ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

87
ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS TENTANG IḤTIKĀR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh: SYARIFATUNNISA NIM. 1110034000110 PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2014 M

Transcript of ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

Page 1: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI

ATAS HADIS TENTANG IḤTIKĀR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh:

SYARIFATUNNISA

NIM. 1110034000110

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2014 M

Page 2: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

i

-- *!

I

Li'

ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF, HADIS: STUDI

ATAS IIADIS TENTATIG IHTIKAR

Skripsi

Skripsi Ini Iliajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Theologi titam ( S.Th.I )

OIeh:I

Svarifatunnisai:

FIIM: U10034000110

Disetujui OIeh

Pembimbing:

NIP : 19650817 200003 I 00I

JURUSAN TAFSIR TIADIS

I.'AKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1436 H t2014 M

,i\.:

Page 3: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

LEMBARPERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

Nama

NIM

Fakultas/Jurusan

Judul Skripsi

Syarifatunnisa

1110034000110

: Ushuluddin/TafsirHadis

: Etika Berbisnis Dalam Perspektif Hadis: Studi Atas Hadis Tentang

Ihtikar

Dengan kesadaran dan tanggung jawab yang besar terhadap pengembangan keilmuan,

penulis menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

J.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hiday,ullah.

Jakarta,l8 Desember 2014

2.

Syarifatunnisa.

Page 4: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

PENGESAHAII PAI\ITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul ETIKA BISMS PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS

TENTANG IIITIKAR, telah diujikan di dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 18 Desember 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (Sl) pada Jurusan Tafsir

Hadis.

Ketua Merangkap Anggota,

Jakarta, 18 Desernber 2014

Sekretaris Merangkap Anggota,

hn^fi,fi tt2-V* t

Jauhar Azizy. MANrP. 19820821 200801 1 012

Anggota

Dr. M. Suryadirfita, M.-ANrP. 19600908 198903 1 005

hammhd Edtkhi- MA700t12 199603 2 401 9600902 198703 1 00r

Muhammad Zuhdi. M. AgNrP. 19650817 200003 1 001

Page 5: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

i

ABSTRAK

Syarifatunnisa

“Etika Berbisnis Perspektif Hadis : Studi Atas Hadis Tentang Iḥtikār”. Dibawah

bimbingan Dr. Muhammad Zuhdi, M. Ag. Jakarta: Fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Monopoli pasar dalam hadis sering diidentikan dengan perilaku iḥtikār yang diartikan

menimbun atau menahan. Walaupun tidak semua monopoli dan menimbun termasuk

kedalam iḥtikār. Tetapi tindakan iḥtikār sudah pasti ada usaha memonopoli dan

menimbun di dalamnya. Islam tidak melarang seseorang melakukan aktivitas bisnis,

baik dalam kondisi dia merupakan satu-satunya penjual (monopoli) ataupun ada

penjual lain. Islam juga tidak melarang seseorang menyimpan stock barang untuk

keperluan persediaan selama itu dalam koridor tidak merugikan orang banyak. Pada

dasarnya monopoli merupakan bahasa modern yang dikenal dengan perilaku

penguasaan pasar, atau menjual sendiri barang tertentu tanpa ada yang menyaingi.

Baik itu karena tidak ada yang dapat menyaingi, ataupun karena ditutupnya jalan

persaingan oleh seorang monopolis dengan caranya sendiri baik itu benar atau tidak.

Rasul mengatakan bahwa seseorang yang monopoli ataupun menimbun dengan

tujuan ihtikar akan mendapatkan hukuman kebangkrutan dan sebuah penyakit. karena

tindakan tersebut dapat merusak mekanisme pasar. Tindakan monopoli bisa

dikatakana ihtikar jika barang yang dimonopoli adalah barang yang memang benar-

benar dibutuhkan oleh masyarakat baik itu makanan ataupun minyak bumi. Maka

untuk menghindari hal merugikan itu seorang pebisnis perlu pempunyai sikap

toleransi untuk bisa lebih menghargai orang lain dan mekanisme pasar yang berlaku.

Disini penulis sengaja meneliti hadis tentang etika berbisnis yang bisa mencegah

terjadinya monopoli yang tidak beraturan seperti larangan iḥtikār. Agar dapat

mengetahui sejauh mana larangan tersebut berlaku, sehingga tidak menciptakan

kesalah fahaman terhadap masyarakat yang belum faham akan etika-etika bisnis

tersebut. Dan guna menciptakan bisnis yang baik, solid, dan menciptakan persaingan

bisnis yang sehat tanpa adanya saling menghabisi lahan antar pebisnis. Penelitian

yang digunakan adalah library reseach dimana penjelasannya ada di dalam skripsi.

Penelitian ini telah menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan para pembaca akan

maksud bagaimana hadis berbicara tentang monopoli dan menimbun bisa dikatakan

iḥtikār.

Page 6: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Berkat rahmat, hidayah beserta

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh keyakinan bahwa

skripsi ini akan bermanfaat bagi penulis dan para pembacanya, āmîn.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi kita

Muhammad SAW. Yang telah membenarkan, menerangkan, dan meluruskan jalan-

jalan menuju kebahagian dunia maupun akhirat.

Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang berpartisipasi dalam

penulisan skripsi ini. Ungkapan terimakasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, bapak Prof. Dr.

Masri Mansoer, MA beserta jajarannya

2. Ketua Jurusan Tafsir Hadis, ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M. Ag, beserta

jajarannya

3. Bapak Muhammad Zuhdi, M. Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan saran-saran dan arahan sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

4. Seluruh Dosen Fakultas Usuluddin UIN Syarif Hidayatullah, yang telah

memberikan ilmunya yang sangat bermanfaat kepada penulis.

5. Pimpinan beserta seluruh staf akademik Fakultas Ushuludin juga

Pimpinan beserta seluruh staf Akademik Pusat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Pimpinan beserta staf Perpustakaan Fakultas Ushuludddin dan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang membantu

penulis dalam pencarian referensi.

7. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai, ayahanda tercinta Apa H. Aep

Saepulloh dan Ibunda tercinta Mamah Hj. Iis Hasanah yang selalu

Page 7: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

iii

mendukung, mendo‟akan, menasihati dan memperhatikan kondisi

anaknya. Memberikan, semua yang berguna baik moril ataupun materil.

Juga selalu mendidik anaknya dari kecil, baik jarak jauh maupun dekat

agar anaknya sehat lahir maupun batin. Sehingga, apa yang orang tua

penulis berikan untuk membentuk penulis agar menjadi anak yang

berbakti dan berguna.

8. Saudara/i yang penulis cintai, yang selalu memberikan dukungan dan

kebahagiaan untuk penulis. Kakak-kakak penulis teh Weni Fitriani

Mawaddah dan a Ateng Jaelani, teh Ita Novitasari dan a Eman Suherman.

Juga untuk adik-adik penulis yaitu ujang Acef Fahmi Fauzi, ujang Asep

Manarul Hidayah, neng Azmi Restu Utami, neng Indah Riqatul Fu‟adah,

dan si bungsu ujang Muhammad Nazwan Najmul Munir. Dan juga untuk

keponakan-keponanakan teh Natisya dan de Adinda. Dan Seluruh anggota

keluarga H. Junaedi dan Bapak Hadori.

9. Sahabat hati penulis Muhammad Ruslan yang selama ini juga ikut

mendukung, mendo‟akan, mengingatkan, dan berusaha menyempatkan

waktunya di sela-sela kesibukan dalam pekerjaannya untuk membantu dan

memperhatikan kondisi penulis.

10. Sahabat-sahabat penulis yang selalu memberi semangat, saling berbagi

ilmu dan pengalamannya, anggota „cewek-cewek berbakat‟ dan „Para

Pencari Dosen‟ yaitu teman sekamar penulis Sa‟adatul Jannah, dan teman

seperjuangan dari sekolah sampai kuliah Ai Popon Fatimah dan Dede

Rihana, juga ditambah kehadiran teman-teman yang menambah warna

kebahagiaan dalam perjuangan belajar di Universitas tercinta Hani Hilyati

Ubaidah, Annisa, Ai Nurfatwa, Nurlaily, Noviyanti, dan Ina Nurjannah.

11. Para Pengajar beserta teman-teman angkatan 2008, 2009, 2011, dan

khususnya angkatan 2010 keluarga Mahasantri Pesantren Luhur

Sabilussalam.

Page 8: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

iv

12. Teman-teman kelas Tafsir Hadis A,B,C dan special Class “D” Dani

Kamal, Ghozali, Inggit, Khafidzoh, Siti Marzuqoh, Ulfatunnajah dan yang

lainnya.

13. Sahabat/i PMII KOMFUSPERTUM Eneng Ima St Madihah, Danisi, bang

Helmy, bang Luthfi, Azzam, Dedi, Fauzi, Firman, Jumadi, Miftah, Angga,

Reza H, Jajang, beserta jajarannya.

14. Teman-teman KKN MENARA 2013, Ayu Safitri, Asih Lestari, Nida

Alawiyah, Ahmad Karomain, Eristia Mulyawan, Reza Zainuar Pahlevi,

Muhammad Qolbi, dan yang lainnya

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang juga ikut membantu

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Teruntuk semua pihak di atas semoga dalam lindungan Allah SWT

dan apa yang diberikan kepada penulis dapat diterima dan dibalas oleh-Nya,

āmîn.

Jakarta, 18 Desember 2014

Penulis.

Syarifatunnisa

Page 9: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

B be ب

T te ت

Ts Te dan es ث

J je ج

Ḥ H dengan titik bawah ح

Kh Ka dan ha خ

D de د

Dz de dan zet ذ

R er ر

Z zet ز

S es س

Sy Es dan ye ش

Ṣ Es dengan titik di bawah ص

ḏ De dengan garis di bawah ض

ṭ Te dengan titik di bawah ط

ẕ Zet dengan garis di bawah ظ

Koma terbalik di atas hadap kanan ، ع

Gh Ge dan ha غ

F ef ف

Q ki ق

K ka ك

L el ل

M em م

N en ن

W we و

H ha ه

A postrof ` ء

Y ye ي

Vokal Tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

--- --- A fatḫah

--- --- I Kasrah

--- --- U ḏammah

Page 10: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

vi

Vokal Rangkap

TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

ي --- --- Ai a dan i

و --- --- Au a dan u

Vokal Panjang

TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

ا -- Ā a dengan garis di atas

ي -- Î i dengan topi di atas

و -- Û u dengan topi di atas

Kata Sandang

Kata sandang ال (alif lam ma’rifah) dengan al-, misalnya (القرأن) al-Qur’an.

Kata sandang ini menggunakan huruf kecil, kecuali bila berada pada awal kalimat.

Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau Tasydid dilambangkan dengan huruf ganda, misalnya al-

Muwatta’.

Page 11: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. i

PEDOMAN TRANSLITERASI………………………………………………. iv

ABSTRAK……………………………………………………………………… vi

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. vii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………..…………. 7

C. Tinjauan Pustaka……………………………………………... 7

D. Tujuan dan Kegunaan Penulisan……………………………... 8

E. Metodologi penelitian……………….……………………….. 9

F. Sistematika Penulisan………………………………………… 10

BAB II. TINJAUAN UMUM MENGENAI IḤTIKĀR DAN ETIKA BISNIS

A. Pengertian Iḥtikār…………………………………………………… 13

B. Ciri dan Bentuk monopoli pasar……………………………… 18

Page 12: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

viii

C. Pengertian Etika Bisnis……………………………………. 19

D. Macam-macam Etika Dalam Berbisnis…………………… 24

BAB III. HADIS-HADIS TENTANG IḤTIKĀR

A. Larangan Melakukan Iḥtikār……………….…………….. 32

B. Hukuman Bagi Orang Yang Melakukan Iḥtikār…………. 36

C. Jenis Barang Dagangan Yang Tidak Boleh Diiḥtikār…….. 41

D. Cara Menghindari Diri Dari Perilaku Iḥtikār………….….. 45

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………… 52

B. Saran………………………………………………………. 53

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 54

LAMPIRAN……………………………………………………………………. 59

Page 13: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadis merupakan salah satu sumber pokok dalam Islam setelah al-Qur‟ān.

Hadis juga sebagai penjelas al-Qur‟ān, agar manusia tahu dengan jelas bagaimana

cara melaksanakan perintah yang ada di dalam al-Qur‟ān, karena hadis berasal dari

Rasul dan Rasul merupakan panutan dalam pelaksanaan ibadah kepada Allah.

Firman-Nya dalam surat al-Nisā‟ : 59.

الله

الله بالله

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya,

dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang

sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur‟ān) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.

yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.1

Hadis dijadikan rujukan setelah al-Qur‟ān untuk seluruh umat muslim

termasuk salah satunya rujukan dalam hal bisnis. Dimana pemahaman bisnis

dewasa ini kebanyakan diukur hanya dari aspek materi semata, padahal ukuran

materi bukanlah segala-galanya. Seluruh aktivitas manusia dalam konteks bisnis

1 Al-Qur’ānul Karim dan Terjemahannya, (Bandung: MQS Publisying, 1987) h. 87.

Page 14: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

2

sebenarnya masuk ke dalam salah satu cara untuk ibadah. Karena dengan cara

tersebut dapat memberikan pemahaman untuk kita bahwa usaha dan jerih payah

dalam berbisnis salah satunya dalam bentuk berdagang ataupun yang lainnya dapat

dilakukan dengan kejujuran dan keadilan. Inilah salah satu nilai ibadah yang ada di

dalam bisnis. 2

Bisnis merupakan segala bentuk kegiatan yang dilakukan untuk

kebutuhan manusia agar menghasilkan keuntungan untuk mencukupi biaya

hidupnya.

Nabi Muhammad Saw sebagai teladan telah mampu memposisikan

dirinya sebagai pelaku bisnis ideal yang jujur, adil, dan berkarakter perlu diikuti

oleh para pelaku bisnis era sekarang. Dimana sistem bisnis masa sekarang ini

penuh dengan kompetisi pasar yang ketat dan tak terkendali. Sehingga di luar

kendali mengabaikan norma-norma kebenaran (etika Islami)3, dan menyebabkan

ketidakseimbangan dalam pasar.

Ketidakseimbangan dalam pasar seperti monopoli yang tidak beraturan

biasanya terjadi karena kecurangan dengan cara menimbun barang dagangan yang

dibutuhkan sampai konsumen benar-benar sangat membutuhkannya, apabila

orang-orang telah menaikkan harga yang paling mahal maka mereka baru akan

mengeluarkan barang dagangannya tersebut dari tempat penyimpanannya (iḥtikār).

Hal itu biasanya dilakukan oleh seorang individu atau suatu kelompok produsen

2 Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, ( Bandung: Alfabeta, 2013 ) h. iii.

3 Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, ( Bandung: Alfabeta, 2013 ) h. v.

Page 15: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

3

juga para pemasar dengan menyembunyikan barang dagangan dan tidak

menawarkannya kecuali harganya telah naik. 4 Hal ini jelas dapat menyebabkan

mekanisme pasar tersebut rusak dan tidak beraturan.

Padahal Allah Swt berfirman dalam Surat Al-Syu„arā ayat 1835:

فى الرض مفسدين اول ت بخشوأ الناس اشياءهم ول ت عث و “Janganlah kalian kurangi apa-apa yang menjadi hak orang lain, dan jangan pula

membuat kerusakan di muka bumi.”

Dan Rasulullah SAW bersabda 6:

ث نا سليمان ي عني ابن بلل عن يحيى وهو ابن ث نا عبد الله بن مسلمة بن ق عنب حد ان حد سعيد قال 7من احتكر ف هو خاطئ المسيب يحدث أن معمرا قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم سعيد بن

Telah menceritakan kepada kami „Abdullah Ibn Maslamah Ibn Qa‟nab telah

menceritakan kepada kami Sulaiman yaitu Ibnu Bilāl dari Yahyā yaitu Ibnu Sa‟îd-

dia berkata, Sa‟îd Ibn Musayyab menceritakan bahwa Ma‟mar berkata, Rasulullah

syallallahu „alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menimbun barang, maka dia

berdosa."

4 Didin hafidhuddin dkk, Peran nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, ( Jakarta:

Robbani Press, 1995 ) h. 285 5 Al-Qur’ān al-Karim dan Terjemahannya, (Bandung: MQS Publisying, 1987) h. 374.

6 Abu al-Ḥusain Muslim bin Hajjāj ibn Muslim al-Qusyairî Al-Naisaburî, Jamî’ al-Syahih

, ( Beirut: Dâr al-fikr ) h. 754

Diriwayatkan bahwa „Umar Ibn Khaṭab keluar bersama dengan para sahabat, lalu ia

melihat makanan yang sangat banyak yang di letakkan di gerbang pintu masuk kota Makkāh, lalu

ia bertanya: makanan apa ini?. Mereka menjawab: dagangan untuk kita. Lalu ia berkata: semoga

Allah memberkahi barang dagangan ini dan orang yang menjualnya. Dikatakan kepadanya:

sesungguhnya ini adalah barang timbunan ia bertanya: siapa yang menimbunnya?. Lalu menjawab:

Si Fulān, budak „Utsmān dan si fulān budak anda. Maka ia memanggil keduanya bertanya: apa

yang membuat kalian menimbun makanan kaum muslimin? Keduanya menjawab: kami membeli

dengan harta kami, dan kami menjualnya. „Umar berkata: aku mendengar Rasululah SAW

bersabda : “barang siapa yang menimbun makanan kaum muslimin, maka ia tidak akan mati hingga

Allah menimpakan kepadanya penyakit lepra dan kebangkrutan. Dan Rasulullah SAW juga

bersabda: Importir yang mendapatkan rezeki (berkah). Sedangkan orang yang menimbun barang

akan di laknat. 7 Al-Imam Abî Husain Muslim bin Al-Hajjāj Al-Qussyairî Al-Na‟Isā bûrî, Syahîh

Muslîm, ( Al-Qāhiroh: Maktabah Al-Sakafa Al-Dinaya, 2009) h. 417.

Page 16: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

4

Ibn Qudamah mengatakan bahwa Sa‟îd Ibn Al-Musayyab seorang Tabi‟în

kalangan tua yang juga meriwayatlkan hadis ini dari Ma‟mar, pernah menimbun

minyak nabati.8

Akan tetapi Al-Syaukānî mengatakan bahwa hadis di atas konteksnya

adalah haramnya menahan (menimbun) barang dagangan tanpa membedakan

apakah itu makanan manusia ataupun makanan ternak.9 Jadi, menurutnya segala

bentuk makanan manusia jika ditimbun tetap tidak boleh karena penimbunan jelas

menjadi salah satu penyebab iḥtikār.

Hadis di atas adalah salah satu hadis etika bisnis. Dimana di dalamnya

terdapat larangan terhadap perilaku iḥtikār. Dan hal itu terjadi apabila seseoarang

menimbun disaat masyarakat benar-benar membutuhkan barang yang dimonopoli

tersebut. Lalu bagaimana statusnya penahanan ataupun penimbunan yang

dilakukan disaat barang dagangan itu tidak sangat dibutuhkan dan pasar tetap

teratur?

Sebagai seorang muslim, kita telah diajarkan banyak etika oleh nabi

dalam hal apapun, termasuk salah satunya dalam cara bisnis dagang yang baik.

Menciptakan bisnis yang terhindar dari perilaku ihtikār dengan sikap saling

menyayangi pada kebaikan satu sama lain (toleransi). Sehingga, apa yang

8 Ansyari Taslim, terj. Al-Mughnî (Ibnu Qudamah), ( Jakarta: Pustaka Azzam, 2008) h.

753. 9 Muhammad Ibn „Alî Ibn Muhammad Al-Syaukānî, Nail Al-Auṭār, ( Beirut: Dār Ehia

al-Touraṭ al-„Arabî, 1999 ) h. 244. Terj. Amir Hamzah dkk , terj.Ringkasan Nail al-Authār, (

Jakarta: Pustaka Azzam, 2006 ) h. 106.

