AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

21
AKAL PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF HADITS NABI: Studi atas Hadits Misoginis Oleh: H. SUWENDI, M.Ag Pendahuluan Agama telah mendudukkan akal sebagai manâtut al-taklîf atau tempat bergantung bagi pengamalan keagamaan seseorang. Yang dibebani untuk mengamalkan ajaran agama adalah semua manusia, baik laki-laki maupun perempuan, yang memiliki akal. Bagi orang yang tidak berakal, akan terlepas dari beban-beban agama ini. 1 Dengan kemampuan akal inilah, semua pengamalan ajaran agama itu akan dipertanggungjawabkan pada hari yang ditentukan (yaum al-hisab). Hal ini dinyatakan dalam QS. al- Qiyamah [75]: 36, ىً دُ سَ كَ رْ تُ يْ نَ ُ انَ سْ ن ْ ل ُ بَ سْ حَ يَ . Artinya: “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS. al-Qiyamah [75]: 36) Kata akal berasal dari bahasa Arab (‘aqala) artinya “mengikat” dan “menahan”. Orang yang berakal adalah orang yang dapat menahan amarahnya, mengendalikan hawa nafsunya sehingga karenanya dapat mengambil sikap dan tindakan bijaksana dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapinya. 2 Kata “akal” tidak ditemukan dalam al-Quran. Namun, bentuk kata kerja (fiil mudlari) ditemukan kurang lebih 50 kali yang tersebar di berbagai surat. Al-Quran juga mempergunakan kata yang menunjukkan arti berfikir seperti nazhara (terdapat 120 ayat), tafakkara (terdapat 18 ayat), faqiha (terdapat 20 ayat), dan tadabbara (terdapat 100 ayat), dan lain-lain. Orang-orang yang berfikir atau berakal sering juga disebut sebagai ulul albab dan al-Quran memberikan pujian kepada ulul albab (disebutkan 14 kali) yang tidak terbatas kepada kaum pria 1 Dalam hadits Nabi dinyatakan: َ ع فُ رُ مَ لَ قْ ل ْ نَ ع نَ ع: ٍ 0 ثَ لَ 0 ث نْ وُ 5 نْ حَ مْ ل ثْ وُ لْ غَ مْ ل ىَ لَ ع ه لْ قَ ع ىَ ّ تَ حَ َ رْ تَ F ي نَ عَ و م اَ ّ ن ل ىَ ّ تَ حَ L ظَ قْ يَ P تْ سَ ن نَ عَ و ّ ى تَ ّ ص ل ىَ ّ تَ حَ م لَ تْ حَ يهرو( مد ح و ب َ وود َ د) م ك حا ل وArtinya: “Beban agama tidak dikenakan kepada tiga kelompok: orang gila yang akalnya tidak berperan sehingga dia sembuh; orang tidur hingga dia bangun; dan anak-anak sampai dia baligh”. Ketiga kelompok yang terbebaskan dari tuntutan agama ini pada dasarkan disebabkan oleh tidak berfungsinya akal secara wajar. 2 Hasan Sadiliy dkk, Ensiklopedi Indonesia, jilid 1, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1990), hal. 98. 1

Transcript of AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

Page 1: AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

AKAL PEREMPUANDALAM PERSPEKTIF HADITS NABI:

Studi atas Hadits Misoginis

Oleh:H. SUWENDI, M.Ag

Pendahuluan Agama telah mendudukkan akal sebagai manâtut al-taklîf atau

tempat bergantung bagi pengamalan keagamaan seseorang. Yang dibebani untuk mengamalkan ajaran agama adalah semua manusia, baik laki-laki maupun perempuan, yang memiliki akal. Bagi orang yang tidak berakal, akan terlepas dari beban-beban agama ini.1 Dengan kemampuan akal inilah, semua pengamalan ajaran agama itu akan dipertanggungjawabkan pada hari yang ditentukan (yaum al-hisab). Hal ini dinyatakan dalam QS. al-Qiyamah [75]: 36,

ك0 س.د,ى 3ر0 .ت ن3 ي0 ان. أ 3س0 ;ن 0ح3س0ب. اإل3 0ي . أ

Artinya: “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS. al-Qiyamah [75]: 36)

Kata akal berasal dari bahasa Arab (‘aqala) artinya “mengikat” dan “menahan”. Orang yang berakal adalah orang yang dapat menahan amarahnya, mengendalikan hawa nafsunya sehingga karenanya dapat mengambil sikap dan tindakan bijaksana dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapinya.2

Kata “akal” tidak ditemukan dalam al-Quran. Namun, bentuk kata kerja (fiil mudlari) ditemukan kurang lebih 50 kali yang tersebar di berbagai surat. Al-Quran juga mempergunakan kata yang menunjukkan arti berfikir seperti nazhara (terdapat 120 ayat), tafakkara (terdapat 18 ayat), faqiha (terdapat 20 ayat), dan tadabbara (terdapat 100 ayat), dan lain-lain. Orang-orang yang berfikir atau berakal sering juga disebut sebagai ulul albab dan al-Quran memberikan pujian kepada ulul albab (disebutkan 14 kali) yang tidak terbatas kepada kaum pria saja, tetapi juga kaum perempuan. Hal ini lebih tegas disebutkan dalam QS. Ali Imran [3]: 191-195, yang menjelaskan tentang identitas ulu al-bab itu.3

1 Dalam hadits Nabi dinyatakan:

ف;ع0 0م. ر. 3ق0ل : ع0ن; ع0ن3 ال U0ث 0ال و3ن; ث .ZZن 3م0ج3 و3ب; ال .ZZ3م0غ3ل ه; ع0ل0ى ال ;ZZى ع0ق3لb 0 ح0ت أ ر0 3ZZ0ب ; و0ع0ن; ي ;م ائ bZZالن bى 3ق0ظ0 ح0ت 0ي ت 0س3 ;يi و0ع0ن; ي bى الصbب ;م0 ح0ت 0ل ت 0ح3 والحاكم) د0اود و0أبو أحمد (رواه ي

Artinya: “Beban agama tidak dikenakan kepada tiga kelompok: orang gila yang akalnya tidak berperan sehingga dia sembuh; orang tidur hingga dia bangun; dan anak-anak sampai dia baligh”.

Ketiga kelompok yang terbebaskan dari tuntutan agama ini pada dasarkan disebabkan oleh tidak berfungsinya akal secara wajar.

2 Hasan Sadiliy dkk, Ensiklopedi Indonesia, jilid 1, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1990), hal. 98.

3 Redaksi ayat tersebut adalah sebagai berikut:

bذ;ين0 ون0 ال .ر. 0ذ3ك bه0 ي 0ام,ا الل ;ه;م3 و0ع0ل0ى و0ق.ع.ود,ا ق;ي وب .ZZون0 ج.ن ر. bZZ0ف0ك 0ت ق; ف;ي و0ي 3ZZم0و0ات; خ0ل bZZالس

ر3ض;0 0ا و0األ3 bن ب 0ق3ت0 م0ا ر0 0اط;ال, ه0ذ0ا خ0ل 0ك0 ب ان 3ح0 ب 0ا س. ا ع0ذ0اب0 ف0ق;ن 0ZZنb ب bار;. ر0 ك0 الن bZZن; د3خ;ل; م0ن3 إ .ZZت bار0 0ه. ف0ق0د3 الن 3ت ي 0خ3ز0 ;م;ين0 و0م0ا أ ;لظbال 0ا م;ن3 ل bن ب 3ص0ارU. ر0 0ن 0ا أ bن ;ن 0ا إ م;ع3ن ا س0 ,ZZ0اد;ي اد;ي م.ن 0ZZن. ان; ي 0ZZيم; ;إل3 ل0ن3 .وا أ .م3 ء0ام;ن iك ب ;ر0 bا ب 0ا ف0آم0ن bن ب 0ا ف0اغ3ف;ر3 ر0 0ن 0ا ل 0ن .وب 0فiر3 ذ.ن bا و0ك 0ا ع0ن ;ن 0ات iئ ي ا س0 0ZZنb0و0ف ع0 و0ت 0ZZار;. م ر0 3ZZ0ب األ3

