Post on 01-Mar-2023
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang
Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2
(1) Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pengarang untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 27
(1) Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara masing-
masing paling singkat satu (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.
1.000.000,00 (satu juta rupiah); atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak
Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dipidana
dengan pidana paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
Cara Membuat Bio-Auksin Dr. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes.
Copyright © 2020
Cetakan I, Oktober 2020
Editor : Moch. Agus Krisno Budiyanto
Desain cover : Azizurrahman
Desain Lay Out : Ulla Umu Rosyda
Diterbitkan oleh :
CV. Madza Media
Kantor:
Jl. Pahlawan, Simbatan - Kanor - Bojonegoro. 62193
Jl. Ir. Soekarno, Sengkaling Residence Blok C6 – Kota Batu
Email : madzamedia@gmail.com
Fanspage : Penerbit Madza
Instagram : @madzamedia
Website : www.madzamedia.co.id
ISBN : 978-623-6693-21-6
Hak Cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan bentuk dan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit
i
Kata Pengantar
uji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas izinnya kami dapat menyelesaikan Buku Edukasi Publik (Seri Buku Karya Pengabdian) yang berjudul “Cara
Membuat Bio Auksin” dengan tepat waktu, tanpa halangan yang berarti.
Terselesainya buku ini merupakan bukti pelaksanaan turun lapang dengan melakukan eksperimen berupa penerapan teknologi fermentasi dalam pembuatan bio-auksin untuk menunjang pertumbuhan tumbuhan di Desa Wonorejo, Kecamatan Poncokusumo Tumpang Kabupaten Malang telah berjalan dengan baik.
Keberhasilan dan kesuksesan pelaksanaan turun lapang ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Pimpinan Universitas Muhammadiyah Malang. 2. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bioloi FKIP UMM (Nurul
Hidayatul Arofah, Aulia Angelina, Enies Nabila Fithri T. S., dan Linda Fitriani) yang telah banyak membantu sehingga buku ini bisa terbit.
3. Bapak Abdul Fatah (Ketua Kelompok Tani Sumber Urip-1) sebagai Mitra Pembuatan Bio Auksin.
4. Seluruh Anggota Kelompok Tani Sumber Urip-1. Buku edukasi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena
itu kami mengharap kritik dan saran dari pembaca, untuk hasil yang lebih baik.
Malang, Oktober 2020 Penulis
P
Cara Membuat Bio-Auksin
ii
Kata Pengantar ................................................................ i
Daftar Isi ........................................................................ ii
BAB I Mengenal Auksin............................................................. 1
A. Pengertian .................................................................................. 1
B. Fungsi ......................................................................................... 4
C. Mekanisme kerja ....................................................................... 6
D. Contoh Auksin Produk Pabrikan .......................................... 7
E. Contoh Auksin Produk Non Pabrikan .............................. 10
BAB II Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin ........................................................................... 12
A. Bawang Merah ....................................................................... 13
B. Bambu Muda (Rebung) ........................................................ 18
C. Bonggol Pisang ...................................................................... 22
D. Taoge Kabang Hijau ............................................................. 26
E. Tomat ...................................................................................... 30
F. Air Kelapa .............................................................................. 35
G. Eceng Gondok ...................................................................... 39
H. Bekicot .................................................................................... 42
I. Jagung Muda .......................................................................... 45
J. Urine Sapi ............................................................................... 49
iii
Daftar Isi
BAB III Cara Pembuatan Bio-Auksin ......................................... 52
A. Menggunakan Rebung/Bambu Muda (Teknik 1) ........... 52
B. Menggunakan Umbi Bawang Merah ................................. 52
C. Zat Pengatur Tumbuh Lengkap (Auksin, Giberelin dan Sitokinin) ....................................................... 53
D. Menggunakan Telur Ayam Kampung ............................... 54
E. Menggunakan Susu Segar dan Telur Ayam Kampung ................................................................................ 55
F. Mengekstrak Hormon Organik (Teknik 1) ....................... 55
G. Mengekstrak Hormon Organik (Teknik 2) ....................... 56
H. Menggunakan Bekicot .......................................................... 57
I. Menggunakan Keong Mas ................................................... 58
J. Menggunakan Rebung Bambu (Teknik 2) ........................ 58
K. Menggunakan Urin ............................................................... 59
BAB IV Cara Membuat Vignauksin Dan Fulicauksin ................ 61
A. Pembuatan Vignauksin......................................................... 62
B. Pembuatan Fulicauksin ........................................................ 64
Efektifitas Bio-Auksin ................................................... 68
A. Bakteri Azospirillum sp ........................................................ 68
B. Bakteri Trichoderma virens ................................................. 69
C. Pengaruh air kelapa, urin sapi merah dan ekstrak kecambah kacang hijau ......................................................... 69
D. Pengaruh ZPT organik berupa rebung krisi, tauge, bonggol pisang dan pucuk dedauan ................................... 70
E. Pengaruh pemberian ekstrak kedelai, ekstrak jagung dan minyak ikan ........................................................ 70
F. Pemberian bawang merah.................................................... 71
Daftar Pustaka ............................................................... 72
Cara Membuat Bio-Auksin
iv
Indeks ............................................................................ 76
Glosarium ...................................................................... 77
1
Mengenal Auksin
BAB I
A. Pengertian
Hormon tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama antara lain proses pertumbuhan, differensiasi, dan perkembangan tanaman, antara lain proses pengenalan penutupan dan pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada umumnya dipengaruhi oleh beberapafaktor, yaitu faktor internal, faktor nutrisi, dan faktor genetik (Parman, 2015).
Gambar 1.1 Hormone Auksin
Sumber: http://biotek-pertanian.blogspot.co.id/2015/11/arti-penting-hormon-auksin-bagi-tanaman.html\
Cara Membuat Bio-Auksin
2
Hormon tumbuh tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada hewan, melainkan dibentuk oleh sel-sel yang terletak di titik-titik tertentu pada tanaman, terutama titik tumbuh di bagian pucuk tunas maupun ujung akar. Selanjutnya hormon akan bekerja pada jaringan di sekitarnya, ditranslokasi ke bagian tanaman yang lain untuk aktif bekerja di sana. Pergerakan hormon dapat terjadi melalui pembuluh tapis, dan pembuluh kayu. Secara individu tanaman akan memproduksi sendiri hormon setelah mengalami rangsangan. Proses produksi hormon dilakukan secara endogen oleh tanaman. Lingkungan merupakan faktor penting yang dapat memicu tanaman untuk memproduksi hormon. Setelah menghasilkan hormon hingga pada ambang konsentrasi tertentu, maka sejumlah gen yang mula tidak aktif akan memulai menunjukkan reaksi sehingga akan menimbulkan perubahan fisiologis pada tanaman (Fahmi, 2014).
Auksin dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat ditentukan oleh struktur molekul, yaitu: adanya struktur cincin yang tidak jenuh; adanya rantai keasaman; adanya gugus karboksil (COOH) dari struktur cincin; dan adanya pengaturan ruangan antara struktur cincin dengan rantai keasaman (Kaeffli, Thimann dan Went 1966 dalam Abidin, 1987).
Auksin merupakan senyawa dengan ciri-ciri mempunyai kemampuan dalam mendukung terjadinya perpanjangan sel pada pucuk dengan struktur kimia indole ring, banyaknya kandungan auksin di dalam tanaman sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Abidin, 1987). Auksin sebagai salah satu zat pengatur tumbuh bagi tanaman mempunyai pengaruh terhadap: pengembangan sel, fototropisme, geotropime, apikal dominansi, pertumbuhan akar lateral yang menyebabkan akar tumbuh berbentuk kerdil dan berbentuk perdu (Suprapto, 2004). Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi sebagai pengatur
3
Mengenal Auksin
pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung.Istilah Auksin sendiri berasal dari bahaya Yunani, auxien yang berarti meningkatkan. Auksin ditemukan pertama kali oleh seorang bernama Frits Went, mahasiswa pascasarjana di Belanda. Selain IAA terdapat beberapa jenis hormon yang termasuk dalam kelompok ini, seperti Napthalen Acetic Acid (NAA) dan Indole Butyric Acid (IBA) (Kusumo, l984).
Auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat meregulasi banyak proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesis protein. Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas, daun muda, dan buah). Kemudian auxin menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floem) atau jaringan parenkim. Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari bunga yang tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin (IAA = Asam Indolasetat) atau C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auksin, maka terbuka jalan untuk menciptakan jenis auksin sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D (asam -Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4 - Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo), Amiben atau Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 – diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam 4 – amino – 3, 5, 6 – trikloro – pikonat).
Cara Membuat Bio-Auksin
4
Gambar 1.2 Pengaruh auksin pada pertumbuhan
Sumber: http://agroteknologi.web.id/pengertian-dan-definisi-serta-peran-auksin-bagi-tanaman/
B. Fungsi
Ada beberapa fungsi hormon auksin yang memiliki peran cukup penting dalam pertumbuhan tanaman antara lain: 1. Pada akar, auksin menyebabkan fototropisme negatif,
yang berarti bahwa mereka tumbuh menjauh dari cahaya. Seperti dalam pucuk, hormon terdistribusikan sehingga mereka ditemukan di sisi teduh dari akar. Hal ini menyebabkan konsentrasi yang lebih tinggi dari hormon dalam sel-sel ini, yang, seperti yang dinyatakan sebelumnya, menghambat pertumbuhan sel akar. Sel-sel ini akan tumbuh kurang dari yang di sisi dengan cahaya bersinar pada mereka, yang menyebabkan akar menekuk jauh dari cahaya.Redistribusi hormon juga dapat menjelaskan respon tunas dan akar gravitasi. Jika pucuk atau akar diletakkan secara horizontal, mereka mendistribusikan ke sisi yang lebih rendah sehingga konsentrasi yang lebih tinggi dalam sel-sel. Dalam pucuk atau tunas, penyebab konsentrasi yang lebih tinggi meningkatkan pertumbuhan sel, sehingga pucuk menekuk
5
Mengenal Auksin
ke atas atau melawan gravitasi, disebut dengan geotropisme negatif. Pada akar, konsentrasi tinggi menghambat sel-sel di bagian bawah sehingga sel-sel di atas tumbuh lebih banyak, menyebabkan akar menekuk ke bawah atau searah dengan gravitasi, disebut geotropism positif.
2. Membantu proses pembelahan pada sel tumbuhan 3. Mematahkan dominansi apikal atau pucuk. Hal ini
merupakan sebuah kondisi dimana pucuk tanaman atau bisa pula akar tanaman tidak lagi dapat berkembang.
4. Mempercepat proses perkecambahan, dominansi benih akan dipatahkan oleh auksin serta merangsang perkecambahan benih pada tanaman. Meningkatkankan kuantitas panen dapat dilakukan dengan cara perendaman benih dengan hormon auksin.
5. Mempercepat proses pematangan buah. 6. Merangsang kambium dalam pembentukan jaringan
xilem dan floem. 7. Menghambat terjadinya kerontokan buah. 8. Menghambat terjadinya kerontokan pada daun. 9. Pembantu proses pembuahan pada tumbuhan tanpa
dibarengi dengan penyerbukan atau yang sering juga disebut dengan partenokarpi
10. Menjaga keelastisan dinding sel 11. Pembentukan sel dinding primer 12. Dalam tunas tumbuhan, peran auksin adalah apa yang
menyebabkan fototropisme positif, atau tumbuhan akan tumbuh ke arah cahaya. Ketika cahaya bersinar pada tumbuhan dari satu arah, hal itu menyebabkan hormon untuk mendistribusikan ke sisi teduh. Salah satu fungsi hormon ini menyebabkan pemanjangan sel. Redistribusi menyebabkan sel-sel di sisi teduh memanjang lebih dari di sisi lain dengan cahaya yang menyinari mereka, yang menyebabkan tunus akan menekuk ke arah cahaya.
Cara Membuat Bio-Auksin
6
C. Mekanisme kerja
Hormon ini bekerja dengan cara memacu jenis protein tertentu yang ada pada membran plasma sel tumbuhan, hal ini berguna untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Selain itu, keberadaan hormon auksin juga berperan dalam menginisiasi pemanjangan sel. Ion H+ sendiri memiliki peran dalam mengaktifkan enzim tertentu untuk memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. 1. Salah satu hal yang memberi pengaruh cara kerja hormon
auksin adalah cahaya matahari. Hormon auksin akan aktif ketika tidak terkena cahaya dan berlaku pula pada hal yang sebaliknya.
