Post on 02-Aug-2015
Bidang IlmuILMU PENDIDIKAN
USUL PENELITIANDOSEN MUDA
PEMETAAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN BUTA AKSARA PADA MASYARAKAT TERMARJINAL
DI KECAMATAN ENTIKONG KABUPATEN SANGGAU
Oleh:AHMAD ARIF MA’SUM, M.Pd
JAMALI, S.Sos
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP MELAWI-ENTIKONG2012
Halaman Pengesahan
1. Judul Penelitian : Pemetaan tingkat Pendidikan dan buta aksara pada masyarakat termarjinal di Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau.
2. Bidang Penelitian : Ilmu Pendidikan
3. Ketua Peneliti
1. Nama : Ahmad Arif Ma’sum, M.Pd2. N I D N/NIK : 3. Tempat / Tgl Lahir : Yogyakarta, 7 Oktober 19824. Agama : Islam5. Alamat Rumah : Jalan Temenggung Gergaji, Balai Karangan III 6. Telpon : 0812153166006. Pangkat/Golongan : -7. Jabatan Fungsional: Dosen
4. Jumlah Anggota Peneliti : 1 oranga. Nama Anggota I : Jamali,S.Sos
5. Lokasi Penelitian : Kecamatan Entikong6. Jumlah biaya yang diusulkan: Rp. 2.500.000.-
Entikong, 30 Juni 2012
Ketua Ketua Peneliti,
Lembaga Penelitian STKIP
Ahmad Arif Ma’sum, M.Pd -------------------- ------------------------------
Menyetujui,
Ketua STKIP Melawi
Dr. Clarry Sada, M.Pd
-----------------------------------
2
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar dan usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Tingkat pendidikan
akan mempengaruhi kesejahteraan suatu masyarakat, dengan melihat
tingkat pendidikan maka akan dapat memprediksi pengembangan
pendidikan selanjutnya pada tataran tingkat yang lebih rendah agar
pemerataan pendidikan yang lebih baik dapat terlaksana. Kemampuan
membaca merupakan suatu sarana pembuka wawasan baik secara formal
maupun nonformal. Tingkat pendidikan dan buta aksara pada masyarakat
merupakan indikator kemajuan suatu daerah dalam rangka peningkatan
kesejahteraan. Hal inilah yang mendasari dilakukannya penelitian dengan
judul ” PEMETAAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN BUTA AKSARA
KECAMATAN ENTIKONG KABUPATEN SANGGAU”. Pendekatan
penelitian berbasis GIS didasari kepada penyampaian informasi yang
mudah di akses secara langsung mengenai ruang dan lokasi penyebaran
masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan dan buta aksara.
B. Identifikasi Masalah
Masalah keterbelakangan pendidikan dan buta aksara di
Kabupaten Sanggau di sebabkan oleh beberapa faktor masalah lain,
antara lain (1) masalah minim sarana dan prasarana pendidikan, (2)
Keterbatasan infrastuktur jalan, kendaraan, listrik dan lain-lain, (3) Letak
geografis lingkungan Sungai yang menyulitkan akses ke lingkungan
sekolah di perkotaan.
Untuk memudahkan pengembangan daerah Entikong dalam
meningkatkan kecerdasan dan pendidikan daerah yang memiliki masalah-
masalah serta keterbatasan seperti di atas, maka diperlukan
inventarisasi dan pemetaan tingkat pendidikan dan buta aksara, yang
3
sangat membantu para pengambil keputusan di daerah dalam rangka
mengembangkan pendidikan di kabupaten Sanggau khususnya di
Kecamatan Entikong .
Pentingnya penelitian ini dilakukan salah satunya disebabkan
karena pengambil kebijakan mengalami kesulitan dalam peningkatkan
mutu pendidikan di kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau disebabkan
minimnya data tingkat pendidikan dan buta aksara berdasarkan Letak
geografis dan posisi koordinat daerah tempat hunian penduduk. Oleh
karena itu, diperlukan data akurat berdasarkan zona wilayah kecamatan
dan desa. Dengan Sistim informasi geografis mengenai tingkat pendidikan
dan buta aksara, maka efektivitas pembangunan pendidikan di
Kecamatan Entikong dapat tercapai dengan mudah dan efisien.
C. Pendekatan dan Konsep Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survei ke lapangan.
Penelitian yang menggunakan metode survei digolongkan ke dalam
pendekatan penelitian kuantitatif. Menurut Ronny Kountur (2005), penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang datanya adalah data kuantitatif, yaitu data
yang dapat diukur sehingga pengolahan dan pengujiannya menggunakan
perhitungan statistik.
