Post on 27-Apr-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MENGENAL CARA MENGHADAPI
BENCANA ALAM MELALUI METODE SIMULASI PADA SISWA KELAS VI
SD NEGERI TEGALKUNIRAN NO. 185 KECAMATAN JEBRES
KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
TARMIN
X7108771
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Tarmin
NIM : X7108771
Jurusan/Program Studi : S1-PGSD
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: ”UPAYA MENINGKATKAN
PEMAHAMAN MENGENAL CARA MENGHADAPI BENCANA ALAM
MELALUI METODE SIMULASI PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI
TEGALKUNIRAN NO. 185 KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 21 Juli 2012
Yang Membuat Pernyataan
Tarmin
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
PENGAJUAN
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MENGENAL CARA MENGHADAPI
BENCANA ALAM MELALUI METODE SIMULASI PADA SISWA KELAS VI
SD NEGERI TEGALKUNIRAN NO. 185 KECAMATAN JEBRES
KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
TARMIN
X7108771
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapat gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
Pembimbing I
Drs. Hadi Mulyono, M.Pd
NIP. 19610091980121001
Pembimbing II
Drs. Tri Budiarto, M.Pd
NIP. 195912211988031001
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Kamis
Tanggal : 26 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd __________________
Sekretaris : Drs. A. Dakir, M.Pd __________________
Anggota I : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd __________________
Anggota II : Drs. Tri Budiarto, M.Pd __________________
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n. Dekan
Pembantu Dekan I
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
ABSTRAK
Tarmin. UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MENGENAL CARA
MENGHADAPI BENCANA ALAM MELALUI METODE SIMULASI PADA
SISWA KELAS VI SD NEGERI TEGALKUNIRAN NO. 185 KECAMATAN
JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli
2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenal
cara menghadapi bencana alam melalui metode simulasi pada Siswa Kelas VI SD
Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa Kelas VI
SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012 yang berjumlah 17 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik
pengumpulan data dengan observasi, tes dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dan analisis kritis. Prosedur
penelitian adalah model spiral yang saling berkaitan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan
metode pembelajaran simulasi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata
pelajaran IPS materi mengenal cara menghadapi bencana alam pada siswa Kelas VI
SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil evaluasi pada Siklus I siswa tuntas
sebanyak 11 siswa (64,71%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 6 siswa (35,29%).
Adapun nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu 67,82 dengan ketuntasan secara
klasikal sebesar 64,71%. Hasil evaluasi siklus II siswa yang dinyatakan tuntas
sebanyak 15 siswa (88,23%), dan yang dinyatakan tidak tuntas sebanyak 2 siswa
(11,76%) dengan nilai rata-rata kelas pada siklus II yaitu 75,41. Dengan demikian
pelaksanaan siklus II ini telah memenuhi target sesuai dengan indikator penelitian
yaitu ketuntasan secara klasikal minimal 80% sudah terpenuhi.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penggunaan metode simulasi dapat
meningkatkan pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam pada Siswa
Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012.
Kata Kunci: Pemahaman cara menghadapi bencana alam, metode simulasi.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
ABSTRACT
Tarmin. THE ATTEMPT OF IMPROVING THE UNDERSTANDING OF
NATURAL DISASTER COPING METHOD IDENTIFICATION THROUGH
SIMULATION METHOD IN THE VI GRADERS OF SD NEGERI
TEGALKUNIRAN NO. 185 OF JEBRES SUBDISTRICT OF SURAKARTA
CITY IN THE SCHOOL YEAR OF 2011/2012. Thesis, Teacher Training and
Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, July 2012.
The objective of research is to improve the understanding of natural disaster
coping method identification through simulation method in the VI graders of SD
Negeri TegalKuniran No. 185 of Jebres Subdistrict of Surakarta City in the school
year of 2011/2012.
This research was a classroom action research (CAR). The research was
conducted in two cycles, each of which consisted of planning, acting, observing, and
reflecting. The subject of research was the VI graders of SD Negeri TegalKuniran
No. 185 of Jebres Subdistrict of Surakarta City in the school year of 2011/2012,
consisting of 17 students. The data source derived from teacher and students.
Techniques of collecting data used were observation, test, and documentation. The
data analysis was done using descriptive comparative and critical analyses. The
procedure of research was an interlinked spiral model.
Based on the result of research, the writer could conclude that the use of
simulative learning method could improve the student’s understanding on Social
Science subject in identifying the way of coping with natural disaster material in the
VI graders of SD Negeri TegalKuniran No. 185 of Jebres Subdistrict of Surakarta
City in the school year of 2011/2012. It could be seen from the result of evaluation
indicating 11 students (64.71%) passing and 6 students (35.29%) not passing in cycle
I. The mean class value in cycle I was 67.82 with classical passing of 64.71%. The
result of evaluation in cycle II showed 15 students (88.23%) passing, and 2 students
(11.76%) not passing with the mean class value of 75.41 in cycle II. Thus, the
implementation of cycle II had met the target corresponding to the indicator of
research that the minimum classical passing of 80% had been met.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
MOTTO
Ilmu itu ibarat cahaya, ia dapat menerangi gelas yang bening dan bersih, Ilmu itu
tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak maksiatnya
(AA’GYM)
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua
(Aristoteles)
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan kepada :
1. Bapak dan Ibuku yang terhormat
2. Istri dan anakku tercinta
3. Teman-temanku
4. Almamaterku yang kubanggakan
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam
penyusunan skripsi ini penulis mengambil judul: “UPAYA MENINGKATKAN
PEMAHAMAN MENGENAL CARA MENGHADAPI BENCANA ALAM
MELALUI METODE SIMULASI PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI
TEGALKUNIRAN NO. 185 KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk persyaratan meraih gelar Sarjana Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya atas bimbingan maupun bantuannya kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberi ijin penelitian.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus sebagai
Pembimbing I yang telah tulus ikhlas meluangkan waktu dan pikiran untuk
membimbing dan memberi saran kepada penulis hingga terwujudnya skripsi ini
4. Pembimbing II, yang telah tulus ikhlas meluangkan waktu dan pikiran untuk
membimbing dan memberi saran kepada penulis hingga terwujudnya skripsi ini.
5. Kepala Sekolah SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
6. Semua pihak yang telah berjasa baik moril maupun materiil dalam penyusunan
skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Meskipun telah semaksimal mungkin dalam mencurahkan tenaga waktu
maupun pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini, namun disadari bahwa skripsi ini
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
masih jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan saran dan kritik membangun dari
pembaca. Besarnya harapan semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 7
A. Landasan Teori.............................................................................. 7
1. Tinjauan Tentang Cara Menghadapi Bencana Alam .............. 7
2. Metode Pembelajaran Simulasi ............................................... 26
B. Penelitian yang Relevan ............................................................... 46
C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 47
D. Hipotesis Tindakan ....................................................................... 49
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 50
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 50
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................... 51
C. Sumber Data ................................................................................ 52
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 52
E. Validitas Data .............................................................................. 53
F. Teknik Analisis Data ................................................................... 54
G. Indikator Kinerja .......................................................................... 54
H. Prosedur Penelitian ...................................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 59
A. Deskripsi Pratindakan ................................................................. 59
B. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................... 63
1. Siklus I ................................................................................. 63
2. Siklus II ................................................................................ 70
C. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 79
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................. 84
A. Kesimpulan ................................................................................ 84
B. Implikasi ..................................................................................... 84
C. Saran ........................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87
LAMPIRAN ................................................................................................... 89
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema Kerangka Berpikir ................................................................... 48
2. Alur Pelaksanaan Tindakan dalam PTK ............................................. 57
3. Diagram Hasil Evaluasi Pratindakan .................................................. 60
4. Bagan aktivitas, respon dan keberanian Siswa Kelas VI SD Negeri
Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012 Pada Pembelajaran Prasiklus ............................. 62
5. Bagan aktivitas, respon dan keberanian Siswa Kelas VI SD Negeri
Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012 Pada Pembelajaran Siklus I ............................... 68
6. Diagram Hasil Evaluasi Siklus I ......................................................... 70
7. Bagan aktivitas, respon dan keberanian Siswa Kelas VI SD Negeri
Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012 Pada Pembelajaran Siklus II .............................. 75
8. Diagram Hasil Evaluasi Siklus II ........................................................ 77
9. Grafik Peningkatan Hasil Evaluasi Belajar IPS Kompetensi Dasar
Mengenal Cara Menghadapi Bencana Alam Dari Prasiklus, Siklus I dan
Siklus II ............................................................................................... 79
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ..................................... 51
2. Hasil Evaluasi Pratindakan ................................................................. 60
3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Prasiklus ......................................... 61
4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ............................................ 67
5. Hasil Evaluasi Siklus I ........................................................................ 69
6. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II .......................................... 74
7. Hasil Evaluasi Siklus II ....................................................................... 77
8. Hasil Evaluasi Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Cara
Menghadapi Bencana Alam Dari Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ..... 78
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Hasil Evaluasi Pratindakan ...................................................... 89
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ......................... 90
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................ 94
Lampiran 4 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I .............................. 99
Lampiran 5 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ............................ 101
Lampiran 6 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Prasiklus ............................. 103
Lampiran 7 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ................................ 104
Lampiran 8 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II .............................. 105
Lampiran 9 : Daftar Presensi Siswa Siklus I ................................................ 106
Lampiran 10 : Daftar Presensi Siswa Siklus II ............................................... 107
Lampiran 11 : Materi Siklus I ......................................................................... 108
Lampiran 12 : Materi Siklus II ....................................................................... 109
Lampiran 13 : Lembar Evaluasi Siklus I ........................................................ 111
Lampiran 14 : Lembar Evaluasi Siklus II ....................................................... 112
Lampiran 15 : Hasil Evaluasi Siklus I ............................................................. 113
Lampiran 16 : Hasil Evaluasi Siklus II ........................................................... 114
Lampiran 17 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran ....................................... 115
Lampiran 18 : Surat Ijin Penelitian ................................................................. 119
Lampiran 19 : Surat Keterangan Penelitian .................................................... 120
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dari undang-undang di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar yang terencana, ini artinya proses pendidikan di sekolah tidak
bisa dilakukan dengan asal-asalan dan untung-untungan, tetapi merupakan suatu
proses yang harus dilakukan guru dan siswa untuk mencapai tujuan. Proses
pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran
merupakan aktivitas yang paling utama. Pemahaman seorang guru terhadap
pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara guru itu mengajar. Dengan
demikian dapat diciptakan suatu proses pembelajaran dan pengajaran yang efektif.
Pencapaian hasil belajar yang tidak maksimal dalam pembelajaran IPS, salah
satunya diakibatkan oleh ketidaktepatan dalam penggunaan pendekatan pembelajaran
yang dipilih oleh guru. Pendekatan yang sangat popular di kalangan tenaga pendidik
pada saat ini adalah pendekatan konvensional yang dijabarkan pada metode ceramah,
padahal pada kenyataannya pendekatan yang sering digunakan ini tidak dapat
menghasilkan kualitas lulusan yang baik, karena pendekatan ini hanya bertumpu
pada guru sebagai sumber informasi, sedangkan siswa sebagai objek pendidikan
justru kurang termotivasi untuk dapat belajar mandiri
Kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan yang dilakukan di kelas dengan
menempatkan guru sebagai tenaga pengajar dan siswa sebagai peserta didik dengan
menggunakan metode pembelajaran yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pada
kenyataanya kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang rumit, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
diperlukan aspek pemahaman yang selanjutnya dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari, karena belajar tidak sekedar menyerap informasi dari guru,
tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama
bila menginginkan hasil belajar yang baik. Salah satu pembelajaran yang
menekankan berbagai tindakan adalah menggunakan metode tertentu dalam
pembelajaran. Pendekatan dalam pembelajaran merupakan suatu upaya dalam
mengembangkan keaktifan belajar yang dilakukan oleh siswa dan guru.
Pendekatan dalam pembelajaran pada dasarnya adalah melakukan proses
pembelajaran yang menekankan pentingnya belajar melalui pengalaman untuk
memperoleh pemahaman. Pendekatan ini mempunyai peran yang sangat penting
dalam menentukan berhasil tidaknya belajar yang diinginkan. Dalam kegiatan
pembelajaran di kelas, pada kenyataanya gurulah yang paling mengetahui
permasalahan yang ada sebab guru adalah orang yang bersinggungan langsung dan
proses belajar mengajar dengan siswa, terutama berkaitan dengan keadaan dan
kondisi siswa yang dapat mengakibatkan adanya keterkaitan dengan prestasi belajar
siswa. Termasuk dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tentang
mengenal cara menghadapi bencana alam Pada Siswa Kelas VI.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan rumpun mata pelajaran yang
dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi, psikologi, dan ilmu politik. Fokus kajian IPS terdiri atas
lingkungan sosial peserta didik yang paling dekat hingga lingkungan yang paling
jauh. Dengan demikian, IPS sebagai rumpun pelajaran mempelajari masyarakat
dengan segala persoalannya. Pada jenjang pendidikan dasar, IPS merupakan mata
pelajaran terpadu dan bersifat tematis. Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan
mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan
berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.
Agar pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut menjadi pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), salah satu solusinya adalah
dengan metode pembelajaran, diantaranya dengan menggunakan metode simulasi
dan pengoptimalan media pembelajaran. Metode simulasi adalah suatu peniruan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
sesuatu yang nyata, keadaan sekelilingnya (state of affairs), atau proses. Aksi
melakukan simulasi sesuatu secara umum mewakilkan suatu karakteristik kunci atau
kelakuan dari sistem-sistem fisik atau abstrak.
Berdasarkan hasil tes awal yang dilakukan oleh peneliti kepada Siswa Kelas
VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012 khususnya pada pelajaran IPS, menunjukkan bahwa
kemampuan siswa dalam mengenal cara menghadapi bencana alam masih rendah,
terbukti dari 17 siswa yang mempunyai nilai tuntas sebanyak 6 siswa (35,29%),
sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 siswa (64,71%) dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65 (Lampiran 1).
Rendahnya pemahaman siswa mengenal cara menghadapi bencana alam
dalam pelajaran IPS disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain
kurang tepatnya guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran dalam
menyampaikan materi kepada siswa, selain itu siswa kadang jenuh dengan situasi
dan kondisi pembelajaran yang konvensional atau ceramah saja. Pelaksanaan metode
pembelajaran yang tepat, maksudnya harus sesuai dengan topik pelajaran dan
kompetensi dasar yang disajikan, jika tidak maka proses belajar mengajar tidak bisa
berjalan dengan baik, lancar dan tidak efisien. Hal ini disebabkan standar kompetensi
dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) banyak materi yang kurang berkaitan, sehingga
guru harus mengenal, memahami, memiliki dan menguasai metode-metode
pembelajaran yang ada serta dapat menggunakannya dengan tepat sesuai dengan
topik-topik tertentu.
Jika dalam proses pembelajaran mengunakan pendekatan yang
konvensional, maka dapat berdampak negatif bagi siswa diantaranya yaitu siswa
menjadi kurang aktif, pemikiran siswa kurang kritis dan berkembang, juga
pembelajarannya kurang bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar pun kurang
meningkat. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajarannya kegiatan siswa hanya
mendengar, mencatat, dan menghafal informasi yang disampaikan guru.
Pembelajaran seperti ini dianggap kurang mengasah wawasan, pengetahuan, dan
sikap siswa. Tidak menariknya proses pembelajaran membuat siswa tidak tertantang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
untuk belajar dan mengungkapkan pendapat-pendapatnya. Hal tersebut dapat
berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.
Untuk memberikan suatu pengalaman belajar yang bermakna khususnya
dalam pembelajaran IPS maka pada setiap pembelajaran guru harus mampu
membuat suasana kelas aktif dan hidup serta selalu mengikutsertakan siswa dalam
setiap pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dapat dijadikan alternatif untuk
memacu siswa agar menjadi aktif belajar di kelas adalah dengan menggunakan
pendekatan inkuiri.
Slavin, (2005: 32) menyatakan bahwa ”siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling
mendiskusikannya masalah-masalah itu dengan temannya”.
Metode pembelajaran simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya
untuk mengembangkan keterampilan peserta didik (ranah kognitif maupun
keterampilan). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan
atau ruang belajar karena adanya kesulitan atau keterbatasan untuk melakukan
praktek di dalam situasi yang sesungguhnya (Depdiknas, 2005: 133). Tujuan dari
pembelajaran simulasi yaitu untuk: (1) melatih keterampilan tertentu baik bersifat
profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, (2) memperoleh pe-mahaman tentang
suatu konsep atau prinsip, (3) melatih memecahkan masalah, (4) meningkatkan
keaktifan belajar, (5) memberikan motivasi belajar kepada siswa, (6) melatih siswa
untuk mengadakan kerjasama dalam situasi ke-lompok, (7) menumbuhkan daya
kreatif siswa, dan (8) melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.
Metode pembelajaran simulasi menjadi salah satu metode yang dapat
mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami dan mengetahui materi yang
disampaikan guru, dengan metode simulasi ini diharapkan agar siswa tidak
mengalami kejenuhan dan suasana yang menyenangakan serta siswa lebih
memahami materi dengan cara melakukan permainan simulasi, seperti siswa
memperagakan hal-hal yang harus dilakukan ketika menghadapi bencana gempa
bumi, serta terjadinya musibah banjir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tindakan kelas dengan judul : “Upaya Meningkatkan Pemahaman Mengenal Cara
Menghadapi Bencana Alam Melalui Metode Simulasi Pada Siswa Kelas VI SD
Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut : ”Apakah penggunaan metode simulasi dapat
meningkatkan pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam pada Siswa
Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012” ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenal cara menghadapi
bencana alam melalui metode simulasi pada Siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran
No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk memberi jawaban atas masalah
pokok dalam penelitian tindakan kelas diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Dapat memberikan gambaran mengenai peningkatan kualitas dan prestasi
belajar siswa dengan menggunakan metode simulasi.
b. Turut mengembangkan pengetahuan yang berkaitan dengan pembelajaran
simulasi di dalam kelas, agar lebih efektif dan efisien.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru untuk
menerapkan metode simulasi dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari cara
menghadapi bencana alam melalui kegiatan simulasi.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi sekolah dalam
menentukan kebijakan tentang metode pembelajaran di SD Negeri
Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Tinjauan Tentang Cara Menghadapi Bencana Alam
a. Pengertian Bencana
Dalam arti sempit bencana adalah sebuah kejadian luar biasa yang
menyebabkan kerugian serius, kerusakan, penderitaan, kesedihan bahkan kematian.
Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) dalam kamusnya
mendefinisikan bencana sebagai berikut :
“Bencana adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau karena ulah
manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahanlahan yang
menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan
lingkungan, serta melampaui kemampuan dan sumber daya masyarakat untuk
menanggulanginya.” (Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia,
2006).
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 tahun 2007 Tentang. Penanggulangan
Bencana mendefinisikan bencana sebagai “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis”.
Pengertian bencana dalam Kepmen No. 17/Kep/Menko/Kesra/ X/1995 adalah
sebagai berikut: “Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam, manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana
prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
dan penghidupan masyarakat”.
