Post on 15-Apr-2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan primer pada saat ini, apalagi
sebagian besar masyarakat sudah menyadari pentingnya pendidikan dalam
menata masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu setiap negara senantiasa
berusaha memajukan bidang pendi-dikan, disamping bidang yang lain dalam
rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang kompetitif dan berkualitas
serta berusaha mengejar kemajuan negara lain.
Satu dari sekian banyak masalah di era global yang dihadapi Indonesia
saat ini adalah masalah di bidang pendidikan. Masalah yang belum teratasi
pada saat ini terutama masalah yang berhubungan dengan kualitas hasil
pendidikan.1 Adanya kebijakan sertifikasi guru adalah salah satu upaya nyata
Pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru agar guru sebagai aktor
utama dalam pendidikan umumnya dan pembelajaran khususnya dapat
meningkatkan kompetensinya.
Seorang guru penting untuk menciptakan paradigma baru untuk
menghasilkan praktik terbaik dalam proses pembelajaran2. Oleh karena itu,
ketika terjadi perubahan kurikulum dan terjadi pergeseran tuntutan hasil
pendidikan yang berkaitan dengan tuntutan pasar kerja, maka gurulah yang
harus berperan mewujudkan harapan itu. Guru harus selalu mengembangkan
diri, baik yang berkaitan dengan kompe-tensi bidang studi maupun pedagogik,
termasuk penggunaan internet dalam mencari informasi terkini.
Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam
penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian
siswa, membangkitkan keinginan dan kemampuan belajar. Keterampilan
dalam mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya daripada
keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan campuran atau
diinegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, variasi dalam
1 Suyanto. Tantangan profesional guru di era global. UNY. Yogyakarta, 2007, hal. 67-682 Sardiman, A. M. Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Rajawali Press. Jakarta. 2005. hal. 7
1
memberikan penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam
tingkat kognitif.
Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru dapat
menunjukkan adanya perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan
berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa,
siswa-guru dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat proses daripada produk.
B. Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian di atas, timbul beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1. Apakah pengertian dari variasi mengajar?
2. Apakah tujuan dari diadakannya variasi dalam mengajar?
3. Apa saja prinsip-prinsip penggunaan variasi pengajaran?
4. Apa saja komponen-komponen variasi mengajar?
5. Bagaimana proses pelaksanaan belajar mengajar yang efektif di sekolah
dasar?
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pengembangan
variasi mengajar guru di sekolah dasar.
D. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai pada penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Mencoba meningkatkan profesionalisme guru sekolah dasar dalam
melaksanakan tugasnya.
2. Memberikan gambaran kepada mahasiswa khususnya calon pendidik
(guru) dalam menerapkan variasi mengajar, guna menghindari kejenuhan
siswa dalam belajar.
BAB II
2
PEMBAHASAN
A. Tujuan Variasi Belajar Mengajar
Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa,
motivasi dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi dimaksud adalah :
1. Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap Relevansi
Proses Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa terhadap materi
pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Sedikitpun tidak diharapkan
adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru,
karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti akan bahan yang
diberikan guru.
Dalam jumlah siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk
mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang
diberikan. Berbagai faktor memang mempengaruhi. Misalnya faktor
penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi diluar kelas yang
dirasakan siswa lebih menarik daripada materi pelajaran yang diberikan
guru, siswa yang kurang menyenangi materi yang diberikan guru3.
Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar
mengajar, karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi
pelajaran yang guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai
penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas.
Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya
perubahan di dalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak
bisa dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.
Karena itu, guru memperhatikan variasi mengajarnya, apakah sudah dapat
meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang
dijelaskan atau belum.3 Tjipto Utomo dan Kees Ruijter. Peningkatan dan pengembangan pendidikan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2004, hal. 145
3
2. Memberikan Kesempatan Kemungkinan Berfungsinyanya Motivasi
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa
tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di
dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan
melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu, guru selalu memperhatikan
masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak di dalam diri
setiap siswa selama pelajaran berlangsung.
Dalam proses belajr mengajr di kelas, tidak setiap siswa mempunyai
motivasi yang sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh
jadi seorang siswa menyenanginya, tetapi bahan yang lain boleh jadi siswa
tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalh bagi guru dalam
setiap kali mengadakan pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada masalah
motivasi. Guru selalu ingin memberikan motivasi terhadap siswanya yang
kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan.