2. Ketika tumbuhan terkena cahaya, maka hormon auksin yang ada tidak akan aktif sehingga proses pemanjangan tumbuhan menjadi terhambat. Hal ini juga menjadi alasan kenapa ada beberapa tumbuhan yang tumbuh membelok ke arah sisi yang terkena cahaya.
3. Dalam membedakan antara tumbuhan mana yang banyak memiliki hormon auksin atau tidak, anda harus mengetahui sedikit banyak mengenai fisiologi tanaman serta bentuk dari tanaman itu sendiri. Hal ini akan membantu anda untuk dapat memahaminya.
4. Pada jenis tanaman yang diletakkan di area yang terang, maka tingkat pertumbuhannya menjadi lebih lambat. Tanaman tersebut umumnya memiliki batang dengan tekstur yang kuat dengan warna yang segar dan bewarna kehijauan. Hal ini disebabkan oleh hormon auksin yang
kinerjanya di hambat oleh sinar dari matahari. Berbeda lagi bagi tanaman yang diletakkan di tempat yang gelap, maka tanaman tersebut akan tumbuh dengan cepat. Tekstur batangnya lemah dengan warna yang pucat berwarna kekuningan. Hal ini terjadi karena kinerja dari hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari.
7
Mengenal Auksin
D. Contoh Auksin Produk Pabrikan
Gambar 1.3 Contoh Auksin Produk Pabrikan
Sumber: https://isroi.com/jualanku/hormon-tanaman/
Keterangan Produk: 1. Nama Produk : Auksin 2. Nama Produsen : Isro’i 3. Harga Produk : Rp. 50.000/botol isi 100ml-Rp.
450.000/liter 4. Konsentrasi Produk : 100 ml per liter 5. Pemakaian:
a. Setiap 100ml hormon diencerkan dengan 1 liter aquades/air.
b. Untuk pemakaian ke tanaman setiap 1 ml hormon yang sudah diencerkan dilarutkan dengan 1 liter air.
c. Disemprotkan ke permukaan daun. Penyemprotan dilakukan pagi hari atau sore hari.
Berikut beberapa contoh penggunaan contoh auksin
produk pabrikan untuk kultur invitro dan perbanyakan vegetatif tanaman perkebunan:
Menurut hasil penelitian Mahadi (2011), pada pematahan dormansi benih kenerak (Goniothalamus umbrosus)
Cara Membuat Bio-Auksin
8
pada kultur invitro menggunakan hormon 2,4-D diperoleh hasil bahwa konsentrasi terbaik untuk merangsang perkecambahan benih kenerak dengan konsentrasi 0,5 mg/l 2,4-D dengan prosentase perkecambahan sebesar 66,6 %.
Pada penelitian tanaman buah makasar, pemberian auksin 2,4-D dan sitokinin BAP dengan berbagai taraf konsentrasi memberikan respon yang berbeda terhadap pertumbuhan eskplan benih buah makasar. Kalus terbentuk pada semua media perlakuan kecuali media MS0 (kontrol). Eksplan pada media yang mengandung 2,4-D terinduksi seluruhnya menjadi kalus sedangkan pada media yang mengandung BAP, kalus terbentuk pada calon akar (radikula). Semakin tinggi konsentrasi BAP ataupun 2,4-D maka semakin tinggi pula prosentase pembentukan kalus (Manurung, 2007).
Penggunaan ZPT untuk merangsang perakaran pada setek batang ada dua cara yaitu pertama memberikan bagian setek dengan cara mencelupkan atau merendamnya (cara basah) dan kedua dengan mengolesi bagian dasar setek dengan bubuk ZPT (cara kering). Perlakuan basah memudahkan setek menyerap zat dalam ZPT. Tinggi rendahnya hasil dari penggunaan ZPT tergantung pada beberapa faktor, salah satunya diantaranya adalah lamanya setek direndam dalam larutan. Semakin lama setek berada dalam larutan semakin meningkat larutan dalam setek (Panjaitan, 2000).
Lama perendaman setek batang harus disesuaikan dengan konsentrasi larutan yang digunakan. Pada konsentrasi 1.000 ppm dilakukan perendaman selama 1-2 jam, tetapi pada konsentrasi yang lebih rendah 50 ppm dibutuhkan waktu selama 10-24 jam. Lamanya perendaman setek dalam larutan ZPT bertujuan agar penyerapan ZPT berlangsung dengan baik.
Perendaman juga dilakukan ditempat yang teduh dan lembab agar penyerapan ZPT yang diberikan berjalan teratur tidak fluktuatif karena pengaruh lingkungan (Panjaitan, 2000).
9
Mengenal Auksin
Pemberian IBA pada tanaman jarak pagar berpengaruh nyata terhadap saat kemunculan tunas, panjang tunas, panjang akar, jumlah daun,luas daun dan berat brangkasan segar sehingga dapat dikatakan IBA dapat meningkatkan pertumbuhan setek jarak pagar.Peningkatan konsentrasi IBA sampai batas tertentu (100 ppm) berkorelasi positif terhadap pertumbuhan setek jarak pagar (Sudarmi, 2008).
Pada penelitian lain, penggunaan ZPT NAA pada tanaman jarak pagar menunjukkan hasil, konsentrasi NAA mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman, diameter kanopi dan jumlah cabang serta produksi jumlah buah, bobot 100 biji dan kadar minyak tanaman jarak pagar. Pemberian NAA mampu meningkatkan jumlah buah terpanen dan bobot 100 biji masingmasing sebesar 26,64 dan 5,07 % dan menurunkan kadar minyak sebesar 3,05 % dari kontrol. Konsentrasi 1000 ppm NAA mampu meningkatkan 100 biji masing-masing sebesar 35,09 dan 2,99 % dan menurunkan kadar minyak sebesar 3,58 % (Nurnasari dan Jumali, 2012).
Hasil penelitian Karo (2004) dalam Marzuki et al., (2008) menunjukkan bahwa konsentrasi optimum IBA yang digunakan untuk pertumbuhan setek gambir terbaik berkisar 112,5 ppm. Jumlah akar setek terbanyak serta bobot basah akar tertinggi untuk setek muda dan sedang diperoleh pada konsentrasi IBA 150 ppm yang direndam selama 12 jam (Fahmi, 2012).
Cara Membuat Bio-Auksin
10
E. Contoh Auksin Produk Non Pabrikan
Gambar 1.4 Produk Vignauksin dan Fulicauksin
Sumber: Dokumen Penulis
Keterangan Produk: 1. Nama Produk : Fulicauksin dan Vignausin 2. Harga Produk : Rp 30.000/ botol isi 1 liter. 3. Konsentrasi Produk : 6 ml per liter. 4. Pemakaian:
a. Menuangkan 10 tutup botol Vignauksin ke dalam wadah berisi air.
b. Aduk hingga rata. c. Kemudian masukkan ke dalam tangki berukuran 17
liter. d. Tambahkan air hingga penuh dalam satu tangki
Aplikasi produk vignauksin dan fulicauksin dalam
bidang pertanian adalah dengan cara sebagai berikut.
Pada musim Kemarau Menuangkan 10 tutup botol Vignauksin atau
Fulicauksin ke dalam wadah berisi air, aduk hingga rata.
11
Mengenal Auksin
Kemudian masukkan ke dalam tangki berukuran 17 liter. Tambahkan air hingga penuh dalam satu tangki.
Pada musim Hujan Menuangkan 15 tutup botol Vignauksin atau
Fulicauksin ke dalam wadah berisi air, aduk hingga rata. Kemudian masukkan ke dalam tangki berukuran 17 liter. Tambahkan air hingga penuh dalam satu tangka. Tambahkan pula bahan perekat (biji randu) sebanyak 0,5%.
Cara Membuat Bio-Auksin
12
BAB II
anyak potensi hayati Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan hormon pengatur tumbuh tanaman. Zat Pengatur Tumbuhan (ZPT) berperan sebagai perangsang,
pemacu, atau menghambat pertumbuhan tanaman. Beberapa bahan alami potensi hayati Indonesia yang telah
diketahui mengandung ZPT antara lain: 1. Bawang merah 2. Rebung bambu 3. Bonggol pisang 4. Taoge 5. Tomat 6. Air kelapa 7. Enceng gondok 8. Bekicot dan keong mas 9. Jagung muda 10. Urine sapi (Anonymous, 2019).
B
13
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
A. Bawang Merah
Gambar 2.1 Bawang Merah
Sumber: http://narwastujati58.blogspot.co.id/2016/02/yukkmenanam-bawang-merah-dari-biji.html
Klasifikasi Tanaman Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Class : Monocotyledonae Ordo : Liliales Famili : Liliaceae Genus : Allium Spesies : Allium ascalonium L. (Samadi, 2005). Deskripsi Tanaman
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) yang lebih dikenal dalam bahasa Jawa brambang, adalah tanaman berbentuk rumpun yang banyak ditanam di daerah yang mempunyai ketinggian 10-250 meter di atas permukaan laut (dataran rendah), suhu agak panas, beriklim kering dan cuaca cerah. Akan tetapi, tanaman bawang masih dapat ditanam di dataran tinggi, meskipun hasilnya kurang baik. Tanaman bawang
Cara Membuat Bio-Auksin
14
merah yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan umbi yang kecil-kecil dan umur panennya pun lebih pendek yaitu 60-70 hari, tergantung pada varietasnya. Satu umbi bibit yang ditanam akan memunculkan tunas-tunas baru yang jumlahnya dapat mencapai 5-20 anakan. Hasil umbi bawang merah sangat dipengaruhi oleh lamanya tanaman menerima sinar matahari. Lama penyinaran kritis berkisar antara 11-16 jam, tergantung pada varietasnya. Oleh karena itu, bawang merah paling baik ditanam pada awal musim kemarau, yakni pada bulan Maret atau April sampai bulan Oktober (Samadi & Cahyono 2005). Morfologi Tanaman
Tanaman bawang merah termasuk tanaman sempurna yang hidup semusim. Secara morfologis, bagian-bagian tanaman bawang merah adalah sebagai berikut. 1. Akar
Untuk memperoleh pertumbuhan yang ideal, tanaman bawang merah harus didukung oleh perakaran yang banyak. Akar tanaman bawang merah terdiri atas akar pokok (primary root) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif (adventitious root) dan bulu akar yang berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan zat-zat hara dari dalam tanah. Akar dapat tumbuh hingga kedalaman 30 cm, berwarna putih dan jika diremas berbau menyengat seperti bau bawang merah.
2. Batang Batang tanaman bawang merah merupakan bagian
kecil dari keseluruhan tanaman, berbentuk seperti cakram (discus), beruas-ruas dan di antara ruas-ruas terdapat kuncup-kuncup. Bagian bawah cakram merupakan tempat tumbuh akar. Bagian atas batang sejati merupakan umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang berasal dari modifikasi pangkal daun bawang merah. Pangkal dan sebagian tangkai daun menebal, lunak dan berdaging berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan
15
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
makanan. Apabila dalam pertumbuhan tanaman tumbuh tunas atau anakan maka akan terbentuk beberapa umbi berhimpun yang dikenal dengan istilah “siung”. Pertumbuhan siung biasanya terjadi pada perbanyakan bawang merah dari benih umbi dan kurang biasa terjadi pada perbanyakan bawang merah dari biji. Warna kulit umbi beragam, ada yang merah muda, merah tua, atau kekuningan, tergantung spesiesnya. Umbi bawang merah mengeluarkan aroma menyengat.
3. Daun Daun bawang merah bertangkai relatif pendek,
berbentuk bulat mirip pipa, berlubang, berukuran panjang dari dari 45 cm, dan meruncing pada bagian ujung. Daun berwarna hijau tua atau hijau muda, tergantung varietasnya. Setelah tua, daun menguning, tidak lagi setegak daun yang masih muda, dan akhirnya mengering dimulai dari bagian bawah tanaman. Daun relatif lunak. Jika diremas akan berbau spesifik seperti bau bawang merah. Setelah kering di penjemuran, daun tanaman bawang merah melekat relatif kuat dengan umbi sehingga memudahkan pengangkutan dan penyimpanan.
