Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

28
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/ 26 April 2011 Teknologi Minyak Atsiri, Rempah Dosen :Drs. Chilwan Pandji,MSc. Dan Fitofarmaka Asisten : 1. Laras Sukmawati (F34070094) 2. Khairunnisa (F34070121) ADSORBSI DENGAN LEMAK PADAT (ENFLEURASI) DAN EKSTRAKSI DENGAN PELARUT Disusun Oleh : Ridho Aslam F34080127 Melisa Constantia F34080130 Rachel Jessica P F34080132

Transcript of Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

Page 1: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/ 26 April 2011

Teknologi Minyak Atsiri, Rempah Dosen :Drs. Chilwan Pandji,MSc.

Dan Fitofarmaka Asisten :

1. Laras Sukmawati (F34070094)

2. Khairunnisa (F34070121)

ADSORBSI DENGAN LEMAK PADAT (ENFLEURASI) DAN EKSTRAKSI DENGAN PELARUT

Disusun Oleh :

Ridho Aslam F34080127

Melisa Constantia F34080130

Rachel Jessica P F34080132

2011

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 2: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini

disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial, serta minyak

aromaterapi karena merupakan kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan

kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang

khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian.

Bahan baku minyak ini diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti daun,

bunga, biji, buah, kulit biji, batang, akar, atau rimpang. Pada umumnya bunga setelah

dipetik akan tetap hidup secara fisiologis. Daun bunga terus menjalankan proses

hidupnya dan tetap memproduksi minyak atsiri dan minyak yang terbentuk dalam

bunga akan menguap dalam waktu singkat. Ada beberapa metode yang dapat

digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri dari tanaman. Antara lain dengan

menggunakan metode Enfleurasi dan Solvent Extraction. Khusus untuk minyak atsiri

yang diperoleh dari bunga, maka dalam proses pengambilan minyaknya bisa

digunakan dengan metode enfleurasi. Pada proses ini, absorbsi minyak atsiri oleh

lemak dilakukan pada suhu rendah (keadaan dingin) sehingga minyak terhindar dari

kerusakan yang disebabkan oleh panas.

Masing-masing jenis minyak atsiri umumnya memiliki metode pengambilan

yang berbeda. Hal ini didasarkan pada bagian dan jenis tanamannya. Penggunaan

metode yang tidak tepat akan berdampak pada hasil ekstraksi minyak atsiri yang

didapat. Sehingga sangat penting kiranya untuk menguasai masing-masing teknik

pengambilan ini.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah mempelajari teknik enfleurasi pada

bunga mawar dengan menggunakan lemak padat berupa mentega putih. Mengetahui

rendemen minyak yang dihasilkan bunga mawar dengan menggunakan metode

enfleurasi. Mempelajari cara ekstraksi bahan lada dan bunga mawar dengan

menggunakan pelarut alkohol dan hexan. Mengetahui jumlah rendemen minyak yang

didapatkan dengan menggunakan metode ekstrak.

Page 3: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

II. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini terdiri atas casis, rotary

evaporator, gelas piala, spatula, neraca, bejana bertutup rapat, magnetic stirer, dan

corong.

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah shortening, etanol 90%,

bunga segar seperti melati, sedap malam, mawar, lada, berbagai jenis bunga (mawar),

petroleum eter, dan benzen.

B. Metode

Enfleurasi

Siapkan alat enfleurasi. Pada sisi dari dasar alat dioleskan lemak setebal 1-2

cm. Diatas lapisan lemak tersebut ditaburkan bunga segar yang telah ditimbang

sampai 2/3 bagian dari rak terisi oleh bunga. Diamkan selama 24 jam (semalam) pada

suhu kamar dan disimpan dalam ruangan tertutup. Hari berikutnya bunga yang lama

dikeluarkan diganti dengan bunga yang baru, timbang terlebih dahulu. Penggantian

bunga dilakukan 3-4 kali. Setelah ekstraksi ke empat, bunga dikeluarkan dan lemak

dikerok dari dasar rak. Larutkan lemak tersebut dalam alkohol 90% sampai semua

lemak larut. Dinginkan campuran lemak tersebut pada alat pendingin (freezer) pada

suhu sekitar 15°C, sampai bagian lemak membeku. Pisahkan bagian lemak dari

alkohol dengan cara menyaring, sehingga diperoleh filtrat yang disebut ekstrait.