Bagi siswa yang sering memperhatikan materi pelajran yang diberikan,
bukanlah masalah bagi guiru. Karena di dalam diri siswa tersebut sudah
ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya
dengan kesadarannya sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin
tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai
gangguan yang ada disekitarnya kurang dapat mempengaruhinya agar
memecahkan perhatiannya4.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka
motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak
diperlukan. Disini peranan guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi
motivasi, yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk
berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan
motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.
3. Membentuk Sikap Positif terhadap Guru dan Sekolah
4 Depdiknas. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Depdiknas. Jakarta. 2005, hal. 7
4
Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa di kelas ada
siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. Sikap negative
ini tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi juga pada siswi. Konsekuensinya
bidang studi yang dipegang oleh guru tersebut juga menjadi tidak
disenangi. Acuh tak acuh sering ditunjukkan lewat sikap dan perbuatan
ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran di kelas.
Metode mengajar yang dipergunakan itu-itu saja. Misalnya hanya
menggunakan metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas
mengajar di kelas. Tidak pernah terlihat menggunakan metode yang lain.
Misalnya metode diskusi, resitasi, Tanya jawab, problem solving atau
cerita.
Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan
pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan
oleh guru. Siswa selalu ingin dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang
sehari di sekolah tidak jarang dipertanyakan. Siswa merasa rindu untuk
selalu dekat di sisi guru. Guru seperti itu biasanya karena gaya
mengajarnya dan pendekatannya yang sesuai dengan psikologis siswa.
Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa. Di
sela-sela penjelasan selalu diselingi humor dengan pendekatan yang
edukatif, jauh dari sikap permusuhan.
B. Variasi Gaya Belajar Mengajar
1. Pengertian Variasi Gaya Belajar Mengajar
Ada beberapa pendapat berkenaan dengan Variasi gaya belajar
mengajar meliputi:
a. Menurut Uzer, variasi adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses
interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan
murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar. Murid senantiasa
menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi5
5 Usman, Mohd. Uzer, Menjadi Guru Profesional (Edisi kedua), PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. 2008, hal. 88
5
b. Menurut Abu Ahmadi, gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan
perbuatan guru dalam melaksanakan proses pengajaran6.
c. Menurut Abdul Qadir Munsyi, gaya mengajar adalah gaya yang
dilakukan guru pada saat mengajar di muka kelas7.
d. Menurut Syahminan Zaini, gaya mengajar adalah gaya atau tindak-
tanduk guru sebagai pernyataan kepribadiannya dalam menyampaikan
bahan pelajarannya kepada siswa8.
Dari definisi di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya
mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru
dalam kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan
siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap
pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme,
keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas.
Anak tidak bisa dipaksakan untuk terus menerus memusatkan
perhatiannya dalam mengikuti pelajarannya, apalagi jika guru saat
mengajar tanpa menggunakan variasi alias monoton yang membuat siswa
kurang perhatian, mengantuk, dan bosan. Untuk mengatasi kebosanan
siswa tersebut perlu adanya variasi, dalam keterampilan mengadakan
variasi dalam proses belajar mengajar ada tiga aspek, yaitu : 1) Variasi
gaya mengajar, 2) Variasi dalam menggunakan media, 3) Variasi dalam
interaksi antara guru dengan siswa9.
2. Tujuan Variasi Gaya Belajar Mengajar :
a. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevensi
terhadap proses belajar mengajar
Dalam proses belajar mengajar, perhatian siswa terhadap
materi pelajaran yang diberikan guru merupakan masalah yang sangat
penting, karena dengan perhatian tersebut akan mendukung
6 Abu. Ahmadi H. Psikologi Sosial. PT. Rineka Cipta, Jakarta. 1991, hal. 997 Abdul Qadir Munsyi. Definisi Gaya Mengajar. Rosda Karya, Bandung, 1995, hal. 748 Zaini. Drs. Syahminan, Mengenal Manusia Lewat Al Qur’an. PT. Bina Ilmu. Surabaya. 1984, hal. 239 Nurhasnawati, Strategi Pembelajaran Mikro, Fakultas Tarbiyah. Pekanbaru, 2004, hal. 46
6
tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan tersebut
akan tercapai bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi
yang diberikan dalam suatu pertemuan di kelas.
