Post on 05-Jun-2019
1
WALIMAH URS DALAM PERSPEKTIF HADIS
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Aldila Maudina
1113034000078
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018 M
2
WALIMAH URS DALAM PERSPEKTIF HADIS
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Disusun Oleh:
Aldila Maudina
NIM: 1113034000078
Pembimbing:
Lisfa Sentosa Aisyah, S.Ag, M.A NIP: 19750506 200501 2 003
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS
USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018 M
3
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 01 Maret 2018
Aldila Maudina
i
ABSTRAK
Aldila Maudina (1113034000078)
“Walimah Urs dalam Perspektif Hadis”
Resepsi pernikahan atau walimah urs‟ merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan
dalam sebuah pernikahan. Selain untuk menjalankan syariat Agama, resepsi
pernikahan atau walimah urs‟ ini juga bertujuan untuk menghindarkan fitnah
dikalangan masyarakat luas. Akan tetapi pelaksanaannya harus sesuai dengan apa
yang telah disyari‟atkan oleh agama. Sebagian masyarakat tentunya ada yang
mengadakan walimah urs‟ dengan cara mewah dan banyak meghabiskan biaya.
Selain itu bagi yang tidak memliki biaya mereka hanya melaksanakan akad nikah
saja tidak diadakannya walimah urs‟. Hal ini dikarenakan himpitan ekonomi.
Skripsi ini menggunakan metode kualitatif yaitu sebuah metode yang menekankan
pada aspek pemahaman lebih mendalam terhadap suatu masalah. Kemudian
mengacu kepada kitab hadis al-kutub at-Tis‟ah, kitab syarah hadis dan kitab fiqih
munakahat yang membahas sesuai tema yang diteliti. Kemudian metode
penelitian hadis penulis menggunakan metode tematik, yaitu dengan cara
mengumpulkan hadis-hadis yang berkaitan dengan tema walimah urs.
Dalam skripsi ini penulis memberi kesimpulan bahwa kandungan hadis walimah
urs menurut Imam Nawawi hadis nabi “awlim walau bisyattin” adalah dalil
dianjurkannya dalam mengadakan walimah urs, bagi yang mampu hendaknya
tidak kurang dari satu kambing. Dan menurut mayoritas Ulama bahwasannya
mengadakan walimah urs sangat dianjurkan.
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah Swt., yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Yang senantiasa melimpahkan segala nikmat dan pertolongan-Nya. kepada
penulis berkat izin dari-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Semoga kita termasuk
umatnya yang mengikuti perintah-Nya dan mendapatkan syafa‟at darinya pada
hari kiamat kelak.
Skripsi dengan judul “WALIMAH URS DALAM PERSEPEKTIF
HADIS” merupakan salah satu tugas akhir , melalui upaya yang melelahkan dan
penuh perjuangan alhamdulillah skripsi ini telah selesai disusun guna memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strate satu dalam Ilmu Al-
Qur‟an dan Tafsir pada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terlebih dahulu penulis sembahkan kado kecil ini kepada Kepada kedua
orang tua tercinta malaikat tanpa sayapku Ayahanda H. Sahro Hamdan dan
Ibunda Hj. Nursiyah Abd Hamid yang telah berjuang dengan segala kemampuan
baik berupa materil maupun spiritual untuk kelancaran studi bagi penulis. Yang
selalu mendo‟akan kebaikan dalam setiap aktifitas penulis, yang tidak henti-
hentinya memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih telah menjadi orang tua yang hebat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak.
Maka tidak lupa penulis sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
iii
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
yang telah memberikan kesempatan kepada saya mengikuti perkuliahan di
Fakultas tersebut hingga akhir.
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., (selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an
dan Tafsir) dan Dra. Banun Binaningrum, M.Pd., (selaku Sekretaris
Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir) yang selalu memberikan kemudahan,
baik dalam hal administrasi maupun yang lainnya.
4. Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, S.Ag, MA., selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan,
memberikan motivasi dan kemudahan, serta mengoreksi dalam penulisan
skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA., selaku dosen pembimbing
akademik yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam
penulisan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah tulus dan ikhlas memberikan ilmu dan pengalaman berharga kepada
penulis. Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan dalam segala
hal.
7. Kepada seluruh guru di SD, MTS dan MA Berkat ilmu dari mereka semua
dapat mengantarkan penulis sampai ke jenjang Universitas.
iv
8. Keluargaku teruntuk abangku Robby Auliya dan pamanku H. Zaini
Hamdan dan semua keluarga yang selalu memberikan motivasi dan
semangat agar penulis segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Para sahabat satu jurusan Tafsir Hadis 2013, khususnya TH C 2013,
Perawati, Dini, Rara, Rika, Gina, Syifa, Iffa, Phera, Uyun, Dll. Semoga
persahabatan kita tak hanya berakhir sampai disini, terima kasih telah
banyak memberikan motivasi, saran dan semangat kepada penulis selama
kuliah. Terimakasih atas kebersamaannya selama empat tahun, terimakasih
telah meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita dan suka duka
penulis.
10. Dan seluruh pihak yang telah membantu proses perkuliahan dan penulisan
skripsi ini, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini sedikit banyak dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan menjadi awal untuk memotivasi penulis
agar terus berkarya. Semoga Allah Swt., selalu memberi limpahan berkah dan
membalas semua kebaikan pihak-pihak yang turut serta membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................. v
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ........................................................... 10
D. Metodologi Penelitian ........................................................................ 11
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 13
F. SistematikaPenulisan .......................................................................... 16
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WALIMAH URS ............................. 17
A. Pengertian Walimah Urs ..................................................................... 17
B. Landasan Hukum Walimah Urs .......................................................... 20
C. Waktu dan Masa Pelaksanaan Walimah Urs ..................................... 23
D. Hukum Menghadiri Walimah Urs ...................................................... 28
BAB III ANALISIS HADIS TENTANG MENGADAKAN WALIMAH
URS ........................................................................................................... 36
A. Takhrij Hadis mengadakan Walimah Urs‟........................................ 36
B. Tinjauan Sanad ................................................................................... 42
BAB IV PEMAHAMAN HADIS MENGADAKAN WALIMAH URS ............ 47
A. Asbab al-Wurud .................................................................................. 47
B. Pemahaman Hadis ............................................................................... 48
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 62
A. Kesimpulan ........................................................................................ 62
B. Saran .................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 63
vi
Pedoman Transliterasi
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman
pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang terdapat dalam buku Pedoman
Akademik Program Strate 1 tahun 2013-2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ت
Ts te dan es خ
J Je ج
H h dengan garis bawah ح
Kh ka dan ha ر
D De د
Dz de dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
Sy es dan ye ش
S es dengan garis di bawah ص
D de dengan garis di bawah ض
T te dengan garis di bawah ط
Z zet dengan garis bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan „ ع
Gh ge dan ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ه
M Em م
vii
N En ى
W We و
H Ha ه
Apostrof ˋ ء
Y Ye ي
Vokal
Vokal dalam bahasa arab, seperti vokal dalam bahasa indonesia, terdiri
dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fathah
I Kasrah
U Dammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ai a dan i ي
au a dan u و
viii
Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
 a dengan topi di atas ئا
Î i dengan topi di atas ئى
Û u dengan topi di atas ئى
Kata Sandang
Kadang sandang yang dalam sistem aksara arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu اه, dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyyah
maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-
dîwân.
Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ( ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata روور tidak الض
ditulis ad-darûrah, melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.
ix
Ta Marbûtoh
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti
oleh kata sifat (na‟t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tesebut
diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/
(lihat contoh 3).
NO Kata Arab Alih Aksara
Tarîqah طويقة 1
Al-jâmi‟ah al-islâmiyyah الجاهعة اإلسالهي ة 2
Wahdat al-wujûd ودد الىجىد 3
Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa indonesia. Antara lain
untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama
diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata
sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâli
bukan Abû Hâmid Al-Ghazâli, al-Kindi bukan Al-Kindi).
x
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)
atau cetak tebal (bold), jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak
miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar
katanya berasal dari bahasa arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,
tidak „Abd al-Samad al-Palimbâni, Nuruddin al-Raniri tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
Cara Penulisan Kata
Setiap kata baik kata kerja (fi‟il), kata benda (ism), maupun huruf (harf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-
kalimat dalam bahasa arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustâdzu ذهة األسح اذ
tsabata al-ajru ثب ث األ جو
صو ية ة الع م و al-harakah al-„asriyyah الذ
Asyhadu an lâ ilâha illâ allâh أشهد أى ال ا له اال هللا
ال خ ل ل الص ىال ن ا ه Maulânâ Malik al-sâlih ه
Yu‟atstsirukum Allâh ي ؤثوم ن هللا
ظ ا ه و قل يةالو الع Al-mazâhir al-„aqliyyah
ىن ية Al-âyât al-kauniyyah اآلي ات الن
ات ذظ ىر ور ج ب يخ الو و Al-darûrat tubîhu al-mahzûrât الض
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan, manusia tidak terlepas dari pergaulan sosial, hal ini
dibuktikan bahwasanya seseorang tidak bisa hidup sendiri (secara individual)
tanpa bantuan orang lain, karena Allah telah menciptakan alam ini beserta
isinya secara berpasang-pasangan baik manusia, tumbuhan, hewan atau
sebagainya. Firman Allah SWT dalam Q.S Yásín (36) : 36
“Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun
dari apa yang tidak mereka ketahui.“
Secara tekstual Ayat di atas memberikan penjelasan, bahwasannya
makhluk hidup khususnya manusia pasti memiliki pasangan yang menemani
hidupnya. Hal tersebut telah diatur Allah secara teratur dan begitu terorganisir
dan membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna diantara
makhluk-makhluk lainnya.
Menikah merupakan salah satu sunnah Rasul yang harus dilakukan,
dengan menikah maka Allah akan menjamin rezeki, kebahagiaan, dan pahala
ibadah yang berlipat ganda. Dengan menikah maka seseorang telah sempurna
dari separuh agamanya.
Pernikahan yang didambakan setiap manusia sebagai tempat
berlabuhnya dua insan yang saling mencinta tidak bisa diukur dengan tujuan
1
2
yang pendek. Selain mampu mempersatukan dua hati tujuan pernikahan juga
harus diukur dalam pembentukan rumah tangga yang sakinah, mawaddah,
warahmah. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Ar-Rum ayat 21
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya, dan dijadikan Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Ar-Rum ayat 21)
Sayyid Quthb Dalam tafsir fi Dzhilalil Qur‟an menjelaskan. Manusia
mengetahui perasaan mereka terhadap lawan jenis. Syaraf dan perasaan
mereka disibukkan dengan hubungan di antara dua jenis. Langkah mereka
didorong, dan aktivitas mereka digerakkan oleh perasaan-perasaan yang
beragam corak dan orientasinya antara laki-laki dan perempuan. Tetapi,
jarang sekali mereka mengingat tangan Allah yang menciptakan pasangan
untuk mereka dari jenis mereka, menyematkan emosi dan perasaan ini pada
jiwa mereka, serta menjadikan hubungan tersebut sebagai penenang jiwa dan
syaraf, relaksasi bagi tubuh dan hati, stabilitas bagi kehidupan dan
penghidupan, suka cita bagi ruh dan nurani, dan ketentraman bagi laki-laki
dan perempuan.1
Dengan menikah akan bertambah tanggung jawab yang tidak hanya
dari sisi materi saja, tetapi juga mengarahkan, mendidik, membimbing anak-
anak dan keluarga menjadi lebih baik. Itulah kenapa Islam sangat
1Sayyid Quthb, Tafsir Fî-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, Juz XXI Surat
Ar-Rum, Hal 648, (Robbani Press, Cetakan Pertama) , Shafar 1430 H/ Februari 2009.
3
menganjurkan untuk menikah. Karena didalamnya terdapat banyak kemuliaan
jika kita mengetahuinya dan menjalaninya sesuai dengan aturan dan ajaran
Islam.
Pernikahan yang diadakan tentunya dibarengi dengan Walimah Urs
sebagian masyarakat tentunya ada yang mengadakan Walimah Urs dengan
cara mewah dan banyak meghabiskan biaya. Selain itu bagi yang tidak
memliki biaya mereka hanya melaksanakan akad nikah saja tidak
diadakannya walimah urs. Hal ini dikarenakan himpitan ekonomi.
Telah membudaya di kalangan masyarakat umum, baik masyarakat
dari kalangan bawah maupun kalangan atas, ketika terlaksana pernikahan
akan dilaksanakan pula sebuah perayaan dalam rangka mensyukuri
terselenggaranya momen tersebut. Dalam merayakannya itupun sangat
variatif. Ada yang dilaksanakan secara kecil-kecilan dengan hanya sebatas
menjamu para undangan dengan makanan yang sekedarnya atau bahkan ada
yang merayakannya secara besar-besaran, dengan memakan waktu berhari-
hari dan dengan beraneka ragam hiburan dan makanan yang disajikan hingga
terkesan berlebihan.
Setiap ada pernikahan selalu dibarengi dengan resepsi pernikahan atau
Walimah Urs. Acara semacam ini dianggap lumrah dan telah membudaya
bagi setiap lapisan masyarakat mana pun, hanya saja cara dan sistemnya yang
berbeda karena setiap adat dan budaya memiliki cara nya masing-masing.
Dalam pandangan agama Islam hal itu tidak jadi masalah, asalkan tidak
melakukan tindakan yang bertentangan dengan aqidah Islam.
4
Dalam hal ini Islam memandang bahwa mengadakan Walimah Urs
adalah sebagai ajang memperkenalkan kepada masyarakat luas agar sang
pengantin dikenal banyak orang, bahwa mereka adalah pasangan suami istri
yang sudah sah secara agama dan tercatat dalam bukti buku pernikahan.
Walimah Urs juga dimaksudkan untuk memberitahukan kepada masyarakat
tentang pernikahan kedua mempelai, sehingga ketika mereka pergi berdua
tidak timbul fitnah.2
Kesempurnaan atau kelengkapan dalam syari‟at Islam bukan hanya
mencakup aqidah, akhlak akan tetapi masih banyak aturan-aturan yang
dibahas, di antaranya membahas mengenai masalah pernikahan, dari
bagaimana mencari calon pendamping hidup hingga mewujudkan pesta
pernikahan (Walimah „Urs). Di sisi lain hal yang paling menjadi trendy topic
adalah mengenai Pesta pernikahan, dimana pada zaman era modern seperti
sekarang ini, banyak masyarakat yang terbuai akan pesona dunia, sehingga
mereka cenderung untuk meniru gaya barat yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam, dari cara meminang, pergaulan sebelum menikah, sampai upacara yang
banyak menghambur-hamburkan waktu, dana, tenaga, bahkan sampai ada
kaum muslimin yang tidak menginginkan pernikahan karena tidak mampu
membayar biaya pernikahan yang seakan-akan menguras keringat seperti
yang dilakukan layaknya para artis, pejabat-pejabat tinggi, kalangan sosialita,
high class sampai medium class. Islam telah memberikan tuntunan kepada
pemeluk-pemeluknya mengenai sebelum atau sesudah melaksanakan
2D.R. Hasbi Indra MA, Potret Wanita Shalehah, (Pena Madani) Jakarta 2004. Hal 142
5
pernikahan, sehingga tidak ada yang merasa diberatkan ataupun
penyimpangan-penyimpangan lainnya.
