Post on 19-Nov-2019
PRAKTIKUM IIISOTERM ADSORBSI
A.TUJUAN
Menentukan isoterm adsorbsi menurut Freundlinch bagi proses adsorbsi asam asetat
arang.
B.LATAR BELAKANG TEORI
Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada
permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaaan
zat tersebut. Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ;
a. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan
suatu proses bolak – balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben
lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang
terlarut akan diadsorbsi pada permukaan adsorben.
b. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang
teradsorbsi.
Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari adsorbat
maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan komponen mana
yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan adsorbatnya. Apabila
adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang bersifat polar akan terikat lebih kuat
dibandingkan dengan komponen yang kurang polar. Kekuatan interaksi juga
dipengaruhi oleh sifat keras-lemahnya dari adsorbat maupun adsorben. Sifat keras
untuk kation dihubungkan dengan istilah polarizing power cation, yaitu kemampuan
suatu kation untuk mempolarisasi anion dalam suatu ikatan. Kation yang mempunyai
polarizing power cation besar cenderung bersifat keras. Sifat polarizing power cation
yang besar dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran (jari-jari) kecil dan muatan yang
besar. Sebaliknya sifat polarizing power cation yang rendah dimiliki oleh ion-ion logam
dengan ukuran besar namun muatannya kecil, sehingga diklasifikasikan ion lemah
(Puspitasari,2006).
Sedangkan pengertian keras untuk anion dihubungkan dengan istilah
polarisabilitas anion yaitu, kemampuan suatu anion untuk mengalami polarisasi akibat
medan listrik dari kation. Anion bersifat keras adalah anion berukuran kecil, muatan
besar dan elektronegativitas tinggi, sebaliknya anion lemah dimiliki oleh anion dengan
ukuran besar, muatan kecil dan elektronegatifitas yang rendah. Ion logam keras
1
berikatan kuat dengan anion keras dan ion logam lemah berikatan kuat dengan anion
lemah (Atkins at al. 1990).
Ada empat tipe persamaan yang digunakan untuk menguraikan
penjerapanisoterm yaitu:
1 . P e r s a m a a n L a n g m u i r
2 . P e r s a m a a n F r e u n d l i c h
3 . P e r s a m a a n B E T ( B r u n a u e r , E m m e t d a n T e l l e r )
4 . P e r s a m a a n G i b b s
Namun perhitungan penjerapan dari larutan pada umumnya digunakan
persamaan Langmuir dan Freundlich karena persamaan BET dan Gibbs
berlaku untuk proses penjerapan terhadap gas (Atkins at al. 1990).
Karbon aktif dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbon dalam jumlah
cukup tinggi. Salah satu bahan baku karbon aktif yang potensial adalah tempurung
kelapa. Pemanfaatannya sebagai bahan baku karbon aktif selain karena harganya
yang murah juga karena dapat mengurangi limbah pertanian. Penggunaan karbon aktif
di Indonesia mulai berkembang dengan pesat, yang dimulai dari pemanfaatannya
sebagai adsorben untuk pemurnian pulp, air, minyak, gas, dan katalis. Namun, mutu
karbon aktif domestik masih rendah, dengan demikian perlu ada peningkatan mutu
karbon aktif tersebut. Karbon aktif dapat dijadikan sebagai zat pengadsorbsi atau
adsorben (Harfi & Kusuman1994).
Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang mengandung
karbon. Arang tersusun dari atom-atom karbon yng berikatan secara kovalen
membentuk struktur heksagonal datar dengan sebuah atom C pada setiap sudutnya.
Susunan kisi-kisi heksagonal datar ini tampak seolah-olah seperti pelat-pelat datar
yang saling bertumpuk dengan sela-sela di antaranya.Sebagian pori-pori yang terdapat
dalam arang masih tertutup oleh hidrokarbon dan senyawa organik lainnya. Komponen
arang ini meliputi karbon terikat, abu, air, nitrogen, dan sulfur yang mempunyai luas
permukaan dan jumlah pori sangat banyak (Djatmiko et al. 1985).
