Post on 13-Mar-2019
i
UPAYA PEMBINAAN KEBERAGAMAAN SISWA
DI SD NEGERI LEMAHIRENG 05 KECAMATAN
BAWEN KABUPATEN SEMARANG
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
NAMA : NUR KAENI
NIM : 11110134
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
[Al Imran : 159]
“Bulatkan tekad, ambilah pelajaran dan hikmah dari apa yang telah
diperbuat”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Kepada kedua orang tua saya yang
telah membesarkan dan mendidikku dengan
penuh kerelaan dan pengorbanan baik
vi
secara lahir maupun batin dengan iringan
do’a restunya.
Keluarga besar yang telah
memberikan dukungan dan motivasinya,
serta do’anya yang telah memperlancar
saya dalam menyelesaikan tanggung jawab
ini.
Kepada bapak Mufiq, S.Ag, M.Phil.
selaku pembimbing dan sekaligus sebagai
motivator serta pengarah sampai selesainya
penulisan skripsi ini
Kepada seluruh teman-teman yang
telah membantu dan selalu memberikan
semangat untuk segera menyelesaikan
skripsi ini.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah S.W.T. yang telah
memberikan rahmat, taufik, nikmat serta hidayah-Nya sehigga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah menyampaikan dan
membimbing umat pada jalan yang diridhoi Allah, dengan semangat dalam
menebarkan ilmunya dan nur kemuliaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “UPAYA PEMBINAAN KEBERAGAMAAN SISWA di
SD NEGERI LEMAHIRENG 05 KECAMATAN BAWEN KABUPATEN
SEMARANG”.
Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Siti Rukhayati, M. Ag. selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam
beserta stafnya yang telah membantu penulis selama menjalani kuliah dan
ketika penyusunan skripsi ini.
4. Mufiq, S.Ag, M.Phil. selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan
memberikan bimbingan serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan
skripsi ini.
viii
5. Fatchurrohman, S. Ag., Mpd selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Kepada bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu
pengetahuan dan pengalaman dengan penuh kesungguhan dan kesabaran, serta
bagian akademik IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan
kepada penulis
7. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Hanya rasa syukur yang dapat penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan anugrah-Nya dalam penyusunan skripsi ini. Dengan demikian, akhirnya
penulis mengucapakan banyak terimakasih dan tentunya dalam penulisan atau
penyusunana skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang dermawan, serta
bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amin
Salatiga, 27 September 2017
Penulis
Nur Kaeni
NIM : 11110134
ix
ABSTRAK
Nur Kaeni. 2017. Upaya Pembinaan Keberagamaan Siswa SD Negeri Lemahireng 05
Kec. Bawen Kab. Semarang. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing : Mufiq S.Ag., M.Phil.
Kata Kunci: Pembinaan Keberagamaan Siswa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pembinaan keberagamaan
siswa di Sekolah Dasar Negeri Lemahireng 05 Kec. Bawen Kab. Semarang, meliputi;
upaya-upaya yang dilakukan untuk membina keberagamaan siswa dan hambatan-
hambatan yang dialami dalam pembinaan keberagamaan siswa SDN Lemahireng 05.
Jenis atau penelitian lapangan ini menggunakan pendekatan kualitatif.
penelitian ini didekati dengan metode deskriftif yaitu penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Berdasarkan
tujuan penelitian ini termasuk penelitian eksploratif yaitu penelitian yang dilakukan
bertujuan untuk mengungkapkan penomena murni sebagaimana apa adanya pola
pembinaan kepribadian siswa atau status fenomena dari data-data yang diperoleh dari
objek penelitian.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tentang Upaya Pembinaan
Keberagamaan Siswa Di Sekolah Dasar Negeri Lemahireng 05 Kec. Bawen Kab.
Semarang. adalah 1.)Upaya yang dilakukan dalam pembianaan keberagamaan siswa;
pembinaan di ulang-ulang jika dalam pembinaannya kurang benar langsung ditegur
dan dibetulkan, pihak sekolah berusaha untuk mendatangkan wali murid secara
klasikal, bagi siswa yang bandel wali muridnya dipanggil secara pribadi dan
menambahkan jam untuk membina dan pembinaan dilakukan semenarik mungkin
agar siswa tidak jenuh dan mau memperhatikan. 2.)Adapun hambatan-hambatan
dalam Pembinaan Keberagamaan Siswa; anak kurang memperhatikan ketika
pembinaan berlangsung serta dalam mempraktikan di kehidupan sehari-hari masih
kurang, kurang perhatian orang tua kepada anaknya yang setiap hari ditinggal kerja
dan waktu kurang dan ketika pembinaan berlangsung para siswa kurang
memperhatikan.
x
DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO…………………………………………………………………i
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………………...i
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………….........ii
PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………………………..iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……………………………………………iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………………….........v
KATA PENGANTAR………………………………………………………….........vii
ABSTRAK……………………………………………………………………………ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….........x
DAFTAR TABEL………………………………………………………………......xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..........xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………..1
B. Fokus Masalah….………………………………………………………....5
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….5
xi
D. Kegunaan Penelitian……………………………………………………....5
E. Definisi Operasional…...……………………………………………........6
F. Metodologi Penelitian....…………………………………………………8
G. Sistematika Penulisan…………………………………………………...13
BAB II LANDASAN TEORI
Pembinaan Keagamaan
1. Pengertian Keberagamaan Siswa………………………………..…..15
2. Dimensi Keberagamaan……………………………………………..19
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberagamaan Anak...………..24
BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN
1. Frofil Sekolah......……………………………………………………….30
2. Temuan Data………………….…………………………………………30
a. Materi Pembinaan…………………………...………………………30
b. Pelaksanaan Pembinaan……………………………………………..32
c. Cara Pembinaan……………………………………………………..28
d. Hambatan-hambatan dalam Pembinaa…...…………….…………...31
BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN
A. Lokasi Sekolah..…………………………... ……………………………37
xii
B. Paparan Data…………………………………………………………….37
C. Pembahasan
1. Isi atau materi Pembinaan Keberagamaan Siswa……………………39
2. Pelaksanaan Pembinaan Keberagamaan Siswa……………………...42
3. Cara pembinaan keberagamaan Siswa. ……………………………..44
4. Apa hambatan–hambatan dalam pelaksanaan pembinaan keberagaman
siswa dan upaya untuk mengatasinya ……………………………….46
5. Tolak Ukur Keberhasilan Pembinaan Keberagamaan.……………....48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………50
B. Saran …………………………………………………………………….51
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….53
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………………...
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup……………………………………………………
2. Lembar Konsultasi Skripsi……………………………………………….
3. Surat Ijin/Rekomendasi Penelitian……………………………………….
4. Laporan SKK…………………………………………………………….
1
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses pengembangan, pembentukan, bimbingan dan
latihan praktis bagi manusia melalui tuntunan dan petunjuk yang tepat sepanjang
kehidupannya. Pendidikan bertujuan demi membahagiakan peserta didiknya
untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akirat yang berlandaskan iman, ilmu
dan amal.
Untuk merealisasikan tujuan pendidikan tersebut, hal terpenting adalah
bagaimana menumbuh-kembangkan keberagamaan anak. Salah satunya yang
berperan penting dalam pembinaan ini adalah peran sekolah. Sekolah merupakan
wadah kedua dalam keidupan seorang muslim. Sekolah merupakan lembaga
pendidikan formal yang mempunyai program yang sistematik dalam
melaksanakan bimbingan, pengajaran dan latihan kepada anak (siswa) agar
mereka berkembang sesuai dengan potensinya. Sekolah memiliki tanggung jawab
yang besar serta berperan vital dalam menumbuh kembangkan keberagamaan
anak. Sekolah ibarat pabrik yang memproduksi generasi manusia, mendidik
seluruh bangsa dan memberikan kehidupan yang utuh kepadanya.
Pengaruh sekolah terhadap perkembangan keberagamaan anak sangat
besar, karena sekolah merupakan subtitusi dari keluarga dan guru-guru subtitusi
2
dari orang tua. Pendidikan sekolah merupakan lanjutan dari pendidikan yang
berlangsung di dalam rumah tangga, dan yang berperan dalam sekolah ialah guru.
Dalam kaitannya dengan upaya mengembangkan keberagamaan para
siswa, maka sekolah terutama dalam hal ini guru mempunyai peranan yang sangat
penting. Terlebih-lebih kalau sekolah tersebut membuat program untuk siswa.
Perkembangan keberagamaan anak (siswa) banyak dipengaruhi oleh
lingkungannya. Dia belajar untuk mengenal nilai-nilai keagamaan dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam lingkungannya tersebut. Dalam
mengembangkan keberagamaan anak disekolah, peranan guru khususnya guru
agama sangatlah penting. Guru harus bisa menciptakan lingkungan yang kondusif
dan agamis baik dalam lokal (kelas) maupun di lingkungan.
Siswa diharapkan dapat belajar dan dapat mengetahui banyak ilmu tentang
agama sehingga manusia dapat menjadi manusia yang seutuhnya, atas dasar
keimanan kepada Allah SWT. Dalam menghadapi tuntutan kondisi zaman serta
pembangunan yang semakin pesat ini pendidikan harus dapat secara tepat guna
untuk dapat menciptakan manusia-manusia yang berkualitas, dalam hal ini yang
tercipta bukan hanya kualitas dari segi intelektual juga segi religiusnya.
