Post on 19-Jun-2015
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Privatisasi di Indonesia sudah dijalankan sejak jaman Soeharto, yaitu dengan
alasan bagi pengikutsertaan pihak swasta di berbagai bidang usaha dalam
pengembangan infrastruktur untuk kepentingan umum. Ternyata privatisasi tersebut
menyebabkan banyak sengketa/ perselisihan antara pihak pemerintah atau Serikat
Pekerja di BUMN dengan pihak asing. Demikian pula sejak adanya reformasi, terkuak
banyaknya praktek KKN dalam privatisasi tersebut.1
Selain itu, privatisasi yang terjadi di beberapa BUMN, pada akhir-akhir ini
menimbulkan berbagai kecaman dan tantangan dari berbagai pihak antara lain para
ekonom, pengamat sosial, serikat pekerja, dan lain-lain. Isu yang paling santer adalah
privatisasi BUMN dilakukan sebaga bentuk baru kebebasan perorangan (neo-liberal)
sehingga dianggap tidak bersesuaian dengan ideologi ekonomi Indonesia yaitu
ekonomi kerakyatan.
Privatisasi secara mudahnya berasal dari kata ‘privat’ yang merujuk kepada kuasa
perorangan atau kuasa swasta. Ini adalah akar utama atau inti dasar dari kapitalisme,
yang menempatkan penguasaan ekonomi atau modal (kapital) kepada penguasaan
orang-seorang. Ideologi privatisasi dengan sendirinya adalah paham yang
memusatkan pada penguasaan perorangan, pemusatan penguasaan modal pada orang-
seorang. Dalam sistem kapitalisme, yang berlaku adalah kebebasan penuh orang-
seorang dalam menguasai dan mengakumulasi modal.2
Membahas tentang ideologi ekonomi kerakyatan maka tak dapat dipisahkan dari
sebuah badah usaha bernama koperasi. Koperasi sebagai perwujudan ekonomi
kerakyatan berperan sebagai soko guru perekonomian Indonesia. Untuk itulah, dalam
kegiatan ekonomi diperlukan adanya kesesuaian dengan koperasi itu sendiri, termasuk
di dalamnya adalah prinsip-prinsip koperasi.
Privatisasi sebagai salah satu bentuk kegiatan perekonomian di Indoesia saat ini
mengalami tantangan tersendiri. Tantangan tersebut antara lain ideologi yang berada
dibalik isu privatisasi itu sendiri. Oleh karena itu, untuk mengetahui kesesuaian
1 Bonnie Setiawan, Ideologi dan Hakikat Privatisasi: De-Nasionalisasi menuju Re-Kolonialisme, (21 Oktober 2008), www.globaljust.org/index.php/option/com_content/task/view/id/Item/id
2 Bonnie Seiawan, lock.cit.
UNIVERSITAS INDONESIA 1
privatisasi dengan ekonom kerakyatan diperlukan kajian tersendiri. Kajian tersebut
terutama menyangkut prinsip-prinsip yang terkandung dalam privatisasi itu sendiri
serta prinsip-prinsip dalam koperasi sebagai perwujudan ekonomi kerakyatan.
1.2 Pokok permsalahan
Berrdsarkan uraian latar belakang tesebut, adapun yang menjadi pokok
permasalahan adalah bagaimana kesesuaian antara prinsip-prinsip privatisasi dengan
prinsip-prinsip koperasi sebagai ekonomi kerakyatan?
UNIVERSITAS INDONESIA 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip-Prinsip Koperasi
Prinsip-prinsip koperasi (sering juga disebut sebagai asas-asas atau sendi-sendi
dasar koperasi), adalah garis-garis penuntun atau pemandu yang digunakan oleh
koperasi, untuk melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktek. Prinsip-prinsip
koperasi, pada umumnya diartikan sebagai landasan bekerja bagi koperasi dalam
melakukan kegiatan organisasi dan bisnisnya, sekaligus merupakan ciri khas dan jati
diri koperasi yang membedakannya dari perusahaan-perusahaan non koperasi.