Filtrat yang dihasilkan dipekatkan dengancara menyuling sebagian besar alkohol

menggunakan rotary evaporator. Cairan yang dihasilkan disebut ”Absolute

enfleurasi” lalu ditimbang.

Solvent Extraction

Bahan berupa bunga dan lada dimasukkan dalam bejana. Tambahkan pelarut

sebanyak 3 kali jumlah bahan, kemudian aduk secara perlahan agar terjadi pencucian

secara merata, pencucian dilakukan selama 30 menit dengan menggunakan magnetic

stirer. Bahan dipisahkan dari pelarut dengan cara menyaring menggunakan kertas

Page 4: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

saring atau kapas sehingga didapatkan filtrat. Pelarut diuapkan menggunakan rotary

evaporator. Minyak pekat yang dihasilkan ditimbang, lalu dihitung rendemennya dan

disimpan untuk dianalisa mutunya.

Page 5: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

III. TINJAUAN PUSTAKA

Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen-komponen terlarut dari suatu

campuran komponen tidak terlarut dengan menggunakan pelarut yang sesuai.

Ekstraksi merupakan pemisahan dengan pelarut yang melibatkan perpindahan zat

terlarut ke dalam pelarut. Prinsip ekstraksi dengan pelarut menguap adalah

melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut organik yang mudah menguap.

Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam suatu wadah (ketel) disebut ekstraktor.

Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi minyak

atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan air, terutama untuk

mengesktrak minyak dari bunga-bungaan. Kebanyakan dipilih metode ini karena

kadar minyaknya di dalam tanaman sangat rendah/kecil. Bila dipisahkan dengan

metode lain, minyaknya akan hilang selama proses pemisahan. Pengambilan minyak

atsiri menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena sifat minyak atsiri yang

larut sempurna di dalam bahan pelarut organik nonpolar (Guenther, 1987).

Ekstraksi minyak atsiri dapat dilakukan pula dengan menggunakan pelarut

menguap seperti dietil eter, petroleum eter dan alkohol. Cara kerja ekstraksi dengan

pelarut menguap cukup sederhana, yaitu dengan cara memasukkan bunga yang akan

diekstraksi ke dalam ketel ekstraktor dan kemudian ekstraksi akan berlangsung secara

sistematik pada suhu kamar. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam bahan (bunga) dan

melarutkan minyak bunga beserta beberapa jenis lilin, albumin serta zat warna.

Karena zat warna yang ikut terlarut, maka semua minyak yang diekstraksi dengan

menggunakan pelarut menguap akan berwarna gelap karena mengandung pigmen

alamiah yang bersifat tidak dapat menguap. Selanjutnya larutan tersebut dipompa ke

dalam evaporator untuk menguapkan pelarut dan memekatkan minyak pada suhu

rendah. Dengan demikian, uap aktif yang terbentuk tidak akan merusak

persenyawaan minyak bunga bila suhu dijaga tetap rendah (Guenther, 1987).

Semua minyak yang diekstraksi dengan pelarut menguap mempunyai warna

gelap karena mengandung pigmen alamiah yang bersifat tidak dapat menguap.

Page 6: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

Faktor yang menentukan berhasilnya proses ekstraksi adalah mutu dari pelarut yang

dipakai. Pelarut yang ideal harus memenuhi syarat yaitu:

1). Harus dapat melarutkan zat wangi bunga secara cepat dan sempurna dan

sedikit mungkin melarutkan bahan seperti lilin, pigmen, senyawa albumin

2). Harus mempunyai titik didih yang cukup rendah agar supaya pelarut

mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi

3). Pelarut tidak boleh larut dalam air

4). Pelarut harus bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen

minyak bunga

5). Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, dan jika diuapkan tidak

akan tertinggal dalam minyak

6). Harga pelarut harus serendah mungkin dan tidak terbakar. Tidak ada

pelarut yang memenuhi syarat tersebut di atas, namun pelarut yang dianggap baik

ialah petroleum eter dan benzena (benzol) (Ketaren, 1985).

