Post on 21-Jan-2016
I. Jelaskan pemahaman saudara tentang Etika, Profesi, dan apa fungsi
Kode Etik Profesi!
Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul dan bersosialisasi dengan sesama. Sistem
pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal
dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-
masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa
merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah
dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan
dengan hak-hak asasi umumnya. hal itulah yang mendasari tumbuh
kembangnya etika dimasyarakat.
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan
berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk
menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau
benar, buruk atau baik. Etika merupakan sebuah cabang filsafat yang
berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku
manusia dalam hidupnya.
Menurut De Vos, etika adalah ilmu tentang moral dan merupakan cabang
tertua filsafat.
K. Bertens membagi definisi etika menjadi 3 (tiga) yaitu :
Ilmu tentang baik dan buruk
Sistem nilai perilaku (pada diri manusia maupun kehidupan masyarakat
Kumpulan nilai moral (kode etik).
Masyarakat Jawa mendefinisikan etika sebagai sikap dasar (rasa) yang
mendalam dan benar.
Etika dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana
manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil
keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang
menjdai pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam
menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di
analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai
pengertian umum dan teori-teori.
ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar
dalam bidang kehidupan yang khusus.
Etika sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia
petunjuk bagaimana dia menjalani hidupnya. Etika membantu manusia untuk
mengambil sikap secara benar dalam menjalani hidupnya.
Profesi
Profesi sering disalah artikan oleh masyarakat sebagai pekerjaan. Masyarakat
menganggap profesi adalah sama dengan pekerjaan. Padahal profesi dan
pekerjaan adalah dua hal yang berbeda. Profesi yang dilakukan oleh
seseorang bisa saja menjadi pekerjaannya. Akan tetapi pekerjaan seseorang
belum tentu menjadi profesinya. Profesi adalah sebutan/jabatan di mana
penyandang profesi memiliki pengetahuan khusus dan standing tertentu.
Sedangkan pekerjaan tidak membutuhkan syarat-syarat tertentu seperti yang
disyaratkan pada profesi. Profesi merupakan kelompok terbatas orang-orang
yang memiliki pengetahuan khusus dan dengan pengetahuan khusus itu
mereka dapat berfungsi secara lebih baik daripada orang lain pada umumnya
serta sarat nilai idealisme, sadar kewajiban, berani (sesuai tuntutan profesi),
tidak sekedar mencari nafkah.
Profesi di bagi menjadi 2 (dua) yaitu profesi umum dan profesi khusus. Hal
utama yang membedakan suatu profesi khusus dari profesi pada umumnya
adalah tekanan utamanya pada pengabdian atau pelayanan kepada
masyarakat. Orang yang menjalankan suatu profesi luhur atau profesi khusus
juga membutuhkan nafkah hidup yang didapatkan dari kegiatan menjalankan
profesi tersebut. Akan tetapi sasaran utamanya adalah untuk mengabdi dan
melayani masyarakat. Pelayanan dan pengabdian itu diberikan bahkan
dijalani sebagai suatu panggilan dari Allah atau Tuhan, yang memanggil dan
menugaskan mereka untuk menyampaikan kasih kepada yang membutuhkan.
Profesi mempunyai ciri-ciri yang selalu melekat yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan ketrampilan
ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang
bertahun-tahun
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya
setiap penyandang profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di
bawah kepentingan masyarakat
3. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan
selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat dimana nilai-
kemanusian berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan
sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih
dahulu ada izin khusus
4. Penyandang profesi biasanya menjadi anggota oraganisasi profesi
sesuai dengan profesi yang dijalaninya
Fungsi kode etik profesi
Fungsi kode etik profesi antara lain :
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi
II. Sebutkan ciri-ciri profesi, dan uraikan mengapa kode etik dianggap
sebagai pedoman dalam menjalankan profesi.
