Post on 25-Jan-2023
“ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA
KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI
KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM
INDEKS LQ45 PERIODE 2009-2014)”
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Achmad Fauzi
1112081000062
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Achmad Fauzi
No. Induk Mahasiswa : 1112081000062
Jurusan/ Konsentrasi : Manajemen/ Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu memgembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jikalau dikemudian hari terdapat tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 9 Juli 2016
Yang menyatakan,
Achmad Fauzi
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Achmad Fauzi
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/ 20 Mei 1995
Agama : Islam
Alamat : Jl. Gudang Baru RT 007/004 No.13 Kel.Ciganjur
Kec Jagakarsa Kota. Jakarta Selatan
Telp/ HP : 021 7270733/ 087886911310
Email : fauzi20@ymail.com
PENDIDIKAN FORMAL
2000 – 2006 SDN 02 Ciganjur
2006 – 2009 SMPN 175 Jakarta
2009 – 2012 MAN 13 Jakarta
2012 – 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENDIDIKAN NON FORMAL
2012 Peserta Kuliah Umum Sosialisasi Hemat Energi
yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
2014 Peserta Seminar Pasar Modal yang diselenggarakan
Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen.
vi
2014 Peserta International Seminar dengan materi
“Toward ASEAN Economic Community 2015; Fair
Governments Policies in Islamic Finance Sectors
Among ASEAN Countries”, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014 Peserta seminar “ ASEAN Economic Community
2015 “ Threat or Opportunity? Prepare
Yourself!!!”, diselenggarakan oleh Himpunan
Mahasiswa Jurusan Manajemen.
PENGALAMAN ORGANISASI
2010 – 2013 Panitia Divisi Olahraga di Karang Taruna
RT 007/004
2013 Panitia dalam Management Camp “Together with
Management Bring Your Kingdom to The Future”,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2014 Anggota Divisi Olahraga Himpunan Mahasiswa
Jurusan Manajemen periode tahun 2013 – 2014
2013 Peserta terbaik dalam Masa Penerimaan Anggota
Baru Organisasi PMII, “Rapatkan Barisan
Melanjutkan Langkah Pergerakan”.
PENGALAMAN BEKERJA
2012 Price Checker di Carefour Cempaka Putih.
vii
ABSTRACT
This research is purpose to analyze the influence of intellectual capital on
corporate value and financial performance as an intervening variable in a
company registered in LQ 45 period 2009-2014. This study examined the
relationship of intellectual capital variables ie Value Added Capital Employed
(VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added
(STVA). The company's financial performance variables measured by using
Return on Assets (ROA) and Return On Equity (ROE). And variable values firm
Price Book Value (PBV) and Price Earning Ratio (PER).
Sample selection method used in this research is purposive sampling method, in
which 21 companies were included in the LQ 45 as sample. Secondary data used
were obtained from the annual financial statements, books, journals and other
reading sources. The data obtained were processed with Microsoft Excel Software
and Software lisrel 8.80 to examine the influence of the independent variables,
dependent and intervening variables.
The results of this research that there is a direct influence of intellectual capital
on the financial performance also between intellectual capital on firm value. and
financial performance also directly affect the value of the company. the results of
this study also shows that financial performance can mediate the relationship
between intellectual capital and firm value.
Keywords: Intellectual Capital, Financial Performance, Corporate Values
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara intellectual capital
terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening
pada perusahaan yang terdaftar di indeks LQ 45 periode 2009-2014. Penelitian ini
menguji hubungan variabel intellectual capital yaitu Value Added Capital
Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital
Value Added (STVA). Variabel kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan
menggunakan Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Dan variabel
nilai perusahaan Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER).
Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
purposive sampling, dimana 21 perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45
menjadi sampel penelitian. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari laporan
keuangan tahunan, buku, jurnal, dan sumber bacaan lainya. Data-data yang
diperoleh diolah dengan Software Microsoft Excel dan Software Lisrel 8.80 untuk
menguji pengaruh antara variabel independen, dependen dan variabel intervening.
Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh secara langsung antara
intellectual capital terhadap kinerja keuangan juga antara intellectual capital
terhadap nilai perusahaan. lalu kinerja keuangan juga berpengaruh secara
langsung terhadap nilai perusahaan. hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa
kinerja keuangan dapat memediasi hubungan antara intellectual capital dan nilai
perusahaan.
Kata kunci: Intellectual Capital, Kinerja Keuangan, Nilai Perusahaan
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penyusunan skripsi yang
berjudul “Analisis Pengaruh Intelectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ 45 Periode 2009-2014)”,
semata-mata bukanlah hasil usaha penulis sendiri, melainkan dari berbagai pihak
yang memberikan bantuan, dorongan, bimbingan, dan motivasi. Oleh karena itu,
sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, yang selalu menjadi inspirasi dan mendampingi
penulis melalui doa-doanya. Yang telah merawat dan membesarkan penulis
dengan kasih sayang, serta selalu memberikan semangat dan dukungan
kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
2. Kakak-kakak yang saya banggakan, Iwan Setiadi, Achmad Sofyan, Wahyu
Hidayat, terima kasih karena selalu mengingatkan untuk segera
menyelesaikan skripsi ini dan memberikan dukungan dalam bentuk hal
apapun.
3. Bapak Dr. Arief Mufrainy. Lc. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan dukungan
serta motivasi kepada penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Titi Dewi Warninda, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tiada henti
memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis sejak awal perkuliahan
hingga akhir.
5. Ibu Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM, selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi
ini, dan tak henti memberikan semangat kepada penulis sejak awal hingga
akhirnya skripsi ini terselesaikan.
x
6. Bapak Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA, sebagai dosen pembimbing II yang
telah bersedia membantu membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini dari sejak awal penulisan hingga skripsi ini selesai.
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakartayang telah sabar dan ikhlas mendidik dan memberikan ilmunya kepada
penulis. Insya Allah ilmu yang diberikan dapat bermanfaat.
8. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
9. Lia Nurfitriana, SE, yang selalu memberikan semangat, inspirasi dan bantuan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Hersinta Pusdika, Annisa Rivelia, Fikri Choirunnisa, Yulvie Sabriani, Asri
Lestari, yang sejak awal perkuliahan sudah menjadi teman terbaik, tempat
berbagi suka dan duka.
11. Muhammad Andi Fauzi, Lutfi Wijaya, dan Alifikram Mughofir yang telah
bersedia menjadi teman baik dan mau direpotkan oleh penulis sejak masuk ke
dalam kelas keuangan.
12. Rekan Manajemen Keuangan 2012 yang sudah memberikan warna indah
pertemanan bagi penulis.
13. Sahabat/i Manajemen 2012 seperjuangan, yang selama ini sudah bersedia
bertukar pikiran, saling memberi semangat dan motivasi, dan memberi warna
pada kehidupan perkuliahan penulis. Kesuksesan menunggu kita di depan!
Akhir kata, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan mendapat pahala
yang berlipat dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis serta pembaca.
Jakarta, 7 Juli 2016
(Achmad Fauzi)
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
ABSTRAk ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 13
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu ........................................... 15
1. Landasan Teori ............................................................................. 15
a. Stakeholder Theory ................................................................ 15
xii
b. Legitimacy Theory ................................................................. 16
c. Resources Based Theory ....................................................... 17
d. Intellectual Capital ................................................................ 18
e. Value Added Intellectual Capital (VAICTM
) ......................... 34
f. Kinerja Keuangan .................................................................. 39
g. Nilai Perusahaan .................................................................... 44
2. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 48
B. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 59
C. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 59
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 63
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 63
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 64
D. Metode Analisis Data ........................................................................... 65
1. Structural Eqation Model (SEM) ................................................. 65
2. Statistik Deskriptif ........................................................................ 70
3. Uji Koefiseien Determinasi (R2) .................................................. 70
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ....................... 71
1. Variabel Independen ..................................................................... 71
2. Variabel Dependen ....................................................................... 72
3. Variabel Intervening ..................................................................... 75
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................... 77
xiii
1. Sejarah Perkembangan Pasar Modal ............................................ 77
2. Gambaran Umum Perusahaan-perusahaan Indeks LQ 45 ............ 80
B. Analisis dan Pembahasan .................................................................... 87
1. Deskriptif Sampel .......................................................................... 87
2. Deskriptif Variabel ....................................................................... 88
a. Perkembangan Value Added Capital Employed (VACA) ..... 89
b. Perkembangan Value Added Human Capital (VAHU) ......... 91
c. Perkembangan Structural Capital Value Added (STVA) ..... 92
d. Perkembangan Price Book Value (PBV) ............................... 94
e. Perkembangan Price Earning Ratio (PER) ........................... 96
f. Perkembangan Return On Asset (ROA) ................................ 98
g. Perkembangan Return On Equity (ROE) .............................. 100
3. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................ 102
4. Hasil Pengujian Goodness of Fit Model ....................................... 105
5. Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................................. 106
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 112
B. Saran .................................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 115
LAMPIRAN ........................................................................................................ 119
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Perkembangan Variabel dari Tahun 2009-2014 7
Tabel 2.1 Metode Pengukuran Intellectual Capital 30
Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu 53
Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria 64
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel 76
Tabel 4.1 Nama Sampel Perusahaan 87
Tabel 4.2 Nilai VACA Masing-masing Perusahaan 90
Tabel 4.3 Nilai VAHU Masing-masing Perusahaan 91
Tabel 4.4 Nilai STVA Masing-masing Perusahaan 93
Tabel 4.5 Nilai PBV Masing-masing Perusahaan 95
Tabel 4.6 Nilai PER Masing-masing Perusahaan 97
Tabel 4.7 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan 99
Tabel 4.8 Nilai ROE Masing-masing Perusahaan 101
Tabel 4.9 Descriptve Statistics 103
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Goodness of Fit Model 105
Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Hipotesa 108
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 59
Gambar 4.1 Nilai VACA Masing-masing Perusahaan 89
Gambar 4.2 Nilai VAHU Masing-masing Perusahaan 91
Gambar 4.3 Nilai STVA Masing-masing Perusahaan 93
Gambar 4.4 Nilai PBV Masing-masing Perusahaan 95
Gambar 4.5 Nilai PER Masing-masing Perusahaan 97
Gambar 4.6 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan 99
Gambar 4.7 Nilai ROE Masing-masing Perusahaan 101
Gambar 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 107
Gambar 4.9 Hasil Uji Hipotesa 108
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan 118
Lampiran 2 Daftar Rincian Data Perusahaan 2009-2014 119
Lampiran 3 Output Lisrel 147
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak perubahan
yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis ataupun penentuan
strategi bersaing. Kini para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa
kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud,
tetapi lebih menekankan pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan
organisasi dan sumber daya manusia yang dimilikinya (aset tak berwujud).
Selain itu, saat ini Indonesia sudah memasuki periode MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN), yang akan semakin membuat persaingan antar pelaku
bisnis semakin ketat kedepanya. Oleh karena itu, organisasi bisnis saat ini
harus menitikberatkan akan pentingnya knowledge asset (aset pengetahuan)
sebagai salah satu bentuk aset tak berwujud, guna meningkatkan keunggulan
kompetitif mereka dibanding organisasi bisnis lainya.
Di Indonesia penjelasan mengenai aset yang tak berwujud dapat
ditemukan di dalam Penyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.19
(revisi 2000). Menurut PSAK No.19, aset tidak terwujud adalah aset non
meter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta
dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang dan
jasa, disewakan kepada lainya, atau untuk tujuan administratif.
2
Pengetahuan adalah salah satu bagian penting dalam aset tak berwujud.
pengetahuan diakui sebagai komponen esensial bisnis dan sumber daya
strategis yang lebih sustainable (berkelanjutan) untuk memperoleh dan
mempertahankan keunggulan kompetitif yang dimiliki para pelaku bisnis.
Bahkan pengetahuan telah menjadi bagian dalam pengembangan suatu bisnis.
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran
knowledge asset (aset pengetahuan) tersebut adalah intellectual capital yang
telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen,
teknologi informasi, sosiologi maupun akuntansi.
Perhatian pelaku bisnis terhadap pengelolaan intellectual capital
beberapa tahun terakhir ini semakin besar. Hal ini disebabkan adanya
kesadaran bahwa intellectual capital merupakan landasan bagi perusahaan
untuk unggul dan bertumbuh. Kesadaran ini antara lain ditandai dengan
semakin seringnya istilah knowledge based company muncul dalam wacana
bisnis. Istilah tersebut ditujukan terhadap perusahaan yang lebih
mengandalkan pengelolaan intellectual capital sebagai sumber keunggulan
dan pertumbuhan jangka panjangnya.
Knowledge based company adalah perusahaan yang diisi oleh komunitas
yang memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan. Komunitas ini
memiliki kemampuan belajar, daya inovasi, dan kemampuan problem solving
yang tinggi. Ciri lainnya adalah perusahaan ini lebih mengandalkan
knowledge dalam mempertajam daya saingnya, hal ini digambarkan dengan
3
semakin mengecilnya investasi yang dialokasikannya untuk physical goods,
sementara untuk soft factor mendapat alokasi investasi yang semakin besar.
Firer dan Williams, (2003) mendefinisikan intellectual capital sebagai
kekayaan perusahaan yang merupakan kekuatan dibalik penciptaan nilai
perusahaan. intellectual capital terdiri dari 3 komponen yaitu, Human Capital
(HC), Customer Capital (CC) dan Structural Capital (SC). Dalam sebuah
forum Organisation For Economic Co-Opertaion and Development (OECD)
pada bulan Juni 1999 (Ulum, 2009) menyepakati bahwa intellectual capital
adalah aset yang sangat penting bagi perusahaan dalam menciptakan nilai
(value) perusahaan dan memenangkan persaingan. Sedangkan menurut
Bontis (1998) modal intelektual adalah seperangkat tak berwujud
(sumber daya, kemampuan dan kompetensi) yang menggerakkan kinerja
organisasi dan penciptaan nilai.
Dalam dunia bisnis modern, intellectual capital telah menjadi aset yang
sangat bernilai. Hal ini menimbukan tantangan bagi para akuntan untuk
mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkanya dalam laporan keuangan
(Sawarjuwono, 2003). Lalu dalam riset yang dilakukan oleh Purnomoshidi
(2006) menemukan bahwa rata-rata jumlah atribut IC yang diungkapkan
dalam laporan tahunan perusahaan publik di Indonesia sebesar 56%.
Persentase ini menggambarkan bahwa perusahaan publik telah memiliki
kesadaran terhadap arti penting IC bagi peningkatan keunggulan kompetitif,
meskipun cara pengungkapan IC belum sistematis sesuai dengan kerangka
4
kerja yang ada serta praktik pengungkapan IC diantara perusahaan masih
bervariasi (Purnomoshidi, 2006).
Menurut Pulic (1998) tujuan utama dalam ekonomi yang berbasis
pengetahuan adalah untuk menciptakan value added, sedangkan untuk
mendapatkan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical
capital (yaitu dana-dana keuangan) dan intelectual potential (dipresentasikan
oleh karyawan dengan segala potensi dan kemampuan yang melekat pada
mereka) dan menyatakan bahwa VAIC menunjukan bagaimana kedua sumber
daya tersebut (physical capital dan intelectual potential) telah secara efisien
dimanfaatkan oleh perusahaan..
Intellectual capital dapat menghasilkan value added bagi perusahaan.
Kapasitas intelektual yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan rasa
percaya diri investor, dan hal tersebut akan berdampak akan meningkatnya
nilai dari perusahaan. Nilai suatu perusahaan dapat tercermin dari harga yang
dibayar investor atas sahamnya dipasar. Semakin meningkatnya perbedaan
antara harga saham dengan nilai buku aktiva yang dimiliki perusahaan
menunjukkan adanya hidden value. Penghargaan lebih atas suatu perusahaan
dari para investor tersebut diyakini disebabkan oleh modal intelektual yang
dimiliki perusahaan (Chen et.al, 2005). Berkurangnya atau bahkan hilangnya
aktiva tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya
penghargaan pasar terhadap perusahaan (Rupert, 1998), hal tersebut tercermin
dari banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak
5
signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan pasar atas
perusahaan-perusahaan tersebut sangat tinggi.
Oleh karena itu intellectual capital telah menjadi aset yang sangat
bernilai dalam dunia bisnis modern. Hal ini menimbulkan tantangan bagi para
akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam
laporan keuangan. Akuntansi tradisional yang digunakan sebagai dasar
pembuatan laporan keuangan dirasa gagal dalam memberikan informasi
mengenai IC (Sawarjuwono, 2003). Dilain pihak, para pengguna laporan
keuangan membutuhkan informasi kuantifatif dan kualitatif sebagai evaluasi
kinerja perusahaan serta informasi mengenai IC yang dimiliki perusahaan.
Praktik akuntansi tradisional hanya mampu mengakui intellectual
property sebagai aset tak berwujud dalam laporan keuangannya, seperti paten,
merk dagang dan goodwill (Starovic et.al, 2003). Intangible baru seperti
kompetensi staf, hubungan pelanggan, model simulasi, sistem komputer dan
administrasi tidak memperoleh pengakuan dalam model keuangan tradisional,
ungkap Stewart (1997) dalam Tan et al., 2007. Pengakuan terhadap modal
intelektual yang merupakan penggerak nilai perusahaan dan keunggulan
kompetitif makin meningkat, meskipun demikian pengukuran yang tepat atas
modal intelektual masih terus dicari dan dikembangkan (Chen et.al, 2005).
Ada beberapa indikator yang mencerminkan nilai perusahaan,
diantaranya Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). PBV
merupakan perbandingan dari harga suatu saham dengan nilai buku. PBV
6
yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan.
PBV juga dapat menunjukan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu
menciptakan nilai perusahaan dengan jumlah modal yang diinvestasikan oleh
perusahaan. Perusahaan yang baik memiliki PBV diatas 1, semakin tinggi
PBV mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku per
lembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan
dalam menciptakan nilai bagi para pemegang sahamnya (Simanungkalit,
2015).
Sedangkan PER adalah merupakan perbandingan antara harga saham per
lembar dengan laba bersih per saham. Kegunaan PER adalah untuk melihat
bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dincerminkan oleh
earning per share nya.
PER menunjukan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per
share. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham
tersebut akan semkin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka
rasio ini biasa digunakan investor untuk memprediksi kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang.
Adanya pengungkapan intellectual capital dalam laporan keuangan dapat
mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan dapat
mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam jangka
waktu tertentu. Kinerja keuangan yang bagus otomatis akan meningkatkan
7
nilai perusahaan dimata para investor. Kinerja keuangan perusahaan diukur
dengan menggunakan Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE).
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total aset yang dimiliki oleh
perusahaan untuk menghitung pengembalian atas total aset setelah bunga dan
pajak (Simanungkalit, 2015). Semakin tinggi nilai ROA semakin baik, karena
hal tersebut mengidikasikan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan secara
efektif dan efisien total aset yang dimilikinya guna mendapatkan laba.
Sedangkan ROE digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total modal yang dimiliki
oleh perusahaan, untuk menghitung pengembalian atas total modal setelah
bunga dan pajak. Penggunaan seluruh aset perusahaan yang efisien, baik aset
yang berwujud maupun aset tidak berwujud (intellectual capital) akan
meningkatkan laba perusahaan. Semakin tinggi tingkat laba yang diperoleh
oleh perusahaan maka semakin tinggi nilai ROA dan ROE. Tingginya nilai
ROA dan ROE tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Tabel 1.1
Perkembangan Variabel dari Tahun 2009-2014.
Variabel 2009 2010 2011 2012 2013 2014
VACA 0,313 0,297 0,291 0,285 1,292 0,261
VAHU 4,429 4,029 4,465 4,212 3,729 3,593
STVA 0,658 0,668 0,669 0,685 0,641 0,637
ROA 0,1450 0,1369 0.1575 0,1411 0,1149 0.1097
ROE 0.2966 0,2857 0,3217 0,3021 0,2781 0,2573
8
PBV 4,723 5,772 4,918 5,124 5,407 5,385
PER 18,562 23,648 14,765 16,244 16,942 18,190
Sumber: BEI 2009-2014, data diolah sendiri
Berdasarkan tabel 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa variabel VACA
mengalami penurunan dari tahun 2009-2012, kemudian pada tahun 2012-
2013 VACA mengalami kenaikan. Hal tersebut sedikit berbeda dengan
variabel STVA yang mengalami peningkatan pada tahun 2009-2012,
kemudian mengalami penurunan pada tahun 2013-2014. Nilai variabel ROA
mengalami penurunan pada tahun 2012-2014, hal tersebut juga dialami pada
variabel ROE yang mengalami penurunan pada tahun yang sama. Variabel
VAHU mengalami kenaikan dan penurunan pada tahun 2009-2014. Pada
variabel PBV terdapat kenaikan dari tahun 2011-2013, hal tersebut juga
dialami pada variabel PER yang mengalami kenaikan dari tahun 2011-2014.
Value Added Capital Employed (VACA) merupakan kemampuan
perusahaan dalam mengelola sumber daya berupa capital asset yang jika
dikelola dengan baik dapat menambah nilai perusahaan (Pramelasari, 2010).
Value Added Human Capital (VAHU) mengindikasikan kemampuan human
capital dalam menciptakan value added dalam perusahaan (Tan et.al, 2007).
Human capital merupakan individual knowledge stock suatu organisasi yang
tercermin dari karyawannya (Bontis et. Al., 1998). Structural Capital Value
Added (STVA) merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi proses
rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk
9
menghasilkan kinerja bisnis dan kinerja intelektual yang optimal secara
keselurahan (Dewi, 2011).
Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu
negara. Karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan
akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan
pastisipasi masyarakat dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan
pembangunan nasional. Selain itu, pasar modal juga merupakan representasi
untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan di suatu negara. Karena hampir
semua industri di suatu negara terwakili oleh pasar modal. Pasar modal yang
sedang mengalami peningkatan atau mengalami penurunan terlihat dari naik
turunnya harga-harga saham yang tercatat dan tercermin melalui suatu
pergerakan indeks atau lebih dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). IHSG merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja
gabungan seluruh saham (perusahaan/emiten) tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Pasar modal menjadi alternatif investasi bagi para investor selain
alternatif investasi lainya seperti menabung di bank, membeli emas, asuransi,
tanah, bangunan dan sebagainya. Sebagaimana dipahami pasar modal
merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
perdagangan efek yang diterbitkanya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek tersebut. Pasar modal bertindak sebagai penghubung
10
antara para investor dengan perusahaan ataupun insititusi pemerintah melalui
perdagangan sekuritas.
Bentuk sekuritas yang dikenal dan diperdagangkan di pasar modal adalah
saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah
perusahaan yang berbetuk Perseroan Terbatas (PT) atau emiten. Saham
tersebut menandakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik
sebagian dari perusahaan itu dan memiliki hak untuk ikut serta dalam setiap
pemgambilan keputusan di perusahaan
. Ada 2 keuntungan yang mungkin akan didapatkan investor apabila
berinvestasi dalam bentuk saham, pertama, investor dapat mendapatkan
capital gain. Capital gain adalah suatu keuntungan yang diperoleh dari
selisih harga saham pada saat investor membeli dengan pada saat invesor
menjual harga saham tersebut. Kedua, investor dapat memperoleh dividen.
Dividen adalah sebuah keuntungan yang didapatkan dari perusahaan tempat
dimana kita membeli saham tersebut. Namun pemberian dividen kepada para
pemegang saham tersebut, sifatnya tidak mutlak atau pasti, dikarenakan
tergantung dengan kebijakan serta keadaan yang sedang dialami oleh
perusahaan tersebut.
Membaiknya kondisi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)
mampu menarik kebali para investor untuk meramaikan perdagangan saham
di lantai bursa bahkan mampu menarik masyarakat umum untuk
menginvestasikan kelebihan dananya di pasar saham. Masyarakat umum
11
mulai sadar bahwa dengan berinvestasi di pasar saham jauh lebih
menguntungkan dibandingkan dengan hanya menyimpan dana mereka di
bank.
Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 tahun 2009-2014. Peneliti
memilih indeks LQ 45 karena indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham pilihan
yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan serta memiliki likuiditas
tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar. Indeks LQ 45 berisi 45 saham yang
disesuaikan setiap enam bulan (awal bulan Februari dan Agustus). Indeks LQ
45 diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas transaksi
adalah transaksi di pasar reguler. Indeks LQ 45 bertujuan untuk menyediakan
sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer
investasi, investor dan pemerhati pasar modal dalam memonitor pergerakan
harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.
Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan pengaruh dari
intellectual capital terhadap nilai perusahaan dan kinerja keuangan.
Pramelasari, (2010) meneliti mengenai pengaruh intellectual capital terhadap
nilai perusahaan dan kinerja keuangan pada perusahaan yang listing di BEI
tahun 2004-2008. Hasil penelitian menunjukan bahwa VACA memiliki
pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sedangkan dua komponen lain
yaitu VAHU dan STVA memiliki pengaruh positif. Berbeda dengan
12
penelitian yang dilakukan Harahap, (2014) yang menunjukan bahwa VACA
memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Penelitian Pramelasari, (2010) menemukan adanya pengaruh negatif
antara VAHU dengan kinerja keuangan perusahaan. sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Tan et.,al (2007) membuktikan bahwa VAHU
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.
Berdasarkan fenomena di atas serta hasil penelitian sebelumnya yang
tidak konsisten, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Pada Indeks LQ 45 Periode 2009-2014)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah intellectual capital berpengaruh secara langsung terhadap
kinerja keuangan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45?
2. Apakah kinerja keuangan berpengaruh secara langsung terhadap nilai
perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45?
3. Apakah intelectual capital berpengaruh secara langsung terhadap nilai
perusahaan yang terdaftar di LQ 45?
4. Apakah intellectual capital berpengaruh secara tidak langsung terhadap
nilai perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45?
13
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah disebutkan di atas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah intellectual capital berpengaruh secara
langsung terhadap kinerja keuangan di perusahaan yang terdaftar di LQ
45.
2. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan berpengaruh secara langsung
terhadap nilai perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45.
3. Untuk mengetahui apakah intelectual capital berpengaruh secara
langsung terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di LQ 45.
4. Untuk mengetahui apakah intellectual capital berpengaruh secara tidak
langsung terhadap nilai perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ
45.
D. Manfaat Penelitian
Ada beberapa pihak yang akan dapat memanfaatkan hasil dari penelitian
ini, diantaranya:
1. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi peneliti untuk
menambah pengetahuan, khususnya pengetahuan yang sifatnya empiris
mengenai faktor-faktor penentu nilai perusahaan di LQ 45.
2. Manfaat Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penilitian diharapkan dapat menjadi referensi untuk para
peneliti selanjutnya, yang berminat untuk melakukan penelitian
14
mengenai pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan di LQ
45.
3. Manfaat Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber tambahan referensi
informasi kepada manajemen perusahaan sebagai bahan pertimbangan
dalam melakukan keputusan penerapan intellectual capital di perusahaan
untuk dapat menciptakan nilai perusahaan.
4. Manfaat Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dan dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan sebelum melakukan
investasi dengan mengukur kinerja intellectual capital yang selanjutnya
dapat digunakan untuk menilai perusahaan.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
Dalam sub bab ini menjelaskan teori yang menjadi landasan penulis
dalam perumusan hipotesis dan hasil penelitian terdahulu yang menjadi
landasan penulis dalam merumuskan hipotesis.
1. Landasan Teori
Teori yang menjadi landasan penulis adalah stakeholder theory,
legitimacy theory, resourced based theory, intellectual capital, Value Added
Intelectual Coefficient (VAICᵀ ᴹ ), kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
a. Stakeholder Theory
Berdasarkan theory stakeholder, manajemen organisasi
diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh
stakeholder mereka dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas
tersebut kepada para stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa
seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang
bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (sebagai
contoh melalui sponsorship, inisiatif pengamanan dan lain-lain),
bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi
tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung
memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup
organisasi (Deegan, 2004).
16
Lebih lanjut Deegan (2004) menyatakan bahwa teori
stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi
kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan
bahwa organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan
informasi tentang kinerja lingkungan, sosial dan intelektual mereka,
melebihi dan di atas permintaan wajibnya, untuk memenuhi
ekspektasi sesungguhnya atau diakui oleh stakeholder.