Page 17: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

5

dilakukan oleh seorang pebisnis itu tidak merugikan dirinya sendiri dan orang

banyak. Maka cara menciptakan pasar yang adil dan seimbang adalah dengan

menghargai kehadiran satu sama lain.

Rasulullah SAW bersabda10

:

ث نا أبو غسان محمد بن مطرف قال حدثني محمد بن المنك ث نا علي بن عياش حد در عن جابر بن عبد حدهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال الله رجل سمحا إذا باع وإذا اشت رى رحم الله رضي الله عن

11وإذا اق تضى

Telah menceritakan kepada kami „Alî Ibn „Ayyasy telah menceritakan kepada

kami Abû Ghossān Muhammad Ibn Muṭorrif berkata, telah menceritakan kepada

saya Muhammad Ibn Al Munkadir dari Jābir Ibn „Abdullah radliallahu „anhu

bahwa Rasulullah syallallahu „alaihi wasallam bersabda: "Allah merahmati orang

yang memudahkan ketika menjual dan membeli dan juga orang yang meminta

haknya"

Keseimbangan dapat tercipta apabila dalam pemasaran bisnis tidak ada

yang dizalimi dan tidak adanya distorsi pasar12

, dimana hal itulah yang

10 Abû „Abdullah Muhammad bin Ismā„il bin Ibrāhîm Al-Bukhārî, Al-Jāmi’ al-Bukhāri

(Sahih al-Bukhāri), (Bairut: Dār al-Fikr)

ث نا عمرو ث نا أبو غسان محمد بن حد ث نا أبي حد ثير بن دينار الحمصي حد مطرف عن محمد بن عثمان بن سعيد بن سلم رحم الله عبدا سمحا إذا باع سمحا إذا بن المنكدر عن جابر بن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه و

اشت رى سمحا إذا اق تضى

Ibnu Majjah juga meriwayatkan: Telah menceritakan kepada kami „ Amru bin „Utsman

bin Sa„îd bin Katsîr bin Dinār Al Himsyi berkata, telah menceritakan kepada kami Bapakku

berkata, telah menceritakan kepada kami Abû Ghassān Muhammad bin Muṭarrif dari Muhammad

bin Al Munkadir dari Jābir bin „Abdullah ia berkata, "Rasulullah sallallahu „alaihi wasallam

bersabda: "Allah menyayangi seorang hamba yang murah hati jika berjualan, bermurah hati jika

membeli dan bermurah hati jika memutuskan."

Imām Abî „Abdillah Muhammad ibn Zayd Al-Qazwîni, Sunan Ibn Mājah Jilid 3,

(Al-Qahiroh: Dār Ibn Haitsam:2005 ) h. 20. 11

Abû „Abdullah Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim Al-Bukhārî, Al-Jamî„ al-Bukhāri

(Ṣahîh al-Bukhāri), ( Bairut: Dār al-Fikr) h. 391 12

Adiwarman A. karim, Ekonomi Mikro Islami Edisi Ketiga, ( Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007 ) h. 6.

Page 18: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

6

menyebabkan rusaknya mekanisme pasar yang dapat merugikan orang banyak.

Artinya tingkat keseimbangan yang terbebas dari distorsi pasar akan menjamin

tingkat keadilan.13

Pertanyaan yang cukup signifikan yaitu pertanyaan yang muncul ketika

melihat para pebisnis muslim yang berpengalaman. Mereka bertransaksi dengan

cara yang tidak islami (ẕalim). Kemudian ada yang mengambil keuntungan dengan

cara yang baṭil. Seperti, memilih bersaing dalam dunia bisnis modern yang banyak

menganut sistem pasar kapitalis dari pada mengikuti sistem pasar Islami. Mereka

lebih mementingkan keuntungan dunia, tanpa memikirkan keberkahan dari

bisnisnya tersebut yang juga akan menguuntungkannya di akhirat.

Sebagaimana dijelaskan beberapa penjelasan dan masalah-masalah di

atas, maka disini penulis merasa perlu melakukan penelitian kualitatif mengenai

sistem bisnis yang beretika khususnya tentang praktek iḥtikār, dengan tujuan

upaya memberikan kesadaran dan membantu membawa kembali bentuk bisnis

yang beretika islami, guna memberikan sedikit informasi akan bebisnis yang bisa

menjadi kebaikan di dunia dan akhirat. Maka penulis ingin menyusun skripsi

dengan judul “ETIKA BERBISNIS PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS

HADIS TENTANG IḤTIKĀR”.

Distorsi pasar adalah ketidak seimbangan pasar yang disebabkan oleh setiap

tindakan perekonomian yang tidak diperbolehkan dalam islam

13

Adiwarman A. karim, Ekonomi Mikro Islami Edisi Ketiga, ( Jakarta: PT.

RajaGrafindo persada, 2007 ) h. 6.

Page 19: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

7

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Untuk Pembatasan masalah penulis akan mengamati beberapa hadis dari

Kutub al-Tis’ah yaitu hadis-hadis tentang iḥtikār, yang diantaranya hadis tentang

larangan melakukan iḥtikār riwayat Abû Daûd, Hadis tentang hukuman bagi

pelaku iḥtikār riwayat Ahmad Ibn Hanbal, Jenis makanan yang tidak boleh di

iḥtikār riwayat yang juga riwayat Ahmad Ibn Hanbal, dan satu lagi hadis tentang

salah satu sifat yang dapat menghindari diri dari perilaku iḥtikār yaitu hadis

tentang toleransi hadis riwayat al- Bukhārî, dalam hadis tentang toleransi ini

seluruhnya akan berfokus kepada pembahasan tentang sikap samhan anta penjual

dan pembeli. Pencarian hadis melalui kamus hadis al-Mu’jam al-Mufaḥras

dibantu dengan pencarian digital Lidwa Sembilan Imam Hadis.

Dengan perumusan masalahnya yaitu, “bagaimana menimbun ataupun

monopoli yang termasuk ke dalam kategori iḥtikār menurut hadis?”

C. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan hasil penulususran yang saya dapatkan, ada tesis yang ditulis

oleh Hilman Muharam tahun 2005 dengan judul “Etika Bisnis Perspektif Hadis”

di dalamnya membahas tentang beberapa hadis dari al-Kutûb al-Sittah mengenai

etika bisnis. Selain itu di dalam tesisnya pun begitu lengkap membahas beberapa

hadis yang berhubungan dengan etika bisnis dari berbgai macam bentuk bisnis

terutama bisnis yang berkaitan erat dengan masalah jual beli dalam pasar.

Page 20: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

8

Di dalam tesis tersebut secara garis besar menjelaskan semua hadis yang

berkaitan dengan etika bisnis dalam hadis, salah satunya yaitu membahas tentang

hadis yang berkaitan erat dengan praktik monopoli pasar. Akan tetapi di dalam

penulisan tesis tersebut, tidak spesifik kepada salah satu bisnis termasuk juga tidak

membahas monopoli dan tidak spesifik membahas tentang praktik-praktik yang

termasuk kepada monopoli. Karena pembahasan di dalam tesisnya rata membahas

semua hadis tentang etika bisnis dari semua bentuk bisnis secara umum.

Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, maka disini penulis akan

menekankan pembahasan hadis-hadis etika bisnis ini lebih kepada hadis-hadis

yang sangat dekat kaitannya dengan prilaku monopoli pasar secara spesifik.

D. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

Tujuan Penulisannya yaitu: untuk menyebutkan hadis-hadis yang

berkaitan dengan iḥtikār untuk kemudian di paparkan maksudnya.

Adapun kegunaan penulisan ini diantaranya:

1. Secara akademik, penelitian ini bisa memberikan pencerahan untuk

masyarakat dan bermanfaat sehingga dapat di jadikan sedikit panduan dalam

kegiatan ataupun aktifitas mereka dalam berbisnis.

2. Sebagai syarat memperoleh gelar Strata-1 bidang Theologi Islam pada

program studi Tafsir Hadis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 21: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

9

E. Metodologi Penelitian

Dalam menulis skripsi ini penulis akan menggunakan metode penelitian

kualitatif, dimana untuk langkah-langkahnnya yaitu:

1. Metode Pengumpulan Data

Penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan

mengumpulkan sumber-sumber data dari bahan-bahan tertulis. Seperti hadis-

hadistentang iḥtikār, yang diantaranya hadis tentang larangan melakukan iḥtikār

riwayat Abû Daûd, Hadis tentang hukuman bagi pelaku iḥtikār riwayat Ahmad Ibn

Hanbal, Jenis makanan yang tidak boleh di iḥtikār riwayat yang juga riwayat

Ahmad Ibn Hanbal, dan satu lagi hadis tentang salah satu sifat yang dapat

menghindari diri dari perilaku iḥtikār yaitu hadis tentang toleransi hadis riwayat

al- Bukhārî dimana yang akan dibahas dalam hadis ini adalah toleransi antar

penjual, dan toleransi antar pembeli. Pencarian hadis melalui kamus hadis al-

Mu’jam al-Mufaḥras dibantu dengan pencarian digital Lidwa Sembilan Imam

Hadis, Syarh Hadis ( Fath al-Bārî, Nail al-Auṭār, al-mughnî, dan lainnya ), Kamus

Umum Bahasa Arab dan Indonesia juga menggunakan buku-buku Ilmu

Pengetahuan Agama Islam maupun Ilmu Pengetahuan Umum bidang Ekonomi

yang berkaitan dengan topik pembahasan.

Metode kajian yang digunakan adalah tematik. Dimana kajian penelitian

tematik ini adalah mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dengan satu topik atau

satu tujuan kemudian disusun sesuai dengan sabab wurudnya dan pemahamannya

Page 22: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

10

yang disertai dengan penjelasan, pengungkapan dan penafsiran tentang masalah

tertentu tersebut. 14

2. Metode Pembahasan

Untuk pembahasannya, penulis akan mengambil beberapa hadis dari

banyaknya hadis-hadis tentang etika berbisnis yang sangat dekat kaitannya dengan

monopoli, mendeskripsikan hadis-hadis tentang monopoli pasar kemudian di

analisis berdasarkan pada tema. Karena itu dalam metode pembahasan digunakan

metode deskripsi-analisis.

3. Metode Penulisan

Untuk metode penulisannya akan mengacu kepada buku Pedoman

Akademik Fakultas Usyuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2010/2011.

F. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan pembahasan penulis membagi pembahsan ini ke

dalam empat bab yang di antaranya:

BAB I, Pendahuluan, Merupakan bab yang akan menentukan isi dan

konsep penyusunan skripsi ini. Pembahasannya terdiri dari latar belakang masalah,

batasan dan rumusan masalahnya, tinjauan pustaka membadndingkan tulisan

14

Abdul hay al-Farmawi, al-Biydah fi al-Tafsir al-Maudu’I Dirasah Manhajiyah

Maudu’iyyah. Terj. Rosehan Anwar dan Maman Abdul Jalil, Metode Tafsir Maudhui, (Bandung,

Pustaka Setia, 2002 ) h. 44.

Page 23: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

11

penulis dengan tulisan yang di buat oleh penulis lain dalam karyanya, tujuan dan

kegunaan penulisan, metodologi penelitian yang di gunakan dalam penyusunsan,

serta sistematika penulisan.

BAB II, Tinjauan Umum Mengenai Iḥtikār Dan Etika Bisnis.

Pembahasannya terdiri dari beberapa pengertian yang diantaranya yaitu:

Pertama, Pengertian dari Iḥtikār isinya beberapa teori yang berkaitan dengan

tentang Iḥtikār seperti maksud dari Iḥtikār itu sendiri, monopoli, dan pasar. Agar

mengetahui maksud dari kata-kata yang akan di bahas dan setelah pengertiannya

baru akan di sebutkan Ciri dan Bentuk Monopoli.

Kedua, Pengertian dari Etika Bisnis dimana penjelasannya di urutkan dari

pengertian etika dan pengertian bisnis, dan Macam-Macam Etika Bisnis.

BAB III, Hadis-Hadis Tentang Iḥtikār. Berisikan hadis-hadis yang

berkaitan dengan monopoli menggunakan metode tematik. Yang akan dibahas

tersebut diantaranya yaitu Hadis Tentang Larangan Melakukan Iḥtikār untuk

peringatan awal tentang perilaku Iḥtikār yang diakibatkan oleh adanya monopoli

yang tidak beraturan, setelah mengetahui peringatannya, hadis selanjutnya adalah

peringatan bagi yang melanggarnya yaitu Hukuman Bagi Orang Yang Melakukan

Iḥtikār, dan informasi mengenai Jenis Barang Dagangan Yang Tidak Boleh

Diiḥtikār, dan satu lagi hadis tentang toleransi merupakan hadis yang sangat

berkaitan dengan iḥtikār agar dapat ditumbukan dalam jiwa pebisnis untuk

menjauhkan diri dari perilaku iḥtikār, dalam hadis tersebut yang akan sebagian

besar di jelaskan adalah toleransi antara penjual dan pembelinya.

Page 24: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

12

BAB IV, Penutup, yang terdiri dari kesimpulan, menjawab rumusan

masalah pada pendahuluan sebagaimana penjelasan dalam skripsi, dan saran untuk

para pembaca skripsi.

Page 25: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

13

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI IḤTIKĀR DAN ETIKA BISNIS

A. Pengertian Iḥtikār

Kata احتكر artinya menyimpan, menumpuk-numpuk barang1, menahan

2.

Ada juga kalangan ekonom yang mengartikan langsung kata Iḥtikār dengan

monopoli.3

Iḥtikār ini seringkali diterjemahkan sebagai monopoli dan atau

penimbunan. Padahal sebenarnya tidak semua bentuk monopoli atau penimbunan

dibahasakan iḥtikār. Dalam Islam siapapun boleh bebisnis tanpa peduli apakah dia

satu-satunya penjual (monopoli) atau ada penjual lain. Menyimpan barang untuk

keperluan persediaanpun tidak dipermasalahkan dan malah diperbolehkan. Karena

yang tidak diperbolehkan adalah iḥtikār.4

Monopoli dalam kamus bahasa Indonesia artinya berdagang sendiri

(orang lain atau kongsi lain tidak boleh ikut serta), hak tunggal yang diberikan

kepada seseorang atau segolongan saja5. Dalam Undang-undang No. 5 tahun 1999

tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, monopoli di

definisikan sebagai suatu bentuk penguasaan atas produksi dan atau pemasaran

1 Mahmud Yunus, kamus Arab-Indonesia, ( Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989) h. 106.

2 Adib Bisri dan Munawwir A. Fatah, Kamus Indonesia-Arab Arab-Indonesia Al-Bisri, (

Surabaya: Pustaka Progressif, 199 ) h. 127. 3 Adiwarman A. karim, Ekonomi Mikro Islami Edisi Ketiga, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo

persada, 2007 ) h. 294. 4 Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islami Edisi Ketiga, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2007 ) h. 185. 5 Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga pusat bahasa departemen pendidikan

nasional, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006) h. 774.

Page 26: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

14

barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku atau satu kelompok

usaha.6

Sedangkan dalam bukunya Adiwarman A Karim mengatakan bahwa

monopoli secara harfiah berarti di pasar hanya ada satu penjual. Frank Fisher

menjelaskan kekuatan monopoli sebagai kemampuan bertindak (dalam

menentukan harga ) dengan caranya sendiri, sedangkan Besanko menjelaskan

monopoli sebagai penjual yang menghadapi kecil atau tidak ada persaingan.7

Iḥtikār dilarang karena seorang muḥtakir mengambil keuntungan selalu

diatas keuntungan normal yang berlaku pada saat itu, dengan cara menjual sedikit

barang untuk mendapatkan harga yang tinggi, atau monopoli yang tidak beraturan

(iḥtikār) disebut dengan monopoly’s rent-seeking.8

Monopoli adalah suatu praktek dalam bisnis di mana hanya ada satu

pelaku atau satu kelompok yang menguasai atas produksi dan pemasaran barang

tertentu.

Monopoli pasar mungkin jarang sekali kita dengar, tapi adanya monopli

barang dagangan dalam pasar sering kita temukan. Yang terkenal dalam dunia

pemasaran jaman sekarang adalah adanya Pasar monopoli yang mana monopoli itu

sendiri dari bahasa Yunani: monos, satu dan polein, menjual adalah suatu

6 Surya Vahdiantara, skripsi: Monopoli PT. Jamsostek (Persero) Pada Asuransi Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Ditinjau Dari Konsep Islam Mengenai Takaful Al-Ijtima„I (2012) h. 37. Buku

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2002) h. 12. 7 Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islami Edisi Ketiga, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2007 ) h. 173. 8 Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islami Edisi Ketiga, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2007 ) h. 185.

Page 27: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

15

bentuk pasar di mana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Penentu

harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai

"monopolis". 9

Dalam kenyataannya banyak yang sering menerjemahkan langsung

monopoli ini dengan prilaku yang menyimpang dan tidak selaras dengan aturan

yang berlaku, walaupun tidak semua bentuk monopoli itu menyimpang.

Sudah lumrah di dalam pasar ada beberapa penjual yang sama barang

dagangannya di dalam pasar tersebut. Mereka bersaing dengan berbagai cara

berjualan mereka, untuk mendapatkan pelanggan yang banyak agar barang

dagangannya laku keras bshkan tidak peduli itu halalatau haram. Sehingga dalam

pembagian bentuknyapun pun pasar terdiri dari pasar bersaing sempurna dan pasar

bersaing tidak sempurna. Di mana maksud dari pasar itu sendiri dalam kamus

bahasa Indonesia artinya tempat orang berjual beli, tempat berjual beli yang

diadakan oleh perkumpulan.10

Adapun pasar menurut kajian ekonomi memiliki pengertian yaitu suatu

tempat atau proses interaksi antara penjual dan pembeli dari suatu barang/jasa

tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar)

dan jumlah yang diperdagangkan. Jadi setiap proses yang mempertemukan antara

9 Wikipedia, “monopoli dalam pasar”, diakses pada tanggal 27 0ktober 2014 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_monopoli 10

Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga pusat bahasa departemen pendidikan

nasional, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006) h. 846.

Page 28: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

16

pembeli dan penjual, maka akan membentuk harga yang disepakati antara pembeli

dan penjual. 11

Sedangkan menurut Adiwarman A Karim Pasar adalah tempat atau

keadaan yang mempertemukan antara permintaan (pembeli) dan penawaran

(penjual) untuk setiap jenis barang, jasa atau sumber daya. 12

Struktur pasar memiliki pengertian penggolongan produsen kepada

beberapa bentuk pasar berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang

dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau

masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam kegiatan. Pada analisis ekonomi,

hal ini dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak

sempurna, di mana pasar persaingan tidak sempurna terdiri dari pasar monopoli,

pasar monopolistik13

, dan pasar oligopoli14

.15

.

Pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara penjual

dan pembeli di mana jumlah penjual dan pembeli sedemikian rupa banyaknya dan

tidak terbatas.16

Dan dalam pasar ini sedikit sekali kesempatan seseorang untuk

11

Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam , ( Malang: UIN-Malang Press,

2008 ) h. 205. 12

Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam cetakan kedua, ( Jakarta: IIIT Indonesia,

2003 ) h. 81.

Monopolistik adalah suatu bentuk interaksi antara penjual dan pembeli Diana terdapat

sejumlah besar penjual yang menawarkan barang yang sama. 14

Oligopoli adalah keadaan di mana hanya ada beberapa penjual yang menguasai pasar

baik secara idependen maupun secara diam-diam.

Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam. ( Malang : UIN Malang Press, 2008 )

h. 218, 226. 15

Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, ( Malang: UIN-Malang Press, 2008

) h. 206. 16

Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, ( Malang: UIN-Malang Press, 2008

) h. 206.

