Tugas Akhir Arness Figlia H. 3308100019 - digilib.its.ac.id · enelitian ini diharapkan dapat...

Post on 13-Mar-2019

219 views 0 download

Transcript of Tugas Akhir Arness Figlia H. 3308100019 - digilib.its.ac.id · enelitian ini diharapkan dapat...

Tugas Akhir

Arness Figlia H. 3308100019

Pengelolaan Limbah B3 Kendaraan

Bermotor Roda Empat di Kecamatan

Krembangan, Surabaya

Pendahuluan

Latar Belakang

Peningkatan jumlah

penduduk

Peningkatan jumlah

kendaraan bermotor

Peningkatan jumlah bengkel

kendaraan bermotor

Peningkatan jumlah limbah B3 bengkel kendaraan bermotor

Dibutuhkan pengelolaan

limbah B3 bengkel yang sesuai

1. Bagaimana timbulan, jenis, karakteristik serta komposisi limbah B3 yang dihasilkan bengkel kendaraan bermotor roda empat di Kecamatan Krembangan?

2. Bagaimana pengelolaan (reduksi, pewadahan, penyimpanan, transportasi, dan pengolahan disumber) limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan bengkel kendaraan bermotor roda empat di Kecamatan Krembangan?

3. Bagaimana pola persebaran limbah B3 yang dihasilkan bengkel kendaraan bermotor roda empat di Kec. Krembangan?

Rumusan Masalah

1. Mengidentifikasi jumlah, jenis, karakteristik, serta komposisi limbah B3 yang dihasilkan bengkel kendaraan bermotor roda empat di Kecamatan Krembangan.

2. Mengidentifikasi dan mengevaluasi upaya pengelolaan serta memberikan rekomendasi pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan bengkel kendaraan bermotor roda empat.

3. Memetakan persebaran limbah B3 bengkel kendaraan bermotor roda empat di Kecamatan Krembangan.

Tujuan

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa dalam pengelolaan limbah B3 yang baik dan sesuai dengan peraturan, terutama untuk limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan perbengkelan. Selain itu, diharapkan dapat memberikan rekomendasi pengelolaan limbah B3 yang sesuai dengan peraturan yang berlaku kepada bengkel-bengkel yang belum melaksanakan pengelolaan dengan baik.

Metode Penelitian Kondisi ideal VS kondisi eksisting

Ide studi pengelolaan limbah B3 bengkel kendaraan bermotor roda empat + rumusan masalah

Pengumpulan data (survey penghasil dan pengumpul serta sampling di lokasi)

Analisa & pengolahan data

Kesimpulan dan saran Sampling dilakukan selama 7 hari dengan 1 hari pengulangan (data pada hari yang sama akan dirata-rata)

Gambaran Umum Wilayah Studi

Wilayah Studi • Kec. Krembangan memiliki luas wilayah sebesar

8,34 km² dengan jumlah penduduk 114.506 jiwa (Surabaya Dalam Angka, 2011).

• Terdapat 19 bengkel kendaraan bermotor roda empat di Kecamatan Krembangan, dengan rincian sebagai berikut:

• 3 bengkel perwakilan • 16 bengkel bebas • Dari 19 bengkel tersebut, terdapat 4 bengkel tipe

A, 7 bengkel tipe B dan 8 bengkel tipe C.

Limbah B3 Bengkel • Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 85

tahun 1999 yang menyebutkan tentang kriteria/karakteristik limbah B3, terdapat beberapa limbah kegiatan bengkel yang dapat dikategorikan sebagai limbah B3, yaitu pelumas atau oli bekas, serta aki bekas.

Tinjauan Pustaka

Pengelolaan Pelumas Bekas

• Dilakukan pengolahan melalui proses daur ulang

• Pelumas/oli bekas akan mengalami pemurnian sedemikian rupa hingga akhirnya menghasilkan produk bernama pelumas dasar. Pelumas dasar ini merupakan salah satu bahan baku utama dalam pembuatan pelumas atau oli.