D. Hipotesis dan Ruang Lingkup
Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah dengan
dilakukannya pemetaan tingkat pendidikan dan buta aksara berbasis
Letak Geografis, maka akan diperoleh zonasi tinggi rendah tingkat
pendidikan dan jumlah masyarakat buta aksara di desa-desa Kecamatan
Entikong.
Sementara itu, ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan
adalah:
1. Tingkat pendidikan yang di bagi berdasarkan status pendidikan
terakhir yang meliputi tamatan SD/sederajat, SLTP/sederajat,
4
SLTA/sederajat, Diploma 1, Diploma 2, Diploma 3, Sarjana S1,
Sarjana S2 dan Sarjana S3
2. Masyarakat buta aksara yang dibagi berdasarkan satuan rentangan
umur 10 – 20 tahun, 21 – 30 tahun, 31 – 40 tahun, 40 – 50 tahun, dan
> 50 tahun untuk melihat tingkat produktifitasnya.
3. Wilayah yang dipetakan berdasarkan satuan desa dari Kecamatan
Entikong.
E. Tujuan dan Kontribusi Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah :
1. Menginventarisasi tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan
Entikong
2. Menginventarisasi masyarakat yang buta aksara di Kecamatan
Entikong
3. Memetakan informasi tingkat pendidikan berdasarkan ruang (luas
kecamatan) di Kecamatan Entikong
4. Memetakan informasi tingkat buta aksara berdasarkan ruang (luas
kecamatan) di Kecamatan Entikong
Penelitian ini memiliki manfaat dan kegunaan, antara lain:
1. Sebagai pusat informasi data base tingkat pendidikan masyarakat
2. Sebagai pusat informasi data base tingkat masyarakat yang buta
aksara
3. Sebagai pusat informasi ruang penyebaran tingkat pendidikan
masyarakat
4. Sebagai pusat informasi ruang penyebaran tingkat masyarakat buta
aksara.
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai dan kemampuan yang dikembangkan (UU RI No. 20 Tahun 2003
Bab I, Pasal I ayat 8), jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non
formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Jenjang pendidikan formal terdiri atas jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk
memasuki pendidikan dasar diselenggarakan kelompok belajar yang
disebut pendidikan prasekolah. Pendidikan prasekolah belum termasuk
jenjang pendidikan formal, tetapi baru merupakan kelompok sepermainan
yang menjembatani anak antara kehidupannya dalam keluarga dengan
sekolah
Pembangunan pendidikan di Provinsi Kalimantan Barat masih
dihadapkan pada persoalan akses dan mutu pendidikan. Permasalahan
yang terjadi pada pendidikan Provinsi Kalimantan Barat yaitu masih
tingginya angka putus sekolah (drop out) di semua jenjang pendidikan di
Provinsi Kalimantan Barat, kurangnya tenaga guru dan rendahnya tingkat
kesejahteraan guru, kurangnya sarana dan prasarana pendidikan di
Provinsi Kalimantan Barat dan anggaran pendidikan yang sangat kecil.
Dari keempat permasalahan tersebut sangat berpengaruh tehadap
kemajuan pendidikan di Provinsi Kalimantan Barat, salah satunya
renndahnya mutu pendidikan dan semakin banyaknya anak-anak yang
tidak mengenyam pendidikan.
Dari data statistik secara umum tingkat Pendidikan di Kalimantan
Barat yang mencapai jenjang pendidikan tinggi sekitar 8 %, tingkat
pendidikan Menengah dan Dasar rata-rata kurang dari 70 %, sehingga di
wilayah ini masih terdapat masyarakat yang buta aksara lebih dari 10 %.
Untuk mendapatkan data yang lebih akurat berkenaan dengan luas
6
wilayah di tiap dusun dan desa diperlukan penelitian yang lebih seksama
yang mencerminkan posisi dusun dan Desa serta jumlah tingkatan
pendidikan penduduk diperlukan pendataan yang berbasis Letak
Geografis. Maka tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan daerah
dengan efektif dapat segera diselesaikan.
B. Buta Aksara
Melek aksara (juga disebut dengan melek huruf) adalah
kemampuan membaca dan menulis. Lawan katanya adalah buta huruf
dimana ketidak mampuan membaca ini masih menjadi masalah terutama
di negara-negara Asia selatan, arab, dan Afrika utara (40% sampai 50%).
