dan Kebijaksanaan Uang Ketat - journal.uii.ac.id

12
ARTIKEL Ahmad Tohirin Deregulasi Sektor Moneter dan Kebijaksanaan Uang Ketat I. PENDAHULUAN Kebijaksanaan Moneter, demikian juga Kebijaksanaan Fiskal, yang di- jalankan oleh Otoritas Moneter suatu negara mempunyai sasaran akhir/final target dalam jangka pendek untuk menjaga keseimbangan yang ideal suatu perekonomian yang meliputi : tercapainya laju inflasi yang rendah". —• tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi. Neraca Pembayaran yang seimbang. Untuk mencapai sasaran akhir tersebut tidaklah mudah dan dibutuhkan waktu yang panjang. Dengan demikian ada jarak waktu an- tara tindakan kebijaksanaan moneter dengan pengaruhnya pada ketiga aspek sasaran akhir. Jarak waktu itu dikenal sebagai Time Lag. Kebijaksanaan moneter secara luas mengkaji beberapa masaiah penting. Diantaranya ada dua masaiah yang berkaitan dengan kebijaksanaan uang 34 ketat yang dewasa ini sedang di- jalankan olehi Otoritas Moneter kita. Adapun dua masaiah tersebut adalah masaiah penentuan sasaran antara atau intermediate target, dalam hal ini ada dua altematif yaitu tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Masaiah kedua berkaitan dengan pilihan tentang konsep uang beredar yang mana yang terbaik sebagai sasaran antara. Alternatifnya adalah Narrow Money (Ml), Broad Money (M2), Primary Money (B), dan Total Liquiditiy (L). Pentingnya menentukan sasaran an tara adalah untuk mengantisipasi adanya time' lag dalam proses memberlakukan kebijaksanaan sam- pai dapat terlihat pengaruh hasil kebi jaksanaan tersebut. Oleh karena itu, sasaran antara berfungsi sebagai in- dikator awal untuk melihat kecenderungan atas situasi yang diharapkan terjadi dengan diberlakukannya suatu kebijaksanaan moneter. Sebagai indikator awal, sasaran antara hams reliable (cukup UNISIA 9.XI.1II.1991

Transcript of dan Kebijaksanaan Uang Ketat - journal.uii.ac.id

Page 1: dan Kebijaksanaan Uang Ketat - journal.uii.ac.id

ARTIKEL

Ahmad Tohirin

Deregulasi Sektor Moneterdan

Kebijaksanaan Uang Ketat

I. PENDAHULUAN

Kebijaksanaan Moneter, demikianjuga Kebijaksanaan Fiskal, yang di-jalankan oleh Otoritas Moneter suatunegara mempunyai sasaran akhir/finaltarget dalam jangka pendek untukmenjaga keseimbangan yang idealsuatu perekonomian yang meliputi :

— tercapainya laju inflasi yangrendah".

—• tingkat kegiatan ekonomi yangtinggi.— Neraca Pembayaran yangseimbang.

Untuk mencapai sasaran akhirtersebut tidaklah mudah dan

dibutuhkan waktu yang panjang.Dengan demikian ada jarak waktu an-tara tindakan kebijaksanaan moneterdengan pengaruhnya pada ketigaaspek sasaran akhir. Jarak waktu itudikenal sebagai Time Lag.

Kebijaksanaan moneter secara luasmengkaji beberapa masaiah penting.Diantaranya ada dua masaiah yangberkaitan dengan kebijaksanaan uang

34

ketat yang dewasa ini sedang di-jalankan olehi Otoritas Moneter kita.Adapun dua masaiah tersebut adalahmasaiah penentuan sasaran antara

•atau intermediate target, dalam hal iniada dua altematif yaitu tingkat bungadan jumlah uang yang beredar.

Masaiah kedua berkaitan denganpilihan tentang konsep uang beredaryang mana yang terbaik sebagaisasaran antara. Alternatifnya adalahNarrow Money (Ml), Broad Money(M2), Primary Money (B), dan TotalLiquiditiy (L).

Pentingnya menentukan sasaran antara adalah untuk mengantisipasiadanya time' lag dalam prosesmemberlakukan kebijaksanaan sam-pai dapat terlihat pengaruh hasil kebijaksanaan tersebut. Oleh karena itu,sasaran antara berfungsi sebagai in-dikator awal untuk melihat

kecenderungan atas situasi yangdiharapkan terjadi dengandiberlakukannya suatukebijaksanaanmoneter. Sebagai indikator awal,sasaran antara hams reliable (cukup

UNISIA 9.XI.1II.1991

Page 2: dan Kebijaksanaan Uang Ketat - journal.uii.ac.id

akurat dan andal) dan harus segeradapat diamati dan dimonitor.