4. Bunga Bunga bawang merah terdiri atas tangkai bunga dan
tandan bunga. Tangkai bunga berbentuk ramping, bulat dan berukuran panjang lebih dari 50 cm. Pangkal tangkai bunga di bagian bawah agak menggelembung dan tangkai bagian atas berukuran lebih kecil. Pada bagian ujung tangkai terdapat bagian yang berbentuk kepala dan berujung agak runcing, yaitu tandan bunga yang masih terbungkus seludang. Setelah seludang terbuka, secara bertahap tandan akan tampak dan muncul kuncup-kuncup bunga dengan ukuran tangkai kurang dari 2 cm. Seludang tetap melekat erat pada pangkal tandan dan mengering seperti kertas, tidak luruh hingga bunga-bunga mekar. Jumlah bunga dapat lebih dari 100 kuntum. Kuncup bunga
Cara Membuat Bio-Auksin
16
mekar secara tidak bersamaan. Dari mekar pertama kali hingga bunga dalam satu tandan mekar seluruhnya memerlukan waktu sekitar seminggu. Bunga yang telah mekar penuh berbentuk seperti payung. Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna, memiliki benang sari dan kepala putik. Tiap kuntum bunga terdiri atasenam daun bunga yang berwarna putih, enam benang sari yang berwarna hijau kekuning-kuningan dan sebuah putik. Kadang-kadang, di antara kuntum bunga bawang merah ditemukan bunga yang memiliki putik sangat kecil dan pendek atau rudimenter, yang diduga merupakan bunga steril. Meskipun jumlah kuntum bunga banyak, namun bunga yang berhasil mengadakan persarian relatif sedikit. Jika diremas, tangkai bunga dan bunga beraroma spesifik seperti aroma bawang merah dan mata akan pedih jka terkena remasan ini.
5. Buah dan Biji Bakal buah bawang merah tampak seperti kubah,
terdiri atas tiga ruangan yang masing-masing memiliki dua bakal biji. Bunga yang berhasil mengadakan persarian akan tumbuh membentuk buah, sedangkan bunga-bunga yang lain akan mengering dan mati. Buah bawang merah berbentuk bulat; di dalamnya terdapat biji yang berbentuk agak pipih dan berukuran kecil. Pada waktu masih muda, biji berwarna putih bening dan setelah tua berwarna hitam (Pitojo, 2003).
Kandungan
Kandungan kimia bawang merah di antaranya; mengandung alliinase, yaitu zat yang menimbulkan rasa pedih di mata. Selain itu, bawang merah juga mengandung flavonoid, asam fenol, sterols, saponins, pektin, serta kaya vitamin B1, B2 dan C (Adi, 2007). Bawang merah juga mengandung hormon auksin dan giberelin alami yang cukup tinggi. Salah satu fungsi auksin dan giberelin adalah
17
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
merangsang pertumbuhan akar dan merangsang proses perkecambahan biji (memecah dormansi biji) (Anonymous, 2019).
Sentral Produksi Di Indonesia, bawang merah dibudidayakan oleh
petani di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi. Bawang merah tersebar di 24 provinsi, dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia. Daerah sentra pengembangan bawang merah terdapat di DI Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Irian Jaya. Sentra produksi bawang merah di Pulau Jawa antara lain berada di Kabupaten Malang, Nganjuk, Probolinggo, Kediri, Tegal, Brebes, Wates, Cirebon, Kuningan dan Majalengka. Produksi bawang merah terbesar terdapat di Jawa Tengah, yakni lebih dari 300.000 ton/ha/tahun; menyusul kemudian Jawa Timur dan Jawa Barat. Kontribusi produksi dari provinsi lain relatif sedikit, yakni kurang dari 100.000 ton/ha.tahun. Produksi bawang merah di Jawa Tengah terutama bberasal dari Kabupaten Brebes, yang meliputi lebih dari 50% total produksi (Pitojo, 2003).
Cara Membuat Bio-Auksin
18
B. Bambu Muda (Rebung)
Gambar 2.2 Rebung (Bambu Muda)
Sumber: http://www.cyberdakwah.net/manfaat-rebung-bambu-kuning-untuk-kencing-batu/
Klasifikasi Bambu Kingdom : Plantae Sub kingdom : Viridiplantae Infra Kingdom : Streptophyta Super divisi : Embryophyta Divisi : Tracheophyta Sub Divisi : Spermatophytina Kelas : Magnoliopsida Super ordo : Lilianae Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Bambusa Spesies : Bambusa vulgaris (Anonymous, 2015)
Deskripsi Tanaman
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah bulur, aur dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman
19
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
dengan pertumbuhan paling cepat, karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24 inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam (anonymous, 2019).Sedangkan rebung adalah tunas atau batang-batang bambu muda yang muncul dari permukaan dasar rumpun. Rebung tumbuh dari kuncup akar rimpang atau dari pangkal buluh yang sudah tua (Anonymous, 2015). Morfologi Tanaman 1. Akar
Akar bambu terdapat di bawah permukaan tanah membentuk sistem percabangan, kita bisa membedakan kelompok bambu tersebut. Bagian pangkal akar rimpang bambu lebih sempit daripada bagian ujungnya, dan setiap ruas mempunyai kuncup dan akar. Kuncup pada akar rimpang akan berkembang menjadi rebung yang kemudian memanjat dan akhirnya menghasilkan buluh.
2. Batang Batang-batang bambu muncul dari akar-akar
rimpang dan ketika sudah tua, batang mengeras dan biasanya berongga. Batang bambu ini mempunyai bentuk silinder memanjang dan terbagi dalam ruas-ruas. Tinggi tanaman bambu sekitar 0,3 meter sampai 30 meter dan diameter batangnya kira-kira 0,25 sampai 25 cm dengan ketebalan dinding sampai 25 mm. Batang bambu ini diselimuti oleh daun-daun yang disebut dengan pelepah batang dan biasanya akan gugur ketika sudah tua. Di bagian ujung pelepah batang, terdapat perpanjangan tambahan yang berbentuk segitiga dan disebut subang.
Cara Membuat Bio-Auksin
20
3. Daun Daun bambu adalah daun lengkap karena memiliki
bagian-bagian seperti pelepah daun, tangkai daun dan helaian daun. Bangun daun berbentuk lanset, ujung daunnya meruncing, pangkal daun tumpul, tepi daun merata dan daging daun seperti kertas. Pertulangan daun bambu sejajar yaitu mempunyai satu tulang di tengah yang besar sedangkan tulang-tulang lainnya lebih kecil dan tampak sejajar dengan ibu ulang daun. Permukaan daun bagian atas berbulu, sedangkan permukaan daun bagian bawah berbulu kasar. Bagian atas daun berwarna hijau cerah sedangkan permukaan bagian bawahnya berwarna hijau gelap (Anonymous, 2015).
Kandungan Rebung bambu memiliki kandungan protein paling
tinggi jika dibandingkan dengan kobis, bawang bombay dan jamur. Sementara itu, kandungan lemak dalam rebung bambu cukup rendah sehingga sangat baik untuk menghindari risiko kegemukan atau risiko lainnya. Rebung bambu memiliki kandungan serta yang cukup tinggi, sehingga sangat bermanfaat dalam proses pencernaan, mencegah kanker usus dan kesehatan jantung. Rebung bambu juga dipercaya dapat menetralisasi dan melancarkan peredaran darah. Rebung bambu juga memiliki kandungan kalsium dan fosfor yang cukup tinggi sehingga sangat berguna bagi pembentukan tulang dan gigi pada anak dan mencegah osteoporosis (perapuhan tulang) pada manula (Andoko, 2005). Rebung bambu juga mengandung hormon giberelin. Jenis bambu yang paling banyak mengandung giberelin adalah bambu tali. Sebaiknya pengambilan rebung dilakukan pada pagi hari sebelum jam 06.00 sebelum matahari terbit (Anonymous, 2019).
21
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
Sentral Produksi Pasar rebung bambu masih terbentang luas.
Kebutuhan rebung bambu di tanah air hampir seluruhnya mengandalkan impor. Data BPS menunjukkan hingga Oktober 2012, Indonesia mengimpor 68.890 kg setara Pr 6,6 miliar. Seluruh Pasokan rebung bambu datang dari China (Anonymous, 2013).
Cara Membuat Bio-Auksin
22
C. Bonggol Pisang
Gambar 2.3 Bonggol Pisang
Sumber: https://organikilo.co/2014/10/manfaat-bonggol-gedebog-pisang-untuk-pertanian.html
Klasifikasi Pisang Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Tracheo bionta Infra Kingdom : Streptophyta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Zingiberales Famili : Musaceae Genus : Musa Spesies : Musa paradisiacal (Anonymous, 2015).
23
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
Deskripsi Tanaman Tanaman pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman
berbentuk terna raksasa dengan batang semu yang permukaannya terlihat bekas pelepah daun. Tumbuhan ini tidak memiliki cabang, berbatang basah dan tidak mengandung lignin. Batang tumbuhan ini diselubungi oleh pelepah daunnya. Tumbuhan ini berasal dari daerah Asia Tenggara. Morfologi Tanaman 1. Daun
Tumbuhan pisang memiliki ujung daun yang berbentuk rompang dan daging daun yang sangat tipis. Pertulangan daun berbentuk menyirip serta permukaan baik atas maupun bawah daun licin berlapis lilin. Daun pisang ini berbentuk memanjang namun juga agak melebar berwarna hijau tua saat dewasa dan hijau muda saat masih muda.
2. Akar Tanaman ini berakar serabut dan tidak memiliki
akar tunggang. Pertumbuhan akar pada umumnya berkumpul dan bergerak menyamping sepanjang 4-5 meter. Walaupun dengan kepanjangan tersebut, akar tanaman ini tidak dapat meraih lebih dalam dari 2 meter di bawah permukaan tanah.
3. Batang Batangnya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
batang asli dan batang semu. Batang asli berada di pangkal batang semu yang tenggelam dibawah permukaan tanah. Batang asli memiliki banyak mata tunas yang akhirnya dapat menghasilkan akar. Batang semu terdiri dari pelepah-pelepah daun, tegak dan berdiri kokoh di atas permukaan tanah.
4. Bunga Bunga pisang tergolong bunga yang berumah satu,
dengan letak bunga betina di pangkal dan bunga jantan
Cara Membuat Bio-Auksin
24
di bagian tengah. Bunga pisang yang sempurna terdiri atas bunga jantan dan bunga betina di bagian ujung.
5. Buah Buah pisang terdiri dari beberapa sisir dengan tiap
sisirnya terdapat 7-21 buah tergantung pada jenis dan perawatan tumbuhan pisangnya. Buah pisang tidak memiliki biji dan berasa manis dan sedikit lunak untuk yang matang. Buah pisang sangat bermaanfaat untuk kesehatan karena memiliki gizi yang lebih tinggi daripada apel dan menyediakan cadangan energi (Anonymous, 2015).
Kandungan Buah pisang kaya akan mineral seperti kalium,
magnesium, fosfor, kalsium dan besi. Kandungan vitamin buah pisang pun sangat tinggi, terutama provitamin A berupa betakaroten (45 mg per 100 gram berat kering), vitamin B, C serta mengandung serotonin yang aktif sebagai neutransmitter utnuk kelancaran fungsi otak. Selain buahnya bonggol pisang juga berkhasiat. Bonggol pisang adalah tanaman pisang berupa umbi batang (batang aslinya). Bonggol pisang muda dapat dimanfaatkan untuk sayur dan diolah menjadi keripik yang kaya akan serat. Secara tradisional, air umbi dari batang pisang kepok dipercaya dapat dijadikan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar (Suyanti & Ahmad Supriyadi, 2008). Selain itu bonggol pisang juga mengandung hormon pertumbuhan yaitu sitokinin. Bonggol pisang yang baik adalah yang dari pohon pisang yang baru ditebang. Pengambilan bonggol pisang sebaiknya dilakukan pada sore hari (Anonymous, 2019).
Sentral Produksi
Sentral pisang di Indonesia tersebar di daerah-daerah seperti Jawa Barat (Sukabumi, Cianjur, Bogor, Purwakarta
25
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
dan Serang); Jawa Tengah (Demak, Pati, Banyumas, Sidorejo, Kesugihan, Kutosari, Pringsurat danPemalang); Jawa Timur (Banyuwangi dan Malang); Sumatera Utara (Padang Sidempuan, Natal, Samosir dan Tarutung); Sumatera Barat ( Sunyang, Baso dan Pasaman), dll (Suyanti & Ahmad Supriyadi, 2008).
