yang Ditanam pada Kedalaman Aminatul Badriyah Ikrom 1510...

Post on 03-May-2019

216 views 0 download

Transcript of yang Ditanam pada Kedalaman Aminatul Badriyah Ikrom 1510...

Oleh :Aminatul Badriyah Ikrom

1510 100 024

Ketua Sidang :Wirdhatul Muslihatin, S.Si., M,Si

Kandungan Klorofil-a dan Karaginan Eucheuma cottoniiyang Ditanam pada Kedalaman Berbeda di Desa Palasa, Madura

SIDANG TUGAS AKHIR

Dosen Penguji III :Aunurohim, S.Si., DEA

Dosen Penguji II :Dr.Techn.Endry Nugroho, P., S.Si.,MT.

Rabu 23 Juli 2014

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang

21%

Permintaan Pasar Dunia

Indonesia

Aminatul B.Ikrom 1510100024

Eucheuma cottoniikadar karaginannyatinggi, sekitar 62-68%dari berat keringnya(Aslan, 1998)

Makanan

Kosmetik

Obat-obatan

Permasalahan

Bagaimana kandungan klorofil-a dankaraginan pada rumput laut E. cottonii yangditanam pada kedalaman yang berbedadengan metode rakit apung di Desa Palasa,Pulau Poteran, Madura?

Batasan MasalahJenis rumput laut yang digunakan adalah E. cottonii.

Teknik budidaya rumput laut dengan metode rakitapung

Berat bibit dan lokasi tempat penanaman sama

Perlakuan kedalaman yang digunakan adalah 20 cm,120 cm dan 220 cm pada surut (Sunarto, 2008).

Pemanenan dilakukan setelah 22-30 hari penanaman

Data faktor lingkungan seperti pH, suhu, salinitas,kecerahan, DO, kandungan Mg dan intensitas cahayadiukur setiap seminggu sekali

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

perbedaan kandungan klorofil dan karaginan pada

rumput laut E. cottonii yang ditanam pada

kedalaman yang berbeda dengan metode rakit

apung di Desa Palasa, Pulau Poteran, Madura

Manfaat

• Menambah informasi dan wawasan terkait teknis dan

metode untuk memperoleh hasil panen yang lebih

besar serta nilai tambah dalam pemasaran rumput laut

E. cottonii di Desa Palasa, Pulau Poteran, Madura.

• Tingginya harga jual rumput laut ini diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan nelayan rumput laut di

desa tersebut dan pendapatan asli daerah (PAD).

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

• Waktu penelitian ini akan dilakukan pada bulan

Maret –Juni 2014.

• Tempat penelitian ini dilakukan di Desa Palasa, Pulau

Poteran, Madura tepatnya pada koordinat (S:

07o04’18.8” dan E: 114o01’31.8”)

Gambar 3.1. Lokasi penelitian di Desa Palasa, Pulau Poteran (Pamungkas, 2013)

Metodologi yang Digunakan

PEMILIHAN BIBIT

PEMELIHARAAN

ANALISIS LABORATORIUM

PENANAMAN BIBIT

PEMANENAN

1. KLOROFIL-A2. KARAGINAN

Penanaman Bibit

Pemeliharaan

Pemanenan

Bibit yang digunakan berasal dari budidaya

sendiri yakni rumput laut yang telah berumur

20 hari dengan berat kurang lebih 100 g, dari

sisa budidaya sebelumnya atau dari

pembudidaya lain dalam satu daerah

Pemilihan Bibit

Analisis Lab.

Pemilihan Bibit

Pemeliharaan

Pemanenan

Penanaman Bibit

Analisis Lab.

Pemilihan Bibit

Pemeliharaan

Pemanenan

Penanaman Bibit

Analisis Lab.

Penanaman Bibit

Pemilihan Bibit

Pemanenan

Pemeliharaan tanaman rumput laut di

lokasi penelitian dilakukan setiap dua

atau tiga hari sekali.

Pemeliharaan

Analisis Lab.

Analisis Lab.

Penanaman Bibit

Pemeliharaan

Pemilihan Bibit

Pemanenan dilakukan sekitar 45 hari

setelah masa penanaman. Setelah

dipanen, rumput laut dibawa ke

laboratorium dan diamati kandungan

klorofil a dan karaginan.

Pemanenan

Pemanenan

Penanaman Bibit

Pemeliharaan

Pemilihan Bibit

Analisis Klorofil1. Diambil 10 g (berat basah) sampel rumput laut Eucheuma

cottonii. 2. Diblender dalam 10 ml aseton 80%. CaCO3 ditambahkan

agar tidak terbentuk feofitin. 3. Dihomogenkan dengan melakukan sentrifugasi sebesar

3000 rpm selama 15 menit. 4. Diambil cairannya, bila cairannya keruh, disaring sehingga

diperoleh filtrat jernih. 5. Filtrat jernih diambil sebanyak 5 ml dituang dalam kuvet

dan selanjutnya diukur nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 427 nm.

6. Untuk mengetahui kadar klorofilnya dibuatkan larutan standart klorofil dan diukur dengan panjang gelombang yang sama. Kandungan klorofil dihitung menggunakan rumus :

Klorofil-α (mg) = nilai absorbansi sampel x konsentrasi klorofil standart (20 ppm)nilai absorbansi standart

(Windholz, 1976)

Analisis Lab.