Prinsip-prinsip Koperasi yang pertama kali dikenal dan dirintis oleh Koperasi
Rochdale tahun 1844, sebenamya adalah rumusan yang disepakati oleh seluruh
anggota tentang cara-cara bekerja bagi suatu koperasi konsumsi yaitu:
a. Menjual barang yang mumi, tidak dipalsukan, dan dengan timbangan yang benar;
b. Menjual dengan tunai;
c. Menjual dengan harga umum (pasar);
d. Pembagian keuntungan seimbang dengan pembelian anggota dari koperasi;
e. Satu suara bagi seorang anggota;
f. Tidak membeda-bedakan aliran dan agama anggota.3
Sejak semula, penerapan prinsip-prinsip koperasi adalah disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing koperasi di suatu negara, sehingga pada saat itu, prinsip
koperasi memiliki banyak ragam. Prof. Henzler, dari Jerman membagi asas koperasi
menjadi dua hal, yaitu asas yang struktural dan asas yang fungsional. Democratic
control, termasuk asas struktural. Sedangkan asas yang berkaitan dengan masalah
manajemen, kebijakan harga, pemberian kredit, menentukan metode dan standar dari
3 M. Iskandar Soesilo, Pengertian Koperasi, www.smecda.com/Files/infosmecda/misc/.pdfSedangkan menurut catalan Revrisond Baswir, masih ditambah lagi dengan 3 (tiga) unsur
yaitu :a. Pembatasan bunga alas modal;b. Keanggotaan bersifat sukarela; danc. Semua anggota menyumbang dalam permodalan.
Koperasi Kredit model Raiffeisen tahun 1860, juga memiliki prinsip-prinsip atau asas-asas, yaitu:a. Keanggotaan terbuka bagi siapa saja;b. Perlu ikut sertanya orang kecil, terutama petani kecil atas dasar saling mempercayai;c. Seorang anggota mempunyai hak suara satu;d. Tidak ada pemberian jasa modal;e. Tidak ada pembagian keuntungan, sisa hasil usaha masuk ke dalam cadangan.
UNIVERSITAS INDONESIA 3
prosedur-prosedur operasi adalah asas fungsional, yang bisa berbeda pada beberapa
jenis koperasi. 4
ICA sebagai organisasi puncak perkoperasian sedunia memandang perlu untuk
membuat rumusan umum tentang prinsip-prinsip koperasi yang diharapkan dapat
diterapkan oleh koperasi-koperasi sedunia. Untuk itu, telah dibentuk komisi khusus
guna mengkaji prinsip-prinsip koperasi yang telah dirintis oleh para pionir koperasi
Rochdale.5
Pada Kongres ICA di Paris tahun 1937, ditetapkan bahwa dari 7 (tujuh) prinsip
koperasi Rochdale yang diakui pada Kongres ICA di London tahun 1934, 4 (empat)
yang pertama, telah ditetapkan sebagai prinsip-prinsip ICA sendiri, yaitu:
a. Keanggotaan bersifat sukarela;
b. Pengendalian secara demokratis;
c. Pembagian SHU sebanding dengan partisipasi anggota;
d. Pembatasan bunga atas modal.6
Keadaan menjadi berkembang lagi tatkala Kongres ICA tahun 1966, di Vienna
yang memutuskan 6 (enam) prinsip koperasi, yaitu:
a. Keanggotaan yang terbuka dan sukarela (Voluntary and open membership);
b. Pengelolaan yang demokratis (Democratic Administration);
c. Pembatasan bunga atas modal (Limited interest on capital);
d. Pembagian SHU kepada anggota sesuai partisipasi usahanya cara tunai
(Distribution of surplus, in proportion to their purchase);
4 Hendrojogi, Koperasi : Asas, Teori, dan Praktik, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,, 2007), hlm. 335 M. Iskandar Soesila, lock. cit. Pada Kongres ICA tahun 1934 di London, komisi khusus yang dibentuk tahun 1934 tersebut menyimpulkan bahwa dari 8 asas Rochdale tersebut, 7 (tujuh) buah di antaranya dianggap sebagai asas pokok atau esensial. Asas ke delapan, yaitu dilarang menjual barang yang tidak murni atau dipalsukan, dihapus.