Cara Membuat Bio-Auksin
26
D. Taoge Kabang Hijau
Gambar 2.4 Taoge
Sumber: http://villagerspost.com/todays-feature/kacang-hijau-meroket-petani-tauge-menjerit/
Klasifikasi Kacang Hijau Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rosales Famili : Leguminosae (Fabaceae) Genus : Vigna Spesies : Vigna radiata (Purwono & Hartono, 2003) Deskripsi Tanaman
Kacang hijau adalah tanaman pendek bercabang tegak. Bagian dari tanaman kacang hijau antara lain akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Adapun deskripsi masing-masing bagian tanaman tersebut dijelaskan sebagai berikut.
27
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
Morfologi Tanaman 1. Akar
Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi menjadi dua, yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar. Sementara xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah.
2. Batang Batang kacang hijau berbentuk bulat dan
berbuku-buku. Ukuran batangnya kecil, berbulu, berwarna hijau kecokelatan atau kemerahan. Setiap buku batang menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun yang berhadapan dan masing-masing daun berupa daun tunggal. Batang kacang hijau tumbuh tegak dengan ketinggian mencapai 1 m. Cabangnya menyebar ke semua arah.
3. Daun Daun kacang hijau tumbuh majemuk, terdiri dari
tiga helai anak daun setiap tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna hijau muda hingga hijau tua. Letak daun berseling. Tangkai daun lebih panjang daripada daunnya sendiri.
4. Bunga Bunga kacang hijau berbentuk seperti kupu-kupu
dan berwarna kuning kehijauan atau kuning pucat. Bunganya termasuk jenis hermaprodit atau berkelamin sempurna. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan pada sore hari menjadi layu.
Cara Membuat Bio-Auksin
28
5. Buah Buah kacang hijau berbentuk polong. Panjang
polong sekitar 5-16 cm. Setiap polong berisi 10-15 biji. Polong kacang hijau berbentuk bulat silindris atau pipih dengan ujung agak runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau, setelah tua berubah menjadi kecokelatan atau kehitaman. Polongnya mempunyai rambut-rambut pendek atau berbulu.
6. Biji Biji kacang hijau berbentuk bulat. Biji kacang
hijau lebih kecil dibandingkan dengan biji kacang tanah atau kacang kedelai, yaitu bobotnya hanya sekitar 0,5-0,8 mg. Kulitnya berbiji putih. Bijinya sering dibuat kecambah atau taoge (Purwono & Hartono, 2003).
Kandungan
Kacang hijau mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, at besi, vitamin A, B1, dan C. Kacang hijau juga dikonsumsi dalam bentuk kecambah (taoge). Pemanfaatan taoge sebagai bahan makanan telah dikenal luas di Indonesia. Kecambah kacang hijau (taoge) mengandung vitamin E yang tidak ditemukan pada kacang tanah dan kedelai. Bahkan, nilai gizi kecambah kacang hijau lebih baik daripada nilai gizi biji kacang hijau. Hal ini disebabkan kecambah telah mengalami proses perombakan makromolekul menjadi mikromolekul sehingga meningkatkan daya cerna. Selain itu, dengan proses perkecambahan terjadi pembentukan senyawa tokoferol (vitamin E). Vitamin E merupakan salah satu senyawa antioksidan dalam tubuh manusia (Purwono & Hartono, 2003).Ekstrak taoge banyak mengandung hormon auksin (Anonymous, 2019).
29
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
Sentral Produksi Penanaman pertama di Indonesia dilakukan di Pulau
Jawa dan Bali tetapi kemudian berkembang ke Pulau Sulawesi, Sumatera, Kalimantan dan pulau-pulau di Indonesia bagian timur (Purwono & Purnamawati, 2007)
Cara Membuat Bio-Auksin
30
E. Tomat
Gambar 2.5 Tomat
Sumber: http://www.telingahidungtenggorokan.com/kegunaan-manfaat-tomat-bagi-tubuh.html
Klasifikasi Tomat Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotylodenae Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Lycopersicum Spesies : Licopersicum esculentum Mill (Bernardinus, 2008) Deskripsi Tanaman
Buah tomat merupakan salah jenis sayuran buah yang sangat dikenal oleh masyarakat. Rasa buah tomat adalah manis-manis segar yang dapat memberikan kesegaran pada tubuh. Karena cita rasanya yang khas ini, buah tomat justru banyak digemari oleh banyak orang. Cita rasa dan kelezatan buah tomat yang khas ini juga dapat menambah cita rasa
31
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
dan kelezatan berbagai macam masakan dan minuman. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim (berumur pendek). Artinya, tanaman satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Tanaman tomat berbentuk perdu yang panjangnya mencapai ± 2 meter. Oleh karena itu, tanaman tomat perlu diberi penopang atau ajir dari turus bambu atau turus kayu agar tidak roboh di tanah tetapi tumbuh secara vertikal (ke atas).
Morfologi Tanaman 1. Akar
Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus ke dalam tanah dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke arah samping tetapi dangkal. Berdasarkan sifat perakaran ini, tanaman tomat akan dapat tumbuh baik jika ditanam pada lahan yang gembur dan porus.
2. Batang Batang tanaman tomat berbentuk persegi empat
hingga bulat, berbatang lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan di antara bulu-bulu itu terdapat rambut kelenjar. Batang tanaman tomat berwarna hijau, pada ruas-ruas batang mengalami penebalan dan pada ruas bagian bawah tumbuh akar-akar pendek. Selain itu, batang tanaman tomat dapat bercabang dan apabila tidak dilakukan pemangkasan akan bercabang banyak yang menyebar secara merata.
3. Daun Daun tanaman tomat berbentuk oval, bagian
tepinya bergerigi dan membentuk celah-celah menyirip agak melengkung ke dalam. Daun berwarna hijau dan merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah 5-7. Ukuran daun sekitar (15-30 cm) x (10 x 25 cm) dengan panjang tangkai sekitar 3-6 cm. Di antara daun yang berukuran besar biasanya tumbuh 1-2 daun yang
Cara Membuat Bio-Auksin
32
berukuran kecil. Daun majemuk pada tanaman tomat tumbuh berselang-seling atau tersusun spiral mengelilingi batanag tanaman.
4. Bunga Bunga tanaman tomat berukura kecil, berdiameter
sekitar 2 cm dan berwarna kuning-cerah. Kelopak bunga yang berjumlah 5 buah dan berwarna hijau terdapat bada bagian bawah atau pangkal bunga. Bagian lain dari bunga tomat adalah mahkota bunga, yaitu bagian terindah dari bunga tomat. Mahkota bunga tomat berwarna kuning cerah, berjumlah sekitar 6 buah dan berukuran sekitar 1 cm. Bunga tomat merupakan bunga sempurna, karena benang sari atau tepung sari dan kepala putik terletak pada bunga yang sama. Bunganya memiliki 6 buah tepung sari dengan kepala putik berwarna sama dengan mahkota bunga, yakni kuning cerah. Bunga tomat tumbuh dari batang (cabang) yang masih muda.
5. Buah Buah tomat memiliki bentu bervariasi, tergantung
pada jenisnya. Ada buah tomat yang berbentuk bulat, agak bulat, agak lonjong, bulat telur (oval) dan bulat persegi. Ukuran buah tomat juga sangat bervariasi, yang berukuran paling kecil memiliki berat 8 gram dan yang berukuran besar memiliki berat sampai 180 gram. Buah tomat yang masih muda berwarna hijau-muda, bila sudah matang warnanya menjadi merah. Buah tomat yang masih muda memiliki rasa getir dan aromanya tidak enak, sebab masih mengandung zat lycopersicin yang berbentuk lendir. Aroma yang tidak sedap tersebut akan hilang dengan sendirinya pada saat buah memasuki fase pematangan hingga matang. Rasanya juga akan berubah menjadi manis agak masam yang menjadi ciri khas kelezatan buah tomat. Dalam proses pematangan buah terjadi perubahan warna dari hijau
33
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
muda sedikit demi sedikit berubah menjadi kuning. Pada saat matang optimal, warna buah berubah menjadi merah cerah. Buah tomat banyak mengandung biji lunak berwarna putih kekuning-kuningan yang tersusun secara berkelompok dan dibatasi oleh daging buah. Biji tomat saling melekat karena adanya lendir pada ruang-ruang tempat biji tersusun. Daging buah tomat lunak agak keras, berwarna merah apabila sudah matang dan mengandung banyak air. Buah tomat juga memiliki kulit yang sangat tipis dan dapat dikelupas bila sudah matang. Namun, buah tomat tidak harus dikelupas kulitnya terlebih dahulu apabila hendak dimakan. Kulit buah tomat dapat dapat langsung dimakan bersama dengan daging dan bijinya (Cahyono,2008).
Kandungan Buah tomat banyak mengandung zat-zat yang
berguna bagi tubuh manusia. Zat-zat yang terkandung di dalamnya adalah vitamin C, vitamin A, vitamin B3, B12, protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, zat besi (Cahyono, 2008).
Berdasarkan penelitian terbaru, ekstrak buah tomat dapat digunakan sebagai ZPT. Ekstrak buah tomat mengandung auksin, sitokinin dan giberilin (Anonymous, 2019).
Sentral Produksi
Di Indonesia pengembangan budidaya tanaman tomat mendapat prioritas perhatian sejak 1961. Terbukti pada periode tahun 1961-1965 sudah dibudidayakan rata-rata seluas 41.000 hektar/tahun dan peroide tahun 1973-1977 naik menjadi 59.000 hektar. Dari areal seluas itu sebagian besar masih terpusat di pulau Jawa, terutama di daerah dataran tinggi di atas 1.000 meter dari permukaan laut (dpl). Pusat pertanaman tomat yang diduga sebagai
Cara Membuat Bio-Auksin
34
daerah penyebaran tanaman ini di Indonesia antara lain Lembang, Pangalengan, Salatiga, Bondowoso, Malang dan Tanah Karo (Rukmana, 2007).
35
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
F. Air Kelapa
Gambar 2.6 Air Kelapa
Sumber: http://ilmuku7.blogspot.co.id/2015/08/inilah-yang-tejadi-jika-meminum-air.html
Klasifikasi Tanaman Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Palmales Familia : Palmae Genus : Cocos Spesies : Cocos nucifera L.’ (Warisno, 2003). Deskripsi Tanaman
Kelapa merupakan tumbuhan asli daerah tropis, yakni daerah yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa. Di daerah-daerah tropis tersebut, tanaman kelapa banyak tumbuh dan dibudidayakan oleh sebagian besar petani. Di
Cara Membuat Bio-Auksin
36
wilayah Indonesia, tanaman kelapa dapat ditemukan hampir di seluruh provinsi, dari daerah yang padat penduduknya, misalnya di Jawa dan Bali, tanaman kelapa lebih banyak ditanam di tanah tegalan atau tanah pekarangan, sedangkan di daerah yang jarang penduduknya, misalnya di daerah transmigasi, tanaman kelapa banyak ditanam di lahan yang luas yang berbentuk monokultur perkebunan kelapa (Warisno, 2003). Morfologi Tanaman 1. Akar
Tanaman kelapa mempunyai sistem perakaran serabut. Akar memiliki fungsi utama untuk menyerap air dan unsur-unsur hara dari dalam tanah, serta untuk menunjang berdirinya batang kelapa agar tetap tegak di tempatnya (tidak roboh). Akar-akar serabut bercabang-cabang membentuk rambut akar yang berfungsi sebagai pengisap air dan unsur hara tanaman. Akar serabut yang tumbuh mendatar dapat mencapai panjang 10 m – 15 m, sedangkan akar yang tumbuh ke bawah dapat menembus tanah sampai 2 m – 3 m, jika tidak terdapat lapisan cadas. Garis tengah akar serabut rata-rata 1 cm. Pada permukaan akar juga tumbuh bagian-bagian yang berwarna putih yang berguna dalam pernafasan akar.
2. Batang Batang kelapa tumbuh lurus ke atas dan tidak
bercabang, kecuali jika ditanam di tepi sungai, tebing dan lain-lain, batang kelapa akan tumbuh melengkung menyesuaikan arah sinar matahari. Setiap batang kelapa hanya memiliki satu titik tumbuh yang terletak di ujung batang, yakni yang membentuk daun-daun dan batang. Batang kelapa ridak memeliki kambium, sehingga tidak memiliki pertumbuhan sekunder, jika terjadi luka pada batang, batang tidak dapat pulih seperti semula, karena
37
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
tidak terbentuk kalus. Oleh sebab itu, batang akan selalu bertambah panjang atau meninggi.
