Post on 25-Nov-2020
UNIVERSITAS INDONESIA
Penggunaan Media Sosial Dalam Membangun Kohesivitas Internal ( Studi Mengenai Penerapan Computer Mediated Communication (CMC )
Pada Penggunaan Twitter Dalam Komunitas Nebengers )
MAKALAH NON SEMINAR
Diah Pratiwi
1106082855
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi
Konsentrasi Hubungan Masyarakat
DEPOK
DESEMBER 2014
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
Penggunaan Media Sosial Dalam Membangun Kohesivitas Internal ( Studi Mengenai Penerapan Computer Mediated Communication (CMC )
Pada Penggunaan Twitter Dalam Komunitas Nebengers )
MAKALAH NON SEMINAR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Diah Pratiwi
1106082855
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi
Konsentrasi Hubungan Masyarakat
DEPOK
DESEMBER 2014
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
vii
ABSTRAK
Nama : Diah Pratiwi
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Judul : Penggunaan Media Sosial Dalam Membangun Kohesivitas Internal
( Studi Mengenai Penerapan Computer Mediated Communication (CMC )
Pada Penggunaan Twitter Dalam Komunitas Nebengers )
Perkembangan teknologi internet beriringan dengan perkembangan komunitas-komunitas
diseluruh dunia, terutama komunitas virtual. Komunitas-komunitas virtual tersebut pun
menggunakan internet untuk membangun dan menjaga kohesivitas internal mereka. internet
memberikan mereka berbagai pilihan dan kemudahan untuk tetap menjalankan kegiatan
komunitas. Nebengers, merupakan salah satu komunitas virtual yang memanfaatkan
penggunaan internet sebagai media informasi mereka. Nebengers memanfaatkan Twitter
untuk menjadi jembatan antara komunitas dengan seluruh anggotanya. Dengan demikian,
terdapat hubungan timbal balik antara komunitas dengan anggotanya dalam menciptakan dan
menjaga kohesivitas internal komunitas.
Kata kunci : media sosial, kohesivitas, hubungan internal
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
viii
ABSTRACT
Name : Diah Pratiwi
Study Program : Communication Science
Title :
The Use of Social media in Internal Cohesivity Development ( The Study of Computer Mediated Communication (CMC ) Theory
Aplication on The Use of Twitter in Nebengers Comunity)
Social Sciences are increasingly interested in understanding the characteristics of Computer
Mediated Communication and its effects on people, groups and organisations. The first effect
of this influence is the revolution in the metaphors used to describe communication through
social media. The paper considers the implications of these in communication studies.
Nowadays, Virtual community are evolving rapidly. The use of Social media become one of
community favorite tools to improve their internal cohesivity. Nebengers, is one of the
community that has been using social media, such as Twitter to build their cohesivity and to
spread the information between it members.
Keywords : social media, cohesivity, internal relations
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .........……………...... v
FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH RINGKAS.......................... vi
ABSTRAK .……………………………………………….………….........……….... vii
ABSTRACT................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ………………………………………………..……………….........…. ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................................... x
1. PENDAHULUAN ……………………………………….... …............................ 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………….......…........................... 1
1.2 Perumusan Masalah ………………………………………….................………. 4
1.3 Tujuan dan Kegunaan ..............………………………...………….........………. 4
2. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………....…..........….. 5
2.1 Komunitas Virtual ……………........……………………………............……… 5
2.2 Media Jejaring Sosial………………........………………...........................……. 6
2.3 Kohesivitas..…….....................................................................................………. 7
2.4. Teori Computer Mediated Communication (CMC) ………............………...…. 8
2.4.1 Komunikasi ………………….....................................................................….. 9
2.4.1.1 Dinamis.............................................................................................. 9
2.4.1.2 Transaksional..................................................................................... 10
2.4.1.3 Multifungsional.................................................................................. 10
2.4.1.4 Multimodal......................................................................................... 10
2.4.2 Mediasi…....................................................................…………........………. 11
2.4.3 Komputer.......................................................................................................... 11
3.ANALISIS............................................................................................................. 12
4. KESIMPULAN ................................................................................................... 16
DAFTAR REFERENSI .......................................................................................... 18
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Aktivitas linimasa Twitter @Nebengers ....................................... 3
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunitas virtual atau yang sering disebut sebagai online
community merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi di benak
masyarakat digital. Disatukan oleh berbagai karakteristik seperti minat,
lokasi geografis, hingga artis favorit (untuk kelompok yang berorientasi
sosial-afektif), atau tujuan (untuk kelompok berorientasi produktivitas
yang mendedikasikan diri pada sebuah tujuan atau tugas tertentu),
komunitas-komunitas ini secara rutin berinteraksi secara online (dan
mungkin offline) dan tumbuh karena difasilitasi oleh perkembangan
internet (Koh dan Kim (2004), Lechner dan Hummel (2002), Pavitt
(1998)), di mana pembagian informasi tidak lagi satu arah, melainkan
multipoin. Ini mempermudah munculnya jaringan-jaringan komunikasi
yang akhirnya menjadi bibit terbentuknya sebuah komunitas virtual.