Adapun dalam melaksanakan walimah urs hendaknya diadakan
sesederhana mungkin agar tidak membebani tuan rumah. Di dalam hadits
yang di riwayatkan oleh Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah mengadakan
walimah walau hanya dengan seekor kambing. Pada zaman sekarang mungkin
kita bisa melaksanakan walimah hanya dengan menyajikan ayam misalnya,
agar menghemat biaya bagi yang kurang mampu. Sebaiknya walimah
diadakan secara sederhana saja, tidak berlebihan. Bila berlebihan sampai
beberapa harimengadakan pesta pernikahan, selain mubadzir akan lebih baik
pula dana yang ada disimpan untuk keperluan hidup berumah tangga.
Demikian halnya dengan pesta pernikahan yang sederhana jauh lebih
mulia dibandingkan dengan pesta pernikahan atau Walimah Urs yang terkesan
banyak menghabiskan biaya. Perkembangan masyarakat, Walimah
Ursberubah menjadi bermacam-macam, baik jenis maupun cara
peyelengggaraannya yang berbeda.
Dapat kita ketahui bahwa banyak sekali Walimah Urs berubah menjadi
bermacam-macam, baik jenis maupun penyelenggaraannya. Walimah Urs
dijadikan ajang untuk buang-buang uang dengan resepsi yang mewah. Selain
itu banyak makanan yang telalu banyak sehingga mubazir dan sia-sia.
Bagi masyarakat yang hidup pas-pasan tentu ini sangat membebani.
Namun karena disebabkan gengsi social ataupun karena faktor adat, sehingga
mereka tetap memaksakan diri untuk melaksanakannya.
6
Walimah urs sangat dianjurkan bahkan ada yang mewajibkan, sebab
ketika Ali R.A. melamar Fatimah R.A, Rasulullah SAW bersabda bahwa:
“(Peresmian)” pengantin hendaknya mengadakan walimah.3
4من ولييمت س انه البد للعر
“Bahwasannya urus (perkawinan) meskipun kecil (sederhana)
hendaknya diwalimahi”.(H.R Ahmad bin Hambal)
Rasulullah pernah mengadakan walimah urs beliau mengundang kaum
muslimin untuk menghadiri walimah yang beliau adakan. Disini tidak ada roti
ataupun daging. Beliau hanya menyuguhkan kurma, tepung, dan samin.5
ن عدن ندن ر د دعي ثدنا عبدد الداار عدن د حد ثدنا مسد دلا اللده عليده حد ال اللده ها بين داقدها وول عليد قها فية وتدزوجها وجعل عتد 6و لم عتق
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan
kepada kami Abdul Warits dari Syu'aib dari Anas bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam membebaskan Shafiyya lalu beliau
menikahinya, dan beliau menjadikan pembebasannya itu sebagai
maharnya. Kemudian beliau mengadakan walimah dengan Hais
(sejenis makanan dengan bahan kurma, tepung dan samin). (HR.
Bukhori)
Dari beberapa hadis yang sudah tertulis bahwasanya Rasulullah sangat
menganjurkan diadakan nya walimah urs, selain sebagai rasa syukur serta
wujud kebahagiaan atas telah terlaksana nya akad nikah dan dilangsungkan
dengan acara Walimah Urs, maka menurut penulis alangkah baiknya
mengadakan Walimah Urs walau hanya dengan jamuan yang seadanya dan
3Mahmud Ash-Shabbagh, As-Sa‟âdah Az-Zaujiyah fil Islam, (CV. Pustaka Mantiq 1993)
hal 95 4H.R Ahmad Juz.5/539
5Mahmud Ash-Shabbagh, As-Sa‟âdah Az-Zaujiyah fil Islam, (CV. Pustaka Mantiq 1993)
hal 95 6Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-
Bukhari Al-Ju‟fi Al-Bukhari, Sahih Bukhari bab nikah juz 3 no 5169, Daar el-Hadith hal 267
7
telah dicontohkan juga bahwasannya Rasulullah mengadakan Walimah Urs
hanya dengan menyuguhkan kurma, yughurt, dan samin.
Menurut Jumhur Ulama, Walimah Urs itu sangat dianjurkan (Sunnah),
karena kandungan makna yang terpenting dalam walimah adalah memberikan
hidangan makanan kepada masyarakat sebagai wujud kebahagiaan.7
، قال يءن من " :عن نن نسائه، ما ول ما ريت ر ال الله لا اهلل عليه و لم ول علا اة فإنه ذبح علا زيدن
8 “Dari Anas bin Malik r.a yang berkata: Aku tidak pernah melihat
Rasulullah saw melakukan walimah untuk istri-istrinya seperti yang
beliau lakukan dalam walimah pernikahan dengan Zainab, yaitu beliau
menyembelih seekor kambing kibasy. (HR. Muslim dan Ibnu
Majah).”
Selain itu dengan diadakannya, Walimah Urs juga sebagai wujud rasa
syukur dari kedua mempelai atas terselenggaranya pernikahan dan untuk
memohon do‟a restu dari para khalayak atau teman dekat untuk memberikan
spirit atas dukungan do‟a restu dan juga dukungan materi (kado) bagi kedua
mempelai yang akan memasuki kehidupan rumah tangganya.9
B. Identifikasi Masalah Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari permasalahan-permasalahn yang ada dapat diidentifikasi,
kiranya harus dicarikan jawaban dari masalah-masalah tersebut dan
menyelesaikannya. Untuk menjadi sebuah karya tulis yang baik,
pembatasan terhadap masalah yang akan dikaji merupakan salah satu
7Slamet Abidin, Fiqih Munakahat, (Bandung: CV Pustaka Setia. 1999) hal 201
8Al-Imam Abu Al-Husain Muslim bin al-Hajaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, Juz
3 Kitab Nikah, Daar el-Hadith, Hal 440 9DR.Hasbi Indra MA ,Potret Wanita Salehah, (Pena Madani : Jakarta 2004). Hal 142
8
bagian penting demi terciptanya fokus pembahasan, untuk itu objek yang
akan dituangkan dalam karya tulis ini diidentifikasi pada hal-hal berikut:
a. Seberapa penting mengadakan resepsi pernikahan atau Walimah Urs
pada era modern seperti sekarang ini.
b. Etika Walimah Urs.
c. Hukum menghadiri Walimah Urs.
2. Pembatasan Masalah
Adapun penulis membatasi masalah yang akan diteliti pada pemahaman
hadis Walimah Urs dalam kitab hadis al-kutub al-Tis‟ah.
3. Perumusan Masalah
Inti permasalahan yang akan dikaji pada penulisan skripsi ini adalah :
a. Bagaimana pemahaman hadis tentang Walimah Urs?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan Signifikasi dalam hal ini adalah Untuk memberikan kejelasan
dalam penelitian ini, maka tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menguraikan dan menjelaskan hadis-hadis yang berkaitan
dengan mengadakan Walimah Urs
2. Untuk mengetahui asbabul wurud dari hadis Walimah Urs
3. Untuk mengetahui pelaksanaan Walimah Urs yang sesuai dengan ajaran
Rasul Saw
Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui makna hadis yang sebenarnya.
2. Untuk menjelaskan urgensi Walimah Urs
9
3. Untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai Walimah Urs bagi
penulis dan bagi yang membaca
4. Memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) Fakultas
Ushuluddin di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif, adapun
langkah-langkahnya meliputi tiga aspek metodologi penelitian.10
Hal ini
sebagai upaya dalam pemaparan yang penulis anggap lebih komprehenshif
dan mudah untuk difahami. Adapun metodologi penelitian tersebut antara lain:
1. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif, metode penelitian kualitatif merupakan sebuah
metode yang menekankan pada aspek pemahaman lebih mendalam
terhadap suatu masalah dari pada melihat sebuah permasalahannya.
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian riset yang sifatnya deskripsi,
cenderung menggunakan analisis dan lebih memaparkan proses
maknanya.11
Tujuan dari metode ini adalah untuk memahami secara luas
dan mendalam terhadap suatu masalah secara detail pada suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Adapun langkahnya meliputi penelitian
kepustakaan (library research).
Library Research adalah penelitian, penyelidikan terhadap buku-
buku yang berkaiatan dengan masalah yang akan dibahas, kemudian dari
10
Hamka Hasan, Metodologi Penelitian Tafsir Hadis (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah, 2008) Hal. 121 11
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Salemba Humanika, 2012),
hal.7
10
bacaan tersebut penulis mengklarifikasikan materi yang dituangkan dalam
tulisan. Dengan demikian, penulis menggunakan sumber primer dari kitab-
kitab hadis yaitu al-Kutub al-Tis‟ah, dan beberapa Kitab Syarh seperti
Fath al-Bârí dan syarh Sahíh Muslim. Sumber sekunder untuk melengkapi
tulisan ini, penulis juga merujuk beberapa buku yang berkaitan dengan
tema Walimah Urs atau yang berkaitan dengan nikah seperti Fiqih
Munakahat, Fiqih perbandingan masalah pernikahan dan sebagainya.
Kemudian dalam penulisan skripsi ini penulis mencari pendapat Ulama
yang terkait dengan pembahasan yang akan dibahas oleh penulis, lalu
setelah itu dipahami dan diperdalam kembali sehingga terdapat gambaran
terhadap data-data yang telah disusun.
2. Metode Pembahasan
Metode pembahasan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
tematik. Deskriptif yaitu sebuah metode yang bertujuan memecahkan
masalah yang ada dengan menggunakan teknik deskriptif yakni
penelitian,dan klarifikasi.12
Bahan bahan yang penulis kemukakkan
kemudian akan dideskripsikan dan dianalisis untuk kemudian dari
kerangka tersebut penulis menarik kesimpulan. Sedangkan metode tematik
yaitu dengan cara mengumpulkan hadis-hadis yang berhubungan dengan
hukum mengadakan Walimah Urs yang dianjurkan oleh nabi, dan dengan
langkah mentakhrij hadisnya. Kemudian hadis-hadis tersebut dipahami dan
dijabarkan sebagai penjelas.
3. Metode Penulisan
12
Winaro Suharmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1994), Hal.138-139
11
Metode penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku
“Pedoman Akademik Program Strata 1 tahun 2013/2014” yang disusun
oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang telah penulis lakukan,
ada beberapa skripsi yang membahas atau berkaitan dengan judul yang
berkaitan diantaranya adalah:
Penulis menemukan skripsi dengan judul “Walimah Dalam
Persepektif Hadis (Studi Kasus Walimah Adat Minangkabau Di Nagari
Guguak Tabek Sarojo, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatra
Barat)” Yang ditulis oleh Mhd Hanafi mahasiswa Jurusan Tafsir Hadis
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016 M /1437
H. Skripsi ini menerangkan tentang bagaimana cara pelaksanaan Walimah
pada adat Minangkabau di Nagari Guguak Tabek Sarojo.
Penulis menemukan skripsi dengan judul “Tradisi Pernikahan di
Masyarakat Payudan Karangsokon Guluk-Guluk Sumenep (kajian living
hadis)” Yang ditulis oleh Ahmad Muhfudz mahasiswa Jurusan Ilmu Al-
Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini membahas salah satu tradisi masyarakat Karangsokon tentang
persetujuan pernikahan yang kemudian seakan-akan mengambil hak
berbicara dari seorang anak dalam menentukan pasangannya. Serta adanya
sebuah upaya untuk menentukan hari baik (Nyareh Dinah Begus).
Penulis menemukan sebuah skripsi dengan judul “Tata Cara
Khitbah dan Walimah Pada Masyarakat Betawi Kembangan Utara
12
Jakarta Barat Menurut Hukum Islam” yang di tulis oleh M. Irfan
Juliansah Jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada skripsi ini penulis
melihat bagaimana tata cara khitbah dan walimah pada masyarakat betawi
menurut hukum islam karena setiap daerah atau adat berbeda tata cara
pelaksanaan khitbah dan walimah.
Penulis menemukan sebuah skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Sumbangan dalam Hajatan pada Pelaksanaan Walimah
dalam Perkawinan di Desa Rima Kec. Banyuasin III Kab. Banyuasi
Sumatera Selatan”yang ditulis oleh Fawari mahasiswa Jurusan Ahwal
Syakhshiyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Skripsi ini membahas bagaimana hukum islam mengenai
sumbangan dalam hajatan dalam pesta perkawinan atau walimah karena
setiap adat atau wilayah berbeda beda dalam pelaksanaan walimah ursy‟
dalam hal ini ditinjau studi kasus di Desa Rima Kec. Banyuasin III Kab.
Banyuasi Sumatera Selatan.
Penulis menemukan sebuah skripsi dengan judul “Tradisi Dalam
Perkawinan Adat Muslim Suku Dani Papua Ditinjau Dari Hukum Islam”
yang ditulis oleh Muslimin Jurusan Ahwal Syakhshiyah Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini membahas
mengenai masyarakat muslim suku Dani Papua telah cukup lama terisolasi
dari perkembangan dunia luar, sehingga pemahaman mereka tentang
hukum Islam sangat kurang.
13
Penulis menemukan sebuah skripsi dengan judul “Pendapat Ulama
Kota Pontianak Tentang Hukum Menyelenggarakan Walimatul „Urs
Dengan Cara Berhutang (Studi Di Kelurahan Saigon Kecamatan
Pontianak Timur)” yang ditulis oleh Yunandar Rahmadi Mahasiswa Prodi
Ilmu Hukum Universitas Tanjungpura. Dalam skripsi ini akan dibahas
tentang penyelenggaraan walimah di Kelurahan Saigon Kecamatan
Pontianak Timur sebagian masyarakat saigon menyelenggarakan dengan
cara berhutang, masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah
bagimana pendapat Ulama tentang hukum menyelenggarakan walimatul
urs‟ dengan cara berhutang.
Penulis menemukan sebuah thesis dengan judul “Walimah Urs‟
sebelum akad nikah dalam tradisi pernikahan ge-wing : studi kasus di
Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu” yang ditulis oleh
Kamal Mustafa Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan al-Ahwal al-
Syakhshiyyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Thesis ini
membahas praktik walimah ursy‟ yang tejadi di Desa Gunungsari
Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Ada fenomena menarik dimana
masyarakat desa ini melangsungkan walimah ursy‟ sebelum adanya akad
nikah dikarenakan kepercayaan masyarakat terhadap perhitungan neptu
dengan kombinasi weton wage pahing atau dikenal dengan istilah ge-wing.
