MAKNA HIJRAH DAN DIMENSI KEBERAGAMAAN …
Transcript of MAKNA HIJRAH DAN DIMENSI KEBERAGAMAAN …
eJournal Sosiatri-Sosiologi 2021, 9 (2): 15-29 ISSN 0000-0000, ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2021
MAKNA HIJRAH DAN DIMENSI KEBERAGAMAAN
MAHASISWA LEMBAGA DAKWAH KAMPUS DI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
Agnes Dwi Hariyani1
Abstrak
Persoalan yang dikaji dalam penelitian ini adalah makna hijrah dan dimensi
keberagamaan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi LDK di FISIP
Universitas Mulawarman, hijrah bukan hanya perubahan dalam bentuk fisik yang
terlihat saja namun juga secara keseluruhan dan peneliti mendeskripsikan hijrah
dengan dimensi keagamaan dari Charles Y Glock dan Rodney Stark. Rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu apa makna hijrah dan dimensi keberagamaan
mahasiswa LDK dan Tujuan penelitian untuk mengetahui makna hijrah dan
mendeskripsikan dimensi keagamaan mahasiswa LDK.
Teori yang digunakan oleh peneliti ialah teori dimensi keberagamaan dari
Charles Y Glock dan Rodney Stark terdiri dari lima dimensi ideologis, ritualistik,
intelektual, eksperensial, konsekuensial. Jenis penelitian ini menggunakan
kualitatif field research (penelitian lapangan) memiliki fokus lima dimensi
keberagamaan dan makna hijrah meninggalkan kebiasaan buruk, menuju
kebiasaan baik. Informan dalam penelitian ini memiliki jumlah 8 mahasiswa yang
masih aktif tergabung dalam organisasi LDK di FISIP Universitas Mulawarman.
Hasil penelitian yang disimpulkan ialah makna hijrah menurut informan
secara garis besarnya memiliki arti yang sama yaitu merupakan suatu tindakan
yang dilakukan dengan berproses dan berkelanjutan untuk berubah menjadi baik
dari sebelumnya dan dimensi keberagamaan informan yaitu ; (1. Dimensi ideologi,
menyakini agama yang telah dianut (2. Dimensi intelektual, mencakup
pengetahuan agama berdasarkan kitab suci dan hadist (3. Dimensi ritualistik,
menjalankan ibadah sholat, puasa, zakat (4. Dimensi eksperensial, merasa lebih
bermanfaat untuk lingkungan sekitar dan dalam menjalankan proses ibadah (5.
Dimensi konsekuensial, informan telah menjalankan ilmu dan pengamalan agama
yang di miliki dalam kehidupan sehari – hari.
Kata Kunci : Hijrah, Dimensi Keberagamaan.
Pendahuluan
Hijrah bukan hanya sekedar perubahan dalam bentuk fisik dan tampilan
luarnya saja, hijrah dapat ditandai seperti beribadah, pemikiran, serta kebiasaan
berprilaku, berpakaian. Hijrah dalam berpakaian ini ditandai dengan
menggunakannya penutup kepala (hijab/jilbab) bagi kaum muslimah (perempuan),
1 Mahasiswa Program S1 Sosiatri-Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Mulawarman. Email: [email protected]
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 2, 2021: 15-29
16
Hijrah saat ini berkembang dikalangan anak muda milenial perkotaan, memahami
Islam, mengkaji Islam, memperbaiki hubungan dengan Tuhan di hidupnya.
Pada fenomena hijrah saat ini tampaknya kesadaran spiritual milenial
semakin meningkat entah di dunia maya yang mana pelaku hijrah tidak lagi
canggung mempublikasikan video – video islami, ceramah, kutipan ayat, hadist
dan lainnya. Di dunia nyata remaja milenial aktif membuat berbagai kegiatan
acara yang berkaitan dengan agama bersama komunitas – komunitas keagaaman.
Mahasiswa yang menggunakan jilbab sederhana (kecil) masih menggunakan
celana skinny jeans tidak merasa canggung berbaur dengan mereka yang
menggunakan pakaian syar’i, jika dulu remaja yang memakai cadar (niqab) malu
untuk menampakkannya entah karena dicemooh atau dikucilkan dari lingkungan
sosial yang menganggap seseorang bercadar adalah teroris atau terlalu fanatik
dengan agamanya, kini telah berbeda milenial yang bercadar tidak ragu untuk
berbaur dengan lingkungan sosial di sekitar kampus khususnya tidak lagi menutup
diri untuk kalangan cadar saja, cadar bukan alasan untuk tidak modis banyak
pilihan busana modis yang menggunakan cadar. Banyak mahasiswi FISIP
memutuskan untuk menggunakan pakian yang syar’i menutup dengan sempurna
tentu hal ini merupakan perubahan sosial yang terjadi secara terbuka di kalangan
masyarakat umum dan diterima oleh khalayak ramai. Walaupun kita pasti sudah
sama – sama mengetahui bahwa dalam merubah penampilan saja bukan berarti
sudah menjadi baik begitu juga halnya dengan yang tidak merubah penampilan
sesuai ajaran agama menjadi seseorang yang kurang baik, namun alangkah
baiknya jika sudah merubah penampilan sesuai dengan aturan agama di iringi pula
dengan perubahan sikap, akhlak, dan adab kepada sesama makhluk hidup.
Maka dari itu wajar saja fenomena hijrah saat ini terjadi dan pelaku hijrah
lebih dominan remaja, fenomena hijrah dilihat dari segi eksistensi yang menarik
minat anak muda saat ini jika melihat perubahan sosial yang sedang terjadi pada
kalangan masyarakat muslim perkotaan saat ini mengikuti arus globalisasi
perkembangan zaman.
