analisis pengaruh intellectual capital - Institutional Repository ...

172
ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS LQ45 PERIODE 2009-2014)SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Oleh: Achmad Fauzi 1112081000062 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Transcript of analisis pengaruh intellectual capital - Institutional Repository ...

“ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA

KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI

KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM

INDEKS LQ45 PERIODE 2009-2014)”

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:

Achmad Fauzi

1112081000062

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

i

ii

iii

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Achmad Fauzi

No. Induk Mahasiswa : 1112081000062

Jurusan/ Konsentrasi : Manajemen/ Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu memgembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau

tanpa pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau dikemudian hari terdapat tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan

telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 9 Juli 2016

Yang menyatakan,

Achmad Fauzi

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Achmad Fauzi

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/ 20 Mei 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Gudang Baru RT 007/004 No.13 Kel.Ciganjur

Kec Jagakarsa Kota. Jakarta Selatan

Telp/ HP : 021 7270733/ 087886911310

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2000 – 2006 SDN 02 Ciganjur

2006 – 2009 SMPN 175 Jakarta

2009 – 2012 MAN 13 Jakarta

2012 – 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENDIDIKAN NON FORMAL

2012 Peserta Kuliah Umum Sosialisasi Hemat Energi

yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Ekonomi

dan Bisnis.

2014 Peserta Seminar Pasar Modal yang diselenggarakan

Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen.

vi

2014 Peserta International Seminar dengan materi

“Toward ASEAN Economic Community 2015; Fair

Governments Policies in Islamic Finance Sectors

Among ASEAN Countries”, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2014 Peserta seminar “ ASEAN Economic Community

2015 “ Threat or Opportunity? Prepare

Yourself!!!”, diselenggarakan oleh Himpunan

Mahasiswa Jurusan Manajemen.

PENGALAMAN ORGANISASI

2010 – 2013 Panitia Divisi Olahraga di Karang Taruna

RT 007/004

2013 Panitia dalam Management Camp “Together with

Management Bring Your Kingdom to The Future”,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2014 Anggota Divisi Olahraga Himpunan Mahasiswa

Jurusan Manajemen periode tahun 2013 – 2014

2013 Peserta terbaik dalam Masa Penerimaan Anggota

Baru Organisasi PMII, “Rapatkan Barisan

Melanjutkan Langkah Pergerakan”.

PENGALAMAN BEKERJA

2012 Price Checker di Carefour Cempaka Putih.

vii

ABSTRACT

This research is purpose to analyze the influence of intellectual capital on

corporate value and financial performance as an intervening variable in a

company registered in LQ 45 period 2009-2014. This study examined the

relationship of intellectual capital variables ie Value Added Capital Employed

(VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added

(STVA). The company's financial performance variables measured by using

Return on Assets (ROA) and Return On Equity (ROE). And variable values firm

Price Book Value (PBV) and Price Earning Ratio (PER).

Sample selection method used in this research is purposive sampling method, in

which 21 companies were included in the LQ 45 as sample. Secondary data used

were obtained from the annual financial statements, books, journals and other

reading sources. The data obtained were processed with Microsoft Excel Software

and Software lisrel 8.80 to examine the influence of the independent variables,

dependent and intervening variables.

The results of this research that there is a direct influence of intellectual capital

on the financial performance also between intellectual capital on firm value. and

financial performance also directly affect the value of the company. the results of

this study also shows that financial performance can mediate the relationship

between intellectual capital and firm value.

Keywords: Intellectual Capital, Financial Performance, Corporate Values

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara intellectual capital

terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening

pada perusahaan yang terdaftar di indeks LQ 45 periode 2009-2014. Penelitian ini

menguji hubungan variabel intellectual capital yaitu Value Added Capital

Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital

Value Added (STVA). Variabel kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan

menggunakan Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Dan variabel

nilai perusahaan Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER).

Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

purposive sampling, dimana 21 perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45

menjadi sampel penelitian. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari laporan

keuangan tahunan, buku, jurnal, dan sumber bacaan lainya. Data-data yang

diperoleh diolah dengan Software Microsoft Excel dan Software Lisrel 8.80 untuk

menguji pengaruh antara variabel independen, dependen dan variabel intervening.

Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh secara langsung antara

intellectual capital terhadap kinerja keuangan juga antara intellectual capital

terhadap nilai perusahaan. lalu kinerja keuangan juga berpengaruh secara

langsung terhadap nilai perusahaan. hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa

kinerja keuangan dapat memediasi hubungan antara intellectual capital dan nilai

perusahaan.

Kata kunci: Intellectual Capital, Kinerja Keuangan, Nilai Perusahaan

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya,

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penyusunan skripsi yang

berjudul “Analisis Pengaruh Intelectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan

Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada

Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ 45 Periode 2009-2014)”,

semata-mata bukanlah hasil usaha penulis sendiri, melainkan dari berbagai pihak

yang memberikan bantuan, dorongan, bimbingan, dan motivasi. Oleh karena itu,

sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, yang selalu menjadi inspirasi dan mendampingi

penulis melalui doa-doanya. Yang telah merawat dan membesarkan penulis

dengan kasih sayang, serta selalu memberikan semangat dan dukungan

kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

2. Kakak-kakak yang saya banggakan, Iwan Setiadi, Achmad Sofyan, Wahyu

Hidayat, terima kasih karena selalu mengingatkan untuk segera

menyelesaikan skripsi ini dan memberikan dukungan dalam bentuk hal

apapun.

3. Bapak Dr. Arief Mufrainy. Lc. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan dukungan

serta motivasi kepada penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Titi Dewi Warninda, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tiada henti

memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis sejak awal perkuliahan

hingga akhir.

5. Ibu Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM, selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi

ini, dan tak henti memberikan semangat kepada penulis sejak awal hingga

akhirnya skripsi ini terselesaikan.

x

6. Bapak Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA, sebagai dosen pembimbing II yang

telah bersedia membantu membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini dari sejak awal penulisan hingga skripsi ini selesai.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakartayang telah sabar dan ikhlas mendidik dan memberikan ilmunya kepada

penulis. Insya Allah ilmu yang diberikan dapat bermanfaat.

8. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

9. Lia Nurfitriana, SE, yang selalu memberikan semangat, inspirasi dan bantuan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Hersinta Pusdika, Annisa Rivelia, Fikri Choirunnisa, Yulvie Sabriani, Asri

Lestari, yang sejak awal perkuliahan sudah menjadi teman terbaik, tempat

berbagi suka dan duka.

11. Muhammad Andi Fauzi, Lutfi Wijaya, dan Alifikram Mughofir yang telah

bersedia menjadi teman baik dan mau direpotkan oleh penulis sejak masuk ke

dalam kelas keuangan.

12. Rekan Manajemen Keuangan 2012 yang sudah memberikan warna indah

pertemanan bagi penulis.

13. Sahabat/i Manajemen 2012 seperjuangan, yang selama ini sudah bersedia

bertukar pikiran, saling memberi semangat dan motivasi, dan memberi warna

pada kehidupan perkuliahan penulis. Kesuksesan menunggu kita di depan!

Akhir kata, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, saya

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu. Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan mendapat pahala

yang berlipat dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis serta pembaca.

Jakarta, 7 Juli 2016

(Achmad Fauzi)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

ABSTRAk ........................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 12

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 13

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu ........................................... 15

1. Landasan Teori ............................................................................. 15

a. Stakeholder Theory ................................................................ 15

xii

b. Legitimacy Theory ................................................................. 16

c. Resources Based Theory ....................................................... 17

d. Intellectual Capital ................................................................ 18

e. Value Added Intellectual Capital (VAICTM

) ......................... 34

f. Kinerja Keuangan .................................................................. 39

g. Nilai Perusahaan .................................................................... 44

2. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 48

B. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 59

C. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 63

B. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 63

C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 64

D. Metode Analisis Data ........................................................................... 65

1. Structural Eqation Model (SEM) ................................................. 65

2. Statistik Deskriptif ........................................................................ 70

3. Uji Koefiseien Determinasi (R2) .................................................. 70

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ....................... 71

1. Variabel Independen ..................................................................... 71

2. Variabel Dependen ....................................................................... 72

3. Variabel Intervening ..................................................................... 75

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................... 77

xiii

1. Sejarah Perkembangan Pasar Modal ............................................ 77

2. Gambaran Umum Perusahaan-perusahaan Indeks LQ 45 ............ 80

B. Analisis dan Pembahasan .................................................................... 87

1. Deskriptif Sampel .......................................................................... 87

2. Deskriptif Variabel ....................................................................... 88

a. Perkembangan Value Added Capital Employed (VACA) ..... 89

b. Perkembangan Value Added Human Capital (VAHU) ......... 91

c. Perkembangan Structural Capital Value Added (STVA) ..... 92

d. Perkembangan Price Book Value (PBV) ............................... 94

e. Perkembangan Price Earning Ratio (PER) ........................... 96

f. Perkembangan Return On Asset (ROA) ................................ 98

g. Perkembangan Return On Equity (ROE) .............................. 100

3. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................ 102

4. Hasil Pengujian Goodness of Fit Model ....................................... 105

5. Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................................. 106

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 112

B. Saran .................................................................................................... 113

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 115

LAMPIRAN ........................................................................................................ 119

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Perkembangan Variabel dari Tahun 2009-2014 7

Tabel 2.1 Metode Pengukuran Intellectual Capital 30

Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu 53

Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria 64

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel 76

Tabel 4.1 Nama Sampel Perusahaan 87

Tabel 4.2 Nilai VACA Masing-masing Perusahaan 90

Tabel 4.3 Nilai VAHU Masing-masing Perusahaan 91

Tabel 4.4 Nilai STVA Masing-masing Perusahaan 93

Tabel 4.5 Nilai PBV Masing-masing Perusahaan 95

Tabel 4.6 Nilai PER Masing-masing Perusahaan 97

Tabel 4.7 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan 99

Tabel 4.8 Nilai ROE Masing-masing Perusahaan 101

Tabel 4.9 Descriptve Statistics 103

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Goodness of Fit Model 105

Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Hipotesa 108

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 59

Gambar 4.1 Nilai VACA Masing-masing Perusahaan 89

Gambar 4.2 Nilai VAHU Masing-masing Perusahaan 91

Gambar 4.3 Nilai STVA Masing-masing Perusahaan 93

Gambar 4.4 Nilai PBV Masing-masing Perusahaan 95

Gambar 4.5 Nilai PER Masing-masing Perusahaan 97

Gambar 4.6 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan 99

Gambar 4.7 Nilai ROE Masing-masing Perusahaan 101

Gambar 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 107

Gambar 4.9 Hasil Uji Hipotesa 108

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan 118

Lampiran 2 Daftar Rincian Data Perusahaan 2009-2014 119

Lampiran 3 Output Lisrel 147

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak perubahan

yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis ataupun penentuan

strategi bersaing. Kini para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa

kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud,

tetapi lebih menekankan pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan

organisasi dan sumber daya manusia yang dimilikinya (aset tak berwujud).

Selain itu, saat ini Indonesia sudah memasuki periode MEA (Masyarakat

Ekonomi ASEAN), yang akan semakin membuat persaingan antar pelaku

bisnis semakin ketat kedepanya. Oleh karena itu, organisasi bisnis saat ini

harus menitikberatkan akan pentingnya knowledge asset (aset pengetahuan)

sebagai salah satu bentuk aset tak berwujud, guna meningkatkan keunggulan

kompetitif mereka dibanding organisasi bisnis lainya.

Di Indonesia penjelasan mengenai aset yang tak berwujud dapat

ditemukan di dalam Penyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.19

(revisi 2000). Menurut PSAK No.19, aset tidak terwujud adalah aset non

meter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta

dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang dan

jasa, disewakan kepada lainya, atau untuk tujuan administratif.

2

Pengetahuan adalah salah satu bagian penting dalam aset tak berwujud.

pengetahuan diakui sebagai komponen esensial bisnis dan sumber daya

strategis yang lebih sustainable (berkelanjutan) untuk memperoleh dan

mempertahankan keunggulan kompetitif yang dimiliki para pelaku bisnis.

Bahkan pengetahuan telah menjadi bagian dalam pengembangan suatu bisnis.

Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran

knowledge asset (aset pengetahuan) tersebut adalah intellectual capital yang

telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen,

teknologi informasi, sosiologi maupun akuntansi.

Perhatian pelaku bisnis terhadap pengelolaan intellectual capital

beberapa tahun terakhir ini semakin besar. Hal ini disebabkan adanya

kesadaran bahwa intellectual capital merupakan landasan bagi perusahaan

untuk unggul dan bertumbuh. Kesadaran ini antara lain ditandai dengan

semakin seringnya istilah knowledge based company muncul dalam wacana

bisnis. Istilah tersebut ditujukan terhadap perusahaan yang lebih

mengandalkan pengelolaan intellectual capital sebagai sumber keunggulan

dan pertumbuhan jangka panjangnya.

Knowledge based company adalah perusahaan yang diisi oleh komunitas

yang memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan. Komunitas ini

memiliki kemampuan belajar, daya inovasi, dan kemampuan problem solving

yang tinggi. Ciri lainnya adalah perusahaan ini lebih mengandalkan

knowledge dalam mempertajam daya saingnya, hal ini digambarkan dengan

3

semakin mengecilnya investasi yang dialokasikannya untuk physical goods,

sementara untuk soft factor mendapat alokasi investasi yang semakin besar.

Firer dan Williams, (2003) mendefinisikan intellectual capital sebagai

kekayaan perusahaan yang merupakan kekuatan dibalik penciptaan nilai

perusahaan. intellectual capital terdiri dari 3 komponen yaitu, Human Capital

(HC), Customer Capital (CC) dan Structural Capital (SC). Dalam sebuah

forum Organisation For Economic Co-Opertaion and Development (OECD)

pada bulan Juni 1999 (Ulum, 2009) menyepakati bahwa intellectual capital

adalah aset yang sangat penting bagi perusahaan dalam menciptakan nilai

(value) perusahaan dan memenangkan persaingan. Sedangkan menurut

Bontis (1998) modal intelektual adalah seperangkat tak berwujud

(sumber daya, kemampuan dan kompetensi) yang menggerakkan kinerja

organisasi dan penciptaan nilai.

Dalam dunia bisnis modern, intellectual capital telah menjadi aset yang

sangat bernilai. Hal ini menimbukan tantangan bagi para akuntan untuk

mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkanya dalam laporan keuangan

(Sawarjuwono, 2003). Lalu dalam riset yang dilakukan oleh Purnomoshidi

(2006) menemukan bahwa rata-rata jumlah atribut IC yang diungkapkan

dalam laporan tahunan perusahaan publik di Indonesia sebesar 56%.

Persentase ini menggambarkan bahwa perusahaan publik telah memiliki

kesadaran terhadap arti penting IC bagi peningkatan keunggulan kompetitif,

meskipun cara pengungkapan IC belum sistematis sesuai dengan kerangka

4

kerja yang ada serta praktik pengungkapan IC diantara perusahaan masih

bervariasi (Purnomoshidi, 2006).

Menurut Pulic (1998) tujuan utama dalam ekonomi yang berbasis

pengetahuan adalah untuk menciptakan value added, sedangkan untuk

mendapatkan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical

capital (yaitu dana-dana keuangan) dan intelectual potential (dipresentasikan

oleh karyawan dengan segala potensi dan kemampuan yang melekat pada

mereka) dan menyatakan bahwa VAIC menunjukan bagaimana kedua sumber

daya tersebut (physical capital dan intelectual potential) telah secara efisien

dimanfaatkan oleh perusahaan..

Intellectual capital dapat menghasilkan value added bagi perusahaan.

Kapasitas intelektual yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan rasa

percaya diri investor, dan hal tersebut akan berdampak akan meningkatnya

nilai dari perusahaan. Nilai suatu perusahaan dapat tercermin dari harga yang

dibayar investor atas sahamnya dipasar. Semakin meningkatnya perbedaan

antara harga saham dengan nilai buku aktiva yang dimiliki perusahaan

menunjukkan adanya hidden value. Penghargaan lebih atas suatu perusahaan

dari para investor tersebut diyakini disebabkan oleh modal intelektual yang

dimiliki perusahaan (Chen et.al, 2005). Berkurangnya atau bahkan hilangnya

aktiva tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya

penghargaan pasar terhadap perusahaan (Rupert, 1998), hal tersebut tercermin

dari banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak

5

signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan pasar atas

perusahaan-perusahaan tersebut sangat tinggi.

Oleh karena itu intellectual capital telah menjadi aset yang sangat

bernilai dalam dunia bisnis modern. Hal ini menimbulkan tantangan bagi para

akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam

laporan keuangan. Akuntansi tradisional yang digunakan sebagai dasar

pembuatan laporan keuangan dirasa gagal dalam memberikan informasi

mengenai IC (Sawarjuwono, 2003). Dilain pihak, para pengguna laporan

keuangan membutuhkan informasi kuantifatif dan kualitatif sebagai evaluasi

kinerja perusahaan serta informasi mengenai IC yang dimiliki perusahaan.

Praktik akuntansi tradisional hanya mampu mengakui intellectual

property sebagai aset tak berwujud dalam laporan keuangannya, seperti paten,

merk dagang dan goodwill (Starovic et.al, 2003). Intangible baru seperti

kompetensi staf, hubungan pelanggan, model simulasi, sistem komputer dan

administrasi tidak memperoleh pengakuan dalam model keuangan tradisional,

ungkap Stewart (1997) dalam Tan et al., 2007. Pengakuan terhadap modal

intelektual yang merupakan penggerak nilai perusahaan dan keunggulan

kompetitif makin meningkat, meskipun demikian pengukuran yang tepat atas

modal intelektual masih terus dicari dan dikembangkan (Chen et.al, 2005).

Ada beberapa indikator yang mencerminkan nilai perusahaan,

diantaranya Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). PBV

merupakan perbandingan dari harga suatu saham dengan nilai buku. PBV

6

yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan.

PBV juga dapat menunjukan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu

menciptakan nilai perusahaan dengan jumlah modal yang diinvestasikan oleh

perusahaan. Perusahaan yang baik memiliki PBV diatas 1, semakin tinggi

PBV mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku per

lembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan

dalam menciptakan nilai bagi para pemegang sahamnya (Simanungkalit,

2015).

Sedangkan PER adalah merupakan perbandingan antara harga saham per

lembar dengan laba bersih per saham. Kegunaan PER adalah untuk melihat

bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dincerminkan oleh

earning per share nya.

PER menunjukan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per

share. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham

tersebut akan semkin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka

rasio ini biasa digunakan investor untuk memprediksi kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang.

Adanya pengungkapan intellectual capital dalam laporan keuangan dapat

mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan dapat

mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam jangka

waktu tertentu. Kinerja keuangan yang bagus otomatis akan meningkatkan

7

nilai perusahaan dimata para investor. Kinerja keuangan perusahaan diukur

dengan menggunakan Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE).

ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total aset yang dimiliki oleh

perusahaan untuk menghitung pengembalian atas total aset setelah bunga dan

pajak (Simanungkalit, 2015). Semakin tinggi nilai ROA semakin baik, karena

hal tersebut mengidikasikan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan secara

efektif dan efisien total aset yang dimilikinya guna mendapatkan laba.

Sedangkan ROE digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total modal yang dimiliki

oleh perusahaan, untuk menghitung pengembalian atas total modal setelah

bunga dan pajak. Penggunaan seluruh aset perusahaan yang efisien, baik aset

yang berwujud maupun aset tidak berwujud (intellectual capital) akan

meningkatkan laba perusahaan. Semakin tinggi tingkat laba yang diperoleh

oleh perusahaan maka semakin tinggi nilai ROA dan ROE. Tingginya nilai

ROA dan ROE tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Tabel 1.1

Perkembangan Variabel dari Tahun 2009-2014.

Variabel 2009 2010 2011 2012 2013 2014

VACA 0,313 0,297 0,291 0,285 1,292 0,261

VAHU 4,429 4,029 4,465 4,212 3,729 3,593

STVA 0,658 0,668 0,669 0,685 0,641 0,637

ROA 0,1450 0,1369 0.1575 0,1411 0,1149 0.1097

ROE 0.2966 0,2857 0,3217 0,3021 0,2781 0,2573

8

PBV 4,723 5,772 4,918 5,124 5,407 5,385

PER 18,562 23,648 14,765 16,244 16,942 18,190

Sumber: BEI 2009-2014, data diolah sendiri

Berdasarkan tabel 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa variabel VACA

mengalami penurunan dari tahun 2009-2012, kemudian pada tahun 2012-

2013 VACA mengalami kenaikan. Hal tersebut sedikit berbeda dengan

variabel STVA yang mengalami peningkatan pada tahun 2009-2012,

kemudian mengalami penurunan pada tahun 2013-2014. Nilai variabel ROA

mengalami penurunan pada tahun 2012-2014, hal tersebut juga dialami pada

variabel ROE yang mengalami penurunan pada tahun yang sama. Variabel

VAHU mengalami kenaikan dan penurunan pada tahun 2009-2014. Pada

variabel PBV terdapat kenaikan dari tahun 2011-2013, hal tersebut juga

dialami pada variabel PER yang mengalami kenaikan dari tahun 2011-2014.

Value Added Capital Employed (VACA) merupakan kemampuan

perusahaan dalam mengelola sumber daya berupa capital asset yang jika

dikelola dengan baik dapat menambah nilai perusahaan (Pramelasari, 2010).

Value Added Human Capital (VAHU) mengindikasikan kemampuan human

capital dalam menciptakan value added dalam perusahaan (Tan et.al, 2007).

Human capital merupakan individual knowledge stock suatu organisasi yang

tercermin dari karyawannya (Bontis et. Al., 1998). Structural Capital Value

Added (STVA) merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi proses

rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk

9

menghasilkan kinerja bisnis dan kinerja intelektual yang optimal secara

keselurahan (Dewi, 2011).

Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu

negara. Karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan

akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan

pastisipasi masyarakat dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan

pembangunan nasional. Selain itu, pasar modal juga merupakan representasi

untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan di suatu negara. Karena hampir

semua industri di suatu negara terwakili oleh pasar modal. Pasar modal yang

sedang mengalami peningkatan atau mengalami penurunan terlihat dari naik

turunnya harga-harga saham yang tercatat dan tercermin melalui suatu

pergerakan indeks atau lebih dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG). IHSG merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja

gabungan seluruh saham (perusahaan/emiten) tercatat di Bursa Efek

Indonesia (BEI).

Pasar modal menjadi alternatif investasi bagi para investor selain

alternatif investasi lainya seperti menabung di bank, membeli emas, asuransi,

tanah, bangunan dan sebagainya. Sebagaimana dipahami pasar modal

merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum

perdagangan efek yang diterbitkanya, serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan efek tersebut. Pasar modal bertindak sebagai penghubung

10

antara para investor dengan perusahaan ataupun insititusi pemerintah melalui

perdagangan sekuritas.

Bentuk sekuritas yang dikenal dan diperdagangkan di pasar modal adalah

saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah

perusahaan yang berbetuk Perseroan Terbatas (PT) atau emiten. Saham

tersebut menandakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik

sebagian dari perusahaan itu dan memiliki hak untuk ikut serta dalam setiap

pemgambilan keputusan di perusahaan

. Ada 2 keuntungan yang mungkin akan didapatkan investor apabila

berinvestasi dalam bentuk saham, pertama, investor dapat mendapatkan

capital gain. Capital gain adalah suatu keuntungan yang diperoleh dari

selisih harga saham pada saat investor membeli dengan pada saat invesor

menjual harga saham tersebut. Kedua, investor dapat memperoleh dividen.

Dividen adalah sebuah keuntungan yang didapatkan dari perusahaan tempat

dimana kita membeli saham tersebut. Namun pemberian dividen kepada para

pemegang saham tersebut, sifatnya tidak mutlak atau pasti, dikarenakan

tergantung dengan kebijakan serta keadaan yang sedang dialami oleh

perusahaan tersebut.

Membaiknya kondisi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)

mampu menarik kebali para investor untuk meramaikan perdagangan saham

di lantai bursa bahkan mampu menarik masyarakat umum untuk

menginvestasikan kelebihan dananya di pasar saham. Masyarakat umum

11

mulai sadar bahwa dengan berinvestasi di pasar saham jauh lebih

menguntungkan dibandingkan dengan hanya menyimpan dana mereka di

bank.

Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-

perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 tahun 2009-2014. Peneliti

memilih indeks LQ 45 karena indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham pilihan

yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan serta memiliki likuiditas

tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar. Indeks LQ 45 berisi 45 saham yang

disesuaikan setiap enam bulan (awal bulan Februari dan Agustus). Indeks LQ

45 diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas transaksi

adalah transaksi di pasar reguler. Indeks LQ 45 bertujuan untuk menyediakan

sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer

investasi, investor dan pemerhati pasar modal dalam memonitor pergerakan

harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.

Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan pengaruh dari

intellectual capital terhadap nilai perusahaan dan kinerja keuangan.

Pramelasari, (2010) meneliti mengenai pengaruh intellectual capital terhadap

nilai perusahaan dan kinerja keuangan pada perusahaan yang listing di BEI

tahun 2004-2008. Hasil penelitian menunjukan bahwa VACA memiliki

pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sedangkan dua komponen lain

yaitu VAHU dan STVA memiliki pengaruh positif. Berbeda dengan

12

penelitian yang dilakukan Harahap, (2014) yang menunjukan bahwa VACA

memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Penelitian Pramelasari, (2010) menemukan adanya pengaruh negatif

antara VAHU dengan kinerja keuangan perusahaan. sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Tan et.,al (2007) membuktikan bahwa VAHU

berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.

Berdasarkan fenomena di atas serta hasil penelitian sebelumnya yang

tidak konsisten, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul

“Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan

Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada

Perusahaan Yang Terdaftar Pada Indeks LQ 45 Periode 2009-2014)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah intellectual capital berpengaruh secara langsung terhadap

kinerja keuangan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45?

2. Apakah kinerja keuangan berpengaruh secara langsung terhadap nilai

perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45?

3. Apakah intelectual capital berpengaruh secara langsung terhadap nilai

perusahaan yang terdaftar di LQ 45?

4. Apakah intellectual capital berpengaruh secara tidak langsung terhadap

nilai perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45?

13

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah disebutkan di atas,

maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah intellectual capital berpengaruh secara

langsung terhadap kinerja keuangan di perusahaan yang terdaftar di LQ

45.

2. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan berpengaruh secara langsung

terhadap nilai perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45.

3. Untuk mengetahui apakah intelectual capital berpengaruh secara

langsung terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di LQ 45.

4. Untuk mengetahui apakah intellectual capital berpengaruh secara tidak

langsung terhadap nilai perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ

45.

D. Manfaat Penelitian

Ada beberapa pihak yang akan dapat memanfaatkan hasil dari penelitian

ini, diantaranya:

1. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi peneliti untuk

menambah pengetahuan, khususnya pengetahuan yang sifatnya empiris

mengenai faktor-faktor penentu nilai perusahaan di LQ 45.

2. Manfaat Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penilitian diharapkan dapat menjadi referensi untuk para

peneliti selanjutnya, yang berminat untuk melakukan penelitian

14

mengenai pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan di LQ

45.

3. Manfaat Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber tambahan referensi

informasi kepada manajemen perusahaan sebagai bahan pertimbangan

dalam melakukan keputusan penerapan intellectual capital di perusahaan

untuk dapat menciptakan nilai perusahaan.

4. Manfaat Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dan dasar

pertimbangan dalam pengambilan keputusan sebelum melakukan

investasi dengan mengukur kinerja intellectual capital yang selanjutnya

dapat digunakan untuk menilai perusahaan.

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

Dalam sub bab ini menjelaskan teori yang menjadi landasan penulis

dalam perumusan hipotesis dan hasil penelitian terdahulu yang menjadi

landasan penulis dalam merumuskan hipotesis.

1. Landasan Teori

Teori yang menjadi landasan penulis adalah stakeholder theory,

legitimacy theory, resourced based theory, intellectual capital, Value Added

Intelectual Coefficient (VAICᵀ ᴹ ), kinerja keuangan dan nilai perusahaan.

a. Stakeholder Theory

Berdasarkan theory stakeholder, manajemen organisasi

diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh

stakeholder mereka dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas

tersebut kepada para stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa

seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang

bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (sebagai

contoh melalui sponsorship, inisiatif pengamanan dan lain-lain),

bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi

tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung

memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup

organisasi (Deegan, 2004).