Manes mengatakan bahwa karbon aktif adalah bentuk umum dari berbagai
macam produk yang mengandung karbon yang telah diaktifkan untuk meningkatkan
luas permukaannya. Karbon aktif berbentuk kristal mikro karbon grafit yang pori-
porinya telah mengalami pengembangan kemampuan untuk mengadsorpsi gas dan
uap dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut atau yang terdispersi dalam cairan .
Luas permukaan, dimensi, dan distribusi karbon aktif bergantung pada bahan baku,
pengarangan, dan proses aktivasi. Berdasarkan ukuran porinya, ukuran pori karbon
2
aktif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu mikropori (diameter <2 nm), mesopori (diameter
2–50 nm), dan makropori (diameter >50 nm) (Baker 1997).
Aktivasi adalah perubahan fisik berupa peningkatan luas permukaan karbon
aktif dengan penghilangan hidrokarbon. Ada dua macam aktifasi, yaitu aktivasi fisika
dan kimia. Aktivasi kimia dilakukan dengan merendam karbon dalam H3PO4, ZnCl2,
NH4Cl, dan AlCl3 sedangkan aktivasi fisika menggunakan gas pengoksidasi seperti
udara, uap air atau CO2. (Atkins at al. 1990)
Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada
permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaaan
zat tersebut. Proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi tergantung pada
beberapa faktor, yaitu :
a. Jenis adsorben
b.Jenis adsorbat
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat terlarut
e. Temperatur
Bagi suatu sistem adsorbsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang
teradsorpsi persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi yang
teradsorpsi pada temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorbsi ini dinyatakan
sebagai:
x/m= k. Cn .........................................................................................................(1)
dalam hal ini :
x = jumlah zat teradsorbsi (gram)
m = jumlah adsorben (gram)
C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan
adsorpsi
k dan n = tetapan, maka persamaan (1) menjadi :
log x/m = log k + n log c................................................................................(2)
persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorbsi menuruti isoterm
Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Dari garis
dapat dievaluasi tetapan k dan n (Tim Labor Kimia Fisika,2011).
Isoterm adsorbsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben
antara fase teradsorbsi pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan
pada temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya
digunakan untuk menjelaskan isoterm adsorbsi (Baker 1997).
1. Isoterm Langmuir
3
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa :
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanyadapat mengadsorbsi
satu molekul untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak ada interaksi antara molekul-
molekul yang terserap.
b. Semua proses adsorbsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorbsi maksimum.
Namun, biasanya asumsi-asumsi sulit diterapkan karena hal-hal berikut : selalu
ada ketidaksempurnaan pada permukaan, molekul teradsorbsi tidak inert dan
mekanisme adsorbsi pada molekul pertama asangat berbeda dengan mekanisme pada
molekul terakhir yang teradsorpsi.
Langmuir mengemukakan bahwa mekanisme adsorpsi yang terjadi adalah
sebagai berikut : A(g) + S ↔ AS, dimana A adalah molekul gas dan s adalah
permukaan adsorpsi.
Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan
menganggap terjadinya kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorpsi
pada permukaan adsorben dengan molekulmolekul zat yang tidak teradsorpsi.
Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai berikut :
Kurva isoterm adsorpsi Langmuir dapat disajikan seperti pada Gambar 1.
Salah satu kelemahan dari isoterm Freundlich adalah bahwa ia gagal pada
tekanan tiggi gas. Irving langmuir pada 1916 berasal isoterm adsorbsi sederhana pada
pertimbangan teoritis berdasarkan teori kinetika gas. Ini disebut sebagai adsorpsi
isoterm Langmuir.
2. Isoterm Branauer, Emmet and Teller (BET)
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai nilai permukaan yang
homogen. Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi bahwa
4
molekul-molekul adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat
dipermukaannya. Pada isoterm ini, mekanisme adsopsi untuk setiap proses adsorpsi
berbeda-beda. Mekanisme yang diajukan dalam isoterm ini adalah :
Isoterm Langmuir biasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia,
sedangkan isoterm BET akan lebih baik daripada isoterm Langmuir bila diterapkan
untuk adsorpsi fisik.