Hijrah sebagai istilah perubahan hidup yang menuju keagama dan agama
selalu erat kaitannya dengan istilah religiusitas (keberagamaan) yang artinya
seberapa jauh kesadaran diri seseorang dalam menjalankan suatu ajaran agama
yang dianutnya, dalam organisasi dalam kampus seperti LDK yang ada di FISIP
Universitas Mulawaraman yaitu perilaku keberagamaan cenderung dilakukan
dengan cara mendalami agama agar bisa mempelajari, bertukar informasi secara
menyeluruh kesesama anggota maupun orang sekitar yang tidak tergabung dalam
organisasi. Bukan hanya mempelajari agama saja dalam organisasi tersebut
banyak menyelenggarakan kegiatan sosial, seperti keterampilan diri dengan ikut
pelatihan design, olahraga dan lainnya.
Keberagamaan seseorang yang berhijrah dengan seseorang yang belum
berhijrah memiliki perbedaan, orang yang berhijrah memiliki persepsi sendiri
Makna Hijrah dan Dimensi Keberagaman Mahasiswa LDK di Fisip Unmul (Agnes)
17
terhadap agama sehingga sebisa mungkin melaksanakan segi kehidupan sesuai
dengan ajaran agama yang dianut. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka
pennulis tertarik untuk meneliti mengenai makna hijrah dan dimensi
keberagamaan Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Mulawarman.
Rumusan Masalah
Dari pembahasan latar belakang sebelumnya maka penulis merumuskan
rumusan masalah yaitu apa Makna Hijrah dan Dimensi Keberagamaan Mahasiswa
Lembaga Dakwah Kampus di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis memiliki tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui makna hijrah mahasiswa yang tergabung dalam organisasi
LDK di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman.
2. Untuk mendeskripsikan dimensi keagamaan mahasiswa Lembaga Dakwah
Kampus di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman
Kota Samarinda.
Kerangka Dasar Teori
Teori Relgiusitas
Menurut Glock dan Stark dalam Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori
Suroso 1995:77 kelima dimensi tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Dimensi Ideologis
Dimensi ini bisa disebut juga dengan dimensi keyakinan dan kepercayaan,
dimana seseorang yang religious berpegang teguh pada pandangan teologis
tertentu dan mengakui kebenaran doktrin – doktrin tersebut. Setiap agama
mempertahankan kepercayaan dimana para penganut diharapkan taat,
kepercayaan seseorang terhadap kebenaran agamanya dan keyakinan masalah
ghaib yang di ajarkan oleh agama.
2. Dimensi Ritualistik
Dimensi ini bisa juga disebut dengan dimensi peribadatan yaitu aspek yang
mengukut sejauh mana seseorang melakukan kewajiban ritualnya dalam
agama yang di anut. Seperti contoh, pergi ke tempat ibadah, berdoa, dan
lainnya yang di ajarkan oleh agama. Dimensi ini mencakup perilaku
pemujaan, ketaatan dan hal – hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan
komitmen terhadap agamanya.
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 2, 2021: 15-29
18
3. Dimensi Intelektual
Dimensi ini berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang
terhadap ajaran agamanya, dimensi ini mengacu pa kepada harapan bahwa
orang – orang yang beragama memiliki sejumlah pengetahuan mengenai dasar
– dasar keyakinan dan kitab suci.
4. Dimensi Eksperensial
Dimensi ini berisi fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan –
pengharapan tertentu. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan,
perasaan –perasaan, persepsi – persepsi, dan sensai – sensasi yang dialami
seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan yang melihat
komunikasi, walaupun kecil dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan
Tuhan, kenyatan terakhir, dengan otoritas transcendental. Dimensi
pengalaman atau penghayatan adalah dimensi yang menyertai keyakinan
(ideologis), pengalaman (konsekuensial), dan peribadatan (ritualistik).
5. Dimensi Konsekuensial
Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat – akibat keyakinan keagamaan,
praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Kegiatan
ini berkaitan dengan kegiatan pemeluk agama untuk merealisasikan ajaran –
ajaran dan lebih mengarah pada hubungan manusia tersebut dengan
sesamanya dalam kehidupan sehari – hari yang berlandaskan pada etika dan
spiritualitas agama yang dianutnya.
Kelima dimensi keagamaan di atas, penulis menggunakannya untuk
mengetahui dan mendeskripsikan dimensi keagamaan yang ada pada objek
sekaligus informan peneliti untuk melakukan penelitian mengenai Makna Hijrah
dan Dimensi Keagamaan Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus Di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman.
Konsep Hijrah
Menurut ensiklopedi islam (dalam Watid, 2007) kata hijrah berasal dari
hajarayahjuru – hajran / hijranan yang berarti “memutuskan dan meninggalkan.
Hajara berarti hijrah, hijrah berarti meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah
tempat”.
Hijrah sebagai salah satu representasi bentuk keimanan yang ditunjukkan
oleh manusia, di mana mereka rela untuk meninggalkan tuntutan keduniaan demi
untuk mencapai kesalehan. Oleh karena itu, dalam Al – Qur’an mereka dinyatakan
mendapat pujian, karena mereka telah membuktikan bahwa keimanan adalah
sesuatu yang lebih berharga dari pada segalanya (Fakhruddin dalam Mabruroh,
2003).
