VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN...

23
185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan Bendungan Jatigede dapat dievaluasi status keberlanjutannya dan diperbaiki agar dapat mencapai status keberlanjutan yang diingin dicapai. Penentuan jumlah dimensi yang digunakan dalam analisa sangat tergantung pada kondisi subjek penelitian. Peningkatan status keberlanjutan dapat ditempuh melalui serangkaian perbaikan kondisi eksisting, terutama pada atribut atau sektor kunci yang memiliki nilai yang tinggi sebagai atribut pengungkit. Kondisi yang menjadi model untuk kondisi eksisting dalam analisis ini adalah kondisi terkini di DAS Waduk Jatigede dengan laju sedimentasi 5,94 mm/tahun dan perubahan alokasi debit inflow akibat dibangunnya Bendung Leuwigoong di hulu Bendungan Jatigede. Sedangkan kondisi yang menjadi model untuk kondisi yang memenuhi aspek keberlanjutan adalah kondisi dengan perubahan laju sedimentasi secara bertahap selama umur layanan dan perubahan alokasi debit inflow. Analisis status keberlanjutan menggunakan metode penilaian cepat multi disiplin (multi disciplinary rapid appraisal), yaitu Multi Dimensional Scaling (MDS) dengan perangkat lunak Rapfish, Kavanagh (2001). Data yang digunakan untuk analisis adalah data primer dan sekunder. Data primer berupa data-data yang berkaitan dengan komposisi sedimen, laju sedimentasi, debit inflow, data hujan, data pembebasan tanah, kebijakan dan permasalahan yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan bendungan. Sumber data primer terdiri atas : observasi lapangan, kuesioner dan wawancara/diskusi dengan para pakar serta diambil dari hasil analisis bab sebelumnya. Data sekunder data jenis tanah, data tutupan lahan dan data topografi, berupa dokumen dari berbagai instansi. Acuan penilaian indeks keberlanjutan menurut Rapfish adalah (i) jika indeks bernilai 25 termasuk dalam kategori buruk, (ii) 25 < nilai indeks 50 termasuk dalam kategori kurang, (iii) 50 < nilai indeks 75 termasuk dalam kategori cukup dan (iv) 75 < nilai indeks 100 termasuk dalam kategori baik. Penelitian keberlanjutan pembangunan Bendungan Jatigede, Kabupaten Sumedang, dilakukan pada lima dimensi keberlanjutan, yaitu : (1) dimensi ekonomi; (2) dimensi kelembagaan; (3) dimensi lingkungan; dan (4) dimensi

Transcript of VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN...

Page 1: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

185

185

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

BENDUNGAN 6.1. Umum

Perencanaan pembangunan Bendungan Jatigede dapat dievaluasi status

keberlanjutannya dan diperbaiki agar dapat mencapai status keberlanjutan yang

diingin dicapai. Penentuan jumlah dimensi yang digunakan dalam analisa sangat

tergantung pada kondisi subjek penelitian. Peningkatan status keberlanjutan

dapat ditempuh melalui serangkaian perbaikan kondisi eksisting, terutama pada

atribut atau sektor kunci yang memiliki nilai yang tinggi sebagai atribut

pengungkit. Kondisi yang menjadi model untuk kondisi eksisting dalam analisis

ini adalah kondisi terkini di DAS Waduk Jatigede dengan laju sedimentasi 5,94

mm/tahun dan perubahan alokasi debit inflow akibat dibangunnya Bendung

Leuwigoong di hulu Bendungan Jatigede. Sedangkan kondisi yang menjadi

model untuk kondisi yang memenuhi aspek keberlanjutan adalah kondisi dengan

perubahan laju sedimentasi secara bertahap selama umur layanan dan

perubahan alokasi debit inflow.

Analisis status keberlanjutan menggunakan metode penilaian cepat multi

disiplin (multi disciplinary rapid appraisal), yaitu Multi Dimensional Scaling (MDS)

dengan perangkat lunak Rapfish, Kavanagh (2001). Data yang digunakan untuk

analisis adalah data primer dan sekunder. Data primer berupa data-data yang

berkaitan dengan komposisi sedimen, laju sedimentasi, debit inflow, data hujan,

data pembebasan tanah, kebijakan dan permasalahan yang berkaitan dengan

perencanaan pembangunan bendungan. Sumber data primer terdiri atas :

observasi lapangan, kuesioner dan wawancara/diskusi dengan para pakar serta

diambil dari hasil analisis bab sebelumnya. Data sekunder data jenis tanah, data

tutupan lahan dan data topografi, berupa dokumen dari berbagai instansi. Acuan

penilaian indeks keberlanjutan menurut Rapfish adalah (i) jika indeks bernilai ≤

25 termasuk dalam kategori buruk, (ii) 25 < nilai indeks ≤ 50 termasuk dalam

kategori kurang, (iii) 50 < nilai indeks ≤ 75 termasuk dalam kategori cukup dan

(iv) 75 < nilai indeks ≤ 100 termasuk dalam kategori baik.

Penelitian keberlanjutan pembangunan Bendungan Jatigede, Kabupaten

Sumedang, dilakukan pada lima dimensi keberlanjutan, yaitu : (1) dimensi

ekonomi; (2) dimensi kelembagaan; (3) dimensi lingkungan; dan (4) dimensi

Page 2: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

186

sosial budaya; (5) dimensi teknis, dengan atribut dan nilai scoring hasil pendapat

pakar dan data sekunder seperti pada lampiran hasil penelitian. Nilai

keberlanjutan pada masing-masing dimensi diuraikan dalam penjelasan

selanjutnya.

6.2 Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat

keberlanjutan pada dimensi ekonomi terdiri dari delapan atribut, yaitu : (1) biaya

operasi dan pemeliharaan; (2) dampak finansial banjir; (3) biaya pembangunan

bendungan; (4) nilai manfaat ekonomi; (5) luas lahan irigasi yang terairi; (6)

suplai air baku; (7) produksi listrik per tahun; (8) biaya pengadaan tanah.