Sedangkan Heru Sri Haryanto (2001: 35) mengemukakan bahwa: bencana
adalah “terjadinya kerusakan pada pola pola kehidupan normal, bersipat merugikan
kehidupan manusia, struktur sosial serta munculnya kebutuhan masyarakat”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Menurut M. Ridha (2008:6) pengertian bencana adalah peristiwa atau
serangkaian peristiwa yangmenyebabkan gangguan serius pada masyarakat sehingga
menyebabkankorban jiwa serta kerugian yang meluas pada kehidupan manusia baik
darisegi materi, ekonomi maupun lingkungan dan melampaui kemampuan
masyarakat tersebut untuk mengatasi menggunakan sumberdaya yangmereka miliki.
Berdasarkan definisi di atas menunjukkan bahwa bencana adalah sesuatu
peristiwa yang merugikan baik diri maupun orang lain yang menyebabkan
kerusakan, hilangnya harta benda bahkan hilangnya nyawa manusia serta dapat
merubah pola kehidupan masyarakat yang mulanya normal menjadi rusak.
Bencana pada dasarnya di bagi dua yaitu yang di akibatkan oleh ulah manusia
seperti kebakaran, kecelakaan laulintas, pencemaran, ledakan Bom, kecelakaan
industri. Maupun dari alam sendiri seperti Gempa Bumi, Tsunami, Longsor lahan,
Angin Puting beliung, terjadinya secara mendadak maupun secara bertahap yang
akan mengakibatkan penderitaan terhadap masyarakat (Sutikno 2001 : 270).
Menurut Heru Sri Haryanto (2001 : 35) Berpendapat bahwa karakteristik
bencana mempunyai pengertian sebagai berikut :
1) Gangguan terhadap kehidupan normal, yang biasanya merupakan gangguan
cukup besar, mendadak dan tidak terkirakan terjadinya, serta meliputi daerah
dengan jangkauan luas.
2) Bersifat merugikan manusia, seperti kehilangan jiwa, luka di badan,
kesengsaraan, gangguan kesehatan, serta kehilangan harta benda.
3) Mempengaruhi struktur sosial masyarakat, seperti kerusakan sistem
pemerintahan, gedung gedung, atau bangunan, sarana komunikasi, dan pelayanan
masyarakat.
Dari beberapa pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa bencana adalah
Peristiwa atau rangkaian peristiwa secara tiba tiba yang disebabkan oleh alam,
manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban, kerusakan fasilitas serta
akan merusak kehidupan normal masyarakat dalam skala wilayah tertentu.
b. Pengertian Bencana Alam
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 tahun 2007 Tentang. Penanggulangan
Bencana pengertian bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
(suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan
aktivitas manusia.
Pengertian bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh gejala alam.
Sebenarnya gejala alam merupakan gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada
bumi. Namun, hanya ketika gejala alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan
segala produk budidayanya (kepemilikan, harta dan benda), kita baru dapat
menyebutnya sebagai bencana (http://yudipurnawan.wordpress.com /2007/11/13/
bencana-alam-dan-antisipasinya/).
Menurut Soemarno (2011: 2) pengertian bencana alam adalah merupakan
konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan
gunung, gempa bumi, tanah longsor) dengan aktivitas manusia. Karena
ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat,
sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan
sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk
mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka.
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu
peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas
manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen
keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan
struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada
kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka.
Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman
bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang
berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan
manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya,
pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya
bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga
tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam
bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi
mengakhiri peradaban umat manusia(http//setawiriawan.blogspot. com/2007/12/
pengertian-bencana-alam.html).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Berdasarkan definisi di atas maka dapat peneliti simpulkan bahwa bencana
alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi kehidupan
manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi,
tsunami, tanah longsor, dan sebagainya.
c. Penyebab Terjadinya Bencana Alam
Bencana alam merupakan peristiwa yang tidak diharapkan datangnya. Sebab
jika bencana tersebut datang maka akan mampu merusak segala sesuatu yang ada di
sekitar kita, bahkan mampu merenggut jiwa manusia. Bencana alam yang mampu
menghancurkan suatu daerah yang luas dan menyebabkan kerugian yang besar
merupakan proses alami. Namun ada pula yang disebabkan oleh ulah manusia.
Menurut Indrastuti dan Penny Rahmawaty (2008: 78) secara garis besar
terjadinya bencana alam dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut.
1) Alam
Bencana alam murni penyebab utamanya adalah alam itu sendiri. Contoh
bencana alam murni adalah gempa bumi, tsunami, badai atau letusan gunung
berapi. Bencana-bencana tersebut bukan disebabkan oleh ulah negatif manusia.
2) Perbuatan Manusia
Bencana alam yang terjadi karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.
Bukan berarti bencana ini dibuat oleh manusia tetapi akibat dari ulah manusia
atau dipicu dari perbuatan manusia, seperti penebangan hutan secara liar,
penambangan liar, pengambilan air tanah secara berlebihan dan lain-lain.
Perbuatan-perbuatan tersebut lambat laun akan menyebabkan bencana alam
seperti banjir, tanah longsor, atau erosi tanah.
Sedangkan menurut Yudi Purnawan (2007) dalam http://yudipurnawan.
wordpress.com/2007/11/13/bencana-alam-dan-antisipasinya/ klasifikasi bencana
alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1) Bencana alam geologis
2) Bencana alam klimatologis
3) Bencana alam ekstra-terestrial
Keterangan:
1) Bencana alam geologis
Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi (gaya
endogen). Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa bumi,
letusan gunung berapi, dan tsunami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2) Bencana alam klimatologis
Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang disebabkan oleh
faktor angin dan hujan. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai,
banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami hutan
(bukan oleh manusia).Gerakan tanah (longsor) termasuk juga bencana alam,
walaupun pemicu utamanya adalah faktor klimatologis (hujan), tetapi gejala
awalnya dimulai dari kondisi geologis (jenis dan karakteristik tanah serta batuan
dan sebagainya).
3) Bencana alam ekstra-terestrial
Bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar angkasa,
contoh : hantaman/impact meteor. Bila hantaman benda-benda langit mengenai
permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi
penduduk bumi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab bencana
aalam adalah bencana alam disebabkan oleh faktor alam dan perbuatan manusia,
perbuatan manusia yang menyebabkan terjadinya bencana alam adalah penebangan
hutan secara liar, penambangan liar, pengambilan air tanah secara berlebihan dan
lain-lain.
d. Macam-Macam Bencana Alam dan Cara Menghadapinya
1) Gempa Bumi
a) Pengertian Gempa Bumi
Menurut Indrastuti dan Penny Rahmawaty (2008: 80) menyatakan bahwa
gempa bumi merupakan gejala pelepasan energi berupa gelombang yang menjalar ke
permukaan bumi akibat adanya gangguan di kerak bumi berupa patah, runtuh, atau
hancur. Sedangkan menurut Sarwono (2005: 16) gempa bumi adalah getaran atau
guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh
pergerakankerak bumi (lempeng bumi).
Menurut Arif Julianto dkk (2008: 89) menyatakan bahwa gempa bumi adalah
gerakan kulit bumi yang terjadi secara mendadak. Dampak gerakan itu bisa
menyebabkan kerusakan yang parah. Bangunan yang ada di atasnya bisa hancur dan
menelan korban jiwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Menurut pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2005: 4), Gempa
Bumi merupakan pelepasan energy yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada
bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Kata gempa bumi juga digunakan untuk
menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita
walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang
terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.
Menurut Natawidjaja, D.H, (2008: 14) gempa bumi adalah peristiwa
bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang
ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Energi yang dihasilkan
dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi sehingga efeknya dapat
dirasakan sampai ke permukaan bumi.
Berdasarkan definisi di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pengertian
gempa bumi adalah pergerakan tanah secara tiba-tiba yang terjadi di bumi hingga
menimbulkan getaran yang dinyatakan dalam skala richter.
b) Akibat yang Ditimbulkan Gempa bumi
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyatakan tentang
akibat gempabumi, yaitu:
Akibat utama gempa bumi adalah hancurnya bangunan-bangunan karena
goncangan tanah. Jatuhnya korban jiwa biasanya terjadi karena tertimpa
reruntuhan bangunan, terkena longsor, dan kebakaran. Jika sumber gempa
bumi berada di dasar lautan maka bisa membangkitkan gelombang tsunami
yang tidak saja menghantam pesisir pantai di sekitar sumber gempabumi
tetapi juga mencapai beberapa km ke daratan (Direktorat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi, 2005: 6)
Pendapat lain menyatakan bahwa akibat gempa bumi adalah:
Energi getaran yang dikirimkan lewat permukaan bumi dari kedalaman.
Getaran menyebabkan kerusakan dan menghancurkan bangunan-bangunan,
yang pada gilirannya bisa membunuh dan melukai orang-orang yang
bertempat tinggal disitu. Getaran juga mengakibatkan tanah longsor,
pencairan, runtuhnya bebatuan dan kegagalan-kegagalan daratan yang lain,
yang merusak tempat-tempat human di dekatnya. Getaran juga memicu
kebakaran berganda, kecelakaan industri atau transportasi dan bisa memicu
banjir lewat jebolnya bendungan-bendungan dan tanggul-tanggul penahan
banjir (Coburn dkk, 2004: 19).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Menurut J. Louie menyatakan bahwa:
Besar kecilnya kerusakan dan/atau korban akibat bencana Gempa di
perkotaan sebenarnya merupakan efek sekundair dari kejadian Gempa bumi.
Seperti kita ketahui bahwa kejadian gempa akan memberikan efek langsung
(direct effect) dan efek sekunder (secondary effect). Efek langsung kejadian
gempa bumi biasanya terjadi pada daerah yang relatif dekat dengan pusat
gempa, seperti patahan, lipatan lapisan (lempengan bumi), beberapa gempa
tidak juga menimbulkan kerusakan di bagian permukaan tanah (J. Louie,
2001: 14)
Dari pernyataan-pernyataan yang berkenaan dengan akibat-akibat yang
ditimbulkan gempa bumi di atas, dapat disimpulkan bahwa gempa bumi ini dapat
menyebabkan timbulnya bencana-bencana lain yaitu tanah longsor, tsunami, banjir,
bahkan kebakaran.
c) Cara Mengantisipasi Ancaman Gempa bumi
Untuk mengantisipasi bencana gempa ada beberapa langkah yang harus
diketahui dan dilakukan masyarakat:
1) Membuat rumah atau bangunan yang sesuai dengan standar. Bangunan harus
dibuat tahan terhadap getaran atau tahan gempa.
2) Mengikuti penyuluhan tentang bencana alam yang diadakan pemerintah atau
lembaga terkait. Hal ini penting untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat.
3) Mempersiapkan anggota keluarga untuk menghadapi keadaan darurat. Caranya
dengan mencoba beberapa cara penyelamatan. Siapkan perbekalan pengungsian,
kenali tanda-tanda peristiwa, patuhi setiap ketentuan saat terjadi gempa, dan
pastikan keberadaan anggota keluarga.
4) Membentuk kelompok-kelompok siaga di masyarakat. Antarkelompok harus
selalu terjalin komunikasi (Arif Julianto dkk, 2008: 89)
Lebih lanjut Arif Julianto dkk menyatakan bahwa tindakan yang perlu
dilakukan saat terjadi gempa bumi adalah sebagai berikut:
1) Apabila kamu berada di dekat pintu atau jendela, segeralah berlari ke luar rumah.
2) Apabila kamu di dalam ruangan rumahmu, segera masuklah ke bawah meja
untuk melindungi tubuhmu. Ingat! Jangan berlindung di balik lemari karena bisa
roboh akibat getaran gempa.
3) Lihatlah keadaan atau kondisi dengan tenang! Jangan terburu-buru keluar rumah.
4) Apabila kamu berada di luar rumah, hindarilah bangunan tinggi, papan reklame,
atau tiang listrik. Bangunan-bangunan itu bisa roboh akibat gempa.
5) Jangan berlindung di bawah pohon yang besar atau tinggi. Pohon juga bisa
tumbang akibat getaran gempa.
6) Selamatkan dirimu dengan mencari ruangan terbuka seperti lapangan/sawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
7) Setelah gempa usai jangan buru-buru masuk ke rumah. Bisa jadi akan terjadi
gempa susulan yang lebih besar.
8) Tunggulah dengan tenang di tanah lapang, biarkan orang tuamu mencari
informasi tentang gempa (Arif Julianto dkk, 2008: 100)
Sedangkan menurut Indrastuti dan Penny Rahmawaty menyatakan bahwa
cara menghadapi bencana gempa bumi dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: Jika
terjadi gempa bumi dan kita berada di luar ruangan tetaplah tinggal di luar dan
berusahalah berada di tempat yang terbuka, jauh dari pepohonan, tembok-tembok
serta saluran-saluran kabel listrik. Usahakan jangan masuk ke dalam rumah atau
bangunan. Tetapi jika berada di dalam gedung dengan banyak orang maka usahakan
tidak perlu panik dan ikut berdesak-desakan keluar. Jika itu yang terjadi maka kita
akan terinjak-injak banyak orang dan tertimpa runtuhan bangunan. Sebaiknya yang
perlu dilakukan adalah berlindung di bawah meja atau mebel yang kokoh atau
mencari sesuatu yang dapat melindungi kepala dan badan kita dari reruntuhan
bangunan. Jika suasana telah tenang dan aman usahakan untuk keluar ruangan dan
mencari tempat yang lebih aman lagi (Indrastuti dan Penny Rahmawaty, 2008: 76)
Menurut Sanusi Fattah (2008: 128) beberapa upaya yang dapat dilakukan
dalam menghindari dan menghadapi bencana gempa bumi adalah meliputi hal-hal
berikut ini:
1) Membuat bangunan dengan konstruksi tahan getaran (anti gempa) khususnya di
daerah rawan gempa.
2) Membangun fasilitas-fasilitas umum dengan standar kualitas tinggi
3) Membuat rencana penempatan permukiman untuk mengrangi tingkat kepadatan
hunian di daerah rawan gempa bumi.
4) Melakukan pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya
gempa bumi dan cara-cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
5) Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan
masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadaman kebakaran, dan
pertolongan utama.
6) Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana yang dibekali pelatihan
pertolongan pertama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
7) Bagi penduduk yang tinggal di daerah pantai, saat terjadi gempa harus
menyelamatkan diri dengan mengungsi yang lebih tinggi untuk menghindari
tsunami.
8) Bagi penduduk yang tinggal di daerah gunung harus segera menyelamatkan diri
menjauh untuk menghindari terjadinya longsoran
9) Selalu menyimak atau mendengarkan informasi dari pihak-pihak yang
berwenang untuk menghindari kepanikan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa cara
menghadapi bencana alam khususnya gempa bumi adalah kita harus secepatnya ke
luar ruangan.Anak-anak dan orang lanjut usia keluar terlebih dahulu. Ibu-ibu
menyusul, dan terakhir para bapak dan remaja. Bila pintu keluar terlalu jauh, maka
kita harus bersembunyi di kolong tempat tidur atau di kolong meja. Kepala kita
tundukkan, kita lindungi dengan tangan. Bila sudah di luar, kita harus menjauh dari
bangunan. Karena gempa bumi selalu diikuti dengan gempa susulan, maka kita tidak
boleh mendekati bangunan sampai situasinya benar-benar aman. Apabila lokasi kita
di dekat pantai, kita harus menjauhi pantai karena ada kemungkinan terjadinya
tsunami.
2) Tsunami
a) Pengertian Tsunami
Tsunami merupakan gejala susulan akibat gempa bumi yang berpusat di dasar
laut. Tidak semua gempa menyebabkan tsunami. Tsunami juga dapat terjadi akibat
letusan gunung berapi yang ada di dasar laut. Selain itu runtuhan yang ada di dasar
laut juga mampu menimbulkan tsunami (Indrastuti dan Penny Rahmawaty, 2008:
74).
Menurut Arif Julianto dkk (2008: 100) tsunami adalah gelombang laut pasang
yang disebabkan adanya gempa di dasar laut. Tinggi gelombang tsunami bisa
mencapai sepuluh meter. Dampak yang ditimbulkannya sungguh dahsyat.
Menurut Sanusi Fattah (2008: 128) pengertian tsunami berasal dari bahasa
Jepang ”tsu” yang berarti pelabuhan, dan ”nami” berarti gelombang. Dengan
demikian secara bahasa tsunami dapat diartikan sebagai gelombang pasang laut yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
besar di pelabuhan. Adapun pengertian tsunami secara umum adalah gelombang laut
dengan kecepatan tinggi yang ditimbulkan oleh adayna gangguan yang bersifat tiba-
tiba dari dasar laut. Gangguan tersebut dapat berupa gempa bumi tektonik, ketusan
gunung api, dan longsoran tanah yang terjadi di dasar laut.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tsunami merupakan
gelombang air laut yang menerjang masuk beberapa kilometer ke daratan. Tsunami
bisa ditimbulkan antara lain oleh gempa bumi atau letusan gunung berapi bawah laut.
b) Cara Menghadapi Bencana Tsunami
Menurut Indrastuti dan Penny Rahmawaty (2008: 76) langkah yang harus
ditempuh oleh masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami adalah sebagai
berikut.
1) Menyiapkan tas darurat yang berisi keperluan-keperluan mengungsi selama tiga
hari seperti makanan, pakaian, surat-surat berharga atau obat-obatan.
2) Selalu merespon tiap latihan dengan serius sama seperti saat terjadinya gempa.
3) Selalu peka terhadap fenomena alam yang tidak biasa
Menurut Sanusi Fattah (2008: 129) peristiwa tsunami tidak bisa diramalkan
dengan tepat kapan terjadinya. Namun demikian kita dapat menerima peringatan
akan terjadinya tsunami dengan memperhatikan gejala-gejalanya, sehingga masih
ada waktu untuk menyelematkan diri. Gejala-gejala dan peringatan dini akan
terjadinya tsunami dapat dilihat dari tanda-tanda berikut ini:
1) Gelombang air laut datang secara mendadak dan berulang dengan energi yang
sangat kuat.
2) Pada umumnya di Indonesia didahulu dengan gempa bumi besar di dasar laut dan
terjadi susut laut.
3) terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempa bumi sebagai sumber
tsunami dan waktu tiba tsunami di pantai mengingat kecepatan gelombang
gempa jauh lebih besar dibanding kecepatan tsunami.
4) Di Indonesia pada umumnya terjadi gempa bumi besar di dasar laut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Adapun beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai strategi penyelamatan
dan upaya pengurangan bencana tsunami menurut Sanusi Fattah (2008: 129) adalah
sebagai berikut:
1) Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami
2) Pendidikan kepada masyarakat terutama yang tinggal di daerah pantai rentang
bahaya tsunami.
3) Pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai bertujuan untuk
meredam gejala tsunami.
4) Penanaman mangrove atau hutan bakau serta tanaman lainnya di sepanjang garis
pantai bertujuan untuk meredam gelombang tsunami.
5) Pembangunan tempat-tempat pengungsian yang aman di sekitar daerah
permukiman yang cukup tinggi.
6) Memberikan pendidikan dan pengetahuan masyarakat lokal khususnya yang
tinggal di pinggir pantai tentang pengenalan tanda-tanda tsunami dan cara-cara
penyematan diri terhadap bahaya tsunami.
7) Melaporkan secepatnya jika mengetahui tanda-tanda akan terjadinya tsunami
pada petugas yang berwenang.
8) Melengkapi diri dengan alat komunikasi.