0ا bن ب 0ا ر0 ;ن 0ا م0ا و0ء0ات 0ن ل;ك0 ع0ل0ى و0ع0د3ت س. 0ا و0ال0 ر. .خ3ز;ن و3م0 ت 0ZZة; ي 0ZZ0ام 3ق;ي ك0 ال bZZن; ف. ال0 إ ;ZZخ3ل. اد0. ت 0ZZ3م;يع ال0ج0اب0 ت 0ه.م3 ف0اس3 �ه.م3 ل ب iي ر0 0ن .ض;يع. ال0 أ .م3 ع0ام;لU ع0م0ل0 أ 3ك 0رU م;ن3 م;ن و3 ذ0ك

0 0ى أ 3ث .ن .م3 أ ك .ZZ0ع3ض م;ن3 ب

U0ع3ض ذ;ين0 ب bZZوا ف0ال اج0ر. 0ZZوا ه .ZZخ3ر;ج. ار;ه;م3 م;ن3 و0أ 0ZZوذ.وا د;ي. ;يل;ي ف;ي و0أ ب 0ZZوا س. 0ل ات 0ZZوا و0ق .ZZل; و0ق.تbن 0فiر0 .ك 3ه.م3 أل0 ;ه;م3 ع0ن 0ات iئ ي bه.م3 س0 0ن ل .د3خ; bاتU و0أل0 ر;ي ج0ن 3ZZ0ج ا م;ن3 ت 0ZZه; ت 0ح3 ار. ت 0ZZ3ه ن

0 ا األ3 ,ZZ0و0اب د; م;ن3 ث 3ZZع;ن bه; bه. الل 3د0ه. و0الل ن bو0اب; ح.س3ن. ع; . الث

1

Page 2: AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

Ulama tafsir Indonesia, seperti Hamka,4 Mahmud Yunus,5 dan Tafsir Departemen Agama,6 sepakat menfasirkan ulul albab dengan orang-orang yang berfikir, baik laki-laki maupun perempuan. Ini berarti bahwa baik laki-laki maupun perempuan, keduanya dapat berfikir, mengingat, memahami, mempelajari, dan mengamalkan, bahkan, mampu berfikir tentang alam raya ini.

Namun demikian, dalam sumber ajaran agama masih dijumpai hadis-hadis yang cenderung misoginis yang menyatakan bahwa akal perempuan itu kurang dibandingkan dengan akal yang dimiliki laki-laki, sehingga pantas di kemudian hari kaum perempuan menjadi ‘masyarakat’ dominan di neraka. Hadits semacam ini telah diterima oleh umat Islam sehingga menjadi pandangan masyarakat tersendiri. Sebagaimana studi yang dilakukan oleh J. Frueck, dijelaskan bahwa doktrin sangat memberikan pengaruh terhadap budaya masyarakat. Ia tidak hanya mampu memisahkan budaya, tetapi juga dapat memisahkannya. 7

Tampaknya, hadits misoginis itu telah menjadi landasan fatwa bagi sebagian ulama. Ibn Hajar al-Haitami (1909 H), misalnya, sempat berfatwa bahwa belajar tulis-menulis bagi anak perempuan adalah makruh, dibenci oleh agama. Alasannya, kemampuan tulis menulis adalah ibarat pisau yang sangat tajam, siapapun yang terkena akan terluka. Sementara itu, ujar Ibn Hajar dengan bias kelelakiannya menyatakan kaum perempuan adalah manusia yang kurang mampu mengendalikan diri. Oleh karenanya, kemampuan tulis menulis bagi mereka akan sangat berbahaya bagi siapapun yang menjadi sasarannya.8

Padahal, dalam catatan sejarah banyak kaum perempuan yang sangat menonjol pengetahuannya dalam berbagai ilmu, bahkan menjadi rujukan tokoh laki-laki. Misalnya, isteri Nabi, Aisyah, Sakinah binti Husain bin Ali, Syaikhah Syuhrah, guru imam Syafii, Rabiah Adawiyah, guru para sufi, dan lain-lain. Bahkan, terdapat tiga nama perempuan yang menjadi guru tokoh mazhab, yaitu saudara Salahuddin al-Ayyubi (Mu’nisat al-Ayyubiyah bin al-Malik al-Adil), Syamiat al-Taimiyah, dan Zainab bint Abdul Latif al-Baghdadi,9 al-Syifa, kepala pasar kota Madinah, Khadijah

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik."

4 Hamka, Tafsir al-Azhar, jilid 4, (Jakarta: Pustaka, 1988), hal. 194-197. 5 Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1993), hal. 101.6 Departemen Agama, Tafsir al-Quran al-karim, jilid 2, (Jakarta: Menara Kudus/Citra

Utama, 1996), hal.102-103.7 J. Fuek, “The Role of Traditionalism in Islam”, dalam Merlin L. Swartz, ed., Studies on

Islam (Oxford: Oxford University Press, 1981), hlm. 99. 8 Ibn Hajar Al-Haitami, al-Fatawa al-Haditsiyah, (Beirut: Dar al-Fikr, tth.), hal. 62. Dikutip

dalam Masdar F. Masudi, Islam dan Hak-hak Reproduksi Perempuan: Dialog Fiqih Pemberdayaan, (Bandung: Mizan, 2000), Edisi revisi, hal. 63.

2

Page 3: AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

bin Khuwalaid, isteri pertama Nabi SAW yang sukses di bidang bisnis, dan lain-lain.

Sangat dimungkinkan, pandangan-pandangan inferiror semacam di atas yang didukung oleh budaya masyarakat patriakhi mengakibatkan grafik kuantitas perempuan ‘terpelajar’ dari satu generasi ke generasi berikutnya kian menurun. Ruth Roded telah mencatat bahwa jika pada generasi sahabat Nabi tercatat ada 1.232 sahabat perempuan yang aktif di dunia ilmu (periwayatan hadits), maka angka itu pada zaman tabiin tercatat hanya tinggal 150 orang, dan pada zaman tabiut tabiin lebih sedikit lagi, yaitu 50 orang sampai akhirnya tidak tercatat satu nama pun.10

Oleh karena itu, hadis-hadis semacam itu perlu diteliti kebenarannya. Terlebih lagi dalam konteks dunia kependidikan yang nyata-nyata menjadikan persoalan akal sebagai domain wacana yang dikembangkannya. Dengan diketahuinya landasan teologis mengenai akal perempuan ini secara jernih maka pada gilirannya pengembangan wacana kependidikan perempuan menjadi lebih jelas. Di samping itu, kajian terhadap hadits-hadits misoginis dapat pula dimaksudkan untuk memperoleh pandangan budaya baru yang mendukung terciptanya relasi laki-laki dan perempuan yang adil secara gender, sehingga keberagamaan umat menjadi dewasa dan sesuai dengan yang dicita-citakan al-Quran.

Teks HaditsDi antara teks hadits yang menyatakan tentang akal perempuan

adalah sebagai berikut.