Hasil analisis MDS dengan Rap-Jatigede menunjukkan indeks

keberlanjutan dimensi ekonomi pada perencanaan pembangunan Bendungan

Jatigede sebesar 41,31 dengan status kurang berkelanjutan, sebagaimana

tertera pada Gambar 91. Status kurang berkelanjutan tersebut disebabkan

karena terdapat atribut yang bernilai rendah, yaitu kenaikan biaya pembangunan,

Gambar 91. Analisis Rap-Jatigede Indeks keberlanjutan dimensi ekonomi Sumber : Hasil penelitian

kemungkinan kenaikan biaya operasi dan pemeliharaan jika kualitas DAS

menurun, kenaikan biaya pengadaan tanah dan biaya sosial lainnya, nilai

manfaat ekonomi yang dapat terganggu akibat kenaikan biaya pembangunan

dan menurunnya kualitas DAS serta produksi listrik yang hanya menguntungkan

untuk beban puncak.

Guna melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap

nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi, dilakukan analisis leverage.

Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh tiga atribut yang sensitif terhadap

nilai indeks keberlanjutan ekonomi yaitu : tercapainya nilai manfaat ekonomi

yang direncanakan (6.11 %), biaya pembangunan yang terkendali dari rencana

Page 3: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

187

awal (5.43 %) dan tercapainya luas lahan irigasi yang diairi sesuai rencana (4.61

%). Berdasarkan pendapat pakar dan praktisi serta hasil analisis leverage, maka

dapat diketahui betapa pentingnya pencapaian nilai manfaat ekonomi yang

direncanakan yaitu pencapaian fungsi-fungsi bendungan dengan menangani

pengelolaan Daerah Aliran Sungai secara terintegrasi untuk memaduserasikan

antara berbagai kebijakan yang cukup banyak berperan dan mengatur

pengelolaan DAS dalam pencapaian fungsi bendungan. Demikian juga biaya

pembangunan harus diupayakan agar tidak naik dari rencana awal yang telah

menjadi dasar perhitungan nilai manfaat ekonomi seperti Benefit Cost Ratio.

Luas lahan irigasi yang terairi yang direncanakan dari fungsi Bendungan Jatigede

adalah 90.000 ha, jika suplai air tidak mencukupi ataupun luasan jaringan irigasi

berkurang akibat alih fungsi lahan, fungsi irigasi sebagai fungsi utama akan

terganggu. Hasil analisis leverage dapat dilihat pada Gambar 92.

Gambar 92. Atribut pengungkit dimensi ekonomi Sumber : Hasil penelitian

6.3. Status Keberlanjutan Dimensi Lingkungan Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat

keberlanjutan pada dimensi ekonomi terdiri dari delapan atribut, yaitu : (1)

kualitas air; (2) penatagunaan hutan; (3) konservasi sumber air; (4) pengendalian

laju sedimentasi; (5) alih fungsi lahan; (6) ketersediaan air; (7) pengembangan

dan penatagunaan tutupan lahan; dan (8) penghematan air. Hasil analisis MDS

dengan menggunakan Rap-Jatigede menunjukkan nilai indeks keberlanjutan

dimensi lingkungan pada kawasan perencanaan pembangunan Bendungan

Jatigede sebesar 33.71. Berdasarkan klasifikasi status keberlanjutan angka

tersebut menunjukkan bahwa kondisi lingkungan kawasan perencanaan

Page 4: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

188

pembangunan Bendungan Jatigede memiliki status kurang berkelanjutan,

sebagaimana tertera pada Gambar 93.

Status kurang berkelanjutan tersebut disebabkan dari delapan atribut

pendukung dimensi lingkungan yang diamati, hampir semua atribut termasuk

kategori tidak baik, yang berkategori baik adalah kualitas air, ini pun dalam batas-

batas kualitas air baku. Laju sedimentasi sesuai rencana awal sebesar 5,32

mm/tahun termasuk kategori kritis, demikian halnya dengan rasio perbandingan

Qmaks dan Qmin > 251, termasuk kategori kritis karena di atas 50.

Guna melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap

nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi, dilakukan analisis leverage.

Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh tiga atribut yang sensitif terhadap

nilai indeks keberlanjutan dimensi lingkungan yaitu : pengendalian laju

sedimentasi (5.98 %), ketersediaan air (5.22 %) dan penghematan air (5.19 %).

Hasil analisis leverage dapat dilihat pada Gambar 94.

Gambar 93. Analisis Rap-Jatigede Indeks keberlanjutan dimensi lingkungan Sumber : Hasil penelitian

Gambar 94. Atribut pengungkit dimensi lingkungan Sumber : Hasil penelitian

Page 5: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

189

6.4. Status Keberlanjutan Dimensi Sosial Budaya Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat

keberlanjutan pada dimensi sosial budaya terdiri dari delapan atribut, yaitu : (1)

tingkat pemahaman masyarakat terhadap peraturan; (2) tingkat kesadaran

masyarakat menjaga sumber air; (3) pelaksanaan pengadaan tanah; (4)

pelaksanaan relokasi permukiman; (5) pelaksanaan pemindahan situs budaya;

(6) taraf hidup masyarakat; (7) klaim konflik tanah; dan (8) budaya hemat air.

Adapun nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya di kawasan

perencanaan pembangunan Bendungan Jatigede, Kabupaten Sumedang,

sebesar 32.43 dengan status kurang berkelanjutan, sebagaimana tertera pada

Gambar 95. Status kurang berkelanjutan tersebut disebabkan semua atribut

pendukung dimensi sosial budaya yang diamati berkategori kurang baik yaitu :

tingkat pemahaman masyarakat terhadap peraturan, pelaksanaan pengadaan

tanah, pelaksanaan relokasi permukiman, pelaksanaan pemindahan situs

budaya, taraf hidup masyarakat dan budaya hemat air.

Gambar 95. Analisis Rap-Jatigede Indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya Sumber : Hasil penelitian

Guna melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap

nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya, dilakukan analisis leverage.

Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh tiga atribut yang sensitif terhadap

nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya, yaitu : pelaksanaan pengadaan

tanah (5.63 %), pelaksanaan relokasi permukiman (5.40 %) dan klaim konflik

tanah (5.18 %). Hasil analisis leverage dapat dilihat pada Gambar 96.