16

Lebih lanjut Deegan (2004) menyatakan bahwa teori

stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi

kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan

bahwa organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan

informasi tentang kinerja lingkungan, sosial dan intelektual mereka,

melebihi dan di atas permintaan wajibnya, untuk memenuhi

ekspektasi sesungguhnya atau diakui oleh stakeholder.

Tujuan utama dari theory stakeholder adalah untuk membantu

manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan

melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan

hubungan-hubungan di lingkungan perusahaaan mereka. Namun

demikian, tujuan yang lebih luas dari theory stakeholder adalah

untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari

dampak aktifitas-aktifitas mereka, dan meninimalkan kerugian-

kerugian bagi stakeholder.

b. Legitimacy Theory

Teori legitimasi berhubungan erat dengan theory stakeholder.

Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan

mencari cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas

dan norma yang berlaku di masyarakat (Deegan, 2004). Menurut

Deegan (2004), dalam perspektif teori legitimasi, suatu perusahaan

akan secara sukarela melaporkan aktifitasnya jika manajemen

menganggap bahwa hal ini adalah yang diharapkan komunitas. Teori

17

legitimasi bergantung pada premis bahwa terdapat “kontrak sosial”

antara perusahaan dengan masyarakat di mana perusahaan tersebut

beroperasi. Kontrak sosial adalah suatu cara untuk menjelaskan

sejumlah besar harapan masyarakat tentang bagaimana seharusnya

organisasi melaksanakan operasinya, harapan sosial ini tidak tetap,

namun berubah seiring berjalannya waktu. Hal ini menuntut

perusahaan untuk responsif terhadap lingkungan di mana mereka

beroperasi (Deegan, 2004)

c. Resource Based Theory

Resources Based Theory (RBT) adalah suatu teori yang

membahas mengenai sumber daya yang dimiliki perusahaan dan

bagaimana perusahaan tersebut dapat mengolah dan

memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan baik

(Bontis, 2000). Teori ini menjelaskan bahwa kinerja perusahaan

yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan

yang efektif dan efisien dari aset berwujud maupun tak berwujud

yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability. RBT dapat

menjelaskan bahwa perusahaan dengan kemampuan mengelola

intellectual capital dengan maksimal dalam hal ini seluruh sumber

daya yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital), aset

fisik (physical capital) maupun structural capital dapat menciptakan

nilai bagi perusahaan tersebut. Asumsi dari teori ini adalah

bagaimana perusahaan mendapatkan nilai tambah (value added)

18

dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan

kemampuan perusahaan. penciptaan nilai tambah bagi perusahaan

akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

d. Intellectual capital

Menurut Bontis (1998) modal intelektual adalah

seperangkat tak berwujud (sumber daya, kemampuan dan

kompetensi) yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan

nilai.

Sangkala (2006) mendefinisikan Intellectual Capital sebagai

hasil dari proses transformasi pengetahuan atau pengetahuan itu

sendiri yang di transformasikan dalam aset yang bernilai bagi

perusahaan. Salah satu area yang menarik perhatian akademisi

maupun praktisi adalah terkait dengan kegunaan IC sebagai salah

satu alat untuk menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone,

1997 dalam Ulum (2008)).

Bontis et al. (2000) menyatakan bahwa secara umum, para

peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari modal intelektual,

yaitu: Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Customer

Capital (CC). Menurut Bontis et al. (2000), secara sederhana HC

merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang

direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari

19

genetic inheritance, education, experience, and attitude tentang

kehidupan dan bisnis.

Mengacu pada pandangan Bontis dalam Sanchez et.al., Cut

Zurnali (2008) mengemukakan bahwa modal intelektual dibentuk

dari sistem hubungan antar blok (system of inter-relational blocks),

sebagai berikut:

1) Modal Manusia (Human Capital)

Pengetahuan individual yang tak terlihat dari para

anggota yang dimiliki organisasi. Human capital ini

didefinisikan sebagai kombinasi dari pendidikan

(education), warisan genetik (genetic inheritance),

pengalaman dan sikap (experience and attitudes) terhadap

hidup dan pekerjaan. Ini diukur sebagai fungsi volume

(function of volume).

2) Modal Struktural (Structural Capital)

Pengetahuan tak terlihat yang merangkul organisasi

(tacit knowledge that embraces the organization). Ini

mengenal keberagaman yang sangat besar dari pemenuhan

hubungan untuk mengelola perusahaan dalam sebuah cara

yang terkoordinasi (a coordinated manner). Tanpa ini,

intellectual capital hanya merupakan human capital.

20

3) Modal Pelanggan (Customer Capital)

Pengetahuan yang komprehensif dalam bidang

pemasaran (marketing) dan hubungan dengan pelanggan

(customer relations). Hal ini mencakup pengembangan

pengetahuan mengenai pelanggan, pemasok dan asosiasi

industrial atau yang berkaitan dengan pemerintah. Customer

capital ini dapat diukur sebagai sebuah fungsi lamanya usia

perusahaan (function of longevity).

Namun, menurut Cut Zurnali (2008), modal intektual lebih dari

sekedar penjumlahan ketiga elemen ini. Hal ini berkaitan dengan

bagaimana membiarkan pengetahuan dari sebuah perusahaan bekerja dan

menciptakan nilai. Modal intelektual mampu menghasilkan peningkatan

nilai organisasi dan dimaksudkan untuk membolehkan perusahaan

mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada lebih baik dari yang

didapatkan para pesaing dan memberikan peningkatan penghasilan

dimasa depan.

Menurut Cut Zurnali, dalam kaitannya dengan organisasi publik

seperti instansi-instansi pemerintah dan universitas, maka komponen-

komponen yang tepat untuk mengukur modal intelektual adalah sebagai

berikut: Human Capital– the set of explicit and tacit knowledge of the

institutions’personnel acquired through formal and informal educational

and actualization processes embodied in their activities (seperangkat

pengetahuan yang terlihat dan tersembunyi yang didapat oleh personal

21

institusi melalui proses pendidikan formal dan informal yang diterapkan

dalam kegiatan-kegiatan mereka); Structural Capital – the explicit

knowledge related to the internal process of dissemination,

communication and management of scientific and technical knowledge in

the institution (can be both institutional and technological) (pengetahuan

yang terlihat yang berkaitan dengan proses internal dari penyebaran,

pengkomunikasian dan manajemen ilmiah dan pengetahuan teknis dalam

organisasi atau dapat dua-duanya yaitu keorganisasian dan teknologi);

dan Relational Capital – gathers the wide set of economical, political

and institutional relationships developed and maintained by institution

(perangkat yang luas secara ekonomi, politik dan hubungan institusional

yang dikembangkan dan dipelihara oleh institusi).

Sebagai tambahan, menurut Cut Zurnali (2008), organisasi-

organisasi publik mempunyai permintaan eksternal yang terus-menerus

untuk transparansi dan informasi yang lebih besar dalam hal penggunaan

dana publik. Dan dengan adanya otonomi daerah atau otonomi kampus,

tuntutan ini menjadi lebih besar lagi terhadap organisasi, manajemen dan

alokasi anggaran mereka. Situasi ini memerlukan sistem pelaporan dan

manajemen yang baru (new management and reporting systems).

Mengacu pada pendapat Elena (2004), Cut Zurnali (2008)

menjelaskan bahwa intellectual capital management dan knowledge

management menyediakan metodologi yang efisien untuk

mengidentifikasi, mengukur, mengelola dan menyebarkan pengetahuan,

22

inilah yang disebut dengan suatu cara yang pantas (a proper way) untuk

memperbaiki transparansi dan manajemen internal. Intellectual Capital

Management (ICM) dan Knowledge Management (KM) adalah

seperangkat kegiatan manajerial yang ditujukan pada pengidentifikasian

dan pemberian nilai asset-aset pengetahuan (knowledge assets)

organisasi. Pengaruh asset-aset ini melalui pembagian pengetahuan dan

menciptakan pengetahuan baru (Easterby-Smith and Lyles, 2003;

Holsapple, 2003).

Menurut Cut Zurnali (2008), sistem pelaporan dan manajemen baru

akan membolehkan organisasi berada dalam posisi menciptakan

transparansi dalam penggunaan dana publik, menjelaskan pencapaian

riset, pelatihan, inovasi dan manfaat lainnya kepada para stakeholder dan

mengilustrasikan pengembangan aset tak terlihat.

Lebih lanjut Bontis et al. (2000) menyebutkan bahwa SC meliputi

seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi.

Termasuk dalam hal ini adalah database, organizational charts, process

manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai

perusahaan lebih besar dari nilai materialnya. Customer Capital (CC)

merupakan pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan

customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkan hal

tersebut melalui proses berbisnis (Bontis et al., 2000).

23

Ulrich (1998) dan Nasih (2012) memberikan lima alasan mengapa

modal intelektual merupakan isu dan aset penting bagi perusahaan, yakni :

a) Modal intelektual merupakan satu-satunya kekayaan perusahaan

yang bernilai (appreciable). Aset lain seperti bangunan, pabrik,

peralatan, mesin, dan sebagaimana harus didepresiasi begitu aset

tersebut digunakan, sedangkan modal intelektual justru bertambah

begitu digunakan.

b) Pekerjaan yang berhubungan dengan pengetahuan semakin

bertambah jumlahnya. Hal tersebut diindikasikan oleh semakin

banyaknya lapangan kerja yang muncul dari sektor jasa.

Perekonomian jasa tumbuh pesat secara langsung dalam industri

jasa seperti ritel, investasi, informasi, pendidikan, konsultasi, dan

hiburan; serta secara tidak langsung dalam industri manufaktur

tradisional seperti otomotif, barang dalam kemasan, dan peralatan

instalasi. Pada umumnya jasa bertumpu pada jalinan relasi yang

didasari kompetensi dan komitmen individu. Oleh sebab itu, arti

penting modal intelektual semakin meningkat seiring dengan

pertumbuhan perekonomian jasa.

c) Personil dengan modal intelektual tinggi menjadi volunteer,

karena sebagai yang terbaik memiliki peluang besar untuk

mencari kesempatan kerja di sejumlah perusahaan (Drucker,

1997). Bukan berarti mereka bersedia bekerja secara cuma-cuma

24

(tanpa bayaran), namun mereka memiliki banyak pilihan tempat

bekerja sehingga mereka menjadi volunteer di perusahaan

tertentu. Komitmen para volunteer cenderung terbentuk karena

ikatan emosional mereka pada suatu perusahaan. Mereka lebih

tertarik pada aspek makna dan tantangan pekerjaan daripada

imbalan finansial. Para karyawan yang memiliki mind-set seperti

umumnya lebih cenderung berpindah ke perusahaan lain.

d) Intensitas persaingan dan maraknya kebijakan downsizing serta

delayering menyebabkan tuntutan, tekanan, dan stres kerja

meningkat drastis. Bila hal itu tidak diimbangi dengan perbaikan

kualitas kehidupan kerja, maka akan banyak karyawan berbakat

dan berpotensi tinggi yang tidak betah dan memilih untuk pindah

perusahaan.

e) Sebagian besar investasi pada modal intelektual yang dilakukan

saat ini salah fokus. Di bawah corporate citizenship, banyak

eksekutif senior yang membicarakan isu-isu pekerjaan dan

keluarga. Program semacam itu menyiratkan bahwa setelah

semua urusan bisnis dirampungkan, barulah disediakan waktu

untuk keperluan citizenship karyawan. Padahal, modal intelektual

menentukan keberhasilan atau kegagalan perusahaan.

25

1) Pengukuran Intellectual Capital

Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokkan ke

dalam dua kategori, yaitu: pengukuran non moneter dan pengukuran

moneter (Tan et al., 2007). Hartono (2001) menguraikan beberapa

keunggulan menggunakan pengukuran non moneter dalam mengukur

intangible assets perusahaan. keunggulan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Pengukuran secara non moneter akan mudah menunjukan unsur-

unsur yang membangun intellectual capital dalam perusahaan,

sedangkan secara moneter hal itu akan sulit dilakukan.

b) Pengaruh internal development dalam pembentukan intellectual

capital tidak dapat diukur dengan pengukuran atribut moneter.

c) Pengkapitalisasian biaya menjadi aset akan mengakibatkan

adanya manipulasi terhadap laba.

Luthy (1998) mengelompokkan metode pengukuran intellectual

capital ke dalam dua kelompok besar, yaitu: metode yang dilakukan

dengan component by component evaluation dan metode pengukuran

yang dilakukan dengan mengukur nilai intelectual assets dalam istilah

keuangan pada tingkat organisasi tanpa mengacu pada komponen-

komponen individual intellectual capital.

Luthy (1998) mengungkapkan bahwa dalam metode component by

component evaluation terdapat dua cara yang digunakan untuk

mengklasifikasikan komponen-komponen intellectual capital, yaitu

26

model Edvinsson/Malone yang merupakan dasar dari pendekatan

Skandia “Navigator”. Pendekatan ini telah diilustrasikan dan

dipublikasikan dalam suplemen laporan tahunan Skandia kepada para

pemegang saham. Model Brooking yang menjadi dasar “Dream Ticket”

dan pendekatan target yang diilustrasikan sebagai bagian dari audit

intellectual capital. Sedangkan dalam metode pengukuran dengan

menggunakan dasar keuangan pada tingkatan perusahaan (luthy, 1998)

menganjurkan penggunaan metode Market to Book Value, Tobin’s “Q”

dan Calculated Intangible Value.

Seiring dengan semakin banyak riset terhadap metode pengukuran

Intellectual capital, (Sveiby, 2001) mencoba mengklasifikasikan 21

metode pengukuran yang ada ke dalam empat kelompok besar. Keempat

kelompok itu adalah sebagai berikut (Luthy, 1998):

a) Direct Intellectual capital Methods (DIC)

Estimasi nilai dolar dari aset tidak berwujud dilakukan dengan

cara mengidentifikasi komponen-komponen yang bervariasi. Sekali

komponen-komponen ini dapat diidentifikasikan, komponen-

komponen tersebut langsung dapat dievaluasi baik sscara individu

maupun sebagai suatu koefisien agregat (aggregat coefficient).

27

b) Market Capitalization Methods (MCM)

Perhitungan terhadap perbedaan antara kapitalisasi pasar

perusahaan dengan ekuitas pemegang sahamnya sebagai nilai dari

intellectual capital atau intangible assets perusahaan.

c) Return On Assets (ROA)

Rata-rata laba sebelum pajak dalam suatu periode dibagi dengan

nilai aset berwujud. Hasil dari pembagian ini merupakan retun on

assets perusahaan yang dapat dibandingkan dengan rata-rata industri.

d) Scorecard Methods (SC)

Komponen-komponen dari aset tidak berwujud atau intellectual

capital diidentifikasikan. Dan indikator-indikator yang ada

dilaporkan dalam bentuk scorecards atau grafik. Metode scorecard

ini hampir sama dengan metode direct intellectual capital yang

mengharapkan tidak ada estimasi yang dibuat dari nilai dollar asset

tidak berwujud.

Metode-metode ini memiliki manfaat sebagai berikut (Sveiby,

2001):

1) Metode-metode yang menawarkan penilaian dalam dolar seperti

return on asset dan market capitalization method digunakan

dalam situasi merger, akuisisi dan penilaian harga pasar saham.

Metode ini juga dapat digunakan untuk membandingkan

perusahaan yang berada dalam industri yang sama. Metode ini

juga sangat tepat untuk mengilustrasikan nilai keuangan aset

28

tidak berwujud. Metode ini telah mengalami pembuktian yang

cukup lama dalam bidang akuntansi sehingga mudah

dikomunikasikan di antara para praktisi akuntansi. Kelemahan

metode ini adalah perubahan segala sesuatu ke dalam nilai uang

akan memberi kedangkalan makna (Sawarjuwono dan Kadir,

2003)

2) Manfaat direct intellectual capital dan metode scorecard adalah

kemampuannya untuk menghasilkan gambaran yang lebih

komprehensif dari kondisi kesehatan setiap level organisasi.

Metode-metode ini lebih menggambarkan kejadian yang

sebenarnya dan pelaporan dapat lebih cepat dan lebih akurat

pada pengukuran keuangan. Metode-metode ini sangat berguna

bagi organisasi non laba, departemen internal, organisasi sektor

publik dan untuk tujuan yang berhubungan dengan kegiatan

sosial maupun lingkungan. Kelemahan metode ini terletak pada

indikator-indikator yang bersidat kontekstual dan harus sesuai

untuk setiap organisasi dan setiap tujuan, di mana

perbandingannya sangat sulit (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).

Metode-metode ini masih baru sehingga tidaklah mudah untuk

diterima oleh para manajer yang biasa melihat segala sesuatu

dari perspektif keuangan.

Tidak satupun metode yang dapat memenuhi semua tujuan yang

diinginkan, sehingga salah satu metode harus dipilih untuk memenuhi

29

satu tujuan dengan satu situasi dan audience yang berbeda.

Pengelompokkan yang lainya dilakukan terhadap metode pengukuran

intellectual capital (Luu et al., 2001) dari Australia. Mereka

mengelompokan intellectual capital ke dalam dua kelompok, yaitu

external measures dan internal measures.

Suatu metode dikelompokkan ke dalam pengukuran internal, karena

pengukuran dan pelaporan terhadap aktiva tidak berwujud. Dengan

metode ini ditujukan untuk memperbaiki manajemen dalam hal

pengambilan keputusan bisnis. Fokus lebih pada penganggaran, training

dan sumber daya manusia. Metode-metode yang dikelompokkan ke

dalam kelompok ini adalah human resources accounting, the intangible

aseet monitor, the skandia navigator, dan balance scorecards.

Sedangkan metode yang dikelompokkan ke dalam pengukuran eksternal

merupakan metode yang menilai bagaimana pengaruh aktiva tidak

berwujud terhadap kinerja perusahaan yang merupakan faktor utama

penyebab perbedaan yang sangat besar antara nilai pasar dan nilai buku

perusahaan yang ada pada pasar modal. Metode-metode yang

dikelompokkan dalam kelompok ini adalah market to book value, tobin’s

“Q”, calculated intangible value, dan pendekatan yang baru yaitu real

option-based approach.

30

Tabel 2.1 Metode Pengukuran Intellectual Capital

LABEL PENGANJUR

UTAMA

KATEGORI DESKRIPSI

PENGUKURAN

Technology

Broker

Brooking

(1996)

Direct

Intellectual

capital Methods

(DIC)

Nilai intellectual capital

suatu perusahaan ditaksir

berdasarkan pada analisis

diagnostik dari respon

perusahaan terhadap 20

pertanyaan yang meliputi

empat komponen utama

intellectual capital.

Citation-

Weighted

Patents

Bontis (1996) Direct

Intellectual

capital Methods

(DIC)

Faktor teknologi dihitung

berdasarkan pada

pengembangan paten oleh

perusahaan. intellectual

capital dan kinerjanya diukur

berdasarkan pada upaya

pengembangan riset atas

serangkaian indeks, seperti

jumlah paten dan biaya paten

terhadap perputaran

penjualan, yang menjelaskan

paten perusahaan

Inclusive

Valuation

Methodology

(IVM)

Mc Pherson

(1998)

Direct

Intellectual

capital Methods

(DIC)

Menggunakan hirarki dari

weighted indicator yang

dikombinasikan, dan fokus

pada nilai relatif daripada

nilai absolut. Kombinasi

value added = monetary

value added dikombinasikan

dengan intangible value

added

The Value

Explorerᵀ ᴹ

Andriessen &

Tiessen (2000)

Direct

Intellectual

capital Methods

(DIC)

Metodologi akuntansi

diajukan oleh KMPG untuk

menghitung dan

mengalokasikan nilai kepada

lima jenis intangible:

1)Assets and endowments,

2)Skills & tacit knowledge,

3)Collective value & norm,

4)Technology dan explicit

knowledge, 5)Management

31

process

Intelectual

Asset

Valuation

Sullivan

(2000)

Direct

Intellectual

capital Methods

(DIC)

Metode untuk menaksir nilai

dari intelectual property.

Total Value

Creation,

TVCᵀ ᴹ

Anderson &

Mclean (2000)

Direct

Intellectual

capital Methods

(DIC)

Suatu proyek inisiatif oleh

canadian institute of

chartered accountants. TVC

menggunakan discounted

arus kas diproyeksikan untuk

menguji kembali bagaimana

peristiwa mempengaruhi

aktivitas yang direncanakan.

Accounting

for the

Future

(AFTF)

Nash H.

(1998)

Direct

Intellectual

capital Methods

(DIC)

Suatu sistem dari projected

discounted cash-flows.

Perbedaan antara AFTF pada

akhir dan awal periode

adalah nilai tambah (value

added) selama periode

tersebut.

Tobin’s “Q” Stewart (1997)

Bontis (1999)

Market

Capitalization

Methods

(MCM)

“Q” adalah rasio dari nilai

pasar saham perusahaan

dibagi dengan biaya

pengganti (replacement cost)

aset. Perubahan pada “Q”

merupakan proksi untuk

pengukuran efektif tidaknya

kinerja intellectual capital

perusahaan.

Investor

Assigned

Market

Value

(IAMVᵀ ᴹ )

Standfield

(1998)

Market

Capitalization

Methods

(MCM)

Mengambil nilai

sesungguhnya perusahaan

untuk nilai pasar sahamnya

dan membaginya kepada

intangible capital + (Realized

IC + IC Erosion + SCA

(Sustanaible Competitive

Advantage)

Market to

Book Value

Stewart (1997)

Luthy (1998)

Market

Capitalization

Methods (MCM)

Nilai intellectual capital

diperhitungkan dari

perbedaan antara nilai pasar

saham (firm’s stock market

32

value) dan nilai buku

perusahaan (firm’s book

value)

Economic

Value Added

(EVAᵀ ᴹ )

Stewart (1997) Return On

Assets (ROA)

Dihitung dengan

menyesuaikan laba yang

diungkap perusahaan dengan

beban yang berhubungan

dengan intangible. Perubahan

dalam EVA merupakan

indikasi apakah intellectual

capital perusahaan produktif

atau tidak.

Human

Resources

Costing &

Accounting

(HRCA)

Johansson

(1996)

Return On

Assets (ROA)

Menghitung dampak

tersembunyi dari beban

terkait HR dengan penurunan

laba perusahaan. Penyesuaian

dibuat terhadap P&L.

Intellectual capital diukur

dengan menghitung

kontribusi human assets yang

dimiliki perusahaan dibagi

dengan pengeluaran gaji

yang dikapitalisasi.

Calculated

Intangible

Value

Stewart (1997)

Luthy (1998)

Return On

Assets (ROA)

Mengkalkulasi kelebihan

return pada hard assets

kemudian menggunakan

figur ini sebagai dasar untuk

menentukan proporsi dari

return yang bisa dihubungkan

pada intangible assets.

Knowledge

Capial

Earnings

Lev (1999) Return On

Assets (ROA)

Knowledge capital earnings

dihitung sebagai porsi atas

kelebihan normalized

earnings dan tambahan

expected earnings yang bisa

dihubungkan kepada book

assets.

Value Added

Intelectual

Coefficient

(VAICᵀ ᴹ )

Pulic (1997) Return On

Assets (ROA) –

(tidak cukup

memenuhi salah

satu kategori)

Mengukur seberapa dan

bagaimana efisiensi

intellectual capital dan

capital employed

menciptakan nilai yang

33

berdasar pada hubungan tiga

komponen utama, yaitu: 1)

Capital employed. 2) Human

capital, 3) Structural capital.

Human

Capital

Intelligence

Jac Fitz-Enz

(1994)

Scorecard

Methods (SC)

Perangkat indikator human

capital dikumpulkan dan di

benchmark terhadap

database. Mirip seperti

HTCA.

Skandia

Navigatorᵀᴹ

Edvinsson and

Malone (1997)

Scorecard

Methods (SC)

Intellectual capital diukur

melalui analisis 164 ukuran

metrik (91 berbasis

intelektual dan 73 tradisional

metrik) yang mencakup lima

komponen: 1) Keuangan, 2)

Pelanggan, 3) Proses, 4)

Pembaruan dan

pengembangan; dan

5)Manusia.

Value Chain

Scoreboardᵀᴹ

Lev B. (2002) Scorecards

Methods (SC)

Suatu matrik dari indikator

non-keuangan yang disusun

tiga kategori menurut siklus

pengembangan;

perolehan/pembelajaran,

implementasi, komersialisasi.

IC Indexᵀ ᴹ Roos,

Dragonetti and

Edvinsson

(1997)

Scorecard

Methods (SC)

Mengkonsolidasikan seluruh

indikator individual yang

mempresentasikan

intellectual property dan

komponen-komponen kepada

satu indeks. Perubahan pada

indeks kemudian

dihubungkan dengan

perubahan di dalam penilaian

pasar perusahaan.

Intangible

Asset

Monitor

Sveiby (1997) Scorecards

Methods (SC)

Manajemen memilih

indikator, berdasarkan pada

tujuan stratejik perusahaan,

untuk mengukur empat aspek

dari penciptaan nilai dari aset

tidak berwujud. Melalui: 1)

Pertumbuhan, 2) Pembaruan,

34

3) Utilisasi/efisiensi, dan 4)

Pengurangan risiko/stabilitas.

Balance

Scorecard

Kaplan and

Nornton

(1992)

Scorecards

Methods (SC)

Kinerja perusahaan diukur

dengan indikator-indikator

yang meliputi empat

perspektif, yaitu: 1)

Financial perspective, 2)

Customer perspective, 3)

Internal process perspective,

dan 4) Learning Perspective.

Sumber: Sveiby (2001)

e. Value Added Intelectual Coefficient (VAICTM

)

Metode VAICTM

dikembangkan oleh Pulic (1998), didesain

untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari

aset berwujud (tangible assets) dan aset tidak berwujud (intangible

assets) yang dimiliki perusahaan. VAICᵀ ᴹ merupakan instrumen

untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. pendekatan

ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan, karena

dikontruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan

(neraca, laba rugi).

Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk

menciptakan value added. Value Added (VA) adalah indikator paling

objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). VA

dihitung sebagai selisih antara output dan input.

Output mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh

produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input mencakup

35

seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Hal

penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour

expenses) tidak termasuk di dalam input. Karena peran aktifnya

dalam proses value creation, intelectual potential (yang

direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai

biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen input. Karena itu,

aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja

sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity).

VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan

Structural Capital (SC). Hubungan lainya dari VA adalah Capital

Employed (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA. VACA

adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari

physical capital. Pulic mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE

menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang

lain, berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE

(dana yang tersedia).

Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. Value Added Human

Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan

dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. VAHU

mengindikasikan kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai

dalam perusahaan (Tan et al., 2007).

36

Hubungan yang ketiga adalah Structural Capital Value Added

(STVA) yang menunjukkan kontribusi Structural Capital (SC)

dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang

dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA, dan merupakan

indikasi bagaimana kontribusi SC dalam penciptaan nilai. SC

bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, ia dependen

terhadap value creation (Pulic, 1999). Artinya semakin besar

kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil

kontribusi SC dalam hal tersebut. SC adalah VA dikurangi HC.

Koefisien yang telah dihitung sebelumnya akan dijumlahkan dan

hasil penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator yang

baru yaitu VAIC.

Rasio terakhir adalah menghitung kemampuan intelektual

perusahaan dengan menjumlahkan koefisien-koefisien yang telah

dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan

dalam indikator baru yang unik, yaitu VAICTM

(Tan et al., 2007).

Secara lebih ringkas, formulasi dan tahapan perhitungan

VAICᵀ ᴹ adalah sebagai berikut:

Tahap Pertama: Menghitung Value Added (VA)

Va dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic,

1999).

VA = OUT – IN

37

Di mana:

a. OUT = Output : total penjualan dan pendapatan

b. IN = Input : beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban

karyawan).

Tahap Kedua: Menghitung Value Added Capital Empoyed

(VACA)

VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu

unit dari physical capital. Rasio ini menunjukan kontribusi yang

dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi.

VACA = VA/CE

Di mana:

a. VACA = Value Added Capital Employed : rasio dari VA terhadap

CE.

b. VA = Value Added

c. CE = Capital Employed : dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih)

Tahap Ketiga: Menghitung Value Added Human Capital

(VAHU)

VAHU menujukan berapa banyak VA yang dapat dihasilkan

dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini

menunjukan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang

diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi.

38

VAHU = VA/HC

Di mana:

a. VAHU = Value Added Human Capital : rasio dari VA terhadap HC.

b. VA = Value Added

c. HC = Human Capital : beban karyawan.

