Post on 12-Dec-2015
WRAP UP SKENARIO 1 BLOK CAIRAN
Nama : Wahidin Nawawi (1102014277) Primastyo Anggata Reskianto (1102010219) Muhammad Faisal Alvianto (1102013179) Nora Saputri (1102014197) Trias Putra Pamungkas (1102011286) Mutammima Rizqiyani (112014173) Rani Dwi Ningtias (1102014220) Tegar Maulana (1102014261) Muhammad Rifai Suparta (1102014171)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI TAHUN 2014/2015
KEKURANGAN CAIRAN
Seorang mahasiswa 19 tahun dibawa ke IGD RS Yarsi karena pingsan saat mengikuti orientasi pengenalan kampus. Pada pemeriksaan fisik : tampak lemas, bibir dan lidah kering. Sebelum dibawa ke rumah sakit, temannya telah memberikan larutan pengganti cairan tubuh. Di RS, penderita segera diberikan infus cairan elektrolit. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan : Kadar Natrium : 130 mEq/l (Normal = 135-147), Kalium : 2.5 mEq/l (N = 3.5-5.5) dan Klorida : 95 mEq/l (N = 100-106). Setelah kondisi membaik pasien diperbolehkan pulang dan dianjurkan untuk minum sesuai dengan etika Islam.
KATA SULIT
1. Infus : Pemasukan obat dan sebagainya berupa cairan tanpa tekanan istimewa melalui pembuluh darah atau rongga badan
2. Cairan Tubuh : Bahan yang langsung mengalir secara alami yang diperlukan untuk kesehatan sel
3. Cairan Elektrolit : Cairan yang didalam air akan terionisasi menjadi kation dan anion
4. Natrium : Kation terbanyak di ekstraseluler5. Kalium : Kation terbanyak di intraseluler6. Klorida : Anion terbanyak di ekstraseluler7. Larutan : Campuran homogeny yang terdiri atas 2 komponen atau lebih
terdiri dari solute (terlarut) dan solvent (pelarut)
BRAINSTORMING
1. Apa fungsi cairan elektrolit bagi tubuh ?2. Apa penyebab pasien kekurangan cairan ?3. Bagaimana penanganan bagi pasien yang kekurangan cairan ?4. Apa gejala dari kekurangan cairan ?5. Apa saja macam-macam laurtan ?6. Apa perbedaan cairan dengan larutan ?7. Gangguan apa yang terjadi jika seseorang mengalami ketidakseimbangan cairan
dalam tubuh ?8. Bagaimana kompensasi tubuh terhadap gangguan keseimbangan air dan
elektrolit ?9. Bagaimana etika minum dalam islam ?
JAWABAN
1. Berfungsi untuk metabolisme sel2. - Aktivitas yang berlebihan
- Kurang minum- Mempunyai penyakit diabetes- Mempunyai gangguan pada ginjal
3. Memberikan pengganti cairan tubuh, berupa oralit dan larutan gula garam atau jika sudah parah diberikan cairan infus4. - Lemas
- Bibir dan lidah kering- Hilang kesadaran
5. Larutan elektrolit lemah : a (0-1)Larutan elektrolit kuat : a (1)Larutan nonelektrolit : a (0)
6. Larutan : 2 komponen yang terdiri dari solute dan solventCairan : Solvent dalam bentuk cair (air), Solute (padat, cair, gas)
7. Gangguan ketidakseimbangan cairan :Kekurangan elektrolit : ( kurang natrium : Hyponatremia)
( kuran kalium : Hypokalemia) (kurang klorida : Hypokloremia)
8. Ada 4 sistem kompensasi : - Buffer bikarbonat- Buffer protein- Buffer haemoglobin- Buffer fosfat- SSP di hipotalamus (merangsang rasa
haus)- Hormonal (mengeluarkan hormon ADH)
supaya miksinya sedikit. Ada juga renin, aldosterone, dan angiostensin untuk mereabsorbsi elektrolit sedangkan ADH untuk mereabsorbsi air.
9. Dalam Al-Qur’an surat Al-Mursalat ayat 48 : makan dan minumlah dengan rasa nikmat sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakanDan dalam Hadist menurut Tarmizi 1888 : minuman dan makanan tidak boleh ditiup, minum dengan posisi duduk, dan baca basmallahDalam hadist Ahmad : minumlah dengan tangan kanan
SASARAN BELAJAR
LO.1. Memahami dan Menjelaskan Tentang Cairan dan LarutanLI.1.1. Definisi Cairan dan Larutan LI.1.2. Jenis-jenis Cairan dan Larutan LI.1.3. Fungsi Cairan dan Larutan Bagi Tubuh
LO.2. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Cairan TubuhLI.2.1. Macam-macam Cairan Tubuh LI.2.2. Definisi Keseimbangan Cairan Tubuh LI.2.3. Komposisi Cairan Tubuh LI.2.4. Fungsi Cairan Tubuh Beserta Elektrolitnya
LO.3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Keseimbangan Cairan TubuhLI.3.1. Definisi Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh LI.3.2. Jenis-jenis Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh LI.3.3. Gejala Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh LI.3.4 Penyebab Gangguan Keseimbangan Cairan TubuhLI.3.5. Penanganan Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh LI.3.6. Tingkatan Dehidrasi
LO.4. Memahami dan Menjelaskan Gangguan ElektrolitLI.4.1. Definisi Gangguan Elektrolit LI.4.2. Jenis-jenis Gangguan Elektrolit LI.4.3. Gejala Gangguan Elektrolit LI.4.4 Penyebab Gangguan Elektrolit LI.4.5. Penanganan Gangguan Elektrolit
LO.5. Memahami dan Menjelaskan Etika Minum dalam IslamLI.5.1. Etika Minum dalam Islam Berdasarkan Al-Qur’an LI.5.2. Etika Minum dalam Islam Berdasarkan Hadist
LO.1. Memahami dan Menjelaskan Tentang Cairan dan LarutanLI.1.1. Definisi Cairan dan Larutan
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang memiliki
fungsi fisiologis tertentu. Pada bayiusia <1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85%
berat badan dan pada bayi usia > 1tahunmengandung air sebanyak 70-75%. Seiring
dengan pertumbuhan seseorang persentase jumlah cairan terhadap berat badan berangsur-
angsur turun yaitu pada laki-lakidewasa 50-60% berat badan, sedangkan pada wanita
dewasa 50 % berat badan.
Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih macam zat yang terdiri dari
solute ( zat terlarut) dan solvent ( zat pelarut).
LI.1.2. Jenis-jenis Cairan dan Larutan
Jenis-jenis Cairan :
Cairan ekstraseluler (CES)20% dari berat badan atau +- 14 liter pada dewasa normal dengan berat badan 70 kg. Terdiri dari :
- Cairan InterstisialTerdapat diruang antarsel, membentuk 4/5 dari seluruh bagian CES atau sekitar 15 %
- Cairan Intravaskuler / plasmaPlasma adalah bagian darah nonseluler dan terus- menerus berhubungan dengan cairan interstisial melalui celah membrane kapiler.
Cairan Intraseluler (CIS)Merupakan cairan yang membentuk +-2/3 dari cairan tubuh total/ +-40% dari berat badan total pada pria rata-rata. Semua pertukaran H2O dan konstituen lain antara CIS dan lingkungan eksternal harus melaluiCES.Sebanyak 2/3 dari volume total air dalam tubuh berada didalam seldan 1/3 diluar sel. CES terdiri dari plasma yang berada dalam pembulu darah dan cairan jaringan (Interstisial). Air dapat berpindahdari intrasel ke ekstrasel dan sebalikya. Oleh sebab itu perubahanvolume CES dapat mempengaruhi volume cairan intrasel. Kalium dan fosfat adalah elektrolit utama pada CIS, Natrium dan Klorida adalah elektrolit utama CES.
Jenis-jenis larutan :
1. Berdasarkan kejenuhan, larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Larutan tak jenuh
Larutan tak jenuh adalah larutan yang mengandung solute (zat terlarut)
kurang dari yangdiperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan
kata lain, larutan yang partikel-partikelnya tidak tepat habis bereaksi
dengan pereaksi (masih bisamelarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi
apabila bila hasil kali konsentrasi < Ksp berarti larutan belum jenuh
(masih dapat larut).
b. Larutan jenuh
Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang
larut danmengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan
kata lain,larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan
pereaksi (zatdengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila
bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c. Larutan sangat jenuh (lewat jenuh)
Larutan sangat jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak
solute daripada yangdiperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata
lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi
endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi
ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
d. Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu:
a. Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak
solutedibanding solvent.
b. Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding
solvent
e. Berdasarkan daya hantar listrik
a. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik,
dibedakan atas :
Elektrolit Kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar
listrik yangkuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya
air), seluruhnya berubahmenjadi ion-ion (α = 1). Elektrolit Kuat
terdiri dari:
a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-
lain.
b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah,
seperti: NaOH,KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3
dan lain-lain
Elektrolit Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya
lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar: 0 < α < 1. Elektrolit
Lemah terdiri dari:
a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S
dan lain-lain
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2
dan lain-lain
Larutan non-elektrolit
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus
listrik,karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion
(tidak berion). Tergolong ke dalam jenis ini misalnya larutan urea, glukosa,
sukrosa, alkhohol, dsb. Derajat ionisasi larutan non-elektrolit α=0
f. Berdasarkan kemampuan menyerap
a. Larutan ideal yaitu larutan yang memenuhi Hukum Roult. Pada larutan ideal
tidak terjadi penyerapan atau pelepasan kalor pada saat pencampuran larutan
a. Larutan tak ideal yaitu larutan yang tidak memenuhi hukum Roult. Larutan
tak ideal ini dapat dibagi dua yaitu:
Larutan yang mengalami pelepasan kalor pada saat pencampuran
sehinggamerupakan larutan yang mengalami penyimpangan positif dari
hukum Roult.
LI.1.3. Fungsi Cairan dan Larutan Bagi Tubuh
Fungsi cairan
1. Mengatur suhu tubuh
Air berfungsi untuk mengatur suhu tubuh. Bila kekurangan air, suhu tubuh
akan menjadi panas dan naik. Jika berada pada daerah yang suhunya panas,
tubuh kita membutuhkan air yang cukup.
2. Melancarkan darah
Air juga berfungsi untuk melancarkan peredaran darah. Bila tubuh kita
kekurangan cairan, maka darah akan menjadi lebih mengental. Keadaan
tersebut disebabkan cairan dalam darah tersedot untuk kebutuhan tubuh dan
akhirnya dapat mempengaruhi kinerja otak dan jantung.
3. Membuang racun dan sisa makanan
Kecukupan air di dalam tubuh akan membantu mengeluarkan racun dari
dalam tubuh. Air akan membersihkan racun di dalam tubuh melalui keringat,
air seni, dan pernapasan. Selain itu, air juga akan membersihkan sisa-sisa
makanan yang tidak diperlukan oleh tubuh melalui ginjal.
4. Kulit
Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Bila kekurangan
air, kulit akan terlihat lebih kusam, kasar, berkerut, dan tidak segar.