Dalam pandangan M.Quraish Shihab, terminologi hijrah bertumpu pada
makna meninggalkan, yakni meninggalkan atas dasar karena ketidak senangan
(kebencian) terhadapnya sehingga Nabi saw beserta sahabatnya mengambil
Makna Hijrah dan Dimensi Keberagaman Mahasiswa LDK di Fisip Unmul (Agnes)
19
tindakan tegas untuk meninggalkan Makkah atas ketidak senangan terhadap
perilaku masyarakat yang telah melampaui batas nilai etik dan moral sebagai
manusia berupa perilaku kemusyrikan yang merajalela dan kampanye stratifikasi
sosial yang berlebihan (Shihab, 2004).
Konsep hijrah dalam penelitian ini adalah sebuah perubahan diri menuju
kearah kebaikan dan meninggalkan segala sesuatu yang buruk serta mengerjakan
ketaatan – ketaatan baik secara simbolik maupun perilaku serta mampu keluar dari
zona nyaman karena setiap individu yang melakukan perubahan terhadap dirinya
baik itu perilaku ataupun penampilan pasti akan melangkah keluar dari zona
nyaman yang telah lama dirasakan. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Mulawarman yang telah melakukan proses hijrah maupun yang
akan berhijrah pasti melaluinya dengan berproses keluar dari zona nyamannya
untuk melakukan perubahan yang akan berdampak pada diri sendiri maupun orang
sekitarnya.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah
penelitian lapangan (field research), yaitu yang mendalam mengenai kasus
tertentu merupakan hasil gambaran lengkap mengenai kasus itu, penelitian ini
mencangkup keseluruhan kehidupan, kadang – kadang hanya meliputi segmen –
segmen tertentu pada faktor – faktor kasus. Jenis penelitian kualitatif dimana
peneliti mengamati dan berpartisipasi secara langsung dalam penelitian skala
sosial kecil dan mengamati budaya setempat.
Fokus Penelitian
Fokus dari penelitian fenomena sosial mengenai makna hijrah dan
mendeskripsikan dimensi keagamaan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman. Penulis memfokuskan penelitian ini dengan indikator –
indikator yang akan diteliti oleh penulis yaitu:
Dimensi religiusitas Charles Y Glock dan Rodney Stark:
1. Makna Hijrah ;
a) Meninggalkan kebiasaan buruk
b) Menuju kebiasaan baik
c) Mempublikasikan video, kutipan ayat dan kalimat motivasi
2. Dimensi Keagamaan ;
a) Dimensi Ideologis ; Rukun Iman dalam Islam
b) Dimensi Intelektual ; hukum perintah dan larangan dalam agama
c) Dimensi Ritualistik ; ibadah khusus (wajib) dan tidak (sunnah)
d) Dimensi Konsekuensial ; dampak negatif dan positif
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 2, 2021: 15-29
20
e) Dimensi Eksperensial ; perasaan dalam kesadaran terhadap diri sendiri dan
lingkungan sosial
Hasil Penelitian
Makna Hijrah Mahasiswa LDK di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dilapangan maka peneliti pada
bagian ini akan menjelaskan makna hijrah yang di yakini oleh semua informan,
sebagian besar informan yang diwawancarai mengaku bahwa mereka belum
seutuhnya dapat dikatakan Hijrah, hampir semua informan mengatakan bahwa
tidak dituntut oleh orangtua ataupun orang terdekatnya untuk berhijrah semua itu
karena kemauan dari diri informan sendiri dan beberapa mengatakan hijrah yang
saat ini dilakukan karna pengaruh lingkungan kampus serta lingkungan komunitas
yang saat ini mereka ikuti. Dari latar belakang keluarga semua informan bahwa
seluruhnya mempunyai orangtua yang satu agama yaitu Islam dan mengaku bahwa
latar belakang keluarga informan memiliki sifat taat pada agama yang biasa saja
tidak begitu maksimal dalam mengerjakan perintah agama namun tetap
melaksanakan rukun iman dan islam, Makna hijrah bagi mereka :
Terminologi hijrah yang saat ini menunjukkan indikasi kuat adanya
perubahan siklus terhadap pemaknaan hijrah. Dengan demikian, terminologi hijrah
dapat diartikan sebagai sebuah pola tindakan meninggalkan dan merubah sesuatu
ke arah positif. Meninggalkan dan merubah hal positif tersebut boleh dilakukan
secara personal maupun kolektif. Di samping itu hijrah di terjemahkan sebagai
tindakan berpindah tempat sebab alasan ingin merubah hidup lebih baik dan
menghindari gangguan dan ancaman, hijrah juga mengandung konotasi makna
sebagai perubahan pola hidup yang ditandai dengan meninggalkan hal-hal yang
dilarang oleh ajaran syariat yang kemudian diikuti dengan perubahan sikap
spiritual-batin yang lebih baik.
Hijrah dapat di istilahkan dengan kata “gerak” karna inti dari hijrah itu
adalah perubahan dan perubahan memerlukan pergerakan, hijrah termasuk ke
dalam gerak kualitas dan gerak kualitas meliputi berbagai macam hal seperti
kualitas kepercayaan diri terhadap agama, keyakinan, pengetahuan, ritual praktek
peribadatan, sesuai dengan teori yang peneliti gunakan pada penelitian ini karna
gerak kualitas meliputi lima dimensi keberagamaan dari Charles Y Glock dan
Rodney Stark. Hijrah juga merupakan sebuah identitas umat yang memeluk agama
dan hijrah dilakukan untuk mencari identitas diri ketika seseorang sudah merasa
putus asa terhadap hidup yang ia jalani d dunia ini untuk apa, maka dari rasa putus
asa tersebut mulailah untuk mencari identitas diri melalui agama dan bergerak
secara perlahan berproses dalam hijrah untuk mendapatan identitas tersebut.