3. Daun Pertumbuhan dan pembentukan mahkota daun
dimulai sejak biji berkecambah. Pada tingkat pertama, terbentuk 4-6 helai daun. Daun-daun tersebut tersusun saling membalut satu sama lain, sehingga merupakan selubung yang runcing pada ujungnya. Susunan yang demikian diperlukan untuk memudahkan menembus lapisan sabut pada pangkal buah.
4. Bunga Tanaman kelapa genjah mulai berbunga pada
umur 3-4 tahun, sedangkan kelapa dalam pada umur 4-8 tahun. Karangan bunga selalu tumbuh dari ketiak daun yang pada bagian luarnya diselubungi oleh seludang atau mancung (spstha). Mancung merupakan kulit tebal yang berfungsi sebagai pelindung calon bunga, yang memiliki ukuran panjang sekitar 80 cm – 90 cm. Penyerbukan bunga kelapa berlangsung dengan perantara serangga, misalnya lebah.
5. Buah Semua bagian buah kelapa mulai dari kulir luar
hingga daging buah memiliki kegunaan tertentu. Daging buah yang telah tua dapat dimafaatkan untuk kopra yang merupakan komoditas ekspor. Selanjutnya, kopra diolah untuk diambil minyaknya. Minyak kelapa merupakan bahan baku dalam pembuatan margarin dan sabun serta digunakan sebagai minyak makan.
Kandungan Kandungan zat gizi dalam daging buah kelapa
diantaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, C, air dan lain-lain. Air kelapa dapat digunakan untuk membuat kecap, berbagai macam minuman segar dan bahan baku dalam industri pembuatan
Cara Membuat Bio-Auksin
38
nata de coco ((Warisno, 2003). Dalam air kelapa muda terdapat giberelin, sitokinin (kinetin dan zeatin) dan auksin yang merupakan zat pengatur tumbuh yang dapat menginduksi tumbuhnya akar pada stek tanaman berkayu dan tanaman berbatang lunak. Selain itu juga mendorong inisiasi akar, mempercepat pembentukan akar, meningkatkan persen stek berakar, meningkatkan jumlah dan kualitas akar dan meningkatkan keseragaman perakaran (Djamhuri, 2011).
Sentral Produksi
Sentral produksi kelapa di daerah-daerah tropis, tanaman kelapa banyak tumbuh dan dibudidayakan oleh sebagian besar petani. Di wilayah Indonesia, tanaman kelapa dapat ditemukan hampir di seluruh provinsi, dari daerah yang padat penduduknya, misalnya di Jawa dan Bali, tanaman kelapa lebih banyak ditanam di tanah tegalan atau tanah pekarangan, sedangkan di daerah yang jarang penduduknya, misalnya di daerah transmigasi, tanaman kelapa banyak ditanam di lahan yang luas yang berbentuk monokultur perkebunan kelapa (Warisno, 2003).
39
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
G. Eceng Gondok
Gambar 2.7 Eceng Gondok
Sumber: http://bibitbunga.com/tanaman-eceng-gondok-water-hyacinth/
Klasifikasi Tanaman Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Viridiplantae Infra Kingdom : Streptophyta Super Divisi : Embryophyta Divisi : Tracheophyta Sub Divisi : Spermatophytina Kelas : Magnoliopsida Super Ordo : Lilianae Ordo :Commelinales Famili : Pontederiaceae Genus : Eichhornia Kunth Spesies : Eichhornia crassipes (Mart) (Anonymous, 2015).
Cara Membuat Bio-Auksin
40
Deskripsi Tanaman Eceng gondok adalah tanaman yang mengapung di
permukaan air. Tanaman ini sering dianggap gulma yang bisa merusak lingkungan perairan. Hal ini karena sifat eceng gondok yang tumbuh di permukaan air dan laju pertumbuhannya cepat. Eceng gondok yang tumbuh di atas permukaan air memblok sinar matahari, sehingga kehidupan di perairan terganggu karenanya. Tanaman eceng gondok adalah tanaman berumur perennial yang mengapung jika airnya dalam atau berakar jika airnya dangkal. Eceng gondok berkembangbiak secara vegetatif atau generatif dan termasuk tanaman yang cepat berkembang biak karena dari 10 tanaman eceng gondok, bisa menjadi 600.000 tanaman baru dalam kurun waktu 8 bulan. Eceng gondok bisa tumbuh dengan ketinggian sekitar 40 sampai 80 cm. Tanaman eceng gondok yang tumbuh di air yang kaya unsur hara memiliki batang yang panjang, tetapi akarnya lebih pendek Anonymous, 2015). Morfologi Tanaman 1. Akar
Akar eceng gondok adalah akar serabut dan tidak bercabang, serta memiliki tudung akar. Akar eceng gondok ditumbuhi oleh bulu-bulu akar atau serabut akar yang berfungsi layaknya jangkar bagi tanaman. Ujung akar eceng gondok memiliki kantung akar yang berwarna merah jika di bawah sinar matahari. Akar eceng gondok bisa mengumpulkan lumpur atau partikel yang terlarut dalam air.
2. Daun Daun eceng gondok termasuk dalam jenis
makrofita yang terletak di atas permukaan air. Dalam daun eceng gondok ini terdapat lapisan tongga udara yang fungsinya sebagai alat pengapung tanaman.
41
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
Rongga udara ini terdapat di akar, batang dan daun yang berguna dalam proses respirasi.
3. Tangkai Tangkai eceng gondok berbentuk bundar dan
berongga, rongga-rongga udarakemudian dibatasi oleh dinding pembatas berupa selaput tipis berwarna putih. Stomata pada eceng gondok dua kali lebih besar dari kebanyakan tanaman lainnya.
4. Bunga Bunga eceng gondok adalah bunga majemuk yang
berjumlah 6 sampai 35. Bentuk bunganya berupa karangan bulir dengan putik tunggal. Bunga eceng gondok mempunyai tangkai dan warna mahkotanya lembayung muda (Anonymous, 2015).
Kandungan Kandungan eceng gondok yaitu briket sampah
organik ramah lingkungan. Selain murah untuk di pakai sebagai pengganti minyak tanah, briket ini juga dapat menyala lebih lama, bisa enam jam terus-menerus tanpa harus dikipas. Abu sampah briket yang sudah dipakai bisa berfungsi sebagai pupuk tanaman. Benar-benar suatu proses pemakaian bahan yang sangat efisien, ramah lingkungan, hemat energi dan dapat dibuat oleh setiap rumah tangga dengan mudah ( Team SOS, 2011). Akar enceng gondok banyak mengandung hormon giberelin, protein dan karbohidrat (Anonymous, 2019).
Sentral Produksi
Eceng gondok dimanfaat dan diolah menjadi biogas yang diperoleh dari bahan biomassa hasil peragian oleh mikroorganisme tanpa oksigen, terutama dibudidayakan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali dan lain-lain (Komunitas Dian Aksara, 2007).
Cara Membuat Bio-Auksin
42
H. Bekicot
Gambar 2.8 Bekicot
Sumber: http://www.ideaonline.co.id/iDEA2013/Tips-Trik/Cara-Mengusir-Hama-Bekicot-dari-Taman-Rumah
Klasifikasi Hewan Kingdom : Animalia Subphylum : Avertebrata Phylum : Moluska Kelas : Gastropoda Sub Kelas : Pulmonata Ordo : Stylomatophora Family : Achantinidae Genus : Achantina Spesies : Achantina fulica (Anonymous, 2011). Deskripsi Hewan
Bekicot (Achantina fulica) merupakan hewan bertubuh lunak (Moluska) yang tidak memiliki tulang belakang. Tubuhnya dilindungi oleh cangkang dari bahan kapur yang
43
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
kuat dan didalamnya mengandung lapisan mutiara. Cangkang bekicot terpilin spiral (Body whorl) dengan jumlah putaran tujuh, bentuk cangkang fusiform, tidak memiliki tutup cangkang (operculu), warna cangkang coklat dengan pola-pola garis gelap di permukaannya (Anonymous, 2011). Morfologi Anatomi
Bagian kepala (caput) terdapat photoreseptor (sepasang tentakel yang panjang, tegak ke atas), sebagai alat penerima rangsang cahaya karena memiliki stigma (mata di ujung tentakel berbentuk bulat) dan stylus (tungkai tentakel) yang dapat dijulurkan dan di tarik, khemoreseptor (tentakel pendek, sepasang mengarah ke bawah) sebagai alat penerima sensor kimiawi sekaligus sebagai alat peraba, rima oris (celah mulut), tepinya bergigi halus (radula) untuk membuktikannya perlu mulutnya diraba dengan ujung jari, kaki perut (gastropodos) lebar dan pipih ,sebagai alat gerak memliki banayk kelenjar penghasil mucus (lendir) bagian muskuler ini dapat dikonsumsi, anus (muara saluran cerna) nampak jelas, dan porus genitalis (muara organ genitalia) terletak di bagian photoreseptor berfungsi untuk lewatnya penis pada saat kopulasi.
Systema respiratorium (sistem pernafasan) pallium (atap dinding rongga dalam perut) berfungsi sebagai paru-paru, pertukaran udara berlangsung pada bagian vassa-vassa, systema cardiovasculare (sistem peredaran darah) cor (jantung) terdiri dari 2 ruangan yaitu atrium (warna kuning kemerahan) dan ventrikel (warna putih), systema digestorium (sistem pencernaan makanan) meliputi tractus digestivus (saluran pencernaan) yaitu cavum oris ( rongga mulut), tampak menggembung, bagian pangkalnya dilingkari oleh gelang saraf, esophagus (kerongkongan), melebar dan relatof panjang, ventriculus (lambung), bulat berlekatan dengan kelenjar pencernaan, intestinum (usus)
Cara Membuat Bio-Auksin
44
saluran keluar ventrikulus, terletak di dasar pallium, anus (muara keluar saluran). Bekicot merupakan hewan hermaprodite tidak dapat dibedakan antara jantan dan betinanya, karena setiap individu memproduksi ova dan sperma sekaligus. Sperma tidak dapat dibuahi sel telur yang diproduksinya sendiri. Untuk pembuahan telur diperlukan adanya pertukaran sperma dengan bekicot lain melalui kegiatan kopulasi (Anonymous, 2011). Kandungan
Tepung bekicot memiliki kandungan protein yang tinggi untuk keperluan makanan ternak. Selain itu daging bekicot juga mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi untuk keperluan konsumsi manusia. Kandungan zat-zat makanan yang terdapat dalam daging bekicot yaitu protein, zat tepung, garam mineral, air dan zat-zat lain, nikel, kobalt, boron, copper, mangan dan aluminium (kandungan mineral) (Sadhori, 2003). Bekicot adalah salah satu sumber auksin alami (Anonymous, 2019). Sentral Produksi
Bekicot banyak dibudidayakan di pulau Jawa, di Jawa Timur sentral produksi berada di daerah Kediri. Masyarakat Indonesia sendiri yang gemar makan daging bekicot memang belum begitu banyak. Oleh karena itu, untuk sementara produksi daging bekicot sebagian besar hanya untuk memenuhi kebutuhan ekspor saja sehingga peningkatan ekspor daging bekicot masih sangat memungkinkan karena belum saingan dengan kebutuhan untuk konsumsi lokal. Besarnya permintaan daging bekicot dari mancanegara, terutama Prancis, Belanda, Yunani, Italia, Taiwan dan beberapa negara lainnya ((Sadhori, 2003).
45
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
I. Jagung Muda
Gambar 2.9 Jagung Muda
Sumber: http://www.manfaatbanget.com/2015/04/Manfaat-Jagung-Muda.html
Klasifikasi Tanaman Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone Ordo : Graminae Famili : Graminaceae Genus : Zea Spesies : Zea mays L. (Purwono, 2004). Deskripsi Tanaman
Jagung merupakan salah satu bahan makanan pokok. Sekitar 70% dari hasil produksi jagung digunakan untuk konsumsi. Selain sebagai bahan pangan, jagung juga
Cara Membuat Bio-Auksin
46
menjadi campuran bahan pakan ternak, bahan ekspor nonmigas, serta bahan baku pendukung industri. Secara garis besar, kegunaan jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan pangan, pakan ternak, dan bahan pendukung industri (Purwono, 2004). Morfologi Tanaman 1. Akar
Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar, yaitu akar seminal, akar adventif dan akar udara. Aka seminal tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan tanah. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah. Perkembangan akar jagung tergantung dari varietas, kesuburan tanah dan keadaan air tanah.