Page 6: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

190

Gambar 96. Atribut pengungkit dimensi sosial budaya Sumber : Hasil penelitian

Kondisi sosial budaya masyarakat merupakan persyaratan penting bagi

terciptanya iklim pembangunan bendungan yang kondusif. Kondisi pelaksanaan

pengadaan tanah menjadi pertimbangan utama tercapainya kondisi sosial

budaya yang kondusif dalam pelaksanaan pembangunan bendungan.

Penanganan yang kurang baik terhadap ketiga atribut yaitu pelaksanaan

pengadaan tanah, pelaksanaan relokasi permukiman dan penanganan klaim

konflik tanah dapat menjadi pemicu terlambatnya penyelesaian pembangunan

bendungan bahkan bisa menggagalkannya.

6.5. Status Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan Atribut yang digunakan untuk menganalisis dimensi kelembagaan adalah:

(1) tumpang tindih tanggungjawab; (2) koordinasi kelembagaan pemerintah pusat

dan pemerintah daerah; (3) komitmen dukungan antar instansi terkait; (4)

kesepakatan tentang program dan anggaran; (5) efektivitas lembaga/instansi

dalam menjalankan tugasnya; (6) kejelasan pembagian tugas pokok, fungsi dan

kewenangan; (7) hubungan kerja antar instansi; dan (8) jumlah instansi yang

terlibat.

Hasil nilai MDS dengan menggunakan Rap-Jatigede menunjukkan indeks

keberlanjutan dimensi kelembagaan pada kawasan perencanaan pembangunan

Bendungan Jatigede adalah 41,57. Berdasarkan klasifikasi status keberlanjutan,

angka tersebut menunjukkan bahwa kondisi kelembagaan untuk pembangunan

Bendungan Jatigede menunjukkan status kurang berkelanjutan (Gambar 97).

Page 7: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

191

Gambar 97. Analisis Rap-Jatigede Indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan

Sumber : Hasil penelitian

Status kurang berkelanjutan tersebut disebabkan karena terdapatnya lima

atribut yang bernilai rendah, yaitu : koordinasi kelembagaan, komitmen dukungan

antar instansi, kesepakatan program dan anggaran instansi terkait, efektivitas

lembaga/instansi terkait dalam menjalankan tugas dan kejelasan pembagian

tugas/kewenangan. Sedangkan atribut yang memperoleh nilai sedang ada tiga,

yaitu tumpang tindih tanggung jawab, hubungan kerja antar instansi dan jumlah

instansi yang terlibat.

Guna melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap

nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan, dilakukan analisis leverage.

Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh tiga atribut yang sensitif terhadap

nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan yaitu : kesepakatan program dan

anggaran instansi terkait (6.84 %), kejelasan pembagian tugas pokok dan fungsi

serta kewenangan antar instansi terkait (5.68 %) dan komitmen dukungan antar

instansi terkait (5.17 %). Hasil analisis leverage dapat dilihat pada Gambar 98.

Gambar 98. Atribut pengungkit dimensi kelembagaan Sumber : Hasil penelitian

Page 8: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

192

6.6. Status Keberlanjutan Dimensi Teknis Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat

keberlanjutan pada dimensi teknis terdiri dari delapan atribut, yaitu : (1) kondisi

jaringan irigasi; (2) tersedianya varietas padi hemat air; (3) tersedianya

perencanaan keseimbangan air; (4) program peningkatan kualitas sumber daya

air; (5) tersedianya teknologi konservasi lahan; (6) tersedianya perencanaan

pengendalian sedimentasi; (7) tersedianya perencanaan pengendalian konflik;

dan (8) tersedianya pola operasi waduk.

Adapun nilai indeks keberlanjutan dimensi teknis di kawasan

perencanaan pembangunan Bendungnan Jatigede, Kabupaten Sumedang,

sebesar 41,50 dengan status kurang berkelanjutan, sebagaimana tertera pada

Gambar 99 status kurang berkelanjutan tersebut disebabkan beberapa atribut

pendukung dimensi teknis yang diamati berkategori kurang baik yaitu :

ketersediaan perencanaan pengendalian konflik, ketersediaan perencanaan

pengendalian sedimentasi dan ketersediaan perencanaan keseimbangan air.

Beberapa atribut berkategori sedang yaitu kondisi jaringan irigasi dan

tersedianya program peningkatan kualitas sumber daya air. Atribut yang

berkategori baik adalah ketersediaan varietas padi hemat air, ketersediaan

teknologi konservasi lahan dan ketersediaan pola operasi waduk.

Gambar 99. Analisis Rap-Jatigede Indeks keberlanjutan dimensi teknis Sumber : Hasil penelitian

Guna melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap

nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya, dilakukan analisis leverage.

Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh tiga atribut yang sensitif terhadap

nilai indeks keberlanjutan dimensi teknis, yaitu : ketersediaan perencanaan

Page 9: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

193

pengendalian konflik (10.16 %), ketersediaan perencanaan pengendalian

sedimentasi (7.95 %) dan ketersediaan perencanaan keseimbangan air (7.10%).

Hasil analisis leverage dapat dilihat di Gambar 100.

Gambar 100. Atribut pengungkit dimensi teknis (Sumber : Hasil penelitian)

Kondisi teknis merupakan persyaratan penting bagi terciptanya

perencanaan pembangunan bendungan yang kondusif. Ketersediaan

perencanaan pengendalian konflik, pengendalian laju sedimentasi dan

pengelolaan keseimbangan air menjadi pertimbangan utama tersedianya

perencanaan pembangunan bendungan yang berkelanjutan.

6.7. Analisis Multi Dimensi Status Keberlanjutan Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi

atribut yang sensitif dalam memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan suatu

kondisi. Semakin besar nilai perubahan akibat hilangnya suatu atribut tertentu,

maka semakin besar pula peranan atribut tersebut dalam pembentukan nilai

keberlanjutan.

Untuk mengevaluasi pengaruh galat (error) acak pada proses pendugaan

nilai indeks keberlanjutan, digunakan analisis Monte Carlo. Menurut Kavanagh

(2001), analisis Monte Carlo juga berguna untuk mempelajari hal-hal berikut ini,

(i) pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh

pemahaman kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan

pemahaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut, (ii) pengaruh

variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti yang

berbeda, (iii) stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang, (iv) kesalahan

pemasukan data atau adanya data yang hilang (missing data) dan (v) tingginya

Page 10: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

194

nilai stress hasil analisis Rap-Jatigede (nilai stress diterima jika < 25 %).