س.ول; ع0ن3 ه; ر0 bZZى اللbل 0ZZه. ص bZZه; الل 3ZZ0ي bم0 ع0ل ل 0ZZه. و0س bZZ0ن ال0 أ 0ZZا ق 0ZZر0 ي 0ZZم0ع3ش اء; iس0 0ص0دbق3ن0 الن ن0 ت ;ر3 3ث ك

0 ;غ3ف0ار0 و0أ ت س3 iي اال; ;ن .نb ف0إ .ك 3ت 0ي أ 0ر0 ر0 3ث ك0 0ه3ل; أ ار; أ bZZالن

0ة¯ ف0ق0ال0ت; أ 3ه.نb ام3ر0 0ة م;ن ل 0ا و0م0ا ج0ز3 0ن 0ا ل س.ول0 ي bه; ر0 0ر0 الل 3ث ك0 0ه3ل; أ ار; أ bZZالن

ال0 0ZZن0 ق ر3 ;ZZ3ث .ك bع3ن0 ت ن0 الل ر3 .ZZ3ف 0ك ير0 و0ت ;ZZ3ع0ش ا ال 0ZZ3ت. و0م 0ي أ ات; م;ن3 ر0 0ZZ0اق;ص نUل 3ZZع0ق U0غ3ل0ب0 و0د;ين ذ;ي أ ;ZZل.ب± ل bن. 3ك ال0ت3 م;ن 0ZZا ق 0ZZول0 ي .ZZس ه; ر0 bZZا الل 0ZZو0م

.ق3ص0ان. 3ع0ق3ل; ن مbا ق0ال0 و0الدiين; ال0 .ق3ص0ان. أ 3ع0ق3ل; ن ه0اد0ة. ال 0ZZ3ن; ف0ش 0ي 0ت أ ر0 3ZZام

د;ل. 3ZZ0ع ه0اد0ة0 ت 0ZZش Uل .ZZج ذ0ا ر0 0ZZان. ف0ه 0ZZق3ص. ل; ن 3ZZ3ع0ق .ث. ال 0م3ك ال;ي و0ت 0ZZيb ا الل 0ZZم .ص0لiي .ف3ط;ر. ت م0ض0ان0 ف;ي و0ت .ق3ص0ان. ف0ه0ذ0ا ر0 و البخاري (رواه الدiين; ن

11مسلم)

9 Zaitunah Subhan, Tafsir Kebencian: Studi Bias Gender dalam Tafsir Quran, (Yogyakarta: LkiS, 1999), cet. Ke-1, hal, 57.

10 Ruth Roded, Kembang Peradaban, terjemahan dari Women in Islamic Biographical, (Bandung: Mizan, 1995), hal. 38, 86, 110.

11 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, kitab “al-Haidl”, bab “Tark al-Haidl asl-Shaum”, hadits ke-298, juz 1, hal. 116; dan kitab “al-shaum” bab “al-Haidl Tatruk al-Shaum wa al-Shalah”, hadits ke-1850, juz 2, hal. 689. Lihat juga Muslim, Shahih Muslim, kitab “al-imam”, bab “nuqshan al-iman bi naqsh al-tha’at”, hadits nomor 132, juz 1, hal. 55-56. Mengenai pencarian matan hadits, penulis telah melakukan penelusuran (searching) dengan menggunakan beberapa CD (compack disk) hadits, di antaranya “Program al-Bayan” yang menyajikan program hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dan “Program Maktabah al-Alfiyah li al-Sunnah al-Nabawiyah” yang menyajikan lebih dari 1.000 literatur, terutama kitab-kitab hadits. Dalam

penelusuran tersebut, digunakan kata sebagai term induk pelacakan hadits. Dari (akal) عقل

term عقل ini ditemukan lebih dari 610 kata yang tersebar di beberapa matan hadits. Dari 610 hadits tersebut, ternyata tidak semuanya menjelaskan tentang akal perempuan. Dalam pengamatan penulis, khusus mengenai topik akal perempuan agaknya hanya terdapat pada teks matan hadits di atas dan beberapa matan hadits lain dengan pola-pola redaksi yang hampir sama dengan teks matan tersebut. Sementara teks lainnya berkaitan dengan membaca al-Quran, lepasnya kewajiban agama, pelaksanaan shalat Nabi, dan lain-lain.

3

Page 4: AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

Artinya: “Hai kaum perempuan, bersedekahlah dan perbanyalah memohon ampunan karena aku melihat kamu sekalian menjadi sebagian besar penghuni neraka. Lalu salah satu seorang perempuan di antara mereka yang cerdas dan kritis bertanya: “Wahai rasulullah, mengapa kami menjadi sebagian besar penghuni neraka?” Rasulullah menjawab: “kamu sekalian banyak melaknat (mendoakan buruk terhadap orang lain) dan tidak berterima kasih atas kebaikan suami. Saya tidak melihat perempuan-perempuan yang kurang akal dan agamanya yang bisa mengalahkan laki-laki yang berakal, selain kamu.” Perempuan yang kritis itu bertanya lagi: “Apa kekurangan akal dan agama perempuan itu?” Rasulullah menjawab: “Adapun kekurangan akalnya adalah kesaksian dua orang perempuan itu sama dengan kesaksian satu orang laki-laki. Ituilah kekurangan akal itu, dan perempuan itu (haid) berhari-hari dengan tidak shalat dan tidak berpuasa di bulan Ramadhan. Inilah kekurangan agama itu.”(HR. Bukhari Muslim)

Kritik Sanad HadisMatan hadits di atas, tampaknya diriwayatkan oleh enam kitab

hadits dalam jalur yang berbeda-beda dengan menggunakan teks matan yang sangat mirip dengan teks matan di atas. Beberapa teks matan tersebut dapat dilihat pada lampiran. Adapun skema para perawi adalah sebagai berikut.

Skema Sanad hadis

Dari skema sanad di atas dapat dijelaskan bahwa saahabat yang meriwayatkan hadis itu ada tiga orang, yakni Abu Sa’id al-Khudri, ‘Abdullah ibn ‘Umar dan Abu Hurairah. Hadis yang bersumber dari Abu Sa’id al-Khudri hanya diriwayatkan oleh satu orang imam, al-Bukhari, dengan mata rantai sanad yang terdiri atas ‘Iyad ibn ‘Abdullah – Zaid ibn Aslam – Muhammad bin Ja’far – Sa’id ibn Abi Maryam. Di samping itu, hadis di atas juga diriwayatkan oleh al-Tirmizi dengan jalur sanad Dzakwan – Suhail – ‘Abdul Aziz – Huraim ibn Mis’ar.

4

Rasulullah

Abu Sa’id Al-Khudri (1) Ibnu ‘Umar (1) Abu Hurairah (1)

Dzakwan (2)Abdullah ibn Dinar (3)‘Iyad ibn Abdullah (3)

Suhail (5)Yazid Ibn al-Had (3)Zaid bin Aslam (3)

M. Ibn Ja’far (3) Haiwah (2) Laits ibn Said (2) Ibn Mudlar (2) ‘Abdul ‘Aziz (5)

Sa’id (2) Ibn Wahb (2) M. Ibn Rumh (2) Ibn Wahb (2) Huraim (6)

Al-Bukhari Ibn Ma’ruf (3) Muslim Ibn Majah Ibn ‘Amr (3) Al-Tirmidzi

Ahmad Abu Dawud

Page 5: AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

Adapun hadis yang bersumber dari Abdullah ibn Umar diriwayatkan oleh empat orang imam: Muslim, Ibn Majah, Abu Dawud dan Ahmad bin Hambal. Imam Muslim dan Ibn Majah meriwayatkan hadis dari Ibn ‘Umar itu dengan jalur sanad yang sama yang terdiri dari ’Abdullah ibn Dinar – Yazid ibn Al-Had – Lais bin Sa’id – Muhammad ibn Rumh. Sedangkan Abu Dawud dan Ahmad ibn Hambal masing-masing meriwayatkan dengan jalur yang diparuh terakhirnya berbeda dengan jalur yang digunakan oleh dua orang imam yang disebutkan sebelumnya itu. Setelah Yazid ibn al-Had, Abu Dawud menggunakan jalur yang terdiri atas Bakhr ibn Mudlar – ‘Abdullah ibn Wahb – Ahmad ibn ‘Amr ibn as-Sarh. Sedangkan Ahmad bin Hambal, setelah Muhammad bin al-Had, menggunakan jalur Haiwah ibn Syuraih – ‘Abdullah ibn Wahb – Harun ibn Ma’ruf.