Pemanenan

Penanaman Bibit

Pemeliharaan

Pemilihan Bibit

Analisis Karaginan1. Diambil rumput laut basah dengan berat 100 g dan

dihaluskan menggunakan blender.2. Ditambahkan aquades 100 ml kemudian dipanaskan pada

suhu 80-90oC. Setelah melarut kemudian disaring.3. Ditambahkan 100 ml etanol 100% sehingga karaginan

mengendap.4. Disaring, karaginan yang diperoleh dilarutkan dalam 100

ml aquades dan dpanaskan sehingga semua karaginanmelarut jernih.

5. Bila tidak jernih, disaring kembali menggunakan kertassaring w.40 sehingga diperoleh filtrat jernih.

6. Diukur nilai absorbansinya dengan panjang gelombang 228nm. Untuk mengetahui kadar karaginannya dibuatkanlarutan standart karaginan dan diukur dengan panjanggelombang yang sama.

Karaginan (mg) = nilai absorbansi sampel x konsentrasi karaginan standart (10%)nilai absorbansi standart

(Windholz, 1976)

Analisis Lab.

Pemanenan

Penanaman Bibit

Pemeliharaan

Pemilihan Bibit

Perhitungan BiomassaProduksi biomassa dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

W = Wt – WoDimana : W = Produksi biomassa (gram)Wt = Berat basah pada akhir percobaan (gram)Wo = Berat basah pada awal percobaan (gram)Analisis Lab.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil PenelitianSeharusnya panen dilakukan pada hari ke 45 setelah

penanaman. Pada penelitian ini, panen dilakukan seminggu

lebih awal dari rencana semula, salah satunya karena ombak

begitu besar yang mengakibatkan rakit apung (ancak) patah

dan sebagian rumput laut terhempas.

Dari semua perlakuan kedalaman, rumput laut yang

masih tersisa di analisa kandungan klorofil-a dan karaginannya

yang selanjutnya dilakukan pengolahan data

Kandungan klorofil-a yang tertinggi dihasilkan oleh E.cottonii yang ditanam pada kedalaman 20 cm, yaitu rata rata 104,84 mg/g berat

kering. Jumlah klorofil-a semakin menurun bersamaan dengan semakin bertambahnya kedalaman. Kandungan klorofil yang paling

rendah dihasilkan oleh E.cottonii yang ditanam pada kedalaman 220 cm, yaitu sebesar 81,42 mg/g berat kering.

PERBEDAAN KANDUNGAN KLOROFIL-A

Kandungan karaginan menunjukkan bahwa kadar tertinggi karaginan dihasilkan pada kedalaman 20 cm, yaitu sebesar 68,43% berat kering. Sedangkan untuk kedalaman 120 cm sebesar 61,25%

dan 220 cm sebesar 55,68% berat kering. Semakin bertambah kedalaman maka semakin menurun kandungan karaginannya

PERBEDAAN KANDUNGAN KARAGINAN

050

100150200250

20 cm 120 cm 220 cm

Biom

assa

(gra

m)

Kedalaman (cm)

20 cm120 cm220 cm

KANDUNGAN BIOMASSA

Produksi yang paling tinggi pada kedalaman 20 cm sebesar 223,33 gram dan terendah pada kedalaman 220 cm sebesar 140,00 gram. Biomassa berbanding lurus dengan karaginan. Semakin bertambah

kedalaman, semakin berkurang biomassanya.

HASIL PENGUKURAN FISIK-KIMIA

Parameter Hasil Referensi

pH 8,2-8,4 7-9 ( Patadjai, 2007)

DO 7,6 >6,5 (Wardoyo, 1975

Suhu ( 0C) 30-33 28-32 (Neish, 2005)

Salinitas (ppm) 28-35 32-34 ( Patadjai, 2007)

Kecerahan ( m ) 1-2 1-5 (Ditjenkanbud, 2005)

Mg mg/l 103,2 -

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULANKedalaman memberikan pengaruh yang nyata tehadap kandungan klorofil-a

dan karaginan pada E cottonii.Semakin dalam posisi E. cottonii, maka

kandungan klorofil-a semakin menurun. Sedangkan untuk hasil karaginan,

semakin dalam kedalaman maka kandungan karaginan semakin menurun

Intensitas cahaya berpengaruh terhadap kandungan klorofil-a dankaraginan E. cottonii.

Kandungan klorofil, fikoeritrin dan karaginan tertinggi pada kedalaman

20 cm. Untuk kandungan klorofil sebesar 104,84 mg/g, fikoeritrin

sebesar 86,63 mg/g, dan karaginan sebesar 68,43 %.

Semakin tinggi biomassa rumput laut maka akan semakin tinggi pula

kadar karaginannya. Biomassa tertinggi pada kedalaman 20 cm sebesar

223,33 gram dan terendah pada kedalama 220 cm sebesar 140,00 gram

SARANSebaiknya penelitian dilakukan pada bulan Januari-April karena

pada bulan tersebut ombak tidak begitu besar dan cuaca

mendukung.

Dilakukan pengukuran intensitas cahaya pada setiap kedalaman yang

berbeda, pada setiap sampling data agar bisa diketahui pasti

hubungan intensitas cahaya tiap kedalaman dengan klorofil-a,

fikoeritrin dan karaginan.

Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan metode yang

berbeda, seperti longline, yang mempunyai teknis kekuatan mengikat

E.cottonii, sehingga kejadian hanyut karena arus yang sangat kuat

dapat diminimasi.