6 Hendrojogi, op.cit., hlm. 34. Kemudian dalam Kongres ICA di Praha tahun 1948, ICA menetapkan dalam Anggaran Dasarnya, bahwa suatu Koperasi di suatu negara dapat menjadi anggota lembaga tersebut bila Koperasi di negara tersebut mempunyai prinsip-prinsipsebagai berikut :a. Keanggotaan bersifat sukarela;b. Pengendalian secara demokratis;c. Pembagian SHU sebanding dengan partisipasi anggota;d. Pembatasan bunga atas modal.Sementara tiga lainnya, yaitu:a. Tata niaga dilaksanakan secara tunai;b. Penyelenggaraan pendidikan danc. Netral di bidang politik dan agama menjadi hal yang tidak diwajibkan.
UNIVERSITAS INDONESIA 4
e. Penyelenggaraan pendidikan bagi anggota, pengurus, pengawas dan staf (Providing
for members, board members and staf education);
f. Kerja sama antar koperasi (Cooperation among the cooperatives).7
Terakhir, adalah penyempumaan yang dilakukan melalui Kongres ICA tahun
1995 di Manchester, Inggris tahun 1995, yang berhasil merumuskan pernyataan
tentang jati diri koperasi (Identity Cooperative ICA Statement/ICIS), yang butir-
butirnya adalah sebagai berikut:
a. Keanggotaan sukarela dan terbuka;
b. Pengendalian oleh anggota-anggota secara demokratis;
c. Partisipasi Ekonomi Anggota;
d. Otonomi dan Kebebasan;
e. Pendidikan, Pelatihan dan Informasi;
f. Kerja sama di antara Koperasi-Koperasi;
g. Kepedulian Terhadap Komunitas.8
Di beberapa negara, daftar asas-asas koperasi ICA dengan beberapa tambahan
telah dibuat menjadi bagian dari undang-undang (misalnya di Indonesia, Singapura,
Zambia dan beberapa negara di Amerika Latin). Asas-asas yang dimasukkan dan
kemudian membentuk undang-undang yaitu :
1. Keanggotaan bersifat sukarela. Di beberapa negara Eropa Timur dan di
kebanyakan negara berkembang secara praktis berubah menjad wajib karena
tidak banyaknya pilihan;
2. keanggotaan terbuka yaitu asas kesediaan untuk memperkenankan para
anggota baru dengan syarat-syarat yang sama dan tanpa pembatasan
sewenang-wenang;
3. manajemen dan kontrol anggota dengan aturan ‘satu orang satu suara’,
kedudukan keputusan rapat anggota oleh suara mayoritas;
4. distribusi keuntungan ekonomi secara layak, yaitu pembayaran keuntungan
terbatas pada modal saham dan pembayaran kembali kepada para anggota.
5. tidak dapat dibaginya dana cadangan (suatu asas yang tidak termasuk dalam
daftar asas-asas koperasi ICA), yaitu tidak ada tuntutan terhadap bagian dana
cadangan karena pengunduran diri anggota, sementara koperasi terus bekerja,
karena pembubaran dan penutupan tidak ada distribusi antara para anggota 7 Ibid. hlm. 358 Andjar Pachta W. et.al., Hukum Koperasi Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan Modal Usaha, Ed.1 Cet. 3, (Jakarta:Kencana, 2008), hlm. 22-25
UNIVERSITAS INDONESIA 5
atas harta kekayaan koperasi yang tidak dituntut (no distribution of the
unclaimed assets of the society among the members). 9
Adapun prinsip-prinsip koperasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Koperasi adalah :
• Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
• Pengelolaan dilakukan secara demokrasi
• Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa usaha masing-
masing anggota
• Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
• Kemandirian
• Pendidikan perkoperasian
• Kerjasama antar koperasi10
2.2 Prinsip-Prinsip Privatisasi
Secara singkat privatisasi merupakan “the act of reducing the role of
government or increasing that of private sector in activity or in the ownership of
assets.” Jadi privatisasi merupakan kegiatan pengurangan peran pemerintah dan
meningkatkan peran swasta dalam aktivitas pemerintah maupun kepemilikan asset
pemerintah. Dua hal yang utama adalah adalah aktivitas pemerintah, yang merupakan
layanan publik pemerintah.11
Savas (Privatization, The Key to Better Government,1987) memberikan
definisi privatisasi sebagai tindakan mengurangi peran pemerintah atau meningkatkan
peran swasta, khususnya dalam aktivitas yang menyangkut kepemilikan atas aset-aset.