Page 29: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

17

memonopoli barang dagangannya, termasuk sedikitnya kesempatan seseorang

untuk melakkukan Iḥtikār

Berarti karena banyak penjual jadi seorang pembeli mempunyai banyak

pilihan dan penjualpun punya hak untuk menjualkan barang yang sama tanpa ada

batasan khusus dengan menggunakan harga yang berlaku di pasar.

Sedangkan pasar bersaing tidak sempurna terjadi karena

terdiferensiasinya produk yang dijual memberikan peluang bagi penjual untuk

menjual barangnya dengan harga yang berbeda dengan barang lain yang ada di

pasar.17

Dan pedagang lain mempunyai kesulitan untuk bebas keluar masuk pasar,

sehingga konsumen pun tidak mempunyai banyak pilihan. Dengan cara yang

seperti itu bisa membuka kesempatan seseorang untuk melakukan praktek Iḥtikār.

Jika seorang pengusaha ingin berbisnis dan ingin terjun ke dalam pasar

persaingan tidak sempurna itu bisa saja, tapi tetap saja harus mempunyai modal

yang besar dan mental yang kuat dalam pemasaran persaingan tidak sempurna.

Karena tidak mudah pengusaha baru masuk dalam pasar persaingan tidak

sempurna ini, melihat banyak sekali perusahaan yang lebih dulu maju dan lebih

besar sudah ada dalam pasar tersebut.

Tetapi perlu diingat lagi bahwa Islam tidak memperbolehkan transaksi

ataupun prilaku hal-hal yang bisa merugikan orang lain dengan cara yang baṭil.

Jika pasar persaingan tidak sempurna itu terdapat unsur-unsur yang merugikan

khalayak banyak maka tidak diperkenankan seorang muslim masuk kedalam

17

Adiwarman A. karim, Ekonomi Mikro Islami Edisi Ketiga, ( Jakarta: PT.

RajaGrafindo persada, 2007 ) h. 170.

Page 30: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

18

persaingan yang tidak sehat tersebut karena walaupun keuntungannya mungkin

bisa melimpah, tapi karena kebaṭilannyalah keberkahan dalam berbisnis tersebut

menjadi berkurang.

Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis dapat menaikan

atau mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan

diproduksi. Semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal harga barang

tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian, penjual juga memiliki suatu

keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila penetapan harga terlalu mahal, maka

orang akan menunda pembelian atau berusaha mencari atau membuat barang

subtitusi (pengganti) produk tersebut atau lebih buruk lagi mencarinya di pasar

gelap (black market).18

Jadi, Iḥtikār maksudnya menahan suatu barang agar langka dipasaran dan

menjadi mahal harganya. Yang tersurat dari hadis Al-Imam Muslim adalah bahwa

menimbun bahan makanan dan juga lainnya adalah terlarang.19

Adapun monopoli

tidak akan termasuk Iḥtikār selama jalur mekanisme pasar itu baik, yaitu pembeli

dan penjual seimbang banyaknya. Seimbang dalam artian pembeli tidak kesusahan

untuk mendapatkan barang yang dibutuhkannya dengan harga yang wajar karena

tidak hanya terdapat pada satu penjual saja.

18

Wikipedia, “monopoli dalam pasar”, diakses pada tanggal 27 0ktober 2014 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_monopoli 19

Imam Saefudin, Sistem, Prinsip Dan Tujuan Ekonomi Islam, ( Bandung : CV. Pustaka

Setia, 1999 ) h. h. 229.

Page 31: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

19

B. Ciri dan bentuk monopoli Pasar

Ada beberapa argument yang dapat disampaikan terkait bentuk monopoli

yang secara alamiahnya ada dan tidak berdampak perilaku iḥtikār, yaitu: 20

a) Monopoli yang dapat terwujud dari pemberian hak paten oleh Negara. Selain itu

ada pula monopoli yang dikenal dengan trade secret, yakni monopoli yang

terjadi karena teknologi rahasianya yang tidak dapat diikuti oleh produk lain,

sehingga tanpa harus mendapat pengakuan dari Negara teknologi ini sudah bisa

memonopoli dengan sendirinya.

b) Monopoli yang terjadi karena pemberian Negara. Di Indonesia hal ini sangat

jelas dan dapat di lihat dalam pelaksanaan Undang-undang dasar pasal 33 ayat 2

dan 3. Yaitu Pasal 33 UUD 1945 merupakan salah satu undang-undang yang

mengatur tentang Pengertian Perekonomian, Pemanfaatan SDA, dan Prinsip

Perekonomian Nasional, yang bunyinya sebagai berikut: ayat 2 “cabang-cabang

produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang

banyak dikuasai oleh Negara”. Ayat 3 “ bumi, air dan kekayaan alam yang

terkadnung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat”.21

c) Monopoli yang terjadi karena berbagai faktor, sehingga penilaian bentuk pasar

pada suatu daerah akan sangat mempengaruhi terbentuknya monopoli.

Lebih lanjut, Masyhuri menjelaskan mengenai ciri-ciri monopoli yakni:22

20

Masyhuri, Ekonomi Mikro, ( Malang: UIN Malang Press, 2007) h. 213. 21

Si Mbah “Undang-Undang Pasal 33 ayat 2 dan 3” diakses tanggal 12 desember 2014,

dari http://www.si-pedia.com/2014/03/bunyi-pasal-33-uud-1945-1-5-dan-pembahasannya.html 22

Masyhuri, Ekonomi Mikro, ( Malang: UIN Malang Press, 2007) h. 213

Page 32: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

20

a. Hanya ada satu penjual;

b. Tidak ada barang substitusi yang dekat;

c. Sangat sulitnya penjual (usaha) baru barang tertentu masuk masuk..

C. Pengertian Etika Bisnis

Pengertian Etika Bisnis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, paling

tidak ada tiga pengertian, sebagai berikut: pertama, ilmu tentang apa yang baik

dan tentang apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq); kedua,

kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq; ketiga, nilai mengenai

benar dan salah yang dianut suatu golongan masyarakat. 23

Etika juga berasal dari

bahasa yunani yaitu ethos, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan . 24

Menelusuri asal usul etika tak lepas dari asli katanya yaitu ethos dalam

bahasa yunani yang berarti kebiasaan (custom) atau karakter (character). Dalam

kata lain berarti “ṭe distinguiṣing character, sentiment, moral nature, or guiding

beliefs of a person, group, or instituation.” (karakter istimewa, sentiment, tabi‟at

moral, atau keyakinan yang membimbing seseorang, kelompok atau institusi). 25

Sementara itu ethics yang menjadi padanan dari etika, secara

terminologisnya adalah studi sistematis tentang tabiat, konsep nilai, baik, buruk,

harus, benar,salah dan lain sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang

23

Deptartemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta:

Balai Pustaka, 1998 ) h. 237. 24

Buchori Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, ( Bandung: CV. Alfabeta, 2003) h.

54. 25

Faisal badru, dkk, “Etika Bisnis Dalam Islam” (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) h.

4

Page 33: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

21

membenarkan kita untuk mengaplikasikannya atas apa saja. Di sini etika dapat

dimaknai sebagai moralitas seseorang dan di saat bersamaan juga sebagai

filosofinya dalam berprilaku.26

Sepintas bahwa etika sama dengan akhlaq. Persamaan itu memang

ada, karena keduanya membahas baik buruknya tingkah laku manusia. Tujuan

etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh

manusia di setiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan

buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi untuk

mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing

golongan di dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang

berlainan. Setiap golongan mempunyai konsepsi sendiri-sendiri. 27

.

Jika ada tersirat dalam hatinya bahwa perbuatan yang ia lakukan

kurang baik, maka jika ia lakukan juga, maka dia sudah melakukan pelanggaran

baik yang bersifat pelanggaran etika ataupun moral. Dunia bisnis yang baik yang

ingin mendapat riḍa Allah haruslah menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral

ini sehingga usaha dan hasil dari usaha yang ia lakukan merupakan hasil yang

bersih dan mendapat berkah baik di dunia maupun diakhirat.28

Nampaknya konsep halal dan haram masuk juga ke wilayah kajian etika,

sekalipun dalam kehidupan sehari-hari dan kajian akademik masuk wilayah fikih.

Menurut hemat Muḥammad Djakfar, pada hakikatnya secara substansial antara

26

Faisal badru, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) h. 4. 27

Hilman Muharam, Tesis:Etika Bisnis Perspektif hadis, ( UIN Jakarta:2005 ) h. 19. 28

Buchori Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, ( Bandung: CV Alfabeta, 2003 ) h. 54-

55

Page 34: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

22

wilayah etika dan hukum adalah sama. Batas antara keduanya sangatlah tipis dan

hampir tidak bisa dipisahkan. Hukum membicarakan sesuatu yang boleh dan tidak

boleh dilakukan dengan mencantumkan sangsi yang eksplisist sedangkan etika

membicarakan sesuatu yang baik dan tidak baik dengan sangsi moral yang tidak

eksplisitkan. Namun demikian dalam Islam, pelanggaran terhadap kedua wilayah

itu semuanya tidak lepas dari sanksi akhirat sebagaimana yang dijanjikan oleh al-

Qur‟ān dan Hadith Nabi Saw. Justru karena pertimbangan inilah nampaknya

Ahmad memasukkan konsep halal dan haram ke dalam wilayah kajian etika. 29

Perbedaan antara moral dengan etika adalah, kalau dalam pembicaraan

etika untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk, tolak ukur atau

sumber yang digunakan adalah akal fikiran. Sedangkan dalam pembicaraan moral

tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang

dan berlangsung di masyarakat. Mengenai istilah akhlak, etika dan moral dapat

dilihat perbedaannnya dari objeknya, di mana akhlak lebih menitikberatkan

perbuatan terhadap manusia kepada Tuhan. Sedangkan etika dan moral hanya

menitik beratkan perbuatan terhadap sesame manusia saja. 30

Etika, moral, dan akhlak persamaannya yaitu, menentukan hukum atau

nilaidari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya.

Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat

29

Muḥammad Djakfar, Agama, Etika, Dan Ekonomi, ( Malang: UIN Malang Press,

2007) h. 148. 30

Ismail, “perbedaan etika, moral, dan akhlak” daiakses tanggal 13 desember 2014, dari

http://ismailmg677.wordpress.com/2014/01/08/perbedaan-antara-akhlak-etia-dan -moral/

Page 35: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

23

yang baik, teratur, aman, damai dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan

lahiriahnya.31

Sedangkan Bisnis Dalam Kamus Besar bahas Indonesia dikemukakan

bahwa bisnis adalah usaha dagang; usaha komersial dalam dunia perdagangan;

bidang usaha.32

Kata bisnis dalam bahasa Indonesia diserap dari kata “business” dari

bahasa inggris yang berarti kesibukan. Dan bisnis menurut istilah adalah keadaan

di mana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang

menghasilkan keuntungan. Bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang

menggambarkan semua aktivitas dan institusi yang memproduksi barang dan jasa

dalam kehidupan sehari-hari. Bisnis merupakan suatu organisasi yang

menyediakan barang dan jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. 33

Menurut Abdul Aziz mengungkapkan dalam bukunya bahwa bisnis

adalah kegiatan yang dilakukan individu atau sekelompok orang (organisasi) yang

menciptakan nilai melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dan memperoleh keuntungan dari transaksi. Bisnis adalah bagian dari

kegiatan ekonomi yang berarti usaha. Bisnis merupakan aspek penting dalam

kehidupan yang semua orang pasti mengenalnya karena itu ada suatu pendapat

bahwa bisnis adalah bisnis. Bisnis jangan dicampurakan dengan etika. 34

31

Ismail, “perbedaan etika, moral, dan akhlak” daiakses tanggal 13 desember 2014, dari

http://ismailmg677.wordpress.com/2014/01/08/perbedaan-antara-akhlak-etia-dan -moral/ 32

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta:

balai Pustaka, 1998 ) h. 121. 33

Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, ( Bandung: Alfabeta, 2013 ) h. 28. 34

Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, ( Bandung: Alfabeta, 2013 ) h. 30.

Page 36: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

24

Bisnis adalah suatu kata yang populer dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam zaman yang modern ini dunia bisnis semakin kompleks, dan membutuhkan

banyak waktu bagi yang mempelajarinya serta mempraktekannya sampai berhasil.

Bisnis meliputi sejumlah total usaha yang meliputi pertanian, produksi,

konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi, usaha jasa dan pemerintahan yang

bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa ke konsumen.35

Jadi, etika bisnis merupakan seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar,

dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas, dalam

arti lain etika bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma di mana para pelaku

bisnis harus komit padanya dalam bertransaksi, berprilaku, dan bekerja sama guna

mencapai daratan atau tujuan-tujuan bisnisnya dengan selamat.36

Etika Bisnis adalah suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal

yang benar dan yang salah, boleh dan tidak, halal dan haram dalam berbisnis dan

kemudian melakukan hal yang sesuai dengan aturan agar sesuai dengan hal-hal

yang dibenarkan, dibolehkan, dan dihalalkan dalam berbisnis.

Etika bisnis perspektif hadis, lebih mengedepankan aturan Islam yang

telah Rasulullah ajarkan dan beliau katakan dalam sabdanya. Yaitu berarti

pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas

disini berarti aspek baik atau buruk, benar atau salah, terpuji atau tercela, wajar

35

Buchori Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, ( Bandung: CV Alfabeta, 2003 ) h.

90. 36

Faisal Badrun, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005 ) h.

13.

Page 37: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

25

atau tidak wajar, pantas atau tidak pantas, dan halal atau haram perilaku manusia

dalam berbisnis. 37

D. Macam-Macam Etika Bisnis

Bisnis yang beretika harus mempunyai visi dan misi semangat spiritual

yang menyebarkan kebaikan bukan kejahatan.

Seperti apa yang dimiliki dan dijalankan dalam bisnis Nabi Muḥammad

Saw adalah: 38

Pertama: Ṣiddiq ( benar, jujur ). Dalam berbisnis Nabi Muḥammad selalu

dikenal sebagai seorang pemasar yang jujur dan benar dalam menginformasikan

produknya.

Kedua: Amanah (Tanggung Jawab, Kepercayaan), seorang pebisnis

haruslah dapat dipercaya. Dapat bertanggung jawab atas kepercayaan yang

diberikan pelanggan akan kualitas barang dagangannya.

Ketiga: Faṭanah (Kecerdikan, Kebijaksanaan, Intelektualitas), memimpin

bisnisnya menggunakan bisnisnya dengan mampu memahami, menghayati, dan

mengenal tanggung jawab bisnisnya dengan sangat baik. Dengan ini pebisnis

dapat menumbuhkan kreativitas dan kemampuan dalam melakukan berbagai

inovasi yang bermanfaat bagi perusahaan sehingga bisa menjadi pebisnis yang

sukses.

37

Faisal Badrun, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005 ) h.

62. 38

Hermawan Kartajaya dan Muḥammad Syakir Sula, Syari„ah Marketing, ( Bandung:

PT Mizan Pustaka, 2008 ) h. xxvi

Page 38: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

26

Keempat: Tabligh (komunikasi, keterbukaan, pemasaran) mampu

menyampaikan keunggulan barang dagangan dengan bahasa yang menarik tanpa

di buat-buat dan sesuai dengan faktanya, tepat sasaran bahasanya tanpa

meninggalkan kejujuran dan kebenaran.

Selain itu, dibawah ini Sembilan prinsip-prinsip bagi seorang pebisnis

salah satunya pemasar menurut Muḥammad Syakir Sula dan Hermanwan

Kartajaya dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran yang yaitu39

:

1. Memiliki Kepribadian Spiritual (Takwa)

Semua kegiatan bisnis hendaklah selaras dengan moralitas dan nilai

utama yang digariskan oleh al-Qur‟ān . Al-Qur‟ān dan hadis menegaskan bahwa

setiap tindakan dan transaksi hendaknya ditujukan untuk tujuan hidup yang lebih

mulia. Umat muslim diperintahkan untuk mencari kebahagiaan akhirat dengan

cara menggunakan nikmat yang Allah karuniakan kepadanya dengan jalan yang

sebaik-baiknya.

2. Berperilaku Baik dan Simpatik

Hal ini adalah fondasi dasar dan inti dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini

sangat dihargai dengan nilai yang tinggi, dan mencakup semua sisi manusia. Sifat

ini adalah sifat Allah yang harus dimiliki oleh kaum muslim. Banyak ayat dalam

al-Qur‟ān dan hadis-hadis Rasulullah yang memerintahkan kaum muslim untuk

bermurah hati. Al-Qur‟ān menegaskan bahwa Rasulullah adalah manusia yang

sangat pengasih dan murah hati. Akan di bahas di bab selanjutnya.

39 Hermawan Kartajaya dan Muḥammad Syakir Sula, Syari„ah Marketing, (Bandung

: PT Mizan Pustaka, 2008 ) h. 68.

Page 39: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

27

3. Berlaku Adil dalam Bisnis

Lawan dari sifat adil adalah zalim, dan Islam telah mengharamkan setiap

hubungan bisnis yang mengandung kezaliman dan mewajibkan terpenuhinya

keadilan yang teraplikasikan dalam setiap hubungan dagang dan kontrak-kontrak

bisnis. Menghindari hal-hal yang tidak jelas.

4. Bersikap Melayani dan Rendah Hati

Sikap ini merupakan sikap utama dari seorang pebisnis. Tanpa sikap di

atas dia bukanlah seorang yang berjiwa pebisnis. Melekat dalam sikap ini adalah

sikap sopan, santun, dan rendah hati. Orang yang beriman diperintahkan untuk

bermurah hati, sopan, dan bersahabat saat berelasi dengan mitra bisnisnya.

5. Menepati Janji dan Tidak Curang

Sikap curang adalah sikap yang menimbulkan keserakahan yang

menyebabkan ketidakseimbangan bisnis demi memperoleh untung yang lebih

besar, bisa muncul dalam menentukan harga, takaran, ukuran, dan timbangan.

Menjaga kepercayaan seorang pelanggan adalah cara untuk menghindari diri dari

kecurangan yang dilakukan oleh diri sendiri ataupun orang lain. Bisnis Islami

memang terkesan berat bagi yang terbiasa melakukan kecurangan, tetapi ringan

bagi mereka yang tidak melakukan kecurangan, begitu juga bagi para professional

yang biasa menjunjung nilai-nilai moral,

6. Jujur dan Terpercaya

Sebagaimana di jelaskan dalam salah satu sifat nabi di atas.

7. Tidak Suka Berburuk Sangka

Page 40: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

28

Saling menghormati satu sama lain merupakan ajaran Nabi Muḥammad

Saw yang harus diimplementasikan dalam perilaku bisnis modern.

8. Tidak Suka Menjelek-jelekan

Tidak boleh satu pengusaha menjelekkan pengusaha yang lain hanya

bermotifkan persaingan bisnis.

9. Tidak Melakukan Sogok

Menyuap sudah jelas hukumnya haram, dan menyuap termasuk dalam

kategori makan harta orang lain dengan cara yang baṭil. Dan Islam jelas melarang

orang Islam menyuap penguasa dan pembantu-pembantunya.

Selain itu dalam etika lainnya kita harus menjaga kestabilitasan pasar dan

tidak membuat kerusakan dalam mekanisme pasar. Sebagaimana Adiwarman A

Karim mengatakan beberapa hal yang harus di hindari agar mekanisme pasar stabil

dan tidak terjadi distorsi dalam pasar adalah40

:

Pertama, Menghindari Najasy ( menyuruh orang lain untuk pura-pura

menawar), Nabi Saw bersabda:

ث نا عبد الله بن يوسف أخب رنا مالك عن أبي الزناد عن العرج عن أبي هري رة رضي الله عنه أ رسو حدول يبع حاضر ول ت ناجشواعلى ب يع ب عض الله صلى الله عليه وسلم قا ل ت لقوا الركبا ول يبع ب عضكم

ها ردها لباد ول تصروا الغنم ومن اب تاعها ف هو بخير النظرين ب عد أ يحتلب ها إ رضي ها أ كها وإ سخ م 41وصاعا من تمر

Telah menceritakan kepada kami, „Abdullah Ibn Yusuf telah mengabarkan kepada

kami Malik dari Abû Az Zanād dari Al A'rāj dari Abû Hurairah raḍiallāhu 'anhu

40 Adiwarman A. karim, Ekonomi Mikro Islami Edisi Ketiga, ( Jakarta: PT.

RajaGrafindo persada, 2007 ) h.181.

