Post on 14-Oct-2015
TUGAS
MATA KULIAH PERENCANAAN WILAYAH
HIRERKI PEMBANGUNAN BERDASARKAN ATURAN YANG LEBIH
TINGGI, STUDY KASUS PELABUHAN KHUSUS MILIK PT SANENT
POWER NETWORK (PT SPN)
Dosen pengampu:
Satya Budi Nugraha. S.T, M.T
Dibuat Oleh :
Sigit Bayhu Iryanthony
3201411028
Pendidikan Geografi 2011
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Juni, 2014
A. Judul.
HIRERKI PEMBANGUNAN BERDASARKAN ATURAN YANG LEBIH TINGGI,
STUDY KASUS PELABUHAN KHUSUS MILIK PT SANENT POWER NETWORK (PT
SPN)
B. Latar Belakang Masalah.
Tanah merupakan bahan primer bagi berlangsungnya suatu pembangunan. Di mana
pembangunan sebagai suatu upaya untuk menciptakan atau mengembangkan wilayah
menjadi lingkungan yang nyaman, baik untuk kepentingan ekonomi, sosial-budaya (tempat
hidup komunitas kota). Kota yang selalu berkembang baik secara alamiah maupun melalui
proses perencanaan dan perancangan, dihadapkan pada permasalahan tidak tercapainya
kondisi "ideal akan tuntuntan kebutuhan tujuan pembangunan tersebut. Ada tiga orientasi
pembangunan yang seharusnya diperhatikan dalam melakukan proses pembangunan, yakni;
orientasi pada pengembangan fisik (development orientation); orientasi pada komunitas
(community orientation) dan orientasi pada konservasi (conservation orientation).1 Oleh
karena itu, pembangunan menjadi hal yang sangat menentukan dalam
keberhasilan/kegagalan "intervensi fisik pembangunan kota.
Seperti halnya pembangunan yang dilakukan secara terus-menerus di Kota Rembang,
Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bangunan seperti mall, ruko, perumahan
dan lain-lain. Salah satu contohnya yaitu pembangunan Pabrik pakan ternak yang berada
tepat di tengah tengah sawah lestari dimana berada di bawah waduk Panohan di kecamtan
Gunem, yang ada di rembang yang menurut saya IMBnya tidak sesuai dengan peta RTRW.
Pembanguan pabrik pakan ternak banyak menimbulkan masalah dimana hal ini
menyebabkan banyak sawah lestari yang hilang dan memicu semkin banyaknya pengalih
fungsian lahan akibat adanya pabrik pakan ternak ini, banyak dampak negatif, selain
mengurangi Lahan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Kebijakan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Kabupaten Rembang terkait pemberian izin berdirinya pabrik menimbulkan
banyak permasalahan, baik permasalahan hukum, permasalahan lingkungan dan
permasalahan sosial.
Mudah pengajuan pembuatan IMB membuat masalah baru yang sangat
mengkhawatirkan dimana semakin banyak kerusakan lahan yang disebabkan oleh hal ini. PT
Sanent Power Network (PT SPN) merupakan masalah yang sangat menarik untuk di kaji
karena setelah adanya pembangunan pelabuhan pribadi milik PT SPN sudah berjalan ketika
ditanyakan izin ternyata tidak sesuai dengan RTRW provinsi sehingga pembangunan di
hentikan. Hal ini menunjukan adanya masalah IMB di kabupaten rembang yang sangat
semrawut dan terkesan asal asalan.
C. Rumusan Masalah.
1. Bagaimanakah prosedur pemberian izin bangunan yang seharusnya sehingga tidak
menimbulkan masalah.
2. Masalah dalam perizinan tata ruang daerah dan provinsi
D. Tujuan.
1. Untuk mengetahui masalah dalam perizinan tata ruang daerah dan provinsi
2. Bagaimanakah prosedur pemberian izin bangunan yang seharusnya sehingga tidak
menimbulkan masalah.