Kecukupan air di dalam tubuh diperlukan untuk menjaga kelembaban,
kelembutan, dan elastilitas kulit akibat pengaruh udara panas dari luar tubuh.
5. Pencernaan
Peran air di dalam tubuh sangat vital untuk proses pencernaan yaitu sebagai
pengangkut nutrisi dan oksigen melalui darah dan segera mengirimkannya ke
sel-sel tubuh. Konsumsi air yang cukup akan membantu kerja sistem
pencernaan dalam usus besar sehingga mencegah konstipasi.
6. Pernapasan
Paru-paru juga memerlukan air untuk pernapasan. Paru-paru kita harus basah
dalam bekerja memasukkan oksigen ke dalam sel tubuh dan memompakan
karbondioksida ke luar tubuh.
7. Sendi dan otot
Kecukupan air akan melindungi dan melumasi gerakan sendi dan otot. Oleh
sebab itu, konsumsi air selama beraktivitas cukup penting untuk
meminimalkan risiko kejang otot dan kelelahan.
8. Pemulihan penyakit
Air juga mendukung proses pemulihan. Asupan air yang cukup ketika kita
sedang sakit berguna untuk meredakan demam dan mengganti cairan tubuh
yang terbuang.
Fungsi larutan
1. Mengatur kadar air dalam tubuh
2. menjaga keseimbangan PH tubuh
3. berperan penting dalam fungsi otot dan fungsi-fungsi lainnya dalam tubuh
4. menjaga sel-sel tubuh membantu sel untuk menghasilkan energy
5. menjaga stabilitas dinding sel
6. diperlukan untuk menghasilkan listrik membantu menggerakkan air dan cairan
dalam tubuh
LO.2. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Cairan TubuhLI.2.1. Definisi Keseimbangan Cairan Tubuh Cairan Tubuh
Keseimbangan cairan tubuh adalah usaha untuk mempertahankan jumlah volume
cairan yang terdapat dalam kompartmen ekstrasel dan intra sel selalu dalam keadaan
tetap. Keseimbangan cairan dipertahankan dengan mengatur volume dan osmolaritas
cairan ekstrasel. Sel-sel tubuh hanya dapat hidup dan berfungsi bila berada/terendam
dalam cairan ekstra sel yang sesuai. Proses mempertahankan cairan ekstrasel yang
relatif stabil ini disebut homeostasis. Homeostasis yaitu suatu kondisi di dalam tubuh
yang dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup.
LI.2.2. Macam-macam Cairan Tubuh Cairan Tubuh
a. Cairan Intraselular
Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+,
sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3
-, SO4
2-, Cl-
Peran cairan intraseuler :1. Menyimpan energi2. Proses perbaikan sel 3. Sebagai cadangan air untuk mempertahankan volume dan osmolalitas
CES4. Kation utama : kalium5. Anion utama : fosfat dan protein
b. Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar 1/3 dari total cairan tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan dalam transport nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil metabolisme untuk kemudian dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai pelumas pada persendian dan membran mukosa, penghancuran makanan dalam proses pencernaan.
Peran cairan ekstraseluler:1. Pengantar semua keperluan sel 2. Mengangkut CO2, sisa metabolism, bahan toksik3. Kation utama: natrium
Cairan ekstrasel terdiri dari:
1) Cairan interstisial
Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya cairan limfe, jumlahnya sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
2) Cairan intavaskuler
Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh darah misalnya plasma, jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum ada alat yang tepat/pasti untuk mengukur jumlah darah seseorang, tetapi jumlah darah tersebut dapat diperkirakan sesuai dengan jenis kelamin dan usia, komposisi darah terdiri dari kurang lebih 55%plasma, dan 45% sisanya terdiri dari komponen darah seperti sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
3) Cairan transelular
Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang khusus seperti cairan serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata, intaokuler dan sekresi lambung, jumlahnya sekitar 1%-3%.
Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na+,sedikit K+, Ca2+, Mg2+ serta elektrolit anion terbanyak Cl- , HCO3
-, protein pada plasma, sedikit HPO42-
SO42-.
LI.2.3. Komposisi Cairan Tubuh
Komposisi cairan tubuh dalah kontrol volume CES dengan mempertahankan keseimbangan garam dan kontrol osmolaritas CES dengan mempertahankan keseimbangan air.
Kompartemen Volume cairan(L)Persentase cairan
tubuhPersentase berat
tubuhCairan tubuh total 42 100 60
CIS 28 67 40CES 14 33 20
Plasma 2.8 6.6(20% CES) 4Cairan interstisium 11.2 26.4(80%CES) 16
Persentase cairan tubuh normal
Bayi prematur 80% BB
Bayi dan anak normal 70-75% BB
Pra pubertas 65-70% BB
Dewasa 55-60% BB
Kadar air tubuh total terhadap berat badan
Usia pria wanita
10-18 59% 57%
18-40 61% 51%
40-60 55% 47%
>60 52% 46%
LI.2.4. Fungsi Cairan Tubuh Beserta Elektrolitnya
Menghasilkan, menyimpan dan peggunaan energi
Perbaikan sel
Proses replikasi
Berbagai fungsi khusus antara lain sebagai cadangan air untuk
mempertahankan volume dan osmolalitas cairan ekstrasel.