Penulis menemukan Jurnal living hadis yang ditulis oleh Aprilia
Mardiastuti yang berjudul “Syariat makan dan minum dalam islam :
Kajian terhadap fenomena standing party pada pesta pernikahan Walimah
Urs” jurnal tersebut menjelaskan bagaimana etika makan dan minum pada
14
acara pernikahan atau Walimah Urs dengan mengakaji sumber dari Al-
Qur‟an dan Hadis sebagai rujukan.13
Dari kajian pustaka dapat penulis simpulkan bahwa terdapat
beberapa judul yang membahas mengenai walimah urs diantaranya yaitu
mengenai akad nikah dan pesta pernikahan yang sesuai dengan adat dan
kebudayaan. Penulis juga menemukan tesis yang membahas mengenai
standing party pada pesta pernikahan walimah dan dari judul yang penulis
kaji belum ada yang membahas.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terbagi menjadi 5 bab, setiap bab terdiri dari beberapa
sub-sub bab yang dimaksudkan untuk mempermudah dan penyusunan
serta mempelajari dengan sistematika tersebut.
Bab pertama membahas latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan, metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
Bab kedua membahas pengertian walimah urs, waktu dan masa
pelaksanaan walimah urs, menghadiri walimah urs.
Bab ketiga membahas takhrij hadis mengadakan walimah urs,
tinjauan sanad.
Bab keempat membahas asbabul wurud, pemahaman hadis
mengadakan waliamh urs.
Bab kelima kesimpulan dan saran.
13
Aprilia Mardiastuti, Syariat Makan dan Minum Dalam Syariat Islam:Kajian Terhadap
Fenomena Standing Party Pada Pesta Penikahan W alimah Urs, Jurnal: UIN Sunan Kalijaga,
2016
15
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG WALIMAH URS
A. Pengertian Walimah Urs
Pesta pernikahan atau disebut juga dengan Walimah Urs merupakan hal yang
sudah biasa diadakan bagi seseorang yang telah melaksanakan akad nikah. Islam telah
menganjurkan kepada kita untuk melaksanakan pernikahan atau Walimah Urs. Hal itu
untuk membedakan dengan pernikahan yang terkesan diam-diam atau rahasia.
Dalam masyarakat sering ditemui seseorang yang hanya melaksanakan akad nikah
saja tetapi tidak mengadakan Walimah Urs, padahal Nabi Saw sangat menganjurkan
untuk mengadakan Walimah Urs. Karena dengan diadakan pesta pernikahan atau
Walimah Urs selain bertujuan untuk memberitahu kepada masyarakat agar kedua
mempelai diakui sudah menjadi pasangan suami istri yang sah. Dan selain itu juga
sebagai ucapan rasa syukur dan terima kasih atas kebahagiaan terhadap sesuatu yang
dihalalkan Allah SWT.
Islam dengan syari‟atnya yang menyeluruh, mensyari‟atkan walimah (pesta)
pernikahan untuk tujuan mulia diantara nya : Ikut serta merasakan kebahagiaan di hari
bahagia, menyaksikan pernikahannya, memperkuat jalinan kasih sayang antara keluarga,
teman dan anggota satu masyarakat di dalam acara bersenang-senang. Semua ini
mempunyai pengaruh besar yang di wujudkan Islam. Dan juga untuk memperkuat
kesatuan sosial dan mempererat jalinan persaudaraan.
Islam mengajarkan supaya perkawinan diumumkan agar tidak terjadi kawin
rahasia dan untuk menampakkan kegembiraan dengan adanya peristiwa yang dihalalkan.
Perkawinan supaya diberitahukan kepada khalayak umum agar diketahui oleh orang
16
banyak dan supaya mendorong yang belum menikah agar segara menikah, terutama untuk
orang-orang yang suka hidup membujang.1
Walimah Urs terdiri dari dua kata, yaitu al-walimah dan al-urs. Al-walimah secara
etimologi berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata (الوليمة) dalam bahasa indonesia berarti
pesta, jama‟nya adalah (والئم). Sedangkan al-urs secara etimologi berasal dari bahasa arab,
yaitu (عرس) yang dalam bahasa Indonesia berarti perkawinan atau makanan pesta.2
Pengertian walimah urs secara terminologi adalah suatu pesta yang mengiringi
akad pernikahan, atau perjamuan karena sudah menikah.3 Menurut Imam Syafi‟i bahwa
walimah terjadi pada setiap perayaan dengan mengundang seseorang yang dilaksanakan
dalam rangka untuk memperoleh kebahagiaan yang baru. Yang paling mashur menurut
pendapat yang mutlak, bahwa pelaksanaan walimah hanya dikenal dalam sebuah
pernikahan.4
Menurut Sayyid Sabiq Walimah berasal dari kata al-walam yang artinya
berkumpul, karena sepasang suami istri berkumpul. Sedangkan secara istilah, walimah
adalah makanan yang disajikan secara khusus dalam perkawinan.5
Adapun menurut Syaikh Kamil Muhammad „Uwaidah walimah berarti penyajian
makanan untuk acara pesta. Ada juga yang mengatakan, walimah berarti segala macam
makanan yang dihidangkan untuk acara pesta atau lainnya.6
1 H.S.A.Alhamdani, Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam, Pustaka Amani Jakarta Cet Ketiga 1989.
Hal 168 2 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Peyelenggara Peterjemah/Penafsir Al-
Qur‟an, 1973, Hal. 507 3 Mochtar Effendi, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, Palembang: Universitas Sriwijaya, Cet. Ke-1, 2001,
Hal. 400 4 Taqiyudin Abi Bakar, Kifayatul Akhyar, Juz II, Semarang: CV Toha Putra, Hal.68
5Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah, Pustaka Al-Kautsar Cet Pertama
Agustus 2013 hal 426 6Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita, Pustaka Al-Kautsar. Hal 487
17
Pesta perikahan atau yang disebut juga “walimah” adalah pecahan kata dari : ولم
artinya mengumpulkan. Karena dengan pesta tersebut dimaksudkan memberi doa restu
agar kedua mempelai mau berkumpul dengan rukun.7
Di dalam kamus mu‟jam al-Washit kata urs adalah )ج( ليمت هما و الت زويج و ف الزفا : العرس
.Kata urs jika diartikan yaitu upacara pernikahan atau pesta pernikahan أعراس 8Sedangkan
kata walimah adalah كل : والئمالوليمة )ج( وغيره لعرس صنع Jika diartikan yaitu makanan yang طعام
dibuat untuk pesta pernikahan untuk pengantin dan tamu undangan.9
Sedangkan walimah dalam pengertian khusus disebut “walimah urs”
mengandung pengertian peresmian pernikahan yang tujuannya untuk memberi tahu
khalayak bahwa kedua mempelai telah resmi menjadi suami istri.10
Walimah Urs diadakan ketika acara akad nikah berlangsung atau sesudahnya,
walimah biasa diadakan menurut adat dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat,
karena setiap adat mempunyai cara yang berbeda dalam melaksanakan Walimah Urs.
Yang terpenting dari tujuan diadakannya pesta pernikahan (walimah urs) adalah
pengumuman atas adanya sebuah perkawinan dan mengumpulkan kaum kerabat serta
teman-teman, atas kegembiraan dan rasa syukur kedua mempelai serta mendoakan kedua
mempelai agar menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah.
Gus Arifin dalam bukunya mengutip Imam Nawawi ada delapan macam walimah yaitu :
1. Walimah Urs : Walimah yang diadakan dalam rangka mensyukuri pernikahan
2. Walimah Aqiqah : Walimah yang diadakan dalam rangka mensyukuri kelahiran anak
3. Walimah Khurs :Walimah dalam rangka mensyukuri keselamatan seorang istri dari
talak
7Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqih Wanita, CV Asy-Syifa, Semarang. Hal 382
8Syauqi Dhaif, Mu‟jam al-wasit, Juz 2, Maktabah Shurouq ad-Dauliyyah, Mesir, hal 592
9Syauqi Dhaif, Mu‟jam al-wasit, Juz 2,... hal 1057
10Abdul Aziz Dahlan, Enslikopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, hal 1917
18
4. Walimah Naqi‟ah : Walimah yang diadakan untuk menyambut kedatangan musafir
(orang yang datang dari berpergian)
5. Walimah Wakirah : Walimah dalam rangka mensyukuri renovasi rumah
6. Walimah Wadimah : Walimah yang diadakan ketika mendapat musibah
7. Walimah Ma‟dubah : Walimah yang diadakan tanpa adanya sebab tertentu
8. Walimah I‟dzar atau Walimatul Khitan : Walimah yang diadakan dalam rangka
mensyukuri khitanan anak.11
B. Landasan Mengadakan Walimah Urs
Jumhur Ulama sepakat bahwa mengdakan walimah itu hukumnya sunnah muakad.
Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah dari Anas, ia berkata
لث نن ل ث ع لن ثع نن ننقث عنلنيت ثبنبث ننب ثمن ثأن نننثعتن نن ث ثب ن ننن ثتن نقت ت ثر تننزثنن تننقثلنب ثب نن ل ثعن تثهبث لثتشبةث ثمتسبئت تثببث لثع ن ثبت 12 لثع ثح
“Dari Tsabit beliau berkata Rasulullah saw pernah mengadakan walimah untuk
istri-istrinya, seperti beliau mengadakan walimah untuk Zainab, beliau
mengadakan walimah untuknya dengan seekor kambing”. (HR. Al-Bukhori)
Namun ada juga yang mengatakan walimah itu hukumnya wajib, Dasarnya adalah
sabda Nabi SAW kepada Abdurrahman bin Auf‟
ثتشبةثا 13 لت ثعو
“Adakanlah walimah sekalipun hanya dengan seekor kambing” (H.R. Al-
Bukhori).
11
Gus Arifin, Menikah untuk bahagia fiqih pernikahan islami, Kompas Gramedia Jakarta 2013, Hal 142-
143 12
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari Al-Ju‟fi
Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 3 Daar el-hadith hal 627 13
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari Al-Ju‟fi
Al-Bukhari Shahih Bukhari,.....hal 627
19
Menurut Abdul Muhaimin As‟ad dalam bukunya beliau berkata, walimah
(perjamuan) pengantin itu hukumnya sunnah muakkad. Dan ada pula sebagian Ulama
yang mengatakan wajib. Sabda Nabi Saw
ث هبثلب ب تثثع يث ع ثعنن ثش بةثضت ث فت لةثتن قت ثمتسنبئت تث ث لث ثعق ثع ثنع ضت ث ث ع ل ثع تث ثعنليتتث ثشعتي ثثبتل 14بت
“Diriwayatkan dari Shafiyyah binti Syaibah RA, ia berkata: Nabi Saw berwalimah
atas sebagian isti-istrinya dengan dua mud (1,4 kg) dari gandum. (HR. Bukhari)15
Sedang walimah-walimah yang lain hukumnya mustahab dan tidak ditekankan
seperti halnya walimah perkawinan.Bagi yang mampu, walimah itu paling sedikit dengan
menyembelih seekor kambing. Karena Nabi SAW menyembelih seekor kambing ketika
mengadakan walimah untuk perkawinan beliau dengan Zainab binti Jahsy. Namun
demikian boleh saja diadakan walimah seada-adanya yang penting dengan sesuatu yang
bisa dimakan.16
Islam memerintahkan umatnya supaya meramaikan akad pernikahan untuk
membedakannya dengan nikah sirri (nikah rahasia) yang tidak disukai oleh Islam. Dan
disamping untuk bergembira ria, bersenang-senang karena memang hal itu dihalalkan
oleh Allah bagi orang mukmin, juga untuk menghindari munculnya isu-isu buruk, dan
supaya tidak timbul fitnah. Karena, bila seorang pria berjalan-jalan berduaan dengan
seorang perempuan, orang-orang yang melihatnya akan berprasangka yang tidak-tidak.
Paling tidak mereka menyangka wanita itu adalah kekasih atau pacarnya. 17
Pesta perkawinan memang perlu untuk dilaksanakan, bahkan agama
mengajarkannya. Tapi, pesta yang bagaimana? Karena memang banyak kebiasaan pesta
14
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari Al-Ju‟fi
Al-Bukhari, Sahih Bukhari,.... hal 627 15
Abdul Muhaimin As‟ad, Risalah Nikah, Bintang Terang, Surabaya, Cet Pertama 1993, hal 49. 16
Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqih Wanita (Fiqhul Mar‟ah Al-Muslimah), CV. Asy-Syifa, Semarang. 17
Muhammad Ali As Shabuni, Az Zawajul Islami Mubakkiran,(pernikahan dini yang islami), Pustaka
Amani Jakarta Cet. Kesatu Jumadil Tsani 1417/November 1996, Hal 140.
20
yang tumbuh dan berkembang di seputar lingkungan masyarakat kita. Kadang ada yang
mewah dan mahal mengapa demikian? Dan apa yang sebenarnya fungsi pesta
perkawinan?
Penulis akan menjelaskan hadis-hadis yang terkait dengan Walimah Urs, dan
bagaimana hukum serta anjuran untuk melaksanakan pesta pernikahan atau Walimah Urs
yang sesuai dengan syariat Islam. Karena kebanyakan dari masyarakat yang di era modern
seperti sekarang ini mengadakan Walimah Urs dengan menelan biaya yang tidak sedikit,
karena ingin dilihat pesta pernikahan terkesan megah dan mewah.
Semua perkawinan Rasul dilaksanakan dengan walimah. Demikian juga para
sahabat dan pada semua kitab fiqih, para ulama mengupas masalah “walimah” dalam
membahas tentang nikah. Dia mengutip hadis Nabi yang menganjurkan walimah,
“Berwalimahlah walaupun dengan seekor kambing”.18
C. Waktu dan Masa Pelaksanaan Walimah Urs
Walimah bisa dilaksanakan saat akad nikah atau setelahnya, biasa dilakukan
sesuai adat yang berlaku.19
Kebanyakan dari masyarakat seperti sekarang ini mengadakan
acara walimah urs setelah akad nikah. Setelah sang suami sah ijab qobul kemudian
diadakan acara walimah ursy sebagai bentuk rasa syukur karena separuh dari agamanya
telah sempurna menjalankan syariat Islam.
Hal yang sama juga terjadi pada sabda beliau kepada „Abdurrohman bin‟Auf.
Pada saat beliau telah melihat bekas warna kuning dan kunyit padanya, beliau baru
besabda kepadanya,
18
Dr. H.Dadang Hawari, Persiapan menuju perkawinan yang lestari, Pustaka Antara Jakarta 1991 hal 52 19
Syaikh Sayyid Sabiq, Ringkasan Fiqih Sunnah, Senja Media Utama Cet 1 2007.
21
20تشبةثث لت ثعو ثأ
“Adakanlah pesta meskipun hanya sekedar dengan menyembelih seekor domba”.