Seiring dengan hal tersebut, terjadi pula perubahan di cara pikir
masyarakat, terutama generasi muda, dalam menyematkan trust atau
kepercayaan atas validitas dan reliabilitas sebuah informasi, terutama
yang dibagikan melalui media sosial (Castillo et al., 2011). Walaupun
lingkungan virtual disadari sangat rentan terhadap misinformasi dan bias,
ternyata masyarakat masih menganggap bahwa tingkat kredibilitas
informasi online sama tingginya dengan informasi yang dilansir oleh
televisi, radio, dan majalah (Flanagin dan Metzger, 2000). Hal ini juga
dapat dijelaskan melalui hasil survei Edelman (2013) yang menyimpulkan
bahwa masyarakat lebih menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap
people like me atau orang-orang yang memiliki kesamaan dengannya.
Pertukaran informasi yang dipersepsikan kredibel antar anggota
komunitas online yang memiliki paham yang sama menyebabkan
komunitas online menjadi sumber informasi yang semakin diandalkan
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
2 Universitas Indonesia
(Gellner, 2000) dan akhirnya memperkuat eksistensi komunitas sebagai
pemenuh kebutuhan tertentu, dan dalam hal ini kebutuhan atas
transportasi.
Nebengers merupakan sebuah komunitas online berbasis media
sosial Twitter yang berdiri pada tahun 2011 yang menawarkan solusi
alternatif atas kepadatan lalu lintas terutama di Jakarta melalui kegiatan
ridesharing atau saling menumpang kendaraan (nebeng). Dibentuk
sebagai sebuah platform untuk berbagi informasi tentang perjalanan (A. A.
Swasti, Sabtu, 29 Maret 2014, komunikasi pribadi), Nebengers ternyata
tumbuh menjadi sebuah komunitas yang sinergis berbasis pertukaran
informasi antar anggota. Dalam waktu dua tahun, komunitas ini tumbuh
dari jumlah anggota sebanyak tiga orang menjadi 2.865 jumlah anggota
terdaftar yang terbagi dalam 12 distrik, 22.434 jumlah followers di Twitter
dan 22.488 jumlah page view website (Nebengers, 2013) dan bahkan
sekarang sudah meluas ke berbagai provinsi di Indonesia seperti DI
Yogyakarta dan Bali. Perkembangan komunitas juga merambah ke dunia
digital lain dengan dibuatnya aplikasi Nebengers 2.0 untuk ponsel pintar
berbasis Android. Mencari atau menawarkan tumpangan dalam
Nebengers dilakukan melalui pertukaran informasi di Twitter melalui
akun utama yang dimilkii oleh komunitas yaitu @nebengers dengan
menggunakan tagar (hashtag) #BeriTebengan, #CariTebengan, atau
#ShareTaksi. Hingga Juni 2013, informasi yang dipertukarkan dapat
mencapai 3.009 mentions untuk #BeriTebengan dan 6.627 mentions untuk
#CariTebengan (Nebengers, 2013). Selain tiga tagar sebelumnya, ada pula
#CeritaNebeng yang berisi laporan-laporan penebeng dan pemberi
tebengan sebagai bentuk konfirmasi keamanan dan partisipasi untuk
berbagi pengalaman baik dengan sesama anggota maupun dengan orang
di luar komunitas.
Komunikasi yang terjadi di linimasa Twitter membuat partisipan
Nebengers perlahan tumbuh menjadi komunitas yang kohesif dan solid.
Pertukaran informasi dan interaksi baik yang terjadi secara online maupun
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
3 Universitas Indonesia
offline membuat anggota saling mengenal satu sama lain (Rothaermel dan
Sugiyama, 2001) dan menjadi semakin nyaman untuk bepergian bersama,
sehingga membentuk jaringan orang-orang yang saling terhubung dan
membantu satu sama lain seperti yang diharapkan pendiri Nebengers,
Andreas Aditya (Sabtu, 29 Maret 2014, komunikasi pribadi).
Gambar 1.1 : Aktivitas linimasa Twitter @Nebengers yang menampilkan
tiga tagar yang paling sering digunakan komunitas Nebengers, yakni
#BeriTebengan, #CariTebengan, dan #CeritaNebeng
Persahabatan yang terjalin melalui Nebengers, komunitas yang
berbasis online, banyak yang berkembang hingga ke ranah offline, bahkan
hingga ke jenjang pertunangan dan pernikahan (Nebengers, 2013). Orang-
orang yang tadinya tidak saling mengenal, bahkan merasa khawatir untuk
membuka diri atau melakukan self disclosure, dapat menjalin hubungan
yang erat melalui komunitas tersebut.
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
4 Universitas Indonesia
1.2 Rumusan Masalah
Sejak perkembangan pesat teknologi komunikasi, khususnya
teknologi mobile internet, masyarakat mengandalkan internet sebagai
sumber informasi yang sifatnya real time dan dapat diandalkan. Selain itu,
internet juga memfasilitasi interaksi sosial yang memperbesar
kemungkinan terbentuknya kelompok atau komunitas kohesif yang terdiri
dari orang-orang yang memiliki minat, pandangan, atau tujuan yang sama.
Dalam studi ini, komunitas yang akan diangkat adalah Nebengers.
Hal ini dikarenakan karakter komunitas yang berbeda dengan sistem
dynamic ridesharing yang sudah muncul sebelumnya. Nebengers
merupakan sebuah komunitas yang bentuknya nyata, yang sebagian besar
kegiatannya dilakukan dalam tataran dunia maya (online).