Tujuan utama dari theory stakeholder adalah untuk membantu
manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan
melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan
hubungan-hubungan di lingkungan perusahaaan mereka. Namun
demikian, tujuan yang lebih luas dari theory stakeholder adalah
untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari
dampak aktifitas-aktifitas mereka, dan meninimalkan kerugian-
kerugian bagi stakeholder.
b. Legitimacy Theory
Teori legitimasi berhubungan erat dengan theory stakeholder.
Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan
mencari cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas
dan norma yang berlaku di masyarakat (Deegan, 2004). Menurut
Deegan (2004), dalam perspektif teori legitimasi, suatu perusahaan
akan secara sukarela melaporkan aktifitasnya jika manajemen
menganggap bahwa hal ini adalah yang diharapkan komunitas. Teori
17
legitimasi bergantung pada premis bahwa terdapat “kontrak sosial”
antara perusahaan dengan masyarakat di mana perusahaan tersebut
beroperasi. Kontrak sosial adalah suatu cara untuk menjelaskan
sejumlah besar harapan masyarakat tentang bagaimana seharusnya
organisasi melaksanakan operasinya, harapan sosial ini tidak tetap,
namun berubah seiring berjalannya waktu. Hal ini menuntut
perusahaan untuk responsif terhadap lingkungan di mana mereka
beroperasi (Deegan, 2004)
c. Resource Based Theory
Resources Based Theory (RBT) adalah suatu teori yang
membahas mengenai sumber daya yang dimiliki perusahaan dan
bagaimana perusahaan tersebut dapat mengolah dan
memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan baik
(Bontis, 2000). Teori ini menjelaskan bahwa kinerja perusahaan
yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan
yang efektif dan efisien dari aset berwujud maupun tak berwujud
yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability. RBT dapat
menjelaskan bahwa perusahaan dengan kemampuan mengelola
intellectual capital dengan maksimal dalam hal ini seluruh sumber
daya yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital), aset
fisik (physical capital) maupun structural capital dapat menciptakan
nilai bagi perusahaan tersebut. Asumsi dari teori ini adalah
bagaimana perusahaan mendapatkan nilai tambah (value added)
18
dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan
kemampuan perusahaan. penciptaan nilai tambah bagi perusahaan
akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
d. Intellectual capital
Menurut Bontis (1998) modal intelektual adalah
seperangkat tak berwujud (sumber daya, kemampuan dan
kompetensi) yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan
nilai.
Sangkala (2006) mendefinisikan Intellectual Capital sebagai
hasil dari proses transformasi pengetahuan atau pengetahuan itu
sendiri yang di transformasikan dalam aset yang bernilai bagi
perusahaan. Salah satu area yang menarik perhatian akademisi
maupun praktisi adalah terkait dengan kegunaan IC sebagai salah
satu alat untuk menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone,
1997 dalam Ulum (2008)).
Bontis et al. (2000) menyatakan bahwa secara umum, para
peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari modal intelektual,
yaitu: Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Customer
Capital (CC). Menurut Bontis et al. (2000), secara sederhana HC
merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang
direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari
19
genetic inheritance, education, experience, and attitude tentang
kehidupan dan bisnis.
Mengacu pada pandangan Bontis dalam Sanchez et.al., Cut
Zurnali (2008) mengemukakan bahwa modal intelektual dibentuk
dari sistem hubungan antar blok (system of inter-relational blocks),
sebagai berikut:
1) Modal Manusia (Human Capital)
Pengetahuan individual yang tak terlihat dari para
anggota yang dimiliki organisasi. Human capital ini
didefinisikan sebagai kombinasi dari pendidikan
(education), warisan genetik (genetic inheritance),
pengalaman dan sikap (experience and attitudes) terhadap
hidup dan pekerjaan. Ini diukur sebagai fungsi volume
(function of volume).
2) Modal Struktural (Structural Capital)
Pengetahuan tak terlihat yang merangkul organisasi
(tacit knowledge that embraces the organization). Ini
mengenal keberagaman yang sangat besar dari pemenuhan
hubungan untuk mengelola perusahaan dalam sebuah cara
yang terkoordinasi (a coordinated manner). Tanpa ini,
intellectual capital hanya merupakan human capital.
20
3) Modal Pelanggan (Customer Capital)
Pengetahuan yang komprehensif dalam bidang
pemasaran (marketing) dan hubungan dengan pelanggan
(customer relations). Hal ini mencakup pengembangan
pengetahuan mengenai pelanggan, pemasok dan asosiasi
industrial atau yang berkaitan dengan pemerintah. Customer
capital ini dapat diukur sebagai sebuah fungsi lamanya usia
perusahaan (function of longevity).
Namun, menurut Cut Zurnali (2008), modal intektual lebih dari
sekedar penjumlahan ketiga elemen ini. Hal ini berkaitan dengan
bagaimana membiarkan pengetahuan dari sebuah perusahaan bekerja dan
menciptakan nilai. Modal intelektual mampu menghasilkan peningkatan
nilai organisasi dan dimaksudkan untuk membolehkan perusahaan
mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada lebih baik dari yang
didapatkan para pesaing dan memberikan peningkatan penghasilan
dimasa depan.
Menurut Cut Zurnali, dalam kaitannya dengan organisasi publik
seperti instansi-instansi pemerintah dan universitas, maka komponen-
komponen yang tepat untuk mengukur modal intelektual adalah sebagai
berikut: Human Capital– the set of explicit and tacit knowledge of the
institutions’personnel acquired through formal and informal educational
and actualization processes embodied in their activities (seperangkat
pengetahuan yang terlihat dan tersembunyi yang didapat oleh personal
21
institusi melalui proses pendidikan formal dan informal yang diterapkan
dalam kegiatan-kegiatan mereka); Structural Capital – the explicit
knowledge related to the internal process of dissemination,
communication and management of scientific and technical knowledge in
the institution (can be both institutional and technological) (pengetahuan
yang terlihat yang berkaitan dengan proses internal dari penyebaran,
pengkomunikasian dan manajemen ilmiah dan pengetahuan teknis dalam
organisasi atau dapat dua-duanya yaitu keorganisasian dan teknologi);
dan Relational Capital – gathers the wide set of economical, political
and institutional relationships developed and maintained by institution
(perangkat yang luas secara ekonomi, politik dan hubungan institusional
yang dikembangkan dan dipelihara oleh institusi).
Sebagai tambahan, menurut Cut Zurnali (2008), organisasi-
organisasi publik mempunyai permintaan eksternal yang terus-menerus
untuk transparansi dan informasi yang lebih besar dalam hal penggunaan
dana publik. Dan dengan adanya otonomi daerah atau otonomi kampus,
tuntutan ini menjadi lebih besar lagi terhadap organisasi, manajemen dan
alokasi anggaran mereka. Situasi ini memerlukan sistem pelaporan dan
manajemen yang baru (new management and reporting systems).
Mengacu pada pendapat Elena (2004), Cut Zurnali (2008)
menjelaskan bahwa intellectual capital management dan knowledge
management menyediakan metodologi yang efisien untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengelola dan menyebarkan pengetahuan,
22
inilah yang disebut dengan suatu cara yang pantas (a proper way) untuk
memperbaiki transparansi dan manajemen internal. Intellectual Capital
Management (ICM) dan Knowledge Management (KM) adalah
seperangkat kegiatan manajerial yang ditujukan pada pengidentifikasian
dan pemberian nilai asset-aset pengetahuan (knowledge assets)
organisasi. Pengaruh asset-aset ini melalui pembagian pengetahuan dan
menciptakan pengetahuan baru (Easterby-Smith and Lyles, 2003;
Holsapple, 2003).
Menurut Cut Zurnali (2008), sistem pelaporan dan manajemen baru
akan membolehkan organisasi berada dalam posisi menciptakan
transparansi dalam penggunaan dana publik, menjelaskan pencapaian
riset, pelatihan, inovasi dan manfaat lainnya kepada para stakeholder dan
mengilustrasikan pengembangan aset tak terlihat.
Lebih lanjut Bontis et al. (2000) menyebutkan bahwa SC meliputi
seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi.
Termasuk dalam hal ini adalah database, organizational charts, process
manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai
perusahaan lebih besar dari nilai materialnya. Customer Capital (CC)
merupakan pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan
customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkan hal
tersebut melalui proses berbisnis (Bontis et al., 2000).
23
Ulrich (1998) dan Nasih (2012) memberikan lima alasan mengapa
modal intelektual merupakan isu dan aset penting bagi perusahaan, yakni :
a) Modal intelektual merupakan satu-satunya kekayaan perusahaan
yang bernilai (appreciable). Aset lain seperti bangunan, pabrik,
peralatan, mesin, dan sebagaimana harus didepresiasi begitu aset
tersebut digunakan, sedangkan modal intelektual justru bertambah
begitu digunakan.
b) Pekerjaan yang berhubungan dengan pengetahuan semakin
bertambah jumlahnya. Hal tersebut diindikasikan oleh semakin
banyaknya lapangan kerja yang muncul dari sektor jasa.
Perekonomian jasa tumbuh pesat secara langsung dalam industri
jasa seperti ritel, investasi, informasi, pendidikan, konsultasi, dan
hiburan; serta secara tidak langsung dalam industri manufaktur
tradisional seperti otomotif, barang dalam kemasan, dan peralatan
instalasi. Pada umumnya jasa bertumpu pada jalinan relasi yang
didasari kompetensi dan komitmen individu. Oleh sebab itu, arti
penting modal intelektual semakin meningkat seiring dengan
pertumbuhan perekonomian jasa.
c) Personil dengan modal intelektual tinggi menjadi volunteer,
karena sebagai yang terbaik memiliki peluang besar untuk
mencari kesempatan kerja di sejumlah perusahaan (Drucker,
1997). Bukan berarti mereka bersedia bekerja secara cuma-cuma
24
(tanpa bayaran), namun mereka memiliki banyak pilihan tempat
bekerja sehingga mereka menjadi volunteer di perusahaan
tertentu. Komitmen para volunteer cenderung terbentuk karena
ikatan emosional mereka pada suatu perusahaan. Mereka lebih
tertarik pada aspek makna dan tantangan pekerjaan daripada
imbalan finansial. Para karyawan yang memiliki mind-set seperti
umumnya lebih cenderung berpindah ke perusahaan lain.
d) Intensitas persaingan dan maraknya kebijakan downsizing serta
delayering menyebabkan tuntutan, tekanan, dan stres kerja
meningkat drastis. Bila hal itu tidak diimbangi dengan perbaikan
kualitas kehidupan kerja, maka akan banyak karyawan berbakat
dan berpotensi tinggi yang tidak betah dan memilih untuk pindah
perusahaan.
e) Sebagian besar investasi pada modal intelektual yang dilakukan
saat ini salah fokus. Di bawah corporate citizenship, banyak
eksekutif senior yang membicarakan isu-isu pekerjaan dan
keluarga. Program semacam itu menyiratkan bahwa setelah
semua urusan bisnis dirampungkan, barulah disediakan waktu
untuk keperluan citizenship karyawan. Padahal, modal intelektual
menentukan keberhasilan atau kegagalan perusahaan.
25
1) Pengukuran Intellectual Capital
Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokkan ke
dalam dua kategori, yaitu: pengukuran non moneter dan pengukuran
moneter (Tan et al., 2007). Hartono (2001) menguraikan beberapa
keunggulan menggunakan pengukuran non moneter dalam mengukur
intangible assets perusahaan. keunggulan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Pengukuran secara non moneter akan mudah menunjukan unsur-
unsur yang membangun intellectual capital dalam perusahaan,
sedangkan secara moneter hal itu akan sulit dilakukan.
b) Pengaruh internal development dalam pembentukan intellectual
capital tidak dapat diukur dengan pengukuran atribut moneter.
c) Pengkapitalisasian biaya menjadi aset akan mengakibatkan
adanya manipulasi terhadap laba.
Luthy (1998) mengelompokkan metode pengukuran intellectual
capital ke dalam dua kelompok besar, yaitu: metode yang dilakukan
dengan component by component evaluation dan metode pengukuran
yang dilakukan dengan mengukur nilai intelectual assets dalam istilah
keuangan pada tingkat organisasi tanpa mengacu pada komponen-
komponen individual intellectual capital.
Luthy (1998) mengungkapkan bahwa dalam metode component by
component evaluation terdapat dua cara yang digunakan untuk
mengklasifikasikan komponen-komponen intellectual capital, yaitu
26
model Edvinsson/Malone yang merupakan dasar dari pendekatan
Skandia “Navigator”. Pendekatan ini telah diilustrasikan dan
dipublikasikan dalam suplemen laporan tahunan Skandia kepada para
pemegang saham. Model Brooking yang menjadi dasar “Dream Ticket”
dan pendekatan target yang diilustrasikan sebagai bagian dari audit
intellectual capital. Sedangkan dalam metode pengukuran dengan
menggunakan dasar keuangan pada tingkatan perusahaan (luthy, 1998)
menganjurkan penggunaan metode Market to Book Value, Tobin’s “Q”
dan Calculated Intangible Value.
Seiring dengan semakin banyak riset terhadap metode pengukuran
Intellectual capital, (Sveiby, 2001) mencoba mengklasifikasikan 21
metode pengukuran yang ada ke dalam empat kelompok besar. Keempat
kelompok itu adalah sebagai berikut (Luthy, 1998):
a) Direct Intellectual capital Methods (DIC)
Estimasi nilai dolar dari aset tidak berwujud dilakukan dengan
cara mengidentifikasi komponen-komponen yang bervariasi. Sekali
komponen-komponen ini dapat diidentifikasikan, komponen-
komponen tersebut langsung dapat dievaluasi baik sscara individu
maupun sebagai suatu koefisien agregat (aggregat coefficient).
27
b) Market Capitalization Methods (MCM)
Perhitungan terhadap perbedaan antara kapitalisasi pasar
perusahaan dengan ekuitas pemegang sahamnya sebagai nilai dari
intellectual capital atau intangible assets perusahaan.
c) Return On Assets (ROA)
Rata-rata laba sebelum pajak dalam suatu periode dibagi dengan
nilai aset berwujud. Hasil dari pembagian ini merupakan retun on
assets perusahaan yang dapat dibandingkan dengan rata-rata industri.
d) Scorecard Methods (SC)
Komponen-komponen dari aset tidak berwujud atau intellectual
capital diidentifikasikan. Dan indikator-indikator yang ada
dilaporkan dalam bentuk scorecards atau grafik. Metode scorecard
ini hampir sama dengan metode direct intellectual capital yang
mengharapkan tidak ada estimasi yang dibuat dari nilai dollar asset
tidak berwujud.
Metode-metode ini memiliki manfaat sebagai berikut (Sveiby,
2001):
1) Metode-metode yang menawarkan penilaian dalam dolar seperti
return on asset dan market capitalization method digunakan
dalam situasi merger, akuisisi dan penilaian harga pasar saham.
Metode ini juga dapat digunakan untuk membandingkan
perusahaan yang berada dalam industri yang sama. Metode ini
juga sangat tepat untuk mengilustrasikan nilai keuangan aset
28
tidak berwujud. Metode ini telah mengalami pembuktian yang
cukup lama dalam bidang akuntansi sehingga mudah
dikomunikasikan di antara para praktisi akuntansi. Kelemahan
metode ini adalah perubahan segala sesuatu ke dalam nilai uang
akan memberi kedangkalan makna (Sawarjuwono dan Kadir,
2003)
2) Manfaat direct intellectual capital dan metode scorecard adalah
kemampuannya untuk menghasilkan gambaran yang lebih
komprehensif dari kondisi kesehatan setiap level organisasi.
Metode-metode ini lebih menggambarkan kejadian yang
sebenarnya dan pelaporan dapat lebih cepat dan lebih akurat
pada pengukuran keuangan. Metode-metode ini sangat berguna
bagi organisasi non laba, departemen internal, organisasi sektor
publik dan untuk tujuan yang berhubungan dengan kegiatan
sosial maupun lingkungan. Kelemahan metode ini terletak pada
indikator-indikator yang bersidat kontekstual dan harus sesuai
untuk setiap organisasi dan setiap tujuan, di mana
perbandingannya sangat sulit (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).
Metode-metode ini masih baru sehingga tidaklah mudah untuk
diterima oleh para manajer yang biasa melihat segala sesuatu
dari perspektif keuangan.
Tidak satupun metode yang dapat memenuhi semua tujuan yang
diinginkan, sehingga salah satu metode harus dipilih untuk memenuhi
29
satu tujuan dengan satu situasi dan audience yang berbeda.
Pengelompokkan yang lainya dilakukan terhadap metode pengukuran
intellectual capital (Luu et al., 2001) dari Australia. Mereka
mengelompokan intellectual capital ke dalam dua kelompok, yaitu
external measures dan internal measures.
Suatu metode dikelompokkan ke dalam pengukuran internal, karena
pengukuran dan pelaporan terhadap aktiva tidak berwujud. Dengan
metode ini ditujukan untuk memperbaiki manajemen dalam hal
pengambilan keputusan bisnis. Fokus lebih pada penganggaran, training
dan sumber daya manusia. Metode-metode yang dikelompokkan ke
dalam kelompok ini adalah human resources accounting, the intangible
aseet monitor, the skandia navigator, dan balance scorecards.
Sedangkan metode yang dikelompokkan ke dalam pengukuran eksternal
merupakan metode yang menilai bagaimana pengaruh aktiva tidak
berwujud terhadap kinerja perusahaan yang merupakan faktor utama
penyebab perbedaan yang sangat besar antara nilai pasar dan nilai buku
perusahaan yang ada pada pasar modal. Metode-metode yang
dikelompokkan dalam kelompok ini adalah market to book value, tobin’s
“Q”, calculated intangible value, dan pendekatan yang baru yaitu real
option-based approach.
30
Tabel 2.1 Metode Pengukuran Intellectual Capital
LABEL PENGANJUR
UTAMA
KATEGORI DESKRIPSI
PENGUKURAN
Technology
Broker
Brooking
(1996)
Direct
Intellectual
capital Methods
(DIC)
Nilai intellectual capital
suatu perusahaan ditaksir
berdasarkan pada analisis
diagnostik dari respon
perusahaan terhadap 20
pertanyaan yang meliputi
empat komponen utama
intellectual capital.
Citation-
Weighted
Patents
Bontis (1996) Direct
Intellectual
capital Methods
(DIC)
Faktor teknologi dihitung
berdasarkan pada
pengembangan paten oleh
perusahaan. intellectual
capital dan kinerjanya diukur
berdasarkan pada upaya
pengembangan riset atas
serangkaian indeks, seperti
jumlah paten dan biaya paten
terhadap perputaran
penjualan, yang menjelaskan
paten perusahaan
Inclusive
Valuation
Methodology
(IVM)
Mc Pherson
(1998)
Direct
Intellectual
capital Methods
(DIC)
Menggunakan hirarki dari
weighted indicator yang
dikombinasikan, dan fokus
pada nilai relatif daripada
nilai absolut. Kombinasi
value added = monetary
value added dikombinasikan
dengan intangible value
added
The Value
Explorerᵀ ᴹ
Andriessen &
Tiessen (2000)
Direct
Intellectual
capital Methods
(DIC)
Metodologi akuntansi
diajukan oleh KMPG untuk
menghitung dan
mengalokasikan nilai kepada
lima jenis intangible:
1)Assets and endowments,
2)Skills & tacit knowledge,
3)Collective value & norm,
4)Technology dan explicit
knowledge, 5)Management
31
process
Intelectual
Asset
Valuation
Sullivan
(2000)
Direct
Intellectual
capital Methods
(DIC)
Metode untuk menaksir nilai
dari intelectual property.
Total Value
Creation,
TVCᵀ ᴹ
Anderson &
Mclean (2000)
Direct
Intellectual
capital Methods
(DIC)
Suatu proyek inisiatif oleh
canadian institute of
chartered accountants. TVC
menggunakan discounted
arus kas diproyeksikan untuk
menguji kembali bagaimana
peristiwa mempengaruhi
aktivitas yang direncanakan.
Accounting
for the
Future
(AFTF)
Nash H.
(1998)
Direct
Intellectual
capital Methods
(DIC)
Suatu sistem dari projected
discounted cash-flows.
Perbedaan antara AFTF pada
akhir dan awal periode
adalah nilai tambah (value
added) selama periode
tersebut.
Tobin’s “Q” Stewart (1997)
Bontis (1999)
Market
Capitalization
Methods
(MCM)
“Q” adalah rasio dari nilai
pasar saham perusahaan
dibagi dengan biaya
pengganti (replacement cost)
aset. Perubahan pada “Q”
merupakan proksi untuk
pengukuran efektif tidaknya
kinerja intellectual capital
perusahaan.
Investor
Assigned
Market
Value
(IAMVᵀ ᴹ )
Standfield
(1998)
Market
Capitalization
Methods
(MCM)
Mengambil nilai
sesungguhnya perusahaan
untuk nilai pasar sahamnya
dan membaginya kepada
intangible capital + (Realized
IC + IC Erosion + SCA
(Sustanaible Competitive
Advantage)
Market to
Book Value
Stewart (1997)
Luthy (1998)
Market
Capitalization
Methods (MCM)
Nilai intellectual capital
diperhitungkan dari
perbedaan antara nilai pasar
saham (firm’s stock market
32
value) dan nilai buku
perusahaan (firm’s book
value)
Economic
Value Added
(EVAᵀ ᴹ )
Stewart (1997) Return On
Assets (ROA)
Dihitung dengan
menyesuaikan laba yang
diungkap perusahaan dengan
beban yang berhubungan
dengan intangible. Perubahan
dalam EVA merupakan
indikasi apakah intellectual
capital perusahaan produktif
atau tidak.
Human
Resources
Costing &
Accounting
(HRCA)
Johansson
(1996)
Return On
Assets (ROA)
Menghitung dampak
tersembunyi dari beban
terkait HR dengan penurunan
laba perusahaan. Penyesuaian
dibuat terhadap P&L.
Intellectual capital diukur
dengan menghitung
kontribusi human assets yang
dimiliki perusahaan dibagi
dengan pengeluaran gaji
yang dikapitalisasi.
Calculated
Intangible
Value
Stewart (1997)
Luthy (1998)
Return On
Assets (ROA)
Mengkalkulasi kelebihan
return pada hard assets
kemudian menggunakan
figur ini sebagai dasar untuk
menentukan proporsi dari
return yang bisa dihubungkan
pada intangible assets.
Knowledge
Capial
Earnings
Lev (1999) Return On
Assets (ROA)
Knowledge capital earnings
dihitung sebagai porsi atas
kelebihan normalized
earnings dan tambahan
expected earnings yang bisa
dihubungkan kepada book
assets.
Value Added
Intelectual
Coefficient
(VAICᵀ ᴹ )
Pulic (1997) Return On
Assets (ROA) –
(tidak cukup
memenuhi salah
satu kategori)
Mengukur seberapa dan
bagaimana efisiensi
intellectual capital dan
capital employed
menciptakan nilai yang
33
berdasar pada hubungan tiga
komponen utama, yaitu: 1)
Capital employed. 2) Human
capital, 3) Structural capital.
Human
Capital
Intelligence
Jac Fitz-Enz
(1994)
Scorecard
Methods (SC)
Perangkat indikator human
capital dikumpulkan dan di
benchmark terhadap
database. Mirip seperti
HTCA.
Skandia
Navigatorᵀᴹ
Edvinsson and
Malone (1997)
Scorecard
Methods (SC)
Intellectual capital diukur
melalui analisis 164 ukuran
metrik (91 berbasis
intelektual dan 73 tradisional
metrik) yang mencakup lima
komponen: 1) Keuangan, 2)
Pelanggan, 3) Proses, 4)
Pembaruan dan
pengembangan; dan
5)Manusia.
Value Chain
Scoreboardᵀᴹ
Lev B. (2002) Scorecards
Methods (SC)
Suatu matrik dari indikator
non-keuangan yang disusun
tiga kategori menurut siklus
pengembangan;
perolehan/pembelajaran,
implementasi, komersialisasi.
IC Indexᵀ ᴹ Roos,
Dragonetti and
Edvinsson
(1997)
Scorecard
Methods (SC)
Mengkonsolidasikan seluruh
indikator individual yang
mempresentasikan
intellectual property dan
komponen-komponen kepada
satu indeks. Perubahan pada
indeks kemudian
dihubungkan dengan
perubahan di dalam penilaian
pasar perusahaan.
Intangible
Asset
Monitor
Sveiby (1997) Scorecards
Methods (SC)
Manajemen memilih
indikator, berdasarkan pada
tujuan stratejik perusahaan,
untuk mengukur empat aspek
dari penciptaan nilai dari aset
tidak berwujud. Melalui: 1)
Pertumbuhan, 2) Pembaruan,
34
3) Utilisasi/efisiensi, dan 4)
Pengurangan risiko/stabilitas.
Balance
Scorecard
Kaplan and
Nornton
(1992)
Scorecards
Methods (SC)
Kinerja perusahaan diukur
dengan indikator-indikator
yang meliputi empat
perspektif, yaitu: 1)
Financial perspective, 2)
Customer perspective, 3)
Internal process perspective,
dan 4) Learning Perspective.
Sumber: Sveiby (2001)
e. Value Added Intelectual Coefficient (VAICTM
)
Metode VAICTM
dikembangkan oleh Pulic (1998), didesain
untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari
aset berwujud (tangible assets) dan aset tidak berwujud (intangible
assets) yang dimiliki perusahaan. VAICᵀ ᴹ merupakan instrumen
untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. pendekatan
ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan, karena
dikontruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan
(neraca, laba rugi).
Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk
menciptakan value added. Value Added (VA) adalah indikator paling
objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). VA
dihitung sebagai selisih antara output dan input.
Output mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh
produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input mencakup
35
seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Hal
penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour
expenses) tidak termasuk di dalam input. Karena peran aktifnya
dalam proses value creation, intelectual potential (yang
direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai
biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen input. Karena itu,
aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja
sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity).
VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan
Structural Capital (SC). Hubungan lainya dari VA adalah Capital
Employed (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA. VACA
adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari
physical capital. Pulic mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE
menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang
lain, berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE
(dana yang tersedia).
Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. Value Added Human
Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan
dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. VAHU
mengindikasikan kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai
dalam perusahaan (Tan et al., 2007).
36
Hubungan yang ketiga adalah Structural Capital Value Added
(STVA) yang menunjukkan kontribusi Structural Capital (SC)
dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang
dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA, dan merupakan
indikasi bagaimana kontribusi SC dalam penciptaan nilai. SC
bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, ia dependen
terhadap value creation (Pulic, 1999). Artinya semakin besar
kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil
kontribusi SC dalam hal tersebut. SC adalah VA dikurangi HC.
Koefisien yang telah dihitung sebelumnya akan dijumlahkan dan
hasil penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator yang
baru yaitu VAIC.
Rasio terakhir adalah menghitung kemampuan intelektual
perusahaan dengan menjumlahkan koefisien-koefisien yang telah
dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan
dalam indikator baru yang unik, yaitu VAICTM
(Tan et al., 2007).
Secara lebih ringkas, formulasi dan tahapan perhitungan
VAICᵀ ᴹ adalah sebagai berikut:
Tahap Pertama: Menghitung Value Added (VA)
Va dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic,
1999).
VA = OUT – IN
37
Di mana:
a. OUT = Output : total penjualan dan pendapatan
b. IN = Input : beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban
karyawan).
Tahap Kedua: Menghitung Value Added Capital Empoyed
(VACA)
VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu
unit dari physical capital. Rasio ini menunjukan kontribusi yang
dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi.
VACA = VA/CE
Di mana:
a. VACA = Value Added Capital Employed : rasio dari VA terhadap
CE.
b. VA = Value Added
c. CE = Capital Employed : dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih)
Tahap Ketiga: Menghitung Value Added Human Capital
(VAHU)
VAHU menujukan berapa banyak VA yang dapat dihasilkan
dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini
menunjukan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi.
38
VAHU = VA/HC
Di mana:
a. VAHU = Value Added Human Capital : rasio dari VA terhadap HC.
b. VA = Value Added
c. HC = Human Capital : beban karyawan.