Yang lebih mendekati pada kebenaran dalam hal ini adalah bahwa cakupan
permasalahan ini amatlah luas. Pesta pernikahan bisa saja diselenggarakan setelah
terjadinya akad. Rentang waktu pada hari-hari itu adalah saat-saat bisa diselenggarakan
pesta pernikahan, karena penyebabnya masih ada, yakni adanya kebahagiaan yang masih
berlangsung. Dan hikmah dari diselenggarakannya pesta pernikahan itu pun masih ada
pula, yakni mengumumkan pernikahan.21
Menurut Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri hendaknya
walimah urs dilaksanakan setelah akad atau sesudahnya, sesuai adat dan tradisi ditempat
kedua mempelai berada.22
Dalam pelaksanaan walimah urs, tidak boleh meninggalkan kerabat dan sahabat.
Sebab bila itu terjadi akan menyakiti hati mereka. Demikian pula jangan mengkhususkan
undangan bagi orang-orang kaya. Yang patut diundang adalah, semua kerabat baik kaya
maupun miskin.23
20
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari Al-Ju‟fi
Al-Bukhari, Sahih Bukori, bab nikah, juz 3, Daar el-hadith, hal 624 21
Riyadh Al-Muhaisin Kholid bin Ibrohim Ash-Shoq‟abi Muhammad bin Sholih Al-„Utsaimin, Al-
„Unusah wa z‟Zawaj, Min Ahkami „L-Walimah min Syahri Manari „s-Sabil, edisi terjemahan (Jangan telat
menikah bekal-bekal menuju pernikahan islami), Al-Qowam Cet satu November 2007 M/Dzulqo‟dah1428 H
Cet kedua Juli 2008 M/Rajab 1429 H. Hal 115-117 22
Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwairiji, Ensiklopedi Insan Al-Kamil, Darus Sunnah,
Juli 2015. 23
Thoriq Ismail, Az-Zuwajul Islami, Pustaka Progressif Cet ketiga April 2004. Hal 106
22
Rasulullah SAW bersabda :
ث ثعنننبطث ع وعت ثشنننز ثع ننن ث ع لننن ث عطلعنننبطت ننن ع وةثأن ل ثننننز،ث عننن بننن ث نننز نننز،ث ع ف ث نن نت نننب ع ثلنننبث ا منننةتث نننوع ث 24
“Seburuk-buruknya makanan adalah makanan walimah, orang-orang kaya
diundang dan orang-orang fakir ditinggalkan, dan barang siapa meninggalkan
undangan, sungguh dia telah berbuat maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR.
Muslim)
Tatkala Ali meminang Fatimah, Rasulullah Saw bersabda:
ثعت عز ث ل ثعت مقتثثستث تمل ثال 25بت
“Bahwasannya urus (perkawinan) meskipun kecil (sederhana) hendaknya
diwalimahi”. (HR.Ahmad bin Hanbal)
Dalam pelaksanaan walimah ada beberapa adab yang harus dipatuhi, di antara
nya
a. Hendaknya berwalimah dengan seekor kambing atau lebih jika mempunyai
kelapangan ekonomi.
و ث ث قث ث:ثبب يث ع ثعن ثلب ثم ثضت ثث تث ع ثثثع ثمتسنبئت تثبنبث ن نزةثبت لثع ن ثتب ن ل ث ن ث ع ن ثع ن تث 26لثع ثب ن ن ثأإتمل ثرحثشبة ث
“Dari Anas RA, ia berkata : “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW
mengadakan walimah untuk istri nya seperti beliau mengdakan walimah untuk
Zainab, beliau menyembelih sesekor kambing”. (HR. Bukhari)
b. Jika tidak mampu maka boleh berwalimah dengan makanan apa saja yang ia
sanggupi sekali pun tidak dengan daging.
24
Al-Imam Abu Al-Husain Muslim bin al-Hajaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, Juz 3, Daar el-
Hadith, hal 451 25
H.R Ahmad no.5/539 26
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari Al-Ju‟fi
Al-Bukhari, Sahih Bukhari, Juz 3 Hal 627
23
c. Tidak boleh mengundang orang-orang kaya saja, hanya menyertakan orang-orang
faqir, atau orang-orang berkedudukan saja tanpa menyertakan orang-orrang awam,
Sabda Nabi :
ث نت ننب ع ثلننبث ا ثعننبطث ع وعت مننةتث نن ث عطلعننبطت ثبثي ننعهننبث ع مسننشننز ثع نن ث ع نن ث نن ع وةثأن ل ث عنن تنن ت ثل ث بنن ث تي ث 27 ث
“Makanan paling buruk adalah makanan dalam walimah di mana orang-orang kaya
diundang makan sedangkan orang-orang miskin tidak diundang. Barang siapa tidak
meyambut undangan (walimah) itu, maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan
Rasul-Nya”. (HR. Muslim)
d. Suami dan orang-orang yang melaksanakan walimah (pesta pernikahan, wajib
menjauhkan segala kemunkaran dan hal-hal yang diharamkan Islam, seperti
campurnya antara laki-laki dan perempuan di satu ruangan, nyanyian-nyanyian yang
diiringi alat-alat musik, memutar-mutar gelas khamar di meja dan lain sebagainya.28
Melaksanakan pesta pernikahan atau walimah urs sebaiknya diumumkan dan
disebarluaskan kepada publik dengan tujuan, membedakan pernikahan tersebut
dengan pernikahan sirri.
Nabi Saw memerintahkan agar pernikahan diumumkan kepada publik. Beliau
bersabda, “Umumkanlah pernikahan ini dan adakanlah tempatnya di masjid serta
tabuhlah rebana untuk merayakannya.”
ننب ل تثتع نبسثثح ن تث ثببعتن ث نوم ثعن ن ننبثعت سن ث ل نزثلنبالثحن ثعم ن ت لث ث ل ضمتي ه ث ل ثع تي زث ثم ثعنن ل ثلن ث ن ل ث ع لن ثع ن تث ث عنلنيت ثعبئتشنةثعن ثعن ن ت ت ث ع ب ثعن ت تث عنزل ثعب ن تثبت نا ث عنانب ثت عةث ثع تننو ث ب
تث و ثع تثتبع غتز ب 29 ض زت
Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali Al Jahdlami dan Al Khalil bin Amru
keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus dari Khalid bin
Ilyas dari Rabi'ah bin Abu 'Abdurrahman dari Al Qasim dari 'Aisyah dari Nabi
27
Al-Imam Abu Al-Husain Muslim bin al-Hajaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, Juz 3, Daar el-
Hadith, hal 451 28
DR. „Abdullah Nashih‟Ulwan, Adab al-Khitbah wa al-Zafaf wa Huquq al-Zaujain, Penerjemah Aunur
Rafiq Shaleh, Al-Ishlahy Press, Jakarta Syawwal 1407 H-1987 M. Hal 108-112 29
Al-Imam Ibnu Majah, Sahih Ibnu Majah, Dar Al-Kutub Al-ilmiyah, Lebanon 2008, Hal 305
24
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Umumkanlah pernikahan ini, dan
tabuhlah rebana." (H.R Ibnu Majah)
Mengadakan atau menyelenggarakan akad nikah di masjid merupakan bentuk
pengumuman paling praktis. Sebab, masjid merupakan tempat berkumpulnya umat
Islam pada setiap waktu shalat. Pada masa awal Islam, keberadaan masjid sama
fungsinya dengan aula atau gedung pertemuan di masa sekarang ini.
Di sisi lain, pengumuman juga bertujuan memberi dorongan bagi kawula
muda agar berani menikah. Inilah tujuan yang di cita-citakan dari pemberlakuan
ajaran dan tuntutan Islam yang teramat mulia dan benar.30
Biasanya dalam pesta
pernikahan oleh yang mampu pada upacara walimah diadakan hiburan yang berupa
musik (bunyi-bunyian) dan nyayian. Maksudnya adalah untuk memeriahkan suasana,
menghibur para tamu undangan, khususnya pengantin yang sedang duduk di
pelaminan, supaya mereka lebih gembira. Hal ini diperbolehkan dalam ajaran Islam
selama musik dan nyanyian itu bersifat positif (membawa kebaikan) tidak dicampuri
oleh omongan kotor, cabul, yang kiranya dapat mengarah ke perbuatan dosa.
Meskipun diperbolehkan untuk mengadakan musik dan nyanyi dalam
pelaksanaan walimah urs, perlu diperhatikan dengan musik dan nyanyi tersebut.Musik
dan nyanyi tersebut harus diperuntukan untuk hal yang positif, tidak bertentangan
dengan moral dan ajaran Islam.
Penyelenggaraan musik dan nyanyi tidak boleh berlebihan, karena bisa
menyita waktu, tenaga, dan dana. Dalam ibadah saja tidak diperbolehkan berlebih-
lebihan, apalagi selainnya. Musik dan nyanyian tidak boleh dibarengi dengan
perbuatan haram, misalnya bercampur baurnya dengan laki-laki dan perempuan dalam
acara joget bersama, apalagi kalau disertai dengan minum-minuman keras.31
30
Muhammad Ali al-Shabuni, Kawinlah Selagi Muda, diterjemahkan dari al-Zawaj al-Islami al-
Mubakkir, Dar al-Qalam, Damaskus, Cet kesatu, 1411 H/1991 M, hal 142 31
Abdul Muhaimin As‟ad, Risalah Nikah, Bintang Terang Surabaya, Cet kesatu 1993, hal.49
25
D. Hukum Menghadiri Walimah Urs
Dalam permasalahan ini ada beberapa perbedaan pendapat: Pendapat pertama,
mayoritas ulama berpendapat bahwa menghadiri undangan pesta pernikahan adalah wajib
menghadiri. Ini seperti yang dinukilkan dari ijma ulama oleh Ibnu „Abdil Barr, Nawawi
dan Al-Qodhi „Iyadh. Namun dalam ijma tersebut masih terdapat hal-hal yang perlu d
telaah ulang.
Pendapat kedua, sebagian pengikut madzhab Syafi‟i dan Hanbali berpendapat
bahwa menghadiri undangan pesta pernikahan adalah Fardhu kifayah. Jika telah ada
orang yang menghadiri undangan tersebut, maka yang lainnya tidaklah berdosa bila tidak
menghadirinya.
Pendapat ketiga, sebagian pengikut madzhab Hanbali dan Syafi‟i berpendapat
bahwa menghadiri undangan pesta pernikahan adalah sunnah.
Adapun yang lebih mendekati kebenaran adalah menghadiri undangan pesta
pernikahan hukumnya adalah wajib seperti yang menjadi madzhab dari mayoritas
ulama.32
Memenuhi undangan Walimah Urs hukumnya wajib bagi yang diundang. Sebab,
memenuhi undangan menunjukkan sikap perhatian dan menyenangkan bagi pihak yang
mengundang.
Ibnu Umar meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda :
لث ع تث ث :ثلب تثعمزثلب ث ت ثمبأتعثع :ثلنز تثع ثببعتكثع ثي يثلب ننبثي يث ل ل ثث ع ث ل ثح تر ث:ثثع تث
ث ث ب تىلث ع وعت مةتثثدعتيثح 33أن أ تت
“Apabila salah seorang di antara kamu diundang acara walimah (resepsi
pernikahan), maka hendaknya dia datang.”(HR. Muslim)
32
Riyadh Al-Muhaisin Kholid bin Ibrohim Ash-Shoq‟abi Muhammad bin Sholih Al-„Utsaimin, Al-
„Unusah wa z‟Zawaj, Min Ahkami „L-Walimah min Syahri Manari „s-Sabil, edisi terjemahan (Jangan telat
menikah bekal-bekal menuju pernikahan islami), Al-Qowam Cet satu November 2007 M/Dzulqo‟dah1428 H
Cet kedua Juli 2008 M/Rajab 1429 H. hal 118-119. 33
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari Al-Ju‟fi
Al-Bukhari, Sahih Bukhari, Juz 3 Daar el-hadith hal 628
26
Dan terdapat pada hadis lain yang diriwayatkan melalui Abu Musa al-Asyari
ث ئتلثحثث ثبت ثع نت ثبن و ل :ثح بنثلب ف ث ننبثي يثع ل دثح ل ننبثبس ن ثل ثبو ثبت ثع تث عنلنيت عن ل ثث ع ث ل ث ث:ثأاو ث ععبثع تث ثلب ل ثنت ت بو ث ع ث ع مزت ضثعثثعتيث 34ود
“Dari Abu Musa al-Asyari, Rasulullah SAW bersabda: Bebaskanlah tawanan,
datangi undangan, dan jenguklah orang sakit” (HR. Bukhari)
Dalam memenuhi undangan walimah ini, dia tetap harus mendatanginya,
walaupun sedang berpuasa, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
ثأإتن ث ث ث تىلثعبطثأن جت عثب ثثتر ثدعتيثح ث بنث بئتم بثأن ثتن طزثأن ط عت 35نثبف
“Apabila seseorang di antara kamu diundang ke suatu undangan makan maka
datangilah. Apabila (sedang) tidak berpuasa, maka turutlah mendoakannya” (HR.
Ahmad dan Muslim) Seandainya sedang berpuasa sunnah, sementara berat apabila tidak memakan
hidangan, maka sebaiknya berbuka.Rasulullah bersabda:
ث أ طزثثع لب آ ث ث بطث تن ثشآ زثمنف ست تث تن 36ئت ث ع مطوعث بت ن
“Orang yang berpuasa sunnah, pemimpin terhadap dirinya sendiri. Apabila ia
berkehendak, boleh tetap berpuasa, boleh juga ia berbuka” (HR. Muslim dan
Turmudzi)
Dari hadis hadis yang telah disebutkan, sangatlah jelas bahwasannya Nabi SAW
sangat menganjurkan memenuhi undangan dalam pesta pernikahan walimah urs
karenatentu saja bagi yang mengundang mengharapkan kedatangan tamu undangan,
selain sebagai bentuk rasa hormat kita memenuhi undangan dan juga menghibur tuan
rumah yang sedang berbahagia mengadakan pesta pernikahan walimah ursy. Bahkan
Rasulullah SAW mewajibkan orang yang berpuasa untuk hadir memenuhi undangan
34
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari Al-Ju‟fi
Al-Bukhari Sahih Bukhari, Juz 3 Daar el-hadith hal 628 35
Al-Imam Abu Al-Husain Muslim bin al-Hajaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, Juz 3, Daar el-
Hadith hal 450 36
Al-Imam Abu Al-Husain Muslim bin al-Hajaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim,... hal 452
27
dijelaskan oleh Imam Muslim dalam hadis nya. Dan bagi orang berpuasa bagi nya boleh
tetap berpuasa atau jika ia mau berbuka puasa dibolehkan, untuk mencicipi sajian yang
telah disediakan.