Komunitas Nebengers merupakan komunitas virtual yang aktif
melaksanakan kegiatan melalui internet, baik untuk kegiatan utama
mereka, tebeng menebeng, maupun untuk melakukan gathering antar
anggota komunitas. Sebagian anggota Nebengers tergabung dalam akun
Twitter @nebengers, akun tersebut dimanfaatkan anggota untuk
memberikan informasi komunitas ataupun hanya sekedar untuk bercanda
gurau. Komunitas Nebengers juga memanfaatkan Twitter untuk berbalas
mention dengan teman-teman satu komunitasnya. Kegiatan berbalas
mention dan bercanda gurau tersebut menjadi salah satu cara anggota
untuk mendekati anggota lain dan memperat hubungan internal komunitas
serta mampu meningkatkan self belonging tiap anggotanya.
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Studi ini bertujuan untuk melihat efek dari penggunaan media
internal dalam komunitas secara online dalam mendukung
keberlangsungan dan menjaga kohesivitas antar anggota dalam komunitas.
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
5 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunitas Virtual
Komunitas virtual didefinisikan oleh Fernback dan
Thompson (1995) sebagai seperangkat hubungan sosial yang
dibentuk di cyberspace melalui kontak berulang dalam batasan-
batasan (boundaries) yang spesifik. Balasubramanian dan Mahajan
mengemukakan definisi lain pada tahun 2001, di mana komunitas
virtual adalah entitas apapun yang memenuhi lima jenis
karakteristik, yakni perkumpulan orang, anggota rasional, interaksi
di cyberspace tanpa kesamaan lokasi fisik, keterlibatan dalam
proses pertukaran sosial (social exchange), dan adanya tujuan,
properti/identitas, atau kepentingan maupun minat yang sama
antara anggota.
Dalam Koh dan Kim (2004) dinyatakan bahwa peneliti
ilmu sosial secara umum sepakat bahwa komunitas virtual adalah
kelompok yang tempat interaksi primernya adalah di cyberspace.
Hal ini disebabkan ikut sertanya anggota dari beberapa komunitas
virtual dalam komunikasi offline di samping online (Weinreich,
1997). Pape et al. dalam risetnya (2003) menyatakan bahwa
beberapa komunitas virtual juga bertumpu pada komunikasi offline
di samping online dan menyebut jenis komunitas tersebut sebagai
komunitas hibrida (hybrid community).
Hasil penelitian dari Nancy Baym (1998) menjelaskan
bahwa terdapat beberapa faktor yang mengarahkan orang untuk
merasakan keterikatan pada sebuah perkumpulan online. Terdapat
lima model faktor yang mampu menjelaskan keterikatan komunitas
yang kadang ditemukan dalam dunia online ;
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
6 Universitas Indonesia
1) Faktor eksternal,
2) Struktur temporal,
3) Infrastruktur dari sistem komputer,
4) Tujuan dari penggunaan teori CMC, dan
5) Karakteristik dari kelompok dan para anggotanya.
2.2 Media Jejaring Sosial
Situs jejaring sosial didefinisikan sebagai pelayanan
berbasis website yang mengizinkan individu untuk membangun
profil publik atau semi-publik dalam sebuah sistem terbatas,
menyambungkan daftar berbagai pengguna yang memiliki koneksi
yang sama.
Sifat dan nomenklatur koneksi ini dapat bervariasi dari situs
ke situs. Sementara kita menggunakan istilah "situs jejaring sosial"
untuk menggambarkan fenomena ini, istilah "situs jaringan sosial"
juga muncul dalam wacana publik. Pilihan untuk tidak
menggunakan istilah "jaringan" dikarenakan dua alasan yaitu
penekanan dan ruang lingkup.
Situs jaringan sosial menjadi suatu hal yang unik karena
mereka memungkinkan pengguna untuk mengartikulasikan dan
membuat sebuah jaringan sosial. Hal ini dapat mengakibatkan
hubungan antara individu-individu yang tidak akan nyata dapat
dibuat, tapi itu sering tanpa tujuan, dan pertemuan ini sering
disebut "hubungan laten" (Haythornthwaite, 2005).
Pada banyak media sosial yang sudah besar, Pemilik akun
tidak harus mencari untuk bertemu orang baru. Sebaliknya, mereka
berkomunikasi dengan orang-orang yang sudah menjadi bagian
dari jaringan sosial mereka yang besar.
Salah satu media sosial yang sudah besar adalah Twitter.
Twitter termasuk dalam kategori microbloging. Microblogging
adalah sebuah alat yang mengkombinasikan elemen dari blog
dengan instant messaging dan social networking. Para pengguna
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
7 Universitas Indonesia
Twitter dapat mengirimkan pesan sampai 140 karakter. Sebesar
90% interaksi yang dilakukan didalam Twitter tidak dilakukan
melalui website Twitter melainkan melalui pesan teks handphone,
instant messaging, atau aplikasi pada desktop seperti Twitterific1.
Saat ini pengguna Twitter di dunia mencapai 284 juta pengguna
aktif di seluruh dunia2. Pada kuartal 2014, Indonesia menduduki
peringkat ketiga sebanyak 6,5 persen disusul Inggris yang
menempati peringkat ke-empat3.
2.3 Kohesivitas
Kohesivitas, menurut Browley dan Carron (1992) adalah
sebuah proses dinamis yang tergambar pada kecenderungan sebuah
kelompok untuk bersatu dan tetap bersatu dalam usahanya untuk
mencapai tujuan instrumental dan/atau untuk memuaskan
kebutuhan afektif anggota. Kelompok yang kohesif ditandai
dengan adanya saling ketergantungan antar anggota yang terlihat
jelas, stabilitas anggota, perasaan tanggung jawab bersama
(khususnya akan hasil kerja dan usaha lain yang dilakukan
kelompok), ketahanan terhadap gangguan luar, dan berkurangnya
tingkat bolos atau abstain (Oswalt, n.d.).
