Tugas presentasi agama(gereja)

Post on 17-Feb-2017

17.406 views 0 download

Transcript of Tugas presentasi agama(gereja)

Kelompok 7G E R E J A

Nama Anggota :Roma Dear Silitonga (12.7364)

Jefry Naek Sitorus (12.7198 )Ria Anggraini Simanjuntak (12.7336)

Yohanes Eki Apriliawan (12.7438)Cecil Angela Purba (12. 7073)

Pengertian Gereja

Berdasarkan pengalaman dan pembicaraan sehari-hari kita mendapati ada dua gambaran dan pemahaman mengenai Gereja, yaitu gereja sebagai tempat untuk beribadah (berupa gedung/bangunan) dan Gereja sebagai suatu persekutuan umat (kumpulan umat beriman).

• Kata Gereja dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan kata igreja dalam bahasa Portugis. Kata igreja dalam bahasa Portugis berasal dari kata ecclesia dalam bahasa Latin. Dan kata ecclesia itu sendiri juga merupakan terjemahan kata Yunani ekklesia.

• Dalam bahasa Yunani kata εκκλησία (ekklêsia) berarti dipanggil keluar (ek= keluar; klesia dari kata kaleo= memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia)

• Jadi dalam konteks agama Kristen, gereja adalah orang-orang yang berkumpul dan memiliki kekhasan karena mereka dipersatukan oleh iman yang sama, yaitu iman kepada Yesus Kristus.

• Itulah sebabnya mengapa kata Gereja dipahami sebagai persekutuan umat daripada sebagai tempat, meskipun dalam perkembangan selanjutnya gereja juga diartikan sebagai tempat bersekutunya orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus.

Gereja sebagai Umat AllahIstilah umat Allah sebenarnya merupakan istilah yang sudah sangat tua. Istilah itu sudah terdapat dalam Kitab Suci Perjanjian Lama misalnya dalam Kel. 6: 6; 33: 13; Yeh. 36: 28; Ul. 7: 6, 26: 15.

Dengan paham Gereja sebagai Umat Allah, diakui kesamaan martabat dan peranan semua anggota Gereja. Semua anggota Gereja memiliki martabat yang sama, hanya berbeda dalam hal fungsi.

Pengertian Umat Allah mempunyai ciri khas sebagai berikut:

Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah sendiri. Umat Allah adalah bangsa terpilih, bangsa terpanggil.

Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Allah dan untuk misi tertentu, yaitu menyelamatkan dunia

Hubungan antar Allah dan umat-Nya dimeteraikan oleh suatu perjanjian.

Umat Allah selalu dalam perjalanan, melewati padang pasir, menuju Tanah Terjanji.

Dasar Dari Gereja yang Mengumat

1. Kita masing-masing secara pribadi dipanggil untuk melibatkan diri secara penuh dalam kehidupan Umat Allah ini.  Hidup mengumat pada dasarnya merupakan hakikat dari Gereja itu sendiri, sebab hakikat Gereja adalah persaudaraan cinta kasih seperti yang dicerminkan oleh hidup Umat Purba (lih. Kis 2: 41 - 47).

Dasar Dari Gereja yang Mengumat

2. Dalam hidup mengumat banyak karisma dan rupa-rupa karunia dapat dilihat, diterima, dan digunakan bagi kekayaan seluruh Gereja. Hidup Gereja yang terlalu menampilkan segi organisatoris dan struktural dapat mematikan banyak karisma dan karunia yang muncul dari bawah ( lih. 1Kor 23: 7-10).

3. Dalam hidup mengumat, semua orang yang merasa menghayati martabat sama akan bertanggung jawab secara aktif dalam fungsinya masing-masing untuk membangun  Gereja dan memberi kesaksian kepada Dunia ( lih. Ef 4: 11-13; 1Kor 12: 12-28; 26-27 ).

Gereja Sebagai Persekutuan Terbuka

Bukan dunia yang ada untuk gereja, melainkan gereja untuk dunia.

Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan dari murid-murid Kristus (Gereja).

Persekutuan mereka itu mengalami dirinya sungguh erat dalam berhubungannya dengan umat manusia serta sejarahnya (Gaudium et Spes No. 1) 

Gereja harus membuka diri dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan bersama. Gereja harus melaksanakan tugas misi yang positif dan aktif terhadap semua orang

Ada banyak cara bagi Gereja untuk menunjukkan keterbukaannya, diantaranya:

Gereja harus selalu siap untuk berdialog dengan agama dan budaya mana pun juga.