Hijrah bergerak secara kualitas untuk mendapatkan identitas diri tujuan hidup
seseorang yang beragama.
Makna Hijrah dan Dimensi Keberagaman Mahasiswa LDK di Fisip Unmul (Agnes)
21
Makna hijrah menurut informan lainnya seperti JI, MW, NC dan DE pun
sama dengan pernyataan dari informan SJ, yang mengartikan bahwa makna hijrah
itu ialah perpindahan sifat dan perilaku yang dilarang oleh agama berubah menjadi
yang diperbolehkan oleh agama, hijrah bukan tentang seberapa baik kita hari ini
namun seberapa baik kita dibanding hari kemarin.
Peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya
mengisyaratkan bahwa dalam menghadapi segala macam bentuk tantangan dan
cobaan hidup manusia dituntut untuk mempersiapkan diri dan membekali diri
salah satunya dengan rasa optimisme dan kepercayaan diri yang tinggi. Dengan
melakukan proses hijrah kita pun menyadari untuk terus berbenah dan
mengevaluasi diri dari diri kita sebelumnya untuk terus menjadi pribadi yang baik
untuk diri sendiri dan orang – orang sekitar kita.
Meninggalkan Kebiasaan Buruk
Pacaran
Empat dari delapan informan yang peneliti wawancara telah meninggalkan
hubungan pacaran terhadap lawan jenisnya karna telah mengetahui hukum dan
larangan yang diperintahkan oleh agama, seperti informan NC, RH, MI, dan MW.
Sementara empat informan lainnya seperti JO, PO, SJ, dan DE mengaku tidak
pernah melakukan hubungan pacaran dengan lawan jenis dikarenakan tidak terlalu
fokus pada hal yang seperti itu, hanya memiliki teman dekat biasa saja yang saat
ini pun sudah tidak lagi begitu dekat karena menjaga batasan dalam pergaulan
yang diperintahkan oleh Islam.
Mendengarkan Musik
Bersdasarkan pernyataan dari informan DE sama dengan pernyataan
informan JO yang menyakini bahwa hukum musik itu adalah haram mutlak akan
tetapi masih mendengarkan musik. Jadi dari keseluruhan dari pernyataan informan
yang peneliti kumpulkan bahwa ada yang beranggapan musik itu halal seperti
informan PO, RH, MW, sedangkan informan yang beranggapan bahwa musik itu
haram dan sudah tidak mendengarkan musik yaitu informan, MI, SJ, NC, dan
informan DE dan JO beranggapan bahwa hukum musik itu haram namun informan
DE dan JO masih mendengarkan musik tersebut.
Maka dari hasil pernyataan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
walaupun informan memiliki lingkaran pertemanan yang sama dan dalam
organisasi yang sama pula bukan berarti semua informan memiliki keyakinan dan
pendapat yang sama dengan yang lainnya bahkan infoman memiliki sebuah
keyakinan dan pemahaman tersendiri atas apa yang dipercayai oleh masing –
masing informan.
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 2, 2021: 15-29
22
Hal yang Melalaikan
Adapun informan – informan yang peneliti wawancara mengakui bahwa ada
beberapa hal yang dapat melalaikannya dari tanggung jawab dan kewajiban dalam
beribadah, seperti pernyataan informan berikut ini :
Berkumpul dengan teman – teman sampai larut malam dan membicarakan
hal yang tidak bermanfaat seperti gossip (gibah) membicarakan keburukan orang
lain atau sesama teman sendiri, bahkan ada informan yang mengaku menjauhi
beberapa teman karna dapat membuat infroman semakin lalai dari tanggung
jawabnya untuk beribadah dan mengenal Islam.
Seperti yang telah dikatakan oleh beberapa informan peneliti bahwa ada hal
yang melalaikannya dari proses berhijrah, faktor kebiasaan hingga faktor pengaruh
teman disekitar, dan hal – hal yang harus dijauhi oleh informan atau yang harus di
jauhi seseorang yang sedang proses hijrah bahkan mungkin mengalami hal yang
sama seperti informan – informan peneliti.
Informan yang melalaikan tanggung jawab dalam beribadah sehingga tidak
menjalankan yang hukumnya wajib dalam Islam, bermain dalam Islam tidak
dilarang dengan batas kewajaran tidak berlebih – lebihan, dan banyak hadist yang
menjelaskan bahwa meninggalkan ibadah shalat hukumnya dosa besar seperti
yang dikatakan oleh ulama Ibnu Qayyim Al Jauziah mengatakan bahwa “kaum
muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja
adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh,
merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum – minuman keras. Orang
yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta
mendapat kehinaan di dunia dan akhirat.” (Ash Sholah, hal 7).
Informan meninggalkan shalat karena melupakan kewajiban tidak disengaja
atau pun sengaja meninggalkan ibadah shalat dikarenakan lalai yang dapat
diartikan dengan sengaja meninggalkan ibadah shalat tersebut, maka ulama pun
memiliki pendapat mengenai meninggalkan shalat karena malas – malasan dan
tetap menyakini ibadah shalat lima waktu itu wajib, yaitu pendapat ulama
Hanafiyyah mengatakan “bahwa orang yang meninggalkan shalat karena malas –
malasan adalah fasiq (telah berbuat dosa besar) dan dia harus dipenjara sampai dia
mau menunaikan shalat.” (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 22/186-187).