Sedangkan menurut Arif Julianto dkk (2008: 100) beberapa upaya yang dapat
dilakukan dalam menghindari dan menghadapi bencana tsunami adalah meliputi hal-
hal berikut ini:
1) Masyarakat harus menghafalkan karakteristik gempa yang potensial
menyebabkan tsunami. Gempa besar yang berpusat di dasar laut bisa
menimbulkan suara gemuruh berkepanjangan.
2) Meningkatkan kewaspadaan saat berwisata di kawasan pantai.
3) Mengetahui secara pasti langkah darurat dan tempat-tempat evakuasi.
4) Masyarakat pantai harus turut menjaga kelestarian tanaman mangrove.
Berdasarkan pendapat mengenai upaya yang dapat dilakukan dalam
menghindari bahaya tsunami, maka dapat peneliti simpulkan bahwa upaya yang
dapat dilakukan untuk mengantisipasi bencana tsunami yaitu dengan secepat
mungkin menjauhi pantai menuju daratan yang paling tinggi. Setelah situasi benar-
benar aman, barulah kita boleh kembali ke tempat tinggal kita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
3) Banjir
a) Pengertian Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul
jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya
disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat
curah hujan yang tinggi. Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan menyapu
fondasinya (http://dhenirahman.net16.net/?p=16). Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2005: 212), banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang
biasanya kering) karena volume air yang meningkat.
Menurut Roestam (2001: 16), bahwa banjir terjadi apabila air yang melimpas
dari badan air, apakah dari selokan, saluran drainase, sungai, situ atau danau dan
menggenangi bantaran dan kawasan sekitarnya. Pengertian lain mengatakan bahwa
banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering)
karena volume air yang meningkat. Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan di
dataran banjir sebagai akibat terjadinya limpasan air dari sungai, disebabkan oleh
debit aliran yang melebihi kapasitas selain limpasan sungai, genangan banjir dapat
terjadi karena potensi hujan dan kondisi setempat dimana genangan terjadi (Siswako,
2003: 14).
Berdasarkan deifinisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa banjir adalah
suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung oleh palung sungai,
sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada lahan yang semestinya kering.
b) Cara Menghadapi Bencana Banjir
Banjir merupakan peristiwa alam yang dapat dipastikan setiap musim
penghujan tiba. Banjir dapat terjadi secara alami karena faktor alam maupun karena
ulah manusia. Menurut Sanusi Fattah (2008: 131) beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah dan menghadapi banjir adalah berikut ini:
1) Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan
2) Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang
sering menimbulkan banjir.
3) Tidak membangun rumah dan permukiman di bantaran sungai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
4) Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan mencari
informasi, meminta bantuan atau melakukan konfirmasi.
5) Mengadakan program penghijauan di daerah hulu sungai.
6) Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk diseberangi.
7) Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran
listrik di wilayah bencana.
8) Mengamankan dokumen-dokumen yang penting di tempat yang aman.
9) Menyiapkan peralatan keselamatan seperti perahu karet, jas hujan, senetr dan
sebagainya.
10) Menyiapkan bahan makanan siap saji dan obat-obatan darurat seperti anti diare,
anti influenza, dan sebagainya.
11) Tidak membuang sampah ke sungai dan mengadakan program Prokasi (Program
Kali Bersih).
Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Arif Julianto dkk (2008: 100) yang
menyatakan bahwa tindakan yang perlu dilakukan saat terjadi banjir adalah sebagai
berikut:
1) Bawalah dokumen berharga dan perlengkapan pengungsian yang penting.
Matikan listrik, kompor, dan pastikan rumah dalam kondisi terkunci.
2) Segera mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Hati-hatilah saat melewati kabel-
kabel atau benda-benda yang mengandung listrik.
3) Untuk sementara waktu mungkin akan kesulitan air bersih. Namun, jangan coba
minum atau mandi dengan air banjir. Kamu bisa sakit gatal dan terkena radang.
4) Gunung Meletus
a) Pengertian Gunung Meletus
Menurut Sanusi Fattah (2008: 117) gunung meletus adalah aktivitas yang
mengeluarkan material berupa bahan padat, cair dan gas yang ada di daerah perut
bumi ke permukaan bumi. Gunung meletus pada umumnya dapat terjadi pada
gunung berapi yang masih aktif. Letusan gunung api terjadi ketika magma keluar
dari perut bumi ke permukaan bumi. Adapun magma adalah campuran batuan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
berbagai campuran mineral yang bersifat cair dan sangat panas. Saat terjadi gunung
meletus banyak bahan-bahan dan material yang keluar dari gunung api yang bersifat
gas, cair dan padat.
Menurut Arif Julianto dkk (2008: 100) ancaman letusan gunung berapi ada
beragam, antara lain: 1) Awan panas yaitu campuran material letusan antara gas dan
bebatuan. Suhunya antara 300–700°C dengan kecepatan lumpurnya di atas 70
km/jam. Lontaran material pijar yang terjadi ketika letusan berlangsung. Luncuran
pijar ini mampu membakar apa pun yang dilaluinya. 2) Hujan abu terjadi ketika
gunung api meletus. Abu yang diterbangkan angin membahayakan pernapasan, mata,
pencemaran air tanah, dan merusak tumbuh-tumbuhan. Lava merupakan magma
yang mencapai permukaan dalam bentuk cairan kental. Suhunya mencapai 700–
1.200°C. Apabila lava mendingin akan menjadi batuan beku. 3) Gas racun yang
keluar bisa menyebabkan kematian. Gas ini tidak selalu berasal dari letusan gunung
api. Gas ini dapat keluar melalui rekahanrekahan yang terdapat di daerah gunung api.
Berdasarkan pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa letusan gunung
berapi dibentuk oleh akumulasi magma yang keluar melalui celah kerak bumi.
Bahaya gunung meletus adalah material yang dikeluarkannya. Letusan kecil
mengeluarkan lava pijar, awan panas, lahar panas, lahar dingin, dan debu. Letusan
yang dahsyat dapat melontarkan lava cair, agak padat, maupun pecahan batuan.
b) Cara Menghadapi Bencana Gunung Meletus
Menurut Sanusi Fattah (2008: 130) upaya yang dapat dilakukan dalam
menghadapi bencana gunung meletus adalah sebagai berikut:
1) Menghindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah
aliran lahar.
2) Membuat banker-banker perlindungan dan membuat saluran untuk mengarahkan
aliran lahar panas agar tidak membahayakan daerah pemukiman.
3) Menggunakan pakaian yang bisa melindunggi tubuh dan jangan memakai lensa
kontak.
4) Memakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.
5) Menjauhi wilayah yang terkena hujan abu atau awan panas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
6) Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk
mengungsi dan mempersiapkan berbagai kebutuhan dasar.
7) Melakukan penyelidikan dan pemantauan terhadap aktivitas gunung api sehingga
bahaya letusan gunung api dapat diantisipasi lebih awal.
Sedangkan menurut Arif Julianto dkk (2008: 101) tindakan yang dapat
dilakukan ketika terjadi bencana gunung meletus adalah sebagai berikut:
1) Mengajak keluarga untuk menghindari daerah bahaya. Yang dimaksud daerah
bahaya adalah lereng gunung, lembah, atau kawasan yang memungkinkan dialiri
lahar.
2) Pemerintah akan menyediakan angkutan untuk pengungsian. Masyarakat harus
mengungsi ke barak pengungsian.
3) Lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Kamu bisa mengenakan masker,
topi, celana panjang, dan baju lengan panjang.
4) Abu letusan berbahaya bagi tubuh. Usahakan jangan menghirup secara langsung
udara yang terkena abu letusan.
5) Patuhilah pedoman dan perintah dari instansi berwenang tentang upaya
penanggulangan bencana. Jangan mudah terhasut untuk segera kembali ke rumah
saat status masih dalam bahaya.
5) Tanah Longsor
a) Pengertian Tanah Longsor
Tanah longsor adalah anjloknya massa tanah dan batuan menuruni lereng
bukit atau gunung. Tanah longsor biasanya terjadi ketika air hujan meresap ke lahan
di puncak bukit atau gunung. Aliran air kemudian menyusup ke rekahan-rekahan
batuan. Akhirnya aliran itu bertemu dengan material yang licin, seperti serpihan batu
atau lempung. Posisi material ini miring menghadap ke lembah. Semakin lama airnya
semakin menggenang, sehingga semakin berat. Akhirnya penopang lereng tidak
mampu lagi menahan beban. Massa tanah dan batuan pun tergelincir di sepanjang
lereng (Sri Wasono Widodo dan Mulyadi HP, 2008: 42).
Menurut Arif Julianto dkk (2008: 101) pengertian tanah longsor adalah
gerakan tanah dan bebatuan pada lereng sebuah gunung. Dampaknya sungguh luar
biasa. Tanah di lereng gunung bisa longsor karena adanya peningkatan kandungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
air di perut gunung. Penyebab lain adalah pembangunan permukiman di lereng
gunung dan pemotongan kaki lereng. Hal ini menyebabkan lereng tidak memiliki
penahan atau penyangga.
Sedangkan menurut Indrastuti dan Penny Rahmawaty (2008: 78) tanah
longsor merupakan jenis gerakan tanah. Tanah longsor sendiri merupakan gejala
alam yang terjadi di sekitar kawasan pegunungan. Semakin curam kemiringan lereng
suatu kawasan, semakin besar pula kemungkinan terjadi longsor. Longsor terjadi saat
lapisan bumi paling atas dan bebatuan terlepas dari bagian utama gunung atau bukit.
Pada dasarnya sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan daerah perbukitan
atau pegunungan yang membentuk lahan miring. Lahan atau lereng yang
kemiringannya melampaui 20° umumnya berbakat untuk bergerak atau longsor. Tapi
tidak selalu lereng atau lahan yang miring berpotensi untuk longsor.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tanah longsor adalah
perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,tanah, atau
material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses
terjadinyatanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke
dalam tanah akanmenambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah
kedap air yang berperansebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerakmengikuti lereng dan keluar lereng.
a) Cara Menghadapi Bencana Tanah Longsor
Menurut Arif Julianto dkk (2008: 94) masyarakat harus aktif menyelamatkan
lingkungan. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan masyarakat untuk
mencegah terjadinya tanah longsor, yaitu:
1) Menjaga kelestarian lingkungan pegunungan. Misalnya dengan membuat
terasering, menghijaukan bukit, dan memelihara saluran drainase.
2) Masyarakat harus sadar untuk tidak membangun rumah secara sembarangan di
perbukitan. Pembangunan rumah akan menyebabkan bukit kelebihan beban.
3) Masyarakat harus menghentikan penambangan liar di kaki bukit. Penambangan
akan berakibat fatal bagi masyarakat umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Lebih lanjut Arif Julianto dkk (2008: 102) menyatakan bahwa tindakan yang
dapat dilakukan ketika mendengar informasi terjadi tanah longsor adalah sebagai
berikut:
1) Waspadai turunnya hujan deras secara terus-menerus di kawasan bukit atau
pegunungan di sekitar. Bencana tanah longsor sering terjadi karena banyaknya
curah hujan di kawasan tersebut. Hal ini pernah terjadi di Tawangmangu,
Karanganyar sebelum terjadi tanah longsor.
2) Mengajak anggota keluarga untuk mengungsi ke tempat yang aman yang jauh
dari lokasi tersebut. Hal ini penting karena tanah longsor tidak bisa diduga
datangnya.
3) Rawat dan simpanlah dokumen-dokumen penting. Pastikan dokumen itu mudah
dibawa pergi seandainya harus mengungsi.
4) Tetap tenang di tempat pengungsian sambil memantau berita yang pasti dari
pemerintah setempat. Hal ini penting untuk menghindari kesimpangsiuran
mengenai bencana tersebut.
Menurut Indrastuti dan Penny Rahmawaty (2008: 78-80) usaha mitigasi
bencana tanah longsor berarti segala usaha untuk meminimalkan akibat terjadinya
tanah longsor. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menekan bahaya tanah
longsor dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Tahap awal atau tahap preventif
2) Tahap bencana
3) Tahap pascabencana
Keterangan:
1) Tahap awal atau tahap preventif
Tahap awal dalam upaya meminimalkan kerugian akibat bencana tanah longsor
adalah sebagai berikut.
a) Mengidentifikasi daerah rawan dan melakukan pemetaan.
b) Penyuluhan pencegahan dan penanggulangan bencana alam dengan
memberikan informasi mengenai bagaimana dan mengapa tanah longsor.
c) Pemantauan daerah rawan longsor.
d) Perencanaan pengembangan sistem peringatan dini di daerah rawan bencana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
e) Menghindari bermukim atau mendirikan bangunan di tepi lembah sungai
terjal.
f) Menghindari melakukan penggalian pada daerah bawah lereng terjal yang
akan mengganggu kestabilan lereng sehingga mudah longsor.
g) Menghindari membuat sawah baru dan kolam pada lereng yang terjang
karena air yang digunakan akan memengaruhi sifat fisik lereng. Lereng
menjadi lembek dan gembur sehingga tanah mudah bergerak.
h) Menyebarluaskan informasi bencana gerakan tanah melalui berbagai media
sehingga masyarakat mengetahui.
2) Tahap bencana
Usaha yang perlu dilakukan ketika suatu daerah terkena bencana tanah longsor
antara lain berikut ini.
a) Menyelamatkan warga yang tertimpa musibah.
b) Pembentukan pusat pengendalian atau crisis center.
c) Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman.
d) Pendirian dapur umum, pos-pos kesehatan, dan penyediaan air bersih.
e) Pencegahan berjangkitnya wabah penyakit.
f) Evaluasi, konsultasi, dan penyuluhan.
3) Tahap pascabencana
Setelah bencana tanah longsor terjadi, bukan berarti permasalahan selesai, tetapi
masih ada tahapan yang perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah kerugian,
yaitu:
a) Mengupayakan mengembalikan fungsi hutan lindung seperti sediakala.
b) Mengevaluasi dan memperketat studi Amdal pada kawasan vital yang
berpotensi menyebabkan bencana.
c) Penyediaan lahan relokasi penduduk yang bermukim di daerah bencana, dan
di sepanjang bantaran sungai.
d) Normalisasi area penyebab bencana.
e) Rehabilitasi sarana dan prasarana pendukung kehidupan masyarakat yang
terkena bencana alam secara permanen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
f) Menyelenggarakan forum kerja sama antardaerah dalam penanggulangan
bencana.
Berdasarkan pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa dalam
mengantisipasi bencana tanah longsor maka diperlukan tindakan sebagai berikut:
1) Tindakan kesiapsiagaan
a) Tidak menebang atau merusak hutan
b) Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba,
bambu, akar wangi, lamtoro, dsb., pada lereng-lereng yang gundul
c) Membuat saluran air hujan
d) Membangun dinding penahan di lereng-lereng yang terjal
e) Memeriksa keadaan tanah secara berkala
f) Mengukur tingkat kederasan hujan
2) Cara-cara menghindari korban jiwa dan harta akibat tanah longsor
a) Membangun pemukiman jauh dari daerah yang rawan
b) Bertanya pada pihak yang mengerti sebelum membangun
c) Membuat Peta Ancaman. Untuk keterangan lebih lanjut lihat bagian
d) Melakukan deteksi dini
3) Yang harus dilakukan saat tanah longsor
a) Segera keluar dari daerah longsoran atau aliran reruntuhan/puing ke bidang
yang lebih stabil
b) Bila melarikan diri tidak memungkinkan, lingkarkan tubuh anda seperti bola
dengan kuat dan lindungi kepala Anda. Posisi ini akan memberikan
perlindungan terbaik untuk badan.
4) Yang harus dilakukan setelah tanah longsor
a) Menghindari daerah longsoran, dimana longsor susulan dapat terjadi Periksa
korban luka dan korban yang terjebak longsor tanpa langsung memasuki
daerah longsoran.
b) Membantu mengarahkan tim SAR ke lokasi longsor
c) Membantu tetangga yang memerlukan bantuan khusus-anak-anak, orang tua
dan orang cacat
d) Mendengarkan siaran radio lokal atau televisi untuk informasi keadaan terkini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
e) Waspada akan adanya banjir atau aliran reruntuhan setelah longsor
f) Melaporkan keruskan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang
berwenang
g) Memeriksa kerusakan pondasi rumah dan tanah disekitar terjadinya longsor
h) Menanami kembali daerah bekas longsor atau daerah disekitarnya untuk
menghindari erosi yang telah merusak lapisan atas tanah yang dapat
menyebabkan banjir bandang
2. Metode Pembelajaran Simulasi
a. Pengertian Metode
Menurut Oemar Hamalik (2001: 16) menyatakan bahwa metode adalah salah
satu alat untuk mencapai tujuan. Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu Methodos
yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai
tujuan.
Metode berasal dari bahasa Greeka, Metha yang berarti melewati dan hodos
yang berarti jalan. Sedangkan dalam kamus ilmiah popular metode berarti cara yang
teratur dan sistematis untuk pelaksanaan sesuatu (Pius dan Dahlan, 2004: 24).
Sedangkan secara luas metode berarti ilmu tentang cara yang harus ditempuh untuk
mencapai tujuan (Saiful Sagala, 2008: 165).
Ditinjau dari segi terminologis (istilah), metode dapat dimaknai sebagai
“jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik dalam
lingkungan atau perniagan mapun dalam kaitan ilmu pengetahuan dan lainya.
Metodologi berasal dari bahasa Yunani, metodos = cara dan logos = ilmu, sehingga
ilmu yang mempelajari tentang metode disebut metodologi. Jadi, metodologi bisa
diartikan sejenis strategi, pendekatan, metode, teknik, dan prosedur. Berangkat dari
beberapa arti tersebut jika dikaitkan dengan pembelajaran maka pengertian
metodologi pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan
serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran
yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan (Isma’i, 2008: 8).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Sedangkan pembelajaran menurut M. Darsono (2000: 24) adalah “suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa
berubah ke arah yang lebih baik". Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono
(2002: 297) adalah kegiatanguru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas
berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Pembelajaran
mempunyai duakarakteristik yaitu: pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan
proses mentalsiswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar
mendengar, mencatat,akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir.
Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses dan tanya
jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat
membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri
Menurut Abu Ahmadi (2008: 52) metode pembelajaran adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau
instruktur. Pengertian lain mengatakanbahwa metode pembelajaran merupakan
teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan
pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual ataupun secara
kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa
dengan baik.
Pengertian lain mengatakan bahwa metode pembelajaran merupakan teknik
penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran
kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik
(Slameto, 2010: 26).
Metode pembelajaran menurut Akhmat Sudrajat (2008) mengartikan sebagai
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi
pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini mendorong seorang guru untuk
mencarimetode yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat diserap dengan
baik olehsiswa. Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan
penggunaan metode mengajar.
b. Pengertian Metode Pembelajaran Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat
seolah-olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura. Dengan
demikian, simulasi dalam metode mengajar dimaksudkan sebagai cara untuk
menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura
atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peranan mengenai suatu
tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya.
Dalam kamus Bahasa Inggris karangan Echols dan Shadily (1992:527) bahwa
simulasi berarti pekerjaan tiruan/meniru. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI, 2002:1068) bahwa simulasi merupakan metode pelatihan yang
meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang
sesungguhnya.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2006:90) “Metode pembelajaran simulasi
adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan kepada
siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik
sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan.”
Sedangkan, menurut definisi Depdiknas, (2005:133) “Metode pembelajaran
simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan
keterampilan peserta didik (ranah kognitif maupun keterampilan).” Metode ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena
adanya kesulitan atau keterbatasan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang
sesungguhnya.