Dalam bidang moneter kita dapatmelihat hubungan antara jumlah uangyang beredar dengan tingkat bunga,inflasi dan laju pertumbuhan ekonomisecara keseluruhan. Oleh karena pen-tingnya fungsi uang sebagai produkperbankan, antara lain :

- sebagai alat pembayaran dalamperniagaan.

- sebagai alat pengukur nilai barang-barang dan jasa-jasa, serta

- sebagai alat penyimpan kekayaanuntuk masa mendatang,

maka diperlukan usaha-usaha untukmengatur peredarannya dengan tepatsehingga dapat menunjang kegiatanperekonomian secara positip.

• Terdapat beberapa cara untukmengukur jumlah uang yang beredar,yaitu melalui pengaturan. jumlah Ml(uang kartal dan uang giral), karenajenis uang tersebut paling banyakdiguriakan dalamtransaksi perniagaan(hal itu berkaitan dengan fungsi uangsebagai medium of exchange/alatpertukaran).

Disamping itu, pengukuran jumlahuang yang beredar dapat jugadilakukan melalui pengaturan M2,(yang terdiri dari Ml ditambah sim-panan berjangka dan berbagai macamtabungan masyarakat pada bank-bank(fungsi uang sebagai liquid asset).

Berikut ini disajikan tabel jumlah Mldan M2 untuk tahun 1985 sampaidengan tahun 1989,

Tabel 1 : Jumlah Ml dan M2 (dalam milyar nipiah)

Tahun Kartal Giral Jumlah Perub. Uang Jumlah Perub.

Ml (%) . ,Kuasi M2 (%)

1985 4.440 5.664 10.104 17 13.049 23.1531986 5.338 6.339 11.677 15' 15.984 27.661 201987 5.782 6.903 12.685 9 21.200 33.885 231988 6.246 8.146 14.392 13 27.606 41.998 241989 7.426 12.688 20.114 39 38.591 58.705 40

Sumber : Bank Indonesia

UNISIA 9.XI.111.1991 35

Page 3: dan Kebijaksanaan Uang Ketat - journal.uii.ac.id

Kemudian tabel berikut menunjukkanjumlah Ml nominal, M2 riel, laju per-tumbuhan ekonomi dan tingkat inflasidari tahun 1985 sampai dengan tahun1939,

perkembangan jumlah uang tidakberpengaruh besar terhadap inflasi(lihat Jumlah Ml dan Tingkat Inflasi),atau berarti ada faktbr-faktor lain

yang lebih .berpengaruh terhadap

Tabel 2 : Jumlah Ml Nominal, M2 Riel, Laju Peitumbuhan Ekonomi danTingkat Inflasi.

TahunMl Nominal

(milyar rp.) IHKM2 Riel

(milyarrp.)

Inflasi

Laju PertumbuhanEkonomi (%)

HargaBerlaku

HargaKonstan

1985 10.104 252 4.010 4,31 7,9 2.51986 11.677 275 4.246 - 8,83 5,9 5,91987 12.685 301 4.214 8,90 21,5 4,91988 14.392 318 4.526 5,47 12,0 5,7

1989 20.114 337 5.969 5,97 17.1 7,4

Sumber : Bank Indonesia dan Biro Pusat Statistik

Dalam tabel 1, terlihat perkembanganMl menurun pada tahun 1985 sampaidengan tahun 1987, kemudian men-ingkat lagi pada tahun 1988 dan tahun1989 terdapat kenaikan yang tinggiyaitu 39%. Sementara itu perkembangan M2 selalu meningkat.Terlihatjuga peranan Uang Kuasi yangdominan, dimana jumlah uang kuasilebih besar daripada jumlah Ml.Disamping itu uang kuasi sebagaibagian dari M2, merupakan dana-dana yang relatif mahal bagi investoruntuk membiayai kegiatan'mereka.Hal itu disebabkan adanya biayapenghimpunan uang kuasi darimasyarakat berupa tingkat bungayang menarik.Dalam tabel 2, terlihat bahwa pertum-buhan Ml nominal mencerminkan

kenaikan tingkat harga (IHK), tetapikenyataannya menunjukkan bahwa

36

tingkat inflasj, karena jumlah uangyang beredar hanyalah salah satuaspek dari beberapa aspek penyebabinflasi.

Untuk tahun 1989 terlihat kenaikan

Ml yang tinggi yaitu 39%, tetapikenaikan inflasinya relatif kecil yaitu0,50%, hal itu dapat diartikan bahwasuplai uang relatif seimbang denganpermintaannya karena diikuti dengansuplai komoditi yang dibutuhkan olehpasar.