3. Isoterm Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm adsorpsi
dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh Freundlich.
Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang
heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda.
Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak digunakan saat ini.
Persamaannya adalah :
x/m = k C 1/n
dimana:
x = banyaknya zat terlarut yng teradsorpsi (mg)
m = massa adsorben (mg)
C = konsentrasi adsorben yang sama
k,n = konstanta adsorben
sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada Gambar 2.
Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot
sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada
koordinat logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini, akan
diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam
5
penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisisensi
dari suatu adsorben (Ubaya, 1999).
C. ALAT DAN BAHAN
a. Alat-alat yang digunakan:
1. Cawan porselin 1 buah
2. Labu erlenmeyer bertutup 250mL 12 buah
1. Labu erlenmeyer 150 ml 6 buah
2. Pipet 10 ml 2 buah
3. Pipet 25 ml 4 buah
4. Buret 50 ml 1 buah
5. Corong 6 buah
6. Pengaduk 1 buah
7. Spatula 1 buah
8. Neraca analitik 1 buah
9. Kertas saring 6 buah
10. Statif 1 buah
11. Stopwatch 1 buah
12. Pembakar spirtus 1 buah
13. Kasa asbes 1 buah
14. Kaki tiga 1 buah
b. Bahan-bahan yang digunakan:
1. Asam klorida (HCl) 0,5 N
2. Adsorben arang atau karbon
3. Lar. Standar Natrium Hidroksida (NaOH)
4. Indikator Phenolptalin (pp)
6
D. SKEMA KERJA
1.
dinginkan
2.
dengan
3.
7
Panaskan arang , Tempatkan kedalam 6 erlenmeyer , masing-masing 1 gram.
Menyiapkan masing-masing 125 ml larutan HCl 0,5 N , 0,25N , 0,125N,0,0625N,0,0313N dan 0,0156N
Menempatkan 100 ml lar. HCl ke dalam 6 tabung yang berisi arang , kemudian biarkan 30 menit kocok (1menit/30 detik).
Saring masing-masing larutan kemudian di titrasi dengan NaOH
0,5 N diambil 10 ml , 0,25 N diambil 10 ml , 0,125N diambil 25 ml dan 0,0625N,0,0313N dan 0,0156N diambil 50 ml.
sisa HCl (25 ml) dititrasi dengan NaOH 0,25 N
Catat volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi.
E. HASIL PENGAMATAN
Table pengamatan 1
Konsentrasi
CH3COOH
AwalAkhir
(dengan penambahan arang)
CH3COOH
(ml)
NaOH 0,1 N
(ml)
CH3COOH
(ml)
NaOH 0,1 N
(ml)
0,5 N 10 49.5 10 47
0,25 N 25 62 10 23.3
0,125 N 25 32 10 11
0,0625 N 50 31 25 13
0,0313 N 50 15.7 50 14.5
0,0156 N 50 7.9 50 6.5
Tabel pengamatan 2 :
N
o
.
Massa
(gram)
Konsentrasi asam asetat (N)X
(gram)X/m
Log
x/mLog C
awal Sisa ∆C
1 1,0010 0.495 0.47 0.025 0.15 0.1498 -0.8244 -1.6020
2 1,0020 0.246 0.233 0.015 0.09 0.0898 -1.0467 -1.8239
3 1,0025 0.128 0.11 0.018 0.108 0.1077 -0.9677 -1.7447
4 1,0014 0.062 0.052 0.01 0.06 0.0599 -1.2225 -2
5 1,0008 0.0314 0.029 0.0024 0.0144 0.0143 -1.8446 -2.6197
6 1,0008 0.0158 0.013 0.0028 0.0168 0.0167 -1.7772 -2.5528
Waktu Penggojogan adalah 30 menit (selama 1 menit setiap 10 menit).