Berpartisipasi secara aktif dan mau bekerja sama dengan siapa saja dalam membangun masyarakat yang adil, damai, dan sejahtera.

Konsekuensi dari Gereja yang Mengumat

Gereja harus hadir di dunia dengan persekutuan yang Terbuka. Artinya, Gereja hadir di dunia bukan untuk dirinya sendiri.

Gereja hadir untuk dunia, kegembiraan dan harapan serta kabar sukacita. Gereja harus menjadi tanda keselamatan bagi dunia. Semua anggota gereja, baik Golongan Hierarki, serta kaum awam harus dapat membangun persekutuan sesuai dengan martabat dan fungsinya

a. Konsekuensi bagi pimpinan gereja (hierarki)

• Menyadari fungsi Pimpinan bukan di atas umat, tetapi di tengah umat.

• Harus peka untuk melihat dan mendengar karisma dan karunia-

karuniayang bertumbuh di kalangan umat

b. Konsekuensi bagi setiap anggota umat• Menyadari dan menghayati persatuannya dengan umat lain.

• Aktif dalam kehidupan mengumat, menggunakan segala karisma, karunia, dan fungsi yangdipercayakan kepadanya untuk kepentingan dan misi gereja di tengahmasyarakat. Semua bertanggung jawabdalam hidup dan misi gereja

c. Konsekuensi bagi hubungan awam dan hierarki

• Paham Gereja sebagai Umat Allah jelas membawa konsekuensi dalam hubungan antar hierarki dan kaum awam. Kaum awam menjadi partner hierarki.

• Awam dan hierarki memiliki martabat yang sama, hanya berbeda dalam hal fungsi.

Sifat-Sifat Gereja Gereja yang Kudus

Gereja Yang Satu

Gereja Yang Katolik

Gereja Yang Apostolik

Gereja itu KudusMengapa gereja itu kudus padahal ada orang berdosa didalamnya? Kekudusan gereja tidak terletak pada perbuatan manusia tetapi karena perbuatan Allah. Allah mau memulihkan hubunganNya dengan manusia yang telah rusak akibat dosa melalu pengorbanan dan kematian putraNya di kayu salib.

Jadi kasih Allah dalam Yesus Kristuslah yang membuat gereja itu kudus (1 kor 1:30). Kudus adalah karya Roh (2 Tes 2:13) dan panggilan bagi semua dan setiap manusia (Roma 1:7). Kekudusan tidak berasal dari Gereja, tetapi dari Allah yang mempersatukan gereja dengan Kristus dalam Roh Kudus. Gereja disebut kudus karena Kristus sebagai kepala menguduskan anggotaNya yang tetap berdosa.

Kudus diartikan sebagai “yang dikuduskan Tuhan”. Dikuduskan tidak sama dengan disucikan, atau tidak berdosa, tetapi dikhususkan oleh Kristus. Yang kudus bukan hanya tempat, waktu, barang yang dikuduskan Tuhan tetapi yang kudus itu adalah Tuhan sendiri.

Semua yang lain, barang maupun orang yang disebut “kudus” karena termasuk lingkup kehidupan Tuhan. Jadi, kekudusan gereja tidak diartikan secara moral, tetapi secara teologial, menyangkut keberadaan dalam lingkup hidup Allah.

Anggota gereja adalah “orang kudus” yang dipanggil untuk hidup secara kudus di tengah-tengah dunia yang tidak mengindahkan Yang Maha Kudus. Gereja adalah milik Allah dan karenanya kehendak Allah harus ditaati di dalam Gereja oleh anggota-anggotanya.

Gereja itu SatuKesatuan gereja pertama-tama dinyatakandalam kesatuan iman dalam Kristus.Kesatuan gereja tidak sama dengan keseragaman “bhineka tunggal ika”, sebabkesatuan gereja bukanlah semacamkekompakan organisasi atau kerukunan

sosial. Yang utama bukan soal strukturorganisasi tetapi injil Kristus yangdiwartakan, dirayakan, dan dilaksanakan di dalam hidup sehari-hari.