Kemudian kalau dilihat laju peitumbuhan ekonominya ternyata cukuptinggi yaitu 17,1% pada harga konstandan 7,4% pada harga berlaku, inimenunjukkan adanya kegiatan pro-duktif yang tinggi, atau suplai uangtelah dimanfaatkan untuk kegiatanyang bersifat produktif.

UNISIA 9.XI.III.1991

Page 4: dan Kebijaksanaan Uang Ketat - journal.uii.ac.id

II. DEREGULASI SEKTOR

MONETER.

Rangkalan deregulasi yangdilakukan oleh Pemerintah Indonesia

tidak lepas dari usaha untuk mencapaisasaran akhir dari kebijaksanaanmoneter. Deregulasi yangdiberlakukan itu meliputi deregulasidan liberalisasi, yang menurut Water-son, pengertian deregulasi adalahmerupakan pengurangan aturanmaupun kendala yang ditetapkan olehPemerintah untuk mempengaruhikegiatan dunia usaha, sedangkanliberalisasi diartikan sebagai pengen-doran atas berbagai pembatasan yangmengatur pendirian usaha baru untukmasuk pada suatu cabang kegiatanekonomi (market entry).

Deregulasi menurut pengertiantersebut, telah dilakukan olehPemerintah dalam bentuk penyederha-naan peraturan-peraturan proseduraldan mengurangi birokrasi perijinanusaha yang biasa disebut dengandebirokratisasi. Sedangkan liberalisasitelah dipraktekkan dalam wujud di-bukanya kesempatan mendirikan bankbaru, perluasan kantor cabang di berbagai daerah dan pendirian bank cam-puran antara swasta nasional denganperusahaan asing serta pembukaankantor cabang bank asing di luarwilayah Jakarta.

Terdapat beberapa alasan mengapaderegulasi perlu dilakukan. MenurutSavas, alasan-alasan tersebut adalahmeliputi hal-hal berikut ini :

- Alasan Pragmatis,

yaitu apabila Pemerintah mengalamikesulitan anggaran, maka perludilakukan pengurangan kegiatan

UNISIA 9.X1.ill.1991

negara dan peningkatan efisiensi danproduktivitas badan usaha miliknegara (BUMN) dengan sasaran untuk mendorong sektor negara ke

arah yang lebih baik sehingga mampu mendukung perekonomiannegara secara lebih positip. Dengankata lain adalah untuk menciptakankondisi perekonomian yang tidakterlalu tergantung kepada anggarannegara.

- Alasan Ideologi,yaitu usaha untuk mengurangiperanan sektor negara yangberlebihan dalam kehidupanmasyarakat apabila peranan sektornegara dianggap terlalu dominan,dimana dalam sektor negara ini,pengambilan keputusan lebihbanyak mendasarkan diri pada hal-hal yang bersifat politis, sehinggasedikit banyak mengabaikan efisiensiekonomi melalui mekanisme pasar.

- Alasan Komersial,yaitu alasan dimana diharapkanlebih banyak kegiatan ekonomi yangdiserahkan kepada sektor swastatemtama bidang kegiatan yang tidakmenyangkut hajat hidup orangbanyak. Sasarannya adalah dica-painya efisiensi yang tinggi olehswasta, karena sektor negara kurangefisien.

- Alasan Populis,yaitu alasan untuk memberikankebebasan yang lebih besar kepadamasyarakat untuk mengurus dirinyasendiri dengan mengidentifikasikebut'uhan dan sekaligusmenienuhinya sendiri.

A. Peranan Sektor MoneterPeranan sektor moneter yang men-

cakup industri keuangan dalam

37

Page 5: dan Kebijaksanaan Uang Ketat - journal.uii.ac.id

perekonomian nasional sangat pentingkarena dari sektor moneter (industrikeuangan) inilah dana-dana untukpembiayaan pembangunandiakumulasi untuk kemudian

dialokasikan kepada sektor-sektorlainnya. Mengingat begitu pentingnyaperan industri keuangan tersebutmaka diperlukan upaya-upaya khususuntuk menangani industri ini.

Terdapat beberapa alasan mengapaindustri keuangan perlu diatur lebihketat daripada industri lainnya yaitu :

- untuk menjaga keamanan sertakesehatan lembaga keuangan

maupun kesehatan sistem keuangansecara keseluruhan, hal ini berkaitanerat dengan fungsi uang sebagai alatpertukaran dan fungsi-fungsilainnya.

- untuk dapat mengontrol stok(persediaan) jumlah uang yangberedar dalam menjaga stabilitastingkat harga-harga, hubungannyadengan fungsi industri keuangan(bank) sebagai lembaga penciptauang.

- adanya anggapan bahwa industrikeuangan berbeda dengan industrilainnya. Industri keuangan dianggapsebagai industri yang sangat strategisdalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi untuk mewujudkanberbagai sasaran pembangunannasional.