Dan dalam hadis yang di riwayatkan oleh Imam Bukhori
ن ز ن نزةثضت ث ثبت ثعن ع نزت ث ا نهب ثعن تثشت ن ث بنزمنبثببعتنكثعن ن ثب ث و ن ث ع لن تث ننبثعب ل يث ع لن ثحثعن ثمل ث بنث نث ع وةث: "و ل ثننز،ث عن بن ث نز نز،ث ع ف ث نن نت نب ع ثلنبث ا ثعنبطث ع وعت منةتث ن ث عطلعبطت شز
وع ث ثع ث ع ل ث 37أن
“Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya dia berkata,“seburuk-buruknya makanan
adalah makanan walimah, orang-orang kaya diundang dan orang-orang fakir
ditinggalkan, dan barang siapa meninggalkan undangan, sungguh dia telah
berbuat maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari)
Menghadiri walimah bagi yang diundang hukumnya wajib. Menurut Jumhur
Ulama hadis-hadis tersebut secara tegas mewajibkan untuk memenuhi undangan, apabila
tidak ada halangan maka sebaiknya untuk menghadiri undangan kecuali ada udzur atau
halangan yang tidak memungkinkan untuk menghadirinya. Misalnya karena ada hal yang
tidak bisa di tinggalkan ataupun karena jarak tempuh yang terlampau jauh, maka tidak
apa apa jika tidak menghadiri.
Dalam memenuhi undangan walimah, jangan bermaksud sekedar untuk
kepentingan perut, melainkan niat ittiba terhadap perintah syariat, menghormati saudara,
turut menghibur, meyambung tali persaudaraan. Dan jangan berprasangka buruk apabila
tidak diundang. Mendoakan shahibul hajat (tuan rumah) sesusai santapan.38
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab fathul bâri berkata,
“Sesungguhnya syarat wajib menghadiri undangan adalah sebagai berikut :
37
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari Al-Ju‟fi
Al-Bukhari, Sahih Bukhari, Juz 3 Daar el-hadith Hal 630 38
Thariq Ismail Kahiya, Az-Zuwajul Islami (Mata kuliah menjelang pernikahan) Pustaka Progresif, Cet
ketiga: April 2004, Hal 110
28
1. Yang mengundang adalah seorang mukallaf,merdeka dan dewasa.
2. Undangan tidak dikhususkan oleh orang kaya, dengan mengabaikan orang-orang
miskin.
3. Yang mengundang adalah orang muslim
4. Tidak mengkhusukan datang hanya pada hari pertama, menurut pendapat yang
masyhur
5. Tidak boleh mengakhiri undangan yang telah datang terlebih dahulu, demi
memenuhi undangan orang yang datang kemudian (undangan kedua)
6. Dalam pesta tidak ada bentuk kemungkaran
7. Tidak ada udzur yang menghalanginya
Al-Baghawi berkata,”Jika seseorang mempunyai udzur (halangan) atau jarak
tempuhnya jauh dan sangat memberatkan baginya, maka tidak mengapa jika tidak
menghadiri undangan.39
Orang-orang yang menghadiri walimatul urs, dianjurkan agar
mendoakan kedua mempelai semoga bahagia dalam menempuh hidup baru. Abu
Hurairah berkata, Rasulullah Saw bila memberi ucapan kepada pengantin, beliau
bersabda
ث ع لن تث ن لث نو ثمن ثنلث ثبتقثع ثع ثب لبدث ننبث ل ننبثلنن بةثح ل ثع ن ثح ن ل ث ث ع لن ثع ن تثثمنو ةثبتن زة ثع ثب نت قث ب ثن ل ثتن ب ا ثأن ثببث ب زةثأن تثعو فثنزث ف ث ت تث عزل ثعب نب ن ثأن ثر
ث ث ع بب ثع ثفت ثتشبةثلب ،ث ع ل ثعكث لت ثعو ثنوثب منبنثلنب تثع ن بتزثبي تث عودثعبئتشةث تثبس ت حث ث ت ثثحس ت ثثم ثح 40عت س ثح
Telah menceritakan Quta‟ibah telah menceritakan Hammad bin Zaid dari Tsabit dari
Anas bin Malik Rasul Saw melihat Abdurrahman bin auf. Beliau bertanya: "Apakah
itu?" Dia menjawab; "Saya baru saja menikahi seorang wanita dengan mahar
sekeping emas." Beliau mendo'akan: "Barakallahu Laka (semoga Allah
memberkatimu), adakankah walimah walau hanya dengan (memotong) seekor
39
Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, Pustaka Al-Kautsar,
Cet Pertama agustus 2013, Hal 498 40
Imam Nawawi, Sahih Muslim bi syarah an-nawawi, Juz 5, Daar el-Hadith,Hal 229
29
kambing." Abu Isa At Tirmidzi berkata; "Hadits semakna diriwayatkan dari Ibnu
Mas'ud, Aisyah, Jabir dan Zuhair bin 'Utsman." Abu Isa berkata; "Hadits Anas
merupakan hadits hasan sahih. (H.R Muslim)
Adapun Etika dalam mendatangi walimah urs adalah
1. Jika yang diundang memiliki alasan yang kuat atau karena perjalanannyaterlalu jauh
hingga sangat menyulitkan, maka ia boleh tidak menghadiri nya. Berdasarkan riwayat
Atha „ bahwa Ibnu Abbas pernah diundang mengahadiri acara walimah. Sementara
beliau sendiri sibuk memberesi urusan pengairan, ia berkata kepada orang-orang :
“Datangilah undangan saudara kalian tersebut, sampaikanlah salam saya kepadanya
dan kabarkan bahwa saya sedang sibuk.”41
2. Mendoakan keberkahan bagi pengantian pria dan wanita, ada beberapa doa yang
dianjurkan untuk dibaca dalam hal ini. Akan tetapi diantara doa yang masyhur adalah
doa yangn terdapat pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Doa tersebut
adalah
ثبي ث نامبثفت ،ثع كثجعثن ن ب ،ث ع ل ثعكث ب
“Semoga Allah memberkahimu di waktu bahagia dan memberkahimu di waktu susah,
serta semoga Allah mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan.”
Dalam kitab Al-Umm (VI/178) Imam Asy-Syafi‟i berkata : “Mendatangi
undangan walimah wajib hukumnya, yaitu walimah yang dikenal dengan sebutan
walimatul urs‟ (walimah pernikahan). Akan tetapi semua jenis undangan, baik berupa
undangan pernikahan, kelahiran (aqiqah), khitan, peristiwa menggembirakan dan lain
sebagainya, jika seseorang diundang menghadirinya maka sebutan walimah bisa
berlaku padanya. Saya tidak memberikan keringanan kepada siapapun untuk tidak
41
Riwayat Abdurrazzaq dalam Mushannaf (19664), Al-Hafidz berkata dalam Fathul Barri (IX/213) :
“Sanadnya Sahih”.
30
menghadirinya. Tetapi kalaupun ia tidak menghadirinya saya tidak bisa katakan ia
telah berbuat maksiat, keculai pada walimatul urs‟
3. Meninggalkan acara walimah jika melihat kemungkaran di dalam nya.42
Dalam pelaksanaan walimah urs, harus menjauhi etika keji yang sudah begitu
memasyarakat dewasa ini, yaitu adanya percampuran (pembauran) antara laki-laki
dan perempuan, minum-minuman khamar dan bebagai kemaksiatan lain yang erat
kaitannya dengan pelaksanaan walimah.43
Di masyarakat sering ditemui adanya perbuatan keji dalam pelaksanaan walimah,
misalnya adanya hiburan seperti dangdut para hadirin yang datang menikmati hiburan
tersebut. Bercampurnya antara laki-laki dan perempuan dalam satu tempat. Hal yang seperti
ini sebaiknya dihindari, karena perbutan yang seperti itu dilarang oleh Agama.
42
Abu Ishaq AL-Huwaini Al-Atsari, Al-Insyirah fi Aadaabin Nikah, (Bekal-bekal menuju pelaminan
mengikuti sunnah), At-Tibyah-Solo, Cet Keempat, Mei 2002 Hal 68-73. 43
Thoriq Ismail Kahiya, Az-Zuwajul Islami (Mata kuliah menjelang pernikahan) Pustaka Progresif, Cet
ketiga: April 2004, Hal 108
31
BAB III
ANALISIS HADIS TENTANG HUKUM MENGADAKAN
WALIMAH URS’
A. Takhrij Hadis Hukum mengadakan Walimah Urs’
Secara etimologi takhrij berasal dari akar kata خرج يرج خروجاmendapat
tambahan tasydid/syiddah pada ra (‘ain fiil) menjadi جرج يرج ترجاyang berarti
menampakan, mengeluarkan, menerbitkan, menyebutkan, dan menumbuhkan.
Maksudnya menampakan sesuatu yang tidak ada atau sesuatu yang masih
tersembunyi, tidak kelihatan dan masih samar.
Menurut istilah takhrij ialah menunjukan asal beberapa hadis pada
kitab-kitab yang ada (kitab-kitab induk hadis) dengan menerangkan hukum
atau kualitasnya.Menurut muhaditsin takhrij ialah menunjukan atau
mengemukakan letak asal hadis pada sumber yang asli, yakni kitab yang di
dalamnya dikemukakan secara lengkap dengan sanadnya masing-masing.
Di bawah ini penulis akan mengkaji hadis mengenai walimah ursy
dengan mentakhrij hadis menggunakan kitab kitab takhrij di antaranya adalah
al-Mu’jam al-Mufaras li al-Faz al-Hadis an-Nabawi.Menurut penelusuran
penulis menemukan beberapa hadis yang dicari terhadap hadis tentang
walimah urs dengan menggunakan metode awal lafaz yaitu menggunakan
kitab al-Mu’jam al-mufahras. Sedangkan di dalam penelusuran kitab hadis
menggunakan metode Maushu’ah al-Atraf al-Hadis ditemukan hadis yang
sama.
31
32
Adapun hasil dari penelusuran takhrij hadis pertama melalui kamus al-
Mu’jam al-Mufaras li al-Faz al-Hadis an-Nabawi (pencarian kata) ولم
1. Sahih Bukhari di dalam kitab: Nikah, bab al-shufrati lil mutazawiji
2. Sahih Muslim di dalam kitab : Nikah, bab as-shodaq wal jawazi
kaunihi ta’lima qur’anin wa khotama hadid, wa ghoiro dzalika min
qolilin wa katasirin wastijaabi kaunihi khomsamiatin dirhamin liman
laa yujhafu bihi
3. Sunan Abu Dawud di dalam kitab : Nikah, bab Qilatu al-Mahar
4. Sunan Al-Tirmidzi di dalam kitab : Nikah, babal-walimah
5. Sunan Ibnu Majah di dalam kitab : Nikah, bab al-walimah
6. Sunan Ad-Darimi di dalam kitab : Nikah, bab fi al-walimah
7. Kitab Al-Muwatta di dalam kitab : Nikah, bab Ma ja’a fi al-walimah
8. Musnad Ahmad bin Hanbal di dalam : Juz 5 halaman 205
Setelah penulis melakukuan Takhrij Hadis maka penulis menemukan
hadis yang telah dirujuk pada kitab al-Mu’jam al-Mufahras li al-Faz al-Hadis
an-Nabawi. Adapun penulis mendapatkan beberapa hadis penguat yang
didapat dari aplikasi lidwa, hadis penguat ini penulis cantumkan sebagai
pelengkap untuk menyakini hadis-hadis yang telah penulis analisis di atas. Di
bawah ini penulis akan tuliskan beberapa hadis penguat yang penulis dapatkan
dari penelusuran tersebut.
a. Sahih Bukhari
رىدد دد ا عدد عدد دد مدد وروه عبدد رددر د دىا عبدد ر دد دد دد ر دد ع هدد ومدد دد عدد هدد ر عدد رادده ر دد عىدد أ أخبدرنددا اادد اادد أندد دد دد عبدد رددر
ل ر ا جاء إل رم ل ر د ع وروه عبد ر د ع هد ومد و د أددر د ر لهدر رمد
33
رىد د ا عد عد دار دال ر د ع هد ومد رر رصن اد رخبدره أند ددووج رادرأل ر ذهب ال رم ا ر ها؟ ال زنة ند ك مقت إهد ود ر ع هد ومد أو
شا Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf dari Nabi Saw,
telahmenceritakan Abdullah bin Yusuf telah menceritakan Malik dari
Humaid at-Thail dari Anas bin Malik RA, Abdurrahman bin Auf datang
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam nabi bertanya kepada
Abdurrahman bin Auf saat ia menikahi seorang wanita Anshriyah, berapa
mahar yang kamu berikan padanya? ia pun menjawab, "Seukuran biji
berupa emas." Kemudian Nabi Saw berkata : adakanlah walimah walau
hanya dengan seekor kambing.
b. Sahih Muslim
عبده دىا م أ عبد ردر ااد أن ع دتاد رنة ع دىا أ ع رغبي ذهدب لدقدال اد ر ل ر ر د ع هد ومد ع د وز ندد ا دووج ع عه رم ع
ل ر شا رم ر ع ه وم أو وTelah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Ubaid Al Ghubari telah
menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Qatadah dari Anas bin
Malik bahwa Abdurrahman bin 'Auf menikah dengan maskawin emas
seberat biji kurma pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya:
"Adakanlah walimah walaupun hanya dengan seekor kambing."
c. Sunan Abu Daud
اد دىا إسعه دىا ام ل ر د د أن أ رمد ه ع ا ت ربدىان و عا وع هدد رد زع ددرر لدقددال رىدد دد ر دد عدد دد ع هدد ر دد ع هدد ومدد رأد عبدد رددر
ل ذهدب دال وم اهه لدقال ا رم اد ر ال اا أ دتدها ال وز ند ر دووجت رارأ شا أو و
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il, telah menceritakan
kepada kami Hammad dari Tsabit Al Bunani, serta Humaid dari Anas
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat Abdurrahman bin
'Auf padanya terdapat bekas minyak za'faran. Kemudian Nabi shallallahu
'alaihi wasallam berkata: "Apakah ini?" Lalu ia berkata; wahai Rasulullah,
34
aku telah menikahi seorang wanita. Beliau berkata: "Mahar apakah yang
telah engkau berikan kepadanya?" Ia berkata; emas sebesar biji kurma.