Pengelolaan Aki Bekas

• Dilakukan pengolahan melalui proses daur ulang

• Aki bekas akan mengalami pemotongan dan pemisahan komponen-komponen di dalamnya. Komponen tersebut akan mengalami proses daur ulang yang berbeda-beda.

Analisa dan Pembahasan

1. Identifikasi Limbah B3 Bengkel Kendaraan Bermotor Roda Empat di Kecamatan Krembangan 2. Pengelolaan Setempat Bengkel Kendaraan Bermotor Roda Empat di Kecamatan Krembangan 3. Kajian Kondisi Eksisting Bengkel Kendaraan Bermotor Roda Empat Berdasarkan Peraturan Yang Berlaku 4. Rekomendasi Pengelolaan Limbah B3 Bengkel Kendaraan Bermotor Roda Empat di Kecamatan Krembangan

Identifikasi Limbah B3 Bengkel Tipe A

Bengkel tipe A yang disampling sebanyak 2 buah. Limbah B3 yang dihasilkan antara lain oli bekas, bekas kemasan terkontaminasi oli, dan majun. Pada bengkel tipe A, onderdil bekas akan dikembalikan ke konsumen.

Rata-rata limbah B3 yang dihasilkan bengkel tipe A adalah sebanyak 3,46 Kg per mobil.

Pada grafik, timbulan paling banyak adalah oli bekas.

Komposisi limbah B3 bengkel tipe A yaitu 94% oli bekas, 5% bekas kemasan dan 1% majun.

Identifikasi Limbah B3 Bengkel Tipe B

Bengkel tipe B yang disampling sebanyak 3 buah. Limbah B3 yang dihasilkan antara lain oli bekas, bekas kemasan terkontaminasi oli, majun dan onderdil bekas. Namun, kadang-kadang onderdil bekas dan bekas kemasan diminta kembali oleh konsumen.

Rata-rata timbulan limbah B3 bengkel tipe B adalah sebanyak 3,41 Kg per mobil.

Pada grafik, timbulan paling banyak adalah oli bekas.

Komposisi limbah B3 bengkel tipe B yaitu 93,4% oli bekas, 2,7% bekas kemasan, 3,5% onderdil bekas dan 0,5% majun.

Identifikasi Limbah B3 Bengkel Tipe C

Bengkel tipe C yang disampling adalah sebanyak 4 buah. Limbah B3 yang dihasilkan antara lain oli bekas, bekas kemasan terkontaminasi oli, majun dan onderdil bekas. Namun, hanya terdapat 1 bengkel yang melayani penggantian onderdil.

Rata-rata timbulan limbah B3 bengkel tipe C adalah sebanyak 1,92 Kg per mobil.

Pada grafik, timbulan paling banyak adalah oli bekas.

Komposisi limbah B3 bengkel tipe C yaitu 86% oli bekas, 10% bekas kemasan, 2% onderdil bekas dan 2% majun.

2. Pengelolaan Setempat Bengkel

Kendaraan Bermotor Roda Empat di

Kecamatan Krembangan

• Pengelolaan limbah B3 meliputi reduksi, pewadahan, penyimpanan, pengangkutan, pemanfaatan, dan pengolahan.

• Sebagian besar bengkel masih belum melakukan upaya reduksi untuk mengurangi jumlah limbah B3 yang dihasilkan.

• Sebanyak 8 bengkel yang disampling memiliki sistem pewadahan oli bekas yang sama yaitu dengan menggunakan drum bervolume 200 L. Salah satu bengkel lainnya menggunakan kotak IBC dengan volume 1000 L.

Pewadahan oli bekas dengan menggunakan drum bervolume 200 L. Pewadahan jenis ini digunakan oleh 8 bengkel yang disampling.

Pewadahan oli bekas dengan menggunakan kotak IBC bervolume 1000 L. Salah satu bengkel tipe B yang menggunakannya.