- untuk memelihara terjadinya persa-ingan yang sehat dalam industrikeuangan, berkaitan dengan tugasperbankan untuk memobilisasi danamasyarakat melalui berbagai produkperbankan, kemudian upaya pen-capaian biaya intermediasi yangekonomis serta penekanan tingkat

38

piutang ragu-ragu atau kredit macet.Sasarannya adalah meningkatkanefisiensi industri keuangan sehinggapada akhirnya memberikan kon-tribusi yang besar terhadap efisiensikegiatan perekonomian secarakeseluruhan.

B. Paket Paket KebijaksanaanMoneter Yang Penting.

1: Kebijaksanaan Moneter 1 Juni 1983(Deregulasi Juni 1983).

Kebijaksanaan ini merupakan awaldari rangkaian kebijaksanaanmoneter/deregulasi moneter yangdilakukan oleh Pemerintah khusus-

nya yang menyangkut duniaperbankan nasional.Deregulasi ini berisi pokok-pokokpenting sebagai berikut r

- Penghapusan pagu kredit perbankan, berarti tidak ada lagibatas-batas atau plafon besarnyakredit yang boleh disalurkan, perbankan bebas menentukan

sendiri.

- Pembebasan penentuan tingkatbunga, (kecuali kredit prioritas),berarti perbankan,boleh menentukan besarnya tingkat bungasesuai dengan perhitunganekonomisnya.

- Penurunan kredit likuiditas

(hanya untuk program prioritas),berarti perbankan harus meningkatkan efisiensi usahanyakarena kredit yang relatif murahitu sedikit demi sedikit

diturunkan.

Kemudian setelah deregulasi inipengaturan jumlah "uang yangberedar tidak lagi secara langsungmelalui pagu kredit, kredit

UNISIA 9.XI.111.1991

Page 6: dan Kebijaksanaan Uang Ketat - journal.uii.ac.id

likuiditas dan penetapan tingkatbunga, tetapi berubah menjadisecara tidak langsung melaluipolitik pasar terbuka (open marketpolicy), fasilitas diskonto (discountwindow) serta cadangan minimum(reserve requirement).- politik pasar terbuka dilakukan

melalui instrumen Sertifikat Bank

Indonesia atau SBI dan Surat

Berharga Pasar Uang atau SBPUyang diperkenalkan mulai tahun1984/1985, untuk mempengaruhijumlah uang yang beredar SBIdan SBPU diperjualbelikan olehBank Indonesia kepadabank-bank.

- fasilitas diskonto membantu per-bankan yang mengalami kesulitanlikuiditas, seperti kalah dalamkliring, akibat mismatch dalampengaturan dan penyaluran danayang dihimpun.

- Cadangan minimum sebesar15%, artinya jumlah dana yangberhasil dihimpun oleh satu banktidak boleh dialokasikan seluruh-

nya melainkan hams dicadangkansebesar 15% untuk berjaga-jaga.

2. Paket Kebijaksanaan 27 Oktober1988 (Pakto 27 tahun 1988)^Kebijaksanaan/deregulasi inimerupakan kelanjutan darideregulasi 1 Juni 1983, yangmemuat isi pokok antara lain :- Menurunkan cadangan minimum

(reserve requirement) darisebelumnya sebesar 15% menjadihanya 2%, termasuk depositoberjangka dan tabungan, hal iniberarti peluang mengalokasikan-dana yang terhimpun bertambahbesar.

UNISIA 9.X1.III.1991

Kemudahan mendirikan bank

baru, serta .mendorong bank-bank untuk mengeluarkanproduk-produk perbankan yangbaru atau diversifikasi produkperbankan.Memperingan syarat pendirianbank devisa, hal ini ditujukan untuk lebih memperlancar arus tran-saksi devisa (mendorong kreditekspor).Mengijinkan pendirian bank cam-puran dan cabang bank asing diluar Jakarta sehingga diharapkanmerangsang investor asing untukmenanam investasi di daerah.

Sebagian dana Badan UsahaMilik Negera/BUMN dapatditempatkan pada Bank UmumSwasta Nasional/BUSN dan

Lembaga Keuangan BukanBank/LKBB, ini dapat mendorong gairah usaha BUSN danLKBB dengan lebih baik.Menetapkan batas maksimumpemberian kredit kepada kelom-pok debitur/Iegal lending limit artinya ada pembatasan jumlahkredit oleh suatu bank kepadadebitur yang termasuk dalam satukelompok usaha dengan banktersebut hal ini dimaksudkan un

tuk mengantisipasi praktek-praktek perbankan yang tidaksehat.