Penghantar semua keperluan sel (nutrien, oksigen, berbagai ion, trace
minerals, dan regulator hormone/molekul)
Pengangkut co2, sisa metabolisme, bahan toksik atau bahan yang telah
mengalami detoksifikasi dari sekitar lingkungan sel
Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel Membantu dalam metabolisme sel Sebagai pelarut untuk elektrolit dan nonelektrolit Membantu menjaga suhu tubuh Membantu pencernaan Mempermudah eliminasi
Fungsi beberapa elektrolit dalam tubuh :
Natrium (Na) Fungsi : kation utama dalam cairan ekstrasel, mempertahankan tekanan osmotik, cairan tubuh, preservasi iritabilitas normal otot dan permeabilitas sel. Konsentrasi natrium merupakan contributor utama dalam osmolalitas serum dan penentu utama tonisitas plasma.
Kalium (K) Fungsi : kation utama dalam cairan intrasel, mempengaruhi keseimbangan asam basa dan tekanan osmotik, penting untuk metabolisme, penting dalam biosintesis protein, penting pada fungsi saraf dan otot.
Klorida (Cl)
Fungsi : anion utama cairan ekstraseluler, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengatur tekanan osmotik, peranan khusus dalam darah karena fungsinya pada pergeseran klorida, membentuk asam hidroklorida dalam getah lambung.
LO.3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh
LI.3.1. Definisi Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh (norasa)
Dehidrasi atau adalah berkurangnya volume cairan intrasel akibat perpindahan air intrasel ke ekstrasel. (ui)
dehidrasi adalah defisit air di tubuh. (sherwood) dehidrasi adalah keadaan yang diakibatkan kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan. (dorland) Dehidrasi adalah hilangnya cairan dari semua pangkalan cairan tubuh (guyton) Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang disertai
dengan output yang melebihi intaks sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang (drs. Syaifuddin)
LI.3.2. Jenis-jenis Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh (norasa)
1. Hipovolemia
Hipovolemia adalah suatu keadaan berkurangnya volume (jumlah) air
ekstrasel. Kondisi ini akan menyebabkan hipoperfusi jaringan. Hipovolemia
disebut juga deplesi volume. Pada hipovolemia, berkurangnya air dan
natrium terjadi dalam jumlah yang sebanding.
2. Dehidrasi
Dehidrasi adalah berkurangnya volume cairan intrasel akibat perpindahan air
intrasel dan ekstrasel. Perpindahan air ini terjadi akibat peningkatan
osmolalitas efektif cairan ekstrasel. Peningkatan osmolalitas cairan ekstrasel
terjadi karena cairan ekstrasel yang terbuang (keluar tubuh) bersifat
hipotonik; berkurangnya air jauh melebihi berkurangnya natrium di ekstrasel.
3. Euvolemia (normovolemia)
Meskipun istilah euvolemia mengandung makna volume normal, namun
kondisi ini menjelaskan kadar natrium yang normal disertai peningkatan
jumlah air tubuh
4. Hipervolemia
Hipervolemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan volume
cairan ekstrasel khususnya intra-vaskuler melebihi kemampuan tubuh
mengeluarkan air melalui ginjal, saluran cerna dan kulit
Menurut tipe :
1. Dehidrasi isotonis : dehidrasi dimana kekurangan air lebih dominan dibadingkan kekurangan elektrolit. Pada dehidrasi jenis ini terjadi pemekatan cairan ekstraseluler, sehingga terjadi perpindahan air dari intrasel ke ekstrasel yang menyebabkan terjadi ‘dehidrasi intraseluler’. Bila cairan intrasel berkurang lebih dari 20%, maka sel akan mati. Dehidrasi jenis ini terjadi bila seseorang minum air laut pada saat kehausan berat.
2. Dehidrasi hipertonik : dehidrasi dimana kekurangan elektrolit lebih dominan disbanding kekurangan air. Pada dehidrasi jenis ini cairan intarseluler bersifat hipotonis, sehingga terjadi perpindahan air dari ekstrasel ke intrasel yang menyebabkan terjadi ‘edema intrasel’. Dehidrasi jenis ini terjadi bila seseorang mengalami kekurangan cairan hanya diatasi dengan minum air murni tanpa mengandung elektrolit.
3. Dehidrasi hipotonik : na lebih banyak hilang dibandingkan air. Natrium serum (<135 meq/l), osmolalitasnya (<270 mosmol/l)
Berdasarkan keadaan klinis:
1. Dehidrasi ringan : kehilangan cairan 2-5% bb. Gambaran klinis turgor kurang, suara serak, berat jenis plasma 1,025 -1,028
2. Dehidrasi sedang : kehilangan cairan 5-8% bb. Gambaran klinis turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam syok, nadi cepat, nafas cepat dan dalam. Berat jenis plasma 1,028-1,032
3. Dehidrasi berat : kehilangan cairan 8-10% bb. Gambaran klinis tanda dehidrasi sedang, ditambah kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku, dan sianosis. Berat jenis plasma 1,032-1,040
LI.3.3. Gejala Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh (tegar)LI.3.4 Penyebab Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh (tegar)LI.3.5. Penanganan Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh (tegar)
LI.3.6. Tingkatan Dehidrasi
1. Berdasarkan derajat :
Dehidrasi ringanDehidrasi ringan adalah dimana kehilangan 5% cairan dari berat badan
sebelum sakit. Dehidrasi sedangDehidrasi sedang adalah dimana kehilangan 5-10% cairan dari berat badan
sebelum sakit. Dehidrasi beratDehidrasi berat adalah dimana kehilangan>10% cairan dari berat badan
sebelum sakit.