Definisi ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Butler (1991), yaitu bahwa
privatisasi adalah pergantian fungsi dari sektor publik menuju sector swasta, baik
secara keseluruhan maupun sebagian. Sebenarnya asumsi dasar penyerahan
pengelolaan pelayanan publik kepada sektor swasta adalah peningkatan efisiensi
penggunaan sumber daya. Privatisasi akan mengembalikan mekanisme pasar,
sehingga memungkinkan terjadinya efisiensi ekonomi.12
9 Abdulkadir Muhammad, Hukum Koperasi (Alih Bahasa dari Ten Lectures on Coperative Law), Hans. H. Munkner, (Bandung: Alumni, 1987)10 Indoensia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi, Pasal 5 ayat (1).11 Safri Nugraha, “Beberapa Catatan Tentang Privatisasi”, dalam Modul Kuliah Hukum Anggaran Negara, (Depok, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007), hlm.112 Setyanto P. Santosa, Privatisasi : Penerapan Nasionalisme Pengelolaan BUMN, www.kolom.pacific.net.id/ind/media.pdf
UNIVERSITAS INDONESIA 6
Beberapa karakteristik privatisasi secara singkat dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1. Perubahan peran pemerintah dari pemilik dan pelaksana, menjadi regulator dan
fasilitator kebijakan serta penetapan sasaran nasional maupun sektoral.
2. Para pengelola yang bertanggung jawab kepada pemilik baru, diharapkan mampu
mencapai sasaran perusahaan dalam kerangka regulasi perdagangan, persaingan,
keselamatan kerja, dan peraturan lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah. Termasuk
kewajiban pelayanan masyarakat.
3. Pemilihan metode dan waktu pelaksanaan kebijakan privatisasi mengacu kepada
kondisi pasar dan regulasi sektoral.
Terdapat tiga metode privatisasi, yaitu: (1) penjualan langsung; (2) pelelangan; dan
(3) penawaran melalui tender. Sedangkan alternatif dalam menentukan struktur
kepemilikan perusahaan antara lain meliputi: (1) penjualan langsung kepada pembeli
domestik; (2) penjualan langsung kepada pembeli asing; (3) ekuitas diserahkan
kepada pemegang saham; dan (4) ekuitas dipegang oleh pemerintah.
Prinsip pertama yang wajib dilakukan dalam privatisasi adalah menyehatkan
BUMN-BUMN yang ada dengan berbagai metode dan cara yang tersedia untuk itu.
Hal yang paling banyak dilakukan untuk itu adalah dengan melakukan restrukturisasi
dan korporatisasi BUMN-BUMN tersebut. Dengan melakukan prinsip kedua dan
ketiga yakni restruktrurisasi dan korporatisasi, BUMN-BUMN tadi menjadi sehat
secara legal, financial, dan operasional. Setelah perusahaan-perusahaan tersebut
menjadi sehat, proses yang kedua yang harus dilakukan adalah menjadikan
perusahaan tersebut sebagai profit company. Proses ini yang sering disebut sebagai
proses profitisasi BUMN atau proses menjadikan BUMN sebagai profit-making
company.