Perpanjangan transaksi SWAPdari 6 bulan menjadi 3 tahun serta penentuan premi atas dasarbunga deposito.Pembatasan posisi devisa neto,yaitu selisih antara aktiva .danpasiva dalam valuta asing, sebesar25% dari modal sendni.

39

Page 7: dan Kebijaksanaan Uang Ketat - journal.uii.ac.id

3. Paket Kebijaksanaan20Desember1988 (Pakdes 20 tahun 1988)Kebijaksanaan/deregulasi inimelengkapi paket kebijaksanaan

27 Oktober 1988 (Pakto 27),dimana isinya yang pokokmengenai ketentuan usaha Lem-baga Keuangan Bukan Bank(LKBB) dan Pasar Modal atau Bur-sa Efek.

4. Paket Kebijaksanaan Januari'1990(Pakjan 1990)Kebijaksanaan/deregulasi inidimaksudkan untuk, mendorongkemandirian perbankan sertasasaran pemerataan. Beberapa isipokok dari paket ini adalah sebagaiberikut :

- Kredit Likuiditas Bank Indonesia

(KLBI) ditarik secara ber^hap,dan lebih diarahkan kepada kreditpengadaan pangan, kreditpengembangan koperasi dankredit investasi.

- Perbankan dikenakan kewajibanmenyalurkan portofolio kreditnya

sebesar 20% untuk Kredit Usaha

Kecil (KUK), hal ini merupakan

komitmen pemerataan yang hamsdilaksanakan oleh dunia perbankan kepada dunia usaha skalakecil.

Dari paket-paket kebijaksanaanmoneter tersebut terc - i,in tekad

Pemerintah yang sunfe^wj-sungguhuntuk selalu meningkatkan kegiatanperekonomian melalui berbagai cara.Sasaran yang ingin dicapai adalah la-ju pertumbuhan ekonomi yang tinggisehingga dapat menciptakan sekaligusmenampung lapangan kerja bam bagiangkatan .kerja yang semakin besar,

40

serta dapat mewujudkan pemerataanpendapatan masyarakat dengan lebihbalk.

III. DAMPAK DEREGULASI

SEKTOR MONETER.

Salah satu tujuan kebijaksanaanPemerintah melalui Pakto-27 maupunPakdes-20 adalah meningkatkanmobilisasi tabungan masyarakat.Latar belakang tindakan tersebutadalah penurunan tingkat hargaminyak bumi dan meningkatnyabeban pembayaran utang luar liegeri(dengan demikian deregulasi ini lebihdidorong oleh alasan pragmatis). Kea-daan itu mendoronjg Pemerintahmelakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagai berikut :

- Kebijaksanaan mengencangkanikat pinggang dengan jalanmenurunkan pengeluaran kon-sumsi dan investasi masyarakatserta pengeluaran negara.

- Restrukturalisasi perekonomianuntuk meningkatkan pro-duktivitas, efisiensi dan daya sa-ing perekonomian nasional dipasar dunia.

- Meningkatkan tabungan nasionalbaik berupa Rupiah maupunValuta Asing.

Sebagai akibat diberlakukannyarangkaian kebijaksanaanmoneter/deregulasi moneter olehPemerintah maka timbullah dampakderegulasi yang antara lain sepertiberikut ini,

A. Penambahan Jumlah Bank dan

Kantor Cabangnya.

Dengan dipermudahnya per-syaratan mendirikan bank melalui

UNISIA 9.Xl.lir.1991

Page 8: dan Kebijaksanaan Uang Ketat - journal.uii.ac.id

Pakto-27, maka akibatnya bermun-culanlah bank-bank baru, maupunperluasan kantor-kantor cabang daribank yang sudah ada.Pada tahun 1989 jumlah banksebanyak 111 buah dengan kantorcabang sebanyak 1879 buah, kemu-dian pada tahun 1990jumlah tersebutberkembang menjadi 151 buah untukbank dan 2.841 untuk kantor cabang.Jumlah-jumlah tersebut belum ter-masuk Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) yang jumlahnya lebih banyaklagi.

Dehgan semakin banyaknya jumlahbank dan kantor cabangnya makaakan mengaikibatkan meningkatnyakemampuan perbankan dalammenghimpun dana dari masyarakat.

B. Penambahan Produk dan JasaLayanan Perbankan.

Jumlah bank yang semakin banyakmenyebabkan makin- ketatnya persa-ingan pada industri tersebut. Hal itumendorong masing-masing bank untuk semakin kreatif dan inovatif

dalam menjalankan operasinya. Ben-tuk persaingan tersebut dapat dilihatdari munculnya beraneka macam produk perbankan yang baru, yangmasing-masing menawarkankemudahan/fasilitas dan tingkatbunga yang menarik serta iming-imingundian berhadiah yang menggiurkan,contoh hasil kreasi dan inovasi perbankan seperti Tahapan, Taplus,Tapres, Kesra, Jumbo, Sim'pedesDemuna, Primadollar, Kupedes,Home Loan, Car Loan dan

lain-lainnya.