E. Dasar Teori.
Izin Mendirikan Bangunan adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerahpada
orang pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan yang dimaksud agar desain,
pelaksanaan pembangunan, dan bangunan sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku,
sesuai dengan koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien luas bangunan (KLB), koefisien
ketinggian bangunan (KKB), koefisien lokasi kota/daerah, koefisien kelas jalan, koefisien
kelas bangunan, koefisien status bangunan yang ditetapkan dan sesuai dengan syarat-syarat
keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut termasuk penggunaan bangunan,
merobohkan bangunan dan balik nama bangunan dan/atau sanksi administratif berupa denda
dan/atau bunga(Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 15 Tahun 2011).
Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh,
dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan
kegiatan penunjang perikanan.
Gros Ton (GT) adalah ukuran besarnya kapal secara keseluruhan dengan
memperhitungkan jumlah isi semua ruangan-ruangan tertutup baik yang ada di atas geladak
maupun di bawah geladak ukur. (GT=0,25 x V).
Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan
tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam
peraturan perundang-undangan retribusi daerah yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan
Retribusi Terutang, Surat Ketetapan Retribusi Daerah, Surat Ketetapan Retribusi Daerah
Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Retribusi Daerah Nihil, Surat Ketetapan Retribusi
Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Retribusi Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atau
Surat Keputusan Keberatan.
Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat
Pemberitahuan Retribusi Terutang, Surat Ketetapan Retribusi Daerah, Surat Ketetapan
Retribusi Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar
Tambahan, Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Retribusi.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu dalam Peraturan Daerah ini terdiri atas :
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
b. Retribusi Izin Gangguan;
c. Retribusi Izin Trayek;
d. Retribusi Izin Usaha Perikanan.
Alur perizinan dan pematauan pembangunan berdasarkan Bab IV Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan Pasal 5, Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 15 Tahun
2011.
(1) Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah pemberian izin untuk mendirikan
suatu bangunan.
(2) Pemberian Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan peninjauan desain
dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis
bangunan dan rencana tata ruang, dengan tetap memperhatikan Koefisien Dasar
Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan
(KKB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam
rangka memenuhi syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.
(3) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pemberian
izin untuk bangunan milik Pemerintah, Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Daerah.
.
F. Pembahsan
Gb. Hirarki Tata Ruang.
Dalam herarki pembangunan sebuah wilayah dimana sebuah Rencana Tata Ruang Wilayah
RTRW kabupaten harus dibuat berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW) Provinsi
yang seperti digambarkan gambar di atas. Jika suatu perusahaan ingin mengajukan Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) maka harus melalui prosedur dimana hal yang pertama di
lakukan adalah
1. Pengajuan izin kepada dinas Cipta karya dan PU.
2. Penetuan lokasi sesuai dengan acuan Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW), baik
kabupaten maupun nasional.
3. Setelah izin diberikan maka baru bisa dilakukan pembangunan.
Dalam kasus PT Sanent Power Network (PT SPN) harusnya pemerintah kabupaten
mengetahui tentang izin pendirian bangunan tersebut dimana tidak mungkin suatu
perusahaan berani mendirikan bangunan tanpa meminta izin kedaerah terlebih dahulu,
apalagi terkait masalah reklamasi pantai dan pendirian pelabuhan pribadi yang sudah jelas di
atur dalam PERDA (Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 15 Tahun 2011), tentang
pelabuhan dan berat kapal dalam pemberian retribusi kepada daerah. Kutipan dari media
massa masalah kasu PT SPN.
REMBANG - Pelabuhan khusus milik PT Sanent Power Network (PT SPN) yang
dibangun di Pantai Binangun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang terancam mangkrak,
karena permohonan izin kesesuaian terminal pelabuhan di lokasi tersebut ditolak Gubernur.
Karena permohonan izinnya ditolak, otomatis pembangunan pelabuhan milik PT
SPN itu tidak boleh dilanjutkan, ujar Bupati H Moch Salim kepada Suara Merdeka, Rabu
(26/10) lalu.
Didampingi Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika
(Dinhubkominfo) Rembang Suyono SH dan Kepala Bagian Humas HM Daenuri SPd SH
MM, Bupati mengemukakan, penolakan permohonan izin dari PT SPN tersebut tertuang
dalam Surat Nomor 500/16534 bertanggal 7 Oktober 2011 ditandatangani Asisten Ekonomi
dan Pembangunan Sekretaris Daerah Provinsi Jateng Drs Sriyadhi MM atas nama Gubernur.
