Post on 25-Feb-2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangDewasa ini, persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut
perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme dalam usaha bisnisnya.
Agar perusahaan dapat bertahan hidup dan terus berkompetisi dalam bidang
usahanya, perusahaan harus mengelola usahanya dengan baik. Perusahaan
dituntut untuk menggunakan segala kemampuan dan keunggulan yang ada
untuk mencapai tujuan perusahaan. Salah satu cara dalam mencapai tujuan
perusahaan adalah dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan.
Dengan menjaga kualitas produk yang dihasilkan, maka perusahaan
dapat meningkatkan produktivitas dan kinerjanya sehingga dapat
memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen. Dari sisi konsumen,
dengan adanya kualitas produk terbaik yang diberikan perusahaan, maka
konsumen akan dapat menunjukkan loyalitasnya, yang mana sebagai salah
satu tujuan perusahaan untuk mampu bertahan dikerasnya dunia bisnis saat
ini.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa, pertumbuhan
produksi industri manufaktur mikro dan kecil pada triwulan I tahun 2013
mengalami kenaikan sebesar 4,84% dari triwulan I tahun 2012. Sedangkan
pertumbuhan industri minuman sendiri mengalami kenaikan sebesar 9,41%.
BPS juga menunjukkan provinsi-provinsi yang mengalami kenaikan produksi
industri manufaktur mikro dan kecil lebih dari dua persen pada triwulan I
tahun 2013 terhadap triwulan IV tahun 2012. Pada provinsi Jawa Tengah,
yaitu provinsi tempat berdirinya industri air minum yang penulis analisa,
mengalami kenaikan sebesar 3,4%. Berikut tabel yang memperlihatkan
pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan I tahun
2013:
1
2
Sumber: bps.go.id (2013)
Data di atas menunjukkan bahwa adanya kenaikan jumlah produksi
untuk seluruh industri secara umum dan industri minuman khususnya.
Dengan demikian, dilihat dari pertumbuhan produksi industri manufaktur di
Indonesia menurut Badan Pusat Statistik, dapat disimpulkan bahwa dengan
meningkatnya pertumbuhan produksi dari perusahaan, maka pendapatan dan
keuntungan perusahaan pun akan meningkat.
Perusahaan harus mempunyai tanggung jawab untuk menjaga kualitas
suatu produk agar sesuai standar dan memenuhi selera konsumen. Di sisi
lain, perusahaan juga ingin produk yang dihasilkannya dapat laku terjual di
pasaran dan dapat bersaing dengan produk lain yang sejenis. Untuk menjaga
kualitas produk yang dihasilkan, sebuah perusahaan membutuhkan
pengendalian kualitas.
Pengendalian kualitas ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana
menjaga dan mengarahkan produk dari sebuah perusahaan agar dapat
memenuhi standar kualitas produknya dan diharapkan agar setiap kesalahan
Gambar 1. 1. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulan I-2013
3
yang terjadi pada proses produksi dapat diperbaiki dan tidak akan berlanjut
pada masa yang akan datang. Tetapi pada kenyataannya, masih banyak
terdapat produk-produk yang tidak sesuai dengan standar (cacat) yang
ditetapkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode
Statistical Processing Control (SPC) dan Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA) untuk menerapkan quality control yang lebih baik dalam
perusahaan. Diharapkan pendekatan ini nantinya dapat berguna dan
bermanfaat bagi perusahaan serta dapat membantu pengurangan cacat
(defect) yang terjadi dalam aliran proses produksi.
Hildon Natural Mineral Water merupakan salah satu produk air
minum dalam kemasan terbaik di dunia. Dalam foxnews.com, 6 Agustus
2013, disebutkan bahwa,”One of the UK’s most prestigious bottled waters,
Hildon Natural Mineral Water is served at the House of Commons and the
Royal Opera House (and is rumored to be the water of choice at Buckingham
Palace)”. Dalam artikel tersebut dikatakan juga bagaimana Hildon Natural
Mineral Water berasal dan terbentuk dari mata air yang sekarang menjadi
salah satu air minum terbaik di dunia.
Saat ini juga sudah banyak perusahaan di Indonesia yang menerapkan
konsep pengendalian kualitas pada bisnis yang dijalankannya. Seperti
contohnya pada perusahaan air minum Danone Aqua yang sudah
menyediakan air dengan standar mutu menurut SNI. “Untuk menyediakan air
putih yang baik kepada konsumennya, para ahli di Aqua bekerjasama dengan
pakar dari luar negeri. Aqua melakukan tiga pendekatan, yakni: melakukan
seleksi, memastikan terjaga seutuhnya, dan melestarikan. Pendekatan
pertama, seleksi, dilakukan untuk memilih sumber air terpilih. Pendekatan
kedua, terjaga seutuhnya, dibuktikan dengan adanya sistem terpadu di semua
pabrik Aqua, dan serangkaian upaya pelestarian di sekitar sumber air.
