi suatu
kenyamanan tersendiri untuk pemasangan dan aplikasi
bagian seperti sistem distribusi elektrik, dan titik
distribusi televisi kabel .
Basement memberikan satu kesempatan untuk ahli
bangunan untuk mencapai suatu titik balik dalam
pengeluarannya, dan customer/klien untuk mendapatkan
keuntungan dengan membangun sebuah bagunan yang bernilai
potensi lebih. Dalam pelaksanaan konstruksi basement, ada
tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yakni metode
konstruksi, retaining wall dan dewatering.
10 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
III.2. PEMILIHAN TIPE BASEMENT
Sebelum menentukan tipe basement seperti apa yang akan
dibangun, terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan
demi kesempurnaan bangunan. Faktor – faktor tersebut antara
lain:
Ketinggian air tanah di lokasi
Kemungkinan kontaminasi dari air tanah
Drainase alami
Jenis tanah
Akses ke lokasi
III.3. TIPE-TIPE BASEMENT
1. Tipe A – Perlindungan Tanki (Tanked Protection)
Struktur tidak memiliki perlindungan integral untuk
melawan penetrasi air tanah dan selanjutnya sangat
bergantung pada lapisan membran kedap air (waterproofing
membrane). Sistem struktur anti air yang dipilih harus
dapat mengatasi tekanan hidrostatik dari air bawah tanah,
bersama dengan lapisan yang ada sesuai dengan beban yang
ditumpu.
11 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
Struktur tembok dapat menggunakan pratekan (prestressed),
beton yang dikuatkan atau beton polos ataupun batuan
keras dengan sistem struktural kedap air digabungkan
secara eksternal selama konstruksi. Atau dapat diterapkan
secara internal pada basement yang telah selesai
dibangun. Tembok batuan keras (masonry) bisa jadi
memerlukan penambahan semen untuk menghasilkan permukaan
yang cukup bagus untuk mendapatkan sistem kedap air yang
diharapkan. Bentuk konstruksi ini cukup mumpuni
tergantung dari sistem kedap air (waterproofing) yang
dipakai, juga menghasilkan ketahanan yang tingggi dari
pergerakan air tanah.
12 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
2. Tipe B – Perlindungan integral terstruktrur (structurally
integral protection)
Struktur membutuhkan pembangunan struktur itu sendiri
untuk dibangun sebagai kulit integral tahan air.
Pembangunan beton yang dikuatkan atau pratekan yang tanpa
alternatif lain, struktur basement haruslah dirancang
dengan parameter yang pasti dan ketat untuk memastikan
ketahanan airnya. Kebanyakan rancangan harus dibangun
sesuai dengan rekomendasi BS 8007 atau BS 8110, yang
memberikan petunjuk kwalitas beton dan jarak antar
tulangan. Tanpa adanya tambahan membran yang terpisah,
bentuk konstruksi ini bisa dikatakan tidak sama tahannya
terhadap air dan pergerakan uap air seperti tipe A atau
C.
13 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
3. Tipe C – Perlindungan dengan pengaliran (drained
protection)
Struktur menggabungkan rongga alir di antara struktur
basement. Ketergantungan permanen daripada rongga ini
untuk mengumpulkan air tanah sepanjang palung rembesan
struktur dan langsung meneruskan air tersebut ke
pembuangan air dari drainase atau dengan pemompaan.
14 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
Struktur tembok dapat menggunakan pratekan (prestressed),
beton yang dikuatkan atau beton polos ataupun batuan
keras. Tembok basement bagian luar harus memiliki
ketahanan yang cukup terhadap air untuk memastikan
rongga air yang ada hanya mendapatkan limpahan air yang
terkontrol. Jika tidak, sistem rongga ini tidak dapat
mengatasi air bah melewati batas limpahan air terutama
selama kondisi badai/banjir.
Bentuk konstruksi ini cukup mumpuni tergantung darisistem kedap air (waterproofing) yang dipakai, jugamenghasilkan ketahanan yang tingggi dari pergerakan airtanah.
15 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
3.4. STRUKTUR BASEMENTStruktur basement gedung bertingkat (tidak termasukpondasi tiang), secara garis besar terdiri dari :
1. Raft foundation Raft foundation adalah salah satu tipe pondasi
bangunan gedung bertingkat.