Pendidikan disekolah formal berlangsung secara formal, artinya baik kegiatan,
tujuan pendidikan, materi dan bahan ajar, serta metode penyampaiannya telah
diprogram secara jelas dan dituangkan dalam seperangkat aturan atau pegangan
yang telah disyahkan. Semua itu bertujuan agar kegiatan pendidikan
3
diselenggarakan di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib dan teratur serta
dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Konsep pendidikan formal di sekolah
dibagi atas intrakurikuler (didalam) dan ekstrakurikuler (diluar).
Tidak banyak yang mengetahui bahwa peningkatan prestasi seorang anak
dalam prestasi belajar bukan hanya ditentukan oleh sering dan kerasnya seorang
siswa itu belajar tetapi ada faktor-faktor lain, salah satu adalah dengan mengikuti
kegiatan TPQ yang ada dilingkungan siswa. Hal ini tidak banyak diketahui oleh
siswa dan masyarakat pada umumnya, sebenarnya kegiatan tersebut merupakan
suatu sarana pendukung karena disanalah memuat segala cara yang dapat
menciptakan kreatifitas khususnya dalam aspek agama yang nantinya (daya
kreatifitas itu) dapat mendukung daya fikir anak. Siswa yang notabenenya adalah
siswa muslim diharapkan dapat mengamalkan nilai-nilai yang Islami dalam setiap
tindakan serta perbuatannya dalam kesehariannya. Pembinaan sikap
keberagamaan dapat dilakukan dalam berbagai cara, dalam program-program
yang diusahakan dapat menciptakan dan membangun sikap keberagamaan siswa.
Dengan bertitik tolak dari permasalahan diatas, setelah penulis mengkaji,
bahwasanya penelitian tentang upaya pembinaan keberagamaan melalui kegiatan
Pendidikan Agama Islam yang sudah pernah ada, akan tetapi membahas tentang
aspek kegiatan pendidikan agama Islam.
4
Karena peneliti melihat pengamalan beragama dan akhlak siswa SD N
Lemahireng 05. Mereka sudah mengupayakan untuk menjalankan ajaran Islam
dalam keseharian. Seperti sholat, zikir, doa, puasa, dan lain sebagainya.
Kegiatan ibadah seperti sholat, dzikrullah, doa dan amalan lainnya
merupakan aktivitas fisik dan jiwa yang mampu menenggelamkan seorang hamba
pada kepasrahan karena hati dan pikiran terpaut hanya kepada Yang Maha
Sempurna. Secara spiritual, shalat dan dzikrullah memberikan efek konsentrasi
dan relaksasi hati juga pikiran kita karena kita memasrahkan raga dan jiwa kepada
Yang Memiliki kita. Segala persoalan hidup, harapan dan kebutuhan
tersampaikan dalam hubungan vertikal yang dalam. Menenangkan jiwa,
menumbuhkan spirit dan menanamkan optimis akan kekuatan Yang Maha
Segala-galanya. Kesadaran, kepasrahan dan konsentrasi spiritual inilah yang
mampu menjaga otak tetap segar dan refresh karena kita selalu ingat akan Dzat
yang menciptakan kita.Perlu kita ketahui bahwa orang yang memiliki
keberagamaan yang bagus akan jernih pemikirannya, sehingga akan mudah
memahami dan menyelesaikan berbagai problem termasuk belajar dan bisa
mendatangkan ide-ide cemerlang.
Dari paparan di atas penulis berpendapat bahwa pembinaan keagamaan
bagi siswa merupakan agenda yang harus dilakukan baik guru agama Islam
maupunguru yang lain. Akan tetapi untuk menyelenggarakannya membutuhkan
keterlibatan dan partisipasi dari lingkungan atau masyarakat. Berangkat dari
5
permaslahan ini maka penulis ingin melakukan penelitian tentang “Upaya
Pembinaan Keberagamaan Siswa SD N Lemahireng 05 Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang”
B. Fokus Masalah
Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa upaya-upaya yang dilakukan untuk membina keberagamaan siswa di
SDN Lemahireng 05?
2. Apa hambatan-hambatan yang dialami dalam pembinaan keberagamaan siswa
SDN Lemahireng 05?
C. Tujuan Penelitian
Agar dapat memberikan gambaran konkrit serta arahan yang jelas dalam
pelaksanaan penelitian ini maka perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai
yaitu:
1. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk pembinaan
keberagamaan siswa SDN Lemahireng 05.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami dalam pembinaan
keberagamaan siswa SDN Lemahireng 05.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis:
a. Memberikan informasi yang jelas ada tidaknya pengaruh pembinaan
keberagamaan siswa terhadap perilaku sehari-hari.
6
b. Memberikan pemahaman kepada siswa dan orang tua bahwa pembinaan
keberagamaan siswa dapat menjadikan bekal baik didunia maupun akhirat.
c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan.
2. Secara praktis:
a. mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran upayapembinaan
keberagamaansiswa.
b. Tulisan ini menjadi sumbangan pemikiran alternatif mengenai gambaran
upayapembinaan keberagamaansiswa.
Dari keterangan diatas Penulis mengharapkan bahwa penelitian ini
bermanfaat untuk memberikan pengetahuan bagi penulis seberapa penting
upaya pembinaan keberagamaan siswa dan sebagai bahan evaluasi bagi
para pendidik (guru) dalam memberikan pembinaan keberagamaan.
E. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah penjelasan dari istilah-istilah dalam penelitian
yang akan dilaksanakan. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Komarudin
(Naharoh, 2008; 48) bahwa „Definisi Iistilah adalah pengertian yang lengkap
tentang suatu istilah yang mencakup semua unsur yang menjadi ciri utama istilah
itu‟.
Adapun definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini
antara lain sebagai berikut :
7
1. Pengeertian Upaya
Upaya adalah usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud,
memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb); daya upaya adalah
menegakkan keamanan patut dibanggakan. Upaya menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai usaha kegiatan yang mengarah
tenaga, pikiran untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan
mencari jalan keluar (Depdikbud, 2002; 1250) Pendidik atau guru adalah
orang yang mengajar dan memberi pengajaran yang karena hak dan
kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan peserta didik. Dalam
penelitian ini, upaya dapat dipahami sebagai suatu kegiatan untuk aktivitas
yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang telah
direncanakan dengan mengarahkan tenaga dan pikiran.
2. Pengertian Pembinaan
Pembinaan berarti “pembaharuan atau penyempurnaan” dan “usaha”
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
memperoleh hasil yang lebih baik (Muslih, TB. Aat Syafaat & Sohari Sahroni,
2008; 152 – 153).
Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soemanto. Pembinaan adalah
menunjuk pada suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan
apa yang telah ada.
8
3. Pengertian Keberagaman
Keberagamaan asal dari kata agama yang berarti ajaran, sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa sertatata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia
serta lingkungan(http://kbbi.web.id).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa upaya pembinaan
keberagamaan siswa adalah usaha yang dilakukan dalam rangka membangun,
membina dan menyempurnakan serta menanamkan ajaran kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa terhadap peserta didik sehingga dapat
menjadi manusia yang seutuhnya, atas dasar keimanan kepada Allah SWT.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis atau penelitian lapangan ini menggunakan pendekatan kualitatif
yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengamati fenomena disekitarnya dan
menganalisisnya dengan menggunakan logika ilmiah.
Berdasarkan metode, penelitian ini didekati dengan metode deskriftif
yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek
sesuai dengan apa adanya. Berdasarkan tujuan penelitian ini termasuk
penelitian eksploratif yaitu penelitian yang dilakukan bertujuan untuk
9
mengungkapkan fenomena murni sebagaimana apa adanya pola pembinaan
kepribadian siswa.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi
Observasi, diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi
merupakan instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk
mengamati tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan
yang dapat diamati dalam situasi sebenarnya, dimana observasi ini
digunakan untuk melihat secara pasti
b. Wawancara, adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Disini penulis
mengadakan tanya jawab secara langsung.
Pewancara hendaknya telah mengembangkan kemampuan
mendengar yang baik, akurat, dan tepat agar apa yang didengarnya secara
tepat dapat dimanfaatkan sebagai informasi yang menunjang pemecahan
masalah penelitian. Pada dasarnya pembahasan ini telah melibatkan
strategi dan taktik berwawancara (Moeloeng J. Lexy, 2009: 202).
10
a) Strategi dan Taktik Wawancara
Pewancara perlu memperhatian bahwa pembicaraan pada satu
saat akan berkisar pada pada salah satu dimensi identitas. Salah satu
dimensi penting yang dilakukan berkenaan dengan gaya responden.
Yang jelas dalam melakukan wawancara hal harus dilakukan yaitu
terhadap penggunaan pendekatan, cara mengadakan hubungan,
keakraban hubungan dalam wawancara dan pemutusan hubungan
wawancara setelah wawancara diakhiri (Moeloeng J. Lexy, 2009:
205). Dalam melakukan wawancara juga memperhatikan
terwawancara itu sendiri. Kedudukan responden sebagai pemimpin,
staf biasa atau sebagai karyawan (guru).
b) Pencatatan Data Wawancara
Setelah atau selama wawancara dilakukan, pewancara cukup
mencatat frasa-frasa pokok saja sehingga akhirnya menjadi sebuah
daftar butir pokok yang berupa kata-kata kunci dari yang dikemukakan
oleh responden (terwawancara). Pencatatan data wawancara perlu
dilakukan dengan cara yang sebaik dan setepat mungkin (Moeloeng J.