2. Batang Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder
dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60-300 cm.
3. Daun Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-
buku batanh. Jumlah daun terdiri dari 8-48 helaian, tergantung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun dan helaian daun. Kelopka daun umumnya membungkus batang, anatar kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang disebut ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak. Fungsi ligula adalah mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang.
47
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
4. Bunga Bunga jagung tidak memiliki petal dan sepal
sehingga disebut bunga tidak lengkap. Bunga jagung juga termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan terdapat di ujung batang. Adapun bunga betina terdapat di ketiak daun ke-6 atau ke-8 dari bunga jantan. Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan jatuh dan menempel pada rambut tongkol. Pada jagung umumnya terjadi penyerbukan silang. Penyerbukan terjadi dari serbuk sari tanaman lain. Sangat jarang terjadi penyerbukan yang serbuk sarinya berasal dari tanaman sendiri.
5. Biji Biji jagung tersusun rapi pada tongkol. Dalam satu
tongkol terdapat 200-400 biji. Biji paling luar disebut pericarp. Bagian atau lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan makanan biji. Sementara bagian paling dalam yaitu embrio atau lembaga. (Purwono, 2004).
Kandungan Kandungan kimia yang ada pada jagung yaitu protein,
minyak, karbohidrat, serat kasar dan mineral. Sedangkan kandungan gizi jagung ysng belum disebutkan diantaranya kalori, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, B1, dan C (Rukmana, 1997). Selain itu biji jagung muda yang masih muda mengandung hormon giberelin dan sitokinin (Anonymous, 2019).
Sentral Produksi
Sentral produksi jagung di Inodonesia adalah wilayah Sumatra Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara dengan panen raya yang dilakukan dua kali setahun. Pada sentra produksi jagung, perhitungan produksi hanya
Cara Membuat Bio-Auksin
48
79% dari produk luas area. Hal tersebut dikarenakan adanya pengurangan, yaitu dari perhitungan jagung muda sebanyak 15%, jagung untuk bibit sebanyak 1% dan kehilangan pascapanen sebanyak 3%. Dari jumlah ini, hanya 44% yang dipergunakan sebagai bahan pakan ternak, sedangkan yang 35% dipakai untuk bahan pangan (Sitepoe, 2008)
49
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
J. Urine Sapi
Gambar 2.10 Penampungan Urine Sapi
Sumber: http://print.kompas.com/baca/regional/nusantara/2015/08/19/Subu
rkan-Tanaman-dengan-Urine-Sapi
Klasifikasi Sapi Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Artiodactyla Famili : Bovidae Upafamili : Bovinae Genus : Bos Spesies : Bos taurus (Anonymous, 2019). Deskripsi Hewan
Sapi adalah hewan ternak anggota suku Bovidae dan anak suku Bovidae. Sapi yang telah dikebiri dan biasanya digunakan untuk membajak sawah dinamakan Lembu. Sapi
Cara Membuat Bio-Auksin
50
dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai pangan manusia. Hasil sampingan seperti kulit, jeroan, tanduk dan kotorannya juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Di sejumlah tempat, sapi juga dipakai sebagai penggerak alat transportasi, pengolahan lahan tanam (bajak), dan alat industri lain (seperti peremas tebu). Karena banyak kegunaan ini, sapi telah menjadi bagian dari berbagai kebudayaan manusia sejak lama (Anonymous, 2019). Morfologi dan Anatomi
Sapi pada umumnya memiliki tubuh yang besar, namun ada perbedaan antara sapi yang hisup di daerah dingin dengan sapi yang hidup di daerah panas. Pada umumnya sapi hidup di daerah dingin lebih gemuk daripada sapi yang hidup hisup di daerah panas hal ini disebabkan oleh karena tubuh yang kecil sangat dibutuhkan oleh sapi yang hidup di daerah tropis atau panas sebagai konservatif dari pengaruh kecaman panas. Sapi memiliki rambut, rambut pada sapi yang berbeda-beda, jika ia hidup di daerah panas ua memiliki rambut yang tipis dibandingkan sapi yang hidup di daerah musim dingin. Warna sapi cenderung cerah dan bermacam-macam. Sapi pada umunya makan rumput. Pada sapi di daerah dingin akan banyak bergerak karena untuk mempercepat metabolisme dan sapi di daerah panas cenderung berdiam untuk memperlambat metabolisme. Sapi memiliki satu perut dengan 4 kompartemen yaitu bagian rumen, rikulum, omasum dan abomasum. Sapi merupakan hewan pemamah biak, yaitu sistem pencernaan memnungkinkan memakan dengan cara muntah dan rechewing (mengunyah). Periode kehamilan sapi adalah antara 7-8 bulan. Bobot sapi dewasa tergantung jenis sapi dan cara berkembang biaknya. Rata-rata sapi berbobot 753 kg (Anonymous, 2013). Kandungan
51
Potensi Hayati Indonesia Sebagai Bahan Bio-Auksin
Sapi tidak hanya menghasilkan daging, tetapi juga menghasilkan produk sampingan berupa kotoran dan urine sapi. Produk sampingan ternak ini dapat diolah menjadi pupuk kandang atau biogas. Pupuk kandang dan biogas dari kotoran sapi mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Namun, kegiatan pengolahan kotoran sapi tetap tergantung dari ketersediaan kotoran ternak yang dihasilkan per harinya (Fikar & Ruhyadi, 2010). Urin sapi, kambing, kelinci diketahui selain mengandung nitrogen juga mengandung hormon auksin (Anonymous, 2019). Sentral Produksi
Sentral produksi sapi tidak terkonsentrasi di Pulau Jawa, tetapi sudah meluas hingga ke Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Hal itu dipicu oleh rendahnya produksi sapi potong nasional. (Purbowati, 2012).
Cara Membuat Bio-Auksin
52
BAB III
anyak bahan alami dan cara untuk membuat Bio-Auksin (Auksin Organik). Beberapa bahan alami dan cara untuk membuat Bio-Auksin adalah sebagai berikut.
A. Menggunakan Rebung/Bambu Muda (Teknik 1)
Bahan: rebung 5 kg dan gula pasir 1 kg. Cara Pembuatan: 1. Rebung diambil dari pekarangan/lahan sebelum matahari
terbit, kemudian dicincang halus, ditempatkan dalam wadah tanah liat/plastik.
2. Dari atas taburi dengan 1 kg gula pasir. Kemudian tekan dengan papan (menggunakan batu).
3. Biarkan selama 1 minggu. 4. Selanjutnya air disaring dan siap untuk digunakan dengan
dosis 15 s/d 20 ml tiap 17 liter air (1 tangki penyemprotan).
B. Menggunakan Umbi Bawang Merah
Bahan: Bawang merah Cara Pembuatan: Bawang merah diparut atau diblender lalu peras. Ambil cairan dari bawang merah yang telah dihaluskan
B
53
Cara Pembuatan Bio-Auksin
tersebut. Siap digunakan dengan cara dioles pada tempat tumbuh akar atau pada titik tumbuh tanaman.
C. Zat Pengatur Tumbuh Lengkap (Auksin, Giberelin dan
Sitokinin)
Bahan: 1. Rebung: 2 kg 2. Kacambah (Tauge): 1 kg 3. Bonggol Pisang: 2 kg 4. Pucuk daun-daunan: 2 kg 5. Gula merah: 1 kg 6. Bakteri pengurai: 200 cc 7. Air kelapa: 20 liter
Alat: 1. Blender/lesung/Lumpang 2. Tong/Jerigen 30 liter 3. Parang/pisau 4. Baskom 5. Saringan 6. Plastik penutup 7. Tali karet Cara Pembuatan 1. Bongol pisang, rebung, daun-daunan dicacah kecil-kecil
dan di tumbuk hingga lembut, di blender akan lebih bagus.
2. Kecambah atau tauge ditumbuk atau di blender hingga lembut.
3. Gula merah di direbus setelah mencair di diginkan 4. Semua bahan-bahan yang sudah ditumbuk di masukkan
ke tong/jerigen, kemudian masukkan air kelapa dan tambahkan bakteri pengurai/bio starter.
Cara Membuat Bio-Auksin
54
5. Setelah bahan sudah di jadikan satu kedalam tong lalu diaduk sampai merata kemudian di tutup dengan plastik dan di ikat, tetapi plastik di kendorkan.
6. Setiap hari di aduk selama ± 4 hari dan ZPT buah sudah jadi.
7. Setelah jadi ZPT Organik di saring tempatkan pada jerigen dan di tutup rapat.
Cara Pengunaan: Cara menggunakan Zat Pengatur Tumbuh Lengkap (Auksin, Giberelin dan Sitokinin) adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Cara menggunakan Zat Pengatur Tumbuh
Lengkap (Auksin, Giberelin dan Sitokinin)
No Jenis Tanaman /Biji
Cara Penggunaan
1 Cabai Direndam selama 2 – 3 jam Dosis 1 sdk mkn/liter air
2 Bawang Merah Sesaat sebelum tanam tanah Disiram dengan larutan
3 Mentimun Direndam selama 2 – 3 jam
4 Tomat Direndam selama 3 – 4 jam
5 Kacang panjang Direndam selama 1 jam
6 Padi Direndam selam semalam ( 12 – 24 jam)
7 Nilam Stek diikat dan direndam 1 – 2 jam
8 Terong Direndam selama 3 – 4 jam
9 Stek Kopi,lada,sirih, bunga
Stek diikat dan direndam 1/2 jam
D. Menggunakan Telur Ayam Kampung
Bahan: 1. EM 4 1 liter 2. Kuning telur ayam kampung 3 butir
55
Cara Pembuatan Bio-Auksin
Cara Pembuatan: Bahan dicampur lalu dikocok sampai rata, kemudian difermentasi selama 24 jam. Cara Penggunaan: Setiap akan digunakan jangan lupa dikocok terlebih dahulu. Ambil 1 sendok makan ditambah 5 liter air, lalu disemprotkanke bagian tanaman.
E. Menggunakan Susu Segar dan Telur Ayam Kampung
Bahan: 1. Susu segar mentah 1 liter 2. Kuning telur ayam kampung 3 butir Cara Pembuatan: bahan dicampur lalu dikocok sampai rata, kemudian difermentasi selama 24 jam. Cara Penggunaan: Setiap akan digunakan jangan lupa dikocok terlebih dahulu. Ambil 1 sendok makan ditambah 5 liter air, lalu disemprotkanke bagian tanaman.
F. Mengekstrak Hormon Organik (Teknik 1)
Langkah-langkah mengekstrak hormon organik 1. Bahan pokok (sumber hormone) yang diperlukan
sebanyak 1 kg. 2. Kelompokkan bahan pokok berdasarkan sumber
hormon, jangan dicampur jadi satu karena tiap hormon memiliki fungsi masing-masing dan dapat bertolak belakang satu sama lain.
Cara Membuat Bio-Auksin
56
3. Lakukan penghancuran bahan pokok dengan blender untuk mempercepat proses dekomposisi.
4. Beri 1 liter air dan 30 gram gula saat menghancurkan. 5. Saring ampas dari larutan untuk memudahkan
pengaplikasian pada penggunaan sprayer. 6. Fermentasikan larutan dengan menambahkan starter
seperti EM-4 sebanyak 1 tutup botol (10 ml). 7. Tutup rapat hingga hari kelima kemudian buka. 8. Buka dan tutup lagi setiap 2 hari sekali hingga hari ke 15. 9. Biarkan hingga mengendap, pisahkan cairan bening untuk
diaplikasikan ke tanaman 10. Larutkan 10 ml ekstrak hormon dengan 2 liter air 11. Aplikasikan dengan menggunakan sprayer pada pagi hari
(6-9) atau sore hari (3-6) setiap minggu 12. Hormon adalah zat perangsang tumbuh bukan pupuk
bagi tanaman 13. Pemupukkan diperlukan untuk mensuplai nutrien yang
diperlukan bagi tanaman untuk tumbuh dan berkembang/berbuah selama dan paska pemberian hormon
Cara penggunaan mengekstrak hormon organik 1. Larutkan 10 ml ekstrak hormon dengan 2 liter air. 2. Aplikasikan dengan menggunakan sprayer pada pagi hari
(jam 6-9) atau sore hari (jam 15-17) setiap minggu.