Analisis data dengan menggunakan Rap-Jatigede menyangkut aspek

keberlanjutan dari dimensi ekonomi, lingkungan, sosial budaya, teknis dan

kelembagaan. Secara umum metode analisis Rap-Jatigede akan dimulai dengan

mereview atribut-atribut dan mendefinisikan perencanaan pembangunan

Bendungan Jatigede melalui kajian pustaka serta pengamatan di lapangan.

Tahap selanjutnya adalah pemberian skor yang didasarkan pada ketentuan yang

sudah ditetapkan dalam Rap-Jatigede. Setelah mendapatkan hasil skor, setiap

atribut dianalisis dengan menggunakan Multi Dimensional Scaling (MDS) guna

menentukan posisi relatif dari perencanaan pembangunan bendungan terhadap

ordinat Good and Bad. Dalam MDS, obyek atau titik yang diamati dipetakan ke

dalam ruang dua atau tiga dimensi, sehingga obyek atau titik tersebut

diupayakan ada sedekat mungkin terhadap titik asal. Dengan kata lain, dua titik

atau obyek yang sama dipetakan dalam satu titik yang saling berdekatan satu

sama lainnya. Sebaliknya obyek atau titik yang tidak sama digambarkan dengan

titik-titik yang berjauhan.

Analisis multi dimensi terhadap status keberlanjutan perencanaan

pembangunan Bendungan Jatigede yang berkelanjutan menunjukkan nilai indeks

keberlanjutan sebesar 38.87 yang berarti status perencanan pembangunan

Bendungan Jatigede adalah kurang berkelanjutan. Status tidak berkelanjutan

tersebut dicerminkan oleh nilai indeks keberlanjutan pada setiap dimensi yaitu

untuk dimensi teknis sebesar 41,5 dengan status kurang berkelanjutan, dimensi

ekonomi sebesar 41,31 dengan status kurang berkelanjutan, dimensi sosial

budaya sebesar 32.43 dengan status kurang berkelanjutan dan dimensi

kelembagaan sebesar 41,57 dengan status kurang berkelanjutan dan dimensi

lingkungan sebesar 33,71 dengan status kurang berkelanjutan (Tabel 43).

Tabel 43. Nilai indeks keberlanjutan – skenario pesimis

No Dimensi Keberlanjutan Nilai

Indeks Indikator 1 Teknis 41.50 Kurang berkelanjutan

2 Sosial Budaya 32.43 Kurang berkelanjutan 3 Lingkungan 33.71 Kurang berkelanjutan 4 Kelembagaan 41.57 Kurang berkelanjutan 5 Ekonomi 41.31 Kurang berkelanjutan

Nilai Total 38.87 Kurang berkelanjutan

Page 11: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

195

Agar nilai indeks ini dimasa yang akan datang dapat terus meningkat

sampai mencapai status berkelanjutan, perlu perbaikan-perbaikan terhadap

atribut-atribut yang sensitif berpengaruh terhadap nilai indeks dimensi teknis,

kelembagaan, lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Atribut-atribut yang dinilai

oleh para pakar didasarkan pada kondisi eksisting. Gambar diagram layang-

layang hasil analisis keberlanjutan skenario pesimis disajikan Gambar 101.

Hasil analisis monte carlo menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan

perencanaan pembangunan Bendungan Jatigede pada taraf kepercayaan 95 %,

memperlihatkan hasil yang tidak banyak mengalami perbedaan dengan hasil

analisis Rap-Jatigede (Multy Dimensional Scaling = MDS). Hal ini berarti bahwa

kesalahan dalam analisis dapat diperkecil baik dalam hal pemberian skoring

setiap atribut, variasi pemberian scoring karena perbedaan opini relatif kecil

(dibawah 2.5 poin) dan proses analisis data yang dilakukan secara berulang-

ulang stabil serta kesalahan dalam menginput data dan data hilang dapat

dihindari. Perbedaan nilai indeks keberlanjutan analisis MDS dan monte carlo

seperti pada Tabel 44.

Gambar 101. Diagram layang-layang nilai keberlanjutan – skenario pesimis Sumber : Hasil penelitian

Tabel 44. Perbedaan nilai indeks keberlanjutan analisis Monte Carlo dengan

analisis Rap-Jatigede

Dimensi Keberlanjutan Nilai Indeks Keberlanjutan (%) Perbedaan MDS Monte Carlo Teknis 41.5 42.07 0.43 Ekonomi 41.31 41.81 0.50 Kelembagaan 41.57 42.16 0.59 Sosial Budaya 32.43 34.12 1.69 Lingkungan 33.71 34.63 0.92

Sumber : Hasil penelitian

Page 12: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

196

Hasil analisis Rap Jatigede menunjukkan bahwa semua atribut yang dikaji

terhadap status keberlanjutan perencanaan pembangunan Bendungan Jatigede,

cukup akurat sehingga memberikan hasil analisis yang semakin baik dan dapat

dipertanggungjawabkan. Ini terlihat dari nilai stress yang hanya berkisar antara

13 % sampai 14 % dan nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh berkisar

antara 0.91 dan 0.95. Hasil analisis cukup memadai apabila nilai stress lebih

kecil dari nilai 0.25 (25 %) dan nilai koefisien determinasi (R2) mendekati nilai 1.0.

Adapun nilai stress dan koefisien determinasi seperti Tabel 45.

Atribut-atribut yang sensitif memberikan kontribusi terhadap nilai indeks

keberlanjutan multidimensi berdasarkan hasil analisis leverage masing-masing

dimensi sebanyak 15 atribut. Atribut-atribut tersebut perlu diperbaiki dengan

tujuan untuk meningkatkan status keberlanjutan perencanaan pembangunan

Bendungan Jatigede. Perbaikan dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas

atribut yang mempunyai dampak positif terhadap peningkatan nilai atau status

keberlanjutan, sedangkan untuk atribut yang menimbulkan permasalahan bagi

keberlanjutan suatu dimensi, maka dapat diupayakan semaksimal mungkin

dengan cara memperbaiki kinerja atribut tersebut.