41

Abû „Abdullāh Muḥammad bin Ismā‟il bin Ibrāhîm Al-Bukhārî, Al-Jāmi’ al-

Bukhāri (Sahih al-Bukhāri), ( Bairut: Dar al-Fikr ) h 404.

Page 41: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

29

bahwa Rasulullah ṣallallahu „alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian

mencegat rombongan dagang (sebelum sampai di pasar) dan jangan pula

sebagian kalian membeli barang yang dibeli orang lain (sedang ditawar) dan

janganlah melebihkan harga tawaran barang (yang sedang ditawar orang lain,

dengan maksud menipu pembeli) dan janganlah orang kota membeli buat orang

desa. Janganlah kalian menahan susu dari unta dan kambing (yang kurus dengan

maksud menipu calon pembeli). Maka siapa yang membelinya setelah itu maka dia

punya hak pilih, bila dia rela maka diambilnya dan bila dia tidak suka

dikembalikannya dengan menambah satu ṣa' kurma".

Kedua, menghindari talaqqî rukbān (mencegat pedagang dusun masuk

pasar), Nabi Saw Bersabda :42

اد ل ت لقوا الركبا ول يبع حاضر لباد قا ف قلت لبن عباس ما ق وله ل يبيع حاضر لب

“ Janganlah kalian menyongsong rombongan yang berkendaraan (pedagang dari

dusun yang menuju ke pasar) dan janganlah orang kota melakukan jual beli untuk

orang dusun (orang yang tidak mengetahui harga pasar).

penegasannya ارا ل يكو له سم

„Tidaklah menjadi makelar baginya. ‟

Talaqqî Rukbān adalah tindakan yang dilakukan oleh pedagang kota (atau

pihak yang lebih memliki informasi yang lebih lengkap) membeli barang petani

(atau produsen yang tidak memiliki informasi yang benar tentang harga dipasar)

yang masih di luar kota, untuk mendapatkan harga yang lebih murah dari harga

pasar yang sesungguhnya, dan Rasulullah melarang hal ini.

Transaksi ini dilarang karena dua hal:43

1. Rekayasa penawaran. Yaitu mencegah masuknya barang ke pasar.

42 Abû „Abdullāh Muḥammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim Al-Bukhārî, Al-Jāmi’ al-

Bukhārî (Sahih al-Bukhārî), ( Bairut: Dar al-Fikr ) h 404.

43

Adiwarman A. karim, Ekonomi Mikro Islami Edisi Ketiga, ( Jakarta: PT.

RajaGrafindo persada, 2007 ) h. 96.

Page 42: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

30

2. Mencegah penjual dari luar kota untuk mengetahui harga pasar yang

berlaku.

Allah berfirman dalam surat Hûd ayat 18 :44

“Dan siapakah yang lebih dẓalim daripada orang yang mengada-adakan suatu

kebohongan terhadap Allah? Mereka itu akan di hadapkan kepada Tuhan mereka,

dan para saksi akan berkata “Orang-orang inilah yangtelah berbohong terhadap

Tuhan mereka. Ingatlah, Laknat Allah di timpakkan kepada orang-orang yang

dẓalim. “

Dari Abû Dāud melalui Jalur Al-Makkî: “Sesungguhnya seorang dusun

menceritakan kepadanya, bahwasannya dia datang membawa air susu miliknya

pada masa Rasulullah Saw, lalu dia mampir di tempat Talḥah bin „Ubaidillāh.

Maka dia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Saw melarang orang kota

melakukan jual beli untuk orang dusun, tetapi pergilah ke pasar dan perhatikan

siapa yang mau membelinya, lalu musyawarahkan denganku hingga aku

memerintahkanmu untuk menjualnya atau melarangmu”.45

Maksud dari pelarangan untuk menghadang kafilah yang akan berdagang

adalah alasannya lagi-lagi agar tidak ada yang di ẓalimi dalam transaksi tersebut,

sehingga langkah lebih bagusnya membiarkan orang dusun itu untuk mengetahui

harga pasar terlebih dahulu (masuk pasar terlebih dahulu), bahkan jika kita sudah

tahu, malah kita lebih baik memberitahunya dengan benar akan kualitas dan harga

barang dagangan yang ia jual di pasaran.

44

Al-Qur’ān ul Karim dan Terjemahannya, (Bandung: MQS Publisying, 1987) h. 223. 45

Amiruddin, terj. Fath Al-Bāri (penjelasan kitab Ṣahîh Al-Bukhārî) jilid 12, ( Jakarta:

Pustaka Azzam, 2010 ) h. 264.

Page 43: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

31

Menurut Ibnu Qudamah pun mengatakan, jika ada penghadangan makan

si penjual mempunyai hak khiyār untuk menentukan apakah barang dagangannya

jadi di jual atau tidak walaupun barang tersebut sudah di beli (tertipu). 46

Hal demikian terjadi untuk menciptakan keadilan terhadap orang yang

belum tahu informasi pasar. Dan secara tidak langsung penghadangan orang dusun

bisa di manfaatkan oleh para pemasar yang membeli borongan dengan maksud

memonopoli pasar tanpa si petani ketahui bahwa barang dagangannya itu bisa di

jual dengan harga yang lebih dari pada penipu itu tawarkan. Seseorang yang

memonopoli pasar mempunyai cara mendapatkan keuntungan dengan membeli

barang perniagaan (Iḥtikār) untuk didagangkan kembali atau menimbnnya agar

keberadaannya sedikit di pasar lalu harganya naik dan tinggi bagi si pembeli dan

dia bisa mengatur harga dengan memanfaatkan kelangkaan tersebut. .

Allah dan Rasul-Nya selalu memerintahkan kita untuk saling dalam hal

positif salah satunya dalam saling membantu dalam berbisnis.

Talaqqî Rukbān di perbolehkan jika memang sudah ada kesepakatan di

awal, kemudian si pembeli menginformasikan terlebih dahulu. Karena intinya

orang dusun itu adalah orang yang tidak tahu informasi pasar, mau orang desa

ataupun orang kampung. Dan kewajiban kita jika mau bertransaksi atau berbisnis

dengan mereka, harus memberikan informasi yang benar.

Dan Ketiga, menghindari iḥtikār ( monopoli yang tidak beraturan).

hadisnya akan di bahas dalam bab selanjutnya.

46

Anshari Taslim, terj. Al-Mughnî (Ibnu Qudamah), ( Jakarta: Pustaka Azzam, 2008 )

h. 747.

Page 44: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

32

BAB III

HADIS-HADIS TENTANG IḤTIKĀR

Pada bab ini penulis akan membahas hadis-hadis tentang Iḥtikār dimana

hadis-hadis tersebut diurutkan berdasarkan permasalahannya. Hadis tersebut

ditelusuri dengan menggunakan kamus hadis al-Mu’jam al-Mufaḥras Li Alfaẓ al-

Hadits al-Nabawî dibantu dengan pencarian digital Lidwa 9 Imam Hadis.

Hadis tentang larangan melakukan iḥtikār riwayat Abû Daûd, Hadis

tentang hukuman bagi pelaku iḥtikār riwayat Aḥmad Ibn Ḥanbal, Jenis makanan

yang tidak boleh di iḥtikār riwayat yang juga riwayat Aḥmad Ibn Ḥanbal, dan satu

lagi hadis tentang salah satu sifat yang dapat menghindari diri dari perilaku iḥtikār

yaitu hadis tentang toleransi hadis riwayat al- Bukhārî. Pencarian hadis melalui

kamus hadis al-Mu’jam al-Mufaḥras dibantu dengan pencarian digital Lidwa

Sembilan Imam Hadis. Dan dibawah ini hadis-hadisnya.

A. Larangan Melakukan Iḥtikār

Penulusuran matan hadis ini penulis mengutip kata yang ditelusuri adalah

kata 1ل يحتكر إلا خاطئ. Dalam kamus hadis al-Mu’jam al-Mufaḥras dibantu

dengan pencarian digital Lidwa 9 Imam Hadis.

1 A.J. Wensick, al- Mu’jam al-Mufahras jilid 1, (Leiden: E.J.Brill, 1936) h. 489.

Page 45: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

33

Hadis Riwayat Abû Dāud 2

ث نا بن سعيد عن عطاء بن عمرو بن محماد عن يحيى بن عمرو عن خالد أخب رنا بقياة بن وىب حدا ل وسلام عليو اللاو صلاى اللاو رسول قال قال كعب بن عدي بني أحد معمر أبي بن معمر عن المسيب

ما أحمد وسألت داود أبو قال يحتكر كان ومعمر قال تحتكر فإناك لسعيد ف قلت خاطئ إلا يحتكر الس وق ي عترض من المحتكر الوزاعي قال داود أبو قال النااس عيش فيو ما قال الحكرة

Telah menceritakan kepada kami Wahb bin Baqiyyah, telah mengabarkan kepada

kami Khālid dari „Amr bin Yahyā, dari Muḥammad bin „Amr bin „Atsā` dari Sa„îd

bin Al-Musayyab dari Ma„mar bin Abû Ma„mar salah satu Bani Adi bin Ka„ab, ia

berkata: Rasulullah ṣallallahu „alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seseorang

menimbun barang, kecuali tela berbuat salah." Kemudian aku katakan kepada

Sa„îd; sesungguhnya engkau menimbun. Ia berkata; dan Ma„mar pernah

menimbun. Abû Dāud berkata; dan aku bertanya kepada Aḥmad; apakah ḥukrah

2 Sulaiman ibn Al-„Asy„ats ibn Syaddad ibn „Amr ibn „Amir as-Sijistani, Sunan Abû

daûd h. 1496.

Telah menceritakan kepada kami Sa‟îd Ibn „Amru Al Asy'ats telah menceritakan

kepada kami Ḥātim Ibn Ismā„îl dari Muḥammad Ibn 'Ajlān dari Muḥammad Ibn „Amru Ibn 'Atsa

dari Sa‟îd Ibn Musayyab dari Ma'mar Ibn „Abdullāh dari Rasulullah ṣallallahu 'alaihi wasallam,

beliau bersabda: "Tidaklah orang yang menimbun barang, melainkan ia berdosa karenanya."

Ibrāhîm berkata; Muslim berkata; dan telah menceritakan kepadaku sebagian sahabat kami dari

„Amru Ibn „Aun telah mengabarkan kepada kami Khālid Ibn „Abdullāh dari „Amru Ibn Yahyā dari

Muḥammad Ibn „Amru dari Sa„îd Ibn Al-Musayyab dari Ma„mar Ibn Abû Ma„mar salah seorang

Bani „Ādî Ibn Ka„ab, dia berkata: Rasulullah ṣallallahu „alaihi wasallam bersabda : kemudian dia

menyebutkan hadis seperti hadis Sulaiman Ibn Bilāl, dari Yahyā.Diriwayatkan bahwa „ Umār Ibn

Khaṭab keluar bersama dengan para sahabat, lalu ia melihat makanan yang sangat banyak yang di

letakkan di gerbang pintu masuk kota Makkāh, lalu ia bertanya: makanan apa ini?. Mereka

menjawab: dagangan untuk kita. Lalu ia berkata: semoga Allah memberkahi barang dagangan ini

dan orang yang menjualnya. Dikatakan kepadanya: sesungguhnya ini adalah barang timbunan ia

bertanya: siapa yang menimbunnya?. Lalu menjawab: Si Fulān, budak „Utsman dan si fulān budak

anda. Maka ia memanggil keduanya bertanya: apa yang membuat kalian menimbun makanan

kaum muslimin? Keduanya menjawab: kami membeli dengan harta kami, dan kami menjualnya.

„Umār berkata: aku mendengar Rasululah SAW bersabda : “barang siapa yang menimbun makanan

kaum muslimin, maka ia tidak akan mati hingga Allah menimpakan kepadanya penyakit lepra dan

kebangkrutan. Dan Rasulullah SAW juga bersabda: Importir yang mendapatkan rezeki (berkah).

Sedangkan orang yang menimbun barang akan di laknat. (Hadis Riwayat Al-Dārimî)

Page 46: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

34

itu? Ia berkata; sesuatu yang padanya terdapat kehidupan manusia. Abu Daud

berkata; Al Auzā„î berkata; muḥtakir adalah orang yang datang ke pasar untuk

membeli apa yang dibutuhkan orang-orang dan menyimpannya..

Analisis Sanad sebagaimana dalam penelitianya menyatakan bahwa hadis

tentang larangan Iḥtikār di atas statusnya adalah Hadis ḥasan Lighairihi3 karena

walaupun tidak ditemukan perawi yang menyambungkan Muḥammad Ibn Ibrahîm

dan Sa‟îd al-Musayyab di beberapa jalur mukharij yang status hadisnya dhā’if, tapi

ada yang menguatkan dimana hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abû

Dāud sanad-sanadnya tersebut bersambung ṣahîh, kualitasnya lebih kuat, dan

sampai kepada Nabi.

Hadis ini termasuk Hadis Ḥasan juga di kuatkan dengan hadis riwayat

Al-Tirmîdzî:

ث نا إسحق بن منصور أخب رنا يزيد بن ىارون أخب رنا محماد بن إسحق عن محماد بن إب راىيم عن حداللاو عليو وسلام ي قول سعيد بن المسيب عن معمر بن عبد اللاو بن نضلة قال سمعت رسول اللاو صلاى ا

قال أبو عيسى ل يحتكر إلا خاطئ ف قلت لسعيد يا أبا محماد إناك تحتكر قال ومعمر قد كان يحتكر زايت والحنطة ونحو ىذا قال أبو عيسى وفي الباب وإناما روي عن سعيد بن المسيب أناو كان يحتكر ال

والعمل على ىذا عند أىل حديث حسن صحيح عن عمر وعلي وأبي أمامة وابن عمر وحديث معمر ب عضهم في الحتكار في غير الطاعام و قال ابن المبارك ل بأس العلم كرىوا احتكار الطاعام ورخاص

4بالحتكار في القطن والسختيان ونحو ذلك Aku bertanya kepada Sa„îd: Wahai Abû Muḥammad, sesungguhnya engkau

menimbun. Ia mengatakan: Sedangkan Ma„mar telah menimbun. Abû „Isa berkata;

Sesungguhnya telah diriwayatkan dari Sa„îd Ibn Al Musayyib bahwa ia pernah

menimbun minyak, biji gandum atau yang serupa dengan itu. Abû Isa berkata;

Dalam hal ini ada hadits serupa dari „Umār, Ali, Abû Umamah dan Ibnu „Umār.

Dan hadits Ma„mar adalah hadits ḥasan Ṣahîh. Hadits ini menjadi pedoman amal

menurut ulama; Mereka memakruhkan penimbunan makanan namun sebagian

mereka membolehkan penimbunan selain makanan. Dan Ibnu Al Mub„rak

3 Lampiran h. 59.

4 Abû „Isā Muḥammad ibn „Isā ibn Saurah ibn Mûsā ibn Al-ḍahhak Al-Tirmîdzî. Terj

Nasyaruddin Al-Albani-Fachrurazi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006) h. 49.

Page 47: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

35

mengatakan: Tidak apa-apa menimbun kapas, kulit yang disamak atau yang serupa

dengan itu.5

Iḥtikār tidak diperbolehkan karena penahanannya yang bisa merugikan

orang banyak. Sebagaimana menurut Al-Syaukāni Iḥtikār adalah manahan suatu

barang padahal dia tidak membutuhkannya sedangkan manusia sangat

membutuhkannya, lalu dia akan menjualnya saat harga sudah naik tinggi sehingga

menyulitkan manusia yang membutuhkannya.6

Allah Swt berfirman dalam Surat Al-Syu‟arā ayat 1837:

الرض مفسدين ى ف اول ت بخشوأ الناس اشياءىم ول ت عث و “Janganlah kalian kurangi apa-apa yang menjadi hak orang lain, dan jangan pula

membuat kerusakan di muka bumi.”

Penjelasan ayat di atas maksudnya adalah Allah melarang berbuat

kerusakan di muka bumi. Kaitannya dengan monopoli yng tidak beraturan ( Iḥtikār

) adalah, Iḥtikār merupakan perilaku yang membekukan barang dagangan yang

merupakan kebutuhan pokok, menahannya, dan menjauhkannya dari peredaran

sehingga harganya naik dan penahan barang tersebut baru mengeluarkan

barangnya saat harga sudah naik. Perilaku tersebut dapat menimbulkan bahaya

besar terhadap perekonomian dan moral. 8 Yang jelas itu akan merugikan banyak

orang karena merusak keseimbangan mekanisme pasar. Sehinggga penjual dan

pembeli tidak seimbang.

5 Penelitian Sanad dalam Lampiran .

6 Amir Hamzah dkk , terj.Ringkasan Nailul Autsār, ( Jakarta: Pustaka Azzam, 2006 )

h. 39.

7 Al-Qur’anul Karim dan Terjemahannya, (Bandung: MQS Publiṣing, 1987) h. 374.

8 Imam Saefudin, Sistem, Prinsip Dan Tujuan Ekonomi Islam, ( Bandung: CV

Pustaka Setia, 1999 ) h. 101

Page 48: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

36

Berbagai barang yang termasuk milik umum, boleh dimonopoli hanya

oleh Negara. Namun, monopoli oleh Negara bukan berarti Negara dapat

menetapkan harga sebebas-bebasnya demi mengejar keuntungan semata. Namun,

Negara justru berkewajiban menyediakan berbagai produk tersebut dengan harga

serendah mungkin. 9

Di sini penulis setuju dengan pendapat Adiwarman. Dimana menurutnya,

dalam islam konsep monopoli dalam artian hanya ada satu penjual itu tidak

dilarang keberadaannya, selama mereka tidak mengambil keuntungan di atas

keuntungan normal.10

Keuntungan ditentukan sesuai dengan jenis barang dan

harga masing-masing barang.

B. Hukuman Bagi Orang Yang Melakukan Iḥtikār

Untuk hadis ini, penulusurannya menggunakan kata 11من احتكر . dan

dibawah ini hadis riwayat Aḥmad12

9 Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, ( Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007

) h. 215.

10

Adiwarman. A. Karim, Ekonomi Mikro Islam Edisi Ketiga, ( Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, 2007 ) h. 153.

11

A.J. Wensick, al- Mu’jam al-Mufaḥras jilid 1, (Leiden: E.J.Brill, 1936) h. 489.

12 Imam Aḥmad Ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad Ibn Ḥanbal, ( Saudi Arabia: Baitul

Ifkar, 1998 ) h. 707.

Page 49: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

37

ث نا ث نا ىاشم بني مولى سعيد أبو حدا ثني بصري الطااطري رافع بن الهيثم حدا يحيى أبو حدا المؤمنين أمير ي ومئذ وىو عنو اللاو رضي عمر أنا عثمان مولى ف ر وخ عن مكاة أىل من رجل نا جلب طعام ف قالوا الطاعام ىذا ما ف قال منثورا طعاما ف رأى المسجد إلى خرج بارك قال إلي مولى ف ر وخ قالوا احتكره ومن قال احتكر قد فإناو المؤمنين أمير يا قيل جلبو وفيمن فيو اللاو

طعام احتكار على حملكما ما ف قال فدعاىما إليهما فأرسل عمر مولى وفلن عثمان اللاو صلاى اللاو رسول سمعت عمر ف قال ونبيع بأموالنا نشتري المؤمنين أمير يا قال المسلمين

فلس اللاو ضربو طعامهم المسلمين على احتكر من ي قول وسلام عليو ف قال بجذام أو بال مولى وأماا أبدا طعام في أعود ل أن وأعاىدك اللاو أعاىد المؤمنين أمير يا ذلك عند ف ر وخ مجذوما عمر مولى رأيت ف لقد يحيى أبو قال ونبيع بأموالنا نشتري إناما ف قال عمر

Telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id budak Bani Hasyim Telah

menceritakan kepada kami Al Haitsam Bin Rafi' Ats Tsatsari orang Baṣrah Telah

menceritakan kepadaku Abu Yahya seorang lelaki penduduk Makkah dari Farrukh

hamba sahaya Utsman, bahwa Umār pada saat menjadi Amirul Mukminin, dia

keluar menuju masjid kemudian melihat makanan yang banyak diletakkan di

gerbang pintu masuk kota Makkāh, lalu ia bertanya: makanan apa ini?. Mereka

menjawab: dagangan untuk kita. Lalu ia berkata: semoga Allah memberkahi

barang dagangan ini dan orang yang menjualnya. Dikatakan kepadanya:

sesungguhnya ini adalah barang timbunan ia bertanya: siapa yang menimbunnya?.