Beliau berkata: "Rayakanlah (adakanlah walimah) walaupun hanya dengan
menyembelih satu ekor kambing."
d. Sunan at-Tirmidzi
ل ر د د ر د ع هد أند أ رمد ا دت عد ز د عد داد د دىا د دىا دتدهبدة د ومدد ع دد وز رأد ع دد عبدد رددر ر لدقددال إن دووجددت راددرأ ا أدددر دد ر لدقددال اددا هدد عدد دد
د وعا شددة اهددع ر دد ددال و ربدداد عدد شددا ود أو ذهددب لدقددال ددار ر دد دد ادد ر ندد وجا ر وزهي د د حهح و ال أ ه ث ث أن عث ا ال أ عهه
وز هدددة دررهددد ذهدددب وز هدددة دررهددد ود دددث و دددال إمدددحا هددد اددد ر ىبددد وز ندددد ود ث
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada
kami Hammad bin Zaid dari Tsabit dari Anas bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam melihat bekas warna kuning (bekas minyak
za'faran) pada Abdurrahman bin auf. Beliau bertanya: "Apakah itu?" Dia
menjawab; "Saya baru saja menikahi seorang wanita dengan mahar
sekeping emas." Beliau mendo'akan: "BARAKALLAHU LAKA (semoga
Allah memberkatimu), adakankah walimah walau hanya dengan
(memotong) seekor kambing." (Abu Isa At Tirmidzi) berkata; "Hadits
semakna diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Aisyah, Jabir dan Zuhair bin
'Utsman." Abu Isa berkata; "Hadits Anas merupakan hadits hasan sahih.
Ahmad bin Hanbal berkata; 'WAZNU NAWAT' adalah ukuran tiga
sepertiga dirham. Ishaq berkata; itu adalah lima sepertiga dirham."
a. Sunan Ibnu Majah
أ ااد أند د دىا ا دت ربدىدان عد د ز د اد د دىا عب رىد دىا أر أو اد ا أددر د ر لدقدال ادا هد عد د لدقدال ر ع ه وم رأد ع د عبد ردر
أو و ذهب لدقال ار ر ا ر ع وز ند ل ر إن دووجت رارأ شا ا رم
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin 'Abdah telah menceritakan
kepada kami Hammad bin Zaid berkata, telah menceritakan kepada kami
Tsabit Al Bunani dari Anas bin Malik bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam melihat pada diri 'Abdurrahman bin Auf ada sisa wewangian,
beliau lantas bertanya: "Apa ini?" 'Abdurrahman lalu menjawab; "Wahai
Rasulullah, aku baru saja menikahi seorang wanita dengan mahar satu
35
nawah emas, " beliau bersabda: "Semoga Allah memberimu berkah,
buatlah walimahan meskipun dengan seekor kambing."
b. Sunan Ad-Darimi
أن أ رى ر ع ه وم ال ه ع هارو أخبدرنا أخبدرنا و عبد ردر ر اهه ال دووجت ا ورأد ع ه وارر ا ع شا ال أو و
Telah mengabarkan kepada kami Yazid bin Harun telah mengabarkan
kepada kami Humaid dari Anas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda kepada Abdurrahman bin 'Auf, ketika beliau melihat bekas
wewangian berwarna kuning: "Apa ini?" Abdurrahman menjawab; "Aku
telah menikah." Beliau bersabda: "Buatlah pesta perkawinan walaupun
hanya dengan seekor kambing."
c. Muwatha Imam Malik
اادددر عبد ردر أند د د عد هدد ر ااد عد ي حد عد د ا جدداء عد دل ر د د ر د ع ل ر ر ع ه وم و د أددر د ر لهدر رمد هد ومد إل رم
ل ر د د ر دد ع هد ومد لدرخبدره أند ددووج لدقدال دد رمد ر هدا لدقدال زندة نددد كد مددقت إهد شا ل ر ر ع ه وم أو و ذهب لدقال رم ا
Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Humaid Ath Thawil
dari Anas bin Malik berkata, "Abdurrahman bin 'Auf menemui Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, sementara pada dirinya terdapat waran kuning
bekas za'faran. Sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menanyakan sebabnya, lalu dia memberitahukan bahwa dirinya baru saja
menikah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Berapa mahar
yang kamu berikan kepadanya?" 'Abdurrahman menjawab; "Emas sebesar
biji kurma." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda:
"Adakanlah walimah walau hanya dengan menyembelih seekor kambing".
d. Musnad Ahmad bin Hambal
أ رىدد دد اادد أندد دد ا ددت ربدىددان عدد دىا اع ددر عدد دد دىا عبدد رددرزر دد ر دد خ د لدقدال د ر ا و د وادر اد عد د ل ر د د ر د ع ه وم قده عبد ردر مد
دار دال كد أ د دتدها دا رصن اد دال دووجدت رادرأ ل وز ع ه وم اهه ا عب رر
36
ودد ذهددب لدقددال رىدد دد ر دد ع هدد ومدد أو ادد ر ددال أندد قدد رأ دتدد هدد نددد شددا اا ة أ د ىار نها دع ا ا د رارأ
Telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq telah menceritakan kepada
kami Ma'mar dari Tsabit al-Bunani dari Anas bin Malik, Nabi
Shallallahu'alaihi wa Sallam bertemu Abdur Rahman bin Auf yang terlihat
warna bekas minyak wangi pada pakaiannya, maka Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda kepadanya, "Ada apa denganmu
wahai Abdur Rohman"! ia berkata, "Saya barusan menikah dengan wanita
dari Anshar", Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda, "Berapa
mahar yang kamu berikan kepadanya?." Ia berkata: "Seukuran biji kurma
emas", Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda, "Adakan walimah
walau hanya dengan seekor kambing." Anas berkata, "Saya melihat dia
membagi kepada setiap istrinya sepeninggalnya dengan seratus ribu dinar.
Pada hadis kedua penulis akan mengkaji hadis mengenai walimah ursy
dengan metode takhrij menggunakan kitab al-Mu’jam al-Mufahras li al-
Fazal-Hadis an-Nabawi. Adapun hasil dari penelusuran takhrij hadis melalui
kamus al-Mu’jam al-Mufahras li al-Faz al-Hadisan-Nabawi menggunakan
(pencarian kata) ولم
1. Sahih Bukhari dalam kitab Nikah bab man awlama a’la ba’dhi nisaihi
aktsara min ba’dhi
2. Musnad Ahmad bin Hanbal Juz 6 hal 113
Setelah penulis melakukuan Takhrij Hadis maka penulis menemukan dua
hadisyang telah dirujuk pada kitab Mu’jam al-Mufahras.Adapun hadis
yang ditemukan yaitu :
a. Sahih Bukhari dalam kitab nikah, bab man awlama a’la ba’dhi nisaihi
aktsara min ba’dhi
37
دعض ع دعض نها أكثدر ا أو اد ا ا دددت دددال ذكدددر ددددوو ز دىدددب ىدددت جحددد عىددد ز ددد عددد ددداد ددد دىا ددد د دىا اهددد ددد
أنهدد قال اددا رأ ددت رىدد دد ر دد ع هدد هددا أو ع هد نهددا اددا أو دد ادد ع دد أ ومدد أو شا
Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada
kami Hammad bin Zaid dari Tsabit ia berkata; Suatu ketika, pernah
disebutkan mengenai perkawinan Zainab binti Jahsyi di hadapan Anas,
maka ia pun berkata, "Aku belum pernah melihat Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam mengadakan walimah terhadap seorang pun dari para
isteri-isterinya sebagaimana walimah yang beliau adakan terhadapnya.
Saat itu, beliau mengadakan walimah dengan seekor kambing.
a. Dalam musnad Ahmad bin Hambal Juz 6 halaman 113
ددددا دخدددد رىدددد دددد ر دددد ع هدددد ددددال اادددد أندددد دددد هدددد عدددد دىا هشدددده أخبدرنددددا دددد ور ول اوم بو دىب ر دىة جح أو ال لرطع ىا خبد
Telah menceritakan kepada kami Husyaim berkata, telah mengabarkan
kepada kami Humaid bin Anas bin Malik berkata; "Ketika malam pertama
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di rumah Zainab binti Jahsy, beliau
mengadakan walimah, dan kami memakan roti beserta daging pada
walimah tersebut."
B. Tinjauan Sanad
Penelitian sanad ini adalah untuk memeperoleh informasi mengenai
periwayat, pada bagian ini diperlukan kitab-kitab yang menerangkan
periwayat hadis baik dari sisi biografinya, pribadinya, kritikan terhadapnya
dan menyajikan guru-guru dan murid beliau sehingga dapat dipastikan sanad
tersebut memiliki ketersambungan, diriwayatkan oleh perawi yang dabit, tidak
terdapat kejanggalan (syadz) ataupun tidak terdapat kecacatan (‘illat), tujuan
dalam kegaiatan penelitian ini adalah untuk menghindari terjadinya pemalsuan
hadis.
38
Maka penulis melakukan penelitian yang dimulai pada periwayat
Imam Abu Dawud lalu diikuti pada periwayat sebelum imam Abu Dawud dan
seterusnya hingga sampai periwayat pertama. Alasan penulis melakukan
penelitian dari imam abu dawud karena menurut penulis yang terdapat di
dalam Sunan abu dawud masih terdapat hadis-hadis dhaif dan tidak terdapat
keterangan tentang kualitas suatu hadis tersebut. Dengan demikian, penulis
melakukan penelitian awal melalui Imam abu dawud, berikut penulis
memaparkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan
1. Abu Dawud
Menurut Abdurrahman bin Abi Hatim, bahwa nama dari imam Abu
Dawud adalah Sulaiman bin al-Asy’ats bin Syadad bin ‘Amru bin’ Amir.1
Beliau dilahirkan pada tahun 202 H di Sijistan, sebuah daerah yang
terletak antara Iran dan Afganistan. Abu ‘Ubaid al-Ajuri menuturkan
Imam Abu Dawud meninggal pada hari jum’at tanggal 16 bulan syawwal
tahun 275 hijriah, berumur 73 tahun. Beliau meninggal di Basrah.2
Guru-guru beliau diantaranya: Ahmad bin Muhammad bin Hambal
as Syaibani al Bagdadi, Yahya bin Ma’in Abu Zakariya, Ishaq bin Ibrahim
bin Rahuyah abu Ya’qub al-Hanzali, Utsman bin Muhammad bin abi
Syaibah abu al-Hasan al Abasi al Kufi, Muslim bin Ibrahim al Azdi,
Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab al Harits al Madani, Musaddad bin
Musarhad bin Musarbal, Musa bin Isma’il at-Tamimi.
1Abu Muhammad ‘Abd al-Rahman bin Abi Hatim Muhammad bin Idris bin al-Munzir al-
Razi, Kitab al-Jarh wa al-Ta’dil, Juz IV, cet.1 (Hayderabat: Majlis Dairat al-Maarif, 1987) hal.
102 2Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad bin ‘Usman al-Zahabi, Siyar a’lam al-Nubala Juz
XIII, Cet. VII, (Bayrut: Mu’assasat al-Risalah,1990)
39
Murid-murid beliau diantaranya: Imam Abu Isa at Tirmidzi, Imam
Nasa’i, Abu Ubaid al-Ajuri, Abu Tayyib Ahhmad bin Ibrahim Al-
Baghdadi.3
Komentar para ulama tentang beliau: banyak sekali pujian dan
sanjungan dari tokoh-tokoh terkemuka kalangan imam dan ulama hadits
dan disiplin ilmu lainya yang mengalir kepada imam Abu Dawud.
Diantaranya adalah : Abdurrahman bin Abi Hatim berkata Abu Dawud
Tsiqah, Ibnu Hibban berkata Abu Dawud merupakan salah satu imam
dunia dalam bidang ilmu dan fiqih, dan Adz Dzahabi mengatakan : Abu
Dawud dengan keimanannya dalam hadis dan ilmu-ilmu yang lainnya,
termasuk dari ahli fiqih yang terkenal.
2. Musa bin Ismail
Nama lengkap beliau adalah Musa bin Isma’il al-munqari. Beliau
memiliki kuniyah yakni Abu Salamah, beliau dari kalangan Tabi'ut
Tabi'insemasa hidupnya beliau tinggal di Negeri Bashrah, beliau wafat
pada tahun 223 H salah satu guru beliau adalah Shadaqah bin Musa dan
muridnya Muhammad bin Ismail al-Mughirah.
Komentar ulama tentang beliau : Ibnu Hibban berkata Musa bin
Ismail seorang yang tsiqah, dan Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan Tsiqah
tsabat.
3. Hammad bin Salamah
Nama lengkap beliau adalah Hammad bin Salamah bin Dinar,
beliau memiliki kuniyah Abu Salamah, beliau dari kalangan Tabi’ut
3 Ahmad ibn ‘ali ibn Hajar al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib, Juz IV, Hal:150
40
Tabi’in kalangan pertengahan, semasa hidup beliau tinggal di negeri
Bashrah, beliau wafat pada tahun 167 H. Salah satu guru beliau adalah
Anas bin Malik, dan murid beliau adalah Muhammad ibn Aban Al-Ju’fi,
Hakam bin Utaibah dan Sufyan At-Thauri.
Komentar ulama tentang beliau : An-Nasa’i berkata bahwa
Hammad bin Salamah adalah seorang yang tsiqah, dan Yahya bin Ma’in
berkata bahwa beliau adalah seorang perawi yang tsiqah
4. Tsabit bin Aslam
Nama lengkap beliau adalah Tsabit bin Aslam al-Bannani selain itu
beliau juga sering dipanggil Abu Muhammad al-Bashori. Beliau memiliki
kuniyah Abu Muhammad, beliau dari kalangan Tabi’in, semasa hidup
beliau tinggal di negeri Bashrah, beliau wafat pada tahun 127 H. Salah satu
dari guru beliau adalah Anas bin Malik dan murid beliau adalah Shodaqoh
bin Musa ad-Daqiqi.
Komentar ulama tentang beliau : Ibnu Hajar al-Asqalani
mengatakan beliau Tsiqah Abid dan An-Nasa’i mengatakan beliau adalah
periwayat yang tsiqah.
5. Humaid
Nama lengkap beliau adalah Humaid bin Abi Humaid, beliau
memiliki kuniyah Abu ‘Ubaidah, beliau dari kalangan Tabi’in, semasa
hidup beliau tinggal di negeri Madinah, beliau wafat pada tahun 142 H.
Guru beliau diantara nya adalah Sufyan bin Uyainah, Hammad bin
Usamah, Al-Walid bin Muslim, Bisyr bin Bakar At-Tunisiy dan Ya’la bin
‘Ubaid. Murid beliau adalah Yaqub bin Syaibah, Yaqub bin Sufyan,
41
Muhammad bin Yahya Adz-Dzuhliy, Abu Hatim Muhammad bin Idris Ar-
Razi.
Komentar ulama tentang beliau : Yahya bin Ma’in berkata beliau seorang
yang tsiqah, Ibnu Kharasy berkata shaduq dan An-Nasa’i mengatakan
beliau adalah seorang perawi yang tsiqah
6. Anas bin Malik
Nama lengkap beliau adalah : Anas bin Malik bin An Nadlir bin
Dlamdlom bin Zaid bin Haram, beliau memiliki kuniyah Abu Hamzah,
beliau dari kalangan sahabat, semasa hidup beliau tinggal di negeri
Bashrah, beliau wafat pada tahun 91 H. Murid beliau diantaranya : Al-
Auza’iy, Sufyan ats-Tsauri, Sufyan bin Uyainah.