Tahap Keempat: Menghitung Structural Capital Value Added
(STVA)
Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 rupiah dari Va dan merupakan indikasi bagaimana
keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.
STVA = SC/VA
Di mana:
a. STVA = Structural Capital Value Added : rasio dari SC terhadap
VA.
b. SC = Structural Capital : VA - HC
c. VA = Value Added
Tahap Kelima: Menghitung Value Added Intelectual Coefficient
(VAICTM
)
VAICTM
mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi
yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance
Indicator). VAICTM
merupakan penjumlahan dari 3 komponen
sebelumnya yaitu: VACA, VAHU, dan STVA.
39
VAICTM
= VACA + VAHU + STVA
Keunggulan metode VAICTM
adalah karena data yang dibutuhkan relatif
mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang
dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka
keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan
perusahaan. Alternatif pengukuran IC lainnya terbatas hanya menghasilkan
indikator keuangan dan non-keuangan yang unik yang hanya untuk
melengkapi profil suatu perusahaan secara individu. Indikator-indikator
tersebut, khususnya indikator non-keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat
oleh perusahaan yang lain (Tan et al., 2007). Konsekuensinya, kemampuan
untuk menerapkan pengukuran IC alternatif tersebut secara konsisten
terhadap sampel yang besar dan terdivesifikasi menjadi terbatas (Firer dan
Williams, 2003).
f. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan sebuah tampilan yang
memberikan informasi terkait keadaan dan kondisi keuangan suatu
perusahaan dalam periode tertentu atau dalam kurun waktu tertentu.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam
kegiatan operasi merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi
perusahaan, dan laba menjadi indikator kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur dan investor, serta
merupakan bagian dalam proses penciptaan nilai perusahaan
40
berkaitan dengan prospek perusahaan di masa depan (Suhendah,
2012).
Analisis kinerja keuangan perusahaan pada umumnya dilakukan
dengan menganalisis laporan keuangan, yang mencakup
perbandingan kinerja keuangan dengan perusahaan lain dalam
industri yang sama dan mengevaluasi kecenderungan posisi
keuangan perusahaan sepanjang waktu (Moeljadi, 2006). Terdapat
beberapa teknik analisis yang dapat digunakan untuk menilai kinerja
perusahaan, namun yang paling sering digunakan ialah analisis rasio.
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainya
yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio
keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainya.
Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat
hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkanya dengan rasio
lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan
penilaian. Analisis rasio tersebut akan memberikan gambaran atau
pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Rasio-rasio tersebut
adalah:
41
1) Rasio likuiditas
Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai
kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban
finansialnya pada saat jatuh tempo. Kewajiban tersebut
merupakan kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang
sudah segera jatuh tempo.
2) Rasio Solvabilitas
Solvabilitas merupakan istilah yang digunakan oleh
perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam
memenuhi seluruh kewajiban finansialnya apabila perusahaan
dilikuidasi. Secara umum solvabilitas dapat dihitung dengan
membagi total aset dengan total utang.
3) Rasio Aktivitas
Rasio-rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa
efektif perusahaan mengelola aset. Rasio-rasio tersebut juga
dirancang untuk menjawab pertanyaan apakah total jumlah
setiap jenis aset yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan
sudah wajar, terlalu tinggi atau terlalu rendah jika dibandingkan
dengan tingkat penjualan yang diproyeksikan, perhitungan rasio
aktivitas dapat menjawab pertanyaan tersebut.
4) Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan
dan keputusan manajemen. Oleh karena itu, rasio ini
42
menggambarkan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan-
keputusan operasional perusahaan. Secara umum, rasio
profitabilitas dihitung dengan membagi laba dengan modal.
Rasio profitabilitas juga menunjukan pengaruh gabungan dari
likuiditas, aset dan utang terhadap hasil operasi.
5) Rasio Nilai Pasar
Rasio nilai pasar (market value creation), menghubungkan
harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham.
Rasio tersebut memberikan petunjuk mengenai apa yang
dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta
prospeknya di masa yang akan datang.
Pengukuran terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan rasio profitabilatas, rasio
profitabilitas yang juga sering disebut rasio rentabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan, dan sumber daya yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba disebut juga operating ratio (Sofyan Syarif
Harahap, 2010).
Profitabilitas merupakan ukuran serta informasi penting yang
akan mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan. Dari
43
sudut pandang investor, profitabilitas menjadi indikator penting
untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang, dengan
melihat perkembangan pertumbuhan profitabiltas perusahaan. Ada 2
rasio profitabilitas yang digunakan untuk dalam penelitian yaitu
ROA (Return On Asset) dan ROE (Return On Equity). ROA adalah
profitabilitas kunci yang mengukur jumlah profit yang diperoleh tiap
rupiah aset yang dimiliki perusahaan. ROA memperlihatkan
kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi penggunaan
total aset untuk operasional perusahaan (Chen et.al.,2005). ROE
mengukur seberapa banyak keuntungan sebuah perusahaan dapat
dihasilkan untuk setiap rupiah dari modal pemegang saham. ROE
yang lebih tinggi melebihi biaya modal yang digunakan, itu berarti
perusahaan telah efisien dalam menggunakan modal sendiri,
sehingga laba yang dihasilkan mengalami peningkatan dari tahun-
tahun sebelumnya (Angkoso, 2006).
Meningkatkan kinerja keuangan merupakan salah satu strategi
perusahaan dalam mencapai tujuan meningkatkan nilai perusahaan.
Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan dapat membuat
saham perusahaan terlihat menarik bagi investor. Jika kinerja
keuangan menunjukkan prospek yang baik, maka saham akan
diminati oleh investor dan berpengaruh pada harga jual saham
tersebut. Biasanya investor melakukan peninjauan dengan melihat
rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi. Pemanfaatan seluruh
44
aset (intellectual capital) perusahaan akan meningkatkan nilai
tambah perusahaan. Adanya rasio ini akan mempererat hubungan
antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
g. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah nilai pasar dari utang dan ekuitas
perusahaan (Arthur J.Keown et.al, 2010) nilai perusahaan
merupakan pandangan investor atau pasar terhadap sebuah
perusahaan yang kerap tercermin dari harga sahamnya, atau dengan
kata lain sebuah perusahaan dengan harga saham yang tinggi
merupakan sebuah perusahaan yang memiliki nilai baik bagi
investor.
Masalahnya adalah bahwa indikator tradisional tentang
keberhasilan bisnis, seperti peningkatan pendapatan, arus kas, laba,
penguasaan pasar, dan kempemimpinan teknologi sesungguhnya
tidak mampu menyediakan informasi apakah perusahaan benar-
benar menciptakan nilai bagi pemilik dan pemegang saham atau
belum. Hanya ketika suatu perusahaan mampu menghasilkan sesuatu
yang lebih dari sumber daya yang diinvestasi, maka kita dapat
berbicara tentang penciptaan nilai. Dalam konteks ini, kepentingan
utama semua stakeholders adalah bahwa strategi bisnis diarahkan
pada pencapaian tujuan tersebut (value creation) dan bahwa sistem
pengukuran mencerminkan kemampuan manajemen untuk mencapai
45
tujuan tersebut. Bagaimanapun, meningkatnya tekanan dan tanggung
jawab terhadap pemegang saham dan karyawan menyiratkan
perhatian kepada penciptaan nilai (value creation) sebagai suatu
ukuran baru tentang keberhasilan bisnis (riset yang dilakukan di
pasar modal membuktikan bahwa terdapat hubungan antara efisiensi
penciptaan nilai dan nilai pasar perusahaan). Tujuan akhirnya adalah
untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam jangka panjang,
yang hanya akan dapat dicapai dengan investasi pada sumber daya
intelektual (terutama pada human capital, yang merupakan faktor
kunci penciptaan nilai pada bisnis modern) dan peningkatan
mobilisasi dari potensi internal perusahaan, terutama adalah
intangible (Ulum, 2009).
Premis kunci untuk penciptaan nilai perusahaan adalah bahwa
semua kontribusi terhadap penciptaan nilai (value creation) namun
juga pembinasaan nilai (value destruction) dapat diukur tampa
kerancuan, yang sering kali memerlukan skema organisasi dan
indeks-indeks baru. Sebagai tambahan, proses perencanaan dan
pengambilan keputusan harus difokuskan pada upaya penciptaan
nilai. Untuk efektifitas pengendalian biaya, maka manajemen
eksekutif perlu bersama-sama dengan manajemen puncak
mengidentifikasi berbagai kemungkinan untuk terus meningkatkan
efisiensi penciptaan nilai. Melalui proses ini, semua potensial
inteketual yang berada di dalam perusahaan dapat dimoblisasi untuk
46
tujuan pencapaian nilai maksimum (baik untuk pemegang saham
maupun karyawan).
Teori modern mendefinisikan aktiva bisnis sebagai nilai tambah
(value added) dan kekayaan, yang jauh lebih kompleks daripada
sebelumnya. Untuk tujuan penciptaan laba, adalah penting
membangun hubungan dengan pelanggan ke tingkatan paling tinggi.
Lebih dari itu, adalah penting untuk menyadari bahwa format yang
terukur/berwujud (tangible form) dari penciptaan nilai (seperti:
pendapatan, nilai tambah) adalah tergantung pada format yang tidak
terwujud (intangible form) dari penciptaan nilai (seperti: peningkatan
waktu dan efektivitas komunikasi, hubungan yang lebih baik dengan
pelanggan, membangun dan mempertahankan reputasi). Kunci untuk
sukses adalah dalam penciptaan sebab akibat hubungan antara dua
format penciptaan nilai (tangible dan intangible form). Harus
dikatakan bahwa salah satu tantangan utama bagi manajemen adalah
menciptakan kondisi yang akan membuka peluang generasi sukses
nilai intangible (seperti: pengetahuan layanan, pengalaman,
keuntungan, kecepatan, kualitas, kesan) dan transformasinya kepada
format tangible (seperti: pendapatan, laba, nilai tambah, pangsa
pasar, nilai pasar). Manajemen penciptaan nilai yang sistematik
didasarkan pada premis bahwa konsep ini melekat di dalam
perusahaan sebagai tujuan akhir bisnis. Penting untuk dipastikan
bahwa konsep “hidup” di semua tingkatan bisnis, pada aktifitas hari
47
ke hari, dirangsang, dihargai, diukur dan dikomunikasikan (Ulum,
2009)
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan
Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). PBV
merupakan perbandingan dari harga suatu saham dengan nilai buku.
PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek
perusahaan ke depan. PBV juga dapat menunjukan seberapa jauh
sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan dengan
jumlah modal yang diinvestasikan oleh perusahaan. Perusahaan yang
baik memiliki PBV diatas 1, semakin tinggi PBV mencerminkan
harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku per lembar saham.
Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan dalam
menciptakan nilai bagi para pemegang sahamnya (Simanungkalit,
2015). Sedangkan PER adalah perbandingan antara harga saham per
lembar dengan laba bersih per saham. Kegunaan PER adalah untuk
melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang
dincerminkan oleh earning per share nya. PER menunjukan
hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per share.
Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham
tersebut akan semkin mahal terhadap pendapatan bersih per
sahamnya. Angka rasio ini biasa digunakan investor untuk
memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dimasa yang akan datang (Prastowo, 2002).
48
2. Penelitian Terdahulu
Sunarsih dan Mendra, (2012) meneliti tentang hubungan antara
modal intelektual dengan nilai perusahaan. Dimana variabel
independennya terdiri dari Value added Capital Employed (VACA),
Value added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value added
(STVA). Variabel dependennya adalah nilai perusahaan yang diwakili
PBV. Sedangkan variabel interveningnya adalah kinerja keuangan yang
diukur dengan ROE. Hasil penelitian menunjukan bahwa modal
intelektual tidak memiliki pengaruh langsung terhadap nilai perusahaan.
Modal intelektual berpengaruh positif pada kinerja keuangan perusahaan,
dan kinerja keuangan mampu memediasi hubungan antara intelektual
capital dengan nilai perusahaan.
Islamiyah, (2015) meneliti hubungan antara modal intelektual dan
tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan pada efek syariah.
Dimana variabel independenya terdiri dari Human Capital Efficiency
(HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Relational Capital
Efficiency (RCE), Capital Employe Efficiency (CEE), proporsi komisaris
independen, komite audit, dan kepemilikan institusional. Variabel
dependenya adalah kinerja keuangan yang diwakili ROE dan ROA. Hasil
penelitian menunjukan bahwa SCE, CEE, dan komite audit memiliki
pengaruh signifikan terhadap ROE dan ROA. RCE berpengaruh negatif
terhadap ROE dan ROA. kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
49
ROE. Sedangkan HCE, proporsi komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap ROE dan ROA.
Mayasani, (2014) meneliti hubungan antara modal intelektual
terhadap Economic Value Added (EVA) pada perusahaan farmasi yang
terdaftar di BEI. Variabel independenya Human Capital Efficiency
(HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Relational Capital
Efficiency (RCE), Capital Employe Efficiency (CEE). Variabel
dependenya Economic Value Added (EVA). Hasil penelitian menunjukan
bahwa Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency
(SCE) berpengaruh terhadap EVA, sedangkan Relational Capital
Efficiency (RCE), Capital Employe Efficiency (CEE) tidak berpengarih
terhadap EVA.
Harahap, (2014) meneliti hubungan antara intellectual capital
dengan nilai perusahaan. Variabel independenya terdiri dari Value added
Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU),
Structural Capital Value added (STVA). Variabel dependennya adalah
nilai perusahaan yang digambarkan dengan PBV dan PER. Sedangkan
variabel interveningnya adalah kinerja keuangan yang diwakili oleh ROA
dan EPS. Hasil penelitian menunjukan bahwa Intellectual capital
(VACA, VAHU, STVA) berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Intellectual capital juga berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA
50
dan EPS). Dan kinerja keuangan dapat memediasi hubungan antara
intellectual capital dengan nilai perusahaan.
Pramelasari, (2010) meneliti tentang hubungan intellectual capital
dengan nilai pasar perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan. Variabel
independennya adalah Value Added Capital Employed (VACA), Value
Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added
(STVA), Research and Development Expedinture (RD), Advertising
Expenditure (AD). Variabel dependen adalah nilai pasar perusahaan
(MtBV) dan kinerja keuangan perusahaan (ROA, ROE, dan employed
productivity). Hasil penelitian menunjukan bahwa setiap komponen
intellectual capital memiliki pengaruh yang berbeda terhadap nilai pasar
perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan. VACA berpengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan VAHU dan STVA
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. VACA berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan. Sedangkan VAHU dan STVA
berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan.
Pangestu dan Wijaya (2014) meneliti tentang pengaruh intellectual
capital terhadap market value dan kinerja keuangan. Variabel
independenya adalah Value Added Capital Employed (VACA), Value
Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA)
dan variabel dependenya adalah market to book value (market to book
value ratio) dan kinerja keuangan (ROA, ROE, dan growth revenues).
51
Hasil penelitian menunjukan bahwa CE dan SC berpengaruh signifikan
terhadap market to book value, sedangkan human capital tidak
berpengaruh. Selanjutnya STVA berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan sebaliknya VAHU tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan yang diwakili ROA dan ROE, terkecuali growth revenues yang
berpengaruh negatif terhadap VAHU.
Kalkan, Bozkurt, dan Arman (2014) meneliti tentang hubungan
intellectual capital, inovasi dan strategi organisasi terhadap kinerja
perusahaan. Variabel independennya adalah intellectual capital, inovasi,
strategi organisasi. Variabel dependennya adalah kinerja perusahaan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara intellectual capital, inovasi, strategi organisasi, dan kinerja
perusahaan.
Arslan dan Zaman (2015) meneliti tentang dampak intellectual
capital terhadap kinerja keuangan pada sektor minyak dan gas di
Pakistan. Variabel independennya adalah Human Capital Efficiency
(HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency
(CEE). Variabel dependen adalah kinerja keuangan yang diwakili dengan
ROE, ROI dan EPS.Hasil penelitian menyatakan bahwa VA merupakan
komponen penting untuk menghitung kinerja VAIC dan memiliki
hubungan yang signifikan dan positif terhadap profitabilitas (EPS). HCE
52
dan SCE memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan (ROE dan ROI).
Al-Musali dan Ismail (2014) meneliti tentang efek intellectual
capital pada kinerja keuangan bank di Arab Saudi. Variabel
independenya Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital
Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency (CEE). Variabel
dependen adalah kinerja keuangan yang diwakili dengan ROA dan ROE.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja intellectual capital bank di
Arab Saudi rendah, namun berhubungan positif dengan indikator kinerja
keuangan.
Berzkalne dan Zelgalve (2014) meneliti tentang pengaruh
intellectual capital dengan nilai perusahaan di 3 negara (Latvia,
Lithuania, Estonia). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan dan positif antara intellectual capital dan nilai
perusahaan di Latvia dan Lithuania. Sebaliknya tidak terdapat hubungan
antara intellectual capital dan nilai perusahaan di Estonia.
53
No Peneliti dan
Judul Penelitian
Variabel Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
1 Sunarsih dan
Mendra
(2012)“Pengaruh
Modal Intelektual
terhadap Nilai
Perusahaan
dengan Kinerja
Keuangan
sebagai Variabel
Intervening pada
Perusahaan yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Independen Modal Intelektual
(VAIC): Value added
Capital Employed
(VACA), Value added
Human Capital
(VAHU), Structural
Capital Value added
(STVA).
Dependen Nilai Perusahaan
(PBV)
Intervening
Kinerja Keuangan
(ROE)
Independen
Value added Capital
Employed (VACA),
Value added Human
Capital (VAHU),
Structural Capital
Value added (STVA).
Dependen
Price Book Value
(PBV)
Intervening
Return On Equity
(ROE)
Uji Hipotesis
Tidak ada
Independen
Tidak ada
Dependen
Price Earning Ratio (PER)
Intervening
Return On Asset (ROA)
Uji Hipotesis
Structural Equation
Modelling (SEM)
Modal intelektual tidak memiliki pengaruh
langsung terhadap nilai perusahaan.
Modal intelektual berpengaruh positif pada
kinerja keuangan perusahaan.
Kinerja keuangan mampu memediasi
hubungan antara intellectual capital dengan
nilai perusahaan.
2 Islamiyah (2015)
“Pengaruh Modal
Intelektual dan
Tata Kelola
Perusahaan
Terhadap Kinerja
Keuangan pada
Efek Syariah”
Independen Human Capital
Efficiency (HCE),
Structural Capital
Efficiency (SCE),
Relational Capital
Efficiency (RCE),
Capital Employe
Efficiency (CEE),
Proporsi Komisaris
Independen
Human Capital
Efficiency (HCE),
Structural Capital
Efficiency (SCE),
Capital Employe
Efficiency (CEE)
Dependen
Tidak ada
Independen
Proporsi komisaris
independen, komite audit
kepemilikan institusional.
Dependen
Price Book Value (PBV) dan
Price Earning Ratio (PER)
Intervening
Tidak ada
SCE, CEE, dan Komite Audit memiliki
pengaruh signifikan terhadap ROE dan
ROA.
RCE berpengaruh negatif terhadap ROE dan
ROA.
Kepemilikan Institusional berpengaruh
terhadap ROE.
Tabel 2.2
Ringkasan Penelitian Terdahulu
54
Independen, Komite
Audit, dan
Kepemilikan
Institusional.
Dependen Kinerja Keuangan
(ROE dan ROA)
Intervening
Tidak ada
Uji Hipotesis
Tidak ada
Uji Hipotesis
Structural Equation
Modelling (SEM)
HCE Proporsi Komisaris Independen tidak
berpengaruh terhadap ROE dan ROA.
3 Mayasani (2014)
“Pengaruh Modal
Intelektual
terhadap
Economic Value
Added pada
Perusahaan
Farmasi yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Periode 2009-
2013”
Independen Human Capital
Efficiency (HCE),
Structural Capital
Efficiency (SCE),
Relational Capital
Efficiency (RCE),
Capital Employe
Efficiency (CEE).
Dependen Economic Value
Added (EVA)
Independen
Human Capital
Efficiency (HCE),
Structural Capital
Efficiency (SCE),
Capital Employe
Efficiency (CEE)
Dependen
Tidak ada
Intervening
Tidak ada
Uji Hipotesis
Tidak ada
Independen
Relational Capital Efficiency
(RCE)
Dependen
Price Book Value (PBV) dan
Price Earning Ratio (PER)
Intervening
Tidak ada
Uji Hipotesis
Structural Equation
Modelling (SEM)
Human Capital Efficiency (HCE), Structural
Capital Efficiency (SCE) berpengaruh
terhadap EVA.
Relational Capital Efficiency (RCE), Capital
Employe Efficiency (CEE) tidak berpengaruh
terhadap EVA.
4 Harahap (2014)
“Pengaruh
Intellectual
capital terhadap
Nilai Perusahaan
dengan Kinerja
Keuangan
Independen Value added Capital
Employed (VACA),
Value added Human
Capital (VAHU),
Structural Capital
Value added (STVA).
Independen
Value added Capital
Employed (VACA),
Value added Human
Capital (VAHU),
Structural Capital
Value added
Independen
Tidak ada
Dependen
Tidak ada
Intervening
Return On Equity (ROE)
Intellectual capital (VACA, VAHU, STVA)
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Intellectual capital juga berpengaruh
terhadap kinerja keuangan (ROA dan EPS).
55
sebagai Variabel
Intervening pada
Perusahaan Real
Estate yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia tahun
2010-2012)”
Dependen Nilai Perusahaan
(PBV dan PER)
Intervening Kinerja Keuangan
(ROA dan EPS)
(STVA).
Dependen
Price Book Value
(PBV) dan Price
Earning Ratio (PER)
Intervening
Return On Asset
(ROA)
Uji Hipotesis
Tidak ada
Uji Hipotesis
Structural Equation
Modelling (SEM)
Kinerja keuangan dapat memediasi
hubungan antara intellectual capital dengan
nilai perusahaan.
5 Pramelasari,
(2010) “Pengaruh
Intellectual
capital terhadap
Nilai Pasar
Perusahaan dan
Kinerja
Keuangan
Perusahaan”
Independen Value added Capital
Employed (VACA),
Value added Human
Capital (VAHU),
Structural Capital
Value added (STVA),
Research and
Development
Expedinture (RD),
Advertising
Expenditure (AD)
Dependen Nilai Pasar
Perusahaan (MtBV)
dan Kinerja
Keuangan Perusahaan
(ROA, ROE, dan
Independen
Value added Capital
Employed (VACA),
Value added Human
Capital (VAHU),
Structural Capital
Value added
(STVA).
Dependen
Tidak ada
Intervening
Tidak ada
Uji Hipotesis
Tidak ada
Independen
Research and Development
Expedinture (RD),
Advertising Expenditure
(AD)
Dependen
Price Book Value (PBV) dan
Price Earning Ratio (PER)
Intervening
Tidak ada
Uji Hipotesis
Structural Equation
Modelling (SEM)
VACA berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan.
VAHU dan STVA berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. VACA
berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan.
VAHU dan STVA berpengaruh negatif
terhadap kinerja keuangan.
56
Employed
productivity)
6 Pangestu dan
Wijaya (2014)
“Pengaruh
Intellectual
Capital terhadap
Market Value dan
Kinerja
Keuangan”
Independen
Value added Capital
Employed (VACA),
Value added Human
Capital (VAHU),
Structural Capital
Value added (STVA)
Dependen
Market Value
(MtBV) dan Kinerja
Keuangan (ROA,
ROE, growth
revenues)
Independen
Value added Capital
Employed (VACA),
Value added Human
Capital (VAHU),
Structural Capital
Value added
(STVA).
Dependen
Tidak ada
Intervening
Tidak ada
Uji Hipotesis
Tidak ada
Independen
Tidak ada
Dependen
Price Book Value (PBV) dan
Price Earning Ratio (PER)
Intervening
Tidak ada
Uji Hipotesis
Structural Equation
Modelling (SEM)
CE dan SC berpengaruh signifikan terhadap
market to book value, sedangkan human
capital tidak berpengaruh.
STVA berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan sebaliknya VAHU tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang
diwakili ROA dan ROE, terkecuali growth
revenues yang berpengaruh negatif terhadap
VAHU.
7 Kalkan, Bozkurt,
dan Arman
(2014) “The
Impacts of
Intellectual
capital,
Innovation,
Organizational
Strategy on Firm
Performance”
Independen Intellectual capital,
inovasi, strategi
organisasi.
Dependen Kinerja
perusahaan.
Independen
Human Capital
Efficiency (HCE),
Structural Capital
Efficiency (SCE)
Dependen
Tidak ada
Intervening
Tidak ada
Uji Hipotesis
Tidak ada
Independen
Customer Capital Efficiency
(RCE)
Dependen
Price Book Value (PBV) dan
Price Earning Ratio (PER)
Intervening
Tidak ada
Uji Hipotesis
Structural Equation
Modelling (SEM)
Terdapat hubungan yang positif antara
intellectual capital, inovasi, strategi
organisasi, dan kinerja perusahaan.
57
8 Arslan dan
Zaman (2015)
“Intellectual
capital and its
Impact on
Financial
Performance: A
Study of Oil and
Gas Sector of
Pakistan”
Independen Human
Capital Efficiency
(HCE), Structural
Capital Efficiency
(SCE), Capital
Employe Efficiency
(CEE).
Dependen Kinerja
Keuangan(ROE, ROI
dan EPS)
Independen
Human Capital
Efficiency (HCE),
Structural Capital
Efficiency (SCE),
Capital Employe
Efficiency (CEE)
Dependen
Tidak ada
Intervening
Tidak ada
Uji Hipotesis
Tidak ada
Independen
Tidak ada
Dependen
Price Book Value (PBV) dan
Price Earning Ratio (PER)
Intervening
Tidak ada
Uji Hipotesis
Structural Equation
Modelling (SEM)
VA merupakan komponen penting untuk
menghitung kinerja VAIC dan memiliki
hubungan yang signifikan dan positif
terhadap profitabilitas (EPS).
HCE dan SCE memiliki hubungan yang
positif dan signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan (ROE dan ROI)
9 Al-Musali dan
Ismail (2014)
“Intellectual
Capital and it’s
Effect on
Financial
Performance of
Banks: Evidence
from Saudi
Arabia”
Independen Human
Capital Efficiency
(HCE), Structural
Capital Efficiency
(SCE), Capital
Employe Efficiency
(CEE). Dependen
Kinerja Keuangan
(ROE, ROA )
Independen
Human Capital
Efficiency (HCE),
Structural Capital
Efficiency (SCE),
Capital Employe
Efficiency (CEE)
Dependen
Intervening
Tidak ada
Uji Hipotesis
Tidak ada
Independen
Tidak ada
Dependen
Price Book Value (PBV) dan
Price Earning Ratio (PER)
Intervening
Tidak ada
Uji Hipotesis
Structural Equation
Modelling (SEM)
Kinerja intellectual capital bank di Arab
Saudi rendah.
Intellectual Capital berhubungan positif
dengan indikator kinerja keuangan (ROA,
ROE)
58
10 Berzkalne dan
Zelgalve (2014)
“Intellectual
Capital and
Company Value”
Independen Human
Capital Efficiency
(HCE), Structural
Capital Efficiency
(SCE), Capital
Employe Efficiency
(CEE). Dependen
Nilai Perusahaan
Independen
Human Capital
Efficiency (HCE),
Structural Capital
Efficiency (SCE),
Capital Employe
Efficiency (CEE).
Dependen
Nilai perusahaan
Intervening
Tidak ada
Uji Hipotesis
Tidak ada
Independen
Tidak ada
Dependen
Tidak ada
Intervening
Tidak ada
Uji Hipotesis
Structural Equation
Modelling (SEM)
Terdapat hubungan yang signifikan dan
positif antara intellectual capital dan nilai
perusahaan di Latvia dan Lithuania.
Tidak terdapat hubungan antara intellectual
capital dan nilai perusahaan di Estonia
59
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis Penelitian
a. Pengaruh Intellectual capital terhadap Kinerja Keuangan
Adanya pengungkapan intellectual capital dalam laporan
keuangan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan.