Lalu menjawab: Si Fulan, budak „Utsman dan si fulan budak anda. Maka ia

memanggil keduanya bertanya: apa yang membuat kalian menimbun makanan

kaum muslimin? Keduanya menjawab: kami membeli dengan harta kami, dan

kami menjualnya. Umār berkata: aku mendengar Rasululah SAW bersabda :

“barang siapa yang menimbun makanan kaum muslimin, maka ia tidak akan mati

hingga Allah menimpakan kepadanya penyakit lepra dan kebangkrutan.

Dalam hadis di atas dijelaskan bahwa pelaku monopoli dengan tujuan

iḥtikār sebagaimana dikisahkan di atas mendapatkan hukuman kebangkrutan dan

sebuah penyakit oleh Allah. Menurut Al-Asqalani sanad hadis di atas ḥasan13

.

Selain Allah menimpakan kebangkrutan dan penyakit kepada seorang

pelaku monopoli.

13 Amiruddin, terj. Fath al- Bāri (penjelasan kitab Ṣaḥiḥ Al-Bukhārî) jilid 12, (

Jakarta: Pustaka Azzam, 2010 ) h. 188.

Page 50: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

38

Dalam hadis lain Rasulullah Saw bersabda:14

ث نا ث نا زيد بن أصبغ أخب رنا يزيد حدا عمر ابن عن الحضرمي مراة بن كثير عن الزااىرياة أبي عن بشر أبو حدالة أربعين طعاما احتكر من وسلام عليو اللاو صلاى النابي عن منو ت عالى اللاو وبرئ ت عالى اللاو من برئ ف قد لي

هم برئت ف قد جائع امرؤ فيهم أصبح عرصة أىل وأي ما ت عالى اللاو ذماة من

Telah menceritakan kepada kami Yazid telah mengabarkan kepada kami Aṣbagh

bin Zaid telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr dari Abu Az Zahiriyyah dari

Katsir bin Murrah Al Hadlrami dari Ibnu Umār dari Nabi ṣallallahu 'alaihi

wasallam: "Barangsiapa menimbun makanan hingga empat puluh malam, berarti

ia telah berlepas diri dari Allah Ta'ala dan Allah Ta'ala juga berlepas diri dari-Nya.

Dan siapa saja memiliki harta melimpah sedang di tengah-tengah mereka ada

seorang yang kelaparan, maka sungguh perlindungan Allah Ta'ala telah terlepas

dari mereka".

Ibrahim lubis mengatakan, ada peringatan, siapa yang berbuat tidak baik

dalam pekerjaannya salah satunya adalah seorang pembisnis yang tidak baik dalam

berbisnisnya. Mereka berbisnis hanya untuk mencari untung dan menaruhkam

harga sesuai dengan kehendak hawa nafsunya, tanpa memikirkan kepentingan

bersama atau manfaat-manfaatnya bagi masyarakat, tanpa mengindahkan larangan

Allah dan rasulnya maka apa-apa yang dihasilkannya adalah seperti orang yang

menelan api kedalam perutnya. Mereka akan masuk neraka, rahasianya akan

terbongkar, malunya akan terbuka, ia akan dikenal sebagai penipu dan namanya

akan menjadi buruk dikalangan masyarakat. Lama kelamaan orang-orang akan

menghindarkan diri dari padanya atau ia dilemparkan sebagai kain buruk. 15

Sebuah aktivitas ekonomi baru akan dapat dikatakan sebagai iḥtikār jika

memenuhi setidaknya dua syarat berikut: Pertama, obyek penimbunan merupakan

14

Imam Aḥmad Ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad Ibn Ḥanbal, ( Saudi Arabia: Baitul Ifkar,

1998 ) h. 709. 15

Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1995) h. 338

Page 51: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

39

barang-barang kebutuhan masyarakat; kedua, tujuan penimbunan adalah untuk

meraih keuntungan di atas keuntungan normal.16

Dibawah ini, hukuman yang akan dikenakan kepada seorang pelaku

monopolis dalam bentuk undang-undang di Indonesia. Hukum persaingan usaha

mulai banyak dibicarakan seiring dengan diundangkannya Undang-Undang No. 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat. Undang-undang ini disahkan tanggal 5 Maret 1999, tetapi baru efektif

berlaku satu tahun kemudian. UU No. 5 Tahun 1999 juga mengatur tentang sanksi.

Ada tiga jenis sanksi yang diintroduksi dalam undang-undang ini, yaitu tindakan

administratif, pidana pokok, dan pidana tambahan. Komisi Pengawas Persiangan

Usaha (KPPU) yang lembaganya akan dijelaskan kemudian, hanya berwenang

memberikan sanksi tindakan administratif. Sementara pidana pokok dan pidana

tambahan dijatuhkan oleh lembaga lain, dalam hal ini peradilan.

Yang dimaksud dengan tindakan administratif adalah:17

1. penetapan pembatalan perjanjian;

2. perintah untuk menghentikan integrasi vertikal;

3. perintah untuk menghentikan kegiatan yang terbukti menyebabkan praktek

monopoli dan anti-persaingan dan/atau merugikan masyarakat;

4. perintah untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominan;

16 Nur Chamid, Jejak Sejarah Pemikiran Ekono Islam, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010 ) h. 203.

17

Sudharta, “Hukuman seorang pelaku Monopoli”, di akses tanggal 4 desember

2014 dari http://business-law.binus.ac.id/2013/01/20/catatan-seputar-hukum-persaingan-usaha/

Page 52: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

40

5. penetapan pembatalan penggabungan/peleburan badan usaha/pengambilalihan

saham;

6. penetapan pembayaran ganti rugi;

7. pengenaan denda dari 1 milyar s.d. 25 milyar rupiah.

Nabi telah memperingatkan kita agar tidak melakukan hal-hal yang bisa

menyebabkan kerusakan dalam pasar (distorsi). Akan tetapi pada kenyataannya,

banyak sekali bentuk pemasaran bisnis yang bebas dan tidak bermoral yang

dilakukan oleh para pelaku bisnis yang memikirkan dirinya sendiri. termasuk di

Negara kita yang padahal rakyatnya mayoritas muslim yang otomatis dalam

transaksi atau dalam berbisnis itu tidak boleh keluar dari zona keislaman, apalagi

sampai menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan bahkan

sehingga merugikan banyak orang. Kebanyakan mereka melupakan nilai-nilai

moral dan prilaku yang sehat dalam berbisnis. Karena itulah, setiap saat masalah

bisnis seringkali bertambah, sedangkan keberkahan dalam berusaha menjadi

berkurang.18

Dijaman sekarang segala bentuk makanan sudah menjadi bahan pokok

dalam kehidupan manusia, sumber daya minyak dan gas juga sudah termasuk ke

dalam bahan pokok manusia. Dimana ketika bahan-bahan yang di atas itu di

timbun atau pemasarannya di monopoli, barulah prakteknya termasuk ke dalam

iḥtikār, karena sedang di butuhkan banyak manusia.

18

Husain Syahatah, dkk, Transaksi dan Etika Bisnis Islam, ( Jakarta: Visi Insani

Publiṣing, 2005 ) h. 22.

Page 53: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

41

Menurut al-Bassām di dalam Syarh al-Iqnā‟ dikatakan orang yang

menimbun atau memonopoli barang wajib dipaksa untuk menjual barangnya

sebagaimana orang lain dalam rangka menolak bahaya. Apabila si penimbun

menolak untuk menjual makanan yang ditimbunnya, dan dikhawatirkan makanan

tersebut membusuk, maka seorang pemimpin Negara harus membagi-bagikannya

kepada orang-orang yang membutuhkan dan mengembalikan kepada orang yang

menimbun tadi jenis yang sama ketika kebutuhan masyarakat sudah tidak ada.19

C. Jenis Barang Dagangan Yang Tidak Boleh Diiḥtikār

Dari hadis ini yang ditelusuri adalah kata 20 حكرة . dan dibawah ini hadis

riwayat Aḥmad21

:

ث نا ث نا سريج حدا رسول قال قال ىري رة أبي عن سلمة أبي عن علقمة بن عمرو بن محماد عن معشر أبو حدا خاطئ ف هو المسلمين على بها ي غلي أن يريد حكرة احتكر من وسلام عليو اللاو صلاى اللاو

Telah menceritakan kepada kami Suraij berkata; telah menceritakan kepada kami

Abu Ma'syar dari Muḥammad bin 'Amru bin Alqomah dari Abu Salamah dari Abu

Hurairah ia berkata; Rasulullah ṣallallahu 'alaihi wasallam Bersabda: "Barangsiapa

menimbun (bahan makanan, pent) dengan maksud menaikkan harga atas kaum

muslimin maka ia telah berdosa".

19

Abdullāh Ibn „Abdurrahman Al-Bassam, Syarh Bulûgh Al-Marām, terj. Thahirin

Suparta dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006) h. 348 20

A.J. Wensick, al- Mu’jam al-Mufahras jilid 1, (Leiden: E.J.Brill, 1936) h. 489.

21

Imam Aḥmad Ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad Ibn Ḥanbal, ( Saudi Arabia: Baitul Ifkar,

1998 ) h 709.

Page 54: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

42

Dari apa yang dipaparkan di atas sudah jelas bahwa tidak diperbolehkan

melakukan praktek menahan, menimbun, ataupun monopoli yang dapat

mempongaruhi sistem pasar dan merusak mekanisme bisnis. Tetapi, pada intinya

monopoli dan menimbun bukan berarti iḥtikār, dan tetapi iḥtikār biasanya terjadi

karena adanya monopoli dan penimbunan yang menyalahi aturan.

Kita lihat terjemah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Aḥmad Ibn

Ḥanbal:22

ث نا شعبة عن محماد بن إسحاق عن محماد بن ث نا محماد بن جعفر حدا إب راىيم الت ايمي عن سعيد بن حدا إلا الخاط المسياب عن معمر رجل من ق ريش قال قال رسول اللاو صلاى اللاو عليو وسلام ل يحتكر

“Telah menceritakan kepada kami Muḥammad Ibn Ja'far telah menceritakan

kepada kami Syu'bah dari Muḥammad Ibn Isyāq dari Muḥammad Ibn Ibrāhîm At-

Taimî dari Sa‟îd Ibn Musayyab dari Ma'mar seorang laki-laki dari Quraisy,

berkata; Rasulullah Syallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidak boleh ditimbun

kecuali minyak."

Dan Abû Dāud berkata; dahulu Sa„îd bin Al-Musayyab menimbun biji

kurma, dedaunan yang berguguran, serta bebijian. Dan aku mendengar Aḥmad bin

Yunus berkata; aku mendengar Sufyan mengenai menimbun Al Qatt (jenis

tumbuh-tumbuhan), ia berkata; dahulu mereka tidak suka menimbun. Dan aku

bertanya kepada Abu Bakr bin 'Ayyasy, kemudian ia berkata; timbunlah!23

Dari keterangan di atas dikatakan bahwa ketika Sa„îd al-Musayyab

mengatakan untuk tidak menimbun tapi orang-orang membalikkan dengan

mengatakan bahwa Sa„îd juga menimbun biji-bijian dan lain–lain dan bahkan

Ma‟mar pun melakuakn penimbunan, beliau merespon perkataan mereka dengan

22

Imam Aḥmad Ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad Ibn Ḥanbal, ( Saudi Arabia: Baitul Ifkar,

1998 ) h 2030.

23

Sulaiman ibn Al-„Asy„ats ibn Syaddad ibn „Amr ibn „Amir as-Sijistani, Sunan Abû

daud h. 1496

Page 55: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

43

mengatakan bahwa pada saat itu Ma‟mar belum tahu bahwa penimbunan itu di

larang, dan Sa„îd al-Musayyab pun menimbun di saat barang yang dia timbun

tidak langka. Dan pada saat itu minyak dan biji-bijian bukan termasuk ke dalam

bahan pokok.

Al-Syaukāni jelas melarang keras adanya perilaku Iḥtikār dan

mengharamkan perilaku Iḥtikār apapun itu jenis barangnya baik makanan manusia

ataupun makanan binatang. Sabda Rasulullah Saw: 24

عيد بن المسياب أخب رنا محماد بن يوسف عن إسرائيل عن علي بن سالم عن علي بن زيد بن جدعان عن س صلاى اللاو عليو وسلام قال الجالب مرزوق والمحتكر ملعون عن عمر عن النابي

Telah mengabarkan kepada kami Muḥammad bin Yûsuf dari Israil dari „Ali bin

Salim dari „Ali bin Zaid bin Jud„an dari Sa„îd bin Al-Musayyab dari „Umār dari

Nabi ṣallallahu „alaihi wasallam beliau bersabda: "Semoga seorang Importir akan

mendapatkan rizqi dan orang yang menimbun semoga dilaknat."

Seorang sahabat bernama Abû Dzār al-Ghifārî menyatakan bahwa hukum

Iḥtikār tetap haram meskipun zakat barang-barang yang menjadi objek Iḥtikār

tersebut ditunaikan.25

Sedangkan Ibnu Qudamah berbeda pendapat dalam hal ini, beliau

menuliskan bahwa perilaku Iḥtikār ini haram bila terkumpul pada tiga hal, yaitu:26

Pertama, jika membeli kemudian menyimpannya sedikit demi sedikit dengan

merugikan orang lain, jika seseorang membeli barang kemudian mengumpulkan

dan menyimpannya sedikit demi sedikit tanpa merugikan orang banyak maka itu

tidak termasuk muhtakir. Kedua, Barang yang di timbun haruslah berbentuk

24 Al-Darimi, „Abdullāh Ibn „Abdurrahman Ibn al-Fadhlbin Baḥram Ibn

„Abdulṣṣamad Ad-Darimi at-Taimî , terj Naṣiruddin al-Albani. Aḥmad Hotib dan Faṭurrahman,

Sunan Al-Dārimî, ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2007 )

25

Adiwarman A. karim, Ekonomi Mikro Islami Edisi Ketiga, ( Jakarta: PT.

RajaGrafindo persada, 2007 ) h. 266.

26

Anshari Taslim, terj. Al Mughnî Ibnu qudamah, ( Jakarta: Pustaka Azzam, 2008 )

h.. 752.

Page 56: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

44

makanan pokok. Dan yang ketiga, orang-orang mudah mendapatkannya, haram

melakukan Iḥtikār ketika orang-orang sangat sulit menemukannya.

Di Madinah pernah terjadi kasus monopoli dan spekulasi bahan pokok

yang menjadi hajat umum masyarakat oleh para pemilik unta. Ibnu Umār

meriwayatkan bahwa Nabi saw sebagai penguasa, akhirnya melarang masyarakat

membelinya dari mereka sampai bahan pangan itu dijual bebas di pasaran. (HR.

al-Bukhārî). Tapi pada kondisi terjadi kenaikan harga secara objektif, wajar dan

legal yang lazim disebut kenaikan harga aktual riil yang sebenarnya yang

diakibatkan oleh faktor bertambahnya persediaan uang, berkurangnya

produktivitas, bertambahnya kemajuan aktivitas, dan berbagai pertimbangan fiskal

dan moneter, pemerintah tidak berhak untuk mencampuri mekanisme pasar yang

alamiyah tersebut. 27

Pertimbangan inilah yang mendasari sikap Nabi saw sebagai penguasa

menolak untuk mematok harga ketika terjadi lonjakan harga di pasar Madinah

seraya mengatakan: “Sesungguhnya Allah adalah Penentu harga, yang menahan

dan meluaskan rezki, yang Maha Pemberi rezki. Dan saya sangat mengharapkan

dapat berjumpa Rabbku, sementara tidak ada seorang pun dari kalian yang

menuntutku karena suatu tindakan aniaya pada fisik dan harta” (HR. At-Tirmidzi,

Abu Dawud, Ibnu Majah, Aḥmad dan Ad-Darimi). 28

27 Setiawan Budi Utomo, “Monopoli Perspektif Hadis” di akses tanggal 11 desember

2014 dari http://www.dakwatuna.com/2009/10/19/4342/batasan-tingkat-keuntungan-dalam-

syariah-dan-kebijakan-pricing-pemerintah/

28

Setiawan Budi Utomo, “Monopoli Perspektif Hadis” di akses tanggal 11 desember

2014 dari http://www.dakwatuna.com/2009/10/19/4342/batasan-tingkat-keuntungan-dalam-

syariah-dan-kebijakan-pricing-pemerintah/

Page 57: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

45

D. Cara Menghindari Diri Dari Perilaku Iḥtikār

Untuk permasalahan ini penulis menulusuri hadisnya menggunakan kata

29 سمحا. Dan di bawah ini hadis riwayat al-Bukhārî

30

ث نا أبو غساان محماد بن مطرف قال حداثني محماد بن المنك ث نا علي بن عيااش حدا در عن جابر بن عبد حداهما أنا رسول اللاو صلاى اللاو عليو وسلام قال اللاو رجل سمحا إذا باع وإذا اشت رى رحم اللاو رضي اللاو عن

وإذا اق تضى

Telah menceritakan kepada kami „Alî Ibn „Ayyasy telah menceritakan kepada

kami Abû Ghossān Muḥammad Ibn Muṭarrif berkata, telah menceritakan kepada

saya Muḥammad Ibn Al Munkadir dari Jābir Ibn „Abdullāh radliallahu „anhu

bahwa Rasulullah ṣallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah merahmati orang

yang memudahkan ketika menjual dan ketika membeli dan juga orang yang

meminta haknya"

Bisnis berlandaskan Islam sangat mengedapankan sikap dan perilaku

yang simpatik, selalu bersikap bersahabat dengan orang lain, dan oranglain pun

dengan mudah bersahabat dan bermitra dengannya. Tidak sombong, angkuh,

menciptakan strata antar pedagang, dan merasa berkuasa dalam pasar.

Allah Swt berfirman dalam surat Lukman (31) ayat 18-19 :31

.

“Dan jangan lah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan

janganlah berjalan di bummi dengan angkuh, sungguh Allah tidak menyukai

29 A.J. Wensick, al- Mu’jam al-Mufahras jilid 2,, (Leiden: E.J.Brill, 1936) h. 534.

30 Abû „Abdullāh Muḥammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim Al-Bukhārî, Al-Jāmi’ al-

Bukhāri (Ṣaḥiḥ al-Bukhāri), ( Bairut: Dār al-Fikr) h. 391

31

Al-Qur’anul Karim dan Terjemahannya, (Bandung: MQS Publiṣing, 1987) h. 412

Page 58: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

46

orang-orang yangsombong dan membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam

berjalandan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruknya suara ialah

suara keledai”

Allah mengajarkan untuk senantiasa rendah hati, berwajah manis, bertutur

kata baik, berperilaku sopan termasuk ke dalam aktivitas berbisnis.32

Selain tidak

iḥtikār toleransi juga termasuk salah satu etika yang dapat menghindarkan diri dari

praktek monopoli pasar.