Simulasi adalah suatu tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja.
Dalam setiap bentuk simulasi akan terjadi hal-hal sebagai berikut: (1) para pemain
yang memegang peranan yang mewakili dunia kenyataan, dan juga membuat
keputusan-keputusan dalam mereaksi penilaian mereka terhadap setting dalam mana
mereka temukan sendiri, (2) Mereka mengalami perbuatan-perbuatan tiruan yang
berhubungan dengan dengan keputusan-keputusan mereka dan penampilan umum
mereka. (3) Mereka memonitor hasil-hasil kegiatan masing-masing, dan diarahkan
untuk merefleksi terhadap hubungan antara keputusankeputusan mereka sendiri dan
konsekuensi-konsekuensi akhir yang menunjukkan gabungan dari berbagai
perbuatan. Dengan demikian maka alam simulasi para pelaku dapat memperoleh
kecakapan bersikap dan bertindak yang sesuai jika menghadapi situasi yang
sebenarnya (Sunaryo, 2004: 137).
Pengertian model permainan simulasi (simulation game model) menurut
Richard Kindsvatter adalah berikut ini.
A simulation is a dynamic model illustrating a physical (nonhuman) or social
(human) system that is abstracted from reality and simplified for study
purposes. (Permainan simulasi adalah sebuah model penggambaran yang
dinamis tentang suatu sistem sosial (manusia) atau fisik (bukan manusia)
yang diabstraksi dari realita dan disederhanakan untuk alasan studi) (Richard
Kindsvatter, 1996:269).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa unsur-unsur pada
model permainan simulasi adalah: sistem sosial atau fisik (physical or social system),
abstraksi (abstracted), realitas (reality) dan penyederhanaan (simplified) dan alasan
studi (study purposes).
Pernyataan ini didukung oleh Richard Kindsvatter (1996:273).
The range of simulation available to teachers at all grade levels in all subject
areas is impressive. Simulations have been used in classroom kindergaden
through adult levels. (Area simulasi yang diterapkan oleh guru pada semua
tingkatan siswa. Simulasi sudah pernah diterapkan dari taman kanak-kanak
sampai pada tingkatan yang lebih tinggi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Simulasi adalah tiruan dinamis sebuah model nyata. Prinsip-prinsip simulasi:
simulasi dilakukan oleh kelompok siswa; tiap kelompok mendapatkan kesempatan
melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda; semua siswa harus
terlibat langsung menurut peranan masing-masing; penentuan topik disesuaikan
dengan tingkat kemampuan kelas; dibicarakan oleh siswa dan guru; petunjuk
simulasi diberikan terlebih dahulu; dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi
yang lengkap; hendaknya diusahakan terintegrasi dengan beberapa ilmu (Hasibuan
dan Moedjiono, 1993:27).
Model permainan simulasi didesain untuk membantu siswa mempelajari dan
menganalisis dunia nyata secara aktif. Siswa yang terlibat dalam simulasi
mempunyai peranan masing-masing dan berinteraksi dengan siswa yang lainnya.
Siswa mengambil keputusan sendiri dan menanggung konsekuensi dari
keputusannya. Metode pembelajaran yang seperti ini, tentunya memudahkan siswa
memahamai konsep-konsep pelajaran, karena objek yang dipelajari siswa dapat
mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, permainan simulasi adalah model yang mengilustrasikan atau
menggambarkan baik sistem sosial maupun sistem fisik yang diabstraksi dari realitas
dan disederhanakan. Berdasarkan peristiwa yang sebenarnya, dilakukan abstraksi
(pemindahan) terhadap kondisi-kondisi yang mendukung terjadinya peristiwa
tersebut, ditambah dengan penyederhanaan-penyederhanaan, kemudian menyusun
ulang peristiwa tersebut sesuai dengan kondisi-kondisi yang telah disederhanakan. Di
samping itu, metode permainan simulasi cocok diterapkan pada semua tingkatan
siswa, dari siswa taman kanak-kanak, sampai siswa pada tingkatan yang lebih tinggi.
c. Tujuan Pembelajaran Simulasi
Simulasi sebagai metode mengajar bertujuan:
1) Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan
sehari-hari,
2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip,
3) Melatih memecahkan masalah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4) Meningkatkan keaktifan belajar dengan melibatkan siswa dalam memelajari
situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya,
5) Memberikan motivasi belajar kepada siswa,
6) Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok,
7) Menumbuhkan daya kreatif siswa
8) Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi (Sudjana, 1989: 89-90)
Tujuan dari metode pembelajaran simulasi adalah:
1) Agar siswa mempunyai gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang
berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses
terjadinya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, dan komponen –
komponen yang membentuk sesuatu.
2) Untuk menghindari terjadinya verbalisme pada siswa
3) Agar proses pembelajaran lebih menarik bagi siswa
4) Meminimalisir pembelajaran satu arah dari guru, dengan metode ini siswa
dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran.
5) Merangsang siswa untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan
kenyataan dan mencoba mempraktekan apa yang ada dalam teori menjadi sesuatu
yang nyata (disimulasikan) (Syaiful Basri Djamarah, 2006 : 91).
Beberapa tujuan dari kegiatan atau pelatihan simulasi adalah sebagai berikut:
1) Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa dengan melibatkan siswa dalam
mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya.
2) Untuk melatih siswa menguasai ketrampilan tertentu, baik yang bersifat
profesional maupun yang penting bagi kehidupan sehari-hari.
3) Untuk pelatihan memecahkan masalah.
4) Untuk memberikan rangsangan atau kegairahan belajar siswa.
5) Untuk merasakan atau memahami tingkah laku manusia dan situasisituasi
masyarakat di sekitarnya.
6) Untuk melatih dan membantu siswa dalam memimpin, bergaul dan memahami
hubungan antara manusia, bekerja sama dalam kelompok dengan efektif,
menghargai dan memahami perasaan dan pendapat orang lain, dan memupuk
daya kreatifitas siswa (Abu Ahmadi, 1997: 83).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Berdasarkan kajian teori mengenai tujuan pembelajaran simulasi dapat
disimpulkan bahwa tujuan metode simulasi untuk: (1) melatih keterampilan tertentu
baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, (2) memperoleh pe-
mahaman tentang suatu konsep atau prinsip, (3) melatih memecahkan masa-lah, (4)
meningkatkan keaktifan belajar, (5) memberikan motivasi belajar ke-pada siswa, (6)
melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi ke-lompok, (7)
menumbuhkan daya kreatif siswa, dan (8) melatih siswa untuk mengembangkan
sikap toleransi.
d. Karakteristik Metode Pembelajaran Simulasi
Berdasarkan definisi dan kerangka logis yang telah dibahas di atas, bisa
disimpulkan bahwa metode pembelajaran simulasi memiliki karakteristik yang
membedakannya dengan metode pembelajaran yang lain. Karakteristik ini penulis
simpulkan berdasarkan sintesis dari teori-teori yang ada dan pengalaman faktual di
tercantum dibawah ini.
1) Perpaduan antara student centered approach dan teacher centered approach.
Menurut Akhmad Sudrajat (2007: 2) “Dilihat dari pendekatannya
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan yaitu (1) pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).”
Pembelajaran konvensional identik dengan pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada guru. Dalam hal ini guru bertindak sebagai
pusat pengetahuan bagi siswa, peran siswa lebih banyak sebagai receiver dari
berbagai konsep yang guru sampaikan. Sehingga pendekatan ini cocok untuk
menyampaikan materi-materi konseptual yang perlu dipahami siswa.
Metode pembelajaran simulasi adalah suatu metode pembelajaran yang
merupakan perpaduan antara student centries dan teacher centries. Guru dan
siswa secara proporsional sama-sama mengoptimalkan perannya dalam proses
belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Tabrani Rusyan
(dalam Syaiful Basri Djamarah 2006: 8) bahwa “Kegiatan belajar adalah suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
sistem”. Suatu sistem dimana dalam prosesnya kita tidak bisa memisahkan antara
peran guru dan peran siswa.
Dalam metode pembelajaran simulasi, terlebih dahulu guru harus
menerangkan konsep dan substansi dari materi yang dipelajari, hal ini bisa
dilakukan melalui ceramah atau metode lainya, kemudian guru membimbing
siswa agar siswa paham secara prosedural dari materi yang dipelajari dengan cara
menyimulasikannya. Dalam tahapan ini, peran siswa lebih besar karena siswa
terlibat langsung dalam memerankan tahapan-tahapan dari prosedur yang
diterangkan guru. Misalnya dalam materi cara menghadapi bencana alam, siswa
ada yang bertugas sebagai korban, dan ada yang berperan sebagai tim penolong.
Ketika terjadi bencana, keduanya harus melakukan kegiatan yang telah
diterangkan oleh guru. Siswa juga harus mampu menganalisis tindakan apa yang
yang harus dilakukan ketika terjadi bencana alam.
2) Metode pembelajaran yang komprehensif
Sardiman (2006: 20) menjelaskan bahwa: ”Belajar merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.”
Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2002:18) menyatakan bahwa: ”Belajar
merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal
tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.”
Aspek-aspek dalam ranah kognitif antara lain; pengetahuan
(introducing), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek-aspek
tersebut seperti mata rantai yang saling menyambung. Pengetahuan merupakan
aspek dasar terendah sedangkan aspek paling kompleks adalah kemampuan
evaluasi. Untuk mencapai kemampuan evaluasi, seorang siswa harus melewati
tahapan-tahapan sebelumnya secara menyeluruh.
Dari dua definisi belajar di atas, bisa disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu kegiatan yang komprehensif, tidak parsial, dan harus bisa
menyentuh semua aspek. Salah satu unsur belajar yang mempunyai peran
signifikan dalam proses belajar mengajar adalah metode pembelajaran. Sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
metode pembelajaran seharusnya memiliki sifat komprehensif pula. Karakteristik
berikutnya dari metode pembelajaran simulasi adalah memiliki sifat
komprehensif. Dalam metode pembelajaran simulasi, siswa tidak hanya cukup
paham materi, tapi sampai memiliki keterampilan, sebagaimana penjelasan pada
bahasan sebelumnya.
3) Melatih siswa bekerjasama dalam kelompok secara efektif
Menurut Lansberger (dalam www.ut.ac.id) “Kemampuan seseorang
untuk memahami suatu materi yang sedang dipelajarinya dapat dipengaruhi oleh
hubungannya dengan orang lain”. Artinya seseorang kadang-kadang atau bahkan
sering memerlukan bekerja atau belajar secara tim. Alasan kebutuhan belajar
secara tim ini bisa bermacam-macam, seperti :
a) Agar termotivasi untuk belajar, karena kelompok yang kuat biasanya akan
saling memotivasi untuk belajar.
b) Lebih mudah memahami suatu informasi/pengetahuan, karena anggota dalam
kelompok saling mengisi dalam belajar.
c) Adanya pelajaran tertentu yang menuntut belajar dalam kelompok sebagai
bagian dari kegiatan atau tugas belajar.
Dalam metode pembelajaran simulasi, siswa dituntut untuk bisa
bekerjasama dengan siswa lainnya. Sehingga bisa disimpulkan bahwa metode
pembelajaran simulasi ini melatih siswa untuk bisa bekerja sama dalam tim
secara efektif.
Sekilas dari penjelasan di atas, metode simulasi ini mirip dengan metode
role playing atau bermain peran. Sebenarnya terdapat perbedaan yang prinsipil
antara metode bermain peran dengan metode pembelajran simulasi. Misalnya
dalam pelajaran IPS pada bahasan perang Diponegoro, bila menggunakan metode
bermain peran tujuannya adalah agar siswa benar-benar bisa menghayati
bagaimana perjuangan seorang pangeran Diponegoro, sedangkan bila dilihat dari
sudut pandang metode pembelajaran simulasi maka tujuannya adalah untuk
melatih agar siswa terampil berperang. Sehingga terdapat perbedaan yang
mendasar antara metode pembelajaran simulasi dengan metode pembelajaran role
playing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4) Menuntun siswa pada proses peralihan isi pengetahuan ke arah proses
pengaplikasian teori dalam realita kehidupan
Sebagaimana penjelasan sebelumnya, bahwa metode pembelajaran
simulasi berusaha memindahkan kondisi realitas ke dalam kelas. Sehingga
metode ini akan menuntun siswa belajar secara kontekstual tanpa meninggalkan
pemahaman konseptual. Pemahaman konseptual akan menjadi modal bagi siswa
waktu menjalankan simulasi. Belajar kontekstual menurut Hull (1993:41) adalah:
When students (learners) process new information or knowledge in such
a way that it makes sense to them in their frame of reference (their own
inner world of memory, experience, and response). This approach to
learning and teaching assumes that the main naturally seeks meaning in
context – that is, in the environment where the person is located –and
that it does so throught searching for relationships that make sense and
appear useful.
Dari pernyataan tersebut bisa disimpulkan bahwa belajar secara
kontekstual bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar
dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari dalam
konteks pribadi, sosial dan kultural sehingga siswa memiliki pengetahuan/
keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara
aktif pemahamannya.
Karakteristik tersebut bisa ditemukan dalam metode pembelajaran
simulasi, siswa dituntun untuk learning by doing. Setelah siswa memiliki
gambaran atas materi yang dipelajari mereka langsung dihadapkan pada kondisi
“realita buatan” sehingga akan memperkuat pemahamannya tersebut untuk
teraplikasikan dalam keterampilan. Mereka mempelajari materi yang diajarkan
guru secara kontekstual dalam “realita buatan” tersebut dan hal ini sangat cocok
dengan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
5) Memerlukan sarana penunjang yang memadai
Karakteristik berikutnya dari metode pembelajaran simulasi adalah
perlunya sarana yang memadai untuk melaksanakannya. Hal ini merupakan
rasionalisasi dari hakikat metode pembelajaran simulasi itu sendiri, yaitu
berusaha menciptakan realita kehidupan ke dalam kelas melalui “realita buatan”.
Tentunya dalam menciptakan kondisi tersebut akan memerlukan alat dan bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
agar tercipta kondisi yang mirip realita. Sebagai contoh, bila guru ingin
menerapkan metode pembelajaran simulasi pada pelajaran menerbangkan
pesawat, tidak mungkin hal tersebut bisa terwujud tanpa adanya alat yaitu model
pesawat terbang buatan yang dikondisikan mirip aslinya.
Demikian beberapa hal yang menjadi karakteristik metode
pembelajaran simulasi. Karakteristik inilah yang menjadikan metode
pembelajaran simulasi memiliki ciri khas dan berbeda dengan metode
pembelajaran yang lain.
e. Prasyarat Pelaksanaan Metode Pembelajaran Simulasi
Pada prinsipnya dalam proses belajar mengajar, tidak ada satu pun metode
pembelajaran yang terbaik, yang ada adalah metode belajar yang tepat untuk proses
belajar tersebut. Artinya metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh situasi dan
kondisi yang terjadi saat proses belajar. Dengan demikian metode simulasi tidak
selalu tepat setiap saat untuk digunakan, akan tergantung bagaimana karakteristik
dari siswa, guru, materi pembelajaran dan faktor sumber daya yang ada.
Metode pembelajaran simulasi bisa dilaksanakan secara efektif dengan
syarat:
1) Metode simulasi memerlukan ketersediaan bahan dan alat yang memadai untuk
melaksanakan simulasi tersebut.
2) Kesiapan dari guru untuk mengarahkan siswa dalam melaksanakan simulasi,
artinya guru memahami betul apa yang harus dilakukan siswa dalam simulasi
tersebut, guru berperan sebagai sutradara yang memberi batasan dan arahan
sehingga apa yang disimulasikan tidak keluar dari koridor tujuan pembelajaran.
Guru harus membuat perencanaan yang jelas. Dalam perencanaan tersebut harus
terdapat tujuan dan indikator yang diharapkan dari PBM yang terjadi.
3) Kesiapan dari siswa untuk melaksanakan simulasi, artinya sebelum
melaksanakan simulasi siswa sudah memahami apa saja yang harus
dilakukannya. Dengan demikian berarti metode simulasi ini harus dipadukan
dengan metode lain misalnya metode ceramah, fungsinya untuk membuat
prekondisi yang kondusif untuk simulasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
4) Tersedianya waktu yang cukup untuk melaksanakan simulasi. Kegiatan harus
utuh, tidak boleh terganggu karena waktu yang tidak mencukupi. Sehingga
metode ini tidak cocok bila digunakan pada pelajaran yang memiliki waktu relatif
pendek misalnya 2 jam pelajaran (Syaiful Bahri Djamarah 2006 : 92).
f. Jenis-Jenis Pembelajaran Simulasi
Simulasi terdiri dari beberapa jenis, di antaranya:
1) Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk meme-
cahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan
yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja,
narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosi- odrama
digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-
masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk me-
mecahkannya.
2) Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang
bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasa- nya
digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih
baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terha- dap
tekanan-tekanan yang dialaminya.
3) Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai
bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah,
mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin
muncul pada masa mendatang. Topik yang dapat diangkat untuk role playing
misalnya memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambar- an
keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi.
4) Peer Teaching
Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa
kepada teman-teman calon guru. Selain itu peer teaching merupakan kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya dan salah satu
siswa itu lebih memahami materi pembelajaran.
5) Simulasi Game
Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa berkompetisi
untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi peraturan
yang ditentukan.
g. Langkah-langkah Simulasi
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran simulasi adalah sebagai
berikut:
1) Persiapan Simulasi
a) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh
simulasi.
b) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.
c) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang
harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada
siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
2) Pelaksanaan Simulasi
a) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
b) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
c) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat
kesulitan.
d) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk
mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang
disimulasikan.
3) Penutup
a) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang
disimulasikan.Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik
dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
b) Merumuskan kesimpulan (Depdiknas, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
h. Peranan Guru dalam Permainan Simulasi
Dalam pembelajaran menggunakan model yang menuntut siswa berpartisipasi
secara aktif, peranan guru sangat minimal. Guru tidak lagi menjadi sumber
pengetahuan bagi siswa, yang sepanjang jam pelajaran berceramah menumpahkan
pengetahuan untuk siswanya. Guru hanyalah menjadi fasilitator yang mengatur dan
menjaga agar pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan apa yang diharapkan
dan mencapai tujuan pembelajaran.
Sehubungan dengan model pembelajaran simulasi, peranan guru dalam
pembelajaran dibagi atas empat bagian (Bruce Joyce dalam Sukmadewi, 2003:13).
Keempat peranan dimaksud yaitu: (1) memberikan penjelasan (explaining), (2)
pengawasan (controlling), (3) pembinaan (coaching), dan (4) diskusi (discussion).
Keempat peranan guru tersebut dijelaskan di bawah ini.
1) Memberikan Penjelasan
Memberikan penjelasan yang dimaksud di sini, bukanlah menjelaskan materi
pelajaran, tetapi penjelasan yang dimaksud adalah memberikan siswa penjelasan
tentang aturan-aturan permainan yang akan digunakan siswa dalam permainan
simulasi. Dalam belajar simulasi, siswa memerlukan pengertian terhadap aturan-
aturan yang digunakan dalam simulasi.
2) Pengawasan
Sebelum pelaksanaan simulasi, guru perlu menyiapkan siswa, apakah perlu
pengelompokan atau tidak, alat dan bahan pelajaran apa saja yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan simulasi, guru mempunyai tugas mengontrol jalannya
simulasi agar berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan.