UNISIA 9.X1.111.1991

C. Mobilisasi Dana Masyarakat.

- Dana masyarakat yang berhasildimobilisasi oleh perbankan men-ingkat sangat pesat. Bank UmumSwasta Nasional saja berhasilmenghimpun dana masyarakatsebesar Rp. 47.306,6 milyar yang ter-diri dari Giro sebesar Rp. 12.528,3milyar, Deposito sebesar Rp.31.093,6 milyar dan Tabungansebesar Rp. 3.684,7 milyar, jumlah.tersebut adalah per September 1990.

- Sedangkan total dana masyarakatyang berhasil dihimpun perDesember 1989 mencapai jumlahRp. 54,8 trilyun, yang berartimengalami kenaikan sebesar 46,7 Vodari tahun sebelumnya.

- Dari sisi kredit, perbankan berhasilmenyalurkan kredit sebesar Rp.54.241 milyar per Desember 1988,kemudian meningkat menjadi Rp.93.372 milyar per April 1990, berarti terdapat kenaikan 72,14% selama16 bulan.

- Pada periode 1983-1989 terdapatkenaikan rata-rata jumlah depositosebesar 25%, sedangkan kenaikanrata-rata jumlah kredit untukperiode yang sama adalah sebesar21%.

- Disamping mobilisasi danamasyarakat melalui sektor perbankan juga terjadi penghimpunandana masyarakat melalui PasarModal. Hal itu tercermin dari

banyaknya perusahaan-perusahaanbesar yang melakukan Go Publicdengan menjual sebagian sahamnyakepada masyarakat. Jumlahkapitalisasi dari perusahaan yang Go

41

Page 9: dan Kebijaksanaan Uang Ketat - journal.uii.ac.id

Public secara keseluruhan jugasangat besar, sedangkan danakapitalisasi ini termasuk kategoridana yang sangat murah untuk saatini dibandingkan jika mereka men-dapatkan dana tersebut melaluibank.

Mobilisasi dana masyarakat sangatberpengaruh terhadap jumlah uangyang beredar di masyarakat dan jugamenyumbang terhadap tingkat infla-si seperti terlihat pada tabel berikut:

modal. Sayangnya adalah bahwa pen-ingkatan permintaan itu tidak diikutioleh sektor riil secara proporsional.Akibatnya adalah meningkatnya tingkat inflasi, yang juga disebabkan olehsebab-sebab lain berupa kebijaksa-naan penyesuaian seperti kenaikan ga-ji, kenaikan harga BBM, kenaikantarip listrik, inflasi luar negeri akibatkrisis Teluk. Naiknya tingkat inflasisampai sebesar 9,47 persen perNopember 1990, cukup

Tabel 3 : Jumlah Uang Beredar daii Inflasi.

Tahun.Jumlah Uang Beredar

(milyar rp.)Tingkat Inflasi

m

1985 10.104 4,311986 11.677 8,831987 12.685 8,901988 14.392 5,471989 20.114 5,971990 23.077* 9,47@

* per September : @ per Nopember

Sumber : Bank Indonesia dan Biro Pusat Statistik.

Sampai dengan bulan Desember 1990 inflasinya mencapai 9,57%(kurang dari 10%).

D. Dampak Mobilisasi DanaMasyarakat.

Meningkatnya likuiditas danmobilisasi dana masyarakat,disebabkan naiknya aktivitas per-bankan, mengakibatkan lebih lanjutberupa naiknya permintaan agregat.Kenaikan permintaan tersebut jugadisebabkan oleh naiknya investasi luarnegeri dan perkembangan pasar

42

mengkhawatirkan Pemerintahkarenanya diusahakan untukmencegah jangan sampai angkatersebut melampaui double digit ataumelebihi 10 persen.Dalam hal ini Pemerintah dihadapkanpada masalah pencapaian sasaran an-tara berupa :

- terkendalinya jumlah uang yangberedar.

UNISIA 9.XI.111.1991

Page 10: dan Kebijaksanaan Uang Ketat - journal.uii.ac.id

- mantapnya kepercayaan terhadaprupiah.

- terkendalinya tingkat suku bunga.- terhimpunnya dana masyarakat yang

nganggur.

- terangsangnya kegiatan investasi.

Adapun gejala meningkatnya angkainflasi yang mendekati double digiterat kaitannya dengan situasi akhir-akhir Ini, dimana peningkatan danayang terkumpul tidak diimbangidengan penyaluran dana dengantingkat yang setara. Kondisi tersebutdisebabkan oleh hal-hal berikut :

- dana yang terkumpul kebanyakanberjangka pendek.