Tahap Keempat: Menghitung Structural Capital Value Added

(STVA)

Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 1 rupiah dari Va dan merupakan indikasi bagaimana

keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

STVA = SC/VA

Di mana:

a. STVA = Structural Capital Value Added : rasio dari SC terhadap

VA.

b. SC = Structural Capital : VA - HC

c. VA = Value Added

Tahap Kelima: Menghitung Value Added Intelectual Coefficient

(VAICTM

)

VAICTM

mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi

yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance

Indicator). VAICTM

merupakan penjumlahan dari 3 komponen

sebelumnya yaitu: VACA, VAHU, dan STVA.

39

VAICTM

= VACA + VAHU + STVA

Keunggulan metode VAICTM

adalah karena data yang dibutuhkan relatif

mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang

dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka

keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan

perusahaan. Alternatif pengukuran IC lainnya terbatas hanya menghasilkan

indikator keuangan dan non-keuangan yang unik yang hanya untuk

melengkapi profil suatu perusahaan secara individu. Indikator-indikator

tersebut, khususnya indikator non-keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat

oleh perusahaan yang lain (Tan et al., 2007). Konsekuensinya, kemampuan

untuk menerapkan pengukuran IC alternatif tersebut secara konsisten

terhadap sampel yang besar dan terdivesifikasi menjadi terbatas (Firer dan

Williams, 2003).

f. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan sebuah tampilan yang

memberikan informasi terkait keadaan dan kondisi keuangan suatu

perusahaan dalam periode tertentu atau dalam kurun waktu tertentu.

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam

kegiatan operasi merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi

perusahaan, dan laba menjadi indikator kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur dan investor, serta

merupakan bagian dalam proses penciptaan nilai perusahaan

40

berkaitan dengan prospek perusahaan di masa depan (Suhendah,

2012).

Analisis kinerja keuangan perusahaan pada umumnya dilakukan

dengan menganalisis laporan keuangan, yang mencakup

perbandingan kinerja keuangan dengan perusahaan lain dalam

industri yang sama dan mengevaluasi kecenderungan posisi

keuangan perusahaan sepanjang waktu (Moeljadi, 2006). Terdapat

beberapa teknik analisis yang dapat digunakan untuk menilai kinerja

perusahaan, namun yang paling sering digunakan ialah analisis rasio.

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil

perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainya

yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio

keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang

menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainya.

Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat

hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkanya dengan rasio

lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan

penilaian. Analisis rasio tersebut akan memberikan gambaran atau

pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Rasio-rasio tersebut

adalah:

41

1) Rasio likuiditas

Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai

kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban

finansialnya pada saat jatuh tempo. Kewajiban tersebut

merupakan kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang

sudah segera jatuh tempo.

2) Rasio Solvabilitas

Solvabilitas merupakan istilah yang digunakan oleh

perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam

memenuhi seluruh kewajiban finansialnya apabila perusahaan

dilikuidasi. Secara umum solvabilitas dapat dihitung dengan

membagi total aset dengan total utang.

3) Rasio Aktivitas

Rasio-rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa

efektif perusahaan mengelola aset. Rasio-rasio tersebut juga

dirancang untuk menjawab pertanyaan apakah total jumlah

setiap jenis aset yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan

sudah wajar, terlalu tinggi atau terlalu rendah jika dibandingkan

dengan tingkat penjualan yang diproyeksikan, perhitungan rasio

aktivitas dapat menjawab pertanyaan tersebut.

4) Rasio Profitabilitas

Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan

dan keputusan manajemen. Oleh karena itu, rasio ini

42

menggambarkan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan-

keputusan operasional perusahaan. Secara umum, rasio

profitabilitas dihitung dengan membagi laba dengan modal.

Rasio profitabilitas juga menunjukan pengaruh gabungan dari

likuiditas, aset dan utang terhadap hasil operasi.

5) Rasio Nilai Pasar

Rasio nilai pasar (market value creation), menghubungkan

harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham.

Rasio tersebut memberikan petunjuk mengenai apa yang

dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta

prospeknya di masa yang akan datang.

Pengukuran terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan rasio profitabilatas, rasio

profitabilitas yang juga sering disebut rasio rentabilitas

menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui

semua kemampuan, dan sumber daya yang ada seperti kegiatan

penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan

sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan

menghasilkan laba disebut juga operating ratio (Sofyan Syarif

Harahap, 2010).

Profitabilitas merupakan ukuran serta informasi penting yang

akan mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan. Dari

43

sudut pandang investor, profitabilitas menjadi indikator penting

untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang, dengan

melihat perkembangan pertumbuhan profitabiltas perusahaan. Ada 2

rasio profitabilitas yang digunakan untuk dalam penelitian yaitu

ROA (Return On Asset) dan ROE (Return On Equity). ROA adalah

profitabilitas kunci yang mengukur jumlah profit yang diperoleh tiap

rupiah aset yang dimiliki perusahaan. ROA memperlihatkan

kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi penggunaan

total aset untuk operasional perusahaan (Chen et.al.,2005). ROE

mengukur seberapa banyak keuntungan sebuah perusahaan dapat

dihasilkan untuk setiap rupiah dari modal pemegang saham. ROE

yang lebih tinggi melebihi biaya modal yang digunakan, itu berarti

perusahaan telah efisien dalam menggunakan modal sendiri,

sehingga laba yang dihasilkan mengalami peningkatan dari tahun-

tahun sebelumnya (Angkoso, 2006).

Meningkatkan kinerja keuangan merupakan salah satu strategi

perusahaan dalam mencapai tujuan meningkatkan nilai perusahaan.

Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan dapat membuat

saham perusahaan terlihat menarik bagi investor. Jika kinerja

keuangan menunjukkan prospek yang baik, maka saham akan

diminati oleh investor dan berpengaruh pada harga jual saham

tersebut. Biasanya investor melakukan peninjauan dengan melihat

rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi. Pemanfaatan seluruh

44

aset (intellectual capital) perusahaan akan meningkatkan nilai

tambah perusahaan. Adanya rasio ini akan mempererat hubungan

antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.

g. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah nilai pasar dari utang dan ekuitas

perusahaan (Arthur J.Keown et.al, 2010) nilai perusahaan

merupakan pandangan investor atau pasar terhadap sebuah

perusahaan yang kerap tercermin dari harga sahamnya, atau dengan

kata lain sebuah perusahaan dengan harga saham yang tinggi

merupakan sebuah perusahaan yang memiliki nilai baik bagi

investor.

Masalahnya adalah bahwa indikator tradisional tentang

keberhasilan bisnis, seperti peningkatan pendapatan, arus kas, laba,

penguasaan pasar, dan kempemimpinan teknologi sesungguhnya

tidak mampu menyediakan informasi apakah perusahaan benar-

benar menciptakan nilai bagi pemilik dan pemegang saham atau

belum. Hanya ketika suatu perusahaan mampu menghasilkan sesuatu

yang lebih dari sumber daya yang diinvestasi, maka kita dapat

berbicara tentang penciptaan nilai. Dalam konteks ini, kepentingan

utama semua stakeholders adalah bahwa strategi bisnis diarahkan

pada pencapaian tujuan tersebut (value creation) dan bahwa sistem

pengukuran mencerminkan kemampuan manajemen untuk mencapai

45

tujuan tersebut. Bagaimanapun, meningkatnya tekanan dan tanggung

jawab terhadap pemegang saham dan karyawan menyiratkan

perhatian kepada penciptaan nilai (value creation) sebagai suatu

ukuran baru tentang keberhasilan bisnis (riset yang dilakukan di

pasar modal membuktikan bahwa terdapat hubungan antara efisiensi

penciptaan nilai dan nilai pasar perusahaan). Tujuan akhirnya adalah

untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam jangka panjang,

yang hanya akan dapat dicapai dengan investasi pada sumber daya

intelektual (terutama pada human capital, yang merupakan faktor

kunci penciptaan nilai pada bisnis modern) dan peningkatan

mobilisasi dari potensi internal perusahaan, terutama adalah

intangible (Ulum, 2009).

Premis kunci untuk penciptaan nilai perusahaan adalah bahwa

semua kontribusi terhadap penciptaan nilai (value creation) namun

juga pembinasaan nilai (value destruction) dapat diukur tampa

kerancuan, yang sering kali memerlukan skema organisasi dan

indeks-indeks baru. Sebagai tambahan, proses perencanaan dan

pengambilan keputusan harus difokuskan pada upaya penciptaan

nilai. Untuk efektifitas pengendalian biaya, maka manajemen

eksekutif perlu bersama-sama dengan manajemen puncak

mengidentifikasi berbagai kemungkinan untuk terus meningkatkan

efisiensi penciptaan nilai. Melalui proses ini, semua potensial

inteketual yang berada di dalam perusahaan dapat dimoblisasi untuk

46

tujuan pencapaian nilai maksimum (baik untuk pemegang saham

maupun karyawan).

Teori modern mendefinisikan aktiva bisnis sebagai nilai tambah

(value added) dan kekayaan, yang jauh lebih kompleks daripada

sebelumnya. Untuk tujuan penciptaan laba, adalah penting

membangun hubungan dengan pelanggan ke tingkatan paling tinggi.

Lebih dari itu, adalah penting untuk menyadari bahwa format yang

terukur/berwujud (tangible form) dari penciptaan nilai (seperti:

pendapatan, nilai tambah) adalah tergantung pada format yang tidak

terwujud (intangible form) dari penciptaan nilai (seperti: peningkatan

waktu dan efektivitas komunikasi, hubungan yang lebih baik dengan

pelanggan, membangun dan mempertahankan reputasi). Kunci untuk

sukses adalah dalam penciptaan sebab akibat hubungan antara dua

format penciptaan nilai (tangible dan intangible form). Harus

dikatakan bahwa salah satu tantangan utama bagi manajemen adalah

menciptakan kondisi yang akan membuka peluang generasi sukses

nilai intangible (seperti: pengetahuan layanan, pengalaman,

keuntungan, kecepatan, kualitas, kesan) dan transformasinya kepada

format tangible (seperti: pendapatan, laba, nilai tambah, pangsa

pasar, nilai pasar). Manajemen penciptaan nilai yang sistematik

didasarkan pada premis bahwa konsep ini melekat di dalam

perusahaan sebagai tujuan akhir bisnis. Penting untuk dipastikan

bahwa konsep “hidup” di semua tingkatan bisnis, pada aktifitas hari

47

ke hari, dirangsang, dihargai, diukur dan dikomunikasikan (Ulum,

2009)

Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan

Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). PBV

merupakan perbandingan dari harga suatu saham dengan nilai buku.

PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek

perusahaan ke depan. PBV juga dapat menunjukan seberapa jauh

sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan dengan

jumlah modal yang diinvestasikan oleh perusahaan. Perusahaan yang

baik memiliki PBV diatas 1, semakin tinggi PBV mencerminkan

harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku per lembar saham.

Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan dalam

menciptakan nilai bagi para pemegang sahamnya (Simanungkalit,

2015). Sedangkan PER adalah perbandingan antara harga saham per

lembar dengan laba bersih per saham. Kegunaan PER adalah untuk

melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang

dincerminkan oleh earning per share nya. PER menunjukan

hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per share.

Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham

tersebut akan semkin mahal terhadap pendapatan bersih per

sahamnya. Angka rasio ini biasa digunakan investor untuk

memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dimasa yang akan datang (Prastowo, 2002).

48

2. Penelitian Terdahulu

Sunarsih dan Mendra, (2012) meneliti tentang hubungan antara

modal intelektual dengan nilai perusahaan. Dimana variabel

independennya terdiri dari Value added Capital Employed (VACA),

Value added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value added

(STVA). Variabel dependennya adalah nilai perusahaan yang diwakili

PBV. Sedangkan variabel interveningnya adalah kinerja keuangan yang

diukur dengan ROE. Hasil penelitian menunjukan bahwa modal

intelektual tidak memiliki pengaruh langsung terhadap nilai perusahaan.

Modal intelektual berpengaruh positif pada kinerja keuangan perusahaan,

dan kinerja keuangan mampu memediasi hubungan antara intelektual

capital dengan nilai perusahaan.

Islamiyah, (2015) meneliti hubungan antara modal intelektual dan

tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan pada efek syariah.

Dimana variabel independenya terdiri dari Human Capital Efficiency

(HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Relational Capital

Efficiency (RCE), Capital Employe Efficiency (CEE), proporsi komisaris

independen, komite audit, dan kepemilikan institusional. Variabel

dependenya adalah kinerja keuangan yang diwakili ROE dan ROA. Hasil

penelitian menunjukan bahwa SCE, CEE, dan komite audit memiliki

pengaruh signifikan terhadap ROE dan ROA. RCE berpengaruh negatif

terhadap ROE dan ROA. kepemilikan institusional berpengaruh terhadap

49

ROE. Sedangkan HCE, proporsi komisaris independen tidak berpengaruh

terhadap ROE dan ROA.

Mayasani, (2014) meneliti hubungan antara modal intelektual

terhadap Economic Value Added (EVA) pada perusahaan farmasi yang

terdaftar di BEI. Variabel independenya Human Capital Efficiency

(HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Relational Capital

Efficiency (RCE), Capital Employe Efficiency (CEE). Variabel

dependenya Economic Value Added (EVA). Hasil penelitian menunjukan

bahwa Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency

(SCE) berpengaruh terhadap EVA, sedangkan Relational Capital

Efficiency (RCE), Capital Employe Efficiency (CEE) tidak berpengarih

terhadap EVA.

Harahap, (2014) meneliti hubungan antara intellectual capital

dengan nilai perusahaan. Variabel independenya terdiri dari Value added

Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU),

Structural Capital Value added (STVA). Variabel dependennya adalah

nilai perusahaan yang digambarkan dengan PBV dan PER. Sedangkan

variabel interveningnya adalah kinerja keuangan yang diwakili oleh ROA

dan EPS. Hasil penelitian menunjukan bahwa Intellectual capital

(VACA, VAHU, STVA) berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Intellectual capital juga berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA

50

dan EPS). Dan kinerja keuangan dapat memediasi hubungan antara

intellectual capital dengan nilai perusahaan.

Pramelasari, (2010) meneliti tentang hubungan intellectual capital

dengan nilai pasar perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan. Variabel

independennya adalah Value Added Capital Employed (VACA), Value

Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added

(STVA), Research and Development Expedinture (RD), Advertising

Expenditure (AD). Variabel dependen adalah nilai pasar perusahaan

(MtBV) dan kinerja keuangan perusahaan (ROA, ROE, dan employed

productivity). Hasil penelitian menunjukan bahwa setiap komponen

intellectual capital memiliki pengaruh yang berbeda terhadap nilai pasar

perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan. VACA berpengaruh

negatif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan VAHU dan STVA

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. VACA berpengaruh

positif terhadap kinerja keuangan. Sedangkan VAHU dan STVA

berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan.

Pangestu dan Wijaya (2014) meneliti tentang pengaruh intellectual

capital terhadap market value dan kinerja keuangan. Variabel

independenya adalah Value Added Capital Employed (VACA), Value

Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA)

dan variabel dependenya adalah market to book value (market to book

value ratio) dan kinerja keuangan (ROA, ROE, dan growth revenues).

51

Hasil penelitian menunjukan bahwa CE dan SC berpengaruh signifikan

terhadap market to book value, sedangkan human capital tidak

berpengaruh. Selanjutnya STVA berpengaruh positif terhadap kinerja

keuangan sebaliknya VAHU tidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan yang diwakili ROA dan ROE, terkecuali growth revenues yang

berpengaruh negatif terhadap VAHU.

Kalkan, Bozkurt, dan Arman (2014) meneliti tentang hubungan

intellectual capital, inovasi dan strategi organisasi terhadap kinerja

perusahaan. Variabel independennya adalah intellectual capital, inovasi,

strategi organisasi. Variabel dependennya adalah kinerja perusahaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif

antara intellectual capital, inovasi, strategi organisasi, dan kinerja

perusahaan.

Arslan dan Zaman (2015) meneliti tentang dampak intellectual

capital terhadap kinerja keuangan pada sektor minyak dan gas di

Pakistan. Variabel independennya adalah Human Capital Efficiency

(HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency

(CEE). Variabel dependen adalah kinerja keuangan yang diwakili dengan

ROE, ROI dan EPS.Hasil penelitian menyatakan bahwa VA merupakan

komponen penting untuk menghitung kinerja VAIC dan memiliki

hubungan yang signifikan dan positif terhadap profitabilitas (EPS). HCE

52

dan SCE memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan (ROE dan ROI).

Al-Musali dan Ismail (2014) meneliti tentang efek intellectual

capital pada kinerja keuangan bank di Arab Saudi. Variabel

independenya Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital

Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency (CEE). Variabel

dependen adalah kinerja keuangan yang diwakili dengan ROA dan ROE.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja intellectual capital bank di

Arab Saudi rendah, namun berhubungan positif dengan indikator kinerja

keuangan.

Berzkalne dan Zelgalve (2014) meneliti tentang pengaruh

intellectual capital dengan nilai perusahaan di 3 negara (Latvia,

Lithuania, Estonia). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan dan positif antara intellectual capital dan nilai

perusahaan di Latvia dan Lithuania. Sebaliknya tidak terdapat hubungan

antara intellectual capital dan nilai perusahaan di Estonia.

53

No Peneliti dan

Judul Penelitian

Variabel Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian

1 Sunarsih dan

Mendra

(2012)“Pengaruh

Modal Intelektual

terhadap Nilai

Perusahaan

dengan Kinerja

Keuangan

sebagai Variabel

Intervening pada

Perusahaan yang

Terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia

Independen Modal Intelektual

(VAIC): Value added

Capital Employed

(VACA), Value added

Human Capital

(VAHU), Structural

Capital Value added

(STVA).

Dependen Nilai Perusahaan

(PBV)

Intervening

Kinerja Keuangan

(ROE)

Independen

Value added Capital

Employed (VACA),

Value added Human

Capital (VAHU),

Structural Capital

Value added (STVA).

Dependen

Price Book Value

(PBV)

Intervening

Return On Equity

(ROE)

Uji Hipotesis

Tidak ada

Independen

Tidak ada

Dependen

Price Earning Ratio (PER)

Intervening

Return On Asset (ROA)

Uji Hipotesis

Structural Equation

Modelling (SEM)

Modal intelektual tidak memiliki pengaruh

langsung terhadap nilai perusahaan.

Modal intelektual berpengaruh positif pada

kinerja keuangan perusahaan.

Kinerja keuangan mampu memediasi

hubungan antara intellectual capital dengan

nilai perusahaan.

2 Islamiyah (2015)

“Pengaruh Modal

Intelektual dan

Tata Kelola

Perusahaan

Terhadap Kinerja

Keuangan pada

Efek Syariah”

Independen Human Capital

Efficiency (HCE),

Structural Capital

Efficiency (SCE),

Relational Capital

Efficiency (RCE),

Capital Employe

Efficiency (CEE),

Proporsi Komisaris

Independen

Human Capital

Efficiency (HCE),

Structural Capital

Efficiency (SCE),

Capital Employe

Efficiency (CEE)

Dependen

Tidak ada

Independen

Proporsi komisaris

independen, komite audit

kepemilikan institusional.

Dependen

Price Book Value (PBV) dan

Price Earning Ratio (PER)

Intervening

Tidak ada

SCE, CEE, dan Komite Audit memiliki

pengaruh signifikan terhadap ROE dan

ROA.

RCE berpengaruh negatif terhadap ROE dan

ROA.

Kepemilikan Institusional berpengaruh

terhadap ROE.

Tabel 2.2

Ringkasan Penelitian Terdahulu

54

Independen, Komite

Audit, dan

Kepemilikan

Institusional.

Dependen Kinerja Keuangan

(ROE dan ROA)

Intervening

Tidak ada

Uji Hipotesis

Tidak ada

Uji Hipotesis

Structural Equation

Modelling (SEM)

HCE Proporsi Komisaris Independen tidak

berpengaruh terhadap ROE dan ROA.

3 Mayasani (2014)

“Pengaruh Modal

Intelektual

terhadap

Economic Value

Added pada

Perusahaan

Farmasi yang

Terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia

Periode 2009-

2013”

Independen Human Capital

Efficiency (HCE),

Structural Capital

Efficiency (SCE),

Relational Capital

Efficiency (RCE),

Capital Employe

Efficiency (CEE).

Dependen Economic Value

Added (EVA)

Independen

Human Capital

Efficiency (HCE),

Structural Capital

Efficiency (SCE),

Capital Employe

Efficiency (CEE)

Dependen

Tidak ada

Intervening

Tidak ada

Uji Hipotesis

Tidak ada

Independen

Relational Capital Efficiency

(RCE)

Dependen

Price Book Value (PBV) dan

Price Earning Ratio (PER)

Intervening

Tidak ada

Uji Hipotesis

Structural Equation

Modelling (SEM)

Human Capital Efficiency (HCE), Structural

Capital Efficiency (SCE) berpengaruh

terhadap EVA.

Relational Capital Efficiency (RCE), Capital

Employe Efficiency (CEE) tidak berpengaruh

terhadap EVA.

4 Harahap (2014)

“Pengaruh

Intellectual

capital terhadap

Nilai Perusahaan

dengan Kinerja

Keuangan

Independen Value added Capital

Employed (VACA),

Value added Human

Capital (VAHU),

Structural Capital

Value added (STVA).

Independen

Value added Capital

Employed (VACA),

Value added Human

Capital (VAHU),

Structural Capital

Value added

Independen

Tidak ada

Dependen

Tidak ada

Intervening

Return On Equity (ROE)

Intellectual capital (VACA, VAHU, STVA)

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Intellectual capital juga berpengaruh

terhadap kinerja keuangan (ROA dan EPS).

55

sebagai Variabel

Intervening pada

Perusahaan Real

Estate yang

Terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia tahun

2010-2012)”

Dependen Nilai Perusahaan

(PBV dan PER)

Intervening Kinerja Keuangan

(ROA dan EPS)

(STVA).

Dependen

Price Book Value

(PBV) dan Price

Earning Ratio (PER)

Intervening

Return On Asset

(ROA)

Uji Hipotesis

Tidak ada

Uji Hipotesis

Structural Equation

Modelling (SEM)

Kinerja keuangan dapat memediasi

hubungan antara intellectual capital dengan

nilai perusahaan.

5 Pramelasari,

(2010) “Pengaruh

Intellectual

capital terhadap

Nilai Pasar

Perusahaan dan

Kinerja

Keuangan

Perusahaan”

Independen Value added Capital

Employed (VACA),

Value added Human

Capital (VAHU),

Structural Capital

Value added (STVA),

Research and

Development

Expedinture (RD),

Advertising

Expenditure (AD)

Dependen Nilai Pasar

Perusahaan (MtBV)

dan Kinerja

Keuangan Perusahaan

(ROA, ROE, dan

Independen

Value added Capital

Employed (VACA),

Value added Human

Capital (VAHU),

Structural Capital

Value added

(STVA).

Dependen

Tidak ada

Intervening

Tidak ada

Uji Hipotesis

Tidak ada

Independen

Research and Development

Expedinture (RD),

Advertising Expenditure

(AD)

Dependen

Price Book Value (PBV) dan

Price Earning Ratio (PER)

Intervening

Tidak ada

Uji Hipotesis

Structural Equation

Modelling (SEM)

VACA berpengaruh negatif terhadap nilai

perusahaan.

VAHU dan STVA berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan. VACA

berpengaruh positif terhadap kinerja

keuangan.

VAHU dan STVA berpengaruh negatif

terhadap kinerja keuangan.

56

Employed

productivity)

6 Pangestu dan

Wijaya (2014)

“Pengaruh

Intellectual

Capital terhadap

Market Value dan

Kinerja

Keuangan”

Independen

Value added Capital

Employed (VACA),

Value added Human

Capital (VAHU),

Structural Capital

Value added (STVA)

Dependen

Market Value

(MtBV) dan Kinerja

Keuangan (ROA,

ROE, growth

revenues)

Independen

Value added Capital

Employed (VACA),

Value added Human

Capital (VAHU),

Structural Capital

Value added

(STVA).

Dependen

Tidak ada

Intervening

Tidak ada

Uji Hipotesis

Tidak ada

Independen

Tidak ada

Dependen

Price Book Value (PBV) dan

Price Earning Ratio (PER)

Intervening

Tidak ada

Uji Hipotesis

Structural Equation

Modelling (SEM)

CE dan SC berpengaruh signifikan terhadap

market to book value, sedangkan human

capital tidak berpengaruh.

STVA berpengaruh positif terhadap kinerja

keuangan sebaliknya VAHU tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang

diwakili ROA dan ROE, terkecuali growth

revenues yang berpengaruh negatif terhadap

VAHU.

7 Kalkan, Bozkurt,

dan Arman

(2014) “The

Impacts of

Intellectual

capital,

Innovation,

Organizational

Strategy on Firm

Performance”

Independen Intellectual capital,

inovasi, strategi

organisasi.

Dependen Kinerja

perusahaan.

Independen

Human Capital

Efficiency (HCE),

Structural Capital

Efficiency (SCE)

Dependen

Tidak ada

Intervening

Tidak ada

Uji Hipotesis

Tidak ada

Independen

Customer Capital Efficiency

(RCE)

Dependen

Price Book Value (PBV) dan

Price Earning Ratio (PER)

Intervening

Tidak ada

Uji Hipotesis

Structural Equation

Modelling (SEM)

Terdapat hubungan yang positif antara

intellectual capital, inovasi, strategi

organisasi, dan kinerja perusahaan.

57

8 Arslan dan

Zaman (2015)

“Intellectual

capital and its

Impact on

Financial

Performance: A

Study of Oil and

Gas Sector of

Pakistan”

Independen Human

Capital Efficiency

(HCE), Structural

Capital Efficiency

(SCE), Capital

Employe Efficiency

(CEE).

Dependen Kinerja

Keuangan(ROE, ROI

dan EPS)

Independen

Human Capital

Efficiency (HCE),

Structural Capital

Efficiency (SCE),

Capital Employe

Efficiency (CEE)

Dependen

Tidak ada

Intervening

Tidak ada

Uji Hipotesis

Tidak ada

Independen

Tidak ada

Dependen

Price Book Value (PBV) dan

Price Earning Ratio (PER)

Intervening

Tidak ada

Uji Hipotesis

Structural Equation

Modelling (SEM)

VA merupakan komponen penting untuk

menghitung kinerja VAIC dan memiliki

hubungan yang signifikan dan positif

terhadap profitabilitas (EPS).

HCE dan SCE memiliki hubungan yang

positif dan signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan (ROE dan ROI)

9 Al-Musali dan

Ismail (2014)

“Intellectual

Capital and it’s

Effect on

Financial

Performance of

Banks: Evidence

from Saudi

Arabia”

Independen Human

Capital Efficiency

(HCE), Structural

Capital Efficiency

(SCE), Capital

Employe Efficiency

(CEE). Dependen

Kinerja Keuangan

(ROE, ROA )

Independen

Human Capital

Efficiency (HCE),

Structural Capital

Efficiency (SCE),

Capital Employe

Efficiency (CEE)

Dependen

Intervening

Tidak ada

Uji Hipotesis

Tidak ada

Independen

Tidak ada

Dependen

Price Book Value (PBV) dan

Price Earning Ratio (PER)

Intervening

Tidak ada

Uji Hipotesis

Structural Equation

Modelling (SEM)

Kinerja intellectual capital bank di Arab

Saudi rendah.

Intellectual Capital berhubungan positif

dengan indikator kinerja keuangan (ROA,

ROE)

58

10 Berzkalne dan

Zelgalve (2014)

“Intellectual

Capital and

Company Value”

Independen Human

Capital Efficiency

(HCE), Structural

Capital Efficiency

(SCE), Capital

Employe Efficiency

(CEE). Dependen

Nilai Perusahaan

Independen

Human Capital

Efficiency (HCE),

Structural Capital

Efficiency (SCE),

Capital Employe

Efficiency (CEE).

Dependen

Nilai perusahaan

Intervening

Tidak ada

Uji Hipotesis

Tidak ada

Independen

Tidak ada

Dependen

Tidak ada

Intervening

Tidak ada

Uji Hipotesis

Structural Equation

Modelling (SEM)

Terdapat hubungan yang signifikan dan

positif antara intellectual capital dan nilai

perusahaan di Latvia dan Lithuania.

Tidak terdapat hubungan antara intellectual

capital dan nilai perusahaan di Estonia

59

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis Penelitian

a. Pengaruh Intellectual capital terhadap Kinerja Keuangan

Adanya pengungkapan intellectual capital dalam laporan

keuangan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan.