Dalam Pavitt (1998), dinyatakan bahwa ada dua aspek
dalam kohesivitas kelompok, yakni maintenance-based
cohesiveness yang dipengaruhi oleh rasa suka (liking), identifikasi
diri dengan kelompok, dan kebutuhan psikologis, serta task-based
cohesiveness yang juga memiliki tiga faktor, yaitu tujuan
kelompok, tujuan pribadi, dan ketertarikan terhadap kegiatan
kelompok.
Riset yang dilakukan Gellner (2000) memperoleh hasil
bahwa kohesi atau kebersamaan sosial merupakan representasi dari
1 D.Construct 07. Retrieved by :
http://dconstruct07.backnetwork.com/feeds/default.aspx?listtype=full&contributor=philwhitehouse 2 Twitter.Company profile. Retrieved from : https://about.Twitter.com/company 3 Arifin,BH.(2014). Pengguna Twitter Indonesia Terbanyak Ketiga Dunia. Retrieved by
:http://www.enciety.co/pengguna-Twitter-indonesia-terbanyak-ketiga-dunia/
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
8 Universitas Indonesia
adanya rasa percaya (trust) yang efektif, dan bahwa rasa percaya
merupakan salah satu sumber dari kohesivitas. Ini berarti anggota
dalam kelompok yang memiliki kohesivitas tinggi saling
mempercayai satu sama lain (Kuo et al, 2012). Ketika anggota
sebuah kelompok tidak kohesif, yang pada batasan ini dapat
diartikan sebagai mempunyai tingkat saling percaya yang tinggi,
anggota tidak akan memiliki keinginan yang kuat untuk
berinteraksi, berkomunikasi, dan saling bertukar informasi karena
adanya transfer keresahan (insecurity) yang dirasakan anggota pada
komunitas secara keseluruhan (McMillan dan Chavis (1986). Hal
ini didukung dengan penelitian Yoo dan Alavi (2001) yang
menyatakan bahwa kohesivitas memiliki hubungan positif yang
kuat dengan sense of social existence dan tingkat partisipasi dalam
pekerjaan kelompok.
Terkait dengan komunitas virtual, kohesivitas dapat
dibangun melalui aktivitas online dan offline. Sebagaimana
hubungan dalam dunia nyata dapat diperkuat dengan interaksi
online, hubungan yang berawal dalam ranah online juga dapat
diperkuat oleh komunikasi offline (Andrews et al. (2002), Hummel
& Lechner (2002), Wellman & Gulia (1999)).
2.4 Teori Computer Mediated Communication (CMC)
Ilmu sosial meningkatkan ketertarikan dalam memahami
karkateristik dari teori CMC dan efek yang dihasilkan kepada
individu - individu, kelompok, dan organisasi (Riva & Galimberti,
1997). Computer Mediated Communication (CMC) merupakan
komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih melalui
komputer sebagai mediumnya. ( McQuail, 2005)
CMC awalnya, pada tahun 1960, terkait dengan
communication dalam pertahanan dan akademik domain untuk
tujuan penelitian militer (Hiltz dan Turoff, 1978). Seiring waktu,
teknologi kemajuan diaktifkan lebih besar dan lebih luas digunakan
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
9 Universitas Indonesia
CMC untuk tujuan komersial, dan mendorong eksponensial
penyebaran dan pengembangan jaringan komersial pada global
Skenario Internet. Surat elektronik (email) diorganisasi sebagai
aplikasi yang paling populer dari CMC di mana ia lebih banyak
digunakan daripada layanan lainnya Net (Anderson, 1987;
Blackwell, 1987;Weisband, 1987).
CMC dapat didefinisikan secara luas sebagai "komunikasi
manusia melalui komputer" (Higgins, 1991). Ini melibatkan
interaksi antara manusia dengan menggunakan komputer untuk
menghubungkan satu sama lain dan umumnya mengacu pada
"setiap pola komunikasi dimediasi melalui komputer "(Metz, 1994:
32). Saat ini, teknologi untuk CMC telah maju ke menggabungkan
atau masukan oral dan visual ke teks.
Dalam teori CMC terdapat tiga konsep inti yang menjadi
dasar pembangunannya, yaitu ;
2.4.1 Komunikasi
Definisi komunikasi menurut West dan Turner :
Communication is a social process in which individuals employ
symbols to establish and interpret meaning in their environment.
(West and Turner 2007;5)
Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak mungkin
hidup tanpa berkomunikasi dengan orang lain. Beberapa sifat khas
dari suatu komunikasi antara lain4;
2.4.1.1 Dinamis
Salah satu ide yang terpikirkan pertama kali dalam
konsep komunikasi adalah keberadaan pengirim, pesan, dan
penerima. Namun, Komunikasi dapat juga dipahami
4 Thurlow, Crispin.,Laura, L., and Alice, T. (2004). Computer Mediated Communication :
Social Interaction and The Internet. Thousand Oaks,CA : SAGE Publications. Pg:17-18
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
10 Universitas Indonesia
sebagai proses yang lebih dinamis. Karena maksud dari
sebuah pesan tidak hanya ada didalam penggunaan katanya
tetapi juga bergantung pada konteks yang digunakan.