Dalam jumlah siswa yang banyak, biasanya sulit atau sukar
untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi yang
diberikan. Memang ada banyak faktor yang mempengaruhinya,
misalnya ; faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran,
faktor gaya guru dalam mengajar yang tanpa ada variasinya, dan lain
sebagainya. Jadi, masalah perhatian siswa terhadap pelajaran tidak bisa
dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.
Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan variasi gaya
mengajarnya, apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara
perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.
b. Memberi kesempatan
Memberi kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi
dalam belajar, motivasi memegang peranan yang sangat penting,
karena tanpa motivasi seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan
belajar. Motivasi ada 2, yaitu : motivasi intrinsik (dari dirinya sendiri)
dan motivasi ekstrinsik (dari luar dirinya sendiri)10.
Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak setiap siswa di
dalam dirinya ada motivasi intrinsik yakni kesadarannya sendiri untuk
memperhatikan penjelasan guru, rasa ingin tahu lebih banyak terhadap
materi yang diberikan guru. Dalam pertemuan dikelas ada juga siswa
yang tidak ada motivasi dalam dirinya (Intrinsik), masalah inilah yang
sering dihadapi guru. Guru selalu dihadapkan masalah motivasi yakni
motivasi ekstrinsik, yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak
diperlukan. Jadi siswa yang tidak ada motivasi didalam dirinya
(instrinsik) memerlukan motivasi ekstrinsik untuk me;lakukan kegiatan
belajar. Disinilah peranan guru lebih dituntut untuk memerankan
motivasi, yaitu motivasi sebagai alat mendorong siswa untuk berbuat,
10 Hamalik, O, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru, 1992, hal. 132
7
sebagai alat untuk menentukan arah dan sebagai alat untuk menyeleksi
kegiatan.
c. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah
Tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan yang ada di kelas yakni
adanya siswa atau siswi yang kurang senang terhadap dirinya. Sikap
negatif ini bisa jadi disebabkan gaya guru mengajar yang kurang
bervariasi, gaya mengajar guru tidak sejalan dengan gaya belajar
siswa. Konsekwensinya bidang studi yang dipegang guru tersebut
menjadi tidak disenangi. Mungkin bisa ditunjukkan dari sikap acuh tak
acuh siswa ketika guru tersebut sedang menjelaskan materi pelajaran di
kelas. Ketika mengajar, guru selalu duduk dengan santai dikelas tanpa
memperdulikan tingkah laku siswa atau ank didiknya. Ini adalah jalan
pengajaran yang sangat membosankan. Dalam hal ini guru gagal
menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreatifitas dan
kegairahan belajar siswa. Guru yang bijaksana adalah guru yang
pandai menempatkan diri dan mengambil hati siswanya. Dengan sikap
ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Variasi gaya mengajarnya
mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa.
3. Manfaat Variasi Gaya Mengajar
Mengajar menuntut guru untuk bekerja demi keberhasilan anak
didiknya, sehingga kemajuan murid menjadi titik perhatian guru.
Rasulullah SAW. menerapkan pengajaran yang sangat memperhatikan
perkembangan siswa (sahabat)nya, agar mereka tidak merasa jemu dalam
belajar, tersirat dalam hadits :
Artinya : Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud berkata : Nabi SAW. berselang-seling dalam memberikan pelajaran agar terhindar dari kebosanan. (H.R. Bukhari)11.
11 Zainal Abidin S, Ibnu Mas'ud. Fiqh Madzhab Syafi'i Edisi Lengkap Mu'amalah, Munakahat, Jinayah. PT. Pustaka Setia, Bandung. 2004, hal. 222
8
C. Prinsip Penggunaan Variasi
Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian
guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif
dan kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif.
Salah satu upaya kearah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa
prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan
dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam menggunakan keterampilan
variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan. Disamping itu juga harus
ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi, terutama
penggunaan variasi gaya mengajar, dalam bervariasi harus disesuaikan
dengan materi pelajaran yang akan disampaikan agar menarik siswa untuk
memperhatikan atau mendengarkan penjelasan guru.
2. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga
tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak menganggu proses belajar
mengajar.
3. Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana
pelajaran.