Ciri-ciri profesi
Menurut Muladi :
1. Untuk bisa praktek secara profesional, perlu “extensive training”
2. Materinya mengandung “a significant intellectual component” (bukan
sekedar peltihan ketrampilan)
3. Ada kesadaran untuk mengabdikan profesinya bagi pelayanan
masyarakat
Menurut Louis Brandels :
1. Perlu pelatihan, harus bersifat intelektual
2. Berbeda, lebih dari sekedar keahlian
3. Menguasai pengetahuan/kesarjanaan
4. Keahlian profesional = pengetahuan yang diterapkan praktisi untuk
suatu tujuan, demi manusia lain
5. Imbalan uang bukan ukuran keberhasilan
Ciri-ciri profesi secara umum :
1. Adanya pengetahuan khusus
Setiap profesi selalu mengandalkan adanya suatu pengetahuan dan
keterampilan atau keahlian khusus yang sangat diperlukan untuk
menjalankan tugas-tugas profesional dengan baik. Kaum profesional
lebih tahu dan terampil dalam bidang profesi mereka dibandingkan
dengan kebanyakan orang lainnya.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang tinggi
Setiap profesi, khususnya yang selalu terkait dengan pengabdian dan
pelayanan langsung kepada masyarakat sangat rentan akan
penyalahgunaan yang dilakukan oleh yang menjalankan profesi
tersebut. Untuk memelihara standar moral yang tinggi inilah
digunakan kode etik untuk setiap profesi.
3. Pengabdian kepada kepentingan masyarakat
Setiap profesi, khususnya profesi luhur, menempatkan kepentingan
masyarakat diatas kepentingan pribadinya. Kenyataan bahwa hanya
merekalah yang memiliki kemampuan, keahlian dan keterampilan
dibidang itu telah membuat mereka terikat tanggung jawab untuk
menggunakan apa yang mereka miliki itu demi pengabdian kepada
masyarakat yang umumnya tidak memiliki kemampuan dan keahlian
seperti itu. Ini adalah sebuah panggilan yang ditujukan kepada
kehendak mereka untuk mau mengabdikan diri bagi kepentingan
masyarakat.
4. Memerlukan izin khusus
Khususnya untuk suatu profesi luhur biasanya diperlukan izin khusus
untuk bisa menjalankannya. Ini terkait dengan kenyataan bahwa
profesi yang dijalankan menyangkut kepentingan masyarakat banyak,
yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar manusia. Berhubung
taruhannya sangat tinggi, maka untuk menjalankannya harus ada izin
khusus, untuk memastikan bahwa yang bersangkutan telah memenuhi
syarat untuk bisa mengemban amanat luhur yang terkandung dalma
profesi itu.
5. Menjadi anggota dari suatu organisasi profesi
Setiap orang yang ingin dan memenuhi syarat untuk memulai praktek
menjalankan suatu profesi akan bergabung dengan kelompok profesi
tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjaga keluhuran profesi itu
sendiri. Dengan penggabungan ini diharapkan setiap anggota dapat
saling mendorong dan menguatkan untuk menjunjung tinggi
kepemilikan standar moral yang tinggi, agar kode etik tidak dilanggar,
pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat tidak luntur dan sebagai
wadah untuk mendiskusikan berbagai hal yang berkaitan dengan
perbaikan kualitas pelaksanaan pelayanan mereka.
Kode etik merupakan suatu etika yang dibentuk dan disetujui oleh
masyarakat tertentu sebagai suatu pedoman dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat. Kode etik profesi merupakan suatu etika, tata cara, pola
aturan yang dibentuk dan disetujui oleh suatu kelompok profesi tertentu
yang mana di dalamnya mengatur tentang bagaimana penyandang profesi
bertindak dalam memberikan jasa dengan sebaik-baiknya kepada
msyarakat yang membutuhkan. Kode etik dianggap sebagai pedoman
dalam profesi agar dalam menjalankan sebuah profesi seorang penyandang
profesi mengetahui sikap-sikap yang harus dilakukan dalam menjalani
profesinya. Mengetahui tata cara menjalankan profesinya dengan baik
sehingga terciptalah penyandang profesi yang bersikap profesional. Kode
etik juga berfungsi sebagai pencegah pelanggaran dalam sebuah profesi.
III. Uraikan analisis saudara (minimal 10 halaman, Times New Roman, Font
12) terhadap pemberitaan media cetak (copy terlampir). Adakah
pelanggaran etika profesi? Jelaskan.
Kata etika (atau etik) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan
berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk
menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau
benar, buruk atau baik. Etika merupakan sebuah cabang filsafat yang
berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku
manusia dalam hidupnya.
Etika dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana
manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil
keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang
menjdai pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam
menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di
analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai
pengertian umum dan teori-teori.
Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus.
Etika sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia
petunjuk bagaimana dia menjalani hidupnya. Etika membantu manusia untuk
mengambil sikap secara benar dalam menjalani hidupnya.