Asia timur dan Amerika selatan memiliki tingkat buta huruf sekitar 10%
sampai 15%. Biasanya, tingkat melek aksara dihitung dari persentase
populasi dewasa yang bisa menulis dan membaca.
Melek aksara juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan bahasa dan menggunakannya untuk mengerti sebuah
bacaan, mendengarkan perkataan, mengungkapkannya dalam bentuk
tulisan, dan berbicara. Dalam perkembangan moderen kata ini lalu
diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat
yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa
seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu
baca-tulis, sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat tersebut.
Sementara itu, organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan
Kebudayaan (UNESCO) memiliki definisi sebagai berikut: Melek aksara
adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengerti, menerjemahkan,
membuat, mengkomunikasikan dan mengolah isi dari rangkaian teks yang
terdapat pada bahan-bahan cetak dan tulisan yang berkaitan dengan
berbagai situasi.
Kemampuan baca-tulis dianggap penting karena melibatkan
pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut
dapat mencapai tujuannya, dimana hal ini berkaitan langsung bagaimana
7
seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan
berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas. Banyak analis
kebijakan menganggap angka melek aksara adalah tolak ukur penting
dalam mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia di suatu
daerah. Hal ini didasarkan pada pemikiran yang berdalih bahwa melatih
orang yang mampu baca-tulis jauh lebih murah daripada melatih orang
yang buta aksara, dan umumnya orang-orang yang mampu baca-tulis
memiliki status sosial ekonomi, kesehatan, dan prospek meraih peluang
kerja yang lebih baik. Argumentasi para analis kebijakan ini juga
menganggap kemampuan baca-tulis juga berarti peningkatan peluang
kerja dan akses yang lebih luas pada pendidikan yang lebih tinggi
(Anonim, 2007).
C. Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis merupakan suatu teknologi baru yang
pada saat ini menjadi alat bantu (tools) yang sangat esensial dalam
menyimpan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan kembali
kondisi-kondisi alam dengan bantuan atribut dan spasial (Prahasta, 2001).
Bakosurtanal (2004), menjabarkan SIG sebagai komponen yang
terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi
dan personil yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki,
memanipulasi semua bentuk informasi. Namun dalam defenisi yang lebih
sederhana dikatakan bahwa SIG adalah sistem komputer yang mampu
menangani dan menggunakan data yang menjelaskan tempat pada muka
bumi.
Sistem Informasi Geografis kadangkala dianggap sama dengan
system informasi lainnya seperti Computer Aided Deseign (CAD).
Komputer kartografi pengelolahan basisdata (database management) dan
penginderaan jarak jauh. Lebih dari itu SIG memiliki kelebihan
dibandingkan dengan sistem lainnya. CAD adalah sistem komputer
berbasis grafik dengan kemampuan analisis terbatas dan kecil sekali
8
kemampuannya berhubungan dengan basis data sedangkan kartografi
juga memanfaatkan informasi digital (peta), tetapi karena struktur data
yang digunakannya sederhana sehingga tidak dapat menyajikan informasi
kontur permukaan bumi, sistem tersebut lebih mengutamakan tampilan
peta dibandingkan penggunaan untuk analisis informasi spasial, sistem
management basisdata memiliki keterbatasan dalam pengelolaan analisis
spasial tetapi berfungsi sebagai tempat menyimpan dan mengambil data
atribut non grafis. Sistem pengelolahan basis data digunakan pada sub
sebagai input atribut data (Dahuri, 1996).
Secara spesifik data digital SIG dinamakan data spasial, artinya
data tersebut mempunyai georeferensi atau rujukan lokasi. Rujukan lokasi
dimaksud dapat berupa sistem baku (koordinat, bidang rujukan dan
proyeksi) atau sistem lokal (dermaga, kantor kelurahan dan sebagainya).
Namun penerapannya banyak dilaksanakan pada data bentang darat
sedangkan pada bentang marine masih relatif terbatas. Sifat dinamika dan
multi dimensi dari bentang marine merupakan faktor pembatas bagi
pengguna SIG dalam proses evaluasi (Sunarto, 1997 dalam Faizal, 2003).