Susanto (1999) menjelaskan bahwa jumlah pelarut berpengaruh terhadap

efisiensi ekstraksi, tetapi jumlah berlebihan tidak akan mengekstrak lebih banyak,

dalam jumlah tertentu pelarut dapat bekerja optimal. McCabe, et al (1999)

menambahkan jumlah pelarut berpengaruh terhadap banyaknya oleoresin yang

diekstrak sampai titik keseimbangan, namun pada ekstraksi multi tahap kepekatan

dari zat yang akan diperoleh pada tingkat ekstraksi berikutnya selalu menjadi lebih

rendah, karena itu bahan pelarut tidak terpakai secara optimum.

Pemilihan pelarut merupakan hal yang penting dalam mengekstrak komponen

yang diinginkan. Kepolaran dan titik didih pelarut mempunyai peranan penting dalam

pengekstrakan komponen yang diinginakan. Jenis pelarut, konstanta dielektrik, titik

didih dan sifatnya secara umum dapat dilihat sebagai berikut:

Jenis pelarut Konstanta

dielektrik

Titik didih Sifat umum

Petoleum eter 1.9 Bervariasi Mudah

terbakar

Heksana 1.9 69oC Mudah

Page 7: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

terbakar

Kloroform 5.0 61oC -

Isopropil

alkohol

15.7 82oC Larut dalam

air

Aseton 21.4 56oC Larut dalam

air

Etanol 24.3 78oC Larut dalam

air

Metanol 33.1 65oC Larut dalam

air

Sumber: Brieger (1969)

Oleoresin merupakan ekstrak atau sari tumbuhan yang telah mengalami

penguapan pelarut. Oleoresin lada mempunyai keunggulan dibandingkan dengan

produk olahan yang lain dari lada yaitu mempunyai keseragaman aroma dan tidak

mengandung mikroba sehingga lebih awet. Oleoresin lada biasanya diproduksi dari

lada hitam karena mempunyai rendemen yang lebih besar dibanding dengan bahan

baku lada putih dan juga harga bahan baku yang lebih murah dengan kandungan sari

tumbuhan yang hampir sama dari oleoresin lada hitam maupun oleoresin lada putih.

Permasalahan pada ekstraksi oleoresin lada hitam adalah diperlukan pelarut yang

banyak untuk dapat mengekstraksi oleoresin dari bahan baku. Banyaknya pelarut

akan mempengaruhi tingginya biaya pengadaan pelarut sehingga diperlukan efisiensi

penggunan pelarut untuk menekan biaya produksi.

Ekstraksi dengan pelarut adalah pemisahan antar bagian dari suatu bahan

berdasarkan pada perbedaan sifat melarut dari masing-masing bagian bahan terhadap

pelarut yang digunakan (McCabe et al, 1999). Oleoresin didapatkan dari rempah-

rempah dengan cara diekstraksi menggunakan pelarut organik. Hasil ekstraksi

mengandung minyak dan senyawa terlarut pada pelarut. Pelarut organik yang biasa

digunakan adalah senyawa hidrokarbon pelarut lemak dan minyak, seperti alkohol

dan aseton. (Anonymous, 2006).

Page 8: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

Enfleurasi absolut dan chassis absolut pada dasarnya satu sama lain adalah

pelengkap, sebab masing-masing merupakan minyak yang dihasilkan dari satu bunga

yang sama, yaitu bunga mawar. Untuk pemasarannya, kedua minyak ini dijual secara

terpisah karena harga chassis absolut lebih rendah dibanding dengan harga enfleurasi

absolut. Tapi walaupun begitu setidaknya sisa proses enfleurasi ini (kelopak bunga

mawar) dapat dijual sehingga meningkatkan nilai tambahnya daripada langsung

dibuang dan hanya menjadi limbah yang dapat merusak lingkungan. Chassis absolut

memberikan hasil terbaik dalam campuran parfum, khususnya dalam campurannya

dengan zat aromatik sintesis (Guenther, 1987).