8
-2.8 -2.6 -2.4 -2.2 -2 -1.8 -1.6 -1.4
-2-1.8-1.6-1.4-1.2
-1-0.8-0.6-0.4-0.2
0
f(x) = 1.00228317868668 x + 0.781363583807921R² = 0.999999210247695
grafik hubungan log x/m dengan log C
Series2Linear (Series2)
Log C
Log
x/m
0.0024 0.0028 0.01 0.015 0.0180
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
Grafik hubungan x/m dengan c
Series1
Axis Title
9
F. PEMBAHASAN
Pada Percobaan yang kita jalani kali ini yaitu percobaan Isoterm Adsorpsi yang
memiliki tujuan agar mahasiswa dapat Menentukan isoterm adsorbsi menurut
Freundlinch bagi proses adsorbsi asam asetat arang. Dalam percobaan ini bahan yang
digunakan sebagai adsorben adalah karbon, dimana karbon ini diaktifkan terlebih
dahulu dengan cara pemanasan. Asam asetat dengan berbagai konsentrasi yaitu 0,5
N ; 0,25 N ; 0,125 N ; 0,625 N ; 0,313 N ; dan 0,156 N sebagai adsorbat Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan arang untuk mengabsorpi larutan asam
klorida dalam berbagai konsentrasi pada suhu konstan (isoterm), serta larutan NaOH
0,1 N sebagai larutan standar. Larutan asam asetat yang telah dibuat dalam berbagai
konsentrasi dimasukkan arang aktif dan didiamkan selama 30 menit, untuk kemudian
akan dilakukan penggojogan selama 1 menit disetiap 10 menit nya. Hal ini dilakukan
agar arang dapat bersifat selektif dan spesifik dimana asam asetat lebih mudah
teradsorbsi dari pelarut (air), karena arang aktif (karbon) hanya mampu mengadsorpsi
senyawa-senyawa organik.
Langkah selanjutnya adalah proses titrasi pertama yaitu titrasi asam asetat
sebagai pembanding dengan asam asetat yang telah di adsorbsi oleh arang, apakah
terjadi perbedaan antara titrasi keduanya. Asam asetat ditirasi masing-masing
konsentrasi yaitu ,5 N ; 0,25 N ; 0,125 N ; 0,625 N ; 0,313 N ; dan 0,156 N dengan
penambahan indicator pp, zat penitrasi adalah NaOH 0,1 N. Didapatkan hasil
konsentrasi NaOH yang diperoleh dari hasil titrasi seperti yang ada dalam data
pengamatan, setelah perhitungan yang ada pada lembar lampiran.
Percobaan titrasi kedua yaitu titrasi arang yang telah diberi asam asetat
berbagai macam konsentrasi. Arang dalam percobaan sebagai absorben (zat yang
mengapsorbsi) dimana dalam awal percobaan arang ini harus dipanaskan terlebih
dahulu. Pemanasan dilakukan sampai keluar asap, jangan lakukan pemanasan sampai
arang membara. Pemanasan arang sampai membara dapat menjadikan arang menjadi
abu, dimana jika telah menjadi abu, arang tersebut tidak dapat lagi untuk menjadi
absorben. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk membuka pori-pori permukaan dari
arang agar mampu mengabsorpsi secara maksimal (mengabsorpsi asam asetat).
Titrasi kedua dengan cara yang sama dengan titrasi pertama, dengan penambahan
indicator pp sebelum dititrasi. Hasil konsentrasi NaOH yang didapat dapat dilihat pada
table data pengamatan bahwa konsentrasi sebelum dan sesudah penambahan arang
terjadi perubahan, yaitu konsentrasi NaOH semakin turun, artinya arang dalam
percobaan ini mengadsorbsi secara maksimal. Semakin besar konsentrasinyanya
semakin banyak larutan NaOH yang digunakan. Hal ini disebabkan karena semakin
10
besar konsentrasi, letak antara molekulnya semakin berdekatan sehingga susah untuk
mencapai titik ekivalen pada saat proses titrasi.