Penggunaan seluruh aset perusahaan yang efisien, baik aset yang

berwujud maupun aset tidak berwujud (intellectual capital) akan

meningkatkan laba perusahaan. Semakin tinggi tingkat laba yang

diperoleh oleh perusahaan maka semakin tinggi nilai ROA dan ROE.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Harahap

(2014) yang menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh

terhadap kinerja keuangan.

VAHUUU

VACA

STVA

IC FP

ROE

FV

ROA PBV

PER

60

H1: Intellectual capital bepengaruh langsung terhadap kinerja

keuangan.

b. Pengaruh Langsung Kinerja Keuangan terhadap Nilai

Perusahaan

Meningkatkan kinerja keuangan merupakan salah satu strategi

perusahaan dalam mencapai tujuan meningkatkan nilai perusahaan.

Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan dapat membuat

saham perusahaan terlihat menarik bagi investor. Jika kinerja

keuangan menunjukkan prospek yang baik, maka saham akan

diminati oleh investor dan berpengaruh pada harga jual saham

tersebut. Biasanya investor melakukan peninjauan dengan melihat

rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi. Pemanfaatan seluruh

aset (intellectual capital) perusahaan akan meningkatkan nilai

tambah perusahaan. Adanya rasio ini akan mempererat hubungan

antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.

H2: Kinerja keuangan berpengaruh langsung terhadap nilai

perusahaan.

c. Pengaruh langsung intellectual capital terhadap nilai perusahaan

Berdasarkan Resources Based Theory (RBT), sebuah perusahaan

dipersepsikan sebagai kumpulan aset maupun kemampuan berwujud

dan tak berwujud (Firer and Williams, 2003). Teori ini menjelaskan

bahwa nilai perusahaan yang baik menunjukkan kemampuan

61

perusahaan dalam penggunaan aset berwujud maupun tak

berwujud yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability

secara efektif dan efisien. Dalam teori stakeholder, pasar akan

memberikan nilai yang lebih tinggi terhadap perusahaan dengan

penggunaan aset maksimal. Menurut Pramelasari, (2010) perusahaan

yang mampu mengelola aset perusahaan secara maksimal akan

mampu menciptakan value added dan berpengaruh terhadap

peningkatan nilai perusahaan. Hal ini didukung oleh hasil penilitian

yang dilakukan Tan et.,al (2007), yang menunjukan bahwa

intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

H3: Intellectual capital berpengaruh langsung terhadap nilai

perusahaan

d. Pengaruh Tidak Langsung intellectual capital terhadap nilai

perusahaan

Berdasarkan Resources Based Theory (RBT), sebuah perusahaan

dipersepsikan sebagai kumpulan aset maupun kemampuan berwujud

dan tak berwujud (Firer and Williams, 2003). Teori ini menjelaskan

bahwa nilai perusahaan yang baik menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam penggunaan aset berwujud maupun tak

berwujud yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability

secara efektif dan efisien. Dalam teori stakeholder, pasar akan

memberikan nilai yang lebih tinggi terhadap perusahaan dengan

62

penggunaan aset maksimal. Menurut Pramelasari, (2010) perusahaan

yang mampu mengelola aset perusahaan secara maksimal akan

mampu menciptakan value added dan berpengaruh terhadap

peningkatan nilai perusahaan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian

yang dilakukan Sunarsih dan Mendra (2012), yang menunjukan

bahwa kinerja keuangan mampu memediasi hubungan antara

intellectual capital dengan nilai perusahaan.

H4: Intellectual capital berpengaruh tidak langsung terhadap

nilai perusahaan.

63

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun

tidak langsung antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk

menguji pengaruh dari variabel independen yaitu intellectual capital terhadap

variabel dependen yang dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan, melalui

variabel intervening, yaitu kinerja keuangan. Populasi dalam penelitian ini

adalah perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45 periode 2009 sampai

2014.

B. Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling. Tujuan dilakukannya metode purposive sampling adalah

untuk menghindari adanya ambiguitas yang disampaikan oleh informasi-

informasi tersebut. Artinya pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria

tertentu, yaitu antara lain:

1. Merupakan perusahaan yang terdaftar secara berturut-turut dalam

indeks LQ 45 selama periode 2009-2014.

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan berturut-turut

selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2014.

3. Perusahaan yang secara berturut-turut tidak mengalami kerugian

selama periode 2009-2014.

64

Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan

ditampilkan dalam tabel. Berikut tabel yang ditampilkan:

Tabel 3.1

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No.

Kriteria

Jumlah

1 Perusahaan yang terdaftar dalam indeks

LQ 45 sampai dengan tahun 2014

45

2

Perusahaan yang tidak

mempublikasikan laporan keuangan

dan mengalami kerugian pada periode

tahun 2009 sampai tahun 2014

(24)

3

Jumlah perusahaan yang memenuhi

kriteria

21

Total sampel data selama 6 tahun penelitian

126

Sumber : Data sekunder yang diolah

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumenter, karena data yang dikumpulkan berupa data sekunder.

Data tersebut berupa laporan keuangan perusahaan periode 2009-2014. Data

tersebut diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia di

http://www.idx.co.id. Selain itu juga dilakukan penelusuran berbagai jurnal,

karya ilmiah, artikel dan berbagai buku referensi sebagai sumber data dan

65

acuan dalam penelitian ini. Data penunjang lainya diperoleh dari Indonesia

Capital Market Directory (ICMD).

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan Strucural Equation Model (SEM),

statistik deskriptif, Uji Koefisien Determinasi (R2).

1. Structural Equation Model (SEM)

Structural Equation Modeling (SEM) merupakan teknik analisis

multivariat yang dikembangkan guna menutupi keterbatasan yang

dimiliki oleh model-model analisis sebelumnya yang telah digunakan

secara luas dalam peneltian statistik. Model-model yang dimaksud di

antaranya adalah analisis regresi, analisis jalur, dan analisis faktor

konfirmatori (Hox dan Bechger, 1998)

Dari segi metodologi, SEM memainkan berbagai peran, di antaranya,

sebagai sistem persamaan simultan analisis kausal liner, analisis lintasan

(path analysis), analysis of covariance structure, dan model persamaan

struktural. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang membedakan

SEM dengan regresi biasa maupun teknik multivariat yang lain, karena

SEM membutuhkan lebih dari sekedar perangkat statistik yang

didasarkan atas regresi biasa dan analisis varian.

SEM terdiri dari 2 bagian yaitu model variabel laten dan model

pengukuran. Kedua model SEM ini mempunyai karakteristik yang

berbeda dengan regresi biasa. Regresi biasa, umumnya,

menspesifikasikan hubungan kausan antara variabel-variabel teramati

66

(observed variables), sedangkan pada model variabel laten SEM,

hubungan kausal terjadi di antara variabel-variabel tidak teramati

(unobserved variables) atau variabel-variabel laten.

Kline dan Klammer (2001) lebih mendorong penggunaan SEM

dibandingkan regresi berganda karena 5 alasan berikut: (1) SEM

memeriksa hubungan di antara variabel-variabel sebagai sebuah unit,

tidak seperti pada regresi berganda yang pendekatanya sedikit demi

sedikit (piecemeal). (2) Asumsi pengukuran yang handal dan sempurna

pada regresi berganda tidak dapat dipertahankan, dan pengukuran dengan

kesalahan dapat ditangani dengan mudah oleh SEM. (3) Modification

index yang dihasilkan oleh SEM menyediakan lebih banyak isyarat

tentang arah penelitian dan pemodelan yang perlu ditindak-lanjuti

dibandingkan pada regresi. (4) Interaksi juga dapat ditangani dalam

SEM. (5) Kemampuan SEM dalam menangani non recursive paths.

a. Variabel-variabel dalam SEM

1) Variabel Laten

Dalam SEM variabel kunci yang menjadi perhatian adalah

variabel laten (Latent Variables, sering disingkat LV) atau

konstruk laten. Variabel laten merupakan konsep abstrak,

sebagai contoh: perilaku orang, sikap (attitude) perasaan dan

motivasi.variabel laten ini hanya dapat diamati secara tidak

langsung dan tidak sempurna melalui efeknya pada variabel

teramati.

67

2) Variabel Teramati (Manifest)

Variabel teramati adalah variabel yang dapat diamati atau

dapat diukur secara empiris dan sering disebut sebagai

indikator. Variabel teramati merupakan efek atau ukuran dari

variabel laten.

b. Prosedur SEM

1) Orientasi dalam SEM

Penerapan statistik pada penelitian umumnya didasarkan

atas pemodelan pengamatan atau observasi secara individual.

Misalnya dalam regresi berganda atau ANOVA (analysis of

variance), estimasi koefisien regresi atau varian kesalahan

diperoleh dengan meminimisasikan jumlah kuadrat perbedaan

antara variabel terikat diprediski dengan variabel terikat

diamati/diukur untuk setiap kasus atau observasi. Dalam hal ini,

analisis residual menunjukan perbedaan antara nilai yang

dicocokkan (fitted) dengan nilai yang diamati/diukur untuk

setiap kasus yang ada di dalam sampel.

Penerapan SEM pada penelitian memerlukan orientasi yang

berbeda dengan penerapan statistik di atas. Prosedur dalam

SEM lebih menekankan penggunaan kovarian dibandingkan

dengan kasus-kasus secara individual. Jika dalam analisis

statistik biasa, fungsi yang diminimumkan adalah perbedaan

68

antara nilai-nilai yang diamati dengan yang diprediksi, maka

pada SEM yang diminimumkan adalah perbedaan antara

kovarian sampel dengan kovarian yang diprediksi oleh model.

Dengan demikian yang dimaksus residual dalam SEM adalah

perbedaan antara kovarian yang diprediksi /dicocokkan dengan

kovarian yang teramati, oleh karena itu SEM sering juga

disebut sebagai analysis of covariance structure.

2) Tahapan dalam prosedur SEM

a) Spesifikasi Model

Tahap ini berkaitan dengan pembentukan model awal

persamaan struktural, sebelum dilakukan estimasi. Model

awal ini diformulasikan berdasarkan suatu teori atau

penelitian sebelumnya.

b) Identifikasi

Tahap ini berkaitan dengan pengkajian tentang

kemungkinan diperolehnya nilai yang unik untuk setiap

parameter yang ada di dalam model dan kemungkinan

persamaan simultan tidak ada solusinya.

c) Estimasi

Tahap ini berkaitan dengan estimasi terhadap model

untuk menghasilkan nilai-nilai parameter dengan

menggunakan salah satu metode estimasi yang tersedia.

Pemilihan metode estimasi yang digunakan seringkali

69

ditentukan berdasarkan karakteristik dari variabel-variabel

yang dianalisis.

d) Uji Kecocokan

Tahap ini berkaitan dengan pengujian kecocokan

antara model dengan data. Beberapa kriteria ukuran

kecocokan atau Goodness of Fit (GOF) dapat digunakan

untuk melaksanakan langkah ini.

e) Respesifikasi

Tahap ini berkaitan dengan respesifikasi model

berdasarkan atas hasil uji kecocokan tahap sebelumnya.

3) Evaluasi Model Struktural

Evaluasi ini adalah mengkonfirmasi hipotesis penelitian

yang diajukan peneliti apakah ada hubungan kausal yang

signifikan antara variabel laten eksogen dengan variabel laten

endogen (Yamin, 2014).

Based on a probability level of 0.05, then, the test statistic

needs to be > +

- 1,96 before the hypothesis (that the estimate

equals 0.0) can be rejected. Nonsignificant parameters, with the

exception of error variances, can be considered unimportant to

the model; in the intesrest of scientific parsimony, albeit given

an adequate sample size, they should be deleted from the model.

(Berdasarkan pada level probabilitas 0.05, uji statistik butuh

untuk mencapai > +

- 1,96 (yang diestimasi setara dengan 0.0)

70

dapat ditolak. Parameter yang tidak signifikan, dengan

pengecualian perubahan yang eror, dapat dianggap sebagai

model yang tidak penting dalam penelitian, walaupun ukuran

sampel memadai, parameter tersebut harus dihapus dari model

(Bryne, 2010:68).

2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses

transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah

dipahami dan diinterpretasikan (Indriantoro, 1999). Statistik deskriptif

memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai

rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum dan minimum

(Ghozali, 2011). Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata

populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk

menilai dispersi rata-rata dari sampel. Maksimum-minimum digunakan

untuk melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu

dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil

dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinan adalah antara nol sampai satu nilai (R2) yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel dependen amat terbatas (Ghozali,

2011).

71

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu

variabel independen, variabel dependen, dan variabel intervening.

1. Variabel Independen

Variabel independen, yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya

atau terpengaruhnya variabel terikat. Dalam penelitian ini, variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah intellectual

capital yang diukur berdasarkan value added yang diciptakan oleh

Capital Employed (VACA), Human Capital (VAHU), dan Structural

Capital (STVA).

a. Intellectual capital

Menurut Bontis (1998) modal intelektual adalah

seperangkat tak berwujud (sumber daya, kemampuan dan

kompetensi) yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan

nilai.

Pengukuran intellectual capital dalam penelitian ini menggunakan

konsep value added yang dicetuskan oleh Pulic. Pulic percaya bahwa

metode pengukuran kinerja tradisional tidak cocok untuk mengukur

kinerja dalam konteks knowledge economy. Oleh karena itu ia

mengusulkan untuk menggunakan value added sebagai indikator

untuk mengukur kinerja dalam konteks

72

knowledge economy. Value added dihitung sebagai selisih

antara output dan input (Pulic, 1999).

Berikut formulasi perhitungan VAICᵀ ᴹ berdasarkan pendapat

Pulic:

Keterangan:

1) VAICTM

= Value Added Capital Coefficient

2) VA = Value Added

3) VACA = Value Added Capital Employed

4) VAHU = Value Added Human Capital

5) STVA = Structural Capital Value Added

6) Output = Total Penjualan dan pendapatan

7) Input = Beban dan biaya-biaya, selain beban karyawan.

8) CE = Capital Employed (ekuitas dan laba bersih)

9) HC = Human Capital (beban karyawan)

VAICᵀ ᴹ = VACA + VAHU + STVA

VA = Output – Input

VACA = VA / CE

VAHU = VA / HC

STVA = (VA – HC) / VA

73

Dengan demikian, variabel independen dalam penelitian ini

adalah masing-masing komponen dari intellectual capital dalam

model VAIC yaitu, VACA, VAHU, STVA.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen, yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh

variabel independen. Dalam penelitian ini, variabel dependen yang

digunakan adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan menggambarkan

kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai bentuk

kepercayaan dari masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui proses

kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut

didirikan sampai pada saat ini. Nilai perusahaan merupakan persepsi

investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga

saham. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika

kinerja perusahaan juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari

harga sahamnya, jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai

perusahaannya juga baik. Harga saham yang tinggi membuat nilai

perusahaan juga tinggi. Semakin tinggi nilai perusahaan maka

semakin tinggi pula kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan

dapat dilihat dari harga yang dibayar investor atas sahamnya di pasar.

Dalam penelitian ini, nilai perusahaan diukur dengan

menggunakan Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio

(PER). PBV merupakan hasil perbandingan antara harga saham dengan

74

nilai buku saham. PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya

atas prospek perusahaan kedepan (Hermuningsih, 2011). Formula

nilai buku sebagai berikut:

PBV digunakan sebagai proksi karena keberadaan PBV sangat

penting bagi investor. PBV menggambarkan penilaian pasar

keuangan terhadap manajemen dan organisasi perusahaan. Harga

saham dan nilai buku saling berkaitan dan menjadi perhatian bagi

investor dalam pengambilan keputusan strategi investasi di pasar modal.

Melalui PBV, investor dapat memprediksi saham-saham yang

overvalued dan undervalued.

PBV dapat dirumuskan sebagai berikut (Weston dan Brigham,

1998):

Sedangkan Price Earning Ratio adalah merupakan perbandingan

antara harga saham per lembar dengan laba bersih per saham. Kegunaan

PER adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja

perusahaan yang dincerminkan oleh earning per share nya. PER

menunjukan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per

75

share. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham

tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya.

Angka rasio ini biasa digunakan investor untuk memprediksi

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan

datang (Prastowo, 2002).

PER dapat dirumuskan sebagai berikut:

3. Variabel Intervening

Kinerja keuangan perusahaan digunakan sebagai variabel

intervening. Kinerja keuangan adalah prestasi kerja yang telah dicapai

oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan

keuangan perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2006). Kinerja

keuangan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan

mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja keuangan merupakan hal

penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena

kinerja keuangan merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan

dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Dalam

penelitian ini, kinerja keuangan perusahaan diukur dengan

menggunakan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE).

ROA adalah profitabilitas kunci yang mengukur jumlah profit yang

diperoleh tiap rupiah aset yang dimiliki perusahaan. ROA

76

memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi

penggunaan total aset untuk operasional perusahaan (Chen et.al.,2005).

Rumus ROA sebagai berikut:

Sedangkan ROE digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total

modal yang dimiliki oleh perusahaan, untuk menghitung pengembalian

atas total modal setelah bunga dan pajak.

Rumus ROE sebagai berikut:

ROE =

77

Berikut ini tabel yang berisi operasionalisasi setiap variabel dalam

penelitian ini:

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Proksi Skala

Intellectual

Capital

VAICTM = VACA + VAHU + STVA

Rasio

VA = Output – Input

VACA = VA / CE

VAHU = VA / HC

STVA = (VA – HC) / VA

Nilai Perusahaan

PBV = Harga Saham per Saham / Nilai Buku per Saham

Rasio PER = Harga Saham per Lembar / Laba Bersih per

Saham

Kinerja Keuangan ROA = Laba Bersih setelah pajak / Total Aset

Rasio ROE = Laba Bersih setelah Pajak / Total Ekuitas

Sumber: data diolah sendiri

78

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umun Objek Penelitian

1. Sejarah Perkembangan Pasar Modal dan Indeks LQ 45

Sejarah Bursa Efek Jakarta telah dimulai sejak tahun 1912 yang

didirikan oleh pemerintah Belanda di Indonesia namun karena terjadi

perang dunia I Bursa Efek Jakarta di tutup. Perdagangan surat berharga

dimulai di Pasar Modal Indonesia sejak tanggal 3 Juni 1952. Namun t

onggak paling besar terjadi pada 10 Agustus 1977, yang dikenal sebagai

kebangkitan Pasar Modal Indonesia. Setelah Bursa Efek Jakarta

dipisahkan dari Institusi Bapepam tahun 1992 dan diswastakan, mulailah

pasar modal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pasar modal

tumbuh pesat pada periode 1992-1997. Masalah pasar modal tidak

terlepas dari arus investasi yang akan menentukan pertumbuhan ekonomi

sebuah kawasan, tidak terkecuali Indonesia dan negara-negara lainnya.

Pada tahun 1977, pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan

kembali Bursa Efek Jakarta dengan mencatatkan saham 13 perusahaan

PMA. Beberapa tahun kemudian Bursa Efek Jakarta mengalami

pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang

dikeluarkan pemerintah. Sekitar dekade 80-an dan awal 90-an, Bursa

Efek Jakarta benar-benar berkembang menjadi bursa efek seperti yang

dikenal sekarang sebagai Bursa Efek Indonesia (BEI).

79

Bursa Efek Indonesia yang disingkat BEI atau Indonesian Stock

Exchange (ISX) adalah sebuah pasar saham yang merupakan hasil

penggabungan antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek

Surabaya (BES), dimana Bursa Efek Surabaya melebur kedalam Bursa

Efek Jakarta. Perusahaan hasil penggabungan usaha ini melalui

operasinya pada tanggal 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia

dipimpin oleh Direktur Utama BES dan Derivatif, keanggotaan dan

partisipan. Bursa Efek Indonesia menggunakan sistem perdagangan

bersama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 mei 1995.,

menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. System JATS

ini sendiri direncanakan akan digantikan sistem baru yang akan

disediakan OMX.

Bursa efek terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia, dan

keadaanpun semakin menunjukkan bahwa bursa efek semakin banyak

peminatnya. Ramainya tanggapan publik dan selalu bertambahnya

perusahaan Go Public adalah wujud dari kemajuan bursa efek.

Perkembangan bursa efek yang terjadi kini adalah berkat perjuangan

dari BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal), perusahaan yang

bersedia untuk memasyarakatkan sahamnya. Pemerintah, lembaga

penunjang dan masyarakat yang turut bertasipasi menginvestasikan

kelebihan dananya. Dibandingkan dengan situasi bursa efek waktu lalu,

keadaan saat ini memang telah jauh berbeda. Perkembangan yang terjadi

cukup pesat dan diluar dugaan. Tapi bukan berarti bursa efek berjalan

80

terus mulus tanpa rintangan. Banyak hal yang terjadi, yang mewarnai

pasang surut kehidupan bursa efek di Indonesia. Jika keadaan sosial,

politik, atau ekonomi bangsa kita sedang terganggu dan tidak stabil,

tentu saja kondisi dari bursa efek sangat berpengaruh

Dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat berbagai macam jenis

indeks, seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45,

Indeks IDX30, Indeks kompas 100, Jakarta Islamic Index (JII), indeks

Bursa Syariah Indonesia, Indeks Bisnis-27, Indeks Pefindo25 dll. Dalam

penelitian ini peneliti memilih untuk menjadikan Indeks LQ 45 sebagai

objek penelitian.

Indeks LQ 45 diluncurkan pada 24 Februari 197 di bursa efek.

Indeks LQ 45 merupakan salah satu indeks yang digunakan di bursa

efek. LQ 45 merupakan singkatan dari likuid 45 yang mana terdiri atas

45 saham dengan kapitalisasi terbesar dan volume perdagangan

tertinggi.

LQ 45 biasanya dijadikan benchmark atau acuan bagi para pemodal

yang berinvestasi di instrumen saham karena likuiditasnya yang tinggi

dan biasanya para manajer investasi juga menanamkan saham yang

dikelolanya ke dalam saham yang merupakan bagian dari LQ 45 dengan

tujuan untuk mengurangi resiko likuiditas yang dihadapinya.

LQ 45 dipantau oleh busa efek dimana bursa efek mengganti

komposisi saham penyusun LQ 45 setiap 6 bulan sekali. Apabila ada

saham LQ 45 yang tidak memenuhi syarat untuk digolongkan ke dalam

81

LQ 45 maka saham tersebut akan dikeluarkan dari komposisi LQ 45 dan

digantikan dengan saham yang lebih memenuhi syarat.

Untuk dapat digolongkan sebagai LQ 45 saham-saham harus

diseleksi berdasarkan kriteria sebagai berikut:

a) Masuk ke dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham

yang terjadi di pasar regular.

b) Rangking berdasarkan tingkat kapitalisasi pasar yang dimiliki

selama 23 bulan terakhir.

c) Minimal telah tercatat 3 bulan di bursa efek.

d) Keadaan keuangan perusahaan dan pertumbuhanya.

2. Gambaran Umum Perusahaan-perusahaan Indeks LQ 45

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling. Tujuan dilakukannya metode purposive sampling

adalah untuk menghindari adanya ambiguitas yang disampaikan oleh

informasi-informasi tersebut. Artinya pemilihan sampel berdasarkan

kriteria-kriteria tertentu, yaitu antara lain:

a. Merupakan perusahaan yang terdaftar secara berturut-turut

dalam indeks LQ 45 selama periode 2009-2014.

b. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan berturut-

turut selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2014.

c. Perusahaan yang secara berturut-turut tidak mengalami kerugian

selama periode 2009-2014.

82

Dari hasil seleksi tersebut, didapatkan 21 perusahaan indeks LQ 45

periode 2009-2014 yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Berikut adalah penjelasan singkat 21 perusahaan yang termasuk dalam

sampel penelitian:

1) PT Agro Lestari, Tbk

PT. Astro Agro Lestari, Tbk merupakan sebuah perusahaan anak

dari perusahaan Astra International yangdidirikan pada tahun 1989.

Perusahaan ini merupakan perusahaan multinasional yang bermarkas

di Jakarta, bisnis utama perusahaan ini adalah perkebunan yang

menghasilkan berbagai macam bahan perkebunan, dan kebanyakan

adalah kelapa sawit.

2) PT Adaro Energy, Tbk

PT Adaro Energy merupakan sebuah perusahaan yang didirikan

pada tahun 1982, dimana Adaro Energy pada awaknya merupakan

kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Spanyol,

dimana PT Adaro pada akhirnya dijual kepada PT Dianlia,

perusahaan ini berherak di bidang eksplorasi dan penambangan

batubara.

3) PT Astra International, Tbk

Astra International merupakan induk dari beberapa perusahaan

Astra sepertiAstra Agro Lestari, Astra Graphia, United Tractor,

Toyota Astra Motor, Astra Daihatsu Motor, Astra Autoparts.

Perusahaan ini didirikan pada 20 Februari 1957 dimana Astra

83

International memiliki berbagai macam bisnis yangdikelola oleh

anak perusahaanya. Astra International bergerak di berbagai macam

bidang, seperti otomotif, perkebunan, teknologi informasi, importer,

infrastruktur, dan pelayanan keuangan.

4) PT Bank Central Asia, Tbk

Bank Central Asia berdiri pada 21 Februari 1957 dan berkantor

pusat di Jakarta. Bank Central Asia bergerak di bidang jasa

keuangan. Dan mereka fokus pada pertumbuhan penyaluran kredit,

dan meningkatkan peranya sebagai bank transaksional yang

menyediakan layanan penyelesaian pembayaran dalam mendukung

tercapainya perekonomian Indonesia yang kuat.

5) PT Bank Negara Indonesia, Tbk

Bank Negara Indonesia merupakan bank terkemuka di Indonesia

dengan sejarah panjang sejak tahun 1946 dalam beradaptasi terhadap

perubahan, mengatasi krisis dan terus setia melayani. BNI bergerak

di bidang jasa keuangan. BNI juga memiliki visi untuk menjadi bank

yang unggul, terkemuka dan terdepan dalam layanan dan kinerja

dibanding dengan bank-bank lainya yang ada di Indonesia.

6) PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk

Bank Rakyat Indonesia merupakan salah satu bank terbesar dan

tertua di Indonesia yang berdiri sejak 16 Desember 1896. Bank BRI

bergerak di bidang jasa keuangan, dan memiliki visi untuk menjadi

84

bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan

nasabah.

7) PT Bank Danamon Indonesia, Tbk

Bank Danamon dimulai pada tahun 1956 ketika didirika sebagai

Bank Kopra Indonesia. Di tahun 1976 nama tersebut kemudian

diubah menjadi PT Bank danamon Indonesia. Bank Danamon

bergerak di bidang jasa keuangan, mereka memiliki visi untuk

mewujudkan keunggulan dan meberikan manfaat.

8) PT Bank Mandiri, Tbk

Bank Mandiri didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai

bagian dari program rekstrukturisasi perbankan yang dilaksanakan

oleh pemerintah Indonesia. Bank Mandiri bergerak di bidang jasa

keuangan.

9) PT Indofood Sukses Makmur, Tbk

Indofood Sukses Makmur didirikan dengan nama awal

Panganjaya Intikusuma pada tahun 1990 dan pada tahun 1994

mengganti namanya menjadi Indofood Sukse Makmur dan

melakukan penawaran perdana, pada tahun 1995 mengakuisisi

penggilingan gandum bogasari.

10) PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

Indocement Tunggal Prakarsa adalah salah satu perusahaan yang

bergerak di bidang produksi semen yang merupakan perusahaan

terbesar kedua di Indonesia. Perusahaan ini didirikan tahun 1985

85

yang merupakan hasil penggabungan 6 perusahaan menjadi 1

perusahaan dengan 8 pabrik sejak 1975, pada tahun 2001

Indocement melakukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia.

11) PT Indo Tambangraya Megah, Tbk

Indo Tambangraya megah merupakan perusahaan yang bekerja

dalam bidang pemasokan batubara, dan merupakan perusahaan

terdepan dalam memasok batubara bagi pasar energi dunia.

Perusahaan inimelakukan penawaran perdana di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2007.

12) PT Jasa Marga,Tbk

Jasa Marga merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa pembangunan jalan tol,

dimana perusahaan ini didirikan pada tahun 1978 setelah jalan tol

pertama yang menghubungkan Jakarta-Bogor selesai dibangun.

13) PT. Kalbe Farma, Tbk

Kalbe Farma merupakan perusahaan yang bergerak dalam

produksi farmasi,suplemen, nutrisi, dan layanan kesehatan yang

berpusat di Jakarta. Kalbe Farma merupakan perusahaan

multinasional yang didirikan pada tanggal 10 September 1966, dan

Kalbe Farma memiliki 10 cabang di luar negeridi negara ASEAN.