G. Mengekstrak Hormon Organik (Teknik 2)
Salah satu cara mengekstrak hormon/zpt adalah difermentasi menggunakan mikroorganisme. Sehingga kita bisa memperoleh hormon/ ZPT dengan harga murah yang berasal dari tanaman sekitar kita. Caranya adalah: 1. Kita hancurkan bagian tanaman tersebut (1-2 kg) boleh
ditumbuk ataupun diblender.
57
Cara Pembuatan Bio-Auksin
2. Tambahkan tiap kg bagian tanaman dengan 1 liter air dan 1 sendok teh gula pasir.
3. Tambahkan probiotik (Misal: Moebilin, BIOTAMAX-CustomBio) sebagai mikroorganisme pengurai dengan cara dilarutkan dalam 1 liter air terlebih dulu (dengan konsentrasi 5%). Setelah larut tambahkan pada bahan yang telah diblender.
4. Biarkan selama kurang lebih 2 - 5 hari, untuk lebih efektif dapat diaduk tiap 8 - 12 jam.
5. Saring hasil ekstrak tersebut. 6. Larutan siap digunakan dengan konsentrasi tertentu (bisa
dilakukan uji coba dulu) dengan cara disemprotkan pada batang dan daun. (Larutan diusahakan habis dalam waktu 2 hari paska fermentasi).
7. Dosis yang disarankan untuk 100 liter hormon organik bahan dapat digunakan untuk 1 hektar tanaman.
H. Menggunakan Bekicot
Bahan-bahan: 1. Bekicot 1 kg. 2. Gula / tetes tebu 1 kg. 3. EM4 100 ml. 4. Air bersih 5 liter. Cara membuat: 1. Rebus bekicot dalam air sampai mendidih. lalu ambil
dagingnya saja. 2. Setelah itu masukan dalam wadah yang berisi EM4, air,
gula yang sudah larut dan sambil diaduk sampai merata. 3. Kemudian simpan dalam jerigen yang ditutup rapat
sampai 2 minggu. 4. Pada saat penyimpanan jangan sampai terkena sinar
matahari secara langsung.
Cara Membuat Bio-Auksin
58
I. Menggunakan Keong Mas
Bahan: 1. Keong Mas kg 2. Air bersih 5 Lt 3. Gula Pasir / Tetes tebu 1 kg. 4. EM4 100 ml.
Cara Pembuatan: 1. Keong mas direbus dengan air sampai mendidih
kemudian diambil dagingnya, cangkang dibuang. 2. Setelah dingin, masukkan EM4, aduk dan campur sampai
rata. 3. Masukkan dalam wadah, tutup dengan plastik lalu ikat
dengan karet. 4. Simpan dan letakkan pada tempat yang teduhm biarkan
selama 12-15 hari.
J. Menggunakan Rebung Bambu (Teknik 2)
Bahan: 1. Rebung Bambu 1 kg (Usahakan Rebung dari jenis Bambu
Tali (Pring Apus). 2. Gula Kelapa 1 kg. 3. Air panas 1 liter.
Alat: 1. Blender 2. Jerigen 5 liter 3. Pisau Cara Pembuatan: 1. Blender Rebung Bambu sampai halus. 2. Iris Gula kelapa, kemudian masukan ke dalam Jerigen.
59
Cara Pembuatan Bio-Auksin
3. Seduh dengan air panas, kocok – kocok sampai larut. 4. Masukan Rebung Bambu. 5. Aduk kembali selama 10 – 15 menit. 6. Tutup rapat Jerigen selama 12 – 15 hari.
K. Menggunakan Urin
Bahan: 1. Bakteri Rumio Bacillus 1,4 liter. 2. Bakteri Azoto Bacter 1,4 liter. 3. Urine sapi 1.100 liter. Alat Pendukung: 1. Bak penampungan urin. 1 bak (1 m3). 2. Pompa air 1 buah. 3. Talang air panjang 4 m 4. Sambungan talang air (secukupnya) 5. Selang air (secukupnya) 6. Lem paralon (secukupnya) Cara Pembuatan: 1. 1,4 liter bacteri Rumio Bacillus dan 1,4 liter bakteri Azoto
Bacter dimasukkan dalam 1100 liter air urine ke bak fermentasi.
2. Kemudian diaduk sampai rata, selanjutnya ditutuprapat selama 1 minggu.
3. Setelah 1 minggu dipompa dengan menggunakan pompa air dan dilewatkan melalui talang air, dibuat seperti tangga selama 6 jam, tujuannya untuk penepisan atau menguapkan kandungan gas amonia, agar tidak berbahaya bagi tanaman yang akan di beri bio urine (Exotics Farm Indonesia 2010).
4. Kemas dalam jirigen ukuran 5 liter. 5. Kemudian pupuk cair ini siap digunakan.
Cara Membuat Bio-Auksin
60
Cara Penggunaan: 1. Untuk perendaman biji: 1 liter pupuk urine + 10 liter air
direndam selama 10 menit. 2. Untuk pupuk cair yang diaplikasikan lewat daun: 1 liter
pupuk urine per tangki semprot. 3. Pupuk cair yang telah jadi, dapat langsung digunakan yaitu:
1 liter fermentasi kencing sapi (bio urine) dicampur 10 liter air lalu disemprotkan ke tanaman. Untuk benih/ biji direndam selama semalam sedangkan untuk bibit perendaman selama maksimal 10 menit.
61
Cara Membuat Vignauksin Dan Fulicauksin
BAB IV
enulis dan beberapa mahasiswa (Nurul Hidayatul Arofah, Aulia Angelina, Enies Nabila Fithri T. S., dan Linda Fitriani) dari Program Studi S-1 Pendidikan
Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang (FKIP UMM) serta Kelompok Tani Sumber Urip-1 Desa Wonorejo Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang Provisi Jawa Timur telah membuat dan mengembangkan Bio-Auksin yang diberi Merk Vignauksin dan Fulicauksin.
Vignauksin menggunakan bahan baku utama kecambah kacang hijau
(Vigna radiate) dan Fulicauksin menggunakan bahan baku utama
bekicot (Achantina fulica).
P
Cara Membuat Bio-Auksin
62
Gambar 4.1 Produk Vignauksin dan Fulicauksin
Sumber: Dokumen Penulis
A. Pembuatan Vignauksin
Proses, pembuatan Bio Auksin dengan menggunakan Bahan Kecambah Kacang Hijau (Taoge) Bahan-bahan yang digunakan: 1. Taoge/ Kecambah Kacang Hijau 1 kg. 2. Air kelapa 5 liter. 3. Molase (Gula) 250 ml 4. Bio Aktivator 200 ml.
Alat-alat yang digunakan: 1. Ember/Baskom. 2. Jurigen.
Kecambah Air Kelapa Gula Bio Aktivator
63
Cara Membuat Vignauksin Dan Fulicauksin
3. Lumpang Alu/Blender. 4. Corong. 5. Gelas Ukur/Beaker Glass. 6. Alat Pengaduk/Kayu. 7. Timbangan. 8. Pisau.
Proses Pembuatan: 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Menumbuk taoge atau kecambah kacang hijau
menggunakan lumpung dan alu, sampai halus, kemudian masukkan ke dalam ember.
3. Memasukkan gula 250 gram ke dalam ember yang sudah ditimbang.
4. Memasukkan mobilin (Bio Aktifator) sebanyak 200 ml ke dalam ember sambil diaduk ke arah kiri samapai gulanya larut.
5. Menambahkan 5 liter air kelapa ke dalam wadah ember yang berisi tumbukan taoge yang sudah halus.
6. Mengaduk larutan dalam jurigen dengan memutarnya ke arah kiri.
7. Memasukkan larutan tauge, molase, mobilin dan air kelapa pada jurigen.
8. Peram (fermentasi) selama 1 minggu di dalam jurigen, setiap hari tutup jurigen dibuka untuk mengeluarkan gas hasil pemeraman.
9. Saring cairan hasil pemeraman. 10. Vignauksin siap di packaging.
Cara Membuat Bio-Auksin
64
Gambar 4.2 Packaging Vignauksin
Sumber: Dokumen Penulis
Cara Penggunaan: 1. Menuangkan Vignauksin 10 tutup botol kemasan Vignauksin
ke dalam wadah berisi air.
2. Aduk hingga rata.
3. Kemudian masukkan ke dalam tangki berukuran 17 liter.
4. Tambahkan air hingga penuh dalam satu tangka.
5. Vignauksin siap digunakan dengan cara menyemprotkannya di
bagian bawah daun dan atau disiramkan/dikocorkan di bagain
sekitar akar tanaman.
B. Pembuatan Fulicauksin
Proses, pembuatan Bio Auksin dengan menggunakan bahan bekicot. Bahan-bahan yang digunakan: 1. Bekicot 1 kg. 2. Air kelapa 5 liter. 3. Molase (Gula) 250 gram/ml. 4. Bio Aktivator 200 ml.
65
Cara Membuat Vignauksin Dan Fulicauksin
Alat-alat yang digunakan: 1. Ember/Baskom. 2. Lumpang Alu/Blender. 3. Corong. 4. Gelas Ukur/Beaker Glass. 5. Alat Pengaduk/Kayu. 6. Timbangan. 7. Pisau. Proses Pembuatan: 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Menyiram bekicot dengan air panas yang mendidih,
kemudian merendamnya beberapa menit. 3. Memisahkan bagian perut (daging) Bekicot dan
cangkangnya. 4. Menghancurkan bagian perut (daging) bekicot dengan
menggunakan blender dan menghancurkan cangkangnya menggunakan lumpung dan alu sampai halus, kemudian masukkan ke dalam ember.
5. Memasukkan gula 250 gram ke dalam ember yang sudah ditimbang.
6. Memasukkan mobilin (bio aktifator) sebanyak 200 ml ke dalam ember sambil diaduk ke arah kiri sampai gulanya larut.
Bekicot Air Kelapa Gula Bio Aktivator
Cara Membuat Bio-Auksin
66
7. Menambahkan 5 liter air kelapa ke dalam wadah ember yang berisi tumbukan daging bekicot yang sudah halus.
8. Mengaduk larutan dalam jurigen dengan memutarnya ke arah kiri.
9. Memasukkan larutan bekicot, molase, mobilin dan air kelapa pada jurigen.
10. Peram (fermentasi) selama 1 minggu di dalam jurigen, setiap hari tutup jurigen dibuka untuk mengeluarkan gas hasil pemeraman.
11. Saring cairan hasil pemeraman. 12. Fulicauksin siap di packaging.
Gambar 4.3 Packaging Fulicauksin
Sumber: Dokumen Penulis
Cara Penggunaan: 1. Menuangkan Fulicauksin 10 tutup botol kemasan Fulicauksin ke
dalam wadah berisi air.
2. Aduk hingga rata.
3. Kemudian masukkan ke dalam tangki berukuran 17 liter.
4. Tambahkan air hingga penuh dalam satu tangka.
67
Gambar 4.3 Packaging Fulicauksin
5. Fulicauksin siap digunakan dengan cara menyemprotkannya di
bagian bawah daun dan atau disiramkan/dikocorkan di bagain
sekitar akar tanaman.
Cara Membuat Bio-Auksin
68
BAB V
A. Bakteri Azospirillum sp
Chlorella sp mulai dibudidayakan dengan memanfaatkan bakteri pendukung pertumbuhan tanaman yaitu Azospirillum brasiliense yang menghasilkan hormon pertumbuhan IAA. Penambahan variasi perlakuan bakteri Azospirillum sp dapat meningkatkan laju pertumbuhan spesifik (μmaks) pada pertumbuhan mikroalga (Chlorella sp) di media limbah tahu cair setelah proses anaerob. Sehingga penambahan dosis berpengaruh terhadap laju pertumbuhan Mikroalga. Penambahan variasi perlakuan Bakteri Azospirillum sp mempengaruhi peningkatan suhu, pH media kultur dan kualitas air Limbah tahu setelah proses anaerob meliputi kandungan nitrat, ortofosfat dan ammonium Bakteri Azospirillum sp adalah salah satu bakteri yang dapat menghasilkan nitrogen (Maharsyah, 2013). Azospirillum brasilense dalam gandum, IAA berpengaruh terhadap perkem-bangan akar gandum dan dapat memperbaiki produktivitas tanaman melalui stimulasi hormon (Chamzurni, 2011).