Tabel 45. Nilai Stress dan Koefisien Determinasi (R2)

Parameter Dimensi

A B C D E

Stress 0.1322 0.1370 0.1371 0.1390 0.1378

R2 0.93 0.92 0.92 0.95 0.93

Keterangan : A = DimensiTeknis, B = Dimensi Ekonomi, C = Dimensi Kelembagaan, D = Dimensi Sosial Budaya dan E = Dimensi Lingkungan Sumber : Hasil penelitian 6.8. Strategi Perbaikan Status Keberlanjutan Pemilihan sektor kunci dari berbagai dimensi yang ada dapat dicari dengan

beberapa cara, yaitu : (i) mengambil atribut yang mempunyai nilai paling tinggi

dari atribut-atribut yang ada dalam dimensi yang ditinjau, (ii) mengambil atribut-

atribut yang mempunyai nilai lebih tinggi dari nilai rata-rata atribut dalam dimensi

yang ditinjau, (iii) mengambil tiga atribut dengan nilai tertinggi dalam dimensi

yang ditinjau. Dalam penelitian ini ditempuh cara ke-iii namun dengan

mempertimbangkan dengan nilai minimal 5 % yang harus dicapai oleh masing-

Page 13: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

197

masing atribut, jika kurang dari nilai ini, akan dikeluarkan dari sektor kunci. Dari

hasil analisis leverage, dengan cara tersebut diambil empat belas atribut yang

menjadi sektor kunci dari lima dimensi yang ada. Pengambilan tiga atribut yang

menjadi sektor kunci dimaksudkan agar kebijakan pemberdayaan sektor kunci

akan lebih mengangkat indeks keberlanjutan dibandingkan jika hanya satu sektor

kunci dan terlalu melebar jika menempuh cara (ii).

Berbagai kebijakan dapat dikembangkan dari berbagai atribut yang menjadi

sektor kunci dari berbagai dimensi yang ada. Tabel 46 memuat atribut yang

menjadi sektor kunci sesuai tingkat pengaruhnya terhadap masing-masing

dimensi. Tabel 47 menyajikan uraian rekomendasi kebijakan yang diterapkan

untuk meningkatkan status keberlanjutan. Implementasi pada perencanaan

pembangunan Bendungan Jatigede dapat meningkatkan pencapaian

keberlanjutan yang diharapkan.

Tabel 46. Dimensi dan Sektor Kunci No Dimensi/Aspek Sektor Kunci Nilai

1

Teknis

Tersedianya perencanaan pengendalian konflik 10.16 Tersedianya perencanaan pengendalian sedimentasi 7.95 Tersedianya perencanaan keseimbangan air 7.10

2

Sosial Budaya

Pelaksanaan pengadaan tanah 5.63 Pelaksanaan relokasi permukiman 5.40 Penanganan klaim masalah tanah 5.18

3

Lingkungan

Pengendalian sedimentasi 5.98 Ketersediaan air 5.22 Penghematan pemakaian air 5.19

4

Kelembagaan

Kesepakatan program dan anggaran instansi terkait 6.84 Kejelasan pembagian tugas pokok dan fungsi instansi terkait

5.68

Komitmen dukungan antar instansi terhadap tujuan pembangunan

5.17

5

Ekonomi

Nilai manfaat 6.11 Biaya pembangunan 5.43

Sumber : Hasil penelitian

Page 14: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

198

Tabel 47. Rekomendasi kebijakan untuk pencapaian status berkelanjutan No Dimensi/Aspek Rekomendasi Kebijakan

1

Teknis

Memastikan tahapan detail pengendalian konflik yang mungkin muncul, masuk dalam produk perencanaan. Pembuatan SOP untuk mengantisipasi konflik dalam pelaksanaan pembangunan. Memastikan laju sedimentasi yang terjadi selama umur layanan sesuai rencana untuk mencapai daya dukung optimal tampungan waduk selama umur layanan. Memastikan bahwa ketersediaan air dapat memenuhi kebutuhan air untuk fungsi-fungsi yang direncanakan selama umur layanan waduk.

2

Sosial Budaya

Melaksanakan pengadaan tanah dengan lebih melibatkan instansi yang terkait, legislatif dan masyarakat untuk mendukung penciptaan kondisi yang lebih kondusif termasuk penyempurnaan peraturan yang ada. Melaksanakan pengadaan tanah dalam satu Ijin Penetapan Lokasi selama tiga tahun. Segera melaksanakan relokasi permukiman dengan program, pembagian tugas yang jelas dan anggaran yang terintegrasi. Melakukan klarifikasi terhadap klaim dan melibatkan aparat hukum untuk proses verifikasi legalitas dokumen.

3

Lingkungan

Melakukan perbaikan tutupan lahan, metode pengolahan dan implementasi tindakan konservasi. Memelihara sumber air dan kualitas DAS Mengendalikan pemanfaatan dan pengambilan air agar dapat memenuhi fungsi sesuai alokasi air yang ada.

4

Kelembagaan

Para pemimpin instansi segera menyepakati program dan anggaran untuk menyelesaikan program dalam rentang waktu yang ada. Kejelasan pembagian peran dlm pembangunan bendungan sesuai tugas pokok dan fungsi serta kewenangan masing-masing. Penyusunan tanggungjawab pencapaian target masing-masing instansi serta evaluasi dalam rapat pimpinan instansi.

5

Ekonomi

Memastikan langkah untuk pencapaian manfaat bendungan yang direncanakan selama umur layanan. Mencapai persyaratan finansial (IRR,BCR) yang direncanakan. Menekan kemungkinan penambahan biaya yang mungkin terjadi selama pelaksanaan dan operasi-pemeliharaan.

Sumber : Hasil penelitian Pelaksanaan rekomendasi kebijakan harus diterapkan dalam mencapai status berkelanjutan sebagaimana pada Tabel 45 akan meningkatkan status yang ada sebelumnya dari status kurang berkelanjutan menjadi cukup berkelanjutan pada perencanaan pembangunan Bendungan Jatigede. Hal ini ditunjukkan perubahan nilai indeks dari masing-masing dimensi sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 48 dan Tabel 49.