Komentar ulama tentang beliau : Imam Bukhari mengatakan bahwa
sanad yang dikatakan ashahu’i asnaid, ialah bila sanad itu terdiri dari
Malik, Nafi’i, dan Ibnu Umar. Imam Yahya bin Sa’id al-Qahthan dan
Imam Yahya bin Ma’in menggelarinya sebagai Amirulmu’minin Fi’l
Hadis.
Adapun hasil analisis kualitas hadis menunjukkan bahwasannya
penilaian terhadap para perawi sanad hadis walimah urs secara
keseluruhan dinilai tsiqah. Sehingga hadis ini dapat dikategorikan ke
dalam hadis hasan lidzatihi. Akan tetapi, meskipun mendapatkan penilaian
tsiqah terdapat perawi yang diklaim negatif atau kurang sempurna
hafalannya, perawi tersebut adalah Humaid. Sehingga hadis walimah urs
termasuk dalam kategori hadis hasan, karena ada perawi yang diklaim
42
lemah pada hafalannya. Namun hadis ini diperkuat karena adanya hadis
dari jalur lain. sehingga derajatnya naik menjadi hadis shahih li ghairihi
BAB IV
PEMAHAMAN HADIS MENGADAKAN WALIMAH URS
A. Asbabul Wurud
Mengetahui asbab al-wurud dalam ilmu hadis sama pentingnya dengan
mengetahui asbab nuzul dalam al-Qur‟an. Menelusuri konteks awal yang menyertai
kemunculan suatu hadis merupakan salah satu cara untuk memahami sebuah hadis
dengan benar.1
Dengan kata lain, asbabul wurud adalah salah satu peranti dalam
memahami hadis yang pada ujungnya mengantarkan kepada pemahaman kontekstual.
Menurut Yusuf Qardawi, seseorang tidak bisa memahami hadis dengan benar
apabila melepaskan teks hadis dari konteks kesejarahan yang melatarbelakangi
munculnya teks hadis. Melepaskan teks hadis dari konteks nya akan mengantarkan
kepada pemahaman hadis yang radikal dan liberal.
أول ولو بشاة
Adakanlah pesta nikah (walimah) walaupun hanya dengan memotong seekor
kambing.
Diriwayatkan oleh Malik dalam al-Muwaththa, Ahmad dan enam ahli hadis dari
Anas bin Malik r.a. Al-Bukhari juga meriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf r.a.
Menurut Al-Bukhari dari Humaid katanya : “Aku mendengar Anas berkata : “Ketika
orang-orang sampai di Madinah, orang-orang Muhajirin menjadi tamu bagi keluarga
Anshar. Maka Sa‟ad pun berkata : “Aku hendak membagi hartaku untukmu dan
meninggalkan salah seorang istriku (untuk engkau nikahi)”. Abdurrahman menjawab :
“Semoga Allah memberkatimu pada istri dan hartamu. Sa‟ad keluar menuju pasar, lalu
dia berniaga sehingga memperoleh keuntungan berupa susu dan minyak samin. Maka
1 Ali Mustafa Ya‟qub, Cara Benar Memahami Hadis, (Ciputat: Maktabah Darus Sunnah, 2016), hal.109
43
44
Abdurrahman kawin (dengan salah seorang istri Sa‟ad). Ketika Nabi SAW mengetahui
(kehendak nikah itu), beliau bersabda: “Selenggarakanlah pesta nikah dan seterusnya”.
Disunatkan mengumumkan kehendak nikah (supaya diketahui orang banyak)
dengan mengadakan walimah (pesta nikah). Hadits di atas menjelaskan tentang
mengadakan walimah urs yang dianjurkan Rasul, tetapi bisa kita lihat pada masa
sekarang ini walau masanya sudah berbeda pada zaman nabi dahulu sangat dianjurkan
mengadakan walimah walau hanya menyembelih seekor kambing.2
B. Pemahaman hadis hukum mengadakan walimah urs’
ف قال النب صلى اللو عليو وسلم : أول ولو بشاة Nabi SAW bersabda, “Buatlah walimah meskipun dengan menyembelih seekor
kambing”. Kata „Lau‟ (meskipun) pada kalimat ini bukan bersifat „imtina‟iyyah‟
(pencegahan) , tetapi littaqlil (untuk menujukkan jumlah yang paling minim). Dalam
riwayat Hammad bin Zaid, قال: بارك اللو لك(Beliau bersabda, “Semoga Allah
memberkahimu”) sebelum kata أولbuatlah walimah.Dalam hadits Abu Hurairah disebutkan
susudah lafadz “Apakah engkau telah menikah?”
أول ول و ب ف ق ال : قال ن عم قال أولمت ؟ قال : أل ف رمى إلي و رس الل و ص لى الل و علي و وس لم بن واة م ى بشاة
(Dia berkata, “Benar”, beliau bertanya, „Apakah engkau telah melakukan walimah?”.
Dia menjawab, “Tidak”. Maka Rasulullah SAW melemparkan kepadanya sekeping
emas dan berkata, “Buatlah walimah meskipun dengan meneyembelih seekor
kambing”).
2Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi Ad-Damsyiqi, Asbabul Wurud, latar belakang historis timbulnya
hadis-hadis rasul, diterjemahkan oleh : H.M. Suwarta Wijaya B.A, Drs. Zafrullah Salim, Kalam Mulia, Jakarta
jilid 2 hal.215
45
Riwayat ini sekiranya benar maka kambing tersebut merupakan bantuan dari Nabi SAW.
Ini menjadi perkara yang mementahkan pendapat mereka yang berdalil dengannya bahwa
seekor kambing yang merupakan batas paling minimal yang disyariatkan bagi orang yang
mampu.
Pada dasarnya masalah ini lebih tepat disebutkan pada pembahasan tentang adab, masalah
yang dimaksud Imam Bukhari membuat bab pada pembahasan tentang adab dengan judul
„Persaudaraan dan Persekutuan”, kemudian menyebutkan juga hadis pada bab di atas
melaui Yahya bin Said Al-Qaththan, dari Humaid, dan beliau hanya menyebutkan lafadz,
ف اى الن ب ص لى الل و علي و وس لم ب ع و ال ر ن ا عد م علي ب الربي ع أنس قال : لما ق ن و وب ب ي لو النب صلى اللو عليو وسلم : أول ولو بشاة ف قال
Dari Anas dia berkata, “Ketika Abdurrahman bin Auf datang kepada kami, Nabi
SAW mempersaudarakan antara dia dengan Sa‟ad bin Ar-Rabi‟. Lalu Nabi SAW
bersabda kepadanya, „Buatlah walimah meski dengan menyembelih seekor
kambing”).
Al-Muhib Ath-Thabari menduga bahwa ia adalah hadis tersendiri. Oleh karena itu,
dia membuat bab dalam pembahasan walimah dengan judul, “Penyebutan walimah untuk
persaudaraan.” Kemudian dia menukil hadits dengan lafadz seperti tadi seraya berkata,
“Hadits ini diriwayatkan Imam Bukhari.” Namun keberadaan hadis ini sebagai penggalan
hadis pada bab di atas merupakan hal yang sangat jelas bagi mereka yang mengetahui
sedikit ilmu hadis. Imam Bukhari sangat sering melakukan hal seperti itu. Perintah
kepada Abdurrahman bin Auf agar melakukan walimah berkaitan dengan pernikahannya,
bukan karena persaudaraan. Al- Muhib juga menyinggung persoalan ini namun
diposisikan hanya sebagai suatu kemungkinan. Padahal ia tidak bisa dianggap sebagai
kemungkinan bagi mereka yang dikenal sebagai ahli hadis.3
3Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bâri, (Penjelasan kitab sahih bukhari Penerjemah,Amiruddin), (Jakarta
: Pustaka Azzam, 2010) Juz 25 hal 451
46
Ibnu Hajar mengatakan, penafian Anas bahwa Nabi Saw tidak mengadakan
walimah atas seorang pun diantara istrinya melebihi walimah Zainab, tampaknya perlu
dipahami menurut apa yang dia ketahui. Atau karena apa yang terjadi berupa keberkahan
dalam walimahnya, dimana kaum muslimin dikenyangkan dengan roti dan daging
kambing, karena yang nampak, ketika beliau menikahinya walimah dengan Maimunah
binti Al-Harits saat beliau menikahinya ketika umrah qadha di Makkah dan beliau
meminta pendudukMakkah hadir dalam walimahnya, maka kurang tepat dikatakan
walimah tersebut tidak lebih dari seekor kambing, sebab saat itu kehidupan telah lapang
mengingat kejadiannya berlangsung sesudah penaklukan Khaibar. Allah telah memberi
keluasan kepada kaum muslimin sejak penaklukan Khaibar. Ibnu Al-Manayyar berkata,
“Disimpulkan dari pengutamaan sebagian istri atas sebagian yang lain dalam hal
walimah, tentang bolehnya mengkhususkan sebagian mereka atas yang lainnya dalam hal
perhatian, kelembutan, dan hadiah.” Ibnu Hajar mengatakan, pembahasan tentang ini
sudah dipaparkan pada pembahasan tentang hibah.
أول رسول اللو صلى اللو عليو وسلم على ب عض نسائو Nabi SAW mengadakan walimah atas sebagian istrinya.
Belum ditemukan keterangan tentang namanya secara tegas. Namun,
kemungkinan paling dekat adalah Ummu Salamah. Ibnu Sa‟ad meriwayatkan dari
Syaikhnya (Al Waqidi) melalui sanadnya, dari Ummu Salamah, dia berkata, “Ketika Nabi
SAW meminangku dia menyebutkan kisah pernikahannya dengan beliau SAW maka
beliau memasukkanku ke rumah Zainab binti Khuzaimah. Ternyata di sana terdapat
kantong berisi sya‟ir maka aku mengambilnya dan menumbuknya, lalu aku memasaknya
di periuk, lalu aku mengambil sedikit ihalah (lemak atau minyak) untuk lauk, maka itulah
makanan Rasulullah SAW.”
47
Ibnu Sa‟ad menyebutkan juga bersama Ahmad melalui sanad yang shahih hingga
Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al-Harits, bahwa Ummu Salamah mengabarkan
kepadanya disebutkan kisah pinanagan dan pernikahannya lalu dikatakan, “Aku
mengambil tsifal (kulit pengalas gilingan) mmiliku, lalu mengeluarkan biji-biji gandum
yang berada dalam kantong, kemudian aku mengeluarkan lemak dan memasaknya untuk
beliau SAW, kemudian beliau istirahat malam, dan pagi harinya” An-Nasa‟i
meriwayatkannya juga, tetapi tidak menyebutkan maksudnya di tempat ini. Adapun
substansi pokoknya terdapat dalam riwayat Muslim tanpa menyertakan hal itu. Adapun
riwayat At-Thabari dalam kitab Al-Ausath dari jalur Syarik, dari Humaid, dari Anas dia
berkata :
أول رسول اللو صلى اللو عليو وسلم على أم سلمة بتمر وس
(Rasulullah Saw mengadakan walimah ketika menikahi Ummu Salamah dengan hidangan
kurma dan samin).
Namun, hal ini adalah kekliruan berasal dari periwayat sesudah Syarik (yakni
Jandal bin Waliq), kerena Muslim dan Al-Bazzar melemahkannya, tetapi dikuatkan oleh
Abu Hatim Ar-Razi dan Al- Bisti. Hanya saja yang akurat dari hadis Humaid, dari Anas,
bahwa hadis itu berkenaan dengan kisah Shafiyyah. Demikian juga diriwayatkan An-
Nasa‟i dari riwayat Sulaiman bin Bilal dan selainnya dari Humaid, dari Anas, secara
ringkas. Namun, ia telah dikutip Imam Bukhari secara panjang lebar di bagian awal
pembahasan tentang nikah melalui jalur lain dari Humais dari Anas. Kemudian para
penulis kitab As-Sunan menukil dari Az-Zuhri dari Anas sama seperti itu sehubungan
kisah Shafiyyah. Mungkin juga dimaksud „nisaa‟ihi‟ (perempuan-perampuannya) lebih
umum dari pada sekedar istri-istrinya, yakni perempuan-perempuan yang dinisbatkan
kepadanya.
At-Thabari meriwayatkan dari hadis Asma binti Umais, dia berkata :
48
أول علي بفاطمة فما كا نت ولمة ف لك الزمان أفض م وليمتو رى د ر ع لق ي هودي بشطر و عن شعي
“Sungguh Ali mengadakan walimah ketika menikahi Fathimah. Tidak ada
walimah di masa itu yang lebih utama dari pada walimahnya. Dia menggadaikan
baju besinya kepada seorang Yahudi dengan separuh gandum”
Tidak diragukan lagi bahwa dua mud adalah setengah sha‟. Maka seakan-akan dia
berkata, “Setengah Sha‟ gandum.” Dengan demikian, terjadi keserasian kisah pada bab
diatas. Kemudian penisbatan walimah kepada Rasulullah SAW bersifat majaz, mungkin
karena beliau yang membayarkan harga gandum kepada si Yahudi, dan mungkin juga
karena sebab sebab lain.
ي م شعي Demikian tercantum dalam riwayat semua .(Dengan dua mud gandum) ب
periwayat yang menukilnya dari Ats-Tsauri yang sempat di dapatkan dan telah disebutkan
terdahulu. Hanya saja dalam riwayat Abdurrahman bin Mahdi disebutkan م بصاع
Riwayat ini dinukil An-Nasa‟i dan Al-Ismaili dari .(Dengan dua sha‟ gandum)شاعي
Abdurrahman. Akan tetapi, meski dia lebih pakar dibanding perawi lainnya dari Ats-
Tsauri, namun jumlah yang banyak tentu lebih akurat dibandingkan satu orang, seperti
dikatakan Asy-Syafi‟i.4
Dalam pernikahan Rasul dengan istrinya beliau berkata “ أطعمهم د زا ولما حت ت ركوه”
beliau menghidangkan roti dan daging sampai orang-orang tidak dapat menghabiskannya.
Maknanya mereka makan hingga kenyang lalu meninggalkan makanan itu karena sudah
kenyang.