Keunggulan SIG dalam perencanaan dan pengelolahan
sumberdaya secara umum diakui dan secara luas telah direkomendasikan
dan aplikasi yang dikembangkan di berbagai Negara untuk tipe-tipe
sumberdaya yang berbeda, seperti daerah konservasi, pengelolahan
hutan (Phens, 1993 dalam Mauliddin, 2000). Secara umum keunggulan
tersebut antara lain:
Kemampuan untuk mengintegrasikan data dari berbagai tipe (grafik,
atribut, dan analisis) dari berbagai sumber.
Besarnya kapasitas peningkatan dan perubahan data antar berbagai
disiplin ilmu dan departemen terkait.
Kemampuan untuk membuat model, menguji dan membandingkan
skenario-skenario alternatif sebelum strategi diusulkan.
Memiliki fasilitas yang efesien untuk memperbaharui data, khususnya
grafik.
9
Kemampuan untuk mengolah dan menyimpan data dalam jumlah
besar.
D. Masyarakat Marjinal
Masyarakat marjinal dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa
saat ini masih banyak yang terlantar atau belum mendapat perhatian.
Kurangnya kesadaran orang-orang untuk memperhatikan masyarakat
marginal menjadi penghalang terealisasinya program pembelajaran untuk
masyarakat marginal. Oleh karena itu, kita harus memberikan perhatian
kepada mereka, agar masyarakat marginal memperoleh pembelajaran
untuk memperbaiki keadaan mereka
E. Masyarakat Kecamatan Entikong (Profil Kec. Entikong)
Kecamatan Entikong merupakan salah satu dari 15 kecamatan di
Kabupaten Sanggau dan terletak pada bagian terdepan dari Kabupaten Sanggau
yang berbatasan langsung dengan Negara Bagian Serawak Malaysia Timur,
Kecamatan Entikong termasuk wilayah yang berbatasan langsung dengan
Negara Malaysia Bagian Timur, terletak pada koordinat 1,130 Lintang Utara
hingga 0,370 Lintang Selatan dan 1040 sampai 111,190 Bujur Timur.
Secara definitif Kecamatan Entikong berdiri berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 39 Tahun 1996 dan diresmikan pada tanggal 6 Januari
1997 oleh Gubernur Kalimantan Barat, yang sebelumnya Entikong merupakan
bagian dari wilayah Kecamatan Sekayam dengan sebutan Perwakilan
Kecamatan Sekayam
10
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Sasaran Penelitian
Adapun sararan penelitian yang dilakukan adalah jumlah
keseluruhan masyarakat yang ada di Kecamatan Entikong yang dibagi per
satuan desa berdasarkan tingkat pendidikan dan masyarakat buta aksara.
B. Model Kerangka Pikir Penelitian
MASYARAKAT KECAMATAN ENTIKONG
TINGKAT PENDIDIKAN
BUTA AKSARA
INVENTARISASI POTENSI
PENDIDIKAN
ESTIMASI LAHAN/RUANGKECAMATAN ENTIKONG
PEMETAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT (SPASIAL)
11
Pengumpulan LiteraturData SekunderObservasi
RBI ENTIKONGPETA TEMATIK
Ploting Area Kec. Entikong
Pengambilan data Primer di Lapangan
APLIKASI SIG
Inventarisasi Tingkat Pendidikan
dan Buta Aksara
DIGITASI DAN PENGINPUTAN DATA
PEMBUATAN LAYOUT
ALBUM PETA”TINGKAT PENDIDIKAN DAN BUTA AKSARA”
Referensi
C. Rancangan Alur Penelitian
12
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam kegiatan Inventarisasi Dan Pemetaan
Tingkat Pendidikan Dan Buta Aksara Berbasis Sistem Informasi Geografis
(GIS) Pada Masyarakat Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau ini
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pengumpulan data primer, dilakukan dengan observasi langsung
ke setiap kampung/desa di seluruh wilayah Kecamatan Entikong
b. Pengumpulan data sekunder, dilakukan dengan observasi ke setiap
dinas/instansi terkait.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara
langsung dengan kepala/aparat desa (kampung), kepala/aparat sekolah,
dan dengan pegawai terkait di dinas-dinas/instansi yang kompeten
dengan bidang pendidikan.
Kelebihan teknik wawancara, adalah bahwa petugas pendata
sekaligus memposisikan diri sebagai saksi mata tentang keadaan
desa/kampung. Dengan demikian akan mempertinggi kualitas datanya.