Yang harus ditinggalkan dalam kebiasaan informan sebelum memulai hijrah
dengan tidak melalaikan ibadah shalat yang hukumnya wajib bagi setiap muslim,
menunda – nunda waktu yang telah di tetapkan akan berdampak pada kehidupan
seseorang seperti tidak tepat waktu, suka menganggap mudah hal – hal yang ada.
Menuju Kebiasaan Baik
Merubah Penampilan
Penampilan merupakan hal yang akan sangat nampak berbeda sesorang yang
belum hijrah dengan seseorang yang sudah berhijrah, seperti yang terjadi pada
Makna Hijrah dan Dimensi Keberagaman Mahasiswa LDK di Fisip Unmul (Agnes)
23
semua informan yang peneliti wawancara terutama pada informan perempuan.
Sebagian informan sebelum hijrah ada yang sudah menggunakan hijab seperti JI,
SJ dan PO, walaupun ada yang mengaku karna keterpaksaan sehingga menjadi
keterusan sampai setelah hijrah.
Informan JO, SJ and PO telah menggunakan hijab sebelum hijrah namun
menutupnya belum sempurna seperti yang diperintahkan oleh agama, batasan
aurat yang biasa dilihat atau diperintahkah oleh agama bagi perempuan yaitu
seluruh tubuh terkecuali telapak tangan dan wajah. Sementara untuk penutup
wajah (niqab) hukumnya sunnah jika dikerjakan mendapatkan pahala jika tidak
mengerjakan pun tidak berdosa, perempuan wajib menutup secara sempurna saat
ketika sudah Baligh. Sementara untuk informan DE dan MW, belum
menggunakan hijab sebelum hijrah, dan menggunakannya setelah berhijrah.
Seluruh informan perempuan yang peneliti wawancara menggunakan hijab dengan
cara berproses tidak langsung menutup aurat dengan sempurna seperti saat ini
yang informan gunakan.
Diantara sembilan informan perempuan yang peneliti wawancara setelah
berhijrah ada lima informan yang menggunakan penutup wajah (Niqab)
diantaranya SJ, dan PO. Infroman yang menggunakan penutup wajah pun
menyakini bahwa hukum menggunakan penutup wajah adalah sunah jika
dikerjakan mendapat pahala dan terlindungi jika tidak dikerjakankan pun tidak
berdosa. Rata – rata informan menggunakan penutup wajah setelah satu dan dua
tahun memakai pakian syar’i yang menutup sempurna sesuai perintah agama yang
diyakini dan ada yang didukung oleh orangtua ada pula yang ditentang oleh
orangtua.
Dari pernyataan informan JO, SJ dan PO bahwa hijrah mereka dimulai dari
dimensi intelektual karna sebelum hijrah pun informan telah menggunakan
penutup kepala (hijab) karna menggunakan hijab adalah bagian dari dimensi
ritualistik, maka berhijrah secara keseluruhan bukanlah berawal dari merubah
penampilan saja namun hal itu adalah langkah awal informan melakukan proses
dalam berhijrah.
Mempelajari Ilmu Agama
Setiap manusia yang telah mengerti dan mengetahui islam, dan yang sedang
dalam proses perjalanan menjadi seseorang lebih baik lagi dari dirinya sebelum
mengenal dan mengetahui islam mempelajari agama menjadi pilihan nomor satu
yang wajib harus ditempuh sebagai seseorang yang berproses dalam perjalanan
hijrah menuju taat kepada aturan dan perintah agama agar memiliki pijakan untuk
melangkah lebih lagi. Dalam mempelajari agama dapat dilakukan dengan
mengikuti kajian rutin yang diadakan komunitas atau masjid – masjid yang
memang memiliki jadwal untuk mempelajari agama, membaca buku – buku terkait
dengan agama, sekedar mendengarkan kajian di youtube, membaca dari artikel
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 2, 2021: 15-29
24
dan sosial media seperti Instagram yang memiliki banyak akun – akun dakwah.
Sebagian informan – informan yang peneliti wawancara ada yang mengikuti
komunitas keagamaan dan ada pula yang hanya mengikuti kajian rutinan yang
diadakan di masjid. Menurut informan yang mengikuti organisasi di LDK FISIP
banyak kegiatan yang dapat membantu serta mensupport informan yang ingin
mengetahui islam berkumpul dengan teman – teman yang satu tujuan bertukar
informasi dan pengetahuan tentang agama, di dalam organisasi tersebut memiliki
kegiatan.
Rata – rata keseluruhan informan mengatakan hal yang serupa dengan
pernyataan informan MW di atas bahwa organisasi LDK yang mereka ikuti sangat
berpengaruh terhadap proses hijrah yang sedang dijalani, itu di karenakan
organisasi LDK merupakan organisasi yang berbasis keagamaan dan sosial maka
dengan mudah dan dapat terjaga dengan baik proses hijrah informan seperti yang
diharapkan oleh semua informan.