Guru mengawasi bagaimana aturan-aturan dalam permainan simulasi diikuti oleh
siswa.
3) Pembinaan
Guru berperanan sebagai pembina dalam permainan simulasi, memberikan
beberapa saran jika diperlukan agar simulasi dapat berjalan dengan lebih baik.
Mengeksploitasi seoptimal mungkin pembelajaran menggunakan model
permainan simulasi agar diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
4) Diskusi
Setelah proses pembelajaran yang menggunakan model permainan simulasi,
diperlukan adanya suatu diskusi tentang permainan simulasi dan hubungannya
dengan dunia nyata. Termasuk juga kesulitan-kesulitan yang dialami siswa
selama pelaksanaan simulasi.
Dengan melihat keempat peranan guru dalam permainan simulasi di atas,
maka dapat dikatakan guru mempunyai fungsi manajerial. Seperti yang dikatakana
Bruce Joyce (1992:113):
The teacher has an important role to play in raising student’s consciousness
about the concepts and principles underpinning the simulation and their own
reactions. In addition, the teacher has important managerial functions. (Guru
memiliki peranan yang penting dalam meluruskan ketidakpahaman siswa tentang
konsep-konsep dan dasar-dasar simulasi dan reaksi mereka sendiri, dan guru
mempunyai fungsi pengaturan yang penting).
i. Fase-fase dalam Permainan Simulasi
Fase-fase dalam model pembelajaran permainan simulasi telah dikembangkan
oleh Bruce Joyce et al (Richard Kindsvatter dalam Sukmadewi, 2003:18). Fase-fase
dalam model pembelajaran permainan simulasi dibagi atas empat bagian, yaitu: (1)
orientasi (orientations), (2) penyiapan peserta, dalam hal ini siswa (participant
preparations), (3) pelaksanaan simulasi (simulation/enactment operations), (4)
diskusi hasil-hasil simulasi (debriefing discussion).
Paparan tentang fase-fase model pembelajaran permainan simulasi akan
memberikan pedoman dalam operasional permainan.
1) Orientasi
Fase ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a) Menjelaskan aturan permainan simulasi,
b) Pandangan terhadap permasalahan yang akan disimulasikan,
c) Penjelasan terhadap tujuan yang ingin dicapai.
Siswa memerlukan orientasi terhadap permainan simulasi yang akan
diikuti. Fase ini bermanfaat bagi siswa jika sebelumnya tidak pernah mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kegiatan pembelajaran yang menggunakan simulasi. Perlu dijelaskan kepada
siswa mengenai permasalahan yang akan disimulasikan, termasuk juga mengapa
digunakan metode ini dalam pembelajaran.
Bagian terpenting dalam fase ini adalah penjelasan terhadap situasi
simulasi. Siswa diberikan bayangan-bayangan dalam pelaksanaan simulasi. Hal
lain yang perlu dijelaskan kepada siswa adalah tentang tujuan yang akan dicapai
setelah permainan simulasi selesai. Penjelasan terhadap situasi permainan
dimaksudkan untuk memberikan arah dan pedoman dalam melakukan
pembahasan terhadap hasil-hasil simulasi.
2) Penyiapan peserta
Bagian-bagian dari fase ini adalah:
a) Menyusun skenario simulasi
b) Menetapkan prosedur
c) Mengorganisasikan peserta
Pada fase ini, guru menyusun dan menjelaskan kepada siswa skenario
simulasi, yaitu tentang apa saja yang akan dilakukan oleh peserta simulasi.
Termasuk di dalamnya adalah aturan-aturan yang harus diikuti siswa, prosedur
dan keputusan-keputusan yang harus dilakukan siswa dalam simulasi.
Langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan peserta. Jika siswa perlu
dikelompokkan, maka guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.
Berikutnya adalah pembagian peranan dalam permainan simulasi. Siapa atau
kelompok mana yang mempunyai suatu peranan perlu dijelaskan kepada siswa.
Juga, apa yang dilakukan oleh masing-masing pemegang peran.
3) Pelaksanaan simulasi
Bagian-bagian fase ini terdiri atas simulasi, dan penutup simulasi. Fase
pelaksanaan simulasi adalah bagian utama dari metode ini. Pada fase ini, semua
komponen berinteraksi untuk memperoleh pengalaman-pengalaman yang
disimulasikan, selanjutnya hal itu dipahami sebagai bagian dari pelajaran. Siswa
menerapkan permainan, sementara guru memfasilitasi pelaksanaan simulasi.
Fasilitasi yang dilakukan oleh guru sangat penting, karena guru
menginginkan siswa mempunyai cukup kebebasan untuk menganalisis situasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
menyelesaikan permasalahan, dan membuat keputusan tanpa terlalu banyak
campur tangan dari guru. Siswa akan mempunyai pengertian di dalam dirinya
bahwa mereka telah melakukan sesuatu untuk memperoleh pengetahuan bagi
mereka sendiri. Singkatnya, guru hanya mengarahkan jika perlu, khususnya
menjaga siswa agar berada dalam perannya masing-masing. Akhirnya, guru
menutup simulasi, jika permainan tersebut sudah berakhir.
4) Diskusi
Bagian dari fase diskusi adalah berikut ini.
a) Refleksi terhadap pelaksanaan simulasi
b) Menghubungkan simulasi dengan dunia nyata
Permainan simulasi bukanlah pengalaman belajar, tetapi pembelajaran
yang sebenarnya baru ditentukan setelah diskusi. Setalah diskusi berakhir,
barulah siswa memperoleh pelajaran yang dituntut untuk dikuasai oleh siswa.
Menurut Stadsklev, pada fase ini terdapat empat hal yang harus diperhatikan,
yaitu: pengalaman, identifikasi, analisis, dan generalisasi. Pada fase ini, semua
pengalaman yang diperoleh selama simulasi perlu direview agar nantinya
dihubungkan dengan pelajaran dan dunia nyata. Identifikasi bermakna
mendeskripsikan pengalaman dalam data-data yang terkumpul. Analisis
dilakukan untuk melihat simulasi secara lebih mendalam dan bermakna, sehingga
diperoleh pemahaman yang lebih baik. Terakhir adalah generalisasi, yaitu
membuat generalisasi dari hasil-hasil yang diperoleh selama simulasi untuk
memperoleh pengetahuan yang dituntut untuk dikuasai oleh siswa.
j. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode
mengajar, di antaranya adalah:
1) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi si-tuasi
yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun
menghadapi dunia kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa
diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang
disimulasikan.
3) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam
menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5) Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses permbelajaran
(Depdiknas, 2008: 22-23).
Sedangkan menurut Sunaryo (2008: 138) menyatakan bahwa pembelajaran
simulasi mempunyai tujuan sebagai berikut:
1) Dalam simulasi dapat dicapai tujuan-tujuan yang menyangkut domain kognitif
(penambahan pengetahuan tentang berbagai konsep dan pengertian), domain
afektif (seperti menyenangkan, mengharukan, solidaritas, simpati, dan
sebagainya), serta domain psikomotor.
2) Simulasi itu dimaksudkan untuk latihan ketrampilan agar dapat menghadapi
kenyataan dengan baik.
3) Dalam simulasi dapat menggambarkan situasi yang lengkap dan proses yang
berturut-turut yang diperkirakan terjadi dalam situasi yang sesungguhnya.
4) Dalam simulasi dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, serta terjadinya
berbagai proses seperti akibat-akibat, problem solving dan sebagainya.
Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan,
diantaranya:
1) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan
kenyataan di lapangan.
2) Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,
sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam
melakukan simulasi (Depdiknas, 2008: 23).
Menurut Sunaryo metode simulasi memiliki kelebihan dan kelemahan.
Adapun kelebihan metode pembeajaran simulasi adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1) Dalam simulasi dapat dicapai tujuan-tujuan yang menyangkut domain kognitif
(penambahan pengetahuan tentang berbagai konsep dan pengertian), domain
afektif (seperti menyenangkan, mengharukan, solidaritas, simpati, dan
sebagainya), serta domain psikomotor.
2) Simulasi itu dimaksudkan untuk latihan ketrampilan agar dapat menghadapi
kenyataan dengan baik.
3) Dalam simulasi dapat menggambarkan situasi yang lengkap dan proses yang
berturut-turut yang diperkirakan terjadi dalam situasi yang sesungguhnya.
3) Dalam simulasi dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, serta terjadinya
berbagai proses seperti akibat-akibat, problem solving dan sebagainya (Sunaryo,
2004: 138-139).
Sedangkan kelemahan metode pembeajaran simulasi adalah sebagai berikut:
1) Sering terjadi kegagalan akibat kurang persiapan, penjelasan, peralatan tidak
sempurna, waktu dan kondisi siswa.
2) Kadang-kadang simulasi tidak sesuai dengan tingkat kedewasaan anak atau anak
dituntut terlalu banyak di dalam memegang peranan sehingga ia tidak
menguasainya dan kehilangan arah. Selain itu, pembagian tugas bagi para
pemegang peranan kurang jelas atau penunjukan peranan kurang kuat.
3) Simulasi seharusnya mewakili keadaan yang sebenarnya dengan peniruan yang
sangat teliti dari situasi yang sebenarnya sehingga dapat mencapai hasil yang
maksimal. Hal ini sulit dilaksanakan di sekolah-sekolah.
4) Guru sering mengalami kesulitan dalam menggabungkan beberapa simulasi yang
berhubungan satu sama lain dari satu topik, misalnya: kehidupan di pasar, di
kantor pos, di stasiun, di bank, dan sebagainya; sehingga kadang-kadang bersifat
lepas atau saling bertentangan antara satu dengan yang lain (misalnya: pedagang
yang menghendaki harga barang naik dengan konsumen yang menghendaki
harga barang turun) (Abu Ahmadi, 2004: 86-87).
Sedangkan menurut Syaefuddin (2002: 32) kelebihan dan kekurangan metode
simulasi adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
1) Kelebihan
a) Menguasai keterampilan tanpa membahayakan dirinya atau orang lain dan
tanpa menanggung kerugian
b) Melibatkan pembelajar secara aktif dan memberikan kesempatan kepada
pembelajar terlibat secara langsung dalam kegiatan belajar dan melakukan
eksperimen tanpa takut-takut terhadap akibat yang mungkin timbul di dalam
lingkungan yang sesungguhnya.
c) Meningkatkan berfikir secara kritis, karena pembelajar dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran
d) Belajar memahami suatu kegiatan tertentu
e) Dapat meningkatkan motivasi pembelajar
f) Bermanfaat untuk tugas-tugas yang memerlukan praktek tetapi lahan praktek
tidak memadai
g) Memberi kesempatan berlatih mengambil keputusan yang mungkin tidak
dapat dilakukan dalam situasi nyata
h) Dapat membentuk kemampuan menilai situasi dan membuat pertimbangan
berdasarkan kemungkinan yang muncul
i) Dapat meningkatkan disiplin dan meningkatkan sikap kehati-hatian
2) Kekurangan
a) Kurang efektif untuk menyampaikan informasi umum
b) Kurang efektif untuk kelas yang besar, karena umumnya kan efektif bila
dilakukan untuk perorangan atau group yang kecil
c) Memerlukan fasilitas khusus yang mungkin sulit untuk disediakan di tempat
latihan, karena diperlukan alat bantu
d) Dibutuhkan waktu yang lama, bila semua pembelajaran harus melakukannya
e) Media berlatih yang merupakan situasi buatan tidak selalu sama dengan
situasi sebelumnya, baik dalam kecanggihan alat, lingkungan dan sebagainya
f) Memerlukan biaya yang lebih banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain yaitu:
1. Sofyan Arif Rosyidi (2011) meneliti dengan judul: Upaya Meningkatkan
Kreativitas Siswa dan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Simulasi Kelas IV SD
Negeri Bedoro 02 Sambungmacan Sragen Tahun 2011/2012. Dalam penelitian
ini juga sama-sama menggunakan metode pembelajaran simulasi, perbedaannya
pada variabel dependennya yaitu kreativitas siswa dan hasil belajar, sedangkan
penelitian ini variabel dependennya adalah pemahaman siswa mengenai cara
menghadapi bencana alam.
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ada peningkatan kreativitas siswa
dan hasil belajar siswa. Hasil ini dapat dilihat dari prosentase daya serap siswa
lebih dari sama dengan 3 sebelum tindakan sebanyak 50%, siklus I sebanyak 80
%, siklus II sebanyak 98,75 %, dan prosentase hasil belajar yang mendapat nilai
lebih dari sama dengan 70, yaitu sebelum tindakan sebanyak 56,25% (9 siswa),
siklus I sebanyak 62,5% (10 siswa), dan siklus II sebanyak 81,25% (13 siswa).
Serta dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata kelas, yaitu sebelum
tindakan 63,75 meningkat menjadi 73,12 pada siklus I, dan meningkat lagi pada
siklus II menjadi 83,75. Kesimpulan penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode simulasi dapat meningkatkan kreativitas siswa dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA SD Negeri 2 Sambungmacan tahun ajaran 2011/2012.
2. Indrawati Ahmadi Fauziah (2010) meneliti dengan judul : Penggunaan Metode
Simulasi Dengan Pemanfaatan Makanan Tradisional Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas IV Di SDN Neglasari Cianjur (Penelitian Tindakan
Kelas di Kelas IV SDN Neglasari Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur.
Hasil belajar siswa setelah menggunakan metode simulasi dengan memanfaatkan
makanan tradisional sebagai media pembelajaran IPS menjadi meningkat di
siklus I, II dan III dengan perincian sebagai berikut : sebelum tindakan hasil
belajar siswa rata-rata 47,3 menjadi meningkat di siklus 1 menjadi 51,7, di siklus
II mengalami peningkatan lagi menjadi 60,1 dan di siklus III melebihi KKM
yaitu 80,0. Jadi hasil belajar setelah mempergunakan metode simulasi yang
memanfaatkan makanan tradisional sebagai media meningkat dapat dibuktikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Dalam penelitian ini juga sama-sama menggunakan metode pembelajaran
simulasi, perbedaannya pada variabel dependennya yaitu hasil belajar, sedangkan
penelitian ini variabel dependennya adalah pemahaman siswa mengenai cara
menghadapi bencana alam. Hasil temuan yang utama setelah melalui tahap
pengumpulan hingga pembahasan data penelitian diperoleh kesimpulan bahwa
penggunaan metode simulasi dengan pemanfaatan makanan tradisional sebagai
media dalam tiga siklus dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS, pada umumnya siswa merasa menyenangkan mengikuti
pembelajaran dengan penggunaan metode simulasi dengan pemanfaatan makanan
tradisional ini dan merasakan manfaatnya. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil
belajar siswa yang semakin baik pada setiap siklusnya. Berdasarkan hasil temuan
tersebut maka peneliti merekomendasikan kepada guru agar memanfaatkan
lingkungan disekitar siswa sebagai media pembelajaran dan menggunakan
metode yang melibatkan seluruh siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan
mengajak siswa untuk belajar pada situasi yang sebenarnya
C. Kerangka Berpikir
Karakteristik siswa kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan
Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 yang rata-rata adalah siswa yang
aktif namun dalam artian negatif, di mana siswa sering gaduh ketika pembelajaran di
kelas berlangsung, hal tersebut membuat materi yang disampaikan oleh guru kurang
dipahami oleh siswa. Hal tersebut nampak dari kemampuan siswa dalam mengenal
cara menghadapi bencana alam dalam pelajaran IPS masih rendah, terbukti dari 17
siswa yang mempunyai nilai tuntas sebanyak 6 siswa (35,29%), sedangkan siswa
yang tidak tuntas sebanyak 11 siswa (64,71%) dengan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) sebesar 65 (Lampiran 1).
Guna mengatasi permasalahan tersebut, siswa perlu disalurkan ke dalam
kegiatan pembelajaran di kelas yang aktif dan terkontrol. Dalam hal ini siswa tidak
hanya mengetahui dan memahami materi pelajaran namun juga menerapkannya ke
dalam pengalaman langsung/tingkah laku, salah satunya adalah menerapkan
pembelajaran simulasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti
belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem sosial, konsep,
ketrampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan, dan lain-lain.
Namun demikian, model simulasi agak berbeda dengan model-model lain. Model ini
agak rumit, tergantung pada pengembangan simulasi yang tepat, baik yang
melibatkan peneliti, guru atau kelompok guru, dan lain-lain. Dewasa ini dengan
dengan semakin majunya teknologi komunikasi atau informasi, seperti komputer dan
multimedia, telah banyak permaianan simulasi dihasilkan untuk berbagai kebutuhan
yang mencakup berbagai kebutuhan yang mencakup berbagai topik dari berbagai
disiplin ilmu (mata pelajaran).
Dengan model pembelajaran simulasi, diharapkan proses belajar mengajar
tidak hanya menyampaikan materi pelajaran saja tetapi dibarengi dengan aktivitas
tindakan. Sehingga siswa lebih paham dan mengerti terhadap materi yang
disampaikan dan meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya alur skema
kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut:
GAMBAR 1
SKEMA KERANGKA BERPIKIR
Kondisi
Awal Hasil Tes
Kondisi Awal
Pemahaman siswa tentang
mengenal cara menghadapi
bencana alam masih rendah
Tindakan
Menggunakan metode
pembelajaran simulasi Hasil Tes
Siklus I
Siklus I
menggunakan metode
pembelajaran
simulasi
Kondisi
Akhir
Pemahaman siswa
tentang mengenal cara
menghadapi bencana
alam mengalami
peningkatan
Hasil Tes
Siklus II
Siklus II
menggunakan metode
pembelajaran
simulasi yang
disempurnakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang penulis kemukakan dalam hal ini adalah:
”Penggunaan Metode Simulasi Dapat Meningkatkan Pemahaman Mengenal Cara
Menghadapi Bencana Alam Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185
Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk
meningkatkan keaktifan siswa, sehingga penelitian ini difokuskan pada tindakan-
tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam belajar
(Zainal Aqib, 2006: 136).
Dalam penelitian tindakan ini, peneliti melakukan suatu tindakan/intervensi,
yang secara khusus diamati terus-menerus, dilihat plusminusnya, kemudian diadakan
pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang
paling tepat (Arikunto, 1998: 72). Secara singkat Classroom Action Research
didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau
meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara professional (Suyanto,
2006: 4).
Rochiati Wiriaatmaja (2005: 11) mengartikan penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan
substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha
seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah
proses perbaikan dan perubahan.
1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah di SD Negeri Tegalkuniran
No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Alasan pemilihan SD Negeri
Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta sebagai lokasi penelitian
yaitu: 1) karena di SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota
Surakarta khususnya di kelas VI masih terdapat permasalahan dalam kegiatan
pembelajaran IPS kompetensi dasar cara menghadapi bencana alam, 2) sekolah
tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian sejenis sehingga dapat
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
terhindar dari adanya penelitian ulang, dan 3) sekolah tersebut terbuka untuk
semua jenis penelitian.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian direncanakan pada bulan Desember 2011 s/d April 2012.
Adapun urutan waktu pelaksanaan kegiatan dalam penelitian disampaikan pada
tabel I sebagai berikut:
Tabel I
Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Bulan No. Kegiatan
Des
2011
Jan
2012
Feb
2012
Maret
2012
April
2012
1. Persiapan survei awal dan
penyusunan proposal.