- biaya pengumpulan dana relatifmahal, sehingga harus disalurkandengan biaya yang mahal pula.

- perbankan lebih suka menyalurkandana yang berasal dari KreditLikuiditas Bank Indonesia (KLBI),sedangkan dana yang dihimpun darimasyarakat digunakan untuk mem-beli Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

- daya tarik pasar modal yang relatiflebih murah dalam biaya dana ter-nyata lebih disukai oleh pengusahadaripada hams meminjam ke bank

- dana masyarakat yang terkumpul dibank tidak terlalu membantu in

vestasi riil tetapi lebih banyakdilarikan ke pasar uang dan per-dagangan Valuta Asing.

Bukti bahwa sektor riil tidak dapatmengikuti peningkatan permintaanagregat adalah terjadinya kasuskelangkaan komoditi tertentu dipasaran akibat proyeksi kebutuhanyang keliru. Kasus hilangnya suplaisemen beberapa waktu yang lalu, men-

UNISIA 9.Xr.lll.1991

dorong Pemerintah untuk menghen-tikan ekspor semen, demikian jugadengan kasus kurangnya suplai ken-daraan niaga mengakibatkan Pemerintah membuka kran impor kendaraantersebut. Kasus-kasus tersebut mem-buktikan bahwa pemanfaatan danayang dihimpun dari masyrakat belumcukup membantu investasi sektor riil.

IV. KEBIJAKSANAAN UANG

KETAT

Dari hasil yang diperoleh melaluiberbagai paket deregulasi yang di-jalankan Pemerintah untuk men-dukung kebijaksanaan moneter dankebijaksanaan perekonomian padaumumnya, perlu terus dikernbangkanusaha untuk mendorong dicapainyahasil yang positip di satu pihak danmengatasi dampak negatip di Iainpihak. Dengan adanya dampaknegatip dari hasil mobilisasi danamasyarakat berupa inflasi yang dinilaicukup tinggi, maka Otoritas Moneterkita berusaha mencegah danmengatasi agar inflasi tidak semakintinggi, melainkan harus ditekan sam-pai ke tingkat yang aman dengan per-timbangan bahwa diperkirakan efekinflasi diatas 10% jauh lebih bunikdaripada lambannya laju pertum-buhan akibat naiknya tingkat bunga.Oleh karena itulah Otoritas Moneter

kita raemberlakukan KebijaksanaanUang Ketat (Tight Money Policy),yang meliputi pembatasan atas penam-bahan jumlah uang yang beredarsesuai dengan kebutuhan pembiayaansektor-sektor ekonomi produktif dansekaligus memelihara .stabilitasmoneter.

43

Page 11: dan Kebijaksanaan Uang Ketat - journal.uii.ac.id

Dalam kebijaksanaan uang ketat iniBank Indonesia melakukan tindakan

sebagai berikut :

1. Penghapusan sebagian besar kreditlikuiditas yang sudah dikeluarkankepada dunia perbankan denganjalan menarik kembali kredittersebut secara bertahap tetapipasti.

2. Kontraksi moneter, yaitu berupapenarikan rupiah dari peredaran.

3. Operas! Pasar dengan jalan men-jual Sertifikat Bank Indonesia (SBI)yang menawarkan bunga cukuptinggi.

Menurut keterangan dari Bank Indonesia, dari pinjaman likuiditas totalsebesar Rp. 10 trilyun, Bank Sentralbaru menarik kembali Rp. 2,2 trilyun.Sedang sisanya sebesar Rp. 7,8 trilyunakan ditarik dalam jangka 10 tahunsecara bertahap.Tindakan-tindakan tersebut padahakekatriya untuk mengurangi jumlahuang yang beredar di masyarakat untuk menekan inflasi sekaligus memper-tahankan kepercayaan masyarakatterhadap rupiah dengan menjaminkestabilan nilai uangnya.

Disamping ditempuh dengan jalanabsorpsi rupiah, kebijaksanaan uangketat dapat lebih efektif lagi apabiladiikuti dengan kredit selektif. Dalamhal ini, pemberian kredit hams benar-benar diarahkan pada kegiatan pro-duktif di sektor riil yang meng-hasilkan komoditi yang sangatdibutuhkan masyarakat. Dengan katalain untuk menekan inflasi yang ter-jadi, perlu meningkatkan pasokansuplai barang baik melalui produksisendiri maupun impor.

44

Akibat kebijaksanaan uang ketatadalah suku bunga pinjaman menjaditinggi, karena sektor perbankan hamsmember! rangsangan bunga yangtinggi, demikian pula dalam menghim-pun dananya. Akibat selanjutnyaiklim investasi menjadi lesu.