Sedangkan pendekatan ketiga adalah adanya upaya pelestarian lingkungan di
sekitar sumber air.” (Sumber: Harian KOMPAS.com, 26 Maret 2014).
Dengan menerapkan konsep pengendalian kualitas ini, diharapkan
perusahaan air minum di Indonesia yang sudah sesuai standar mutu menurut
SNI dapat menjaga kualitasnya dengan baik dan diharapkan perusahaan dapat
terus meningkatkan kualitas produk yang dibuatnya agar dapat tetap bersaing
di dunia Internasional.
4
Berikut persyaratan mutu air minum dalam kemasan menurut SNI 01-
3553-2006:
Sumber: Standar Nasional Indonesia (2012)
Selain itu, kemasan air mineral juga menentukan kualitas air minum
yang dikonsumsi masyarakat. “Tubuh membutuhkan setidaknya 2 liter air
setiap hari. Namun, tidak sembarang air bisa dikonsumsi. Memilih air minum
berkualitas penting untuk menjaga kesehatan keluarga. Salah satu cara
memilih air minum berkualitas adalah dengan melihat kemasannya.
”Kemasan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjaga kualitas
mutu makanan dan minuman yang terkait dengan kesehatan kita,” ujar
Ariana Susanti, Direktur Pengembangan Bisnis Indonesian Packaging
Federation (IPF), yang menyediakan kemasan untuk galon dan tutup galon
Aqua.” (Sumber: KOMPAS.com, 26 Agustus 2011). Jadi, dengan
Gambar 1. 2. Persyaratan Mutu Air menurut SNI 01-3553-2006
5
mempertimbangkan kualitas kemasaan pada produk yang akan dikonsumsi,
masyarakat tidak hanya bisa menutup mata saja dan harus dapat memilih
produk mana yang aman untuk dibeli dan dikonsumsi un tuk kesehatan
dirinya.
PT Tirta Agung Wijaya (TAW) adalah salah satu manufaktur
pembuat air minum dalam kemasan (AMDK) daerah yang cukup populer di
area Jawa Tengah. Oleh sebab itu, kualitas merupakan salah satu faktor
penting yang harus dijaga oleh PT Tirta Agung Wijaya dalam upaya untuk
mempertahankan keunggulan, daya saing serta loyalitas konsumen mereka.
Akan tetapi, dalam proses mempertahankan keunggulannya sebagai
manufaktur pembuat sebuah produk yang hampir dikonsumsi oleh
masyarakat setiap hari, masih saja terdapat produk yang rusak (defect) dalam
proses produksi gelas plastik (cup) yang berfungsi sebagai packaging air
minum tersebut. Dari observasi awal terhadap data yang ada di perusahaan
terutama pada bagian produksi, banyak produk cacat ditemukan dalam proses
filling, proses filling sendiri ada beberapa proses yaitu proses pemasukan cup
pada holder, proses pengisian air produk pada cup, proses pelekatan lid pada
cup dengan menggunakan panas dan proses pemotongan lid. Proses inspeksi
pada proses filling dilakukan secara visual sebelum produk disusun ke dalam
box, pada proses ini ditemukan beberapa kriteria cacat yaitu cacat air, cacat
lid, cacat cup, dan cacat AMDK.
Dari wawancara kepada pihak PT Tirta Agung Wijaya, ditemukan
bahwa pengendalian kualitas produk AMDK masih belum optimal, oleh
sebab itu, penelitian ini mengambil judul “Analisis Metode Statistical
Processing Control dan Failure Mode and Effect Analysis Untuk
Pengendalian Kualitas Produk Pada PT Tirta Agung Wijaya“.
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis cacat (defect) apakah yang paling banyak ditemui dalam
produksi air minum dalam kemasan (AMDK) pada PT Tirta Agung
Wijaya?
6
2. Apakah pelaksanaan proses produksi pada PT Tirta Agung Wijaya
berada dalam batas kendali?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan atau kecacatan
pada produk yang diproduksi oleh PT Tirta Agung Wijaya?
4. Apa rekomendasi bagi perusahaan agar dapat meminimalisasi cacat
produksi pada PT Tirta Agung Wijaya?
1.3 Ruang Lingkup MasalahRuang lingkup dalam penelitian ini mencakup beberapa hal, yaitu:
1. Pengambilan data pada PT Tirta Agung Wijaya dilakukan dalam unit
kerja produksi untuk periode Mei sampai Juli 2013.
2. Jenis pekerjaan yang akan diteliti adalah pengecekan air, cup, lid dan
AMDK yang mengalami cacat (defect).
3. Macam-macam defect yang terjadi meliputi: air kotor, potongan lid,
serbuk cup, air kurang, lid miring, lid kurang lengket, lid kepanasan,
lid bocor, cup jelek, cup tipis, lid bocor jarum, lid jelek atau rusak,
AMDK lengket, AMDK jatuh, AMDK pecah, dan AMDK kena oli.
4. Metode penyelesaian masalah yang digunakan adalah metode SPC
(Statistical Processing Control) dan FMEA (Failure Mode and Effect
Analysis).