Dalam kaidah hadis, disebutkan bahwa al-shahabah kulluhum ‘udul, para sahabat itu adil, dengan pengertian mereka tidak mungkin berdusta dalam meriwayatkan hadis dari Nabi. Dengan demikian, penilaian ta’dil dan tajrih untuk menentukan apakah periwayatan mereka itu diterima atau ditolak, tidak perlu dilakukan. Oleh karena itu, periwayatan mereka, termasuk ketiga sahabat itu, diterima dan ke-tsiqahanya ditempatkan dalam peringkat (rutbah) yang pertama (dalam bagan itu ditunjukkan dengan angka satu dalam kurung).

Penilaian ta’dil dan tajrih dalam studi hadis hanya dilakukan terhadap para periwayat pasca sahabat. Dari penilaian itu diketahui bahwa sebagian besar periwayat yang terdapat dalam lima jalur sanad yang meriwayatkan hadis memiliki ke-tsiqah-an, seperti yang dalam bagan ditunjukkan dengan angka dalam kurung, yang berada pada peringkat kedua (siqah sabat, ‘adil dan dabit serta bisa dipastikan kuat periwayatannya) dan peringkat ketiga (siqah, ‘adil dan dabit). Di antara para periwayat hadis itu hanya ada tiga orang yang peringkatnya berada di bawah mereka. Ketiganya terdapat dalam jalur sanad al-Tirmizi, dengan dua di antaranya menduduki peringkat kelima; dan satu yang lainnya menduduki peringkat keenam. Dua orang yang menduduki peringkat kelima itu adalah Suhail yang dinilai sebagai sangat jujur (shaduq), tetapi di akhir hayatnya kemampuannya menghafal hadis berubah; dan Abdul Aziz yang dinilai sebagai shaduq, tetapi dia meriwayatkan hadis dari buku-buku catatan ulama lain dan dia salah dalam periwayatanya itu. Sedang satu orang yang menduduki peringkat enam adalah Huraim ibn Mis’ar yang dinilai sebagai maqbul, diterima hadisnya.

Dengan demikian, dari bagan dan penjelasan singkat di atas bisa diketahui bahwa hadis yang menyebutkan kurangnya akal dan agama perempuan itu dalam aspek silsilat al-sanad dinilai sahih. Kesahihan hadis itu menurut hirakhi hadis-hadis sahih yang dikemukakan al-Nawawi berada pada tingkatan yang pertama, karena diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim yang kitab himpunan hadis keduaannya diakui sebagai kitab hadis yang paling sahih dan otoritatif dibandingkan dengan himpunan-himpunan kitab hadis yang lain.12 Jika dilihat dari jumlah periwayatnya, yang dari kalangan sahabat Nabi terdiri dari tiga, dan dari kalangan generasi berikutnya meningkat lebih dari tiga, maka hadis itu termasuk hadis mustafid yang derajat kesahihannya berada satu tingkat di bawah hadis mutawatir.13 Oleh karena itu, apa

12 Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Qawâ’id al-Tahdits min Funûn Mushthalah al-Hadîts, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tth), hal. 82.

13 Ibid., hal. 112. Penjelasan tentang silsilat al-sanad hadits ini dapat dilihat pada Hamim Ilyas, dkk, Perempuan Tertindas?: Kajian Hadits-Hadits ‘Misoginis’, (Yogyakarta: PSW IAIN Yogyakarta-The Ford Foundation), cet. Ke-1, 2003, hal. 35-38.

5

Page 6: AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

yang diungkapkan oleh hadis itu bisa , kalau tidak harus, diterima sebagai fakta sejarah yang benar-benar terjadi di masa Nabi.

Kritik Matan HadisHadits di atas terdapat dialog antara Nabi dengan para sahabiyat.

Di antara materi dialog yang sering menimbulkan pemahaman mengenai inferioritas perempuan adalah pernyataan Nabi bahwa kesaksian dua orang perempuan yang sama dengan kesaksian seorang laki-laki merupakan tanda kurangnya akal perempuan. Pada level fiqh, pernyataan ini dijadikan acuan oleh sebagian besar ulama untuk memberlakukan ketentuan 2:1 dalam seluruh kesaksian perempuan. Sedangkan pada level teologis, pernyataan ini dianggap sebagai statement ilahiyah yang meneguhkan supremasi laki-laki atas perempuan. Sementara itu, di tingkat realitas sosial pernyataan ini menjadi argumen ampuh untuk menomorduakan dan meminggirkan perempuan dari kehidupan yang dianggap memerlukan ‘akal’ lebih banyak.

Rasulullah SAW sebagai utusan Allah sifat-sifat unggulan, di antaranya shidiq (jujur dan dapat dipercaya) dalam ucapannya. Oleh karena itu, sabda Rasulullah SAW di atas dapat ditelaah lebih lanjut dari beberapa aspek.

Pertama, audien yang diajak bicara oleh Rasulullah dalam hadits di atas adalah kelompok perempuan Madinah, yang kebanyakan mereka adalah kelompok Anshar. Mengenai struktur sosiologis masyarakat Anshar ini, Umar bin Khatab menyatakan: “Ketika kami datang kepada orang-orang Anshar, kami dapati mereka adalah kaum yang didominasi oleh isteri-isteri mereka. Maka, istri-isteri kami lalu mengikuti perilaku mereka”.14 Dari keterangan ini dinyatakan bahwa kaum perempuan Mekkah (Muhajirin) sebelum hijrah ke Madinah (Anshar) didominasi oleh suami-suami mereka. Setelah mereka pindah ke Madinah suasana menjadi terbalik. Oleh karena itu, Umar menyampaikan kepada Rasul dan ditanggapi dengan senyum.15

Kondisi kaum perempuan Makkah memang berbeda dengan kaum perempuan Madinah. Siti Aisyah, dalam salah satu hadits, menyatakan bahwa ia mengagumi perempaun Anshar yang suka menuntut ilmu.16

Di samping itu, hadits ini dikemukakan Nabi pada momentum hari raya Ied. Seperti biasa, pada hari raya Ied Nabi memberikan nasihat kepada kaum muslim, termasuk perempuan. Pribadi Nabi yang menghormati perempuan teralu mulia untuk menyampaikan sesuatu yang menyakiti perempuan pada saat hari raya. Dengan melihat konteks itu, akan lebih tepat jika pernyataan Nabi itu dipahami sebagai nasihat untuk kaum perempuan dan sama sekali bukan mencerminkan sikap merendahkan perempuan. Ini diperkuat dengan bunyi hadits yang didahului dengan nasihat agar kaum perempuan banyak bersedekah dan beristighfar agar mereka tidak termasuk kelompok perempuan ahli neraka.

Inilah yang melatarbelakangi sabda Rasulullah SAW kepada mereka. Sabda Rasulullah merupakan rasa kekaguman beliau terhadap perempuan Anshar. Hadits di atas dipahami seakan-akan Rasulullah menyatakan “Hai kuam perempuan, Tuhan telah menganugerahkan

14 Al-Bukhari, jilid 3, Shahih al-Bukhari, (Kairo: al-Sya’b, tth), hal. 36-37.15 Baca Zaitunah Subhan, op.cit., hal. 58-59.16 Dalam Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari bi Syarh al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr, tth.),

jilid 7, hal. 29 disebutkan:

لم األنصZZار نسZZاء النساء نعم عائشة وقالت مستكبر وال مستحي العلم يتعلم الالدين في يتفقهن أن الحياء يمنعهن

6

Page 7: AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

kepada kalian kemampuan untuk meluluhkan hati kaum laki-laki yang kuat perkasa, padahal kalian lemah. Oleh karena itu, bertaqwalah kepada-Nya dan jangan kalian gunakan kemampuan itu kecuali dalam kebaikan”.17

Kedua, kaliamat .ق3ص0ان. 3ع0ق3ل; ن و0الدiين; ال (kurangnya akal dan agama) mengandung banyak interpretasi. Sebab, dalam hadits di atas, letak kekurangan akal perempuan adalah di bidang kesaksian. Adapun kekurangan di bidang apapun tidak akan mengikis kemampuan intelektual dan kesanggupan perempuan untuk menanggung seluruh tanggung jawabnya, misalnya mengasuh anak. Mengapa para pria sejak dulu sampai sekarang mempercayakan kaum perempuan untuk mengasuh anak, belanja, mengatur keuangan, dan lain-lain, jika benar perempuan itu kurang akal? Bila benar, mungkin saja para pria tidak akan menyerahkan kepada kaum perempuan untuk mengasuh anak atau mengatur belanja. Apalagi tanggung jawab pengasuhan dan mengatur urusan rumah tangga merupakan tanggung jawab yang berat.