Dia mengemukakan, surat penolakan permohonan izin kesesuaian terminal
pelabuhan tersebut sudah dikirimkan ke PT SPN di Desa Binangun. Tembusannya dikirim
ke Menteri Perhubungan, Kepala BKPM RI, Kepala Biro Hukum Setda Jateng, Bupati
Rembang, dan pihak terkait lainnya.
Tak Sesuai RTRW
Menurut Moch Salim, Pemerintah Provinsi tidak bisa memberikan rekomendasi
kesesuaian lokasi pelabuhan yang dibangun di Pantai Binangun oleh PT SPN, karena ada
beberapa pertimbangan mendasar. Antara lain tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Jawa Tengah.
Selain itu, berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Rembang Nomor 14 Tahun 2011
tentang RTRW Kabupaten Rembang, Desa Binangun bukan kawasan yang diperuntukkan
terminal pelabuhan. Jadi, jelas PT SPN menyalahi arah kebijakan pembangunan Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Rembang.
Sementara itu, Kepala Dinhumkominfo Rembang Suyono SH mengemukakan, PT
SPN memang telah mengantongi izin sebagai badan usaha pelabuhan. Tetapi izin tersebut
bukan untuk pembangunan pelabuhan. (jl-57)
Dalam pernyataan ini jelas tidak mungkin sebagai kepala daerah tidak tau masalah ini, dan
bagaimana proyek bisa berjalan tanpa adanya izin dari daerah. Sedangkan hampir semua tau
bahwa tanah yang digunakan untuk pengurugan adalah tanah milik bupetinya sendiri.
Dalam kasus PT Sanent Power Network (PT SPN) kesalah yang dibuat adalah
1. Ketidak sesuaian IMB dengan peta Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW) Kabupaten
Rembang.
2. Ketidak sesuaian IMB dengan peta Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW) Provinsi jawa
Teangah.
3. Belum keluarnya izin dari pendirian bangunan dari provinsi.
Dampak danya pembanguna pelabuhan pribadi PT Sanent Power Network (PT SPN) :
1. Rusaknya ekosistim laut yang dipicu oleh adanya water breaker.
2. Potensi longsoran akibat adanya Hill cutting untuk reklamasi laut.
3. Dampak abrasi yang tinggi di sekitar anjungan
4. Berukurangnya ruang terbuka hijau.
Sarana Hukum Administrasi
a. Pengawasan
Pengawasan bangunan dilakukan oleh dua instansi, yaitu :
- Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan Dan Pengawas Bangunan (DPU)
- Satuan Polisi Pamong praja (Satpol PP)
Pengawasan bangunan di Kabupaten Rembang terjadi apabila ada pelapor yang
mengadukan adanya terjadi pelanggaran tata ruang.13 Sedangkan menurut pasal 55 ayat
(2) UU Nomor 26 Tahun 2007, pengawasan tersebut terdiri atas tindakan pemantauan,
evaluasi dan pelaporan. Jadi tidak hanya menunggu laporan dari masyarakat yang merasa
dirugikan atas pelanggaran tata ruang tersebut.
b. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi yang dikenai sesuai dengan pasal 63 Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah :
a. Peringatan tertulis
b. Penghentian sementara kegiatan
c. Penghentian sementara pelayanan umum
d. Penutupan lokasi
e. Pencabutan izin
f. Pembatalan izin
g. Pembongkaran bangunan;
h. Pemulihan fungsi ruang
i. Denda administratif.
2. Sarana Hukum Perdata
Penegakan hukum perdata diatur dalam pasal 66 dan 67 Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Sarana Hukum Perdatadiajukan apabila terdapat
masyarakat atau pihak yang merasa dirugikan terutama dari segi materi akibat
penyalahgunaan pemanfaatan ruang. Sarana Hukum Perdata yang dimaksud adalah
berupa gugatan perdata yang diajukan ke pengadilan. Namun sebelum diajukan ke
pengadilan, diupayakan musyawarah untuk mufakat terlebihdulu.