2. Berdasarkan tipe :
Dehidrasi IsotonisDehidrasi Isotonis kekurangan air dan elektrolit (Na) terjdi dalam proporsi
seimbang. Kadar Na serum (135-145 mmol/L). osmolaritas efektif serum (270-285 mosmol/L). Pada dehidrasi jenis ini terjadi pemekatan cairan ekstraseluler, sehingga terjadi perpindahan air dari intrasel ke ekstrasel yang menyebabkan terjadi ‘dehidrasi intraseluler’. Bila cairan intrasel berkurang lebih dari 20%, maka sel akan mati. Dehidrasi jenis ini terjadi bila seseorang minum air laut pada saat kehausan berat.
Dehidrasi HipertonisDehidrasi Hipertonis adalah kehilangan cairan melebihi kehilangan elektrolit
(Na). kadar Na serum (>145mmol/L) osmolaritas efektif serum (>285 mosmol/L). Pada dehidrasi jenis ini cairan intarseluler bersifat hipotonis, sehingga terjadi perpindahan air dari ekstrasel ke intrasel yang menyebabkan terjadi ‘edema intrasel’. Dehidrasi jenis ini terjadi bila seseorang mengalami kekurangan cairan hanya diatasi dengan minum air murni tanpa mengandung elektrolit.
Dehidrasi HipotonisDehidrasi Hipotonis adalah kehilangan elektrolit (Na) melebihi kehilangan
cairan. Kadar Naserum(<135 mmol/L). osmolaritas efektif serum (>270 mosmol/L).
LO.4. Memahami dan Menjelaskan Gangguan ElektrolitLI.4.1. Definisi Gangguan Elektrolit
Gangguan keseimbangan elektrolit umumnya berhubungan dengan ketidakseimbangan
natrium dan kalium. Prinsip utama ketidakseimbangan tersebut adalah:
- Ketidakseimbangan elektrolit umumnya disebabkan oleh pemasukan dan
pengeluaran natrium yang tidak seimbang. Kelebihan natrium dalam darah
akan meningkatkan tekanan osmotik dan menahan air lebih banyak sehingga
tekanan darah akan meningkat.
- Ketidakseimbangan kalium jarang terjadi, namun jauh lebih berbahaya
disbanding dengan ketidakseimbangan natrium. Kelebihan ion kalium dalam
darah akan menyebabkan gangguan berupa penurunan potensial trans-
membran sel. Pada pacemaker jantung menyebabkan peningkatan frekuensi
dan pada otot jantung menyebabkan kontraktibilitas bahkan ketidakbedayaan
otot dan dilatasi. Kekurangan ion kalium menyebabkan frekuensi denyut
jantung melambat.
LI.4.2. Jenis-jenis Gangguan Elektrolit
1. Hiponatremia
Hiponatremia akan terjadi apabila konsentrasi natrium pada plasma kurang dari 135 mEq/L. berkurangnya konsentrasi natrium tersebut bisa disebabkan kehilangan natrium atau penambahan air pada CES. Kehilangan natrium tersebut biasanya terjadi pada dehidrasi hipo-osmotik dan berhubungan dengan penurunan volume CES. Hiponatremia terbagi 2:
- Hiponatremia akut yaitu kejadian hiponatremia yang berlangsung cepat (kurang dari 48 jam). Pada keadaan ini akan terjadi gejala yang berat seperti penurunan kesadaran dan kejang. Hal ini terjadi akibat edema sel otak, karena air dari CES masuk ke CIS yang osmolalitasnya lebih tinggi. Kelompok ini disebut juga sebagai hiponatremia simptomatik atau hopinatremia berat.
- Hiponatremia kronik yaitu kejadian hiponatremia yang berlangsung lambat (lebih dari 48 jam). Pada keadaan ini tidak terjadi gejala yang berat seperti penurunan kesadaran atau kejang (ada proses adaptasi), gejala yang timbul hanya ringan seperta lemas atau mengantuk. Pada keadaaan ini tidak ada urgensi melakukan koreksi konsentrasi natrium, tetapi dilakukan dalam beberapa hari dengan memberikan larutan garam isotonic, kelompok ini disebut juga sebagai hiponatremia asimptomatik.
2. HipernatremiaHypernatremia akan terjadi apabila kadar natrium pada CES melebihi 146 mEq/L. berlebihnya konsentrasi natrium pada CES dapat disebabkan karena berkurangnya air pada CES atau kelebihan natrium pada CES.
3. HipokalemiaSeseorang akan mengalami hypokalemia apabila kadar kalium dalam plasma kurang dari 3.5 mEq/L. Pengeluaran kalium yang berlebihan pada keadaan muntah atau pemakaian selang nasogastric, pengeluaran bukan melalui saluran cerna bagiannya atasnya melainkan banyak keluar melalui ginjal. Hal itu karena muntah/selang nasogastric menyebabkan alkalosis sehingga banyak bikarbonat yang difiltrasi glomerulus yang akan mengikat kalium di tubulus distal.
4. HiperkalemiaSeseorang dikatakan mengalami hyperkalemia apabila kadar kalium plasma lebih dari 5 mEq/L. Keluarnya kalium dari sel dapat terjadi pada keadaan asidosis metabolic dan berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal terjadi pada keadaan hipoaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif.
5. HipoklorinemiaHipoklorinemia terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan. Penyebab hipoklorinemia umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi pada alkalosis metabolik dengan hipoklorinemia, defisit klorida tidak disertai defisit natrium. Hipoklorinemia juga dapat terjadi pada gangguan yang berkaitan dengan retensi bikarbonat, contohnya pada asidosis respiratorik kronik dengan kompensasi ginjal.