Lexy, 2009: 206). Ada pencatatan data yang dilakukan dengan tape-
recorder dan ada pula yang dilakukan melalui pencatatan dari
wawancara itu sendiri Menulis).
11
c) Kegiatan Sesudah Wawancara
Kegiatan sesudah wawancara berakhir cukup penting artinya bagi
pewancara dalam rangka pengecekan keabsahan data.Mengecek dan
memilah kualitas datanya dari hasil wawancara yaitu dari tape-
recorder dan catatan lapangan (Moeloeng J. Lexy, 2009: 206).Karena
dalam penelitian kualitatif “jantungnya” adalah catatan lapangan.
4. Sumber Data
a. Data primer adalah data pokok yang dibutuhkan dalam penelitian ini yang
diperoleh dari guru, kepala sekolah dan siswa di Sekolah Dasar Negeri
Lemahireng 05.
b. Data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari pegawai
administrasi dan masyarakat lingkungan sekolah.
5. Teknik analisa data
Adapun hal-hal yang harus dilakukan peneliti untuk mendapatkan data
yang akurat adalah sebagai berikut:
a. Ketekunan pengamatan, bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari
dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan
kata lain, jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka
ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.
12
b. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang sering dipakai
adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya, artinya membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu imformasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini
dapat dicapai dengan jalan: (1) Membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara; (2) Membandingkan apa yang dikatakan
orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara rahasia;(3)
Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4)
Membandingkan keadaan dan persfektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintah; (5)
Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaiatan.
c. Kecukupan referensial, yakni sebagai alat untuk menampung dan
menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan eveluasi,
misalnya vidio-tape dapat digunakan sebagai alat perekam.
d. Uraian rinci yakni peneliti harus mengungkapkan secara khusus segala
sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar pembaca dapat memahami
13
penemuan-penemuan yang diperoleh, penemuan itu sendirinya tentunya
bukan bagian dari uraian rinci, melainkan penafsirannya yang dilakukan
dalam bentuk uraian rinci dengan segala macam pertanggungjawaban
berdasarkan kejadian-kejadian nyata.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang skripsi ini, maka dibuat
sistematika penulisan skripsi. Adapun wujud dari sistematika yang dimaksud
adalah:
Bab I : Pendahuluan, pada bab ini akan diuraiakan mengenai latar
belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori, pada bab ini akan diuraikan mengenai
pengertian pembinaan keberagamaan siswa, dimensi keberagamaan, faktor-faktor
yang mempengaruhi pembinaan keberagamaan siswa
Bab III : Membahas tentang lokasi penelitian, jenis penelitian, jenis
data, instrument pengumpulan data, dan sumber data.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan (analisis) tentang isi atau materi
pembinaan keberagamaan siswa, pelaksanaan pembinaan keberagamaan siswa,
14
cara pembinaan keberagamaan siswa, hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
pembinaan keberagamaan siswa dan upaya untuk mengatasinya.
Bab V : Penutup,pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan
dan saran.
15
Bab II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Keagamaan
Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti “segenap kepercayaan
terhadap Tuhan”. Jadi, keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat di dalam
agama(Muslih, TB. Aat Syafaat & Sohari Sahroni, 2008: 12).
Sementara itu, menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu “kepercayaan
kepada Tuhan (dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
Keagamaan secara etimologi, istilah keagamaan itu berasal dari kata
“Agama” yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “an” sehingga menjadi
keagamaan. Kaitannya dengan hal ini, memberikan arti keagamaan sebagai
berikut : Keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala
sesuatu mengenai agama, misalnya perasaan keagamaan, atau soal-soal
keagamaan.
Sedangkan secara terminologi keagamaan (agama) adalah segenap
kepercayaan ( kepada Tuhan, Dewa dan sebagainya) serta dengan kebaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu (W.J.S.
Poerwadarminta, 1986 : 18)
16
Menurut Frezer dalam Aslam Hadi, Agama yaitu “ menyembah atau
menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia yang dianggap mengatur
dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya peri kehidupan manusia”
(Muslih, TB. Aat Syafaat & Sohari Sahroni, 2008: 11-13).
Menurut Harun Nasution agama adalah perilaku bagi umat manusia yang
sudah di tentukan dan dikomunikasikan oleh Allah SWT melalui utusan-utusan,
rosul-rosul atau nabi-nabi (Muslih, TB. Aat Syafaat & Sohari Sahroni, 2008: 14).
Maka pendapat atau keterangan diatas dapat diketahui bahwa agama
adalah aturan-aturan yang bersumber dari Allah SWT, yang berfungsi mengatur
kehidupan manusia, baik hubungan manusia dengan Allah maupun hubungan
manusia dengan manusia sendiri dan hubungan manusia dengan alam semesta
untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia.
Sedangkan pengertian Islam adalah agama yang diajarkan oleh nabi
Muhammad SWA, yang berpedoman kitab suci Al-Qur‟an yang diturunkan
kedunia melalui wahyu Allah SWT (Muslih, TB. Aat Syafaat & Sohari Sahroni,
2008: 10).
Pembinaan berarti “pembaharuan atau penyempurnaan” dan “usaha”
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy
Soemanto. Pembinaan adalah menunjuk pada suatu kegiatan yang
17
mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada (Muslih, TB. Aat
Syafaat & Sohari Sahroni, 2008: 152-153).
Keberagamaan berasal dari kata agama yang berarti ajaran, sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta
lingkungan.(http://kbbi.web.id)
Siswa adalah orang (anak) yang sedang belajar atau peserta didik pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah yang secara khusus diserahkan oleh
orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan disekolahan.
(http://kamusbahasaindonesia)
Dari penjelasan diatas pembinaan keberagamaan ssiswa adalah suatu
usaha atau proses yang dilakukan dalam rangka membangun, membina dan
menyempurnakan serta menanamkan ajaran kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa terhadap peserta didik sehingga dapat menjadi manusia yang
seutuhnya, atas dasar keimanan kepada Allah SWT.
Sedangkan dalam penelitian ditinjau dari perspektif Islam tentang
keberagamaan (Religiusitas). Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam
sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang
melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga melakukan aktivitas yang lain
yang didorong oleh kekuatan supranatural(Nashori Suroso Fuad & Djamaludin
18
Ancok, 2005: 20). Tidak hanya aktivitas yang kelihatan tapi yang tidak kelihatan
dan itu terjadi di dalam hati seseorang. Oleh karena itu untuk menyuruh umatnya
untuk beragama (Islam) secara menyeluruh.
Firman Allah dalam QS Al-Baqoroh 2: 208.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.
Setiap muslim baik dalam berfikir maupun bertindak, beraktivitas
ekonomi, sosial ataupun yang lainnya. Maka setiap muslim diperintahkan
untuk berislam atau beribadah kepada Allah.
Firman Allah dalam QS Al-Anfal : 28.
Artinya :“dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah
sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang
besar”.
19
Anak adalah pengikat hati dalam keluarga, yang diamanatkan oleh Allah
kepada bapak dan ibu mereka. Anak-anak yang shaleha dalah sumber
kebahagiaan, namun sebaliknya anak juga bias menjadi fitnah bagi kedua orang
tuanya. Oleh karena itu anak menjadi tanggung jawab orang tua, masyarakat dan
bangsa. Untuk membimbing anak agar memperoleh masa depan yang baik
didunia maupun diakhirat, harus dilakukan dengan upaya salah satunya yaitu
pendidikan (agama).
Memberikan pendidikan agama bukan sesuatu yang mudah. Hal ini
dikarenakan pendidikan bagi anak bukan hanya sekedar mengajarkan
pengetahuan agama, tetapi juga ditujukan kepada pembinaan anak seutuhnya.
Mulai dari pembinaan sikap dan kepribadiannya sampai kepada pembinaan
tingkah laku yang sesuai dengannorma-norma agama.
Dengan demikian keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan
dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Islam
mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh. Oleh karena itu ,
hanya konsep yang mampu memberi penjelasan tentang memahami
keberagamaan umat Islam.
2. Dimensi Keberagamaan
Untuk memahami Islam dan umat Islam konsep yang dibuat adalah
konsep yang mampu memahami beragam dimensi dalam berislam (Nashori
20
Suroso Fuad & Djamaludin Ancok, 2005: 80). Menurut Glock & Stark yang
membagi keberagamaan menjadi beberapa dimensi yang mempunyai kesesuain
dengan Islam yaitu; dimensi keyakinan atau akidah, dimensi peribadatan atau
ibadah, dimensi pengalaman atau akhlak, dimensi pengetahuan atau ilmu.
a. Dimensi keyakinan atau akidah Islam
Yang merujuk kepada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap
kebenaran agama ajarannya (islam). Dan disinilah dimensi keyakinan yang
merujuk kepada keimanan, menyangkut keyakinan tentang Allah, para
malaikat, nabi atau rosul Allah, kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta
qadha dan qadar.