Page 15: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

199

199

Tabel 48. Peningkatan indeks keberlanjutan dari skenario pesimis menjadi skenario optimis SIMULASI INDEKS INDEKS

MENJADI AWAL AKHIRTersedianya perencanaan pengendalian konflik 0 dan max=1 1 1. Memastikan tahapan detail penanganan masalah sosial yang 41,50 55,64 14,14 0,1368 92,23Tersedianya perencanaan pengendalian sedimentasi 0 dan max=1 1 mungkin muncul masuk dalam produk perencanaan pembangunanTersedianya perencanaan keseimbangan air 1 dan max=2 1 2. Memastikan laju sedimentasi yang terjadi selama umur layanan

sesuai rencana dan persyaratan kondisi DAS yang harus dipenuhi 3. Memastikan bahwa ketersediaan air dapat memenuhi kebutuhan air

untuk fungsi-fungsi yang direncanakan. Pelaksanaan pengadaan tanah 0 dan max=2 1 1. Melaksanakan pengadaan tanah dengan lebih melibatkan instansi 32,43 68,61 36,18 0,1369 92,00Pelaksanaan relokasi permukiman 0 dan max=2 1 - instansi, legislatif dan masyarakat yg mendukung penciptaanKlaim konflik tanah 0 dan max=2 2 kondisi yang lebih kondusif.

2. Segera melaksanakan relokasi permukiman dengan program, pem- bagian tugas yg jelas dan anggaran yang terintegrasi.3. Melakukan klarifikasi terhadap klaim dan melibatkan aparat hukum untuk proses verifikasi legalitas dokumen.

Pengendalian sedimentasi 0 dan max=2 2 1. Melakukan perbaikan tutupan lahan, metode pengolahan dan 33,71 54,44 20,73 0,1362 92,00Ketersediaan air 1 dan max=2 2 implementasi tindakan konservasi.Penghematan pemakaian air 0 dan max=2 2 2. Memelihara sumber air dan kualitas DAS

3. Mengendalikan pemanfaatan dan pengambilan air agar dapat memenuhi fungsi sesuai alokasi air yang ada.

Kesepakatan program dan anggaran instansi terkait 0 dan max=1 1 1. Para pemimpin instansi segera menyepakati program dan anggaran 41,57 53,65 12,08 0,1373 92,28Kejelasan pembagian tugas, pokok dan fungsi instansi terkait 1 dan max=2 2 untuk menyelesaikan program dalam rentang waktu yang ada. Komitmen dukungan antar instansi terhadap tujuan pembangunan 0 dan max=1 1 2. Kejelasan pembagian peran dalam pembangunan bendungan sesuai

tugas pokok dan fungsi serta kewenangan masing-masing instansi.3. Penyusunan tanggungjawab pencapaian target masing-masing ins- tansi serta evaluasi dalam rapat pimpinan instansi.

Nilai manfaat 1 dan max=2 1 1. Memastikan langkah untuk pencapaian manfaat bendungan yang 41,31 52,14 10,83 0,1359 94,23Biaya pembangunan 0 dan max=1 1 direncanakan.

2. Menekan kemungkinan penambahan biaya yang mungkin terjadi. 5

KELEMBAGAAN

EKONOMI

SEKTOR KUNCINo DIMENSI

TEKNIS

SOSIAL BUDAY A

LINGKUNGAN

1

NILAI AWAL REKOMENDASI KEBIJAKAN NAIK Stress R-Sq

4

2

3

Page 16: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

200

200

Tabel 49. Analisis Rap-Jatigede (Skenario Optimis)

No Dimensi/Aspek Nilai Indikator Indeks

1 Teknis 55,64 Cukup berkelanjutan 2 Sosial Budaya 68,61 Cukup berkelanjutan 3 Lingkungan 54,44 Cukup berkelanjutan 4 Kelembagaan 53,65 Cukup berkelanjutan 5 Ekonomi 52,14 Cukup berkelanjutan

Sumber : Hasil penelitian

Nilai total status berkelanjutannya adalah 56,05 yang berarti berstatus cukup

berkelanjutan. Gambar 102 menunjukkan diagram layang-layang Rap-Jatigede

skenario optimis dengan nilai-nilai dimensi sesuai Tabel 49.

Gambar 102. Diagram layang-layang nilai keberlanjutan - skenario optimis Sumber : Hasil penelitian

Hasil perhitungan nilai MDS dan Monte Carlo dari masing-masing dimensi serta nilai stress dan R2 dari masing-masing dimensi ditampilkan dalam Tabel 50. Tabel 50. Perhitungan MDS,Montecarlo, stress dan R2

No Dimensi MDS Monte Carlo Stress R-sq 1 Teknis 41,5 42,07 0,1322 0,93 2 Ekonomi 41,31 41,81 0,1370 0,92 3 Kelembagaan 41,57 42,16 0,1371 0,92 4 Sosial Budaya 32,43 34,12 0,1390 0,95 5 Lingkungan 33,71 34,63 0,1378 0,93

Sumber : Hasil penelitian

Page 17: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

201

6.9. Implementasi Rekomendasi Kebijakan Perencanaan Pembangunan Bendungan yang Berkelanjutan

Rekomendasi kebijakan dalam meningkatkan indeks keberlanjutan perencanaan pembangunan bendungan, untuk kasus Bendungan Jatigede terdapat empat belas rekomendasi kebijakan berdasar empat belas sektor kunci yang mempunyai peran besar sebagai atribut pengungkit nilai indeks keberlanjutan. Empat belas rekomendasi kebijakan untuk kasus Bendungan Jatigede, sebagian bersifat lokal, antara lain: (i) pelaksanaan relokasi permukiman dan klaim masalah tanah dalam dimensi sosial budaya karena dalam peraturan pengadaan tanah yang terakhir opsi ganti rugi tanah lebih dikedepankan dan klaim masalah tanah di Jatigede disebabkan karena proses pengadaan tanah yang lama dan manajemen basis data yang belum sempurna, (ii) dalam dimensi kelembagaan, kejelasan pembagian tugas pokok, fungsi (tupoksi) dan kewenangan dalam dimensi kelembagaan yang tidak berjalan baik lebih disebabkan karena kondisi politik regional dan nasional yang masih berkembang sejak bergulirnya reformasi yang menyebabkan instansi pemerintah cenderung kurang tegas dan kurang berani menjalankan tupoksi dan kewenangannya, (iii) masih dalam dimensi kelembagaan, komitmen dukungan antar instansi dalam pencapaian tujuan pembangunan, hal ini juga bersifat regional dan nasional, dipengaruhi oleh kondisi politik sejak reformasi politik nasional.