Jika perempuan itu tidak sempurna dalam kemampuan berfikir, tentu Imam Abu Hanifah, misalnya, tidak akan mengizinkan perempuan untuk menjadi hakim agama. Bahkan, Rasulullah sendiri pun semestinya tidak akan bersabda:

اء; 3ر0 3ح.م0ي .م3 م;ن3 ه0ذ;ه; ال 0ك 3ن ;ص3ف0 د;ي خ.ذ.و3ا نArtinya: Ambillah separuh agama kalian dari Aisyah ini”.

Semua itu terjadi dalam catatan sejarah yang benar-benar terjadi. Sejarah telah membuktikan bahwa orang pertama yang beriman kepada Nabi Muhammad sebagai Nabi dan rasul adalh perempuan, Khadijah. Al-Quran sebagai kitab suci, pertama kali dihimpun oleh seorang perempuan untuk dijaga dan dipelihara, yakni Hafsah bint Umar bin Khatab.

Abdul Halim Muhammad Abu Syuqah memaparkan sebuah penelitian komprehensif yang dilakukan oleh Turman dan Melis tentang perbedaan karakter laki-laki perempuan. Dalam penelitian itu ditemukan bahwa pada saat yang bersamaan diketahui bahwa faktor kelelakian dan keperempuanan itu berkaitan erat dengan faktor-faktor pengetahuan yang didaat melalui pendidikan dan pengajaran, baik di rumah maupun di luar rumah. Pengaruh faktor-faktor tersebut lebih kuat daripada faktor-faktor jasmani. Ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dan faktor sosial memiliki pengaruh sangat kuat dibanding pengaruh faktor jasmani.18

Menurut ahli psikologi, setiap kasus lemah otak yang dibawa ke klinik jiwa biasanya tidak sanggup memusatkan perhatian, gelisah, dan tidak sanggup tinggal tenang. Bahkan, seolah-olah setiap aktovitasnya tanpa dipikir sama sekali, kendatipun gerakan tanpa pikir itu juga terdapat pada mereka yang normal dan cerdas. Di antara sebab psikologis adalah perasaan menyesal yang timbul dari rasa kurang mampu mencapai tingkat yang diinginkan (lack of achievment) karena keterbelakangan atau kelemahan kemampuan akalnya. Kenyatakan psikologis ini ternyata tidak hanya hanya dialami oleh kaum perempuan semata, tetapi juga kaum laki-laki pun demikian.19

Pernyataan kurang akal yang berimplikasi pada kesaksian ini pun sesungguhnya mengandung problem tersendiri. Sebagian besar ulama

17 Abdul Halim Muhammad Abu Syuqah, Tahrir al-Mar`ah fi ‘Ashr al-Risalah, (Kuwait: Dar al-Qalam, 1990), juz 1, hal. 275.

18 Abdul Halim Muhammad Abu Syuqah, op.cit., hal. 290.19 Abdul Aziz al-Qussy, Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/Mental, jilid 2, (Jakarta: Bulan

Bintang, tth.), hal. 76.

7

Page 8: AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

menggeneralisasi kesaksian ini pada semua persoalan. Padahal, jika kita cermati seluruh ayat tentang kesaksian antarmanusia ternyata hanya terdapat 5 (lima) ayat al-Quran pada 4 (empat) topik. Pertama, kesaksian dalam pencatatan utang piutang, yaitu QS. al-Baqarah [2]: 282.20 Kedua, kesaksian mengenai perzinahan, yaitu QS. al-Nisa [4]: 1521

dan QS. al-Nur [24]: 4.22 Ketiga, kesaksian dalam wasiat, yaitu QS. al-Maidah [5]: 106.23 Dan keempat, kesaksian dalam rujuk, yaitu QS. al-Thalaq [65]: 2.24

Jika lebih dicermati, akan tampak bahwa dari kelima ayat tersebut ternyata hanya ada satu ayat yang secara jelas menyebut perbedaan kesaksian laki-laki dan perempuan, yakni tentang pencatatan utang piutang (QS. al-Baqarah [2]: 282). Sementara ayat-ayat yang lainnya

�ه0ا 20 ي0 0اأ bذ;ين0 ي .وا ال ;ذ0ا ء0ام0ن .م3 إ 3ت 0ن 0د0اي 3نU ت ;د0ي ;ل0ى ب لU إ 0ZZ0ج م¹ى أ 0ZZوه. م.س. .ب 3ت اك 0ZZب3 ف. 3ت 0ك 3ي و0ل

.م3 0ك 3ن 0ي ;ب ب 0ات 3ع0د3ل; ك ;ال ب0 و0ال0 ب3 0أ ;ب ي 0ات 0ن3 ك .ب0 أ 3ت 0ك 0م0ا ي bم0ه. ك bه. ع0ل .ب3 الل 3ت 0ك 3ي ;ل; ف0ل .م3ل 3ي ذ;ي و0ل bZZال

3ه; 0ي 3ح0ق� ع0ل bق; ال 0ت 3ي bه0 و0ل bه. الل ب 3خ0س3 و0ال0 ر0 0ب 3ه. ي ,ا م;ن 3ئ ي ;ن3 ش0 0ان0 ف0إ bذ;ي ك 3ه; ال 0ي 3ح0ق� ع0ل ف;يه,ا ال 0ZZس و30 و3 ض0ع;يف,ا أ

0 0ط;يع. ال0 أ ت 0س3 0ن3 ي .م;لb أ ;ل3 ه.و0 ي .م3ل 3ي �ه. ف0ل ;ي 3ع0د3ل; و0ل ;ال ه;د.وا ب 0ش3 ت 3ن; و0اس3 ه;يد0ي م;ن3 ش0 .م3 ;ك ال ;ن3 ر;ج0 إ 0ZZ0م3 ف ا ل 0ZZون. 0ك 3ن; ي 0ي ل ج. ل ر0 .ZZج ان; ف0ر0 0ZZ0ت أ و3ن0 م;مbن3 و0ام3ر0 0ZZض 0ر3 ه0د0اء; م;ن0 ت �ZZ0ن3 الش أ

b0ض;ل ;ح3د0اه.م0ا ت iر0 إ .ذ0ك ;ح3د0اه.م0ا ف0ت ى إ .خ3ر0 ب0 و0ال0 األ33 0أ ه0د0اء. ي ;ذ0ا الش� ا إ 0ZZوا م .ZZم.وا و0ال0 د.ع

0 أ 3ZZ0س ت 0ن3 .وه. أ .ب 3ت 0ك ا ت و3 ص0غ;ير,

0 ا أ ;ير, 0ب ;ل0ى ك ;ه; إ 0ج0ل .م3 أ ;ك 0ق3س0ط. ذ0ل 3د0 أ ن bه; ع; 0ق3و0م. الل ه0اد0ة; و0أ bلش; 0ى ل 0د3ن و0أ b0ال .وا أ اب 0ZZت 0ر3 0ى ت 0د3ن 0الb و0أ .وا أ اب 0ZZت 0ر3 ;الb ت 0ن3 إ ون0 أ .ZZ0ك ة, ت ار0 0ZZج; ة, ت ر0 ;ZZ0ه0ا ح0اض ون د;ير. .ZZم3 ت. 0ك 3ن 0ي 3س0 ب 0ي ف0ل

.م3 3ك 0ي 0اح ع0ل ن 0الb ج. .وه0ا أ .ب 3ت 0ك ه;د.وا ت 0ش3 ;ذ0ا و0أ .م3 إ 0ع3ت 0اي 0ب .ض0ارb و0ال0 ت ;ب ي 0ات ه;يد¯ و0ال0 ك ;ن3 ش0 وا و0إ .ZZ0ف3ع0ل ت bه. ;ن .م3 ف.س.وق¯ ف0إ ;ك bق.وا ب bه0 و0ات .م. الل iم.ك .ع0ل bه. و0ي bه. الل .لi و0الل ;ك ي3ءU ب ;يم ش0 ع0ل .