Ketiga prinsip tersebut diatas : privatisasi, korporatisasi dan profitisasi
BUMN, merupakan tiga pilar utama privatisasi yang berkaitan satu dengan lainnya
dan merupakan proses yang harus dilakukan secara berkesinambung untuk mencapai
hasil yang maksimal dan efektif dari privatisasi itu sendiri. Apabila satu dari ketiga
tahapan tersebut terputus dari yang lainnya, pelaksanaan program privatisasi akan
mengalami hambatan yang serius dalam operasionalnya dan dipastikan tidak akan
memberikan manfaat yang berarti bagi kinerja BUMN-BUMN tersebut. 13
13 Safri Nugraha, “Privatisasi BUMN, Kebijakan yang Menguntungkan Negara Atau Investor?”, op.cit hlm. 2-3.
UNIVERSITAS INDONESIA 7
2.3 Kesesuaian Prinsip-Prinsip Koperasi Dengan Prinsip-Prinsip Privatisasi
Menurut Prof. Paul Lambett asas Democratic Control adalah asas utama yang
membedakan koperasi dengan usaha-usaha yang kapitalistis dan bisa ditetapkan
kepada semua jenis koperasi. Asas ini sesungguhnya merupakan pola pemikiran dari
gerakan kaum Chartist di Inggris pada tahun 1830-an, yang rupanya mempengaruhi
pemikiran orang-orang dari Rochdale Pioneers. Dalam pengelolaan organisasi,
Rochdale Pioneers telah membeikan ketentuan: satu anggota satu suara dan
mengingat bahwa anggota adalah pelanggan, maka pengendalian secara demokratis
itu berarti pengendalian koperasi oleh anggota pelanggan dan koperasi itu sendiri.
Selanjutnya Komisi 1966 tersebut mempertegas bahwa perkumpulan koperasi
adalah organisasi yang demokratis dan bahwa anggota-anggota dari perkumpulan
tingkat primer harus bisa memanfaatkan persamaan hak suara dan berperan serta
dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan organisasi.14
Pada dasarnya, privatisasi adalah pengalihan kepemilikan modal dari tangan
pemerintah kepada swasta. Di balik pengalihan ini, hal yang lebih esensial adalah
bergesernya sistem pengelolaan (governance systems) yang tadinya berorientasi pada
kepentingan pemerintah lewat birokrasinya, kini beralih pada investor swasta melalui
kaidah pasar.
Secara keorganisasian, pergeseran ini juga dengan sendirinya akan diikuti
dengan perubahan fungsi kontrol yang tadinya bertumpu pada kekuasaan
(bureaucratic control) menuju pada kontrol yang dilakukan oleh pasar (market
control). Dalam kontrol yang bersifat kekuasaan, mekanisme penggunaan modal
cenderung tidak berorientasi pada prinsip efisiensi, melainkan melayani para
kelompok kepentingan yang tengah berkuasa. Sebaliknya, kontrol yang dilakukan
oleh pasar akan mendorong agar mekanisme penggunaan modal dilakukan
berdasarkan pilihan-pilihan yang menjamin perolehan keuntungan yang paling
maksimal.15
Dari penjabaran tersebut terdapat dua sisi yang berbdeda mengenai prinsip-
prinsip koperasi dan privatisasi. Dalam koperasi, prinsip yang utama adalah kontrol
dari para anggota. Hal ini sejalan dengan pengertian koperasi itu sendiri yaitu
14 Hendrojogi, op.cit., hlm. 37. 15 A Prasetyantoko, Privatisasi dalam Agenda Kelembagaan, (11 Juli 2003), www.els.bappenas.go.id/upload/other.htm
UNIVERSITAS INDONESIA 8
kumpulan para anggota16. Jika dibandingkan dengan privatisasi terdapat prinsip
korporatasisi. Prinsip ini menghendaki agar BUMN dapat berubah menjadi sebuah
korporat (perusahaan) yang dalam pengelolaannya menggunakan mekanisme modal.17
Dengan demikain, privatisasi merupakan kumpulan modal sebagai bentuk prinsip
korporatisasi. Oleh karena itu, antara koperasi dan privatisasi terdapat perbedaan yang
mendasar yaitu mengenai prinsip kontrolnya, koperasi oleh anggota sedangkan
privatisasi oleh modal.