Pada percobaan ini akan ditentukan harga tetapan-tetapan adsorbsi isotherm
Freundlich bagi proses adsorpsi CH3COOH terhadap arang. Variabel yang terukur
pada percobaan adalah volume larutan NaOH 0,1 N yang digunakan untuk menitrasi
CH3COOH. Setelah konsentrasi awal dan akhir diketahui, konsentrasi CH3COOH yang
teradsorbsi dapat diketahui dengan cara pengurangan konsentrasi awal dengan
konsentrasi akhir. Selanjutnya dapat dicari berat CH3COOH yang teradsorbsi. Dengan
cara X = C*Mr*100/1000.
Pada table pengamatan kedua diketahui bahwa perhitungan massa X gram
didapatkan pada massa arang 1,0020 dan 1,0025 deperoleh massa X dari 0,09 dan
0,108. Bahwa pada massa yang lain dari massa arang yang kecil ke besar maka
massa X akan semakin turun, tetapi untuk massa arang yang bermasalah ini diperoleh
massa X nya naik, hal ini dikarenakan kemungkinan perbedaan massa arang yang
cukup signifikan disbanding massa arang lainnya, bisa juga karena kesalahan si
praktikan yang kurang teliti akan proses titrasi yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi
karena mugkin masih terdapat karbon yang tidak tersaring dengan sempurna dan
kurang berhati-hati dalam melakukan tritasi, karena indikator PP sangat peka akan
adanya gugus OH-, maka penambahan atau kelebihan satu tetes NaOH sangat
berpengaruh. Sehingga alat yang digunakan haruslah alat (buretdan statif) yang baik
dan tidak rusak, maupun bocor.
Kesalahan titrasi terjadi karena alat yang digunakan bocor dan karena terdapat
arang yang tidak tersaring sempurna, sehingga dalam titrasi volume NaOH yang
dibutuhkan semakin banyak. Pada percobaan, titrasi dilakukan dengan menggunakan
buret yang bocor dan sedikit pecah pada bagian bawahnya. Buret bocor ini adalah
karena kurang rapatnya antara buret dan penutupnya.Hasilnya, penghitungan volume
NaOH pun menjadi tidak maksimal karena adanya larutan NaOH yang keluar bukan
saat titrasi, sering pula penambahan satu tetes larutan NaOH telah merubah warna
HCl menjadi terlalu merah, sehingga warna menjadi keunguan. Hal ini, dapat pula
terjadi karena sangat kecilnya selisih antara titik ekivalen konsentrasi satu dengan
lainya.
Mengenai gambar grafik yang dihasilkan sudah sesuai dengan isoterm adsorbsi
menurut Freundlinch,bisa dilihat dari grafik berikut ini, bahwa didapatka R2=1
(sempurna).
11
-2.8 -2.6 -2.4 -2.2 -2 -1.8 -1.6 -1.4
-2-1.8-1.6-1.4-1.2
-1-0.8-0.6-0.4-0.2
0
f(x) = 1.00228317868668 x + 0.781363583807921R² = 0.999999210247695
grafik hubungan log x/m dengan log C
Series2Linear (Series2)
Log C
Log
x/m
Grafik 1. Grafik Isotherm Adsorpsi Freundlich
Dari data pengamatan dan hasil perhitungan (dapat dilihat di lembar
Lampiran), bahwa konsentrasi asam asetat sebelum adsorpsi lebih tinggi daripada
setelah adsorpsi. Hal ini karena asam asetat telah diadsorpsi oleh arang aktif. Dari
data juga dibuat suatu grafik dimana x/m diplotkan sebagai ordinat dan C sebagai
absis.
Grafik hubungan antara x/m dengan c dari percobaan dapat dilihat pada
gambar grafik berikut ini,
0.0024 0.0028 0.01 0.015 0.0180
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
Grafik hubungan x/m dengan c
Series1
Axis Title
Grafik 2. Grafik Isoterm Adsorpsi Langmuir
12
G. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan :
1. Dalam pengenceran semakin besar konsentrasi yang diinginkan semakin besar pula
volume yang diperlukan untuk pengenceran.
2. Penggojogan 30 menit bertujuan agar arang dapat mengadsorbsi secara sempurna.
3. Ketika arang dicampurkan asam asetat dengan berbagai konsentrasi, arang
menimbulkan perilaku yang sama.