Firman Allah dalam QS Al-Baqarah 2: 1 – 4;
Artinya : “Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya,
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Yaitu) mereka yang
beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat. Dan
menafkahkan sebahagian rizki yang Kami anugerahkan kepada
mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang
telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat”
21
Dan firman Allah dalam QS Al-Baqarah 2: 285;
Artinya : “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya
dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman.
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami
tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain)
dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar
dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan
Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
Dari ayat di atas maka muslim dan para siswa diharapkan dapat sadar
dan beriman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab-Nya, rosul-
rosul-Nya serta percaya kepada sesuatu yang ghoib (sesuatu yang tidak dapat
ditangkap oleh salah satu panca indera), seperti percaya bahwa di atas
kekuasaan manusia ada yang maha kuasa yaitu Allah. Dan yakin akan hari
kemudian, maka orang-orang itulah yang menang dan sukses dari dunia
sampai akhirat.
22
b. Dimensi peribadatan (ibadah)
Dalam dimensi ini merujuk kepada seberapa tingkat kepatuhan muslim
dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual atau beribadah sebagaimana yang
diwajibkan oleh Islam. Dimensi ibadah ini menyangkut tentang shalat, puasa,
zakat, haji dan sebagianya. Firman Allah dalam QS Al-An‟am 6: 162-163;
Artinya : “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu
bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah)".
Dan firman Allah dalam QS Adz-Dzariyaat 51: 56;
Artinya : “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”.
Dari keterangan di atas maka orang muslim hidupnya untuk mentaati
dan rela mengorbankan jiwa atau matinya untuk Allah. Begitu juga
sembahyangnya dan semua ibadahnya semata-mata karena Allah. Dan Allah
menciptakan jin dan manusia hanyalah untuk menyembah kepada-Nya.
23
Diharapkan siswa walaupun belum baligh mereka sudah mengerti bagaimana
tata cara menyembah (beribadah) kepada Tuhan-Nya yaitu dengan shalat.
Selain itu juga mereka juga diharapkan bisa mengerjakan kegiatan-kegiatan
ibadah lainnya seperti puasa, zakat, membaca Al-Qur‟an, do‟a atau zikir dan
sebagainya.
c. Dimensi pengalaman atau akhlak
Dimensi ini menunjukkan kepada seberapa tingkatan muslim
berperilaku yang dimotovasi oleh ajaran-ajaran agama Islam. Yaitu
bagaimana individu atau seorang muslim berinteraksi dengan dunianya
ataupun dengan manusia yang lain. Dalam hal ini mendidik agar anak bisa
mempunyai akhlak yang baik atau perilaku yang terpuji. Sehingga dalam
kehidupan sehari-hari bisa dipraktekkan. Contohnya seperti suka menolong,
bekerjasama dalam kebaikan, jujur, pemaaf, menjaga lingkungan hidup,
tidak mencuri, tidak membolos sekolah, dan sebagainya. Apapun yang mereka
lakukan atau mereka perbuat tetap pada ajaran atau norma-norma agama
sehingga tidak merugikan orang lain dan lingkungan (alam).
Firman Allah dalam QS An-Nisaa‟ 4: 36;
24
Artinya : “sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-
bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat,
Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri”.
Dari keterangan di atas diharapkan muslim dapat berperilaku yang
baik atau berakhlak baik agar terjalin ikatan atau hubungan manusia yang satu
dengan yang lainnya terjaga dengan baik.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan anak
a. Faktor Intern
Perkembangan ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor intern
diantaranya sebagai berikut :
1) Faktor Hereditas
Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai factor
bawaan yang diwariskan secara turun temurun, melainkan terbentuk dari
berbagai unsur kejiwaan lainnya yang mencakup kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Tetapi dalam penelitian terhadap janin terkuak bahwa
makanan dan perasaan ibu berpengaruh terhadap kondisi janin yang
dikandung.
25
Meskipun belum dilakukan penelitian mengenai hubungan antara
sifat-sifat kejiwaan anak dengan orang tuanya, tampaknya pengaruh
tersebut dapat dilihat dari hubungan emosional. Rasulullah mengatakan
bahwa daging makanan yang haram, maka nerakalah yang berhak atasnya.
Pernyataan ini setidaknya menunjukkan bahwa ada hubungan status hukum
makanan (halal dan haram) sikap (Muslih, TB. Aat Syafaat & Sohari
Sahroni, 2008: 17). Dan dari sinilah dapat digaris bawahi bahwa ada
hubungan antara status makanan yang dimakan (halal dan haram) dengan
sikap.
2) Tingkat Usia
Hubungan antara perkembangan usia dengan perkembangan jiwa
keagamaan tampaknya tidak dapat dihilangkan begitu saja. Bila konversi
agama dipengaruhi oleh sugesti, maka konversi agama akan lebih banyak
terjadi pada anak-anak, karena di lihat usia tersebut lebih mudah
menerima sugesti. Namun kenyataannya hingga usia bayapun masih
terjadi konversi agama. Seperti yang terjadi pada Mrtin Luther dan Al-
Ghazali. (Muslih, TB. Aat Syafaat & Sohari Sahroni, 2008: 161)
3) Kepribadian
Kepribadian adalah perilaku individu yang merupakan cirinya yang
khas dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian sering disebut
sebagai identitas (jati diri). Dari individu satu dengan individu yang lain
26
jati dirinya berbeda-beda. Dalam kondisi normal, memang secara individu,
manusia memiliki perbedaan dalam kepribadian. Dengan perbedaan ini
diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaan,
termasuk jiwa keagamaan (Muslih, TB. Aat Syafaat & Sohari Sahroni,
2008: 162).
4) Kondisi Kejiwaan
Kondisi kejiwaan ini terkait dengan kepribadian sebagai faktor
intern. Sigmun Freud mengemukakan bahwa gangguan kejiwaan
ditimbulkan oleh konflik dan akan menjadi sumber gejala kejiwaan yang
abnormal. Penyakit atau faktor genetik kondisi system saraf diperkirakan
menjadi sumber munculnya perilaku yang abnormal. Dengan demikian,
sikap manusia ditentukan oleh stimulant (rangsangan) lingkungan yang
dihadapi saat itu(Muslih, TB. Aat Syafaat & Sohari Sahroni, 2008: 163).
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan
keagamaan yang dapat dilihat dari lingkungan itu dibagi tiga yaitu sebagai
berikut :
1) Lingkungan Keluarga
27
Keluarga adalah satuan sosial yang sangat sederhana dalam
kehidupan manusia. Terdiri dari ayah, ibu dan anak. Kehidupan keluarga
menjadi fase sosialisasi pertama bagi pembentukan jiwa keagamaan anak.
Pengaruh kedua orang tua terhadap jiwa perkembangan keagamaan
anak dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Karena orang tua diberi
beban tanggung jawab terhadap perkembangan jiwa keagamaan. Keluarga
dinilai sebagai faktor paling dominan dalam meletakkan dasar
perkembangan jiwa keagamaan (Muslih, TB. Aat Syafaat & Sohari
Sahroni, 2008: 164).
2) Lingkungan Institusional
Lingkungan institusional juga berpengaruh besar dalam
perkembangan keagamaan dalam berupa institusi formal seperti sekolahan
atau non formal seperti berbagai perkumpulam dan organisasi. Karena
secara umum institusi akan melakukan pembentukan kepada pesreta didik
seperti keimanan, ketekunan, disiplin, kejujuran, simpati, sosiabilitas,
keteladanan, sabar dan keadilan. Pelaksanaan dan pembiasaan bagi
pembentukan sifat-sifat seperti umumnya menjadi bagian program
pendidikan di sekolah.
Melalui kurikulum yang berisi materi pengajaran, sikap dan
keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar teman di sekolah
28
dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang baik. Pembiasaan baik
merupakan pembentukan moral yang berkaitan dengan perkembangan jiwa
keagamaan seseorang (Muslih, TB. Aat Syafaat & Sohari Sahroni, 2008:
165).
3) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan unsur yang berpengaruh dalam
norma dan tata nilai dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan masyarakat
yang memiliki tradisi keagamaan berpengaruh terhadap kehidupan
keagamaan terkondisi dalam tatanan nilai maupun institusi keagamaan.
Keadaan seperti ini bagaimanapun sangat berpengaruh dalam
pembentukan jiwa warganya (Muslih, TB. Aat Syafaat & Sohari Sahroni,
2008: 165).
Cara Meningkatkan Pembinaan Keagamaan, pendidikan adalah
salah satu proses yang bertujuan untuk membentuk pola perilaku salah
satunya adalah pendidikan agama. Proses itu biasanya membutuhkan
peran pendidik, tetapi pendidik yang bisa mendidik diri sendiri setelah
berjumpa dengan pengalaman pendidik. Oleh karena itu pendidik lebih
menekankan kepada pemberian kesempatan agar seseorang mengalami
sendiri atau pengalaman agama. Seorang pembina atau pendidik,
mempunyai tanggung jawab sangat besar dalam membina agar selalu
29
melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik, bersikap sopan,
menghargai orang lain dan sebagainya.