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah mu`amalahmu itu), kecuali jika mu`amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

;ي 21 ت bين0 و0الال; 3ت 0أ ة0 ي 3ف0اح;ش0 .م3 م;ن3 ال ;ك ائ ;س0 ه;د.وا ن 0ش3 ت 3ه;نb ف0اس3 0ي 0ع0ة, ع0ل ب ر30 .م3 أ 3ك ;ن3 م;ن ف0إ

ه;د.وا .وه.نb ش0 ك م3س;0 .وت; ف;ي ف0أ .ي 3ب bى ال 0و0فbاه.نb ح0ت 0ت 3م0و3ت. ي و3 ال

0 0ج3ع0ل0 أ bه. ي 0ه.نb الل ;يال, ل ب س0 . Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat

orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan yang lain kepadanya.

bذ;ين0 22 م.ون0 و0ال 0ر3 0ات; ي 3م.ح3ص0ن .مb ال 0م3 ث .وا ل 3ت 0أ 0ع0ة; ي ب ر30 ;أ ه0د0اء0 ب د.وه.م3 ش. ;ZZين0 ف0اج3ل; ان 0ZZ0م ث

3د0ة, .وا و0ال0 ج0ل 0ل 0ق3ب 0ه.م3 ت ه0اد0ة, ل 0د,ا ش0 0ب ;ك0 أ 0ئ .ول ق.ون0 ه.م. و0أ 3ف0اس; ال . Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan

mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.

�ه0ا 23 ي0 0اأ bذ;ين0 ي .وا ال ه0اد0ة. ء0ام0ن .م3 ش0 ;ك 3ن 0ي ;ذ0ا ب .م. ح0ض0ر0 إ د0ك 0ZZ0ح و3ت. أ 0ZZ3م bة; ح;ين0 ال ي ;ZZ3و0ص ال

0ان; 3ن .م3 ع0د3لU ذ0و0ا اث 3ك و3 م;ن0 ان; أ .م3 م;ن3 ء0اخ0ر0 3ر;ك ;ن3 غ0ي .م3 إ 3ت 0ن .م3 أ 3ت ب ر3ض; ف;ي ض0ر0

0 .م3 األ3 3ك 0ت ص0اب0 ف0أ

0ة. 3م0و3ت; م.ص;يب 0ه.م0ا ال ون ;س. ب 0ح3 0ع3د; م;ن3 ت ة; ب م0ان; الصbال0 .ق3س; bه; ف0ي ;الل ;ن; ب .م3 إ 3ت 0ب ت 0ر;ي ال0 ار3 ت 0ش3 ;ه; ن ب ,ا 0م0ن 0و3 ث 0ان0 و0ل 0ى ذ0ا ك ب .م. و0ال0 ق.ر3 3ت 0ك ه0اد0ة0 ن bه; ش0 bا الل ;ن ;ذ,ا إ 0م;ن0 إ ;م;ين0 ل ث اآل3 .

“Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan

8

Page 9: AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

tidak ada pernyataan khusus bahwa kesaksian perempuan setengah dari kesaksian laki-laki.

QS. al-Baqarah [2]: 282 ini hanya berkaitan dengan masalah keuangan. Banyak penafsir modern yang simpatik terhadap hak-hak perempuan menyatakan bahwa ayat ini tidak menunjukkan inferioritas perempuan. Perempuan pada masa itu tidak mempunyai pengalaman yang memadai dalam masalah keuangan, dan karena itu dua saksi perempuan dianjurkan oleh al-Quran. Sehingga, jika terjadi kelupaan (karena kurangnya pengalaman), maka salah satu orang dapat mengingatkan yang lain. Karena laki-laki mempunyai pengalaman yang cukup maka pengingat semacam itu tidak perlu bagi mereka.25

Demikian juga diungkapkan oleh Muhammad Asad, “ketentuan bahwa dua perempuan dapat dijadikan pengganti bagi satu saksi laki-laki tidak memberi cerminan apapun mengenai kemampuan moral atau intelektual perempuan. Ini jelas berkaitan dengan fakta bahwa perempuan kurang akrab dengan prosedur-prosedur bisnis dibandingkan laki-laki, dan karena itu lebih mungkin melakukan kesalahan dalam hal ini”.26 Muhammad Abduh, seorang teolog Mesir terkemuka, juga memegang pandangan serupa.27

Ketiga, kata .ق3ص0ان. الدiين; ن (kekurangan agama) adalah suatu hal yang terbatas, yaitu kekurangan shalat dan puasa pada hari-hari haid dan nifas. Dispensasi ini diberikan oleh agama, bahkan diwajibkan. Tidak shalat atau tidak puasa adalah karena ketaatan kepada ajaran agama. Lalu, menghapa hal itu harus dijadikan sebagai alasan kekurangan keberagamaan perempuan? Dr. Hibbat Rauf Izzat menyebut kekurangan ini sebagai nuqshân nau’i, sebagai lawan dari nuqshân al-fithri (kekurangan yang bersifat fitrah). Nuqshân nau’i adalah kekurangan tentatif.28 Kekurangan tersebut adalah kekurangan yang bersifat temporer, tidak sepanjang hidup, melainkan terjadi dalam beberapa waktu yang rekatif pendek. Di samping itu, haid tidak terjadi selama masa hamil dan haid akan berhenti sama sekali pada saat menopause.

Kekurangan ini bukanlah keinginan atau hasil upaya perempuan. Bahkan, perempuan mukminah yang merasa kurang karena terhalang melaksanakan shalat dan puasa, pada saat tersebut dapat menggantinya, misalnya dengan zikir, doa, dan istighfar. Siti Aisyah pernah melaksanakan haji sebagai pengganti kewajiban melakukan

di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu: "(Demi Allah) kami tidak akan menukar sumpah ini dengan harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa".

;ذ0ا 24 0غ3ن0 ف0إ 0ل 0ه.نb ب ج0ل0 .وه.نb أ ك م3س;

0 وفU ف0أ ;م0ع3ر. و3 ب0 وفU ف0ار;ق.وه.نb أ ;م0ع3ر. ه;د.وا ب 3ZZ0ش و0أ

.م3 ع0د3لU ذ0و0ي3 3ك 0ق;يم.وا م;ن ه0اد0ة0 و0أ bه; الشb ;ل .م3 ل ;ك .وع0ظ. ذ0ل ;ه; ي 0ان0 م0ن3 ب .ؤ3م;ن. ك bه; ي ;الل ; ب 0و3م 3ي و0ال خ;ر; bق; و0م0ن3 اآل3 0ت bه0 ي 0ج3ع0ل3 الل 0ه. ي ج,ا ل م0خ3ر0 .

Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.

25 Asghar Ali Engineer, “The Rights of Women in Islam” diterjemahkan oleh Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf, Hak-hak Perempuan dalam Islam, (Yogyakarta: LSPPA, 2000), cet. ke-2, hal.97.