Peranan etika dalam profesi :
Nilai-nilai etika itu dimiliki oleh setiap kelompok masyarakat, bahkan
kelompok yang paling kecil yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan
nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata
nilai untuk mengatur kehidupan bersama.
Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi
landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya
maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan
ini sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan
tertuang secara tertulis (yaitu kode etik profesi) dan diharapkan menjadi
pegangan para anggotanya.
Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku
sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai
pergaulan yang telah disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi),
sehingga terjadi kemerosotan etik pada masyarakat profesi tersebut. sebagai
contohnya adalah pada profesi hukum dikenal adanya mafia peradilan,
demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian klinik super spesialis di
daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin menjamahnya.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa etika profesi dalah
keterampilan seseorang dalam suatu pekerjaan utama yang diperoleh dari
jalur pendidikan atau pengalaman dan dilaksanakan secara kontinu yang
merupakan sumber utama untuk mencari nafkah. Adapun ciri-ciri profesi
secara umum yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus
Setiap profesi selalu mengandalkan adanya suatu pengetahuan dan
keterampilan atau keahlian khusus yang sangat diperlukan untuk
menjalankan tugas-tugas profesional dengan baik. Kaum profesional
lebih tahu dan terampil dalam bidang profesi mereka dibandingkan
dengan kebanyakan orang lainnya.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang tinggi
Setiap profesi, khususnya yang selalu terkait dengan pengabdian dan
pelayanan langsung kepada masyarakat sangat rentan akan
penyalahgunaan yang dilakukan oleh yang menjalankan profesi
tersebut. Untuk memelihara standar moral yang tinggi inilah digunakan
kode etik untuk setiap profesi.
3. Pengabdian kepada kepentingan masyarakat
Setiap profesi, khususnya profesi luhur, menempatkan kepentingan
masyarakat diatas kepentingan pribadinya. Kenyataan bahwa hanya
merekalah yang memiliki kemampuan, keahlian dan keterampilan
dibidang itu telah membuat mereka terikat tanggung jawab untuk
menggunakan apa yang mereka miliki itu demi pengabdian kepada
masyarakat yang umumnya tidak memiliki kemampuan dan keahlian
seperti itu. Ini adalah sebuah panggilan yang ditujukan kepada
kehendak mereka untuk mau mengabdikan diri bagi kepentingan
masyarakat.
4. Memerlukan izin khusus
Khususnya untuk suatu profesi luhur biasanya diperlukan izin khusus
untuk bisa menjalankannya. Ini terkait dengan kenyataan bahwa profesi
yang dijalankan menyangkut kepentingan masyarakat banyak, yang
berkaitan dengan nilai-nilai dasar manusia. Berhubung taruhannya
sangat tinggi, maka untuk menjalankannya harus ada izin khusus, untuk
memastikan bahwa yang bersangkutan telah memenuhi syarat untuk
bisa mengemban amanat luhur yang terkandung dalma profesi itu.
5. Menjadi anggota dari suatu organisasi profesi
Setiap orang yang ingin dan memenuhi syarat untuk memulai praktek
menjalankan suatu profesi akan bergabung dengan kelompok profesi
tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjaga keluhuran profesi itu sendiri.
Dengan penggabungan ini diharapkan setiap anggota dapat saling
mendorong dan menguatkan untuk menjunjung tinggi kepemilikan
standar moral yang tinggi, agar kode etik tidak dilanggar, pengabdian
dan pelayanan kepada masyarakat tidak luntur dan sebagai wadah untuk
mendiskusikan berbagai hal yang berkaitan dengan perbaikan kualitas
pelaksanaan pelayanan mereka.
Secara sederhana etika profesi dapat diartikan sikap berupa keadilan untuk
memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan penuh
ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas
berupa kewajiban terhadap masyarakat. Etika profesi dapat diwujudkan
melalui kode etik profesi yang mengatur tingkah laku para penyandang
profesi baik penyandang profesi yang baru saja bergabung maupun yang
sudah profesional.
Secara sederhana kode etik profesi dapat diartikan sebagai tingkah laku
moral suatu kelompok dalam masyarakat, yang dirimuskan secara tertulis,
dan diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh anggota suatu kelompok.
Kode etik profesi adalah perwujudan dari etika profesi. Sebagai
perwujudan dari etika profesi kode etik profesi ini harus dipatuhi oleh
penyandang profesi baik penyandang profesi yang baru saja terjun ke dalam
profesi tersebut maupun para profesional.