4. Jadi penggunaan variasi ini harus benar-benar berstruktur dan
direncanakan. Karena variasi ini memerlukan keluwesan, spontan sesuai
dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Umpan balik ini ada dua
yaitu Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan
keterlibatan siswa dan Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan
pelajaran12.
D. Komponen-Komponen Variasi Gaya Belajar Mengajar
Dalam mengajar hendaknya menggunakan berbagai macam variasi gaya.
Dengan variasi gaya tersebut, akan menjadikan siswa merasa tertarik terhadap
12 Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain; Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rhineka Cipta, Cetakan ke tiga , Agustus 2006, Jakarta, hal. 89
9
penampilan mengajar guru. Variasi gaya mengajar guru ini meliputi
komponen-komponen sebagai berikut :
1. Variasi Suara
Variasi suara dalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan
tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat. Suara guru pada saat
menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi,
volume, nada dan kecepatan. Jika suara guru senantiasa keras terus atau
terlalu keras, justru akan sulit diterima, karena siswa menganggap gurunya
seorang yang kejam, bila sudah begitu siswa diliputi oleh rasa cemas,
ketakutan selama belajar. Masalah seperti ini yang harus dihindari bahkan
ditiadakan. Tapi kalau suara guru terlalu lemah (biasanya guru wanita)
akan terdengar tidak jelas oleh siswa dan tidak bisa menjangkau seluruh
siswa di kelas, apalagi yang duduknya dideretan belakang. Bila sudah
begitu siswa akan meremehkan gurunya, perhatian siswa terhadap materi
yang diberikan itupun kurang. Untuk itu guru menggunakan variasi suara
yang disesuaikan ndengan situasi dan kondisi. Jadi suara guru senantiasa
berganti-ganti, kadang meninggi, kadang cepat, kadang lambat, kadang
rendah (pelan). Variasi suara bisa mempengaruhi informasi yang sangat
biasa sekalipun, gunakanlah bisikan atau tekanan suara untuk hal-hal
penting, gunakan kalimat pendek yang cepat untuk menimbulkan
semangat.
2. Pemusatan Perhatian
Perhatian menurut Djamarah adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,
jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau
sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka
siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang diajarinya, jika
materi yang disampaikan oleh guru iru tidak menjadi perhatian siswa,
maka bisa menimbulkan kebosanan, sehingga tidak lagi suka belajar.
Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau
10
aspek kunci, guru dapat menggunakan atau memberikan peringatan
dengan bentuk kata-kata. Misalnya : “Perhatikan baik-baik”, “Jangan lupa
ini dicatat dengan sungguh-sungguh” dan sebagainya13.
Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi
dalam jumlah siswa yang banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya
prinsip-prinsip yakni :
a. Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru,
jenis rangsangan baru yang dapat menarik perhatian termasuk warna
dan bentuk. Dalam pelajaran, seorang guru dapat menarik perhatian
tentang kata-kata penting pada suatu bacaan dengan memberi warna
merah atau digaris bawahi.
b. Perhatian seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap
rumit. Bagi guru yang harus diingat adalah suatu pelajaran tidak boleh
tampak terlalu rumit dan guru tidak boleh mempersulit pelajaran yang
sederhana dikarenakan semata-mata untuk menarik perhatian siswa.
c. Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya,
yaitu hal-hal yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk
menimbulkan minat tersebut ada dua cara yakni dari diri sendiri dan
dari luar dirinya. Dari luar bisa saja lingkungan, orang tua dan guru.
Disini gurulah yang berhak menimbulkan atau membangkitkan minat
belajar siswa baik dirumah maupun dikelas14.
Dari ketiga prinsip ini guru harus mengetahui banyak tentang
siswanya agar bisa mengarahkan perhatian siswa terhadap materi
pelajaran, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi guru dalam
memusatkan perhatian siswa bisa dengan memberikan kata-kata seperti :
“coba perhatikan ini baik-baik”, karena materinya agak sulit dan
sebagainya.
3. Kesenyapan atau kebisuan guru (Teaching Silence)
13 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Eduktif, PT.Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 7714 Kunandar, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi guru), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2007, hal 113
11
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak
guru ditengah-tengah menerangkan sesuatu. Adanya kesenyapan tersebut
merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Dengan keadaan
senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian
siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula setelah
guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila
diberi waktu untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa
mengingat kembali informasi-informasi yang mungkin ia hafal, sehingga
bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tepat.