4. Mengenai gambar grafik yang dihasilkan sudah sesuai dengan isoterm adsorbsi
menurut Freundlinch dengan R2 = 1.
Saran :
1. Lebih teliti dalam melakukan segala hal praktikum.
2. Mempelajari cara kerja dan landasan teori sebelum praktikum agar tidak terjadi
kesalahan selama praktikum.
3. Jangan lupa bawa serbet.
4. Jangan lupa menggunakan indikator PP, sehingga tidak terjadi kesalahan titrasi
karena lupa menggunakan indikator PP.
5. Penggunaan alat yang terbatas dan alat yang tidak valid membuat percobaan
kurang efisien.
6. Berhati-hati dalam melakukan titrasi, karena satu tetes titrat sangat berpengaruh
terhadap hasil akhir titrasi, sehingga bisa mejadikan data kurang valid.
7. Membuat rancangan pembagian tugas pada kelompok, sehingga waktu
termanfaatkan dengan baik dan benar.
13
H. DAFTAR PUSTAKA
Atknis at al.1990
Baker .1997
Djatmiko et al. 1985
Harfi & Kusuman1994
Puspitasari,Dyah Pratama,2006”Adsorpsi Surfaktan Anionik Pada Berbagai pH
Menggunakan Karbon Aktif Termodifikasi Zink Klorida”.dalam Jurnal
Kimia,Departeman Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam: Institut Pertanian Bogor
Tim Dosen Kimia Fisika.2012.Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik.Semarang:
FMIPA UNNES.
Ubaya, 1999, Bab II Tinjauan Pustaka (online), http://digilib.ubaya.ac.id/ s k r i p s i /
f a r m a s i / F _ 6 3 9 _ 1 9 2 0 0 3 6 / F _ 6 3 9 _ B a b % 2 0 I I . p d f , d i a k s e s
p a d a tanggal 12 Oktober 21.00 wib
Mengetahui, Semarang, 17 Oktober 2012
Dosen Pengampu Praktikan,
Ir. Sri Wahyuni, M.Si Siti Nursiami
NIP. NIM. 4301410002
14
I. PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Apakah percobaan ini termasuk jenis adsorpsi fisik atau kimia ? Jelaskan!
Jawab:
pada percobaan termasuk ke dalam adsorpsi secara fisika dikarenakan ikatan yang
terlibat dalam adsorpsi ini yaitu ikatan yang lemah yang merupakan ikatan van der
waals dan melalui panas reaksi yang rendah.
1. Apakah perbedaan antara kedua jenis adsorbs ini ? berikan beberapa contoh dari
kedua jenis adsorbsi ini !
Jawab :
Adsorpsi terbagi atas 2, yaitu :
a. Adsorpsi secara kimia : merupakan adsorpsi menggunakan senyawa kimia.
Molekul terikat pada adsorben oleh ikatan kimia.
Mempunyai entalphi reaksi -40 sampai -500 kj/mol.
Membentuk lapisan monolayer.
Contoh : ion exchange.
b. adsorpsi secara fisika : adsorpsi dengan menggunakan sifat fisika
Molekul terikat pada adsorben oleh gaya vander waals.
Mempunyai entalphi reaksi Melibatkan energy aktivasi -4 sampai -40 kJ/mol.
Dapat membentuk lapisan multi player.
Tidak melibatkan energy aktivasi.
Contoh : adsorbs oleh karbon aktif.
2. Mengapa isoterm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat kurang
memuaskan dibandingkan dengan isoterm adsopsi Langmuir? Bagaimana bentuk
isotherm adsorbs yang terakhir ini ?
Jawab :
Isoterm Freundlich untuk adsorpsi gas permukaan zat padat kurang memuaskan
karena nilai Vm tidak akab dicapai walaupun tekannaya diperbesar dan tidak sesuai
untuk adsordat dengan konsentrsi yang sangat tinggi.Sedangkan pada isoterm
Langmuir mengemukakan asumsi yang lebih baik. Isoterm Langmuir sangat
sederhana didasarkan pada asumsi bahwa setiap tempat adsorbs adalah akivalen
dan kemampuan partikel untuk terikat di tempat ini tidak bergantung pada tempati
atau tidaknya tempat yang berdekatan.