16 Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Indonesia, Undang-Undang Tentang Koperasi, UU No.25 Tahun 1992, pasal 1 angka (1),
17 Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaanya. Indonesia, Undang-Undang Tentang Perseoraon Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, LN. RI. Tahun 2007 Nomor 106, TLN.RI. Nomor 4756
UNIVERSITAS INDONESIA 9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kongres ICA tahun 1995 di Manchester, Inggris tahun 1995, telah berhasil
merumuskan pernyataan tentang jati diri koperasi (Identity Cooperative ICA
Statement/ICIS), dengan menyebutkan prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut:
a. Keanggotaan sukarela dan terbuka;
b. Pengendalian oleh anggota-anggota secara demokratis;
c. Partisipasi Ekonomi Anggota;
d. Otonomi dan Kebebasan;
e. Pendidikan, Pelatihan dan Informasi;
f. Kerja sama di antara Koperasi-Koperasi;
g. Kepedulian Terhadap Komunitas.
Di Indonesia, prinsip-prinsip koperasi tersebut dimasukkan ke dalam undang-
undang yaitu Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Koperasi pada Pasal 5
ayat (1) :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
2. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi
3. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa usaha masing-
masing anggota
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
5. Kemandirian
6. Pendidikan perkoperasian
7. Kerjasama antar koperasi
Adapun privatisasi itu sendiri memiliki tiga pilar utama yaitu :
1. Privatisasi itu sendiri yaitu upaya untuk menyehatkan BUMN-BUMN yang
ada
2. Korporatiassi yaitu upaya untuk meningkatkan efisensi kinerja melalui
pengelolaan modal sehingga BUMN tersebut harus menjadi sebuah
perusahaan.
3. Profitisasi yaitu upaya untuk mencampai profit bagi BUMN.
Terhadap prinsip koperasi dan prinsip privatisasi terdapat perbedaan yaitu prinsip
pengelolaan. Jika koperasi pengeolaaan dilakukan secara demokrasi (anggota) maka
pada privatisasi pengeololaan dilakukan dengan penggunaan modal.
UNIVERSITAS INDONESIA 10
Daftar Pustaka
Hendrojogi, Koperasi : Asas, Teori, dan Praktik, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,,
2007.
Muhammad, Abdulkadir, Hukum Koperasi (Alih Bahasa dari Ten Lectures on
Coperative Law), Munkner, Hans. H., Bandung: Alumni, 1987.
Nugraha, Safri, “Beberapa Catatan Tentang Privatisasi”, Dalam Modul Kuliah Hukum
Anggaran Negara, Depok, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007.
___________, “Privatisasi BUMN, Kebijakan yang Menguntungkan Negara Atau
Investor?”, Dalam Modul Kuliah Hukum Anggaran Negara, Depok, Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2007.
Pachta, Andjar W. et.al., Hukum Koperasi Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan
Modal Usaha, Ed.1. Cet. 3, Jakarta:Kencana, 2008.
Indoensia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi.
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perseoraon Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007,
LN. RI. Tahun 2007 Nomor 106, TLN.RI. Nomor 4756
Setiawan, Bonnie. “Ideologi dan Hakikat Privatisasi: De-Nasionalisasi menuju Re-
Kolonialisme,”www.globaljust.org/index.php/option/com_content/task/view/id/
Item/id, (21 Oktober 2008).
Soesilo, M. Iskandar. “Pengertian Koperasi,”
www.smecda.com/Files/infosmecda/misc/.pdf
Santosa, Setyanto P., “Privatisasi : Penerapan Nasionalisme Pengelolaan BUMN,”
www.kolom.pacific.net.id/ind/media.pdf
A Prasetyantoko, “Privatisasi dalam Agenda Kelembagaan,”
www.els.bappenas.go.id/upload/other.htm, (11 Juli 2003).
UNIVERSITAS INDONESIA 11