Prinsip kerja enfleurasi cukup sederhana. Jenis bunga tertentu (sedap malam

dan melati misalnya) setelah dipetik, masih meneruskan aktivitas fisiologisnya,

sehingga memproduksi minyak dan mengeluarkan bau wangi. Lemak mempunyai

daya absorpsi tinggi dan jika dicampur kemudian kontak dengan bunga yang berbau

wangi, maka minyak akan mengabsorpsi minyak yang dikeluarkan bunga tersebut.

Pada proses ini bunga dijaga agar bunga tetap hidup dengan cara memberikan O2

secukupnya agar minyak atsiri yang dikandung dapat diabsorpsi pada suhu ruang (25-

300) (Guenther, 1987). 

Page 9: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

III. PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

[Terlampir]

B. Pembahasan

Minyak atsiri terdapat pada kantung-kantung minyak dalam jaringan tumbuhan

sehingga diperlukan suatu usaha untuk mengeluarkannya. Salah satu caranya adalah

dengan melakukan penyulingan. Penyulingan adalah suatu proses pemisahan secara

fisik suatu campuran dua atau lebih produk yang mempunyai titik didih yang berbeda,

dengan cara mendidihkan terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih

rendah terpisah dari campuran atau dapat pula didefinisikan sebagai pemisahan

komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan

perbedaaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut. Adapun tujuan dari proses

penyulingan adalah memperoleh minyak atsiri dari tanaman aromatik yang

mempunyai kandungan minyak atsiri yang sulit untuk diekstrak pada kondisi

lingkungan normal.

Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan atau pengempaan umumnya

dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah, atau kulit buah yang memiliki kandungan

minyak atsiri yang cukup tinggi. Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang

mengandung minyak atsiri akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir ke permukaan

bahan. Contohnya minyak atsiri dari kulit jeruk dapat diperoleh dengan cara ini.

Prinsip dari ekstraksi dengan pelarut menguap atau perkolasi adalah melarutkan

minyak atsiri dalam pelarut organik yang mudah menguap. Ekstraksi dengan pelarut

organik pada umumnya digunakan mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak

oleh pemanasan uap dan air, terutama untuk mengekstraksi minyak atsiri yang berasal

dari bunga misalnya bunga cempaka, melati, mawar, dan kenanga.

Perbandingan bahan dan pelarut dapat mempengaruhi hasil ekstraksi.

Perbandingan yang baik antara bahan dan pelarut adalah 1:10. Konsentrasi pelarut

juga akan mempengaruhi ekstrak. Penggunaan pelarut alkohol dengan konsentrasi

kurang dari 35% akan menyebabkan terekstraknya gum sehingga mempersulit

penyaringan. Penggunaan alkohol dengan konsentrasi lebih dari 70% akan

Page 10: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

menghasilkan ekstrak dengan kandungan fixed oil tinggi, yang akan mengendap pada

bagian bawah ekstrak. Berdasarkan hasil penelitian Sulusi (2002), konsentrasi etanol

terbaik adalah 50-60%.

Lada merupakan salah satu jenis rempah yang dimanfaatkan sebagai bumbu

dalam berbagai masakan. Buah lada berbentuk bulat saat muda berwarna hijau dan

setelah matang berwarna merah. Hasil pengolahan lada ada 3 jenis yaitu lada hitam,

putih dan hijau, dari 3 jenis olahan yang dikenal hanya lada hitam dan putih.

Pengolahan lebih lanjut terhadap biji lada perlu dikembangkan karena dalam keadaan

utuh biji lada mempunyai kelemahan yaitu aroma akan hilang dan juga mudah rusak

karena jamur selama penyimpanan. Hasil olahan lada antara lain adalah oleoresin dan

lada bubuk.

Dalam praktikum, jenis pelarut menguap yang digunakan untuk ekstraksi

minyak atsiri dari bunga sedap malam dan lada adalah heksan dan alkohol. Menurut

Guenther (1987), heksan merupakan fraksi dari petroleum eter yang memiliki titik

didih antara 65-70oC. Dalam petroleum eter itu sendiri, heksan merupakan parafin

jenuh yang mempunyai sifat stabil dan mudah menguap, hingga pelarut ini dikatakan

sebagai pelarut yang paling baik untuk ekstraksi minyak bunga. Disamping itu,

banyak keuntungan lain yang diperoleh dengan penggunaan heksan atau petroleum

eter antara lain karena sifatnya yang selektif dalam melarutkan zat serta prosesnya

yang hanya menghasilkan lilin, albumin dan zat warna dalam jumlah sedikit namun

dapat mengekstraksi zat pewangi dalam jumlah besar.