86

14) PT. Lippo Karawaci, Tbk

Lippo Karawaci merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

pembangunan properti, perusahaan ini didirikan pada Oktober 1990

sebagai anak perusahaan dari Grup Lippo.

15) PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk

PP London Sumatera Indonesia merupakan salah satu anak

perusahaan dari Indofood yang bergerak di bidang perkebunan

kelapa sawit, London Sumatera telah terbentuk pada tahun 1906

dimana pada awal mulanya bisnis mereka adalah perkebunan cokelat

di Sumatera dan beralih bisnis menjadi perkebunan kelapa sawit

pada tahun 1980.

16) PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk

Perusahaan Gas Negara merupakan salah satu Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang transmisi dan

distribusi gas bumi, pada awal mula Perusahaan Gas Negara adalah

perusahaan swasta milik Belanda bernama IJN Eindhovend Co pada

tahun 1958 dan dinasionalisasikan pada 13 Mei 1965.

17) PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk

Tambang Batubara Bukit Asam merupakan salah satu

perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara di

tanjung enim, kegiatan pertambangan ini telah dimulai pada tahun

1919 dan diresmikan pemerintah pada tahun 1950 dengan nama PT.

Tambang Batubara Bukit Asam. Perusahaan ini melakukan

87

penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia pada 23 Desember

2002.

18) PT. Semen Indonesia, Tbk

PT Semen Indonesia adalah salah satu perusahaan yang

bergerak di bidang produksi semen. Sebelum menjadi PT. Semen

Indonesia, awalnya bernama PT. Semen Gresik, namun berubah

nama menjadi PT. Semen Indonesia pada tahun 2012.

19) PT. Telkom Indonesia, Tbk

Telkom Indonesia adalah perusahaan informasi dan komunikasi

yang terbesar di Indonesia, selain itu PT Telkom mendaftarkan

sahamnya di 2 bursa, yakni bursa di Indonesia dan Bursa di New

York. Pada mulanya Telkom adalah perusahaan jasa telegraf dan pos

yang didirikan pada tahun 1882. Telkom melakukan penawaran

perdanaya pada tanggal 14 November 1995.

20) PT. United Tractors, Tbk

United Tractors adalah perusahaan distributor alat berat komatsu

terbesar di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 13

Oktober 1972, selain bergerak dalam bidang distribusi, perusahaan

ini juga bergerak di bidang kontraktor penambangan dan bidang

pertambangan batu bara .United Tractors mencatatkan sahamnya di

Bursa Efek Indonesia pada tanggal 19 September 1989.

88

21) PT. Unilever Indonesia, Tbk

PT. Unilever adalah perusahaan multinasional yang berpusat di

Rotterdam, Belanda. Unilever Indonesia merupakan anak perusahaan

dari Perusahaan Unilever International. Di Indonesia Unilever

bergerak dalam bidang produksi bahan konsumer. Unilever

Indonesia didirikan pada tanggal 5 Desember 1933, dan Unilever

Indonesia mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada

tanggal 10 Juni 1997.

B. Analisis dan Pembahasan

1. Deskriptif Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian dipilih secara purposive

sampling, sehingga sampel dalam penelitian merupakan perusahan yang

terdapat dalam indeks LQ 45 yang memiliki kriteria yang sesuai dengan

tujuan penelitian. Sampel dipilih bagi perusahaan yang menyajikan data

yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti laporan keuangan

perusahaan dan ringkasan kinerja perusahaan. Berikut adalah nama-

nama perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini:

Tabel 4.1

Nama Sampel Perusahaan

No Nama Perusahaan Kode

1 PT. Astra Agro Lestari AALI

2 PT. Adaro Energy Tbk ADRO

3 PT. Astra International Tbk ASII

4 PT. Bank Central Asia Tbk BBCA

5 PT. Bank Negara Indonesia Tbk BBNI

89

6 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk BBRI

7 PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. BDMN

8 PT. Bank Mandiri , Tbk. BMRI

9 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. INDF

10 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. INTP

11 PT. Indo Tambangraya Megah, Tbk. ITMG

12 PT. Jasa Marga , Tbk. JSMR

13 PT. Kalbe Farma, Tbk. KLBF

14 PT. Lippo Karawaci, Tbk LPKR

15 PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk. LSIP

16 PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk. PGAS

17 PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk. PTBA

18 PT. Semen Indonesia , Tbk. SMGR

19 PT. Telkom Indonesia , Tbk. TLKM

20 PT. United Tractors UNTR

21 PT. Unilever Indonesia, Tbk. UNVR

Sumber: Data diolah sendiri

2. Deskriptif Variabel

Untuk mengetahui gambaran kondisi dari variabel dalam

penelitian ini maka dilakukan analisis deskriptif. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel independen, variabel

dependen dan variabel intervening. Variabel independen terdiri dari

Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital

(VAHU) dan Structural Capital Value Added (STVA). Variabel

dependen terdiri dari Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio

(PER), sedangkan variabel interveningnya terdiri dari Return On Asset

(ROA) dan Return On Equity (ROE). Sampel dalam penelitian ini

90

sebanyak 21 perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45. Periode

pengamatan yang dilakukan selama 6 tahun, yaitu tahun 2009-2014.

Pengolahan data-data tersebut dilakukan dengan menggunakan

program Software Microsoft Excel 2010, SPSS dan Lisrel 8.80. Adapun

deskripsi dari variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

a) Perkembangan Value Added Capital Employed (VACA)

VACA adalah indikator nilai tambah (VA) yang diciptakan oleh

1 unit modal fisik perusahaan (CE). Rasio ini menunjukkan

perbandingan antara VA dengan CE perusahaan. Pulic (1999)

mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan return

yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti

perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya.

Gambar 4.1

Nilai VACA Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014

Sumber: Data diolah sendiri

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

AA

LI

AD

RO

ASI

I

BB

CA

BB

NI

BB

RI

BD

MN

BM

RI

IND

F

INTP

ITM

G

JSM

R

KLB

F

LPK

R

LSIP

PG

AS

PTB

A

SMG

R

TLK

M

UN

TR

UN

VR

Rata-rata Nilai VACA Masing-Masing Perusahaan Periode

2009-2014

91

Tabel 4.2

Nilai VACA Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014

No Kode 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

1 AALI 0.233 0.244 0.254 0.244 0.186 0.209 0.228

2 ADRO 0.227 0.142 0.223 0.175 0.107 0.094 0.161

3 ASII 0.314 0.337 0.282 0.273 0.271 0.255 0.289

4 BBCA 0.440 0.424 0.303 0.281 0.270 0.266 0.331

5 BBNI 0.275 0.221 0.249 0.250 0.267 0.245 0.251

6 BBRI 0.405 0.418 0.367 0.339 0.334 0.314 0.363

7 BDMN 0.262 0.315 0.266 0.280 0.274 0.236 0.272

8 BMRI 0.272 0.289 0.254 0.256 0.251 0.242 0.261

9 INDF 0.189 0.154 0.126 0.129 0.105 0.134 0.140

10 INTP 0.237 0.226 0.240 0.228 0.217 0.205 0.225

11 ITMG 0.334 0.269 0.372 0.340 0.244 0.231 0.298

12 JSMR 0.217 0.236 0.225 0.236 0.192 0.210 0.219

13 KLBF 0.336 0.340 0.322 0.321 0.344 0.336 0.333

14 LPKR 0.135 0.102 0.110 0.139 0.140 0.190 0.136

15 LSIP 0.278 0.287 0.310 0.292 0.275 0.305 0.291

16 PGAS 0.371 0.334 0.289 0.293 0.246 0.214 0.291

17 PTBA 0.421 0.363 0.389 0.367 0.896 0.335 0.462

18 SMGR 0.351 0.323 0.297 0.290 0.286 0.260 0.301

19 TLKM 0.398 0.337 0.334 0.352 0.323 0.296 0.340

20 UNTR 0.309 0.294 0.266 0.239 0.223 0.233 0.261

21 UNVR 0.568 0.574 0.640 0.671 0.689 0.674 0.636

Sumber: data diolah sendiri

Pada gambar 4.1, dapat dilihat bahwa rata-rata VACA tertinggi

dimiliki oleh perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar 0,636 atau

63,6%, itu berarti bahwa PT.Unilever Indonesia, Tbk dapat

menggunakan 64% Capital Employed (dana yang tersedia) yang

dimilikinya guna penciptaan nilai bagi perusahaan. Sedangkan rata-rata

92

VACA terendah dimiliki oleh PT. Lippo Karawaci, Tbk sebesar 0,136

atau 13,6%.

b) Perkembangan Value Added Human Capital (VAHU)

Value Added Human Capital (VAHU) menunjukkan berapa

banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk

tenaga kerja. VAHU mengindikasikan kemampuan dari HC untuk

menciptakan nilai dalam perusahaan (Tan et al., 2007).

Gambar 4.2

Nilai VAHU Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014

Sumber: data diolah sendiri

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

AA

LI

AD

RO

ASI

I

BB

CA

BB

NI

BB

RI

BD

MN

BM

RI

IND

F

INTP

ITM

G

JSM

R

KLB

F

LPK

R

LSIP

PG

AS

PTB

A

SMG

R

TLK

M

UN

TR

UN

VR

Rata-rata Nilai VAHU Masing-Masing Perusahaan Periode

2009-2014

93

Tabel 4.3

Nilai VAHU Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014

No Kode 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

1 AALI 10.56 9.55 10.01 6.78 6.89 7.11 8.48

2 ADRO 7.86 3.98 6.05 3.91 2.76 2.31 4.48

3 ASII 2.78 3.02 3.06 2.87 2.78 2.56 2.84

4 BBCA 1.81 1.89 3.08 2.90 3.08 2.90 2.61

5 BBNI 1.72 1.99 2.15 2.26 2.49 2.60 2.20

6 BBRI 2.09 2.32 2.73 2.95 2.75 2.72 2.59

7 BDMN 1.51 1.75 1.75 1.78 1.71 1.45 1.66

8 BMRI 2.65 2.69 2.81 2.93 3.10 2.94 2.85

9 INDF 2.67 3.21 3.36 3.08 2.39 2.78 2.91

10 INTP 7.40 8.03 7.13 7.33 6.71 6.28 7.15

11 ITMG 9.50 5.54 10.16 8.74 4.20 4.75 7.15

12 JSMR 2.27 2.30 2.25 2.48 1.86 2.09 2.21

13 KLBF 2.11 2.32 2.35 2.45 2.16 2.07 2.24

14 LPKR 2.20 2.44 2.73 2.55 2.33 2.98 2.54

15 LSIP 2.29 2.81 3.69 2.07 1.61 1.59 2.34

16 PGAS 15.42 13.97 12.43 15.90 15.60 12.41 14.29

17 PTBA 4.34 2.95 3.39 3.26 2.44 2.29 3.11

18 SMGR 3.33 3.49 3.50 3.65 3.66 3.34 3.49

19 TLKM 2.34 2.57 2.28 2.32 2.45 2.50 2.41

20 UNTR 3.32 2.92 2.98 2.74 2.15 2.10 2.70

21 UNVR 4.85 4.87 5.87 5.50 5.22 5.67 5.33

Sumber: data diolah sendiri

Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki

nilai VAHU tertinggi adalah PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan

nilai 14,29. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai VAHU terendah

adalah PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan nilai 1,66.

c) Perkembangan Structural Capital Value Added (STVA)

STVA merupakan suatu indikator yang menunjukkan

kontribusi modal struktural (SC) untuk menciptakan nilai tambah

94

(VA) bagi perusahaan. Dalam hal ini, VA perusahaan dihasilkan

dengan mengukur jumlah structural capital (SC) yang dibutuhkan

untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi

bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Pulic, 1998;

Firer dan Williams, 2003).

Gambar 4.3

Nilai STVA Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014

Sumber: data diolah sendiri

Tabel 4.4

Nilai STVA Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014

No Kode 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

1 AALI 0.905 0.895 0.900 0.852 0.855 0.859 0.878

2 ADRO 0.873 0.749 0.835 0.745 0.637 0.568 0.734

3 ASII 0.640 0.669 0.673 0.651 0.640 0.609 0.647

4 BBCA 0.447 0.470 0.675 0.656 0.675 0.655 0.596

5 BBNI 0.418 0.498 0.535 0.558 0.598 0.615 0.537

6 BBRI 0.523 0.569 0.634 0.660 0.636 0.632 0.609

7 BDMN 0.338 0.429 0.427 0.437 0.414 0.309 0.393

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

1.00

AA

LI

AD

RO

ASI

I

BB

CA

BB

NI

BB

RI

BD

MN

BM

RI

IND

F

INTP

ITM

G

JSM

R

KLB

F

LPK

R

LSIP

PG

AS

PTB

A

SMG

R

TLK

M

UN

TR

UN

VR

Rata-rata Nilai STVA Masing-Masing Perusahaan Periode

2009-2014

95

8 BMRI 0.623 0.628 0.644 0.658 0.678 0.660 0.648

9 INDF 0.625 0.688 0.702 0.676 0.582 0.641 0.652

10 INTP 0.865 0.876 0.860 0.864 0.851 0.841 0.859

11 ITMG 0.895 0.819 0.902 0.886 0.762 0.790 0.842

12 JSMR 0.559 0.566 0.556 0.596 0.462 0.521 0.543

13 KLBF 0.527 0.569 0.575 0.593 0.536 0.517 0.553

14 LPKR 0.545 0.591 0.634 0.608 0.570 0.664 0.602

15 LSIP 0.563 0.644 0.729 0.517 0.379 0.370 0.534

16 PGAS 0.935 0.928 0.920 0.937 0.936 0.919 0.929

17 PTBA 0.770 0.661 0.705 0.694 0.590 0.563 0.664

18 SMGR 0.700 0.713 0.714 0.726 0.726 0.701 0.713

19 TLKM 0.572 0.611 0.562 0.568 0.591 0.600 0.584

20 UNTR 0.699 0.658 0.665 0.635 0.534 0.524 0.619

21 UNVR 0.794 0.795 0.830 0.818 0.808 0.824 0.811

Sumber: data diolah sendiri

Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki nilai

STVA terbesar adalah PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk. Dengan 0,929

atau 92,9%. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai STVA terendah

adalah PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan nilai sebesar 0.393

atau 39.3%.

d) Perkembangan Price Book Value (PBV)

PBV merupakan hasil perbandingan antara harga saham dengan

nilai buku saham. PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya

atas prospek perusahaan kedepan (Hermuningsih, 2011).

96

Gambar 4.3

Nilai PBV Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014

Sumber: Data diolah sendiri

Tabel 4.5

Nilai PBV Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014

No Kode 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

1 AALI 5.755 5.722 4.056 3.313 3.850 3.227 4.320

2 ADRO 3.172 4.391 2.539 1.993 1.016 1.005 2.352

3 ASII 3.521 4.479 3.950 3.426 2.592 2.498 3.411

4 BBCA 4.293 4.626 4.693 4.323 3.700 4.153 4.298

5 BBNI 1.580 2.182 1.873 1.585 1.545 1.864 1.771

6 BBRI 3.461 3.532 3.342 2.642 2.255 2.941 3.029

7 BDMN 2.370 2.600 1.528 1.885 1.147 1.314 1.807

8 BMRI 2.811 3.285 2.492 2.470 2.063 2.248 2.561

9 INDF 1.966 1.722 1.278 1.505 1.510 1.438 1.570

10 INTP 4.722 5.409 4.559 4.407 3.204 3.713 4.336

11 ITMG 5.440 8.745 4.414 4.696 3.314 1.902 4.752

12 JSMR 1.707 2.998 3.404 3.786 3.043 4.196 3.189

13 KLBF 2.888 5.669 0.978 6.740 6.893 8.738 5.318

14 LPKR 1.806 1.788 1.619 2.012 1.481 1.441 1.691

15 LSIP 2.988 3.850 2.629 2.499 1.990 1.786 2.624

16 PGAS 8.050 7.730 4.960 5.320 3.620 4.280 5.660

17 PTBA 6.971 8.305 4.896 4.091 14.411 3.134 6.968

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

AA

LI

AD

RO

ASI

I

BB

CA

BB

NI

BB

RI

BD

MN

BM

RI

IND

F

INTP

ITM

G

JSM

R

KLB

F

LPK

R

LSIP

PG

AS

PTB

A

SMG

R

TLK

M

UN

TR

UN

VR

Rata-rata Nilai PBV Masing-Masing Perusahaan Periode

2009-2014

97

18 SMGR 4.391 4.617 4.647 5.176 3.849 3.843 4.421

19 TLKM 4.809 3.520 2.877 3.362 3.448 4.103 3.687

20 UNTR 3.725 4.907 3.574 2.275 1.988 1.678 3.024

21 UNVR 22.768 31.124 38.969 40.092 46.623 53.588 38.861

Sumber: data diolah sendiri

Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki nilai

PBV tertinggi adalah PT. Unilever Indonesia dengan nilai sebesar

38,861. Sedangan perusahaan dengan PBV terendah adalah PT.

Indofood Sukses Makmur, Tbk dengan nilai 1,570.

e) Perkembangan Price Earning Ratio (PER)

PER adalah perbandingan antara harga saham per lembar

dengan laba bersih per saham. Kegunaan PER adalah untuk melihat

bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan

oleh earning per share. Angka rasio ini biasa digunakan investor

untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba di masa yang akan datang (Prastowo, 2002).

98

Gambar 4.5

Nilai PER Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014

Sumber: Data diolah sendiri

Tabel 4.6

Nilai PER Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014

No Kode 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

1 AALI 21.564 20.453 14.205 12.871 21.942 15.252 17.715

2 ADRO 12.628 36.957 11.235 13.231 13.786 18.370 17.701

3 ASII 13.992 15.366 16.856 15.833 14.167 15.665 15.313

4 BBCA 17.384 18.391 18.018 18.958 16.580 19.619 18.158

5 BBNI 12.147 14.568 12.179 9.788 8.128 10.554 11.227

6 BBRI 12.551 10.975 10.733 8.922 8.379 11.855 10.569

7 BDMN 23.954 16.622 10.963 13.498 8.952 16.655 15.107

8 BMRI 13.754 14.794 12.752 12.190 10.062 11.859 12.569

9 INDF 14.703 14.509 13.143 15.768 23.158 15.271 16.092

10 INTP 18.365 21.975 17.605 17.981 14.695 17.458 18.013

11 ITMG 12.637 31.003 8.796 10.964 14.639 8.404 14.407

12 JSMR 12.355 19.445 23.788 23.102 31.291 34.223 24.034

13 KLBF 13.402 23.723 4.304 28.649 30.488 41.591 23.693

14 LPKR 23.182 22.667 20.625 21.739 16.852 9.839 19.151

15 LSIP 79.524 85.099 9.036 14.024 17.080 14.104 36.478

16 PGAS 15.160 17.170 12.630 13.110 11.210 16.390 14.278

17 PTBA 14.569 26.319 12.957 11.965 12.409 13.484 15.284

18 SMGR 13.458 15.416 17.296 19.400 15.635 17.271 16.413

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

AA

LI

AD

RO

ASI

I

BB

CA

BB

NI

BB

RI

BD

MN

BM

RI

IND

F

INTP

ITM

G

JSM

R

KLB

F

LPK

R

LSIP

PG

AS

PTB

A

SMG

R

TLK

M

UN

TR

UN

VR

Rata-rata Nilai PER Masing-Masing Perusahaan Periode

2009-2014

99

19 TLKM 3.259 13.555 12.601 13.528 14.586 19.126 12.776

20 UNTR 13.514 20.447 15.902 12.718 14.660 12.049 14.882

21 UNVR 27.694 37.162 34.432 32.886 37.090 42.952 35.370

Sumber: data diolah sendiri

Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa perusahaan yang dengan Price

Earning Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. PP London Sumatera

Indonesia, Tbk dengan nilai sebesar 36.478. Sedangkan nilai PER yang

terendah dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia dengan nilai sebesar

10.569.

f) Perkembangan Return On Asset (ROA)

ROA adalah profitabilitas kunci yang mengukur jumlah profit

yang diperoleh tiap rupiah aset yang dimiliki perusahaan. ROA

memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi

penggunaan total aset untuk operasional perusahaan (Chen et.al,

2005).

100

Gambar 4.6

Nilai ROA Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014

(dalam persen)

Sumber: data diolah sendiri

Tabel 4.7

Nilai ROA Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014

(dalam persen)

No Kode 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

1 AALI 21.90% 22.90% 24.48% 20.29% 12.72% 14.12% 18.01%

2 ADRO 10.30% 5.40% 9.80% 5.70% 3.50% 2.90% 6.60%

3 ASII 14.00% 15.00% 14.00% 12.00% 10.00% 9.00% 11.50%

4 BBCA 3.40% 3.50% 3.80% 3.60% 3.80% 3.90% 3.65%

5 BBNI 1.70% 2.50% 2.90% 2.90% 3.36% 3.49% 2.60%

6 BBRI 3.73% 4.64% 4.93% 5.15% 5.03% 4.74% 4.24%

7 BDMN 1.50% 2.79% 2.60% 2.70% 2.50% 1.40% 1.45%

8 BMRI 3.00% 3.40% 3.40% 3.50% 3.66% 3.57% 3.29%

9 INDF 7.10% 9.00% 9.70% 8.50% 5.00% 6.50% 6.80%

10 INTP 22.00% 23.00% 22.00% 23.30% 21.10% 18.60% 20.30%

11 ITMG 28.00% 18.73% 35.00% 29.00% 15.00% 15.00% 21.50%

12 JSMR 6.14% 6.30% 5.72% 6.47% 3.66% 4.41% 5.28%

13 KLBF 14.33% 18.29% 17.91% 18.41% 16.96% 16.62% 15.48%

14 LPKR 3.00% 3.00% 4.00% 4.00% 4.00% 7.00% 5.00%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

45.00%A

ALI

AD

RO

ASI

I

BB

CA

BB

NI

BB

RI

BD

MN

BM

RI

IND

F

INTP

ITM

G

JSM

R

KLB

F

LPK

R

LSIP

PG

AS

PTB

A

SMG

R

TLK

M

UN

TR

UN

VR

AALI

ADRO

ASII

BBCA

BBNI

BBRI

BDMN

BMRI

INDF

INTP

ITMG

101

15 LSIP 14.60% 18.60% 27.50% 15.60% 9.90% 11.00% 12.80%

16 PGAS 21.73% 0.00% 30.42% 30.42% 25.95% 18.68% 20.20%

17 PTBA 33.80% 23.00% 26.80% 22.80% 15.60% 13.60% 23.70%

18 SMGR 25.68% 23.30% 19.90% 18.20% 17.40% 16.20% 20.94%

19 TLKM 11.70% 11.60% 10.60% 11.50% 11.10% 10.40% 11.05%

20 UNTR 16.20% 14.30% 15.50% 11.90% 9.00% 9.10% 12.65%

21 UNVR 40.70% 38.90% 39.70% 40.40% 42.10% 40.20% 40.45%

Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki nilai

Return On Asset (ROA) tertinggi adalah PT. Unilever Indonesia, Tbk

dengan 40,45%. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Return On

Asset terendah adalah PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk

g) Perkembangan Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba

bersih setelah pajak dengan total ekuitas yang dimiliki oleh

perusahaan. ROE digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan

ekuitas yang dimilikinya.

102

Gambar 4.7

Nilai ROE Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014

Sumber: Data diolah sendiri

Tabel 4.8

Nilai ROE Masing-Masing Perusahaan Periode 2009-2014

(dalam persen)

No Kode 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

1 AALI 26.70% 28.00% 29.65% 26.91% 18.53% 22.14% 25.32%

2 ADRO 25.00% 11.90% 22.60% 12.80% 7.30% 5.60% 14.20%

3 ASII 25.00% 29.00% 28.00% 25.00% 21.00% 18.00% 24.33%

4 BBCA 31.80% 33.30% 33.50% 30.40% 28.20% 25.50% 30.45%

5 BBNI 16.30% 24.70% 20.10% 20.00% 22.47% 23.64% 21.20%

6 BBRI 35.22% 43.83% 42.49% 38.66% 34.11% 31.22% 37.59%

7 BDMN 11.24% 18.51% 17.20% 16.20% 14.50% 8.60% 14.38%

8 BMRI 22.10% 24.40% 22.00% 22.60% 27.31% 25.81% 24.04%

9 INDF 19.90% 19.50% 17.30% 14.50% 9.40% 13.00% 15.60%

10 INTP 29.00% 27.00% 25.00% 27.10% 24.60% 21.60% 25.72%

11 ITMG 42.61% 28.31% 51.00% 43.00% 23.00% 22.00% 34.99%

12 JSMR 13.82% 15.42% 14.31% 16.37% 9.73% 12.28% 13.66%

13 KLBF 21.55% 23.94% 22.75% 23.52% 22.58% 21.03% 22.56%

14 LPKR 8.00% 7.00% 8.00% 10.00% 10.00% 16.00% 9.83%

15 LSIP 18.60% 22.70% 32.70% 18.40% 11.90% 13.30% 19.60%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

140.00%

AA

LI

AD

RO

ASI

I

BB

CA

BB

NI

BB

RI

BD

MN

BM

RI

IND

F

INTP

ITM

G

JSM

R

KLB

F

LPK

R

LSIP

PG

AS

PTB

A

SMG

R

TLK

M

UN

TR

UN

VR

Rata-rata Nilai ROE Masing-Masing Perusahaan Periode

2009-2014

(dalam persen)

103

16 PGAS 53.09% 0.00% 60.86% 60.86% 43.09% 32.26% 41.69%

17 PTBA 47.80% 31.60% 37.80% 34.10% 24.50% 23.30% 33.18%

18 SMGR 32.82% 30.30% 27.10% 27.90% 25.70% 23.20% 27.84%

19 TLKM 29.50% 26.00% 23.10% 24.90% 23.50% 21.60% 24.77%

20 UNTR 30.60% 25.80% 27.00% 19.30% 14.20% 14.50% 21.90%

21 UNVR 82.20% 83.70% 113.10% 121.90% 168.40% 124.80% 115.68%

Sumber: data diolah sendiri

Dari gambar 4.7 dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki nilai

Return On Equity (ROE) tertinggi adalah PT. Unilever Indonesia dengan

nilai 115,68%. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Return On

Equity (ROE) terendah adalah PT. Lippo Karawaci dengan nilai 9.83%.

3. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Sebelum dilakukan pengujian untuk mendapatkan hasil serta

analisis data, terlebih dahulu dilakukan analisis statistik deskriptif, untuk

melihat deskripsi singkat terhadap variabel-variabel yang berkaitan

dengan penelitian ini. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab

sebelumnya, bahwa penelitian ini melibatkan 3 (tiga) variabel

independen yaitu, Value Added Capital Employed (VACA), Value

Added Human Capital (VAHU) dan Structural Capital Value Added

(STVA). Lalu 2 (dua) variabel dependen, yaitu Price Book Value (PBV)

dan Price Earning Ratio (PER). Serta 2 (dua) variabel intervening, yaitu

Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang

terdaftar dalam indeks LQ 45 selama periode 2009-2014. Pada awal

104

penelitian, perusahaan yang diperoleh sebanyak 45 perusahaan. Karena

penentuan sampel berdasarkan metode purposive sampling, maka atas

dasar kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh sampel penelitian

periode 2009-2014 sebanyak 21 perusahaan. Lalu dengan menggunakan

metode penggabungan data, maka diperoleh data penelitian sebanyak 21

X 6 = 126 data observasi.