3. Sarana Hukum Pidana
a. Penyidikan
Selain upaya pengawasan dan pengenaan sanksi administrasi, juga ada
proses atau upaya penyidikan. Penyidikan adalah serangkaian tindakan
mengumpulkan bukti yang dengan bukti tersebut dapat membuat terang tindak
pidana yang terjadi dan menemukan tersangkanya. Seperti pada umumnya, setiap
terjadi suatu pelanggaran maka pasti ada penyidikan sebelum terlaksananya
ketentuan pidana. Begitu juga dalam hal penerbitan IMB yang melanggar tata
ruang, sebelum mengetahui benar adanya terjadi pelanggaran tata ruang dan
diterapkannya ketentuan pidana, maka perlu diadakannya pemeriksaan kepada
pihak-pihak yang terkait dan pengumpulan barang bukti. Seperti yang tercantum
di dalam pasal 68 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.
b. Ketentuan Pidana
Bagi orang yang melanggar tata ruang atau RTRW yang telah ditetapkan,
maka sanksi di jelaskan menurut pasal 69 ayat (1) Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan ruang. Sedangkan bagi pejabat yang berwenang,
yang terbukti menyalahgunakan wewenangnya dengan mengeluarkan IMB yang
tidak sesuai/melanggar tata ruang yang ada,
maka menurut pasal 73. Sarana Hukum Pidana ditujukan kepada dua pihak, yaitu
:
- Orang yang mengajukan/pemohon (investor atau pengusaha)
- Pejabat yang berwenang
Bagi orang yang melanggar, ketentuannya diatur pada pasal 69 ayat (1)
UU Nomor 26 Tahun 2007. Sedangkan bagi pejabat tercantum di dalam pasal 73,
Namun permasalahannya kembali lagi adalah dari segi implementasinya. UU
nomor 26 tahun 2007 dan Perda Nomor 4 Tahun 2011 seolah-olah hanya
merupakan formalitas saja jika ditinjau dari segi penegakan hukumnya, khususnya
dari segi penegakan ketentuan pidana terhadap pelanggaran tata ruang. Karena
bangunan-bangunan di Kabupaten Rembang yang memiliki izin atau tidak dan
melanggar tata ruang, tidak ada upaya yang sungguh-sungguh dalam penegakan
hukum dari pejabat yang berwenang, mulai dari upaya administratif, perdata
maupun pidana. Faktanya adalah banyak bangunan yang melanggar tata ruang
dan memiliki IMB namun tidak ada upaya penegakan hukum pidana yang
dikenakan, baik bagi orang si pemilik bangunan yang melanggar tata ruang
maupun bagi pejabat yang berwenang yang menerbitkan izin yang tidak sesuai
dengan RTRW.
G. Simpulan
Semua masalah ini sebenarnya adalah suatu kebohongan yang ditutupi oleh pemerintah
daerah rembang yang mencari keuntungan untuk dirinya sendiri sehingga ketika
permohonan izin di tolak oleh pemerintah provinsi yang tidak sesuai dengan RTRW provinsi
semua pihak dinas dan kepala daerah sengaja mengatakan tidak tau, agar tidak terjerat
hokum pidana masalah tata ruang yang memeliki sangsi yang berat . alangkah naifnya jika
seorang kepala daerah tidak mengetahui perizinan IMB daerahnya sendiri dimana proyek
yang dibangun dalam skala besar yang melibatkan banyak pihak.
Saran.
1. Lebih tegas lagi dalam mengambil kebijakan
2. Jangan mementingkan kepentingan pribadi.
3. Sesuakan pembangunan dengan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW) Provinsi
dan daerah.
4. Jagalah ruang terbuka hijau dan sawah lestari.
H. Daftar Pustaka.
_ . 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang
Tataruang. Rembang. Pemerintah Daerah (PEMDA).
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang. Jakarta.
Mukti Satrio. 2013. Penerbitan Imb Yang Melanggar Tata Ruang (Kajian Tentang
Implementasi Perda Rtrw Kota Malang Terhadap Penerbitan Imb Yang
Melanggar Tata Ruang). Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Unibersitas Brawijaya Fakultas Hukum. Malang