6. HiperklorinemiaHiperklorinemia terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada gangguan mekanisme homeostasis dari klorida. Umumnya penyebab hiperklorinemia sama dengan hipernatremia. Hiperklorinemia dapat dijumpai pada kasus dehidrasi, asidosis tubular ginjal, gagal ginjal akut, asidosis metabolik yang disebabkan karena diare yang lama dan kehilangan natrium bikarbonat, diabetes insipidus, hiperfungsi status adrenokortikal dan penggunaan larutan salin yang berlebihan, alkalosis respiratorik. Asidosis hiperklorinemia dapat menjadi petanda pada gangguan tubulus ginjal yang luas.
LI.4.3. Gejala dan Penyebab Gangguan Elektrolit (rifai)
Gejala dan penyebab gangguan keseimbangan cairan elektrolit
PPpenyebab Tadan gejala
HIPONATREMIA Penyakit ginjal Insufisiensi Kehilangan melalui gastrointestinal Penggunaan diuretic (terutama yang disertai dengan diet rendah natrium) Gangguan pompa natrium- kalium disertai penurunan kalium sel dan natrium serium Asidosis metabolic
Pemeriksaan Fisik: Denyut nadi cepatnamun lemah, hipotensi, pusing, ketakutan,dan kecemasan, kram abdomen, mual, danmuntah, diare, koma dan konvulsi, sidik jarimeninggalkan bekas pada sternum setelahpalpasi, koma, kulit lembab dan dingin,perubahan kepribadian.Hasil Pemeriksaan Laboratorium: natriumserum < 135 mEq/ L, osmolalitas serum <280 mOsm/ kg
HIPERNATREMIA Memgkonsumsi sejumlah besar larutan pekat Pemberian larutan salin hipertonik lewat IV secara iatrogenik Sekresi aldosteron yang berlebihan
Pemeriksaan Fisik: demam tingkat rendah, hipotensi postural, lidah dan membran mukosa kering, agitasi, konvulsi, gelisah, eksitabilitas, oliguria/ aniria, rasa hausHasil Pemeriksaan Laboratorium: natrium serum > 145 mEq/L, osmolalitas serum > 295 mOsm/ kg, dan berat jenis urine > 1,030 (jika kehilangan air bukan disebabkan disfungsi ginjal)
HIPOKALEMIA Penggunaan diuretik yang dapat membuang kalium Diare, muntah, muntah, atau kehilangan cairan yang lain melalui saluran gastrointestinal Alkalosis Sindrom Cushing atau tumor yang dapat memproduksi hormon adrenal Poliuria Pengeluaran keringat yang
Pemeriksaan Fisik: denyut nadi lemah dan tidak teratur, pernafasan dangkal, hipotensi, kelemahan, bising usus menurun, blok jantung (pada hipokalemia berat), parestesia, keletihan, tonus otot menuru, distensi ususHasil Pemeriksaan Laboratorium: kalium serum < 3 mEq/L menyebabkan depresi gelombang ST, gelombang T datar, gelombang U lebih tinggi, pada pemeriksaan
berlebihan Penggunaan cairan IV- bebas kalium secara berlebihan
EKG; kadar kalium serum 2 mEq/ L menyebabkan kompleks QRS melebar, depresi ST, inversi gelombang T
HIPERKALEMIA Gagal ginjal Dehidrasi hipertonik Kerusakan seluler yang parah seperti akibat luka bakar dan trauma Insufisiensi adrenal Asidosis Infus darah yang berlangsung cepat Penggunaan diuretik yang mempertahankan kalium
Pemeriksaan Fisik: denyut nadi tidak menurun dan lambat, hipotensi, kecemasan/ ansietas, iritabilitas, parestesia, kelemahan.Hasil Pemeriksaan Laboratorium: kalium serum > 5,3 mEq/L menyebabkan repolarisasi lebih cepat (gelombang T mencapai puncaknya, frekuensi denyut jantung 60- 110), kadar kalium serum > 7mEq/L menyebabkan konduksi interatial rusek (gelombang P lebar dan rendah)sedangkan kadar kalium > 8 mEq/Lmenyebabkan tidak adanya aktivitas atrial (tidak ada gelombang P) pada pemeriksaan
LI.4.5. Penanganan Gangguan Elektrolit (rifai)
Tatalaksana gangguan status natrium :
1. Hiponatremia
Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari penyebab hiponatremia dengan cara :
1. Anamnesis yang teliti ( antara lain riwayat muntah, penggunaan diuretik, penggunaan manitol)
2. Pemeriksaan fisik yang teliti ( antara lain apakah ada tanda tanda hipovolemia atau tidak )
3. Pemeriksaan gula darah dan lipid darah4. Pemeriksaan osmolalitas darah ( antara lain osmolalitas rendah atau tinggi )5. Pemeriksaan osmolalitas urin atau dapat juga dengan memeriksa berat jenis urin
( interpreteasi apakah ADH meningkat atau tidak , gangguan pemekatan)6. Pemeriksaan natrium , kalium , klorida pada urin untuk mengetahui jumlah
eksresi elektrolit di dalam urin
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengobatan yang tepat sasaran :- Perlu dibedakan apakah kejadian hiponatremia akut atau kronik
- Tanda atau penyakit lain yang menyertai hiponatremia perlu dikenali ( deplesi volume , dehidrasi , gagal jantung , gagal ginjal )
- Koreksi natrium
Pada hiponatremia akut koreksi Na dilakukan secara cepat dengan pemberian larutan natrium hipertonik intravena. Kadar natrium plasma dinaikkan sebanyak 5mEq/L dari kadar natrium awal dalam waktu 1 jam. Setelah itu, kadar natrium plasma dinaikkan sebesar 1 mEq/L setiap 1 jam sampai kadar natrium darah mencapai 30 mEq/L . rumus yang dipakai untuk mengetahui jumlah natrium dalam larutan hipertonik yang diberikan adalah 0.5 x bb (kg ) x delta natrium. Delta natrium merupakan selisih antara kadar natrium yang diinginkan dengann kadar natrium awal.