Dengan menggunakan program SPSS berikut hasil statistik

deskriptif dari data yang diolah sesuai dengan kriteria yang telah

dipaparkan sebelumnya, maka didapatkan output untuk mendeskripsikan

data baik untuk nilai minimum, maximum, mean, dan standar deviation,

yang kemudian dijelaskan satu persatu dari variabel-variabel yang ada

dalam penelitian ini, baik variabel independen, variabel dependen dan

variabel intervening, sehingga dapat dilihat bagaimana deskripsi variabel

tersebut secara statistik. Hasil lengkap statistik deskriptif penelitian ini

dapat dilihat pada tabel 4.9, sebagai berikut:

Tabel 4.9

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

roa 126 ,01 ,42 ,1342 ,10217

roe 126 ,06 1,68 ,2886 ,22984

pbv 126 ,98 53,59 5,2214 8,09172

per 126 3,26 85,10 18,0585 10,95759

vaca 126 ,09 ,90 ,2900 ,12063

vahu 126 1,45 15,90 4,0761 3,07544

stva 126 ,31 ,94 ,6642 ,14472

Valid N

(listwise) 126

Sumber: data diolah sendiri

105

Tabel 4.9 menunjukan hasil dari statistik deskriptif penelitian

masing-masing variabel. Hasil uji statistik deskriptif terhadap kinerja

keuangan diwakili oleh ROA dan ROE. ROA (Return On Asset)

menunjukan nilai minimum sebesar 0.01, nilai maksimum 0.42 dengan

rata-rata (mean) sebesar 0.1342 dan memperoleh nilai standar deviasi

sebesar 0.10217. Hasil uji statistik terhadap ROE (Return On Equity)

menunjukan nilai minimum sebesar 0.06, nilai maksimum 1.68 dengan

rata-rata (mean) sebesar 0.2886 dan memperoleh nilai standar deviasi

sebesar 0.22984. Hasil uji statistik deskriptif terhadap nilai perusahaan

diwakili oleh PBVdan PER. PBV (Price Book Value) menunjukan nilai

minimum sebesar 0.98, nilai maksimum 53.59 dengan rata-rata (mean)

sebesar 5.2214 dan memperoleh nilai standar deviasi sebesar 8.09172.

Hasil uji statistik terhadap PER (Price Earning Ratio) menunjukan nilai

minimum sebesar 3.26, nilai maksimum 85.10 dengan rata-rata (mean)

sebesar 18.0585 dan memperoleh nilai standar deviasi sebesar 10.9575.

Hasil uji statistik deskriptif terhadap VACA (Value Added Capital

Employed) menunjukan nilai minimum sebesar 0.09, nilai maksimum

0.90 dengan rata-rata (mean) sebesar 0.2900 dan memperoleh nilai

standar deviasi sebesar 0.12063. Hasil uji statistik deskriptif terhadap

VAHU (Value Added Human Capital) menunjukan nilai minimum

sebesar 1.45, nilai maksimum 15.90 dengan rata-rata (mean) sebesar

4.0761 dan memperoleh nilai standar deviasi sebesar 3.0754. Hasil uji

statistik deskriptif terhadap STVA (Structural Capital Value Added)

106

menunjukan nilai minimum sebesar 0.31, nilai maksimum 0.94 dengan

rata-rata (mean) sebesar 0.6642 dan memperoleh nilai standar deviasi

sebesar 0.1447.

Variabel VACA, VAHU, STVA, kinerja keuangan (ROA, ROE),

dan nilai perusahaan (PER) memiliki nilai rata-rata lebih besar dari nilai

standar deviasi. Hal ini menunjukan bahwa kualitas data dari variabel

tersebut baik, karena nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai standar

deviasinya mengindentifikasikan bahwa standar error dari variabel

tersebut kecil (Ghozali, 2011).

4. Hasil Pengujian Goodness of Fit Model

Yang harus dilakukan sebelum menilai kelayakan dari model

struktural adalah menilai apakah data yang akan diolah memenuhi

asumsi model persamaan struktural. Goodness of fit berfungsi untuk

mengukur kesesuaian input observasi atau sesungguhnya (matrik

kovarian atau korelasi) dengan prediksi dari model yang diajukan

(proposed model) (Haryono, 2012).

Berikut hasil pengujian goodness of fit dengan menggunakan

program Lisrel 8.80:

107

Tabel 4.10

Hasil Pengujian Goodness of Fit Model

Goodness-of-Fit Cutt-off-Value Hasil Kesimpulan

X² - Chi-square Diharapkan kecil 12.71

goodness of fit Significance ≥ 0.05 P = 0.47

RMSEA 0.08 0.00 goodness of fit

GFI Mendekati 1 0.99 goodness of fit

IFI Mendekati 1 1.00 goodness of fit

NFI Mendekati 1 0.98 goodness of fit

CFI Mendekati 1 1.00 goodness of fit

Sumber: data diolah sendiri

Pada tabel diatas. Hasil pengolahan untuk pengujian goodness of fit

menunjukkan dengan menggunakan pengujian chisquare diperoleh

kesimpulan p-value 0,47 > 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak

yang artinya model yang dihasilkan goodness of fit yang sudah

menunjukkan bahwa model sudah baik. Selain itu SEM memberikan

alternatif penggunaan indikator goodness of fit yang lain. Kriteria

RMSEA menghasilkan nilai 0,000 0,08 yang artinya model yang

dihasilkan sudah goodnes of fit.

Penggunaan kriteria goodness of fit yang lain yaitu GFI, IFI, NFI dan

CFI menghasilkan nilai > 0,9 yang artinya model yang dihasilkan sudah

goodness of fit. Karena hasil kesimpulan beberapa indikator

menghasilkan kesimpulan model goodness of fit maka pengujian

hipotesis teori dapat dilakukan.

108

5. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinan adalah antara nol sampai satu nilai (R2) yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel dependen amat terbatas (Ghozali,

2011).

Berikut hasil uji koefisien determinasi (R2) dengan menggunakan

program Lisrel 8.80:

Gambar 4.8

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber: data diolah sendiri

Dari gambar 4.8 dapat dilihat terdapat 2 (dua) output yang

dihasilkan. Hasil pertama, menunjukan bahwa variabel X (intellectual

capital) berpengaruh positif terhadap variabel Y (kinerja keuangan)

sebesar 1.01 dan variabel X (intellectual capital) memiliki kemampuan

menjelaskan variabel Y (nilai perusahaan) sebesar 1.00 atau 100%.

Hasil kedua menunjukan bahwa variabel X (intellectual capital) dan

variabel Y (kinerja keuangan) memilki nilai positif sebesar 0,38 dan 0,51

terhadap variabel Z (nilai perusahaan). lalu dapat dilihat juga bahwa

variabel X (intellectual capital) dan variabel Y (kinerja keuangan)

memiliki kemampuan menjelaskan variabel Z (nilai perusahaan) sebesar

0.80 atau 80%.

1. Y = 1.01*X, R² = 1.00

2. Z = 0.51*Y + 0.38*X, R² = 0.80

109

Berikut hasil Uji Hipotesa dengan menggunakan program Lisrel

8.80:

Gambar 4.9

Hasil Uji Hipotesa

Sumber: data diolah sendiri

Tabel 4.11

Ringkasan Hasil Uji Hipotesa

Estimate

S.E. |z-hit| > 1.96 Kesimpulan Langsung Tidak Langsung

Y ← X 1.00 - 0.06 17.18 Signifikan

Z ← Y 0.51 - 0.07 6.90 Signifikan

Z ← X 0.38 - 0.07 5.12 Signifikan

Z ← X - 0.52 0.07 6.90 Signifikan

Sumber: data diolah sendiri

110

a) Pengaruh Intellectual Capital Secara langsung Terhadap Nilai

Perusahaan

Hipotesis 1 menyatakan bahwa intellectual capital

berpengaruh positif langsung terhadap kinerja keuangan. Dari tabel

4.11 dapat dilihat koefisien estimasi diperoleh sebesar 1.00 yang

artinya semakin tinggi intellectual capital akan semakin tinggi

kinerja keuangan secara langsung dan sebaliknya. Hasil ini

menunjukkan bahwa hipotesis teori yang diajukan terbukti dengan

nilai z-hitung sebesar 17.18 > z-tabel 1.96 yang artinya H1

diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

secara langsung dari intellectual capital terhadap nilai perusahaan

secara signifikan.

Hasil penelitian ini mendukung hasil dari penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Sunarsih dan Mendra (2012).

b) Pengaruh Kinerja Keuangan Secara langsung Terhadap Nilai

Perusahaan

Hipotesis 2 menyatakan bahwa kinerja keuangan berpengaruh

positif langsung terhadap nilai perusahaan. Dari hasil pengolahan

diperoleh koefisien estimasi sebesar 0.51 yang artinya semakin

tinggi kinerja keuangan akan semakin tinggi nilai perusahaan

secara langsung dan sebaliknya. Hasil ini menunjukkan bahwa

hipotesis teori yang diajukan terbukti dengan nilai z-hitung sebesar

6.90 > z-tabel 1.96 yang artinya H2 diterima sehingga dapat

111

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara langsung dan

signifikan dari kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

c) Pengaruh Intellectual Capital Secara langsung Terhadap Nilai

Perusahaan

Hipotesis 3 menyatakan intellectual capital berpengaruh

positif langsung terhadap nilai perusahaan. Dari hasil pengolahan

diperoleh koefisien estimasi sebesar 0.89 yang artinya semakin

tinggi intellectual capital akan semakin tinggi nilai perusahaan

secara langsung dan sebaliknya. Hasil ini menunjukkan bahwa

hipotesis teori yang diajukan terbukti dengan nilai z-hitung sebesar

5.12 > z-tabel 1.96 yang artinya H3 diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dari intellectual

capital terhadap nilai perusahaan secara signifikan. Hal tersebut

sesuai dengan hasil penelitian dari Harahap (2014).

d) Pengaruh Intellectual Capital Secara Tidak langsung

Terhadap Nilai Perusahaan

Hipotesis 4 menyatakan intellectual capital berpengaruh

positif tidak langsung terhadap nilai perusahaan. Dari hasil

pengolahan diperoleh koefisien estimasi sebesar 0.52 yang artinya

semakin tinggi intellectual capital akan semakin tinggi nilai

perusahaan secara tidak langsung dan sebaliknya. Hasil ini

menunjukkan bahwa hipotesis teori yang diajukan terbukti dengan

nilai z-hitung sebesar 6.90 > z-tabel 1.96 yang artinya Ho ditolak

112

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif tidak

langsung dari intellectual capital terhadap nilai perusahaan secara

signifikan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Sunarsih

dan Mendra (2012) dan Harahap (2014).

113

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini meneliti pengaruh intellectual capital terhadap nilai

perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening.

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Intellectual capital yang diwakili oleh proksi VACA, VAHU,

STVA berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap kinerja

keuangan yang diwakili oleh proksi ROA, dan ROE, dengan

demikian H1 diterima. Hasil penelitian ini mendukung hasil dari

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sunarsih dan Mendra

(2012).

2. Kinerja keuangan yang diwakili oleh proksi ROA dan ROE

berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap nilai

perusahaan yang diwakili oleh proksi PBV dan PER, dengan

demikian H2 diterima.

3. Intellectual capital yang diwakili oleh proksi VACA, VAHU,

STVA berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap nilai

perusahaan yang diwakili oleh proksi PBV dan PER, dengan

demikian H3 diterima. Hasil penelitian ini mendukung hasil dari

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harahap (2014).

114

4. Intellectual capital yang diwakili oleh proksi VACA, VAHU,

STVA berpengaruh secara tidak langsung dan signifikan terhadap

nilai perusahaan yang diwakili oleh proksi PBV dan PER, dengan

demikian H4 diterima. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa

kinerja keuangan sebagai variabel intervening dapat memediasi

antara intellectual capital dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini

mendukung hasil dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Sunarsih dan Mendra (2012) dan Harahap (2014)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka saran-saran

yang dapat diberikan berkaitan dengan peran intellectual capital dalam

menciptakan nilai tambah bagi perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Perusahaan sebaiknya terus meningkatkan perhatianya terhadap

intangible asset, karena hal tersebut akan menjadi faktor kunci penting

bagi perusahaan di masa depan untuk memiliki keunggulan kompetitif

dibanding perusahaan lain, hal tersebut akan yang akan menjadi suatu

kelebihan bagi perusahaan yang akan menjadi modal guna

memenangkan persaingan antar perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat

dari hasil penelitian ini dimana perusahaan yang menginvestasikan aset-

aset yang dimilikinya terhadap intellectual capital dapat meningkatkan

kinerja keuanganya, serta nilai perusahaanya di mata investor.

115

2. Bagi Peneliti selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan model pengukuran

intellectual capital selain dari pendapat Pulic, seperti M-VAIC,

Tobin’s “Q” dan model-model dari tokoh lainya.

b. Peneliti selanjutnya dapat memilih objek perusahaan yang

bergerak di bidang syariah untuk melihat bagaimana peran

intellectual capital pada perusahaan yang bergerak di bidang

syariah.

c. Peneliti selanjutnya dapat menambah variabel-variabel lain yang

dapat mempengaruhi intellectual capital.

d. Peneliti selanjutnya dapat menambah periode penelitianya, guna

mendapatkan hasil yang lebih akurat.

116

DAFTAR PUSTAKA

Bontis, N. “Intellectual Capital: An Exploratory Study that Develops

Measures and Models Management Decision”, Vol. 36 No. 2, pp. 63-76,

1998.

Bontis, N. “ Assessing Knowledge Assets: a Review of the Models Used to

Measure Intellectual Capital”, International Journal of technology

Management. Vol.3 No.1.pp. 41-60, 2001.

Bryne, B.M. “Structural Equation Modeling with AMOS (Basic Concepts,

Applications, and Programming), 2nd

Edition”. New York: Routledge, 2010.

Chen, M.C., S.J. Cheng, Y. Hwang. “An Empirical Investigation of the

Relationship Between Intellectual Capital and firms’ Market Value and

Financial Performances”, Journal of Intellectual Capital Vol. 6 No. 2.pp.

159-176, 2005.

Deegan, C. “Financial Accounting Theory”, McGraw-Hill Book Company.

Sdyney, 2004.

Dewi, Citra Puspita. “Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja

KeuanganBUMN yang Go Public di Indonesia. Jurnal Manajemen

Teknologi”, Vol.12 No.3 STIE YKPN, Yogyakarta, 2011.

Easterby-Smith, and Lyles, M.A. “Introduction: Watersheds of organizational

learning and knowledge management”, in Handbook of Organizational

Learning and Knowledge Management, M. Easterby-Smith and M. A. Lyles

(eds), Blackwell Publishing, United Kingdom, 2003, pp. 1-15

Firer, S dan Williams, M. “Intellectual Capital and Traditional Measures of

Corporate Performance”, Journal of Intellectual Capital.Vol. 4 No. 3, pp.

348-360, 2003.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”,

Cetakan VI, Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang, 2011.

Harahap, Sofyan Syafri. “Analisis Kritis Atas Laporan Leuangan”, Rajawali

Pers, Jakarta, 2010.

Hartono, B. “Intellectual Capital: Sebuah Tantangan Akuntansi Masa Depan.

Media Akuntansi”, Edisi 21/Oktober, h.65-72, 2001.

Haryono, Siswoyo dan Parwoto Wardoyo. “Structural Equation Modeling”,

Intermedia Personalia Utama, Bekasi, 2012.

117

Sarjono, Haryadi dan Winda Julianita. “Structural Equation Modeling

(SEM):Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk Penelitian Bisnis”, Salemba Empat,

Jakarta, 2015.

Sangkala. “Intellectual Capital Management: Strategi Baru Membangun Daya

Saing Perusahaan”, YAPENSI, Jakarta, 2006.

Hong, Pew, Tan., David Plowman dan Phil Hancock. “Intellectual Capital and

Financial Return of Companies”, Journal of Intellectual Capital. Vol 3, No.1,

51-61, 2007.

IAI. ”Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 19 Revisi”, 2000.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk

Akuntansi dan Manajemen”, Edisi 1, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, 1999.

Islamiyah, Syuwaibatul. “Pengaruh Modal Intelektual dan Tata Kelola

Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan pada Efek Syariah”, Jurnal

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya, 2015.

Kalkan, A, Özlem Cetinkaya Bozkurt, and Mutlu Arman. “The Impacts of

Intellectual capital, Innovation, Organizational Strategy on Firm

Performance”, 10th International Strategic Management Conference, 2014.

Keown, Arthur J. et.al. “Manajemen Keuangan : Prinsip dan Penerapan”, Jilid

2, Edisi 10, Indeks, Jakarta, 2010.

Luthy, D.H. “Intellectual Capital and it’s Measurement”, Utah State University,

Logan, UT, 2000.

Luu,Nghi., J. Wykes, P. Williams and T. Weir. Invisible Value: The Case for

Measuring and Reporting Intellectual Capital, ISR. July. No.142, 2001.

Mayasani, Resita. “Pengaruh Modal Intelektual terhadap Economic Value Added

pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2009-2013”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya, 2014.

Moeljadi. “Manajemen Keuangan : Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif”, Jilid

1, Bayumedia, Malang, 2006.

Pramelasari, Y.M. “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar Dan

Kinerja Keuangan Perusahaan”, Universitas Diponegoro. Semarang, 2010.

Pulic, A. “Measuring the Performance of Intellectual Potential in Knowledge

Economy”, Paper presented at the 2nd

McMaster Word Congress on

118

Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for

Intellectual Potential, 1998.

Purnomoshidi, Bambang. ”Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan

Publik di BEJ”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.9, 2006.

Rupert, Booth. “The Management of Intellectual Capital”, Management

Accounting. (Nov), Vol. 76, page 26-28, 1998.

Sawarjuwono, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir. “Intellectual

Capital:Perlakuan, Pengukuran, dan Pelaporan”, Jurnal Akuntansi

Keuangan Vol.5, Surabaya, 2003.

Simanungkalit, Paskah. “Pengaruh Intellectual capital terhadap Nilai

Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening”,

Universitas Diponegoro. Semarang, 2015.

Starovic, D. And Marr, B. “Understanding Corporate Value : Managing and

Reporting Intellectual Capital”, Chartered Institute of Management

Accountants, 2003.

Stewart, T. A. “Intellectual Capital: The New Wealth of Organization”,

Doubleday/Currency. New York, United States of America, 1997.

Suhendah, Rousilita. “Pengaruh Intelectual Capital Terhadap Profitabilitas dan

Penilaian Pasar pada Perusahaan yang Go Public di Indonesia pada Tahun

2005-2007”, Simposium Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin, 2012.

Sunarsih, N.M dan Ni Putu Yuria Mendra. “Pengaruh Modal Intelektual

terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel

Intervening pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”,

Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Mahasrawati Denpasar, 2012.

Ulum, Ihyaul. “Intellectual capital, Konsep dan Kajian Empiris”, Graha Ilmu.

Yogyakarta, 2009.

Zurnali, Cut. “Modal Intelektual”, Http://id.wikipedia.org (12 Maret 2016).

“laporan Keuangan Tahunan”, Http://idx.co.id (10 Maret 2016).