Pelarut alkohol sebenarnya tidak dapat digunakan untuk mengekstraksi minyak

atsiri dari bunga segar karena dapat melarutkan air yang terdapat dalam bahan.

Dengan beberapa jenis bunga misalnya sedap malam, alkohol menyebabkan bau yang

tidak enak. Hal ini terbukti dengan hasil ekstraksi minyak dari bunga sedap malam

yang dilakukan dalam praktikum. Rendemen dari minyak dengan pelarut alkohol

memiliki rendemen lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen minyak dengan

pelarut heksan. Tingginya rendemen ini dimungkinkan tidak murni minyak atsiri

karena adanya tingginya kandungan air dan menyebabkan minyak berbau tidak segar

atau beraroma seperti bunga yang membusuk.

Page 11: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

Menurut Suyanti (2003), pada siang hari hasil ekstraksi dengan pelarut alkohol

pada kondisi mekar 25%, 50%, 75% dan 100% adalah 5,42%; 9,14%; 10,94%; dan

10,79%. Sedangkan rendemen yang didapatkan dari hasil pengamatan untuk pelarut

alkohol pada bunga sedap malam adalah 30,2 % dan pada lada sebesar 10,17%.

Tingginya rendemen pada bunga sedap malam dikarenakan bunga sedap malam

mempunyai kandungan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air pada lada

sehingga rendemennya pun lebih tinggi. Sesuai dengan literatur bahwa alkohol

melarutkan air dalam bahan sehingga rendemen dari minyak atsiri tersebut tidak

murni minyak atsiri. Sedangkan ekstraksi dengan pelarut heksan, mempunyai

rendemen yang lebih kecil dibandingkan ekstraksi dengan pelarut alkohol. Pada

ekstraksi bunga sedap malam, rendemen yang didapat adalah 3,23% dan pada lada

sebesar 2,17%. Jika dibandingkan hasil rendemen antara ekstraksi dengan heksan dan

ekstraksi dengan alkohol maka rendemen alkohol lebih banyak tetapi untuk

kemurnian dan kualitas, ekstraksi dengan heksan lebih baik. Selain itu alkohol

bersifat polar yang banyak menyerap air sehingga akan sulit dalam proses

pemisahannya.

Sebelum proses ekstraksi, bunga sedap malam mengalami proses pengecilan

ukuran yang bertujuan untuk memperluas permukaan bahan

sehingga mempercepat penetrasi pelarut ke dalam bahan yang

akan diekstrak dan mempercepat waktu ekstraksi. Tetapi ukuran

bahan yang terlalu kecil juga menyebabkan banyak minyak volatile

yang menguap selama penghancuran. Setelah itu dilakukan

penimbangan bahan baku yang dilakukan pada tahap awal

ekstraksi. Penimbangan bertujuan untuk mempersiapkan bahan

baku yang akan dengan menggunakan timbangan biasa ataupun

digital. Hasil ekstraksi umumnya masih mengandung bahan ikutan

lain yang terdapat dalam residu. Penyaringan dimaksudkan untuk

memisahkan antara filtrat dan residu. Penyaringan dilakukan

dengan menggunakan kertas saring sehingga proses yang

dilakukan cukup lama.

Page 12: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

Pelarut yang masih terdapat dalam filtrat harus diuapkan

dengan metode evaporasi. Penguapan pelarut dilakukan dalam

keadaan vakum menggunakan rotary vacuum evaporator. Pemekatan

dilakukan sampai tidak ada pelarut yang menguap, masing-masing

perlakuan mempunyai waktu penguapan yang berbeda, tergantung

jumlah pelarut yang digunakan.

Pada uji organoleptik pada ekstraksi dengan pelarut, untuk aroma yang paling

disukai oleh panelis adalah aroma dari ekstraksi lada menggunakan campuran hexan.