26 Muhammad Assad, “The Message of The Quran” (Gibralter, 1980), hal. 63.27 Al-Manar, jilid 3, hal. 124 sebagaimana dikutip oleh Asghar Ali Engineer, Hak-Hak

Perempuan dalam Islam, hal. 97.28 KH. Husein Muhammad, “Pengatar Kelemahan dan Fitnah Perempuan” dalam Abdul

Moqsith Ghazali, et.al, Tubuh, Seksualitas, dan Kedaulatan Perempuan, (Yogyakarta: LkiS, 2002), hal. xiv.

9

Page 10: AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

jihad, padahal jihad merupakan amalan utama. Ia juga mengganti shalat dan umrah dengan memperbanyak shalat sunat setelah suci dari haid atau nifas. Aisyah berkata: “Ya Rasul, apakah orang-orang pulang dengan memperoleh dua pahala, sedang saya hanya satu pahala”.29

Prof. Abdul Halim yang dikutip oleh Asghar Ali Engineer menolak hadits di atas dengan mengatakan bahwa hadits ini tidak bisa diterima karena tidak masuk akal dan tidak sejalan dengan al-Quran.30

Menurut Husein Muhammad, peminat studi jender dan keislaman, menyatakan bahwa pandangan hadits di atas memberi kesan kuat bahwa agama melakukan pembedaan (distingsi, diskriminasi) antarmanusia. Padahal, ini bertentangan dengan prinsip agama sendiri, al-musâwah bain al-nâs, kesetaraan antar manusia, yang merupakan konsekwensi logis dari prinsip tauhid. 31

Oleh karena secara kodrati akal perempuan tidak dibedakan dengan laki-laki, maka kesaksian, kualitas kesaksian perempuan tidak boleh selalu dipandang lebih rendah dibanding laki-laki. Jika perempuan memiliki kualifikasi ‘akal’ yang tidak diragukan, kesaksiannya tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu, sangat wajar jika Ibn Al-Qayyim menyatakan bahwa kesaksian perempuan seperti Ummu Darda dan Ummu Athiyah lebih kuat daripada kesaksian seorang laki-laki.32

Melihat realitas yang demikian, ‘kurang akal’ dalam matan hadits di atas tidak bisa kita pahami bahwa dari sono-nya perempuan itu ditakdirkan untuk selalu lebih bodoh, tidak kuat ingatan, kurang akurat dalam kesaksiannya, dan sebagainya. ‘Kurang akal’ lebih merupakan dampak yang tidak terhindarkan oleh sebagian besar perempuan karena mereka harus mengikuti sistem sosial dan budaya yang membatasi mereka untuk memaksimalkan potensinya.

KesimpulanDari uraian di atas, terdapat kesimpulan bahwa ternyata hadits

yang menyatakan bahwa kemampuan akal perempuan itu kurang dibanding dengan akal laki-laki itu memiliki derajat hadits yang dibenarkan dengan pendekatan kritik sanad. Hadits itu telah diriwayatkan oleh sejumlah kitab-kitab hadits yang cenderung otoritatif. Meskipun demikian, secara kritik matan, hadits tersebut memiliki sejumlah kelemahan. Di samping bertentangan dengan semangat kesamaan dan kesetaraan yang digaungkan oleh al-Quran, kandungan hadits tersebut bertentangan dengan logika manusia yang wajar dan kenyataan-kenyataan historis yang telah terjadi.

Dengan menelaah terhadap hadits-hadits misoginis bahwa potensi akal perempuan itu kurang dibanding laki-laki, sebagaimana yang dieksplroasi di atas, pengembangan wacana pendidikan perempuan menjadi lebih jernih dan dapat disikapi secara dewasa. Demikian.

29 Bukhari Muslim, Shahih Bukhari Muslim, hal. 6230 Asghar Ali Engineer, op.cit., hal. 112.31 KH. Husein Muhammad, op.cit., hal. xiii.32 Abdul Halim Muhammad Abu Syuqah, op.cit., hal. 280

10

Page 11: AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

DAFTAR PUSATA

Abu Syuqah, Abdul Halim Muhammad, Tahrir al-Mar`ah fi ‘Ashr al-Risalah, Kuwait: Dar al-Qalam, 1990, juz 1.

al-Asqalani, Ibn Hajar, Fath al-Bari bi Syarh al-Bukhari, Beirut: Dar al-Fikr, tth., jilid 7.

Al-Bukhari, jilid 3, Shahih al-Bukhari, Kairo: al-Sya’b, tth.

al-Qussy, Abdul Aziz, Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/Mental, jilid 2, Jakarta: Bulan Bintang, tth.

Departemen Agama, Tafsir al-Quran al-karim, jilid 2, Jakarta: Menara Kudus/Citra Utama, 1996.

Engineer, Asghar Ali, “The Rights of Women in Islam” diterjemahkan oleh Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf, Hak-hak Perempuan dalam Islam, Yogyakarta: LSPPA, 2000, cet. ke-2.

Ghazali, Abdul Moqsith, et.al, Tubuh, Seksualitas, dan Kedaulatan Perempuan, Yogyakarta: LkiS, 2002.

Hamka, Tafsir al-Azhar, jilid 4, Jakarta: Pustaka, 1988.

Ilyas, Hamim, et.al, Perempuan Tertindas?: Kajian Hadits-Hadits ‘Misoginis’, Yogyakarta: PSW IAIN Yogyakarta-The Ford Foundation, 2003, cet. Ke-1.

Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, Jakarta: Hidakarya Agung, 1993.

Masudi, Masdar F. Islam dan Hak-hak Reproduksi Perempuan: Dialog Fiqih Pemberdayaan, Bandung: Mizan, 2000, Edisi revisi.

Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Qawâ’id al-Tahdits min Funûn Mushthalah al-Hadîts, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tth.

Ruth Roded, Kembang Peradaban, terjemahan dari Women in Islamic Biographical, Bandung: Mizan, 1995.

Sadiliy, Hasan, et.al, Ensiklopedi Indonesia, jilid 1, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1990.

Zaitunah Subhan, Tafsir Kebencian: Studi Bias Gender dalam Tafsir Quran, Yogyakarta: LkiS, 1999, cet. Ke-1.

11

Page 12: AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

LAMPIRAN:

86 ص: 1ج: مسلم صحيح الليث أخبرنا المصري المهاجر بن رمح بن محمد حدثنا 79

عن عمر بن الله عبد عن دينار بن الله عبد عن الهاد بن عن النساء معشر يا ثم قال أنه وسلم عليه الله صلى الله رسول

فقالت النار أهل أكثر رأيتكن فإني االستغفار وأكثرن تصدقن قال النار أهل أكثر الله رسول يا ومالنا جزلة منهن امرأة عقل ناقصات من رأيت وما العشير وتكفرن اللعن تكثرن نقصان وما الله رسول يا قالت منكن لب لذي أغلب ودين رجل شهادة تعدل امرأتين فشهادة العقل نقصان أما قال في وتفطر تصلي ما الليالي وتمكث العقل نقصان فهذا

بكر عن وهب بن أخبرنا وحدثنيه الدين نقصان فهذا رمضانمثله اإلسناد بهذا الهاد بن عن مضر بن

116 ص: 1ج: البخاري صحيح جعفر بن محمد أخبرنا قال مريم أبي بن سعيد حدثنا 298

أبي عن الله عبد بن عياض عن أسلم بن هو زيد أخبرني قال وسلم عليه الله صلى الله رسول خرج ثم قال الخدري سعيد

يا فقال النساء على فمر المصلى إلى فطر أو أضحى في وبم فقلن النار أهل أكثر أريتكن فإني تصدقن النساء معشر

من رأيت ما العشير وتكفرن اللعن تكثرن قال الله رسول يا إحداكن من الحازم الرجل للب أذهب ودين عقل ناقصات