30
Bab III
PAPARAN DATA PENELITIAN
Paparan Data
1. Profil Sekolah
Sekolah Dasar Negeri Lemahireng 05, terletak di Desa Lemahireng,
Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Tahun
berdirinya tahun 1902. Bangunan sekolah milik sendiri dengan luas 980 m, jarak
dari kecamatan Bawen adalah 2 Km. Sedangkan jarak dari pusat kota adalah 14
Km. Letaknya di Jalan Soekarno-Hatta Km 28 Bawen, atau 6 Km dari terminal
Bawen dan 1Km dari jalan Jalan Soekarno-Hatta
2. Temuan Data
a. Materi pembinaan pembinaan keberagamaan siswa diSekolah Dasar Negeri
Lemahireng 05
Temuan data penelitian di lapangan menunjukan materi pembinaan
keberagamaan yang diperoleh dari informan. Materi-materi yang diberikan
dalam pembinaan keberagamaan kepada siswa. Dalam misi pembinaan
keberagamaan yang dilakukan secara intensif yaitu materi yang disampaikan
pada saat pembinaan keberagamaan, peneliti memulai pertanyaan kepada
pembina(guru) Rumidah, Arifin dan Ana di waktu yang berbeda, materi apa
31
yang diberikan pada saat pembinaan keberagamaan siswa agar mereka itu bisa
mengerti tentang agama Islam,
“Materi yang saya disamapaikan ya ada mengenai keimanan, akhlak
atau budi pekerti dan praktek ibadah atau do’a-do’a”. tutur Arifin
mengenai materi yang disampaikan pada saat pembinaan
keberagamaan Islam.
Tutur Rumidah “Materi yang disampaikan dalam pembinaan yaitu
aqidah, akhlak dan ibadah.”Dan Materi-materi sudah disusun sama
halnya dengan RPP”.
Ana juga menuturkan “Materi akhlak dan materi lain yang diperlukan
untuk menjadikan siswa yang berkarakter (materi ibadah, akhlak,
sejarah Islam, fiqih dll)”.
Dari penuturan ketiga pembina materi yang disampaikan dalam
pembinaan keagamaan adalah sama yaitu :
1) Dimensi keyakinan/aqidah
2) Dimensi ibadah (praktek ibadah)
3) Dimensi akhlak
Dari ketiga pokok dimensi tadi juga dipertegas oleh pengakuan dari
siswa binaan yaitu Savira dan Ain,
“Aqidah, ibadah dan akhlak yaitu Praktik shalat, berwudlu dan
membaca Al-Qur’an”.
32
Senada dengan yang dikatakan oleh Wifda dan Alif mengatakan,
“Teori praktik, dongeng, cerita Islami, melihat film, dan membaca
asma’ul husna, Praktik shalat, berwudlu, shalat tarawih dan membaca
Al-Qur’an”.
Materi yang diberikan Pembina kepada siswa mencakup tiga
dimensi yaitu aqidah menjelaskan tentang keimanan, ibadah
menjelaskan tentang beribadah kepada Tuhannya, dan akhlak
menjelaskan tentang perilaku yang baik untuk terciptanya hubungan
manusia yang berdasarkan ajaran agama.
b. Pelaksanaan pembinaan keberagamaan siswa di Sekolah Dasar Negeri
Lemahireng 05
Untuk lebih memperjelas gambaran bagaimana pelaksanaan
pembinaan keberagamaan siswa. Peneliti mengajukan pertanyaan kepada
pembina, bagaimana anda menjadwal atau mengatur untuk pembinaan
keberagamaan para siswa.
Terus bagaimana pelaksanaan pembinaan tersebut, tempatnya dimana,
pembinaan dilakukan berapa kali dalam seminggu dan durasi waktunya
berapa menit). Arifin menjawab,
Pembinaan dilaksanakan 2 kali dalam seminggu.“Pembinaan
dilakukan kepada siswa IV – VI Untuk dulu waktu pembinaan
keagamaan Islam masih satu minggu sekali durasi waktunya 30 – 60
menit, tapi setelah satu bulan sekali durasi waktunya 1 – 1.5 jam”.
33
Tegas Puthut ketika memberikan informasi mengenai pelaksanaan
pembinaan keberagamaan siswa.
Rumidah dan Ana juga menjawab, “pembinaan dilakukan 1/2 kali
dalam seminggu, Pembinaan dilakukan kepada siswa kelas I – VI”.
Peneliti juga melontarkan pertanyaan kepada siswa untuk
memperkuat jawaban dari pembina. Kemudian peneliti bertanya
kepada Savira, Ain, Wifda dan Alif bagaimanakah pelaksanaan
pembinaannya?
Fahma, Dhia,Yordan dan Tri menjawab dengan jawaban yang intinya
sama: “Tidak mesti pembinaan dilakukan 1 kali kadang 2 kali dalam
seminggu, Dilakukan didalam kelas atau mushala”.
Pelaksanaan pembinaan keberagamaan siswa di Sekolah Dasar Negeri
Lemahireng 05 dilakukan satu minggu sekali sudah bagus untuk pembinaan.
Sebab jika pembinaan dilakukan satu minggu empat atau lima kali siswa bisa
jenuh ketika mengikuti pembinaan karena terlalu sering.
c. Carapembinaan keberagamaan siswa di Sekolah Dasar Negeri Lemahireng 05
Hasil temuan data penelitian di lapangan menunjukan bahwa cara
pembinaan keberagamaan yang diterapkan pada siswa. Oleh informan
(Pembina) dari guru maupun tokoh masyarakat atau tokoh agama yang
memiliki kemampuan dalam mengemban misi pembinaan keagamaan tersebut
menerapkan cara pembinaan yang digunakan dalam melakukan pembinaan
keberagamaan. Pilihan cara pembinaan disesuaikan dengan kajian materi
34
keagamaan, yang berorientasi dalam penyampaian misi pembinaan
keberagamaan siswa.
Dalam misi pembinaan keberagamaan yang dilakukan secara intensif,
peneliti memulai pertayaan kepada Rumidah, Arifin dan Ana selaku pembina,
Untuk menyampaikan materi kepada para siswa terhadap pengetahuan agama
guna tujuan pembinaan keberagamaan siswa maka untuk pembinaan seperti
apa yang digunakan oleh Pembina,
Arifinmenjawab,
“Secara klasikal berkelompok dan materi disampaikan secara teori
tapi yang sekiranya perlu di praktikan ya dipraktikan”.
Rumidah juga mengatakan, “Penyampaian materi aqidah, akhlak dan
ibadah kadang dilakukan secara klasikal, kelompok dan
sendiri”.dan”Ada yang membantu, yaitu guru kelas dengan cara
menyelipkan pelajaran karakter lewat setiap mata pelajaran”.
Ana juga menuturkan, “Pembina memberikan wawasan dan
tauladan yang baik yang dapat dititru”.
d. Hambatan-hambatan dalam Pembinaan keberagamaan siswa di Sekolah Dasar
Negeri Lemahireng 05
Dalam hal pembinaan keberagamaan siswa peneliti ingin mengetahui
hambatan-hambatan apa saja dalam pembinaan tersebut, oleh karena itu
peneliti bertanya kepada Puthut, Kasmini dan Siti selaku pembina, hambatan-
35
hambatan apa yang ada dalam pembinaan serta upaya apa untuk
mengatasinya, Arifin mengatakan,
“Anak kurang memperhatikan ketika pembinaan berlangsung dan
dalam mempraktikan di kehidupan sehari-hari masih kurang”.Upaya
untuk mengatasi “Pembinaan di ulang-ulang jika dalam
pembinaannya kurang benar langsung ditegur dan dibetulkan”.
Rumidah juga mengatakan “Hambatan dalam melaksanakan
pembinaan adalah kurang perhatian orang tua kepada anaknya yang
setiap hari ditinggal kerja sehingga, walaupun di sekolah guru telah
berupaya semaksimal mungkin tetapi masih kurang berhasil”. Upaya
untuk mengatasinya “Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut,
pihak sekolah berusaha untuk mendatangkan wali murid secara
klasikal, bagi siswa yang bandel wali muridnya dipanggil secara
pribadi(komunikasi dengan wali murid) tapi orang tua/wali murid
kurang perhatian terhadap anaknya”.
Ana mengatakan hambatan-hambatanya “Waktu kurang dan ketika
pembinaan berlangsung para siswa kurang memperhatikan, melamun ,
berbicara dengan temannya dan bermain sendiri”.Upaya untuk
mengatasinya “Ditambahkan jam untuk membina dan pembinaan
dilakukan semenarik mungkin agar siswa tidak jenuh dan mau
memperhatikan”.
Dari data yang ditemukan peneliti menemukan hambatan-hambatan
pembinaan keberagamaan siswa yaitu : 1) Anak kurang memperhatikan ketika
pembinaan berlangsung dan dalam mempraktikan di kehidupan sehari-hari
36
masih kurang. 2) Kurang perhatian orang tua kepada anaknya yang setiap hari
ditinggal kerja. 3) Waktu kurang dan ketika pembinaan berlangsung para
siswa kurang memperhatikan.