69
Efektifitas Bio-Auksin
B. Bakteri Trichoderma virens
T. virens juga memproduksi zat pengatur tumbuh (ZPT) berupa IAA (Indole Asetic Acid) yaitu salah satu jenis hormon yang dapat memacu pertumbuhan tanaman dengan mening-katkan laju pertumbuhan akar, seperti perpanjangan akar primer serta perbanyakan akar lateral dan akar adventif, yang merupakan suatu keuntungan bagi kecambah dalam meningkatkan kemampuannya untuk lebih merekatkan diri ke tanah, menyerap air, serta nutrisi dari lingkungan sehingga tanaman tersebut dapat bertahan.
Dosis T. virens berpengaruh terhadap persentase perkecam-bahan, masa inkubasi, panjang lesio dan bobot kering biji tanaman-1. Dosis T. virens sebanyak 300 g. polibag-1 adalah dosis terbaik.
Waktu aplikasi T. virens hanya berpengaruh terhadap bobot kering biji tanaman-1. Waktu yang terbaik adalah waktu satu minggu sebelum tanam, dengan rata-rata bobot biji tanaman-1 sebesar 25,56 gram (Chamzurni, 2011).
C. Pengaruh air kelapa, urin sapi merah dan ekstrak
kecambah kacang hijau
Perlakuan air kelapa muda 25 % mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot segar akar, bobot segar tajuk, bobot segar total, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering total, volume akar, dan luas daun tebu jika dibandingkan dengan kontrol (tanpa bahan organik).
Perlakuan urin sapi perah 50 dan 75 % serta ekstrak kecambah kacang hijau 25, 50, dan 75 % memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa bahan organik pada semua variabel pertumbuhan tebu. Konsentrasi air kelapa muda yang optimum bagi pertumbuhan awal tebu adalah sekitar 38,70 % dan konsentrasi urin sapi perah yang
Cara Membuat Bio-Auksin
70
optimum bagi pertumbuhan awal tebu adalah sekitar 34,44 % (Leovici, 2014).
D. Pengaruh ZPT organik berupa rebung krisi, tauge,
bonggol pisang dan pucuk dedauan
ZPT organik yang dibuat memiliki kemampuan yang sama dengan ZPT sintetik untuk merangsang pertumbuhan stek pucuk Camelia japonica. memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan stek serta pembentukan kalus dan akar. pemberian ZPT yang mengandung hormon auksin mampu memberikan pertumbuhan jumlah dan panjang akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan stek pucuk yang tidak diberikan perlakuan ZPT atau kontrol. (Nurlaeni, 2015).
E. Pengaruh pemberian ekstrak kedelai, ekstrak jagung
dan minyak ikan
Pemberian ekstrak bahan organik jagung mempercepat saat muncul akar (21,83 HST) dan menambah jumlah akar terbanyak (1,92),pemberian ekstrak kedelai berpengaruh terhadap jumlah daun, pemberian minyak ikan berpengaruh terhadap panjang akar terpanjang (2,82 cm) dan jumlah akar terbanyak, Hal ini diduga karena jagung mengandung auksin alami yang dapat merangsang munculnya akar. Auksin alami banyak terdapat didalam cairan biji jagung muda yang masih berwarna kuning muda keputihan dan isinya encer-lunak atau disebut juga stadium masak susu. minyak ikan banyak mengandung protein yang merupakan senyawayang membantu dalam penyusunan daun, ekstrak kedelai berpengaruh paling baik terhadap jumlah daun yang terbentuk (1 helai daun) (Hartati, 2010).
71
Efektifitas Bio-Auksin
F. Pemberian bawang merah
Pemberian bawang merah dengan berbagai konsentrasi berpengaruh terhadap persentase hidup setek dan jumlah akar setek gaharu, tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah daun. Konsentrasi bawang merah 1,0% merupakan konsentrasi yang optimal untuk persentase setek hidup dan konsentrasi 0,5% untuk jumlah akar setek gaharu. Disarankan menggunakan bawang merah dengan konsentrasi 1,0% untuk menghasilkan persentase setek hidup dan konsentrasi 0,5% untuk jumlah akar. Terbentuknya akar pada perlakuan dengan pemberian bawang merah disebabkan karena pada bawang merah terkandung auksin, vitamin dan mineral lain yang mampu meningkatkan pertumbuhan gaharu termasuk terbentuknya akar (Muswita, 2011).
Cara Membuat Bio-Auksin
72
Abidin, z. 1987. Dasar-dasar pengetahuan tentang Zat pengatur
Tttmbuh. Bandun_e: Angkasa. Adi, Lukas Tersono. 2007. Sehat Berdasarkan Golongan Darah.
Jakarta: PT AgroMedia Pustaka Andoko, Agus. 2005. Budidaya Bambu Rebung. Yogyakarta:
Kanisius. Anonymous, 2013. Mamalia Sapi. (online),
http://tugasmamaliasapi.blogspot.co.id/ (diakses hari Selasa tanggal 13 Desember 2019).
Anonymous, 2013. Potensi Pengembangan Rebung Bambu. (online), https://muhamadnurdinyusuf.wordpress.com/2013/07/11/potensi-pengembangan- rebung-bambu/ (diakses hari kamis, tanggal 08 Desember 2019).
Anonymous, 2015. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Pisang. (online). http://agroteknologi.web.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-pisang/ (diakses hari kamis, tanggal 08 Desember 2019).
Anonymous, 2019. Bahan Alami yang Mengandung Hormon Pertumbuhan (ZPT). (online), http://mitalom.com/bahan-alami- yang-mengandung-hormon-tumbuhan-zpt/ (diakses hari kamis, tanggal 24 November 2019).
Anonymous, 2019. Deskripsi Bambu. (online), https://id.wikipedia.org/wiki/Bambu (diakses hari Rabu, tanggal 07 Desember 2019).
Anonymous, 2019. Sapi. (online), https://id.wikipedia.org/wiki/Sapi (diakses hari Selasa tanggal 13 Desember 2019).
Anonymous. 2011. Achantina fulica (Bekicot). (online), http://ulysitompul.blogspot.co.id/2011/07/achatina-fulica-bekicot.html (Diakses hari Senin, tanggal 12 Desember 2019).
73
Daftar Pustaka
Anonymous. 2015. Klasifikasi dan Ciri-Ciri Morfologi Eceng Gondok. (online), http://www.materipertanian.com/ klasifikasi-dan-ciri-ciri-morfologi-eceng-gondok/ (diakses hari Senin tanggal 12 Desember 2019).
Anonymous. 2015. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Bambu.(online),http://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-bambu/ (diakses hari Rabu, tanggal 07 Desember 2019).
Bambang. 2008. Tomat Usaha Tani & Penanganan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.
Bernardinus., Wiryanta, Wahyu T. 2008. Bertanam Tomat. Jakarta: PT Agro Media Pustaka Cahyono.
Chamzurni, T., Sriwati, R. & Selian, Rahel D. 2011.Efektivitas Dosis dan Waktu Aplikasi.
Djamhuri, Edje. 2011. Pemanfaatan Air Kelapa untuk Meningkatkan Pertumbuhan Stek Pucuk Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.). Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 2 (1): 5-8.
Fahmi, Z.I. 2012. Kajian Pengaruh Auksin Terhadap Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Tanaman.
Fahmi, Zaki Ismail. 2014. Pengaruh Pemberian Hormon Auksin
terhadap Perkecambahan Benih Tanaman. Jurnal Buletin Anatomi. Volume 1, Nomor 1.
Fikar, Samsul., Ruhyadi, Dadi. 2010. Beternak & Bisnis Sapi Potong. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
Hartati, S. 2010. Pengaruh macam Ekstrak Bahan Organik dan ZPT terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek HAsi Persilangan pada Media Kultur. Caraka Tani, 25(1): 101-105.
http://agroteknologi.web.id/pengertian-dan-definisi-serta-peran-auksin-bagi-tanaman/Dikses: 07 Desember 2019 Pukul: 20:51.
Cara Membuat Bio-Auksin
74
https://isroi.com/jualanku/hormon-tanaman/Diakses: 09 Desember 2019 Pukul: 20:21.
Komunitas Dian Aksara. 2007. Energi Alternatif. Bogor: Yudhistira.
Kusumo, s. 1984. zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: yasaguna.
Leovici, H., Kastono, D. & Putra, E. T. 2014. Pengaruh Macam Konsebtrasi Bahan Organik Sumber Zat Pengatur Tumbuhan Alami terhadap Pertumbuhan Awal Tebu ( Saccharum officinarum L. ). Vegetalika, 3(1): 22-34.
Maharsyah, T., Lutfi, M. & Nugroho, W. A. 2013. Efektivitas Penambahan Plant Growth Promoting Bacteria (Azospirillum sp) dalam Meningkatkan Pertumbuhan Mikroalga (Chlorella sp) pada Media Limbah Cair Tahu Setelah Proses Anaerob. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 1(3): 258-264.
Muswita. 2011. Pengaruh Konsentrasi Bawang Merah (Allium cepa L.) terhadap Pertumbuhan Stek gaharu (Aquilaria malaccencis Oken). Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains, 13(1): 15-20.
Nurlaeni, Y. & Surya, M. I. 2015. Respon Stek Pucuk Camelia japonica terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuhan Organik. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(2): 1211-1215.
Parman, Sarjana. 2015. Pengaruh Pemberian Giberelin Pada Pertumbuhan Rumpun Padi Ir-64 (Oryza sativa var IR-64). Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi. Volume XXIII, Nomor 1.
Pitojo, Setijo. 2003. Benih Bawang Merah. Yogyakarta: Kanisius. Purbowati, Endang. 2012. Sapi dari Hulu ke Hilir dan Info
Mancanegara. Jakarta: Agriflo. Purwono., Hartono, Rudi. 2003. Kacang Hijau Teknik Budidaya di
Berbagai Kondsisi Lahan dan Musim. Jakarta: Penebar Swadaya.
Purwono., Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rukmana, Rahmat. 1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta: Kanisius.
75
Daftar Pustaka
Rukmana, Rahmat. 2007. Tomat & Cherry. Yogyakarta: Kanisius. Sadhori, Naryo S. 2003. Teknik Budidaya Bekicot. Jakarta: Balai
Pustaka. Samadi, Budi., Cahyono, Bambang. 2005. Bawang Merah
Intensifikasi Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius. Sitepoe, Mangku. 2008. Coret-Coret Anak Desa Berprofesi Ganda.
Jakarta: KPG. Suprapto, Agus. 2004. Auksin: Zat Pengatur Tumbuh Penting
Meningkatkan Mutu Stek Tanaman. Jurnal Pertanian. Volume 1. Nomor 1.
Suyanti., Supriyadi, Ahmad. 2008. Pisang, Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Team SOS. 2011. Pemanasan Global Solusi dan Peluang Bisnis. Jakarta: Gamedia
Trichoderma virens terhadap Serangan Sclerotium rolfsii pada Kedelai. J. Floratek, 6: 62-73.
Tugiyono, Herry. 2008. Bertanam Tomat. Jakarta: Penebar Swadaya. Warisno. 2003. Budi Daya Kelapa Genjah. Yogyakarta: Kanisius.
Cara Membuat Bio-Auksin
76
A Akar adventif , 15, 50 Asam fenol , 29 B Briket, 44 F Flavonoid, 19 G Gaharu, 75 P Pektin, 19 R Rumpun, 14, 21 S Saponin, 19 Serotonin, 26 Sterol, 19
77
Glosarium
Akar adventif adalah akar yang umumnya ditemukan tumbuh
di atas permukaan tanah Briket sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan
sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api.
Flavonoid senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan.
Gaharu adalah kayu berwarna kehitaman dan mengandung resin khas yang dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon dari marga/genus Aquilaria, terutama A. malaccensis. Resin ini digunakan dalam industri wangi-wangian (parfum dan setanggi) karena berbau harum.
Pektin senyawa polisakarida kompleks yang terdapat dalam dinding sel tumbuhan dan dapat ditemukan dalam berbagai jenis tanaman pangan.
Rumpun kelompok tumbuhan yang tumbuh anak-beranak seakan-akan mempunyai akar yang sama (seperti buluh, tebu, pisang, serai dan talas dan termasuk habitus perdu.
Saponin kelas senyawa kimia yang ditemukan dalam kelimpahan tertentu dalam berbagai spesies tanaman.
Serotonin bahan kimia yang diproduksi oleh tubuh yang memungkinkan sel-sel otak dan sel- sel sistem saraf lainnya untuk berkomunikasi dengan satu sama lain.
Sterols dikenal juga sebagai steroid alkohol merupakan sub kelompok steroid dan kelompok penting molekul organik