شهادة أليس قال الله رسول يا وعقلنا ديننا نقصان وما قلن نقصان فذلك قال بلى قلن الرجل شهادة نصف مثل المرأة

قال بلى قلن تصم ولم تصل لم حاضت إذا أليس عقلها من دينها نقصان من فذلك

531 ص: 2ج: البخاري صحيح قال جعفر بن محمد أخبرنا مريم أبي بن حدثنا 1393

الخدري سعيد أبي عن الله عبد بن عياض عن زيد أخبرني وسلم عليه الله صلى الله رسول خرج ثم عنه الله رضي

الناس فوعظ انصرف ثم المصلى إلى فطر أو أضحى في النساء على فمر تصدقوا الناس أيها فقال بالصدقة وأمرهم

النار أهل أكثر رأيتكن فإني تصدقن النساء معشر يا فقال وتكفرن اللعن تكثرن قال الله رسول يا ذلك وبم فقلن

الرجل للب أذهب ودين عقل ناقصات من رأيت ما العشير إلى صار فلما انصرف ثم النساء معشر يا إحداكن من الحازم

12

Page 13: AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

يا فقيل عليه تستأذن مسعود بن امرأة زينب جاءت منزله بن امرأة فقيل الزيانب أي فقال زينب هذه الله رسول إنك الله نبي يا قالت لها فأذن لها ائذنوا نعم قال مسعود أتصدق أن فأردت لي حلي عندي وكان بالصدقة اليوم أمرت

عليهم به تصدقت من أحق وولده أنه مسعود بن فزعم به زوجك مسعود بن صدق وسلم عليه الله صلى النبي فقال

عليهم به تصدقت من أحق وولدك

101 ص: 2ج: خزيمة ابن صحيح عبد ثنا عبدة بن أحمد نا بكر أبو نا طاهر أبو أنا 1000

أبي عن أبيه عن سهيل غن الدراوردي محمد بن يعني العزيز الناس خطب وسلم عليه الله صلى النبي أن ثم هريرة

فقالت النار أهل أكثر إنكن النساء معشر يا قال ثم فوعظهم وما العشير وكفركن اللعن بكثرة قال ذاك وبم جزلة امرأة وذوي األلباب لذوي أغلب ودين عقل ناقصات من رأيت شهادة قال وديننا عقولنا نقصان ما امرأة قالت منكن الرأي

تمكث الحيضة دينكن ونقصان رجل بشهادة منكن امرأتين تصلي ال األربع أو الثالث إحداكن

54 ص: 13ج: حبان ابن صحيح يحيى بن محمد حدثنا سفيان بن الحسن أخبرنا 5744

كثير أبى بن جعفر بن محمد حدثنا مريم أبى بن حدثنا الذهلي سعيد أبى عن الله عبد بن عياض عن اسلم بن زيد أخبرني في وسلم عليه الله صلى الله رسول خرج ثم قال الخدري فوعظ فقام انصرف ثم فصلى المصلى الى فطر أو اضحى انصرف ثم تصدقوا الناس أيها قال بالصدقة وامرهم الناس

أراكن فإني تصدقن النساء معشر يا فقال النساء عي فمر تكثرون قال الله رسول يا ذلك ولم فقلن النار أهل أكثر

ودين عقل ناقصات من رأيت ما العشير وتكفرن اللعن فقلن النساء معشر يا إحداكن من الحازم الرجل للب اذهب

شهادة أليس قال الله رسول يا وعقلنا ديننا نقصان ما له نقصان فذاك قال بلى قلن الرجل شهادة نصف مثل المرأة بلى قلن تصم ولم تصل لم المرأة حاضت إذا ليست أو عقلها

الله صلى الله رسول انصرف ثم دينها نقصان فذاك قال الله عبد امرأة زينت جاءت منزله الى صار فلما وسلم عليه

زينت هذه الله رسول يا فقيل عليه تستاذن مسعود بن بن الله عبد امرأة قيل الزيانب أي فقال عليك تستاذن

13

Page 14: AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

انك الله نبي يا فقالت لها فأذن لها ائذنوا نعم قال مسعود أتصدق أن فأردت حلي عندي وكان بالصدقة اليوم امرتنا فقال عليهم به تصدقت من أحق وولده أنه مسعود بن فزعم من أحق وولدك زوجك صدق وسلم عليه الله صلى النبي

عليهم به تصدقت

645 ص: 4ج: الصحيحين على المستدرك من بمرو الصيرفي محمد بن بكر أحمد أبو حدثنا 8783

ثنا عقبة بن قبيصة ثنا الفضل بن الصمد عبد ثنا كتابه أصل عبد عن التيمي مهانة بن وائل عن زر عن منصور عن سفيان

صلى الله رسول قال قال عنه الله رضي مسعود بن الله حليكن من ولو تصدقن النساء معشر يا ثم وسلم عليه الله

النساء علية من ليست امرأة فقالت جهنم أهل أكثر فإنكن تكثرن ألنكن قال جهنم أهل أكثر نحن الله رسول يا وبم

ودين عقل ناقصات من رأيت وما العشير وتكفرن اللعن شرط على صحيح حديث هذا منكن الرجل للب أغلب

عن منصور عن جرير رواه وقد يخرجاه ولم الشيخينفيه ألفاظ بزيادة األعمش

158 ص: 1ج: مسلم اإلمام صحيح على المستخرج المسند ثنا ملحان بن إبراهيم بن أحمد ثنا خالد بن بكر أبو حدثنا239 بن الله عبد عن الهاد بن يزيد عن الليث ثنا بكير بن يحيى عليه الله صلى الله رسول عن عمر بن الله عبد عن دينار

االستغفار من وأكثرن تصدقن النساء معشر يا قال أنه وسلم يا لنا ما جزلة منهن امرأة قالت النار أهل أكثر رأيتكن فإني

رأيت ما العشير وتكفرن اللعن من تكثرن قال الله رسول يا قالت منكن اللب لذي أغلب ودين عقل ناقصات من

فشهادة العقل نقصان أما قال نقصان وما الله رسول الليالي وتمكث العقل نقصان فهذا رجل شهادة تعدل امرأتين

رواه الدين نقصان فهذا رمضان في وتفطر تصلي فال ليث عن رمح بن محمد عن مسلم

الحسن بن إسحاق ثنا الصواف بن علي أبو وحدثنا240 يزيد ثنا محمد بن العزيز عبد ثنا محمد بن يعقوب ثنا الحربي

حازم أبي وابن عمر ابن عن دينار بن الله عبد عن الهاد بن أن عمر ابن عن دينار بن الله عبد عن الهاد بن يزيد عن

معشر يا تصدقن قال وسلم عليه الله صلى الله رسول

14

Page 15: AKAL PEREMPUAN PERSPEKTIF HADIS

مسلم رواه ضعيف نحو فذكر االستغفار وأكثرن النساء الهاد بن يزيد عن مضر بن بكر عن وهب ابن عن عن

عبد بن محمد بن أحمد ثنا إسحاق بن محمد حدثناه241 بن بكر ثنا أبي ثنا الحراني خالد بن عمرو بن محمد ثنا السالم

النبي عن عمر ابن عن دينار بن الله عبد عن يزيد عن مضر نحوه وسلم عليه الله صلى

159 ص: 1ج: مسلم اإلمام صحيح على المستخرج المسند وحدثنا ح الله عبد بن إسماعيل ثنا إجازة الله عبد حدثنا242

الله عبد بن إسماعيل ثنا الجارود ابن ثنا حيان بن محمد أبو عن أسلم بن زيد عن جعفر بن محمد أنبأ مريم أبي ابن ثنا

الله صلى النبي خرج قال سعيد أبي عن الله عبد بن عياض انصرف ثم فصلى المصلى أضحى أو فطر في وسلم عليه أبي ابن عن إسحاق بن بكر وأبي الحلواني عن مسلم رواه مريم

15