Pada hiponatremia kronik , koreksi Na dilakukan secara perlahan yaitu sebesar 0.5 mEq/L setiap 1 jam, maksimal 10 mEq/L dalam waktu 24 jam. Bila delta Na sebesar 8mEq/L , dibutuhkan waktu pemberian selama 16 jam . Rumus yang dipakai sama seperti diatas. Natrium yang diberikan dapat dalam bentuk natrium hipertonik intravena atau natrium per oral.
2. Hipernatremia
Langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan etiologi hipernatremia. Sebagian besar penyebab hipernatremia adalah defisit cairan tanpa elektrolit akibat koreksi air yang tidak cukup yang akan menyebabkan kehilangan cairan tanpa elektrolit melalui saluran cerna, urin atau saluran nafas.
Setelah etiologi ditentukan , langkah berikutnya adalah berusaha menurunkan kadar natrium plasma ke arah normal. Pada diabetes insipidus, sasaran pengobatan adalah mengurangi volume urin ( desmopressin pada diabetes insipidus sentral , atau diureik tiazin dan mengurangi asupan garam atau protein pada diabetes insipidus nefrogenik). Bila penyebabnya adalah asupan natrium berlebihan maka pemberian natrium dihentikan.
Penyebab tersering adalah defisit cairan tanpa elektrolit dan pengobatan yang dilakukan dengan melakukan koreksi cairan berdasarkan perhitungan jumlah defisit cairan.
3. Hiperkalemia
Prinsip pengobatan hiperkalemia : Mengatasi pengaruh hiperkalemia pada membran sel dengan cara
memberikan kalsium intravena. Dalam beberapa menit kalsium langsung melindungi membran akibat hiperkalemia ini. Pada keadaan hiperkalemia yang berat sambil menunggu efek insulin atau bikarbonat yang diberikan ( baru bekerja setelah 30-60 menit.), kalsium dapat diberikan melalui tetesan infus kalsium intravena. Sebanyak 10 ml kalsium glukonat diberikan intravena
dalam waktu 2-3 menit dengan monitor elektrokardiografi (EKG). Bila masih terdapat perubahan EKG akibat hiperkalemia , pemberian kalsium glukonas dapat diulangi setelah 5 menit.
Memacu masuknya kembali kalium dari ekstrasel ke intrasel dengan cara :
1. Pemberian insulin 10 unit dalam glukosa 40%, 50 mL bolus intravena, kemudian diikuti dengan infus dekstrosa 5% untuk mencegah hipoglikemia.
2. Insulin akan memacu pompa Na-K-ATP ase memasukan kalium ke dalam sel , dan glukosa / dekstrosa akan memicu pengeluaran insulin endogen.
3. Pemberian natrium bikarbonat yang akan meningkatkan pH sistemik4. Peningkatan pH akan merangsang ion H+ keluar dari dalam sel yang
kemudian menyebabkan ion K+ masuk kedalam sel. Pada keadaan tanpa asidosis metabolik, natrium bikarbonat diberikan 50 mEq intravena selama 10 menit. Bila terdapat asidosis metabolik maka disesuaikan dengan keadaan metabolik asidosis yang ada.
5. Pemberian beta 2 agonis , baik secara inhalasi maupun tettesan intravena . obat inni akan merangsang pompa Na-K-ATP ase dan kalium masuk kedalam sel . albuterol diberikan 10-20 mg mengeluarkan kelebihan kalium dari tubuh dapat dilakukan dengan cara :
1. Pemberian diuretik loop ( furosemid ) dan tiazid . sifatnya hanya sementara
2. Pemberian resin penukar dapat diberikan per oral dan supositoria3. hemodialisis
Tatalaksana gangguan keseimbangan kalium
1. Hipokalemia
Dalam melakukan koreksi kalium, perlu di perhatikan indikasinya. Indikasi koreksi kalium dapat dibagi dalam :
A. Indikasi mutlak, pemberian kalium mutlak segera diberikan yaiyi pada keadaan(1) pasien sedang dalam pengobatan digitalis, (2) pasien dengan ketoasidosis diabetik (3) pasien dengan kelemahan oto pernapasan, dan (4) pasien dengan dengan hipokalemia berat (K<2meq/L)
B. Indikasi kuat, kalium haru s diberikan dalam waktu tidak terlalu lama yaitu pada
keadaan (1) infusiensi coroner/ iskemia otot jantung, (2) ensafalopatik, dan (3) pasien
menggunakan obat yang dapat menyebabkan perpindahaan kalium dari ekstra ke intrasel.
C. Indikasi sedang, pemberian kalium tidak perlu segera seperti pada
(1) hipokalemia ringan (K antara 3-3,5 meq/L). Pemberian kalium lebih disukai melalui oral karena lebih muda. Pemberian 40-60 mEq dapat meningkatkan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L, dan pemberian 135-160 mEq dapat meningkatakna kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L Pemberian kalium intravena dalam bentuk KCL disarankan melalui vena yang besar dengan kecepatan 10-20 mEq/jam. Pada pernapasan, KCL dapat di berikandengan kecepatan 40-100 mEq/jam KCL dilarutkan sebanyak n20mEq dalam 100ml Nacl isotonic bila melalui vena perifer, KCl mkasimal 60 mEq dilarutkan dalam Nacl isotonic 1000ml karenba bila melebihi kadar ini dapat menimbulkan rasa nyeri dan menyembabkan sklerosisvena.