Penggunaan seluruh aset perusahaan yang efisien, baik aset yang
berwujud maupun aset tidak berwujud (intellectual capital) akan
meningkatkan laba perusahaan. Semakin tinggi tingkat laba yang
diperoleh oleh perusahaan maka semakin tinggi nilai ROA dan ROE.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Harahap
(2014) yang menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh
terhadap kinerja keuangan.
VAHUUU
VACA
STVA
IC FP
ROE
FV
ROA PBV
PER
60
H1: Intellectual capital bepengaruh langsung terhadap kinerja
keuangan.
b. Pengaruh Langsung Kinerja Keuangan terhadap Nilai
Perusahaan
Meningkatkan kinerja keuangan merupakan salah satu strategi
perusahaan dalam mencapai tujuan meningkatkan nilai perusahaan.
Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan dapat membuat
saham perusahaan terlihat menarik bagi investor. Jika kinerja
keuangan menunjukkan prospek yang baik, maka saham akan
diminati oleh investor dan berpengaruh pada harga jual saham
tersebut. Biasanya investor melakukan peninjauan dengan melihat
rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi. Pemanfaatan seluruh
aset (intellectual capital) perusahaan akan meningkatkan nilai
tambah perusahaan. Adanya rasio ini akan mempererat hubungan
antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
H2: Kinerja keuangan berpengaruh langsung terhadap nilai
perusahaan.
c. Pengaruh langsung intellectual capital terhadap nilai perusahaan
Berdasarkan Resources Based Theory (RBT), sebuah perusahaan
dipersepsikan sebagai kumpulan aset maupun kemampuan berwujud
dan tak berwujud (Firer and Williams, 2003). Teori ini menjelaskan
bahwa nilai perusahaan yang baik menunjukkan kemampuan
61
perusahaan dalam penggunaan aset berwujud maupun tak
berwujud yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability
secara efektif dan efisien. Dalam teori stakeholder, pasar akan
memberikan nilai yang lebih tinggi terhadap perusahaan dengan
penggunaan aset maksimal. Menurut Pramelasari, (2010) perusahaan
yang mampu mengelola aset perusahaan secara maksimal akan
mampu menciptakan value added dan berpengaruh terhadap
peningkatan nilai perusahaan. Hal ini didukung oleh hasil penilitian
yang dilakukan Tan et.,al (2007), yang menunjukan bahwa
intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
H3: Intellectual capital berpengaruh langsung terhadap nilai
perusahaan
d. Pengaruh Tidak Langsung intellectual capital terhadap nilai
perusahaan
Berdasarkan Resources Based Theory (RBT), sebuah perusahaan
dipersepsikan sebagai kumpulan aset maupun kemampuan berwujud
dan tak berwujud (Firer and Williams, 2003). Teori ini menjelaskan
bahwa nilai perusahaan yang baik menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam penggunaan aset berwujud maupun tak
berwujud yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability
secara efektif dan efisien. Dalam teori stakeholder, pasar akan
memberikan nilai yang lebih tinggi terhadap perusahaan dengan
62
penggunaan aset maksimal. Menurut Pramelasari, (2010) perusahaan
yang mampu mengelola aset perusahaan secara maksimal akan
mampu menciptakan value added dan berpengaruh terhadap
peningkatan nilai perusahaan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan Sunarsih dan Mendra (2012), yang menunjukan
bahwa kinerja keuangan mampu memediasi hubungan antara
intellectual capital dengan nilai perusahaan.
H4: Intellectual capital berpengaruh tidak langsung terhadap
nilai perusahaan.
63
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun
tidak langsung antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh dari variabel independen yaitu intellectual capital terhadap
variabel dependen yang dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan, melalui
variabel intervening, yaitu kinerja keuangan. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45 periode 2009 sampai
2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Tujuan dilakukannya metode purposive sampling adalah
untuk menghindari adanya ambiguitas yang disampaikan oleh informasi-
informasi tersebut. Artinya pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu, yaitu antara lain:
1. Merupakan perusahaan yang terdaftar secara berturut-turut dalam
indeks LQ 45 selama periode 2009-2014.
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan berturut-turut
selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2014.
3. Perusahaan yang secara berturut-turut tidak mengalami kerugian
selama periode 2009-2014.
64
Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan
ditampilkan dalam tabel. Berikut tabel yang ditampilkan:
Tabel 3.1
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No.
Kriteria
Jumlah
1 Perusahaan yang terdaftar dalam indeks
LQ 45 sampai dengan tahun 2014
45
2
Perusahaan yang tidak
mempublikasikan laporan keuangan
dan mengalami kerugian pada periode
tahun 2009 sampai tahun 2014
(24)
3
Jumlah perusahaan yang memenuhi
kriteria
21
Total sampel data selama 6 tahun penelitian
126
Sumber : Data sekunder yang diolah
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumenter, karena data yang dikumpulkan berupa data sekunder.
Data tersebut berupa laporan keuangan perusahaan periode 2009-2014. Data
tersebut diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia di
http://www.idx.co.id. Selain itu juga dilakukan penelusuran berbagai jurnal,
karya ilmiah, artikel dan berbagai buku referensi sebagai sumber data dan
65
acuan dalam penelitian ini. Data penunjang lainya diperoleh dari Indonesia
Capital Market Directory (ICMD).
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan Strucural Equation Model (SEM),
statistik deskriptif, Uji Koefisien Determinasi (R2).
1. Structural Equation Model (SEM)
Structural Equation Modeling (SEM) merupakan teknik analisis
multivariat yang dikembangkan guna menutupi keterbatasan yang
dimiliki oleh model-model analisis sebelumnya yang telah digunakan
secara luas dalam peneltian statistik. Model-model yang dimaksud di
antaranya adalah analisis regresi, analisis jalur, dan analisis faktor
konfirmatori (Hox dan Bechger, 1998)
Dari segi metodologi, SEM memainkan berbagai peran, di antaranya,
sebagai sistem persamaan simultan analisis kausal liner, analisis lintasan
(path analysis), analysis of covariance structure, dan model persamaan
struktural. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang membedakan
SEM dengan regresi biasa maupun teknik multivariat yang lain, karena
SEM membutuhkan lebih dari sekedar perangkat statistik yang
didasarkan atas regresi biasa dan analisis varian.
SEM terdiri dari 2 bagian yaitu model variabel laten dan model
pengukuran. Kedua model SEM ini mempunyai karakteristik yang
berbeda dengan regresi biasa. Regresi biasa, umumnya,
menspesifikasikan hubungan kausan antara variabel-variabel teramati
66
(observed variables), sedangkan pada model variabel laten SEM,
hubungan kausal terjadi di antara variabel-variabel tidak teramati
(unobserved variables) atau variabel-variabel laten.
Kline dan Klammer (2001) lebih mendorong penggunaan SEM
dibandingkan regresi berganda karena 5 alasan berikut: (1) SEM
memeriksa hubungan di antara variabel-variabel sebagai sebuah unit,
tidak seperti pada regresi berganda yang pendekatanya sedikit demi
sedikit (piecemeal). (2) Asumsi pengukuran yang handal dan sempurna
pada regresi berganda tidak dapat dipertahankan, dan pengukuran dengan
kesalahan dapat ditangani dengan mudah oleh SEM. (3) Modification
index yang dihasilkan oleh SEM menyediakan lebih banyak isyarat
tentang arah penelitian dan pemodelan yang perlu ditindak-lanjuti
dibandingkan pada regresi. (4) Interaksi juga dapat ditangani dalam
SEM. (5) Kemampuan SEM dalam menangani non recursive paths.
a. Variabel-variabel dalam SEM
1) Variabel Laten
Dalam SEM variabel kunci yang menjadi perhatian adalah
variabel laten (Latent Variables, sering disingkat LV) atau
konstruk laten. Variabel laten merupakan konsep abstrak,
sebagai contoh: perilaku orang, sikap (attitude) perasaan dan
motivasi.variabel laten ini hanya dapat diamati secara tidak
langsung dan tidak sempurna melalui efeknya pada variabel
teramati.
67
2) Variabel Teramati (Manifest)
Variabel teramati adalah variabel yang dapat diamati atau
dapat diukur secara empiris dan sering disebut sebagai
indikator. Variabel teramati merupakan efek atau ukuran dari
variabel laten.
b. Prosedur SEM
1) Orientasi dalam SEM
Penerapan statistik pada penelitian umumnya didasarkan
atas pemodelan pengamatan atau observasi secara individual.
Misalnya dalam regresi berganda atau ANOVA (analysis of
variance), estimasi koefisien regresi atau varian kesalahan
diperoleh dengan meminimisasikan jumlah kuadrat perbedaan
antara variabel terikat diprediski dengan variabel terikat
diamati/diukur untuk setiap kasus atau observasi. Dalam hal ini,
analisis residual menunjukan perbedaan antara nilai yang
dicocokkan (fitted) dengan nilai yang diamati/diukur untuk
setiap kasus yang ada di dalam sampel.
Penerapan SEM pada penelitian memerlukan orientasi yang
berbeda dengan penerapan statistik di atas. Prosedur dalam
SEM lebih menekankan penggunaan kovarian dibandingkan
dengan kasus-kasus secara individual. Jika dalam analisis
statistik biasa, fungsi yang diminimumkan adalah perbedaan
68
antara nilai-nilai yang diamati dengan yang diprediksi, maka
pada SEM yang diminimumkan adalah perbedaan antara
kovarian sampel dengan kovarian yang diprediksi oleh model.
Dengan demikian yang dimaksus residual dalam SEM adalah
perbedaan antara kovarian yang diprediksi /dicocokkan dengan
kovarian yang teramati, oleh karena itu SEM sering juga
disebut sebagai analysis of covariance structure.
2) Tahapan dalam prosedur SEM
a) Spesifikasi Model
Tahap ini berkaitan dengan pembentukan model awal
persamaan struktural, sebelum dilakukan estimasi. Model
awal ini diformulasikan berdasarkan suatu teori atau
penelitian sebelumnya.
b) Identifikasi
Tahap ini berkaitan dengan pengkajian tentang
kemungkinan diperolehnya nilai yang unik untuk setiap
parameter yang ada di dalam model dan kemungkinan
persamaan simultan tidak ada solusinya.
c) Estimasi
Tahap ini berkaitan dengan estimasi terhadap model
untuk menghasilkan nilai-nilai parameter dengan
menggunakan salah satu metode estimasi yang tersedia.
Pemilihan metode estimasi yang digunakan seringkali
69
ditentukan berdasarkan karakteristik dari variabel-variabel
yang dianalisis.
d) Uji Kecocokan
Tahap ini berkaitan dengan pengujian kecocokan
antara model dengan data. Beberapa kriteria ukuran
kecocokan atau Goodness of Fit (GOF) dapat digunakan
untuk melaksanakan langkah ini.
e) Respesifikasi
Tahap ini berkaitan dengan respesifikasi model
berdasarkan atas hasil uji kecocokan tahap sebelumnya.
3) Evaluasi Model Struktural
Evaluasi ini adalah mengkonfirmasi hipotesis penelitian
yang diajukan peneliti apakah ada hubungan kausal yang
signifikan antara variabel laten eksogen dengan variabel laten
endogen (Yamin, 2014).
Based on a probability level of 0.05, then, the test statistic
needs to be > +
- 1,96 before the hypothesis (that the estimate
equals 0.0) can be rejected. Nonsignificant parameters, with the
exception of error variances, can be considered unimportant to
the model; in the intesrest of scientific parsimony, albeit given
an adequate sample size, they should be deleted from the model.
(Berdasarkan pada level probabilitas 0.05, uji statistik butuh
untuk mencapai > +
- 1,96 (yang diestimasi setara dengan 0.0)
70
dapat ditolak. Parameter yang tidak signifikan, dengan
pengecualian perubahan yang eror, dapat dianggap sebagai
model yang tidak penting dalam penelitian, walaupun ukuran
sampel memadai, parameter tersebut harus dihapus dari model
(Bryne, 2010:68).
2. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses
transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah
dipahami dan diinterpretasikan (Indriantoro, 1999). Statistik deskriptif
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum dan minimum
(Ghozali, 2011). Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata
populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk
menilai dispersi rata-rata dari sampel. Maksimum-minimum digunakan
untuk melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu
dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil
dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinan adalah antara nol sampai satu nilai (R2) yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel dependen amat terbatas (Ghozali,
2011).
71
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu
variabel independen, variabel dependen, dan variabel intervening.
1. Variabel Independen
Variabel independen, yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya
atau terpengaruhnya variabel terikat. Dalam penelitian ini, variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah intellectual
capital yang diukur berdasarkan value added yang diciptakan oleh
Capital Employed (VACA), Human Capital (VAHU), dan Structural
Capital (STVA).
a. Intellectual capital
Menurut Bontis (1998) modal intelektual adalah
seperangkat tak berwujud (sumber daya, kemampuan dan
kompetensi) yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan
nilai.
Pengukuran intellectual capital dalam penelitian ini menggunakan
konsep value added yang dicetuskan oleh Pulic. Pulic percaya bahwa
metode pengukuran kinerja tradisional tidak cocok untuk mengukur
kinerja dalam konteks knowledge economy. Oleh karena itu ia
mengusulkan untuk menggunakan value added sebagai indikator
untuk mengukur kinerja dalam konteks
72
knowledge economy. Value added dihitung sebagai selisih
antara output dan input (Pulic, 1999).
Berikut formulasi perhitungan VAICᵀ ᴹ berdasarkan pendapat
Pulic:
Keterangan:
1) VAICTM
= Value Added Capital Coefficient
2) VA = Value Added
3) VACA = Value Added Capital Employed
4) VAHU = Value Added Human Capital
5) STVA = Structural Capital Value Added
6) Output = Total Penjualan dan pendapatan
7) Input = Beban dan biaya-biaya, selain beban karyawan.
8) CE = Capital Employed (ekuitas dan laba bersih)
9) HC = Human Capital (beban karyawan)
VAICᵀ ᴹ = VACA + VAHU + STVA
VA = Output – Input
VACA = VA / CE
VAHU = VA / HC
STVA = (VA – HC) / VA
73
Dengan demikian, variabel independen dalam penelitian ini
adalah masing-masing komponen dari intellectual capital dalam
model VAIC yaitu, VACA, VAHU, STVA.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen, yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel independen. Dalam penelitian ini, variabel dependen yang
digunakan adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan menggambarkan
kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai bentuk
kepercayaan dari masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui proses
kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut
didirikan sampai pada saat ini. Nilai perusahaan merupakan persepsi
investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga
saham. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika
kinerja perusahaan juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari
harga sahamnya, jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai
perusahaannya juga baik. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan juga tinggi. Semakin tinggi nilai perusahaan maka
semakin tinggi pula kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan
dapat dilihat dari harga yang dibayar investor atas sahamnya di pasar.
Dalam penelitian ini, nilai perusahaan diukur dengan
menggunakan Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio
(PER). PBV merupakan hasil perbandingan antara harga saham dengan
74
nilai buku saham. PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya
atas prospek perusahaan kedepan (Hermuningsih, 2011). Formula
nilai buku sebagai berikut:
PBV digunakan sebagai proksi karena keberadaan PBV sangat
penting bagi investor. PBV menggambarkan penilaian pasar
keuangan terhadap manajemen dan organisasi perusahaan. Harga
saham dan nilai buku saling berkaitan dan menjadi perhatian bagi
investor dalam pengambilan keputusan strategi investasi di pasar modal.
Melalui PBV, investor dapat memprediksi saham-saham yang
overvalued dan undervalued.
PBV dapat dirumuskan sebagai berikut (Weston dan Brigham,
1998):
Sedangkan Price Earning Ratio adalah merupakan perbandingan
antara harga saham per lembar dengan laba bersih per saham. Kegunaan
PER adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja
perusahaan yang dincerminkan oleh earning per share nya. PER
menunjukan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per
75
share. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham
tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya.
Angka rasio ini biasa digunakan investor untuk memprediksi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan
datang (Prastowo, 2002).
PER dapat dirumuskan sebagai berikut:
3. Variabel Intervening
Kinerja keuangan perusahaan digunakan sebagai variabel
intervening. Kinerja keuangan adalah prestasi kerja yang telah dicapai
oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan
keuangan perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2006). Kinerja
keuangan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan
mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja keuangan merupakan hal
penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena
kinerja keuangan merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan
dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Dalam
penelitian ini, kinerja keuangan perusahaan diukur dengan
menggunakan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE).
ROA adalah profitabilitas kunci yang mengukur jumlah profit yang
diperoleh tiap rupiah aset yang dimiliki perusahaan. ROA
76
memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi
penggunaan total aset untuk operasional perusahaan (Chen et.al.,2005).
Rumus ROA sebagai berikut:
Sedangkan ROE digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total
modal yang dimiliki oleh perusahaan, untuk menghitung pengembalian
atas total modal setelah bunga dan pajak.
Rumus ROE sebagai berikut:
ROE =
77
Berikut ini tabel yang berisi operasionalisasi setiap variabel dalam
penelitian ini:
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Proksi Skala
Intellectual
Capital
VAICTM = VACA + VAHU + STVA
Rasio
VA = Output – Input
VACA = VA / CE
VAHU = VA / HC
STVA = (VA – HC) / VA
Nilai Perusahaan
PBV = Harga Saham per Saham / Nilai Buku per Saham
Rasio PER = Harga Saham per Lembar / Laba Bersih per
Saham
Kinerja Keuangan ROA = Laba Bersih setelah pajak / Total Aset
Rasio ROE = Laba Bersih setelah Pajak / Total Ekuitas
Sumber: data diolah sendiri
78
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umun Objek Penelitian
1. Sejarah Perkembangan Pasar Modal dan Indeks LQ 45
Sejarah Bursa Efek Jakarta telah dimulai sejak tahun 1912 yang
didirikan oleh pemerintah Belanda di Indonesia namun karena terjadi
perang dunia I Bursa Efek Jakarta di tutup. Perdagangan surat berharga
dimulai di Pasar Modal Indonesia sejak tanggal 3 Juni 1952. Namun t
onggak paling besar terjadi pada 10 Agustus 1977, yang dikenal sebagai
kebangkitan Pasar Modal Indonesia. Setelah Bursa Efek Jakarta
dipisahkan dari Institusi Bapepam tahun 1992 dan diswastakan, mulailah
pasar modal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pasar modal
tumbuh pesat pada periode 1992-1997. Masalah pasar modal tidak
terlepas dari arus investasi yang akan menentukan pertumbuhan ekonomi
sebuah kawasan, tidak terkecuali Indonesia dan negara-negara lainnya.
Pada tahun 1977, pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan
kembali Bursa Efek Jakarta dengan mencatatkan saham 13 perusahaan
PMA. Beberapa tahun kemudian Bursa Efek Jakarta mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang
dikeluarkan pemerintah. Sekitar dekade 80-an dan awal 90-an, Bursa
Efek Jakarta benar-benar berkembang menjadi bursa efek seperti yang
dikenal sekarang sebagai Bursa Efek Indonesia (BEI).
79
Bursa Efek Indonesia yang disingkat BEI atau Indonesian Stock
Exchange (ISX) adalah sebuah pasar saham yang merupakan hasil
penggabungan antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek
Surabaya (BES), dimana Bursa Efek Surabaya melebur kedalam Bursa
Efek Jakarta. Perusahaan hasil penggabungan usaha ini melalui
operasinya pada tanggal 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia
dipimpin oleh Direktur Utama BES dan Derivatif, keanggotaan dan
partisipan. Bursa Efek Indonesia menggunakan sistem perdagangan
bersama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 mei 1995.,
menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. System JATS
ini sendiri direncanakan akan digantikan sistem baru yang akan
disediakan OMX.
Bursa efek terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia, dan
keadaanpun semakin menunjukkan bahwa bursa efek semakin banyak
peminatnya. Ramainya tanggapan publik dan selalu bertambahnya
perusahaan Go Public adalah wujud dari kemajuan bursa efek.
Perkembangan bursa efek yang terjadi kini adalah berkat perjuangan
dari BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal), perusahaan yang
bersedia untuk memasyarakatkan sahamnya. Pemerintah, lembaga
penunjang dan masyarakat yang turut bertasipasi menginvestasikan
kelebihan dananya. Dibandingkan dengan situasi bursa efek waktu lalu,
keadaan saat ini memang telah jauh berbeda. Perkembangan yang terjadi
cukup pesat dan diluar dugaan. Tapi bukan berarti bursa efek berjalan
80
terus mulus tanpa rintangan. Banyak hal yang terjadi, yang mewarnai
pasang surut kehidupan bursa efek di Indonesia. Jika keadaan sosial,
politik, atau ekonomi bangsa kita sedang terganggu dan tidak stabil,
tentu saja kondisi dari bursa efek sangat berpengaruh
Dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat berbagai macam jenis
indeks, seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45,
Indeks IDX30, Indeks kompas 100, Jakarta Islamic Index (JII), indeks
Bursa Syariah Indonesia, Indeks Bisnis-27, Indeks Pefindo25 dll. Dalam
penelitian ini peneliti memilih untuk menjadikan Indeks LQ 45 sebagai
objek penelitian.
Indeks LQ 45 diluncurkan pada 24 Februari 197 di bursa efek.
Indeks LQ 45 merupakan salah satu indeks yang digunakan di bursa
efek. LQ 45 merupakan singkatan dari likuid 45 yang mana terdiri atas
45 saham dengan kapitalisasi terbesar dan volume perdagangan
tertinggi.
LQ 45 biasanya dijadikan benchmark atau acuan bagi para pemodal
yang berinvestasi di instrumen saham karena likuiditasnya yang tinggi
dan biasanya para manajer investasi juga menanamkan saham yang
dikelolanya ke dalam saham yang merupakan bagian dari LQ 45 dengan
tujuan untuk mengurangi resiko likuiditas yang dihadapinya.
LQ 45 dipantau oleh busa efek dimana bursa efek mengganti
komposisi saham penyusun LQ 45 setiap 6 bulan sekali. Apabila ada
saham LQ 45 yang tidak memenuhi syarat untuk digolongkan ke dalam
81
LQ 45 maka saham tersebut akan dikeluarkan dari komposisi LQ 45 dan
digantikan dengan saham yang lebih memenuhi syarat.
Untuk dapat digolongkan sebagai LQ 45 saham-saham harus
diseleksi berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a) Masuk ke dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham
yang terjadi di pasar regular.
b) Rangking berdasarkan tingkat kapitalisasi pasar yang dimiliki
selama 23 bulan terakhir.
c) Minimal telah tercatat 3 bulan di bursa efek.
d) Keadaan keuangan perusahaan dan pertumbuhanya.
2. Gambaran Umum Perusahaan-perusahaan Indeks LQ 45
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Tujuan dilakukannya metode purposive sampling
adalah untuk menghindari adanya ambiguitas yang disampaikan oleh
informasi-informasi tersebut. Artinya pemilihan sampel berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu, yaitu antara lain:
a. Merupakan perusahaan yang terdaftar secara berturut-turut
dalam indeks LQ 45 selama periode 2009-2014.
b. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan berturut-
turut selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2014.
c. Perusahaan yang secara berturut-turut tidak mengalami kerugian
selama periode 2009-2014.
82
Dari hasil seleksi tersebut, didapatkan 21 perusahaan indeks LQ 45
periode 2009-2014 yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Berikut adalah penjelasan singkat 21 perusahaan yang termasuk dalam
sampel penelitian:
1) PT Agro Lestari, Tbk
PT. Astro Agro Lestari, Tbk merupakan sebuah perusahaan anak
dari perusahaan Astra International yangdidirikan pada tahun 1989.
Perusahaan ini merupakan perusahaan multinasional yang bermarkas
di Jakarta, bisnis utama perusahaan ini adalah perkebunan yang
menghasilkan berbagai macam bahan perkebunan, dan kebanyakan
adalah kelapa sawit.
2) PT Adaro Energy, Tbk
PT Adaro Energy merupakan sebuah perusahaan yang didirikan
pada tahun 1982, dimana Adaro Energy pada awaknya merupakan
kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Spanyol,
dimana PT Adaro pada akhirnya dijual kepada PT Dianlia,
perusahaan ini berherak di bidang eksplorasi dan penambangan
batubara.
3) PT Astra International, Tbk
Astra International merupakan induk dari beberapa perusahaan
Astra sepertiAstra Agro Lestari, Astra Graphia, United Tractor,
Toyota Astra Motor, Astra Daihatsu Motor, Astra Autoparts.
Perusahaan ini didirikan pada 20 Februari 1957 dimana Astra
83
International memiliki berbagai macam bisnis yangdikelola oleh
anak perusahaanya. Astra International bergerak di berbagai macam
bidang, seperti otomotif, perkebunan, teknologi informasi, importer,
infrastruktur, dan pelayanan keuangan.
4) PT Bank Central Asia, Tbk
Bank Central Asia berdiri pada 21 Februari 1957 dan berkantor
pusat di Jakarta. Bank Central Asia bergerak di bidang jasa
keuangan. Dan mereka fokus pada pertumbuhan penyaluran kredit,
dan meningkatkan peranya sebagai bank transaksional yang
menyediakan layanan penyelesaian pembayaran dalam mendukung
tercapainya perekonomian Indonesia yang kuat.
5) PT Bank Negara Indonesia, Tbk
Bank Negara Indonesia merupakan bank terkemuka di Indonesia
dengan sejarah panjang sejak tahun 1946 dalam beradaptasi terhadap
perubahan, mengatasi krisis dan terus setia melayani. BNI bergerak
di bidang jasa keuangan. BNI juga memiliki visi untuk menjadi bank
yang unggul, terkemuka dan terdepan dalam layanan dan kinerja
dibanding dengan bank-bank lainya yang ada di Indonesia.
6) PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk
Bank Rakyat Indonesia merupakan salah satu bank terbesar dan
tertua di Indonesia yang berdiri sejak 16 Desember 1896. Bank BRI
bergerak di bidang jasa keuangan, dan memiliki visi untuk menjadi
84
bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan
nasabah.
7) PT Bank Danamon Indonesia, Tbk
Bank Danamon dimulai pada tahun 1956 ketika didirika sebagai
Bank Kopra Indonesia. Di tahun 1976 nama tersebut kemudian
diubah menjadi PT Bank danamon Indonesia. Bank Danamon
bergerak di bidang jasa keuangan, mereka memiliki visi untuk
mewujudkan keunggulan dan meberikan manfaat.
8) PT Bank Mandiri, Tbk
Bank Mandiri didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai
bagian dari program rekstrukturisasi perbankan yang dilaksanakan
oleh pemerintah Indonesia. Bank Mandiri bergerak di bidang jasa
keuangan.
9) PT Indofood Sukses Makmur, Tbk
Indofood Sukses Makmur didirikan dengan nama awal
Panganjaya Intikusuma pada tahun 1990 dan pada tahun 1994
mengganti namanya menjadi Indofood Sukse Makmur dan
melakukan penawaran perdana, pada tahun 1995 mengakuisisi
penggilingan gandum bogasari.
10) PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
Indocement Tunggal Prakarsa adalah salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang produksi semen yang merupakan perusahaan
terbesar kedua di Indonesia. Perusahaan ini didirikan tahun 1985
85
yang merupakan hasil penggabungan 6 perusahaan menjadi 1
perusahaan dengan 8 pabrik sejak 1975, pada tahun 2001
Indocement melakukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia.
11) PT Indo Tambangraya Megah, Tbk
Indo Tambangraya megah merupakan perusahaan yang bekerja
dalam bidang pemasokan batubara, dan merupakan perusahaan
terdepan dalam memasok batubara bagi pasar energi dunia.
Perusahaan inimelakukan penawaran perdana di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2007.
12) PT Jasa Marga,Tbk
Jasa Marga merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa pembangunan jalan tol,
dimana perusahaan ini didirikan pada tahun 1978 setelah jalan tol
pertama yang menghubungkan Jakarta-Bogor selesai dibangun.
13) PT. Kalbe Farma, Tbk
Kalbe Farma merupakan perusahaan yang bergerak dalam
produksi farmasi,suplemen, nutrisi, dan layanan kesehatan yang
berpusat di Jakarta. Kalbe Farma merupakan perusahaan
multinasional yang didirikan pada tanggal 10 September 1966, dan
Kalbe Farma memiliki 10 cabang di luar negeridi negara ASEAN.