1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui jenis cacat (defect) yang paling banyak ditemui
dalam produksi air minum dalam kemasan (AMDK) pada PT
Tirta Agung Wijaya.
2. Untuk menganalisis bagaimana pelaksanaan pengendalian kualitas
pada PT Tirta Agung Wijaya dalam upaya untuk menekan jumlah
produk yang rusak.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
kerusakan atau kecacatan pada produk AMDK yang diproduksi
oleh PT Tirta Agung Wijaya.
7
4. Memberikan rekomendasi bagi perusahaan agat dapat
meminimalisir cacat produksi pada PT Tirta Agung Wijaya
dengan kaitannya dalam meningkatkan keuntungan perusahaan.
1.4.2 Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan adalah:
1. Bagi PT Tirta Agung Wijaya
Sebagai dasar pertimbangan perusahaan dalam
penggunaan metode Statistical Processing Control dan
Failure Mode and Effect Analysis dalam hal pengurangan
defect dalam produksi AMDKnya.
Perusahaan dapat mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan penurunan kualitas produksinya, serta
mampu mengambil keputusan dan langkah yang tepat
untuk mengatasi permasalahan tersebut.
2. Bagi pelajar
Pelajar dapat menggunakan ilmu dan pengetahuan selama
perkuliahan dengan menggunakan metode Statistical
Processing Control dan Failure Mode and Effect Analysis
yang diterapkan dalam perusahaan.
Pelajar dapat menambah wawasan dengan
mengaplikasikan metode Statistical Processing Control
dan Failure Mode and Effect Analysis dalam kehidupan
nyata.
3. Bagi pembaca
Pembaca dapat menambah wawasan dengan mengetahui
metode Statistical Processing Control dan Failure Mode
and Effect Analysis dalam kehidupan nyata.
1.5 State of The ArtTabel State of The Art di bawah ini menggambarkan penelitian di
masa lalu yang berkaitan dengan penelitian saat ini.
8
Tabel 1. 1. Tabel State of The Art
Judul Kesimpulan
Ratnanto Fitriadi, Much Djunaidi, Chodariyanti,
ANALISIS KECACATAN PRODUK AIR MINUM
DALAM KEMASAN SEBAGAI UPAYA
PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE
DMAIC, 2010Hal. C.22-C.29
Dengan adanya metode DMIC dan FMEA, PT Tirta Investama dapat mengetahui usulan perbaikan untuk RPN tertinggi dengan nilai 36 yaitu cacat cup kosong tanpa lid. Usulan perbaikan dapat dilakukan dengan memeriksa kondisi mesin sebelum beroperasi, memberikan bimbingan kepada operator, penggantian komponen mesin, melakukan inspeksi secara intensif terhadap operator. Usulan pengendalian dilakukan dengan pemeriksaan sebelum proses produksi, memantau jalannya produksi dan menganalisa setiap masalah yang terjadi.
Edy Susanto,KUALITAS PRODUK
BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE
STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN
FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE
COSMETIC2009
Hal. 105-111
PT Universal Science menggunakan metode SPC yang mana metode ini dapat mengetahui kapabilitas sigma yaitu sebesar 3.2064 dimana nilai ini dianggap cukup baik untuk perusahaan baru. Selain itu, dengan menggunakan diagram pareto dapat diketahui presentase cacat bedak retak yaitu sebesar 60.6% dan cacat bedak kasar sebesar 32.5%. Hal ini membuat perusahaan harus dapat mengurangi cacat pada produk yang dihasilkannya.
R. Raj Mohan, K. Thiruppathi, R.
Venkatraman and S. Raghuraman,
QUALITY IMPROVEMENT
THROUGH FIRST PASS YIELD USING
STATISTICAL PROCESS CONTROL APPROACH
Statistical Processing Control merupakan cara yang efektif untuk mengkontrol dan mengukur kualitas. Ini dapat dilihat dari gambar chart mengenai peningkatakn FPY (First Pass Yield) yang mana merupakan jumlah unit yang keluar dari proses dibagi dengan jumlah unit yang masuk dalam proses selama periode tertentu. Dari chart dapat disimpulkan bahwa SPC dapat meningkatkan
9
2012Hal. 985-991
FPY untuk Alumunium dari 95.75% menjadi 95.99%, Brass Components dari 96.58% menjadi 97.19% dan Copper dari 98.01% menjadi 98.77%.
Timothy M. Young, Brian H. Bond, Jan Wiedenbeck,
IMPLEMENTATION OF A REAL-TIME
STATISTICAL PROCESS CONTROL SYSTEM IN
HARDWOOD SAWMILLS2007
Statistical Processing Control dapat mengurangi variasi ketebalan kayu sehingga berdampak pada peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Dari data dapat diketahui dengan pemanfaatan SPC yang dilakukan perusahaan, estimasi peningkatan financial perusahaan berkisar antara $128,000 sampai $752,000.