Meningkatkan Ibadah
Beribadah merupakan tanda bahwa seseorang patuh akan perintah dan
aturan yang diberikan oleh agama sebisanya dilakukan secara maksimal dimana
pun dan kapan pun, dalam Islam ibadah banyak bentuknya dimulai dari yang wajib
dan sunah harus melaksanakan sholat lima waktu Subuh, Dzuhur, Ashar, Magrib,
dan Isya. Sebelum berproses menuju hijrah para informan mengaku telah
mengetahui hukum wajib dalam melaksanakan ibadah yang diperintahkan oleh
agama walaupun hanya sebatas mengetahui jika Islam memerintahkan sholat,
zakat dan puasa Ramadan, maka tidak jarang informan saat sebelum hijrah
melalaikannya tanpa berfikir akibat dan dampak yang ada di dunia ataupun
dikehidupan selanjutnya, informan sebelum hijrah sebenarnya telah mengetahui
hukum jika tidak melaksanakan ibadah wajib, ada 8 informan mengaku bahwa
sebelum hijrah mereka hanya melaksanakan sholat wajib 2 waktu bahkan ada yang
jarang sama sekali untuk mengerjakan sholat yang seharusnya dikerjakan 5 waktu,
seperti informan MI, RH, DE, PO, dan MW. Sedangkan 5 informan lainnya JO,
SJ, dan NC mengaku telah melaksanakan sholat wajib 5 waktu walaupun tidak
tepat pada waktu yang diharuskan.
“Sholat wajib sebelum hijrah Alhamdulillah sudah sih tapi ya itu kadang
molor dari awal waktu, misalnya kan kalo dzuhur gitu biasanya jam 12.20
itu sudah waktunya sholatkan nah kalo saya kadang molor sampai jam 2
gitu, kalo sekarang In Sya Allah berusaha buat sholat di awal waktu”.
Wawancara dengan informan JO, 24 Februari 2020.
Sementara untuk ibadah wajib seperti zakat semua informan masih
ditanggung oleh kepala keluarga dan untuk ibadah wajib puasa di bulan Ramadan
semua informan mengaku melaksanakannya. Selain ibadah wajib dalam islam ada
pula ibadah sunah yang jika dilaksanakan mendapatkan pahala dan jika tidak
Makna Hijrah dan Dimensi Keberagaman Mahasiswa LDK di Fisip Unmul (Agnes)
25
dikerjakan tidak mengapa, begitu juga dengan informan yang mengaku sedang
berproses untuk rutin menjalankan ibadah sunah selain ibadah wajib. Seperti :
“Puasa dibulan Ramadan iya saya puasa, kalo zakat kan masih ditanggung
sama Bapak. Sekarang saya berusaha buat rutin ngerjakan puasa sunah senin
kamis walaupun gak terlalu sering juga sih, terus sholat sunah rawatib sama
sholat duha, dzikir pagi petang juga”.
Wawancara dengan informan MW, 21 Februari 2020.
Mempublikasikan Video, Kutipan Ayat dan Kalimat Motivasi
Fenomena Hijrah yang saat ini lebih didominasi yang berusia muda entah itu
mahasiswa ataupun pelajar lainnya dan membuat kesadaran para pelakunya
semakin aktif berbagi dan mencari tahu tentang Islam karna antusiasme yang ada
dalam fenomena ini membuat pelaku hijrah semakin aktif di dunia nyata ataupun
di media sosial dengan membagi video – video ceramah, kutipan – kutipan ayat,
hadist dan motivasi untuk bertahan di jalan Hijrah. Seperti informan JI yang aktif
berbagi video ceramah, jadwal – jadwal mengenai kajian keagamaan, kutipan ayat
dan hadist di media sosial Whatsapp miliknya. Dan informan MI yang juga aktif
membagi dan membuat video, kalimat motivasi, ayat dan hadist, dan kalimat
pengingat untuk melaksanakan ibadah, di sosial media Instagram organisasi LDK
yang MI ikuti dan sosial media pribadi miliknya.
Tingkatan Hijrah Berdasarkan Dimensi Teori Religiusitas Charles Y Glock dan
Rodney Stark
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan di atas sesuai dengan
hasil wawancara yang telah didapatkan di lapangan maka dari itu peneliti akan
membahas dari hasil penelitian dan untuk menganalisis hasil penelitian, maka
peneliti akan menginterpretasikan dengan menggunakan 5 dimensi sesuai dengan
Teori Religiusitas Charles Y Glock dan Rodney Stark :
1. Dimensi Ideologis
Dimensi yang menyangkut kepercayaan dan merupakan dasar dari keyakinan
keberagamaan seseorang terhadap agamanya, di dalam dimensi ini semua
informan menganut agama Islam sedari awal dan telah peneliti jabarkan pada
hasil penelitian sebelumnya bahwa seluruh informan memiliki rasa
kepercayaan dan keyakinan terhadap agamanya. Hal itu jelas karena seluruh
informan mencoba untuk melakukan tindakan dan perilaku yang di perintah
oleh agamanya secara bertahap, Hal yang dilakukan oleh informan sudah pasti
karna rasa keyakinan mereka terhadap perintah dan ajaran agama yang
mereka percaya menjadi penyebab mereka melakukan hijrah di dalam teori
religiusitas ini dimensi ideologis menjadi tingkat pertama seseorang dalam
berhijrah dengan memiliki rasa kepercayaan terhadap agama yang telah
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 2, 2021: 15-29
26
diyakini keberadaanya. Informan yang termasuk dalam tingkatan dimensi
ideologis ini yaitu : PO, MW, DE, MI, RH, JO, SJ, dan NC.
Semua informan yang telah peneliti wawancara telah mengaku memiliki
ketenangan atas apa yang mereka percayai dalam pengertian dimensi ideologi
memiliki kepercayaan terhadap keberagamaan yang diyakini tanpa ragu
bahkan berpengaruh terhadap tindakan dan perilaku informan, dimensi ini
berupa pengharapan-pengharapan dimana orang religius atau beragama
berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran
doktrin-doktrin tersebut.