Sikap melayani merupakan sikap utama dari seorang pemasar. Tanpa

sikap melayani yang melekat dalam kepribadiannya dia bukanlah seorang yang

berjiwa pemasar. Melekat dalam sikap melayani ini adalah sikap sopan, santun,

dan rendah hati. Orang yang beriman diperintahkan untuk bermurah hati, sopan

dan bersahabat saat berelasi dengan mitra bisnisnya33

seorang muslim yang baik

toleran Qur‟an Surat An-Nisa ayat 29:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu

dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan

suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Ayat di atas menganjurkan manusia untuk saling pada kebaikan antara

satu sama lain, salah satunya dalam berbisnis. Bisnis Islami memang terkesan

berat bagi yang terbiasa melakukan kecurangan, tetapi ringan bagi mereka yang

32 Hermawan Kartajaya dan Muḥammad Syakir Sula, Syari„ah Marketing, (

Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008 ) h. 17

33

Hermawan Kartajaya dan Muḥammad Syakir Sula, Syariah Marketing, ( Bandung:

PT Mizan Pustaka, 2008 ) h. 75.

Page 59: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

47

tidak melakukan kecurangan. Akan tetapi, monopoli pasar bukan berarti tidak bisa

dicegah. Dengan cara pemerintah dapat menggunakan kebijakan pajak Lump-sum

(sejenis pajak izin usaha ataupun pajak keuntungan). Sehingga karena kerusakan

itu pemerintah dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan keuntungan

monopolis tanpa mempengaruhi harga komoditi.34

Sistematika pasar 35

:

1. Wajib menyediakan barang di pasar dan membiarkan pemiliknya membawa

barang dagangannya dan menyediakannya sendiri serta mengatur harganya.

Dengan demikian akan berkuranglah perantara diantara produsen dan

konsumen, sehingga harga barang itu tidak bertambah dengan bertambahnya

tangan yang memutarkannya, terutama bermacam-macam makanan, yang

merupakan kebutuhan pokok.

2. Wajib menyediakan barang secara jujur, terpercaya dan tidak

mempermainkan harga, dengan menambah harganya. Contohnya najasy.

3. Menepatkan ukuran, timbangan dan sukatan, sehingga hak-hak kedua belah

pihak dapat terpenuhi dan dapat tercegah dari kecurangan dan penganiayaan.

Hadisnya sudah kita sebutkan pada bab akad.

4. Mudahkan penyediaan barang untuk semua orang dan memerangi segala

macam penimbunan, terutama barang yang merupakan kebutuhan utama

semua orang.

34 Hermawan Kartajaya dan Muḥammad Syakir Sula, Syari„ah Marketing, (

Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008 ) h 288.

35

Imam Saefudin, Sistem, Prinsip Dan Tujuan Ekonomi Islam, ( Bandung : CV.

Pustaka Setia, 1999 ) h. 224,

Page 60: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

48

5. Mengawasi harga barang-barang yang tersedia di pasar dan berusaha

menekan agar harga tidak melampaui harga yang pantas, dan jika perlu,

harga bisa di tentukan dan diwajibkan kepada para pedagang demi tegaknya

keadilan, mewujudkan kesejahteraan dan memberantas keẓaliman.

Islam menganjurkan agar usaha umat muslim mempunyai usaha yang

baik dan halal, ia memelihara yang ma‟ruf dan harga-harga yang normal, tidak

mengeksploitasi kebutuhan orang dan menaikkan harga berlipat ganda. Maka

apabila seorang pedagang telah mengubah harga normal dan mengubah harga-

harga yang semestinya dan mengubahnya dari harga yang telah berlaku, maka ia

telah berbuat dẓalim terhadap masyarakat. Karena itu, dia harus ditindak dan

dipaksa menyesuaikan dengan batas-batas keadilan dan kenormalan, dan

membatasi harga barang dengan harga yang memadai. Adapun bagaimana

mengetahui apa yang harus dibebankan kepada barang dan harga belinya yang

cocok bukanlah hal sukar bagi mereka yang ahli dan arif. 36

Diperbolehkan bagi siapa pun untuk mencari keuntungan tanpa ada

batasan ukuran keuntungan tertentu selama mematuhi aturan Islam. Serta

menentukan standar harga sesuai dengan kondisi pasar yang sehat. Namun bila

terjadi penyimpangan dan kesewenang-wenangan harga dengan merugikan pihak

konsumen, tidak ada halangan bagi pihak penguasa, sesuai dengan tugas dan

tanggung jawabnya, untuk membatasi keuntungan pedagang atau mematok harga

36 Imam Saefudin, Sistem Prinsip Dan Tujuan Ekonomi Islam ( Bandung : CV.

Pustaka Setia, 1999 ) h.230.

Page 61: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

49

Tindakan ini dilakukan harus melalui konsultasi dan musyawarah dengan pihak-

pihak terkait agar tidak ada yang dilangkahi maupun dirugikan hak-haknya.37

Dibawah ini beberapa cara mencari keuntungan agar terhindar dari

keserakahan yang menyebabkan monopoli pasar38

. Dalam al-Qur‟an dijelaskan

paling tidak ada empat sifat yang bersemi dalam diri seseorang yang berhak

mendapat keuntungan dalam berbisnis. Keempat ini harus dipegang dan

dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dalam berbisnis:

1. Mewajibkan aktivitas perdagangan dengan landasan keimanan dan

ketaqwaan. Keimanan adalah landasan motivasi dan tujuan. Ketaqwaan

adalah landasan operasionalnya.

2. Memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan zikir dan bersyukur.

Zikir dimaksudkan sebagai kesadaran akan peran dan kehadiran Allah

daam proses kegiatan bisnis. Sementara syukur dimaksudkan sebagai

kesadaran untuk berterimakasih kepada Allah atas apa yang diberikan-Nya.

3. Berjiwa bersih dan mau bertobat. Maksud bersih disini adalah bersih dari

penyakit jiwa yang menghambat prestasi seseorang dalam tugasnya,

diantaranya dengki, sombong, benci, dan hasut. Kebersihan jiwa akan

membuat seseorang pebisnis menjalankan usahanya secara jernih dan

obyektif dalam berkompetisi serta tidak melakukan kecurangan dalam

berbagai kesepakatan.

37 Setiawan Budi Utomo, “Monopoli Perspektif Hadis” di akses tanggal 11 desember

2014 dari http://www.dakwatuna.com/2009/10/19/4342/batasan-tingkat-keuntungan-dalam-

syariah-dan-kebijakan-pricing-pemerintah/

38

Ma‟ruf Abdullāh, Wirausaha Berbisnis Syari„ah, (Banjarmasin: Antasari Press,

2011 ) h.43.

Page 62: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

50

4. Memiliki antusiasme yang tinggi dalam menjalankan amar ma‟ruf nahi

munkar.

Menjadi pebisnis islami merupakan suatu profesi yang memerlukan

etika secara khusus sebagas jalan kehidupan yang selaras dengan keyakinan agama

Islam. Manusia yang memilih keyakinan agama Islam selain mendapat bimbingan

melaui ayat al-Qur‟an dan hadis, ia juga mendapat bimbingan dalam bentuk alam.

Perpaduan antara bimbingan ayat al-Qur‟an dan jalan Allah inilah yang

membentuk profesi pebisnis islami.39

Jika monopoli itu susah dihentikan maka cara untuk mengehentikannya

adalah dengan mencegah monopoli itu sendiri dengan Undang-Undang dan atau

pemerintah mengadakan perusahaan tandingan.40

39 Ma‟ruf Abdullāh, Wirausaha Berbisnis Syari„ah, (Banjarmasin: Antasari Press,

2011 ) h. 45.

40

Suprayitno, Eko, Ekonomi Mikro Perspektif Isl;am, ( Malang: UIN Malang Press,

2008 ) h. 215.

Page 63: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

51

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebuah aktivitas ekonomi baru akan dapat dikatakan sebagai iḥtikār jika

memenuhi setidaknya dua syarat berikut: Pertama, obyek penimbunan merupakan

barang-barang kebutuhan masyarakat; kedua, tujuan penimbunan adalah untuk meraih

keuntungan di atas keuntungan normal

Iḥtikār (menimbun) sering di identikan dengan monopoli atau dikenal dengan

walaupun tidak semua monopoli masuk ke dalam Ihtikār. Iḥtikār tidak di perbolehkan

karena dapat menimbulkan kemadharatan bagi umat manusia. Iḥtikār tidak hanya

merusak mekanisme pasar, tetapi juga akan menghentikan keuntungan yang akan

diperoleh orang lain serta menghambat proses distribusi kekayaan diantara manusia.

Dimana yang di jadikan bahan untuk Ihtikār adalah bahan-bahan yang dibutuhkan oleh

banyak manusia.

Sebagaimana dikatakan diatas bahwa monopoli ataupun menimbun dikatakan

ihtikar jika terdapat unsur pengrusakan pasar seperti menahan bahan pokok yang benar-

benar sangat dibutuhkan masyarakat beredar di pasaran secara bebas. Dalam Rasulullah

melarang melakukan ihtikār, karena tidak semua bentuk monopoli itu merugikan. Yang

merugikan adalah monopoli atau menimbun barang dagangan untuk menghasilkan

keuntungan lebih dengan cara bathil, dimana saat banyak orang yang membutuhkan

barang tersebut tapi seorang monopolis menahan pedagang lain untuk masuk pasar dan

membuat para konsumen tidak mempunyai banyak pilihan dan dia menguasai pemasaran

barang tersebut.

Page 64: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

52

B. SARAN

1. Keadilan dalam berbisnis harus ditunjukkan dengan cara tidak menzalimi satu sama

lain, dan tidak ada yang dizalimi. Seorang pebisnis harus bisa menghargai keberadaan

pebisnis lain, dan tidak berupaya menyingkitrkannya dan berusaha menguasai pasar.

Tidak berupaya mendapatkan keuntungan yang banyak dengan cara-cara yang zalim.

2. Berpegang teguh pada nilai-nilai yang terdapat pada al-Qur’ān dan hadis adalah cara

melakukan bisnis secara profesional. Nilai-nilai tersebut menjadi suautu landasan yang

dapat mengarahkan untuk tetap dalam koridor yang adil dan benar. Landasan atau

aturan-aturan inilah yang menjadi suatu aturan dan batasan yang Islami dalam

melakukan suatu bisnis.

3. Selalu berusaha mengontrol diri dalam berbisnis sehingga tidak menyalahi koridor-

koridor yang ada. Karena berbisnis bukan hanya untuk sendiri, tetapi untuk khalayak

banyak. Dan berbisnis juga tidak hanya untuk mendapatkan keuntungan yang banyak,

tapi keberkahan didalamnyapun juga perlu kita dapatkan

4. Banyak sekali kekurangan dalam skripsi ini, sekiranya para pembaca berminat untuk

melengkapi kekurangan skripsi ini dan ada yang bisa meneliti fakta sosial masyarakat

berkaitan dengan kasus iḥtikār ini.

Page 65: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

53

DAFTAR PUSTAKA

A.J. Wensick, al- Mu’jam al-Mufaḥras, Leiden: E.J.Brill, 1936.

Abdullah, Ma„ruf, Wirausaha Berbisnis Syari„ah, Banjarmasin: Antasari Press, 2011.

Abdurrahman, dan Sumarna, Elan, Metode Kritik Hadis, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2011.

Al-Albani, Nasirudin terj. Hotib, Ahmad dan Faṭurrahman, Sunan Al-Dārimî, Jakarta

: Pustaka Azzam, 2007.

Alma, Buchori, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, Bandung: CV. Alfabeta, 2003.

Abdullah, Ma‟ruf, Wirausaha Berbasis Syari‟ah, Banjarmasin : Anmtasari Press,

2011.

Amiruddin, terj. Faṭul Bāri (penjelasan kitab ṣahih Al-Bukhari), Jakarta: Pustaka

Azzam, 2010.

Al-Asqalanî, Ibn Hajar, Tahdzib al-Tahdzib, Beirut: Dar al-Kutb al-„Ilmiyah, 1980.

Aziz, Abdul, Etika Bisnis Perspektif Islam, Bandung: Alfabeta, 2013.

Badru, Faisal, dkk, “Etika Bisnis Dalam Islam” Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.

Al-Bukhari, Abu „Abdullah Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim, Al-Jāmi’ al-Bukhāri

(Ṣaḥîḥ al-Bukhāri), Bairut: Dār al-Fikr.

Bustamin, dan Salam, Isa H.A, Metodologi Kritik Hadis, Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2004.

Bustamin, Dasar-Dasar Ilmu Hadis, ciputat: Uṣul Press, 2009.

Page 66: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

54

Chamid, Nur, Jejak Sejarah Pemikiran Ekono Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2010.

Departemen pendidikan nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga pusat

bahasa, Jakarta: Balai Pustaka, 2006.

Deptartemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 1998.

Djakfar, Muhammad, Agama, Etika, Dan Ekonomi, Malang: UIN Malang Press,

2007.

Fachrurazi, .Terj Naṣiruddin Al-Albani Abû ‘Isā Muhammad ibn ‘Isā ibn Saurah ibn

Musa ibn al-Dlahhak Al-Tirmîdzî, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006

Al-Farmawî, „Abdul hay, al-Biydah fi al-Tafsir al-Maudu’I Dirasah Manhajiyah

Maudu’iyyah. Terj. Anwar, Rosehan dan Jalil, Maman Abdul , Metode Tafsir

Maudhû„i, Bandung, Pustaka Setia, 2002

Fatah, Adib Bisri dan Munawwir A, Kamus Indonesia-Arab Arab-Indonesia Al-Bisri,

Surabaya: Pustaka Progressif, 1997

Fatah, Adib Bisri dan Munawwir A., Kamus Indonesia-Arab Arab-Indonesia Al-

Bisri, Surabaya: Pustaka Progressif, 1999.

Hafidhiuddin, Didin, dkk, Peran nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam,

Jakarta: Robbani Press, 1995

Hamzah, Amir dkk, , terj.Ringkasan Nail Al-Auṭār, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.

Hanbal, Imam Ahmad Ibn, Musnad Ahmad Ibn Hanbal, Saudi Arabia: Baitul Ifkar,

1998

Hotib, Ahmad, dan Faṭurrahman. , terj Naṣiruddin al-Albani, Sunan Al-Darîmî,

‘Abdullah Ibn ‘Abdurrahman Ibn al-Fadl Ibn Bahram Ibn ‘Abdulṣṣamad Al-

Dārimî at-Taimî, Jakarta : Pustaka Azzam, 2007.

Page 67: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

55

Karim, Adiwarman .A, Ekonomi Mikro Islami Edisi Ketiga, Jakarta: PT.

RajaGrafindo persada, 2007.

Karim, Adiwarman, ekonomi Mikro Islam cetakan kedua, Jakarta: IIIT Indonesia,

2003.

Kartajaya, Hermawan Kartajaya dan Sula, Muhammad Syakir, Syari„ah Marketing,

Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008.

Lubis, Ibrahim, Ekonomi Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1995) h. 338

Masyhuri, Ekonomi Mikro, Malang: UIN Malang Press, 2007.

Al-Mizzi, Jamaluddin Abî Al-Hajjāj Yûsuf, Tahdzib al-Kamāl fi Asma al-Rijāl,

Beirut: Dār al-fikr, 1994,

Muharam, Hilman, Tesis:Etika Bisnis Perspektif hadis, UIN Jakarta:2005.

Mushaf, Al-Qur’ān al-Kārîm dan Terjemahannya, Bandung: MQS Publiṣing, 1987.

Al-Naisābûrî, Al-Imām Abî Husain Musllim bin Al-Hjjāj Al-Qussyairî, Ṣahih

Muslîm, Al-Qahiroh: Maktabah Al-Sakafa Al-Dinaya, 2009.

Al-Qazwini, Imam Abî „Abdillah Muhammad ibn Zayd, Sunan Ibn Mājah, Al-

Qahiroh: Dār Ibn Haitham, 2005.

Saefudin, Imam, Sistem, Prinsip Dan Tujuan Ekonomi Islam, ( Bandung : CV.

Pustaka Setia, 1999 ) h. h. 229.

Si Mbah “Undang-Undang Pasal 33 ayat 2 dan 3” diakses tanggal 12 desember 2014,

dari http://www.si-pedia.com/2014/03/bunyi-pasal-33-uud-1945-1-5-dan-

pembahasannya.html

Al-Sijistani, Sulaiman ibn Al-„Asy‟ath ibn Syaddad ibn „Amr ibn „Amir, Sunan Abû

dāud, Al-Qahirah: Dār al-hadits, 2010.

Ṣolahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007 .

Page 68: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

56

Sudharta, “Hukuman seorang pelaku Monopoli”, di akses tanggal 4 desember 2014

dari http://business-law.binus.ac.id/2013/01/20/catatan-seputar-hukum-

persaingan-usaha/

Suparta, Ṭahirin, dkk, terj.Syarh Bulûgh Al-Marām (‘Abdullah Ibn ‘Abdurrahman Al-

Bassām), Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.

Suprayitno, Eko, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, ( Malang: UIN-Malang Press,

2008 ) h. 206.

Syahatah, Husain, dkk, Transaksi dan Etika Bisnis Islam, Jakarta: Visi Insani

Publiṣing, 2005.

Al-Syaukāni, Muhammad Ibn „Ali Ibn Muhammad, Nail Al-Auṭār, Beirut: Dar Ehia

al-Touraṭ al-„Arabi, 1999.

Taṣlim, Anṣari, terj. Al-Mughnî (Ibnu Qudamah), Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

Utomo, Setiawan Budi, “Monopoli Perspektif Hadis” Diakses Tanggal 11 Desember

2014 dari http://www.dakwatuna.com/2009/10/19/4342/batasan-tingkat-

keuntungan-dalam-syariah-dan-kebijakan-pricing-pemerintah/

Vandiamtara, Sury, skripsi: Monopoli PT. Jamsostek (Persero) Pada Asuransi

Jaminan Sosial Tenaga Kerja Ditinjau Dari Konsep Islam Mengenai Takaful

Al-Ijtima„I (2012) h. 37. Buku Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum

Bisnis Anti Monopoli, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Wikipedia, “monopoli dalam pasar”, diakses pada tanggal 27 0ktober 2014 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_monopoli

Yani, ahmad dan Widjaja, Gunawan, Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2002.

Yunus, Mahmud, kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989.

Zakariya A, Maulana Muhammad, Aujazul Masalik Ila Malik, Beirut : Dār al-Fikr,

1974.

Page 69: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

57

Lampiran

Takhrij Hadis tentang Larangan melakukan Monopoli (Iḥtikār).

Dimana ada salah satu hadis yang di telusuri hadisnya menggunakan

metode takhrij1. Dan penulis memilih hadis tentang larangan melakukan monopoli

pasar ini untuk di telusuri sanadnya sebagaimana dibawah ini.

Penulis akan meneliti sanad hadis diatas, Metode yang digunakan adalah

takhrij hadis melalui kata/lafal (fi’îl) pada matan hadis.2 Dimana yang menjadi

rujukan utama dalam penelitian sanadnya adalah kamus hadis al-Mu„jam al-

Mufaḥras A.J Wensick.

Perhatian ulama terhadap sanad dipicu oleh ditemukannya hadis palsu

yang diciptakan oleh orang-orang zindik dan orang yang mempunyai kepentingan

khusus, baik karena kepentingan politis, bisnis, maupun karena kefanatikan

paham, aliran, dan madhhab.3

Takhrij ini maksudnya adalah tentang sah tidaknya suatu periwhayatan

dan berkaitan dengan keadaan para rawi dan kadar kepercayaannya terhadap

mereka4

1 Takhrij adalah tentang sah tidaknya suatu periwhayatan dan berkaitan dengan

keadaan para rawi dan kadar kepercayaannya terhadap mereka. Hal yang pertama yang

mengharuskan adanya penelitian sanad hadis adalah, pada zaman Nabi Muhammad Saw tidak

seluruh hadis tertulis; yang kedua adalah, sesudah zaman Nabi Muhammad Saw terjadi pemalsuan

hadis; dan yang ketiga adalah penghimpunan hadis secara resmi dan massal terjadi setelah

berkembangnya pemalsuan-pemalsuan hadis.

