Post on 07-Aug-2015
TUGAS
MENUMBUHKAN MINAT BACA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester
Pada Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Oleh :
Endang Lastri
Dosen Pembimbing :
AFRINALDI, S.Sos.I.,M.A
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
MENUMBUHKAN MINAT BACA SEJAK USIA DINI
Posted on April 6, 2012
Masalah minat baca sampai saat ini masih menjadi tema yang cukup aktual.
Tema ini sering dijadikan topik pertemuan ilmiah dan diskusi oleh para pemerhati dan
para pakar yang peduli terhadap perkembangan minat baca di Indonesia. Namun hasil
dari pertemuan-pertemuan ilmiah tersebut belum memberikan suatu rekomendasi yang
tepat bagi perkembangan yang signifikan terhadap minat baca masyarakat.
Permasalahan yang dirasakan oleh bangsa Indonesia sampai saat ini adalah
adanya data berdasarkan temuan penelitian dan pengamatan yang menunjukkan bahwa
minat baca masyarakat Indonesia relatif masih sangat rendah. Ada beberapa indikator
yang menunjukkan masih rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Rendahnya
budaya membaca ini juga dirasakan pada pelajar dan mahasiswa. Perpustakaan di
sekolah/kampus yang ada jarang dimanfaatkan secara optimal oleh siswa/mahasiswa.
Demikian pula perpustakaan umum yang ada di setiap kota/kabupaten yang tersebar di
nusantara ini, pengunjungnya relatif tidak begitu banyak. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat Indonesia belum mempunyai budaya membaca. Sehingga wajar apabila
Indeks Sumber Daya Manusia bangsa Indonesia juga rendah.
Upaya menumbuhkan minat baca bukannya tidak dilakukan. Pemerintah melalui
lembaga yang relevan telah mencanangkan program minat baca. Hanya saja yang
dilakukan oleh pemerintah maupun institusi swasta untuk menumbuhkan minat baca
belum optimal. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia dapat mengejar kemajuan yang
telah dicapai oleh negara-negara tetangga, perlu menumbuhkan minat baca sejak dini.
Sejak mereka mulai dapat membaca. Dengan menumbuhkan minat baca sejak anak-
anak masih dini, diharapkan budaya membaca masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan.
Bacaan yang kurang memikat dan minimnya sarana perpustakaan sekolah
menjadi faktor utama penyebab minat baca siswa rendah. Sementara itu, sekolah tidak
selalu mampu menumbuhkan kebiasaan membaca bagi para siswanya. Dengan kondisi
kualitas buku pelajaran yang memprihatinkan, padatnya kurikulum, dan metode
pembelajaran yang menekankan hafalan materi justru ‘membunuh’ minat membaca.
Menurut Prof. Dr. Riris K. Toha Sarumpaet, Guru besar Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Universitas Indonesia ini melihat, sekolah tidak memadai sebagai tempat untuk
menumbuhkan minat baca anak didik. Hal ini, menurut dia, tidak terlepas dari
kurikulum pendidikan. Kurikulum yang terlalu padat membuat siswa tidak punya waktu
untuk membaca. Riris mengemukakan bahwa siswa terlalu sibuk dengan pelajaran yang
harus diikuti tiap hari. Belum lagi harus mengerjakan PR.(www.republika.co.id.,
diakses 24 Desember 2007). Oleh karena itu, solusi terbaik dalam membuka jalan
pikiran seorang siswa agar mereka mempunyai wawasan yang luas, adalah dengan cara
membaca. Agar siswa dapat membaca buku secara ajeg, maka kepada mereka perlu
disediakan bahan bacaan yang cukup koleksinya. Oleh karena itu, perpustakaan
merupakan wacana baca yang mampu menyediakan beragam buku baik fiksi nonfiksi,
referensi, atau nonbuku seperti majalah, koran, kaset serta alat peraga, wajib dimiliki
setiap sekolah.
Komentar
Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk mendapatkan ilmu
dan pengetahuan. Tanpa bisa membaca, rasanya manusia sulit memahami banyak hal.