2. Dimensi Intelektual
Dimensi ini merupakan tingkatan kedua dalam proses hijrah informan sesuai
dengan teori religiusitas yang digunakan oleh peneliti, dimana di dalam
dimensi ini ilmu pengetahuan informan yang menjadi tolak ukur sudah
sampai sejauh mana proses hijrah yang dijalani oleh informan, dalam dimensi
ini pengetahuan yang telah diketahui oleh informan mengenai perintah agama
menutup aurat (syar’i), macam – macam sholat dan puasa sunah, keutamaan
melaksanakan beribadah, hukum zakat dan sedekah. Pengetahuan yang
ditanyakan oleh peneliti merupakan pengetahuan dasar yang ada dalam Islam
termasuk ke dalam rukun Iman dan Islam, walaupun hal tersebut
pengetahuan dasar seseorang dalam mengenal agamanya namun hal itu dapat
menjadi sesuatu yang besar dimana pengetahuan yang telah dimiliki informan
dapat diamalkan dengan baik. Sebelum hijrah informan telah mengetahui apa
saja rukun Iman dan Islam namun belum di amalkan dalam kehidupan, setelah
hijrah informan mulai untuk menerapkan di dalam kehidupan sehariannya.
3. Dimensi Ritualistik
Sesuai dengan penjelasan dimensi intelektual sebelumnya, pengetahuan yang
telah dimiliki oleh informan dapat menjadi hal yang besar dan menjadi
penilaian yang baik untuk dirinya dan orang sekitar yang menjadi saksi atas
perilaku informan dengan menjalankan dan mengamalkan pengetahuan yang
dimiliki informan. Maka dari itu peneliti membagi dua kelompok informan
yang menjalankan ibadah sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki secara
baik yaitu : NC, SJ, JO, MI, dan PO. Sesuai dengan pernyataan informan
kebiasaan beribadah yang selalu di optimalkan setelah hijrah seperti
menlaksanakan anjuran menutup aurat dengan baik sesuai sunnah, berpuasa
sunnah, aktif falam kegiatan keagamaan dan informan lainnya seperti DA, IK,
RH, DE,dan MW yang sedikit kurang optimal dalam menjalankan ibadah atau
ritual keagamaan, peneliti menilai tindakan ritual yang dilakukan informan
sesuai dengan pernyataan informan. Sesuai dengan pernyataan informan,
informan sendiri masih berusaha untuk mempertahankan yang saat ini di
jalankan sudah pasti sesuai dengan ajaran agama.
Makna Hijrah dan Dimensi Keberagaman Mahasiswa LDK di Fisip Unmul (Agnes)
27
4. Dimensi Konsekuensial
Dimensi konsekuensial dapat dikatakan sebagai dampak atau efek samping
yang didapatkan informan dari melakukan proses hijrah tersebut, dimensi ini
menjadi tingkatan ke empat dari Teori Religiusitas Charles Y Glock dan
Rodney Stark. Dampak yang didapatkan oleh informan ada yang berdampak
baik dan yang berdampak buruk, dampak baiknya lingkungan sekitar yang
tidak mendukung menjadi mendukung informan menjalankan hijrah seperti
yang terjadi pada informan MW, dan dampak buruknya diejek karna
berpakaian syar’i memakai cadar dan memakai celana cingkrang seperti
informan PO, SJ, NC, MI, mengikhlaskan impian yang dicita – citakan
seperti informan PO, dijauhi oleh teman – teman, dampak buruk tersebut
diakui oleh infoman sedikit berdampak saat pertama kali berhijrah namun saat
ini telah diakui hal tersebut sudah tidak lagi begitu berpengaruh. Dan untuk
dimensi ini peneliti menyimpulkan bahwa semua informan PO, MW, DE, MI,
RH, JO, SJ dan NC, yang sudah lama mengenal Islam maupun yang baru
mengenal pasti akan memiliki dampak entah itu baik ataupun buruk, karena
lama atau baru saja seseorang yang berhijrah pasti akan mengalami
konsekuensi dari niat yang telah di yakininya hal itu menjadi nilai tersendiri
bagi informan.
5. Dimensi Eksperensial
Dimensi ini merupakan tingkatan terakhir dari kelima dimensi yang
sebelumnya, dimensi ini memiliki pengertian pengalaman rasa keagamaan
yang muncul dalam diri seseorang dengan tingkatan keagamaan yang tinggi.
Dimensi ini berisikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-
pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang
beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan
subjektif dan langsung kenyataan akhir. Aspek ini berkaitan dengan
pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan dan persepsi-persepsi dan sensasi-
sensasi yang dialami seseorang.
Dimana dimensi penghayatandengan kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki
merupakan suatu kebutuhan yang mendorong manusia untuk melakukan hal
yang sudah mereka dapatkan seperti pengalaman yang mereka rasakan dengan
diri sendiri, keluarga maupun lingkungan. Dimensi eksperensial ini mencakup
rasa syukur atas apa yang terjadi dan apa yang akan datang, sabar terhadap
musibah.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti uraikan serta
jabarkan di atas mengenai makna hijrah maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
makna hijrah yang diartikan dan diyakini oleh semua informan yaitu merupakan
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 2, 2021: 15-29
28
suatu tindakan yang dilakukan dengan berproses dan berkelanjutan bergerak
secara kualitas di dalam berbagai aspek untuk merubah menjadi baik dari
sebelumnya, meninggalkan apa yang dilarang oleh agama dan menjalankan apa
yang diperintah serta dianjurkan oleh agama yang mereka yakini.