• Gereja yang satu itu terungkap dalam :•

⚝ Kesatuan iman para anggotanya : kesatuan iman ini bukan kesatuan yang statis melainkan yang dinamis. Iman adalah prinsip kesatuan batiniah gereja.

• ⚝ Kesatuan dalam pimpinannya : pemimpin mempunyai tugas untuk mempersatukan umat. Pemimpin sering disebut sebagai prinsip kesatuan lahiriah gereja.

• ⚝ Kesatuan dalam kebaktian dan kehidupan sakramental : kebaktian dan sakramen-sakramen merupakan ekspresi simbolis kesatuan gereja itu.

Gereja itu SatuEfesus 4:3-6 “ Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera : satu tubuh, dan satu roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.”

Kesatuan yang hakiki dan konkret diungkapkan

oleh Paulus dalam model ‘tubuh”. Paulus menekankan bahwa gereja haruslah bersatu. Kesatuan ini bukanlah konsep kesatuan yang abstrak (hanya sekedar satu visi,misi, dan tujuan) melainkan sebagai satu tubuh.

1. Seperti halnya satu tubuh, banyak anggota tetapi membentuk satu fungsi dengan adanya 1 prinsip, 1 tujuan, 1 hati, 1 pikiran dan digerakkan oleh 1 roh.

2. Seperti halnya tubuh itu saling membutuhkan, berkoordinasi, berfungsi, tidak ada perbedaan status dan derajat, saling memperhatikan.

3. Paulus juga mengatakan “satu Roh” yang berarti satu iman secara utuh.

1 Kor 1:10 “ Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara- saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan diantara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat berstau dan sehati sepikir.”

Disini Paulus menghendaki tidak adanya perpecahan, perpecahan disini dikontraskan dengan “seia sekata” dan “sehati sepikir”1. “seia sekata”, “sehati sepikir” artinya tidak boleh ada pertentangan dalam hal iman2. “jangan ada perpecahan” artinya tidak ada pendirian gereja yang terpecah dari gereja lain

GEREJA YANG APOSTOLIK

APOSTOLIK -> Kerasulan

Gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka itu. Kesadaran bahwa Gereja "dibangun atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru", sudah ada sejak zaman Gereja perdana sendiri (bdk Ef 2:20, Bdk Why 21:14).

Hubungan antar generasi Gereja bukanlah merupakan “Estafet”

Sifat apostolik berarti bahwa Gereja sekarang mengaku diri sama dengan gereja Perdana, yakni Gereja para rasul. dimana hubungan historis ini jangan dilihat sebagai pergantian orang atau seperti ajaran benar bagaikan sebuah tongkat dari rasul-rasul tertentu diteruskan sampai kepada para uskup sekarang, melainkan sebagai kelangsungan iman dan pengakuan.

GEREJA YANG KATOLIK

Dimana ada uskup, disitu ada jemaat, seperti dimana ada Kristus disitu ada

Gereja Katolik-St. Ignatius dari Anthiokia-

Yang di maksud ialah dalam perayaan Ekaristi, yang dipimpin oleh uskup, yang hadir bukan hanya jemaat setempat tetapi seluruh Gereja. Gereja selalu "lengkap", penuh. Tidak ada Gereja setengah-setengah atau sebagian. Gereja setempat, baik keuskupan maupun paroki bukanlah "cabang" Gereja Universal. Setiap Gereja setempat, bahkan setiap perkumpulan orang beriman yang sah, merupakan seluruh Gereja. Gereja tidak dapat dipotong-potong menjadi "Gereja-Gereja bagian".

"Gereja disebut Katolik, karena tersebar diseluruh muka bumi dan juga karena mengajrkan secara menyeluruh dan

lengkap segala ajaran iman tertuju kepada sesama manusia, yang mau disembuhkan

secara menyeluruh pula“-St. Sirilius dari Yerusalem-

Artinya Gereja tidak hanya mempunyai arti geografis, tersebar keseluruh dunia, tetapi juga "menyeluruh", dalam arti "lengkap", berkaitan dengan ajarannya, serta "terbuka" dalam arti tertuju kepada siapa saja. Pada abad ke 5 masih ditambahkan bahwa gereja tidak hanya untuk segala bangsa, tetapi juga untuk segala jaman.