Oleh karena itu, hidup manusia sangat tergantung pada ilmu pengetahuan yang di
milikinya. Dan untuk memulai kebiasaan membaca bagi seorang anak butuh bantuan
dari orangtua, sekolah dan masyarakat sekotarnya.
Langkah pertama yang harus diperrhatikan dalam menubuhkan inat baca adalah
mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi rendahnya minat baca tersebut.
Diantara hal-hal yang mempengaruhi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Lemahnya perhatian orang tua terhadap perkembangan membaca anak-anak.
2. Sistem pendidikan di Indonesia belum mewajibkan siswa dan mahasiswa untuk
membaca buku
3. Banyaknya tempat hiburan yang menyenangkan bagi anak-anak sehingga ia lebih
banyak menghabis waktunya di tepat-tepat seperti ini.
4. Budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita. Kita terbiasa
mendengar dan belajar berbagai dongeng, kisah, adat-istiadat secara verbal
dikemukakan orangtua, tokoh masyarakat, penguasa pada zaman dulu. Anak-anak
didongengi secara lisan, diajar membuat banten dengan melihat cara memotong
janur, menata buah-buahan dan lain-lain sajian. Tidak ada pembelajaran (sosialisasi)
secara tertulis. Jadi tidak terbiasa mencapai pengetahuan melalui bacaan.
Langkah selanjutnya adalah upaya dalam meningkatkan minat baca itu sendiri,
dapat dilakukan dengan :
1. Bagi orang tua hendaknya memberikan perhatian terhadap perkembangan membaca
anaknya. Dan dapat pula memberoikan teladan dala mebaca, luangkan waktu Anda
untuk membaca di setiap hari. Maka anak-anak akan teransang untuk meniru
perbuatan Anda.
2. Membuat buku bacaan lebih bervariasi, karena anak-anak akn teransang apabila ada
variasi.
3. Menekan harga buku agar terjangkau bagi masayarakat golongan menengah ke
bawah.
4. Menyediakan perpstakaan bagi sekolah dengan jenis buku yang bervariasi. Serta
meningkatkan jumlah perpustkaan.
Sedangkan bagi pelajar itu sendiri dapat mengkitu kiat-kiat sebagai berikut :
1. Pilihlah waktu yang menurutmu sesuai untuk membaca. Maksudnya, waktu yang
tidak terdapat ganggguan, baik di luar aupun dari dalam diri kita sendiri.
2. Pilihlah tepat dan suasana yang sesuai untuk mebaca, seperti tempat tyang terang,
sejuk, bersih dan sebagainya.
3. Pastikan posisi membaca yang benar. Posisi waktu membaca yang benar adalah
duduk dengan posisi badan tegak, tidak bungkuk.
4. Siapkan juga hal-hal yang biasanya membantu kita dalam membaca, seperti pensil
dan spidol.
Berbagai jenis membaca
Secara umum dilihat dari tujuan proses membaca ada tiga cara umum. Yaitu :
1. Membaca sebagai hiburan tanpa perlu memeras otak terlalu keras. Bacaan yang
mengandung unsur hiburan di sini contohnya novel, cerpen, komik.
2. Membaca untuk meperoleh ilmu pengetahuan. Tujuan mencari dan memahami ilmu
yang terkandung di dalam bacaan tersebut. Misalnya buku pelajaran.
3. Membaca kritis. Yaitu membaca yang diikuti dengan proses menelaah isi bacaan
tersebut, misalnya dengan pertanyaan-pertanyaan apa, bagaimana bisa terjadi, oleh
siapa, dimana, kapan, dan bagaimana bisa terjadi. Dalam membaca kritis kita
membuat bacaan sebagai lawan yang harus dikalahkan dengan cara mengetahui dan
memahai seluruh isinya. Belajar dengan menggunakan metode membaca kritis akan
sangat menyenangkan dan tidak membosankan. Kita tidak hanya diminta untuk
memahami isi bacaan tetapi juga diajak berpikir kreatif mengenai isi bacaan
tersebut.