• Pewadahan limbah padat B3 (bekas kemasan dan majun) untuk bengkel tipe A telah dibedakan antara limbah B3 padat dengan non B3.

Wadah pada bengkel Mitsubishi, terbuat dari logam.Merah untuk limbah padat B3 dan hijau untuk limbah padat non B3

Wadah pada bengkel Toyota, terbuat dari plastik.Merah untuk limbah padat B3, kuning untuk limbah padat anorganik dan hijau untuk limbah padat organik.

• Pewadahan limbah B3 bekas kemasan dan onderdil bekas untuk bengkel tipe B telah dibedakan dengan limbah padat non B3. Namun, limbah majun masih tercampur dengan limbah non B3.

• Pewadahan limbah B3 bekas kemasan dan onderdil bekas hanya menggunakan kardus bekas yang kemudian disimpan di ruangan tersendiri.

Kardus yang digunakan untuk menampung bekas kemasan pada bengkel-bengkel tipe B

• Hanya terdapat 1 bengkel tipe C yang menghasilkan limbah onderdil bekas. Bengkel tersebut hanya meletakkan onderdil bekasnya pada sebuah rak yang sekaligus sebagai tempat bekas kemasan.

• Kardus bekas digunakan sebagai pewadahan limbah bekas kemasan.

• Limbah majun masih tercampur dengan limbah non B3.

Kardus yang digunakan untuk menampung bekas kemasan pada bengkel-bengkel tipe C.

Rak yang digunakan untuk menampung bekas kemasan dan onderdil bekas pada salah satu bengkel tipe C

• Seluruh bengkel belum menggunakan label dan simbol yang sesuai dengan peraturan.

• Hanya terdapat tulisan berbunyi “oli bekas” untuk wadah yang menampung oli bekas. Tidak ada simbol limbah mudah terbakar, maupun label yang menandakan limbah B3.

• Seluruh bengkel yang disampling melakukan penyimpanan limbah B3 di dalam area bengkel. Namun tidak seluruhnya terlindung dari air hujan.

• Tujuan pengangkutan limbah B3 hanya diketahui untuk limbah oli bekas saja. Sebanyak 5 bengkel memiliki tujuan pengangkutan oli bekas yang sama, yaitu ke pengumpul oli bekas bernama Patuk Pulo.

Pengangkutan limbah oli bekas dari penghasil ke pengumpul dilakukan dengan menggunakan mobil pick-up terbuka.

• Pengolahan in-situ: pengolahan yang dilakukan di dalam bengkel yaitu menggunakan oil trap. Hanya terdapat 3 bengkel yang memiliki sistem ini.

Oli yang tercecer di lantai kerja bengkel akan masuk ke saluran ini.

Pipa yang menghubungkan antar kompartemen dalam oil trap.

• Pengolahan ex-situ yang dilakukan pihak bengkel yaitu dengan cara menjual limbah B3 yang masih memiliki nilai ekonomis kepada pihak ketiga. Contohnya untuk oli bekas, dari penghasil menuju pihak pengumpul kemudian oli bekas akan dibeli pihak pengolah untuk diolah dengan teknologi khusus sehingga dapat menghasilkan bahan dasar pelumas baru.

3. Kajian Kondisi Eksisting Bengkel

Kendaraan Bermotor Roda Empat

Berdasarkan Peraturan Yang Berlaku

• Pewadahan limbah B3 telah diatur dalam Kep. Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995.

Contoh simbol dan label yang harus ada untuk setiap wadah penampung limbah B3

Perbandingan pewadahan limbah B3 yang dilakukan pihak bengkel dengan peraturan yang berlaku seperti terlihat pada tabel.

• Perbandingan penyimpanan limbah B3 yang dilakukan pihak bengkel dengan peraturan yang berlaku seperti terlihat pada tabel.

• Perbandingan penyimpanan limbah B3 yang dilakukan pihak pengumpul oli bekas dengan peraturan yang berlaku seperti terlihat pada tabel.