2.4.1.2 Transaksional
Meskipun sebagian besar orang masih berpikir
bahwa komunikasi merupakan pertukaran informasi antara
pengirim pesan dan penerima, tetapi sesungguhnya adalah
komunikasi merupakan proses negosiasi diantara orang-
orang tersebut. Seorang individu memiliki dua peran
sekaligus, pengirim dan penerima pesan, dalam sebuah
percakapan.
2.4.1.3 Multifungsional
Secara sadar ataupun tidak, komunikasi melayani
berbagai fungsi dan biasanya melayani lebih dari satu
fungsi dalam waktu yang bersamaan. Sebagai contoh
adalah komunikasi dapat digunakan untuk mencari
informasi atau memberi informasi kepada orang lain. Demi
kepentingan analisa terkadang dibedakan antara
interaksional (fokus pada hubungan) dan informasional
(fokus pada konten) yang menjadi domain komunikasi,
biasanya sangat tidak mungkin untuk memisahkan dua hal
tersebut.
2.4.1.4 Multimodal
Bahasa bukanlah satu-satunya cara yang bisa
digunakan untuk berkomunikasi. Pesan verbal selalu
sepaket dengan pesan lainnya yang dibentuk dari berbagai
cara pembentukan suatu tujuan atau yang biasa disebut
dengan mode komunikasi non-verbal.
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
11 Universitas Indonesia
2.4.2 Mediasi
Berdasarkan Chambers’ Twenty-first Century Dictionary kata
mediasi merupakan suatu proses yang mentrasnmisikan sesuatu
seperti pesan, suara,atau perasaan. Terlebih komunikasi selalu
dimediasi melalui interaksi dengan orang-orang dengan mode
verbal dan non-verbal yang berbeda.
Secara garis besar, media komunikasi dapat dibedakan menjadi
tiga kategori;
1. Psikologikal,seperti : persepsi dan prototipe
2. Sosial, seperti : relationship, stereotipe, dan pengalaman
individu.
3. Kutural, seperti : mitos, dan ideologi.
Hal tersebut, oleh beberapa ilmuwan disebut sebagai ‘struktur
ekspektasi’ dimana latar belakang pengetahuan, pengalaman dan
budaya mampu untuk membuat seseorang memahami dunia
sekitarnya.
Dalam kasus CMC, beberapa lapis mediasi ditambahkan, yaitu
mediasi teknologikal. Secara instan kita dapat mengenal beberapa
hal yang termasuk dalam istilah tersebut, antara lain televisi, radio,
dan surat kabar.
2.4.3 Komputer
Pada masa sekarang ini, hampir semua peralatan menggunakan
perangkat komputer didalamnya. sebagai contoh adalah
percakapan via video, webcam, dan pengenalan suara yang
membuat kita terasa semakin dekat dengan percakapan langsung
yang dulu sering dipraktikkan. Namun, untuk teori CMC kita harus
lebih mengkhususkan maksud dari kata ‘komputer’ bukan sebagai
sebuah perangkat keras yang digunakan untuk berkomunikasi
tetapi lebih mengarah ke teknologi komputer yang secara eksplisit
telah membantu pendefinisian percakapan yang terjadi didalamnya.
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
12 Universitas Indonesia
BAB 3
ANALISIS
Komunitas Nebengers adalah komunitas yang anggota-anggotanya
mendedikasikan diri untuk mengurai kemacetan dengan cara saling memberikan
tumpangan satu sama lain dengan metode dynamic ridesharing. Komunitas
tersebut digolongkan sebagai komunitas virtual karena kegiatan utamanya
berjalan dalam ranah cyber. Komunikasi rutin yang dilakukan anggota melalui
media online seperti media sosial membuat mereka mendapatkan informasi terkini
terkait komunitasnya maupun kondisi anggota komunitas lainnya. Selain itu,
komunikasi online membuat mereka tetap keep in touch meskipun anggota sedang
melakukan kegiatannya masing-masing di tempat yang berbeda. Kegiatan yang
sebagian besar dilakukan dalam dunia maya ini mencakup berbagai hal mulai dari
transaksi menebeng, cerita setelah melakukan kegiatan nebeng, dan kegiatan
canda gurau yang dilakukan oleh sebagian besar anggota. Didasari dengan hal
itulah, anggota-anggota Nebengers memiliki tingkat kohesivitas dan kekeluargaan
yang tinggi.
Anggota-anggota komunitas sebagian besar memiliki karakter yang
hampir sama. Diantaranya, pribadi yang terbuka, suka dengan hal baru, dan suka
menolong. Karakter-karakter ini yang membuat setiap individu dapat lebih
melekat dengan komunitas yang tidak berbasis hobi seperti Nebengers.
Keterbukaan yang ada pada diri anggota komunitas membuat mereka dengan
mudahnya beradaptasi dengan individu-individu atau sesama anggota lainnya
(DeVito, 2010). Karena sifat terbuka inilah, individu dapat menerima hal-hal baru
yang didapatkan dari sesama anggota komunitas. Walalupun terdapat anggota
yang tidak terlalu terbuka, situasi dalam komunitas membuat anggota tersebut
dapat lebih masuk kedalam komunitas. Hal ini dikarenakan anggota-anggota
Nebengers memiliki hubungan yang rekat dan seperti keluarga. Perbedaan hobi
antar anggota justru dapat menjadi salah satu faktor yang dikembangkan untuk
menjaga keutuhan anggota Nebengers, karena akan menciptakan berbagai variasi
kegiatan dalam komunitas. Dengan menjalankan hobi, para anggota membuat
kegiatan yang dapat dilakukan bersama-sama.