LO.5. Memahami dan Menjelaskan Etika Minum dalam IslamLI.5.1. Etika Minum dalam Islam Berdasarkan Al-Qur’an
1. Memakan makanan dan minuman yang halal.“Hai para rasul, makanlah yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mu`minun: 51)
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian.” (Al-Baqarah:172).
“Dan makanlah dari rezeki yang telah diberikan Allah kepada kamu, iaitu yang halal lagi baik dan bertakwalah kepada Allah yang kepadaNya sahaja kamu beriman.” [al-Maidah : 88]
2. Jangan berlebih-lebihan dan boros.Sesungguhnya berlebih-lebihan adalah di antara sifat setan dan sangat dibenci Allah Ta’ala sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Isra` ayat 26-27 dan Al-A’raf ayat 31.
3. Tidak berlebihan (isyraf) dalam mengkonsumsi dan tidak memubazirkannya.“Dan Janganlah kamu sekalian berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. “(QS. Al-An’am/6:141)
LI.5.2. Etika Minum dalam Islam Berdasarkan Hadist (riri)
1. Memulai minum dengan membaca basmallah
Diantara sunnah Nabi adalah mengucapkan basmallah sebelum minum. Hal ini
berdasarkan hadits yang memerintahkan membaca ‘bismillah’ sebelum makan.
Bacaan bismillah yang sesuai dengan sunnah adalah cukup dengan bismillah
tanpa tambahan ar-Rahman dan ar-Rahim. Dari Amr bin Abi Salamah, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anakku, jika engkau hendak
makan ucapkanlah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah
makanan yang berada di dekatmu.” (HR Thabrani dalam Mu’jam Kabir)
2. Minum dengan tangan kanan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Jika salah seorang dari kalian
hendak makan, hendaklah makan dengan tangan kanan. Dan apabila ingin minum,
hendaklah minum dengan tangan kanan. Sesungguhnya setan makan dengan
tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim)
3. Minum dengan posisi duduk
Terdapat hadits yang melarang minum sambil berdiri. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah
kalian minum sambil berdiri. Barang siapa lupa sehingga minum sambil berdiri,
maka hendaklah ia berusaha untuk memuntahkannya.” (HR. Ahmad) Mengenai
hadits di atas, ada ulama yang berkesimpulan minum sambil berdiri
diperbolehkan, meski yang lebih utama adalah minum sambil duduk. Diantara
ulama tersebut adalah Imam Nawawi dan Syaikh Utsaimin. Meskipun minum
sambil berdiri diperbolehkan, namun yang lebih utama adalah sambil duduk
karena makan dan minum sambil duduk adalah kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
DAFTAR PUSTAKA :
http://www.info-sehat.com/inside_level2.asp?artid=1109&secid=30&intid=7 14-2-15 16.40http://infomanfaat.com/1012/apa-fungsi-dan-manfaat-penting-elektrolit-bagi-tubuh/kesehatan 14-2-15 17.00http://muslimah.or.id/aqidah/adab-makan-dan-minum.html 15-2-15 10.20http://www.muslimdaily.net/ilmu/akhlak/etika-sebelum-makan-minum-menurut-islam.html 15-2-15 10.30http://baitulmaqdis.com/belajar-islam/akhlaq-adab/adab-dan-etika-makan-menurut-islam-agar-sehat-dan-berkarakter-sosial-tinggi/ 15-2-15 10.45http://alkahfi.com.my/adab-makan-dan-minum-mengikut-al-quran-dan-as-sunnah/ 15-5-12 10.55https://books.google.co.id/books?id=DesM50iZsucC&pg=PA115&lpg=PA115&dq=gejala+hipovolemia&source=bl&ots=ZEVl_It0_X&sig=MF630og086fhSmCZp8SxqspaCSY&hl=en&sa=X&ei=wjvgVN3TCMKxuQS6wYKIDA&redir_esc=y#v=onepage&q=gejala%20hipovolemia&f=false 15-2-15 13.30http://www.medkes.com/2014/07/gejala-penyebab-dan-pengobatan-dehidrasi.html 15-2-15 13.55Sheerwood, L. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGCFKUI. 2012. Gangguan Keseimbangan Air- Elektrolit dan Asam - Basa Edisi ke- 3. Badan penerbit FKUI. JakartaDorland. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Edisi ke-28. Jakarta: EGC
Aris, Setiawan dkk. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mhasiswa Kebidanan. Jakarta: TIM
Sacharin,Rosa M. 1994. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Uliyah, Musrifatul dkk. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Kuntarti. 2005. Keseimbangan Cairan, Elektrolit Asam dan Basa. Diunduh darihttp://sites.google.com/site/asidosis/Home/keseimbangan-cairan-elektroli (Diakses 14 November 2011)Elis. 2009. Kebutuhan Cairan pada Ibu Hamil. Diunduh dari http://elisdcabi.blogspot.com/2009/11/kebutuhan-cairan-pada-ibu-hamil.html (Diakses 15 November 2011)
Yasir. 2009. Keseimbangan Cairan Tubuh dan Asam-Basa. Diunduh darihttp://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/02/keseimbangan-cairan-tubuh-dan-asam-basa.html (Diakses 14 November 2011)Siswanto. 2006. Kebutuhan cairan dan elektrolit. Diunduh darihttp://www.sisroom.blogspot.com/2006/05/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html (diakses 14 November 2011)http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/kekuatan-asam-dan-basa/http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/konsep-ph-poh-dan-pkw/http://www.smkn1bandung.com/modul/adaptip/adaptif_kimia/larutan_asam_dan_basa.pdfhttp://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/sifat-sifat-asam-basa-dan-garam/