Dengan pertimbangan menghilangkan atribut kunci yang bersifat lokal, maka terdapat sepuluh atribut kunci atau sektor kunci yang dapat digunakan lebih umum untuk perencanaan pembangunan bendungan lain, yaitu (i) tersedianya perencanaan pengendalian konflik yang mungkin muncul, perencanaan pengendalian sedimentasi dan perencanaan keseimbangan air, dalam dimensi teknis (ii) pelaksanaan pengadaan tanah antara lain meliputi pengaturan kebijakan pengadaaan tanah, dalam dimensi sosial budaya (iii) pengendalian sedimentasi, pengelolaan ketersediaan dan penghematan air, dalam dimensi lingkungan, dan (iv) kesepakatan program dan anggaran biaya pembangunan bendungan di antara institusi yang terlibat, dalam dimensi kelembagaan dan (v) nilai manfaat serta biaya pembangunan bendungan, dalam dimensi ekonomi. Sepuluh sektor kunci dan rekomendasi kebijakannya disajikan dalam Tabel 44 dan 45 yang diberi warna abu-abu.

Rekomendasi kebijakan perencanaan pembangunan bendungan yang berkelanjutan merupakan rekomendasi kebijakan yang harus dilaksanakan agar pelaksanaan pembangunan bendungan tidak menemui konflik di lapangan dan

Page 18: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

202

pencapaian fungsi optimal bendungan dapat dicapai secara berkelanjutan. Strategi dalam pencapaian keberlanjutan dalam berbagai dimensi telah disampaikan sebelumnya, intinya adalah menjamin pencapaian fungsi optimal bendungan selama umur layanan bendungan dan menjamin kelancaran pelaksanaan pembangunan dengan mengendalikan konflik yang mungkin muncul.

Berikut adalah implementasi dari rekomendasi kebijakan dalam bentuk tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan, dimulai dari ide pembangunan sampai pengoperasian dan pemeliharaan bendungan (Gambar 103). 1. Ide pembangunan bisa muncul jauh sebelum pelaksanan pembangunan

bendungan. Ide pembangunan Bendungan Jatigede muncul pada tahun 1963 oleh Gubernur Jawa Barat saat itu, Mashudi.

2. Studi kelayakan dan LARAP. Studi kelayakan sudah biasa dilakukan untuk mengkaji kelayakan teknis dan ekonomi dari suatu rencana pembangunan sehingga pembangunan bendungan dilanjutkan jika kelayakan ekonomi dan teknis berada di atas ambang minimal. IRR harus di atas bunga bank yang berlaku dan BCR harus di atas 1,2 . Seiring dengan era kebebasan dalam politik, masalah pengadaan tanah makin menjadi masalah yang menyita perhatian, tidak saja dapat meningkatkan biaya tetapi juga dapat menghambat pembangunan. Untuk itu, studi LARAP (Land Acquisition and Resettlement Plan) atau studi Rencana Pembebasan Lahan dan Relokasi Permukiman merupakan kajian sosial budaya yang menjadi hal penting untuk dapat melancarkan proses pelaksanaan pembangunan. Program pengadaan tanah, penyiapan peta kawasan hutan dan peta lahan pengganti/kompensasi serta Standard Operating Procedures jika konflik muncul, harus disiapkan dalam LARAP.

3. PKM (Pertemuan Konsultasi Masyarakat) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. PKM merupakan pertemuan untuk dialog menyampaikan rencana pemerintah dan menggali pendapat dari masyarakat pemangku kepentingan baik yang tinggal di daerah rencana genangan waduk, tapak bendungan, maupun masyarakat pengguna air. Sedangkan Amdal merupakan kajian lingkungan terhadap suatu rencana pembangunan dengan memperhatikan rona lingkungan awal serta perubahannya sebagai dampak pembangunan. RKL dan RPL bendungan yaitu kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan disusun seakurat mungkin untuk menjadi acuan lingkungan dalam pelaksanaan konstruksi bendungan.

4. Evaluasi Keberlanjutan Perencanaan adalah proses untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap hasil-hasil Studi Kelayakan, LARAP, PKM dan Amdal.

Page 19: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

203

Studi Kelayakan, LARAP, PKM dan Amdal, merupakan perwujudan dari tiga pilar keberlanjutan yaitu ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Evaluasi ini seharusnya dilakukan oleh Bappenas dan Kementerian Koordinator Perekonomian dan Keuangan dengan masukan dari Kementerian Pekerjaan Umum sebagai pemrakarsa pembangunan. Hasil evaluasi jika layak perencanaan dapat diteruskan ke tahapan SIDED, jika tidak layak, perlu dikaji lagi kemungkinan untuk memperbaiki kelayakan keberlanjutannya, jika layak diperbaiki dilakukan review atau revisi terhadap Studi Kelayakan, LARAP dan Amdal, namun jika tidak layak diperbaiki maka rencana pembangunan tersebut dihentikan sampai disini. Apa yang disampaikan pada bagian 2.6 harus menjadi pertimbangan, bahwa pembangunan bendungan harus meningkatkan outcome bagi bangsa, orang terkena dampak, serta pemrakarsa pebangunan, dan dapat mengubah konflik menuju konsensus sesuai tujuh prioritas dari Teori Scudder.

5. SIDED (Survey, Investigation and Detailed Engineering Design) atau pekerjaan Survei, Investigasi dan Desain Rencana Detail, merupakan istilah yang hampir sama dengan SID (Survey, Investigation and Design), tetapi pengaruhnya di lapangan berbeda. SIDED lebih mendalam dan menekan sekecil mungkin terjadinya perubahan desain akibat kondisi terbaru di lapangan, sedangkan SID memang lebih besar memberi kemungkinan perubahan oleh konsultan supervisi di lapangan atau bahkan cenderung menyisakan desain tertentu dilaksanakan pada masa konstruksi. Akibatnya antara desain detail dan pelaksanaan konstruksi seperti kejar-kejaran.