86
14) PT. Lippo Karawaci, Tbk
Lippo Karawaci merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pembangunan properti, perusahaan ini didirikan pada Oktober 1990
sebagai anak perusahaan dari Grup Lippo.
15) PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk
PP London Sumatera Indonesia merupakan salah satu anak
perusahaan dari Indofood yang bergerak di bidang perkebunan
kelapa sawit, London Sumatera telah terbentuk pada tahun 1906
dimana pada awal mulanya bisnis mereka adalah perkebunan cokelat
di Sumatera dan beralih bisnis menjadi perkebunan kelapa sawit
pada tahun 1980.
16) PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk
Perusahaan Gas Negara merupakan salah satu Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang transmisi dan
distribusi gas bumi, pada awal mula Perusahaan Gas Negara adalah
perusahaan swasta milik Belanda bernama IJN Eindhovend Co pada
tahun 1958 dan dinasionalisasikan pada 13 Mei 1965.
17) PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk
Tambang Batubara Bukit Asam merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara di
tanjung enim, kegiatan pertambangan ini telah dimulai pada tahun
1919 dan diresmikan pemerintah pada tahun 1950 dengan nama PT.
Tambang Batubara Bukit Asam. Perusahaan ini melakukan
87
penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia pada 23 Desember
2002.
18) PT. Semen Indonesia, Tbk
PT Semen Indonesia adalah salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang produksi semen. Sebelum menjadi PT. Semen
Indonesia, awalnya bernama PT. Semen Gresik, namun berubah
nama menjadi PT. Semen Indonesia pada tahun 2012.
19) PT. Telkom Indonesia, Tbk
Telkom Indonesia adalah perusahaan informasi dan komunikasi
yang terbesar di Indonesia, selain itu PT Telkom mendaftarkan
sahamnya di 2 bursa, yakni bursa di Indonesia dan Bursa di New
York. Pada mulanya Telkom adalah perusahaan jasa telegraf dan pos
yang didirikan pada tahun 1882. Telkom melakukan penawaran
perdanaya pada tanggal 14 November 1995.
20) PT. United Tractors, Tbk
United Tractors adalah perusahaan distributor alat berat komatsu
terbesar di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 13
Oktober 1972, selain bergerak dalam bidang distribusi, perusahaan
ini juga bergerak di bidang kontraktor penambangan dan bidang
pertambangan batu bara .United Tractors mencatatkan sahamnya di
Bursa Efek Indonesia pada tanggal 19 September 1989.
88
21) PT. Unilever Indonesia, Tbk
PT. Unilever adalah perusahaan multinasional yang berpusat di
Rotterdam, Belanda. Unilever Indonesia merupakan anak perusahaan
dari Perusahaan Unilever International. Di Indonesia Unilever
bergerak dalam bidang produksi bahan konsumer. Unilever
Indonesia didirikan pada tanggal 5 Desember 1933, dan Unilever
Indonesia mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada
tanggal 10 Juni 1997.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Deskriptif Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian dipilih secara purposive
sampling, sehingga sampel dalam penelitian merupakan perusahan yang
terdapat dalam indeks LQ 45 yang memiliki kriteria yang sesuai dengan
tujuan penelitian. Sampel dipilih bagi perusahaan yang menyajikan data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti laporan keuangan
perusahaan dan ringkasan kinerja perusahaan. Berikut adalah nama-
nama perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini:
Tabel 4.1
Nama Sampel Perusahaan
No Nama Perusahaan Kode
1 PT. Astra Agro Lestari AALI
2 PT. Adaro Energy Tbk ADRO
3 PT. Astra International Tbk ASII
4 PT. Bank Central Asia Tbk BBCA
5 PT. Bank Negara Indonesia Tbk BBNI
89
6 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk BBRI
7 PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. BDMN
8 PT. Bank Mandiri , Tbk. BMRI
9 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. INDF
10 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. INTP
11 PT. Indo Tambangraya Megah, Tbk. ITMG
12 PT. Jasa Marga , Tbk. JSMR
13 PT. Kalbe Farma, Tbk. KLBF
14 PT. Lippo Karawaci, Tbk LPKR
15 PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk. LSIP
16 PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk. PGAS
17 PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk. PTBA
18 PT. Semen Indonesia , Tbk. SMGR
19 PT. Telkom Indonesia , Tbk. TLKM
20 PT. United Tractors UNTR
21 PT. Unilever Indonesia, Tbk. UNVR
Sumber: Data diolah sendiri
2. Deskriptif Variabel
Untuk mengetahui gambaran kondisi dari variabel dalam
penelitian ini maka dilakukan analisis deskriptif. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel independen, variabel
dependen dan variabel intervening. Variabel independen terdiri dari
Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital
(VAHU) dan Structural Capital Value Added (STVA). Variabel
dependen terdiri dari Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio
(PER), sedangkan variabel interveningnya terdiri dari Return On Asset
(ROA) dan Return On Equity (ROE). Sampel dalam penelitian ini
90
sebanyak 21 perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45. Periode
pengamatan yang dilakukan selama 6 tahun, yaitu tahun 2009-2014.
Pengolahan data-data tersebut dilakukan dengan menggunakan
program Software Microsoft Excel 2010, SPSS dan Lisrel 8.80. Adapun
deskripsi dari variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
a) Perkembangan Value Added Capital Employed (VACA)
VACA adalah indikator nilai tambah (VA) yang diciptakan oleh
1 unit modal fisik perusahaan (CE). Rasio ini menunjukkan
perbandingan antara VA dengan CE perusahaan. Pulic (1999)
mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan return
yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti
perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya.
Gambar 4.1
Nilai VACA Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014
Sumber: Data diolah sendiri
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
AA
LI
AD
RO
ASI
I
BB
CA
BB
NI
BB
RI
BD
MN
BM
RI
IND
F
INTP
ITM
G
JSM
R
KLB
F
LPK
R
LSIP
PG
AS
PTB
A
SMG
R
TLK
M
UN
TR
UN
VR
Rata-rata Nilai VACA Masing-Masing Perusahaan Periode
2009-2014
91
Tabel 4.2
Nilai VACA Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014
No Kode 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1 AALI 0.233 0.244 0.254 0.244 0.186 0.209 0.228
2 ADRO 0.227 0.142 0.223 0.175 0.107 0.094 0.161
3 ASII 0.314 0.337 0.282 0.273 0.271 0.255 0.289
4 BBCA 0.440 0.424 0.303 0.281 0.270 0.266 0.331
5 BBNI 0.275 0.221 0.249 0.250 0.267 0.245 0.251
6 BBRI 0.405 0.418 0.367 0.339 0.334 0.314 0.363
7 BDMN 0.262 0.315 0.266 0.280 0.274 0.236 0.272
8 BMRI 0.272 0.289 0.254 0.256 0.251 0.242 0.261
9 INDF 0.189 0.154 0.126 0.129 0.105 0.134 0.140
10 INTP 0.237 0.226 0.240 0.228 0.217 0.205 0.225
11 ITMG 0.334 0.269 0.372 0.340 0.244 0.231 0.298
12 JSMR 0.217 0.236 0.225 0.236 0.192 0.210 0.219
13 KLBF 0.336 0.340 0.322 0.321 0.344 0.336 0.333
14 LPKR 0.135 0.102 0.110 0.139 0.140 0.190 0.136
15 LSIP 0.278 0.287 0.310 0.292 0.275 0.305 0.291
16 PGAS 0.371 0.334 0.289 0.293 0.246 0.214 0.291
17 PTBA 0.421 0.363 0.389 0.367 0.896 0.335 0.462
18 SMGR 0.351 0.323 0.297 0.290 0.286 0.260 0.301
19 TLKM 0.398 0.337 0.334 0.352 0.323 0.296 0.340
20 UNTR 0.309 0.294 0.266 0.239 0.223 0.233 0.261
21 UNVR 0.568 0.574 0.640 0.671 0.689 0.674 0.636
Sumber: data diolah sendiri
Pada gambar 4.1, dapat dilihat bahwa rata-rata VACA tertinggi
dimiliki oleh perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar 0,636 atau
63,6%, itu berarti bahwa PT.Unilever Indonesia, Tbk dapat
menggunakan 64% Capital Employed (dana yang tersedia) yang
dimilikinya guna penciptaan nilai bagi perusahaan. Sedangkan rata-rata
92
VACA terendah dimiliki oleh PT. Lippo Karawaci, Tbk sebesar 0,136
atau 13,6%.
b) Perkembangan Value Added Human Capital (VAHU)
Value Added Human Capital (VAHU) menunjukkan berapa
banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja. VAHU mengindikasikan kemampuan dari HC untuk
menciptakan nilai dalam perusahaan (Tan et al., 2007).
Gambar 4.2
Nilai VAHU Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014
Sumber: data diolah sendiri
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
AA
LI
AD
RO
ASI
I
BB
CA
BB
NI
BB
RI
BD
MN
BM
RI
IND
F
INTP
ITM
G
JSM
R
KLB
F
LPK
R
LSIP
PG
AS
PTB
A
SMG
R
TLK
M
UN
TR
UN
VR
Rata-rata Nilai VAHU Masing-Masing Perusahaan Periode
2009-2014
93
Tabel 4.3
Nilai VAHU Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014
No Kode 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1 AALI 10.56 9.55 10.01 6.78 6.89 7.11 8.48
2 ADRO 7.86 3.98 6.05 3.91 2.76 2.31 4.48
3 ASII 2.78 3.02 3.06 2.87 2.78 2.56 2.84
4 BBCA 1.81 1.89 3.08 2.90 3.08 2.90 2.61
5 BBNI 1.72 1.99 2.15 2.26 2.49 2.60 2.20
6 BBRI 2.09 2.32 2.73 2.95 2.75 2.72 2.59
7 BDMN 1.51 1.75 1.75 1.78 1.71 1.45 1.66
8 BMRI 2.65 2.69 2.81 2.93 3.10 2.94 2.85
9 INDF 2.67 3.21 3.36 3.08 2.39 2.78 2.91
10 INTP 7.40 8.03 7.13 7.33 6.71 6.28 7.15
11 ITMG 9.50 5.54 10.16 8.74 4.20 4.75 7.15
12 JSMR 2.27 2.30 2.25 2.48 1.86 2.09 2.21
13 KLBF 2.11 2.32 2.35 2.45 2.16 2.07 2.24
14 LPKR 2.20 2.44 2.73 2.55 2.33 2.98 2.54
15 LSIP 2.29 2.81 3.69 2.07 1.61 1.59 2.34
16 PGAS 15.42 13.97 12.43 15.90 15.60 12.41 14.29
17 PTBA 4.34 2.95 3.39 3.26 2.44 2.29 3.11
18 SMGR 3.33 3.49 3.50 3.65 3.66 3.34 3.49
19 TLKM 2.34 2.57 2.28 2.32 2.45 2.50 2.41
20 UNTR 3.32 2.92 2.98 2.74 2.15 2.10 2.70
21 UNVR 4.85 4.87 5.87 5.50 5.22 5.67 5.33
Sumber: data diolah sendiri
Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki
nilai VAHU tertinggi adalah PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan
nilai 14,29. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai VAHU terendah
adalah PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan nilai 1,66.
c) Perkembangan Structural Capital Value Added (STVA)
STVA merupakan suatu indikator yang menunjukkan
kontribusi modal struktural (SC) untuk menciptakan nilai tambah
94
(VA) bagi perusahaan. Dalam hal ini, VA perusahaan dihasilkan
dengan mengukur jumlah structural capital (SC) yang dibutuhkan
untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi
bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Pulic, 1998;
Firer dan Williams, 2003).
Gambar 4.3
Nilai STVA Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014
Sumber: data diolah sendiri
Tabel 4.4
Nilai STVA Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014
No Kode 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1 AALI 0.905 0.895 0.900 0.852 0.855 0.859 0.878
2 ADRO 0.873 0.749 0.835 0.745 0.637 0.568 0.734
3 ASII 0.640 0.669 0.673 0.651 0.640 0.609 0.647
4 BBCA 0.447 0.470 0.675 0.656 0.675 0.655 0.596
5 BBNI 0.418 0.498 0.535 0.558 0.598 0.615 0.537
6 BBRI 0.523 0.569 0.634 0.660 0.636 0.632 0.609
7 BDMN 0.338 0.429 0.427 0.437 0.414 0.309 0.393
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
AA
LI
AD
RO
ASI
I
BB
CA
BB
NI
BB
RI
BD
MN
BM
RI
IND
F
INTP
ITM
G
JSM
R
KLB
F
LPK
R
LSIP
PG
AS
PTB
A
SMG
R
TLK
M
UN
TR
UN
VR
Rata-rata Nilai STVA Masing-Masing Perusahaan Periode
2009-2014
95
8 BMRI 0.623 0.628 0.644 0.658 0.678 0.660 0.648
9 INDF 0.625 0.688 0.702 0.676 0.582 0.641 0.652
10 INTP 0.865 0.876 0.860 0.864 0.851 0.841 0.859
11 ITMG 0.895 0.819 0.902 0.886 0.762 0.790 0.842
12 JSMR 0.559 0.566 0.556 0.596 0.462 0.521 0.543
13 KLBF 0.527 0.569 0.575 0.593 0.536 0.517 0.553
14 LPKR 0.545 0.591 0.634 0.608 0.570 0.664 0.602
15 LSIP 0.563 0.644 0.729 0.517 0.379 0.370 0.534
16 PGAS 0.935 0.928 0.920 0.937 0.936 0.919 0.929
17 PTBA 0.770 0.661 0.705 0.694 0.590 0.563 0.664
18 SMGR 0.700 0.713 0.714 0.726 0.726 0.701 0.713
19 TLKM 0.572 0.611 0.562 0.568 0.591 0.600 0.584
20 UNTR 0.699 0.658 0.665 0.635 0.534 0.524 0.619
21 UNVR 0.794 0.795 0.830 0.818 0.808 0.824 0.811
Sumber: data diolah sendiri
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki nilai
STVA terbesar adalah PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk. Dengan 0,929
atau 92,9%. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai STVA terendah
adalah PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan nilai sebesar 0.393
atau 39.3%.
d) Perkembangan Price Book Value (PBV)
PBV merupakan hasil perbandingan antara harga saham dengan
nilai buku saham. PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya
atas prospek perusahaan kedepan (Hermuningsih, 2011).
96
Gambar 4.3
Nilai PBV Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014
Sumber: Data diolah sendiri
Tabel 4.5
Nilai PBV Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014
No Kode 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1 AALI 5.755 5.722 4.056 3.313 3.850 3.227 4.320
2 ADRO 3.172 4.391 2.539 1.993 1.016 1.005 2.352
3 ASII 3.521 4.479 3.950 3.426 2.592 2.498 3.411
4 BBCA 4.293 4.626 4.693 4.323 3.700 4.153 4.298
5 BBNI 1.580 2.182 1.873 1.585 1.545 1.864 1.771
6 BBRI 3.461 3.532 3.342 2.642 2.255 2.941 3.029
7 BDMN 2.370 2.600 1.528 1.885 1.147 1.314 1.807
8 BMRI 2.811 3.285 2.492 2.470 2.063 2.248 2.561
9 INDF 1.966 1.722 1.278 1.505 1.510 1.438 1.570
10 INTP 4.722 5.409 4.559 4.407 3.204 3.713 4.336
11 ITMG 5.440 8.745 4.414 4.696 3.314 1.902 4.752
12 JSMR 1.707 2.998 3.404 3.786 3.043 4.196 3.189
13 KLBF 2.888 5.669 0.978 6.740 6.893 8.738 5.318
14 LPKR 1.806 1.788 1.619 2.012 1.481 1.441 1.691
15 LSIP 2.988 3.850 2.629 2.499 1.990 1.786 2.624
16 PGAS 8.050 7.730 4.960 5.320 3.620 4.280 5.660
17 PTBA 6.971 8.305 4.896 4.091 14.411 3.134 6.968
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
AA
LI
AD
RO
ASI
I
BB
CA
BB
NI
BB
RI
BD
MN
BM
RI
IND
F
INTP
ITM
G
JSM
R
KLB
F
LPK
R
LSIP
PG
AS
PTB
A
SMG
R
TLK
M
UN
TR
UN
VR
Rata-rata Nilai PBV Masing-Masing Perusahaan Periode
2009-2014
97
18 SMGR 4.391 4.617 4.647 5.176 3.849 3.843 4.421
19 TLKM 4.809 3.520 2.877 3.362 3.448 4.103 3.687
20 UNTR 3.725 4.907 3.574 2.275 1.988 1.678 3.024
21 UNVR 22.768 31.124 38.969 40.092 46.623 53.588 38.861
Sumber: data diolah sendiri
Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki nilai
PBV tertinggi adalah PT. Unilever Indonesia dengan nilai sebesar
38,861. Sedangan perusahaan dengan PBV terendah adalah PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk dengan nilai 1,570.
e) Perkembangan Price Earning Ratio (PER)
PER adalah perbandingan antara harga saham per lembar
dengan laba bersih per saham. Kegunaan PER adalah untuk melihat
bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan
oleh earning per share. Angka rasio ini biasa digunakan investor
untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba di masa yang akan datang (Prastowo, 2002).
98
Gambar 4.5
Nilai PER Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014
Sumber: Data diolah sendiri
Tabel 4.6
Nilai PER Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014
No Kode 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1 AALI 21.564 20.453 14.205 12.871 21.942 15.252 17.715
2 ADRO 12.628 36.957 11.235 13.231 13.786 18.370 17.701
3 ASII 13.992 15.366 16.856 15.833 14.167 15.665 15.313
4 BBCA 17.384 18.391 18.018 18.958 16.580 19.619 18.158
5 BBNI 12.147 14.568 12.179 9.788 8.128 10.554 11.227
6 BBRI 12.551 10.975 10.733 8.922 8.379 11.855 10.569
7 BDMN 23.954 16.622 10.963 13.498 8.952 16.655 15.107
8 BMRI 13.754 14.794 12.752 12.190 10.062 11.859 12.569
9 INDF 14.703 14.509 13.143 15.768 23.158 15.271 16.092
10 INTP 18.365 21.975 17.605 17.981 14.695 17.458 18.013
11 ITMG 12.637 31.003 8.796 10.964 14.639 8.404 14.407
12 JSMR 12.355 19.445 23.788 23.102 31.291 34.223 24.034
13 KLBF 13.402 23.723 4.304 28.649 30.488 41.591 23.693
14 LPKR 23.182 22.667 20.625 21.739 16.852 9.839 19.151
15 LSIP 79.524 85.099 9.036 14.024 17.080 14.104 36.478
16 PGAS 15.160 17.170 12.630 13.110 11.210 16.390 14.278
17 PTBA 14.569 26.319 12.957 11.965 12.409 13.484 15.284
18 SMGR 13.458 15.416 17.296 19.400 15.635 17.271 16.413
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
AA
LI
AD
RO
ASI
I
BB
CA
BB
NI
BB
RI
BD
MN
BM
RI
IND
F
INTP
ITM
G
JSM
R
KLB
F
LPK
R
LSIP
PG
AS
PTB
A
SMG
R
TLK
M
UN
TR
UN
VR
Rata-rata Nilai PER Masing-Masing Perusahaan Periode
2009-2014
99
19 TLKM 3.259 13.555 12.601 13.528 14.586 19.126 12.776
20 UNTR 13.514 20.447 15.902 12.718 14.660 12.049 14.882
21 UNVR 27.694 37.162 34.432 32.886 37.090 42.952 35.370
Sumber: data diolah sendiri
Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa perusahaan yang dengan Price
Earning Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. PP London Sumatera
Indonesia, Tbk dengan nilai sebesar 36.478. Sedangkan nilai PER yang
terendah dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia dengan nilai sebesar
10.569.
f) Perkembangan Return On Asset (ROA)
ROA adalah profitabilitas kunci yang mengukur jumlah profit
yang diperoleh tiap rupiah aset yang dimiliki perusahaan. ROA
memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi
penggunaan total aset untuk operasional perusahaan (Chen et.al,
2005).
100
Gambar 4.6
Nilai ROA Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014
(dalam persen)
Sumber: data diolah sendiri
Tabel 4.7
Nilai ROA Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014
(dalam persen)
No Kode 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1 AALI 21.90% 22.90% 24.48% 20.29% 12.72% 14.12% 18.01%
2 ADRO 10.30% 5.40% 9.80% 5.70% 3.50% 2.90% 6.60%
3 ASII 14.00% 15.00% 14.00% 12.00% 10.00% 9.00% 11.50%
4 BBCA 3.40% 3.50% 3.80% 3.60% 3.80% 3.90% 3.65%
5 BBNI 1.70% 2.50% 2.90% 2.90% 3.36% 3.49% 2.60%
6 BBRI 3.73% 4.64% 4.93% 5.15% 5.03% 4.74% 4.24%
7 BDMN 1.50% 2.79% 2.60% 2.70% 2.50% 1.40% 1.45%
8 BMRI 3.00% 3.40% 3.40% 3.50% 3.66% 3.57% 3.29%
9 INDF 7.10% 9.00% 9.70% 8.50% 5.00% 6.50% 6.80%
10 INTP 22.00% 23.00% 22.00% 23.30% 21.10% 18.60% 20.30%
11 ITMG 28.00% 18.73% 35.00% 29.00% 15.00% 15.00% 21.50%
12 JSMR 6.14% 6.30% 5.72% 6.47% 3.66% 4.41% 5.28%
13 KLBF 14.33% 18.29% 17.91% 18.41% 16.96% 16.62% 15.48%
14 LPKR 3.00% 3.00% 4.00% 4.00% 4.00% 7.00% 5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%A
ALI
AD
RO
ASI
I
BB
CA
BB
NI
BB
RI
BD
MN
BM
RI
IND
F
INTP
ITM
G
JSM
R
KLB
F
LPK
R
LSIP
PG
AS
PTB
A
SMG
R
TLK
M
UN
TR
UN
VR
AALI
ADRO
ASII
BBCA
BBNI
BBRI
BDMN
BMRI
INDF
INTP
ITMG
101
15 LSIP 14.60% 18.60% 27.50% 15.60% 9.90% 11.00% 12.80%
16 PGAS 21.73% 0.00% 30.42% 30.42% 25.95% 18.68% 20.20%
17 PTBA 33.80% 23.00% 26.80% 22.80% 15.60% 13.60% 23.70%
18 SMGR 25.68% 23.30% 19.90% 18.20% 17.40% 16.20% 20.94%
19 TLKM 11.70% 11.60% 10.60% 11.50% 11.10% 10.40% 11.05%
20 UNTR 16.20% 14.30% 15.50% 11.90% 9.00% 9.10% 12.65%
21 UNVR 40.70% 38.90% 39.70% 40.40% 42.10% 40.20% 40.45%
Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki nilai
Return On Asset (ROA) tertinggi adalah PT. Unilever Indonesia, Tbk
dengan 40,45%. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Return On
Asset terendah adalah PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk
g) Perkembangan Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba
bersih setelah pajak dengan total ekuitas yang dimiliki oleh
perusahaan. ROE digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan
ekuitas yang dimilikinya.
102
Gambar 4.7
Nilai ROE Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014
Sumber: Data diolah sendiri
Tabel 4.8
Nilai ROE Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014
(dalam persen)
No Kode 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1 AALI 26.70% 28.00% 29.65% 26.91% 18.53% 22.14% 25.32%
2 ADRO 25.00% 11.90% 22.60% 12.80% 7.30% 5.60% 14.20%
3 ASII 25.00% 29.00% 28.00% 25.00% 21.00% 18.00% 24.33%
4 BBCA 31.80% 33.30% 33.50% 30.40% 28.20% 25.50% 30.45%
5 BBNI 16.30% 24.70% 20.10% 20.00% 22.47% 23.64% 21.20%
6 BBRI 35.22% 43.83% 42.49% 38.66% 34.11% 31.22% 37.59%
7 BDMN 11.24% 18.51% 17.20% 16.20% 14.50% 8.60% 14.38%
8 BMRI 22.10% 24.40% 22.00% 22.60% 27.31% 25.81% 24.04%
9 INDF 19.90% 19.50% 17.30% 14.50% 9.40% 13.00% 15.60%
10 INTP 29.00% 27.00% 25.00% 27.10% 24.60% 21.60% 25.72%
11 ITMG 42.61% 28.31% 51.00% 43.00% 23.00% 22.00% 34.99%
12 JSMR 13.82% 15.42% 14.31% 16.37% 9.73% 12.28% 13.66%
13 KLBF 21.55% 23.94% 22.75% 23.52% 22.58% 21.03% 22.56%
14 LPKR 8.00% 7.00% 8.00% 10.00% 10.00% 16.00% 9.83%
15 LSIP 18.60% 22.70% 32.70% 18.40% 11.90% 13.30% 19.60%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
140.00%
AA
LI
AD
RO
ASI
I
BB
CA
BB
NI
BB
RI
BD
MN
BM
RI
IND
F
INTP
ITM
G
JSM
R
KLB
F
LPK
R
LSIP
PG
AS
PTB
A
SMG
R
TLK
M
UN
TR
UN
VR
Rata-rata Nilai ROE Masing-Masing Perusahaan Periode
2009-2014
(dalam persen)
103
16 PGAS 53.09% 0.00% 60.86% 60.86% 43.09% 32.26% 41.69%
17 PTBA 47.80% 31.60% 37.80% 34.10% 24.50% 23.30% 33.18%
18 SMGR 32.82% 30.30% 27.10% 27.90% 25.70% 23.20% 27.84%
19 TLKM 29.50% 26.00% 23.10% 24.90% 23.50% 21.60% 24.77%
20 UNTR 30.60% 25.80% 27.00% 19.30% 14.20% 14.50% 21.90%
21 UNVR 82.20% 83.70% 113.10% 121.90% 168.40% 124.80% 115.68%
Sumber: data diolah sendiri
Dari gambar 4.7 dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki nilai
Return On Equity (ROE) tertinggi adalah PT. Unilever Indonesia dengan
nilai 115,68%. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Return On
Equity (ROE) terendah adalah PT. Lippo Karawaci dengan nilai 9.83%.
3. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Sebelum dilakukan pengujian untuk mendapatkan hasil serta
analisis data, terlebih dahulu dilakukan analisis statistik deskriptif, untuk
melihat deskripsi singkat terhadap variabel-variabel yang berkaitan
dengan penelitian ini. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, bahwa penelitian ini melibatkan 3 (tiga) variabel
independen yaitu, Value Added Capital Employed (VACA), Value
Added Human Capital (VAHU) dan Structural Capital Value Added
(STVA). Lalu 2 (dua) variabel dependen, yaitu Price Book Value (PBV)
dan Price Earning Ratio (PER). Serta 2 (dua) variabel intervening, yaitu
Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang
terdaftar dalam indeks LQ 45 selama periode 2009-2014. Pada awal
104
penelitian, perusahaan yang diperoleh sebanyak 45 perusahaan. Karena
penentuan sampel berdasarkan metode purposive sampling, maka atas
dasar kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh sampel penelitian
periode 2009-2014 sebanyak 21 perusahaan. Lalu dengan menggunakan
metode penggabungan data, maka diperoleh data penelitian sebanyak 21
X 6 = 126 data observasi.
Dengan menggunakan program SPSS berikut hasil statistik
deskriptif dari data yang diolah sesuai dengan kriteria yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka didapatkan output untuk mendeskripsikan
data baik untuk nilai minimum, maximum, mean, dan standar deviation,
yang kemudian dijelaskan satu persatu dari variabel-variabel yang ada
dalam penelitian ini, baik variabel independen, variabel dependen dan
variabel intervening, sehingga dapat dilihat bagaimana deskripsi variabel
tersebut secara statistik. Hasil lengkap statistik deskriptif penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 4.9, sebagai berikut:
Tabel 4.9
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
roa 126 ,01 ,42 ,1342 ,10217
roe 126 ,06 1,68 ,2886 ,22984
pbv 126 ,98 53,59 5,2214 8,09172
per 126 3,26 85,10 18,0585 10,95759
vaca 126 ,09 ,90 ,2900 ,12063
vahu 126 1,45 15,90 4,0761 3,07544
stva 126 ,31 ,94 ,6642 ,14472
Valid N
(listwise) 126
Sumber: data diolah sendiri
105
Tabel 4.9 menunjukan hasil dari statistik deskriptif penelitian
masing-masing variabel. Hasil uji statistik deskriptif terhadap kinerja
keuangan diwakili oleh ROA dan ROE. ROA (Return On Asset)
menunjukan nilai minimum sebesar 0.01, nilai maksimum 0.42 dengan
rata-rata (mean) sebesar 0.1342 dan memperoleh nilai standar deviasi
sebesar 0.10217. Hasil uji statistik terhadap ROE (Return On Equity)
menunjukan nilai minimum sebesar 0.06, nilai maksimum 1.68 dengan
rata-rata (mean) sebesar 0.2886 dan memperoleh nilai standar deviasi
sebesar 0.22984. Hasil uji statistik deskriptif terhadap nilai perusahaan
diwakili oleh PBVdan PER. PBV (Price Book Value) menunjukan nilai
minimum sebesar 0.98, nilai maksimum 53.59 dengan rata-rata (mean)
sebesar 5.2214 dan memperoleh nilai standar deviasi sebesar 8.09172.