Dalam kaitan dengan etika, kode etik dipandang sebagai produk etik
terapan, yang dihasilkan berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah
tertentu, yaitu profesi. Kode etik merupakan perwujudan kongkrit dari
pemikiran atau prinsip etis yang relevan dalam suatu profesi.
Kode etik dapat berfungsi sebagai penyeimbang atas sisi negatif yang
mungkin timbul dari suatu profesi, menjadi kompas penunjuk arah moral dan
sekaligus penjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat.
Agar kode etik dapat berfungsi dengan baik maka ada beberapa hal yang
harus diperhatikan agar kode etik dapat berfungsi dengan baik, yaitu :
Kode etik harus dibuat oleh kelompok profesi itu sendiri dan bukan
didrop saja dari atas, dari instansi pemerintah atau instansi lainnya.
Kode etik harus menjadi hasil self regulation dari profesi. Rumusannya
harus muncul sebagai rangkaian nilai luhur, berisi perwujudan nilai-
nilai moral yang hakiki, yang ingin mereka hayati secara kongkrit dan
konsisten dalam menjalankan profesi mereka.
Pelaksanaan kode etik harus tetap diawasi terus menerus. Perlu adanya
semacam badan atau dewan penegak kode etik, yang berperan
melaksanakan pemantauan dan sekaligus menerapkan sanksi-sanksi
yang juga harus diatur didalamnya
Dalam kasus yang di alami oleh terdakwa berinisial “K” remaja berumur
19 tahun. Terdakwa mengaku bahwa dia telah diperas oleh jaksa dan hakim
yang menangani kasus yang terdakwa alami. Terdakwa bersalah karena
dalam kecelakaan yang dialaminya menelan korban. Korban kecelakaan
tersebut menderita luka berat. Dalam persidangan jaksa menuntut terdakwa
“K” dihukum selama 8 (delapan) bulan dengan masa percobaan selama 1
(satu) tahun. Dalam hitungan menit hakim langsung memutuskan hukuman
bagi terdakwa “K” selama 6 (enam) bulan penjara dengan masa percobaan
sepuluh bulan. Terdakwa mengaku diperas oleh jaksa pada saat proses
pelimpahan berkas ke kejaksaan. Jaksa tersebut menjanjikan kepada terdakwa
“K” bahwa terdakwa tidak usah melakukan sidang. Jaksa tersebut meminta
uang sebesar Rp.5 juta akan tetapi terdakwa tidak menyanggupi terdakwa
hanya bisa menyanggupi sebesar Rp.3 juta dan jaksa tersebut mengiyakan.
Setelah kejadian tersebut terdakwa “K” diminta jaksa untuk meminta tolong
kepada hakim untuk memuluskan jalannya perkara tersebut. Pada saat itu
terdakwa “K” diantar oleh jaksa untuk menemui hakim yang menangani
perkara tersebut. Jaksa dengan mudah dapat menemui hakim. Dan pada saat
menemui hakim, hakim tersebut meminta sejumlah uang untuk melancarkan
jalannya persidangan tersebut. Jumlah uang yang disepakati sama seperti
pada saat jaksa meminta uang pada terdakwa “K”. Setelah itu terdakwa “K”
menyerahkan uang tersebut kepada jaksa dan hakim. Pada saat itu terdakwa
“K” berharap dia tidak usah mengikuti jalannya sidang seperti yang
dijanjikan oleh jaksa. Akan tetapi terkdakwa masih harus mengikuti jalannya
persidangan.
Dalam kasus tersebut di duga telah terjadi pelanggaran pada etika profesi
hakim maupun jaksa. Perbuatan yang dilakukan jaksa dan hakim tersebut
telah melenceng dari definisi etika profesi “sikap berupa keadilan untuk
memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan penuh
ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas
berupa kewajiban terhadap masyarakat”. Perbuatan jaksa dan hakim tersebut
juga telah melanggar kode etik hakim dan jaksa yang harus dipatuhi oleh
hakim dan jaksa di Indonesia.
Dalam pelanggaran kode etik dapat dikenai sanksi berupa :
Sanksi pidana
Sanksi pidana dapat dijatuhakan apabila terjadi pelanggaran kode etik.