Upaya untuk mengatasinya yaitu : 1) Pembinaan diulang-ulang jika
dalam pembinaannya kurang benar langsung ditegur dan dibetulkan. 2) Pihak
sekolah berusaha untuk mendatangkan wali murid secara klasikal, bagi siswa
yang bandel wali muridnya dipanggil secara pribadi. 3) Menambahkan jam
untuk membina dan pembinaan dilakukan semenarik mungkin agar siswa
tidak jenuh dan mau memperhatikan.
37
Bab IV
ANALISIS DATA PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian di laksanakan di Sekolah Dasar Negeri Lemahireng 05, Desa
Lemahireng Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.Adapun letaknya
geografisnya sebagai berikut. Letaknya di Jalan Soekarno-Hatta Km 28 Bawen,
atau 6 km dari terminal Bawen dan 3 km dari jalan Jalan Soekarno-Hatta.
B. Paparan Data
TABEL I
DAFTAR NAMA PEMBINA KEBERAGAMAAN SISWA
DI SD N LEMAHIRENG 05
No
Nama Jenis
klamin
Jabatan Umur Lulusan
1. Rumidah, S.Pd,SD P Kepala Sekolah 56 th S1
2. Bakri Arifin, S.Ag L Guru Agama Islam 42 th S.Ag
3. Ana Setyaningsih,S.Pd P Guru Kelas IV 54 th SPG
38
1. Gambaran Informan
Untuk mengetahui pembinaan keberagamaan siswa di Sekolah Dasar
Negeri Lemahireng 05, dapat didasarkan pada beberapa pendapat petugas
pembina keberagamaan yang membina para siswa di sekolahan tersebut.
Setidaknya, pendapat itu dapat menjadi bentuk perwakilan informasi tentang
lingkungan sekolahan secara umum.
TABEL II
DAFTAR NAMA INFORMAN
No Nama (kode) JK Pendidikan Jabatan
1 Rumidah, S.Pd. SD P S1 Kepala Sekolah
2 Sukirdi, S.Pd L S1 Guru Kelas VI
3 Priyanto L S1 Guru Kelas IV
4 Alif Cahyo K L Siswa Kelas IV
5 M Wifda Ahibda L Siswa Kelas V
6 Ain‟naya Suci R P Siswa Kelas V
7 Savira Juanda S P Siswa Kelas VI
39
C. Pembahasan
1. Materi pembinaan pembinaan keberagamaan siswa diSekolah Dasar
Negeri Lemahireng 05
Pembinaan keberagamaan siswa diSekolah Dasar Negeri Lemahireng
05 telah dilakukan oleh pembina melalui berbagai materi. Sebab bagi para
pembina harus membina keagamaan siswa. Oleh karena itu para pembina
harus mengerti kondisi binaannya untuk materi seperti apa yang harus
diberikan. Apabila ajaran telah masuk pada para siswa maka akan menjadi
bagian dari mentalnya yang telah terbinanya itu sedikit demi sedikit mereka
akan mengerti tentang ajaran agama dan dengan sendirinya mereka akan
menjauhi larangan Tuhan dan mengerjakan segala perintah-Nya atau
setidaknya batin mereka merasa lebih lega, walaupun membutuhkan proses
yang lama.
Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh.
Oleh karena itu, hanya konsep yang mampu memberi penjelasan tentang
memahami keberagamaan umat Islam. Untuk memahami Islam dan umat
Islam konsep yang dibuat adalah konsep yang mampu memahami beragam
dimensi dalam berislam (Nashori Suroso, Fuad & Djamaludin Ancok, 2005:
80).
Sebelum para pembina memberikan pembinaan keagamaan yang
terbagi dalam berbagai dimensi maka pembina harus mempunyai bekal dan
40
persiapan-persiapan agar dalam melakukan pembinaan dapat tercapai
tujuannya. Sesungguhnya faktor yang mempengaruhi hasil dari pembinaan
adalah sikap dan pribadi atau kesehatan mental pelaku dakwah itu sendiri.
Selain itu juga pembina harus bijaksana, ia harus pandai dalam memilih
materi yang akan disampaikan dan seberapa banyak materinya. Untuk itu
pembina harus memberikan materi yang pertama dimensi keyakinan atau
aqidah yaitu tentang nilai keimanan sebagai dasar pijakan pemahaman bahwa
tiada Tuhan melainkan Allah dan mengakui nabi Muhammad adalah utusan
Allah. Agar mereka mau mau menerima konsep dan ajaran-ajaran yang
berasal dari Al-Qur‟an dan sunah. Karena para siswa diusia yang masih dini
sangatlah bagus memberikan materi tentang keyakinan terhadap Allah,
sehingga mereka mempunyai pondasi atau dasar yang kuat.
Materi yang kedua dimensi praktek ibadah yaitu tentang ibadah
sebagai wujud penghambaan atau penyembahan kepada Allah dan mekanisme
penguat keyakinan. Yang harus ditekankan kepada para siswa yaitu mengenai
shalat, puasa,dan zakat. Dalam agama Islam melaksanakan praktek ibadah
merupakan implementasi terhadap pengetahuan agama, bentuk ketaatan
kepada Allah SWT dan keyakinan menjalankan perintah-perintah agama yang
diwujudkan dalam bentuk perbuatan atau ritual ibadah seperti sholat, puasa,
zakat serta ritual-ritual lainya. Sedangkan ritual ibadah juga bisa merupakan
kegiatan sehari-hari yang tidak terikat oleh waktu tertentu seperti
41
mengucapkan salam ketika bertemu dengan sesama muslim dan berdo‟a
ketika akan memulai kegiatan.
Materi yang ketiga dimensi akhlak yaitu tentang bagaimana individu
atau seorang muslim berinteraksi dengan dunianya yang berhubungan dengan
peribadatan maupun dalam pergaulan antar manusia, makhluk lain dan diri
sendiri. Sehingga dapat terjadi interaksi yang dapat menguntungkan semua
pihak.
Dari penuturan ketiga pembina ibu Rumidah, Arifin dan Ana materi
yang dasampaikan dalam pembinaan keagamaan adalah sama yaitu :
1) Dimensi keyakinan atau aqidah
2) Dimensi ibadah (praktek ibadah)
3) Dimensi akhlak
Untuk itu pembina harus menekankan ketiga dimensi diatas sebagai
materi yang harus diberikan kepada siswa secara rutin dan terus-menerus.
Selain itu juga apabila pembina memberikan materi selain ketiga dimensi itu
maka terlalu banyak materi yang akan diterima oleh para siswa. Karena
pembina memberikan materi dari ketiga dimensi itu saja para pembina
menganggap materi yang diberikan sudah terlalu banyak. Jadi harapan dari
pembina dari ketiga materi itu harus dimengerti, dipahami dan dilaksanakan
terlabih dahulu barulah materi selain ketiga dimensi itu bisa diberikan. Dari
42
ketiga pokok dimensi di atas jika bisa dijalankan oleh siswa maka mereka dapat
membawa perbaikan hidupnya walaupun sedikit demi sedikit. Selanjutnya
mereka bisa hidup sehat, sejahtera, bahagia dan selalu hidup dijalan yang benar
(jalan Allah).
2. Pelaksanaan pembinaan keberagamaan siswa di Sekolah Dasar Negeri
Lemahireng 05
Pelaksanaan pembinaan keberagamaan berpengaruh terhadap tujuan
yang dicapai dalam pembinaan tersebut. Maka dari itu pengelola dan pembina
harus bekerja sama dalam mensukseskan pembinaan keagamaan tersebut.
Pembinaan harus terjadwal dengan sebaik mungkin. Untuk lebih memperjelas
bagaimana pelaksanaan pembinaan keberagamaan siswa diSekolah Dasar
Negeri Lemahireng 05
Peneliti mencari informasi kepada kepala sekolah, guru-guru Pembina
dan siswa.Bagaimana uapaya pembinaan keberagamaan siswa di Sekolah
Dasar Negeri Lemahireng 05.
Dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembinaan keberagamaan
siswa di Sekolah Dasar Negeri Lemahireng 05 dilakukan tiga kali dalam satu
minggu. Untuk pemberitahuan kepada para pembina dan para siswa sudah
terjadawal.Sehingga Pembina dan siswa tinggal melihat jadwal yang sudah
tertempel di kelas masing-masing. Kemudian untuk tempat pelaksanaannya
dilakukan secara pindah-pindah yaitu di kelas, mushola atau masjid sekitar
43
sekolahan. Terus untuk durasi waktu pembinaan yaitu antara 60 – 90 menit (1
– 1.5 jam).
Menurut Rumidah, Arifin dan Ana pelaksanaan pembinaan
keberagamaan siswa sudah bagus. Misi pelaksanaan pembinaan
keberagamaan siswa di Sekolah Dasar Negeri Lemahireng 05 dilakukan
seminggu tiga kali pada dasarnya adalah agar para siswa dapat memahami dan
mengamalkan tentang ajaran agama Islam.
Pembinaan berarti “pembaharuan atau penyempurnaan” dan “usaha”
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy
Soemanto. Pembinaan adalah menunjuk pada suatu kegiatan yang
mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada (Muslih, TB. Aat
Syafaat & Sohari Sahroni, 2008: 152-153).
Agar pembinaan itu bisa mencapai tujuan yang maksimal maka
pembinaan keberagamaan siswa di sekolah lebih baik lagi dilaksanakan setiap
hari. Seperti penuturan Rumidah selaku kepala sekolah “guru kelas dengan
cara menyelipkan pelajaran karakter lewat setiap mata pelajaran.”.