Hasil uji statistik terhadap PER (Price Earning Ratio) menunjukan nilai
minimum sebesar 3.26, nilai maksimum 85.10 dengan rata-rata (mean)
sebesar 18.0585 dan memperoleh nilai standar deviasi sebesar 10.9575.
Hasil uji statistik deskriptif terhadap VACA (Value Added Capital
Employed) menunjukan nilai minimum sebesar 0.09, nilai maksimum
0.90 dengan rata-rata (mean) sebesar 0.2900 dan memperoleh nilai
standar deviasi sebesar 0.12063. Hasil uji statistik deskriptif terhadap
VAHU (Value Added Human Capital) menunjukan nilai minimum
sebesar 1.45, nilai maksimum 15.90 dengan rata-rata (mean) sebesar
4.0761 dan memperoleh nilai standar deviasi sebesar 3.0754. Hasil uji
statistik deskriptif terhadap STVA (Structural Capital Value Added)
106
menunjukan nilai minimum sebesar 0.31, nilai maksimum 0.94 dengan
rata-rata (mean) sebesar 0.6642 dan memperoleh nilai standar deviasi
sebesar 0.1447.
Variabel VACA, VAHU, STVA, kinerja keuangan (ROA, ROE),
dan nilai perusahaan (PER) memiliki nilai rata-rata lebih besar dari nilai
standar deviasi. Hal ini menunjukan bahwa kualitas data dari variabel
tersebut baik, karena nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai standar
deviasinya mengindentifikasikan bahwa standar error dari variabel
tersebut kecil (Ghozali, 2011).
4. Hasil Pengujian Goodness of Fit Model
Yang harus dilakukan sebelum menilai kelayakan dari model
struktural adalah menilai apakah data yang akan diolah memenuhi
asumsi model persamaan struktural. Goodness of fit berfungsi untuk
mengukur kesesuaian input observasi atau sesungguhnya (matrik
kovarian atau korelasi) dengan prediksi dari model yang diajukan
(proposed model) (Haryono, 2012).
Berikut hasil pengujian goodness of fit dengan menggunakan
program Lisrel 8.80:
107
Tabel 4.10
Hasil Pengujian Goodness of Fit Model
Goodness-of-Fit Cutt-off-Value Hasil Kesimpulan
X² - Chi-square Diharapkan kecil 12.71
goodness of fit Significance ≥ 0.05 P = 0.47
RMSEA 0.08 0.00 goodness of fit
GFI Mendekati 1 0.99 goodness of fit
IFI Mendekati 1 1.00 goodness of fit
NFI Mendekati 1 0.98 goodness of fit
CFI Mendekati 1 1.00 goodness of fit
Sumber: data diolah sendiri
Pada tabel diatas. Hasil pengolahan untuk pengujian goodness of fit
menunjukkan dengan menggunakan pengujian chisquare diperoleh
kesimpulan p-value 0,47 > 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak
yang artinya model yang dihasilkan goodness of fit yang sudah
menunjukkan bahwa model sudah baik. Selain itu SEM memberikan
alternatif penggunaan indikator goodness of fit yang lain. Kriteria
RMSEA menghasilkan nilai 0,000 0,08 yang artinya model yang
dihasilkan sudah goodnes of fit.
Penggunaan kriteria goodness of fit yang lain yaitu GFI, IFI, NFI dan
CFI menghasilkan nilai > 0,9 yang artinya model yang dihasilkan sudah
goodness of fit. Karena hasil kesimpulan beberapa indikator
menghasilkan kesimpulan model goodness of fit maka pengujian
hipotesis teori dapat dilakukan.
108
5. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinan adalah antara nol sampai satu nilai (R2) yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel dependen amat terbatas (Ghozali,
2011).
Berikut hasil uji koefisien determinasi (R2) dengan menggunakan
program Lisrel 8.80:
Gambar 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber: data diolah sendiri
Dari gambar 4.8 dapat dilihat terdapat 2 (dua) output yang
dihasilkan. Hasil pertama, menunjukan bahwa variabel X (intellectual
capital) berpengaruh positif terhadap variabel Y (kinerja keuangan)
sebesar 1.01 dan variabel X (intellectual capital) memiliki kemampuan
menjelaskan variabel Y (nilai perusahaan) sebesar 1.00 atau 100%.
Hasil kedua menunjukan bahwa variabel X (intellectual capital) dan
variabel Y (kinerja keuangan) memilki nilai positif sebesar 0,38 dan 0,51
terhadap variabel Z (nilai perusahaan). lalu dapat dilihat juga bahwa
variabel X (intellectual capital) dan variabel Y (kinerja keuangan)
memiliki kemampuan menjelaskan variabel Z (nilai perusahaan) sebesar
0.80 atau 80%.
1. Y = 1.01*X, R² = 1.00
2. Z = 0.51*Y + 0.38*X, R² = 0.80
109
Berikut hasil Uji Hipotesa dengan menggunakan program Lisrel
8.80:
Gambar 4.9
Hasil Uji Hipotesa
Sumber: data diolah sendiri
Tabel 4.11
Ringkasan Hasil Uji Hipotesa
Estimate
S.E. |z-hit| > 1.96 Kesimpulan Langsung Tidak Langsung
Y ← X 1.00 - 0.06 17.18 Signifikan
Z ← Y 0.51 - 0.07 6.90 Signifikan
Z ← X 0.38 - 0.07 5.12 Signifikan
Z ← X - 0.52 0.07 6.90 Signifikan
Sumber: data diolah sendiri
110
a) Pengaruh Intellectual Capital Secara langsung Terhadap Nilai
Perusahaan
Hipotesis 1 menyatakan bahwa intellectual capital
berpengaruh positif langsung terhadap kinerja keuangan. Dari tabel
4.11 dapat dilihat koefisien estimasi diperoleh sebesar 1.00 yang
artinya semakin tinggi intellectual capital akan semakin tinggi
kinerja keuangan secara langsung dan sebaliknya. Hasil ini
menunjukkan bahwa hipotesis teori yang diajukan terbukti dengan
nilai z-hitung sebesar 17.18 > z-tabel 1.96 yang artinya H1
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
secara langsung dari intellectual capital terhadap nilai perusahaan
secara signifikan.
Hasil penelitian ini mendukung hasil dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Sunarsih dan Mendra (2012).
b) Pengaruh Kinerja Keuangan Secara langsung Terhadap Nilai
Perusahaan
Hipotesis 2 menyatakan bahwa kinerja keuangan berpengaruh
positif langsung terhadap nilai perusahaan. Dari hasil pengolahan
diperoleh koefisien estimasi sebesar 0.51 yang artinya semakin
tinggi kinerja keuangan akan semakin tinggi nilai perusahaan
secara langsung dan sebaliknya. Hasil ini menunjukkan bahwa
hipotesis teori yang diajukan terbukti dengan nilai z-hitung sebesar
6.90 > z-tabel 1.96 yang artinya H2 diterima sehingga dapat
111
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara langsung dan
signifikan dari kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.
c) Pengaruh Intellectual Capital Secara langsung Terhadap Nilai
Perusahaan
Hipotesis 3 menyatakan intellectual capital berpengaruh
positif langsung terhadap nilai perusahaan. Dari hasil pengolahan
diperoleh koefisien estimasi sebesar 0.89 yang artinya semakin
tinggi intellectual capital akan semakin tinggi nilai perusahaan
secara langsung dan sebaliknya. Hasil ini menunjukkan bahwa
hipotesis teori yang diajukan terbukti dengan nilai z-hitung sebesar
5.12 > z-tabel 1.96 yang artinya H3 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dari intellectual
capital terhadap nilai perusahaan secara signifikan. Hal tersebut
sesuai dengan hasil penelitian dari Harahap (2014).
d) Pengaruh Intellectual Capital Secara Tidak langsung
Terhadap Nilai Perusahaan
Hipotesis 4 menyatakan intellectual capital berpengaruh
positif tidak langsung terhadap nilai perusahaan. Dari hasil
pengolahan diperoleh koefisien estimasi sebesar 0.52 yang artinya
semakin tinggi intellectual capital akan semakin tinggi nilai
perusahaan secara tidak langsung dan sebaliknya. Hasil ini
menunjukkan bahwa hipotesis teori yang diajukan terbukti dengan
nilai z-hitung sebesar 6.90 > z-tabel 1.96 yang artinya Ho ditolak
112
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif tidak
langsung dari intellectual capital terhadap nilai perusahaan secara
signifikan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Sunarsih
dan Mendra (2012) dan Harahap (2014).
113
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti pengaruh intellectual capital terhadap nilai
perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening.
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Intellectual capital yang diwakili oleh proksi VACA, VAHU,
STVA berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap kinerja
keuangan yang diwakili oleh proksi ROA, dan ROE, dengan
demikian H1 diterima. Hasil penelitian ini mendukung hasil dari
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sunarsih dan Mendra
(2012).
2. Kinerja keuangan yang diwakili oleh proksi ROA dan ROE
berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap nilai
perusahaan yang diwakili oleh proksi PBV dan PER, dengan
demikian H2 diterima.
3. Intellectual capital yang diwakili oleh proksi VACA, VAHU,
STVA berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap nilai
perusahaan yang diwakili oleh proksi PBV dan PER, dengan
demikian H3 diterima. Hasil penelitian ini mendukung hasil dari
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harahap (2014).
114
4. Intellectual capital yang diwakili oleh proksi VACA, VAHU,
STVA berpengaruh secara tidak langsung dan signifikan terhadap
nilai perusahaan yang diwakili oleh proksi PBV dan PER, dengan
demikian H4 diterima. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
kinerja keuangan sebagai variabel intervening dapat memediasi
antara intellectual capital dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
mendukung hasil dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sunarsih dan Mendra (2012) dan Harahap (2014)
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka saran-saran
yang dapat diberikan berkaitan dengan peran intellectual capital dalam
menciptakan nilai tambah bagi perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Perusahaan sebaiknya terus meningkatkan perhatianya terhadap
intangible asset, karena hal tersebut akan menjadi faktor kunci penting
bagi perusahaan di masa depan untuk memiliki keunggulan kompetitif
dibanding perusahaan lain, hal tersebut akan yang akan menjadi suatu
kelebihan bagi perusahaan yang akan menjadi modal guna
memenangkan persaingan antar perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil penelitian ini dimana perusahaan yang menginvestasikan aset-
aset yang dimilikinya terhadap intellectual capital dapat meningkatkan
kinerja keuanganya, serta nilai perusahaanya di mata investor.
115
2. Bagi Peneliti selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan model pengukuran
intellectual capital selain dari pendapat Pulic, seperti M-VAIC,
Tobin’s “Q” dan model-model dari tokoh lainya.
b. Peneliti selanjutnya dapat memilih objek perusahaan yang
bergerak di bidang syariah untuk melihat bagaimana peran
intellectual capital pada perusahaan yang bergerak di bidang
syariah.
c. Peneliti selanjutnya dapat menambah variabel-variabel lain yang
dapat mempengaruhi intellectual capital.
d. Peneliti selanjutnya dapat menambah periode penelitianya, guna
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
116
DAFTAR PUSTAKA
Bontis, N. “Intellectual Capital: An Exploratory Study that Develops
Measures and Models Management Decision”, Vol. 36 No. 2, pp. 63-76,
1998.
Bontis, N. “ Assessing Knowledge Assets: a Review of the Models Used to
Measure Intellectual Capital”, International Journal of technology
Management. Vol.3 No.1.pp. 41-60, 2001.
Bryne, B.M. “Structural Equation Modeling with AMOS (Basic Concepts,
Applications, and Programming), 2nd
Edition”. New York: Routledge, 2010.
Chen, M.C., S.J. Cheng, Y. Hwang. “An Empirical Investigation of the
Relationship Between Intellectual Capital and firms’ Market Value and
Financial Performances”, Journal of Intellectual Capital Vol. 6 No. 2.pp.
159-176, 2005.
Deegan, C. “Financial Accounting Theory”, McGraw-Hill Book Company.
Sdyney, 2004.
Dewi, Citra Puspita. “Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja
KeuanganBUMN yang Go Public di Indonesia. Jurnal Manajemen
Teknologi”, Vol.12 No.3 STIE YKPN, Yogyakarta, 2011.
Easterby-Smith, and Lyles, M.A. “Introduction: Watersheds of organizational
learning and knowledge management”, in Handbook of Organizational
Learning and Knowledge Management, M. Easterby-Smith and M. A. Lyles
(eds), Blackwell Publishing, United Kingdom, 2003, pp. 1-15
Firer, S dan Williams, M. “Intellectual Capital and Traditional Measures of
Corporate Performance”, Journal of Intellectual Capital.Vol. 4 No. 3, pp.
348-360, 2003.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”,
Cetakan VI, Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang, 2011.
Harahap, Sofyan Syafri. “Analisis Kritis Atas Laporan Leuangan”, Rajawali
Pers, Jakarta, 2010.
Hartono, B. “Intellectual Capital: Sebuah Tantangan Akuntansi Masa Depan.
Media Akuntansi”, Edisi 21/Oktober, h.65-72, 2001.
Haryono, Siswoyo dan Parwoto Wardoyo. “Structural Equation Modeling”,
Intermedia Personalia Utama, Bekasi, 2012.
117
Sarjono, Haryadi dan Winda Julianita. “Structural Equation Modeling
(SEM):Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk Penelitian Bisnis”, Salemba Empat,
Jakarta, 2015.
Sangkala. “Intellectual Capital Management: Strategi Baru Membangun Daya
Saing Perusahaan”, YAPENSI, Jakarta, 2006.
Hong, Pew, Tan., David Plowman dan Phil Hancock. “Intellectual Capital and
Financial Return of Companies”, Journal of Intellectual Capital. Vol 3, No.1,
51-61, 2007.
IAI. ”Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 19 Revisi”, 2000.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk
Akuntansi dan Manajemen”, Edisi 1, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, 1999.
Islamiyah, Syuwaibatul. “Pengaruh Modal Intelektual dan Tata Kelola
Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan pada Efek Syariah”, Jurnal
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya, 2015.
Kalkan, A, Özlem Cetinkaya Bozkurt, and Mutlu Arman. “The Impacts of
Intellectual capital, Innovation, Organizational Strategy on Firm
Performance”, 10th International Strategic Management Conference, 2014.
Keown, Arthur J. et.al. “Manajemen Keuangan : Prinsip dan Penerapan”, Jilid
2, Edisi 10, Indeks, Jakarta, 2010.
Luthy, D.H. “Intellectual Capital and it’s Measurement”, Utah State University,
Logan, UT, 2000.
Luu,Nghi., J. Wykes, P. Williams and T. Weir. Invisible Value: The Case for
Measuring and Reporting Intellectual Capital, ISR. July. No.142, 2001.
Mayasani, Resita. “Pengaruh Modal Intelektual terhadap Economic Value Added
pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2009-2013”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya, 2014.
Moeljadi. “Manajemen Keuangan : Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif”, Jilid
1, Bayumedia, Malang, 2006.
Pramelasari, Y.M. “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar Dan
Kinerja Keuangan Perusahaan”, Universitas Diponegoro. Semarang, 2010.
Pulic, A. “Measuring the Performance of Intellectual Potential in Knowledge
Economy”, Paper presented at the 2nd
McMaster Word Congress on
118
Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for
Intellectual Potential, 1998.
Purnomoshidi, Bambang. ”Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan
Publik di BEJ”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.9, 2006.
Rupert, Booth. “The Management of Intellectual Capital”, Management
Accounting. (Nov), Vol. 76, page 26-28, 1998.
Sawarjuwono, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir. “Intellectual
Capital:Perlakuan, Pengukuran, dan Pelaporan”, Jurnal Akuntansi
Keuangan Vol.5, Surabaya, 2003.
Simanungkalit, Paskah. “Pengaruh Intellectual capital terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening”,
Universitas Diponegoro. Semarang, 2015.
Starovic, D. And Marr, B. “Understanding Corporate Value : Managing and
Reporting Intellectual Capital”, Chartered Institute of Management
Accountants, 2003.
Stewart, T. A. “Intellectual Capital: The New Wealth of Organization”,
Doubleday/Currency. New York, United States of America, 1997.
Suhendah, Rousilita. “Pengaruh Intelectual Capital Terhadap Profitabilitas dan
Penilaian Pasar pada Perusahaan yang Go Public di Indonesia pada Tahun
2005-2007”, Simposium Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin, 2012.
Sunarsih, N.M dan Ni Putu Yuria Mendra. “Pengaruh Modal Intelektual
terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel
Intervening pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”,
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Mahasrawati Denpasar, 2012.
Ulum, Ihyaul. “Intellectual capital, Konsep dan Kajian Empiris”, Graha Ilmu.
Yogyakarta, 2009.
Zurnali, Cut. “Modal Intelektual”, Http://id.wikipedia.org (12 Maret 2016).
“laporan Keuangan Tahunan”, Http://idx.co.id (10 Maret 2016).
119
LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Sampel Perusahaan
DAFTAR PERUSAHAAN YANG MENJADI SAMPEL
PERIODE 2009-2014
No Nama Perusahaan Kode
1 PT. Astra Agro Lestari AALI
2 PT. Adaro Energy Tbk ADRO
3 PT. Astra International Tbk ASII
4 PT. Bank Central Asia Tbk BBCA
5 PT. Bank Negara Indonesia Tbk BBNI
6 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk BBRI
7 PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. BDMN
8 PT. Bank Mandiri , Tbk. BMRI
9 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. INDF
10 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. INTP
11 PT. Indo Tambangraya Megah, Tbk. ITMG
12 PT. Jasa Marga , Tbk. JSMR
13 PT. Kalbe Farma, Tbk. KLBF
14 PT. Lippo Karawaci, Tbk LPKR
15 PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk. LSIP
16 PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk. PGAS
17 PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk. PTBA
18 PT. Semen Indonesia , Tbk. SMGR
19 PT. Telkom Indonesia , Tbk. TLKM
20 PT. United Tractors UNTR
21 PT. Unilever Indonesia, Tbk. UNVR
120
Lampiran 2: Daftar Rincian Data Perusahaan 2009-2014
Data Perolehan Value Added Tahun 2009
No Emiten Input Output Value Added
1 AALI Rp 5,589,849,000,000 Rp 7,424,283,000,000 Rp 1,834,434,000,000
2 ADRO Rp 22,002,817,000,000 Rp 26,938,020,000,000 Rp 4,935,203,000,000
3 ASII Rp 82,831,000,000,000 Rp 98,526,000,000,000 Rp 15,695,000,000,000
4 BBCA Rp 4,106,000,000,000 Rp 19,346,000,000,000 Rp 15,240,000,000,000
5 BBNI Rp 9,484,000,000,000 Rp 15,428,000,000,000 Rp 5,944,000,000,000
6 BBRI Rp 24,450,000,000,000 Rp 26,319,000,000,000 Rp 13,984,000,000,000
7 BDMN Rp 8,106,000,000,000 Rp 12,641,000,000,000 Rp 4,535,000,000,000
8 BMRI Rp 10,960,000,000,000 Rp 22,440,000,000,000 Rp 11,480,000,000,000
9 INDF Rp 34,074,896,000,000 Rp 37,397,300,000,000 Rp 3,322,404,000,000
10 INTP Rp 7,399,846,458,367 Rp 10,576,000,000,000 Rp 3,176,153,541,633
11 ITMG Rp 9,506,422,368,000 Rp 12,652,115,292,000 Rp 3,145,692,924,000
12 JSMR Rp 1,916,206,000,000 Rp 3,692,000,000,000 Rp 1,775,794,000,000
13 KLBF Rp 7,324,809,333,517 Rp 9,087,347,000,000 Rp 1,762,537,666,483
14 LPKR Rp 1,853,540,521,381 Rp 2,565,000,000,000 Rp 711,459,478,619
15 LSIP Rp 1,942,501,000,000 Rp 3,199,687,000,000 Rp 1,257,186,000,000
16 PGAS Rp 11,363,408,400,355 Rp 18,024,279,000,000 Rp 6,660,870,599,645
17 PTBA Rp 5,403,303,000,000 Rp 8,947,854,000,000 Rp 3,544,551,000,000
18 SMGR Rp 9,634,639,852,000 Rp 14,387,850,000,000 Rp 4,753,210,148,000
19 TLKM Rp 47,746,000,000,000 Rp 67,678,000,000,000 Rp 19,932,000,000,000
20 UNTR Rp 23,781,344,000,000 Rp 29,241,883,000,000 Rp 5,460,539,000,000
21 UNVR Rp 14,411,621,000,000 Rp 18,247,000,000,000 Rp 3,835,379,000,000
121
Data Perolehehan Value Added Tahun 2010
No Emiten Input Output Value Added
1 AALI Rp 6,591,196,000,000 Rp 8,843,721,000,000 Rp 2,252,525,000,000
2 ADRO Rp 21,741,245,000,000 Rp 24,689,333,000,000 Rp 2,948,088,000,000
3 ASII Rp 108,513,000,000,000 Rp 129,991,000,000,000 Rp 21,478,000,000,000
4 BBCA Rp 2,245,000,000,000 Rp 20,282,000,000,000 Rp 18,037,000,000,000
5 BBNI Rp 10,553,000,000,000 Rp 18,782,000,000,000 Rp 8,229,000,000,000
6 BBRI Rp 18,286,000,000,000 Rp 38,434,000,000,000 Rp 20,148,000,000,000
7 BDMN Rp 7,143,000,000,000 Rp 13,865,000,000,000 Rp 6,722,000,000,000
8 BMRI Rp 14,082,000,000,000 Rp 28,768,000,000,000 Rp 14,686,000,000,000
9 INDF Rp 34,111,685,000,000 Rp 38,403,400,000,000 Rp 4,291,715,000,000
10 INTP Rp 7,454,421,688,772 Rp 11,138,000,000,000 Rp 3,683,578,311,228
11 ITMG Rp 12,904,858,888,000 Rp 15,170,538,048,000 Rp 2,265,679,160,000
12 JSMR Rp 2,268,238,000,000 Rp 4,378,584,000,000 Rp 2,110,346,000,000
13 KLBF Rp 7,964,255,229,633 Rp 10,226,789,000,000 Rp 2,262,533,770,367