3. Bagaimana bentuk kurva isotherm adsorbs Langmuir ( antara n dengan C untuk
larutan atau V/m dengan P untuk gas) ?
15
n
c
4. Turunkan persamaan (1). C !
xm = k Cn
Log xm = log k + n Log C
J. LAMPIRAN
Konsentrasi
CH3COOH
AwalAkhir
(dengan penambahan arang)
CH3COOH
(ml)
NaOH 0,1 N
(ml)
CH3COOH
(ml)
NaOH 0,1 N
(ml)
0,5 N 10 49.5 10 47
0,25 N 25 62 10 23.3
0,125 N 25 32 10 11
0,0625 N 50 31 25 13
0,0313 N 50 15.7 50 14.5
0,0156 N 50 7.9 50 6.5
No Massa
(gram)
Konsentrasi asam (N) X
(gram)
x/m Log x/m Log c
awal sisa
1. 1,0002 0,456 0,388 2,4794 2,4789 0,3907 -1,4167
2. 1,0004 0,196 0,193 0,1094 0,1094 -0,9613 -2,5228
3. 0,998 0,1035 0,094 0,3537 0,3544 -0,4505 -2,0222
4. 0,998 0,0525 0,04375 0,3190 0,3229 -0,4953 -20579
5. 1,0012 0,0300 0,02 0,3646 0.3642 -0,4387 -2
6. 1,0013 0,010475 0,1125 0,1276 0,1274 -0,8948 -2,4559
1. Sebelum absorbsi 2. Sesudah adsorbsi
a. HCl 0,5 N a. HCl 0,5 N
16
V1 m1 = V2 m2 V1 m1 = V2 m2
10 m1 = 0,25 mL.18,25 gr 10 m1
=0,25ml.15,53g
m1 = 0,456 gr m1 = 0,388 gr
b. HCl 0,25 N b. HCl 0,25 N
V1 m1 = V2 m2 V1 m1 = V2 m2
10 m1 = 0,25 mL.7,84 gr 10 m1 = 0,25
ml.7,25g
m1 = 0,196 gr m1 = 0,193 gr
c. HCl 0,125 N c. HCl 0,125 N
V1 m1 = V2 m2 V1 m1 = V2 m2
10 m1 = 0,25 mL.3,565 gr 25 m1 =
0,25mL.9,4gr
m1 = 0,1035 gr m1 = 0,094 gr
d. HCl 0,0625 N d. HCl 0,0625 N
V1 m1 = V2 m2 V1 m1 = V2 m2
10 m1 = 0,25 mL.2,1 gr 50 m1 = 0,25
m.8,2gr
m1 = 0,0525 gr m1 = 0,04375 gr
e. HCl 0,0313 N e. HCl 0,0313 N
V1 m1 = V2 m2 V1 m1 = V2 m2
10 m1 = 0,25 mL.1,2 gr 50 m1 = 0,25 mL.4
gr
m1 = 0,0300 gr m1 = 0,0200 gr
f. HCl 0,0156 N f. HCl 0,0156 N
V1 m1 = V2 m2 V1 m1 = V2 m2
17
10 m1 = 0,25 mL.0,59 gr 50 m1 = 0,25
mL.2,25
m1 = 0,01475 gr m1 = 0,1125 gr
Jumlah zat yang teradsorbsi (x)
1. x1 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= 0,068 x 36,4627 x 100 / 1000
= 2,4794 gram
2. x2 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= 0,003 x 36,4627 x 100 / 1000
= 0,1094 gram
3. x3 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= 0,0095 x 36,4627 x 100 / 1000
= 0,3537 gram
4. x4 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= 0,00875 x 36,4627 x 100 / 1000
= 0,3190 gram
5. x5 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= 0,01 x 36,4627 x 100 / 1000
= 0,3646 gram
6. x6 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= 0,0035 x 36,4627 x 100 / 1000
=0,1276
18
19 | P a g e