Untuk memperoleh data selengkapnya, sesuai dengan kebutuhan,
maka perlu menggunakan teknik survey tertentu. Adapun teknik yang
digunakan adalah :
Survey data sekunder
Survey data primer:
Observasi lapangan
Wawancara
Pengukuran
Adapun rincian masing-masing kegiatan diuraikan sebagai berikut:
Survey Data Sekunder
Data sekunder dapat diperoleh di instansi/lembaga/badan baik
pemerintah maupun swasta. Untuk memperoleh data tersebut,
dilakukan dengan menggunakan formulir-formulir yang perlu
diisi oleh pegawai yang berwenang di instansi tersebut dan
13
meminta /memfotocopy beberapa laporan/buku/peta yang
berkaitan dengan survey.
Data yang diperoleh dari instansi, diharapkan tidak sama
antara instansi yang satu dengan instansi yang lain, hal ini
disesuaikan dengan kegiatan dan wewenang instansi yang
bersangkutan.
Survey Data Primer
Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data /
pengamatan secara langsung di lapangan. Data yang
dikumpul meliputi penggunaan ruang dan jarak akses menuju
sarana prasarana pendidikan. Pengambilan data ini hanya
dilakukan apabila tidak diperoleh data sekunder.
Wawancara
Wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
mengenai jumlah sarana dan prasarana pendidikan yang ada
di masing-masing desa/kampung.
Wawancara dilakukan dengan berdialog langsung dengan
para responden. Responden yang dimaksud disini adalah
mereka yang kompeten dengan pendidikan, dan mengetahui
dengan pasti keberadaan sarana dan prasarana pendidikan
yang ada di masing-masing desa/kampung.
Pengukuran
Dari data hasil pengukuran di lapangan, selanjutnya akan
dihitung koordinat dengan prinsip bidang datar yaitu
penggunaan proyeksi UMT dimana azimuth, sudut dan jarak
dikoreksi.
Peta akan disajikan dalam koordinasi UMT dan digambar
pada kertas drafter denga skala 1 : 10.000. Penggambaran
peta situasi pada dasarnya diselesaikan di lapangan dan
14
dibuat setelah menganalisis hasil survey dan pengukuran
berdasarkan pada eksisting.
E. Teknik Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Program
Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS (Statistical Package for Social
Science) 14.0. Kuesioner yang terkumpul dari petugas lapangan langsung
diserahkan kepada petugas pengolahan data untuk segera dilakukan
proses editing, coding, batching dan data entry. Kemudian hasil data
entry akan dilanjutkan dengan proses tabulasi data supaya memudahkan
penyampaian informasi.
Selanjutnya untuk pembuatan peta, dilakukan dengan 2 (dua) cara,
yaitu interpretasi dan pembesaran dari peta data yang ada.
Cara yang pertama, Interpretasi dapat diperoleh peta jaringan jalan,
penggunaan lahan terbatas (plot bangunan sekolah dan permukiman
warga). Cara yang kedua, dilakukan dengan melakukan pembesaran peta
yang ada. Cara ini terdiri dari 3 metode, yaitu dengan menggunakan
metode grid; pantograph dan pembesaran optik; dan photocopy
perbesaran.
Kedua cara di atas sebenarnya belum dapat
dipertanggungjawabkan ketelitiannya. Pada cara yang pertama,
kesalahan penginputan perlu dieliminir, dan kesalahan control perlu
diperbaiki. Pada cara yang kedua, pada saat pembesaran terdapat detail
atau objek yang hilang, sehingga perlu disurvey ke lapangan. Untuk
mengurangi kesalahan-kesalahan tersebut, maka perlu dilakukan
observasi langsung di lapangan.
Tahap selanjutanya adalah penyusunan Album Peta, yang
berisikan pemetaan Tingkat Pendidikan dan Buta Aksara per satuan desa
menurut kecamatan berdasarkan klasifikasi yang berpedoman pada Dinas
Pendidikan dengan menggunakan bantuan Softwere ArcView melalui
proses digitasi peta dan input data yang diperoleh.
15
BAB IV. JADWAL PELAKSANAAN
Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian disajikan dalam Tabel 1 beikut ini.
Tabel 1. Jadwal pelaksanaan penelitian.
N
oKegiatan Bulan ke-
I
Persiapan1 2 3 4 5 6 7 8 10
1Penyusunan proporsal
penelitianx
2Perbaikan proposal
penelitianx
II
Pengumpulan data
1 Pengumpulan data primer x x x
2Pengumpulan data
sekunder x x
III
Analisisi data dan penulisan
laporan
1 Analisis data x x
2Interpretasi dan
penyusunan draft laporan x x
3 Penyusunan Laporan I x
4 Penyusunan Laporan II x
5
Perbaikan dan
perbanyakan Laporan serta
Seminarx
16
DAFTAR PUSTAKA
BAKOSURTANAL, 2004. Inventarisasi Data Dasar SDA Pesisir dan Laut. PSSAL, Jakarta.