6. Sertifikasi Persetujuan Desain dari Menteri Pekerjaan Umum adalah persetujuan formal dari Menteri PU terhadap rencana detail konstruksi bendungan dan bangunan pelengkapnya. Jika Sertifikat Persetujuan Desain sudah didapatkan, maka sampai tahapan ini secara teknis pembangunan bendungan sudah dilaksanakan.

7. Nota Kesepahaman tentang pembagian tugas, program dan anggaran pihak-pihak terkait, walaupun secara teknis sudah siap dilaksanakan, pembangunan suatu bendungan pasti melibatkan berbagai Instansi dalam Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten khususnya dalam proses pengadaan tanah dan penanganan masalah sosial. Nota kesepahaman diperlukan agar terdapat distribusi tugas, program dan anggaran yang jelas dan ini menjadi dokumen pendukung dalam proses penyusunan RKAKL untuk penerbitan DIPA.

8. Pengadaan tanah di daerah tapak bendungan, bangunan pelengkap, lokasi

Page 20: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

204

bahan timbunan, jalan masuk dan jalan kerja. Pengadaan tanah di lokasi ini merupakan prasyarat untuk memulai pekerjaan fisik pembangunan bendungan.

9. Tender konstruksi dan konsultan supervisi serta pengadaan tanah di genangan. Walaupun tender dan pengadaan tanah adalah kegiatan yang berbeda, namun kegiatan ini dapat dilaksanakan secara berbarengan. Sebagaimana disampaikan sebelumnya, bahwa pengadaan tanah sebaiknya dilaksanakan dalam waktu tiga tahun, dalam satu Ijin Penetapan Lokasi dan memuat pelarangan membangun pada daerah yang ditetapkan.

10. Pelaksanaan pembangunan bendungan dimulai dengan pembuatan jalan masuk dan jalan kerja, terowongan pengelak dan penyiapan lokasi bahan timbunan bendungan.

11. Penyelesaian proses pengadaan tanah, harus dilakukan paling lambat enam bulan sebelum penggenangan waduk, ini termasuk penebangan pohon di kawasan hutan di daerah genangan. Pengadaan tanah harus berjalan kontinyu, tidak terputus, dan akan lebih baik jika menggunakan sistim anggaran multiyears.

12. Sertifikasi Pelaksanaan Pembangunan Bendungan dari Menteri PU, yang mensahkan kesiapan konstruksi untuk proses penggenangan waduk. Jika belum siap, penggenangan harus ditunda.

13. Penggenangan waduk dan proses pemantauan keamanan bendungan. 14. Sertifikasi Operasi untuk memulai tahapan pemanfaatan fungsi bendungan.

Jika terdapat masalah dalam proses penggenangan waduk, operasi bendungan harus dihentikan.

15. Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan bendungan selama umur layanan bendungan. Biaya operasi dan pemeliharaan seharusnya telah diperhitungkan dalam perhitungan finansial BCR maupun IRR.

Implementasi rekomendasi kebijakan merupakan tahapan yang panjang dan harus dilewati dengan baik, tidak saja untuk kelancaran pelaksanaan pembangunan dan pencapaian daya dukung optimal tampungan serta fungsi optimal bendungan, tetapi juga keamanan tubuh bendungan.

Page 21: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

205

 

 

Page 22: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

206

 

Gambar 103. Bagan alir implementasi rekomendasi kebijakan

Page 23: VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI … · 185 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan

207

6.10. Keterbatasan Hasil Penelitian

Perencanaan pengendalian sedimentasi dan pengelolaan keseimbangan air merupakan perencanaan teknis lingkungan yang bersifat eksak, artinya dapat diukur secara kuantitatif. Jika perencanaan kedua aspek tersebut dilakukan secara akurat maka perencanaan pembangunan bendungan yang berkelanjutan akan dapat dicapai dengan indikasi tercapainya daya dukung optimal tampungan dan fungsi optimal bendungan selama umur layanan bendungan. Hal ini dapat diukur dan dimonitor secara kuantitatif melalui pengukuran laju sedimentasi, pengukuran volume tampungan dan sedimen, pengukuran debit inflow dan outflow. Jika nilainya sesuai perencanaan, berarti kualitas DAS dan keseimbangan air sesuai batasan perencanaan. Sedangkan pengadaan tanah untuk pembangunan bendungan bersifat non eksak, artinya tidak diukur secara kuantitatif, tetapi berdasarkan besaran-besaran dalam implementasi pengadaan tanah dapat diukur penilaian kualitatif. Sekalipun program dan rencana pengadaan tanah sudah sesuai perencanaan, jika dalam implementasi pengadaan tanah tidak memiliki ketegasan, konsistensi, koordinasi dan kedisiplinan, bukan tidak mungkin rencana pengadaan tidak tercapai. Pengadaan tanah pada pembangunan Bendungan Jatigede, khususnya pengadaan tanah milik penduduk, sebenarnya telah didukung dengan kebijakan pengadaan tanah mulai dari PP, Kepres/Perpres, Permen, Peraturan Kepala BPN dan peraturan lainnya. Seharusnya dengan dukungan kebijakan tersebut tidak ditemui masalah dalam pengadaan tanah. Kenyataannya, terdapat masalah dalam relokasi permukiman pada tanah, masalah rumah tumbuh dan klaim tanah. Hal ini terjadi karena pemerintah kurang memiliki ketegasan, konsistensi, koordinasi dan kedisiplinan pada program yang harus dijalankan, serta masalah eksternal terkait anggaran pembiayaan padahal luas tanah yang harus dibebaskan besar (± 4.946 ha). Akibatnya proses pengadaan tanah lama sekali baru dapat dituntaskan (lebih 30 tahun), sehingga bermunculan masalah di atas.

Reformasi politik tahun 1998, membawa pengaruh terhadap pengadaan tanah, positifnya musyawarah harga berjalan lebih demokratis sehingga proses penentuan harga bisa mendekati keinginan masyarakat. Pengaruh negatifnya, pemerintah kurang memiliki ketegasan dalam menegakkan kebijakan/peraturan, kurang konsisten dan disiplin terhadap program yang ada serta koordinasi yang lemah antar instansi pemerintah yang terlibat. Program pengadaan tanah yang baik akan menjadi kurang bermakna jika tidak diimplementasikan dengan ketegasan, konsistensi, kedisiplinan dan koordinasi yang baik.