Pelanggaran kode etik ini sampai melibatkan sanksi pidana
dikarenakan kode etik merupakan landasan atau aturan bagi
penyandang profesi untuk menjalankan profesinya. Karena apabila
pelanggaran kode etik tersebut terjadi, bukan hanya orang yang
menggunakan jasa penyandang profesi tersebut tetapi bisa saja
masyarakat luas terkena imbas dari pelanggaran kode etik tersebut.
Sanksi moral
Kode etik merupakan landasan moral dan merupakan pedoman sikap,
tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap terhadap
pelanggaran dapat berupa sanksi moral.
Sanksi dikeluarkan dari organisasi
Kode etik suatu profesi di buat oleh uatu organisasi yang menaungi
profesi tertentu. Apabila seorang penyandang profesi menjadi anggota
organisasi profesi yang sesuai dengan profesinya, hal itu dapat
mempengaruhi citra penyandang profesi tersebut dimasyarakat.
Masyarakat akan lebih percaya apabila penyandang profesi tersebut
berada dalam organisasi yang sesuai dengan profesinya tersebut.
Kepercayaan masyarakat tersebut dapat mempengaruhi kinerja dan
menambah profesionalitas penyandang profesi tersebut. Jadi apabila
terjadi pelanggaran kode etik dalam suatu profesi tertentu,
penyandang profesi dapat dikeluarkan dari organisasi profesi tersebut,
dan hal itu akan mempengaruhi citra penyandang profesi di mata
masyarakat serta mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap
kinerja penyandang profesi tersebut.
Dugaan atas perbuatan yang dilakukan jaksa tersebut melanggar Doktrin
Trikrama Adhyaksa, yaitu:
Beriman dan taqwa, kepribadian utuh, serta paham, hayati dan
amalkan pancasila;
Cinta tanah air dan bangsa, pelaku pembangunan hukum, wujudkan
masyarakat adil dan makmur;
Utamakan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara
Perbuatan jaksa tersebut telah tidak mementingkan kepentingan masyarakat
luas. Jaksa tersebut hanya mementingkan kepentingan pribadinya saja. Jaksa
tersebut sudah tidak mencerminkan kepribadian jaksa, yaitu :
Emban tugas dan wewenang kejaksaan;
Beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
Memiliki asas satu dan tak terpisahkan;
Bertindak berdasarkan hukum dan sumpah jabatan;
Norma agama, kesopanan dan kesusilaan;
Nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan;
Berpedoman pada Doktrin “Trikrama Adhyaksa”;
Jaksa tersebut, khususnya tidak mencerminkan kepribadian jaksa bertindak
berdasarkan hukum dan sumpah jabatan. Jaksa tersebut telah melanggar
sumpah jabatan yang tertera pada Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1947 yang berbunyi :
“Demi Allah! Saya bersumpah:
Bahwa saya untuk mendapat jabatan saya ini, baik dengan langsung
maupun dengan tidak langsung, dengan rupa atau kedok apapun juga,
tidak memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu, kepada
siapapun juga. Bahwa saya akan setia dan ta'at kepada Negara Republik
Indonesia. Bahwa saya tidak akan menerima hadiah atau suatu
pemberian berupa apa saja dari siapapun juga, yang saya tahu atau
patut dapat mengira bahwa ia mempunyai atauakan mempunyai perkara
atau hal yang mungkin bersangkutan dengan jabatan yang saya jalankan
ini; bahwa saya didalam melakukan kewajiban saya senantiasa akan
memegang teguh hukum, keadilan, tidak sebelah-menyebelah dan tidak
memandang orang; bahwa saya akan bekerja untuk kepentingan Negara,
sebagai pegawai, kehakiman yang tulus, saleh, cermat dan
bersemangat”
Jaksa tersebut telah melanggar larangan pada Pasal 4 huruf d Peraturan Jaksa
Agung R.I Nomor : PER-067/A/JA/07/2007 yang berbunyi :
“meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan serta melarang
keluarganya meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan
sehubungan dengan jabatannya”
Untuk itu perbuatan pelanggaran etika profesi maupun kode etik profesi yang
dilakukan jaksa tersebut dapat diberikan sanksi berupa sanksi pidana. Tidak
hanya sanksi pidana yang akan menimpa jaksa tersebut akan tetapi ada sanksi
moral dari masyarakat dan sanksi dikeluarkannya jaksa tersebut dari korps
kejaksaan.