„Abdurrahman, Elan SUmārna, Metode Kritik Hadis, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2011 ) h. 92.

2 Bustamin, Dasar-Dasar Ilmu Haadis, ( Ciputat : Uṣul Press, 2009 ) h. 184.

3 Bustamin, M. „Isā H, A. Salam, Metodologi Kritik Hadis, ( Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004 ) h. 7.

Page 70: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

58

Hal yang pertama yang mengharuskan adanya penelitian sanad hadis

adalah pada zaman Nabi Muḥammad Saw tidak seluruh hadis tertulis; yang kedua

adalah sesudah zaman Nabi Muḥammad Saw terjadi pemalsuan hadis; dan yang

ketiga adalah penghimpunan hadis secara resmi dan massal terjadi setelah

berkembangnya pemalsuan-pemalsuan hadis. 5

Berikut hadis tentang larangan iḥtikār sesuai dengan penulusuran dari

kamus hadis al-Mu„jam al-Mufaḥras:

Dari al-Mu„jam al-Mufaḥras kata 6 يحتكر. Ada dalam kitab Hadis:

Muslim : Bab Musāqah nomor 129 dan 130.

Abû Dāud : Bab Buyû„ nomor 40

Ibnu Mājah : Bab Tijārah nomor 6

Tirmîẓî : Bab Buyû„ nomor 40

Dārimî : Bab Buyû„ nomor 13

Aḥmad Ibn Ḥanbal : Bab ke 2 halaman 453 danb 454, Bab ke 6

halaman 400.

4 „Abdurrahman, Elan SUmārna, Metode Kritik Hadis, ( Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2011 ) h. 92.

6 A.J. Wensick, al- Mu„jam al-Mufahras jilid 1, (Leiden: E.J.Brill, 1936) h. 489.

Page 71: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

59

1. Riwayat Imam Muslim

ث نا ث ناق عنببنمسلمةبناللهعبدحد كانقالسعيدابنوهويحيىعنبللابني عنيسليمانحدثالمسيببنسعيد فقيلخاطئف هواحتكرمنوسلمعليهاللهصلىاللهرسولقالقالمعمراأنيحد

ثكانالذيمعمراإنسعيدقالتحتكرفإنكلسعيد 7يحتكركانالحديثهذايحدTelah menceritakan kepada kami „Abdullāh Ibn Maslamah Ibn Qa„nab telah

menceritakan kepada kami Sulaimān yaitu Ibnu Bilāl dari Yaḥyā yaitu Ibnu Sa„îd-

dia berkata, Sa„îd Ibn Musayyab menceritakan bahwa Ma'mar berkata, Rasulullah

ṣallallahu „alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menimbun barang, maka dia

berdosa."

Imam Muslim, nama lengkapnya adalah Abû al- Ḥusain Muslim Ibn al-Ḥajjāj

Ibn Muslim al- Qusyairî an-Naisabûrî. Lahir tahun 204 H kemudian wafat

tahun 261 H di naisabûr. Beliau pernah belajar di Baghdād, Hijāz, „Irāq, Syām,

Mesîr dan lain-lain.8

Guru-gurunya diantaranya Imām Bukhārî, Yaḥyā ibn Yaḥyā, Aḥmad

ibn Ḥanbal, Sa„îd Ibn „Amrû Al-„Asy„ats, „Abdullāh Ibn Maslamah, dan lain-

lain.

Murid-muridnya yaitu Abû Ḥātim Al-Rāzi, Mûsā ibn Hārûn, Aḥmad

ibn Salamah, dan lain-lain.

‘Abdullāh Ibn Maslamah Ibn al-Qa„nabi al-Haratsî9. Wafat tahun 221 H,

Abû „Abdurrahman al-Madanî dan tinggal di Baṣrāh.

Pendapat Ulama: Menurut Ibnu Hājar mengatakan beliau seorang

yang Tsiqah Ahli Ibadah.

7 Al-Imām Abî Ḥusain Musllim bin Al-Ḥajjāj Al-Qussyairi Al-Na‟Isā bûri, Ṣahîh

Muslîm, ( Al-Qahiroh: Maktabah Al-Sakafa Al-Dinaya, 2009) h. 417.

8 Ibn Hājar al-Asqalānî, Tahẓib al-Tahẓib jilid 10, ( Beirut: Dar al-Kutb al-„Ilmiyah,

1980) h. 114.

9 Jamaluddin Abî Al-Ḥajjāj Yûsuf Al-Mîzzi, Tahẓib al-Kamāl fi Asma al-Rijāl jilid

16, ( Beirut: Dār al-fikr, 1994) h. 136.

Page 72: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

60

Guru-gurunya: Sulaimān Ibn Bilāl, Malik Ibn Anas, „Abdul „Azîz Ibn

Muslim, dan lain-lain.

Murid-muridnya: Bukhārî, Muslim, Abû Dāud, dan lain-lain.

Sulaimān Ibn Bilāl al-Qurasyi at-Taimî10

. Kunîahnya Abû Muḥammad,

wafat tahun 172 H,.

Pendapat Ulama: Menurut Ibnu Hājar beliau adalah seorang yang

Tsiqah.

Guru-gurunya: Yaḥyā Ibn Sa‟îd Al-Qais al-Anṣari, Yazîd Ibn

Khuṣaifah, Yûnus Ibn Yazîd al-Aila, dan lain-lain.

Murid-muridnya: „Abdullāh Ibn Maslamah, Ziād Ibn Yûnus,

„Abdullāh Ibn al-Mubārak, dan lain-lain.

Yaḥyā Ibn Sa„îd Ibn Qais Ibn ‘Amrû Ibn Saḥl Ibn Tsa’labah ibn Al-

Harits Ibn Zaid Ibn Tsa’labah Ibn Ghanm Ibn Malik Ibn An-Najar.11

Wafat tahun 144 H,.

Pendapat Ulama: Menurut Ibnu Hājar beliau seorang yang. Menurut

An-Nasā‟I beliau seorangyang Tsiqah Tsabat.

Guru-gurunya: Sa‟îd Ibn Qais, Iṣāq Ibn „Abdullāh Ibn Abî Ṭalhah,

Anas Ibn Malik, dan lain-lain.

Murid-muridnya: Sulaimān Ibn Bilāl, Sufyān Ibn „Uyainah, Sufyān

ats-Tsaurî, dan lain-lain

10 Tahẓib al-Kamal jilid 11. h. 372.

11

Tahẓib al-Kamal jilid 31. h. 346.

Page 73: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

61

Sa’îd Ibn Al-Musayyab Ibn Hazan Ibn Abî Wahab Ibn ‘Amrû Ibn A’id

Ibn ‘Imran Ibn Makhzum al-Quvrasyi.12

Wafat tahun 93 H.

Pendapat Ulama: Menurut Aẓ-Zahabî beliau seorang Tsiqah Hujjah,

Ahli Fiqih.

Guru-gurunya: Ma‟mar Ibn „Abdullāh Ibn Nafi„, Anas Ibn Malik,

Jabîr Ibn „Abdullāh, dan lain-lain

Murid-muridnya: Muḥammad Ibn „Amrû Ibn „Aṭa‟, Muḥammad Ibn

Ibrāhîm, Zaid Ibn Aslām, dan lain-lain. ,

Ma’mar Ibn ‘Abdullāh Ibn Nafi„ Ibn Ma„mar Nadolah Ibn ‘Auf Ibn

‘Abid Ibn ‘Awij Ibn ‘Adi Ibn Ka„ab Ibn Lu’î Ibn Ghālib13

. Beliau adalah

seorang Sahabat. Beliau mendapatkan hadis Nabi selain Nabi langsung juga

mendapatkan dari „Umār Ibn al-Khaṭāb.

Murid-muridnya: Sa„îd Ibn al-Musayyab, Bisyrî Ibn Sa‟îd,

„Abdurrahman Ibn Jubair al-Miṣrî, dan lainnya.

محم عن عجلن بن د محم عن إسمعيل بن حاتم ث نا حد الشعثي عمرو بن سعيد ث نا بنحد عمرو بن دعطاءعنسعيدبنالمسيبعنمعمربنعبداللهعنرسولاللهصلى اللهعليهوسلمقالليحتكرإل

ع بن خالد أخب رنا عون بن عمرو عن أصحابنا ب عض ثني حد و مسلم قال إب راهيم قال عنخاطئ الله بددبنعمروعنس كعبعمروبنيحيىعنمحم بن عيدبنالمسيبعنمعمربنأبيمعمرأحدبنيعدي

14قالقالرسولاللهصلىاللهعليهوسلمفذكربمثلحديثسليمانبنبللعنيحيى

12 Tahẓib al-Kamal jilid 11. h. 66.

13

Tahẓib al-Kamal Jilid 28. h. 314

14

Al-Imam Abî Ḥusain Musllim bin Al-Hjjaj Al-Qussyairi Al-Na‟Isā bûri, Ṣahîh

Muslîm, ( Al-Qahiroh: Maktabah Al-Sakafa Al-Dinaya, 2009) h. 417

Page 74: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

62

Telah menceritakan kepada kami Sa„îd Ibn „Amrû Al Asy„ats telah menceritakan

kepada kami Hātim Ibn Ismā'îl dari Muḥammad Ibn „Ajlān dari Muḥammad Ibn

„Amrû Ibn „Aṭa‟ dari Sa„îd Ibn Al-Musayyab dari Ma„mar Ibn „Abdullāh dari

Rasulullah ṣallallahu „alaihi wasalam, beliau bersabda: "Tidaklah orang yang

menimbun barang, melainkan ia berdosa karenanya." Ibrāhîm berkata; Muslim

berkata; dan telah menceritakan kepadaku sebagian sahabat kami dari „Amrû Ibn

„Aun telah mengabarkan kepada kami Khālid Ibn „Abdullāh dari „Amrû Ibn Yaḥyā

dari Muḥammad Ibn „Amrû dari Sa‟îd Ibn Al-Musayyab dari Ma„mar Ibn Abû

Ma„mar salah seorang Bani „Adî Ibn Ka„ab, dia berkata: Rasulullah ṣallallahu

„alaihi wasallam bersabda. Kemudian dia menyebutkan hadits seperti hadits

Sulaimān Ibn Bilāl, dari Yaḥyā.

Imam Muslim.

Sa’îd Ibn ‘Amrû Al-‘ASy„ats, Sa’îd Ibn ‘Amrû Ibn Saḥal Ibn Iṣāq Ibn

Muḥammad Ibn Al-Asy’ats Ibn Qais al-Kindi al-‘Asy’atsi Abû ‘Utsman

al-Kufî.15

Wafat tahun 230 H.

Pendapat Ulama: Menurut Abû Zur„ah belia dan Yaḥyā Ibn Ma„în

beliau Tsiqah.

Guru-gurunya: Hātim Ibn Ismā‟îl al-Madani, Abî Usamah Hammād

Ibn Usamah, „Abdurrahim Ibn Sulaimān, dan lain-lain.

Murid-muridnya: Imam Muslim, Aḥmad Ibn Ismā„îl Ibn „Umār,

Muḥammad Ibn al-Ḥasan al-Anmaṭi.

Hātim Ibn Isma„îl Ibn al-Madani16

. Wafat tahun 187 H.

Pandangan Ulama: menurut Al-Ẓahabî beliau adalah seorang yang

Tsiqah, Menurut Muḥammad Ibn Sa‟dî beliau Tsiqah Ma’mun.

Guru-gurunya: Muḥammad Ibn „Ajlan, Naṣr Ibn Katsir, Hisyām Ibn

„Urwah, dan lain-lain.

15 Tahẓib al-Kamal jilid 1. h. 21.

16

Tahẓib al-Kamal jilid 5. h. 187.

Page 75: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

63

Murid-muridnya: Khālid Ibn Khadasy, Jandal Ibn Walaq, Sa‟îd Ibn

„Amrû, dan lain-lain.

Muḥammad Ibn ‘Ajlan al-Qursyi17

. Wafat tahun 148 H.

Pendapat Ulama: Menurut Ibnu Hājar beliau adalah orang yang

Ṣadûk, menurut Aḥmad Ibn Ḥanbal beliau orang yang tsiqah, dan Yaḥyā Ibn

Ma„în mengatakan juga beliau Tsiqah.

Guru-gurunya: Zaid Ibn Aslam, Sa‟îd Ibn Ibrāhîm, Muḥammad Ibn

„Amrû, Ibn „Aṭa‟, dan lain lain.

Murid-muridnya: Bisyr Ibn Manṣur, Hātim Ibn Isma„îl, Sa„îd Ibn Abî

Ayûb, dan lain-lain.

Muḥammad Ibn ‘Amrû Ibn ‘Aṭa’ Ibn ‘Abbas Ibn ‘Alqamah Ibn

‘Abdullāh Ibn Abî Qais Ibn ‘Abdi Ibn Naṣr Ibn Malik Ibn Hisl Ibn ‘Amir

Ibn Lu’yi al-Qurosyi al-‘Amri 18

.

Pendapat Ulama: Menurut Ibnu Ḥājar beliau adalah seorang yang

Tsiqah, Abû Hātim , Abû Zur„ah dan an-Nasā‟I mengatakan bahwa beliau

Tsiqah.

Guru-gurunya: Rabî„ah Ibn Ka„ab al-Aslam, Sa„îd Ibn Musayyab,

Sulaimān Ibn Yassar, dan lain-lain.

Murid-muridnya: Muḥammad Ibn Ishāq Ibn Yassar, Muḥammad Ibn

„Ajlān, „Amrû Ibn Yaḥyā, dan lain-lain.

Sa’îd Ibn Al Musayyab Ibn Hazan Ibn Abî Wahab Ibn ‘Amrû

17 Tahẓib al-Kamal Jilid 26. h. 101.

18

Tahẓib Al-Kamal jilid 26. h. 210.

Page 76: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

64

Ma’mar Ibn ‘Abdullāh Ibn Nafi„ Ibn Ma„mar Nadlolah

2. Riwayat Sunan Abû Dāud

دبنعمروبنعطاءعن ث ناوهببنبقيةأخب رناخالدعنعمروبنيحيىعنمحم دبنالمسيبسعيحدوسل عليه الله صلى الله رسول قال قال كعب بن عدي بني أحد معمر أبي بن معمر عن إل يحتكر ل م

ق يحتكر كان ومعمر قال تحتكر فإنك لسعيد ف قلت ماخاطئ قال الحكرة ما أحمد وسألت داود أبو الالمحتكرمني عترضالسوق 19فيهعيشالناسقالأبوداودقالالوزاعي

Telah menceritakan kepada kami Wahb Ibn Baqiyah, telah mengabarkan kepada

kami Khālid dari „Amr Ibn Yaḥyā, dari Muḥammad Ibn „Amr Ibn„ Aṭā` dari Sa„îd

Ibn Al Musayyab dari Ma„mar Ibn Abû Ma„mar salah satu Bani „Adi Ibn Ka„ab, ia

berkata; Rasulullah ṣallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seseorang

menimbun barang, kecuali tela berbuat salah." Kemudian aku katakan kepada

Sa„îd: sesungguhnya engkau menimbun. Ia berkata: dan Ma„mar pernah

menimbun. Abû Dāud berkata; dan aku bertanya kepada Aḥmad: apakah hukrah

itu? Ia berkata: sesuatu yang padanya terdapat kehidupan manusia. Abû Dāud

berkata Al Auza„i berkata: muhtakir adalah orang yang datang ke pasar untuk

membeli apa yang dibutuhkan orang-orang dan menyimpannya.

Abû Dāud nama lengkapnya Sulaimān ibn Al-„Asy„ats ibn Syaddad ibn „Amr

ibn „Amir as-Sijistani, penyusun kitab Sunan. Lahir di Sijistan tahun 202 H,

dan wafat tahun 275 H. kota-kota yang pernah beliau jelajahi untuk mencari

ilmu adalah Hijāz Syām Mesir, „Irāq, Jazirah, dan Khurasan. Menurut Al-

Hākim Ibn „Abdullāh dia adalahseorang imam ahli hadis. 20

Guru-gurunya diantaranya Imam Aḥmad ibn Ḥanbal, Wahb ibn

Baqîyah, Sulayman ibn Harb, Al-Qa‟nab, „Abdullāh ibn Musalamah, dan yang

lain-lain.

Murid-muridnya diantaranya al-Tirmîẓî, Al-Nasai, Abû Bakar ibn

Abû Dāud, Abû „Awanah, dan lain-lain. 21

19 Sulaimān ibn Al-„Asy‟ats ibn Syaddad ibn „Amr ibn „Amir as-Sijistani, Sunan

Abû daud h. 1496.

20

Tahẓib al-Kamal jilid 8. h. 5.

21

Tahẓib at-Tahẓib jilid 4 h. 153.

Page 77: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

65

Wahab Ibn Baqiyah Ibn ‘Utsman Ibn Ssbûr Ibn ‘Ubaid Ibn Adam Ibn

Zîad Al-Wasṭî22

. Kuniyahnya Abû Muḥammad Al-Ma‟rûf, Wafat tahun 239

H.

Pendapat Ulama: Menurut Ibnu Hājar al-„Asqalani Tsiqah, ada dalam

Ats-Tsiqat Ibnu Hibban.

Guru-gurunya: Khālid Ibn „Abdullāh al-Wasṭî, ja‟far Ibn Sulaimān

Adh- Dhuba‟i, Yazîd Ibn Zurai‟I, dan lain-lain.

Murid-muridnya: Abû Dāud, Muslim, Aḥmad Ibn Muḥammad Ibn

Anas.

Khalid Ibn ‘Abdullāh Ibn ‘Abdurahman Ibn Yazîd aṭ-Ṭahhani.23

Wafat

tahun 179 H,

Pendapat Ulama: Menurut Ibnu Hājar beliau adalah seoorang yang

Tsiqah Tsabat

Guru-gurunya: Sulaimān At-Taimî, „Abdullāh Ibn „Aun, „Amrû Ibn

Yaḥyā Ibn „Umārah, dan lain-lain.

Murid-muridnya: Qutaibah Ibn Sa‟îd, Wahab Ibn Baqîyah, Yaḥyā Ibn

Yaḥyā an-NaisAbûri, dan lain-lain.

‘Amrû Ibn Yaḥyā Ibn ‘Umārah Ibn Abî Ḥasan al-Andhari al-Mazini al-

Madani24

, wafat tahun 140 H.

Pendapat Ulama: Menuurut Ibnu Hājar Al-„Asqalani beliau seorang

yang Tsiqah

22 Tahẓb Al-Kamal Jilid 31. h. 115.

23

Tahẓib al-Kamal Jilid 8 h. 99.

24

Tahẓib al-Kamal jilid 22 h. 295.

Page 78: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

66

Guru-gurunya: „Alqamah Ibn Waqqaṣ al-Laitsi, Muḥammad Ibn

„„Amrû Ibn „Aṭa‟, Muḥammad Ibn Yhya Ibn Hibban, dan lain-lain.

Murid-muridnya: Ibrāhîm Ibn Ṭahman, Hammād Ibn Zaid, Khalid Ibn

„„Abdullāh, dan lain-lain.

Muḥammad Ibn ‘Amrû Ibn ‘Aṭa’ Ibn ‘Abbas Ibn ‘Alqamah

Sa’îd Ibn Al Musayyab Ibn Hazan Ibn Abî Wahab Ibn ‘‘Amrû

Ma’mar Ibn ‘‘Abdullāh Ibn Nafi’ Ibn Ma’mar Nadlolah

3. Riwayat sunan Ibnu Mājah

بن د محم عن إسحق بن د محم عن هارون بن يزيد ث نا حد شيبة أبي بن بكر أبو ث نا سعيدإحد عن ب راهيموسل عليه الله صلى الله رسول قال قال نضلة بن الله عبد بن معمر عن المسيب بن إل يحتكر ل م

25خاطئTelah menceritakan kepada kami Abû Bakr Ibn Abû Syaibah berkata, telah

menceritakan kepada kami Yazîd Ibn Harun dari Muḥammad Ibn Ishāq dari

Muḥammad Ibn Ibrāhîm dari Sa‟îd Ibnul Musayyab dari Ma'mar Ibn „Abdullāh

Ibn Nadllah ia berkata, "Rasulullah ṣallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak

ada yang menimbun kecuali orang yang salah."