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
13 Universitas Indonesia
Keberadaan komunitas yang berawal dari kota besar sehingga sesuai
dengan budaya target anggota mereka yang mobile dan aktif dalam pencarian
informasi via internet. Media online juga berpengaruh pada bagaimana individu
mendapatkan infromasi terkait komunitas Nebengers tersebut. Melalui kebiasaan
individu dalam mencari informasi dari media online,seperti microblogging
Twitter mereka mengetahui keberadaan dan informasi pertama mereka terhadap
komunitas Nebengers. Penggunaan media online oleh individu berasal dari
keseharian mereka hingga terkait pada latar belakang profesi yang mengharuskan
mereka untuk terus berada di dunia online atau berhadapan dengan internet. Di
sisi lain, para individu juga memiliki akun sosial media yang sering mereka
gunakan yang mana komunitas Nebengers juga memiliki akun sosial media
tersebut, sehingga memudahkan mereka untuk mendapatkan informasi komunitas.
Pengggunaan media sosial menjadi lebih populer disebabkan oleh relatif
lebih murahnya komunikasi dibandingkan dengan media lain seperti telepon, serta
kemudahan lain seperti tingkat sinkronisasi yang cukup tinggi antara waktu
pengiriman dan penerimaan pesan, berbasis teks, dan fleksibilitas yang diterapkan
dalam latar komunikasi antar individu maupun latar komunikasi kelompok karena
merupakan kombinasi antara telepon, surel, dan chat room dalam satu platform
yang sama (Nardi, Whitaker, dan Bradner, 2000). Dalam Herbsleb et al. (2002),
dijelaskan bahwa komunikasi melalui online dinilai cocok untuk memfasilitasi
komunikasi kelompok yang anggotanya terdistribusi secara geografis karena
kemampuan teks interaktif yang dimiliki dapat mendukung komunikasi informal,
spontan, dan oportunistik (ad hoc). Menurut Hu et al. (2006), lingkungan kasual
ini menimbulkan atmosfir yang santai, dan menyebabkannya kondusif untuk
komunikasi yang bersifat lebih intim.
Penggunaan berbagai perangkat komputer dalam melakukan komunikasi
antar anggota komunitas menunjukkan karakteristik dari teori Computer Mediated
Communication (CMC). Penggunaan teori CMC kini semakin berkembang seiring
dengan variasi komunitas virtual yang beragam dan karakteristik setiap komunitas
tersebut mampu memperkaya teori ini sendiri. Jika pada awal perkembangannya
teori CMC terbatas pada penggunaan teks yang dilakukan dalam dunia online,
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
14 Universitas Indonesia
maka kini seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi yang dilakukan
lebih bervariasi dengan memasukkan komunikasi oral atau visual sesuai keinginan
pengguna. Komunitas Nebengers memanfaatkan kemajuan teknologi pada
microblogging Twitter agar akun mereka terlihat lebih ‘hidup’, yaitu dengan
memasukkan komunikasi visual melalui foto yang di-post-kan oleh anggota
komunitas. Keberadaan akun Twitter komunitas juga berguna sebagai media
transaksi pertama yang akan dipillih oleh anggota untuk melakukan kegiatan
komunitas, sehingga akun Twitter tersebut menjadi multifungsional sebagai media
untuk mencari dan juga memberi informasi mengenai kegiatan komunitas.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa hal yang paling mencolok dalam
anggota komunitas Nebengers adalah rasa kekeluargaan. Hal ini ditunjukkan
dengan penggunaan istilah-istilah yang memiliki makna kedekatan personal
sebagai kata rujukan kepada anggota komunitas lain. Beberapa kata khas yang
digunakan dalam komunitas adalah ‘kampung’, ‘bapak’, ‘sepupu’, dan ‘kakek’.
Penggunaan kata-kata tersebut termasuk efektif untuk menciptakan kedekatan
antar anggota sehingga mereka tidak hanya terkesan sebagai teman dalam satu
komunitas tetapi juga menjadi bagian dari ‘keluarga’ atau hidup seseorang.
Ketika anggota mengadakan kegiatan kumpul bersama, kegiatan tersebut
diidentifikasi sebagai silaturahmi keluarga. Selain itu, anggota Nebengers juga
menunjukkan nilai kekeluargaan yang dimiliki komunitas ketika salah satu
anggota mengalami hal yang tidak menyenangkan. Mereka menunjukkan sikap
rela berkorban untuk satu sama lain, dan selalu sigap membantu dalam kondisi
darurat.
Selain itu, pada komunitas ini terdapat rasa loyalitas. Alasan di balik
loyalnya anggota terhadap komunitas adalah karena anggota-anggota Nebengers
merasa masih dibutuhkan dalam komunitas, sehingga mereka memiliki keinginan
untuk tetap bergabung dalam komunitas dan menjadi bagian darinya. Hal ini
menunjukkan bahwa anggota-anggota Komunitas Nebengers tidak hanya ingin
mengambil keuntungan atau manfaat secara sepihak, tetapi juga ingin
berkontribusi sebisa mereka untuk komunitas Nebengers. Lebih jauh lagi, mereka
juga menganggap bahwa Nebengers bukan hanya sekedar komunitas biasa yang
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
15 Universitas Indonesia
terbentuk karena kesamaan hobi, tetapi merupakan komunitas yang terbentuk dari
kesadaran yang sama akan keadaan pada lalu lintas ibukota. Rasa akan adanya
tujuan besar yang ingin dicapai, dan kesamaan tujuan tersebut dengan nilai-nilai
dan tujuan yang dimiliki individu menjadikan anggota Nebengers setia dengan
komunitasnya, walau motivasi anggota untuk bergabung dengan komunitas
berbeda-beda. Motivasi tersebut terdiri dari dua macam, yakni berasal dari dalam
diri anggota itu sendiri dan berasal dari luar individu tersebut. Kepekaan anggota
komunitas terkait keadaan lalu lintas di Jakarta membuat mereka bergabung
dengan komunitas. Selain itu, keadaan anggota yang menginginkan mencari
teman baru yang lebih banyak di luar pekerjaan dan teman lama juga menjadi
motivasi.