14 LPKR Rp 2,236,216,625,596 Rp 3,125,000,000,000 Rp 888,783,374,404
15 LSIP Rp 1,987,295,000,000 Rp 3,592,658,000,000 Rp 1,605,363,000,000
16 PGAS Rp 13,045,308,879,424 Rp 19,765,716,000,000 Rp 6,720,407,120,576
17 PTBA Rp 4,871,333,000,000 Rp 7,909,154,000,000 Rp 3,037,821,000,000
18 SMGR Rp 9,254,193,305,000 Rp 14,344,189,000,000 Rp 5,089,995,695,000
19 TLKM Rp 49,760,000,000,000 Rp 68,629,000,000,000 Rp 18,869,000,000,000
20 UNTR Rp 31,436,621,000,000 Rp 37,323,872,000,000 Rp 5,887,251,000,000
21 UNVR Rp 15,427,182,000,000 Rp 19,690,000,000,000 Rp 4,262,818,000,000
122
Data Perolehan Value Added Tahun 2011
No Emiten Input Output Value Added
1 AALI Rp 7,996,570,000,000 Rp 10,772,582,000,000 Rp 2,776,012,000,000
2 ADRO Rp 30,384,103,264,000 Rp 36,500,705,370,000 Rp 6,116,602,106,000
3 ASII Rp 136,143,000,000,000 Rp 162,564,000,000,000 Rp 26,421,000,000,000
4 BBCA Rp 8,024,000,000,000 Rp 24,049,000,000,000 Rp 16,025,000,000,000
5 BBNI Rp 9,947,000,000,000 Rp 20,797,000,000,000 Rp 10,850,000,000,000
6 BBRI Rp 16,414,000,000,000 Rp 40,203,000,000,000 Rp 23,789,000,000,000
7 BDMN Rp 7,747,000,000,000 Rp 15,454,000,000,000 Rp 7,707,000,000,000
8 BMRI Rp 16,534,000,000,000 Rp 35,546,000,000,000 Rp 19,012,000,000,000
9 INDF Rp 40,951,117,000,000 Rp 45,332,300,000,000 Rp 4,381,183,000,000
10 INTP Rp 9,698,037,000,000 Rp 13,888,000,000,000 Rp 4,189,963,000,000
11 ITMG Rp 16,258,867,946,000 Rp 21,803,683,750,000 Rp 5,544,815,804,000
12 JSMR Rp 4,332,570,325,000 Rp 6,485,771,000,000 Rp 2,153,200,675,000
13 KLBF Rp 8,333,804,457,799 Rp 10,911,860,000,000 Rp 2,578,055,542,201
14 LPKR Rp 3,073,916,982,739 Rp 4,190,000,000,000 Rp 1,116,083,017,261
15 LSIP Rp 2,351,304,000,000 Rp 4,686,457,000,000 Rp 2,335,153,000,000
16 PGAS Rp 13,639,954,077,996 Rp 20,417,054,833,704 Rp 6,777,100,755,708
17 PTBA Rp 6,202,344,000,000 Rp 10,581,570,000,000 Rp 4,379,226,000,000
18 SMGR Rp 10,874,093,296,000 Rp 16,378,794,000,000 Rp 5,504,700,704,000
19 TLKM Rp 51,722,000,000,000 Rp 71,253,000,000,000 Rp 19,531,000,000,000
20 UNTR Rp 46,174,265,000,000 Rp 55,052,562,000,000 Rp 8,878,297,000,000
21 UNVR Rp 18,451,614,000,000 Rp 23,469,000,000,000 Rp 5,017,386,000,000
123
Data Perolehan Value Added Tahun 2012
No Emiten Input Output Value Added
1 AALI Rp 8,685,910,000,000 Rp 11,564,319,000,000 Rp 2,878,409,000,000
2 ADRO Rp 31,983,510,730,000 Rp 37,124,382,797,000 Rp 5,140,872,067,000
3 ASII Rp 158,230,000,000,000 Rp 188,053,000,000,000 Rp 29,823,000,000,000
4 BBCA Rp 9,738,000,000,000 Rp 27,614,000,000,000 Rp 17,876,000,000,000
5 BBNI Rp 11,279,000,000,000 Rp 23,905,000,000,000 Rp 12,626,000,000,000
6 BBRI Rp 16,581,000,000,000 Rp 44,874,000,000,000 Rp 28,293,000,000,000
7 BDMN Rp 8,860,000,000,000 Rp 18,035,000,000,000 Rp 9,175,000,000,000
8 BMRI Rp 18,381,000,000,000 Rp 41,931,000,000,000 Rp 23,550,000,000,000
9 INDF Rp 45,374,896,000,000 Rp 50,201,500,000,000 Rp 4,826,604,000,000
10 INTP Rp 11,774,378,000,000 Rp 17,290,000,000,000 Rp 5,515,622,000,000
11 ITMG Rp 19,458,200,624,000 Rp 24,323,558,593,000 Rp 4,865,357,969,000
12 JSMR Rp 6,381,971,643,000 Rp 9,070,219,000,000 Rp 2,688,247,357,000
13 KLBF Rp 10,710,117,541,540 Rp 13,636,405,000,000 Rp 2,926,287,458,460
14 LPKR Rp 4,415,148,074,476 Rp 6,160,000,000,000 Rp 1,744,851,925,524
15 LSIP Rp 2,052,740,000,000 Rp 4,211,578,000,000 Rp 2,158,838,000,000
16 PGAS Rp 16,214,322,087,944 Rp 25,695,365,058,001 Rp 9,481,042,970,057
17 PTBA Rp 7,412,931,000,000 Rp 11,594,057,000,000 Rp 4,181,126,000,000
18 SMGR Rp 12,922,451,255,000 Rp 19,598,248,000,000 Rp 6,675,796,745,000
19 TLKM Rp 54,481,000,000,000 Rp 77,143,000,000,000 Rp 22,662,000,000,000
20 UNTR Rp 46,848,839,000,000 Rp 55,953,915,000,000 Rp 9,105,076,000,000
21 UNVR Rp 21,389,644,000,000 Rp 27,303,000,000,000 Rp 5,913,356,000,000
124
Data Perolehan Value Added Tahun 2013
No Emiten Input Output Value Added
1 AALI Rp 10,410,180,000,000 Rp 12,674,999,000,000 Rp 2,264,819,000,000
2 ADRO Rp 31,593,817,216,000 Rp 35,530,560,000,000 Rp 3,936,742,784,000
3 ASII Rp 159,042,000,000,000 Rp 193,880,000,000,000 Rp 34,838,000,000,000
4 BBCA Rp 13,253,386,000,000 Rp 34,372,000,000,000 Rp 21,118,614,000,000
5 BBNI Rp 13,358,000,000,000 Rp 28,500,000,000,000 Rp 15,142,000,000,000
6 BBRI Rp 18,868,006,000,000 Rp 52,454,000,000,000 Rp 33,585,994,000,000
7 BDMN Rp 9,420,000,000,000 Rp 19,174,000,000,000 Rp 9,754,000,000,000
8 BMRI Rp 21,632,716,000,000 Rp 48,496,055,000,000 Rp 26,863,339,000,000
9 INDF Rp 51,318,895,000,000 Rp 55,623,700,000,000 Rp 4,304,805,000,000
10 INTP Rp 12,559,181,000,000 Rp 18,691,000,000,000 Rp 6,131,819,000,000
11 ITMG Rp 20,655,866,816,000 Rp 23,565,500,608,000 Rp 2,909,633,792,000
12 JSMR Rp 8,048,801,418,000 Rp 10,271,000,000,000 Rp 2,222,198,582,000
13 KLBF Rp 12,422,830,711,750 Rp 16,002,131,000,000 Rp 3,579,300,288,250
14 LPKR Rp 4,511,438,558,709 Rp 6,666,000,000,000 Rp 2,154,561,441,291
15 LSIP Rp 2,104,603,000,000 Rp 4,133,679,000,000 Rp 2,029,076,000,000
16 PGAS Rp 23,240,257,236,352 Rp 32,464,403,870,080 Rp 9,224,146,633,728
17 PTBA Rp 8,112,293,000,000 Rp 11,209,219,000,000 Rp 3,096,926,000,000
18 SMGR Rp 16,632,654,943,000 Rp 24,501,241,000,000 Rp 7,868,586,057,000
19 TLKM Rp 58,755,000,000,000 Rp 82,967,000,000,000 Rp 24,212,000,000,000
20 UNTR Rp 41,965,883,000,000 Rp 51,012,385,000,000 Rp 9,046,502,000,000
21 UNVR Rp 24,134,249,000,000 Rp 30,757,000,000,000 Rp 6,622,751,000,000
125
Data Perolehan Value Added Tahun 2014
No Emiten Input Output Value Added
1 AALI Rp 13,298,362,000,000 Rp 16,305,831,000,000 Rp 3,007,469,000,000
2 ADRO Rp 30,504,693,712,000 Rp 33,799,812,816,000 Rp 3,295,119,104,000
3 ASII Rp 165,376,000,000,000 Rp 201,701,000,000,000 Rp 36,325,000,000,000
4 BBCA Rp 15,894,094,000,000 Rp 41,051,000,000,000 Rp 25,156,906,000,000
5 BBNI Rp 15,481,000,000,000 Rp 33,091,000,000,000 Rp 17,610,000,000,000
6 BBRI Rp 22,375,539,000,000 Rp 60,741,000,000,000 Rp 38,365,461,000,000
7 BDMN Rp 10,028,000,000,000 Rp 18,443,000,000,000 Rp 8,415,000,000,000
8 BMRI Rp 23,696,426,000,000 Rp 53,820,239,000,000 Rp 30,123,813,000,000
9 INDF Rp 57,529,581,000,000 Rp 63,594,500,000,000 Rp 6,064,919,000,000
10 INTP Rp 13,865,525,000,000 Rp 19,996,000,000,000 Rp 6,130,475,000,000
11 ITMG Rp 17,168,022,564,000 Rp 19,745,145,420,000 Rp 2,577,122,856,000
12 JSMR Rp 6,482,295,448,000 Rp 9,175,000,000,000 Rp 2,692,704,552,000
13 KLBF Rp 13,373,598,841,031 Rp 17,368,533,000,000 Rp 3,994,934,158,969
14 LPKR Rp 7,819,919,825,369 Rp 11,655,000,000,000 Rp 3,835,080,174,631
15 LSIP Rp 2,247,203,000,000 Rp 4,726,539,000,000 Rp 2,479,336,000,000
16 PGAS Rp 26,642,998,051,824 Rp 34,644,909,380,004 Rp 8,001,911,328,180
17 PTBA Rp 9,499,291,000,000 Rp 13,077,962,000,000 Rp 3,578,671,000,000
18 SMGR Rp 19,031,870,930,000 Rp 26,987,035,000,000 Rp 7,955,164,070,000
19 TLKM Rp 65,264,000,000,000 Rp 89,696,000,000,000 Rp 24,432,000,000,000
20 UNTR Rp 42,901,510,000,000 Rp 53,141,768,000,000 Rp 10,240,258,000,000
21 UNVR Rp 27,544,006,000,000 Rp 34,511,000,000,000 Rp 6,966,994,000,000
126
Data Perolehan Value Added Capital Employed (VACA) Tahun 2009
No Emiten Value Added Capital Employed VACA
1 AALI Rp 1,834,434,000,000 Rp 7,887,014,000,000 0.2326
2 ADRO Rp 4,935,203,000,000 Rp 21,752,143,000,000 0.2269
3 ASII Rp 15,695,000,000,000 Rp 49,934,000,000,000 0.3143
4 BBCA Rp 15,240,000,000,000 Rp 34,664,000,000,000 0.4396
5 BBNI Rp 5,944,000,000,000 Rp 21,628,000,000,000 0.2748
6 BBRI Rp 13,984,000,000,000 Rp 34,565,000,000,000 0.4046
7 BDMN Rp 4,535,000,000,000 Rp 17,338,000,000,000 0.2616
8 BMRI Rp 11,480,000,000,000 Rp 42,264,000,000,000 0.2716
9 INDF Rp 3,322,404,000,000 Rp 17,572,100,000,000 0.1891
10 INTP Rp 3,176,153,541,633 Rp 13,428,000,000,000 0.2365
11 ITMG Rp 3,145,692,924,000 Rp 9,420,034,356,000 0.3339
12 JSMR Rp 1,775,794,000,000 Rp 8,176,073,000,000 0.2172
13 KLBF Rp 1,762,537,666,483 Rp 5,239,442,000,000 0.3364
14 LPKR Rp 711,459,478,619 Rp 5,275,000,000,000 0.1349
15 LSIP Rp 1,257,186,000,000 Rp 4,520,952,000,000 0.2781
16 PGAS Rp 6,660,870,599,645 Rp 17,961,123,000,000 0.3708
17 PTBA Rp 3,544,551,000,000 Rp 8,429,106,000,000 0.4205
18 SMGR Rp 4,753,210,148,000 Rp 13,524,167,000,000 0.3515
19 TLKM Rp 19,932,000,000,000 Rp 50,051,000,000,000 0.3982
20 UNTR Rp 5,460,539,000,000 Rp 17,661,251,000,000 0.3092
21 UNVR Rp 3,835,379,000,000 Rp 6,747,000,000,000 0.5685
127
Data Perolehan Value Added Capital Employed (VACA) Tahun 2010
No Emiten Value Added Capital Employed VACA
1 AALI Rp 2,252,525,000,000 Rp 9,228,467,000,000 0.2441
2 ADRO Rp 2,948,088,000,000 Rp 20,783,754,000,000 0.1418
3 ASII Rp 21,478,000,000,000 Rp 63,676,000,000,000 0.3373
4 BBCA Rp 18,037,000,000,000 Rp 42,587,000,000,000 0.4235
5 BBNI Rp 8,229,000,000,000 Rp 37,222,000,000,000 0.2211
6 BBRI Rp 20,148,000,000,000 Rp 48,145,000,000,000 0.4185
7 BDMN Rp 6,722,000,000,000 Rp 21,333,000,000,000 0.3151
8 BMRI Rp 14,686,000,000,000 Rp 50,761,000,000,000 0.2893
9 INDF Rp 4,291,715,000,000 Rp 27,805,700,000,000 0.1543
10 INTP Rp 3,683,578,311,228 Rp 16,326,000,000,000 0.2256
11 ITMG Rp 2,265,679,160,000 Rp 8,413,541,450,000 0.2693
12 JSMR Rp 2,110,346,000,000 Rp 8,933,500,000,000 0.2362
13 KLBF Rp 2,262,533,770,367 Rp 6,660,114,000,000 0.3397
14 LPKR Rp 888,783,374,404 Rp 8,750,000,000,000 0.1016
15 LSIP Rp 1,605,363,000,000 Rp 5,587,434,000,000 0.2873
16 PGAS Rp 6,720,407,120,576 Rp 20,107,934,000,000 0.3342
17 PTBA Rp 3,037,821,000,000 Rp 8,375,627,000,000 0.3627
18 SMGR Rp 5,089,995,695,000 Rp 15,770,480,000,000 0.3228
19 TLKM Rp 18,869,000,000,000 Rp 55,956,000,000,000 0.3372
20 UNTR Rp 5,887,251,000,000 Rp 20,009,269,000,000 0.2942
21 UNVR Rp 4,262,818,000,000 Rp 7,432,000,000,000 0.5736
128
Data Perolehan Value Added Capital Employed (VACA) Tahun 2011
No Emiten Value Added Capital Employed VACA
1 AALI Rp 2,776,012,000,000 Rp 10,924,723,000,000 0.2541
2 ADRO Rp 6,116,602,106,000 Rp 27,403,872,100,000 0.2232
3 ASII Rp 26,421,000,000,000 Rp 93,623,000,000,000 0.2822
4 BBCA Rp 16,025,000,000,000 Rp 52,847,000,000,000 0.3032
5 BBNI Rp 10,850,000,000,000 Rp 43,651,000,000,000 0.2486
6 BBRI Rp 23,789,000,000,000 Rp 64,908,000,000,000 0.3665
7 BDMN Rp 7,707,000,000,000 Rp 29,004,000,000,000 0.2657
8 BMRI Rp 19,012,000,000,000 Rp 74,900,000,000,000 0.2538
9 INDF Rp 4,381,183,000,000 Rp 34,687,400,000,000 0.1263
10 INTP Rp 4,189,963,000,000 Rp 17,490,000,000,000 0.2396
11 ITMG Rp 5,544,815,804,000 Rp 14,892,917,220,000 0.3723
12 JSMR Rp 2,153,200,675,000 Rp 9,558,035,000,000 0.2253
13 KLBF Rp 2,578,055,542,201 Rp 7,998,172,000,000 0.3223
14 LPKR Rp 1,116,083,017,261 Rp 10,117,000,000,000 0.1103
15 LSIP Rp 2,335,153,000,000 Rp 7,541,004,000,000 0.3097
16 PGAS Rp 6,777,100,755,708 Rp 23,435,722,966,308 0.2892
17 PTBA Rp 4,379,226,000,000 Rp 11,250,838,000,000 0.3892
18 SMGR Rp 5,504,700,704,000 Rp 18,545,870,000,000 0.2968
19 TLKM Rp 19,531,000,000,000 Rp 58,486,000,000,000 0.3339
20 UNTR Rp 8,878,297,000,000 Rp 33,404,856,000,000 0.2658
21 UNVR Rp 5,017,386,000,000 Rp 7,844,000,000,000 0.6396
129
Data Perolehan Value Added Capital Employed (VACA) Tahun 2012
No Emiten Value Added Capital Employed VACA
1 AALI Rp 2,878,409,000,000 Rp 11,819,065,000,000 0.2435
2 ADRO Rp 5,140,872,067,000 Rp 29,348,095,615,000 0.1752
3 ASII Rp 29,823,000,000,000 Rp 109,235,000,000,000 0.2730
4 BBCA Rp 17,876,000,000,000 Rp 63,619,000,000,000 0.2810
5 BBNI Rp 12,626,000,000,000 Rp 50,573,000,000,000 0.2497
6 BBRI Rp 28,293,000,000,000 Rp 83,569,000,000,000 0.3386
7 BDMN Rp 9,175,000,000,000 Rp 32,745,000,000,000 0.2802
8 BMRI Rp 23,550,000,000,000 Rp 92,037,000,000,000 0.2559
9 INDF Rp 4,826,604,000,000 Rp 37,401,400,000,000 0.1290
10 INTP Rp 5,515,622,000,000 Rp 24,182,000,000,000 0.2281
11 ITMG Rp 4,865,357,969,000 Rp 14,305,869,580,000 0.3401
12 JSMR Rp 2,688,247,357,000 Rp 11,390,409,000,000 0.2360
13 KLBF Rp 2,926,287,458,460 Rp 9,105,571,000,000 0.3214
14 LPKR Rp 1,744,851,925,524 Rp 12,530,000,000,000 0.1393
15 LSIP Rp 2,158,838,000,000 Rp 7,395,899,000,000 0.2919
16 PGAS Rp 9,481,042,970,057 Rp 32,369,141,049,282 0.2929
17 PTBA Rp 4,181,126,000,000 Rp 11,405,282,000,000 0.3666
18 SMGR Rp 6,675,796,745,000 Rp 23,010,258,000,000 0.2901
19 TLKM Rp 22,662,000,000,000 Rp 64,417,000,000,000 0.3518
20 UNTR Rp 9,105,076,000,000 Rp 38,080,232,000,000 0.2391
21 UNVR Rp 5,913,356,000,000 Rp 8,807,000,000,000 0.6714
130
Data Perolehan Value Added Capital Employed (VACA) Tahun 2013
No Emiten Value Added Capital Employed VACA
1 AALI Rp 2,264,819,000,000 Rp 12,204,109,000,000 0.1856
2 ADRO Rp 3,936,742,784,000 Rp 36,841,383,488,000 0.1069
3 ASII Rp 34,838,000,000,000 Rp 128,485,000,000,000 0.2711
4 BBCA Rp 21,118,614,000,000 Rp 78,221,000,000,000 0.2700
5 BBNI Rp 15,142,000,000,000 Rp 56,741,000,000,000 0.2669
6 BBRI Rp 33,585,994,000,000 Rp 100,681,000,000,000 0.3336
7 BDMN Rp 9,754,000,000,000 Rp 35,594,000,000,000 0.2740
8 BMRI Rp 26,863,339,000,000 Rp 106,994,349,000,000 0.2511
9 INDF Rp 4,304,805,000,000 Rp 40,876,900,000,000 0.1053
10 INTP Rp 6,131,819,000,000 Rp 28,196,000,000,000 0.2175
11 ITMG Rp 2,909,633,792,000 Rp 11,934,936,832,000 0.2438
12 JSMR Rp 2,222,198,582,000 Rp 11,584,000,000,000 0.1918
13 KLBF Rp 3,579,300,288,250 Rp 10,419,466,000,000 0.3435
14 LPKR Rp 2,154,561,441,291 Rp 15,406,000,000,000 0.1399
15 LSIP Rp 2,029,076,000,000 Rp 7,383,480,000,000 0.2748
16 PGAS Rp 9,224,146,633,728 Rp 37,524,036,582,656 0.2458
17 PTBA Rp 3,096,926,000,000 Rp 3,456,938,000,000 0.8959
18 SMGR Rp 7,868,586,057,000 Rp 27,520,470,000,000 0.2859
19 TLKM Rp 24,212,000,000,000 Rp 74,859,000,000,000 0.3234
20 UNTR Rp 9,046,502,000,000 Rp 40,482,597,000,000 0.2235
21 UNVR Rp 6,622,751,000,000 Rp 9,608,000,000,000 0.6893
131
Data Perolehan Value Added Capital Employed (VACA) Tahun 2014
No Emiten Value Added Capital Employed VACA
1 AALI Rp 3,007,469,000,000 Rp 14,422,131,000,000 0.2085
2 ADRO Rp 3,295,119,104,000 Rp 34,985,992,272,000 0.0942
3 ASII Rp 36,325,000,000,000 Rp 142,449,000,000,000 0.2550
4 BBCA Rp 25,156,906,000,000 Rp 94,407,000,000,000 0.2665
5 BBNI Rp 17,610,000,000,000 Rp 71,850,000,000,000 0.2451
6 BBRI Rp 38,365,461,000,000 Rp 121,991,000,000,000 0.3145
7 BDMN Rp 8,415,000,000,000 Rp 35,622,000,000,000 0.2362
8 BMRI Rp 30,123,813,000,000 Rp 124,716,435,000,000 0.2415
9 INDF Rp 6,064,919,000,000 Rp 45,113,800,000,000 0.1344
10 INTP Rp 6,130,475,000,000 Rp 29,939,000,000,000 0.2048
11 ITMG Rp 2,577,122,856,000 Rp 11,168,630,088,000 0.2307
12 JSMR Rp 2,692,704,552,000 Rp 12,829,000,000,000 0.2099
13 KLBF Rp 3,994,934,158,969 Rp 11,882,163,000,000 0.3362
14 LPKR Rp 3,835,080,174,631 Rp 20,193,000,000,000 0.1899
15 LSIP Rp 2,479,336,000,000 Rp 8,135,538,000,000 0.3048
16 PGAS Rp 8,001,911,328,180 Rp 37,473,591,754,368 0.2135
17 PTBA Rp 3,578,671,000,000 Rp 10,687,013,000,000 0.3349
18 SMGR Rp 7,955,164,070,000 Rp 30,578,558,000,000 0.2602
19 TLKM Rp 24,432,000,000,000 Rp 82,470,000,000,000 0.2963
20 UNTR Rp 10,240,258,000,000 Rp 43,946,355,000,000 0.2330
21 UNVR Rp 6,966,994,000,000 Rp 10,338,000,000,000 0.6739
132
Data Perolehan Value Added Human Capital (VAHU) Tahun 2009
No Emiten Value Added Human Capital VAHU
1 AALI Rp 1,834,434,000,000 Rp 173,785,000,000 10.5558
2 ADRO Rp 4,935,203,000,000 Rp 627,951,000,000 7.8592
3 ASII Rp 15,695,000,000,000 Rp 5,655,000,000,000 2.7754
4 BBCA Rp 15,240,000,000,000 Rp 8,433,000,000,000 1.8072
5 BBNI Rp 5,944,000,000,000 Rp 3,460,000,000,000 1.7179
6 BBRI Rp 13,984,000,000,000 Rp 6,676,000,000,000 2.0947
7 BDMN Rp 4,535,000,000,000 Rp 3,003,000,000,000 1.5102
8 BMRI Rp 11,480,000,000,000 Rp 4,325,000,000,000 2.6543
9 INDF Rp 3,322,404,000,000 Rp 1,246,504,000,000 2.6654
10 INTP Rp 3,176,153,541,633 Rp 429,153,541,633 7.4010
11 ITMG Rp 3,145,692,924,000 Rp 331,091,136,000 9.5010
12 JSMR Rp 1,775,794,000,000 Rp 783,100,000,000 2.2676
13 KLBF Rp 1,762,537,666,483 Rp 833,533,666,483 2.1145
14 LPKR Rp 711,459,478,619 Rp 323,459,478,619 2.1995
15 LSIP Rp 1,257,186,000,000 Rp 549,699,000,000 2.2870
16 PGAS Rp 6,660,870,599,645 Rp 431,827,599,645 15.4248
17 PTBA Rp 3,544,551,000,000 Rp 816,817,000,000 4.3395
18 SMGR Rp 4,753,210,148,000 Rp 1,426,722,148,000 3.3316
19 TLKM Rp 19,932,000,000,000 Rp 8,533,000,000,000 2.3359
20 UNTR Rp 5,460,539,000,000 Rp 1,642,998,000,000 3.3235
21 UNVR Rp 3,835,379,000,000 Rp 791,379,000,000 4.8465
133
Data Perolehan Value Added Human Capital (VAHU) Tahun 2010
No Emiten Value Added Human Capital VAHU
1 AALI Rp 2,252,525,000,000 Rp 235,745,000,000 9.5549
2 ADRO Rp 2,948,088,000,000 Rp 740,775,000,000 3.9797
3 ASII Rp 21,478,000,000,000 Rp 7,112,000,000,000 3.0200
4 BBCA Rp 18,037,000,000,000 Rp 9,558,000,000,000 1.8871
5 BBNI Rp 8,229,000,000,000 Rp 4,127,000,000,000 1.9939
6 BBRI Rp 20,148,000,000,000 Rp 8,676,000,000,000 2.3223
7 BDMN Rp 6,722,000,000,000 Rp 3,839,000,000,000 1.7510
8 BMRI Rp 14,686,000,000,000 Rp 5,468,000,000,000 2.6858
9 INDF Rp 4,291,715,000,000 Rp 1,338,815,000,000 3.2056
10 INTP Rp 3,683,578,311,228 Rp 458,578,311,228 8.0326
11 ITMG Rp 2,265,679,160,000 Rp 409,129,966,000 5.5378
12 JSMR Rp 2,110,346,000,000 Rp 916,860,000,000 2.3017
13 KLBF Rp 2,262,533,770,367 Rp 976,203,770,367 2.3177
14 LPKR Rp 888,783,374,404 Rp 363,783,374,404 2.4432
15 LSIP Rp 1,605,363,000,000 Rp 572,034,000,000 2.8064
16 PGAS Rp 6,720,407,120,576 Rp 481,046,120,576 13.9704
17 PTBA Rp 3,037,821,000,000 Rp 1,028,930,000,000 2.9524
18 SMGR Rp 5,089,995,695,000 Rp 1,459,268,695,000 3.4880
19 TLKM Rp 18,869,000,000,000 Rp 7,332,000,000,000 2.5735
20 UNTR Rp 5,887,251,000,000 Rp 2,014,320,000,000 2.9227
21 UNVR Rp 4,262,818,000,000 Rp 875,818,000,000 4.8672
134
Data Perolehan Value Added Human Capital (VAHU) Tahun 2011
No Emiten Value Added Human Capital VAHU
1 AALI Rp 2,776,012,000,000 Rp 277,447,000,000 10.0056
2 ADRO Rp 6,116,602,106,000 Rp 1,010,693,140,000 6.0519
3 ASII Rp 26,421,000,000,000 Rp 8,636,000,000,000 3.0594
4 BBCA Rp 16,025,000,000,000 Rp 5,205,000,000,000 3.0788
5 BBNI Rp 10,850,000,000,000 Rp 5,042,000,000,000 2.1519
6 BBRI Rp 23,789,000,000,000 Rp 8,701,000,000,000 2.7341
7 BDMN Rp 7,707,000,000,000 Rp 4,413,000,000,000 1.7464
8 BMRI Rp 19,012,000,000,000 Rp 6,766,000,000,000 2.8099
9 INDF Rp 4,381,183,000,000 Rp 1,303,983,000,000 3.3598
10 INTP Rp 4,189,963,000,000 Rp 587,963,000,000 7.1262
11 ITMG Rp 5,544,815,804,000 Rp 545,578,400,000 10.1632
12 JSMR Rp 2,153,200,675,000 Rp 955,674,675,000 2.2531
13 KLBF Rp 2,578,055,542,201 Rp 1,095,818,542,201 2.3526
14 LPKR Rp 1,116,083,017,261 Rp 408,083,017,261 2.7349
15 LSIP Rp 2,335,153,000,000 Rp 633,573,000,000 3.6857
16 PGAS Rp 6,777,100,755,708 Rp 545,014,229,826 12.4347
17 PTBA Rp 4,379,226,000,000 Rp 1,293,390,000,000 3.3859
18 SMGR Rp 5,504,700,704,000 Rp 1,573,927,704,000 3.4974
19 TLKM Rp 19,531,000,000,000 Rp 8,555,000,000,000 2.2830
20 UNTR Rp 8,878,297,000,000 Rp 2,977,389,000,000 2.9819
21 UNVR Rp 5,017,386,000,000 Rp 854,386,000,000 5.8725
135
Data Perolehan Value Added Human Capital (VAHU) Tahun 2012
No Emiten Value Added Human Capital VAHU
1 AALI Rp 2,878,409,000,000 Rp 424,755,000,000 6.7766
2 ADRO Rp 5,140,872,067,000 Rp 1,313,384,262,000 3.9142
3 ASII Rp 29,823,000,000,000 Rp 10,402,000,000,000 2.8670
4 BBCA Rp 17,876,000,000,000 Rp 6,155,000,000,000 2.9043
5 BBNI Rp 12,626,000,000,000 Rp 5,578,000,000,000 2.2635
6 BBRI Rp 28,293,000,000,000 Rp 9,606,000,000,000 2.9453
7 BDMN Rp 9,175,000,000,000 Rp 5,163,000,000,000 1.7771
8 BMRI Rp 23,550,000,000,000 Rp 8,046,000,000,000 2.9269
9 INDF Rp 4,826,604,000,000 Rp 1,565,404,000,000 3.0833
10 INTP Rp 5,515,622,000,000 Rp 752,622,000,000 7.3285
11 ITMG Rp 4,865,357,969,000 Rp 556,593,130,000 8.7413
12 JSMR Rp 2,688,247,357,000 Rp 1,085,623,357,000 2.4762
13 KLBF Rp 2,926,287,458,460 Rp 1,192,359,458,460 2.4542
14 LPKR Rp 1,744,851,925,524 Rp 684,851,925,524 2.5478
15 LSIP Rp 2,158,838,000,000 Rp 1,042,652,000,000 2.0705
16 PGAS Rp 9,481,042,970,057 Rp 596,242,317,369 15.9013