Ibnu Mājah nama lengkapnya adalah Abû „Abdullāh Muḥammad ibn Yazîd

Al-Qazwini. Lahir di kota Qazwin tahun 209 H dan wafat tahun 273 H. beliau

pernah belajar di Iraq, Hijaz, Mesir, dan nlain lain.

Guru-gurunya diantaranya yaitu Abû Bakar ibn Abî Syaibah,

Muḥammad ibn „Abdullāh ibnNumayr, Hisyam ibn „Ammar, dan lain-lain.

Murid-muridnya yaitu Sulayman ibn Yazîd Al-Qazwini, Ishāq ibn

Muḥammad, Abû Al-Ḥasan Al-Qaṭṭan, dan lain-lain. 26

25 Imam Abî „Abdillah Muhammad ibn Zayd Al-Qazwini, Sunan Ibn Mājah Jilid 3,

(Al-Qahiroh: Dār Ibn Haitsam:2005 ) h. 2154.

26

Tahẓib at-Tahẓib jilid 9 h. 457.

Page 79: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

67

Abû Bakr Ibn Abî Syaibah, ‘Abdullāh Ibn Muḥammad Ibn Ibrāhîm Ibn

Ibn ‘Utsman Ibn Khawasiti al-‘Absi27

. Wafat tahun 235 H.

Pendapat Ulama: Menurut Abû Ḥātim beliau seorang yang Tsiqah,

Abû Hātim dan Ibn Khiras juga mengatakan bahwa beliau Tsiqah.

Guru-gurunya: Yaḥyā Ibn Yaman, Yazîd Ibn Harun, Abî Bakr Ibn

„Ayyas, dan lain-lain.

Murid-muridnya: Bukhārî, Muslim, Abû Dāud, Ibnu Mājah, dan lain-

lain.

Yazîd Ibn Harun Ibn Zaẓî28

, wafat tahun 206 H.

Menurut Ibnu Hājar beliau seorang yang Tsiqah dan ahli Ibadah,

menurutal-„Ajlli beliau seorang yang tsiqah.

Guru-gurunya: Muḥammad Ibn Ishāq Ibn Yasar, Ibrāhîm Ibn Sa‟ad

Az-Zuhrî, al-Aswad Ibn Syaiban dan lain-lain.

Murid-muridnya: Ishāq Ibn Manṣur, Abû Bakar Ibn Abî Syaiban,

Aḥmad Ibn Ḥanbal, dan lain-lain.

Muḥammad Ibn Ishāq Ibn Yasar Ibn Khîar. Wafat pada tahun 150 H. biasa

di kenal dengan nama Ibn Kauban al-Madini Abû Bakar. Ia pernah melihat

Anas Ibn malik, Salim Ibn „Abdullāh Ibn „Umār dan Sa‟îd al-Musayyab.29

Pendapat Ulama: Menurut Aḥmad Ibn Ḥanbal adalah seorang Ḥasanul

hadits dan menurut Yaḥyā Ibn Ma‟in beliau adalah seorang yang Tsiqah.30

27 Tahẓib al-Kamal Jilid 16 h. 34.

28

Tahẓib al-Kamal jilid 32 h. 261.

29

Tahẓib al-Kamal jilid 24.h. 405.

30

Tahẓib al-Tahẓib jilid 9, h. 35.

Page 80: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

68

Guru-gurunya daintaranya Ibrāhîm Ibn Yunain, Muḥammad Ibn

Ibrāhîm, Ayahnya Iṣāq Ibn Yasar, dan lain-lain.

Murid-muridnya antara lain Ibrāhîm Ibn Sa‟aid, Yazîd Ibn Harun,

Hammād Ibn Zaid, dan lain-lain.

Muḥammad Ibn Ibrāhîm Ibn al-Harits Ibn Khalid Ibn Ṣakhr Ibn ‘Amir

Ibn Ka’b Ibn Sa’d Ibn Taim Ibn Murrah al-Qarasyi al-Taimî31

. Wafat

tahun 120 H.

Pendapat Ulama: Menurut Ibn Hājar beliau seorang Tsiqah lahu

Afrod, Abî Hātim , Yaḥyā Ibn Ma‟in, dan An-Nasā‟I mengatakan beliau

Tsiqah.

Guru-gurunya: Usamah Ibn Zaid Ibn Haritsah, Anas Ibn Malik, Jabîr

Ibn „Abdullāh, dan lain-lain. (tidak di temukan Sa’îd Ibn Musayyab)

Murid-muridnya: Muḥammad Ibn Iṣāq, Usamah Ibn Zaid al-Laitsi,

„Abdullāh Ibn Ṭawus, dan lain-lain.

Sa‘îd Ibn Al Musayyab Ibn Hazan Ibn Abî Wahab Ibn ‘Amrû

Ma‘mar Ibn ‘Abdullāh Ibn Nafi’ Ibn Ma‘mar Nadlolah

4. Riwayat Sunan Tirmîẓî

دبن دبنإسحقعنمحم ث ناإسحقبنمنصورأخب رنايزيدبنهارونأخب رنامحم إب راهيمعنسعيدبنحدالمسيبعنمعمربنعبداللهبننضلةقالسمعترسولاللهصلىا للهعليهوسلمي قولليحتكرإل

و عيسى أبو قال يحتكر كان قد ومعمر قال تحتكر إنك د محم أبا يا لسعيد ف قلت عنخاطئ روي إنماال يحتكر كان أنه المسيب بن سعيد وعلي عمر عن الباب وفي عيسى أبو قال هذا ونحو والحنطة زيت

ك العلم أهل عند هذا على والعمل صحيح حسن حديث معمر وحديث عمر وابن أمامة احتكاروأبي رهوا

31 Tahẓib al-Kamal jilid 24 h. 301.

Page 81: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

69

ص ورخ القطنالطعام في بالحتكار بأس ل المبارك ابن قال و الطعام غير في الحتكار في ب عضهمختيانونحوذلك 32والس

Telah menceritakan kepada kami Ishāq Ibn Manṣur telah mengabarkan kepada

kami Yazîd Ibn Harun telah mengabarkan kepada kami Muḥammad Ibn Ishāq dari

Muḥammad Ibn Ibrāhîm dari Sa‟îd Ibn Al Musayyab dari Ma'mar Ibn „Abdullāh

Ibn Nadhlah ia berkata; Aku mendengar Rasulullah ṣallallahu 'alaihi wasallam

bersabda: "Tidaklah seseorang menimbun kecuali ia telah berbuat salah." Aku

bertanya kepada Sa‘îd: Wahai Abû Muḥammad, sesungguhnya engkau menimbun.

Ia mengatakan: Sedangkan Ma'mar telah menimbun. Abû ‘Isa berkata;

Sesungguhnya telah diriwayatkan dari Sa‟îd Ibn Al Musayyib bahwa ia pernah

menimbun minyak, biji gandum atau yang serupa dengan itu. Abû Isa berkata;

Dalam hal ini ada hadits serupa dari „Umār, Ali, Abû Umamah dan Ibnu „Umār.

Dan hadits Ma'mar adalah hadits Ḥasan Ṣahîh. Hadits ini menjadi pedoman amal

menurut ulama; Mereka memakruhkan penimbunan makanan namun sebagian

mereka membolehkan penimbunan selain makanan. Dan Ibnu Al Mubārak

mengatakan: Tidak apa-apa menimbun kapas, kulit yang disamak atau yang serupa

dengan itu.

Tirmîẓî, nama lengkapnya Abû ‘Isa Muḥammad ibn „Isa ibn Saurah ibn Musa

ibn al-Dlahhak al-Tirmîẓî. Lahir di kota Turmuẓ tahun 200 H dan wafat tahun

279 H. beliau pernah belajar di kota Irak, Hijaz, Khurasan, dan lain-lain.33

Beliau seorang al-Imam al-Hafîzh.

Guru-gurunya diantaranya Imam Bukhārî, Imam Muslim, Abû Dāud,

Qutaybah ibn Sa‟îd, Ishāq ibn Manṣûr, dan lain-lain.

Murid-muridnya yaitu Hammād ibn Syakir, al-Haitsam ibn Kulaib

Asy-Syasyi, Aḥmad ibn Yûsuf An-nasafi, dan lain-lain.

Ishāq Ibn Manṣûr Ibn Baḥrām Al-Kawsaj34

, tinggal di NaisAbûri,

panggilannya Abû Ya‟qûb, beliau wafat tahun 251 H.

32 Abû „Isā Muhammad ibn „Isā ibn Saurah ibn Musa ibn adl-Dlahhak at-Tirmîẓî.

Terj Naṣiruddin Al-Albani-Fachrurazi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006) h. 49.

33

Tahẓib at-Tahẓib jilid 9 h. 457.

34

Tahẓib al-Kamal, jilid 2. h. 475

Page 82: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

70

Pendapat Ulama: Menurut Ibnu Hājar beliau Tsiqah tsabat dan

seorang ahli ibadah, menurut Muslim Tsiqah ma’mun, menurut Al-Nasā‟I

Tsiqah Tsabat, menurut Abû Hātim Ṣadûq.

Guru-gurunya: Aḥmad Ibn Ḥanbal, Yazîd Ibn Harun, „Abdullāh Ibn

Musa, dan lain-lain.

Murid-muridnya: Ibrāhîm Ibn Iṣāq al-HarAbîy, Tirmîẓî, „„Abdullāh

Ibn Aḥmad Ibn Ḥanbal, dan lain-lain.

Yazîd Ibn Harun

Muḥammad Ibn Ishāq Ibn Yasar

Muḥammad Ibn Ibrāhîm Ibn al-Harits Ibn Khalid

Sa‘îd Ibn Al Musayyab Ibn Hazan Ibn Abî Wahab Ibn ‘Amrû

Ma‘mar Ibn ‘Abdullāh Ibn Nafi‘ Ibn Ma‘mar Nadlolah

5. Riwayat Ad-Darimî

سعيدبن عن بنإب راهيم د محم عن دبنإسحق محم ث نا حد خالد بن ث ناأحمد معمربنحد عن المسيبقالسمعترسولاللهصلىاللهعليهوسلمي قو خاطئعبداللهبننافعبننضلةالعدوي لليحتكرإل

35مرت ينTelah menceritakan kepada kami Aḥmad Ibn Khalid telah menceritakan kepada

kami Muḥammad Ibn Iṣāq dari Muḥammad Ibn Ibrāhîm dari Sa‟îd Ibn Al

Musayyab dari Ma'mar Ibn „Abdullāh Ibn Nafi' Ibn Nadhlah Al 'Adawi, ia

berkata; aku mendengar Rasulullah ṣallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak

menimbun kecuali ia akan berdosa." Beliau mengucapkan hingga dua kali. Al-Dārimî, ‘Abdullāh Ibn ‘Abdurrahman Ibn al-FadhlIbn Bahram Ibn

‘Abdulṣṣamad Al-Darimi al-Taimî, 36

35 Al-Darimi, „Abdullāh Ibn „;Abdurrahman Ibn al-Fadhlbin Bahram Ibn

„Abdulṣṣamad Al-Darimî al-Taimî , terj Naṣiruddin al-Albani. Aḥmad Hotib dan Faṭurrahman,

Sunan Al-Darimi, ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2007 ) h. 566.

36

Tahẓib al-Kamal jilid 15, h. 210.

Page 83: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

71

Pendapat Ulama : „Abdurrahman Ibn Abî Hātim mengatakan dari

ayahnya bahwa beliau seorangn imam ahli di zamannya, Imam ahlu Hadits.

Guru-gurunya : Asyhal Ibn Hātim , Aḥmad Ibn Ishāq al-hadhrami,

Aḥmad Ibn Humaid al-Kufi, dan lain-lain.

Murid-muridnya : Muslim, Abû Dāud, Tirmîẓî, dan lain-lain.

Tidak ditemukan

Aḥmad Ibn Khalid Ibn Musa Ibn Muḥammad37

. Wafat tahun 214 H.

Pendapat Ulama : Abû Zur‟ah dan Yaḥyā Ibn Ma‟în “Tsiqah”

Guru-gurunya :Muhmmad Ibn Iṣāq, Yûnus Ibn Abî Ishāq, „Abdul

„Azîz Ibn „Abdullāh Ibn Abî Salamah, dan lain-lain. bh

Murid-muridnya : Bukhārî, Muḥammad Ibn Khalid, ad-Darimi, dan

lain-lain.

Muḥammad Ibn Ishāq

Muḥammad Ibn Ibrāhîm

Sa’îd Al-Musayyab

Ma‘mar Ibn ‘Abdillah Ibn Nafi‘ Ibn Nadhalah al-‘Adawi.

6. Riwayat Imam Aḥmad Ibn Ḥanbal.

Musnad Penduduk Makkāh Bab Hadits Ma‟mar Ibn „„Abdullāh RA no

15198

بن سعيد عن يمي الت إب راهيم بن د محم عن إسحاق بن د محم ث نا حد قال يزيد ث نا معمرحد عن المسيبقالسمعترسول الخاطبنعبداللهبننضلةالقرشي 38اللهصلىاللهعليهوسلمي قولليحتكرإل

37 Tahẓib al-Kamal Jilid 1, h. 299.

38

Imam Aḥmad Ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad Ibn Ḥanbal, ( Saudi Arabia: Baitul

Ifkar, 1998 ) h. 707.

Page 84: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

72

Telah menceritakan kepada kami Yazîd berkata; telah menceritakan kepada kami

Muḥammad Ibn Iṣāq dari Muḥammad Ibn Ibrāhîm At-Taimî dari Sa‟îd Ibn

Musayyab dari Ma'mar Ibn „Abdullāh Ibn Nadllah Al Qurasyi berkata: saya telah

mendengar Rasulullah Ṣallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidak boleh ditimbun

kecuali minyak."

Aḥmad Ibn Ḥanbal, Imam Abû ‘Abdillah Ibn Muḥammad Ibn Ḥanbal al-

Marwazy.39

Wafat tahun 241 H.

Guru-Gurunya : Banyak meriwayatkan hadits dari Yazîd Ibn Harun,

dari „Abdah Ibn Sulaimān, dari Muḥammad Ibn Ja‟far, Hammād, Abû Aḥmad,

Iṣāq dan lain- lain.

Murid-muridnya : Bukhārî, Muslim, Ibnu Abî Dunya, dan lain-lain.

Yazîd Ibn Harun

Muḥammad Ibn Ishāq

Muḥammad Ibn Ibrāhîm At-Taimî

Sa’îd Ibn al-Musayyab

Ma’mar Ibn ‘Abdullāh

سعيد عن إب راهيم بن د محم عن إسحاق بن د محم ث نا حد قال سليمان بن عبدة ث نا عنحد المسيب بنالخاطمعمربنعبداللهال قالقالرسولاللهصلىاللهعليهوسلمليحتكرإل 40عدوي

Telah menceritakan kepada kami 'Abdah Ibn Sulaimān berkata; telah menceritakan

kepada kami Muḥammad Ibn Iṣāq dari Muḥammad Ibn Ibrāhîm dari Sa‟îd Ibn

Musayyab dari Ma'mar Ibn „Abdullāh Al 'Adawi berkata; Rasulullah

Ṣallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidak boleh ditimbun kecuali minyak."

Aḥmad Ibn Ḥanbal

‘Abdah Ibn Sulaimān al-Kalabî.41

39 Fatchur Rahman, Ikhtisar Musṭalahul hadits, ( Yogyakarta: PT. Al-Ma‟arif, 1995 )

h. 325.

40

Imam Aḥmad Ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad Ibn Ḥanbal, ( Saudi Arabia: Baitul

Ifkar, 1998 ) h. 709.

41

Tahẓib al-Kamal jilid 18, h. 530.

Page 85: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

73

Pendapat Ulama : „Abdullāh Aḥmad Ibn „Abdullāh al-„Ijli

mengatakan “tsiqah rajulun Ṣalih Ṣahib Qur’an Yaqra’, Muhaammad Ibn

Sa‟di, “Tsiqah”

Guru-gurunya : Hajjaj Ibn Dinar, „Ubaid Ibn „Umār, Muḥammad Ibn

Iṣāq, dan lain-lain.

Murid-muridnya : Aḥmad Ibn Ḥanbal, Syuja‟I Ibn Makhlad,

Muḥammad Ibn Sawwar, dan lain-lain.

Muḥammad Ibn Ishāq

Muḥammad Ibn Ibrāhîm

Sa’îd Ibn al-Musayyab

Ma’mar Ibn ‘Abdillah

ي الت إب راهيم بن د محم عن إسحاق بن د محم عن شعبة ث نا حد جعفر بن د محم ث نا حد سعيد عن بنميالخاطالمسيبعنمعمررجلمنق ريشقالقالرسولاللهصلىاللهعليهوسلمليحتكر 42إل

Telah menceritakan kepada kami Muḥammad Ibn Ja'far telah menceritakan kepada

kami Syu'bah dari Muḥammad Ibn Iṣāq dari Muḥammad Ibn Ibrāhîm At-Taimî

dari Sa‟îd Ibn Musayyab dari Ma'mar seorang laki-laki dari Quraiṣ, berkata;

Rasulullah Ṣallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidak boleh ditimbun kecuali

minyak."

Aḥmad Ibn Ḥanbal

Muḥammad Ibn Ja’far al-Hiẓalî,43

wafat tahun 193 H.

Pendapat Ulama : ada dalam ats-Tsiqat Ibn Hibban, „Abi Hātim

Ṣaduq,

Guru-gurunya :Ḥusain al-mu‟allim, Syu‟bah Ibn al-Hajjaj, Sufyān al-

Tsauri, dan lain-lain.

42 Imam Aḥmad Ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad Ibn Ḥanbal, ( Saudi Arabia: Baitul

Ifkar, 1998 ) h 2030.

43

Tahẓib al-Kamal Jilid 25, h. 5.

Page 86: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

74

Murid-muridnya : Aḥmad Ibn Ḥanbal, Iṣaq Ibn Rahwîah, „Ali Ibn al-

Madini, dan lain-lain.

Syu’bah Ibn al-Hajjaj Ibn al-Wardi al-‘Ataki al-Azdi44

Pendapat Ulama:

Guru-gurunya : Aban Ibn Taghlab, Ibrāhîm Ibn Muhajir, Ibrāhîm Ibn

maimun, Muḥammad Ibn Iṣāq Ibn yassar, danlain-lain.

Murid-muridnya : Muhammaad Ibn Ishāq, Muḥammad Ibn Ja‟far

Ghundar, „Isa Ibn Yûnus, dan lain-lain.

Muḥammad Ibn Ishāq

Muḥammad Ibn Ibrāhîm

Sa‟îd Ibn Al-Musayyab

Ma’mar

44 Tahẓib al-Kamal jilid 12, 479.

Page 87: ETIKA BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ATAS HADIS ...

وسلمعليهاللهصلىاللهرسول

خالد

وهب

عمروبنيحيى

يحيى

سليمان حاتم

اللهعبد سعيد

دارمي

محمدبنجعفر

مسلم ابوداود ترميذي ابنماجه احمدبنحنبل

محمدبنعجلن

أحمدبنخالد

أبوبكربنأبيشيبة

معمربنعبداللهبننضلة

محمدبنإسحق

إسحقبنمنصور

عبدة

----

يزيدبنهارون

محمدبنعمروبنعطاء

محمدبنإب راهيم

------