Gereja Kristus itu sungguh hadir dalam semua jemaat beriman setempat yang sah, yang mematuhi para gembala mereka, dan dalam Perjanjian Baru disebut Gereja(Lih. Kis 8:1; 14:22-23; 20:17). Gereja-Gereja itu ditempatnya masing-masing merupakan umat baru yang dipanggil oleh Allah, dalam Roh Kudus dan dengan sepenuh-penuhnya (lih 1Tes 1:5). Di jemaat-jemaat itu, meskipun sering hanya kecil dan miskin, atau tinggal tersebar, hiduplah Kristus; dan berkat kekuatan-Nya terhimpunlah Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik.

Gereja yang Katolik St Ignatius dari Antiokhia (± tahun 100)

mempergunakan kata ini yang berarti “universal” untuk menggambarkan Gereja (surat kepada jemaat di Smyrna). Gereja bersifat Katolik dalam arti bahwa Kristus secara universal hadir dalam Gereja dan bahwa Ia telah mengutus Gereja untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia -“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Matius 28:19).

Sifat dan Ciri Gereja Yang Dituntut Zaman Ini

a. Gereja yang lebih merakyat dan mengutamakan yang miskin

•Gereja dituntut  lebih merakyat dan mengutamakan orang-orang sederhana dan miskin dan jangan dikuasai oleh mereka yang punya uang dan berpengaruh saja. Yesus sendiri adalah orang yang sederhana dan miskin. Ia memilih para rasul dari kalangan orang sederhana dan miskin.

•Gereja harus menjadi abdi bagi kaum sederhana dan miskin. Ini bukan berarti bahwa Gereja hanya terdiri dari orang-orang sederhana dan miskin, tetapi Gereja harus memiliki semangat kesederhanaan dan kemiskinan. Jika Gereja ingin bergerak maju dengan cepat, maka Gereja jangan terbebani dengan bermacam-macam kekayaan dan kemegahan yang memberatkan langkahnya

b. Gereja yang Bersifat Kenabian

Nabi adalah seorang yang berani menyampaikan kehendak Allah kepada umat manusia dalam situasi konkret yang dihadapi pada zamannya. Gereja juga memiliki panggilan yang sama dengan nabi, yaitu menyampaikan kehendak Allah dalam situasi konkret yang dihadapinya. Misalnya, Gereja harus berani mengatakan apa yang benar dan apa yang salah.

• Gereja harus berani mengecam dan menolak segala kebijakan dan tindakan yang melanggar keadilan dan hak asasi manusia, sekalipun hal itu berasal dari orang yang berkuasa dan berpengaruh. Jika Gereja berani berbicara terus terang, maka suara dan kehendak Tuhan akan terdengarkan, sebab Tuhan berbicara dan menyampaikan kehendak-Nya melalui manusia.

c.    Gereja yang membebaskan•Gereja harus menjadi tanda keselamatan

bagi umat manusia. Penyelamatan bearti juga pembebasan manusia dari segala penderitaan baik penderitaan rohani maupun jasmani. Dalam hal ini, Gereja diutus untuk menyuarakan dan menjadi pelopor terciptanya dunia yang lebih adil, lebih bersaudara, lebih damai, dan bebas dari ketidakadilan.

d.      Gereja yang Merupakan Ragi

Gereja masa kini hendaknya laksana ragi yang mengembangkan dunia baru. Gereja yang berada di luar dunia, sama seperti ragi yang ditaruh di luar adonan roti.

Setiap kelompok orang Kristen sebagai satu Gereja lokal harus menjadi ragi di tempatnya masing-masing. Ragi yang membangun dunia baru, merombak tembok-tembok yang memisahkan bangsa / manusia yang satu dan yang lainnya.

e.         Gereja yang dinamisDunia akan selalu berkembang. Oleh karena itu, Gereja harus dapat terus ber-agrionamento, artinya Gereja harus selalu memperbaharui diri sesuai dengan tuntutan zaman.

f.         Gereja yang bersifat karismatisGereja yang dijiwai Roh Kudus harus dapat memberi hidup secara bebas dan leluasa kepada semua lapisan umat. Gereja yang penuh sesak dengan bermacam-macam peraturan, struktur organisasi, dan tata upacara liturgi akan menjadi Gereja yang kaku dan beku. Roh Allah telah memberikan karunia-karunia kepada setiap orang demi kebaikan bersama. Roh Allah pulalah yang memberikan kebijaksanaan, bakat-bakat dan kemampuan kepada siapa saja untuk kemajuan Gereja.