2. Seleksi informan, penyiapan
instrumen dan alat.
3. Pelaksanaan siklus I
4. Pelaksanaan siklus II
5. Analisis Data
6. Penyusunan laporan
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 3) penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Selain
pengertian tadi, penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai sebuah penelitian
yang menuntut kerjasama peneliti, guru, siswa, dan staf sekolah yang lain untuk
menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik.
Peneliti berusaha mengamati dan mendeskripsikan permasalahan-
permasalahan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar
pemahaman cara menghadapi bencana alam. Kemudian peneliti menawarkan sebuah
alternatif pemecahan masalah yang sedang dihadapi kepada siswa. Alternatif
pemecahan masalah tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi ke arah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
perbaikan dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar pemahaman cara menghadapi
bencana alam.
Dalam penelitian ini, peneliti bersama mitra kolaborasi yaitu teman sejawar
menyusun tindakan bersama. Kemudian peneliti bersama teman sejawar
melaksanakan tindakan berdasarkan rencana tindakan yang telah disepakati bersama.
Kegiatan pelaksanaan tersebut diikuti pula dengan kegiatan pemantauan segala
kejadian di dalam kelas. Apabila dirasa masih terdapat kekurangan, peneliti dapat
menentukan perencanaan selanjutnya dalam siklus berikutnya.
Sedangkan strategi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan
kenyataan di lapangan. Peneliti mencoba memberikan gambaran dan menjelaskan
berbagai fenomena dalam pelaksanaan tindakan serta hasil penelitian dalam data
tertulis.
C. Sumber Data
1. Data Penelitian
Data merupakan sesuatu yang dikumpulkan dalam kegiatan penelitian. Dalam
penelitian ini data yang dikumpulkan adalah:
1) Pemahaman siswa mengenai cara menghadapi bencana alam.
2) Hasil belajar IPS tentang cara menghadapi bencana alam sebelum dan setelah
menggunakan metode pembelajaran simulasi
2. Sumber data
Sumber data adalah sesuatu yang menunjukkan darimana data itu diperoleh.
Sumber data dapat diperoleh dari siswa, guru, interaksi antara siswa dengan guru,
tempat dan peristiwa di mana aktivitas pembelajaran berlangsung.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam
pembelajaran IPS tentang cara menghadapi bencana alam, dan berupa data tindakan
belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dari tindakan yang mengajar.
Pengambilan data dilakukan dengan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1. Metode Observasi
Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat
yaitu guru Kelas IV yang bernama Endang Sri Widyarni, S.Pd. Lembar observasi
tersebut berisi penilaian kegiatan yang dilakukan oleh guru, menilai ketepan guru
dalam menerapkan rencana pembelajaran serta digunakan untuk mendapatkan
data tentang aktivitas yang menunjukkan adanya aktivitas belajar siswa Kelas VI
SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012 selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
2. Metode Tes
Soal tes ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
terutama pada aspek kognitif. Tes dalam penelitian ini meliputi tes akhir pada
siklus I dan siklus II. Selanjutnya skor hasil tes pada siklus I dan siklus II yang
diperoleh siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres
Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 akan dianalisis untuk mengetahui
hasil belajar IPS siswa. Bentuk tes berupa soal uraian serta disertai langkah-
langkah pengerjaan dari soal, karena dengan pemberian tes uraian akan terlihat
kemampuan siswa dalam mempresentasikan setiap soal yang diberikan
disamping melihat langkah-langkah pengerjaan dari soal.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui
sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti.
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa kelas
VI Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012, serta foto rekaman proses tindakan penelitian.
E. Validitas Data
Triangulasi menurut Moleong (2005:330) adalah “teknik pemeriksaan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu”.
Data tentang aktivitas belajar siswa diperiksa dengan menggunakan teknik
pemeriksaan keabsahan data atau triangulasi, yaitu dengan metode observasi. Teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
triangulasi dan ketekunan pengamatan. Ketekunan pengamatan dilakukan dengan
cara mengamati secara terus menerus selama pemberian tindakan penelitian
dilakukan, kemudian mencatat hasil pengamatan ke dalam lembar observasi berupa
catatan lapangan.
F. Teknik Analisis Data
Pada penelitian tindakan kelas ini, data dianalisis sejak tindakan
pembelajaran dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses
penyusunan laporan. Untuk kesinambungan dan kedalaman dalam pengajaran data
dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif komparatif dan kritis.
Dengan menggunakan analisis deskrptif komparatif dan kritis, maka peneliti
menjabarkan mengenai berbagai kelemahan dan kelebihan motode pembelajaran
yang digunakan, apakah metode tersebut efektif atau tidak serta menganalisis
kemajuan pemahaman siswa mengenai mengenal cara menghadapi bencana alam
dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II.
Analisis deskriptif komparatif yaitu suatu analisis dengan membandungkan
hasil evaluasi pada kondisi awal, siklus I dan siklus II, dilanjutkan dengan analisis
kritis yaitu melakukan refleksi masing-masing siklus sehingga dapat diketahui
kelemahan yang terjadi untuk selanjutnya dilakukan perbaikan pada siklus
berikutnya.
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini diukur berdasarkan hal-
hal sebagai berikut:
1. Siklus I
Hasil evaluasi siklus I dalam pelajaran IPS kompetensi dasar pemahaman cara
menghadapi bencana alam di atas nilai ketuntasan (KKM) sebesar 65 dan pada
akhir siklus ketuntasan klasikal sekurang-kurangnya sebesar 70%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2. Siklus II
Siswa memperoleh nilai hasil evaluasi pada siklus II pada pelajaran IPS
kompetensi dasar pemahaman cara menghadapi bencana alam di atas nilai
ketuntasan (KKM) sebesar 65 dan pada akhir siklus ketuntasan klasikal
sekurang-kurangnya sebesar 80%.
H. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Tindakan
Sebelum melakukan tindakan, peneliti melakukan persiapan demi
kelancaran pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Permasalahan yang
diidentifikasi pada pembelajaran IPS yang terkait dengan cara menghadapi
bencana alam pada siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan
Jebres Kota Surakarta, diusahakan pemecahan dengan menerapkan model
pembelajaran simulasi. Sesuai dengan model pembelajaran yang dipilih, maka
dilakukan persiapan-persiapan oleh peneliti bersama guru seperti berikut ini.
1) Menyusun persiapan mengajar (skenario pembelajaran) sesuai dengan pokok
bahasan yang akan diajarkan pada setiap pertemuan. Setiap siklus terdiri atas
2 kali pertemuan.
2) Mengadakan media bantu yang dibutuhkan, yaitu: daftar pertanyaan atau
instruksi yang berkaitan dengan tema/sub tema tema.
3) Menyediakan identitas pemain
4) Menyediakan kartu kendali simulasi untuk mengecek apa yang terjadi di
dalam kelompok apakah pertanyaan/instruksi dilakukan dengan tepat atau
tidak.
5) Aturan permainan yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan selama
permainan simulasi berlangsung.
6) Membuat tes hasil belajar untuk evaluasi siklus I.
7) Membuat lembar observasi
2. Implementasi Tindakan
Urutan pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah:
1) Guru membuka pelajaran, dengan mengabsensi kehadiran siswa, dan
memberikan apersepsi terhadap materi yang akan disampaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran permainan simulasi.
3) Guru menjelaskan aturan-aturan dalam permainan simulasi.
4) Guru mengarahkan siswa pada tema yang akan dibahas.
5) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok (kelompok 1 di dalam kelas
sebagai kelompok yang terkena korban bencana gempa bumi dan kelompok 2
di luar kelas sebagai tim penolong korban bencana gempa bumi).
6) Guru membagi peran masing-masing siswa.
7) Setiap kelompok bermain simulasi cara menghadapi bencana gempa bumi
dalam kelompoknya.
8) Guru memonitor jalannya simulasi.
9) Guru bergerak dari satu kelompok ke kelompok lain guna melihat apakah
simulasi berjalan sesuai prosedur atau tidak.
10) Observer lain (rekan peneliti) memantau aktivitas guru maupun siswa.
11) Guru melaksanakan tes hasil belajar, tes ini bersifat individual.
3. Observasi dan Evaluasi
Observasi dilakukan selama berlangsungnya pelaksanaan tindakan. Observasi
terhadap aktivitas siswa dilakukan dengan daftar cek sedangkan hal-hal lain yang
terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran dicatat pada jurnal.
Pada akhir siklus I siswa diberikan tes hasil belajar mengenai materi yang
dipelajari, tes ini dilakukan secara individual oleh siswa.
4. Refleksi
Mengadakan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan berdasarkan hasil
observasi dan tes. Refleksi ini dilakukan untuk menganalisis hambatan-hambatan
yang muncul serta alternatif pemecahan yang terbaik. Kriteria yang digunakan
untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan tindakan adalah berikut ini.
1) Adanya peningkatan pemahaman siswa tentang mengenal cara menghadapi
bencana alam yang ditunjukkan dengan peningkatan skor
2) Adanya peningkatan pemahaman siswa tentang mengenal cara menghadapi
bencana alam dalam mata pelajaran bahasa IPS dari siklus ke siklus.
3) Adanya respons positif siswa yang ditandai dengan pernyataan setuju dari
sebagian besar siswa.
Bila hasil-hasil yang diperoleh pada tindakan siklus seperti yang
tersebut di atas, peneliti mengambil keputusan bahwa penggunaan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
simulasi dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang mengenal cara
menghadapi bencana alam pada siswa kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185
Kecamatan Jebres Kota Surakarta dan tindakan dapat dihentikan.
Adapun rancangan (desain) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan
McTaggart. Menurut Kemmis dan McTaggart (Depdiknas, 2004:2), pelaksanaan
tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi empat alur (langkah):
(1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi; dan (4)
refleksi. Alur (langkah) pelaksanaan tindakan dimaksud dapat dilihat pada
gambar berikut.
Rencana
Tindakan
Refleksi
Siklus I
Observasi
Pelaksanaan
Tindakan
Rencana
Tindakan
Refleksi
Observasi Siklus II
Pelaksanaan
Tindakan
Siklus Selanjutnya
Gambar 2. Alur Pelaksanaan Tindakan dalam PTK (Depdiknas, 2004:2)
Gambar tersebut di atas menunjukkan bahwa pertama, sebelum
melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti merencanakan secara seksama
jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan
dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu
sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan
tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah
dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas
tindakan yang dilakukan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar
tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang telah
diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat
dipecahkan secara optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Pemahaman siswa mengenai cara menghadapi bencana alam pada siswa
Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012 sebagian besar siswa belum mampu menjelaskan cara
menghadapi bencana alam sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya. Hal ini
disebabkan oleh motivasi belajar siswa yang rendah serta siswa masih pasif dalam
pembelajaran.
Kendala lain yang dihadapi guru dalam mengajar adalah beberapa siswa
kurang antusias dalam menerima penjelasan-penjelasan dari guru. Siswa yang
demikian membutuhkan dorongan yang kuat dari guru dan kesabaran yang penuh
supaya siswa tersebut lebih fokus pada materi pelajaran. Dorongan yang diberikan
oleh guru kepada siswa yang mengalami kendala-kendala dalam pembelajaran yaitu
memberikan motivasi belajar serta senantiasa memberikan pujian ketika siswa selesai
mengerjakan tugas untuk menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
Dalam meningkatkan pemahaman cara menghadapi bencana alam dalam
pelajaran IPS dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang tepat yang mampu
mendorong siswa untuk belajar dan berani menyampaikan ide atau gagasannya tanpa
merasa malu dan takut kepada teman-teman yang lain maupun guru. Metode
pembelajaran simulasi dipilih sebagai metode pembelajaran karena metode
pembelajaran simulasi menjadi salah satu metode yang dapat mengembangkan
kemampuan siswa dalam memahami dan mengetahui materi yang disampaikan guru,
dengan metode simulasi ini diharapkan agar siswa tidak mengalami kejenuhan dan
suasana yang menyenangakan serta siswa lebih memahami materi dengan cara
melakukan permainan simulasi, seperti siswa memperagakan hal-hal yang harus
dilakukan ketika menghadapi bencana gempa bumi, serta terjadinya musibah banjir
Prasiklus pembelajaran IPS kompetensi dasar cara menghadapi bencana
alam pada siswa VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 sebelum menggunakan metode simulasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
menunjukkan bahwa dari 17 siswa yang mempunyai nilai tuntas sebanyak 6 siswa
(35,29%), sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 siswa (64,71%) dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65.
Adapun rekapitulasi hasil evaluasi belajar pratindakan pada siswa VI SD
Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012 dapat dilihat dalam table 2 sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Evaluasi Pratindakan
No. Nilai Frekuensi Persentase Keterngan
1. 40 – 49 2 11,8%
2. 50 – 59 6 35,3%
3. 60 – 69 6 35,3%
4. 70 – 79 3 17,6%
5. 80 – 89 - -
6. 90 – 100 - -
Jumlah 17 100%
Rata-rata kelas
sebesar 57,64
dan ketuntasan
klasikal
35,29%.
Untuk lebih jelasnya, hasil evaluasi belajar pada table I pratindakan dapat
peneliti sampaikan dalam bentuk grafik 3 sebagai berikut:
2
6 6
3
0 00
1
2
3
4
5
6
Ju
mla
h S
isw
a
40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 100
Interval Nilai
Gambar 3. Diagram Hasil Evaluasi Pratindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Adapun rekapitulasi hasil observasi pembelajaran prasiklus dapat peneliti
sampaiken dalam tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Prasiklus
Aktivitas Respon Keberanian No. Kode Subyek
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Jumlah
Skor
1 HBP √ √ √ 4
2 RA √ √ √ 5
3 APS √ √ √ 8
4 AKW √ √ √ 5
5 AW √ √ √ 5
6 DEI √ √ √ 4
7 DC √ √ √ 5
8 EDC √ √ √ 5
9 FY √ √ √ 6
10 HAL √ √ √ 5
11 MD √ √ √ 7
12 MMS √ √ √ 4
13 RAP √ √ √ 7
14 SL √ √ √ 4
15 VBP √ √ √ 7
16 WS √ √ √ 3
17 MZ √ √ √ 6
Jumlah Skor 12 10 8 9 12 8 6 16 7 88
Rata-Rata 58,82 56,86 56,86 57,52
Dari tabel 3 diketahui bahwa hasil observasi terhadap aktivitas, respon
dan keberanian siswa dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar mengenal cara
menghadapi bencana alam pada siswa kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185
Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 prasiklus di atas,
kemudian digambarkan dalam grafik 4 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
4
5
8
3
6
8
2
8
7
0
1
2
3
4
5
6
7
8Jum
lah S
isw
a
Aktivitas Respon Keberanian
Hasil Observasi
Baik
Sedang
Kurang
Gambar 4
Bagan aktivitas, respon dan keberanian Siswa Kelas VI SD Negeri
Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Pembelajaran
Prasiklus
Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran prasiklus,
yang dinilai dari aspek aktivitas, maka diperoleh data bahwa siswa yang memiliki
aktifitas tinggi diperoleh skor sebanyak 4 (23,53%) siswa, sedangkan siswa yang
aktivitasnya sedang sebanyak 5 siswa (29,41%) dan siswa yang tidak aktif dalam
merespon pembelajaran sebanyak 8 siswa (47,06%).
Berdasarkan gambar 4 juga dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran
menggunakan metode simulasi siswa yang dinilai dari aspek respon siswa, maka
diperoleh data bahwa siswa yang aktif merespon sebanyak 3 siswa (17,65%),
sedangkan siswa yang responnya sedang sebanyak 6 siswa (35,29%) dan siswa yang
tidak aktif merespon sebanyak 8 siswa (47,06%).
Berdasarkan gambar 4 juga dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran pada
prasiklus yang dinilai dari aspek keberanian siswa, maka diperoleh data bahwa siswa
yang aktif (berani) sebanyak 2 siswa (11,76%), sedangkan siswa yang keberaniannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
sedang sebanyak 8 siswa (47,06%) dan siswa yang tidak aktif (tidak berani)
sebanyak 7 siswa (41,18%).
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Langkah awal yang dilakukan peneliti untuk mempermudah
proses penelitian maka dilakukan observasi lapangan serta pengurusan surat
izin penelitian. Penelitian ini penulis lakukan dengan kolaborasi antara teman
sejawat. Setelah melalui diskusi awal kolaboratif penelitian direncanakan
dimulai pada tanggal 11 Februari 2012.
Dengan tahapan kegiatan penelitian melalui proses dalam bentuk siklus
dengan tahapan tiap siklus meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi
pada tiap Siklus. Sedangkan Siklus berikut terdiri atas perencanaan, tindakan
perbaikan siklus sebelumnya, observasi dan refleksi. Maka peneliti menggunakan
model proses dalam bentuk putaran yang menggunakan modifikasi dari Kemmis &
Mc. Taggart. Peneliti langsung memfokuskan mengatasi masalah dari pokok-
pokok rencana pembelajaran yaitu upaya meningkatkan pemahaman mata pelajaran
IPS materi mengenal cara menghadapi bencana alam. Hasil Observasi dan refleksi
disepakati untuk diambil sebagai data penelitian untuk dideskripsikan dan dianalisa
untuk segera dilakukan tindakan perbaikan melalui siklus berikut.
Penelitian Tindakan kelas dilakukan merupakan upaya meningkatkan
interaksi sosial melalui strategi belajar model permainan simulasi, dengan harapan
dapat diperoleh hasil penelitian sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
1. Siklus I
Penulis dalam melakukan penelitian memilih menggunakan metode
Classroom Action Research dengan melakukan kolaborasi dengan guru teman
sejawat dan kepala sekolah, penelitian dalam upaya meningkatkan pemahaman
mengenal cara menghadapi bencana alam melalui metode simulasi mengharapkan
hasil yang dapat dideskripsikan, dengan menempuh siklus sebagai berikut :
a. Perencanaan Siklus I
Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat memberikan motivasi
kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman mengenal cara menghadapi
bencana gempa bumi melalui metode simulai maka dilakukan
rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menyediakan alat-alat yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
dalam pelaksanaan simulasi, yaitu : 1) Kentongan, 2) Bambu dan tali, 3) Tas
P3K, 4) Peralatan P3K dan 5) Alat komunikasi.
Tahap awal, peneliti bersama teman sejawat menyiapkan dan menetapkan
rencana pembelajaran dengan mengembangkan skenario yang akan diterapkan
dalam proses pembelajaran. Peneliti juga tidak lupa menyediakan alat peraga
sebagai penunjang pembelajaran. Demikian juga untuk kepentingan persyaratan
penelitian, peneliti menyiapkan berbagai pedoman observasi, dan keperluan lain
terutama catatan lapangan.
b. Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan I telah disepakati bersama dengan teman sejawat.
Pelaksana pembelajaran pada hari Sabtu tanggal 11 Februari 2012. Sebelum
kegiatan dimulai peneliti memberitahukan tujuan pembelajaran dan
rencana pelaksanaan kegiatan yang akan dijalankan. Pada tahap selanjutnya guru
memberikan pengarahan sehubungan dengan pemahaman cara menghadapi
bencana gempa bumi diselingi dengan tanya jawab kepada siswa tentang cara
menghadapi bencana gempa bumi.