Dahuri, R, Rais., J, Ginting, S.P, dan Sitepu, 1996. Pengelolahan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Paradyna Paramitha, Jakarta
Faizal, A., 2003. Aplikasi Sistem Informasi Geogafis Untuk Zonasi Wilayah Pesisir. Makalah, UNHAS. Makassar
Mauliddin, A., 2002. Pemantauan Daerah Rentang Banjir di wilayah pesisir Kabupaten Pinrang menggunakan Terapan Sistem Informasi Geografis. Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin Makassar.
Biro Pusat Statistik (BPS), 2002, Data Statistik Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat.
Anonim. (2007). Melek Aksara. Jakarta. Wikipedia Indonesia.
17
REKAPITULASI ANGGARAN PENELITIAN
Prakirakan Biaya Penelitian disajikan seperti Tabel berikut:
No. Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan
(Rp)1 Gaji dan upah
2 Bahan habis pakai
3 Perjalanan
4 Lain-lain
2.500.000
18
LAMPIRAN 1 JUSTIFIKASI ANGGARAN PENELITIAN
1.1. Honor peneliti
Peneliti Biaya (orang x bulan x Rp/orang)
Ketua : 1 orang 1 x 10 x = Rp,-Anggota : 1 orang 1 x 10 x = Rp.,-
Total
1.2. Bahan habis pakai
Uraian pengeluaran VolumeHarga satuan
(Rp) Total (Rp)
Total ,-
1.4. Perjalanan
Uraian perjalanan VolumeHarga satuan
(Rp) Total (Rp)
1 kali
1 kali
2 kali
2 kali
Total ,-
1.1.5. Pengeluaran lain-lain
Uraian pengeluaran Volume Total (Rp)
Pembuatan laporan 1 paket
Penggandaan Laporan 1 paket
Publikasi ilmiah 1 kali
Penelusuran literatur/internet 1 paket
Total ,-
19
LAMPIRAN 2. SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS
No. Nama Bidang Ilmu Alokasi waktu (jam/minggu)
Uraian tugas
20
LAMPIRAN 3. BIODATA TIM PENELITI
3.1. Ketua Peneliti
(1). Identitas Diri
1.1 Nama Lengkap1.2 Jabatan Fungsional1.3 Jabatan Struktural1.3 NIK/NIDN1.4 Tempat & Tanggal Lahir1.5 Alamat Rumah1.6 Nomor Telepon1.7 Nomor HP1.8 Alamat Kantor1.9 Nomor Telepon (0564) 20325671.10 Alamat e-mail1.11 Mata kuliah yang diampu 1.
2. 3. 4. 5.
(2). Riwayat Pendidikan
2.1 Program2.2 Nama PT2.3 Bidang Ilmu2.4 Tahun Masuk2.5 Tahun Lulus2.6 Judul Tugas Akhir2.7 Nama Pembimbing
(3). Pengalaman Penelitian
Tahun Judul Penelitian jabatan Sponsor
(4). Publikasi Ilmiah/Karya Tulis
Tahun Judul Artikel Ilmiah Tempat
21
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Peneliti Pemula.
Entikong, Juni 2012
............................................NIK. ....................................
22
3.2. Angota Peneliti
(1). Identitas Diri
1.1 Nama Lengkap1.2 Jabatan Fungsional1.3 Jabatan Struktural1.3 NIK/NIDN1.4 Tempat & Tanggal Lahir1.5 Alamat Rumah1.6 Nomor Telepon1.7 Nomor HP1.8 Alamat Kantor1.9 Nomor Telepon1.10 Alamat e-mail1.11 Matakuliah yang diampu 1.
2. 3. 4. 5.
(2). Riwayat Pendidikan
2.1 Program2.2 Nama PT2.3 Bidang Ilmu2.4 Tahun Masuk2.5 Tahun Lulus2.6 Judul Tugas Akhir2.7 Nama Pembimbing
(3). Pengalaman Penelitian
Tahun Judul Penelitian jabatan Sponsor
(4). Publikasi Ilmiah/Karya Tulis
Tahun Judul Artikel Ilmiah Tempat
23
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Peneliti Pemula.
Entikong, Juni 2012
......................................NIK. ..................................
24