119

LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Sampel Perusahaan

DAFTAR PERUSAHAAN YANG MENJADI SAMPEL

PERIODE 2009-2014

No Nama Perusahaan Kode

1 PT. Astra Agro Lestari AALI

2 PT. Adaro Energy Tbk ADRO

3 PT. Astra International Tbk ASII

4 PT. Bank Central Asia Tbk BBCA

5 PT. Bank Negara Indonesia Tbk BBNI

6 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk BBRI

7 PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. BDMN

8 PT. Bank Mandiri , Tbk. BMRI

9 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. INDF

10 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. INTP

11 PT. Indo Tambangraya Megah, Tbk. ITMG

12 PT. Jasa Marga , Tbk. JSMR

13 PT. Kalbe Farma, Tbk. KLBF

14 PT. Lippo Karawaci, Tbk LPKR

15 PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk. LSIP

16 PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk. PGAS

17 PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk. PTBA

18 PT. Semen Indonesia , Tbk. SMGR

19 PT. Telkom Indonesia , Tbk. TLKM

20 PT. United Tractors UNTR

21 PT. Unilever Indonesia, Tbk. UNVR

120

Lampiran 2: Daftar Rincian Data Perusahaan 2009-2014

Data Perolehan Value Added Tahun 2009

No Emiten Input Output Value Added

1 AALI Rp 5,589,849,000,000 Rp 7,424,283,000,000 Rp 1,834,434,000,000

2 ADRO Rp 22,002,817,000,000 Rp 26,938,020,000,000 Rp 4,935,203,000,000

3 ASII Rp 82,831,000,000,000 Rp 98,526,000,000,000 Rp 15,695,000,000,000

4 BBCA Rp 4,106,000,000,000 Rp 19,346,000,000,000 Rp 15,240,000,000,000

5 BBNI Rp 9,484,000,000,000 Rp 15,428,000,000,000 Rp 5,944,000,000,000

6 BBRI Rp 24,450,000,000,000 Rp 26,319,000,000,000 Rp 13,984,000,000,000

7 BDMN Rp 8,106,000,000,000 Rp 12,641,000,000,000 Rp 4,535,000,000,000

8 BMRI Rp 10,960,000,000,000 Rp 22,440,000,000,000 Rp 11,480,000,000,000

9 INDF Rp 34,074,896,000,000 Rp 37,397,300,000,000 Rp 3,322,404,000,000

10 INTP Rp 7,399,846,458,367 Rp 10,576,000,000,000 Rp 3,176,153,541,633

11 ITMG Rp 9,506,422,368,000 Rp 12,652,115,292,000 Rp 3,145,692,924,000

12 JSMR Rp 1,916,206,000,000 Rp 3,692,000,000,000 Rp 1,775,794,000,000

13 KLBF Rp 7,324,809,333,517 Rp 9,087,347,000,000 Rp 1,762,537,666,483

14 LPKR Rp 1,853,540,521,381 Rp 2,565,000,000,000 Rp 711,459,478,619

15 LSIP Rp 1,942,501,000,000 Rp 3,199,687,000,000 Rp 1,257,186,000,000

16 PGAS Rp 11,363,408,400,355 Rp 18,024,279,000,000 Rp 6,660,870,599,645

17 PTBA Rp 5,403,303,000,000 Rp 8,947,854,000,000 Rp 3,544,551,000,000

18 SMGR Rp 9,634,639,852,000 Rp 14,387,850,000,000 Rp 4,753,210,148,000

19 TLKM Rp 47,746,000,000,000 Rp 67,678,000,000,000 Rp 19,932,000,000,000

20 UNTR Rp 23,781,344,000,000 Rp 29,241,883,000,000 Rp 5,460,539,000,000

21 UNVR Rp 14,411,621,000,000 Rp 18,247,000,000,000 Rp 3,835,379,000,000

121

Data Perolehehan Value Added Tahun 2010

No Emiten Input Output Value Added

1 AALI Rp 6,591,196,000,000 Rp 8,843,721,000,000 Rp 2,252,525,000,000

2 ADRO Rp 21,741,245,000,000 Rp 24,689,333,000,000 Rp 2,948,088,000,000

3 ASII Rp 108,513,000,000,000 Rp 129,991,000,000,000 Rp 21,478,000,000,000

4 BBCA Rp 2,245,000,000,000 Rp 20,282,000,000,000 Rp 18,037,000,000,000

5 BBNI Rp 10,553,000,000,000 Rp 18,782,000,000,000 Rp 8,229,000,000,000

6 BBRI Rp 18,286,000,000,000 Rp 38,434,000,000,000 Rp 20,148,000,000,000

7 BDMN Rp 7,143,000,000,000 Rp 13,865,000,000,000 Rp 6,722,000,000,000

8 BMRI Rp 14,082,000,000,000 Rp 28,768,000,000,000 Rp 14,686,000,000,000

9 INDF Rp 34,111,685,000,000 Rp 38,403,400,000,000 Rp 4,291,715,000,000

10 INTP Rp 7,454,421,688,772 Rp 11,138,000,000,000 Rp 3,683,578,311,228

11 ITMG Rp 12,904,858,888,000 Rp 15,170,538,048,000 Rp 2,265,679,160,000

12 JSMR Rp 2,268,238,000,000 Rp 4,378,584,000,000 Rp 2,110,346,000,000

13 KLBF Rp 7,964,255,229,633 Rp 10,226,789,000,000 Rp 2,262,533,770,367

14 LPKR Rp 2,236,216,625,596 Rp 3,125,000,000,000 Rp 888,783,374,404

15 LSIP Rp 1,987,295,000,000 Rp 3,592,658,000,000 Rp 1,605,363,000,000

16 PGAS Rp 13,045,308,879,424 Rp 19,765,716,000,000 Rp 6,720,407,120,576

17 PTBA Rp 4,871,333,000,000 Rp 7,909,154,000,000 Rp 3,037,821,000,000

18 SMGR Rp 9,254,193,305,000 Rp 14,344,189,000,000 Rp 5,089,995,695,000

19 TLKM Rp 49,760,000,000,000 Rp 68,629,000,000,000 Rp 18,869,000,000,000

20 UNTR Rp 31,436,621,000,000 Rp 37,323,872,000,000 Rp 5,887,251,000,000

21 UNVR Rp 15,427,182,000,000 Rp 19,690,000,000,000 Rp 4,262,818,000,000

122

Data Perolehan Value Added Tahun 2011

No Emiten Input Output Value Added

1 AALI Rp 7,996,570,000,000 Rp 10,772,582,000,000 Rp 2,776,012,000,000

2 ADRO Rp 30,384,103,264,000 Rp 36,500,705,370,000 Rp 6,116,602,106,000

3 ASII Rp 136,143,000,000,000 Rp 162,564,000,000,000 Rp 26,421,000,000,000

4 BBCA Rp 8,024,000,000,000 Rp 24,049,000,000,000 Rp 16,025,000,000,000

5 BBNI Rp 9,947,000,000,000 Rp 20,797,000,000,000 Rp 10,850,000,000,000

6 BBRI Rp 16,414,000,000,000 Rp 40,203,000,000,000 Rp 23,789,000,000,000

7 BDMN Rp 7,747,000,000,000 Rp 15,454,000,000,000 Rp 7,707,000,000,000

8 BMRI Rp 16,534,000,000,000 Rp 35,546,000,000,000 Rp 19,012,000,000,000

9 INDF Rp 40,951,117,000,000 Rp 45,332,300,000,000 Rp 4,381,183,000,000

10 INTP Rp 9,698,037,000,000 Rp 13,888,000,000,000 Rp 4,189,963,000,000

11 ITMG Rp 16,258,867,946,000 Rp 21,803,683,750,000 Rp 5,544,815,804,000

12 JSMR Rp 4,332,570,325,000 Rp 6,485,771,000,000 Rp 2,153,200,675,000

13 KLBF Rp 8,333,804,457,799 Rp 10,911,860,000,000 Rp 2,578,055,542,201

14 LPKR Rp 3,073,916,982,739 Rp 4,190,000,000,000 Rp 1,116,083,017,261

15 LSIP Rp 2,351,304,000,000 Rp 4,686,457,000,000 Rp 2,335,153,000,000

16 PGAS Rp 13,639,954,077,996 Rp 20,417,054,833,704 Rp 6,777,100,755,708

17 PTBA Rp 6,202,344,000,000 Rp 10,581,570,000,000 Rp 4,379,226,000,000

18 SMGR Rp 10,874,093,296,000 Rp 16,378,794,000,000 Rp 5,504,700,704,000

19 TLKM Rp 51,722,000,000,000 Rp 71,253,000,000,000 Rp 19,531,000,000,000

20 UNTR Rp 46,174,265,000,000 Rp 55,052,562,000,000 Rp 8,878,297,000,000

21 UNVR Rp 18,451,614,000,000 Rp 23,469,000,000,000 Rp 5,017,386,000,000

123

Data Perolehan Value Added Tahun 2012

No Emiten Input Output Value Added

1 AALI Rp 8,685,910,000,000 Rp 11,564,319,000,000 Rp 2,878,409,000,000

2 ADRO Rp 31,983,510,730,000 Rp 37,124,382,797,000 Rp 5,140,872,067,000

3 ASII Rp 158,230,000,000,000 Rp 188,053,000,000,000 Rp 29,823,000,000,000

4 BBCA Rp 9,738,000,000,000 Rp 27,614,000,000,000 Rp 17,876,000,000,000

5 BBNI Rp 11,279,000,000,000 Rp 23,905,000,000,000 Rp 12,626,000,000,000

6 BBRI Rp 16,581,000,000,000 Rp 44,874,000,000,000 Rp 28,293,000,000,000

7 BDMN Rp 8,860,000,000,000 Rp 18,035,000,000,000 Rp 9,175,000,000,000

8 BMRI Rp 18,381,000,000,000 Rp 41,931,000,000,000 Rp 23,550,000,000,000

9 INDF Rp 45,374,896,000,000 Rp 50,201,500,000,000 Rp 4,826,604,000,000

10 INTP Rp 11,774,378,000,000 Rp 17,290,000,000,000 Rp 5,515,622,000,000

11 ITMG Rp 19,458,200,624,000 Rp 24,323,558,593,000 Rp 4,865,357,969,000

12 JSMR Rp 6,381,971,643,000 Rp 9,070,219,000,000 Rp 2,688,247,357,000

13 KLBF Rp 10,710,117,541,540 Rp 13,636,405,000,000 Rp 2,926,287,458,460

14 LPKR Rp 4,415,148,074,476 Rp 6,160,000,000,000 Rp 1,744,851,925,524

15 LSIP Rp 2,052,740,000,000 Rp 4,211,578,000,000 Rp 2,158,838,000,000

16 PGAS Rp 16,214,322,087,944 Rp 25,695,365,058,001 Rp 9,481,042,970,057

17 PTBA Rp 7,412,931,000,000 Rp 11,594,057,000,000 Rp 4,181,126,000,000

18 SMGR Rp 12,922,451,255,000 Rp 19,598,248,000,000 Rp 6,675,796,745,000

19 TLKM Rp 54,481,000,000,000 Rp 77,143,000,000,000 Rp 22,662,000,000,000

20 UNTR Rp 46,848,839,000,000 Rp 55,953,915,000,000 Rp 9,105,076,000,000

21 UNVR Rp 21,389,644,000,000 Rp 27,303,000,000,000 Rp 5,913,356,000,000

124

Data Perolehan Value Added Tahun 2013

No Emiten Input Output Value Added

1 AALI Rp 10,410,180,000,000 Rp 12,674,999,000,000 Rp 2,264,819,000,000

2 ADRO Rp 31,593,817,216,000 Rp 35,530,560,000,000 Rp 3,936,742,784,000

3 ASII Rp 159,042,000,000,000 Rp 193,880,000,000,000 Rp 34,838,000,000,000

4 BBCA Rp 13,253,386,000,000 Rp 34,372,000,000,000 Rp 21,118,614,000,000

5 BBNI Rp 13,358,000,000,000 Rp 28,500,000,000,000 Rp 15,142,000,000,000

6 BBRI Rp 18,868,006,000,000 Rp 52,454,000,000,000 Rp 33,585,994,000,000

7 BDMN Rp 9,420,000,000,000 Rp 19,174,000,000,000 Rp 9,754,000,000,000

8 BMRI Rp 21,632,716,000,000 Rp 48,496,055,000,000 Rp 26,863,339,000,000

9 INDF Rp 51,318,895,000,000 Rp 55,623,700,000,000 Rp 4,304,805,000,000

10 INTP Rp 12,559,181,000,000 Rp 18,691,000,000,000 Rp 6,131,819,000,000

11 ITMG Rp 20,655,866,816,000 Rp 23,565,500,608,000 Rp 2,909,633,792,000

12 JSMR Rp 8,048,801,418,000 Rp 10,271,000,000,000 Rp 2,222,198,582,000

13 KLBF Rp 12,422,830,711,750 Rp 16,002,131,000,000 Rp 3,579,300,288,250

14 LPKR Rp 4,511,438,558,709 Rp 6,666,000,000,000 Rp 2,154,561,441,291

15 LSIP Rp 2,104,603,000,000 Rp 4,133,679,000,000 Rp 2,029,076,000,000

16 PGAS Rp 23,240,257,236,352 Rp 32,464,403,870,080 Rp 9,224,146,633,728

17 PTBA Rp 8,112,293,000,000 Rp 11,209,219,000,000 Rp 3,096,926,000,000

18 SMGR Rp 16,632,654,943,000 Rp 24,501,241,000,000 Rp 7,868,586,057,000

19 TLKM Rp 58,755,000,000,000 Rp 82,967,000,000,000 Rp 24,212,000,000,000

20 UNTR Rp 41,965,883,000,000 Rp 51,012,385,000,000 Rp 9,046,502,000,000

21 UNVR Rp 24,134,249,000,000 Rp 30,757,000,000,000 Rp 6,622,751,000,000

125

Data Perolehan Value Added Tahun 2014

No Emiten Input Output Value Added

1 AALI Rp 13,298,362,000,000 Rp 16,305,831,000,000 Rp 3,007,469,000,000

2 ADRO Rp 30,504,693,712,000 Rp 33,799,812,816,000 Rp 3,295,119,104,000

3 ASII Rp 165,376,000,000,000 Rp 201,701,000,000,000 Rp 36,325,000,000,000

4 BBCA Rp 15,894,094,000,000 Rp 41,051,000,000,000 Rp 25,156,906,000,000

5 BBNI Rp 15,481,000,000,000 Rp 33,091,000,000,000 Rp 17,610,000,000,000

6 BBRI Rp 22,375,539,000,000 Rp 60,741,000,000,000 Rp 38,365,461,000,000

7 BDMN Rp 10,028,000,000,000 Rp 18,443,000,000,000 Rp 8,415,000,000,000

8 BMRI Rp 23,696,426,000,000 Rp 53,820,239,000,000 Rp 30,123,813,000,000

9 INDF Rp 57,529,581,000,000 Rp 63,594,500,000,000 Rp 6,064,919,000,000

10 INTP Rp 13,865,525,000,000 Rp 19,996,000,000,000 Rp 6,130,475,000,000

11 ITMG Rp 17,168,022,564,000 Rp 19,745,145,420,000 Rp 2,577,122,856,000

12 JSMR Rp 6,482,295,448,000 Rp 9,175,000,000,000 Rp 2,692,704,552,000

13 KLBF Rp 13,373,598,841,031 Rp 17,368,533,000,000 Rp 3,994,934,158,969

14 LPKR Rp 7,819,919,825,369 Rp 11,655,000,000,000 Rp 3,835,080,174,631

15 LSIP Rp 2,247,203,000,000 Rp 4,726,539,000,000 Rp 2,479,336,000,000

16 PGAS Rp 26,642,998,051,824 Rp 34,644,909,380,004 Rp 8,001,911,328,180

17 PTBA Rp 9,499,291,000,000 Rp 13,077,962,000,000 Rp 3,578,671,000,000

18 SMGR Rp 19,031,870,930,000 Rp 26,987,035,000,000 Rp 7,955,164,070,000

19 TLKM Rp 65,264,000,000,000 Rp 89,696,000,000,000 Rp 24,432,000,000,000

20 UNTR Rp 42,901,510,000,000 Rp 53,141,768,000,000 Rp 10,240,258,000,000

21 UNVR Rp 27,544,006,000,000 Rp 34,511,000,000,000 Rp 6,966,994,000,000

126

Data Perolehan Value Added Capital Employed (VACA) Tahun 2009

No Emiten Value Added Capital Employed VACA

1 AALI Rp 1,834,434,000,000 Rp 7,887,014,000,000 0.2326

2 ADRO Rp 4,935,203,000,000 Rp 21,752,143,000,000 0.2269

3 ASII Rp 15,695,000,000,000 Rp 49,934,000,000,000 0.3143

4 BBCA Rp 15,240,000,000,000 Rp 34,664,000,000,000 0.4396

5 BBNI Rp 5,944,000,000,000 Rp 21,628,000,000,000 0.2748

6 BBRI Rp 13,984,000,000,000 Rp 34,565,000,000,000 0.4046

7 BDMN Rp 4,535,000,000,000 Rp 17,338,000,000,000 0.2616

8 BMRI Rp 11,480,000,000,000 Rp 42,264,000,000,000 0.2716

9 INDF Rp 3,322,404,000,000 Rp 17,572,100,000,000 0.1891

10 INTP Rp 3,176,153,541,633 Rp 13,428,000,000,000 0.2365

11 ITMG Rp 3,145,692,924,000 Rp 9,420,034,356,000 0.3339

12 JSMR Rp 1,775,794,000,000 Rp 8,176,073,000,000 0.2172

13 KLBF Rp 1,762,537,666,483 Rp 5,239,442,000,000 0.3364

14 LPKR Rp 711,459,478,619 Rp 5,275,000,000,000 0.1349

15 LSIP Rp 1,257,186,000,000 Rp 4,520,952,000,000 0.2781

16 PGAS Rp 6,660,870,599,645 Rp 17,961,123,000,000 0.3708

17 PTBA Rp 3,544,551,000,000 Rp 8,429,106,000,000 0.4205

18 SMGR Rp 4,753,210,148,000 Rp 13,524,167,000,000 0.3515

19 TLKM Rp 19,932,000,000,000 Rp 50,051,000,000,000 0.3982

20 UNTR Rp 5,460,539,000,000 Rp 17,661,251,000,000 0.3092

21 UNVR Rp 3,835,379,000,000 Rp 6,747,000,000,000 0.5685

127

Data Perolehan Value Added Capital Employed (VACA) Tahun 2010

No Emiten Value Added Capital Employed VACA

1 AALI Rp 2,252,525,000,000 Rp 9,228,467,000,000 0.2441

2 ADRO Rp 2,948,088,000,000 Rp 20,783,754,000,000 0.1418

3 ASII Rp 21,478,000,000,000 Rp 63,676,000,000,000 0.3373

4 BBCA Rp 18,037,000,000,000 Rp 42,587,000,000,000 0.4235

5 BBNI Rp 8,229,000,000,000 Rp 37,222,000,000,000 0.2211

6 BBRI Rp 20,148,000,000,000 Rp 48,145,000,000,000 0.4185

7 BDMN Rp 6,722,000,000,000 Rp 21,333,000,000,000 0.3151

8 BMRI Rp 14,686,000,000,000 Rp 50,761,000,000,000 0.2893

9 INDF Rp 4,291,715,000,000 Rp 27,805,700,000,000 0.1543

10 INTP Rp 3,683,578,311,228 Rp 16,326,000,000,000 0.2256

11 ITMG Rp 2,265,679,160,000 Rp 8,413,541,450,000 0.2693

12 JSMR Rp 2,110,346,000,000 Rp 8,933,500,000,000 0.2362

13 KLBF Rp 2,262,533,770,367 Rp 6,660,114,000,000 0.3397

14 LPKR Rp 888,783,374,404 Rp 8,750,000,000,000 0.1016

15 LSIP Rp 1,605,363,000,000 Rp 5,587,434,000,000 0.2873

16 PGAS Rp 6,720,407,120,576 Rp 20,107,934,000,000 0.3342

17 PTBA Rp 3,037,821,000,000 Rp 8,375,627,000,000 0.3627

18 SMGR Rp 5,089,995,695,000 Rp 15,770,480,000,000 0.3228

19 TLKM Rp 18,869,000,000,000 Rp 55,956,000,000,000 0.3372

20 UNTR Rp 5,887,251,000,000 Rp 20,009,269,000,000 0.2942

21 UNVR Rp 4,262,818,000,000 Rp 7,432,000,000,000 0.5736

128

Data Perolehan Value Added Capital Employed (VACA) Tahun 2011

No Emiten Value Added Capital Employed VACA

1 AALI Rp 2,776,012,000,000 Rp 10,924,723,000,000 0.2541

2 ADRO Rp 6,116,602,106,000 Rp 27,403,872,100,000 0.2232

3 ASII Rp 26,421,000,000,000 Rp 93,623,000,000,000 0.2822

4 BBCA Rp 16,025,000,000,000 Rp 52,847,000,000,000 0.3032

5 BBNI Rp 10,850,000,000,000 Rp 43,651,000,000,000 0.2486

6 BBRI Rp 23,789,000,000,000 Rp 64,908,000,000,000 0.3665

7 BDMN Rp 7,707,000,000,000 Rp 29,004,000,000,000 0.2657

8 BMRI Rp 19,012,000,000,000 Rp 74,900,000,000,000 0.2538

9 INDF Rp 4,381,183,000,000 Rp 34,687,400,000,000 0.1263

10 INTP Rp 4,189,963,000,000 Rp 17,490,000,000,000 0.2396

11 ITMG Rp 5,544,815,804,000 Rp 14,892,917,220,000 0.3723

12 JSMR Rp 2,153,200,675,000 Rp 9,558,035,000,000 0.2253

13 KLBF Rp 2,578,055,542,201 Rp 7,998,172,000,000 0.3223

14 LPKR Rp 1,116,083,017,261 Rp 10,117,000,000,000 0.1103

15 LSIP Rp 2,335,153,000,000 Rp 7,541,004,000,000 0.3097

16 PGAS Rp 6,777,100,755,708 Rp 23,435,722,966,308 0.2892

17 PTBA Rp 4,379,226,000,000 Rp 11,250,838,000,000 0.3892

18 SMGR Rp 5,504,700,704,000 Rp 18,545,870,000,000 0.2968

19 TLKM Rp 19,531,000,000,000 Rp 58,486,000,000,000 0.3339

20 UNTR Rp 8,878,297,000,000 Rp 33,404,856,000,000 0.2658

21 UNVR Rp 5,017,386,000,000 Rp 7,844,000,000,000 0.6396

129

Data Perolehan Value Added Capital Employed (VACA) Tahun 2012

No Emiten Value Added Capital Employed VACA

1 AALI Rp 2,878,409,000,000 Rp 11,819,065,000,000 0.2435

2 ADRO Rp 5,140,872,067,000 Rp 29,348,095,615,000 0.1752

3 ASII Rp 29,823,000,000,000 Rp 109,235,000,000,000 0.2730

4 BBCA Rp 17,876,000,000,000 Rp 63,619,000,000,000 0.2810

5 BBNI Rp 12,626,000,000,000 Rp 50,573,000,000,000 0.2497

6 BBRI Rp 28,293,000,000,000 Rp 83,569,000,000,000 0.3386

7 BDMN Rp 9,175,000,000,000 Rp 32,745,000,000,000 0.2802

8 BMRI Rp 23,550,000,000,000 Rp 92,037,000,000,000 0.2559

9 INDF Rp 4,826,604,000,000 Rp 37,401,400,000,000 0.1290

10 INTP Rp 5,515,622,000,000 Rp 24,182,000,000,000 0.2281

11 ITMG Rp 4,865,357,969,000 Rp 14,305,869,580,000 0.3401

12 JSMR Rp 2,688,247,357,000 Rp 11,390,409,000,000 0.2360

13 KLBF Rp 2,926,287,458,460 Rp 9,105,571,000,000 0.3214

14 LPKR Rp 1,744,851,925,524 Rp 12,530,000,000,000 0.1393

15 LSIP Rp 2,158,838,000,000 Rp 7,395,899,000,000 0.2919

16 PGAS Rp 9,481,042,970,057 Rp 32,369,141,049,282 0.2929

17 PTBA Rp 4,181,126,000,000 Rp 11,405,282,000,000 0.3666

18 SMGR Rp 6,675,796,745,000 Rp 23,010,258,000,000 0.2901

19 TLKM Rp 22,662,000,000,000 Rp 64,417,000,000,000 0.3518

20 UNTR Rp 9,105,076,000,000 Rp 38,080,232,000,000 0.2391

21 UNVR Rp 5,913,356,000,000 Rp 8,807,000,000,000 0.6714

130

Data Perolehan Value Added Capital Employed (VACA) Tahun 2013

No Emiten Value Added Capital Employed VACA

1 AALI Rp 2,264,819,000,000 Rp 12,204,109,000,000 0.1856

2 ADRO Rp 3,936,742,784,000 Rp 36,841,383,488,000 0.1069

3 ASII Rp 34,838,000,000,000 Rp 128,485,000,000,000 0.2711

4 BBCA Rp 21,118,614,000,000 Rp 78,221,000,000,000 0.2700

5 BBNI Rp 15,142,000,000,000 Rp 56,741,000,000,000 0.2669

6 BBRI Rp 33,585,994,000,000 Rp 100,681,000,000,000 0.3336

7 BDMN Rp 9,754,000,000,000 Rp 35,594,000,000,000 0.2740

8 BMRI Rp 26,863,339,000,000 Rp 106,994,349,000,000 0.2511

9 INDF Rp 4,304,805,000,000 Rp 40,876,900,000,000 0.1053

10 INTP Rp 6,131,819,000,000 Rp 28,196,000,000,000 0.2175

11 ITMG Rp 2,909,633,792,000 Rp 11,934,936,832,000 0.2438

12 JSMR Rp 2,222,198,582,000 Rp 11,584,000,000,000 0.1918

13 KLBF Rp 3,579,300,288,250 Rp 10,419,466,000,000 0.3435

14 LPKR Rp 2,154,561,441,291 Rp 15,406,000,000,000 0.1399

15 LSIP Rp 2,029,076,000,000 Rp 7,383,480,000,000 0.2748

16 PGAS Rp 9,224,146,633,728 Rp 37,524,036,582,656 0.2458

17 PTBA Rp 3,096,926,000,000 Rp 3,456,938,000,000 0.8959

18 SMGR Rp 7,868,586,057,000 Rp 27,520,470,000,000 0.2859

19 TLKM Rp 24,212,000,000,000 Rp 74,859,000,000,000 0.3234

20 UNTR Rp 9,046,502,000,000 Rp 40,482,597,000,000 0.2235

21 UNVR Rp 6,622,751,000,000 Rp 9,608,000,000,000 0.6893

131

Data Perolehan Value Added Capital Employed (VACA) Tahun 2014

No Emiten Value Added Capital Employed VACA

1 AALI Rp 3,007,469,000,000 Rp 14,422,131,000,000 0.2085

2 ADRO Rp 3,295,119,104,000 Rp 34,985,992,272,000 0.0942

3 ASII Rp 36,325,000,000,000 Rp 142,449,000,000,000 0.2550

4 BBCA Rp 25,156,906,000,000 Rp 94,407,000,000,000 0.2665

5 BBNI Rp 17,610,000,000,000 Rp 71,850,000,000,000 0.2451

6 BBRI Rp 38,365,461,000,000 Rp 121,991,000,000,000 0.3145

7 BDMN Rp 8,415,000,000,000 Rp 35,622,000,000,000 0.2362

8 BMRI Rp 30,123,813,000,000 Rp 124,716,435,000,000 0.2415

9 INDF Rp 6,064,919,000,000 Rp 45,113,800,000,000 0.1344

10 INTP Rp 6,130,475,000,000 Rp 29,939,000,000,000 0.2048

11 ITMG Rp 2,577,122,856,000 Rp 11,168,630,088,000 0.2307

12 JSMR Rp 2,692,704,552,000 Rp 12,829,000,000,000 0.2099

13 KLBF Rp 3,994,934,158,969 Rp 11,882,163,000,000 0.3362

14 LPKR Rp 3,835,080,174,631 Rp 20,193,000,000,000 0.1899

15 LSIP Rp 2,479,336,000,000 Rp 8,135,538,000,000 0.3048

16 PGAS Rp 8,001,911,328,180 Rp 37,473,591,754,368 0.2135

17 PTBA Rp 3,578,671,000,000 Rp 10,687,013,000,000 0.3349

18 SMGR Rp 7,955,164,070,000 Rp 30,578,558,000,000 0.2602

19 TLKM Rp 24,432,000,000,000 Rp 82,470,000,000,000 0.2963

20 UNTR Rp 10,240,258,000,000 Rp 43,946,355,000,000 0.2330

21 UNVR Rp 6,966,994,000,000 Rp 10,338,000,000,000 0.6739

132

Data Perolehan Value Added Human Capital (VAHU) Tahun 2009

No Emiten Value Added Human Capital VAHU

1 AALI Rp 1,834,434,000,000 Rp 173,785,000,000 10.5558

2 ADRO Rp 4,935,203,000,000 Rp 627,951,000,000 7.8592

3 ASII Rp 15,695,000,000,000 Rp 5,655,000,000,000 2.7754

4 BBCA Rp 15,240,000,000,000 Rp 8,433,000,000,000 1.8072

5 BBNI Rp 5,944,000,000,000 Rp 3,460,000,000,000 1.7179

6 BBRI Rp 13,984,000,000,000 Rp 6,676,000,000,000 2.0947

7 BDMN Rp 4,535,000,000,000 Rp 3,003,000,000,000 1.5102

8 BMRI Rp 11,480,000,000,000 Rp 4,325,000,000,000 2.6543

9 INDF Rp 3,322,404,000,000 Rp 1,246,504,000,000 2.6654

10 INTP Rp 3,176,153,541,633 Rp 429,153,541,633 7.4010

11 ITMG Rp 3,145,692,924,000 Rp 331,091,136,000 9.5010

12 JSMR Rp 1,775,794,000,000 Rp 783,100,000,000 2.2676

13 KLBF Rp 1,762,537,666,483 Rp 833,533,666,483 2.1145

14 LPKR Rp 711,459,478,619 Rp 323,459,478,619 2.1995

15 LSIP Rp 1,257,186,000,000 Rp 549,699,000,000 2.2870

16 PGAS Rp 6,660,870,599,645 Rp 431,827,599,645 15.4248

17 PTBA Rp 3,544,551,000,000 Rp 816,817,000,000 4.3395

18 SMGR Rp 4,753,210,148,000 Rp 1,426,722,148,000 3.3316

19 TLKM Rp 19,932,000,000,000 Rp 8,533,000,000,000 2.3359

20 UNTR Rp 5,460,539,000,000 Rp 1,642,998,000,000 3.3235

21 UNVR Rp 3,835,379,000,000 Rp 791,379,000,000 4.8465

133

Data Perolehan Value Added Human Capital (VAHU) Tahun 2010

No Emiten Value Added Human Capital VAHU

1 AALI Rp 2,252,525,000,000 Rp 235,745,000,000 9.5549

2 ADRO Rp 2,948,088,000,000 Rp 740,775,000,000 3.9797

3 ASII Rp 21,478,000,000,000 Rp 7,112,000,000,000 3.0200

4 BBCA Rp 18,037,000,000,000 Rp 9,558,000,000,000 1.8871

5 BBNI Rp 8,229,000,000,000 Rp 4,127,000,000,000 1.9939

6 BBRI Rp 20,148,000,000,000 Rp 8,676,000,000,000 2.3223

7 BDMN Rp 6,722,000,000,000 Rp 3,839,000,000,000 1.7510

8 BMRI Rp 14,686,000,000,000 Rp 5,468,000,000,000 2.6858

9 INDF Rp 4,291,715,000,000 Rp 1,338,815,000,000 3.2056

10 INTP Rp 3,683,578,311,228 Rp 458,578,311,228 8.0326

11 ITMG Rp 2,265,679,160,000 Rp 409,129,966,000 5.5378

12 JSMR Rp 2,110,346,000,000 Rp 916,860,000,000 2.3017

13 KLBF Rp 2,262,533,770,367 Rp 976,203,770,367 2.3177

14 LPKR Rp 888,783,374,404 Rp 363,783,374,404 2.4432

15 LSIP Rp 1,605,363,000,000 Rp 572,034,000,000 2.8064

16 PGAS Rp 6,720,407,120,576 Rp 481,046,120,576 13.9704

17 PTBA Rp 3,037,821,000,000 Rp 1,028,930,000,000 2.9524

18 SMGR Rp 5,089,995,695,000 Rp 1,459,268,695,000 3.4880

19 TLKM Rp 18,869,000,000,000 Rp 7,332,000,000,000 2.5735

20 UNTR Rp 5,887,251,000,000 Rp 2,014,320,000,000 2.9227

21 UNVR Rp 4,262,818,000,000 Rp 875,818,000,000 4.8672

134

Data Perolehan Value Added Human Capital (VAHU) Tahun 2011

No Emiten Value Added Human Capital VAHU

1 AALI Rp 2,776,012,000,000 Rp 277,447,000,000 10.0056

2 ADRO Rp 6,116,602,106,000 Rp 1,010,693,140,000 6.0519

3 ASII Rp 26,421,000,000,000 Rp 8,636,000,000,000 3.0594

4 BBCA Rp 16,025,000,000,000 Rp 5,205,000,000,000 3.0788

5 BBNI Rp 10,850,000,000,000 Rp 5,042,000,000,000 2.1519

6 BBRI Rp 23,789,000,000,000 Rp 8,701,000,000,000 2.7341

7 BDMN Rp 7,707,000,000,000 Rp 4,413,000,000,000 1.7464

8 BMRI Rp 19,012,000,000,000 Rp 6,766,000,000,000 2.8099

9 INDF Rp 4,381,183,000,000 Rp 1,303,983,000,000 3.3598

10 INTP Rp 4,189,963,000,000 Rp 587,963,000,000 7.1262

11 ITMG Rp 5,544,815,804,000 Rp 545,578,400,000 10.1632

12 JSMR Rp 2,153,200,675,000 Rp 955,674,675,000 2.2531

13 KLBF Rp 2,578,055,542,201 Rp 1,095,818,542,201 2.3526