Kohesivitas pada komunitas Nebengers juga ditunjukkan dengan rasa
bangga. Kebanggaan tersebut ditunjukkan oleh anggota komunitas dengan
mencantumkan akun Nebengers pada bio akun sosial media mereka,
menggunakan display picture berupa logo, dan menyebarkan berita mengenai
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh komunitas kepada masyarakat di
sekitarnya. Selain itu, para anggota juga menunjukkan rasa bangganya kepada
komunitas dengan membagikan foto-foto mereka ketika sedang berkegiatan
dengan anggota komunitas Nebengers lainnya, seperti penggunaan hashtag cerita
Nebengers pada Twitter. Kebanggaan menjadi seorang anggota Nebengers
terpancar dalam setiap individu karena mereka memiliki kebanggaan sendiri
untuk membantu memecahkan masalah kemacetan Jakarta dengan cara yang
menguntungkan satu sama lain. Berangkat dari motivasi mereka yang berasal dari
kesadaran serta inisiatif untuk bergerak mengatasi masalah kemacetan di Jakarta.
Kemudian, visi dan misi komunitas yang sesuai dengan realitas sosial kehidupan
sehari-hari individu mampu menciptakan keyakinan akan manfaat keberadaan
komunitas ditengah masyarakat Jakarta pada khususnya. Kohesivitas terbentuk
karena komunikasi yang intens secara frekuensi maupun durasi yang dalam studi
ini banyak dilakukan melalui ranah komunikasi online melalui microblogging
Twitter.
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
16 Universitas Indonesia
BAB 4
KESIMPULAN
Perkembangan teknologi yang semakin cepat beriringan dengan
komunitas-komunitas yang berkembang di masyarakat. Teknologi online yang
dikembangkan oleh perangkat komputer mampu menciptakan sebuah
fenomena,komunitas online, dimana hampir sebagian besar ranah kehidupan
komunitas tersebut dilakukan dalam tataran dunia maya. Sehingga komunitas
online menjadi salah satu alternatif bagi individu – individu yang berbeda secara
geografis untuk menyalurkan minat atau hobi yang sama dengan individu lain di
tempat yang berbeda.
Komunitas online banyak menggunakan media sosial sebagai wadah untuk
menyalurkan hobi yang mereka miliki. Keberadaan media sosial sendiri bukanlah
merupakan suatu hal yang asing didalam masyarakat, karena keunggulan yang
dimiliki oleh media sosial sehingga banyak masyarakat yang berminat untuk
memanfaatkannya. Kegiatan yang dilakukan dalam akun resmi sebuah komunitas
dapat menjadi salah satu faktor penentu tingkat kohesivitas internal. Semakin
banyak informasi yang diberikan maka akan semakin banyak respon yang
dilakukan oleh anggotanya.
Perkembangan komunitas didalam dunia maya memperkaya hasil studi
mengenai teori Computer Mediated Communication (CMC). CMC menjadi
landasan dasar untuk memahami pembentukan sebuah fenomena komunitas di
dunia virtual, serta melalui kaedah-kaedah yang ada dalam teori CMC sebuah
komunitas virtual dapat dipelajari keberadaannya secara lebih mendalam.
Salah satu komunitas virtual yang berkembang di Indonesia adalah
komunitas Nebengers. Nebengers menggunakan microblogging Twitter sebagai
wadah yang digunakan untuk berkomunikasi antar anggota. Kegiatan saling
memberi tumpangan yang dilakukan oleh Nebengers memanfaatkan akun resmi
komunitas dalam melakukan transaksinya, sehingga banyak anggota masyarakat
yang memiliki kesamaan visi dengan komunitas tidak ragu untuk bergabung
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
17 Universitas Indonesia
dengan komunitas ini. Penggunaan media sosial sebagai wadah komunikasi utama
membuat masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk bergabung
dengan komunitas Nebengers ini.
Nilai kekeluargaan dalam komunitas Nebengers mampu menciptakan
nuansa seperti berada dalam lingkungan ‘keluarga’ sendiri antar anggota
komunitasnya. Berdasarkan kekeluargaan yang tercipta tersebut setiap anggota
akan semakin tinggi intensitas bertemunya meskipun hanya untuk bertemu
melepas kerinduan. Rasa kekeluargaan ini tercipta melalui kegiatan online
komunitas. Kegiatan online komunitas yang dilakukan dalam Twitter mampu
mempengaruhi kohesivitas melalui berbagai bahan obrolan yang dikeluarkan,
bercandaan yang dilakukan menjadi bumbu perekat antar anggota komunitas.
Kegiatan tersebut mampu memperkuat ikatan yang telah dibangun, sehingga
membuat setiap anggota telah terikat satu sama lain dan enggan untuk
meninggalkan komunitas karena rasa kenyamanan yang diyakini belum tentu bisa
ditemukan di komunitas lain.