Disamping itu, suku bunga yang tinggidapat mendorong masuknya dana luarnegeri, sehingga akan berpengaruhpositip pada Neraca Pembayaran.Menghadapi hal-hal seperti itu,Pemerintah diharapkan berlakufleksibel dalam menjalankan kebijaksanaan uang ketat ini. Apabilatingkat inflasi berhasil ditekan di

bawah lOVo (sebagai tingkat yangdikhawatirkan Pemerintah) makaPemerintah dapat melonggarkan kebijaksanaan uang ketatnya. Sehinggapada akhirnya Pemerintah dapatmenggairahkan kegiatan perekono-mian dan menjaga kestabilan monetersebagai sasaran akhir dari kebijaksanaan moneter.

Dari informasi terakhir, ternyata

Pemerintah berhasil menekan inflasi

sebesar 9,57% sampai denganDesember 1990, berarti untuk semen-tara kebijaksanaan uang ketat dinilaiberhasil. Disamping itu Pemerintahmengisyaratkan bahwa kebijaksanaanuang ketat akan dilonggarkan apabilatercapai kondisi tingkat inflasi rata-rata bulanan tahun 1991 sebesar

0,50%.

V. PENUTUP

Melalui deregulasi, secara umumPemerintah berusaha menciptakan

suatu momentum kepada pelaku-pelaku ekonomi, temtama sektor

UNISIA 9.XI.111.1991

Page 12: dan Kebijaksanaan Uang Ketat - journal.uii.ac.id

swasta untuk meningkatkan peranan-nya dalam perekonomian nasional.Hal itu sebagai konsekuensi logis darimenurunnya kemampuan pemerintahdalam membiayai pembangunan nasional, disamping tuntutan perkem-bangan era globalisasi juga menghen-daki demikian.

Pesatnya dana masyarakat yangberhasil dihimpun oleh perbankan an-tara Iain disebabkan karena tabunganmasyarakat benar-benar meningkatakibat membaiknya perekonomian,penurunan cadangan minimum(reserve requirement) pada dunia perbankan dari 15Vo menjadi 2*%,penambahan jaringan kerja denganpembukaan bank baru dan kantorcabang bank sehingga kemampuanbank bertambah, bank bebas memin-jam dana luar negeri tanpa ada jumlahyang dapat di SWAP kan ke BankIndonesia.

Deregulasi sektor moneter telahmembawa manfaat di satu pihak,berupa terhimpunnya • danamasyarakat yang begitu besar untukpembiayaan pembangunan dan in-vestasi. Sehingga deregulasi telahmembawa sektor moneter ke arah

yang lebih efisien dan mandiri.Mekanisme pasar telah mulai berkem-bang sehingga kebijaksanaan moneterlebih bersifat tidak langsung, artinyapengendalian moneter dilakukanmelalui ihekanisme pasar.

Di lain pihak deregulasi tersebutjuga berdampak negatip berupa men-ingkatnya tingkat inflasi yang cukup

UNISIA 9.XI.III.1991

mengkhawatirkan, sehingga men-dorong Pemerintah memberlakukan"kebijaksanaan uang ketat untukmengerem inflasi tersebut.

Dari hasil pengamatan sementaraterhadap deregulasi sektor moneter,ternyata dirasakan ada kesen-jangan/ketidakseimbangan antarasektor moneter paska deregulasidengan sektor riil yang belum disen-tuh deregulasi.Sedangkan kebijaksanaan uang ketathanya berpengaruh pada sisi permin-taan, padahal inflasi juga berasal daripenawaran (cost push Inflation), dankebijaksanaan uang ketat itu lebih bersifat sementara, oleh karena itukiranya sudah tiba saatnya Pemerintah melakukan Deregulasi Sektor Riiluntuk melengkapi Deregulasi SektorMoneter agar tercapai keseimbanganantara pasar uang dan pasar barang.Dalam jangka panjang deregulasisekteKriil perlu diupayakan terus,karena keberhasilan deregulasi keduasektor ini akan sangat membantukeberhasilan pembangunan ekonomiIndonesia.

REFERENSI

Anwar Nasution, Tinjauan Ekonomi ACas

Dampak Paket Deregulasi Tahun1988padaSistem Keuangan Indonesia, Gramedia,Jakarta-1990.

Boediono, Ekonomi Moneter, BPFE,Yogyakarta 1986;

Nopirin, "Kebijaksanaan Moneter di Indonesia "Suara Merdeka, edisij 7—8 Januari 1991.

Syamsuddin Mahmud, "BerapaJumlah Uangdalam Peredaran ?" Kompas, edlsi16 Februari 1991

45