• Perbandingan pengangkutan limbah B3 dengan peraturan yang berlaku seperti terlihat pada tabel.

4. Rekomendasi Pengelolaan Limbah B3

Bengkel Kendaraan Bermotor Roda

Empat di Kecamatan Krembangan

• Upaya reduksi limbah B3 telah ditetapkan dalam PP No. 18 Tahun 1999. Reduksi limbah B3 dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah B3 yang dihasilkan.

• Rekomendasi reduksi yang dapat dilakukan oleh pihak bengkel yaitu dengan cara minimisasi penggunaan majun dengan cara membatasi penggunaan majun setiap harinya.

• Rekomendasi pewadahan oli bekas yaitu menggunakan wadah berupa drum 200 L yang terbuat dari logam. • Pada setiap wadah harus dilengkapi dengan label dan simbol limbah B3 sesuai dengan karakteristiknya

d

t

Rekomendasi pewadahan bekas kemasan yaitu dengan menggunakan wadah berbentuk kotak dengan roda di bagian bawah yang terbuat dari plastik HDPE. Wadah bervolume 220 L, 120 L dan 100 L sesuai yang tersedia di pasaran.

t

p l

• Rekomendasi pewadahan majun yaitu dengan menggunakan wadah berbentuk tabung yang terbuat dari plastik HDPE. Wadah bervolume 20 L. • Rekomendasi pewadahan onderdil bekas yaitu menggunakan wadah berbentuk kotak terbuat dari plastik HDPE dengan volume 660 L.

Wadah Majun l p

t

Wadah Onderdil Bekas

t

p l

• Rekomendasi pengangkutan limbah B3 bengkel (oli bekas) dengan menggunakan truk yang dilengkapi dengan boks logam dengan ukuran 3 m x 1,79 m x 1,79 m. Truk dapat mengangkut sekitar 10 drum. • kendaraan pengangkut harus dilengkapi dengan simbol limbah B3 yang diangkutnya.

• Rekomendasi bangunan penyimpan limbah B3 bengkel (berdasarkan Kep. Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995) yaitu : 1. Bangunan memiliki rancang bangun yang sesuai

dengan jenis, karakteristik dan jumlah limbah B3 yang akan disimpan.

2. Lantai bangunan kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak. Pada bagian luar bangunan, lantai diatur sedemikian rupa sehingga air dapat mengalir menjauhi bangunan penyimpanan.

3. Bangunan terlindung dari air hujan.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan penelitian ini yaitu: 1. rata-rata timbulan limbah B3 bengkel tipe A adalah 3,46

Kg/mobil, tipe B adalah 3,41 Kg/mobil dan tipe C adalah 1,92 Kg/mobil. Komposisi limbah B3 bengkel terdiri dari 93% oli bekas, 5% bekas kemasan, 1% majun dan 1% onderdil bekas. Limbah B3 yang dihasilkan bengkel yaitu limbah cair (oli bekas) dan limbah padat (bekas kemasan, majun, dan onderdil bekas). Limbah oli bekas, bekas kemasan, majun dan onderdil bekas berkarakteristik beracun.

Lanjutan

2. Pengelolaan limbah B3 bengkel yang meliputi reduksi, pewadahan, pelabelan dan simbol, penyimpanan serta pengangkutan masih belum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Rekomendasi pada pihak bengkel meliputi penyediaan wadah penampung sementara limbah B3 serta ruangan penyimpanannya, memiliki perijinan untuk menyimpan limbah B3, memiliki dokumentasi tentang limbah yang dihasilkan, serta memiliki manifest pengangkutan limbah B3.

3. 56% bengkel mengetahui alur persebaran limbah B3 yang dihasilkan. 44% lainnya tidak mengetahui.

Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu: 1. Sampling juga dilakukan terhadap effluen oil

trap yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian effluen oil trap dengan baku mutu yang digunakan.

2. Lokasi penelitian selanjutnya adalah kecamatan-kecamatan lain di Surabaya Utara.

sekian dan terimakasih