Sedangkan untuk warna yang paling disukai oleh panelis adalah dari lada

menggunakan alkohol. Hal ini dikarenakan jumlah zat warna yang dihasilkan dengan

ekstraksi heksan sedikit sehingga warnanya kurang menarik.

Minyak atsiri merupakan salah satu jenis minyak nabati yang multi manfaat.

Bahan baku minyak ini diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga,

biji, buah, kulit biji, batang, akar, atau rimpang. Pada umumnya bunga setelah dipetik

akan tetap hidup secara fisiologis. Daun bunga terus menjalankan proses hidupnya

dan tetap memproduksi minyak atsiri dan minyak yang terbentuk dalam bunga akan

menguap dalam waktu singkat. Khusus untuk minyak atsiri yang diperoleh dari

bunga, maka dalam proses pengambilan minyaknya bisa digunakan dengan metode

enfleurasi. Pada proses ini, absorbsi minyak atsiri oleh lemak dilakukan pada suhu

rendah (keadaan dingin) sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan

oleh panas.

Shortening adalah komponen utama untuk media enfleurasi adalah mentega putih

atau shortening, lemak, dan lilin. Shortening adalah lemak padat yang mempunyai

sifat plastis dengan kestabilan tertentu, umumnya berwarna putih dan sering disebut

mentega putih. Bahan ini diperoleh dari hasil pencampuran dua atau lebih lemak atau

dengan cara hidrogenasi.

Sifat fisik shortening didasarkan atas nilai shortening dan sifat plastisnya. Nilai

shortening adalah kemampuan mentega putih untuk melumas dan mengempukkan

bahan pangan yang tergantung dari derajat plastisnya. Sifat plastis tergantung dari

perbandingan jumlah lemak padat dan lemak cair dan sifat-sifat krislat lemak.

Page 13: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

Sebagian besar mentega putih dibuat dari minyak nabati seperti minyak biji kapas,

minyak kacang kedelai, dan minyak kacang tanah. Lemak atau mentega putih

dikatakan bersifat plastis jika berwujud padat dan tidak meleleh pada suhu kamar,

dapat membentuk dispersi dan menyebar menjadi cairan kental oleh kenaikan suhu

atau karena tekanan mekanis yang cukup rendah (Ketaren, 1985).

Enfleurasi merupakan metode pengambilan (ekstraksi) minyak atsiri dengan

bantuan lemak dingin sebagai adsorbennya. Caranya adalah lemak dingin yang telah

disiapkan dilumurkan secara merata kedalam chassis –tempat lemak, yang berbentuk

persegi empat. Setelah itu, kelopak bunga mawar yang telah disiapkan ditaburkan

diatas lemak untuk selanjutnya disimpan selama 24 jam. Setelah 24 jam, kelopak

bunga mawar yang telah jenuh tersebut diganti dengan kelopak bunga mawar yang

baru. Lakukan proses tersebut selama beberapa kali sehingga akan menghasilkan

pomade. Jika kelopak bunga mawar telah disebar sebanyak 10 kali, maka pomade

yang dihasilkan disebut pomade 10. Pomade selanjutnya diekstrak dengan alkohol

yang berkonsentrasi tinggi, alkohol akan melarutkan minyak bunga yang ada dalam

pomade. Alkohol yang telah dipakai mengekstraksi minyak bunga dari lemak disebut

ekstrait. Kemudian dilakukan penyulingan dalam keadaan vakum dan suhu yang

rendah sehingga akan dihasilkan minyak bebas dari alkohol yang disebut enfeurasi

absolut.

Hasil penelitian menyatakan, bahwa kelopak bunga (mawar) yang telah dipakai

untuk proses enfleurasi masih mengandung minyak yang tidak dapat diserap oleh

lemak (Guenther, 1987). Minyak bunga atau minyak atsiri bunga tidak hanya

mengandung minyak yang mudah menguap, tetapi juga mengandung persenyawaan

bertitik didih tinggi, dan tidak segera dibebaskan oleh bunga. Zat ini merupakan hasil

proses fisiologi yang kompleks yang belum dapat diterangkan secara mendetail.