Pada tahap kegiatan inti, siswa dibagi menjadi dua kelompok, di mana
pada kelompok I berada di dalam kelas dan bertindak sebagai kelompok yang
terkena korban bencana gempa bumi, sedangkan kelompok kedua berada di luar
kelas sebagai tim penolong dari korban bencana gempa bumi. Kegiatan simulasi
dimulai dengan cara satu orang siswa memukul kentongan bahwa telah terjadi
bencana gempa bumi. Kelompok yang berada di dalam kelas berusaha
menyelamatkan dirinya dengan cara berlindung di bawah meja untuk mengindari
reruntuhan bangunan. Setelah dirasa tidak ada lagi gempa bumi, selanjutnya tim
penolong memasuki ruangan untuk memberikan bantuan pertolongan dengan
membawa korban bencana bumi ke luar ruangan untuk mendapatkan pertolongan
medis.
Pada saat siswa bermain simulasi, guru mengamati jalannya simulasi dan
memberikan arahan kepada siswa agar memahami cara melaksanakan simulasi,
mengevaluasi penampilan siswa dan mengklarifikasi kekeliruan dalam
memainkan peran. Tugas yang dilakukan guru selanjutnya memberikan umpan
balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun pujian
terhadap keberhasilan peserta didik, memfasilitasi peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi
dasar: memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber, Guru juga memfasilitasi peserta didik melakukan
refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, serta
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi
aktif.
Pada kegiatan penutup guru bersama siswa menyusun kesimpulan materi
pelajaran dilanjutkan dengan memberikan penilaian dan/atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogrom serta
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; Guru juga
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi dan
program pengayaan;
c. Observasi Siklus I
Hasil pengamatan peneliti yang didukung oleh mitra kolaborasi dalam hal
ini guru wali kelas IV, menunjukkan selama proses pembelajaran dengan
menggunakan metode simulasi dalam menghadapi bencana gempa bumi yang
dilakukan para siswa belum maksimal sesuai dengan tuntutan kompetensi yang
diharapkan. Para siswa banyak yang belum mampu mengungkapkan perilaku dan
pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam.
Para siswa juga kesulitan memerankan tugasnya dalam pelaksanaan
simulasi gempa bumi karena strategi permainan simulasi ini merupakan metode
baru bagi mereka. Para siswa dalam memainkan peranannya nampak masih
malu-malu dan takut salah. Hasil observasi juga menemukan rendahnya sikap
pemahaman mengenal cara menghadapi bencana gempa bumi. Masih terdapat
siswa yang tidak mampu mengemukakan contoh dan perilaku cara menghadapi
bencana gempa bumi. Berikut merupakan hasil observasi aktivitas siswa pada
siklus I.
1) Pada aspek aktivitas diperoleh skor rata-rata sebesar 72,55 hal ini
menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam siklus I masuk kategori sedang
(Lampiran 7).
2) Pada aspek respon diperoleh skor rata-rata sebesar 68,63 hal ini menunjukkan
bahwa respon siswa dalam siklus I masuk kategori sedang (Lampiran 7).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
3) Pada aspek keberanian diperoleh skor rata-rata sebesar 68,63 hal ini
menunjukkan bahwa respon siswa dalam siklus I masuk kategori sedang
(Lampiran 7).
4) Secara keseluruhan aktivitas siswa dalam siklus I diperoleh nilai rata-rata
sebesar 69,63 (Lampiran 7). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar
siswa pada siklus I masuk kategori sedang, namun demikian aktivitas siswa
pada siklus I ini mengalami peningkatan jika dibandingkan pada kondisi
awal.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer, guru terlalu
cepat dalam menjelaskan. Masalah lain yang didapat dari pengamatan observer
adalah pada saat menjelaskan tentang peranan dalam permainan simulasi, guru
kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang
belum jelas yang berkaitan dengan peranan yang akan dilakukan dalam
permainan simulasi. Untuk lebih jelasnya berikut merupakan penjelasan dari
hasil observasi aktivitas guru pada siklus I.
1) Aktivitas guru pada aspek kemampuan membuka pelajaran sudah baik, yaitu
diperoleh nilai rata-rata sebesar 81,25 (Lampiran 4).
2) Aktivitas guru pada aspek sikap guru dalam proses pembelajaran sudah baik,
yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 75 (Lampiran 4).
3) Aktivitas guru pada aspek penguasaan bahan belajar (materi pelajaran) sudah
baik, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 75 (Lampiran 4).
4) Aktivitas guru pada aspek kegiatan belajar mengajar (proses pembelajaran)
masih kurang, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 68,75 (Lampiran 4).
5) Aktivitas guru pada aspek kemampuan menggunakan media pembelajaran
masih kurang, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 68,75 (Lampiran 4).
6) Aktivitas guru pada aspek evaluasi pembelajaran masih kurang, yaitu
diperoleh nilai rata-rata sebesar 68,75 (Lampiran 4).
7) Aktivitas guru pada aspek kemampuan menutup kegiatan pembelajaran sudah
baik, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 75 (Lampiran 4).
8) Aktivitas guru pada aspek tindak lanjut/follow up sudah baik, yaitu diperoleh
nilai rata-rata sebesar 87,5 (Lampiran 4).
9) Aktivitas guru secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata sebesar 78,125
(Lampiran 4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Hasil pembelajaran yang berhubungan dengan kegiatan mengenal cara
menghadapi bencana gempa bumi masih jauh dari optimal. Kurang optimalnya
atau masih rendahnya hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep tentang pemahaman
mengenal cara menghadapi bencana gempa bumi.
Adapun rekapitulasi hasil observasi pembelajaran siklus I dapat dilihat
dalam tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Aktivitas Respon Keberanian No. Kode Subyek
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Jumlah
Skor
1 HBP √ √ √ 5
2 RA √ √ √ 7
3 APS √ √ √ 8
4 AKW √ √ √ 6
5 AW √ √ √ 5
6 DEI √ √ √ 5
7 DC √ √ √ 8
8 EDC √ √ √ 6
9 FY √ √ √ 8
10 HAL √ √ √ 8
11 MD √ √ √ 8
12 MMS √ √ √ 5
13 RAP √ √ √ 8
14 SL √ √ √ 4
15 VBP √ √ √ 8
16 WS √ √ √ 3
17 MZ √ √ √ 7
Jumlah Skor 21 12 4 18 12 5 12 20 3 107
Rata-Rata 72,55 68,63 68,63 69,63
Dari tabel 4 diperoleh hasil observasi terhadap aktivitas, respon dan
keberanian siswa dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar mengenal cara
menghadapi bencana alam pada siswa kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185
Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 siklus I di atas,
kemudian digambarkan dalam grafik 5 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
7
6
4
6 6
10
4
5
3
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jum
lah S
isw
a
Aktivitas Respon Keberanian
Hasil Observasi
Baik
Sedang
Kurang
Gambar 5
Bagan aktivitas, respon dan keberanian Siswa Kelas VI SD Negeri
Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Pembelajaran
Siklus I
Berdasarkan gambar 5 dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran siklus I,
yang dinilai dari aspek aktivitas, maka diperoleh data bahwa siswa yang aktif
sebanyak 7 (41,18%) siswa, sedangkan siswa yang aktivitasnya sedang sebanyak
6 siswa (35,29%) dan siswa yang tidak aktif dalam merespon pembelajaran
sebanyak 4 siswa (23,59%).
Berdasarkan tabel 4 juga dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran
menggunakan metode simulasi siswa yang dinilai dari aspek respon siswa, maka
diperoleh data bahwa siswa yang aktif merespon sebanyak 6 siswa (35,29%),
sedangkan siswa yang responnya sedang sebanyak 6 siswa (35,29%) dan siswa
yang tidak aktif merespon sebanyak 5 siswa (29,42%).
Berdasarkan tabel 4 juga dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran pada
siklus I yang dinilai dari aspek keberanian siswa, maka diperoleh data bahwa
siswa yang aktif (berani) sebanyak 4 siswa (23,53%), sedangkan siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
keberaniannya sedang sebanyak 10 siswa (58,82%) dan siswa yang tidak aktif
(tidak berani) sebanyak 3 siswa (17,65%).
d. Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil tindakan yang dilaksanakan pada siklus I, diperoleh
hasil refleksi sebagai berikut:
1) Pemahaman siswa terhadap materi mengenal cara menghadapi bencana alam
masih rendah, hal tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar siklus I
diperoleh nilai rata-rata sebesar 67,82 dan ketuntasan klasikal sebesar 64,71%
(Lampiran 15).
2) Hasil observsi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dilihat dari aspek
aktivitas, siswa yang aktif sebanyak 7 (41,18%) siswa, siswa yang
aktivitasnya sedang sebanyak 6 siswa (35,29%) dan siswa yang tidak aktif
sebanyak 4 siswa (23,59%) (Lampiran 7).
3) Hasil observsi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dilihat dari aspek respon,
siswa yang aktif merespon sebanyak 6 siswa (35,29%), sedangkan siswa yang
responnya sedang sebanyak 6 siswa (35,29%) dan siswa yang tidak aktif
merespon sebanyak 5 siswa (29,42%) (Lampiran 7).
4) Hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dilihat dari aspek
keberanian, siswa yang aktif (berani) sebanyak 4 siswa (23,53%), sedangkan
siswa yang keberaniannya sedang sebanyak 10 siswa (58,82%) dan siswa
yang tidak aktif (tidak berani) sebanyak 3 siswa (17,65%) (Lampiran 7)
Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran siklus I pelajaran IPS materi
mengenal cara menghadapi bencana alam diperoleh hasil evaluasi dalam tabel 5
sebagai berikut:
Tabel 5
Hasil Evaluasi Siklus I
No. Nilai Frekuensi Persentase Keterngan
1. 40 – 49 - -
2. 50 – 59 - -
3. 60 – 69 10 58,8%
4. 70 – 79 6 35,3%
5. 80 – 89 1 5,9%
6. 90 – 100 - -
Jumlah 17 100%
Rata-rata kelas
sebesar 67,82
dan ketuntasan
klasikal
64,71%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Untuk lebih jelasnya, hasil evaluasi belajar pada siklus I dapat peneliti
sampaikan dalam bentuk grafik 6 sebagai berikut:
0 0
10
6
1
00
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10Ju
mla
h S
isw
a
40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 100
Interval Nilai
Gambar 6. Diagram Hasil Evaluasi Siklus I
Berdasarkan grafik 6 hasil evaluasi pembelajaran siklus I
menunjukkan bahwa dari 17 siswa kelas SD Negeri Tegalkuniran No. 185
Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 yaitu dari 17
siswa, yang dinyatakan tuntas sebanyak 11 siswa (64,71%) dan siswa yang
tidak tuntas sebanyak 6 siswa (35,29%). Adapun nilai rata-rata kelas pada
siklus I yaitu 67,82 dengan ketnntasan secara klasikal sebesar 64,71%.
Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran siklus I ini belum memenuhi
indikator penelitian, dimana ketuntasan klasikal sekurang-kurangnya 80%,
untuk itu perlu dilakukan siklus selanjutnya yaitu siklus II.
2. Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, Siklus II perlu dilaksanakan pada
tanggal 25 Februari 2012, guru mengubah sistematika metode simulasi dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
memberikan waktu yang cukup luas kepada siswa untuk menyusun skenario.
Seminggu sebelum pelaksanaan tindakan II siswa mendapat tugas kelompok untuk
menyusun skenario simulasi dengan tema cara menghadapi bencana gempa bumi.
a. Perencanaan Siklus II
Penulis dengan teman sejawat menyusun ulang rencana pelaksanaan
pembelajaran dengan melakukan modifikasi terhadap metode simulasi dalam
menghadapi bencana gempa bumi. Para siswa sebelumnya ditugasi membaca
materi di rumah tentang mengenal cara menghadapi bencana alam di
lingkungannya khususnya bencana gempa bumi. Pada tahap ini peneliti
merencanakan bersama teman sejawat yaitu guru wali kelas IV memberikan
motivasi kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman cara menghadapi
bencana alam gempa bumi melalui metode simulasi.
Pada tahap perencanaan disepakati Rencana pelaksanaan Pembelajaran
segera dibuat dengan mengutamakan masalah yang menarik dan menantang
siswa untuk diperankan. Untuk kebutuhan itu setting peran dalam pelaksanaan
simulasi diserahkan kepada tiap kelompok untuk disusun sedemikian rupa agar
selanjutnya para siswa dapat berlatih terlebih dahulu.
Para siswa dalam siklus II ini telah membawa semua peralatan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan simulasi, yang meliputi : kentongan, bambu dan
tali, tas P3K, dan peralatan P3K. Peneliti dan teman sejawat yaitu guru wali kelas
IV bersama-sama menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan menyiapkan
lembar kerja siswa, menyiapkan sumber belajar serta format evaluasi.
b. Tindakan Siklus II
Pada tahap ini para siswa dari masing-masing kelompok mendapat tugas
untuk memerankan peristiwa di depan kelas yang berhubungan dengan cara
menghadapi bencana alam khususnya bencana gempa bumi. Kelompok I berada
di dalam kelas dan bertindak sebagai kelompok yang terkena korban bencana
gempa bumi, sedangkan kelompok kedua berada di luar kelas sebagai tim
penolong dari korban bencana gempa bumi. Kegiatan simulasi dimulai dengan
cara satu orang siswa memukul kentongan bahwa telah terjadi bencana gempa
bumi. Kelompok yang berada di dalam kelas berusaha menyelamatkan dirinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
dengan cara berlindung di bawah meja untuk mengindari reruntuhan bangunan.
Setelah dirasa tidak ada lagi gempa bumi, selanjutnya tim penolong memasuki
ruangan untuk memberikan bantuan pertolongan dengan membawa korban
bencana bumi ke luar ruangan untuk mendapatkan pertolongan medis.
Setelah masing-masing kelompok memerankan perannya dalam
pelaksanaan simulasi cara menghadapi bencana gempa bumi, kegiatan
dilanjutkan dengan diskusi untuk membahas mengenai jalannya kegiatan
simulasi yang dilakukan siswa.
Pada akhir kegiatan guru bersama siswa menyimpulkan hasil pemecahan
masalah. Untuk mengukur penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah
dipelajari, guru memberikan tugas ulangan harian, dan diteruskan dengan
mengumumkan perolehan nilai secara terbuka. Hal ini dimaksudkan agar siswa
bersaing secara sehat.
c. Observasi Siklus II
Dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam pelaksanaan simulasi
mengenai cara menghadapi bencana gempa bumi, menunjukkan bahwa siswa
sudah nampak memahami cara menghadapi bencana gempa bumi dengan baik,
hal ini terlihat dari kerjasama antar siswa dapat dikembangkan dengan sebaik-
baiknya. Para siswa mulai dapat membagi peran dan tanggung jawab tentang
peranan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan simulasi. Berikut merupakan
hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I.
1) Pada aspek aktivitas diperoleh skor rata-rata sebesar 86,27 hal ini
menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam siklus II masuk kategori baik
(Lampiran 8).
2) Pada aspek respon diperoleh skor rata-rata sebesar 88,24 hal ini menunjukkan
bahwa respon siswa dalam siklus II masuk kategori baik (Lampiran 8).
3) Pada aspek keberanian diperoleh skor rata-rata sebesar 84,31 hal ini
menunjukkan bahwa respon siswa dalam siklus II masuk kategori baik
(Lampiran 8).
4) Secara keseluruhan aktivitas siswa dalam siklus II diperoleh nilai rata-rata
sebesar 86,27 (Lampiran 8). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang lebih baik jika
dibandingkan pada kondisi awal dan siklus I.
Sedangkan mengenai aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran
simulasi pada siklus II adalah sebagai berikut.
1) Aktivitas guru pada aspek kemampuan membuka pelajaran sudah baik, yaitu
diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,75 (Lampiran 5).
2) Aktivitas guru pada aspek sikap guru dalam proses pembelajaran sudah baik,
yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,75 (Lampiran 5).
3) Aktivitas guru pada aspek penguasaan bahan belajar (materi pelajaran) sudah
baik, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,75 (Lampiran 5).
4) Aktivitas guru pada aspek kegiatan belajar mengajar (proses pembelajaran)
masih kurang, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,75 (Lampiran 5).
5) Aktivitas guru pada aspek kemampuan menggunakan media pembelajaran
masih kurang, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,75 (Lampiran 5).
6) Aktivitas guru pada aspek evaluasi pembelajaran masih kurang, yaitu
diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,75 (Lampiran 5).
7) Aktivitas guru pada aspek kemampuan menutup kegiatan pembelajaran sudah
baik, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,75 (Lampiran 5).
8) Aktivitas guru pada aspek tindak lanjut/follow up sudah baik, yaitu diperoleh
nilai rata-rata sebesar 100 (Lampiran 5).
9) Aktivitas guru secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata sebesar 97,65
(Lampiran 5).
Adapun rekapitulasi hasil observasi pembelajaran siklus I dapat dilihat
dalam tabel 6 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 6
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Aktivitas Respon Keberanian No. Kode Subyek
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Jumlah
Skor
1 HBP √ √ √ 6
2 RA √ √ √ 8
3 APS √ √ √ 9
4 AKW √ √ √ 6
5 AW √ √ √ 9
6 DEI √ √ √ 9
7 DC √ √ √ 8
8 EDC √ √ √ 7
9 FY √ √ √ 9
10 HAL √ √ √ 9
11 MD √ √ √ 9
12 MMS √ √ √ 6
13 RAP √ √ √ 8
14 SL √ √ √ 7
15 VBP √ √ √ 8
16 WS √ √ √ 6
17 MZ √ √ √ 8
Jumlah Skor 30 14 0 33 12 0 27 16 0 132
Rata-Rata 86,27 88,24 84,31 86,27
Dari tabel 6 menunjukkan bahwa hasil observasi terhadap aktivitas,
respon dan keberanian siswa dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar
mengenal cara menghadapi bencana alam pada siswa kelas VI SD Negeri
Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012 siklus II di atas, kemudian digambarkan dalam grafik 7 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
10
7
0
11
6
0
9
8
00
2
4
6
8
10
12
Jum
lah S
isw
a
Aktivitas Respon Keberanian
Hasil Observasi
Baik
Sedang
Kurang
Gambar 7
Bagan aktivitas, respon dan keberanian Siswa Kelas VI SD Negeri
Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Pembelajaran
Siklus II
Berdasarkan gambar 7 dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran siklus II,
yang dinilai dari aspek aktivitas, maka diperoleh data bahwa siswa yang aktif
sebanyak 10 (58,82%) siswa, sedangkan siswa yang aktivitasnya sedang
sebanyak 7 siswa (41,18%) dan siswa yang tidak aktif dalam merespon
pembelajaran tidak ada, dengan rata-rata sebesar 86,27 (Lampiran 8).
Berdasarkan gambar 7 juga dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran
menggunakan metode simulasi siswa yang dinilai dari aspek respon siswa, maka
diperoleh data bahwa siswa yang aktif merespon sebanyak 11 siswa (64,71%),
sedangkan siswa yang responnya sedang sebanyak 6 siswa (35,29%) dan siswa
yang tidak aktif merespon tidak ada, dengan rata-rata sebesar 88,24 (Lampiran 8).