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
18 Universitas Indonesia
REFERENSI
Buku
DeVito, J. A. (2009). The Interpersonal Communication Book. New Jersey:
Pearson
Gellner, E. (2000). Trust, Cohesion, and the Social Order. in D. Gambetta (Ed.),
Trust: Making and Breaking Cooperative Relations (142-157). Oxford:
Blackwell Publishing
Hiltz, S.R.; Turoff, M. (1978). The network nation: Human communication via
computer. Cambridge, Mass.: MIT Press.
McQuail, Denis (2005): McQuail’s Mass Communication Theory. Thousend
Oaks.
Nebengers. (2013). Cerita Nebeng. Jakarta: Elex Media Komputindo
Thurlow, Crispin.,Laura, L., and Alice, T. (2004) Computer Mediated
Communication : Social Interaction and The Internet. Thousand Oaks,CA :
SAGE Publications.
Makalah Seminar
Castillo, C., Mendoza, M., & Poblete, B. (2011, March 28-April 1). Information
Credibility on Twitter. Paper presented at the International World Wide
Web Conference Committee (IW3C2). Hyperabad, India.
Herbsleb, J. D., Atkins, D. L., Boyer, D. G., Handel, M., & Finholt T. A.. (2002).
Introducing instant messaging and chat in the workplace. Proceedings of
ACM, CHI 2002 (pp. 171–178). Minneapolis , MN
Hummel, J., & Lechner, U. (2002) .Social profiles of virtual communities. In R.H.
Sprague, Jr. (ed.), Proceedings of the Thirty-fifth Annual Hawaii
International Conference on System Sciences. Maui: IEEE Computer
Society Press
Kuo, M.J., Lee, T.R., & Zhu, D.S. (2012) Cohesiveness and Sense of Community
of Fan Club Members at Facebook Pages. Proceedings of the 2012 13th
ACIS International Conference on Software Engineering, Artificial
Intelligence, Networking and Parallel/Distributed Computing. Washington
DC: IEEE Computer Society. 362-367
Nardi, B. A., Whittaker, S., & Bradner, E. (2000). Interaction and outeraction:
Instant messaging in action. Proceedings of the ACM Conference on
Computer-Supported Cooperative Work, 79–88
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
19 Universitas Indonesia
Artikel Jurnal
Andrews, D., Preece J., & Turoff, M. (2002). A conceptual framework for
demographic groups resistant to on-line community interaction.
International Journal of Electronic Commerce 6( 3). 9–24
Balasubramanian, S., & Mahajan, V. (2001). The Economic Leverage of the
Virtual Community. International Journal of Electronic Commerce 5(3).
103-138
Fernback, J., & Thompson, B. (1995, May). Virtual communities: Abort, retry,
failure? Computer Mediated Communication and the American Collectivity
Flanagin, A.J., & Metzger, M. (2000). Perceptions of Internet Information
Credibility. J&MC Quarterly 77(3), 515-540
Koh, J., & Kim, Y. G. (2004). Sense of Virtual Community: A Conceptual
Framework and Empirical Validation. International Journal of Electronic
Commerce 8(2), 75-93
Lechner, U., & Hummel, J. (2002). Business Models and System Architectures of
Virtual Communities: From a Sociological Phenomenon to Peer-to-Peer
Architectures. International Journal of Electronic Commerce 6(3), 41-53
McMillan, D.W., & Chavis, D.M. (1986) Sense of community: A definition and
theory. Journal of Community Psychology, 14(1), 6–23
Pavitt, K. (1998). The Social Shaping of the National Science Base. Research
Policy 27(8), 793-805
Rothaermel, F.T., & Sugiyama, S. (2001). Virtual Internet communities and
commercial success: Individual and community-level theory grounded in
the atypical case of TimeZone.com. Journal of Management 27(3), 297–
312
Wellman, B., & Gulia, M. (1999). Virtual communities as communities: Net
surfers don’t ride alone. In M.A. Smith and P. Kollock (eds.),
Communities in Cyberspace (167–194). London: Routledge
Publikasi Elektronik
Edelman. (2013). Edelman Trust Barometer : Executive Summary 2013.
November 5, 2014. Retreived from Edelman.com:
http://www.edelman.com/trust-downloads/executive-summary/
Higgins, R. (1991) Computer-mediated cooperative learning: Synchronous and
asynchronous communication between students learning nursing diagnosis.
Unpublished doctoral dissertation. University of Toronto. November 10,
2014. Retrieved from: http://www.cybercorp.net/rhiggins/thesis/
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014
20 Universitas Indonesia
Mayfield,Antony.(2008). What Is Social Media?(E-Book).November 10, 2014.
Retrieved by icrossing.com :
http://www.icrossing.com/sites/default/files/what-is-social-media-uk.pdf
Nebengers. (2013). Community Profile 2013. November 5, 2014. Retrieved from
Slideshare.com: http://www.slideshare.net/Nebengers/Nebengers-
comprof2013#
Oswalt, A. (n.d.). Teens and Peer Relationships. November 10, 2014. Retrieved
from Seven Counties.Org :
http://www.sevencounties.org/poc/view_doc.php?type=doc&id=41168&cn
=1310
Wawancara
Aditya, Andreas (Sabtu, 2014, March 29). Personal interview
Penggunaan Media..., Diah Pratiwi, FISIP UI, 2014