Fraksi minyak bunga yang masih tertahan dalam daun bunga mawar yang telah

dikeluarkan dari chassis dapat diekstrak dengan pelarut mudah menguap, seperti

petroleum eter. Hasil ekstraksi merupakan massa padat. Massa yang padat tersebut

mengandung sejumlah lemak yang berasal dari bunga mawar selama proses

enfleurasi. Lemak ini kemudian dipisahkan dengan melarutkannya dalam alkohol

Page 14: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

pada suhu rendah. Hasil akhirnya disebut chassis absolut yang berupa pasta, dan

terdiri dari campuran minyak bunga dan alkohol, serta baunya berbeda dengan

enfleurasi absolut.

Keberhasilan proses enfleurasi tergantung pada kualitas lemak yang digunakan

dan ketelitian serta keterampilan dalam mepersiapkan lemak. Lemak yang digunakan

tidak boleh berbau, tidak berwarna, tidak mengandung asam lemak bebas, dan

memiliki konsistensi tertentu. Jika lemak terlalu keras, maka kontak antara bunga dan

lemak relatif sulit sehingga mengurangi daya absorpsi dan rendemen minyak bunga

yang dihasilkan. Sebaliknya jika lemak terlalu lunak, maka bunga yang disebarkan

pada permukaan lemak akan masuk ke dalam lemak, sehingga bunga yang layu dan

lemak yang melekat pada bunga sulit dipisahkan; dan hal ini dapat mengakibatkan

penyusutan berat lemak yang digunakan).

Pada praktikum kali ini digunakan bunga sedap malam sebagai bunga percobaan

pada uji enfleurasi. Sedap malam (Polianthes tuberosa, bahasa Melayu: sundal

malam) adalah tumbuhan hijau abadi dari suku Agavaceae. Minyak dari bunga ini

digunakan dalam pembuatan parfum (Wikipedia, 2011). Menurut Ketaren 1985,

proses enfleurasi mengasilkan rendemen minyak bunga sedap malam sekitar 11 kali

lebih besar dibandingkan ekstraksi menggunakan pelarut menguap yaitu sekitar 13.2-

13.5% dari berat ampas bunga, namun pada hasil percobaan rendemen yang

dihasilkan hanya 1,23%. Hal ini tidak sesuai dengan literatur. Hal ini dapat

disebabkan karena lemak yang digunakan bisa saja masih mengandung asam lemak

bebas sehingga mempengaruhi penyerapan minyak atsiri.

Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan, untuk

mendapatkan mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi. Enfleurasi bisa memberikan

nilai rendemen yang tinggi namun kekurangan dari metode ini adalah tidak efisien

dalam hal waktu. Untuk memperoleh jumlah minyak atsiri yang diinginkan

memerlukan waktu yang lebih lama. Selain itu metode ini juga membutuhkan tenaga

kerja yang terampil dan berpengalaman agar minyak atsiri yang diperoleh optimum.

Page 15: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

IV. KESIMPULAN

Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen-komponen terlarut dari suatu

campuran komponen tidak terlarut dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Prinsip

ekstraksi dengan pelarut menguap adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan

dengan pelarut organik yang mudah menguap. Sedangkan enfleurasi merupakan

metode pengambilan (ekstraksi) minyak atsiri dengan bantuan lemak dingin sebagai

adsorbennya. Setelah praktikum ini dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ektraksi

minyak atsiri dengan lemak padat dan pelarut menguap menghasilkan minyak dengan

kualitas dan karakeristik yang berbeda. Metode enfleurasi (ekstraksi dengan lemak

padat) baik untuk diaplikasikan pada sumber atsiri yang sensitif terhadap panas dan

cenderung mengandung kadar air yang tinggi seperti kelopak bunga, dalam hal ini

kelopak bunga sedap malam. Sedangkan ekstraksi menggunakan alkohol baik untuk

diaplikasikan pada bahan-bahan kering seperti bubuk lada yang digunakan dalam

praktikum. Penggunaan pelarut ini juga baik untuk memperoleh oleoresin, sedangkan

pelarut hexan sangat baik digunakan untuk memperoleh minyak atsiri dengan sifat

keharuman yang sangat mirip dengan sumber atsiri atau bahan yang digunakan.