Hakim yang menangani kasus kecelakaan atas terdakwa “K”, diduga juga
melakukan pemerasan terhadap terdakwa “K”. Atas dugaan tersebut hakim
yang menangani kasus tersebut telah melanggar etika profesi. Hakim tersebut
telah melanggar kode etik yang telah ditetapkan.
Hakim tersebut telah melanggar sifat-sifat pada “Panca Dharma Hakim”
yang berbunyi :
1. Kartika, yaitu memiliki sifat percaya dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Cakra, yaitu sifat mampu memusnahkan segala kebathilan, kezaliman
dan ketidakadilan.
3. Candra, yaitu memiliki sifat bijaksana dan berwibawa.
4. Sari, yaitu berbudi luhur dan berkelakuan tidak tercela.
5. Tirta, yaitu sifat jujur.
Hakim tersebut telah tidak jujur dalam menangani perkara dan hakim
tersebut telah bertindak tidak adil dalam memutus perkara yang ditanganinya.
Hakim tersebut hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Tidak peduli
akan kepentingan bersama, terlebih lagi telah melupakan kepentingan
masyarakat luas. Hakim tersebut melakukan pemerasan untuk kepentingan
pribadinya, padahal profesi tidak boleh menaruh kepentingan pribadi diatas
kepentingan bersama.
Hakim tersebut telah melanggar sumpah jabatannya. Dalam sumpah
jabatannya tersebut dia berjanji tidak akan menerima hadiah atau suatu
pemberian berupa apa saja dari siapapun juga.
Hakim tersebut telah melanggar larangan pada Pasal 5 Kode Etik Profesi
Hakim yang berbunyi :
1. Melakukan kolusi dengan siapapun yang berkaitan dengan perkara yang
akan dan sedang ditangani.
2. Menerima sesuatu pemberian atau janji dari pihak-pihak yang
berperkara.
3. Membicarakan suatu perkara yang ditanganinya diluar acara
persidangan.
4. Mengeluarkan pendapat atas suatu kasus yang ditanganinya baik dalam
persidangan maupun diluar persidangan mendahului putusan.
5. Melecehkan sesama Hakim, Jaksa, Penasehat Hukum, Para pihak
Berperkara, ataupun pihak lain.
6. Memberikan komentar terbuka atas putusan Hakim lain, kecuali
dilakukan dalam rangka pengkajian ilmiah.
7. Menjadi anggota atau salah satu Partai Politik dan pekerjaan/jabatan
yang dilarang Undang-undang.
8. Mempergunakan nama jabatan korps untuk kepentingan pribadi
ataupun kelompoknya.
Hakim tersebut telah melanggar larangan khususnya pada Pasal 5 angka 2.
Untuk itu perbuatan pelanggaran etika profesi maupun kode etik profesi yang
dilakukan hakim tersebut dapat diberikan sanksi berupa sanksi pidana karena
perbuatan hakim tersebut telah merugikan masyarakat. Tidak hanya sanksi
pidana yang akan menimpa hakim tersebut akan tetapi ada sanksi moral dari
masyarakat, masyarakat akan berkurang kepercayaannya kepada hakim, bisa
saja mengakibatkan menurunnya kerpercayaan masyarakat terhadap badan
peradilan di Indonesia, karena perbuatan yang dilakukan hakim tersebut dan
sanksi dikeluarkannya hakim tersebut dari korps pengadilan.
Akan tetapi kasus diatas baru berupa kesaksian dari remaja berusia 19
tahun yang berinisial “K”, yang mengaku telah diperas oleh jaksa dan hakim
yang menangani perkaranya. Di duga jaksa dan hakim tersebut telah
melanggar etika profesi dan kode etik profesi. Untuk kejelasaannya
diperlukan penyelidikan lebih lanjut terkait pelanggaran etika profesi ini. Dan
apabila benar terjadi adanya pelanggaran etika profesi oleh jaksa dan hakim
tersebut, maka aparat hukum harus memproses sanksi apa yang tepat bagi
jaksa dan hakim yang melakukan perbuatan tersebut. Hal ini harus cepat
ditangani supaya kepercayaan masyarakat terhadap badan peradilan di
Indonesia tidak menurun.
UJIAN TENGAH SEMESTER
ETIKA PROFESI
DOSEN : Dr. Suhar Adi K., S.H., M.H.
OLEH :
RANI PUTRI KUSUMAWARDANI
031011234 / C1
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2013