Pemberian waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya
agar menjadi lengkap. Tapi jika seorang guru tidak memberikan
kesenyapan atau waktu kepada siswa untuk berfikir dalam menjawab
pertanyaannya siswa akan menjawab dengan asal alias asal bicara,
sehingga jawabannya kurang tepat dengan pertanyaan. Untuk itu
seyogyanya guru memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk
memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diajukannya supaya
jawabannya sempurna dan tepat.
4. Kontak pandang
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, jangan sampai guru
menunduk terus atau melihat langit-langit dan tidak berani mengadakan
kontak mata dengan para siswanya dan jangan sampai pula guru hanya
mengadakan kontak pandang dengan satu siswa secara terus menerus
tanpa memperhatikan siswa yang lain. sebaliknya bila guru berbicara atau
menerangkan hendaknya mengarahkan pandangannya keseluruh kelas atau
siswa, sebab menatap atau memandang mata setiap anak disik atau siswa
bisa membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya
kepribadian. Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi,
sesungguhnya merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena
menunjukkan saling perhatian diantara mereka.
12
Hal-hal yang harus dihindari guru selama presentasinya didepan
kelas :
a. Melihat keluar ruang
b. Melihat kearah langit-langit
c. Melihat kearah lantai
d. Melihat hanya pada siswa tertentu atas kelompok siswa saja
e. Melihat dan menghadap kepapan tulis saat menjelaskan kecuali sambil
menunjukkan sesuatu.
Hal-hal di atas bertujuan supaya bisa mengendalikan situasi kelas
dengan baik. Jadi dalam kontak pandang hendaknya guru berusaha seintim
mungkin agar siswa merasa diperhatikan dan dihargai, kontak mata yang
sering dilakukan, akan membangun dan membina jalinan tingkat tinggi,
yaitu mengetahui psikologi anak atau siswa dan mengetahui seberapa
banyak pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Untuk
itu, pandanglah siswa-siswa anda secara merata tapi jangan berlebihan,
gunanya pandangan mata, seorang guru adalah untuk menarik perhatian
dan minat belajar siswa.
5. Perpindahan Posisi Guru
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam
menarik perhatian anak didik, dapat pula meningkatkan kepribadian guru
dan hendaklah selalu diingat oleh guru, bahwa perpindahan posisi itu
jangan dilakukan secara berlebihan. Bila dilakukan berlebihan guru akan
kelihatan terburu-buru, lakukan saja secara wajar agar siswa bias
memperhatikan. Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian
belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau diantara anak didik dari belakang
kesamping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri
kemudian berubah menjadi posisi duduk dan diam di tempat lalu berjalan-
jalan mengelilingi siswa dan sebagainya. Yang penting dalam perubahan
posisi itu harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir dan
13
seorang guru janganlah melakukan kegiatan mengajar dengan satu posisi,
misalnya saja saat menerangkan guru hanya berdiri didepan kelas saja atau
duduk dikursi saja, tanpa ada pergantian atau variasi ini bisa menimbulkan
kebosanan siswa.
Guru melakukan pergantian posisi, sebaiknya jangan kaku atau
kikuk, lakukan saja secara bebas dan wajar bisa menarik perhatian siswa,
jika guru kaku dalam bergerak ini bisa menjemukan siswa. Dan bila
variasi dilakukan secara berlebihan itu juga bisa mengganggu perhatian
siswa atau konsentrasi siswa terhadap pelajaran.Maka dari itu gunakanlah
variasi posisi ini secara wajar dan sesuaikan dengan tujuan, tidak sekedar
mondar-mandir.
6. Model-Model Belajar
Dalam melaksanakan variasi gaya mengajar, guru hendaknya
memperhatikan dan memahami gaya atau model-model belajar siswanya,
supaya siswa termotivasi, bersemangat dan berminat dalam belajar.