Alangkah baiknya jika dilaksanakan seperti itu. Karena pemberian materi
keagamaan itu pastinya berkelanjutan, jika pembinaan dilakukan seminggu
tiga kali maka jarak untuk memberikan lanjutan materi kepada siswa hanya
beberapa hari mereka masih sedikit mengingat materi yang diberikan pembina
44
seminggu yang lalu (tidak lupa). Sehingga Pembinaan atau “usaha” tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh
hasil yang lebih baik. Akan tetapi jika pembinaan keagamaan dilaksanakan
sebulan sekali maka jarak untuk melanjutkan materi yang diberikan dari
pembinapun juga lama sekali, sulit untuk mencapai hasil yang di inginkan.
3. Carapembinaan keberagamaan siswa di Sekolah Dasar Negeri
Lemahireng 05
Pembinaan keberagamaan siswa di Sekolah Dasar Negeri Lemahireng
05 yang telah dilakukan oleh pembina keagamaan melalui bermacam-macam
kegiatan keagamaan seperti pengajian, sholat berjamaah, dan ceramah-
ceramah keagamaan. Konsep dalam pembinaan keagamaan yang dilakukan di
sekolahan ini adalah bagaimana menambahkan serta mengembangkan iman
dan taqwa para siswa kepada Allah SWT.
Keberagamaan para siswa sangat di pengaruhi oleh model pembinaan
keagamaan yang dilakukan oleh pihak pembina, selain itu juga keagamaan
siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik itu faktor intern
maupun faktor ekstern seperti keluarga dan masyarakat. Para siswa memiliki
keagamaan yang baik tidak sekedar hanya melakukan hubungan dengan
Tuhan akan tetapi juga harus memiliki hubungan yang baik dengan sesama
manusia teman dan gurunya ataupun dengan masyarakat.
45
Arifin mengatakan,
“Secara klasikal berkelompok dan materi disampaikan secara teori
tapi yang sekiranya perlu di praktikan ya dipraktikan. Contohnya,
wudhu, shalat dan membaca do’a-do’a”.
Rumidah juga mengatakan, “Penyampaian materi aqidah, akhlak dan
ibadah kadang dilakukan secara klasikal, kelompok dan
sendiri”.dan”Ada yang membantu, yaitu guru kelas dengan cara
menyelipkan pelajaran karakter lewat setiap mata pelajaran”.
Ana juga menuturkan, “Pembina memberikan wawasan dan tauladan
yang baik yang dapat dititru”.
Dari penuturan Arifin, Rumidah dan Anacara pembinaan
keberagamaan pada siswa yang digunakan pembina adalah ceramah. Namun
jika berbicara tentang siswa maka seorang pembina harus dapat mengetahui
kondisi binaan siswa. Apakah para siswa telah mempunyai salah satu
keyakinan yang salah atau bertentangan dengan moral agama dan pembina
harussegeramenegur kesalahan-kesalahan mereka, kalaupun mereka
menerima dan mengakui bahwa yang dibuat itu salah tapi perasaan mereka
akan menolak kebenaran yang kita tunjukan. Maka dari itu pembina jangan
samapai menegur dengan cara yang kasar. Seorang pembina harus dapat
mengenal latar belakang dan motif-motif yang mendorong para siswa berbuat
yang berlawanan dengan agama. Setelah itu barulah dilakukan tanya jawab
atau diskusi tentang masalah-masalah yang ingin dikemukakan. Untuk
46
menghadapi kekurangan mereka maka pembina hendaknya ditingkatkan
dengan penuh kasih sayang dan penghargaan.
Jadi cara pembinaan keberagamaan yang dilakukan oleh pembina
dengan menggunakan ceramah lebih cocok dengan teori dan praktik. Karena
dengan itu para siswa bisa bertanya kepada pembina apabila ada suatu hal
tentang agama atau hal-hal lain yang mereka belum ketahui dan dirumah bisa
langsung mempraktikan.
4. Hambatan-hambatan dalam Pembinaan keberagamaan siswa di Sekolah
Dasar Negeri Lemahireng 05
Dalam hal pembinaan keberagamaan pada siswa peneliti ingin
mengetahui hambatan-hambatan apa saja dalam pembinaan tersebut, oleh
karena itu peneliti bertanya kepada informan yaitu Puthut, Kasmini dan Siti
selaku Pembina. Hambatan-hambatanapa yang ada dalam pembinaan serta
upaya apa untuk mengatasinya,
Arifin mengatakan,
“Hambatan yang terjadi yaitu Anak/siswa kurang memperhatikan
ketika pembinaan berlangsung dan dalam mempraktikan di kehidupan
sehari-hari masih kurang. Upaya untuk mengatasinya, Pembinaan di
ulang-ulang jika dalam pembinaannya kurang benar langsung ditegur
dan dibetulkan”.
Selain itu juga Rumidah mengatakan,
47
“Hambatan yang terjadi adalah kurang perhatian orang tua kepada
anaknya yang setiap hari ditinggal kerja sehingga, walaupun di
sekolah guru telah berupaya semaksimal mungkin tetapi masih kurang
berhasil. Upaya untuk mengatasinya, Untuk mengatasi hambatan-
hambatan tersebut, pihak sekolah berusaha untuk mendatangkan wali
murid secara klasikal, bagi siswa yang bandel wali muridnya
dipanggil secara pribadi”.
Ana juga mengatakan,
“Hambatan yang terjadi adalah Waktu kurang dan ketika pembinaan
berlangsung para siswa kurang memperhatikan. Upaya untuk
mengatasinya, Ditambahkan jam untuk membina dan pembinaan
dilakukan semenarik mungkin agar siswa tidak jenuh dan mau
memperhatikan”.
Untuk megatasi hambatan-hambatan tadi para guru atau pembina
selalu melakukan hubungan dengan orang tua siswa untuk memberikan
informasi kepada orang tua jika ada anaknya yang bandel, kemudian Pembina
juga memberikan materi secara berulang-ulang agar siswa betul-betul paham
dan bisa mempraktikan dalam kehidupan sehari-hari, serta menambah jam
pembinaan jika serasa kurang saat memberikan pembinaan dan membuat
suasana pembinaan lebih menarik agar siswa tidak merasa jenuh.
Selain itu juga berbagai upaya yang dilakukan baik dari pihak
pembinaan keagamaan ataupun dari pengelola melalui berbagai macam
48
kebijakan untuk mengadakan berbagai kegiatan keagamaan, upaya yang
dilakukan oleh pembina untuk terus memompa atau memberikan motivasi dan
memberikan pemahaman para siswa, usaha itu sendiri guna terus
meningkatkan keagamaan individu, tidak mungkin akan terlepas dari faktor-
faktor yang mendukung keberagamaan para siswa. Dari hasil penelitian yang
penulis lakukan di Sekolah Dasar Negeri Lemahireng 05 sebagai berikut:
Faktor pendukung, meliputi:
a) Fasilitas yang disediakan oleh sekolahan atau pembinaan keberagamaan
untuk mendukung kegiatan. Seperti mushola, alat pengeras suara,
proyektor, alat peraga dan buku-buku tentang agama Islam.
b) Berbagai macam kegiatan seperti Pesantren kilat, infa‟ setiap hari
jum‟at.
c) Kepedulian pembina dan seluruh elemen masyarakat sekitar.
d) Semangat, antusias dan kesadaran guru (Pembina) serta siswa yang
melaksanakan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
keberagamaan siswa.
5. Tolak Ukur Keberhasilan Pembinaan keberagamaan siswa
Sebagai tolak ukur bahwa pembinaan yang dilakukan terhadap siswa
SD N Lemahireng 05 itu dikatakan berhasil, peneliti mewancari para Pembina
tersebut. Peneliti bertanya kepada pembina yang intinya apakah atau
49
bagaimana tolak ukur pembinaan keberagamaan terhadap siswa itu bisa
dikatan berhasi?
Rumidah menjawab “Menurut saya pembinaan keberagamaan terrhadap
siswa dikatakan berhasil sangat gampang, bisa kita lihat dari perubahan
karakter siswa disekolahan. Kalau kararkternya samakin hari semakin
baik berarti itu menandakan bahwa pembinaan berhasil walaupun tidak
100% berhasil”.
Senada dengan Arifin dan Ana, sebagai pembina mereka mengatan,
“Pembinaan kebergamaan itu berhasil bisa dilihat bagaimana siswa
menjalani kesehariannya yaitu tingkah laku terhadap guru, teman, dan
orang tuanya. Selain itu juga bisa dilihat bagaimana siswa ketika
berbicara dengan orang lain. Kemudian ibadahnya rajin atau tidak
(karakter dan dimensi ibadah).Semua itu bisa menjadi bukti atau sebagai
tolak ukur keberhasilan suatu pembinaan. Tapi untuk pembinaan yang
dilakukan selama ini menurut kami para Pembina jujur saja belum
berhasil walaupun sudah ada siswa yang berubah karakter dan budi
pekertinya ”.