Kemudian dalam meyelenggaraan resepsi pernikahan dengan seorangpun dari
istrinya yang lebih banyak dan lebih utama dari pada resepsi yang beliau selenggarakan
4Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bâri Penjelasan Kitab Sahih Bukhari, Juz 25, Pustaka Azzam, Juni
2008, Hal 474
49
untuk pernikahan Zainab” Mungkin itu merupakan wujud syukur Rasulullah atas nikmat
Allah, yaitu karena beliau dinikahkan dengan Zainab dengan wahyu diturunkan
kepadanya, dengan tanpa wali ataupun saksi, berbeda dengan istri yang lainnya.5
Dalam syarah Aunul Ma‟bud hadis “Awlim walau bi syattin” merupakan batas
minimal seseorang dalam melaksanakan walimah urs‟ dengan memotong seekor
kambing. Tetapi para ulama sepakat tidak ada batasan dalam hal ini. walimah urs‟ yang
dianjurkan sesuai dengan kemampuan laki-laki.6
Dari beberapa hadis yang telah ditemukan oleh penulis, kedua hadis tersebut
saling keterkaitan. Teks hadis yang pertama menunjukan bahwa Nabi SAW mengadakan
walimah untuk istri nya dengan menyembelih seekor kambing. Teks hadis yang
keduaNabi Saw mengadakan walimah dengan dua mud gandum. Dan terdapat juga pada
hadis yang lain diriwayatkan bahwa Nabi Saw pernah mengadakan walimah dengan
kurma, samin, dan keju tanpa ada nya daging. Hadis pertama nabi sangat menganjurkan
untuk mengadakan walimah walau hanya dengan seekor kambing. Karena disunatkan
mengumumkan kehendak nikah (supaya diketaui orang banyak) dengan mengadakan
walimah (pesta nikah). Riwayat hadis tersebut terdapat Anas bin Malik, ia digolongkan
sebagai sahabat yang adil serta direkomendasikan untuk dijadikan hujjah.7
Hadis pertama dan kedua berkenaan dengan kisah Abdurrahman bin Auf, tetapi
dia memenggalnya menjadi dua bagian. Riwayat ini dia nukil dari Ali, dari Sufyan, dari
Humaid. Ali yang dimaksud adalah Ibnu Al-Madini, dan sufyan adalah Ibnu Uyainah.
Dalam sanad ini, Sufyan telah menegaskan telah mendengar langsung dari Humaid,
demikian pula Humaid mengatakan mendengar langsung dari Anas, maka hilanglah
kecurigaan tadlis (penyamaran) dari keduanya. Namun, dia membaginya menjadi dua
5 Imam Nawawi, Syarah Sahih Muslim, Jilid 7, Cet. Pertama (Darus Sunah : Jakarta Timur) Hal.71
6 Abu Toyyib Muhammad Syamsul Haq al-Adzim, Aunul Ma‟bud, Juz 6, hal.140
7 Imam Nawawi, Al-Majmu‟ Syarah Al-Muhadzdzab, ter: Abdul Somad dan Umar Mujtahid, jilid 6
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2010) hal 503
50
bagian. Pada bagian walnya dia menyebutkan pertanyaan kepad Nabi SAW kepada
Abdurrahman bin Auf. Dia berkata. “Ketika mereka datang ke Madinah, orang-orang
muhajirin tinggal pada kaum Anshar.” Lalu dia mengungkapkan hal ini dengan
perkataannya, “Dari Humaid, dia berkata: Aku mendengar Anas.” Sementara dalam
riwayat Al-Kasymihani, sesungguhnya dia mendengar Anas.” Yakni mirip seperti hadis
sebelumnya. Bagian ini seperti ditegaskan Al-Mizzi dan selainnya. Mungkin ia
disebutkan secara mu‟allaq (tanpa menyebut awal sanad). Namun, pandangan pertama
yang menjadi pegangan.8
Dalam hadis kedua bahwasannya Nabi SAW mengadakan walimah dengan dua
mud gandum. Anas ra. Meriwayatkan bahwa proses walimah antara Nabi Saw dan
Shafiyah, adalah ketika Nabi SAW masih dalam perjalanan. Ummu Sulaim menyiapkan
walimah bagi beliau, sebagai hadiah darinya untuk menyambut kedatangan beliau pada
malam harinya. Pada esok harinya Nabi SAW juga mengadakan walimah dimana beliau
juga berkata kepada sahabat “siapa di antara kalian yang mempunyai kelebihan sesuatu di
sisinya, maka datanglah kepada kami” Beliaupun menghamparkan hambal yang terbuat
dari kulit dan para sahabat datang dengan membawa sejenis keju, mentega, serta kurma.
Lalu para sahabat wanita membuat hidangan dari bahan-bahan tersebut untuk kemudian
dihidangkan sebagai makanan.9
Al-Ismaili meriwayatkan dengan redaksi, “Dari Al-Hasan bin Sufyan, dari
Muhammad bin Khallad, dari Sufyan, Humaid menceritakan kepadaku, aku mendengar
Anas.” Lalu dia mengutip kedua hadis itu sekaligus. Al-Humaidi meriwayatkan dalam
Musnadnya dan dari jalurnya dikutip Abu Nu‟aim dalam kitab Al-Mustakhraj dari
Sufyan, menggunakan lafadz „menceritakan‟ pada setiap jenjang sanadnya, namun juga
disebutkan secara terpisah. Dia mengatakan pada setiap sanad itu, Humaid menceritakan
8 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bâri Penjelasan Kitab Shahih Bukhari, Juz 25, Pustaka Azzam, Juni
2008, Hal 453 9 Ibnu Ibrahim, Kado Perkawinan, Jakarta, Pustaka Azzam, 2000, Hal.237
51
kepada kami, sesungguhnya dia mendengar Anas. Kemudian Ibnu Abu Umar mengutip
dalam Musnadnya dari Sufyan dan dari jalur dikutip Al-Ismaili dia berkata, “Dari
Humaid, dari Anas”, lalu semuanya dikutip sebagai satu hadis. Disamping itu, kisah
kedua disebutkan lebih dahulu dari pada kisah pertama, seperti pada riwayat selain
Sufyan.10
Dalam pelaksanaan walimah, hidangan yang disajikan tidak ada ketentuan khusus
tentang jenis makanan tersebut. Namun hal tersebut disesuaikan dengan kesanggupan
orang yang mengadakan walimah. Disebutkan dalam beberapa keterangan bahwa
Rasulullah Saw pernah mengadakan pesta pernikahan dengan menyajikan kurma,
gandum, roti, dan pernah pula beliau menyajikan daging kambing.
Sebagaimana hadis nabi yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik
ول ولو بشاة أ
“Adakanlah walimah sekalipun dengan seekor kambing”.
Bahwasannya Nabi Saw pernah mengadakan walimah dengan istrinya, yaitu
Zainab dengan memotong seekor kambing. Adapun jika seseorang mengadakan walimah
dengan selain domba betina (kambing) maka hukumnya boleh. Karena Nabi Saw pernah
mengadakan walimah dengan istrinya Shafiyyah dengan menyajikan kurma dan
mengadakan walimah untuk sebagian istrinya dengan dua mud gandum.11
Demikianlah beberapa sajian walimah yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW,
melihat kepada pelaksanaan walimah Rasulullah SAW. Jelas bahwa Rasulullah
melakukan walimah itu dengan cara jamuan biasa dan sederhana, dengan tidak
menghambur-hamburkan makanan. Karena hal itu nantinya akan mendekati perbuatan
yang mubazir. Karena walimah itu memang harus dilaksanakan menurut kemampuan dan
10
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bâari Penjelasan Kitab Shahih Bukhari, Juz 25, Pustaka Azzam, Juni
2008, Hal 454 11
Abdul Rahman, Perkawinan dalam Syari‟at Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal 39
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan yang telah penulis kemukakan mengenai kandungan hadis
menurut Imam Nawawi hadis nabi “awlim walau bisyattin” adalah dalil
dianjurkannya dalam mengadakan walimah urs, bagi yang mampu hendaknya
tidak kurang dari satu kambing. Dan menurut mayoritas Ulama bahwasannya
mengadakan walimah urs sangat dianjurkan.
B. Saran-saran
1. Kajian hadis mengenai walimah urs masih layak untuk dikaji lebih dalam
khususnya untuk kontektualisasi hadis ini di Indonesia dengan berbagai
adat dan sukunya. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini menjadi
setitik sumber pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi yang membaca pada umumnya.
2. Bagi para pengkaji hadis diharapkan agar lebih berhati-hati dalam
pencarian hadis, jika hadis itu untuk dijadikan hujjah.
3. Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan,
oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan.
57
58
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Slamet Fiqih Munakahat, Bandung : CV Pustaka Setia, 1999.
Abi Bakar, Taqiyudin, Kifayatul Akhyar, Semarang: CV Toha Putra.
Abu Daud, Imam, Sunan Abu Daud, Lebanon.
Adzim, Abu Toyyib Muhammad Syamsul Haq, Aunul Ma’bud, Baitul Afkar Ad-Dauliyah.
Ali Bassam, Abdullah, Fikih Hadits Bukhari Muslim, Ummul Qura Cetakan 1, Oktober 2014.
Asmawi, Muhammad, Nikah Dalam Pembincangan dan Perbedaan, Yogyakarta,
Darrussalam, 2004.
As’ad, Abdul Muhaimin, Risalah Nikah, Bintang Terang: Surabaya
Ash-Shabbagh, Mahmud, As-Sa’adah Az-Zaujiyah fil Islam, CV. Pustaka Mantiq, 1993.
Asqalani, Ibnu Hajar, Fathul Barri Fi Syarhi Shahih Al-Bukhari, Darul Mishri, 2001 M/1421
H.
As-Sa’di, Syaikh Abdurrahman bin Nashir, Syarah Umdatul Ahakam, Jakarta, Darus Sunnah
201, Cetakan kedua.
Arifin, Gus, Menikah Untuk Bahagia Fiqih Pernikahan Islami, Kompas Gramedia, Jakarta
Aziz, Abdul, Al-Fatawa asy-syari’iyyah fi al-Masa’il al-ashiriyyah min fatwa Ulama al-
balad al-Haram (Fatwa-Fatwa Terkini I), Darul Haq: Jakarta
Bahram Ad-Darimi, Al-Imam Al-Kubra Abu Muhammad Abdarrahman, Sunan Ad-Darimi,
Dar Al-Kufr.
Beni, Ahmad Saebani, Fiqih Munakahat I, Bandung: Pustaka Setia, 2009
Dimasyiqi, Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi, Asbabul Wurud Latar Belakang Hadis
historis timbulnya hadis-hadis rasul, Kalam Mulia: Jakarta.
Darimi, Al-imam Al-Kubra Abu Muhammad Abd bin Abdrahman bin Al-Fadil Bahram,
Sunan Ad-Darimi, Dar Al-Kufr.
Dhaif, Sayauqi, Mu’jam al-Wasit, Maktabah Shurouq ad-Dauliyyah, Mesir
Dahlan, Abdul Aziz, Enslikopedi Hukum Islam, Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.
Effendi, Mochtar, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, Palembang: Universitas Brawijaya, Cet 1,
2000.
Faifi, Sulaiman Ahmad Yahya, Ringkasan Fikih Sunnah, Pustaka Al-Kautsar.
Hajaj an-Naisaburi, Al-Imam Abi Husin Muslim, Shahih Muslim, Dar el-Hadith.
Hambal, Ahmad, Musnad Ahmad bin Hambal, al-Maktab al-Islami: Beirut
59
Hamdani, Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam, Pustaka Amani, Jakarta, Cet Ketiga
1989.
Hakim, Abdul, 25 Masalah Penting Dalam Islam, Jakarta, Yayasan al-Anshar.
Hawari, Dadang, Persiapan Menuju Perkawinan yang Lestari, Pustaka Antara: Jakarta.
Ibrahim, Ibnu, Kado Perkawinan, Jakarta, Pustaka Azzam, 2000
Ibnu Majah,Al-Imam Sunan Ibnu Majah, Dar Al-Kotob: Lebanon
Ibnu Jauzi, Al-Imam, Shahih Bukhari, Daae el-Hadith
Indra, Hasbi, Potret Wanita Shalehah, Penamadani 2004.
Jamal Muhammad, Ibrahim, Fiqih Mar’ah Al-Muslimah, Asy-Syifa, Semarang 1991.
Khon, Abdul Majid, Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah 2013.
Majid, Nurcholis, Islam Dokrin dan Peradaban Jakarta: Yayayasan Wakaf Paramadina,
1992.
Malik, Al-Imam Malik,Al-Muwatha, Beirut
Mardiastuti, Aprilia, Syariat Makan dan Minum Dalam Syariat Islam : Kajian Terhadap
Fenomena Standing Party Pada Pesta Pernikahan Walimah Urs, Jurnal: UIN
Sunan Kalijaga, 2016
Muslim, Imam, Shahih Muslim, Juz 3, Daar el-Hadith.
Muhammad, Syekh, Fathul Qarib, Surabaya: Kharisma.
Muhaisin, Riyadh, Al-Unusah waz-Zawaj Min Ahkami’ L-Walimah min Syahri Manari’s-
Sabil, (Al-Qowam cetakan satu)
Mutawafa, Al-Imam Malik bin Anas, Al-Muwatha, Beirut Lebanon
Mundziri, Imam,Ringkasan Shahih Muslim, Penerbit, Jabal, Juni 2012.
Naysaburi, Abu al-Husayn Muslim bin al-Hajaj, Shahih Muslim, Kairo: Dar el-Hadis, 1994
Nawawi, Imam, Syarah Shahih Muslim, Jilid 4, Jakarta: Dar al-Sunnah.
Nawawi, Imam, Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab, Jakarta: Pustaka Azzam.
Rahman, Abdul, Perkawinan dalam Syari’at, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Rasjid, Sulaiman, Fiqih Islam, Bandung : Penerbit Sinar Baru Algensindo, 1994
Rasyid, Ibnu, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, Jakarta: Pustaka Amani, 2007
Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqh Munakahat Dan
Undang-Undang Perkawinan, Jakarta Prenada Media, 2006.
60
Syafi’i, Al-Umm, Juz VII, Beirut, Dar Al-Kutub, Al-Ilmiyah.
Sabiq, Sayyid, Ringkasan Fiqih Sunnah, Senja Media Utama.
Taimiyah, Ibnu, Majmu’ Fatawa Tentang Nikah, Jakarta Selatan : Pustaka Azzam 2002.
Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, Beirut, Dar al-Kitab
Ulwan, Abdullah Nashih, Adab al-Khitbah wa al- Zafaf wa Huquq al-Zaujain, Al-Ishlah,
Press: Jakarta.
Uwaidah, Kamil Muhammad, Fiqih Wanita, Pustaka Al-Kautsar.
Wensinck,Arent J. al-Mu’jam al-Mufahraz li al-Faz al-Hadis al-Nabawi, Darul Ma’arif,
Beirut.
Qardhawi, Yusuf as-Sahwah al-Islamiyah Bayna al-Juhud wa at-Tatarruf, Kairo: Dar asy-
syuruq.
Quthb, Sayyid, Tafsir Fi-Zhilalil Qur’an, Penerbit, Robbani Press, Februari 2009.
Ya’qub, Ali Mustafa, Cara Benar Memahami Hadis, Ciputat: Maktabah Darus Sunnah.
Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Peyelenggara Peterjemah/
Penafsir, Al-Qur’an, 1973.
Zain, Lukman, Hikmah Walimah Urs Dengan Kehormatan Perempuan Persepektif Hadis,
Jurnal: Diya al-Afkar Vol. 4 2016.