Jika pada umumnya, pondasi gedung merupakan
gabungan antara tiang pancang/ bored pile, pile
cap/ poor dan tie beam, maka sistem raft
foundation menghilangkan pile cap dan tie beam
diganti dengan sebuah pondasi masif yang menyatukan
seluruh pile cap atau bored pile yang ada.
Jika disederhanakan, raft foundation bisa juga
disebut sebagai pile cap raksasa, yang
menggabungkan bukan hanya 4/5 tiang pancang/ bored
pile, melainkan semua bagian gedung.
16 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
2. Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka
struktur yang memikul beban dari balok. Kolom
merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan
juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur
(Sudarmoko, 1996). SK SNI T-15-1991-03
mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial
tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak
ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral
terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban
seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan,
kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang
memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk
17 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan
beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-
barang), serta beban hembusan angin. Kolom
berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah
roboh.
3. Dinding Basement
Dinding pada basement harus dirancang agar kokoh
dan kuat, mengingat fungsinya sebagairetaining
wall (penahan beban tekanan tanah dan air). Ketebalan
dinding betonnya berkisar antara 15-17.5 cm,
bergantung pada kedalaman lantai basement-nya.
Sementara untuk mengantisipasi adanya rembesan
air, dinding mutlak diberi lapisan waterproofing.
18 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
4. Balok dan Plat Lantai
Balok dan pelat adalah elemen dari sebuah bangunan.
Kegagalan dalam merencanakan dimensi dan penulangan
dapat menyebabkan keruntuhan dari bangunan
tersebut.
19 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
3.5. METODE PELAKASANAAN KONSTRUKSI BASEMENT
3.5.1. SISTEM KONVENSIONAL (BOTTOM UP)
1. Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan
setelah seluruh pekerjaan galian selesai
mencapai elevasi rencana
2. Raft foundation dicor dengan metode papan catur,
kemudian basement diselesaikan dari bawah ke
atas dengan menggunakan scafolding
3. Kolom, balok dan slab dicor di tempat
4. Pada sistem ini sering tidak menggunakan
dewatering cut off, tetapi menggunakan
dewatering sitem predrainage dan struktur
dinding penahan tanahnya menggunakan steel sheet
pile
5. Bila pekerjaan dewatering akan diberhentikan,
harus dihitung lebih dulu apakah struktur
basement yang telah selesai dibangun mampu
menahan tekanan ke atas dari air tanah yang ada,
20 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
agar tidak terjadi deformasi dari bangunan yang
dapat menyebabkan keretakan struktur
6. Kebocoran yang terjadi pada basement merupakan
masalah yang tidak mudah mengatasinya dan bahkan
memakan biaya yang besar. Oleh karena itu proses
pengecoran pada struktur basement harus
dilakukan dengan teliti dalam mencegah
terjadinya kebocoran pada dinding atau lantai.
7. Proses pengecoran, baik lantai maupun dinding
basement biasanya tidak mungkin dilakukan
sekaligus, disamping luas arealnya juga
volumenya cukup besar. Disini masalah kebocoran
yang sering timbul sebagai akibat tidak rapatnya
hubungan antara permukaan beton tahap pengecoran
21 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
sebelumnya dengan permukaan beton tahap
pengecoran berikutnya
8. Semakin banyak tahapan pengecorannya, maka
semakin banyak titik lemah terhadap kemungkinan
kebocoran Untuk mengatasi kebocoran biasanya
dilakukan 2 hal yaitu :
1.Penggunaan water stop pada setiap sambungan
tahap pengecoran
2.Menggunakan additive beton untuk
waterprofing
9. Posisi water stop biasanya ada 2 jenis yaitu
dipasang ditengah ketebalan beton (central), dan
dipasang rata dengan permukaan beton (external)
10. Material water stop terbuat dari karet/pvc,
dan mudah disambung di lapangan dengan
menggunakan alat pemanas saja
11. Fungsi water stop ada 2 yaitu untuk expansion
joint dan construction joint
22 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
12. Sistem pemasangan water stop harus
direncanakan dengan baik agar dapat berfungsi
sebagaimana yang diharapkan. Water stop harus
dipasang pada tempat yang direncanakan sebelum
proses pengecoran beton dimulai. Oleh karena
itu, letak water stop harus dikaitkan dengan
kemampuan pengecoran yang ada, dan selama proses
pengecoran letak water stop harus senantiasa
dijaga.