14 LPKR Rp 1,116,083,017,261 Rp 408,083,017,261 2.7349

15 LSIP Rp 2,335,153,000,000 Rp 633,573,000,000 3.6857

16 PGAS Rp 6,777,100,755,708 Rp 545,014,229,826 12.4347

17 PTBA Rp 4,379,226,000,000 Rp 1,293,390,000,000 3.3859

18 SMGR Rp 5,504,700,704,000 Rp 1,573,927,704,000 3.4974

19 TLKM Rp 19,531,000,000,000 Rp 8,555,000,000,000 2.2830

20 UNTR Rp 8,878,297,000,000 Rp 2,977,389,000,000 2.9819

21 UNVR Rp 5,017,386,000,000 Rp 854,386,000,000 5.8725

135

Data Perolehan Value Added Human Capital (VAHU) Tahun 2012

No Emiten Value Added Human Capital VAHU

1 AALI Rp 2,878,409,000,000 Rp 424,755,000,000 6.7766

2 ADRO Rp 5,140,872,067,000 Rp 1,313,384,262,000 3.9142

3 ASII Rp 29,823,000,000,000 Rp 10,402,000,000,000 2.8670

4 BBCA Rp 17,876,000,000,000 Rp 6,155,000,000,000 2.9043

5 BBNI Rp 12,626,000,000,000 Rp 5,578,000,000,000 2.2635

6 BBRI Rp 28,293,000,000,000 Rp 9,606,000,000,000 2.9453

7 BDMN Rp 9,175,000,000,000 Rp 5,163,000,000,000 1.7771

8 BMRI Rp 23,550,000,000,000 Rp 8,046,000,000,000 2.9269

9 INDF Rp 4,826,604,000,000 Rp 1,565,404,000,000 3.0833

10 INTP Rp 5,515,622,000,000 Rp 752,622,000,000 7.3285

11 ITMG Rp 4,865,357,969,000 Rp 556,593,130,000 8.7413

12 JSMR Rp 2,688,247,357,000 Rp 1,085,623,357,000 2.4762

13 KLBF Rp 2,926,287,458,460 Rp 1,192,359,458,460 2.4542

14 LPKR Rp 1,744,851,925,524 Rp 684,851,925,524 2.5478

15 LSIP Rp 2,158,838,000,000 Rp 1,042,652,000,000 2.0705

16 PGAS Rp 9,481,042,970,057 Rp 596,242,317,369 15.9013

17 PTBA Rp 4,181,126,000,000 Rp 1,281,013,000,000 3.2639

18 SMGR Rp 6,675,796,745,000 Rp 1,830,393,745,000 3.6472

19 TLKM Rp 22,662,000,000,000 Rp 9,786,000,000,000 2.3158

20 UNTR Rp 9,105,076,000,000 Rp 3,325,401,000,000 2.7380

21 UNVR Rp 5,913,356,000,000 Rp 1,074,356,000,000 5.5041

136

Data Perolehan Value Added Human Capital (VAHU) Tahun 2013

No Emiten Value Added Human Capital VAHU

1 AALI Rp 2,264,819,000,000 Rp 328,569,000,000 6.8930

2 ADRO Rp 3,936,742,784,000 Rp 1,427,430,784,000 2.7579

3 ASII Rp 34,838,000,000,000 Rp 12,541,000,000,000 2.7779

4 BBCA Rp 21,118,614,000,000 Rp 6,864,614,000,000 3.0764

5 BBNI Rp 15,142,000,000,000 Rp 6,084,000,000,000 2.4888

6 BBRI Rp 33,585,994,000,000 Rp 12,231,994,000,000 2.7457

7 BDMN Rp 9,754,000,000,000 Rp 5,713,000,000,000 1.7073

8 BMRI Rp 26,863,339,000,000 Rp 8,659,586,000,000 3.1022

9 INDF Rp 4,304,805,000,000 Rp 1,801,005,000,000 2.3902

10 INTP Rp 6,131,819,000,000 Rp 913,819,000,000 6.7101

11 ITMG Rp 2,909,633,792,000 Rp 692,559,296,000 4.2013

12 JSMR Rp 2,222,198,582,000 Rp 1,196,198,582,000 1.8577

13 KLBF Rp 3,579,300,288,250 Rp 1,659,792,288,250 2.1565

14 LPKR Rp 2,154,561,441,291 Rp 926,561,441,291 2.3253

15 LSIP Rp 2,029,076,000,000 Rp 1,259,583,000,000 1.6109

16 PGAS Rp 9,224,146,633,728 Rp 591,202,213,888 15.6024

17 PTBA Rp 3,096,926,000,000 Rp 1,270,782,000,000 2.4370

18 SMGR Rp 7,868,586,057,000 Rp 2,152,092,057,000 3.6562

19 TLKM Rp 24,212,000,000,000 Rp 9,895,000,000,000 2.4469

20 UNTR Rp 9,046,502,000,000 Rp 4,212,803,000,000 2.1474

21 UNVR Rp 6,622,751,000,000 Rp 1,269,751,000,000 5.2158

137

Data Perolehan Value Added Human Capital (VAHU) Tahun 2014

No Emiten Value Added Human Capital VAHU

1 AALI Rp 3,007,469,000,000 Rp 422,824,000,000 7.1128

2 ADRO Rp 3,295,119,104,000 Rp 1,424,943,104,000 2.3125

3 ASII Rp 36,325,000,000,000 Rp 14,200,000,000,000 2.5581

4 BBCA Rp 25,156,906,000,000 Rp 8,670,906,000,000 2.9013

5 BBNI Rp 17,610,000,000,000 Rp 6,781,000,000,000 2.5970

6 BBRI Rp 38,365,461,000,000 Rp 14,111,461,000,000 2.7187

7 BDMN Rp 8,415,000,000,000 Rp 5,811,000,000,000 1.4481

8 BMRI Rp 30,123,813,000,000 Rp 10,251,940,000,000 2.9384

9 INDF Rp 6,064,919,000,000 Rp 2,179,519,000,000 2.7827

10 INTP Rp 6,130,475,000,000 Rp 976,475,000,000 6.2782

11 ITMG Rp 2,577,122,856,000 Rp 542,107,104,000 4.7539

12 JSMR Rp 2,692,704,552,000 Rp 1,288,704,552,000 2.0895

13 KLBF Rp 3,994,934,158,969 Rp 1,930,247,158,969 2.0696

14 LPKR Rp 3,835,080,174,631 Rp 1,288,080,174,631 2.9774

15 LSIP Rp 2,479,336,000,000 Rp 1,562,632,000,000 1.5866

16 PGAS Rp 8,001,911,328,180 Rp 644,960,766,912 12.4068

17 PTBA Rp 3,578,671,000,000 Rp 1,562,500,000,000 2.2903

18 SMGR Rp 7,955,164,070,000 Rp 2,379,058,070,000 3.3438

19 TLKM Rp 24,432,000,000,000 Rp 9,769,000,000,000 2.5010

20 UNTR Rp 10,240,258,000,000 Rp 4,870,637,000,000 2.1024

21 UNVR Rp 6,966,994,000,000 Rp 1,227,994,000,000 5.6735

138

Data Perolehan Structural Capital Value Added (STVA) Tahun 2009

No Emiten Structural Capital Value Added STVA

1 AALI Rp 1,660,649,000,000 Rp 1,834,434,000,000 0.9053

2 ADRO Rp 4,307,252,000,000 Rp 4,935,203,000,000 0.8728

3 ASII Rp 10,040,000,000,000 Rp 15,695,000,000,000 0.6397

4 BBCA Rp 6,807,000,000,000 Rp 15,240,000,000,000 0.4467

5 BBNI Rp 2,484,000,000,000 Rp 5,944,000,000,000 0.4179

6 BBRI Rp 7,308,000,000,000 Rp 13,984,000,000,000 0.5226

7 BDMN Rp 1,532,000,000,000 Rp 4,535,000,000,000 0.3378

8 BMRI Rp 7,155,000,000,000 Rp 11,480,000,000,000 0.6233

9 INDF Rp 2,075,900,000,000 Rp 3,322,404,000,000 0.6248

10 INTP Rp 2,747,000,000,000 Rp 3,176,153,541,633 0.8649

11 ITMG Rp 2,814,601,788,000 Rp 3,145,692,924,000 0.8947

12 JSMR Rp 992,694,000,000 Rp 1,775,794,000,000 0.5590

13 KLBF Rp 929,004,000,000 Rp 1,762,537,666,483 0.5271

14 LPKR Rp 388,000,000,000 Rp 711,459,478,619 0.5454

15 LSIP Rp 707,487,000,000 Rp 1,257,186,000,000 0.5628

16 PGAS Rp 6,229,043,000,000 Rp 6,660,870,599,645 0.9352

17 PTBA Rp 2,727,734,000,000 Rp 3,544,551,000,000 0.7696

18 SMGR Rp 3,326,488,000,000 Rp 4,753,210,148,000 0.6998

19 TLKM Rp 11,399,000,000,000 Rp 19,932,000,000,000 0.5719

20 UNTR Rp 3,817,541,000,000 Rp 5,460,539,000,000 0.6991

21 UNVR Rp 3,044,000,000,000 Rp 3,835,379,000,000 0.7937

139

Data Perolehan Structural Capital Value Added (STVA) Tahun 2010

No Emiten Structural Capital Value Added STVA

1 AALI Rp 2,016,780,000,000 Rp 2,252,525,000,000 0.8953

2 ADRO Rp 2,207,313,000,000 Rp 2,948,088,000,000 0.7487

3 ASII Rp 14,366,000,000,000 Rp 21,478,000,000,000 0.6689

4 BBCA Rp 8,479,000,000,000 Rp 18,037,000,000,000 0.4701

5 BBNI Rp 4,102,000,000,000 Rp 8,229,000,000,000 0.4985

6 BBRI Rp 11,472,000,000,000 Rp 20,148,000,000,000 0.5694

7 BDMN Rp 2,883,000,000,000 Rp 6,722,000,000,000 0.4289

8 BMRI Rp 9,218,000,000,000 Rp 14,686,000,000,000 0.6277

9 INDF Rp 2,952,900,000,000 Rp 4,291,715,000,000 0.6880

10 INTP Rp 3,225,000,000,000 Rp 3,683,578,311,228 0.8755

11 ITMG Rp 1,856,549,194,000 Rp 2,265,679,160,000 0.8194

12 JSMR Rp 1,193,486,000,000 Rp 2,110,346,000,000 0.5655

13 KLBF Rp 1,286,330,000,000 Rp 2,262,533,770,367 0.5685

14 LPKR Rp 525,000,000,000 Rp 888,783,374,404 0.5907

15 LSIP Rp 1,033,329,000,000 Rp 1,605,363,000,000 0.6437

16 PGAS Rp 6,239,361,000,000 Rp 6,720,407,120,576 0.9284

17 PTBA Rp 2,008,891,000,000 Rp 3,037,821,000,000 0.6613

18 SMGR Rp 3,630,727,000,000 Rp 5,089,995,695,000 0.7133

19 TLKM Rp 11,537,000,000,000 Rp 18,869,000,000,000 0.6114

20 UNTR Rp 3,872,931,000,000 Rp 5,887,251,000,000 0.6579

21 UNVR Rp 3,387,000,000,000 Rp 4,262,818,000,000 0.7945

140

Data Perolehan Structural Capital Value Added (STVA) Tahun 2011

No Emiten Structural Capital Value Added STVA

1 AALI Rp 2,498,565,000,000 Rp 2,776,012,000,000 0.9001

2 ADRO Rp 5,105,908,966,000 Rp 6,116,602,106,000 0.8348

3 ASII Rp 17,785,000,000,000 Rp 26,421,000,000,000 0.6731

4 BBCA Rp 10,820,000,000,000 Rp 16,025,000,000,000 0.6752

5 BBNI Rp 5,808,000,000,000 Rp 10,850,000,000,000 0.5353

6 BBRI Rp 15,088,000,000,000 Rp 23,789,000,000,000 0.6342

7 BDMN Rp 3,294,000,000,000 Rp 7,707,000,000,000 0.4274

8 BMRI Rp 12,246,000,000,000 Rp 19,012,000,000,000 0.6441

9 INDF Rp 3,077,200,000,000 Rp 4,381,183,000,000 0.7024

10 INTP Rp 3,602,000,000,000 Rp 4,189,963,000,000 0.8597

11 ITMG Rp 4,999,237,404,000 Rp 5,544,815,804,000 0.9016

12 JSMR Rp 1,197,526,000,000 Rp 2,153,200,675,000 0.5562

13 KLBF Rp 1,482,237,000,000 Rp 2,578,055,542,201 0.5749

14 LPKR Rp 708,000,000,000 Rp 1,116,083,017,261 0.6344

15 LSIP Rp 1,701,580,000,000 Rp 2,335,153,000,000 0.7287

16 PGAS Rp 6,232,086,525,882 Rp 6,777,100,755,708 0.9196

17 PTBA Rp 3,085,836,000,000 Rp 4,379,226,000,000 0.7047

18 SMGR Rp 3,930,773,000,000 Rp 5,504,700,704,000 0.7141

19 TLKM Rp 10,976,000,000,000 Rp 19,531,000,000,000 0.5620

20 UNTR Rp 5,900,908,000,000 Rp 8,878,297,000,000 0.6646

21 UNVR Rp 4,163,000,000,000 Rp 5,017,386,000,000 0.8297

141

Data Perolehan Structural Capital Value Added (STVA) Tahun 2012

No Emiten Structural Capital Value Added STVA

1 AALI Rp 2,453,654,000,000 Rp 2,878,409,000,000 0.8524

2 ADRO Rp 3,827,487,805,000 Rp 5,140,872,067,000 0.7445

3 ASII Rp 19,421,000,000,000 Rp 29,823,000,000,000 0.6512

4 BBCA Rp 11,721,000,000,000 Rp 17,876,000,000,000 0.6557

5 BBNI Rp 7,048,000,000,000 Rp 12,626,000,000,000 0.5582

6 BBRI Rp 18,687,000,000,000 Rp 28,293,000,000,000 0.6605

7 BDMN Rp 4,012,000,000,000 Rp 9,175,000,000,000 0.4373

8 BMRI Rp 15,504,000,000,000 Rp 23,550,000,000,000 0.6583

9 INDF Rp 3,261,200,000,000 Rp 4,826,604,000,000 0.6757

10 INTP Rp 4,763,000,000,000 Rp 5,515,622,000,000 0.8635

11 ITMG Rp 4,308,764,839,000 Rp 4,865,357,969,000 0.8856

12 JSMR Rp 1,602,624,000,000 Rp 2,688,247,357,000 0.5962

13 KLBF Rp 1,733,928,000,000 Rp 2,926,287,458,460 0.5925

14 LPKR Rp 1,060,000,000,000 Rp 1,744,851,925,524 0.6075

15 LSIP Rp 1,116,186,000,000 Rp 2,158,838,000,000 0.5170

16 PGAS Rp 8,884,800,652,688 Rp 9,481,042,970,057 0.9371

17 PTBA Rp 2,900,113,000,000 Rp 4,181,126,000,000 0.6936

18 SMGR Rp 4,845,403,000,000 Rp 6,675,796,745,000 0.7258

19 TLKM Rp 12,876,000,000,000 Rp 22,662,000,000,000 0.5682

20 UNTR Rp 5,779,675,000,000 Rp 9,105,076,000,000 0.6348

21 UNVR Rp 4,839,000,000,000 Rp 5,913,356,000,000 0.8183

142

Data Perolehan Structural Capital Value Added (STVA) Tahun 2013

No Emiten Structural Capital Value Added STVA

1 AALI Rp 1,936,250,000,000 Rp 2,264,819,000,000 0.8549

2 ADRO Rp 2,509,312,000,000 Rp 3,936,742,784,000 0.6374

3 ASII Rp 22,297,000,000,000 Rp 34,838,000,000,000 0.6400

4 BBCA Rp 14,254,000,000,000 Rp 21,118,614,000,000 0.6749

5 BBNI Rp 9,058,000,000,000 Rp 15,142,000,000,000 0.5982

6 BBRI Rp 21,354,000,000,000 Rp 33,585,994,000,000 0.6358

7 BDMN Rp 4,041,000,000,000 Rp 9,754,000,000,000 0.4143

8 BMRI Rp 18,203,753,000,000 Rp 26,863,339,000,000 0.6776

9 INDF Rp 2,503,800,000,000 Rp 4,304,805,000,000 0.5816

10 INTP Rp 5,218,000,000,000 Rp 6,131,819,000,000 0.8510

11 ITMG Rp 2,217,074,496,000 Rp 2,909,633,792,000 0.7620

12 JSMR Rp 1,026,000,000,000 Rp 2,222,198,582,000 0.4617

13 KLBF Rp 1,919,508,000,000 Rp 3,579,300,288,250 0.5363

14 LPKR Rp 1,228,000,000,000 Rp 2,154,561,441,291 0.5700

15 LSIP Rp 769,493,000,000 Rp 2,029,076,000,000 0.3792

16 PGAS Rp 8,632,944,419,840 Rp 9,224,146,633,728 0.9359

17 PTBA Rp 1,826,144,000,000 Rp 3,096,926,000,000 0.5897

18 SMGR Rp 5,716,494,000,000 Rp 7,868,586,057,000 0.7265

19 TLKM Rp 14,317,000,000,000 Rp 24,212,000,000,000 0.5913

20 UNTR Rp 4,833,699,000,000 Rp 9,046,502,000,000 0.5343

21 UNVR Rp 5,353,000,000,000 Rp 6,622,751,000,000 0.8083

143

Data Perolehan Structural Capital Value Added (STVA) Tahun 2014

No Emiten Structural Capital Value Added STVA

1 AALI Rp 2,584,645,000,000 Rp 3,007,469,000,000 0.8594

2 ADRO Rp 1,870,176,000,000 Rp 3,295,119,104,000 0.5676

3 ASII Rp 22,125,000,000,000 Rp 36,325,000,000,000 0.6091

4 BBCA Rp 16,486,000,000,000 Rp 25,156,906,000,000 0.6553

5 BBNI Rp 10,829,000,000,000 Rp 17,610,000,000,000 0.6149

6 BBRI Rp 24,254,000,000,000 Rp 38,365,461,000,000 0.6322

7 BDMN Rp 2,604,000,000,000 Rp 8,415,000,000,000 0.3094

8 BMRI Rp 19,871,873,000,000 Rp 30,123,813,000,000 0.6597

9 INDF Rp 3,885,400,000,000 Rp 6,064,919,000,000 0.6406

10 INTP Rp 5,154,000,000,000 Rp 6,130,475,000,000 0.8407

11 ITMG Rp 2,035,015,752,000 Rp 2,577,122,856,000 0.7896

12 JSMR Rp 1,404,000,000,000 Rp 2,692,704,552,000 0.5214

13 KLBF Rp 2,064,687,000,000 Rp 3,994,934,158,969 0.5168

14 LPKR Rp 2,547,000,000,000 Rp 3,835,080,174,631 0.6641

15 LSIP Rp 916,704,000,000 Rp 2,479,336,000,000 0.3697

16 PGAS Rp 7,356,950,561,268 Rp 8,001,911,328,180 0.9194

17 PTBA Rp 2,016,171,000,000 Rp 3,578,671,000,000 0.5634

18 SMGR Rp 5,576,106,000,000 Rp 7,955,164,070,000 0.7009

19 TLKM Rp 14,663,000,000,000 Rp 24,432,000,000,000 0.6002

20 UNTR Rp 5,369,621,000,000 Rp 10,240,258,000,000 0.5244

21 UNVR Rp 5,739,000,000,000 Rp 6,966,994,000,000 0.8237

144

Data Perolehan Return On Asset (ROA) Periode 2009-2014

No Emiten 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 AALI 21.90% 22.90% 24.48% 20.29% 12.72% 14.12%

2 ADRO 10.30% 5.40% 9.80% 5.70% 3.50% 2.90%

3 ASII 14.00% 15.00% 14.00% 12.00% 10.00% 9.00%

4 BBCA 3.40% 3.50% 3.80% 3.60% 3.80% 3.90%

5 BBNI 1.70% 2.50% 2.90% 2.90% 3.36% 3.49%

6 BBRI 3.73% 4.64% 4.93% 5.15% 5.03% 4.74%

7 BDMN 1.50% 2.79% 2.60% 2.70% 2.50% 1.40%

8 BMRI 3.00% 3.40% 3.40% 3.50% 3.66% 3.57%

9 INDF 7.10% 9.00% 9.70% 8.50% 5.00% 6.50%

10 INTP 22.00% 23.00% 22.00% 23.30% 21.10% 18.60%

11 ITMG 28.00% 18.73% 35.00% 29.00% 15.00% 15.00%

12 JSMR 6.14% 6.30% 5.72% 6.47% 3.66% 4.41%

13 KLBF 14.33% 18.29% 17.91% 18.41% 16.96% 16.62%

14 LPKR 3.00% 3.00% 4.00% 4.00% 4.00% 7.00%

15 LSIP 14.60% 18.60% 27.50% 15.60% 9.90% 11.00%

16 PGAS 21.73% 19.44% 30.42% 30.42% 25.95% 18.68%

17 PTBA 33.80% 23.00% 26.80% 22.80% 15.60% 13.60%

18 SMGR 25.68% 23.30% 19.90% 18.20% 17.40% 16.20%

19 TLKM 11.70% 11.60% 10.60% 11.50% 11.10% 10.40%

20 UNTR 16.20% 14.30% 15.50% 11.90% 9.00% 9.10%

21 UNVR 40.70% 38.90% 39.70% 40.40% 42.10% 40.20%

145

Data Perolehan Return On Equity (ROE) Periode 2009-2014

No Emiten 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 AALI 26.70% 28.00% 29.65% 26.91% 18.53% 22.14%

2 ADRO 25.00% 11.90% 22.60% 12.80% 7.30% 5.60%

3 ASII 25.00% 29.00% 28.00% 25.00% 21.00% 18.00%

4 BBCA 31.80% 33.30% 33.50% 30.40% 28.20% 25.50%

5 BBNI 16.30% 24.70% 20.10% 20.00% 22.47% 23.64%

6 BBRI 35.22% 43.83% 42.49% 38.66% 34.11% 31.22%

7 BDMN 11.24% 18.51% 17.20% 16.20% 14.50% 8.60%

8 BMRI 22.10% 24.40% 22.00% 22.60% 27.31% 25.81%

9 INDF 19.90% 19.50% 17.30% 14.50% 9.40% 13.00%

10 INTP 29.00% 27.00% 25.00% 27.10% 24.60% 21.60%

11 ITMG 42.61% 28.31% 51.00% 43.00% 23.00% 22.00%

12 JSMR 13.82% 15.42% 14.31% 16.37% 9.73% 12.28%

13 KLBF 21.55% 23.94% 22.75% 23.52% 22.58% 21.03%

14 LPKR 8.00% 7.00% 8.00% 10.00% 10.00% 16.00%

15 LSIP 18.60% 22.70% 32.70% 18.40% 11.90% 13.30%

16 PGAS 53.09% 44.99% 60.86% 60.86% 43.09% 32.26%

17 PTBA 47.80% 31.60% 37.80% 34.10% 24.50% 23.30%

18 SMGR 32.82% 30.30% 27.10% 27.90% 25.70% 23.20%

19 TLKM 29.50% 26.00% 23.10% 24.90% 23.50% 21.60%

20 UNTR 30.60% 25.80% 27.00% 19.30% 14.20% 14.50%

21 UNVR 82.20% 83.70% 113.10% 121.90% 168.40% 124.80%

146

Data Perolehan Price Book Value (PBV) Periode 2009-2014

No Emiten 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 AALI 5.7548 5.7220 4.0561 3.3130 3.8501 3.2265

2 ADRO 3.1720 4.3907 2.5390 1.9928 1.0155 1.0045

3 ASII 3.5213 4.4786 3.9503 3.4257 2.5925 2.4982

4 BBCA 4.2925 4.6262 4.6932 4.3231 3.7002 4.1529

5 BBNI 1.5797 2.1819 1.8726 1.5853 1.5448 1.8642

6 BBRI 3.4605 3.5316 3.3424 2.6425 2.2546 2.9405

7 BDMN 2.3696 2.6004 1.5285 1.8847 1.1467 1.3135

8 BMRI 2.8108 3.2852 2.4924 2.4695 2.0629 2.2478

9 INDF 1.9662 1.7223 1.2777 1.5045 1.5102 1.4375

10 INTP 4.7217 5.4090 4.5591 4.4075 3.2041 3.7132

11 ITMG 5.4397 8.7454 4.4141 4.6962 3.3138 1.9021

12 JSMR 1.7072 2.9982 3.4037 3.7864 3.0432 4.1961

13 KLBF 2.8884 5.6693 0.9784 6.7404 6.8934 8.7376

14 LPKR 1.8056 1.7881 1.6188 2.0120 1.4812 1.4412

15 LSIP 2.9879 3.8503 2.6289 2.4989 1.9901 1.7856

16 PGAS 8.0500 7.7300 4.9600 5.3200 3.6200 4.2800

17 PTBA 6.9710 8.3052 4.8958 4.0905 14.4106 3.1341

18 SMGR 4.3915 4.6173 4.6470 5.1756 3.8493 3.8432

19 TLKM 4.8090 3.5204 2.8767 3.3624 3.4483 4.1027

20 UNTR 3.7250 4.9071 3.5735 2.2749 1.9880 1.6776

21 UNVR 22.7684 31.1236 38.9688 40.0921 46.6228 53.5875

147

Data Perolehan Price Earning Ratio (PER) Periode 2009-2014

No Emiten 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 AALI 21.5640 20.4528 14.2054 12.8710 21.9419 15.2524

2 ADRO 12.6277 36.9565 11.2352 13.2307 13.7861 18.3702

3 ASII 13.9919 15.3662 16.8565 15.8333 14.1667 15.6646

4 BBCA 17.3835 18.3908 18.0180 18.9583 16.5803 19.6188

5 BBNI 12.1472 14.5677 12.1795 9.7884 8.1276 10.5536

6 BBRI 12.5513 10.9750 10.7329 8.9225 8.3794 11.8555

7 BDMN 23.9536 16.6220 10.9629 13.4983 8.9523 16.6550

8 BMRI 13.7540 14.7936 12.7520 12.1904 10.0620 11.8592

9 INDF 14.7034 14.5089 13.1429 15.7682 23.1579 15.2715

10 INTP 18.3646 21.9749 17.6049 17.9814 14.6951 17.4581

11 ITMG 12.6371 31.0033 8.7962 10.9638 14.6388 8.4038

12 JSMR 12.3549 19.4448 23.7879 23.1020 31.2914 34.2233

13 KLBF 13.4021 23.7226 4.3038 28.6486 30.4878 41.5909

14 LPKR 23.1818 22.6667 20.6250 21.7391 16.8519 9.8393

15 LSIP 79.5238 85.0993 9.0361 14.0244 17.0796 14.1045

16 PGAS 15.1600 17.1700 12.6300 13.1100 11.2100 16.3900

17 PTBA 14.5693 26.3188 12.9574 11.9651 12.4088 13.4844

18 SMGR 13.4581 15.4160 17.2961 19.4002 15.6354 17.2708

19 TLKM 3.2586 13.5550 12.6005 13.5277 14.5862 19.1255

20 UNTR 13.5135 20.4467 15.9022 12.7179 14.6605 12.0486

21 UNVR 27.6942 37.1622 34.4322 32.8864 37.0899 42.9521

148

Lampiran 3: Output Lisrel

DATE: 4/12/2016

TIME: 0:49

L I S R E L 8.30

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by

Scientific Software International, Inc.

7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100

Chicago, IL 60646-1704, U.S.A.

Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140

Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-99

Use of this program is subject to the terms specified in the

Universal Copyright Convention.

Website: www.ssicentral.com

The following lines were read from file Z:\E\FAUZI2\SEM.SPJ:

Observed Variables

ROA ROE PBV PER VACA VAHU STVA

Correlation Matrix From File Z:\E\FAUZI2\SEM~~92F.COR

Sample Size = 126

Latent Variables X Y Z

Relationships

ROA ROE = Y

PBV PER = Z

VACA VAHU STVA = X

Y = X

149

Z = Y X

Path Diagram

options ME=UL AD=OFF IT=500 EF

!set error variance ROA equal to 0.01

set error variance ROE equal to 0.10

set error variance PBV equal to free

set error covariance between VAHU and ROA equal to 0.4

set error covariance between STVA and VAHU equal to 0.8

set error covariance between STVA and ROA equal to 0.5

!set error covariance between VACA and PBV equal to 0.2

!set error covariance between VACA and ROE equal to 0.5

!set error covariance between ROE and PBV equal to 0.5

!set error covariance between PER and PBV equal to 0.5

set error variance Y equal to 0.000001

!set error variance Z equal to 0.000001

End of Problem

Sample Size = 126

Correlation Matrix to be Analyzed

ROA ROE PBV PER VACA VAHU

-------- -------- -------- -------- -------- --------

ROA 1.00

ROE 0.73 1.00

PBV 0.66 0.90 1.00

PER 0.24 0.22 0.40 1.00

VACA 0.56 0.75 0.74 0.16 1.00

VAHU 0.57 0.36 0.18 -0.05 0.05 1.00

STVA 0.67 0.45 0.30 0.01 0.09 0.83

150

Correlation Matrix to be Analyzed

STVA

--------

STVA 1.00

Number of Iterations = 20

LISREL Estimates (Unweighted Least Squares)

ROA = 0.73*Y, Errorvar.= 0.46 , R² = 0.54

(0.068) (0.15)

10.81 2.98

ROE = 0.98*Y, Errorvar.= 0.10, R² = 0.91

(0.063)

15.52

PBV = 1.03*Z,, R² = 1.00

(0.17)

6.18

PER = 0.31*Z, Errorvar.= 0.91 , R² = 0.093

(0.054) (0.13)

5.63 6.89

VACA = 0.74*X, Errorvar.= 0.45 , R² = 0.55

(0.060) (0.15)

12.45 2.89

VAHU = 0.22*X, Errorvar.= 0.95 , R² = 0.049

(0.051) (0.10)

4.32 9.48

STVA = 0.30*X, Errorvar.= 0.91 , R² = 0.092

(0.052) (0.12)

5.83 7.41

151

Error Covariance for VAHU and ROA = 0.40

Error Covariance for STVA and ROA = 0.50

Error Covariance for STVA and VAHU = 0.80

Y = 1.00*X, Errorvar.= 0.00, R² = 1.00

(0.059)

17.18

Z = 0.51*Y + 0.38*X, Errorvar.= 0.20, R² = 0.80

(0.074) (0.074)

6.90 5.12

Correlation Matrix of Independent Variables

X

--------

1.00

Covariance Matrix of Latent Variables

Y Z X

-------- -------- --------

Y 1.01

Z 0.90 1.00

X 1.01 0.89 1.00

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 13

Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 12.71 (P = 0.47)

Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0

90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 12.30)

Minimum Fit Function Value = 0.12

Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0

90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.098)

152

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0

90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.087)

P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.73

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.34

90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.34 ; 0.44)

ECVI for Saturated Model = 0.45

ECVI for Independence Model = 5.55

Chi-Square for Independence Model with 21 Degrees of Freedom = 679.53

Independence AIC = 693.53

Model AIC = 42.71

Saturated AIC = 56.00

Independence CAIC = 720.39

Model CAIC = 100.25

Saturated CAIC = 163.42

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.066

Standardized RMR = 0.065

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.97

Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.46

Normed Fit Index (NFI) = 0.98

Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.00

Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.61

Comparative Fit Index (CFI) = 1.00

Incremental Fit Index (IFI) = 1.00

Relative Fit Index (RFI) = 0.97

Critical N (CN) = 236.64

Total and Indirect Effects

153

Total Effects of KSI on ETA

X

--------

Y 1.01

(0.06)

17.18

Z 0.89

(0.07)

13.52

Indirect Effects of KSI on ETA

X

--------

Y - -

Z 0.52

(0.07)

6.90

Total Effects of ETA on ETA

Y Z

-------- --------

Y - - - -

Z 0.51 - -

(0.07)

6.90

Largest Eigenvalue of B*B' (Stability Index) is 0.264

Total Effects of ETA on Y

Y Z

-------- --------

154

ROA 0.73 - -

(0.07)

10.81

ROE 0.98 - -

(0.06)

15.52

PBV 0.53 1.03

(0.10) (0.17)

5.06 6.18

PER 0.16 0.31

(0.04) (0.05)

4.37 5.63

Indirect Effects of ETA on Y

Y Z

-------- --------

ROA - - - -

ROE - - - -

PBV 0.53 - -

(0.10)

5.06

PER 0.16 - -

(0.04)

4.37

Total Effects of KSI on Y

X

155

--------

ROA 0.73

(0.06)

12.37

ROE 0.99

(0.05)

20.96

PBV 0.92

(0.11)

8.20

PER 0.27

(0.05)

5.71

The Problem used 9520 Bytes (= 0.0% of Available Workspace)

Time used: 0.015 Seconds