Adapun model-model belajar ada tiga macam, yaitu15 :
a. Visual
Bagi pelajar visual, belajar yang efektif adalah dengan
menggunakan "gambaran keseluruhan" (melakukan tinjauan umum),
yakni dengan membaca bahan pelajaran secara sekilas. Cirri-ciri
pelajar visual :
1) Teratur, memperhatikan segala sesuatu
2) Mengingat dengan gambar, grafik dan warna untuk meningkatkan
memorinya
Dari ciri-ciri diatas, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam
menyajikan bahan pelajaran, guru harus bisa menggunakan gambar,
warna, untuk menumbuhkan minat belajar siswa dan meningkatkan
memori siswa terhadap bahan tersebut. Gaya mengajar guru yang
15 Udin, Wina Putra, M.A, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004, hal. 89
14
mudah mempengaruhi siswa ini adalah kontak pandang, perpindahan
posisi dan eksperimen wajah.
b. Auditorial
Bagi pelajar auditorial, belajar yang efektif adalah dengan
mendengar. Untuk itu guru disaat menerangkan dituntut untuk
menggunakan variasi, pemusatan, perhatian dan kesenyapan
memudahkan dan meningkatkan perhatian siswa dalam belajar. Ciri-
ciri siswa auditorial adalah :
1) Perhatiannya mudah terpecah
2) Berbicara dengan pola berirama
3) Belajar dengan cara mendengar
4) Berdialog secara internal dan eksternal
c. Kinestetik
Bagi pelajar kinestetik, belejar yang efektif adalah dengan
melibatkan diri langsung dengan aktifitasnya, jadi merekacenderung
pada eksperimen (gerak). Ciri-ciri siswa kinestetik adalah :
1) Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca
2) Mengingat sambil melihat langsung
Di sini guru dianjurkan melibatkan siswa saat proses belajar
mengajar berlangsung, menggunakan metode eksperimen, bahasa
tubuh guru hendaknya bervariasi, supaya menarik perhatian siswa dan
mempermudah pemahaman siswa terhadap materi tersebut
15
16
BAB III
KESIMPULAN
Variasi mengajar sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar .
Komponen-komponen variasi mengajar seperti variasi gaya mengajar, variasi
media, dan bahan ajaran dan variasi interaksi, mutlak dikuasi oleh guru untuk
menggairahkan belajar anak didik dalam waktu relatif lama dalam suatu
pertemuan kelas.
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan
meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam
menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara
guru dan siswa. Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam
penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa,
membangkitkan keinginan dan kemampuan belajar. Keterampilan dalam
mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya daripada keterampilan lainnya,
karena merupakan keterampilan campuran atau diinegrasikan dengan
keterampilan yang lain. Misalnya, cariasi dalam memberikan penguatan, variasi
dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.
Tecapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai
penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas.
Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan
di dalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bias
dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.
Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai
mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru.
Siswa selalu ingin dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang sehari di sekolah
tidak jarang dipertanyakan. Siswa merasa rindu untuk selalu dekat di sisi guru.
Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajarnya dan pendekatannya yang
sesuai dengan psikologis siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi
dengan gaya belajar siswa. Di sela-sela penjelasan selalu diselingi humor dengan
pendekatan yang edukatif, jauh dari sikap permusuhan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qadir Munsyi. (1995). Definisi Gaya Mengajar. Bandung. Rosda Karya
Abu. Ahmadi H. 1991. Psikologi Sosial. Rineka Cipta
Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Drs Syaiful Bahri Djamara dan Drs Aswan Zain; Strategi Belajar Mengajar, :Penerbit Rhineka Cipta, Cetakan ke tiga , Agustus 2006, Jakarta
Hamalik, O, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru, 1992
Kunandar, 2007, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi guru), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nurhasnawati, 2004. Strategi Pembelajaran Mikro, Pekanbaru: Fakultas Tarbiyah.
Sardiman, A. M. (2004). Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta: Rajawali.
Suyanto. (2007). Tantangan profesional guru di era global. UNY. Yogyakarta.
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Eduktif, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2000
Udin, Wina Putra, M.A, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004
Usman, Mohd. Uzer, 2008. Menjadi Guru Profesional (Edisi kedua), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Zainal Abidin S, Ibnu Mas'ud. 2000 Fiqh Madzhab Syafi'i Edisi Lengkap Mu'amalah, Munakahat, Jinayah. Bandung: PT. Pustaka Setia
Zaini. Drs. Syahminan, 1984. Mengenal Manusia Lewat Al Qur’an. Surabaya : PT. Bina Ilmu.
18