3.5.2. SISTEM TOP DOWN
1. Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan
bersamaan dengan pekerjaan galian basement
2. Urutan penyelesaian balok dan plat lantainya
dimulai dari atas ke bawah, dan selama proses
pelaksanaan, struktur pelat dan balok tersebut
didukung oleh tiang baja yang disebut King Post
(yang dipasang bersamaan dengan bored pile)
3. Sedang dinding basement dicor lebih dulu dengan
sistem diaphragm wall, dan sekaligus diaphragm
wall tersebut berfungsi sebagai cut off
dewatering.
4. Pada tahap 1 :
23 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
•Pengecoran bored pile dan pemasangan king post
•Pengecoran diaphragm wall
5. Pada tahap 2 dan seterusnya :
•Lantai basement 1 dicor di atas tanah dengan
lantai kerja
•Galian basement 1 dilaksanakan setelah lantai
basement 1 cukup kekuatannya, menggunakan
excavator kecil. Disediakan lubang lantai dan
ramp sementara untuk pembuangan tanah galian
•Lantai basement 2 dicor di atas tanah dengan
lantai kerja
•Galian basement 2 dilaksanakan seperti galian
basement 1, begitu seterusnya
•Terakhir mengecor raft foundation
•King post dicor sebagai kolom struktur
24 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
•Bila diperlukan, pada saat pelaksanaan basement
dapat dimulai struktur atas, sesuai dengan
kemampuan dari king post yang ada (sistem up &
down)
25 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
6. Biasanya untuk penggalian basement digunakan
alat khusus, seperti excavator ukuran kecil.
7. Bila jumlah lantai basement banyak, misal 5
lantai, maka untuk kelancaran pekerjaan, galian
dilakukan langsung untuk 2 lantai sekaligus,
sehingga space cukup tinggi untuk kebebasan
proses penggalian
8. Lantai yang dilalui, nantinya dilaksanakan
dengan cara biasa, menggunakan scafolding
(seperti pada sistem bottom up)
9. Bila struktur basement telah selesai, maka tiang
king post di cor beton dan bila diperlukan dapat
ditambah penulangannya.
10. Lubang-lubang lantai basement yang
dipergunakan untuk pengangkutan tanah galian
ditutup kembali.
11. Pengecoran struktur atas dilaksanakan seperti
biasa yaitu dari bawah ke atas
26 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
12. Salah satu detail king post dapat dijelaskan
sbb :
•Lantai pertama dan sebagian kolom dicor, dengan
memasang starter bar untuk kolom
•Lantai berikutnya juga dicor dengan cara yang
sama. Kemudian starter bar kolom bawah dan
atasnya disambung, kemudian kolom yang
bersangkutan dicor
27 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
IV. PENUTUP1. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
diafragma wall sangat penting fungsinya yaitu sebagai
dinding penahan tanah sebelum membangun basement
(bangunan bawah tanah) dengan tujuan untuk memperlancar
pembangunan.
2. SARANMengingat akan pentingnya diafragma wall dalam
pembangunan basement maka saran kami, mengenai segala
sesuatu cara maupun metode pelaksanaan yang terdapat
pada makalah ini dapat di pelajari dan dipahami agar
dalam pelaksanaannya sesuai dengan tata cara yang
berkaitan dengan makalah ini.
28 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
V. DAFTAR PUSTAKA https://www.google.co.id/search?
q=balok+dan+plat+lantai&newwindow.html%3B944%3B517 http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Undergraduate-
SK130680/28149 http://referensiproyek.blogspot.com/2012/06/basement.html http://muharrikyanuar.wordpress.com/2009/07/14/kolom-
beton-dalam-kontruksi-bangunan/ http://dmercy-corporation.blogspot.com/2012/02/apakah-
itu-raft-foundation.html http://tukangbata.blogspot.com/2013/01/pengertian-
basement-dan-tipe-tipenya.html http://teknologikonstruksi.blogspot.com/2012/03/
konstruksi-diafragma-wall.html
29 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t