17 PTBA Rp 4,181,126,000,000 Rp 1,281,013,000,000 3.2639
18 SMGR Rp 6,675,796,745,000 Rp 1,830,393,745,000 3.6472
19 TLKM Rp 22,662,000,000,000 Rp 9,786,000,000,000 2.3158
20 UNTR Rp 9,105,076,000,000 Rp 3,325,401,000,000 2.7380
21 UNVR Rp 5,913,356,000,000 Rp 1,074,356,000,000 5.5041
136
Data Perolehan Value Added Human Capital (VAHU) Tahun 2013
No Emiten Value Added Human Capital VAHU
1 AALI Rp 2,264,819,000,000 Rp 328,569,000,000 6.8930
2 ADRO Rp 3,936,742,784,000 Rp 1,427,430,784,000 2.7579
3 ASII Rp 34,838,000,000,000 Rp 12,541,000,000,000 2.7779
4 BBCA Rp 21,118,614,000,000 Rp 6,864,614,000,000 3.0764
5 BBNI Rp 15,142,000,000,000 Rp 6,084,000,000,000 2.4888
6 BBRI Rp 33,585,994,000,000 Rp 12,231,994,000,000 2.7457
7 BDMN Rp 9,754,000,000,000 Rp 5,713,000,000,000 1.7073
8 BMRI Rp 26,863,339,000,000 Rp 8,659,586,000,000 3.1022
9 INDF Rp 4,304,805,000,000 Rp 1,801,005,000,000 2.3902
10 INTP Rp 6,131,819,000,000 Rp 913,819,000,000 6.7101
11 ITMG Rp 2,909,633,792,000 Rp 692,559,296,000 4.2013
12 JSMR Rp 2,222,198,582,000 Rp 1,196,198,582,000 1.8577
13 KLBF Rp 3,579,300,288,250 Rp 1,659,792,288,250 2.1565
14 LPKR Rp 2,154,561,441,291 Rp 926,561,441,291 2.3253
15 LSIP Rp 2,029,076,000,000 Rp 1,259,583,000,000 1.6109
16 PGAS Rp 9,224,146,633,728 Rp 591,202,213,888 15.6024
17 PTBA Rp 3,096,926,000,000 Rp 1,270,782,000,000 2.4370
18 SMGR Rp 7,868,586,057,000 Rp 2,152,092,057,000 3.6562
19 TLKM Rp 24,212,000,000,000 Rp 9,895,000,000,000 2.4469
20 UNTR Rp 9,046,502,000,000 Rp 4,212,803,000,000 2.1474
21 UNVR Rp 6,622,751,000,000 Rp 1,269,751,000,000 5.2158
137
Data Perolehan Value Added Human Capital (VAHU) Tahun 2014
No Emiten Value Added Human Capital VAHU
1 AALI Rp 3,007,469,000,000 Rp 422,824,000,000 7.1128
2 ADRO Rp 3,295,119,104,000 Rp 1,424,943,104,000 2.3125
3 ASII Rp 36,325,000,000,000 Rp 14,200,000,000,000 2.5581
4 BBCA Rp 25,156,906,000,000 Rp 8,670,906,000,000 2.9013
5 BBNI Rp 17,610,000,000,000 Rp 6,781,000,000,000 2.5970
6 BBRI Rp 38,365,461,000,000 Rp 14,111,461,000,000 2.7187
7 BDMN Rp 8,415,000,000,000 Rp 5,811,000,000,000 1.4481
8 BMRI Rp 30,123,813,000,000 Rp 10,251,940,000,000 2.9384
9 INDF Rp 6,064,919,000,000 Rp 2,179,519,000,000 2.7827
10 INTP Rp 6,130,475,000,000 Rp 976,475,000,000 6.2782
11 ITMG Rp 2,577,122,856,000 Rp 542,107,104,000 4.7539
12 JSMR Rp 2,692,704,552,000 Rp 1,288,704,552,000 2.0895
13 KLBF Rp 3,994,934,158,969 Rp 1,930,247,158,969 2.0696
14 LPKR Rp 3,835,080,174,631 Rp 1,288,080,174,631 2.9774
15 LSIP Rp 2,479,336,000,000 Rp 1,562,632,000,000 1.5866
16 PGAS Rp 8,001,911,328,180 Rp 644,960,766,912 12.4068
17 PTBA Rp 3,578,671,000,000 Rp 1,562,500,000,000 2.2903
18 SMGR Rp 7,955,164,070,000 Rp 2,379,058,070,000 3.3438
19 TLKM Rp 24,432,000,000,000 Rp 9,769,000,000,000 2.5010
20 UNTR Rp 10,240,258,000,000 Rp 4,870,637,000,000 2.1024
21 UNVR Rp 6,966,994,000,000 Rp 1,227,994,000,000 5.6735
138
Data Perolehan Structural Capital Value Added (STVA) Tahun 2009
No Emiten Structural Capital Value Added STVA
1 AALI Rp 1,660,649,000,000 Rp 1,834,434,000,000 0.9053
2 ADRO Rp 4,307,252,000,000 Rp 4,935,203,000,000 0.8728
3 ASII Rp 10,040,000,000,000 Rp 15,695,000,000,000 0.6397
4 BBCA Rp 6,807,000,000,000 Rp 15,240,000,000,000 0.4467
5 BBNI Rp 2,484,000,000,000 Rp 5,944,000,000,000 0.4179
6 BBRI Rp 7,308,000,000,000 Rp 13,984,000,000,000 0.5226
7 BDMN Rp 1,532,000,000,000 Rp 4,535,000,000,000 0.3378
8 BMRI Rp 7,155,000,000,000 Rp 11,480,000,000,000 0.6233
9 INDF Rp 2,075,900,000,000 Rp 3,322,404,000,000 0.6248
10 INTP Rp 2,747,000,000,000 Rp 3,176,153,541,633 0.8649
11 ITMG Rp 2,814,601,788,000 Rp 3,145,692,924,000 0.8947
12 JSMR Rp 992,694,000,000 Rp 1,775,794,000,000 0.5590
13 KLBF Rp 929,004,000,000 Rp 1,762,537,666,483 0.5271
14 LPKR Rp 388,000,000,000 Rp 711,459,478,619 0.5454
15 LSIP Rp 707,487,000,000 Rp 1,257,186,000,000 0.5628
16 PGAS Rp 6,229,043,000,000 Rp 6,660,870,599,645 0.9352
17 PTBA Rp 2,727,734,000,000 Rp 3,544,551,000,000 0.7696
18 SMGR Rp 3,326,488,000,000 Rp 4,753,210,148,000 0.6998
19 TLKM Rp 11,399,000,000,000 Rp 19,932,000,000,000 0.5719
20 UNTR Rp 3,817,541,000,000 Rp 5,460,539,000,000 0.6991
21 UNVR Rp 3,044,000,000,000 Rp 3,835,379,000,000 0.7937
139
Data Perolehan Structural Capital Value Added (STVA) Tahun 2010
No Emiten Structural Capital Value Added STVA
1 AALI Rp 2,016,780,000,000 Rp 2,252,525,000,000 0.8953
2 ADRO Rp 2,207,313,000,000 Rp 2,948,088,000,000 0.7487
3 ASII Rp 14,366,000,000,000 Rp 21,478,000,000,000 0.6689
4 BBCA Rp 8,479,000,000,000 Rp 18,037,000,000,000 0.4701
5 BBNI Rp 4,102,000,000,000 Rp 8,229,000,000,000 0.4985
6 BBRI Rp 11,472,000,000,000 Rp 20,148,000,000,000 0.5694
7 BDMN Rp 2,883,000,000,000 Rp 6,722,000,000,000 0.4289
8 BMRI Rp 9,218,000,000,000 Rp 14,686,000,000,000 0.6277
9 INDF Rp 2,952,900,000,000 Rp 4,291,715,000,000 0.6880
10 INTP Rp 3,225,000,000,000 Rp 3,683,578,311,228 0.8755
11 ITMG Rp 1,856,549,194,000 Rp 2,265,679,160,000 0.8194
12 JSMR Rp 1,193,486,000,000 Rp 2,110,346,000,000 0.5655
13 KLBF Rp 1,286,330,000,000 Rp 2,262,533,770,367 0.5685
14 LPKR Rp 525,000,000,000 Rp 888,783,374,404 0.5907
15 LSIP Rp 1,033,329,000,000 Rp 1,605,363,000,000 0.6437
16 PGAS Rp 6,239,361,000,000 Rp 6,720,407,120,576 0.9284
17 PTBA Rp 2,008,891,000,000 Rp 3,037,821,000,000 0.6613
18 SMGR Rp 3,630,727,000,000 Rp 5,089,995,695,000 0.7133
19 TLKM Rp 11,537,000,000,000 Rp 18,869,000,000,000 0.6114
20 UNTR Rp 3,872,931,000,000 Rp 5,887,251,000,000 0.6579
21 UNVR Rp 3,387,000,000,000 Rp 4,262,818,000,000 0.7945
140
Data Perolehan Structural Capital Value Added (STVA) Tahun 2011
No Emiten Structural Capital Value Added STVA
1 AALI Rp 2,498,565,000,000 Rp 2,776,012,000,000 0.9001
2 ADRO Rp 5,105,908,966,000 Rp 6,116,602,106,000 0.8348
3 ASII Rp 17,785,000,000,000 Rp 26,421,000,000,000 0.6731
4 BBCA Rp 10,820,000,000,000 Rp 16,025,000,000,000 0.6752
5 BBNI Rp 5,808,000,000,000 Rp 10,850,000,000,000 0.5353
6 BBRI Rp 15,088,000,000,000 Rp 23,789,000,000,000 0.6342
7 BDMN Rp 3,294,000,000,000 Rp 7,707,000,000,000 0.4274
8 BMRI Rp 12,246,000,000,000 Rp 19,012,000,000,000 0.6441
9 INDF Rp 3,077,200,000,000 Rp 4,381,183,000,000 0.7024
10 INTP Rp 3,602,000,000,000 Rp 4,189,963,000,000 0.8597
11 ITMG Rp 4,999,237,404,000 Rp 5,544,815,804,000 0.9016
12 JSMR Rp 1,197,526,000,000 Rp 2,153,200,675,000 0.5562
13 KLBF Rp 1,482,237,000,000 Rp 2,578,055,542,201 0.5749
14 LPKR Rp 708,000,000,000 Rp 1,116,083,017,261 0.6344
15 LSIP Rp 1,701,580,000,000 Rp 2,335,153,000,000 0.7287
16 PGAS Rp 6,232,086,525,882 Rp 6,777,100,755,708 0.9196
17 PTBA Rp 3,085,836,000,000 Rp 4,379,226,000,000 0.7047
18 SMGR Rp 3,930,773,000,000 Rp 5,504,700,704,000 0.7141
19 TLKM Rp 10,976,000,000,000 Rp 19,531,000,000,000 0.5620
20 UNTR Rp 5,900,908,000,000 Rp 8,878,297,000,000 0.6646
21 UNVR Rp 4,163,000,000,000 Rp 5,017,386,000,000 0.8297
141
Data Perolehan Structural Capital Value Added (STVA) Tahun 2012
No Emiten Structural Capital Value Added STVA
1 AALI Rp 2,453,654,000,000 Rp 2,878,409,000,000 0.8524
2 ADRO Rp 3,827,487,805,000 Rp 5,140,872,067,000 0.7445
3 ASII Rp 19,421,000,000,000 Rp 29,823,000,000,000 0.6512
4 BBCA Rp 11,721,000,000,000 Rp 17,876,000,000,000 0.6557
5 BBNI Rp 7,048,000,000,000 Rp 12,626,000,000,000 0.5582
6 BBRI Rp 18,687,000,000,000 Rp 28,293,000,000,000 0.6605
7 BDMN Rp 4,012,000,000,000 Rp 9,175,000,000,000 0.4373
8 BMRI Rp 15,504,000,000,000 Rp 23,550,000,000,000 0.6583
9 INDF Rp 3,261,200,000,000 Rp 4,826,604,000,000 0.6757
10 INTP Rp 4,763,000,000,000 Rp 5,515,622,000,000 0.8635
11 ITMG Rp 4,308,764,839,000 Rp 4,865,357,969,000 0.8856
12 JSMR Rp 1,602,624,000,000 Rp 2,688,247,357,000 0.5962
13 KLBF Rp 1,733,928,000,000 Rp 2,926,287,458,460 0.5925
14 LPKR Rp 1,060,000,000,000 Rp 1,744,851,925,524 0.6075
15 LSIP Rp 1,116,186,000,000 Rp 2,158,838,000,000 0.5170
16 PGAS Rp 8,884,800,652,688 Rp 9,481,042,970,057 0.9371
17 PTBA Rp 2,900,113,000,000 Rp 4,181,126,000,000 0.6936
18 SMGR Rp 4,845,403,000,000 Rp 6,675,796,745,000 0.7258
19 TLKM Rp 12,876,000,000,000 Rp 22,662,000,000,000 0.5682
20 UNTR Rp 5,779,675,000,000 Rp 9,105,076,000,000 0.6348
21 UNVR Rp 4,839,000,000,000 Rp 5,913,356,000,000 0.8183
142
Data Perolehan Structural Capital Value Added (STVA) Tahun 2013
No Emiten Structural Capital Value Added STVA
1 AALI Rp 1,936,250,000,000 Rp 2,264,819,000,000 0.8549
2 ADRO Rp 2,509,312,000,000 Rp 3,936,742,784,000 0.6374
3 ASII Rp 22,297,000,000,000 Rp 34,838,000,000,000 0.6400
4 BBCA Rp 14,254,000,000,000 Rp 21,118,614,000,000 0.6749
5 BBNI Rp 9,058,000,000,000 Rp 15,142,000,000,000 0.5982
6 BBRI Rp 21,354,000,000,000 Rp 33,585,994,000,000 0.6358
7 BDMN Rp 4,041,000,000,000 Rp 9,754,000,000,000 0.4143
8 BMRI Rp 18,203,753,000,000 Rp 26,863,339,000,000 0.6776
9 INDF Rp 2,503,800,000,000 Rp 4,304,805,000,000 0.5816
10 INTP Rp 5,218,000,000,000 Rp 6,131,819,000,000 0.8510
11 ITMG Rp 2,217,074,496,000 Rp 2,909,633,792,000 0.7620
12 JSMR Rp 1,026,000,000,000 Rp 2,222,198,582,000 0.4617
13 KLBF Rp 1,919,508,000,000 Rp 3,579,300,288,250 0.5363
14 LPKR Rp 1,228,000,000,000 Rp 2,154,561,441,291 0.5700
15 LSIP Rp 769,493,000,000 Rp 2,029,076,000,000 0.3792
16 PGAS Rp 8,632,944,419,840 Rp 9,224,146,633,728 0.9359
17 PTBA Rp 1,826,144,000,000 Rp 3,096,926,000,000 0.5897
18 SMGR Rp 5,716,494,000,000 Rp 7,868,586,057,000 0.7265
19 TLKM Rp 14,317,000,000,000 Rp 24,212,000,000,000 0.5913
20 UNTR Rp 4,833,699,000,000 Rp 9,046,502,000,000 0.5343
21 UNVR Rp 5,353,000,000,000 Rp 6,622,751,000,000 0.8083
143
Data Perolehan Structural Capital Value Added (STVA) Tahun 2014
No Emiten Structural Capital Value Added STVA
1 AALI Rp 2,584,645,000,000 Rp 3,007,469,000,000 0.8594
2 ADRO Rp 1,870,176,000,000 Rp 3,295,119,104,000 0.5676
3 ASII Rp 22,125,000,000,000 Rp 36,325,000,000,000 0.6091
4 BBCA Rp 16,486,000,000,000 Rp 25,156,906,000,000 0.6553
5 BBNI Rp 10,829,000,000,000 Rp 17,610,000,000,000 0.6149
6 BBRI Rp 24,254,000,000,000 Rp 38,365,461,000,000 0.6322
7 BDMN Rp 2,604,000,000,000 Rp 8,415,000,000,000 0.3094
8 BMRI Rp 19,871,873,000,000 Rp 30,123,813,000,000 0.6597
9 INDF Rp 3,885,400,000,000 Rp 6,064,919,000,000 0.6406
10 INTP Rp 5,154,000,000,000 Rp 6,130,475,000,000 0.8407
11 ITMG Rp 2,035,015,752,000 Rp 2,577,122,856,000 0.7896
12 JSMR Rp 1,404,000,000,000 Rp 2,692,704,552,000 0.5214
13 KLBF Rp 2,064,687,000,000 Rp 3,994,934,158,969 0.5168
14 LPKR Rp 2,547,000,000,000 Rp 3,835,080,174,631 0.6641
15 LSIP Rp 916,704,000,000 Rp 2,479,336,000,000 0.3697
16 PGAS Rp 7,356,950,561,268 Rp 8,001,911,328,180 0.9194
17 PTBA Rp 2,016,171,000,000 Rp 3,578,671,000,000 0.5634
18 SMGR Rp 5,576,106,000,000 Rp 7,955,164,070,000 0.7009
19 TLKM Rp 14,663,000,000,000 Rp 24,432,000,000,000 0.6002
20 UNTR Rp 5,369,621,000,000 Rp 10,240,258,000,000 0.5244
21 UNVR Rp 5,739,000,000,000 Rp 6,966,994,000,000 0.8237
144
Data Perolehan Return On Asset (ROA) Periode 2009-2014
No Emiten 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 21.90% 22.90% 24.48% 20.29% 12.72% 14.12%
2 ADRO 10.30% 5.40% 9.80% 5.70% 3.50% 2.90%
3 ASII 14.00% 15.00% 14.00% 12.00% 10.00% 9.00%
4 BBCA 3.40% 3.50% 3.80% 3.60% 3.80% 3.90%
5 BBNI 1.70% 2.50% 2.90% 2.90% 3.36% 3.49%
6 BBRI 3.73% 4.64% 4.93% 5.15% 5.03% 4.74%
7 BDMN 1.50% 2.79% 2.60% 2.70% 2.50% 1.40%
8 BMRI 3.00% 3.40% 3.40% 3.50% 3.66% 3.57%
9 INDF 7.10% 9.00% 9.70% 8.50% 5.00% 6.50%
10 INTP 22.00% 23.00% 22.00% 23.30% 21.10% 18.60%
11 ITMG 28.00% 18.73% 35.00% 29.00% 15.00% 15.00%
12 JSMR 6.14% 6.30% 5.72% 6.47% 3.66% 4.41%
13 KLBF 14.33% 18.29% 17.91% 18.41% 16.96% 16.62%
14 LPKR 3.00% 3.00% 4.00% 4.00% 4.00% 7.00%
15 LSIP 14.60% 18.60% 27.50% 15.60% 9.90% 11.00%
16 PGAS 21.73% 19.44% 30.42% 30.42% 25.95% 18.68%
17 PTBA 33.80% 23.00% 26.80% 22.80% 15.60% 13.60%
18 SMGR 25.68% 23.30% 19.90% 18.20% 17.40% 16.20%
19 TLKM 11.70% 11.60% 10.60% 11.50% 11.10% 10.40%
20 UNTR 16.20% 14.30% 15.50% 11.90% 9.00% 9.10%
21 UNVR 40.70% 38.90% 39.70% 40.40% 42.10% 40.20%
145
Data Perolehan Return On Equity (ROE) Periode 2009-2014
No Emiten 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 26.70% 28.00% 29.65% 26.91% 18.53% 22.14%
2 ADRO 25.00% 11.90% 22.60% 12.80% 7.30% 5.60%
3 ASII 25.00% 29.00% 28.00% 25.00% 21.00% 18.00%
4 BBCA 31.80% 33.30% 33.50% 30.40% 28.20% 25.50%
5 BBNI 16.30% 24.70% 20.10% 20.00% 22.47% 23.64%
6 BBRI 35.22% 43.83% 42.49% 38.66% 34.11% 31.22%
7 BDMN 11.24% 18.51% 17.20% 16.20% 14.50% 8.60%
8 BMRI 22.10% 24.40% 22.00% 22.60% 27.31% 25.81%
9 INDF 19.90% 19.50% 17.30% 14.50% 9.40% 13.00%
10 INTP 29.00% 27.00% 25.00% 27.10% 24.60% 21.60%
11 ITMG 42.61% 28.31% 51.00% 43.00% 23.00% 22.00%
12 JSMR 13.82% 15.42% 14.31% 16.37% 9.73% 12.28%
13 KLBF 21.55% 23.94% 22.75% 23.52% 22.58% 21.03%
14 LPKR 8.00% 7.00% 8.00% 10.00% 10.00% 16.00%
15 LSIP 18.60% 22.70% 32.70% 18.40% 11.90% 13.30%
16 PGAS 53.09% 44.99% 60.86% 60.86% 43.09% 32.26%
17 PTBA 47.80% 31.60% 37.80% 34.10% 24.50% 23.30%
18 SMGR 32.82% 30.30% 27.10% 27.90% 25.70% 23.20%
19 TLKM 29.50% 26.00% 23.10% 24.90% 23.50% 21.60%
20 UNTR 30.60% 25.80% 27.00% 19.30% 14.20% 14.50%
21 UNVR 82.20% 83.70% 113.10% 121.90% 168.40% 124.80%
146
Data Perolehan Price Book Value (PBV) Periode 2009-2014
No Emiten 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 5.7548 5.7220 4.0561 3.3130 3.8501 3.2265
2 ADRO 3.1720 4.3907 2.5390 1.9928 1.0155 1.0045
3 ASII 3.5213 4.4786 3.9503 3.4257 2.5925 2.4982
4 BBCA 4.2925 4.6262 4.6932 4.3231 3.7002 4.1529
5 BBNI 1.5797 2.1819 1.8726 1.5853 1.5448 1.8642
6 BBRI 3.4605 3.5316 3.3424 2.6425 2.2546 2.9405
7 BDMN 2.3696 2.6004 1.5285 1.8847 1.1467 1.3135
8 BMRI 2.8108 3.2852 2.4924 2.4695 2.0629 2.2478
9 INDF 1.9662 1.7223 1.2777 1.5045 1.5102 1.4375
10 INTP 4.7217 5.4090 4.5591 4.4075 3.2041 3.7132
11 ITMG 5.4397 8.7454 4.4141 4.6962 3.3138 1.9021
12 JSMR 1.7072 2.9982 3.4037 3.7864 3.0432 4.1961
13 KLBF 2.8884 5.6693 0.9784 6.7404 6.8934 8.7376
14 LPKR 1.8056 1.7881 1.6188 2.0120 1.4812 1.4412
15 LSIP 2.9879 3.8503 2.6289 2.4989 1.9901 1.7856
16 PGAS 8.0500 7.7300 4.9600 5.3200 3.6200 4.2800
17 PTBA 6.9710 8.3052 4.8958 4.0905 14.4106 3.1341
18 SMGR 4.3915 4.6173 4.6470 5.1756 3.8493 3.8432
19 TLKM 4.8090 3.5204 2.8767 3.3624 3.4483 4.1027
20 UNTR 3.7250 4.9071 3.5735 2.2749 1.9880 1.6776
21 UNVR 22.7684 31.1236 38.9688 40.0921 46.6228 53.5875
147
Data Perolehan Price Earning Ratio (PER) Periode 2009-2014
No Emiten 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 21.5640 20.4528 14.2054 12.8710 21.9419 15.2524
2 ADRO 12.6277 36.9565 11.2352 13.2307 13.7861 18.3702
3 ASII 13.9919 15.3662 16.8565 15.8333 14.1667 15.6646
4 BBCA 17.3835 18.3908 18.0180 18.9583 16.5803 19.6188
5 BBNI 12.1472 14.5677 12.1795 9.7884 8.1276 10.5536
6 BBRI 12.5513 10.9750 10.7329 8.9225 8.3794 11.8555
7 BDMN 23.9536 16.6220 10.9629 13.4983 8.9523 16.6550
8 BMRI 13.7540 14.7936 12.7520 12.1904 10.0620 11.8592
9 INDF 14.7034 14.5089 13.1429 15.7682 23.1579 15.2715
10 INTP 18.3646 21.9749 17.6049 17.9814 14.6951 17.4581
11 ITMG 12.6371 31.0033 8.7962 10.9638 14.6388 8.4038
12 JSMR 12.3549 19.4448 23.7879 23.1020 31.2914 34.2233
13 KLBF 13.4021 23.7226 4.3038 28.6486 30.4878 41.5909
14 LPKR 23.1818 22.6667 20.6250 21.7391 16.8519 9.8393
15 LSIP 79.5238 85.0993 9.0361 14.0244 17.0796 14.1045
16 PGAS 15.1600 17.1700 12.6300 13.1100 11.2100 16.3900
17 PTBA 14.5693 26.3188 12.9574 11.9651 12.4088 13.4844
18 SMGR 13.4581 15.4160 17.2961 19.4002 15.6354 17.2708
19 TLKM 3.2586 13.5550 12.6005 13.5277 14.5862 19.1255
20 UNTR 13.5135 20.4467 15.9022 12.7179 14.6605 12.0486
21 UNVR 27.6942 37.1622 34.4322 32.8864 37.0899 42.9521
148
Lampiran 3: Output Lisrel
DATE: 4/12/2016
TIME: 0:49
L I S R E L 8.30
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Chicago, IL 60646-1704, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-99
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file Z:\E\FAUZI2\SEM.SPJ:
Observed Variables
ROA ROE PBV PER VACA VAHU STVA
Correlation Matrix From File Z:\E\FAUZI2\SEM~~92F.COR
Sample Size = 126
Latent Variables X Y Z
Relationships
ROA ROE = Y
PBV PER = Z
VACA VAHU STVA = X
Y = X
149
Z = Y X
Path Diagram
options ME=UL AD=OFF IT=500 EF
!set error variance ROA equal to 0.01
set error variance ROE equal to 0.10
set error variance PBV equal to free
set error covariance between VAHU and ROA equal to 0.4
set error covariance between STVA and VAHU equal to 0.8
set error covariance between STVA and ROA equal to 0.5
!set error covariance between VACA and PBV equal to 0.2
!set error covariance between VACA and ROE equal to 0.5
!set error covariance between ROE and PBV equal to 0.5
!set error covariance between PER and PBV equal to 0.5
set error variance Y equal to 0.000001
!set error variance Z equal to 0.000001
End of Problem
Sample Size = 126
Correlation Matrix to be Analyzed
ROA ROE PBV PER VACA VAHU
-------- -------- -------- -------- -------- --------
ROA 1.00
ROE 0.73 1.00
PBV 0.66 0.90 1.00
PER 0.24 0.22 0.40 1.00
VACA 0.56 0.75 0.74 0.16 1.00
VAHU 0.57 0.36 0.18 -0.05 0.05 1.00
STVA 0.67 0.45 0.30 0.01 0.09 0.83
150
Correlation Matrix to be Analyzed
STVA
--------
STVA 1.00
Number of Iterations = 20
LISREL Estimates (Unweighted Least Squares)
ROA = 0.73*Y, Errorvar.= 0.46 , R² = 0.54
(0.068) (0.15)
10.81 2.98
ROE = 0.98*Y, Errorvar.= 0.10, R² = 0.91
(0.063)
15.52
PBV = 1.03*Z,, R² = 1.00
(0.17)
6.18
PER = 0.31*Z, Errorvar.= 0.91 , R² = 0.093
(0.054) (0.13)
5.63 6.89
VACA = 0.74*X, Errorvar.= 0.45 , R² = 0.55
(0.060) (0.15)
12.45 2.89
VAHU = 0.22*X, Errorvar.= 0.95 , R² = 0.049
(0.051) (0.10)
4.32 9.48
STVA = 0.30*X, Errorvar.= 0.91 , R² = 0.092
(0.052) (0.12)
5.83 7.41
151
Error Covariance for VAHU and ROA = 0.40
Error Covariance for STVA and ROA = 0.50
Error Covariance for STVA and VAHU = 0.80
Y = 1.00*X, Errorvar.= 0.00, R² = 1.00
(0.059)
17.18
Z = 0.51*Y + 0.38*X, Errorvar.= 0.20, R² = 0.80
(0.074) (0.074)
6.90 5.12
Correlation Matrix of Independent Variables
X
--------
1.00
Covariance Matrix of Latent Variables
Y Z X
-------- -------- --------
Y 1.01
Z 0.90 1.00
X 1.01 0.89 1.00
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 13
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 12.71 (P = 0.47)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 12.30)
Minimum Fit Function Value = 0.12
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.098)
152
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.087)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.73
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.34
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.34 ; 0.44)
ECVI for Saturated Model = 0.45
ECVI for Independence Model = 5.55
Chi-Square for Independence Model with 21 Degrees of Freedom = 679.53
Independence AIC = 693.53
Model AIC = 42.71
Saturated AIC = 56.00
Independence CAIC = 720.39
Model CAIC = 100.25
Saturated CAIC = 163.42
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.066
Standardized RMR = 0.065
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.97
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.46
Normed Fit Index (NFI) = 0.98
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.00
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.61
Comparative Fit Index (CFI) = 1.00
Incremental Fit Index (IFI) = 1.00
Relative Fit Index (RFI) = 0.97
Critical N (CN) = 236.64
Total and Indirect Effects
153
Total Effects of KSI on ETA
X
--------
Y 1.01
(0.06)
17.18
Z 0.89
(0.07)
13.52
Indirect Effects of KSI on ETA
X
--------
Y - -
Z 0.52
(0.07)
6.90
Total Effects of ETA on ETA
Y Z
-------- --------
Y - - - -
Z 0.51 - -
(0.07)
6.90
Largest Eigenvalue of B*B' (Stability Index) is 0.264
Total Effects of ETA on Y
Y Z
-------- --------
154
ROA 0.73 - -
(0.07)
10.81
ROE 0.98 - -
(0.06)
15.52
PBV 0.53 1.03
(0.10) (0.17)
5.06 6.18
PER 0.16 0.31
(0.04) (0.05)
4.37 5.63
Indirect Effects of ETA on Y
Y Z
-------- --------
ROA - - - -
ROE - - - -
PBV 0.53 - -
(0.10)
5.06
PER 0.16 - -
(0.04)
4.37
Total Effects of KSI on Y
X