Berdasarkan gambar 7 juga dapat dilihat bahwa, pada pembelajaran pada
siklus II yang dinilai dari aspek keberanian siswa, maka diperoleh data bahwa
siswa yang aktif (berani) sebanyak 9 siswa (52,94%), sedangkan siswa yang
keberaniannya sedang sebanyak 8 siswa (47,06%) dan siswa yang tidak aktif
(tidak berani) tidak ada, dengan rata-rata sebesar 84,31 (Lampiran 8).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
d. Refleksi Siklus II
Dari hasil tindakan II yang dilakukan maka peneliti bersama dengan
teman sejawat melakukan refleksi sebagai berikut:
1) Pemahaman siswa terhadap materi mengenal cara menghadapi bencana alam
masih rendah, hal tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar siklus II
diperoleh nilai rata-rata sebesar 75,41 dan ketuntasan klasikal sebesar 88,23%
(Lampiran 16).
2) Hasil observsi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dilihat dari aspek
aktivitas, siswa yang aktif sebanyak 10 (58,82%) siswa, sedangkan siswa
yang aktivitasnya sedang sebanyak 7 siswa (41,18%) dan siswa yang tidak
aktif dalam merespon pembelajaran tidak ada (Lampiran 8).
3) Hasil observsi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dilihat dari aspek respon,
siswa yang aktif merespon sebanyak 11 siswa (64,71%), sedangkan siswa
yang responnya sedang sebanyak 6 siswa (35,29%) dan siswa yang tidak aktif
merespon tidak ada (Lampiran 8).
4) Hasil observsi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dilihat dari aspek
keberanian, siswa yang aktif (berani) sebanyak 9 siswa (52,94%), sedangkan
siswa yang keberaniannya sedang sebanyak 8 siswa (47,06%) dan siswa yang
tidak aktif (tidak berani) tidak ada (Lampiran 8)
Hasil penelitian tindakan II menunjukkan bahwa upaya meningkatkan
pemahaman cara menghadapi bencana alam melalui strategi belajar simulasi
cukup signifikan. Hasil pengamatan peneliti yang didukung oleh mitra kolaborasi
menunjukkan terjadi perubahan pembelajaran, penggunaan metode simulasi
tercermin jelas di bagian akhir kegiatan inti, guru mampu meningkatkan seluruh
potensi yang berkembang pada siswa dengan memberi kesempatan kepada siswa
untuk berperan aktif. Sedangkan peran guru hanya memberi motivasi,
membimbing dan menuangkan prestasi yang diraih oleh siswa secara individual
maupun kelompok. Hal ini memberikan semangat kompetisi dengan berusaha
setiap individu maupun secara kelompok memperoleh penghargaan atas prestasi
dan aktifitas diri siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode simulasi sangat
efektif digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa cara menghadapi
bencana gempa bumi, apabila metode simulasi dilaksanakan dengan
sistematik dalam arti tersusun secara menarik dalam hal ini tema atau materinya
membuat siswa tertantang untuk memainkannya. Berdasarkan hasil evaluasi
pembelajaran siklus II pelajaran IPS materi mengenal cara menghadapi bencana
alam diperoleh hasil evaluasi yang disajikan pada tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7
Hasil Evaluasi Siklus II
No. Nilai Frekuensi Persentase Keterngan
1. 40 – 49 - -
2. 50 – 59 - -
3. 60 – 69 3 17,6%
4. 70 – 79 6 35,3%
5. 80 – 89 8 47,1%
6. 90 – 100 - -
Jumlah 17 100%
Rata-rata kelas
sebesar 75,41
dan ketuntasan
klasikal
88,23%.
Untuk lebih jelasnya, hasil evaluasi belajar pada siklus II dapat peneliti
sampaikan dalam bentuk grafik 8 sebagai berikut:
0 0
3
6
8
00
1
2
3
4
5
6
7
8
Ju
mla
h S
isw
a
40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 100
Interval Nilai
Gambar 8. Diagram Hasil Evaluasi Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Berdasarkan gambar 8 menunjukkan bahwa hasil evaluasi pembelajaran
siklus II menunjukkan bahwa dari 17 siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran
No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 siswa
yang dinyatakan tuntas sebanyak 15 siswa (88,23%), dan yang dinyatakan tidak
tuntas sebanyak 2 siswa (11,76%) dengan nilai rata-rata kelas pada siklus II yaitu
75,41. Dengan demikian pelaksanaan siklus II ini telah memenuhi target sesuai
dengan indikator penelitian yaitu ketuntasan secara klasikal minimal 80% sudah
terpenuhi.
Adapun rekapitulasi hasil evaluasi belajar siswa Kelas IV SD Negeri
Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012 dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat peneliti sampaikan pada
tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 9
Hasil Evaluasi Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Cara
Menghadapi Bencana Alam Dari Prasiklus,
Siklus I dan Siklus II
Prasiklus Siklus I Siklus II No Ketuntasan
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas 6 35,29% 11 64,71% 15 88,23%
2. Belum tuntas 11 64,71% 6 35,29% 2 11,77%
Rata-Rata 57,64 67,82 75,41
Hasil rekapitulasi evaluasi belajar siswa Kelas IV SD Negeri
Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012 apabila disampaikan dalam bentuk grafik 10 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
6
11 11
6
15
2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Ju
mla
h S
isw
a
Prasiklus Siklus I Siklus II
Tindakan Pembelajaran
Tuntas
Tidak Tuntas
Gambar 10
Grafik Peningkatan Hasil Evaluasi Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal
Cara Menghadapi Bencana Alam Dari Prasiklus,
Siklus I dan Siklus II
Pada data tabel 9 dan grafik 10 di atas dapat diketahui bahwa pemahaman
siswa terhadap cara menghadapi bencana alam dalam pelajaran IPS mengalami
peningkatan, hal tersebut nampak dari hasil evaluasi belajar pada Prasiklus, siswa
tuntas sebanyak 6 orang (35,29%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 orang
(64,71%) dengan rata-rata kelas sebesar 57,64. Siklus I, siswa tuntas sebanyak 11
orang (64,71%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 6 orang (35,29%) dengan rata-
rata kelas sebesar 67,82. Pada siklus II, siswa tuntas sebanyak 15 orang (88,23%) dan
siswa yang tidak tuntas sebanyak 2 orang (11,77%) dengan rata-rata kelas sebesar
75,41.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah melalui proses dalam bentuk siklus dari Siklus I dan Siklus II
dengan tahapan tiap siklus meliputi perencanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
langsung memfokuskan mengatasi masalah dari pokok-pokok rencana pembelajaran
yaitu upaya meningkatkan pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam
melalui metode simulasi dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
Pengamatan/observasi yang dilaksanakan bersamaan dalam proses
pembelajaran meliputi aktivitas guru dan siswa serta proses refleksi yang
dikembangkan dari analisa proses pembelajaran dan sekaligus menyusun rencana
perbaikan pada siklus berikutnya selama penelitian berlangsung dengan model proses
dalam bentuk putaran yang menggunakan modifikasi dari Kemmis & Mc.Taggart.
Melalui kerja kolaboratif disimpulkan penyebab sesungguhnya yang paling dominan
adalah kurangnya suasana belajar yang kondusif dan mendorong siswa untuk belajar
memahami hakekat, makna dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan siswa rajin
dan termotivasi untuk senantiasa belajar. Kondisi tersebut terwujud, ketika siswa
diberikan kesempatan secara bebas menyusun skenario naskah simulasi sesuai
dengan rambu-rambu yang diperuntahkan guru. Di sini guru dituntut untuk
melakukan pembelajaran IPS secara aktif dan memotivasi siswa untuk senantiasa
belajar memiliki pemahaman mengenai cara menghadapi bencana alam, yang
nantinya diharapkan ilmu yang diperoleh siswa dapat digunakan dalam kehidupan
nyata siswa di masa yang akan datang.
Disimpulkan dari masalah pembelajaran di atas apabila kita mengharapkan
siswa belajar dengan menyenangkan diperlukan variasi mengajar yang memenuhi
syarat salah satunya yaitu dengan berupaya menanamkan pemahaman mengenal cara
menghadapi bencana alam siswa dalam setiap materi pembelajaran dengan
melibatkan langsung para siswa berpartisipasi dalam menetapkan tujuan
pembelajaran, memberikan stressing pada segi afektif dalam pengajaran dengan
menumbuhkan interaksi guru dan siswa yang optimal (komunikasi multi arah), maka
salah satu strategi belajar yang sesuai dan mewakili perkembangan siswa adalah
metode simulasi.
Hasil observasi menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman siswa
mengenal cara menghadapi bencana alam dengan pemberian contoh dalam setiap
materi pembelajaran dengan metode simulasi berpengaruh terhadap daya nalar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
yang berdampak pada sikap siswa memiliki pemahaman cara menghadapi bencana
alam dengan baik dan benar.
Melalui metode simulasi berhasil diamati karakteristik atau gaya
belajar masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca
daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membacakan
kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas
visual (gaya belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih suka berdialog, saling
mngajukan argumentasi dengan cara mendengarkan siswa yang lain sewaktu
menyampaikan pendapatnya baru kemudian menyampaikan pendapatnya tergolong
kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas Auditorial (gaya belajar
Auditorial). Dan siswa yang dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat,
mendengar uraian dari siswa yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan,
mampu membuktikan teori ke dalam praktek, mampu memecahkan masalah secara
rasional, tergolong kepada kelompok belajar yang memiliki potensi atau modalitas
Kinestetik (gaya belajar Kinestetik). Kelompok kinestetik ini tergolong kepada tipe
belajar konvergen dimana siswa memiliki kekuatan otak kiri lebih dominan dan
cenderung bertanya dengan menggunakan kata tanya “How” (bagaimana). Sikap
siswa ini menumbuhkan pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam para
siswa. Hal ini dapat diketahui dari umpan balik yang diberikan kepada para siswa
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode simulasi terhadap sikap dan
perilaku siswa yang telah memahami makna yang terkandung dari setiap materi
pembelajaran yang sedang diperankan.
Pemahaman cara menghadapi bencana gempa bumi yang diobservasi
menunjukkan pola meningkat yang diukur melalui instrumen observasi. Hasil dialog
kolaboratif dan diskusi, memberikan dorongan kepada guru untuk menerapkan
metode simulasi secara efektif guna meningkatkan pemahaman siswa mengenai cara
menghadapi bencana alam. Hal ini ditunjukkan peneliti pada waktu melaksanakan
tindakan kelas. Hasil pengamatan yang didukung oleh mitra kolaborasi dalam hal ini
guru wali kelas IV dan Kepala Sekolah, guru selalu memberitahukan tujuan
pembelajaran dan rencana belajar yang akan dilaksanakan pada proses pembelajaran,
serta kompetensi yang ingin dicapai serta membimbing siswa yang bertujuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
menumbuhkan suasana belajar yang kondusif dan mendorong siswa memahami
hakekat, makna dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan siswa rajin dan
termotivasi untuk senantiasa belajar.
Dari hasil observasi terhadap perilaku guru dengan menggunakan
Instrumen Penilaian Guru pada Siklus I, setelah melalui diskusi dan penelitian
didapat hasil terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran khususnya pada langkah-
langkah pembelajaran ditemukan langkah yang cukup sistematis dari indikator fase
langkah-langkah pembelajaran yang meliputi penyampaian tujuan dan memotivasi
peserta didik, menyajikan informasi, mengorganisasikan peserta didik dan
menetapkan masalah sosial yang menarik perhatian siswa dan actual untuk dibahas
melalui cerita dan contoh yang menarik.
Selanjutnya guru juga sudah berupaya menjelaskan cara-cara menghadapi
bencana alam gempa bumi, sehingga siswa dapat memahami bagaimana cara
menghadapi bencana gempa bumi dengan baik dan benar.
1. Upaya Guru dalam Meningkatkan Pemahaman mengenal cara menghadapi
bencana alam
Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan nyaman bagi
siswa serta memberikan contoh-contoh logis bahkan memberikan dorongan
kepada seluruh siswa untuk memiliki keberanian bertindak menyebabkan siswa
memiliki sikap percaya diri dan tidak malu dalam penerapan metode simulasi.
Guru sebagai pembimbing dan motivator melakukan tindakan yang nyata seperti
memberikan tanggung jawab kepada para siswa dan melakukan pengulangan
kembali contoh-contoh pemahaman mengenal cara menghadapi bencana alam.
Guru juga sudah berupaya menjelaskan cara-cara menghadapi bencana
alam dengan baik dan benar, sehingga siswa dapat lebih memahami pentingnya
menghadapi bencana alam. Pembelajaran dalam konteks cerita yang menarik,
guru menetapkan siswa yang bersedia untuk memainkan peranannya di depan
kelas, guru menjelaskan kepada para siswa mengenai peranan mereka pada waktu
simulasi berlangsung. Bahkan ada upaya guru memberikan kesempatan kepada
para siswa untuk berunding beberapa menit sebelum mereka melaksanakan
simulasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Guru mampu mengakumulasi seluruh potensi yang berkembang pada
siswa dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan
aktif mengemukakan gagasan-gagasannya. Hal ini memberikan semangat
kompetisi dengan berusaha setiap individu maupun secara kelompok
memperoleh penghargaan atas prestasi dan aktifitas diri siswa. Pada
tahap presentasi dan diskusi kelas siswa mulai terdorong untuk berlomba
mengemukakan gagasan dan pendapatnya hanya karena ingin memperoleh nilai.
2. Perilaku Siswa setelah Pembelajaran
Perilaku siswa setelah pembelajaran menunjukkan peningkatan dalam
memahami cara menghadapi bencana alam gempa bumi, hal ini terbukti ketika
mereka melakukan simulasi pada Siklus II mampu mengemukakan gagasan atas
pemahaman cara menghadapi bencana alam gempa bumi. Siswa dapat
menyebutkan cara-cara menghadapi bencana gempa bumi dengan baik.
Selama penerapan metode simulasi dalam proses pembelajaran IPS materi
mengenal cara menghadapi bencana alam, terdapat beberapa kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan metode simulasi dalam proses pembelajaran IPS materi
mengenal cara menghadapi bencana alam ini adalah:
1. Siswa antusias untuk mengikuti pembelajaran di luar kelas, siswa tidak merasa
bosan dan merasa senang.
2. Siswa menjadi aktif dan kreatif
3. Materi yang ada dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Membantu siswa
memahami materi, mengingat kemampuan berfikir siswa yang masih tahap
konkret.
4. Siswa dapat mengaplikasikan materi dalam kehidupan nyata.
5. Terdapat unsur psikomotorik dalam pelaksanaannya.
6. Pengembangan potensi siswa dapat tersalurkan.
Sedangkan kelemahan metode simulasi adalah:
1. Sering terjadi kegagalan akibat kurang persiapan, penjelasan, waktu dan kondisi
siswa.
2. Guru kadang mengalami kesulitan dalam menjelaskan kegiatan simulasi dengan
materi yang ada. Karena siswa terlalu sibuk dengan kegiatan simulasi mereka dan
sering mengabaikan materi yang disampaikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat peneliti simpulkan bahwa dengan
menggunakan metode pembelajaran simulasi dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap mata pelajaran IPS materi mengenal cara menghadapi bencana alam pada
siswa Kelas VI SD Negeri Tegalkuniran No. 185 Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil evaluasi pada
Siklus I siswa tuntas sebanyak 11 siswa (64,71%) dan siswa yang tidak tuntas
sebanyak 6 siswa (35,29%). Adapun nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu 67,82
dengan ketnntasan secara klasikal sebesar 64,71%. Hasil evaluasi siklus II siswa
yang dinyatakan tuntas sebanyak 15 siswa (88,23%), dan yang dinyatakan tidak
tuntas sebanyak 2 siswa (11,76%) dengan nilai rata-rata kelas pada siklus II yaitu
75,41. Dengan demikian pelaksanaan siklus II ini telah memenuhi target sesuai
dengan indikator penelitian yaitu ketuntasan secara klasikal minimal 80% sudah
terpenuhi.
B. Implikasi
Penelitian ini mampu memberikan gambaran tentang peningkatan proses
pembelajaran IPS kompetensi dasar mengenal cara menghadapi bencana melalui
metode pembelajaran simulasi. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari pengaruh
guru, siswa, media pembelajaran, metode pembelajaran, dan sumber belajar. Metod
pembelajaran yang tepat akan menghasilkan proses dan hasil pembelajaran yang
baik, begitu juga dengan factor yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Kemampuan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
dan sumber belajar yang tepat juga akan memudahkan siswa menyerap pelajaran
sehingga lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu persiapan
pembelajaran yang tepat juga akan berdampak pada proses pembelajaran yang baik.
Suatu pemahaman terhadap materi pelajaran akan meningkat dengan metode
dan media yang tepat. Guru memang harus pandai memilih metode dan media yang
84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
akan digunakan sebelum mengajar agar menghasilkan proses dan hasil yang baik.
Metode dan media yang digunakan harus disesuaikan dengan materi yang akan
disampaikan dalam pelajaran. Penelitian ini menunjukkan bahwa proses
pembelajaran dan pemahaman siswa tentang cara menghadapi bencana alam dapat
ditingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi
C. Saran
Dari kesimpulan tersebut di atas, beberapa hal yang sebaiknya dilakukan guru
dalam meningkatkan pembelajaran khususnya meningkatkan hasil belajar siswa,
peneliti menyarankan beberapa hal antara lain :
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Hendaknya kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah dapat menerapkan
kebijakan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana dalam menunjang
kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran simulasi, misalnya
penyediaan laboratorim maupun perangkat pembelajaran lainnya.
b. Kepala sekolah hendaknya selalu melakukan sepervisi kunjungan kelas,
sehingga dapat mengetahui kendala-kendala yang dialami guru dalam
prlaksanaan pembelajaran.
c. Kepala sekolah hendaknya selalu memberikan motivasi kepada guru untuk
menggunakan berbagai variasi metode pembelajaran yang salah satunya
adalah metode simulasi, sehingga proses pembelajaran tidak berpusat pada
guru saja.
2. Bagi Guru
a. Sebaiknya guru dalam pembelajaran dengan penggunaan metode simulasi,
guru harus lebih mempersiapkan perencanaan lebih matang dan
mempertimbangkan kemungkinan yang akan terjadi. Khususnya pada metode
simulasi, guru membutuhkan alat bantu yang detail dan rumit. Guru
sebaiknya juga memberi penjelasan dan pemahaman yang jelas ketika
pemberian tugas, agar siswa dapat menyelesaikan sesuai dengan yang
diharapkan guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
b. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru dalam upaya meningkatkan
pemahaman kognitif siswa melalui penggunaan metode pembelajaran
simulasi, sehingga kualitas dan mutu pembelajaran dapat ditingkatkan.
c. Hendaknya guru dalam melakukan pembelajaran simulasi perlu
menyesuaikan dengan kometensi dasar yang akan diajarkan, sehingga
pembelajaran simulasi yang dilaksanakan sesuai dengan materi yang akan
dipelajari oleh siswa.
d. Hendaknya guru dalam melaksanakan pembelajaran simulasi dapat
melibatkan siswa dalam tindakan nyata, misalnya melakukan kerja bakti di
halaman sekolah maupun menggalang dana sumbangan untuk membantu
korban bencana alam.
3. Bagi Siswa
a. Hendaknya para siswa lebih meningkatkan motivasi belajar, sebab terbukti
bahwa siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik adalah siswa yang
memiliki motivasi belajar yang tinggi.
b. Hendaknya siswa dapat memanfaatkan perkembangan teknologi informasi
untuk mencari bahan atau materi pelajaran melalui media internet maupun
media surat kabar dan televisi, sehingga siswa dapat memahami materi yang
disampaikan oleh guru berdasarkan pengalaman yang dialaminya.