Aroma yang dihasilkan dengan enfleurasi lebih menyengat dan dihasilkan bau yang

lebih enak dibandingkan dengan aroma yang dihasilkan dari ekstraksi pelarut

menguap.

Page 16: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2006. Spice Oil and Oleoresins. http: www.nrdcindia.com [ 3 Mei 2011].

Guenther E. 1987. Minyak Atsiri Jilid I. Terjemahan S. Ketaren. UI Press, Jakarta.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta.

McCabe, W.L. Smith, J.C.Hariot, Peter.1999. Operasi Teknik Kimia Jilid 2.

Penerjemah: Jasjfi, E.Erlangga. Jakarta.

Sulusi, Prabawati. 2002. Perbaikan Cara Ekstraksi Untuk Meningkatkan Rendemen

Dan Mutu Minyak Melati. Jurnal hort 12 12 (14): 270-275.

Susanto, W.H. 1999. Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Teknologi Hasil

Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Wikipedia.2011. Sedap Malam. http://www.wikipedia.org/ [diakses pada 9 Mei 2011]

Page 17: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

LAMPIRAN DATA ATSIRI P1

1. Rendeman

Kelompok Jenis Bahan Bobot Bahan(gram)

Jumlah Pelarut (ml)

Hasil Evaporasi

(gram)

Rendemen(%)

1 Enfleurasi Bunga 172,75 Lemak Padat 2.12 1.232 Bunga + Alkohol 62 I86 18.274 30.23 Bunga + Hexan 35.30 105 1.14 3.234 Lada + Alkohol 30 90 3.05 10.175 Lada + Hexan 30 90 0.65 2.176 Lada + (Hexan,

Alkohol)30 Hexan: 45

Alkohol: 45

2. Organoleptik2.1. Aroma

Nama Kode AbsolutenA B C D

1. Amelia + ++ + +++2. Putri + +++ +++ ++3. Desta + +++ +++ +++4. Melisa + +++ ++ +++5. Reni ++ + + +++6. Dodi + ++ ++ +++7. Yoga + ++ +++ +++8. vntya + ++ ++ +++9. Tari + + +++ ++

2.2. Warna

Nama Kode AbsolutenA B C D

1. Amelia ++ ++ +++ ++2. Putri +++ ++ +++ +3. Desta ++ ++ +++ +

Page 18: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

4. Melisa ++ + +++ +5. Reni ++ + +++ ++6. Dodi ++ + +++ +7. Yoga ++ ++ +++ +++8. vntya ++ + +++ +9. Tari + ++ +++ ++

Keterangan:Kode A : Lada + Alkohol (Kelompok 6)Kode B : Lada + Hexan (Kelompok 6)Kode C : Lada + Alkohol (Kelompok 4)Kode D : Lada + Hexan (Kelompok 5)

No Nama Aroma WarnaA B C A B C

1. Putri 1 3 1 1 3 12. Tari 1 2 3 1 2 13. Melisa 1 2 2 1 2 14. Yuyun 1 3 1 2 3 25. Reni 1 1 3 3 2 16. Vintya 1 2 3 2 3 27. Ami 1 1 2 2 3 28. Agus 3 2 3 2 3 39. Yoga 1 1 3 1 3 210. Ahmad 2 3 1 1 3 2

Rata-Rata 1.3 2 2.2 1.6 2.7 1.7

Keterangan:

A : Perkolasi bunga sedap malam dengan pelarut alkohol (Kel 2)

B : Perkolasi bunga sedap malam dengan pelarut hexan (Kel 3)

C : Enfluerasi bunga sedap malam (Kel 1)

Kriteria Penilaian

Nilai 1 : Aromanya lemah atau warnanya kurang pekat

Tanda + : Kurang menyengat

Tanda ++ : Menyengat

Tanda +++ : Sangat Menyengat

Page 19: Adsorbsi Dengan Lemak Padat Enfleurasi Dan Ekstraksi Dengan Pelarut (From Melisa)

Nilai 2 : Aromanya kuat atau warnanya pekat

Nilai 3 : Aromanya sangat kuat (menyengat) atau warnanya sangat pekat