Dan untuk hasil dari penelitian mengenai dimensi keagamaan organisasi
LDK maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dimensi ideologi, informan memiliki kepercayaan serta keyakinan yang besar
terhadap agama yang dianutnya, percaya terhadap rukun iman dan islam yang
ada dalam agama Islam.
2. Dimensi intelektual, dasar pengetahuan informan mengenai agamanya
mencangkup tata cara ibadah dan manfaat dari menjalankan ibadah.
3. Dimensi ritualistik, setelah informan mengetahui mengenai dimensi
inetelektual di dalam agamanya maka informan harus mempraktekan
pengetahuan yang dimilikinya, dan informan telah mempratekkan ibadahnya
puasa, zakat, sholat dan bermanfaat untuk lingkungan sosial sekitar.
4. Dimensi eksperensial, pengalaman kehidupan yang terjadi dan dirasakan oleh
semua informan terhadap apa yang mereka lakukan untuk berproses menjadi
lebih baik dalam berhijrah, rasa terhadap lingkungan sosial, pengalaman
hubungan dengan diri sendiri, orangtua, teman, dan lingkungan sosial lainnya.
5. Dimensi konsekuensial, semua informan memiliki dampak yang berbeda –
beda dalam menjalankan proses hijrah ini, tetapi satu hal yang semua
informan alami yaitu di jauhi oleh teman, di olok – olok karna perubahan
penampilannya, dan beberapa informan memiliki dampak dari orang
terdekatnya seperti tidak disetujui merubah penampilan dengan jilbab panjang
karna dianggap terlalu berlebih – lebihan, hal tersebut terjadi dapat
membuktikan bahwa informan telah menjalankan ilmu dan pengamalan
agama dalam kehidupan sehari – hari.
Semua informan mengikuti organisasi Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
tersebut saat awal mula menjadi mahasiswa baru di universitas mulawarman
walaupun semua informan memiliki lingkungan dan tergabung dalam organisasi
yang sama pula namun perbedaan pendapat serta keyakinan dalam hukum serta
dimensi ritualistik, seperti keyakinan hukum dalam mendengarkan musik ada
sebagian informan yang masih mendengarkan musik namun menyakini bahwa
musik itu hukumnya haram dan ada yang masih mendengarkan musik namun
berkeyakinan bahwa musik itu halal. Dari hal ini saja peneliti dapat menyimpulkan
bahwa keyakinan terhadap hukum agama atau dimensi ritualistik dan dimensi
intelektual tidak membuat semua sejalan pasti memiliki perbedaan bahkan seperti
informan – informan peneliti yang tergabung dalam organisasi yang sama tidak
membuat keyakinan mereka sama. Perbedaan dalam sudut menilai suatu hal
merupakan hal yang biasa dalam bersosialisasi dan informan menunjukan bahwa
perbedaan yang ada tidak membuat mereka merasa lebih baik dari yang hal itu
Makna Hijrah dan Dimensi Keberagaman Mahasiswa LDK di Fisip Unmul (Agnes)
29
juga dirasakan oleh informan untuk semua lingkungan yang kurang mendukung
hijrah mereka.
Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan observasi peneliti terhadap
informan yang tergabung dalam organisasi Lembaga Dakwah Kampus maka
peneliti memberikan saran dengan adanya penelitian mengenai Makna Hijrah dan
Dimensi Keberagamaan pada mahasiswa organisasi LDK agar dapat mempunyai
filterisasi yang tinggi terhadap berbagai penilaian dan tanggapan yang muncul
dalam masyarakat serta dapat membedakan yang baik dan yang benar.
Selain itu bagi pembaca yang ingin berhijrah diharapkan mengetahui
pengetahuan dasar dalam menuntut ilmu agama seperti memahami untuk apa
hijrah itu dilakukan dengan niatan yang benar bukan hanya semata – mata karna
mengikuti fenomena yang jika fenomena itu telah berganti dengan fenomena
lainnya maka hijrah yang bersangkut paut dengan agama dan Tuhan hilang tak
berarti. Untuk pembaca dan informan yang sedang berproses dalam hijrah
berpikirlah secara terbuka hal ini penting karena perubahan yang dilakukan oleh
seseorang juga butuh masukan dari orang lain terima dan menerima saran serta
kritikan dari orang lain sangat baik untuk perubahan diri, berpikiran terbuka akan
menjadikan pribadi yang tidak pernah memandang dirinya lebih baik dari orang
lain, dan hal ini pun berlaku untuk saya selaku penulis dan peneliti skripsi ini.
Dan untuk peneliti selanjutnya sekiranya penelitian ini dapat menjadi bahan
awal untuk referensi bacaan serta menambah wawasan atas hasil penelitian yang
telah penulis teliti dan dapat dikembangkan dengan baik sebagai mana harusnya
agar menjadi penelitian ilmiah yang lebih baik lagi dan dapat meneliti tentang
respon perbedaan yang ada dalam organisasi keagamaan mengenai perbedaan
tersebut.
Daftar Pustaka
Ancok, Djamaludin dan Fuad Nashori Suroso. 1995. Psikologi Islam. Solusi Islam
Atas Problem – Problem Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hlm.77.
Mabruroh, Isti. 2003. Hijrah Menurut At – Tabari. Jurnal. Universitas Sunan
Kalijaga.
Shihab, M.Q. 2004. Tafsir Al – Misbah : Pesan, Kesan & Keserasian Al – Qur’an.
Jakarta : Lentera Hati. Vol 7.
Watid, Asas. 2007. Makna Hijrah Nabi Muhammad Shallallahu A’alihi Wasallam
dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam Di Era Globalisasi. Jurnal.
Universitas Sunan Kalijaga.