Jadi sebagai tolak ukur pembinaan di SD Negeri Lemahireng 05
berhasil atau tidak adalah karakter dan budi pekerti siswa sudah dipraktikkan
sehari-hari di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.Namun pembinaan
keberagamaan yang dilakukan di SD Negeri Lemahireng 05 para Pembina
mengatakan bahwa pembinaan belum berhasil walaupun ada beberapa siswa
yang sudah berubah karakter dan budi pekertinya.
50
Bab V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis terhadap hasil penelitian Uapaya
Pembinaan Keberagamaan Siswa SD Negeri Lemahireng 05 Kec. Bawen Kab.
Semarang, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian
tersebut, yaitu:
1. Upaya yang dilakukan dalam pembianaan keberagamaan siswa; pembinaan di
ulang-ulang jika dalam pembinaannya kurang benar langsung ditegur dan
dibetulkan, pihak sekolah berusaha untuk mendatangkan wali murid secara
klasikal, bagi siswa yang bandel wali muridnya dipanggil secara pribadi dan
menambahkan jam untuk membina dan pembinaan dilakukan semenarik
mungkin agar siswa tidak jenuh dan mau memperhatikan.
2. Adapun hambatan-hambatan dalam Pembinaan Keberagamaan Siswa; anak
kurang memperhatikan ketika pembinaan berlangsung serta dalam
mempraktikan dikehidupan sehari-hari masih kurang, kurang perhatian orang
tua kepada anaknya yang setiap hari ditinggal kerja dan waktu kurang dan
ketika pembinaan berlangsung para siswa kurang memperhatikan.
51
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan diatas, maka penulis
mengajukan beberapa saran guna perkembangan selanjutnya kearah yang
lebih baik kepada :
1. Pembina (guru)
Karena Melihat begitu pentingnya untuk melaksanakan pembinaan
keberagamaan siswa, serta begitu besarnya pengaruh orang tua dan
lingkungan masyarakat, maka pihak pembina (guru) perlu melakukan
pendekatan yang lebih intens bukan hanya kepada siswa serta perlu dilakukan
pendekatan dengan sekitar lingkungan sekolah mengenai pentingnya
pembinaan keberagamaan siswa untuk bekal mereka melakukan interaksi
dengan dunia luar dan bagi pembina diharapkan menambah wawasannya
mengenai pembinaan agama Islam terhadap siswa dan memberi tauladan yang
baik.
2. Masyarakat (guru TPQ)
Perlu adanya kerja sama yang baik antara pembina keberagamaan
dengan tokoh masyarakat (guru TPQ) atau guru mengaji dan orang tua siswa
agar bisa berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan positif kepada para siswa
terutama pada pembinaan keberagamaan. Agar bisa terciptanya siswa yang
baik sesuai ajaran agama dan menjadikan generasi penerus yang taqwa.
52
3. Siswa
Bagaimanapun upaya yang dilakukan oleh pembina keberagamaan
adalah suatu upaya yang sangat baik untuk memberi pengetahuan tentang
agama Islam, namun selain dari pembina diharapkan dari siswa sendiri
berusaha aktif bergerak untuk memperdalam pemahaman mereka tentang
keagamaan Islam melalui belajar dirumah atau mengikuti TPQ.Hal itu agar
mereka akan aktif untuk bertanya kepada pembina ketika pembinaan
berlangsung.
4. Pemerintah
Karena begitu pentingnya pembinaan keberagamaan siswa maka
pemerintah harus ikut berperan serta dalam pembinaan tersebut. Dan
pemerintah harus terjun langsung demi pelaksanaan pembinaan tersebut serta
harus bekerja sama dengan pihak-pihak terkait. Karena peran dari pemerintah
sangatlah penting demi tercapainya tujuan pendidikan. Karena selama ini
peran serta dari pemerintah untuk kegiatan pembinaan keberagamaan masih
kurang.
53
DAFTAR PUSTAKA
Tabroni & Imam Suprayogo. Metodologi Penelitian Sosial Agama, Bandung:PT
Remaja Rosdakarya, 2003.
Nashori Suroso Fuad & Djamaludin Ancok. Psikologi Islami, Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 2005.
Pusat Bahasa. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta:Balai Pustaka, 2007.
Moeloeng J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Muslih, TB. Aat Syafaat & Sohari Sahroni. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam
Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinguency), Jakarta:Rajawali Pers,
2008.
Aprillia Senja Ratu & EM Zul Fajri. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Difa
Publisher.
Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang:CV. Asy-Syifa‟.
(http://kbbi.web.id).
(http://kamusbahasaindonesia).
DAFTAR SKK
Nama : Nur Kaeni Fakultas/Jurusan : FTIK/PAI
Nim : 11110134 PA :
Fatchurrohman, S. Ag., M. Pd.
No. Nama Kegiatan Waktu Status Nilai
1. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan ORIENTASI
PENGENALAN AKADEMIK
DAN KEMAHASISWAAN
(OPAK)
25-27 Agustus 2010 Peserta 3
2. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan Pendidikan Dasar
(PEDAS) Musik XII Dan
Workshop Paduan Suara
Mahasiswa (PSM) VI oleh
SMC
01 Januari 2011 Peserta 2
3. Praktikum Kepramukaan
22 s.d. 27 Juli 2011 Peserta 2
4. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan Diklatsar III oleh SSC
22-29 Januari 2012 Panitia 3
5. Piagam Penghargaan dalam
acara Konser Perdana
Angkatan “CAMBTOSO” oleh
SMC
20 Maret 2012 Peserta 2
7. Piagam Penghargaan “BEBEK
CUP IV” oleh SSC
1 Juli 2012 Peserta 2
8. Praktikum Mata Kuliah FIQH
“PERAWATAN JENAZAH”
17 September 2012 Peserta 3
9. Piagam Penghargaan “English
Friendship Camp 2012 oleh
CEC
13 Oktober 2012 Peserta 2
10. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan SSC CUP II Tingkat
SMA se-Salatiga oleh SSC
13 – 14 Oktober
2012
Panitia 3
11. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan “Music In Campus”
oleh SMC
15 Oktober 2012 Panitia 3
12. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan Pendidikan Dasar
(PEDAS) music XIII Dan
Workshop Paduan Suara
Mahasiswa (PSM) VII oleh
SMC
27 November - 04
Desember 2012
Panitia 3
13. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan “Ekspresi Dan Kreasi
Music In Campus Tribute To
“Iwan Fals” oleh SMC
27 Desember 2012 Panitia 3
14. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan DIKLATSAR IV oleh
SSC
7-13 Januari 2013 Panitia 3
15. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan Grand Lounching
13 Februari 2013 Panitia +
Peserta
3
Band Perfome SMC oleh SMC
16. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan Konser Perdana
“EXTENDER” oleh SMC
20 Maret 2013 Panitia 3
17. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan Pekan Olahraga
Mahasiswa STAIN (PORS
“V”) sebagai juara II Futsal
oleh SSC
4-5 Mei 2013 Peserta 2
18. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan Pekan Olahraga
Mahasiswa STAIN (PORS
“V”) sebagai juara I Volly oleh
SSC
4-5 Mei 2013 Peserta 2
19. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan Pekan Olahraga
Mahasiswa STAIN (PORS
“V”) sebagai juara I
Badminton oleh SSC
4-5 Mei 2013 Peserta 2
20. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan Pekan Olahraga
Mahasiswa STAIN (PORS
“V”) sebagai juara II Catur
oleh SSC
4-5 Mei 2013 Peserta 2
21. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan Pekan Olahraga
Mahasiswa STAIN (PORS
“V”) sebagai juara II Tenis
4-5 Mei 2013 Peserta 2
Meja oleh SSC
22. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan seminar “EPST, It‟s
Your Chance to Exprees and
Show Up Your Skill” oleh
CEC
11 Mei 2013 Panitia 3
23. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan Music in Campus
(MIC) Yang Bertema
“Togetherness With Music”
oleh SMC
06 Juli 2013 Panitia 3
24. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan Konser Prroduksi
PSM SMC STAIN Salatiga
Dengan Tema “Senandung
Nada Dalam Warna” oleh
SMC
19 Oktober 2013 Panitia 3
25. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan SSC Cup III Futsal
Competition Kategori
MAHASISWA Sederajat se-
Salatiga oleh SSC
09-10 November
2013
Peserta 2
26. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan Pendidikan peserta
baru SSC oleh SSC
06-08 Januari 2014 Peserta 2
27. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan Diklatsar V oleh SSC
17-26 November
2014
Peserta 2
28. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan LPJ dan MUBES
SSC oleh SSC
30 November – 01
Desember 2013
Panitia 3
29. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan Pendidikan Dasar
(PEDAS) music XIV Dan
Workshop Paduan Suara
Mahasiswa (PSM) VIII oleh
SMC
23-29 Desember
2013
Panitia 3
30. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan “SIBA-SIBI Training
UAS Semester Ganjil 2013-
2014” oleh CEC dan ITTAQO
10-11 Januari 2014 Peserta 2
31. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan Konser Perdana
“FIDELIO” oleh SMC
20 Maret 2014 Panitia 3
32. Piagam Penghargaan dalam
kegiatan PORS VI oleh SSC
24-25 Maret 2014 Panitia 3
33. Piagam Penghargaan dalam
Kegiatan Praktikum Mata
Kuliah Baca Tulis Al Qur‟an
(BTQ)
22 Juli 2014 Peserta 2